strategi dan kebijakan pengembangan ekonomi islam di indonesia

48
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI ISLAM Disusun Oleh: Deni Rudiana () Dyah Puspitasari () Rohimah (107093003067) Meza Strata (107093000284) 0

Upload: fauzan-isnanto

Post on 25-Oct-2015

170 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Kapitalisme sudah mulai dipandang sebagai ekonomi yang merusak tatanan. maka dari itu penerapan ekonomi islam sudah diterapkan di berbagai negara akhir akhir ini, ini merupakan oembahasan strategi dan pengembangan kebijakan dengan menganut ekonomi Islam.

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

EKONOMI ISLAM

Disusun Oleh:

Deni Rudiana ()

Dyah Puspitasari ()

Rohimah (107093003067)

Meza Strata (107093000284)

0

Page 2: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

DAFTAR ISI

1. Daftar Isi 1

2. STRATEGI EKONOMI ISLAM DALAM MENCAPAI TUJUAN 8

3. Prinsip Ekonomi Islam 10

4. Ciri-ciri Ekonomi Islam 11

5. Metodologi Ekonomi Islam 13

6. Unsur Kebijakan Ekonomi Islam 13

7. Operasionalisasi Kebijakan Ekonomi Islam 14

8. KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM 15

9. Kebijakan Fiskal dalam Aliran Ekonomi Modern 16

10. Kebijakan Fiskal dalam Perekonomian Islam 21

11. Kebijakan Pendapatan 22

12. Kebijakan Fiskal pada masa Nabi Muhammad SAW 22

13. Kebijakan Fiskal pada masa khulafaur Rasyidin 24

14. Kebijakan Belanja Pemerintah 24

15. Tujuan Kebijakan Fiskal 27

16. PENUTUP 29

17 Daftar Pustaka 30

1

Page 3: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

PENDAHULUAN

Perkembangan Ekonomi Islam (Islamic Economy) baik sebagai ilmu pengetahuan

maupun sebagai sebuah sistem ekonomi telah mendapat banyak sambutan positif di

tingkat global. Berbagai pusat studi maupun program pendidikan ditawarkan di berbagai

kampus favorit dunia untuk membentuk sumber daya insani di bidang ekonomi Islam.

Demikian juga lembaga keuangan yang beroperasi dengan prinsip syariah, yang digali

dari prinsip-prinsip ekonomi Islam yang selaras dengan ajaran Islam, bermunculan sejak

1970-an yang terus berkembang pesat sampai hari ini.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, juga tidak

terlepasdari perkembangan ini. Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia antara lain

ditandai dengan munculnya Bank Muamalat Indonesia, sebagai bank yang beroperasi

dengan sistem syariah pertama di Indonesia pada 1992. Munculnya perbankan syariah di

Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan

suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan

yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Kemunculan bank syariah kemudian

diikuti dengan kemunculan lembaga keuangan syariah lainnya, seperti asuransi syariah,

pegadaian syariah, saham syariah maupun berbagai model keuangan lainnya.

Perkembangan sistem keuangan syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah

secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya. Dengan demikian,

legalisasi kegiatan perbankan syariah melalui UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dalam UU No. 10 Tahun 1998 serta UU No. 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia merupakan jawaban atas permintaan yang nyata dari masyarakat.

Dalam periode 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu bank umum syariah dan 78

bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang telah beroperasi. Setelah dikeluarkannya

ketentuan perundang-undangan tersebut, sistem perbankan syariah sejak tahun 1998

menunjukkan perkembangan yang cukup pesat, yaitu sekitar 74 persen pertumbuhan aset

per tahun (Bank Indonesia, 2002).

Melihat data perkembangan yang ada sejak awal hingga beberapa tahun terakhir, tampak

bahwa perkembangan pesat. Hal ini terjadi karena produk keuangan berbasis syariah

2

Page 4: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

sudah ditunggu oleh umat Islam yang jumlahnya mencapai 200 juta jiwa. Meningkatnya

kesadaran beragama masyarakat dan kekhawatiran pola-pola perbankan yang

konvensional termasuk kategori haram, membuat permintaan tersebut meningkat dari

waktu ke waktu. Perkembangan ini tidak saja terjadi di tanah air, melainkan juga pada

tingkat global. Hal inilah yang membuat banyak lembaga perbankan dunia yang membuat

produk syariahnya, meskipun penduduk dimana perbankan tersebut berada, mayoritas

bukan muslim. Hal ini terjadi karena potensi pasar mereka dari masyarakat yang

beragama Islam cukup signifikan. Berbagai pemain internasional di bidang keuangan

semisal HSBC telah memperluas jaringan bisnisnya di bidang syariah yang terbukti

mampu meningkatkan profit perusahaan. Apalagi kenaikan harga minyak dunia, telah

meningkatkan jumlah dana potensial d Timur Tengah yang membutuhkan media berupa

lembaga keuangan untuk penempatan dana.

Perkembangan ini bahkan akan terus berlanjut. Tahun 2010 diperkirakan asset perbankan

syariah global akan mencapai US$ 1 Triliyun. Angka ini menunjukkan peningkatan lebih

dari 100 % dibandingkan angka akhir tahun lalu yang diperkirakan mencapai US$ 450

Miliyar. Angka-angka ini bisa lebih tinggi lagi apabila ternyata praktik-praktik dengan

pola syariah ini betul-betul lebih menguntungkan dan memberikan keuntungan ekonomi

masyarakat. Perkembangan di bidang perbankan syariah ini, juga akan diikuti dengan

perkembangan di bidang keuangan lainnya. Obligasi syariah (sukuk) telah menjadi

primadona baru untuk menyerap likuiditas sekaligus sumber pendanaan baik perusahaan

maupun pemerintah.

 

Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat di bidang keuangan syariah ini tentu saja

membuka peluang bagi Indonesia untuk juga ikut lebih aktif didalamnya. Pengalaman di

masa krisis menunjukkan bahwa bank (dan lembaga keuangan) syariah terbukti mampu

bertahan dari berbagai guncangan dan relatif tidak membutuhkan banyak bantuan

pemerintah. Ini berarti bahwa upaya pengembangan lembaga keuangan syariah juga

sekaligus akan membantu ketahanan perekonomian nasional. Untuk itu, harus didesain

kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan lembaga

keuangan syariah, sekaligus memungkinkan lahirnya pemikiran-pemikiran dari para ahli

3

Page 5: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

ekonomi untuk menghasilrkan konsep atau teori ekonomi Islam yang betul-betul

menguntungkan dan sejalan dengan hukum Islam.

Bagi masyarakat Indonesia, berbagai potensi yang ada seharusnya mampu mempermudah

dan mempercepat perkembangan ekonomi syariah beserta perangkat yang diperlukan. Ini

mengingat mayoritas penduduk beragama Islam dan kesadaran untuk memanfaatkan jasa

perbankan berbasis syaraiah terus tumbuh. Karena itu, tidak berlebihan jika Indonesia

seharusnya bisa menjadi basis dan penggerak perekonomian syariah dunia. Namun

sayang sejauh ini, hal itu masih belum mewujud dan beberapa negara tetangga justru

lebih agresif dibandingkan Indonesia.

Upaya strategis dalam hubungannya dengan pengembangan ekonomi Islam ini telah

mulai dilakukan pemerintah, antara lain dengan penyusunan perangkat perundangan yang

pada tahun 2008 ini telah disahkan yaitu UU No 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga

Syariah Nasional dan UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. UU No 19

dapat disebut sebagai upaya pemerintah meningkatkan porsi pembiayaan pembangunan

nasional melalui skema pembiayaan syariah dari obligasi negara dan surat berharga

lainnya yang memang memiliki peluang besar bagi Indonesia untuk memperolehnya dari

investor Timur Tengah maupun ummat Islam Indonesia sendiri. Adapun UU No 21/2008

yang secara khusus membahas perbankan syariah merupakan upaya pemerintah dalam

menguatkan kontribusi lembaga keuangan syariah dalam memperkokoh pembangunan

nasional. Lahirnya kedua peraturan perundangan ini dengan sendirinya akan menambah

ruang bagi pengembangan ekonomi Islam dengan perbankan syariah sebagai

lokomotifnya, meskipun berbagai pengembangan masih tetap perlu dilakukan, terutama

terkait dengan kebijakan pendukung.

Selain itu, harus juga diakui bahwa berbagai persoalan masih menjadi kendala

perkembangan ekonomi Islam dan lembaga keuangan Islam di Indonesia. Permintaan

akan jasa keuangan dan praktek ekonomi berbasis syariah berkembang lebih cepat dari

perkembangan terkait pemikiran dan konsep mengenai ekonomi Islam. Ini berarti bahwa

sumber daya insani yang memadai dalam tugas-tugas akademik dan intelektual untuk

merumuskan berbagai pemikiran ekonomi Islam masih jauh dari mencukupi. Ditambah

juga bahwa sumber daya insani yang secara praksis berkecimpung di lembaga keuangan

syariah belum sepenuhnya memiliki kapasitas yang ideal. Kebanyakan baru merupakan

4

Page 6: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

sumber daya manusia pada lembaga keuangan konvensional yang kemudian sedikit

dipoles dengan label syariah. Tak mengherankan jika kemudian berbagai kritik

bermunculan terhadap praktek ekonomi syariah di Indonesia, yang dinilai tidak jauh

berbeda dengan praktek serupa di lembaga keuangan konvensional.

Pola-pola hubungan berbasis syariah baru sebatas akad dan ikrar, belum substansinya.

Dengan kata lain, transaksi yang terjadi baru sekedar pada tahapan menghilangkan unsur

riba dengan mendesain transaksi yang sah akad dan ikrarnya, dan belum menyentuh

persoalan mendasar pada masyarakat yang membutuhkan peran aktif lembaga keuangan

syariah. Hal ini sangat mungkin terjadi karena pendekatan terhadap ekonomi syariah di

Indonesia dilakukan oleh dua kutub keilmuan, yaitu ilmu ekonomi dan ilmu hukum

Islam. Keduanya memang merupakan basis bagi ekonomi syariah, namun harus didekati

dengan pendekatan yang integratif, sehingga tidak terkesan berjalan sendiri-sendiri.

Tentang substansi yang mendasari sebagai nilai-nilai utama ekonomi syariah ini memang

masih terus dirumuskan oleh para pakar dan teoritisi di bidang ekonomi syariah. Berbagai

buku ekonomi Islam yang ada saat ini memang masih sangat terbatas untuk menjelaskan

pola-pola bisnis syariah yang tidak hanya sesuai dengan prinsip syariah, tetapi juga

mampu memberikan kesejahteraan masyarakat luas.

Dalam kaitannya dengan peran ekonomi syariah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, memang belum menjadi agenda pengembangan yang integratif. Dalam Cetak

Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia yang disusun BI misalnya, inisitaif

dan target-target yang dicanangkan belum secara eksplisit menunjuk pada upaya

penyejahteraan rakyat. Meskipun dalam dalam visinya, pengembangan perbankan syariah

dimaksudkan untuk ““Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien,

dan memenuhi prinsip kehati-hatian serta mampu mendukung sektor riil secara nyata

melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam kerangka

keadilan, tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan

masyarakat? Poin-poin yang dituju dalam cetak biru tersebut antara lain kepatuhan pada

prinsip-prinsip syariah, Ketentuan kehati-hatian, Efisiensi operasi dan daya saing, dan

Kestabilan sistem dan kemanfaatan bagi perekonomian.

Kontribusi ekonomi Islam dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat sebenarnya

merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang seharusnya juga menjadi ruh

5

Page 7: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

pengembangan ekonomi Islam beserta lembaga keuangan dibawahnya. Konsep

kerjasama dalam kebaikan dan takwa (ta’awun fil birri wa taqwa), merupakan bagian

dari prinsip Islam yang dijunjung tinggi. Namun dalam prakteknya, harus kita akui bahwa

praktek keuangan syariah, semisal bank masih jauh dari konsep ini. Sampai saat ini,

pembiayaan murabahah (jual-beli) masih mendominasi komposisi pembiayaan bank

syariah. Ini berarti bahwa bank syariah masih belum berani bermain pada pembiayaan

untuk investasi riil yang memang membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan

pembiayaan jual-beli.

Berdasarkan sektor ekonomi, kontribusi perbankan syariah juga belum mencerminkan

upaya pengembangan kesejahteraan masyarakat. Sektor-sektor primer yang menguasai

hajat lebih banyak anggota masyarakat belum sepenuhnya menjadi concern perbankan

syariah dalam menyalurkan kreditnya. Perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah

lainnya memang bisa berkelit bahwa pada tahap awal, pragmatisme bisnis masih

diperlukan untuk menjaga eksistensi usaha. Namun demikian dalam jangka panjang,

strategi dan pendekatan yang lebih membela kepentingan rakyat sudah saatnya menjadi

fokus pelaku usaha bidang perbankan syariah.

Kontribusi lain dari ekonomi Islam untuk kesejahteraan masyarakat sebenarnya dapat

juga dilakukan melalui alokasi berbagai proyek untuk kepentingan rakyat banyak yang

didanai melalui skema pembiayaan syariah. Perkembangan sukuk di tingkat internasional

misalnya bisa dijadikan contoh. Tingginya likuiditas pada negara-negara kaya minyak di

Timur Tengah sebenarnya bisa diserap menjadi dana potensial untuk membiayai proyek-

proyek pembangunan yang berorientasi pada rakyat banyak, semisal pembangunan jalan,

sarana irigasi, dan lain-lain. Potensi ini sudah diakomodasi melalui penerbitan UU No

19/2008 dan sudah saatnya memberikan hasil yang positif. Untuk itu, peran pemerintah

menjadi lebih dituntut untuk membangun iklim usaha yang baik sehingga berbagai

peluang yang telah ada dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan nasional.

Pemerintah sudah saatnya tidak hanya berkonsentrasi pada pengembangan lembaga

keuangan syariah sebagai lokomotif pengembangan ekonomi Islam semata, tetapi sudah

saatnya merambah pada upaya strategis menguatkan peran ekonomi Islam dalam

perekonomian nasional melalui strategi jangka panjang yang mencakup lebih banyak

aspek kehidupan. Islam sebagai nilai universal tentu saja tidak hanya dipraktekkan dalam

6

Page 8: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

kaitannya dengan masalah transaksi, tetapi juga dalam masalah manajemen, tata pamong

(governance), pendidikan dan bahkan budaya bangsa.

Di sinilah kemudian peranan civitas akademik dalam membantu pemerintah menyiapkan

blue print pengembangan ekonomi Islam yang lebih luas menjadi penting. Dengan

penguatan dan pemanfaatan nilai-nilai Islam yang tercakup dalam ekonomi Islam pada

berbagai aspek kehidupan, maka potensi ekonomi Islam dalam mendukung ekonomi

nasional akan makin terbuka. Civitas akademik di perguruan tinggi sudah saatnya tidak

hanya berkutat pada masalah akad dan transaksi yang menjadi core dari aktivitas

mu’amalah, tetapi juga melihat secara lebih makro kepada aspek-aspek kemanfaatan

(mashlahat) yang terkandung dalam setiap transaksi untuk kemudian menterjemahkannya

dalam kerangka keilmuan yang dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak, termasuk

pemerintah.

7

Page 9: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

STRATEGI EKONOMI ISLAM DALAM MENCAPAI TUJUAN

Para ekonom konvensional mulai menyadari bahwa sistem ekonomi yang ada saat

ini sedang berbalik mendekonstruksi dirinya sendiri, setelah sekian lama mencapai

lompatan kemajuan yang luar biasa. Robert Heibroner mengatakan, Pakar ekonomi

mulai menyadari bahwa mereka telah membangun suatu bangunan yang canggih di

atas landasan sempit yang rapuh. Perekonomian modern telah gagal memastikan

keadilan distributif, pertumbuhan berkesinambungan, pembangunan manusia yang

seimbang, keharmonisan sosial dan keadilan kawasan untuk sebagian besar manusia

dan dihadapi di dalam negeri maupun di luar negeri dengan acaman resesi

berkepanjangan, pengangguran yang tidak bisa dihilangkan, ekspansi moneter yang

tidak terkendali, hutang dalam negeri dan luar negeri yang menggunung, dan wujud

bersamanya secara ekstrim kekayaan dan kemiskinan yang parah di masing-masing

negara maupun di antara masyarakat.

Menurut Dr. Chapra, Ekonomi Islam adalah : branch of knowledge (cabang ilmu)

yang membantu manusia untuk mencapai kesejahteraan manusia melalui alokasi dan

distribusi dari kelangkaan sumber daya.

Dalam buku The Future of Economic : An Islamic Perspective, kita dapat melihat

dengan kacamata holistik bahwa untuk mencapai tujuan tercapainya sistem

(ekonomi) Islam, bisa dimulai dari mana saja. Ada lima titik yang bisa dipilih

sebagai terminal pemberangkatan Sistem (Ekonomi) Islam, yaitu Syariah (S),

kekuasaan politik G), masyarakat (N), kekayaan atau sumber daya atau Maal (W),

pembangunan (g) dan keadilan(j).

Kelima variabel tersebut berada dalam satu lingkaran yang saling tergantung karena

satu sama lain saling mempengaruhi. Siklus tersebut dipopulerkan oleh oleh

Adiwarman A. Karim dalam pengantar buku The Future of Economic : An Islamic

Perspective dengan istilah siklus Chapra. Siklus ini merupakan syarah dari kitab

8

Page 10: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Muqaddimah karya Ibnu Khaldun yang membahas tentang jatuh bangunnya sebuah

peradaban.

Siklus di atas juga dapat diturunkan menjadi fungsi di bawah ini:

G = f (S,N,W, g dan j)

Dimana G merupakan naik turunnya sebuah dinasti,sedangkan S, N, W, g dan j

merupakan implementasi syariah, well-being of the people, development and

equitable distribution of wealth, aktualisasi pembangunan atau growth of

development, dan justice. Kesemua faktor tersebut saling mempengaruhi, sehingga

faktor dependent dapat menjadi independent demikian juga sebaliknya. Sebagai

contoh Implementasi syariah sangat tergantung dari kebutuhan masyarakat yang

dinamis, misalnya saat ini semakin banyak masyarakat muslim (N) yang ingin

bermuamalah secara syariah, tentu konsekuensinya adalah implementasi sistem

perekonomian/ perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah akan meningkat.

Namun harus disadari juga implementasi syariah tidak dapat berlangsung dengan

baik bila ulama terlalu liberal atau terlalu kaku atau pemerintahnya sangat sekular

dan korup atau masyarakatnya terlalu miskin, ignorant dan tertekan sehingga tidak

punya pengaruh yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan implementasi syariah

tidak akan efektif jika G dan N (termasuk ulama) tidak berperan dengan sempurna

dalam mendukung terimplementasinya prinsip-prinsip syariah dengan baik. Maka

dalam hal ini jelas terlihat S menjadi dependent variable. Dr. Chapra merumuskan

untuk mengembangkan ekonomi Islam melalui tahapan S-N-W-j&g-G- S:

1.Tanamkan kesadaran syariah (S),

2.Kembangkan masyarakat sehingga terciptalah Masyarakat (N) yang paham

syariah.

3.Meningkatkan kekayaan (W) masyarakat paham syariah ini.

4.Bila ini tercapai maka aspek pembangunan lainnya tidak dapat diabaikan dan yang

terpenting adalah pembangunan hukum dan keadilan (j&g). Pada tahap ini kita

memiliki masyarakat paham syariah yang kaya dan berkeadilan.

9

Page 11: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

5.Tahap selanjutnya adalah menegakkan pemerintah yang kuat (G).

Namanya siklus, artinya prosesnya dapat memulai dari komponen manapun, asal

saja kita sadar konsekuensi logis tahapannya.

Prinsip Ekonomi Islam

Menurut Metwally, prinsip-prinsip ekonomi Islam secara garis besar dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Sumber daya dipandang sebagai amanah Allah kepada manusia, sehingga

pemanfaatannya haruslah bisa dipertanggungjawabkan di akherat kelak.

Implikasinya adalah manusia harus menggunakannya dalam kegiatan yang

bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

2. Kepemilikan pribadi diakui dalam batas-batas tertentu yang berhubungan dengan

kepentingan masyarakat dan tidak mengakui pendapatan yang diperoleh secara

tidak sah.

3. Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi Islam. Islam

mendorong manusia untuk bekerja dan berjuang mendapatkan materi/harta

dengan berbagai cara, asalkan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Hal ini

dijamin oleh Allah bahwa Allah telah menetapkan rizki setiap makhluk yang

diciptakan-Nya.

4. Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya dimiliki oleh segelintir orang-orang

kaya, dan harus berperan sebagai kapital produktif yang akan meningkatkan

besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya dialokasikan untuk

kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari oleh sunnah Rasulullah yang

menyatakan bahwa masyarakat mempunyai hak yang sama atas air, padang

rumput, dan api.

6. Seorang muslim harus tunduk pada Allah dan hari pertanggungjawaban di akherat

(QS. 2:281). Kondisi ini akan mendorong seorang muslim menjauhkan diri dari

10

Page 12: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

hal-hal yang berhubungan dengan maisir, gharar, dan berusaha dengan cara yang

bathil, melampaui batas dan sebagainya.

7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab). Zakat

ini merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya yang ditujukan untuk

orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Menurut pendapat para ulama,

zakat dikenakan 2,5% untuk semua kekayaan yang tidak produktif, termasuk di

dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan permata, dan 10% dari

pendapatan bersih investasi.

8. Islam melarang riba dalam segala bentuknya. Secara tegas dan jelas hal ini

tercantum dalam QS 30:39, 4:160-161, 3:130, dan 2:278-279.

Ciri-ciri Ekonomi Islam

Dalam pelaksanaannya, prinsip-prinsip tersebut menimbulkan hal-hal sebagai berikut

yang kemudian menjadi ciri ekonomi Islam (Mohammad, 1992;62-65):

1. Pemilikan. Oleh karena manusia itu berfungsi sebagai khalifah yang berkewajiban

untuk mengelola ala mini guna kepentingan umat manusia maka ia berkewajiban

mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya alam. Dalam menjalankan

tugasnya, lambat laun ia dapat membentuk kekayaan yang menjadi miliknya.

Miliknya ini dipergunakan untuk bekerja guna memenuhi kebutuhannya dan

keluarganya, dan sebagian lagi untuk kepentingan masyarakat. Meskipun ia

memilikinya, namun ia tidak diperkenankan untuk merusaknya atau

membakarnya, ataupun menelantarkannya, mengingat bahwa kepemilikan ini

adalah relative dan juga merupakan titipan dari Allah SWT (Mohammad,

1992:62-65).

Pemilikan ini, meskipun relative, membawa kewajiban yang harus dipenuhi

manakala sudah sampai batas tertentu, untuk membayar zakatnya. Pada waktu

tertentu, pemilikan ini, harus diwariskan pada sanak keluarganya dengan aturan

tertentu. Pemilikan ini meskipun relative dapat dipindahtangankan kepada

institusi islam untuk menjadi barang wakaf. Barang wakaf ini dengan demikian

11

Page 13: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

menjadi milik masyarakat yang harus dihormati oleh siapa pun juga (Mohammad,

1992;62-65).

2. dijadikan modal untuk suatu perusahaan swasta, atau ikut ambil bagian dari modal

yang ditawarkan untuk investasi. Bisa saja perusahaan memberi keuntungan

bahkan mungkin kerugian. Karena tidak mau memikul bersama kerugian, maka

pemilik memikulkan bunga modal perusahaan. Jelas dalam islam tidak

diperkenankan. Sama halnya jika kita meminjam uang ke bank kita harus

membayar bunga modal, tetapi kalau modalnya dipergunakan untuk perusahaan

sendiri, dengan dalih “cost of money” ia memperhitungkan bunga (Mohammad,

1992;62-65).

Karena diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi, pemilik ingin

menimbunnya untuk kebutuhan sewaktu-waktu atau juga untuk spekulasi di pasar.

Ini tidak diridhoi Allah yang memerintahkan untuk membelanjakannya agar

tercipta pendapatan baru bagi kalangan masyarakat.

3. pelaksanaan perintah untuk berlomba-lomba berbuat baik. Ini dapat dimengerti

dalam dua hal. Pertama berbuat baik atau amal shaleh dan kedua perbaikan mutu

atau kualitas.

4. Thaharah atau bersuci (menjaga kebersihan).

5. Produk barang dan jasa harus halal.

6. keseimbangan. Allah tidakmenghendaki seseorang menghabiskan tenaga dan

waktunya untuk beribadah dalam arti sempit, akan tetapi juga harus

mengusahakan kehidupannya di dunia. Dalam mengusahakan kehidupannya di

dunia juga tidak boleh boros, akan tetapi juga tidak boleh kikir.

7. Upah tenaga kerja, keuntungan dan bunga. Upah tenaga kerja diupayakan agar

sesuai dengan prestasi dan kebutuhan hidupnya.

8. upah harus dibayarkan sebelum keringat mereka kering.

9. bekerja dengan baik adalah ibadah dalam arti luas.

10. kejujuran dan tepat janji.

11. kelancaran pembangunan. Ciri tersebut di atas dapat menjamin bahwa

pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancer.

12

Page 14: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Metodologi Ekonomi Islam

Unsur Kebijakan Ekonomi Islam

Oleh karena kerja sama dan keadilan ekonomi merupakan spirit ekonomi Islam, atau

merupakan jiwa ajaran tauhid, maka perlu disusun suatu tipe rancangan structural guna

menerjemahkan spirit ini menjadi kenyataan dan terutama agar mampu memenuhi

kebutuhan-kebutuhan di mana saja dan kapan saja.

Sejumlah unsur dapat memberi sumbangan bagi penyusunan rancangan structural

samacam ini. Unsur-unsur itu adalah sebagai berikut:

1. Semenjak awal Islam mengakui posisi pemerintah dalam pengelolaan ekonomi.

Pada setiap maasyarakat yang terorganisasi terdapat penguasa/otoritas yang

mengawasi, mengkoordinasikan perekonomian dan memberi arah baginya untuk

bergerak. Pemerintah dituntut untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran tertentu

sebagaimana telah ditetapkan syariah. Dalam lingkungan ekonomi yang lebih

kompleks seperti dewasa ini, tugas utama pemerintah adalah memenuhi

kebutuhan-kebutuhan public tertentu, dan untuk ini pemerintah dituntut untuk

menjamin kelancaran kegiatan-kegiatan ekonomi. Prinsip ini dapat dideduksikan

dari syariah dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan pada waktu dan

tempat tertentu. Misalnya, dalam hal pengelolaan moneter menyangkut pasok dan

alokasi uang, partisipasi dalam produksi barang-barang public dan lain-lain.

2. Sector swasta, dipandang sangat penting dalam kegiatan-kegiatan ekonomi

masyarakat. Kreatifitas dan inisiatif inidividu sangat dihargai dalam skema

organisasi ekonomi menurut Islam. Individu sepenuhnya diakui untuk memiliki

dan memutuskan kegiatan-kegiatan ekonomi menurut pilihan mereka dalam

kerangka aturan-aturan syariah.

Pendekatan Islam terhadap peran serta individu dalam perekonomian adalah

melalui dorongan religius yang melekat dalam system ekonomi. Aturan-aturan

hukum diterapkan secara minimal, sebab Islam menghargai kemampuan dan hak

istimewa dari sifat manusia yang terarah untuk menemukan jalannya sendiri.

13

Page 15: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Pada dasarnya, peran pemerintah adalah untuk melengkapi inisiatif yang

diambil sector swasta. System Islam membuka peluang yang luas bagi individu

untuk bergerak dalam kegiatan ekonomi.

3. Islam mengakui pentingnya perdagangan internasional.

Segala macam hambatan perdagangan(trade-barriers) tidak dianjurkan menurut

Islam. Keterbukaan dalam masalah ini tidak diperkenankan jika harus

mengorbankan ketentuan agama. Segala bentuk imperialisme ekonomi harus

dihentikan. Sebagai agama bagi seluruh umat manusia, Islam menggarisbawahi

pandangan bahwa praktik-praktik perdagangan internasional secara langsung

dapat menjadi cerminan dari praktik-praktik ekonomi Islam bagi umat lain.

Operasionalisasi Kebijakan Ekonomi Islam

Kebijakan-kebijakan yang digariskan pemerintah dapat berpengaruh pada laju

perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan harus mengikutsertakan

semangat tauhid di dalam system tersebut. Penerjemahan semangat ini ke dalam

kebijakan akan semakin mendorong terciptanya lingkungan yang kondusif bagi

kemajuan ekonomi.

Sumbangan berharga M.N. Siddiqi pada kajian tentang pendekatan pemerintah

terhadap bidang-bidang yang memerlukan perumusan kebijakan. Siddiqi

membagi fungsi-fungsi umum Negara Islam dalam tiga kategori sebagai berikut.

1. fungsi-fungsi yang telah ditetapkan secara tegas oleh syariah.

Kategori ini meliputi semuya fungsi yang disebut khusus dan jelas dalam Al-

Qur’an dan Sunnah, langsung maupun tidak langsung dan ditegaskan oleh para

ahli hokum. Fungsi-fungsi ini berkait dengan situasi permanent manusia dan tidak

terkait dengan kondisi social yang berubah-ubah. Contoh secara jelas adalah

zakat.

2. fungsi-fungsi yang dipetik dari syariah atas dasar ijtihad untuk situasi yang

sedang berlaku.

Kategori ini mencakup fungsi-fungsi tertentu yang dipandang penting bagi

perwujudan tujuan-tujuan syariah dengan mengingat kondisi-kondisi social

ekonomi yang berlaku pada zaman kita. Fungsi-fungsi ini dipetik dari Al-Qur’an

14

Page 16: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

dan Sunnah atas dasar penalaran analogis (Qiyas), atau dengan argument-argumen

yang didasarkan atas kepentingan umum. Contohnya pelestarian lingkungan.

3. fungsi-fungsi yang ditugaskan kepada Negara pada waktu dan tempat-tempat

tertentu oleh rakyat melalui proses musyawarah. Kategori ini bisa meliputi

setiap fungsi yang dikehendaki masyarakat untuk dibebankan kepada

penguasa Negara Islam pada waktu dan tempat tertentu atas dasar criteria apa

yang terbaik demi kepentingan umum.

Pedoman-pedoman untuk perumusan kebijakan ini akan memberi garis yang

jelas bagi peran serta pemerintah dalam persoalan-persoalan ekonomi.

Pendekatan ini mengharuskan agar kebijakan-kebijakan pemerintah senantiasa

relevan dan dinamis. Fungsi menurut kategori pertama itu dipandang pokok

bagi semua masyarakat di setiap masa, dan esensial untuk semua jenis

masyarakat. Kategori kedua dan ketiga menunjukkan bagaimana pendekatan

Islam menekankan hubungan yang erat antara pemerintah dan sector swasta

dalam pengelolaan manajemen.

KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah untuk membelanjakan

pendapatannya dalam merelisasikan tujuan-tujuan ekonomi. Dan kebijakan fiscal

tersebut memiliki dua instrument, pertama : kebijakan pendapatan, yang tercermin

dalam kebijakan pajak, kedua : kebijakan belanja. Kedua instrument tersebut akan

tercermin dalam anggaran belanja negara. Kebijakan fiscal adalah bagian dari

kebijakan ekonomi suatu negara yang tidak dapat berdiri sendiri dalam pencapaian

tujuan-tujuan ekonomi, kebijakan penting lainnya adalah kebijakan moneter.

Kebijakan fiscal akan sangat tergantung pada dua instrument tersebut, yaitu

pendapatan dan pengeluaran. Kinerja kebijakan fiscal antara satu negara dengan

negara lainnya akan sangat berbeda. Ketidaksamaan tersebut didasarkan pada

pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai dan falsafah ekonomi yang dianut. Dalam

masyarakat ekonomi tertinggi misalnya, kebijakan fiskal biasanya bertujuan

bagaimana mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat, maka investasi dan menjaga

15

Page 17: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

keseimbangan harga menjadi prioritas utama. Sedangkan dalam masyarakat ekonomi

kapitalis yang maju biasanya kebijakan fiskal akan terfokus pada pencapaian dan

penstabilan ekonomi serta pemanfaatan atau kesempatan penuh tenaga kerja.

Prinsip Islam tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja bertujuan untuk

mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan

berimbang dengan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat sama (Mannan,

1997,230). Menurut R.W Lindson. ”Dalam membuat pengeluaran pemerintah, dalam

memperoleh pemasukan pemerintah, penetuan jenis, waktu dan prosedurlah yang

harus diikuti.” Kebijakan fiskal dianggap sebagai alat untuk mengatur dan mengawasi

perilaku manusia yang dapat dipengaruhi melalui insentif atau meniadakan insentif

yang disediakan dengan meningkatakan pemasukan pemerintah (melalui

perpajakan, pinjaman, atau jaminan terhadap pengeluaran pemerintah). Dalam

teori, tentunya sistem perpajakan yang digunakan oleh negar-negara sekuler

modern mengusulkan agar berdasarkan teori sosio-politik dan keuntungan sosial

maksimum dengan tujuan kesejahteraan umum rakyat.

1. Kebijakan Fiskal dalam Aliran Ekonomi Modern

Dalam terminologi ekonomi kapitalis klasik, pemerintah dilarang untuk campur

tangan dalam masalah kegiatan ekonomi hanya akan menimbulkan efek negatif atas

keefektifan penggunaan sumber daya dalam masyarakat, karena efektivitas kegiatan

ekonomi dalam pandangan mereka adalah membiarkan setiap individu masyarakat,

karena efektifitas kegiatan ekonomi dalam pandangan mereka adalah membiarkan

setiap individu masyarakat untuk mengambil keputusan ekonominya sesuai dengan

mekanisme pasar tanpa ada intervensi terhadap mekanisme tersebut. Atas dasar

pemikiran tersebut, maka kaum ekonomi kapitalis klasik sangat membatasi

peranan pemerintah hanya dalam batas; bagaimana pemerintah berusaha

mendapatkan pendapatannya untuk menutupi pengeluarannya yang sangat terbatas, yaitu

dengan suatu mekanisme membagi beban tersebut kepada individu

masayarakat dengan pola pembagian yang adil menurut mereka.

16

Page 18: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Dengan demikian, karakteristik peranan pemerintah dalam terminologi ekonomi

klasik dapat disimpulkan dalam poin-poin berikut ini.

1. Pemerintah harus bersifat netral, artinya bahwa pemerintah dalam kegiatan dan

usahanya dalam menghimpun pendapatannya dan penge;uarannya tidak boleh

memiliki motivasi ekonomi, apalagi sampai mempengaruhi harga barang dan

pelayanan yang telah diatur oleh mekanisme pasar dalam system kompetisi pasar.

Peranan yang harus diemban oleh pemerintah hanyalah memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam bentuk pelayanan yang mencakup pertahanan, keamanan,

keadilan dan beberapa kegiatan yang tidak memiliki dampak terhadap perubahan

harga yang akan membuat goncangnya pasar.

2. Pemerintah hendaknya berupaya untuk meminimalisasikan biaya

pengeluarannya. Dengan demikian beban yang akan ditanggung oleh masyarakat

tidak berat. Hal tersebut sesuai dengan prinsip madzhab ekonomi klasik yang

berkeyakinan bahwa individu akan lebih mampu dan efektif disbanding

pemerintah dalam mengelola sumber daya ekonomi yang ada. Untuk tujuan

tersebut maka individu harus diberi jatah dan kesempatan seluas-luasnya terhadap

penggunaan sumber daya yang ada, dan salah satu mekanismenya adalah dengan

memperkecil beban pajak yang harus dibayarnya. Artinya pemerintah harus

benar-benar dapat merealisasikan tugasnya dengan biaya yang seminim mungkin.

3. Madzhab ekonomi kapitalis klasik juga tidak mengenal adanya anggaran

defisit atau surplus. Kebijakan pemerintah harus dengan anggaran berimbang.

Alasan mereka adalah jika anggaran mencapai surplus berarti pungutan pajak

terhadap masyarakat dianggap tinggi, dan nilai surplus tersebut menjadi tidak

efektif dan efisien ditangan pemerintah dibanding jika nilai surplus tadi ada

ditangan individu masyarakat. Apabila anggaran tersebut defisit maka pemerintah

akan meminjam pada sector swasta, dan nilai pinjaman tersebut akan dialokasikan

pada sector konsumsi, sementara apabila nilai pinjaman tersebut tetap ditangan

kekuatan swasta atau individu akan dialokasikan pada sector pemerintah.

17

Page 19: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Inti pemikiran dan teori aliran kapitalis klasik tersebut berdasarkan pada

asumsi –asumsi yang sangat terbatas sekali, diantaranya adalah asumsi pasar yang

kompetitif dalam mekanisme pasar yang berlaku. Dalam realitasnya apa yang

diasumsikan oleh para pakar ekonomi kapitalis klasik tersebut sulit dinyatakan

sehingga sistem pasar tidak mampu merealisasikan penggunaan sumberdaya yang

efektif. Dengan kata lain bahwa sistem pasar tidak mampu merealisasikan

keseimbangan dan kestabilan seperti apa yang mereka yakini. Bahkan sebaliknya,

dalam sejarahnya ekonomi kapitalis mengalami kegoncangan-kegoncangan ekonomi

yang berkesinambungan, bahkan belum mampu memberikan konsep penyelesaian

yang mendasar dan tuntas.

Depresi besar yang terjadi tahun tiga puluhan dipenghujung abad duapuluh

merupakan bukti dari ketidak mampuan teori kapitalis klasik, dan kejadian tersebut

sekaligus melahirkan aliran ekonomi kapitalis modern yang dipimpin oleh Lord

Keynes dengan karyanya “The General Theory of Employment, and Money”.

Aliran ekonomi kapitalis modern berusaha untuk mempelajari kegiatan

ekonomi secara keseluruhan, oleh sebab itu kajian mereka juga terarah pada variable-

variabel ekonomi makro, seperti pendapatan, total produksi, konsumsi, investasi dan

tabungan. Analisis ekonomi makro mencoba menjelaskan hubungan antara setiap

variable dengan unsur-unsur yang memengaruhi atas variable tersebut dalam

kerangka ekonomi makro yang kemudian melahirkan dimensi pemahaman baru atas

peranan pemerintah dalam kegiatan ekonomi, bahkan menempatkan sector

pemerintah pada posisi penting dalam kegiatan ekonomi bahakan dipelajari secara

khusus. Paradigma bahwa pemerintah hanyalah merupakan institusi yang melayani

kepentingan public yang terbatas tanpa mengganggu kestabilan pasar telah berubah

menjadi institusi yang memiliki peran ekonomi yang sangat menentukan. Bahkan

kalau dulu pemerintah hanya boleh menganggarkan pembelanjaan pada sektor

konsumsi saja, maka dalam terminologiekonomi kapitalis modern, pemerintah dapat

menyalurkan pada sektor produksi dan dalam kegiatan ekonomi. Kalu dalam

pandangan ekonomi klasik pendapatan merupakan usaha pemerintah untuk menutupi

18

Page 20: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

kebutuhannya, maka dalam ekonomi modern pendapat merupakan alat yang efektif

dalam mencapai tujuan ekonomi.

Dengan demikian, tujuan ekonomi sangat bergantung pada sejauh mana

pengaruh yang diberikan oleh kebijakan pemerintah terhadap variablel-variabel

ekonomi makro. Tapi pencapaian tujuan tersebut bukan melalui mekanisme yang

otomatis berjalan dengan sendirinya sebagaimana yang diyakini oleh kaum klasik

dengan mekanisme pasarnya melainkan dengan rancangan-rancangan kebijakan-

kebijakan ekonomi yang beragam yang dibuat oleh pemerintah.

Adapun pemikiran ekonomi komunisme yang inti pemikirannya adalah

pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan, berkeyakinan bahwa ala mini terjadi

dengan evolusi dan hasil pertentangan antara satu dan yang lainnya, maka dalam

dunia ini tidak ada suatu bendapun kecuali bergerak denga konsep konflik. Dasar

pemikiaran inilah yang mendasari pola pembangunan masyarakatnya, ekonominya,

politiknya, ahlaknya, dan pemikirannya.

Jika kita menggali konsep Islam mengenai peranan pemerintah dalam

perekonomian, akan kita dapatkan bahwa salahsatu karakteristik system ekonomi

Islam adalah “Multy Ownership” yang berarti bahwa Islam mengakui multi

kepemilikan, yakni kepemilikan pribadi, kepemilikan umum, dan kepemilikan

pemerintah. Dengan keyakinan bahwa semua bentuk kepemilikan tersebut hanya

merupakan amanah yang diberikan Allah, dan Hanya Allah-lah pemilik mutlak.

Berdasarkan konsep Islam mengenai kepemilikan tersebut kita akan dapatkan bahwa

apa yang diyakini oleh ekonomi modern mengenai peranan pemerintah dalam

kebijakan ekonominya, telah diterapkan oleh Islam semenjak Rasulullah SAW

sebagai pengasas negara Madinah yang kemudian dikembangkan oleh para

penerusnya, dengan selau merujuk pada kaidah umum yang telah ditetapkan dalam

Al-Quran dan As-Sunnah.

19

Page 21: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Suatu realita bahwa Negara Islam bukan suatu Negara teokrasi dalam arti

kependetaan, tapi adalah suatu Negara ideologi yang berperan sebagai suatu

mekanisme untuk melaksanakan hokum-hukum Al-Quran dan As-Sunnah. Karena itu

kebijakan fiscal dalam suatu Negara Islam harus sepenuhnya sesuai dengan prinsip

hokum dan nilai-nilai Islam. Tujuan pokok hokum agama Islam adalah untuk

mencapai kesejahteraan ummat manusia. Kesejahteraan umat manusia ini dapt

dicapai bila seluruh hukum dan ekonomi tidak membicarakan kebijakan fiscal saja,

dan hal ini konsisten dengan sifat0sifat Ilahi yang pokok, yaitu a) Maha pemberi rizki

b) Maha Pemurah c) Maha Pengasih. Demikianlah kegiatan-kegiatan yang menambah

pengeluaran yang menarik penghasilan Negara harus digunakan untuk mencapai

tujuan ekonomi dan social tertentu dalam kerangka umum Hukum Islam seperti

ditetapkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Stiglitz (1986), mengemukakan bahwa pungutan, sejak zaman dahulu sudah

ada, walaupun pungutan di masa lalu dengan dimasa sekarang berbeda. Pungutan

pada masa lalu disebut sebagai feodal levie sedangkan pada masa sekarang disebut

sebagai modern taxes. Menurut Pigou dalam Mangkoesoebroto, 1993), modern taxes

terkait dengan barang publik. Artinya sampai seberapa jauh masyarakat dapay

“dipaksa” membayar adanya fasilitas yang dibiayai dari pajak tersebut. Teori Pigou

ini disempurnakan oleh Bowen, Lindhal, dan Smuaelson. Namun pada intinya

mengemukakan suatu hal yang sama yaitu mengaitkan pengeluaran pemerintah

dengan pajak. Artinya, melalui pajak, pemerintah tidak sekedar mengumpulkan dana,

namun membangun barang publik yang dapat memuaskan masyarakat. Dengan

demikian, dimensi dari pajak ada dua, yaitu (1) Penyediaan dana dan (2) mewujudkan

bebabn pajak yang mencerminkan kepuasan masyarakat terhadap suatu barang

publik.

2. Kebijakan Fiskal dalam Perekonomian Islam

Peranan Kebijakan Fiskal

20

Page 22: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Kebijakan Fiskal adalah komponen penting kebijakan publik. Kebijakan

fiskal meliputi kebijakan-kebijakan pemerintah dalam tiga hal berikut. Pertama kebijakan

pendapatan yang dalam ekonomi modern lebih terfokus pada kebijakan pajak. Instrumen

kedua adalah kebijakan pengeluaran pemerintah dan yang ketiga adalah utang. Peranan

kebijakan fiskal dalam suatu ekonomi ditentukan oleh keterlibatan pemerintah dalam hal

aktivitas ekonomi, yang ditentukan oleh situasi sosio-ekonominya, komitmen ideology,

da hakikat sistem ekonomi.

Pada sistem ekonomi sosialis sektor publik semuanya dikuasai oleh

pemerintah. Pada sistem kapitalis peranan sektor publik relatif kecil tetapi sangat penting.

Pada sistem ekonomi Islam, hak pemilikan swasta diakui, pemerintah bertanggung jawab

menjamin kelayakan hidup warga negaranya. Hal ini merupakan komitmen bukan hanya

untuk mencapai keberlangsungan (pembagian) ekonomi untuk masyarakat yang paling

besar jumlahya, tetapi juga membantu meningkatkan spiritual dan menyebarkan pesan

dan ajaran Islam seluas mungkin.

Beberapa hal penting dalam ekonomi Islam yang berimplikasi bagi penentuan

kebijakan fiskal adalah sebagai berikut :

a. Mengabaikan keadaan ekonomi adalam ekonomi Islam, pemerintah Muslim harus

menjamin bahwa zakat dikumpulkan dari orang-orang Muslim yang memiliki

harta melebihi nisab dan digunakan untuk maksud yang dikhususkan dalam Kitab

Suci Al-Qur’an.

b. Tingkat bunga tidak berperan dalam siste ekonomi Islam. Perubahan ini secara

alamiah tidak hanya pada kebijakan moneter tetapi juga pada kebijakan fiskal.

Ketika bunga mencapai tingkat keseimbangan dalam pasar uang tidak akan dapat

dijalankan, beberapa alternatif harus ditemukan. Salah satu alat alternatifnya

adalah menetapkan pengambilan jumlah dari uang Idle.

21

Page 23: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

c. Ketika semua pinjaman dala Islam adalah bebas-bunga, pengeluaran pemerintah

akan dibiayai dari pengumpulan pajak atau dari bagi hasil. Oleh karena itu,

ukuran public debt menjadi lebih kecil.

d. Ekonomi Islam diupayakan untuk membantu atau mendukung ekonomi

masyarakat Muslim terbelakang dan menyebarkan pesan-pesan ajaran Islam. Jadi,

pengeluaran pemerintah akan diarahkan pada kegiatan-kegiatan peningkatan

pemahaman terhadap Islam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Muslim

yang masih terbelakang. Pembayaran pajak dalam ekonomi Islam jelas sebagai

bagian dari upaya-upaya mengembangkan Islam.

e. Negara Islam merupakan negara yang sejahtera, dimana kesejahteraan memilii

makna yang luas dari pada konsep Barat. Kesejahteraan meliputi aspek material

dan aspek spiritual dengan lebih besar menekankan pada isi spiritual. Negara

Islam bertanggung jawab untuk melindungi agama warga negara, kehidupan,

keturunan dan harta milik. Jadi, segala sesuatu itu secara tidak langsung

meningkatkan barang-barang itu.

f. Pada saat perang, Islam berharap orang-orang itu memberikan tidak hanya

kehidupannya, tetapi juga harta bendanya untuk menjaga agama.

g. Hak perpajakan dalam negara Islam tidak terbatas. Beberapa orang mengatakan

bahwa kebijakan perpajakan diluar apa yang disebut zakat, ini adalah tidak

mungkin kecuali berada dalam situasi tertentu.

Kebijakan Pendapatan

Sarana-sarana pemenuhan kebutuhan umum serta pendapatan Baitul Maal di zaman

Rasulullah SAW dan Sahabatnya

a. Kebijakan Fiskal pada masa Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW sangat bergantung pada pendanaan Siti Khadijah dalam

pengembangan dakwah Islam, disamping pendanaan suka rela yang dilakukan oleh para

22

Page 24: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

sahabat. Rasulullah menanamkan prinsip saling membantu terhadap kebutuhan

saudaranya selama memimpin umat di Mekkah.

Setelah Rasulullah di Madinah, maka dalam waktu singkat Madinah

mengalami kemajuan yang cepat. Rasulullah telah memimpin seluruh pusat pemerintaha

di Madinah, menerapkan prinsip-prinsip dalam pemerintahan dan organisasi, membangun

institusi-institusi, mengarahkan urusan luar negeri, membimbing para sahabatnya dalam

memimpin dan pada akhirnya melepaskan jabatannya secara penuh. (A>R Cornelius,

1978; 47-48). Sebagai kepala negara yang baru terbentuk, ada beberapa hal yang segera

mendapat perhatian beliau, seperti (1) membangun masjid utama sebagai tempat untuk

mengadakan forum bagi para pengikutnya; (2) merehabilitasi muhajirin Mekkah di

Madinah; (3) menciptakna kedamaian dalam negara; (4) Mengeluarkan hak dan

kewajiban bagi warga negaranya; (5) membuat konstitusi negara; (6) menyususn sistem

pertahanan Madinah; (7) meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.

Pada masa awal-awal kehidupan Rasulullah SAW di Madinah, beliau masih

berpedoman pada prinsip awal yaitu saling bantu secara sukarela antar sesama muslim,

maka program utama setelah Hijrah diantaranya mempersaudarakan Muhajirin dan

Anshar. Bukti lain menunjukkan bahwa dalam deklarasi Madinah disebutkan pentingnya

saling membantu dalam membayar diyat, menembus tawanan dan membantu melunasi

hutang. Akan tetapi tidak ada data kongkret yang sampai kepada kita tentang berapa nilai

yang pernah dihimpun oleh Baitul Maal pada masa Rasulullah, walupun sahabat, tabiin,

dan ulama hadits begitu jeli dalam hal penulisan dan pembukaan hadits.

Meskipun tidak ada bukti kongkrit mengenai hal tersebut, tapi data-data lain

dapat kita jadikan bukti mengenai hasil pendapatan Baitul Maal di masa Rasulullah

SAW. Adalah kehidupan di Madinah di masa awalnya tergambarkan sangat sulit,

sehingga tidak jarang Rasulullah SAW dan para sahabatnya menahan rasa laparnya.

Bersamaan dengan persyariatan zakat, pemasukan lainpun mulai

terembagakan, mulai dari ghanimah perang Badar, kemudian perang-perang berikutnya,

23

Page 25: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

juga Fai seperti Fai bani Nadhir Khaibar, dan lain-lain. Pemasukan lainnya yang

dilembagakan adalah Jizyah, dalam satu riwayat disebutkan terkumpul sebanyak dua ribu

Hullah.

Rasulullahpun memberikan suatu contoh yang dapat dijadikan pedoman bagi

lembaga keuangan negara bahwa Beliau pernah meminjam peralatan perang kepada

orang musyrik, dimana peralatan tersebut adalah kepentingan umum, padahal kekuatan

kaum muslimin pada saat itu cukup kuat.

Rasulullahpun mengkhususkan area untuk kemaslahatan umum, seperti

tempat penggembalaan kuda-kuda perang, bahkan menentukan beberapa orang petugas

untuk menjaga harta kekayaan negara seperti kekayaan hasil bumi khaibar yang

dipercayakan kepada Abdullah Bin Rawahah, sedangkan tugas penjagaan baitul maal dan

pendistribusiannya diamanahkan kepada Abi Rafi’ dan Bilal, sementara ternak

pembayaran zakat diamanahkan kepada salah seorang dari Bani Giffar.

b. Kebijakan Fiskal pada masa khulafaur Rasyidin

Seiring dengan perluasan kekuasaan pemerintahan Islam maka pemasukan

ghanimah, fai, dan pemasukan lainnya semakin meningkat. Kemudian penetapan pos

pemasukan “kharaj” terhadap tanah Irak dengan bersandar pada apa yang dilakukan oleh

Rasulullah SAW terhadap Khaibar, dan atas keputusan Ijma sahabat. Hal tersebut terjadi

pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Untuk pertama kalinya pemasukan zakat

ditransfer ke pemerintahan pusat, hal tersebut terjadi ketika Muadz bin Jabal mengirim

1/3 hasil zakat daerah Yaman ke Madinah dan Umar menolaknya. Di tahun berikutnya,

Muadz mengirim ½ hasil zakat Yaman dan kembali Umar menolaknya sehingga pada

tahun berikutnya Muadz mengirim seuruh hasil zakat dan berkata kepada Umar bahwa di

Yaman sudah tidak ada lagi mustahik zakat, kemudian Umar pun menerima hal tersebut

dan selanjutnya mensuplai hasil surplus zakat suatu daerah ke daerah yang mengalami

yang defisit. Sumber lainnya yang ditetapkan pada zaman Umar adalah “Al Usyur” dari

24

Page 26: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

perdagangan import yang dikelola oleh kaum kafir harbi (orang non muslim yang tinggal

di negara yang memerangi Islam). Asas yang melandasinya adalah perlakuan timbal balik

atas para pedagang muslim yang mengekspor barang-barang mereka ke negara harbi

tersebut.

Kebijakan Belanja Pemerintah

Efesiensi dan efektifitas merupakan landasan pokok dalam kebijakan

pengeluaran pemerintah. Dalam ajaran Islam hal tersebut dipandu oleh kaidah-kaidah

Syari’iyyah dan penentuan skala prioritas. Para ulama terdahulu telah memberikan

kaidah-kaidah umum yang disarikan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam memandu

kebijakan belanja pemerintah. Kaidah-kaidah tersebut, antara lain sebagai berikut.

1. Bahwa timbangan kebijakan pengeluaran atau belanja pemerintah haris

senantiasa mengikuti kaidah maslahah

2. Menghindari “Masyaqqoh” kesulitan dan mudharat harus didahulukan

ketimbang melakukan pembenahan

3. Madhorot individu dapat dijadikan alasan demi menghindari madhorot dalam

skala umum

4. Pengorbanan individu atau kerugian individu dapat dikorbankan demi

menghindari kerugian dan pengorbanan dalam skala umum

5. Kaiah “Al-Giurmu bil gunmi” yaitu kaidah yang menyatakan bahwa yang

mendapatkan manfaat harus siap menanggung beban (yang ingin beruntung

harus siap menanggung kerugian)

6. Kaidah “Ma la yatimmu Al waajibu illa bihi fahua wajib” yaitu kaidah yang

menyatakan bahwa “sesuatu hal yang wajib ditegakkan, dan tanpa ditunjang oleh

faktor penunjang lainnya tidak dapat dibangun, maka menegakkan faktor

penunjang tersebut menjadi wajib hukumnya.

Kaidah-kaidah tersebut dapat membantu dalam merealisasikan efektivitas dan

efisiensi dalam pola pembelanjaan pemerintah dalam Islam sehingga tujuan-tujuan dari

25

Page 27: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

pembelanjaan pemerintah dapat tercapai. Tujuan pembelanjaan pemerintah dalam Islam

adalah sebagai berikut.

1. Pengeluaran demi memenuhi kebutuhan hajat masyarakat.

2. Pengeluaran sebagai alat redistribusi kekayaan

3. Pengeluaran yang mengarah pada semakin bertambahnya permintaan efektif

4. Pengeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi

5. Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan intervensi

pasar.

Kebijakan belanja umum pemerintah dalam sistem ekonomi syariah dapat

dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut.

1. Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin

2. belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya tesedia

3. Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh masyarakat

berikut sistem pendanaannya.

Adapun kaidah Syariah yang berkaitan dengan belanja kebutuhan operasional

pemerintah yang rutin mengacu pada kaidah-kaidah yang telah disebutkan diatas. Secara

lebih rinci pembelanjaan negara harus didasarkan pada hal-hal berikut ini.

1. Bahwa kebijakan belanja rutin harus sesuai dengan azas maslahat umum, tidak

boleh dikaitkan denga kemaslahatan seseorang atau kelompok masyarakat

tertentu, apalagi kemaslahatan pejabata pemerintah

2. Kaidah atau prinsip efisiensi dalam belanja rutin, yaitu mendapatkan sebanyak

mungkin manfaat dengan biaya yang seurah-murahnya, dengan sendirinya jauh

dari sifat mubadzir dan kikir disamping alokasinya pada sektor-sektor yang tidak

bertentangan dengan syariah.

3. Kaidah seanjutnya adalah tidak berpihak pada kelompok kaya dalam

pembelanjaan, walaupun dibolehkan berpihak pada kelompok miskin. Kaidah

26

Page 28: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

tersebut cukup berlandaskan pada nas-nas yang shahih seperti pada kasusu “Al

Hima”, yaitu tanah yang di blokir oleh pemerintah yang khusus diperuntukkan

bagi kepentingan umum. Ketika Rasulullah engkhususkan tanah untuk

penggembalaan ternak kaum dhuafa, Rasulullah melarang ternak-ternak milik

para Ahgniya atau orang kaya untuk menggembala disana. Bahakan Umar

berkata hati-hati jangan sampai ternak Abdurrahman Bin Auf mendekati laha

penggembalaan kaum dhuafa.

4. Kaidah atau prinsip komitmen dengan aturan syariah, maka alokasi belanja

negara hanya boleh pada hal-hal yang mubah dan menjauhi yang haram.

5. Kaidah atau prinsip komitmen dengan skala prioritas syariah, di mulai dari yang

wajib, sunnah dan mubah atau dhoruroh, hajiyyat, dan kamaliyyah.

Sedangkan belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber

dananya tersedia, mencakup pengadaan infrastruktur air, listrik kesehatan, pendidikan,

dan sejenisnya. Sedangkan kaidahnya adalah adanya pemasukan yang sesuai dengan

syariah untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, sepertu dari sektor investasi pemerintah

atau jizyah atau washiat atau harta warisan yang tidak ada pemiliknya.

Yang ketiga adalah belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang

disepakati oleh masyarakat berikut sistem pendanaannya. Bentuk pembelanjaan seperti

ini biasanya melalui mekanisme subsidi, baik subsidi langsung seperti pemberian bantuan

secara cuma-cuma atau subsidi tidak langsung melalui mekanisme produksi barang-

barang yang disubsidi. Subsidi sendiri sesuai dengan konsep syariah yang memihak

kepada kaum fuqoro dalam hal kebijakan keuangan yaitu bagaimana meningkatkan taraf

hidup mereka. Tapi konsep subsidi harus dibenahi sehingga mekanisme tersebut

mencapai tujuannya. Konsep tersebut diantaranya adalah dengan penentuan subsidi itu

sendiri, yaitu bagi yang membutuhkan bukan dinikmati oleh orang kaya, atau subsidi

dalam bentuk bantuan langsung. Sebagian ulama membolehkan pembiayaan subsidi dari

sumber zakat.

Tujuan Kebijakan Fiskal

27

Page 29: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Tujuan kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam akan berbeda dari penafsiran

sistem ekonomi non-Islam. Namun hanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama

menganalisis dan membuat kebijakan ekonomi. Tujuan dari semua aktivitas ekonomi

bagi semua manusia adalah untuk memaksimumkan kesejahteraan hidup manusia.

Kabijakan publik adalah suatu alat untuk mencapai tujuan tersebut(Muhammad,

2002;197-198).

Pada sistem ekonomi sekuler/non-Islam, konsep kesejahteraan hidup adalah

mendapatkan keuntungan maksimum bagi individu di dunia ini. Tidak ada sesuatu yang

diberikan kepada masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan spiritual manusia. Di dalam

Islam, konsep kesejahteraan sangat luas, meliputi kehidupan di dunia dan di akhirat serta

peningkatan spiritual lebih ditekankan daripada pemilikan material. Sementara itu,

ekonomi sekuler adalah bebas nilai. Dalam sistem ekonomi Islam nilai oral adalah

pusatnya. Perbedaan ini harus selalu dijaga dalam jiwa kita, sebab mereka memberikan

penfsiran yang tepat mengenai berbagai tujuan dan petunjuk prioritas.

Kebijakan fiskal dalam ekonomi kapitalis bertujuan untuk (1) Pengalokasian

sumber daya secara efisien; (2) pencapaian stabilitas ekonomi; (3) mendorong

pertumbuhan ekonomi;mdan yang terakhir (4) pencapaian distribusi pendapatan yang

sesuai (F.R. Faridi, A Theory of Fiscal Policy in an Islami State, dalam Munawar dan

Fahim Khan, 1981 hal 52). Sebagaimana ditunjukkan oleh Faridi dan Slama (dua ekonom

muslim) bahwa tujuan ini tetap sah diterapkan dalam sistem ekonomi Islam walaupun

penafsiran mereka akan menjadi berbeda.

Selanjutnya, kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam juga bertujuan “at safe-

guarding and spreading the religion within the country as well as in the world at large.”

Bahkan, meskipun tujuan pertumbuhan, stabilitas dan sebagainyatetap sah dalam

ekonomi Islam, tujuan-tujuan tersebut akan menjadi subservient untuk tujuan

menanggulangi kaum Muslindan Islam sebagai suatu entitas politis dan agama serta

dakwah menyebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.

28

Page 30: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

PENUTUP

Kesimpulan

STRATEGI EKONOMI ISLAM DALAM MENCAPAI TUJUAN

Dr. Chapra merumuskan untuk mengembangkan ekonomi Islam melalui tahapan S-

N-W-j&g-G- S:

1.Tanamkan kesadaran syariah (S),

2.Kembangkan masyarakat sehingga terciptalah Masyarakat (N) yang paham

syariah.

3.Meningkatkan kekayaan (W) masyarakat paham syariah ini.

4.Bila ini tercapai maka aspek pembangunan lainnya tidak dapat diabaikan dan yang

terpenting adalah pembangunan hukum dan keadilan (j&g). Pada tahap ini kita

memiliki masyarakat paham syariah yang kaya dan berkeadilan.

5.Tahap selanjutnya adalah menegakkan pemerintah yang kuat (G).

29

Page 31: Strategi Dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Daftar Pustaka

Suprayitno Eko, 2005. Ekonomi Islam, Pendekatan Ekonomi Islam dan

Konvensional, Graha Ilmu, Yogyakarta.

30