spm saraf jadi

Upload: hastin-nur-setyawati

Post on 29-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1. TRANSIENT ISCHEMIC ATTACKS (Gangguan Pembuluh Darah Otak Sepintas)BATASAN

Adalah disfungsi otak fokal sepintas, yang didapatkan pada penderita dengan gangguan pembuluh darah otak dengan sifat-sifat sebagai berikut :

Permulaan cepat ( 1 menit)

Lamanya kurang dari 24 jam, biasanya 90% 2 bulan

Serangan TIA terakhir < 12 bulan.

Pada penderita yang berobat jalan ini :

1. Diharuskan setiap bulan kontrol selama 1 tahun pertama, kecuali bila ada keluhan harus segera datang.

2. Diharuskan mencari faktor risiko dan berilah nasehat untuk mengurangi/menghilangkan faktor risiko yang ada.

3. Diberikan anti platelet aggregation :

Dengan aspirin dosis 40 mg 325 mg, baik pada pria maupun pada wanita.

Ticlopidin 2 x 250 mg per oral.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gent M. Single Study and Overview Analysis : Is Aspirin of value in Cerebral Ischemic, Stroke 1987; 18 : 541-544.

2. Grotta JC. Current Medical and Surgical Therapy for Cerebrovascular Disease. N. Engl J Med 1987; 317 : 1505 1516.

3. Grotta JC et al. Prevention of Stroke with Ticlopidine. Neurology 1992, 42 : 111 115.4. Hass WK, Easton JD, Adams HP, et all for the Ticlopidine Aspirin Study Group. A randomised trial comparing ticlopidine hydrochloride with aspirin for the prevention of stroke in high risk patients. Engl J Med 1989.; 321 : 501 507.

5. Joseph R, Han E, Grunfeld S and Robertson W. Effect of ticlopidine and aspirin on platelet ionized calcium in ischemic stroke. Stroke 1991; 22 : 532.

6. McCarthy PE, McDermont WM, Amorosino CS. Aspirin, The Ageless Remedy. N. Engl J Med, 1991; 325; 1303 1304.

7. Sila CA, Furlan AJ. Transient Ischemic Attack. In : Johnson RT, ed. Current Therapy in Neurologic disease-2. Philadelphia : B.C. Decker Inc, 1987 : 152 156.

8. Van Gijn J. The Dutch TIA Trial Study Group. A Comparison of Two Doses of Aspirin (30 mg vs 283 mg a day) In patient after Transient Ischemic Attack or Minor ischemic Stroke. N. Engl J Med, 1991; 325; 1261-1266.

9. Yatsu FM. Clinical aspects of Reversible Ischemia. AOCN VIII, Bali, Denpasar 1987.2. MENINGITISDefinisi

Meningitis adalah suatu reaksi atau sindroma inflamasi yang melibatkan sebagian atau semua bagian dari piameter dan arahnoid serta cairan serebrospinal yang mengelilingi otak dan medula spinalis.

Kriteria diagnosis

1. Adanya gejala klinik dan

2. Adanya pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebabnya.

Kausa

Bakteri, virus, spirochaete, riketsia, fungi, dan parasit.

Gejala dan Tanda Klinik

Nyeri kepala, muntah, fotofobia, kaku kuduk, demam, kesadaran menurun, dan bisa dengan kejang.

Pemeriksaan

1. Kesadaran menurun

2. Panas

3. Tanda-tanda kaku kuduk dengan tanda kernig dan Brudzinski positif

4. Pada anak-anak : adanya fontanella mencembung

5. Bisa dengan parese nervi kranialis

6. Hemiparesis

7. Adanya rash : kemungkinan karena bakteri atau virus

Pemeriksaan Penunjang / Laboratorik

Bakteri

a) Darah

Biasanya leukosit naik

Bentuk leukosit immature (+)

Kultur bakteri + dengan sensitivitasnya

b) Cairan nasofaring, telinga : kultur (+) dengan sensitivitasnya

c) Rontgen foto kepala, paru-paru, sinus paranasal; kemungkinan infeksi; head CT scan : mungkin hidrosefalus/ abses

d) Cairan serebro spinal :

1) - jumlah sel naik : 500 35.000 leuk/mm3 sel leukosit : PMN lebih dari 95%

sel monosit banyak pada awal pemberian antibiotik2) Kultur bakteri : positif dengan sensitivitasnya

3) - analisa kimia :

kadar glukose turun (kurang dari 45 mg/100 cc)

kadar klorida turun ( kurang dari 700 mg/100 cc)

kadar protein naik (lebih dari 70 mg/100 cc)

4) Pemeriksaan antigen terutama bila kultur negatif karena penderita telah mendapatkan antibiotik untuk H. influenza, S. pneumoniae, atau N. meningitis.5) C Reaktif Protein (CRP) : positif (tidak bisa dinilai pada penderita dengan rheumatoid arthritis)

6) Tekanan naikVirus

a) Darah : virologi : IgG, IgM virus (+)

b) Cairan serebro spinal :

1. Jumlah sel lebih besar atau sama dengan : normal

2. Sel leukosit : limfositik atau mononuklear pleositosis

3. Virologi : IgG dan IgM positif

4. Analisa kimia

Kadar glukosa kurang atau sama dengan : Normal

Kadar protein sedikit meningkat

5. Tekanan dalam cairan serebrospinal : meninggi

6. CRP : negatif

c) Faeses : IgG virus : positif dan atau IgM virus : positif

d) Cairan nasofaring : IgG virus : positif dan atau IgM : positifTuberkulosis

a) Dicari fokus primer

Rontgen foto paru-paru

Kulit

Kelenjar getah bening

b) Tes serologis untuk TB dari darah; biasanya darah hipo Na.

c) Cairan serebrospinal:

1. Organisme TB : (+)

2. Tekanan dalam cairan ss : naik

3. Cairan ss, tampak berawan (berkabut)

4. Pleositosis sedang (25-500 sel/mm3, limfosit predominan)

5. Analisa kimia sama dengan bakteri

6. Sedimen dikultur (khusus TB) : mycobacterium TB : positif

Usapan dicat : basil tahan asam : positif (20-30%, usapan diulang : positif 75%)

Kultur TB : beberapa minggu

7. Sedimen cairan serebrospinal yang tak terdiagnosa dapat dicari antigen tuberkulosa spesifik atau PCR (Polymerase Chain Reaction)d) Head CT scan atau MRI otak : terdapat eksudat di sisterna subarahnoid, hidrosefalus, daerah infark dan berhubungan dengan tuberkuloma.Sarcoidosis : Tuberculosis

a) Biopsi dari kelenjar limfa, jantung, kulit, otot, susunan saraf pusat : terdapat granuloma sarcoidosis yang terdiri dari sel-sel epiteloid yang dikelilingi limfosit-limfosit tetapi caseosa berkurang.b) Cairan SS : limfositik pleositosis (10-200 sel/mm3)

Kadar protein naik

Kadar glukosa menurun

IgG : naik

Ada kesan blok dalam cairan s.s. hasil dari perluasan medulla spinalis atau arachnoiditis yang adhesif

Infiltrasi granuloma (+)

c) Test Kveim Siltz Back untuk kulit : positif

d) Darah :

Anemia sedang

Limfositopenia

KED : meningkat

Hiperglobulinemi

Hiperkalemia

Kadar enzim angiotensin : naikNeurosifilis : karena Treponema pallidum (spirochet)

a) Serologik darah : Complement fixation technique dari Kolmer : positif

VDRL : positif

Fluorescent treponemal antibody absorbtion (FTA-ABS) test : positifb) Cairan serebrospinal : jumlah sel : 100-300/mm3, kebanyakan limfosit, beberapa sel plasma Total protein meningkat (40-200 mg/dl)

IgG : meningkat

Kadar glukose : normal

Cryptococcosis (jamur)

a) Cairan serebrospinal :

Tekanan cairan menurun

Pleositosis ringan sampai sedang (10-500 sel/mm3)

Kadar protein meningkat

Kadar gula : menurun (15-35/dlmg)

Ditemukan organisme dalam cairan serebrospinal

Kultur dari : urine, darah faeses, sputum dan sumsum tulang merah pada medium Saboroud : (+)

b) Antigen Cryptococcal pada serum dan cairan serebrospinal : positif

Toxoplasma (parasit, protozoa)

a) Cairan serebrospinal dengan pengecatan Giemsa & Wright : positif Inokulasi dari cairan serebrospinal : positif

Sel limfositik pleositosis

Kadar protein meningkat

b) Head CT scan : kalsifikasi (+)

c) Head CT scan / MRI : hidrosefalus, dengan kontras : kista seperti gambaran cincin dengan klasifikasi tunggal atau multipeld) Darah, tes serologis : Sabin Fieldman, IFA, IHA dan Elisa : IgG/IgM positif

Cysticercus (parasit, Taenia solium)

a) Cairan serebrospinal : normal/pleositosis/mononukleosis

Kadar protein : meningkat

Kadar glukose : menurun

b) Head scan / MRI : hidrosefalus, dengan kontras : kista seperti gambaran cincin dengan klasifikasi tunggal atau multipel

c) Darah : antibody (dengan fiksasi komplemen, Elisa, Western bolt) : positifEchinococcus (parasit, Cestoda)

a) Darah :

Leukositosis eosinofil

Eosinofil : jarang

b) Head CT scan : ada lesi tunggal non enhanceTrichinella spiralis (parasit, Nematoda)

a) Darah :

Leukositosis eosinofil

Enzym seum otot : positif

b) Cairan serebrospinal

Normal/pleositosis limfositik ringan

Kadar protein : meningkat

Tekanan : meningkat

Parasit : positif (30%)

Strongyloides stercoralis (parasit, Nematoda)a) Cairan serebrospinal : eosinofil jarang

b) Faeses, sputum, aspirat duodenum : larva positif

Naegleria (parasit, protozoa, amoeba)

a) Cairan serebrospinal :

Sama dengan meningitis bakteri akut

Trofozoit bisa ditemukan dalam cairan serebrospinal basah

Pengobatan/Terapi :

Untuk bakteri (orang dewasa dengan fungsi ginjal dan hepar yang normal) (Adams, et al., 1997)

No.AntibiotikDosis total/hariInterval dosis dalam jam

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.Amikasin

Ampisilin

Cefotaxim

Ceftazidin

Ceftriaxon

Kloramfenikol

Gentamicin

Nafsilin

Oxasilin

Penisilin G

Rifampisin

Tobramysin

Trimetoprim/sulfametoxazole

Vancomysin 15 30 mg/kg

12 gram

8 12 gram

6 gram

4 gram

4 6 gram

3 5 gram

9 12 gram

9 12 gram

24 mil.unit

600 mgr

3 5 mg/kg

20 mg/kg

2 3 gram8

4

4 6

8

12 24

6

8

4

4

4

24

8

6 128 12

Kebanyakan pasien meningitis bakteri diobati selama 10 14 hari, kecuali ada fokal infeksi yang tetap, dapat lebih lama.

Kortikosteroid masih banyak digunakan terutama jika jumlah bakteri di cairan serebrospinal tinggi dengan minimal pleositosis dan insufisiensi adrenal akut (Adams, et al. 1997).

Anti konvulsan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejang : Diazepam 0,25 0,4 mg/kg, rata-rata 1-2 mg/menit.

Pada anak-anak dicegah dengan hiponatremi dan intoksikasi air.

Untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat diberikan : Mannitol iv dengan bolus 1 gr/kg tiap 2-3 jam.

Meninggikan kepala di tempat tidur dengan sudut 30.Untuk Virus :

Acyclovir diberikan peroral/subakut : 100 mg/kg/hr (untuk DNA virus).

Vidarabine per iv dosis 15 mg/kg tiap 12 jam/hari, diberikan dalam 24 jam (untuk DNA virus).

Alfa Interferron diberikan intratekal (untuk SSPE).

Gammaglobulin

Isoprinosine peroral (untuk virus jenis RNA dan DNA)

Pengobatan / Terapi :

Toxoplasmosis a) Sulfadiazine tab : hari pertama 4 g, diikuti 2 6 g/kg ditambah : Pirimetamine tab. Hari pertama 100 200 mg, diikuti 25 mg/hr/kg BB, selama 4 6 minggu.b) Fansider tab : hari pertama 4 tab, berikutnya 1 tab, selama 4 6 minggu.

c) Spiramisin tab, untuk :

Wanita hamil : 3 g/hari sampai 3 minggu.

Dewasa : 100 g/kg sampai 30 hari, berhenti 2 minggu, untuk dilanjutkan sampai 45 hari.

Neurosarcoidosis

a) Prednison tab 40 80 mg/hr diberikan beberapa minggu dan selanjutnya ditappering sampai maintenance.

b) Dosis inisial dari prednison yang lebih tinggi diperlukan untuk beberapa pasien.

c) Pengobatan alternatif atau pengobatan immunosupresif tambahan untuk pasien yang membandel :

Azathioprine, methotrexate, cyclosporine

Radioterapi digunakan dengan kegunaan yang belum tentu

Tuberculose

a) Isoniazide 300 mg tiap hari selama 6 bulan ditambah Rifampisin 600 mg tiap hari selama 6 bulan ditambah Pyrazinamide 15 30 mg/kg tiap hari selama 2 bulan atau :

b) Isoniazid 300 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah :

Rifampisin 600 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah

Etambutol 25 mg/kg tiap hari selama 2 bulan.

Etambutol bisa diganti dengan Streptomisin 1 g tiap hari selama 2 bulan atau;c) Isoniazid 300 mg tiap hari selama 1 bulan, diteruskan dengan Isoniazid 900 mg yang diberikan 2x/mgg selama 8 bulan ditambah Rifampisin 600 mgr tiap hari selama 1 bulan, diteruskan dengan 600 mg 2x/mgg selama 8 bulan.

Neurosyfilis a) Awal sifilis : Penicillin G benzatine injeksi 2,4 mil unit im single dosis.

b) Sesudah jadi Neurosyfilis :

1. Penisilin G (dalam aqua) 24 mil unit iv selama 3 minggu atau;

2. Penisilin G (dalam aqua) 24 mil unit per hari dengan 2 g Probenecid per oral tiap hari, yang alergi Penicillin bisa dengan;

3. Doksisiklin 300 mg per oral dosis terbagi selama 30 hari.

4. Tetrasiklin 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.

Cysticercosis

a) Ventrikuler shunt : bagi yang dengan hidrosefalus

b) Anti konvulsan

c) Kortikosteroid

d) Praziquantel : 50 mg/kg BB, 3 kali/hari selama 15 30 hari, ini di beberapa daerah lebih efektif.

Echinococcosis a) Operasi

b) Albendazole / Mebendazole dosis 25 mg/kg BB/hr

Trichinosis

a) Thiabendazole : 25 mg/kg/hr untuk cacing di perut

b) Mebendazole : untuk larva jaringan

c) Kortikosteroid

Strongyloidiasis

a) Thiabendazole : 25 mg/kg/hr diberikan dalam 2x selama 5 7 hari

Infeksi Naegleria

Amphotericin B (1-5 mg/hr selama 6 mgg)

Diagnosis banding

Subarachnoid haemorrhagi, Tumor fossa posterior, Sindroma maligna neuroleptik.

Standar Tenaga

Dokter spesialis saraf

Dokter umum (bila spesialis saraf tidak ada)

Lama Perawatan

Minimal 3 minggu

Efek samping dan Komplikasi

a) Tekanan intra kranial yang meninggib) Septikemia / Viremia

c) Terlibatnya sistim saraf3. ENSEFALITIS

Definisi

Penyakit peradangan jaringan otak.

Kriteria Diagnosis

1) Adanya gejala klinik

2) Adanya pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebabnya

Kausa

Sama dengan meningitis

Gejala dan Tanda Klinik

a) Fotofobia;

f) Disorientasi;

b) Panas;

g) Amnesia;

c) Perubahan tingkah laku;

h) Hempilegia

d) Diplopia;

i) Kesadaran menurun

e) Disfasia;

j) Kejang

Untuk Malaria Otak :

a) Darah :

Anemia

Parasit (plasmodium falciparum) pada sel-sel darah merah (pemeriksaan darah tepi)

b) Cairan serebrospinal :

Tekanan : N

Warna : Xantochrom ringan

Sel limfosit : sedikit

Kadar protein : meningkat

Kadar glukosa : N

Pengobatan / Terapi

Sama dengan Meningitis

Untuk Malaria Otak :

a) Chloroquine

1. Chloroquine per oral 600 mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya, kemudian 150 mg tiap 12 jam selama 1 hari, akhirnya 150 mg/hr selama 2 hari.

2. Chloroquine injeksi IV : 10 mg/kg sampai 8 jam, diikuti 15 mg/kg sampai 24 jam berikutnya, total pengobatan selama 22 jam.

b) Quine / Quinidine

1. Per oral : 15 mg/kg dan dosis maintenance 7,5 mg/kg tiap 8 jam selama 7 hari.

2. Injeksi iv 20 mg/kg sampai 4 jam diikuti maintenance terapi 10 mg/kg selama 2 jam tiap 8 jam selama 9 hari.Diagnosis Banding :

a) Pasien alkoholik

b) Pasien intoksikasi

c) Hepatik ensefalopati

d) Psikosis

e) Karsinomatosis

Standar Tenaga

Dokter spesialis saraf

Dokter umum (bila spesialis saraf tidak ada)

Lama perawatan

Minimal 3 minggu

Efek Samping dan Komplikasi

a) Udem otak

b) Hidrosefalus

c) Septikemia

d) Viremia4. MENINGO ENSEFALITIS

Definisi

Penyakit peradangan jaringan otak dan meningennya.

Kriteria Diagnosis

1) Adanya gejala klinik

2) Adanya pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebabnya

Kausa

Sama dengan meningitis dan ensefalitis

Gejala dan Tanda Klinik

a) Nyeri kepala;

f) Perubahan tingkah laku;

b) Panas;

g) Kejang;

c) Mual;

h) Kelemahan saraf otak

d) Muntah;

i) Kelemahan separo anggota gerak

e) Kaku kuduk;

j) Kesadaran menurun

Pemeriksaan

1. Mual

e) Parese nervi kranialis

2. Muntah

f) Kesadaran menurun

3. Meningeal sign

g) Panas/tidak

4. Kejang

Pemeriksaan penunjang/laboratorik

Sama dengan meningitis dan ensefalitis

Standar Tenaga

Dokter spesialis saraf

Dokter umum (bila spesialis saraf tidak ada)

Lama perawatan

Minimal 3 minggu

Efek Samping dan Komplikasi

Sama dengan meningitis dan ensefalitis

5. STROKE (GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK)

Kriteria diagnosis

Gangguan fungsional otak fokal atau global yang timbul mendadak akibat gangguan aliran darah di otak (bukan karena tumor atau trauma kepala) dengan manifestasi hermidefisit motorik, dapat disertai dengan atau tanpa hemidefisit sensorik, kelumpuhan saraf otak aphasia dan penurunan kesadaran.

Diagnosis patologis

Stroke iskemik (infark) Stroke hemoragik

Diagnosis Banding

Kontusio serebri Meningoensepalitis

Tumor otak

Pemeriksaan penunjang

Cito : Ureum, kreatinin, HMT, Gula darah darah sewaktu, EKG, CT-Scan (bila ada), algoritma stroke gajah Mada (Bila CT-scan tidak ada, atau rusak), doppler (bila ada)

Tidak cito : Foto thorak, darah tepi rutin, kolesterol total, HDL, LDL, asam urat, trombosit, platelet agregasi (bila ada)Konsultasi

Dokter spesialis jantung, bila ada kecurigaan gangguan jantung Dokter spesialis penyakit dalam, bila ada kelainan endokrin (diabetes melitus)

Dokter spesialis paru, bila ada kelainan paru

Dokter spesialis bedah saraf, bila ada indikasi tindakan operasi

Dokter spesialis bedah vaskuler, bila ada indikasi enarteriektomi

Perawatan RS

Perlu dirawat di RS, khususnya penderita dengan serangan akut, baik stroke infark maupun stroke hemoragik

Terapi

a. Stroke iskemik (infark)1) Serangan akut (kurang dari 24 jam)

Terapi Umum

Oksigenasi

Perbaikan jalan napas

Kendalikan gangguan paru

Kendalikan keadaan umum

Tekanan darah jangan diturunkan, kecuali tekanan sistoliknya lebih dari 240 mmHg atau tekanan diastoliknya lebih dari 130 mmHg Terapi spesifik Pentoksilin

Neuroprotektan Prevensi sekunder ASA dosis rendah

ASA & dypiridamol

Fisioterapi

2) Serangan lebih dari 24 jam

Idem diatas, kecuali pentoksilin jangan diberikanb. Stroke hemoragik

Terapi umum (idem pada stroke iskemik/ infark) Antiedema otak : manitol untuk mengatasi herniasi dan edema berat

Defisit koagulasi darah : vit K, protamine, fresh frozen plasma, tranfusi platelet

Operasi : tergantung keputusan bersama dengan dokter spesialis bedah sarafStandar RS

Semua RS, kecuali untuk pelayanan ICCU dan bedah otak harus dirujuk ke RS yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.

Penyulit

Gangguan pernapasan berat

Penurunan kesadaran berat (koma)

Komplikasi penyakit sistemis lain, jantung, diabetes, ginjal

Informent konsen

Perlu

Standar tenaga

Dokter spesialis saraf

Dokter umum (bila dokter spesialis saraf tidak ada)

Perawat yang terlatih dalam asuhan keperawatn stroke

Lama perawatan

Stroke iskemik infark : 2 minggu

Stroke hemoragik : 3-4 minggu tergantung keadaan

Masa pemulihan

Tergantung kepada

Jenis patologis stroke

Luas lesi

Tingkat tergantung kesadaran

Penyulit yang menyertai

Kondisi psikologik

Hasil akhir

Dapat sembuh sempurna

Sembuh dengan cacat fisik

Dimensia

MeninggalPatologi Anatomi

Tidak penting

Autopsi

Bila perlu (atas permintaan polisi, asuransi, atau pihak yang berwenang lainnya, dengan seijin keluarga)6. EPILEPSI

Definisi

Keadaan dengan ciri-ciri munculnya bangkitan berulang. Istilah epilepsi digunakan untuk mengkarakterisasikan serangan berulang bersifat relatif stereotipik dari suatu pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter).

Diagnosis

Penegakan diagnosis untuk epilepsi terutama berdasarkan riwayat adanya serangan berulang sedikitnya 2 kali dalam setahun, bersifat stereotipik dari suatu pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter) yang dilaporkan oleh saksi mata.

Penegakan diagnostik lain yang banyak dimanfaatkan adalah elekroensefalografik (EEG), pencarian etiologi sesuai tipe bangkitan yang ditemukan, misalnya anamnesis untuk tipe fokalitas bangkitan dan ada tidaknya gangguan kesadaran yang menyertai (parsial atau umum), anamnesis riwayat keluarga, anamnesis riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kelahiran, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologik.

Kausa

Beberapa penyebab epilepsi pada orang dewasa

Lesi struktural (tumor, AVM), penyakit serebrovaskuler (infark, hipertensi, perdarahan). Epilepsi umum primer/ idiopatik, trauma, infeksi SSP (ensefalitis, meningitis, abses), penyekit sistemik (kelainan ginjal, hati dan hematologis), penyekit degeneratif otak, keracunan/iatrogenik (drug abuse, psikotropik, alkohol).

Beberapa penyebab epilepsi pada anak-anak

Kejang demam, serebral palsy, sindrom epilepsi spesifik (spasme infatil, epilepsi rofsndik, epilepsi umum primer), infeksi SSP, lesi struktural (AVM, hidrosefalus), penyakit metabolik, keracunan, penyakit sistemik, penyakit keturunan (Sturge weber, sklerosis tuberosa).

Gejala dan tanda klinik

1. Epilepsi umuma. Epilepsi Tonik Klonik (Grand Mal)

Dimulai dengan fase tonik selama menit diikuti fase klonik menit kemudian terjadi fase koma selama 5 menit, selanjutnya penderita tertidur s/d 6 jam.

b. Epilepsi absen (Petit mal)

Kehilangan kesadaran beberapa detik. Pada waktu serangan anak berhenti bergerak, kedua mata menatap kedepan, benda yang dipegang terjatuh

c. Epilepsi Mioklonik

Bangkitan berupa kehilangan kesadaran sejenak dan disertai mioklonus pada otot proksimal.

d. Epilepsi Atonik

Penderita secara mendadak kehilangan tonus otot dan pada umumnya kesadaran tidak terganggu.2. Epilepsi Parsial sederhana

a. Dengan gejala motorik

b. Dengan gejala somatosensorik

c. Dengan gejala sutonom

d. Dengan gejala gangguan fungsi luhur, psikis3. Epilepsi Parsial kompleks

Gejala kompleks ialah gejala motorik, sensorik, autonom yang memperlihatkan ciri yang tampaknya bertujuan dan terintegrasi. Gejala kompleks tersebut ialah halusinasi, ilusi, automatisme, dan gangguan tingkah laku.

Pemeriksaan penunjang/ Laboratorium

a. Pemeriksaan EEG

b. Pemeriksaan neuroradiologik

1. Tanpa kontras : foto thorax, Foto tengkorak, CT-scan

2. Dengan kontras : Arteriografi, Pneumoensefalografi, ventrikulografi, CT-scan

c. Pemeriksaan laborat misalnya elektrolit, gula darah dll

Terapi

BangkitanPilihan pertamaPilihan kedua

Bangkitan Umum primer

Tonik Klonik (grand mal)

Lena (Abscens)

Mioklonik

Tonik Klonik

Bangkitan Parsial

Bangkitan umum sekunderKBA, PB, PRM, Val

ESM, Val

KNZ, Val

Salah satu obat diatas

KBA, PB, PHT, PRM

KBA, PB, PHT, PRMKLB, KNZ,

KNZ

ESM, KLB,NTZ

LB, KNZ, Val

LB, KNZ, Val

KBA : Karbamazepin (7-15 mg/kgBB/Hr

PHT : Phenitoin (5mg/kgBB/Hr)

Val : Valproat (15-60mg/KgBB/Hr)

KLB : Klobazam

NTZ : NitrazepamPNB : Phenobarbital (1-5mg/kgBB/Hr)

PRM : Primidone (10-25 mg/kgBB/Hr)

ESM : Ethosuksimide (20-40mg/kgBB/Hr )

KNZ : Klonazepam

(Awal : 0,01-0,03 mg/kgBB/Hr

Lanjut : 0,1-0,2 mg/kgBB/Hr)

Diagnosis Banding

Serangan anoksia, sinkop, Breath Holding spell, Hyperventilasi sindrom, Histeri, Migren, Vertigo berkala, abdominal pain, narkolepsi, kataplexy, tics doloreux.

7. STATUS EPILEPSI

Definisi

Merupakan suatu keadaan klinik yang ditandai dengan serangan kejang berkesinambungan atau berulang dengan frekuensi sedemikian tingginya tidak pulih kesadarannya diantara serangan.

Klasifikasinya

a. Status epileptikus konvulsivus : dimana kejang tonik klonik berulang berlanjut

b. Status epileptikus non konvulsivus : pasien menunjukkan serangan absence atau partial complex

c. Epilepsi partialis kontinue : dimana serangan partial sederhana berlangsung tanpa hilangnya kesadaran

Faktor penyebab

Tumor otak, infark serebri, trauma, meningitis, ensefalitis atau abses otak, atau penglihatan, penghentian obat0\-obat anti epilepsi secara mendadak.

Faktor Pencetus

Yang paling sering adalah minum obat tidak teratur atau penghentian obat mendadak, gejala Withdrawal peminum alkohol atau pecandu obat penenang, infeksi sistemik atau gangguan metabolik dengan akibat gangguan keseimbangan elektrolit.

Terapi

a. Jalan napas dibersihkan dan oksigen diberikan

b. Pemeriksaan elektrolit, kimia dan dosis antikonvulsan dalam darah

c. Larutan glukosa 50% 50 ml IV

d. Diazepam IV dengan kecepatan 0,5ml/menit dan dilanjutkan sampai serangan berhenti atau sampai dosis maksimum 60-80 mg.

e. Phenytoin bersamaan dengan diazepam atau segera setelah serangan berhenti. Takaran yang diberikan 16-18 mg/kgBB, disuntikkan perlahanlahan dengan kecepatan kurang dari 50 mg/menit

f. Bila pH darah kurang dari 7,21 dapat diberi 100 mEq NaCO3

Standar Tenaga

a. Spesialis saraf

b. EEG : Ahli neurofisiologik klinik

c. CSS : Ahli neuropatologik klinik

d. Laboratorium terkait

e. Pada kasus tertentu : perawatan intensif (ICU), spesialis pennyakit dalam, dokter umum (jika spesialis terkait tidak ada)

Lama perawatan

a. Status epileptikus pada grand mal epilepsi : segera setelah status epileptikusnya teratasi, pada umumnya 1-3 hari

b. Status epileptikus pada epilepsi fokal : tergantung kausanya. Pada umumnya 3-4 minggu

Komplikasi

a. Defisit neurologik permanen

b. Gangguan keseimbangan asam/ basa, elektrolit

c. Gangguan pernapasan

8. LOW BACK PAIN/ HERNIA NUKLEUS PULPOSUSDefinisi

Protusi Nukleus Pulposus ke arah posterio Lateralis Lumbalis yang pada akhirnya menekan Radiks medula Spinalis pada segmen Lumbalis

Kriteria diagnosis

a. Nyeri pinggang bawah yang secara tiba-tiba

b. Adanya riwayat mengangkat beban berat

Kausa

TraumaGejala dan tanda klinis

a. Nyeri pada pinggang bawah

b. Nyeri menjalar (radikular)

c. Nyeri dapat diprovokasi dengan batuk, bersin dan mengejan

d. Adanya sensasi paraestesi sesuai dermatom

e. Adanya kelemahan (parese) tungkai bawah

f. Spasme otot lumbalisPemeriksaan

a. Nyeri tekan regio lumbalis

b. Laseque sign (+) < 40

c. Sikap kaki fleksi pada sendi lutut

d. Sikap tubuh berjalan fleksi tubuh kearah sisi yang sehat

e. Adanya parese pada satu/ kedua tungkai bawah

f. Adanya sensasi parastesia (kesemutan)Pemeriksaan Penunjang / laboratorium

a. Foto polos vertebra lumbalis (posisi anterior posterior, lateral, oblique)

b. Myelography lumbalis

c. Myelo CT-scan

d. Magnetic Resonance Imaging

e. Diskografi

f. Pemeriksaan serum : Calcium, phosphatase, alkaline dan glukosa

g. Lumbal pungsi (LP)

h. Elektro Myografi (EMG)Pengobatan

a. Terapi Konservatif

Tirah baring ( 4 minggu)

Traksi dan dhiatermi

Analgesik

Non Steroid Inflamatory drug (NSAID)

Korset Lumbal

Exercise (memperkuat otot lumbal)

b. Terapi Operatif

Multiple HNP

Adanya parese satu/ kedua tungkai bawah (para parese inferior)

Diagnosis banding

a. Tumor Medula spinalis

b. Spondilosis Lumbalis

c. Spondilolistesis lumbalis

d. Kanalis stenosis lumbalisStandar tenaga

a. Satu dokter spesialis saraf

b. Tiga tenaga perawatLama perawatan

Penderita dirawat 4-8 mingguEfek samping pengobatan

a. Gastritis (efek samping NSAID)

b. Luka bakar saat dhiatermiKepustakaan

Bohr, T., 1996. Problems with myofasial pain syndrome and fibromyalgia syndrome. Neurology, 46: 593-97

David, AN., 1995. Fibromyalgia : a guide for patients. Midelfort Clinic. EAU Claire, WI.

Isbagio, H., 1995. Masalah nyeri kejang otot pada penderita penyakit rematik. Cermin Dunia kedokteran. 104: 24-31

James, S. 1994. Issues of Injury: Fibromyalgia. Fibromyalgia. 8:2: 1-4

Krsnich-Shriwise, S. 1997. Fibromyalgia syndrome: An overview. Phys. Ther. 77:68-759. NYERI KEPALA

Diagnosis Banding & Diagnosis

Lihat algoritma No.01, No.02,dan No.03

Pemeriksaan Penunjang

Lihat algoritma No.01, No.02 dan No.03

Konsultasi

Tergantung keadaan penyakit (untuk infeksi sistemik ke DSPD, subdural hematoma ke DSBS).Perawatan Rumah Sakit

Rawat inap diperlukan apabila keluhannya berat, diperlukan observasi atau diperlukan tindakan operasi

Terapi

a Perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan subarachnoidal, tumor otak konsultasi dengan DSBS untuk merundingkan tindakan operasi.

b Migren

Dengan Obat- obatan

Fase akut :

- Ergotamine tartrat, peroral , atau sublingual dosis 1-2 mg pada saat serangan, dapat dilanjutkan 2 mg dalam satu jam, tidak boleh lebih 6 mg pada saat satu serangan. Infeksi pada waktu serangan dosis antara 0,25 0,50 mg.

- Obat-obat analgenetika non narkotik non steroid.

Profilaksis :

Metilsegid maleat ;

Siproheptadin hidroklorida;

Pizotifen;

Propanolol;

Atenolol;

Flunarizine (dosis lihat leaflet).

Tanpa obat-obatan :

Yoga;

Terapi relaksasi (biofeedback);

Meditasi;

Hipnotisc. Nyeri kepala tegang:

Obat-obat analgetika

Obat-obat relaksasi otot

Minor transquilizer

Message

d. Spondylosis servikalis :

Obat-obat analgentika

Obat-obat relaksasi otot

Fisio terapi

e. Arteritis temporalis :

Obat-obat kortikosteroid

Obat-obat analgetika

f. Sindroma temporomandibular joint : kirim kebagian bedah mulut.

Standar Rumah Sakit

Semua rumah sakit kecuali untuk tindakan bedah saraf

Penyulit

Jarang

Informed Consent

Perlu apabila pasien opname dan tindakan operasi.

Lama Peralihan

Tergantung Keadaan

Masa Peralihan

Tergantung keadaan

Hasil Akhir

Sembuh Total

PA

Tumor otak

Arteritis temporalis

Autopsi

Proses-proses desak ruang rongga otak (tumor, pendarahan).

Kriteria Diagnosis

(Algoritma 2)

Pertama dibedakan nyeri kepala yang terjadi adalah ; (1) yang pertama terjadi dan (2) kronis progresif (Algoritma 1).

Silahkan diikuti algoritma 1.

a) Pasien dengan nyeri kepala akut, pertama kali tidak ada trauma ,tidak ada kuku kuduk, didapatkan kelainan-kelainan neurologis, sangat dicurigai ada kelainan intrakrial ,seperti perdarahan, meningitis, hydrocephalus, maka harus dilakukan pemeriksaan CT-scan kepala.

b) Pasien dengan nyeri yang terjadi pertama kali walaupun tidak didapat kan kelainan neurologis, tetap harus diwaspadai, sebaiknya dilakukan pemeriksaan CT-scan kalau untuk menyatakan tidak adanya pendarahan subarakhnoidal.

c) Pasien datang dengan serangan kepala terjadi pertama kali, progresif telah berlangsung beberapa jam atau berganti hari, tidak ada riwayat trauma, pada pemeriksaan leher didapatkan kaku kuduk, dilakukan pemeriksaan CT-scan kepala. Perlu dilakukan pemeriksan LP untuk menyatakan ada tidaknya meningitis, atau tumor serebeler.

d) Pasien datang dengan serangan kepala terjadi pertama kali, progresif, tidak ada trauma kepala, tidak ada kaku kuduk pemeriksaan neurologis normal, biasanya nyeri kepala disebabkan karena penyakit sistemis seperti hipertensi infeksi sistemis, gangguan pernafasan.

Juga efek samping obat, ketegangan fisik dan stress psikologis dapat menyebabkan sakit kepala akut seperti ini.

e) Pasien datang dengan serangan kepala terjadi pertama kali, progresif, tidak ada trauma kepala tidak ada kaku kuduk, pemeriksaan neurologis normal, tidak ada penyakit sistemis (d), sangat dicurigai nyeri kepala tegang, migren, nyeri kepala kluster (algoritma 2).

f) Bisasanya terjadi nyeri kepala temporal akibat dari sindroma temporomandibular joint.Kriteria Diagnosis

a) Nyeri kepala kronis progresif dicurigai adanya proses patologis progresif spesifik seperti tumor otak, hipertensi yang tidak terkontrol, sinusitis, pseudo-tumor otak; sedangkan nyeri kepala rekuren dicurigai adanya migren, nyeri kepala tegang atau spondilosis servikalis.

b) Tanyakan tentang ; (1) mata kabur (blaur) indikasi adanya udema papil atau radang saraf optikus, (2) kelemahan fokal dan diplopia.

c) Jika penderita mempunyai nyeri dan kaku sinus fasialis dan disertai dengan gejala-gejala lain sinusitis, perlu dilakukan pemeriksaan rontgen foto sinus untuk melihat apakah ada sinusitis.

d) Pada pasien lansia (lanjut usia)nyeri kepala unilateral dicurigai arteritis temporalis, KED naik dan didapatkan kekakuan arteri temporalis.

e) Penderita dengan gejala-gejala dan tanda-tanda kelainan neurologis yang signifkan sangat perlu dilakukan evaluasi neurologis yang intensif.

f) Sangat penting untuk melakukan anamnesis yang sanat karakteristik tentang lokasi, perjalanan klinis untuk menentukan diagnosis. tidak ada pemeriksaan yang spesifik untuk migren, nyeri kepala tegang atau nyeri kepala kluster. Biasanya hasil pemeriksaan neurologis normal.

g) Migren umum atau nyeri kepala tegang dapat atau tidak berhubungan dengan migren klasik. Pada migren umum tidak ada aura nyeri kepala bilateral berdenyut-denyut tetapi tidak ada muntah dan nyeri kepala berahir setelah beberapa jam

h) Nyeri kepala tegang dan seperti terikat biasanya terjadi akibat stress emosional atau pada orang-orang dengan kepribadian perfeksionis.

i) Nyeri kepala kluster selalu unilateral, Biasanya pada lelaki dan dicetuskan setelah minum alkohol,b sering munculnya pada malam hari dan intensif.biasanya keluar air mata dan cairan hidung, nyeri kepala berakhir setelah beberapa jam dan nyeri kepala terjadi kluster.

j) Migren klasik lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan lelaki berdenyut-denyut unilateral dengan didahului aura (visual scintillating scotoma, ganguan medanpengelihatan). Nyeri kepala berakhir biasanya 1 jam atau 3 jam sering diikuti dengan mual dan muntah.sering pula terjadi selama atau setelah stress dan biasanya familial.

Kriteria Diagnosis

(Algoritma 3)

Setelah efek akut dari trauma kepala telah berlangsung dan penderita pulang dari rumah sakit dan siap untuk bekerja rutin, ada beberapa kasus dimana gejala gejala sisa masih ada atau pasien pasien berkembang mempunyai beberapa keluhan dan gejala-gejala yang sering disebut sindroma post trauma kepalakronis. Gejala-gejala dan keluhan yang sering terjadi adalah nyeri kepala,vertigo, lesu yang menggangu penderita. faktor psikologik sering berperan tetapi memberikan gejala-gejala dan sering organik.

1. Nyeri kepala vertigo post trauma dapat terjadi setelah penderita dirumah, problem baru dapat terjadi seperti subdural hematoma hydrosephalus. sebaiknya dilakukan pemeriksaan CT-scan kepala, walaupun pemeriksaan normal.

2. Gejala-gejala post traumatic sering terjadi berulang-ulang apabila penderita minum alcohol bersin gerakan fisik atau dalam keadaan stress psikologik.

3. Nyeri kepala kronis yang berbulan-bulan pada traumatic,adalah bijaksana untuk melakukan eksplorasi psikologik. Hati hati mengunakan obat-obat analgetika pada dosis tinggi dan psikotropik jangan sampai penderita menjadi ketergantungan obat-obat tersebut.

29