standarisasi obat alam
TRANSCRIPT
STANDARISASI OBAT ALAM
A. Pendahuluan
Kontrol kualitas dan standarisasi obat alam melibatkan beberapa tahapan. Sumber dan
kualitas dari bahan segar, praktek budidaya dan pemanenan yang baik dan proses pembuatannya
merupakan tahapan esensial yang menjadi titik tumpu dalam menjamin kualitas, keterulangan
dan stabilitas sediaan herbal yang baik.
Kualitas produk tumbuhan ditentukan oleh perlakuan selama pertumbuhan dan praktek
budidaya yang baik dalam menegendalikan hal ini. Termasuk didalamnya adalah pemilihan bibit,
kondisi pertumbuhan, penggunaan pupuk, pemanenan, pengeringan dan penyimpanan. Dalam
kenyataannya GACP sudah seharusnya menjadi bagian integral dari standarisasi. Faktor-faktor
seperti penggunaan bahan segar, umur dan bagian yang dipanen, jangka waktu, waktu dan
metode pemanenan, suhu, pemrosesan, paparan sinar matahari, kandungan air, nutrisi,
pengeringan, pengepakan, transportasi bahan baku dan penyimpanan dapat berpengaruh besar
terhadap kualitas dan selanjutnya terhadap nilai terapetik dari obat herbal. Penggunaan bahan
dari tumbuhan liar dapat meminimalisasi kebanyakan factor-faktor tersebut. Senyawa aktif
dalam bahan baku sering kali rusak oleh proses enzimatik yang berlangsung dalam jangka waktu
panjang dari saat pemanenan hingga pemasaran, menghasilkan variasi komposisi. Oleh
karenanya, standarisasi dankontrol kualitas baik dari bahan baku serta sediaan herbal harus
dilakukan.
Standarisasi merupakan penyesuaian sediaan herbal ke suatu batasan tertentu dari suatu
senyawa atau golongan senyawa dengan aktifitas terapi yang diketahui dengan menambahkan zat
pengisi atau dengan mencampur bahan baku tumbuhan akan menunjukkan variasi yang besar
dalam komposisi, kualitas, dan efikasi. Ekstrak terstandar merupakan ekstrak berkualitas tinggi
yang berisi kadar zat aktif yang konsisten, dan menjalani control kualitas yang ketat selama
tahap-tahap budidaya, pemanenan, dan proses pembuatan.
Sebagai hasil dari batasan “standarisasi” dapat memiliki arti yang beragam. Produksi
yang mengikuti suatu prosedur yang tertentu tidak cukup untuk menghasilkan produk
terstandarisasi. Oleh karena itu, kata terstandarisasi dalam produksi bahan suplemen tidak
sepenuhnya menunjukkan suatu kualitas. Ketika bahan aktif tidak diketahui, suatu senyawa
marker harus ditetapkan untuk tujuan analisis dan standarisasi. Marker adalah senyawa
komponen dari herbal yang penting bagi kualitas dari produk jadi. Idealnya, marker adalah suatu
atau beberapa senyawa yang bertanggung jawab atas aktifitas biologisnya. Terdapat 2 tipe
standarisasi. Katagori pertama standarisasi “sebenarnya” mengacu kepada senyawa yang
diketahui aktif, contohnya standarisasi minyak kayu putih dengan kadar sineol 55%. Tipe lain
adalah standarisasi berdasarkan jaminan pembuat atas adanya sejumlah presentasi tertentu
senyawa marker, tanpa memberikan indicator kualitas terapetik herbal tersebut.
Dalam kasus sediaan obat alam, produksi dan pemrosesan bahan baku atau simplisia
memiliki pengaruh langsung terhadap kualitas dari senyawa aktifnya. Akibat dari kompleksitas
tumbuhan obat yang tumbuh alami dan keterbatasan metode analitik yang sederhana untuk
mengidentifikasi dan karakterisasi senyawa aktifnya baik secara kimiawi atau biologis maka
dibutuhkan system jaminan mutu yang adekuat. Penjaminan ini harus dimulai dari sejak
pemilihan bibit, kultivikasi, pemanenan, proses primer, penanganan, penyimpanan, pengepakan
dan ditribusinya. Kerusakan dan kontaminasi terutama oleh mikroba dapat terjadi pada setiap
tahapan itu. Oleh karena itu sangat penting untuk mengadakan GACP dan GMP bagi bahan baku
obat herbal untuk meminimalkan factor-faktor yang tidak diinginkan.
B. Metode Kerja
A. Pengaruh metode pengeringan
1. Susut Pengeringan
a. Gravimetri
Bahan uji ditimbang secara seksama sebanyak 1gr dan dimasukkan kedalam botol
timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah ditara. Sebelum ditimbang, bahan diratakan
dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal lebih
kurang 5 mm hingga 10 mm. Jika bahan yang diuji berupa ekstrak kental, ratakan dengan
bantuan pengaduk. Kemudian dimasukkan kedalam oven, buka tutupnya dan keringkan selama 5
jam pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Sebelum setiap penimbangan, biarkan botol dalam
keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Bobot tetap adalah selisih
antara penimbangan berikutnya 0,25%. Kadar susut pengeringan dihutung terhadap bahan awal.
Kadar susut pengeringan =
bobot bahan awal sebelum dikeringkan−bobot bahan setelah dikeringkanbobot bahan sebelumdikeringkan
x 100 %
b. Susut pengeringan dilakukan dengan alat Moisture balance