spesifikasi teknis kontruksi jembatan

Upload: l3610n3r

Post on 02-Mar-2016

200 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

spek jembatan

TRANSCRIPT

Nama : ade dudi

Teknik sipil

SPESIFIKASI TEKNIS

A.UMUM

3.1.MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1. Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pekerjaan pengiriman dan penarikan kembali semua sumber daya, tenaga kerja, bahan, peralatan, perlengkapan dan lain-lain untuk mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan.

2. Mobilisasi2.1Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, termasuk tapi tidak terbatas pada kebutuhan-kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan, pemasokan dan suplemen lainnya yang diperlukan ke lokasi proyek, untuk pembangunan kantor, gudang dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk bekerjaa di proyek, dan untuk seluruh pekerjaan dan operasi lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan sebelum mulai berbagai item pekerjaan kontrak di lokasi proyek.2.2Mobilisasi adalah pengiriman ke lokasi pekerjaan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.2.3Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh Konsultan mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkait yang disebutkan dalam kontrak.

3. Demobilisasi3.1Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum pengakhiran pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari lokasi pekerjaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.3.2Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil, atau lainnya milik kontraktor telah dikeluarkan dari lokasi proyek, dan persyaratan-persyaratan pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak telah dipenuhi.

3.2.SURVEI

1. Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi survei penalitian hasil desain konstruksi, survei topografi, survei utilitas, penyelidikan tanah, survei hidrologi dan hidrolika dan lain-lain yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan.

2.Survei Penelitian Hasil Desain Konstruksi2.1Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib melakukan penelitian terhadap desain konstruksi yang terdapat dalam kontrak.2.2Bila terdapat hal-hal yang meragukan dalam desain konstruksi, Kontraktor harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana, Konsultan dan PPK.

2.3Perbaikan terhadap desain (review desain) diusulkan oleh Kontraktor oleh PPK untuk mendapat persetujuan.

3.Survei Topografi3.1Kontraktor harus mengadakan pengukuran-pengukuran serta pemasangan patok-patok yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan dan bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan ketepatan pengukuran tersebut sehingga dapat dijadikan benchmark sebagai titik acuan elevasi dan posisi bangunan. Patok-patok serta tanda harus dijaga sedemikian rupa sehingga kedudukannya tetap serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung.3.2Kesalahan-kesalahan terjadi sebagai akibat kelalaian didalam menentukan ukuran selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap gambar-gambar dan ketentuan yang ada.

4. Survei Utilitas4.1Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan survei utilitas yang berada dilokasi pekerjaan.4.2Kontraktor sebelum mengadakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan PT. KAI untuk mengetahui kondisi utilitas yang ada dilokasi pekerjaan.4.3Hasil survey harus dibuat dokumentasi yang baik sebagai alat kerja.

5. Penyelidikan Tanah5.1Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan penelitian terhadap hasil penyelidikan tanah yang digunakan dalam proses desain.5.2Jika terdapat hal hal yang belum diperhitungkan atau meragukan, Kontraktor dapat melakukan penyelidikan tanah tambahan.5.3Dalam melakukan penyelidikan tanah, Kontraktor harus mendapat persetujuan dari Konsultan dan PPK.

6. Survei Hidrologi dan HidrolikaKontraktor harus melakukan survei hidrologi dan Hidrolika untuk memastikan bahwa akibat yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan tidak menimbulkan dampak negative seperti banjir, penyumbatan dan lain-lain.

3.3RUANG KERJA

1. Ruang Kerja (Right Of Way)1.1Ruang kerja akan menjadi lahan sementara atau permanen untuk melaksanakan pekerjaan. Konsultan harus menentukan lebar efektif dan batas-batas ruang kerja.1.2Kontraktor harus memperhatikan ruang kerjan sebagaimana ditetapkan oleh Konsultan.1.3Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan ruang kerja tambahan yang diperlukan untuk penyimpanan material, peralatan dan lain lain atas biaya sendiri.

2. Perijinan2.1Setiap perijinan yang dibutuhkan untuk memindahkan material dan peralatan menjadi tanggung jawab Kontraktor.2.2Kontraktor akan melakukan survey untuk mengetahui kondisi kondisi dan kesulitan yang mungkin ditemui dalam pengangkutan material, pengangkutan peralatan, dan lain lain.

3. Pembersihan Lokasi Kerja3.1Wilayah kerja harus dipelihara secara tertib dan bebas dari hambatan untuk memberikan kondisi terbaik yang mungkin untuk berbagi operasi dan instansi yang diperlukan.3.2 Limbah dan puing puing harus dihilangkan dari lokasi kerja.

3.4WINDOW TIME

1. Ruang LingkupBagian ini mengatur penggunaan waktu untuk pelaksanaan pekerjaan terutama pekerjaan yang berpengaruh bagi operasi kereta api.

2. Rencana Kerja Pelaksanaan Di Lapangan2.1Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyiapkan dan menyampaikan Rencana Kerja kepada Konsultan.

2.2Dalam rencana kerja harus tercantum program keselamatan yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor2.3Kontraktor dan PPK serta Konsultan harus berkoordinasi dengan PT. KAI sebelum melaksanakan pekerjaannya di track existing.2.4Pelaksanaan pekerjaan yang terletak dilokasi ruang manfaat jalan KA harus berkoordinasi secara intensif kepada PT.KAI.

3. Window Time3.1Windaow time adalah waktu yang digunakan diluar jam operasional kereta api.3.2Pekerjaan-pekerjaan yang diindentifikasi memerlukan window time adalah sebagai berikut : Penggeseran Track (Track shifting) Peninggian Track (Track raising) Penyambungan Track (Connecting of track) Pemasangan Wesel (Setting of turnouts) Pembangunan Platform dan Sistem Drainase ( Construction of new platform and drainase system) Perlintasan sebidang (Level crossing) Pekerjaan yang menyangkut perbaikan Track Existing Pekerjaan jembatan Relokasi dan Proteksi Utilitas (Relocation and protection of utilities).

3.3Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan yang memerlukan window time harus menyampaikan rencan kerja dan kebutuhan waktu pekerjaan serta berkoordinasi dengan Operator Prasarana untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan.

4. Pembatasan Kecepatan Operasi KAKontraktor dan PPK / Konsultan harus berkoordinasi dengan PT.KAI untuk pelaksanaan pembatasan kecepatan Kereta api untuk menjaga operasi kereta api yang aman selama pelaksanaan kegiatan konstruksi sesuai hasil pembahasan Rencana Kerja.

3.5DIREKSIKEET DAN GUDANG

1.Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pembuatan direksikeet dan gudang yang digunakan untuk tempat pertemuan dan penyimpanan barang sementara di lapangan.

2.Persyaratan Teknis2.1Material1)Direksikeet dibuat dengan rangka kayu kelas III, dengan triplek tebal lebih besar/sama dengan 4 mm, atap seng gelombang BJLS 25, lantai plesteran dengan campuran 1 PC : 5 PC, tebal = 10 cm, kaca nako, daun pintu dari triplek, dicat.

2)Di direksikeet harus dilengkapi dengan :NoItemVolume

1Papan Nama1 bh

2Meja1 bh

3Kursi4 bh

4Kalender1 bh

5Kotak Obat1 set

6Papan Tulis/ White board1 bh

7Papan Informasi1 bh

8Papan untuk menempel Gambar kerja1 bh

3)Setelah pekerjaan selesai, lokasi yang digunakan sebagai direksikeet dan gudang harus dibongkar dan dibersihkan.

3.6 FASILITAS OPERASIONAL

1. Ruang LingkupFasilitas operasional kerja perlu dilengkapi oleh Kontraktor antara lain seperti alat komunikasi, operasional kantor kontraktor, listrik/penerangan, dan lain lain sesuai kebutuhan di lapangan.2. Alat Komunikasi2.1Kontraktor harus menyediakan peralatan komunikasi berupa HT dilengkapi dengan RIG (bila perlu) yang diperlukan untuk komunikasi pemantau operasi KA pada saat bekerja dijalur atau dalam batas operasi KA.2.2Jika penguat/booster diperlukan, antenna booster harus disediakan untuk menjamin komunikasi yang baik/lancer antara alat komunikasi didalam seluruh area pekerjaan, termasuk ke stasiun terdekat.

3. Listrik dan Penerangan3.1Menyediakan dan memelihara semua penerangan sementara dan tenaga listrik sementara yang diperlukan untuk konstruksi.3.2Menyediakan koneksi kesemua peralatan konstruksi yang memerlukan tenaga listrik.3.3 Menyediakan dan memelihara tenaga listrik sementara untuk peralatan mekanik permanen memerlukan layanan tenaga listrik sampai tenaga listrik tetap dapat digunakan.3.4 Menyediakan penerangan lapangan sementara untuk keamanan sesuai dengan arahan PPK/Konsultan.3.5 Menyediakan grounding untuk semua perangkat sesuai standar yang berlaku.3.6 Menyediakan semua item yang diperlukan untuk penerangan.3.7 Menyediakan dan menjaga semua peralatan layanan sementara sampai kerja permanen terinstal dan diaktifkan.

3.8 Kesalahan-kesalahan yang terjadi sebagai akibat kelalaian di dalam penyediaan, penggunaan dan perawatan peralatan akibat dari tenaga listrik selama proses pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap syarat dan ketentuan yang ada.

4. Telepon SementaraKontraktor akan menyediakan layanan telepon sementara selama konstruksi untuk kelancaran komunikasi.

5. Petunjuk Panggilan DaruratKontraktor harus menyediakan daftar lokasi terdekat dan bekerja sama dengan instansi terkait seperti polisi, rumah sakit atau pelayanan kesehatan di Direksi keet, untuk mengantisipasi apabila terjadi keadaan darurat.

3.7 PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN

1. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan mengatur lokasi bahan bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat karenanya.2. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Pengawas Lapangan.

3. Sesudah proyek selesai dan sebelum melakukan penyerahan pekerjaan kepada pemilik proyek, kontraktor harus membersihkan seluruh daerah kerja dari segala macam peralatan tersebut, sisa-sisa bahan bangunan, bekas bongkaran dan bangunan bangunan sementara, termasuk pengangkutnya tanpa tambahan biaya.

3.8KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

1.Ruang LingkupBagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan pekerjaan.

2. Pedoman dan Standar2.1 Undang undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja2.2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja.2.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep 245?MEN/1990 tentang Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional.2.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3. Keselamatan Kerja3.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan teknis serta konstruksi.3.2 Kontraktor wajib menjaga Keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi keselamatan, dan lain-lain.3.3 Kontraktor wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).3.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan, menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.3.5 Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, safety helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.3.6 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.3.7 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor segera mungkin memberitahu kepada Konsultan dan mengambil tindakan yang baru untuk keselamatan korban-korban kecelakaan itu.

4. Prosedur Operasi Standar (SOP) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)4.1 Kontraktor harus membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).4.2 SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.4.3 Kontraktor harus menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada Direktur Keselamatan Ditjen Perkeretaapian, Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian, PPK dan Konsultan.

3.9DAMPAK LINGKUNGAN1. Pertimbangan Lingkungan1.1 Kontraktor akan membangun fasilitas, sehingga tidak satupun pekerjaan mempunyai dampak merugikan pada lingkungan, komunitas serta fasilitas kereta api yang berdekatan.1.2 Pertimbangan harus dilakukan sebagai berikut, tetapi tidak terbatas pada :1).Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan untuk meminimalkan emisi polusi udara.2).Pengendalian sulfur dioksida dan polutan udara lainnya.3).Pemisahan air limbah industry dan kota4).Reklamasi air limbah5).Pemulihan dan daur ulang bahan bahan yang sesuai6)Pengendalian kebisingan kendaraan7)pengendalian kebisingan dari industry dan fasilitas komersial8)Batasan getaran9)Pelestarian tanah alam sedapat mungkin10)Pelestarian situs arkeologi

2.Perlindungan Lingkungan2.1Kontraktor harus menyadari dan mengikuti praktek-praktek perlindungan lingkungan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh otoritas dan instansi terkait yang relevan.2.2Lanau dan lumpur yang diklarifikasikan sebagai limbah bahan tidak boleh dibuang langsung ke perairan dekat pantai. Bahan ini akan dibuang di TPA yang disetujui.2.3Limbah / sisa material dengan klasifikasi bahan kimia berbahaya atau tidak berbahaya akan dibuang dan/atau disimpan di TPA yang disetujui.2.4Tidak ada pembayaran terpisah akan dibuat untuk perlindungan lingkungan hidup tetapi semua biaya yang daripadanya akan dimasukan dalam harga kontrak dibayarkan item.

3.Pengendalian Dampak Lingkungan3.1Kontraktor wajib mengikuti ketentuan yang ada dalam usaha pelaksanaan pengendalian lingkungan.3.2Dampak lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain : Banjir Longsor Debu Suara

3.10JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU

1. Ruang LingkupBagian ini mencakup persyaratan untuk jaminan dan pengendalian mutu produk, hasil kerja dan penyiapan sertifikat pemenuhan persyaratan.

2. Persyaratan Umum2.1 Material dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan yang berlaku dalam hal ukuran, pembuatan, jenis dan kualitas yang ditentukan, kecuali secara spesifik ditentukan bebas dari persyaratan.2.2 Konsultan dan PPK mempunyai hak untuk menolak material atau cara dan hasil kerja yang tidah sesuai dengan persyaratan, pada setiap saat.2.3 Kontraktor harus membongkar pekerjaan yang tidak diterima atau ditolak oleh Konsultan dan PPK dan mengerjakan kembali sesuai persyaratan kontrak dan/atau petunjuk dari konsultan tanpa tambahan biaya.2.4 Jika kontraktor menolak atau membongkar atau mengganti, PPK akan melakukan pembongkaran atas biaya dari kontraktor.2.5 Pekerjaan yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan gambar desain yang telah ditetapkan.

3.11SUBMITTAL

1. Ruang LingkupBagian ini mencakup persyaratan dan prosedur pengajuan dokumen yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berupa jadwal pelaksanaan pekerjaan, ijin pelaksanaan pekerjaan, material, sub kontraktor, gambar kerja (Shop Drawing), metode pelaksanaan pekerjaan, usulan review desain, perubahan pelaksanaan pekerjaan (variation order) dan gambar pelaksanaan hasil pekerjaan (as built drawing).

2. Persyaratan Umum2.1 Pengajuan submittal harus disertai surat penyampaian, yang berisi :1) Nomor dan tanggal penyampaian / revisi penyampaian2) Nama proyek, paket dan bagian pekerjaan3) Nama kontraktor, sub kontraktor dan pemasok / supplier4) Indentifikasi dan spesifikasi produk dan material5) Hal hal yang diperlukan untuk indentifikasi dan konfirmasi yang terkait pengajuan.2.2 Dalam setiap pengajuan submittal, Kontraktor dianggap sudah mempelajari, mengetahui dan memeriksa dokumen kontrak.2.3 Pengajuan yang tidak disetujui akan diberikan catatan dan dikembalikan kepada Kontraktor, Kontraktor harus melakukan perbaikan dan diajukan kembali.

3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.3.1 Kontraktor harus menyampaikan jadwal pelaksanaan Pekerjaan yang berisi antara lain uraian item pekerjaan, urutan dan keterkaitan antar bagian pekerjaan, bobot pekerjaan, bobot rencana mingguan dan bulanan serta mencantumkan grafik kurva-S.3.2 Jadwal pelaksanaan yang telah disetujui akan dijadikan paduan dalam melakukan evaluasi secara periodik.

4. Ijin Pelaksanaan Pekerjaan4.1 Kontraktor harus mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan sesui format yang disediakan Konsultan.4.2 Konsultan akan melakukan pengecekan di lapangan sesuai ijin pelaksanaan yang diajukan.4.3 Pada pekerjaan yang bersifat khusus, Kontraktor harus mengajukan metode kerja dan mempresentasikan kepada PPK dan Konsultan.

5. Material5.1 Kontraktor harus menyampaikan contoh material/peralatan atau brosur material yang akan digunakan untuk pekerjaan sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis dan mendapat persetujuan dari PPK.5.2 Contoh material harus dalam ukuran dan kuantitas yang cukup untuk dilihat secara visual, termasuk data lokasi dan teknis produksi dari pemasok.5.3 PPK dapat meminta pengujian tambahan dan/atau pemeriksaan laboratorium atas bahan, material dan/atau produk oleh pihak independen, bila diperlukan.5.4 Kontraktor tidak boleh memesan bahan atau memulai pembuatan suatu produk sebelum pengajuan disetujui dan ditanda tangani oleh PPK dengan rekomendasi Konsultan.

6. Sub Kontraktor6.1 Perusahaan Sub Kontraktor harus disetujui oleh PPK6.2 Kontraktor harus mengajukan usulan Sub Kontraktor kepada PPK.6.3 PPK dibantu Konsultan mengadakan pemeriksaan terhadap kemampuan yang dimiliki Sub Kontraktor sesuai ketentuan dalam peraturan yang berlaku.6.4 Pengajuan usulan harus dilengkapi dengan dokumen yang berisi cpmpany profil, daftar pengalaman, jenis pekerjaan dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk penilaian.

7. Gambar Kerja (Shop Drawing)7.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus mengajukan Gambar Kerja (Shop Drawing).7.2 Gambar Kerja (Shop Drawing) harus disetujui oleh Kontraktor, Konsultan dan PPK.7.3 Pengajuan Gambar Kerja Harus mengacu kepada gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis yang sudah disetujui oleh Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian.7.4 Dalam melakukan pembuatan gambar kerja, Kontraktor harus melakukan penelitian terhadap gambar rancangan (desain) yang sudah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara kondisi lapangan dan gambar rancangan (desain) maka kontraktor dapat mengajukan usulan perubahan / review desain.7.5 Kontraktor dalam melakukan penelitian desain (spesifikasi teknis dan gambar rancangan) harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana.7.6 Untuk mendapatkan hasil kerja yang Optimal, Kontraktor diminta selalu berkoordinasi dengan Konsultan dan pihak terkait.7.7 Perhitungan volume untuk semua item pekerjaan mengacu kepada shop drawing yang telah disetujui.7.8 Gambar Kerja dibuat dalam bentuk Hard Copy dan Soft Copy (dalam bentuk CAD dan PDF File).

8. Metoda Pelaksanaan PekerjaanKontraktor harus mengajukan metode kerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :8.1 Lokasi dan aksesibilitas tempat berlangsungnya pekerjaan.8.2 Gambar kerja dan persyaratan teknis serta alokasi waktu untuk pekerjaan yang bersangkutan.8.3 Jumlah dan kapasitas sumberdaya yang diperlukan untuk pekerjaan yang bersangkutan.8.4 Uraian detail aktifitas pekerjaan dengan mempertimbangkan kepada kondisi yang ada selama pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk gambar skematik, bagan alir bagian pekerjaan lain dengan menggunakan software seperti Microsoft project, Primavera dan lain lain.8.5 Uarian dan perhitungan struktur pengaman sementara yang diperlukan.8.6 Aspek lingkungan dan social disekitar lokasi kerja.8.7 Pengamanan utilitas dan/atau infrastruktur yang ada disekitar, baik dibawah atau diatas lokasi kerja.8.8 Pengamanan Operasi KA.

9. Usulan Perubahan Desain (Review Desain)Perubahan gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis harus mendapat persetujuan Konsultan dan PPK untuk perubahan kecil (minor), Jika perubahan yang harus dilakukan besar (major) maka harus mendapat persetujuan Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian.

10. Perubahan Pekerjaan (Variation Order)10.1 Jika ada perubahan Pekerjaan Kontraktor harus mengajukan secara tertulis.10.2 Pengajuan dilengkapi dengan gambar awal dan gambar perubahan secara detail.10.3 Jika ada perubahan biaya dan waktu pelaksanaan yang ditimbulkan akibat perubahan tersebut, maka perlu dibahas lebih lanjut dengan PPK untuk memperoleh persetujuan dengan rekomendasi Konsultan.

11. Gambar Hasil Pelaksanaan Pekerjaan (As Built Drawing)11.1 Kontraktor harus menyampaikan gambar as-built pada akhir pelaksanaan konstruksi untuk mendapat persetujuan dari konsultan dan PPK.11.2 As Built Drawing di sampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah serah terima akhir.11.3 Kontraktor harus menyampaikan gambar as built drawing yang telah disetujui sebanyak :1) 1 (satu) set asli2) 5 (lima) set copy dijilid3) Rekaman soft copy dalam CD atau jenis lainnya dalam bentuk CAD dan PDF file.

3.12PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

1.Ketentuan Umum1.1Pengujian sample di laboratorium harus dilakukan di laboratorium independent yang telah disetujui oleh PPK/Konsultan.1.2Kontraktor harus melakukan pengujian yang diperlukan untuk menjamin kualitas yang ditetapkan sesuai arahan Konsultan / PPK.1.3Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian ditanggung oleh Kontraktor.

2.Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian2.1Kontraktor wajib memfasilitasi Konsultan dan PPK dalam pelaksanaan pengujian.2.2Konsultan dan PPK dapat meminta tambahan pengujian jika perlu2.3Hasil pemeriksaan dan pengujian harus didokumentasi2.4Kontraktor harus menyiapkan personil untuk menyaksikan proses pemeriksaan dan pengujian2.5Kontraktor harus menyiapkan alat uji yang diperlukan.

3.13RAPAT PROYEK

1. Ruang LingkupBagian ini mencakup persyaratan untuk pertemuan pra-konstruksi, koordinasi rutin pertemuan dan kemajuan dan distribusi menit dan informasi terkait.

2. Persyaratan Umum2.1 Konsultan harus mengadakan rapat Pra-Konstruksi, Rapat Berkala, dan Rapat khusus selama pelaksanaan pekerjaan.2.2 Perwakilan kontraktor, subkontraktor dan pemasok harus menghadiri rapat yang diselenggarakan oleh Konsultan dan PPK.2.3 Konsultan adalah pemimpin rapat dan membuat risalah rapat untuk semua proses yang dijalankan.2.4 Hasil rapat harus didistribusikan kepada seluruh stakeholder.

3. Rapat Pra-Konstruksi Dengan AgendaDalam rapat pra-konstruksi dibahas hal-hal sekurang kurangnya :3.1 Organisasi Kerja3.2 Program Kerja3.3 Jadwal Pelaksanaan3.4 Program Mutu3.5 Prosedur pelaksanaan pekerjaan seperti pengajuan submittal, rencana perubahan ruang lingkup, dan lain-lain.3.6 Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)3.7 Pelaksanaan Program pengendalian Dampak Lingkungan3.8 Rencana pelaksanaan pemeriksaan lapangan bersama.

4. Rapat Kemajuan Pekerjaan4.1 Jadwal rutin, dan pertemuan untuk kemajuan pekerjaan.4.2 Agenda rapat :1) Review dan persetujuan risalah rapat sebelumnya.2) Observasi lapangan, kendala selama pekerjaan.3) Masalah yang menghambat kemajuan pekerjaan4) Pninjauan ke pabrik dan jadwal pengiriman.5) Tindakan korektif dan prosedur yang diperlukan untuk mempertahankan target yang ditetapkan.6) Jadwal pekerjaan yang akan dating7) Jadwal shop drawing dan tanggal persetujuan8) Proposal perubahan untuk penyelesaian pekerjaan9) Dan lain lain yang diperlukan.

3.14PELAPORAN

1.Laporan HarianKontraktor harus membuat laporan Harian yang menggambarkan peristiwa peristiwa penting yang berkaitan dengan pekerjaan, jam kerja, jumlah buruh yang diperkerjakan, waktu operasi peralatan, jam lembur, keterlambatan beserta penyebabnya, kondisi mateorologi, bahan atau peralatan, kemajuan yang dibuat dan petunjuk, pemberitahuan dan rekomendasi yang dibuat oleh Konsultan Pengawas. Laporan Harian harus diajukan dan distujui oleh Konsultan Pengawas.

2.Laporan MingguanKontraktor harus menyampaikan laporan Mingguan kepada Konsultan pada hari Selasa setiap minggu. Laporan Mingguan ini menggambarkan peristiwa peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, jadwal/target satu minggu ke depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan ).

3. Laporan Bulanan3.1 Kontraktor harus memberikan Laporan Kemajuan Bulanan kepada Konsultan paling lambat tanggal 2 setiap bulannya. Laporan bulanan ini menggambarkan peristiwa-peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, kondisi mateorologi, jadwal/target satu bulan ke depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan).3.2 Kontraktor harus menyampaikan Laporan Kemajuan Bulanan yang sudah disetujui oleh Konsultan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya kepada PPK.

3.15SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN

1.Persiapan Serah Terima hasil PekerjaanKontraktor harus melakukan persiapan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan, antara lain :1.1 Melakukan pembersihan lapangan.1.2 Melakukan pemeriksaan akhir kondisi hasil pelaksanaan pekerjaan.1.3 Menyiapkan personil untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian.1.4 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian.1.5 Menyiapkan alat uji yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian.1.6 Menyiapkan dokumen dokumen untuk proses serah terima hasil pekerjaan.

2 Ketentuan Pelaksanaan serah Terima Hasil PekerjaanKetentuan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan adalah sebagai berikut :2.1 Menyampaikan surat permohonan kepada PPK untuk pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan.2.2 Menyerahkan garansi pabrikan2.3 Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan konsultan dan tim PPK.2.4 Menyampaikan pedoman pemeliharaan (maintenance manual)2.5 Menyerahkan pekerjaan terakhir hanya dapat dilaksanakan apabila seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara baik dan dapat diterima oleh PPK.

3.16MASA PEMELIHARAAN

1.Ruang LingkupMasa pemeliharaan adalah masa tanggung jawab perbaikan atas cacat atau rusak hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam periode pemeliharaan yang telah ditetapkan.

2. Masa Pemeliharaan2.1 Masa pemeliharaan adalah sesuai yang tercantum dalam dokumen kontrak mulai dari tanggal Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan (ST 1)/ PHO.2.2 Sebelum akhir masa pemeliharaan berakhir Kontraktor harus mengajukan surat permohonan pemeriksaan lapangan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).2.3 Setelah dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa hasil pekerjaan dalam kondisi baik maka PPK akan mengeluarkan Sertifikat Serah Terima Kedua (ST 2)/ FHO.

3. Ketentuan Pelaksanaan Pemeliharaan3.1 Kontraktor harus melakukan pemeriksaan secara ruin untuk menjaga kondisi hasil pekerjaan tetap baik selama masa pemeliharaan.3.2 Kontraktor harus membuat laporan bulanan hasil pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan.3.3 Setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka perbaikan hasil pekerjaan harus diinformasikan kepada PPK.3.4 Kontraktor harus memperbaiki hasil pekerjaan yang mengalami cacat atau rusak selama masa pemeliharaan.3.5 Biaya timbul akibat pelaksanaan perbaikan menjadi tanggung jawab kontraktor.

B.PEKERJAAN SIPIL

3.17PEKERJAAN PEMBONGKARAN

1.Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pembuangan material yang tidak diperkenankan di lokasi seperti pasangan batu dari bangunan, pagar, struktur atau bangunan lainnya. Pekerjaan ini juga mencakup pemindahan material tertentu karena masih digunakan atau memerlukan proses untuk penghapusan.2.Pedoman StandarTidak ada3.Jaminan dan Pengendalian MutuSesuai dengan ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu4. SubmitalSesuai dalam ketentuan dalam Submital5. Persyaratan Teknis5.1MaterialTidak ada5.2PeralatanPeralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan minimal :1) Jack Hammer atau palu mekanis5.3Pelaksanaan1)Seluruh jenis material yang masih dapat dipergunakan harus dicatat, disimpan dan dijaga di tempat yang telah ditentukan oleh konsultan. Sedangkan material yang tidak dapat digunakan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan.2)Sebelum memulai setiap penggalian atau pembongkaran pekerjaan, Kontraktor harus melakukan survey pekerjaan yang ada dan memeriksa gambar Spesifikasi untuk menentukan sejauhmana pekerjaan tersebut dilakukan.3)Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pembongkaran sesuai ruang yang ditentukan sebagai lokasi kerja, seperti terlihat dalam gambar atau arahan Konsultan.4)Struktur drainase yang digunakan tidak boleh dipindahkan sebelum mendapat ijin dari konsultan.5)Kontraktor harus melakukan koordinasi dengan instansi terkait sebelum dan selama melaksanakan pembongkaran.6)Semua material yang dapat dipakai lagi harus dipindahkan tanpa kerusakan, dalam bentuk potongan-potongan atau serpihan yang diangkut dan harus disimpan oleh Kontraktor pada tempat yang ditentukan. Tempat penyimpanan harus aman dan tidak boleh mengganggu pelaksanaan konstruksi atau perjalanan KA.7).Kontraktor harus mengamankan dan merapihkan lokasi bekas bongkaran struktur agar tidak membahayakan lingkungan sesuai arahan Konsultan.8)Setiap kerusakan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan pembongkaran harus diperbaiki atau diganti tanpa biaya tambahan kepada PPK.9)Debu/Kotoran/polusi akibat pembongkaran dan atau pemberihan tidak boleh mengganggu lingkungan sekitar.10)Kontraktor harus melakukan antisipasi terkait proses pelaksanaan pekerjaan yang dapat menghasilkan kerusakan/gangguan lingkungan.

3.18PEMBERSIHAN LAHAN

1. Ruang LingkupPembersihan lahan adalah pekerjaan pembersihan lahan dari semua pohon-pohon, sisa-sisa bangunan, vegetasi, sampah, material-material yang tidak diinginkan termasuk pembuangan tunggul, akar-akaran dan material-material buangan yang dihasilkan dari pengupasan baik di daerah timbunan maupun galian termasuk pengupasan humus, Semua material hasil pembersihan lahan haurs dibuang ke lokasi yang ditunjuk oleh Konsultan.2.Pedoman StandarTidak ada3.Jaminan dan Pengendalian MutuSesuai dengan ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu4. SubmitalSesuai dalam ketentuan dalam Submital5. Persyaratan Teknis5.1MaterialTidak ada5.2PeralatanPeralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini minimal :1).Buldozer/Motor Grader/EcavatorPeralatan selain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari konsultan.

5.3Pelaksanaan1)Melakukan survey batas wilayah yang akan dikerjakan dan benda yang akan dibersihkan seperti pohon, semak, tanaman dan lain-lain.2)Menjaga benda-benda yang menghalangi konstruksi harus dibersihkan/dibuang.3)Semua benda-benda yang menghalangi konstruksi harus dibersihkan/dibuang.4)Pengupasan tanah dilakukan dengan kedalaman maksimum 50 cm dari permukaan tanah asli.5)Hasil survey rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan pengukuran setelah kegiatan dilaksanakan harus disetujui oleh Konsultan.

3.19GALIAN UNTUK BANGUNAN STRUKTUR

1.Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pekerjaan penggalian sesuai dengan gambar kerja, pengangkutan material dari lokasi galian ke lokasi pembuangan yang ditunjuk, pembuatan konstruksi pengaman jika diperlukan, dan pembuatan fasilitas lain yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan ini.2.Pedoman Standar1)Peraturan yang berlaku di Indonesia Peraturan Menteri Perhubungan No.28 Tahun 2011 Persyaratan Teknik Jalur Kereta Api. Peraturan Dinas No. 10 Perumka.3.Jaminan Dan Pengendalian MutuSesuai dengan ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu dan yang diatur di bagian ini.4.SubmittalSesuai dalam ketentuan dalam Submital5.Persyaratan Teknis5.1MaterialDalam pekerjaan ini tidak diperlukan material kecuali jika terjadi kelebihan penggalian, maka material yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam pekerjaan timbunan atau disetujui oleh Konsultan.5.2 PeralatanPeralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini minimal :1) Excavator/Backhoe2) Alat pemecah batu (jack hammer, palu dan lain-lain)Peralatan lain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari Konsultan.

5.3 Pelaksanaan1) Survei LapanganKontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.2) Stabilitas Lerenga. Kontraktor harus menjamin kestabilan lereng batuan, selama periode pelaksanaan. Jika diperlukan Kontraktor harus membuat pengamanan sementara.b. Konstruksi pengamanan sementara dan metode kerja harus diajukan kepada Konsultan untuk mendapat persetujuan.3) Kelebihan PenggalianKelebihan penggalian harus ditimbun kembali oleh Kontraktor dengan material yang disetujui oleh Konsultan. Biaya yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan penimbunan kembali akibat kelebihan penggalian menjadi tanggung jawab kontraktor.4).Pembersihan LokasiSemua material seperti batu bata, batu, sisa beton atau pasangan batu, barang yang dapat merusak struktur, sampah, barang-barang buangan, atau pecahan bekas jalan aspal yang menjadi penghalang pelaksanaan pekerjaan harus dibuang ke tempat yang disetujui oleh Konsultan.5)Aliran Aira.Kontraktor harus membuang drainase atau memindahkan aliran air yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan termasuk pekerjaan pemompaan air dari lokasi galian.b.Kontraktor harus memperhitungkan kondisi volume aliran air yang akan terjadi seperti pada saat hujan.c.Kontraktor harus mengantisipasi banjir ke wilayah sekitar akibat dari pelaksanaan pekerjaan.d.Kontraktor harus menjamin kelancaran aliran air dengan melakukan pemeliharaan dan pembersihan saluran air yang melewati lokasi pekerjaan sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.6)Material Hasil Galiana.Semua material galian prinsipnya harus dibuang.b.Jika material galian dinilai dapat digunakan, maka material tersebut harus diuji terlebih dahulu.c.Penggunaan kembali material galian harus mendapat persetujuan Konsultan.7)Lokasi Pembuangana.Kontraktor mengajukan usulan lokasi pembuangan kepada Konsultan untuk mendapat persetujuan yang dilengkapi ijin pembuangan dari pemilik.b.Lokasi pembuangan mengacu kepada ketentuan mengenai lingkungan.

3.20TIMBUNAN DENGAN MATERIAL TANAH PILIHAN

1. Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pekerjaan material tanah pilihan, angkutan tanah ke lokasi, penghamparan dan pemadatan tanah untuk pembuatan timbunan tanah atau penimbunan kembali kelebihan galian sesuai gambar yang telah disetujui.2. Pedoman dan Standar2.1 Peraturan di Indonesia Peraturan Menteri Perhubungan No.28 Tahun 2011 Persyaratan Teknik Jalur Kereta Api.2.2 ASTM Standar ASTM C 136Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Agregates ASTM C 142Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Agregates ASTM C 235Method of Test for Scratch Hardness of Coarse Agregate Particles ASTM D 421Standard Particles for Dry Preparation of Soil Samples for Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants ASTM D 422Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils ASTM D 698Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3)) ASTM D 854Standard Test Methods for Spesific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer ASTM D 1196Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Higway Pavements ASTM D 1556Standard Test Method for Density and unit Weight of Soil in Place by the Sand-Cone Method ASTM D 1883Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Water (Moisture) of laboratory-Compected Soils ASTM D 2216Standard Test Method for laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock by Mass ASTM D 2937Density of Soil in Place by the Drive Cylinder Method ASTM D 4318Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils ASTM D 4429Standard Test method for CBR (California Bearing Ratio) of Soils in Place. ASTM D 7380Standard Test Method for Soil Compaction Determination at Shallow Depths Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer.

3. Jaminan Dan Pengendalian MutuSesuai ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu dan yang diatur di bagian ini.4.SubmittalSesuai dengan ketentuan dalan Submittal dan yang diminta di bagian ini.5.Persyaratan Teknis5.1Material1).Karakteristik Material Tanaha.Material tanah pilihan tidak boleh mengandung bahan bahan berbahaya, sampah, kotoran kotoran dan material asing.b.Material yang diklasifikasikan oleh Unifield Classification System sebagai OL, OH, atau Pt tidak boleh digunakan sebagai material pilihan.c.Material pilihan harus memiliki batas cair maksimal 80% dan batas plastis maksimum 50% dengan indeks plastisitas (plasticity index) tidak lebih dari 30% sesuai ASTM D 4318.d.Nilai CBR laboratorium material timbunan (ASTM D 1883) tidak kurang dari 6% pada contoh tanah terendam (soaked) yang dipadatkan hingga 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASTM D 698.e.Material tanah pilihan (borrow material) untuk timbunan tidak boleh mengandung Montmorillonite, Konsultan berhak untuk melakukan uji analisis mineral.f.Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow material) dilakukan oleh Konsultan dan unsure-unsur Ditjen Perkeretaapian untuk diuji dilaboratorium dalam rangka persetujuan untuk dapat digunakan sebagai material timbunan.Biaya yang timbul akibat pelaksanaan pengambilan contoh material menjadi tanggung jawab kontraktor.Kontraktor juga menyiapkan tenaga kerja dan alat yang diperlukan dalam rangka melakukan penyelidikan dan pengambilan contoh.Rencana waktu pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian harus diajukan sebelumnya kepada Konsultan.g.Hanya material yang disetujui oleh Konsultan yang dapat digunakan sebagai material timbunan. Jika material yang dikirim ke lokasi pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah disetujui, Konsultan dapat menolak material tersebut dan Kontraktor wajib membuangnya/membersihkan dari lokasi pekerjaan atas biaya sendiri.h.Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow pit) tidak boleh digali sebelum disetujui oleh Konsultan.i.Borrow pit harus dalam kondisi kering pada saat dilakukan pengambilan material. Pada saat pengambilan harus selalu memperhatikan stabilitas tanah untuk mencegah longsor akibat penggalian dan ketentuan mengenai lingkungan serta keselamatan kerja.5.2PeralatanPeralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :1).Vibro roller/sheep foot roller2).Buldozer/Motor Grader3).Excavator4).Truck tangki air5.3Pelaksanaan1)Survei LapanganKontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.2)Pelaksanaan Penimbunana.Tanah dasar / asli harus mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul beban dan tidak akan menyebabkan timbulnya penurunan yang berlebihan.Sesudah dilakukan pengupasan tanah asli, sebelum dilakukan penghamparan tanah timbunan, Kontraktor harus memastikan tanah dasar timbunan memiliki nilai kepadatan setara dengan CBR 6 % menggunakan uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer) ASTM D 6951 atau alat lain yang setara.b.Jika tanah dasar / asli memiliki nilai kepadatan setara dengan CBR kurang dari 6 % menggunakan uji DCP atau alat lain yang setara, maka harus dilaksanakan pekerjaan perbaikan tanah dasar ASTM D 6951.c.Metode perbaikan tanah dasar harus diusulkan dan disetujui oleh Konsultan dan PPK.d.Setelah dipastikan kondisi tanah dasar baik sesuai kaidah kaidah rekayasa teknik sipil, pekerjaan timbunan dapat dilaksanakan.e.Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar timbunan untuk mendapatkan hasil pemadatan yang merata.f.Bongkahan tanah yang berukuran lebih dari 20 cm harus dihancurkan terlebih dahulu sebelum pemadatan.g.Pada lokasi timbunan dilereng, permukaan lereng dibuat bertangga dengan tinggi maksimum 30 cm.h.Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan hamparan masing-masing lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum pemadatan dan setiap lapis dilakukan pengukuran elevasi.i.Uji coba pemadatan (trial embankment) terhadap material timbunan harus dilakukan pada saat awal untuk mengetahui ketebalan lapisan dan jumlah minimum lintasan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang disyaratkan dengan panjang lintasan 50 m. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) test kepadatan (density test) harus dilakukan untuk meyakinkan hasil test ini.j.Uji coba pemadatan (trial embankment) harus dilakukan kembali jika terjadi perubahan terhadap material timbunan dan alat yang digunakan.k.Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan kepadatan kering (dry density) minimal 95% dari maksimum Kepadatan Kering yang didapat dari hasil pengujian ASTM D 698.l.Material yang disetujui sebagai material timbunan harus memiliki kadar air mendekati kadar air optimum pemdatan. Kontraktor harus menambahkan air kepada material timbunan untuk mendapatkan kadar air material timbunan yang cukup untuk pemadatan. Jika kadar air material timbunan dirasa melebihi kadar air optimum, maka kontraktor harus menunggu hingga kadar air mendekati optimum.m.Material timbunan harus dilindungi untuk menjaga kadar air.

3).Pengujian Hasil Pemadatana.Pengujian terhadap hasil pemadatan per lapis dapat menggunakan metode sesuai ASTM D 1556 Standard Test method for Density and Unit Weight of Soil in Place by the Sand-Cone Method atau ASTM D 7380 Standard Test Method for Soil Compectioan Determination at Shallow Depth Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer atau ASTM D 4429 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Soils in Place kecuali lapis terakhir.b.Hasil pengujian di atas harus dipadatkan minimum hingga 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASMT D 698 atau minimum setara nilai CBR sebesar 6% dari contoh material terendam kecuali lapis terakhir.c.Pengujian hasil pemadatan lapis terakhir dengan ketebalan 30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 Standard Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 MN/m3 (11 kg/cm3).d.Pengujian hasil pemadatan harus dilakukan setiap 500 m2 untuk setiap lapisan tanah yang dipadatkan.

3.21TIMBUNAN PADA BANGUNAN STRUKTUR

1. Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pekerjaan penghamparan dan pemadatan material pilihan pada bangunan struktur2.Pedoman dan Standar2.1Peraturan Indonesia Peraturan Menteri Perhubungan No.28 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api2.2ASTM Standard ASTM D 136Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates ASTM D 142Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Aggregates ASTM D 235Method of test for Scratch Hardness of Coarse Aggregate Particles ASTM D 698Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3)) ASTM D 1196Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Higway Pavements ASTM D 4318Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils3.Jaminan Dan Pengendalian MutuSesuai ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu dan yang diatur di bagian ini.4.SubmittalSesuai dengan ketentuan dalan Submittal dan yang diminta di bagian ini.5.Persyaratan Teknis5.1Material1).Karakteristik Material Berbutira.Batu kali atau batu gunung berkualitas baik, kers, tidak poros dan tidak boleh berukuran lebih dari 25 cm.b.Berbentuk pecah/bulat, pasir, atau kombinasinya.c.Material berbutir tidak boleh mengandung lumpur dan bahan organic sebagai berikut : Lumpur (ASTM C 235)> 5 % Bahan Organik (ASTM C 142)> 5 %d.Gradasi material berbutir (ASTM C 136) Ukuran maksimum40 mm Material lolos saringan 4,75 mm25% - 90% Material lolos saringan 0,075 mm0% - 10%2)Karakteristik Material TanahPekerjaan Timbunan yang diperlukan dengan menggunakan material tanah pilihan dilaksanakan ssuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam pekerjaan Timbunan Dengan Material Tanah Pilihan

5.2PeralatanPeralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah :1) Vibro roller2) StamperPeralatan selain di atas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari Konsultan.

5.3Pelaksanaan1)Survei LapanganKontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.2)Pelaksanaan Penimbunana.Pekerjaan Timbunan yang diperlukan dengan menggunakan material tanah pilihan dilaksanakan ssuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam pekerjaan Timbunan Dengan Material Tanah Pilihanb.Pekerjaan timbunan yang menggunakan tanah berbutir dilakukan sesuai dengan ketentuan dibawah ini : Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar timbunan dengan ketebalan tidak lebih dari 15 cm setiap lapisan. Pada lokasi timbunan di lereng, permukaan lereng dibuat bertangga dengan tinggi maksimum 15 cm. Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan Kepadatan kering (Dry Density) 100 % dari kepadatan kering maksimum yang didapat dari hasil pengujian ASTM D 698. Peraltan pemadatan yang digunakan tidak boleh menyebabkan kerusakan atau pergeseran struktur. Pekerjaan timbunan di belakang/di atas struktur beton tidak boleh dilaksanakan sebelum usia beton mencapai kekuatan tekannya (compressive strength) atau sebelum 28 hari, kondisi mana yang tercapai terlebih dahulu.3)Pengujian Hasil PemadatanPengujian hasil pemadatan pekerjaan timbunan dengan menggunakan material berbutir adalah sebagai berikut :a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, material yang akan digunakan sebagai material timbunan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan metoda uji sesuai dengan ASTM D 698 dengan kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density) sebesar 100%.b. Pengujian hasil pemadatan lapisan terakhir dengan ketebalan 30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 Standard Test Method for nenrepetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for Use in Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 MN/m3.

3.22DINDING PENAHAN TANAH DENGAN PASANGAN BATU KALI

1.Ruang Lingkup1)Bagian ini mencakup penyediaan bahan dan pelaksanaan konstruksi perlindungan talud tubuh jalan pada pangkal / abutment jembatan pada lokasi, batas dan ukuran seperti ditunjuk dalam gambar.2)Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.2.Pedoman dan Standar1)Standar Industri Indonesia (SII)2)Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI 1982)3)American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).4)American Society for Testing and Materials (ASTM)3.Jaminan Dan Pengendalian MutuSesuai ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu dan yang diatur di bagian ini.4.SubmittalSesuai dengan ketentuan dalan Submittal dan yang diminta di bagian ini.5.Persyaratan Teknis5.1Material1).Batu belahBatu harus menyerupai kubus, keras dan kuat dengan ukuran antara 15 sampai 30 cm, atau ukuran lain yang disetujui oleh Konsultan. Batu harus relative rata dan bersudut. Permukaan dasar tidak kurang dari 1/16 dari permukaan depan dan lebar terkecil dari permukaan dasar harus lebih dari 1/10 dari panjang terbesar.2).Pipa DrainasePipa untuk drainase adalah pipa PVC kelas D dengan diameter 2.3).Mortar / AdukanCampuran mortar : 1 semen : 4 pasir, Persyaratan material semen dan pasir sesuai pada Bagaian Beton.

5.2Pelaksanaan1)Survei lapanganKontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.2)Pembuatan Dinding Penahan tanah Dari Pasangan batua.Setelah elevasi dasar tercapai, dilakukan penghamparan pasir urug dan dipadatkan untuk mendapatkan daya dukung yang seragam.b.Batu harus dalam kondisi bersih sebelum dipasang. Alas mortar harus dihampar disisi batu yang berdekatan sebelum pemasangan batu berikutnya.c.Ketebalan mortar minimum harus mencukupinsehingga tidak terjadi kontak langsung antara batuan. Batu harus ditekan pada tempatnya dan batu yang mempunyai muka berbeda lebih dari 20 mm dari muka pasangan atau lebih dari 30 mm dari muka batu yang berdekatan harus segera diperbaiki dengan menggeser dan memasang kembali.d.pada dinding pasangan batu harus dibuat saluran pembuangan air (weepholes) pada setiap 1 m persegi dan terbuat dari pipa PVC dengan diameter minimal 2 . Pada sisi dalam weepholes dibungkus dengan potongan geotekstile atau injuk untuk menghindari masuknya tanah/pasir kedalam pipa yang mengakibatkan penyumbatan.e.Dinding bagian atas dibuat kepalaan dan diratakan halus dengan mortar.f.Pasangan batu harus terlindungi dari matahari dan harus dipertahankan basah selama minimal 3 hari setelah selesai dibuat.

3)Pembuatan Siaran Pasangan Batua.Siar pada permukaan dinding harus dibuat timbul.b.Siar dibuat mengikuti alur nut antara batu yang dipasang.c.Lebar siar minimum 20 mmd.Tebal siar antara 15-20 mm dibentuk seragam prismatic.e.Siar dibuat dengan campuran 1 : 4 (semen : pasir).

3.23DINDING PENAHAN TANAH DENGAN BETON BERTULANG

1. Ruang Lingkup1)Bagian ini mencakup penyediaan bahan dan pelaksanaan konstruksi perlindungan talud tubuh jalan pada pangkal / abutment jembatan pada lokasi, batas dan ukuran seperti ditunjuk dalam gambar.2)Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.2.Pedoman dan Standar1)Standar Industri Indonesia (SII)2)Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI 1982)3)American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).4)American Society for Testing and Materials (ASTM)3.Jaminan Dan Pengendalian MutuSesuai ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu dan yang diatur di bagian ini.4.SubmittalSesuai dengan ketentuan dalan Submittal dan yang diminta di bagian ini.5.Persyaratan Teknis5.1Material1).BetonSebelum penempatan beton, pasir urug hrus dipasang dan dipadatkan dengan peralatan untuk mendapatkan daya dukung yang seragam pada pondasi beton.Pondasi beton harus dibuat dalam bentuk dan ukuran seperti tercantum dalam gambar, Pekerjaan beon harus sesui pesyaratan pada bagian beton.2).Pipa DrainasePipa untuk drainase adalah pipa PVC kelas D dengan diameter 2.

3)Baja TulanganBaja penahan untuk dinding penahan tanah menggunakan D 13 baja U-39 dan D 13 baja U-24. Persyaratan baja tulangan sesuai pada Bagian Beton.

5.2Pelaksanaan1)Survei lapanganKontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.2)Pembuatan Dinding Penahan Tanah Dari Beton Bertulanga.Dinding penahan pasangan beton bertulang harus dipasang pada permukaan yang telah disiapkan sebelum pada batas dan dengan kemiringan yang sesuai gambar.b.Penggalian tanah dasar yang akan digunakan untuk pondasi beton untuk dinding penahan tanah harus dilakukan sesuai dengan potongan melintang, kemiringan dan batas yang tercantum dalam gambar.c.Pada dinding beton bertulang harus dibuat saluran pembuangan air (weephole), pada setiap 1 m2 dan terbuat dari pipa PVC dengan diameter 2. Pada sisi dalam weephole dibungkus dengan potongan geotekstile/injuk untuk menghindari masuknya tanah/pasir kedalam pipa yang mengakibatkan penyumbatan.

3)Pemasangan Lubang Sulingan dan Dilatasia.Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter minimal 50 mm.b.Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka dilatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m, Dilatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai keseluruhan tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.c.Timbunan dibelakang dilatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan drainase porous tidak hanyut melewati sambungan.

3.24PASANGAN BATU1.Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pekerjaan pasangan batu kali untuk saluran.2.Pedoman dan Standar1)Standar Industri Indonesia (SII)2)Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI 1982)3)American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).4)American Society for Testing and Materials (ASTM)3.Jaminan Dan Pengendalian MutuSesuai ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu dan yang diatur di bagian ini.4.SubmittalSesuai dengan ketentuan dalan Submittal dan yang diminta di bagian ini.5.Persyaratan Teknis5.1Material1).Material Batua.Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.b.Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengisi bila dipasang bersama-sama.c.Batu berpori digunakan untuk bagian dilatasi.

2).Adukana.Mortar atau adukan untuk pasangan batu kali harus terdiri dari campuran 1 bagian Portland cement dan 4 bagian pasir berdasarkan perbandingan berat.b.Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan.

5.2Pelaksanaan1)Survei lapanganKontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.2)Pekerjaan Galiana.galian harus dibuat lurus, sesuai dengan potongan melintang yang terdapat pada gambar kerja.b.Setelah galian tanah sudah mencapai level yang disetujui, kemudian dipadatkan dengan alat pemadat stamper.3)Pemasangan Batua.Pada lapisan pertama agar digunakan batu besar, pemilihan sudut batu agar dilakukan untuk membentuk penguncian antar batu.b.Btu harus dipasang dengan muka terpanjang mendatar.c.peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang.d.Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu yang cukup sehingga untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.e.Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 3 cm sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antar batu yang dipasang terisi penuh.f.Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka btu tersebut harus dibongkar dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.g.Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hamper rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagai mana pekerjaan dilaksanakan.h.Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horizontal dari seluruh pasangan batu harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 3 5 cm, dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus dimasukan kedalam dimensi struktur yang disyaratkan.i.Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.j.Permukaan yang telah selesai harus dirawat.k.Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu yang tidak lebih dini dari 7 hari, setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali dapat dilaksanakan sesuai petunjuk konsultan.

4).Pemasangan Lubang Sulingan dan Dilatasia.Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter minimal 50 mm.b.Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka dilatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m, Dilatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai keseluruhan tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.c.Timbunan dibelakang dilatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan drainase porous tidak hanyut melewati sambungan.

3.25PASANGAN BATU KOSONG DAN BRONJONG1.Ruang Lingkup1).Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan baik batu yang diisikan kedalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjuk dalam pada gambar dan memenuhi spesifikasi ini.2)Pemasangan harus dilakukan pada tebing sungai, lereng timbunan, lereng galian dan permukaan lain yang terdiri dari bahan yang mudah tererosi dimana perlindungan terhadap erosi dikehendaki.

2. Pedoman Dan Standar1)Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-2417-1991 Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles.2)AASHTO Standard AASHTO M279 89 Zinc Coated Wire Fencing3)ASTM Standard ASTM A 239 Uniformity of Coating, Dreece Test ASTM B 117 Salt Spray Exposure Test

3.Jaminan Dan Pengendalian MutuSesuai ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu dan yang diatur di bagian ini.

4.SubmittalSesuai dengan ketentuan dalan Submittal dan yang diminta di bagian ini.

5.Persyaratan Teknis5.1Material1).Kawat BronjongSpesifikasi kawat bronjong ssuai dengan SNI 03-0090-1999. Ukuran anyamannnya 80 mm x 100 mm dengan dia kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi dia 4,00 mm, kawat pengikat dia 2 mm. Toleransi ukuran kotak (panjang, lebar, tinggi) sebesar 5%.2.Batu.a.Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang keras dan awet.b.Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, memiliki dimensi 15 30 cm. Konsultan dapat memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika aliran sungai cukup tinggi.5.2Pelaksanaan1).Survei LapanganKontraktor harus melakukan survey lapangan sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada konsultan.2).Pemasangan Konstruksi Bronjong.a.Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penak kecil sebelum pengisian batu kedalam kawat bronjong. Sambungan antara kawat bronjong haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri. Setiapsegi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikat terakhir dan dibengkokkan kedalam keranjang.b.Batu harus dimasukan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya, dua kawat pengaku horizontal dari muka kebelakang harus dipasang. Keranjang selanjutnya diisi sedikit berlebihan agar terjadi penurunan (settlement). Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat haruslah mempunyai permukaan yang rata dan bertumpu pada anyaman.c.Setelah pengisian, tepi dari penutup haruslah dibentangkan dengan batang penarik atau ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.d.Bilamana keranjang dipasang satu diatas yang lainya, sambungan vertical harus dibuat berselang seling.e.Terkecuali diletakan untuk membentuk lantai (apron) mendatar, pasangan batu kosong harus dimulai dengan penempatan lapis pertama dari batu yang paling besar dalam galian parit ditumit lerang. Batu harus ditempatkan dengan mobil Derek (crane) atau dengan tangan sesuai dengan panjang, tebal dan kedalaman yang diperlukan. Selanjutnya batu harus ditempatkan pada lereng sedemikian hingga dimensi yang paling besar tegak lurus terhadap permukaan lereng, jika tidak maka dimensi yang demikian akan lebih besar dari dinding yang disyaratkan. Pembentukan batu tidak diperlukan bilamana batu-batu tersebut telah bersudut, tetapi pemasangan harus menjamin bahwa struktur dibuat sepadat mungkin dan batu terbesar berada dibawah permukaan air tertinggi. Batu yang lebih besar harus juga ditempatkan pada bagian luar dari permukaan pasangan batu kosong yang telah selesai.3).Pemasangan Batu Kosonga.Seluruh permukaan batu kosong harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh sebelum ditempatkan. Beton harus diletakan di atas batu yang telah dipasang sebelumnya selanjutnya batu yang baru akan diletakkan diatasnya. Batu harus ditanam secara kokoh pada lereng dan dipadatkan sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang berdekatan sampai membentuk ketebalan pasangan batu kosong.b.Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-batu kecil, sedemikian sehingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus diisi dengan beton sampai padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari permukaan batu-batu tersebut.c. Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak kurang dari 3 hari setelah selesai dikerjakan.

C.PEKERJAAN JEMBATAN

3.26BETON STRUKTUR

1.Ruang Lingkup1.1UraianPekerjaan yang disyaratkan dalam bagian ini mencakup seluruh pelaksanaan struktur beton, termasuk penulangan beton, material beton, pekerja terampil dalam pelaksanaan pengecoran beton untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan Civil, jembatan, bangunan gedung fasilitas jalur KA dan bangunan lainnya yang terkait sebagaimana ditunjukan dalam gambar.Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pemompaan air (kecuali pondasi tiang bor), pembuatan lantai kerja, pembesian, pemasangan bekisting, pembesian bagian yang akan di cor beton, pengecoran, pemadatan beton, sampling untuk uji beton, finishing permukaan dan pemeliharaan beton.Mutu beton yang digunakan harus sesuai dengan kontrak kerja sebagaimana ditunjukan dalam gambar atau bagian lain yang berhubungan dengan spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan.1.2. Persyaratan beton dari SNI 03-2847-2002 dan PBI 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, bila terdapat pertentangan dalam Spesifikasi ini, maka yang harus digunakan adalah ketentuan spesifikasi ini.1.3. Penerbitan Deatai PelaksanaanDetail pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam Dokumen Kontrak pada saat lelang akan diterbitkan oleh Konsultan setelah peninjauan rancangan awal telah selesai dilaksanakan sesuai dengan Bagian dari Spesifikasi ini.

2. Pedoman Dan Standar2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI) :SNI 15-2049-2004Semen PortlandPBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2SNI 03-2847-2002Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.SNI 03-4142-1996Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam (AASHTO T11 90)Agregat yang lolos Saringan No.200 (0,075mm).SNI 03-2816-1992Metode Pengujian kandungan Organik (AASHTO T12 87)Dalam Pasir untuk Campuran Mortar danBeton.SNI 03-1974-1990Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.(AASHTO T22 90)Pd M-16-1996-03Metode Pembuatan dan Perawatan Benda (AASHTO T23 90)Uji Beton di Lapangan.SNI 03-1968-1990Metode Pengujian tentang Analisa (AASHTO T27 88)Saringan Agregat Halus dan Kasar.

SNI 2417 2008Metode Pengujian Keausan Agregat (AASHTO T96 87)dengan Mesin Los Angeles.SNI 3407 2008Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk (AASHTO T104 86)Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat dan magnesium Sulfat.SK SNI M-01-1994-03Metode Pengujian Gumpalan Lempung (AASHTO T112 87)dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat.SNI 2493-2011Metode Pembuatan dan Perawatan Benda (AASHTO T126 90)uji Beton di Laboratorium.SNI 2458-2008Metode Pengambilan contoh untuk (AASHTO T141 84)campuran beton segar.

2.2 AASHTO :AASHTO T26 79Quality Of Water to be used in Concrete.

3. Jaminan Dan Pengendalian MutuMutu bahan dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam bagian jaminan Dan Pengendalian Mutu.

4. Toleransi4.1.Toleransi Dimensi :1)Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m: + 5 mm2)Panjang keseluruhan lebih dari 6 m: + 15 mm3)panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau: -0 &+10 mmantara kepala jembatan.4.2Toleransi Bentuk :1)Persegi (selisih dalam panjang diagonal): 10 mm2)Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari: 12 mmGaris yg dimaksud) untuk panjang s/d 3 m.3)Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m-6m: 15 mm4)Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m: 20 mm4.3.Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :1)Kedudukan kolom pracetak dari rencana: 10 mm2)Kedudukan permukaan horizontal dari rencana: 10 mm3)Kedudukan permukaan vertical dari rencana: 20 mm4.4.Toleransi Alinyemen Vertikal :Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding: 10 mm4.5. Toleransi Ketinggian (elevasi) :1)Puncak lantai kerja dibawah pondasi: 10 mm2)Puncak lantai kerja dibawah plat injak: 10 mm3)Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang: 10 mm4.6.Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m pj mendatar.4.7.Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton bertulang :1)Selimut beton sampai 3 cm: 0 & + 5mm2)Selimut beton 3 cm 5 cm: 0 & +10mm3)Selimut beton 5 cm 10 cm: 10 mm.

5.Submittal.5.1Pengajuan Kesiapan Kerja1)Kontraktor harus mengirimkan contoh seluruh bahan yang hendak digunakan lengkap dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dari spefikasi ini, untuk diperiksa, diinpeksi ke lokasi, di uji dilaboratorium independen dan di setujui Konsultan.2)Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran masing-masing mutu beton (trial mix) yang diusulkan untuk digunakan. Pengiriman rancangan campuran tersebut paling lambat 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai. Kontraktor harus mengadakan trial mix untuk setiap mutu beton yang digunakan dan diuji betonnya, untuk mendapat persetujuan Konsultan.3)Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil seluruh pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan, sehingga data tersebut selalu tersedia bila diperlukan oleh Konsultan.4)Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi pengujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.5)Kontraktor harus mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, peralatan, personil kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari konsultan sebelum pekerjaan beton dimulai.6)Konsultan harus memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal dilakukannya pengecoran beton.6.Persyaratan Teknis6.1.Material1).Semena.Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen Portland yang memenuhi AASHTO M85-45 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan, bahan tambahan (additive) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.b.Semen yang digunakan hanya satu merk dari jenis semen Portland, terkecuali dipekenankan oleh Konsultan.c.Penyimpanan dan Perlindungan Bahan Bahan semen harus disimpan untuk mencegah kerusakan, atau intrusi bahan yang mengganggu. Untuk menyimpan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca, kedap udara dan mempunyai lantai kayu. Lantai tempat penyimpanan harus lebih tinggi dari tanah disekitarnya dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastic). Tumpukan karung semen harus selalu ditutup dengan lembar plastic. Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan untuk pembuatan beton.

2).AirAir yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan atau pemakaian lainnya harus lah bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti : minyak, garam, asam, basa, gula atau material organik.Air yang diuji harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26, Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Apabila terjadi keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dapat pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus dilakukan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan menggunakan air yang diusulkan dan memakai air suling atau minum.Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90% kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

3)Agregata.Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel J.1.1.Tabel J.1.1 Gradasi AgregatUkuran AyakanPersen Berat Yang lolos untuk agregat

ASTM(mm)HalusKasar

250,8-100---

1 38,1-95-100100--

125,4--95-100100-

19-35-70-90-100100

12,7--25-60-90-100

3/89,510010-30-20-5540-70

No.44,7595-1000-50-100-100-15

No.82,36--0-50-50-5

No.161,1845-80----

No.500,30010-30----

No.1000,1502-10----

b.Agregat kasar harus dipilih hingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari 0,75 (nol koma tujuh lima) dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus di cor.

c.Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) dan pasir sungai.

d.Agregat harus bebas dari bahan organic seperti yang ditunjukan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel J.1.2.Tabel. J.1.2 Sifat AgregatSifat-SifatMetode PengujianBatas maksimum yang diijinkan untuk agregat

HalusKasar

Keausan Agregat dengan Mesin Los AngelesSNI 2417:2008-40 %

Kekekalan Bentuk Batu terhadap larutan Natrium Sulfat atau Magne-sium SulfatSNI 3407:200810% - natium15% - magnesium12%-natrium18%-magnesium

Gumpalan Lempung dan Partikel yang Mudah PecahSNI 03-4141-19963 %2 %

Bahan yang Lolos Ayakan No.200SNI 03-4142-19965% untuk kondisi umum, 3% untuk kondisi permukaan terabrasi1 %

4)Batu Untuk beton SiklopBatu untuk beton siklop harus terdiri dari batu andesit, keras, awet, bebas dari retak dan rongga, tidak rusak oleh pengaruh cuaca, bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatannya dengan beton.

6.2.Pencampuran dan Penakaran1)Rancangan CampuranProporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang disyaratkan dalam SNI 03-2834-2000 dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Table J.1.3.Tabel J.1.3 Batas Proporsi Takaran CampuranMutu BetonUkuran Agregat Maks.(mm)Rasio Air/Semen Maks. (terhadap berat)Kadar Semen Min (kg/m3)

K 600---

K 500-0,375450

K 4003725190,450,450,45356370400

K 3503725190,450,450,45315335365

K 3003725190,450,450,45300320350

K 2503725190,500,500,50290310340

K 2253725190,550,550,55390310340

K 175-0,57300

2)Campuran PercobaanKontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran (trial mix). Pengujian disaksikan oleh Konsultan dengan menggunakan jenis fasilitas dan peralatan yang sama seperti digunakan untuk pekerjaan beton dikemudian hari.Campuran percobaan tersebut dapat diterima bila memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Table J.1.3.Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai slump) yang telah ditentukan.

3)Ketentuan Sifat-sifat Campurana.Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan slump yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel J.1.4. atau yang disetujui oleh Konsultan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16 1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141). Penggunaan mutu beton harus disesuaikan dengan gambar kerja.

Tabel J.1.4 Sifat Mutu BetonNoElemen StrukturTegangan Karakteristik Uji Silinder (fc) (Mpa)Tegangan Karakteristik Uji Kubus (k ) (kg/cm2)Slump (cm)

1Beton Prategang (I-Girder, U-Grider, Tiang pancang)455008 2

2Bor/Bore pile3035018 2

3Kepala Tiang/Pile cap, Pilar/Pier, Balok melintang/ Cross Beam, Kepala Pilar/Pier Head, Pelat beton bertulang/RC plate, Pelat Lantai, Diafragma, Box culvert2530010 2

4Abutmen, pelat Injak, Parapet, Dinding Penahan tanah2125010 2

5Saluran pra-cetak1822510 2

6Lantai kerja1517510 2

Catatan : kecuali ditentukan lain dalam gambarb.Beton yang tidak memenuhi ketentuan slump tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila konsultan menyetujuinya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu khususnya konstruksi ringan/sekunder. Kelecakan dan tekstur campuran harus dibuat sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pda pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, dan gelembng udara. Saat pembongkaran acuan diperoleh beton dengan permukaan yang rata, halus dan padat.c.Bilamana pengujin beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton dibawah kwkuatan yang disyaratkan dalam table J.1.4. maka kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan yang menjamim bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidk memenuhi ketentuan yang disyaratkan, harus dilakukan perbaikan (pembongkaran dan penggantian). Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji pada suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan dalam rumus kuat tekan karakteristik.d.Konsultan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerinyahkan kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari , dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu. e.Perbaikan pekerjaan beton yang tidak memenuhi persyaratan dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Pembongkaran dan penggantian tersebut tidak boleh didasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, terkecuali bila kontraktor dan konsultan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

4)Penyesuaian Campurana.Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)Bilamana sulit untuk memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula dirancang oleh Konsultan, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada berat agregat sesuai keperluan. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan tidak merubah kadar semen rancangan dan rasio air semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang disyaratkan.Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak diperkenankan. Penambahan (ditif) untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Konsultan dan berdasarkan pengalamam tidak berdampak pada penurunan kuat tekan beton.b.Penyesuaian KekuatanBilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan.

c.Penyesuaian untuk bahan-bahan baruPerubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Konsultan. Bahan baru tersebut tidak boleh digunakan sebelum Konsultan menyetujui secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

5)Penakaran Agregata.Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.b.Sebelum dilakukan penakaran, agregat harus dibasahi dengan penyemprotan sampai kondisi jenuh dan dipertahankan tetap lembab pada kadar yang mendekati keadaan jenuh kering permukaan. Pada saat penakaran, agregat telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang merata dari tumpukan agregat.

6) Pencampurana. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.b. Pencampuran harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.c. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukan kedalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas m3 atau kurang haruslah 1,5 menit untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Konsultan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non-struktural.

6.3Pelaksanaan Pencampuran

1)Penyiapan Tempat Kerjaa.Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton baru sampai kondisi yang dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam Seksi S.1 Pekerjaan Pembongkaran dalam Spesifikasi ini.b.Kontraktor harus menggali/menimbun kembali pondasi atau formasi untuk pekejaan beton sesuai dengan garis yang ditujukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan sesuai dengan ketentuan dalan seksi S.2 Pembersihan lahan dari Spesifikasi ini. c.Seluruh lokasi telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa kering serta beton tidak boleh dicor diatas tanah yang berlumpur, bersampah dan tergenang air. Atas persetujuan Konsultan beton dapat dicor didalam air dengan metode kerja dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam. Kontraktor wajib mengajukan metode kerja pengecoran di dalam air kepada konsultan.d.Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tuangan dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong, acuan untuk membuat lubang/coakan pada bagian beton/blockout untuk stopper/jangkar, dudukan andas dan lain lain) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.e.Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Konsultan, bahan landasan untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.f.Konsultan harus memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Konsultan dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalam tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah di bawah pondasi.Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalam dari pondasi dan/ atau menggali dan mengganti bahan ditempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilitas lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan.

2)Bekisting / Acuana.Bekisting/Acuan dan perancah (penompang bekisting/acuan) beton harus mampu/cukup kuat, tidak melendut/bergerak saat menahan beban cairan beton selama pelaksanaan pekerjaan dan menjamin ukuran yang dicapai sesuai ketentuan sebagaimana tercantum dalam spesifikasi ini. Kontraktor harus membuat perhitungan dan gambar kerja untuk mendapat persetujuan dahulu dari Konsultan, sebelum dikonstruksi dilapangan.b.Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Konsultan, harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipotong secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah harus dibuang dan seluruh bidang/sisi acuan tanah yang akan kontak dengan coran beton harus diberi adukkan beton K-175 (beton tumbuk) setebal 10 cm agar kedap air sehingga cairan dalam beton tidak meresap kedalam tanah.c.Acuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.d.Jenis bekisting kayu yang digunakan : Untuk memperoleh finishing yang sangat bagus, seperti bagian sudut, beton ekspose dan tidak memerlukan perbaikan. Pekerjaan ini diantaranya : pengecoran pilar, abutmen, parapet dan lain-lain. Cetakan yang digunakan tipe multiplek polyfilm tebal 18 mm. Untuk beton yang masih perlu finishing cat, cetakan yang digunakan adalah multiplek tebal 12 mm. Untuk beton yang masih perlu finishing plesteran dan acian. Cetakan yang digunakan adalah multiplek tebal 9 mm. Untuk beton yang tidak perlu finising seperti pondasi, sloof. Cetakan yang digunakan adalah multiplek tebal 9 mm.e.Perancah untuk menyokong bekisting/acuan harus digunakan jenis macaferri dan tidak diperkenankan menggunakan jenis kayu glugu kelapa dan bamboo. Perancah harus kuat, kaku, tidak bergerak saat menahan tekanan cairan beton.f.Bekisting/Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

3)Pengecorana.Kontraktor harus memberitahukan Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal seta waktu pencampuran beton.b.Konsultan akan member tanda terima atas pemberitahuan tersebut. Konsultan akan memeriksa acuan dan posisi tulangan serta dapat mengeluarkan persetujuan atau penolakan tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan.c.Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Konsultan tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran beton secara keseluruhan.d.Penggunaan minyak / oli pada sisi dalam acuan tidak diperkenankan.e.Campuran beton tidak boleh digunakan apabila beton tidak dicor sampai posisi akhir dalam cetakan waktu 1 (satu) jam setelah pencampuarn atau dalam waktu pendek sebagaimana yang diinstruksikan oleh konsultan.

III - 1