squamous cell carsinoma bab ii
DESCRIPTION
Squamous Cell CarsinomaTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologis
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7–3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5–1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.
3
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap
bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan
seluruh kulit,maka ciran tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit-elektrolit yang
penting akan menghilang dari tubuh, akan menguap dan lektrolit-elektrolit akan hilang
dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah penderita luka bakar. Bau yang
sedap atau tidak sedap dari kulit berfungsi sebagai pertanda penerimaan atau penolakan
sosial dan seksual. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan
nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang bertautan.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.
Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan pokok terdiri dari:
a. Lapisan epidermis
b. Lapisan dermis
c. Subkutis
d. Sedangkan alat-alat tambahan yang juga terdapat pada kulit antara lain kuku, rambut,
kelenjar sebacea, kelenjar apokrin, kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang
terdapat pada kulit dinamakan appendices atau adnexa kulit.
B. Karsinoma Sel Skuamosa
Squamous Cell Carsinoma atau yang biasa disebut karsinoma sel skuamos atau
sinonim dengan Epitelioma sel skuamosa (Prickle), karsinoma sel prickle, karsinoma
epidermoid, pavement epithelioma, spinalioma, karsinoma Bowen, cornified epithelioma
4
merupakan neoplasma ganas dari keratinosit. Karsinoma ini terbentuk dari sel sel
epodermis ang lebih berdiferensiasi (keratinosit), sedangkan karsinoma sel basal timbul
dari sel basal.
. Seringkali tumor ini terlihat pada orang tua berkulit terang. Tumor seringkali
terjadi pada kulit yang rusak karena sinar matahari dengan keratosis aktinik multipel.
Sinar matahari merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan karsinoma sel
skuamosa. Seperti pada karsinoma sel basal, bagian sinar matahari yang menyebabkan
timbulnya tumor ini adalah sinar ultra violet dengan panjang gelombang antara 280
sampai 320 nm (spektrum UVB). Tetapi, penelitian terakhir yang memakai sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang berkisar antara 320 sampai 400 nm (spektrum
UVA), yang dikombinasi dengan psoralen oral dalam pengobatan psoriasis,
membuktikan bahwa penderita yang terpapar UVA dengan psoraien secara kronik dan
lama dapat juga mengalami karsinoma sel skuamosa. 2
Orang-orang berkulit terang asal Celtic yang terpapar sinar matahari secara kronik
(petani, pelaut) memiliki insidens karsinoma sel skuamosa yang tinggi. Baik karsinoma
sel basal dan karsinoma sel skuamosa lebih sering didapat pada daerah yang kaya sinar
matahari dibandingkan daerah barat tengah atau daerah timer utara. Insidens karsinoma
sel skuamosa dan karsinoma sel basal pada orang Amerika berkulit hitam sangat rendah.
Penyebab lain dari karsinoma sel skuamosa adalah menelan arsenik, radiasi
dengan sinar-x, luka bakar, jaringan parut, dan kerentanan genetik. Penderita yang pernah
5
menjalani pengobatan akne atau hemangioma dengan radioterapi beberapa tahun yang
lalu dapat mengalami kanker sel basal dan kanker sel skuamosa. Individu yang 30 sampai
40 tahun yang lalu diobati dengan arsenik karena menderita psoriasis atau asma, baik
dengan carA menelan arsenik yang berada dalam air minum atau dengan menghirupnya,
memiliki kecenderungan untuk mendapatkan karsinoma sel skuamosa. Beberapa penyakit
genetik yang jarang (albino dan xeroderma pigmentosum) juga menjadi faktor
predisposisi untuk timbulnya kanker ini. Pemakaian alat untuk membuat kulit menjadi
coklat seperti terbakar sinar matahari juga meningkatkan insidens karsinoma sel
skuamosa di masa depan.
Karsinoma sel skuamosa yang terjadi pada kulit yang rusak karena sinar matahari
biasanya tidak bermetastasis dan jarang menimbulkan kematian. Kanker sel skuamosa
yang terjadi pada daerah-daerah yang tidak terpapar sinar matahari (bibir, bokong,
selangkangan), setelah menelan arsen, atau
pada jaringan parut lama mempunyai risiko
metastasis yang lebih besar. Setelah
keganasan ini didiagnosis, maka diperlukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat.
Suatu varian dari karsinoma sel
skuamosa adalah jenis yang hanya
terlokalisasi pada epidermis saja, disebut
penyakit Bowen. Penyakit Bowen biasanya
disebabkan oleh paparan sinar.
C. Etiologi
Faktor-faktor etiologi terbanyak yang berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa
ialah pemakaian tembakau, konsumsi alkohol dan virus-virus (kurang jelas). Termasuk
tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar, seperti dihirup dan mungkin juga,
sirih yang dikunyah (kebiasaan di India, Myanmar dan Pakistan). Walaupun sebagian
besar penderita perokok dan peminum alkohol, sebanyak 10% penderita karsinoma sel
6
skuamosa tidak mengaku menggunakan tembakau atau alkohol; orang-orang ini
cenderung pria atau wanita yang lebih tua
1. Sinar matahari (2900 A - 3000 A) masih merupakan faktor yang paling menonjol
sebagai penyebab karsinoma sel skuamosa. Pada daerah-daerah terpapar lebih
banyak ditemukan kasus keganasan ini.
2. Ras/herediter. Pada kulit berwama ditemukan lebih banyak pada daerah tertutup
daripada terbuka. Orang kulit putih lebih banyak daripada orang kulit berwarna.
3. Faktor genetik yang paling menonjol tampak pada xeroderma pigmentosum
(X.P.). Pada X.P. ditemukan defek pembentukan DNA oleh karena pengaruh sinar
ultraviolet.
4. Arsen inorganik yang terdapat dalam alam (air sumur), maupun yang dipakai
sebagai obat. Keganasan umumnya timbul di bagian badan.
5. Radiasi (sinar - X atau gamma)3
6. Faktor hidrokarbon (tar, minyak mineral, paraffin likuidum dll)
Sikatriks, keloid, ulkus kronik, fistula (osteomielitis).
D. Patogenesis
Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai beberapa
tingkat kematangan, dapat intraepidermal, dapat pula bersifat invasif dan bermetastasis
jauh.4
Transformasi maligna dari keratinosit epidermis yang normal adalah ciri khas
CSCC. Salah satu cara patogenesis penting dari perkembangan CSCC adalah
perkembangan resistensi apoptosis melalui hilangnya fungsional TP53, gen penekan
tumor yang telah dipelajari dengan baik. Mutasi TP53 terlihat di lebih dari 90% dari
kanker kulit didiagnosa di Amerika Serikat, serta di sebagian besar lesi kulit prekursor
menunjukkan bahwa hilangnya TP53 adalah sebuah fase awal dalam pengembangan
CSCC.
UVR menyebabkan deoxyribonucleic acid (DNA) mengalami kerusakan melalui
terbentuknya dimer pirimidin, sebuah proses yang dikenal untuk menghasilkan mutasi
genetik TP53. Setelah paparan UVR berikutnya, keratinosit menjalani ekspansi klonal,
memperoleh cacat genetik lebih lanjut, akhirnya menyebabkan invasif CSCC.5
7
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh de novo, tetapi lebih sering suatu proses
evolusi yang mirip dengan yang tampak pada serviks uteri. Perubahan pra-kanker dalam
mulut menjelma sebagai dua bentuk klinik. Bercak putih, datar yang tidak diketahui
penyebabnya selain yang ada hubungan dengan pemakaian tembakau dan tidak hilang
bila dikerok, disebut leukoplakia. Bercak-bercak merah yang tidak ada hubungan dengan
rangsang radang disebut eritroplakia.
Karsinoma skuamosa invasif kebanyakan didapati pada tepi lateral lidah dan dasar
mulut; sangat jarang pada palatum dan dorsum lidah. Pulau-pulau tumor yang invasif
bermetastasis melalui pembuluh limfa dan mengenai kelenjar getah bening
supraomohioid dan servikal. Penyebaran melalui pembuluh darah merupakan sekuele
terakhir dan biasanya sebagai akibat metastasis kelenjar getah bening yang menjalar ke
duktus torakikus masuk vena sistemik.
E. Gejala klinis
Umur yang paling sering ialah 40 - 50 tahun
(dekade V-VI) dengan lokalisasi yang tersering di
tungkai bawah dan secara umum ditemukan lebih
banyak pada laki-laki dari pada wanita.
Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik
ditandai lesi yang ulseratif dan induratif. Sering
daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar, melipat
dan mukosa yang berdekatan dapat menunjukkan
batas-batas yang tampak leukoplakia dan atau
eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang terkena
metastasis sudah mencapai dimensi cukup besar,
dapat diraba, membengkak dan melekat (berbeda
dengan limadenopati yang dapat digerakkan, lunak dan nyeri tekan bila sebagai akibat
penyakit radang). 2
Secara mikroskopik, karsinoma skuamosa menunjukkan sarang- sarang dan
pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat diferensiasi (misalnya keratinisasi).
Stroma jaringan ikat biasanya memiliki infiltrasi sel-sel radang mononuklear. Derajat
8
radang dapat merupakan ukuran reaktivitas imun terhadap antigen-antigen tumor.
Beberapa penelitian menunjukkan prognosis lebih baik pada tumor-tumor dengan radang
hebat.
Tumor ini dapat tumbuh lambat, merusak jaringan setempat dengan kecil
kemungkinan bermetastasis. Sebaliknya tumor ini dapat pula tumbuh cepat, merusak
jaringan disekitarnya dan bermetastasis jauh, umumnya melalui saluran getah bening.
Secara histopatologik ditemukan :
1) Bentuk intraepidermal
2) Bentuk invasif
1. Bentuk intraepidermal
Bentuk intraepidermal ditemukan pada : keratosis solaris, kornu kutanea,
keratosis arsenikal, penyakit Bowen, eritroplasia (Queyrat), epitelioma Jadassohn.
Penyakit ini dapat menetap dalam jangka waktu lama ataupun menembus lapisan
basal sampai ke dermis dan selanjutnya bermetastasis melalui saluran getah bening.
2. Bentuk invasif
Bentuk ini dapat terjadi dari :
1) Bentuk intraepidermal
2) Bentuk prakanker
3) de novo (kulit normal)
Mula-mula tumor ini berupa nodus yang keras dengan batas-batas yang tidak
tegas, permukaannya mula-mula licin seperti kulit normal yang akhirnya berkembang
menjadi verukosa atau menjadi papiloma. Pada keadaan ini biasanya tampak
skuamasi yang menonjol.
Pada perkembangan lebih lanjut tumor ini biasanya menjadi keras, bertambah
besar ke samping maupun ke arah jaringan yang lebih dalam. Invasi ke arah jaringan
lunak maupun otot serta tulang akan memberikan perabaan yang sulit digerakkan dari
jaringan di sekitamya.
Ulserasi dapat terjadi, umumnya mulai ditengah dan dapat timbul pada waktu
berukuran 1-2 cm. Ulserasi tersebut diikuti pembentukan krusta dengan pinggir yang
keras serta mudah berdarah. Bentuk papiloma eksofitik jarang ditemukan.
Urutan kecepatan invasif dan metastasis tumor sebagai berikut :
9
1) tumor yang tumbuh di atas kulit normal (de novo): 30 %
2) tumor didahului oleh kelainan prakanker (radio dermatitis, sikatriks, ulkus,
sinus fistula): 25%
3) penyakit Bowen, eritroplasia Queyrat : 20%
4) keratosis solaris : 2 %
Tumor yang terletak di daerah bibir, anus, vulva, penis lebih cepat mengadakan
invasi dan bermetastasis dibandingkan dengan daerah lainnya. Metastasis umumnya
melalui saluran getah bening, dengan perkiraan sekitar 0.1-50% semua kasus. Perbedaan
metastasis bergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan dan pengawasan setelah
terapi.4
F. Penatalaksanaan
Evaluasi yang cermat terhadap gejala dan tanda sangat penting, termasuk
didalamnya biopsi dan follow- up yang rutin. Pembedahan dilakukan dengan biopsi insisi
menggunakan skapel bila lesi berukuran 5 mm. Teknik ini cepat, tidak banyak merobek
jaringan dan hanya diangkat sedikit sampling. Apabila ukuran tumor kecil, dapat
dilakukan biopsi insisi ataupun eksisi, apabila sulit membedakan antara displasia dengan
karsinoma, dianjurkan menggunakan biopsi insisi. (Suzanne, 2004)
Jika hasil biopsi tersebut menunjukkan sel karsinoma skuamosa (terdapat invasi
sel displasia ke jaringan ikat), klinisi dapat merencanakan terapi kanker. Terapi yang
potensial diantaranya pembedahan atupun terapi radiasi. Kadang kemoterapi digunakan
sebagai tambahan, namun beberapa tumor kurang responsif terhadap kemoterapi.
Pemilihan terapi tergantung dari stadium kanker, stadium dini (kecil dan terlokalisasi),
stadium lanjut (besar dan menyebar). Evaluasi menggunakan teknik pencitraaan yang
lebih baik kualitasnya seperti MR (magnetic resonance) dan CT (computed tomography)
sangat dibutuhkan. Teknik terbaru yaitu menggunakan PET (positron emission
tomography), bisa menentukan metastase ke kelenjar limfe. Teknik ini berguna bagi
klinisi untuk membedakan batas dan rencana terapi, juga menentukan prognosisnya.
(Suzanne, 2004)
Follow-up berkala perlu dilakukan pada lesi prekanker, bahkan bila lesi tersebut
menghilang, dan bila terus berlanjut perlu dilakukan pembedahan. Pada tepi lesi yang
10
secara klinis dan mikroskopis terlihat normal, bisa menjadi permasalahan dan bisa terjadi
rekurensi. (Suzanne, 2004)
Penggunaan teknik laser sangat berguna pada terapi kanker dan dapat mengontrol
leukoplakia. Pencegahan menggunakan analog vitamin A (retinoid) dan antioksidan lain
(beta karoten, vitamin C, E) kurang efektif, berdasarkan teori, antioksidan tersebut dapat
membantu menjaga sel-sel tubuh dari radikal bebas, yang merupakan promotor terjadinya
mutagenesis kromosom dan karsinogenesis. Yang menjadi permasalahan pada
penggunaan antioksidan ini adalah toksisitasnya dan rekurensinya ketika antioksidan ini
tidak dilanjutkan. Efektifitas antioksidan tergantung pada dosis, regimen dan individu
pasien. (Suzanne, 2004)
Dapat pula dengan pendekatan nutrisional dengan diet kaya buah-buahan dan
sayur-sayuran, karena banyak mengandung antioksidan dan protein supresor-sel yang
membantu mengurangi aktifitas mutagenesis dan karsinogenesis. (Suzanne, 2004)
Pengenalan dan pengontrolan lesi pre-kanker efektif mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas kanker mulut.
G. Prognosis
Prognosis karsinoma sel skuamosa sangat bergantung kepada:
1) diagnosis dini
2) cara pengobatan dan keterampilan dokter 3. kerjasama antara orang sakit
dan dokter
Prognosis yang paling buruk bila tumor tumbuh di atas kulit normal (de novo),
sedangkan tumor yang ditemukan di kepala dan leher, prognosisnya lebih balk daripada
di tempat lainnya. Demikian juga prognosis yang ditemukan di ekstremitas bawah, lebih
buruk daripada di ekstremitas atas.4
11
Daftar Pustaka
1. W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Jakarta: EGC.
2. Price Sylvia A. 2008. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta. EGC.
Hlm 1301
3. Murtiastutik, Dwi. Evy Erviant. 2009. Atlas Penyakit Kulit Kelamin . Surabaya.
Airlangga University Press. hlm 200
4. Djuanda, Adhi. 2011. Panduan Pelayanan Medis dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.
Jakarta. Departemen Ilmu Pendidikan Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM. Hlm
200
5. Monroe, Marcus M. 2015. Cutaneus Squamous Cell Carcinoma. Utah. University of Utah
School of Medicine. Diakses tanggal 10 Oktober 2015 di
http://emedicine.medscape.com/article/1965430-overview#a3
12