status icrc dalam hukum internasional
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
1/42
BAB III
STATUS ICRC DALAM HUKUM INTERNASIONAL
III.1. Pengertian dan jenis-jenis subyek hukum internasional
Subyek hukum secara umum berarti segala sesuatu yang dianggap menjadi
pendukung hak dan kewajiban. Pada mulanya, yang dianggap sebagai subyek
hukum nasional hanyalah individu. Tetapi karena perkembangan zaman, maka
badan hukum juga dapat dianggap sebagai subyek hukum (rechtspersoon), karena
ia memiliki hak dan kewajiban tersendiri dalam lalu lintas hukum.
Dalam hukum internasional, pengertian subyek hukum dapat ditemukan
dalam definisi yang dibuat oleh beberapa pakar hukum internasional, antara lain :
Menurut Ian Brownlie, pengertian subyek hukum internasional
merupakan entitas yang menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban
internasional, dan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hak-haknya
dengan mengajukan klaim-klaim internasional42
42
Ian Brownlie, Principles of Public International Law, The English Language BookSociety and Oxford University Press, 1977, halaman. 60
. Selanjutnya ia menambahkan
bahwa subyek hukum internasional juga mempunyai kemampuan untuk
mengajukan klaim-kalim dalam hal terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum
internasional, kemampuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dan persetujuan-
persetujuan yang sah dalam latar internasional, dan dapat menikmati hak-hak
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
2/42
istimewa (privileges) dan kekebalan-kekebalan (immunities) dari yurisdiksi-
yurisdiksi nasional43
i. Pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut hukum internasional.Subyek hukum semacam ini disebut subyek hukum internasional penuh,
misalnya negara.
.
Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadjapengertian subyek hukum
internasional adalah :
ii.
Mencakup pula keadaan-keadaan dimana yang dimilikinya itu hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban terbatas, misalnya kewenangan untuk
mengadakan penuntutan hak yang diberikan oleh hukum internasional di
muka pengadilan berdasarkan suatu konvensi, misalnya individu.
iii.Subyek hukum internasional memperoleh kedudukanberdasarkan hukumkebiasaan internasional karena perkembangan sejarah44
Pada awalnya, bahkan sampai sekarang ini, negara masih diakui sebagai
subyek hukum internasional yang paling utama. Negara adalah subyek hukum
internasional dalam arti klasik sejak lahirnya hukum internasional dan sampai
sekarang masih ada anggapan bahwa hukum internasional itu pada hakekatnya
adalah hukum antar negara. Hal ini disebabkan negara mempunyai hak dan
kewajiban yang utuh yang diakui hukum internasional. Tetapi karena perubahan-
perubahan yang terjadi dalam masyarakat internasional dari abad keabad, negara
saat ini bukanlah satu-satunya subyek hukum internasional45
Ketentuan hukum internasional terutama berkenaan dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, serta kepentingan-kepentingan negara. Biasanya ketentuan
hukum internasional merupakan ketentuan yang harus ditaati negara-negara, dan
.
43Ibid.
44 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Op.cit, halaman. 88
45Ibid., halaman. 89
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
3/42
dalam traktat-traktat dapat membedakan kewajiban yang disetujui sendiri untuk
dilaksanakan oleh negara penandatanganan. Anggapan bahwa negara adalah satu-
satunya subyek hukum internasional merupakan anggapan yang wajar sekali
dimana hubungan antara negara identik dengan hubungan internasional.
Anggapan semacam ini dianut pada awal perkembangan hukum internasional
sampai pada awal abad ke-20.
Anggapan ini antara lain dibantah oleh Kelsen, sebagaimana dikutip oleh
Mochtar Kusumaatmadja, yang mengajukan teori bahwa apa yang dinamakan
hak-hak dan kewajiban negara sebenarnya merupakan hak-hak dan kewajiban
manusia-manusia yang merupakan anggota masyarakat yang mengorganisir
dirinya dalam negara itu. Teori Kelsen ini intinya adalah bahwa subyek hukum
internasional yang sesungguhnya adalah individu46
Dalam perkembangan hukum internasional selanjutnya, ternyata jenis-
jenis subyek hukum internasional bertambah sejalan dengan perkembangan
hubungan internasional. Jenis-jenis subyek hukum internasional yang telah diakui
secara umum sampai saat ini adalah negara, organisasi internasional, insurgency
(pemberontakan), belligerency (pihak yang terlibat dalam perang), tempat
kedudukan Paus di Vatican (The Holy See), wilayah mandat/ perwalian, wilayah
koloni, Gerakan Pembebasan (misalnya PLO), dan individu
.
47
Dalam perkembangan hubungan internasional dewasa ini, organisasi
internasional merupakan subyek hukum yang penting selain negara, mengingat
kontribusinya yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
.
46Ibid., halaman. 90
47Ibid., halaman. 89-105
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
4/42
Organisasi internasional adalah organisasi yang timbul dari hubungan
internasional yang menampung kehendak banyak negara. Negara melalui
organisasi itu akan berusaha mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama
dan kepentingan ini menyangkut bidang kehidupan internasional yang sangat luas
sehingga diperlukan peraturan internasional agar kepentingan masing-masing
negara dapat terjamin48. Oppenheim memberi rumusan mengenai defenisi
internasional yaitu : an association of states of potentially universal character
for the ultimate fulfillment of purposes which, in relation to indivifuals organised
in political society, are realized by the state49
Menurut Bowett, perkembangan organisasi internasional merupakan
jawaban atas kebutuhan nyata yang timbul dari pergaulan internasional.
Pertumbuhan pergaulan internasional, dalam arti perkembangan hubungan antara
rakyat yang beragam merupakan cirri konstan dari peradaban yang matang,
kemajuan dalam bidang komunikasi dan perdaganngan menciptakan tingkat
hubungan yang akhirnya memerlukan pengaturan melalui cara-cara
kelembagaan
.
50
Sumaryo Suryokusumo mencatat beberapa jenis organisasi internasional,
yaitu comission, union, council, league, association, united nations,
commonwealth, community, dan cooperation
.
51
48 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, cet.1, Jakarta,1990,halaman. 1
49L. Oppenheim,International Law : a treatise, vol 1, New York, 1955, halaman. 370
50 D.W.Bowett, The Law of International Institutions, London, 1982, halaman. 1
51Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, halaman. 1
.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
5/42
Pada awalnya, organisasi internasional ini berbentuk suatu perhimpunan
atau perserikatan (union), yang bergerak di bidang publik dan perdata (public and
private international union). Anggotapublic international union biasanya adalah
negara-negara (yang kemudian berkembang menjadi organisasi internasional),
sedangkan private international union dibentuk oleh lembaga non pemerintah,
baik individual atau suatu asosiasi, yang memiliki kepentingan yang bersifat
internasional. Bowett membuat kriteria private international union ini sebagai
berikut52
1. The Possesssion of a permanent organ:
2. The object must be interest to all or some nations, and not one of profit3. The membership should be open to individuals or group from different
countries
4. Emphazied the need for permanent organization and for periodic,regular meeting
5. Set up a small, permanent secretariatArti:
1. Kepemilikan sebuah organ yang permanen
2. Obyeknya harus berkepentingan semua bangsa atau beberapa, dan tidak
satu keuntungan.
3. Keanggotaan harus terbuka untuk individu atau kelompok dari beberapa
negara.
4. Menekankan perlunya bagi organsisasi permanen dan periodik,
pertemuan rutin.
5. Mendirikan sekretariat kecil yang permanen.
52Bowett,. Op. Cit., halaman 4
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
6/42
Menurut Sumaryo Suryokusumo, organisasi dalam arti luas meliputi
organisasi internasional publik dan organisasi internasional privat, tetapi pada
hakikatnya yang disebut organisasi internsional publik, adalah yang anggotanya
terdiri dari negara53
Mochtar Kusumaatmadja dalam pembahasan mengenai subyek hukum
internasional memberikan tempat yang terpisah dari organisasi internasional bagi
ICRC . Beliau juga menyebutkan bahwa sekarang Palang Merah Internasional
(ICRC) secara umum diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki
kedudukan sebagai subyek hukum internasional walaupun dengan ruang lingkup
yang terbatas
.
III.2. Status ICRC sebagai subyek hukum internasional
Mengenai status ICRC sebagai subyek hukum internasional, ternyata
masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan pakar hukum internasional, apakah
ICRC dapat diklasifikasikan sebagai suatu organisasi internasional atau memiliki
status tersendiri.
54
Sedangkan Bowett tampaknya menolak anggapan bahwa ICRC termasuk
organisasi internasional. Hal ini terlihat dari pendapat beliau yang menggolongkan
ICRC sebagai private international union, sedangkan yang dianggap awal
perkembangan organisasi internasional menurut beliau adalahpublic international
.
53 Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit., halaman 12
54
Mochtar Kusumaatmadja,Loc. Cit, halaman. 94
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
7/42
union55
a. Memiliki organisasi yang tetap untuk menjalankan fungsi-fungsinya, berupaorgan-organ khusus yang akan menjalankan fungsi ICRC sebagaimana
tercantum dalam Statuta ICRC, Statuta Gerakan, dan Konvensi Jenewa.
. Dalam Pasal 1 Statuta ICRC disebutkan bahwa ICRC adalah an
independent humanitarian organization.
Selain itu, Oppenheim, Goodspeed, dan umumnya pendapat para sarjana
lain yang secara tegas menyatakan bahwa keanggotaan organisasi internasional
adalah negara-negara, tentunya akan menolak untuk menggolongkan ICRC terdiri
dari individu, walaupun memang harus diakui bahwa ICRC memenuhi sebagian
besar kriteria sebagai suatu organisasi internasional, misalnya :
b. Memiliki instrument dasar berupa Statuta ICRC yang diadopsi tanggal 21 Juni1973, dimana di dalamnya dicantumkan struktur organisasi ICRC (pasal 8-
10), metode operasi berupa Rules of Procedur (pasal 13), baik untuk ICRC
sendiri maupun dalam kapasitasnya sebagai bagian dari Gerakan Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
c. Memiliki lembaga konsultatif berupa Konferensi Internasional Palang Merahyang diadakan setiap 4 tahun sekali. Pada konferensi ini dihasilkan berbagai
resolusi yang akan menjadi pedoman kerja bagi seluruh unsure Gerakan.
Konferensi ini dihadiri oleh ICRC, Federasi, Perhimpunan Nasional, serta
negara-negara penandatanganan Konvensi Jenewa. Selain itu ada pula
lembaga Council of Delegates yang terdiri dari wakil-wakil ICRC, Federasi,
55Bowett, Op. Cit., halaman. 4
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
8/42
dan Perhimpunan Nasional yang bertemu 2 tahun sekali untuk memberikan
pendapat atas kebijakan dan masalah umum bagi semua unsur Gerakan.
d. Memiliki sekrettariat tetap yang berpusat di Jenewa yang menjalankan fungsi-fungsi administratif, riset, dan informasi secara terus menerus.
Dalam perkembangan dewasa ini, terminologi organisasi internasional
memang lebih ditekankan pada organisasi yang didirikan oleh negara-negara dan
anggotanya adalah negara-negara pula, dan adanya suatu perjanjian internasional
yang menjadi instrument dasar organisasi tersebut. Dengan demikian, maka dapat
dikatakan bahwa ICRC memiliki kedudukan tersendiri dalam hal statusnya
sebagai subyek hukum internasional.
ICRC adalah produk dari inisiatif pribadi (bukan negara). Pembentukan
ICRC tidak berdasarkan inisiatif atau perjanjian internasional antar beberapa
negara sebagaimana organisasi internasional umumnya, tetapi adalah atas inisiatif
pribadi Henry Dunant dan rekan-rekannya. ICRC pun dibentuk berdasarkan
hukum perdata Swiss. Tetapi melalui berbagai tugas yang dibebankan kepadanya
oleh Konvensi Jenewa dan protokol tambahannya, ICRC memperoleh status
internasionalnya, yang mana status tersebut memberikan hak bagi ICRC untuk
melaksanakan misinya di seluruh dunia. Mandat yang diberikan itu juga
memungkinkan ICRC untuk melakukan hubungan dengan negara-negara dengan
membuka perwakilan dan menyebarkan delegasinya. Hubungan yang dibuat
ICRC dengan pemerintah dalam rangka pengawasan korban perang tidak akan
mempengaruhi status kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
9/42
Dimensi internasional ICRC dikuatkan dengan headquarter agreement
atau seat agreement yang telah dibuat 50 negara dimana ICRC membuka kantor
perwakilan (misalnya regional delegation). Dengan adanya perjanjian ini, negara
mengakui ICRC sebagai suatu kesatuan hukum dan menjamin hak-hak istimewa
serta kekebalannya seperti anggota korps diplomatik. Hal ini termasuk kekebalan
dari proses hukum, yang melindungi staf ICRC dari proses administrasi dan
yudisial, serta tidak mengganggu arsip dan dokumen ICRC56
Hak-hak istimewa dan kekebalan bagi ICRC ini perlu diberikan untuk
menjamin sifat netral dan kemandirian ICRC. Karena sifat dan keanggotaannya
yang non pemerintah, ICRC secara organisasional berada di luar sistem PBB atau
organisasi interbasional lainnya
.
57
The International Committee, founded in Geneva in 1863 and formally
recognized in Geneva Conventions and by International Conferences of
The Red Cross, is an independent humanitarian organization having a
status of its own. It co-opts its members from among Swiss citizens
. Disinilah antara lain letak kemandirian ICRC.
Dasar hukum mengenasi status ICRC terdapat dalam pasal 5 (1) Statuta
gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yang menyebutkan bahwa :
58
.
Arti:
Komite internasional yang didirikan di Jenewa tahun 1863 dan secararesmi diakui dalam Konvensi Jenewa dan oleh Konferensi Internasional
Palang Merah, adalah sebuah organisasi kemanusiaan yang independen
yang memiliki status sendiri, ini memilih anggotanya dari kalangan warga
negara Swiss.
56ICRC,ICRC answes to your questions, Geneva, 1996, halaman. 6
57Ibid.
58Pasal 5 (1) Statuta Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
10/42
Dalam Statuta ICRC pasal 1 dan 2 yang disebutkan bahwa :
International Committee of The Red Cross (ICRC), founded in Geneva in
1863 and formally recognized in the Geneva Conventions and by
International Conferences of The Red Cross, shall be an independent
humanitarian organization having status of its own. It shall be a
constituent part of the International Red Cross and Red Crescent
Movement. As an association governed by article 60 and following of the
Swiss Civil Code, the ICRC shall have legal personality59
Komposisi keanggotaan ICRC seluruhnya berasal dari suatu negara yang
telah diakui kenetralannya oleh masyarakat internasional dan bersifat individual.
Dengan kondisi ini ICRC diharapkan dapat menjalankan tugas yang diembannya
.
Arti :
Komite Internasional Palang Merah didirikan di Jenewa tahun 1863 dan
secara resmi diakui dalam Konvensi Jenewa dan Konferensi Internasional
dari palang merah, akan sebuah organisasi kemanusiaan yang independen
memiliki status sendiri. Itu akan menjadi bagian pokok dari gerakan
palang merah dan bulan sabit merah internasional. Sebagai asosiasi diatur
dalam pasal 60 dan mengikuti dari kode sipil Swiss ICRC harus
mempunyai kepribadian hukum.
Jelaslah bahwa ICRC merupakan badan hukum privat yang dibentuk
berdasarkan Hukum Perdata Swiss. Hal ini berbeda dengan sebuah organisasi
internasional, yang dibentuk berdasarkan sebuah perjanjian internasional antara
negara-negara pendirinya. Keanggotaan ICRC juga bukan negara, tetapi individu
yang direkrut langsung oleh ICRC dari kalangan warga negara Swiss saja.
Walaupun demikian, ICRC dapat merekrut staf dari warga lokal tempat
aktivitasnya dijalankan.
59Pasal 1 dan 2 Statuta ICRC
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
11/42
dengan baik berdasrkan prinsip netralitas dan kemandirian dan tidak dipengaruhi
oleh kepentingan politik negara60
ICRC memperoleh mandat untuk melaksanakan fungsinya sebagai
penegah yang netral dalam konflik bersenjata, dapat menawarkan jasa baiknya
dalam situasi yang bukan merupakan bidang hukum humaniter internasional,
misalnya gangguan intern. ICRC bertanggung jawab menyebarluaskan hukum dan
prinsip-prinsip humaniter dan mengamati perkembangan serta pelaksanaanya di
dalam dan di luar tubuh Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional. Dengan demikian, ICRC memiliki kewenangan yang terbatas, yaitu
dalam bidang hukum humaniter, khususnya perlindungan korban perang
.
61
Sifat internasional ICRC sebagi sebuah organisasi bukan dilihat dari
keanggotaannya, tetapi dari misi dan wilayah kerjanya yang berada hamper di
seluruh dunia. Hilaire Mc. Coubrey memberikan penegasan bahwa ICRC is
being international in function rather than in membership or corporate
identity
.
62
. Selain itu, sifat internasional ICRC juga dibuktikan dari pemberian
mandate masyarakat internasional melelui Konvensi Jenewa 1949.
Untuk dapat menjalankan tugasnya, ICRC juga memiliki dasar hukum
yang terdiri dari dua jenis, yaitu :
60ICRC,What it is, What it does, Geneva, 1993, halaman. 6
61Ibid., halaman. 4
62
Hilaire Mc. Coubrey, International Humanitarian Law : The Regulation of ArmedConflicts, 1994, halaman. 32
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
12/42
Perjanjian Internasional (Konvensi Jenewa 1949 dan protokolnya)Selama konflik bersenjata internasional, kegiatan ICRC diatur dalam
Konvensi Jenewa dan Protokol I, yang mengakui hak ICRC untuk melakukan
kegiatan tertentu, antara lain membantu korban yang luka, sakit, dan karam,
mengunjungi tawanan perang, dan menolong penduduk sipil.
Selama konflik intern, ICRC bekerja berdasarkan pasal 3 Bagian Umum
Konvensi Jenewa dan Protokol II, dimana ICRC diakui haknya untuk
menawarkan operasi bantuan dan kunjungan kepada tahanan kepada para pihak.
Statuta Gerakan Palang Merah InternasionalDalam situasi kekacauan lainnya yang bukan berupa konflik bersenjata,
misalnya gangguan keamanan dalam negeri, ICRC mendasarkan kegiatannya pada
Statuta Gerakan yang member hak inisiatif bagi ICRC untuk bertindak dalam
masalah-masalah kemanusiaan sebagai lembaga penengah yang netral dan
mandiri63
a. International armed conflict(konflik bersenjata antar negara)
.
Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
ICRC dapat melakukan kerjanya dalam empat jenis keadaan, yaitu :
b. Non-international armed conflict (konflik bersenjata yang terjadi antara duapihak atau lebih dalam satu negara)
63Ibid., halaman. 18
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
13/42
c. Internal disturbances (adanya gangguan keamanan di dalam suatu negara,dimana negara menggunakan angkatan bersenjatanya untuk memulihkan
ketertiban umum)
d. Internal tension (adanya suatu ketegangan di dalam suatu negara karena alasan politik, agama, rasial, social, ekonomi, dan sebagainya), dimana negara
merasa perlu menggunakan angkatan bersenjatanya sebagai sarana untuk
mempertahankan hukum dan ketertiban umum)
Sedangkan para korban yang menjadi tanggung jawab ICRC adalah
prajurit yang luka, sakit, dan tenggelam, tawanan perang, tahanan sipil, penduduk
sipil dalam wilayah pihak yang terlibat perang atau wilayah yang dikuasai salah
satu pihak dalam perang, pengungsi, dan thanan politik (dalam kasus tertentu
dapat pula tahanan pidana). Mereka inilah yang dalam Konvensi Jenewa 1949
disebutprotected persons.
Lebih daripada itu, sejatinya ICRC yang merupakan komponen dari
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional berstatus Badan
Hukum, mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sendiri serta
terikat oleh Undang-undang Negara Swiss. Selain dari pada itu, ICRC juga
mendapat pengakuan dan kepercayaan oleh Konferensi Jenewa 1949 sebagaimana
termuat di dalam Konvensi I, II, III, dan IV64
.
64H.Umar Muin, Op.cit., halaman. 42
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
14/42
III.2. Pengakuan atas status ICRC sebagai subyek hukum internasional.
Status ICRC sebagi subyek hukum internasional telah diakui oleh
masyarakat internasional sejak lama, dan terus berkembang selama perjalanan
sejarah ICRC. Pengakuan ini diberikan oleh berbagai pihak secara integral, yang
meliputi status, fungsi dan peranan, tujuan, prinsip-prinsip, dan cara kerja ICRC.
Pada awalnya pengakuan terhadap status ICRC didapat dari masyarakat
internasional yang telah memahami benar bahwa tujuan dan fungsi yang diemban
ICRC sangat penting dalam upaya memperlancar proses perdamaian dunia.
Pengakuan masyarakat internasional ini dibuktikan melalui lahirnya Konvensi
Jenewa 1949 dan Protokol Tambahannya sebagai hasil konferensi internasional.
Pengakuan negara terhadap status ICRC dikuatkan dalam Headquarter
Agreementatau Seat Agreementantara ICTRC dengan negara dimana ia memiliki
perwakilan. Dengan adanya perjanjian ini, maka negara tersebut mengakui dan
menghormati kerja ICRC di seluruh wilayah negaranya dan tidak mencampuri
prinsip-prinsio ICRC dalam menjalankan tugasnya.
Headquarter Agreement ini contohnya yang dibuat antara ICRC dengan
Swiss, tempat dimana ICRC menempatkan markas berkasnya (di Jenewa).
Perjanjian ini ditandatangani tanggal 1993 dimana Swiss mengakui status ICRC
sebagai subyek hukum internasional dan menegaskan kembali bahwa ICRC dalam
menjalankan tugasnya bersifat independen dan terlepas dari pemerintah Swiss.
Pengakuan negara juga dibuktikan dengan keikutsertaan negara-negara
penandatanganan Konvensi Jenewa dalam Konferensi Internasional Palang Merah
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
15/42
yang secara aktif dipersiapkan dan diikuti oleh ICRC, sejak Konferensi I di Paris
tahun 1867 sampai Konferensi XXVI di Jenewa tahun 1995. Selain itu, negara-
negara di hampir seluruh dunia mengizinkan ICRC melakukan aktivitas di dalam
wilayahnya yang memerlukan bantuan kemanusiaan.
Pengakuan dari organisasi internasional, misalnya PBB, juga tidak kalah
berartinya bagi eksistensi ICRC dalam hubungan antar bangsa. PBB sejak tanggal
16 Oktober 1990 berdasarkan Resolusi Majelis Umum No. 45/.6 dibawah judul
Observer status for the International Committee of The Red Cross, in
consideration of the special role and mandates conferred by the Geneva
Conventions of 12 August 1949 memberikan status peninjau bagi ICRC dalam
sidang-sidang majelis Umum. Resolusi ini dibuat berdasarkan kesepakatan 138
negara anggota-anggota PBB. Dengan status ini, ICRC berkewajiban untuk hadir
pada pertemuan-pertemuan dan konferensi-konferensi berkala organ-organ utama
PBB (antara lain Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial).
Dengan status sebagai peninjau ini, walaupun tidak memiliki hak suara, tetapi
ICRC memiliki hak-hak istimewa, misalnya untuk memberikan pendapat atas
inisiatif sendiri (tanpa diminta oleh organ-organ PBB)65
Organisasi internasional lainnya, baik di tingkat regional maupun
internasional, juga membuktikan pengakuannya dengan berbagai cara, antara lain
melalui kerjasama dalam bidang kemanusiaan, atau mengundang ICRC menjadi
peninjau atau tamu dalam pertemuan berkala mereka.
.
65
ICRC, OffprintsInternational Review of the Red Cross No. 279-280,Nov-Dec 1990 &Jan-Feb 1991, Geneva, 1991, halaman. 38
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
16/42
BAB IV
FUNGSI DAN PERKEMBANGAN PERAN ICRC DALAM
PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL
IV.1. Fungsi dan peran ICRC berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 dan
Protokol Tambahan 1977
Dalam Konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan Protokol-protokol
Tambahannya 1977, ICRC selain melaksanakan kegiatan-kegiatan operasional
untuk melindungi dan membantu para korban konflik bersenjata, juga berperan
sebagai pelaksana dan pelindung prinsip-prinsip hukum humaniter internasional66
Yang luka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat. Sebuah badanhumaniter tak berpihak, seperti Komite Internasional Palang Merah, dapat
menawarkan jasa-jasanya kepada pihak-pihak dalam pertikaian. Pihak-pihak dalam pertikaian, selanjutnya harus berusaha untuk melaksanakan
dengan jalan persetujuan-persetujuan khusus, semua atau sebagian dariketentuan lainnya dari konvensi ini, Pelaksanaan ketentuan-ketentuan
tersebut di atas, tidak akan mempengaruhi kedudukan hukum pihak-pihak
dalam pertikaian
.
Fungsi ICRC sebagai lembaga humaniter yang tidak berpihak dan berhak
menawarkan bantuan kemanusiaannya ditegaskan dalam pasal 3 (2) keempat
Konvensi Jenewa yang berbunyi :
67
66Hukum humaniter (hukum perikemanusiaan) adalah sekelompok aturan yang berusaha
menjamin adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dalam suatu konflik bersenjata.Hukum Humaniter memiliki prinsip-prinsip antara lain : non diskriminasi, hak untuk hidup,
perlindungan terhadap unsur-unsur penunjang kehidupan, larangan penyiksaan dan perlakuan yangtidak manusiawi, larangan terhadap perbudakan, jaminan proses hukum, perlindungan terhadapkehidupan anak-anak dan keluarga, dan penghormatan terhadap agama. ICRC., InternationalHumanitarian Law (Geneva, 1996), halaman. 7
67Pasal 3 (2) Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949
.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
17/42
Dasar hukum dari segala kegiatan ICRFC diatur dalam pasal 9 Konvensi
Jenewa I-III dan pasal 10 Konvensi IV yang menyatakan bahwa :
Ketentuan-ketentuan Konvensi ini tidak merupakan penghalang bagi
kegiatan-kegiatan perikemanusiaan, yang mungkin diusahakan oleh
Komite Palang Merah Internasional atau tiap-tiap organisasi humaniter
lainnya yang tidak berpihak, untuk melindungi dan menolong yang luka
dan sakit, petugas dinas kesehatan dan rohaniawan, selama kegiatan-
kegiatan itu mendapat persetujuan Pihak-pihak dalam sengketa
bersangkutan68
Ada sejumlah fungsi yang dilakukan ICRC sebagai pelakasana dan
pengawal Hukum Humaniter Internasional, baik dalam situasi sengketa bersenjata
internasional, noninternasional, maupun pada masa damai, antara lain
.
69
1. Monitoring:
yaitu fungsi untuk secara terus menerus melakukan penilaian terhadap
ketentuan-ketentuan hukum humaniter yang berlaku apakah masih sesuai atau
relevan dengan kenyataan-kenyataan dan fenomena konflik bersenjata yang
terjadi dewasa ini serta menyiapkan upaya penyesuaian atau adaptasi serta
pengembangan terhadap ketentuan-ketentuan tersebut apabila dipandang
perlu. Penyempurnaan Konvensi tentang Tawanan Perang tahun 1939 menjadi
Konvensi Jenewa III tahun 1949 merupakan salah satu contoh dari hal ini.
Begitu pula halnya dengan penyusunan protolol I dan II tahun 1977 juga
merupakan contoh bagaimana ketentuan-ketetentuan Hukum Humaniter perlu
68Pasal 9 Konvensi Jenewa I-III dan pasal 10 Konvensi Jenewa IV tahun 1949
69 Arlina Permanasari, Perlindungan Korban Konflik dan Proses menuju Perdamaian di
Aceh Perspektif Konvensi Jenewa 1949, Pusat Studi Hukum Humaniter & HAM, FakultasHukum Universitas TRISAKTI, Jakarta, 2003, halaman. 14
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
18/42
diselaraskan dengan perkembangan-perkembangan konflik uang sesuai
dengan jamannya.
2. Katalisator (Catalist)yaitu menstimulus diskusi-diskusi yang berkaitan dengan permasalahan-
permasalahan hukum humaniter dan mencari kemungkinan pemecahannya,
khususnya dalam hal ini dengan kelompok ahli dari pemerintah. Diskusi-
diskusi semacam ini dapat mengarah kepada suatu rekomendasi atas
perubahan-perubahan terhadap hukum yang berlaku ataupun tidak. Fungsi ini
berkaitan dengan fungsi pertama sebagaimana diuraikan diatas. Dalam hal ini,
manakala suatu ketentuan misalnya dianggap sudah tidak relevan lagi dengan
kenyataan yang ada, maka tidak cukup jika hanya mengatakan bahwa
ketentuan tersebut perlu dirubah atau disesuaikan. Serangkaian tindakan perlu
diambil termasuk untuk mendapatkan masukan dari ahli-ahli yang relevan dan
berkaitan dengan permasalahan yang bersangkutan dan kemudian
mendiskusikannya secara mendalam serta mencoba merumuskan
kemungkinan pemecahannya.70
3. Promosi (Promotion)yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman setiap orang akan
ketentuan-ketentuan hukum humaniter sehingga harapan akan penerapannya
pun akan menjadi lebih baik lagi. Tidak dapat dibayangkan bagaimana aka
nada tindakan pelaksanaan apabila pemahaman atas isi dan maksud dari
70Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
19/42
Konvensi Jenewa atau ketentuan hukum humaniter lainnya masih rendah.
Karena itu disini dipilih kata promosi dan bukan hanya sekedar
disseminasi atau penyebarluasan saja. Karena sasarannya tidak hanya agar
ketentuan-ketentuannya diketahui dan dipahami, tetapi juga dilaksanakan
serangkaian tindakan lanjutan, misalnya menerbitkan peraturan nasional
sebagai pelaksanaan dari ketentuan hukum humaniter yang dimaksud.
4. Melindungi (Guardian Angel)yaitu suatu fungsi untuk melindungi hukum humaniter dari perkembangan-
perkembangan hukum yang mengabaikan atau dapat melemahkan hukum
humaniter itu sendiri71
5. Melakukan tindakan nyata
. Hal ini bias terjadi disebabkan ketidaktahuan atau
kurangnya pemahaman perjanjian internasional lain selain hukum humaniter.
Contoh mengenai hal ini adalah intervensi yang dilakukan oleh ICRC dan
beberapa negara pada waktu penyusunan Pasal mengenai perlindungan anak
pada waktu perang dalam Konvensi tentang Hak-hak Anak. Pada waktu itu
ICRC dan beberapa negara tersebut melihat bahwa Pasal yang diusulkan tidak
sesuai dengan apa yang tedapat didalam Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol
Tambahannya 1977.
yakni melakukan tindakan konkrit dan memberikan kontribusi praktis bagi
penerapan hukum dalam situasi konflik bersenjata. Fungsi ini adalah fungsi
yang terpenting bagi ICRC, yakni melakukan tindakan-tindakan nyata dan
71Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
20/42
konkrit bagi korban-korban sengketa bersenjata. Misalnya diatur bahwa pihak-
pihak yang bersengketa harus memperhatikan hak-hak dari mereka yang
terluka, sakit, meninggal atau ditawan karena terjadinya sengketa bersenjata.
Dalam hal ini ICRC pertama-tama meningkatkan para pihak yang bersengketa
tentang kewajiban ini dan yang kedua memberikan bantuan secara langsung
kepada korban-korban sengketa bersenjata tersebut.
6. Pengawasan atau anjing penjaga (Watchdog)yakni berfungsi mengingatkan negara-negara dan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam suatu sengketa bersenjata dan juga kepada masyarakat
internasional secarakeseluruhan manakala terjadi pelanggaran-pelanggaran
serius terhadap hukum humaniter. Fungsi ini digambarkan seperti
membunyikan alarm manakala terjadi pelanggaran-pelanggaran serius.
Namun dalam melakukannya fungsi ICRC lebih mengutamakan kepada dialog
secara langsungdan konfidensial dengan pihak-pihak yang berkompetenn
dimana pelanggaran serius tersebut terjadi. Hanya dalam situasi-situasi yang
sangat spesifik dimana terlihat sama sekali adanya kehendak pihak yang
bersengketa untuk menerapkan hukum humaniter maka kemudian ICRC
meminta perhatian masyarakat internasional. Contoh mengenai hal ini adalah
kasus pembersihan etnis yang terjadi di bekas negara Yugoslavia.
Dari semua fungsi yang dijelaskan tersebut tidak dapat diartikan bahwa
ICRC sebagai guardian kemudian juga berfungsi sebagai penjamin atau
guarantor dilaksanakannya ketentuan-ketentuan hukum humaniter oleh negara
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
21/42
dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam suatu sengketa bersenjata. Karena yang
dapat menjamin hal ini adalah negara-negara serta pihak-pihak lain yang terlibat
dalam sengketa bersenjata itu sendiri. Fungsi sebagai guardian dapat dilihat
sebagai upaya untuk memobilisir perjatian secara terus menerus tentang nilai-nilai
kemanusiaan dari hukum humaniter yang harus ditegakkan baik pada masa damai
maupun pada masa perang72
Orang-orang yang dilindungi harus memperoleh setiap fasilitas untuk
berhubungan secara tertulis dengan Negara Pelindung, dengan Komite
Palang Merah Internasional, Perhimpunan-perhimpunan Palang MerahNasional (Bulan Sabit Merah, Singa dan Matahari Merah) dari negara-negara tempat mereka berada, demikian pula dengan setiap organisasi
ynag dapat memberikan bantuan kepada mereka
.
ICRC juga berhak untuk melakukan pengawasan terhadap tawanan perang
dan penduduk sipil, dengan cara mendatangi tempat-tempat mereka ditahan atau
dipekerjakan, berkomunikasi dengan mereka secara langsung atau menggunakan
jasa penerjemah, dengan jangka waktu dan frekuensi yang tidak terbatas.
Kunjungan seperti ini tidak boleh dilarang, kecuali bila ada kepentingan militer
yang mendesak. ICRC berhak memilih sendiri tempat-tempat yang akan mereka
kunjungi. Hal ini diatur dalam pasal 126 Konvensi III dan pasal 143 Konvensi IV.
Hubungan antara ICRC dengan protected persons diatur dalam pasal 30
Konvensi IV yang berbunyi :
73
72 Ibid, halaman. 16
73Pasal 30 Konvensi IV Jenewa tahun 1949
.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
22/42
Hubungan ICRC dengan para tawanan perang secara khusus diatur dalam
pasal 125 Konvensi III, yang menyebutkan bahwa kedudukan istimewa dari
Komite Palang Merah Internasional dalam bidang ini selalu harus diakui dan
dihormati. Pasal ini dibuat untuk menghargai ICRC yang telah memainkan suatu
peran penting dalam membuat para tawanan perang selama dua Perang Dunia,
sehingga Konvensi memberikan kedudukan yang khusus bagi ICRC, dan
mendukung setiap aktivitasnya.
Negara yang memiliki tawanan perang harus menjamin pelaksanaan tugas
delegasi ICRC, memberikan fasilitas yang diperlukan untuk mengunjungi para
tawanan perang, membagikan suplai bantuan untuk keperluan keagamaan,
pendidikan, atau sekedar hiburan bagi mereka, dan membantu mereka
mengorganisir kegiatan sehari-hari didalam kamp. Prinsip umum mengenai
tawanan perang yang harus dilaksanakan oleh semua pihak diatur dalam pasal 13
Konvensi III yang menegaskan bahwa Tawanan perang harus diperlakukan
dengan perikemanusiaan74
Peranan ICRC dalam memberikan pertolongan dan bantuan kemanusiaan
kepada protected persons antara lain diatur dalam pasal 75 Konvensi III yang
menyebutkan bahwa Komite Palang Merah Internasional atau tiap
organisasi lainnya yang telah disetujui oleh Pihak-pihak dalam sengketa, dapat
bertindak untuk menjamin pengangkutan kiriman tersebut dengan alat-alat yang
.
74
Pasal 13 Konvensi Jenewa III tahun 1949
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
23/42
memadai75
Pembagian kiriman-kiriman sumbangan yang tecantum dalam pasal-pasal
di atas, harus diselenggarakan dengan kerja sama dan dibawah
pengawasan Negara Pelindung. Kewajiban ini, dengan persetujuan dariKekuasaan Pendudukan dan Negara pelindung, dapat juga diserahkan
kepada suatu Negara, kepada Komite Palang Merah Internasional atau
kepada setiap badan kemanusiaan lain yang tidak memihak
untuk keperluan ini . . Semua bahan bantuan ini dibebaskan
dari biaya imor, cukai, dan pembayaran lain. Dalam hal pemberian bantuan
kemanusiaan, pengalaman ICRC dalam dua Perang Dunia telah diakui dunia.
Selain itu, dalam Konvensi IV pasal 61 diatur tentang distribusi bantuan
kemanusiaan yang melibatkan ICRC dimana disebutkan bahwa :
76
Mengenai salah satu organ ICRC, yaitu Central Tracing Agency (CTA),
bekerja memulihkan hubungan keluarga dalam semua situasi konflik bersenjata
atau kekerasan dalam negeri. Setiap tahun dibuka ratusan ribu kasus baru
mengenai orang yang dicari oleh keluarganya, baik itu pengungsi internal,
pengungsi eksternal, tahanan maupun orang hilang. Konvensi Jenewa dan
Protokolnya memberikan pengaturan tersendiri untuk menjamin pelaksanaan
.
Dalam hal ini, negara yang bersangkutan harus mengizinkan operasi
pemberian bantuan kemanusiaan yang dianggap perlu untuk membantu
masyarakat dan memperlancar pelaksanaan operasi tersebut dengan berbagai alat
dan cara yang mungkin, apalagi bila pemberian bantuan tersebut dilaksanakan
oleh ICRC.
75Dalam pasal ini yang dimaksud adalah pengangkutan bahan bantuan
76Pasal 61 Konvensi Jenewa IV tahun 1949
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
24/42
tugas CTA di lapangan. Pengaturan ini antara lain tedapat dalam pasal 33 (3)
Protokol I.
Dalam hubungannya dengan tawanan perang, ICRC dapat pula
mengusulkan dibentuknya suatu lembaga yang disebut Central Prisoners of War
Information Agency atau Biro Pusat Penerangan Tawanan Perang yang
berkedudukan di sebuah negara netral. Fungsi dari lembaga ini, sebagaimana
disebutkan dalam pasal 123 Konvensi III adalah Fungsi Biro Pusat Penerangan
tawanan perang adalah mengumpulkan semua informasi yang dapat diperoleh
melalui saluran-saluran informasi-informasi itu secepat mungkin ke negara asal
tawanan perang atau kepada Negara yang mereka taati. Biro Pusat Penerangan itu
mendapat fasilitas dari Pihak-pihak dalam sengketa untuk melakukan pengiriman-
pengiriman tersebut.
Dalam melaksanakan tugas pelacakan terhadap korban perang yang
terpisah dari keluarganya ini, ICRC selalu memperhatikan prinsip ynag
dinyatakan dalam pasal 32 Protokol I.
IV. 2. Pelaksanaan fungsi dan perkembangan peran ICRC dewasa ini
Dewasa ini, fungsi dan peran ICRC berkembang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat internasional terhadap sumbangsih ICRC dalam bidang humaniter.
ICRC berusaha untuk mengelompokkan kegiatan-kegiatan agar dapat terorganisir
baik dan menjangkau orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
efektif dan efisien di berbagai belahan dunia.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
25/42
Dengan berkembangnya kegiatan ICRC pada saat ini, maka fungsi lembaga
ini dapat digolongkan ke dalam beberapa hal yaitu77
1. Sebagai agen dalam penerapan Konvensi Jenewa:
2. Sebagai bagian dan lembaga pendiri Gerakan Palang Merah Internasional3. Sebagai pelindung Hukum Humaniter Internasional dan prinsip-prinsip dasar
Palang Merah
4. Sebagai penyebar luas Hukum Humaniter Internasional5. Sebagai pelaksana dalam kegiatan kemaniusiaan internasional atas prakarsa
sendiri
6. Sebagai penggerak kegiatan kemanusiaan baik diminta atau tidak olehmasyarakat internasional
ICRC juga melakukan kunjungan kepada tahanan-tahanan yang berkaitan
dengan konflik bersenjata atau tindak kekerasan dalam rangka memastikan
penghormatan terhadap hukum humaniter. Selain itu, ICRC juga memberikan
bantuan program pelatihan kepada TNI dan Polri serta program kegiatan di
Universitas-universitas mengenai hukum humaniter.
Kegiatan ICRC yang bersifat preventif dirancang untuk membatasi efek
buruk dari konflik dan meminimalkan efek-efek semacam itu, oleh karena itu,
ICRC berusaha untuk menyebarluaskan seluruh rangkaian prinip kemanusiaan
dalam rangka mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi akses-akses
77
Christophe Swinarski, Competences and functions of the ICRC as an instrument ofhumanitarian action, Hongkong, 1992, halaman. 8
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
26/42
terburuk dari peperangan. Ada sejumlah tindakan preventif yang dilakukan oleh
ICRC antara lain sebagai berikut78
1. Mencegah melalui komunikasi:
yaitu target ICRC secara khusus ialah orang-orang dan kelompok-kelompok
yang berada dalam posisi untuk menentukan nasib para korban konflik
bersenjata atau yang dapat mengahalangi atau memfasilitasi kegiatan ICRC.
Kelompok-kelompok tersebut antara lain angkatan bersenjata, kepolisian,
pasukan keamanan, dan pihak-pihak bersenjata lainnya, para pengambnil
keputusan, dan para tokoh masyarakat di tingkat lokal maupun internasional,
para remaja, mahasiswa dan para pengajar. Strategi dibalik kegiatan-kegiatan
tersebut terdiri dari tiga tingkatan79
- Membangun kesadaran:
- Mempromosikan hukum humaniter internasional melalui kegiatanpengajaran dan pelatihan
- Mengintegrasikan hukum humaniter internasional ke dalam kurikulumresmi dibidang hukum, pendidikan, dan operasi
Tujuan akhir dari program-program ini adalah memengaruhi sikap dan
perilaku orang-orang dalam rangka meningkatkan perlindungan terhadap orang-
78 Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional Dalam Studi HubunganInternasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, halaman. 147
79Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
27/42
orang sipil dan korban-korban lain pada masa konflik bersenjata, memfasilitasi
akses terhadapkorban, dan meningkatkan keamanan bagi kegiatan kemanusiaan.
2. Menghormati dan menjamin penghormatanYaitu negara berkewajiban menjamin bahwa angkatan bersenjatanya
menguasai hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan
universal. Untuk itu, ICRC mempromosikan pengintegrasian hukum
humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan ini ke dalam doktrin,
pendidikan, dan pelatihan militer serta membantu negara-negara
melaksanakan proses tersebut. ICRC juga berupaya agar pihak kepolisian dan
keamanan menerima pelatihan hukum humaniter internasional, hukum, HAM,
dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.
Kepada kelompok bersenjata yang belum pernah mendapatkan pelatihan,
ICRC berusaha menjalin kontak dengan semua pihak yang terlibat dalam
konflik untuk memperkenalkan kegiatan dan cara kerja ICRC, Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah, supaya akses untuk membantu korban menjadi lebih
mudah dan keamanan pekerja kemanusiaan lebih terjamin.
3. Mengubah KeadaanYaitu guna menghindari tumpang tindih kegiatan kemanusiaan yang dilakukan
oleh berbagai kalangan, ICRC berupaya agar para pengambil keputusan, tokoh
masyarakat, anggota LSM, wartawan, dan orang-orang yang berpengaruh
lainnya mengenal kegiatan-kegiatan ICRC sehingga akan memperoleh
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
28/42
dukungan dalam menjamin implementasi hukum humaniter internasional80
4. Mengamankan masa depan
.
Untuk itulah, ICRC melakukan diplomasi kemanusiaan yang antara lain
berupaya menjalin serta memelihara jaringan kontak dengan berbagai pelaku
kemanusiaan dan mengoordinasikan kegiatan dengan pelaku-pelaku lain
dilapangan.
Yaitu untuk menjangkau calon pembuat keputusan dan tokoh masyarakat,
ICRC memprioritaskan dunia akademis, terutama Fakultas Hukum, Ilmu
Politik, dan Jurnalistik sebagai sasaran diseminasinya untuk mendorong
dimasukkannya hukum humaniter ke dalam berbagai program pelajaran yang
diselenggarakan.
IV. 3. Keberadaan dan kegiatan ICRC di Indonesia
IV.3.1 Sejarah keberadaan ICRC di Indonesia
Pada tahun 1950-1952, waktu konflik Maluku Selatan, ICRC dapat
mengunjungi ratusan tahanan militer dan sipil setelah bentrokan akibat penolakan
kepulauan tersebut masuk Republik Indonesia. Sebelumnya, ICRC sudah pernah
bekerja diwilayah ini, pada tahun 1940, ICRC untuk pertama kalinya dapat
melaksanakan tugasnya disini, yaitu pada waktu pendudukan Jepang81
80Ibid.
81
ICRC, Keberadaan dan Kegiatan Komite Internasional Palang Merah di Indonesia,Jakarta, 1998, halaman. 3
.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
29/42
Akibat agresi yang diajukan Belanda setelah Indonesia menyatakan diri
sebagai negara merdeka, banyak orang menjadi tawanan, termasuk juga presiden
pertama Indonesia Soekarno82
Pada tahun 1975, konflik internal meletus di timor-timur segera sesudah
portugis menarik mundur dari wilayah tersebut. Sebelum keterlibatan Indonesia,
kedua pihak yang bertikai yaitu UDT dan Fretilin, menerima kedatangan ICRC
yang dapat memberikan bantuan kepada korban akibat konflik tersebut. Sejak
September hingga Desember 1975, utusan ICRC dapat mengunjungi tahanan dari
kedua belah pihak, melakukan pertukaran berita antara anggota keluarga yang
terpisah dan mengusahakan pencarian orang-orang yang dilaoporkan hilang.
Namun mulai akhir tahun 1975, ICRC terpaksa menghentikan kegiatannya di
. Pada saat itu, ICRC dapat mengunjungi presiden
Soekarno waktu beliau masih di dalam tahanan.
Setelah upaya kudeta komunis gagal tahun 1965, ribuan orang mendekam
dlam tahanan. Tiga tahun kemudian, ICRC menawarkan dukungannya untuk ikut
membantu meningkatkan kondisi penahanan. Penawaran ini baru desetujui pada
tahun 1969 dan ICRC mulai mengunjungi para tahanan tersebut pada tahun 1970.
Antara tahun 1974 dan 1978, ICRC melakukan kunjungan di seratus tempat
penahanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan tujuan
meningkatkan kondisi penahanan dari kurang lebih 40.000 orang yang ditahan
sehubungan dengan upaya kudeta tahun 1965.
82Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
30/42
Timor-timur selama hampir empat tahun. Pada tahun 1979, ICRC diperbolehkan
lagi untuk melakukan program bantuan di daerah tersebut83
Pada tahun 1982, sebuah kantor delegasi ICRC dibuka di Jakarta.
Berdasarkan persetujuan antara pemerintah Indonesia dan organisasi ICRC yang
ditandatangani tanggal 19 Oktober 1987, kantor delegasi ICRC ini berubah
menjadi kantor perwakilan regional, dan wilayah yang tercakup sekarang adalah
Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Myanmar
.
84
83Ibid., halaman. 3
84
Ibid., halaman. 2
.
IV. 3. 2. Kegiatan ICRC di Indonesia
Sebagai negara yang telah menjadi peserta Konvensi Jenewa 1949 maka
kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan ICRC dan antara ICRC dengan
Palang Merah Indonesia sangat diperlukan. Di Indonesia, ketegangan sosial dan
politik telah berubah menjadi konflik dengan kekerasan yang memakan korban
penduduk sipil misalnya di Aceh, Kalimantan, Ambon, Timor-timur dan lain-lain.
Salah satu pemicu ketegangan antar kelompok masyarakat yang berubah menjadi
konflik dengan kekerasan dan tingginya korban di kalangan penduduk sipil yang
jatuh sebagai akibat konflik bersenjata (baik internasional maupun internal)
tersebut adalah lemahnya pengendalian dan pengawasan terhadap produksi dan
perdagangan senjata (ringan), sehingga orang begitu mudah untuk memperoleh
dan menggunakannya untuk membunuh orang lain.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
31/42
Ruang lingkup kerja ICRC di Indonesia antara lain 85
a. Operasi bantuan:
Bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), ICRC membantu memenuhi
kebutuhan dasar para pengungsi dan masyarakat yang menderita akibat
konflik. Operasi bantuan dapat berupa pangan dan non pangan, program air
bersih dan sanitasi, penyuluhan pertanian, dan bantuan kesehatan. Operasi
bersama PMI-ICRC, sebagai contoh, dilakukan pada kerusuhan di Pontianak
(Kalimantan Barat), Ambon (Maluku), dan penanganan pengungsi Timor-
Timur di Nusa Tenggara Timur (NTT).
b. Pertolongan MedisICRC dapat memberikan obat-obatan atau bantuan medis bagi korban
kekerasan yang membutuhkan perawatan khusus. Misalnya di Aceh, ICRC
pernah memberikan bantuan kaki palsu kepada orang Aceh yang dipulangkan
dari Malaysia. Pada kerusuhan di Jakarta bulan Mei dan November 1998.
ICRC juga mendukung program ambulans PMI untuk mengevakuasi korban
luka-luka.
c. Kunjungan kepada TahananICRC mengunjungi orang-orang yang ditahan sehubungan dengan situasi
konflik atau peristiwa konflik. Tujuan kunjungan tersebut adalah untuk
melihat kondisi tahanan selama ditahan bukan mempertanyakan alasan
85ICRC, Sekilas tentang ICRC, Jakarta, 2000
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
32/42
mereka ditahan. ICRC juga membantu agar hubungan si tahanan dengan
keluarga tidak terputus. Laporan hasil kunjungan ICRC di tahanan hanya
disampaikan kepada instansi yang berwenang sebagai masukan dalam upaya
untuk memperbaiki kondisi yang ada.
d.Penyebarluasan nilai-nilai kemanusiaanUntuk meningkatkan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, ICRC
menyebarluaskan Hukum Humaniter Internasional dan prinsip dasar Hak
Asasi Manusia (HAM) di lingkungan militer dan polisi, instansi pemerintah,
universitas dan masyarakat pada umumnya.
e. Badan Pusat PencarianKonflik bersenjata membawa akibat tercerai berainya keluarga, teman dan
orang yang dikasihi. Mereka mungkin telah meninggal, ditahan, atau hilang.
Dalam situasi seperti ini, Badan Pusat Pencarian (Central Tracing Agency)
yang berada dibawah naungan ICRC, hadir untuk berusaha menjalin kembali
hubungan keluarga yang terputus, menyatukan kembali pihak keluarga yang
terpisah, memastikan nasib dari tawanan atau orang yang hilang, dan
mengeluarkan dokumen ICRC untuk perjalanan internasional bagi orang yang
tidak mempunyai kartu identitas.
Penanggulangan bencana konflik suatu konflik vertikal telah berlangsung
di Aceh sejak Januari 2000, konflik horizontal di Poso Sulawesi Tengah pada 23
Mei 2000 dan kerusuhan hebat di Maluku Utara pada 17 Mei 2001. Di Aceh PMI
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
33/42
bekerjasama dengan ICRC secara intensif melakukan kegiatan evakuasi korban
luka dan mayat, membagikan bantuan pangan, pelayanan kesehatan darurat serta
penyampaian berita keluarga. Sedang untuk konflik yang terjadi di Maluku Utara,
kembali PMI bekerjasama dengan ICRC menyalurkan 5.655 paket bantuan
keluarga kepada korban disamping pelayanan kesehatan di Tobelo dan Galela.
Bantuan tambahan sebanyak 4500 paket dan 2000 unit peralatan sekolah dan
seragam dari Kedutaan Besar Jepang. Di samping itu bantuan satu unit kendaraan
juga telah dikirim ke Ternate dari Jakarta untuk membantu operasional teknis
lapangan.
Peran ICRC di Indonesia semakin meningkat dalam kaitan dengan konflik
di Aceh serta memberikan bantuan yang signifikan pada penanganan korban
Tsunami Aceh dan Nias. Akhir tahun 2004 tsunami menimpa wilayah Aceh.
Dengan bantuan ICRC di Lhoksumawe, Tim PMI ikut turun tangan
membersihkan jalan-jalan dan fasilitas sosial lainnya dan memberikan bantuan
4000 paket bantuan alat kebersihan. Pada periode yang sama, banjir juga melanda
Gorontalo Sulawesi Tengah yang mengakibatkan wilayah tersebut terutama di
Kecamatan Ranoyapo terisolir banjir. Banjir Lumpur dikuti longsor juga melanda
wilayah Jawa Barat selama beberapa hari pada bulan Februari. Banjir bandang
terjadi pula di NTB 1000 paket bantuan PMI dan 610 petromaks disumbangkan
oleh Federasi Internasional melalui PMI86
.
86
http://ksrpmiunhas.or.id/2008080919/the-organization/sejarah-pmi/menu-id-61.htmldiakses pada tanggal 01 November 2010 pada pukul 11.00 WIB, halaman 1
Universitas Sumatera Utara
http://ksrpmiunhas.or.id/2008080919/the-organization/sejarah-pmi/menu-id-61.htmlhttp://ksrpmiunhas.or.id/2008080919/the-organization/sejarah-pmi/menu-id-61.html -
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
34/42
IV. 3. 3. Manfaat dari kegiatan ICRC
Disamping manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh para tahanan yang
dikunjungi, hasil pengamatan ICRC dan kerjasamanya dengan pemerintah
Indonesia dalam upaya memperbaiki kondisi para tahanan pada
umumnya,sekaligus akan memberikan citra yang positif bagi pemerintah
Indonesia. Operasi ICRC ke daerah-daerah yang masih rawan atau yang
diwarnai konflik, seperti yang pernah terjadi di Aceh, Irian Jaya dan Timor-
Timur, dapat membantu proses penyembuhan dari luka-luka yang timbul akibat
konflik tersebut87
Menurut Dr. N. Hassan Wirajuda menilai bahwa kunjungan ICRC ke
tempat penahan ikut memberikan kontribusi dalam menciptakan rasa aman bagi
.
Upaya semacam ini terlihat menonjol di Irian Jaya, misalnya terutama
dalam rangka pembinaan kembali dan menyatukan kembali para pelintas batas.
Sedangkan di Aceh, hal ini terlihat dalam upaya menemukan kembali orang-orang
yang selama ini dianggap hilang.
Di Timor-Timur, kegiatan ICRC dapat membangun rasa percaya bagi
masyarakat setempat, mengingat sensitifnya konteks tersebut. Peningkatan rasa
saling percaya antara semua pihak akan membantu menciptakan suasana yang
memungkinkan adanya dialog, karena dialog yang melibatkan semua pihak
mutlak dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah secara damai.
87
ICRC, Keberadaan dan Kegiatan Komite Internasional Palang Merah di Indonesia,Op. Cit, halaman. 11
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
35/42
para tahanan dalam rangka peningkatan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM),
yang kini menjadi topic hangat di dunia, khususnya dalam kaitan perkembangan
di Timor-Timur88
Berikut adalah garis besar program kemanusiaan kepalangmerahan yang
terakomodasi antara lain dalam kesepakatan Federasi Internasional ( Strategi
2010), Komitmen Regional anggota Perhimpunan ( Deklarasi Hanoi ) dan
kesepakatan Konferensi Internasional ( Plan of Action )
.
Bagi Indonesia, kerjasama ICRC sangat penting, karena salah satu prinsip
yang ingin ditonjolkan dan dikembangkan dalam rangka penghormatan Hak Asasi
Manusia adalah dalam bentuk kemitraan dan bukannnya konfrontasi.
89
1. STRATEGI 2010
.
Strategi 2010 (S-2010) adalah seperangkat strategi Federasi Internasional
dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade menantang. Dokumen
yang diadopsi Sidang Umum pada tahun 1999 ini menjabarkan misi Federasi
yaitu: "memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan dengan memobilisasi kekuatan
kemanusiaan".
88Ibid., halaman 11
89
http://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.html diakses pada tanggal 01 November 2010 pada pukul 10.00 WIB, halaman. 1
Universitas Sumatera Utara
http://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.htmlhttp://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.htmlhttp://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.htmlhttp://materikepalangmerahan.blogspot.com/2009/03/sejarah-singkat-gerakan-palang-merah.html -
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
36/42
Tiga tujuan utama yang strategis adalah90
1. Memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan. Strategi ini terfokus melaluiempat bidang inti, yaitu:
:
a. Promosi Prinsip-Prinsip dasar Gerakan dan nilai-nilai kemanusiaanb. Penanggulangan Bencanac. Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dand. Kesehatan dan perawatan di masyarakat.
Keempat bidang ini adalah suatu paket yang integral dan saling terkait satu
sama lain, yang memiliki dua dimensi yaitu pelayanan dan advokasi.
2. Memobilisasi Kekuatan Kemanusiaan
Pengerahan kapasitas organisasi untuk pelayanan ini akan terjadi bila
perhimpunan nasional berfungsi dengan baik. Artinya ada mekanisme
organisasi, pengembangan kapasitas, memobilisi sumber keuangan dengan
mengembangkan kemitraan dan mengoptimalkan komunikasi dalam
Perhimpunan Nasional.
3. Bekerjasama Secara Efektif
Adanya perhimpunan nasional yang kuat akan membentuk sebuah Federasi
yang kuat, efektif dan efisien yaitu dengan mengembangkan kerjasama
90Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
37/42
subregional dan mengimplementasikan strategi gerakan, kemitraan dengan
organisasi internasional lain, memobilisasi publik dan advokasi penentu
kebijakan serta mengkomunikasikan pesan-pesan dan misi Federasi
Internasional.
2. DEKLARASI HANOI"United for Action"
Dokumen ini disahkan melalui Konferensi Regional V di Hanoi, Vietnam
pada tahun 1998, yang disepakati oleh 37 perhimpunan nasional se Asia Pasifik
dan Timur Tengah yang bertekad , walau beragam budaya, geografis dan latar
belakang lain, untuk bersatu demi suatu aksi kemanusiaan.
Kecenderungan bencana alam serta krisis moneter secara global telah
melanda wilayah regional dan berdampak pada permasalahan imigrasi penduduk
karena menghendaki perbaikan hidup, krisis ekonomi yang menyebabkan angka
pengangguran yang semakin meningkat serta berjangkitnya wabah penyakit. Hal
ini menjadi tantangan bagi Palang Merah untuk membantu meringankan
penderitaan umat manusia.
Deklarasi Hanoi memfokuskan penanganan program pada isu-isu
berikut91
a. Penanggulangan bencana
:
b. Penanganan wabah penyakit
91Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
38/42
c. Remaja dan Manulad. Kemitraan dengan pemerintahe. Organisasi dan Manajemen kapasitas sumber dayaf. Hubungan masyarakat dan promosi
3. PLAN OF ACTION 2000 2003
Plan of Action 2000 - 2003 merupakan keputusan Konferensi
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa pada tahun
1999 . Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrarnya di
bidang kemanusiaan.
Komitmen Pemerintah Indonesia antara lain92
Memenuhi komitmen untuk meratifikasi Protokol Tambahan I dan II dariKonvensi-Konvensi Jenewa 1949
:
Memperkuat Legislasi yang berkaitan dengan penggunaan LambangPalang Merah
Memperkuat aspek-aspek kelembagaan dalam perencanaan kesiapsiagaan
penanggulangan bencana
Mengintensifkan pendidikan dan diseminasi Hukum HumaniterInternasional dan karya-karya organisasi kemanusiaan kepada masyarakat
sipil dan militer
92Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
39/42
Memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga nasional untukmembantu masyarakat rentan
Komitmen Palang Merah Indonesia93
Program diseminasi nilai-nilai kemanusiaan kepada anggota dan kelompoksasaran tertentu serta mendorong pemerintah untuk menyusun peraturan
nasional mengenai lambang dan perjanjian terkait.
:
Mengintensifkan program kesiapsiagaan penanggulangan bencana didaerah-daerah yang rawan bencana melalui program "community based"
dan meningkatkan kemampuan manajemen bencana dan pelatihan
sukarelawan serta penyediaan peralatan standar operasional.
Melaksanakan program sosial dan kesehatan dalam hal pelayanan darah,pendidikan remaja sebaya sebagai upaya pencegahan penyebaran
HIV/AIDS atau kegiatan-kegiatan yang berorientasikan pada pelayanan
P3K yang berbasis masyarakat, masalah air dan sanitasi, kesejahteraan
kelompok masyarakat rentan di daerah tertinggal dan memperbaiki
pelayanan ambulan dan pos P3K.
93Ibid.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
40/42
BAB V
PENUTUP
V. I. Kesimpulan
Pada uraian penulis dari Bab I sampai dengan Bab IV, Penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Subyek hukum internasional terbagi menjadi dua macam, yaitu subyekhukum internasional penuh dan subyek hukum internasional terbatas. Yang
dimaksud dengan subjek hukum internasional penuh adalah pemegang
segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Negara adalah
subyek hukum internasional dalam arti ini. Sedangkan yang dimaksud
dengan subyek hukum internasional terbatas adalah subyek hukum
internasional yang hanya memiliki hak dan kewajiban yang terbatas
(tertentu) saja. Salah satu subyek hukum internasional yang mengalami
perkembangan pesat akibat tuntutan kebutuhan masyarakat internasional
adalah organisasi internasional. Oleh karena ICRC mengemban hak dan
kewajiban dalam hukum internasional, dan karenanya dapat disebut sebagai
subyek hukum internasional terbatas yang memiliki kedudukan sejajar
dengan subyek hukum internasional lainnya. Status sebagai subyek hukum
internasional ICRC diperoleh melalui perjalanan sejarah yang kemudian
diperkuat oleh perjanjian-perjanjian internasional dan Konvensi-konvensi
Jenewa 1949 beserta Protokol Tambahannya 1977.
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
41/42
2. Fungsi dan perkembangan peran ICRC sebagai subyek hukum internasionaldalam perjalanan sejarahnya adalah sebagai subyek hukum internasional yang
bergerak di bidang humaniter. ICRC memiliki kelengkapan berupa berbagai
divisi dan departemen yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
kegiatan ICRC. Divisi dan departemen tersebut antara lain divisi medis, divisi
bantuan, divisikemanusiaan, dan departemen komunikasi dan sumber daya.
Peran ICRC lainnya yang terdapat dalam pasal 4 ayat 1 dan 2 Statuta ICRC
yaitu ICRC berperan sebagai lembaga penengah netral. ICRC harus dapat
berperan sebagai penengah atau penghubung anatara korban perang dan
pemerintah negara dimana korban perang itu berasal. ICRC ini juga
membuktikan adanya pengakuan masyarakat internasional terhadap peran
penting ICRC sebagai organisasi yang dapat menjadi penengah antara pihak-
pihak yang bersengketa, sebagai pelindung dan pelaksana Konvensi-konvensi
Jenewa 1949 beserta Protokol-protokol Tambahannya tahun 1977, konvensi
dan protokol mana turut pula disponsori secara aktif perumusannya oleh
ICRC. Sebagai konsekuensinya, ICRC bertanggung jawab atas pengembangan
penyebarluasan hukum humaniter pada umumnya dan Konvensi Jenewa 1949
serta protocol tambahannya 1977 pada khususnya.
3. Keberadaan dan kegiatan ICRC di Indonesia ini yaitu pada waktu terjadinya
konflik di Aceh, Kalimantan, Ambon, Timor-timur dan lain-lain ICRC
membantu memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi dan masyarakat yang
menderita akibat konflik. Bersama dengan Palang Merah Indonesia (PMI),
Universitas Sumatera Utara
-
7/28/2019 status icrc dalam hukum internasional
42/42
ICRC membantu memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi dan masyarakat
yang menderita akibat konflik.
V. II. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mengemukakan saran-saran
berikut:
1. ICRC dalam melaksanakan tugasnya hendaklah mendapat persetujuan dari
pihak-pihak yang bersengketa atau pihak-pihak yang terlibat dalam
pertikaian. Seharusnya organisasi sosial dan kemanusiaan yang bersifat netral
yang bertujuan untuk membantu dan melindungi korban perang, ICRC harus
diberikan kebebasan bergerak setiap waktu tanpa menunggu persetujuan dari
pihak-pihak yang bersangkutan sepanjang kegiatan-kegiatan ICRC tidak
menyimpang dari prinsip dasar atau asas Palang Merah Internasional.
2. Kegiatan ICRC ini perlu ditambahkan lagi atau ditumbuh kembangkan, karena
apabila dilihat sejarahnya di Indonesia, banyak sekali Indonesia menerima
bantuan dari ICRC tersebut sehingga para korban konflik dapat menerima
bantuan dengan cepat dan tanggap dari ICRC.
3. Hendaknya pendidikan mengenai Hukum Humaniter harus ditingkatkan di
semua perguruan tinggi di kalangan nasional maupun internasional dan
melakukan penyebarluasan ketentuan-ketentuan yang termuat dalam
Konvensi-konvensi Jenewa 1949 kepada warga negaranya, guna menghindari
dan mencegah terjadinya perang.