carsinoma nasofaring proposal2

34
PROPOSAL PENELITIAN PERBANDINGAN ANGKA HARAPAN HIDUP DAN ANGKA KUALITAS HIDUP PADA PENGOBATAN KOMPLEMENTER ALTERNATIF ASLI INDONESIA BERDASARKAN TIPE HISTOPATOLOGIK KARSINOMA NASOFARING Diusulkan oleh: AMARILLA RIANDITA (G2A008016) DIAH AYU SUSANTI (G2A008055) ELFIAN RACHMAWATI (G2A008065) ERIKA KUSUMAWARDANI (G2A008072) ESTICA TIURMAULI KRISTIANA S (G2A008075) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: elfianfk08

Post on 29-Jun-2015

309 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Carsinoma Nasofaring Proposal2

PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN ANGKA HARAPAN HIDUP DAN ANGKA KUALITAS HIDUP

PADA PENGOBATAN KOMPLEMENTER ALTERNATIF ASLI INDONESIA

BERDASARKAN TIPE HISTOPATOLOGIK KARSINOMA NASOFARING

Diusulkan oleh

AMARILLA RIANDITA (G2A008016)

DIAH AYU SUSANTI (G2A008055)

ELFIAN RACHMAWATI (G2A008065)

ERIKA KUSUMAWARDANI (G2A008072)

ESTICA TIURMAULI KRISTIANA S (G2A008075)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2010

i

ABSTRAK

Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis serta telah menempati urutan keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik) Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009) Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan kanker komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaringMetode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus (penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang menggunakan komplementer alternatif) Cara pengukuran angka harapan hidup dan kualitas hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Kata kunci Angka harapan hidup Angka kualitas hidup Karsinoma nasofaring Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma (WHO 1) Non-Keratinizing Carcinoma (WHO 2) Undifferentiated Carcinoma (WHO 3)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Perkembangan kanker nasofaring dewasa ini menunjukkan peningkatan yang signifikan

Hal ini terjadi karena pola hidup masyarakat semakin tak terkontrol Banyaknya faktor risiko

yang menunjang perkembangan kanker tak mampu dibatasi oleh masyarakat Salah satu

faktor risiko yang telah menjamur di masyarakat Indonesia baik perkotaan maupun pedesaan

adalah merokok Hasil penelitian menunjukan bahwa 65 juta penduduk Indonesia (28)

adalah perokok (Rasmin 2008) Angka ini meningkat dari tahun ke tahun khususnya pada

usia gt15 tahun Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki

urutan ketiga di dunia setelah Cina dan India sebagai negara dengan jumlah perokok

terbanyak

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat

sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis (menyebar) dibanding karsinoma kepala leher

yang lain (Ma et al 2007 Tang et al 2008) Etiologi bersifat multifaktor dan faktor resiko

diantaranya faktor lingkungan genetik gaya hidup dan okupasi (Dwi 2008) Badan

Registrasi Kanker Indonesia menyatakan bahwa kanker kepala leher menempati urutan

keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita serta menempati urutan kedua

tersering dari pria (Soekamto 2002) Insiden meningkat setelah usia 30 tahun dan mencapai

puncak pada usia 40-60 tahun

WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker

sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan

WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik)

Penggolongan kanker nasofaring ini penting untuk menentukan derajat suatu penyakit dan

jenis pengobatan yang akan diberikan (American Joint Committee on Cancer2010) Secara

umum KNF WHO tipe III menempati prosentase tertinggi Pada studi Prasetyo A dan

Wiratno menyebutkan bahwa KNF adalah karsinoma terbanyak di kepala dan leher

berdasarkan diagnosis histopatologi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002ndash2006 dan karsinoma

yang paling sering ditemukan adalah karsinoma epidermoid nasofaring WHO 3 (Prasetyo A

dan Wiratno 2007)

Sampai saat ini studi mengenai faktor etiologi utama KNF masih belum dipahami secara

detail namun hal pasti yang telah diketahui adalah adanya keterkaitan kuat antara infeksi

Epstein-Barr Virus (EBV) dengan KNF Penelitian intensif di daerah endemik seperti Cina

dan Taiwan (Lee et al 1997 Ji et al2007) berhasil mengidentifikasi populasi berisiko

tinggi menderita KNF yaitu individu dengan keluarga pengidap KNF dengan gejala-gejala

tertentu di daerah kepala leher (yang juga sering dikaitkan dengan gejala klinis umum) dan

titer IgA terhadap komponen EBV yang tinggi

Gejala dan tanda pada kanker nasofaring tidak spesifik pasien sering mengalami salah

diagnosis atau berobat ke dokter dalam kondisi stadium lanjut sehingga terapi menjadi lebih

rumit Selain operasi diperlukan juga kemoterapi sehingga biaya semakin mahal dan kadang

hasil pengobatan tidak memuaskan Walaupun tujuan utamanya adalah menyembuhkan

kanker seorang dokter tetap perlu untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat

mempengaruhi kualitas hidup seseorang termasuk bagaimana perasaan pasien kepercayaan

pasien terhadap diagnosa dokter efek samping yang tidak diinginkan dan biaya pengobatan

yang tinggi (American Society of Clinical Oncology 2010) Penatalaksanaan kanker

nasofaring yang menyulitkan pasien menyebabkan pasien mengalami penurunan ketaatan

terhadap pengobatan modern konvensional Hal ini menyebabkan masyarakat beralih dengan

mengkombinasi pengobatan komplementer alternatif yang lebih ekonomis Selain itu juga

banyak beredar artikel yang memberikan informasi yang menjanjikan kesembuhan kanker

kepada pasien

Sejauh ini angka harapan hidup pada penderita kanker nasofaring dengan kombinasi

kemoterapi dan radioterapi di Rumah Sakit Umum dr Sarjito selama 18 bulan sebesar

7933 Ada perbedaan yang signifikan antara penderita KNF dengan penyebaran ke

kelenjar getah bening (816) dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening (75) secara

statistik Angka harapan hidup penderita KNF dengan usia di atas 40 tahun selama 18 bulan

sebesar 764 dan penderita KNF berusia di bawah 40 tahun selama 14 bulan sebesar 802

Angka harapan hidup laki-laki penderita KNF selama 18 bulan sebesar 746 dan pada

pasien wanita sampai akhir penelitian adalah 100 (Puspa Zuleika 2005) Sampai saat ini

belum ada data yang akurat tentang angka kualitas hidup hasil evaluasi respon terapi

penderita kanker nasofaring secara komplementer alternatif juga belum ada data angka

harapan hidup pada penderita kanker dengan pengobatan komplementer alternatif di

Indonesia

Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian

dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut

masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat

kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada

Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam

mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal

secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum

jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara

maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada

menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)

Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai

gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik

dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur

bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu

diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu

menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli

Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring

12 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi

13 Tujuan

131 Tujuan umum

Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan

tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring

132 Tujuan khusus

i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

14 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai

jenis kanker lain

iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di

bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker

15 Luaran yang Diharapkan

Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar

untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh

pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu

bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai

esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah

transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya

berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)

Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan

yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala

dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker

ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini

kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25

dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu

and Yuan2003)

Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak

Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia

sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan

etnis lain

211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring

Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan

kedalam 3 golongan

1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi

(WHO 1)

2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel

berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi

baik (WHO 2)

3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas

membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)

Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring

212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring

Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun

diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi

antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan

3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan

keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi

pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan

dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 2: Carsinoma Nasofaring Proposal2

ABSTRAK

Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis serta telah menempati urutan keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik) Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009) Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan kanker komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaringMetode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus (penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang menggunakan komplementer alternatif) Cara pengukuran angka harapan hidup dan kualitas hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Kata kunci Angka harapan hidup Angka kualitas hidup Karsinoma nasofaring Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma (WHO 1) Non-Keratinizing Carcinoma (WHO 2) Undifferentiated Carcinoma (WHO 3)

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Perkembangan kanker nasofaring dewasa ini menunjukkan peningkatan yang signifikan

Hal ini terjadi karena pola hidup masyarakat semakin tak terkontrol Banyaknya faktor risiko

yang menunjang perkembangan kanker tak mampu dibatasi oleh masyarakat Salah satu

faktor risiko yang telah menjamur di masyarakat Indonesia baik perkotaan maupun pedesaan

adalah merokok Hasil penelitian menunjukan bahwa 65 juta penduduk Indonesia (28)

adalah perokok (Rasmin 2008) Angka ini meningkat dari tahun ke tahun khususnya pada

usia gt15 tahun Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki

urutan ketiga di dunia setelah Cina dan India sebagai negara dengan jumlah perokok

terbanyak

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat

sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis (menyebar) dibanding karsinoma kepala leher

yang lain (Ma et al 2007 Tang et al 2008) Etiologi bersifat multifaktor dan faktor resiko

diantaranya faktor lingkungan genetik gaya hidup dan okupasi (Dwi 2008) Badan

Registrasi Kanker Indonesia menyatakan bahwa kanker kepala leher menempati urutan

keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita serta menempati urutan kedua

tersering dari pria (Soekamto 2002) Insiden meningkat setelah usia 30 tahun dan mencapai

puncak pada usia 40-60 tahun

WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker

sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan

WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik)

Penggolongan kanker nasofaring ini penting untuk menentukan derajat suatu penyakit dan

jenis pengobatan yang akan diberikan (American Joint Committee on Cancer2010) Secara

umum KNF WHO tipe III menempati prosentase tertinggi Pada studi Prasetyo A dan

Wiratno menyebutkan bahwa KNF adalah karsinoma terbanyak di kepala dan leher

berdasarkan diagnosis histopatologi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002ndash2006 dan karsinoma

yang paling sering ditemukan adalah karsinoma epidermoid nasofaring WHO 3 (Prasetyo A

dan Wiratno 2007)

Sampai saat ini studi mengenai faktor etiologi utama KNF masih belum dipahami secara

detail namun hal pasti yang telah diketahui adalah adanya keterkaitan kuat antara infeksi

Epstein-Barr Virus (EBV) dengan KNF Penelitian intensif di daerah endemik seperti Cina

dan Taiwan (Lee et al 1997 Ji et al2007) berhasil mengidentifikasi populasi berisiko

tinggi menderita KNF yaitu individu dengan keluarga pengidap KNF dengan gejala-gejala

tertentu di daerah kepala leher (yang juga sering dikaitkan dengan gejala klinis umum) dan

titer IgA terhadap komponen EBV yang tinggi

Gejala dan tanda pada kanker nasofaring tidak spesifik pasien sering mengalami salah

diagnosis atau berobat ke dokter dalam kondisi stadium lanjut sehingga terapi menjadi lebih

rumit Selain operasi diperlukan juga kemoterapi sehingga biaya semakin mahal dan kadang

hasil pengobatan tidak memuaskan Walaupun tujuan utamanya adalah menyembuhkan

kanker seorang dokter tetap perlu untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat

mempengaruhi kualitas hidup seseorang termasuk bagaimana perasaan pasien kepercayaan

pasien terhadap diagnosa dokter efek samping yang tidak diinginkan dan biaya pengobatan

yang tinggi (American Society of Clinical Oncology 2010) Penatalaksanaan kanker

nasofaring yang menyulitkan pasien menyebabkan pasien mengalami penurunan ketaatan

terhadap pengobatan modern konvensional Hal ini menyebabkan masyarakat beralih dengan

mengkombinasi pengobatan komplementer alternatif yang lebih ekonomis Selain itu juga

banyak beredar artikel yang memberikan informasi yang menjanjikan kesembuhan kanker

kepada pasien

Sejauh ini angka harapan hidup pada penderita kanker nasofaring dengan kombinasi

kemoterapi dan radioterapi di Rumah Sakit Umum dr Sarjito selama 18 bulan sebesar

7933 Ada perbedaan yang signifikan antara penderita KNF dengan penyebaran ke

kelenjar getah bening (816) dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening (75) secara

statistik Angka harapan hidup penderita KNF dengan usia di atas 40 tahun selama 18 bulan

sebesar 764 dan penderita KNF berusia di bawah 40 tahun selama 14 bulan sebesar 802

Angka harapan hidup laki-laki penderita KNF selama 18 bulan sebesar 746 dan pada

pasien wanita sampai akhir penelitian adalah 100 (Puspa Zuleika 2005) Sampai saat ini

belum ada data yang akurat tentang angka kualitas hidup hasil evaluasi respon terapi

penderita kanker nasofaring secara komplementer alternatif juga belum ada data angka

harapan hidup pada penderita kanker dengan pengobatan komplementer alternatif di

Indonesia

Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian

dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut

masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat

kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada

Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam

mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal

secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum

jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara

maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada

menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)

Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai

gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik

dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur

bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu

diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu

menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli

Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring

12 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi

13 Tujuan

131 Tujuan umum

Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan

tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring

132 Tujuan khusus

i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

14 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai

jenis kanker lain

iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di

bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker

15 Luaran yang Diharapkan

Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar

untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh

pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu

bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai

esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah

transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya

berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)

Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan

yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala

dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker

ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini

kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25

dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu

and Yuan2003)

Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak

Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia

sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan

etnis lain

211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring

Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan

kedalam 3 golongan

1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi

(WHO 1)

2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel

berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi

baik (WHO 2)

3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas

membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)

Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring

212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring

Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun

diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi

antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan

3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan

keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi

pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan

dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 3: Carsinoma Nasofaring Proposal2

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Perkembangan kanker nasofaring dewasa ini menunjukkan peningkatan yang signifikan

Hal ini terjadi karena pola hidup masyarakat semakin tak terkontrol Banyaknya faktor risiko

yang menunjang perkembangan kanker tak mampu dibatasi oleh masyarakat Salah satu

faktor risiko yang telah menjamur di masyarakat Indonesia baik perkotaan maupun pedesaan

adalah merokok Hasil penelitian menunjukan bahwa 65 juta penduduk Indonesia (28)

adalah perokok (Rasmin 2008) Angka ini meningkat dari tahun ke tahun khususnya pada

usia gt15 tahun Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki

urutan ketiga di dunia setelah Cina dan India sebagai negara dengan jumlah perokok

terbanyak

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat

sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis (menyebar) dibanding karsinoma kepala leher

yang lain (Ma et al 2007 Tang et al 2008) Etiologi bersifat multifaktor dan faktor resiko

diantaranya faktor lingkungan genetik gaya hidup dan okupasi (Dwi 2008) Badan

Registrasi Kanker Indonesia menyatakan bahwa kanker kepala leher menempati urutan

keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita serta menempati urutan kedua

tersering dari pria (Soekamto 2002) Insiden meningkat setelah usia 30 tahun dan mencapai

puncak pada usia 40-60 tahun

WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker

sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan

WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik)

Penggolongan kanker nasofaring ini penting untuk menentukan derajat suatu penyakit dan

jenis pengobatan yang akan diberikan (American Joint Committee on Cancer2010) Secara

umum KNF WHO tipe III menempati prosentase tertinggi Pada studi Prasetyo A dan

Wiratno menyebutkan bahwa KNF adalah karsinoma terbanyak di kepala dan leher

berdasarkan diagnosis histopatologi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002ndash2006 dan karsinoma

yang paling sering ditemukan adalah karsinoma epidermoid nasofaring WHO 3 (Prasetyo A

dan Wiratno 2007)

Sampai saat ini studi mengenai faktor etiologi utama KNF masih belum dipahami secara

detail namun hal pasti yang telah diketahui adalah adanya keterkaitan kuat antara infeksi

Epstein-Barr Virus (EBV) dengan KNF Penelitian intensif di daerah endemik seperti Cina

dan Taiwan (Lee et al 1997 Ji et al2007) berhasil mengidentifikasi populasi berisiko

tinggi menderita KNF yaitu individu dengan keluarga pengidap KNF dengan gejala-gejala

tertentu di daerah kepala leher (yang juga sering dikaitkan dengan gejala klinis umum) dan

titer IgA terhadap komponen EBV yang tinggi

Gejala dan tanda pada kanker nasofaring tidak spesifik pasien sering mengalami salah

diagnosis atau berobat ke dokter dalam kondisi stadium lanjut sehingga terapi menjadi lebih

rumit Selain operasi diperlukan juga kemoterapi sehingga biaya semakin mahal dan kadang

hasil pengobatan tidak memuaskan Walaupun tujuan utamanya adalah menyembuhkan

kanker seorang dokter tetap perlu untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat

mempengaruhi kualitas hidup seseorang termasuk bagaimana perasaan pasien kepercayaan

pasien terhadap diagnosa dokter efek samping yang tidak diinginkan dan biaya pengobatan

yang tinggi (American Society of Clinical Oncology 2010) Penatalaksanaan kanker

nasofaring yang menyulitkan pasien menyebabkan pasien mengalami penurunan ketaatan

terhadap pengobatan modern konvensional Hal ini menyebabkan masyarakat beralih dengan

mengkombinasi pengobatan komplementer alternatif yang lebih ekonomis Selain itu juga

banyak beredar artikel yang memberikan informasi yang menjanjikan kesembuhan kanker

kepada pasien

Sejauh ini angka harapan hidup pada penderita kanker nasofaring dengan kombinasi

kemoterapi dan radioterapi di Rumah Sakit Umum dr Sarjito selama 18 bulan sebesar

7933 Ada perbedaan yang signifikan antara penderita KNF dengan penyebaran ke

kelenjar getah bening (816) dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening (75) secara

statistik Angka harapan hidup penderita KNF dengan usia di atas 40 tahun selama 18 bulan

sebesar 764 dan penderita KNF berusia di bawah 40 tahun selama 14 bulan sebesar 802

Angka harapan hidup laki-laki penderita KNF selama 18 bulan sebesar 746 dan pada

pasien wanita sampai akhir penelitian adalah 100 (Puspa Zuleika 2005) Sampai saat ini

belum ada data yang akurat tentang angka kualitas hidup hasil evaluasi respon terapi

penderita kanker nasofaring secara komplementer alternatif juga belum ada data angka

harapan hidup pada penderita kanker dengan pengobatan komplementer alternatif di

Indonesia

Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian

dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut

masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat

kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada

Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam

mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal

secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum

jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara

maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada

menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)

Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai

gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik

dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur

bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu

diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu

menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli

Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring

12 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi

13 Tujuan

131 Tujuan umum

Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan

tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring

132 Tujuan khusus

i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

14 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai

jenis kanker lain

iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di

bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker

15 Luaran yang Diharapkan

Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar

untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh

pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu

bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai

esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah

transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya

berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)

Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan

yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala

dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker

ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini

kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25

dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu

and Yuan2003)

Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak

Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia

sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan

etnis lain

211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring

Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan

kedalam 3 golongan

1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi

(WHO 1)

2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel

berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi

baik (WHO 2)

3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas

membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)

Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring

212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring

Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun

diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi

antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan

3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan

keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi

pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan

dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 4: Carsinoma Nasofaring Proposal2

Sampai saat ini studi mengenai faktor etiologi utama KNF masih belum dipahami secara

detail namun hal pasti yang telah diketahui adalah adanya keterkaitan kuat antara infeksi

Epstein-Barr Virus (EBV) dengan KNF Penelitian intensif di daerah endemik seperti Cina

dan Taiwan (Lee et al 1997 Ji et al2007) berhasil mengidentifikasi populasi berisiko

tinggi menderita KNF yaitu individu dengan keluarga pengidap KNF dengan gejala-gejala

tertentu di daerah kepala leher (yang juga sering dikaitkan dengan gejala klinis umum) dan

titer IgA terhadap komponen EBV yang tinggi

Gejala dan tanda pada kanker nasofaring tidak spesifik pasien sering mengalami salah

diagnosis atau berobat ke dokter dalam kondisi stadium lanjut sehingga terapi menjadi lebih

rumit Selain operasi diperlukan juga kemoterapi sehingga biaya semakin mahal dan kadang

hasil pengobatan tidak memuaskan Walaupun tujuan utamanya adalah menyembuhkan

kanker seorang dokter tetap perlu untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat

mempengaruhi kualitas hidup seseorang termasuk bagaimana perasaan pasien kepercayaan

pasien terhadap diagnosa dokter efek samping yang tidak diinginkan dan biaya pengobatan

yang tinggi (American Society of Clinical Oncology 2010) Penatalaksanaan kanker

nasofaring yang menyulitkan pasien menyebabkan pasien mengalami penurunan ketaatan

terhadap pengobatan modern konvensional Hal ini menyebabkan masyarakat beralih dengan

mengkombinasi pengobatan komplementer alternatif yang lebih ekonomis Selain itu juga

banyak beredar artikel yang memberikan informasi yang menjanjikan kesembuhan kanker

kepada pasien

Sejauh ini angka harapan hidup pada penderita kanker nasofaring dengan kombinasi

kemoterapi dan radioterapi di Rumah Sakit Umum dr Sarjito selama 18 bulan sebesar

7933 Ada perbedaan yang signifikan antara penderita KNF dengan penyebaran ke

kelenjar getah bening (816) dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening (75) secara

statistik Angka harapan hidup penderita KNF dengan usia di atas 40 tahun selama 18 bulan

sebesar 764 dan penderita KNF berusia di bawah 40 tahun selama 14 bulan sebesar 802

Angka harapan hidup laki-laki penderita KNF selama 18 bulan sebesar 746 dan pada

pasien wanita sampai akhir penelitian adalah 100 (Puspa Zuleika 2005) Sampai saat ini

belum ada data yang akurat tentang angka kualitas hidup hasil evaluasi respon terapi

penderita kanker nasofaring secara komplementer alternatif juga belum ada data angka

harapan hidup pada penderita kanker dengan pengobatan komplementer alternatif di

Indonesia

Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian

dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut

masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat

kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada

Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam

mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal

secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum

jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara

maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada

menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)

Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai

gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik

dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur

bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu

diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu

menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli

Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring

12 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi

13 Tujuan

131 Tujuan umum

Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan

tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring

132 Tujuan khusus

i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

14 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai

jenis kanker lain

iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di

bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker

15 Luaran yang Diharapkan

Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar

untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh

pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu

bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai

esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah

transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya

berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)

Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan

yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala

dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker

ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini

kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25

dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu

and Yuan2003)

Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak

Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia

sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan

etnis lain

211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring

Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan

kedalam 3 golongan

1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi

(WHO 1)

2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel

berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi

baik (WHO 2)

3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas

membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)

Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring

212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring

Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun

diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi

antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan

3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan

keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi

pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan

dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 5: Carsinoma Nasofaring Proposal2

masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat

kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada

Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam

mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal

secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum

jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara

maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada

menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)

Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai

gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik

dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur

bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu

diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu

menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli

Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring

12 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi

13 Tujuan

131 Tujuan umum

Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan

angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan

tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring

132 Tujuan khusus

i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

14 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai

jenis kanker lain

iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di

bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker

15 Luaran yang Diharapkan

Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar

untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh

pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu

bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai

esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah

transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya

berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)

Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan

yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala

dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker

ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini

kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25

dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu

and Yuan2003)

Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak

Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia

sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan

etnis lain

211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring

Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan

kedalam 3 golongan

1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi

(WHO 1)

2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel

berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi

baik (WHO 2)

3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas

membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)

Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring

212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring

Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun

diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi

antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan

3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan

keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi

pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan

dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 6: Carsinoma Nasofaring Proposal2

ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker

nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia

berdasarkan tipe histopatologi

14 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan

komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai

jenis kanker lain

iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di

bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker

15 Luaran yang Diharapkan

Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar

untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh

pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu

bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai

esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah

transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya

berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)

Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan

yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala

dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker

ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini

kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25

dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu

and Yuan2003)

Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak

Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia

sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan

etnis lain

211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring

Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan

kedalam 3 golongan

1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi

(WHO 1)

2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel

berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi

baik (WHO 2)

3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas

membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)

Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring

212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring

Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun

diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi

antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan

3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan

keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi

pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan

dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 7: Carsinoma Nasofaring Proposal2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu

bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai

esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah

transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya

berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)

Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan

yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala

dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker

ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini

kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25

dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu

and Yuan2003)

Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak

Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia

sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan

etnis lain

211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring

Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan

kedalam 3 golongan

1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi

(WHO 1)

2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel

berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi

baik (WHO 2)

3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas

membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)

Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring

212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring

Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun

diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi

antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan

3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan

keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi

pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan

dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 8: Carsinoma Nasofaring Proposal2

211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring

Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan

kedalam 3 golongan

1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi

(WHO 1)

2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel

berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi

baik (WHO 2)

3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas

membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)

Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring

212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring

Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun

diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi

antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan

3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan

keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi

pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan

dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 9: Carsinoma Nasofaring Proposal2

berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi

merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)

Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti

1 Makanan

Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi

makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih

rentan terkena kanker nasofaring

2 Keturunan

Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar

kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat

kanker dalam keluarganya

Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta

paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker

nasofaring

213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring

Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada

hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling

dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan

kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala

pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di

dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa

telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan

dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga

tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI

bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri

di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan

kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi

tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah

bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul

berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 10: Carsinoma Nasofaring Proposal2

Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan

gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan

menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas

berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan

merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker

Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis

histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah

mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti

MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading

dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union

Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut

Stadium T (ukuranluas tumor)

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa

infratemporal atau orbita

Limfonodi regional (N)

N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M)

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada

tabel di bawah ini (Tabel 1)

Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 11: Carsinoma Nasofaring Proposal2

T1 T2a T2b T3 T4

N0 I IIA IIB III IVA

N1 IIB IIB IIB III IVA

N2 III III III III IVA

N3 IVB IVB IVB IVB IVB

M1 IVB IVB IVB IVB IVB

(American Joint Committee on Cancer1998)

22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang

dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini

merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari

pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien

dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien

yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu

saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)

Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang

meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi

kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan

stadium kanker tertentu

Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus

menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam

pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang

terdiagnosa kanker nasofaring

Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya

sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan

respon pengobatan

Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint

Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 12: Carsinoma Nasofaring Proposal2

Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium

Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun

I 72

II 64

III 62

IV 38

222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring

Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini

mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan

mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang

menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)

adalah sbb

- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari

- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor

ataupun pekerjaan rumah yang ringan

-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak

dapat melakukan pekerjaan lain

- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50

waktunya untuk tiduran

- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya

di kursi atau tiduran terus

23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif

Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui

kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 13: Carsinoma Nasofaring Proposal2

mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki

lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai

di Filipina (Allan Hildesheim 1992)

Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya

senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan

polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki

aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur

yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus

polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan

Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan

aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-

inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi

monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari

senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan

efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam

kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga

sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional

(NCCAM2010)

Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan

pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang

meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)

Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor

1109MenkesPer2007 adalah

1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi

penyembuhan spiritual doa dan yoga

2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati

aromaterapi ayurveda

3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat

urut

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 14: Carsinoma Nasofaring Proposal2

4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah

5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient

6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP

Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker

terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu

saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak

menjadi sorotan masyarakat luas

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 15: Carsinoma Nasofaring Proposal2

KERANGKA TEORI

KERANGKA KONSEP

Karsinoma Nasofaring

WHO1 WHO 3

WHO2

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER

ALTERNATIF

Karsinoma Nasofaring

WHO 1 ampWHO2

WHO3

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA KUALITAS HIDUP

Riwayat Penyakit

Penyakit kronik

Status gizi

Staging

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 16: Carsinoma Nasofaring Proposal2

BAB III

METODE PELAKSANAAN

31 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK

UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi

dan ilmu kesehatan THT-KL

32 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-

kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker

nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus

(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli

Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang

menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)

Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3

Karsinoma epidermoid nasofaring tipe

WHO 1 amp WHO 2

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

Kelompok

Kasus

Kelompok

Kontrol

Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup

Pengobatan Komplementer Alternatif

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 17: Carsinoma Nasofaring Proposal2

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas (independen)

i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia

332 Variabel tergantung (dependen)

i) Angka harapan hidup

ii) Angka kualitas hidup

333 Variabel perancu

i) Infeksi kronis

ii) Status gizi

iii) Staging TNF

iv) Riwayat penyakit

34 Definisi Operasional Variabel

i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil

indikator kemampuan pasien

ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya

iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan

modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional

iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah

35 Cara dan Skala Pengukuran

i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat

Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko

genetik negatif

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 18: Carsinoma Nasofaring Proposal2

ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan

perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita

sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan

positif dan 2) risiko lingkungan negatif

iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test

dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien

Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu

tertentu setelah pengobatan

iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep

interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada

keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah

nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif

36 Populasi dan Sampel

361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis

karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi

anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang

362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi

363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk

penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus

sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan

Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2

(P1 - P2) 2

364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin

yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi

365 Kriteria inklusi dan eksklusi

i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5

mm

ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik

n =

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 19: Carsinoma Nasofaring Proposal2

iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia

pemilik sampel

37 MateriBahanAlat Penelitian

Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok

parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin

38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder

Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data

primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur

penelitian

39 Pengolahan dan Analisis Data

Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang

meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel

dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan

menggunakan SPSS for Windows 115

310 Alur Penelitian

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 20: Carsinoma Nasofaring Proposal2

311 JADWAL KEGIATAN

Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi

nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Bulan 3 Pembuatan kuesioner

Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner

Bulan 5 Pembuatan laporan akhir

312 RANCANGAN BIAYA

1) Transportasi = Rp 65000000

2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000

3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000

4) Foto copy = Rp 50000000

5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000

6) Komunikasi = Rp 50000000

Total Biaya =Rp 700000000

Blok parafin kasus KNF

Diagnosis PA KNF

WHO 1 2 3 WHO 1 2 3

Kuesioner

Analisis Korelasi

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 21: Carsinoma Nasofaring Proposal2

DAFTAR PUSTAKA

A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350

Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9

American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]

ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]

Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8

Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia

Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 22: Carsinoma Nasofaring Proposal2

Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53

Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]

Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610

Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9

Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36

Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90

Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42

Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)

Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776

Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52

Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya

Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802

Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 23: Carsinoma Nasofaring Proposal2

Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84

Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]

Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091

Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102

Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]

Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53

Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18

YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9

Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50

Page 24: Carsinoma Nasofaring Proposal2