status penderita stenly 3
DESCRIPTION
tezsssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssTRANSCRIPT
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn Stenly Kandou
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat / Tanggal lahir : Airmadidi, 1 Juli 1962
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Jumlah saudara : 3
Agama : Kr. Protestan
Pendidikan terakhir : SMA
Suku / Bangsa : Minahasa / Indonesia
Alamat : Saroinsong 1 Kec. Airmadidi
Tanggal MRS : 05 November 2012
Cara MRS : pasien poliklinik
Tanggal Pemeriksaan : 05 November 2012
Tempat Pemeriksaan : RS Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
1
II. PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI
Pemeriksaan ini dilakukan di Poliklinik jiwa RS Prof. dr. V. L Ratumbuysang Manado.
Pada tanggal 5 november 2012 jam 10.00 WITA di poliklinik jiwa, wawancara
dilakukan pada penderita..
A. Keluhan Utama
Sulit tidur sejak 1 minggu yang lalu.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Diperoleh dari Autoanamnesis.
Keluhan Utama : Sulit tidur sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Gangguan Sekarang : Pasien MRS datang sendiri dengan keluhan susah tidur
sejak 1 minggu yang lalu. Hal ini disebabkan pasien sering mengalami mimpi buruk.
Mimpi buruk berisi kejadian kecelakaan dan orang yang dimimpi tersebut dikenal
pasien dan pada setiap mimpi orangnya berganti-ganti. Pasien sering terbangun
karena mimpi itu dan sulit untuk kembali tidur. Saat terbangun, pasien merasakan
jantung berdebar-debar. Pada saat di tempat kerja, pasien merasa konsentrasinya
menurun dan tidak fit. Di tempat kerja, pasien merasa tidak nyaman dengan teman
sekerjanya. Menurut pasien, teman sekerjanya itu sering memerintah dan marah pada
pasien padahal kedudukan pasien dan teman sekerjanya sama, teman sekerjanya lebih
muda 10 tahun dari pasien, namun teman sekerjanya sudah 4 tahun bekerja dan pasien
baru 8 bulan bekerja. Kira-kira 2 minggu yang lalu pasien melihat kejadian
kecelakaan, pasien merasa syok dan takut saat itu sehingga pasien tidak bisa ikut
membantu korban kecelakaan. Pasien sudah menikah dan memiliki dua orang anak
perempuan. Anak yang pertama sudah berusia 21 tahun dan telah lulus sma,
sedangkan anak yang kedua masih duduk dibangku sekolah dasar dan berusia 12
tahun.
2
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
- Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pernah dirawat jalan dengan keluhan yang sama tahun 1985
- Riwayat Gangguan Medis
1. Pasien pernah sakit paru-paru pada tahun 1979 dan berobat selama 8 bulan.
2. Pasien sakit darah tinggi sejak tahun 2010 dan tidak minum obat secara
teratur
3. sakit jantung, ginjal, asam urat disangkal penderita
- Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien merokok sehari 2 bungkus. Pasien juga minum alkohol 1-2 kali seminggu.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
- Riwayat Prenatal dan Perinatal
Penderita merupakan anak yang diinginkan. Riwayat persalinan sulit dievaluasi
karena penderita tidak mengetahuinya.
- Riwayat Masa Kanak-kanak Awal (1-3 tahun)
Penderita mendapat ASI/PASI sesuai umur pertumbuhan, mendapat latihan
penggunaan toilet, cara makan yang benar, dan berteman dengan anak-anak yang
seusia dengan penderita.
- Riwayat Masa Kanak-kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Penderita dapat mengidentifikasi jenis kelaminnya laki-laki.
- Riwayat Masa Kanak-kanak Akhir dan Remaja (Pubertas)
Penderita bersekolah tamat SMA, dan sempat kuliah 1 tahun dengan jurusan
sekretaris namum tidak tamat karena penderita terpengaruh oleh teman-temannya.
- Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Penderita bersekolah tamat SMA dan sempat kuliah 1 tahun dengan jurusan
sekretaris namun tidak tamat karena penderita terpengaruh oleh teman-
temannya.
b. Riwayat Keagamaan
3
Penderita beragama kristen protestan sejak kecil.
c. Riwayat Psikoseksual
Penderita tidak pernah mengalami pelecehan seksual.
d. Riwayat Perkawinan
Penderita sudah menikah.
e. Riwayat Pekerjaan
Penderita bekerja menjadi teknisi disuatu perusahaan.
f. Riwayat Sosial
Penderita seorang menyenangkan yang mempunyai hubungan yang harmonis
dengan istrinya.
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Penderita tidak pernah terlibat masalah hukum.
h. Keadaan Rumah
Penderita tinggal dengan istrinya di rumah sendiri.
i. Riwayat Keluarga
Penderita adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Pasien merasa ayahnya
adalah orang yang keras dan otoriter. Sejak kecil pasien dan kakak beradiknya
sering dipukul dengan cambuk sapi oleh ayahnya. Ayah dan kakak perempuan
pasien juga pernah mengalami hal yang sama seperti pasien. Kakak
perempuan pasien pernah 3 kali dirawat di RS Ratumbuysang. Ayah pasien
juga pernah 2 kali dirawat d RS Ratumbuysang. Ayah pasien telah meninggal
karena sakit jantung.
Deskripsi Umum
- Penampilan
Pasien seorang laki-laki, tampak sesuai umur, berpakaian kemeja lengan panjang
dan celana panjang warna hitam, dan rambut hitam pendek disisir rapi, memakai
sepatu berwarna hitam.
- Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Pasien fokus
dalam menjawab. Kaki dan tangan pasien digerak-gerakkan sendiri.
4
- Sikap Terhadap Pemeriksa
Penderita kooperatif.
E. Alam Perasaan (Mood), Ekspresi Afek
- Mood : cemas
- Afek : Afek rentang normal
- Kesesuaian : eksperesi emosional sesuai dengan isi pikiran
F. Karakteristik Bicara
Pasien bicara spontan, lancar, volume suara cukup, artikulasi baik dan jelas,
menjawab pertanyaan dengan baik dan relevan dan hendayana tidak terganggu
G. Gangguan Persepsi : tidak ditemukan adanya gangguan persepsi.
H. Proses Berpikir
o Bentuk pikiran : koheren
o Isi pikiran : waham tidak ada
I. Sensorium dan Kognisi
Taraf kesadaran : tidak terdapat adanya penurunan kesadaran baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
- Orientasi :
Waktu : Baik. Pasien tahu hari dan tanggal saat pemeriksaan dilakukan.
Tempat : Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS Prof. dr. V.
L. Ratumbuysang Manado.
Orang : Baik. Pasien dapat mengenali dokter.
- Daya ingat
Immediate memory : Pasien dapat mengulangi enam angka yang
diucapkan secara berurutan
Recent memory : Penderita dapat menyebutkan kembali tiga benda
yang disebutkan pemeriksa beberapa menit sebelumnya.
5
Remote memory : Baik. Penderita dapat mengingat nama sekolahnya
waktu SD.
- Kemampuan membaca dan menulis
Penderita dapat membaca dan menulis.
- Kemampuan visuospasial
Penderita dapat mengenali gambar dengan baik.
- Kemampuan menolong diri sendiri
Penderita dapat mandi, berpakaian,dan ke toilet sendiri. Nafsu makan masih baik.
J. Pengendalian Impuls
Penderita tidak agresif, selama wawancara dapat mengendalikan impuls.
K. Pertimbangan dan Tilikan
Daya nilai sosial : baik
Penilaian realitas : baik
Tilikan : Derajat IV
L. Reliabilitas
Penjelasan yang diberikan penderita dapat dipercaya.
III. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGIS
A. Pemeriksaan Fisik Interna
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 120/90 mmHg N : 88x/m
R : 18x/m S : 36,6°C
Kepala : Conjungtiva Anemis ( - ), Sklera Ikterus ( - )
6
Thoraks : Cor/pulmo : dbn
Abdomen : Datar, lemas BU ( + ) normal
Ekstremitas : Hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada
Genitalia : Laki-laki ( N )
B. Pemeriksaan Neurologis
GCS : E4 : Buka mata secara spontan
V5 : Berbicara spontan
M6 : Gerakan sesuai perintah
Pemeriksaan Nervus Kranialis :
Nervus kranialis :
Nervus Olfaktorius ( N.I )
Dilakukan untuk memeriksa fungsi penghidu pasien. Pasien disuruh menutup
matanya dan membaui bau minyak wangi. Hasilnya pada pasien ini kesannya
normal
Nervus Optikus ( N.II )
Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan kasar. Kedua mata
diperiksa secara bergantian dan disuruh menyebutkan barang atau huruf di
sekitar ruangan. Hasilnya ketajaman penglihatan normal.
Nervus Okulomotoris ( N.III ), Nervus Trokhlearis ( N.IV ), dan Nervus
Abdusens
( N.VI )
Dilakukan untuk memeriksa gerakan bola mata. Kedua mata diperiksa secara
bergantian. Pasien disuruh duduk dengan jarak 1 meter kemudian mengikuti
jari pemeriksa sampai membentuk huruf O. Pada pasien ini kesan normal.
Nervus Trigeminus ( N.V )
Pasien disuruh memejamkan mata dan wajah pasien disentuhkan kertas yang
sudah dipelintir, apakah pasien masih dapat merasakan. Selain itu pasien
disuruh membuka mulut dan dilihat apakah simetris atau tidak. Pada pasien ini
kesan normal.
7
Nervus Fasialis ( N.VII )
Dilakukan dengan cara pasien disuruh mengangkat dahi, bersiul dan
menyengirai, dilihat apakah simetris atau tidak. Pada pasien ini kesan normal.
Nervus Vestibulokokhlearis ( N.VIII )
Dilakukan untuk memeriksa fungsi pendengaran pasien secara kasar. Pasien
dibisikkan kata-kata huruf desis dan lunak pada jarak dekat dan sedikit jauh.
Pada pasien ini kesan normal.
Nervus Glossofaringeus ( N.IX ), dan Nervus Vagus ( N.X )
Dilakukan dengan menilai artikulasi bicara pasien, kemampuan menelan. Pada
pasien ini dapat dievaluasi karena pasien menyebutkan kalimat sesuai
perintah. Pada pasien ini kesan normal
Nervus Aksesoris ( N.XI )
Dilakukan untuk menilai kekuatan otot-otot leher dan pundak. Dilakukan
dengan cara pasien disuruh mengangkat bahu atau menggerakkan kepala kiri
dan kanan dan diberisedikit tekanan. Pada pasien ini kesan normal.
Nervus Hipoglossus ( N.XII )
Dilakukan dengan cara menyuruh pasien menjulurkan lidah dan dilihat apakah
ada deviasi. Pada pasien ini kesan normal.
Sistem motorik : Bentuk tubuh pasien normal, terdapat gerakan abnormal lain yang tidak
dapat dikendalikan (penderita menggerak-gerakan kaki dan tangannya),
kekuatan otot normal, tonus otot normal.
Sistem sensorik : pasien masih dapat membedakan sensasi rasa raba, nyeri, suhu dingin
dan panas, serta rasa posisi, pasien masih mengetahui arah gerakannya.
Tonus Otot : normal
Ekstrapiramidal Sindrom : tidak ditemukan adanya sindrom ekstrapiramidal (tremor,
bradikinesia, rigiditas)
8
Genogram :
Silsilah Keluarga
.
Ket :
Herediter (+)
: Perempuan
: Laki-laki
: Penderita
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien laki-laki berusia 50 tahun, suku Minahasa,
agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir tamat SMA, pekerjaan teknisi, tinggal di
Saronsong I kecamatan Airmadidi, sudah menikah dan sudah mempunyai 2 anak. Pasien masuk
RS Prof. dr. V. L. Ratumbuysang, Manado pada tanggal 05 November 2012 dengan keluhan
utama sulit tidur sejak 1 minggu yang lalu karena sering mengalami mimpi buruk.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan pasien berpenampilan sesuai usia, selama
pemeriksaan pasien cukup tenang dan kooperatif, ekspresi wajah pasien sesuai dengan mood.
Pasien dapat melakukan kontak mata. Saat diperiksa, pasien tenang dan pasien menjawab
9
pertanyaan dengan baik. Pada wawancara ditemukan tidak adanya waham. Dari pertimbangan
dan tilikan, pasien menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
pada diri pasien (tilikan derajat IV); Daya nilai sosial dan penilaian realitas baik.
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat penyakit, ditemukan adanya pola perilaku dan psikologis yang
secara klinis bermakna.
Pada pemeriksaan status neurologis dan status interna tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi
otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini. Dengan demikian gangguan
mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan dan dapat ditegakkan bahwa penderita mengalami
gangguan jiwa non organik.
Pada wawancara ditemukan adanya riwayat merokok dan riwayat minum minuman
beralkohol, tetapi pasien tidak pernah menggunakan obat-obat terlarang. Pasien mengaku masih
merokok dan minum tapi frekuensinya sudah berkurang sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental akibat zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.
Pada aksis I, didapatkan dari riwayat psikiatri dan status mental pasien, ditemukan
adanya pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna, yaitu kesulitan untuk tidur
yang berlangsung dalam 1 minggu terakhir, adanya kecemasan dan juga depresi, sehingga
berdasarkan hal tersebut diatas, maka disimpulkan bahwa penderita masuk dalam gangguan
campuran anxietas dan depresi (F 41.2).
Pada aksis II, tidak ada diagnosa.
Pada aksis III, tidak ada diagnosa
Pada aksis IV, ditemukan masalah ekonomi dan masalah sosial dimana penderita
mempunyai pekerjaan sebagai teknisi dan merasa tertekan dengan teman sekerjanya. Penderita
merasa almarhum ayahnya adalah seorang yang otoriter.
Pada aksis V, laporan mengenai fungsi secara keseluruhan dan kemampuan penyesuaian
diri menurut GAF scale (Global Assessment of Functioning scale) didapatkan nilai 70-61.
10
VI. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : F.41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Aksis II : Tidak ada diagnosa
Aksis III : Tidak ada diagnosa
Aksis IV : Masalah sosial.
Aksis V : GAF scale 70-61 beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
VII. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Ada faktor genetik gangguan jiwa dalam keluarga pasien, Ayah dan Kakak pasien
juga adalah penderita gangguan jiwa.
B. Psikologi
- Pasien susah tidur pada malam hari
- Pasien mengalami mimpi buruk
- Pasien sering terbangun karena mimpi buruk
- Pasien merasakan jantungnya berdebar-debar saat terbangun dari mimpi buruk
- Pasien lahir dari lingkungan keluarga dengan ayah yang otoriter
- Pasien sering dipukuli ayahnya
C. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien merasa kurang nyaman dengan perlakuan teman sekantornya
11
VIII. RENCANA TERAPI
Biologik / psikofarmaka
Pada pasien ini diberikan anti depresan berupa fridep 50 mg 1-0-0 dan anti anxietas
berupa buspar 10 mg 2x1.
Psikoterapi dan intervensi psikososial
Terhadap Pasien
Direncanakan untuk dilakukan psikoedukasi terhadap pasien agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya
kepatuhan dan keteraturan minum obat. Perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas
yang lebih baik.
Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu,
perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang lebih baik. Memotivasi dan
memberikan dukungan kepada pasien agar dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan
lebih baik.
Terhadap Keluarga
Terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi yang menyampaikan informasi
kepada keluarga mengenai berbagai penyebab penyakit dan pengobatan penyakit
sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan
kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.
Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada
perjalanan penyakit.
IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
12
X. DISKUSI
Berdasarkan wawancara dengan pasien didapatkan bahwa pasien sudah mengalami
gangguan seperti ini sejak tahun 1985. Lalu sekarang muncul kembali sejak 1 minggu
yang lalu dengan keluhan utama susah tidur. Selain itu pasien juga merasakan jantungnya
berdebar-debar.
Diagnosis gangguan anxietas dan depresi pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
kriteria diagnostik PPDGJ III yaitu overaktivitas otonomik (jantung berdebar-debar, sakit
kepala, pusing). Gangguan-gangguan ini dirasakan penderita sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien ini didiagnosis banding dengan gangguan anxietas menyeluruh dan gangguan
depresi.
Terapi psikofarmaka yang diberikan untuk mengobati gangguan pada pasien ini
adalah obat anti anxietas dan anti depresan.
Selain menganjurkan agar pasien teratur minum obat maka diharuskan juga
memberikan psikoterapi yang optimal pada pasien terutama keluarga, dimana harus
dijelaskan pada mereka bahwa penyakit ini bisa mengalami perbaikan atau malah
memburuk. Dengan keteraturan minum obat diharapkan pasien dapat menjalankan
hidupnya dengan baik dan mengurangi kekambuhan.
Lampiran Wawancara
Keterangan :
A : Pemeriksa
B : Penderita
A : Selamat pagi
B : Pagi dok
13
A : Sebelumnya perkenalkan torang ini dokter-dokter muda. Kita Rima, ini Marissa, ini
Mega, ini Merryl, ini Iin, ini Diana, deng ini Fikri.
B : (pasien menggangguk mengerti)
A : Sapa kote tu nama ?
B : Stenly
A : Nama lengkap dang?
B : Stenly Kandou
A : Pak stenly umur berapa dang ?
B : 42
A : Ini dimana dang ?
B : Di rumah sakit jiwa.
A : Tinggal dimana dang?
B : Saronsong I
A : Dimana itu Saronsong?
B : Airmadidi dok.
A : Kerja dimana dang ?
B : di Bank Sulut
A : Kerja sabagai apa di bank sulut?
B : Teknisi
A : Pak stenly, berapa basudara?
B : 4
A : Anak ke berapa dang ?
B : Ketiga
A : da rasa apa dang ini kong datang ke dokter?
B : susah tidor malam
A : so berapa lama?
B : so 1 minggu belakangan ini
A : karena kiapa dang kong susah tidor? Ada pikiran yang mengganggu ato?
B : gara-gara ja mimpi bisae kwa dok.
A : mimpi apa?
B : tu mimpi rupa kecelakaan
14
A : dalam mimpi itu kenal tu orang yang da cilaka?
B : kenal dok, kita pe teman
A : tu mimpi bisae setiap malam ada?
B : io dok, setiap malam
A : mimpi yang sama ato?
B : amper-amper sama dok, ada yang kecelakaan, ada yang tenggelam
A : kong bapak pe teman yang sama ada dalam mimpi itu?
B : ja ganti-ganti orang dok, mar kebanyakan kita kenal noh tu orang.
A : pas dapa mimpi bisae, kong bapak tabangun, bapak rasa apa?
B : dapa rasa kita pe dada berdebar-debar, kong so susah mo tidor ulang, kita laeng kali
minum air ato nonton TV.
A : Jadi om kira-kira 1 malam ja tidor berapa jam?
B : yang pasti kurang dok, pas tatidor ulang kong ada ulang tu mimpi bisae, takage bangun
ulang itu. Tidor ta bangun-bangun begitu dok.
A : kong ja pigi kerja jam berapa dang?
B : jam 8 dok.
A : di tempat kerja rasa manganto?
B : manganto sih nda, gara-gara so kerja toh dok, mar dapa rasa tu badan nda fit deng
kurang konsentrasi di pekerjaan.
A : dalam 1 minggu terakhir ini apa ada kejadian-kejadian yang bapak rasa?
B : tuhari dok, pas kita mo pulang kerja, kita kan bawa motor, deng kita pe tamang ada iko
babonceng pa kita. Pas mo kaluar dari bank sulut, tiba-tiba ada oto sambar motor
dimuka pa kita. Kita syok da lia itu, kong gara-gara so tako, kita bilang pa kita
pe teman tolong akang jo tu korban kecalakaan.
A : Kapan tu kejadian?
B : kira-kira so 2 minggu yang lalu dok.
A : tu korban kecelakaan om kenal?
B : nyanda dok
A : om boleh mo tanya mar agak pribadi ini ee
B : boleh dok
A : om so menikah toh?
15
B : iyo dok
A : om pe hubungan dengan istri nda ada masalah?
B : nyanda dok ada bae-bae ini
A : dengan anak-anak dank?
B : ada bae-bae lagi, nap kita kan punya 2 anak. Cewek dua-dua. Satu qta so senang so lulus
sma toh, somo kaweng le stow ini.
A : om pe anak umur-umur brapa dank?
B : 21 tahun yang tua dengan 12 tahun yang kacili.
A : kalo om pe hubugan dengan orang tua dank bagemana?
B : bae-bae, papa so meninggal sih, kalo mama masih ada (pasien terdiam sesaat), mar
bagini kwa dok. Qta pe papa itu orang yang otoriter noh dengan keras (kaki dan
tangan pasien gemetaran). Dari kecil torang selalu dapa pukul, salah sedikit langsung
dapa bage dengan cambuk sapi. Malah papa ada khusus beli cambuk sapi for pukul pa
torang.
A : om marah pa om pe papa?
B : bagemana e dok, pernah kwa qta nda salah kong dia bage. Padahal qta tau qta nda salah
mar tetap dapa cambuk waktu itu qta so sma. Mar skarang sih karena qta so
besar qta so terima noh itu.
A : trus apa om melanjutkan cara didik om p papa pa om p anak-anak?
B : nyanda dok. Ele kalo maitua ada ta keras sadiki pa anak-anak, qta tegor pa dia
A : kalo di pekerjaan dank om ada masalah?
B : ada kwa qta pe teman kerja,memang dia lebe senior mar kalo umur qta jauh lebih tua.
Tiap kali kerja dengan dia qta dia marah-marah akang trus. Itu noh ja bekeng
jengkel. Mar setelah selesai kerja jadi biasa noh. Cuma yang pas kerja saja.
A : om di keluarga ada yang sakit begini?
B : ada dok. Qta p papa dengan qta pe kakak yang nomor 2. qta p papa so pernah 2 kali
rawat inap disini. Kalo qta p kakak malah lebeh berat sampe 3 kali.
A : trus om p papa kan bilang tadi so meninggal, gara-gara apa dank?
B : serangan jantung
A : om p perasaan waktu tau om p papa meninggal bagaimana?
B : biasa jo noh
16
A : apa ada rasa marah ato ?
B : nda dok, biasa jo.
A : om sebelum ini pernah sakit apa dank?
B : lalu le tahun 1985 qta pernah berobat disini gara-gara susah tidur dengan ja ba mimpi-
mimpi
A : dapat obat apa dank?
B : obat yang warna orange dok
A : selain sakit itu ada le ?
B : tahun 1979 qta pernah sakit paru-paru kong minum obat 8 bulan
A : om ja barokok ?
B : io ada dok boleh mo 2 bungkus tiap hari
A : minum dank ?
B : ada noh dok kadang-kadang, satu minggu bolehlah 1 – 2 kali mar nda sampe ja mabo
noh.
A : kalo darah tinggi, asam urat, ginjal atau jantung dank ?
B : darah tinggi cuma dok, dari kalo nda salah tahun 2010
A : ja minum obat apa dank ?
B : nda ja minum obat dok, mar kalo so rasa tinggi baru minum noh
A : okay dank om terima kasih neh
B : makasih juga neh dok.
17