stadia sungai terhadap konstruksi bendungan
DESCRIPTION
ahsajhsjahsjahsjashjahsjakajskaksajkskanskasbxzjxbzjxjzbxjzbxjzbxjzbxb absabsjasjabsjabsjasjabsjabsjbabxnzbxzjxbjzbxjzbxjTRANSCRIPT
STADIA SUNGAI TERHADAP KONSTRUKSI BENDUNGAN
ABSTRAK
Suatu bendungan yang ideal adalah bendungan yang di bangun dengan perencanan
yang matang selain itu di tinjau dari prospek ilmu geologi bendungan yang baik adalah
ditijau dari stadia sungai atau tingkat erosi agar bendungan tidak mengalami kegagalan
dalam proses konstruksi.
Geologi kekinian menjadikannya sebagai agen yang berperan penting dalam tata
lingkungan sehingga hal – hal yang bersifat urgen dalam hal ini adalah kebutuahan hidup
dalam hal ini bendungan. Dalam paper ini menjelaskan peran stadia sungai yang ideal
dalam konstruksi bendungan.
PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri lagi pentingnya bendungan dalam proses kehidupan sehari-hari
kita, entah untuk sarana kebutuhan air ataukah sebagai pembangkit listrik. Kondisi geologi
kekinian yang menempatkan geologist sebagai agen lingkungan sudah selayaknya untuk
melakukan studi lebih mendalam mengenai geologi lingkungan terhadap pembangunan
waduk atau bendungan.
Bendung merupakan bangunan air, dimana dalam perencanaan dan pelaksanaannya
melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendukung, seperti ilmuhidrologi, hidrolika,
irigasi, teknik sungai, pondasi, mekanika tanah, dan ilmu teknik lingkungan untuk
menganalisis dampak lingkungan akibat pembangunanbendung tersebut dan kali ini lebih di
tekankan pada disiplin ilmu geologi selaku sebagai agen pengatur tata ruang
lingkungan.Setiap daerah pengaliran sungai mempunyai sifat-sifat khusus yang berbeda,
hal ini memerlukan kecermatan dalam menerapkan suatu teori yang cocok pada daerah
pengaliran yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum memulai perencanaan konstruksi
bendung, perlu mengacu pada spesifikasi -spesifikasi yang ada sesuai dengan karakteristik
daerah aliran sungainya.Misalnya letak topografi, luas DAS, data klimatologi, serta
keadaan lingkungan namun dalam hal ini stadia sungai akan diperjelas dan menjadi focus
utama dalam paper ini . Pada hal ini dimaksudkan untuk memaparkan secara singkat
mengenai dasar -dasar teori perencanaan bendung yang akan digunakan dalam perhitungan
konstruksi dan peran stadia sungai.
TINJAUN PUSTAKA
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai stasus suatu gejala yang ada
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel,
gejala atau keadaan (Arikunto, 2003). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
pengukuran langsung kualitas airwaduk serta wawancara.
.
Lokasi sampel penelitian adalah waduk Lahor yang terletak di Kecamatan
Sumberpucung Kabupaten Malang, Jawa Timur. Waduk Lahor terletak di sungai Lahor
(anak sungai Brantas), sehingga aktivitas di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) ini yang
diwakili oleh Desa Slorok dan Desa Ngajum Kecamatan Kromengan masuk dalam wilayah
penelitian karenaberbagai aktivitas di DPS ini kemungkinan akan memberikan dampak bagi
kondisi lingkungan waduk Lahor. Variabel penelitian merupakan pokok-pokok data yang
akan dianalisis berdasarkan materi penelitian yang ada. Variabel dari penelitian ini terdiri
dari variabel kualitas fisika, kimia dan biologi air waduk (suhu, kecerahan, DO, TSS, CO2,
nitrat, ortofosfat, pH, dan fitoplankton), jenis aktivitas masyarakat, serta kebijakan
pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan perairan waduk. Data yang diambil dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil terdiri dari
fitoplankton serta kualitas fisika dan kimia air dari waduk Lahor, serta aktivitas sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat. Sedangkan data sekunder yang diambil adalah data teknis
waduk
Perhitungan ini menggunakan cara analisis water balance dari
Dr. F. J. Mock berdasarkan data curah hujan bulanan, jumlah hari hujan
evapotranspirasi dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran.
Prinsip perhitungan ini adalah hujan yang jatuh di atas tanah (presipitasi)
sebagian akan hilang karena penguapan (evaporasi), sebagian akan menjadi aliran
permukaan (direct run off) dan sebagian akan masuk tanah (infiltrasi). Infiltrasi
mula-mula menjenuhkan permukaan (top soil) yang kemudian menjadi perkolasi
dan akhirnya keluar ke sungai sebagai base flow. Pada saat itu terjadi water
balance antara presipitasi, evapotranspirasi, direct run off dan ground water
discharge. Oleh karena itu aliran yang terdapat di sungai disebut direct run off dan
base flow.
Perhitungan debit andalan meliputi :
a. Data Curah Hujan
Rs = curah hujan bulanan (mm)
n = jumlah hari hujan.
b. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi terbatas dihitung dari evapotranspirasi potensial metode
Penman.
43
dE / Eto = ( m / 20 ) x ( 18 – n )
dE = ( m /20 ) x ( 18 – n ) x Eto
Etl = Eto – dE
di mana :
dE = selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi terbatas.
Eto = evapotranspirasi potensial.
Etl = evapotranspirasi terbatas
M = prosentase lahan yang tidak tertutup vegetasi.
= 10 – 40 % untuk lahan yang tererosi
= 30 – 50 % untuk lahan pertanian yang diolah
c. Keseimbangan air pada permukaan tanah
Rumus mengenai air hujan yang mencapai permukaan tanah, yaitu :
S = Rs – Et1
SMC(n) = SMC (n-1) + IS (n)
WS = S – IS
Di mana :
S = kandungan air tanah
Rs = curah hujan bulanan
Et1 = evapotranspirasi terbatas
IS = tampungan awal / Soil Storage (mm)
IS (n) = tampungan awal / Soil Storage bulan ke-n (mm)
SMC = kelembaban tanah/ Soil Storage Moisture (mm) diambil
antara50 -250 mm
SMC (n) = kelembaban tanah bulan ke – n
SMC (n-1) = kelembaban tanah bulan ke – (n-1)
WS = water suplus / volume air berlebih
44
d. Limpasan (run off) dan tampungan air tanah (ground water storage)
V (n) = k.V (n-1) + 0,5.(1-k). I (n)
dVn = V (n) – V (n-1)
di mana :
V (n) = volume air tanah bulan ke-n
V (n-1) = volume air tanah bulan ke-(n-1)
k = faktor resesi aliran air tanah diambil antara 0-1,0
I = koefisien infiltrasi diambil antara 0-1,0
Harga k yang tinggi akan memberikan resesi yang lambat seperti pada
kondisi geologi lapisan bawah yang sangat lulus air. Koefisien infiltrasi
ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah
pengaliran.
Lahan yang porus mempunyai infiltrasi lebih tinggi dibanding tanah
lempung berat. Lahan yang terjal menyebabkan air tidak sempat berinfiltrasi
ke dalam tanah sehingga koefisien infiltrasi akan kecil.
e. Aliran Sungai
Aliran dasar = infiltrasi – perubahan volume air dalam tanah
B (n) = I – dV (n)
Aliran permukaan = volume air lebih – infiltrasi
D (ro) = WS – I
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar
Run off = D (ro) + B(n)
Debit =
satubulan(detik)
aliransungaixluasDAS
METODELOGI
Dalam perencanaan bendungan data-data hidrologi yangdiperlukan untuk
perhitungan- perhitungan hidrologi adalah data curah hujan, data debi tsungai, luas daerah
aliran sungai tapi pada kesempatan ini difokuskan pada tingkat erosi disungai. Data- data
yang diperoleh dari pencatatan- pencatatan dan pengukuran-pengukuran tersebut
merupakan data-data yabg sangat penting sebagai bahananalisa-analisa dan perhitungan-
perhitungan guna menentukan kapasitas calon waduk,tinggi serta volume calon tubuh
bendungan dan penetapan debit banjir rencana untuk menentukan kapasitas bangunan
pelimpah atau saluran-saluran banjir lainnya. Guna pembuatan rencana teknis banguan
pelimpah sebuah bendungan, maka diperlukan suatudebit yng realistis. Untuk itu angka-
angka hasil perhitungan hydrologi perlu diuji denganmenggunakan data-data banjir banjir
besar dari pencatatan pencatatan/ pengamatansetempat.
Syarat bendungan
1. Bendung harus stabil (terutama terhadap tekanan air)
2. Dapat menahan bocoran (bahaya piping)
3. Elevasi punggung bendung harus memenuhi syarat kebutuhan pengairan daerah yang
dilayani
4. Muka air bendung serendah mungkin
5. Biaya pembuatan dan pembuatan semurah mungkin
6. Bentuk peluap harus sedemikian rupa sehingga batu dan pasir dapat dijatuhkan pada dasar
sungai hilir dengan tidak merusak konstruksi
Sungai yang mengalir termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia erosinya, sungai
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
A. Sungai Muda : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf V
- Banyak dijumpai air terjun
- Tidak terjadi pengendapan
- Erosi vertikal efektif
- Relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk
B. Sungai Dewasa : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf U
- Erosi relatif kecil
- Bermunculan cabang-cabang sungai
- Erosi lateral efektif
C. Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk cawan
- Erosi lateral sangat efektif
- Anak sungai lebih banyak
- Bermeander
- Kemiringan datar
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa sungai dengan stadia sungai tua
yang paling efektif untuk bendungan irigasi karena dapat ditijau dari sifat dan ciri sungai
dengan stadia tua
Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri :
1. Penampang melintang sungai berbentuk cawan lebar dan kedalaman sama
2. Erosi lateral sangat efektif
3. Anak sungai lebih banyak
4. Bermeander
5. Kemiringan datar
Jadi dapat dikatakan bahwa sungai tua mempunyai cadangan air lebih banyak dan
kekuatan arus yang relative stabil disamping itu ketiinggian permukaan syarat akan
bendungan
Syarat bendungan
1. Bendung harus stabil (terutama terhadap tekanan air)Dapat menahan bocoran
(bahaya piping)
2. Elevasi punggung bendung harus memenuhi syarat kebutuhan pengairan daerah
yang dilayani
3. Muka air bendung serendah mungkin
4. Bentuk peluap harus sedemikian rupa sehingga batu dan pasir dapat dijatuhkan
pada dasar sungai hilir dengan tidak merusak konstruks
DAFTAR PUSTAKA
L. Murgatroyd1,The impact of afforestation on stream bank erosion and channel form
Article first published online: 18 JUL 2006
Martin Evans and Jeff Warburton ,Geomorphology of Upland Peat - Erosion, Form and Landscape Change, eBook, Published by Wiley 2011
http://www.waterencyclopedia.com/St-Ts/Stream-Erosion-and-Landscape-
Development.html
http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2007/05/Penetapan%20Pola%20dan
%20Jarak.pdf :Rizal Zainuddin Tamin, Sri Legowo, Husni Maricar
http://gsabulletin.gsapubs.org/content/100/7/1054.short The formation and failure of
natural dams