strategi dinas perdagangan perindustrian dan …repository.fisip-untirta.ac.id/770/1/strategi dinas...
TRANSCRIPT
STRATEGI DINAS PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN DAN KOPERASI DALAM
PEMBINAAN KOPERASI DI KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Wungu Amali Ilmi
NIM. 6661120584
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2017
ABSTRAK
Wungu Amali Ilmi. 6661120584. Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang. Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I : DR. Abdul Apip, M.Si. Dosen
Pembimbing II: Listyaningsih, M.Si.
Keberadaan koperasi di Indonesia menjadi sangat penting, karena bangsa Indonesia jika dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih rendah. Namun kondisi koperasi di Kota Serang saat ini masih dalam keadaan yang belum optimal. Masih banyaknya koperasi resmi di Kota Serang yang tidak aktif, kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kepada koperasi, kurangnya pemberian bantuan modal kepada koperasi, masih adanya manajemen koperasi yang dikelola secara sederhana, serta kurangnya partisipasi masyarakat untuk berkoperasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis strategi yang tepat yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang. Teori yang digunakan analisis SWOT David (2010:327). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles & Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi masih belum optimal dan strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pembinaan koperasi yaitu strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Perdagangan Peridustrian dan Koperasi Kota Serang, strategi membangun serta memperkuat kerjasama lintas sektor dalam melakukan pembinaan koperasi, strategi mendorong peran serta masyarakat khususnya pengurus dan anggota koperasi untuk berperan aktif dalam mengembangkan dan memberdayakan koperasi dan strategi penguatan kesadaran dan kepedulian masyarakat Kota Serang untuk hidup berkoperasi.
Kata kunci : Koperasi, Pembinaan, Strategi,
ABSTRACT
Wungu Amali Ilmi. 6661120584. Strategy Department of Trade, Industry and
Cooperation in the Cooperatives Development in the Serang City. Department of
Public Administration. Faculty of Social and Political Science. The 1st
advisor :
Dr. Abdul Apip, M.Si. 2nd
advisor : Listyaningsih, M.Si
The existence of cooperatives in Indonesia is very important, because the Indonesian nation when viewed from the level of welfare is still low. But the condition of the cooperative in Serang city is still in a state which has not been optimal. Still many formal cooperatives in Serang inactive, lack of attention and guidance from the government to the cooperative, lack of provision of the cooperative, the persistence of the cooperative management managed modest, and the lack of public participation in cooperatives. This research was conducted to determine and analyze the right strategy undertaken by the Department of Trade, Industry and Cooperatives in the Cooperative Development in the Serang City. The theory used is based on a SWOT analysis (David, 2010:327) determining strategic alternatives. This research used a qualitative approach with descriptive methods. Data analysis technique used is the model of Miles & Huberman. The results of this study indicate that the strategy of the Department of Trade Industry and Cooperative Development Cooperative is still not optimal and the right strategy to be applied in the development of cooperatives is a strategy of strengthening the institutional organization of the Department of Trade of Industry and Cooperatives Serang City, strategy to build and strengthen cross-sector cooperation in fostering cooperative, strategy to encourage community participation, especially administrators and cooperative members to play an active role in developing and empowering cooperatives and strategy to strengthen public awareness and concern for living Serang cooperatives.
Keywords: Cooperation, Development of, Strategy,
Motto :
Maka Sesungguhnya Beserta Kesulitan Itu Ada Kemudahan
Dan Hanya Kepada Tuhanmu, Hendaklah Engkau Berharap…
(Qs: Al-Insyiraah 5-8)
Persembahan :
“Skripsi ini Ilmi Persembahkan untuk Ibu
Ayah beserta ketiga kakakku, adikku dan
Keluarga Ibu Ovien yang telah
memberikan doa tulusnya, serta motivasi
secara moral dan materiil dalam
penyelesaian skripsi ini”.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbila’lamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi dalam Melakukan Pembinaan Koperasi di Kota Serang”.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak yang selalu membimbing serta mendukung penulis secara
moril dan materil. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari S.Sos M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, M.Si. Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom. Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan
Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
iii
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si. Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
dan juga Dosen Pembimbing II yang telah menyetujui atas penelitian skripsi
ini dan yang dengan baik hati memberikan data serta sabar dalam
memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
7. Riswanda, Ph.D. Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Dr. Abdul Apip, M.Si. Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah menyetujui
atas penelitian skripsi ini, telah membimbing, memberikan ilmunya, serta
memotivasi penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
9. Ipah Ema Jumiati, M.Si. Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberikan pengalaman, membimbing penulis dan memberikan saran dari
awal hingga akhir perkuliahan.
10. Semua Dosen dan Staff Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang yang telah
memberikan data dan informasi kepada peneliti.
iv
12. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten yang telah memberikan data
dan informasi kepada peneliti.
13. Koperasi-Koperasi di Kota Serang dan pengamat koperasi Kota Serang yang
telah memberikan informasi kepada peneliti.
14. Kedua Orang Tua-ku yang selalu membimbing dan mengantarkan anaknya
sampai ke dalam tahap perguruan tinggi. Terimakasih banyak Ibu, Ayah.
Dan saudara-saudariku Mas Kukuh, Mas Gunan, Adiku Ilma, dan Mba Tina.
15. Keluarga Ibu Ovien yang telah memberikan motivasi serta materiil kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat seperjuangan Kamursi, Rengga, Dodo, Mega, Ndew, Vina, Dupeb,
Sella, Gista, Naya, Tiwi, Millda, Nindy, Ka Aida, Ka Tata, Ka Ridwan, Ka
Diana, Yuke dan Ikhsan yang telah membantu, menolong, dan memotivasi
penulis dalam proses pembuatan skripsi ini dan teman-teman seperjuangan
Administrasi Negara angkatan 2012. Semoga kami semua dapat berjuang
dan sukses bersama.
17. Keluarga Pengurus Himane 2013, Himane 2014, BEM FISIP 2015, dan
Kokesma 2013 yang telah memberikan kesempatan untuk belajar ber-
organisasi dan mengembangkan diri.
18. Kawan-kawan KKM 28 Kubang Puji Tahun 2015 dan “Nde” dengan kalian
bertambah lagi cerita perjalanan kehidupan kampus yang saya alami.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun. Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
skripsi ini terjadi kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penulis
melakukan penelitian. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi peneliti sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Serang, November 2016 Penulis
Wungu Amali Ilmi
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 20
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 20
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................................ 21
1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 21
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 21
1.7 Sistematika Penulisan……………………………………………………… 22
vii
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR
PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 28
2.1.1 Pengertian Strategi ........................................................................... 29
2.1.2 Metode Perumusan Strategi ............................................................. 32
2.1.3 Analisis SWOT .……........................................................................ 34
2.1.4 Koperasi …........................................................................................ 40
2.1.4.1 Pengertian Koperasi .............................................................. 40
2.1.4.2 Tujuan, Asas/Prinsip, Fungsi dan Peran Koperasi................. 42
2.1.4.3 Struktur Organisasi Koperasi ................................................ 44
2.1.4.4 Jenis-jenis Koperasi .............................................................. 47
2.1.5 Pembinaan Koperasi ......................................................................... 50
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 52
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................. 55
2.4 Asumsi Dasar Penelitian............................................................................. 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................................ 59
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ............................................................... 60
3.3 Lokus Penelitian ......................................................................................... 60
3.4 Fenomena yang Diamati ............................................................................. 61
3.4.1 Definisi Konsep ................................................................................. 61
3.4.2 Definisi Operasional .......................................................................... 62
viii
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................. 64
3.6 Informan Penelitian .................................................................................. 65
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 66
3.6.2 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 72
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 72
3.7.1 Teknik Analisis Data ........................................................................ 72
3.7.2 Uji Keabsahan Data ......................................................................... 75
3.8 Jadwal dan Lokasi Penelitian ................................................................... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian …………………………………………….. 78
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Serang ………………………………….. 78
4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Serang………………………………… 80
4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Serang …………………………. 81
4.1.2 Deskripsi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang ………………………………………………………. 84
4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang …………………………………… 85
4.1.2.2 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang ………………… 86
4.2 Deskripsi Data …………………………………………………………. 95
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ………………………………………... 95
4.2.2 Data Informan …………………………………………………...... 98
ix
4.3 Temuan Lapangan ………………………………………………………. 100
4.3.1 Strengths (Kekuatan)………………………………………………. 106
4.3.2 Weakness (Kelemahan) …………………………………………… 122
4.3.3 Opportunities (Peluang)……………………………………………. 143
4.3.4 Threats (Ancaman) ………………………………………………… 152
4.4 Pembahasan ……………………………………………………………… 162
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………….... 180
5.2 Saran …………………………………………………………………….. 182
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… xiv
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1.1 Perkembangan Koperasi di Indonesia ..................................................... 3
1.2 Kinerja Koperasi Provinsi Banten Menurut Indikator Produksi ............. 6
1.3 Jumlah Koperasi Menurut Kabupaten/Kota 2013-2014 ......................... 7
1.4 Data Keragaan Koperasi Kota Serang 2013/2015 .................................. 10
1.5 Koperasi yang Mendapatkan Bantuan Pembinaan ................................. 12
1.6 Koperasi yang Mendapat Bantuan Dana Pembinaan .............................. .15
1.7 Jumlah Anggota, Manajer, dan Karyawan Koperasi Kota Serang
2013-2014 ............................................................................................... 18
2.1 Matriks TOWS. ....................................................................................... 39
3.1 Definisi Operasional Penelitian .............................................................. 63
3.2 Informan Penelitian ................................................................................ 66
3.3 Pedoman Wawancara ............................................................................. 68
3.4 Jadwal Penelitian ................................................................................... 77
4.1 Luas Wilayah Pembagian Administrasi Kota Serang …………………. 80
4.2 Jumlah Penduduk (Jiwa) dan Kepadatan (Jiwa/km2) Penduduk Kota
Serang Tahun 2012-2015 ……………………………………………… 81
4.3 Komposisi Penduduk Kota Serang Menurut Jenis Kelamin Tahun
2012-2015 ……………………………………………………………… 82
4.4 Komposisi Penduduk Kota Serang Menurut Kelompok Umur 2015…... 82
4.5 Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang diTamatkan di
Kota Serang Tahun 2014……………………………………………….. 83
4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ……………………………. 84
4.7 Informan Penelitian ……………………………………………………. 99
xi
4.8 Rencana Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang Bidang Koperasi Tahun 2014-2018 …………………………… 101
4.9 Rencana Kerja Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang Bidang Koperasi Tahun 2014-2018……………………………. 102
4.10 Matriks SWOT ………………………………………………………… 166
4.11 Faktor Pendukung Pembinaan Koperasi di Kota Serang………………. 178
4.12 Faktor Penghambat Pembinaan Koperasi di Kota Serang……………… 178
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Proses Kerangka Berfikir .............................................................. 57
Gambar 3.1 Proses Analisis Data ...................................................................... 73
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang ………………………… .......................... 94
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II Lembar Persetujuan Sidang Akhir
LAMPIRAN III Pedoman Wawancara
LAMPIRAN IV Member Check
LAMPIRAN V Kategorisasi Data
LAMPIRAN VI Undang-Undang No 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasiaan
LAMPIRAN VII Struktur Organisasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang
LAMPIRAN VIII Rencana Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Khusus Bidang Koperasi
LAMPIRAN IX Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Bidang
Koperasi
LAMPIRAN X Rekapitulasi Data Koperasi Berdasarkan Koperasi Tahun
2011-2014
LAMPIRAN XI Data Koperasi Kota Serang 2015
LAMPIRAN XII Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan menurut Siagian (1985) merupakan suatu proses perubahan
yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran
utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau
masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari
suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju kehidupan yang
lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Pembangunan
nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata
secara material maupun spiritual dengan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945, serta menjalankan roda perekonomian
dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, tujuan dari pembangunan
itu adalah untuk mengentaskan kemiskinan sehingga Bangsa Indonesia bisa
menjadi Bangsa yang sejahtera di Negeri-nya sendiri.
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah-
tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang termasuk di negara
Indonesia. Di Indonesia masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang
senantiasa relevan, bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama
dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini
gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multi dimensional yang masih
dihadapi oleh Bangsa Indonesia.
2
Oleh sebab itu, salah satu cara dalam mewujudkan pembangunan yang
bertujuan untuk mensejahterakan suatu bangsa sesuai dengan UUD 1945 pada
alinea ke IV adalah dengan dibentuknya suatu usaha bersama berbadan hukum
dengan tujuan mensejahterakan anggotanya secara khusus dan mensejahterakan
masyarakat pada umumnya atau yang disebut dengan Koperasi.
Menurut Undang-Undang No 25 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang
Perkoperasian. Koperasi di Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya
Pasal 33 UUD 1945, pada Ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Berdasarkan hal
tersebut berarti bahwa koperasi telah memiliki kedudukan yang cukup kuat karena
memiliki dasar konstitusional yang jelas.
Saat ini kehidupan berkoperasi telah menjadi kebutuhan masyarakat, sebab
bagi masyarakat Indonesia dengan menjalankan perkoperasian berarti ikut
membangun perekonomiannya. Pemerintah merupakan pemrakarsa ekonomi yang
memiliki misi untuk memajukan koperasi sesuai dengan apa yang dikehendaki,
sehingga mempunyai kemampuan dapat dipergunakan sebagai alat untuk
memajukan ekonomi nasional.
Undang-Undang Dasar telah menempatkan koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia. Atas dasar itu pemberdayaan masyarakat melalui
koperasi diharapkan akan mampu memberikan dampak yang baik bagi suatu
3
perekonomian. Hal tersebut juga dijelaskan dalam Undang-Undang No 25 tahun
1992 Pasal 4 bahwa fungsi dan peranan koperasi yaitu mengembangkan potensi
dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat, berupaya mempertinggi
kualitas kehidupan manusia, memperkokoh perekonomian rakyat,
mengembangkan perekonomian nasional, serta mengembangkan kreativitas dan
jiwa berorganisasi bagi pelajar bangsa.
Keberadaan koperasi di Indonesia menjadi sangat penting, karena bangsa
Indonesia sendiri jika dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih
rendah. Dengan adanya koperasi yang berjalan sesuai dengan ketentuannya
memungkinkan tujuan dari adanya koperasi itu dapat tercapai yaitu kesejahteraan
masyarakat dari aspek perekonomian di daerah dapat terwujud. Tetapi kenyataan
saat ini keberadaan koperasi di Indonesia juga tidak serta merta membawa
dampak yang baik bagi masyarakat, karena jika salah dalam melakukan
pengelolaannya tidak akan membawa manfaat bagi para anggotanya dan
masyarakat secara luas. Perkembangan koperasi di Indonesia memang cukup
pesat keberadaannya, hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh. Berikut ini
merupakan data perkembangan koperasi di Indonesia.
Tabel 1.1
Perkembangan Koperasi di Indonesia
Tahun Koperasi Keseluruhan Koperasi Aktif Koperasi Tidak Aktif
Jumlah % Jumlah % Jumlah % 2011 188.181 100 133.666 70,09 54,515 28.96 2012 194.295 100 139.321 71,70 54.974 28,29 2013 203.701 100 143.117 70,25 60.584 29,74 2014 209.488 100 147.249 70,28 62.239 29,71
(Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM diolah, 2016)
4
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa keberadaan koperasi di Indonesia
memang mengalami perkembangan yang cukup signifikan setiap tahunnya, tetapi
bukan berarti dengan adanya perkembangan tersebut tidak ada koperasi yang tidak
aktif atau koperasi yang mengalami kerugian. Berdasarkan tabel 1.1 dapat
diketahui bahwa dari tahun 2012 menuju 2013 jumlah koperasi yang tidak aktif
semakin meningkat sekitar 30% setiap tahunnya. Hal tersebut membuktikan
bahwa dengan adanya perkembangan koperasi secara kuantitas tidak dibarengi
dengan perkembangan kualitas dari koperasi itu sendiri, terbukti dari tabel 1.1
bahwa koperasi tidak aktif meningkat setiap tahunnya dari tahun 2012-2014.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh pihak terkait yaitu Menurut
Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengatakan
bahwa dari data yang dimiliki, jumlah koperasi yang terdaftar sebanyak 206 ribu
koperasi, yang tersebar di seluruh Indonesia selama tahun 2014. Tetapi kemudian
dari jumlah tersebut, persentase sebanyak 30% koperasi berstatus tidak aktif,
dengan jumlah sekitar 61 ribu dan sebagian besar koperasi tidak aktif berada di
Pulau Jawa. (http://bisnis.liputan6.com/read/2158516/61-ribu-koperasi-bakal-
dibubarkan-januari, diunduh pada hari rabu, 01 April 2015 pukul 20.15 WIB).
Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh Menteri Koperasi dan UKM,
bahwa sekitar 30% koperasi yang tidak aktif sebagian besar koperasi yang berada
di Pulau Jawa. Salah satu daerah yang terdapat di Pulau Jawa adalah Provinsi
Banten. Provinsi Banten merupakan salah satu Provinsi di Indonesia dan
berkedudukan sebagai wilayah penyanggah Ibukota Negara yang banyak memiliki
potensi untuk pembangunan. Pembangunan di berbagai sektor tentunya harus
5
bertujuan dengan pemenuhan kesejahteraan masyarakatnya sehingga masyarakat
Banten dapat merasakan hasil dari adanya suatu pembangunan tersebut secara
merata agar dapat hidup sejahtera.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Banten Tahun 2012-2017. Struktur investasi Banten sampai saat ini dibentuk dari
sektor swasta dan rumah tangga yang merupakan sektor utama yang menjadi
kekuatan perekonomian di Banten dengan kontribusi sekitar 81,3% antara lain
terdiri dari sumbangan sektor koperasi dan UMKM sebesar 48,78%. Selain itu
dari sektor pemerintah menempatkan posisi sebesar 18,7% yang terdiri dari APBN
8,01%, APBD Provinsi Banten 3,34%, dan APBD Kabupaten/Kota 7,35%.
Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa sumbangan dari sektor koperasi
dan UMKM memiliki kontribusi yang cukup membantu dalam perkembangan
perekonomian di Banten. Maka dari itu Keberadaan Koperasi dan UMKM tidak
bisa di anggap sebelah mata dan harus terus diperhatikan oleh pemerintah, seperti
dengan dilakukannya pembinaan dalam bentuk pelatihan dan sebagainya. Karena
kehadirannya membawa peran penting dalam perkembangan perekonomian di
Provinsi Banten. Berikut ini adalah data kinerja koperasi di Provinsi Banten tahun
2013 sampai 2014:
6
Tabel 1.2
Kinerja Koperasi Provinsi Banten Menurut Indikator Produksi
Indikator Tahun
Satuan Pertumbuhan
(%) 2013 2014
Jumlah Koperasi 6550 6315 Unit (3,58) a. Aktif 4578 3897 Unit (14,87) b. Non Aktif 1972 2439 Unit 23,68 Anggota 1 092 565 919 434 Orang (15,85) Manajer 748 1088 Orang 45,45 Karyawan 12 716 13 541 Orang 6,49 Modal 6 467 792 15 410 683 Juta Rupiah 138,2 a. Modal Sendiri 1 760 339 1 797 875 Juta Rupiah 2,13 b. Modal Luar 4 707 453 3 612 808 Juta Rupiah (23,25) Volume Usaha 2 500 668 4 859 561 Juta Rupiah 94,33 Jumlah SHU 603 160 1 587 398 Juta Rupiah 163,18
(Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Banten, 2016)
Menurut data yang didapatkan dari dinas koperasi dan UKM Provinsi
Banten menggambarkan kinerja koperasi dari tahun 2013 sampai dengan 2014. Di
tahun 2013 ke 2014 jumlah koperasi mengalami penurunan sebesar 235 unit
koperasi, hal tersebut senada dengan penurunan jumlah koperasi aktif sebesar 681
unit dari tahun 2013 ke 2014, penurunan tersebut juga berpengaruh pada
peningkatan koperasi non aktif yang semula 1972 menjadi 2439 unit dan hal
tersebut membawa dampak pada perubahan koperasi tidak aktif yang meningkat
dengan persentase 23,68 %. Penurunan jumlah koperasi yang terjadi juga
berbanding lurus dengan penurunan anggota koperasi. Namun penurunan jumlah
koperasi di tahun 2013-2014 di Provinsi Banten berbanding terbalik dengan
jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) yang mengalami peningkatan sebesar 984,234
dengan persentase pertumbuhan 163,18%.
Keberadaan koperasi memang tidak luput dari adanya suatu permasalahan,
seperti koperasi aktif yang semakin berkurang setiap tahunnya, selain itu koperasi
7
yang kurang berkembang dan permasalahan tersebut juga salah satunya terjadi di
Provinsi Banten. Sebagai salah satu Provinsi yang berada di Indonesia dan
mengalami otonomi daerah, Provinsi Banten memiliki beberapa daerah yang
terdiri dari delapan Kabupaten/Kota antara lain yaitu Kabupaten Serang,
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang, Kota Cilegon, Kota Tangerang Selatan dan Kota Serang. Jika dilihat
dari sektor koperasinya masing-masing daerah tersebut memiliki komposisi
koperasi yang berbeda-beda. Dan berikut ini adalah jumlah koperasi menurut
Kabupaten/Kota dan status aktivitas di Provinsi Banten tahun 2013-2014:
Tabel 1.3
Jumlah Koperasi Menurut Kabupaten/Kota 2013-2014
Kabupaten/Kota Aktif Tidak Aktif Jumlah
2013 2014 2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kab Pandeglang 539 375 300 209 839 584 2. Kab Lebak 657 687 108 102 765 789 3. Kab Tangerang 834 945 362 328 1196 1273 4. Kab Serang 792 280 168 733 960 1013 5. Kota Tangerang 626 646 502 502 1128 1148 6. Kota Cilegon 300 317 225 225 525 542 7. Kota Serang 489 240 205 102 694 342 8. Kota Tangerang Selatan 294 319 77 213 371 532 Provinsi Banten 47 88 25 25 72 113 Jumlah Provinsi Banten 4578 3897 1972 2439 6550 6336
(Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Banten, 2016)
Permasalahan koperasi di daerah menjadi isu yang sangat strategis untuk
dibahas dan dikaji karena mengingat bahwa masih banyak daerah-daerah di
Indonesia khususnya di Provinsi Banten yang kondisi koperasinya semakin lama
semakin menurun baik dari segi kuantitas dan kualitasnya atau bahkan menjadi
tidak berkembang dan hal tersebut salah satunya juga dialami di Kota Serang.
8
Kota Serang merupakan daerah yang berperan sebagai Ibukota dan
menjadi pusat pemerintahan Provinsi Banten, sekaligus berperan sebagai daerah
alternatif penyangga Ibukota Negara karena jaraknya dari Kota Jakarta hanya
sekitar 70 km. Semenjak awal didirikannya hingga saat ini pada tahun 2016 Kota
Serang terdiri dari enam kecamatan, yaitu kecamatan Curug, Walantaka, Cipocok
Jaya, Serang, Taktakan, dan Kasemen. Keenam daerah tersebut dibagi menjadi 66
Kelurahan.
Sesuai dengan visi dari kepala daerah Kota Serang yang terpilih pada
tahun 2013 adalah terwujudnya Kota Serang madani sebagai kota pendidikan
yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pertanian dan budaya. Dari
adanya visi tersebut kemudian dalam ranah pembangunan yang akan dilakukan
berpedoman pada RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)
Kota Serang Tahun 2014-2018, diarahkan dalam rangka mencapai visi kepala
daerah dengan menerapkan lima misi didalamnya. Salah satu misi dan arah
kebijakan pembangunan Kota Serang pada tahun 2014-2018 adalah dengan
meningkatkan perekonomian daerah melalui penciptaan iklim usaha dan investasi
yang kondusif bagi berkembangnya usaha kecil menengah dan koperasi, serta
industri yang mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan sosial
yang berkelanjutan. Dari misi pembangunan jangka menengah Kota Serang dalam
bidang koperasi, bertujuan untuk meningkatnya peran kelembagaan dan
permodalan UKM dan koperasi dalam pengembangan ekonomi lokal yang
berdaya saing, dan meningkatnya kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
9
Berdasarkan misi pembangunan tersebut kemudian menghasilkan dengan
arah kebijakan, yaitu menata, mengembangkan dan meningkatkan kapasitas,
kualitas, dan produktivitas UKM serta iklim kewirausahaan serta membina dan
mengembangkan koperasi. Dari adanya arah kebijakan ini, hal tersebut bertujuan
untuk mengembangkan dan meningkatkan lapangan kerja, kesempatan kerja,
keterampilan dan keahlian bagi tenaga kerja agar kesejahteraan masyarakat dapat
terwujud.
Pemerintah daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota memiliki
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
yang fokus dalam menangani urusan di bidang koperasi yaitu Dinas Perdagangan,
Perindustrian dan Koperasi. Dinas ini memiliki tugas untuk melakukan
pengembangan dalam bidang perdagangan, perindustrian serta koperasi dan UKM
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kegiatan koperasi merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk
mensejahterakan anggota koperasi secara khusus dan masyarakat di
lingkungannya secara umum. Tetapi keadaannya saat ini masih terdapat berbagai
permasalahan yang terjadi pada dunia perkoperasian secara nasional dan tidak
terkecuali pada perkoperasian yang ada di Kota Serang. Permasalahan pembinaan
koperasi didaerah khususnya di Kota Serang menjadi isu yang sangat strategis
untuk dibahas dan dikaji karena mengingat Koperasi di Kota Serang mengalami
kemunduran baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dalam praktiknya kegiatan perkoperasiaan di Kota Serang masih belum
berjalan dengan baik. Hal tersebut terlihat setelah peneliti melakukan observasi
10
dan wawancara awal. Terdapat beberapa permasalahan mengenai keadaan
koperasi di Kota Serang saat ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, masih banyaknya koperasi resmi di Kota Serang yang tidak aktif.
Koperasi resmi merupakan koperasi yang telah mempunyai badan hukum dan
tercatat dalam Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi. Keberadaan
koperasi yang jelas dan aktif di suatu daerah menggambarkan bahwa kondisi
koperasi tersebut termasuk sehat dan berkembang. Namun berdasarkan observasi
awal yang dilakukan peneliti, terdapat masih banyak koperasi yang tidak aktif
bahkan tidak jelas, selain itu koperasi aktifnya pun semakin berkurang. Hal
tersebut dibuktikan berdasarkan data dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang pada tahun 2013-2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4
Data Keragaan Koperasi Kota Serang 2013 - 2015
Variabel Tahun
2013 2014 April 2015
Koperasi Aktif 489 204 100 Koperasi Tidak Aktif
205 102 82
Jumlah Koperasi
694 342 182
(Sumber: Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, 2015)
Berdasarkan tabel 1.4 terlihat bahwa setiap tahun jumlah koperasi di Kota
Serang semakin berkurang. Pada tahun 2014 jumlah koperasi aktif semakin
berkurang, dari semula 489 menjadi 204 dan berkurang sekitar 285 unit, tetapi
berbanding terbalik dengan jumlah koperasi tidak aktifnya yang semakin kecil
dari 205 unit menjadi 102 unit. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa masih
11
banyak koperasi yang tidak jelas kedudukannya di Kota Serang. Hal tersebut juga
sejalan dengan survei pendataan yang dilakukan pada bulan april tahun 2015 dari
data yang didapatkan tahun 2014, sebelumnya koperasi berjumlah 342, tetapi
setelah dilakukan pendataan pada bulan april 2015 ditemukan sebanyak 182
koperasi, dari 182 koperasi yang terverifikasi tersebut, 100 koperasi dikategorikan
sebagai koperasi aktif, 60 koperasi dikategorikan koperasi tidak aktif, dan 22
koperasi dikategorikan tidak jelas. Dan memperoleh persentase koperasi aktif
sebesar 56%, koperasi tidak aktif 33% dan koperasi tidak jelas 11%. Sejak tahun
2013 hingga 2015 keberadaan koperasi semakin lama semakin berkurang di Kota
Serang, hal tersebut dibuktikan dengan data yang telah dilampirkan diatas.
Terdapatnya jumlah koperasi yang semakin berkurang dan banyaknya koperasi
yang fiktif akan menimbulkan berbagai permasalahan dan secara tidak langsung
akan berpengaruh pada meningkatnya pengangguran dan kurang terserapnya
tenaga kerja di bidang sektor perekonomian rakyat. Selain itu tujuan dan prinsip
koperasi yang dapat mensejahterakan anggota masyarakatnya karena dikelola
dengan asas kekeluargaan sudah tidak terwujud lagi.
Kedua, kurangnya pembinaan dan perhatian dari Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang kepada pengurus koperasi di Kota
Serang. Bantuan dan pembinaan dari pemerintah daerah Kota Serang sebenarnya
sudah dilakukan tetapi hanya kepada sebagian kecil koperasi dan tidak merata
untuk keseluruhan koperasi yang berada didaerah tersebut. Berdasarkan observasi
dan wawancara awal dengan para pengurus koperasi bahwa mereka jarang sekali
mendapatkan pembinaan atau pelatihan untuk melakukan kegiatan koperasi yang
12
baik dan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku seperti pelatihan akuntansi,
manajemen. Keadaannya saat ini adalah koperasi yang sudah maju yang menjadi
obyek pembinaan dari dinas terkait, maka dari itu pemerintah melihatnya bahwa
koperasi di Kota Serang itu sudah mampu untuk mengelola koperasinya dengan
baik, padahal masih banyak koperasi yang tidak maju atau tidak berkembang yang
belum mendapatkan sentuhan seperti pembinaan dan pelatihan. Koperasi maju itu
sendiri merupakan koperasi yang berkembang yaitu kegiatan operasional
koperasinya berjalan dan terus mendapatkan keuntungan dari kegiatan operasional
perkoperasiaannya serta meningkat perkembangannya. Sedangkan koperasi yang
tidak maju adalah koperasi yang tidak berkembang dimana kegiatan
perkoperasiannya statis dalam satu kegiatan saja dan kurang membawa
keuntungan bagi anggota. Berdasarkan hal tersebut terdapat 48 koperasi yang
pernah memperoleh pembinaan dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang adalah sebagai berikut :
Tabel 1.5
Koperasi yang Mendapatkan Bantuan Pembinaan
NO NAMA KOPERASI PEMBINAAN DARI PEMKOT
YA/TDK THN INTENSITAS
1 Menara Banten Ya 2014 12
2 Binawinaya Teknologi Ya 2014 1
2 KPRI SMPN I KOTA SERANG
"HANDAYANI"
Ya 2014 12
3 Mandiri Sejahtera Ya 2012 1
4 TIM PENGGERAK PKK "MADANI"
KOTA SERANG
Ya 2012 2
5 Melati 88 Ya 2013 1
6 KOCIPTA Ya 2014 1
7 KOPERASI KARYAWAN Ya 2013 1
13
UNTIRTA (KOKIPTA)
8 PRIMKOP KARTIKA SULTAN
AGENG TIRTAYASA
Tidak 0 0
9 PRIMKOP GAKUBA Ya 2014 1
10 KOPERASI PENDIDIKAN
TIRTAYASA (KOPENTA)
Ya 2014 1
11 KOPERASI PEGAWAI PASUNDAN Ya 1 2014
12 AL-HIKMAH IAIN SMH BANTEN Ya 1 2014
13 KOCIPTA FINANCE Ya 1 2013&2014
14 Al-Islam Ya 1 2010
15 KOKESMA UNTIRTA Ya 1 2013&2014
16 CAHAYA ABADI Ya 2014 3
17 Mutiara Jaya Bersama Ya 2014 5
18 Dinar Amru Al-Bantani Ya 2013 1
19 Koperasi Tribuana I Ya 2013 1
20 Koperasi Segut Ya 2014 1
21 Sentra Dana Ya 2013 1
22 Berkah Sejahtera Ya 2014 2
23 Kodanua Ya 2014 1
24 KPRI Winaya Karya UPTD
Pendidikan Curug
Ya 2010 1
25 Koperasi Bina Insan Mandiri Ya 2014 1
26 An Nur ponpes alkautsar Ya 2013 1
28 Abdi Pertiwi Ya 2012-2014 2
29 Jujur Ya 0 2
30 BINA USAHA Ya 2013 3
31 MARI USAHA Ya 2014 1
32 KOPEGTEL "RANGGON" DIVA
Site Operation Serang dan Cilegon
Ya 2015 1
33 SEHAT SINGANDARU Ya 2012 2
34 KPRI DINAS PERINDAGKOP
KOTA SERANG "KEPANDEAN
SEJAHTERA"
Ya 2014 3
35 Primer Koperasi Kavling Brimob
"TERATAI SEMBILAN'
Ya 2014 5
36 Koperasi Brimob Polda Banten
"TERATAI"
Ya 2014 3
37 KOPERASI MERPATI Ya 2014 1
14
38 MITRA SEJAHTERA Ya 2014 1
39 KOPKAR PD. BPR LPK
"SEJAHTERA BERSAMA"
Ya 2014 1
40 BMT EL-HAMID 156 Ya 2014 1
41 BMT MASJID AGUNG SERANG Ya 2000 1
42 PRIMER KOPERASI KARTIKA
MAULANA YUSUF
Ya 2014 2
43 KOPERASI PEDAGANG PASAR
INDUK RAU "KOPPIR"
Ya 2014 2
44 KPRI SMAN I Serang "WARGA
SEJAHTERA"
Ya 2014 1
45 KPRI PERMAI Ya 2014 1
46 HARFA MANDIRI Ya 2013 1
47 BINA TERANG Ya 2012&2013 2
48 KOPKAR PERUM PERHUTANI Ya 2012 1
(Sumber: Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, 2015)
Berdasarkan tabel 1.5 terlihat bahwa pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi tidak merata kepada seluruh koperasi di
Kota Serang selain itu juga terdapatnya beberapa koperasi yang mendapatkan
pembinaan dengan intensitas lebih dari satu kali dalam satu tahun periode
pembinaan contohnya saja koperasi menara banten yang mendapatkan pembinaan
sebanyak 12 kali dalam satu tahun yaitu tahun 2014. Berdasarkan hal tersebut
terlihat bahwa pembinaan yang dilakukan oleh Dinas terkait masih tebang pilih
antar koperasi.
Ketiga, kurangnya pemberian bantuan modal koperasi. Menurut data yang
didapatkan dari dinas terkait bahwa hanya terdapat 15 koperasi yang sudah
memperoleh bantuan modal, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.6 di bawah ini
adalah sebagai berikut:
15
Tabel 1.6
Koperasi yang Mendapat Bantuan Dana Pembinaan
NO NAMA KOPERASI BANTUAN DANA PEMBINAAN
STATUS YA/TDK THN SUMBER JML (Rp)
1 Menara Banten AKTIF Ya 2013 Pemprov 50.000.000
2 Kerukunan Warga MTsN AKTIF Ya 2011 Pemprov
3 KPRI SMPN I KOTA SERANG
"HANDAYANI" AKTIF Ya 2012 Bank 205.000.000
4 Mandiri Sejahtera AKTIF Ya 2012 Pemkot
5 TIM PENGGERAK PKK "MADANI"
KOTA SERANG TDK AKTIF Ya 2010 Pemkot 50.000.000
6 CAHAYA ABADI TDK AKTIF Ya 2013 pemprov 30.000.000
7 BANGUN CARAKA ARTHA KORPRI
BANTEN AKTIF Ya 2012-2014 Korpri 300.000.000
8 KPRI Winaya Karya UPTD
Pendidikan Curug AKTIF Ya 2012 Bank 475.000.000
9 An Nur ponpes alkautsar AKTIF Ya 2012 Pusat
10 Abdi Pertiwi TDK AKTIF Ya 2012 Pusat 50.000.000
11 BINA USAHA AKTIF Ya 2013 Pusat 650.000.000
12 Primer Koperasi Kavling Brimob
"TERATAI SEMBILAN' AKTIF Ya 2010 Pusat 50.000.000
13 BMT EL-HAMID 156 TDK AKTIF Ya 2014 Pemprov 400.000.000
14 BMT MASJID AGUNG SERANG AKTIF Ya 2005 Pusat 500.000.000
15 BINA TERANG TDK JELAS Ya 2012 Pusat 20.000.000
(Sumber : Dinas Perdagangan Peridustrian dan Koperasi Kota Serang, 2015)
Berdasarkan tabel 1.6 bahwa terdapat 15 koperasi yang pernah
mendapatkan bantuan dana pembinaan atau modal dan tidak menyeluruh kepada
seluruh koperasi yang ada di Kota Serang. Pihak pemerintah memang seharusnya
perlu memberikan perhatian kepada koperasi yang memang sulit dalam masalah
permodalan. Dengan adanya bantuan permodalan diharapkan akan membantu
kegiatan usaha pada koperasi namun hal tersebut juga harus sejalan dengan
pengelolaan dana pembinaan yang baik, transparan, dan bertanggung jawab
sehingga hal tersebut membawa dampak positif bagi koperasi yang mendapatkan
16
dana pembinaan atau permodalan dan pemerintah yang memberikan dana tersebut
sehingga jika pengelolaan modal berjalan dengan transparan dan bertanggung
jawab kegiatan pemberian modal akan terus berjalan dan berkelanjutan untuk
koperasi-koperasi berikutnya. Dengan diberikan modal kepada koperasi yang
membutuhkan, koperasi tersebut dapat berkembang dalam melakukan usahanya.
Namun bantuan- bantuan modal yang diberikan masih bersifat sporadis belum
terstruktur dan berkelanjutan sehingga dampaknya masih belum dirasakan oleh
koperasi di Kota Serang.
Keempat, masih adanya unit koperasi yang melakukan manajemen
pengelolaan koperasi dengan cara yang sederhana. Hal tersebut sesuai dengan
hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Listyaningsih sebagai pengamat
koperasi Kota Serang (wawancara pada jumat, 19 Juni 2015 pukul 15.48 WIB di
gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untirta). Bagus tidaknya koperasi
itu terlihat dari mampunya pengurus melakukan manajemen atau pengelolaan
yang baik didalam suatu kegiatan koperasi. Tetapi keadaannya di Kota Serang
koperasinya masih melakukan pengelolaan atau manajemen koperasi yang
sederhana. Hal tersebut di karenakan oleh sumber daya manusia yang kurang
berkompeten dalam melakukan pengelolaan keuangan dan hal tersebut pasti akan
membawa dampak pada pengelolaan saldo keuangan atau sisa hasil usaha yang
berkurang atau rendah di koperasi tersebut. Selain itu pengelolaan koperasi yang
masih tradisional tersebut terlihat pada masih adanya koperasi yang jarang
melakukan RAT (Rapat Anggota Tahunan) dan tidak melaporkan hasilnya kepada
dinas terkait, ada juga yang melakukan RAT tetapi tidak melaporkan kepada
17
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang. Padahal hal tersebut
penting dilakukan untuk menjelaskan pengelolaan koperasi dan sisa hasil usaha
selama satu tahun periode kepada para anggota dan pengurus lainnya, selain itu
untuk membicarakan kepentingan organisasi maupun usaha koperasi, dan hal
tersebut juga telah tertuang pada Undang-Undang No 25 Tahun 1992.
Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang, hanya sebanyak 58 koperasi aktif yang menyerahkan RAT
di tahun 2014 dan sebanyak 28 koperasi aktif di tahun 2015. Hal tersebut masih
bisa dikatakan rendah jika dilihat dari jumlah koperasi keseluruhan yang terdapat
di Kota Serang. Dari adanya kemampuan manajemen koperasi yang masih
tradisional atau sederhana dan rendah yang melakukan laporan pertanggung
jawaban mengakibatkan hal-hal seperti di atas terjadi.
Kelima, Kurangnya partisipasi masyarakat Kota Serang untuk berkoperasi.
Hal tersebut dikarenakan jumlah masyarakat Kota Serang yang menjadi anggota
koperasi itu masih kecil. Hal itu bisa dibuktikan dengan persentase hanya sebesar
2.02% masyarakat Kota Serang yang hidup berkoperasi di tahun 2014 dari jumlah
penduduk Kota Serang pada tahun 2014.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Serang, pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Serang berjumlah 613.774 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 2.301 jiwa/km2. Jumlah
tersebut mengalami peningkatan sebanyak 2.413 jiwa dari tahun 2013 yang
berjumlah 589.581 jiwa atau Laju Pertambahan Penduduk (LPP) Tahun 2014
sebesar 4,10%, tetapi pertambahan jumlah penduduk di Kota Serang tidak
18
sebanding dengan jumlah anggota koperasi di daerah tersebut. Berdasarkan hal
tersebut dapat terlihat dari data jumlah anggota koperasi Kota Serang berikut ini.
Tabel 1.7
Jumlah Anggota, Manajer, dan Karyawan Koperasi
Kota Serang Tahun 2013-2015
Kabupaten/Kota Anggota
(orang)
Manajer (orang) Karyawan
(orang)
2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Kota Serang 44.312 12.402 10.190 22 32 19 122 153 127
(Sumber: Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, 2015)
Berdasarkan tabel 1.7 terlihat bahwa setiap tahunnya masyarakat yang
menjadi anggota koperasi semakin berkurang, hal itu juga senada dengan semakin
berkurangnya jumlah koperasi aktif di Kota Serang. Cukup signifikan
berkurangnya anggota dari tahun 2013 ke 2015 dalam waktu dua tahun koperasi
di Kota Serang berkurang sebanyak 34.122 anggota.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa masih kurangnya partisipasi
masyarakat untuk berkoperasi terlihat dari rendahnya anggota koperasi di daerah
tersebut. Keadaan tersebut disebabkan karena pendapat beberapa alasan, seperti
masyarakat Kota Serang yang sudah tidak begitu percaya dengan adanya badan
usaha yang beratas namakan koperasi yang suka mengambil uang simpanan para
anggota koperasinya, hal itu dikarenakan tidak adanya keterbukaan beberapa
koperasi sehingga dalam pengelolaannya pun tidak jelas. Selain itu juga
terdapatnya koperasi yang fiktif atau palsu sehingga masyarakat yang tidak
memiliki banyak pengalaman merasa tertipu dengan adanya badan usaha yang
19
mengatas namakan koperasi. Dengan adanya berbagai penyebab tersebut,
sesungguhnya koperasi itu adalah soko guru perekonomian dan bisa menjadi salah
satu cara untuk memberdayakan masyarakat dengan cara berpartisipasi aktif
dalam kehidupan berkoperasi dengan cara membuka usaha bersama dan lain
sebagainya. Tetapi keadaanya saat ini tidak seperti itu masyarakat masih kurang
dalam berpartisipasi untuk ikut koperasi.
Hal-hal tersebut di atas mengindikasikan bahwa masih adanya masalah
dalam pembinaan per-koperasiaan di Kota Serang. Pihak yang mempunyai tugas
dan wewenang untuk melakukan pembinaan koperasi adalah Dinas yang
menaungi masalah perkoperasiaan khususnya di Kota Serang adalah Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi, Dinas tersebut telah melakukan berbagai
upaya untuk melakukan pembinaan koperasi, yaitu dengan melakukan strategi
pembinaan dan peningkatan terhadap penguatan kelembagaan koperasi agar
jumlah koperasi aktif tumbuh dan berkembang. Dengan adanya strategi tersebut
tujuannya adalah untuk meningkatkan koperasi yang tangguh dan mandiri serta
sasarannya adalah dengan peningkatan usaha koperasi sebagai pelaku ekonomi
yang mandiri dan terarah dengan kebijakannya yaitu mengembangkan dan
meningkatkan kapasitas, kualitas, dan produktivitas koperasi menuju iklim
kewirausahaan yang sehat. Namun sesuai dengan observasi awal yang dilakukan
oleh peneliti, strategi pembinaan koperasi yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi masih belum optimal karena masih terdapatnya
berbagai permasalahan yang telah dijelaskan diatas. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Dinas Perdagangan
20
Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang” agar
dapat merekomendasikan strategi yang tepat untuk melakukan pembinaan
koperasi yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi di
Kota Serang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berlandaskan pada latar belakang masalah tersebut di atas, dapat di
identifikasikan permasalahan, yaitu sebagai berikut:
1. Masih banyaknya koperasi resmi di Kota Serang yang tidak aktif
2. Kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kepada koperasi
di Kota Serang.
3. Kurangnya pemberian bantuan modal koperasi.
4. Masih adanya manajemen koperasi yang dikelola secara sederhana.
5. Kurangnya partisipasi masyarakat untuk berkoperasi di Kota Serang.
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian diperlukan untuk lebih
mempersempit masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti
memfokuskan pada Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam
Pembinaan Koperasi di Kota Serang.
21
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas yang telah dipaparkan, maka
sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah Bagaimana Strategi Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi yang Tepat dalam Pembinaan Koperasi
di Kota Serang?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti mempunyai tujuan untuk
mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Strategi yang
sebaiknya dilakukan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam
Pembinaan Koperasi di Kota Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil
penelitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat:
1. Teoritis
a. Penelitian ini sangat bermanfaat karena dapat digunakan sebagai
bahan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teori-
teori dan konsep-konsep yang diperoleh selama perkuliahan
dibandingkan dengan penerapannya secara nyata.
b. Memberikan pengetahuan yang lebih tentang Ilmu Administrasi
Negara khususnya yang berkaitan dengan Strategi Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi
di Kota Serang.
22
2. Praktis
a. Manfaat bagi penulis atau peneliti adalah menambah ilmu
pengetahuan khususnya Ilmu Administrasi Negara yang berkaitan
tentang masalah dalam Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang.
b. Manfaat yang didapat oleh pihak Pemeritah Daerah Kota Serang
adalah sebagai bahan masukan yang bergunan untuk meningkatkan
kinerja Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dan untuk
meningkatkan Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang
c. Manfaat bagi masyarakat adalah membangun kesadaran masyarakat
dan paham akan berkoperasi yang baik dan benar, sehingga koperasi
di Kota Serang dalam lebih maju dan berkembang.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari ruang
lingkup yang paling umum hingga menukik kea rah yang paling
spesifik dan relevan dengan judul. Materi dari uraian ini dapat
bersumber pada hasil penelitian dari yang sudah ada sebelumnya, hasil
23
pengamatan dan wawancara dengan pihak terkait. Latar belakang
masalah perlu diuraikan secara aktual dan logis.
1.2 Identifikasi Masalah
Menjelaskan identifikasi peneliti terhadap permasalahan yang muncul
dari uraian pada latar belakang masalah diatas, identifikasi masalah
dapat diajukan dalam bentuk pernyataan.
1.3 Batasan Masalah
Menjelaskan keterbatasan kemampuan dan kemampuan berfikir
peneliti terhadap permasalahan dari uraian latar belakang dan
identifikasi masalah.
1.4 Rumusan Masalah
Dari sejumlah masalah hasil identifikasi peneliti diatas, ditetapkan
masalah yang paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Pembatasan masalah mencakup fokus dan lokus penelitian, termasuk
didalamnya membuat batasan definisi konsep dan operasional yang
digunakan dalam penelitian.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah
dirumuskan. Isi dan tujuan penelitian sejalan dengan isi dari tujuan
penelitian.
24
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan
praktis temuan penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara
singkat dan jelas.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Landasan teori berupa mengkaji teori dan konsep yang relevan dengan
permasalahan dan variable peelitian, kemudian menyusunnya secara
teratur dan rapi sehingga akan memperoleh konsep penelitian yang
jelas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Menjelaskan kajian penelitian yang perah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah atau
penelitian sebelumnya.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari
perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca mengenai hipotesisnya dan penjelasan tersebut dilegkapi
dengan sebuah bagan.
25
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar menjelaskan tentang perkiraan awal peneliti terhadap
suatu masalah atau kajian yang diteliti. Biasanya untuk memperjelas
maksud peneliti, dan peneliti menggunakan presentase dalam asumsi
dasar.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian atau
metode dari suatu penelitian.
3.2 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian
Membatasi dan menjelaskan subtansi materi kajian penelitian yang
akan dilakukan.
3.3 Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan.
3.4 Variabel Penelitian
a. Variabel Konsep
memberikan penjelasan tentang konsep dari variable yang akan diteliti
menurut pendapat peneliti.
b. Variabel Operasional
merupakan penjabaran konsep atau variable penelitian dalam rician
yang terukur.
26
3.5 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang instrument penelitian yang digunakan oleh
peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian kualitatif
instrument penelitian yang digunakan adalah peneliti itu sendiri.
3.6 Informan Penelitian
Menjelaskan informan penelitian yang mana yang memberikan
berbagai macam informasi yang dibutuhkan sesuai dengan penelitian.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai
dengan sifat data yang diteliti.
3.8 Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang waktu penelitian secara rinci dari awal sampai
akhir penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari populasi/ sampel (dalam penelitian
ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain
yang berhubungungan dengan obyek penelitian.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah
dengan menggunakan teknik analisa data yang relevan.
27
4.3 Temuan Lapangan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah
dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif.
4.4 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dari lebih rinci terhadap hasil
penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat
dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan
permasalahan serta asumsi dasar penelitian.
5.2 Saran
Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan laporan
penelitian skripsi.
LAMPIRAN
Berisi daftar dokumen-dokumen yang menunjang data penelitian.
28
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Menurut Sugiyono (2012:43) teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan
generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan
perilaku dalam berbagai organisasi baik organisasi formal maupun organisasi
informal. Berbagai definisi tentang teori dapat dikemukakan ada empat kegunaan
teori di dalam penelitian yaitu:
1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi, dan generalisasi yang logis. 2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan, dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan. 3. Teori sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan. 4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.
Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang
berkaitan dengan masalah penelitian mengenai Strategi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang, yang akan
dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi Negara untuk
mendukung penelitian ini, diantaranya adalah teori Strategi, Analisis SWOT,
Koperasi dan tidak lupa peneliti melampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan
kajian dari penelitian ini.
29
2.1.1 Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategia (stratos :
militer, dan ag: pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi
seorang jendral, dimana jendral tersebut dibutuhkan untuk memimpin
suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi
merupakan cara terbaik yang dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu.
Selain itu pula bahwa strategi adalah suatu cara atau langkah yang harus
ditempuh oleh organisasi dalam mencapai tujuannya dalam menentukan
persaingan dengan para kompetitornya.
Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai. Sedangkan secara khusus strategi merupakan tindakan yang
bersifat senantiasa meningkat dan terus menerus.
Strategi menurut Thompson dalam Olivier (2007:2)
mendefinisikan strategi adalah:
“Sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Strategi merupakan cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungan yang pasti dihadapi”.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai suatu
tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
30
menunjukkan arah saja tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya.
Strategi menurut David (2010:18-19) mendefinisikan strategi
adalah sebagai berikut:
“Sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan biasanya lima tahun ke depan, dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang. Strategi mempunyai konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan atau organisasi”.
Dengan demikian strategi merupakan pola umum yang terdiri dari
tahapan untuk mencapai tujuan yang dimulai dari cara pelaksanaan dan
langkah sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi dalam
segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala
tindakan untuk pembuatan tujuan tidak terlepas dari strategi. Agar semua
perencanaan dari suatu kegiatan tercapai dengan baik, tentunya harus
sesuai dengan strategi yang telah tersusun dengan baik. Oleh karena itu,
perlu ditetapkan kriteria strategi dalam mencapai suatu tujuan yaitu:
a. Strategi pemberdayaan masyarakat
b. Strategi peningkatan kapasitas sumber daya
c. Strategi perlindungan sosial
d. Strategi peningkatan kualitas lingkungan
31
Strategi itu tidak saja dilakukan oleh organisasi yang berorientasi
pada keuntungan saja atau private, namun juga dibutuhkan dan dilakukan
oleh organisasi yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan.
Sedangkan menurut Dirgantoro (2005:5) dalam bukunya
“Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi” mengatakan
bahwa strategi adalah:
“Hal menetapkan arah kepada “manajemen” dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan didalam pasar.
Selain itu Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner dalam Rangkuti
(1998:4) strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif
terhadap peluang dan acaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal yang dapat mempengaruhi organisasi.
Selain definisi-definisi yang sifatnya umum ada juga yang lebih
khusus, misalnya dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahald dalam
Husein (2008:31), strategi didefinisikan bahwa strategi itu merupakan :
“Tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi”.
Menurut Umar (2008:31) strategi itu berasal dari bahasa Yunani
kuno yang berarti “Seni Berperang”. Suatu strategi mempunyai dasar-
dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya
strategi merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.
32
Menurut Jauch dan Glueck, dalam bukunya Manajemen Strategis
dan Kebijakan Perusahaan (1988:12). Strategi adalah:
“Rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi adalah sarana yag digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi, strategi bukanlah sekedar suatu rencana. Strategi ialah rencana yang disatukan: strategi mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh: strategi meliputi semua aspek penting perusahaan. Strategi itu terpadu semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian”.
Berdasarkan definisi-definisi strategi yang disampaikan oleh para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi juga dapat
digambarkan secara umum yaitu suatu pola rencana yang merupakan
respon terhadap peluang dan ancaman yang berasal dari luar organisasi
serta kekuatan dan kelemahan dari organisasi itu sendiri yang sangat
berpengaruh terhadap keberlangsungan organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi yang dilakukan dengan cara membentuk sebuah
kebijakan/keputusan, program tindakan yang berkaitan dengan sumber
daya.
2.1.2 Metode Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi yang terpenting adalah bagaimana
pemilikan suatu strategi dilakukan menurut William R. King proses
pemilikan strategi dilakukan berdasarkan :
33
a. Pengembangan strategi (strategic development)
b. Penyempurnaan (refinement)
c. Evaluasi
Pengembangan strategi meliputi pencairan strategi dalam rangka
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Penyempurnaan strategi merupakan
elaborasi strategi-strategi yang ditentukan apakah dapat dianggap
memungkinkan untuk mewujudkan tujuan yang memiliki aspek-aspek
tertentu. Evaluasi strategi dimaksudkan suatu pertimbangan terhadap
berbagai strategi yang telah dipilih, dikembangkan dan disempurnakan
untuk memastikan alternatif mana yang paling sesuai untuk dapat
digunakan sebagai upaya dalam mencapai tujuan yang ditentukan.
Perumusan strategi antara lain dapat didasarkan atas hasil analisis
SWOT (strengths, weakness, opportunities, dan threats analysis)
sebagaimana dilakukan pada waktu mengadakan premises perencanaan
yang lazimnya juga disebut situation audit dengan memanfaatkan
kekuatan dan kesempatan tertungkap.
Dalam pengadaan premises melalui analisis SWOT dapat
terungkap data strategis yang terdiri atas kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan tantangan. Faktor-faktor tersebut berasal dari keadaan
ekstern, dan prakiraan keadaan (ekstern dan intern) serta disebut sebagai
profil keuntungan strategis (kekuatan dan kelemahan) serta profil
kesempatan dan tantangan lingkungan (kesempatan dan tantangan).
34
2.1.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT menurut David (2010:327) adalah :
“Sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi yaitu Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada satu pun paduan yang paling benar. Bahwa strategi pertama adalah strategi SO, strategi kedua adalah strategi WO, strategi ketiga adalah strategi ST, dan strategi keempat adalah strategi WT”. Analisis SWOT menurut Pearce and Robinson dalam Christine
(2011:200) adalah :
“Teknik historis yang terkenal dimana para pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis organisasi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang organisasi serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki impilkasi yang bagus dan mendalam bagi desain dari strategi yang berhasil”.
Analisis SWOT merupakan bagian dari manajemen strategi,
dengan cara manganalisis faktor eksternal maupun internalnya. Analisis
SWOT merupakan salah satu instrument analisis yang ampuh apabila
digunakan dengan tepat menurut Siagian (2007:172). SWOT merupakan
akronim untuk kata-kata Strengths (Kekuatan), Weakness (Kelemahan),
Opportunities (Peluang), Threats (Ancaman). Faktor kekuatan dan
kelemahan terdapat dalam tubuh suatu organisasi termasuk satuan bisnis
tertentu. Sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor
35
lingkungan yang dihadapi oleh organsiasi atau perusahaan atau satuan
bisnis yang bersangkutan.
Jika analisis SWOT dapat merupakan instrument yang ampuh
dalam melakukan analisis stratejik, kemapuhan tersebut terletak pada
kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan
peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang, sehingga dapat
sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang
terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang
timbul dan harus dihadapi. Jika para penentu strategi perusahaan mampu
melakukan kedua hal tersebut dengan tepat, biasanya upaya untuk memilih
dan menentukan strategi yang efektif membuahkan hasil yang diharapkan.
Dan berikut ini adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah:
1. Kekuatan (Strengths)
Faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan
termasuk satuan-satuan bisnis didalamnya adalah antara lain kompetensi
khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilihan
keunggulan komparatif oleh unit usaha dipasaran. Dikatakan demikian
karena satuan bisnis memiliki sumber keterampilan, produk andalan dan
sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing dalam
merumuskan kebutuhan pasar yang sudah dan direncanakan akan dilayani
oleh satuan usaha yang bersangkutan. Contoh-contoh bidang-bidang
keunggulan itu antara lain adalah kekuatan pada sumber keuangan, citra
36
positif, keunggulan kedudukan di pasar, hubungan dengan pemasok,
loyalitas pengguna produk dan kepercayaan para berbagai pihak yang
berkepentingan.
2. Kelemahan (Weakness)
Faktor-faktor kelemahan di dalam suatu organisasi atau suatu
perusahaan biasanya adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius
bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam prakteknya
berbagai keterbatasan dan kemampuan tersebut biasanya terdapat pada
sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan
manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan
tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminati oleh para pengguna
atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang
memadai.
3. Peluang (Opportunities)
Faktor-faktor peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang
menguntungkan bagi suatau satuan bisnis atau organisasi. dan berikut ini
adalah berbagai situasi yang dimaksud antara lain:
1. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan penggunaan produk.
2. Identifikasi suatu segmem pasar yang belum mendapat perhatian. 3. Perubahan dalam bentuk persaingan. 4. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka
berbagai kesempatan baru dalam kegiatan berusaha. 5. Hubungan dengan para pembeli yang akrab. 6. Hubungan dengan pemasok yang harmonis.
37
4. Ancaman (Threats)
Faktor ancaman ini merupakan faktor yang berbanding terbalik
dengan faktor peluang. Maksudnya faktor ancaman ini adalah faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis. Jika tidak
diatasi faktor ancama ini akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang
bersangkutan baik utuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Berikut ini adalah contoh-contoh faktor ancaman yang terjadi adalah
sebagai berikut:
1. Masuknya pesaing baru di apsar yang sudah dilayani oleh satuan bisnis.
2. Pertumbuhan pasar yang lamban. 3. Meningkatkan posisi tawar pembeli produk yang dihasilkan. 4. Menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku
yang diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk tertentu.
5. Perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai. 6. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya
restrifik.
Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis
lingkungan eksternal dan internal organisasi, maka perusahaan tentunya
memikirkan bagaimana organisasi menggunakan analisis SWOT dalam
menuangkan strategi yang akan dilakukan. Menurut Hunger dan Wheelen
dalam Agung (2003:230) dalam penyusunan strategi, organisasi tidak
selalu harus mengejar semua peluang yang ada. Tetapi perusahaan dapat
membangun suatu keuntungan kompetitif dengan mencocokkan
kekuatannya dengan peluang masa depan yang akan dikejar. Untuk dapat
membangun strategi yang mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT,
38
dibangunlah TOWS Matriks. TOWS Matriks (TOWS hanya kebalikan
atau kata lain dalam ungkapan SWOT) mengilustrasikan bagaimana
peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal dapat dipadukan dengan
kekuatan dan kelemahan dari organisasi, sehingga hasil yang diperoleh
dapat digambarkan melalui empat set alternatif strategi.
Menurut David (2010:327) Berikut ini adalah empat elemen
strategi matriks SWOT:
1. Strategi SO (SO Strategies) Memanfaatkan kekuatan internal organisasi untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai trend an kejadian eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan Strategi WO. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka organisasi akan berusaha untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.
2. Strategi WO (WO Strategies)
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang-peluang besar muncul. Tetapi perusahaan atau organisasi memiliki kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.
3. Strategi ST (ST Strategies)
Strategi ini menggunakan kekuatan sebuah organisasi untuk menghindari atau mengurangi sampak ancama eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung didalam lingkungan eksternal.
39
4. Strategi WT (WT Strategies)
Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah organsiasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi. Dan berikut ini adalah tabel Matriks TOWS secara singkat.
Tabel 2.1
Matriks TOWS
Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
Eksternal
Kekuatan (S)
Daftarkan 5-10 kekuatan Internal disini
Kelemahan (W)
Daftarkan 5-10 kekuatan Internal disini
Peluang (O)
Daftarkan 5-10 kekuatan Eksternal disini
Strategi S-O
Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O
Buat strategi disini yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan
Ancaman (T)
Daftarkan 5-10 kekuatan Eksternal disini
Strategi S-T
Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi W-T
Buat strategi disini yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
(Sumber: Hunger dan Wheelen, (2003: 231))
1) S-O strategi : Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
2) W-O strategi : Memanfaatkan peluang untung mengatasi
kelemahan
3) S-T strategi : Menggunakan kekuatan untuk
mengatasi/mengurangi dampak dari ancaman
4) W-T strategi : Menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar
tidak rentan terhadap ancaman.
40
Dari hasil kompetisi diatas akan diperoleh banyak kemungkinan
strategi yang dapat dilakukan organisasi. Tetapi, organisasi harus berani
memilih beberapa strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar
bagi kemajuan organisasi. Organisasi harus mempertimbangkan pemilihan
strategi yang sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan tanggung jawab
organisasi terhadap lingkungan sekitar (social responsibility). Dengan
mempertimbangkan hal-hal diatas maka akan diperoleh strategi yang
diterima oleh anggota masyarakat.
2.1.4 Koperasi
2.1.4.1 Pengertian Koperasi
Pengertian koperasi ini dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu pengertian umum dan menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pengertian secara
umum koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan
orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerjasama
secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi
kesejahteraan para anggotanya. Sedangkan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
41
Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan
orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka,
melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara
demokratis. Selain itu ada beberapa pengertian mengenai koperasi
menurut Hatta dalam Soemarsono (2003:3) yaitu koperasi
didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela
keperluan hidupya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos
yang semurah-murahnya. Itulah yang dituju. Pada koperasi
didahulukan kepentingan bersama, bukan kepentingan keuntungan.
Sedangkan pengertian lain koperasi adalah suatu
perkumpulan orang biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi
terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang
diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan
sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan
bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang sesuai
dengan usaha yang mereka lakukan (ILO, 1966 dikutip dari Edilius
dan Sudarsono, 1993).
Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa
dalam koeprasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling
berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah unsur ekonomi,
sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial. Sedangkan menurut
Wirasasmita dalam Suhartati (2005:4) koperasi adalah suatu
42
lembaga yang dirancang untuk memberikan pelayanan bagi
anggotanya yang sekaligus merupakan pemiliknya. Selain itu
Berdasarkan Sumarsono (2003: 3) koperasi itu antara lain yaitu (1)
Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-
orang yang memiliki kemampuan terbatas yang bertujuan untuk
memperjuangkan peningkatan kesejateraan ekonomi mereka. (2)
Bentuk kerjasama dalam koperasi bersifat sukarela. (3) Masing-
masing anggota koperasi mempunyai hak dan kewajiban yang
sama. (4) Masing-masing anggota koperasi berkewajiban untuk
mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha koperasi. (5)
Risiko dan keuntungan usaha koperasi ditanggung dan dibagi
secara adil.
2.1.4.2 Tujuan, Asas/Prinsip, Fungsi dan Peran Koperasi
Menurut Soemarsono (2003:6) tujuan utama pendirian
suatu koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
para anggotanya. Hal tersebut juga sejalan dengan tujuan koperasi
berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 yaitu untuk
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
43
Menurut Soemarsono (2003:7) asas koperasi dalam bahasa
inggrisnya disebut Cooperative Principles ini berasal dari bahasa
Latin: Principium yang berarti basis atau ladasan dan inipun bisa
mempunyai beberapa pengertian yaitu sebagai cita-cita utama atau
kekuatan/peraturan dari organisasi. Menurut W.P Watkins, dalam
Soemarsono (2003:7) mantan Direktur ICA, menyatakan bahwa
Principles itu adalah cita-cita yang melekat pada koperasi. Cita-cita
itu tetap (tidak berubah), sedang praktek bisa berubah-ubah sesuai
dengan situasi. Prinsip-prinsip koperasi menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang berlaku saat ini
di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilakukan secara demkoratis. 3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa. 4. Usaha masing-masing anggota. 5. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 6. Kemandirian. 7. Pendidikan perkoperasian. 8. Kerjasama antar koperasi. Fungsi koperasi menurut Soemarsono (2003:10) adalah
memberikan jasa kepada anggota dan anggota mengeluarkan biaya
untuk menggantinya. Dengan demikian koperasi pada dasarnya
tidak mendapat manfaat apa-apa, akan tetapi anggotanya yang
menerima manfaat tersebut. Selain itu dan fungsi dan peran
koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 4
adalah sebagai berikut :
44
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa sejak awal berdirinya koperasi memang ditujukan untuk
membuat kesejahteraan bagi anggota pada khususnya dan
kesejahteraan pada masyarakat secara umum.
2.1.4.3 Struktur Organisasi Koperasi
Secara umum, struktur dan tatanan manajemen koperasi
Indonesia dapat dirunut berdasarkan organisasi koperasi, yaitu:
1. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan suatu wadah dari para anggota
koperasi yang diorganisasikan oleh pengurus koperasi, untuk
membicarakan kepentingan organisasi maupun usaha koperasi,
dalam rangka mengambil suatu keputusan dengan suara
terbanyak dari para anggota yang hadir. Rapat anggota sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi mempunyai
kedudukan yang sangat menentukan, berwibawa dan menjadi
45
sumber dari segala keputusan atau tindakan yang dilaksanakan
oleh perangkat organisasi koperasi dan para pengelola usaha
koperasi. Segala sesuatu yang telah diputuskan oleh rapat
anggota harus ditaati dan sifatnya mengikat bagi semua anggota,
pengurus, pengawas dan pengelola koperasi. Fungsi dan
wewenang yang dimiliki Rapat Anggota sangat menentukan,
sehingga menempatkannya pada kedudukan semacam lembaga
legislatif koperasi.
2. Pengurus
Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih
melalui rapat anggota, yang bertugas mengelola organisasi dan
usaha. Idealnya pengurus koperasi sebagai perwakilan anggota
diharapkan mempunyai kemampuan manajerial, teknis dan
berjiwa wirakoperasi, sehingga pengelolaan koperasi
mencerminkan suatu cirri yang dilandasi dengan prinsip-prinsip
koperasi. Posisi yang menentukan tersebut merupakan
pengejawantahan tugas dan wewenang pengurus, yang
ditetapkan dalam undang-undang, Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga dan peraturan lainnya yang berlaku dan
diputuskan oleh Rapat Anggota. Pasal 29 ayat (2). UU. Koperasi
no 25 Tahun 1992 menyebutkan, bahwa “Pengurus merupakan
pemegang Kuasa Rapat Anggota”.
46
3. Pengawas
Perangkat koperasi yang ketiga, pengawas adalah perangkat
organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandate untuk
melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan
usaha koperasi. Pengawas organisasi koperasi merupakan suatu
lembaga atau badan structural organisasi koperasi. Pengawas
mengemban amanat anggota untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi,
sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga koperasi, keputusan pengurus, serta peraturan
lainnya yang berlaku di dalam koperasi.
4. Pengelola
Pengelola koperasi adalah mereka yang diangkat dan
diberhentikan oleh pengurus untuk mengembangkan usaha
koperasi secara efisien dan professional. Karena itu, kedudukan
pengelola adalah sebagai pegawai atau karyawan yang diberi
kuasa dan wewenang oleh pengurus. Dengan demikian, disini
berlaku hubungan perikatan dalam bentuk perjanjian ataupun
kontrak kerja. Jumlah pengelola dan ukuran standar
organisasinya sangat tergantung pada besarnya usaha yang
dikelola.
47
2.1.4.4 Jenis-jenis Koperasi
Jenis koperasi didasarkan pada kebutuhan dan efisiensi
dalam ekonomi, jenis-jenis itu ialah koperasi konsumsi, koperasi
kredit dan koperasi produksi. Perkembangan koperasi yang mula-
mula hanya terbatas pada tiga bidang usaha, yang lambat laun
bertambah luas sesuai dengan keperluan masyarakat. Berbagai
macam koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk
memperbaiki kehidupan. Oleh karena banyak macamnya
kebutuhan dan usaha untuk memperbaiki kehidupan itu, maka
lahirlah pula berbagai macam jenis Koperasi. Dalam garis besarnya
sekian banyak jenis Koperasi tersebut dapat dibagi menjadi 5
(lima) golongan, yaitu :
1. Koperasi Konsumsi
Barang konsumsi adalah barang yang diperlukan setiap hari,
misalnya: barang-barang pangan seperti beras, gula, garam, dan
minyak kelapa. Barang-barang sandang seperti kain batik, tekstil
dan barang pembantu keperluan sehari-hari seperti : sabun,
minyak tanah dan lain-lain. Oleh sebab itu maka koperasi yang
48
mengusahakan kebutuhan sehari-hari juga disebut koperasi
konsumsi.
2. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Kredit didirikan untuk memberikan kesempatan
kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan
mudah dan dengan ongkos (atau bunga) yang ringan. Itulah
sebabnya Koperasi ini disebut pula Koperasi Kredit (atau
Koperasi Simpan Pinjam).
3. Koperasi Produksi
Koperasi produksi yaitu Koperasi yang bergerak dalam bidang
kegiatan ekonomi pembuat dan penjual barang-barang baik yang
dilakukan oleh Koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang
anggota koperasi. Contohnya adalah Koperasi Peternakan Sapi
Perah, Koperasi Tahu Tempe, Koperasi Pembuatan Sepatu,
Koperasi Kerajinan, Koperasi pertanian dan lain-lain.
4. Koperasi Jasa
Koperasi jasa yaitu koperasi yang berusaha di bidang
penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat
umum. Contohnya adalah Koperasi Angkutan, Koperasi
Perencanaan dan Konstruksi Bangunan, Koperasi Jasa Audit,
Koperasi Asuransi Indonesia, Koperasi Perumahan Nasional
(Kopernas), Koperasi Jasa untuk mengurus dokumen-dokumen
seperti SIM, STNK, Paspor, Sertifikan Tanah dan lain-lain.
49
5. Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD)
Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di
daerah pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan
koperasi-koperasi Unit Desa (KUD). Satu Unit Desa terdiri dari
beberapa desa dalam satu Kecamatan yang merupakan satu
kesatuan potensi ekonomi. Untuk satu wilayah potensi ekonomi
ini dianjurkan membentuk satu Koperasi yang disebut KUD.
Hanya apabila potensi ekonomi suatu kecamatan
memungkinnya, maka dapat dibentuk lebih dari satu KUD.
Dengan demikian ada kemungkinan satu KUD itu meliputi satu
atau beberapa desa saja, tetapi diharapkan agar dapat meliputi
semua desa di dalam satu kecamatan. Yang menjadi anggota
KUD itu adalah orang-orang yang bertempat tinggal atau
menjalankan usahanya di wilayah Unit Desa itu yang
merupakan daerah kerja KUD.
Adapun jenis koperasi menurut jenjang hierarki organisasinya yang
dapat dibagi menjadi 2(dua) yaitu:
1. Koperasi Primer
Koperasi Primer ialah koperasi yang anggotanya adalah orang-
orang yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan
melakukan kegiatan usaha yang
50
langsung melayani para anggotanya tersebut. Contohnya adalah
KUD di desadesa, dan Koperasi-koperasi tingkat lainnya.
2. Koperasi Sekunder
Koperasi sekunder yaitu koperasi yang beranggotakan badan-
badan hukum Koperasi karena kesamaan kepentingan ekonomis
mereka berfederasi (bergabung) untuk tujuan efisiensi dan
kelayakan ekonomis dalam rangka melayani para anggotanya.
Jenjang penggabungan ini dapat bertingkat-tingkat, atau hanya
setingkat saja. Semua itu didasarkan kepada pertimbangan-
pertimbangan kelayakan dan efisiensi usaha dan pelayanan
kepada para anggota. Contohnya adalah Pusat dan Induk KUD
(Koperasi Unit Desa) dan Koperasi-koperasi tingkat sekunder
lainnya.
2.1.5 Pembinaan Koperasi
Ada beberapa segi koperasi yang pembangunannya memerlukan
bantuan pemerintah. Keikutsertaan pemerintah dalam pembinaan koperasi
itu dapat berlangsung secara efektif, dan tentu perlu dilakukan koordinasi
antara satu bidang dengan bidang lainnya. Pembinaan koperasi menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 adalah upaya
yang dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan dan mengembangkan
iklim yang kondusif yang mendorong pemasyarakatan koperasi melalui
pemberian bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada koperasi.
Oleh karena itu, Pembinaan koperasi adalah segala suatu tindakan yang
51
berhubungan langsung dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan,
pengembangan, pengarahan, penggunaan serta pengendalian segala
sesuatu mengenai koperasi secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi.
Pembinaan dan pengembangan koperasi di Indonesia sebenarnya
sudah diatur dalam beberapa peraturan, baik itu Undang-Undang Dasar
sampai pada Peraturan Pemerintah. Tujuannya adalah agar dapat
keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara nasional.
Dengan terbangunnya keselarasan dalam pola pembinaan koperasi, maka
koperasi diharapkan dapat benar-benar meningkatkan kemampuannya,
baik dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat di
sekitarnya, maupun dalam turut serta membangun sistem perekonomian
nasional.
Pembinaan dan pengembangan koperasi sangat penting dalam
upaya memupuk pertumbuhan dan sekaligus meningkatkan peranan dan
tanggung jawab masyarakat golongan ekonomi lemah dalam kegiatan
pembangunan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 1992 pemerintah melakukan pembinaan koperasi dengan cara
berikut ini:
1. Menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan serta pemsyarakatan koperasi, yaitu dengan jalan:
a. Memberikan kesempatan usaha yang seluas-luasnya kepada koperasi.
b. Meningkatkan dana memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi koperasi yang sehat, tangguh dan mandiri.
52
c. Mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara koperasi dengan badan usaha lainnya serta
d. Membudayakan koperasi dalam masyarakat. 2. Memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada
koperasi, dengan cara : a. Membimbing usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi anggotanya. b. Mendorong, mengembangkan, dan membantu pelaksanaan
pendidikan, penyuluhan, dan penelitian perkoperasian. c. Memberikan kemudahan untuk jaringan usaha koperasi serta
mengembangkan lembaga keuangan koeprasi. d. Membantu pengembangan jaringan usaha koperasi dan kerjasama
yang saling menguntungkan antar koeprasi serta e. Memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan
yang dihadapi oleh koperasi dengan tetap memperhatikan anggaran dasar dan prinsip koperasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian “Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang. Peneliti melakukan
peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik berupa
jurnal, skripsi maupun tesis yang terkait dengan tema yang diambil dalam
penelitian ini. Peneliti mengambil tiga penelitian terdahulu yang bertujuan sebagai
pembanding dengan penelitian yang dilakukan.
Penelitian pertama yaitu diambil dari skripsi yang berjudul Analisis
Strategi Pengembangan Koperasi di Kabupaten Serang, yang dilakukan oleh Tiwi
Rizkiyani, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, tahun 2012. Dalam penelitian ini
diketahui bahwa strategi pengembangan koperasi di Kabupaten Serang cukup
optimal yang diperjelas dengan adanya hasil kuantitatif berupa angka sebesar
54,32 % dari prediksi paling tinggi 65% yang artinya strategi yang dilakukan
pemerintah Kabupaten Serang khususnya Dinas Koperasi Perindustrian dan
53
Perdagangan di daerah tersebut dalam melakukan pengembangan koperasi sudah
cukup optimal. Dari penelitian ini juga terdapat beberapa faktor penghambat dan
pendukung pengembangan koperasi, faktor pendukung tersebut adalah dukungan
pemerintah daerah, adanya kendaraan dinas, keaktifan pengurus dan anggota
koperasi serta komitmen pimpinan, dan adanya kerjasama (usaha) kemitraan.
Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnya jumlah SDM pada bidang
koperasi di dinasnya, partisipasi anggota kurang, kurangnya modal dan sarana
prasarana koperasi.
Persamaan penelitian ini dengan penulis, yaitu penulis melakukan
penelitian dengan objek utama yang sama yaitu strategi pemerintah untuk
koperasi. Dengan melihat objek yang sama maka peneliti dapat menjadi lebih
memahami bagaimana strategi pemerintah untuk koperasi. Perbedaan penelitian
ini dengan penulis adalah fokus yang dipilih penelitian terdahulu yaitu Analisis
Strategi Pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan
dalam Pengembangan Koperasi, tetapi penelitian yang penulis lakukan saat ini
berfokus pada Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam
Pembinaan Koperasi. Selain itu metode yang digunakan juga berbeda, jika
penelitian terdahulu meneliti menggunakan metode kuantitatif sedangkan
penelitian yang penulis lakukan dengan kualitatif dan selain itu lokus yang
diambil juga berbeda jika penelitian terdahulu di Kabupaten Serang sedangakan
penulis melakukan penelitian di Kota Serang.
Rujukan penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ali
Nazmudin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada tahun
54
2015 dengan judul Peran Pemerintah Desa terhadap Upaya Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Melalui Koperasi Tunas Cipetung Kecamatan Karangampel
Kabupaten Indramayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari
pemerintah desa terhadap upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
koperasi. Dari penelitian ini diketahui bahwa pemerintah pemerintah desa ikut
berperan dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui koperasi tunas
cipetung. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah desa tidak lagi
menunjukkan perannya terhadap koperasi. Hal ini terjadi setelah pergantian
pemerintahan. Selain itu terdapat faktor lain yang menyebabkan hilangnya peran
pemerintah desa terhadap koperasi. Faktor tersebut adalah adanya patologi
(penyakit) yang muncul dalam birokrasi seperti kurangnya rasa tanggung jawab
pemerintah dan juga adanya miskomunikasi antara pemerintah desa dan koperasi.
Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu objek permasalahan yaitu
tentang koperasi dan menggunakan metode yang sama yaitu kualitatif . Tetapi
terdapat banyak perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang penulis
lakukan yaitu fokus penelitiannya berbeda jika penelitian terdahulu melihat
bagaiamana peran pemerintah desa dalam pengembangan koperasi, sedangkan
penelitian yang dilakukan penulis yaitu strategi dinas perdagangan perindustrian
dan koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi. Lokusnya pun berbeda yaitu
antara di Kabupaten Indramayu dengan di Kota Serang.
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Syelli
Pritamisuhaedi, Universitas Sumatera Utara, tahun 2013 dengan judul Analisis
Strategi Pengembangan Koperasi Syariah di Kota Medan. Dari penelitian tersebut
55
diketahui bahwa perkoperasian syariah di Kota Medan mulai menunjukkan
perkembangan yang berarti, hanya saja perkembangannya masih lamban dan
masih banyak yang harus dilakukan agar strategi pengembangan koperasi syariah
di Indonesia terutama di Kota Medan berjalan sesuai prinsip dan tujuannya.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
pengembangan koperasi syariah di Kota Medan dan untuk menganalisis strategi
pengembangan koperasi syariah di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan
Analytical Hierarchy Process (AHP), EFAS-IFAS dan SWOT. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kerjasama antara pengurus, pengawas, dan pengelola
dapat membantu peningkatan ekonomi masyarakat sekitar, promosi yang berjalan
baik, lokasi yang strategis, dan sesuai dengan syariat islam.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah
sama sama membahas tentang strategi nya selain itu metode yang digunakan juga
penelitian deskriptif kualitatif, dan teori yang digunakan juga memakai analisis
SWOT. Tetapi perbedaannya adalah jika penelitian terdahulu ini fokusnya adalah
kepada koperasi syariah sedangkan yang penulis lakukan koperasi secara umum,
selain itu lokus nya berbeda antara Kota Medan dan Kota Serang.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:60), kerangka berfikir adalah sintesa tentang
hubungan antar-variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Dan berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang
56
hubungan antar-variabel yang diteliti. Sementara Uma Sekaran dalam Sugiyono
(2012:65) mengemukakan bahwa “Kerangka berfikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.
Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti memperoleh data dan
informasi melalui pengamatan dan observasi langsung ke lapangan serta
melakukan wawancara kepada pihak yang bersangkutan dengan Pembinaan
Koperasi di Kota Serang. Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan
dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang maka peneliti
menggunakan teknik Analisis SWOT. Adapun Teknik Analisis SWOT adalah
suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-
langkah strategi dalam mengoptimalkan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam
analisis faktor internal akan menentukan aspek-aspek yang menjadi kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal akan
menentukan aspek-aspek yang menjadi peluang (opportunities) dan ancaman
(threaths) dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif
strategi yang dapat dijalankan dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota
Serang sehingga koperasi di Kota Serang dapat menjadi lebih berkembang,
kesejahteraan anggotanya menjadi lebih baik dan secara keseluruhan membawa
dampak baik untuk pembinaan koperasi. Berikut ini adalah kerangka berfikir yang
peneliti gunakan dalam penelitian:
57
Gambar 2.3
Proses Kerangka Berfikir
(Sumber: Hasil Analisis Konsep Peneliti, 2016)
Input:
1. Masih banyaknya koperasi resmi di Kota Serang yang tidak aktif. 2. Kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kepada koperasi di Kota Serang. 3. Kurangnya pemberian bantuan modal koperasi. 4. Masih adanya manajemen koperasi yang dikelola secara sederhana. 5. Kurangnya partisipasi masyarakat untuk berkoperasi.
Proses :
Analisis SWOT : a. Strengths (Kekuatan) b. Weakness (Kelemahan) c. Opportunities (Peluang) d. Threats ( Ancaman )
(David, (2010:327))
Output :
Strategi yang tepat dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang.
Outcome :
Koperasi di Kota Serang menjadi lebih berkembang sehingga dapat mensejahterakan anggota.
58
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian
pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan
hasil observasi awal dan kerangka berfikir yang telah dipaparkan terhadap fokus
penelitian, maka peneliti berasumsi bahwa penelitian tentang Strategi Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota
Serang masih belum optimal. Hal ini terlihat berdasarkan dengan masih adanya
permasalahan-permasalahan dalam melakukan pembinaan kepada koperasi baik
dari faktor internal maupun dari faktor eksternalnya.
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang, peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif. Menurut Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia dalam kawasannya maupun peristilahannya. Menurut Bogdadan Taylor
dalam Moleong (2006:4) jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian
atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data yang
dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
dapat diamati.
Moleong (2006:6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain
secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif karena peneliti
bermaksud untuk mendeskripsikan hal-hal terkait Strategi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang, guna
60
memahami fenomena apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan menggunakan metode ilmiah berupa wawancara,
studi dokumentasi dan observasi.
3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian
Ruang lingkup/fokus penelitian merupakan bagian yang membatasi dan
menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Ruang
lingkup digunakan sebagai batasan penelitian agar dapat fokus pada fokus
penelitian yang akan dijalankan. Jadi dapat memudahkan peneliti untuk lebih
fokus dengan penelitian yang akan dijalankan, yaitu mengenai “ Strategi Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota
Serang”.
Pembatasan ruang lingkup penelitian didasarkan pada permasalahan yang
dibahas pada latar belakang masalah yang dijelaskan secara terperinci dan ringkas
ke dalam identifikasi masalah. Jadi ruang lingkup penelitian ini adalah
menjabarkan mengenai bagaimana Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang secara lebih mendalam lagi.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang. Penentuan lokasi ini dengan alasan bahwa yang menangani urusan
pembinaan koperasi ialah Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi.
61
3.4 Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep
yang jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran
antara penulis dan pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Strategi
David (2010:19) mendefinisikan strategi merupakan sarana bersama
dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi
potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan
sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi
mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan biasanya
lima tahun ke depan, dan karenanya berorientasi ke masa yang akan
datang. Strategi mempunyai konsekuensi yang multifungsi dan
multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan
internal yang dihadapi perusahaan atau organisasi.
2. Pembinaan Koperasi
Pembinaan Koperasi menurut Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 1992 adalah upaya yang dilakukan pemerintah untuk
menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong
pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi melalui pemberian
bimbingan, kemudahan, dan perlindungan koperasi.
62
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel
penelitian dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Dalam
penelitian Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam
Pembinaan Koperasi di Kota Serang peneliti menggunakan pendekatan
Analisis SWOT dimana analisis SWOT ini merupakan suatu cara
menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah
strategi dalam pengoptimalan usaha. Adapun dimensi dan indikatornya
yang digunakan adalah sebagai berikut:
63
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Dimensi Indikator Pernyataan
Strategi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi dalam
Pembinaan Koperasi di Kota
Serang
Strengths
Kekuatan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi
Manfaat pembinaan koperasi bagi koperasi di Kota Serang
Lingkungan kerja yang tercipta di Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi Kualitas sumber daya Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Anggaran pembinaan koperasi di Kota Serang
Weakness
Kelemahan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi
Budaya organisasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kualitas sumber daya Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Anggaran pembinaan koperasi di Kota Serang
Opportunity
Peluang yang dimiliki dengan dilakukannya pembinaan koperasi Peluang apa yang bisa didapatkan/
dimanfaatkan dari keberhasilan pembinaan koperasi
Threats Ancaman Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dalam
melakukan pembinaan koperasi Cara Dinas Perdagangan
Perindustrian Koperasi dalam menghadapi ancaman dari swasta
Ancaman yang dialami koperasi (Sumber: Peneliti 2016)
64
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrument
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Validasi dilakukan oleh
peneliti itu sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap
metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2011:222).
Jenis data yang dikumpulkan berupa jenis data primer dan sekunder.
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2006:157) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini
jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto
dan statistik. Adapun alat-alat bantu yang dipakai peneliti dalam mengumpulkan
data adalah alat perekam (handphone), pedoman wawancara, buku catatan,
kamera digital atau handphone yang digunakan untuk membantu peneliti
mengumpulkan data di tempat penelitian.
65
3.6 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel sumber data berkaitan
dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian. Menurut Bungin
(2009:76-77) menjelaskan objek dan informan penelitian kualitatif adalah
menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang
menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik
penelitian, tetapi secara konkrit menggambarkan dalam rumusan masalah
penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami
informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami
objek penelitiannya.
Pada penelitian ini, penentuan informan dibagi menjadi dua yaitu key
informan dan secondary informan. Key informan sebagai informan utama yang
lebih mengetahui situasi fokus penelitian, sedangkan secondary informan sebagai
informan penunjang dalam memberikan penambahan informasi. Dalam penelitian
ini pemilihan informannya menggunakan teknik purposive dan snowball. Menurut
Sugiyono (2011:218-219) purposive adalah teknik pengambilan sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial
yang diteliti. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
66
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No Informan Status Informan
I
Instansi:
a. Kepala Bidang Koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Secondary Informan
b. Kepala Seksi Bina Koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Key Informan
c. Kepala Seksi Fasilitasi dan Kemitraan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Secondary Informan
d. Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Secondary Informan
e. Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan dari Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah Provinsi Banten
Secondary Informan
II Koperasi :
a. Pengurus Koperasi di Kota Serang
Key Informan
III Stakeholder:
a. Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang
Secondary Informan
b. Tokoh Pengamat/ Pemerhati Koperasi Kota Serang Secondary Informan
(Sumber: Peneliti 2016)
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara
mengumpulkan data primer dan sekunder yang berkaitan dengan masalah
penelitian yang akan dibahas. Sumber data yang diperlukan dalam
penelitian ini meliputi:
67
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2006:186).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil
(Sugiyono, 2011:137).
Dalam penelitian kualitatif,wawancara dilakukan secara mendalam.
Ada dua jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2011:138-140). Adapun
pedoman wawancara sebagai acuan dalam wawancara sebagai berikut :
68
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
No Indikator Kisi-kisi Pertanyaan Informan
1.
Strengths
Kekuatan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
2. Pengamat Koperasi 3. Koperasi
Manfaat pembinaan koperasi bagi koperasi di Kota Serang
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang 2. Pengamat Koperasi 3. Koperasi
Lingkungan kerja yang tercipta di Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang 2. Pengamat Koperasi Kota Serang
Kualitas sumber daya Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
2. Pengamat Koperasi Kota Serang
Anggaran pembinaan koperasi di Kota Serang
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Kopersi Kota Serang
2. Pengamat Koperasi Kota Serang
2.
Weakness
Kelemahan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang 2. Pengamat Koperasi 3. Koperasi
Budaya organisasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Kualitas sumber daya Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
2. Pengamat Koperasi Anggaran pembinaan koperasi di Kota Serang
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
2. Pengamat Koperasi KotaSerang
69
3.
Opportunity
Peluang yang dimiliki dengan dilakukannya pembinaan koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang 2. Pengamat Koperasi 3. Koperasi
Peluang apa yang bisa didapatkan/ dimanfaatkan dari keberhasilan pembinaan koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang 2. Pengamat Koperasi 3. Koperasi
Peluang bagi keberhasilan koperasi yang berkembang
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang 2. Pengamat Koperasi 3. Koperasi
4. Threats Ancaman Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang 2. Pengamat Koperasi 3. Koperasi
Cara Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dalam menghadapi ancaman dari swasta
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
2. Pengamat Koperasi Ancaman yang dialami koperasi jika koperasinya tidak berkembang
1. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang 2. Pengamat Koperasi 3. Koperasi
(Sumber: Peneliti,2016)
70
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara secara
terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan
dalam melakukan wawancara dengan informan. Jadi bahan untuk
melakukan wawancara dengan informan sudah jelas dan tersusun secara
sistematis di dalam pedoman wawancara yang akan dijadikan acuan bagi
peneliti untuk wawancara.
2. Observasi
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:94) menyatakan bahwa,
observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti
melihat mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung
pada kemampuan observer. Apabila orang yang akan melakukan observasi
subjektivitasnya tinggi, hal ini akurasi data sangat terganggu, sehingga
harus diadakan lebih dari satu orang yang melakukan observasi dalam satu
fenomena.
Menurut Sugiyono (2011:145) observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi
dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar. Dari segi pelaksaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non
71
participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang
digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur
dan tidak terstruktur.
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif
pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti apa yang dikemukakan
oleh Guba dan Lincoln dalan Moleong (2006:216-217), yaitu :
1. Teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung. 2. Memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenernya.
3. Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
4. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang didapatnya ada yang bias. 5. Memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang
kompleks sekaligus. 6. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data sekunder
yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Studi dokumentasi adalah setiap
bahan tertulis ataupun film, gambar, dan foto-foto yang dipersiapkan
karena adanya permintaan seorang peneliti. Selanjutnya studi dokumentasi
dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan
tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi bahan objek
penelitian. Baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan
72
hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman)
(Fuad dan Nugroho, 2012:89).
3.6.2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah data primer
dan data sekunder. Sumber data primer adalah data-data yang diperoleh
langsung dari lapangan dan masih bersifat data mentah. Sumber data
sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari studi kepustakaan
dan studi dokumentasi. Adapun alat pendukung lainnya yang digunakan
peneliti dalam melakukan penelitian ini berupa alat perekam, kamera, dan
catatan lapangan.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen dalam
Sugiyono (2012:88) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
data, mengorganisasikan data, memilih-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode model
Miles dan Hubermen yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan
tiga kegiatan penting diantaranya data reduction (reduksi data), data
display (penyajian data), verification (verifikasi). Seperti pada gambar
dibawah ini:
73
Gambar 3.1
Proses Analisis Data
(Sumber : Sugiyono, 2012:247)
Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa proses penelitian ini
dilakukan secara berulang terus menerus dan saling berkaitan satu sama
lain, baik dari sebelum saat dilapangan hingga selesainya penelitian.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan
melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal
yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh
informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti dilapangan,
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan
74
maka jumlah data yang akan didapat juga semakin banyak, kompleks
dan rumit, untuk itu perlu direduksi data. Reduksi data memiliki makna
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, lalu dicari teman dan polanya. Reduksi data berlangsung
selama proses pengambilan data itu berlangsung, pada tahap ini juga
akan berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi
(bagian-bagian) proses transformasi ini berlanjut terus sampai laporan
akhir penelitian tersusun lengkap.
3. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, langkah yang dilakukan peneliti adalah
melakukan penyajian data. Penyajian data dapat diartikan sebagai
sekumpulan informasi yang tersusun, yang kemungkinan memberi
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan
antar kategori. Penyajian data juga bertujuan agar peneliti dapat
memahami apa yang terjadi dalam merencanakan tindakan selanjutnya
yang akan dilakukan.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Langkah terakhir dalam pengumpulan data adalah verifikasi. Dari awal
pendataan peneliti mencari hubungan-hubungan yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada, melakukan pencatatan hingga menarik
kesimpulan. Kesimpulan masih bersifat sementara dan akan selalu
mengalami perubahan selama proses pengumpulan data masih
75
berlangsung, akan tetapi bila kesimpulan yang dibuat didukung dengan
data yang valid dan konsisten yang ditemukan kembali oleh peneliti
dilapangan, maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang
kredibel.
3.7.2 Uji Keabsahan Data
Adapun uji keabsahan data bahwa setiap keadaan harus memenuhi
3 hal, yaitu (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan
dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan
luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan
dari temuan dan keputusan-keputusannya (Moleong, 2006:320). Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan teknik
triangulasi dan pengecekan anggota (member check).
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2006:330). Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 jenis
teknik triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi sumber, yaitu triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2011:273)
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menggunakan 2 jenis
pendekatan triangulasi yaitu triangulasi sumber dimana peneliti akan
mendapatkan data dari sudut pandang Dinas Perdagangan Perindustrian
76
dan Koperasi, Pengamat Koperasi, Koperasi, Petugas Penyuluh Koperasi
Lapangan (PPKL). Selain itu, peneliti menggunakan triangulasi teknik
dimana peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi untuk memperoleh data dimana teknik-teknik itu untuk
mengetahui apakah terjadi perbedaan atau tidak. Peneliti juga
menggunakan member check dalam menguji keabsahan data yang
didapatkan dari informan. Peneliti melakukan pengecekan kembali data-
data yang telah diperoleh dari informan penelitian dan bertujuan
memvalidasi data dengan yang telah diberikan informan penelitian,
sehingga data menjadi valid dan dapat dipercaya.
3.8 Jadwal dan Lokasi Penelitian
Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan berapa lama akan
dilakukan proses penelitian (Sugiyono, 2011:286). Berikut ini merupakan jadwal
penelitian Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam
Pembinaan Koperasi di Kota Serang.
77
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
2015 2016
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
1 Pengumuman Judul
2 Observasi Awal
3 Penyusunan Proposal
4
Bimbingan dan Perbaikan Proposal
5 Seminar Proposal
6 Revisi Proposal
7
Proses Pengumpulan Data di Lapangan
8 Reduksi Data
9
Penyajian Data dan Penyusunan Laporan Penelitian
10 Sidang Skripsi
(Sumber: Peneliti 2016)
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Deskripsi obyek penelitian ini akan menjelaskan tentang obyek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum
Kota Serang dan gambaran umum Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang dan sektor lainnya dalam pembinaan koperasi di Kota Serang. Hal
tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Serang
Kota Serang adalah wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten
Serang Provinsi Banten. Sebagai Ibukota Provinsi Banten, kehadirannya
adalah sebuah konsekuensi logis dari keberadaan Provinsi Banten. Kota
Serang merupakan daerah otonom yang terbentuk pada 2 November 2007
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang pembentukan
Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang disahkan pada 17 Juli
2007 kemudian dimasukkan dalam Lembaran Negara Nomor 98 Tahun
2007 dan tambahan Lembaran Negara Nomor 4748, tertanggal 10 Agustus
2007. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Serang pertimbangan pembentukan Kota Serang
dilakukan dengan tujuan bahwa perlunya peningkatan penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik guna
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
79
Kota Serang secara geografis terletak diantara 50 99’- 60 22’
Lintang Selatan dan 1060 07’ – 1060 25’ Bujur Timur. Kota Serang
memiliki luas wilayah 266,77 km2 dengan jumlah penduduk sekitar
613.774 jiwa pada tahun 2014. Adapun batas wilayah Kota Serang adalah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Banten;
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang,
Kecamatan Ciruas, Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang;
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikeusal,
Kecamatan Petir, Kecamatan Baros Kabupaten Serang; dan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pabuaran,
Kecamatan Waringin Kurung, Kecamatan Kramat Watu
Kabupaten Serang.
Kota Serang memiliki 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan
Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Curug,
Kecamatan Cipocok Jaya, dan Kecamatan Taktakan. Dari 6 (enam)
kecamatan tersebut terdiri dari 20 Kelurahan dan 46 Desa. Data luas
wilayah Kota Serang per kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
berikut:
80
Tabel 4.1.
Luas Wilayah Pembagian Administrasi Kota Serang
No Kecamatan Kel/Desa Luas (Km2) Persentase
(%)
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
(per km2)
1 Serang 12 25,88 9,70 207.065 8.001 2 Cipocok
Jaya 8 31,54 11,82 80.862 2.564
3 Taktakan 12 49,60 18,59 78.384 1.631 4 Kasemen 10 63,36 23,75 87.794 1.386 5 Curug 10 48,48 18,18 47.175 951 6 Walantaka 14 47,88 17,95 75.681 4.561
Jumlah 66 266,74 100 576.961 2.163
(Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Serang 2010)
4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Serang
Visi Kota Serang
”Terwujudnya Kota Serang Madani sebagai Kota
Pendidikan yang Bertumpu pada Potensi Perdagangan,
Jasa, Pertanian dan Budaya.”
Misi Kota Serang
1. Pembangunan dan Peningkatan Infrastruktur;
2. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan;
3. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Kesehatan;
4. Peningkatan Ekonomi Kerakyatan serta Optimalisasi
Potensi Pertanian dan Kelautan;
5. Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan, Hukum, dan
Peningkatan Penghayatan terhadap Nilai Agama.
81
4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Serang
Kondisi demografi Kota Serang ditunjukkan dari jumlah
penduduk Kota Serang yang setiap tahun mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Serang, pada tahun 2015 jumlah penduduk Kota Serang berjumlah
643.205 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar
2.411 jiwa/km2. Jumlah penduduk tersebut mengalami peningkatan
sebanyak 2.943 jiwa dari tahun 2014 yang berjumlah 613.774 jiwa
atau Laju Pertambahan Penduduk (LPP) Tahun 2015 sebesar
1.90%. Adapun rata-rata LPP Kota Serang Tahun 2010-2015
sebesar 2.15 % per tahun. Sementara itu, sebaran penduduk Kota
Serang per kecamatan terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk (jiwa) dan Kepadatan (jiwa/km
2) Penduduk
Kota Serang
Tahun 2012- 2015
No Kecamatan
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Jumlah Kepadat
an Jumlah
Kepadat
an Jumlah
Kepadat
an Jumlah
Kepadat
an
1 Curug 44.837 904 46.462 937 50.067 1.009 50.112 1.010
2 Walantaka 72.626 1.498 75.930 1.566 79.125 1.632 87.697 1.809
3 Cipocok Jaya 74.991 2.378 79.195 2.511 81.976 2.599 101.268 3.211
4 Serang 212.848 8.224 222.149 8.584 229.896 8.883 222.448 8.595
5 Taktakan 75.766 1.582 79.248 1.655 81.694 1.706 87.618 1.830
6 Kasemen 81.494 1.286 86.597 1.367 91.016 1.436 94.062 1.485
Kota Serang 562.562 2.109 589.581 2.210 613.774 2.301 643.205 2.411
(Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Serang, 2015)
Dilihat dari komposisinya, proporsi penduduk Kota Serang lebih
banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Komposisi
82
jenis kelamin penduduk Kota Serang dari tahun 2012 sampai
dengan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Kota Serang Menurut Jenis Kelamin Tahun
2012-2015
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
2012 290.881 271.681 562.562 1.07
2013 305.119 284.462 589.581 1.07
2014 343.058 320.448 613.774 1.07
2015 329.806 313.399 643.205 1.05 (Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Serang, 2015)
Komposisi penduduk Kota Serang menurut kelompok umur tersaji
pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Kota Serang Menurut Kelompok Umur
Tahun 2015
No Struktur Umur (Tahun) Jumlah
(jiwa) Persen
1 0 – 4 69.625 10,82 2 5 – 9 66.425 10,33 3 10 – 14 62.108 9,66 4 15 – 19 61.785 9,61 5 20 – 24 59.346 9,23 6 25 – 29 55.645 8,66 7 30 – 34 55.442 8,62 8 35 – 39 52.792 8,21 9 40 – 44 46.096 7,17 10 45 – 49 37.068 5,77 11 50 – 54 28.052 4,37 12 55 – 59 20.094 3,13 13 60 – 64 12.399 1,93 14 65 + 16.328 2,54
Jumlah 643.205 100,00
(Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Serang, 2015)
83
Jika dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Tahun
2014, sekitar 18,8 % penduduk Kota Serang menamatkan
pendidikan menengah atas (SMA/SMK/Sederajat) sedangkan yang
menamatkan pendidikan sampai perguruan tinggi sebanyak 5,5 %.
Sementara itu, terdapat penduduk yang tidak/belum memiliki
ijazah SD/MI/Sederajat (termasuk didalamnya yang masih duduk
di bangku SD/MI/Sederajat) sebanyak 30,3 %. Selengkapnya
gambaran sebaran penduduk menurut tingkat pendidikan yang
ditamatkan di Kota Serang pada Tahun 2014 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Di Kota Serang Tahun 2014
No. Tingkat Pendidikan Persentase
1 Tidak /Belum Tamat SD/MI/Sederajat 30,3
2 Tamat SD/MI/Sederajat 32,7 3 Tamat SMP/Sederajat 12,7 4 SMA/SMK/Sederajat 18,8 5 Universitas 5,5
Jumlah 100 (Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Serang, 2014)
Bila dilihat dari keragaman agama yang dianut penduduknya, Kota
Serang telah mencerminkan sebagai kota yang tumbuh sebagai
kota yang heterogen. Hal ini tampak dari komposisi penduduk
menurut agama dan kepercayaan sebagaimana dijelaskan pada
tabel berikut:
84
Tabel 4.6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah %
1 Islam 610.346 97,72 2 Kristen Protestan 6.768 1,15 3 Kristen Katholik 3.223 0,58 4 Hindu 280 0,05 5 Budha 2.806 0,50 6 Kepercayaan 6 0,0007
(Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2015)
4.1.2 Deskripsi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang
Salah satu pola yang sesuai dengan pembangunan yang
berorientasi kepada rakyat adalah dengan sistem ekonomi kerakyatan,
yaitu sistem ekonomi yang berorientasi pada peningkatan partisipasi
produktif masyarakat dalam penyelenggaraan ekonomi. Kegiatan yang
sesuai dengan kondisi masyarakat pada umumnya dan melibatkan
masyarakat adalah koperasi, pasar, usaha mikro, usaha kecil dan
menengah melalui berbagai sektor usaha antara lain sektor perindustrian,
perdagangan dan koperasi. Pihak yang berperan dalam pengembangan
industri, perdagangan, koperasi, usaha kecil dan menengah dalam
pembangunan ekonomi di Kota Serang adalah Dinas Perdagangan,
Perindustrian dan Koperasi sebagai salah satu satuan kerja di lingkungan
pemerintah Kota Serang yang memiliki tugas pokok melaksanakan
kewenangan dekonsentrasi di bidang perdagangan, perindustrian, koperasi
dan usaha kecil dan menengah serta tugas lainnya yang diberikan oleh
85
Walikota. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi yang dikepalai
seorang Kepala Dinas yang bertanggungjawab kepada walikota dan
pelaksana kebijakan pemerintah Kota Serang dibidang, perindustrian,
koperasi dan usaha kecil dan menengah.
4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang
Visi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
“Terwujudnya Pelaku Usaha yang Berdaya Saing, Modern,
Maju, Mandiri, dan Tangguh, sebagai Motor Penggerak
Perekonomian Daerah dalam Membangun Kota Serang
Madani”.
Misi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi menetapkan misi
sebagai pernyataan komprehenshif pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi serta sasaran dan tujuan yang hendak
dicapai. Misi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan Pengembangan Industri Kecil Menengah
yang Potensial Bagi Penciptaan Iklim Usaha dan
Investasi.
2. Melaksanakan Pengendalian Aktivitas Perdagangan
Barang dan Jasa yang Kondusif.
86
3. Mengembangkan Kapasitas, Kualitas, dan Kemitraan
Koperasi dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan
Sosial.
4. Mengembangkan Kapasitas dan Kualitas Usaha Kecil
Menengah dalam mengoptimalkan Sumber Daya Alam
dan Sosial.
4.1.2.2 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas
Perdagangan Perindustrian Koperasi Kota Serang.
a. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang perdagangan,
perindustrian, koperasi, dan usaha kecil dan menengah. Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi mempunyai tugas
melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang perdagangan,
perindustrian, koperasi, dan usaha kecil dan menengah berdasarkan
azas otonomi dan tugas pembantuan yang diserahkan kepada
Pemerintah Daerah.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Dinas Perdagangan,
Perindustrian, dan Koperasi mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perdagangan,
perindustrian dan koperasi;
b. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perdagangan,
perindustrian dan koperasi;
87
c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun dalam penyelenggaraan pembinaan koperasi, Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang memberikan
tugasnya kepada Seksi Bina Koperasi di bawah koordinasi Bidang
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dengan tugas pokok yaitu
merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis bidang
pembinaan koperasi, pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) serta fasilitasi dan kemitraan. Sedangkan untuk
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Bidang
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mempunyai fungsi sebagai
berikut:
1. Penyusunan rencana kegiatan bidang pembinaan koperasi, pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
serta fasilitasi dan kemitraan; 2. Perumusan kebijakan teknis bidang pembinaan koperasi,
pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta fasilitasi dan kemitraan;
3. Penyelenggaraan kegiatan bidang pembinaan koperasi, pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta fasilitasi dan kemitraan; 4. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi bidang pembinaan koperasi, pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta fasilitasi dan kemitraan; 5. Pengawasan, Evaluasi dan Pelaporan pelaksanaan kegiatan bidang pembinaan koperasi, pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta fasilitasi dan kemitraan; 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya;
88
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintahan
Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kota bahwa Pemerintah
Kota diberi kewenangan untuk Urusan Bidang Bidang
Perdagangan, Perindustrian, Bidang Koperasi dan UKM.
Sedangkan Kewenangan Bidang Koperasi dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Pengesahan dan Pengumuman Akta Pendirian Koperasi di tingkat Kota Serang; 2. Pengesahan perubahan AD (Anggaran Dasar) yang menyangkut penggabungan, pembagian dan perubahan Bidang Usaha Koperasi;
3. Pembubaran Koperasi di tingkat Kota sesuai dengan pedoman Pemerintah; 4. Pembinaan dan pengawasan koperasi, di Wilayah Kota Serang;
5. Koordinasi perumusan kebijakan di Bidang Perkoperasian di Kota Serang; 6. Menciptakan Usaha Simpan Pinjam yang sehat di Kota Serang sesuai dengan pedoman Pemerintah 7. Membimbing dan menyuluh koperasi dalam membuat Laporan Tahunan, Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi KSP dan USP di Wilayah Kota Serang sesuai dengan Pedoman /Tatacara yang disusun oleh Pemerintah; 8. Memberikan bimbingan dan petunjuk dalam meningkatkan kualitas KSP dan USP dari aspek permodalan, Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan; 9. Memberikan pertimbangan kepada Pengurus KSP dan USP yang mengarah kepada kepailitan yang tidak dapat dihindarkan, sebelum diajukan kepada Instansi yang berwenang sesuai dengan pedoman Pemerintah;
10. Melaksanakan aturan dan tatacara penjatuhan/pemberian sanksi administratif kepada KSP atau USP yang tidak melaksanakan kewajibannya dan tidak mempunyai izin kegiatan simpan pinjam;
89
11. Membimbing dan menyuluh kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan simpan pinjam, berdasarkan pedoman Pemerintah guna meningkatkan perkembangan usaha koperasi; 12. Menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi dengan cara :
a. Memberikan kesempatan usaha yang seluas-luasnya kepada koperasi;
b. Meningkatkan dan menetapkan kemampuan koperasi agar menjadi koperasi yang sehat, tangguh dan mandiri;
c. Mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara koperasi dengan badan usaha lainnya;
d. Membudayakan dan memasyarakatkan koperasi pada tingkat Kota;
13. Memberikan bimbingan dan kemudahan koperasi di tingkat Kota dengan cara :
a. Membimbing usaha koperasi sesuai dengan kepentingan ekonomi anggota;
b. Mendorong, mengembangkan dan membantu pelaksanaan pendirian, pelatihan penyuluhan dan penelitian perkoperasian;
c. Memberi kemudahan untuk memperkokoh permodalan koperasi serta mengembangkan Lembaga Keuangan Koperasi;
d. Membantu pengembangan jaringan usaha koperasi dan kerjasama yang saling menguntungkan antar koperasi;
e. Memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh koperasi dengan tetap memperhatikan anggaran dasar dan prinsip koperasi;
14. Memberikan perlindungan kepada koperasi, dengan : a. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh
diusahakan koperasi; b. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah
yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya;
15. Menetapkan Peraturan dan Kebijakan dalam rangka penumbuhan iklim usaha bagi UK di tingkat kota meliputi 7 (tujuh) aspek yaitu:
90
a. Aspek pendanaan, dalam hal : Memperluas sumber pendanaan dengan memperbanyak
jenis dan meningkatkan alokasi sumber pendanaan; Meningkatkan akses sumber pendanaan, dengan
penyederhanaan tata cara perolehan dana; Memberikan kemudahan yakni keringanan persyaratan
dalam pendanaan; b. Aspek persaingan dengan cara : Meningkatkan kerjasama bagi UK, dalam bentuk
koperasi, asosiasi, dan himpunan kelompok usaha untuk memperkuat posisi tawar UK dalam melakukan transaksi bisnis dengan UM, Usaha Besar, pihak lain agar adanya kesepadanan dan meningkatkan skala ekonomi usaha;
Mencegah pembentukan struktur pasar yang menimbulkan persaingan yang tidak wajar, seperti monopoli, oligopoli dan monopsoni;
Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh perorangan atau kelompok;
c. Aspek Prasarana, dengan cara : Mengadakan prasarana umum yang mendorong
petumbuhan UK, dengan tersedianya prasarana yang memadai seperti transportasi, telekomunikasi, listrik, lokasi usaha, tempat berusaha dan air;
Memberikan keringanan tarif bagi UK, dengan pembedaan perlakuan tarif secara langsung maupun tidak langsung;
d. Aspek Informasi, dengan cara : Membentuk dan memanfaatkan berbagai pusat bisnis,
dan sistem infomasi bisnis yang dimiliki pemerintah atau swasta;
Mengadakan dan menyebarkan informasi mengenai pasar, teknologi, desain dan mutu diseluruh tanah air agar UK dapat mengikuti perkembangan pasar baik dalam maupun luar negeri;
e. Aspek Kemitraan, dengan cara : Mewujudkan kemitraan dengan UM dan Usaha Besar
berupa stimulan tanpa paksaan sehingga terlaksananya alih tehnologi, manajemen dan kesempatan berusaha
91
Mencegah terjadinya hal yang merugikan UK dalam pelaksanaan transaksi usaha antara lain akibat penundaan pembayaran serta pengalihan resiko yang tidak adil dalam konsinyasi;
f. Aspek Perizinan, dengan cara : Menyederhanakan tatacara dan jenis perizinan, dengan
mengupayakan pelayanan satu atap, secara bertahap; Memberikan kemudahan persyaratan untuk
memperoleh perizinaan dengan keringanan biaya; g. Aspek Perlindungan dengan cara : Menentukan tempat usaha bagi UK, yang meliputi
pemberian lokasi pasar, ruang pertokoan, sentra industri dan lokasi yang wajar bagi kaki lima serta lokasi lainnya;
Mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya serta mempunyai nilai seni yg bersifat khusus dan turun temurun;
Mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan UK melalui pengadaan secara langsung;
Mengatur pengadaan barang atau jasa pemborongan pekerjaan yang dibiayai dari APBN , APBD dan BUMN, serta BUMD;
Memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan; 16. Melakukan pembinaan dan pengembangan UK ditingkat kota, yang meliputi :
a. Bidang produksi dan pengolahan, dengan cara : Meningkatkan kemampuan manajemen, tehnik produksi
dan pengolahan serta kemampuan rancang bangun dan perekayasaan;
Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi, pengolahan bahan baku, serta kemasan;
b. Bidang pemasaran, dengan cara : Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran
bagi UK; Meningkatkan kemampuan manajemen dan tehnik
pemasaran;
92
Menyediakan sarana serta dukungan promosi dan uji coba;
Mengembangkan lembaga pemasaran dan jaringan distribusi serta memasarkan produk UK;
c. Bidang sumber daya manusia, dengan cara : Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan; Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan
pelatihan dan konsultan UK; Menyediakan tenaga penyuluh dan konsultan UK;
d. Bidang teknologi, dengan cara : Meningkatkan kemampuan teknologi dan pengendalian
mutu produksi, penelitian pengembangan desain dan tehnologi baru, kerjasama alih tehnologi dan meningkatkan kemampuan memenuhi standarisasi tehnologi;
17. Memfasilitasi akses pembiayaan bagi UK, di tingkat kota, yang meliputi :
a. Penyediaan pembiayaan, dengan cara : Kredit perbankan; Penjaminan Lembaga Keuangan bukan bank; Modal ventura; Pinjaman dari dana penyisihan sebagian laba badan
usaha milik negara/ daerah (BUMN/ BUMD); Hibah dan jenis pembiayaan lainnya;
b. Memperluas akses penyediaan pembiayaan, dengan cara : Meningkatkan kemampuan dalam pemupukan modal
sendiri, menyusun study kelayakan, manajemen keuangan;
Menumbuhkan dan mengembangkan lembaga penjaminan;
Menjamin pembiayaan bagi Usaha Kecil melalui lembaga penjaminan milik pemerintah/swasta;
18. Melakukan pengawasan terhadap upaya pemberdayaan Koperasi dan UKM, ditingkat kota;
93
b. Struktur Organisasi
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang mempunyai struktur organisasi berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Serang No. 9 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan
Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah secara hierarkis
sebagai berikut:
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris, yang terdiri dari:
1) Kasubag Umum dan Kepegawaian;
2) Kasubag Keuangan;
3) Kasubag Program, Evaluasi dan Pelaporan;
3. Kepala Bidang Perdagangan terdiri dari :
1) Kasi Perdagangan dalam dan Luar Negeri;
2) Kasi Pengelolaan Informasi dan Perlindungan Konsumen;
3) Kasi Pengelolaan dan Pengembangan Pasar;
4. Kepala Bidang Perindustrian terdiri dari:
1) Kasi Industri Logam, Mesin, Elektronik dan Tekstil;
2) Kasi Industri Argo, Aneka dan Kerajinan;
3) Kasi Industri Kimia dan Hasil Hutan;
5. Kepala Bidang Koperasi terdiri dari :
1) Kasi Bina Koperasi;
2) Kasi Bina UMKM;
3) Kasi Fasilitasi dan Kemitraan;
94
KASUB BAG
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Perdagangan Perindusrian dan Koperasi
Kota Serang
( Sumber : Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, 2016)
SEKRETARIS
KASUB BAG
KEUANGAN
SEKSI PERDAGANGAN
DALAM DAN LUAR NEGERI
SEKSI INDUSTRI AGRO, ANEKA
DAN KERAJINAN
SEKSI INDUSTRI KIMIA DAN HASIL
HUTAN
SEKSI PENGELOLAAN
INFORMASI DAN PERLINDUNGAN
SEKSI PEGELOLAAN
DAN PENGEMBANGAN
PASAR
SEKSI INDUSTRI LOGAM, MESIN, ELEKTRONIK, DAN TEKSTIL
KABID KOPERASI
DAN UMKM
KASUBAG TU
KEPALA PASAR BANTEN LAMA
KASUB BAG
EVALUASI &
PELAPORAN
KABID
PERDAGANGAN
KABID PERINDUSTRIAN
SEKSI BINA
UMKM
SEKSI BINA
KOPERASI
SEKSI FASILITASI
DAN KEMITRAAN
KEPALA DINAS
KEPALA UPTD PASAR
KEPALA PASAR KALODRAN
KEPALA PASAR LAMA KEPANDEAN
KEPALA PASAR RAU
95
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data
yang telah didapatkan dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil
penelitian dengan menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian
ini, penelitian mengenai strategi pembinaan koperasi di Kota Serang,
peneliti menggunakan analisis SWOT. Teori tersebut memberikan
gambaran yang berguna atas komponen-komponen penting yang harus
dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi untuk menjamin dapat
berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang efektif mencakup
hubungan konsisten yang terdiri dari faktor-faktor strategis yaitu
strengths, weakness, opportunities, threats dari sebuah organisasi.
Langkah penentuan strategi ini yaitu; pertama, peneliti menentukan
faktor-faktor yang termasuk dalam strengths, weakness, opportunities,
threats dari sebuah organisasi penyelenggara pembinaan koperasi di
Kota Serang. Kedua, peneliti mencocokkan peluang-peluang dan
ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi tertentu
dengan kekuatan dan kelemahan internalnya dalam Matriks SWOT
(dikenal juga dengan TOWS), untuk menghasilkan empat rangkaian
alternatif strategis.
Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif
berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi
96
lapangan serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Kata-kata dan
tindakan informan merupakan sumber utama penelitian. Sumber data dari
informan dicatat dengan menggunakan alat tulis dan direkam melalui
handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber data sekuder
yang didapatkan peneliti berupa dokumentasi seperti dokumen-dokumen
Rencana Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang Tahun 2014-2018, Rencana Kerja Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang Tahun 2017-2018, Profil
Koperasi di Kota Serang merupakan data mentah yang harus diolah dan
dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu
bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut
merupaka foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan
koperasi di Kota Serang.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi dilakukan reduksi data untuk
mendapatkan tema dan polanya serta diberii kode-kode pada aspek
tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan
pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam
menyusun jawaban penelitian, untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu,
yaitu:
97
a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan.
b. Kode Q1, Q2, Q3, Q4, dan seterusnya menunjukkan daftar urutan
pertanyaan.
c. Kode I menunjukkan informan.
d. Kode I1-1, I1-2, I1-3, I1-4, I1-5, menunjukkan daftar urutan informan dari
kategori instansi yaitu terdiri dari Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi Kota Serang.
e. Kode I2-1, I2-2, I2-3, I2-4, I2-5, menunjukkan daftar urutan informan
kategori pihak koperasi yang terkait pembinaan koperasi.
f. Kode I3-1, I3-2, menunjukkan daftar urutan informan kategori
Stakeholder yaitu Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang
dan Tokoh Pengamat Koperasi Kota Serang.
g. Kode P menunjukkan Peneliti.
Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, langkah
selanjutnya adalah penyajian data, dimaksudkan agar lebih
mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Data-data
tersebut kemudian dipilih-pilih dan disisikan untuk disortir menurut
kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk
ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk
kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.
Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara
sumber data degan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis
98
data telah dilakukan peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir.
Kesimpulan akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data
peneliti sudah jenuh.
4.2.2 Data Informan
Pada penelitian ini, mengenai startegi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang
adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-
orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak)
baik pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator,
pelaksana penyelenggaraan pembinaan koperasi di Kota Serang, serta
pihak lainnya yang memahami terhadap permasalahan pembinaan
koperasi di Kota Serang yang dijadikan informan dalam penelitian ini
adalah Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, Kepala Seksi Bina Koperasi
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, Kepala
Seksi Fasilitasi dan Kemitraan Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang, Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan dari
Kementerian Koperasi dan UKM, serta Petugas Penyuluh Koperasi
Lapangan dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten. Pihak luar
yang terkait dalam penelitian ini sebagain informan adalah Pengurus
maupun Anggota Koperasi di Kota Serang. Stakeholders yang menjadi
99
informan adalah Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang, dan
Tokoh Pemerhati atau Pengamat Koperasi Kota Serang. Adapun
informan-informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.7
Informan Penelitian
No.
Informan Status Informan (SI)
Jenis
Kelamin Usia
Kode
Informan
1.
Instansi Pemerintah: Samsul Ma’arif, S.Ag, M.Pd
Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Laki-laki
54
I1-1
2. Mutiara Nurul Hidayah, STP, MM
Kepala Seksi Bina Koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Perempuan 29 I1-2
3. Tondi Apriliaries Sagala, S.Sos, MM
Kepala Seksi Fasilitasi dan Kemitraan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Laki-laki 34 I1-3
4. Ari Syahrina Rahmadiani, SE
Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Perempuan 31 I1-4
5. Muhadiyah Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten
Perempuan 34 I1-5
6.
Koperasi :
Abdullah Irham
Penasehat Koperasi Niaga Asketik
Laki-laki
45
I2-1
100
7. Achmad Mulyadi Djuni Suparta
Ketua KPRI ”Mitra Teknologi Sejahtera”
Laki-laki 49 I2-2
8. Encu Suhartini Pengurus Koperasi Wanita Berkarya
Perempuan 39 I2-3
9. Dadi Masyudi, S.Pd Ketua Koperasi Tunas Mandiri
Laki-laki 30 I2-4
10. Pardianto Bendahara Koperasi Bina Usaha
Laki-laki 35 I2-5
11.
Stakeholder :
Drs. H. Hidayat
Ketua Bidang Advokasi dan Sosialisasi DEKOPINDA Kota Serang
Laki-laki
60
I3-1
12. Abdul Fatah, M.Pd Tokoh Pengamat Koperasi Kota Serang/ Akademisi
Laki-laki 35 I3-2
(Sumber: Peneliti 2016)
4.3 Temuan Lapangan
Data lapangan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang
peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang
peneliti gunakan yaitu analisis SWOT. Berdasarkan temuan lapangan yang
didapatkan oleh peneliti mengenai pembinaan koperasi, pembinaan koperasi itu
merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan dan
mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan serta
pemasyarakatan koperasi melalui pemberian bimbingan, kemudahan, dan
perlindungan kepada koperasi. Berdasarkan hal tersebut untuk menentukan
strategi yang akan dibuat dan direkomendasikan oleh peneliti, terlebih dahulu
peneliti melihat strategi yang sebelumnya telah dilakukan oleh Dinas terkait.
Dalam hal ini, maka pihak yang berwenang untuk melakukan pembinaan kepada
101
koperasi adalah pihak yang membidangi koperasi yaitu Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi.
Strategi pembinaan koperasi yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi sudah ditetapkan dalam Rencana Strategis Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Tahun 2014-2018, dan berikut ini
adalah Rencana Strategis Tahun 2014-2018 yang menjadi acuan strategi yang
dilakukan bidang koperasi untuk melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang
sebagai berikut :
Tabel 4.8
Rencana Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Tahun
2014-2018 Bidang Koperasi Kota Serang
Visi : Terwujudnya Pelaku Usaha yang Berdaya Saing, Modern, Maju, Mandiri, dan Tangguh Sebagai Motor Penggerak Perekonomian Daerah Dalam Membangun Kota Serang Madani Misi IV : Mengembangkan Kapasitas, Kualitas, dan Kemitraan Koperasi dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sosial.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan Koperasi yang Tangguh dan
Mandiri
Peningkatan Usaha Koperasi Sebagai Pelaku Ekonomi yang Mandiri dan
Terarah
Pembinaan dan Peningkatan
Terhadap Penguatan
Kelembagaan Koperasi Agar
Jumlah Koperasi Aktif Tumbuh dan
Berkembang
Mengembangkan dan
Meningkatkan Kapasitas,
Kualitas, dan Produktivitas
Koperasi Menuju Iklim
Kewirausahaan yang Sehat
(Sumber : Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, 2015)
Berdasarkan tabel 4.8 strategi yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi khususnya bidang Koperasi dalam membina
koperasi di Kota Serang adalah dengan pembinaan dan peningkatan terhadap
102
penguatan kelembagaan koperasi agar jumlah koperasi aktif tumbuh dan
berkembang. Dengan adanya strategi tersebut disusun beberapa kegiatan atau
program yang dijalankan setiap tahunnya. Dan rencana kerja bidang koperasi
Kota Serang adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9
Rencana Kerja Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang Bidang Koperasi Tahun 2014-2015
Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Target Kinerja Pada Tahun
2014 2015
Meningkatkan koperasi yang tangguh dan mandiri
Peningkatan usaha koperasi sebagai pelaku ekonomi yang mandiri dan terarah
Jumlah koperasi aktif 120 125 Jumlah anggota koperasi
10.400 10.550
Jumlah aset koperasi 2.3 M 2.4 M
Tersedianya data koperasi yang valid di Kota Serang dan adanya pembangunan sistem informasi perencanaan pembangunan perkoperasiaan
- 100 Koperasi dan 1 Dokumen Pendataan
Terselenggaranya hari ulang tahun koperasi tingkat Kota Serang dan adanya koordinasi pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan koperasi
1 Kali Kegiatan
Rangkaian Peringatan
Harkop
1 Kali Kegiatan Rangkaian
Peringatan Harkop
Terselenggaranya pembinaan pengawasan terhadap koperasi di Kota
12 Koperasi Berprestasi
20 Koperasi Berprestasi
103
Serang dan pemberian penghargaan kepada koperasi berprestasi
Adanya penerapan teknologi sederhana/manajemen modern pada jenis-jenis usaha koperasi
- 100 Koperasi
Terselenggaranya sosialisasi prinsip-prinsip pemahaman perkoperasiaan
- 100 Koperasi
Terwujudnya koperasi berbadan hukum bekerja sama dengan notaris
- -
(Sumber : Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, 2015)
Dalam melakukan pembinaan koperasi, Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi Kota Serang khususnya bidang koperasi melakukan kegiatan-
kegiatan atau program yang sudah terdapat dalam rencana kerja yang dimiliki
oleh dinas tersebut, namun jika dalam kegiatan pembinaan harus melakukan
beberapa kegiatan diluar rencana kerja tersebut tetap diperbolehkan.
Berdasarkan tabel 4.8 yang berisikan rencana kerja atau strategi yang dilakukan
pegawai di bidang koperasi dalam membina koperasi masih ada beberapa yang
belum dilaksanakan dengan baik atau pelaksanaannya belum optimal antara lain
yaitu adanya penerapan teknologi sederhana/manajemen modern pada jenis-jenis
usaha koperasi, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti terdapat
informasi bahwa kegiatan penerapan teknologi tersebut berupa penerapan
teknologi modern dalam melakukan pembukuan seperti pelatihan aplikasi
akuntansi dan sebagainya. Salah satu program tersebut dirasa masih belum
optimal karena pelaksanaannya sendiri jarang untuk dilaksanakan kepada
104
koperasi-koperasi di Kota Serang, selain itu juga penyebab kegiatan tersebut
jarang untuk dilaksanakan karena para pegawai ataupun petugas penyuluh
koperasi lapangannya pun belum mampu untuk memberikan ilmu tentang
penerapan teknologi sederhana/ manajemen modern karena memang petugas
penyuluh koperasi lapangan tidak dibekali dengan ilmu pengaplikasian format-
format laporan keuangan. Dari beberapa strategi yang dilakukan oleh Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang khususnya di bidang
koperasi dalam membina koperasi terlihat belum tepat dalam penentuan
strateginya selain itu dalam pelaksanannya juga belum optimal karena terdapat
beberapa penyebab.
Berdasarkan Observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa secara
keseluruhan memang strategi pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang masih belum optimal. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh I1-2 adalah sebagai
berikut :
”Pembinaan sih tetap saja berjalan walaupun kami belum optimal karena dari anggarannya terbatas, kita juga ya mesti ada peningkatan lagi lah, karena kita juga koperasinya banyak tapi aparaturnya sedikit, kita juga aparaturnya pemahaman di bidang koperasi masih belum maksimal atau kurang, PPKL-nya juga belum terlalu paham jadi pembinaan yang kita lakukan memang masih banyak PR karena banyak faktor yang menyebabkan pembinaannya dirasa belum optimal”. (Wawancara, di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 10.55) Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan
oleh I3-1 sebagai berikut :
“Sejauh ini pembinaan yang dilakukan belum maksimal, dari segi jumlah dan kualitasnya kurang apalagi sarana prasarana, anggaran juga apalagi.
105
Jadi memang kami dari dekopinda juga menyarankan kalau pembinaan yang dilakukan dinas itu bisa lebih baik lagi”. (Wawancara, di Kediaman narasumber di Kota Serang, 4 Agustus 2016 pukul 11.11) Pendapat serupa juga disampaikan oleh I2-1 bahwa pihak Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi belum optimal dalam melakukan
pembinaan karena belum mempunyai role model. Seperti yang disampaikan
berikut ini:
“Kalau komentar saya sih gini, pembinaan itu dilakukan sesuai dengan norma tapi belum menggigit, alasannya karena dia belum punya role model, dan dia bukan pemain professional. Secara normative sih oke, tapi dilapangan prakteknya belum. Jadi ya pembinaannya masih gitu-gitu aja mba”. (Wawancara di kediaman narasumber I2-1 tanggal 14 agustus 2016 pukul 19.45) Berdasarkan pernyataan yang telah disampaikan oleh I1-2, I3-1 dan I2-1
terlihat bahwa pegawai di Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
khususnya di bidang koperasi memang belum optimal dalam membina koperasi.
Dan hal tersebut salah satunya juga di sebabkan karena penentuan strategi yang
belum tepat dalam melaksanakan pembinaan kepada koperasi-koperasi di Kota
Serang. Berdasarkan observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh
peneliti terlihat bahwa strategi yang telah di tetapkan dan digunakan sebelumnya
oleh Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi masih belum optimal.
Dengan adanya hal tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teori Analisis SWOT dari Fred. R. David untuk merekomendasikan strategi yang
sebaiknya dilakukan oleh Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang khususnya di bidang koperasi untuk melakukan pembinaan kepada
koperasi dengan membandingkan pada strategi yang sebelumnya telah ada dan
106
digunakan oleh Dinas tersebut untuk membina koperasi. Dengan menggunakan
teknik analisis SWOT dapat membantu memilih strategi alternatif agar koperasi
di Kota Serang menjadi lebih berkembang sehingga dapat mensejahterakan
anggotanya secara khusus dan masyarakat Kota Serang secara umum.
4.3.1 Strengths (Kekuatan)
Strengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor
yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal-hal positif yang menjadi
kekuatan dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang
datang dari luar, strengths biasanya berisi manfaat organisasi, anggaran
organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM), dan kemampuan teknologi. Tujuan
dari penilaian kekuatan dalam organisasi ialah untuk melihat keunggulan dari
suatu organisasi agar dapat mengurangi kelemahan dan menutupi ancaman agar
dapat mencapai tujuan organisasi tersebut. Koperasi merupakan salah satu
lembaga berbadan hukum yang memiliki banyak manfaat di kehidupan
masyarakat yaitu karena bisa membawa dampak sosial dan ekonomi bagi
anggotanya dan masyarakat secara umum. Keberadaan koperasi menjadi sangat
penting karena koperasi mempunyai peran yang tidak bisa dilepaskan begitu saja
dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Keberadaan koperasi memiliki
peran yang sangat penting jika koperasi itu dilaksanakan oleh seluruh anggota
dan pengurus secara benar sesuai dengan prinsip perkoperasiaan seperti
dilakukan secara swadaya dan gotong royong pastinya masyarakat Kota Serang
107
yang ikut dalam berkoperasi bisa sejahtera kehidupannya. Seperti yang
disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut:
” Sebenarnya koperasi itu penting peranannya jika dilaksanakan secara benar prinsip koperasinya oleh seluruh anggota pengurus dan seisi di koperasi tersebut. Bahkan saya meyakini kalau masyarakat mengerti tentang koperasi, operasional koperasi itu seperti apa, prinsip-prinsip koperasi itu seperti apa, mereka mendirikan koperasi kemudian melaksanakan itu semua, gotong royong iurannya. Saya yakin masyarakat Kota Serang ini akan sejahtera, saya yakin asal dilaksanakan, bukan mendirikan koperasi hanya ketika pengen dapat bantuan bukan itu, kalau dilaksanakan prinsipnya, kekeluargaannya, gotong royongnya, koperasi itukan jalan kalau simpan pinjam, yaa jangan pinjam mulu simpannya engga tetapi dibangun tuh modal sendirinya, saya yakin pasti masyarakat Kota Serang yang berkoperasi bisa sejahtera”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 Juli 2016 pukul 14.00) Seperti yang disampaikan oleh I1-1 yang menyatakan bahwa koperasi itu
penting peranannya jika prinsip koperasinya dilakukan atau dijalankan secara
benar oleh seluruh anggota dan pengurus di dalam koperasi tersebut. Ketika
koperasi dalam keadaan sehat, baik, dan berkembang maka masyarakat atau
seluruh anggota koperasi akan mendapatkan manfaatnya dan bisa dipastikan
bahwa masyarakat Kota Serang yang berkoperasi bisa sejahtera kehidupan sosial
dan ekonominya. Seperti yang disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut :
“ Peran koperasi saat ini yah sangat penting, sebenarnya koperasi kan bermanfaat ya untuk masyarakat. Mereka kan bisa memberikan pinjaman kepada masyarakat. Banyak juga kan kalau mereka yang sebagai pedagang kecil/usaha mikro tidak bisa mengakses bank atau lebih susah untuk mengakses ke bank makanya salah satunya itu mereka para pedagang kecil tersebut atau masyarakat ikut dalam koperasi untuk mengambil pinjaman”. (Wawancara, di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 10.55)
108
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 bahwa begitu sangat pentingnya
keberadaan koperasi saat ini, karena koperasi bermanfaat untuk masyarakat
seperti dengan dibantunya anggota koperasi yang membutuhkan dana bisa
langsung mengakses ke-koperasi dan dengan mengakses koperasi juga tidak
memberatkan anggota yang menggunakan fungsi koperasi sebagai sarana
simpan pinjam. Karena bagi para pedagang kecil/ usaha mikro akan lebih sulit
untuk mendapatkan akses bank jika tidak memiliki persyaratan-persyaratan yang
diajukan. Maka dari itu tujuan dari adanya koperasi selain mensejahterakan
anggotanya juga bertujuan untuk membendung arus rentenir karena, para
rentenir tersebutlah yang memberikan beban yang berat bagi masyarakat dengan
segala persyaratan yang memberatkan jika masyarakat sudah masuk dan
mengakses rentenir untuk meminjam barang maupun uang. Hal tersebut juga
disampaikan oleh I3-1 sebagai berikut :
“Sebenarnya peran koperasi itu sangat penting, dimana koperasi itu sendiri tujuannya untuk mensejahterakan anggotanya dan untuk membendung arus dari pada rentenir. Jika dilihat dari sejarahnya, awalnya dibentuk koperasi pada tahun 1896 dimana ada seorang patih yang bernama R. Aria Wiriatmadja pada saat jaman Belanda di Purwokerto. Beliau melihat sangat prihatin dengan keberadaan para pegawai negerinya yang terlibat dengan para rentenir. Maka dari itu dibentuklah suatu koperasi. Dengan berjalannya waktu, dari pemerintahan Belanda selalu menghambat perkembangan koperasi dengan bermacam-macam peraturan yang merepotkan. Sampai dengan pemerintahan jepang dimanfaatkan untuk kepentingan biaya perang mereka. Pada jaman kemerdekaan, barulah diadakan kongres pertama di tahun 1947 tepatnya tanggal 12 Juli 1947. Dan dari tanggal itulah di deklarasikan mejadi Hari Koperasi Indonesia sampai dengan sekarang. Jadi koperasi ini sebenernya sangat bermanfaat sekali bagi ekonomi kerakyatan karena disini tujuannya adalah untuk membangun ekonomi kerakyatan dan keberadaan koperasi sangat membantu sekali bagi masyarakat”.(Wawancara, di Kediaman Narasumber I3-1 di Kota Serang, tanggal 4 Agustus 2016 pukul 11.11)
109
Berdasarkan pernyataan I3-1 bahwa peran koperasi itu sangat penting
dimana sejarah awal tujuan dibentuknya koperasi selain untuk mensejahterakan
anggotanya selain itu juga untuk membendung arus dari pada rentenir. Karena
berdasarkan sejarah awal dibentuknya koperasi pada saat pemerintahan belanda
pada tahun 1896 oleh seorang patih yang bernama R. Aria Wiriatmadja, beliau
sangat prihatin dengan keberadaan pegawai negerinya yang terlibat dengan para
rentenir. Maka dari itu pada saat jaman kemerdekaan tanggal 12 juli 1947
diadakan kongres pertama yang saat ini tanggal tersebut di deklarasikan
menjadi Hari Koperasi Indonesia sampai dengan saat ini. Jadi tujuan
diadakannya koperasi itu sebenarnya sangat bermanfaat sekali bagi ekonomi
kerakyatan pada masa itu dan masa sekarang karena tujuannya untuk adalah
untuk membangun ekonomi kerakyatan Indonesia dan keberadaan koperasi sangat
membantu sekali bagi masyarakat di Indonesia.
Keberadaan koperasi bisa tidak mempunyai peran apa-apa dimasyarakat
jika filsafah koperasi tersebut tidak dilakukan, tetapi jika di mulai dari adanya
kesamaan kepentingan dan adanya sifat gotong royong pasti akan mempunyai
peran di masyarakat dan kalau hal tersebut lahir terlebih dahulu sebelum badan
hukum yang terbentuk maka dapat dipastikan koperasi akan berjalan dan menjadi
salah satu alat atau wadah untuk kesejahteraan bersama, tetapi jika badan hukum
yang terbentuk terlebih dahulu untuk suatu kepentingan tertentu maka sebenarnya
koperasi tersebut tidak lahir seutuhnya menjadi koperasi yang membawa manfaat
bagi masyarakat sekitar atau dapat dikatakan koperasi tidak mempunyai peran
apa-apa di masyarakat. Karena koperasi tersebut lahir harus dari adanya
110
kesepakatan anggota dengan dimulai dari kepentingan ekonomi yang sama dan
menjadi bersama-sama untuk menjalankan ekonomi tersebut sehingga istilah
koperasi itu dari, oleh dan anggota bisa terwujud. Seperti yang disampaikan oleh
I3-2 sebagai berikut :
“Sebenarnya kalau koperasi itu dimulai dari kesamaan kepentingan dan sifat gotong royong pasti mempunyai peran di masyarakat, dan kalau itu yang hadir terlebih dahulu sebelum badan hukum maka yakinlah koperasi itu akan berjalan dan menjadi instrument untuk kesejahteraan bersama. Tetapi kalau hadirnya badan hukum dulu yang dibikin maka ini bukan jadi koperasi sebenarnya jadi hanya badan hukum doang untuk suatu kepentingan tertentu tetapi koperasinya mah gajadi. Makanya koperasi itu lahirnya harus dari anggota berdasarkan kesepakatan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa koperasi itu akan ada tokoh, akan ada orang-orang yang menggerakkan tapi pada akhirnya memang harus dimulai dari kepentingan ekonomi yang sama dan menjadi bersama-sama untuk menjalankan ekonomi itu, sehingga istilah koperasi dari, oleh dan untuk anggota itu bisa dilakukan. Tetapi kenyataanya koperasi saat ini kalau ada bantuan yang didapat dia aktif tetapi kalau tidak dapat bantuan dia tidak aktif lagi. Selain itu persentase jumlah anggota koperasi aktif dengan jumlah masyarakat di Kota Serang itu jumlahnya masih kecil sekitar 5% saja dan itu tidak akan berarti apa-apa untuk pertumbuhan perekonomian di Kota Serang. Sebenenrnya kalau koperasi masih seperti ini koperasinya ga berjalan dan tidak berperan di masyarakat. Dan menurut saya kalau seperti itu koperasi di Kota Serang tidak punya peran apa-apa. (Wawancara di Kantor Koperasi Civitas Akademika Untirta, tanggal 30 Agustus 2016 pukul 13.50) Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-2 bahwa koperasi bisa tidak
memiliki peran apa-apa di masyarakat khususnya di Kota Serang jika koperasi
tersebut dibentuk bukan berdasarkan adanya kemauan dari semua anggota dan
kepentingan bersama melainkan dari adanya suatu kepentingan tertentu yang
tidak membawa keuntungan untuk bersama-sama. Maka keberadaan koperasi
jika sejak awal dilahirkannya seperti itu tidak akan berarti dan tidak akan
membawa dampak yang akan dirasakan oleh anggotanya secara khusus maupun
masyarakat daerah Kota Serang secara umum. Tetapi jika dibentuknya koperasi
111
berdasarkan dengan adanya kepentingan ekonomi bersama dengan asas gotong
royong untuk memajukan kepentingan ekonomi koperasi tersebut secara
bersama-sama maka hal tersebut bisa dan diyakini akan membawa manfaat bagi
seluruh anggota maupun pengurus dan dapat mensejahterakan masyarakat Kota
Serang. Namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan atau
persentase jumlah koperasi aktif dan masyarakat Kota Serang yang ikut
berkoperasi masih hanya 5% saja dan hal tersebut jika terus seperti itu tidak
akan berarti apa-apa untuk pertumbuhan perekonomian di Kota Serang.
Permasalahan koperasi menjadi isu yang sangat strategis yang sedang
menjadi topik hangat baik di lingkup nasional maupun di daerah. Mengingat
masih rendahnya kondisi koperasi disetiap daerah di Indonesia yang akan
berpengaruh juga untuk perekonomian karena salah satu fungsi dan peran
koperasi untuk memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya akan
terhambat jika keadaan atau kondisi koperasi di Indonesia semakin lama
semakin menurun kualitasnya sehingga dibutuhkannya pembinaan yang aktif
dan massif agar koperasi di Indonesia bisa terus ada dan berkembang
kualitasnya.
Di Indonesia pemerintah pusat maupun daerah provinsi, kabupaten/kota
melalui Kementerian Koperasi dan UKM serta SKPD terkait yang mengurusi
masalah perkoperasian terus melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas
koperasi agar bisa terus berkembang sehingga membawa peran bagi ekonomi
kerakyatan yang terus meningkat kesejahterannya. Upaya yang dilakukan oleh
112
instansi terkait salah satunya adalah dengan adanya pembinaan koperasi.
Pembinaan koperasi juga menjadi bagian terpenting bagi kehidupan
perkoperasian dengan adanya upaya tersebut dirasakan dapat membawa
perkembangan yang baik bagi koperasi tetapi juga pembinaan yang dilakukan
harus secara maksimal dan optimal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 1992 telah mengamanatkan bahwa koperasi itu harus di bina, dengan
dilakukannya pembinaan koperasi oleh pihak SKPD daerah Kabupaten/ Kota
ataupun Provinsi maupun pusat sekalipun. Ini merupakan salah satu kekuatan
dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang untuk
melakukan pembinaan koperasi karena memang kebijakan tersebut sudah di atur
di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasiaan dan sudah menjadi tugas pokok dan fungsi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang untuk membina koperasi di Kota
Serang. Hal tersebut juga disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut :
“Kekuatan yang dimiliki dinas ya pertama sebenernya memang dalam amanat UUD No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasiaan sudah diamanatkan bahwa koperasi itu harus di bina dengan adanya pembinaan koperasi yang dilakukan oleh pihak SKPD daerah Kab/Kota ataupun Provinsi ataupun pusat sekalipun. Nah didaerah Kab/Kota ini memang pembinaan dilakukan oleh Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi termasuk kita yang ada di Kota Serang. Jadi kita memang menjalankan amanat tugas dan kewajiban yang telah ada yaitu menjalankan kewajiban untuk melakukan pembinaan koperasi yang ada di Kota Serang. Selain itu juga kita sudah mendapatkan perhatian yang lebih dari dinas koperasi dan umkm Provinsi Banten”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 Juli 2016 pukul 14.00) Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh
I1-2 sebagai berikut :
113
“Kita Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang khususnya bidang koperasi memang lembaga yang berkewajiban untuk membina koperasi di wilayah kerja kami yaitu Kota Serang, dengan program-program yang telah kita susun soalnya kita kan juga mengacu pada UU No 25 Tahun 1992 yang sebenenarnya sudah ada pembaharuan peraturan cuma akhirnya tetep kembali ke undang-undang awal selain itu ditambah dengan Peraturan Menteri Koperasi No 10 Tahun 2015 tentang Kelembagaan Koperasi disitu juga disebutkan pembinaan dan pengawasan koperasi dilakukan oleh SKPD yang membidangi koperasi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 10.55. Berdasarkan pernyataan oleh I1-1 dan I1-2 salah satu kekuatan Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi untuk melakukan pembinaan koperasi
adalah memang sudah menjadi tugas pokok dan fungsi SKPD tersebut karena
memang Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi khususnya bidang
koperasi Kota Serang yang berperan untuk melakukan pembinaan koperasi di
wilayah kerja mereka yaitu koperasi di Kota Serang selain itu juga mereka
melakukan kewajiban yang telah diatur dalam isi atau amanat Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dan didukung
dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM Republik Indonesia Nomor
10/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan Koperasi bahwa pembinaan dan
pengawasan koperasi harus dilakukan oleh pemerintah baik di pusat maupun di
daerah termasuk di daerah Kota Serang yang membidangi koperasi, karena
pembinaan koperasi ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
koperasi agar kualitas koperasi di daerah Kota Serang bisa semakin baik.
Kota Serang merupakan salah satu daerah dengan kondisi koperasi yang
masih rendah karena stiap tahunnya koperasi aktif di Kota Serang semakin
berkurang dari tahun 2014 berjumlah 342 koperasi hingga 2015 hanya sekitar 182
114
koperasi saja, selain itu Berdasrakan data yang didapatkan bahwa tercatat tahun
2014 partisipasi masyarakat di Kota Serang yang ikut dalam berkoperasi hanya
sekitar 12.402 jiwa dengan persentase 2.02% dari jumlah penduduk Kota Serang
sebanyak 613.774 jiwa. Selain itu pula koperasi di Kota Serang masih melakukan
manajemen koperasi yang dikelola secara sederhana sehingga untuk mencapai
koperasi yang dapat berkembang masih dibutuhkan berbagai usaha penangan yang
serius baik dari pemerintah maupun koperasi itu sendiri dan membutuhkan peran
serta semua stakeholders untuk memcahkan permasalahan ini. Kebijakan
pemerintah Kota Serang saat ini menjadi kekuatan untuk memperbaiki kondisi
koperasi di Kota Serang. Seperti yang disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut :
“Perhatian pemerintah daerah saat ini memang belum sepenuhnya memperhatikan koperasi, tetapi kabar baiknya saat ini pemerintah sudah membuat kebijakan berupa peraturan daerah tentang pemberdayaan koperasi yang rencananya akan di sahkan tahun ini. Pemerintah juga sudah mulai memperhatikan koperasi supaya lebih baik perkembangannya karena jika koperasi itu berkembang akan membawa manfaat bagi setiap anggotanya jika dilakukan sesuai dengan prinsip perkoperasiaan”. (Wawancara di kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 10.55)
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2, menerangkan bahwa kebijakan
pemerintah Kota Serang untuk saat ini sudah mulai melirik dalam artian
pemerintah Kota Serang sudah mulai memberikan perhatian terhadap koperasi
dibandingkan sebelumnya namun memang belum sepenuhnya tetapi hal tersebut
menjadi angin segar karena memang sebelumnya keberadaan koperasi dipandang
sebelah mata. Kebijakan pemerintah Kota Serang saat ini yaitu dengan sedang
diprosesnya pembuatan peraturan daerah Kota Serang tentang pemberdayaan
koperasi yang rencananya akan di selesaikan di tahun 2016 karena memang
115
sebelumnya pemerintah daerah Kota Serang belum membuat kebijakan yang
memperhatikan koperasi jadi dengan adanya kebijakan baru ini berupa peratura
daerah Kota Serang tentang pemberdaay koperasi diharapkan pemerintah bisa
lebih konsen untuk mengembangkan koperasi dengan cara melakukan pembinaan
yang berkelanjutan dan optimal. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh I1-3
sebagai berikut :
“Pemerintah Kota Serang saat ini tahun 2016 sudah perhatian ke kita nih mba ke koperasi khususnya dengan sedang diprosesnya Kebijakan berupa Peraturan Daerah Kota Serang tentang pemberdayaan koperasi, dari dewan sudah menyetujui sekarang sedang di proses di sekretaris daerah bagian hukum untuk di finalisasikan karena memang masih ada beberapa revisi jadi belum bisa di implementasikan ke publik. Tapi kita dari pihak dinas khususnya bidang koperasi sudah senang dengan adanya kebijakan peraturan daerah ini artinya kan pemerintah daerah juga mulai memperhatikan perkembangan koperasi di Kota Serang dengan adanya payung hukum yang mengatur itu mba”. (Wawancara di kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 11.45)
Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan
oleh I1-4 sebagai berikut :
“Tahun ini sudah ada peraturan daerah mengenai pemberdayaan koperasi, tetapi memang baru keluar perlu di sosialisasikan. Tetapi setidaknya dengan kebijakan atau peraturan tersebut sudah ada bentuk perhatian dari pemerintah daerah Kota Serang untuk memperhatikan koperasi atau untuk mengembangkan koperasi di Kota Serang.” (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 11.00).
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-4 bahwa memang
kekuatan yang dimiliki oleh Dinas Perdagangan Perindustrian Kota Serang
adalah kebijakan pemerintah daerah telah memperhatikan keadaan koperasi di
Kota Serang dengan adanya peraturan daerah tentang pemberdayaan koperasi
116
dan masih perlu disosialisasikan kepada seluruh koperasi atau masyarakat di
Kota Serang. Pernyataan serupa juga di katakan oleh I3-1 yaitu sebagai berikut :
“Saat ini pemerintah daerah sudah mulai memberikan perhatian kepada koperasi supaya lebih maju lagi dengan sedang diformulasikan peraturan daerah kota tentang pemberdayaan koperasi dan tinggal ketuk palu saja. (Wawancara di Kediaman Narasumber I3-1, tanggal 4 Agustus 2016 pukul 11.11) Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1, menerangkan bahwa kebijakan
Pemerintah Kota Serang saat ini sudah mulai memberikan perhatian kepada
koperasi supaya koperasi di Kota Serang bisa lebih maju lagi, saat ini
peraturannya memang sedang di formulasikan oleh pihak yang berwenang dan
hanya tinggal ketuk palu saja baru bisa di jadikan Peraturan Daerah Kota Serang
tentang pemberdayaan koperasi. Dengan adanya kebijakan ini dapat diartikan
bahwa Pemerintah Kota Serang sudah mulai memberikan usahanya untuk mulai
memperhatikan keadaan koperasi di Kota Serang karena memang tidak bisa
dipungkiri keadaan koperasi di Kota Serang perlu banyak perhatian dan perlunya
penanganan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada
koperasi agar koperasi di Kota Serang bisa lebih sehat dan berkembang sehingga
bisa membawa manfaat bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat di Kota
Serang.
Perhatian pun tidak hanya diberikan oleh Pemerintah Daerah Kota Serang
saja melainkan juga dari pihak Pemerintah Provinsi Banten dalam hal ini Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Banten serta Kementerian Koperasi dan UKM
Republik Indonesia kepada koperasi di Kota Serang. Pembinaan merupakan hal
yang sangat penting dilakukan untuk mengembangkan koperasi, dengan adanya
117
pembinaan yang dilakukan diharapkan dapat membawa perkembangan yang jauh
lebih baik untuk koperasi di daerah-daerah sehingga tujuan untuk
mensejahterakan perekonomian masyarakat bisa terwujud. Namun pada
kenyataannya pelaksanaan pembinaan selalu terhambat dengan tersedianya jumlah
sumber daya manusia atau pembina koperasi yang dimiliki SKPD yang
membidangi pembinaan koperasi ini sementara jumlah koperasi di daerah cukup
banyak dan penyebarannya cukup luas. Maka dari itu Kementerian Koperasi dan
UKM RI memiliki program untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu perlu
ada dukungan tenaga-tenaga terampil yang mampu membantu dinas yang
membidangi koperasi dan UKM provinsi, kabupaten, dan kota dalam menangani
urusan koperasi. Sehingga diadakanlah program pengadaan petugas penyuluh
koperasi lapangan atau biasa disebut dengan PPKL. Keberadaan PPKL menjadi
salah satu pilihan yang bijaksana dan realistis untuk mengawal dan melakukan
perubahan secara sistematis, terstruktur, dan berkelanjutan dalam keseluruhan
aspek tata kehidupan koperasi.
Kementerian Koperasi dan UKM RI serta Dinas Koperasi dan UMKM
Provinsi Banten telah memberikan perhatian kepada instansi yang membidangi
pembinaan koperasi dengan mengadakan PPKL baik yang dibiayai oleh
Kementerian maupun dari anggaran daerah provinsi, tidak terkecuali PPKL yang
ditugaskan untuk membantu Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang yang pada tahun 2016 terjadi penambahan jumlah PPKL. Hal tersebut
merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh SKPD yang membidangi koperasi
karena urusan pembinaan koperasi seharusnya dapat dilakukan lebih baik karena
118
terdapatnya penambahan jumlah PPKL di Kota Serang yang jauh lebih banyak
dibandingkan daerah lainnya di daerah Provinsi Banten. Seperti yang disampaikan
oleh I1-1 sebagai berikut :
“Pihak dinas koperasi dan UMKM Provinsi Banten telah memperhatikan kami dinas perdagangan dan koperasi Kota Serang dengan cara memberikan petugas penyuluh koperasi lapangan sebanyak 20 orangan lebih, hal itu bertujuan untuk membantu pihak dinas dalam membina koperasi yang ada di Kota Serang. Meskipun tiba-tiba kuotanya tahun ini melebihi target, saya sempat complain dan menanyakan kepada provinsi analisa penempatannya seperti apa, dan mereka menjawab “duh pak susah pak ini nya udah terima sajalah” dan memang ditempatkan berdasrkan domisili. Ya namanya tugas meskipun domisilinya di Kota Serang jika ditempatkan di luar Kota Serang ya harus sudah siap dan komitmen karena PPKL Provinsi harus siap ditempatkan di Kab/Kota se Provinsi Banten. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 Juli 2016 pukul 14.00) Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-1, menerangkan bahwa
Kota Serang mendapatkan kiriman PPKL yang berasal dari Dinas Koperasi
Provinsi Banten dan dari Kementerian yang berjumlah sekitar 20 orang, dengan
adanya penambahan PPKL ini bertujuan untuk membantu pihak dinas dalam
membina koperasi di Kota Serang, namun keberadaan PPKL di Kota Serang yang
melebihi permintaan awal dikarenakan pemilihan PPKL yang baru ini berdasarkan
aspek domisili si pelamar PPKL ini karena PPKL ini berasal dari Provinsi dan
Provinsi Banten terletak di daerah Kota Serang sehingga PPKL di Kota Serang
juga jumlahnya melebihi PPKL didaerah lainnya di Provinsi Banten. pernyataan
serupa juga disampaikan oleh I1-2 yaitu sebagai berikut :
“Sebenarnya kalau PPKL, PPKL itu ada dari kementerian koperasi dan umkm dan dari dinas koperasi dan umkm provinsi Banten. Tahun 2016 ini kita juga sudah mendapatkan perhatian dan bantuan dari pihak-pihak tersebut dengan memberikan kita petugas penyuluh yang ditempatkan di daerah-daerah di Indonesia atau Banten termasuk di Kota Serang. Kalau tahun 2015 PPKL yang berasal dari anggaran kementerian koperasi dan
119
umkm hanya 1 sedangkan dari dinas koperasi dan umkm provinsi banten itu ada 3. Tetapi saat ini tahun 2016 ada penambahan jumlah PPKL baik dari Kementerian maupun Provinsi. Dari anggaran kementerian bertambah 3orang sedangkan dari provinsi ada 25 orang, dan saya juga kaget kenapa banyak banget di Kota Serang, saya juga bingung harus kaya gimana dengan dikeluarkannya SK dari bulan April. Karena sebanyak itu yang ditempatkan di Kota Serang jadi kami bagi perkecamatan 5-6 orang untuk menyuluh koperasi di Kota Serang. Saya rasa dari segi jumlah PPKL terlalu banyak, kalau dilihat koperasi di Kota Serang sendiri tidak sebanyak itu. Sebenernya prosedurnya kemarin dari pihak provinsi mengirimkan kita surat untuk merekomendasikan berapa PPKL. Kami minta 3 lagi tetapi malahan yang datang sebanyak itu. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang tanggal 14 Juli 2016 pukul 10.55) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh I1-2, menerangkan
bahwa pada Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) itu terdiri dari dua
yaitu PPKL yang berasal dari Provinsi dan PPKL yang berasal dari Kementerian.
Pada tahun 2015 PPKL Provinsi ada 3 yang ditugaskan di bidang koperasi Kota
Serang sedangkan PPKL Kementerian ada 1 saja. tetapi saat ini Dinas yang
membidangi koperasi di Kota Serang mendapatkan perhatian yang lebih dari
pihak Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten dengan memberikan sekitar 25
PPKL yang ditugaskan untuk membantu Dinas melakukan pembinaan ke koperasi
di Kota Serang, walaupun Dinas yang membidangi koperasi ini hanya meminta 3
PPKL saja. Sedangkan dari pihak Kementerian Koperasi dan UKM RI tahun ini
memberikan 3 PPKL yang ditugaskan di Kota Serang. Sehingga keseluruhan
PPKL yang ditempatkan atau ditugaskan di Kota Serang berjumlah 30 PPKL. Hal
tersebut merupakan suatu kekuatan bagi Dinas yang membidangi koperasi karena
mendapatkan perhatian dan bantuan untuk lebih memaksimalkan pembinaan
koperasi di Kota Serang, tetapi dengan adanya jumlah PPKL tersebut dirasa
terlalu banyak dibandingkan dengan koperasi yang ada di Kota Serang. Sehingga
120
dengan adanya PPKL tersebut harus diberdayagunakan kinerjanya sehingga tidak
terasa sia-sia dan akhirnya diperoleh satu kecamatan bisa dilakukan pembinaan
oleh 5-6 Orang PPKL. Pernyataan selanjutnya juga disampaikan oleh I1-4, sebagai
berikut :
“Tahun ini PPKL dari Provinsi ada 26 orang, dan dari Kementerian ada 4 orang jadi totalnya 30 orang PPKL yang ada di Kota Serang. Dan mereka sudah dibagi tugas perkecamatan, satu kecamatan 5-6 orang PPKL yang membina koperasi-koperasi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang tanggal 19 Juli 2016 pukul 11.00) Hal serupa juga disampaikan oleh I1-5, yaitu sebagai berikut : “Saat ini keseluruhan ada 30 PPKL komposisi dari Provinsi dan Kemnterian”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang tanggal 14 Juli 2016 pukul 11.27. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-4 dan I1-5, menerangkan
bahwa saat ini Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang di
bantu dalam hal melakukan pembinaan untuk koperasi karena terdapatnya PPKL
dari Provinsi dan Kementerian yang ditempatkan di daerah Kota Serang dengan
jumlah keseluruhannya 30 orang PPKL. Dan dengan adanya penambahan
kuantitas PPKL ini diharapkan juga PPKL yang dikirim mempunyai kualitas yang
bagus untuk membina dan memberikan penyuluhan kepada koperasi di Kota
Serang sehingga tujuan dari adanya PPKL ini dapat dirasakan manfaatnya untuk
Dinas dan untuk koperasi agar koperasi di Kota Serang bisa semakin baik secara
kuantitas maupun kualitasnya sehingga akan membawa nama baik daerah Ibukota
Provinsi Banten. Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa yang menjadi faktor kekuatan (Strengths) Dinas
121
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian didukung dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM
Republik Indonesia Nomor 10/Per/M.KUKM/IX/2015 Tentang Kelembagaan
Koperasi yang menyatakan bahwa pembinaan dan pengawasan kelembagaan
koperasi dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi
koperasi sehingga sudah menjadi tugas dan kewajiban SKPD dalam hal ini
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam
melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang.
2. Kebijakan Pemerintah Kota Serang saat ini sudah berorientasi dan
mendukung pada pengembangan koperasi dengan sedang dalam proses
pembuatan Peraturan Daerah Kota Serang tentang Pemberdayaan Koperasi
sehingga Pemerintah Kota Serang sudah mulai memperhatikan keadaan
koperasi di Kota Serang, dan menginginkan bahwa koperasi di Kota Serang
berkembang menjadi lebih baik, membawa manfaat perekonomian dan sosial
bagi anggota secara khusus maupun masyarakat Kota Serang secara umum
sehingga koperasi di Kota Serang bisa di berdayagunakan.
3. Sudah adanya perhatian yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Banten
dalam hal ini Dinas Koperasi Provinsi Banten dengan memberikan Petugas
Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) ke Kota Serang sebanyak kurang lebih
25 Orang dan merupakan daerah terbanyak PPKL se-Provinsi Banten
122
sehingga bisa sangat membantu SKPD yang membidangi koperasi dan bisa
mendorong pembinaan ke koperasi-koperasi menjadi lebih optimal.
4.3.2 Weakness (Kelemahan)
Kelemahan merupakan kondisi kekurangan yang terdapat didalam
organisasi. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi. Kelemahan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
khususnya bidang koperasi dilihat dari kekurangan yang ada dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang yang dapat menghambat penyelenggaraan
pembinaan koperasi di Kota Serang.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting untuk menjalankan
fungsi organisasi agar tercapainya tujuan organisasi. Tugas dan tanggung jawab
untuk menjalankan organisasi tentunya harus proporsional dalam artian harus
sesuai antara tugas yang dijalankan dengan jumlah SDM yang dibutuhkan untuk
tercapainya tujuan tersebut. Namun perlu diketahui SDM yang dimiliki Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam pembinaan koperasi
masih sangat terbatas dalam artian belum proporsional karena jumlah SDM yang
dimiliki masih kurang. Hal tersebut merupakan kelemahan yang menjadi
hambatan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam
melakukan pembinaan koperasi. Seperti yang disampaikan oleh I1-1, sebagai
berikut :
“Kelemahan yang kita alami memang SDM, kita itu pada umumnya di Kota Serang khususnya di bidang koperasi ini yang pns itu kurang personilnya jumlahnya atau kuantitasnya karena idealnya di bidang koperasi yang punya satu kepala bidang tiga kepala seksi, masing-masing
123
kepala seksi ini mestinya punya tiga staf pns sehingganya kita butuh Sembilan staf pns. Sekarang kami di dinas ini di bidang koperasi hanya punya satu staf pns dan secara SK itu membidangi bina umkm, tetapi karena memang kebutuhan dua kasi yang lainnya juga jadi satu orang ini di keroyok jadi mengerjakan seksi lainnya juga. Tapi secara pertanggung jawaban karena memang ada di K3 itu maka secara kedinasan dia di umkm. Jadi satu staf ini double job membantu kasi yang lainnya juga. Makanya hampir setiap tahun kita butuh nih paling tidak 9 staff tapi kalau tidak 1 / 2 staf pns disetiap seksi. Tapi karena ada moratorium akhirnya tertunda lagi. Bukannya kita tidak butuh tapi butuh banget karena SDM di bidang koperasi memang kurang. Akhirnya SDM di dinas kurang untuk melakukan pembinaan akhirnya di bantu dengan PPKL untuk koperasi dan sarjana pendamping umkm untuk umkm. Jadi kita merasa terbantulah dengan itu meskipun tiba-tiba kuotanya tahun ini melebihi target”. (Wawancara di kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang tanggal 19 Juli 2016 pukul 14.00). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 bahwa SDM yang dimiliki untuk
menangani permasalahan koperasi di Kota Serang jumlahnya sedikit dan belum
proporsional. Jika mengacu pada prinsip proporsional untuk mengatasi
permasalahan koperasi di Kota Serang membutuhkan 6-9 orang staff karena
idealnya setiap seksi ada 3 orang staff agar lebih fokus dan program-program bisa
berjalan dengan baik. Namun pada realitanya dalam satu bidang hanya memiliki 5
orang saja yang terdiri dari kepala bidang, 3 kepala seksi yang terdiri dari seksi
bina koperasi, seksi bina umkm, dan seksi fasilitasi dan kemitraan sementara
untuk staff hanya ada satu orang yang ditempatkan di seksi bina umkm sementara
realitanya staff tersebut juga membantu program-program yang dilakukan oleh
setiap seksinya. Dan akhirnya pembinaan koperasi juga di bantu dengan petugas
penyuluh koperasi lapangan yang membina langsung ke koperasi-koperasi yang
ada di Kota Seranng. Selanjutnya pendapat yang sama disampaikan oleh I1-2,
adalah sebagai berikut :
124
“Sebenarnya dari segi kuantitasnya kami masih sangat kurang, untuk pegawai di bidang koperasi itu kita kekurangan orang, jadi di bidang koperasi sendiri itu cuma ada Pak Kepala Bidang, Kepala Seksi ada 3 yaitu seksi bina koperasi, seksi bina umkm, seksi fasilitasi kemitraan, dan staffnya juga cuma 1 dan di tempatkan di umkm setelah itu sudah tidak ada lagi. Jadi pegawainya Cuma ada 5 dalam satu bidang dan ada juga beberapa TKS atau tenaga honor, makanya kurang orang, jadi secara kuantitas kita memang kekurangan orang”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 10.55). Berdasarkan pendapat yang di kemukakan oleh I1-2, bahwa pada
kenyatannya memang Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi khususnya
yang membidangi koperasi masih sangat kekurangan pegawai untuk melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang jadi pembinaan yang dilakukan dirasa masih
belum optimal jika dilakukan oleh pegawai dinas yang membidangi bidang
koperasi. Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan dari I1-3, yaitu
sebagai berikut :
“Kalau jumlah SDM untuk membina koperasi memang sudah cukup karena kita dibantu dengan PPKL tapi kalau untuk pegawai dinasnya khusunya yang menjalankan pembinaan koperasi bisa dibilang masih kurang. Yaa kita memang masih butuh banyak staff disini, karena untuk staff PNS nya sendiri baru 1 cuma ada di UMKM. Kalaupun nanti tenaga non pns nya bisa jadi pns ya kita bakalan lebih bagus lagi. Jadi memang seharusnya SDM di kita mencukupi tapi saya rasa saat ini masih kurang”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 11.45). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-3 diperoleh informasi bahwa
dalam pelaksanaan pembinaan koperasi memang Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang telah dibantu dengan adanya PPKL tetapi
memang tidak bisa dipungkiri bahwa kami masih sangat kekurangan SDM yang
berjabatan sebagai PNS karena kami hanya memiliki satu staf saja dan itupun
ditugaskan di UMKM bukan di bagian koperasi, tetapi jika menjalankan kegiatan
125
ataupun program staf tersebut juga menjabat tugas yang lain juga. Pernyataan
tersebut juga didukung oleh I1-4, adalah sebagai berikut :
“Kalau SDM di dinas saya rasa masih kurang yah, karena cuma ada pak kabid, dan tiga kasi kemudian disatukan koperasi dan umkm. Dan saya sih berharap semoga bisa nambah lagi pegawainya”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 Juli 2016 pukul 11.00). Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh I1-5, yaitu sebagai berikut :
Pernyataan yang sama juga di kemukakan oleh I3-1 adalah sebagai berikut:
“Dari segi jumlah SDM bidang koperasi ini saya rasa masih kurang untuk melakukan pembinaan. Karena saat ini disetiap seksi hanya ada beberapa saja pegawai negeri sipilnya, terkadag disetiap kasinya tidak memiliki staff pelaksana dan hanya tenaga honorer. Maka dari itu dibantu dengan adanya PPKL, kualitas PPKL dan SDM dinasnya pun masih lemah”. (Wawancara di kediaman narasumber I3-1 tanggal 4 agustus 2016 pukul 11.11)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-4, I1-5, I3-1 menerangkan
bahwa sumber daya manusia yang dimiliki dinas khususnya yang membidangi
koperasi memang sangat terbatas, sehingga proses pembinaan yang dilakukan
kepada koperasi dibantu oleh petugas penyuluh koperasi lapangan sehingga proses
penyelenggaraan pembinaan kepada koperasi sampai saat ini masih berjalan.
Namun pendapat yang sama juga disampaikan oleh I2-5, yaitu sebagai berikut :
“Koreksi buat dinas itu right man right place, orang koperasi terbatas bidangnya, pihak dinas koperasi keterbatasan SDM juga”. (Wawancara di Kediaman narasumber I2-5, tanggal 3 agustus 2016 pukul 15.34).
“Kalo dari segi kuantitas kurang ya sangat kurang malahan, karena dibidang koperasinya aja kabidnya 1 kasinya 3 staff pelaksananya cuma satu itu juga di bidang umkm. Tetapi saat ini untuk melakukan penyuluhan/ pembinaan koperasi dibantu sama penyuluhnya menjadi 30an. Apalagi kasi bina koperasinya saat ini lagi hamil gamungkin kan dia ngebina ke lapagan. Harusnya yang bagus itu satu kasi ada 3 pelaksana”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang tanggal 14 Juli 2016 pukul 11.27)
126
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh I2-5, bahwa sumber daya
manusia dalam melakukan pembinaan koperasi itu kurang secara kuantitas
maupun kualitasnya karena sumber daya manusia yang ada di bidang koperasi
ini bukan dari seorang ahli yang paham dalam bidang yang di kerjakannya
sehingga pelayanan dalam melakukan pembinaan kepada koperasi dirasa masih
belum optimal, dan dinas yang membidangi koperasi ini pun keterbatasan
sumber daya manusia.
Jumlah Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang amat
penting dalam suatu organisasi. Namun dengan adanya sumber daya manusia
secara kuantitas juga harus diimbangi dengan kualitasnya. Kualitas sumber daya
manusia menjadi salah satu yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
pembinaan koperasi di Kota Serang. Jika kualitas sumber daya manusia suatu
organisasi baik maka akan menjadi salah satu kekuatan untuk tercapainya suatu
tujuan organisasi, namun jika kualitas sumber daya manusia di suatu organisasi
masih belum memadai atau belum profesional akan menjadi hambatan tersendiri
dalam melakukan penyelenggaraan pembinaan koperasi di Kota Serang. Namun
perlu diketahui bahwa kualitas SDM yang dimiliki Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang khususnya yang membidangi koperasi
cukup baik keadaannya walaupun belum profesional atau belum memadai sesuai
dengan kebutuhannya karena terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal
tersebut terjadi. Seperti yang disampaikan oleh I1-1, adalah sebagai berikut :
“Kalau SDM di bidang koperasi memang sedikit ya, tapi memang rata-rata kami sudah berpendidikan tinggi semua namun latar belakangnya rata-rata bukan yang menggeluti tentang ekonomi atau koperasi ini. Tapi kami juga terus belajar dan belajar untuk memahami pekerjaan kami ini”.
127
(Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 Juli 2016 pukul 14.00).
Berdasarkan pernyataan yang dikemukaan oleh I1-1 bahwa sumber daya
manusia yang dimiliki bidang koperasi memang sudah berpendidikan tinggi
namun latar belakang pendidikan yang ditempuh tidak sesuai dengan pekerjaan
yang diemban saat ini yaitu tentang perekonomian dan koperasi, namun para
sumber daya manusia dalam bidang koperasi akan terus belajar dan memahami
pekerjaan yang di tugaskan saat ini. Pernyaatan serupa juga disampaikan oleh I1-2,
yaitu sebagai berikut :
“Untuk pegawai di bidang koperasi dan umkm sebenernya kami semua memang bukan dari latar belakang pendidikan ekonomi, dari kepala bidang sampai kepala seksi dan staff memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dengan pekerjaan kami sekarang, seperti pak kepala bidangnya saja dari pendidikan agama, saya kepala seksi bina koperasi juga dari sarjana teknologi pangan karena ada rotasi pegawai saya ditempatkan di bidang koperasi tepatnya seksi bina koperasi, serta para petugas penyuluh koperasi lapangan yang rata-rata bukan dari pendidikan ekonomi yang faham dengan masalah perkoperasian”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 10.55)
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh I2-5 yaitu sebagai berikut :
“Dari SDM dinas khusunya bidang koperasi juga kurang, dan kualifikasi kemampuan atau background pegawai dinasnya sendiri juga tidak sesuai dengan pekerjaannya saat ini”. (Wawancara di kediaman narasumber I2-5 tanggal 3 agustus 2016 pukul 15.34). Pendapat yang sama juga disampaikan oleh I3-1 adalah sebagai berikut : “Menurut saya SDM yang dimiliki oleh Dinas khusunya bidang koperasi kualitasnya cukup baik walaupun belum professional atau belum memadai sesuai dengan kebutuhannya”. (Wawancara di kediaman narasumber I3-1 tanggal 4 agustus 2016 pukul 11.11).
128
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-2, I2-5, dan I3-1
dikemukakan bahwa pegawai bidang koperasi mempunyai latar belakang
pendidikan yang berbeda-beda mulai dari para pemimpin di bidang tersebut yang
memiliki latar belakang pendidikan mengenai keagamaan sedangkan untuk seksi
bina koperasinya pun memiliki latar belakang pendidikan teknologi pangan yang
sangat berbanding terbalik mengenai pekerjaan yang digelutinya saat ini selain itu
para petugas penyuluh koperasi lapangan juga yang rata-rata bukan dari seorang
yang ahli dalam bidang perkoperasian. Sumber daya manusia yang dimiliki
bidang koperasi memang dirasa masih belum professional dalam menjalankan
pekerjaannya, salah satu indikatornya bisa dilihat dari background pendidikannya
yang sangat berbeda dengan pekerjaan yang ditempuh saat ini sehingga dalam
melakukan pembinaan kepada koperasi pun masih terdapat kendala atau hambatan
karena mereka hanya faham teori saja tetapi dalam menjalankan prakteknya masih
dirasa belum faham dengan apa yang dilakukan dan belum memadai sesuai
dengan kebutuhannya. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh I2-1 yaitu sebagai
berikut :
“Kalau menurut saya, bukan menjudge bagus atau tidaknya tapi saya umpamakan saja pelatih bola, tapi dia tidak pernah bermain bola, ya seperti komentator lah, karena mungkin dia juga bukan pemain bola atau hanya main bola biasa. Idealnya itu dinas punya koperasi sendiri, jadi otomatis kan orang lain punya role model. Jadi itu pelatih beneran. Jangan hanya sekedar teori saja tapi prakteknya tidak paham. (Wawancara di kediaman narasumber I2-1 tanggal 14 agustus 2016 pukul 19.45) Pendapat yang sama juga disampaikan oleh I3-2 adalah sebagai berikut : “Kalau bicara dinas apalagi di era otonomi daerah inikan penempatan orang itu tidak melulu karena kompetensi dan keahlian di bidangnya, tidak bisa dipungkiri kalau ada lobi-lobi politik yang terjadi dan SDM
129
bidang koperasi ini saya rasa belum memadai untuk melakukan pembinaan ke koperasi-koperasi masih belum baik,mereka hanya sekedar menjalankan program menghabiskan apbd selesai jadi hanya menggugurkan kewajibannya”. (Wawancara di Kantor Koperasi Civitas Akademika Untirta Kota Serang tanggal 30 agustus 2016 pukul 13.50). Berdasarkan pendapat atau pernyataan yang disampaikan oleh I3-2 bahwa
sumber daya manusia yang ada di dinas saat ini tidak selalu sesuai dengan
kompetensi dan keahlian di bidangnya karena tidak bisa dipungkiri bahwa
ditempatkannya mereka dalam suatu pemerintahan pasti ada semacam lobi-lobi
politik yang dilakukan sehingga apa yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan
passion mereka dan akhirnya mereka hanya menjalankan program-program yang
sudah ditentukan dengan dana yang sudah tersedia dan akhirnya hanya sekedar
menggurukan kewajibannya saja tanpa paham dan mengerti dengan falsafah dari
suatu pembinaan koperasi. Kurangnya kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki dinas dalam melakukan pembinaan koperasi juga dirasakan oleh masih
belum profeisonalnya petugas penyuluh koperasi lapangan dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang. Seperti yang disampaikan oleh I1-2 sebagai
berikut :
“Dari segi kualitas juga ya gitu sama saja, masih dikatakan belum sepenuhnya baik kualitasnya. Kalau dilihat dari background pendidikannya itu rata-rata sudah lulus kuliah ada juga yang lulus sma, tetapi saya juga belum tahu lulusan apa mereka itu tapi yang diutamakan lulusan akuntansi/ekonomi supaya lebih paham memberikan penyuluhan seperti penyuluhan pembuatan laporan keuangan. Tetapi ketika saya menanyakan kepada PPKL baru yang berasal dari kementerian, mereka maunya ke koperasi itu didampingin, Cuma kan saya bingung karena memang tugas penyuluh harus ke lapangan, penyuluhnya saja bingung harus ngapain ke koperasinya, saya juga menanyakan kepada mereka paham atau tidak dengan laporan koperasi, mereka menjawab tidak faham bu, nah gitu deh jadi agak repot kalau PPKLnya saja tidak faham dengan pembuatan laporan koperasi bagaimana mereka mau meyuluh koperasi di lapangan. Jadi penyuluh koperasi lapangannya pun masih
130
belum faham apa tugas dan fungsinya, mereka hanya di beri tahu bahwa tugasnya hanya mendata, jadi sekedar nge-data alamat koperasi, no badan hukumnya bener apa engga dan termasuk koperasi aktif atau tidak, dan menjalankan RAT atau tidak hanya sekedar itu saja yang mereka tahu. Jadi mereka juga bingung mau memberikan penyuluhan atau pembinaan apa kepada para koperasinya. Sedangkan PPKL yang berasal dari Provinsi dan ditempatkan di Kota Serang prosedur pemilihannya itu juga karena banyak TKS dari provinsinya yang main dimasukin saja jadi PPKL. Karena Provinsi mungkin sekarang tidak bisa membayar TKS-TKSnya jadi salah satu upaya mereka untuk mengalihkan TKS itu dengan menjadi PPKL-PPKL yang di tempatkan di seluruh kab/kota se-Provinsi Banten, dan kebetulan karena Provinsi itu ada di Kota Serang, jadi yaa pada ditempatkan di kota serang sesuai dengan domisilinya. Jadi banyaklah PPKL di Kota Serang ya Kabupaten Serang yang deket dengan Provinsi Banten. Sebenarnya tujuan diadakannya PPKL itu untuk membantu pegawai dinas koperasi untuk melakukan pembinaan koperasi agar koperasi di setiap kab/kota bisa berkembang dengan baik dan berprestasi, tetapi jika petugas penyuluhnya saja belum mumpuni untuk melakukan hal tersebut ya pasti akan jalan ditempat juga”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55). Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh I2-5 sebagai berikut :
” PPKL pernah datang ke koperasi kita kira-kira setahun dua kali dan kami mendapatkan isian angket seperti itu jadi yang dilakukan sekedar melakukan pendataan. Tapi kadang kalo orang dinas koperasi datang ke koperasinya agak bingung juga kalo dikasih minum doang gaenak, akhirnya kadang suka dikasih uang sama kami. Yang saya lihat mereka Cuma pendataan koeprasi ini ada badan hukumnya, jalan atau tidak, aktif atau tidak aktif begitu-begitu saja. Jadi hanya sekedar menggugurkan kewajiban mereka saja”. (Wawancara di Kantor Narasumber I2-5, tanggal 3 agustus 2016). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 dan I2-5 menyatakan bahwa
kinerja PPKL dalam melakukan pembinaan ke koperasi itu hanya melakukan
pendataan saja, seperti menyebar kuisioner menanyakan kepada koperasi adakah
badan hukum, aktif atau tidak, berapa asset yang dimiliki berapa modal yang
dimiliki tanpa melakukan penyuluhan langsung ataupun pelatihan kepada
koperasi-koperasi yang ada di Kota Serang. Jadi yang dilakukan oleh PPKL masih
131
melakukan hal-hal yang bersifat administrative saja bahkan realitanya PPKL
tersebut sering mendapatkan uang tip dari para pengurus koperasi yang mereka
datangi karena para pengurus koperasi merasa tidak enak jika PPKL datang hanya
di biarkan begitu saja selain itu juga ada maksud terselubung agar suatu koperasi
dalam pendataannya masih dikategorikan koperasi aktif namun kenyataannya
koperasi yang mati segan hidup tak mau. Keberadaan PPKL ini membawa
harapan bagi perkembangan koperasi di Kota Serang seperti yang disampaikan
oleh I3-1 sebagai berikut :
“Menurut saya kualitas PPKL masih kurang untuk melakukan pembinaan walaupun saat ini jumlahnya memang banyak. Karena dengan ilmu baru diberikan tidak cukup untuk menghadapi permasalahan yang kompleks yang terjadi di lapangan. Maka dari itu saya tekankan agar PPKL lebih banyak membaca dan belajar. Dengan adanya PPKL kami mempunyai harapan agar koperasi-koperasi yang ada di Kota Serang Banten ini supaya berkualitas dan minimal ada penambahan jumlah koperasi dan hal tersebut merupakan keberhasilan dari PPKL”. (Wawancara di Kediaman Narasumber I3-1, tanggal 4 agustus 2016 pukul 11.11). Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh I3-2 yaitu sebagai berikut : “Dihadirkan PPKL itu karena harapannya ada orang-orang yang menekuni di bidang koperasi untuk melakukan pembinaan, jadi SDM nya terbantu dengan adanya PPKL tetapi PPKL saat ini orientasinya sekedar menjalankan hal-hal yang sifatnya administrative jadi ya kurang ada gunanya juga jika setiap melakukan penyuluhan ke koperasi seperti itu. Mereka juga tidak pernah jadi koperasi dan belum mengerti koperasi secara mendalam mereka hanya job seeker , mereka jadi PPKL juga bukan jiwa koperasi tapi karena memang tidak punya pekerjaan, akhirnya melamarlah jadi PPKL”. (Wawancara di Kantor Koperasi Civitas Akademika Untirta Kota Serang, tanggal 30 agustus 2016 pukul 13.50). Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1 dan I3-2 dapat disimpulkan
bahwa dengan dihadirkannya Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan ini bertujuan
untuk membantu dinas dalam melakukan pembinaan kepada koperasi di Kota
Serang sehingga koperasi di Kota Serang bisa bangkit dan berkembang dan
132
menjadi koperasi yang sehat, namun kenyatannya PPKL hanya menjalankan
kegiatan yang bersifat administratif tanpa melakukan pembinaan atau penyuluhan
secara benar yang langsung memberikan pendidikan kepada para koperasi di Kota
Serang hal tersebut juga disebabkan karena jatid diri seorang PPKL tersebut
bukan orang yang memiliki jiwa koperasi namun hanya sebagai pekerja honorer
dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi yang dilimpahkan menjadi PPKL supaya
bisa tetap mendapatkan pekerjaan.
Belum optimalnya anggaran yang dialokasikan untuk melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang. Selain SDM, faktor lain yang sangat penting
dalam organisasi ialah anggaran. Anggaran dibutuhkan untuk menjalankan
organisasi sehingga tercapai tujuan organisasi tersebut. Jika dalam organisasi
keterbatasan anggaran maka akan menjadi hambatan dalam mencapai tujuan
organisasi tersebut. Dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang yang
dilakukan oleh Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi khususnya bidang
koperasi ternyata anggaran yang dialokasikan untuk penyelenggaraan pembinaan
koperasi masih sangat minim. Seperti yang disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut:
“Kalau masalah anggaran memang kami masih terbentur dengan soal itu, sosialisasi yang kita lakukan juga belum maksimal karena salah satu faktornya terbentur dengan anggaran. Kita memang kekurangan tapi kalau melihatnya kurang ya terus-terusan kurang, pasti memang kurang karena urusan koperasi dan umkm kan urusan wajib, sementara bidang perindustrian dan perdagangan itu urusan pilihan artinya mestinya di suatu dinas kita ini yang lebih diprioritaskan itu dibidang koperasi dan umkm tapi ya maklum lah”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang tanggal 19 juli 2016 pukul 14.00). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 yang menyatakan bahwa
anggaran untuk melakukan pembinaan koperasi masih belum maksimal. Oleh
133
karena itu sosialisasi yang dilakukan dalam rangka membina koperasi juga masih
belum maksimal karena terbentur dengan hal tersebut. Dengan adanya kondisi
koperasi yang masih rendah di Kota Serang perlu adanya perhatian dan
pembagian porsi yang lebih untuk bidang koperasi karena bidang koperasi
seharusnya menjadi urusan wajib dari pada bidang lainnya agar program yang
dilakukan berjalan dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh I1-2 sebagai
berikut:
“Mengenai anggaran, saya rasa masih dapat dikatakan belum optimal karena anggaran koperasi sendiri masih kurang, diantara bidang yang lainnya bidang koperasilah yang paling kecil dibandingkan dengan anggaran perdagangan dan perindustrian. Namun pada prinsipnya dengan berapapun anggaran pembinaan koperasi selalu mengoptimalkan program-program tentunya dengan menggunakan prioritas dalam menggunakan anggaran atau bekerjasama melakukan singkronisasi program dengan pihak dinas koperasi provinsi banten. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 yang menyatakan bahwa
anggaran untuk penyelenggaraan pembinaan koperasi di Kota Serang masih
kurang diantara bidang lainnya di dalam satu dinas. Dalam satu dinas anggaran
untuk pembinaan koperasi lah yang paling kecil diantara anggaran perdagangan
dan perindustrian padahal bidang koperasilah yang seharusnya menjadi urusan
wajib dan yang membutuhkan anggaran yang lebih banyak dibandingkan dengan
yang lainnya. Namun dengan kekurangan anggaran dalam pembinaan koperasi,
bidang koperasi tetap melakukan singkronisasi program dengan pihak dinas
koperasi Provinsi Banten tetapi memang dengan pengalokasian anggaran yang
kurang untuk bidang koperasi dibandingkan dengan bidang lainnya akan
menghambat proses pelaksanaan pembinaan koperasi yang dilakukan oleh Dinas
134
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi khususnya bidang koperasi. Hal serupa
juga didukung dengan pendapat dari I3-1 yang menyatakan bahwa :
“Anggaran yang dialokasikan pun menurut saya masih kurang dibandingkan dengan bidang lainnya dalam satu dinas”. (Wawancara di Kediaman Narasumber I3-1 tanggal 4 agustus 2016 pukul 11.11)
Belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang mendukung dalam
melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang seperti kendaraan operasional dan
computer menjadi suatu hambatan dalam penyelenggaraan pembinaan koperasi di
Kota Serang. Seperti yang disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut :
“Kalau untuk sarana prasarana kita masih kurang mencukupi yah. Untuk sarana prasarana ada perkantoran dan di lapangan. Untuk sarpras kantor kita masih kekurangan computer atau laptop karena terkadang kita harus bergantian mengerjakan laporan. Selain itu kendaraan operasional juga tidak ada untuk kelapangan melakukan penyuluhan jadi kita memakai kendaraan pribadi, terus juga kita tidak mempunyai ruangan yang cukup besar untuk melakukan kegiatan pembinaan koperasi. Kita kalau mengadakan acara tidak di kantor karena memang kita tidak punya ruangan disini paling juga ada satu ruang rapat atau aula internal tapi itu tidak bisa mengundang orang terlalu banyak karena memang kapasistasnya tidak mencukupi. Dan kita kalau mengadakan acara juga dihotel atau gedung pertemuan atau restoran atau misalnya langsung ditempat koperasinya seperti melakukan penyuluhan ke koperasi baru. Kita juga belum memiliki mobil/motor penyuluhan atau pembinaan koperasi jadi masih menggunakan kendaraan pribadi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 yang menyatakan bahwa sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh bidang koperasi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang untuk menunjang kegiatan masih
terbatas seperti laptop/ komputer dan kendaraan operasional untuk para petugas
penyuluh koperasi lapangan karena mereka lebih banyak bekerja di lapangan agar
bergerak lebih cepat. Selain itu ruangan yang dimiliki oleh Dinas Perdagangan
135
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang juga tidak banyak untuk melakukan
pembinaan kepada koperasi sehingga jika melakukan pembinaan biasanya
dilakukan di luar kantor dinas. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh I1-3
adalah sebagai berikut :
“Kalau untuk sarpras kita belum cukup ya untuk melakukan pembinaan masih ada beberapa yang kita butuhkan, seperti kita belum punya kendaraan operasional seperti mobil sosialisasi atau motor untuk melakukan pembinaan jadi kita gunakan yang ada saja”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 11.45).
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-3 yang menyatakan
bahwa kendaraan operasional seperti mobil sosialisasi dan motor merupakan
kendaraan yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pembinaan langsung kepada
koperasinya. Namun saat ini sarana prasarana berupa kendaraan operasional
masih memanfaatkan kepemilikan pribadi karena belum terfasilitasinya
kendaraan untuk melakukan pembinaan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan
oleh I1-4 bahwa sebagai berikut :
“Kita itu hanya memanfaatkan kepemilikan sendiri jadi memanfaatkan yang ada, kalau sarana prasarana yang diberikan atau disiapkan dari dinas itu belum ada untuk melancarkan tugas kami. Jadi ya menurut saya sarana prasarana seperti kendaraan operasional, computer, dan laptop perlu ditingkatkan lagi untuk membantu melancarkan pembinaan koperasi yang dilakukan oleh PPKL maupun dinas itu sendiri”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 11.00). Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh I1-5 bahwa sebagai berikut : “Sarana prasarana itu saya rasa masih kurang ya untuk ngebina dari segi kendaraan operasional aja kita tidak punya jadi bawa kendaraan masing-masing saja.(Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 11.27).
136
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh I3-1 adalah sebagai berikut : “Sarpras juga saya rasa masih kurang, terutama mobilitas yaitu sarana prasarana kendaraan operasional. Perlu ada perhatian khusus. (Wawancara di Kediaman Narasumber I3-1, tanggal 4 agustus 2016 pukul 11.11). Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I3-1 bahwa perlu adanya
perhatian khusus untuk pengadaan sarana prasarana penunjang dalam melakukan
pembinaan koperasi karena itu merupakan hal yang penting agar
penyelenggaraan pembinaan koperasi bisa berjalan dengan mudah, lancar dan
optimal. Namun karena kekurangan sarana prasarana untuk melakukan
pembinaan akhirnya sistem yang diberdayakan adalah memanfaatkan yang ada.
Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh I1-1 yaitu sebagai berikut :
“Sekarang sarana prasarananya cukup ya walaupun masih belum menyeluruh mendapatkan sarana prasarana untuk melakukan pembinaan koperasi. Jadi sistemnya kami berdayakan atau manfaatkan yang ada”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 14.00).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 yang menyatakan bahwa
prinsipnya mengenai sarana prasarana itu menggunakan dan memanfaatkan
sarana prasarana yang ada karena untuk penambahan sarana prasarana juga
terbentur dengan minimnya anggaran yang didapatkan oleh bidang koperasi
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang sehingga dengan
adanya prinsip seperti pembinaan koperasi yang dilakukan masih belum
maksimal dan hasilnya pun belum optimal.
Pembinaan Koperasi dirasa sangat perlu untuk menerapkan media
tekhnologi secara kekinian guna melakukan beberapa kegiatan seperti sosialisasi,
137
penyuluhan, pengelolaan akuntansi melalui software yang lebih luas kepada
koperasi-koperasi maupun mensosialisasikan gerakan memasyarkatkan koperasi
di masyarakat. Tidak adanya penggunaan teknologi seperti tidak adanya media
sosialisasi pada media massa seperti website resmi yang dikelola oleh Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi menjadi kelemahan untuk melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang. seperti yang disampaikan oleh I1-1 sebagai
berikut :
”Kalau penggunaan teknologi kita paling hanya melalui email saja, karena kita juga tidak ada website khusus dinas. Dalam melakukan pembinaan juga kita masih manual belum menggunakan software-software untuk membina koperasinya”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 14.00). Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan dari I1-2 bahwa : “Kita belum menggunakan pemanfaatan teknologi atau media elektronik ya dalam melakukan pembinaan koperasi atau sekedar memberikan informasi serta menerima masukan atau laporan mengenai koperasi. Pembinaan yang dilakukan oleh bidang koperasi masih belum modern dengan menggunakan tekhnologi seperti website dan software akuntansi jadi masih manual saja mengajarkannya. Selain itu juga dinas kita ini belum mempunyai website sendiri jadi masih nginduk ke website kota serang, website kota serang juga suka bermasalah”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55). Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-2 yang menerangkan
bahwa dalam melakukan pembinaan koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi Kota Serang belum menggunakan media elektronik seperti
website untuk memberikan informasi, masukan atau laporan mengenai koperasi
kepada masyarakat ataupun belum melakukan sosialisasi dengan menggunakan
media massa seperti website, website yang ada di Dinas tersebut itu hanya
138
website yang masih menginduk pada website Kota Serang namun dalam
kesehariannya website tersebut juga tidak lengkap dalam menghimpun
informasi mengenai koperasi dan masih sering bermasalah karena masih belum
menjadi perhatian yang penting bagi Pemerintah Kota Serang. Selain itu juga
belum mengajarkan pembukuan akuntansi melalui aplikasi atau software jadi
masih menggunakan sistem yang manual. Belum menggunakan teknologi masa
kini dalam melakukan pembinaan koperasi juga disampaikan oleh I1-5 yaitu
sebagai berikut :
”Aduh belum ada mba, kita aja masih secara manual ngajarinnya. Kita juga dari mana softwarenya belinya mahal. Jadi membuat laporan keuangan/neracanya ya manual aja pake buku. Koperasinya juga gak punya dan ga ngerti kitanya juga ga ngerti”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 Juli 2016 pukul 11.27) Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh I1-4 bahwa sebagai berikut : “Kalau koperasi sudah banyak yang menggunakan software atau aplikasi keuangan tapi itu kebanyakan koperasi KSP yang sudah besar, tapi kalo koperasi warga belum memakai itu jadi masih manual. Kita dalam melakukan pembinaan juga belum menerapkan media elektroik atau teknologi seperti sistem informasi dan sebagainya jadi masih manual saja. karena kita juga tidak ada yang berlatar belakang pendidikan IT. Mungkin nanti kalau kita ada kerjasama dengan pihak ketiga tapi sejauh ini kita belum bekerjasama dengan pihak ketiga palingan dengan dekopinwil kalo mau menanyakan masalah software. Kita melakukan pembinaan juga masih secara manual”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 11.00). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-4, dan I1-5 yang menerangkan
bahwa dalam melakukan pembinaan koperasi Dinas bagian koperasi belum
menerapkan media elektronik atau teknologi seperti sistem informasi dan
sebagainya, jadi masih secara manual saja mengajarkannya kepada koperasi.
139
Hal tersebut disebabkan karena para petugas penyuluh koperasi lapangan pun
tidak faham dan mengerti masalah informasi teknologi karena memang mereka
bukan berlatang belakang pendidikan informasi teknologi. Memang sudah ada
beberapa koperasi yang menggunakan software atau aplikasi keuangan tetapi
cara tersebut biasanya digunakan oleh koperasi simpan pinjam yang sudah
besar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sedangkan koperasi-koperasi
di Kota Serang mayoritas belum menggunakan teknologi semacam aplikasi
akuntansi. Namun pada penjelasannya pula menerangkan bahwa akan
bekerjasama dengan pihak ketiga mengenai pemanfaatan teknologi untuk
melakukan pembinaan kepada koperasi di Kota Serang. Belum pernah ada
pelatihan IT maupun media lainnya dalam melakukan sosialisasi juga
disampaikan oleh I2-1 adalah sebagai berikut :
”Kalau untuk pelatihan IT atau dinas menggunakan teknologi dalam menyelenggarakan pembinaan memang belum ada, kita juga belum make kan masih manual saja dari segi manajemennya sama akuntansinya belum mengelola koperasi secara modern”. (Wawancara di kediaman narasumber I2-1, tanggal 14 agustus 2016 pukul 19.45).
Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan
oleh I2-5 sebagai berikut :
”Belum pernah ada penggunaan teknologi seperti software dsb. Untuk sekedar informasi mengenai koperasi dari dinas saja kami susah mendapatkannya karena memang dinas tidak menggunakan website atau media lainnya untuk memberikan informasi terkait koperasi untuk koperasi maupun masyarakat Kota Serang”. (Wawancara di kediaman narasumber I2-5, tanggal 3 agustus 2016 pukul 15.34). Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-1 dan I2-5 menerangkan bahwa
para pengurus koperasi juga belum pernah mendapatkan pembinaan berupa
140
penggunaan teknologi atau pelatihan akuntansi yang berbasis teknologi berupa
software maupun aplikasi, sehingga mereka masih menggunakan pengelolaan
akuntansi secara manual. Dan menurut para pengurus koperasi bahwa saat ini
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi belum mengarah pada
pemanfaatan teknologi karena dinas tidak menggunakan website ataupun media
lainnya untuk memberikan informasi terkait koperasi untuk koperasi itu sendiri
maupun untuk masyarakat Kota Serang.
Sering terjadinya rotasi jabatan menjadi suatu hambatan karena dinamika
kerja akan mengalami perubahan karea perlu beradaptasi. Di dalam pemerintahan
seperti PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau yang sekarang dikenal dengan sebutan
ASN (Aparatus Sipil Negara) terjadinya rotasi jabatan merupakan hal yang biasa
dan wajar terjadi. Baik karena jenjang karir maupun karena faktor politis karena
kewenangan kepala daerah. Rotasi jabatan akan menjadi hambatan apabila tidak
sesuai dengan kompetisinya. Seperti yang disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut :
”Rotasi promosi jabatan, ini menjadi ancaman karena dalam PNS atau sekarang dikenal dengan ASN hal yang wajar jika kita ditempatkan dimana saja. Saya juga dua tahun lalu hasil rotasi jabatan sampai akhirnya ditempatkan di seksi bina koperasi. Sehingga itu yang menyebabkan kita suka tidak/ belum faham dengan satu bidang yang ditempatkan, didukung dengan background pendidikan yang sangat berbeda. Selain itu hambatannya juga dari segi SDM orang dinasnya yang sedikit dalam melakukan pembinaan ke koperasi itu yang menjadi kekhawatiran saat ini”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55). Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut : ”Sering terjadinya rotasi jabatan juga mempengaruhi pembinaan koperasi yang dilakukan oleh dinas, karena rotasi jabatan terjadi antara 1 tahun atau dua tahun jabatan”. (Wawancara di Kantor Dinas
141
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 14.00) Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-2 dan I1-1 yang menerangkan
bahwa rotasi jabatan sering terjadi yang terbaru khususnya pada jabatan Kepala
Seksi. Rotasi jabatan pasti memiliki pengaruh baik itu pengaruh positif maupun
negatif karena ada perpidahan pekerjaan dan tanggung jawab dan akhirnya
mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat jadi terganggu atau terhambat
karena adanya proses pembaharuan. Seperti yang disampaikan oleh I3-1 bahwa
sebagai berikut :
”Dengan adanya rotasi jabatan mempengaruhi kualitas dari SDM itu sendiri. Karena jika sudah terjadi rotasi jabatan diserahkan kepada yang baru sementara yang baru juga tidak mengerti, mereka belajar lagi akhirnya pelayanan terhadap masyarakat khususnya koperasi itu terhambat”. (Wawancara di kediaman narasumber I3-1, tanggal 4 agustus 2016 pukul 11.11). Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I3-1 bahwa terkadang
rotasi jabatan tersebut menjadi ancaman ketika orang tersebut sulit untuk
beradaptasi dan tidak mau untuk belajar sehingga pekerjaan akan terhambat
karena peran dari pemimpin untuk mengarahkan bawahannya tidak optimal dan
hal itu yang akan menghambat dalam melakukan pembinaan kepada koperasi di
Kota Serang. Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa yang menjadi faktor kelemahan (weakness) Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang adalah sebagai berikut :
142
1. Sangat kurangnya kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi khusunya bidang koperasi di Kota
Serang
2. Masih belum memadainya kualitas dari para pegawai dinas yang
membidangi koperasi karena mereka rata-rata bukan berasal dari latar
belakang pendidikan perekonomian yang paham dengan koperasi, tetapi
mereka terus berusaha untuk belajar agar bisa lebih profesional dalam
melakukan pekerjaannya yaitu melakukan pembinaan koperasi. selain itu
kualitas dari Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan yang kurang profesional
dalam membina koperasi dan di rasa belum bisa mengatasi permasalahan
yang menyangkut dengan perkoperasian.
3. Alokasi anggaran dalam penyelenggaraan pembinaan koperasi masih belum
optimal.
4. Masih kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang dalam melakukan
pembinaan koperasi.
5. Pembinaan koperasi di Kota Serang masih belum memanfaatkan teknologi
seperti masih belum memanfaatkan media massa dalam melakukan
sosialisasi sehingga masih kurang masif dalam membina koperasi dan
memasyarakatkan koperasi di Kota Serang, selain itu dalam melakukan
pelatihan akuntansi juga belum menggunakan software maupun aplikasi
yang berkaitan dengan hal tersebut.
143
6. Rotasi jabatan yang sering terjadi khususnya untuk jabatan Kepala Seksi
sehingga menghambat kinerja dalam penyelenggaraan pembinaan koperasi
di Kota Serang.
4.3.3 Opportunities (Peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa yang akan
datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri.
Mengatasi buruknya keadaan koperasi di Kota Serang perlu mengoptimalkan
segala peluang dan potensi yang ada guna memperbaiki atau meningkatkan
sekaligus menciptakan koperasi yang berkembang dan sehat serta memberikan
pandangan kepada masyarakat agar dengan melakukan hidup berkoperasi dapat
membawa kesejahteraan perekonomian dan sosial bagi masyarakat di Kota
Serang.
Peluang dan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
keadaan atau kondisi koperasi yang sehat dan berkembang dapat dilihat dari
penataan potensi pengembangan wilayah Kota Serang karena akan berpengaruh
terhadap adanya perubahan secara nyata bagi masyarakat sekitar dan akan
menjadi sorotan pemerintah dan stakeholders. Potensi pengembangan wilayah
yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Serang Tahun 2014-2018 dan secara umum pengembangan potensi wilayah
di Kota Serang terdapat pada sejumlah kawasan yang memiliki nilai strategis,
yaitu :
144
1. Pengembangan potensi pariwisata di kawasan cagar budaya Banten
Lama.
2. Pengembangan potensi cagar alam di kawasan margasatwa Pulau
Dua.
3. Pengembangan potensi perumahan, perkantoran, wisata belanja, dan
kawasan sport center atau pusat perkotaan olahraga di Kota satelit
Curug dan Kemanisan Curug.
4. Pengembangan potensi perdagangan dan jasa serta pendidikan di
koridor kawasan cepat tumbuh Cipocok Jaya dan Curug.
5. Pengembangan Water Front City atau Pertanian di Kecamatan
Kasemen.
6. Pengembangan Kawasan Agropolitan di Taktakan
7. Pengembangan potensi kawasan Agrowisata buatan di Kecamatan
Curug dan Cipocok Jaya.
Pengembangan potensi wilayah memiliki kaitan erat dengan keadaan dan
kondisi koperasi di wilayah tersebut. Saat ini pemerintah pusat melalui
Kementerian Koperasi dan UKM sedang mengimplementasikan program
memasyarakatkan koperasi atau yang disebut dengan GEMASKOP (Gerakan
Memasyarakatkan Koperasi) dengan adanya program atau kebijakan tersebut
diharapkan pemerintah pusat maupun daerah lebih menggencarkan lagi kesadaran
untuk berkoperasi seperti dengan mendorong mengarahkan dan memotivasi
kelompok sasaran agar tumbuh kesadaran berkoperasi dan berpartisipasi aktif
mengembangkan koperasi. Dengan adanya program tersebut diharapkan
pertumbuhan koperasi di daerah bisa lebih bertambah baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya sehingga tujuan dari adanya koperasi untuk mensejahterakan
perekonomian anggota ataupun masyarakat dapat tercapai. Namun kenyataannya
saat ini keadaan koperasi di Kota Serang masih jauh dari harapan, secara
145
keseluruhan koperasi di Kota Serang belum ada yang sempurna. Koperasi di Kota
Serang yang aktif rata-rata hanya koperasi pegawai sedangkan koperasi
masyarakat atau warga bisa dikatakan mati suri atau hidup segan mati tak mau
selain itu rata-rata koperasi di Kota Serang sekitar 75% merupakan koperasi yang
bergerak di Simpan Pinjam dan hanya 30-40% koperasi warga yang berjalan
selebihnya tidak. Hal tersebut disampaikan oleh I1-4 sebagai berikut :
“Kondisi koperasi di Kota Serang itu memang bisa dibilang berkembang tetapi yang berkembangnya itu koperasi-koperasi pegawai/KPRI, banyak juga koperasi-koperasi angkatan BRIMOB, POLRES semua adanya di Kota Serang dan yang jalan memang sebenernya koperasi-koperasi itu. Kalau untuk koperasi masyarakat sendiri paling sekitar 30-40% yang jalan. Saat ini koperasi semacam koperasi dari gapoktan di Kota Serang sudah jarang terdengar lagi seperti sudah bisa dikatakan tidak aktif padahal salah satu kecamatan di Kota Serang yaitu Kasemen mempunyai potensi pertanian di Kota ini tapi memang keadaanya saat ini koperasi pertanian pun sudah tidak aktif lagi padahal itu merupakan satu peluang yang bisa di manfaatkan jadi dari adanya gapoktan itu dibuat suatu koperasi yang bisa menjalankan perekonomian kelompok itu dengan cara kekeluargaan dan secara gotong royong sehingga tidak memberatkan anggotanya. Saya rasa tidak hanya kasemen aja kecamatan lain juga bisa jadi potensi bagi berkembangnya pertumbuhan hidup berkoperasi kaya misalnya dari segi umkm kita dorong tuh mereka supaya buat koperasi jadi kan sinergis kebijakan dari kementerian sampai ke daerah juga. Cuma koperasi di Kota Serang kebanyakan KSP, KSP baik yang berbadan hukum di Kota Serang maupun cabang dari kota lain. Dan kebanyakan dari Jakarta Bekasi Depok atau Bandung mereka buka cabang di Kota Serang. Tetapi kebanyakan di Kota Serang itu koperasi KSP kaya semacam lising, memang dia ke masyarakat tapi tidak dijadikan anggota masyarakat yang mengakses koperasi tersebut. Sebenernya kalau dibilang koperasi, mereka badan hukumnya koperasi tapi menjalankannya tidak sesuai dengan prinsip koperasi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 Juli 2016 pukul 11.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-4 menerangkan bahwa
keadaan koperasi di Kota Serang masih memprihatinkan tidak semua koperasi di
Kota Serang dikatakan sempurna. Rata-rata koperasi yang aktif dan menjalankan
146
kegiatannya merupakan koperasi pegawai ataupun karyawan yang memang dalam
segi pelaksanaan kegiatannya hanya tinggal lewat gaji mereka namun
kenyataannya koperasi yang hidup engga mati tak mau adalah koperasi warga
yang bisa dikatakan sekitar 30-40 % saja yang aktif koperasinya termasuk
koperasi pertanian di Kota Serang, keadaan koperasi pertanian di Kota ini sangat
memprihatinkan padahal jika dilihat dari segi potensi wilayah di Kota Serang,
salah satu Kecamatan yaitu Kecamatan Kasemen merupakan potensi dari
pengembangan sektor pertanian di Kota Serang, dengan adanya hal tersebut
seharusnya koperasi pertanian juga tumbuh dan berkembang di kelompok
pertanian tetapi kenyataan saat ini koperasi tersebut tidak berkembang, padahal
dengan adanya koperasi pertanian dapat merangkul para kelompok petani di
Kecamatan tersebut terbantu dan membawa manfaat bagi perekonomian petani di
wilayan Kecamatan Kasemen. Selain di wilayah Kasemen yang mempunyai
potensi pertanian terdapat pula Kecamatan Curug dan Cipocok Jaya yang
berpotensi dalam segi UMKM, dengan kelompok sasaran tersebut dapat dirdorong
untuk dapat mendirikan koperasi yang sehat sehingga masyarakat dalpat lebih
berpartisipasi dan berperan aktif dalam membentuk dan mengembangka koperasi.
Sehingga manfaatnya dapat mengembangkan perekonomian di wilayah tersebut.
Dengan adanya kegiatan atau program Gerakan Memasyarakatkan Koperasi
(GEMASKOP) yang saat ini digaungkan oleh pemerintah agar lebih mendorong
pertumbuhan koperasi di daerah-daerah di Kota Serang memiliki kaitannya
dengan penataan potensi pengembangan wilayah di Kota Serang yang akan
berdampak pada pertumbuhan kesadaran berkoperasi di masing-masing
147
kecamatan yang mempunyai berbagai potensi sehingga keadaan koperasi di Kota
Serang bisa lebih bertambah baik dari segi kuantitasnya maupun kualitasnya.
Penataan potensi wilayah menjadi peluang untuk memperbaiki pertumbuhan
kesadaran berkoperasi di Kota Serang. karena perkembangan wilayah tidak
terfokus disatu titik saja melainkan merata dan tertata dengan baik sesuai dengan
potensi yang ada. Hal tersebut diharapkan akan berdampak pada perubahan
kebiasaan masyarakat agar lebih berpartisipasi dan mendorong peran serta
masyarakat untuk hidup berkoperasi maupun mengembangakn koperasi di Kota
Serang.
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang memiliki
tugas dan tanggung jawab dalam bidang koperasi termasuk dalam melakukan
pembinaan koperasi. Namun peran Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi khususnya bidang koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi tidak
menyeluruh hanya Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi yang bertugas
namun banyak SKPD dan lembaga lain yang terlibat atau memiliki tanggung
jawab dalam melakukan pembinaan koperasi seperti diantaranya Dinas Koperasi
dan UMKM Provinsi Banten, Sekretaris Daerah Bidang Kesejahteraan
Masyarakat, Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang (DEKOPINDA),
Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Lembaga Keuangan Dana
Bergulir (LPDB), Badan Usaha, UMKM, Pusat-pusat Koperasi, Kecamatan,
Kelurahan dan pihak-pihak lainnya yang terlibat. Banyaknya SKPD yang terlibat
menjadi sebuah peluang dalam penyelenggaraan pembinaan koperasi di Kota
148
Serang jika dioptimalkan dengan baik tentunya. Seperti yang disampaikan oleh
I1-2 sebagai berikut :
”Sebenernya untuk melakukan pembinaan koperasi atau menangani koperasi ini banyak pihak yang terlibat dan menjalin kerjasama seperti Dinas Koperasi dan Umkm Provinsi Banten, Dekopinda Kota Serang, Lapenkop, Lembaga Keuangan (LPDB), Badan Usaha, UMKM, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan dan Kelautan, Pusat-Pusat Koperasi, kecamatan, kelurahan dan pihak-pihak lainnya tapi memang kami masih belum bekerjasama dengan semuanya baru beberapa saja untuk melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55)
Pernyataan selanjutnya juga disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut : ”Peluang yang bisa kita manfaatkan jadi ada kerjasama dengan DEKOPINDA dengan menjadi pemateri dalam pembinaan atau penyuluhan, kerjasama dengan SKPD lain, dengan SETDA juga bidang kesra kalau misalkan koperasi butuh modal”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 14.00).
Pernyataan selanjutnya juga disampaikan oleh I1-4 sebagai berikut :
“Sebenernya banyak yaa peluang untuk pembinaan koperasi ini bisa bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Dekopinda ataupun Dekopinwil, Dinas Koperasi Provinsi Banten, SKPD di Kota Serang, Badan Usaha juga kan kita bisa kerja sama dengan memfasilitasi koperasi sama bank-bank untuk masalah permodalan”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 11.00). Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh I1-1, I1-2, I1-4
menerangkan bahwa sebenarnya peluang untuk mewujudkan pembinaan koperasi
yang baik di Kota Seranng memang yang paling berwenang dalam melakukan
pembinaan itu Dinas yang membidangi koperasi dalam hal ini Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang namun pembinaan koperasi
ini bersifat sangat terbuka karena sebenernya ada beberapa SKPD terkait yang
149
memiliki peran untuk melakukan pembinaan koeprasi seperti Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Bagian Perdagangan Perindustrian, Dinas Pertanian,
Dinas Sosial, Dinas Perikanan dan Kelautan, Kecamatan dan Kelurahan. Selain
itu masih terdapat banyak lagi mitra yang bisa mendorong perkembangan
koperasi seperti Usaha Kecil Menengah, Lembaga Keuangan, Badan Usaha,
Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang, Perusahaan, Mahasiswa
Gerakan Koperasi dan Persatuan Koperasi seperti yang disampaikan oleh I2-1
sebagai berikut :
“Kalau menurut saya gini, untuk komunitas-komunitas asongan, atau pengrajin kerupuk itu diorganisir untuk membentuk koperasi ataupun komunitas warga, kalau chemistrynya dapet, kompak itu bisa di bangun koperasi. Jadi kita kan banyak UMKM nah di sosialisasikan deh pentingnya koperasi ke komunitas itu saya yakin lebih kena. Dan koperasi bisa lebih memasyarakat dan semakin banyak koperasi yang akan terbentuk jika menggaet komunitas-komunitas tadi”. (Wawancara di Kediaman Narasumber I2-1 tanggal 14 agustus 2016 pukul 19.45) Pernyataan selanjutnya juga disampaikan oleh I3-2 sebagai berikut : “Kita ini kan banyak perusahaan, pembinaan koperasi ini tidak bisa di bebankan dari anggaran 1 T Kota Serang tidak hanya dari APBD, orang yang punya kewenangan itu bisa membangun jejaring kemitraan dengan semua stakeholder dengan perusahaan. Membangun kemitraan dengan mengembangkan koperasi melalui dana-dana csr perusahaan. Pemerintah bisa menggaet seluruh stakeholder untuk bisa ikut mengembangkan koperasi bicara pasar kita gunakan asosiasi pengusaha pasar, kita gunakan kementerian perdagangan. Jadi dinas ini khusunya bidang koperasi untuk melakukan pembinaan tidak berjalan dengan sendirinya tapi bisa bekerjasama dengan stakeholder. Minimal kerjasama dengan bidang lain dalam satu dinas karena sepayung dengan pemerintahan, baru abis itu dengan perusahaan atau stakeholder lainnya. Di pertanian ada gapoktan bisa diikutkan jadi koperasi, di dinsos ada pkh itukan dinsos tidak hanya sekedar mengasih makan tapi bisa juga mengembangkan bisnis ketika bisnis dikembangkan bareng-bareng koperasi masuk kelembagaannya”. (Wawancara di Kantor Koperasi Civitas Akademika Untirta Kota Serang, tanggal 30 agustus 2016 pukul 13.50).
150
Berdasarkan hasil wawancara oleh I2-1 dan I3-2 menyimpulkan bahwa
peluang untuk mewujudkan pembinaan koperasi selain bekerjasama dengan
SKPD atau instansi terkait tetapi juga bisa memanfaatkan peluang untuk
bekerjasama dengan stakeholders, kelompok sasaran yang bisa dijadikan mitra
seperti UMKM, Gerakan Koperasi atau Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota
Serang, Badan Usaha, Lembaga Keuangan Dana Bergulir (LPDB), Lembaga
Keuangan lainnya seperti bank, dan Perusahaan.
Dalam era perkembangan teknologi saat ini sudah seharusnya instansi
pemerintahan menggunakan dan memanfaatkan teknologi dalam melakukan
pelayanan kepada masyarakat tidak terkecuali Dinas yang membidang koperasi
dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang seperti memberikan
informasi terkait dengan koperasi secara luas, lengkap, dan terbaru. Seperti yang
disampaikan oleh I2-5 sebagai berikut :
“Pihak dinas koperasi seharusnya bikin website atau blog karena selama ini masih keterbatasan informasi mengenai koperasi. Jadi supaya lebih professional juga, tapi saat ini belum mengarah kesana. Sebenernya itu bisa menjadi peluang agar pembinaan bisa berjalan dengan massif karena banyak informasi yang bisa di dapatkan oleh gerakan koeprasi maupun masyarakat secara luas tentang koperasi di Kota Serang. Selain itu juga koperasi diarahkan ke pemasrannya jadi dinas koperasi bisa memfasilitasi kerjasama dengan pihak swasta”. (Wawancara di Kediaman narasumber I2-5, tanggal 3 agustus 2016 pukul 15.34). Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I2-5 menyatakan bahwa
saat ini di era perkembangan teknologi sudah saatnya pemerintah khususnya
dinas yang membidangi koperasi memanfatkan teknologi berupa pembuatan
website dan sebagainya agar pelayanan dalam melakukan pembinaan koperasi
berupa memberikan informasi kepada publik dan melakukan pembinaan dengan
151
menggunakan software atau aplikasi akuntansi dapat terlaksana agar pembinaan
koperasi di Kota Serang bisa semakin berkembang sesuai dengan perkembangan
jaman.
Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa yang menjadi faktor peluang (Opportunities) Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam melakukan
pembinaan koperasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kota Serang memiliki perencanaan dalam pembangunan maka perlu di
dorong pembangunan potensi wilayah Kota yang akan berdampak pada
perilaku masyarakat dalam hidup berkoperasi atau Gerakan
Memasyarakatkan Koperasi (GEMASKOP) yang akan berdampak pada
pertumbuhan kesadaran atau partisipasi aktif untuk berkoperasi pada
masyarakat di Kota Serang.
2. Dalam melakukan pembinaan koperasi sebenernya banyak SKPD yang
terlibat diantaranya Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi, Dinas
Pertanian, Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Sekretaris Daerah Khsusnya bidang Kesejahteraan Sosial,
Kecamatan, dan Kelurahan dan sebagainya.
3. Peluang juga bisa dimanfaatkan dari masyarakat, atau kelompok sasaran dan
juga banyak stakeholders yang bisa dijadikan mitra seperti UMKM, Gerakan
Koperasi/ Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang, Badan Usaha,
Lembaga Keuangan Dana Bergilir, dan Perusahaan.
152
4. Di era perkembangan teknologi saat ini perlu dimanfaatkannya media untuk
melakukan pembinaan seperti sosialisasi secara kreatif dan masif dan
melakukan pembinaan pengelolaan keuangan secara modern dengan
menggunakan aplikasi atau software tertentu.
4.3.4 Threats (Ancaman)
Threats merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini
dapat mengganggu organisasi itu sendiri. Kondisi yang terjadi merupakan
ancaman dari luar organisasi itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam
melakukan pembinaan koperasi juga memiliki hambatan yang disebabkan oleh
faktor eksternal atau hambatan yang berasal dari luar organisasi, sehingga
akibatnya dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang belum optimal.
Salah satu hambatan tersebut adalah masih banyak pengurus dan anggota
koperasi yang masih belum faham terhadap kegiatan berkoperasi. Seperti yang
disampaikan oleh I1-1 yang menyatakan sebagai berikut :
“Ancamannya atau kendalanya kadang-kadang dan memang kebanyakan baik pengurus maupun anggota koperasinya mereka belum faham tentang koperasi itu sendiri banyak yang belum mengerti. Selain itu koperasi itu sendiri biasanya yang aktif hanya pengurusnya saja, sementara para anggotanya itu jarang mendapatkan pembinaan dari pengurusnya. Selain itu ancaman untuk koperasinya apalagi koperasi simpan pinjam, di Kota Serang itu banyak bank keliling yang beratasnamakan koperasi tapi tidak menjalankan prinsip koperasi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 14.00).
Pernyataan selanjutnya juga disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut :
153
“Hambatan yang terjadi dari pihak koperasinya, kita sudah ngebina begini begitu tapi feedback nya saya rasa masih kurang, jadi kalau pengurusnya sudah semangat lalu anggotanya susah ya itu repot karena untuk menjalankan atau mengembangkan koperasi itukan harus dengan usaha bersama. Selain itu masih banyaknya pengurus dan anggota koperasi yang tidak paham dengan materi ketika selesai diberikan penyuluhan atau pembinaan atau workshop, jadi sudah langsung lupa dan tidak diterapkan langsung ke aktivitas perkoperasinya karena pembinaan ini bertujuan untuk mengembangkan koperasi tersebut. Lalu para pengurus dan anggota koperasi yang kebanyakan masih kurang peduli untuk mengembangkan usahanya, selain itu faktor kurang aktifnya pengurus dan anggota dalam melakukan pengembangan koperasi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 dan I1-2 menerangkan bahwa
yang menjadi hambatan paling mendasar ada pada pengurus dan anggota
koperasi itu sendiri, seperti diantaranya masih kurangnya keinginan dan
kemauan dari pengurus dan anggota dalam mengembangkan koperasi, selain itu
kurangnya memahami arti berkoperasi atau tidak menjalankan prinsip-prinsip
dalam berkoperasi secara baik dan benar sehingga banyak anggota yang kurang
aktif dalam melakukan pengembangan koperasi padahal koperasi bisa
berkembang dan sehat itu membutuhkan kerjasama semua pihak. Hal tersebut
juga didukung dengan adanya pernyataan dari I2-4 adalah sebagai berikut :
“Mungkin dari anggotanya bu, kalau dari pemerintah kan sebetulnya hanya memfasilitasi. Sebetulnya yang memajukan itukan dari kita yang kurang kompak kurang solid”. (Wawancara di Kantor Koperasi Tunas Mandiri, tanggal 3 agustus 2016 pukul 10.21).
Hal yang sama juga disampaikan oleh I1-4 yaitu sebagai berikut : “Ancamannya itu pengetahuan tentang koperasi dari anggota itu yang masih kurang. Sebenernya bisa memanfaatkan dana pendidikan yang ada di koperasi untuk memberikan pendidikan tentang berkoperasi yang baik dan benar ke anggota supaya memang benar-benar mendapatkan pendidikan agar lebih paham dengan hidup berkoperasi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 11.00)
154
Berdasarkan hasil wawancara I2-4 dan I1-4 menerangkan bahwa yang
menjadi hambatan salah satunya adalah kurangnya kepemahaman dan
ketidakpedulian pengurus dan anggota koperasi dalam mengembangkan atau
memajukan koperasinya. Hal tersebut bisa dilihat dari setelah dilakukan
pembinaan dari pihak dinas yang membidangi koperasi mereka tidak langsung
menerapkan ilmu yang didapatkan dalam proses pembinaan koperas, hal tersebut
yang menyebabkan bahwa koperasi di Kota Serang kurang berkembang dan
masih membutuhkan perhatian. Padahal pembinaan koperasi bisa berjalan dengan
optimal ketika pihak penyelenggara dan pihak yang diselenggarakan harus
sinergi untuk mengembangkan koperasi agar lebih baik lagi dan membawa
manfaat bagi para pengurus maupun anggotanya.
Selain itu persepsi masyarakat mengenai koperasi itu bagaimana masih
belum semuanya faham karena bisa dilihat berdasarkan hal tersebut sehingga
masyarakat Kota Serang yang berpartisipasi untuk ikut serta menjadi anggota
koperasi masih rendah seperti yang disampaikan oleh I3-2 sebagai berikut :
“Dan persepsi masyarakat mengenai koperasi itu apa masih belum semuanya faham.. karena mungkin sosialisasi yang dilakukan dinas tidak berkelanjutan mengenai memasyarakatkan koperasi sehingga masyarakat yang berpartisipasi ikut serta menjadi anggota koperasi masih rendah”. (Wawancara di Kantor Koperasi Civitas Akademika Untirta Kota Serang, tanggal 30 Agustus 2016 pukul 13.50).
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh I1-5 yaitu sebagai berikut :
“Selain itu kepemahaman dan pasrtisipasi masyarakat Kota Serang untuk berkoperasi juga masih kurang, karena saat ini program yang sedang digiatkan oleh pemerintah pusat adalah gemarkop gerakan memasyarakatkan koperasi jadi supaya masyarakat khususnya di Kota Serang lebih terbiasa dengan hidup berkoperasi agar bisa sejahtera
155
warganya”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 11.27)
Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan dari I1-4 : “Selain itu partisipasi masyarakat Kota Serang yang masih rendah untuk
ikut berkoperasi mereka masih menganggap kalau koperasi itu badan usaha sejenis rentenir karena memang menjadi ancaman juga bagi koperasi dengan munculnya koperasi-koperasi simpan pinjam yang menjalankan usahanya seperti lising tapi beratasnamakan koperasi sementara menjalankan usahanya tidak sesuai dengan prinsip koperasi”.(Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 11.00).
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I3-2, I1-5, I1-4 dapat
disimpulkan bahwa rendahnya partisipasi masyarakat Kota Serang untuk ikut
dalam berkoperasi hal tersebut disebabkan karena ada beberapa masyarakat
kota serang yang masih belum faham tentang berkoperasi atau menjalankan
prinsip koperasi yang benar, banyak pula yang mereka menganggap koperasi itu
tidak penting dalam meningkatkan perekonomian karena mereka merasa
khawatir bahwa koperasi itu identik dengan badan usaha yang fiktif dan suka
membawa uang anggotanya dan hal itulah yang menyebabkan partisipasi
masyarakat untuk ikut berkoperasi di Kota Serang masih rendah.
Kesulitan mendapatkan permodalan bagi koperasi untuk pengembangan
koperasinya ternyata menjadi hambatan dalam penyelenggaraan pembinaan
koperasi. Karena jika sudah dibina oleh pihak pemerintah tetapi koperasi itu
sendiri sulit untuk mendapatkan dana untuk bisa mengembangkan usaha
koperasinya juga sama saja berarti pembinaan yang dilakukan menjadi sia-sia
dan kurang bermakna dalam praktiknya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh I2-4
sebagai berikut :
156
“Selain itu pembinaan yang dilakukan oleh dinas kota memang sudah efektif tapi kitanya terbentur dengan biaya, mau mengembangkan juga terbentur dengan biaya, modalnya saja hanya dari anggota. Koperasi kita juga masih jalan ditempat, belum bisa membuat suatu produksi yang bisa berdampak pada perkembangan koperasi ini. Kita hanya ATK di lingkungan sekolah saja, tapi kalau tuntutat waktu workshop ya koperasi itu juga harus ada wirausahanya. Tapi kita hanya baru dari anggota pegawai koperasi. Kita saja simpanan wajibnya hanya 10.000 perbulan”. (Wawancara di Kantor Koperasi Tunas Mandiri, tanggal 3 agustus 2016 pukul 10.21)
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh I1-3 adalah sebagai berikut : “Yang menjadi salah satu hambatan nya yaitu dari segi permodalan, memang kita membina koperasi tersebut dengan pelatihan dsb tetapi balik lagi tujuan kita membina koperasi-koperasi adalah untuk mengembangkan koperasi khususnya yang ada di Kota Serang tetapi mereka tersendat dengan masalah kekurangan modal dan kekurangan akses atau sulitnya mendapatkan modal tersebut sementara saat ini dinas tidak boleh lagi memberikan bantuan berupa uang/modal kepada koperasi kalaupun bantua paling berupa barang. Nah itulah jadi masalah permodalan untuk pengembangan koperasi yang masih sulit didapatkannya. Karena untuk mendapatkan permodalan tersebut membutuhkan syarat-syarat yang khusus terkadang para pengurus dan anggota koperasinya pun masih ada yang tidak mampu atau paham untuk mengurus persyaratan tersebut selain itu juga tidak adanya kemauan yang sungguh-sungguh dan akhirnya mereka menerima dengan keadaan yang ada yaitu mendapatkan modal dari para anggotanya dan modal yang didapatkan juga tidak seberapa. Jika seperti itu tujuan untuk melakukan pembinaan itu untuk mengembangkan koperasi atau supaya koperasi di Kota Serang berkembang menjadi tidak berjalan dengan optimal”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 11.45)
Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh I1-2
yaitu sebagai berikut : “Dan faktor ekonomi seperti permodalan koperasi yang kurang sehingga kegiatan/aktivitas koperasi begitu-begitu saja atau jalan ditempat dan sulit untuk mengembangkan koperasinya”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55).
157
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh I2-4, I1-3, dan I1-2
dapat disimpulkan bahwa sulitnya untuk mendapatkan permodalan bagi
pengembangan koperasi menjadi salah satu ancaman atau hambatan dalam
menyelenggarakan pembinaan koperasi. Karena jika pihak dinas yang
membidangi koperasi telah melakukan pembinaan namun pihak koperasinya ingin
mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan dari pembinaan namun
terhambat dengan kurangnya modal yang mereka miliki sehingga untuk
melakukan pengembangan usaha koperasipun menjadi terhambat dan akhirnya
pembinaan yang dilakukan oleh dinas yang membidangi koperasi menjadi belum
optimal dan terkesan kurang bermakna.
Keberadaan kompetitor atau pesaing juga merupakan suatu ancaman bagi
kelembagaan koperasi di Kota Serang. Keberadaan pesaing tersebut akan
membawa dampak bagi terhambatnya perkembangan usaha yang dijalankan oleh
koperasi yang ada di Kota Serang, dengan adanya usaha waralaba milik swasta
tersebut mempengaruhi perkembangan koperasi serba usaha di Kota Serang selain
itu juga dengan adanya badan usaha keuangan atau rentenir ataupun bank keliling
juga membawa dampak bagi perkembangan koperasi simpan pinjam di Kota
Serang. Seperti yang disampaikan oleh I1-3 sebagai berikut :
“Ancaman lainnya juga banyaknya/ menjamurnya usaha waralaba yang mengganggu keberadaan koperasi serba usaha di Kota Serang sehingga koperasi serba usaha yang didirikan oleh pengurus dan anggota koperasi menjadi bangkrut dan tidak beroperasional lagi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 11.45).
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh I2-5 adalah sebagai berikut : “Untuk pengembangan sebenernya dinas koperasi sudah membantu, sempat bikin bina mart tapi di tengah jalan bina martnya ini mati dan
158
sudah tidak berjalan lagi usahanya. Itu juga dikarenakan karena banyaknya saingan seperti alfamart dan indomart yang sudah semakin merajalela koperasi seba usaha seperti pewaralaba seperti itu. Selain itu dari pihak kami SDMnya juga masih belum faham ilmunya, selain itu ketidaksiapan dari pengurus maupun anggota koperasi untuk mengelola bina mart ini juga yang mengakibatkan bina mart ini tidak berjalan lagi”. (Wawancara di Kediaman Narasumber I2-5 tanggal 3 agustus 2016 pukul 15.34)
Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan dari I1-2 sebagai berikut : “Masih ada beberapa koperasi yang atas namanya atau badan hukumnya koperasi tetapi pada saat menjalankan kegiatan sehari-harinya itu tidak sesuai dengan prinsip perkoperasian. Contohnya seperti menjamurnya lising yang beratasnamakan koperasi atau badan hukumnya koperasi tetapi menjalankan kegiatannya tidak sesuai dengan prinsip koperasi yang benar seperti meminjamkan uang ke yang bukan selain anggota dan membagikan keuntungannya tidak kepada seluruh anggota melainkan hanya untuk dikonsumsi pribadi jadi bukan untuk kemaslahatan bersama”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi tanggal 14 Juli 2016 pukul 10.55) Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1-3, I2-5, I1-2 bahwa
keberadaan badan usaha lain seperti pewaralaba dan bank keliling juga menjadi
suatu hambatan atau ancaman dalam perkembangan koperasi di Kota Serang hal
ini berkaitan dengan pembinaan koperasi karena diadakannya pembinaan
koperasi itu untuk mengembangkan atau memberdayakan koperasi namun
kenyataannya kehadiran competitor atau pesaing tersebut membawa dampak
kepada koperasi karena dengan kehadiran mereka masyarakat Kota Serang lebih
memilih untuk mengakses badan usaha tersebut dibandingkan dengan koperasi
dan akan membawa pada ketidakperkembangannya koperasi di Kota Serang.
padahal keuntungan dari koperasi pun tidak seberapa dan koperasi lama-lama
akan tergilas keberadaannya dengan badan usaha swastaa tersebut.
159
Peran dari stakeholders sangat penting dalam penanganan pembinaan
koperasi di Kota Serang ini mengingat banyak stakeholders yang harus terlibat
untuk mengatasi permasalahan tersebut sesuai tugas pokok dan fungsinya seperti
Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang, Petugas Penyuluh Koperasi
Lapangan (PPKL), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA),
Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Sosial, Lembaga Keungan
Dana Bergulir, UMKM, Badan Usaha lain dan sebagainya. Untuk itu kerjasama
menjadi hal yang sangat penting untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun
saat ini kerjasama menjadi sebuah hambatan dalam mengatasi permasalahan
pembinaan koperasi karena belum berjalan dengan baik atau belumnya menjalin
kerjasama dengan beberapa SKPD. Seperti yang disampaikan oleh I3-1 yaitu
sebagai berikut :
“Ada kerjasama antara Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi khusunya bidang koperasi dengan DEKOPINDA Kota Serang dan sudah berjalan baik tetapi memang harus terus di tingkatkan lagi kerjasamanya. Namun kerjasama yang dilakukan antar SKPD masih sangat lemah atau sangat kurang untuk membina dan mengembangkan koperasi di Kota Serang karena masih sebatas wacana saja belum ada tindakan”. (Wawancara di kediaman narasumber I3-1, tanggal 4 agustus 2016 pukul 11.11). Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I3-1, menerangkan bahwa
kerjasama antara Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi khususnya
bidang koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang sudah
berjalan dengan baik untuk melakukan kerjasama dalam melakukan pembinaan
koperasi seperti melakukan sosialisasi, dan pembinaan kepada pengurus koperasi
biasanya dekopinda menjadi pemateri dalam penyelenggaraan pembinaan yang
dilakukan oleh Dinas yang membidangi koperasi. Namun hubungan kerjasama
160
antar SKPD yang terkait atau lintas sektor masih sangat lemah bahkan sangat
kurang untuk menjalin hubungan dalam konteks pembinaan koperasi sehingga
perannya masih berjalan masing-masing seharusnya jika kerjasama atau
hubungan antar SKPD berjalan seiringan dan sinergis akan menghasilkan
pembinaan yang optimal dan terfokus maupun menyeluruh. Kerjasama yang
dilakukan lintas sektor sudah sering diajukan di berbagai forum pertemuan
namun implementasinya tidak baik bahkan dengan beberapa SKPD tidak
berjalan. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh I3-2, sebagai berikut :
“Sebenernya gagasan-gagasan bisa bekerjasama dengan siapa saja sudah jelas dan sudah diajukan di berbagai forum tapi implementasinya memang kerjasama dengan SKPD atau lembaga lainnya tidak baik bahkan dengan beberapa SKPD tidak berjalan”. (Wawancara di Kantor Koperasi Civitas Akademika Untirta, tanggal 30 agustus 2016 pukul 13.50).
Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan dari I1-2 yaitu sebagai berikut : “Sejauh ini pembinaan dilakukan dari kita ajasih, tidak ada atau belum ada kerjasama dengan SKPD lain. Sejauh ini yang kita lakukan baru dengan dekopinda Kota Serang karena dekopinda adalah kumpulan gerakan koperasi di Kota Serang jadi mereka tahu apa saja masukan-masukan yang harus dilakukan dalam melakukan pembinaan koperasi tetapi itu juga dirasa masih kurang intensitasnya”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 14 juli 2016 pukul 10.55)
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh I1-4 : “Nah itu dia peluang memang banyak tapi belum kita manfaatkan, jadi kalau koordinasi masih kurang. Sebenernya lintas program antar SKPD juga sangat penting kita bisa masuk seperti ke penyuluh pertanian. Kita seharusnya kerjasama ke penyuluh-penyuluh lain ya seperti ke penyuluh pertanian, dinas tenaga kerja dan sebagainya kita bisa masuk kesitu. Cuma kita belum merumuskan semuanya itu jadi kita baru hanya pada dinas koperasi ini dengan koperasinya. Jadi belum kita kembangkan ke yang lain jadi masih focus ke pembinaan koperasi-koperasi secara umum saja. Paling kerjasamanya baru Dekopinda/Dekopinwil dan Lapenkop masih hanya sebatas itu dan saya rasa intensitasnya juga masih kurang mesti ditingkatkan lagi”. (Wawancara di Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, tanggal 19 juli 2016 pukul 11.00)
161
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I3-2, I1-2, I1-4 menerangkan
bahwa pembinaan koperasi yang dilakukan oleh Dinas yang membidangi
koperasi saat ini memang belum bekerjasama dengan SKPD lain, kerjasama
untuk melakukan pembinaan saat ini hanya baru dengan DEKOPINDA Kota
Serang namun kerjasama tersebut juga masih perlu adanya peningkatan atau
intensitasnya ditambahkan karena sejauh ini memang pembinaan yang dilakukan
hanya dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi saja belum
bekerjasama dengan lintas sektor, lintas SKPD dan kerjasama dengan
Stakeholder pun perlu dimulai dari awal dengan stakeholder yang belum
menjalin kerjasama tetapi jika sudah adanya kerjasama tetap harus adanya
peningkatakan agar pembinaan yang dilakukan bisa lebih efektif efisien dan
optimal sehingga hasilnya pun koperasi di Kota Serang dapat lebih diberdayakan
dan berkembang.
Dari data lapangan yang telah dijelaskan diatas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa yang menjadi faktor ancaman (threats) Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam melakukan pembinaan koperasi
adalah sebagai berikut :
1. Masih banyak pengurus dan anggota koperasi yang kurang paham dan kurang
peduli untuk mengembangkan perkoperasiannya.
2. Kurangnya kepemahaman masyarakat Kota Serang dalam berkoperasi
sehingga mengakibatkan partisipasi masyarakat Kota Serang untuk
berkoperasi juga masih rendah.
3. Sulitnya mendapatkan permodalan untuk pengembangan koperasi.
162
4. Banyaknya pesaing koperasi seperti usaha waralaba milik swasta dan badan
usaha/ bank keliling dan rentenir yang menghambat perkembangan koperasi
sehingga koperasi serba usaha di Kota Serang yang rata-rata gulung tikar.
5. Dan masih lemahnya kerjasama antar SKPD dan stakeholders lain dan
perusahaan atau pelaku usaha yang belum baik atau belum terjalin.
4.4 Pembahasan
Dari pemaparan di atas mengenai gambaran umum analisis SWOT Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam pembinaaan koperasi di Kota
Serang dapat diketahui bahwa dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota
Serang Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang masih
mengalami permasalahan yang cukup kompleks sehingga perlu analisis yang
lebih mendalam.
Permasalahan yang kompleks dalam melakukan pembinaan koperasi di
Kota Serang, sehingga dalam identifikasi masalah penelitian mengamati masih
identifikasi diantaranya masih banyaknya koperasi resmi di Kota Serang yang
tidak aktif terlihat dari data pada tahun 2014 awalnya 342 lalu tahun 2015
jumlah koperasi menjadi 182 terdiri dari koperasi aktif 93 koperasi tidak aktif
67, kurangnya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kepada koperasi di
Kota Serang, masih adanya manajemen koperasi yang dikelola secara sederhana,
dan kurangnya partisipasi masyarakat untuk berkoperasi terlihat dari minimnya
anggota koperasi tahun 2014 sebesar 12.402 dengan persentase 2.02% dari
jumlah penduduk Kota Serang sebanyak 613.774 jiwa.
163
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu kiranya menganalisis lebih
mendalam untuk menentukan strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
pembinaan koperasi. Dalam analisis SWOT akan dianalisis apa yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga dapat merumuskan strategi
yang tepat. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Faktor kekuatan (strengths) Dinas Perdagangan Peridustrian dan
Koperasi dalam pembinaan koperasi di Kota Serang diantaranya adalah adanya
Undang-Undang Republik Indonesia No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasiaan
selian itu didukung dengan adanya Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM
Republik Indonesia No.10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan
Koperasi yang mendorong Pemerintah Daerah yang membidangi bidang
koperasi untuk melakukan pembinaan secara optimal. Kebijakan Pemerintah
Kota Serang saat ini sudah mulai berorientasi dan mendukung pada
pengembangan koperasi dilihat dari adanya Peraturan Daerah yang sedang di
susun tentang pemberdayaan koperasi hal tersebut menunjukkan bahwa
Pemerintah Daerah Kota Serang sudah mulai memberikan perhatian kepada
keadaan koperasi agar bisa menjadi alat untuk mensejahterakan perekonomian
anggota secara khusus dan masyarakat Kota Serang secara umum. Selain itu
Pemerintah Pusat dan Provinsi melalui Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi
Banten telah memberikan perhatian lebih kepada Kota Serang dengan
mengirimkan Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) sebanyak 28 orang
dan merupakan jumlah terbanyak di daerah Provinsi Banten.
164
Faktor kelemahan (weakness) Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang dalam pembinaan koperasi diantaranya adalah masih
sangat kurangnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Dinas khususnya
bidang koperasi di Kota Serang, Kualitas Sumber Daya Manusia Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dan Petugas Penyuluh
Koperasi Lapangan yang masih belum memadai dan profesional dalam membina
koperasi di Kota Serang, alokasi anggaran dalam melakukan pembinaan
koperasi masih belum optimal, masih kurangnya sarana dan prasarana yang
menunjang dalam melakukan pembinaan koperasi, pembinaan koperasi di Kota
Serang masih belum menggunakan pemanfaatan teknologi atau belum adanya
media massa dalam mensosialisasikan berita maupun penyelenggaraan
pembinaan koperasi sehingga masih kurang massif dan rotasi jabatan yang suka
terjadi khususnya Kepala Seksi maupun staff sehingga menjadi penghambat
dalam melakukan pelayanan publik berupa pembinaan kepada koperasi di Kota
Serang.
Faktor peluang (opportunities) Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang dalam pembinaan koperasi di Kota Serang adalah Kota
Serang memiliki perencanaan dalam pembangunan selain itu adanya program
pemerintah pusat yaitu Gerakan Memasyarakatkan Koperasi (GEMASKOP)
untuk di berbagai daerah sehingga perlu adanya sinergitas dalam
mengimplementasikan program tersebut di Kota Serang, maka perlu di dorong
pengembangan potensi wilayah Kota yang akan berdampak pada pertumbuhan
kesadaran berkoperasi masyarakat di Kota Serang, dalam melakuakn pembinaan
165
koperasi sebenarnya banyak SKPD yang terlibat diantaranya Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), Sekretaris Daerah bagian Kesejahteraan Sosial, Dinas Pertanian,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten dan
sebagainya, peluang juga bisa dimanfaatkan dari masyarakat atau kelompok
sasaran dan stakeholders yang bisa dijadikan mitra seperti UMKM, Gerakan
Koperasi/ Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang, Badan Usaha,
Lembaga Keuangan, Lembaga Pengelola Dana Bergulir, Lembaga Pendidikan
Koeprasi, serta Perusahaan. Pada era perkembangan teknologi saat ini perlu
memanfaatkan media elektronik untuk melakukan pembinaan kepada koperasi
berupa sosialisasi-sosialisasi secara kreatif dan masif.
Faktor ancaman (threats) Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
dalam pembinaan koperasi di Kota Serang adalah masih banyak pengurus dan
anggota koperasi yang kurang paham dan kurang peduli untuk mengembangkan
perkoperasiannya, kurangnya kepemahaman masyarakat Kota Serang dalam
berkoeprasi sehingga mengakibatkan partisipasi masyarakat Kota Serang dalam
berkoperasi juga masih rendah, sulitnya mendapatkan permodalan untuk
pengembangan koperasi, banyaknya pesaing koperasi seperti usaha waralaba
milik swasta dan bdan usaha/ bank keliling dan rentenir yang menghambat
perkembangan koperasi serba usaha dan simpan pinjam di Kota Serang, dan
masih lemahnya kerjasama antar SKPD dan stakeholders lain dan perusahaan
atau kerjasama dengan pelaku usaha yang belum baik atau belum terjalin. Jika
digambarkan menggunakan Matriks SWOT dapat dilihat sebagai berikut :
166
Tabel 4.10
Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strengths (S) Weaknesses (W)
a. Undang-Undang RI No 25 Tahun 1992 dan Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM RI No.10/Per/ M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi
b. Kebijakan Pemerintah Kota Serang sudah mulai memperhatikan pemberdayaan koperasi
c. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi telah memberikan perhatian kepada Kota Serang dengan mengirimkan PPKL berjumlah 25 orang.
a. Kurangnya SDM bidang koperasi DinasPerdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
b. Kualitas SDM DAN Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) Masih belum memadai atau kurang profesional
c. Alokasi anggaran untuk pembinaan koperasi belum optimal
d. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang dalam penyelenggaraan pembinaan koperasi
e. Belum menggunakan pemanfaatan teknologi dalam melakukan pembinaan koperasi
f. Sering terjadi rotasi jabatan. Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
a. Pengembangan potensi wilayah kota akan berdampak pada pertumbuhan kesadaran berkoperasi masyarakat Kota Serang
b. Banyak intansi/SKPD yang harusnya teribat.
c. Banyak masyarakat atau kelompok sasaran dan stakeholders yang bisa dijadikan mitra seperti UMKM, Gerakan koperasi atau DEKOPINDA, Badan Usaha,
a. Merangkul stakeholders yang bisa dijadikan mitra seperti DEKOPINDA, perusahaan, UMKM, kelompok masyarakat, kelompok sosial, gerakan koperasi, untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana berkoperasi.
b. Mendorong pembentukan koperasi baik pada instansi pemerintah maupun swasta serta kelompok masyarakat (Petani,
a. Membangun koordinasi dan kerjasama yang baik antar dengan SKPD lain.
b. Mengoptimalkan SDM yang ada dan melibatkan stakeholders.
c. Mengoptimalkan anggaran yang ada serta membangun kemitraan dengan stakeholders.
d. Mengoptimalkan peran media elektonik dalam melaksanakan pembinaan koperasi
167
Lembaga Keuangan (LPDB), Komunitas Sosial dan Perusahaan.
d. Pemanfaatan teknologi media massa
Nelayan) dsb. c. Memanfaatkan media
elektronik untuk melakukan sosialisasi tentang berkoperasi secara masif.
Threats (Ancaman) Strategi ST Strategi WT
a. Masih banyak pengurus dan anggota koperasi yang kurang paham dan peduli terhadap pengembangan perkoperasiaan.
b. Kurangnya kepemahaman masyarakat Kota Serang dalam berkoperasi
c. Sulitnya mendapatkan permodalan untuk pengembangan koperasi
d. Banyak pesaing koperasi seperti usaha waralaba milik swasata dan bank keliling atau rentenir yang menghambat perkembangan koperasi
e. Kerjasama antar SKPD dan
stakeholders tidak berjalan baik
a. Melakukan sosialisasi secara masif dan kreatif agar masyarakat khususnya pengurus dan anggota koperasi akan sadar paham dan peduli Tentang berkoperasi.
b. Memotivasi serta memfasilitasi kelompok masyarakat untuk membentuk koperasi
c. Membangun koordinasi dan kerjasama antar SKPD serta stakeholder agar terintegrasi dan bersama-sama membangun semangat berkoperasi.
d. Mendorong masyarakat atau pengurus maupun anggota koperasi untuk membangun koperasi yang produktif dan mampu berdaya saing sehingga koperasi di Kota Serang bisa berkembang
a. Melakukan pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan perkoperasiaan.
b. Mengoptimalkan peran Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) serta meningkatkan kualitas PPKL.
c. Mengembangkan media elektronik yang membantu dalam program penyadaran serta menumbuhkan semangat berkoperasi.
d. Melakukan kerjasama dan singronisasi program antar SKPD yang terkait dalam penyelenggaraan pembinaan perkoperasian.
e. Membangun kemitraan dengan stakeholder dan pihak swasta untuk menumbuhkan semangat berkoperasi.
(Sumber : Peneliti diolah, 2016)
1. Strategi SO (Strengths – Opportunities)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa strategi pembinaan koperasi di Kota Serang
berdasarkan strategi SO (Strengths – Opportunities) yang dapat dilakukan
168
diantaranya : Merangkul stakeholders yang bisa dijadikan mitra seperti
DEKOPINDA, perusahaan, UMKM, kelompok masyarakat, kelompok
sosial, gerakan koperasi, untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang bagaimana berkoperasi karena pihak Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi khususnya bidang koperasi dirasa kurang
optimal jika sosialisasi yang dilakukan tanpa bekerjasama dengan mitra-
mitra terkait, hal tersebut juga bertujuan agar semua pihak baik dari
pengurus maupun anggota koperasi Kota Serang dapat paham dan
mengerti bagaiamana hidup berkoperasi sehingga jika dua hal tersebut
sudah dilaksanakan, diharapkan dapat menumbuhkan rasa peduli untuk
menggerakkan dan mengembangkan koperasinya sehingga seluruh
anggota koperasi bisa terbantu dengan adanya koperasi dan secara umum
perekonomian masyarakat Kota Serang dapat terbantu dengan manfaat
dari berkoperasi. Mendorong pembentukan koperasi baik pada instansi
pemerintah maupun swasta serta kelompok masyarakat (Petani, Nelayan)
dsb. Karena berdasarkan undang-undang pengertian pembinaan koperasi
tidak hanya memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi
tetapi juga pemerintah harus menciptakan dan mengembangkan iklim dan
kondisi yang mendorong pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi
sehingga pemerintah yang membidangi koperasi dalam hal Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi diharapkan untuk melakukan
gerakan memasyarakatkan koperasi sehingga potensi-potensi koperasi di
Kota Serang seperti koperasi dari kelompok pertanian maupun nelayan
169
serta barang dan jasa (UMKM) diharapkan lahir kembali ataupun
meningkat pertumbuhannya sehingga budaya berkoperasi di Kota Serang
bisa terwujud. Memanfaatkan media elektronik untuk melakukan
sosialisasi tentang berkoperasi secara masif karena saat ini pihak Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi khususnya bidang koperasi Kota
Serang dalam melakukan pembinaan koeprasi belum memanfaatkan media
elektronik dalam melakukan salah satu bentuk pembinaan yaitu sosialisasi
karena saat ini peran media eletronik memiliki peran yang sangat penting
di era globalisasi saat ini agar para pengurus ataupun masyarakat dapat
mudah mengakses serta lebih efektif dalam menyampaikan informasi
kepada publik mengenai koperasi.
2. Strategi WO (Weakness – Opportunities)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara, bahwa strategi pembinaan koperasi di Kota Serang, strategi
WO (Weakness-Opportunities) yang dapat dilakukan diantaranya:
Membangun koordinasi dan kerjasama yang baik antar dengan SKPD lain,
dengan melakukan koordinasi dan kerjasama akan lebih mudah dalam
mengatasi permasalahan koperasi. Mengoptimalkan SDM yang ada dan
melibatkan stakeholders, dengan keterbatasan SDM yang dimiliki oleh
bidang koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang yang ada perlu kiranya melibatkan partisipasi dari stakeholders
dalam melakukan pembinaan koeprasi seperti Dewan Koperasi Indonesia
Daerah Kota Serang, gerakan koperasi, kelompok masyarakat, mahasiswa
170
dan lain sebagainya untuk terlibat dalam melakukan pembinaan koperasi
secara massif dan berkelanjutan. Mengoptimalkan anggaran yang ada serta
membangun kemitraan dengan stakeholders, memang anggaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam berorganisasi namun
keterbatasan anggaran bisa saja diantisipasi dengan membangun kemitraan
dengan perusahaan yang memiliki dana CSR dan pihak swasta untuk turut
serta memfasilitasi dalam melakukan pembinaan koperasi.
Mengoptimalkan peran media elektonik dalam melaksanakan pembinaan
koperasi karena dengan cara mensosialisasikan tentang pentingnya peran
koperasi berdasarkan dengan fakta yang ada di lapangan dapat
menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk berkoperasi
serta mengubah perilaku-perilaku pengurus maupun anggota koperasi
untuk aktif dalam mengembangkan koperasinya.
3. Strategi ST (Strengths – Threats)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa strategi dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota
Serang, strategi ST (Strengths – Threats ) yang dapat dilakukan
diantaranya adalah sebagai berikut : Melakukan sosialisasi secara masif
dan kreatif agar masyarakat khususnya pengurus dan anggota koperasi
akan sadar paham dan peduli tentang berkoperasi, dengan cara ini akan
terlihat perubahan yang terjadi karena perlunya sosialisasi dan pembinaan
yang berkala atau berkelanjutan dan kreatif agar pengurus dan anggota
koeprasi tidak bosan untuk ikut dalam kegiatan pembinaan serta
171
sasarannya tidak hanya kepada koperasi yang sudah bagus saja
perkembangannya sedangkan seharusnya koperasi yang masih kecil atau
rendah perkembangannya seharusnya juga bisa ikut merasakan pembinaan
koperasi yang dilakukan oleh dinas sehingga prinsip pembinaanya
menyeluruh kepada koperasi yang ada di Kota Serang dan tidak tebang
pilih. Memotivasi serta memfasilitasi kelompok masyarakat untuk
membentuk koperasi, dengan cara ini kelompok masyarakat Kota Serang
seperti kelompok UMKM kelompok petani maupun kelompok nelayan
bisa dirangkul oleh pihak Dinas dan dapat termotivasi untuk mendirikan
koperasi sesuai dengan kebutuhan kelompok masayrakatnya sehingga
pertumbuhan koperasi aktif di Kota Serang dapat bertambah. Membangun
koordinasi dan kerjasama antar SKPD serta stakeholder agar terintegrasi
dan bersama-sama membangun semangat berkoperasi. Mendorong
masyarakat untuk membangun koperasi yang produktif dan mampu
berdaya saing sehingga koperasi di Kota Serang bisa berkembang, dengan
cara ini pemerintah terus memberikan perhatian dan motivasi kepada
masyarakat yang berkoperasi agar mereka terus mengembangkan
koperasinya sehingga manfaat koperasi bisa dirasakan oleh seluruh
anggotanya selain itu juga memberikan fasilitas dengan bekerjasamanya
pemerintah dengan lembaga keuangan maupun perusahaan dengan cara
memberikan kemudahan mendapatkan modal agar koperasi yang ingin
berkembang namun terkendala dengan tidak memiliki modal yang cukup
bisa terbantu.
172
4. Strategi WT (Weakness – Threats)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa strategi dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota
Serang, strategi WT (Weakness – Threats) yang harus dilakukan
diantaranya adalah sebagai berikut : Melakukan pengadaan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan perkoperasiaan, pengadaan sarana dan
prasarana sangat penting sekali untuk melancarkan pelaksanaa program
terutama kendaraan operasional seperti motor dan mobil operasional yang
dirasa perlu selain itu juga komputer yang sangat dibutuhkan dan juga
tempat yang memenuhi yang dimiliki oleh dinas untuk melakukan
pembinaan koeprasi di Kota Serang. Mengoptimalkan peran Petugas
Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) serta meningkatkan kualitas PPKL,
karena PPKL merupakan petugas yang memiliki tanggung jawab paling
besar dalam keberhasilan suatu pembinaan koperasi karena itu PPKL di
Kota Serang seharusnya dioptimalkan lagi dari segi kualitasnya karena
dari segi kuantitasnya dirasa PPKL sudah cukup untuk melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang jadi seharusnya setiap minggu harus
ada pertemuan antara PPKL dan pihak Dinas untuk membahas
permasalahan apa saja yang dihadapi oleh PPKL dalam melakukan
pembinaan di lapangan selanjutnya pihak dinas sama-sama menyoroti dan
memberikan penilaian maupun perhatian terhadap kinerja PPKL agar
tujuan adanya PPKL untuk membantu Dinas dalam melakukan pembinaan
koperasi di lapangan bisa optimal pelaksanaanya dan hal tersebut akan
173
berhubungan dengan perkembangan kualitas maupun kuantitas koperasi di
Kota Serang. Mengembangkan media elektronik yang membantu dalam
program penyadaran serta menumbuhkan semangat berkoperasi, dengan
cara ini pihak yang membidangi koperasi yaitu Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang lebih mengembangkan lagi media
elektronik berupa website yang dimiliki saat ini karena website yang ada
saat ini masih sangat jauh dari perkembangan website miliki SKPD terkait
di daerah lain. Jadi seharusnya Dinas lebih mengembangkan lagi media
elektronik seperti website untuk membantu program-program
perkoperasian yang dilakukan oleh bidang koperasi di Kota Serang
Melakukan kerjasama dan singkronisasi program antar SKPD yang terkait
dalam penyelenggaraan pembinaan perkoperasian, dengan cara ini pihak
Dinas terkait dapat melakukan singkronisasi program kepada pihak Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Banten, pihak Kementerian Koperasi dan
UMKM dan pihak Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang maupun dinas terkait lainnya sehingga bisa sama-sama melakukan
pembinaan koperasi secara optimal dan efisien. Membangun kemitraan
dengan stakeholder dan pihak swasta untuk menumbuhkan semangat
berkoperasi.
Berdasarkan strategi analisis SWOT yang telah disajikan di atas, peneliti
mencoba merumuskan strategi alternatif yang dapat dilakukan oleh Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi di
Kota Serang, strategi alternatif tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
174
1. Strategi I, strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang. Pada strategi ini Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi perlu melakukan penguatan
kelembagaan dengan cara meningkatkan manajemen oraganisasi di
instansi tersebut dengan memperhatikan sejak dini perencanaan dalam
membuat program-program untuk upaya mengatasi permasalahn
perkoperasiaan, meningkatkan kekuatan SDM dengan meningkatkan
jumlah SDM bidang koperasi dan meningkatkan kualitas SDMnya serta
mengoptimalkan peran PPKL dalam melakukan penyuluhan atau
pembinaan kepada koperasi secara langsung agar pembinaan yang
dilakukan tidak hanya sekedar penyuluhan secara administratif namun
bertujuan untuk sama-sama membangun dan mengembangkan koperasi di
masyarakat Kota Serang, meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar
bidang, meningkatkan alokasi anggaran untuk program pembinaan
koperasi, meningkatkan sarana prasarana yang berguna untuk menunjang
dalam melaksanakan pembinaan koperasi, serta mengembangkan media
elektronik seperti aplikasi-aplikasi untuk mengelola akuntansi secara
modern selain itu website untuk memberikan informasi serta menjadi
media sosialisasi secara kreatif dan massif terkait masalah perkoperasiaan
di Kota Serang.
2. Strategi II, Strategi membangun serta memperkuat kerjasama lintas sektor
dalam melakukan pembinaan koperasi. Pada strategi ini Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi perlu meningkatkan komunikasi
175
lintas sektor baik secara formal maupun informal. Meningkatkan
kerjasama dengan stakeholders atau SKPD memiliki peran untuk
mengatasi permasalahan pembinaan koperasi seperti kerjasama dengan
Badan Perencanaan Pembanguna Daerah, Dinas Perdangangan
Perindustrian dan Koperasi, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas Sosial, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten,
Kementerian Koperasi dan UKM RI, Kecamatan dan Kelurahan.
Melakukan sinkronisasi program kerja SKPD terkait penyelenggaraan
pembinaan koperasi agar terhubungnya atau terintegrasinya program yang
terarah dan efektif sehingga SKPD bisa saling berjalan beriringan untuk
melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang. Selain itu membentuk
keompok gerakan koperasi lintas sektor untuk berperan dalam melakukan
pembinaan koperasi. Sedangkan menjalin kerjasama dengan stakeholders
seperti dengan Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang maupun
Wilayah Banten, Lembaga Pendidikan Koperasi, selain itu kelompok
masyarakat seperti UMKM, Kelompok-kelompok koperasi, Lembaga
Keuangan, Badan Usaha, Perusahaan dsb.
3. Strategi III, strategi mendorong peran serta masyarakat khususnya
pengurus dan anggota koperasi untuk berperan aktif dalam
mengembangkan dan memberdayakan koperasi. Strategi ini diharapkan
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang merangkul
masyarakat atau khususnya pengurus maupun anggota koperasi atau
gerakan koperasi untuk bersama-sama terlibat dalam menyelenggarakan
176
pembinaan koperasi yang bertujuan untuk mengembangkan koperasi di
Kota Serang namun pembinaan yang dilakukan tidak boleh tebang pilih,
Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang khususnya
bidang koperasi melakukan pembinaan tidak hanya melakukan pembinaan
kepada pengurus koperasi saja melainkan juga anggota koperasi karena
anggota koperasi memiliki peran yang penting dalam berjalannya suatu
koperasi untuk berkembang. Selain itu memfasilitasi dan mendorong
terbentuknya komunitas – komunitas koperasi seperti mendorong dan
mendukung ataupun bekerjasana dengan Dewan Koperasi Indonesia
Daerah Kota Serang dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
pemberdayaan koperasi. Selain itu Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi juga harus membangun kemitraan dengan perusahaan untuk turut
memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pembinaan koperasi
dengan pemanfaatan dana CSR untuk dioptimalkan guna memberikan
kerjasama atau kemitraan dengan koperasi dalam bentuk memberikan
modal untuk mengembangkan dan memberdayakan koperasi di Kota
Serang.
4. Strategi IV, strategi penguatan kesadaran dan kepedulian masyarakat
untuk hidup berkoperasi. Pada strategi ini Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi perlu meningkatkan kepemahaman dan
kepedulian masyarakat untuk berkoperasi melalui sosialisasi atau
pembinaan yang dilakukan secara continue atau berkelanjutan dan berjalan
terus menerus dan dilakukan secara masif dan kreatif sehingga masyarakat
177
di Kota Serang bersedia dan tertarik untuk hidup berkoperasi bisa dengan
mendirikan koperasi baru maupun gabung menjadi anggota koperasi
disuatu kelompok ataupun daerah, karena hal tersebut juga untuk
mendukung program gerakan memasyarakatkan koperasi yang sedang
digalkkan oleh kementerian agar koperasi bisa tumbuh lebih baik di setiap
daerah baik secara kualita maupun kuantitasnya, dilakukan secara masif
dan kreatif bisa dilakukan dengan memanfaatkan media massa, melakukan
sosialiasasi di setiap kelurahan atau kecamatan, ataupun sosialiasi dengan
kelompok usaha seperti UMKM, kelompok yang memiliki kepentingan
perekonomian yang sama seperti kelompok pertanian dan nelayan hal
tersebut bisa untuk mendorong pertumbuhan koperasi di Kota Serang bisa
lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu juga sosialisasi secara
berkelanjutan juga bisa memotivasi masyarakat untuk menyadari peran
koperasi yang penting untuk membantu perekonomian disuatu daerah
tetapi jika manajemen perkoperasiannya dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip ekonomi dan hal tersebut akan membawa dampak ekonomi san
sosial bagi anggota yang ikut berkoperasi.
Kemudian, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
oleh peneliti, diperoleh faktor-faktor pendukung dan penghambat pembinaan
koperasi di Kota Serang yang ditunjukkan pada tabel 4.11 adalah sebagai
berikut:
178
Tabel 4.11
Faktor Pendukung Pembinaan Koperasi di Kota Serang
FAKTOR PENDUKUNG
FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL
1. Tersedianya Data-Data tentang koperasi di Kota Serang secara lengka baik dari jumlah koperasi jenis-jenis koperasi dan lain sebagainya.
1. Pengakuan dari Disdagperinkop Kota Serang
2. Tersedianya banyak Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan.
2. Keaktifan beberapa pengurus dan anggota Koperasi
3. Produk Unggulan 4. Kerjasama usaha (kemitraan) 5. Pengurus yang baik, disiplin dan
punya wawasan luas tentang koperasi
(Sumber : Peneliti Tahun 2016)
Tabel 4.12
Faktor Penghambat Pembinaan Koperasi di Kota Serang
FAKTOR PENGHAMBAT
FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL
1. Kurangnya Sumber Daya Manusia di Bidang Koperasi 1. Kurangnya sarana prasarana
yang memadai 2. Kualitas SDM atau personil yang
ada di bidang koperasi dan Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan yang kurang memadai
2. Anggota koperasi yang tidak aktif
3. Kurangnya sarana prasarana yang memadai
3. Rendahnya partisipasi pengurus untuk ikut pembinaan
4. Anggaran yang dialokasikan kurang
4. Rendahnya kemampuan pengurus dan anggota koperasi dalam mengaplikasikan manajemen dan teknologi modern
5. Terjadinya rotasi jabatan 5. Kurangnya permodalan 6. Belum menggunakan pemanfaatn
teknologi modern 6. Disiplin yang masih lemah
dalam berorganisasi 7. Luasnya jangkauan koperasi di
Kota Serang 7. Lemahnya ketaatan anggotan
dalam menjalankan kewajibannya
8. Akses permodalan yang rumit 8. Kurangnya SDM dan manajemen yang baik
9. Rendahnya kepemilikan sekretariat pertemuan koperasi
179
10. Pengetahuan dan partisipasi masyarakat untuk berkoperasi masih rendah
11. Banyaknya pesaing koperasi yaitu usaha waralaba dan bak keliling
12. Sulitnya mengakses permodalan 13. Kepengurusan yang tidak
berubah dari tahu ke tahun 14. Kurang semangat dalam
mengembangkan usaha koperasi.
(Sumber : Peneliti Tahun 2016)
180
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai strategi Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi dalam pembinaan koperasi di Kota Serang yang didalamnya
menggunakan teknik analisis SWOT dalam David (2010:327) yang terdiri dari
empat dimensi yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian serta penjabaran
dari masing-masing dimensi dari teori yang digunakan, maka kesimpulan dari
penelitian ini bahwa pelaksanaan strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam pembinaan koperasi di Kota Serang belum berjalan dengan optimal.
Pencapain strategi yang belum maksimal ini tidak terlepas dari faktor-faktor dalam
penerapan strategi tersebut, adapun faktor-faktor yang menyebabkan belum
maksimalnya strategi yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang tersebut terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan
eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan yang berasal dari dalam organisasi
terdiri dari faktor kekuatan dan faktor kelemahan. Sedangkan lingkungan eksternal
adalah lingkungan yang berasal dari luar organisasi yang terdiri dari faktor peluang
dan faktor ancaman.
181
Faktor kekuatan yang terdapat dalam Strategi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang diantaranya
adalah Dinas Perdagangan Perindustrian da Koperasi memiliki dasar hokum yang
kuat dalam membina koperasi yaitu Undang-Undang No 25 Tahun 1992 dan
Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM RI No. 10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang
Kelembagaan Koperasi selain itu Pemerintah Kota Serang juga sudah mulai
memperhatikan perkembangan koperasi di Kota Serang dengan telah memberikan
Kebijakan berupa adanya Peraturan Daerah tentang Pemberdayaan Koperasi, dan
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten telah memberikan perhatian lebih
kepada Kota Serang dengan mengirimkan dan menugaskan Petugas Penyuluh
Koperasi Lapangan (PPKL) berjumlah 25-27 orang.
Faktor kelemahan antara lain yaitu kurangnya sumber daya manusia di
bidang koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang, selain
itu kualitas sumber daya manusia dan Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan masih
belum memadai atau kurang professional, adanya alokasi anggaran untuk pembinaa
koperasi yang belum optimal, kurangnya sarana prasarana penunjang dalam
penyelenggaraan koperasi, belum adanya pengunaan dan pemanfaatan teknologi
dalam melakukan pembinaan koperasi, serta adanya rotasi jabatan yang sering
terjadi.
Selain lingkungan internal, Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang juga dipengaruhi oleh
lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal atau lingkungan yang berasal dari luar
organisasi terdiri dari faktor peluang dan faktor ancaman. Faktor peluang
182
diantaranya adalah adanya pengembangan potensi wilayah kota yang akan
berdampak pada pertumbuhan kesadaran berkoperasi masyarakat di Kota Serang,
banyaknya instansi/ SKPD yang harusnya terlibat dalam pembinaan koperasi,
banyak masyarakat atau kelompok sasaran dan stakeholders yang bisa dijadikan
mitra seperti UMKM, gerakan koperasi, DEKOPINDA, Badan Usaha Lembaga
Keuangan (LPDB), komunitas sosial dan perusahaan, serta adanya pemanfaatan
tekologi media massa.
Faktor ancamannya adalah masih banyaknya pengurus dan anggota koperasi
yang kurang paham dan peduli terhadap pengembangan perkoperasiaan. Kurangnya
kepemahaman masyarakat Kota Serang dalam berkoperasi, sulitnya mendapatkan
permodalan untuk pengembangan koperasi, banyak pesaing koperasi seperti usaha
waralaba milik swasta dan bank keliling atau rentenir yang menghambat
perkembanga koperasi, dan kerjasama antar SKPD dan stakeholders tidak berjalan
dengan baik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi dalam Pembinaan Koperasi di Kota Serang, maka
peneliti mencoba memberikan saran dari hasil penelitiannya agar dapat membantu
dalam penyelenggaran pembinaan koperasi adalah sebagai berikut :
1. Strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi Kota Serang. Dengan cara Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi Kota Serang perlu memberikan perhatian khusus terhadap
pemberdayaan atau pembinaan koperasi dengan memperhatikan kinerja dan
183
kendala Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) dengan cara membuat
suatu forum koperasi karena sampai saat ini belum adanya forum koperasi
yang bertujuan untuk mendorong koperasi yang tertinggal supaya lebih maju
dan berkembang, meningkatkan pendanaan, dan meningkatkan sarana
prasarana guna menunjang pelaksanaan pembinaan koperasi diKota Serang.
2. Strategi membangun serta memperkuat kerjasama lintas sektor dalam
melakukan pembinaan koperasi. Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi perlu membangun dan mengoptimalkan kerjasama lintas sektor
dengan melakukan koordinasi secara intensif karena pembinaan koperasi
tidak hanya dilakukan oleh Dinas tersebut melainkan juga dapat bekerjasama
dengan pihak lain serta mengoptimalkan peran Dewan Koperasi Indonesia
Daerah Kota Serang.
3. Strategi mendorong peran serta masyarakat khususnya pengurus dan anggota
koperasi untuk berperan aktif dalam mengembangkan dan memberdayakan
koperasi. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi perlu merangkul
stakeholders seperti perusahaan untuk turut serta dalam mengatasi
permaslahan pembinaan koperasi dengan melibatkan mereka untuk
memfasilitasi permodalan dari dana CSR yang dikeluarkan dari perusahaan
untuk pemberdayaan koperasi di Kota Serang.
4. Strategi penguatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup
berkoperasi. Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi perlu
meningkatkan kepemahaman dan kepedulian masyarakat dengan melakukan
sosialisasi atau pembinaan secara berkelanjutan atau berjalan terus menerus
secara massif dan kreatif agar masyarakat Kota Serang termotivasi untuk
184
hidup berkoperasi, selain itu pembinaan yang dilakukan ke koperasi jangan
tebang pilih harus rata semuanya dan berkelanjutan terus menerus serta
adanya monitoring atau pengawasan dari pemerintah secara berkala, selain
itu sosialisasi mengenai informasi tentang koperasi dan pembinaan dengan
memanfaatkan media massa ataupun mengembangkan media elektronik
seperti website agar informasi mengenai koperasi bisa tersebar untuk publik.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Bungin, Burhan. 2009. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Press.
David R, Fred. 2010. Strategic Management. Jakarta: Salemba Empat.
Dirgantoro, Crown. 2005. Manajemen Stratejik Konsep, Kasus dan Implementasi.
Jakarta: Grasindo.
Fuad, Anis dan Nugroho Kandung. 2012. Panduan Praktis Peneliti Kualitatif.
Serang: FISIP Untirta Press.
Kartasapoetra G, S Bambang. Dkk. 2003. Koperasi Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Olivier, S. 2007. Strategic Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Pearch, A J and Robinson, B. Richard. 2011. Manajemen Strategi-Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Bumi
Aksara.
Siagian, Sondang P. 2007. Manajemen Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara.
Sindoro, Alexander. 2004. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: PT Indeks.
xv
Sudarsono. Edilius. 2004. Manajemen Koperasi Idonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sumarsono, Sonny. 2003. Manajemen Koperasi: Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suhartati, Tati. 2005. Manajemen Strategik Koperasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Umar, Husein. 1999. Strategic Management in Action. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Widiyanti. Ninik. 2002. Manajemen Koperasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dokumen-Dokumen :
Undang-Undang No 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi
Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM Republik Indonesia
No.10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Periode 2012
2017
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Serang 2014-2018
Rencana Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Periode 2014-2018
Rencana Kerja Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Periode 2017-2018
Banten Dalam Angka 2015
Serang Dalam Angka 2015
xvi
Laporan Koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Tahun 2015
Jurnal Penelitian:
Rizkiyani, Tiwi. 2012. Analisis Strategi Pengembangan Koperasi di Kabupaten
Serang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa: Skripsi.
Yunita. 2015. Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan
Bayah Kabupaten Lebak. Serang: Ilmu Administrasi Negara FISIP-UNTIRTA
Mursi. 2015. Strategi Dinas Kesehatan dalam Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan di Kota Serang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi.
Sumber Lain:
(http://bisnis.liputan6.com/read/2158516/61-ribu-koperasi-bakal-dibubarkan-
januari, diunduh pada hari rabu, 01 April 2015 pukul 20.15 WIB).
Serangkota.go.id
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
STRATEGI DINAS PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN DAN KOPERASI
DALAM MELAKUKAN PEMBINAAN KOPERASI DI KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah
penelitian, maka disusun pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan :
1. Kepala Bidang Koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang
2. Kepala Seksi Bina Koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang
3. Kepala Seksi Fasilitasi dan Kemitraan Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Koperasi Kota Serang
4. Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Pedoman Wawancara
1. Strengths
a. Bagaimanakah kondisi koperasi saat ini di Kota Serang?
b. Seberapa pentingkah hidup berkoperasi untuk masyarakat di Kota
Serang?
a. Bagaimana kemampuan SDM bidang koperasi di Disdagperinkop
Kota Serang dalam melakukan pembinaan koperasi ?
b. Bagaimana pemahaman SDM bidang koperasi Disdagperinkop Kota
Serang tentang pembinaan koperasi ?
c. Bagaimana anggaran dalam program pembinaan koperasi?
d. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pembinaan koperasi di
Kota Serang ?
e. Bagaimana sarana dan prasarana pendukung dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang ?
f. Program apa yang dikembangkan atau dijalankan oleh Dinas dalam
melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang ?
g. Bagaimana cara memanajemen program untuk melakukan pembinaan
koperasi di Kota Serang ?
h. Kekuatan apa yang dimiliki oleh Dinas dalam melakukan pembinaan
koperasi di Kota Serang ?
2. Weakness
a. Kelemahan apa yang dimiliki Dinas dalam melakukan pembinaan
koperasi di Kota Serang ?
b. Program atau pelatihan apa yang diadakan Dinas untuk
meningkatkan kemampuan SDM dalam melakukan pembinaan
koperasi ?
c. Bagaimana pengelolaan anggaran pembinaan koperasi di Kota
Serang?
d. Kendala apa yang dimiliki/ di alami oleh Dinas dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang ?
e. Bagaimana keadaan koperasi di Kota Serang saat ini?
3. Opportunities
a. Bagaimana keadaan koperasi di Kota Serang saat ini?
b. Bagaimana potensi koperasi yang dimiliki di Kota Serang saat ini?
c. Bagaimana dukungan pengurus koperasi terhadap pembinaan yang
dilakukan oleh Dinas ?
d. Sejauhmana tingkat partisipasi/ dukungan dari pengurus atau anggota
koperasi terhadap pembinaan yang dilakuka oleh Dinas ?
e. Peluang apa yang bisa dimanfaatkan dari adanya pembinaan koperasi
di Kota Serang ?
f. Peluang/potensi yang bisa dimanfaatkan bagi keberhasilan
pengembangan koperasi di Kota Serang ?
f. Kebijakan apa yang diberikan oleh pemerintah daerah maupun pusat
untuk pembinaan koperasi di Kota Serang ?
g. Bagaimana hubungan kerjasama dengan pihak lain agar koperasi
dapat berkembang ?
h. Manfaat apa yang didapatkan oleh koperasi dari adanya pembinaan
yang dilakukan oleh Dinas ?
4. Threats
a. Bagaimana dengan pembinaan yang tidak berkelanjutan ?
b. Ancaman apa yang didapatkan oleh Dinas dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang?
c. Bagaimana dengan persaingan pengembangan yang dialami koperasi
dengan perusahaan swasta lainnya?
d. Bagaimana cara mengatasi ancaman dalam melakukan pembinaan
koperasi?
e. Strategi apa yang dilakukan oleh Dinas untuk memanfaatkan peluang
dan meredam ancaman ?
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
STRATEGI DINAS PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN DAN KOPERASI
DALAM MELAKUKAN PEMBINAAN KOPERASI DI KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah
penelitian, maka disusun pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan :
1. Pengurus Koperasi
Pedoman Wawancara :
1. Strengths
a. Bagaimana peran Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang dalam pengembangan koperasi di Kota Serang ?
b. Apakah sering mendapatkan pembinaan dari Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang ?
c. Program apa saja yang didapatkan oleh koperasi dari Dinas
Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam
pembinaan koperasi di Kota Serang ?
d. Bagaimana cara yang dilakukan oleh Dinas dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang ?
2. Weakness
a. Pelatihan atau pembinaan apa saja yang didapatkan pengurus
koperasi dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang?
b. Fasilitas atau bantuan apa saja yang didapatkan koperasi terkait
pembinaan koperasi dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang?
c. Bagaimana koordinasi dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi Kota Serang dalam melakukan pembinaan koperasi kepada
koperasi di Kota Serang ?
d. Bagaimana kinerja Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi
Kota Serang dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang?
e. Bagaimanakah Partisipasi pengurus/ anggota koperasi dalam
mengikuti pembinaan koperasi yang dilakukan oleh Dinas ?
3. Opportunities
a. Potensi apa yang dimiliki koperasi di Kota Serang ?
b. Bagaimana partisipasi masyarakat Kota Serang dengan adanya
Koperasi ?
c. Bagaimana dukungan pengurus koperasi dalam pengembangan
koperasi di Kota Serang?
d. Manfaat apa yang didapatkan pengurus dan anggota koperasi dari
adanya pembinaan koperasi yang dilakukan oleh Dinas di Kota
Serang?
e. Bagaimanakah Partisipasi pengurus/ anggota koperasi dalam
mengikuti pembinaan koperasi yang dilakukan oleh Dinas ?
4. Threats
a. Ancaman apa yang dirasakan koperasi di Kota Serang saat ini?
b. Ancaman apa yang didapatkan terkait menghambat pembinaan
koperasi di Kota Serang?
c. Bagaimanakah partisipasi masyarakat di Kota Serang dalam
keikutsertaan koperasi saat ini?
c. Bagaimanakah Partisipasi pengurus/ anggota koperasi dalam
mengikuti pembinaan koperasi yang dilakukan oleh Dinas ?
d. Cara apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir ancaman yang
datang dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang?
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
STRATEGI DINAS PERDAGANGAN PERINDUSTRIAN DAN KOPERASI
DALAM MELAKUKAN PEMBINAAN KOPERASI DI KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah
penelitian, maka disusun pedoman wawancara seperti di bawah ini:
Informan :
1. Tokoh Pemerhati/Pengamat Koperasi Kota Serang
2. Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Serang
Pedoman Wawancara:
1. Strengths
a. Bagaimana Kondisi Koperasi di Kota Serang saat ini?
b. Bagaimana dampak yang timbulkan dari koperasi bagi masyarakat di
Kota Serang?
c. Kekuatan apa yang dimiliki Dinas dalam melakukan pembinaan
koperasi di Kota Serang ?
d. Bagaimana Kualitas SDM yang dimiliki oleh Dinas dalam melakukan
pembinaan kepada koperasi di Kota Serang?
e. Apakah pembinaan yang dilakukan oleh Dinas kepada koperasi sudah
berjalan dengan optimal ? jika belum apa penyebabnya?
2. Weakness
a. Apa yang menjadi kelemahan Dinas dalam melakukan pembinaan
koperasi di Kota Serang?
b. Apa saja yang menjadi faktor penghambat Dinas dalam melakukan
pembinaan koperasi di Kota Serang?
c. Apakah koperasi-koperasi di Kota Serang sudah baik dalam melakukan
manajemennya?
d. Bagaimana partisipasi atau dukungan koperasi dalam mengikuti
pembinaan koperasi ?
3. Opportunities
a. Bagaimanakah peluang yang bisa didapatkan oleh koperasi dari adanya
pembinaan koperasi ?
b. Peluang apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan
koperasi?
c. Apa saja peluang yang muncul dari adanya program pembinaan atau
pengembangan koperasi ?
4. Threats
a. Ancaman Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam
melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang?
b. Bagaimana koordinasi antara dinas dan para pengurus koperasi di Kota Serang ? c. Bagaimana cara untuk meredam ancaman yang muncul dalam
melakukan pembinaan koperasi ?
Pedoman Wawancara tentang Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam Melakukan Pembinaan Koperasi
di Kota Serang
Penelitian ini dilakukan dalam rangka peyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan masalah penelitian maka disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah
ini. Peneliti akan menjaga kerahasiaan informan dalam penelitian ini.
Informan Dimensi Pedoman Wawancara
1. Kepala Bidang Koperasi Disdaginkop 2. Kepala Seksi Bina Koperasi Disdaginkop 3. Kepala Seksi Fasilitasi
dan Kemitraan Disdaginkop 4. Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) 5. Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota
Serang 6. Tokoh Pemerhati / Pengamat Koperasi Kota Serang
Strength (Kekuatan)
1. Manajemen Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam pembinaan koperasi. 2. Kemampuan SDM Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam pembinaan koperasi. 3. Anggaran dalam pembinaan koperasi. 4. Sarana prasarana pendukung dalam melakukan pembinaan koperasi. 5. Bentuk Kerjasama Pemerintah dengan pihak lain untuk mengembangkan koperasi. 6. Program apa yang dikembangkan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan/ pengembangan koperasi. 7. Kekuatan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi.
Weakness (Kelemahan)
1. Kelemahan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan Pembinaan Koperasi. 2. Program pelatihan yang diadakan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi untuk meningkatkan SDM dalam melakukan pembinaan koperasi. 3. Pengelolaan anggaran dalam melakukan pembinaan koperasi. 4. Budaya Organisasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi. 5. Kendala/Hambatan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi. 6. Fasilitas sarana/prasarana dalam melakukan pembinaan koperasi.
Opportunities (Peluang)
1. Peluang/ potensi yang bisa dimanfaatkan dalam melakukan pembinaan koperasi. 2. Cara untuk memanfaatkan peluang tersebut. 3. Kerjasama/kemitraan dengan pihak lain (perusahaan/instansi). 4. Peluang/potensi yang bisa dimanfaatkan bagi keberhasilan pengembangan koperasi di Kota Serang. 5. Sejauhmana tingkat partisipasi/dukungan dari koperasi dalam program pembinaan koperasi.
Threats (Ancaman)
1. Ancaman/ hambatan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang. 2. Partisipasi/dukungan pengurus/anggota koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi. 3. Partisipasi dari pihak luar (perusahaan/ instansi) dalam melakukan pembinaan koperasi. 4. Cara Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam menyikapi ancaman tersebut.
Pedoman Wawancara tentang Strategi Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Koperasi dalam Melakukan Pembinaan Koperasi
di Kota Serang
Penelitian ini dilakukan dalam rangka peyusunan skripsi dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan masalah penelitian maka disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah
ini. Peneliti akan menjaga kerahasiaan informan dalam penelitian ini.
Informan Dimensi Pedoman Wawancara
1. Koperasi 2. Tokoh Pemerhati / Pengamat Koperasi Kota Serang
Strength (Kekuatan)
1. Manajemen Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam pembinaan koperasi. 2. Kemampuan SDM Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam pembinaan koperasi. 3. Program/pelatihan apa yang dikembangkan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan/ pengembangan koperasi. 4. Kekuatan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi. 5. Manfaat yang dirasakan oleh koperasi dari Pembinaan yang dilakukan Dinas koperasi di Kota Serang. 6. Partisipasi/dukungan pengurus/anggota koperasi dalam mengikuti pembinaan koperasi.
Weakness (Kelemahan)
1. Kelemahan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan Pembinaan Koperasi. 2. Kendala/Hambatan yang dimiliki Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi. 3. Fasilitas sarana/prasarana dalam melakukan pembinaan koperasi. 4. Penilaian kinerja Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi. 5. Manfaat yang dirasakan oleh koperasi dari Pembinaan yang dilakukan Dinas koperasi di Kota Serang. 6. Partisipasi/dukungan pengurus/anggota koperasi dalam mengikuti pembinaan koperasi
Opportunities (Peluang)
1. Peluang/ potensi yang bisa dimanfaatkan dalam mengikuti pembinaan koperasi. 2. Cara untuk memanfaatkan peluang tersebut. 3. Kerjasama/kemitraan dengan pihak lain (perusahaan/instansi). 4. Peluang/potensi yang bisa dimanfaatkan bagi keberhasilan pengembangan koperasi di Kota Serang. 5. Tingkat partisipasi/dukungan dari koperasi dalam program pembinaan koperasi.
Threats (Ancaman)
1. Ancaman/ hambatan Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi dalam melakukan pembinaan koperasi di Kota Serang. 2. Partisipasi/dukungan pengurus/anggota koperasi dalam mengikuti pembinaan koperasi.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992
TENTANG
PERKOPERASIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa Koperasi ,baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju,adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;
b. bahwa koperasi perlu lebih membangun dirinya dan dibangun menjadi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip Koperasi sehingga mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional;
c. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah dan seluruh rakyat;
d. bahwa untuk mewujudkan hal-hal tersebut dan menyelaraskan dengan perkembangan keadaan, perlu mengatur kembali ketentuan tentang perkoperasian dalam suatu Undang-undang sebagai pengganti Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian;
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1),dan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945;
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERKOPERSIAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang -undang ini yang dimaksud dengan: 1. Koperasi adalah badan usahayang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi. 3. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. 4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi. 5. Gerakan koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan perkoperasian
yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi.
BAB II LANDASAN , ASAS ,DAN TUJUAN
Bagian Pertama
Landasan dan Asas
Pasal 2 Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3 Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju ,adil ,dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 .
BAB III
FUNGSI , PERAN, DAN PRINSIP KOPERASI
Bagian Pertama Fungsi dan Peran
Pasal 4
Fungsi dan peran Koperasi adalah: a. membangun dan mengembangkan potesi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat ;
c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perkonomian nsional dengan koperasi sebagai sokogurunya ;
d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perkonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Bagian Kedua
Prinsip Koperasi
Pasal 5 (1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut;
a. keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka; b. pengelolaan dilaksanakan secara demokratis; c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota; d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; e. kemandirian.
(2) Dalam mengembangkan Koperasi ,maka Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai berikut: a. pendidikan perkoperasian; b. kerja sama antar Koperasi.
BAB IV
PEMBENTUKAN
Bagian pertama Syarat dan Pembentukan
Pasal 6
(1) Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang. (2) Koperasi Skunder dibentuk sekurang -kurangnya 3 (tiga) Koperasi.
Pasal 7
(1) Pembentukan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dilakukan dengan kata pendirian yang memuat Anggaran Dasar.
(2) Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Pasal 8 Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) memuat Sekurang-kurangnya a. daftar nama pendiri; b. nama dan tempat kedudukan ; c. maksud dan tujuan serta bidang usaha; d. ketentuan mengenai keanggotaan ; e. ketentuan mengenai Rapat Anggota ; f. ketentuan mengenai pengelolaan ; g. ketentuan mengenai permodalan ; h. ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya ; i. ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha ; j. ketentuan mengenai sanksi.
Bagian Kedua
Status Badan Hukum
Pasal 9
Koperasi memperoleh status badan hokum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah .
Pasal 10 (1) Untuk mendapatkan pengesahan aebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9, para pendiri
mengajukan permintaan secara tertulis disertai akta pendirian Koperasi. (2) Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
setelah diterimanya permintaan pengesahan. (3) Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia.
Pasal 11
(1) Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak ,alasan penolakan diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
(2) Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendri dapat mengajukan permintaan ulang dalam waktu palng lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya penolakan.
(3) Kuputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu paling lama 1(satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang .
Pasal 12
(1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan oleh Rapat Anggota . (2) Terhadap Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut penggabungan, pembagian,dan
perubahan bidang usaha Koperasi dimintakan pengesahan kepada pemerintah.
Pasal 13 Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengesahan atau penolakan pengesahan akta pendirian ,dan perubahan Anggaran Dasar Sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, pasal 10, pasal 11, dan pasal 12 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 14
(1) Untuk keperluan pengembangan dan//atau efisiensi usaha ,satu Koperasi atau lebih dapat: a. menggabungkan diri menjadi satu dengan Koperasi lain ,atau b. bersama Koperasi lain meleburkan diri dengan membentuk Koperasi baru .
(2) Penggabungan atau peleburan dilakukan dengan persetujuanRapat Anggota masing-masing Koperasi.
Bagian Ketiga
Bentuk dan Jenis
Pasal 15 Koperasi dapat berbentuk koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.
Pasal 16
Jenis Koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.
BAB V KEANGGOTAAN
Pasal 17
(1) Anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa Koperasi.
(2) Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar anggota .
Pasal 18 (1) Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang mampu
melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
(2) Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan ,hak, dan kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Pasal 19
(1) Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha Koperasi.
(2) Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi.
(3) Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindah tangankan. (4) Setiap Anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar .
Pasal 20 (1) Setiap Anggota mempunyai kewajiban:
a. mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota;
b. berpartisipasi dalam kegiatan usahs yang diselenggarakan oleh Koperasi; c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Setiap Anggota mempunyai hak: a. menghadiri ,menyatakan pendapat ,dan memberikan suara dalam Rapat Anggota; b. memilihdan/atau dipilih menjadi aggota Pengurus atau Pengawas; c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar; d. mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar Rapat Anggota baik
diminta maupun tidak diminta. e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang antara sesama aggota; f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut ketentuan dalam
Anggaran Dasar.
BAB VI PERANGKAT ORGANISASI
Bagian Pertama
Umum
Pasal 21 Perangkat organisasi Koperasi terdiri dari : a. Rapat Aggota; b. Pengurus; c. Pengawas.
Bagian Kedua Rapat Anggota
Pasal 22
(1) Rapat Anggota merupakan Pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. (2) Rapat Anggota dihadiri oleh aggota yang pelaksanaanya diatur dalam
Anggaran Dasar.
Pasal 23 Rapat Anggota menetapkan : a. Anggaran Dasar ; b. Kebijakan umum dibidang organisasi ,manajemen ,dan usaha Koperasi; c. pemilihan ,pengangkatan ,pemberhentian pengurus dan pengawas ; d. rencana kerja ,rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi ,serta pengesahan
laporan keuangan ; e. pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya ; f. pembagian sisa hasil usaha ; g. penggabungan ,peleburan ,pembagian ,dan pembubaran Koperasi .
Pasal 24 (1) Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufa Kat. (2) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah ,maka pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak . (3) Dalam dilakukan pemungutan suara ,setip anggota mempunyai hak satu suara . (4) Hak suara dalam Koperasi Sekunder dapat diatur dalam Anggaran Dasar dengan
mempertimbagkan jumlah anggota dan jasa usaha Koperasi anggota secara berimbang.
Pasal 25 Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas mengenai pengelolaan Koperasi.
Pasal 26
(1) Rapat anggota dilakukan paling sedikit dalam 12 (satu) tahun. (2) Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus diselenggarakan paling
lambat 6(enam) bulan setelah tahun buku lampau.
Pasal 27 (1) Selain Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, Koperasi dapat melakukan
Rapat Anggota Luar Biasa apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada Rapat Anggota.
(2) Rapat Anggota Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota Koperasi atau atas keputusan Pengurus yang pelaksanaanya ditur dalam Anggaran Dasar.
(3) Rapat Anggota Luar Biasa Mempunyai wewenang yang dengan wewenang Rapat Anggota sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 23.
Pasal 28
Persyaratan, tata cara, dan tempat penyelenggaraan Rapat Anggota dan Rapat Anggota Luar Biasa diatur dalam Anggaran Dasar.
Bagian Ketiga Pengurus
Pasal 29
(1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota. (2) Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota.
(3) Untuk pertama kali,susunan dan nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian.
(4) Masa jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun. (5) Persyaratan untuk dapat dipilh dan diangkat menjadi Anggota.
Pasal 30 (1) Pengurus bertugas:
a. mengelola Koperasi dan usahanya; b. mengajukan rancangan rencana kerjaserta rancangan rencanaanggaran pendapatan
dan belanja Koperasi ; c. menyelenggarakan Rapat Anggota; d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
(2) Pengurus berwenang; a. mewakili Koperasi di dalam dan diluar pengadilan; b. memutuskan penerimaan dan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar; c. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai
dengan tanggunajawabnya dan keputusan Rappat Anggota.
Pasal 31 Pengurus bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan usahanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa.
Pasal 32 (1) Pengurus Koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk
mengelola usaha. (2) Dalam Pengurus Koperasi bermaksud untuk mengangkat pengelola,maka rencana
pengangkatan tersebut diajukan kepada Rapat Anggota untuk mendapat persetujuan. (3) Pengelola bertanggungjawab kepada Pengurus. (4) Pengelolaan usaha oleh Pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus
sebagaimana dmaksud dalam pasal 31.
Pasal 33 Hubungan antara Pengelola usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 dengan Pengurus Koperasi merupakan hubungan kerja atas dasar perikatan.
Pasal 34 (1) Pengurus,baik bersama-sama,maupun sendiri-sendiri,menanggung kerugian yang di derita
Koperasi ,karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau kelalaiannya. (2) Di samping penggantian kerugian tersebut,apabila tindakan itu dilakukan dengan
kesengajaan ,tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan penuntutan.
Pasal 35
Setelah tahun buku Koperasi di tutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan rapat anggota tahunan ,Pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat sekurang-kurangnya:
a. pernitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut;
b. keadaan dan Koperasim serta hasil usaha yang dapat dicapai.
Pasal 36 (1) Laporan tahunan sebagaimana yang dimaksud pasal 35 ditandatangani oleh semua Rapat
Pengurus. (2) Apabila salah seorang Anggota Pengurus tidak menandatangani laporan tahunan tersebut ,
anggota yang bersangkutan menjelaskan alasannya secara tertulis.
Pasal 37 Persetujuan terhadap laporan tahunan, termasuk pengesahan perhitungan tahunan, merupakan penerimaan pertanggungjawaban Pengurus oleh Rapat Anggota.
Bagian Keempat Pengawas
Pasal 38
(1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dan Rapat Anggota. (2) Pengawas bertanggungjawab kepada Rapat Anggota. (3) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai Anggota Pengawas ditetapkan dalam
Anggaran Dasar.
Pasal 39 (1) Pengawas bertugas:
a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelola Koperasi; b. membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya;
(2) Pengawas berwenang : a. meneliti catatan yang ada pada Koperasi ; b. mendapatkan segala keterangan yang diperlukan;
(3) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
Pasal 40 Koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan public.
BAB VII MODAL
Pasal 41
(1) Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. (2) Modal sendri dapat berasal dari:
a. Simpanan Pokok; b. Simpanan Wajib ; c. Dana Cadangan ; d. Hibah.
(3) Modal Pinjaman dapat berasal dari : a. Anggota; b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya; c. Bank dan lembaga keuangan lainnya ; d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e. Sumber lain yang sah.
Pasal 42 (1) Selain modal sebagai dimaksud dalam pasal 41,Koperasi dapat pula melakukan
pemupukan Modal yang juga berasal dari Modal penyertaan. (2) Ketentuan mengenai pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan diatur Lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
BAB VIII LAPANGAN USAHA
Pasal 43
(1) Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota;
(2) Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi.
(3) Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat.
Pasal 44
(1) Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk; a. anggota Koperasi yang bersngkutan; b. Koperasi lain dan/atau anggotanya.
(2) Kegitan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya kegiatan usaha Koperasi.
(3) Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh Koperasi diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
BAB IX
SISA HASIL USAHA
Pasal 45 (1) Sisa hasil usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu
tahun buku dikurangi dengan biaya,penyusutan ,dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
(2) Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan ,dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk pendidikan Perkoperesian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
(3) Besarnya Pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota,
BAB X PEMBUBARAN KOPERASI
Bagian Pertama
Cara Pembubaran Koperasi
Pasal 46 Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan: a. Keputusan Rapat Anggota,atau
b. Keputusan Pemerintah.
Pasal 47 (1) Keputusan pembubaran oleh pemeritah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b
dilakukan apabila: a. terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan Undang-
undang ini; b. kegiatan bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan; c. kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.
(2) Keputusan pembubaran Koperasi oleh pemerintah dikeluarkan dalam waktu paling lambat 4 (empat) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan rencana pembubaran tersebut oleh Koperasi yang bersangkutan.
(3) Dalam jangka waktu 2 (dua) bulan sejak tanggal penerimaan pemberitahuan, Koperasi yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan.
(4) Keputusan Pemerintah mengenai diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana pembubaran diberikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya pernyataan keberatan tersebut.
Pasal 48
Ketentuan mengenai pembubaran Koperasi oleh pemerintah dan tata cara pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 49 (1) Keputusan pembubaran Koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan secara tertulis oleh
Kuasa Rapat Anggota kepada: a. semua kreditor; b. pemeritah.
(2) Pemberitahuan kepada semua Kreditor dilakukan oleh pemerintah dalam hal pembubaran tersebut.
(3) Selama pemberitahuan pembubaran Koperasi belum diterima oleh kreditor maka pembubaran Koperasi belum berlaku baginya.
Pasal 50
Dalam pemberitahuan sebagamana dimaksud dalam pasal 49 disebutkan: a. nama dan alamat penyelesaian, dan b. ketentuan bahwa semua kreditor dapat mengajukan tagihan dalam jangka waktu 3(tiga)
bulan sesudah tanggal diterimanya surat pemberitahuan pembubaran.
Bagian Kedua Penyelesaian
Pasal 51
Untuk kepentingan kredtor dan para anggota Koperasi terhadap pembubaran Koperasi dilakukan penyelesaian pembubaran yang selanjutnya disebut penyelesaian.
Pasal 52 (1) Penyelesaian dilakukan oleh penyelesaian pembubaran yang selanjutnya disebut
Penyelesai. (2) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Rapat Anggota, penyelesai ditunjuk oleh
Rapat Anggota.
(3) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan pemerintah , penyelesai dtunjuk oleh Pemerintah.
(4) Selama dalam proses penyelesaian,Koperasi tersebut tetap ada dengan sebutan "Koperasi dalam penyelesaian".
Pasal 53
(1) Penyelesaian segera dilaksanakan setelah dikeluarkan keputusan pembubaran Koperasi. (2) Penyelesai bertanggungjawab kepada kuasa Rapat Anggota dalam hal penyelesaiditunjuk
oleh Rapat Anggota dan kepada pemerintah dalam hal penyelesai ditunjuk oleh pemerintah.
Pasal 54
Penyelesai mempunyai hak,wewenang, dan kewajiban sebagai berikut: a. melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama "Koperasi dalam penyelesaian ". b. mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan ; c. memangil pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu yang diperlukan,baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama; d. memperoleh ,memeriksa ,dan mengunakan segala catatan yang dan arsip Koperasi; e. menetapkan dan melaksanakan segal kewajiban pembayaran yang didahulukan dari
pembayaran hutang lainnya; f. menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaikan sisa kewajiban Koperasi; g. membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota ; h. membuat berita acara penyelesaian.
Pasal 55 Dalam hal terjadi pembubaran Koperasi ,anggota hanya menanggung kerugian sebatas simpanan pokok, simpanan wajib dam modal penyertaan yang dimilikinya.
Bagian Ketiga Hapusnya Status Badan Hukum
Pasal 56
(1) Pemerintah mengumumkan pembubaran Koperasi dalam berita Negara Republik Indonesia.
(2) Status Badan Hukum Koperasi hapus sejak tanggal pengumuman pembubaran Koperasi tersebut dalam berita Negara Republik Indonesia.
BAB XI
LEMBAGA GERAKAN KOPERASI
Pasal 57 (1) Koperasi secara bersama-sama mendirikan satu organisasi tunggal yang berfungsi sebagai
wadah untuk memperjuangkan kepentingan dan bertindak sebagai pembawa aspirasi Koperasi.
(2) Organisasi ini berazaskan Pancasila. (3) Nama,tujuan,susunan, dan tata kerja organisasi diatur dalam Anggaran Dasar organisasi
yang bersangkutan.
Pasal 58 (1) Organisasi tersebut melakukan kegiatan:
a. memeperjuangkan dan menyalurkan aspirasi Koperasi;
b. meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat. c. melakukan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan masyarakat; d. mengembangkan kerja sama antar Koperasi dan anggota Koperasi dengan Badan
usaha lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional. (2) Untuk melaksanakan kegiatan tersebut,Koperasi secara bersama-sama menghimpun dan
Koperasi.
Pasal 59 Organisasi yang dibentuk sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) disahkan oleh pemerintah.
BAB XII PEMBINAAN
Pasal 60
(1) Pemerintah menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan serta pemasyarakatan Koperasi.
(2) Pemerintah memberikan bimbingan,kemudahan dan perlindungan kepada Koperasi.
Pasal 61 Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim yang kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan Koperasi,pemerintah; a. memberikan kesempatan usaha yang seluas-luasnya kepada Koperasi; b. meningkatkan dan memantapkan kemampuan Koperasi agar menjadi Koperasi yang
sehat,tangguh,dan mandiri; c. mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara Koperasi dengan
Badan usaha lainnya; d. membudayakan Koperasi dalam masyarakat.
Pasal 62 Dalam rangka memberikan bimbingan dan kemudahan kepada Koperasi ,pemerintah: a. membimbing usaha Koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi anggotanya; b. mendorong, mengembangkan, dan membantu pelaksanaan pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, dan penelitian perkoperasian; c. memberikan kemudahan untuk memperkokoh pemodalan Koperasi serta mengembangkan
lembaga keuangan Koperasi; d. membantu pengembangan jaringan usaha Koperasi dan kerja sama yang saling
menguntungkan antar Koperasi; e. memberikan bantuan konsultasi guna menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
Koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar dan prinsip Koperasi.
Pasal 63 (1) Dalam rangka pemberian perlindungan kepada Koperasi,pemerintah dapat:
a. menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh Koperasi; b. menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah berhasil diusahakan
oleh Koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya. (2) Persyaratan dan tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 64
Pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, dan Pasal 63 dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional,serta pemerataan kesepakatan berusaha dan kesempatan kerja.
BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
Koperasi yang telah memiliki status badan hukum pada saat Undang-undang ini berlaku,dinyatakan telah diperoleh status badan hukum berdasarkan Undang-undang ini.
BAB XIV KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
(1) Dengan berlakunya Undang-undang ini,maka Undang-undang Nomor 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian (lembaran Negara tahun 1967 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 2832) dinyatakan tidak berlaku lagi;
(2) Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang pokok- pokok perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 23,Tambahan Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 2832 ) dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 67
Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta Pada tanggal 21 Oktober 1992 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 21 Oktober 1992 MENTRI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd MOERDIONO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1992 NOMOR 116
DOKUMENTASI
Narasumber : Samsul Ma’arif, S.Ag. M.Pd Jabatan : Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Dinas Perdagangan
Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Narasumber : Mutiara Nurul Hidayah, STP. MM Jabatan : Kepala Seksi Bina
Koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi Kota Serang
Narasumber : Tondi Apriliaries Sagala, S.Sos. MM Jabatan : Kepala Seksi Fasilitasi dan Kemitraan Koperasi dan
UMKM Dinas Perdagangan Peridnustrian dan Koperasi Kota Serang
Narasumber : Ari Syahrina, SE Jabatan : Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan Kementerian
Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Narasumber : Muhadiyah Jabatan : Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan Dinas Koperasi dan
UMKM Provinsi Banten Narasumber : Drs. H. Hidayat Jabatan : Ketua Bidang
Advokasi dan Sosialisasi Dekopinda Kota Serang
Narasumber : Abdul Fatah, M.Pd Jabatan : Pengamat Koperasi Kota Serang dari Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
Narasumber : Achmad Mulyadi Djuni Suparta Jabatan : Ketua KPRI “Mitra Teknologi Sejahtera”
Narasumber : Encu Suhartini Jabatan : Pengurus
Koperasi Wanita “Wanita Berkarya”
Narasumber : Dadi Masyudi, S.Pd Jabatan : Ketua Koperasi Tunas Mandiri SMK PGRI 4 Kota Serang
Narasumber : Pardianto. S.Sos Jabatan : Bendahara Koperasi Bina Usaha
Narasumber : Abdullah Irham Jabatan : Pengurus Koperasi Niaga Asketik (KANIA)
Kegiatan Koordinasi Bidang Koperasi yaitu Gerakan Sadar Koperasi/ Memasyarakatkan Koperasi di Kota Serang
Peserta Acara Gerakkan Memasyarakatkan Koperasi pada 2 Agustus 2016 di Kota Serang
Salah Satu Koperasi Berprestasi di Kota Serang yaitu KP-RI Pusaka
Koperasi Serba Usaha Mandiri koperasi aktif di Kota Serang
Koperasi Serba Usaha Binamart yang saat ini gulung tikar karena rendahnya minat masyarakat untuk membeli barang disini dan tidak mampu bersaing dengan waralaba lainnya.
Kondisi salah satu usaha koperasi Bina Usaha yang telah gulung tikar
Struktur Organisasi Koperasi Aktif di Kota Serang Koperasi Serba Usaha Niaga Asketik
Koperasi Cahaya Abadi yang belokasi di daerah Kasemen
Salah satu koperasi yang aktif tetapi tidak berkembang dalam kegiatannya yaitu koperasi Bina Karya Kasemen Kota Serang.
Salah satu koperasi yang tidak sesuai dengan fungsinya karena plang nama pun tidak ada, tidak ada aktivitas perkoperasian yaitu kopontren bina karya Banten Kota Serang
Koperasi nelayan yang berlokasi di daerah Karangantu
Koperasi yang berlokasi di daerah Kasemen
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
Wungu Amali Ilmi Kewarganegaraan Indonesia
Alamat
JL, Pulosari Raya Blok 22 No. 72
RT.002/RW.016 Perumnas 1 Karawaci,
Kota Tangerang - Banten 15138
Kesehatan
Baik
Tempat, Tanggal Lahir
Tangerang, 03 Oktober 1994 Jenis Kelamin Perempuan
No. Telp/HP 021-5911341 / 085695914612 Status Belum Menikah
Agama Islam Email [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan Nama Sekolah / Universitas Tahun Lulus / Tidak
S1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2012-2016 Lulus
SMA SMAN 5 Kota Tangerang 2012 Lulus
SMP SMPN 19 Kota Tangerang 2009 Lulus
SD SDN Karawaci Baru 2 Tangerang 2006 Lulus
MINAR / PENGALAMAN ORGANISASI
Nama Organisasi Periode
Anggota Osis SMPN 19 Kota Tangerang 2010
Anggota Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa
(KOKESMA) UNTIRTA 2012
Kepala Divisi Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa
Ilmu Administrasi Negara Untirta 2013
Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Untirta
2014
Kepala Bidang Kesekretariatan BEM FISIP 2015
DATA PRIBADI