status ujian psikiatri maya epilepsi psikotik

26
STATUS UJIAN PSIKIATRI I. IDENTITAS PENDERITA Nama : Tn. ACP Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Tempat/tanggal lahir : Bitung, 4 Oktober 1992 Status perkawinan : Belum Menikah Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan : ABK (Anak Buah Kapal). Suku bangsa : Talaud Agama : Kristen Protestan Alamat sekarang : Karombasan Tanggal MRS : 18 April 2012 Cara MRS : Pasien datang dengan keluarga Tanggal pemeriksaan : 18 April 2012 Tempat pemeriksaan : Poli Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang II. RIWAYAT PSIKIATRIK Diperoleh dari : Aloanamnesis, tanggal 18 april 2012 pukul 09.30 wita. A. Keluhan Utama Sering jalan-jalan sendiri tanpa tujuan ± sejak 1 bulan. 1

Upload: brian-kairupan

Post on 20-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

STATUS UJIAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. ACP

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Bitung, 4 Oktober 1992

Status perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : ABK (Anak Buah Kapal).

Suku bangsa : Talaud

Agama : Kristen Protestan

Alamat sekarang : Karombasan

Tanggal MRS : 18 April 2012

Cara MRS : Pasien datang dengan keluarga

Tanggal pemeriksaan : 18 April 2012

Tempat pemeriksaan : Poli Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari :

Aloanamnesis, tanggal 18 april 2012 pukul 09.30 wita.

A. Keluhan Utama

Sering jalan-jalan sendiri tanpa tujuan ± sejak 1 bulan.

B. Riwayat gangguan sekarang

- Aloanamnesis : Anamnesis hanya diperoleh dari ibu pasien, karena pasien tidak

kooperatif saat wawancara (pasien hanya diam).

Menurut ibu pasien, sekitar bulan Januari 2010 pasien pernah mengalami

kejang, lama kejang ± 2 menit. Kejang terjadi hingga tangan dan kaki pasien

1

Page 2: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

tampak kaku dengan mata pasien menghadap ke atas. Menurut ibu pasien, sebelum

kejang pasien sering mengatakan kalau ia melihat ada kilatan cahaya.

Pada bulan Mei 2010 pasien berhenti sekolah dan bekerja di kapal. Selama

bekerja di kapal, pasien merasa pernah dihinggapi oleh seekor kelelawar, sering

melihat sosok seorang wanita berjubah putih dengan rambutnya yang menutupi

wajah dan seperti ada sesuatu yang menyala-nyala di laut. Sejak saat itu pasien

mulai merasa ketakutan. Pasien juga sering mendengar suara-suara berupa bisikan

yang tidak jelas dan mulai menangis serta tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas,

sehingga mengakibatkan pasien berhenti dari pekerjaannya.

Setelah tidak lagi bekerja di kapal, oleh ibunya pasien dikeluhkan sering jalan-

jalan sendiri seharian tanpa tujuan yang jelas, nafsu makan pasienpun berkurang,

bahkan sudah 2 hari pasien belum makan. Selain itu pasienpun mengalami

gangguan tidur, yang mana pasien hanya tidur ±2 jam sehari. Hal ini sudah

berlangsung ± 1 bulan sebelum pasien di bawa ke rumah sakit. Pasien juga masih

mengalami kejang, dimana pasien tiba-tiba menjadi diam ± 20 detik, namun tangan

dan kaki tidak kaku serta mata pasien tidak menghadap ke atas, jika diberi respon

tiba-tiba berupa tepukan di pundak, pasien akan kembali sadar. Terakhir kali pasien

mengalaminya 1 hari yang lalu sebelum pasien dibawa ke Poli Jiwa RS. Prof. Dr.

V. L. Ratumbuysang. Sebelumnya pasien tidak pernah berobat karena serangan

kejang yang dialaminya. Pasien hanya pernah berobat ke dokter spesialis saraf

karena adanya gejala psikosis yang dialaminya, dan mendapat obat namun nama

obat tidak di ketahui oleh ibu pasien.

C. Riwayat Gangguan Dahulu :

1. Riwayat gangguan psikiatri

Pasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya dan ini adalah kali

pertama pasien dibawa ke RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.

2. Riwayat gangguan medis

Pasien pernah mengalami kejang, berupa kejang tonik-klonik dengan frekuensi

kejang 1 kali dan durasi ± 2 menit,serta mengalami beberapa kali kejang absence

dengan durasi ± 20 detik.

2

Page 3: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Belum didapatkan informasi yang pasti mengenai riwayat penggunaan zat

psikoaktif dari pasien, hal ini di karenakan pasien yang tidak kooperatif selama

wawancara (pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan). Namun dari

aloanamnesis diketahui bahwa pasien mengkonsumsi alkohol ketika masih

menjadi ABK. Pasien juga merokok, penggunaan zat psikotropik disangkal.

4. Riwayat kehidupan pribadi

a. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien dilahirkan di rumah, ditolong oleh bidan. Tidak ditemukan kelainan

atau cacat bawaan. Pasien merupakan anak sulung dari tiga bersaudara.

b. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun)

Tidak didapatkan informasi yang akurat mengenai pasien pada usia tersebut.

c. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)

Tidak didapatkan informasi yang akurat mengenai pasien pada usia tersebut.

Hanya diketahui bahwa pasien bersekolah sampai SMP,namun tidak tamat.

d. Riwayat masa kanak akhir dan remaja

Pasien termasuk anak yang rajin di rumah. Hubungan dengan keluarga baik.

Pasien merupakan anak yang pemalu, pasien tidak suka bergaul, dan suka

menyendiri.

e. Riwayat masa dewasa

- Riwayat pekerjaan

Pasien sempat bekerja sebagai ABK, kemudian berhenti.

- Riwayat psikoseksual

Tidak didapatkan informasi yang akurat mengenai hal tersebut.

- Riwayat perkawinan

Pasien belum menikah.

- Kehidupan beragama

Pasien beragama Kristen Protestan dan cukup rajin beribadah.

Riwayat sosial

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang tua dan keluarga, namun

pasien merupakan pribadi yang tertutup dengan lingkungan sekitar.

3

Page 4: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

- Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.

- Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal dengan orang tua.

- Riwayat keluarga

Pasien adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Pasien hidup dengan ekonomi

menengah kebawah. Hubungan antara keluarga baik dan cukup

harmonis. Tidak ada dikeluarga yang menderita seperti ini.

Genogram:

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

Faktor herediter : Tidak ada dari keluarga pasien yang mempunyai keluhan yang

sama seperti pasien.

4

Page 5: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

III. STATUS MENTAL

Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 18 april 2012 pukul 09.30 wita di Poli Jiwa RS.

Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.

a. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien adalah seorang laki-laki, usia 19 tahun, tampak sesuai usianya. Pasien

terlihat kurus, rambut pendek hitam, kulit hitam, berpakaian kurang rapi dan

kusam menggunakan kaos berwarna abu-abu dan celana panjang jeans berwarna

coklat. Ekspresi wajah tampak lesu, murung, pendiam dan tidak bersemangat.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Selama wawancara tidak ada kontak mata dengan pemeriksa, pasien duduk tidak

tenang, pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan, dapat menoleh

sewaktu dipanggil,perhatiannya sangat mudah teralihkan, pasien hanya sibuk

sendiri.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien tidak kooperatif (pasien diam dan tidak bereaksi)

b. Alam perasaan (mood) dan ekspresi (afek)

Mood : kosong

Afek : tumpul

Keserasian : Tidak serasi

c. Karakteristik Bicara

Selama wawancara, pasien hanya menjawab umurnya dengan suara yang pelan, dan

menoleh saat dipanggil namanya.

d. Gangguan Persepsi

Tidak didapatkan adanya perilaku halusinasi dari pasien saat wawancara berlangsung.

Adanya gangguan persepsi halusinasi visual, auditorik dan perabaan (taktil) diperoleh

dari informasi yang diberikan oleh ibu pasien, berupa pasien merasa pernah dihinggapi

oleh seekor kelelawar, sering melihat sosok seorang wanita berjubah putih dengan

rambutnya yang menutupi wajah dan seperti ada sesuatu yang menyala-nyala di laut,

serta pasien juga sering mendengar suara-suara berupa bisikan yang tidak jelas.

5

Page 6: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

e. Proses Pikir

Arus pikiran :

- Produktivitas : Sukar dievaluasi

-Isi pikiran : Sukar dievaluasi.

f. Kesadaran dan Fungsi Kognitif

Tingkat Kesadaran : Kompos mentis

Orientasi

Waktu : Sukar dievaluasi

Tempat : Sukar dievaluasi

Orang : Sukar dievaluasi

Daya Ingat

- Immediate memory : Sukar dievaluasi

- Recent memory : Sukar dievaluasi

- Remote memory : Sukar dievaluasi

Daya konsentrasi

Sulit berkonsentrasi

Perhatian

Pada saat wawancara pasien tidak mampu bekosentrasi dan memusatkan

perhatiannya.

Kemampuan membaca dan menulis

Sukar dievaluasi

Daya nilai

Daya nilai sosial : Sukar dievaluasi

Penilaian realitas : Sukar dievaluasi

Tilikan :

Derajat tilikan yaitu Tilikan derajat 1

Taraf dapat dipercaya :

Sukar dievaluasi

IV. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI

6

Page 7: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

A. Status Interna

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital : T : 110/80 mmHg; N : 72x/m; R : 22x/m; SB : 36˚C

Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-

Toraks :

Jantung : SI-SII normal, bising (-)

Paru : Suara pernapasan vesikuler

Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Datar, lemas, bising usus + normal

Hepar/Lien : tidak teraba

Ekstremitas : Hangat, edema (-), sianosis (-).

B. Status Neurologi

GCS :

E : Buka mata spontan (4)

M : Menurut perintah (6)

V : Bicara jika ditanya (4)

TRM : Tidak ada

Mata : Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, reflex cahaya +/+

Pemeriksaan Nervus Kranialais

a. Nervus Olfaktorius (NI)

Tidak dilakukan evaluasi.

b. Nervus Optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV) dan Nervus Abducens

(N.VI).

Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan

bola mata yang wajar (pasien mampu untuk melirikkan bola matanya ke kiri dan

ke kanan).

7

Page 8: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

d. Nervus Trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menyeringai, dan

tidak terdapat asimetris pada wajah.

e. Nervus Facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menyeringai, dan

tidak terdapat asimetris pada wajah.

f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)

Selama wawancara berlangsung, pasien mampu memahaminya dengan suara yang

kecil, yaitu pasien dapat menjawab berapa usianya ketika di tanya oleh pemeriksa

dengan suara yang kecil dan cukup pelan. Hal ini memeberi kesan bahwa

pendengaran pasien normal.

g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)

Tidak dilakukan evaluasi.

h. Nervus Aksesoris (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan

kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus Aksesoris

(N.XI) pasien dalam keadaan normal.

Ekstrapiramidal Sindrom : Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal (Tremor,

Bradikinesia, Rigiditas).

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien laki - laki berumur 19 tahun, suku Talaud,

agama Kristen Protestan. Pasien dibawa ke Poli Jiwa RS Prof.V.L. Ratumbuysang Manado pada

tanggal 18 April 2012 dengan keluhan utama sering jalan-jalan sendiri tanpa tujuan.

8

Page 9: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

Pada pemeriksaan status mental, didapatkan tidak ada kontak mata dengan pemeriksa,

pasien berpenampilan kurang rapi dan kusam. Selama wawancara pasien duduk tidak tenang.

Pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan. Pasien hanya menoleh jika dipanggil. Mood

pasien kosong, afek tumpul serta keserasian tidak serasi. Tidak didapatkan adanya perilaku

halusinasi dari pasien saat wawancara berlangsung. Arus pikiran pasien, baik isi dan

produktivitasnya, sukar dievaluasi. Kesadaran dan fungsi kognitif, orientasi, daya ingat,

kemampuan membaca dan menulis, daya nilainya serta taraf dapat dipercaya, sukar dievaluasi,

karena pasien yang kurang kooperatif selama wawancara berlangsung.

Dari aloanamnesis dengan ibu pasien diketahui bahwa pasien pernah mengalami

beberapa kali serangan kejang, serta memiliki gangguan persepsi berupa perilaku halusinasi

visual, auditorik, dan perabaan (taktil). Tidak didapatkan adanya perilaku halusinasi dari pasien

saat wawancara berlangsung.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : Halusinosis Organik (F06.0)

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Suspek Epilepsi (kejang umum).

Aksis IV : Ditemukan adanya masalah yang berhubungan dengan akses pelayanan

kesehatan. Yaitu tempat tinggal pasien yang jauh dari lokasi pelayanan

kesehatan ( Rumah pasien yang berada di Talaud).

Aksis V : GAF 40-31 (Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan

komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi).

VII. DAFTAR MASALAH

a. Organobiologik

Faktor genetik gangguan jiwa tidak ada.

b. Psikologi

9

Page 10: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

-Pasien mengalami halusinasi auditorik, visual dan perabaan (taktil).

-Pasien hanya diam, produktivitas dan isi pikir pasien tidak ada, dan mood yang kosong.

c. Lingkungan dan sosial ekonomi

Pasien tidak mempunyai masalah pada lingkungan sekitar dan pekerjaannya.

VIII. RENCANA PEMERIKSAAN

Elektroensefalografi (EEG).

IX. RENCANA TERAPI

1. Psikofarmaka

- Risperidone 2 mg 2 x 1 tab

- Trihexylpenidil 2 mg 2 x 1 tab

- Diazepam 5 mg 0 – 0 – 1

- Carbamazepin 200 mg 2 x 1 tab

2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial

a. Terhadap Pasien

- Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya lebih

lanjut, cara pengobatan, efek samping yang muncul, pentingnya kepatuhan

dan keteraturan minum obat, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas

hidup yang lebih baik.

- Memberikan pengertian bahwa ini dapat disembuhkan, memotivasi dan

memberi dukungan kepada pasien sehingga dapat menjalankan fungsi

sosialnya dengan baik.

b. Terhadap Keluarga

- Dalam bentuk psikoedukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga

mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa memberi

dukungan selama masa pengobatan, pasien lebih sering diajak berkomunikasi

serta keluarga harus memberi dukungan kepada pasien untuk banyak

berkativitas terlebih di luar rumah dan berinteraksi dengan orang lain. Pasien

tidak boleh sampai menyendiri, sebisa mungkin ada aktivitas yang

menyibukkan dirinya. Jelaskan kepada keluarga mengenai berbagai

10

Page 11: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan

sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk

minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala

kekambuhan.

- Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga,untuk menghindari hal-

hal yang tidak diinginkan jika terjadi serangan kejang. Memberikan

pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan

penyakit.

X. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad malam

XI. DISKUSI

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh ibu pasien. ditemukan adanya perilaku

halusinasi visual, auditorik, dan perabaan (taktil). Halusinasi tersebut berupa pasien merasa

pernah dihinggapi oleh seekor kelelawar, sering melihat sosok seorang wanita berjubah putih

dengan rambutnya yang menutupi wajah dan seperti ada sesuatu yang menyala-nyala di laut,

pasien juga sering mendengar suara-suara berupa bisikan yang tidak jelas.Pada kasus ini pasien

lebih banyak mengalami halusinasi visual dibandingkan halusinasi auditorik. Berdasarkan

kepustakaan, bahwa pada gangguan organik lebih besar terjadi perilaku halusinasi visual.

Sedangkan pada gangguan psikotik fungsional lebih cenderung terjadi halusinasi auditorik.

Sehingga berdasarkan gejala-gejala di atas dan sesuai dengan PPDGJ III, pasien ini

dikategorikan sebagai halusinosis organik (F06.0). Selain itu pula pasien memiliki riwayat

kejang, di mana sehari sebelum datang ke Poli Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pasien

sempat mengalami kejang absence. Sehingga pasien juga dicurigai sebagai suspek epilepsi

Selama wawancara pasien menunjukkan ekspresi wajah tampak lesu, murung, dan tidak

bersemangat. Pasien duduk tidak tenang, hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan. Pasien

dapat menoleh sewaktu dipanggil. Perhatian pasien sangat mudah teralih. Afek pasien tumpul,

sering disertai dengan senyum-senyum sendiri atau tertawa yang menyeringai. Selain itu menurut

11

Page 12: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

ibunya pasien kadang tertawa dan menangis sendiri tanpa sebab yang jelas, pasien juga sering

jalan-jalan sendiri tanpa tujuan yang jelas. Gejala-gejala tersebut sudah berlangsung selama ±2

tahun. Sehingga pasien juga digolongkan menderita gejala psikosis.

Pada pasien ini untuk aksis I ditemukan adanya halusinasi organic (F06.0). Pasien ini

cenderung mengalami lebih besar halusinasi visual, yang khas terdapat pada gangguan organik.

Aksis II tidak ada diagnosis. Aksis III pasien dicurigai sebagai suspek epilepsy, mengingat

adanya riwayat kejang yang dialami oleh pasien. Aksis IV ditemukan adanya masalah yang

berhubungan dengan akses pelayanan kesehatan. Yaitu tempat tinggal pasien yang jauh dari

lokasi pelayanan kesehatan ( Rumah pasien yang berada di Talaud). Aksis V GAF 40-31

(Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam

beberapa fungsi).

Dari uraian di atas pasien ini dapat didiagnosis sebagai suspek epilepsy dengan gejala

psikotik. Dengan diagnosis banding yaitu gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan

alkohol dan zat Psikoaktif. Diagnosis banding ini diambil berdasarkan riwayat penggunaan zat

psikoaktif pasien yakni pernah mengkonsumsi alkohol sebelumnya dan merokok, serta adanya

persamaan gejala dengan diagnosis kerja yang ditetapkan. Yaitu, adanya halusinasi organik serta

kejang. Hal ini bisa terjadi apabila pasien dalam tahap putus alkohol.

Pada pasien diberikan terapi Risperidone 2 mg dengan pemberian 2x1 tablet/hari,

Trihexylpenidil 2 mg dengan pemberian 2x1 tablet/hari, Diazepam 5 mg dengan pemberian

1x/hari di waktu malam hari, diberikan pula Carbamazepin 200 mg dengan pemberian 2x1

tablet/hari.

Untuk terapi antipsikotiknya diberikan Risperidon yang termasuk dalam obat anti-psikotik

atipikal golongan benzisoxazole. Risperidon yang merupakan derivat dari benzisoksazol

mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktivitas menengah

terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan resetor histamin. Indikasi

risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala negatif maupun positif. Disamping

itu diindikasikan pula untuk gangguan bipolar, depresi dengan ciri psikosis, dan Tourette

syndrome. Oleh karena itu pada pasien ini digunakan risperidon sebagai obat antipsikosisnya

karena pasien menunjukkan gejala psikotik baik positif (adanya halusinasi) maupun negatif

yaitu gangguan perasaan, gangguan hubungan sosial dan perilaku yang sangat terbatas dan

cenderung menyendiri. Secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. efek samping

12

Page 13: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

ektrapiramidal umumnya lebih ringan dibanding dengan antipsikosis lainnya. Risperidon

tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg, sirup dan injeksi 50 mg/mL. Dosis anjuran

untuk pemakaian risperidon diberikan dengan dosis 2-6 mg per hari. Risperidon diabsorbsi

sempurna setelah pemberian peroral, konsentrasi plasma puncak dicapai setelah 1-2 jam.

Absorbsi Risperidon tidak dipengaruhi oleh makanan.

Diazepam diberikan untuk mengatasi keadaaan pasien yang susah tidur. Diazepam

meningkatkan kerja GABA di SSP. Diazepam bekerja di semua sinaps GABAA, tapi kerjanya

dalam mengurangi spastisitas, sebagian di mediasi di medula spinalis, karena itu diazepam

dapat digunakan pada spasme otot yang asalnya dari mana saja, termasuk trauma otot

lokal.Tetapi obat ini dapat menyebabkan sedasi pada dosis yang diperlukan untuk mengurangi

tonus otot. Dosis di mulai dengan 4 mg/ hari yang dapat ditingkatkan bertahap hingga

maksimum 60 mg/hari.

Carbamazepin diberikan untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik.

Pada membran permeabilitas, carbamazepin akan menutup saluran natrium pada konsentrasi

terapi dan menstabilkan membrane neuron yang hiperaktif, menghalangi kerusakan neuron yang

berulang dan mengurangi perambatan sinaptik impuls yang berasal dari luar.Sediaan

carbamazepin yaitu 200 mg, dengan dosis anjuran 400-600 mg/hari dalam 2-3x/hari.

Trihexylpenidil diberikan untuk mengobati gejala Parkinson yang disebabkan oleh efek

samping obat anti psikotik. Trihexylpenidil adalah anti kolinergik yang memiliki efek sentral

lebih kuat dari pada perifer, senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin

endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis

rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Untuk gangguan ekstrapiramidal dewasa mula-mula 1

mg, dosis dinaikkan sampai gejala berkurang. Dosis total/ hari 5-15 mg/hari.

Pada pasien ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal ini diberikan

melalui edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping

yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat sehingga pasien sadar

dan mengerti akan sakitnya, dan menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa.

Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk

meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup

yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi sosianya dengan baik.

Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian

13

Page 14: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta

pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum

obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.

Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga,untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan jika terjadi serangan kejang. Memberikan pengertian kepada keluarga akan

pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit.

XII. KESIMPULAN

1. Diagnosis pasien dalam kasus ini adalah suspect epilepsy dengan gejala psikotik dengan

diagnosis banding yaitu gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat

Psikoaktif.

2. Keteraturan dan kepatuhan minum obat perlu diperhatikan, dengan mewaspadai terhadap

efek samping yang mungkin terjadi.

3. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan dalam pemulihan kondisi kesehatan

pasien. Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga,untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan jika terjadi serangan kejang.

XIII. WAWANCARA PSIKIATRI

Keterangan :

A : Pemeriksa

B : Pasien

C : Ibu pasien

Dialog :

A : “Selamat pagi…’’

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

C : “Selamat pagi, dokter’’

A : “Mari, silahkan duduk’’

C : “Makasih’’

14

Page 15: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

A : “Perkenalkan, kita dokter muda. Ngana pe nama sapa dang?”

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

A : “Hey, kyapa babadiam dang? Da tanya akang itu nama ’’

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

C : “Depe nama Alan Pudi Carter, mar ja pangge Okta.’’

A : “Okta, so umur brapa dang ?”

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

A : “Okta, ba jawab dang, da tanya so umur brapa skarang?”

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

C : “19 tahun dia, dok.’’

A : “Okta tinggal di mana?’’

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

C : “Torang kwa tinggal di Talaud, dokter.”

A : “Nyanda ada keluarga di sini?’’

C : “Ada, dok, di Karombasan.’’

A : “Jadi skarang tinggal di Karombasan, Okta?’’

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

C : “Iyo, dokter..’’

A : “Okta tau skarang di mana?’’

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

A : “Ada rasa apa dang kong sampe datang ka rumah sakit, Okta?’’

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

A : “Okta, ada rasa apa?”

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

A : “Ibu, kyapa dang ini Okta?’’

C : “Dia kwa so ja ilang-ilang pikiran bagitu, dok.”

A : “Ja ilang-ilang pikiran bagimana dia?”

C : “Rupa bagini no, dokter. Ja babadiam bagini. Nyanda ja bacarita apa-apa, nyanda ja

bajawab biar so tanya-tanya. Kong rupa so ja bahayal-hayal bagitu.”

A : “Dari kapan ini, Ibu?”

C : “So lama dokter, so sekitar dari dua tahun lalu, sekitar bulan Mei.”

15

Page 16: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

A : “Awalnya ada apa sampe dia so mulai ja ilang-ilang pikiran bagitu?’’

C : “Bagini dokter, tadinya kwa dia ini kerja di kapal, kong dia bilang kata rupa pernah ada

paniki da sambar pa dia malam-malam. Kong dia le kata ja dapa liat rupa tu manyala

manyala di laut, deng ja dapa liat rupa ada cewe pake baju putih macam jubah mar

nyanda dapat liat depe muka, rupa tatutup rambut bagitu. Mulai dari situ so rupa jadi

tako-tako dia. Kong dia so ja manangis deng tatawa sandiri.”

A : “Pernah babilang ja dengar-dengar suara, bu ?”

C : “Ada.”

A : “Apa dang yang dia dengar?”

C : “Ja dengar suara-suara ba bise pa depe talinga.”

A : “Babise ja bilang apa, Okta?”

B : “(pasien diam tidak menjawab)”

C : “Dia bilang kata nyanda jelas, dok. Nintau ja bilang apa, pokoknya rupa ada yang

babise-bise bagitu.”

A : “Dari dua tahun lalu memang so bagini trus, atau ada waktu dia sadar sama deng

biasa?”

C : “Oh, lengkali dia ja sadar dok, kalu so sadar memang rupa biasa. Dia sadar sekitar 1

minggu bagitu, kong kurang kage so tabale ulang bagini.”

A : “Dulu-dulu dia pernah kecelakaan atau apa yang kena depe kepala sampe depe otak

rupa terganggu?”

C : “Ndak pernah no, dok.”

A : “Pernah berobat sebelumnya?”

C : “Pernah dokter, ada bapriksa pa dokter, kong dokter bilang kata ini panyakit saraf. Jadi

dokter kase obat penenang.”

A : “Tau apa depe nama obat atau depe model jo ?”

C : “So lupa le, dok. So lama le ada abis.”

A : “Dulu dia lahir normal, bu?”

C : “Normal, dokter.”

A : “Lahir di mana?”

C : “Rumah, dokter. Ada bidan da tolong.”

A : “Nyanda tatahan di pintu jalan lahir, sampe dia lama kaluar?”

16

Page 17: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

C : “Nyanda dok, biasa-biasa jo.”

A : “ Pernah kejang-kejang ?”

C : “Pernah dok, waktu sekitar dua tahun lalu, bulan Januari stow kalu nyanda salah.”

A : “Kejang bagimana dia?, sampe rupa kaku dia pe kaki dengan tangan?”

C : “Iyo, dok. Takancing-kancing, kong depe mata ja bahaga ka atas sampe le depe mulut ja

takaluar gabu bagitu.”

A : “Boleh brapa lama dia pe kejang? Kong ada kase minum apa sampe depe kejang

brenti?”

C : “Cuma sekitar 2 menit bagitu dokter. Nyanda kase apa-apa le, dia bae sandiri.”

A : “Kapan lagi dia ja kejang?”

C : “Sudah dok, cuma kali itu dia kejang, abis itu so nyanda.”

A : “Kalo rupa ja takancing, tapi nyanda lama, misalnya ada sementara makan bagitu kong

kurang kage ta badiam sandiri sampe pandangan dapa liat kosong, sampe kurang harus

ja paka sadiki baru ja tasadar. Pernah nyanda bagitu?”

C : “Oh, kalo itu ada dokter. Brapa kali dia ja tabagitu.”

A : “Brapa kali, bu?”

C : “So nyanda ja reken, dokter. Pokoknya so brapa kali stow.”

A : “Kapan terakhir?”

C : “Tadi malam le masih dokter.”

A : “Bagimana dang depe makan dengan tidor?”

C : “Ya kurang depe makan, dok, so dua hari ini dia ndak makan. Depe tidor lagi kurang,

biasa cuma 2 jam bagitu stow dia mo tidor, biasa dia kurang mo babajalan sandiri satu

hari itu, tapi abis itu dia pulang ulang ka rumah.”

A : “Ibu dia ja barokok dengan baminum?”

C : “Sebenarnya dulu dia nyanda tau baminum, dia baminum itu kalu dia so mulai ja baliat

itu bayangan, sampe dia so ketakutan. Jadi cuman mo kase ilang depe rasa takut dia mo

baminum akang itu. Kalu ba rokok le dia nyanda, dok.”

A : “Ibu, ini anak ka brapa?”

C : “Ini anak pertama dok, ta pe anak ada 3 orang, samua laki-laki.”

A : “Kong yang laeng sehat-sehat?”

C : “Iyo, dok.”

17

Page 18: Status Ujian Psikiatri Maya Epilepsi Psikotik

A : “Ibu, makasih banyak neh so kase waktu for kita ba tanya-tanya akang. Ibu duduk dulu

di luar neh, nanti mo pangge ulang.”

C : “Oo iyo... Makasih dokter, permisi ”

A : “Iya, sama-sama Ibu...”

18