strategi aichr dalam penanganan krisis ham...

101
STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM ROHINGYA DI MYANMAR TERKAIT PRINSIP NON-INTERVENSI PERIODE 2014 2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Sakhna Fawatihul Bilad 11141130000062 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018/1440 H

Upload: lydieu

Post on 12-Apr-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM

ROHINGYA DI MYANMAR TERKAIT PRINSIP NON-INTERVENSI

PERIODE 2014 – 2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Sakhna Fawatihul Bilad

11141130000062

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018/1440 H

Page 2: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM ROHINGYA

DI MYANMAR TERKAIT PRINSIP NON-INTERVENSI PERIODE 2014 –

2017

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Oktober 2018

Sakhna Fawatihul Bilad

Page 3: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Sakhna Fawatihul Bilad

NIM : 11141130000062

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM

ROHINGYA DI MYANMAR TERKAIT PRINSIP NON-

INTERVENSI PERIODE 2014 – 2017

dan telah memenuhi syarat untuk diuji,

Jakarta, 11 Oktober 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Ahmad Alfajri, M.A Ahmad Alfajri, M.A NIP: NIP:

Page 4: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM ROHINGYA DI

MYANMAR TERKAIT PRINSIP NON-INTERVENSI PERIODE 2014 – 2017

oleh

Sakhna Fawatihul Bilad

11141130000062

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

11 Oktober 2018 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Ahmad Alfajri, M.A Eva Mushoffa, MHSPS

NIP: NIP:

Penguji I, Penguji II,

Robi Sugara, M.Sc Inggrid Galuh Mustika, MHSPS

NIP: NIP:

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 11 Oktober

2018

Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Ahmad Alfajri, M.A

NIP:

Page 5: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang strategi AICHR dalam penanganan krisis

HAM Rohingya di Myanmar terkait prinsip non-intervensi periode 2014-2017.

Penelitian skripsi ini fokus kepada bagaimana strategi AICHR dalam penanganan

kasus tersebut dan jalan keluar dari dilema yang dirasakan oleh AICHR. Metode yang

digunakan dalam penelitian skripsi ini ialah metode kualitatif. Dalam penulisan

skripsi ini, metode pencarian data yang digunakan berdasarkan data primer berupa

wawancara dan data sekunder berupa kajian pustaka. Penelitian skripsi ini dianalisis

berdasarkan beberapa konsep terkait, seperti konsep Organisasi Internasional,

Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan kerangka pemikiran

kasus ini ditangani AICHR dengan cara diplomasi. Strategi diplomasi AICHR dalam

menangani krisis hak asasi manusia Rohingya di Myanmar terkait prinsip non-

intervensi Periode 2014-2017 ini dapat dikategorikan menjadi strategi internal yaitu

strategi yang dilakukan oleh AICHR sendiri dan strategi eksternal yang dilakukan

AICHR dengan melibatkan pihak ketiga, serta tidak terlepas dari hambatan yang

dihadapi oleh AICHR dalam usaha penyelesaian kasus tersebut.

Sampai pada saat ini strategi tersebut baik internal maupun eksternal telah

dilakukan dan berhasil membantu dalam kasus tersebut tanpa mengesampingkan

prinsip non-intervensi yang dipegang teguh oleh ASEAN. Walaupun sampai saat ini

kasus Rohingya belum terselesaikan secara permanen dan masih mempunyai dampak

yang besar baik secara nasional maupun internasional.

Kata Kunci : Organisasi Internasional AICHR, Diplomasi, Strategi Internal dan

Eksternal AICHR, Kasus HAM Rohingya di Myanmar, Non-Intervensi.

Page 6: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan

kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang

sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa

terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. ALLAH SWT, terimakasih atas rahmat dan kehendakmu sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Orang tua penulis, Papah Drs. H Yayat Ruhiat, MM dan Mamah Widi Astuti,

S.pdi yang selalu memberikan dukungan tiada henti secara moril dan materil.

Adik penulis, Muhammad Fadhil Bilad dan Muhammad Hilmi Bilad. Serta

kakek-nenek juga semua saudara penulis yang lainnya yang selalu

memberikan doa dan semangat untuk penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini,

3. Bapak Ahmad Alfajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah

membimbing dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai dan menyetujui

permohonan penyusunan skripsi,

Page 7: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

vi

4. Segenap jajaran staff dan dosen Program Studi HI UIN Jakarta yang telah

memberikan segudang ilmu serta wawasan yang baru kepada penulis, terima

kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan,

5. Narasumber wawancara dalam skripsi ini Ibu Dinna Wisnu (Representative

Indonesia for AICHR) yang telah meluangkan waktunya dan membantu juga

melengkapi data dalam skripsi ini,

6. Teman pembimbing Alila Bachsin dan Aldiansyah yang telah membimbing

dan membantu dalam skripsi ini, juga Fiari sebagai asisten dari Ibu Dinna

Wisnu yang membantu menjembatani bertemu dengan Ibu Dinna Wisnu,

7. Teman seperjuangan saat penulisan skripsi, yaitu Zeiskaya Gorlitz dan Vivi

Ataini yang selalu membantu, membimbing dan mengerjakan skripsi bersama,

8. Teman penulis, Jaka Haristyo, Alif Daffa Satria Dores dan Aisyah F, yang

selalu mengingatkan penulis dalam menyusun skripsi maupun membantu

ketika penulis melakukan proses pengumpulan data,

9. Semua teman-teman tercintah penulis sejak SMA, terutama Dwitia NP, terima

kasih atas dukungan semangat dan selalu mengingatkan penulis untuk

mengerjakan skripsi ini,

10. Semua teman-teman tercintah penulis sejak SMP, terutama Maya Ervina dan

Jeanne W, terima kasih atas dukungan semangat dan selalu mengingatkan

penulis untuk mengerjakan skripsi ini,

11. Teman-teman penulis semasa kuliah, anak-anak HI kelas B yaitu, Arman,

Mia, Andika, Ahda, Rifda, Dongo, Nanda, Wirda, Aisyah, Zahra, Karbel,

Page 8: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

vii

Meidina, Darma, Devina, Gema, Jaka, Khirana, Cessa, Tami, Aden, Abyan,

Purwo, Ka Uti, Yoga, Tyo, Yaqub, Lia, Umi Wina. Terima kasih telah

mewarnai kehidupan perkuliahan penulis yang takkan pernah penulis lupakan,

12. Teman-teman penulis FISIP UIN 2014 HALAH terdiri dari anak-anak HI,

Politik, Sosiologi. Alif, Aqil, Najem, Adin, Alif P, Andika, Arman, Maco,

Dian, Fathin, Jaya, Mahlizar, Fariz, Om Earvin, Mia, Nanda, Okta, Reni,

Yayas, Siska. Terimakasih sudah menjadi teman penulis dari awal ospek

sampai saat ini dan mewarnai kehidupan penulis di perkuliahan,

13. Senior penulis Ka Mugi dan Ka Dynal yang membimbing penulis dari awal

masuk kuliah hingga kini dan mengingatkan penulis untuk skripsi,

14. Teman-teman penulis semasa kuliah lainnya, anak-anak HI angkatan 2014,

anak-anak FISIP angkatan 2014, teman-teman KKN, terima kasih telah

mewarnai kehidupan perkuliahan penulis yang takkan pernah penulis lupakan.

Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dan hal-hal lainnya yang terkait

skripsi ini dapat disampaikan melalui [email protected]. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi setiap pembacanya dan bagi

perkembangan studi Ilmu Hubungan Internasional.

Jakarta, 11 Oktober 2018

Sakhna Fawatihul Bilad

Page 9: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................................v

DAFTAR ISI .............................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

A. Pernyataan Masalah ..........................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian .......................................................................6

C. Tujuan dan Manfaat ..........................................................................6

D. Tinjauan Pustaka ..............................................................................7

E. Kerangka Teoritis............................................................................10

1. Organisasi Internasional…………………………..................10

2. Diplomasi.................................................................................13

3. Hak Asasi Manusia……....………………..............................16

4. Non-Intervensi.........................................................................18

F. Metode Penelitian ...........................................................................21

G. Sistematika Penulisan .....................................................................23

BAB II ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN

RIGHT (AICHR) DAN PRINSIP NON-INTERVENSI ................24

A. Association of South East Asian Nation (ASEAN) dan ASEAN

Intergovernmental Commission on Human Right (AICHR)...............24

1. Perkembangan ASEAN dan Tinjauan Umum AICHR............24

2. Informasi Umum AICHR.........................................................28

3. Pencapaian dan Kerjasama AICHR.........................................36

B. Prinsip Non-Intervensi dalam Perspektif ASEAN ........................39

BAB III KRISIS HAK ASASI ROHINGYA DI MYANMAR ...................45

A. Sejarah Etnis Rohingya ..................................................................45

B. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Rohingya di Myanmar................46

C. Dampak Krisis Hak Asasi Manusia Rohingya................................50

Page 10: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

ix

BAB IV STRATEGI ASEAN INTER-GOVERNMENTAL COMMISSION

ON HUMAN RIGHTS (AICHR) DALAM MENANGANI KRISIS

HAK ASASI MANUSIA ROHINGYA DI MYANMAR DI

BAWAH PRINSIP NON-INTERVENSI.........................................57

A. Strategi Internal AICHR. ................................................................58

B. Strategi Eksternal AICHR...............................................................64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………........................…………………….......……..74

B. Saran ...............................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..…......xi

LAMPIRAN ...........................................................................................................xviii

Page 11: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.C.1 Rohingya Exodus.....................................................................53

Page 12: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Association of South East Asian Nations (ASEAN) sebagai

lembaga regional didirikan agar tercipta kesejahteraan dan kemakmuran di

negara-negara anggota yang terletak di kawasan Asia Tenggara1. Masing-

masing negara anggota saling bekerjasama dan mendukung satu sama lain

sehingga negaranya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan.

Seperti yang diketahui, ASEAN sebagai organisasi kawasan di

Asia Tenggara memberi banyak harapan bagi terjalinnya hubungan

internasional di kawasan yang semakin stabil. Sebagai bentuk kerjasama

kawasan, ASEAN dianggap sebagai salah satu instrumen yang mampu

menjaga kestabilan dan keamanan kawasan.2

Keberhasilan ASEAN di periode awal pendiriannya ditandai

dengan adanya diplomasi ASEAN yang menekankan pada musyawarah

mufakat, dan prinsip non-intervensi.3 Selain itu, ASEAN menjadikan tugas

dari setiap negara anggota untuk berperan lebih aktif dan memberikan

1ASEAN Declaration, Bangkok, 8 Agustus 1967. Diakses dari http://asean.org/the

aseandeclaration-bangkok-declaration-bangkok-8-august-1967/ pada 2 September 2017 2 M. Leifer, Review works: ASEAN and The Diplomacy of Accomodation by Michael Antolik‟, Royal

Institute of International Affair, Vol.67, No.3, 1991, p. 628 3 T.I. Nischalke, Insight From ASEAN‟s Foreign Policy Co-operation: The “ASEAN Way”, a Real

Spirit or a Phantom?‟, Institute of Southeast Asian Studies, Vol. 22, No.1, April 2000, p.90.

Page 13: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

2

kontribusi yang besar dalam perkembangan ASEAN demi mencapai

tujuan dan cita-citanya.

Dalam Piagam ASEAN Bab I, Pasal 1 (ayat 7) yang dikatakan

sebagai “Komunitas ASEAN” adalah sebuah komunitas yang ditujukan

untuk memperkuat demokrasi dan melindungi hak asasi manusia.

Kemudian, pada Pasal 14 juga disebutkan bahwa untuk memajukan dan

melindungi hak-hak asasi dengan membentuk badan HAM ASEAN.

Sebagai perwujudan dari hal tersebut dan agar tercapainya tujuan dan cita-

cita ASEAN yang mengacu pada Term of Reference (ToR) AICHR4,

ASEAN membentuk organisasi di bawah naungan ASEAN salah satunya

seperti AICHR atau ASEAN Inter-governmental Commission on Human

Rights5 pada 23 Oktober 2009. Kemajuan komitmen ASEAN terhadap hak

asasi manusia juga dapat dilihat dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia

ASEAN (AHRD)6, dan roadmap komunitas ASEAN 2009-2015.

AICHR adalah bagian dari struktur organisasi ASEAN dan

mempunyai peran dalam konsultasi juga bersifat “advisory/memberi

nasehat”. AICHR juga sebagai penaung (overarching) HAM di ASEAN

digunakan untuk memajukan dan melindungi HAM di ASEAN sebagai

tanggung jawab umumnya. Sebagaimana yang diatur dalam TOR AICHR

yang juga mempunyai tujuan, mandat serta fungsi dari AICHR.

4 TOR of AICHR, 2009, ASEAN Secretariat diakses dari

http://hrlibrary.umn.edu/research/Philippines/Terms%20of%20Reference%20for%20the%20ASEAN%20Inter-Governmental%20CHR.pdf pada 6 September 2017 5 Tan Hsien Li, 2011, The ASEAN Inter-Govermental Commission on Human Right:

Institutionalishing Human Rights In Southeast Asia, Cambridge: Cambridge University Press, p.4 6 The Asean Human Right Declaration ditandatangani pada 18 November 2012 dalam KTT ASEAN

ke 21 di Pnom Penh, Kamboja.

Page 14: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

3

Skripsi ini, akan mengaitkan AICHR dan prinsip non-intervensi

dengan membahas lebih lanjut tentang kasus yang menyangkut tentang

pelanggaran Etnis Rohingya yang terjadi di Myanmar. Kasus Rohingya di

Myanmar tersebut telah menyita perhatian negara-negara, khususnya

negara anggota ASEAN. Kasus Rohingya ini telah menjadi isu global

yang memang harus mendapat perhatian khusus. Karena kasus ini telah

berjalan lama dan banyak menjatuhkan korban jiwa.

Rohingya adalah etnis yang mendiami wilayah Arakan, yang

berada di Barat Myanmar juga bersampingan dengan Bangladesh.

Rohingya merupakan satu dari 135 etnis yang ada di Myanmar. Etnis ini

disebutkan oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai the most

persecuted minority dijuluki sebagai the Gypsies of Asia.7 Tindakan

diskriminasi yang didapat oleh Rohingya dilakukan oleh pemerintah

Myanmar maupun warga negara setempat. Memang etnis ini bukan satu-

satunya yang mendapatkan tindakan diskriminasi di Myanmar, terdapat

etnis lain juga seperti Chin, Kachin, Christian Karen, dan Mon8.

Pada Juni tahun 2012 terjadi peningkatan eskalasi konflik

berhubungan dengan tuduhan pemerkosaan yang dilakukan salah satu pria

7 B. Philip, “The Most Persecuted Minority in the World: The Gypsies of Asia‟, The World Crunch

(daring), 26 Juni 2012 8 M. Razvi, “The Problem of Burmese Muslims‟, Pakistan Horizon, Vol. 31, No. 4, 1978, p. 82.

Page 15: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

4

etnis Rohingya terhadap etnis Rakhine.9 Setelah kejadiaan itu bus yang

berisi etnis Rohingya diserang sebagai balas dendam dari etnis Rakhine.10

Penyerangan dilakukan kembali oleh pemerintah Myanmar, Ethnic

Rakhine Nasionalist Party, dan Pendeta Buddha yang terjadi pada 23

Oktober 2012. Rumah-rumah dari etnis Rohingya yang berjumlah kurang

lebih 5000 rumah rusak. 70 warga Rohingya yang didalamnya terdapat

sekitar 28 anak-anak terbunuh di Mrauk-U township.11

Sebagai organisasi regional dimana kasus ini terjadi di negara

anggotanya, ASEAN ikut andil untuk menyelesaikan kasus ini dengan

organisasi atau badan khusus yang telah dibentuk oleh ASEAN yaitu

AICHR. ASEAN sebagai institusi regional yang sedang berupaya

menunjukkan keseriusan dalam upaya promosi dan penegakan HAM12

, isu

Etnis Rohingya jelas menjadi tantangan dan sorotan dunia internasional.

Ditemukannya indikasi pelanggaran HAM dengan kondisi

memprihatinkan di negara-negara anggota ASEAN lainnya, Etnis

Rohingya menjadi bahasan dalam beberapa forum pertemuan ASEAN.

Namun yang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam ASEAN ada yang

disebut dengan prinsip non-intervensi, hal itu berkaitan dengan tidak

9 B. Brady, “Burma‟s Rohingya Muslims Targeted by Buddhist Mob Violence‟, The Daily Beast

(daring), 27 Juni 2012, 10

Y. R. Kassim, “Plight of the Rohingya: ASEAN Credibillity again at stake‟, RSIS Commentaries – S. Rajaratnam School of International Studies, 6 November 2012, p.2 11

Aljazeera, Report Documents “Rohingya Persecution‟ (daring), 23 April 2013 Aljazeera. Report Documents “Rohingya Persecution‟ (daring). 23 April 2013 dalam http://www.aljazeera.com/news/asia-pacific/2013/04/2013421135240814468.html diakses pda 6 September 2017 12

Tatat Sukarsa dkk, “Indonesia’s Leadership in ASEAN 2011: Political Perspective and Human Rights” Postscript, the Habibi Center, Vol. VIII No. 1, 2011.

Page 16: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

5

adanya campur tangan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain13

.

Karena kedaulatan negara secara penuh, bebas dari intervensi negara lain

dan persamaan derajat antara sesama negara14

.

Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC), dibuat

tanggal 24 Februari 1976 yang tercantum pada Pasal 2 berkaitan dengan

menjalin hubungannya antar anggota, didasari oleh prinsip fundamental

diantaranya: (a) menghormati kebebasan, kedaulatan, kesamaan, kesatuan

wilayah dan identitas nasional setiap bangsa; (b) setiap negara memiliki

hak untuk mengatur penyelenggaraan negaranya bebas dari intervensi

eksternal; (c) adanya prinsip non-intervensi dalam hubungan internal

sesama anggota.15

Adanya pasal itu memberikan pengaruh yang kuat di

ASEAN dalam melakukan setiap tindakan. Topik ini menarik karena

strategi AICHR dan juga Kasus Rohingya di Myanmar yang telah

dijelaskan sebelumnya akan dikaitkan dengan adanya prinsip non-

intervensi ASEAN.

Selain itu sampai saat ini kasus tersebut juga belum terselesaikan.

Maka dalam skripsi kali ini, akan mengangkat judul “Strategi AICHR

dalam Penanganan Krisis HAM Rohingya di Myanmar Terkait Prinsip

Non – Intervensi Periode 2014 -2017”.

13

Steven L. Spiegel, “World Politics in A New Era”, (New Jersey: Harcout Brace College Publishers, 1995), hlm. 395. 14

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Alumni, 2003), hlm.19. 15

Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia, Pasal 2.

Page 17: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

6

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul dan latar belakang, maka pertanyaan pada

skripsi ini yaitu: Bagaimana strategi AICHR dalam penanganan krisis

HAM Rohingya di Myanmar terkait prinsip non–intervensi periode

2014 -2017?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan skripsi ini adalah:

1. Memberikan pengetahuan tentang kasus krisis hak asasi manusia

Rohingya yang terjadi di Myanmar

2. Mendeskripsikan bagaimana strategi AICHR dalam penanganan

krisis HAM Rohingya di Myanmar terkait adanya prinsip non-

intervensi periode 2014 - 2017

Adapun manfaat skripsi ini adalah:

1. Secara akademis mensajikan pengetahuan juga ilmu tentang kasus

Rohingya di Myanmar dan peran serta strategi AICHR dengan

memakai teori-teori Hubungan Internasional dalam menangani

kasus tersebut

2. Untuk masyarakat luas hasil penelitian ini bisa digunakan untuk

mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kasus tersebut

Page 18: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

7

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum membahas lebih lanjut penelitian mengenai strategi

AICHR dalam penanganan Krisis HAM Rohingya di Myanmar terkait

prinsip non-intervensi periode 2014 -2017, dalam beberapa jurnal, buku

maupun artikel yang dianggap dapat melengkapi penelitian ini. Pertama,

tesis karya Aris Pramono tahun 2016 berjudul “Peran UNHCR Dalam

Menangani Pengungsi Myanmar Etnis Rohingya di Bangladesh Periode

1978-2002”16

.

Disini dijelaskan bahwa adanya masalah terhadap pengungsi

Rohingya sebagai alasan mereka untuk mencari tempat lain selain negara

asalnya serta mencari perlindungan yang lebih aman. Hal itu dikarenakan

adanya kekerasan, penahanan, pelanggaran HAM, pelecehan seksual dan

ancaman-ancaman lainnya. Selain itu dalam tesis tersebut juga membahas

tentang Bangladesh sebagai negara tujuan para pengungsi Rohingya

dengan alasan jarak terdekat.

Tesis di atas memiliki relevansi karena berhubungan dengan kasus

Rohingya. Namun skripsi tersebut memiliki perbedaan, secara subjek

penelitian telah menunjukan perbedaan yang mendasar yaitu UNHCR

dengan AICHR serta tesis tersebut lebih memfokuskan pada penanganan

pengungsi bukan penanganan kasus tersebut.

16

Aris Pramono, 2010, “Peran UNHCR Dalam Menangani Pengungsi Myanmar Etnis Rohingya di Bangladesh Periode 1978-2002”, Tesis, Jakarta: Hubungan Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia

Page 19: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

8

Kedua, skripsi berjudul “Peran OHCHR Dalam Menangani Kasus

HAM Yang Terjadi Pada Etnis Rohingya di Myanmar Tahun 2012” yang

ditulis oleh Bayu Azhari Ramadhani pada tahun 201217

. Dalam skripsi ini

memberikan gambaran tentang peran OHCHR di Myanmar serta

membahas berbagai tindakan yang dilakukan OHCHR untuk

menyelesaikan masalah konflik antar etnis Rohingya dengan etnis

Rakhine. Skripsi ini menggunakan beberapa teori hubungan internasional

dengan mengkaitkannya kepada kasus tersebut pada tahun 2012.

Selain itu dalam skripsi tersebut juga fokus terhadap OHCHR

sebagai organisasi internasional dan membahas tentang peran dari

OHCHR tersebut dalam kasus Rohingya dengan menyatakan bahwa

Rohingya tahun 2012 Rohingya merupakan korban pelanggaran HAM di

tengah konflik yang terjadi.

Skripsi di atas memiliki relevansi karena berhubungan dengan

kasus Rohingya. Namun skripsi tersebut jelas berbeda secara subjek yaitu

OHCHR dengan AICHR serta skripsi tersebut lebih memfokuskan pada

peran organisasi tersebut, bukan strategi dari organisasi tersebut keluar

dari dilema adanya kasus Rohingya selain itu penelitian kali ini akan

ditambahkan dengan adanya dilema ditengah-tengah kasus Rohingya dan

adanya asas non-intervensi ASEAN.

17

Bayu Azhari, 2012, Peran OHCHR Dalam Menangani Kasus HAM Yang Terjadi Pada Etnis Rohingya di Myanmar Tahun 2012, Skripsi, Jakarta: Hubungan Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 20: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

9

Ketiga, skripsi berjudul “Kebijakan Pemerintah Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) dalam Penyelesaian Kekerasan Etnis Muslim Rohingya

di Myanmar” yang ditulis oleh Diah Nurhandayani pada tahun 201318

.

Pada skripsi ini berfokus kepada peran pemerintahan yaitu Indonesia pada

masa jabatan Presiden Indonesia yaitu SBY dalam melihat kasus Rohingya

dan membantu penyelesaian kasus tersebut.

Pada skripsi tersebut juga berfokus pada pemerintahan saja yaitu

kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia lewat Presiden SBY.

Hal itu jelas berbeda dengan skripsi yang dibuat saat ini perbedaan jelas

terlihat antara negara sebagai subjek dan organisasi internasional yang saat

ini menjadi subjek. Namun skripsi ini mempunyai kesamaan karena sama-

sama membahas tentang cara penyelesaian dari kasus Rohingya tersebut.

Relevansi studi-studi terdahulu dengan penelitian yang penulis

buat yakni sama-sama membahas tentang kasus Rohingya di Myanmar.

Namun yang membedakan studi-studi terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan ialah subjek dari penelitian tersebut serta akan lebih berfokus

pada “Strategi AICHR dalam Penanganan Krisis HAM Rohingya di

Myanmar Terkait Prinsip Non – Intervensi Periode 2014 - 2017”. Selain

itu penelitian ini juga diharapkan akan mampu melengkapi penelitian-

penelitian sebelumnya.

18

Diah Nurhandayani, 2013, Kebijakan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Penyelesaian Kekerasan Etnis Muslim Rohingya di Myanmar, Skripsi, Jakarta: Hubungan Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 21: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

10

E. Kerangka Teoritis

1. Konsep Organisasi Internasional

Organisasi internasional merupakan kerjasama lintas batas-batas

negara, yang diharapkan dapat bekerjasama dan melembaga untuk

mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama, antara sesama

pemerintah atau nonpemerintah pada negara yang berbeda19

. Menurut

Clive Archer20

, organisasi internasional dapat diklasifikasikan berdasarkan

keanggotaannya, tujuan aktivitas, dan struktur organisasi internasional.

Dilihat dari keanggotaannya bisa dibagi lagi berdasarkan tipe

keanggotaan dan jangkauan keanggotaan (extend of membership).

Menyangkut tipe keanggotaan, organisasi internasional dapat dibedakan

menjadi organisasi internasional dengan wakil pemerintahan negara-

negara sebagai anggota atau Intergovermental Organizations (IGO), serta

organisasi internasional yang anggotanya bukan mewakili pemerintah atau

International Non-Govermental Organizations (INGO). Dalam hal

jangkauan keanggotaan ada yang terbatas dalam wilayah tertentu saja, dan

keanggotaannya mencakup seluruh wilayah di dunia.

Konsep dan praktek dasar yang melandasi IGO modern

melibatkan21

diplomasi, perjanjian, konferensi, aturan-aturan dan hukum

perang, pengaturan penggunaan kekuatan, penyelesaian sengketa secara

19

Teuku May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, PT Refika Aditama, Bandung: 2005 20

Clive Archer, International Organization, Georg Allen and Unwin Publisher, London: 1983, hal.35 21

Le Roy A Bannet, International Organization: Principles and Issues, New Jersey: Prentice Hall Inc, 1997, hal.2-4

Page 22: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

11

damai, pembangunan hukum internasional, kerjasama ekonomi

internasional, kerjasama sosial internasional, hubungan budaya, perjalanan

lintas negara, komunikasi global, gerakan perdamaian, pembentukan

federasi dan liga, administrasi internasional, keamanan kolektif, dan

gerakan pemerintahan dunia.

Namun selain itu juga, IGO dapat diklasifikasikan ke dalam empat

kategori berdasarkan keanggotaan dan tujuannya, yaitu22

: Organisasi yang

keanggotaannya umum namun mempunyai tujuan terbatas seperti:

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Organisasi fungsional karena tujuannya

spesifik atau fokus pada satu tujuan seperti: World Health Organization

(WHO). Organisasi dimana keanggotaannya terbatas tetapi tujuannya

umum, organisasi ini biasanya merupakan organisasi regional atau wilayah

yang memiliki fungsi dan tanggung jawab dalam keamanan, politik dan

sosial ekonominya. Contohnya: ASEAN, Uni Eropa, OKI, dan lain-lain.

Organisasi yang keanggotaan maupun tujuannya terbatas seperti Asosiasi

Perdagangan Bebas Amerika Latin (LAFTA).

Berdasarkan tujuan dan aktivitasnya yang bersifat umum dan

khusus yaitu, berhubungan dengan kerjasama para anggota, meminimalisir

konflik atau menghasilkan konfrontasi sesama anggota atau non-anggota.

Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur organisasi internasional,

berhubungan dengan tingkat keanggotaan suatu anggota, struktur juga

melihat tingkat kemandirian institusi dari anggotannya yang berupa

22

Le Roy A Bannet, International Organization: Principles and Issues, New Jersey: Prentice Hall Inc, 1997, hal.2-4

Page 23: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

12

pemerintahan dan melihat keseimbangan antara elemen pemerintahan dan

non-pemerintahan.23

Dalam mencapai tujuannya organisasi internasional mempunyai

struktur yang bisa dikatakan sebagai peranan dan fungsi24

. Peranan

tersebut seperti terjalinnya kerjasama antar negara dalam banyak bidang,

yang memberikan keuntungan bagi sebagian maupun keseluruhan

anggotannya.

Peranan lain yaitu sebagai wadah dibuatnya keputusan , perangkat

administratif terhadap tindakan dan keputusan yang dibuat, dan

penghubung antar pemerintah negara-negara25

. Peranan organisasi

internasional selain untuk memecahkan suatu permasalahan juga sebagai

legitimasi kolektif dari aktivitas organisasi atau anggotanya, organisasi

internasional sebagai penentu agenda internasional, dan sebagai tempat

bagi gabungan antar anggota untuk menentukan karakter dan struktur

kekuasaan global. Dari konsep ini juga nantinya kita dapat kaitkan dengan

masalah yang penulis ajukan pada proposal ini untuk melihat Organisasi

Internasional ASEAN.

23

Clive Archer, International Organization, Georg Allen and Unwin Publisher, London: 1983, hal. 35 24

Le Roy A Bannet, International Organization: Principles and Issues, New Jersey: Prentice Hall Inc, 1997, hal 2-4 25

Le Roy A Bannet, International Organization: Principles and Issues. New Jersey: Prentice Hall Inc. 1997. hal.2-4

Page 24: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

13

2. Diplomasi

Pengertian diplomasi26

adalah seni dalam bernegosiasi atau

berunding yang dilakukan oleh seorang diplomat dengan pihak lain untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Arti diplomasi dapat juga didefinisikan

sebagai cara untuk menyampaikan suatu pesan yang punya tujuan khusus

melalui seorang diplomat dalam perundingan. Diplomasi sangat erat

hubungannya dalam kegiatan politik luar negeri atau hubungan

internasional dengan negara lain.

Kegiatan diplomasi dapat dilakukan dengan negara tertentu saja

(bilateral) atau bisa juga dilakukan dengan banyak negara (multilateral).

Pada pelaksanaannya, diplomasi bertujuan untuk menjalin, mempererat,

dan meningkatkan hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya

demi mencapai tujuan bersama. Menurut Geoffrey McDermott, pengertian

diplomasi adalah pertimbangan dalam manajemen hubungan internasional,

masing-masing Negara, seberapapun kaliber dan ukurannya, selalu ingin

memelihara atau mengembangkan posisinya dalam lingkup Internasional.

Seperti yang disebutkan pada pengertian diplomasi di atas, tujuan

utama diplomasi adalah membangun hubungan dengan pihak lain.

Menurut S. L. Roy, tujuan diplomasi adalah27

:

26

David Scott (2011), Handbook of India’s International Relations, New York: Routledge, p. 13-32

Page 25: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

14

a. Tujuan Politik

Hal ini sangat berhubungan dengan kebebasan dalam politik dan

integritas teritorial suatu negara. Dalam konteks Indonesia,

integritas teritorial ini adalah mempertahankan kemerdekaan dan

melindungi kedaulatan seluruh wilayah NKRI.

b. Tujuan Ekonomi

Hal ini sangat berhubungan dengan pembangunan nasional.

Dengan membangun hubungan internasional maka diharapkan

akan membuka kesempatan untuk menjalin kerjasama ekonomi

dengan negara-negara lain yang pada akhirnya meningkatkan

ekonomi nasional.

c. Tujuan Kultur

Hal ini sangat berkaitan dengan upaya untuk melestarikan dan

memperkenalkan kebudayaan nasional kepada negara-negara lain.

d. Tujuan Ideologi

Setiap negara memiliki ideologi, dalam hal ini Indonesia memiliki

ideologi Pancasila. Diplomasi juga bertujuan untuk

mempertahankan ideologi suatu bangsa.

Menurut Norman dan Howard C Parkins, ada tiga fungsi

diplomasi. Berikut ini adalah fungsi diplomasi tersebut28

:

a. Fungsi Representasi

28

David Scott (2011), Handbook of India’s International Relations, New York: Routledge, p.13-32

Page 26: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

15

Diplomat bertindak sebagai mewakili suatu negara dalam

perundingan dan merepresentasikan negaranya kepada negara lain.

b. Fungsi Negosiasi

Melalui kegiatan diplomasi maka sebuah negara dapat melakukan

negosiasi atau berunding dengan negara lain.

c. Fungsi Reporting

Sebagai bentuk laporan dan perlindungan terhadap kepentingan

bangsa dan warganya di negara lain.

Diplomasi selalu berhubungan dengan kegiatan politik luar negeri

atau hubungan internasional dengan negara lain. Hubungan internasional

tersebut umumnya diwakili oleh seorang diplomat yang tujuannya untuk

membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan negara-

negara yang bekerjasama.

Instrumen yang digunakan suatu negara untuk melakukan kegiatan

diplomasi adalah: Departemen Luar Negeri (DEPLU), umumnya DEPLU

berkedudukan di ibu kota negara pengirim dan berfungsi sebagai pihak

yang mengatur politik luar negeri sebuah negara; Perwakilan Diplomatik,

perwakilan diplomatik (diplomat) berkedudukan di dalam ibu kota negara

lain. Fungsi dari perwakilan diplomatik tersebut adalah sebagai

„penyambung lidah dan panca indera‟ dari negara yang diwakilinya29

.

29

David Scott (2011), Handbook of India’s International Relations, New York: Routledge, p.13-32

Page 27: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

16

3. Konsep Hak Asasi Manusia

Hak Asasi merupakan hak dasar atau hak pokok sedangkan Hak

Asasi Manusia adalah hak yang dilindungi secara internasional. Badan

Persatuan Bangsa-Bangsa menafsirkan Human right could generally be

defined as those rights which are inherent in our nature and without which

we cannot live as human being”30

.

Dalam deklarasi universal HAM 1948 disebutkan pada pasal satu

dan dua sebagai konsepsi HAM sebagai berikut: (Pasal 1) ”Semua orang

dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dari hak-hak yang sama.

Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaual satu sama

lain dalam semangat persaudaraan31

.

Sedangkan (Pasal 2) ”setiap orang berhak atas semua hak dan

kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam pernyataan ini tanpa

perkecualiaan apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,

agama, atau pendapat lain yang berlainan, asal mula kebangsaan atau

kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain”32

.

Dalam buku Miriam Budiarjo tidak jauh berbeda dimana Hak

Asasi merupakan hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan

dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam

30

Muladi. 1995, (dalam Kunarto. 1997), “HAM dan POLRI”, Jakarta: PT. Cipta Manunggal, P. 9 31

Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, yang disahkan pada 10 Desember 1948 32

Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, yang disahkan pada 10 Desember 1948

Page 28: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

17

kehidupan masyarakat tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama atau

kelamin dan karena itu bersifat asasi serta universal33

.

Dalam kehidupan bernegara, menurut James Nikel, HAM adalah

norma-norma yang bersifat politis yang pada umumnya terkait dengan

bagaimana orang seharusnya diperlakukan oleh negara dan institusi

institusinya. Maka pada tataran domestik, pemerintah diberikan

kewenangan untuk melakukan variasi-variasi yang sesuai konteks dimana

HAM tersebut diterapkan.34

Dalam konteks ini, Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk

melindungi HAM. Sifat HAM sebagai high-priority norms yang artinya

“sekelompok norma yang sangat pokok” dan “pelanggaran terhadapnya

merupakan serangan serius atas keadilan”35

. Maka dari itu, Pemerintah

menjadi pihak utama penanggung jawab dalam merealisasikan dan

memfasilitasi norma-norma HAM.

Jika kita kaitkan HAM dengan permasalahan, proses

perkembangan HAM negara-negara ASEAN sangat panjang.

Universalisasi HAM didukung oleh negara-negara ASEAN namun tidak

sepenuhnya membenarkan konsep tersebut. Universalisasi nilai-nilai hak

asasi manusia internasional dianggap lebih memberatkan aspek sosial dan

kolektif atas hak asasi manusia. Kondisi tersebut berbanding terbalik

33

Miriam Budiardjo, 1996, Dasar-dasar ilmu politik, Jakarta: PT Gramedia, P.120 34

ranoto Iskandar, 2012, “hukum HAM Internasional: Sebuah pengantar kontekstual”, Cianjur: Institute for Migrant Rights press, p.51 35

James Nickel, 2014, human rights, at < http://plato.stanford.edu/entries/rights-human/> diakses pada 6 September 2017

Page 29: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

18

dengan masyarakat yang hidup di kawasan Asia Tenggara dimana

masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan asal, menghormati

kultur dan custom secara turun temurun. Oleh karenanya, pemimpin-

pemimpin ASEAN mengharuskan Hak asasi manusia yang suarakan oleh

PBB harus berjalan beriringan dengan kebudayaan timur Asia Tenggara36

Perbedaan norma HAM disesuaikan dengan konsep nasional dan

hukum domestik negara sehingga kebijakan atas HAM masih jarang

menjadi prioritas utama diantara negara-negara anggota. Situasi tersebut

mempersulit ASEAN di masa depan karena negara-negara mitra dialog

bahkan internasional atau hubungan antar negara anggota yang notabene

selalu mempersoalkan posisi ASEAN dalam kasus pelanggaran HAM, tak

terkecuali pada permasalahan yang saya angkat yaitu mengenai Etnis

Rohingya.

4. Prinsip Non-Intervensi

Prinsip non-intervensi dapat diartikan sebagai prinsip yang

menjamin pengakuan kedaulatan negara anggota juga jaminan

perlindungan dari campur tangan suatu Negara anggota terhadap politik

domestik negara anggota lainnya.37

Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) dibuat

tanggal 24 Februari 1976 Pasal 2, menyebutkan bahwa menjalankan

36

Katsumata, 2009, ASEAN and Human Rights: Resisting Western Pressure or Emulating the West? The Pasific Review, p. 619-637. 37

I. Halina, 2011, “Menyoroti Prinsip Non-Intervensi ASEAN‟ dalam Multiversa: Journal of International Studies, Vol. 1 No. 1, p.14

Page 30: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

19

hubungan antar negara harus mematuhi tiga prinsip dasar, dimana salah

satunya adalah prinsip non-intervensi. Pertama, menghormati kebebasan,

kedaulatan, keadilan, kesatuan wilayah dan identitas nasional berbagai

bangsa; Kedua, setiap negara bebas dari intervensi eksternal dan

mempunyai hak untuk mengatur negaranya sendiri; Ketiga, prinsip non-

intervensi dalam hubungan internal sesama negara anggota38

.

Pada awalnya prinsip non-intervensi dibentuk dalam rangka

membentengi pengaruh komunis yang mulai datang ke negara-negara Asia

Tenggara sehingga pada waktu itu prinsip non-intervensi memang

dibutuhkan untuk membentengi kekuatan dan campur tangan negara lain

terhadap urusan domestik negaranya. Amitav Acharya mengartikan bahwa

non-intervensi merupakan prinsip yang memberi kebebasan bagi setiap

negara untuk mengurus urusan negaranya sendiri tanpa campur tangan dari

negara lain “it also recognized the right of every state, large or small, to

lead its existence free from outside interference in its internal affairs as

this interference will adversely affect its freedom, independence and

integrity”39

.

Sejak berdirinya ASEAN tahun 1967 di antara negara-negara

anggota ASEAN berpegang pada prinsip ASEAN Way yang mencakup

38

Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia, pasal 2 diakses dari https://asean.org/treaty-amity-cooperation-southeast-asia-indonesia-24-february-1976/ pada 6 September 2017 http://asean.org/treaty-amity-cooperation-southeast-asia-indonesia-24-february-1976/ pada 6 September 2017 39

A. Acharya, 2001, Constructing a Security Community in Southeast Asia: ASEAN and The Problem of Regional Order, London: Routledge, p. 57

Page 31: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

20

prinsip non-intervensi dan kedaulatan negara, sehingga kedua prinsip

tersebut dijadikan tameng sekaligus justifikasi negara anggota yang tidak

menegakkan HAM secara optimal. Bahkan ada yang beranggapan bahwa

HAM merupakan bentuk pemaksaan nilai-nilai Barat yang seharusnya

disesuaikan dengan konteks lokal.40

Dalam kaitan dengan kasus Rohingya, banyak kritikan yang

ditujukan dengan adanya prinsip non-intervensi ASEAN dirasakan tidak

bisa berbuat apa-apa dan diharapkan lebih bersikap tegas dalam

penanganan setiap masalah di dalam wilayah regionalnya. Sedangkan

pemerintah Myanmar yang dianggap enggan mengatasi pelanggaran HAM

terhadap etnis Rohingya dalam negaranya. Isu pengungsi Rohingya

menjadi masalah bersama, karena akan melibatkan juga negara-negara

dimana mereka terdampar atau mengungsi, khususnya negara-negara

anggota ASEAN seperti Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam

namun sikap tegas terhadap pemerintah Myanmar tidak dapat secara

mulus dilakukan karena harus berhadapan dengan prinsip non-intervensi.

40

Victor Silaen, 2015, Kendala ASEAN dalam Masalah Rohingya, http://www.satuharapan.com/readdetail/read/kendala-asean-dalam-masalah-Rohingya diakses 30 Oktober 2017

Page 32: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

21

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan

pertanyaan yang diawali dengan „bagaimana‟41

. Hal ini digunakan untuk

mencari pengetahuan, data dan wawasan dari pertanyaan skripsi ini yaitu:

“Bagaimana strategi AICHR dalam penanganan krisis HAM terhadap

Rohingya di Myanmar terkait prinsip non-intervensi periode 2014-2017? “

2. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Pada skripsi kali ini menggunakan dua jenis dan sumber data yaitu

data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan42

data penelitian

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Sedangkan data primer43

ialah data

yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang

melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.

Selain itu data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sedangkan data primer di

dapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil

41

Umar Suryadi Bakri, “Metodologi Ilmu Hubungan Internasional: Tradisional dan Saintifik” dalam Metodologi Ilmu Hubungan Internasional: Perdebatan paradigmatik dan Pendekatan Alternatif, eds., Asrudin, Mirza Jaka Suryana, dan Musa Maliki (Malang: Intrans, 2014), 17. 42

Barbara D. Kawulich, Data Analysis Techniques in Qualitative Research, (State University of Georgia) 43

M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Bogor: 2002.

Page 33: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

22

wawancara yang dilakukan. Data primer ini antara lain; Catatan hasil

wawancara, hasil observasi lapangan, data-data mengenai informan.

Dalam teknik pengumpulan data, wawancara telah dilakukan

dengan Hasil Wawancara dengan Ibu Dinna Wisnu (Indonesian

Representative for AICHR 2016-2018). Pada hari Selasa, 21 Agustus 2018,

pukul 10.30 – 11.30 WIB yang bertempat di Perutusan Tetap Republik

Indonesia untuk ASEAN (PTRI ASEAN), Jalan Sisingamangaraja, No.73

Gunung, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta 12120.

3. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan agar skripsi ini bisa terstruktur baik dengan

penjelasan yang jelas. Berbagai sumber yang didapatkan nantinya dapat

dikategorikan dan disusun untuk bisa menjawab pertanyaan dari penelitian

ini44

. Teknik analisa nantinya dimulai dengan mengumpulkan data–data

mengenai latar belakang terjadinya krisis hak asasi manusia di Myanmar

(etnis Rohingya), kemudian dengan dikaitkannya dengan AICHR lembaga

di bawah naungan ASEAN yang menangani tentang hak asasi manusia,

dan juga adanya prinsip non-intervensi. Setelah itu dijelaskan bagaimana

strategi AICHR dalam menangani kasus serta jalan keluar dari dilema

adanya krisis hak asasi manusia di Myanmar serta terbatasnya dengan

prinsip non-intervensi tersebut.

44

Barbara D. Kawulich, Data Analysis Techniques in Qualitative Research, (State University of

Georgia), 97.

Page 34: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

23

G. Sistematika Penulisan

BAB I, Pengantar akan berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan,

kerangka konseptual atau teori, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II, berisikan penjelasan juga deskripsi lengkap mengenai

ASEAN khususnya AICHR mengenai terbentuknya, tujuan, fungsi,

mandat, komposisi dan sifat serta pencapaian AICHR dan kerjasama

AICHR sebelum tahun 2014 juga prinsip non-intervensi yang dianut oleh

ASEAN.

BAB III, berisikan pembahasan tentang kasus dan krisis hak asasi

manusia Rohingya di Myanmar dari mulai sejarah terbentuknya sampai

dengan kasus pada tahun 2016 secara lengkap, pelanggaran HAM

Rohingya dan dampak yang ditimbulkan.

BAB IV, fokus pada isu yang diangkat, dimana pada bab ini akan

menganalisis kasus Rohingya serta strategi AICHR dalam Penanganan

Krisis HAM Rohingya di Myanmar Terkait Prinsip Non – Intervensi

Periode 2014 – 2017 dengan teori-teori hubungan internasional

BAB V, berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari

pembahasan berdasarkan kepada pertanyaan penelitian yang diangkat pada

skripsi ini.

Page 35: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

24

BAB II

ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHT

(AICHR) DAN PRINSIP NON-INTERVENSI

A. Association of South East Asian Nation (ASEAN) dan ASEAN Inter-

governmental Commission on Human Rights (AICHR)

1. Perkembangan Association of South East Asian Nation

(ASEAN) dan Tinjauan Umum ASEAN Inter-governmental

Commission on Human Rights (AICHR)

Association of South East Asian Nation45

atau yang biasa disingkat

dengan kata (ASEAN) pada tahun 1967 dibentuk melalui Deklarasi

Bangkok sebagai badan regional pertama yang menangani isu-isu atau

permasalahan dan relavansi di kawasan Asia tenggara. Awalnya ASEAN

didirikan oleh 5 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand

dan Filipina46

.

Pembentukan organisasi negara-negara kawasan Asia Tenggara ini

bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengembangkan

kebudayaan, dan menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia

45

The Asean Declaration Bangkok 8 August 1967. Dalam https://asean.org/the-asean-declaration-bangkok-declaration-bangkok-8-august-1967/ diakses pada 5 April 2018 46

The Asean Declaration Bangkok 8 August 1967. Dalam https://asean.org/the-asean-declaration-bangkok-declaration-bangkok-8-august-1967/ diakses pada 5 April 2018

Page 36: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

25

Tenggara47

. Sampai pada saat ini negara-negara anggota ASEAN menjadi

10 yaitu: (1) Indonesia, (2) Thailand, (3) Malaysia, (4) Singapura, dan (5)

Filipina (6) Brunei Darussalam, (7) Vietnam, (8) Laos, (9) Myanmar, dan

(10) Kamboja.

Sebagai negara yang baru memperoleh kemerdekaan, maka

prioritas utama adalah pembangunan nasional, serta keamanan yang

mendukung untuk kemajuan ekonomi, stabilitas dan struktur politik. Akan

tetapi hal-hal yang mengenai pelanggaran HAM sepertinya tidak begitu

mendapat perhatian atau terbengkalai, sementara saat itu terjadi banyak

kasus pelanggaran HAM di kawasan Asia Tenggara48

.

Contoh pelanggaran HAM tersebut seperti kasus pemerintahan

Orde Baru, Presiden Soeharto di Indonesia. Di Myanmar terkait kasus

genosida berupa pada era Pol Pot dan konflik perbatasan Kamboja-

Thailand atas klaim kuil Preah Vihear. Selanjutnya, di Thailand aksi

penembakan maupun pengeboman terhadap Melayu Pattani dari

pemerintah pusat Thailand. Di Malaysia juga terjadi pelanggaran HAM

dalam bentuk diskriminasi rasial dan pemberlakuan Internal Security Act

dan juga adanya krisis demokrasi di Filipina49

.

47

The Asean Declaration Bangkok 8 August 1967. Dalam https://asean.org/the-asean-declaration-bangkok-declaration-bangkok-8-august-1967/ diakses pada 5 April 2018 48

Ahmat Reza Fahlefi Pattihua, Efektivitas Asean Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) dalam mengatasi HAM di Asia Tenggara, The 6th University Research Colloquium 2017, Universitas Muhammadiyah Magelang, diakses 5 April 2018 49

Ahmat Reza Fahlefi Pattihua, Efektivitas Asean Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) dalam mengatasi HAM di Asia Tenggara, The 6th University Research Colloquium 2017, Universitas Muhammadiyah Magelang, diakses 5 April 2018

Page 37: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

26

ASEAN terus menerus membangun solidaritas. Adanya konsep

“ASEAN Way” dimana dalam konteks ini diartikulasikan dalam lima

prinsip yang disepakati yaitu “non interverence“ saling menghormati

kedaulatan, kesepakatan (consesus), menolak ancaman dan penggunaan

kekuatan militer dan menjaga prinsip keamanan secara menyeluruh

(comprehensive security). Kelima konsep tersebut pada dasarnya

merupakan dasar dari keamanan organisasi. Karena elemen-elemen

tersebut merupakan kunci stabilitas poltik dan keamanan Asia Tenggara.

Adapun tujuan utama “ASEAN Way” yaitu, pertama, menghindari

terjadinya peperangan dan penggunaan militer dan yang kedua adalah

sebagai metode resolusi konflik50

.

Pelanggaran HAM selalu terjadi di kawasan Asia Tenggara.

Kondisi ini menunjukkan sebuah ironi dimana negara-negara anggota

ASEAN harus memulai kesepakatan untuk menghargai HAM dengan

mempublikasikan dan melindungi sebagaimana yang tercermin dalam

pembentukan “ASEAN Charter” pada 20 November 2007 di Singapura51

,

sebagai sebuah kesepakatan bersama yang di terapkan secara hukum

dalam suatu organisasi bersama. Berbagai langkah di atas merupakan

suatu bentuk untuk menghargai dan mengakui keberadaan HAM.

50

Gilian Goh, 2003, ‘The ‘ASEAN Way’: Non-Intervention and ASEAN’s Role in Conflict Management’, Greater East Asia, vol. 3, no. 1 51

Ahmat Reza Fahlefi Pattihua, Efektivitas Asean Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) dalam mengatasi HAM di Asia Tenggara, The 6th University Research Colloquium 2017, Universitas Muhammadiyah Magelang, diakses 5 April 2018

Page 38: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

27

Dalam Piagam ASEAN Bab I, Pasal 1 (ayat 7) yang berbunyi

“Komunitas ASEAN” adalah sebuah komunitas yang ditujukan untuk

memperkuat demokrasi dan melindungi HAM. Kemudian, pada Pasal 14

juga disebutkan bahwa memajukan identitas ASEAN dengan

meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi akan keanekaragaman budaya

dan warisan kawasan. Untuk mengimplementasikan hal tersebut dengan

melihat berbagai persoalan tersebut maka dibentuklah The ASEAN

Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR)52

.

AICHR adalah bagian dari kelanjutan pelaksanaan ASEAN

Charter, dan diresmikan pada 23 Oktober 2009 pada saat penyelenggaraan

ASEAN Summit ke-16 di Hua Hin, Thailand. Adanya badan ini

dimaksudkan untuk mempermudah dan mengurangi berbagai macam

permasalahan pelanggaran HAM di Asia Tenggara. Komisi HAM ada

untuk mempublikasikan dan melindungi hak asasi manusia, dan kerjasama

regional tentang HAM, di negara-negara anggota ASEAN. Kemajuan

persetujuan ASEAN terhadap hak asasi manusia juga dapat dilihat dalam

Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN (AHRD) dan roadmap komunitas

ASEAN 2009-201553

.

52

Tan Hsien Li. 2011. The ASEAN InterGovermental Commission on Human Right: Institutionalishing Human Rights In Southeast Asia, Cambridge: Cambridge University Press, hal.4 53

Road map for an ASEAN community, http://www.asean.org/wp/content/uploa ds/images/ASEAN_RTK_2014/2_Roa dmap_for_ASEAN_Community_2009 2015.pdf , diakses tanggal 6 April 2018.

Page 39: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

28

AICHR kini sudah hampir dua dekade didirikan, tidak dapat

dipungkiri bahwa terdapat banyak masalah HAM yang muncul. Sejak

dibentuk pada tahun 2009 lewat KTT ke 15, AICHR tampak menghindari

penyelesaian konflik, banyak laporan yang disampaikan oleh Kontras

(komisi untuk orang hilang dan dan anti kekerasan) sering diabaikan oleh

komisi tersebut54

. Hal ini yang membuat ASEAN dianggap tidak mampu

mewakili kepentingan negara anggotanya.

2. Informasi Publik (ASEAN Inter-governmental Commission on

Human Rights (AICHR)

a. Tujuan, Delegasi/Mandat, dan Fungsi

AICHR adalah bagian dari ASEAN, mempunyai peran

sebagai badan konsultasi dan bersifat “advisory/memberi nasehat”.

Selain itu juga sebagai penaung (overarching), untuk perlindungan

dan kemajuan HAM di ASEAN sebagai tanggung jawab

umumnya55

. Hal itu diatur dalam TOR AICHR Pasal 1, dengan

tujuan sebagai berikut:

Meningkatkan, melindungi HAM dan kebebasan mendasar

dari rakyat ASEAN; Menegakan hak rakyat ASEAN untuk

hidup berkesetimbangan, berstatus dan sejahtera; berkontribusi

54

Ahmat Reza Fahlefi Pattihua, Efektivitas Asean Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) dalam mengatasi HAM di Asia Tenggara, The 6th University Research Colloquium 2017, Universitas Muhammadiyah Magelang, diakses 5 April 2018 55

TOR of AICHR, 2009, ASEAN Secretariat. http://hrlibrary.umn.edu/research/Philippines/Terms%20of%20Reference%20for%20the%20ASEAN%20Inter-Governmental%20CHR.pdf pada 6 September 2017

Page 40: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

29

terhadap pencapaian tujuan ASEAN; Meningkatkan HAM dalam

konteks regional dengan mempertimbangkan parikularitas

domestik dan regional; Meningkatkan kerjasama regional untuk

membantu usaha-usaha domestik dan internasional; Menegakkan

tolak ukur hak asasi manusia internasional sebagaimana dituliskan

dalam Deklarasi Universal HAM, kegiatan Aksi dan Deklarasi

Wina dan perkakas HAM internasional dimana negara anggota

ASEAN merupakan negara yang bersangkutan.56

Pada TOR AICHR Pasal 4, tersimpul

14 delegasi/mandat dan fungsi AICHR yang tertulis sebagai

berikut: Mengembangkan rencana pembinaan dan perlindungan

HAM; Mengembangkan pernyataan HAM ASEAN; Meningkatkan

rasa kepedulian publik terhadap HAM; Memajukan peningkatan

kelayakan untuk mejalankan hak-hak perjanjian HAM; Mendorong

negara-negara ASEAN untuk mengesahkan instrument HAM;

Memajukan pelaksanaan instrumen-instrumen ASEAN;

Menyediakan jasa konsultasi dan bantuan terhadap problematik

HAM; Melakukan diskusi dan konsultasi dengan devisi ASEAN

lain; Berkonsultasi, dengan lembaga nasional, dan internasional;

Menerima informasi dari negara Anggota ASEAN tentang proses,

cara dan perlindungan HAM; Mengupayakan ancangan dan posisi

56

TOR of AICHR, 2009, ASEAN Secretariat. http://hrlibrary.umn.edu/research/Philippines/Terms%20of%20Reference%20for%20the%20ASEAN%20Inter-Governmental%20CHR.pdf pada 6 September 2017

Page 41: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

30

tentang problem HAM yang merupakan kepentingan ASEAN;

Menyiapkan tinjauan tentang isu tematik HAM di ASEAN;

Memberikan laporan tahunan kegiatan, atau laporan lain yg

diperlukan pada konferensi Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM);

dan Melaksanakan kewajiban lain yang mungkin diberikan oleh

konferensi Menteri Luar Negeri ASEAN57

.

b. Komposisi

AICHR terdiri dari utusan-utusan 10 negara Anggota

ASEAN yang berkewajiban kepada pemerintah yang mengutusnya.

Saat ini ada 10 utusan dari AICHR, 2 orang terpilih dari golongan

Organisasi Masyarakat Sipil (CSO) berdomisili dari Indonesia dan

Thailand, dan sisanya dari perwakilan yang telah ditunjuk oleh

Pemerintah. Setiap Wakil menjabat untuk satu kali periode selama

3 tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan.

Proses pengambil keputusan di AICHR didasarkan pada konfrensi,

dan persetujuan sebagai asas-asas AICHR58

, dan mengadakan

konfrensi regular 2 kali dan melapor ke Menteri Luar Negeri

ASEAN.

57

TOR of AICHR, 2009, ASEAN Secretariat. http://hrlibrary.umn.edu/research/Philippines/Terms%20of%20Reference%20for%20the%20ASEAN%20Inter-Governmental%20CHR.pdf pada 6 September 2017 58

TOR of AICHR, 2009, ASEAN Secretariat, http://hrlibrary.umn.edu/research/Philippines/Terms%20of%20Reference%20for%20the%20ASEAN%20Inter-Governmental%20CHR.pdf pada 6 September 2017

Page 42: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

31

Representative for AICHR 2016-201859

: Brunei

Darussalam, H.E. Haji Mohammad Rosli bin Haji Ibrahim;

Cambodia, H.E. Mrs. Polyne Hean; Indonesia, Mrs. Dinna Wisnu,

Ph.D; Lao PDR, H.E. Mr. Phoukhong Sisoulath; Malaysia, H.E

Mr. Edmund Bon Tai Soon; Myanmar, H.E Amb. Hla Myint;

Philippines, H.E Mrs. Loretta Ann Pargas-Rosales; Singapore, H.E

Amb. Barry Desker; Thailand, H.E Dr. Seree Nonthasoot;

Vietnam, H.E Amb. Nguyen Thi Nha.

c. Sifat

AICHR adalah badan intergovernmental yang

berhubungan pada struktur ASEAN. memikul kata

intergovernmental membuktikan bahwa AICHR tidak mempunyai

wewenang atas negara anggotanya. AICHR tidak memiliki cukup

otoritas dan kekuatan untuk memberikan sanksi atau mengunjungi

dan menginvestigasi negara anggotanya jika terjadi pelanggaran

HAM60

.

Namun di dalam struktur acuan menyebutkan bahwa

kewajiban negara anggota untuk melapor berkala dalam konfrensi

Menteri Luar Negeri ASEAN, tetapi tidak diperbolehkan untuk

memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai tindakan yang akan

59

TOR of AICHR, 2009, ASEAN Secretariat, http://hrlibrary.umn.edu/research/Philippines/Terms%20of%20Reference%20for%20the%20ASEAN%20Inter-Governmental%20CHR.pdf pada 15 Oktober 2018 60

Gorawut Numnak, et.al., “The Unfinished Business: The ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights”. Freiderich Naumann Stiftung Fur die Freihet. No.4 2009 hal. 12.

Page 43: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

32

diberikan oleh AICHR terhadap laporan-laporan tersebut61

. Selain

itu definisi dari AICHR adalah badan konsultatif.62

Tidak ada

penjelasan yang lebih jelas mengenai “konsultatif” di dalam

struktur acuan tersebut.

Namun pada umumnya yang disebut dengan konsultatif

mempunyai tiga arti:63

Di bawah protokol PBB badan konsultatif

boleh memberikan ulasan tertulis maupun lisan. Dan juga

organisasi tersebut juga dapat menyajikan pengajuan; Dalam

pengertian yang lebih luas, sebuah perhimpunan yang konsultatif

dapat mengajurkan rekomendasi dan dapat menjadi sarana untuk

melakukan konsultasi; Secara politis sebuah organisasi konsultatif

harus melakukan konsultasi dan mendapatkan persetujuan dari

anggota-anggotanya ketika akan mengambil keputusan.

Membahas ASEAN sangat lekat dengan ASEAN Way yang

dimana kita ketahui juga bahwa AICHR berada di bawah naungan

ASEAN dan memberikan wewenang pengambilan keputusan pada

konsesus dari member anggota ASEAN, kemungkinan akan

terdapat sebuah organisasi HAM yang dapat melakukan pengaduan

atau tindakan saat krisis HAM terjadi cukup diragukan. Dari situ

61

Gorawut Numnak, et.al., “The Unfinished Business: The ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights”. Freiderich Naumann Stiftung Fur die Freihet. No.4 2009, hal. 12 62

TOR AICHR, 2009, ASEAN Secretariat, pasal 3 , http://hrlibrary.umn.edu/research/Philippines/Terms%20of%20Reference%20for%20the%20ASEAN%20Inter-Governmental%20CHR.pdf pada 6 September 2017 63

Gorawut Numnak, et.al., “The Unfinished Business...”, hal. 6

Page 44: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

33

dapat dilihat bahwa definisi konsultatif yang terdapat pada AICHR

dapat dimasukan pada kategori definisi ketiga seperti yang telah

dijelaskan diatas64

.

Kata konsultatif sendiri di dalam struktur acuan

mengakibatkan banyak komentar baik dari dalam ataupun dari luar

ASEAN. Kata konsultatif dianggap sebagai teguran atas non-

intervensi dan peran utama dari AICHR adalah untuk

melaksanakan fungsi edukatif dan promosi HAM yang peran

penegakan dan pemberian sanksinya masih dipertanyakan.

d. Faktor Pemajuan dan Penengakan HAM yang diterapkan

ASEAN Inter-gornmental Commission on Human Rights

Dalam struktur acuan yang didefinisikan oleh High Level

Panel on an ASEAN Human Rights Body, terkandung empat unsur

pemajuan dan menjunjung hak asasi manusia yang diterapkan oleh

AICHR, antara lain65

:

1. Edukasi , diseminasi, dan pemajuan hak-hak asasi manusia

Peranan AICHR dalam hal ini diatur pada Pasal 4 ayat (2),

(3), dan (9). Dimana AICHR mempunyai peran untuk

meningkatkan kesadaran sesuai dengan fungsinya melalui

deseminasi, riset dan juga edukasi serta pemajuan dan

64

Gorawut Numnak, et.al., “The Unfinished Business: The ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights”. Freiderich Naumann Stiftung Fur die Freihet. No.4 2009 hal. 6. 65

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference), Jakarta: ASEAN Secretariat, October 2009, pasal 4

Page 45: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

34

perlindungan hak-hak asasi manusia. AICHR juga dalam

kapasitasnya menerapkan tanggung jawab yang terdapat dalam

berbagai perjanjian internasional terkait HAM agar dapat

berjalan secara efektif66

.

Upaya-upaya tersebut dapat berupa seminar, lokakarya dan

juga yang lainnya. AICHR juga dapat melakukan konsultasi

baik secara regional maupun nasional dan juga internasional

terkait perlindungan dan permajuan HAM apabila memang

diperlukan.67

2. Pengaturan tolak ukur Internasional Hak Asasi Manusia

Sesuai dengan Pasal 1 ayat (6), AICHR patut menjunjung

tinggi tolak ukur internasional HAM sebagaimana yang

terdapat pada Universal Declaration on Human Rights, Vienna

Declaration and Programme of Action, serta instrumen hak

asasi manusia lainnya dimana negara-negara ASEAN sebagai

anggotanya. AICHR mengemban delegasi untuk mendorong

negara-negara ASEAN mengesahkan instrumen internasional

tentang hak asasi manusia68

, serta ikut

mengimplementasikannya. AICHR juga diharapkan dapat

66

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference), Jakarta: ASEAN Secretariat. October 2009. Pasal 4 ayat (4) 67

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference), Jakarta: ASEAN Secretariat. October 2009.=, Pasal 4 ayat (6) 68

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference), Jakarta: ASEAN Secretariat. October 2009, Pasal 4 ayat (5)

Page 46: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

35

merumuskan ASEAN Human Rights Declaration agar dapat

membentuk suatu kerangka kerjasama di bidang hak asasi

manusia.

3. Pengawasan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia

AICHR diinstruksikan untuk berpastisipasi dalam dialog-

dialog serta konsultasi bersama anggota ASEAN lainnya,

sebagaimana yang tercantum dalam BAB V Piagam ASEAN69

.

Selain itu fungsi perlindungan dan pengawasan juga dapat

dilakukan dengan informasi yang didapat dari negara anggota

ASEAN dalam hal hak asasi manusia70

. AICHR dapat

melakukan analisis terhadap isu-isu tersebut dan memberikan

laporan berkala saat konfernsi Menteri Luar Negeri Asean.71

4. Advisory Service and Technical Assistance (ASTA)

Pada fungsi ini AICHR dapat memberikan Advisory

Service dan bantuan teknis kepada badan-badan sektoral

ASEAN tentunya terkait hak asasi manusia apabila diminta72

.

69

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference), Jakarta: ASEAN Secretariat. October 2009, pasal 4 ayat (8) 70

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference), Jakarta: ASEAN Secretariat. October 2009, pasal 4 ayat (10) 71

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference), Jakarta: ASEAN Secretariat. October 2009, pasal 4 ayat (13) 72

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference), Jakarta: ASEAN Secretariat. October 2009, pasal 4 ayat (7)

Page 47: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

36

3. Pencapaian serta kerjasama ASEAN Inter-gornmental

Commission on Human Rights (AICHR) dengan negara atau

Organisasi Internasional lainnya.

Semenjak diresmikannya AICHR hingga kini, selama itulah

banyak pasang surut yang terjadi dalam pelaksanaan peran AICHR sendiri.

Masih banyak perdebatan seiring dengan efektivitas AICHR, banyak yang

menilai bahwa AICHR dirasa masih kurang kuat dalam menyelesaikan

persoalan HAM di lingkup Asia Tenggara. Namun tidak sedikit pula yang

merasa senang karena akhirnya ASEAN memiliki Badan Mekanisme

HAM sendiri, seperti negara-negara lainnya. Berikut beberapa pencapaian

AICHR selama ini:

Pada 2010, AICHR menyelenggarakan sejumlah konfrensi untuk

melakukan sosialisasi dan dukungan dari organisasi internasional, seperti

kunjungan ke USA atas panggilan dari Presiden Barrack Obama, dan juga

ada pertemuan dengan United Nations Development Programme (UNDP)

yang membahas tentang pemberian pelatihan, perlengkapan dan

pembagunan terhadap negara-negara berkembang atau memberikan

bantuan kepada suatu negara termasuk dalam krisis HAM Rohingya di

Myanmar. Selain itu AICHR juga bekerjasama dengan organisasi

internasional lain seperti United Nations High Commissioner for Refugees

(UNHCR), dan beberapa organisasi lainnya.73

73

Tatat Sukarsa dkk, “Indonesia’s Leadership in ASEAN 2011: Political Perspective and Human Rights” Postscript, the Habibi Center, Vol. VIII No. 1, 2011.

Page 48: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

37

Pada Februari 2011, pertemuan negara-negara anggota AICHR

telah diselengarakan sebanyak empat kali. Pada pertemuan tersebut,

negara anggota sepakat untuk menjadikan tahun 2011 sebagai tahun yang

tepat untuk mengimplementasikan kinerja AICHR untuk mempromosikan

dan melindungi HAM di kawasan Asia Tenggara, terdapat beberapa

agenda dan prioritas yang ditetapkan saat pertemuan tersebut, yakni

perancangan ASEAN Declaration on Human Rights, pemantapan

sekretariat AICHR, dan memperkuat hubungan AICHR dengan

masyarakat sipil74

. Pada bulan November 2012, AICHR telah mencapai

salah satu mandat penting dalam mendorong pemajuan dan perlindungan

HAM di kawasan ASEAN yaitu terbentuknya Deklarasi HAM ASEAN

dan deklarasi tersebut telah diadopsi oleh Kepala Negara ASEAN yang

bertepatan dengan KTT ASEAN ke 21 di Kamboja75

.

Pada 25 Juni 2013, Indonesia mengadakan dialog HAM dengan

AICHR meniru konsep UPR (Universal Periodical Review), sistem

pelaporan HAM Dewan HAM PBB-Jenewa76

. Indonesia menjadi negara

anggota pertama yang secara sukarela menyampaikan ke negara-negara

ASEAN lainnya melalui AICHR untuk ditinjau proses promosi dan

proteksi HAM di Indonesia. Sebagai negara pertama yang mendorong

mekanisme HAM di kawasan, Indonesia telah menunjukkan upaya nyata

74

Tatat Sukarsa dkk, “Indonesia’s Leadership in ASEAN 2011: Political Perspective and Human Rights” Postscript, the Habibi Center, Vol. VIII No. 1, 2011. 75

AICHR, “ASEAN Human Rights Adopted, and The Signing Ceremony of the Phnom Penh Statement”, http://aichr.org/news diakses pada 29 Mei 2018 76

Lidya Christin Sinaga, 2014, “Mengurai Peran Indonesia dalam Penguatan AICHR”, Ejurnal World Politic, Jakarta: Pusat Penelitian Politik - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI)

Page 49: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

38

bagi pemajuan HAM di ASEAN. Namun demikian, Indonesia masih harus

melakukan beberapa hal penting untuk penguatan AICHR. Pertama,

Indonesia harus terus mendorong agar perwakilan (representatives)

masing-masing negara di AICHR berasal dari masyarakat sipil, bukan dari

negara atau ditunjuk oleh negara. Hingga saat ini baru Indonesia dan

Thailand yang perwakilannya berasal dari masyarakat sipil. Kedua,

Indonesia harus mengupayakan bagaimana meningkatkan kepercayaan

negara anggota ASEAN kepada organisasi yang mereka bentuk sendiri,

terutama dengan mendorong UPR di ASEAN. Padaprinsipnya, tidak ada

lagi negara ASEAN yang imun terhadap proses HAM di

internasional. Ketiga, Indonesia perlu mendorong dilakukannya

peninjauan ulang (review) terhadap instrumen HAM ASEAN untuk

memperkuat mekanisme HAM itu sendiri. Tahun 2014 ini menjadi tahun

yang tepat sesuai dengan komitmen awal untuk meninjau kembali ToR

AICHR yang telah diadopsi sejak tahun 2009 setiap lima tahun sekali.

Pencapaian AICHR selain terbentuknya Deklarasi HAM ASEAN,

juga menguatkan peran masyarakat sipil sebagai jalur diplomasi baru

dalam isu HAM seperti memainstrimkan HAM agar masyarakat peduli

akan HAM, pendekatan dialog yang dilakukan oleh AICHR dan negara-

negara anggota ASEAN lain kepada Nyabnar dalam promosi dan

penyelesaian isu HAM, dan yang terakhir adalah penguatan fungsi,

wewenang, dan mandat AICHR. AICHR sebagai komisi HAM di ASEAN

Page 50: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

39

bertanggung jawab untuk pemajuan dan pelindungan HAM di ASEAN77

.

Namun, sejauh ini peran AICHR lebih dominan pada fungsi promosi,

bukan perlindungan. Hal ini dapat terjadi karena usia AICHR yang

tergolong masih muda.

B. Prinsip Non-Intervensi dalam Perspektif ASEAN

Dalam ASEAN terdapat norma atau prinsip diplomatik yang bernama

ASEAN Way, dimana hal tersebut mencakup asas non-intervensi, tidak

menggunakan angkatan bersenjata, serta menghindari collective defense.78

Salah satu prinsip yang paling sering disebutkan adalah prinsip non intervensi.

Hal ini menjadi penting karena sejak pembentukannya pada tahun 1967

pedoman tersebut telah ditulis secara tegas di dalam Deklarasi Bangkok,

bahkan prinsip tersebut secara eksplisit dicantumkan di dalam Piagam

ASEAN.

Perkataan wewenang sering digunakan secara umum untuk

memperlihatkan semua kegiatan intervensi oleh suatu negara dalam urusan

negara lain.79

Non-intervention is a foreign principle which holds that political

rulers should avoid alliances with other nations, but still retain diplomacy,

and avoid all wars not related to direct self-defense. This is based on the

77

Tatat Sukarsa dkk, “Indonesia’s Leadership in ASEAN 2011: Political Perspective and Human Rights” Postscript, the Habibi Center, Vol. VIII No. 1, 2011. 78

Nicholas Khoo,“Deconstructing the ASEAN Security Community: a Review Essay”. (Oxford University Press and Japan Association of International Relation. International Relations of the Asia-Pasific, 2004) Volume 4 hlm. 35 79

J.G. Starke, 2007. “Pengantar Hukum Internasional” (edisi kesepuluh, Buku 2). (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 683.

Page 51: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

40

grounds that a state should not interfere in the internal politics of another

state, based upon the principles of state sovereignty and self-determination. A

similar phrase is strategic independence.80

Menurut I Halina, asas non-intervensi adalah prinsip yang menjamin

legalisasi kedaulatan negara anggota, juga jaminan perlindungan dari

introvensi suatu negara anggota kepada politik domestik negara anggota

lainnya.81

Amitav Acharya menerangkan bahwa asas non-intervensi

merupakan prinsip yang memberi kebebasan kepada setiap negara untuk

mengelola perkara dalam negerinya tanpa adanya intervensi dari negara lain

yang akan mencemari prinsip kebebasan, keutuhan dan kemerdekaan suatu

negara.82

Prinsip ini terdapat pada Treaty of Amity and Cooperation in Southeast

Asia (TAC), 24 Februari 1976 yang pada Pasal 2 tertulis bahwa dalam

menjalin ikatan antar anggota, yang berdasar pada prinsip fundamental

yaitu83

: (a) menghormati kedaulatan, kebebasan, kesatuan wilayah, kesamaan

dan personalitas nasional setiap bangsa; (b) setiap negara memiliki wewenang

untuk merangkai penyelenggaraan negaranya bebas dari campur tangan

eksternal; (c) adanya asas non-intervensi dalam relasi internal sesama

80

J.G. Starke, 2007. “Pengantar Hukum Internasional” (edisi kesepuluh, Buku 2). (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 683. 81

I.Halina, “Menyoroti Prinsip Non-Intervensi ASEAN”, (Multiversa: Journal of International Studies, Vol.1, No.1, 2011), hlm. 14 82

Amitav Acharya,“Constructing a Security Community in Southeast Asia: ASEAN and the Problem of Regional Order”, (London: Routledge,2001), hlm. 57. 83

Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia, Pasal 2. http://asean.org/treaty-amity-cooperation-southeast-asia-indonesia-24-february-1976/ pada 6 September 2017

Page 52: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

41

anggota.84

Dengan adanya pasal tersebut memastikan eksistensi prinsip non-

intervensi dalam struktur kerja sama ASEAN.

Prinsip tersebut juga melambangkan satu dari lima prinsip peaceful

coexistence yang terdapat dalam Piagam PBB yang kemudian diambil ahli

oleh para founder ASEAN dengan penyesuaian tertentu terhadap norma-

norma regional85

. tetapi prinsip non-intervensi sesunguhnya berisih nilai nilai

penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas area setiap negara,

pemecahan setiap masalah politik melalui permusyawaratan dan peningkatan

kerjasama dalam bagian pertahanan dan keamanan wilayah sesuai dengan

tujuan pendirian ASEAN yaitu “to promote peace in the region”86

.

Asas non-intervensi selama ini taat di pegang oleh para member

ASEAN dalam dispensasi regionalnya. Hal yang akan terjadi sebab telah

terdapat dasar hukum yaitu pada Piagam ASEAN sehingga menyebabkan

Negara-Negara anggota tidak memiliki pengesahan dan otoritas yang cukup

untuk bercampur tangan masalah persilihan dan pelanggaran HAM pribadi

negara anggotanya. Pasal 2 Piagam ASEAN menyatakan bahwa (e) non-

interference in the internal affairs of ASEAN member states, (f) respect the

84

Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia, Pasal 2. http://asean.org/treaty-amity-cooperation-southeast-asia-indonesia-24-february-1976/ pada 6 September 2017 85

Tony Yuri Rahmanto, Prinsip Non-Intervensi Bagi ASEAN Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia, Jurnal HAM, Volume 8 Nomor 2, December 2017 86

Tony Yuri Rahmanto, Prinsip Non-Intervensi Bagi ASEAN Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia, Jurnal HAM, Volume 8 Nomor 2, December 2017

Page 53: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

42

right of every member state to leads its national existence free from external

interfence, subversion and coersion87

.

Misalnya dari berpengaruhnya asas non-intervensi yang dianut

ASEAN, dalam informasi penelitian Human Rights Watch (HRW) pada kasus

Rohingya di Myanmar terjadi implementasi intimidasi, kebrutalan, dan

kekerasan yang terjadi dan dilakukan militer Myanmar yang sampai saat ini

masi terus berlangsung.88

kejadian yang menimpa gabungan Rohingya

tersebut setidaknya menunjukan tiga permasalahan hak asasi manusia, yakni:

Permasalahan kewarganegaraan yang bagaimana harus bisa menunjukan

semenjak tahun 1824 merupakan Warga Negara Burma, dengan adanya

tindakan diskriminasi dan toleransi kepada kaum minoritas muslim, serta

intimidasi terhadap kaum minoritas yang sudah berlangsung sejak lama dan

didukung oleh Negara.89

Dalam permasalahan pelanggaran HAM di Myanmar yang menjadi

kendala ialah dalam penanganan hal tersebut, negara-negara yang tergabung

dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) tidak dapat

melakukan tindakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dikarenakan

87

Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia, Pasal 2. http://asean.org/treaty-amity-cooperation-southeast-asia-indonesia-24-february-1976/ pada 6 September 2017 88

Laporan Penelitian Human Right Watch Tahun 2016 disampaikan dan dipublikasikan oleh Mr. Kyaw Win (Executive Director of Burma Human Rights Network) pada Acara Human Rights Corner yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal HAM, Kementerian Hukum dan HAM RI bekerja sama dengan Human Rights Watch (HRW) diakses pada 4 Juli 2018 89

Laporan Penelitian Human Right Watch Tahun 2016 disampaikan dan dipublikasikan oleh Mr. Kyaw Win (Executive Director of Burma Human Rights Network) pada Acara Human Rights Corner yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal HAM, Kementerian Hukum dan HAM RI bekerja sama dengan Human Rights Watch (HRW) diakses pada 4 Juli 2018

Page 54: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

43

adanya prinsip non-intervensi yang telah menjadi prinsip dasar atau ”golden

rule” dalam keanggotaan ASEAN90

.

Asas tidak mencampuri negara lain91

atau doctrine of non-interference

merupakan salah satu pondasi paling kuat menopang kelangsungan

regionalisme ASEAN. Sehingga tidak banyak yang bisa diperbuat negara

anggota ASEAN dalam mengangani krisis hak asasi manusia tersebut. Namun

dengan bertumpu pada doktrin ini, ASEAN dapat menjaga ikatan internal dan

dapat menutup pintu konflik militer antar negara ASEAN. Namun dari sudut

pandang HAM, ideologi yang berlaku sejak 1967 disinyalir sudah tidak

bersangkut paut lagi dengan perkembangan HAM saat ini.

Prinsip ini pada akhirnya memberi batasan bagi ASEAN dan negara

anggotanya untuk lebih aktif dalam peran dinamika regional Asia Tenggara.

Seiring dengan kelanjutan susunan politik global, nampaknya asas ini mulai

harus abaikan oleh ASEAN. Karena dalam Piagam ASEAN dituliskan bahwa

tujuan ASEAN ke depan adalah maintain and enhance peace, security and

stability and further strengthen peace-oriented values in the region, serta to

enhance regional resilience by promoting greater political, security, economic

and socio-cultural cooperation92

. Pernyataan ini membuktikan bahwa ASEAN

90

Tony Yuri Rahmanto, Prinsip Non-Intervensi Bagi ASEAN Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia, Jurnal HAM, Volume 8 Nomor 2, December 2017 91

I.Halina, “Menyoroti Prinsip Non-Intervensi ASEAN”, (Multiversa: Journal of International Studies, Vol.1, No.1, 2011) 92

Tony Yuri Rahmanto, Prinsip Non-Intervensi Bagi ASEAN Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia, Jurnal HAM, Volume 8 Nomor 2, December 2017

Page 55: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

44

ke depan menjadi suatu entitas yang satu, hal ini juga diperkuat dengan jargon

ASEAN, One Vision, One Identity, One Community93

.

93

Tony Yuri Rahmanto, Prinsip Non-Intervensi Bagi ASEAN Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia, Jurnal HAM, Volume 8 Nomor 2, December 2017

Page 56: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

45

BAB III

KRISIS HAK ASASI MANUSIA ROHINGYA DI MYANMAR

A. Sejarah Etnis Rohingya

Myanmar merupakan negara yang mempunyai sekitar 135 etnis,

salah satunya ialah Rohingya yang mendiami Arakan terletak di sebelah

Barat dekat dengan Bangladesh. Menurut Jacques P. Leider94

pada abat

ke-18 sebelumnya Rohingya disebut “Rooinga”. Yang berasal dari kata

"rahma" (rahmat) dalam bahasa Arab atau "rogha" (perdamaian) dalam

bahasa Pashtun. Selain itu, ada pula yang mengaitkannya dengan wilayah

Ruhadi Afghanistan yang dianggap sebagai tempat asal Rohingya. Hal ini

artinya etnis Rohingya sudah lama tinggal di wilayah tersebut dan sudah

selayaknya mendapatkan identitas sebagai warna negara dari Myanmar

Namun Thein Sein sebagai pemerintah Myanmar menyatakan

bahwa tidak dapat memberikan kewarganegaraannya terhadap Rohingya,

kembali kepada etnis Rohingya sendiri yang ingin tetap tinggal namun

dengan pengawasan PBB atau pergi ke negara-negara lain95

. Etnis

Rohingya pada akhirnya sering menjadi sorotan karena permasalahan ini

dan juga pengungsi besar-besaran ke negara-negara tetangga sekitar

Rohingya.

94

Tri Joko, “Konflik Tak Seimbang etnis Rohingya dan Etnis Rakhine di Myanmar”, Jurnal Transnasional Vol.4 No.2 Februari 2013, Hal. 840 95

Tri Joko, “Konflik Tak Seimbang etnis Rohingya dan Etnis Rakhine di Myanmar”, Jurnal Transnasional Vol.4 No.2 Februari 2013

Page 57: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

46

B. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Rohingya di Myanmar

Berdasarkan penjelasan Pasal 7 UU Nomor 26 tahun 2000,

dijelaskan bahwa apa yang dimaksud dengan kejahatan genosida dan

kejahatan terhadap kemanusiaan adalah sesuai dengan “Rome Statute of

The International Criminal Court, this Statute with respect to the

following crimes: The crime of genocide; Crimes against humanity; War

crimes; The crime of aggression.”96

Dalam kasus pelanggaran HAM Rohingya di Myanmar ini

termasuk kepada crimes againts humanity, article 7(1) :97

for the purpose

of this Statute, crimes against humanity means any of the following acts

when committed as part of a widespread or systematic attack directed

against any civilian population, with knowledge of the attck : Murder,

extermination, enslavement, deportation of forcible transfer of population,

imprisonment or other severe deprivation of physical liberty in violation of

fundamental rules of international law, torture, rape, sexual slavery,

enforced prostitution. forced pregnancy, enforced sterilization, or any

other form of sexual violence of comparable gravit, persecution against

any identifiable group or collectivity on political, racial, national, ethnic,

cultural, religious, gender, enforced disappearance of personsthe, crime of

96

Rome Statute of the International Criminal Court Pasal 5 diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/14980-ID-perlindungan-atas-imigran-rohingya-dalam-pelanggaran-ham-berat-di-myanmar-dari-a.pdf pada 15 Oktober 2018 97

Rome Statute of the International Criminal Court Pasal 5 diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/14980-ID-perlindungan-atas-imigran-rohingya-dalam-pelanggaran-ham-berat-di-myanmar-dari-a.pdf pada 15 Oktober 2018

Page 58: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

47

apartheid,and other inhumane acts of a similar character intentionally

causing great suffering, or serious injury to body or to mental or physical

health.

Berdasarkan Rome Statute diatas maka pelanggaran HAM

Rohingya di Myanmar bisa dikategorikan sebagai crimes againts humanity

hal itu karena, etnis yang terpinggirkan oleh pemerintahan Myanmar ini

tidak diizinkan untuk menjalankan pendidikan di universitas yang ada,

adanya kasus pemerkosaan yang terjadi di tambah dengan adanya kerja

paksa dan sulit untuk izin menikah dirasakan oleh etnis Rohingya98

.

Penyiksaan secara religi juga dirasakan, penghancuran kepada 12 masjid

menjadi salah satu yang terjadi dengan kejadian besar di tahun 200699

.

Perlakuan itu disebut sebagai “seburuk-buruk perlakuan terhadap

kemerdekaan manusia”. Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan

Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Valerie Amos,

menyebutkan Rohingya dipandang sebagai etnis yang tertindas di dunia100

.

Pelanggaran terhadap Etnis Rohingya juga terjadi dalam

diskriminasi sosial, politik, agama maupun yang lainnya. Diskriminasi

agama dan budaya terlihat dengan dihancurkannya masjid-masjid, dilarang

mengikuti kegiatan agama dan juga menutup aurat101

. Pemerintah

98

Tamia Dian Ayu, “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Etnis yang Tidak Memiliki Kewarganegaraan: Studi Kasus Etnis Rohingya, Myanmar”, FH UI, 2012, hal.94-95 99

Tamia Dian Ayu, “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Etnis yang Tidak Memiliki Kewarganegaraan: Studi Kasus Etnis Rohingya, Myanmar”, FH UI, 2012, hal.96 100

http://www.voaindonesia.com/content/pejabat-pbb-bahas-isu-kewarganegaraan-etnis-Rohingya-diburma/1560024.html, diakses 4 Juli 2018. 101

Nurul Islam, “Facts about The Rohingya Muslims of Arakan”, diakses dari www.Rohingya.org/portal/index.php/learn-about-Rohingya.html. 4 Juli 2018

Page 59: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

48

Myanmar melarang Rohingya membuka usaha dan juga mendapatkan

perlakuan tidak adil dalam sosial-politik102

. Hal ini berkaitan juga dengan

tidak diberikannya kewarganegaraan untuk Rohingya yang dijadikan oleh

pemerintah Myanmar sebagai pembenaran dalam melakukan hal tersebut

terhadap Rohingya yang tidak diakui di Myanmar, hal itu sudah berlaku

sejak Burma Citizenship Law 1982103

.

Pada 2012 lalu, konflik tersebut semakin memanas akibat adanya

pemerkosaan terhadap wanita Budha, kejadian tersebut membuat Budha

geram dan membalasnya terhadap Rohingya dengan menyerang bus yang

ditumpangi muslim Rohingya. Terjadi saling balas antar kedua etnis

tersebut sehingga menewaskan banyak korban jiwa104

. Laporan Amnesty

International pada 40 Juli 2012, pelanggaran HAM itu terjadi ditambah

dengan perlakuan militer Rohingya sehingga menambah korban jiwa,

akibatnya 53.000 orang Rohingya mengungsi ke negara-negara

tetangga105

.

Selain itu ada penindasan terhadap Rohingya di Myanmar tahun

2016–2017 kembali terjadi, dilakukan oleh angkatan bersenjata dan

kepolisian Myanmar kepada etnis Rohingya. Tindakan tersebut membuat

PBB, kelompok HAM Amnesty Internasional dan negara-negara anggota

102

Amnesty Internasional, 2004, “Myanmar The Rohingya Minority: Fundamental Rights Denied”, Al Index: ASA 16/005/2004 103

Amnesty Internasional, 2004, “Myanmar The Rohingya Minority: Fundamental Rights Denied”, Al Index: ASA 16/005/2004 104

SN/NI Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya Arakan (PIARA) Paham Indonesia 12 Agustus 2012 105

41http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/07/31/sikap-resmi-pemerintah-myanmar-tentang-pembataian-dirakhine-481474.html, diakses 4 Juli 2018

Page 60: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

49

ASEAN geram dan prihatin. Sedangkan Aung San Suu Kyi sebagai kepala

pemerintah Myanmar secara de facto dikritik karena dianggap tidak bisa

bertindak106

.

Pada tanggal 9 Oktober 2016, beberapa orang bersenjata

menyerang barak polisi yang berada di perbatasan negara bagian Rakhine

akibat dari serangan tersebut sembilan orang polisi tewas, amunisi dan

senjata juga diambil, dengan serangan terbesar berada di kota Maungdaw.

Orang-orang yang membuat kerusuhan tersebut belum diketahui namun

disebutkan sebagai kelompok Rohingya107

. Setelah kejadian tersebut polisi

dan militer balik menyerang desa di Rakhine bagian Utara, puluhan orang

tewas dan banyak sekali warga yang ditangkap sehingga menambah

kekacauan dan korban dalam bentrokan ini108

. Dalam laporan dari

UNHCR109

pelanggaran HAM Rohingya ini berhubungan dengan

kebebasan, kemanusiaan, dapat mengakses layanan, menerima perawatan

medis dan memenuhi kebutuhan pribadi dari etnis tersebut, sehingg

pelanggaran HAM tersebut akan mempunyai dampak yang luas bukan

hanya terhadap pemerintah Myanmar tapi juga terhadap internasional.

106

"Burmese government 'kills more than 1,0Rohingya Muslims' in crackdown". The Independent. 8 February 2017. Diakses tanggal 1 Agustus 2018. 107

"Rakhine border raids kill nine police officers". Myanmar Times. 10 October 2016. Diakses tanggal 1 Agustus 2018. 108

James Griffiths (25 November 2016). "Is The Lady listening? Aung San Suu Kyi accused of ignoring Myanmar's Muslims". CNN. Diakses 1 Agustus 2018 109

https://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?NewsID=23348&LangID=E diakses pada 15 Oktober 2018

Page 61: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

50

C. Dampak Krisis Hak Asasi Manusia Rohingya Terhadap Negara-

Negara Anggota ASEAN

Kasus antara etnis Rohingya dan etnis Rakhine yang terjadi tidak

membuat pemerintah Myanmar menghentikan konflik tersebut, bahkan

pemerintah dirasa kurang peduli. Hal itu membuat warga yang tertindas

memilih pergi dari Myanmar dan mengungsi ke negara-negara tetangga

sekitar Myanmar. Diskriminasi tersebut membuat dampak yang besar bagi

warga yang merasakan dan juga pastinya dampak tersebut dirasakan pula

oleh negara-negara yang dijadikan sebagai tempat mengungsi.

Pengungsian orang-orang Rohingya sudah berlangsung sejak

beberapa tahun terakhir, bertepatan pada deklarasi kemerdekaan Myanmar

dari Inggris Raya pada 1948 disusul dengan adanya kekerasan terhadap

etnis Rohingya seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Hal itu

dirasakan sangat membatasi pergerakan dan pertumbuhan orang-orang

Rohingya di negara Myanmar. Kelompok tersebut pada akhirnya mencari

perlindungan ke negara lain dan organisasi internasional yang berbasis

kemanusiaan. Diskriminasi yang terjadi terus menerus dan dalam berbagai

aspek, kasus pelanggaran yang berat, dan adanya tingkat kemiskinan akut

yang menimpa Rohingya, telah mengakibatkan orang-orang Rohingya

yang masih bisa selamat pergi, tidak selalu berjalan dengan mulus

perjalanan mereka dalam melakukan pengungsian biasanya lewat darat

maupun laut dengan kondisi perjalanan yang buruk terkadang membuat

Page 62: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

51

mereka tercampakan di beberapa Negara tetangganya, terutama di

Bangladesh, Thailand, Malaysia, dan Indonesia110

.

Tujuan utama Rohingya yaitu negara Bangladesh karena

merupakan negara yang paling dekat dan berbatasan langsung dengan

Myanmar. Namun selain itu Malaysia menjadi negara tujuan berikutnya,

dengan melalui Thailand sebagai tempat pemberhentian sebelum sampai

ke Malaysia dimana biasanya para pengungsi melewati jalur darat ataupun

laut. Untuk jalur laut biasanya Rohingya melewati Teluk Benggala dan

Laut Andaman, hal ini meningkat pada tahun 2012 dimana kejadian

pelanggaran HAM Rohingya kembali terjadi. Para pengungsi pada

akhirnya harus pergi dari Myanmar, namun dalam perjalanan mereka

sering mendapatkan pelecehan seksual dan tidak diberi makan dalam

waktu perjalanan yang memakan waktu sampai berminggu-minggu

bahkan sampai hitungan bulan.

Untuk negara Indonesia sebagai tujuan pengungsi Rohingya

biasanya melewati jalur laut. Jumlah pengungsi yang menuju Indonesia

juga tidak kalah dengan negara-negara lainnya. Biasanya para pengungsi

datang dengan rombongan kapal, tidak jarang mereka terombang-ambing

di pantai atau lautan Indonesia sehingga diselamatkan oleh para nelayan

Indonesia dengan rasa kemanusiaan111

. Tujuan utama mereka biasanya

adalah provinsi Aceh, hal itu dikarenakan aceh berada tepat di mulut Selat

110

Tim Yayasan Geutanyoe. (2016). Hidup Dalam Penantian Setahun Pengungsi Rohingya di Aceh. Aceh: The Geutanyoe Foundation 111

Tim Yayasan Geutanyoe. (2016). Hidup Dalam Penantian Setahun Pengungsi Rohingya di Aceh. Aceh: The Geutanyoe Foundation

Page 63: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

52

Malaka dan seperti yang diketahui bahwa Aceh dilewati oleh jalur kapal-

kapal internasional. Letaknya yang strategis membuat pengungsi Rohingya

memilih Aceh selain itu sikap nelayan Aceh yang mewajibkan untuk

menolong siapapun yang terlantar di lautan lepas, dan sampai saat ini

Aceh menjadi salah satu provinsi yang terdepan dalam penyelamatan

pengungsi Rohingya112

.

Sebenarnya Indonesia bukan tujuan utama dari pengungsi

Rohingya, namun negara Bangladesh Thailand dan juga Malaysia yang

dijadikan tujuan utama dari para pengungsi113

. Dari sini dapat terlihat

bahwa kasus Rohingya bukan lagi sebagai isu nasional suatu negara tetapi

sudah menjadi isu kawasan maupun internasional karena dampak yang

dirasakan bukan hanya oleh negara Myanmar saja, bahkan sudah dirasakan

oleh negara-negara lain, berikut data dari banyaknya pengungsi Rohingya

pada tahun 2017:

112

Tim Yayasan Geutanyoe. (2016). Hidup Dalam Penantian Setahun Pengungsi Rohingya di Aceh. Aceh: The Geutanyoe Foundation 113

Tim Yayasan Geutanyoe. (2016). Hidup Dalam Penantian Setahun Pengungsi Rohingya di Aceh. Aceh: The Geutanyoe Foundation

Page 64: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

53

Gambar III.C.1 Rohingya Exodus

Sumber: Al Jazeera and agencies, 2017

Dari gambar tersebut bisa dilihat berapa jumlah pengungsi

Rohingya yang tersebar kebeberapa negara terutama negara tetangga

Myanmar. Karena berkaitan dengan dampak pengungsi Rohingya dan

jumlah pengungsi terdapat dampak pada keamanan nasional yang akan

ditimbulkan juga akibat dari Rohingya Exodus tersebut114

. Pengungsi di

sebuah negara dapat berimbas pada ketidak seimbangan keamanan

nasional negara. Ketidak seimbangan ini muncul dengan cara-cara sebagai

berikut115

:

1. Perluasan jaringan kelompok ekstrimis dan menyebar luasnya

tindak kekerasan : karena kamp pengungsi yang letaknya di area

perbatasan sehinggga kurangnya terhadap keamanan dan mendapat

114

“Konsep dan Sistem Keamanan Nasional Indonesia terdapat di https”//jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/22307 diakses 4 Juli 2018 115

http://siteresources.worldbank.org/diakses 4 Juli 2018

Page 65: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

54

pengawasan untuk menyediakan tempat perlindungan. Bagi

kelompok ekstrimis ini menjadi basis operasi, bahkan sebagai

“lahan yang subur” untuk menjalankan rekrutmen.

2. Fasilitas transnasional untuk penyebaran senjata, narkoba, dan

kombatan: kamp pengungsian dipenuhi oleh orang-orang yang

memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta dalam kondisi

kehidupan yang memprihatinkan. Dengan iming-iming imbalan

untuk menyambung hidup, maka kamp pengungsian dapat dengan

mudah menjadi wadah untuk penjualan senjata, pendidikan militer

bagi kombatan, serta penanaman ideologi untuk doktrin.

3. Menciptakan ketegangan bilateral: karena umumnya kamp

pengungsian terletak di daerah perbatasan dua negara dan aktivitas

dilakukan di perbatasan, sehingga setiap aktivitas tersebut

dikhawatirkan akan berdampak ke negara tetangga. Atas hal ini,

negara tetangga biasanya akan bersikap defensif terhadap hal

tersebut.

Dampak pada keamanan manusia116

juga memungkinkan terjadi,

karena cenderung beranggapan bahwa Rohingya merupakan salah satu

sumber ancaman keamanan nasional akibat hal-hal diatas, ditambah lagi

dengan beban ekonomi dan sosial yang berlebih. Merupakan sebuah fakta

bahwa banyak dari pengungsi Rohingya terlibat dalam berbagai kegiatan

116

Fasha Nabila Yasyid, 2017, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 5, Nomor 4, Universitas Mulawarman: 1287 – 1300 diakses 4 Juli 2018

Page 66: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

55

ilegal, yang ternyata tidak hanya di area perbatasan Myanmar, namun juga

pada wilayah perkotaan diluar kamp pengungsian117

.

Sudah menjadi pengetahuan bersama bagi masyarakat setempat

bahwa pengungsi Rohingya menjual pembagian makanan yang mereka

terima dari UNHCR di pasar lokal meskipun pemerintah telah

mengeluarkan larangan untuk pedagang bertransaksi dengan pengungsi.

Tidak hanya itu, pengungsi Rohingya juga menjadi penyelundup barang-

barang lain yang dijual lintas kota oleh pebisnis lokal yang memanfaatkan

situasi pengungsi Rohingya dan mencari keuntungan. Terdapat setidaknya

12 titik rute perdagangan di sekitar distrik Cox‟s Bazar dan tugas

Rohingya adalah mengawal transportasi untuk sampai di daerah tujuan.

Barang-barang yang biasanya diselundupkan adalah kayu, diesel, minyak

kedelai, hewan ternak, gula, udang, beras, obat-obatan, pupuk, garam,

buah, dan semacamnya118

.

Disamping terlibat dalam perdagangan ilegal, pengungsi Rohingya

juga menimbulkan ancaman yang cukup serius dalam permasalahan

ketenagakerjaan. Karena tidak mengantongi tanda pengenal sebagai

pekerja imigran atau mendapatkan izin untuk mendapatkan pekerjaan,

memaksa mereka untuk bersaing dengan masyarakat setempat dalam

mendapatkan pekerjaan sebagai buruh harian, tukang becak, pelayan

117

Fasha Nabila Yasyid, 2017, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 5, Nomor 4, Universitas Mulawarman: 1287 – 1300 diakses 4 Juli 2018 118

Fasha Nabila Yasyid, 2017, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 5, Nomor 4, Universitas Mulawarman: 1287 – 1300 diakses 4 Juli 2018

Page 67: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

56

rumah makan, tukang kayu, dan lain-lain, menciptakan tekanan bagi beban

ekonomi setempat.

Rohingya menciptakan beban ekonomi dan sosial dengan

melakukan praktek perdagangan ilegal dan penyelundupan serta merebut

pasar kerja setempat. Hal ini juga merusakan tatanan ketertiban yang

sudah ada di wilayah sekitar kamp pengungsian dan menimbulkan

gesekan-gesekan antara pengungsi dan masyarakat setempat. Ketegangan

bahkan kebencian yang muncul antara kedua kelompok masyarakat dapat

menjadi pemicu pecahnya konflik antara kedua kelompok masyarakat dan

mengancam keamanan nasional negara-negara tempat mengungsi terutama

Bangladesh, Malaysia, Thailand dan Indonesia119

.

119

The Rohingya Refugee : A Security Dilemma For Bangladesh” diakses di http://www.creatingroadhome.com/new/wpcontent/uploads/the_Rohingya_refugee_a_security_dilemma_for_bangladesh.pdf diakses 4 Juli 2018

Page 68: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

57

BAB IV

STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM ROHINGYA

DI MYANMAR TERKAIT PRINSIP NON-INTERVENSI PERIODE 2014-

2017

Pada bab empat ini menjabarkan tentang strategi yang dilakukan

oleh AICHR dalam penanganan krisis HAM Rohingya di Myanmar terkait

prinsip non-intervensi. AICHR dalam menangani kasus ini menerapkan

strategi diplomasi yaitu bernegosiasi dalam menyampaikan pesan kepada

pihak lain. Tujuan utama diplomasi antar negara adalah untuk membangun

dan meningkatkan hubungan kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial,

budaya, pertahanan, dan kepetingan lainnya120

.

Strategi diplomasi tersebut akan dibagi menjadi dua dalam

menganalisis kasus ini yaitu strategi internal, strategi diplomasi yang

dilakukan AICHR sendiri untuk menangani kasus Rohingya dan strategi

eksternal, strategi yang dilakukan AICHR dengan bantuan pihak ketiga

dalam penyelesaian kasus tersebut.

120

David Scott (2011), Handbook of India’s International Relations, New York: Routledge, p. 13-32

Page 69: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

58

A. Strategi Internal AICHR

Menurut Dinna Wisnu (Indonesia Representative to the AICHR

2016-2018), AICHR telah melakukan beberapa strategi internal121

.

Pertama mengadakan pertemuan di Yangon, Myanmar diadakan pada

tanggal 8-11 Februari 2014, Pertemuan ini merupakan lanjutan dari

keberhasilan dan prestasi tahun 2013. Pada 25 Juni 2013, Indonesia

menjadi negara anggota pertama yang secara sukarela menyampaikan ke

negara-negara ASEAN lainnya melalui AICHR untuk ditinjau proses

promosi dan proteksi HAM. Dengan inisiatif ini, Indonesia telah

melaksanakan salah satu butir Terms of Reference AICHR, yaitu butir

4.10: “To obtain information from ASEAN Member States on the

promotion and protection of human rights”122

. Pertemuan ini juga

membahas peran AICHR untuk lebih berkontribusi terhadap

perkembangan ASEAN di tahun 2015 mendatang.

Dalam pertemuan ini, AICHR telah menjadwalkan serangkaian

konsultasi seperti menilai dan mengumpulkan masukan dari pemangku

kepentingan seperti negara-negara anggota ASEAN yang merasa terkena

dampak dari kasus Rohingya dan Negara Myanmar sendiri. Hal ini

dilakukan untuk membantu rekomendasi perumusan sebagai pertimbangan

dari Menteri luar negeri ASEAN. Rumusan ini diharapkan dapat menjadi

121

Wawancara dengan Dinna Wisnu, 21 Agustus 2018, di Gedung PTRI ASEAN Jakarta. 122

http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-1/politik-internasional/1000-mengurai-peran-indonesia-dalam-penguatan-aichr diakses pada 18 September 2018

Page 70: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

59

rujukan negara ASEAN dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran

HAM di Rohingya.

Kedua mengadakan pertemuan pada tanggal 3-4 Oktober 2014

yang dipimpin langsung oleh H.E. U Kyaw Tint Swe, perwakilan dari

Myanmar untuk AICHR dan Ketua AICHR123

. Pertemuan ini membahas

laporan mereka terkait panduan sensitif gender, penanganan

penyelundupan perempuan, korban perdagangan terkait kasus Rohingya

dan rencana kerja ASEAN-UNDP untuk menteri luar negeri ASEAN dan

mengadopsi sejumlah inisiatif promosi HAM di wilayah ASEAN terutama

dalam kasus Rohingya di Myanmar dan juga dalam isu perlindungan

anak124

.

Ketiga, AICHR juga telah mengadakan beberapa workshop di

Myanmar. Workshop ini dihadiri oleh sekitar 80 peserta terdiri dari

praktisi Corporate Social Responsibility and Human Rights (CSR),

perwakilan lainnya dari pemerintah, bisnis, masyarakat sipil dan wakil-

wakil AICHR125

. Workshop ini memberikan kesempatan berharga untuk

para peserta mendiskusikan dan belajar dari pengalaman satu sama lain

juga menyentuh pada peluang untuk masa depan pengembangan kegiatan

123

http://aichr.org/press-release/16th-meeting-of-the-asean-intergovernmental-commission-on-human-rights/ diakses 18 September 2018 124

D Asrieyani, (2014), Peran Office of The High Commisioner for Human Right Dalam Penyelesaian Kasus Genosida Etnis Rohingya Di Myanmar (1967-2013), Jurnal Universitas Mulawarman, Vol.1, No.2, 1 125

Wawancara dengan Dinna Wisnu, 21 Agustus 2018, di Gedung PTRI ASEAN Jakarta.

Page 71: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

60

CSR dan sebagai wadah untuk mendiskusikan hak asasi manusia dalam

wilayah ASEAN terutama kasus Rohingya di Myanmar.

CSR juga termasuk dalam rencana kerja lima tahun ASEAN

Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) 2010-2015,

dan dari 2016-2020126

. Sebagai bagian dari rencana kerja lima tahun (2010

hingga 2015), Singapura memimpin AICHR Studi Baseline tentang

"hubungan antara bisnis dan hak asasi manusia" (2012-2014). Studi ini

tidak hanya memberikan penilaian yang komprehensif tentang CSR dalam

kaitannya dengan promosi dan perlindungan hak asasi manusia di wilayah

tersebut, tetapi juga berfungsi sebagai dasar untuk pembentukan kerangka

kerja umum untuk mempercepat promosi CSR dan mendukung

pengembangan kebijakan yang sejalan dengan Piagam ASEAN, The

ASEAN Human Rights Declaration (AHRD) dan kerangka kerja regional

dan internasional lainnya yang relevan.

Seminar dua hari yang tertutup ini bertujuan untuk menyediakan

wadah bagi para pemangku kepentingan utama, yaitu pemerintah, sektor

publik, sektor swasta dan masyarakat sipil untuk membahas dan

mengembangkan kebutuhan untuk pemasukkan CSR dalam tugasnya

untuk membantu secara umum, dan CSR untuk membantu dalam kasus

hak asasi manusia khususnya kasus Rohingya juga dalam agenda

pembangunan nasional dan regional. Hal ini memerlukan berbagi

126

Wawancara dengan Dinna Wisnu, 21 Agustus 2018, di Gedung PTRI ASEAN Jakarta.

Page 72: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

61

pengetahuan dan diskusi tentang cara mengatasi tantangan dan memajukan

CSR, serta menggali potensi untuk kerangka kerja bersama atau rencana

aksi untuk mempromosikan CSR di ASEAN.

Keempat, bentuk lain dari upaya penerapan HAM yang dilakukan

oleh AICHR di Myanmar ialah dengan memberikan edukasi kepada

masyarakat ASEAN tentang hak asasi manusia, serta melakukan

pertanyaan terbuka pada Myanmar seperti menanyakan atau berdiskusi

kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini di wujudkan dalam sebuah

seminar yang diadakan oleh AICHR yang bertajuk AICHR Youth Debate

of Human Rights dimana dalam seminar tersebut AICHR berkunjung ke

beberapa universitas di Myanmar dan negara-negara ASEAN lainnya

untuk memberikan pemahaman pada HAM guna meningkatkan kesadaran

anak muda ASEAN, terutama di Myanmar terhadap isu HAM127

. Seminar

juga dibuat dalam melibatkan beberapa polisi dan militer di Myanmar

untuk menumbuhkan rasa peduli akan HAM dan mempraktikannya dalam

kasus Rohingya.

Selain itu yang kelima, AICHR juga membentuk ASEAN

Convention on Trafficking in Persons (ACTIP) merupakan salah satu

perjanjian yang dibuat untuk melindungi para migran akibat dari kasus

Rohingya yang akhirnya justru menjadi korban perdagangan manusia,

ditandatangani oleh sepuluh anggota ASEAN pada 2015. AICHR berusaha

127

A Umar, (n.d.), Making ASEAN Works in Rohingya: A Southeast Asian Perspective. Retrieved April 2017 from Universitas Gadjah Mada: http://asc.fisipol.ugm.ac.id/news-making-asean-works/.

Page 73: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

62

melakukan pendekatan berbasis hak asasi manusia dalam pelaksanaan

ACTIP dan Rencana Aksi Regional terhadap Perdagangan Orang,

dilaksanakan di Jakarta diadakan pada bulan September 2016 untuk

membahas mengenai pengungsi krisis Rohingya.

Dinna Wisnu128

, perwakilan AICHR dari Indonesia menekankan

bahwa sangat penting untuk melihat perdagangan manusia akibat dari

kasus Rohingya dari sudut pandang orang-orang yang berisiko menjadi

korban trafiking. ACTIP tersebut ditandatangani oleh sepuluh Negara

Anggota ASEAN pada 21 November 2015, setelah KTT ASEAN ke-27.

Tujuan dari Konvensi ini terdaftar sebagai: Untuk memastikan hukuman

yang efektif dari para pedagang manusia sambil mencegah dan memerangi

perdagangan manusia, terutama terhadap perempuan dan anak-anak;

Korban perdagangan manusia harus dilindungi dan dibantu dengan

penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia mereka; Untuk mencapai

tujuan-tujuan ini, kerjasama antar pihak harus dipromosikan.

Dalam hal ini AICHR tidak selalu berjalan mulus dengan apa yang

dikerjakan, sesuai dengan data yang didapatkan dan juga analisa terdapat

beberapa hambatan yang mempersulit AICHR dalam menyelesaikan kasus

tersebut. Pertama berkaitan dengan legitimasi AICHR serta mekanisme

proteksi yang lemah, tidak berhaknya untuk melakukan investigasi, tidak

berhak untuk datang langsung ke negara lain, dan tidak ada pembahasan

128

Wawancara dengan Dinna Wisnu, 21 Agustus 2018, di Gedung PTRI ASEAN Jakarta.

Page 74: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

63

yang berkaitan dengan situasi negara, membuat AICHR juga tidak dapat

menghukum atas pelanggaran HAM yang terjadi di negara-negra anggota

ASEAN terutama dalam hal ini kasus Rohingya. Akibatnya penyelesaian

kasus tersebut dilakukan dengan strategi seperti diatas seperti dilakukan

dalam tingkat dialog, seminar, workshop ataupun pertemuan seperti diatas.

Mandat dan wewenang AICHR juga sudah dijelaskan sebagai

promosi dan perlindungan HAM membuat masih terbatasnya gerakan bagi

AICHR. AICHR tidak memiliki mandat investigatif dan koersif yang

membuat pelanggaran HAM di kawasan ASEAN tidak dapat dimasuki

AICHR. AICHR tidak dapat melakukan tindakan yang lebih dalam

menangani permasalahan HAM di Rohingya, Myanmar. Minimnya

tindakan dari perjanjian yang telah dicapai dalam ASEAN menyebabkan

ketidak optimalan kerjasama tersebut129

.

Hambatan lain yaitu dengan adanya eskalasi konflik di Myanmar,

semakin meningkatnya permasalahan di Myanmar semakin sulit bagi

AICHR untuk membantu menangani permasalahan Rohingya di Myanmar

hal ini juga terkait dengan pengadaan seminar, workshop maupun edukasi

yang dilakukan AICHR, dengan mengingat legitimasi AICHR yang tidak

memeiliki wewenang yang tinggi dan cenderung sebagai lembaga

konsultan.

129 Tan Hsien Li, 2011, The ASEAN Inter-Govermental Commission on Human Right:

Institutionalishing Human Rights In Southeast Asia, Cambridge: Cambridge University Press, hal.4

Page 75: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

64

Namun AICHR sampai saat ini tetap berusaha terus menerus untuk

menyelesaikan kasus HAM Rohingya di Myanmar dengan dilakukan

secara masif, juga memberi masukan kepada pemerintah Myanmar secara

buttom up (step by step) dengan mensosialisasikan prinsip-prinsip HAM di

masyarakat, agar semua bisa menghormati dan mempraktikan HAM dalam

kasus Rohingya di Myanmar. Setelah itu baru memetakan cara mengambil

hati Pemerintah Mynamar, dan mencari jalan keluar yang bisa diterima

oleh Mynamar pastinya dengan tetap menghargai kedaulatan negara

Myanmar tersebut. Tidak bisa dengan cara level up yang memaksa

langsung pemerintah Myanmar karena terbatas prinsip non-intervensi.

Maka dari itu selain strategi internal AICHR mempunyai strategi eksternal

untuk membantu menyelesaikan kasus tersebut.

B. Staretgi Eksternal AICHR

Strategi eksternal AICHR untuk menangani krisis hak asasi

manusia Rohingya di Myanmar, dilakukan dengan cara bekerjasama

dengan Organisasi Internasional lainnya maupun negara-negara anggota

ASEAN lainnya dalam menangani kasus tersebut. Pertama AICHR

melakukan kerjasama dengan Indonesia sebagai negara yang peduli akan

HAM dan negara yang dipercayai oleh Myanmar pada tahun 2017130

.

Lewat Indonesia AICHR juga bisa menawarkan solusi diplomatik dan

130

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41160293 diakses 4 September 2018

Page 76: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

65

memberikan bantuan kemanusiaan, selain itu Indonesia dapat menjadi

"penghubung" dari negara-negara lain yang ingin membantu

menyelesaikan persoalan di Myanmar. Hal itu dikarenakan saat ini

Indonesia merupakan satu-satunya negara yang dipercaya pemerintah

Myanmar, yang ditandai diterimanya Menteri luar negeri Retno Marsudi

oleh Aung San Suu Kyi yang menjabat Konseler Negara, atau pemimpin

tertinggi yang sebenarnya di Myanmar.

Strategi eksternal yang bisa dicapai oleh AICHR lewat Indonesia

juga antara lain meyakinkan militer Myanmar dan juga seperti yang telah

dikatakan Dinna Wisnu dalam wawancara bahwa melaksanakan seminar

dengan mengundang militer Mynamar dengan tema HAM dengan

pendekatan Indonesia mampu meyakinkan militer Myanmar untuk mampu

mencegah dan menghentikan kekerasan terhadap orang-orang Rohingya di

wilayah Rakhine131

.

Negara-negara anggota ASEAN lainnya juga tidak tinggal diam

dalam kasus Rohingya dan melakukan beberapa cara untuk memetakan

dan mengambil hati Myanmar. Joint Statement132

AICHR juga dilakukan

oleh Indonesia, Thailand dan Malaysia dalam menangani kasus ini pada 20

Mei 2015 di Malaysia dengan agenda membahas solusi permasalahan

pengungsi juga kemananan dari ketiga negara tersebut.

131

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41160293 diakses 4 September 2018 132

Khairunnisa Simbolon, 2017, Sikap Thailand dan Indonesia Terhadap Pengungsi Rohingya dalam Pendekatan Konstruktivis, Jurnal PIR Vol.2 No.1

Page 77: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

66

Kendala dan kelemahan-kelemahan dalam menangani kasus

Rohingya juga dirasakan dalam strategi eksternal ini seperti, tertutupnya

Myanmar terhadap negara-negara lain termasuk AICHR. Pemerintah

Myanmar memilih untuk menutup diri dari ASEAN yang berdampak pada

keterbatasan peran yang dapat dilakukan oleh AICHR. Bahkan dalam

negosiasi pun saran-saran yang telah disampaikan dan dipertimbangkan

bersama oleh anggota AICHR seakan-akan tidak diperhitungkan sama

sekali. Padahal Myanmar merupakan anggota tetap dari AICHR itu

sendiri133

.

Dengan sikap pemerintah Myanmar dalam menjalankan politik

dalam negerinya mempersulit AICHR untuk bisa membantu memberikan

bantuan pemahaman dan negosiasi penanganan korban HAM. Karena

prinsip non intervensi membuat AICHR tidak bisa memaksakan Myanmar

untuk bertindak sesuai kesepakatan bersama anggota dalam menangani isu

HAM di negaranya kecuali pemerintahan Myanmar membuka diri dalam

negosiasi dan forum AICHR. Hal ini juga dipengaruhi oleh demokrasi dan

tumbuhnya akan kesadaran HAM di negara-negara ASEAN, perbedaan

politik juga mempengaruhi adanya perbedaan pendapat dalam

pengambilan keputusan134

.

Selain itu strategi eksternal AICHR yang kedua juga bisa

melakukan kerjasama dengan organisassi internasional lainnya dalam

133

Wawancara dengan Dinna Wisnu, 21 Agustus 2018, di Gedung PTRI ASEAN Jakarta. 134 Saputri, PERAN ASEAN Intergovernental Commission Of Human Rights (AICHR) DALAM

MENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA DI KAWASAN NEGARA ANGGOTA ASEAN 1 Februari 2014).

Page 78: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

67

menangani kasus Rohingya dengan begitu AICHR tidak langsung andil

dan menentang asas non-intervensi namun bisa melalui pihak ketiga dari

luar ASEAN. Organisasi internasional tersebut seperti: United Nations

(UN), the United Nations High Commissioner for Human

Rights (OHCHR), the UN Children’s Fund (UNICEF), International

Labour Organization (ILO), the UN Development Programme (UNDP),

the UN High Commissioner for Human Rights (UNHCR).

Dalam hal ini contoh kerjasama yang diambil ialah antara AICHR

dengan UNHCR dalam menangani permasalahan dan pengungsi di

Myanmar yang saat ini telah terjalin dan dilakukan bersama. UNHCR

membantu AICHR dalam menawarkan norma dan meyakinkan dunia

internasional bahwa setiap negara beradab akan mengesampingkan

kepentingan atau kedaulatan demi kemanusiaan135

. Terbentuknya Bangkok

Summit 2015 sebagai salah satu contoh dalam menangani kasus tersebut,

dihadiri oleh negara-negara anggota, UNHR dan NGO yang berbasis

kemanusiaan. Konsensus ini bertujuan mengkaji negara-negara ASEAN

dalam permasalahan migran dan HAM dengan kasus utama Rohingya136

.

Selain itu juga menjadi salah satu kolega ASEAN dalam mempromosikan

nilai-nilai hak asasi manusia yang harus diperjuangkan dan dilindungi

terkait dengan bagian strategi eksternal dalam menyelesaikan kasus

Rohingya.

135

Annisa Wuryandari, 2017, Dilema ASEAN Way dalam Penanganan Pencari Suaka Rohingya di Asia Tenggara, Jurnal of International Relations, Volume 3 Nomor 2 136

Annisa Wuryandari, 2017, Dilema ASEAN Way dalam Penanganan Pencari Suaka Rohingya di Asia Tenggara, Jurnal of International Relations, Volume 3 Nomor 2

Page 79: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

68

Strategi eksternal yang ketiga ialah dengan kerjasama oleh ASEAN

Coordinating Center for Humanitarian Assistance on Disaster

Management (AHA Center) yang merupakan badan inter-pemerintah

organisasi ASEAN yang di bentuk pada tanggal 17 November 2011 dalam

KTT ASEAN di Bali bertujuan untuk menanggulangi bencana yang terjadi

di ASEAN137

. AHA Center membantu dengan ikut lobby lewat jalur dari

masing-masing negara yang ingin membantu dalam kasus Rohingya

dengan mengatasnamakan humanitarian bukan HAM agar Myanmar tidak

merasa diintervensi oleh negara-negara tersebut yang dilaksanakan terus-

menerus sejak dibentuknya sampai pada tahun 2016 dan saat ini. Bantuan

yang disalurkan dari AHA Center ke Myanmar antara lain:138

tenda,

peralatan dan perlengkapan rumah tangga, peralatan pencahayaan dan

yang lainnya. Hal ini merupakan tindak lanjut dari upaya Menteri Luar

Negeri Indonesia yaitu Retno L.P. Marsudi agar ASEAN dapat dilibatkan

dalam bantuan kemanusiaan juga sebagai refleksi dari persahabatan dan

perhatian negara-negara ASEAN terhadap setiap anggotanya.

Dari semua strategi-strategi yang ada, baik eksternal maupun

internal seperti yang sudah disebutkan diatas yang menjadi hambatan

utama yaitu adanya prinsip non-intervensi. Selama negara-negara anggota

ASEAN memegang teguh pada prinsip non-interverence dalam kebijakan

137

www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Bantuan-Kemanusiaan-AHA-Center-untuk-Rakhine-State-Tiba -di-Myanmar.aspx diakses tanggal 6 September 2018 138

www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Bantuan-Kemanusiaan-AHA-Center-untuk-Rakhine-State-Tiba -di-Myanmar.aspx diakses tanggal 6 September 2018

Page 80: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

69

ASEAN dan juga prinsip- prinsip lainnya sudah banyak memberi manfaat

terhadap ASEAN namun dalam kasus ini bisa menjadi hambatan utama.

Jika dlihat pada tingkat domestik sebagai tingkatan dasar, prinsip

non-interverence berfungsi sebagai instrumen mekanisme pencegahan

terhadap timbulnya berbagai konflik antar negara-negara anggota ASEAN.

Saling menghargai sesama sebagai anggota ASEAN, akan menghilangkan

rasa saling curiga antar negara anggota. Prinsip ini telah memberikan

kontribusi serta sumbangsih positif dalam pemajuan ASEAN hingga saat

ini139

.

Namun seiring berjalannya waktu, dengan perkembangan

dinamika politik global, prinsip non-interverence sudah seharusnya

ditinjau atau dirombak kembali oleh ASEAN. Sampai saat ini belum ada

perubahan tentang hal mengenai identitas nasional, mencampuri urusan

internal negera anggota ASEAN, menghargai hak anggota untuk

mempertahankan integritas nasional yang bebas dari pengaruh asing, tidak

ikut campur dalam urusan negara lain yang berhubungan dengan

kedaulatan negara tersebut, tidak memakai suatu daerah untuk suatu

kegiatan tersebut, menghormati dan menjunjung HAM. Dalam berbagai

peraturan yang disebut di atas nampak bahwa AICHR tidak bisa maksimal

139 International Federation of Human Rights Leagues. (2012, September). FIDH

submission to the European Parliament Sub-committee on Human Rights (DROI) on AICHR. Retrieved from International Federation of Human Rights Leagues:

https://www.fidh.org/en/international-advocacy/otherregionalorganisations/asean/FIDH-submission-to-the-European-12186.

Diakses 6 September 2018

Page 81: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

70

dalam menangani isu HAM di ASEAN dikarekankan ASEAN masih

memegang teguh prinsip non-interverence sebagai prinsip dasarnya140

.

Sebagaimana Komisioner Indonesia untuk AICHR, Dinna Wisnu,

mengatakan bahwa 14 fungsi AICHR yang ada, hanya terdapat tiga (3)

fungsi yang bisa dikaitkan sebagai fungsi proteksi, dan fungsi tersebut

sifatnya tersembunyi dikarenakan peraturan perlindungan HAM di

ASEAN tidak menerima laporan pelanggaran HAM141

.

Di dalam ASEAN charter maupun ToR AICHR tidak mengatur

secara tegas mengenai pengecualian dalam melakukan campur tangan

terhadap negara saat terdapat pelanggaran HAM berat di negara tersebut.

Akibatnya komisi HAM yang bergerak pada penegakan kemanusiaan di

kawasan Asia Tenggara ini hanya menjadi hiasan dinding dan diabaikan

karena tugasnya sekedar promosi HAM. Mengingat prinsip non-

interverence di ASEAN telah sesuai dengan prinsip-prinsip dalam hukum

internasional, karena instrumen hukum internasional menyebutkan secara

eksplisit bahwa prinsip non-interverence merupakan salah satu prinsip

fundamental dalam hukum internasional142

.

140

Amitav Acharya. 2001. Constructing A Security Community In South-East Asia: ASEAN And The Problems of Regional Order. London and New York: Routledge 141

Association Of Southeast Asian Nations http://www.asean.org/asean/about asean/overview ,

di akses pada tanggal 20 agustus 2018 142 Heu Yee Leung, 2004, ASEAN and Human Rights The prospects of implementing aregional

mechanism for the promotion and protection ofhuman rights in Southeast Asia

Page 82: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

71

Dalam kasus ini strategi diplomasi yang digunakan baik secara

internal maupun eksternal merupakan bagian dari keseriusan ASEAN

lewat AICHR sebagai suatu organisasi internasional dalam menangani

permasalahan HAM yang terjadi di kawasan Asia Tenggara dengan tujuan

kerjasama para anggota, meminimalisir konflik atau menghasilkan

mufakat sesama anggota atau non-anggota, serta menjalankan peranan

juga fungsinya AICHR sebagai wadah atau tempat untuk para anggota dari

organisasi nasional tersebut.

Strategi diplomasi dianggap sudah tepat dalam menangani kasus

ini dengan bernegosiasi atau berunding yang dilakukan oleh seorang

diplomat atau perwakilan dengan pihak lain dalam hal ini AICHR dengan

Myanmar, AICHR dibantu dengan pihak ketiga seperti negara anggota

ASEAN atau organisasi internasional hal ini dilakukan untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Karena AICHR sebagai suatu lembaga di bawah

ASEAN yang menangani HAM tidak bisa berdiam diri melihat kasus yang

terjadi pada Etnis Rohingya di Myanmar. Strategi Internal seperti

mengadakan pertemuan, workshop, seminar sudah membantu penyelesaian

dalam kasus tersebut serta membantu mensosialisasikan HAM,

menumbuhkan kesadaran dari masyarakat Myanmar, dan dengan

membentuk ACTIP juga melindungi dari para pengungsi akibat kasus

Rohingya di Myanmar.

Page 83: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

72

AICHR juga mempunyai cara lain dengan strategi eksternal yang

dilakukan yaitu melibatkan pihak ketiga sebagai penghubung dalam

penyelesaian kasus tersebut seperti dengan bantuan Indonesia, Malaysia,

Thailand dan organisasi internasional seperti UNHCR. Dalam strategi

eksternal ini akhirnya AICHR dapat bertindak dalam pertemuan menteri

luar negeri atau perwakilan ASEAN143

, atau bisa dengan cara lain yaitu

membuat Myanmar percaya sehingga pemerintah Myanmar mengundang

untuk masuk dan ikut mendiskusikan masalah tersebut, hal ini tentunya

tidak akan melanggar dari prinsip yang dipegang teguh oleh ASEAN yaitu

prinsip non-intervensi.

Pada dasarnya strategi AICHR dalam menangani krisis HAM

Rohingya di Myanmar sudah sesuai dengan fungsi AICHR tanpa

menentang prinsip non-intervensi. Namun jika diukur dari tingkat

keberhasilannya memang belum sepenuhnya tercapai. Tetapi respon

positif dari Etnis Rohingya juga pihak ketiga yang membantu dalam

menangani kasus tersebut seperti anggota negara ASEAN dan organisasi

internasional lainnya merupakan suatu hasil yang signifikan untuk

penyelesaian kasus tersebut. Sampai saat ini AICHR masih terus berupaya

dalam penyelesaian kasus tersebut demi terciptanya “Komunitas ASEAN”

yang disebutkan dalam Piagam ASEAN Bab I, Pasal 1 (ayat 7) yaitu

143

Chalermpalanupap, 10 Facts about ASEAN Human Rights Cooperation

http://www.asean.org/wp-content/uploads/images/archive/HLP-OtherDoc-1.pdf, diakses pada

tanggal 6 September 2018

Page 84: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

73

sebuah komunitas yang ditujukan untuk memperkuat demokrasi dan

melindungi HAM.

Page 85: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Rohingya di Myanmar

yang telah berlangsung sejak lama telah menarik banyak perhatian, kasus

tersebut bukan lagi semata-mata hanya isu agama atau isu nasional yang

terjadi di Myanmar. Namun kasus tersebut sudah menjadi isu regional bahkan

internasional yang diperbincangkan oleh banyak negara. Hal tersebut

dikarenakan masalah pluralisme, perbatasan, kewarganegaraan, korban yang

semakin bertambah dan juga dampak pengungsi dari kasus tersebut yang

menjadi kekhawtiran berbagai negara terutama negara tetangga.

Sampai saat ini kasus tersebut semakin memanas dan masih belum

terselesaikan dengan baik, sampai pada tahun 2016–2017 dimana bentrokan

antara sipil Rohingya dan polisi militer Myanmar terjadi kembali. Kekerasan

militer berlangsung tepatnya di wilayah Barat Laut negara Myanmar.

Ditemukannya indikasi pelanggaran HAM dengan kondisi memprihatinkan,

hal ini yang banyak menyita perhatian dari negara-negara lain terutama

negara-negara tetangga dalam keanggotaan ASEAN.

Sebagai organisasi internasional dimana kasus ini terjadi di salah satu

negara anggotanya, ASEAN ikut andil untuk menyelesaikan kasus ini dengan

Page 86: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

75

badan khusus yang telah dibentuk oleh ASEAN yaitu AICHR. ASEAN

sebagai institusi regional yang sedang berupaya menunjukkan keseriusan

dalam upaya promosi dan penegakan HAM. Namun yang tidak bisa

dipungkiri bahwa dalam ASEAN ada yang disebut dengan prinsip non-

intervensi, Prinsip ini melarang adanya ikut campur suatu negara untuk

menghormati kedaulatan negara lain. Dari sini muncul dilema yang dihadapi

ASEAN melalui AICHR dengan adanya kasus tersebut yang mengharuskan

AICHR tidak diam saja melihat hal tersebut namun terbentur dengan adanya

prinsip non-intervensi.

Melihat kasus Rohingya tersebut, AICHR sebagai lembaga yang

dibentuk oleh ASEAN yang menangani tentang hak asasi manusia mengambil

tindakan dalam bentuk strategi untuk mengupayakan penyelesaian kasus yang

terjadi tersebut dengan tetap memperhatikan asas non-intervensi yang

dipegang teguh dalam ASEAN WAY.

Strategi yang dilakukan oleh AICHR untuk menyelesaikan kasus

Rohingya bagi menjadi dua bagian yaitu strategi internal dan strategi

eksternal, dengan tetap mengedepankan soft diplomacy demi terselesaikanya

masalah tersebut. Dalam strategi internal hal yang dilakukan seperti sosialisasi

prinsip-prinsip HAM dalam 3 pilar ASEAN, memetakan cara mengambil hati

Mynamar AICHR juga mencari jalan keluar yang bisa diterima oleh

Mynamar, AICHR juga melakukan pertanyaan terbuka pada Myanmar dan

juga rutin mengadakan beberapa pertemuan, workshop maupun seminar agar

mencapai solusi dari kasus tersebut. Sedangkan untuk strategi eksternal yang

Page 87: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

76

dilakukan AICHR seperti bekerjasama dengan negara-negara anggota ASEAN

maupun dengan organisasi internasional lainnya.

Hambatan juga terdapat pada perjalanan AICHR sejak dibentuknya

sampai pada saat ini dalam menangani kasus Rohingya. Adanya prinsip non-

intervensi yang harus tetap diperhatikan agar suatu negara tidak merasa

dicampur tangani urusannya dan juga faktor-faktor lain yang menjadi

hambatan yang harus dilalui AICHR demi terselesaikannya kasus Rohingya

tersebut dan memaksimalkan kerja AICHR agar mendapat suatu tujuan yang

ingin dicapai.

Sampai pada saat ini strategi tersebut baik internal maupun eksternal

telah dilakukan dan berhasil membantu dalam kasus tersebut. Walaupun

sampai saat ini kasus Rohingya belum terselesaikan secara permanen dan

masih mempunyai dampak yang besar seperti refugees, namun AICHR akan

terus berusaha dengan bantuan-bantuan dan respon positif dari berbagai pihak

yang mendukung dalam penyelesaian kasus tersebut salah satunya memberi

masukan kepada pemerintah Myanmar secara buttom up (step by step) tidak

bisa dengan cara level up dan dengan tetap menghargai kedaulatan negara

Myanmar serta tidak menentang prinsip non-intervensi yang dipegang teguh

oleh ASEAN.

Page 88: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

77

B. Saran

Jika melihat strategi yang dilakukan oleh AICHR untuk menangani

krisis Hak Asasi Manusia Rohingya di Myanmar baik secara internal maupun

eksternal yang dilakukan dengan strategi diplomasi sudah membantu dalam

kasus tersebut. Strategi diplomasi terbukti berdampak baik untuk masalah

kasus Rohingya di Myanmar tanpa mengesampingkan prinsip non-intervensi

yang ada. Walaupun demikian untuk kedepannya harus ada cara lain yang

dianggap bisa menyelesaikannya permasalahan tersebut secara permanen, dan

juga hal-hal apapun yang telah dilakukan oleh AICHR harus dipublikasikan

kepada masyarakat luas, karena pada kenyataanya masih banyak orang yang

tidak mengetahui apa saja yang telah dilakukan oleh AICHR selama ini dalam

menangani kasus Rohingya di Myanmar.

Page 89: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xi

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Acharya, A. 2001. Constructing a Security Community in Southeast Asia: ASEAN

and The Problem of Regional Order. London: Routledge

Archer, Clive. International Organization. Georg Allen and Unwin Publisher.

London: 1983.

ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights. ASEAN

Intergovernmental Commission on Human Rights (Term of Reference). Jakarta:

ASEAN Secretariat. October 2009.

Bannet, Le Roy A. International Organization: Principles and Issues. New Jersey:

Prentice Hall Inc. 1997

Bakri, Umar Suryadi. “Metodologi Ilmu Hubungan Internasional: Tradisional dan

Saintifik” dalam Metodologi Ilmu Hubungan Internasional: Perdebatan

paradigmatik dan Pendekatan Alternatif, eds., Asrudin, Mirza Jaka Suryana,

dan Musa Maliki (Malang: Intrans, 2014)

Budiardjo, Miriam. 1996. Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT Gramedia

Hasan, M. Oqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,

Ghalia Indonesia, Bogor: 2002.

Iskandar, Ranoto. 2012. “Hukum HAM Internasional: Sebuah pengantar

kontekstual”. Cianjur: Institute for Migrant Rights press,

Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes. Pengantar Hukum Internasional.

(Bandung: Alumni, 2003), hlm.19.

Katsumata. 2009. ASEAN and Human Rights: Resisting Western Pressure or

Emulating the West?. The Pasific Review

Kawulich, Barbara D. Data Analysis Techniques in Qualitative Research. (State

University of Georgia)

Li, Tan Hsien. 2011. The ASEAN Inter-Govermental Commission on Human Right:

Institutionalishing Human Rights In Southeast Asia, Cambridge: Cambridge

University Press

Page 90: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xii

Muladi. 1995. (dalam Kunarto. 1997). “HAM dan POLRI”, Jakarta: PT. Cipta

Manunggal

Rudy, Teuku May. Administrasi dan Organisasi Internasional. PT Refika Aditama.

Bandung: 2005

Scott, David. (2011), Handbook of India‟s International Relations. New York:

Routledge

Spiegel, Steven L. “World Politics in A New Era”. (New Jersey: Harcout Brace

College Publishers, 1995).

Starke, J.G. 2007. “Pengantar Hukum Internasional” (edisi kesepuluh, Buku 2).

(Jakarta: Sinar Grafika, 2007)

The Asean Human Right Declaration ditandatangani pada 18 November 2012 dalam

KTT ASEAN ke 21 di Pnom Penh, Kamboja.

Tim Yayasan Geutanyoe. (2016). Hidup Dalam Penantian Setahun Pengungsi

Rohingya di Aceh. Aceh: The Geutanyoe Foundation

Jurnal dan Skripsi

Ayu, Tamia Dian. “Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Etnis yang Tidak

Memiliki Kewarganegaraan: Studi Kasus Etnis Rohingya, Myanmar”. FH UI.

2012

Amnesty Internasional, 2004, “Myanmar The Rohingya Minority: Fundamental

Rights Denied”, Al Index: ASA 16/005/2004

Asrieyani, D. (2014). Peran Office of The High Commisioner for Human Right

Dalam Penyelesaian Kasus Genosida Etnis Rohingya Di Myanmar (1967-

2013). Jurnal Universitas Mulawarman. Vol.1, No.2, 1

Azhari, Bayu. 2012. Peran OHCHR Dalam Menangani Kasus HAM Yang Terjadi

Pada Etnis Rohingya di Myanmar Tahun 2012. Skripsi. Jakarta: Hubungan

Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Brady, B. “Burma‟s Rohingya Muslims Targeted by Buddhist Mob Violence‟. The

Daily Beast (daring). 27 Juni 2012

Page 91: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xiii

Goh, Gilian. 2003. „The „ASEAN Way‟: Non-Intervention and ASEAN‟s Role in

Conflict Management‟. Greater East Asia, vol. 3, no. 1

Halina, I. 2011. “Menyoroti Prinsip Non-Intervensi ASEAN‟ dalam Multiversa:

Journal of International Studies. Vol. 1 No. 1

Joko, Tri. “Konflik Tak Seimbang etnis Rohingya dan Etnis Rakhine di Myanmar”.

Jurnal Transnasional Vol.4 No.2 Februari 2013.

Khoo, Nicholas.“Deconstructing the ASEAN Security Community: a Review Essay”.

(Oxford University Press and Japan Association of International Relation.

International Relations of the Asia-Pasific, 2004) Volume 4

Kassim, Y.R. “Plight of the Rohingya: ASEAN Credibillity again at stake‟. RSIS

Commentaries – S. Rajaratnam School of International Studies. 6 November

2012

Laporan Penelitian Human Right Watch Tahun 2016 disampaikan dan dipublikasikan

oleh Mr. Kyaw Win (Executive Director of Burma Human Rights Network)

pada Acara Human Rights Corner yang diselenggarakan oleh Direktorat

Jenderal HAM, Kementerian Hukum dan HAM RI bekerja sama dengan

Human Rights Watch (HRW) diakses pada 4 Juli 2018

Leifer, M. Review works: ASEAN and The Diplomacy of Accomodation by Michael

Antolik‟. Royal Institute of International Affair. Vol.67, No.3, 1991

Leung, Heu Yee. 2004. ASEAN and Human Rights The prospects of implementing

aregional mechanism for the promotion and protection ofhuman rights in

Southeast Asia

Nischalke, T.I. Insight From ASEAN‟s Foreign Policy Co-operation: The “ASEAN

Way”, a Real Spirit or a Phantom?‟. Institute of Southeast Asian Studies. Vol.

22, No.1, April 2000

Nurhandayani, Diah. 2013. Kebijakan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

dalam Penyelesaian Kekerasan Etnis Muslim Rohingya di Myanmar, Skripsi.

Jakarta: Hubungan Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Numnak, Gorawut. et.al., “The Unfinished Business: The ASEAN Intergovernmental

Commission on Human Rights”. Freiderich Naumann Stiftung Fur die Freihet.

No.4 2009

Page 92: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xiv

Pattihua, Ahmat Reza Fahlefi. Efektivitas Asean Intergovernmental Commission on

Human Rights (AICHR) dalam mengatasi HAM di Asia Tenggara. The 6th

University Research Colloquium 2017. Universitas Muhammadiyah Magelang.

Diakses 5 April 2018

Philip, B. “The Most Persecuted Minority in the World: The Gypsies of Asia‟. The

World Crunch (daring). 26 Juni 2012

Pramono, Aris. 2010. “Peran UNHCR Dalam Menangani Pengungsi Myanmar Etnis

Rohingya di Bangladesh Periode 1978-2002”. Tesis. Jakarta: Hubungan

Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia

Razvi, M. “The Problem of Burmese Muslims‟. Pakistan Horizon. Vol. 31, No. 4,

1978

Rahmanto, Tony Yuri. Prinsip Non-Intervensi Bagi ASEAN Ditinjau Dari Perspektif

Hak Asasi Manusia. Jurnal HAM. Volume 8 Nomor 2, December 2017

Rome Statute of the International Criminal Court Pasal 5 diakses dari

https://media.neliti.com/media/publications/14980-ID-perlindungan-atas-

imigran-rohingya-dalam-pelanggaran-ham-berat-di-myanmar-dari-a.pdf pada

15 Oktober 2018

Sinaga, Lidya Christin. 2014. “Mengurai Peran Indonesia dalam Penguatan

AICHR”. Ejurnal World Politic. Jakarta: Pusat Penelitian Politik - Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI)

Simbolon, Khairunnisa. 2017. Sikap Thailand dan Indonesia Terhadap Pengungsi

Rohingya dalam Pendekatan Konstruktivis. Jurnal PIR Vol.2 No.1

Saputri, PERAN ASEAN Intergovernental Commission Of Human Rights (AICHR)

DALAM MENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA DI KAWASAN

NEGARA ANGGOTA ASEAN 1 Februari 2014).

SN/NI Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya Arakan (PIARA) Paham Indonesia

12 Agustus 2012

Sukarsa, Tatat. “Indonesia‟s Leadership in ASEAN 2011: Political Perspective and

Human Rights”. Postscript Vol. VIII No. 1, 2011.

Wuryandari, Annisa. 2017. Dilema ASEAN Way dalam Penanganan Pencari Suaka

Rohingya di Asia Tenggar. Jurnal of International Relations, Volume 3 Nomor

2

Page 93: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xv

Yasyid, Fasha Nabila. 2017. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 5,

Nomor 4, Universitas Mulawarman: 1287 – 1300 diakses 4 Juli 2018

Situs Resmi dan Internet

AICHR, “ASEAN Human Rights Adopted, and The Signing Ceremony of the Phnom

Penh Statement”. http://aichr.org/news diakses pada 29 Mei 2018

Aljazeera. Report Documents “Rohingya Persecution‟ (daring). 23 April 2013 dalam

http://www.aljazeera.com/news/asia-

pacific/2013/04/2013421135240814468.html diakses pada 6 September 2017

ASEAN Declaration, Bangkok, 8 Agustus 1967. Diakses dari http://asean.org/the

aseandeclaration-bangkok-declaration-bangkok-8-august-1967/ pada 2

September 2017

Association Of Southeast Asian Nations http://www.asean.org/asean/about

asean/overview , di akses pada tanggal 20 agustus 2018

"Burmese government 'kills more than 1,0Rohingya Muslims' in crackdown". The

Independent. 8 February 2017. Diakses tanggal 1 Agustus 2018.

Chalermpalanupap, 10 Facts about ASEAN Human Rights Cooperation

http://www.asean.org/wp-content/uploads/images/archive/HLP-OtherDoc-

1.pdf, diakses pada tanggal 6 September 2018

Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, yang disahkan pada 10 Desember 1948

Griffiths, James. (25 November 2016). "Is The Lady listening? Aung San Suu Kyi

accused of ignoring Myanmar's Muslims". CNN. Diakses 1 Agustus 2018

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41160293 diakses 4 September 2018

http://www.voaindonesia.com/content/pejabat-pbb-bahas-isu-kewarganegaraan-etnis-

rohingya-diburma/1560024.html, diakses 4 Juli 2018

http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/07/31/sikap-resmi-pemerintah-myanmar-

tentang-pembataian-dirakhine-481474.html, diakses 4 Juli 2018

International Federation of Human Rights Leagues. (2012, September). FIDH

submission to the European Parliament Sub-committee on Human Rights

(DROI) on AICHR. Retrieved from International Federation of Human Rights

Page 94: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xvi

Leagues:https://www.fidh.org/en/international-

advocacy/otherregionalorganisations/asean/FIDH-submission-to-the-European-

12186. Diakses 6 September 2018

Islam, Nurul. “Facts about The Rohingya Muslims of Arakan”. diakses dari

www.rohingya.org/portal/index.php/learn-about-rohingya.html. 4 Juli 2018

“Konsep dan Sistem Keamanan Nasional Indonesia terdapat di

https”//jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/22307 diakses 4 Juli 2018

http://siteresources.worldbank.org/diakses 4 Juli 2018

http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-1/politik-internasional/1000-mengurai-

peran-indonesia-dalam-penguatan-aichr diakses pada 18 September 2018

http://aichr.org/press-release/16th-meeting-of-the-asean-intergovernmental-

commission-on-human-rights/ diakses 18 September 2018

http://asean.org/treaty-amity-cooperation-southeast-asia-indonesia-24-february-1976/

pada 6 September 2017

Nickel, James. 2014. human rights, at < http://plato.stanford.edu/entries/rights-

human/> diakses pada 6 September 2017

https://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?NewsID=23348&

LangID=E diakses pada 15 Oktober 2018

Road map for an ASEAN community. http://www.asean.org/wp/content/uploa

ds/images/ASEAN_RTK_2014/2_Roa dmap_for_ASEAN_Community_2009

2015.pdf , diakses tanggal 6 April 2018.

"Rakhine border raids kill nine police officers". Myanmar Times. 10 October 2016.

Diakses tanggal 1 Agustus 2018.

TOR of AICHR, 2009, ASEAN Secretariat diakses dari

http://hrlibrary.umn.edu/research/Philippines/Terms%20of%20Reference%20fo

r%20the%20ASEAN%20Inter-Governmental%20CHR.pdf pada 6 September

2017

The Asean Declaration Bangkok 8 August 1967. Dalam https://asean.org/the-asean-

declaration-bangkok-declaration-bangkok-8-august-1967/ diakses 5 April 2018

Page 95: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xvii

Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia, pasal 2 diakses dari

https://asean.org/treaty-amity-cooperation-southeast-asia-indonesia-24-

february-1976/ 6 September 2017

The Rohingya Refugee : A Security Dilemma For Bangladesh” diakses di

http://www.creatingroadhome.com/new/wpcontent/uploads/the_rohingya_refug

ee_a_security_dilemma_for_bangladesh.pdf diakses 4 Juli 2018

Umar, A. (n.d.). Making ASEAN Works in Rohingya: A Southeast Asian Perspective.

Retrieved April 2017 from Universitas Gadjah Mada:

http://asc.fisipol.ugm.ac.id/news-making-asean-works/.

Victor Silaen, 2015, Kendala ASEAN dalam Masalah Rohingya,

http://www.satuharapan.com/readdetail/read/kendala-asean-dalam-masalah-

rohingya diakses 30 Oktober 2017

www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Bantuan-Kemanusiaan-AHA-Center-untuk-

Rakhine-State-Tiba -di-Myanmar.aspx diakses tanggal 6 September 2018

Wawancara

Wawancara dengan Dinna Wisnu. 21 Agustus 2018. di Gedung PTRI ASEAN

Jakarta.

Page 96: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xviii

Lampiran 1

Hasil Wawancara dengan Ibu Dinna Wisnu

(Indonesian Representative for AICHR 2016-2018)

Selasa, 21 Agustus 2018, pukul 10.30 – 11.30 WIB

Bertempat di Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk ASEAN (PTRI ASEAN)

Jalan Sisingamangaraja, No.73 Gunung, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan,

Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

Pertanyaan Wawancara:

1. Kasus Hak Asasi Manusia Rohingya di Myanmar merupakan kasus

HAM yang besar yang bukan lagi dianggap sebagai kasus internal suatu

negara, namun sudah dijadikan sebagai kasus regional bahkan

internasional, menurut narasumber bagaimana peran ASEAN sebagai

organisasi internasional di kawasan tersebut melalui AICHR dalam

menangani kasus tersebut?

Masalah di Myanmar multidimansional yaitu gabungan antara masalah

nasional (HAM), building dan kemiskinan. Masalah di Myanmar bukan lagi

masalah nasional tapi internasional, yang menarik perhatian negara-negara

anggota ASEAN maupun negara lain dan organisasi internasional lainnya.

Page 97: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xix

AICHR tugasnya atau perannya adalah HAM. HAM itu sendiri mempunyai

nilai regional, peran AICHR dari 14 mandat inti sederhananya ialah

memainstrimkan prinsip-prinsip HAM dalam 3 pilar ASEAN, membentuk

masayrakat ASEAN peduli dengan mengutamakan HAM dan mempraktekan

HAM terutama pemerintah dan masyarakatnya.

2. Dengan adanya prinsip non-intervensi yang dipegang teguh oleh ASEAN

yang tentunya membatasi intervensi ASEAN ke negara-negara

anggotanya atau sesama anggota negara ASEAN. Bagaimana pandangan

narasumber tentang adanya prinsip tersebut dalam kasus ini apakah

masih relevan atau tidak?

Prinsip intervensi memang ada dalam ASEAN, kapan dan bentuknya seperti

apa tergantung dengan penggunanya. Non-intervensi dibentuk dan dipegang

teguh untuk kerjasama bukan untuk menolak suatu hal, seperti contoh untuk

saling menghargai kedaulatan negra-negara anggota. Apakah prinsip non-

intervensi membatasi dalam kasus ini? Jawabannya iya. Karena kita tidak

boleh memaksakan kehendak kepada suatu negara dan harus mencari jalan

keluar lain yang bisa diterima dalam kasus ini, jika suatu negara menolak

maka harus mencari jalan lain yang bisa diterima. Apakah masih relevan?

jelas non intervensi masih relevan sampai saat ini, maka dari itu untuk

menghindari intervensi kita harus mencari jalan lain atau dengan cara di

undang untuk menghindari intervensi.

Page 98: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xx

3. Bagaimana solusi AICHR mendapatkan jalan keluar dari dilema yang

dihadapi dengan adanya kasus HAM Rohingya di Myanmar yang

membuat ASEAN tidak mungkin untuk diam saja karena ini merupakan

kasus HAM yang besar, namun disatu sisi dibatasi dengan adanya

prinsip non-intervensi?

Kumpulkan berita mengenai kasus ini, jalan keluar dari dilema ini sebenarnya

ASEAN selalu mengeluarkan statment atau joint statment tentang kasus

Rohingya, AICHR sendiri tidak mempunyai satu statment bersama, tapi

negara-negara mempunyai pendapat masing-masing. AICHR tidak diam saja,

namum belum menemukan cara yang benar-benar pas. ASEAN tidak

mempunyai kepentingan untuk memaksakan kehendak dan menciptakan

suasana tertentu di myanmar seperti motif ekonomi atau motif lainnya. Maka

dari itu harus dipikirkan secara matang untuk keluar dari dilema tersebut.

4. Menurut narasumber Strategi apa saja yang bisa dilakukan ASEAN saat

ini baik secara internal AICHR maupun eksternal dalam menghadapi

dilema tersebut? Dari berbagai sumber yang saya baca adakah strategi

internal yang mungkin dapat dilakukan seperti merubah kebijakan

ASEAN maupun AICHR dalam kaitannya dengan krisis HAM dan juga

prinsip non-intervensi? Bagaimana dengan strategi eksternal yang bisa

dilakukan apakah akan melibatkan atau bekerjasama dengan pihak

Page 99: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xxi

ketiga baik itu organisasi internasional ataupun negara lain? bagaimana

cara merealisasikan strategi tersebut?

AICHR konsisten mencari dimensi baru HAM yang bisa mengangkat nilai

regional dari kasus ini dengan strategi yang dilakukakn seperti: Mengundang

AHA Center yang merupakan suatu lembaga yang dibuat oleh ASEAN

bekerjasama dengan AICHR Indonesia dan Menteri Luar Negeri Indonesia,

berkontribusi dengan ikut lobby lewat jalur masing-masing negara dan ikut

menyumbang beberapa perlengkapan ke Rohingya, dengan membawa nama

humanitarian supaya Myanmar tidak merasa diintervensi, bukan

mengatasnamakan HAM. AICHR Indonesia pada tahun 2013 membuat

pertanyaan terbuka, hal itu dilakukan karena mempunyai madat protection

hak sebagai wakil negara untuk bertanya ke wakil negara lain mengenai apa

yang telah terjadi whats happening. Pada tahun 2012 kejadian Rohingya

kembali memanas, 2013 membuat pertanyaan terbuka, 2014-2016 terjadi lagi

kasus tersebut. Hal itu membuat AICHR harus memetakan kembali cara

penyelesain kasus tersebut, karena terbatas dengan prinsip non-intervensi.

Membuat joint statment antara AICHR Indonesia dan Mayalsia karena

Indonesia sebagai salah satu yang paling perduli terhadap HAM, selain itu

negara anggota lain juga peduli dalam kasus ini. Senjata yang digunakan yaitu

diplomasi sebagai strategi utama dengan waktu yang tepat dan cara yang

tepat. Menyentuh orang-orang tanpa identitas, juga perduli terhadap

perdagangan manusia.

Page 100: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xxii

Seminar anti tocker juga dilakukan dengan mengundang militer atau polisi

dengan alasan jangan sampai orang yang tidak bersalah dihilangkan atau

dihukum tanpa sebab dan sosialisai peduli HAM.

Adakah kemungkinana merubah kebijakan asean? Untuk membuat undang-

undang baru? Jawabannya belum ada niatan karena untuk rencana kedepan

pasti akan ada tetapi belum bisa diberitahu karena menunggu waktu yang

tepat dan bersifat masif.

AICHR juga bisa bekerjasama dengan pihak ketiga terutama AICHR

Indonesia yang aktif menjalankan dan peduli akan isu-isu HAM. Selain itu

juga bisa bekerjasama dengan UN, OHCHR, UNICEF, ODC, UNDP, ALO,

IO dan UNHCR. Negara-negara anggota ASEAN lainnya juga bisa sebagai

pihak ketiga untuk melakukan kerjasama dengan AICHR dalam usaha

penyelesaian kasus Rohingya.

5. Selain dilema tersebut adakah hal lain yang menghambat pergerakan

ASEAN dalam menangani kasus tersebut?

Non-intervensi dijadikan sebagai hambatan utama dalam menangani kasus ini,

selain itu penolakan dari pemerintah Myanmar karena di dalam negara

tersebut masih rasis dan belum bersatu antara satu dengan yang lain.

Maka dari itu tantangan kedepannya AICHR tidak bisa membuat peraturan

ASEAN tapi bisa menggunakan strategi bottom up seperti memainstrimkan

HAM ke masyarakat dan pemerintahan tidak bisa dengan level up dengan

Page 101: STRATEGI AICHR DALAM PENANGANAN KRISIS HAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43589/1/SAKHNA... · Diplomasi, Hak Asasi Manusia dan Non-intervensi. Berdasarkan

xxiii

langsung mencangkokan kemauan negara-negara tersebut ke Pemerintahan

Myanmar, karena kepentingan anggota sesungguhnya hanya satu yaitu

stabilitas sebagai sesama anggota ASEAN.