strategi dakwah organisasi persatuan islam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5817/1/bakar cd...
TRANSCRIPT
i
STRATEGI DAKWAH ORGANISASI PERSATUAN ISLAM
TIONGHOA INDONESIA (PITI) DI KOTA SALATIGA
Skripsi ini disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
SKRIPSI
OLEH
KURNIA FAJARITA
NIM. 43010-15-0070
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN KESEDIAN DIPUBLIKASIKAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kurnia Fajarita
NIM : 43010150070
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Dakwah
Judul Skripsi : Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa
(PITI) di Kota Salatiga.
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Salatiga, 26 Juli 2019
Yang membuat pernyataan
Kurnia Fajarita
NIM. 43010150070
vi
ABSTRAK
Fajarita, Kurnia. 2019. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) di Kota Salatiga. Skripsi, Salatiga: Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.
Kata Kunci: Strategi Dakwah, PITI, Kota Salatiga
Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan pertama kali di Jakarta pada tanggal 14 April 1961. Organisasi PITI telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia salah satunya di Kota Salatiga. Organisasi PITI
Salatiga berawal dari PITI Semarang yang diprakarsai oleh Bapak Iskandar Chang Ho dan Bapak Alfred L.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi muslim Tionghoa pada organisasi PITI, strategi dakwah organisasi PITI, faktor pendukung dan penghambat dakwah PITI di Kota Salatiga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif merupakan metode
penelitian dengan cara melalui mengunggapkan dan mengambarkan fakta-fakta yang terjadi dari hasil penelitian. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer, data sekunder, metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Hasil data dianalisis lalu ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi organisasi yaitu teori sistem sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pusat kegiatan organisasi PITI di kota Salatiga bertempat di Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga dengan jumlah anggota kurang lebih 50 sampai 75 orang. 2) Strategi dakwah PITI di Kota
Salatiga adalah dengan menggunakan beberapa metode dakwah yang disesuaikan dengan kebutuhan mad‘u. 3) Faktor pendukung dakwah PITI adalah keaktifan
anggota PITI dalam kegiatan-kegiatan dakwah PITI baik secara langsung maupun dakwah melalui youtube dan kemudahan keturunan muslim Tionghoa dalam belajar tentang agama Islam. Sementara faktor penghambat dakwah PITI Salatiga
adalah kurang aktif anggota dalam kegiatan dakwah PITI dan objek dakwah yang sulit menerima dakwah Islam khususnya Tionghoa non muslim yang masih
memikirkan tentang kekayaan dunia.
vii
MOTTO
(682" )البقره : إال وسعها ال يكلف اهلل ن فسا"
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya (Q.S Al-Baqarah : 286)
Apapun masalahmu jangan salahkan keadaan dan orang lain,
namun rubahlah pola pikir dan cara pandangmu
(Kurnia Fajarita)
Belajar bukanlah hanya mengetahui apa yang harus dilakukan,
tapi melakukan apa yang sudah kita ketahui
(Merry Riana)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah segala rahmat dan puji syukur kepada Allah. Skripsi ini
dipersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta, Marjito dan Siti Asiah yang tak henti menjaga,
membimbing, memberi kepercayaan dan dukungankan.
2. Saudara tercinta, Rika Wulandari, Sigit Ardiansyah, Refi Afriansyah, Rika
Kusuma dan Badrus Zaman atas segala dukungan, doa dan motivasi dalam
kehidupanku.
3. Keluarga besar Mbah Khumaidi almarhum dan Mbah Istiqomah almarhumah
yang telah memberikan dukungan dan kebahagian.
4. Keluarga besar Mbah Reso Parjono almarhum dan Mbah Suliyem
almarhumah atas segala dukungan, motivasi, dan kebaikannya
5. Kepada Ketua Jurusan sekaligus pembimbing skripsi Ibu Dra. Maryatin, M.Pd
yang telah bersabar dan selalu memberikan masukan serta dukungannya
dalam membantu proses pembuatan skripsi ini hingga selesai.
6. Sahabat dan teman-teman tercinta yang telah memberi banyak motivasi, kisah
bahagia dan sedih serta pengalaman berharga untukku. Terkhususnya untuk
Nona Hartini Kader, Slamet Riadi, Julia Nindi Saputri, Viola Diane de
Johnnie Putri dan Muhammad Syariful Anam.
7. Teman-temanku yang memberi inspirasi, Mafthucatul Utamimah, Indri
Sulistiani, Wahyu Setya Putri Yana, Ulil Urwati, Anita Rahmawati, Mega
Rizki, Taufiqi dan Rona.
8. Teman-teman terdekatku yang telah memberi semangat, motivasi dan
masukannya dalam penulisan skripsi ini, Slamet Riadi, Puji Lestari, Viola
Diane de Johnnie Putri, Indri Sulistiani, Nona Hartini Kader, Julia Nindi
Saputri dan Mafthucatul Utamimah.
9. Adik-adikku tersayang yang telah memberi dukungan, Khoirul Alvan, Fitri
Handayani, Fitriya Puri Asmawati, Maharani Sekar Arum, Anisa Choirunnisa
dan Ari Deri Anjes.
ix
10. Teman-teman KKN 2019 posko 109 desa Kembaran, Ulil Urwati, Anita
Rahmawati, Julia Nindi Saputri, Riski Hermawan, Kholisatun Nafi ah dan
Riski.
11. Teman-teman kost Bu Jum di Perum Sehati dan orang tua penggantiku di
tanah rantau Ibu Listiyanti dan Bapak Jumadi almarhum.
12. Warga desa kembaran khususnya Mbak Ani, Kang Muh, Ibu Zuna dan Bapak
Akhyar.
13. Teman-teman Komisariat Lafran Pane HMI Cabang Salatiga
14. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Sumatra (HIMA-SUMA)
15. Teman-teman dan Keluaga besar Pondok Pesantren Modern Nurussalam.
16. Sahabat seperjuanganku KPI angkatan 2015
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat seiring
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda agung Nabi Muhammad
SAW kepada keluarga, sahabat, serta para pebgikutnya yang menjadi suri
tauladan bagi kita.
Penulisan skripsi ini tidak akan dapat selesai tepat waktu tanpa bantuan
dari berbagai pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof Dr. Zakiyuddin, M.Ag.
2. Dekan Fakultas Dakwah, Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum.
3. Ketua Jurusan KPI sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dra. Mayatin,
M.Pd. yang telah membimbing, mengarahkan, meluangkan waktunya dengan
ikhlas untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
4. Dosen Pembimbing Akademik Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A yang telah
membimbing selama 8 semester dengan ikhlas dan sabar.
5. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Salatiga telah berkenan
membagi ilmu serta pengalamannya dengan tulus ikhlas.
6. Para dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan
dan seluruh staf IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat program studi Komunikasi
dan Penyiaran Islam angkatan 2015 yang telah memberikankan banyak
dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
xi
Penulis sepenuhnya sadar masih menyadari dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan oleh penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi diri
sendiri dan pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, 26 Juli 2019
Kurnia Fajarita
NIM. 43010150070
xii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................. i
LOGO .................................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
MOTTO ................................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 4
D. Penegasan Istilah ............................................................................... 5
E. Kerangka Berfikir.............................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan........................................................................ 11
BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 13
B. Landasan Teori ................................................................................. 16
xiii
BAB III METODOLIGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................ 48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 49
C. Sumber Data .................................................................................... 49
D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 50
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 51
F. Teknik Validitas Data....................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Subjek Penelitian ....................................................................... 57
2. Temuan Penelitian ..................................................................... 61
B. Pembahasan
1. Mengetahui Keadaan Organisasi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) di Kota Salatiga ............................................... 68
2. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) di Kota Salatiga ................................................................ 69
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dakwah Organisasi
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Salatiga ........... 74
BAB V PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................ 77
B. Saran ................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir ...................................................................... 10 Gambar 2. Model Sistem Transformasi ........................................................ 45 Gambar 3. Peta Kota Salatiga ....................................................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama Allah Swt yang disampaikan melalui wahyu
kepada Rasullulah Saw. Awalnya Rasulullah berdakwah kepada keluarga lalu
kepada orang lain dan rasulullah Saw juga menjadi da‘i pertama. Pada
dasarnya, Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang menugaskan
umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat
manusia karena Rahmatan Lil‘alamin.
Manusia memiliki 2 hal yakni, kebaikan dan keburukan. Kebaikan
manusia terdapat pada ilmu/pengetahuan yang dapat terus dikembang dan
diolah dalam bersikap pada nilai-nilai kehidupan. Sementara keburukan
sendiri merupakan sikap yang dimiliki oleh manusia yang berkebalikan dari
kebaikan sehingga manusia terjerumus dalam hal-hal negatif. Di sinilah
peranan dakwah agar dapat menuntun dan menyadarkan manusia kepada jalan
yang benar mengenai arti kehidupan yang sesungguhnya.
Dakwah merupakan bagian dari infomasi sebagai suatu sistem yang
penting dalam gerakan-gerakan Islam. Dakwah dapat dipandang sebagai
proses perubahan yang di arahkan dan di rencanakan dengan harapan
terciptanya individu, keluarga dan masyarakat serta perdaban dunia yang
diridhai Allah Swt (Abdul, 2018: 2-3).
2
Dengan adanya dakwah, diharapkan masyarakat dapat bersikap dan
bertingkah laku menjadi lebih baik lagi sesuai dengan ajaran agama Islam dan
juga mengubah pandangan hidup mereka sesuai dengan firman Allah Swt.
Setiap manusia memiliki kewajiban dalam berdakwah baik anak-anak maupun
orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Berdakwah dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung, seperti berdakwah melalui internet,
ceramah dan lain sebagainya. Dalam kegiatan berdakwah, memfokuskan
kepada cara penyampain dakwah sebagai poin terpenting, karena berhasil
tidaknya kegiatan dakwah banyak ditentukan oleh strategi dalam penyampaian
berdakwah tersebut.
Ada satu kota di Jawa Tengah tepatnya yaitu Kota Salatiga yang
menjadi salah satu kota paling toleran dan kota dingin. Kota Salatiga
merupakan kota yang memiliki berbagai macam suku bangsa, baik Jawa,
Sunda maupun orang-orang etnis China atau Tionghoa. Di Kota Salatiga
terdapat juga kampus IAIN Salatiga dan Universitas Setya Wacana (UKSW).
IAIN Salatiga merupakan salah satu kampus yang ikut berperan serta dalam
berdakwah, seperti adanya kajian atau seminar mengenai keislaman.
Hal yang sangat jelas dapat terlihat mengenai dampak dari dakwahnya
sendiri yakni ada beberapa dosen yang menjadi seorang da`i, baik menjadi
da`i di lingkungan masyarakat awam maupun menjadi seorang da`i di tingkat
nasional. Selain itu juga, para mahasiswapun ikut andil dalam berdakwah
seperti tata cara berpakaian dan bersikap sopan santun saat berada di
lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus.
3
Berdakwah dapat dilakukan dimanapun dan dilakukan oleh siapapun
termasuk oleh orang-orang pendatang etnis China atau Tionghoa yang
menjadi muallaf dan sengaja datang ke Indonesia. Awalnya, mereka datang
untuk berdagang, namun akhirnya beberapa dari mereka menjadi muallaf dan
mulai belajar serta tentang Islam. selain itu, di Indonesia juga ada organisasi
khusus yakni Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Organisasi ini telah
tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Makasar,
Palembang, Salatiga dan lain sebagainya.
Organisasi PITI yang berada di Kota Salatiga awalnya diketuai oleh
seorang muslim Tionghoa yang bernama mendiang Alfred L. Kegiatan-
kegiatan PITI di kota Salatiga sendiri yaitu kajian-kajian maupun diskusi
tentang Islam antara anggota. Kegiatan ini biasanya berkumpul di rumah
muslim Tionghoa yang berlokasi di Ledok, Argomulyo Kota Salatiga. Saat ini
perkembangan muslim Tionghoa pada organisasi PITI di Kota Salatiga telah
berkembang dengan cukup pesat terbukti dengan jumlah orang-orangnya
kurang lebih mencapai 60-75 orang.
Berdasarkan penjelasan di atas, telah dijabarkan bukti keberhasilan
dakwah muslim Tionghoa yang berasal dari organisasi PITI di Kota Salatiga,
keberhasilan dakwah ini juga menciptakan saling percaya antar anggota dan
masyarakat. Bahkan dakwah ini telah dilakukan di Kota Salatiga maupun
seluruh Indonesia.
Dengan adanya bukti keberhasilan dakwah muslim Tionghoa ini,
akhirnya menarik rasa keingintahuan peneliti untuk mengetahui dan
4
memahami lebih mendalam tentang keberhasilan dalam berdakwah muslim
Tionghoa. Dengan demikian, peneliti menjadikan muslim Tionghoa ini
sebagai objek penelitian yang difokuskan pada strategi dakwah organisasi
PITI. Pusat penelitian ini berada di Kota Salatiga.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Kota
Salatiga?
2. Bagaimana strategi dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di
Kota Salatiga?
3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses
berdakwah PITI di Kota Salatiga?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang akan dicapai mengenai penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan mengenai keadaan masyarakat muslim tionghoa
khususnya yang mengikuti organisasi PITI di Kota Salatiga.
2. Mendeskripsikan mengenai strategi dakwah organisasi PITI dalam
penyebaran agama Islam di Kota Salatiga.
3. Mendeskripsikan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam proses berdakwah oraganisasi PITI di Kota Salatiga.
Manfaat yang diharapkan dari penulis mengenai penelitian ini adalah
sebagai berikut :
5
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan
ilmu komunikasi dan dakwah dalam bidang teori mengenai strategi
komunikasi dan dakwah.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para dai‘
(komunikator) dalam proses penyampaian dakwah sehingga dapat
lebih efektif dalam melakukan proses berdakwah serta berkomunikasi
kepada para mad‘u (komunikan).
b. Penelitian ini diharapkan mengetahui perkembangan kualitas dan
kuantitas muslim tionghoa yang mengikuti organisasi PITI di Kota
Salatiga.
D. Penegasan Istilah
1. Strategi Dakwah
Strategi berasal dari berasal dari istilah bahasa Yunani, yang aslinya
berarti ―seni sang jendral‖ atau ―kapal sang jendral‖. Pengertian tersebut
diperluas mencakup seni para Laksamana dan Komandan Angkatan
Udara. Dengan demikian, dalam istilah tersebut terkandung makna yang
mencakup situasi kompetitif dalam hal pengaturan dan permainan. Bahkan
kini dikenal adanya istilah ―strategi bermain‖ untuk menunjukkan
pengaturan cara-cara bermain dalam rangka menghadapi dan mengalahkan
lawan bermain (Kustadi, 2014 : 80).
6
Dari persepektif psikologi, strategi dianggap sebagai metode
pengumpulan informasi dan pengorganisasiannya, sehingga bisa menaksir
suatu hipotesis. Dalam proses penentuannya, strategi merupakan proses
berfikir yang mencakup apa yang disebut simultaneous scanning
(pengamatan simultan) dan conservative focusing (pemusatan perhatian).
Maksudnya, strategi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara
terpusat dan hati-hati, sehingga bisa memilih dan memilih tindakan-
tindakan yang lebih efektif untuk mencapai suatu tujuan (Kustadi, 2014 :
81).
Dakwah merupakan bahasa arab berasal dari da‘wah, yang bersumber
pada kata : دعوة –يدعو –دعا (da‘a, yad‘u, da‘watan) yang bermakna
panggilan, seruan, undangan atau do‘a. Abdul Aziz menjelaskan, bahwa
dakwah bisa berarti : (1) memanggil, (2) menyeru, (3) menegaskan atau
membela sesuatu, (4) perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia
kepada sesuatu, dan (5) memohon dan meminta. Dengan demikian,
dakwah adalah upaya memanggil, menyeru, dan mengajak manusia
menuju Allah Swt (Sukayat, 2009 : 1).
Berdakwah dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Berdakwah dapat dilakukan melalui lisan, tulisan atau dalam
bertingkah laku. Jadi strategi dakwah adalah merupakan suatu metode,
siasat, taktik yang dipergunakan dalam aktifitas atau kegiatan dakwah,
yang peranannya sangat menentukan dalam proses pencapaian tujuan dan
keberhasilan dakwah.
7
2. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Organisasi adalah sebuah wadah atau tempat berkumpulnya orang-
orang yang diatur untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan
bersama dan inti dari sebuah organisasi adalah kerja sama (Masan,
2005:47).
Organisasi yang menjadi wadah berkumpulnya muslim Tionghoa,
Tionghoa non muslim dan muslim non Tionghoa adalah Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI). PITI didirikan pada tahun 1961. PITI
merupakan hasil penggabungan dua organisasi Muslim Tionghoa yaitu
Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dan Persatuan Tionghoa Muslim (PTM).
PITI tumbuh dan berkembang dari kota ke kota dan bermunculan cabang-
cabang PITI di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
3. Kota Salatiga
Kota Salatiga adalah salah satu kota kecil yang berada di Provinsi
Jawa Tengah. Kota Salatiga juga biasa disebut dengan Mini Indonesia
karena kota kecil dan unik dengan berbagai macam suku bangsa yang ada.
Selain itu, keberagamaan dan rasa toleransi yang sangat tinggi antara para
masyarakat yang berbeda budaya dan agama di Kota Salatiga. Selain unik,
Kota Salatiga merupakan kota dingin yang berada di bawah lereng gunung
merbabu. Kota Salatiga berbatasan langsung dengan Kota Semarang dan
Kota Surakarta. Selain itu, di Kota Salatiga terdapat alun alun yang berada
di dekat Masjid Darul Amal. Alun-alun itu bernama alun-alun pancasila.
8
Biasanya acara-acara besar diselenggarakan di alun-alun pancasila seperti
bazar, konser, pengajian umum dan lain sebagainya.
Kota Salatiga juga memiliki beberapa perguruan tinggi yaitu
Universitas Setiya Wacana (UKSW), Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, Akademi Kebidanan (AKBID) Ar-rum Salatiga, Akademi
Kebidanan (AKBID) Bhakti Nusantara Salatiga, LPK Amika Dharma
Nusantara dan lain sebagainya. Pembaharuan kota yang semakin lama
semakin meninggkat berhasil menjadikan Kota Salatiga sebagai kota
toleran dan memiliki jalan tol yang bersuasanakan alam yang indah.
Suasana kota salatiga yang sejuk dan dingin memanjakan para wisatawan
asing untuk selalu datang. Selain itu, di Kota Salatiga juga terdapat
perguruan tinggi asing yang mengajarkan bahasa asing seperti Inggris,
Jepang dan Mandarin yang bernama Sekolah Tinggi Bahasa Asing Satya
Wacana.
Jadi Kota Salatiga adalah Mini Indonesia yang merupakan kota
toleran dan unik yang terdapat di negara Indonesia khususnya berada di
Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya
kota Salatiga merupakan mini Indonesia yang memiliki beberapa
penduduk. Salah satu penduduk/masyarakatnya adalah orang-orang
pendatang beretnis China yang menjadi muallaf (muslim Tionghoa),
beberapa muslim Tionghoa ini juga ikut berperan serta dalam aktivitas
dakwah melalui organisasi PITI.
9
E. Kerangka Berfikir
Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses menentukan cara dan
daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi
tertentu untuk mencapai tujuan kepada sasaran dakwah secara optimal. Strategi
berdakwah internal yaitu cara atau taktik yang dipakai melalui akhlakul
karimah. Sementara strategi dakwah eksternal yaitu dengan cara berdialog,
diskusi, ceramah dan lain sebagainya.
Muslim Tionghoa adalah sekumpulan orang-orang China yang
memilih untuk menjadi seorang muallaf, selain itu juga muslim Tionghoa ini
telah lama ada khususnya di Kota Salatiga. Kota Salatiga juga disebut kota
dingin dan kota unik dikarenakan tingkat toleransi antar umat beragama
maupun lain agama dapat saling menghargai dan menghormati satu sama
lainnya, telihat dengan tempat beribadah lain agama yang saling berdekatan.
Muslim Tionghoa ini mendirikan suatu organisasi muslim Tionghoa yaitu
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
Strategi berdakwah pada muslim Tionghoa di Kota Salatiga,
merupakan salah satu upaya dalam rangka penyebaran agama Islam oleh
orang-orang etnis China yang menjadi muslim Tionghoa yang mengikuti
organisasi PITI di Kota Salatiga.
Teori sistem sosial adalah salah satu teori yang terdapat pada
komunikasi organisasi. Teori sistem sosial merupakan suatu cara pendekatan
sosiologi yang memandang setiap komponen sebagai interaksi satu sama
lainnya untuk bertahan hidup. Selain itu, sistem sosial juga bisa didefinisikan
10
sebagai keberagaman individu yang saling berinteraksi satu sama lainnya
sesuai dengan makna dan norma kultural yang telah disepakati bersama dalam
organisasi.
Keberhasilan dalam berdakwahnya dapat terlihat dari respon
masyarakatnya yang telah menerima dakwahnya sendiri, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Seperti halnya masyarakat telah begitu mengenal
orang-orang muslim Tionghoa ini dengan baik dari sikapnya kepada para
masyarakat maupun melalu proses berdakwah dengan menggunakan strategi
dakwah yang menarik dan unik, disampaikan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh masyarakat melalui organisasi PITI. Berikut ini adalah
penjabaran melalui gambar mengenai strategi berdakwah muslim Tionghoa di
Kota Salatiga sebagai berikut:
11
Berdasarkan gambar di atas, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana strategi dakwah pada muslim Tionghoa di Kota
Salatiga melalui organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Salatiga sehingga berhasil mencapai keberhasilan dakwah dengan
menggunakan teori sistem sosial.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami dalam skripsi, peneliti menjelaskan
sistematika penulisan sebagai gambaran umum mengenai skripsi. Adapun
sistematika penulisan sebagai berikut :
1) BAB I Pendahuluan, pada bab ini menerangkan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian (teoritis dan
praktisi), kerangka berfikir dan sistematika penulisan skripsi.
2) BAB II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, pada bab ini menjelaskan
tentang tinjauan pustaka dan landasan teori. Pada penelitian ini
menggunakan landasan teori mengenai definisi Dakwah, Strategi Dakwah,
Teori Sistem Sosial dan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
3) BAB III Metodologi Penelitian, pada bab ini membahas mengenai jenis
penelitian kualitatif, populasi dan sampel, prosedur pengampilan sampel,
alat atau isntrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik
validasi.
4) BAB IV Hasil dan Pembahasan, pada bab ini mencakup tentang penelitian
dan pembahasan yang sifatnya terpadu. Dengan penyajian penelitian
12
mengenai mengenai Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) di Kota Salatiga.
5) BAB V Penutup, pada bab ini berisikan simpulan dan saran
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran dan mengamatan peneliti terhadap beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti menjadikannya
sebagai acuan atau bahan pembelajaran dan tidak menjadikannya sebagai
pengakuan dari karya orang lain, diantaranya adalah sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Ramli (2015) dengan judul “Dakwah
Terhadap Muslim Etnis Tionghoa Di Kota Makassar (Persepektif Sosio-
Antropologis)”. Tesis ini membahas tentang eksistensi muslim etnis Tionghoa
ditinjau dari segi agama dan budaya, aktifitas dakwah dikalangan muslim etnis
Tionghoa dengan persepektif Sosio-Antropologis dan peluang dan tantang
dakwah muslim etnis Tionghoa. Perbedaan dari penelitian peneliti yaitu letak
penelitiannya, dalam penelitian ini berlokasi di Kota Makassar sementara
penelitian peneliti berada di Kota Salatiga. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian peneliti yaitu membahas mengenai eksistensi muslim etnis
Tionghoa dalam aktivasi dakwah, sementara penelitian peneliti mengenai
strategi dakwah PITI. Dan perbedaan lainnya yakni terdapat pada penggunaan
teori-teorinya, untuk penelitian ini menggunakan teori akulturasi, teori
asimilasi, dan teori interaksi simbolik, sementara penelitian peneliti
menggunakan teori unsur-unsur dakwah. Sementara untuk persamaan dengan
penelitian peneliti adalah objek penelitian yakni muslim etnis Tionghoa.
14
Penelitian yang dilakukan oleh Mahyudi (2008) dengan judul Strategi
Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Periode 2005-2006
Dalam Meningkatkan Ibadah Anggota. Skripsi ini membahas tentang strategi
dakwah yang digunakan untuk meningkatkan ibadah anggota mengenai
keislaman yang lebih mendalam dalam organisasi PITI. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian peneliti yaitu membahas mengenai strategi dakwah
untuk anggota PITI, sementara penelitian peneliti tentang strategi berdakwah
pada PITI. Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, sementara penelitian ini
dilaksanakan di Salatiga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti
adalah orang-orang muslim Tionghoa yang ikut berperan dalam organisasi
PITI.
Penelitian yang dilakukan oleh Tommy Febrizky (2010) dengan judul
Islam dan Tionghoa (Studi Startegi Pengembangan Masyarakat Islam
Tionghoa Pada Lembaga Pembina Iman Tauhid Islam D/H Perhimpunan
Islam Tionghoa Indonesia (PITI) DI Yogyakarta). Skripsi ini membahas
tentang Lembaga Pembinaan Iman Tauhid PITI terhadap pengembangan
masyarakat melalui pendekatan berbasis etnisitas-keagamaan. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah letak penelitiannya, dalam
penelitian ini berlokasi di Yogyakarta sementara penelitian peneliti berokasi di
Salatiga. Selain itu, penelitian ini membahas mengenai Lembaga Pembinaan
Iman Tauhid PITI, sementara penelitian peneliti membahas mengenai strategi
berdakwah PITI. Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah objek
15
penelitian yang merupakan kelompok muslim etnis Tinghoa dan penelitian ini
juga dilakukan dengan cara penelitian lapangan.
Penelitian ini dilakukan oleh Abdi Sahrial Harahap (2012) dengan judul
Dinamika Gerakan Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Medan Sumatra Utara. Jurnal ini membahas mengenai gerakan dakwah yang
dilakukan oleh muslim-muslim Tionghoa yang disebut juga PITI dalam
rangka memperkenalkan ajaran Islam dan merancang program-program
dakwah Islam dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian peneliti adalah letak penelitiannya, untuk penelitian ini berlokasi di
Medan Sumatra Utara sementara penelitian peneliti berlokasi di Salatiga Jawa
Tengah. Selain itu, penelitian ini membahas tentang gerakan dakwah
sementara penelitian peneliti membahas mengenai strategi berdakwah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah objek penelitiannya
yaitu muslim etnis Tionghoa.
Penelitian ini dilakukan oleh Zakiyatul Fahiror (2016) dengan judul
Pelaksanaan Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Banyumas. Skripsi ini membahas tentang tujuan didirikannya oraganisasi PITI
khususnya yang berada di Banyumas. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian peneliti yakni terdapat pada lokasi penelitian, penelitian ini
berlokasi di Banyumas sementara penelitian peneliti terletak di Salatiga.
Perbedaan lainnya yakni dalam pembahasan penelitian ini mengenai tujuan
PITI sementara penelitian peneliti membahas mengenai strategi berdakwah
PITI. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah objek
16
penelitiannya yakni orang-orang muslim Tionghoa yang juga ikut dalam
organisasi PITI.
Berdasarkan dari kelima penelitian yang telah dilakukan di atas, terdapat
kesamaan dan beberapa perbedaan. Kesamaan pada penelitian terdahulu
dengan penelitian adalah objek penelitian yaitu muslim Tionghoa pada
organisasi PITI. Perbedaan penelitian terdahulu berfokus pada dakwah
terhadap muslim tionghoa, strategi dakwah anggota PITI, strategi
pengembangan masyarakat islam PITI, dinamika gerakan dakwah PITI dan
pelaksaan dakwah PITI. Penelitian ini lebih menekankan pada strategi
berdakwah PITI di Salatiga. Dari kelima penelitian di atas dijadikan sebagai
ajuan dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
B. Landasan Teori
1. Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa arab dalam bentuk lafinitif
(masdar) dari kata kerja ( يدعو -دعا ): da`aa (دعا) yad`uu ( يدعو) da`watun
,memiliki berbagai macam makna atau arti (دعوة) Kata dakwah .(دعوة )
yaitu: Pertama, memanggil, seperti ungkapan dalam bahasa Arab “da`a
fulan fula`nan” (seseorang memanggil seseorang). Kedua, memohon
tentang sesuatu, seperti dalam ungkapan „da`a fulan min fulanan‟. Ketiga,
menyeru kepada suatu jalan untuk diikuti atau untuk dihindari, baik jalan
tersebut benar atau salah (Masduki, 2018: 1-3).
Dakwah secara terminologi diungkapkan secara langsung oleh
Allah Swt dalam ayat al-Quran. Kata dakwah di dalam al-Qur`an
17
diungkapkan sekitar 198 kali yang tersebar dalam ayat 55 surat (176 ayat).
Kata dakwah oleh al-Qur`an digunakan secara umum. Artinya, Allah
masih menggunakan istilah da`wah il Allah (dakwah Islam) tabligh, amar
ma`ruf dan nahi munkar, mau`idzhoh hasanah, tabsyir, washiyah,
tarbiyah, ta`lim, dan khotbah (Syamsuddin, 2016: 7).
Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian dakwah yang
telah didefinisikan oleh para ahli tersebut adalah: Pertama, ajakan ke jalan
Allah Swt. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan
untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah Swt. Keempat,
sasaran bisa secara fardiyah atau jama`ah (Ilaihi, 2010: 15). Berdasarkan
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah memberikan
seruan atau ajakan kepada objek dakwah (mad`u) dalam hal kebaikan
menuju jalan Allah dengan berlandaskan al-Qur`an dan hadis.
Dakwah tampil sebagai aktivitas yang membebaskan, meneguhan
spiritual, dan menjadi penawar kegundahan batin manusia. Pertama,
dakwah adalah menyampaikan. Tugas seorang juru dakwah adalah
menyampaikan QS. Yasin (36): 17 dan memehami bahwa dakwah sangat
erat hubungannya dengan hidayah. Kedua, dakwah bukan memaksa dan
menguasai. Islam melarang memaksa mereka untuk memasuku agama
Islam. Ayat Al-Qur‘an yang melarang paksaan dalam menganut agama itu
adalah turun sebelum Surat Al-Bar‘aah (At-Taubat), di mana disyari‘atkan
memungut pajak (jizyah). Maka paksaan dalam menganut agama itu
adalah terlarang secara mutlak (Abduh 1991:16). Ketiga, dakwah bukan
18
mencela agama lain. Kegiatan dakwah atau misi tidak boleh dipenuhi
dengan sindiran, sarkasme, cacian dan makian atas umat lain agama atau
agama orang lain itu sendir dan tidak menyerupai penyebaran kebencian
yang mengumbar umpatan dan olok-olok atas pihak luar. Keempat,
berdakwah dengan visi dan misi dan yang jelas. Dakwah mempersuasi
manusia kepada al-khayr, mewujudkan al-Ma‘ruf, dan mencegaah
kemungkaran agar tercipta masyarakat yang muflihun penuh dengna al-
Falah dalam kehidupan dunia dan akhirat (Yahya, 2016: 96).
Aktivitas mendakwahkan agama Islam—selanjutnya disebut
dakwah—semakin berkembang di hampir semua lapisan masyarakat. Hal
itu disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan ruhani masyarakat yang
senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan jasmani
atau duniawi mereka (Bahroni, 2016: 120). Dakwah dapat dilakukan oleh
siapa saja dan menjadi kewajiban bagi setiap umat manusia, kewajiban
berdakwah bersifat dua jenis yaitu sebagai berikut:
Pertama, dakwah bersifat individu (dirinya sendiri), berarti bahwa
berdakwah dengan segenap kemampuan serta kekuatannya sendiri. Hal ini
sesuai dengan perintah Rasulullah Saw:
عت رسول اهلل صلى اهلل عن أب سعيد اخلدري رضي اهلل عنو قال : س
عليو وسلم ي قول : من رأى منكم منكرا ف لي غي ره بيده, فإن ل يستطع
فبلسانو, فإن ل يستطع فبقلبو وذلك أضعف اإليان
19
Artinya: Dari Abu Sa`id Al Khudri ra. berkata : Saya mendengar
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka
(tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman (Riwayat Muslim).
Berdasarkan penjelasan hadist di atas, dakwah dilakukan dengan
beberapa tahap. Tahap pertama dengan tanganya maksudnya yaitu
berdakwah dengan menggunakan kemampuan diri sendiri. Tahap kedua
dengan lisan, maksudnya yaitu dengan memberikan nasehat melalui lisan
(perkataan) dengan lemah lembut. Tahap ketiga tolaklah dengan hatinya,
berarti dengan cara mendoakan.
Kedua, dakwah bersifat kelompok. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam Surah Ali Imron, ayat 104:
ة يدعون إل اخلي ويأمرون باملعروف وي ن هون عن ولتكن منكم أم
(401)وأولئك ىم المفلحون ج المنكر
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma`ruf dan mencegah yang munkar; mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S Ali Imran [3]: 104).
Pada penjelasan ayat di atas, mengandung beberapa pengertian
mengenai dakwah seperti menyeru dan menyeruh diri sendiri dan orang
lain atau kepada kelompokmu kepada yang baik (ma‘rūf) dan mencegah
kepada hal-hal yang buruk dan kemungkaran, dan orang-orang yang
mengerjakan dakwah merupakan orang-orang beruntung, berarti bahwa
orang-orang tersebut merupakan orang-orang yang berhati mulia dan telah
diberi hidayah untuk mau bersikap dan berprilaku baik kepada orang lain.
20
Pada perspektif ilmu sosial, dakwah berperan serta secara optimal
dalam hal perubahan sikap dan karakter masyarakat, hal ini terbukti
dengan adanya perbedaan masyarakat yang telah mendapatkan hidayah
dari dakwah dan masyarakat yang belum mendapatkan dakwah.
Kenyataan kongkrit dapat terlihat jelas yakni masyarakat yang mau
menerima kritikan dan masukan yang membangun, serta pemberdayaan
masyarakat yang berhasil maju dengan terbukti adanya masyarakat yang
mandiri tanpa terlalu ketergantungan dengan lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan secara seksama, agar dakwah
dapat terlaksanaka dengan baik, yaitu sebagai berikut :
a) Dakwah kerapkali dipahami sebagai pesan yang datang dari luar.
Dalam hal ini menjelaskan bahwa seseorang atau beberapa orang itu
mau mendengarkan nasihat/dakwah dari orang asing yang tidak terkait
dengan dirinya dan tidak mengetahui serta ikut merasakan apa
kesulitan yang ia alami.
b) Dakwah kerapkali dipahami dan diartikan sekedar ceramah dalam arti
sempit. Pemahaman ini telah terjadi dan menjadi hal yang umum dan
lumrah, namun hal ini sebenarnya kurang tepat sebab pemaknaan
dakwah sendiri telah terjadi penciutan, sehingga dalam pelaksanaan
dakwahnya hal-hal yang dibahas hanya bersifat kerohanian saja.
c) Saat ini masyarakat yang dijadikan sebagai sasaran dakwah sering
dianggap sebagai masyarakat vacum. Padahal tantangan dakwah saat
ini dihadapkan dengan satu setting masyarakat dengan bergaman
21
budaya atau disebut dengan masyarakat multikultural. Perubahan pada
masyarakat yang berkembang dengan cepatnya dengan berbagai
macam konflik, tatanan kehidupannya, teknologis dan keterbukaan
sikap masyarakat.
d) Telah menjadi kewajibana setiap manusia untuk menyampaikan
dakwah atau nasihat yang baik kepada orang lain, sedangkan masalah
akhirnya (pemberian hidayah) semuanya sepenuhnya berada atas
kehendak Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt :
ر )24( لست عليهم بصيطر )22( ا أنت م ذك ر إن فذك
Artinya : ―Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya
kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka‖ (Q.S al-
Ghaasyiah: 21-22).
Tujuan dakwah pada umumnya adalah mengubah prilaku dan
tingkah laku atau aqidah seseorang yang menjadi sasaran dakwah agar
menajadi pribadi yang lebih baik yang mau menerima dan mengamalkan
ajaran dan syariat Islam berlandaskan Al-Qur`an dan Hadist, baik pada
kehidupan sehari-hari antara sesama manusia baik masalah pribadi,
keluarga, dan dengan orang lain agar kehidupannya mendapatkankan
keberkahan, mendaptkan kebaikan dunia dan akhirat serta terbebas dari
azab dan menjadikan orang-orang yang berbudi luhur serta berakhlaq al-
karimah.
Tujuan dakwah berdasarkan dari objek dakwahnya adalah sebagai
berikut:
22
a) Tujuan dakwah pada diri manusia, yaitu adanya rasa beragama. Berarti
bahwa manusia itu memiliki keinginan untuk memeluk suatu agama
tertentu. Sementara penyebaran dan penanaman agama ke dalam diri
manusia telah ada sejak masa Rasulullah Saw dan hal ini juga menjadi
tujuan dakwah. Tujuan dakwah pada diri manusia yakni menjadikan
manusia agar berakhlak mulia, mengikuti perintah-Nya, menjauhi
larangan-Nya, dan menegakkan prinsip amar ma`ruf nahi munkar.
b) Tujuan dakwah pada keluarga. Keluarga adalah penentu pertama
seseorang dalam mempengaruhi dan pembentukan karakter terhadap
kepribadiannya. Dakwah diperuntukkan untuk keluarga dalam rangka
membiasakan kehidupan beragama sebagai bagian dari dirinya seperti
anak kandungnya dalam rangka mengarungi kehidupan di dunia ini.
Oleh sebab itu maka, agama seorang anak itu dipengaruhi oleh kedua
orang tuanya, sebab kedua orang tuanyalah yang menjadi seseorang
anak itu Majusi, Nasrani atau menjadikan seseorang anak itu menjadi
muslim.
c) Tujuan dakwah untuk masyarakat. Dakwah ini bertujuan untuk
mempengaruhi, memperbaiki, dan memperbaharui masyarakat menjadi
masyarakat yang memiliki konsep Islam dalam tatanan kehidupannya
serta memiliki rasa persaudaraan, toleransi, keadilan dan kejujuran
sehingga terciptalah kesejahteraan sosial pada masyarakat.
23
Unsur-unsur dakwah merupakan hal-hal penting yang terkaitan
dengan proses aktivitas dakwah. Unsur-unsur dakwah yaitu sebagai
berikut:
a) Subjek Dakwah.
Subjek dakwah adalah seseorang yang melaksanakan aktivitas dan
tugas-tugas dakwah, orang itu disebut da`i atau mubaliq. Saat
melaksanakan dakwahnya, da`i melakukannya baik secara lisan
maupun tulisan ataupun melalui dari tingkah laku dan kepribadian
yang baik dalam bersikap kepada orang lain.
Da‘i (اعى merupakan bahasa Arab sebagai isim fa‘il dari akar (الد
kata : يدعو –دعا yang berarti seorang laki-laki sebagai subjek atau
pelaku dalam menegakkan dakwah. Sedangkan untuk perempuan lazim
digunakan istilah ―da‘iyah‖ (Sukayat, 2009 : 25). Terlebih dahulu bagi
seseorang da`i atau da`iyah harus mengetahui bahwa dirinya sendiri
sebagai subjek dakwah. Artinya, sebelum dia mulai berdakwah, dia
harus mengetahui tugas-tugas seorang da`i, modal dan bekal yang
harus dia miliki, serta akhlak yang harus dimilikinya.
b) Sasaran Dakwah
Sasaran dakwah adalah orang-orang yang dituju sebagai objek
dakwah atau disebut dengan mad`u. Orang-orang yang menjadi
sasaran dakwah sendiri merupakan orang-orang dari berbagai
kalangan dan umur. Dengan demikian, seorang da`i harus mampu
24
beradaptasi dan menempatkan dirinya terhadap sasaran dakwah
sehingga dakwahnya dapat berhasil. Secara umum sasaran dakwah
adalah seluruh manusia, sementara untuk objek dakwah sendiri dapat
ditinjau dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:
1) Aspek usia : anak-anak, remaja dan orang tua
2) Aspek kelamin : laki-laki dan perempuan
3) Aspek agama : Islam, kafir dan non muslim
4) Aspek sosiologis : masyarakat desa, masyarakat kota,
masyarakat terpencil dan masyarakat
marjinal
5) Aspek struktural
kelembagaan
: priyayi, abangan dan santri
6) Aspek ekonomi : kaya, penengah dan miskin
7) Aspek pekerjaan : petani, guru, buruh, peternak, pedagang,
pelayan, nelayan dll
8) Aspek khusus : golongan masyarakat tuna rungu, tuna
netra, tuna wicara, tuna wisma, tuna
susila
9) Aspek komunitas : seniman musik, lukis, tari dan lain-lain.
Pada prinsipnya, objek dakwah terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Objek material; ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran Islam
(dalam Al-Qur`an dan Sunnah), sejarah ajaran Islam (hasil ijtihad
dan realisasinya dalam sistem pengetahuan, teknologi, sosial
25
hukum, ekonomi, pendidikan dan kemasyarakatan, politik dan
kelembagaan Islam).
b) Objek formal; ilmu dakwah adalah mengkaji salah satu sisi objek
formal yang dihadapi umat. Hal-hal yang dipandang bersifat
doktrinal atau konseptual dinyatakan secara empirik yang
hasilnya dapat dirasakan oleh umat manusia sebagai rahmat Islam
dijagat raya (rahmatan lil alamin) (Syamsudin, 2016: 13-14).
c) Materi Dakwah.
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da`i
kepada objek dakwah, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut
dalam Al-Qur`an dan Hadis (Syamsuddin, 2016: 14). Secara umum
pesan dakwah terbagi menjadi tiga hal yaitu sebagai berikut:
1) Pesan Akidah, meliputi rukun iman kepada Allah yaitu pertama
Iman kepada Allah, kedua iman kepada malaikat-malaikat Allah,
ketiga iman kepada rasul-rasul Allah, keempat iman kepada kitab-
kitab-Nya, kelima iman kepada hari kiamat dan keenam iman
kepada qadha dan qadhar.
2) Pesan Syariah, meliputi hal-hal mengenai fiqih dan rukun Islam
seperti ibadah thaharoh (bersuci), shalat, zakat, puasa, haji,
mu`amalah (jual beli) dan lain sebagainya.
3) Pesan Akhlak, meliputi akhlak terhadap Allah, akhlak kepada diri
sendiri dan sesama manusia (tetangga, keluarga, masyarakat lain)
dan akhlak terhadap flora dan fauna.
26
Sebelum berdakwah hendaknya seorang da`i mengkaji objek
dakwah dan menentukan strategi dakwah sehingga nantinya
menemukan materi dakwah yang sesuai untuk mad`u.
d) Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan dakwah
kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun
masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini, dan
diamalkan (Syamsuddin, 2016: 14). Sesuai dengan Firman Allah pada
Surah An-Nahl ayat 125:
ة ن لس ا ة ظ وع م ل ة وا م لك ا ربك ب ل ي ب س لى إ دع ا و ل ي ب س ن ع ل ض بن م ل ع أ و ى ربك ن إ ج ن س ح أ ي ى لت ا م ب ل د ا وج
) 4 2 1 ( ن ي د ت ه م ل ا م ب ل ع أ و وى
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S
An-Nahl: 125).
Berdasarkan ayat diatas, dapat diambil kesimpulan mengenai dasar-
dasar dakwah atau cara berdakwah adalah sebagai berikut:
1) Pertama, dengan al-hikmah (bijaksana), yaitu sikap bijaksana
dalam hal perkataan, perbuatan dan tingkah laku yang
mengandung asas musyawarah, mufakaat, keseimbangan dan
manfaat serta dapat membedakan antara yang hak dan batil.
27
2) Kedua, al-mau`izah al-hasanah (pelajaran yang baik), yaitu suatu
usaha dan upaya dalam mengambil pelajaran-pelajaran yang
berharga serta baik untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain
melalui kisah-kisah orang lain, para nabi, rasul dan pemimpin-
pemimpinnya.
3) Ketiga, al-mujadalah (dialog dengan cara yang baik pula), yaitu
suatu usaha dalam menyelesaikan suatu permasalahan baik
prasangka-prasangka negatif maupun kesalahpahaman antar satu
orang dengan lainnya dengan cara berdialog atau berdebat untuk
menemukan titik tengah dan jalan keluar secara bersama-bersama.
Adapun sumber-sumber metode dakwah yang telah diketahui
adalah sebagai berikut:
1) al-Qur`an. al-Qur`an merupakan kitab suci umat Islam diseluruh
dunia. Di dalam al-qur`an sendiri membahas mengenai hukum-
hukum, tatanan dalam kehidupan dan cerita-cerita yang telah lalu
dan yang akan datang. Dalam berdakwah Al-Qur`an menjadi salah
satu landasan penting dalam aktivitas dakwah.
2) Sunnah Rasul. Sunnah rasul yang telah diketahui yaitu hadist-
hadist. Dalam berdakwah hadist-hadist ini berkaitan tentang
dakwah dan juga sejarah hidup dan perjuangan serta cara-cara
Rasulullah SAW dalam berdakwah. Sunah rasul ini menjadi
metode-metode dakwah yang telah beliau terapkan dalam proses
dakwah beliau dari Makkah dan Madinah.
28
3) Sejarah hidup para sahabat dan fuqaha. Dalam sejarah kehidupan
para sahabat-sahabat dan para fuqaha menjadi salah satu contoh
baik yang sangat berguna bagi juru dakwah. Sebab mereka telah
menjadi teladan dan mereka juga orang perpengalaman serta
perpengaruh dalam bidang agama. Seperti Muadz bin Jabal dan
para sahabatnya menjadi contoh sebagai panutana dalam
pelaksanaan misi dakwah.
4) Pengalaman. Experience is the best teacher, kalimat ini telah tidak
asing sebab pengalaman menjadikan orang-orang untuk jadi
pribadi yang lebih baik. Bagi juru dakwah pengalamannya dalam
bergaul kepada orang lain baik hanya satu oang maupun beberapa
orang bisa menjadikannya sebagai reference saat berdakwah.
e) Media Dakwah (Wasilah)
Secara semantik media adalah segala sesuatu yang dijadikan
sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian media
dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan (Syamsuddin,
2016: 305). Alat-alat yang digunakan sebagai media dakwah terbagi
menjadi lima, yaitu sebagai berikut :
1) Lisan, media ini adalah media yang paling sederhana yang dapat
dilakukan oleh siapa saja menggunakan lidah dan suara. Contoh
media ini seperti ceramah, pidato, penyuluhan, persentasi dan lain
sebagainya.
29
2) Tulisan, media ini yaitu buah pemikiran seseorang yang
disampaikan melalui tulisan agar dapat mudah dipahami. Contoh
media ini adalah majalah, koran, spanduk, dan lain sebagainya.
3) Lukisan, gambaran, karikatur adalah media yang menghasilkan
karya seni yang menghasilkan sebuah objek dengan maksud dan
tujuan tertentu.
4) Audio visual, merupakan media yang digunakan untuk merangsang
pendengaran atau penglihatan. Seperti televisi, internet, slide dan
lain sebagainya.
5) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan atau prilaku nyata seseorang
dalam mencerminkan ajaran Islam yang dapat dilihat, didengarkan,
ditiru sebagai contoh oleh mad`u.
f) Efek Dakwah (Atsar)
Atsar (efek) sering disebut dengan feedback (umpan balik) dari
proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi
perhatian para da`i (Syamsuddin, 2016: 318). Efek dakwah juga bisa
diartikan sebagai reaksi dakwah yang ditimbulkan dari aksi dakwah,
reaksi dakwah biasanya terlihat melalui prilaku mad`u. Selain itu, efek
dakwah terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Efek kognitif, yaitu efek yang terjadi disebabkan karena adanya
hal-hal yang diketahui, dipahami dan dipersepsi oleh
mad`u/khalayak. Efek ini berkaitan dengan kepercayaan,
keterampilan dan tranmisis informasi.
30
2) Efek afektif, yaitu efek yang terjadi disebabkan karena adanya hal-
hal yang dibenci, disenangi dan dirasakan oleh mad`u/khalayak.
Efek ini berkaitan dengan segala emosi, nilai dan sikap mad`u
sendiri.
3) Efek behavioral, yaitu efek yang dapat terlihat dan diamati dengan
nyata melalui prilaku, tindakan, kegiatan atau kebiasaan.
2. Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani: strategia yang berarti
kepemimpinan atas pasukan atau seni memimpin pasukan. Kata strategia
bersumber dari kata strategos yang berkembang dari kata stratos (tentara)
dan kata agein (memimpin). Istilah strategi dipakai dalam konteks militer
sejak zaman kejayaan Yunani-Romawi sampai masa awal industrialisasi
(Arifin, 2011: 227). Strategi adalah suatu kesatuan rencana yang
menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan (Suhadang, 2014: 101).
Dari penjelasan di atas, di dalam strategi terdapat beberapa hal
penting yaitu sebagai berikut:
a. Strategi merupakan suatu rencana, taktik atau langkah-langkah dalam
mencapai tujuan tertentu, baik tujuan jangka panjang, pendek dan
menengah.
b. Pencapaian keberhasilan strategi perlu adanya sasaran-sasaran,
maksudnya yaitu keinginan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
tujuan atau juga bisa disebut dengan target. Dalam pencapaian
31
sasaran-sasaran ini juga diperlukan adanya tiga hal yaitu visi, misi
dan tujuan-tujuan.
c. Di dalam strategi perlu adanya analisis terhadap lingkungan sekitar,
baik secara internal (dalam) maupun eksternal (luar). Dari analisis
tersebut nantinya akan didapatkan kelemahan dan kekuatan untuk
pencapaian tujuan.
d. Adanya rancangan yang mantang pada strategi guna menjamin
keberhasilan untuk mencapai tujuan dan sasarannya.
e. Pengampilan keputusan dalam pelaksanaan strategi secara tepat dan
terarah untuk mencapai tujuan tertentu.
f. Strategi yang telah direalisasikan, maksudnya yaitu strategi yang
telah berhasil dalam pencapain tujuannya, namun pada strategi ini
juga mengalami perubahan keseluruhan pada implementasikannya
dengan cara menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dilapangan
dalam mencapai tujuannya.
Setiap orang atau lembaga tertentu pasti memiliki satu atau
beberapa tujuan yang hendak dicapainya, guna memperoleh arah dan
menyatukan gerakan suatu lembaga atau seseorang itu sendiri. Tujuan
yang akan dicapai biasanya tujuan dan target untuk menjadi lebih baik dari
pada sebelumnya. Dalam proses pencapaian tujuan diperlukan tatanan,
arahan atau rancangan yang efektif dan efesien sehingga untuk
mengurangi dampak negatif (biaya atau resiko) yang akan ditimbulkan.
32
Adapun fungsi pertama dalam pelaksaan strategi adalah
perencanaan. Dengan adanya perencanaan yang matang nantinya akan
akan memberikan hasil yang baik, dalam perencanaan ini juga
mempertimbangkan fakta dan data yang dihadapinya. Maka dari hasil
pertimbangan terhadap fakta dan data maka dapat diambil beberapa
persoalan-persoalan yaitu sebagai berikut:
a. What (Apa)? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan apa
rencananya. Artinya untuk mencapai tujuan tertentu yang hendak
dicapai.
b. Why (Mengapa) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan apa
sebabnya. Artinya mencapai suatu tujuan tertentu diperlukan mencari
inti penyebab suatu permasalahan tersebut.
c. Who (Siapa) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan siapa
pelaku yang akan melaksanakan. Artinya untuk melaksanakan suatu
rencana diperlukan seseorang sebagai pelaku pelaksana rencana
tersebut.
d. Where (Dimana) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan
dimana tempat operasinya. Artinya untuk melaksanakan suatu
rencana diperlukan lokasi atau tempat yang akan dipergunakan.
e. When (Kapan) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan
kapan waktunya. Artinya untuk melaksanakan suatu rencana
diperlukan waktu pelaksaan yang tepat dan sesuai.
33
f. How (Bagaimana) ? pertanyaan ini menanyakan mengenai persoalan
bagaimana cara. Artinya dalam pelaksaan rencana diperlukan cara
atau langkah-langkah terbaik yang akan dilaksanakaan (dijalankan).
Adapun fungsi kedua dalam pelaksanaan strategi adalah
implementasi strategi. Dalam hal ini tahapan selanjutnya yang dilakukan
setelah tahap perencanaan, pada tahapan ini para pelaku pelaksana strategi
mengaplikasikannya dalam kegiatan secara langsung, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam berinteraksi kepada sesama manusia.
Fungsi ketiga dalam pelaksanaan strategi adalah evaluasi strategi.
Pada tahapan terakhir ini, dilakukan evaluasi melalui peninjauan faktor-
faktor eksternal dan internal terhadap prilaku yang telah dilakukan
terhadap tahap dua, sehingga dengan begitu ditemukannya strategi yang
tak efektif dalam aktifitas implementasinya. Dan membandingankan hasil
yang akan dicapai dengan kenyaataan yang didapatkan, sehingga untuk
kedepannya adanya kritik dan saran yang membangun.
Strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning)
dan managemen dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai
tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara teknik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kata
bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung
pada situasi dan kondisi (Mahmuddin, 2013: 103). Dengan demikian maka
strategi dakwah adalah suatu taktik, cara dan langkah-langkah yang
34
dipakai dalam aktivitas dakwah dengan berlandaskan Al-Qur`an dan
Hadist.
Langkah-langkah yang dicapai dalam perencanaan strategi dakwah
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan yang jelas sehingga nantinya akan terlihat jelas sasaran-
sasaran dakwahnya.
b. Pokok permasalahan yang menjadi kendala utama dalam dakwah.
c. Penentuan rumusan isi dakwah yang sesuai dengan rencana dakwah.
d. Adanya pengaplikasian pelaksaan dakwah dengan rencana-rencana
yang telah disusun dengan sedemikian rupa.
e. Langkah terakhir yakni evaluasi kegiatan dakwah yang telah
berlangsung.
Pelaksanaan strategi dakwah yang digunakan dalam usaha dakwah
memperhatikan beberapa azaz dakwah yaitu sebagai berikut:
a. Azaz Filosofis: azas ini membahas mengenai permasalahan yang erat
hubungannya dengan tujuan-tujuan dalam aktivitas dakwah.
b. Azas Kemampuan dan keahlihan Da`i: azas ini membahas mengenai
kemampuan dan keahlihan seorang da`i yang harus dimiliki dan
dikuasai dalam menghadapi mad`u.
c. Azas Sosiologis: azas ini membahas mengenai permasalahan yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi mad`u.
d. Azas Psychologis: azas ini membahas mengenai kejiwaan manusia.
Hal ini berarti seorang da`i merupakan manusia yang memiliki
35
kejiwaan atau karakter yang berbeda dengan mad`u atau da`i lainnya.
Sehingga seorang da`i harus mampu mempengaruhi mad`u melalui
asas ini sehingga dapat membentuk karakter mad`u untuk bersikap
lebih baik dari sebelumnya.
e. Azas Efektif dan Efisien: azas ini membahas mengenai aktivitas
dakwah dengan cara menyeimbangkan antara waktu, biaya maupun
tenaga dengan menghasilakan hasil akhir sebaik mungkin.
Terdapat dua strategi dakwah yang perlu dikedepankan meliputi
strategi internal-personal dan strategi ekternal-institusional. Strategi yang
pertama menekankan pada pembangunan atau peningkatan kualitas
kehidupan individu, dan strategi yang kedua menekankan pada
pembangunan struktur organisasi masyarakat. Idealnya kedua strategi ini
berjalan beriringan dan bersifat komplementer (Setiawan, 2010: 171).
3. Muslim Tionghoa
Suku Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang
asal usul leluhurnya mereka berasal dari Tiongkok (China). Biasanya
mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang
(Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka
disebut Thongnyin (Hanzi: 唐人, ―orang Tang‖) atau lazim disebut Huaren
(Hanzi Tradisional: 華人; Hanzi Sederhana : 华人). Disebut Tangren
dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia
mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut diri mereka
36
sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri
mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pingin: Hanren, ―orang
Han‖). (diolah dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia, pada
pukul 15.58 WIB).
Ibadah umat muslim sendiri terbagi menjadi dua, yaitu : ibadah
wajib dan sunnah. Ibadah wajib yaitu shalat fardhu (subuh, dzuhur, ashar,
magrib dan isya), puasa ramadhan, membayar zakat, naik haji bila mampu
dan lain sebagainya. Sementara untuk ibadah sunnah yaitu shalat tahiyatul
masjid, shalat dhuha, shalat rawatib, shalat tahajud, shalat istikhoroh,
shalat hajat, shalat mutlaq, shalat tobat dan shalat tasbih, serta puasa-puasa
sunah seperti, puasa senin kamis, puasa syawal, puasa rajab dan lain
sebagainya.
Jadi, yang dimaksud dengan muslim adalah orang-orang yang
memilih memeluk agama Islam, menjalankan syariatnya dengan
berlandaskan Al-Qur`an dan Hadist.
Suku Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang
asal usul leluhurnya mereka berasal dari Tiongkok (China). Biasanya
mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang
(Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka
disebut Thongnyin (Hanzi: 唐人, ―orang Tang‖) atau lazim disebut Huaren
(Hanzi Tradisional: 華人; Hanzi Sederhana : 华人). Disebut Tangren
dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia
mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut diri mereka
37
sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri
mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pingin: Hanren, ―orang
Han‖). (diolah dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia, pada
pukul 15.58 WIB).
Leluhur orang-orang Tionghoa dulu datang ke Indonesia dengan
cara bermigrasi secara bergelombang pada ribuan tahun yang lalu melalui
kegiatan perdagangan/perniagaan. Bahkan dalam catatan sejarah
Indonesia, mencatat dan menjelaskan mengenai Tiongkok telah
berhubungan erat dengan kerajaan-kerjaan kuno di Nusantara seperti
dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Karena sebab hubungan erat
inilah sehingga menimbulkan keberhasilan perdagangan dan lalu lintas
barang maupun manusia ke Tiongkok berjalan dengan lancar dan baik atau
sebaliknya, justru ini hal ini terus berlanjut hingga saat ini.
Secara historis, Tionghoa muslim di Indonesia (khususnya di Jawa)
sesunguhnya bukan merupakan fenomena baru. Bahkan menurut Dr.
Onghokham, istilah "peranakan" pada awalnya berati "Tionghoa yang
menjadi Islam". Belakangan barulah berubah arti yakni, kami yang "lahir
di sini" untuk membedakannya dengan "singkek‖ atau ―totok", yakni
pendatang baru. Kesultanan Demak Bintoro menurut Prof. Slamet
Mulyana, didirikan oleh sebut saja Djien Soen (Adipati Yunus/Pati Unus),
Toeng Kha Lo (Sultan Trenggana), Moek Ming (Sunan Prawoto). Mereka
ini segenerasi dengan Laksamana Sam Po Khong alias Tjeng Hoo, yang
terdampar dan mendirikan sebuah masjid di Semarang (diolah dari
38
http://pitiyogyakarta.com/index.php/artikel/61-dakwah-islam-di-kalangan-
etnis-tionghoa, pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 01.30 WIB).
Etnis Tionghoa yang masuk agama Islam mulanya melalui proses
asimilasi, kemudian menjadi pembaharuan dan terkahir masuk Islam
karena dorongan iman dan keinginan dari diri sendiri. Karena sesama
muslim merupakan saudara, maka dengan adanya etnis Tionghoa yang
masuk Islam diharapkan bisa menjadi jurang pemisah antara pri dan non
pri (istilah sebutan untuk orang-orang etnis Tionghoa) yang ada di
Indonesia atau disebut juga dengan muslim Tionghoa.
Perbedaan muslim Tionghoa dengan muslim lainnya adalah
terletak pada etnis/sukunya. Mayoritas muslim di Indonesia bersuku Jawa,
Sunda, Batak, Komering dan lain-lain. Sementara untuk muslim Tionghoa
sendiri beretnis China. Selain dari itu, mayoritas muslim Indonesia sendiri
merupakan muslim bawaan dari kedua orang tuanya, namun untuk orang-
orang etnis China (Muslim Tionghoa) sendiri merupakan kaum minoritas
muslim. Kumpulan orang-orang muslim Tionghoa ini akhirnya
membentuk sebuah organisasi sebagai wadah mempersatu yang disebut
dengan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
4. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang
berhierarki secara jenjang dan memiliki sistem pembagian tugas untuk
mencapai tujuan tertentu (Bungin, 2006: 277). Organisasi merupakan
suatu sistem yang memiliki keinginan untuk mencapai suatu tujuan
39
tertentu dan memiliki struktur formal maupun informal. Organisasi juga
suatu struktur hubungan manusia dengan jumlah anggota kelompok yang
lebih banyak dan membuat norma-norma yang dipatuhi oleh semua
anggota organisasi.
Menurut Arni (2014: 29), organisasi memiliki karakteristik umum.
Di antara karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis, memperlukan
informasi, mempunyai tujuan dan struktur.
a. Dinamis
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka yang terus menerus
mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi sosial
lingkungan sebagai bentuk penyesuaian diri. Faktor pertama penyebab
sifat dinamis adalah perubahan ekonomi dalam lingkungannya. Semua
organisasi membutuhkan ekonomi sebagai sumber keuangan untuk
melaksanakan aktivitasnya. Oleh karena itu, kondisi ekonomi sangat
berpengaruh pada kehidupan organisasi.
Faktor kedua penyebab sifat dinamis adalah perubahan pasaran.
Perubahan pasar pada organisasi berarti produksi dan pelayanan.
Contoh : bila tenaga guru tidak banyak lagi dibutuhkan oleh sekolah-
sekolah maka lembaga pendidikan guru harus mengurangi menerima
calon guru yang akan dihasilkannya (Arni, 2014 : 29). Faktor ketiga
penyebab organisasi dinamis adalah perubahan teknologi. Perubahan
teknologi yang terjadi pada masyarakat akan memberikan pengaruh
pada organisasi. Contohnya : banyaknya penggunaan tenaga mesin
40
sebagai alat produksi yang baru sehingga dapat menghemat biaya dan
tenaga, maka organisasi bisa menggunakan teknologi tersebut secara
efesien.
b. Memperlukan Informasi
Semua organisasi memperlukan informasi untuk keberhasilan.
Dengan adanya informasi bahan mentah dapat di olah menjadi bahan
hasil produksi yang bisa di manfaatkan oleh manusia. Begitu juga
sebaliknya, jika tidak ada informasi sehingga mengakibatkan suatu
organisasi dapat macet atau mati. Informasi di dapatkan melalui proses
komunikasi. Tanpa adanya komunikasi informasi tidak mungkin di
dapatkan. Oleh karena itu, komunikasi memegang peranan penting
organisasi baik dari dalam organisasi itu sendiri maupun dari luar
organisasi.
c. Mempunyai Tujuan
Semua organisasi biasanya suatu kelompok besar yang memiliki
struktur keorganisasian dan memiliki tujuan tertentu yang jelas. Tujuan
satu organisasi dengan organisasi lainnya belum tentu sama karena
organisasi itu memiliki visi misi yang berbeda-beda dan target yang
berbedapula. Tujuan organisasi hedaknya dihayati oleh seluruh
anggota organisasi sehingga diharapkan dapat mendukung dan
kesuksesan organisasi tersebut melalui partisipasi anggota organisasi.
41
d. Terstruktur
Untuk mencapai tujuan organisasi biasanya di buat peraturan-
peraturan, undangan-undang dan hirerki hubungan dalam organisasi,
hal ini disebut juga dengan struktur organisasi. Tiap organisasi
memiliki satu struktur. Struktur organisasi juga membagi prosedur
kerja dan mengkhususkan tugas baik pemimpin maupun anggota
organisasi.
Menurut Sendjaja (2002: 4.8), organisasi yang baik berorientasi
untuk mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki
empat fungsi organisasi, yaitu: fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan
integratif.
a. Fungsi Informatif, yaitu fungsi organisasi sebagai sistem proses
informasi (information-processing system). Maksudnya seluruh
anggota organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
baik, tepat waktu dan lebih baik.
b. Fungsi Regulatif, yaitu fungsi organisasi yang berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku di dalam organisasi.
c. Fungsi Persuasif, yaitu fungsi organisasi sebagai bentuk pimpinan
mempersuasi bawahannya tanpa memberikan perintah.
d. Fungsi Integratif, yaitu fungsi yang menyediakan saluran untuk
anggota sehingga dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik.
42
Organisasi PITI ini diresmikan pada tanggal 14 April 1961. Salah
satu tujuan organisasi PITI sendiri yaitu menjadikan organisasi dakwah,
baik antara sesama orang-orang Tionghoa maupun orang-orang Indonesia.
Organisasi PITI sendiri telah tersebar luas diseluruh Indonesia, seperti
Jakarta, Palembang, Makassar, Salatiga dan lain sebagainya. Dakwah
muslim Tionghoa melalui organisasi PITI dengan menggunakan dua cara,
yaitu sebagai berikut :
a. Dakwah Kultural.
Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang disesuaikan dengan
kultur lingkungan sekitarnya atau disebut dengan Islam kultural.
Dakwah kultural ada sebagai upaya dalam penanaman nilai-nilai Islam
kedalam kebudayaan masyarakat lokal yang telah ada. Dakwah
kultural ini ada untuk memahami nilai-nilai pada norma-norma
masyarakat, aktivitas dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Dalam
penggunaan dakwah ini, PITI ikut berbahur dan memahami kebutuhan
masyarakat tanpa sepenuhnya merubah kebudayaan masyarakat
dengan cara memadukan budaya Tionghoa dengan budaya masyarakat
Indonesia. Contoh masjid Cheng Hoo yang berada di Palembang,
Semarang, Jawa Timur dan lain sebagainya.
b. Dakwah Praktis
Dakwah praktis adalah pelaksanaan dakwah melalui aktivitas
dakwah secara mudah atau praktis tanpa mempersulit diri sendiri
ataupun orang lain. Dalam penggunaan dakwah praktis ini, PITI
43
menggunakan beberapa metode dakwah seperti metode al-mujadalah
(dialog), metode al-hikmah (bijaksana) dan metode al-mau`izah al-
hasanah (pelajaran yang baik).
Berdasarkan penjelasan di atas, Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) Salatiga adalah organisasi Islam yang menyebarkan
dakwah Islam dan memperkuat Ukhwuah Islamiyah antar sesama muslim
baik muslim Tionghoa maupun muslim Indonesia.
5. Teori Sistem Sosial
Teori sisem sosial pertama kali diperkenalkan oleh Talcott Parsons.
Konsep sistem sosial merupakan konsep relasional sebagai pengganti
konsep eksistensional perilaku sosial. Konsep struktur sosial digunakan
untuk analisis yang abstrak, sedangkan konsep sistem sosial merupakan
alat analisis realistis sosial sehingga sistem sosial menjadi suatu model
analisis terhadap organisasi sosial (Riva`i, 2016 : 184).
Teori ini memandang bahwa organisasi sebagai keterkaitan dengan
bermacam-macam komponen serta saling ketergantungan satu sama
lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Peranan teori ini adalah sebagai
koordinasi dalam menjalankan peran dan berhubungan dengan bagian-
bagian lainnya dalam organisasi. Teori ini terbagi menjadi empat yaitu
sebagai berikut :
a. Organisasi Sebagai Suatu Sistem Sosial
Pendekatan sistem sosial terhadap tingkah laku organisasi adalah
suatu persepektif yang komprehemsif, multidimensional, dan deskriptif
44
mengenai organisasi. Teori sistem berkembang sebagai suatu alat
untuk menguraikan sifat-sifat dan pola-pola yang menjadikan
organisasi terjadi (Arni, 2014 : 47). Teori sistem pada umumnya telah
di terima sebagai bentuk menguraikan tingkah laku organisasi dengan
mendeskripsikan pengembangan, struktur serta pemeliharaan
organisasi manusia.
b. Teori Sistem Umum Organisasi
Teori sistem yang umum mengatakan bahwa organisasi sebagai
suatu set bagian-bagian yang kompleks yang saling berhubungan dan
berinteraksi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu
berubah agar dapat mencapai tujuannya. Beberapa komponen kunci
yang membangun organisasi adalah individu yang menjadi anggota
organisasi, struktur dan kelompok fungsional, teknologi dan
perlengkapan organisasi (Arni, 2014 : 47).
Organisasi adalah sebuah sistem. Tiap sistem pada organisasi
mengambil input dan ouput. Pengambilan sumber atau input dari
lingkungan kemudian di proses kembali lalu di keluarkan atau output
terhadap lingkungannya. Kombinasi dan koordinasi pada aktivitas
semua komponen organisasi sehingga berhasil menciptakan suatu
tambahan energi dan mentransformasikan bahan mentah menjadi
produk akhir yang bermanfaat dan menguntungkan. Sehingga bisa di
pahami bahwa sistem atau organisasi mentransformasikan bahan
mentah (masukan) dari lingkungan lalu menjadi output yang membawa
45
organisasi untuk mencapai tujuannya sesuai dengan gambar di bawah
ini:
Lingkungan
Proses internal
Masukan Keluaran
Batas Batas
Sistem
Gambar 2. Model Sistem Transformasi
c. Keterbukaan Relatif dari Sistem
Lingkungan sistem memainkan peranannya terhadap kedua fungsi
sistem yaitu memberikan sistem materi mentah yanag akan diproses
lalu menciptakan pasaran dan menyalurkan output sistem. Keterbukaan
sistem menunjukkan pada sikap terbuka organisasi untuk menerima
masukan dan mendengarkan lingkungannya. Tiap sistem dipengaruh
dan saling mempengaruhi terhadap lingkungannya. Suatu organisasi
tidaklah baik jika terlalu bersikap terbuka atau tertutup terhadap
lingkungan sekitarnya dalam memberikan dan menyampaikan suatu
informasi. Keterbukaan antar anggota maupun pimpinan dalam
46
organisasi diperlukan untuk menunjakan keberhasilan dalam mencapai
tujuan organisasi.
d. Menekankan Kepada Integrasi Fungsi
Teori sistem secara fungsional mengarahkan untuk mencapai
penyelesaian tujuan-tujuan sistem. Elemen kunci dari teori sistem
adalah penekanan kepada integritas fungsional dari unit-unit sistem
dalam menyelesaikan aktivitas organisasi. Ada empat implikasi penting
dari teori sistem ini untuk analisis organisasi dan komunikasi
organisasi. Yang pertama, saling tergantung dan saling berhubungan
satu sama lainnya. Agar organisasi dapat berjalan dengan baik maka
diperlukannya koordinasi dengan menggunakan komunikasi.
Kedua, keterbukaan; implikasinya bahwa organisasi harus hati-hati
terhadap perubahan lingkungan, karena lingkungan dapat menghambat
aktivitas organisasi, anggota organisasi harus berkomunikasi secara
aktif dengan wakil organisasi yang relevan di dalam kedua lingkungan
sistem untuk menetapkan hakikat hambatan yang mempengaruhi
aktivitas organisasi. Ketiga, bentuk analisis yang bersifat sangat kecil
dan sangat besar, implikasinya bahwa ada banyak tingkat organisasi
dalam suatu organisasi. Untuk memahami organisasi kita harus
menginterpretasikan pekerjaan dalam sistem (mikrofis) dan saling
berhubungan organisasi dengan lingkungannya (makrofis). Teori sistem
mengidentifikasi pengaruh luar dari organisasi. Teori ini menunjukkan
pentingnya saluran internal dan eksternal dari komunikasi organisasi.
47
Keempat, penyesuaian dan pembaharuan organisasi. Organisasi
tidaklah merupakan kesatuan yang bersifat statis. Organisasi harus
fleksibel dan dapat menerima secara terus menerus pembaharuan untuk
menghadapi hambatan perubahan dari lingkungan sistem. Saluran
komunikasi eksternal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
relevan dari lingkungan untuk memberi informasi anggota organisasi
tentang kebutuhan pembaharuan. Saluran komunikasi ekternal juga
dapat digunakan untuk memberi informasi dan pengaruh organisasi
yang relevan dalam lingkungan sistem (Arni, 2014: 53-54).
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkn
fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,
teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
generalisasi (Anggito, 2018: 8).
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spradley dinamakan ―social situation‖ atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai
objek peneliti yang ingin difahami secara lebih mendalam ―apa yang terjadi‖
di dalamnya. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini peneliti dapat
mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang
akan ada pada tempat (place) tertentu (Wijaya, 2018: 9).
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan
deskriptif adalah metode penelitian yang mengungkapkan atau mengambarkan
kejadian atau fenomena, variabel dan keadaan objek penelitian berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Peneliti mengkaji lebih
49
mendalam terhadap objek penelitian dengan cara terlibat langsung untuk
mendapatkan relevansi terhadap data terkait.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Jalan Argomulyo No. 18a, Ledok
Kecamatan Argomulyo. Waktu penelitian ini adalah pada akhir bulan April
sampai pertengahan bulan Agustus 2019.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara langsung
dari sumber aslinya, baik melalui wawancara, pendapat dari individu atau
kelompok (orang) maupun hasil observasi. Jadi data primer pada
penelitian ini adalah wawancara ketua Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) Jawa Tengah, wawancara ketua PITI Salatiga, dan
anggota PITI Salatiga.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui
media perantara atau secara tidak langsung seperti buku, catatan, bukti
yang telah ada, atau lain sebagainya. Jadi data sekunder pada penelitian ini
adalah bukti dokumentasi kegiatan muslim Tionghoa, dokumentasi
wawancara, buku dan catatan terkait.
50
D. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan prosedur pengumpulan data dengan teknik-
teknik pengumpulan data sebagai suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluan penelitian melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah
laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Rukajat,
2018: 75). Observasi ini dilakukan pada organisasi Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI), pengamatan ini berfokus pada strategi
berdakwah orang-orang PITI dan faktor pendukung dan penghambat
dalam proses dakwah di kota Salatiga.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
pertanyaan secara lisan kepada responden terutama untuk responden yang
tidak dapat membaca-menulis atau sejenis pertanyaan yang memperlukan
penjelasan dari pewawancara (Fitrah, 2017: 66). Wawancara pada
penelitian ini mengambil narasumber utama yaitu ketua PITI Jawa
Tengah, ketua PITI Salatiga dan anggota PITI Salatiga.
3. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi dari
lembaga sebagai bukti fisik dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.
51
Dokumentasi dalam penelitian ini mengacu pada kegiatan-kegiatan PITI,
foto-foto dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian di kota Salatiga.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki
nilai sosial, akademik dan ilmiah. Tahap analisis data dalam penelitian
kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1. Reduksi data, yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan;
2. Penyajian data (display data) dilakukan dengan menggunakan bentuk teks
naratif
3. Penarikan kesimpulan serta verifikasi.
Berdasarkan paparan diatas, yang dimaksud dengan reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi dijelaskan dibawah
yakni sebagai berikut:
1. Tahap Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,
memfokuskan, mengembangkan, dan mengorganisasikan data dalam satu
cara, dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverivikasi (Muri,
2016: 408). Dari penelitian ini, objek penelitian selaku narasumber,
masyarakat Salatiga.
52
2. Tahap Penyajian Data (Display Data)
Setelah melakukan reduksi data, selanjutnya peneliti akan melakukan
penyajian data. Display dalam konteks ini adalah kumpulan informasi
yang telah tersusun yang membolehkan penarikan kesimpulan sehari-hari
atau dalam interaksi sosial masyarakat terasing, maupun lingkungan
belajar di sekolah atau data display surat kabar sangat berbeda atara satu
dengan yang lainnya (Muri, 2016: 408-409). Dalam penelitian ini
menggunakan model penyajian data dengan teks yang bersifat naratif.
3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Tahap ini adalah penarikan kesimpulan dari proses reduksi dan penyajian
data yang bersifat sementara, yang berarti bahwa data yang diperoleh
masih dapat berubah setelah ditemukan bukti-bukti lain yang lebih kuat.
Tahapan penarikan dan verifikasi data dilakukan setelah melakukan
reduksi data dan penyajian data. Antara reduksi data dan display data
saling behubungan timbal balik (Muri, 2016 : 409). Selanjutnya peneliti
akan menyesuaikan data yang telah didapatkan kepada para objek
penelitian (narasumber) terkait. Proses ini akan memberikan keakuratan
dan ketepatan data dalam penelitian yang dilakukan.
F. Teknik Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Suatu data dikatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antar data yang dilaporkan peneliti dengan
53
data yang sesungguhnya. Ada dua macam validitas penelitian, yaitu validitas
internal dan eksternal (Rifai, 2019: 65).
Teknik validitas data penting dilakukan untuk mengukur tingkat
keabsahan data sehingga menghasilkan penelitian yang terpercaya dan
terjaminnya keakuratan data. Tingkat keabsahan data akan ditentukan oleh
empat faktor, yaitu:
1. Derajat kepercayaan (credibility),
2. Keteralihan (transferability),
3. Ketergantungan (dependebility), dan
4. Kepastian (comfirmability) (Fadillah, 2016: 122).
Manipulasi data akan berakibat keabsahan data juga berkurang kadar
keilmihannya, untuk itu maka diperlukannya kejujuran dari peneliti sendiri.
Pelaksanaan teknik validasi data penelitian ini didasari dengan menggunakan
credibility (kepercayaan). Untuk menguji tingkat kebenaran dan kepercayaan
penelitian ini, maka peneliti melakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai
berikut:
a. Meningkatkan ketekunan
Ketekunan dalam proses pengambilan data secara teliti dan sistematis
b. Menggunakan referensi
Penggunaan referensi sebagai bahan pendukung dalam pengambilan data
oleh peneliti.
54
c. Perpanjangan waktu penelitian
Perpanjangan waktu penelitian dapat diartikan sebagai cara peneliti
dalam mencari data dengan kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
melakukan wawancara dengan nara sumber, baik yang pernah ditemui
maupun belum pernah ditemui. Dengan adanya perpanjangan waktu
penelitian ini, berhasil menciptakan hubungan baik dan keakraban antara
peneliti dan nara sumber, sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan.
d. Melaksanakan triangulasi data
Triangulasi adalah recheck dan cross check informasi dan data yang
diperoleh dari lapangan dengan informan lain untuk memahami
kompleksitas fenomena sosial ke sebuah esensi yang sederhana
(Endraswara, 2006: 110). Triangulasi meliputi empat hal, yaitu: triangulasi
metode, triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan
kelompok), triangulasi sumber data, dan triangulasi teori (Anggito,
2018:232). Adapun penjelasan dari keempat triangulasi tersebut adalah
sebagai berikut (Rahardjo 2010:2):
1) Triangulasi Metode. Jenis triangulasi ini membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif
peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survey. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang
utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
55
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan
yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh
dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.
2) Triangulasi Antar-Peneliti. Jenis triangulasi ini menggunakan lebih
dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk
memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali
dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu
harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari
konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan
melahirkan bias baru dari triangulasi.
3) Triangulasi Sumber Data. Jenis triangulasi ini menggali kebenaran
informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa
menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen
tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan
pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan
menghasilkan bukti atau data yang berbeda, selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai
fenomena yang diteliti.
4) Triangulasi Teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk
56
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
Penelitian ini menggunakan dua triangulasi yaitu triangulasi sumber data
dan metode. Triangulasi sumber data dipakai ketika peneliti meragukan data
dari satu sumber maka peneliti mencari sumber informant lainnya. Sementara
triangulasi metode merupakan triangulasi yang dipakai dengan menggunakan
beberapa metode seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga
hasil penelitian dapat terpercaya kebenarannya.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Subjek Penelitian
Kota Salatiga atau dalam bahasa Jawa disebut juga dengan Kutha
Salatiga, kota ini merupakan kota yang berada di provinsi Jawa Tengah
yang sepenuhnya berbatasan langsung dengan kabupaten Semarang. Kota
Salatiga terletak 49 kilometer di sebelah selatan Kota Semarang dan 52
kilometer di sebelah utara Kota Surakarta, serta menjadi kota penghubung
antara Semarang dan Surakarta.
Gambar 3. Peta Kota Salatiga
Secara geografis kota Salatiga terletak diantara 1100.27` dan
56,81`` sampai 1100.32` dan 4,64`` Bujur Timur (BT) dan 0070.17`
sampai 0070 dan 17`.23 Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian mencapai
450 sampai 825 dpl dari permukaan air laut dengan luas wilayah kota
Salatiga sekitar 56,78 km2. Kota Salatiga berada didaerah cekungan, kaki
58
Gunung Merbabu gunung-gunung kecil yang mengelilinginya diantaranya
yakni Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Adapaun batas-batas
wilayah kota Salatiga adalah sebagai berikut:
a) Sebelah utara berbatasan langsung dengan kecamatan Pabelan: Desa
Pabelan dan Desa Pejaten dan kecamatan Tuntang: Desa Kesongo dan
Dewa Watu Agung
b) Sebelah Timur berbatasan langsung dengan kecamatan Pabelan: Desa
Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa Glawan dan Kecamatan
Tengaran: Desa Bener, Desa Tegalwaton dan Desa Nyamat
c) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan kecamatan Getasan: Desa
Sumogawe, Desa Sa-mirono, Desa Jetak dan kecamatan Tengaran:
Desa Patemon, dan Desa Karang Duren.
d) Sebelah barat berbatasan langsung dengan kecamatan Tuntang: Desa
Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten, Desa Gedangan dan kecamatan
Getasan: desa Polobogo
Kota Salatiga beriklim tropis, sejuk dan udaranya segar. Kota salatiga
merupakan kota kecil yang biasa disebut dengan mini Indonesia. Dikota
Salatiga juga terdapat beberapa perguruan tinggi, baik yang umum
maupun swasta. Oarang-orang yang tinggal di Salatiga cenderung bersikap
toleransi meskipun berbeda agama dan kebudayaan. Semboyan kota
Salatiga adalah ―HATI BERIMAN‖ yang berhasil ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Kodya Tingkat II Salatiga Nomor 10 pada tahun 1993.
Adapun kepanjangan dari semboyan Hati Beriman adalah sebagai berikut:
59
a) SEHAT : kesehatan jasmani, rohani dan lingkungan;
b) TERTIB : kesadaran sosial dan disiplin;
c) BERSIH : kondisi kehidupan yang bersih secara fisik atau psikis;
d) INDAH : keindahan alam
e) AMAN : keamanan lingkungan pemukiman, kerja dan umum
Etnis china datang ke Salatiga sebagai imigran atau sebagai
pengungsi kemudian bersama-sama berjuang melawan Kompeni, lalu oleh
pemerintah Hindia Belanda status mereka disejajarkan dengan orang kulit
putih – yang berarti menjadi lebih tinggi dari masyarakat Jawa (pribumi) –
sampai akhirnya keduanya sama-sama merasa sebagai warga Salatiga
seperti sekarang ini (Supangat, 2017: 1-2). Pada pesebaran muslim
Tionghoa di Salatiga memang tidak banyak, kebanyakan dari mereka
merupakan generasi peranakan Tionghoa yang berasal dari kota-kota di
Indonesia. Beberapa orang dari mereka merupakan muslim Tionghoa yang
menetap di Salatiga, mereka merupakan perantauan yang kebanyak berasal
dari kota di Pulau Jawa dan ada yang berasal dari Sumatra.
Secara umum keberadaan muslim Tionghoa di kota Salatiga tidak
terlalu mencolok hal ini terbukti dengan jumlah muslim Tionghoa yang
berjumlah kurang lebih 50 sampai 75 orang saja. Penyebab muslim
Tionghoa tidak terlalu mencolok disebabkan juga karena mereka dapat
berbaur dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Keberadaan muslim
Tionghoa di kota Salatiga dapat terlihat dengan adanya organisasi PITI
Salatiga yang diprakarsai oleh Iskandar Chang Ho dan mendiang Alfred L
60
dan Yedi Efriyadi. Awalnya PITI Salatiga berasal dari PITI Semarang, lalu
mendiringan PITI sendiri di kota Salatiga pada tahun 2010. Ketua PITI
Salatiga pertama adalah mendiang Alfred L, PITI Salatiga berdiri sesuai
dengan anggaran dasar dan pergantian pengurus setiap empat tahun sekali.
Visi PITI sesuai dengan anggaran dasar tahun 2005, yaitu
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil `alamin (Islam sebagai rahmat
bagi sekalian alam) dan melaksanakan amar makruf nahi munkar. Misi
PITI adalah sebagai berikut :
a) Pelaksanaakan amar makruf nahi munkar dan terwujudnya Islam
sebagai Rahmatan Lil‗alamin melalui dakwah Islamiyah baik bil-lisan
maupun bil-hal‘
b) Mencapai terlaksananya amar makruf nahi munkar dan terwujudnya
Islam sebagai Rahmatan Lil‗alamin melalui kegiatan-kegiatan di
bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
c) Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak berbagai unsur
kemasyarakatan untuk tercapainya upaya-upaya sebagaimana pada
nomor 1 dan 2.
PITI Salatiga dibentuk setelah PITI Semarang. PITI Salatiga
didukung oleh unsur Muslim Tionghoa, Muslim non-Tionghoa, dan
Tionghoa non-muslim di Salatiga. PITI adalah organisasi kemasyarakatan
Islam yang bersifat independen berdasarkan pancasila dan memiliki tiga
landasan yaitu pertama, landasan akidah adalah al-Qur‘an dan hadits.
61
Ketiga, landasan strategis pendekatan adalah proaktif-partisipasi. Ketiga,
landasan operasional adalah sebagai berikut :
a) Firman Allah pada Q.S Al-Hujarat ayat 13
ج يا أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا
(41) بي إن اهلل عليم خ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulian di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal‖ (Q.S Al-Hujurat : 13).
b) Hadits Nabi Muhammad Saw yang menyatakan tidak ada bedanya
Arab dan bukan Arab kecuali takwanya.
c) Konsep Islam sebagai Rahmatan Lil ‗Alamin (rahmat bagi sekalian
umat).
d) Prinsip Islam mengenai kebebasan manusia dari rasdiskriminasi.
2. Temuan Penelitian
Fokus penelitian ini mengarah kepada organisasi Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) yang berada di Kota Salatiga. Penelitian ini
membahas mengenai bagaimana keadaan organisasi PITI dan bagaimana
strategi berdakwah pada muslim Tionghoa. Setelah melakukan penelitian
dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi
berikut ini adalah hasil wawancara dan observasi yang telah didapatkan
62
sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui Keadaan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di
Salatiga
Bukti keberadaan muslim Tionghoa di Salatiga adalah dengan
adanya organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di
Salatiga juga terdapat ketua PITI Jawa Tengah yang kebetulan tinggal
di Salatiga.
“...ada, saya kan kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya,
Persatuan Islam Tionghoa Jawa Tengah. Di salatiga itu dulu ketuanya adalah Pak Alfret almarhum” (Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).
“Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, dulu kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi sekarang saya sudah tidak aktif” (Wawancara Y.E, 23 Mei
2019 pukul 11.10 WIB).
“Ya ada dan saya ikut, tapi kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak Iskandar ya” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul
19.06 WIB).
Pusat pelaksanaan kegiatan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) Salatiga bertempat di rumah Bapak Iskandar yang beralamatkan
di Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga dengan jumlah
anggota PITI sekitar 50 sampai 75 orang.
“Ehm mungkin antara 50 sampai 75 ya, di IAIN aja ada dua ya,
saya dan yedi. Dan untuk tempat kumpulnya biasanya di rumah saya” (Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).
“Untuk kumpul kegiatan PITI itu biasanya di rumahnya Pak
Iskandar ya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).
63
“Ya itu mbak untuk pusat kegiatan PITI sendiri ada di
rumahnya Pak Iskandar di Ledok, kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
PITI Salatiga kelanjutan dari PITI Nasional, PITI berdiri kira-
kira sekitar tahun 2010.pada saat itu pak alfret menjadi ketua piti nya.
Berdirinya PITI mengikuti anggaran dasar. Setiap empat tahun adanya
pergantian pengurus, disebabkan kekurangan anggota dan pengurus
sehingga menyebabkan berlarut sehingga berjalan terus.
Keberadaan organisasi PITI di Salatiga juga menjadi bentuk
kegiatan-kegiatan dalam aktivitas dakwah antara sesama muslim
Tionghoa maupun muslim di Salatiga. Kegiatan-kegiatan dakwah PITI
seperti silaturahmi, diskusi, saat bulan ramdhan tiba ada kegiatan dari
stasiun TV yaitu acara liputan missing cheng ho dan juga buka
bersama.
“Kegiatannya selain dakwah ya silaturahim, kadang-kadang
ada pertemuan yang sifatnya diskusi dulu sih kalau sekarang ya ketuanya udah meninggal jadi agak vakum sedikit, biasanya kita
ada romadhon gini ya itu ada kegiatan dari stasiun TV biasanya akan meliput kegiatan missing cheng ho, jadi kita kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu buka bersama gitu”
(Wawancara I.C.H, 27 April 2019 pukul 13.30 WIB).
Selain silaturahmi, diskusi dan buka bersama terdapat juga
kajian-kajian keIslaman antar sesama muslim Tionghoa dalam
organisasi PITI.
“Ya kalau kegiatan PITI itu seperti silahturahmi, diskusi dan adanya kajian-kajian keIslaman” (Wawancara Y.E, 23 Mei
2019 pukul 11.10 WIB). “Ya kegiatan PITI itu sendiri ya kayak kajian-kajian keIslaman,
buka bersama atau diskusi, yang jelas ya kegiatannya itu sesuai
64
dengan misi PITI sendiri” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul
19.06 WIB).
b. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) di Kota Salatiga.
Metode dakwah PITI menggunakan berbagai cara sesuai dengan
pola di masyarakat.
“Dakwah PITI kita ya mengikuti pola yang ada di masyarakat kalau pas kita ada forum diskusi ya kita mengikuti pola diskusi,
kalau pengajian umum ya kita menyampaikan dalam konteks pengajian umum” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
Metode dakwah PITI menggunakan beberapa tahapan
diantaranya mengenalkan Islam kepada orang-orang yang mulai tertarik
dengan Islam.
“Jadi begini tahapan-tahapan dakwah PITI. Ketika mereka
ingin mengenal islam, ya mereka ikut suatu pengajianlah. Nah awalnya kita mengenalkan Allah kepada mereka, terus terang yang membedakan agama satu dengan agama lainnya itu
khususnya tentang ketuhanan setelah mereka paham dan yakin lalu kita baru mengarakan mereka untuk mengucapkan dua
kalimat syahadat. Disisi lainnya metode dakwah PITI itu menyesuaikan dengan kebutuhan objek dakwahnya ya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).
Dakwah PITI Salatiga menggunakan berbagai macam cara,
salah satunya adalah dengan metode kajian-kajian dan umumnya
anggota PITI yang ikut terlibat serta terjun langsung ke masyarakat.
“Metodenya macem-macem sih, metode kita kalau kajian-kajian
pada umumnya PITI itu menyerahkan anggota-anggota di wilayah masing-masing untuk terjun langsung ke wilayah mereka misalnya masjid disekitar rumah dia, terkadang kita
mengumpulkan menjadi satu untuk komunitas kita sendiri itu biasanya ada pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari
besar misalnya hari raya qurban ya” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
65
Dakwah muslim Tionghoa selain dari masyarakat umum juga
berdakwah dengan orang-orang terdekatnya seperti keluarga maupun
temannya sendiri dan anggota PITI. Sasaran dakwah muslim
Tionghoa Salatiga meliputi semua kalangan, baik dari masyarakat
umum maupun masyarakat awam.
“Ya untuk objek dakwah PITI sendiri itu umumnya masyarakat umum tapi khususnya anggota PITI sendiri, masyarakat sekitar
kita atau keluarga” (Wawancara Y.Y, 23 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
“Untuk objek dakwah PITI sendiri itu ya biasanya semua orang,
mulai dari keluarga, masyarakat umum, Tionghoa-non muslim dan lain sebagainya” (Wawancara Y.E, 19 Agustus 2019 pukul
11.00 WIB).
Objek dakwah PITI selain untuk keluarga juga untuk semua
kalangan, baik untuk masyarakat awam maupun lain sebagainya.
“...objek dakwah PITI itu untuk semua kalangan, mulai dari
masyarakat awam, nara pidana, buruh dan lain sebagainya” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
Sementara itu untuk anggota PITI Salatiga kegiatan dakwahnya
adalah dengan cara mempererat tali silahturahmi antar sesama
manusia dan mengajak sholat berjamaah di masjid.
“Kegiatan dakwah saya itu ya seperti mempererat tali silaturahmi antar sesama muslim maupun non muslim, nah
kalau dimasyarakat sendiri saya biasanya mengajak mereka untuk sholat berjamaah di masjid” (Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
Keaktifan anggota PITI Salatiga terlihat dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan keIslaman seperti mengkaji
tafsir dan mengkaji kitab.
“Kayak disini di pondok ya, pagi kajian kitab kita ya kajian
kitab kita mengikuti semua pola itu, kalau pagi setiap subuh
66
untuk mahasiswa kita itu ya mengaji tafsir kita ya mengikuti
juga pola itu jadi semua pola itu kita pakai dalam mengembangkan agama Islam di tengah-tengah Persatuan Islam Tionghoa yang dia menjadi penyuluh agama atau dia
menjadi da‟i atau dia menjadi penyampai risalah” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
Namun masih ada anggota PITI yang kurang aktif dalam
kegiatan-kegiatan PITI, akan tetapi kegiatan PITI yang telah diikuti
seperti kajian-kajian Islam dan silahturahmi.
“Ya saat ini saya tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut kegiatan PITI diajak pak iskandar dan pak alfred seperti kajian-
kajian Islam, silahturahmi, dan lain sebagainya” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.00 WIB).
c. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Dakwah PITI di
Kota Salatiga.
Faktor pendukung dakwah PITI adalah keaktifan anggota dan
ikut terlibat dalam proses berdakwah.
“Faktor pendukung dakwah PITI sendiri itu ya yang jelas jika anggotanya mau aktif dan ikut berperan serta dalam dakwah”
(Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019 pukul 19.06 WIB).
Faktor pendukung dakwah PITI lainnya adalah generasi ketiga
muslim Tionghoa yang telah mendapatkan pendidikan mengenai
Islam dari kecil seperti anak muslim pada umumnya dan saat dewasa
nanti telah siap menyampaikan risalah Islam.
“Faktor pendukung banyak kalau sekarang generasi orang-
orang yang ada di PITI itu digenerasi ketiga itu rata-rata mereka sudah all in semua, sudah siap siap semua karena kenapa karena kakeknya mungkin muslim , ayahnya muslim
cucunya dari ayanya ini kan sudah muslim sejak kecil dia pasti sudah menikmati pendidikan seperti layaknya orang-orang
Islam kayak anak-anak sayalah , anak-anak saya itukan mau tidak mau dia pasti di sekolah Islam pasti dari kecil dia sudah belajar tentang agama Islam mulai dari baca Qura‟an , mulai
67
dari kajian-kajian agama dia pasti sudah belajar . jadi otomatis
pada saat dia dewasa dia menyampaikan risalah Islam itu bekal dia sudah cukup. Di generasi kedua ini beda-beda, generasi kedua yang sifatnya dia hanya sifatnya hanya ibadah
saja , menyampaikan apa yang dia bisa , ada di generasi kedua dia juga ikut menuntut ilmu baik itu formal maupuan non
formal . ketika dia menuntut ilmu otomatis dia memiliki banyak bekal. Baik itu dalam menyampaikan dalam metode penyampaian maupun yang disampaikan . dua-duanya bisa klik
gitu. Nah ini bisa tematis yang disampaikan, yang ketiga misalhkan dilakangan para wanita, ini juga hampir sama
sudah memiliki tataran pendidikan yang cukup sehingga dia bisa menyampaikan jauh lebih baik dibandingan dengan bisa menyampaikan jauh lebih baik dibandingan dengan yang lain-
lain” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
Selain itu, faktor pendukung dakwah PITI bisa melalui media
sosial (youtube).
“Nah kalau faktor pendukungnya itu bisa juga melalui media sosial seperti youtube. Anda bisa lihat di channel youtube
syariah, nah di situ dakwah PITI yang telah saya lakukan dengan gaya penyampaian saya yang santai” (Wawancara Y.E, 19 Oktober 2019 pukul 10.30 WIB).
Sementara hambatan aktivitas dakwah pada organisasi PITI
adalah kurangnya kesadaran anggota untuk ikut aktif dalam kegiatan-
kegiatan PITI dan kurangnya keinginan orang-orang Tionghoa untuk
memeluk agama Islam.
“Ya kalau hambatan pasti adalah mbak, hambatannya itu ya seperti anggota PITI yang sulit ikut acara kumpul, nah karena
hal itu juga kan bisa penyebabkan aktivitas dakwah PITI sendiri jadi terhambat. Hambatan lainnya itu ya gak semua orang-
orang China itu mau masuk Islam karena ya pemikiran orang-orang China itu bagaimana bisa mendapatkan uang yang berlimpah. Jadi banyak tuh orang-orang China yang berganti-
ganti keyakinan karena untuk apa, ya untuk memperkaya dirinya sendiri. Nah misal ni ya, dia menganut agama Kristen
terus kok dia masih belum kaya ya dia bakalan pindah keyakinan sampai dia bisa mendapatkan keyakinan yang berhasil membuat dia kaya” (Wawancara Y.Y, 24 Juli 2019
pukul 19.06 WIB).
68
“Hambatan dakwah PITI sendiri itu disebabkan kurangnya aktif
anggota PITI, ya seperti saya ini yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut PITI” (Wawancara Y.E, 23 Mei 2019 pukul 11.10 WIB).
Selain karena tidak aktifnya anggota PITI terdapat pula dua
kendala lainnya seperti pemahaman masyarakat yang beranggapan
bahwa muallaf Tionghoa itu telah paham betul tentang Islam dan
pengucapan lafal bahasa arab.
“Kendala dakwah satu kadang-kadang di PITI yang baru-baru terutama itu orang-orangnya inikan keilmuannyakan belum pas
dan belum cukup aman tapi oleh publik dia sudah dianggap sebagai orang yang mumpuni gitu dalam bidang keagamaan
padahal dia hanya share tentang kehidupan dia tentang beragama seperti apa begitu ya. Dia menyampaikan apa yang dia bisa belum betul-betul memahami secara betul-betul
kondisi Islam sendiri itu seperti apa , itu kendala pertama. Kendala yang kedua ya itu ya dalam pengucapan lahfal bahasa
arab mungkin ya masihan dan ada yang kurang pas makhrajnya dan lain sebagainya seperti itu saya kira” (Wawancara I.C.H, 20 Agustus 2019 pukul 15.59 WIB).
B. Pembahasan
1. Mengetahui Keadaan Muslim Tionghoa di Kota Salatiga.
Bukti keberadaan muslim Tionghoa di Kota Salatiga terlihat
dengan adanya organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang
didirikan di kota Salatiga. Keberadaan organisasi PITI Salatiga dapat
diketahui karena ada dua orang pendiri dan perintis organisasi PITI
Salatiga, dua orang tersebut adalah Iskandar dengan nama asli Iskandar
Chang Ho dan mendiang Alfret L. Ketuanya pertama organisasi PITI
Salatiga adalah mendiang Alfret L kemudian dilanjutkan oleh Yedi
69
Efriyadi. Saat ini di muslim Tionghoa yang berada di kota Salatiga yang
juga menjabat sebagai ketua PITI Jawa Tengah adalah Iskandar Chang Ho.
Pusat kegiatan pelaksaan organisasi PITI Salatiga berada di salah
satu rumah anggota PITI yang beralamatkan di Ledok, Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga. Saat ini jumlah anggota PITI kurang lebih 50
sampai 75 orang. Kegiatan-kegiatan dakwah pada organisasi PITI Salatiga
adalah kegiatan-kegiatan mengenai aktivitas dakwah yang sesuai dengan
visi misi PITI. Kegiatan-kegiatan PITI Salatiga seperti silaturahmi antara
sesama muslim Tionghoa maupun non muslim Tionghoa, adanya diskusi
dan kajian-kajian mengenai Islam. Saat bulan Ramadhan tiba, biasanya
ada acara dari stasiun televisi meliput kegiatan missing cheng ho dan ada
juga ada acara buka bersama sesama anggota PITI. Kegiatan-kegiatan
organisasi PITI ini salah satunya juga sebagai bentuk berlangsungnya
aktivitas dakwah dalam mempererat tali ukhuwah islamiyah antar sesama
umat Islam terutama untuk anggota PITI.
2. Strategi Dakwah Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) di Kota Salatiga.
Penggunaan strategi dakwah PITI Salatiga menjadi merupakan
salah satu cara untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi PITI. Strategi
dakwah PITI Salatiga menggunakan beberapa metode diantaranya yaitu
sebagai berikut:
70
a) Dakwah PITI dengan cara menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
serta kebutuhan mad‘u. Penggunaan metode dakwah PITI ini
digunakan agar dakwah dapat memenuhi kebutuhan mad‘u tentang
Islam, karena dakwah untuk tiap mad‘u itu berbeda-beda. Perbedaan
cara dakwah untuk mad‘u ini dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan dan lingkungannya. Contoh dakwah untuk masyarakat
awam dan keluarga. Untuk masyarakat awam dakwah dilakukan
dengan cara memberikan penjelasan dan mengarahan mengenai
dakwah Islam dengan menggunakan bahasa yang santai dan mudah
dipahami tanpa berbelit-belit, hal ini dilakukan karena masyarakat
awam biasanya untuk pendidikannya kurang sehingga jika dakwah
menggunakan bahasa ilmiah pesan dakwah tentu tidak dapat diterima
oleh mad‘u dan dari lingkungan masyarakat awam cenderung masih
percaya dengan adat istiadat. Sementara untuk dakwah keluarga
dilakukan dengan cara berbicara dengan halus dan menyesuaikan
dengan karakter mad‘unya, contoh dakwah kepada adik yang memiliki
karakter keras kepala dan ingin menang sendiri bisa menggunakan
metode dakwah dialog dengan berbicara halus dan tenang.
b) Dakwah PITI dengan mengikuti pola yang ada pada masyarakat atau
disebut kondisional. Seperti forum diskusi dan pengajian umum yang
juga diikuti oleh anggota PITI. Dakwah PITI yang telah diikuti oleh
anggota PITI maupun orang-orang luar PITI seperti Tionghoa non
muslim dan muslim non Tionghoa. Dulu saat mendiang Alfred L
71
masih menjabat sebagai ketua, kegiatan diskusi PITI setiap seminggu
sekali terlaksana dengan baik antara anggota PITI.
c) Dakwah PITI melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama
mengenalkan Islam kepada orang-orang Tionghoa-non muslim yang
tertarik kepada Islam. Pengenalan Islam untuk Tionghoa non muslim
dilakukan oleh PITI dengan menggunakan komunikasi interpersonal
agar mereka dapat lebih paham mengenai Islam. Tahapan kedua
pengajian untuk Tionghoa-non muslim. Pengajian yang diadakan oleh
PITI dalam rangka meningkat pengetahuan tentang Islam baik untuk
anggota PITI maupun Tionghoa non muslim. Pada tahapan-tahapan ini
organisasi PITI mengenalkan Allah kepada Tionghoa non-muslim dan
menjelaskan berbedaan agama Islam dengan agama lainnya sehingga
Tionghoa non-muslim lebih memahami tentang ketuhanan. Setelah
mereka yakin untuk memeluk agama Islam baru organisasi PITI
mengarahkan Tionghoa non-muslim untuk mengucapkan dua kalimat
syahadat.
d) Metode dakwah PITI melalui kajian-kajian dengan cara menyerahkan
anggota-anggota untuk menghidupkan masjid di lingkungan sekitar
rumah mereka. Selain itu, terdapat kegiatan buka puasa bersama dan
kegiatan-kegiatan hari raya qurban. Keaktifan anggota PITI dalam
berdakwah dapat terlihat melalui lingkungan sekitar rumahnya seperti
pelaksanaan sholat berjamaah di masjid dan keikutsertaan dalam
72
kegiatan-kegiatan qurban sebagai bentuk pengamalan sunah rasul dan
mempererat hubungan antar anggota PITI.
Proses berdakwah PITI Salatiga tentu tidak terlepas dari objek
dakwah. Objek dakwah adalah orang-orang yang menerima pesan dakwah
atau disebut juga sasaran dakwah. Objek dakwah PITI salatiga adalah
sebagai berikut:
a) Khususnya untuk anggota PITI dan umumnya untuk masyarakat umum
seperti masyarakat awam, nara pidana dan lain sebagainya. Objek
dakwah PITI khusus untuk anggota PITI disebabkan karena
pentingnya memberikan pemahaman dan pendalaman mengenai Islam,
dari anggota PITI ini juga dakwah PITI dapat terus berlanjut hingga
saat ini, baik dakwah praktis maupun dakwah kultural. Sementara
objek dakwah untuk masyarakat umum menunjukkan bahwa dakwah
untuk semua kalangan dan bersifat umum. Hal ini menunjukkan bahwa
dakwah PITI tidak memilih-milih objek atau semua kalangan,
sehingga dakwah PITI bisa diperuntuk untuk semua orang dengan
penggunaan metode-metode dakwah yang sesuai dengan mad‘u.
b) Keluarga dan Tionghoa non muslim. Objek dakwah PITI diperuntukan
kepada keluarga karena pada dasarnya dakwah kepada keluarga
merupakan dakwah yang harus dilakukan setiap orang agar
keluarganya berjalan dan bersikap sesuai dengan al-Qur‘an dan hadis
serta tidak berjalan dan bertingkah ke jalan yang salah yang keluar dari
73
syariat Islam. Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah Swt yaitu
sebagai berikut :
(412)وأنذر عشيتك الق ربني
Artinya ―Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat‖ (Q.S Asy-Syu‘ara/26 : 214)
Kegiatan-kegiatan dakwah anggota PITI Salatiga adalah sebagai
berikut:
a) Silaturahmi antar sesama muslim dan non muslim. Kegiatan
silahturahmi ini bertujuan untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah antar
sesama manusia sehingga dengan ini organisasi PITI dapat diterima
oleh semua golongan.
b) Mengajak masyarakat untuk sholat berjamaah di masjid. Kegiatan
dakwah PITI yang telah terlaksana adalah mengajak orang lain
khususnya masyarakat sekitar rumah anggota PITI untuk ikut serta
mempraktekkan tuntunan syariat Islam mengenai sholat berjamaah
khususnya bagi laki-laki.
c) Mengikuti kajian-kajian Islam bersama masyarakat, seperti kajian
tafsir dan kajian kitab. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mendalami
dan memperdalam mengenai Islam sehingga anggota PITI bisa lebih
siap untuk berdakwah.
74
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Muslim Tionghoa di
Salatiga.
Faktor-faktor pendukung dalam aktivitas dakwah pada muslim
Tionghoa di kota Salatiga adalah sebagai berikut :
a) Keaktifan anggota PITI dalam setiap kegiatan-kegiatan PITI.
Keaktifan anggota PITI merupakan kunci majunya organisasi PITI
dalam mencapai tujuan-tujuan PITI. Baik mulai dari kegiatan diskusi,
pengajian dan lain sebagainya.
b) Keaktifan anggota PITI dalam berdakwah melalui youtube. Dakwah
PITI menggunakan media sosial melalui youtube menyesuaikan
dengan perkembangan zaman yang semakin maju dengan sasaran
dakwah masyarakat pengguna media sosial.
c) Pendidikan Islam untuk anak-anak generasi ketiga Tionghoa muslim
telah ditanamkan dan diajarkan sejak kecil, sehingga anak-anak
generasi ketiga sama seperti anak-anak muslim pada umumnya.
Pendidikan Islam yaitu anak-anak genersi ketiga di masukkan ke
sekolah Islam, belajar tentang agama Islam, membaca al-Qur‘an,
kajian-kajian Islam jadi saat dewasa nanti anak-anak generasi ketiga
ini telah siap untuk menyampaikan risalah Islam. untuk generasi kedua
sifatnya hanya untuk ibadah saja, menyampaikan apa yang bisa
disampaikan
d) Pada generasi kedua ini berbeda dengan generasi ketiga. Generasi
kedua sifatnya ibadah, menyampaikan apa yang dia (muslim
75
Tionghoa) bisa. Generasi kedua ini melanjutkan pendidikannya baik
formal maupun non formal untuk memperdalam dan memahami
mengenai agama Islam. Setelah mendapatkan bekal ilmu Islam,
barulah penyampaian dakwah PITI dapat dilakukan dengan lebih baik.
Dengan bekal pendidikan ini PITI dapat saling berhubungan dan saling
membantu dalam menyiarkan Islam kepada mad‘u.
Faktor penghambat dalam proses berdakwah pada muslim
Tionghoa adalah sebagai berikut:
a) Kurangnya kesadaran anggota PITI untuk ikut berperan serta dalam
kagiatan PITI seperti acara kumpul (diskusi,buka bersama, kajian,
silahturahmi). Kepasifan anggota PITI ini bisa menyebabkan
terganggunya kegiatan-kegiatan PITI untuk visi dan misi PITI.
b) Pemikiran orang-orang China yang mengukur kesuksesan dari segi
materi atau kekayaan. Pemikiran orang-orang China ini juga
memberikan pengaruh besar sebab persepsi mereka masuk Islam justru
membuatnya jatuh miskin dan dikucilkan keluarga. Hal ini terlihat dari
sejarah pada masa orde baru muslim Tionghoa mendapatkan
deskriminasi dan dijauhi bahkan diusir dari keluarganya. Selain itu,
orang-orang China beranggapan bahwa dengan memiliki harta yang
berlimpah membuat hidup mereka bahagia sementara jika mereka
hidup miskin mereka akan hidup dalam kesengsaraan.
c) Tionghoa muslim yang baru ikut bergabung di PITI biasanya dianggap
oleh masyarakat telah mampu untuk berdakwah, namun sebenarnya
76
Tionghoa muslim yang baru ini hanya menyampaikan pengalaman
beragama yang terjadi kepada mereka.
d) Kesulitan dalam pengucapan lahfadz bahasa arab dan makhraj bacaan
al-Qur‘an. Kurangnya belajar tentang lahfadz bahasa arab dan tata cara
membaca al-Qur‘an dengan benar sehingga mengakibatkan kurangnya
kecintaan terhadap al-Qur`an bagi anggota PITI.
77
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan penelitian skripsi ini, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan diantara yaitu sebagai berikut:
1. Pusat pelaksanaan kegiatan organisasi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) Salatiga bertempat di Ledok, kecamatan Argomulyo,
Kota Salatiga. Jumlah anggota PITI Salatiga kurang lebih 50 sampai 75
orang. Kegiatan-kegiatan dakwah PITI Salatiga seperti silahturahmi, buka
puasa bersama dan kajian-kajian tentang Islam.
2. Strategi dakwah PITI Salatiga menggunakan beberapa metode diantara
yaitu pertama, dakwah dengan cara menyesuaikan situasi dan kondisi
objek dakwah. Kedua, anggota PITI berdakwah dengan cara menjalin
silahturahmi dan memakmurkan masjid. Dan terakhir dakwah dengan cara
pendekatan personal melalui pengenalan Islam dan memberikan
pemahaman mengenai Islam dengan pengajian dan arahan-arahan kepada
Tionghoa non muslim.
3. Faktor pendukung dakwah muslim Tionghoa yang terpenting yakni
dengan keaktifan anggota PITI melalui kegiatan-kegiatan dakwah PITI
dan dakwah melalui youtube. Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah
kemudahan generesi ketiga dalam mengenal dan mempelajari tentang
agama Islam dan untuk generasi kedua adalah menyampaikan dakwah
78
Islam sesuai dengan keinginannya. Sementara faktor penghambat dakwah
PITI Salatiga adalah kurangnya aktif anggota dalam kegiatan dakwah PITI
sehingga menyebabkan aktivitas dakwah terganggu dan objek dakwah
yang sulit menerima dakwah Islam khususnya orang-orang China yang
masih memikirkan tentang kekayaan. Pemikiran orang-orang umum yang
mengganggap jika semua muslim Tionghoa yang mengikuti organisasi
PITI memahami dengan jelas tentang agama Islam.
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis memberikan saran yang ditunjukkan
kepada masyarakat luas, terutama kepada muslim Tionghoa baik pada
organisasi PITI Salatiga maupun pengelola muhola klenteng Hidayatullah
adalah sebagai berikut:
1. Anggota muslim Tionghoa sedikit orang PITI harus bisa selalu eksis
sehingga organisasi PITI Salatiga dapat lebih berkembang dan lebih maju.
2. Pada setiap strategi dakwah yang diperlu dikedepankan dalam
perkembangannya ada walaupun mengalami kelemahan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bustanul. 2011. Pembangunan Pertanian: Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. Jakarta: PT Grasindo.
AB, Syamsuddin. 2016. Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Anggito, Albi. Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak.
Amin, Fadillah. 2016. Antologi Administrasi Publik & Pembangunan. Malang:
Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Bahroni. 2016. Analisis Wacana Retorika Dakwah K.H. Abdullah Gymnastiar,
(Online) Vol. 1, No. 1. (http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/677/509, diakses tanggal 27 Agustus 2019).
Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Tknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: 2006.
Fahiroh, Zakiyatul. 2016. Pelaksanaan Dakwah Organisasi Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) Banyumas [skripsi]. Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.
Febrizky, Tommy. 2010. Islam Dan Tionghoa (Studi Strategi Pengembangan
Masyarakat Islam Tionghoa Pada Lembaga Pembina Iman Tauhid Islam D/H Perhimpunan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.
Fitrah, Muhammad. Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian; Penelitian
Kualitatif, Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.
Harahap, Abdi Sahrial. 2012. Dinamika Gerakan Dakwah Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) Medan Sumatera Selatan, (Online) Vol. 1, No. 2.(http://jurnal.uinsu.ac.id./index.php/analytica/article/view/382, diakses tanggal 19 Juli 2019).
Hayati, Umi. 2017. Nilai-Nilai Dakwah; Aktivitas Ibadah dan Perilaku Sosial, (Online) Vol. 2, No. 2. (http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/123,
diakses tanggal 19 Agustus 2019).
Ilaihi, Wahyu. 2015. Komunikasi Dakwah. Rosda.
80
Muri, A. Yusuf. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta : Kencana.
Masduki. Shabri Shaleh Anwar. 2018. Filosofi Dakwah Kontemporer. Riau: Qudwah Press.
Mahyudi. 2008. Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Periode 2005-2010 Dalam Meningkatan Ibadah Anggota [skrisi]. Jakarta
(ID): Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Mahmuddin. 2013. Strategi Dakwah Terhadap Masyarakat Agraris, (Online) Vol.
14, No. 1. (http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/317, diakses tanggal 19 Juli 2019).
Muhammad, Arni. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pirol, Abdul. 2018. Komunikasi dan Dakwah Islam. Yogyakarta: Deepublish.
PITI. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Yogyakarta. Dikutib dari http://pitiyogyakarta.com/index.php/artikel/61-dakwah-islam-di-
kalangan-etnis-tionghoa pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 01.30 WIB.
Ramli. 2015. Dakwah Terhadap Muslim Etnis Tionghoa di Kota Makassar (Perspektif Sosio-Antropologis [thesis]. Makassar: Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Riana. Merry. Motivator Perempuan Indonesia.
Rifai. 2019. Kualitatif Teori, Praktek & Riset Penelitian Kualitatif Teologi. Yoyo
Topten Exacta.
Riva‘i, Andi Kardian. Komunikasi Sosial Pembangunan: Tinjauan Teori Komunikasi dalam Pembangunan Sosial. Pekanbaru: Hawa dan Ahwa.
Rukajat, Ajat. 2018. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yokyakarta: Deepublish.
Suhadang, Kustadi. 2014. Strategi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukayat, Tata. 2009. Quantum Dakwah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Supangat, Eddy. 2017. Istana Djoen Eng Jejak Etnis China di Salatiga. Salatiga:
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Salatiga.
Wijaya, Hengki. 2018. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
81
Wikipedia. Tionghoa-Indonesia. Dikutib dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 15.58 WIB.
Yahya. 2016. Dakwah Islamiyah Dan Proselytisme; Telaah Atas Etika Dakwah Dalam Kemajemukaan, (Online) Vol. 1, No. 1.
(http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/675/507 diakses tanggal 27 Agustus 2019).
Al-Qur`an dan Terjemahaannya Surat Ali Imron ayat 104.
Al-Qur`an dan Terjemahaanya Surat al-Ghaasyiah ayat 21-22.
Al-Qur‘an dan Terjemahaannya Surat Al-Hujurat ayat 13.
Al-Qur`an dan Terjemahaannya Surat An-Nahl ayat 125.
Hadist Riwayat Muslim dari Abu Sa`id Al Khudri.
83
Gambar 1.
Wawancara dengan Bapak Iskandar
Gambar 2.
Wawancara dengan Bapak Yayan Yuliyanto
Gambar 3.
Foto Bapak Yedi Efriyadi
84
Gambar 4.
Dakwah melalui Youtube oleh Bapak Iskandar
Gambar 5.
Dakwah melui Youtobe oleh Bapak Yedi Efriyadi
85
Gambar 6.
Kegiatan Silahturahmi Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Gambar 7.
Kegiatan Dakwah Anggota PITI oleh Bapak Iskandar
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apakah ada organisasi muslim Tionghoa di Salatiga? Jika ada, apakah bapak
ikut serta dalam organisasi tersebut?
2. Bagaimana keadaan organisasi PITI Salatiga?
3. Apa saja kegiatan PITI di Salatiga?
4. Apakah metode dakwah PITI Salatiga?
5. Siapakah objek dakwah PITI Salatiga?
6. Kegiatan apa saja yang Bapak lakukan dalam berdakwah sebagai anggota
PITI?
7. Apa faktor pendukung dakwah PITI Salatiga?
8. Apa faktor penghambat dakwah PITI Salatiga?
HASIL WAWANCARA
Nama : Iskandar Chang Ho
Tanggal : 27 April 2019 & 20 Agustus 2019
Waktu : 13.30 WIB & 15.59 WIB
Tempat : Kampus 1 IAIN Salatiga & Rumah Bapak Iskandar
1. Ada, saya kan kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya , Persatuan Islam
Tionghoa Jawa Tengah. Di salatiga itu dulu ketuanya adalah Pak Alfret
almarhum.
2. Ehm mungkin antara 50 sampai 75 ya, di IAIN aja ada dua ya, saya dan yedi.
Dan untuk tempat kumpulnya biasanya di rumah saya.
3. Kegiatannya selain dakwah ya silaturahim, kadang-kadang ada pertemuan
yang sifatnya diskusi dulu sih kalau sekarang ya ketuanya udah meninggal
jadi agak fakum sedikit, biasanya kita ada romadhon gini ya itu ada kegiatan
dari stasiun TV biasanya akan meliput kegiatan missing cheng ho, jadi kita
kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu buka bersama gitu.
4. Dakwah PITI kita ya mengikuti pola yang ada di masyarakat kalau pas kita
ada forum diskusi ya kita mengikuti pola diskusi, kalau pengajian umum ya
kita menyampaikan dalam konteks pengajian umum.
5. Objek dakwah PITI itu untuk semua kalangan, mulai dari masyarakat awam,
nara pidana, buruh dan lain sebagainya.
6. Kayak disini di pondok ya, pagi kajian kitab kita ya kajian kitab kita
mengikuti semua pola itu, kalau pagi setiap subuh untuk mahasiswa kita itu ya
mengaji tafsir kita ya mengikuti juga pola itu jadi semua pola itu kita pakai
dalam mengembangkan agama Islam di tengah-tengah Persatuan Islam
Tionghoa yang dia menjadi penyuluh agama atau dia menjadi da‘i atau dia
menjadi penyampai risalah.
7. Faktor pendukung banyak kalau sekarang generasi orang-orang yang ada di
PITI itu digenerasi ketiga itu rata-rata mereka sudah all in semua, sudah siap
siap semua karena kenapa karena kakeknya mungkin muslim , ayahnya
muslim cucunya dari ayanya ini kan sudah muslim sejak kecil dia pasti sudah
menikmati pendidikan seperti layaknya orang-orang Islam kayak anak-anak
sayalah , anak-anak saya itukan mau tidak mau dia pasti di sekolah Islam pasti
dari kecil dia sudah belajar tentang agama Islam mulai dari baca Qura‘an ,
mulai dari kajian-kajian agama dia pasti sudah belajar . jadi otomatis pada
saat dia dewasa dia menyampaikan risalah Islam itu bekal dia sudah cukup.
Di generasi kedua ini beda-beda, generasi kedua yang sifatnya dia hanya
sifatnya hanya ibadah saja , menyampaikan apa yang dia bisa , ada di generasi
kedua dia juga ikut menuntut ilmu baik itu formal maupuan non formal .
ketika dia menuntut ilmu otomatis dia memiliki banyak bekal. Baik itu dalam
menyampaikan dalam metode penyampaian maupun yang disampaikan . dua-
duanya bisa klik gitu. Nah ini bisa tematis yang disampaikan, yang ketiga
misalhkan dilakangan para wanita, ini juga hampir sama sudah memiliki
tataran pendidikan yang cukup sehingga dia bisa menyampaikan jauh lebih
baik dibandingan dengan bisa menyampaikan jauh lebih baik dibandingan
dengan yang lain-lain.
8. Kendala dakwah satu kadang-kadang di PITI yang baru-baru terutama itu
orang-orangnya inikan keilmuannyakan belum pas dan belum cukup aman
tapi oleh publik dia sudah dianggap sebagai orang yang mumpuni gitu dalam
bidang keagamaan padahal dia hanya share tentang kehidupan dia tentang
beragama seperti apa begitu ya. Dia menyampaikan apa yang dia bisa belum
betul-betul memahami secara betul-betul kondisi Islam sendiri itu seperti apa ,
itu kendala pertama. Kendala yang kedua ya itu ya dalam pengucapan lahfal
bahasa arab mungkin ya masihan dan ada yang kurang pas makhrajnya dan
lain sebagainya seperti itu saya kira.
HASIL WAWANCARA
Nama : Yedi Efriyadi
Tanggal : 23 Mei 2019 & 19 Agustus 2019
Waktu : 11.10 WIB & 10.30 WIB
Tempat : Kampus 2 IAIN Salatiga
1. Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, dulu
kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi sekarang saya sudah tidak aktif.
2. Untuk kumpul kegiatan PITI itu biasanya di rumahnya Pak Iskandar ya.
3. Ya kalau kegiatan PITI itu seperti silahturahmi, diskusi dan adanya kajian-
kajian keislaman.
4. Jadi begini tahapan-tahapan dakwah PITI. Ketika mereka ingin mengenal
islam, ya mereka ikut suatu pengajianlah. Nah awalnya kita mengenalkan
Allah kepada mereka, terus terang yang membedakan agama satu dengan
agama lainnya itu khususnya tentang ketuhanan setelah mereka paham dan
yakin lalu kita baru mengarakan mereka untuk mengucapkan dua kalimat
syahadat. Disisi lainnya metode dakwah PITI itu menyesuaikan dengan
kebutuhan objek dakwahnya ya.
5. Untuk objek dakwah PITI sendiri itu ya biasanya semua orang, mulai dari
keluarga, masyarakat umum, Tionghoa-non muslim dan lain sebagainya.
6. Ya saat ini saya tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut kegiatan PITI
diajak pak iskandar dan pak alfred seperti kajian-kajian Islam, silahturahmi,
dan lain sebagainya.
7. Nah kalau faktor pendukungnya itu bisa juga melalui media sosial seperti
youtube. Anda bisa lihat di channel youtube syariah, nah di situ dakwah PITI
yang telah saya lakukan dengan gaya penyampaian saya yang santai.
8. Hambatan dakwah PITI sendiri itu disebabkan kurangnya aktif anggota PITI,
ya seperti saya ini yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut PITI.
HASIL WAWANCARA
Nama : Yayan Yuliyanto
Tanggal : 24 Juli 2019
Waktu : 19.06 WIB
Tempat : Toko lampu milik Bapak Yayan Yuliyanto
1. Ya ada dan saya ikut, tapi kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak
Iskandar ya.
2. Ya itu mbak untuk pusat kegiatan PITI sendiri ada di rumahnya Pak Iskandar
di Ledok, kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.
3. Ya kegiatan PITI itu sendiri ya kayak kajian-kajian keIslaman, buka bersama
atau diskusi, yang jelas ya kegiatannya itu sesuai dengan misi PITI sendiri.
4. Metodenya macem-macem sih, metode kita kalau kajian-kajian pada
umumnya PITI itu menyerahkan anggota-anggota di wilayah masing-masing
untuk terjun langsung ke wilayah mereka misalnya masjid disekitar rumah dia,
terkadang kita mengumpulkan menjadi satu untuk komunitas kita sendiri itu
biasanya ada pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari besar misalnya hari
raya qurban ya.
5. Ya untuk objek dakwah PITI sendiri itu umumnya masyarakat umum tapi
khususnya anggota PITI sendiri, masyarakat sekitar kita atau keluarga.
6. Kegiatan dakwah saya itu ya seperti mempererat tali silaturahmi antar sesama
muslim maupun non muslim, nah kalau dimasyarakat sendiri saya biasanya
mengajak mereka untuk sholat berjamaah di masjid.
7. Faktor pendukung dakwah PITI sendiri itu ya yang jelas jika anggotanya mau
aktif dan ikut berperan serta dalam dakwah.
8. Ya kalau hambatan pasti adalah mbak, hambatannya itu ya seperti anggota
PITI yang sulit ikut acara kumpul, nah karena hal itu juga kan bisa
penyebabkan aktivitas dakwah PITI sendiri jadi terhambat. Hambatan lainnya
itu ya gak semua orang-orang China itu mau masuk Islam karena ya pemikiran
orang-orang China itu bagaimana bisa mendapatkan uang yang berlimpah.
Jadi banyak tuh orang-orang China yang berganti-ganti keyakinan karena
untuk apa, ya untuk memperkaya dirinya sendiri. Nah misal ni ya, dia
menganut agama Kristen terus kok dia masih belum kaya ya dia bakalan
pindah keyakinan sampai dia bisa mendapatkan keyakinan yang berhasil
membuat dia kaya.
REDUKSI DATA
NO. Rumusan
Masalah
Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana keadaan organisasi
Persatuan Islam Tiongho
Indonesia (PITI) di kota Salatiga?
Apakah ada organisasi muslim
Tionghoa di
Salatiga? Jika ada, apakah bapak ikut
serta dalam organisasi tersebut?
- Ada, saya kan kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya , Persatuan
Islam Tionghoa Jawa Tengah. Di salatiga itu
dulu ketuanya adalah Pak Alfret almarhum (ICH).
- Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia, dulu kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi
sekarang saya sudah tidak aktif (YE).
- Ya ada dan saya ikut, tapi kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak
Iskandar ya (YY).
Bagaimana keadaan organisasi PITI
Salatiga?
- Ehm mungkin antara 50 sampai 75 ya, di IAIN
aja ada dua ya, saya dan yedi. Dan untuk tempat kumpulnya biasanya di
rumah saya (I.C.H). - Untuk kumpul kegiatan
PITI itu biasanya di rumahnya Pak Iskandar ya ( Y.E).
- Ya itu mbak untuk pusat kegiatan PITI sendiri ada
di rumahnya Pak Iskandar di Ledok, kecamatan Argomulyo,
Kota Salatiga (Y.Y).
Apa saja kegiatan PITI di Salatiga?
- Kegiatannya selain dakwah ya silaturahim,
kadang-kadang ada pertemuan yang sifatnya diskusi dulu sih kalau
sekarang ya ketuanya
udah meninggal jadi agak fakum sedikit,
biasanya kita ada romadhon gini ya itu ada kegiatan dari stasiun TV
biasanya akan meliput kegiatan missing cheng
ho, jadi kita kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu buka
bersama gitu (ICH). - Ya kalau kegiatan PITI
itu seperti silahturahmi, diskusi dan adanya kajian-kajian keIslaman
(YE). - Ya kegiatan PITI itu
sendiri ya kayak kajian-kajian keIslaman, buka bersama atau diskusi,
yang jelas ya kegiatannya itu sesuai
dengan misi PITI sendiri (YY).
2. Bagaimana strategi
berdakwah pada muslim Tionghoa
di kota Salatiga?
Apakah metode dakwah PITI
Salatiga?
- Metodenya macem-macem sih, metode kita
kalau kajian-kajian pada umumnya PITI itu
menyerahkan anggota-anggota di wilayah masing-masing untuk
terjun langsung ke wilayah mereka misalnya
masjid disekitar rumah dia, terkadang kita mengumpulkan menjadi
satu untuk komunitas kita sendiri itu biasanya
ada pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari besar misalnya hari
raya qurban ya (YY). - Dakwah PITI kita ya
mengikuti pola yang ada di masyarakat kalau pas kita ada forum diskusi ya
kita mengikuti pola diskusi, kalau pengajian
umum ya kita menyampaikan dalam konteks pengajian umum
(I.C.H). - Jadi begini tahapan-
tahapan dakwah PITI. Ketika mereka ingin mengenal islam, ya
mereka ikut suatu pengajianlah. Nah
awalnya kita mengenalkan Allah kepada mereka, terus
terang yang membedakan agama satu
dengan agama lainnya itu khususnya tentang ketuhanan setelah
mereka paham dan yakin lalu kita baru
mengarakan mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Disisi
lainnya metode dakwah PITI itu menyesuaikan
dengan kebutuhan objek dakwahnya ya (Y.E).
Siapakah objek dakwah PITI
Salatiga?
- Ya untuk objek dakwah PITI sendiri itu
umumnya masyarakat umum tapi khususnya
anggota PITI sendiri, masyarakat sekitar kita atau keluarga (YY).
- Untuk objek dakwah PITI sendiri itu ya
biasanya semua orang, mulai dari keluarga, masyarakat umum,
Tionghoa-non muslim dan lain sebagainya
(Y.E) - ...objek dakwah PITI itu
untuk semua kalangan,
mulai dari masyarakat awam, nara pidana,
buruh dan lain sebagainya (I.C.H)
Kegiatan apa saja
yang Bapak lakukan dalam berdakwah sebagai anggota
PITI?
- Kegiatan dakwah saya
itu ya seperti mempererat tali silaturahmi antar sesama muslim maupun
non muslim, nah kalau dimasyarakat sendiri
saya biasanya mengajak mereka untuk sholat berjamaah di masjid
(YY). - kayak disini di pondok
ya, pagi kajian kitab kita ya kajian kitab kita mengikuti semua pola
itu, kalau pagi setiap subuh untuk mahasiswa
kita itu ya mengaji tafsir kita ya mengikuti juga pola itu jadi semua pola
itu kita pakai dalam mengembangkan agama Islam di tengah-tengah
Persatuan Islam Tionghoa yang dia
menjadi penyuluh agama atau dia menjadi da‘i atau dia menjadi
penyampai risalah (I.C.H).
- ya saat ini saya tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut kegiatan
PITI diajak pak iskandar dan pak alfred seperti
kajian-kajian Islam, silahturahmi, dan lain sebagainya (Y.E).
3. Apa faktor pendukung dan penghambat
dakwah PITI Salatiga?
Apa faktor pendukung dakwah
PITI Salatiga?
- Faktor pendukung banyak kalau sekarang generasi orang-orang
yang ada di PITI itu digenerasi ketiga itu rata-
rata mereka sudah all in semua, sudah siap siap
semua karena kenapa karena kakeknya mungkin muslim ,
ayahnya muslim cucunya dari ayanya ini
kan sudah muslim sejak kecil dia pasti sudah menikmati pendidikan
seperti layaknya orang-orang Islam kayak anak-
anak sayalah , anak-anak saya itukan mau tidak mau dia pasti di sekolah
Islam pasti dari kecil dia sudah belajar tentang
agama Islam mulai dari baca Qura‘an , mulai dari kajian-kajian agama dia
pasti sudah belajar . jadi otomatis pada saat dia
dewasa dia menyampaikan risalah Islam itu bekal dia sudah
cukup. Di generasi kedua ini beda-beda, generasi
kedua yang sifatnya dia hanya sifatnya hanya ibadah saja ,
menyampaikan apa yang dia bisa , ada di generasi
kedua dia juga ikut menuntut ilmu baik itu formal maupuan non
formal . ketika dia menuntut ilmu otomatis
dia memiliki banyak bekal. Baik itu dalam menyampaikan dalam
metode penyampaian maupun yang
disampaikan . dua-duanya bisa klik gitu. Nah ini bisa tematis
yang disampaikan, yang
ketiga misalhkan dilakangan para wanita,
ini juga hampir sama sudah memiliki tataran pendidikan yang cukup
sehingga dia bisa menyampaikan jauh
lebih baik dibandingan dengan bisa menyampaikan jauh
lebih baik dibandingan dengan yang lain-lain
(I.C.H). - Faktor pendukung
dakwah PITI sendiri itu
ya yang jelas jika anggotanya mau aktif
dan ikut berperan serta dalam dakwah (Y.Y)
- nah kalau faktor
pendukungnya itu bisa juga melalui media sosial
seperti youtube. Anda bisa lihat di channel youtube syariah, nah di
situ dakwah PITI yang telah saya lakukan
dengan gaya penyampaian saya yang santai (Y.E).
Apa faktor
penghambat dakwah PITI Salatiga?
- Ya kalau hambatan pasti
adalah mbak, hambatannya itu ya
seperti anggota PITI yang sulit ikut acara kumpul, nah karena hal
itu juga kan bisa penyebabkan aktivitas
dakwah PITI sendiri jadi terhambat. Hambatan lainnya itu ya gak semua
orang-orang China itu mau masuk Islam karena
ya pemikiran orang-orang China itu bagaimana bisa
mendapatkan uang yang berlimpah. Jadi banyak
tuh orang-orang China yang berganti-ganti keyakinan karena untuk
apa, ya untuk memperkaya dirinya
sendiri. Nah misal ni ya, dia menganut agama Kristen terus kok dia
masih belum kaya ya dia bakalan pindah
keyakinan sampai dia bisa mendapatkan keyakinan yang berhasil
membuat dia kaya (Y.Y) - hambatan dakwah PITI
sendiri itu disebabkan kurangnya aktif anggota PITI, ya seperti saya ini
yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut
PITI (Y.E). - kendala dakwah satu
kadang-kadang di PITI
yang baru-baru terutama itu orang-orangnya
inikan keilmuannyakan belum pas dan belum cukup aman tapi oleh
publik dia sudah dianggap sebagai orang
yang mumpuni gitu dalam bidang keagamaan padahal dia hanya share
tentang kehidupan dia tentang beragama seperti
apa begitu ya. Dia menyampaikan apa yang dia bisa belum betul-
betul memahami secara betul-betul kondisi Islam
sendiri itu seperti apa , itu kendala pertama. Kendala yang kedua ya
itu ya dalam pengucapan
lahfal bahasa arab mungkin ya masihan dan
ada yang kurang pas makhrajnya dan lain sebagainya seperti itu
saya kira (I.C.H)
TRIANGULASI DATA
NO. Rumusan
Masalah
Daftar
Pertanyaan
Jawaban Kesimpulan
1. Bagaimana
keadaan organisasi Persatuan
Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) di Kota
Salatiga?
Apakah ada
organisasi muslim
Tionghoa di
Salatiga? Jika ada, apakah
bapak ikut serta dalam organisasi
tersebut?
- Ada, saya kan
kebetulan ketua PITI Jawa Tengahnya ,
Persatuan Islam Tionghoa Jawa
Tengah. Di salatiga itu dulu ketuanya adalah
Pak Alfret almarhum (ICH).
- Ya ada namanya PITI, PITI itu Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia, dulu
kebetulan saya ketua PITI Salatiga tapi
sekarang saya sudah tidak aktif (YE).
- Ya ada dan saya ikut, tapi
kebetulan saya tidak terlalu aktif seperti Pak
Iskandar ya (YY).
Ada organisasi muslim Tionghoa
di Salatiga yang bernama PITI
(Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia).
Bagaimana
keadaan organisasi
PITI Salatiga?
- Ehm mungkin
antara 50 sampai 75 ya, di IAIN
aja ada dua ya, saya dan yedi. Dan untuk tempat
kumpulnya biasanya di
rumah saya (I.C.H).
- Untuk kumpul
kegiatan PITI itu biasanya di
Pusat kegiatan organisasi PITI
Salatiga di Ledok,
Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga dengan
jumlah anggota kurang lebih mencapai 50
sampai 75 orang.
rumahnya Pak Iskandar ya (
Y.E). - Ya itu mbak
untuk pusat
kegiatan PITI sendiri ada di
rumahnya Pak Iskandar di Ledok,
kecamatan Argomulyo, Kota
Salatiga (Y.Y)
Apa saja kegiatan PITI
di Salatiga?
- Kegiatannya selain dakwah ya
silaturahim, kadang-kadang ada pertemuan
yang sifatnya diskusi dulu sih
kalau sekarang ya ketuanya udah meninggal jadi
agak fakum sedikit, biasanya kita ada
romadhon gini ya itu ada kegiatan
dari stasiun TV biasanya akan meliput kegiatan
missing cheng ho, jadi kita
kumpulin temen-temen di sini ya paling jauh itu
buka bersama gitu (ICH).
- Ya kalau kegiatan PITI itu seperti
silahturahmi, diskusi dan
adanya kajian-kajian keislaman (YE).
Kegiatan PITI
berupa silahturahmi,
diskusi dan kajian-kajian
Islam.
- Ya kegiatan PITI itu sendiri ya
kayak kajian-kajian keIslaman, buka bersama
atau diskusi, yang jelas ya
kegiatannya itu sesuai dengan misi PITI sendiri
(YY).
2. Bagaimana strategi
berdakwah pada
muslim Tionghoa di kota
Salatiga?
Apakah metode
dakwah PITI Salatiga?
- Metodenya macem-macem
sih, metode kita kalau kajian-
kajian pada umumnya PITI itu menyerahkan
anggota-anggota di wilayah
masing-masing untuk terjun langsung ke
wilayah mereka misalnya masjid disekitar rumah
dia, terkadang kita
mengumpulkan menjadi satu untuk komunitas
kita sendiri itu biasanya ada
pada saat buka puasa, kegiatan-kegiatan hari
besar misalnya hari raya qurban
ya (YY). - Dakwah PITI kita
ya mengikuti
pola yang ada di masyarakat kalau
pas kita ada forum diskusi ya kita mengikuti
PITI memiliki
metode dakwah yang beragama
seperti buka puasa bersama, memakmurkan
masjid, mengikuti kegiatan idul adha, diskusi,
pengajian, dan membangun
relasi.
pola diskusi, kalau pengajian
umum ya kita menyampaikan dalam konteks
pengajian umum (I.C.H).
- Jadi begini tahapan-tahapan dakwah PITI.
Ketika mereka ingin mengenal
islam, ya mereka ikut suatu pengajianlah.
Nah awalnya kita mengenalkan
Allah kepada mereka, terus terang yang
membedakan agama satu
dengan agama lainnya itu khususnya
tentang ketuhanan setelah
mereka paham dan yakin lalu kita baru
mengarakan mereka untuk
mengucapkan dua kalimat syahadat. Disisi
lainnya metode dakwah PITI itu
menyesuaikan dengan kebutuhan objek
dakwahnya ya (Y.E).
Siapakah
objek dakwah PITI Salatiga?
- Ya untuk objek
dakwah PITI sendiri itu umumnya
masyarakat umum tapi
khususnya anggota PITI sendiri,
masyarakat sekitar kita atau
keluarga (YY). - Untuk objek
dakwah PITI
sendiri itu ya biasanya semua
orang, mulai dari keluarga, masyarakat
umum, Tionghoa-non
muslim dan lain sebagainya (Y.E)
- Objek dakwah
PITI itu untuk semua kalangan,
mulai dari masyarakat awam, nara
pidana, buruh dan lain
sebagainya (I.C.H)
Objek dakwah
PITI adalah
anggota PITI, keluarga,
Tionghoa non muslim dan masyarakat
umum.
Kegiatan apa saja yang
Bapak lakukan
dalam berdakwah
sebagai
anggota PITI?
- Kegiatan dakwah saya itu ya
seperti mempererat tali
silaturahmi antar sesama muslim maupun non
muslim, nah kalau
dimasyarakat sendiri saya biasanya
mengajak mereka untuk sholat
berjamaah di masjid (YY).
- Kayak disini di
pondok ya, pagi kajian kitab kita
ya kajian kitab kita mengikuti semua pola itu,
kalau pagi setiap subuh untuk
mahasiswa kita itu ya mengaji tafsir kita ya
mengikuti juga pola itu jadi
semua pola itu kita pakai dalam mengembangkan
agama Islam di tengah-tengah
Persatuan Islam Tionghoa yang dia menjadi
penyuluh agama atau dia menjadi
da‘i atau dia menjadi penyampai
risalah (I.C.H). - Ya saat ini saya
tidak aktif organisasi, kalau dulu saya ikut
kegiatan PITI diajak pak
iskandar dan pak alfred seperti kajian-kajian
Islam, silahturahmi, dan
lain sebagainya (Y.E).
Kegiatan dakwah anggota PITI
adalah
silahturahmi, sholat berjamaah
dan kajian keislaman.
3.
Apa faktor pendukung
dan penghambat
dakwah PITI Salatiga?
Apa faktor pendukung
dakwah PITI Salatiga?
- Faktor pendukung
banyak kalau sekarang generasi
orang-orang yang ada di PITI itu digenerasi ketiga
itu rata-rata mereka sudah all
in semua, sudah siap siap semua karena kenapa
karena kakeknya mungkin muslim
, ayahnya muslim cucunya dari ayanya ini kan
sudah muslim sejak kecil dia
pasti sudah menikmati pendidikan
seperti layaknya orang-orang
Islam kayak anak-anak sayalah , anak-
anak saya itukan mau tidak mau
dia pasti di sekolah Islam pasti dari kecil
dia sudah belajar tentang agama
Islam mulai dari baca Qura‘an , mulai dari kajian-
kajian agama dia pasti sudah
belajar . jadi otomatis pada saat dia dewasa
dia menyampaikan
risalah Islam itu bekal dia sudah cukup. Di
generasi kedua ini beda-beda,
generasi kedua yang sifatnya dia hanya sifatnya
hanya ibadah saja
Faktor
pendukung dakwah PITI
adalah kemudahan
generasi ketiga
dalam belajar mengenai Islam,
keaktifan anggota PITI dan dakwah
PITI melalui
youtube.
, menyampaikan apa yang dia bisa
, ada di generasi kedua dia juga ikut menuntut
ilmu baik itu formal maupuan
non formal . ketika dia menuntut ilmu
otomatis dia memiliki banyak
bekal. Baik itu dalam menyampaikan
dalam metode penyampaian
maupun yang disampaikan . dua-duanya bisa
klik gitu. Nah ini bisa tematis
yang disampaikan, yang ketiga
misalhkan dilakangan para
wanita, ini juga hampir sama sudah memiliki
tataran pendidikan yang
cukup sehingga dia bisa menyampaikan
jauh lebih baik dibandingan
dengan bisa menyampaikan jauh lebih baik
dibandingan dengan yang lain-
lain (I.C.H). - Faktor
pendukung
dakwah PITI
sendiri itu ya yang jelas jika
anggotanya mau aktif dan ikut berperan serta
dalam dakwah (Y.Y)
- Nah kalau faktor pendukungnya itu bisa juga
melalui media sosial seperti
youtube. Anda bisa lihat di channel youtube
syariah, nah di situ dakwah PITI
yang telah saya lakukan dengan gaya
penyampaian saya yang santai
(Y.E).
Apa faktor penghambat
dakwah PITI
Salatiga?
- Ya kalau hambatan pasti adalah mbak,
hambatannya itu ya seperti
anggota PITI yang sulit ikut acara kumpul,
nah karena hal itu juga kan bisa
penyebabkan aktivitas dakwah PITI sendiri jadi
terhambat. Hambatan
lainnya itu ya gak semua orang-orang China itu
mau masuk Islam karena ya
pemikiran orang-orang China itu bagaimana bisa
Faktor penghambat
dakwah PITI Salatiga adalah
kepasifan anggota
PITI, ketidakmauan
orang-orang Tionghoa non muslim untuk
menerima dakwah Islam dan
untuk anggota baru PITI
kurangnya lancar
membaca al-Qur‘an.
mendapatkan uang yang
berlimpah. Jadi banyak tuh orang-orang
China yang berganti-ganti
keyakinan karena untuk apa, ya untuk
memperkaya dirinya sendiri.
Nah misal ni ya, dia menganut agama Kristen
terus kok dia masih belum
kaya ya dia bakalan pindah keyakinan
sampai dia bisa mendapatkan
keyakinan yang berhasil membuat dia kaya (Y.Y)
- Hambatan dakwah PITI
sendiri itu disebabkan kurangnya aktif
anggota PITI, ya seperti saya ini
yang juga sudah beberapa tahun tidak ikut PITI
(Y.E). - Kendala dakwah
satu kadang-kadang di PITI yang baru-baru
terutama itu orang-orangnya
inikan keilmuannyakan belum pas dan
belum cukup
aman tapi oleh publik dia sudah
dianggap sebagai orang yang mumpuni gitu
dalam bidang keagamaan
padahal dia hanya share tentang
kehidupan dia tentang beragama
seperti apa begitu ya. Dia menyampaikan
apa yang dia bisa belum betul-betul
memahami secara betul-betul kondisi Islam
sendiri itu seperti apa , itu kendala
pertama. Kendala yang kedua ya itu ya
dalam pengucapan
lahfal bahasa arab mungkin ya masihan dan ada
yang kurang pas makhrajnya dan
lain sebagainya seperti itu saya kira (I.C.H)
CURRICULUM VITAE
Nama : Kurnia Fajarita
Tempat, Tanggal Lahir : Purwodadi, 16 Juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Purwodadi Kec. Belitang Mulya Kab. OKU
Timur Prov. Sumatra Selatan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Tinggi Badan : 156 cm
E-mail : [email protected]
No. Hp : 082137636016
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
2003 s/d 2008 SD Negeri 1 Purwodadi
2008 s/d 2011 MTs AL-Hikmah Purwodadi
2011 s/d 2015 MA Nurussalam Sidogede
2015 s/d 2019 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Pendidikan Non Formal
2011 s/d 2015 Pondok Pesantren Modern Nurussalam Sidogede
Pengalaman Organisasi
OPPM Pondok Pesantren Modern Nurussalam
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Himpunan Mahasiswa Sumatra (HIMA SUMA)
Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Dakwah IAIN Salatiga