stikes santa elisabeth medan · untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (s.kep) dalam program...

82
STIKES Santa Elisabeth Medan SKRIPSI HUBUNGAN SELF REGULATION DENGAN KINERJA DOSEN DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018 Oleh : YENI ADYTIA LAOLI 032014075 PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN 2018

Upload: others

Post on 01-Mar-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN SELF REGULATION DENGAN KINERJA

DOSEN DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2018

Oleh :

YENI ADYTIA LAOLI

032014075

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN

2018

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

iii

SKRIPSI

HUBUNGAN SELF REGULATION DENGAN KINERJA

DOSEN DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2018

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

dalam Program Studi Ners

Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth

Oleh :

YENI ADYTIA LAOLI

032014075

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH

MEDAN

2018

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : YENI ADYTIA LAOLI

Nim : 032014077

Program Studi : Ners

Judul Skripsi : Hubungan Self Regulation Dengan Kinerja Dosen

Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya

buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di

kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan

terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan

sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes santa

Elisabeth Medan.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak

dipaksakan.

Penulis,

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

v

PROGRAM STUDI NERS

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

Tanda Persetujuan

Nama : Yeni Adytia Laoli

NIM : 032014077

Judul : Hubungan Self Regulation Dengan Kinerja Dosen Di STIKes

Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Menyetujui Untuk Diujikan Pada Ujian Skripsi Jenjang Sarjana Keperawatan

Medan, 09 Mei 2018

Pembimbing II Pembimbing I

Linda Simorangkir, S.Kep.,Ns., M.Kes Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns., MAN

Mengetahui

Ketua Program Studi Ners

Samfriati Sinurat, S. Kep,.Ns., MAN

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

vi

Telah diuji

Pada tanggal, 09 Mei 2018

PANITIA PENGUJI

Ketua :

Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns., MAN

Anggota :

1.

Lindawati Simorangkir, S.Kep.,Ns., M.Kes

2.

Lilis Novitarum, S.Kep.,Ns., M.Kep

Mengetahui

Ketua Program Studi

Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns., MAN

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

vii

PROGRAM STUDI NERS

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

Tanda Pengesahan

Nama : Yeni Adytia Laoli

NIM : 032014077

Judul : Hubungan Self Regulation Dengan Kinerja Dosen Di STIKes

Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Pada Rabu, 09 Mei 2018 dan dinyatakan LULUS

TIM PENGUJI: TANDA TANGAN

Penguji I : Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns., MAN

Penguji II : Lindawati Simorangkir, S.Kep.,Ns., M.Kes

Penguji III : Lilis Novitarum, S.Kep., Ns., M.Kep

Mengetahui Mengesahkan

Ketua Program Studi Ners Ketua STIKes

Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns., MAN Mestiana Br. Karo, S.Kep.,Ns., M.Kep

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth

Medan, Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : YENI ADYTIA LAOLI

Nim : 032014077

Program Studi : Ners

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan Hak Bebas

Royalti Non-eksklutif (Non-exclutive Royality Free Right) atas karya ilmiah saya

yang berjudul: Hubungan Self Regulation Dengan Kinerja Dosen Di STIKes

Santa Elisabeth Medan Tahun 2018. Beserta perangkat yang ada (jika

diperlukan).

Dengan hak bebas royalti Noneksklutif ini Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Santa Elisabeth Medan berhak menyimpan, mengalih media/

formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Medan, 09 Mei 2018

Yang menyatakan

(Yeni Adytia Laoli)

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

ix

ABSTRAK

Yeni Adytia Laoli 032014077

Hubungan Self Regulation Dengan Kinerja Dosen di STIKes Santa Elisabeth

Medan Tahun 2018

Prodi Ners 2018

Kata Kunci : Self Regulation, Kinerja Dosen

(xvii + 63 + Lampiran)

Self Regulation merupakan cara dosen menampilkan serangkaian tindakan yang

ditujukan untuk pencapaian target dengan melakukan perencanaan terarah dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dosen yang regulasi dirinya baik adalah

dosen yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral aktif dalam

pekerjaan atau kinernyanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

self regulation dengan kinerja dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan. Desain

dalam penelitian ini menggunakan rancangan survey analitik dengan metode

cross sectional dengan total sampling yaitu seluruh dosen yang aktif bekerja di

STIKes Santa Elisabeth Medan sebanyak 30 responden. Instrumen yang

digunakan adalah kuesioner self regulation dikembangkan oleh Miller & Brown

(1991) dan kinerja dosen adalah kuesioner ABFI Institute Perbanas (2010). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dosen memiliki self regulation baik sebanyak 15

orang (50.0%) dan sebagian besar dosen memiliki kinerja baik sebanyak 20 orang

(66.7%). Hasil Fisher’s Exact Test didapatkan p=0.001 (p<0.05), sehingga ada

hubungan self regulation dengan kinerja dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan.

Dosen diharapkan lebih mengembangkan self regulation untuk meningkatkan

kinerja yang bermutu di STIKes Santa Elisabeth Medan.

Daftar Pustaka (2010-2017)

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

x

ABSTRACT

Yeni Adytia Laoli 032014077

Relationship Self Regulation With Performance Lecturer at STIKes Santa

Elisabeth Medan 2018

Ners Study Program STIKes Santa Elisabeth Medan 2018

Keyword : Self Regulation, Perfomance Lecture

(xvii + 63 + Attachment)

Self Regulation is a way in which the individual displays a series of actions aimed

at achieving the target by conducting a focused plan in achieving the targeted

objectives. A person with good self-regulation is an individual who is

metacognitive, motivational and behavioral is someone who is active in the work

or activities undertaken. This study aims to determine the relationship of self

regulation with the performance of lecturers at STIKes Santa Elisabeth Medan.

The design in this study used the design of analytic survey with cross sectional

method with the total population of all lecturers active in STIKes Santa Elisabeth

Medan as many as 30 respondents. The sampling technique in this research is

total sampling. The instrument used in the research is self regulation

questionnaire developed by Miller & Brown (1991) and for lecturer performance

is taken from the questionnaire of ABFI Institute Perbanas (2010). In the Fisher's

Exact Test obtained p = 0.001, so there is a relationship of self regulation with

the performance of lecturers at STIKes Santa Elisabeth Medan. Suggestions for

lecturers are expected to form more self regulation to evaluate the improvement

of quality performance at STIKES Santa Elisabeth Medan.

Bibliography (2010-2017)

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya yang penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Hubungan Self Regulation dengan Kinerja Dosen STIKes Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018”

Skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, perhatian dan kerja sama dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis secara khusus

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Mestiana Br Karo, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes Santa

Elisabeth Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti penyusunan skripsi ini.

2. Samfriati Sinurat, S.Kep, Ns, MAN selaku Ketua Program Studi Ners yang

telah mengizinkan penulis untuk mengikuti penyusunan skripsi ini, dan

sekaligus selaku pembimbing I yang telah mengarahkan penulis dengan

penuh kesabaran, memberikan banyak waktu dan memberikan ilmu yang

bermanfaat serta pengarahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Lindawati Simorangkir S.Kep,Ns.M.Kes selaku pembimbing II yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, dan memberikan waktu

untuk mengarahkan dan memberikan ilmu yang bermanfaat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Lilis Novitarum S.Kep,Ns., M.Kep selaku penguji III yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, dan memberikan waktu

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xii

untuk mengarahkan dan memberikan ilmu yang bermanfaat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Institusi STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah membantu dan

memfasiltasi, sehingga saya dapat menjadikan dosen yang bekerja di

STIKes Santa Elisabeth Medan sebagai responden dalam penelitian ini.

6. Helinida Saragih S.Kep,Ns selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan dan mengikuti

pendidikan di STIKes Santa Elisabeth.

7. Seluruh dosen serta tenaga kependidikan STIKes Santa Elisabeth Medan

yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan

skripsi ini dan selama menjalani pendidikan di STIKes Santa Elisabeth

Medan.

8. Petugas perpustakaan yang telah membantu dan memfasilitasi penulis

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Teristimewa kepada keluarga, kedua orang tua tercinta Ayah (Y. Laoli) dan

Ibu (E. Br. Sihole) yang selalu memberi dukungan baik materi,doa dan

motivasi dan adik-adikku (Yansen, Yuli, Yiswi dan Yesi) yang selalu

memberi dukungan dan semangat serta kasih sayang yang luar biasa kepada

saya selama menjalankan perkuliahan di STIKes Elisabeth.

10. Koordinator asrama yang telah membantu penulis dalam menyediakan

fasilitas selama menjalani pendidikan di STIKes Santa Elisabeth Medan.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xiii

11. Kepada seluruh teman-teman Program Studi Ners terkhusus angkatan VIII

stambuk 2014, yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini serta dukungan selama proses pendidikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, baik isi maupun teknik penulisan. Oleh kerena itu, dengan

segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih dan semoga Tuhan memberkati kita.

Medan, Mei 2018

(Yeni Adytia Laoli)

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xiv

DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................. i

Sampul Dalam .................................................................................................. ii

Halaman Persyaratan Gelar .............................................................................. iii

Surat Pernyataan............................................................................................... iv

Lembar Persetujuan .......................................................................................... v

Penetapan Panitia Penguji ................................................................................ vi

Lembar Pengesahan ......................................................................................... vii

Surat Pernyataan Publikasi ............................................................................... viii

Abstrak ............................................................................................................. ix

Abstract ............................................................................................................ x

Kata Pengantar ................................................................................................. xi

Daftar Isi........................................................................................................... xiv

Daftar Tabel ..................................................................................................... xvi

Daftar Bagan .................................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 7

1.3 Tujuan .............................................................................................. 7

1.3.1 Tujuan umum .......................................................................... 7

1.3.2 Tujuan khusus ......................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

1.4.1 Manfaat teoritis ...................................................................... 8

1.4.2 Manfaat praktis....................................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10 2.1 Self-Regulation ................................................................................. 10

2.1.1 Pengertian Self-Regulation........................................................ 10

2.1.2 Faktor-faktor Self-Regulation ................................................... 11

2.1.3 Aspek-aspek Self-Regulation .................................................... 13

2.1.4 Self-Regulation sebagai Kesuksesan Mengajar ........................ 15

2.1.5 Langkah-langkah Self-Regulation ............................................. 18

2.2 Kinerja Dosen ................................................................................... 20

2.2.1 Pengertian Kinerja Dosen ......................................................... 20

2.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Dosen........................................... 21

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Kinerja Dosen .............................. 23

2.2.4 Kompetensi Kinerja Dosen ....................................................... 25

2.3 Hubungan Self-Regulation dengan Kinerja Dosen ........................... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .......... 29

3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 29

3.2 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 30

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xv

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 31

4.1. Rancangan Penelitian ................................................................... 31

4.2. Populasi dan Sampel .................................................................... 31

4.2.1 Populasi ............................................................................... 31

4.2.2 Sampel ................................................................................. 31

4.3. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ............................. 32

4.3.1 Variabel Penelitian .............................................................. 32

4.3.2 Defenisi Operasional ........................................................... 33

4.4. Instrumen Penelitian ..................................................................... 33

4.5. Lokasi Waktu dan Penelitian........................................................ 36

4.5.1 Lokasi .................................................................................. 36

4.5.2 Waktu Penelitian ................................................................. 36

4.6. Prosedur Pengambilan dan Teknik Pengumpulan Data ............... 36

4.6.1 Pengambilan data ................................................................ 36

4.6.2 Teknik pengumpulan data ................................................... 37

4.6.3 Uji validasi dan reabilitas .................................................... 37

4.7. Kerangka Operasional .................................................................. 38

4.8. Pengolahan Data ........................................................................... 39

4.8. Analisa Data ................................................................................. 40

4.9. Etika Penelitian ............................................................................ 40

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43

5.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 43

5.2 Pembahasan Penelitian ..................................................................... 53

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 62

6.1 Simpulan ........................................................................................... 62

6.2 Saran ................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Jadwal Kegiatan

2. Lembar Penjelasan

3. Informed Concent

4. Instrumen : Kuesioner

5. Permohonan Izin Pemakaian Dan Modifikasi Kuesioner

6. Usulan Judul Proposal Dan Tim Pembimbing

7. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal

8. Kartu Bimbingan

9. Surat permohonan izin penelitian

10. Surat keterangan selesai penelitian

11. Output Olahan data pada Komputer

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Defenisi Operasional Kerangka Operasional Hubungan Self-

Regulation Dengan Kinerja Dosen Di STIKes Santa Elisabeth

Medan Tahun 2018 ............................................................................. 33

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Lama Kerja dan di STIKes

Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 ................................................... 44

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tujuh (7) indikator proses self regulation

Dosen Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 ...................... 45

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Self-Regulation Dosen Di STIKes Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018 ............................................................. 49

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi empat (4) indikator Kinerja Dosen Di STIKes

Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 ................................................... 49

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen Di STIKes Santa Elisabeth

Medan Tahun 2018 ............................................................................. 51

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Self-Regulation Dengan Kinerja

Dosen Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 ...................... 52

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

xvii

DAFTAR BAGAN.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Self-Regulation Dengan Kinerja

Dosen Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 ................... 29

Bagan 4.1 Kerangka Operasional Hubungan Self-Regulation Dengan

Kinerja Dosen Di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 ...... 38

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tolak ukur keberhasilan didikan dan pengembangan sumber

daya manusia (SDM) adalah keberhasilan suatu struktur pendidikan yang dicapai.

Karena semakin besarnya perkembangan pendidikan di era globalisasi ini, maka

persaingan yang terjadi antar bangsa mendorong pemerintah untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang ada di negaranya. Pengamatan menunjukkan

bahwa bangsa yang memenangkan persaingan tersebut adalah bangsa yang

memiliki sumber daya manusia berkualitas, bukan yang memiliki sumber daya

alam yang melimpah. Tolak ukur dari keberhasilan sumber daya manusia adalah

adanya keberhasilan dalam dunia pendidikan. Melalui pendidikan yang baik

kualitasnya maka akan tercipta pula SDM yang berkualitas. Sistem pendidikan

nasional mempunyai peran utama dalam mengelola pengembangan dan

pembinaan sumber daya manusia (SDM) sebagai pusat kekuatan dalam proses

pembangunan. Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan hak setiap

warga negara untuk mendapatkan pendidikan sebagaimana yang telah tertuang

dalam UUD 1945 (Rizal, 2015).

Perguruan tinggi sebagai salah satu instrumen pendidikan nasional yang

diharapkan bisa menjadi salah satu tempat penyelenggara dan pengembangan

perguruan tinggi serta pemeliharaan, pembinaan, dan pengembangan

ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Bagian penting dari pendidikan adalah

adanya keterkaitan dengan personil, baik itu peserta didik, tenaga pendidik

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

2

maupun tenaga kependidikan. Tenaga pendidik merupakan salah satu sumber

daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas dari perguruan tinggi, karena

merupakan suatu komponen yang penting dalam penyelenggaraan kegiatan

mengajar, melatih, meneliti, mengelola dan memberikan pelayanan teknis dalam

bidang pendidikan (Permanasari, Setyaningrum & Sundari, 2014). Di perguruan

tinggi, dosen adalah salah satu jabatan fungsional dan pendidik profesional dan

ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan

menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan,

penelitian, dan pengabdian masyarakat seperti yang tertuang dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

Peran, tugas dan tanggungjawab dosen sangat bermakna untuk menghasilkan

sumber daya berkualitas. Untuk melaksanakan tanggungjawab dan tugasnya

dosen dituntut untuk dapat memperlihatkan kinerja yang baik (Permanasari, dkk.

2014).

Kinerja yang baik harus didukung oleh kompetensi dan juga

profesionalisme. Profesionalisme dosen adalah mutu atau kualitas untuk

berperilaku yang berlandaskan pada keahlian, pengetahuan dan karakteristik

tertentu. Kinerja dosen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 1) variabel

individu yang terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga,

status sosial dan pengalaman serta faktor demografi seperti umur, asal usul dan

jenis kelamin; 2) variabel psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, belajar,

motivasi dan emosi; 3) variabel organisasi yang terdiri dari orientasi pada karir

dan tantangan pekerjaan (Triyanto, 2012). Untuk mengetahui pencapaian dari

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

3

kinerja dosen haruslah dilakukan evaluasi yang tujuannya untuk melihat kinerja

dari dosen. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting dalam

menjamin kualitas kinerja. Penilaian kinerja idealnya dilakukan secara tertib,

objektif dan berkelanjutan. Kinerja dosen dapat diukur dengan melihat kualitas

kerja, ketepatan waktu, selalu berinisiatif, memiliki kemampuan untuk

menyampaikan materi dengan baik, mampu berkomunikasi baik dengan

mahasiswa, teman sejawat atau pimpinan. Kinerja akan menjadi baik apabila

tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kondisi yang

stabil baik fisik, psikis maupun perilaku. Mangkunegara berpendapat bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari kinerja dosen, salah satu

faktor adalah faktor kompetensi yang dimiliki dosen.

Kompetensi “ability” merupakan kapasitas yang dimiliki seorang dosen

dalam melakukan tugasnya. Ada empat kompetensi yang harus dmiliki dosen,

keempat kompetensi tersebut adalah : kompetensi pedagogik, kompetensi

profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi

pedagogik adalah bagaimana seorang dosen dapat memahami peserta didiknya,

bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta cara dosen dalam

melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Kompetensi profesional

adalah cara dosen dalam menguasai setiap materi yang dia sampaikan.

Kompetensi kepribadian adalah perfomance dosen yang beribawa dan menjadi

teladan bagi mahasiswanya. Sedangkan kompetensi sosial adalah bagaimana

dosen berkomunikasi baik dengan mahasiswa, teman sejawat maupun

pimpinannya. Kompetensi yang baik akan menghasilkan dampak bagi kinerja

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

4

dosen itu sendiri. Dengan kinerja yang baik dari tenaga kependidikan, maka tidak

mustahil akan mempengaruhi minat serta pestasi belajar mahasiswa, karena

ketika seorang tenaga pendidik memiliki motivasi mengajar yang tinggi maka

proses perkuliahan akan menjadi menarik (Fauzi, Perdana, & Handarini. 2016).

Dampak kinerja dosen yang kurang optimal akan mempengaruhi kualitas

pendidikan secara umum. Permasalahan muncul ketika pegawai mempunyai

kinerja rendah terhadap organisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

di Prodi Kebidanan Magelang tercatat bahwa perencanaan proses belajar

mengajar di Prodi Kebidanan sebagian dosen tidak membuat RPS (Rencana

Pembelajaran Semester ). Pembuatan silabus awal semester mengalami

penurunan dari 58% pada tahun akademik menjadi 43%. Rata-rata persentase

kehadiran dosen pada kelas reguler dan ekstensi mengalami penurunan serta

belum mencapai target tatap muka. Penelitian lain yang dilakukan oleh Petrus

pada tahun (2017) di Universitas Mulawarman Samarinda tercatat berdasarkan

hasil observasi dan wawancara yang di lakukan peneliti banyak dosen yang

sangat lambat untuk masuk dalam mengajar di kelas dan beberapa mahasiswa

yang peneliti wawancarai beberapa mahasiswa di kampus fisipol yang berinisial,

WN,AD,MK,ML, dan PS di ruang kuliah fisipol, pada tanggal 27 Nopember

2015 dan juga pada tanggal 23 februari 2016, mengatakan bahwa dosen jarang

sekali hadir dan selalu memberikan tugas, pada mahasiswa, hal ini

mengindikasikan bahwa kinerja dosen sangatlah kurang efektif. Selain itu, Untuk

kegiatan praktek di kampus yang berhubungan dengan mata kuliah juga kurang

sehingga berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa dan Kurangnya

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

5

komunikasi antara mahasiswa dengan dosen sering menimbulkan ketidak

selarasan informasi pada mahasiswa. Data lain didapatkan dari perguruan tinggi

Alma, dikatakan bahwa dosen sangat kurang dalam mempersiapkan bahan

ajarannya dan kurangnya literatur materi yang dia sampaikan.

Pada tanggal 16 Januari 2018 di STIKes Santa Elisabeth, peneliti

melakukan wawancara kepada Wakil Ketua I, dari hasil wawancara di dapatkan

bahwa di STIKes Elisabeth tercatat 30 dosen S2 yang aktif bekerja. Sesuai

dengan tri darma perguruan tinggi, bahwa seorang dosen harus melakukan

pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dari sejumlah dosen yang ada

di STIKes Elisabeth tersebut yang pernah melakukan penelitian dan mendapatkan

Hibah hanya dua orang dosen saja. Selanjutnya dikatakan, bahwa ada beberapa

dosen yang telah melakukan penelitian secara lokal, namun penelitian tersebut

masih belum sesuai dengan prosedur penelitian yang seharusnya. Hasil yang

bersangkutan dengan kinerja lainnya, yaitu pengumpulan RPS dari dosen-dosen

PJMA mata kuliah kepada Wakil Ketua I. Dari hasil wawancara didapatkan

bahwa masing-masing dosen dari 3 Prodi yang ada di STIKes Elisabeth, 39%

dosen selalu menyerahkan RPS maksimal seminggu sebelum perkuliahan

dimulai, sedangkan 69% lainnya sering terlambat dalam menyerahkan RPS

bahkan ada yang tidak menyerahkan ke Waket I, yang seharusnya RPS harus

dikumpulkan seminggu sebelum mata kuliah tersebut berlangsung.

Keadaan seperti ini bisa mempengaruhi kinerja dosen untuk

mengembangkan kompetensinya. Kinerja dan kompetensi yang kurang dari

dosen, maka akan sangat mempengaruhi kualitas kerja dan lulusan yang akan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

6

dihasilkan oleh institusi tempat dia bekerja. Untuk itu perlu dilakukan

pengendalian, pemonitoran dan evaluasi diri, sehingga dapat meningkatkan

kinerjanya. Kemampuan pengendalian tersebut sering kali diartikan sebagai

regulasi diri. Dimana semakin tinggi keinginan seseorang untuk meregulasi diriya

maka akan semakin tinggi pula evaluasi yang akan dilakukan dalam uapaya

peningkatan kinerjanya.

Zimmerman (1990) berpendapat bahwa dalam konteks regulasi diri ada

beberapa langkah yang perlu dikembangkan, langkah tersebut mencakup

receiving, evaluating, trigering, searching, formulating, implementating dan

assesing. Langkah awal yaitu receiving dimana individu mencari informasi

tentang dirinya. Kemudian individu tersebut menyadari dirinya dan proses ini

disebut evaluating dan membandingkan pribadinya dengan norma yang yang ada

di lingkungannya. Selanjutnya proses yang akan terjadi yaitu searching dimana

individu mencari solusi dari masalahnya, kemudian merencanakan dan

menerapkannya untuk direalisasikan dan dilakukan. Langkah akhir dari proses

regulasi diri adalah assesing dimana seseorang melihat sudah sejauh mana

keefektifan regulasi yang dia lakukan (Zapata, 2014).

Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Anggun pada tahun (2015)

mengatakan dari observasi yang dilakukan oleh peneliti di dapatkan bahwa ada

sejumlah dosen yang memiliki kekurang mampuan untuk meregulasi dirinya. Hal

ini diakibatkan karena faktor yang membuat tenaga pendidik tidak bahagia di

tempat dia bekerja. Faktor-faktor yang mengakibatkan hal tersebut seperti

kurangnya komunikasi antar teman sejawat, mahasiswa maupun atasan, tidak

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

7

adanya pengakuan terhadap suatu pekerjaan, miskin atau kurangnya

pengembangan ide atau kreatifitas di tempat kerja dan kuragnya kesempatan atau

pemanfaatan yang diperoleh dari tempat kerja dan juga penghargaan yang kurang

di dapatkan dari sebuah institusi atau tempat dosen tersebut bekerja (Anggun,

2015).

Self-Regulation berkaitan dengan bagaimana seseorang menampilkan

serangkaian tindakan yang ditujukan untuk pencapaian target dengan melakukan

perencaan terarah (Ekawanti, 2016). Kemampuan individual untuk memiliki

pengendalian diri dalam dirinya sendiri, itulah yang menajadi sorotan penting

dalam regulasi diri (Ekawanti, 2016).

Melakukan regulasi diri bisa membuat individu mengetahui kekurangan

dari proses yang selama ini dilakukan sehingga lebih meningkatkan kinerja dosen

yang dapat dilihat melalui kepuasan kerjanya. Berdasarkan urain di atas, maka

peneliti tertarik untuk melihat hubungan Self Regulation dengan kinerja dosen

yang ada di Lingkungan STIKes Santa Elisabeth Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Hubungan Self Regulation Dengan Kinerja Dosen di STIKes

Elisabeth Medan Tahun 2018

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Self Regulation

Dengan Kinerja Dosen di STIKes Elisabeth Medan Tahun 2018

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

8

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi Self Regulation Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan

tahun 2018

2. Mengidentifikasi Kinerja Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan 2018

3. Mengidentifikasi hubungan self regulation dengan kinerja dosen di

STIKes Santa Elisabeth Medan tahun 2018

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat

dijadikan sebagai informasi tambahan yang berguna untuk meningkatkan Self

Regulation Dengan Kinerja Dosen di STIKes Elisabeth Medan Tahun 2018

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Tenaga Pengajar

Sebagai motivator bagi dosen agar dapat meningkatkan self

regulation dalam upaya peningkatkan kinerja dan kesuksesan dalam

mengajar

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi institusi dalam

memberi informasi pentingnya Self Regulation bagi tenaga pendidik

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

9

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi kepada peneliti lainnya tentang

pentingnya self-regulation untuk meningkatkan kinerja dosen serta dapat

melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang berbeda.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Self Regulation

2.1.1. Pengertian Self Regulation

Self – regulation merupakan kemampuan mengatur tingkah laku sebagai

strategi yang berpengaruh terhadap perfomansi seseorang dalam mencapai tujuan

atau prestasi bukti peningkatan dari perilaku. Menurut Hofman dalam penelitian

Rahman (2014), self-regulation adalah upaya untuk mengendalikan pikiran,

perasaan, dan perilaku dalam rangkai mencapai suatu tujuan. Menurut

Zimmerman (1990) dalam penelitian Rizanti (2013) self regulation berkaitan

dengan bagaimana seseorang menampilkan serangkaian tindakan yang ditujukan

untuk pencapaian target dengan melakukan perencanaan terarah. Pengelolaan diri

atau regulasi diri adalah upaya individu untuk mengatur suatu aktifitas dengan

megikutsertakan kemampuan metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif.

Regulasi diri bukan merupakan kemampuan mental seperti intelegensi

atau keterampilan akademik seperti keterampilan membaca, melainkan proses

pengarahan atau penginstrusikan diri individu untuk mengubah kemampuan

mental yang dimilikinya menjadi keterampilan dalam suatu bentuk aktifitas.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Regulation

Menurut Zimmerman (1991) dalam penelitian Ghufron, (2012) ada tiga

faktor yang mempengaruhi regulasi diri. Berikut adalah faktor-faktornya:

1. Individu (diri)

Faktor individu meliputi hal-hal di bawah ini

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

11

1) Pengetahuan individu, semakin banyak dan beragam pengetahuan

yang dimiliki individu akan semakin membantu individu dalam

melakukan pengelolaan diri

2) Tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki individu yang

semakin tinggi akan membantu pelaksanaan dan pengelolaan diri

dalam diri individu

3) Tujuan yang ingin dicapai, semakin banyak dan kompleks tujuan yang

ingin diraih, semakin besar kemungkinan individu melakukan

pengelolaan diri.

2. Perilaku

Perilaku mengacu kepada upaya individu menggunakan kemampuan yang

dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang dilakukan individu dalam

mengatur dan mengorganisasi suatu aktifitas maka dapat meningkatkan

regulation pada diri individu

3. Lingkungan

Teori sosial kognitif mencurahkan perhatian khusus pada pengaruh sosial

dan pengalaman pada fungsi manusia. Hal ini bergantung pada bagaimana

lingkungan dapat mendukung aktifitas dari individu tersebut.

Faktor self Regulation dikemukakan juga dalam teori Bandura (1986)

yang mengatakan bahwa self regulation di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

internal dan eksternal.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

12

1. Faktor Internal

1) Observasi diri (memonitor diri sendiri)

Ketika observasi dilakukan akan menghasilkan persepsi tentang

kemajuan, hal ini dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kinerjanya

dengan mengubah apa yang telah dilakukannya. Sebelum individu mengubah

tingkah lakunya, ia harus terlebih dulu menyadari tingkah lakunya. Hal ini

melibatkan kegiatan memantau atau memonitoring tingkah laku dirinya, semakin

sistematis individu memantau tingkah lakunya, maka semakin cepat individu

sadar akan apa yang dia lakukan.

2) Evaluasi diri

Menentukan apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan apa yang

diinginkan, yaitu sesuai dengan standar pribadi individu tersebut. Standar pribadi

berasal dari informasi yang diperoleh individu dari orang lain. Membandingkan

kinerja seseorang dengan suatu standar akan memberikan informasi tentang

kemajuan yang telah dicapai. Dengan melakukan evaluasi diri, individu dapat

menentukan apakah tindakannya berada pada jalur yang benar

3) Reaksi diri

Menciptakan dorongan untuk perilaku diri sendiri, mengakui dan

membuktikan kompetensi yang dimiliki, kemudian merasa puas dengan diri

sendiri sehingga dapat meningkatkan minat dalam mengerjakan sesuatu dan

tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

13

2. Faktor eksternal

1) Standar untuk mengevaluasi dirinya yang didukung oleh faktor lingkungan

yang berinteraksi dengan individu tersebut. Regulasi diri juga dipengaruhi

oleh lingkungan berupa ada tidaknya kesempatan untuk meregulasi diri dan

ketersediaan sumber pembelajaran. Faktor sosial berupa hubungan yang

mempengaruhi tujuan, usaha dan pengawasan. Faktor perkembangan dimana

disebutkan bahwa kemampuan regulasi diri merupakan hasil dari

perkembangan kemampuan kognitif dan kemampuan representasional yang

dipengaruhi oleh adanya bimbingan dari agen sosialisasi tempat individu

berinteraksi.

2) Faktor eksternal lainnya yaitu penguatan (reinforcement). Jika individu

mendapatkan sebuah penguatan dari perilaku yang dia lakukan maka

individu tersebut akan termotivasi untuk meregulasi dirinya. Salah satu

contoh dari penguatan (reinforcement) adalah berupa reward atau dukungan

yang dia dapatkan dari lingkungannya berupa sumbangan materi atau pujian

(Husna, 2014).

2.1.3. Aspek – aspek Self-Regulation

Regulasi diri mencakup tiga aspek yang diaplikasikan dalam proses

mengajar yaitu:

1. Metakognitif

Metakognisi adalah proses penting karena ada kaitannya dengan

pengetahuan. Metakognitif adalah pemahaman dan kesadaran tentang proses

kognitif atau pikiran. Kognitif sangat penting karena berkaitan dengan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

14

pengetahuan seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur

atau menata peristiwa yang akan dihadapi dan memilih strategi yang sesuai agar

dapat meningkatkan kinerjanya. Pengetahuan tentang kognisi meliputi

perencanaan, pemonitoran dan perbaikan dari perfomansi atau perilakunya.

Seseorang yang memiliki metakognitif baik adalah individu yang melakukan

pengelolaan diri dan menginstruksikan diri sebagai kebutuhan selama proses

perilakunya.

2. Motivasi

Motivasi adalah fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan

berkaitan dengan kemampuan yang ada pada setiap diri individu. Motivasi terdiri

dari 2 yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Individu yang memiliki motivasi

intrinsik akan memiliki otonomi dan kepercayaan diri yang tinggi terhadap

kemampuan yang dia miliki dalam melakukan sesuatu. Ketika seseorang

memiliki motivasi yang kuat maka seseorang tersebut akan menjadi pribadi yang

lebih baik.

3. Perilaku

Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi dan

memanfaatkan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktifitasnya.

Seseorang akan menyadari betapa pentingnya individu harus memilih, menyusun,

dan menciptakan lingkungan sosial dan fisik seimbang untuk mengoptimalkan

pencapaian atas aktifitas, kegiatan maupun pekerjaan yang dia lakukan.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

15

Ketiga aspek di atas bila digunakan oleh individu maka akan

meningkatkan upaya regulasi dirinya sehingga dapat menunjang kemampuan

pengelolaan diri yang lebih optimal (Williamson, 2015).

2.1.4. Self Regulation sebagai Kesuksesan Mengajar Bagi Dosen

Dikatakan dalam buku tersebut bahwa Self Regulation ditawarkan kepada

guru. Seorang guru yang menghadapi masalah dalam pembelajaran di kelas

dituntut belajar mandiri juga, dalam hal memecahkan permasalahan di kelas.

Secara mandiri guru dapat mencoba metode, strategi maupun model

pembelajarannya sendiri untuk dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di

kelasnya. Hal tersebut sejalan dengan konsep pembelajaran berkelanjutan bagi

guru/pengajar. Pembelajaran berkelanjutan, merupakan langkah pengembangan

profesionalitas yang terus menerus harus dilakukan oleh guru secara dinamis, dan

meningkat. Merupakan usaha pengembangan profesional dengan meningkatkan

empat kompetensi (Kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial).

Upaya ini diperlukan untuk memantapkan formulasi kompetensi, sehingga

memiliki nilai-nilai yang lebih fungsional, sosial, maupun kepribadiannya

sehingga akan menjadi guru yang bermartabat, disenangi siswanya, dan

melakukan pembelajaran secara efektif.

Kalau dimungkinkan seorang guru pun dapat bekerja sama dengan guru

lain atau peneliti untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi dalam

pembelajaran, sehingga beliau dapat menemukan sendiri cara menyelesaikan

masalah pembelajarannya. Menemukan sendiri model, strategi, maupun metode

pembelajaran yang baru dalam mengatasi masalah pembelajarannya, ternyata

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

16

temuannya itu sebagai obat atau cara memecahkan masalah pembelajaran yang

dihadapinya, yang bisa ditularkan pada guru lain. Sehingga dengan guru

melaksanakan Self Regulation, belajar mandiri mengatasi masalah pembelajaran,

tidak perlu sering-sering guru diadakan kursus atau penataran

mengimplementasikan cara pembelajaran milik orang lain, model-model temuan

orang lain (Azmi, 2016).

Buku tersebut juga menawarkan sepuluh komponen pengajaran sebagai

pembelajaran mandiri agar menjadi guru yang sukses dan professional.

1. Prinsip pembelajaran professional guru muncul dari pekerjaan kolaboratif

dengan guru lainnya.

2. Konsisten dengan konsep guru sebagai pekerja ilmu pengetahuan, sehingga

terbit inovasi kolaboratif dapat menyemangati penemuan-penemuan baru

dari para guru.

3. Penilaian praktik baru, Inovasi kolaboratif memfokuskan pada cara penilaian

yang baru dari guru.

4. Pembuatan kurikulum bersiklus. Inovasi kolaboratif mengikuti proses guru

secara tipikal yang digunakan untuk merancang pembelajaran. Jadi dalam hal

pelaksanaan kurikulum tidak harus linier, tetapi dapat mempraktekkan hasil

kolaborasi , dan hasil penilaian guru sendiri tersebut.

5. Pemecahan masalah, inovasi kolaboratif menampilkan guru-guru dengan

kesempatan untuk memecahkan masalah, karena mereka berupaya untuk

melahirkan pratik-pratik pengajaran yang baru.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

17

6. Pembelajaran dalam konteks. Inovasi kolaboratif memunculkan kesempatan

untuk pembelajaran dalam konteks dengan menyemangati para guru untuk

menemukan kembali praktik-pratik pembelajaran yang baru dan disesuaikan

dengan konteks (keadaan nyata).

7. Siswa sebagai focus. Inovasi kolaboratif menempatkan siswa sebagi pusat

pembelajaran, dan sebagai pusat pengembangan kurikulum.

8. Konstruksi ilmu pengetahuan. Proses inovasi kolaboratif membantu guru

dalam mengartikulasi ilmu pengetahuan mereka. Menurut Dewey (1996)

Inovasi kolaboratif membantu para guru secara internal membangun ilmu

pengetahuan personal/pribadi, yang kemudian diberi lebel, terletak dalam

sebuah tubuh ilmu pengetahuan yang lebih luas dan berbagi melalui proses

penilaian kolaboratif.

9. Pemegang kolaboratif. Kolaboratif melekat dalam bentuk pembelajaran yang

profesional, sehingga menugaskan guru berperan secara kolaboratif dengan

guru lain dan para peneliti.

10. Resiko rendah dan tantangan tinggi. Seseorang memperkenalkan temuannya,

serta mempraktekkan untuk memecahkan masalah pembelajaran adalah suatu

tindakan yang profesional, kenyataannya memang tidak ada satu cara terbaik

untuk memecahkan semua masalah pembelajaran, sehingga untuk

mencobakan hasil kolaroratif yang baru, resiko kesalahannya kecil (Azmi,

2016).

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

18

2.1.5. Langkah-langkah Self-Regulation

Setiap individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengatur dan

mengontrol dirinya. Dalam konteks regulasi diri maka dikembangkan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Receiving (menerima)

Langkah awal individu dalam menerima informasi dari berbagai sumber.

Individu akan mengetahuin karakter yang lebih khusus dari suatu masalah dengan

informasi-informasi tersebut. Proses ini dapat meningkatkan pemahaman

individu/seseorang atau mereka tentang sifat dan dampak dari perilaku yang akan

diubah

2. Evaluating (Evaluasi)

Setelah mendapat informasi, langkah berikutnya adalah menyadari

seberapa besar masalah tersebut. Saat proses evaluasi diri, individu menganalisis

informasi dengan membandingkan suatu masalah yang terdeteksi di luar diri

(eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang tercipta dari pengalaman

yang sebelumnya. Pendapat itu didasari oleh harapan yang ideal yang diperoleh

dari pengembangan individu sepanjang hidupnya yang termasuk dalam

pengalaman dan proses dari suatu pekerjaannya.

3. Trigering (melakukan perubahan)

Sebagai akibat dari suatu perbandingan dari hasil evaluasi individu, maka

timbul perasaan positif yang tidak menutup kemungkinan timbulnya perasaan

negatif dari diri individu. Disinilah individu harus menghindari sikap-sikap atau

pemikiran yang tidak sesuai dengan informasi yang di dapat dengan norma-

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

19

norma yang ada. Semua reaksi yang ada dan terjadi dalam diri individu pada

tahap ini disebut sebagai kecenderungan ke arah perubahan yang lebih baik.

4. Searching (mencari solusi)

Pada tahap sebelumnya proses evaluasi menyebabkan reaksi-reaksi

emosional dan sikap. Pada akhir proses evaluasi tersebut menunjukkan

pertentangan antara sikap individu dalam memahami masalah. Pertentangan

tersebut membuat individu akhirnya menyadari beberapa jenis tindakan atau aksi

untuk mengurangi perbedaan yang terjadi. Kebutuhan untuk mengurangi

pertentangan dimulai dengan mencari jalan keluar dari permasalahan yang

dihadapi.

5. Formulating ( Perencanaan)

Formulating atau merancang suatu rencana, yaitu perencanaan aspek-

aspek pokok untuk meneruskan target atau tujuan seperti soal waktu, aktivitas

untuk pengembangan, tempat-tempat dan aspek lainnya yang mampu mendukung

pencapaian dan tujuan individu agar efesien dan efektif. Ketika sesorang

merumuskan sebuah rencana, maka individu mampu menetapkan jadwal,

kegiatan yang harus dikejar, tempat dan serta aspek lain yang harus diperhatikan

dan mendukung dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

6. Implementating (Penerapan)

Setelah semua perencanaan telah teralisasi, berikutnya individu harus

dengan cepat mengarah pada aksi-aksi atau melakukan tindakan-tindakan yang

tepat yang mengarah ke tujuan dan memodifikasi sikap sesuai dengan yang

diinginkan dalam proses yang telah direncanakan.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

20

7. Assesing (Pengukuran efektifitas)

Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran atau Assessing

bertujuan agar dapat membantu dalam menentukan dan menyadari apakah

perencanaan yang telah direalisasikan itu sesuai dengan yang diharapkan atau

tidak serta apakah hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan (Zapata,

2014).

2.2 Kinerja Dosen

2.2.1. Pengertian Kinerja Dosen

Kata kinerja (perfomance) dapat diartikan sebagai penampilan personel

baik kuantitas maupun kualitas seseorang dosen untuk menjalankan dan

melaksanakan pekerjaan dan tugasnya dalam suatu organisasi atau perguruan

tinggi. Kinerja dosen adalah tingkat pencapaian syarat-syarat pekerjaan oleh

dosen. Setiap organisasi baik dalam skala kecil atau skala besar, mempunyai

orientasi profit ataupun non profit pasti mempunyai harapan agar prestasi kerja

karyawannya tinggi. Indikator keberhasilan kerja sangat tergantung pada tujuan

yang telah ditetapkan oleh organisasi bersangkutan. Prestasi kinerja dalam kajian

ini disamakan dengan kinerja atau perfomance yang artinya mengacu ada prestasi

kerja, pelaksanaan kerja dan penyelenggaraan kerja.

Bernardin dan Rusel (2002) dalam penelitian Sudiro (2015)

mendefenisikan tentang perfomance “ perfomance is defined as the record of

outcomes produced on a spesific job function or activity during a specified time

period. Prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

21

fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.

Defenisi yag lain diutarakan oleh Rue dan Byars dalam penelitian Bambang

mendefinisikan kinerja sebagai: The degree of accomplishment of the tasks that

make up on employee’s job. It reflect how an employee is fulfilling the

requirement of a job. Often confused with effort, which refers to energy

expended, performance is measurement terms of result” (derajat tingkat

pemenuhan tugas yang dibuat berdasarkan pada pekerjaan karyawan. Kinerja

mencerminkan bagaimana karyawan menyelesaikan suatu pekerjaan. Istilah

kinerja sering dikacaukan dengan usaha, yang mengacau pada energi

membelanjakan, capaian adalah terminologi pengukuran hasil).

Dari defenisi di atas maka disimpulkan bahwa kinerja dosen sangat erat

kaitannya dengan kemampuan karyawan atau dosen dalam memenuhi tugasnya.

kinerja dosen merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses belajar,

maka dengan kinerja dosen yang baik akan sangat berdampak bagi institusi atau

perguruan tinggi tempat dia bekerja. Semakin baik kinerja dosennya maka akan

seakin meningkatkat kinerja dari perguruan tinggi (Sudiro, 2015)

2.2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Dosen

Tugas dan tanggung jawab dosen bukan hanya sebagai pendidik dan

peneliti tetapi juga berperan sebagai penyebar informasi. Tugas dan tanggung

jawab dosen telah diamanatkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yang

mencakup:

1. Pendidikan dan pengajaran

1) Melaksanakan program kerja sesuai rencana

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

22

2) Mempersiapkan bahan-bahan perkuliahan

3) Memberi perkuliahan, respons, tugas, ujian, evaluasi dan penilaian

4) Menjadi pembimbing, sponsor dalam penyusunan skripsi, tesis

5) Menjadi penguji dalam sidang

6) Membimbing dan membantu pelaksanaan pratikum

7) Membuat laporan kegiatan

2. Penelitian dan penulisan karya ilmiah

1) Melakukan penelitian ilmiah

2) Menghasilkan penelitian ilmiah dan karya ilmiah

3) Penulisan buku ajar

4) Membimbing penelitian persiapan penulisan skripsi, tesis

5) Memimpin/ berpartisipasi aktif dalam seminar, pertemuan ilmiah

6) Membimbing penelitian utuk menjurus ke spesialis dan membimbing

pembuatan laporan ilmiah

7) Asisten penelitian dalam persiapan skripsi

3. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat

1) Pembinaan institusional dan kader ilmiah

2) Merancang kebijaksanaan dalam keseluruhan rencana induk

(akademik dan fisik)

3) Pemegang otoritas dalam bidang spesialisnya

4) Merencanakan dan melaksanakan program pembentukan/pembinaan

kader

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

23

5) Membantu masyarakat dengan memberikan penyuluhan dan

pelaksanaan hasil penelitian.

2.2.3. Faktor yang mempengaruhi kinerja Dosen

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terutama tenaga pengajar

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan tenaga pengajar

Kemampuan seorang tenaga pengajar sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami proses

belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Selama

menjalani pendidikannya siswa akan menerima banyak masukan baik berupa

ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola berpikir

dan perilakunya. Ini berarti jika tingkat pendidikan tenaga pengajar lebih tinggi

maka makin banyak pengetahuan serta keterampilan yang diajarkan pada

siswanya.

2. Supervisi pengajaran

Supervisi pengajaran adalah serangkaian kegiatan membantu guru dalam

mengembangkan kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan

bimbingan, bantuan, pengawasan dan penelitian pada masalah-masalah yang

berhubungan dengan pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan

kegiatan belajar mengajar.Sasaran supervisi ditujukan kepada situasi belajar

mengajar yang memungkinkan terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

24

3. Program penataran yang diikuti

Untuk memiliki kinerja yang baik, tenaga pengajar dituntut memiliki

kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang

dimilikinya kepada siswanya.Untuk itu tenaga pengajar perlu mengikuti program-

progaram penataran untuk menambah pengetahuan yang dimilikinya.

4. Iklim yang kondusif

Iklim yang kondusif di sekolah akan berpengaruh juga pada kinerja tenaga

pengajar, diantaranya: pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk pada

pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas (ventilasi, penerangan,

tempat duduk, dan media pengajaran). Selain itu hubungan yang baik antara

warga sekolah yaitu kepala sekolah, tenaga pengajar, karyawan, dan siswa akan

membuat suasana yang menyenangkan dan merupakan salah satu sumber

semangat bagi tenaga pengajar dalam melaksanakan tugasnya.

5. Kondisi fisik dan mental

Tenaga pengajar yang sehat akan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya

dengan baik. Oleh karenanya faktor kesehatan harus benar-benar diperhatikan.

Begitu pula dengan kondisi mentalnya, jika kondisi mengajar dengan baik pula.

6. Tingkat pendapatan

Agar tenaga pengajar benar-benar konsentrasi mengajar di sekolah, maka

harus diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan lainnya

seperti pemberian intesif, kenaikan pangkat/gaji berkala, asuransi kesehatan dan

lain-lain.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

25

7. Bersikap terbuka, kreatif dan memiliki

Semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja yang demikian ini ditentukan

oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu cara kepala sekolah melaksanakan

kepemimpinan di sekolahnya.

8. Kemampuan manajerial kepala sekolah

Kemampuan manajerial atau memimpin dari kepala sekolah juga

berpengaruh pada kinerja tenaga pengajar (guru)

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja dosen menurut Mangkunegara

(2011) dalam Yahya (2014) yaitu:

1. Faktor kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan reality (knowledge and skill).

2. Faktor Motivasi

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap

situasi kerja (situation) dilingkungan organisasi.

2.2.4. Kompetensi Kinerja Dosen

Menurut Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

dan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor

16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dan

Dosen dikatakan bahwa ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen dalam

menjalankan tugasnya. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja

dosen.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

26

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru dan dosen terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dosen atau guru itu miliki

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal dari dosen atau

guru yang mencerminkan kepribadiannya yang sesuai dengan tugasnya. Seorang

dosen harus memiliki perfomance yang baik, mantap, beribawa sehingga bisa

menjadi role model bagi peserta didiknya

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan komunikasi yang wajib dan

harus dimiliki oleh seorang dosen, sehingga dapat bergaul secara efektif kepada

mahasiswa, teman sejawat maupun pimpinannya. Dengan komunikasi yang baik

maka pesan yang hendak disampaikan akan diterima dengan baik juga.

Komunikasi juga sangat penting dan erat kaitannya dalam proses pembelajaran

ketika ada komunikasi yang baik maka materi akan tersampaikan dengan baik

kepada peserta didik.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan dosen untuk menguasai

materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan

materi kurikulum mata kuliah dan substansi yang sesuai dengan bidang atau

keilmuwannya.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

27

2.3. Hubungan Self Regulation dengan Kinerja Dosen

Dosen merupakan profesi profesional yang dituntut untuk bekerja

semaksimal mungkin dalam menjalankan tugas keprofesionalismenya dengan

sebaik mungkin. Sebagai seorang profesional maka tugas dosen sebagai pendidik,

pengajar dan pelatih hendaknya dapat memberikan dampak yang baik kepada

mahasiswa yang dididiknya. Dalam hal ini dosen hendaknya dapat meningkatkan

kinerjanya yang dapat mejadi modal utama bagi keberhasilan suatu pendidikan

terkhusus di perguruan tinggi.

Menurut Mangkunegara (2011) kinerja adalah hasil kerja yang secara

kualitas dan kuantitas harus dan dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Berdasarakan analisis regresi diperoleh hasil bahwa persepsi kinerja

dosen di salah satu Politeknik di Surakarta berpengaruh positif terhadap

kepuasan mahasiswa. Hal ini bisa disimpulkan bahwa kinerja dosen sudah baik

namun belum optimal dalam memberikan pelayanan atau pengajaran kepada

mahasiswa (Sudiro, 2015).

Hasil penelitian Ekawanti (2016) menemukan beberapa fakta di lapangan

yang menunjukkan bahwa masih ada beberapa dosen yang memiliki kinerja yang

kurang terlihat dari kualitas kerja, ketepatan waktu, kurang berinisiatif dalam

menyampaikan materi dengan baik, komunikasi yang kurang efektif dengan

teman sejawat, atasan maupun mahasiswanya. Faktor lain yang diteliti yang

mengakibatkan kurangnya kinerja dosen diantarnya tingkat kepuasan terhadap

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

28

kompensasi yang diterima dan suasana komunikasi multi arah yang tidak

terbangun.

Adanya hubungan antara regulasi diri dengan kinerja dosen sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Ekawanti (2016) yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan regulasi diri dengan bornout pada guru. Penelitian ini melibatkan 35

orang guru di salah satu sekolah di Sidoarjo yang mengindikasikan adanya

hubungan yang signifikan antara regulasi diri dengan bornout yang dialami oleh

guru. Dengan regulasi diri yang baik akan dapat mendukung berkurangnya

kecenderungan bornout.

Regulasi diri berkaitan dengan bagaimana seseorang menampilkan

serangkaian tindakan yang ditujukan untuk pencapaian target dengan melakuakan

perencanaan terarah. Regulasi diri yang baik yang dimiliki individu akan mampu

mengatasi kinerja yang kurang baik dari dosen tersebut. Kinerja yang buruk akan

sangat kecil jika individu tersebut memiliki regulasi diri yang baik dan dapat

meningkatkan kinerjanya karena mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya

untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Uraian di atas menunjukkan bahwa

kinerja dosen adalah permasalahan yang menarik untuk diteliti, dan untuk melihat

sudah sejauh mana regulasi yang dimiliki oleh dosen sehingga mampu

mempengaruhi tingkat kinerja dosen tersebut (Ekawanti, 2016).

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

29

Self Regulation

- Receiving

- Evaluating

- Trigering

- Searching

- Formulating

- Implementating

- Assesing

(Zapata, 2014)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik

variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan

membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,

2014).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Self Regulation Dengan Kinerja

Dosen

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= hubungan dua variabel (variabel independen dan

dependen)

Kinerja Dosen (persepsi

dosen)

- Kompetensi

Pedagogik

- Kompetensi

Kepribadian

- Kompetensi

Profesional

- Kompetensi Sosial

ABFI INSTITUTE

PERBANAS (2010)

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

30

Dalam penelitian ini, variabel independennya (V1) adalah self regulation

yang terdiri dari receiving, evaluating, trigering, searching, formulating,

implementating dan assesing. Variabel dependennya (V2) adalah kinerja dosen

yang terdiri dari Kompetensi Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional dan kompetensi sosial. Hubungan dari kedua variabel ini, jika self-

regulation yang dimiliki individu tinggi maka akan semakin menunjang kinerja

yang baik yang dilakukan oleh seorang profesional yaitu dosen di lingkungan

kerjanya.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan-pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Heber hipotesis

adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel

yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap

hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan (Nursalam, 2016).

Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan peneliti adalah:

Ha: Ada hubungan self regulation dengan kinerja dosen di STIKes Santa

Elisabeth Medan.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

31

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitik dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada saat satu saat satu saat.

Rancangan dalam peneliti ini untuk mengidentifikasi adanya hubungan Self-

Regulation dengan Kinerja Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018.

Penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel. Peneliti dapat

mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan

teori yang ada (Nursalam, 2013).

4.2 Populasi Dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam

penelitian ini adalah dosen yang aktif bekerja di lingkungan STIKes Santa

Elisabeth Medan dengan jumlah populasi sebanyak 30 orang (SDM STIKes Santa

Elisabeth Medan, 2018).

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

32

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu

(Sugiyono, 2016). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian

adalah dosen yang aktif bekerja di STIKes Santa Elisabeth Medan berjumlah 30

orang.

4.3. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

4.3.1 Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu. Pada penelitian ini memilih dua variabel yaitu variabel

independen yaitu Self Regulation yang akan mempengaruhi variabel dependen

yaitu kinerja dosen.

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel

bebas, artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2009). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah Self-Regulation.

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena variabel bebas. Variabel dalam penelitian ini adalahKinerja Dosen

(Sugiyono, 2016).

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

33

4.3.2 Defenisi operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2012).

Tabel 4.1 Defenisi Operasional Hubungan Self Regulation Dengan Motivasi

Kinerja Dosen STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018. Variabel Defenisi Indikator

Operasional

Alat Ukur

Skala Skor

Independen

Self

Regulation

Upaya

seseorang

dalam

mengontrol,

mengendalikan

pikiran,

perasaan dan

perilaku untuk

mencapai

suatu tujuan.

Self Regulation

- Receiving

- Evaluating

- Trigering

- Searching

- Formulating

- Implementating

- Assesing

Kuesioner

dilakukan

dengan

memberi

pernyataan

sebanyak 63

item dengan

pilihan yang

dijawab

5=Sangat Setuju

4=Setuju

3 = Ragu-ragu

2=Tidak Setuju

1=Sangat Tidak

Setuju

Ordinal Self-Regulation

1.baik=232-

315

2.cukup=148-

231

3.kurang=63-

147

Dependen

Kinerja

Dosen

Suatu usaha

dari seseorang

untuk

melakukan

suatu kegiatan

atau pekerjaan

sesuai dengan

tujuan dan apa

yang telah

ditargetkan

untuk dicapai.

Kinerja Dosen

- Kompetensi

Pedagogik

- Kompetensi

Kepribadian

- Kompetensi

Profesional

- Kompetensi

Sosial

Kuesioner

dilakukan

dengan

memberi

pernyataan

sebanyak

28 item

dengan pilihan

yang dijawab

5=sangat baik

4= baik

3= cukup baik

2= tidak baik

1=sangat tidak

baik

Ordinal Kinerja Dosen

1.baik = 103-

140

2.cukup = 66-

102

3.kurang =

28-65

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari data demografi yaitu umur,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja dan suku. Pada jenis pengukuran

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

34

ini, peneliti mengumpulkan data secara langsung kepada subjek untuk menjawab

pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2016).

1. Kuesioner self regulation

Kuesioner self-regulation di ambil dari kuesioner yang dikembangkan

oleh Miller & Brown (1991) pada penelitian Arick (2014). Pada kuesioner self

regulation ada 7 indikator yaitu: receiving berjumlah 9 pernyataan pada nomor 1-

9, evaluating berjumlah 9 pernyataan pada nomor 10-18, trigering berjumlah 9

pernyataan pada nomor 19-27, searching berjumlah 9 pernyataan pada nomor 28-

36, formulating berjumlah 9 pernyataan pada nomor 37-45, implementating

berjumlah 9 pernyataan pada nomor 46-54, dan assesing berjumlah 9 pernyataan

pada nomor 46-63. Pengukuran variabel independen yaitu, self regulation

menggunakan skala likert dari 63 pernyataan yang diajukan dengan jawaban

“sangat setuju bernilai 5, setuju bernilai 4, ragu-ragu bernilai 3, tidak setuju

bernilai 2, sangat tidak setuju bernilai 1” Dengan 3 kategori yaitu: baik, cukup,

kurang.

Rumus

P = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

Dimana p=panjang kelas dan rentang sebesar 3 kelas, didapatkan panjang

kelas 84. Dengan menggunakan p=63 didapatkan interval Self Regulation sebagai

berikut:

Baik = 232-315

Cukup = 148-231

Kurang = 63-147

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

35

2. Kuesioner kinerja dosen

Kuesioner kinerja dosen yang digunakan oleh peneliti di ambil dari

kuesioner ABFI Institute PERBANAS tahun (2010). Pada kuesioner kinerja

dosen ada 3 indikator yaitu: kompetensi pedagogik berjumlah 9 pernyataan pada

nomor 1-9, indikator kompetensi kepribadian berjumlah 8 pernyataan pada nomor

10-17, indikator kompetensi profesional berjumlah 6 pernyataan pada nomor 18-

23, dan indikator kompetensi sosial berjumlah 5 pernyataan pada nomor 24-28.

Pengukuran variabel independen yaitu kinerja dosen menggunakan skala likert

dari pernyataan dengan jawaban “sangat baik bernilai 5, baik bernilai 4, cukup

baik bernilai 3, tidak baik bernilai 2, sangat tidak baik bernilai 1”. Dan

dikategorikan menjadi 3 yaitu: baik, cukup, kurang.

Rumus

P = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

Dimana p=panjang kelas dan rentang sebesar 3 kelas, didapatkan panjang

kelas 37. Dengan menggunakan p=28 didapatkan interval kinerja dosen sebagai

berikut:

Baik = 103-140

Cukup = 66-102

Kurang = 28-65

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

36

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi

Tempat penelitian dilaksanakan di STIKes Santa Elisabeth yang berada di

Jl. Bunga Terompet 118 Kel Sempakata Medan Selayang sebagai tempat

penelitian karena peneliti menganggap bahwa kinerja dosen di STIKes Santa

Elisabeth Medan perlu untuk diteliti sebagai informasi bagi Institusi terkait

kinerja dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan.

4.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2018 di

STIKes Santa Elisabeth Medan.

4.6 Prosedur Pengambilan Dan Teknik Pengumpulan Data

4.6.1 Pengambilan data

Data didapatkan langsung dari subjek penelitian menggunakan kuesioner

yang merupakan alat ukur untuk tingkat kepuasaan pasien berupa beberapa

pernyataan untuk mengetahui self regulation dan kinerja dosen di STIKes Santa

Elisabeth Medan. Prosedur pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Mendapat izin penelitian dari Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan

2. Menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, hal-hal yang perlu

dalam penelitian kepada calon responden

3. Meminta kesediaan atau persetujuan dosen menjadi calon responden

4. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner

5. Peneliti menjelaskan berapa lama waktu pengisian kuesioner

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

37

6. Membagikan kuesioner penelitian kepada responden

4.6.2 Teknik pengumpulan data

Peneliti melakukan pengumpulan data secara primer. Peneliti melakukan

pengumpulan data dengan cara memberikan kuesioner kepada dosen dengan

terlebih dahulu menjelaskan kepada responden mengenai tujuan serta manfaat

penelitian serta proses pengisian kuesioner, kemudian respoden diminta untuk

menandatangani surat persetujuan menjadi responden dan peneliti membagikan

kuesioner kepada responden. selama proses pengisian kuesioner berlangsung,

peneliti mendampingi responden apabila ada pertanyaan yang tidak jelas, peneliti

dapat menjelaskan kembali kepada reponden.

4.6.3 Uji validitas dan reliabilitas

Validitas adalah sejauh mana instrumen mengukur apa yang seharusnya

diukurnya. Validitas menyangkut sejauh mana instrumen memiliki sampel item

yang sesuai untuk konstruksi yang diukur. Validitas relevan untuk tindakan

afektif (yaitu tindakan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, dan sifat

psikologis) dan tindakan kognitif (Polit, 2010).

Dalam penelitian ini kuesioner self regulation dan kinerja dosen tidak

dilakukan uji validitas, karena instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang

sudah baku. Untuk kuesioner self-regulation diambil dari kuesioner yang di

kembangkan oleh Miller & Brown (1991) dalam penelitian Arick Istriyanti

(2014). Peneliti telah mendapatkan izin penggunaan kuesioner dengan jumlah

pernyataan 63 pernyataan. Sedangkan kuesioner kinerja dosen diambil dari ABFI

INSTITUTE PERBANAS (2010) sebanyak 28 pernyataan.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

38

Uji reliabilitas merupakan indikator penting kualitas suatu instrumen.

Langkah-langkah yang tidak dapat diandalkan tidak memberikan tes yang

memadai untuk hipotesis para peneliti. Penelitian ini juga tidak dilakukan uji

reabilitasnya karena menggunakan kuesioner yang sudah baku.

4.7 Kerangka Operasional

Skema 4.1 Kerangka Konsep Operasional Hubungan Self Regulation

Dengan Kinerja Dosen STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun

2018

Memberikan Informed Consent

Pengumpulan Data

Pengolahan data dengan editing, coding, scoring dan tabulasi

Analisa data dengan Komputerisasi dengan uji fisher’s exact

Hasil

Ijin Penelitian di STIKes Santa

Elisabeth Medan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

39

4.8 Pengolahan Data

Data kuesioner dikumpulkan dan dianalisa, kemudian data yang diperoleh

dengan bantuan komputer dengan tiga tahapan. Tahap pertama editing yaitu,

memeriksa kebenaran data dan memastikan data yang diinginkan dapat dipenuhi,

tahap kedua coding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut variasinya dengan

memberi kode tertentu, yang ketiga tabulating yaitu data yang terkumpul

ditabulasi dalam bentuk tabel (Nursalam, 2014).

Pengelolaan data dapat dilakukan melalui 5 tahap, yaitu:

1. Editing atau memeriksa kelengkapan jawaban responden dalam kuesioner

dengan tujuan agar data yang dimaksud dapat diolah secara benar. Pada

proses pengolahan data ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap

kelengkapan pengisian kuesioner seperti nama, umur, tanda tangan, dan

jawaban dari pernyataan kuesioner self regulation dan kinerja dosen apakah

sudah terisi semua.

2. Coding dalam langkah ini penelitian merubah jawaban responden menjadi

bentuk angka yang berhubungan dengan variabel penelitian untuk

memudahkan dalam pengolahan data. Setelah tahap editing selesai akan

dilanjutkan tahap kedua koding, disini peneliti memasukan data ke Komputer

berupa angka yang telah ditetapkan dalam kuesioner

3. Scoring, dalam langkah ini peneliti menghitung skor yang diperoleh setiap

responden berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan peneliti.

4. Tabulating memasukkan hasil perhitungan kedalam bentuk tabel untuk

melihat persentase dari jawaban pengolahan data.

5. Analisis data dilakukan terhadap kuesioner.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

40

4.9 Analisa Data

Analisa yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisa

univariat dan bivariat.

1. Univariat

Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2014). Pada penelitian ini metode

univariat digunakan untuk mengidentifikasi data demografi (umur, jenis kelamin,

lama kerja dan suku), self-regulation dan kinerja dosen.

2. Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2014). Pada penelitian ini analisa

bivariat yakni untuk menjelaskan hubungan dua variabel, yakni variabel Self-

Regulation sebagai variabel independen/bebas dan dengan kinerja dosen sebagai

variabel dependen. Hasil analisa bivariat dengan uji Chi Square di dapatkan

bahwa ada tujuh (7) cell yang memiliki nilai expected count <5, sehingga tidak

sesuai dengan syarat analisa chi square. Maka hasil yang digunakan dalam

penelitian adalah hasil analisa Fisher Exact Test dengan nilai p value 0.001

(p<0.05)

4.10 Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian dilakukan oleh peneliti setelah

mendapatkan izin dari Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

41

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam etika penelitian adalah, sebagai

berikut:

1. Informed concent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed concent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan informed concent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4. Permohonan Izin Kuesioner

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan peneliti lain yang

telah menggunakan instrumen tersebut sebelumnya dalam penelitiannya. Jika

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

42

peneliti memohon izin modifikasi/penggunaan kuesioner maka peneliti

menghargai karya dari peneliti sebelumnya dan menghindari masalah etika atau

norma yang berhubungan dengan hal tersebut. Lembar persetujuan ini bisa

melalui bukti email atau persetujuan yang di tandatangani langsung oleh peneliti

sebelumnya.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

43

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai Hubungan Self

regulation dengan Kinerja dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan yang

dilaksanakan pada bulan Maret 2018. Penelitian ini dilaksanakan di STIKes Santa

Elisabeth Medan yang berlokasi di jalan bunga terompet no.118 pasar 8 padang

bulan Medan. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh dosen yang aktif

bekerja di STIKes Santa Elisabeth Medan yang berjumlah 30 orang.

STIKes Santa Elisabeth Medan merupakan Institusi pendidikan di bawah

naungan Yayasan Widya Fransiska yang menjadi salah satu karya pelayanan

suster-suster Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) Medan. STIKes Santa Elisabeth

Medan memiliki Visi Menghasilkan tenaga kesehatan yang unggul dalam

pelayanan kegawatdaruratan yang berdasarkan daya kasih kristus yang

menyembuhkan sebagai tanda kehadiran allah di Indonesia tahun 2022. Misi dari

STIKes Santa Elisabeth medan adalah

1. Melaksanakan metode pembelajaran yang up to date

2. Melaksanakan penelitian di bidang kegawatdaruratan berdasarkan evidence

based practice

3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan

kompetensi mahasiswa dan kebutuhan masyarakat

4. Meningkatkan kerjasama dengan institusi pemerintah dan swasta dalam

bidang kegawatdaruratan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

44

5. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung

penanganan terutama dibidang kegawatdaruratan

6. Meningkatkan soft skill di bidang pelayanan berdasarkan daya kasih kristus

yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran Allah.

STIKes santa Elisabeth Medan juga memiliki motto “Ketika Aku Sakit

Kamu Melawat Aku (Matius 25:36). STIKes Santa Elisabeth Medan berlokasi

dijalan bunga terompet No.118 pasar 8 Padang Bulan Medan. STIKes Santa

Elisabeth Medan memiliki 3 program studi yaitu, Porgram studi Ners yang terdiri

dari dua (2) tahap, yaitu tahap Akademik dan Profesi. Program studi DIII

Kebidanan dan Program studi DIII Keperawatan.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Lama Kerja dan di STIKes

Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 (n=30)

Karakteristik f %

Umur

28-36

37-45

46-55

19

7

4

63,3

23,3

13,3

Total 30 100,0

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

3

27

10,0

90,0

Total 30 100,0

Lama Kerja

< 1 tahun

1-10 tahun

11-20 tahun

21-30 tahun

31-40 tahun

2

21

4

1

2

6,7

70,0

13,3

3,3

6,7

Total 30 100,0

Suku

Toba

Karo

Jawa

22

7

1

73,3

23,3

3,3

Total 30 100,0

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

45

Responden dalam penelitian ini adalah dosen yang bekerja aktif di

STIKes Santa Elisabeth Medan sebanyak 30 orang. Peneliti melakukan

pengelompokan data demografi responden seperti umur, jenis kelamin, lama

kerja dan suku responden. Karakteristik data demografi adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan umur

responden yang terbanyak adalah responden yang berumur 28-36 tahun sebanyak

19 orang (63,3%), kemudian berumur 37-45 tahun sebanyak 7 orang (23,3% ),

dan paling sedikit berumur 46-55 tahun sebanyak 4 orang (13,3%). Mayoritas

yang menjadi responden adalah yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 27

orang (90,0%), dan minoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang

(10,0%). Lama kerja responden terbanyak adalah responden yang bekerja dalam

jangka waktu 1-10 tahun sebanyak 21 orang (70,0%) dan yang paling sedikit

adalah responden yang bekerja dalam jangka waktu 21-30 tahun 1 orang (3,3%).

Suku responden yang paling banyak adalah suku Toba (73,3%), kemudian suku

Karo sebanyak 7 orang (23,3%) dan paling sedikit responden yang memiliki suku

Jawa berjumlah 1 orang (3,3%).

5.1.1. Self Regulation Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tujuh (7) indikator proses Self Regulation

Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 (n=30) Var. Pernyataan B % C % K % Tot

R

E

C

E

I

V

I

N

G

- Mengawasi

kemajuan

18 60.0 5 16.7 7 23.3 30

- Tidak memikirkan

akibat 27 90.0 2 6.7 1 3.3 30

- Sulit melihat peluang

lain,

14 46.7 13 43.3 3 10.0 30

- Berhati- hati dalam

melakukan sesuatu

18 60,0 9 30.0 3 10.0 30

- Tidak belajar dengan

baik

24 80.0 6 20.0 0 0 30

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

46

- Menilai apa yang

dilakukan dengan

konsekuensi

21 70.0 8 26.7 1 3.3 30

Memperhatikan apa

yang dilakukan

12 40.0 14 46,7 4 13.3 30

- Sering tidak melihat

apa yang dlakukan

13

43.3 13 43.3 4 13.3 30

- Belajar dari

kesalahan

29 96.7 1 3.3 0 0 30

E

V

A

L

U

A

T

I

N

G

- Perilaku tidak

berbeda dengan

orang lain

17 56.7 12 40.0 1 3.3 30

- Meminta pendapat

teman

14 46.7 10 33.3 6 20.0

30

- Merasa orang lain

pikirkan tentang diri

saya

14 46.7 10 33.3 6 20.0 30

- Cenderung

membandingkan diri

dengan orang lain

13 43.3 12 40.0 5 16.7 30

- Memiliki standar

pribadi

18 60.0 12 40.0 0 0 30

- Tidak peduli 20 66.7 9 30.0 1 3.3 30

- Mencoba untuk

menjadi panutan

24 80.0 6 20.0 0 0 30

- Banyak hal

bermanfaat yang

dilakukan

22 73.3 8 26.7 0 0 30

- Mengetahui apa yang

diinginkan

24 80.0 6 20.0 0 0 30

T

R

I

G

E

R

I

N

G

- Melakukan hal- hal

dengan cara- cara

lama

13 43.3 15 50.0 2 6.7 30

- Sulit melihat sesuatu

yang bermanfaat

14 46.7 15 50.0 1 3.3 30

- Mempertimbangkan

cara lain dalam

melakukan sesuatu

22 73.3 3 10.0 5 16.7 30

- Menikmati rutinitas

dan menyukai

melakukan segala hal

yang tetap sama.

15 50.0 13 43.3 2 6.7 30

- Mengatur dengan

cara saya sendiri

11 36.7 11 36.7 8 26.7 30

- Segera memperbaiki

hal yang salah

17 56.7 11 36.7 2 6.7 30

- Tetap melaukan hal

yang salah

17 56.7 12 40.0 1 3.3 30

- Meyadari sendiri

pentingnya berubah

21 70.0 9 30.0 0 0 30

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

47

- Hal yang tidak

diinginkan sangat

mengganggu

19 63.3 11 36.7 0 0 30

S

E

A

R

C

H

I

N

G

- Merasa ragu dapat

berubah

17 56.7 12 40.0 1 3.3 30

- Mampu mencapai

tujuan

24 80.0 5 16.7 1 3.3 30

- Yakin dapat berubah

menjadi baik

24 80.0 6 20.0 0 0 30

- Mencari informasi

terkait perubahan

24 80.0 1 3.3 5 16.7 30

- Mencari solusi 23 76.7 7 23.3 0 0 30

- Hanya fokus pada

satu cara saja

24 80.0 6 20.0 0 0 30

- Menemukan

alternatif lain

24 66.7 10 33.3 0 0 30

- Mencari cara yang

berbeda

21 70.0 9 30.0 0 0 30

- Meminta bantuan

jika diperlukan

22 73.3 8 26.7 0 0 30

F

O

R

M

U

L

A

T

I

N

G

- Sulit memikirkan

rencana perbaikan

diri

16 53.3 14 46.7 7 23.3 30

- Menunda waktu

untuk membuat

keputusan

9 30.0 14 46.7 7 23.3 30

- Sulit memilih cara

yang sudah

direncanakan

8 26.7 20 66.7 2 6.7 30

- Mudah memutuskan

cara apa yang akan

digunakan

10 33.3 20 66.7 0 0 30

- Sulit mengatur waktu 10 33.3 20 66.7 0 0 30

- Kesulitan dalam

menetapkan rencana

12 40.0 18 60.0 0 0 30

- Tahu bagaimana cara

mencapai tujuan 28 93.3 2 6.7 0 0 30

- Berpikir terlebih

dahulu sebelum

bertindak

28 93.3 2 6.7 0 0 30

- Mempertimbangkan

apa yang mungkin

terjadi

25 83.3 5 16.7 0 0 30

I

M

P

L

E

M

E

- Mudah tidak fokus 15 50.0 15 50.0 0 0 30

- Memiliki banyak

rencana,tetapi sulit

fokus

15 50.0 15 50.0 0 0 30

- Tidak ada keinginan

untuk terus mencoba

14 46.7 15 50.0 1 3.3 30

- Fokus pada rencana 18 60.0 11 36.7 1 3.3 30

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

48

N

T

A

T

I

N

G

- Memiliki banyak

kemauan

21 70.0 4 13.3 5 16.7 30

- Menahan godaan 22 73.3 8 26.7 0 0 30

- Memiliki aturan 20 66.7 5 16.7 5 16.7 30

- Menyerah pada

masalah yang kecil

18 60.0 12 40.0 0 0 30

- Menyerah dengan

cepat

19 63.3 6 20.0 5 16.7 30

A

S

S

E

S

I

N

G

- Menghargai diri 23 76.7 2 6.7 5 16.7 30

- Mengubah cara yang

menimbulkan

masalah

23 76.7 7 23.3 0 0

30

- Tidak belajar dari

kesalahan

21 70.0 9 30.0 0 0 30

- Tidak mengulang

kesalahan

22 73.3 8 26.7 0 0 30

- Memberi perhatian 23 76.7 7 23.3 0 0

30

- Menetapkan tujuan

dan kemajuan

23 76.7 7 23.3 0 0

30

- Membuat solusi 20 66.7 10 33.3 0 0 30

- Merasa bersalah 20 66.7 10 33.3 0 0 30

- Berharap menjadi

lebih ketika ingin

berubah

25 83.3 5 16.7 0 0 30

Pada tabel 5.2 didapatkan responden paling banyak melakukan proses

assesing dan trigering terkait responden yang menyadari bahwa individu harus

melakukan perbahan, ketika suatu hal yang dia kerjakan tidak menghasilkan hasil

yang baik untuk dirinya, dan responden menyadari bahwa pentingnya belajar dari

kesalahan untuk kemajuan yang ditetapkan, sedangkan responden masih kurang

dalam melakukan formulating yaitu terkait dengan perencanaan strategi dalam

melakukan sesuatu, dan hal ini bisa terjadi karena individu memiliki kesulitan

dalam waktu maupun perencanaan tujuan atau target, dan responden sering

menunda waktu untuk mengerjakan tujuannya.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

49

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Self Regulation Dosen di STIKes Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018. (n=30) Self Regulation Dosen f %

Baik

Cukup

Kurang

25

11

4

50,0

36,7

13,3

Total 30 100,0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang self regulation

terbanyak adalah responden yang memiliki self regulation baik sebanyak 15

orang (50,0%), responden yang memiliki self regulation cukup sebanyak 11

orang (36,7%) dan yang paling sedikit responden yang memiliki self regulation

kurang sebanyak 4 orang (13,3%).

5.1.2 Kinerja Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi 4 (empat) indikator Kinerja Dosen di

STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018. (n=30)

Var. Pernyataan B % C % K % Tot.

K

O

M

P

E

T

E

N

S

I

P

E

D

A

G

O

G

I

K

- Mempersiapkan

perkuliahan

26 86.7 4 13.3 0 0 30

- Keteraturan dan

ketertiban

penyelenggaraan

perkuliahan

23 76.7 7 23.3 0 0 30

- Kemampuan

mengelola kelas

25 83.3 5 13.3 0 0 30

- Displinan dan patuh

terhadap peraturan

akademik

26 86.7 4 13.3 0 0 30

- Penguasaan media

dan teknologi

pembelajaran

22 73.3 8 26.7 0 0 30

- Kemampuan

menilai prestasi

belajar mahasiswa

25 83.3 5 16.7 0 0 30

- Objektivitas dalam

penilaian

24 80.0 6 20.0 0 0 30

- Kemampuan

membimbing

mahasiswa

24 80.0 6 20.0 0 0 30

- Berpersepsi positif

terhadap

24 80.0 6 20.0 0 0 30

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

50

mahasiswa

K

O

M

P

E

T

E

N

S

I

P

R

O

F

E

S

I

O

N

A

L

- Penguasaan bidang

keahlian

25 76.7 4 13.3 1 3.3 30

- Keluasan wawasan

keilmuan

23 76.7 7 23.3 0 0 30

- Kemampuan

menunjukkan

keterkaitan bidang

keahlian dengan

konteks kehidupan

24 80.0 6 20.0 0 0 30

- Penguasaan isu-isu

mutakhir

24 80.0 5 16.7 1 3.3 30

- Kesediaan

melakukan refleksi

dan diskusi

25 83.3 5 13.3 0 0 30

- Pelibatan

mahasiswa

17 56.7 13 43.3 0 0 30

- Kemampuan

mengikuti

perkembangan

iptek

22 73.3 7 23.3 1 3.3 30

- Keterlibatan

kegiatan ilmiah

organisasi profesi

18 60.0 12 40.0 0 0 30

K

O

M

P

E

T

E

N

S

I

P

R

I

B

A

D

I

- Wibawa sebagai

pribadi seorang

dosen

22 73.3 8 26.7 0 0 30

- Arif dalam

mengambil

keputusan

27 90.0 3 10.0 0 0 30

- Menjadi contoh

dalam bersikap dan

berperilaku

0 0 3 10.0 27 90.0 30

- Satunya kata dan

tindakan 27 90.0 3 10.0 0 0 30

- Kemampuan

mengendalikan diri

24 80.0 6 20.0 0 0 30

- Adil dalam

memperlakukan

sejawat

23 76.7 7 23.3 0 0 30

K

O

M

P

S

O

S

I

A

L

- Menyampaikan

pendapat 27 90.0 3 10.0 0 0 30

- Menerima kritik,

saran, dan pendapat

27 90.0 3 10.0 0 0 30

- Mudah bergaul

pada sejawat,

karyawan,

22 73.3 8 26.7 0 0 30

- Mudah bergaul 25 83.3 4 13.3 1 3.3 30

- Toleransi

keberagaman

masyarakat

27 90.0 3 10.0 0 0 30

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

51

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa kompetensi tertinggi yang dimiliki

responden adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi soaial dimana

responden memiliki penampilan yang sesuai dengan pribadi seorang dosen,

mejadi role model yang baik bagi mahasiswa, serta toleransi terhadap sejawatnya.

Sedangkan kompetensi paling rendah adalah kompetensi profesional,dimana hal

ini terkait dengan penelitian dan organisasi profesi. Responden masih sedikit

yang melakukan penelitian bahkan tidak melibatkan mahasiswa. Hal ini

dikarenakan dosen lebih fokus dalam mempersiapkan materi mengajar dalam

kelas

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen di STIKes Santa Elisabeth

Medan Tahun 2018. (n=30)

Tabel 5.5 menunjukkan dari 30 responden yang sebagian besar adalah

responden dengan kinerja yang baik sebanyak 20 orang dan sebagian kecil adalah

dengan kinerja kurang sebanyak 1 orang (3,3%).

Kinerja Dosen f %

Baik

Cukup

Kurang

20

9

1

66,7

30,0

3,3

Total 30 100,0

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

52

5.1.2 Hubungan Self Regulation Dengan Kinerja Dosen STIKes Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Self Regulation Dengan

Kinerja Dosen STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018.

(n=30) Kinerja Dosen

Self

Regulation

Baik Cukup Kurang Total p

value

0.001

f % f % f %

Baik 14 93,3 1 6,7 0 0 15

Cukup 6 54,5 4 36,4 1 9,1 11

Kurang 0 0 4 100,0 0 0 4

Total 20 66,7 9 30,0 1 3,3 30

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 15 responden dengan self regulation

yang baik, mayoritas responden memiliki kinerja baik (93,3%), 6,7% memiliki

kinerja cukup dan tidak ada responden yang memiliki kinerja yang kurang.

Kemudian dari 11 responden dengan self regulation yang cukup, mayoritas

responden memiliki kinerja baik (54,5 %), 36,4% memiliki kinerja cukup, dan

9,1% responden yang memiliki kinerja yang kurang. Dari 4 responden dengan

self regulation kurang, mayoritas responden memiliki kinerja yang cukup

(36,4%), dan tidak ada responden dengan kinerja baik dan kinerja kurang.

Berdasarkan hasil Fisher’s Exact Test didapatkan p value 0,001 (< 0,05)

yang berarti bahwa ada hubungan self regulation dengan kinerja dosen di STIKes

Santa Elisabeth Medan. Berdasarkan hasil dari nilai p value tersebut dengan

demikian Ha diterima.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

53

5.2 Pembahasan

5.2.1 Self Regulation Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan

Pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti di STIKes Santa Elisabeth

Medan tentang self regulation dosen dengan alat ukur yang digunakan adalah

kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki self regulation

baik sebanyak 15 orang (50.0%), dan self regulation paling sedikit adalah yag

memiliki self regulation kurang sebanyak 4 orang (13,3%).

Self regulation merupakan cara dimana individu menampilkan

serangkaian tindakan yang ditujukan untuk pencapaian target dengan melakukan

perencanaan terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Hal ini

dibuktikan oleh penelitian Ekawanti (2016) bahwa self regulation yang baik

dipengaruhi oleh perilaku dan respon individu untuk mengendalikan pikirannya

agar tidak berlawanan dan kembali sama pada standar norma yang memberi hasil

yang sama. Hal ini didukung oleh penelitian Arjanggi (2013) yang mengatakan

bahwa regulasi diri memiliki karakteristik yang bertujuan untuk memperluas

pengetahuan dan menjaga motivasi, menyadari keadaan emosi individu dan

mempunyai cara atau strategi untuk mengelola emosinya secara bertahap,

memonitor sudah sejauh mana kemajuan yang telah dialami dalam mencapai

tujuannya, menyesuaikan dan memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang

sudah ada dan mengevaluasi halangan atau tantangan yang akan muncul serta

melakukan adaptasi jika hal tersebut dibutuhkan.

Istriyanti (2014) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa dalam

mencapai suatu tujuan yang ditargetkan seseorang harus dapat melakukan

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

54

perencanaan yang baik yang diawali dengan pengaturan diri. Pengaturan diri

disebut juga sebagai self regulation dimana hal ini berfungsi bagi individu agar

dapat menikmati setiap pengalaman kehidupannya dan memilih mana yang

terbaik untuk tujuan hidupnya. Seseorang dengan regulasi diri yang baik adalah

individu yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan

sesorang yang aktif dalam pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dosen di STIKes Santa

Elisabeth Medan memilki self regulation baik. Hal ini terlihat berdasarkan proses

dari self regulation, hampir semua dosen mampu melakukan pengawasan

kemajuan diri sendiri dan menilai peluang-peluang yang ada di sekitar mereka.

Selain itu Dosen yang bekerja di STIKes Santa Elisabeth melakukan evaluasi

hasil dari yang mereka dapatkan, serta menyadari apa yang menjadi kekurangan

mereka dan bersedia mempertimbangkan hal baik yang dikatakan orang lain,

tanpa harus mempertahankan apa yang ada di pikiran mereka. Dosen sangat

terbuka dengan orang lain, dan mau menerima kritikan dan saran dari orang lain

yang bisa membawa perubahan akan kemajuan mereka. Hal inilah yang membuat

self regulation dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan dinilai baik.

Namun demikian, sebagian self regulation masih ada yang kurang. Hal ini

disebabkan karena sebagian dosen kurang terbuka dalam menerima saran dari

orang lain dan memepertahankan pendapat mereka sendiri. Selain itu, dosen juga

menunda-nunda waktu dalam melakukan perubahan dan merasa tidak percaya

diri dengan keputusan yang telah diambil. Akibat dari hal tersebut tidak sedikit

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

55

dosen yang langsung kecewa ketika mereka mengalami kegagalan, sehingga tidak

lagi ingin melakukan hal baru untuk memperbaiki kegagalannya.

Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dosen

harus mau melakukan perubahan dan menerima saran dan kritikan dari orang lain

dan tidak mudah putus asa. Maka dari itu, perlu adanya peningkatan

pembentukan self regulation dosen, khususnya dalam merencanakan tujuan

mereka dan mempertimbangkan cara atau strategi yang baik yang akan

memaksimalkan hasil dari usaha mereka. Dengan demikian maka, self regulation

menjadi baik. Seseorang dengan regulasi diri yang baik adalah individu yang

secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan sesorang yang aktif

dalam pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.

5.2.2 Kinerja Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di STIKes Santa

Elisabeth Medan tentang kinerja dosen dengan alat ukur yang digunakan adalah

kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kinerja yang baik

sebanyak 20 orang (66,7%), dan paling sedikit adalah yang memiliki kinerja

kurang sebanyak 1 orang (3,3%).

Kinerja dosen merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses

belajar mengajar di perguruan tinggi. Kinerja dalam konteks tugas sama dengan

prestasi kerja. Permanasari (2014) bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang

secara kualitas dapat dicapai oleh seorang karyawan/dosen dalam melaksanakan

tugasnya dengan tanggungjawab yang telah diberi dan dipercayakan kepadanya.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa kinerja mengandung

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

56

substansi pencapaian hasil kerja oleh seseorang. Hal tersebut didukung oleh Ilbert

(2015) dalam penelitiannya dikatakan bahwa dosen merupakan tulang punggung

institusi dalam menjalankan proses mengajar, sehingga tinggi rendahnya prestasi

mahasiswa tidak terlepas dari kinerja dosen sehari-hari.

Setiap individu dalam melakukan pencapaian hasil yang diharapkan tidak

terlepas dari kompetensi yang dimiliki oleh individu tersebut. Permanasari (2014)

mengatakan bahwa kompetensi merupakan salah satu faktor yang menentukan

baik tidaknya kinerja dari seseorang. Pernyataan tersebut didukung oleh

penelitian yang dilakukan Azmi (2016) mengatakan bahwa kompetensi sebagai

seperangkat tindakan intelegensi penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang

sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas dalam suatu bidang

tertentu yang telah dituntut untuk bisa dikerjakan.

Berdasarkan hasil peneliti mendapatkan bahwa mayoritas responden

dalam penelitian ini memiliki kinerja yang baik. Kinerja seorang dosen di dalam

suatu perguruan tinggi berdasarkan tugas dari tri darma perguruan tinggi adalah

pendidik, peneliti dan pengabdian masyarakat. Hal tersebut terangkum dalam

kompetensi yang harus dimiliki dosen. Kinerja dosen yang baik dapat

diwujudkan dengan mengevaluasi kompetensi yang dimiliki dosen yang

merupakan langkah pengembangan dari profesionalitas yang harus dilakukan

dosen. Penelitian ini mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

dosen yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi

kepribadian, dan kompetensi sosial.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

57

Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki kinerja yang baik. Hal

ini terlihat dari hasil evaluasi faktor-faktor peningkatan kinerja, yang salah

satunya adalah kompetensi, dimana dosen yang bekerja di STIKes Santa

Elisabeth memiliki kompetensi yang baik. Hal ini diwujudkan dalam kompetensi

pedagogik yang dimiliki dosen yaitu bidang pendidikan, dimana dosen

mempersiapkan dengan baik perkuliahan yang akan diajarkan, ketepatan waktu

mengajar, penyerahan bahan ajar dan ketepatan penyerahan soal ujian. Dilihat

dari kompetensi profesional dosen sangat baik dalam penguasaan bidang keahlian

karena kebanyakan dosen selalu mengikuti pelatihan dan workshop sehinggan

mampu mengikuti perkembangan iptek dalam penguasaan materi mengajar.

Selain itu dosen juga aktif dalam organisasi profesi seperti PPNI, IBGABI dll.

Selain itu, kompetensi kepribadian juga memiki nilai baik karena kewibaan

dosen, serta kearifan dan sangat baik dalam menjadi role model bagi

mahasiswanya. Dengan kepribadian yang baik, maka dosen akan menjadi

pendidik dan pembina yang baik juga. Hal ini terlihat dari perilaku ramah dosen

kepada teman sejawat, pimpinan dan mahasiswa. Dosen yang bekerja di STIKes

Santa Elisabeth Medan saling merangkum teman sejawatnya dan tidak menjadi

musuh bagi mahasiswanya, namun mampu mengayomi mahasiswanya.

Kendati demikian, dalam penelitian ini, berkaitan dengan penguatan

kompetensi profesional tampaknya masih relatif terbatas. Hal ini dapat dilihat

dari hasil penelitian, dari 4 kompetensi yang diteliti, yang memiliki persentasi

rendah adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional merupakan

kompetensi yang erat kaitannya dengan keilmuwan suatu bidang yang dikuasai

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

58

oleh seorang dosen, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi

keilmuwannya, serta memiliki keahlian mengaitkan bidang yang diajarkan

dengan konteks nyata. Kompetensi ini juga dapat dikaitkan dengan rutinitas

responden dalam melakukan penelitian. Dosen yang melakukan penelitian masih

minim, dan belum semua dapat dimuat dalam jurnal ilmiah. Hal ini terjadi karena

beberapa faktor misalnya terbatasnya waktu oleh tuntutan dan beban tugas

mengajar. Hal lain yang mempengaruhi karena tidak terbatasnya referensi dan

kurangnya sosialisasi tentang penelitian yang belum optimal. Kemungkinan yang

lain adalah kurangnya motivasi dari diri dosen tersebut. Salah satu alternatif

peningkatan kompetensi ini adalah dengan menyenangi diri dengan menulis.

Seorang dosen harus mampu mempublikasikan karya ilmiahnya untuk dijadikan

referensi bagi dosen yang lain.

5.2.3 Hubungan Self Regulation dengan Kinerja Dosen di STIKes Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018

Hasil analisis statistik Fisher’s Exact Test didapatkan p = 0,001 (p < 0,05)

menunjukkan ada hubungan antara self regulation dengan kinerja dosen di

STIKes Santa Elisabeth Medan.

Self regulation merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah

respon-respon seperti mengendalikan implus perilaku (dorongan perilaku),

menahan hasrat, mengontrol pikiran dan mengubah emosi. Kemampuan dalam

melakukan pengontrolan diri membuat individu mampu untuk mengatur

pencapaian dan aksi mereka sendiri, menentukan target untuk diri mereka,

mengevaluasi kesuksesan mereka saat mencapai target tersebut. Dampak dari self

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

59

regulation inilah yang menjadi alasan mengapa seorang dosen memerlukan self

regulation. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Azmi (2016) bahwa saat ini dosen

dituntut untuk lebih profesional dengan berbagai kewajiban yang harus dipenuhi,

sehingga peserta didik terlayani sebagaimana yang diharapkan. Seorang dosen

harus menyadari tanggungjawab, tujuan dan niatan untuk mensukseskan

mahasiswanya, dan mampu memegang teguh tujuan tersebut serta bekerja dengan

ikhlas. Dengan begitu maka tercapailah hasil yang baik dan berdampak positif

bagi prestasi kinerja dosen tersebut. Hal tersebut didukungoleh penelitian Fauzi

(2016) yang mengatakan bahwa kinerja dosen merupakan sesuatu yang

dihasilkan untuk menilai kemampuan dan kompetensi seorang dosen.

Kinerja yang baik dibuktikan dengan kemampuan dosen dalam

melaksanakan pekerjaan atau tugas yang dimiliki dosen dalam menyelesaikan

suatu pekerjaannya. Dosen adalah salah satu komponen penting dalam proses

belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial. Oleh karena itu dosen harus berperan aktif untuk

memenuhi tuntutannya tersebut. Dosen bukan hanya sekedar pengajar yang

melakukan transfer pengetahuan tetapi juga sebagai pendidik yang memberikan

nilai bagi mahasiswanya. Oleh sebab itu sebagai seorang dosen harus betul-betul

kompeten artinya kemampuan intelektual (kompetensi pedagogik), seperti

penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku

individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan (kompetensi profesional)

dan pengetahuan tentang cara sebagai pribadi dosen (kompetensi kepribadian)

harus memberi hasil yang terbaik. Dengan hal tersebut, maka seorang dosen telah

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

60

berhasil memberikan kinerja yang baik dan maksimal bagi mahasiswanya,

pimpinan, dan institusi tempat dia bekerja.

Keberhasilan dosen dalam melakukan self regulation dan menghasilkan

kinerja yang baik dapat dilihat dari perilaku dosen tersebut yang mampu

memotivasi dirinya sendiri, memprioritaskan tujuan sehingga prestasi kerja yang

diraih optimal. Melakukan self regulation bisa membuat individu mengetahui

kekurangan dari proses yang selama ini dilakukan, sehingga meningkatkan

kinerja yang diikuti dengan melakukan strategi pencapaian yaitu melakukan

perencanaan dalam mengajar, penjadwalan waktu mengajar, dan mengontrol

waktu dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta mengevaluasi dirinya dalam

proses mengajar, serta mengevaluasi tingkat kesuksesan atau keberhasilan setiap

satu bidang atau sistem yang diajarkan kepada mahasiswa. Hal ini dibuktikan

dengan evaluasi hasil kerja sebagian besar dosen pada saat mengakhiri satu blok

atau sistem mata kuliah oleh penanggungjawab dan tim yang terlibat.

Hal positif yang dilakukan dosen dalam menunjukan kemampuan self

regulation baik dan kinerja baik, akan mampu mengatur dan merencanakan

waktu untuk melakukan aktifitas secara efektiv dan efisien, membentuk

komitmen dalam dirinya, serta tidak menunda-nunda tugas yang diberikan. Self

regulation adalah salah satu cara mandiri dosen untuk mengatasi permasalahan

pembelajarannya di kelas. Hal tersebut sejalan dengan konsep pembelajaran

berkelanjutan, dimana pembelajaran berkelanjutan bagi dosen merupakan

langkah pengembangan profesionalitas yang harus dilakukan secara terus

menerus dan mengalami peningkatan yang baik serta berdampak baik bagi empat

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

61

kompetensi dosen (kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial).

Dengan kinerja yang baik dan terwujudnya kompetensi yang mantap akan

menghasilkan nilai-nilai kinerja yang lebih fungsional. Sosial maupun

kepribadiannya sehingga akan menjadi dosen yang bermartabat yang disenangi

mahasiswanya, dan melakukan pembelajaran secara efektif dan melakukan

pembelajaran secara efektif dan dapat menghasilkan SDM yang berkualitas untuk

bersaing lebih baik di globalisasi.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

62

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dengan jumlah sampel 30 responden

mengenai hubungan self regulation dengan kinerja dosen di STIKes Santa

Elisabeth Medan, maka dapat disimpulkan:

1. Self Regulation dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

mayoritas dosen memiliki self regulation baik sebanyak 15 orang (50.0%)

2. Kinerja dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018 mayoritas dosen

memiliki kierja yang baik sebanyak 20 orang (66.7%)

3. Berdasarkan dari hasil Fisher’s Exact Test di dapatkan p value=0.001

(p<0.05) yang artinya bahwa ada hubungan self regulation dengan kinerja

dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan Tahun 2018.

6.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dengan jumlah sampel 30 responden

mengenai hubungan self regulation dengan kinerja dosen di STIKes Santa

Elisabeth Medan, maka disarankan:

6.2.1 Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah

wawasan dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang

berguna untuk evaluasi dosen terutama yang berhubungan dengan self regulation

dengan kinerja dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

63

6.2.2 Praktis

1. Bagi Dosen

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan alat

ukur dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan untuk menilai sudah sejauh mana

kemampuan dosen dalam melakukan self regulation dalam meningkatkan kinerja

atau hal yang dicapai atau targetkan.

2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi informasi bagi STIKes Santa

Elisabeth untuk memberi dukungan dan motivasi kerja serta melakukan evaluasi

kinerja dosen dan menjadikan self regulation sebagai salah satu solusi

peningkatan kinerja dosen, terutama dalam meningkatkan kompetensi dosen yang

sesuai dengan tri darma perguruan tinggi. Selain itu institusi juga perlu melakukan

pengembangan terhadap dosen dengan memberikan pelatihan tentang self

regulation.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penilaian

kompetensi profesional dan menghubungkan pada faktor lain yang dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya kompetensi profesional yang dimiliki dosen.

Selain itu, peneliti lain juga dapat melihat apakah ada hubungan karakteristik

demografi dengan self regulation.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

64

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2016). Regulasi Diri Dalam Belajar Mahasiswa Yang Bekerja.

(Online). https://ejournal.iainkendari.ac.id diakses 27 November

2017.

Arjanggi, R & Setiowati, E. (2013). Meningkatkan Belajar Berdasar Regulasi Diri

melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. (Online). https://

hubsasia.ui.ac.id diakses 27 November 2017

Artuch, R. (2017). Relationship Between Resilience and Self-Regulation: A Study

of Spanish Youth at Risk of Social Exclusion. (Online).

https://www.ncbi.nlm.nih.gov diakses 8 Januari 2018

Azhari, R.T & Mirza. (2016). Hubungan Regulasi Diri dengan Kecemasan

Menghadapi Dunia Kerja pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas

Syiah Kuala. (online). https:// mediapsi.ub.ac.id di akses 27 November

2017.

Azmi, S. (2016). Self Regulated Learning Salah Satu Modal Kesuksesan Belajar

dan Mengajar. (Online). https:// mpsi.umm.ac.id diakses 14 September

2017

Ekawanti, S & Mulyana O. P. (2016). Regulasi Diri dengan Bornout pada Guru.

(Online). https://journal.unesa.ac.id diakses 27 November 2017

Fauzi, A, Perdana, P & Handarini, D. (2016). Analisis Trend Kinerja Pengajaran

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta Mulai Tahun

2010 s.d 2015. (Online). https:// journal.unj.ac.id di akses 27

November 2017

Hidayat, A. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2.

Jakarta : salemba Medika

Ilbert, R. (2015). Pengaruh Kompensasi Dan Komunikasi Terhadap Kepuasan

Kerja Serta Implikasinya Pada Kinerja Dosen. (Online).

https://ejournal.stik-immanuel.ac.id diakses 27 November 2017.

Jakesova, J. (2016). Self-Regulation of Behaviour: Student Versus Other Adults.

(Online). https://www.researchgate.net diakses 9 Januari 2018.

Jatmika, D, Sudarji, S. & Argith, D. (2013). Gambaran Self Regulated Learning

Pada Mahasiswa Program Studi Psikolog Universitas “X”. (Online).

https://e-journal.stie-aub.ac.id diakses 14 September 2017.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

65

Juliati. (2013). Analisis Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap

Kinerja Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Di STIKes Putra

Abadi Langkat. (Online). https:// repository.usu.ac.id diakses 10

Januari 2018.

Murray & Christopoulus. (2016). Seven Key Principles of Self-Regulation and Self

Regulation in Context. (Online). https://www.acf.hhs.gov diakses 9

Januari 2018.

Notoadmojo (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Pendidikan Kesehatan. Jakarta : PT Asdi

Mahasatya.

Nuraisya, W, Wirakusumah, F, Judistiani, T. (2013). Konstribusi Stresor dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan Berdasarkan

Uraian Tugasnya di Institusi Pendidikan Kesehatan Karya Husada

Kediri (Sebuah Analisis Jalur). (Online). https://journal.ugm.ac.id di

akses 27 November 2017.

Nursalam (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan edisi 3. Jakarta:

Salemba Medika.

Permanasari, R, Setyaningrum, R & Sundari, S. (2014). Model Hubungan

Kompetensi, Profesionalisme, dan Kinerja Dosen.

(Online).https://Fekonomi.umsida.ac.id di akses 11 Desember 2017.

Pichardo, C. (2014). Factor Structure of the Self-Regulation Quesionare (SRQ) at

Spanish Universities. (Online). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed

diakses 9 Januari 2018.

Polit, D. (2010). Nursing Research Appraising Evidence for Nursing Practice,

Seventh Edition. New York: Lippincott.

Rizanti, D. F. (2013). Hubungan Antara Self Regulated Learning Dengan

Prokrastinasi Akademik Dalam Menghafal Alquran Pada Mahasantri

Ma’had ‘Aly Masjid Nasional Al-akbar Surabaya (online). https://

jurnalmahasiswa.unesa.ac.id diakses 4 Oktober 2017.

Sasrya, R & Julia S. (2013). Hubungan Antara Self-Regulation dan Self-Esteem

pada Mahasiswa Psikolog Jenjang Sarjana. (Online). https://

ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id diakses 4 Januari 2018.

STIK

ES S

anta

Elis

abet

h M

edan

66

Setyoningsih, L. (2015). Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Kinerja

Guru Di SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali. (Online). https://

eprints.ums.ac.id diakses 27 November 2017.

Sudiro. (2015). Pengaruh Sarana, Proses Pembelajaran, dan Persepsi Kinerja

Dosen Terhadap Kepuasan Mahasiswa Pada Politeknik Indonusa

Surakarta. (Online). https://www.poltekindonusa.ac.id di akses 27

November 2017.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian: Kualitatif, Kuantitatif dan R and D. Cetakan

Pertama. Bandung: Alfabeta.

Whittaker, A A. (2015). Effects of Team-Based Learning on Self Regulated Online

Learning. (Online). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ diakses 14

September 2017.

Williamson, G. (2015). Self-Regulated : An Overview of Metakognitif, Motivation,

and Behaviour. (Online). https://worldwidescience.org diakses 9

Januari 2018.

Yahya, Z & Fitri H. (2014). Analisis Kompetensi Terhadap Penilaian Kinerja

Dosen (Studi Kasus Dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau). (Online).

ejournal.uin-suska.ac.id diakses 6 Januari 2018.

Zapata, F. (2014). Personal Self-Regulation As A Variable Student (Presage).

(Online). https://www.credible.com diakses 8 Januari 2018