status kepemilikan tanah hasil reklamasi di wilayah psisir dan pulau-pulau kecil

55

Click here to load reader

Upload: pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp

Post on 21-Oct-2015

356 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

disampaikan oleh BPNpadaFGD Reklamasi Wilayah Perairan sebagai Alternatif Kebutuhan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Sinkronisasi dengan Rencana Tata Ruangdiselenggarakan oleh Kemenko Perekonomian12 Februari 2014

TRANSCRIPT

Page 1: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-1

1

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

HASIL REKLAMASI

DI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

DIREKTORAT WILAYAH PESISIR, PULAU-PULAU KECIL,

PERBATASAN DAN WILAYAH TERTENTU

BPN -RI

Page 2: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-2

ARAHAN KEBIJAKAN TEKNIS PERTANAHAN

WILAYAH PESISIR

Page 3: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-3

Jumlah Pulau 13.446

Panjang Garis Pantai 81.000 Km

Jumlah Penduduk 237.641.326 Jiwa

Budaya Agraris Budaya Maritim

Page 4: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-4

Page 5: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-5

Hingga kini Belum Ada Pengaturan Mengenai Pemberian Hak Atas

Tanah Pada Bangunan di Atas Air Pada Wilayah Pesisir.

• Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.

• Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 500-

1197 tanggal 3 Mei 1997.

• Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 500-

1698 tanggal 14 Juli 1997.

Adanya suatu peraturan khusus yang mengatur perihal pemberian

hak atas tanah untuk permukiman/bangunan yang didirikan di

atas air adalah penting bagi suatu pelayanan pertanahan.

Page 6: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-6

Luas ± 85,5 Ha.

3,84% Terdaftar.

Telah diterbitkan

• 6 HGB

• 476 Hak Pakai

60,85% Perumahan Padat

37,08% Perkampungan Padat

2,07% Perkampungan Jarang

Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau

Gambaran Lokasi Penggunaan Tanah Kesesuaian Tanah Permukiman di atas air

Page 7: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-7

Luas ± 85,5 Ha.

3,84% Terdaftar.

Telah diterbitkan

• 6 HGB

• 476 Hak Pakai

60,85% Perumahan Padat

37,08% Perkampungan Padat

2,07% Perkampungan Jarang

Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau

Page 8: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-8 Permukiman/Bangunan Di Atas Air, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Page 9: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-9 DIREKTORAT WP3WT

Tugas:

menyiapkan perumusan kebijakan teknis dan melaksanakan penataan wilayah pesisir,

pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu.

Fungsi diantaranya:

a. penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang pengaturan dan penataan

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah wilayah khusus;

b. penyusunan norma, standar, pedoman dan mekanisme pengaturan dan penataan

penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah wilayah khusus;

Tahun 2010:

Analisis Pemanfaatan Wilayah Pesisir.

Tahun 2011:

Analisis Kebijakan Teknis Pertanahan Wilayah Pesisir.

Tahun 2012:

Background Paper Kebijakan Teknis Wilayah Pesisir.

Hasil Kegiatan Direktorat WP3WT

Page 10: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-10

Kebijakan Teknis Pertanahan tahun 2011 disusun dengan mengacu kepada:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria;

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Bangunan, Hak

Guna Usaha dan Hak Pakai;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

10.Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional;

11.Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung;

12.Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;

13.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia;

14.Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional dan Kantor Pertanahan.

DASAR NORMATIF

Page 11: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-11 REKOMENDASI

Permukiman/Bangunan di Atas Air Pada Wilayah Pesisir

Page 12: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-12 REKOMENDASI

1. Obyek Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).

Permukiman/Bangunan di atas air pada wilayah pesisir adalah bangunan permanen yang seluruh atau sebagiannya didirikan pada bagian pesisir yang mengalami pasang surut air laut dan atau bagian pesisir yang selalu tertutup air laut, yang didirikan dengan menggunakan tiang/pancang/pondasi yang menancap/tertanam/terhubung ke tanah di dasar perairan.

Objek hak atas tanah dinyatakan ada jika permukiman/bangunannya ada atau berbentuk, dengan kata lain obyek hak atas tanah tersebut muncul jika terlebih dahulu telah ada penggunaan dan pemanfaatannya. Jadi tanda batas bidang saja tidak dapat dijadikan dasar bagi keberadaan objek hak atas tanah di atas perairan, dengan kata lain, tanpa adanya bangunan, tanda batas bidang tidak dapat merepresentasikan batas obyek hak atas tanah.

Objek hak atas tanah pada bangunan tersebut adalah garis yang menghubungkan tanda batas - tanda batas bidang yang telah ditunjuk oleh pemilik bangunan dan ditetapkan petugas pengukuran dengan persetujuan pemilik bangunan lain yang berbatasan. Batas bidang dipasang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 13: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-13

2. Subyek Hak Atas Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).

Baik perorangan, badan hukum swasta, dan badan hukum publik merupakan subyek dari hak atas tanah. Sehingga secara normatif subyek hak atas tanah tersebut di atas juga dapat mendirikan dan memiliki bangunan di atas air. Dalam hal pemberian hak atas tanah, terdapat tiga asas yang mesti dipegang di dalam menentukan subyek hak atas tanah mana yang harus mendapat prioritas, pada suatu permukiman di atas perairan tersebut. Asas yang pertama adalah asas intensitas penguasaan dan penggunaan tanah, dimana

diberikan keutamaan/prioritas pemberian hak atas tanah kepada pihak-pihak yang paling intens menguasai dan menggunakan bangunan tersebut.

Asas yang kedua adalah asas kedekatan fisik dengan sumber daya tanah, dimana hak atas tanah diprioritaskan diberikan kepada pihak-pihak yang paling dekat dengan lokasi dimana obyek hak atas tanah berada.

Asas yang ketiga adalah asas rechtsverwerking (penguasaan karena dilepaskan oleh pihak yang menguasai sebelumnya) dimana prioritas pemberian hak atas tanah diberikan kepada pihak yang telah memperoleh obyek hak atas tanah tersebut berdasarkan suatu proses peralihan, seperti jual beli, waris dan hibah.

REKOMENDASI

Page 14: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-14

3. Jenis Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).

REKOMENDASI

Subyek hak atas tanah serta jenis penggunaan dan pemanfaatan permukiman dan bangunan di atas air menentukan terhadap suatu jenis hak atas tanah yang dapat dilekatkan pada suatu obyek hak atas tanah.

Permukiman Subyek : Perorangan, Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai

Perdagangan dan Jasa Subyek : Perorangan, Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan

Pariwisata Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan

Industri Subyek : Perorangan, Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan

Page 15: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-15

3. Jenis Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).

REKOMENDASI

Subyek hak atas tanah serta jenis penggunaan dan pemanfaatan permukiman dan bangunan di atas air menentukan terhadap suatu jenis hak atas tanah yang dapat dilekatkan pada suatu obyek hak atas tanah.

Pertambangan Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan (Untuk Bangunan)

Jalan Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, HPL

Pelabuhan Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, HPL

Page 16: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-16

3. Jenis Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian Perairan).

REKOMENDASI

Subyek hak atas tanah serta jenis penggunaan dan pemanfaatan permukiman dan bangunan di atas air menentukan terhadap suatu jenis hak atas tanah yang dapat dilekatkan pada suatu obyek hak atas tanah.

Fasilitas TNI/Polri Subyek : Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai

Kantor Pemerintahan Subyek : Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai

Pariwisata, Penelitian, Konservasi dalam Kawasan Lindung Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai (Bangunannya)

Tempat Ibadah Subyek : Badan Hukum Swasta, Badan Hukum Publik Jenis Hak : Hak Guna Bangunan, Hak Pakai

Page 17: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-17 REKOMENDASI

4. Berakhir atau Musnahnya Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir (Bagian

Perairan). Berakhir jika: o jangka waktunya berakhir; o dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak

dipenuhi; o dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; o dicabut untuk kepentingan umum; o Diterlantarkan; o Bangunannya musnah atau hilang.

Page 18: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-18

5. Syarat – Syarat Dalam Permohonan Hak Atas Tanah Pada Wilayah Pesisir

(Bagian Perairan)

REKOMENDASI

1. Syarat Umum

Persyaratan yang berlaku sesuai dengan ketentuan pertanahan yang umum.

2. Syarat Khusus

Persyaratan yang berlaku karena kekhususan sifat dari objek hak atas tanah tersebut.

a) Adanya Bangunan Fisik, dilengkapi dengan Izin Mendirikan Bangunan.

b) Peruntukan Sesuai Dengan Tata Ruang.

d) Tidak mengganggu fungsi perairan disekitarnya yang telah ditetapkan oleh LembagaTerkait.

e) Tidak mengganggu keberadaan alur-pelayaran umum dan perlintasan,

alur-pelayaran masuk pelabuhan, serta zona keamanan dan keselamatan

sarana bantu pelayaran yang terdapat pada wilayah perairan tersebut.

c) Tidak mengganggu fungsi lindung dari suatu kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.

Page 19: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-19

19

Undang-undang No 5 / 1960

• Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,

penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa • Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa • Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa

Page 20: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-20

20

KEBIJAKAN PERTANAHAN

• Semua bidang tanah harus didaftar • Jenis hak atas tanah • Penggunaan dan pemanfaatan tanah

Page 21: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-21

PERMUKIMAN DI ATAS AIR DI INDONESIA

Tanjungpinang Sungailiat Sebatik Bontang Kuala Tallo Manokwari

Kuala Jambi Bandar

Lampung

Kotabaru Balikpapan

Barat

Wakatobi Jayapura

Page 22: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-22

22

KEBIJAKAN TERHADAP TANAH PESISIR,

PULAU KECIL DAN REKLAMASI

Pemberian Hak atas Tanah akan diatur dengan

suatu peraturan pemerintah (psl 62 PP.40/1996) Tanah Reklamasi dinyatakan sebagai tanah yang dikuasai oleh Negara. Tanah-tanah timbul secara alami dinyatakan sebagai tanah yang langsung dikuasai Negara

Page 23: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-23

PULAU-PULAU BERPENGUASAAN TUNGGAL

Mangkil Kecil

Suka

Bulat

Page 24: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-24

24

Tanah-tanah yang hilang secara alami disebabkan

oleh abrasi,tenggelam, gempa, longsor, dinyatakan hilang dan haknya hapus. Pemegang hak tidak dapat minta ganti rugi dan menuntut apabila dikemudian hari dilakukan reklamasi

Untuk tanah yang akan direklamasi sebelumnya harus diberi tanda batas, sehingga bisa diketahui luas tanah yang nantinya selesai direklamasi

Page 25: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-25

25

PERMASALAHAN

• KEPEMILIKAN TANAH

• JENIS HAK ATAS TANAH

• PERUNTUKAN DAN PENGGUNAAN TANAH

• RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Page 26: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-26

26

ASPEK STATUS DAN KEPEMILIKAN

TANAH HASIL REKLAMASI

TANAH YANG DIKUASAI OLEH NEGARA

PENGATURAN DAN PENATAAN

PERTANAHAN DILAKUKAN OLEH BPN-RI

DAPAT DIBEBANI DENGAN HAK

TANGGUNGAN

Page 27: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-27

27

NORMA-NORMA YANG PERLU DIATUR

PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH

KEPENTINGAN UMUM/MASYARAKAT ADAT

PERUNTUKAN DAN PENGGUNAAN TANAH

LUASAN WILAYAH REKLAMASI

LINGKUNGAN HIDUP

PENEGAKKAN HUKUM

Page 28: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-28

28

KESIMPULAN DAN SARAN

PERLU DIATUR ASPEK PERTANAHAN

TANAH REKLAMASI DENGAN SUATU

PERATURAN

KEGIATAN REKLAMASI TANAH HARUS

DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT BAGI

KESEJAHTERAAN RAKYAT.

DILAKUKAN SECARA SELEKTIF KARENA

DAPAT MENGGANGGU EKOSISTEM

WILAYAH.

Page 29: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-29

SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

Page 30: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-30

R PP KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PENGATURAN DAN PENATAAN PERTANAHAN DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Direktorat wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu Badan pertanahan nasional ri

Hotel Alila , 2 Pebruari 2014

Page 31: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-31

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kepulauan atau Archipelagic State terluas di

dunia (Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 (UNCLOS))

luas daratan : ± 1.900.000 km²

luas perairan : ± 3.200.000 km²

Jumlah pulau : 13.487 pulau

Panjang Garis Pantai : 81.000 km

Di Indonesia dikenal istilah Pulau Kecil dan Pulau Terluar.

Pulau Kecil (UU No.27 tahun 2007) adalah pulau dengan luas lebih kecil

atau sama dengan 2.000 km² beserta kesatuan ekosistemnya.

Pulau Terluar (Perpres No.78 tahun 2005) adalah pulau yang memiliki titik-

titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut

kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional.

Page 32: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-32

Tugas Direktorat WP3WT (Perkaban No.3 Tahun 2006) salah

satunya menyusun kebijakan teknis pertanahan pada wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil.

Peraturan Pertanahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

PP No. 40 tahun 1996 tentang HGU, HGB dan HP, Pasal 60 :

“Pemberian HGU, HGB atau HP atas sebidang tanah yang

seluruhnya merupakan pulau atau yang berbatasan dengan pantai

diatur tersendiri dengan PP.” SE Menag/Ka-BPN Nomor 500-1197 tanggal 3 Mei 1997 perihal

larangan untuk memberikan hak atas tanah yang keseluruhannya

merupakan pulau. SE Menag/Ka-BPN Nomor 500-1698 tanggal 14 Juli 1997 perihal

permohonan hak atas tanah yang seluruhnya merupakan pulau atau

yang berbatasan dengan pantai.

Page 33: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-33

Dasar Hukum

1. UUD 1945 :

o Pasal 28 huruf A, huruf D ayat 1, huruf H ayat 4, (hak warga negara),

o Pasal 33 Ayat 3, (pengaturan sumber daya oleh negara).

2. UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

3. UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

4. UU No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil. 5. UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. 6. PP No.40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan

Hak Pakai. 7. PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

8. PP No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

9. PP Nomor 62 tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar

(PPKT). 10. SE Menag/Ka-BPN Nomor 500-1197 tanggal 3 Mei 1997 perihal larangan

untuk memberikan hak atas tanah yang keseluruhannya merupakan pulau.

11. SE Menag/Ka-BPN Nomor 500-1698 tanggal 14 Juli 1997 perihal

permohonan hak atas tanah yang seluruhnya merupakan pulau atau yang

berbatasan dengan pantai.

Page 34: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-34

WILAYAH PESISIR Substansi Yang Dibahas antara lain:

Ruang Lingkup;

Manakah pilihan kebijakan yang lebih tepat antara pembatasan zona

yang dapat dilekati hak atas tanah dibatasi dengan suatu jarak

mendatar tertentu dari garis pasang tertinggi dan/atau dengan

kedalaman perairan tertentu; atau jika dibatasi dengan suatu area atau

zona tertentu yang ditetapkan dan disepakati bersama antara berbagai

pemangku kepentingan?

Kriteria Obyek;

Kriteria Subyek;

Jenis hak yang diberikan;

Jenis waktu hak;

Syarat Khusus;

Penggunaan/Pemanfaatan;

Hapusnya H.A.T.

Page 35: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-35

Ruang lingkup Wilayah Pesisir

Di Indonesia terdapat lebih dari 1600 kecamatan pesisir yang terletak pada 258 kab/kota.

Page 36: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-36

Desa Tapulaga, Kec. Soropia, Kab. Konawe, Prov. Sulawesi Tenggara 36

Page 37: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-37

Manokwari, Papua Barat 37

Page 38: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-38

Sebatik, Kalimantan Timur Tanjungpinang, Kepulauan Riau

38

Page 39: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-39

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Kota Tanjungpinang merupakan kota pesisir

yang memiliki kekhasan dalam tata kotanya,

yaitu dengan adanya bangunan di atas air

dengan pelantar-pelantar sebagai aksesnya.

Keberadaan permukiman di atas air yang

demikian dapat dilihat pada beberapa

kelurahan seperti di Tanjungpinang Barat,

Tanjungpinang Kota, Kemboja, Tanjung

Unggat, Kampung Bulang, Kampung Bugis,

Senggarang dan (Pulau) Penyengat.

Page 40: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-40

Bajo Mola, Kec. Wangi-Wangi Selatan, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

“Permukiman di Bajo Mola

menggambarkan perpaduan

antara modernitas perkotaan

dengan nilai-nilai budaya lokal

yang masih dipegang

masyarakatnya.”

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Page 41: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-41

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Mantigola Makmur Samabahari

Page 42: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-42

Mantigola Makmur, Kec. Kaledupa, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

“Di Mantigola pernah dibangun

rumah-rumah bantuan pemerintah.

Permukiman ini terpisah dari darat,

dihubungkan dengan jembatan.”

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Page 43: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-43

Samabahari, Kec. Kaledupa, Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

“Samabahari merupakan permukiman padat, banyak

ditemukan satu rumah yang dihuni oleh lebih dari satu

Kepala Keluarga.”

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Page 44: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-44

Bontang Kuala, Kec. Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur.

“Bukti dari

permukiman di

atas air dapat

tertata dengan

baik.”

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Page 45: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-45

Marga Sari, Kec. Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

“Di Marga Sari, ekosistem

mangrove dilestarikan melalui

program Pemerintah Kota, dan

dipelihara melalui partisipasi

masyarakat.”

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Page 46: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-46

Rampa Baru, Kec. Pulau Laut Utara, Kab. Kotabaru, Kalimantan Selatan.

“Permukiman di atas air rentan

terhadap bahaya kebakaran.

Pada kasus Kotabaru, upaya

relokasi kedaratan menemui

tingkat keberhasilan yang rendah

dibandingkan relokasi ke bentuk

permukiman semula, Rampa

Baru merupakan contohnya.”

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Page 47: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-47

Penimbunan yang sedang dilakukan untuk membuat jalan di Kaluku Bodoa, Kec. Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Kantor-kantor instansi pemerintah di Sungai Nyamuk, Kec. Sebatik, Kab. Nunukan, Kalimantan Timur.

Gambaran Permukiman di Atas Air di Indonesia

Page 48: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-48

PULAU-PULAU KECIL

Page 49: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-49

Pulau adalah daratan yang terbentuk secara alami, dan dikelilingi oleh air

dan selalu di atas muka air pada saat pasang naik tertinggi. (UNCLOS

1982, Pasal 121)

Luas pulau kecil dihitung berdasarkan garis pantai pada saat

pasang tertinggi.

Page 50: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-50

Pulau Benggala, Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Tokong Berlayar, Kepulauan Riau.

Pulau Gosong Makassar, Kalimantan Timur. Pulau Masela, Maluku.

Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Terluar

Page 51: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-51

Pulau Sinyaunyau, Sumatera Barat .

Pulau Salando, Sulawesi Tengah.

Pulau Subi Kecil, Kepulauan Riau.

Pulau Kawaluso , Sulawesi Utara.

Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Terluar

Page 52: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-52

Pulau Cemara Besar.

Pulau Manjin Besar.

Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Tidak Berpenghuni

Page 53: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-53

Pulau Bawah.

Pulau Sanggah. Pulau Murba.

Pulau Lidi.

Pulau Elang.

Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Tidak Berpenghuni

Page 54: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-54

Pulau Mangkil Kecil. Pulau Gili Nanggu.

Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Berpenguasaan Tunggal

Page 55: Status Kepemilikan Tanah hasil Reklamasi di Wilayah Psisir dan Pulau-Pulau Kecil

1-55

Pulau Bulat. Letak Pulau Bulat

Pulau Mangkil Besar. Letak Pulau Mangkil Besar.

Gambaran Pulau-Pulau Kecil di Indonesia Pulau-Pulau Berpenguasaan Tunggal