sri anita_s_k_82340910083_universitas_galuh

23
1 PENGARUH ETOS KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi pada Aparat Pemerintahan Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis) Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Magister Oleh: Sri Anita Sutresna Kurniasih 82340910083 Program Studi Magister Manajemen PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH MARET 2013

Upload: ibga

Post on 12-Aug-2015

138 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENGARUH ETOS KERJA DAN DISIPLIN KERJATERHADAP KINERJA PEGAWAI

(Studi pada Aparat Pemerintahan Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMenempuh Ujian Sidang Magister

Oleh:Sri Anita Sutresna Kurniasih

82340910083Program Studi Magister Manajemen

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS GALUH

MARET 2013

2

PENGARUH ETOS KERJA DAN DISIPLIN KERJATERHADAP KINERJA PEGAWAI

(Studi pada Aparat Pemerintahan Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis)

Oleh:Sri Anita Sutresna Kurniasih

82340910083Program Studi Magister Manajemen

LEMBAR PENGESAHANArtikel ini disetujui untuk dimuat dalam e-jurnal

Oleh:Ketua Program Studi Magister Manajemen

Dede Abdul Rozak, SE., MM.NIP. 19690302 200112 1 005

Ciamis, …………………….......

3

PENGARUH ETOS KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAPKINERJA PEGAWAI

OlehSri Anita Sutresna Kurniasih

Abstrak

Penelitian ini menganalisis pengaruh etos kerja dan disiplin kerja terhadap kinerjapengawai pada aparat pemerintahan kecamatan Baregbeg kabupaten Ciamis. Yang menjadi objekdalam penelitian ini adalah etos kerja dan disiplin kerja sebagai variabes bebas, sedangkankinerja pegawai sebagai variabel terikat. Penelitian ini membahas tentang pengaruh etos kerjadan disiplin kerja terhadap kinerja pengawai, maka metode penelitian yang digunakan adalahmetode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalahpegawai di kantor Kecamatan Baregbeg di Kabupaten Ciamis. Berdasarkan informasi diketahuibahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai honorer pada bulan Juni 2012 sebanyak21 orang. Berdasarkan teknik tersebut maka untuk keperluan analisis data besaran sampel yangdiambil adalah 21 orang pegawai kecamatan Baregbeg kabupaten Ciamis. Berdasarkan hasilpenelitian maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat pengaruh etos kerja dandisiplin kerja terhadap kinerja pegawai kecamatan Baregbeg kabupaten Ciamis. Dengan kata lainsemakin baik etos kerja dan disiplin kerja yang dilaksanakan oleh pegawai kecamatan Baregbegmaka akan semakin meningkat kinerja pegawai kecamatan Baregbeg. (2) Untuk mengoptimalkankinerja pegawai, maka kepala kecamatan perlu memberikan peluang dan kesempatan untukmeningkatkan etos kerja kepada setiap pegawai di kecamatan melalui peningkatan pendidikan,keahlian dan keterampilan, seminar, diklat dan lainnya. (3) Untuk mengoptimalkan disiplinpegawai kecamatan diperlukan kepemimpinan kepala kecamatan yang bermutu artinya yangmampu mengelola kegiatan pekerjaan sehari-hari dan mendisiplinkan pegawai dengan optimal, diantaranya dengan membangun komunikasi yang efektif dan pemberian hadiah dan hukuman bagiyang kurang disiplin. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja pegawai kecamatan,diperlukan kedisiplinan pegawai yang baik. Begitu pula pihak-pihak yang terkait dalammempertanggungjawabkan pelaksanaan pekerjaan di bidangnya masing-masing, yaitu diantaranya adalah pegawai itu sendiri. Sebagai pegawai dalam melaksanakan fungsi dantugasnya harus mampu memotivasi dirinya secara maksimal untuk memiliki disiplin yang tinggisehingga akan memiliki dorongan untuk mengoptimalkan kemampuan dalam menjalankantugasnya. (4) Faktor lain yang diprediksi turut mempengaruhi kinerja pegawai antara lainkomitmen pegawai, kemampuan pegawai, pengetahuan dan keterampilan pegawai, kualifikasipendidikan pegawai, kelengkapan fasilitas bekerja, sarana dan prasarana kantor, dan motivasikerja pegawai, serta kepemimpinan kepala kecamatan yang kurang bijak dalam menentukan visi,misi, tujuan, sasaran, dampak, dan benefit (manfaat) bagi kecamatan Baregbeg. Dengan demikianetos kerja dan disiplin kerja secara bersama berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Kata kunci: etos kerja, disiplin kerja, kinerja pegawai

4

Pendahuluan

Bagi Kantor Kecamatan Baregbeg permasalahan kinerja menjadi faktor

penting karena merupakan salah satu kecamatan dari tiga puluh enam kecamatan

di Kabupaten Ciamis sehingga kinerja pegawai dari Kecamatan Baregbeg akan

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan daerah terutama dalam

otonomi daerah. Salah satu permasalahan utama yang terjadi di Kantor Kecamatan

Baregbeg Kabupaten Ciamis yang juga merupakan permasalahan hampir di semua

lembaga atau instansi pemerintahan adalah munculnya keluhan dan ketidakpuasan

masyarakat terhadap pelayanan kepada masyarakat yang tidak maksimal dan

fakta membuktikan bahwa kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih

memprihatinkan, masih buruknya kinerja PNS diketahui dari masih tingginya

persentase keterlambatan masuk kerja dan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai

standar.

Kondisi pegawai yang ada saat ini di Kecamatan Baregbeg Kabupaten

Ciamis dijumpai masih adanya pegawai sering datang terlambat masuk kerja,

adanya sebagian pegawai tidak mengikuti apel pagi/siang, bersikap pasif terhadap

pekerjaan, tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan masih ada

sebagian pegawai yang meninggalkan tugas pada jam kerja tanpa keterangan yang

sah. Kondisi tersebut merupakan permasalahan bagi pimpinan untuk memberikan

motivasi bagi pegawai, agar dapat melaksanakan pekerjaan secara maksimal.

Perlu menciptakan suatu kondisi atau etos kerja yang dapat memberikan kepuasan

kerja pegawai, mengingat bahwa motivasi dan kompetensi pegawai Kecamatan

Baregbeg belum optimal dalam mencapai kinerja yang diharapkan, misalnya:

keterlambatan masuk kerja, tidak adanya pemberian penghargaan bagi pegawai

yang berprestasi, mengakibatkan pekerjaan tidak memenuhi target, dan sering

terlambat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pemerintahan di Kecamatan

Baregbeg, baik di Kantor Kecamatan maupun pada masing-masing kantor

Desa/Kelurahan mempunyai peran yang sangat besar dengan memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat. Sebelum memberikan pelayanan kepada

masyarakat maka pegawai yang terlibat dalam tugas dinas juga harus diperhatikan

kinerjanya.

5

Kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh etos kerja dan disiplin kerja

pegawai. Etos kerja yang profesional adalah sebuah rute kunci menuju jalan

keberhasilan. Tanpa dilumuri oleh etos kerja yang penuh profesionalisme, kita

mungkin akan mudah tergelincir menjadi barisan para pecudang. Tanpa kesadaran

batiniah untuk menjejakkan etos profesionalisme dalam segenap raga, kita

mungkin akan segera menjadi insan-insan yang gagap dengan dinamika

perubahan. Miskin prestasi, dan absen dari perjalanan panjang menuju manusia

produktif, mulia nan bermartabat.

Salah satu sikap yang mendukung kepada etos kerja yang tinggi adalah

disiplin kerja. Disiplin kerja dibicarakan dalam kondisi yang seringkali timbul

bersifat negatif. Disiplin lebih dikaitkan dengan sanksi atau hukuman. Disiplin

dalam arti positif seperti yang dikemukakan oleh Hodges dalam Helmi (1996:34)

mengatakan bahwa: “Disiplin dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau

kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan.”

Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian disiplin kerja adalah suatu sikap

dan tingkah laku yang menunjukan ketaatan aparat pemerintahan atau karyawan

terhadap peraturan organisasi. Apabila aparat pemerintahan sudah bisa

membiasakan diri untuk disiplin dalam segala hal maka setiap pekerjaan yang

dilakukan pasti akan cepat beres dan tertata dengan baik sehingga secara tidak

langsung akan meningkatkan etos kerja yang baik. Dengan disiplin kerja yang

bagus, setiap aparat pemerintahan akan selaku menjaga pekerjaannya dengan baik

dan tidak akan membiarkan pekerjaannya terbengkalai. Dengan penerapan sikap

seperti ini, maka pelayanan kepada masyarakat akan memuaskan sehingga

masyarakat akan merasa terbantu sekali dalam mengurusi keperluan mereka yang

berhubungan dengan kecamatan.

Apabila seorang aparat pemerintahan mempunyai etos kerja dan disiplin

kerja yang tinggi maka akan berdampak positif pada kinerja pegawai tersebut.

Maksudnya adalah bahwa kinerja pegawai akan berjalan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan karena etos kerja dan disiplin kerja sudah diterapkan sehingga

setiap pekerjaan akan dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai akan meningkat apabila ditunjang

dengan team work yang solid, etos kerja yang tinggi serta disiplin kerja yang terus

6

menerus dilaksanakan dimanapun dan kapanpun seorang pegawai berada. Jarang

sekali individu bekerja sendirian atau berpisah dengan orang lain dalam suatu

pekerjaan yang menuntut kemajuan bersama.

Persoalan-persoalan yang muncul dalam organisasi Kecamatan Baregbeg

salah satunya adalah bahwa organisasi kecamatan Baregbeg menghadapi masalah

berkaitan dengan etos kerja dan disiplin pegawai yang diperlukan untuk

memenuhi sasaran perorangan dan sasaran organisasi. Menurut pengamatan awal

penulis, etos kerja dan disiplin kerja pegawai di Kecamatan Baregbeg masih

rendah. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kinerja pegawai di Kecamatan

Baregbeg. Selain itu keterampilan, dan keahlian yang ada saat ini belum bisa

menyebar, sehingga dapat dikatakan bahwa birokrasi ringan di atas dan berat di

bawah, artinya bahwa pada tingkat Kabupaten banyak orang ahli dan terampil

yang akan mempengaruhi etos kerja dan disiplin kerja sehingga segala persoalan

berat bisa dipecahkan, sedangkan ditingkat kecamatan dan desa yang tidak

didukung oleh pegawai yang mampu, ahli, dan terampil tetapi harus

melaksanakan kebijakan yang telah dibuat oleh pemkab Ciamis.

Perubahan dalam suatu pola praktik atau perbuatan akan terjadi hanya bila

aparat pemerintahan terlibat di ajak mengubah orientasi-orientasi normative

kepada pola dan mengembangkan komitmen kepada pola-pola baru. Perubahan-

perubahan dalam orientasi normative meliputi perubahan dalam sikap, nilai, skill

dan hubungan-hubungan yang berarti, tidak saja perubahan-perubahan dalam

pengetahuan informasi atau alasan-alasan intelektual bagi perbuatan dan praktik.

Untuk mengejar perubahan-perubahan dari pola-pola lama kepada pola-pola baru,

maka aparat pemerintahan harus memiliki etos kerja dan disiplin kerja terhadap

kinerja yang tinggi.

Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa

pengertian antara lain ‘starting point', 'to appear', 'disposition' hingga disimpulkan

sebagai 'character'. Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya

sebagai ’sifat dasar’, ’pemunculan’ atau ’disposisi/watak’. Menurut Anoraga

dalam Novliadi (2009: 5), ‘Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap

suatu bangsa atau umat terhadap kerja.’ Bila individu-individu dalam komunitas

memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka

7

Etos Kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap

kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka Etos Kerja

dengan sendirinya akan rendah.

Dalam rumusan Sinamo dalam Novliadi (2009:5), ‘Etos Kerja adalah

seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang

disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral.’ Menurutnya, jika

seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja,

mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan

melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi

Etos Kerja dan budaya. Etos Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan

otentik. Pandangan ini dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi

sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penulisanpenulisan manajemen

dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan

utama; bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh

perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Sebagian orang menyebut perilaku

kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya kerja.

Sinamo dalam Novliadi (2009:6) lebih memilih menggunakan istilah etos

karena menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian tidak saja sebagai

perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas tetapi juga mencakup

motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran

dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi,

keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar. Konsep etos kerja

dikembangkan oleh Aziz (2011:1), diukur dengan dimensi antara lain: Etos kerja

keras, etos kerja cerdas dan etos kerja ikhlas.

Menurut Davis dalam Mangkunegara (2008:129) mengemukakan bahwa

‘Dicipline is management action to enforce organization standards.’ Disiplin

kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh

pedoman-pedoman organisasi. Sedangkan menurut Soegeng Prijodarminto dalam

Sudrajat (2008:1) bahwa ‘disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk

melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, ketenteraman, ketearturan, dan ketertiban’. Pada bagian

lain, Jerry Wyckoff dan Barbara C. Unel dalam Sudrajat, (2008:2) menyebutkan

8

bahwa ‘disiplin kerja adalah kesadaran, kemauan dan kesediaan kerja orang lain

agar dapat taat dan tunduk terhadap semua peraturan dan norma yang berlaku,

kesadaaran kerja adalah sikap sukarela dan merupakan panggilan akan tugas dan

tanggung jawab bagi seorang karyawan’. Menurut Wayne Mondy dan Robert M.

Noe dalam Sudrajat (2008:2) disiplin adalah ‘status pengendalian diri seseorang

karyawan, sebagai tanda ketertiban dan kerapian dalam melakukan kerjasama dari

sekelompok unit kerja di dalam suatu organisasi (someone status selfcontrol as

orderliness sign order and accuration in doing cooperation from a group of unit

work in a organization).’

Konsep disiplin kerja dikembangkan oleh Novitasari (2008:13) dalam

dimensi disiplin kerja adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan waktu secara efektif, meliputi :

1) Ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas

2) Penghematan waktu dalam melaksanakan tugas

b. Ketaatan terhadap peraturan yang telah ditetapkan, meliputi :

1) Ketaatan terhadap jam kerja

2) Ketaatan terhadap pimpinan

3) Ketaatan terhadap prosedur dan metode kerja.

c. Tanggungjawab dalam pekerjaan dan tugas, meliputi :

1) Melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana

2) Mengevaluasi hasil pekerjaan

3) Keberanian menerima resiko kesalahan

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak

dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga

pemerintahan maupun swasta. Kinerja berasal dari bahasa job performance atau

actual perpormance ( prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang atau suatu institusi). Menurut Mangkunegara (2006:9), “kinerja

karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuntitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Berdasarkan pendapat di atas kinerja

pegawai adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun

kuantitas yang dicapai pegawai persatuan periode waktu dalam melaksanakan

9

tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja

adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni

bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu

pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi.

Gie (1995:11) berpendapat bahwa, “Kinerja adalah seberapa jauh

tugas/pekerjaan itu dikerjakan/dilakukan oleh seseorang atau organisasi”. Gie

melihat kinerja didasarkan seberapa besar dilakukan seseorang atau organisasi.

Irawan (2000:588 ) menyatakan bahwa, “ Kinerja ( performance ) adalah hasil

kerja yang konkrit, dapat diamati, dan dapat diukur”. Sehingga kinerja merupakan

hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dalam pelaksanaan tugas yang berdasarkan

ukuran dan waktu yang telah ditentukan.

Selain itu kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai

oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan

tanggung jawab masing-masing, dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi

yang bersangkutan. Dengan kata lain, kinerja perorangan dan kinerja kelompok

sangat mempengaruhi kinerja organisasi atau organisasi secara keseluruhan dalam

rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Sedarmayanti seperti yang dikutip

oleh Randhita (2009:37) mendefinisikan kinerja sebagai “prestasi kerja,

pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, atau hasil kerja atau unjuk kerja atau

penampilan kerja”. Pengertian kinerja tersebut menunjukkan bagaimana seorang

pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan,

kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing

dalam rangka untuk menciptakan tujuan organisasi.

Menurut Castetter seperti yang dikutip oleh Mulyasa (2003:1)

mengemukakan ada empat dimensi kinerja pegawai yaitu:

1. Karakteristik individu

2. Proses

3. Hasil

Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan

dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan pegawai pada bidang

tugasnya. Menempatkan pegawai sesuai dengan keahliannya secara mutlak harus

10

dilakukan. Bila pegawai diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan

berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan

menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat

perkembangan moral kerja guru. Menurut Castetter seperti yang dikutip oleh

Pidarta (1999:1) bahwa moral kerja positif ialah suasana bekerja yang gembira,

bekerja bukan dirasakan sebagai sesuatu yang dipaksakan melainkan sebagai

sesuatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai

tugasnya sebagai sesuatu yang memiliki nilai keindahan didalamnya. Jadi kinerja

dapat ditingkatkan dengan cara memberikan perkerjaan seseorang sesuai dengan

bidang kemampuannya.

Secara singkat dapat ditegaskan bahwa konsep dasar etos kerja dan

disiplin kerja adalah suatu alat untuk meningkatkan kinerja pegawai untuk

membangun sebuah keunggulan aparat pemerintahan khususnya di aparat

pemerintahan kecamatan. Artinya, etos kerja dan disiplin kerja merupakan faktor

utama pendorong kinerja pegawai melalui perubahan struktur organisasi yang

makin tangguh atau unggul. Namun demikian, faktor etos kerja dan disiplin kerja

ini baru merupakan suatu hal yang penting, hanya jika perubahan faktor tersebut

berpengaruh positif pada kinerja pegawai di kecamatan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk

memperoleh informasi mengenai indicator-indikator etos kerja dan disiplin kerja

yang mempengaruhi kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Baregbeg

Kabupaten Ciamis

Metode PenelitianJenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan

pendekatan kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat

menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan

Masri S. (2003:21) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1)

penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau

confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4)

11

evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang

(6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

Jenis penelitian survey ini memfokuskan pada pengungkapkan hubungan

kausal antar variabel, yaitu variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu etos

kerja (X1), dan disiplin kerja (X2) terhadap kinerja pegawai (Y).

Penelitian ini juga menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam

menjaring data dari sumbernya, untuk itu diperlukan kejelasan sumber data

yaitu populasi dan sampel dari sisi homogenitas, volume dan sebarannya.

Karena data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara

statistik, maka antar variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus

jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan

digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya hasil analisis dapat

dipercaya (reliabilitas dan validitas), dengan demikian mudah untuk digenera-

lisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan yang

cukup akurat. Sugiyono (2009:12-13) penelitian kuantitatif didasarkan kepada

paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai objek empiris,

asumsi tersebut adalah: (1) objek/fenomena dapat diklasifikasi-kan menurut

sifat, jenis, struktur, bentuk, warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini

maka penelitian dapat memilih variabel tertentu sebagai objek penelitian dan

(2) determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa

setiap gejala ada penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada

penyebabnya. Berdasarkan asumsi pertama dan kedua di atas, maka penelitian

dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan

yang lainnya. Suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu

tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk

dipelajari.

1. Populasi

Pengertian populasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:6) bahwa

populasi adalah: “Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

12

r x2.y

r x1.y

R2x1x2.y

Berdasarkan pengertian populasi tersebut, Populasi dalam penelitian ini di

kantor Kecamatan Baregbeg di Kabupaten Ciamis yaitu Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dan pegawai honorer sejumlah 21 orang.

Tabel 3.1Jumlah Populasi Aparat Pemerintahan di Kecamatan Baregbeg

No Nama Kecamatan Jumlah Pegawai1 Kecamatan Baregbeg 21 Orang

Jumlah Populasi 21 OrangSumber : Kantor Kecamatan Baregbeg 2012

2. Sampel

Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto, S. (2005:120)

dalam (Riduwan, 2010:65) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer

maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar,

dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Jadi sampel bisa ditarik

kesimpulan adalah sebagian unsur populasi yang dijadikan objek penelitian.

Pengambilan sampel dari sejumlah populasi tersebut diatas dengan menggunakan

Teknik Total Sampling. Sedangkan dalam penelitian ini, subjeknya kurang dari

100 jadi semua populasi dijadikan sampel penelitian. Jadi sampel aparat

pemerintahan kecamatan Baregbeg kabupaten Ciamis yang diambil adalah

sebanyak 21 responden.

Desain PenelitianDesain penelitian menggambarkan hubungan kausal variabel etos kerja

(X1), dan disiplin kerja (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) seperti sebagai berikut.

X1

Y

X2

13

Keterangan:X1 = Etos kerja (variabel bebas)X2 = Disiplin kerja (variabel bebas)Y = Kinerja pegawai (variabel terikat) = Residual (variabel sisa)

Gambar 3.1. Desain Penelitian

Teknik Analisis DataKegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian

adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang

makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil

penelitianpun akan segera diketahui. Analisis yang digunakan adalah korelasi

Pearson Product Moment dan korelasi ganda, namun dalam pelaksanaannya,

pengolahan data dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution) versi 17.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan

dalam menguji besarnya pengaruh variabel X1, dan X2 terhadap Y. Analisis ini

untuk mengetahui pengaruh etos kerja (X1) dan disiplin kerja (X2) terhadap

kinerja pegawai (Y), baik secara bersama-sama maupun secara individu. Rumus

analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut.

})(.}.{)(.{

)).(()2222 YYnXXn

YXXYnrXY

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari

harga (–1 r +1). Apabila nilai r = – 1 artinya korelasinya negatif sempurna;

r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.

Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r

sebagai berikut.

14

Tabel 3.5Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Pengaruh0,80 – 1,0000,60 – 0,7990,40 – 0,5990,20 – 0,399

0,00 – 0,199

Sangat TinggiTinggiCukup TinggiRendah

Sangat RendahSumber: Riduwan dan Sunarto (2010:138)

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X

terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien

determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan

100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai

sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan

menggunakan rumus:

Keterangan : KD = Nilai Koefisien Diterminan(Pengaruh antar variabel)

r = Nilai Koefisien Korelasi.Mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.

Analisis lanjut digunakan teknik korelasi baik sederhana maupun ganda.

Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa komputer berupa software dengan

program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Windows Version 17

(Riduwan-Adun Rusyana-Enas, 2011:67-161)

Interpretasi Hasil Analisis

Interpretasi hasil perhitungan analisis korelasi baik secara individu dan

secara bersama sebagai berikut.

KD = r 2 x 100%

22.1

2.1.2.12

.22

.1.2.1 1

)).().((2

XX

XXYXYXYXYXYXX r

rrrrrR

15

a. Besarnya pengaruh variabel etos kerja (X1) terhadap kinerja pegawai (Y) yang

dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,590 atau (rX1Y = 0,749). Hal ini

menunjukkan tidak signifikan diantara etos kerja terhadap kinerja pegawai.

Jadi etos kerja tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.

b. Besarnya pengaruh variabel disiplin kerja (X2) terhadap kinerja pegawai (Y)

yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,590 atau (rX2Y = 0,779). Hal

ini menunjukkan tidak signifikan diantara disiplin kerja terhadap kinerja

pegawai. Jadi disiplin kerja tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.

c. Besarnya pengaruh etos kerja dan disiplin kerja secara bersama terhadap

kinerja pegawai yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,590 atau

(Rx1x2y =0,794) hal ini menunjukkan pengaruh yang signifikan. Kontribusi

secara bersama-sama variabel X1 dan X2 terhadap Y = R² x 100% atau

0,590² x 100% =34,81% sisanya 65,19% ditentukan oleh variabel lain seperti

agama, budaya, sosial politik, kondisi lingkungan, pendidikan, struktur

ekonomi, motivasi intrinsik individu dan lain-lain.

Besarnya pengaruh etos kerja dan disiplin kerja secara bersama terhadap

kinerja pegawai dan jawaban terhadap hipotesis penelitian yang diajukan tersebut

diringkas dalam Tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.67Rekapitulasi Pengaruh Implementasi Etos Kerja (X1), Disiplin

kerja(X2), secara bersama terhadap kinerja pegawai (Y)Pengaruh Variabel Koefisien Korelasi Total Keterangan

PengaruhX1 terhadap Y 0,303 - - Tidak SignifikanX2 terhadap Y 0,518 - - Tidak SignifikanX1 dan X2 terhadap Y 0,794 34,81%

100%Secara bersama-samaberpengaruh signifikanvariabel sisa () 65,19%

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian 2012

PembahasanPembahasan dimaksudkan untuk menjawab masalah dan hipotesis pene-

litian yang telah diajukan sebagai berikut.

16

1. Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja tidak berpengaruh

terhadap kinerja pegawai = 0,303 (pengaruh tidak signifikan). Hal ini

mengandung arti bahwa etos kerja harus ditingkatkan. Artinya etos kerja bukan

merupakan faktor diterminan yang memicu peningkatan kinerja pegawai. Semakin

tinggi etos kerja diharapkan akan semakin berpengaruh positif terhadap kinerja

pegawai tersebut. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan kinerja pegawai, maka

kepala kecamatan perlu memberikan peluang dan kesempatan untuk

meningkatkan etos kerja kepada setiap pegawai di kecamatan melalui

peningkatan pendidikan, keahlian dan keterampilan, seminar, diklat dan lainnya.

Hasil penelitian ini terbukti bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi etos

kerja adalah (1) kondisi lingkungan yang kurang kondusif sehingga

mengakibatkan (a) kurang mengembangkan kebijakan operasional kecamatan; (b)

lemah dalam menyusun laporan hasil-hasil pekerjaan; (b) kurang mampu

menyusun program kerja program umum; (c) kurang mampu menyusun program

kerja masing-masing sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya; (d) kurang

mampu menyusun program sarana prasarana yang ditugasi kepala kecamatan; (e)

masih lemah menyusun program kerja hubungan masyarakat. (2) komunikasi

kurang lancar sehingga mengakibatkan (a) lemah dalam menciptakan sistem

pekerjaan yang bermutu; (b) pegawai kurang mengembangkan kecakapan dalam

bidang pekerjaan yang diampunnya; (c) pegawai kurang dalam mengembangkan

kreatifitas dalam bekerja dan selalu monutun dengan kegiatan sehari-hari; (d)

pegawai kurang konsultasi dengan kepala kecamatan atau dengan rekan sekantor;

(e) pegawai kurang mengenali status atau karakter sesama pegawai; (f) pegawai

dan kepala kecamatan kurang musyawarah dalam pengendalian program sistem

pekerjaan yang bermutu; dan (g) pegawai kurang memperhatikan kesalahan

informasi manajemen dan instruksi kepala kecamatan serta bekerja sendiri sendiri.

(3) pengorganisasian dalam kecamatan kurang mantap sehingga mengakibatkan

(a) pegawai kurang mengembangkan dan mengubah struktur organisasi menjadi

jelas; (b) orientasi kebijakan kecamatan selalu dimonopoli oleh kepala kecamatan

sehingga pegawai tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan ide dan

gagasan yang produktif; dan (c) pemberian tugas dan wewenang kepala

17

kecamatan timbang pilih artinya siapa yang dekat dengan kepala kecamatan akan

diberi keleluasaan sehingga menimbulkan kecemburuan antar pegawai. (4)

pengawasan yang kurang ketat sehingga mengakibatkan (a) pegawai sulit untuk

bertindak menentukan standar penilaian kalau tidak diadakan komitmen bersama

pegawai, sekretaris camat, kepala kecamatan; (b) pegawai kurang memonitoring

dan mengevaluasi hasil kerja mereka sendiri; (c) pegawai kurang membandingkan

prestasi yang dicapai sesuai misi dan visi kecamatan bacaan dan informasi yang

diperoleh pegawai; dan (d) pegawai kurang melakukan perbaikan-perbaikan yang

diperlukan, karena kesibukan pegawai dalam mengatur dan tugas yang semakin

berat untuk menciptakan suasana pekerjaan yang kondusif. Uraian hasil penelitian

tersebut, akan mempengaruhi kinerja pegawai seperti (a) Karakteristik individu;

(b) proses etos kerja; dan (c) hasil etos kerja.

Hasil penelitian ini sependapat dengan Sinamo dalam Novliadi (2009:5),

‘Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan

fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral.’ Di

samping itu etos kerja dapat menjadi positif atau negatif. Etos kerja positif

sebagai proses membuat pekerjaan menjadi sesuatu yang menarik dan merupakan

sebuah komitmen diri untuk memberikan yang terbaik kepada lembaga dimana

pegawai tersebut bekerja. Etos kerja negatif yang terdapat pada aura pegawai

menyebabkan kepala camat, rekan kerja dan masyarakat enggan untuk dekat dan

bergaul dengan baik, karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita pekerjaan

dan kepercayaan mereka akan hilang. Oleh karena itu, pegawai seharusnya

memberikan etos kerja yang optimal yang dapat memajukan lembaganya dengan

baik,. Dengan demikian etos kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

2. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin kerja tidak berpengaruh

terhadap kinerja pegawai= 0,518 (pengaruh tidak signifikan). Artinya dugaan

penulis disiplin kerja terhadap kinerja pegawai sedang-sedang saja, setelah diuji

ternyata terbukti sedang-sedang saja. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan

disiplin pegawai kecamatan diperlukan kepemimpinan kepala kecamatan yang

bermutu artinya yang mampu mengelola kegiatan pekerjaan sehari-hari dan

mendisiplinkan pegawai dengan optimal, di antaranya dengan membangun

18

komunikasi yang efektif dan pemberian hadiah dan hukuman bagi yang kurang

disiplin. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja pegawai kecamatan,

diperlukan kedisiplinan pegawai yang baik. Begitu pula pihak-pihak yang terkait

dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan pekerjaan di bidangnya masing-

masing, yaitu di antaranya adalah pegawai itu sendiri. Sebagai pegawai dalam

melaksanakan fungsi dan tugasnya harus mampu memotivasi dirinya secara

maksimal untuk memiliki disiplin yang tinggi sehingga akan memiliki dorongan

untuk mengoptimalkan kemampuan dalam menjalankan tugasnya.

Hasil penelitian ini terbukti bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

disiplin pegawai antara lain (1) kurangnya kepribadian yang positif pegawai

sehingga mengakibatkan (a) pegawai kurang mengatasi masalah dengan tenang;

(b) kurang dapat mengemukakan dan menemukan ide baru; (c) pegawai kurang

berpikir orisinal dalam bekerja; (d) pegawai kurang fleksibel dalam bertindak

mengatasi konflik yang ada di lingkungan kantor; (e) pegawai menjadi lemah

dalam hal dorongan ingin mengetahui sesuatu yang baru untuk menambah

wawasan; (f) pegawai tidak mampu keinginan mau berubah ke arah yang lebih

enerjik karena banyak hambatan terutama pada diri pegawai itu sendiri, sesama

pegawai bahkan dari kepala kecamatan yang kurang mampu memimpin

kecamatan; (g) pegawai kurang bebas menyatakan pendapat atau gagasan yang

sudah ditemukan; (h) pegawai kurang mempunyai rasa keindahan lagi akibat

patah semangat dan kurang bergairah dalam menempuh pekerjaan yang lebih

baik; (i) pegawai kurang mampu berpendapat sendiri akibat dipatahkan oleh baik

sesama pegawai atau kepala kecamatan yang dianggap kurang selaras dengan

kebijakan kecamatan padahal ide dan gagasan nya sangat bermanfaat bagi

kecamatan; (j) pegawai kurang memiliki rasa humor tinggi, karena banyak

masalah baik dilingkungan kecamatan dalam menghadapi masyarakat yang

bermasalah maupun di didalam kecamatan karena iklim kerja yang kurang

kondusif; (k) daya imajinasi pegawai kurang kuat; dan (l) pegawai kurang senang

mencoba hal-hal yang baru, karena beranggapan bahwa pegawai melakukan yang

baik saja dianggap kurang baik. Percuma membuat gagasan yang baru toh

akhirnya dipatahkan oleh beberapa pegawai dan kepala kecamatan yang tidak

produktif. (2) kurang menarik dan berguna (useful) sehingga mengakibatkan (a)

19

pegawai kurang mampu memberikan motivasi pada dirinya sendiri; (b) pegawai

kurang bertanggungjawab terhadap gagasan; (c) pegawai kurang mampu bekerja

dengan luwes; (d) pegawai kurang mampu mengerjakan pekerjaan yang

menantang; dan (e) pegawai kurang mampu berkomunikasi dengan lancar. (3)

lingkungan kantor yang kurang kondusif sehingga mengakibatkan (a) pegawai

kurang pandai menyenangkan orang lain; (b) pegawai kurang menyesuaikan diri;

dan (c) pegawai kurang berani mengambil inisiatif baru. Uraian hasil penelitian

tersebut, akan mempengaruhi kinerja pegawai seperti (a) karakteristik individu;

(b) proses kerja pegawai dan (c) hasil kinerja pegawai.

Hasil penelitian ini sependapat dengan Jerry Wyckoff dan Barbara C. Unel

dalam Sudrajat, (2008:2) menyebutkan bahwa ‘disiplin kerja adalah kesadaran,

kemauan dan kesediaan kerja orang lain agar dapat taat dan tunduk terhadap

semua peraturan dan norma yang berlaku, kesadaaran kerja adalah sikap sukarela

dan merupakan panggilan akan tugas dan tanggung jawab bagi seorang

karyawan.’ Pegawai akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya dengan

baik dan bukan mematuhi tugasnya itu dengan paksaan. Kesediaan kerja adalah

suatu sikap perilaku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan tugas pokok

sebagai seorang Pegawai. Pegawai harus memiliki prinsip dan memaksimalkan

potensi kerja, agar Pegawai lain mengikutinya sehingga dapat menanamkan jiwa

disiplin dalam bekerja. Dengan demikian jelaslah bahwa disiplin kerja

berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

3. Pengaruh Etos Kerja dan Disiplin Kerja Secara Bersama Terhadap

Kinerja Pegawai

Secara bersama etos kerja dan disiplin kerja berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai adalah 0,794 (pengaruhnya signifikan) dan memberikan

kontribusi sebesar 34,81% sisanya 65,19% ditentukan oleh variabel lain agama,

budaya, sosial politik, kondisi lingkungan, pendidikan, struktur ekonomi, motivasi

intrinsik individu dan lain-lain. Hal ini menujukkan pengaruh etos kerja dan

disiplin kerja terhadap kinerja pegawai. Semakin tinggi indeks variabel etos kerja

dan disiplin kerja tersebut, maka diharapkan kinerja pegawai akan semakin

meningkat pula. Sehubungan dengan itu, etos kerja dan disiplin kerja secara

bersama-sama untuk meningkatkan kinerja pegawai. Oleh karena itu, perlu

20

meningkatkan manajerial kedua variabel tersebut, yaitu etos kerja dan disiplin

kerja sehingga kinerja pegawai mengalami peningkatan seiring dengan harapan

masyarakat sebagai pengguna sekolah (stakeholders). Hasil penelitian ini

diharapkan kepala kecamatan perlu menciptakan suasana dan kondisi yang

mendukung peningkatan etos kerja dan disiplin kerja. Kepala kecamatan perlu

mengupayakan penyediaan anggaran yang lebih dan membina pegawai-

pegawanya agar mampu meningkatkan kinerja pegawai. Selain itu variabel etos

kerja dan disiplin kerja masih terdapat sejumlah variabel lain yang ikut

mempengaruhi kinerja pegawai. Besarnya pengaruh variabel lain tersebut adalah

36, 96%. Pengaruh ini besar, karena masih banyaknya variabel lain yang diduga

berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan hasil pengamatan penulis

dengan beberapa orang pegawai kecamatan Baregbeg diperoleh informasi bahwa

sejumlah faktor lain yang diprediksi turut mempengaruhi kinerja pegawai antara

lain komitmen pegawai, kemampuan pegawai, pengetahuan dan keterampilan

pegawai, kualifikasi pendidikan pegawai, kelengkapan fasilitas bekerja, sarana

dan prasarana kantor, dan motivasi kerja pegawai, serta kepemimpinan kepala

kecamatan yang kurang bijak dalam menentukan visi, misi, tujuan, sasaran,

dampak, dan benefit (manfaat) bagi kecamatan Baregbeg. Dengan demikian etos

kerja dan disiplin kerja secara bersama berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, maka simpulan

dalam penelitian ini adalah.

1. Etos kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Kinerja yang

dilakukan oleh pegawai tidak terlalu berhubungan dengan peningkatan etos

kerja pegawai. Hal ini disebabkan banyak faktor lain selain kinerja pegawai

yang dapat mempengaruhi pada etos kerja pegawai

2. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai tidak signifikan. Dengan

menerapkan disiplin kerja yang teratur maka diharapkan akan berpengaruh

positif terhadap kinerja pegawai di kecamatan. Dengan terus mempertahankan

disiplin kerja yang teratur, maka setiap pekerjaan akan selesai sesuai dengan

yang diharapkan.

21

3. Pengaruh etos kerja dan disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pegawai. Dengan menggabungkan antara etos kerja dan disiplin kerja, maka

gabungannya akan membuat kinerja pegawai tinggi pula sehingga setiap

pegawai akan merasakan suasana lingkungan kantor yang nyaman sehingga

akan membuat pegawai betah ketika bekerja dikantor. Dengan kondisi seperti

ini maka setiap pelayanan yang diberikan baik itu kepada pimpinananya atau

pun kepada masyarakat yang dilayaninya akan meningkat pula.

22

Daftar Pustaka

Aziz A. Habib. 2011. Tiga Dimensi Etos Kerja. Diakses dihttp://www.google.tigadimensiestokerja.com.

Helmi F. Avin. 1996. Disiplin Kerja. Yogyakarta: UGM.

Gie, The Liang. 1995. Efisiensi Kerja bagi Pembangunan Negara: Suatu BungaRampai Bacaan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Handoko, Hani T. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: BPFE.

Hornby, A.S. 1995. The New Oxford Advances Learner’s Dictionary. London:Oxford University Press.

Irawan, Prasetya. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIA-LAN Press.Jakarta.

Maisaroh, Siti. 2009. Etos Dan Disiplin Kerja Dalam Meningkatkan KeunggulanBersaing Pada Industri Kecil Di Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: UniversitasPGRI Yogyakarta.

Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya ManusiaPerusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu. 2006. Manajemen Sumber Daya ManusiaPerusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu. 2008. Manajemen Sumber Daya ManusiaPerusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. 2003. Indikator Kinerja Guru. Diakses dihttp://www.google.indikatorkinerjaguru.com.

Nitisemito, Alex S. 1996. Manajemen Personalia ( Manajemen Sumber DayaManusia ). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Novitasari, Anisa. 2008. Hubungan Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja DenganProduktivitas Kerja Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Grobogan.Skripsi Tidak Diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Novliadi, Ferry. 2009. Hubungan Antara Organization-Based Elf-Esteem DenganEtos Kerja. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Pidarta. 1999. Kinerja Guru. Diakses di http://www.google. kinerjaguru.com.

23

Riduwan. 2010. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Riduwan-Adun-Enas. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 sdan AplikasiStatistik Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: Edisi Bahasa Indonesia, Jilid Idan II, Prinhalindo.

Sedarmayanti. 2007. Good Governance ( Kepemerintahan yang Baik ). Bandung:Penerbit CV. Mandar Maju.

Simamora. Henry.1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: STIEYKPN.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Sekilas Tentang Disiplin Kerja. Diakses dihttp://www.google.disiplinkerja.com.

Sugiyono, (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Timpe, A. Dale. 2000. Kinerja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Trijayanti, Indra. 2010. Kinerja Pegawai dan Budaya Organisasi. Diakses dihttp://www.google.kinerjapegawai.com.

Wexley, Kenneth, N dan Yukl, Gary. 2000. Perilaku Organisasi dan PsikologiPersonalia. Jakarta: Rineka Cipta.