sterilisasi ruangan ok

38
UJI STERILISASI RUANGAN BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau yang merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Dalam abad ke-18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut beberapa jam. Dengan cara ini matilah semua mikroba. Cara demikian dipakai oleh Spallanzani untuk membuktikan tidak mungkinnya abiogenesis. Dalam pengolahan pangan dikenal istilah sterilisasi komersial yaitu suatu proses membunuh semua jasad renik yang dapat menyenbabkan kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang ditetapkan. Makanan yang telah mengalami sterilisasi komersial mungkin masih mengandung sejumlah jasad renik yang tahan proses ASIA HAFID / 150 250 235 ALIF 1

Upload: satria-binawa

Post on 16-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

steril

TRANSCRIPT

BAB II

PAGE 1UJI STERILISASI RUANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau yang merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.

Dalam abad ke-18 orang mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut beberapa jam. Dengan cara ini matilah semua mikroba. Cara demikian dipakai oleh Spallanzani untuk membuktikan tidak mungkinnya abiogenesis.

Dalam pengolahan pangan dikenal istilah sterilisasi komersial yaitu suatu proses membunuh semua jasad renik yang dapat menyenbabkan kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang ditetapkan. Makanan yang telah mengalami sterilisasi komersial mungkin masih mengandung sejumlah jasad renik yang tahan proses sterilisasi, tetapi tidak mampu berkembang biak pada suhu penyimpanan normal yang ditetapkan untuk makan tersebut.

Bahan antimikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam dan penggunaannnya pun ditujukan terhadap hal-hal berbeda pula.

B. Maksud Percobaan

Untuk menguji sterilitas dari suatu ruangan.

C. Tujuan Percobaan

Untuk menentukan tingkat sterilitas dari UV,LAF dan Enkas.dengan cara membandingkan jumlah mikroba yang tumbuh pada medium sebelum dan sesudah diaktifkan.D. Prinsip PercobaanPenentuan sterilitas alat Enkas sebelum dan setelah disemprot dengan larutan Fenol 5%, Lampu UV dan LAF sebelum dan setelah diaktifkan dengan cara menghitung koloni Mikro Organisme yang terdapat pada Medium NA dan PDA.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Bahan atau peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau merusak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia, dan mekanikyang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Mikrobiologi Umum 1988 :42). Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bernacam-macam, dan penggunaannyapun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Antiseptika dan desinfektan misalnya, berbeda dalam cara digunakannya, antiseptika digunakan terhadap jaringan hidup, sedangkan desinfektan untuk bahan-bahan yang tak bernyawa sewperti dahak dan sebagainya (Mikrobiologi Kedokteran 1994: 39).

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika dtumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri. Dalam pengolahan pangan paling dikenal istilah sterilisasi komersial yaitu suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang dapat menyebabkan kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang ditetapkan (Mikrobiologi Pangan I 1992: 130).

Metode sterilisasi (Mikrobiologi Umum 1988, 42) :

1. Sterilisasi secara fisik

Cara ini dapat dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroba ini dengan memakai panas (thermal kill). Cara keja dari panas tersebut, bahwa panas membunuh mikroba karena mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim dan membran sel. Panas kering membunuh bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah. Hal ini dibuktikan dengan memasukkan biakan mikroba dalam air mendidih akan cepat dimatikan daripada dipanasi secara kering (Mikrobiologi Umum 1988,43)

Pemanasan Basah

1. Perebusan

Perebusan adalah pemanasan dalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000 C selama beberapa menit, tetapi banyak spora bakteri yang tahan panas dan masih hidup setelah perebusan beberapa jam (Mikrobiologi Pangan I 1992 : 131).2. Autoklaf

Autoklaf memiliki suatu ruangan yang mampu menahan tekanan di atas 1 atm. Dalam autoklaf, yang mensterilkan adalah panas basah, bukan pada tekanannya. Oleh karena itu, setelah air dalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan mengalir ke ruang pensteril guna mendesak keluar semua udara didalamnya. Bila masih ada udara yang tersisa maka udara ini akan menambah tekanan didalam ruang pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu dalam ruang tersebut. Alat-alat dan bahan yang disterilkan lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol yang agak kecil daripada dikumpulkan dalam satu botol yang besar. Setelah pintu otoklaf ditutup rapat, barulah kran pada pipa uap dibuka, dan temperatur akan terus-menerus naik sampai 121OC. Biasanya autoklaf sudah diatur sedemikain rupa, sehingga pada suhu tesebut, tekanan yang ada 1 atmosfer per 1 cm2 . Perhitungan waktu 15 atau 20 menit dimulai semenjak termometer pada autoklaf menunjuk 121OC. Medium yang steril dapat disimpan dalam lemari es (Mikrobiologi Umum 1988, 43).3. Tyndallisasi

Metode ini berupa mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Sehabis didiamkan 1 hari, selama itu spora-spora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif, maka medium itu didihkan lagi selama beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut didihkan sekali lagi. Dengan jalan demikian diperoleh medium yang steril, dan zat-zat organik yang terkandung di dalamnya tidak mengalami banyak perubahan (Mikrobiologi Umum 1988, 44)

4. Pasteurisasi

Pasteurisasi adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan yang pertama kalinya dilakukan oleh Pasteur dengan maksud untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk (perusak) di dalam anggur tanpa merusak anggur tersebut. Suhu yang dipergunakan pada pasteurisasi adalah sekitar 65 OC, dan waktu yang digunakan adalah 30 menit (Mikrobiologi Umum 1988, 44)

Proses ini biasanya dilakukan terhadap susu, Proses ini juga mencegah penyakit yang disebabkan oleh streptokoki grup A (Sterptococcus pyogenes)Pasteurisasi dapat dilakukan pada suhu yang relatif lama yaitu 650 C selama 30 menit, atau pada suhu tinggi 720 C selama 15 detik. Setelah pasteurisasi produk harus didinginkan dengan cepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup (Mikrobiologi Pangan I 1992 ; 131).

Pemanasan Kering

Pemanasan kering kurang efektif untuk membunuh jasad renik dibandingkan dengan pemanasan basah. Berbeda dengan pemanasan basah yang menyebabkan denaturasi protein, sedangkan pemanasan kering menyebabkan dehidrasi sel (Mikrobiologi Pangan 1 1992,132)

Oven

Sterilisasi ini dengan menggunakan udara panas. Alat-alat yang disterilkan ditempatkan dalam oven dimana suhunya dapat mencapai 160 180 OC. Caranya adalah dengan memanaskan udara dalam oven tersebut dengan gas atau listrik. Oleh karena daya penetrasi panas kering tidak sebaik panas basah, maka waktu yang diperlukan pada sterilisasi cara ini lebih lama yakni selama 1-2 jam. Sterilisasi cara ini baik dipergunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti cawan petri, pipet, tabung reaksi, labu, dan lain sebagainya (Mikrobiologi Umum 1988,45). Pembakaran (incineration)

Pembakaran merupakan cara sterilisasi yang 100 % efektif, tetapi cara ini terbatas penggunaannya. Cara ini biasa dipergunakan untuk mensterilkan alat penanam kuman (jarum ose). Yakni dengan membakarnya sampai pijar. Dengan cara ini semua bentuk hidup akan dimatikan. Pembakaran juga dilakukan untuk bangkai binatang percobaan yang mati (Mkrobiologi Umum 1988,45).

2. Penyinaran dengan Sinar Gelombang Pendek

Mikroorganisme di udara dapat dibunuh dengan penyinaran memakai sinar ultra violet. Panjang gelombang yang dapat membunuh mikroorganisme adalah diantara 220 -290 nm; radiasi yang paling efektif adalah 253,7 nm. Faktor penghambat dan radiasi sinar ultra ungu adalah daya penetrasinya yang lemah. Untuk memperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang disterilkan, baik yang berupa cairan, gas atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau ditempatkan langsung di bawah sinar ultra ungu dalam lapisan-lapisan yang tipis.

3. Sterilisasi secara Kimia

Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkanb menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70 90 % adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya desinfeksinya (Mikrobiologi Umum 1988, 45).

4. Sterilisasi secara Mekanik

Beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterilisasi yang dilakukan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan (Mikrobiologi Umum 1988, 46).

Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutan-laruta yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat didalam larutan tersebut Penyaringan yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter. Film selulosa, dan asbestos atau penyaring Siitz. Pori=pori dan penyaring tersebut berkisar antara 0,22m sampai 10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum menggunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan (Mikrobiologi Pangan I 1992, 133).

B. Uraian Sampel1. Alkohol (FI III, 1979)

Nama resmi

: Aethanolum

Sinonim

: Etanol, alcohol

RM / BM

: C2H6O / 46,07

Pemerian: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas dan rasa panas.Kelarutan: Larut dalam air, eter dan kloroform

Kegunaan: Sebagai antiseptic

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat

2. Air suling ( FI III, 1979)

Nama resmi: Aqua destilata

Sinonim

: Aquadest, Air suling

RM / BM

: H2O / 18,02

Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa

Kegunaan: Sebagai pelarut

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat

3. Dextrosa (RPS 18th : 1321)Nama resmi : Dextrose Monohydrate, Anhydrous dextroseSinonim

: DextrosaRM / BM

: C6H12O6H20 / 198,17Pemerian: Warna putih kristal, serbuk krsital atau granular, berbau, rasa manis, larut pada suhu 1460, dextrosa lambat mereduksi dengan alkalin cupric tartrat TS dalam keadaan dingi dan dengan cepat panas, terbentuk warna merah dengan cepat dari suprous oksida.Kelarutan: 1 gram dalam 1 ml air atau 100 ml alkohol larut banyak dalam air mendidih atau alkohol mendidih.Kegunaan: Sebagai zat tambahanPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat

4. Exstrak Beef (FI III : 726)

Nama resmi: Exstrak Beef

Sinonim

: Sari kaldu sapi

Pemerian: Sari kaldu daging sapi yang diperoleh dengan penyarian daging sapi segar sehat dan tidak berlemak, warna coklat kekuningan sampai coklat tua, agak asam, bentuk pasta, dan bau seperti daging.Kelarutan: Larutkan 25 gram dalam air secukupnya hingga 250 ml, jernih dan bebas endapan.

Kegunaan: Sebagai sumber makanan

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik5. Agar ( FI III : 74, RPS : 1304)

Nama resmi : Vegetable gelatin, gelosa

Sinonim

: Agar

Pemerian: Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan berlekatan atau berbentuk keping, serpih atau butiran, jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat atau tidak berwarna, tidak berbau lemah, rasa berlendir, jika lembab kuat, jika kering rapuh.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam air mendidih.

Kegunaan: Sebagai sumber makananPenyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat

6. Pepton (FI III 1979 : 721)

Nama resmi : Peptone

Sinonim

: Pepton

Pemerian: Serbuk kuning kemerahan sampai coklat, bau khas tidak busuk.

Kelarutan: Larut dalam air, memberikan kelarutan berwarna coklat kekuningan yang bereaksi agak asam, praktis tidak larut dalam etanol 95 % P dan dalam eter P.

Kegunaan: Sebagai zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

7. Kentang ( FI III 1979, 94)Nama resmi

: Amylum solani

Sinonim

: Kentang / pati kentang Pemerian

: Serbuk halus putih, tidak berbau Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin, dan dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering

Kegunaan :Sebagai bahan dalam pembuatan medium

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

A. Alat Yang Dipakai

1. Cawan petri

2. Enkas

3. Erlenmeyer

4. Hand spray

5. Handscun

6. Inkubator

7. Laminar Air Flow (LAF)

8. Lampu spritus

9. Lampu UV

10. Sarung tangan

11. Spoit

12. Stopwacth

B. Bahan yang Digunakan1. Alkohol 70%2. Aluminium foil

3. Fenol 5%4. Kapas

5. Kertas label

6. Medium NA

7. Medium PDA

8. Tissue Rol

C. Cara Kerja

1. Lampu UV

Alat dan bahan disiapkan Ruang tempat lampu UV disemprot alkohol 70% dan diaktifkan selama 15 menit

Cawan petri steril yang berisi medium NA maupun PDA tutupnya dibuka 1/3 bagian dan ditempatkan dibawah sinar UV selama 15 menit pada tempat yang tadinya sudah disemprot dengan alkohol 70%.

Cawan petri steril tersebut diinkubasi terbalik pada inkubator bersuhu 370 C selama 1 x 24 jam untuk medium NA dan suhu kamar selama 3 x 24 untuk medium PDA Diamati ada tidaknya koloni mikroba

2. Laminary Air Flow (LAF) Alat dan bahan disiapkan

LAF diaktifkan selama 15 menit yang sebelumnya telah disemprot dengan alkohol 70% Cawan petri steril yang bersi medium tutupnya dibuka 1/3 bagian dan ditempatkan dalam ruang Laminary Air Flow (LAF) dan dibiarkan selama 15 menit.

Cawan petri steril tersebut diinkubasi terbalik pada inkubator bersuhu 370 C selama 1 x 24 jam untuk medium NA dan PDA dengan suhu kamar selama 3 x 24 jam. Diamati ada tidaknya koloni mikroba3. Enkas

Alat dan bahan disiapkan Bagian dalam enkas disemprot dengan fenol 5% lalu dibiarkan selama 15 menit Cawan petri steril yang bersi medium tutupnya dibuka 1/3 bagian setelah ditempatkan dalam enkas yang telah disemprot dan dibiarkan selama 15 menit

Cawan petri steril berisi medium NA diinkubasi terbalik pada inkubator bersuhu 370 C selama 1 x 24 jam, sedangkan medium PDA diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 3 x 24 jam Diamati ada tidaknya koloni mikroba

C. Pembahasan

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.

Telah dilakukan pada percobaan uji sterilisasi terhadap ruang stril yang meliputi sterilisasi dengan lampu UV, zat kimia dalam enkas, dan sterilisasi dengan LAF. Pada percobaan ini digunakan capet yang masing-masing diisi medium PDA dan NA yang telah disterilkan. Setelah itu cawan petri yang berisi medium PDA dimasukkan kedalam enkas, dan medium NA dimasukkan kedalam LAF dan UV, lalu tutupnya dibuka 1/3 bagian untuk memberikan ruang kepada mikroba yang untuk masuk hingga dapat diamati. Lalu dibiarkan selama 15 menit karena pada selang waktu tersebut mikroba mampu diisolasi dari suatu tempat keda;am medium. Tetapi sebelumnya ruang tersebut disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70% yang bersifat desinfektan kecuali pada ruang enkas yang menggunakan zat kimia berupa fenol 5% yaitu zat kimia yang biasa digunakan pada rumah sakit untuk mensterilkan ruangan.Pembagian ruang steril :

a. Ruang kelas 100, yaitu suatu ruangan dimana bilangan partikel didalam udara tidak lebih dari 100 partikel udra dalam ukuran 0,5 millimikron perkubik udara dan 3,5 partikel dalam 0,5 millimikron perliter wadah.

b. Ruangan kelas 10.000, yaitu suatu ruangan dimana bilangan partikel didalamnya lebih dari10.000 partikel udara didalam ukuran 0,5 millimikron perkubik udar dan 350 partikel dalam 0,5 millimikron perliter wadah.

c. Ruangan 100.000 yaitu suatu ruangan dimana bilangan partikel didalamnya tidak lebih dari 100.000 partikel udara dalam ukuran 0,5 millimikron perkubik udara dan 3500 partikel dalam 0,5 millimikron perliter wadah.Mekanisme kerja dari alat yang digunakan yaitu ;

1. Lampu UV, Alat ini dengan menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang yang pendek yang mempunyai daya antimikroba yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi asam nukleat tanpa menyebabakan kerusakan pada permukaan sel. Energi yang diabsorbsi ini menyebabkan terjadinya ikatan antara timin sehingga fungsi asam nukleat menjadi terganggu dan dapat mengakibatkan kematian mikroorganisme. Kerusakan yang diakibatkan oleh UV ini dapat diperbaiki bila disinari dengan berkas gelombang yang lebih panjang. Daya anti mikroba yang terkuat terletak pada 265 nm termasuk kisaran UV yaitu 200-310 nm yang ,mana lampu UV 253,7 nm. Daya penetrasi UV sangatlah rendah bila ada lapisan lemak pada permukaan AM UV akan sangat minim.2. Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain, sehingga daya antiseptiknya dinyatakan dengan koefisien fenol. Fenol merupakan salah satu antiseptikum tertua, dengan khasiat bakterisid dan fungisid. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi protein-protein sel bakteri. Karena sifat mendenaturasinya juga berlaku untuk jaringan manusia, fenol adalah korosif (membakar) untuk kulit dan sangat merangsang maka jarang digunakan sebagai antiseptikum dan sering digunakan sebagai desinfektan. Dalam kadar 0,01 1 % fenol bersifat sebagai bakteriostatik, larutan fenol 1,6 % bersifat bakterisid, yang dapat mengadakan koagulasi protein. Ikatan fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh. Dan larutan 1,3 % bersifat fungisid, berguna untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Dalam toksikologi senyawa ini sangat berbahaya karena sering digunakan pada percobaan bunuh diri. Terhadap mukosa saluran cerna dan mulut, bahan ini bersifat kaustik dan korosif. Terhadap Sistem Saraf Pusat menyebabkan eksitasi di susul depresi.3. LAF, Berdasarkan adanya aliran udara laminar secara horisontal dari belakang kedepan melalui saringan besar denga ukuran mesh 0,22-0,24 mikron. Bakteri dan jamur akan ditahan oleh saringan ini sehingga udara yang masuk kedalam ruang laminar air flow sudah steril dan membuat ruangan tersebut menjadi steril.4. Mekanisme kerja alkohol dalam mematikan mikroba yaitu dapat menyebabkan denaturasi protein sel bakteri dan proses ini memerlukan air. Air menumbuhkan sporanya yang kemudian dimatikan oleh alkoholnya. Selain itu juga menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria. 5. Enkas, Alat ini merupakan ruang tempat inokulasi dimana tempat ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontak dengan udara luar pada saat membuat penamaan mikroba. Dilakukan dalam ruang karena kemungkinan udara luar mengandung mikroba akan masuk kedalam medium sehingga muncul mikroba yang tidak diinginkan.Pada percobaan setelah medium dimasukkan dalam ruang yang akan diuji kesterilannya dan tutupnya dibuka 1/3 bagian dimana dimaksudkan untuk membiarkan mikroba tersebut yang mungkin ada dalam ruang tumbuh dalam medium yang telah disterilkan. Hanya dibuka 1/3 bagian tidak sepenuhnya karena ditakutkan mikroba yang tumbuh terlalu banyk sehingga menyulitkan dalam menentukan jumlah mikroba yang tumbuh.Pada percobaan digunakan medium Nutrien Agar (NA) dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhan bakteri pada ruang steril tersebut, dimana NA merupakan sumber hewani yang mengandung karbon protein hewani yang sangat dibutuhkan mikroba terutama bakteri untuk hidup, Begitu juga dengan penggunaan medium Potato Dextrosa Agar (PDA) dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhan kapang/jamur pada ruang steril tersebut, karena PDA merupakan sumber nabati yang mengandung karbohidrat dan glukosa yang dibutuhkan oleh jamuur/kapang untuk tumbuh. Dimana sebelum digunakan terlebih dahulu medium tersebut harus diinkubasikan selama 1 x 24 jam. Jika setelah diinkubasikan medium ditumbuhi mikroba maka medium tersebut tidak boleh digunakan sebagai medium uji. Tujuan penginkubasian medium ini yaitu untuk mencegah adanya mikroba berupa spora bakteri yang belum terlihat berasal dari lingkungan luar pada saat pembuatan medium. Pada percobaan, setelah cawan petri yang berisi medium yang dibiarkan selama 15 menit didalam UV, LAF, dan Enkas kemudian dimasukkan dalam inkubator dan diinkubasi terbalik, dimana dimaksudkan untuk menghindari uap air yang terbentuk ketika proses penginkubasian menetes pada medium yang dapat menyebabkan medium dan koloni bakteri, jamur atau kapang dapat rusak. Dimana air yang menetes berlebih ditakutkan bisa menyebabkan konsentrasi dalam medium terganggu dan bahan dalam medium terhidrolisis. Air juga dapat mempercepat pertumbuhan mikroba, jika terjadi pertumbuhan mikroba yang berlebih maka dapat menyulitkan kita untuk mengetahui seberapa banyak mikroba yang sebenarnya ada dalam ruang steril tersebut. Dari hasil pengamatan diperoleh jumlah rata-rata koloni bakteri dari ke-5 kelompok yaitu pada UV, Medium NA dengan jumlah koloni 97,6, sedangkan pada medium PDA 41, Pada LAF medium Na diperoleh jumlah koloni 78, dan pada medium PDA 39,5. Pada Enkas ditemukan koloni bakteri medium NA 19,3 dan medium PDA 43,5.Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum yang menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri ataupun jamur pada ketiga ruangan steril tersebut yaitu mungkin disebabkan karena pengerjaan yang kurang sempurna dan maksimal selain itu adanya kesalahan pada saat membuka cawan petri yang kurang steril ataupun melewati waktu yang ditentukan yaitu selama 15 m,enit dan juga mungkin dikarenakan alat alat yang digunakan juga kurang steril.

Umumnya cahaya mempunyai daya merusak sel mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Sedangkan cahaya dengan panjang gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad hidup. Sinar dengan gelombang panjang juga mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misalnya cahaya matahari. Jika energi radiasi di absorbsi oleh sel mikroba akan dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel. Ionisasi molekul tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan kematian perubahan genetik atau dapat pula menghambat pertumbuhan. Perubahan genetik di sini oleh radiasi ultraviolet dapat menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel-sel yang masih hidup. Bagian ultraviolet pada spectrum meliputi semua radiasi dari 15 sampai 390 nm. Panjang gelombang sekitar 265 nm memiliki efisiensi bakterisidal tertinggi. Saat ini banyak tersedia lampu germisidal yang memancarkan sinar UV dengan konsentrasi tinggi dengan daya germisidal paling efektif, yaitu pada 260 270 nm. Lampu germisidal ini banyak digunakan untuk mengurangi populasi mikroba di kamar-kamar bedah di rumah sakit, ruang aseptik untuk pengisian obat-obatan di industri farmasi, di tempat-tempat pengisian produk steril ke dalam ampul, dan industri pangan. Namun sinar UV hanya dapat membasmi mikroba pada permukaan benda saja karena daya tembusnya yang kecil.

Penggunaan filter udara untuk menyediakan udara yang bebas dari debu dan bakteri seperti Laminary Air Flow (LAF) dan High Efficiency Particulate Air Filter (HEPA) digunakan dalam ruang transfer mikrobiologis utnuk mencegah timbulnya kontaminasi pada area-area isolaso untuk mencegah penyebaran infeksi, dan di dalam ruang-ruang untuk merakit peralatan elektronik miniatur karena kontaminasi oleh partikel bahkan sekecil bakteri dapat merusak daya guna komponen perakitan tersebut.

Laminary Air Flow (LAF) adalah alat yang mengatur pergerakan udara di mana udara yang berisi mikroba akan di tarik keluar dengan arah tekanan horizontal, sehingga setiap mikroba yang berada dalam ruang tersebut tidak dapat bertahan lama karena akan terus di tarik keluar. LAF ini dilengkapi saringan sehingga mikroba yang telah keluar tidak akan dapat kembali lagi.BAB V

PENUTUP

A. KesimpulanNoKelompokJumlah koloni

LAFUVEnkas / Fenol

1.I031

2.II012

3.III0121

4.IV00TBUD

5.V020

ASIA HAFID / 150 250 235 ALIF