status kewarganegaraan ganda tidak terbatas …

49
Bidang : Ilmu Hukum LAPORAN PENELITIAN STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS BAGI ANAK DIASPORA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA PENELITI: Ketua: Made Nurmawati,SH.MH NIDN : 0031036208 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Bidang : Ilmu Hukum

LAPORAN PENELITIAN

STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS BAGI

ANAK DIASPORA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

PENELITI:

Ketua: Made Nurmawati,SH.MH

NIDN : 0031036208

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………. iii

RINGKASAN……………………….. …………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1

1.1.Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

1.2.RumusanMasalah ………………………………………………… 8

1.3.Tujuan dan Manfaat …………………………………………………….. 8

1.4.ManfaatPenelitian ……………………………………………………. 7

1.5.Metode Penelitian ................................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………… 14

2.1.Teori Tujuan Hukum........................................................................ 14

2.2.Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia.......................................... 14

2.3.Istilah dan Pengertian Diaspora........................................................ 18

BAB III PEMBAHASAN ..…………………………………………….. 20

3.1.Diaspora Indonesia dan Kewarganegaraan ................................... 20

3.2.Kewarganegaraan Ganda Tidak Terbatas Bagi Anak-anak Diaspora Indonesia..22

3.3.Konsekwensi Kewarganegaraan Ganda Tidak Terbatas Bagi

Anak-anak Diaspora Indonesia ......................................................... 28

BAB IV PENUTUP .....................................……………………………… 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 39

LAMPIRAN ............…………………………………………………. 41

ii

Page 3: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

RINGKASAN

Tujuan penelitian “ Status KewarganegaraanGandaTidakTerbatasBagiAnak Diaspora

Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia”, bermaksud untuk mengkaji secara mendalam tentang

sisi positif dan negative atau konsekwensi hokum dari kemungkinan seorang anak memiliki

kewarganegaraan ganda tidak terbatas dan keterkaitannya dengan Hak Asasi Manusia

(HAM), Bagi seseorang (suami/istri) maupun bagi anak, kewarganegaraan ganda dapat

terjadi karena lahir dari perkawinan campuran maupun karena penerapan suatu peraturan/

kebijakan atau asas dari aspek kelahiran dan/atau perkawinan yang berbeda yang dianut oleh

Negara. Selama ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 (UU No.12 Tahun

2006) tentang Kewarganegaraan, hanya mengatur kemungkinan seorang anak memiliki

kewarganegaraan ganda terbatas. Melalui pengkajian dan penelitian ini secara khusus

diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah maupun DPR dalamrencana

perubahan undang-undang kewarganegaraan, khususnya terkait persoalan pengaturan

kewarganegaraan ganda tidak terbatas.

Kewarganegaraan ganda terbatas artinya adalah bahwa seorang anak dapat memiliki

kewarganegaraan ganda (dua kewarganegaraan/bipatride) sampai berumur 18 tahun atau

telah kawin, setelah itu anak harus melakukan pilihan untuk menentukan

kewarganegaraannya. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 6 UU No.12 Tahun 2006. Dalam

undang-undang juga jelas mengatur bahwa anak yang memiliki kewarganegaraan ganda

adalah anak yang lahir dari perkawinan campuran. Sedangkan arti kewarganegaraan ganda

tidak terbatas adalah bahwa anak dapat memiliki dua kewarganegaraan selamanya atau tanpa

batas tergantung kehendak sianak nantinya ,tanpa dia harus melakukan pilihan hokum setelah

berumur 18 tahun atau telah kawin.

Ketentuan ganda terbatas dalam undang-undang itulah yang menimbulkan reaksi dari

diaspora Indonesia, untuk memperjuangkan status kewarganegeraan ganda tidak terbatas,

tidak hanya bagi mereka yang melakukan perkawinan campuran tapi juga bagi anak-

anakmereka. Diaspora Indonesia berarti“semua orang berdarahdanberbudaya Indonesia

yang tinggal di luarwilayah Indonesia.” Mereka itu kemungkinan adalah Orang

Indonesia yang berpaspor Indonesia, Orang Indonesia yang kemudian menjadi warga Negara

lain,Orang-orang yang menjadi keturunan dari Indonesia dan Para pecinta Indonesia. Mereka

membentuk komunitas diberbagai belahan dunia yang giat memperjuangkan pengaturan

pemberian kewarganegaraan ganda tidak terbatasdalam UU Kewarganegaraan,Karena

menurut kelompok diaspora banyak keuntungan yang didapat dengan memiliki kewarganegaraan ganda tidak terbatas.

Penelitian ini akan diawali dengan mengidentifikasi persoalan–persoalan hukum yang

terkait dengan masalah kewarganegaraan, khususnya kewaganegaraan ganda tidak terbatas

bagi diaspora Indonesia dan selanjutnya akan dilakukan analisa terhadap hasil yang

diperoleh.

iii

Page 4: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia akibat kemajuan lmu pengetahuan dan teknologi telah merubah

dunia. Jarak antar negara yang dahulu perlu waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk

ditempuh, kini tidak lagi. Hanya dalam hitungan jam manusia sudah dapt berpindah dari satu

negara ke negara lainnya atau dari satu benua kebenua lainnya. Interaksi antar umat manusia

juga semakin mudah, cepat dan singkat. Hanya dalam hitungan detik surat akan sampai

kesuatu tempat tanpa perlu menunggu berhari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

saat ini jarak antar Negara menjadi relatif sangat dekat dan mudah ditempuh. Dinamika dan

interaksi hubungan antar Negara dan umat manusia didunia ini menjadi sangat terbuka dan

mudah untuk dilakukan. Namun demikian setiap Negara memiliki yurisdiksi yang harus

ditaati oleh Negara lainnya, sebagaimana telah diatur dalam hukum internasional, maupun

hukum nasional masing-masing Negara.

Dalam hukum nasional masing-masing Negara telah ditentukan siapa yang

merupakan warganegara dari Negara tersebut dan siapa itu orang asing atau bukan warga

Negara dari Negara tersebut. Warga Negara adalah merupakan salah satu syarat untuk diakui

sebagai sebuah Negara, sebagaimana ditentukan dalam Konvensi Montevideo Tahun 1933.

Dengan demikian dalam setiap wilayah Negara akan senantiasa ada warga Negara dan ada

yang bukan warga Negara (orang asing). Semuanya disebut dengan Penduduk.

Dalam Pasal 26 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD RI Tahun 1945) disebutkan bahwa penduduk adalah warga Negara dan orang asing

yang bertempat tinggal dalam wilayah Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian maka tidak semua penduduk suatu negara merupakan warga negara,

1

Page 5: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

karena mungkin saja dia adalah orang asing. Penduduk suatu negara dapat dibagi dua

yaitu warga negara dan orang asing. Keduanya mempunyai kedudukan yang berbeda dalam

berhubungan dengan negara (state). Warga negara (citizens) mempunyai hubungan yang

tidak terputus dengan negaranya, walaupun yang bersangkutan berdomisili di luar negeri,

asalkan yang bersangkutan tidak memutus sendiri kewarganegaraannya. Sedangkan orang

asing hanya mempunyai hubungan atau keterikatan, saat orang tersebut berada di wilayah

Negara tersebut. Demikian pula berkaitan dengan hak dan kewajiban antara keduanya adalah

berbeda.Warganegara mempunyai hak dan kewajiaban penuh sedang orang asing, hak dan

kewajibannya adalah terbatas. Karena itu status kewarganegaraan dan kejelasan aka status

kewarganegaraan menjadi sangat penting bagi seseorang dan untuk menjamin kepastian

hukum bahwa status kewarganegaraan adalah “hak” maka hal tersebut telah dituangkan

dalam instrumen hukum internasional maupun dalam hukum nasional.

Dalam Pasal 15 ayat (1) Universal Declaration of Human Rights Tahun 1948

(UDHR), atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) telah ditentukan status

kewarganegaraan adalah hak. Pasal tersebut menentukan bahwa; Setiap orang berhak atas

status kewarganegaraan. Demikian pula dengan UUD RI Tahun 1945 dalam Pasal 28D ayat

(4) menyebutkan bahwa; Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Selain pengakuan bahwa status kewarganegaraan adalah hak, dalam UUD RITahun

1945 juga memberikan perlindungan kepada setiap penduduk baik itu warga Negara

maupun orang asing. Mereka yang berstatus sebagai warga negara, berhak menikmati

sepenuhnya hak-hak sipil , politik, ekonomi, social dan budaya. Bahkan, negara berkewajiban

melindungi warga negara di manapun berada, baik di dalam maupun di luar wilayah negara,

selama sebagai pendukung negara. Konsepsi demikian secara tegas dikatakan oleh Hector S.

De Leon & Emilio E. Lugue J.R sebagai berikut :“Citizen is a person having the title of

2

Page 6: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

citizenship. He is a member of democratic community who enjoys full civil and political

rights and accorded protection inside and outside the territory of the state. Along with other

citizens, they compose the political community.”1 Dengan demikian, jelas bahwa warga

Negara adalah mereka yang memiliki status kewarganegaraan dan merupakan kelompok yang

memiliki hak penuh k serta mendapatkan perlindungan baik didalam maupun diluar wilayah

negaranya.Sedangkan orang asing atau bukan warga Negara memiliki hak dan kewajiban

yang terbatas.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemudahan akses yang diperoleh

telah mendorong orang-orang untuk melakukan perpindahan dari satu Negara ke Negara

lainnya dengan berbagai macam tujuan, seperti harapan untuk memperoleh kehidupan yang

lebih baik, melanjutkan study, tugas, kerja, mengembangkan karier serta berbagai alasan

lainnya. Perpindahan dari suatu Negara kenegara lainnya inilah yang dikenal dengan istilah

“diaspora”.

Istilah diaspora berasal dari bahasa Yunani kuno διασπορά, yang berarti “penyebaran

atau penaburan benih” digunakan (tanpa huruf besar) untuk merujuk kepada bangsa atau

penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis

tradisional mereka; penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan

yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka.2

Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia diaspora berasal dari: di.as.po.ra

[n Pol] masa tercerai-berainya suatu bangsa yg tersebar di berbagai penjuru dunia dan bangsa

tersebut tidak memiliki negara, misal bangsa Yahudi sebelum negara Israel berdiri pada tahun

3

1BP.Paulus, Kewarganegaraan RI Ditinjau dari UUD 1945 Khususnya Kewarganegaraan Tionghoa,

Pradnya Paramita, Jakarta, 1983, hal. 42. 2http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/09/07/diaspora-indonesia-sebuah-potensi-besar-491473.html

Page 7: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

1948.3 Dengan demikian dalam arti sempit Diaspora adalah perantau yaitu orang yang

meninggalkan tanah kelahirannya untuk pergi ke daerah atau ke negara lain untuk mencari

kehidupan yang lebih baik, ketimbang di daerah atau negaranya sendiri.

Dalam pengertian diaspora Indonesia maka diaspora adalah para perantau yang paling

terkenal yaitu para Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) , yang

dikenal sebagai “pahlawan Devisa” dan seringkali nasibnya menjadi “rebutan” orang-orang

di Bandara ketika mendarat atau kembali dari rantauannya. Sedangka menurut Duta Besar

Indonesia untuk Amerika Serikat, Bapak Dino Patti Djalal, istilah diaspora Indonesia artinya

sederhana saja; yaitu” “semua orang berdarah dan berbudaya Indonesia yang tinggal di

luar wilayah Indonesia.”

Yang termasuk diaspora Indonesia bukan hanya TKW atau TKI itu saja, dimana

paling tidak ada empat kelompok Diaspora Indonesia, yaitu:4

1. Orang Indonesia yang berpaspor Indonesia,

2. Orang Indonesia yang kemudian menjadi warga negara lain,

3. Orang-orang yang menjadi keturunan dari Indonesia

4. Para pecinta Indonesia

Denga demikian diaspora Indonesia dapat merupakan orang yang

berkewarganegaraan Indonesia (WNI) maupun mereka yang bukan WNI tapi orang asing.

Harian Kompas menyebutkan bahwa Jumlah diaspora Indonesia diseluruh dunia diperkirakan

mencapai 6 – 10 juta orang. Mereka tersebar diberbagai belahan dunia seperti Hongkong,

Cina, Amerika, Singapura dan yang terbanyak ada di Malaisya dan Negara-negara Timur

Tengah sebagai TKI atau TKW. jumlah tersebut ternyata tiga atau lima kali penduduk

Singapura.

4

3http://kamusbahasaindonesia.org/diasporaKamusBahasaIndonesia.org 4http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/09/07/diaspora-indonesia-sebuah-potensi-besar-491473.html

Page 8: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Berdasarkan data Biro Sensus Penduduk Amerika Serikat saja didapati bahwa ada

lebih dari 32.000 jiwa orang Indonesia yang saat ini bermukim di Amerika Serikat. Seluruh

diaspora Indonesia ini setiap tahunnya mengirimkan uang ke Indonesia atau remitansi sebesar

lebih dari US$ 7 milyar atau setara dengan 63 triliun rupiah. Angka ini sangat besar, oleh

karena itu peran diaspora Indonesia dalam membangun perekonomian Indonesia tidak bisa

dinafikan!5

Jadi Diaspora Indonesia merupakan sebuah potensi yang besar sekali kalau

difungsikan di bidang ekonomi, sosial budaya, moral, dan lain sebagainya. Potensi ini akan

lebih besar lagi kalau pemerintah Indonesia dapat memberikan pelayanan atau dukungan

yang sebaik-sebaiknya bagi para pahlawan-pahlawan devisa negara tersebut. Juga bisa digali

dibidang teknologi, karena Diaspora Indonesia yang berada di negara-negara maju yang

sudah menjadi warga negara setempat ternyata tetap Indonesianis dan teknologi mereka

kuasai, tetapi cinta Indonesia. Masyarakat yang melakukan diaspora juga dicirikan dengan

usaha mereka untuk mempertahankan budaya, agama, dan kebiasaan lainnya di tempat baru.

Diaspora Indonesia lengkap, dari mulai berpaspor hijau, orang Indonesia yang menjadi warga

negara Rusia, keturunan Indonesia Rusia dan pecinta Indonesia di Rusia . (Photo by

Syaripudin Zuhri)6.

Semakin banyak dan berkembangnya diaspora Indoesia di berbagai belahan dunia

5

5http://partogi.blogdetik.com/2012/07/06/saatnya-diaspora-indonesia-bersatu/ 6http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/09/07/diaspora-indonesia-sebuah-potensi-besar-

491473.html,diakses tanggal 14 Mei 2015.

Page 9: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

sudah tentu akan membawa dampak dalam kehidupan mereka baik secara ekonomi,social ,

budaya maupun hukum. Secara khusus dampak juga berkaitan dengan status

kewarganegaraan mereka dan anak-anak yang dilahirkan.

Berkaitan dengan status kewarganegaraan, sebagian besar dari mereka yang sudah

cukup lama tinggal di negeri asing akan mempunyai kesempatan untuk memiliki status

kewarganegaraan negara yang ditinggalinya. Berawal dari permanent residency atau hak

untuk menetap jangka panjang, yang kemudian bisa ditingkatkan menjadi hak untuk menjadi

warga negara. Tentu saja ini kemudian menjadi ‘godaan’ bagi mereka yang sudah lama

tinggal di luar negeri karena memiliki status warga negara negara maju akan membawa

banyak kemudahan bagi mereka. Dengan memiliki paspor salah satu negara Eropa misalnya,

seseorang bisa berpindah tempat tinggal dan berpindah kerja dalam wilayah Uni Eropa tanpa

perlu mendapat ijin kerja yang diperlukan oleh warga asing. Status kewarganegaraan juga

membuka akses pada welfare system (seperti housing benefit, unemployment benefit, dll.)

pada masing-masing negara. Singkatnya, ada berbagai faktor yang menjadi ‘penarik’ bagi

warga Indonesia yang tinggal di luar negeri untuk mendapatkan status kewarganegaraan

negara yang didiaminya.

Dari pengelompokkan diaspora Indonesia sebagaimana tersebut diatas, maka

kemungkinan diaspora Indonesia ada yang memiliki kewarganegaraan Indonesia (WNI),

memiliki kewarganegaraan asing (WNA) atau memiliki kewarganegaraan ganda (bipatride).

Demikian pula untuk anak-anak yag dilahirkan bisa merupakan WNI,WNA, bipatride atau

apatride , hal ini disebabkan karena perbedaan asas yag dipergunakan dalam menentukan

status kewarganegaraan. UU No.12 Tahun 2006 tidak mengenal kewargannegaraan ganda

bagi WNI yang tinggal di luar negeri, hal ini mendorong diaspora Indonesia melalui berbagai

6

Page 10: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

seminar dan diskusi untuk menuntut diterapkannya kewarganegaraan ganda bagi mereka,

juga bagi anak-anak mereka tidak hanya kewarganegaraan ganda terbatas seperti sekarang

ini.

Terkait dengan kewarganegaraan ganda bagi anak UU No.12 Tahun 2006 memberi

kesempatan bagi anak untuk memiliki kewarganegaraan ganda. Hal ini dapat dilihat dari

rumusan Pasal 6 ayat (1) yang menyebutkan bahwa: Dalam hal status Kewarganegaraan

Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d,

huruf h, huruf I, dan Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda (garis bawah dari

penulis), setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin (garis bawah dari penulis)

anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. Sementara itu

Pasal 4 huruf c, d, h, I menentukan:

c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara

Indonesia dan ibu warga negara asing;

d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing

dan ibu Warga Negara Indonesia;

h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing

yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan

pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun

atau belum kawin;

i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak

jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;

Pasal 5 menentukan bahwa:

(1) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu

dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;

(2) anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;

Rumusan tersebut jelas memberikan kesempatan bagi seorang anak untk memiliki

kewarganegaraan ganda terbatas. Dalam Penjelasan Umum U No.12 Tahun 2006 disebutkann

bahwa: Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-

7

Page 11: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Undang ini. Dalam UU ini jelas menentukan bahwa kewarganegaraan ganda hanya boleh

dimiliki sampai anak berumur 18 tahun atau telah kawin.

Penerapan asas kewarganegaraan ganda terbatas berdasarkan UU No.12 Tahun 2006

adalah merupakan pengecualian, dimana pada prinsipnya UU No.12 Tahun 2006 tersebut

menerapkan asas kewarganegaraan tunggal, tidak mengenal kewargannegaraan ganda

maupun apatride (tanpa kewarganegaraan).

Meskipun UU No.12 Tahun 2006 telah berusaha meminimalisir kelemahan yang

terdapat dalam undag-undang sebelumnya yakni UU No.62 Tahun 1958 tentang

kewarganegaraan namun tutntutan dari diaspora Indonesia untuk memperjuangkan

kewarganegaraan ganda tidak terbatas bagi anak-anak mereka terus dilakukan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu diteliti tentang Kewarganegaraan

Ganda Tidak Terbatas Bagi Anak Diaspora Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia.

1.2.Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah anak-anak dari diaspora Indonesia dapat memiliki status kewarganegaraan

gandatidak terbatas ?

2. Apakah konsekwensi kewarganegaraan ganda tidak terbatas bagi anak-anak diaspora

Indonesia ?.

3. Bagaimanakah status kewarganegaraaan ganda tidak terbatas bagi diaspora Indonesia

ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya hendak menjelaskan status kewarganegaraan ganda tidak

terbatas bagi anak diaspora dikaitkan dengan hak asasi manusia.

8

Page 12: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Tujuan penelitian ini adalah:

1.Menjelaskan Status kewarganegaraan anak Diaspora, serta akibat hukum dari

kewarganegaraan ganda tidak terbatas.

2.Menemukan dan menjelaskan bagaimanakah status kewarganegaraan ganda tidak

terbatas bagi anak diaspora ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia?

Secara teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan keilmuan

khususnya terhadap kajian tentang status kewarganegaraan ganda tidak terbatas bagi anak

diaspora ,Sehingga hasil penelitian ini menambah wawasan dan kajian Hukum Tata Negara.

Secara praktis diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak

yang berkepentingan dalam upaya pembangunan politik hukum yang berkaitan dengan

kewarganegaraan ganda.

1.4. Metode Penelitian

1. 4.1.Jenis Penelitian

Dalam penelitian hukum dikenal ada dua jenis penelitian yaitu:

a. metode penelitian hukum normative atau penelitian doctrinal, yang menggunakan

bahan hukum berupa; peraturan perundang-undangan,keputusan pengadilan dan

pendapat para sarjana hukum terkemuka. Analisis terhadap data secunder dilakukan

secara normative kualitatif yaitu yuridis kualitatif.

b. Metode Penelitian hukum emperis/sosiologis, mempergunakan semua metode dan

tekhnik yang lasim dipergunakan di dalam metode-metode penelitian ilmu-ilmu

sosial/emperis.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan penelitian hukum

normatif, dimana penelitian hukum normatif menurut Jhony Ibrahim adalah penelitian yang

9

Page 13: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

mencoba untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi

normatifnya. Penelitian hukum normative mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek yaitu

aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi,

konsistensi, formalitas dan kekuatan mengikat suatu Undang-Undang dan bahasa hukum

yang digunakan dan tidak menkaji aspek terapan atau implementasinya. Penelitian selain

mengkaji peraturan perundang-undangan yang ada juga didukung dengan melakukan

wawancara keinstansi terkait seperti Departemen Hukum dan HAM Bali, imigrasi, dan

organisasi Perca Bali untuk melengkapi penelitian ini.

Ilmu hukum, sebagaimana dikemukakan J.Gijssels dan Marck van Hocke, terdiri dari

tiga lapisan, yakni filsafat hukum,teori hukum dan dogmatika hukum, yang pada akhirnya

diarahkan kepada praktik hukum,yang menyangkut dua aspek yakni pembentukan hukum dan

penerapan hukum. Dogmatika hukum membatasi diri pada pemaparan dan sistematisasi

hukum positif yang berlaku, sedangkan dalam teori hukum menjelaskan dan menjernihkan

atas pemaparan dan sistematisasi hukum positif tersebut.Sedangkan filsafat hukum dalam

hakekatnya diciri khaskan dengan karakter spekulatif dari pemikiran kefilsafatan tentang

hukum.

Bertitik tolak dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dan lapisan-lapisan

ilmu hukum tersebut diatas, maka dalam penelitian tentang status kewarganegaraan ganda

tidak terbatas bagi anak diaspora , jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian yang berada dalam ranah dogmatika hukum, teori hukum dan filsafat

hukum. Ketiga unsur tersebut akan digunakan sebagai pendekatan di dalam membahas

persoalan yang ada.

Dogmatika hukum akan digunakan untuk memaparkan hukum positif yang berlaku

berkaitan dengan status kewarganegaraan ganda anak, sedangkan teori hukum akan

10

Page 14: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

digunakan untuk menjelaskan pemaparan maupun sistemetisasi dan harmonisasi hukum

positip tentang kewarganegaraan ganda tidak terbatas dan HAM tersebut. Selanjutnya filsafat

hukum akan digunakan untuk menemukan dan menjelaskan nilai-nilai kefilsafatan tentang

hukum yang menjadi landasan status kewarganegaraan ganda tidak terbatas anak diaspora.

1.4.2.Metode Pendekatan

Ada beberapa metode pendekatan yang dikenal dalam penelitian hukum normative

yakni pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konsep

(conceptual approach), pendekatan perbandingan (comparative approach), pendekatan

analitis (analytical approach), pendekatan historis (historitical approach), pendekatan filsafat

(philosophical approach), dan pendekatan kasus (case approach). Dalam penelitian ini akan

digunakan beberapa cara pendekatan untuk manganalisa permasalahan, sebagaimana

dikemukakan oleh Cambell and Glasson bahwa; “there is no single technique that is

magically “right” for all problem”.

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

perundang-undangan (the statute approach), yang dilakukan dengan menelaah peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah legislasi.Pendekatan sejarah

(historical approach), dilakukan dengan menelaah latar belakang dari pengaturan mengenai

masalah status kewarganegaraan ganda anak yang lahir dari pekawinan

campuran.Pendekatan analisis konsep hukum (legal analytical conceptual approach),

dilakukan dengan menelaah konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah

kewarganegaraan. Pendekatan filsafat dilakukan dengan menelaah secara mendalam politik

hukum dari status kewarganegaraan ganda anak.

1.4.3.Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, secunder dan tertier.

Bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik

11

Page 15: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

manusia,Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, dan peraturan

pelaksana UU No.12 Tahun 2006 yang terkait dengan masalah kewarganegaraan ganda

seperti Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda Dan

Permohonan Fasilitas Keimigrasian, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil. Selain

itu juga akan digunakan Peraturan /instrument hukum internasional yang terkait dengan

penelitian.

Bahan hukum secunder diperoleh dari dokumen atau bahan hukum seperti hail

penelitian terdahulu, buku-buku/karya tulis para akhli hukum yang relevan dengan masalah

yang diteliti. Bahan hukum tertier, yaitu kamus bahasa dan kamus hukum untuk memperjelas

pengertian yang berkaitan dengan penelitian ini.

Bahan hukum juga diperoleh dengan jalan electronic research, yakni melalui

penelusuran di internet dengan jalan mengcopy (download) website tertentu. Keunggulan

dalam pemakaian internet antara lain: efesien, tanpa batas (without boundry), terbuka selama

24 jam, interaktif dan terjalin dalam sekejap (hyperlink). Moris L.Cohen dan Kent C Olson

menyatakan bahwa: “In recent years, of course more and more material has become

available electronically. The computer has not, however, replaced the book and the astute

reasercher knows how to take advanteges of both media. Electronic research has

significantly affected the process of legal research.

1.4.4.Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum diawali dengan kegiatan inventarisasi, dengan

pengkoleksian dan pengorganisasian bahan-bahan hukum kedalam suatu sistem informasi

12

Page 16: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

sehingga memudahkan kembali penelusuran bahan-bahan hukum tersebut.Bahan hukum

dikumpulkan dengan studi dokumentasi, yakni dengan melakukan pencatatan terhadap

sumber bahan hukum primer dan secunder, dan kemudian dilakukan identifikasi terhadap

bahan hukum primer dan secunder. Selanjutnya dilakukaninventarisasi bahan-bahan hukum

yang relevan dengan cara pencatatan atau pengutipan dengan menggunakan sistem kartu.

Kartu-kartu diklasifikasikan atas kartu kutipan,ikhtisar, dan kartu ulasan. Masing-masing

kartu diberi identitas: sumber bahan hukum yang dikutip, topic yang dikutip, dan halaman

dari sumber kutipan.

Disamping itu kartu-kartu diklasifikasikan menurut sistematika rencana disertasi,

sehingga ada kartu untuk bahan pada Bab I,II dan seterusnya, kecuali untuk bagian penutup.

Kemudian dilakukan kualifikasi fakta dan hukum, yang dilakukan melalui penelusuran

kepustakaan berkaitan dengan masalah status kewarganegaraan ganda anak dalam

perkawinan campuran.

Analisis terhadap bahan hukum yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara

deskriptif - evaluative, artinya memaparkan, menafsirkan, menjelaskan, menilai dan

menganalisa asas, norma atau kaidah-kaidah yang berkaitan dengan kewarganegaraan ,

untuk menemukan konsep-konsep hukum yang dapat dipergunakan dalam mengkaji status

kewarganegaraan ganda anak dalam perkawinan campuran.

1.4.5.Metode Analisa Bahan Hukum

Analisa bahan hukum dilakukan dengan hermeneuka hukum, yang artinya adalah

metode interprestasi atas teks-teks hukum atau metode memahami terhadap suatu naskah

normative. Senada dengan hal itu L.B.Curson mengartikan interpretasi sebagai pemberian

makna pada kata-kata dalam peraturan perundang-undangan (interpretation refers generally

13

Page 17: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

to the assigning of meaning to words in statute).

Interprasi diperlukan untuk memberikan kejelasan dan menemukan makna dari aturan

hukum berkaitan dengan masalah kewarganegaraan, karena seringkali aturan hukum itu

merupakan rumusan yang terbuka dan kabur. Interpretasi yang digunakan adalah interpretasi

gramatika dengan cara menemukan pengertian-pengertian, konsep yang terdapat dalam

kamus. Selain itu dipergunakan pula interpretasi sistematis, sejarah, teleologis dan kontruksi

hukum tentang status kewarganegaraan ganda tidak terbatas bagi anak diaspora ,Sehingga

hasil penelitian ini menambah wawasan dan kajian Hukum Tata Negara.

14

Page 18: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Tujuan Hukum.

Ada berbagai teori tentang apa yang menjadi tujuan dari hukum. Menurut Satjipto

Rahardjo hukum diciptakan bukan semata-mata untuk mengatur tetapi juga mencapai

keadilan, kebahagiaan dan kesejahtraan masyarakat.7Sementara itu menurut Gustav

Rudbrucht8 tujuan dari hukum adalah untuk kepastian hukum, selain kemanfaatan dan

keadilan. Untuk mencapai tujuan hukum itu maka pembentukan hukum di Indonesia adalah

mengacu pada pembentukan hukum yang responsive.9 Tipelogi hukum yang responsive

(responsive law) menurut Nonet dan Zelnick (1978) sebagai hukum Negara yang mampu

merespons dan mengakomodasi nilai, prinsip, tradisi dan kepentingan masyarakat, sehingga

mencerminkan system pemerintahan yang demokratis yang dianut oleh pemerintah yang

berkuasa, khususnya dalam implementasi kebijakan pembangunan hukumnya.Demikian pula

halnya dengan pembentukan hukum khususnya peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang kewarganegaraan, harus mampu menjamin kepastian, kemanfaatan dan

keadilan.

2.2. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pemikiran tentang negara hukum ini sudah ada sejak jaman Yunani dari pemikiran

Plato, yang mengatakan bahwa dalam negara ideal (politeia) penyelenggaraan negara yang

baik tidak cukup dilakukan oleh para filosuf, melainkan juga harus berdasarkan pada hukum

yang baik yang disebut dengan nomoi.10 Ide negara hukum kemudian muncul kembali dengan

15

7Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum Indonesia; Jakrta,Kompas,2003 8Ahmad Ali, Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk

Interpretasi Undang-Undang (Legalprudence), Vol.1, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,hlm.181 9I Nyoman Nurjaya, Reorientasi Paradigma Pembangunan Hukum Negara Dalam Masyarakat

Multikultural: Perspektif Antropologi Hukum, Pidato pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Hukum Pada

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, tanggal 10 September 2007, hlm.26. 10 JH.Rapar, Filsafat Politik Plato, (Jakarta: Rajawali Press,1998), hlm.90.

Page 19: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

berkembangnya aliran liberal dengan cara pandang yang indifidualistik, yang melahirkan

negara hukum liberal, atau lebih dikenal dengan nama Negara Jaga Malam

(nachtwakerstaat). Salah satu cirri yang penting dari negara hukum ini adalah sifat

pemerintahan yang pasif, artinya pemerintahan hanya sebagai penjaga keamanan dan

ketertiban, tidak turut dalam urusan kesejahtraan warganya. Pelopor negara hukum liberal

adalah Imanuel Kant yang melahirkan konsep Rechtstaats, dan kemudian dikembangkan

lebih lanjut oleh F.J.Stahl,11 yang mengemukakan bahwa unsure-unsur negara hukum adalah;

pengakuan dan perlindungan terhadap HAM, pemisahan atau pembagian kekuasaan,

pemerintahan diselenggarakan berdasarkan peraturan, dan adanya peradilan administrasi.

Negara hukum menurut konsep rechtstaats dianut oleh negara-negara di Eropa Kontinental,

Perancis, Jerman dan Belanda.12

Konsep negara hukum juga identik dengan konsep Rule of Law yang berkembang di

Negara Anglo Saxon. Menurut AV.Dicey13 cirri-ciri Rule of Law adalah: supremacy of law,

dalam arti hukum mempunyai kedudukan yang tertinggi; equality before the law; artinya

kedudukan warga negara dan juga pemerintah adalah sama dimuka hukum; dan human

rights, yakni terjaminnya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.

Konsep negara hukum bagi Negara RI adalah negara hukum Pancasila. Negara

hukum Pancasila menurut Padmo Wahyono adalah; suatu kehidupan berkelompok bangsa

Indonesia, atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur

supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas dalam arti merdeka,berdaulat,bersatu, adil dan

16

11 Muhamad Tahir Azhary, Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat Dari Segi

Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Medinah dan Masa Kini, Edisi kedua, (Jakarta: Prenada

Media), hlm.89. 12 Marjanne Termorshuizen-Artz, “The Concept Rule of Law”, dalam JENTERA- Jurnal Hukum: Rule

of Law, Edisi 3- Tahun II, Nopember 2004, hlm.98-101. 13 Abu Daud Busroh dan Abu Bakar Busro, Asas-asas Hukum Tatat Negara, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1983), hlm.113-115.

Page 20: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

makmur, yang didasarkan hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis sebagai wahana

untuk ketertiban dan kesejahtraan dengan fungsi pengayoman dalam arti menegakkan

demokrasi,perikemanusiaan, dan keadilan sosial.14

Untuk mewujudkan negara hukum tersebut maka ada empat elemen yang perlu

diperhatikan yakni: elemen instrument hukum; elemen institusi hukum yang perlu ditata

kembali tugas, fungsi dan mekanisme kerjanya; elemen sistem kepemimpinan, aparat atau

pejabat hukum serta profesi hukum yang menjadi pangkal tolak pembangunan sistem hukum

yang efektif; dan elemen tradisi hukum dan budaya hukum masyarakat.15

Prinsip negara hukum menurut Bagir Manan adalah bahwa hukum merupakan

sumber tertinggi dalam mengatur dan menentukan mekanisme hubungan antara negara dan

masyarakat atau antara masyarakat yang satu dengan lainnya. Selanjutnya dikemukakan ;

“……..penyelenggaraan negara berdasarkan atas hukum menghendaki tindakan pemerintah

selalu sesuai aturan-aturan hukum yang berlaku (rechtmatigheid) “.16

Dengan demikian salah satu unsur dari Negara hukum adalah adanya pengakuan terhadap

HAM. Di Indonesia Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia memuat

pengakuan yang luas terhadap hak asasi manusia. Hak-hak yang dijamin didalamnya

mencakup mulai dari pengakuan terhdap hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, hak-hak

sosial dan hak budaya,yang bersifat indifudual hingga hak-hak kolektif.

Sementara Hak untuk menjadi seorang warga negara adalah salah satu hak yang harus

ada pada seorang manusia didalam ranah hukum publik sebagai konsekuensi adanya konsep

negara. Ini juga merupakan implimentasi dari hak-hak sosial dan politik.

Indonesia sendiri yang mengakui diri sebagai negara hukum sebagai mana dicantumkan pada

undang-undang dasar 1945 pada pasal 1 ayat (3), konsep negara hukum harus kongroen

17

14 Padmo Wahyono, Pembangunan Hukum di Indonesing bera, (Jakarta: Ind-Hill, 1989), hlm.153-155. 15 Jimly Assidiqiqie, Loc Cit 16 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, (Jogyakarta: FH UII Press, 2003), hlm.245-247.

Page 21: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

dengan hak asasi manusia. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut

dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu Negara Hukum yang

demokratis. Setiap manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan kewajiban-

kewajiban yang bersifat bebas dan asasi.

Terbentuknya Negara dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu Negara

tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi kemanusiaan itu.

Karena itu, adanya perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia itu

merupakan pilar yang sangat penting dalam setiap Negara yang disebut sebagai negara

hukum. Jika dalam suatu negara, hak asasi manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja

dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, maka negara yang

bersangkutan tidak dapat disebut sebagai negara hukum dalam arti yang sesungguhnya.

Dalam kaitan dengan status kewarganegaraan, menurut Moh.Kusnardi-Bintan Saragih

menyebutkan bahwa ikatan seseorang yang menjadi warga negara itu menimbulkan suatu

hak dan kewajiban baginya. Karena hak dan kewajiban itu, maka kedudukan seseorang warga

negara dapat disimpulkan dalam beberapa hal yaitu :17

1. Status Positif.

Status positif seorang warga negara adalah memberi hak kepadanya untuk menuntut

tindakan positif daripada negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik,

kemerdekaan dan sebagainya. Untuk itu maka negara membentuk badan-badan

pengadilan, kepolisian, kejaksaan dan sebagainya, yang akan melaksanakan kepentingan

warga negaranya dalam pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan dengan hal-hal

tersebut diatas.

18

17Moh.Kusnardi dan Bintan R.Saragih, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1994, hal. 109-

112.

Page 22: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

2. Status Negatif.

Status negatif seorang warga negara akan memberi jaminan kepadanya bahwa negara

tidak boleh campur tangan terhadap hak asasi warga negaranya. Campur tangan negara

terhadap hak-hak asasi warganya terbatas, untuk mencegah tindakan sewenang-wenang

dari negara.Meskipun demikian dalam hal-hal tertentu negara dapat melanggar hak

tersebut jika ditujukan untuk kepentingan umum.

3. Status Aktif, yakni suatu status yang memberi hak kepada setiap warga negaranya untuk

ikut serta di dalam pemerintahan.

4. Status Pasif, suatu status yang menunjukkan kewajiban bagi setiap warga negaranya

untuk mentaati dan tunduk kepada segala pemerintah negaranya.

Dengan demikian maka jelas bahwa dengan melekatnya status kewarganegaraan

maka akan melekat pula hak dan kewajiban baik pada orang tersebut maupun pada

Negara.Hak dan kewajiban warganegara di Indonesia telah dijamin dalam UUD Tahun 1945

maupun peraturan perundang-undangan lainnya.

2.3. Istilah dan Pengertian Diaspora

Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kemudahan akses yang dapat

diperoleh telah mendorong orang-orang untuk melakukan perpindahan dari satu Negara ke

Negara lainnya dengan berbagai macam tujuan, seperti harapan untuk memperoleh

kehidupan yang lebih baik, melanjutkan study, tugas, kerja, mengembangkan karier serta

berbagai alasan lainnya. Perpindahan dari suatu Negara kenegara lainnya inilah yang dikenal

dengan istilah “diaspora”.

Dalam kamus Wikipedia disebutkan bahwa Mulanya, istilah Diaspora (dengan huruf

besar) digunakan oleh orang-orang Yunani untuk merujuk kepada warga suatu kota kerajaan

yang bermigrasi ke wilayah jajahan dengan maksud kolonisasi untuk mengasimilasikan

19

Page 23: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

wilayah itu ke dalam kerajaan. Selanjutnya disebutkan bahwa istilah diaspora berasal dari

bahasa Yunani kuno diaspeiro, yang berarti “penyebaran atau penaburan benih” digunakan

(tanpa huruf besar) untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang

terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka; penyebaran

mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran

dan budaya mereka .18

Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia diaspora berasal dari: di.as.po.ra

[n Pol] masa tercerai-berainya suatu bangsa yg tersebar di berbagai penjuru dunia dan bangsa

tersebut tidak memiliki negara, misal bangsa Yahudi sebelum negara Israel berdiri pada tahun

1948.19 Dengan demikian dalam arti sempit “Diaspora” adalah perantau yaitu orang yang

meninggalkan tanah kelahirannya untuk pergi ke daerah atau ke negara lain untuk mencari

kehidupan yang lebih baik, ketimbang di daerah atau negaranya sendiri.Sementara itu

menurut Cambridge Dictionary online menyebutkan bahwa arti diaspora adalah “ the

spreading of people from one original country to other countries”20

Menurut Robert Cohen diaspora dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori , dengan

menggunakan analogi tukang taman: 21

a.weeding (menyiangi), merujuk pada fenomena penyebaran penduduk karena menjadi

korban atau pengungsi karena konflik sosial maupun politik. Misalnya diaspora orang

Yahudi,Afrika,Armenia, palestina dan Irlandia.

b.Sowing (menabur benih), merujuk pada diaspora yang terjadi karena kolonialisme

seperti yang terjadi pada orang-orang Yunani Kuno, Inggris, Rusia, Spanyol, Portugis

dan Belanda.

c.Transplanting (menyetek), merupakan diaspora yang berkaitan dengan tenaga kerja

20

18http://id.wikipedia.org/wiki/Diaspora 19http://kamusbahasaindonesia.org/diasporaKamusBahasaIndonesia.org 20 http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/diaspora#translations 21.Imam Santoso, Makalah Diaspora, Migrasi Internasional dan Kewarganegaraan Ganda, makalah

disampaikan pada Seminar Nasional Diaspora dan Dinamika Konsep Kewarganegaraan di Indonesia yang

diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Udayana bekerjasama dengan Indonesian Diaspora Network,

14 Oktober 2014 Op Cit,hlm.4

Page 24: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

dan pelayanan. Contohnya, Orang-orang India, China,Jepang, Turki dan Italia.

d.Layering (melapisi), adalah diaspora yang terjadi karena perdagangan, bisnis dan

kerja profesional. Misalnya orang-orang Venesia, Lebanon, China, India dan Jepang.

e.Cross-Pollinating (membiakkan serbuk), adalah diaspora yang berkaitan dengan

faktor budaya dan fenomena masyarakat postmodernisme seperti yang terjadi pada

orang-orang Karabia, China dan India.

21

Page 25: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Diaspora Indonesia dan Kewarganegaraan

Menurut Dino Pati Djalal Duta Besar Indonesia untuk AS mengemukakan bahwa

paling tidak ada 4 (empat) kelompok Diaspora Indonesia yaitu:22

1. adalah orang Indonesia yang berpaspor Indonesia,

mereka adalah orang Indonesia yang meninggalkan tanah airnya untuk bekerja di luar

negeri atau menetap di luar negeri. Orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini

adalah seperti para diplomat, TKW atau TKI dan lain sebagainya.

2. adalah orang Indonesia yang kemudian menjadi warga negara lain,

Mereka adalah kelompok orang Indonesia yang kemudian pindah menjadi warga

negara dimana mereka tinggal. Disini misalnya termasuk orang-orang Makasar yang

meninggalkan tanah airnya sampai ke ujung Afrika Selatan. Di Afrika Selatan

misalnya ada Kampung Makasar di Afrika Selatan, dan juga Sykeh Yusup dikenal

juga sebagai Pahlawan di Afrika Selatan. Contoh lainnya orang-orang keturunan

Jawa di Surinema, Amerika Selatan. Orang-orang Maluku yang banyak di Belanda,

atau orang Indonesia lainnya, yang menjadi warga negara di Cina, Rusia, Inggris,

Amerika, Perancis dan lain sebagainya. Jadi siapapun WNI yang telah menjadi warna

negera di mana mereka tinggal, atau isiilahnya ganti paspor, temasuk ke dalam

kelompok ke dua ini.

3. adalah orang-orang yang menjadi keturunan dari Indonesia,

Mereka sering disebut dengan blasteran, baik dari pihak laki-laki atau pun perempuan

yang menikah dengan orang luar negeri, dalam kelompok ketiga ini, baik karena hasil

perkawinan dari pihak laki-laki ataupun perempuan yang kemudian mendapat anak

dari hasil perkawinan tersebut. Anak keturunan mereka termasuk ke dalam kelompok

ini. Begitu juga orang Indonesia yang menikah dengan orang Belanda, orang

Amerika, orang Inggris dan lain sebagainya, kemudian mendapat anak dari hasil

perkawinan tadi, termasuk dalam kelompok ini.

22

22http://idn.kbrikualalumpur.org/index.php/80-template-details/general/110-diaspora-indonesia-

konektivitas-menjadi-jiwa-nasionalisme

Page 26: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

4. adalah para pecinta Indonesia,

Yang termasuk dalam kelompok ini, biasanya adalah orang-orang yang pernah tinggal

di Indonesia, baik diplomat atau para mahasiswa atau pekerja yang pernah bekerja di

Indonesia, kemudian mereka kembali ke negara masing-masing dan biasanya ” jatuh

Cinta” dengan masakan Indonesia dan budaya Indonesia. Termasuk juga para peneliti

atau pera cendiakawan yang tetap ada di negara mereka, tapi punya hubungan baik

dengan KBRI setempat.

Dari pembagian tersebut maka nampak bahwa diaspora Indonesia mempunyai

pengertian yang luas, karena yang disebut “diaspora Indonesia” adalah mereka yang

mempunyai “keterikatan” dengan Indonesia baik secara yuridis maupun sosiologis. Yang

menjadi persoalan dari keempat kelompok tersebut adalah nomor 1, 2 dan 3, karena mereka

mempunyai “keterikatan” dengan Indonesia baik karena memang berkewarganegaraan

Indonesia, keturunan dari WNI, atau bekas WNI yang kemudian pindah menjadi

warganegara lain. Sedangkan kelompok 4 tidak ada keterikatan dalam artian pernah menjadi

WNI, tapi mereka adalah pecinta Indonesia.

Perkembangan diaspora Indonesia dewasa ini menurut data tidak resmi di seluruh

dunia 23Diaspora Indonesia ternyata jumlahnya cukup banyak , berkisar antara 6- 10 juta

orang.Yang terbanyak berada di Malaysia dan di negara-negara Timur Tengah, kebanyakan

mereka sebagai TKW atau TKI. Jumlah tersebut ternyata tiga atau lima kali penduduk

Singapura. Sebuah potensi yang amat besar kalau digali dan pendapatan negara dari

Diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru dunia hitungannya bukan lagi jutaan

rupiah, bahkan jutaan dollar atau milyaran, sebuah pendapatan yang tidak kecil.

Jadi Diaspora Indonesia merupakan sebuah potensi yang besar sekali kalau

difungsikan di bidang ekonomi, sosial budaya, moral, dan lain sebagainya. Potensi ini akan

lebih besar lagi kalau pemerintah Indonesia dapat memberikan pelayanan atau dukungan

yang sebaik-sebaiknya bagi para pahlawan-pahlawan devisa negara tersebut. Juga bisa digali

dibidang teknologi, karena Diaspora Indonesia yang berada di negara-negara maju yang

sudah menjadi warga negara setempat ternyata tetap Indonesianis dan teknologi mereka

kuasai, tetapi cinta Indonesia. Sehingga ada istilah jangan samakan Paspor dengan

23

23http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/09/07/diaspora-indonesia-sebuah-potensi-besar-491473.html

Page 27: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Nasionalis!. Maksudnya, walaupun paspornya bukan lagi Indonesia, tapi rasa kebangsaan

Indonesia tetap melekat sepanjang hayat mereka, sehingga rasa cinta Indonesia tak akan

pernah hilang bagi Diaspora Indonesia walaupun lebih dari separuh hidup mereka tinggal

atau menjadi warga negara setempat.

Semakin banyaknya diaspora Indonesia di berbagai belahan dunia, tentu akan

berpengaruh terhadap salah satu aspek yang penting dalam kehidupan mereka yakni

menyangkut masalah kewarganegaraan. Karena status kewarganegaraan yang jelas akan

memberikan jaminan bagi mereka untuk mendapatkan hak-hak mereka maupun untuk

mendapatkan perlindungan hukum.

3.2.Kewarganegaraan Ganda Tidak Terbatas Bagi Anak-anak Diaspora Indonesia

Untuk menentukan status anak dan hubungan hukum antara anak dan orangtuanya,

maka menurut Hukum Perdata Internasional adalah dengan melihat status perkawinan dari

orang tuanya apakah perkawinan orang tuanya merupakan perkawinan yang sah atau tidak.

Sah tidaknya perkawinan di Indonesia telah diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Perkawinan dapat terjadi antara mereka yang memiliki kewarganegaraan sama

atau antara mereka yang berbeda kewarganegaraan. Inilah yang disebut dengan Perkawinan

campuran.

Dalam Pasal 57 UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, ditentukan bahwa:

”Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini ialah perkawinan

antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan

kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.” Konsekwensi

hukum bagi yang melakukan perkawinan campuran sebagaimana diuraikan diatas, tidak

hanya bagi para pihak yang melakukan perkawinan tetapi juga bagi anak–anak yang lahir

dalam perkawinan.

Mengenai status anak dalam perkawinan campuran dapat kita lihat ketentuan dalam

Pasal 62 UU No.1 tahun 1974 yang menentukan ; “Dalam perkawinan campuran kedudukan

anak diatur sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) undang-undang ini”. Sedangkan Pasal 59 ayat (1)

24

Page 28: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

menentukan: “kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat perkawinan atau putusnya

perkawinan menentukan hukum yang berlaku baik mengenai hukum publik maupun hukum

perdata”.

Dari ketentuan pasal tersebut, maka jelas bahwa status kewarganegaraan seorang

anak ditentukan berdasarkan pada status kewarganegaraan dari orang tuanya, yang diperoleh

sebagai akibat perkawinan campuran. Status kewarganegaraan anak secara lebih jelas diatur

dalam UU Tentang Kewarganegaraan, dan yang disebut dengan anak dalam pasal 1 angka 1

UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah :“ seseorang yang belum berusia

18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”Sedangkan Dalam

UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Status kewarganegaraan anak dalam UU No.12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan ditentukan dalam Pasal 4 , yang menentukan:

Warga Negara Indonesia adalah:

a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundangundangandan/atau berdasarkan

perjanjian PemerintahRepublik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini

berlaku sudah menjadi Warga NegaraIndonesia;

b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorangayah dan ibu Warga Negara

Indonesia;

c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorangayah Warga Negara Indonesia dan

ibu warga negara asing;

d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorangayah warga negara asing dan ibu

Warga Negara Indonesia;

e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi

ayahnya tidak mempunyaikewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya

tidakmemberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;

f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) harisetelah ayahnya meninggal

dunia dari perkawinan yangsah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;

g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorangibu Warga Negara Indonesia;

h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorangibu warga negara asing yang

diakui oleh seorang ayahWarga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuanitu

dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapanbelas) tahun atau belum kawin;

i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yangpada waktu lahir tidak jelas

status kewarganegaraan ayahdan ibunya;

j.anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indonesia selama ayah

dan ibunya tidakdiketahui;

25

Page 29: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesiaapabila ayah dan ibunya tidak

mempunyaikewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;

l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara RepublikIndonesia dari seorang ayah dan ibu

Warga NegaraIndonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anaktersebut dilahirkan

memberikan kewarganegaraan kepadaanak yang bersangkutan;

m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkanpermohonan kewarganegaraannya,

kemudian ayah atauibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpahatau

menyatakan janji setia.

Selanjutnya dalamPasal 5 ditentukan bahwa:

(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luarperkawinan yang sah, belum berusia 18

(delapan belas)tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh ayahnyayang

berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagaiWarga Negara Indonesia.

(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5(lima) tahun diangkat secara sah

sebagai anak oleh warganegara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetapdiakui

sebagai Warga Negara Indonesia.

Dari rumusan Pasal tersebut maka jelas bahwa status kewarganegaraan anak

ditentukan oleh status kewarganegaraan dari ayah atau ibunya, artinya jika salah satu adalah

WNI maka anak tersebut adalah WNI (Pasal 4 huruf b-g dan m), demikian juga bahwa anak

adalah WNI jika diakui oleh orangtuanya (salah satu) yang WNI (Pasal 4 huruf h dan Pasal 5

ayat (1), dan juga karena pengangkatan (Pasal 5 ayat 2). Ketentuan pasal-pasal tersebut

menunjukkan penerapan asas Ius Sanguinis (Law of The Blood) dalam UU No.12 Tahun

2006. Namun demikian untuk mencegah terjadinya bipatride bagi anak-anak, UU ini juga

menerapkan Asas Ius Soli (Law of The Soil), hal ini Nampak dari rumusan Pasal 4 huruf i-l.

Konsekwensi dari penerapan asas-asas tersebut, dan adanya penerapan asas yang

berbeda antara Negara-negara didunia, maka memungkinkan anak-anak tersebut memiliki

kewarganegaraan ganda (bipatride). UU No,12 Tahun 2006 pada prinsipnya hanya mengenal

status kewarganegaraan tunggal, namun demikian memberi peluang juga secara terbatas

untuk memiliki status kewarganegaraan ganda bagi anak-anak tersebut. Hal ini diatur dalam

Pasal 6 ayat (1) UU No.12 Tahun 2006 yang menentukan:“Dalam hal status

Kewarganegaraan Republik Indonesiaterhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

26

Page 30: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l, dan Pasal 5 berakibatanak berkewarganegaraan ganda,

setelah berusia 18(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebutharus menyatakan

memilih salah satus kewarganegaraannya” . Hal tersebut berarti bahwa anak diperkenankan

memiliki status “kewarganegaraan ganda terbatas”.Yang dimaksud denganAsas

kewarganegaraan ganda terbatas menurut Penjelasan Umum UU No.12 Tahun 2006 adalah

asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang ini”.

Ketentuan yang tertuang didalam pasal-pasal tersebut hanya memberikan

pengakuan terhadap kelompok diaspora yang boleh memiliki kewarganegaraan ganda adalah:

1.Anak-anak yang lahir dari orang tua WNI ditempat (negara) yang memberikan

kewarganegaraan kepada anak tersebut;

2. Anak yang lahir dari perkawinan campuran (WNI dan WNA) dan negara salah

satu orang tuanya memberikan kewarganegaraan kepadanya.

3.Anak WNI yang diakui ataupun diangkat oleh WNA, dan anak mendapatkan

kewarganegaraan dari orang tua yang WNA.

Dari empat (4) kelompok diaspora sebagaimana pembagian dari Dino Patidjalal,

maka yang diakui/diaturdalam UU No.12 Tahun 2006 adalah kelompok 1 dan 3 yaitu: orang

yang memiliki paspor Indonesia artinya mereka memang orang (WNI), dan mereka yang

merupakan keturunan dari WNI. Sedangkan kelompok 2 dan 4 yakni mereka yang berpindah

kewarganegaraan dan para pecinta Indonesia tidak diatur dalam UU N0.12 Tahun 2006.

Orang yang berpindah kewarganegaraan Indonesia menjadi WN lain maka justru akan

kehilangankewarganegaraan RI-nya sebagaimana diatur didalam Pasal 23 yang menyebutkan

bahwa : Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan :

(1) memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;

27

Page 31: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

(2) tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang

(3) bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;

Sedangkan bagi para pecinta Indonesia secara yuridis formal mereka adalah orang

asing. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 7 UU No.12 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa :”

Setiap orang yang bukan Warga Negara Indonesia diperlakukan sebagai orang asing”.

Pemberian kewarganegaraan ganda adalah merupakan hal yang baru dalam politik

hukum kewarganegaraan Indonesia, dimana seseorang akan memiliki 2 status

kewarganegaraan. Kondisi dengan status kewarganegaraan ganda, disatu sisi hal ini

merupakan suatu hal yang positif, namun disisi lain juga dapat menimbulkan suatu masalah

baru dimana seseorang akan tunduk pada dua yurisdiksi hukum yang berbeda.

Kelompok diaspora yang diakui dalam UU No.12 Tahun 2006 inilah yang memiliki

hak untuk memperoleh kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-anak mereka. Artinya

mereka mendapatkan kewarganegaraan ganda tidak terbatas setelah memenuhi ketentuan

yang diatur di dalamPasal 6 dan Pasal 41 UU No.12 Tahun 2006 serta Peraturan Menteri

Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Tata

Cara Pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda Dan Permohonan Fasilitas Keimigrasian.

Salah satu tuntutan kelompok-kelompok diaspora yang ada diberbagai belahan

dunia adalah diakuinya status kewarganegaraan ganda bagi mereka yang melakukan

perkawinan campuran dan juga bagi anak-anak yang lahir dari perkawinan campuran maupun

yang lahir karena berlakunya suatu peraturan di negara dimana si-anak lahir, Pengakuan akan

kewarganegaraan ganda saat ini (dalam UU No.12 Tahun 2006) hanya diberikan bagi anak-

anak, sementara itu untuk orang tua tidak mengenal/mengakui adanya kewarganegaraan

ganda.Hal ini ditegaskan pula dalam penjelasan umu UU No.12 Tahun 2006 bahwa salah satu

asas yang dianut adalah “Asas kewarganegaraan tunggal” adalah asas yang menentukan satu

28

Page 32: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

kewarganegaraan bagi setiap orang.

Pengakuan yang diinginkan oleh kelompok diaspora tidak hanya sekedar

kewarganegaraan ganda terbatas melainkan “kewarganegaraan ganda tidak terbatas”, artinya

kewarganegaraan ganda itu dimiliki selamanya, sampai mereka tidak menghendakinya.

Namun sebagaimana dikemukakan diatas bahwa kewarganegaraan ganda yang diakui

terhadap kelompok diaspora 1 dan 3 adalah kewarganegaraan ganda yang terbatas bagi anak-

anak diaspora. Batasnya adalah sampai mereka berumur 18 tahun atau telah kawin, setelah itu

mereka harus memilih salah satu kewarganegaraan yang mereka inginkan. Upaya yang harus

dilakukan untuk memperoleh/diakui kewarganegaraan gandanya adalah berdasarkan Pasal 6

dan Pasal 41 UU No.12 Tahun 2006 yang menyebutkan:

Pasal 6 :

(2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat

secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen

sebagaimana ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan

belas) tahun atau sudah kawin.

Pasal 41 :

“Anak yang lahir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf I dan

anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sebelum

Undang-Undang ini diundangkan dan belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum

kawin memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang ini

dengan mendaftarkan diri kepada Menteri melalui Pejabat atau Perwakilan Republik

29

Page 33: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan”.

Selain berdasarkan ketentuan tersebut diatas, juga berdasarkan pada Peraturan Menteri

Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Tata

Cara Pendaftaran Anak Kerkewarganegaraan Ganda Dan Permohonan Fasilitas

Keimigrasian, dimana dalam Pasal 2 Permen tersebut ditentukan bahwa pendaftaran

kewarganegaraan anak dilakukan oleh orang tua/wali dari anak tersebut. Pendaftaran

dilakukan oleh orang tua/wali anak tidak terlepas dari kedudukan manusia sebagai subyek

hukum. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban serta memiliki hak

untuk melakukan suatu perbuatan hukum.Sebagai subjek hukum berarti manusia dianggap

cakap untuk bertindak dalam lalu lintas hukum. Orang-orang yang tidak memiliki

kewenangan atau kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum akan diwakili oleh orang

lain.

Berdasarkan ketentuan dalam KUHP Pasal 1330 yang berlaku di Indonesia, mereka

yang digolongkan tidak cakap adalah mereka yang belum dewasa, wanita bersuami, dan

mereka yang dibawah pengampuan.Dengan demikian anak dapat dikategorikan sebagai

subjek hukum yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum.Seseorang yang tidak cakap

karena belum dewasa diwakili oleh orang tua atau walinya dalam melakukan perbuatan

hukum.

3.3.Konsekwensi Kewarganegaraan Ganda Tidak Terbatas Bagi Anak-anak Diaspora

Indonesia.

Memiliki status kewarganegaraan ganda (dual nationality) baik yang terbatas

maupun tidak terbatas bagai pedang bermata dua, dimana disatu sisi dapat membawa

dampak positif bagi mereka, namun disisi laindapat pula membawa dampak negatif.Sisi

positif dari kewarganegaraan ganda, adalah bahwa anak tersebut mendapatkan hak-hak

30

Page 34: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

hukum dari kedua Negara tersebut dan menutup kemungkinan terjadinya stateless (tanpa

kewarganegaraan) bagi anak tersebut. Keuntungan lainnya yang dimiliki oleh mereka yang

memiliki kewarganegaraan ganda adalah mereka dapat bergerak secara bebas di kedua negara

dimana ia menjadi warganegara tanpa disulitkan dengan urusan keimigrasian yang ketat

sebagaimana diperuntukkan bagi orang asing. Mereka juga dapat memilih paspor yang

dikehendakinya.Sedangkan sisi negatif dari kewarganegaraan ganda antara lain mereka akan

tunduk pada hukum yang berbeda.

Indonesia memiliki sistem hukum perdata internasional yang merupakan peninggalan

Hindia Belanda. Dalam hal status personal24 seseorang, indonesia menganut asas konkordasi,

yang antaranya tercantum dalam Pasal 16 AlgemeneBapalingen van wetgeving (AB) .

Berdasarkan pasal tersebut maka dianut prinsip nasionalitas untuk status personal. Sehingga

disini berarti seorang WNI yang berada diluar negeri sepanjang mengenai hal-hal yang

terkait dengan status personalnya , tetap berada di bawah lingkungan (tunduk) pada

kekuasaan hukum nasional indonesia. Demikian juga untuk WNA yang berada di Indonesia,

tunduk dengan hukum Negara mereka masing-masing sepanjang terkait dengan status

personal mereka. Dalam jurisprudensi Indonesia yang termasuk status personal antara lain

perceraian, pembatalan perkawinan, perwalian anak-anak, wewenang hukum, dan

kewenangan melakukan perbuatan hukum, soal nama, soal status anak-anak yang dibawah

umur.

Isi dan jangkauan status personil ada 3 yaitu 25:

1. Konsepsi luas mengartikan status personil meliputi berbagai hak, permulaaan/lahir

31

24Status personil adalah kondisi atau keadaan suatu pribadi dalam hukum yang diberikan/diakui oleh

negara untuk mengamankan dan melindungi masyarakat dan lembaga-lembaganya. Status personil ini meliputi

hak dan kewajiban, kemampuan dan ketidakmampuan besikap tindak di bidang hukum, yang unsur-unsurnya

tidak dapat diubah atas kemauan pemiliknya (indahpangestu.wordpress.com/2012/10/10/hukum-perdata-

internasional/)

25 Ibid

Page 35: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

dan terhentinya/mati, kepribadian, kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum,

perlindungan hukum, perlindungan kepentingan pribadi, soal-soal yang berhubungan

dengan hukum keluarga dan perkawinan.

2. Konsepsi yang agak sempit, seperti yang dianut di Peancis, tidak menganggap sebagai

status personnel : hukum harta benda perkawinan, pewarisan dan ketidakmampuan

bertindak di bidang hukum dalam hal khusus, misalnya dokter yang tidak akan

diperkenankan memperoleh sesuatu hak yang timbul dari testamen pasiennya.

3. Konsepsi yang lebih sempit, sama sekali tidak memasukkan hukum keluarga dan

pewarisan dalam jangkauan status personel.

Cara menentukan status personil yaitu ada 2 asas :

1. Asas Personalitas/Kewarganegaraan (Lex patriae),Untuk personel suatu pribadi berlaku

hukum nasionalnya.Biasanya dianut oleh negara-negara Eropa kontinental (Civil Law)

misalnya Indonesia mengedepankan segi personalitas.Ada 2 asas dalam menentukan

kewarganegaraan seseorang adalah :

a. Asas tempat kelahiran (ius soli) yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh

tempat kelahirannya.

b. Asas Keturunan (ius sanguinis) yaitu kewarganegaraan seseorang berdasarkan

keturunannya.

Alasan yang mendukung asas kewarganegaraan, yaitu : Cocok untuk perasaan hukum

seseorang, Sifatnya lebih permanen, dan Lebih membawa kepastian hukum.

2.Asas Territorialitas/Domisili (Lex Domicili), Status personil suatu pribadi tunduk pada

hukum di negara mana ia berdomisili. Domisili adalah negara/tempat menetapnya yang

menurut hukum dianggap sebagai pusat daripada kehidupan seseorang (center of his life).

Asas ini banyak dianut oleh negara Anglo Saxon. Alasan yang mendukung asa domisili,

32

Page 36: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

yaitu : Hukum dimana yang bersangkutan hidup,Prinsip kewarganegaraan

memerlukanbantuan prinsip domisili (dalam hal terdapat perbedaan kewarganegaraan),

Seringkali hukum domisili sama dengan hukum hakim, Cocok dalam negara pluralisme

hukum,Menolong dimana prinsip kewarganegaraan tidak dapat dilaksanakan, Demi

kepentingan adaptasi dari negara imigran

Perbedaan system hukum, khususnya menyangkut kewarganegaraan inilah

memungkinkan terjadinya status kewarganegaraan ganda. Dengan status kewarganegaraan

ganda, dan berdasarkan prinsip personalitas, maka tidak menutup kemungkinan timbulnya

masalah hukum bagi mereka yang berkewarganegaraan ganda tersebut, karena mereka akan

tunduk pada dua yurisdiksi hukum, Jika hukum antara Negara yang satu dengan yang lainnya

tidak berbeda maka hal ini mungkin tidak menimbulkan maslah, tetapi jika berbeda maka ini

dapat menimbulkan masalah bagi anak tersebut, Hukum Negara mana yang akan diterapkan

pada anak tersebut?. Demikian pula terkait hak untuk mendapatkan perlindungan bagi

warganegara dimanapun dia berada. Maka jika anak memiliki dua kewarganegaraan

(Misalnya A dan B) kemudian mendapat masalah di Negara C, maka Negara mana yang akan

memberikan perlindungan bagi anak tersebut apakah A ataukah B?.

Jika seseorang memiliki kewarganegaraan ganda maka jika terjadi masalah dengan

kewarganegaraannya, untuk menentukan status personalnya maka dapat dipakai

kewarganegaraan yang nyata dan efektif (real and effective nationality).26Tentang

kewarganegaraan yang nyata dan efektif Sudargo Gautama menyatakan: “ Untuk dapat

menentukan apa yang merupakan “real and effective nationality” , kita harus memperhatikan

seluruh kehidupan sehari-hari dari yang bersangkutan dalam kenyataan sosial seperti

kediaman yang bersangkutan, pusat kepentingannya, hubungan-hubungan kekeluargaannya,

33

26Zulfa Djoko Basuki, Akibat Hukum Dari Dianutnya Asas Kewarganegaraan Ganda (terbatas) Dalam

Perkawinan Campuran yang Sah, dalam Bunga Rampai Kewarganegaraan Dalam Persoalaan Perkawinan

Campuran, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2007,hlm.19-20

Page 37: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

turut sertanya dalam kehidupan sosial dan kenegaraan, perasaan terikat pada suatu negara

tertentu, cara mengatur pendidikan anaknya,dsb”.27 Pendapat lain untuk menentukan

kewarganegaraan yang efektif ditentukan oleh :the nationality of the country with which the

person in question is most effectively and really linked.28 Atau the nationality with which ,in

view of all circumstances the person concerned is most closely connected.29

Selain hal tersebut hukum yang dapat dipakai untuk mereka yang memiliki

kewarganegaraan ganda pada umumnya adalah:Hukum sang hakim ( lex fori), artinya

apabila kewarganegaraan yangbersangkutan salah satunya adalah merupakan hukum sang

hakim dimana perkara tersebut diajukan, maka yang dipakai adalah hukum sang hakim.

Pendirian seperti ini adalah sesuai kesepakatan antara berbagai negara dalam perjanjian Den

Haag tentang Kewarganegaraan pada Tahun 1930 didalam Pasal 3 yang menyebutkan: “

dengan pengecualian-pengecualian yang diadakan dalam konvensi ini, seseorang yang

mempunyai dua kewarganegaraan atau lebih dapat dianggap oleh tiap negara dari siapa ia

mempunyai kewarganegaraan sebagai warganegaranya”.30

4.Kewarganegaraan Ganda Tidak Terbatas Anak-Anak Diaspora Dalam Perspektif

Hak Asasi Manusia

Kewarganegaraan yang melekat pada seseorang adalah merupakan bagian dari Hak

Asasi Manusia (HAM). Hal tersebut sudah diakui dan ditegaskan didalam dalam hukum

nasional maupun internasional.

Pengaturan Dalam Hukum Nasional.

a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945, hal ini dapat ditemukan dalam Pasal 26 ayat (1),

27 ayat (1), 28 D ayat (4), dan 28E ayat (1).

34

27Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid II,Alumni, Bandung,1989,hlm.274. 28Zulfa Djoko Basuki, Op Cit, hlm.20 29Ibid 30Sudargo Gautama, Op Cit,hlm239-240.

Page 38: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Pasal 26 ayat (1):

“Yang menjadi Warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-

orang bangsa lain yang disyahkan dengan undang-undang sebagai Warga Negara.

Pasal 27 ayat (1)”;

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Pasal 28D ayat (4) :

“Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan”

Pasal 28E ayat (1) :

“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih

pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih

tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”.

b. Undang-Undang Nomor39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 26

(1) Setiap orang berhak memiliki, memperoleh, mengganti, atau mempertahankan

statuskewarganegaraannya.

(2) Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi berhak

menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraannya serta

wajib melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan

ketentuan peraturanperundang-undangan.

c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan.

Terkait status kewarganegaraan bagi mereka yang melakukan perkawinan campuran

ditentukan dalam Pasal 19 dan Pasal 26 UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.

Kedua pasal ini pada dasarnya menerapakan asas kesatuan hukum dan asas mengikuti dalam

menentukan status kewarganegaraan bagi mereka yang melakukan perkawinan campuran.

Pasal 19 menentukan:

(1) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia dapat

memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan pernyataan

menjadi warga negara di hadapan Pejabat.

(2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila yang bersangkutan

sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima)

tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut, kecuali

dengan perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.

35

Page 39: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

(3) Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia

yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

yang bersangkutan dapat diberi izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk menjadi

Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan

Peraturan Menteri.

Pasal 26:

(2) Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing

kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal

suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat

perkawinan tersebut.

(3) Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing

kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal

istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat

perkawinan tersebut.

(4) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat mengajukan surat

pernyataan mengenai keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali

pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

(5) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh perempuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

setelah 3 (tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung.

Pengaturan dalam Hukum Internasional.

Selain dalam peraturan perundang-undangan tersebut dalam Hukum Internasional

masalah kewarganegaraan juga diatur dalam berbagai konvensi antara lain:

a. Dalam Universal Declaration of Human Rights Tahun 1948

Dalam Universal Declaration of Human Rights Tahun 1948 (UDHR), atau Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) maka hak seseorang akan status kewarganegaraan

dan perkawinan diatur dalam:

Pasal 15

(1) Setiap orang berhak atas sesuatu kewarganegaraan.

(2) Tidak seorang pun dengan semena-mena dapat dicabut kewarganegaraannya atau ditolak hanya

untuk mengganti kewarganegaraannya.

36

Page 40: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Pasal 16

(1) Laki-laki dan Perempuan yang sudah dewasa, dengan tidak dibatasi kebangsaan,

kewarganegaraan atau agama, berhak untuk menikah dan untuk membentuk keluarga. Mereka

mempunyai hak yang sama dalam soal perkawinan, di dalam masa perkawinan dan di saat

perceraian.

(2) Perkawinan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pilihan bebas dan persetujuan penuh oleh

kedua mempelai.

b.International Covenant Civil and Political Rights 1966

The International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) adalah

merupakan perjanjian multilateral yang disahkan oleh United Nations General Assembly

tanggal 16 December 1966, dan berlaku mulai tanggal 23 Maret 1976.31. Pasal 24 Section 3

menyebutkan: Every child has the right to acquire a nationality. Konvensi ini telah

diratifikasi oleh Indonesia dengan UU No.12 Tahun 2005.

C.Convention on the Nationality of Married Women Tahun 1957

Dalam pasal-pasal konvensi ini menentukan bahwa:

Pasal 1 : Setiap Negara pihak menyetujui bahwa baik penyelenggaraan ataupun pembubaran

suatu perkawinan antara salah satu warga negaranya dan orang asing, ataupun

perubahan kewarganegaraan oleh suami selama perkawinan, tidak secara otomatis

mempengaruhi kewarganegaraan istri.

Pasal 2 :Setiap Negara pihak bersepakat bahwa baik perolehan kewarganegaraan Negara

lainnya secara sukarela ataupun pelepasan kewarganegarannya oleh salah satu

warga negaranya tidak mencegah tetap dimilikinya kewarganegaraannya oleh istri

dari warga Negara tersebut.

Pasal 3 (1):Setiap Negara bersepakat bahwa istri orang asing dari salah satu warga negaranya

37

31http://en.wikipedia.org/wiki/International_Covenant_on_Civil_and_Political_Rights

Page 41: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

atas permintaannya, dapat memperoleh kewarganegaraan suaminya, melalui

prosedur naturalisasi yang secara khusus diistimewakan; pemberian

kewarganegaraan tersebut dapat tunduk pada pembatasan-pembatasan seperti

yang dapat dikenakanndemi kepentingan keamanan nasional atau kebijakan

Negara.

d.Convention on the Elimination of All types of Discrimination against Women ( yang

disingkat dengan “Womens Convention” atau Konvensi Wanita ) pada tahun 1979.

Konvensi wanita ini diratifikasi dengan UU No.7 tahun 1984. Pasal 9 Ayat (1) konvensi ini

menentukan;

“Negara-negara peserta wajib memberi hak yang sama dengan pria untuk

memperoleh, mengubah atau mempertahankan kewarganegaraannya. Negara-negara

peserta khususnya wajib menjamin bahwa perkawinan dengan orang asing maupun

perubahan kewaranegaraan oleh suami selama perkawinan tidak secara otomatis

mengubah kewarganegaran istri, menjadikannya tidak berkewarganegaraan atau

memaksakan kewarganegaraan suaminya kepadanya”.

Dari pemaparan diatas maka jelas bahwa status kewarganegaraan adalah merupakan

hak dari setiap orang . Hanya saja pengaturan akan siapa yang merupakan warganegara suatu

negara adalah merupakan hak dari negara yang bersangkutan. Penetapan siapa yang

merupakan warganegara suatu negara dibatasi oleh Hukum internasional, kebiasan

internasional dan perjanjian. Karena itu terkait dengan kewarganegaraan ganda adalah

merupakan hak dari suatu negara untuk mengakui atau tidak mengakuinya.

Terkait status kewarganegaraan ganda tidak terbatas dari anak-anak diaspora, maka

hukum Indonesia hanya mengakui hak kewarganegaraan ganda yang terbatas bagi anak-anak,

sedangkan untuk orangtua maka tidak diperkenankan memiliki status kewarganegaraan

ganda. Mengingat ada beberapa sisi positif dan negatif dari kewarganegaraan ganda baik

terbatas maupun tidak terbatas, dan juga disisi lain hak akan status kewarganegaraan adalah

38

Page 42: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

merupakan hak asasi manusia, maka kedepan perlu diatur pemberian status kewarganegaraan

ganda yang terbatas bagi diaspora. Hanya saja keterbatasan tidak semata-mata pada

pertimbangan faktor umur tetapi pada materi(jenis) haknya.Misalnya hak terkait ekonomi

atau sosial. Pengakuan ini sudah dianut oleh banyak negara misalnya.

39

Page 43: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

BAB III

PENUTUP

3.1.Simpulan.

Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Diaspora dapat dikelompokkan menjadi 4 yakni; mereka yang memiliki paspor Indonesia,

mereka yang berpindah kewarganegaraan negara lain, mereka yang merupakan keturunan

dari anak-anak yang lahir karena perkawinan campuran dan mereka para pecinta

Indonesia. Anak-anak diaspora sebagaimana golongan satu. dua dan tiga, dalam hukum

Indonesia diperkenankan memiliki kewarganegaraan ganda terbatas. Hukum Indonesia

tidak mengakui kewarganegaraan ganda tidak terbatas. Hal tersebut jelas ditentukan dalam

Pasal 4,5 dan 6 UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan serta Penjelasan Umum

UU Tersebut yang menentukan bahwa pada prinsipnya UU ini menganut asas

kewarganegaraan tunggal.

2. Bahwa jika titinjau dari perpektif Hak Asasi Manusia (HAM), maka pemberian status

kewarganegaraan ganda tidak terbatas maupun yang terbatas terhadap anak diaspora pada

prinsipnya tidak melanggar/bertentangan dengan HAM, karena setiap orang berhak atas

status kewarganegaraan sebagaimana dijamin dalam instrument hukum internasional dan

nasional. Namun demikian masing-masing negara berhak pula untuk menentukan siapa

yang menjadi warganegara berdasarkan asas-asas yang dianutnya sepanjang tidak

bertentangan dengan Hukum Internasional Kebiasaan Internasiobal dan Perjanjian

internasional. ketentuan kewarganegaraan ganda sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6

UU No.12 Tahun 2006 masih mengandung problem hukum, yakni jika anak tidak

melakukan pilihan hukum sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 6 ayat (1) UU No.12

Tahun 2006.

40

Page 44: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

3.2.Saran.

Untuk memperjelas ketentuan dalam UU No.12 Tahun 2006, dan juga untuk

mengakomodir perkemabangan terkait diaspora maka perlu diberi kesempatan bagi

anak-anak memiliki kewarganegaraan ganda terbatas, hanya saja terbatas yang

dimaksud tidak semata-mata pada batasan umur tetapi juga materi misalnya terkait

ekonomi ataupun sosial.

41

Page 45: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

DAFTAR PUSTAKA

A.BUKU

Ahmad Ali, Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk

Interpretasi Undang-Undang (Legalprudence), Vol.1, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta.

Andi Mustari Pide, Pengantar Hukum Tata Negara,Gaya Media Pratama,Jakarta,1999.

Djohan Tunggal,Arief, Peraturan Perundang-undangan Kewarganegaraan RI tahun 1950-

1996, Harvarindo, Jakarta, 1998.

BP. Paulus, Himpunan Perundang-undangan RI yang bertautan antara Warga Negara dan

Orang Asing, Sumbangsih Mekar, Bandung, 1977.

Gautama ,Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Kewarganegaraan RI, Alumni, Bandung, 1973.

------------, Warga Negara dan Orang Asing, Alumni, Bandung, 1975.

Hadidjojo,Soejono, Kewarganegaraan Indonesia, Jajasan BP, Jogyakarta, 1954.

Harsono, Hukum Tata Negara Perkembangan Pengaturan Kewarganegaraan, Liberty,

Jogyakarta, 1992.

Ibrahim, Jhony, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media

Publishing,Malang,2006

I Nyoman Nurjaya, Reorientasi Paradigma Pembangunan Hukum Negara Dalam Masyarakat

Multikultural: Perspektif Antropologi Hukum, Pidato pengukuhan Guru Besar

Dalam Bidang Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang,

tanggal 10 September 2007.

J.Gissels dan Marck Van Hocke yang diterjemahkan oleh Arief Sidarta, Apakah Teori

Hukum Itu?, Laboratorium Hukum Unifersitas Parihyangan, Bandung,2000.

Kartasaputra, Sistimatika Hukum Tata Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1987.

Kusnardi.Moh dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara, Sastra Hudaya,

Jakarta, 1983.

Kusnardi,Moh dan Bintan R Saragih, Ilmu Negara, Media Gaya Pratama, Jakarta,1994.

L.B.Curson, Jurisprudence, Macdonald and Evans, Estover-Playmouth,1979.

Moris L.Cohen, Kent C Olson, Legal Reseach In Nutshell, Sevent Edition, St.Paul Minn.

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995.

42

Page 46: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

P.T. Ichtiar Baru-van Hoeve, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia,

Cet ke-2, Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta, 1992.

Purnadi Purbacaraka, Sendi-sendi Hukum Perdata Internasional suatu orientasi,

Rajawali,Jakarta,1983,

Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum Indonesia; Jakrta,Kompas,2003

Soebekti R dan Tjitrosoedibjo, Kamus Hukum,Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.

Soebekti R, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1989.

Sulchan Yasin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Putra Karya.

Sutoprawiro,Kurniatmanto, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia,

Gramedia, Jakarta, 1994.

Winarno, Kewarganegaraan Indonesia Dar Sosiologis Menuju Yuridis, Alfabeta Bandung 2009

B.PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Universal Declaration of Human Rights 1948

Konvensi Internasional Tentang Hak Sipil dan Politik (International Convention on Civil and

Political Right) Tahun 1966

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Sekretariat Jendral MPR RI, 2005.

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dan UU Tentang Unjuk

Rasa, Citra Umbara, Bandung, 2000.

Undang-undang No. 1 Tahun 1974, Undang-Undang Perkawinan, Karya Anda, Surabaya.

Undang-Undang No. 12 Tahun 2006, Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,

LN TAHUN 2006 No. 63, TLN No 4634.

43

Page 47: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

CURRICULUM VITAE

1.Nama lengkap : Made Nurmawati,SH.MH

2.Tempat/Tgl Lahir/kelamin : Singaraja, 31 Maret 1962/ wanita

3.Alamat Rumah : Nuansa Udayana I/16 Perum Kori Nuansa Jimbaran

4.Pangkat/golongan/NIP : Pembina/IVa

5.Jabatan : Lektor Kepala

6.Perguruan Tinggi : Fakultas Hukum Universitas Udayana

7.Alamat Kantor : Jln.Bali No.1 Denpasar

8.Riwayat Pendidikan :

No.

Macam

Pendididkan

Tempat Tahun Ijasah Spesialisasi

Dari Sampai

1. SD Singaraja 1967 1973 Ijasah -

2. SMP Singaraja 1974 1976 Ijasah -

3. SMA Singaraja 1977 1980 Ijasah IPS

4. Sarjana Semarang 1980 1985 Ijasah HTN

5. Magister Denpasar 2005 2007 Ijasah Hk.Pemerintahan

9.Pengalaman Penelitian.

Peneliti pada penelitian dengan judul; “Penyusunan Rancangan Perda (legislative

drafting) di DPRD Kabupaten Badung”, Tahun 2007.

Peneliti pada penelitian dengan judul; “ Perlindungan Hukum Pengetahuan

Tradisional di Bidang Obat-obatan Berkaitan dengan sistem Hak Kekayaan

Intelektual di Bali”, Tahun 2007.

Peneliti pada penelitian dengan judul; “Implementasi Izin Usaha Pertambangan Oleh

Gabungan Pengusaha Penambangan Limestone (Gapeli) Dalam Memelihara

Kelestarian Fungsi Tata Lingkungan di Kecamatan Kuta Selatan”, Tahun 2008.

Peneliti pada Penelitian Pengakuan Pengaturan Hak Atas Perumahan Dalam Peraturan

Perundang-undangan, Tahun 2010.

Penelitian Eksistensi Peraturan Desa (Perdes) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa, Tahun 2011.

44

Page 48: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

Perlindangan Hak TKI (UU No.39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri) sebagai hak Asasi Manusia:

kewajiban dan tanggung jawab Negara.2011.

Tanggung jawab Pemerintah daerah Provinsi Bali Terhadap Pemenuhan hak Atas

Perumahan Penduduk Miskin di Bali.

10.Tulisan/Makalah.

Makalah dengan judul; “Paksaan Pemerintahan Terhadap Pelanggaran Izin

Mendirikan Bangunan”, Tahun 2004.

Pemakalah dalam Pekan Ilmiah yang diselenggarakan dalam rangka BKFH-Unud

Tahun 2006. Makalah dengan judul ;”Komparasi Politik Hukum Kewarganegaraan

Dalam UU No.62 Tahun 1958 dan RUU Kewarganegaraan”, Tahun 2006.

Makalah dengan judul; “Pembentukan Peraturan Daerah Yang Baik Dalam Rangka

Menciptakan Good Governance”, Tahun 2007.

Makalah dengan judul: “Checks and Balances Dalam Lembaga Perwakilan

Indonesia”, Tahun 2008.

11.Buku/Bahan Ajar.

Buku; “Hukum Tata Negara Pasca Perubahan UUD 1945”, Bagian HTN Universitas

Udayana, Tahun 2005.

Bahan Ajar; “Hukum Kewarganegaraan dan Kependudukan” Tahun 2006

Block Book (Buku ajar); “Hukum Tata Negara”, Tahun 2008

Penyusun Block Book Hukum Kewarganegaraan, Tahun 2009.

Penyusun Block Book Hukum Kelembagaan Negara Tahun 2010

Penyusunan Block Book Hukum Perundang-Undangan, Tahun 2010

12.Pengabdian Masyarakat.

Pengabdian pada masyarakat yang berlokasi di Radio Suara Janger Polda Bali, pada

tanggal 13 Juli 2007, dengan judul; “Sosialisasi dan Konsultasi Hukum Bisnis,

Hukum Kewarganegaraan, Hukum Pidana dan Hukum Adat & Masyarakat di Klinis

Hukum Interaktif Radio Suara Janger Polda Bali”.

Pengabdian Sosialisasi UUD Tahun 1945 di Radio Polda Bali Tahun 2010.

Konsultasi dan Bantuan Hukum Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Ke luar

Negeri (Kasus Pada CV Bali Padma Rose Denpasar), Tahun 2011.

Diseminasi HAM dan Hak Berwisata Bagi Karyawan Perusahaaan Di Daerah

Pariwisata Sanur Bali, 2011.

Page 49: STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA TIDAK TERBATAS …

13.Seminar/Pelatihan.

Instruktur dalam pelatihan; Training on Contract Drafting, Tanggal 3 September-3

Desember 2004.

Peserta dalam Debat Publik; Identifikasi Masalah Pemberantasan Korupsi di

Indonesia, Tanggal 26 Juli 2005.

Peserta pada seminar;” Membangun Kepercayaan Masyarakat Terhadap Citra

Hukum”, Tanggal 5-12 Februari 2005.

Peserta International seminar;” Combating and Preventing Corruption”, Tanggal 22

September 2006

Peserta dalam seminar;”Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Partisipasi Aktif Proses

Belajar Mengajar”, Maret 2006.

Peserta Diskusi Publik Rancangan Undang-Undang (RUU) Rahasia Negara, Tanggal

28 Juli 2006

Peserta pelatihan; Metode Penelitian Hukum, Tanggal 18-19 Agustus 2006.

Peserta pada kegiatan uji sahih RUU tentang Perubahan atas UU No.10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (P3) kerjasama FH.UNUD

dengan DPD RI, Tanggal 7 Maret 2007.

Peserta Training kegiatan Sosialisasi Putusan MPR RI, Nopember 2007.

Peserta Diskusi terbatas; “Kegiatan Perbankan Dalam Perspektif Tindak Pidana

Korupsi”, Tanggal 2 Agustus 2007.

Training Educational Methodology Problem Base Learning to Support Curriculum,

Bedugul, Bali, 9 – 12 Agustus 2009.

Legal Research for Faculty of Law Udayana University Academic Staffs, August 19-

21, 2010.

45