standarisasi obat alam

4
STANDARISASI OBAT ALAM A. Pendahuluan Kontrol kualitas dan standarisasi obat alam melibatkan beberapa tahapan. Sumber dan kualitas dari bahan segar, praktek budidaya dan pemanenan yang baik dan proses pembuatannya merupakan tahapan esensial yang menjadi titik tumpu dalam menjamin kualitas, keterulangan dan stabilitas sediaan herbal yang baik. Kualitas produk tumbuhan ditentukan oleh perlakuan selama pertumbuhan dan praktek budidaya yang baik dalam menegendalikan hal ini. Termasuk didalamnya adalah pemilihan bibit, kondisi pertumbuhan, penggunaan pupuk, pemanenan, pengeringan dan penyimpanan. Dalam kenyataannya GACP sudah seharusnya menjadi bagian integral dari standarisasi. Faktor-faktor seperti penggunaan bahan segar, umur dan bagian yang dipanen, jangka waktu, waktu dan metode pemanenan, suhu, pemrosesan, paparan sinar matahari, kandungan air, nutrisi, pengeringan, pengepakan, transportasi bahan baku dan penyimpanan dapat berpengaruh besar terhadap kualitas dan selanjutnya terhadap nilai terapetik dari obat herbal. Penggunaan bahan dari tumbuhan liar dapat meminimalisasi kebanyakan factor-faktor tersebut. Senyawa aktif dalam bahan baku sering kali rusak oleh proses enzimatik yang berlangsung dalam jangka waktu panjang dari saat pemanenan hingga pemasaran, menghasilkan variasi komposisi. Oleh karenanya,

Upload: ghani-nurfiana

Post on 30-Dec-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Standarisasi Obat Alam

STANDARISASI OBAT ALAM

A. Pendahuluan

Kontrol kualitas dan standarisasi obat alam melibatkan beberapa tahapan. Sumber dan

kualitas dari bahan segar, praktek budidaya dan pemanenan yang baik dan proses pembuatannya

merupakan tahapan esensial yang menjadi titik tumpu dalam menjamin kualitas, keterulangan

dan stabilitas sediaan herbal yang baik.

Kualitas produk tumbuhan ditentukan oleh perlakuan selama pertumbuhan dan praktek

budidaya yang baik dalam menegendalikan hal ini. Termasuk didalamnya adalah pemilihan bibit,

kondisi pertumbuhan, penggunaan pupuk, pemanenan, pengeringan dan penyimpanan. Dalam

kenyataannya GACP sudah seharusnya menjadi bagian integral dari standarisasi. Faktor-faktor

seperti penggunaan bahan segar, umur dan bagian yang dipanen, jangka waktu, waktu dan

metode pemanenan, suhu, pemrosesan, paparan sinar matahari, kandungan air, nutrisi,

pengeringan, pengepakan, transportasi bahan baku dan penyimpanan dapat berpengaruh besar

terhadap kualitas dan selanjutnya terhadap nilai terapetik dari obat herbal. Penggunaan bahan

dari tumbuhan liar dapat meminimalisasi kebanyakan factor-faktor tersebut. Senyawa aktif

dalam bahan baku sering kali rusak oleh proses enzimatik yang berlangsung dalam jangka waktu

panjang dari saat pemanenan hingga pemasaran, menghasilkan variasi komposisi. Oleh

karenanya, standarisasi dankontrol kualitas baik dari bahan baku serta sediaan herbal harus

dilakukan.

Standarisasi merupakan penyesuaian sediaan herbal ke suatu batasan tertentu dari suatu

senyawa atau golongan senyawa dengan aktifitas terapi yang diketahui dengan menambahkan zat

pengisi atau dengan mencampur bahan baku tumbuhan akan menunjukkan variasi yang besar

dalam komposisi, kualitas, dan efikasi. Ekstrak terstandar merupakan ekstrak berkualitas tinggi

yang berisi kadar zat aktif yang konsisten, dan menjalani control kualitas yang ketat selama

tahap-tahap budidaya, pemanenan, dan proses pembuatan.

Sebagai hasil dari batasan “standarisasi” dapat memiliki arti yang beragam. Produksi

yang mengikuti suatu prosedur yang tertentu tidak cukup untuk menghasilkan produk

terstandarisasi. Oleh karena itu, kata terstandarisasi dalam produksi bahan suplemen tidak

sepenuhnya menunjukkan suatu kualitas. Ketika bahan aktif tidak diketahui, suatu senyawa

marker harus ditetapkan untuk tujuan analisis dan standarisasi. Marker adalah senyawa

Page 2: Standarisasi Obat Alam

komponen dari herbal yang penting bagi kualitas dari produk jadi. Idealnya, marker adalah suatu

atau beberapa senyawa yang bertanggung jawab atas aktifitas biologisnya. Terdapat 2 tipe

standarisasi. Katagori pertama standarisasi “sebenarnya” mengacu kepada senyawa yang

diketahui aktif, contohnya standarisasi minyak kayu putih dengan kadar sineol 55%. Tipe lain

adalah standarisasi berdasarkan jaminan pembuat atas adanya sejumlah presentasi tertentu

senyawa marker, tanpa memberikan indicator kualitas terapetik herbal tersebut.

Dalam kasus sediaan obat alam, produksi dan pemrosesan bahan baku atau simplisia

memiliki pengaruh langsung terhadap kualitas dari senyawa aktifnya. Akibat dari kompleksitas

tumbuhan obat yang tumbuh alami dan keterbatasan metode analitik yang sederhana untuk

mengidentifikasi dan karakterisasi senyawa aktifnya baik secara kimiawi atau biologis maka

dibutuhkan system jaminan mutu yang adekuat. Penjaminan ini harus dimulai dari sejak

pemilihan bibit, kultivikasi, pemanenan, proses primer, penanganan, penyimpanan, pengepakan

dan ditribusinya. Kerusakan dan kontaminasi terutama oleh mikroba dapat terjadi pada setiap

tahapan itu. Oleh karena itu sangat penting untuk mengadakan GACP dan GMP bagi bahan baku

obat herbal untuk meminimalkan factor-faktor yang tidak diinginkan.

B. Metode Kerja

A. Pengaruh metode pengeringan

1. Susut Pengeringan

a. Gravimetri

Bahan uji ditimbang secara seksama sebanyak 1gr dan dimasukkan kedalam botol

timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah ditara. Sebelum ditimbang, bahan diratakan

dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal lebih

kurang 5 mm hingga 10 mm. Jika bahan yang diuji berupa ekstrak kental, ratakan dengan

bantuan pengaduk. Kemudian dimasukkan kedalam oven, buka tutupnya dan keringkan selama 5

jam pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Sebelum setiap penimbangan, biarkan botol dalam

keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Bobot tetap adalah selisih

antara penimbangan berikutnya 0,25%. Kadar susut pengeringan dihutung terhadap bahan awal.

Kadar susut pengeringan =

bobot bahan awal sebelum dikeringkan−bobot bahan setelah dikeringkanbobot bahan sebelumdikeringkan

x 100 %

b. Susut pengeringan dilakukan dengan alat Moisture balance

Page 3: Standarisasi Obat Alam