status kepemilikan tanah hasil reklamasi di wilayah psisir dan pulau-pulau kecil
DESCRIPTION
disampaikan oleh BPNpadaFGD Reklamasi Wilayah Perairan sebagai Alternatif Kebutuhan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Sinkronisasi dengan Rencana Tata Ruangdiselenggarakan oleh Kemenko Perekonomian12 Februari 2014TRANSCRIPT
1-1
1
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
HASIL REKLAMASI
DI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
DIREKTORAT WILAYAH PESISIR, PULAU-PULAU KECIL,
PERBATASAN DAN WILAYAH TERTENTU
BPN -RI
1-2
ARAHAN KEBIJAKAN TEKNIS PERTANAHAN
WILAYAH PESISIR
1-3
Jumlah Pulau 13.446
Panjang Garis Pantai 81.000 Km
Jumlah Penduduk 237.641.326 Jiwa
Budaya Agraris Budaya Maritim
1-4
1-5
Hingga kini Belum Ada Pengaturan Mengenai Pemberian Hak Atas
Tanah Pada Bangunan di Atas Air Pada Wilayah Pesisir.
• Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.
• Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 500-
1197 tanggal 3 Mei 1997.
• Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 500-
1698 tanggal 14 Juli 1997.
Adanya suatu peraturan khusus yang mengatur perihal pemberian
hak atas tanah untuk permukiman/bangunan yang didirikan di
atas air adalah penting bagi suatu pelayanan pertanahan.
1-6
Luas ± 85,5 Ha.
3,84% Terdaftar.
Telah diterbitkan
• 6 HGB
• 476 Hak Pakai
60,85% Perumahan Padat
37,08% Perkampungan Padat
2,07% Perkampungan Jarang
Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau
Gambaran Lokasi Penggunaan Tanah Kesesuaian Tanah Permukiman di atas air
1-7
Luas ± 85,5 Ha.
3,84% Terdaftar.
Telah diterbitkan
• 6 HGB
• 476 Hak Pakai
60,85% Perumahan Padat
37,08% Perkampungan Padat
2,07% Perkampungan Jarang
Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau
1-8 Permukiman/Bangunan Di Atas Air, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara
1-9 DIREKTORAT WP3WT
Tugas:
menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan penataan wilayah pesisir,
pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu.
Fungsi diantaranya:
a. penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang pengaturan dan penataan
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah wilayah khusus;
b. penyusunan norma, standar, pedoman dan mekanisme pengaturan dan penataan
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah wilayah khusus;
Tahun 2010:
Analisis Pemanfaatan Wilayah Pesisir.
Tahun 2011:
Analisis Kebijakan Teknis Pertanahan Wilayah Pesisir.
Tahun 2012:
Background Paper Kebijakan Teknis Wilayah Pesisir.
Hasil Kegiatan Direktorat WP3WT
1-10
Kebijakan Teknis Pertanahan tahun 2011 disusun dengan mengacu kepada:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Bangunan, Hak
Guna Usaha dan Hak Pakai;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
10.Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional;
11.Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
12.Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;
13.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia;
14.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Kantor Pertanahan.
DASAR NORMATIF
1-11 REKOMENDASI
Permukiman/Bangunan di Atas Air Pada Wilayah Pesisir
1-12 REKOMENDASI
1. Obyek Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).
Permukiman/Bangunan di atas air pada wilayah pesisir adalah bangunan permanen yang seluruh atau sebagiannya didirikan pada bagian pesisir yang mengalami pasang surut air laut dan atau bagian pesisir yang selalu tertutup air laut, yang didirikan dengan menggunakan tiang/pancang/pondasi yang menancap/tertanam/terhubung ke tanah di dasar perairan.
Objek hak atas tanah dinyatakan ada jika permukiman/bangunannya ada atau berbentuk, dengan kata lain obyek hak atas tanah tersebut muncul jika terlebih dahulu telah ada penggunaan dan pemanfaatannya. Jadi tanda batas bidang saja tidak dapat dijadikan dasar bagi keberadaan objek hak atas tanah di atas perairan, dengan kata lain, tanpa adanya bangunan, tanda batas bidang tidak dapat merepresentasikan batas obyek hak atas tanah.
Objek hak atas tanah pada bangunan tersebut adalah garis yang menghubungkan tanda batas - tanda batas bidang yang telah ditunjuk oleh pemilik bangunan dan ditetapkan petugas pengukuran dengan persetujuan pemilik bangunan lain yang berbatasan. Batas bidang dipasang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1-13
2. Subyek Hak Atas Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).
Baik perorangan, badan hukum swasta, dan badan hukum publik merupakan subyek dari hak atas tanah. Sehingga secara normatif subyek hak atas tanah tersebut di atas juga dapat mendirikan dan memiliki bangunan di atas air. Dalam hal pemberian hak atas tanah, terdapat tiga asas yang mesti dipegang di dalam menentukan subyek hak atas tanah mana yang harus mendapat prioritas, pada suatu permukiman di atas perairan tersebut. Asas yang pertama adalah asas intensitas penguasaan dan penggunaan tanah, dimana
diberikan keutamaan/prioritas pemberian hak atas tanah kepada pihak-pihak yang paling intens menguasai dan menggunakan bangunan tersebut.
Asas yang kedua adalah asas kedekatan fisik dengan sumber daya tanah, dimana hak atas tanah diprioritaskan diberikan kepada pihak-pihak yang paling dekat dengan lokasi dimana obyek hak atas tanah berada.
Asas yang ketiga adalah asas rechtsverwerking (penguasaan karena dilepaskan oleh pihak yang menguasai sebelumnya) dimana prioritas pemberian hak atas tanah diberikan kepada pihak yang telah memperoleh obyek hak atas tanah tersebut berdasarkan suatu proses peralihan, seperti jual beli, waris dan hibah.
REKOMENDASI
1-14
3. Jenis Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).
REKOMENDASI
Subyek hak atas tanah serta jenis penggunaan dan pemanfaatan permukiman dan bangunan di atas air menentukan terhadap suatu jenis hak atas tanah yang dapat dilekatkan pada suatu obyek hak atas tanah.
Permukiman Subyek : Perorangan, Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai
Perdagangan dan Jasa Subyek : Perorangan, Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan
Pariwisata Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan
Industri Subyek : Perorangan, Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan
1-15
3. Jenis Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).
REKOMENDASI
Subyek hak atas tanah serta jenis penggunaan dan pemanfaatan permukiman dan bangunan di atas air menentukan terhadap suatu jenis hak atas tanah yang dapat dilekatkan pada suatu obyek hak atas tanah.
Pertambangan Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan (Untuk Bangunan)
Jalan Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, HPL
Pelabuhan Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, HPL
1-16
3. Jenis Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).
REKOMENDASI
Subyek hak atas tanah serta jenis penggunaan dan pemanfaatan permukiman dan bangunan di atas air menentukan terhadap suatu jenis hak atas tanah yang dapat dilekatkan pada suatu obyek hak atas tanah.
Fasilitas TNI/Polri Subyek : Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai
Kantor Pemerintahan Subyek : Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai
Pariwisata, Penelitian, Konservasi dalam Kawasan Lindung Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai (Bangunannya)
Tempat Ibadah Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai
1-17 REKOMENDASI
4. Berakhir atau Musnahnya Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian
Perairan). Berakhir jika: o jangka waktunya berakhir; o dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak
dipenuhi; o dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; o dicabut untuk kepentingan umum; o Diterlantarkan; o Bangunannya musnah atau hilang.
1-18
5. Syarat – Syarat Dalam Permohonan Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir
(Bagian Perairan)
REKOMENDASI
1. Syarat Umum
Persyaratan yang berlaku sesuai dengan ketentuan pertanahan yang umum.
2. Syarat Khusus
Persyaratan yang berlaku karena kekhususan sifat dari objek hak atas tanah tersebut.
a) Adanya Bangunan Fisik, dilengkapi dengan Izin Mendirikan Bangunan.
b) Peruntukan Sesuai Dengan Tata Ruang.
d) Tidak mengganggu fungsi perairan disekitarnya yang telah ditetapkan oleh LembagaTerkait.
e) Tidak mengganggu keberadaan alur-pelayaran umum dan perlintasan,
alur-pelayaran masuk pelabuhan, serta zona keamanan dan keselamatan
sarana bantu pelayaran yang terdapat pada wilayah perairan tersebut.
c) Tidak mengganggu fungsi lindung dari suatu kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.
1-19
19
Undang-undang No 5 / 1960
• Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa • Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa • Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa
1-20
20
KEBIJAKAN PERTANAHAN
• Semua bidang tanah harus didaftar • Jenis hak atas tanah • Penggunaan dan pemanfaatan tanah
1-21
PERMUKIMAN DI ATAS AIR DI INDONESIA
Tanjungpinang Sungailiat Sebatik Bontang Kuala Tallo Manokwari
Kuala Jambi Bandar
Lampung
Kotabaru Balikpapan
Barat
Wakatobi Jayapura
1-22
22
KEBIJAKAN TERHADAP TANAH PESISIR,
PULAU KECIL DAN REKLAMASI
Pemberian Hak atas Tanah akan diatur dengan
suatu peraturan pemerintah (psl 62 PP.40/1996) Tanah Reklamasi dinyatakan sebagai tanah yang dikuasai oleh Negara. Tanah-tanah timbul secara alami dinyatakan sebagai tanah yang langsung dikuasai Negara
1-23
PULAU-PULAU BERPENGUASAAN TUNGGAL
Mangkil Kecil
Suka
Bulat
1-24
24
Tanah-tanah yang hilang secara alami disebabkan
oleh abrasi,tenggelam, gempa, longsor, dinyatakan hilang dan haknya hapus. Pemegang hak tidak dapat minta ganti rugi dan menuntut apabila dikemudian hari dilakukan reklamasi
Untuk tanah yang akan direklamasi sebelumnya harus diberi tanda batas, sehingga bisa diketahui luas tanah yang nantinya selesai direklamasi
1-25
25
PERMASALAHAN
• KEPEMILIKAN TANAH
• JENIS HAK ATAS TANAH
• PERUNTUKAN DAN PENGGUNAAN TANAH
• RENCANA TATA RUANG WILAYAH
1-26
26
ASPEK STATUS DAN KEPEMILIKAN
TANAH HASIL REKLAMASI
TANAH YANG DIKUASAI OLEH NEGARA
PENGATURAN DAN PENATAAN
PERTANAHAN DILAKUKAN OLEH BPN-RI
DAPAT DIBEBANI DENGAN HAK
TANGGUNGAN
1-27
27
NORMA-NORMA YANG PERLU DIATUR
PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH
KEPENTINGAN UMUM/MASYARAKAT ADAT
PERUNTUKAN DAN PENGGUNAAN TANAH
LUASAN WILAYAH REKLAMASI
LINGKUNGAN HIDUP
PENEGAKKAN HUKUM
1-28
28
KESIMPULAN DAN SARAN
PERLU DIATUR ASPEK PERTANAHAN
TANAH REKLAMASI DENGAN SUATU
PERATURAN
KEGIATAN REKLAMASI TANAH HARUS
DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT BAGI
KESEJAHTERAAN RAKYAT.
DILAKUKAN SECARA SELEKTIF KARENA
DAPAT MENGGANGGU EKOSISTEM
WILAYAH.
1-29
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
1-30
R PP KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PENGATURAN DAN PENATAAN PERTANAHAN DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Direktorat wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu Badan pertanahan nasional ri
Hotel Alila , 2 Pebruari 2014
1-31
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Kepulauan atau Archipelagic State terluas di
dunia (Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 (UNCLOS))
luas daratan : ± 1.900.000 km²
luas perairan : ± 3.200.000 km²
Jumlah pulau : 13.487 pulau
Panjang Garis Pantai : 81.000 km
Di Indonesia dikenal istilah Pulau Kecil dan Pulau Terluar.
Pulau Kecil (UU No.27 tahun 2007) adalah pulau dengan luas lebih kecil
atau sama dengan 2.000 km² beserta kesatuan ekosistemnya.
Pulau Terluar (Perpres No.78 tahun 2005) adalah pulau yang memiliki titik-
titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut
kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional.
1-32
Tugas Direktorat WP3WT (Perkaban No.3 Tahun 2006) salah
satunya menyusun kebijakan teknis pertanahan pada wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil.
Peraturan Pertanahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
PP No. 40 tahun 1996 tentang HGU, HGB dan HP, Pasal 60 :
“Pemberian HGU, HGB atau HP atas sebidang tanah yang
seluruhnya merupakan pulau atau yang berbatasan dengan pantai
diatur tersendiri dengan PP.” SE Menag/Ka-BPN Nomor 500-1197 tanggal 3 Mei 1997 perihal
larangan untuk memberikan hak atas tanah yang keseluruhannya
merupakan pulau. SE Menag/Ka-BPN Nomor 500-1698 tanggal 14 Juli 1997 perihal
permohonan hak atas tanah yang seluruhnya merupakan pulau atau
yang berbatasan dengan pantai.
1-33
Dasar Hukum
1. UUD 1945 :
o Pasal 28 huruf A, huruf D ayat 1, huruf H ayat 4, (hak warga negara),
o Pasal 33 Ayat 3, (pengaturan sumber daya oleh negara).
2. UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
3. UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
4. UU No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil. 5. UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. 6. PP No.40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan
Hak Pakai. 7. PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
8. PP No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
9. PP Nomor 62 tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar
(PPKT). 10. SE Menag/Ka-BPN Nomor 500-1197 tanggal 3 Mei 1997 perihal larangan
untuk memberikan hak atas tanah yang keseluruhannya merupakan pulau.
11. SE Menag/Ka-BPN Nomor 500-1698 tanggal 14 Juli 1997 perihal
permohonan hak atas tanah yang seluruhnya merupakan pulau atau yang
berbatasan dengan pantai.
1-34
WILAYAH PESISIR Substansi Yang Dibahas antara lain:
Ruang Lingkup;
Manakah pilihan kebijakan yang lebih tepat antara pembatasan zona
yang dapat dilekati hak atas tanah dibatasi dengan suatu jarak
mendatar tertentu dari garis pasang tertinggi dan/atau dengan
kedalaman perairan tertentu; atau jika dibatasi dengan suatu area atau
zona tertentu yang ditetapkan dan disepakati bersama antara berbagai
pemangku kepentingan?
Kriteria Obyek;
Kriteria Subyek;
Jenis hak yang diberikan;
Jenis waktu hak;
Syarat Khusus;
Penggunaan/Pemanfaatan;
Hapusnya H.A.T.
1-35
Ruang lingkup Wilayah Pesisir
Di Indonesia terdapat lebih dari 1600 kecamatan pesisir yang terletak pada 258 kab/kota.
1-36
Desa Tapulaga, Kec. Soropia, Kab. Konawe, Prov. Sulawesi Tenggara 36
1-37
Manokwari, Papua Barat 37
1-38
Sebatik, Kalimantan Timur Tanjungpinang, Kepulauan Riau
38
1-39
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Kota Tanjungpinang merupakan kota pesisir
yang memiliki kekhasan dalam tata kotanya,
yaitu dengan adanya bangunan di atas air
dengan pelantar-pelantar sebagai aksesnya.
Keberadaan permukiman di atas air yang
demikian dapat dilihat pada beberapa
kelurahan seperti di Tanjungpinang Barat,
Tanjungpinang Kota, Kemboja, Tanjung
Unggat, Kampung Bulang, Kampung Bugis,
Senggarang dan (Pulau) Penyengat.
1-40
Bajo Mola, Kec. Wangi-Wangi Selatan, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
“Permukiman di Bajo Mola
menggambarkan perpaduan
antara modernitas perkotaan
dengan nilai-nilai budaya lokal
yang masih dipegang
masyarakatnya.”
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
1-41
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
Mantigola Makmur Samabahari
1-42
Mantigola Makmur, Kec. Kaledupa, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
“Di Mantigola pernah dibangun
rumah-rumah bantuan pemerintah.
Permukiman ini terpisah dari darat,
dihubungkan dengan jembatan.”
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
1-43
Samabahari, Kec. Kaledupa, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
“Samabahari merupakan permukiman padat, banyak
ditemukan satu rumah yang dihuni oleh lebih dari satu
Kepala Keluarga.”
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
1-44
Bontang Kuala, Kec. Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur.
“Bukti dari
permukiman di
atas air dapat
tertata dengan
baik.”
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
1-45
Marga Sari, Kec. Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
“Di Marga Sari, ekosistem
mangrove dilestarikan melalui
program Pemerintah Kota, dan
dipelihara melalui partisipasi
masyarakat.”
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
1-46
Rampa Baru, Kec. Pulau Laut Utara, Kab. Kotabaru, Kalimantan Selatan.
“Permukiman di atas air rentan
terhadap bahaya kebakaran.
Pada kasus Kotabaru, upaya
relokasi kedaratan menemui
tingkat keberhasilan yang rendah
dibandingkan relokasi ke bentuk
permukiman semula, Rampa
Baru merupakan contohnya.”
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
1-47
Penimbunan yang sedang dilakukan untuk membuat jalan di Kaluku Bodoa, Kec. Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Kantor-kantor instansi pemerintah di Sungai Nyamuk, Kec. Sebatik, Kab. Nunukan, Kalimantan Timur.
Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia
1-48
PULAU-PULAU KECIL
1-49
Pulau adalah daratan yang terbentuk secara alami, dan dikelilingi oleh air
dan selalu di atas muka air pada saat pasang naik tertinggi. (UNCLOS
1982, Pasal 121)
Luas pulau kecil dihitung berdasarkan garis pantai pada saat
pasang tertinggi.
1-50
Pulau Benggala, Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Tokong Berlayar, Kepulauan Riau.
Pulau Gosong Makassar, Kalimantan Timur. Pulau Masela, Maluku.
Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Terluar
1-51
Pulau Sinyaunyau, Sumatera Barat .
Pulau Salando, Sulawesi Tengah.
Pulau Subi Kecil, Kepulauan Riau.
Pulau Kawaluso , Sulawesi Utara.
Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Terluar
1-52
Pulau Cemara Besar.
Pulau Manjin Besar.
Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Tidak Berpenghuni
1-53
Pulau Bawah.
Pulau Sanggah. Pulau Murba.
Pulau Lidi.
Pulau Elang.
Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Tidak Berpenghuni
1-54
Pulau Mangkil Kecil. Pulau Gili Nanggu.
Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Berpenguasaan Tunggal
1-55
Pulau Bulat. Letak Pulau Bulat
Pulau Mangkil Besar. Letak Pulau Mangkil Besar.
Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Berpenguasaan Tunggal