strategi dakwah organisasi persatuan islam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5817/1/bakar cd...

132
i STRATEGI DAKWAH ORGANISASI PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI) DI KOTA SALATIGA Skripsi ini disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) SKRIPSI OLEH KURNIA FAJARITA NIM. 43010-15-0070 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 15-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

STRATEGI DAKWAH ORGANISASI PERSATUAN ISLAM

TIONGHOA INDONESIA (PITI) DI KOTA SALATIGA

Skripsi ini disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

SKRIPSI

OLEH

KURNIA FAJARITA

NIM. 43010-15-0070

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2019

ii

iii

iv

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN KESEDIAN DIPUBLIKASIKAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kurnia Fajarita

NIM : 43010150070

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas : Dakwah

Judul Skripsi : Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa

(PITI) di Kota Salatiga.

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Salatiga, 26 Juli 2019

Yang membuat pernyataan

Kurnia Fajarita

NIM. 43010150070

vi

ABSTRAK

Fajarita, Kurnia. 2019. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa

Indonesia (PITI) di Kota Salatiga. Skripsi, Salatiga: Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.

Kata Kunci: Strategi Dakwah, PITI, Kota Salatiga

Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan pertama kali di Jakarta pada tanggal 14 April 1961. Organisasi PITI telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia salah satunya di Kota Salatiga. Organisasi PITI

Salatiga berawal dari PITI Semarang yang diprakarsai oleh Bapak Iskandar Chang Ho dan Bapak Alfred L.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi muslim Tionghoa pada organisasi PITI, strategi dakwah organisasi PITI, faktor pendukung dan penghambat dakwah PITI di Kota Salatiga.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif merupakan metode

penelitian dengan cara melalui mengunggapkan dan mengambarkan fakta-fakta yang terjadi dari hasil penelitian. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer, data sekunder, metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara

dan dokumentasi. Hasil data dianalisis lalu ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi organisasi yaitu teori sistem sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pusat kegiatan organisasi PITI di kota Salatiga bertempat di Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga dengan jumlah anggota kurang lebih 50 sampai 75 orang. 2) Strategi dakwah PITI di Kota

Salatiga adalah dengan menggunakan beberapa metode dakwah yang disesuaikan dengan kebutuhan mad‘u. 3) Faktor pendukung dakwah PITI adalah keaktifan

anggota PITI dalam kegiatan-kegiatan dakwah PITI baik secara langsung maupun dakwah melalui youtube dan kemudahan keturunan muslim Tionghoa dalam belajar tentang agama Islam. Sementara faktor penghambat dakwah PITI Salatiga

adalah kurang aktif anggota dalam kegiatan dakwah PITI dan objek dakwah yang sulit menerima dakwah Islam khususnya Tionghoa non muslim yang masih

memikirkan tentang kekayaan dunia.

vii

MOTTO

(682" )البقره : إال وسعها ال يكلف اهلل ن فسا"

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya (Q.S Al-Baqarah : 286)

Apapun masalahmu jangan salahkan keadaan dan orang lain,

namun rubahlah pola pikir dan cara pandangmu

(Kurnia Fajarita)

Belajar bukanlah hanya mengetahui apa yang harus dilakukan,

tapi melakukan apa yang sudah kita ketahui

(Merry Riana)

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala rahmat dan puji syukur kepada Allah. Skripsi ini

dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta, Marjito dan Siti Asiah yang tak henti menjaga,

membimbing, memberi kepercayaan dan dukungankan.

2. Saudara tercinta, Rika Wulandari, Sigit Ardiansyah, Refi Afriansyah, Rika

Kusuma dan Badrus Zaman atas segala dukungan, doa dan motivasi dalam

kehidupanku.

3. Keluarga besar Mbah Khumaidi almarhum dan Mbah Istiqomah almarhumah

yang telah memberikan dukungan dan kebahagian.

4. Keluarga besar Mbah Reso Parjono almarhum dan Mbah Suliyem

almarhumah atas segala dukungan, motivasi, dan kebaikannya

5. Kepada Ketua Jurusan sekaligus pembimbing skripsi Ibu Dra. Maryatin, M.Pd

yang telah bersabar dan selalu memberikan masukan serta dukungannya

dalam membantu proses pembuatan skripsi ini hingga selesai.

6. Sahabat dan teman-teman tercinta yang telah memberi banyak motivasi, kisah

bahagia dan sedih serta pengalaman berharga untukku. Terkhususnya untuk

Nona Hartini Kader, Slamet Riadi, Julia Nindi Saputri, Viola Diane de

Johnnie Putri dan Muhammad Syariful Anam.

7. Teman-temanku yang memberi inspirasi, Mafthucatul Utamimah, Indri

Sulistiani, Wahyu Setya Putri Yana, Ulil Urwati, Anita Rahmawati, Mega

Rizki, Taufiqi dan Rona.

8. Teman-teman terdekatku yang telah memberi semangat, motivasi dan

masukannya dalam penulisan skripsi ini, Slamet Riadi, Puji Lestari, Viola

Diane de Johnnie Putri, Indri Sulistiani, Nona Hartini Kader, Julia Nindi

Saputri dan Mafthucatul Utamimah.

9. Adik-adikku tersayang yang telah memberi dukungan, Khoirul Alvan, Fitri

Handayani, Fitriya Puri Asmawati, Maharani Sekar Arum, Anisa Choirunnisa

dan Ari Deri Anjes.

ix

10. Teman-teman KKN 2019 posko 109 desa Kembaran, Ulil Urwati, Anita

Rahmawati, Julia Nindi Saputri, Riski Hermawan, Kholisatun Nafi ah dan

Riski.

11. Teman-teman kost Bu Jum di Perum Sehati dan orang tua penggantiku di

tanah rantau Ibu Listiyanti dan Bapak Jumadi almarhum.

12. Warga desa kembaran khususnya Mbak Ani, Kang Muh, Ibu Zuna dan Bapak

Akhyar.

13. Teman-teman Komisariat Lafran Pane HMI Cabang Salatiga

14. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Sumatra (HIMA-SUMA)

15. Teman-teman dan Keluaga besar Pondok Pesantren Modern Nurussalam.

16. Sahabat seperjuanganku KPI angkatan 2015

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat seiring

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda agung Nabi Muhammad

SAW kepada keluarga, sahabat, serta para pebgikutnya yang menjadi suri

tauladan bagi kita.

Penulisan skripsi ini tidak akan dapat selesai tepat waktu tanpa bantuan

dari berbagai pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof Dr. Zakiyuddin, M.Ag.

2. Dekan Fakultas Dakwah, Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum.

3. Ketua Jurusan KPI sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dra. Mayatin,

M.Pd. yang telah membimbing, mengarahkan, meluangkan waktunya dengan

ikhlas untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

4. Dosen Pembimbing Akademik Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A yang telah

membimbing selama 8 semester dengan ikhlas dan sabar.

5. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Salatiga telah berkenan

membagi ilmu serta pengalamannya dengan tulus ikhlas.

6. Para dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan

dan seluruh staf IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat program studi Komunikasi

dan Penyiaran Islam angkatan 2015 yang telah memberikankan banyak

dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

xi

Penulis sepenuhnya sadar masih menyadari dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan oleh penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi diri

sendiri dan pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 26 Juli 2019

Kurnia Fajarita

NIM. 43010150070

xii

DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................. i

LOGO .................................................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................... iii

PENGESAHAN ..................................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

MOTTO ................................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 4

D. Penegasan Istilah ............................................................................... 5

E. Kerangka Berfikir.............................................................................. 9

F. Sistematika Penulisan........................................................................ 11

BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 13

B. Landasan Teori ................................................................................. 16

xiii

BAB III METODOLIGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................ 48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 49

C. Sumber Data .................................................................................... 49

D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 50

E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 51

F. Teknik Validitas Data....................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Subjek Penelitian ....................................................................... 57

2. Temuan Penelitian ..................................................................... 61

B. Pembahasan

1. Mengetahui Keadaan Organisasi Persatuan Islam Tionghoa

Indonesia (PITI) di Kota Salatiga ............................................... 68

2. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia

(PITI) di Kota Salatiga ................................................................ 69

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dakwah Organisasi

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Salatiga ........... 74

BAB V PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................ 77

B. Saran ................................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 82

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir ...................................................................... 10 Gambar 2. Model Sistem Transformasi ........................................................ 45 Gambar 3. Peta Kota Salatiga ....................................................................... 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama Allah Swt yang disampaikan melalui wahyu

kepada Rasullulah Saw. Awalnya Rasulullah berdakwah kepada keluarga lalu

kepada orang lain dan rasulullah Saw juga menjadi da‘i pertama. Pada

dasarnya, Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang menugaskan

umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat

manusia karena Rahmatan Lil‘alamin.

Manusia memiliki 2 hal yakni, kebaikan dan keburukan. Kebaikan

manusia terdapat pada ilmu/pengetahuan yang dapat terus dikembang dan

diolah dalam bersikap pada nilai-nilai kehidupan. Sementara keburukan

sendiri merupakan sikap yang dimiliki oleh manusia yang berkebalikan dari

kebaikan sehingga manusia terjerumus dalam hal-hal negatif. Di sinilah

peranan dakwah agar dapat menuntun dan menyadarkan manusia kepada jalan

yang benar mengenai arti kehidupan yang sesungguhnya.

Dakwah merupakan bagian dari infomasi sebagai suatu sistem yang

penting dalam gerakan-gerakan Islam. Dakwah dapat dipandang sebagai

proses perubahan yang di arahkan dan di rencanakan dengan harapan

terciptanya individu, keluarga dan masyarakat serta perdaban dunia yang

diridhai Allah Swt (Abdul, 2018: 2-3).

2

Dengan adanya dakwah, diharapkan masyarakat dapat bersikap dan

bertingkah laku menjadi lebih baik lagi sesuai dengan ajaran agama Islam dan

juga mengubah pandangan hidup mereka sesuai dengan firman Allah Swt.

Setiap manusia memiliki kewajiban dalam berdakwah baik anak-anak maupun

orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Berdakwah dapat dilakukan

secara langsung dan tidak langsung, seperti berdakwah melalui internet,

ceramah dan lain sebagainya. Dalam kegiatan berdakwah, memfokuskan

kepada cara penyampain dakwah sebagai poin terpenting, karena berhasil

tidaknya kegiatan dakwah banyak ditentukan oleh strategi dalam penyampaian

berdakwah tersebut.

Ada satu kota di Jawa Tengah tepatnya yaitu Kota Salatiga yang

menjadi salah satu kota paling toleran dan kota dingin. Kota Salatiga

merupakan kota yang memiliki berbagai macam suku bangsa, baik Jawa,

Sunda maupun orang-orang etnis China atau Tionghoa. Di Kota Salatiga

terdapat juga kampus IAIN Salatiga dan Universitas Setya Wacana (UKSW).

IAIN Salatiga merupakan salah satu kampus yang ikut berperan serta dalam

berdakwah, seperti adanya kajian atau seminar mengenai keislaman.

Hal yang sangat jelas dapat terlihat mengenai dampak dari dakwahnya

sendiri yakni ada beberapa dosen yang menjadi seorang da`i, baik menjadi

da`i di lingkungan masyarakat awam maupun menjadi seorang da`i di tingkat

nasional. Selain itu juga, para mahasiswapun ikut andil dalam berdakwah

seperti tata cara berpakaian dan bersikap sopan santun saat berada di

lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus.

3

Berdakwah dapat dilakukan dimanapun dan dilakukan oleh siapapun

termasuk oleh orang-orang pendatang etnis China atau Tionghoa yang

menjadi muallaf dan sengaja datang ke Indonesia. Awalnya, mereka datang

untuk berdagang, namun akhirnya beberapa dari mereka menjadi muallaf dan

mulai belajar serta tentang Islam. selain itu, di Indonesia juga ada organisasi

khusus yakni Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Organisasi ini telah

tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Makasar,

Palembang, Salatiga dan lain sebagainya.

Organisasi PITI yang berada di Kota Salatiga awalnya diketuai oleh

seorang muslim Tionghoa yang bernama mendiang Alfred L. Kegiatan-

kegiatan PITI di kota Salatiga sendiri yaitu kajian-kajian maupun diskusi

tentang Islam antara anggota. Kegiatan ini biasanya berkumpul di rumah

muslim Tionghoa yang berlokasi di Ledok, Argomulyo Kota Salatiga. Saat ini

perkembangan muslim Tionghoa pada organisasi PITI di Kota Salatiga telah

berkembang dengan cukup pesat terbukti dengan jumlah orang-orangnya

kurang lebih mencapai 60-75 orang.

Berdasarkan penjelasan di atas, telah dijabarkan bukti keberhasilan

dakwah muslim Tionghoa yang berasal dari organisasi PITI di Kota Salatiga,

keberhasilan dakwah ini juga menciptakan saling percaya antar anggota dan

masyarakat. Bahkan dakwah ini telah dilakukan di Kota Salatiga maupun

seluruh Indonesia.

Dengan adanya bukti keberhasilan dakwah muslim Tionghoa ini,

akhirnya menarik rasa keingintahuan peneliti untuk mengetahui dan

4

memahami lebih mendalam tentang keberhasilan dalam berdakwah muslim

Tionghoa. Dengan demikian, peneliti menjadikan muslim Tionghoa ini

sebagai objek penelitian yang difokuskan pada strategi dakwah organisasi

PITI. Pusat penelitian ini berada di Kota Salatiga.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Kota

Salatiga?

2. Bagaimana strategi dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di

Kota Salatiga?

3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses

berdakwah PITI di Kota Salatiga?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang akan dicapai mengenai penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mendeskripsikan mengenai keadaan masyarakat muslim tionghoa

khususnya yang mengikuti organisasi PITI di Kota Salatiga.

2. Mendeskripsikan mengenai strategi dakwah organisasi PITI dalam

penyebaran agama Islam di Kota Salatiga.

3. Mendeskripsikan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat

dalam proses berdakwah oraganisasi PITI di Kota Salatiga.

Manfaat yang diharapkan dari penulis mengenai penelitian ini adalah

sebagai berikut :

5

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan

ilmu komunikasi dan dakwah dalam bidang teori mengenai strategi

komunikasi dan dakwah.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para dai‘

(komunikator) dalam proses penyampaian dakwah sehingga dapat

lebih efektif dalam melakukan proses berdakwah serta berkomunikasi

kepada para mad‘u (komunikan).

b. Penelitian ini diharapkan mengetahui perkembangan kualitas dan

kuantitas muslim tionghoa yang mengikuti organisasi PITI di Kota

Salatiga.

D. Penegasan Istilah

1. Strategi Dakwah

Strategi berasal dari berasal dari istilah bahasa Yunani, yang aslinya

berarti ―seni sang jendral‖ atau ―kapal sang jendral‖. Pengertian tersebut

diperluas mencakup seni para Laksamana dan Komandan Angkatan

Udara. Dengan demikian, dalam istilah tersebut terkandung makna yang

mencakup situasi kompetitif dalam hal pengaturan dan permainan. Bahkan

kini dikenal adanya istilah ―strategi bermain‖ untuk menunjukkan

pengaturan cara-cara bermain dalam rangka menghadapi dan mengalahkan

lawan bermain (Kustadi, 2014 : 80).

6

Dari persepektif psikologi, strategi dianggap sebagai metode

pengumpulan informasi dan pengorganisasiannya, sehingga bisa menaksir

suatu hipotesis. Dalam proses penentuannya, strategi merupakan proses

berfikir yang mencakup apa yang disebut simultaneous scanning

(pengamatan simultan) dan conservative focusing (pemusatan perhatian).

Maksudnya, strategi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara

terpusat dan hati-hati, sehingga bisa memilih dan memilih tindakan-

tindakan yang lebih efektif untuk mencapai suatu tujuan (Kustadi, 2014 :

81).

Dakwah merupakan bahasa arab berasal dari da‘wah, yang bersumber

pada kata : دعوة –يدعو –دعا (da‘a, yad‘u, da‘watan) yang bermakna

panggilan, seruan, undangan atau do‘a. Abdul Aziz menjelaskan, bahwa

dakwah bisa berarti : (1) memanggil, (2) menyeru, (3) menegaskan atau

membela sesuatu, (4) perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia

kepada sesuatu, dan (5) memohon dan meminta. Dengan demikian,

dakwah adalah upaya memanggil, menyeru, dan mengajak manusia

menuju Allah Swt (Sukayat, 2009 : 1).

Berdakwah dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak

langsung. Berdakwah dapat dilakukan melalui lisan, tulisan atau dalam

bertingkah laku. Jadi strategi dakwah adalah merupakan suatu metode,

siasat, taktik yang dipergunakan dalam aktifitas atau kegiatan dakwah,

yang peranannya sangat menentukan dalam proses pencapaian tujuan dan

keberhasilan dakwah.

7

2. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Organisasi adalah sebuah wadah atau tempat berkumpulnya orang-

orang yang diatur untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan

bersama dan inti dari sebuah organisasi adalah kerja sama (Masan,

2005:47).

Organisasi yang menjadi wadah berkumpulnya muslim Tionghoa,

Tionghoa non muslim dan muslim non Tionghoa adalah Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia (PITI). PITI didirikan pada tahun 1961. PITI

merupakan hasil penggabungan dua organisasi Muslim Tionghoa yaitu

Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dan Persatuan Tionghoa Muslim (PTM).

PITI tumbuh dan berkembang dari kota ke kota dan bermunculan cabang-

cabang PITI di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

3. Kota Salatiga

Kota Salatiga adalah salah satu kota kecil yang berada di Provinsi

Jawa Tengah. Kota Salatiga juga biasa disebut dengan Mini Indonesia

karena kota kecil dan unik dengan berbagai macam suku bangsa yang ada.

Selain itu, keberagamaan dan rasa toleransi yang sangat tinggi antara para

masyarakat yang berbeda budaya dan agama di Kota Salatiga. Selain unik,

Kota Salatiga merupakan kota dingin yang berada di bawah lereng gunung

merbabu. Kota Salatiga berbatasan langsung dengan Kota Semarang dan

Kota Surakarta. Selain itu, di Kota Salatiga terdapat alun alun yang berada

di dekat Masjid Darul Amal. Alun-alun itu bernama alun-alun pancasila.

8

Biasanya acara-acara besar diselenggarakan di alun-alun pancasila seperti

bazar, konser, pengajian umum dan lain sebagainya.

Kota Salatiga juga memiliki beberapa perguruan tinggi yaitu

Universitas Setiya Wacana (UKSW), Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, Akademi Kebidanan (AKBID) Ar-rum Salatiga, Akademi

Kebidanan (AKBID) Bhakti Nusantara Salatiga, LPK Amika Dharma

Nusantara dan lain sebagainya. Pembaharuan kota yang semakin lama

semakin meninggkat berhasil menjadikan Kota Salatiga sebagai kota

toleran dan memiliki jalan tol yang bersuasanakan alam yang indah.

Suasana kota salatiga yang sejuk dan dingin memanjakan para wisatawan

asing untuk selalu datang. Selain itu, di Kota Salatiga juga terdapat

perguruan tinggi asing yang mengajarkan bahasa asing seperti Inggris,

Jepang dan Mandarin yang bernama Sekolah Tinggi Bahasa Asing Satya

Wacana.

Jadi Kota Salatiga adalah Mini Indonesia yang merupakan kota

toleran dan unik yang terdapat di negara Indonesia khususnya berada di

Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya

kota Salatiga merupakan mini Indonesia yang memiliki beberapa

penduduk. Salah satu penduduk/masyarakatnya adalah orang-orang

pendatang beretnis China yang menjadi muallaf (muslim Tionghoa),

beberapa muslim Tionghoa ini juga ikut berperan serta dalam aktivitas

dakwah melalui organisasi PITI.

9

E. Kerangka Berfikir

Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara dan

daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi

tertentu untuk mencapai tujuan kepada sasaran dakwah secara optimal. Strategi

berdakwah internal yaitu cara atau taktik yang dipakai melalui akhlakul

karimah. Sementara strategi dakwah eksternal yaitu dengan cara berdialog,

diskusi, ceramah dan lain sebagainya.

Muslim Tionghoa adalah sekumpulan orang-orang China yang

memilih untuk menjadi seorang muallaf, selain itu juga muslim Tionghoa ini

telah lama ada khususnya di Kota Salatiga. Kota Salatiga juga disebut kota

dingin dan kota unik dikarenakan tingkat toleransi antar umat beragama

maupun lain agama dapat saling menghargai dan menghormati satu sama

lainnya, telihat dengan tempat beribadah lain agama yang saling berdekatan.

Muslim Tionghoa ini mendirikan suatu organisasi muslim Tionghoa yaitu

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).

Strategi berdakwah pada muslim Tionghoa di Kota Salatiga,

merupakan salah satu upaya dalam rangka penyebaran agama Islam oleh

orang-orang etnis China yang menjadi muslim Tionghoa yang mengikuti

organisasi PITI di Kota Salatiga.

Teori sistem sosial adalah salah satu teori yang terdapat pada

komunikasi organisasi. Teori sistem sosial merupakan suatu cara pendekatan

sosiologi yang memandang setiap komponen sebagai interaksi satu sama

lainnya untuk bertahan hidup. Selain itu, sistem sosial juga bisa didefinisikan

10

sebagai keberagaman individu yang saling berinteraksi satu sama lainnya

sesuai dengan makna dan norma kultural yang telah disepakati bersama dalam

organisasi.

Keberhasilan dalam berdakwahnya dapat terlihat dari respon

masyarakatnya yang telah menerima dakwahnya sendiri, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Seperti halnya masyarakat telah begitu mengenal

orang-orang muslim Tionghoa ini dengan baik dari sikapnya kepada para

masyarakat maupun melalu proses berdakwah dengan menggunakan strategi

dakwah yang menarik dan unik, disampaikan dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh masyarakat melalui organisasi PITI. Berikut ini adalah

penjabaran melalui gambar mengenai strategi berdakwah muslim Tionghoa di

Kota Salatiga sebagai berikut:

11

Berdasarkan gambar di atas, penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana strategi dakwah pada muslim Tionghoa di Kota

Salatiga melalui organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Salatiga sehingga berhasil mencapai keberhasilan dakwah dengan

menggunakan teori sistem sosial.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah memahami dalam skripsi, peneliti menjelaskan

sistematika penulisan sebagai gambaran umum mengenai skripsi. Adapun

sistematika penulisan sebagai berikut :

1) BAB I Pendahuluan, pada bab ini menerangkan tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian (teoritis dan

praktisi), kerangka berfikir dan sistematika penulisan skripsi.

2) BAB II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, pada bab ini menjelaskan

tentang tinjauan pustaka dan landasan teori. Pada penelitian ini

menggunakan landasan teori mengenai definisi Dakwah, Strategi Dakwah,

Teori Sistem Sosial dan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).

3) BAB III Metodologi Penelitian, pada bab ini membahas mengenai jenis

penelitian kualitatif, populasi dan sampel, prosedur pengampilan sampel,

alat atau isntrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik

validasi.

4) BAB IV Hasil dan Pembahasan, pada bab ini mencakup tentang penelitian

dan pembahasan yang sifatnya terpadu. Dengan penyajian penelitian

12

mengenai mengenai Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia (PITI) di Kota Salatiga.

5) BAB V Penutup, pada bab ini berisikan simpulan dan saran

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran dan mengamatan peneliti terhadap beberapa

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti menjadikannya

sebagai acuan atau bahan pembelajaran dan tidak menjadikannya sebagai

pengakuan dari karya orang lain, diantaranya adalah sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Ramli (2015) dengan judul “Dakwah

Terhadap Muslim Etnis Tionghoa Di Kota Makassar (Persepektif Sosio-

Antropologis)”. Tesis ini membahas tentang eksistensi muslim etnis Tionghoa

ditinjau dari segi agama dan budaya, aktifitas dakwah dikalangan muslim etnis

Tionghoa dengan persepektif Sosio-Antropologis dan peluang dan tantang

dakwah muslim etnis Tionghoa. Perbedaan dari penelitian peneliti yaitu letak

penelitiannya, dalam penelitian ini berlokasi di Kota Makassar sementara

penelitian peneliti berada di Kota Salatiga. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian peneliti yaitu membahas mengenai eksistensi muslim etnis

Tionghoa dalam aktivasi dakwah, sementara penelitian peneliti mengenai

strategi dakwah PITI. Dan perbedaan lainnya yakni terdapat pada penggunaan

teori-teorinya, untuk penelitian ini menggunakan teori akulturasi, teori

asimilasi, dan teori interaksi simbolik, sementara penelitian peneliti

menggunakan teori unsur-unsur dakwah. Sementara untuk persamaan dengan

penelitian peneliti adalah objek penelitian yakni muslim etnis Tionghoa.

14

Penelitian yang dilakukan oleh Mahyudi (2008) dengan judul Strategi

Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Periode 2005-2006

Dalam Meningkatkan Ibadah Anggota. Skripsi ini membahas tentang strategi

dakwah yang digunakan untuk meningkatkan ibadah anggota mengenai

keislaman yang lebih mendalam dalam organisasi PITI. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian peneliti yaitu membahas mengenai strategi dakwah

untuk anggota PITI, sementara penelitian peneliti tentang strategi berdakwah

pada PITI. Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, sementara penelitian ini

dilaksanakan di Salatiga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti

adalah orang-orang muslim Tionghoa yang ikut berperan dalam organisasi

PITI.

Penelitian yang dilakukan oleh Tommy Febrizky (2010) dengan judul

Islam dan Tionghoa (Studi Startegi Pengembangan Masyarakat Islam

Tionghoa Pada Lembaga Pembina Iman Tauhid Islam D/H Perhimpunan

Islam Tionghoa Indonesia (PITI) DI Yogyakarta). Skripsi ini membahas

tentang Lembaga Pembinaan Iman Tauhid PITI terhadap pengembangan

masyarakat melalui pendekatan berbasis etnisitas-keagamaan. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah letak penelitiannya, dalam

penelitian ini berlokasi di Yogyakarta sementara penelitian peneliti berokasi di

Salatiga. Selain itu, penelitian ini membahas mengenai Lembaga Pembinaan

Iman Tauhid PITI, sementara penelitian peneliti membahas mengenai strategi

berdakwah PITI. Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah objek

15

penelitian yang merupakan kelompok muslim etnis Tinghoa dan penelitian ini

juga dilakukan dengan cara penelitian lapangan.

Penelitian ini dilakukan oleh Abdi Sahrial Harahap (2012) dengan judul

Dinamika Gerakan Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Medan Sumatra Utara. Jurnal ini membahas mengenai gerakan dakwah yang

dilakukan oleh muslim-muslim Tionghoa yang disebut juga PITI dalam

rangka memperkenalkan ajaran Islam dan merancang program-program

dakwah Islam dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian peneliti adalah letak penelitiannya, untuk penelitian ini berlokasi di

Medan Sumatra Utara sementara penelitian peneliti berlokasi di Salatiga Jawa

Tengah. Selain itu, penelitian ini membahas tentang gerakan dakwah

sementara penelitian peneliti membahas mengenai strategi berdakwah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah objek penelitiannya

yaitu muslim etnis Tionghoa.

Penelitian ini dilakukan oleh Zakiyatul Fahiror (2016) dengan judul

Pelaksanaan Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Banyumas. Skripsi ini membahas tentang tujuan didirikannya oraganisasi PITI

khususnya yang berada di Banyumas. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian peneliti yakni terdapat pada lokasi penelitian, penelitian ini

berlokasi di Banyumas sementara penelitian peneliti terletak di Salatiga.

Perbedaan lainnya yakni dalam pembahasan penelitian ini mengenai tujuan

PITI sementara penelitian peneliti membahas mengenai strategi berdakwah

PITI. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah objek

16

penelitiannya yakni orang-orang muslim Tionghoa yang juga ikut dalam

organisasi PITI.

Berdasarkan dari kelima penelitian yang telah dilakukan di atas, terdapat

kesamaan dan beberapa perbedaan. Kesamaan pada penelitian terdahulu

dengan penelitian adalah objek penelitian yaitu muslim Tionghoa pada

organisasi PITI. Perbedaan penelitian terdahulu berfokus pada dakwah

terhadap muslim tionghoa, strategi dakwah anggota PITI, strategi

pengembangan masyarakat islam PITI, dinamika gerakan dakwah PITI dan

pelaksaan dakwah PITI. Penelitian ini lebih menekankan pada strategi

berdakwah PITI di Salatiga. Dari kelima penelitian di atas dijadikan sebagai

ajuan dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

B. Landasan Teori

1. Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa arab dalam bentuk lafinitif

(masdar) dari kata kerja ( يدعو -دعا ): da`aa (دعا) yad`uu ( يدعو) da`watun

,memiliki berbagai macam makna atau arti (دعوة) Kata dakwah .(دعوة )

yaitu: Pertama, memanggil, seperti ungkapan dalam bahasa Arab “da`a

fulan fula`nan” (seseorang memanggil seseorang). Kedua, memohon

tentang sesuatu, seperti dalam ungkapan „da`a fulan min fulanan‟. Ketiga,

menyeru kepada suatu jalan untuk diikuti atau untuk dihindari, baik jalan

tersebut benar atau salah (Masduki, 2018: 1-3).

Dakwah secara terminologi diungkapkan secara langsung oleh

Allah Swt dalam ayat al-Quran. Kata dakwah di dalam al-Qur`an

17

diungkapkan sekitar 198 kali yang tersebar dalam ayat 55 surat (176 ayat).

Kata dakwah oleh al-Qur`an digunakan secara umum. Artinya, Allah

masih menggunakan istilah da`wah il Allah (dakwah Islam) tabligh, amar

ma`ruf dan nahi munkar, mau`idzhoh hasanah, tabsyir, washiyah,

tarbiyah, ta`lim, dan khotbah (Syamsuddin, 2016: 7).

Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian dakwah yang

telah didefinisikan oleh para ahli tersebut adalah: Pertama, ajakan ke jalan

Allah Swt. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan

untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah Swt. Keempat,

sasaran bisa secara fardiyah atau jama`ah (Ilaihi, 2010: 15). Berdasarkan

penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah memberikan

seruan atau ajakan kepada objek dakwah (mad`u) dalam hal kebaikan

menuju jalan Allah dengan berlandaskan al-Qur`an dan hadis.

Dakwah tampil sebagai aktivitas yang membebaskan, meneguhan

spiritual, dan menjadi penawar kegundahan batin manusia. Pertama,

dakwah adalah menyampaikan. Tugas seorang juru dakwah adalah

menyampaikan QS. Yasin (36): 17 dan memehami bahwa dakwah sangat

erat hubungannya dengan hidayah. Kedua, dakwah bukan memaksa dan

menguasai. Islam melarang memaksa mereka untuk memasuku agama

Islam. Ayat Al-Qur‘an yang melarang paksaan dalam menganut agama itu

adalah turun sebelum Surat Al-Bar‘aah (At-Taubat), di mana disyari‘atkan

memungut pajak (jizyah). Maka paksaan dalam menganut agama itu

adalah terlarang secara mutlak (Abduh 1991:16). Ketiga, dakwah bukan

18

mencela agama lain. Kegiatan dakwah atau misi tidak boleh dipenuhi

dengan sindiran, sarkasme, cacian dan makian atas umat lain agama atau

agama orang lain itu sendir dan tidak menyerupai penyebaran kebencian

yang mengumbar umpatan dan olok-olok atas pihak luar. Keempat,

berdakwah dengan visi dan misi dan yang jelas. Dakwah mempersuasi

manusia kepada al-khayr, mewujudkan al-Ma‘ruf, dan mencegaah

kemungkaran agar tercipta masyarakat yang muflihun penuh dengna al-

Falah dalam kehidupan dunia dan akhirat (Yahya, 2016: 96).

Aktivitas mendakwahkan agama Islam—selanjutnya disebut

dakwah—semakin berkembang di hampir semua lapisan masyarakat. Hal

itu disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan ruhani masyarakat yang

senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan jasmani

atau duniawi mereka (Bahroni, 2016: 120). Dakwah dapat dilakukan oleh

siapa saja dan menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia, kewajiban

berdakwah bersifat dua jenis yaitu sebagai berikut:

Pertama, dakwah bersifat individu (dirinya sendiri), berarti bahwa

berdakwah dengan segenap kemampuan serta kekuatannya sendiri. Hal ini

sesuai dengan perintah Rasulullah Saw:

عت رسول اهلل صلى اهلل عن أب سعيد اخلدري رضي اهلل عنو قال : س

عليو وسلم ي قول : من رأى منكم منكرا ف لي غي ره بيده, فإن ل يستطع

فبلسانو, فإن ل يستطع فبقلبو وذلك أضعف اإليان

19

Artinya: Dari Abu Sa`id Al Khudri ra. berkata : Saya mendengar

Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka

(tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman (Riwayat Muslim).

Berdasarkan penjelasan hadist di atas, dakwah dilakukan dengan

beberapa tahap. Tahap pertama dengan tanganya maksudnya yaitu

berdakwah dengan menggunakan kemampuan diri sendiri. Tahap kedua

dengan lisan, maksudnya yaitu dengan memberikan nasehat melalui lisan

(perkataan) dengan lemah lembut. Tahap ketiga tolaklah dengan hatinya,

berarti dengan cara mendoakan.

Kedua, dakwah bersifat kelompok. Hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam Surah Ali Imron, ayat 104:

ة يدعون إل اخلي ويأمرون باملعروف وي ن هون عن ولتكن منكم أم

(401)وأولئك ىم المفلحون ج المنكر

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma`ruf dan mencegah yang munkar; mereka itulah orang-orang yang

beruntung.” (Q.S Ali Imran [3]: 104).

Pada penjelasan ayat di atas, mengandung beberapa pengertian

mengenai dakwah seperti menyeru dan menyeruh diri sendiri dan orang

lain atau kepada kelompokmu kepada yang baik (ma‘rūf) dan mencegah

kepada hal-hal yang buruk dan kemungkaran, dan orang-orang yang

mengerjakan dakwah merupakan orang-orang beruntung, berarti bahwa

orang-orang tersebut merupakan orang-orang yang berhati mulia dan telah

diberi hidayah untuk mau bersikap dan berprilaku baik kepada orang lain.

20

Pada perspektif ilmu sosial, dakwah berperan serta secara optimal

dalam hal perubahan sikap dan karakter masyarakat, hal ini terbukti

dengan adanya perbedaan masyarakat yang telah mendapatkan hidayah

dari dakwah dan masyarakat yang belum mendapatkan dakwah.

Kenyataan kongkrit dapat terlihat jelas yakni masyarakat yang mau

menerima kritikan dan masukan yang membangun, serta pemberdayaan

masyarakat yang berhasil maju dengan terbukti adanya masyarakat yang

mandiri tanpa terlalu ketergantungan dengan lainnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan secara seksama, agar dakwah

dapat terlaksanaka dengan baik, yaitu sebagai berikut :

a) Dakwah kerapkali dipahami sebagai pesan yang datang dari luar.

Dalam hal ini menjelaskan bahwa seseorang atau beberapa orang itu

mau mendengarkan nasihat/dakwah dari orang asing yang tidak terkait

dengan dirinya dan tidak mengetahui serta ikut merasakan apa

kesulitan yang ia alami.

b) Dakwah kerapkali dipahami dan diartikan sekedar ceramah dalam arti

sempit. Pemahaman ini telah terjadi dan menjadi hal yang umum dan

lumrah, namun hal ini sebenarnya kurang tepat sebab pemaknaan

dakwah sendiri telah terjadi penciutan, sehingga dalam pelaksanaan

dakwahnya hal-hal yang dibahas hanya bersifat kerohanian saja.

c) Saat ini masyarakat yang dijadikan sebagai sasaran dakwah sering

dianggap sebagai masyarakat vacum. Padahal tantangan dakwah saat

ini dihadapkan dengan satu setting masyarakat dengan bergaman

21

budaya atau disebut dengan masyarakat multikultural. Perubahan pada

masyarakat yang berkembang dengan cepatnya dengan berbagai

macam konflik, tatanan kehidupannya, teknologis dan keterbukaan

sikap masyarakat.

d) Telah menjadi kewajibana setiap manusia untuk menyampaikan

dakwah atau nasihat yang baik kepada orang lain, sedangkan masalah

akhirnya (pemberian hidayah) semuanya sepenuhnya berada atas

kehendak Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt :

ر )24( لست عليهم بصيطر )22( ا أنت م ذك ر إن فذك

Artinya : ―Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya

kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka‖ (Q.S al-

Ghaasyiah: 21-22).

Tujuan dakwah pada umumnya adalah mengubah prilaku dan

tingkah laku atau aqidah seseorang yang menjadi sasaran dakwah agar

menajadi pribadi yang lebih baik yang mau menerima dan mengamalkan

ajaran dan syariat Islam berlandaskan Al-Qur`an dan Hadist, baik pada

kehidupan sehari-hari antara sesama manusia baik masalah pribadi,

keluarga, dan dengan orang lain agar kehidupannya mendapatkankan

keberkahan, mendaptkan kebaikan dunia dan akhirat serta terbebas dari

azab dan menjadikan orang-orang yang berbudi luhur serta berakhlaq al-

karimah.

Tujuan dakwah berdasarkan dari objek dakwahnya adalah sebagai

berikut:

22

a) Tujuan dakwah pada diri manusia, yaitu adanya rasa beragama. Berarti

bahwa manusia itu memiliki keinginan untuk memeluk suatu agama

tertentu. Sementara penyebaran dan penanaman agama ke dalam diri

manusia telah ada sejak masa Rasulullah Saw dan hal ini juga menjadi

tujuan dakwah. Tujuan dakwah pada diri manusia yakni menjadikan

manusia agar berakhlak mulia, mengikuti perintah-Nya, menjauhi

larangan-Nya, dan menegakkan prinsip amar ma`ruf nahi munkar.

b) Tujuan dakwah pada keluarga. Keluarga adalah penentu pertama

seseorang dalam mempengaruhi dan pembentukan karakter terhadap

kepribadiannya. Dakwah diperuntukkan untuk keluarga dalam rangka

membiasakan kehidupan beragama sebagai bagian dari dirinya seperti

anak kandungnya dalam rangka mengarungi kehidupan di dunia ini.

Oleh sebab itu maka, agama seorang anak itu dipengaruhi oleh kedua

orang tuanya, sebab kedua orang tuanyalah yang menjadi seseorang

anak itu Majusi, Nasrani atau menjadikan seseorang anak itu menjadi

muslim.

c) Tujuan dakwah untuk masyarakat. Dakwah ini bertujuan untuk

mempengaruhi, memperbaiki, dan memperbaharui masyarakat menjadi

masyarakat yang memiliki konsep Islam dalam tatanan kehidupannya

serta memiliki rasa persaudaraan, toleransi, keadilan dan kejujuran

sehingga terciptalah kesejahteraan sosial pada masyarakat.

23

Unsur-unsur dakwah merupakan hal-hal penting yang terkaitan

dengan proses aktivitas dakwah. Unsur-unsur dakwah yaitu sebagai

berikut:

a) Subjek Dakwah.

Subjek dakwah adalah seseorang yang melaksanakan aktivitas dan

tugas-tugas dakwah, orang itu disebut da`i atau mubaliq. Saat

melaksanakan dakwahnya, da`i melakukannya baik secara lisan

maupun tulisan ataupun melalui dari tingkah laku dan kepribadian

yang baik dalam bersikap kepada orang lain.

Da‘i (اعى merupakan bahasa Arab sebagai isim fa‘il dari akar (الد

kata : يدعو –دعا yang berarti seorang laki-laki sebagai subjek atau

pelaku dalam menegakkan dakwah. Sedangkan untuk perempuan lazim

digunakan istilah ―da‘iyah‖ (Sukayat, 2009 : 25). Terlebih dahulu bagi

seseorang da`i atau da`iyah harus mengetahui bahwa dirinya sendiri

sebagai subjek dakwah. Artinya, sebelum dia mulai berdakwah, dia

harus mengetahui tugas-tugas seorang da`i, modal dan bekal yang

harus dia miliki, serta akhlak yang harus dimilikinya.

b) Sasaran Dakwah

Sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju sebagai objek

dakwah atau disebut dengan mad`u. Orang-orang yang menjadi

sasaran dakwah sendiri merupakan orang-orang dari berbagai

kalangan dan umur. Dengan demikian, seorang da`i harus mampu

24

beradaptasi dan menempatkan dirinya terhadap sasaran dakwah

sehingga dakwahnya dapat berhasil. Secara umum sasaran dakwah

adalah seluruh manusia, sementara untuk objek dakwah sendiri dapat

ditinjau dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:

1) Aspek usia : anak-anak, remaja dan orang tua

2) Aspek kelamin : laki-laki dan perempuan

3) Aspek agama : Islam, kafir dan non muslim

4) Aspek sosiologis : masyarakat desa, masyarakat kota,

masyarakat terpencil dan masyarakat

marjinal

5) Aspek struktural

kelembagaan

: priyayi, abangan dan santri

6) Aspek ekonomi : kaya, penengah dan miskin

7) Aspek pekerjaan : petani, guru, buruh, peternak, pedagang,

pelayan, nelayan dll

8) Aspek khusus : golongan masyarakat tuna rungu, tuna

netra, tuna wicara, tuna wisma, tuna

susila

9) Aspek komunitas : seniman musik, lukis, tari dan lain-lain.

Pada prinsipnya, objek dakwah terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Objek material; ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran Islam

(dalam Al-Qur`an dan Sunnah), sejarah ajaran Islam (hasil ijtihad

dan realisasinya dalam sistem pengetahuan, teknologi, sosial

25

hukum, ekonomi, pendidikan dan kemasyarakatan, politik dan

kelembagaan Islam).

b) Objek formal; ilmu dakwah adalah mengkaji salah satu sisi objek

formal yang dihadapi umat. Hal-hal yang dipandang bersifat

doktrinal atau konseptual dinyatakan secara empirik yang

hasilnya dapat dirasakan oleh umat manusia sebagai rahmat Islam

dijagat raya (rahmatan lil alamin) (Syamsudin, 2016: 13-14).

c) Materi Dakwah.

Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da`i

kepada objek dakwah, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut

dalam Al-Qur`an dan Hadis (Syamsuddin, 2016: 14). Secara umum

pesan dakwah terbagi menjadi tiga hal yaitu sebagai berikut:

1) Pesan Akidah, meliputi rukun iman kepada Allah yaitu pertama

Iman kepada Allah, kedua iman kepada malaikat-malaikat Allah,

ketiga iman kepada rasul-rasul Allah, keempat iman kepada kitab-

kitab-Nya, kelima iman kepada hari kiamat dan keenam iman

kepada qadha dan qadhar.

2) Pesan Syariah, meliputi hal-hal mengenai fiqih dan rukun Islam

seperti ibadah thaharoh (bersuci), shalat, zakat, puasa, haji,

mu`amalah (jual beli) dan lain sebagainya.

3) Pesan Akhlak, meliputi akhlak terhadap Allah, akhlak kepada diri

sendiri dan sesama manusia (tetangga, keluarga, masyarakat lain)

dan akhlak terhadap flora dan fauna.

26

Sebelum berdakwah hendaknya seorang da`i mengkaji objek

dakwah dan menentukan strategi dakwah sehingga nantinya

menemukan materi dakwah yang sesuai untuk mad`u.

d) Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan dakwah

kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun

masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini, dan

diamalkan (Syamsuddin, 2016: 14). Sesuai dengan Firman Allah pada

Surah An-Nahl ayat 125:

ة ن لس ا ة ظ وع م ل ة وا م لك ا ربك ب ل ي ب س لى إ دع ا و ل ي ب س ن ع ل ض بن م ل ع أ و ى ربك ن إ ج ن س ح أ ي ى لت ا م ب ل د ا وج

) 4 2 1 ( ن ي د ت ه م ل ا م ب ل ع أ و وى

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S

An-Nahl: 125).

Berdasarkan ayat diatas, dapat diambil kesimpulan mengenai dasar-

dasar dakwah atau cara berdakwah adalah sebagai berikut:

1) Pertama, dengan al-hikmah (bijaksana), yaitu sikap bijaksana

dalam hal perkataan, perbuatan dan tingkah laku yang

mengandung asas musyawarah, mufakaat, keseimbangan dan

manfaat serta dapat membedakan antara yang hak dan batil.

27

2) Kedua, al-mau`izah al-hasanah (pelajaran yang baik), yaitu suatu

usaha dan upaya dalam mengambil pelajaran-pelajaran yang

berharga serta baik untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain

melalui kisah-kisah orang lain, para nabi, rasul dan pemimpin-

pemimpinnya.

3) Ketiga, al-mujadalah (dialog dengan cara yang baik pula), yaitu

suatu usaha dalam menyelesaikan suatu permasalahan baik

prasangka-prasangka negatif maupun kesalahpahaman antar satu

orang dengan lainnya dengan cara berdialog atau berdebat untuk

menemukan titik tengah dan jalan keluar secara bersama-bersama.

Adapun sumber-sumber metode dakwah yang telah diketahui

adalah sebagai berikut:

1) al-Qur`an. al-Qur`an merupakan kitab suci umat Islam diseluruh

dunia. Di dalam al-qur`an sendiri membahas mengenai hukum-

hukum, tatanan dalam kehidupan dan cerita-cerita yang telah lalu

dan yang akan datang. Dalam berdakwah Al-Qur`an menjadi salah

satu landasan penting dalam aktivitas dakwah.

2) Sunnah Rasul. Sunnah rasul yang telah diketahui yaitu hadist-

hadist. Dalam berdakwah hadist-hadist ini berkaitan tentang

dakwah dan juga sejarah hidup dan perjuangan serta cara-cara

Rasulullah SAW dalam berdakwah. Sunah rasul ini menjadi

metode-metode dakwah yang telah beliau terapkan dalam proses

dakwah beliau dari Makkah dan Madinah.

28

3) Sejarah hidup para sahabat dan fuqaha. Dalam sejarah kehidupan

para sahabat-sahabat dan para fuqaha menjadi salah satu contoh

baik yang sangat berguna bagi juru dakwah. Sebab mereka telah

menjadi teladan dan mereka juga orang perpengalaman serta

perpengaruh dalam bidang agama. Seperti Muadz bin Jabal dan

para sahabatnya menjadi contoh sebagai panutana dalam

pelaksanaan misi dakwah.

4) Pengalaman. Experience is the best teacher, kalimat ini telah tidak

asing sebab pengalaman menjadikan orang-orang untuk jadi

pribadi yang lebih baik. Bagi juru dakwah pengalamannya dalam

bergaul kepada orang lain baik hanya satu oang maupun beberapa

orang bisa menjadikannya sebagai reference saat berdakwah.

e) Media Dakwah (Wasilah)

Secara semantik media adalah segala sesuatu yang dijadikan

sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian media

dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat

untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan (Syamsuddin,

2016: 305). Alat-alat yang digunakan sebagai media dakwah terbagi

menjadi lima, yaitu sebagai berikut :

1) Lisan, media ini adalah media yang paling sederhana yang dapat

dilakukan oleh siapa saja menggunakan lidah dan suara. Contoh

media ini seperti ceramah, pidato, penyuluhan, persentasi dan lain

sebagainya.

29

2) Tulisan, media ini yaitu buah pemikiran seseorang yang

disampaikan melalui tulisan agar dapat mudah dipahami. Contoh

media ini adalah majalah, koran, spanduk, dan lain sebagainya.

3) Lukisan, gambaran, karikatur adalah media yang menghasilkan

karya seni yang menghasilkan sebuah objek dengan maksud dan

tujuan tertentu.

4) Audio visual, merupakan media yang digunakan untuk merangsang

pendengaran atau penglihatan. Seperti televisi, internet, slide dan

lain sebagainya.

5) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan atau prilaku nyata seseorang

dalam mencerminkan ajaran Islam yang dapat dilihat, didengarkan,

ditiru sebagai contoh oleh mad`u.

f) Efek Dakwah (Atsar)

Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan balik) dari

proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi

perhatian para da`i (Syamsuddin, 2016: 318). Efek dakwah juga bisa

diartikan sebagai reaksi dakwah yang ditimbulkan dari aksi dakwah,

reaksi dakwah biasanya terlihat melalui prilaku mad`u. Selain itu, efek

dakwah terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

1) Efek kognitif, yaitu efek yang terjadi disebabkan karena adanya

hal-hal yang diketahui, dipahami dan dipersepsi oleh

mad`u/khalayak. Efek ini berkaitan dengan kepercayaan,

keterampilan dan tranmisis informasi.

30

2) Efek afektif, yaitu efek yang terjadi disebabkan karena adanya hal-

hal yang dibenci, disenangi dan dirasakan oleh mad`u/khalayak.

Efek ini berkaitan dengan segala emosi, nilai dan sikap mad`u

sendiri.

3) Efek behavioral, yaitu efek yang dapat terlihat dan diamati dengan

nyata melalui prilaku, tindakan, kegiatan atau kebiasaan.

2. Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani: strategia yang berarti

kepemimpinan atas pasukan atau seni memimpin pasukan. Kata strategia

bersumber dari kata strategos yang berkembang dari kata stratos (tentara)

dan kata agein (memimpin). Istilah strategi dipakai dalam konteks militer

sejak zaman kejayaan Yunani-Romawi sampai masa awal industrialisasi

(Arifin, 2011: 227). Strategi adalah suatu kesatuan rencana yang

menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan (Suhadang, 2014: 101).

Dari penjelasan di atas, di dalam strategi terdapat beberapa hal

penting yaitu sebagai berikut:

a. Strategi merupakan suatu rencana, taktik atau langkah-langkah dalam

mencapai tujuan tertentu, baik tujuan jangka panjang, pendek dan

menengah.

b. Pencapaian keberhasilan strategi perlu adanya sasaran-sasaran,

maksudnya yaitu keinginan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan

tujuan atau juga bisa disebut dengan target. Dalam pencapaian

31

sasaran-sasaran ini juga diperlukan adanya tiga hal yaitu visi, misi

dan tujuan-tujuan.

c. Di dalam strategi perlu adanya analisis terhadap lingkungan sekitar,

baik secara internal (dalam) maupun eksternal (luar). Dari analisis

tersebut nantinya akan didapatkan kelemahan dan kekuatan untuk

pencapaian tujuan.

d. Adanya rancangan yang mantang pada strategi guna menjamin

keberhasilan untuk mencapai tujuan dan sasarannya.

e. Pengampilan keputusan dalam pelaksanaan strategi secara tepat dan

terarah untuk mencapai tujuan tertentu.

f. Strategi yang telah direalisasikan, maksudnya yaitu strategi yang

telah berhasil dalam pencapain tujuannya, namun pada strategi ini

juga mengalami perubahan keseluruhan pada implementasikannya

dengan cara menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dilapangan

dalam mencapai tujuannya.

Setiap orang atau lembaga tertentu pasti memiliki satu atau

beberapa tujuan yang hendak dicapainya, guna memperoleh arah dan

menyatukan gerakan suatu lembaga atau seseorang itu sendiri. Tujuan

yang akan dicapai biasanya tujuan dan target untuk menjadi lebih baik dari

pada sebelumnya. Dalam proses pencapaian tujuan diperlukan tatanan,

arahan atau rancangan yang efektif dan efesien sehingga untuk

mengurangi dampak negatif (biaya atau resiko) yang akan ditimbulkan.

32

Adapun fungsi pertama dalam pelaksaan strategi adalah

perencanaan. Dengan adanya perencanaan yang matang nantinya akan

akan memberikan hasil yang baik, dalam perencanaan ini juga

mempertimbangkan fakta dan data yang dihadapinya. Maka dari hasil

pertimbangan terhadap fakta dan data maka dapat diambil beberapa

persoalan-persoalan yaitu sebagai berikut:

a. What (Apa)? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan apa

rencananya. Artinya untuk mencapai tujuan tertentu yang hendak

dicapai.

b. Why (Mengapa) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan apa

sebabnya. Artinya mencapai suatu tujuan tertentu diperlukan mencari

inti penyebab suatu permasalahan tersebut.

c. Who (Siapa) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan siapa

pelaku yang akan melaksanakan. Artinya untuk melaksanakan suatu

rencana diperlukan seseorang sebagai pelaku pelaksana rencana

tersebut.

d. Where (Dimana) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan

dimana tempat operasinya. Artinya untuk melaksanakan suatu

rencana diperlukan lokasi atau tempat yang akan dipergunakan.

e. When (Kapan) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan

kapan waktunya. Artinya untuk melaksanakan suatu rencana

diperlukan waktu pelaksaan yang tepat dan sesuai.

33

f. How (Bagaimana) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan

bagaimana cara. Artinya dalam pelaksaan rencana diperlukan cara

atau langkah-langkah terbaik yang akan dilaksanakaan (dijalankan).

Adapun fungsi kedua dalam pelaksanaan strategi adalah

implementasi strategi. Dalam hal ini tahapan selanjutnya yang dilakukan

setelah tahap perencanaan, pada tahapan ini para pelaku pelaksana strategi

mengaplikasikannya dalam kegiatan secara langsung, baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam berinteraksi kepada sesama manusia.

Fungsi ketiga dalam pelaksanaan strategi adalah evaluasi strategi.

Pada tahapan terakhir ini, dilakukan evaluasi melalui peninjauan faktor-

faktor eksternal dan internal terhadap prilaku yang telah dilakukan

terhadap tahap dua, sehingga dengan begitu ditemukannya strategi yang

tak efektif dalam aktifitas implementasinya. Dan membandingankan hasil

yang akan dicapai dengan kenyaataan yang didapatkan, sehingga untuk

kedepannya adanya kritik dan saran yang membangun.

Strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning)

dan managemen dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai

tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana

operasionalnya secara teknik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kata

bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung

pada situasi dan kondisi (Mahmuddin, 2013: 103). Dengan demikian maka

strategi dakwah adalah suatu taktik, cara dan langkah-langkah yang

34

dipakai dalam aktivitas dakwah dengan berlandaskan Al-Qur`an dan

Hadist.

Langkah-langkah yang dicapai dalam perencanaan strategi dakwah

adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan yang jelas sehingga nantinya akan terlihat jelas sasaran-

sasaran dakwahnya.

b. Pokok permasalahan yang menjadi kendala utama dalam dakwah.

c. Penentuan rumusan isi dakwah yang sesuai dengan rencana dakwah.

d. Adanya pengaplikasian pelaksaan dakwah dengan rencana-rencana

yang telah disusun dengan sedemikian rupa.

e. Langkah terakhir yakni evaluasi kegiatan dakwah yang telah

berlangsung.

Pelaksanaan strategi dakwah yang digunakan dalam usaha dakwah

memperhatikan beberapa azaz dakwah yaitu sebagai berikut:

a. Azaz Filosofis: azas ini membahas mengenai permasalahan yang erat

hubungannya dengan tujuan-tujuan dalam aktivitas dakwah.

b. Azas Kemampuan dan keahlihan Da`i: azas ini membahas mengenai

kemampuan dan keahlihan seorang da`i yang harus dimiliki dan

dikuasai dalam menghadapi mad`u.

c. Azas Sosiologis: azas ini membahas mengenai permasalahan yang

berkaitan dengan situasi dan kondisi mad`u.

d. Azas Psychologis: azas ini membahas mengenai kejiwaan manusia.

Hal ini berarti seorang da`i merupakan manusia yang memiliki

35

kejiwaan atau karakter yang berbeda dengan mad`u atau da`i lainnya.

Sehingga seorang da`i harus mampu mempengaruhi mad`u melalui

asas ini sehingga dapat membentuk karakter mad`u untuk bersikap

lebih baik dari sebelumnya.

e. Azas Efektif dan Efisien: azas ini membahas mengenai aktivitas

dakwah dengan cara menyeimbangkan antara waktu, biaya maupun

tenaga dengan menghasilakan hasil akhir sebaik mungkin.

Terdapat dua strategi dakwah yang perlu dikedepankan meliputi

strategi internal-personal dan strategi ekternal-institusional. Strategi yang

pertama menekankan pada pembangunan atau peningkatan kualitas

kehidupan individu, dan strategi yang kedua menekankan pada

pembangunan struktur organisasi masyarakat. Idealnya kedua strategi ini

berjalan beriringan dan bersifat komplementer (Setiawan, 2010: 171).

3. Muslim Tionghoa

Suku Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang

asal usul leluhurnya mereka berasal dari Tiongkok (China). Biasanya

mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang

(Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka

disebut Thongnyin (Hanzi: 唐人, ―orang Tang‖) atau lazim disebut Huaren

(Hanzi Tradisional: 華人; Hanzi Sederhana : 华人). Disebut Tangren

dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia

mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut diri mereka

36

sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri

mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pingin: Hanren, ―orang

Han‖). (diolah dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia, pada

pukul 15.58 WIB).

Ibadah umat muslim sendiri terbagi menjadi dua, yaitu : ibadah

wajib dan sunnah. Ibadah wajib yaitu shalat fardhu (subuh, dzuhur, ashar,

magrib dan isya), puasa ramadhan, membayar zakat, naik haji bila mampu

dan lain sebagainya. Sementara untuk ibadah sunnah yaitu shalat tahiyatul

masjid, shalat dhuha, shalat rawatib, shalat tahajud, shalat istikhoroh,

shalat hajat, shalat mutlaq, shalat tobat dan shalat tasbih, serta puasa-puasa

sunah seperti, puasa senin kamis, puasa syawal, puasa rajab dan lain

sebagainya.

Jadi, yang dimaksud dengan muslim adalah orang-orang yang

memilih memeluk agama Islam, menjalankan syariatnya dengan

berlandaskan Al-Qur`an dan Hadist.

Suku Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang

asal usul leluhurnya mereka berasal dari Tiongkok (China). Biasanya

mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang

(Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka

disebut Thongnyin (Hanzi: 唐人, ―orang Tang‖) atau lazim disebut Huaren

(Hanzi Tradisional: 華人; Hanzi Sederhana : 华人). Disebut Tangren

dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia

mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut diri mereka

37

sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri

mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pingin: Hanren, ―orang

Han‖). (diolah dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia, pada

pukul 15.58 WIB).

Leluhur orang-orang Tionghoa dulu datang ke Indonesia dengan

cara bermigrasi secara bergelombang pada ribuan tahun yang lalu melalui

kegiatan perdagangan/perniagaan. Bahkan dalam catatan sejarah

Indonesia, mencatat dan menjelaskan mengenai Tiongkok telah

berhubungan erat dengan kerajaan-kerjaan kuno di Nusantara seperti

dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Karena sebab hubungan erat

inilah sehingga menimbulkan keberhasilan perdagangan dan lalu lintas

barang maupun manusia ke Tiongkok berjalan dengan lancar dan baik atau

sebaliknya, justru ini hal ini terus berlanjut hingga saat ini.

Secara historis, Tionghoa muslim di Indonesia (khususnya di Jawa)

sesunguhnya bukan merupakan fenomena baru. Bahkan menurut Dr.

Onghokham, istilah "peranakan" pada awalnya berati "Tionghoa yang

menjadi Islam". Belakangan barulah berubah arti yakni, kami yang "lahir

di sini" untuk membedakannya dengan "singkek‖ atau ―totok", yakni

pendatang baru. Kesultanan Demak Bintoro menurut Prof. Slamet

Mulyana, didirikan oleh sebut saja Djien Soen (Adipati Yunus/Pati Unus),

Toeng Kha Lo (Sultan Trenggana), Moek Ming (Sunan Prawoto). Mereka

ini segenerasi dengan Laksamana Sam Po Khong alias Tjeng Hoo, yang

terdampar dan mendirikan sebuah masjid di Semarang (diolah dari

38

http://pitiyogyakarta.com/index.php/artikel/61-dakwah-islam-di-kalangan-

etnis-tionghoa, pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 01.30 WIB).

Etnis Tionghoa yang masuk agama Islam mulanya melalui proses

asimilasi, kemudian menjadi pembaharuan dan terkahir masuk Islam

karena dorongan iman dan keinginan dari diri sendiri. Karena sesama

muslim merupakan saudara, maka dengan adanya etnis Tionghoa yang

masuk Islam diharapkan bisa menjadi jurang pemisah antara pri dan non

pri (istilah sebutan untuk orang-orang etnis Tionghoa) yang ada di

Indonesia atau disebut juga dengan muslim Tionghoa.

Perbedaan muslim Tionghoa dengan muslim lainnya adalah

terletak pada etnis/sukunya. Mayoritas muslim di Indonesia bersuku Jawa,

Sunda, Batak, Komering dan lain-lain. Sementara untuk muslim Tionghoa

sendiri beretnis China. Selain dari itu, mayoritas muslim Indonesia sendiri

merupakan muslim bawaan dari kedua orang tuanya, namun untuk orang-

orang etnis China (Muslim Tionghoa) sendiri merupakan kaum minoritas

muslim. Kumpulan orang-orang muslim Tionghoa ini akhirnya

membentuk sebuah organisasi sebagai wadah mempersatu yang disebut

dengan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).

4. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang

berhierarki secara jenjang dan memiliki sistem pembagian tugas untuk

mencapai tujuan tertentu (Bungin, 2006: 277). Organisasi merupakan

suatu sistem yang memiliki keinginan untuk mencapai suatu tujuan

39

tertentu dan memiliki struktur formal maupun informal. Organisasi juga

suatu struktur hubungan manusia dengan jumlah anggota kelompok yang

lebih banyak dan membuat norma-norma yang dipatuhi oleh semua

anggota organisasi.

Menurut Arni (2014: 29), organisasi memiliki karakteristik umum.

Di antara karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis, memperlukan

informasi, mempunyai tujuan dan struktur.

a. Dinamis

Organisasi sebagai suatu sistem terbuka yang terus menerus

mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi sosial

lingkungan sebagai bentuk penyesuaian diri. Faktor pertama penyebab

sifat dinamis adalah perubahan ekonomi dalam lingkungannya. Semua

organisasi membutuhkan ekonomi sebagai sumber keuangan untuk

melaksanakan aktivitasnya. Oleh karena itu, kondisi ekonomi sangat

berpengaruh pada kehidupan organisasi.

Faktor kedua penyebab sifat dinamis adalah perubahan pasaran.

Perubahan pasar pada organisasi berarti produksi dan pelayanan.

Contoh : bila tenaga guru tidak banyak lagi dibutuhkan oleh sekolah-

sekolah maka lembaga pendidikan guru harus mengurangi menerima

calon guru yang akan dihasilkannya (Arni, 2014 : 29). Faktor ketiga

penyebab organisasi dinamis adalah perubahan teknologi. Perubahan

teknologi yang terjadi pada masyarakat akan memberikan pengaruh

pada organisasi. Contohnya : banyaknya penggunaan tenaga mesin

40

sebagai alat produksi yang baru sehingga dapat menghemat biaya dan

tenaga, maka organisasi bisa menggunakan teknologi tersebut secara

efesien.

b. Memperlukan Informasi

Semua organisasi memperlukan informasi untuk keberhasilan.

Dengan adanya informasi bahan mentah dapat di olah menjadi bahan

hasil produksi yang bisa di manfaatkan oleh manusia. Begitu juga

sebaliknya, jika tidak ada informasi sehingga mengakibatkan suatu

organisasi dapat macet atau mati. Informasi di dapatkan melalui proses

komunikasi. Tanpa adanya komunikasi informasi tidak mungkin di

dapatkan. Oleh karena itu, komunikasi memegang peranan penting

organisasi baik dari dalam organisasi itu sendiri maupun dari luar

organisasi.

c. Mempunyai Tujuan

Semua organisasi biasanya suatu kelompok besar yang memiliki

struktur keorganisasian dan memiliki tujuan tertentu yang jelas. Tujuan

satu organisasi dengan organisasi lainnya belum tentu sama karena

organisasi itu memiliki visi misi yang berbeda-beda dan target yang

berbedapula. Tujuan organisasi hedaknya dihayati oleh seluruh

anggota organisasi sehingga diharapkan dapat mendukung dan

kesuksesan organisasi tersebut melalui partisipasi anggota organisasi.

41

d. Terstruktur

Untuk mencapai tujuan organisasi biasanya di buat peraturan-

peraturan, undangan-undang dan hirerki hubungan dalam organisasi,

hal ini disebut juga dengan struktur organisasi. Tiap organisasi

memiliki satu struktur. Struktur organisasi juga membagi prosedur

kerja dan mengkhususkan tugas baik pemimpin maupun anggota

organisasi.

Menurut Sendjaja (2002: 4.8), organisasi yang baik berorientasi

untuk mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki

empat fungsi organisasi, yaitu: fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan

integratif.

a. Fungsi Informatif, yaitu fungsi organisasi sebagai sistem proses

informasi (information-processing system). Maksudnya seluruh

anggota organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih

baik, tepat waktu dan lebih baik.

b. Fungsi Regulatif, yaitu fungsi organisasi yang berkaitan dengan

peraturan-peraturan yang berlaku di dalam organisasi.

c. Fungsi Persuasif, yaitu fungsi organisasi sebagai bentuk pimpinan

mempersuasi bawahannya tanpa memberikan perintah.

d. Fungsi Integratif, yaitu fungsi yang menyediakan saluran untuk

anggota sehingga dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan

baik.

42

Organisasi PITI ini diresmikan pada tanggal 14 April 1961. Salah

satu tujuan organisasi PITI sendiri yaitu menjadikan organisasi dakwah,

baik antara sesama orang-orang Tionghoa maupun orang-orang Indonesia.

Organisasi PITI sendiri telah tersebar luas diseluruh Indonesia, seperti

Jakarta, Palembang, Makassar, Salatiga dan lain sebagainya. Dakwah

muslim Tionghoa melalui organisasi PITI dengan menggunakan dua cara,

yaitu sebagai berikut :

a. Dakwah Kultural.

Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang disesuaikan dengan

kultur lingkungan sekitarnya atau disebut dengan Islam kultural.

Dakwah kultural ada sebagai upaya dalam penanaman nilai-nilai Islam

kedalam kebudayaan masyarakat lokal yang telah ada. Dakwah

kultural ini ada untuk memahami nilai-nilai pada norma-norma

masyarakat, aktivitas dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Dalam

penggunaan dakwah ini, PITI ikut berbahur dan memahami kebutuhan

masyarakat tanpa sepenuhnya merubah kebudayaan masyarakat

dengan cara memadukan budaya Tionghoa dengan budaya masyarakat

Indonesia. Contoh masjid Cheng Hoo yang berada di Palembang,

Semarang, Jawa Timur dan lain sebagainya.

b. Dakwah Praktis

Dakwah praktis adalah pelaksanaan dakwah melalui aktivitas

dakwah secara mudah atau praktis tanpa mempersulit diri sendiri

ataupun orang lain. Dalam penggunaan dakwah praktis ini, PITI

43

menggunakan beberapa metode dakwah seperti metode al-mujadalah

(dialog), metode al-hikmah (bijaksana) dan metode al-mau`izah al-

hasanah (pelajaran yang baik).

Berdasarkan penjelasan di atas, Persatuan Islam Tionghoa

Indonesia (PITI) Salatiga adalah organisasi Islam yang menyebarkan

dakwah Islam dan memperkuat Ukhwuah Islamiyah antar sesama muslim

baik muslim Tionghoa maupun muslim Indonesia.

5. Teori Sistem Sosial

Teori sisem sosial pertama kali diperkenalkan oleh Talcott Parsons.

Konsep sistem sosial merupakan konsep relasional sebagai pengganti

konsep eksistensional perilaku sosial. Konsep struktur sosial digunakan

untuk analisis yang abstrak, sedangkan konsep sistem sosial merupakan

alat analisis realistis sosial sehingga sistem sosial menjadi suatu model

analisis terhadap organisasi sosial (Riva`i, 2016 : 184).

Teori ini memandang bahwa organisasi sebagai keterkaitan dengan

bermacam-macam komponen serta saling ketergantungan satu sama

lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Peranan teori ini adalah sebagai

koordinasi dalam menjalankan peran dan berhubungan dengan bagian-

bagian lainnya dalam organisasi. Teori ini terbagi menjadi empat yaitu

sebagai berikut :

a. Organisasi Sebagai Suatu Sistem Sosial

Pendekatan sistem sosial terhadap tingkah laku organisasi adalah

suatu persepektif yang komprehemsif, multidimensional, dan deskriptif

44

mengenai organisasi. Teori sistem berkembang sebagai suatu alat

untuk menguraikan sifat-sifat dan pola-pola yang menjadikan

organisasi terjadi (Arni, 2014 : 47). Teori sistem pada umumnya telah

di terima sebagai bentuk menguraikan tingkah laku organisasi dengan

mendeskripsikan pengembangan, struktur serta pemeliharaan

organisasi manusia.

b. Teori Sistem Umum Organisasi

Teori sistem yang umum mengatakan bahwa organisasi sebagai

suatu set bagian-bagian yang kompleks yang saling berhubungan dan

berinteraksi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu

berubah agar dapat mencapai tujuannya. Beberapa komponen kunci

yang membangun organisasi adalah individu yang menjadi anggota

organisasi, struktur dan kelompok fungsional, teknologi dan

perlengkapan organisasi (Arni, 2014 : 47).

Organisasi adalah sebuah sistem. Tiap sistem pada organisasi

mengambil input dan ouput. Pengambilan sumber atau input dari

lingkungan kemudian di proses kembali lalu di keluarkan atau output

terhadap lingkungannya. Kombinasi dan koordinasi pada aktivitas

semua komponen organisasi sehingga berhasil menciptakan suatu

tambahan energi dan mentransformasikan bahan mentah menjadi

produk akhir yang bermanfaat dan menguntungkan. Sehingga bisa di

pahami bahwa sistem atau organisasi mentransformasikan bahan

mentah (masukan) dari lingkungan lalu menjadi output yang membawa

45

organisasi untuk mencapai tujuannya sesuai dengan gambar di bawah

ini:

Lingkungan

Proses internal

Masukan Keluaran

Batas Batas

Sistem

Gambar 2. Model Sistem Transformasi

c. Keterbukaan Relatif dari Sistem

Lingkungan sistem memainkan peranannya terhadap kedua fungsi

sistem yaitu memberikan sistem materi mentah yanag akan diproses

lalu menciptakan pasaran dan menyalurkan output sistem. Keterbukaan

sistem menunjukkan pada sikap terbuka organisasi untuk menerima

masukan dan mendengarkan lingkungannya. Tiap sistem dipengaruh

dan saling mempengaruhi terhadap lingkungannya. Suatu organisasi

tidaklah baik jika terlalu bersikap terbuka atau tertutup terhadap

lingkungan sekitarnya dalam memberikan dan menyampaikan suatu

informasi. Keterbukaan antar anggota maupun pimpinan dalam

46

organisasi diperlukan untuk menunjakan keberhasilan dalam mencapai

tujuan organisasi.

d. Menekankan Kepada Integrasi Fungsi

Teori sistem secara fungsional mengarahkan untuk mencapai

penyelesaian tujuan-tujuan sistem. Elemen kunci dari teori sistem

adalah penekanan kepada integritas fungsional dari unit-unit sistem

dalam menyelesaikan aktivitas organisasi. Ada empat implikasi penting

dari teori sistem ini untuk analisis organisasi dan komunikasi

organisasi. Yang pertama, saling tergantung dan saling berhubungan

satu sama lainnya. Agar organisasi dapat berjalan dengan baik maka

diperlukannya koordinasi dengan menggunakan komunikasi.

Kedua, keterbukaan; implikasinya bahwa organisasi harus hati-hati

terhadap perubahan lingkungan, karena lingkungan dapat menghambat

aktivitas organisasi, anggota organisasi harus berkomunikasi secara

aktif dengan wakil organisasi yang relevan di dalam kedua lingkungan

sistem untuk menetapkan hakikat hambatan yang mempengaruhi

aktivitas organisasi. Ketiga, bentuk analisis yang bersifat sangat kecil

dan sangat besar, implikasinya bahwa ada banyak tingkat organisasi

dalam suatu organisasi. Untuk memahami organisasi kita harus

menginterpretasikan pekerjaan dalam sistem (mikrofis) dan saling

berhubungan organisasi dengan lingkungannya (makrofis). Teori sistem

mengidentifikasi pengaruh luar dari organisasi. Teori ini menunjukkan

pentingnya saluran internal dan eksternal dari komunikasi organisasi.

47

Keempat, penyesuaian dan pembaharuan organisasi. Organisasi

tidaklah merupakan kesatuan yang bersifat statis. Organisasi harus

fleksibel dan dapat menerima secara terus menerus pembaharuan untuk

menghadapi hambatan perubahan dari lingkungan sistem. Saluran

komunikasi eksternal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi

relevan dari lingkungan untuk memberi informasi anggota organisasi

tentang kebutuhan pembaharuan. Saluran komunikasi ekternal juga

dapat digunakan untuk memberi informasi dan pengaruh organisasi

yang relevan dalam lingkungan sistem (Arni, 2014: 53-54).

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkn

fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,

teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

generalisasi (Anggito, 2018: 8).

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spradley dinamakan ―social situation‖ atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai

objek peneliti yang ingin difahami secara lebih mendalam ―apa yang terjadi‖

di dalamnya. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini peneliti dapat

mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang

akan ada pada tempat (place) tertentu (Wijaya, 2018: 9).

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

deskriptif adalah metode penelitian yang mengungkapkan atau mengambarkan

kejadian atau fenomena, variabel dan keadaan objek penelitian berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti mengkaji lebih

49

mendalam terhadap objek penelitian dengan cara terlibat langsung untuk

mendapatkan relevansi terhadap data terkait.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Jalan Argomulyo No. 18a, Ledok

Kecamatan Argomulyo. Waktu penelitian ini adalah pada akhir bulan April

sampai pertengahan bulan Agustus 2019.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara langsung

dari sumber aslinya, baik melalui wawancara, pendapat dari individu atau

kelompok (orang) maupun hasil observasi. Jadi data primer pada

penelitian ini adalah wawancara ketua Persatuan Islam Tionghoa

Indonesia (PITI) Jawa Tengah, wawancara ketua PITI Salatiga, dan

anggota PITI Salatiga.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui

media perantara atau secara tidak langsung seperti buku, catatan, bukti

yang telah ada, atau lain sebagainya. Jadi data sekunder pada penelitian ini

adalah bukti dokumentasi kegiatan muslim Tionghoa, dokumentasi

wawancara, buku dan catatan terkait.

50

D. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan prosedur pengumpulan data dengan teknik-

teknik pengumpulan data sebagai suatu proses pengadaan data primer untuk

keperluan penelitian melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah

laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati,

baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Rukajat,

2018: 75). Observasi ini dilakukan pada organisasi Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia (PITI), pengamatan ini berfokus pada strategi

berdakwah orang-orang PITI dan faktor pendukung dan penghambat

dalam proses dakwah di kota Salatiga.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan

pertanyaan secara lisan kepada responden terutama untuk responden yang

tidak dapat membaca-menulis atau sejenis pertanyaan yang memperlukan

penjelasan dari pewawancara (Fitrah, 2017: 66). Wawancara pada

penelitian ini mengambil narasumber utama yaitu ketua PITI Jawa

Tengah, ketua PITI Salatiga dan anggota PITI Salatiga.

3. Dokumentasi

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi dari

lembaga sebagai bukti fisik dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.

51

Dokumentasi dalam penelitian ini mengacu pada kegiatan-kegiatan PITI,

foto-foto dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian di kota Salatiga.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki

nilai sosial, akademik dan ilmiah. Tahap analisis data dalam penelitian

kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi data, yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan;

2. Penyajian data (display data) dilakukan dengan menggunakan bentuk teks

naratif

3. Penarikan kesimpulan serta verifikasi.

Berdasarkan paparan diatas, yang dimaksud dengan reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi dijelaskan dibawah

yakni sebagai berikut:

1. Tahap Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,

memfokuskan, mengembangkan, dan mengorganisasikan data dalam satu

cara, dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverivikasi (Muri,

2016: 408). Dari penelitian ini, objek penelitian selaku narasumber,

masyarakat Salatiga.

52

2. Tahap Penyajian Data (Display Data)

Setelah melakukan reduksi data, selanjutnya peneliti akan melakukan

penyajian data. Display dalam konteks ini adalah kumpulan informasi

yang telah tersusun yang membolehkan penarikan kesimpulan sehari-hari

atau dalam interaksi sosial masyarakat terasing, maupun lingkungan

belajar di sekolah atau data display surat kabar sangat berbeda atara satu

dengan yang lainnya (Muri, 2016: 408-409). Dalam penelitian ini

menggunakan model penyajian data dengan teks yang bersifat naratif.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Tahap ini adalah penarikan kesimpulan dari proses reduksi dan penyajian

data yang bersifat sementara, yang berarti bahwa data yang diperoleh

masih dapat berubah setelah ditemukan bukti-bukti lain yang lebih kuat.

Tahapan penarikan dan verifikasi data dilakukan setelah melakukan

reduksi data dan penyajian data. Antara reduksi data dan display data

saling behubungan timbal balik (Muri, 2016 : 409). Selanjutnya peneliti

akan menyesuaikan data yang telah didapatkan kepada para objek

penelitian (narasumber) terkait. Proses ini akan memberikan keakuratan

dan ketepatan data dalam penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Validitas Data

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Suatu data dikatakan

valid apabila tidak ada perbedaan antar data yang dilaporkan peneliti dengan

53

data yang sesungguhnya. Ada dua macam validitas penelitian, yaitu validitas

internal dan eksternal (Rifai, 2019: 65).

Teknik validitas data penting dilakukan untuk mengukur tingkat

keabsahan data sehingga menghasilkan penelitian yang terpercaya dan

terjaminnya keakuratan data. Tingkat keabsahan data akan ditentukan oleh

empat faktor, yaitu:

1. Derajat kepercayaan (credibility),

2. Keteralihan (transferability),

3. Ketergantungan (dependebility), dan

4. Kepastian (comfirmability) (Fadillah, 2016: 122).

Manipulasi data akan berakibat keabsahan data juga berkurang kadar

keilmihannya, untuk itu maka diperlukannya kejujuran dari peneliti sendiri.

Pelaksanaan teknik validasi data penelitian ini didasari dengan menggunakan

credibility (kepercayaan). Untuk menguji tingkat kebenaran dan kepercayaan

penelitian ini, maka peneliti melakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai

berikut:

a. Meningkatkan ketekunan

Ketekunan dalam proses pengambilan data secara teliti dan sistematis

b. Menggunakan referensi

Penggunaan referensi sebagai bahan pendukung dalam pengambilan data

oleh peneliti.

54

c. Perpanjangan waktu penelitian

Perpanjangan waktu penelitian dapat diartikan sebagai cara peneliti

dalam mencari data dengan kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,

melakukan wawancara dengan nara sumber, baik yang pernah ditemui

maupun belum pernah ditemui. Dengan adanya perpanjangan waktu

penelitian ini, berhasil menciptakan hubungan baik dan keakraban antara

peneliti dan nara sumber, sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan.

d. Melaksanakan triangulasi data

Triangulasi adalah recheck dan cross check informasi dan data yang

diperoleh dari lapangan dengan informan lain untuk memahami

kompleksitas fenomena sosial ke sebuah esensi yang sederhana

(Endraswara, 2006: 110). Triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi

metode, triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan

kelompok), triangulasi sumber data, dan triangulasi teori (Anggito,

2018:232). Adapun penjelasan dari keempat triangulasi tersebut adalah

sebagai berikut (Rahardjo 2010:2):

1) Triangulasi Metode. Jenis triangulasi ini membandingkan informasi

atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif

peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survey. Untuk

memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang

utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode

wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek

55

kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan

yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh

dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

2) Triangulasi Antar-Peneliti. Jenis triangulasi ini menggunakan lebih

dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk

memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali

dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu

harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari

konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan

melahirkan bias baru dari triangulasi.

3) Triangulasi Sumber Data. Jenis triangulasi ini menggali kebenaran

informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.

Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa

menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen

tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan

pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan

menghasilkan bukti atau data yang berbeda, selanjutnya akan

memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai

fenomena yang diteliti.

4) Triangulasi Teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah

rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut

selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk

56

menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang

dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman

pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik

secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.

Penelitian ini menggunakan dua triangulasi yaitu triangulasi sumber data

dan metode. Triangulasi sumber data dipakai ketika peneliti meragukan data

dari satu sumber maka peneliti mencari sumber informant lainnya. Sementara

triangulasi metode merupakan triangulasi yang dipakai dengan menggunakan

beberapa metode seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga

hasil penelitian dapat terpercaya kebenarannya.

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Subjek Penelitian

Kota Salatiga atau dalam bahasa Jawa disebut juga dengan Kutha

Salatiga, kota ini merupakan kota yang berada di provinsi Jawa Tengah

yang sepenuhnya berbatasan langsung dengan kabupaten Semarang. Kota

Salatiga terletak 49 kilometer di sebelah selatan Kota Semarang dan 52

kilometer di sebelah utara Kota Surakarta, serta menjadi kota penghubung

antara Semarang dan Surakarta.

Gambar 3. Peta Kota Salatiga

Secara geografis kota Salatiga terletak diantara 1100.27` dan

56,81`` sampai 1100.32` dan 4,64`` Bujur Timur (BT) dan 0070.17`

sampai 0070 dan 17`.23 Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian mencapai

450 sampai 825 dpl dari permukaan air laut dengan luas wilayah kota

Salatiga sekitar 56,78 km2. Kota Salatiga berada didaerah cekungan, kaki

58

Gunung Merbabu gunung-gunung kecil yang mengelilinginya diantaranya

yakni Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Adapaun batas-batas

wilayah kota Salatiga adalah sebagai berikut:

a) Sebelah utara berbatasan langsung dengan kecamatan Pabelan: Desa

Pabelan dan Desa Pejaten dan kecamatan Tuntang: Desa Kesongo dan

Dewa Watu Agung

b) Sebelah Timur berbatasan langsung dengan kecamatan Pabelan: Desa

Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa Glawan dan Kecamatan

Tengaran: Desa Bener, Desa Tegalwaton dan Desa Nyamat

c) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan kecamatan Getasan: Desa

Sumogawe, Desa Sa-mirono, Desa Jetak dan kecamatan Tengaran:

Desa Patemon, dan Desa Karang Duren.

d) Sebelah barat berbatasan langsung dengan kecamatan Tuntang: Desa

Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten, Desa Gedangan dan kecamatan

Getasan: desa Polobogo

Kota Salatiga beriklim tropis, sejuk dan udaranya segar. Kota salatiga

merupakan kota kecil yang biasa disebut dengan mini Indonesia. Dikota

Salatiga juga terdapat beberapa perguruan tinggi, baik yang umum

maupun swasta. Oarang-orang yang tinggal di Salatiga cenderung bersikap

toleransi meskipun berbeda agama dan kebudayaan. Semboyan kota

Salatiga adalah ―HATI BERIMAN‖ yang berhasil ditetapkan dalam

Peraturan Daerah Kodya Tingkat II Salatiga Nomor 10 pada tahun 1993.

Adapun kepanjangan dari semboyan Hati Beriman adalah sebagai berikut:

59

a) SEHAT : kesehatan jasmani, rohani dan lingkungan;

b) TERTIB : kesadaran sosial dan disiplin;

c) BERSIH : kondisi kehidupan yang bersih secara fisik atau psikis;

d) INDAH : keindahan alam

e) AMAN : keamanan lingkungan pemukiman, kerja dan umum

Etnis china datang ke Salatiga sebagai imigran atau sebagai

pengungsi kemudian bersama-sama berjuang melawan Kompeni, lalu oleh

pemerintah Hindia Belanda status mereka disejajarkan dengan orang kulit

putih – yang berarti menjadi lebih tinggi dari masyarakat Jawa (pribumi) –

sampai akhirnya keduanya sama-sama merasa sebagai warga Salatiga

seperti sekarang ini (Supangat, 2017: 1-2). Pada pesebaran muslim

Tionghoa di Salatiga memang tidak banyak, kebanyakan dari mereka

merupakan generasi peranakan Tionghoa yang berasal dari kota-kota di

Indonesia. Beberapa orang dari mereka merupakan muslim Tionghoa yang

menetap di Salatiga, mereka merupakan perantauan yang kebanyak berasal

dari kota di Pulau Jawa dan ada yang berasal dari Sumatra.

Secara umum keberadaan muslim Tionghoa di kota Salatiga tidak

terlalu mencolok hal ini terbukti dengan jumlah muslim Tionghoa yang

berjumlah kurang lebih 50 sampai 75 orang saja. Penyebab muslim

Tionghoa tidak terlalu mencolok disebabkan juga karena mereka dapat

berbaur dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Keberadaan muslim

Tionghoa di kota Salatiga dapat terlihat dengan adanya organisasi PITI

Salatiga yang diprakarsai oleh Iskandar Chang Ho dan mendiang Alfred L

60

dan Yedi Efriyadi. Awalnya PITI Salatiga berasal dari PITI Semarang, lalu

mendiringan PITI sendiri di kota Salatiga pada tahun 2010. Ketua PITI

Salatiga pertama adalah mendiang Alfred L, PITI Salatiga berdiri sesuai

dengan anggaran dasar dan pergantian pengurus setiap empat tahun sekali.

Visi PITI sesuai dengan anggaran dasar tahun 2005, yaitu

mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil `alamin (Islam sebagai rahmat

bagi sekalian alam) dan melaksanakan amar makruf nahi munkar. Misi

PITI adalah sebagai berikut :

a) Pelaksanaakan amar makruf nahi munkar dan terwujudnya Islam

sebagai Rahmatan Lil‗alamin melalui dakwah Islamiyah baik bil-lisan

maupun bil-hal‘

b) Mencapai terlaksananya amar makruf nahi munkar dan terwujudnya

Islam sebagai Rahmatan Lil‗alamin melalui kegiatan-kegiatan di

bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

c) Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak berbagai unsur

kemasyarakatan untuk tercapainya upaya-upaya sebagaimana pada

nomor 1 dan 2.

PITI Salatiga dibentuk setelah PITI Semarang. PITI Salatiga

didukung oleh unsur Muslim Tionghoa, Muslim non-Tionghoa, dan

Tionghoa non-muslim di Salatiga. PITI adalah organisasi kemasyarakatan

Islam yang bersifat independen berdasarkan pancasila dan memiliki tiga

landasan yaitu pertama, landasan akidah adalah al-Qur‘an dan hadits.

61

Ketiga, landasan strategis pendekatan adalah proaktif-partisipasi. Ketiga,

landasan operasional adalah sebagai berikut :

a) Firman Allah pada Q.S Al-Hujarat ayat 13

ج يا أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا

(41) بي إن اهلل عليم خ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan

kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulian di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal‖ (Q.S Al-Hujurat : 13).

b) Hadits Nabi Muhammad Saw yang menyatakan tidak ada bedanya

Arab dan bukan Arab kecuali takwanya.

c) Konsep Islam sebagai Rahmatan Lil ‗Alamin (rahmat bagi sekalian

umat).

d) Prinsip Islam mengenai kebebasan manusia dari rasdiskriminasi.

2. Temuan Penelitian

Fokus penelitian ini mengarah kepada organisasi Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia (PITI) yang berada di Kota Salatiga. Penelitian ini

membahas mengenai bagaimana keadaan organisasi PITI dan bagaimana

strategi berdakwah pada muslim Tionghoa. Setelah melakukan penelitian

dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi

berikut ini adalah hasil wawancara dan observasi yang telah didapatkan

62

sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian

ini yaitu sebagai berikut:

a. Mengetahui Keadaan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di

Salatiga

Bukti keberadaan muslim Tionghoa di Salatiga adalah dengan

adanya organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di

Salatiga juga terdapat ketua PITI Jawa Tengah yang kebetulan tinggal

di Salatiga.

“...ada, saya kan kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya,

Persatuan Islam Tionghoa Jawa Tengah. Di salatiga itu dulu ketuanya adalah Pak Alfret almarhum” (Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).

“Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, dulu kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi sekarang saya sudah tidak aktif” (Wawancara Y.E, 23 Mei

2019 pukul 11.10 WIB).

“Ya ada dan saya ikut, tapi kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak Iskandar ya” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul

19.06 WIB).

Pusat pelaksanaan kegiatan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia

(PITI) Salatiga bertempat di rumah Bapak Iskandar yang beralamatkan

di Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga dengan jumlah

anggota PITI sekitar 50 sampai 75 orang.

“Ehm mungkin antara 50 sampai 75 ya, di IAIN aja ada dua ya,

saya dan yedi. Dan untuk tempat kumpulnya biasanya di rumah saya” (Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).

“Untuk kumpul kegiatan PITI itu biasanya di rumahnya Pak

Iskandar ya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).

63

“Ya itu mbak untuk pusat kegiatan PITI sendiri ada di

rumahnya Pak Iskandar di Ledok, kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).

PITI Salatiga kelanjutan dari PITI Nasional, PITI berdiri kira-

kira sekitar tahun 2010.pada saat itu pak alfret menjadi ketua piti nya.

Berdirinya PITI mengikuti anggaran dasar. Setiap empat tahun adanya

pergantian pengurus, disebabkan kekurangan anggota dan pengurus

sehingga menyebabkan berlarut sehingga berjalan terus.

Keberadaan organisasi PITI di Salatiga juga menjadi bentuk

kegiatan-kegiatan dalam aktivitas dakwah antara sesama muslim

Tionghoa maupun muslim di Salatiga. Kegiatan-kegiatan dakwah PITI

seperti silaturahmi, diskusi, saat bulan ramdhan tiba ada kegiatan dari

stasiun TV yaitu acara liputan missing cheng ho dan juga buka

bersama.

“Kegiatannya selain dakwah ya silaturahim, kadang-kadang

ada pertemuan yang sifatnya diskusi dulu sih kalau sekarang ya ketuanya udah meninggal jadi agak vakum sedikit, biasanya kita

ada romadhon gini ya itu ada kegiatan dari stasiun TV biasanya akan meliput kegiatan missing cheng ho, jadi kita kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu buka bersama gitu”

(Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).

Selain silaturahmi, diskusi dan buka bersama terdapat juga

kajian-kajian keIslaman antar sesama muslim Tionghoa dalam

organisasi PITI.

“Ya kalau kegiatan PITI itu seperti silahturahmi, diskusi dan adanya kajian-kajian keIslaman” (Wawancara Y.E, 23 Mei

2019 pukul 11.10 WIB). “Ya kegiatan PITI itu sendiri ya kayak kajian-kajian keIslaman,

buka bersama atau diskusi, yang jelas ya kegiatannya itu sesuai

64

dengan misi PITI sendiri” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul

19.06 WIB).

b. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia

(PITI) di Kota Salatiga.

Metode dakwah PITI menggunakan berbagai cara sesuai dengan

pola di masyarakat.

“Dakwah PITI kita ya mengikuti pola yang ada di masyarakat kalau pas kita ada forum diskusi ya kita mengikuti pola diskusi,

kalau pengajian umum ya kita menyampaikan dalam konteks pengajian umum” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).

Metode dakwah PITI menggunakan beberapa tahapan

diantaranya mengenalkan Islam kepada orang-orang yang mulai tertarik

dengan Islam.

“Jadi begini tahapan-tahapan dakwah PITI. Ketika mereka

ingin mengenal islam, ya mereka ikut suatu pengajianlah. Nah awalnya kita mengenalkan Allah kepada mereka, terus terang yang membedakan agama satu dengan agama lainnya itu

khususnya tentang ketuhanan setelah mereka paham dan yakin lalu kita baru mengarakan mereka untuk mengucapkan dua

kalimat syahadat. Disisi lainnya metode dakwah PITI itu menyesuaikan dengan kebutuhan objek dakwahnya ya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).

Dakwah PITI Salatiga menggunakan berbagai macam cara,

salah satunya adalah dengan metode kajian-kajian dan umumnya

anggota PITI yang ikut terlibat serta terjun langsung ke masyarakat.

“Metodenya macem-macem sih, metode kita kalau kajian-kajian

pada umumnya PITI itu menyerahkan anggota-anggota di wilayah masing-masing untuk terjun langsung ke wilayah mereka misalnya masjid disekitar rumah dia, terkadang kita

mengumpulkan menjadi satu untuk komunitas kita sendiri itu biasanya ada pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari

besar misalnya hari raya qurban ya” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).

65

Dakwah muslim Tionghoa selain dari masyarakat umum juga

berdakwah dengan orang-orang terdekatnya seperti keluarga maupun

temannya sendiri dan anggota PITI. Sasaran dakwah muslim

Tionghoa Salatiga meliputi semua kalangan, baik dari masyarakat

umum maupun masyarakat awam.

“Ya untuk objek dakwah PITI sendiri itu umumnya masyarakat umum tapi khususnya anggota PITI sendiri, masyarakat sekitar

kita atau keluarga” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).

“Untuk objek dakwah PITI sendiri itu ya biasanya semua orang,

mulai dari keluarga, masyarakat umum, Tionghoa-non muslim dan lain sebagainya” (Wawancara Y.E, 19 Agustus 2019 pukul

11.00 WIB).

Objek dakwah PITI selain untuk keluarga juga untuk semua

kalangan, baik untuk masyarakat awam maupun lain sebagainya.

“...objek dakwah PITI itu untuk semua kalangan, mulai dari

masyarakat awam, nara pidana, buruh dan lain sebagainya” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).

Sementara itu untuk anggota PITI Salatiga kegiatan dakwahnya

adalah dengan cara mempererat tali silahturahmi antar sesama

manusia dan mengajak sholat berjamaah di masjid.

“Kegiatan dakwah saya itu ya seperti mempererat tali silaturahmi antar sesama muslim maupun non muslim, nah

kalau dimasyarakat sendiri saya biasanya mengajak mereka untuk sholat berjamaah di masjid” (Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).

Keaktifan anggota PITI Salatiga terlihat dengan

keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan keIslaman seperti mengkaji

tafsir dan mengkaji kitab.

“Kayak disini di pondok ya, pagi kajian kitab kita ya kajian

kitab kita mengikuti semua pola itu, kalau pagi setiap subuh

66

untuk mahasiswa kita itu ya mengaji tafsir kita ya mengikuti

juga pola itu jadi semua pola itu kita pakai dalam mengembangkan agama Islam di tengah-tengah Persatuan Islam Tionghoa yang dia menjadi penyuluh agama atau dia

menjadi da‟i atau dia menjadi penyampai risalah” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).

Namun masih ada anggota PITI yang kurang aktif dalam

kegiatan-kegiatan PITI, akan tetapi kegiatan PITI yang telah diikuti

seperti kajian-kajian Islam dan silahturahmi.

“Ya saat ini saya tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut kegiatan PITI diajak pak iskandar dan pak alfred seperti kajian-

kajian Islam, silahturahmi, dan lain sebagainya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.00 WIB).

c. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Dakwah PITI di

Kota Salatiga.

Faktor pendukung dakwah PITI adalah keaktifan anggota dan

ikut terlibat dalam proses berdakwah.

“Faktor pendukung dakwah PITI sendiri itu ya yang jelas jika anggotanya mau aktif dan ikut berperan serta dalam dakwah”

(Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).

Faktor pendukung dakwah PITI lainnya adalah generasi ketiga

muslim Tionghoa yang telah mendapatkan pendidikan mengenai

Islam dari kecil seperti anak muslim pada umumnya dan saat dewasa

nanti telah siap menyampaikan risalah Islam.

“Faktor pendukung banyak kalau sekarang generasi orang-

orang yang ada di PITI itu digenerasi ketiga itu rata-rata mereka sudah all in semua, sudah siap siap semua karena kenapa karena kakeknya mungkin muslim , ayahnya muslim

cucunya dari ayanya ini kan sudah muslim sejak kecil dia pasti sudah menikmati pendidikan seperti layaknya orang-orang

Islam kayak anak-anak sayalah , anak-anak saya itukan mau tidak mau dia pasti di sekolah Islam pasti dari kecil dia sudah belajar tentang agama Islam mulai dari baca Qura‟an , mulai

67

dari kajian-kajian agama dia pasti sudah belajar . jadi otomatis

pada saat dia dewasa dia menyampaikan risalah Islam itu bekal dia sudah cukup. Di generasi kedua ini beda-beda, generasi kedua yang sifatnya dia hanya sifatnya hanya ibadah

saja , menyampaikan apa yang dia bisa , ada di generasi kedua dia juga ikut menuntut ilmu baik itu formal maupuan non

formal . ketika dia menuntut ilmu otomatis dia memiliki banyak bekal. Baik itu dalam menyampaikan dalam metode penyampaian maupun yang disampaikan . dua-duanya bisa klik

gitu. Nah ini bisa tematis yang disampaikan, yang ketiga misalhkan dilakangan para wanita, ini juga hampir sama

sudah memiliki tataran pendidikan yang cukup sehingga dia bisa menyampaikan jauh lebih baik dibandingan dengan bisa menyampaikan jauh lebih baik dibandingan dengan yang lain-

lain” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).

Selain itu, faktor pendukung dakwah PITI bisa melalui media

sosial (youtube).

“Nah kalau faktor pendukungnya itu bisa juga melalui media sosial seperti youtube. Anda bisa lihat di channel youtube

syariah, nah di situ dakwah PITI yang telah saya lakukan dengan gaya penyampaian saya yang santai” (Wawancara Y.E, 19 Oktober 2019 pukul 10.30 WIB).

Sementara hambatan aktivitas dakwah pada organisasi PITI

adalah kurangnya kesadaran anggota untuk ikut aktif dalam kegiatan-

kegiatan PITI dan kurangnya keinginan orang-orang Tionghoa untuk

memeluk agama Islam.

“Ya kalau hambatan pasti adalah mbak, hambatannya itu ya seperti anggota PITI yang sulit ikut acara kumpul, nah karena

hal itu juga kan bisa penyebabkan aktivitas dakwah PITI sendiri jadi terhambat. Hambatan lainnya itu ya gak semua orang-

orang China itu mau masuk Islam karena ya pemikiran orang-orang China itu bagaimana bisa mendapatkan uang yang berlimpah. Jadi banyak tuh orang-orang China yang berganti-

ganti keyakinan karena untuk apa, ya untuk memperkaya dirinya sendiri. Nah misal ni ya, dia menganut agama Kristen

terus kok dia masih belum kaya ya dia bakalan pindah keyakinan sampai dia bisa mendapatkan keyakinan yang berhasil membuat dia kaya” (Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019

pukul 19.06 WIB).

68

“Hambatan dakwah PITI sendiri itu disebabkan kurangnya aktif

anggota PITI, ya seperti saya ini yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut PITI” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).

Selain karena tidak aktifnya anggota PITI terdapat pula dua

kendala lainnya seperti pemahaman masyarakat yang beranggapan

bahwa muallaf Tionghoa itu telah paham betul tentang Islam dan

pengucapan lafal bahasa arab.

“Kendala dakwah satu kadang-kadang di PITI yang baru-baru terutama itu orang-orangnya inikan keilmuannyakan belum pas

dan belum cukup aman tapi oleh publik dia sudah dianggap sebagai orang yang mumpuni gitu dalam bidang keagamaan

padahal dia hanya share tentang kehidupan dia tentang beragama seperti apa begitu ya. Dia menyampaikan apa yang dia bisa belum betul-betul memahami secara betul-betul

kondisi Islam sendiri itu seperti apa , itu kendala pertama. Kendala yang kedua ya itu ya dalam pengucapan lahfal bahasa

arab mungkin ya masihan dan ada yang kurang pas makhrajnya dan lain sebagainya seperti itu saya kira” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).

B. Pembahasan

1. Mengetahui Keadaan Muslim Tionghoa di Kota Salatiga.

Bukti keberadaan muslim Tionghoa di Kota Salatiga terlihat

dengan adanya organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang

didirikan di kota Salatiga. Keberadaan organisasi PITI Salatiga dapat

diketahui karena ada dua orang pendiri dan perintis organisasi PITI

Salatiga, dua orang tersebut adalah Iskandar dengan nama asli Iskandar

Chang Ho dan mendiang Alfret L. Ketuanya pertama organisasi PITI

Salatiga adalah mendiang Alfret L kemudian dilanjutkan oleh Yedi

69

Efriyadi. Saat ini di muslim Tionghoa yang berada di kota Salatiga yang

juga menjabat sebagai ketua PITI Jawa Tengah adalah Iskandar Chang Ho.

Pusat kegiatan pelaksaan organisasi PITI Salatiga berada di salah

satu rumah anggota PITI yang beralamatkan di Ledok, Kecamatan

Argomulyo, Kota Salatiga. Saat ini jumlah anggota PITI kurang lebih 50

sampai 75 orang. Kegiatan-kegiatan dakwah pada organisasi PITI Salatiga

adalah kegiatan-kegiatan mengenai aktivitas dakwah yang sesuai dengan

visi misi PITI. Kegiatan-kegiatan PITI Salatiga seperti silaturahmi antara

sesama muslim Tionghoa maupun non muslim Tionghoa, adanya diskusi

dan kajian-kajian mengenai Islam. Saat bulan Ramadhan tiba, biasanya

ada acara dari stasiun televisi meliput kegiatan missing cheng ho dan ada

juga ada acara buka bersama sesama anggota PITI. Kegiatan-kegiatan

organisasi PITI ini salah satunya juga sebagai bentuk berlangsungnya

aktivitas dakwah dalam mempererat tali ukhuwah islamiyah antar sesama

umat Islam terutama untuk anggota PITI.

2. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia

(PITI) di Kota Salatiga.

Penggunaan strategi dakwah PITI Salatiga menjadi merupakan

salah satu cara untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi PITI. Strategi

dakwah PITI Salatiga menggunakan beberapa metode diantaranya yaitu

sebagai berikut:

70

a) Dakwah PITI dengan cara menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

serta kebutuhan mad‘u. Penggunaan metode dakwah PITI ini

digunakan agar dakwah dapat memenuhi kebutuhan mad‘u tentang

Islam, karena dakwah untuk tiap mad‘u itu berbeda-beda. Perbedaan

cara dakwah untuk mad‘u ini dipengaruhi oleh latar belakang

pendidikan dan lingkungannya. Contoh dakwah untuk masyarakat

awam dan keluarga. Untuk masyarakat awam dakwah dilakukan

dengan cara memberikan penjelasan dan mengarahan mengenai

dakwah Islam dengan menggunakan bahasa yang santai dan mudah

dipahami tanpa berbelit-belit, hal ini dilakukan karena masyarakat

awam biasanya untuk pendidikannya kurang sehingga jika dakwah

menggunakan bahasa ilmiah pesan dakwah tentu tidak dapat diterima

oleh mad‘u dan dari lingkungan masyarakat awam cenderung masih

percaya dengan adat istiadat. Sementara untuk dakwah keluarga

dilakukan dengan cara berbicara dengan halus dan menyesuaikan

dengan karakter mad‘unya, contoh dakwah kepada adik yang memiliki

karakter keras kepala dan ingin menang sendiri bisa menggunakan

metode dakwah dialog dengan berbicara halus dan tenang.

b) Dakwah PITI dengan mengikuti pola yang ada pada masyarakat atau

disebut kondisional. Seperti forum diskusi dan pengajian umum yang

juga diikuti oleh anggota PITI. Dakwah PITI yang telah diikuti oleh

anggota PITI maupun orang-orang luar PITI seperti Tionghoa non

muslim dan muslim non Tionghoa. Dulu saat mendiang Alfred L

71

masih menjabat sebagai ketua, kegiatan diskusi PITI setiap seminggu

sekali terlaksana dengan baik antara anggota PITI.

c) Dakwah PITI melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama

mengenalkan Islam kepada orang-orang Tionghoa-non muslim yang

tertarik kepada Islam. Pengenalan Islam untuk Tionghoa non muslim

dilakukan oleh PITI dengan menggunakan komunikasi interpersonal

agar mereka dapat lebih paham mengenai Islam. Tahapan kedua

pengajian untuk Tionghoa-non muslim. Pengajian yang diadakan oleh

PITI dalam rangka meningkat pengetahuan tentang Islam baik untuk

anggota PITI maupun Tionghoa non muslim. Pada tahapan-tahapan ini

organisasi PITI mengenalkan Allah kepada Tionghoa non-muslim dan

menjelaskan berbedaan agama Islam dengan agama lainnya sehingga

Tionghoa non-muslim lebih memahami tentang ketuhanan. Setelah

mereka yakin untuk memeluk agama Islam baru organisasi PITI

mengarahkan Tionghoa non-muslim untuk mengucapkan dua kalimat

syahadat.

d) Metode dakwah PITI melalui kajian-kajian dengan cara menyerahkan

anggota-anggota untuk menghidupkan masjid di lingkungan sekitar

rumah mereka. Selain itu, terdapat kegiatan buka puasa bersama dan

kegiatan-kegiatan hari raya qurban. Keaktifan anggota PITI dalam

berdakwah dapat terlihat melalui lingkungan sekitar rumahnya seperti

pelaksanaan sholat berjamaah di masjid dan keikutsertaan dalam

72

kegiatan-kegiatan qurban sebagai bentuk pengamalan sunah rasul dan

mempererat hubungan antar anggota PITI.

Proses berdakwah PITI Salatiga tentu tidak terlepas dari objek

dakwah. Objek dakwah adalah orang-orang yang menerima pesan dakwah

atau disebut juga sasaran dakwah. Objek dakwah PITI salatiga adalah

sebagai berikut:

a) Khususnya untuk anggota PITI dan umumnya untuk masyarakat umum

seperti masyarakat awam, nara pidana dan lain sebagainya. Objek

dakwah PITI khusus untuk anggota PITI disebabkan karena

pentingnya memberikan pemahaman dan pendalaman mengenai Islam,

dari anggota PITI ini juga dakwah PITI dapat terus berlanjut hingga

saat ini, baik dakwah praktis maupun dakwah kultural. Sementara

objek dakwah untuk masyarakat umum menunjukkan bahwa dakwah

untuk semua kalangan dan bersifat umum. Hal ini menunjukkan bahwa

dakwah PITI tidak memilih-milih objek atau semua kalangan,

sehingga dakwah PITI bisa diperuntuk untuk semua orang dengan

penggunaan metode-metode dakwah yang sesuai dengan mad‘u.

b) Keluarga dan Tionghoa non muslim. Objek dakwah PITI diperuntukan

kepada keluarga karena pada dasarnya dakwah kepada keluarga

merupakan dakwah yang harus dilakukan setiap orang agar

keluarganya berjalan dan bersikap sesuai dengan al-Qur‘an dan hadis

serta tidak berjalan dan bertingkah ke jalan yang salah yang keluar dari

73

syariat Islam. Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah Swt yaitu

sebagai berikut :

(412)وأنذر عشيتك الق ربني

Artinya ―Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat‖ (Q.S Asy-Syu‘ara/26 : 214)

Kegiatan-kegiatan dakwah anggota PITI Salatiga adalah sebagai

berikut:

a) Silaturahmi antar sesama muslim dan non muslim. Kegiatan

silahturahmi ini bertujuan untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah antar

sesama manusia sehingga dengan ini organisasi PITI dapat diterima

oleh semua golongan.

b) Mengajak masyarakat untuk sholat berjamaah di masjid. Kegiatan

dakwah PITI yang telah terlaksana adalah mengajak orang lain

khususnya masyarakat sekitar rumah anggota PITI untuk ikut serta

mempraktekkan tuntunan syariat Islam mengenai sholat berjamaah

khususnya bagi laki-laki.

c) Mengikuti kajian-kajian Islam bersama masyarakat, seperti kajian

tafsir dan kajian kitab. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mendalami

dan memperdalam mengenai Islam sehingga anggota PITI bisa lebih

siap untuk berdakwah.

74

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Muslim Tionghoa di

Salatiga.

Faktor-faktor pendukung dalam aktivitas dakwah pada muslim

Tionghoa di kota Salatiga adalah sebagai berikut :

a) Keaktifan anggota PITI dalam setiap kegiatan-kegiatan PITI.

Keaktifan anggota PITI merupakan kunci majunya organisasi PITI

dalam mencapai tujuan-tujuan PITI. Baik mulai dari kegiatan diskusi,

pengajian dan lain sebagainya.

b) Keaktifan anggota PITI dalam berdakwah melalui youtube. Dakwah

PITI menggunakan media sosial melalui youtube menyesuaikan

dengan perkembangan zaman yang semakin maju dengan sasaran

dakwah masyarakat pengguna media sosial.

c) Pendidikan Islam untuk anak-anak generasi ketiga Tionghoa muslim

telah ditanamkan dan diajarkan sejak kecil, sehingga anak-anak

generasi ketiga sama seperti anak-anak muslim pada umumnya.

Pendidikan Islam yaitu anak-anak genersi ketiga di masukkan ke

sekolah Islam, belajar tentang agama Islam, membaca al-Qur‘an,

kajian-kajian Islam jadi saat dewasa nanti anak-anak generasi ketiga

ini telah siap untuk menyampaikan risalah Islam. untuk generasi kedua

sifatnya hanya untuk ibadah saja, menyampaikan apa yang bisa

disampaikan

d) Pada generasi kedua ini berbeda dengan generasi ketiga. Generasi

kedua sifatnya ibadah, menyampaikan apa yang dia (muslim

75

Tionghoa) bisa. Generasi kedua ini melanjutkan pendidikannya baik

formal maupun non formal untuk memperdalam dan memahami

mengenai agama Islam. Setelah mendapatkan bekal ilmu Islam,

barulah penyampaian dakwah PITI dapat dilakukan dengan lebih baik.

Dengan bekal pendidikan ini PITI dapat saling berhubungan dan saling

membantu dalam menyiarkan Islam kepada mad‘u.

Faktor penghambat dalam proses berdakwah pada muslim

Tionghoa adalah sebagai berikut:

a) Kurangnya kesadaran anggota PITI untuk ikut berperan serta dalam

kagiatan PITI seperti acara kumpul (diskusi,buka bersama, kajian,

silahturahmi). Kepasifan anggota PITI ini bisa menyebabkan

terganggunya kegiatan-kegiatan PITI untuk visi dan misi PITI.

b) Pemikiran orang-orang China yang mengukur kesuksesan dari segi

materi atau kekayaan. Pemikiran orang-orang China ini juga

memberikan pengaruh besar sebab persepsi mereka masuk Islam justru

membuatnya jatuh miskin dan dikucilkan keluarga. Hal ini terlihat dari

sejarah pada masa orde baru muslim Tionghoa mendapatkan

deskriminasi dan dijauhi bahkan diusir dari keluarganya. Selain itu,

orang-orang China beranggapan bahwa dengan memiliki harta yang

berlimpah membuat hidup mereka bahagia sementara jika mereka

hidup miskin mereka akan hidup dalam kesengsaraan.

c) Tionghoa muslim yang baru ikut bergabung di PITI biasanya dianggap

oleh masyarakat telah mampu untuk berdakwah, namun sebenarnya

76

Tionghoa muslim yang baru ini hanya menyampaikan pengalaman

beragama yang terjadi kepada mereka.

d) Kesulitan dalam pengucapan lahfadz bahasa arab dan makhraj bacaan

al-Qur‘an. Kurangnya belajar tentang lahfadz bahasa arab dan tata cara

membaca al-Qur‘an dengan benar sehingga mengakibatkan kurangnya

kecintaan terhadap al-Qur`an bagi anggota PITI.

77

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan penelitian skripsi ini, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan diantara yaitu sebagai berikut:

1. Pusat pelaksanaan kegiatan organisasi Persatuan Islam Tionghoa

Indonesia (PITI) Salatiga bertempat di Ledok, kecamatan Argomulyo,

Kota Salatiga. Jumlah anggota PITI Salatiga kurang lebih 50 sampai 75

orang. Kegiatan-kegiatan dakwah PITI Salatiga seperti silahturahmi, buka

puasa bersama dan kajian-kajian tentang Islam.

2. Strategi dakwah PITI Salatiga menggunakan beberapa metode diantara

yaitu pertama, dakwah dengan cara menyesuaikan situasi dan kondisi

objek dakwah. Kedua, anggota PITI berdakwah dengan cara menjalin

silahturahmi dan memakmurkan masjid. Dan terakhir dakwah dengan cara

pendekatan personal melalui pengenalan Islam dan memberikan

pemahaman mengenai Islam dengan pengajian dan arahan-arahan kepada

Tionghoa non muslim.

3. Faktor pendukung dakwah muslim Tionghoa yang terpenting yakni

dengan keaktifan anggota PITI melalui kegiatan-kegiatan dakwah PITI

dan dakwah melalui youtube. Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah

kemudahan generesi ketiga dalam mengenal dan mempelajari tentang

agama Islam dan untuk generasi kedua adalah menyampaikan dakwah

78

Islam sesuai dengan keinginannya. Sementara faktor penghambat dakwah

PITI Salatiga adalah kurangnya aktif anggota dalam kegiatan dakwah PITI

sehingga menyebabkan aktivitas dakwah terganggu dan objek dakwah

yang sulit menerima dakwah Islam khususnya orang-orang China yang

masih memikirkan tentang kekayaan. Pemikiran orang-orang umum yang

mengganggap jika semua muslim Tionghoa yang mengikuti organisasi

PITI memahami dengan jelas tentang agama Islam.

B. Saran

Pada kesempatan ini penulis memberikan saran yang ditunjukkan

kepada masyarakat luas, terutama kepada muslim Tionghoa baik pada

organisasi PITI Salatiga maupun pengelola muhola klenteng Hidayatullah

adalah sebagai berikut:

1. Anggota muslim Tionghoa sedikit orang PITI harus bisa selalu eksis

sehingga organisasi PITI Salatiga dapat lebih berkembang dan lebih maju.

2. Pada setiap strategi dakwah yang diperlu dikedepankan dalam

perkembangannya ada walaupun mengalami kelemahan.

79

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. 2011. Pembangunan Pertanian: Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. Jakarta: PT Grasindo.

AB, Syamsuddin. 2016. Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana.

Anggito, Albi. Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak.

Amin, Fadillah. 2016. Antologi Administrasi Publik & Pembangunan. Malang:

Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Bahroni. 2016. Analisis Wacana Retorika Dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar,

(Online) Vol. 1, No. 1. (http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/677/509, diakses tanggal 27 Agustus 2019).

Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Tknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: 2006.

Fahiroh, Zakiyatul. 2016. Pelaksanaan Dakwah Organisasi Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia (PITI) Banyumas [skripsi]. Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.

Febrizky, Tommy. 2010. Islam Dan Tionghoa (Studi Strategi Pengembangan

Masyarakat Islam Tionghoa Pada Lembaga Pembina Iman Tauhid Islam D/H Perhimpunan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.

Fitrah, Muhammad. Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian; Penelitian

Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.

Harahap, Abdi Sahrial. 2012. Dinamika Gerakan Dakwah Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia (PITI) Medan Sumatera Selatan, (Online) Vol. 1, No. 2.(http://jurnal.uinsu.ac.id./index.php/analytica/article/view/382, diakses tanggal 19 Juli 2019).

Hayati, Umi. 2017. Nilai-Nilai Dakwah; Aktivitas Ibadah dan Perilaku Sosial, (Online) Vol. 2, No. 2. (http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/123,

diakses tanggal 19 Agustus 2019).

Ilaihi, Wahyu. 2015. Komunikasi Dakwah. Rosda.

80

Muri, A. Yusuf. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian

Gabungan. Jakarta : Kencana.

Masduki. Shabri Shaleh Anwar. 2018. Filosofi Dakwah Kontemporer. Riau: Qudwah Press.

Mahyudi. 2008. Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Periode 2005-2010 Dalam Meningkatan Ibadah Anggota [skrisi]. Jakarta

(ID): Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Mahmuddin. 2013. Strategi Dakwah Terhadap Masyarakat Agraris, (Online) Vol.

14, No. 1. (http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/317, diakses tanggal 19 Juli 2019).

Muhammad, Arni. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Pirol, Abdul. 2018. Komunikasi dan Dakwah Islam. Yogyakarta: Deepublish.

PITI. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Yogyakarta. Dikutib dari http://pitiyogyakarta.com/index.php/artikel/61-dakwah-islam-di-

kalangan-etnis-tionghoa pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 01.30 WIB.

Ramli. 2015. Dakwah Terhadap Muslim Etnis Tionghoa di Kota Makassar (Perspektif Sosio-Antropologis [thesis]. Makassar: Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Riana. Merry. Motivator Perempuan Indonesia.

Rifai. 2019. Kualitatif Teori, Praktek & Riset Penelitian Kualitatif Teologi. Yoyo

Topten Exacta.

Riva‘i, Andi Kardian. Komunikasi Sosial Pembangunan: Tinjauan Teori Komunikasi dalam Pembangunan Sosial. Pekanbaru: Hawa dan Ahwa.

Rukajat, Ajat. 2018. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yokyakarta: Deepublish.

Suhadang, Kustadi. 2014. Strategi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sukayat, Tata. 2009. Quantum Dakwah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supangat, Eddy. 2017. Istana Djoen Eng Jejak Etnis China di Salatiga. Salatiga:

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Salatiga.

Wijaya, Hengki. 2018. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.

81

Wikipedia. Tionghoa-Indonesia. Dikutib dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 15.58 WIB.

Yahya. 2016. Dakwah Islamiyah Dan Proselytisme; Telaah Atas Etika Dakwah Dalam Kemajemukaan, (Online) Vol. 1, No. 1.

(http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/675/507 diakses tanggal 27 Agustus 2019).

Al-Qur`an dan Terjemahaannya Surat Ali Imron ayat 104.

Al-Qur`an dan Terjemahaanya Surat al-Ghaasyiah ayat 21-22.

Al-Qur‘an dan Terjemahaannya Surat Al-Hujurat ayat 13.

Al-Qur`an dan Terjemahaannya Surat An-Nahl ayat 125.

Hadist Riwayat Muslim dari Abu Sa`id Al Khudri.

82

LAMPIRAN-LAMPIRAN

83

Gambar 1.

Wawancara dengan Bapak Iskandar

Gambar 2.

Wawancara dengan Bapak Yayan Yuliyanto

Gambar 3.

Foto Bapak Yedi Efriyadi

84

Gambar 4.

Dakwah melalui Youtube oleh Bapak Iskandar

Gambar 5.

Dakwah melui Youtobe oleh Bapak Yedi Efriyadi

85

Gambar 6.

Kegiatan Silahturahmi Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Gambar 7.

Kegiatan Dakwah Anggota PITI oleh Bapak Iskandar

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah ada organisasi muslim Tionghoa di Salatiga? Jika ada, apakah bapak

ikut serta dalam organisasi tersebut?

2. Bagaimana keadaan organisasi PITI Salatiga?

3. Apa saja kegiatan PITI di Salatiga?

4. Apakah metode dakwah PITI Salatiga?

5. Siapakah objek dakwah PITI Salatiga?

6. Kegiatan apa saja yang Bapak lakukan dalam berdakwah sebagai anggota

PITI?

7. Apa faktor pendukung dakwah PITI Salatiga?

8. Apa faktor penghambat dakwah PITI Salatiga?

HASIL WAWANCARA

Nama : Iskandar Chang Ho

Tanggal : 27 April 2019 & 20 Agustus 2019

Waktu : 13.30 WIB & 15.59 WIB

Tempat : Kampus 1 IAIN Salatiga & Rumah Bapak Iskandar

1. Ada, saya kan kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya , Persatuan Islam

Tionghoa Jawa Tengah. Di salatiga itu dulu ketuanya adalah Pak Alfret

almarhum.

2. Ehm mungkin antara 50 sampai 75 ya, di IAIN aja ada dua ya, saya dan yedi.

Dan untuk tempat kumpulnya biasanya di rumah saya.

3. Kegiatannya selain dakwah ya silaturahim, kadang-kadang ada pertemuan

yang sifatnya diskusi dulu sih kalau sekarang ya ketuanya udah meninggal

jadi agak fakum sedikit, biasanya kita ada romadhon gini ya itu ada kegiatan

dari stasiun TV biasanya akan meliput kegiatan missing cheng ho, jadi kita

kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu buka bersama gitu.

4. Dakwah PITI kita ya mengikuti pola yang ada di masyarakat kalau pas kita

ada forum diskusi ya kita mengikuti pola diskusi, kalau pengajian umum ya

kita menyampaikan dalam konteks pengajian umum.

5. Objek dakwah PITI itu untuk semua kalangan, mulai dari masyarakat awam,

nara pidana, buruh dan lain sebagainya.

6. Kayak disini di pondok ya, pagi kajian kitab kita ya kajian kitab kita

mengikuti semua pola itu, kalau pagi setiap subuh untuk mahasiswa kita itu ya

mengaji tafsir kita ya mengikuti juga pola itu jadi semua pola itu kita pakai

dalam mengembangkan agama Islam di tengah-tengah Persatuan Islam

Tionghoa yang dia menjadi penyuluh agama atau dia menjadi da‘i atau dia

menjadi penyampai risalah.

7. Faktor pendukung banyak kalau sekarang generasi orang-orang yang ada di

PITI itu digenerasi ketiga itu rata-rata mereka sudah all in semua, sudah siap

siap semua karena kenapa karena kakeknya mungkin muslim , ayahnya

muslim cucunya dari ayanya ini kan sudah muslim sejak kecil dia pasti sudah

menikmati pendidikan seperti layaknya orang-orang Islam kayak anak-anak

sayalah , anak-anak saya itukan mau tidak mau dia pasti di sekolah Islam pasti

dari kecil dia sudah belajar tentang agama Islam mulai dari baca Qura‘an ,

mulai dari kajian-kajian agama dia pasti sudah belajar . jadi otomatis pada

saat dia dewasa dia menyampaikan risalah Islam itu bekal dia sudah cukup.

Di generasi kedua ini beda-beda, generasi kedua yang sifatnya dia hanya

sifatnya hanya ibadah saja , menyampaikan apa yang dia bisa , ada di generasi

kedua dia juga ikut menuntut ilmu baik itu formal maupuan non formal .

ketika dia menuntut ilmu otomatis dia memiliki banyak bekal. Baik itu dalam

menyampaikan dalam metode penyampaian maupun yang disampaikan . dua-

duanya bisa klik gitu. Nah ini bisa tematis yang disampaikan, yang ketiga

misalhkan dilakangan para wanita, ini juga hampir sama sudah memiliki

tataran pendidikan yang cukup sehingga dia bisa menyampaikan jauh lebih

baik dibandingan dengan bisa menyampaikan jauh lebih baik dibandingan

dengan yang lain-lain.

8. Kendala dakwah satu kadang-kadang di PITI yang baru-baru terutama itu

orang-orangnya inikan keilmuannyakan belum pas dan belum cukup aman

tapi oleh publik dia sudah dianggap sebagai orang yang mumpuni gitu dalam

bidang keagamaan padahal dia hanya share tentang kehidupan dia tentang

beragama seperti apa begitu ya. Dia menyampaikan apa yang dia bisa belum

betul-betul memahami secara betul-betul kondisi Islam sendiri itu seperti apa ,

itu kendala pertama. Kendala yang kedua ya itu ya dalam pengucapan lahfal

bahasa arab mungkin ya masihan dan ada yang kurang pas makhrajnya dan

lain sebagainya seperti itu saya kira.

HASIL WAWANCARA

Nama : Yedi Efriyadi

Tanggal : 23 Mei 2019 & 19 Agustus 2019

Waktu : 11.10 WIB & 10.30 WIB

Tempat : Kampus 2 IAIN Salatiga

1. Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, dulu

kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi sekarang saya sudah tidak aktif.

2. Untuk kumpul kegiatan PITI itu biasanya di rumahnya Pak Iskandar ya.

3. Ya kalau kegiatan PITI itu seperti silahturahmi, diskusi dan adanya kajian-

kajian keislaman.

4. Jadi begini tahapan-tahapan dakwah PITI. Ketika mereka ingin mengenal

islam, ya mereka ikut suatu pengajianlah. Nah awalnya kita mengenalkan

Allah kepada mereka, terus terang yang membedakan agama satu dengan

agama lainnya itu khususnya tentang ketuhanan setelah mereka paham dan

yakin lalu kita baru mengarakan mereka untuk mengucapkan dua kalimat

syahadat. Disisi lainnya metode dakwah PITI itu menyesuaikan dengan

kebutuhan objek dakwahnya ya.

5. Untuk objek dakwah PITI sendiri itu ya biasanya semua orang, mulai dari

keluarga, masyarakat umum, Tionghoa-non muslim dan lain sebagainya.

6. Ya saat ini saya tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut kegiatan PITI

diajak pak iskandar dan pak alfred seperti kajian-kajian Islam, silahturahmi,

dan lain sebagainya.

7. Nah kalau faktor pendukungnya itu bisa juga melalui media sosial seperti

youtube. Anda bisa lihat di channel youtube syariah, nah di situ dakwah PITI

yang telah saya lakukan dengan gaya penyampaian saya yang santai.

8. Hambatan dakwah PITI sendiri itu disebabkan kurangnya aktif anggota PITI,

ya seperti saya ini yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut PITI.

HASIL WAWANCARA

Nama : Yayan Yuliyanto

Tanggal : 24 Juli 2019

Waktu : 19.06 WIB

Tempat : Toko lampu milik Bapak Yayan Yuliyanto

1. Ya ada dan saya ikut, tapi kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak

Iskandar ya.

2. Ya itu mbak untuk pusat kegiatan PITI sendiri ada di rumahnya Pak Iskandar

di Ledok, kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.

3. Ya kegiatan PITI itu sendiri ya kayak kajian-kajian keIslaman, buka bersama

atau diskusi, yang jelas ya kegiatannya itu sesuai dengan misi PITI sendiri.

4. Metodenya macem-macem sih, metode kita kalau kajian-kajian pada

umumnya PITI itu menyerahkan anggota-anggota di wilayah masing-masing

untuk terjun langsung ke wilayah mereka misalnya masjid disekitar rumah dia,

terkadang kita mengumpulkan menjadi satu untuk komunitas kita sendiri itu

biasanya ada pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari besar misalnya hari

raya qurban ya.

5. Ya untuk objek dakwah PITI sendiri itu umumnya masyarakat umum tapi

khususnya anggota PITI sendiri, masyarakat sekitar kita atau keluarga.

6. Kegiatan dakwah saya itu ya seperti mempererat tali silaturahmi antar sesama

muslim maupun non muslim, nah kalau dimasyarakat sendiri saya biasanya

mengajak mereka untuk sholat berjamaah di masjid.

7. Faktor pendukung dakwah PITI sendiri itu ya yang jelas jika anggotanya mau

aktif dan ikut berperan serta dalam dakwah.

8. Ya kalau hambatan pasti adalah mbak, hambatannya itu ya seperti anggota

PITI yang sulit ikut acara kumpul, nah karena hal itu juga kan bisa

penyebabkan aktivitas dakwah PITI sendiri jadi terhambat. Hambatan lainnya

itu ya gak semua orang-orang China itu mau masuk Islam karena ya pemikiran

orang-orang China itu bagaimana bisa mendapatkan uang yang berlimpah.

Jadi banyak tuh orang-orang China yang berganti-ganti keyakinan karena

untuk apa, ya untuk memperkaya dirinya sendiri. Nah misal ni ya, dia

menganut agama Kristen terus kok dia masih belum kaya ya dia bakalan

pindah keyakinan sampai dia bisa mendapatkan keyakinan yang berhasil

membuat dia kaya.

REDUKSI DATA

NO. Rumusan

Masalah

Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana keadaan organisasi

Persatuan Islam Tiongho

Indonesia (PITI) di kota Salatiga?

Apakah ada organisasi muslim

Tionghoa di

Salatiga? Jika ada, apakah bapak ikut

serta dalam organisasi tersebut?

- Ada, saya kan kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya , Persatuan

Islam Tionghoa Jawa Tengah. Di salatiga itu

dulu ketuanya adalah Pak Alfret almarhum (ICH).

- Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia, dulu kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi

sekarang saya sudah tidak aktif (YE).

- Ya ada dan saya ikut, tapi kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak

Iskandar ya (YY).

Bagaimana keadaan organisasi PITI

Salatiga?

- Ehm mungkin antara 50 sampai 75 ya, di IAIN

aja ada dua ya, saya dan yedi. Dan untuk tempat kumpulnya biasanya di

rumah saya (I.C.H). - Untuk kumpul kegiatan

PITI itu biasanya di rumahnya Pak Iskandar ya ( Y.E).

- Ya itu mbak untuk pusat kegiatan PITI sendiri ada

di rumahnya Pak Iskandar di Ledok, kecamatan Argomulyo,

Kota Salatiga (Y.Y).

Apa saja kegiatan PITI di Salatiga?

- Kegiatannya selain dakwah ya silaturahim,

kadang-kadang ada pertemuan yang sifatnya diskusi dulu sih kalau

sekarang ya ketuanya

udah meninggal jadi agak fakum sedikit,

biasanya kita ada romadhon gini ya itu ada kegiatan dari stasiun TV

biasanya akan meliput kegiatan missing cheng

ho, jadi kita kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu buka

bersama gitu (ICH). - Ya kalau kegiatan PITI

itu seperti silahturahmi, diskusi dan adanya kajian-kajian keIslaman

(YE). - Ya kegiatan PITI itu

sendiri ya kayak kajian-kajian keIslaman, buka bersama atau diskusi,

yang jelas ya kegiatannya itu sesuai

dengan misi PITI sendiri (YY).

2. Bagaimana strategi

berdakwah pada muslim Tionghoa

di kota Salatiga?

Apakah metode dakwah PITI

Salatiga?

- Metodenya macem-macem sih, metode kita

kalau kajian-kajian pada umumnya PITI itu

menyerahkan anggota-anggota di wilayah masing-masing untuk

terjun langsung ke wilayah mereka misalnya

masjid disekitar rumah dia, terkadang kita mengumpulkan menjadi

satu untuk komunitas kita sendiri itu biasanya

ada pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari besar misalnya hari

raya qurban ya (YY). - Dakwah PITI kita ya

mengikuti pola yang ada di masyarakat kalau pas kita ada forum diskusi ya

kita mengikuti pola diskusi, kalau pengajian

umum ya kita menyampaikan dalam konteks pengajian umum

(I.C.H). - Jadi begini tahapan-

tahapan dakwah PITI. Ketika mereka ingin mengenal islam, ya

mereka ikut suatu pengajianlah. Nah

awalnya kita mengenalkan Allah kepada mereka, terus

terang yang membedakan agama satu

dengan agama lainnya itu khususnya tentang ketuhanan setelah

mereka paham dan yakin lalu kita baru

mengarakan mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Disisi

lainnya metode dakwah PITI itu menyesuaikan

dengan kebutuhan objek dakwahnya ya (Y.E).

Siapakah objek dakwah PITI

Salatiga?

- Ya untuk objek dakwah PITI sendiri itu

umumnya masyarakat umum tapi khususnya

anggota PITI sendiri, masyarakat sekitar kita atau keluarga (YY).

- Untuk objek dakwah PITI sendiri itu ya

biasanya semua orang, mulai dari keluarga, masyarakat umum,

Tionghoa-non muslim dan lain sebagainya

(Y.E) - ...objek dakwah PITI itu

untuk semua kalangan,

mulai dari masyarakat awam, nara pidana,

buruh dan lain sebagainya (I.C.H)

Kegiatan apa saja

yang Bapak lakukan dalam berdakwah sebagai anggota

PITI?

- Kegiatan dakwah saya

itu ya seperti mempererat tali silaturahmi antar sesama muslim maupun

non muslim, nah kalau dimasyarakat sendiri

saya biasanya mengajak mereka untuk sholat berjamaah di masjid

(YY). - kayak disini di pondok

ya, pagi kajian kitab kita ya kajian kitab kita mengikuti semua pola

itu, kalau pagi setiap subuh untuk mahasiswa

kita itu ya mengaji tafsir kita ya mengikuti juga pola itu jadi semua pola

itu kita pakai dalam mengembangkan agama Islam di tengah-tengah

Persatuan Islam Tionghoa yang dia

menjadi penyuluh agama atau dia menjadi da‘i atau dia menjadi

penyampai risalah (I.C.H).

- ya saat ini saya tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut kegiatan

PITI diajak pak iskandar dan pak alfred seperti

kajian-kajian Islam, silahturahmi, dan lain sebagainya (Y.E).

3. Apa faktor pendukung dan penghambat

dakwah PITI Salatiga?

Apa faktor pendukung dakwah

PITI Salatiga?

- Faktor pendukung banyak kalau sekarang generasi orang-orang

yang ada di PITI itu digenerasi ketiga itu rata-

rata mereka sudah all in semua, sudah siap siap

semua karena kenapa karena kakeknya mungkin muslim ,

ayahnya muslim cucunya dari ayanya ini

kan sudah muslim sejak kecil dia pasti sudah menikmati pendidikan

seperti layaknya orang-orang Islam kayak anak-

anak sayalah , anak-anak saya itukan mau tidak mau dia pasti di sekolah

Islam pasti dari kecil dia sudah belajar tentang

agama Islam mulai dari baca Qura‘an , mulai dari kajian-kajian agama dia

pasti sudah belajar . jadi otomatis pada saat dia

dewasa dia menyampaikan risalah Islam itu bekal dia sudah

cukup. Di generasi kedua ini beda-beda, generasi

kedua yang sifatnya dia hanya sifatnya hanya ibadah saja ,

menyampaikan apa yang dia bisa , ada di generasi

kedua dia juga ikut menuntut ilmu baik itu formal maupuan non

formal . ketika dia menuntut ilmu otomatis

dia memiliki banyak bekal. Baik itu dalam menyampaikan dalam

metode penyampaian maupun yang

disampaikan . dua-duanya bisa klik gitu. Nah ini bisa tematis

yang disampaikan, yang

ketiga misalhkan dilakangan para wanita,

ini juga hampir sama sudah memiliki tataran pendidikan yang cukup

sehingga dia bisa menyampaikan jauh

lebih baik dibandingan dengan bisa menyampaikan jauh

lebih baik dibandingan dengan yang lain-lain

(I.C.H). - Faktor pendukung

dakwah PITI sendiri itu

ya yang jelas jika anggotanya mau aktif

dan ikut berperan serta dalam dakwah (Y.Y)

- nah kalau faktor

pendukungnya itu bisa juga melalui media sosial

seperti youtube. Anda bisa lihat di channel youtube syariah, nah di

situ dakwah PITI yang telah saya lakukan

dengan gaya penyampaian saya yang santai (Y.E).

Apa faktor

penghambat dakwah PITI Salatiga?

- Ya kalau hambatan pasti

adalah mbak, hambatannya itu ya

seperti anggota PITI yang sulit ikut acara kumpul, nah karena hal

itu juga kan bisa penyebabkan aktivitas

dakwah PITI sendiri jadi terhambat. Hambatan lainnya itu ya gak semua

orang-orang China itu mau masuk Islam karena

ya pemikiran orang-orang China itu bagaimana bisa

mendapatkan uang yang berlimpah. Jadi banyak

tuh orang-orang China yang berganti-ganti keyakinan karena untuk

apa, ya untuk memperkaya dirinya

sendiri. Nah misal ni ya, dia menganut agama Kristen terus kok dia

masih belum kaya ya dia bakalan pindah

keyakinan sampai dia bisa mendapatkan keyakinan yang berhasil

membuat dia kaya (Y.Y) - hambatan dakwah PITI

sendiri itu disebabkan kurangnya aktif anggota PITI, ya seperti saya ini

yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut

PITI (Y.E). - kendala dakwah satu

kadang-kadang di PITI

yang baru-baru terutama itu orang-orangnya

inikan keilmuannyakan belum pas dan belum cukup aman tapi oleh

publik dia sudah dianggap sebagai orang

yang mumpuni gitu dalam bidang keagamaan padahal dia hanya share

tentang kehidupan dia tentang beragama seperti

apa begitu ya. Dia menyampaikan apa yang dia bisa belum betul-

betul memahami secara betul-betul kondisi Islam

sendiri itu seperti apa , itu kendala pertama. Kendala yang kedua ya

itu ya dalam pengucapan

lahfal bahasa arab mungkin ya masihan dan

ada yang kurang pas makhrajnya dan lain sebagainya seperti itu

saya kira (I.C.H)

TRIANGULASI DATA

NO. Rumusan

Masalah

Daftar

Pertanyaan

Jawaban Kesimpulan

1. Bagaimana

keadaan organisasi Persatuan

Islam Tionghoa

Indonesia (PITI) di Kota

Salatiga?

Apakah ada

organisasi muslim

Tionghoa di

Salatiga? Jika ada, apakah

bapak ikut serta dalam organisasi

tersebut?

- Ada, saya kan

kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya ,

Persatuan Islam Tionghoa Jawa

Tengah. Di salatiga itu dulu ketuanya adalah

Pak Alfret almarhum (ICH).

- Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia, dulu

kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi

sekarang saya sudah tidak aktif (YE).

- Ya ada dan saya ikut, tapi

kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak

Iskandar ya (YY).

Ada organisasi muslim Tionghoa

di Salatiga yang bernama PITI

(Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia).

Bagaimana

keadaan organisasi

PITI Salatiga?

- Ehm mungkin

antara 50 sampai 75 ya, di IAIN

aja ada dua ya, saya dan yedi. Dan untuk tempat

kumpulnya biasanya di

rumah saya (I.C.H).

- Untuk kumpul

kegiatan PITI itu biasanya di

Pusat kegiatan organisasi PITI

Salatiga di Ledok,

Kecamatan

Argomulyo, Kota Salatiga dengan

jumlah anggota kurang lebih mencapai 50

sampai 75 orang.

rumahnya Pak Iskandar ya (

Y.E). - Ya itu mbak

untuk pusat

kegiatan PITI sendiri ada di

rumahnya Pak Iskandar di Ledok,

kecamatan Argomulyo, Kota

Salatiga (Y.Y)

Apa saja kegiatan PITI

di Salatiga?

- Kegiatannya selain dakwah ya

silaturahim, kadang-kadang ada pertemuan

yang sifatnya diskusi dulu sih

kalau sekarang ya ketuanya udah meninggal jadi

agak fakum sedikit, biasanya kita ada

romadhon gini ya itu ada kegiatan

dari stasiun TV biasanya akan meliput kegiatan

missing cheng ho, jadi kita

kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu

buka bersama gitu (ICH).

- Ya kalau kegiatan PITI itu seperti

silahturahmi, diskusi dan

adanya kajian-kajian keislaman (YE).

Kegiatan PITI

berupa silahturahmi,

diskusi dan kajian-kajian

Islam.

- Ya kegiatan PITI itu sendiri ya

kayak kajian-kajian keIslaman, buka bersama

atau diskusi, yang jelas ya

kegiatannya itu sesuai dengan misi PITI sendiri

(YY).

2. Bagaimana strategi

berdakwah pada

muslim Tionghoa di kota

Salatiga?

Apakah metode

dakwah PITI Salatiga?

- Metodenya macem-macem

sih, metode kita kalau kajian-

kajian pada umumnya PITI itu menyerahkan

anggota-anggota di wilayah

masing-masing untuk terjun langsung ke

wilayah mereka misalnya masjid disekitar rumah

dia, terkadang kita

mengumpulkan menjadi satu untuk komunitas

kita sendiri itu biasanya ada

pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari

besar misalnya hari raya qurban

ya (YY). - Dakwah PITI kita

ya mengikuti

pola yang ada di masyarakat kalau

pas kita ada forum diskusi ya kita mengikuti

PITI memiliki

metode dakwah yang beragama

seperti buka puasa bersama, memakmurkan

masjid, mengikuti kegiatan idul adha, diskusi,

pengajian, dan membangun

relasi.

pola diskusi, kalau pengajian

umum ya kita menyampaikan dalam konteks

pengajian umum (I.C.H).

- Jadi begini tahapan-tahapan dakwah PITI.

Ketika mereka ingin mengenal

islam, ya mereka ikut suatu pengajianlah.

Nah awalnya kita mengenalkan

Allah kepada mereka, terus terang yang

membedakan agama satu

dengan agama lainnya itu khususnya

tentang ketuhanan setelah

mereka paham dan yakin lalu kita baru

mengarakan mereka untuk

mengucapkan dua kalimat syahadat. Disisi

lainnya metode dakwah PITI itu

menyesuaikan dengan kebutuhan objek

dakwahnya ya (Y.E).

Siapakah

objek dakwah PITI Salatiga?

- Ya untuk objek

dakwah PITI sendiri itu umumnya

masyarakat umum tapi

khususnya anggota PITI sendiri,

masyarakat sekitar kita atau

keluarga (YY). - Untuk objek

dakwah PITI

sendiri itu ya biasanya semua

orang, mulai dari keluarga, masyarakat

umum, Tionghoa-non

muslim dan lain sebagainya (Y.E)

- Objek dakwah

PITI itu untuk semua kalangan,

mulai dari masyarakat awam, nara

pidana, buruh dan lain

sebagainya (I.C.H)

Objek dakwah

PITI adalah

anggota PITI, keluarga,

Tionghoa non muslim dan masyarakat

umum.

Kegiatan apa saja yang

Bapak lakukan

dalam berdakwah

sebagai

anggota PITI?

- Kegiatan dakwah saya itu ya

seperti mempererat tali

silaturahmi antar sesama muslim maupun non

muslim, nah kalau

dimasyarakat sendiri saya biasanya

mengajak mereka untuk sholat

berjamaah di masjid (YY).

- Kayak disini di

pondok ya, pagi kajian kitab kita

ya kajian kitab kita mengikuti semua pola itu,

kalau pagi setiap subuh untuk

mahasiswa kita itu ya mengaji tafsir kita ya

mengikuti juga pola itu jadi

semua pola itu kita pakai dalam mengembangkan

agama Islam di tengah-tengah

Persatuan Islam Tionghoa yang dia menjadi

penyuluh agama atau dia menjadi

da‘i atau dia menjadi penyampai

risalah (I.C.H). - Ya saat ini saya

tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut

kegiatan PITI diajak pak

iskandar dan pak alfred seperti kajian-kajian

Islam, silahturahmi, dan

lain sebagainya (Y.E).

Kegiatan dakwah anggota PITI

adalah

silahturahmi, sholat berjamaah

dan kajian keislaman.

3.

Apa faktor pendukung

dan penghambat

dakwah PITI Salatiga?

Apa faktor pendukung

dakwah PITI Salatiga?

- Faktor pendukung

banyak kalau sekarang generasi

orang-orang yang ada di PITI itu digenerasi ketiga

itu rata-rata mereka sudah all

in semua, sudah siap siap semua karena kenapa

karena kakeknya mungkin muslim

, ayahnya muslim cucunya dari ayanya ini kan

sudah muslim sejak kecil dia

pasti sudah menikmati pendidikan

seperti layaknya orang-orang

Islam kayak anak-anak sayalah , anak-

anak saya itukan mau tidak mau

dia pasti di sekolah Islam pasti dari kecil

dia sudah belajar tentang agama

Islam mulai dari baca Qura‘an , mulai dari kajian-

kajian agama dia pasti sudah

belajar . jadi otomatis pada saat dia dewasa

dia menyampaikan

risalah Islam itu bekal dia sudah cukup. Di

generasi kedua ini beda-beda,

generasi kedua yang sifatnya dia hanya sifatnya

hanya ibadah saja

Faktor

pendukung dakwah PITI

adalah kemudahan

generasi ketiga

dalam belajar mengenai Islam,

keaktifan anggota PITI dan dakwah

PITI melalui

youtube.

, menyampaikan apa yang dia bisa

, ada di generasi kedua dia juga ikut menuntut

ilmu baik itu formal maupuan

non formal . ketika dia menuntut ilmu

otomatis dia memiliki banyak

bekal. Baik itu dalam menyampaikan

dalam metode penyampaian

maupun yang disampaikan . dua-duanya bisa

klik gitu. Nah ini bisa tematis

yang disampaikan, yang ketiga

misalhkan dilakangan para

wanita, ini juga hampir sama sudah memiliki

tataran pendidikan yang

cukup sehingga dia bisa menyampaikan

jauh lebih baik dibandingan

dengan bisa menyampaikan jauh lebih baik

dibandingan dengan yang lain-

lain (I.C.H). - Faktor

pendukung

dakwah PITI

sendiri itu ya yang jelas jika

anggotanya mau aktif dan ikut berperan serta

dalam dakwah (Y.Y)

- Nah kalau faktor pendukungnya itu bisa juga

melalui media sosial seperti

youtube. Anda bisa lihat di channel youtube

syariah, nah di situ dakwah PITI

yang telah saya lakukan dengan gaya

penyampaian saya yang santai

(Y.E).

Apa faktor penghambat

dakwah PITI

Salatiga?

- Ya kalau hambatan pasti adalah mbak,

hambatannya itu ya seperti

anggota PITI yang sulit ikut acara kumpul,

nah karena hal itu juga kan bisa

penyebabkan aktivitas dakwah PITI sendiri jadi

terhambat. Hambatan

lainnya itu ya gak semua orang-orang China itu

mau masuk Islam karena ya

pemikiran orang-orang China itu bagaimana bisa

Faktor penghambat

dakwah PITI Salatiga adalah

kepasifan anggota

PITI, ketidakmauan

orang-orang Tionghoa non muslim untuk

menerima dakwah Islam dan

untuk anggota baru PITI

kurangnya lancar

membaca al-Qur‘an.

mendapatkan uang yang

berlimpah. Jadi banyak tuh orang-orang

China yang berganti-ganti

keyakinan karena untuk apa, ya untuk

memperkaya dirinya sendiri.

Nah misal ni ya, dia menganut agama Kristen

terus kok dia masih belum

kaya ya dia bakalan pindah keyakinan

sampai dia bisa mendapatkan

keyakinan yang berhasil membuat dia kaya (Y.Y)

- Hambatan dakwah PITI

sendiri itu disebabkan kurangnya aktif

anggota PITI, ya seperti saya ini

yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut PITI

(Y.E). - Kendala dakwah

satu kadang-kadang di PITI yang baru-baru

terutama itu orang-orangnya

inikan keilmuannyakan belum pas dan

belum cukup

aman tapi oleh publik dia sudah

dianggap sebagai orang yang mumpuni gitu

dalam bidang keagamaan

padahal dia hanya share tentang

kehidupan dia tentang beragama

seperti apa begitu ya. Dia menyampaikan

apa yang dia bisa belum betul-betul

memahami secara betul-betul kondisi Islam

sendiri itu seperti apa , itu kendala

pertama. Kendala yang kedua ya itu ya

dalam pengucapan

lahfal bahasa arab mungkin ya masihan dan ada

yang kurang pas makhrajnya dan

lain sebagainya seperti itu saya kira (I.C.H)

CURRICULUM VITAE

Nama : Kurnia Fajarita

Tempat, Tanggal Lahir : Purwodadi, 16 Juli 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Purwodadi Kec. Belitang Mulya Kab. OKU

Timur Prov. Sumatra Selatan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Tinggi Badan : 156 cm

E-mail : [email protected]

No. Hp : 082137636016

RIWAYAT PENDIDIKAN

Pendidikan Formal

2003 s/d 2008 SD Negeri 1 Purwodadi

2008 s/d 2011 MTs AL-Hikmah Purwodadi

2011 s/d 2015 MA Nurussalam Sidogede

2015 s/d 2019 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Pendidikan Non Formal

2011 s/d 2015 Pondok Pesantren Modern Nurussalam Sidogede

Pengalaman Organisasi

OPPM Pondok Pesantren Modern Nurussalam

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Himpunan Mahasiswa Sumatra (HIMA SUMA)

Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Dakwah IAIN Salatiga