status ujian jiwa

17
Kepada Yth: PRESENTASI KASUS SELASA, 18 Mei 2010 ------------- -------------- ----------- Skizofrenia Paranoid  Presentan : dr. Malawati Pembimbing : dr. Ika Widyawati, SpKJ (K) Narasumber : dr. Noorhana, SpKJ (K) DEPARTEMEN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

Upload: shintamelia

Post on 31-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

preskas

TRANSCRIPT

Page 1: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 1/17

Kepada Yth:

PRESENTASI KASUS

SELASA, 18 Mei 2010 --------------------------------------

Skizofrenia Paranoid

 

Presentan : dr. Malawati

Pembimbing : dr. Ika Widyawati, SpKJ (K)

Narasumber : dr. Noorhana, SpKJ (K)

DEPARTEMEN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

JAKARTA

Page 2: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 2/17

STATUS PSIKIATRI ANAK 

dr. Malawati

I. IDENTITAS PASIEN

An. MA, perempuan, usia 12 tahun 3 bulan (4 Februari 1998), kelas I SMP, agama Islam, suku

Betawi, tinggal di Condet. Pasien pertama kali datang ke Poliklinik Jiwa Anak & Remaja tanggal

10 Mei 2010 diantar oleh ibu dan ayahnya.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari:

• Autoanamnesis; tanggal 10 Mei 2010.

• Alloanamnesis: tanggal 10 Mei 2010.

- Ibu : Ny.N, berusia 37 tahun, suku Betawi, agama Islam, pendidikan terakhir SMP,

Ibu rumah tangga.

-Ayah : Tn.A, berusia 42 tahun, suku Betawi, agama Islam, pendidikan terakhir STM,

wiraswasta.

• Catatan Medis

A. Keluhan utama

Merasa takut sejak sebulan yang lalu.

B. Riwayat penyakit sekarang

Pasien diantar oleh orang tuanya dengan keluhan merasa ketakutan dan sering melakukan

kegiatan berulang-ulang, seperti wudhu, baca niat dan do’a shalat, mandi, pakai sabun,

 berjalan maju-mundur, bersalaman dan mengucapkan terima kasih. Menurut pasiensebenarnya ia sudah tahu bahwa apa yang dikerjakannya itu sudah cukup satu kali dan benar.

 Namun pasien tidak bisa menghentikan gerakan tersebut, seperti ada yang menggerakkan

atau mengontrol tubuhnya untuk melakukan/mengulang kegiatan tersebut. Pasien juga sering

mendengar suara perempuan yang mengatakan tentang kematian, seperti” mungkin kalau

orang mau meninggal, dicabut nyawa sering seperti itu”. Hal tersebut sangat mengganggu

Page 3: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 3/17

 pasien, membuatnya ketakutan dan terus terpikir tentang kematian. Suara-suara tersebut

 biasanya muncul jika pasien sedang bengong atau tidak ada aktivitas. Pasien sering

terganggu tidurnya karena sering merasa takut dan mendengar suara-suara tersebut. Pasien

 juga sering merasa bersalah terhadap orang tuanya, pasien merasa dirinya sering berbuat

salah pada orang tuanya, seperti saat ibunya mencuci baju pasien ketika pasien sedang sakit,

menurutnya seharusnya ia yang harus membantu ibunya, bukan malah menyusahkannya.

Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya sering membicarakannya. Jika teman-temannya

sedang berkumpul ia merasa mereka membicarakannya, begitu juga jika orang tuanya sedang

 berbicara, ia merasa mereka sedang membicarakannya. Pasien juga merasa ada yang berniat

 jahat padanya (disantet), sehingga pasien sakit seperti sekarang ini. Mungkin ada orang yang

sakit hati karena ia salah bicara, walaupun kadang-kadang pasien berpikir sepertinya tidak 

mungkin ada orang yang ingin melakukan hal tersebut padanya. Menurut ibu pasien,

sebelumnya pasien melihat ayah dan ibu bertengkar hebat, ayah sampai berteriak-teriak. Hal

tersebut membuat pasien terpikir terus masalah ayah dan ibunya. Pasien juga merasa malu

 pada teman-temanya, karena kadang-kadang jika sedang berbicara dengan temannya, pasien

sering menjawab atau berbicara tidak sesuai dengan yang sedang mereka bicarakan. Jika

kesenggol atau terinjak kaki temannya, ia akan melakukannya lagi sampai berulang-ulang.

Pasien juga merasa bersalah saat ibu dari salah satu temannya meninggal dunia, ia merasa

semasa ibu temannya masih hidup ia punya kesalahan padanya walaupun menurutnya ia

sudah minta maaf dan ibu temannya sudah memaafkan pasien. Setiap menonton televisi yang

menayangkan tentang anak durhaka, pasien merasa dirinya seperti anak durhaka tersebut.

Jika shalat bolong atau kelupaan, pasien merasa bersalah. Menurut ayahnya mungkin itu juga

karena kesalahan mereka, setiap di TV menayangkan acara mengenai anak yang bersalah

terhadap orang tuanya, mereka mengatakan tayangan tersebut seperti pasien. Karena keluhan

tersebut pasien dibawa ke orang pintar oleh orang tuanya. Karena awalnya ayah pasien juga

meyakini anaknya sakit karena di santet. Setelah dibawa ke orang pintar menurut ayahnya

ada sedikit berkurang perasaan takutnya, tapi hanya sebentar kemudian muncul lagi, begitu

 juga dengan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang. Akhirnya pasien dibawa ke Poli Jiwa

Anak dan Remaja RSCM oleh orang tuanya.

Orang tua pasien juga sering bertengkar di depan anak-anaknya, ayah pasien jika sedang

marah terhadap ibunya sering mengatakan”biar ibu kamu senang jika ayah sudah tidak ada

Page 4: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 4/17

lagi,biar dirasa bagaimana hidup sendiri enak nggak”. Ibu pasien juga sering menceritakan

masalah-masalahnya pada pasien, terutama jika ibu sedang bertengkar dengan ayah pasien.

Ibu sering mengeluh mengapa ayahnya bersikap seperti itu padanya. Menurut ibunya, ia

sudah lelah melakukan semua tugas dirumah tapi masih dimarah-marahi juga oleh ayahnya

dan ayah tidak mau mengerti tentangnya. Pasien mengatakan sering kepikiran masalah orang

tuanya, jika mereka sedang ribut.

C. Riwayat gangguan sebelumnya

1.Riwayat gangguan psikiatrik 

Menurut pasien, pertama kali pasien merasa takut dan bersalah pada tahun 2007, saat

itu 17 Agustus, salah satu kakak kelasnya,laki-laki, meninggal dunia saat perlombaan

memanjat pinang di kali, temannya tersebut hanyut di kali. Setelah itu pasien merasa

 bersalah karena semasa hidup kakak kelasnya tersebut sering menggangu dan

membohonginya dengan cara mengatakan bahwa sepupu perempuannya kirim salam buat

kakak kelasnya tersebut. Begitu juga sebaliknya, pada sepupunya ia mengatakan bahwa

kakak kelasnya tersebut kirim salam buatnya. Hal tersebut terus mengganggu pikiran pasien,

sampai pasien terganggu tidurnya, namun pasien masih bisa sekolah seperti biasanya.

Sampai sekarang pasien masih sering merasa bersalah jika mengingat hal tersebut, terlebih

 jika 17 Agustus, pasien sering ketakutan dan merasa bersalah.

Pada tahun 2008, pasien pernah tiba-tiba ingin lompat ke kali, ingin bunuh diri dan

membunuh adik laki-lakinya. Menurut pasien ia seperti ada yang menggerakkan untuk 

melakukan hal tersebut, namun dapat dicegah karena pasien menceritakan pada kedua orang

tuanya, ia minta orang tuanya untuk memegangnya agar tidak keluar rumah. Orang tua

memindahkankan benda-benda yang membahayakan buat pasien dan pasien selalu diawasi.

Saat itu pasien dibawa ke orang pintar oleh orang tuanya dan menurut ayahnya ada

 perubahan, dikatakan oleh orang pintar tersebut pasien seperti itu karena disantet.

2.Riwayat Penyakit Medis Umum

  Pasein belum pernah mengalami kondisi medis yang mengakibatkan ia dirawat di rumah

sakit.

Page 5: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 5/17

3.Riwayat Penggunaan Zat

Pasien tidak pernah minum obat selain yang diberikan dokter. Di tempat orang pintar hanya

diberikan air putih yang sudah dibacakan do,a.

D. Riwayat kehidupan pribadi

1.Riwayat kehidupan prenatal dan perinatal

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasien merupakan anak yang

diharapkan. Saat ibu mengandung pasien, ibu sering mengalami sakit perut dan flek-flek 

sehingga harus minum obat penguat kandungan terus. Ibu juga sering merasa sedih karena

ribut terus dengan ayah pasien mengenai masalah ekonomi. Pernah ibu pasien merasa sangat

sedih saat ayah pasien sampai membanting pintu dan berteriak-teriak keras karena tidak 

mengizinkan ibu pasien ingin memberikan uang pada salah satu adiknya yang lagi butuh

uang. Hal tersebut membuat ibu pasien sedih dan terus kepikiran mengenai masalah itu.

Menurut ayah pasien, jika ingin memberikan uang pada adiknya, maka adik ayah pasien juga

harus diberikan. Akhirnya hanya ayah pasien yang memberikan uang pada adiknya,

sedangkan ibu pasien tidak jadi memberikan karena takut pada suaminya. Walaupun ibu

 pasien merasa sedih karena pertengkaran tersebut, namun ibu tetap melayani dan melakukan

tugas rumah tangga seperti biasanya, ibu pasien takut jika suaminya tambah marah jika ia

tidak bersikap seperti biasanya. Pasien lahir dengan operasi caesar karena letak melintang dan

diinkubator selama 2 hari karena kuning dengan berat badan lahir 2,9 kilogram dan panjang

lahir 48 cm.

2.Riwayat masa bayi

Pasien mendapat ASI selama 2 tahun, pernah dicoba memberikan makanan tambahan seperti

 pisang saat usia 1 bulan, namun pasien tidak suka dan muntah sehingga tidak diberikan lagi.

Usia 4 bulan diberikan bubur susu, pasien juga tidak mau, jadi sampai dengan usia 2 tahun

 pasien hanya mendapatkan ASI saja. Setelah usia 2 tahun baru diganti dengan susu kental

manis awalnya, karena diare setelah minum susu kental manis, baru diganti dengan susu

Dancow. Pada usia 4 tahun baru pasien diberikan langsung makanan padat nasi, karena

sebelumnya sudah dicoba berikan nasi lembek pasien tidak mau. Usia 4 tahun pasien berhenti

minum susu karena lahir adik laki-lakinya, sehingga tidak punya biaya jika harus minum susu

Page 6: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 6/17

dua-duanya. Imunisasi dasar lengkap di bidan dekat rumah. Semasa bayi pasien termasuk 

anak yang rewel, tidak mau digendong oleh orang lain selain ibunya. Sehingga jika sedang

melakukan tugas rumah tangga, pasien diletakkan dalam ember dan bermain air, karena tidak 

mau dengan orang lain. Pasien dapat tengkurap usia 6 bulan, duduk 8 bulan dan berjalan

setahun. Pasien bisa bicara mengucapkan” mama, papa, mam” usia setahun dan tidak lama

kemudian langsung lancar bicara. Pasien kebanyakan di asuh oleh ibunya, karena saat itu

ayah pasien masih bekerja di pabrik sepatu dan pulangnya malam hari.

 

3.Riwayat masa kanak awal sampai sekarang

Pasien termasuk anak yang sulit makan, sehingga begitu susu dihentikan berat badannya

langsung turun. Pasien termasuk anak yang gampang bergaul, ramah, sehingga teman-

temannya banyak. Namun dari kecil pasien mudah menangis dan mengambek/merajuk jika

keinginannya tidak dipenuhi, baru diam jika sudah dibujuk atau dipenuhi keinginannya. Hal

itu semakin bertambah setelah adiknya lahir saat pasien berusia 4 tahun, Pasien sering

cemburu terhadap adiknya. Pasien sering mencubit adiknya sampai menangis, ia marah jika

ibunya perhatian pada adiknya, mengatakan kenapa jika keinginan adiknya selalu dipenuhi.

Pasien sering mengatakan bahwa ibunya tidak menyanyanginya, hanya menyayangi adiknya

saja. Bahkan pasien pernah mengatakan adiknya dikasih ke orang lain saja, tidak enak punya

adik, karena kakak tidak disayang lagi. Enak menjadi adik, selalu disayang dan diperhatikan.

Terlebih lagi jika ia melihat ibunya sedang menciumi adiknya, sedangkan pasien tidak mau

 jika ibunya menciuminya, malu katanya sudah besar. Menurut ibu pasien sebenarnya ia juga

menyayangi pasien, walaupun menurutnya memang ia lebih perhatian pada adiknya, pertama

karena ia lebih kecil dan karena dari dulu sebelum hamil, ibu pasien sangat mengharapkan

anak laki-laki, jadi begitu anak keduanya lahir laki-laki, ibu pasien sangat senang dan sangat

menyayanginya.

Sebenarnya pasien sangat dekat dengan ibunya, mereka sering saling menceritakan

masalah mereka. Pasien sering menceritakan tentang sekolah dan teman-temannya. Begitu

 juga ibu, sering menceritakan masalah keluarga pada anak perempuannya tersebut. Bahkan

 jika ibunya sedang sakit, pasien selalu menunggui dan merawat ibunya sambil menangisi

ibunya agar cepat sembuh. Namun ia selalu cemburu terhadap adiknya sampai sekarang.

Page 7: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 7/17

4.Riwayat Pendidikan

Pasien masuk Play group usia 2,5 tahun, menurut ibunya pasien sudah pintar bernyanyi dan

ikut mengaji pada usia tersebut. Pasien hanya setahun di play group, karena pasien tidak mau

lagi, bosan. Kemudian pada usia 5 tahun langsung masuk SD, kelas I SD pasien sudah bisa

membaca dengan lancar. Sejak dari SD sampai SMP sekarang nilai-nilai pasien di sekolah

cukup bagus, ia masuk dalam 10 besar.

5.Riwayat keluarga

 

Keterangan gambar:

: laki-laki : Meninggal

: perempuan

: pasien

Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien mempunyai adik laki-laki yang

 beda usia 4 tahun dengan pasien. Pasien sangat mencemburui adiknya, menurut pasien ibunya

hanya menyayangi adiknya dan selalu memenuhi keinginan adiknya tersebut.

6.Situasi kehidupan sekarang

Saat ini pasien tinggal bersama ayah, ibu dan adik laki-lakinya. Ayah pasien sudah 2 tahun

 pensiun dini dari pabrik sepatu dan membuka usaha kelontong di depan rumah. Dimana

warung dijaga bergantian dengan ibu pasien. Menurut ibu pasien setelah membuka usaha

Kedua

Ps 12 th

Page 8: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 8/17

kelontong, ekonomi lebih baik dibandingkan saat ayah pasien bekerja di pabrik sepatu.

 Namun setelah ayah pasien lebih sering di rumah, ibu pasien merasakan suaminya lebih

sering marah-marah terhadapnya, misalnya jika ibu pasien belum membereskan rumah karena

harus mengurus anak-anak yang mau berangkat ke sekolah. Sedangkan ayah pasien bangun

 pagi telat dan tidak membantu ibu pasien sama sekali. Ibu pasien setelah mengurus rumah

 juga harus menjaga warung, sehingga malam harinya ibu pasien sangat merasa lelah dan tidak 

sanggup melayani suami lagi. Hal tersebut membuat ayah pasien marah, mengganggap ibu

 pasien tidak mau melayaninya. Pasien dan adiknya sampai sekarang masih tidur sekamar 

dengan ayah-ibunya, karena kamar satu lagi pintunya rusak. Ibu pasien sudah pernah

mengatakan pada suaminya, bahwa anak-anak sudah besar dan tidak baik jika mereka masih

tidur bersama mereka, namun ayah pasien tidak begitu memperdulikan hal tersebut. Pasien

sangat mencemburui adiknya sampai saat ini, ia merasa ibunya lebih menyayangi adiknya

daripada pasien. Pasien lebih senang jika tidak ada adik, jadi orang tuanya bisa

menyayanginya.

7.Persepsi dan harapan orangtua pasien

Orangtua pasien mengharapkan pasien bisa sembuh seperti dulu lagi, bisa beraktivitas dan

sekolah dengan baik tanpa terganggu dengan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien saat ini.

Ayah pasien juga sudah memutuskan untuk membawa berobat pasien ke dokter bukan ke orang

 pintar lagi, karena terakhir setelah pasien dibawa ke orang pintar hanya baik sebentar kemudian

kambuh lagi. Orang tua sudah menyadari mungkin pasien sakit karena merasa tertekan melihat

mereka sering bertengkar di depan pasien dan sering menyalahkannya.

III. EVALUASI KELUARGA

• Susunan keluarga

Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan adik laki-laki pasien yang tinggal dalam satu rumah.

Ayah pasien merupakan anak kedua dari 5 bersaudara, sedangkan ibu pasien anak kelima

dari 7 bersaudara. Ayah pasien baru belakangan ini dekat dengan saudara-saudara ibu

 pasien, setelah saudaranya terus selalu berusaha mendekatkan diri dengan ayah pasien.

Sebelumnya ayah pasien tidak begitu peduli dengan saudara-saudara ibu pasien dan tidak 

Page 9: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 9/17

mau tahu mengenai mereka. Sedangkan ibu pasien selalu dekat dengan saudara-saudara

dari ayah pasien dan tidak pernah melarang suaminya jika mau memberikan sesuatu

kepada saudara-saudaranya.

• Riwayat perkawinan

Orang tua pasien menikah pada tahun 1996, saat itu ibu pasien berusia 22 tahun. Mereka

dikenalkan oleh orang tua masing-masing, yang saat itu mereka tinggal berdekatan. Ayah

dan ibu pasien hanya berkenalan 1 bulan kemudian langsung menikah. Ibu pasien

langsung mengandung pasien, dan saat kehamilan tersebut ibu dan ayah pasien sudah

sering bertengkar. Sampai sekarang ayah dan ibu pasien sering bertengkar di depan anak-

anaknya. Ibu pasien sering curhat mengenai hubungannya dengan ayah pasien pada

 pasien. Walaupun bertengkar, ibu pasien selalu berusaha bersikap baik terhadap

suaminya, karena ia takut suaminya akan bertambah parah jika ibu pasien tidak melayani

ayahnya.

• Keadaan Sosial Ekonomi Sekarang

Ayah pasien sudah 2 tahun pensiun dini dari pabrik sepatu, sekarang membuka usaha

kelontong di depan rumah. Menurut ibu pasien setelah buka usaha kelontong di rumah

 perekonomian keluarga lebih baik dibandingkan saat ayah pasien masih bekerja di pabrik 

sepatu.

• Fungsi subsistem

1. Subsistem suami-istri:

Secara umum hubungan suami-istri kurang harmonis. Mereka sering bertengkar di depan

anak-anak, sehingga pasien merasa kepikiran terus mengenai orang tuanya.

2. Subsistem orangtua:

Walaupun ayah pasien sekarang lebih sering di rumah, pengasuhan anak-anak banyak 

dilakukan oleh ibu. Ayah hanya mau melihat rumah dan anak-anak terurus, tanpa mau

ikut membantu ibu pasien untuk mengurusnya. Orang tua sering memperlihatkan contoh

yang tidak baik kepada anak-anaknya, dengan sering bertengkar di depan mereka, sering

Page 10: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 10/17

mengatakan pasien anak yang tidak berbakti dengan mencontohkan seperti acara-acara

di televisi, juga masih menempatkan anak-anak tidur sekamar dengan mereka diusia

mereka sekarang ini. Ayah dan ibu lebih memperhatikan adik pasien, karena adik lebih

kecil, sedangkan ibu pasien memang lebih memperhatikan adiknya, selain karena lebih

kecil juga ia sangat mengharapkan anak laki-laki dari awal perkawinan dulu.

3. Subsistem sibling:

Pasien dari kecil sangat mencemburui adik laki-lakinya, ia sangat tidak menyenangi

adiknya. Pasien lebih senang jika tidak punya adik, sehingga orang tuanya bisa

menyanyanginya sepenuhnya. Pada saat kecil pasien ingin adiknya diberikan ke orang

lain, ia sering menyakiti adiknya dengan mencubit sampai kulitnya terkelupas dan

menangis.

4. Interaksi antar subsistem:

Secara umun hubungan ibu pasien dengan saudaranya dan saudara-saudara suaminya

cukup dekat, walaupun ayah pasien baru baik terhadap saudara-saudara ibu pasien baru

 belakangan ini saja. Ayah pasien baru mau bersikap baik terhadap saudara-saudara ibu

 pasien setelah saudara-saudara ibu pasien terus selalu berusaha untuk bisa dekat dengan

ayah pasien. Meskipun dulu ayah pasien bersikap kurang baik terhadap mereka, namun

mereka tetap berusaha bersikap baik terhadap ayah pasien.

IV.PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (12 Februari 2010)

A. Deskripsi Umum

1.Penampilan: Seorang anak perempuan, tampak sesuai usianya, berpakaian cukup rapi

dan perawatan diri baik. Pasien duduk dan ditemani oleh ayah, ibu dan adiknya.

2.Perilaku dan Psikomotor: Pasien dapat duduk tenang saat wawancara

B.  Pembicaraan :  pasien berbicara spontan, artikulasi jelas, volume cukup

dan menjawab sesuai pertanyaan.

Page 11: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 11/17

C. Mood dan Afek: Moodnya cemas dengan afek terbatas, antara isi pembicaraan dan

ekspresi emosi serasi.

D. Sikap Terhadap Pemeriksa : Cukup koperatif.

E. Persepsi: Halusinasi auditorik (+) comenting 

F. Pikiran/isipikir: Proses pikir koheren / waham kendali (+), waham rujukan (+) dan ide-

ide mirip waham kejar (+).

Fantasi dan cita-cita

  1.Three wishes yang diinginkan pasien adalah:

- Keluarga harmonis, ayah dan ibu tidak ribut lagi.

- Adik menjadi anak yang baik.

- Keluarganya panjang umur semua.

Cita-cita pasien, ingin menjadi dokter atau guru.

G. Fungsi Kognitif dan Penginderaan

• Taraf kesadaran dan kesigapan: komposmentis

• Orientasi waktu, orang, dan tempat: baik.

• Daya ingat segera, jangka pendek, sedang dan panjang: cukup baik 

•Konsentrasi dan perhatian: cukup baik.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

• Status internus dan neurologis: dalam batas normal

 

VI.IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa An. MA, perempuan, usia 12 tahun 3 bulan, kelas I SMP, agama Islam,

suku Betawi, tinggal di Condet. Pasien pertama kali datang ke Poliklinik Jiwa Anak &

Remaja tanggal 10 Mei 2010 diantar oleh ayah dan ibunya dengan keluhan merasa takut

sejak 1 bulan yang lalu.

Page 12: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 12/17

Pasien diantar oleh orang tuanya dengan keluhan merasa ketakutan dan sering melakukan

kegiatan berulang-ulang, seperti wudhu, baca niat dan do’a shalat, mandi, pakai sabun,

 berjalan maju-mundur, bersalaman dan mengucapkan terima kasih. Menurut pasien

sebenarnya ia sudah tahu bahwa apa yang dikerjakannya itu sudah cukup satu kali dan benar.

 Namun pasien tidak bisa menghentikan gerakan tersebut, seperti ada yang menggerakkan

atau mengontrol tubuhnya untuk melakukan/mengulang kegiatan tersebut. Pasien juga sering

mendengar suara perempuan yang mengatakan tentang kematian, seperti” mungkin kalau

orang mau meninggal, dicabut nyawa sering seperti itu”. Hal tersebut sangat mengganggu

 pasien, membuatnya ketakutan dan terus terpikir tentang kematian. Suara-suara tersebut

 biasanya muncul jika pasien sedang bengong atau tidak ada aktivitas. Pasien sering

terganggu tidurnya karena sering merasa takut dan mendengar suara-suara tersebut. Pasien

 juga sering merasa bersalah terhadap orang tuanya, pasien merasa dirinya sering berbuat

salah pada orang tuanya, seperti saat ibunya mencuci baju pasien ketika pasien sedang sakit,

menurutnya seharusnya ia yang harus membantu ibunya, bukan malah menyusahkannya.

Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya sering membicarakannya. Jika teman-temannya

sedang berkumpul ia merasa mereka membicarakannya, begitu juga jika orang tuanya sedang

 berbicara, ia merasa mereka sedang membicarakannya. Pasien juga merasa ada yang berniat

 jahat padanya (disantet), sehingga pasien sakit seperti sekarang ini. Mungkin ada orang yang

sakit hati karena ia salah bicara, walaupun kadang-kadang pasien berpikir sepertinya tidak 

mungkin ada orang yang ingin melakukan hal tersebut padanya. Menurut ibu pasien,

sebelumnya pasien melihat ayah dan ibu bertengkar hebat, ayah sampai berteriak-teriak. Hal

tersebut membuat pasien terpikir terus masalah ayah dan ibunya. Pasien juga merasa malu

 pada teman-temanya, karena kadang-kadang jika sedang berbicara dengan temannya, pasien

sering menjawab atau berbicara tidak sesuai dengan yang sedang mereka bicarakan. Jika

kesenggol atau terinjak kaki temannya, ia akan melakukannya lagi sampai berulang-ulang.

Pasien juga merasa bersalah saat ibu dari salah satu temannya meninggal dunia, ia merasa

semasa ibu temannya masih hidup ia punya kesalahan padanya walaupun menurutnya ia

sudah minta maaf dan ibu temannya sudah memaafkan pasien. Setiap menonton televisi yang

menayangkan tentang anak durhaka, pasien merasa dirinya seperti anak durhaka tersebut.

Jika shalat bolong atau kelupaan, pasien merasa bersalah. Menurut ayahnya mungkin itu juga

karena kesalahan mereka, setiap di TV menayangkan acara mengenai anak yang bersalah

Page 13: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 13/17

terhadap orang tuanya, mereka mengatakan tayangan tersebut seperti pasien. Karena keluhan

tersebut pasien dibawa ke orang pintar oleh orang tuanya. Karena awalnya ayah pasien juga

meyakini anaknya sakit karena di santet. Setelah dibawa ke orang pintar menurut ayahnya

ada sedikit berkurang perasaan takutnya, tapi hanya sebentar kemudian muncul lagi, begitu

 juga dengan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang. Akhirnya pasien dibawa ke Poli Jiwa

Anak dan Remaja RSCM oleh orang tuanya.

Orang tua pasien juga sering bertengkar di depan anak-anaknya, ayah pasien jika sedang

marah terhadap ibunya sering mengatakan”biar ibu kamu senang jika ayah sudah tidak ada

lagi,biar dirasa bagaimana hidup sendiri enak nggak”. Ibu pasien juga sering menceritakan

masalah-masalahnya pada pasien, terutama jika ibu sedang bertengkar dengan ayah pasien.

Ibu sering mengeluh mengapa ayahnya bersikap seperti itu padanya. Menurut ibunya, ia

sudah lelah melakukan semua tugas dirumah tapi masih dimarah-marahi juga oleh ayahnya

dan ayah tidak mau mengerti tentangnya. Pasien mengatakan sering kepikiran masalah orang

tuanya, jika mereka sedang ribut.

Pemeriksaan status mental didapatkan seorang anak perempuan, tampak sesuai usia,

 perawatan diri baik, berpakaian rapi. Pasien tampak duduk tenang disamping ayah dan

ibunya saat wawancara. Pasien berbicara spontan, artikulasi jelas, volume cukup, menjawab

sesuai pertanyaan. Sikap terhadap pemeriksa cukup koperatif. Mood cemas, afek terbatas,

serasi. Proses pikir koheren, isi pikir: waham kendali (+), waham rujukan dan ide-ide mirip

waham kejar (+). Persepsi: halusinasi auditorik (+), comenting. RTA: terganggu dan tilikan:

derajat 3.

VII.FORMULASI PSIKODINAMIK 

Proses tumbuh kembang seorang anak sangat dipengaruhi oleh interaksi yang dinamik 

antara sifat dasar (nature) dan cara pengasuhan (nurture). Suatu proses perkembangan yang

optimal amat bergantung pada kedua modalitas tersebut, yaitu faktor kombinasi dan interaksi

antara faktor organobiologik, faktor pola asuh dan faktor lingkungan.

Faktor lingkungan dan pola asuh sangat berpengaruh pada pasien ini. Menurut konsep

 Double Bind  yang diformulasikan oleh Gregory Bateson dan Donald Jackson menjelaskan

Page 14: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 14/17

 bahwa anak-anak yang hidup dalam keluarga dimana orangtua mereka selalu berkonflik 

(conflicting parental ) dapat mempengaruhi kerentanan untuk menjadi skizofrenia. Menurut

hipotesis Bateson, anak-anak yang menjadi psikotik karena kebingungannya yang tidak 

terselesaikan tentang double bind ini.

Pasien ini merasakan kebingungan dimana ayahnya sering memarahi ibunya dengan

kata-kata kasar di depan pasien dan ibu sering mengeluhkan perilaku ayahnya tersebut serta

menjelek-jelekan ayah kepada pasien. Sehingga hal ini menimbulkan kebinggungan pada diri

 pasien terhadap kedua orang tuanya. Sebagai seorang anak pasien merasa bingung harus

menuruti siapa. Bila bersama ibunya pasien akan menuruti ibunya dan menerima segala

omongan buruk tentang ayahnya, begitu juga sebaliknya. Hal ini sebenarnya tidak diinginkan

 pasien. Pasien ingin kedua orangtuanya akur dan dapat bersatu kembali.

Selain itu sikap kedua orang tuanya yang sering kali menyamakan perilaku tidak baik 

di sinetron dengan perilaku pasien dan mengatakan pasien sebagai “anak yang tidak 

 berbakti” menimbulkan rasa bersalahnya dan menganggap dirinya yang bersalah jika terjadi

sesuatu pada orang lain.

VIII.FORMULASI DIAGNOSTIK 

Pada pasien ditemukan adanya gangguan pada pola perilaku dan psikologis yang

secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan dengan suatu gejala yang

menimbulkan suatu penderitaan ( distress ) maupun hendaya ( disability ) dalam fungsi

 psikososial dan pendidikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan

 jiwa.

  Status internus dan neurologis tidak dijumpai kelainan mengindikasikan gangguan

medis yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan

 jiwa yang diderita saat ini. Sehingga gangguan mental organik pada pasien ini dapat

disingkirkan. Tidak ditemukan riwayat pengguanaan zat psikoaktif yang menyebabkan gejala

klinis seperti yang dialami pasien saat ini, sehingga gangguan akibat penggunaan zat dapat

disingkirkan.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan status mental dan pemeriksaan diagnostik 

lebih lanjut, ditemukan adanya gejala halusinasi auditorik, proses pikir koheren, waham

kendali, waham rujukan dan ide-ide mirip waham kejar, sehingga menimbulkan gangguan

Page 15: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 15/17

dalam penilaian realita, terjadinya hendaya yang jelas dalam bidang pendidikan dan

hubungan interpersonal serta menimbulkan penderitaan yang bermakna dalam kehidupannya.

Maka menurut DSM-IV aksis I memenuhi kriteria diagnosis Skizofrenia paranoid.

Pasien mulai mengalami gangguan jiwa pada usia 12 tahun dan dari anamnesis,

 pemeriksaan psikiatri tidak dijumpai adanya gangguan kepribadian ataupun keterbatasan

kecerdasan pada pasien ini, sehingga tidak ada diagnosis untuk aksis II. Berdasarkan

 pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya gangguan, sehingga untuk  aksis III tidak ada

diagnosis. Pada aksis IV terdapat masalah hubungan dalam keluarga yang tidak harmonis

dan hubungan pasien dengan adik ( sibling rivalry). Pada aksis V didapatkan GAF saat ini

( Current ) 60 dan GAF tertinggi dalam satu tahun terakhir ( HLPY ) 80.

IX. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : 295.30 Sizofrenia Paranoid

Aksis II : Belum ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah hubungan dalam keluarga yang tidak harmonis dan hubungan pasien

dengan adik ( sibling rivalry).

Aksis V : GAF current 60 dan HLPY 80

X. DAFTAR MASALAH

1.Organobiologik: -

2.Psikologik:

• Mood cemas

• Halusinasi auditorik, comenting

• Waham kendali, waham rujukan dan ide-ide mirip waham kejar 

• RTA terganggu

3.Lingkungan dan sosial ekonomi:

• Masalah hubungan keluarga yang kurang harmonis

Page 16: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 16/17

• Hubungan pasien dengan adik ( sibling rivalry)

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam: bonam

Quo ad functionam: bonam

Quo ad sananctionam: dubia ad bonam

Hal yang mendukung :

• Adanya dukungan orang tua untuk kesembuhan pasien.

• Pasien cukup koperatif dan ingin sembuh

Hal-hal yang kurang mendukung :

• Onset penyakit pada usia yang sangat muda

• Interaksi keluarga yang kurang baik.

• Sikap orang tua yang sering menyalahkan pasien.

XII. TERAPI

• Psikofarmaka : Risperidon 2 x 1mg

Trihexyphenidil 2 x 1mg (k/p)

• Psikoterapi supportif 

• Psikoedukasi terhadap keluarga: memberikan penjelasan kepada keluarga tentang apa yang

dialami pasien saat ini agar keluarga ikut berperan aktif dalam tatalaksana pasien.

XIV.DISKUSI

 

Pada pasien ini ditemukan tanda dan gejala berupa halusinasi auditorik 

(comenting), waham kendali, waham rujukan dan ide-ide mirip waham kejar yang telah

 berlangsung lebih dari 1 bulan, sehingga memenuhi kriteria diagnosis gangguan

skizofrenia. Dengan demikian diagnosis aksis I sudah dapat dipastikan. Pada aksis II

seperti kita ketahui kepribadian baru terbentuk setelah seseorang berusia 18 tahun. Pada

Page 17: Status Ujian Jiwa

7/16/2019 Status Ujian Jiwa

http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 17/17

 pasien ini tidak ditemukan adanya gejala gangguan kepribadian ataupun keterbatasan

kecerdasan, berdasarkan sebelum pasien mengalami gejala tersebut di atas prestasi belajar 

 pasien masuk dalam peringkat 10 besar.

Pada pasien diberikan terapi farmakologi berupa risperidone dengan dosis 2x1 mg dan

trihexyphenidil 2 x 1 mg jika muncul ekstrapiramidal sindrom. Menurut keluarga pasien

setelah minum obat dengan dosis tersebut diatas pasien dapat tidur dan gejala-gejala seperti

melakukan aktivitas berulang-ulang dan perasaan takut sudah berkurang.

Selain itu terhadap orang tua pasien perlu diberikan psikoedukasi, bahwa keadaan

 pasien bukan disebabkan oleh pengaruh hal-hal gaib, karena hal tersebut akan

menyebabkan kecenderungan pasien tidak teratur dalam pengobatan ke dokter. Setiap kali

 pasien sakit sejak tahun 2007, orang tuanya selalu membawa pasien ke orang pintar. Begitu

 juga mengenai faktor lingkungan yang membuat pasien tidak nyaman seperti pertengkaran

orang tua akan memperburuk keadaan pasien. Mengenai  sibling rivalry pasien terhadap

adiknya, harus diperhatikan untuk kebaikan pasien dan adik pasien sendiri.

Pada pasien ia menyadari dirinya sakit dan merasakan hal tersebut telah menganggu

aktivitasnya sehari-hari sehingga pasien minta diantarkan berobat. Perasaan ini diperberat

oleh hubungan orang tuanya yang tidak harmonis. Pasien ini juga diberikan psikoterapi

suportif supaya pasien tetap semangat menjalani aktivitas sehari-harinya dan menjalani

 pengobatan.