status ujian jiwa
DESCRIPTION
preskasTRANSCRIPT
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 1/17
Kepada Yth:
PRESENTASI KASUS
SELASA, 18 Mei 2010 --------------------------------------
Skizofrenia Paranoid
Presentan : dr. Malawati
Pembimbing : dr. Ika Widyawati, SpKJ (K)
Narasumber : dr. Noorhana, SpKJ (K)
DEPARTEMEN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 2/17
STATUS PSIKIATRI ANAK
dr. Malawati
I. IDENTITAS PASIEN
An. MA, perempuan, usia 12 tahun 3 bulan (4 Februari 1998), kelas I SMP, agama Islam, suku
Betawi, tinggal di Condet. Pasien pertama kali datang ke Poliklinik Jiwa Anak & Remaja tanggal
10 Mei 2010 diantar oleh ibu dan ayahnya.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari:
• Autoanamnesis; tanggal 10 Mei 2010.
• Alloanamnesis: tanggal 10 Mei 2010.
- Ibu : Ny.N, berusia 37 tahun, suku Betawi, agama Islam, pendidikan terakhir SMP,
Ibu rumah tangga.
-Ayah : Tn.A, berusia 42 tahun, suku Betawi, agama Islam, pendidikan terakhir STM,
wiraswasta.
• Catatan Medis
A. Keluhan utama
Merasa takut sejak sebulan yang lalu.
B. Riwayat penyakit sekarang
Pasien diantar oleh orang tuanya dengan keluhan merasa ketakutan dan sering melakukan
kegiatan berulang-ulang, seperti wudhu, baca niat dan do’a shalat, mandi, pakai sabun,
berjalan maju-mundur, bersalaman dan mengucapkan terima kasih. Menurut pasiensebenarnya ia sudah tahu bahwa apa yang dikerjakannya itu sudah cukup satu kali dan benar.
Namun pasien tidak bisa menghentikan gerakan tersebut, seperti ada yang menggerakkan
atau mengontrol tubuhnya untuk melakukan/mengulang kegiatan tersebut. Pasien juga sering
mendengar suara perempuan yang mengatakan tentang kematian, seperti” mungkin kalau
orang mau meninggal, dicabut nyawa sering seperti itu”. Hal tersebut sangat mengganggu
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 3/17
pasien, membuatnya ketakutan dan terus terpikir tentang kematian. Suara-suara tersebut
biasanya muncul jika pasien sedang bengong atau tidak ada aktivitas. Pasien sering
terganggu tidurnya karena sering merasa takut dan mendengar suara-suara tersebut. Pasien
juga sering merasa bersalah terhadap orang tuanya, pasien merasa dirinya sering berbuat
salah pada orang tuanya, seperti saat ibunya mencuci baju pasien ketika pasien sedang sakit,
menurutnya seharusnya ia yang harus membantu ibunya, bukan malah menyusahkannya.
Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya sering membicarakannya. Jika teman-temannya
sedang berkumpul ia merasa mereka membicarakannya, begitu juga jika orang tuanya sedang
berbicara, ia merasa mereka sedang membicarakannya. Pasien juga merasa ada yang berniat
jahat padanya (disantet), sehingga pasien sakit seperti sekarang ini. Mungkin ada orang yang
sakit hati karena ia salah bicara, walaupun kadang-kadang pasien berpikir sepertinya tidak
mungkin ada orang yang ingin melakukan hal tersebut padanya. Menurut ibu pasien,
sebelumnya pasien melihat ayah dan ibu bertengkar hebat, ayah sampai berteriak-teriak. Hal
tersebut membuat pasien terpikir terus masalah ayah dan ibunya. Pasien juga merasa malu
pada teman-temanya, karena kadang-kadang jika sedang berbicara dengan temannya, pasien
sering menjawab atau berbicara tidak sesuai dengan yang sedang mereka bicarakan. Jika
kesenggol atau terinjak kaki temannya, ia akan melakukannya lagi sampai berulang-ulang.
Pasien juga merasa bersalah saat ibu dari salah satu temannya meninggal dunia, ia merasa
semasa ibu temannya masih hidup ia punya kesalahan padanya walaupun menurutnya ia
sudah minta maaf dan ibu temannya sudah memaafkan pasien. Setiap menonton televisi yang
menayangkan tentang anak durhaka, pasien merasa dirinya seperti anak durhaka tersebut.
Jika shalat bolong atau kelupaan, pasien merasa bersalah. Menurut ayahnya mungkin itu juga
karena kesalahan mereka, setiap di TV menayangkan acara mengenai anak yang bersalah
terhadap orang tuanya, mereka mengatakan tayangan tersebut seperti pasien. Karena keluhan
tersebut pasien dibawa ke orang pintar oleh orang tuanya. Karena awalnya ayah pasien juga
meyakini anaknya sakit karena di santet. Setelah dibawa ke orang pintar menurut ayahnya
ada sedikit berkurang perasaan takutnya, tapi hanya sebentar kemudian muncul lagi, begitu
juga dengan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang. Akhirnya pasien dibawa ke Poli Jiwa
Anak dan Remaja RSCM oleh orang tuanya.
Orang tua pasien juga sering bertengkar di depan anak-anaknya, ayah pasien jika sedang
marah terhadap ibunya sering mengatakan”biar ibu kamu senang jika ayah sudah tidak ada
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 4/17
lagi,biar dirasa bagaimana hidup sendiri enak nggak”. Ibu pasien juga sering menceritakan
masalah-masalahnya pada pasien, terutama jika ibu sedang bertengkar dengan ayah pasien.
Ibu sering mengeluh mengapa ayahnya bersikap seperti itu padanya. Menurut ibunya, ia
sudah lelah melakukan semua tugas dirumah tapi masih dimarah-marahi juga oleh ayahnya
dan ayah tidak mau mengerti tentangnya. Pasien mengatakan sering kepikiran masalah orang
tuanya, jika mereka sedang ribut.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
1.Riwayat gangguan psikiatrik
Menurut pasien, pertama kali pasien merasa takut dan bersalah pada tahun 2007, saat
itu 17 Agustus, salah satu kakak kelasnya,laki-laki, meninggal dunia saat perlombaan
memanjat pinang di kali, temannya tersebut hanyut di kali. Setelah itu pasien merasa
bersalah karena semasa hidup kakak kelasnya tersebut sering menggangu dan
membohonginya dengan cara mengatakan bahwa sepupu perempuannya kirim salam buat
kakak kelasnya tersebut. Begitu juga sebaliknya, pada sepupunya ia mengatakan bahwa
kakak kelasnya tersebut kirim salam buatnya. Hal tersebut terus mengganggu pikiran pasien,
sampai pasien terganggu tidurnya, namun pasien masih bisa sekolah seperti biasanya.
Sampai sekarang pasien masih sering merasa bersalah jika mengingat hal tersebut, terlebih
jika 17 Agustus, pasien sering ketakutan dan merasa bersalah.
Pada tahun 2008, pasien pernah tiba-tiba ingin lompat ke kali, ingin bunuh diri dan
membunuh adik laki-lakinya. Menurut pasien ia seperti ada yang menggerakkan untuk
melakukan hal tersebut, namun dapat dicegah karena pasien menceritakan pada kedua orang
tuanya, ia minta orang tuanya untuk memegangnya agar tidak keluar rumah. Orang tua
memindahkankan benda-benda yang membahayakan buat pasien dan pasien selalu diawasi.
Saat itu pasien dibawa ke orang pintar oleh orang tuanya dan menurut ayahnya ada
perubahan, dikatakan oleh orang pintar tersebut pasien seperti itu karena disantet.
2.Riwayat Penyakit Medis Umum
Pasein belum pernah mengalami kondisi medis yang mengakibatkan ia dirawat di rumah
sakit.
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 5/17
3.Riwayat Penggunaan Zat
Pasien tidak pernah minum obat selain yang diberikan dokter. Di tempat orang pintar hanya
diberikan air putih yang sudah dibacakan do,a.
D. Riwayat kehidupan pribadi
1.Riwayat kehidupan prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasien merupakan anak yang
diharapkan. Saat ibu mengandung pasien, ibu sering mengalami sakit perut dan flek-flek
sehingga harus minum obat penguat kandungan terus. Ibu juga sering merasa sedih karena
ribut terus dengan ayah pasien mengenai masalah ekonomi. Pernah ibu pasien merasa sangat
sedih saat ayah pasien sampai membanting pintu dan berteriak-teriak keras karena tidak
mengizinkan ibu pasien ingin memberikan uang pada salah satu adiknya yang lagi butuh
uang. Hal tersebut membuat ibu pasien sedih dan terus kepikiran mengenai masalah itu.
Menurut ayah pasien, jika ingin memberikan uang pada adiknya, maka adik ayah pasien juga
harus diberikan. Akhirnya hanya ayah pasien yang memberikan uang pada adiknya,
sedangkan ibu pasien tidak jadi memberikan karena takut pada suaminya. Walaupun ibu
pasien merasa sedih karena pertengkaran tersebut, namun ibu tetap melayani dan melakukan
tugas rumah tangga seperti biasanya, ibu pasien takut jika suaminya tambah marah jika ia
tidak bersikap seperti biasanya. Pasien lahir dengan operasi caesar karena letak melintang dan
diinkubator selama 2 hari karena kuning dengan berat badan lahir 2,9 kilogram dan panjang
lahir 48 cm.
2.Riwayat masa bayi
Pasien mendapat ASI selama 2 tahun, pernah dicoba memberikan makanan tambahan seperti
pisang saat usia 1 bulan, namun pasien tidak suka dan muntah sehingga tidak diberikan lagi.
Usia 4 bulan diberikan bubur susu, pasien juga tidak mau, jadi sampai dengan usia 2 tahun
pasien hanya mendapatkan ASI saja. Setelah usia 2 tahun baru diganti dengan susu kental
manis awalnya, karena diare setelah minum susu kental manis, baru diganti dengan susu
Dancow. Pada usia 4 tahun baru pasien diberikan langsung makanan padat nasi, karena
sebelumnya sudah dicoba berikan nasi lembek pasien tidak mau. Usia 4 tahun pasien berhenti
minum susu karena lahir adik laki-lakinya, sehingga tidak punya biaya jika harus minum susu
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 6/17
dua-duanya. Imunisasi dasar lengkap di bidan dekat rumah. Semasa bayi pasien termasuk
anak yang rewel, tidak mau digendong oleh orang lain selain ibunya. Sehingga jika sedang
melakukan tugas rumah tangga, pasien diletakkan dalam ember dan bermain air, karena tidak
mau dengan orang lain. Pasien dapat tengkurap usia 6 bulan, duduk 8 bulan dan berjalan
setahun. Pasien bisa bicara mengucapkan” mama, papa, mam” usia setahun dan tidak lama
kemudian langsung lancar bicara. Pasien kebanyakan di asuh oleh ibunya, karena saat itu
ayah pasien masih bekerja di pabrik sepatu dan pulangnya malam hari.
3.Riwayat masa kanak awal sampai sekarang
Pasien termasuk anak yang sulit makan, sehingga begitu susu dihentikan berat badannya
langsung turun. Pasien termasuk anak yang gampang bergaul, ramah, sehingga teman-
temannya banyak. Namun dari kecil pasien mudah menangis dan mengambek/merajuk jika
keinginannya tidak dipenuhi, baru diam jika sudah dibujuk atau dipenuhi keinginannya. Hal
itu semakin bertambah setelah adiknya lahir saat pasien berusia 4 tahun, Pasien sering
cemburu terhadap adiknya. Pasien sering mencubit adiknya sampai menangis, ia marah jika
ibunya perhatian pada adiknya, mengatakan kenapa jika keinginan adiknya selalu dipenuhi.
Pasien sering mengatakan bahwa ibunya tidak menyanyanginya, hanya menyayangi adiknya
saja. Bahkan pasien pernah mengatakan adiknya dikasih ke orang lain saja, tidak enak punya
adik, karena kakak tidak disayang lagi. Enak menjadi adik, selalu disayang dan diperhatikan.
Terlebih lagi jika ia melihat ibunya sedang menciumi adiknya, sedangkan pasien tidak mau
jika ibunya menciuminya, malu katanya sudah besar. Menurut ibu pasien sebenarnya ia juga
menyayangi pasien, walaupun menurutnya memang ia lebih perhatian pada adiknya, pertama
karena ia lebih kecil dan karena dari dulu sebelum hamil, ibu pasien sangat mengharapkan
anak laki-laki, jadi begitu anak keduanya lahir laki-laki, ibu pasien sangat senang dan sangat
menyayanginya.
Sebenarnya pasien sangat dekat dengan ibunya, mereka sering saling menceritakan
masalah mereka. Pasien sering menceritakan tentang sekolah dan teman-temannya. Begitu
juga ibu, sering menceritakan masalah keluarga pada anak perempuannya tersebut. Bahkan
jika ibunya sedang sakit, pasien selalu menunggui dan merawat ibunya sambil menangisi
ibunya agar cepat sembuh. Namun ia selalu cemburu terhadap adiknya sampai sekarang.
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 7/17
4.Riwayat Pendidikan
Pasien masuk Play group usia 2,5 tahun, menurut ibunya pasien sudah pintar bernyanyi dan
ikut mengaji pada usia tersebut. Pasien hanya setahun di play group, karena pasien tidak mau
lagi, bosan. Kemudian pada usia 5 tahun langsung masuk SD, kelas I SD pasien sudah bisa
membaca dengan lancar. Sejak dari SD sampai SMP sekarang nilai-nilai pasien di sekolah
cukup bagus, ia masuk dalam 10 besar.
5.Riwayat keluarga
Keterangan gambar:
: laki-laki : Meninggal
: perempuan
: pasien
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien mempunyai adik laki-laki yang
beda usia 4 tahun dengan pasien. Pasien sangat mencemburui adiknya, menurut pasien ibunya
hanya menyayangi adiknya dan selalu memenuhi keinginan adiknya tersebut.
6.Situasi kehidupan sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama ayah, ibu dan adik laki-lakinya. Ayah pasien sudah 2 tahun
pensiun dini dari pabrik sepatu dan membuka usaha kelontong di depan rumah. Dimana
warung dijaga bergantian dengan ibu pasien. Menurut ibu pasien setelah membuka usaha
Kedua
Ps 12 th
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 8/17
kelontong, ekonomi lebih baik dibandingkan saat ayah pasien bekerja di pabrik sepatu.
Namun setelah ayah pasien lebih sering di rumah, ibu pasien merasakan suaminya lebih
sering marah-marah terhadapnya, misalnya jika ibu pasien belum membereskan rumah karena
harus mengurus anak-anak yang mau berangkat ke sekolah. Sedangkan ayah pasien bangun
pagi telat dan tidak membantu ibu pasien sama sekali. Ibu pasien setelah mengurus rumah
juga harus menjaga warung, sehingga malam harinya ibu pasien sangat merasa lelah dan tidak
sanggup melayani suami lagi. Hal tersebut membuat ayah pasien marah, mengganggap ibu
pasien tidak mau melayaninya. Pasien dan adiknya sampai sekarang masih tidur sekamar
dengan ayah-ibunya, karena kamar satu lagi pintunya rusak. Ibu pasien sudah pernah
mengatakan pada suaminya, bahwa anak-anak sudah besar dan tidak baik jika mereka masih
tidur bersama mereka, namun ayah pasien tidak begitu memperdulikan hal tersebut. Pasien
sangat mencemburui adiknya sampai saat ini, ia merasa ibunya lebih menyayangi adiknya
daripada pasien. Pasien lebih senang jika tidak ada adik, jadi orang tuanya bisa
menyayanginya.
7.Persepsi dan harapan orangtua pasien
Orangtua pasien mengharapkan pasien bisa sembuh seperti dulu lagi, bisa beraktivitas dan
sekolah dengan baik tanpa terganggu dengan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien saat ini.
Ayah pasien juga sudah memutuskan untuk membawa berobat pasien ke dokter bukan ke orang
pintar lagi, karena terakhir setelah pasien dibawa ke orang pintar hanya baik sebentar kemudian
kambuh lagi. Orang tua sudah menyadari mungkin pasien sakit karena merasa tertekan melihat
mereka sering bertengkar di depan pasien dan sering menyalahkannya.
III. EVALUASI KELUARGA
• Susunan keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan adik laki-laki pasien yang tinggal dalam satu rumah.
Ayah pasien merupakan anak kedua dari 5 bersaudara, sedangkan ibu pasien anak kelima
dari 7 bersaudara. Ayah pasien baru belakangan ini dekat dengan saudara-saudara ibu
pasien, setelah saudaranya terus selalu berusaha mendekatkan diri dengan ayah pasien.
Sebelumnya ayah pasien tidak begitu peduli dengan saudara-saudara ibu pasien dan tidak
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 9/17
mau tahu mengenai mereka. Sedangkan ibu pasien selalu dekat dengan saudara-saudara
dari ayah pasien dan tidak pernah melarang suaminya jika mau memberikan sesuatu
kepada saudara-saudaranya.
• Riwayat perkawinan
Orang tua pasien menikah pada tahun 1996, saat itu ibu pasien berusia 22 tahun. Mereka
dikenalkan oleh orang tua masing-masing, yang saat itu mereka tinggal berdekatan. Ayah
dan ibu pasien hanya berkenalan 1 bulan kemudian langsung menikah. Ibu pasien
langsung mengandung pasien, dan saat kehamilan tersebut ibu dan ayah pasien sudah
sering bertengkar. Sampai sekarang ayah dan ibu pasien sering bertengkar di depan anak-
anaknya. Ibu pasien sering curhat mengenai hubungannya dengan ayah pasien pada
pasien. Walaupun bertengkar, ibu pasien selalu berusaha bersikap baik terhadap
suaminya, karena ia takut suaminya akan bertambah parah jika ibu pasien tidak melayani
ayahnya.
• Keadaan Sosial Ekonomi Sekarang
Ayah pasien sudah 2 tahun pensiun dini dari pabrik sepatu, sekarang membuka usaha
kelontong di depan rumah. Menurut ibu pasien setelah buka usaha kelontong di rumah
perekonomian keluarga lebih baik dibandingkan saat ayah pasien masih bekerja di pabrik
sepatu.
• Fungsi subsistem
1. Subsistem suami-istri:
Secara umum hubungan suami-istri kurang harmonis. Mereka sering bertengkar di depan
anak-anak, sehingga pasien merasa kepikiran terus mengenai orang tuanya.
2. Subsistem orangtua:
Walaupun ayah pasien sekarang lebih sering di rumah, pengasuhan anak-anak banyak
dilakukan oleh ibu. Ayah hanya mau melihat rumah dan anak-anak terurus, tanpa mau
ikut membantu ibu pasien untuk mengurusnya. Orang tua sering memperlihatkan contoh
yang tidak baik kepada anak-anaknya, dengan sering bertengkar di depan mereka, sering
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 10/17
mengatakan pasien anak yang tidak berbakti dengan mencontohkan seperti acara-acara
di televisi, juga masih menempatkan anak-anak tidur sekamar dengan mereka diusia
mereka sekarang ini. Ayah dan ibu lebih memperhatikan adik pasien, karena adik lebih
kecil, sedangkan ibu pasien memang lebih memperhatikan adiknya, selain karena lebih
kecil juga ia sangat mengharapkan anak laki-laki dari awal perkawinan dulu.
3. Subsistem sibling:
Pasien dari kecil sangat mencemburui adik laki-lakinya, ia sangat tidak menyenangi
adiknya. Pasien lebih senang jika tidak punya adik, sehingga orang tuanya bisa
menyanyanginya sepenuhnya. Pada saat kecil pasien ingin adiknya diberikan ke orang
lain, ia sering menyakiti adiknya dengan mencubit sampai kulitnya terkelupas dan
menangis.
4. Interaksi antar subsistem:
Secara umun hubungan ibu pasien dengan saudaranya dan saudara-saudara suaminya
cukup dekat, walaupun ayah pasien baru baik terhadap saudara-saudara ibu pasien baru
belakangan ini saja. Ayah pasien baru mau bersikap baik terhadap saudara-saudara ibu
pasien setelah saudara-saudara ibu pasien terus selalu berusaha untuk bisa dekat dengan
ayah pasien. Meskipun dulu ayah pasien bersikap kurang baik terhadap mereka, namun
mereka tetap berusaha bersikap baik terhadap ayah pasien.
IV.PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (12 Februari 2010)
A. Deskripsi Umum
1.Penampilan: Seorang anak perempuan, tampak sesuai usianya, berpakaian cukup rapi
dan perawatan diri baik. Pasien duduk dan ditemani oleh ayah, ibu dan adiknya.
2.Perilaku dan Psikomotor: Pasien dapat duduk tenang saat wawancara
B. Pembicaraan : pasien berbicara spontan, artikulasi jelas, volume cukup
dan menjawab sesuai pertanyaan.
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 11/17
C. Mood dan Afek: Moodnya cemas dengan afek terbatas, antara isi pembicaraan dan
ekspresi emosi serasi.
D. Sikap Terhadap Pemeriksa : Cukup koperatif.
E. Persepsi: Halusinasi auditorik (+) comenting
F. Pikiran/isipikir: Proses pikir koheren / waham kendali (+), waham rujukan (+) dan ide-
ide mirip waham kejar (+).
Fantasi dan cita-cita
1.Three wishes yang diinginkan pasien adalah:
- Keluarga harmonis, ayah dan ibu tidak ribut lagi.
- Adik menjadi anak yang baik.
- Keluarganya panjang umur semua.
Cita-cita pasien, ingin menjadi dokter atau guru.
G. Fungsi Kognitif dan Penginderaan
• Taraf kesadaran dan kesigapan: komposmentis
• Orientasi waktu, orang, dan tempat: baik.
• Daya ingat segera, jangka pendek, sedang dan panjang: cukup baik
•Konsentrasi dan perhatian: cukup baik.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
• Status internus dan neurologis: dalam batas normal
VI.IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa An. MA, perempuan, usia 12 tahun 3 bulan, kelas I SMP, agama Islam,
suku Betawi, tinggal di Condet. Pasien pertama kali datang ke Poliklinik Jiwa Anak &
Remaja tanggal 10 Mei 2010 diantar oleh ayah dan ibunya dengan keluhan merasa takut
sejak 1 bulan yang lalu.
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 12/17
Pasien diantar oleh orang tuanya dengan keluhan merasa ketakutan dan sering melakukan
kegiatan berulang-ulang, seperti wudhu, baca niat dan do’a shalat, mandi, pakai sabun,
berjalan maju-mundur, bersalaman dan mengucapkan terima kasih. Menurut pasien
sebenarnya ia sudah tahu bahwa apa yang dikerjakannya itu sudah cukup satu kali dan benar.
Namun pasien tidak bisa menghentikan gerakan tersebut, seperti ada yang menggerakkan
atau mengontrol tubuhnya untuk melakukan/mengulang kegiatan tersebut. Pasien juga sering
mendengar suara perempuan yang mengatakan tentang kematian, seperti” mungkin kalau
orang mau meninggal, dicabut nyawa sering seperti itu”. Hal tersebut sangat mengganggu
pasien, membuatnya ketakutan dan terus terpikir tentang kematian. Suara-suara tersebut
biasanya muncul jika pasien sedang bengong atau tidak ada aktivitas. Pasien sering
terganggu tidurnya karena sering merasa takut dan mendengar suara-suara tersebut. Pasien
juga sering merasa bersalah terhadap orang tuanya, pasien merasa dirinya sering berbuat
salah pada orang tuanya, seperti saat ibunya mencuci baju pasien ketika pasien sedang sakit,
menurutnya seharusnya ia yang harus membantu ibunya, bukan malah menyusahkannya.
Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya sering membicarakannya. Jika teman-temannya
sedang berkumpul ia merasa mereka membicarakannya, begitu juga jika orang tuanya sedang
berbicara, ia merasa mereka sedang membicarakannya. Pasien juga merasa ada yang berniat
jahat padanya (disantet), sehingga pasien sakit seperti sekarang ini. Mungkin ada orang yang
sakit hati karena ia salah bicara, walaupun kadang-kadang pasien berpikir sepertinya tidak
mungkin ada orang yang ingin melakukan hal tersebut padanya. Menurut ibu pasien,
sebelumnya pasien melihat ayah dan ibu bertengkar hebat, ayah sampai berteriak-teriak. Hal
tersebut membuat pasien terpikir terus masalah ayah dan ibunya. Pasien juga merasa malu
pada teman-temanya, karena kadang-kadang jika sedang berbicara dengan temannya, pasien
sering menjawab atau berbicara tidak sesuai dengan yang sedang mereka bicarakan. Jika
kesenggol atau terinjak kaki temannya, ia akan melakukannya lagi sampai berulang-ulang.
Pasien juga merasa bersalah saat ibu dari salah satu temannya meninggal dunia, ia merasa
semasa ibu temannya masih hidup ia punya kesalahan padanya walaupun menurutnya ia
sudah minta maaf dan ibu temannya sudah memaafkan pasien. Setiap menonton televisi yang
menayangkan tentang anak durhaka, pasien merasa dirinya seperti anak durhaka tersebut.
Jika shalat bolong atau kelupaan, pasien merasa bersalah. Menurut ayahnya mungkin itu juga
karena kesalahan mereka, setiap di TV menayangkan acara mengenai anak yang bersalah
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 13/17
terhadap orang tuanya, mereka mengatakan tayangan tersebut seperti pasien. Karena keluhan
tersebut pasien dibawa ke orang pintar oleh orang tuanya. Karena awalnya ayah pasien juga
meyakini anaknya sakit karena di santet. Setelah dibawa ke orang pintar menurut ayahnya
ada sedikit berkurang perasaan takutnya, tapi hanya sebentar kemudian muncul lagi, begitu
juga dengan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang. Akhirnya pasien dibawa ke Poli Jiwa
Anak dan Remaja RSCM oleh orang tuanya.
Orang tua pasien juga sering bertengkar di depan anak-anaknya, ayah pasien jika sedang
marah terhadap ibunya sering mengatakan”biar ibu kamu senang jika ayah sudah tidak ada
lagi,biar dirasa bagaimana hidup sendiri enak nggak”. Ibu pasien juga sering menceritakan
masalah-masalahnya pada pasien, terutama jika ibu sedang bertengkar dengan ayah pasien.
Ibu sering mengeluh mengapa ayahnya bersikap seperti itu padanya. Menurut ibunya, ia
sudah lelah melakukan semua tugas dirumah tapi masih dimarah-marahi juga oleh ayahnya
dan ayah tidak mau mengerti tentangnya. Pasien mengatakan sering kepikiran masalah orang
tuanya, jika mereka sedang ribut.
Pemeriksaan status mental didapatkan seorang anak perempuan, tampak sesuai usia,
perawatan diri baik, berpakaian rapi. Pasien tampak duduk tenang disamping ayah dan
ibunya saat wawancara. Pasien berbicara spontan, artikulasi jelas, volume cukup, menjawab
sesuai pertanyaan. Sikap terhadap pemeriksa cukup koperatif. Mood cemas, afek terbatas,
serasi. Proses pikir koheren, isi pikir: waham kendali (+), waham rujukan dan ide-ide mirip
waham kejar (+). Persepsi: halusinasi auditorik (+), comenting. RTA: terganggu dan tilikan:
derajat 3.
VII.FORMULASI PSIKODINAMIK
Proses tumbuh kembang seorang anak sangat dipengaruhi oleh interaksi yang dinamik
antara sifat dasar (nature) dan cara pengasuhan (nurture). Suatu proses perkembangan yang
optimal amat bergantung pada kedua modalitas tersebut, yaitu faktor kombinasi dan interaksi
antara faktor organobiologik, faktor pola asuh dan faktor lingkungan.
Faktor lingkungan dan pola asuh sangat berpengaruh pada pasien ini. Menurut konsep
Double Bind yang diformulasikan oleh Gregory Bateson dan Donald Jackson menjelaskan
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 14/17
bahwa anak-anak yang hidup dalam keluarga dimana orangtua mereka selalu berkonflik
(conflicting parental ) dapat mempengaruhi kerentanan untuk menjadi skizofrenia. Menurut
hipotesis Bateson, anak-anak yang menjadi psikotik karena kebingungannya yang tidak
terselesaikan tentang double bind ini.
Pasien ini merasakan kebingungan dimana ayahnya sering memarahi ibunya dengan
kata-kata kasar di depan pasien dan ibu sering mengeluhkan perilaku ayahnya tersebut serta
menjelek-jelekan ayah kepada pasien. Sehingga hal ini menimbulkan kebinggungan pada diri
pasien terhadap kedua orang tuanya. Sebagai seorang anak pasien merasa bingung harus
menuruti siapa. Bila bersama ibunya pasien akan menuruti ibunya dan menerima segala
omongan buruk tentang ayahnya, begitu juga sebaliknya. Hal ini sebenarnya tidak diinginkan
pasien. Pasien ingin kedua orangtuanya akur dan dapat bersatu kembali.
Selain itu sikap kedua orang tuanya yang sering kali menyamakan perilaku tidak baik
di sinetron dengan perilaku pasien dan mengatakan pasien sebagai “anak yang tidak
berbakti” menimbulkan rasa bersalahnya dan menganggap dirinya yang bersalah jika terjadi
sesuatu pada orang lain.
VIII.FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ditemukan adanya gangguan pada pola perilaku dan psikologis yang
secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan dengan suatu gejala yang
menimbulkan suatu penderitaan ( distress ) maupun hendaya ( disability ) dalam fungsi
psikososial dan pendidikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan
jiwa.
Status internus dan neurologis tidak dijumpai kelainan mengindikasikan gangguan
medis yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan
jiwa yang diderita saat ini. Sehingga gangguan mental organik pada pasien ini dapat
disingkirkan. Tidak ditemukan riwayat pengguanaan zat psikoaktif yang menyebabkan gejala
klinis seperti yang dialami pasien saat ini, sehingga gangguan akibat penggunaan zat dapat
disingkirkan.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan status mental dan pemeriksaan diagnostik
lebih lanjut, ditemukan adanya gejala halusinasi auditorik, proses pikir koheren, waham
kendali, waham rujukan dan ide-ide mirip waham kejar, sehingga menimbulkan gangguan
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 15/17
dalam penilaian realita, terjadinya hendaya yang jelas dalam bidang pendidikan dan
hubungan interpersonal serta menimbulkan penderitaan yang bermakna dalam kehidupannya.
Maka menurut DSM-IV aksis I memenuhi kriteria diagnosis Skizofrenia paranoid.
Pasien mulai mengalami gangguan jiwa pada usia 12 tahun dan dari anamnesis,
pemeriksaan psikiatri tidak dijumpai adanya gangguan kepribadian ataupun keterbatasan
kecerdasan pada pasien ini, sehingga tidak ada diagnosis untuk aksis II. Berdasarkan
pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya gangguan, sehingga untuk aksis III tidak ada
diagnosis. Pada aksis IV terdapat masalah hubungan dalam keluarga yang tidak harmonis
dan hubungan pasien dengan adik ( sibling rivalry). Pada aksis V didapatkan GAF saat ini
( Current ) 60 dan GAF tertinggi dalam satu tahun terakhir ( HLPY ) 80.
IX. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : 295.30 Sizofrenia Paranoid
Aksis II : Belum ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah hubungan dalam keluarga yang tidak harmonis dan hubungan pasien
dengan adik ( sibling rivalry).
Aksis V : GAF current 60 dan HLPY 80
X. DAFTAR MASALAH
1.Organobiologik: -
2.Psikologik:
• Mood cemas
• Halusinasi auditorik, comenting
• Waham kendali, waham rujukan dan ide-ide mirip waham kejar
• RTA terganggu
3.Lingkungan dan sosial ekonomi:
• Masalah hubungan keluarga yang kurang harmonis
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 16/17
• Hubungan pasien dengan adik ( sibling rivalry)
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam: bonam
Quo ad functionam: bonam
Quo ad sananctionam: dubia ad bonam
Hal yang mendukung :
• Adanya dukungan orang tua untuk kesembuhan pasien.
• Pasien cukup koperatif dan ingin sembuh
Hal-hal yang kurang mendukung :
• Onset penyakit pada usia yang sangat muda
• Interaksi keluarga yang kurang baik.
• Sikap orang tua yang sering menyalahkan pasien.
XII. TERAPI
• Psikofarmaka : Risperidon 2 x 1mg
Trihexyphenidil 2 x 1mg (k/p)
• Psikoterapi supportif
• Psikoedukasi terhadap keluarga: memberikan penjelasan kepada keluarga tentang apa yang
dialami pasien saat ini agar keluarga ikut berperan aktif dalam tatalaksana pasien.
XIV.DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan tanda dan gejala berupa halusinasi auditorik
(comenting), waham kendali, waham rujukan dan ide-ide mirip waham kejar yang telah
berlangsung lebih dari 1 bulan, sehingga memenuhi kriteria diagnosis gangguan
skizofrenia. Dengan demikian diagnosis aksis I sudah dapat dipastikan. Pada aksis II
seperti kita ketahui kepribadian baru terbentuk setelah seseorang berusia 18 tahun. Pada
7/16/2019 Status Ujian Jiwa
http://slidepdf.com/reader/full/status-ujian-jiwa-5634f879929db 17/17
pasien ini tidak ditemukan adanya gejala gangguan kepribadian ataupun keterbatasan
kecerdasan, berdasarkan sebelum pasien mengalami gejala tersebut di atas prestasi belajar
pasien masuk dalam peringkat 10 besar.
Pada pasien diberikan terapi farmakologi berupa risperidone dengan dosis 2x1 mg dan
trihexyphenidil 2 x 1 mg jika muncul ekstrapiramidal sindrom. Menurut keluarga pasien
setelah minum obat dengan dosis tersebut diatas pasien dapat tidur dan gejala-gejala seperti
melakukan aktivitas berulang-ulang dan perasaan takut sudah berkurang.
Selain itu terhadap orang tua pasien perlu diberikan psikoedukasi, bahwa keadaan
pasien bukan disebabkan oleh pengaruh hal-hal gaib, karena hal tersebut akan
menyebabkan kecenderungan pasien tidak teratur dalam pengobatan ke dokter. Setiap kali
pasien sakit sejak tahun 2007, orang tuanya selalu membawa pasien ke orang pintar. Begitu
juga mengenai faktor lingkungan yang membuat pasien tidak nyaman seperti pertengkaran
orang tua akan memperburuk keadaan pasien. Mengenai sibling rivalry pasien terhadap
adiknya, harus diperhatikan untuk kebaikan pasien dan adik pasien sendiri.
Pada pasien ia menyadari dirinya sakit dan merasakan hal tersebut telah menganggu
aktivitasnya sehari-hari sehingga pasien minta diantarkan berobat. Perasaan ini diperberat
oleh hubungan orang tuanya yang tidak harmonis. Pasien ini juga diberikan psikoterapi
suportif supaya pasien tetap semangat menjalani aktivitas sehari-harinya dan menjalani
pengobatan.