sterilisasi kavitas_fitra dan sanny.docx

27
Sterilisasi Kavitas Disusun Oleh: Fitra Permata Putri (04111004042) Sanny Susanti Manurung (04111004043) Dosen Pembimbing: drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012

Upload: sanny-susanti-manurung

Post on 30-Nov-2015

356 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Sterilisasi Kavitas

Disusun Oleh:

Fitra Permata Putri (04111004042)

Sanny Susanti Manurung (04111004043)

Dosen Pembimbing:

drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

DAFTAR ISI

Halaman dan Judul....................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

I.1 Latar Belakang

I.2 Rumusan Masalah

I.3 Tujuan

I.4 Manfaat

I.5 Metode Penulisan............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2

2.1 Pengertian Sterilisasi......................................................................... 2

2.2 Cara-cara Sterilisasi.......................................................................... 3

2.3 Manfaat Sterilisasi............................................................................. 4

BAB III PENUTUP.....................................................................................

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prinsip preparasi kavitas terbagi menjadi 7, yaitu out line form, resistence

form, retention form, convenience form, menghilangkan jaringan karies, finishing

email wall and margin, dan toilet of cavity. Pada prinsip ke 7 yakni toilet of cavity,

dilakukan pembersihan kavitas. Tindakan yang dilakukan pada tahap toilet of cavity

diantaranya membuang semua jaringan karies yang masih tertinggal, memeriksa dan

menghaluskan kembali dinding–dinding kavitas dengan alat yang steril, serta

mengeringkan kavitas dengan kapas yang dipegang dengan pinset. Termasuk dalam

tahap ini adalah tindakan sterilisasai dan desinfektan kavitas. Tindakan sterilisasi

kavitas sangat penting dilakukan, karena jika tidak dilakukan mikroorganisme yang

masih tertinggal pada kavitas akan menyebar sehingga akan terjadi karies sekunder

nantinya.

Maka dari itu, makalah ini akan membahas mengenai sterilisasi kavitas secara

lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam makalah ini

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Apa pengertian sterilisasi?

b. Apa saja cara yang dilakukan untuk mensterilkan kavitas?

c. Apa manfaat dari tindakan sterilisasi kavitas?

1.3 Tujuan

Adapun beberapa tujuan yang ingin penulis capai pada makalah ini, antara lain:

1. Mengetahui cara-cara dalam mensterilkan kavitas

2. Memahami pentingnya tindakan sterilisasi kavitas

1.4 Manfaat

Dengan makalah ini, penulis mengaharapkan agar manfaat dapat tercapai, yaitu:

Menerapkan sterilisasi kavitas sebelum melakukan pengisian tumpatan

1.5 Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode pustaka agar mendapat banyak informasi dari

berbagai buku maupun media elektronik.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi adalah pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme,

termasuk spora bakteri, yang sangat resisten. Menurut Darmadi (2008),

sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode tertentu dapat memberikan

hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi

adanya mikroorganisme hidup. Sedangkan menurut (Schwartz, 2000) ,

sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan terhadap semua

mikroorganisme.

2.2 Cara-cara Sterilisasi

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang di basahi

saliva, lidah yang menggangu penglihatan dan ginggiva yang berdarah adalah

sedikit dari masalah – masalah yang harus diatasi sebelum kerja yang teliti

dan tepat dapat dilakukan. Beberapa metode dapat di gunakan untuk

mengisolasi daerah kerja : evakuasi kecepatan tinggi (HVE) (suatu pembersih

vakum oral), saliva ejektor, gulungan kapas, dan isolator karet.

1. Evakuasi Kecepatan Tinggi (HVE)

Alat ini berdiameter 10mm, berfungsi menyerap semua air dan debris dari

daerah kerja. Biasanya evakuator kecepatan tinggi (HVE) dioperasikan oleh

asisten gigi. Alat ini juga mengeluarkan suara yang berisik. HVE sangat

efektif bila dokter gigi dan asistenya bekerja sebagai suatu tim yang

berpengalaman dan trampil.

A B

Ket: Evakuator kecepatan tinggi (HVE). Diameter bagian dalam dari ujungnya

efektif adalah 3/8 inci, berbeda dengan 3/6 inci pada saliva ejektor. (A) HVE sangat

efektif digunakan bersama isolator karet. (B) pegangan evakuator yang tepat oleh

asisten gigi.

2.Saliva Ejektor

Alat ini berdiameter 4mm di gunakan untuk menghisap saliva yang bertumpuk

didasar mulut. Saliva ejektor bisa dibiarkan tergantung didasar mulut. Bagian yang

paling kritis dari saliva ejektor adalah ujungnya. Karena terus berada didasar mulut,

dibawah tekanan negatif yang konstan, dapat menarik jaringan lunak kedalam

orifisnya sehingga menimbulkan suatu lesi yang jelek. Biasakan sering sering

memeriksa ejektor guna memastikan tidak terjadi penutupan ujungnya, terutama bila

anastesi lokal telah menghilangkan respons-respons sensori di dasar mulut pasien.

Cara pengoperasian saliva ejektor :

a.       Pasangkan disposible tip pada saliva ejektor

b.      Tekan tombol ON pada dental unit

c.       Putarlah tombol saliva ejektor sehingga terdengar gemuruh udara.

d.      Masukkan saliva ejektor ke dalam rongga mulut terutama pada daerah

vestibulum oris bawah dan di bawah lidah.

e.      Jika tidak dibutuhkan taruhlah kembali ke tempatnya

2. Gulungan Kapas (cotton roll)

Gulungan kapas untuk menyerap saliva cukup efektif dalam

menghasilkan isolasi jangka pendek. Biasanya kapas harus sering diganti

karena gulungan kapas akan di penuhi saliva. Gulungan kapas memiliki

berbagai ukuran panjang dan besar, tetapi gulungan kapas no 2, dengan

panjang 11/2 inci dan diameter 3/8 inci, adalah yang paling sering

digunakan. Cotton roll merupakan bahan yang berbentuk gulungan yang

diletakkan pada sebelah bukal/labial dan lingual tergantung elemen gigi

yang dirawat. Pemakaian isolasi rongga mulut yang lain dapat digantikan

oleh cotton roll, ketika dilakukan tahap penambalan gigi. Cotton roll

dapat terbuat dari kapas atau kertas tissue, hal ini tergantung kesukaan

operator.

Syarat Pembuatan cotton roll:

Untuk dewasa :

Panjang : 3-4 elemen gigi

Diameter : 1 cm

Untuk anak  anak :

Panjang : 3-4 elemen gigi sulung

Diameter : 0,5 cm

A

B C

D E

F G

Ket: Penempatan gulungan kapas. (A), kaca mulut menarik bibir dan pipi, untuk

mendapatkan ruangan di vestibulum untuk tempat gulungan kapas. (B), Salah.

Gulungan kapas tidak boleh diletakan di garis tengah. Pada posisi ini, kapas akan

mudah lepas. (C), Isolasi yang benar untuk gigi anterior atas. Ruang yang adekuat

bisa di dapatkan dari kaninus ke belakang untuk menerima dan menahan gulungan

kapas. Karena tidak ada duktus saliva di vestibulum labial, kapas tidak perlu

diletakan di balik bibir atas. (D), Lidah sering didorong untuk menempatkan

gulungan kapas di dasar mulut. (E), lokasi yang benar untuk gulungan kapas. Bila

ruangan memungkinkan, digunakan dua gulungan kapas. (F), Salah. Perlekatan

frenulum dan tarikan bibir membuat tipe isolasi ini relative tidak praktis. (G), Isolasi

yang lebih di sukai untuk gigi insisivus bawah. Gulungan bilateral menyerap lebih

banyak air dan tidak mudah lepas. Gulungan kapas harus seluruhnya basah sebelum

di keluarkan, kalau tidak, permukaan jaringan lunak akan melekat di sela-sela kapas

dan lapisan luar epitel terangkat.

3. Isolator Karet (rubber dam)

Sanford Barnum merupakan orang pertama yang menemukan

penggunaan rubber dam pada tahun 1864. Dari semua teknik dan metode

untuk mengisolasi daerah kerja, tidak ada yang seefeketif isolator karet.

Lembaran karet ini dengan gigi yang menonjol melalui lubang pada

lembaran itu memberikan isolasi yang positif, dan jangka panjang pada

gigi-gigi yang perlu dirawat. Karena tidak ada penggantinya dan

penggunaanya merupakan “keharusan” yang absolut untuk prosedur-

prosedur operatif.

Isolator karet tersedia dalam berbagi ketebalan* : tipis, sedang, tebal,

dan ekstra tebal. Juga tersedia dalam berbagai warna: hijau (tebal) dan

biru (sedang). Keuntungan isolator karet yang tipis adalah mudah

dipasang dan memberikan rasa nyaman pada pasien; keuntungan isolator

karet yang lebih tebal adalah kemampuanya menarik jaringan lunak dan

daya tahanya terhadap goresan bur gigi. Walaupun kesukaan individu

berbeda sesuai dengan lokasi dan pemakaian tiap tipe, ketebalan medium

di anjurkan untuk molar, tebal (atau ekstra tebal) untuk gigi-gigi anterior

dan premolar.

Ukuran ketebalan isolator karet (hygienic dental Mfg.Co) :

Tipis 0,15mm

sedang 0,20mm

tebal 0,25mm

ekstra-tebal 0,30mm

khusus ekstra-tebal 0,35mm

Tujuan penggunakan rubber dam:

Untuk memelihara daerah operasi agar tetap bersih, kering, asepsis, bebas dari

kontaminasi saliva.

Untuk menjaga pasien supaya tidak tertelan instrument yang kecil, bahan

pengisi, obat obatan, jaringan, pulpa yang nekrosis.

Melindungi lidah,pipi dan bibir atau semua jaringan lunak supaya tidak

terluka oleh alat alat yang dipakai.

 Memberi kenyamanan pada pasien sehingga pasien merasa enak karena

dilindungi oleh alat ini.

Rubber dam terdiri atas:

Rubber dam holder : Berbentuk kerangka atau frame dari logam/plastik

berbentuk huruf ‘U’.

Dental Floss : Untuk mencarikan jalan bila daerah interproximal terlalu

berdempetan.

Forceps: Untuk memasang dan melepas clamps

Clamps: Untuk memegang rubber sheet pada gigi dan menyisihkan gingiva

dari gigi.

Rubber dam punc: untuk membuat lubang pada rubber sheet 0,5 – 2,5 mm.

Rubber dam stamp: berupa karet dan tinta, memberi tanda letak gigi

Rubber sheets: berupa lembaran dg ukuran 5x5 inchi; 6x6 inchi.

Warna : hijau/abu abu/putih.

Rubber sheet punc: Bentuk alat seperti tang dengan satu sisi berbentuk roda

dan sisi lain berbentuk seperti karet runcing, dimana bagian yang runcing

akan masuk ke dalam lubang. Kalau punc ditekan maka rubber sheet yang

telah diberi tanda akan berlubang,

Cara memasang rubber dam:

Ambil dental floss dengan panjang secukupnya untuk mengikat clamps.

Gunanya jika clamp lepas tidak akan jatuh/ tertelan.

Kemudian clamp dipasang pada gigi

Cara menstabilkan rubber dam sheet adalah dengan dental floss dengan mengikat gigi

yang sudah diberi clamp. Atau gunakan wood wedge yaitu kayu yang berbentuk

seperti piramid. Bila rubber dam bocor sehingga saliva keluar menggenangi gigi yang

dirawat maka gunakan cavit/tumpatan sementara untuk menambalnya.

Cara melepas rubber dam (untuk isolasi lebih dari 1 gigi) :

Rubber sheet ditarik sehingga lubang menjadi lebih besar.

Rubber sheet tersebut digunting pada bagian yang ditarik diantara 2 gigi,

sehingga didapatkan 2 lubang yang menjadi 1

Rubber sheet digunting seluruhnya sehingga didapat 2 lubang yang

bersambung dan kita lepas

Melepas clamp bersama sama seluruh rubber sheet dan frame.

Selain pengisolasian daerah kerja, pensterilisasian daerah kerja juga penting

diperhatikan. Karena pada saat pembersihan kavitas mungkin masih terdapat debris

dan mikroorganisme di dalam kavitas tersebut. Maka dari itu, untuk memastikan

kesterilan kavitas, perlu dilakukan beberapa cara untuk mensterilkan kavitas, yaitu

dengan pemberian bahan desinfektan seperti klorheksidin, povidone iodine, dan

heksetidin. Ketiga bahan desinfektan ini dapat diberi dengan cara dikumur atau

dengan dioleskan pada kavitas yang telah dipreparasi dan telah dibersihkan dengan

menggunakan cotton pellet yang dipegang menggunakan pinset.

1.Klorheksidin

Pemakaian bahan desinfektan sesaat sebelum prosedur tindakan pada gigi

akan mengurangi insiden dan jumlah dari bakteri. Klorheksidin sering diaplikasikan

pada gigi sebelum tindakan penambalan, pemasangan crown dan perawatan

endodonti. Dengan pengaplikasian klorheksidin, maka akan mengurangi jumlah S.

mutans.

Klorheksidin merupakan derivat biguanid yang bersifat bakterisidal baik

terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif, meskipun ada beberapa kuman

Gram negatif yang resisten. Klorheksidin mempunyai indeks terapi yang tinggi serta

efektif meskipun ada sabun, nanah, dan darah. Sifat toksisitasnya rendah, tetapi

pemakaian berulang pada kulit menyebabkan dermatitis kontak dan fotosensitivitas.

Klorheksidin tersedia dalam bentuk larutan 1% emulsi 4% dan klorheksidin glukonat.

Klorheksidin glukonat 2% atau yang sering dijual dengan nama dagang minosep juga

sering digunakan sebagai bahan desinfektan.

Klorheksidin adalah antiseptik yang telah diuji dan digunakan secara intensif

untuk pengendalian plak. Klorheksidin yang paling banyak dipakai dalam bidang

kedokteran gigi adalah klorheksidin 0,2% dan 0,12%. Menurut hasil penelitian

Keijser, dkk tidak ada perbedaan yang signifikan antara klorheksidin konsentrasi

0,2% dan 0,12% dalam pencegahan pembentukan plak. Di samping itu telah

dilakukan penelitian terhadap cara pemberian klorheksidin, yaitu dengan aplikasi

0,2% gel klorheksidin dibandingkan dengan kumur-kumur 0,2% larutan klorheksidin

menunjukkan hasil yang sama efektif dalam pencegahan pembentukan plak.

Cara kerja klorheksidin

Klorheksidin mulai dikenal sejak 1950 sebagai antibakteri, mempunyai

molekul formula C22H30CI12N10. Klorheksidin merupakan bahan antibakteri yang

berspektrum luas dan sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram

(+), Gram (-), bakteri ragi, jamur, protozoa, algae dan menghambat virus.

Klorheksidin dapat mengikat bakteri disebabkan dengan adanya interaksi antara

muatan positif dari molekul-molekul klorheksidin dengan dinding sel yang bermuatan

negatif. Interaksi ini meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri sehingga terjadi

penetrasi ke dalam sitoplasma yang menyebabkan kematian mikroorganisme.

Klorheksidin sangat efektif digunakan untuk mengurangi akumulasi plak dan radang

gingival.

NH NH NH NH

|| || || ||

Cl – NH – C – NH – C – NH – (CH2)6 - NH – C - NH – C – NH – Cl

Struktur kimiawi formula klorheksidin

Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa klorheksidin diserap oleh

hydroxiapatit permukaan gigi dan musin dari saliva, kemudian dilepas perlahan-lahan

dalam bentuk yang aktif. Keadaan ini merupakan dasar aktivitas klorheksidin untuk

menghambat pembentukan plak.

Dasar yang kuat dalam pencegahan terbentuknya plak adalah dengan

terjadinya ikatan antara klorheksidin dengan molekul-molekul permukaan gigi antara

lain polisakarida, protein, glikoprotein dan saliva, pelikel, mukosa serta permukaan

dari hidroxiapatit. Akibat terjadinya ikatan-ikatan tersebut maka pembentukan plak

yang merupakan penyebab utama plak dan radang gingiva dapat dihambat.

2. Povidone Iodine

Povidon-iodine ialah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon berwarna coklat

gelap dan timbul bau yang tidak menguntungkan (Ganiswara,1995). Povidone-iodine

merupakan agens antimikroba yang efektif dalam desinfeksi dan pembersihan kulit

baik pra- maupun pascaoperasi, dalam penatalaksanaan luka traumatik yang kotor

pada pasien rawat jalan (Morison, 2003 dikutip dari Helm, 1978), dan untuk

mengurangi sepsis luka

pada luka bakar (Morison, 2003 dikutip dari Zellner & Bugyi, 1985). Tjay dan

Rahardja (2002) mendefinisikan bahwa kompleks dari iod dengan polivinil pirolidon

yang tidak merangsang dan larut dalam air.

Mekanisme kerja povidon iodine

Povidon-iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 μg/ml dan bersifat bakterisid

pada kadar 960 μg/ml. Mikobakteria tuberkulosa bersifat resisten terhadap bahan ini.

Povidon-iodine memiliki toksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen dalam

larutan pembersihnya akan lebih meningkat toksisitasnya (Peter, 1992). Dalam 10%

povidon iodine mengandung 1% iodiyum yang mampu membunuh bakteri dalam 1

menit dan membunuh spora dalam waktu 15 menit (Ganiswara, 1995).

Manfaat povidon iodine

Tjay dan Rahardja (2002) berpendapat bahwa :

a. Povidon-iodine 10% merupakan antiseptik solution yang

digunakan:

1) Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi pada luka-

luka seperti : lecet, terkelupas, tergores, terpotong atau terkoyak.

2) Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka khitan.

3) Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan timbulnya

infeksi.

b. Sebagai obat kumur dengan konsentrasi 1%.

c. Sebagai pencuci tangan sebelum operasi 10%, dapat mengurangi populasi kuman

hingga 85% dan kembali ke posisi normal setelah 8 jam.

d. Sebagai larutan pembersih 2%, salep 2% , sebagai lotion 0.75%.

Pemberian povidone-iodine

Betadine-antiseptik solution dapat digunakan beberapa kali dalam sehari, dan

digunakan dengan konsentrasi penuh baik untuk mengoles maupun kompres

(Rahman, 2007).

Sifat-sifat Fisika dan Kimia Povidone Iodine

Nama Kimia : 1-Vinyl-2-Pyrrolidine-Iodine

Berat Molekul : 40.000 μg

Warna : Coklat kekuningan, tidak berbentuk serbuk, ringan, berbau, dalam

bentuk. Larutan yaitu kemasancat merah agak biru.

Kelarutan : Larut dalam air dan alkohol, praktis tak larut dalam kloroform,

karbon tetra klorida, eter,hexane, dan acetone.

Penggunaan : Povidone-odine dapat membunuh gram positif dan gram negatif dari

bakteri, jamur, virus, protozoa dan ragi. Komponen povidone

membantu fungsi dari iodine dan larutan iodine tingture. Larutan

povidone iodine (1% dari penggunaan iodine) dapat membunuh

bakteri sekitar 85% lebih banyak dibandingkan larutan atau tingture

iodine.

3.Heksitidin

Derivat-pirimidin ini berkhasiat terhadap kuman Gram-positif dan Gram-

negatif, protozoa dan ragi Candida albicans. Ikatannya dengan protein mukosa dapat

menghambat metabolisme bakteri yang ada pada mukosa. Heksetidin digunakan

sebagai larutan 0,1% dalam etanol 9% dalam obat kumur untuk desinfeksi mulut pada

stomatitis dan gingivitis. Tidak boleh diminum, kerjanya bertahan 10-12 jam. Jarang

terjadi reaksi alergi terhadap obat ini. Jika digunakan sebagai obat kumur, dapat

digunakan pagi dan malam hari 15 ml selama 30 detik. Nama dagang heksetidin yaitu

Bactidol dan Hexadol.

2.3 Manfaat Sterilisasi

a. Manfaat dari isolasi kerja sebelum diadakannya preparasi seperti evakuasi

kecepatan tinggi (HVE) (suatu pembersih vakum oral), saliva ejektor,

gulungan kapas, dan isolator karet, diantaranya :

Menjaga lapangan kerja tetap kering & steril sehingga bebas dari

kontaminasi saliva

Menghindari trauma dan terlukanya jaringan lunak

Mencegah tertelannya alat

Memperluas daerah operasi terhadap gangguan pandangan dari lidah dan

pipi

Membatasi pengaliran cairan irigasi yang menimbulkan rasa tidak enak

pada pasien

Memudahkan bekerja

Menghemat waktu

b. Manfaat dari dilakukannya sterilisasi kavitas sebelum dilakukannya

tumpatan, dengan pemberian bahan desinfektan, seperti klorheksidin,

povidone iodine, dan heksitidin dengan cara dikumur ataupun dioleskan

pada kavitas dengan menggunakan cotton pellet dan pinset yaitu :

Agar kavitas dipastikan bersih dan steril dari debris maupun

mikroorganisme sebelum diisi tumpatan. Karena jika masih ada

mikroorganisme yang masih tertinggal di dalam kavitas sedangkan

kavitas telah diisi dengan tumpatan akan menyebabkan terjadinya

penyebaran mikroorganisme tersebut tepat dibawah tumpatan

(karies sekunder).

BAB III

PENUTUP

2.3 Kesimpulan

Sterilisasi adalah pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme,

termasuk spora bakteri, yang sangat resisten. Sterilisasi sangat penting dilakukan,

baik itu saat isolasi daerah kerja sebelum dilakukan preparasi atau sterilisasi

kavitas saat preparasi selesai dan sebelum dilakukan pengisian tumpatan.

Beberapa metode dapat di gunakan untuk mengisolasi daerah kerja : evakuasi

kecepatan tinggi (HVE) (suatu pembersih vakum oral), saliva ejektor, gulungan

kapas, dan isolator karet. Dan sterilisasi kavitas dapat dilakukan dengan

pemberian bahan desinfektan pada kavitas baik dengan dikumur atau dengan

dioleskan pada kavitas menggunakan cotton pellet yang dipegang dengan pinset.

Bahan desinfektan yang dapat digunakan diantaranya klorheksidin, povidone

iodine, dan heksitidin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Baum, Phillips, dan Lund. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Ed. 3.

EGC: Jakarta.

2. Hoan, Tan Tjay dan Kirana Rahardja.2007. Obat-Obat Penting: Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. PT Gramedia: Jakarta.

3. Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI. 20004. Kumpulan

Kuliah Farmakologi, Ed. 2. EGC: Jakarta.