kebijakan ekonomi dalam islam

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia yang berkembang terus dengan jumlah penduduk yang semakin banyak menimbulkan berbagai macam permasalahan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Termasuk dalam hal ini adalah masalah bagaimana cara manusia untuk dapat mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya sehari-hari. Masalah ini dapat dikategorikan sebagai masalah-masalah perekonomian. Perkembangan ekonomi sangat terkait dengan kebijakan suatu pemerintahan, maka dalam prakteknya pada setiap masa pemerintahan sistem ekonomi ini memiliki wajah yang beragam. Adanya keragaman ini, kiranya dapat menjadi pelajaran berharga bagi setiap orde pemerintahan dalam perumusan suatu kebijakan yang sedapat mungkin bisa merujuk pada cita-cita mulia dari sistem ekonomi itu sendiri. Dalam Islam dikenal dua macam kebijakan ekonomi yaitu, kebijakan ekonomi fiskal dan kebijakan ekonomi moneter. Dalam sejarah kebijakan ekonomi Islam banyak cendekiawan yang menyumbangkan pemikiran mengenai cara-cara mengatasi permasalahan ekonomi. Salah satunya yang paling terkenal adalah Ibnu Khaldun 1

Upload: wanda-meilia

Post on 30-Jun-2015

1.606 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia yang berkembang terus dengan jumlah penduduk yang

semakin banyak menimbulkan berbagai macam permasalahan dalam

kehidupan manusia sehari-hari. Termasuk dalam hal ini adalah masalah

bagaimana cara manusia untuk dapat mencukupi berbagai kebutuhan

hidupnya sehari-hari. Masalah ini dapat dikategorikan sebagai masalah-

masalah perekonomian.

Perkembangan ekonomi sangat terkait dengan kebijakan suatu

pemerintahan, maka dalam prakteknya pada setiap masa pemerintahan sistem

ekonomi ini memiliki wajah yang beragam. Adanya keragaman ini, kiranya dapat

menjadi pelajaran berharga bagi setiap orde pemerintahan dalam perumusan

suatu kebijakan yang sedapat mungkin bisa merujuk pada cita-cita mulia dari

sistem ekonomi itu sendiri.

Dalam Islam dikenal dua macam kebijakan ekonomi yaitu, kebijakan

ekonomi fiskal dan kebijakan ekonomi moneter. Dalam sejarah kebijakan

ekonomi Islam banyak cendekiawan yang menyumbangkan pemikiran

mengenai cara-cara mengatasi permasalahan ekonomi. Salah satunya yang

paling terkenal adalah Ibnu Khaldun dengan teorinya konsep perpajakan.

Alasan suatu negara menerapkan konsep kebijakan ekonomi Islam adalah

untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya ekonomi yang ada dan

mengatasi masalah ekonomi antara lain semakin meningkatnya angka

pengangguran, menurunnya daya beli masyarakat, menurunnya nilai investasi,

dan sebagainya. Selain itu dalam melaksanakan kebijakan ekonomi sangat

diperlukan peran serta pemerintah supaya tidak terjadi penyelewengan anggaran

sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

1

Page 2: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar perekonomian Islam?

2. Bagaimana kebijakan fiskal dalam perekonomian Islam?

3. Bagaimana kebijakan moneter dalam perekonomian Islam?

4. Apakah tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi?

5. Bagaimana keselarasan sistem ekonomi Indonesia dengan konsep dasar

ekonomi Islam?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui konsep dasar perekonomian Islam.

2. Untuk mengetahui kebijakan fiskal dalam perekonomian Islam.

3. Untuk mengetahui kebijakan moneter dalam perekonomian Islam.

4. Untuk mengetahui tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi.

5. Untuk mengetahui keselarasan sistem ekonomi Indonesia dengan konsep

dasar ekonomi Islam.

2

Page 3: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Perekonomian Islam

Konsep dasar ekonomi Islam berangkat dari pemahaman secara utuh

dan mendalam terhadap filsafat ekonomi Islam. Karena implikasi dari asas

filsafat ini dapat dijadikan sebagai kerangka konstruksi sosial dan tingkah laku

sistem, yaitu tentang organisasi kepemilikan, pembatasan tingkah laku individual

dan norma pelaku ekonomi. Nilai-nilai dasar sistem ekonomi Islam merupakan

implikasi dari asas filsafat ekonomi tauhid. Adapun nilai-nilai dasar daripada

sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:

Pertama, Nilai dasar kepemilikan. Kekhasan konsep Islam mengenai

kepemilikan ini terletak pada kenyataan bahwa dalam Islam, legitimasi

kepemilikan itu tergantung pada moral. Kepemilikan terletak pada memiliki

kemanfaatannya dan bukan menguasainya secara mutlak atas sumber-sumber

ekonomi karena kepemilikan harta secara absolut hanya ada pada Allah semata.

Sehingga seorang Muslim yang tidak memproduksi manfaat dari sumber-sumber

yang diamanatkan Allah padanya akan kehilangan hak atas sumber-sumber

tersebut, seperti yang berlaku terhadap pemilikan lahan. Hadis Nabi saw:

و للرسول, مث مكل من بعد, فمن أحيا أرضا مةتي فىه لهعاىد األرض هللا

. حملرجت دعب ثالث سننيلويس

“Garaplah tanah karena Allah dan Rasul, kemudian itu akan menjadi hakmu. Barang siapa menghidupkan sebidang tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya. Dan tidak berhak memilikinya orang yang sekedar memagarinya dengan tembok setelah tiga tahun”.

Pemilikan terbatas pada sepanjang umurnya selama hidup di dunia dan bila ia

mati, maka harta peninggalannya harus didistribusikan kepada ahli warisnya

menurut ketentuan Islam, setelah dilakukan kewajiban-kewajiban yang berkenaan

3

Page 4: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

dengan si mayit (pemilik harta).

Seperti dalam firman Allah:

خرك ريا الوةيص للودلاين واألقربنيكبت مكيلع إذا حضر أحمكد املتو إن ت

. باملعرفو اقح عىل املتقني“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang di antara kamu kedatangan

(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak untuk berwasiat kepada ibu bapaknya dan karib kerabat secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”(al-Qur’an, 2:180.)

Tidak diperbolehkan kepemilikan secara perseorangan terhadap sumber-

sumber yang menyangkut kepentingan umum dan sumber-sumber alam yang

menyangkut hajat hidup orang banyak. Sumber-sumber ini menjadi milik umum atau

negara. Hadis Nabi saw:

. املسلمنو شركاء ىف ـثـثال: املاء و اكلالء و النرا“Semua orang Islam berserikat dalam tiga hal: dalam hal air, rumput,

api.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)=

Tiga macam barang ini juga dapat dikiaskan kepada barang tambang dan

minyak bumi serta kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada waktu dan kondisi

tertentu. Dalam kategori milik umum ini termasuk sumber-sumber air minum,

hutan, laut dan isinya, serta udara dan ruang angkasa.

Kedua, Keseimbangan. Merupakan nilai dasar yang pengaruhnya terlihat pada

berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim, misalnya kesederhanaan

(moderation), hemat (parsimony) dan menjauhi sifat pemborosan (extravagance).

Konsep kesederhanaan ini tidak hanya berupa timbangan kebajikan hasil dari

usahanya yang diarahkan untuk dunia dan akhirat saja, tetapi juga berkaitan dengan

keseimbangan antara kepentingan kebebasan perseorangan dengan kepentingan

umum, serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4

Page 5: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

Seperti yang difirmankan Allah berikut:

مهنمو من يقول رانب اانتء ىف الدنيا ةنسح و

ةرخأل حسنة وانق عذاب النار ا“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami,

berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”

Konsep nilai kesederhanaan berlaku dalam tingkah laku ekonomi

terutama dalam menjauhi sifat konsumtif. Menjauhi pemborosan berlaku tidak

hanya untuk pembelanjaan yang diharamkan tetapi juga pembelanjaan dan

sedekah yang berlebihan. Apabila suatu waktu keseimbangan ini terganggu dan

terjadi ketimpangan–ketimpangan sosial ekonomi dalam kehidupan

masyarakat, maka haruslah ada tindakan-tindakan untuk mengembalikan ke

keseimbangan semula.

Berbagai ujian di dunia ini, seperti kelaparan, kemiskinan, sempitnya

lapangan pekerjaan dan lain-lain, mengakibatkan keseimbangan terganggu,

kestabilan dan keamanan pun terganggu. Dalam keadaan demikian Islam telah

menggariskan suatu aturan untuk mengadakan distribusi kekayaan dengan

mengambil dari yang kaya dan menyalurkan kepada yang miskin dengan

pembagian zakat, sedekah, hibah dan waris. Kemungkinan tindakan lain

misalnya nasionalisasi industri atau kegiatan ekonomi lain yang dapat

mengimplikasikan nilai dasar keseimbangan.

Ketiga, Keadilan Sosial. Al-Qur’an merujuk pada konsep keadilan yang

merupakan istilah ketiga di antara istilah-istilah yang paling sering digunakan

setelah “Allah” dan “Ilmu Pengetahuan”. Boleh jadi keadilan dianggap sebagai

konsep yang lebih luas dimana keadilan sosial memperoleh kedudukan utama.

Dalam kenyataannya, banyak penulis kontemporer menegaskan bahwa

keseluruhan infrastruktur hukum di dalam Islam di dasarkan pada keadilan

5

Page 6: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

sosial.

Konsep keadilan sosial, sebagaimana yang sering dibahas oleh pemikir-

pemikir kontemporer itu bersifat multidimensional. Kedilan berkaitan dengan

dan berintikan kebenaran (al-haq); persamaan di hadapan hukum, dijaminnya

persamaan di dalam pendidikan yang merupakan tanggungjawab negara;

dilaksanakannya pajak kekayaan untuk penyediaan kebutuhan dasar bagi mereka

yang tidak beruntung dalam rangka mengurangi kesenjangan ekonomi. Keadilan

berarti pula kebijaksanaan dalam mengalokasikan sejumlah hasil tertentu dari

kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak mampu memasuki pasar atau tidak

sanggup membelinya menurut kekuatan pasar, yaitu kebijaksanaan melalui zakat,

infaq dan sedekah.

Demikianlah nilai-nilai dasar dari sistem ekonomi dalam perspektif Islam

yaitu kebebasan terbatas terhadap kepemilikan harta dan sumber-sumber

kekayaan, nilai keseimbangan dan nilai keadilan yang merupakan kebulatan nilai

yang tidak bisa dipisahkan. Pangkal tolak nilai dasar ini, kemudian melahirkan

nilai-nilai instrumen yang terealisasi dalam pelarangan riba, diperintahkannya

zakat, sedekah dan infaq.

2.2 Kebijakan Fiskal dalam Islam

Kebijakan fiskal telah sejak lama dikenal dalam teori ekonomi Islam, yaitu

sejak zaman rassullulah dan khulafaur rasyidin, dan kemudian dikembangkan

oleh para ulama.

a. Pada zaman ibnu khaldun (1404)

Mengajukan obat untuk resesi berupa mengecilkan pajak dan

meningkatkan pengeluaran pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar, ibu

dari semua pasar. Dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar

pemerintah mengalami penurunan, wajar bila pasar yang lain pun ikut akan

menurun, bahkan dalam agregat yang lebih besar. “Laffer, penasehat ekonomi

6

Page 7: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

Presiden Ronald reagen, yang menemukan teori Laffer’s Curve, berterus terang

bahwa Ia mengambil ide ibnu khaldun.

b. Pada zaman Abu Yusuf (798)

Abu Yusuf adalah ekonom pertama yang menulis secara khusus tentang

kebijakan ekonomi dalam kitabnya al-kharaj yang menjelaskan mengenai

tanggung jawab pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Abu Yusuf

sangat menentang adanya pajak atas tanah pertanian dan dan menyarankan

diganti dengan zakat pertanian yang dikaitkan dengan jumlah panennya. Dalam

bukunya Abu juga membuat rincian bagaimana membiayai pembangunan

jembatan, bendungan, dan irigasi.

c. Pada zaman Rasulullah saw

Pada zaman rasul sisi penerimaan APBN terdiri atas:

- karaj (sejenis pajak tanah);

- zakat;

- kums (Pajak 1/5);

- jizya (sejenis pajak atas badan orang nonmuslim);

- kaffarah/denda, dan lain-lain

Pada sisi pengeluaran terdiri dari

- kepentingan untuk dakwah

- pendidikan dan kebudayaan

- iptek

- hankam

- kesejahteraan social

- belanja pegawai

Penerimaan zakat dan kums dihitung secara proporsional, yaitu dalam

prosentase dan bukan ditentukan nilai nominalnya. Secara ekonomi makro, hal ini

akan menciptakan built in stability. Ia akan menstabilkan harga dan menekan

inflasi ketika permintaan agregat lebih besar daripada penawaran agregat. Dalam

7

Page 8: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

keadaan stagnasi, misalnya permintaan agregat, ia akan mendorong kea rah

stabilitas pendapatan dan total produksi.

Sistem zakat perniagaan tidak akan mempengaruhi harga dan jumlah

penawaran zakat dihitung dari hasil usaha. Dalam istilah finansialnya disebut tax

on quasi rent. Ini berbeda dengan system pajak pertambahan nilai (PPN) yang

terpopuler sekarang, PPN dihitung atas harga barang sehingga harga bertambah

mahal dan jumlah yang ditawarkan lebih sedikit atau dalam istilah ekonominya

up-ward shift on supply curve.

Untuk zakat ternak, Islam menerapkan sistem yang progresif untuk

memberikan intensif meningkatkan produksi. Makin banyak ternak yang dimiliki

makin kecil rate zakat yang dibayar. Ia akan mendorong tercapainya skala

produksi yang lebih besar dan tercapainya efisiensi biaya produksi.

Administrsi yang baik terbukti menimbulkan kepercayaan bagi rakyat

pembayar dan sebaliknya. Di zaman Umar ibnul-khathhab, penerimaan baitul

mall mencapai 160juta dirham; di zaman al-Hajaj hanya mencapai 18juta; dan di

zaman Umar bin Abdil Aziz naik menjadi 30 dan 40 juta dirham pada tahun

pertama dan kedua masa pemerintahannya.

Pada sisi pengeluaran, pembangunan infrastruktur mendapat perhatian

besar. Umar ibnul Khatab memerintahkan Amr ibn Ash, gubernur Mesir, untuk

membelanjakan sepertiga APBN untuk hal ini. Dia melakukan penggalian kanal

dari fustat (kairo) ke suez untuk memudahkan transportasi dagang antara

Semenanjun Arab dan Mesir. Juga pembangunan dua kota bisnis yaitu Kufah dan

Basrah.

APBN jarang sekali mengalami defisit, yaitu pengeluaran hanya dapat

dilakukan bila ada penerimaan. Pernah sekali mengalami defisit, yaitu

pengeluaran hanya dapat dilakukan bila ada penerimaan. Pernah sekali mengalami

defisit, yaitu sebelum perang hunain, namun segera dilunasi setelah perang. Di

zaman Umar dan Utsman APBN juga mengalami surplus.

Dengan tidak ada defisit berarti tidak ada uang baru yang dicetak dan ini

berarti tidak akan terjadi inflasi yang disebabkan ekspansi moneter. Inflasi terjadi

8

Page 9: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

di zaman Rasulullah dan Khulafau Rasyidin akibat turunnya pasokan barang

ketika musim paceklik atau ketika perang.

2.3 Kebijakan Moneter dalam Islam

Pada jaman Rasulullah, perekonomian jazirah Arabia pada saat itu adalah

ekonomi dagang, bukan ekonomi yang bersumber dari sumber daya alam seperti

minyak bumi atau sumber daya alam lainnya. Karena minyak bumi belum

ditemukan dan sumber daya alam lain terbatas.

Lalu-lintas perdagangan antara romawi dan India yang melalaui arab

dikenal sebagai jalur dagang selatan sedangkan antara romawi dan Persia disebut

jalur dagang utara, sedangkan antara romawi dan Persia disebut jalur dagang

utara-selatan.

Valuta asing dari Persia dan romawi dikednal oleh seluruh lapisan

masyarakat Arab, bahkan menjadi alat bayar resmi yaitu Dinar dan Dirham.

Sistem devisa bebasw diterapkan yaitu tidak ada halangan sedikitpun untuk

mengimpor dinar maupun dirham.

Transaksi tidak tunai diterima luas di kalangan pedagang. Cek dan

Promissory notes lazim digunakan, misalnya Umar Ibnul-Khatab menggunakan

instrument ini untuk mempercepat distribusi barang-barang yang baru diimpor

dari mesir ke madinah.

Instrumen faktoring (anjak piutang), yang baru popular tahun 1980-an,

telah dikenal dengan nama al-hiwalah, tapi tentunya bebas dari unsur bunga.

Untuk menjaga kestabailan nilai uang, ada beberapa larangan yang

diberlakukan yaitu sebagai berikut:

Permintaan yang tidak rill. Perfmintaan uang adalah hanya untuk keperluan

transaksi dan berjaga-jaga.

Penimbunan mata uang (at-Taubah:34-35) sebagaimana dilarangnya

penimbunan barang.

Transaksi talaqqi rukban, yaitu mencegat penjual dari kampong di luar kota

untuk mendapat keuntungan dari ketidaktahuan harga. Distorsi harga ini

merupakan cikal bakal spekulasi.

9

Page 10: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

Transaksi kali bi kali, yaitu bukan transaksi tidak tunai. Inilah indahnya

Islam: transaksi tunai diperbolehkan, namun transaksi future tanpa ada

barangnya dilarang. Transaksi maya ini merupakan salah satu pintunya riba.

Segala bentuk riba (al-baqarah: 278).

Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus stabilitas, Islam tidak

menggunakan instrumen bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan uang

baru atau defisit anggaran. Yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang

dan pembangunan infrastruktur sektor riil.

Faktor pendorong percepatan perputaran uang adalah kelebihan likuiditas

tidak boleh ditimbun dan tidak boleh dipinjamkan dengan bunga, sedangkan faktor

penariknya adalah dianjurkan qard (pinjaman kebajikan), sedekah, dan kerjasama

bisnis berbentuk syirkah atau mudharabah.

Keuntungan utama dari kerja sama bisnis adalah pelaku dan penyandang

dana bersama-sama mendapat pengalaman, informasi, metode supervise,

manajemen, dan pengetgahuan akan risiko suatu bisnis. Akumulasi dari informasi

ini akan menurunkan tingkat risiko investasi. Jadi dapat disimpulkan kebijakan

moneter Rasulullah saw selalu terkait dengan sektor riil perekonomian. Hasilnya

adalah pertumbuhan sekaligus stabilitas.

2.4 Tujuan Kebijakan Ekonomi

Dalam bukunya “Ekonomi Islam, Telaah Analitik Terhadap Fungsi

Sistem Ekonomi Islam“, Dr Monzer Kahf menyatakan beberapa tujuan

kebijakan ekonomi yang cukup penting yang perlu diperhatikan. Diantara

beberapa tujuan tersebut adalah adanya upaya untuk memaksimalkan tingkat

sumber-sumber daya ekonomi yang ada yang merupakan tujuan utama dari

pembangunan. Yang dimaksud dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang

ada adalah seluruh sumber daya yang ada di dalam suatu negara, baik itu yang

berupa sumber daya alam ataupun sumber daya manusia dapat

digunakan untuk kepentingan pembangunan. Pembangunan wajib

dilaksanakan oleh pemerintah, dikarenakan ada tiga tujuan utama yang harus

dicapai, yaitu pemerintah dituntut untuk menjamin standar hidup yang

10

Page 11: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

minimum bagi para warga negaranya. Kedua, pemerintah yang ada diwajibkan

untuk mempergunakan berbagai sumber daya yang ada dan diperolehnya

untuk mempercerdas masyarakatnya, dan yang terakhir adalah pemerintah wajib

membangun negara dan masyarakat yang kuat agar negaranya mampu bersaing

di dalam dunia internasional. Selain itu, tujuan daripada pembangunan

adalah untuk meminimisasi kesenjangan yang ada di dalam suatu negara, agar

masyarakat yang hidup di dalam negara tersebut tidak hidup dalam kesenjangan

ekonomi yang sedemikian besar. Dalam rangka mewujudkan kebijakan ekonomi

seperti itulah, diperlukan berbagai alat- alat kebijakan ekonomi, dan alat itu

diantaranya adalah kebijakan fiskal, yang berintikan pada beberapa hal yang

utama, yaitu pajak dan konsep keuangan publik.

2.5 Keselarasan Sistem Ekonomi Indonesia dengan Konsep Dasar Ekonomi

Islam

Dari penjelasan terdahulu tentang sistem (politik) ekonomi Indonesia

dapat diketahui bahwa sistem ekonomi yang dapat dijadikan landasan, berpijak

pada unsur keagamaan (religiusitas). Pancasila sebagai ideologi negara pun telah

mencantumkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertamanya. Sedangkan

Pasal 29 UUD 1945 dengan tegas pula menyatakan bahwa Negara berdasar atas

asas Ketuhanan Yang Maha Esa.

Memang ada yang mengemukakan bahwa ilmu ekonomi dengan

teoriteorinya yang bersifat universal, maka tentunya ada tempat bagi suatu bangsa

yang ideologi resminya tidak mengakui adanya Tuhan, untuk mengembangkan

sistem ekonomi yang dianggap cocok untuk bangsanya. Di pihak lain ada juga

bangsa yang menganggap ilmu ekonomi itu bebas nilai, sehingga sistem ekonomi

yang dikembangkan lepas dari penghidupan pribadi anggota-anggota

wargabangsa tersebut. Agama menurut kepercayaan bangsa ini bersifat pribadi

sehingga tidak perlu mengaitkannya kepada sistem ekonomi.

Bagi bangsa Indonesia, pemikiran tersebut di atas tidak dapat diterapkan di

negara ini, selain bertentangan dengan cita-cita para pendiri bangsa, juga tidak

sesuai dengan semangat ideologi Pancasila. Di Indonesia, yang eksistensi dan hak

11

Page 12: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

hidup beberapa agama besar diakui (Pasal 29 UUD 1945), nilai-nilai yang

dikembangkan berasal dari berbagai agama, termasuk nilai-nilai adat asli bangsa

Indonesia yang berasal dari berbagai suku bangsa. Dalam pada itu, karena

mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, nampaknya paling besar

pengaruhnya dalam mempengaruhi aturan main nilai-nilainya, termasuk di

dalamnya nilai-nilai ekonominya.

Sistem ekonomi Islam yang dijiwai oleh konsep-konsep ajaran tauhid,

memang dapat diamati bisa berjalan di sebagian masyarakat yang mayoritas

beragama Islam. Namun dalam perkembangan ekonomi yang mengglobal dengan

persaingan terbuka, terkadang memaksa mereka untuk menerapkan praktek-

praktek bisnis yang non Islami. Misalnya perusahaan yang berbentuk perseroan

terbatas yang memisahkan kepemilikan dan pengelolaan, dalam proses

meningkatkan modal melalui pasar modal, sering terpaksa menerima asas-asas

sistem ekonomi kapitalis yang tidak Islami.

Merujuk pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sistem ekonomi

Indonesia menekankan pada moral Pancasila yang menjunjung tinggi asas

keadilan ekonomi dan keadilan sosial seperti halnya sistem ekonomi Islam.

Tujuan sistem ekonomi Pancasila maupun sistem ekonomi Islam adalah keadilan

social bagi seluruh rakyat Indonesia yang diwujudkan melalui dasar-dasar

kemanusiaan dengan cara-cara yang rasionalistik dan demokratis.

Demikian pula ketika melihat kembali kepada adanya larangan terhadap

kepemilikan sumber-sumber umum, yang mengenai hajat hidup orang banyak

dimiliki oleh orang-seorang (Pasal 33 UUD 1945). Hal ini tentu sejalan dengan

apa yang digariskan dalam sistem ekonomi Islam yang tidak menghendaki adanya

monopoli satu orang terhadap sumber-sumber yang menyangkut hajat hidup orang

banyak. Karena sumber-sumber umum ini hanya boleh dikuasai oleh pemerintah.

12

Page 13: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

BAB III

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

1. Studi Kasus pada Kebijakan Perpajakan Reagan

Pada tahun 1981, beberapa saat setelah dirinya dilantik sebagai Presiden

Amerika Serikat, Ronald W Reagan mengumumkan keputusan pemerintahannya

untuk memberlakukan pemotongan pajak yang baru, sebagai usaha untuk

mengatasi depresi dan resesi di Amerika Serikat selama masa 4 tahun terakhir.

Kebijakan yang dilakukan oleh Reagan ini diberlakukan dengan adanya beberapa

alasan yang utama, yaitu adanya pemikiran dari para ekonom Amerika Serikat

yang menganut paham Keynesian bahwa dengan adanya kebijakan pemotongan

pajak maka akan dapat meningkatkan lapangan kerja yang ada dan dengan begitu

mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Amerika Serikat. Dengan

sendirinya laju pertumbuhan ekonomi akan mengalami peningkatan dan laju

inflasi juga dapat ditekan dengan lebih cepat. Selain itu, pemerintahan Reagan

menyadari bahwa dengan adanya pajak yang sangat tinggi, maka pemerintah

harus memiliki berbagai macam program yang sangat banyak untuk menyalurkan

dana yang didapat dari pungutan pajak tersebut. Hal ini justru akan membuat

anggaran pemerintah menjadi besar, sehingga pada akhirnya akan banyak tercipta

berbagai program yang tidak efektif untuk dijalankan.

Apa yang dilakukan oleh pemerintahan Reagan pada dasarnya merupakan

aplikasi dari konsep kebijakan fiskal dalam bidang perpajakan yang dihasilkan

dari pemikiran Ibnu Khaldun. Tidak hanya pemerintahan Reagan yang melakukan

hal itu, akan tetapi beberapa pemerintahan Amerika Serikat sejak periode tahun

1960-an juga mulai melakukan hal itu. Salah satu cirinya adalah dengan semakin

13

Page 14: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

meningkatnya peranan pemerintah negara adi daya tersebut dalam kegiatan

ekonomi sejak periode 1960-an. Dan hal itu tidak hanya terjadi pada Amerika

Serikat saja, akan tetapi di banyak negara juga terlihat peranan pemerintah yang

meningkat dalam perekonomian. Menguatnya peranan pemerintah dalam kegiatan

ekonomi terjadi seiring dengan banyaknya pendapat yang menyatakan bahwa

berbagai dana yang ada di dalam anggaran pemerintah diperuntukkan untuk

berbagai kegiatan yang tidak efektif. Dalam masa pemerintahan Reagan pendapat

dan kritik akan hal ini mencapai puncaknya. Diketahui bahwa pada masa tersebut

banyak penggunaan anggaran yang tidak memadai yang didapatkan oleh

pemerintah melalui pajak, sedangkan secara bersamaan pula beban pajak yang

diterima oleh masyarakat Amerika Serikat terlalu tinggi. Karena banyaknya

program pemerintah yang tidak efektif yang dananya justru berasal dari para

pembayar pajak, maka pemerintahan Reagan hanya meneruskan berbagai program

pemerintah yang efektif dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Dengan begitu,

masyarakat pembayar pajak di Amerika Serikat tidak lagi dibebani dengan pajak

yang terlalu besar. Dampaknya secara ekonomis adalah tingkat kesejahteraan dari

masyarakat menjadi meningkat seiring dengan kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintahan Reagan tersebut, dan dengan begitu roda perputaran ekonomi

masyarakat Amerika Serikat juga akan semakin meningkat. Secara ekonomis

dengan begitu daya beli masyarakat Amerika Serikat juga akan meningkat.

2. Pembahasan

Rangkaian pemikiran Ibnu Khaldun dikenal dengan nama 8 kebi-

jaksanaan yang terdiri dari:

- Kekuatan penguasa tidak dapat diwujudkan kecuali dengan adanya

implementasi syariah.

- Syariah tidak dapat dilaksanakan kecuali oleh para penguasa.

- Penguasa tidak dapat memperoleh kekuatan kecuali yang datang dari

masyarakat.

- Masyarakat tidak dapat ditopang kecuali oleh kekayaan.

- Kekayaan tidak dapat diperoleh kecuali dari pembangunan.

14

Page 15: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

- Pembangunan tidak dapat dicapai melalui keadilan.

- Keadilan merupakan standar yang akan dievaluasi oleh Allah pada umat-

Nya.- Penguasa dibebankan dengan adanya tanggung jawab untuk mewujudkan

keadilan.

Menurut Ibnu Khaldun perlu adanya peran pemerintah dalam

batasan tertentu untuk menciptakan kestabilan dalam perekonomian.

Dan peran ini dapat diwujudkan melalui instrument kebijakan fiskal,

dengan intinya adalah konsep perpajakan.

Konsep perpajakan yang disampaikan oleh Ibnu Khaldun merupakan

konsep dimana negara mengikuti sunnah agama Islam, dan negara

membebankan pajak yang hanya ditentukan dalam syariat Islam, yaitu pajak

derma, sedekah, pajak tanah (kharaj), dan juga pajak pemberian suara (jizyah).

Ibnu Khaldun mengakui bahwa pajak pada dasarnya merupakan sumber

utama dari pemasukan negara di dalam era modern sekarang ini. Karena

itulah baginya pajak harus dikelola agar dapat memberikan hasil positif

yang maksimal. Ibnu Khaldun juga menyatakan bahwa lembaga

perpajakan merupakan lembaga yang sangat penting bagi negara. Dikatakan

oleh Ibnu Khaldun bahwa bila pemerintah semakin besar nilai belanjanya, atau

semakin banyak menggunakan anggaran yang dimilikinya untuk kepentingan

pembangunan, maka dampaknya akan semakin baik bagi perekonomian

negara tersebut. Dengan adanya anggaran yang cukup untuk dipergunakan

oleh negara, maka negara dapat melakukan berbagai hal yang sangat

dibutuhkan oleh rakyatnya, termasuk untuk menjamin stabilitas hukum,

ekonomi dan politik yang ada di negara tersebut.

Seperti Ibnu Khaldun, Keynes pada dasarnya percaya dengan peranan

yang ada dan perlu dilakukan oleh pemerintah di dalam perekonomian. Dengan

kebijakan fiskal yang ada dan dapat dilakukan oleh pemerintah, maka dengan

begitu pemerintah dapat juga mengatur jalannya perekonomian, agar

perkembangan ekonomi di dalam suatu Negara tidak menjadi tidak terkendali.

15

Page 16: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

Meskipun begitu, tidak semua pemikiran yang ada dalam konsep ekonomi ”

Keynesian ” yang sesuai dengan yang ada dalam konsep Ibnu Khaldun tentang

pentingnya peranan pemerintah dalam kebijakan ekonomi yang pada akhirnya

akan bermuara pada kebijakan fiskal, karena penekanan yang ada pada Keynesian

adalah peranan pemerintah, tanpa ada sama sekali peranan nilai-nilai etika dan

moral yang justru seringkali disampaikan oleh Ibnu Khaldun dalam karyanya

tersebut. Meskipun begitu, tidak bisa disangkal bahwa kebijakan fiskal yang

berintikan pada konsep keuangan publik dan juga perpajakan sangat ditekankan

dalam konsep ekonomi Islam, dan mendapatkan perhatian yang sangat penting.

Ini merupakan sumbangan Islam dalam kegiatan perekonomian, dan khususnya

juga peranan Ibnu Khaldun dalam merumuskan konsep ini secara jelas dan cukup

terperinci dengan tata bahasa yang sangat tinggi dalam karyanya Muqaddimah.

Bahkan penasehat ekonomi Presiden AS (1981-1989) Ronald W Reagan,

Professor Laffer yang terkenal dengan konsep Laffer Curve-nya mengakui bahwa

banyak kebijakan fiskal pada masa pemerintahan Reagan yang didasari dari

pemikiran Ibnu Khaldun.

Dalam studi kasus di atas, Ronald W Reagan memberlakukan pemotongan

pajak baru untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang sedang terjadi.

Tujuan utama dari pemotongan pajak tersebut adalah untuk menekan angka

pengangguran. Dalam menetapkan dan mengontrol kebijakan pajak, peran

pemerintah sangat diperlukan agar tidak terjadi penyelewengan dana. Pemerintah

harus selalu menjaga agar kebijakan perpajakan yang ada berlaku secara

proporsional, sehingga negara tidak mengalami ancaman menurunnya jumlah

investasi ataupun menurunnya kegiatan produksi di dalam negara tersebut

yang akan berdampak pula dengan meningkatnya laju pengangguran. Yang

terpenting adalah bagaimana agar kebijakan pajak tersebut tidak terlalu

membebani masyarakat tetapi menguntungkan negara yang pada akhirnya

menguntungkan masyarakat juga.

16

Page 17: Kebijakan Ekonomi dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Heykal, Mohamad. 2005, Ibnu Khaldun dan Pengaruhnya dalam Kebijakan Fiskal, (Online), (http://islamicvillage.net/stit/library/modul/makalah, pdf, diakses 15 September 2009).

Hafizah, Yulia. 2005, Kebijakan Ekonomi Indonesia Ditinjau Dari Konsep Dasar Ekonomi Islam, (Online), (http://islamicvillage.net/stit/library/modul/Makalah, pdf, diakses 15 September 2009).

Karim, Adiwarman A. 2001. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontempore. Jakarta: Gema Insani.

Mannan, M. Abdul. 1997, Teori dan Praktek Ekonomi Islam.Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.

———, 2002, “Penerapan Ajaran Ekonomi Islam di Indonesia” dalam Shari’ah Economics Days, Jakarta: Forum Studi Islam Senat Mahasiswa FE-UI.

17