kontruksi jembatan.pdf

Upload: taufiq-baskoro-r

Post on 05-Jul-2018

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    1/23

    BAB II

    PERATURAN PERENCANAAN

    2.1 Klasifikasi Jembatan Rangka Baja

    Jembatan rangka (Truss Bridge) adalah jembatan yang terbentuk dari rangka-

    rangka batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan untuk

    mendistribusikan beban ke setiap rangka-rangkanya. Rangka batang tersebut

    terdiri dari batang tarik dan batang tekan.

    Batang tarik adalah batang yang menerima beban tarik. Desain untuk batang

    tarik didasarkan atas ijin tegangan tarik dimana tegangan yang terjadi tidak boleh

    melampaui tegangan ijin. Apabila ada lubang maka luas penampang adalah luas

    netto (luas brutto-luas lubang). Untuk menahan beban berguna dipakai  factor of

     safety (faktor keamanan) yang cukup terhadap kehancuran.

    Batang tekan yang merupakan batang dari suatu rangka batang. Batang ini

    dibebani gaya tekan aksial searah panjang batangnya. Kolom juga merupakan

     batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap,

    lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang untuk seterusnya akan

    melimpahkan semua beban tersebut ke pondasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    2/23

    Klasifikasi jembatan berdasarkan letak lantai kendaraan dapat dibagi menjadi

     beberapa bagian, yaitu:

    1.  Jembatan lantai bawah, dimana sttuktur rangka utama berada di atas

    lantai jembatan. Hal ini mengakibatkan batang bagian atas menjadi

    tertekan dan batang bagian bawah menjadi tertarik. Untuk batang

     bagian atas diperlukan pengaku untuk mengatasi bahaya tekuk.

    Biasanya pengaku ini berfungsi ganda karena dapat digunakan sebagai

    ikatan angin.

    Gambar 2.1. Jembatan lantai bawah

      Jembatan rangka terbuka (tanpa rangka atas)

    Jenis ini tidak memiliki ikatan angin dibagian atas. Jembatan ini

    cocok untuk lintas kendaraan yang berat karena bagian atas

     jembatan terbuka sehingga tidak menghalangi jalan untuk

    kendaraan berat.

      Jembatan rangka tertutup (dengan rangka atas)

    Jenis jembatan ini memiliki ikatan angin dibagian atas jembatan

    sehingga membentuk kotak (tertutup). Jenis jembatan ini cocok

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    3/23

    digunakan pada daerah perkotaan dan untuk lintas kendaraan

    yang ringan.

    2. 

    Jembatan lantai atas, dimana struktur rangka jembatan ini berada

    dibawah deck jembatan. Jenis jembatan ini tidak cocok digunakan

    untuk sungai yang muka airnya rendah. Hal ini karena jenis jembatan

    ini memakan ruang yang ada dibawah lantai kendaraan.

    Gambar 2.2. Jembatan lantai atas

    Adapun jenis lain dari jembatan rangka lantai atas ini adalah :

    Gambar 2.3. Jembatan rangka tipe Warren with verticals 

    Gambar 2.4. Jembatan rangka tipe Howe 

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    4/23

    2.2 Bagian-bagian Jembatan Rangka Baja

    Sebelum diadakan perencanaan jembatan, tahap-tahap yang perlu

    diperhatikan dan dipahami adalah mengenai bagian-bagian dari struktur serta

    fungsi dan manfaatnya. Konstruksi dari jembatan rangka terdiri dari :

    2.2.1 Konstruksi bangunan atas (superstructure )

    Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung

    yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu lintas

    kendaraan, gaya rem dan beban pejalan kaki. Struktur atas jembatan meliputi:

      Trotoar

    Trotoar merupakan bagian layanan jembatan yang digunakan untuk sarana

     pejalan kaki, yang berada dibagian pinggir kiri dan kanan lantai

    kendaraan. Ketinggian trotoar lebih tinggi dari pada ketinggian permukaan

    lapisan lantai kendaraan. Trotoar terdiri dari:

    a) 

    Sandaran dan tiang sandaran

     b)  Slab lantai trotoar

      Lantai kendaraan dan perkerasan

    Merupakan bagian konstruksi jembatan yang langsung menerima

     beban yang berjalan diatasnya. Di dalam perencanaan diperhitungkan

    terhadap beban hidup / muatan (T) dari tekanan roda kendaraan dan

    termasuk berat sendiri lantai kendaraan. Jika pelat beton dihubungkan

     pada balok memanjang dengan hubungan geser maka perhitungannya

    dapat menggunakan prinsip komposit. Pada jembatan rangka ini jenis

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    5/23

    lantai kendaraan yang digunakan adalah dek lantai bergelombang seperti

    dalam gambar 2.5. Untuk gelombang dek yang arahnya tegak lurus

    terhadap balok baja penumpu, tebal beton yang ada di bawah tepi atas dek

     baja harus diabaikan dalam perhitungan karakterisitik penampang

    komposit dan dalam penentuan luas penampang pelat beton Ac, yang

    diperlukan untuk perhitungan kapasitas gaya geser horizontal balok

    komposit. Jarak antara penghubung-penghubung geser jenis paku

    sepanjang balok penumpu tidak boleh lebih dari 900 mm.

    Untuk gelombang dek yang arahnya sejajar balok baja, tebal beton

    yang berada di bawah tepi atas dek baja dapat diperhitungkan dalam

     penentuan karakteristik penampang komposit dan juga dalam luas

     penampang pelat beton Ac, yang diperlukan untuk perhitungan kapasitas

    gaya geser horizontal balok komposit. Gelombang-gelombang dek baja di

    atas balok penumpu dapat dipisahkan sepanjang arah longitudinal untuk

    membentuk voute beton pada tumpuannya. Jika tinggi nominal dek baja

    lebih besar atau sama dengan 40 mm maka lebar rata-rata dari gelombang

    yang ditumpu, wr, tidak boleh kurang dari 50 mm + 4(ns-1)ds untuk

     penampang dengan jumlah penghubung geser jenis paku sama dengan ns

     pada arah melintang dengan ds adalah diameter penghubung geser jenis

     paku tersebut.

    Jika digunakan dek gelombang metal sebagai acuan tetap yang

    membentang antara balok melintang dan balok memanjang atau balok

    induk, maka acuan tetap yang membentang antara balok melintang dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    6/23

     balok memanjang atau balok induk, maka acuan itu harus dirancang dapat

    memikul berat sendiri beton bertulang (termasuk yang ada di dalam

    gelombang), beban konstruksi 2400 N/m2

    dan berat sendiri dek

    gelombang. Acuan harus masih elastis akibat beban-beban tersebut.

    Lendutan yang timbul akibat beban mati tidak boleh melampaui L/180

    atau 13 mm untuk bentang acuan L≤3 m atau L/240 atau 19 mm untuk

     bentang acuan L>3 m.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    7/23

     

    Gambar 2.5. Jenis dek gelombang lantai jembatan

    Dalam perencanaan dek baja bergelombang, kuat lentur rencana

    dari suatu konstruksi komposit yang terdiri dari pelat beton yang

    diletakkan di atas dek baja bergelombang yang ditumpu pada balok baja

    dihitung dengan menggunakan prinsip-prinsip berikut. Dek baja yang

    memiliki tinggi nominal gelombang wr, tidak boleh kurang dari 50 mm

    dan tidak boleh lebih besar dari lebar bersih minimum pada tepi atas dek

     baja.

    1.  Pelat beton harus disatukan dengan balok baja melalui penghubung

    geser jenis paku yang di las, yang mempunyai diameter tidak lebih

    dari 20 mm. Penghubung geser jenis paku dapat di las pada dek

     baja atau langsung pada balok baja. Setelah terpasang, ketinggian

     penghubung geser jenis paku tidak boleh kurang dari 40 mm diatas

    sisi dek baja yang paling atas.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    8/23

    2.  Ketebalan pelat beton di atas dek baja tidak boleh kurang dari 50

    mm.

    Penghubung geser dapat dari jenis paku baja berkepala dengan

     panjang dalam kondisi terpasang tidak kurang dari 4 kali diameternya atau

     berupa penampang baja kanal gilas. Massa jenis pelat beton yang

    digunakan pada struktur balok komposit dengan penghubung geser tidak

     boleh kurang dari 1500 kg/m3. Kuat nominal penghubung geser untuk

     jenis paku yang ditanam dalam pelat beton masif adalah :

     

    Keterangan :

     Asc adalah luas penampang penghubung geser jenis paku, mm2 

     fu adalah tegangan putus penghubung geser jenis paku. Mpa

    Qn adalah kuat nominal geser untuk penghubung geser, N

    Untuk penghubung geser jenis paku yang ditanam di dalam pelat

     beton yang berada di atas dek baja bergelombang, suku 0,5  Asc fc’ Ec di

    atas harus dikalikan dengan faktor reduksi  rs  dengan persamaan sebagai

     berikut:

    √  * +   untuk dek baja tegak lurus balok

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    9/23

    * +   untuk dek baja searah balok

    dimana:

    rs  adalah faktor reduksi

     Nr adalah jumlah penghubung geser jenis paku pada setiap gelombang

     pelat berprofil di perpotongannya dengan balok

     Hs  adalah tinggi penghubung geser jenis paku (hr +75mm)

    hr   adalah tinggi nominal gelombang pelat baja berprofil

    wr   adalah lebar efektif gelombang pelat baja berprofil

    Untuk menahan pengaruh ungkitan, dek baja harus diangker pada

    unsur-unsur penumpu dengan jarak antar angker tidak lebih dari 450 mm.

    Jenis angker yang bisa digunakan dapat berupa penghubung geser jenis

     paku, kombinasi penghubung geser jenis paku dengan las titik atau jenis

    lainnya. Sedangkan kuat nominal penghubung geser kanal yang ditanam di

    dalam pelat beton masif adalah:

    ( )√   

    dimana:

     Lc  adalah panjang penghubung geser kanal, mm

    tf   adalah tebal pelat sayap, mm

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    10/23

    tw  adalah tebal pelat badan, mm

      Balok memanjang

    Balok ini berfungsi untuk menyalurkan beban-beban lantai kendaraan

    (beban mati dan beban hidup) ke balok melintang.

      Balok melintang

    Balok ini memikul beban-beban melalui gelagar memanjang dan

    menyalurkannya ke rangka batang.

     

    Ikatan angin

    Ikatan angin berfungsi untuk menyalurkan beban angin kepada struktur

    induk rangka jembatan. Beban angin tersebut bekerja di titik-titik simpul.

      Rangka jembatan :

    a) 

    Rangka diagonal

     b)  Rangka vertikal

      Pengaku / stiffner

      Sambungan

    Sambungan berfungsi sebagai penyaluran beban dari batang yang satu ke

     batang yang lain.

      Perletakan (rol dan sendi)

    Perletakan berfungsi untuk menyalurkan beban jembatan ke keseluruhan

    struktur jembatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    11/23

    2.2.2 Konstruksi bangunan bawah (substructures )

    Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan

     beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan dan

    gesekan pada tumpuan untuk kemudian disalurkan oleh pondasi ke tanah dasar.

    Struktur bawah jembatan meliputi :

      Pangkal jembatan (abutment)

    Bagian yang memikul kedua pangkal jembatan yang terletak di ujung

     bentang jembatan yang berfungsi untuk meneruskan seluruh beban

     bangunan atas ke pondasi.

      Pilar jembatan (pier)

    Merupakan bagian lain dari bangunan bawah yang terletak di bentang

     jembatan diantara pangkal jembatan, berfungsi seperti abutment yang

    membagi beban dan memperpendek bentang jembatan.

      Pondasi jembatan

    Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah

    dasar. Pada umumnya pondasi jembatan rangka menggunakan pondasi

    tiang pancang dan bore pile. Pada proyek tugas akhir ini pondasi yang

    digunakan adalah pondasi bore pile beton bertulang diameter 60 cm.

    2.3. Beban Jembatan

    Adapun kombinasi pembebanan yang akan dipikul oleh struktur jembatan

     baja adalah :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    12/23

    2.3.1. Beban mati (Berat sendiri)

    Bagian jembatan yang menjadi satu kesatuan pada badan jembatan dapat

    dikategorikan sebagai beban mati jembatan. Beban mati ini bisa berupa bagian-

     bagian nostruktural maupun struktural. Cara menentukan beban mati ini adalah

    dengan cara mengalikan volume/luasan bahan dengan berat satuan material itu

    sendiri. Berat satuan material adalah sebagai berikut :

     No. Bahan Berat/satuan isi

    (KN/m3)

    Kerapatan massa

    (kg/m3)

    1.Campuran aluminium 26,7 2720

    2.Lapisan permukaan aspal 22,0 2240

    3.Besi ruang 71,0 7200

    4.Timbunan tanah dipadatkan 17,2 1760

    5.Kerikil dipadatkan 18,8-22,7 1920-2320

    6.Aspal beton 22,0 2240

    7.Beton ringan 12,25-19,6 1250-2000

    8.Beton 22,0-25,0 2240-2560

    9.Beton prategang 25,0-26,0 2560-2640

    10.Beton bertulang 23,5-25,5 2400-2600

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    13/23

    11.Baja 777,0 7850

    12.

    Batu pasangan 23,5 2400

    13.Besi tempa 75,5 7680

    14.Pasir kering 15,7-17,2 1600-1760

    15.Pasir basah 18,018,8 1840-1920

    Tabel.1. Berat satuan material 

    2.3.2. Beban hidup (beban kendaraan)

    Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur “D” dan

     beban truk “T”. Beban lajur “D” bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan

    menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekivalen dengan suatu iring-iringan

    kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur “D” ynag bekerja tergantung

     pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.

    Beban truk “T” adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang ditempatkan

     pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari dua

     bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda

    kendaraan berat. Hanya satu truk “T” diterapkan per lajur lalu lintas rencana.

    Secara umum beban “D” akan menjadi beban penentu dalam perhitungan

     jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang sedangkan beban “T”

    digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    14/23

    Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata dan terbagi rata seperti

    terlihat dalam gambar dibawah ini.

    Gambar 2.6. Intensitas beban “D” 

    Beban garis P=12 ton (belum termasuk kejut) sedangkan untuk beban terbagi

    rata dengan intensitas “p” ton per meter jalur memiliki nilai tergantung pada

     panjang jembatan dimana besar “p” ditentukan sebagai berikut : 

     p = 2,2 ton/m untuk l ≤ 30 m 

     p = 2,2 ton/m –  ((l-30 m) ) untuk 3 0 m < l < 60 m

     p = 1,1  ton/m untuk l > 60 mdimana: l = panjang bentang dalam meter

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    15/23

    Dalam perencanaan muatan “D” untuk jembatan berlaku ketentuan bahwa

    apabila lebar lantai kendaraan ≥ 5,5 m maka muatan “D” sepenuhnya dipikul pada

    lebar jalur 5,5 m sedangkan lebar selebihnya hanya dibebani 50 % dari muatan

    “D” tersebut sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut : 

    Gambar 2.7. Distribusi beban “D” untuk lebar penampang jembatan 

    Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang

    mempunyai susunan dan berat as seperti terlihat dalam gambar 2.8. Berat dari

    masing-masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang

    merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as

    tersebut bisa diubah-ubah antara 4 m sampai 9 m untuk mendapatkan pengaruh

    terbesar pada arah memanjang jembatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    16/23

     

    Gambar 2.8. Distribusi beban “T” 

    2.3.3. Beban angin

    Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR ’87)

    menetapkan pengaruh beban angin sebesar 150 kg/m

    2

      pada jembatan ditinjau

     berdasarkan bekerjanya beban angin horizontal terbagi rata pada bidamg vertikal

     jembatan, dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan.

    Jumlah luas bidang vertikal bangunan atas jembatan yang dianggap terkena

    oleh angin ditetapkan sebesar suatu prosentase tertentu terhadap luas bagian-

     bagian sisi jembatan dan luas bidang vertikal beban hidup. Bidang vertikal beban

    hidup ditetapkan sebagai suatu permukaan bidang vertikal yang mempunyai tinggi

    menerus sebesar 2 meter diatas lantai kendaraan. Dalam menghitung jumlah luas

     bagian-bagian sisi jembatan yang terkena angin dapat digunakan ketentuan

    sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    17/23

    1. Keadaan tanpa beban hidup

    a.  untuk jembatan gelagar penuh diambil sebesar 100 % luas bidang sisi

     jembatan yang langsung terkena angin, ditambah 50 % luas bidang

    sisi lainnya.

     b.  untuk jembatan rangka diambil sebesar 30 % luas bidang sisi

     jembatan yang langsung terkena angin, ditambah 15 % luas bidamg

    sisi-sisi lainnya.

    2. Keadaan dengan beban hidup

    a. untuk jembatan diambil sebesar 50 % terhadap luas bidang menurut 1.a

    dan 1.b.

     b. Untuk beban hidup diambil sebesar 100 % luas bidang sisi yang

    langsung terkena angin.

    3. Jembatan menerus diatas lebih 2 perletakan.

    Untuk perletakan tetap perlu diperhitungkan beban angin dalam arah

    longitudinal jembatan yang terjadi bersamaan dengan beban angin yang

    sama besar dalam arah lateral jembatan, dengan beban angin masing-

    masing sebesar 40 % terhadap luas bidang menurut keadaan 1 dan 2.

    Pada jembatan yang memerlukan perhitungan pengaruh angin yang teliti

    harus diadakan penelitian khusu.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    18/23

    2.3.4. Kejut

    Kejut merupakan pengaruh dinamis dari beban-beban yang bekerja secara

    tiba-tiba. Beban mati merupakan beban statis yang tidak mempunyai pengaruh

    selain dari beratnya sendiri sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap kejut,

    namun beban hidup bisa statis ataupun dinamis.

    Untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran-getaran dan pengaruh

    dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban garis “P” harus dikalikan

    dengan koefisien kejut yang akan memberikan hasil maksimum, sedangkan beban

    merata “q” dan beban “T” tidak dikalikan dengan koefisien kejut. Koefisien kejut

    ditentukan dengan rumus :

    K = 1 +

     

    dimana : K = koefisien kejut

    L = panjang bentang dalam meter

    Koefisien kejut tidak diperhitungkan terhadap bangunan bawah apabila

     bangunan bawah dan bangunan atas tidak merupakan satu kesatuan. Bila

     bangunan bawah dan bangunan atas merupakan satu kesatuan maka koefisien

    kejut diperhitungkan terhadap bangunan bawah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    19/23

    2.4. Persamaan Perencanaan

    2.4.1. Batang Tarik

    Tegangan rata-rata pada suatu penampang yang melalui lubang dari suatu

     batang tarik tidak boleh lebih besar dari 0,75 kali tegangan dasar. Tegangan rata-

    rata tersebut dihitung dengan persamaan :

       

    dimana:

    Ptr = gaya normal tarik pada batang tersebut

    Fn = luas penampang netto (0,85 . F brutto)

    f  baja = tegangan dasar baja

    Rumus untuk mencari luas profil rencana untuk dimensi batang tarik adalah :

     

    Kontrol kelangsingan pada batang tarik dirumuskan sebagai berikut:

       

    dimana:

    Lk = panjang tekuk

    imin = jari-jari kelembaman

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    20/23

     

    2.4.2. Batang Tekan

    Menurut Oentoeng (2000) untuk mendimensi batang tekan dapat

    menggunakan rumus:

    Imin =

       =

     

    = 0,484 n. P . Lk 2

    Dimana : P = beban dalam ton

    Lk = panjang tekuk dalam m

    E = modulus elastisitas baja = 2,1 . 106 kg/cm2 

    n = nilai n untuk BJ 37 adalah 3,04

    Batang-batang tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga

    stabilitasnya (tidak ada bahaya tekuk). Hal ini diperlihatkan dengan persamaan:

     = σizin 

    dimana :

     N = gaya tekan pada batang tersebut

    A = luas penampang batang

    σizin = tegangan izin profil

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    21/23

    ω = faktor tekuk yang bergantung pada kelangsingan (λ) dan macam bajanya 

    Harga ω dapat ditentukan dengan persamaan: 

    λ  =  

    λ g =     

    λ s = 

    untuk λ s ≤ 0,183  ω = 1 

    untuk 0,183 < λ s < 1 ω =

       

    untuk λ s ≥ 1  ω = 2,381 . λ s2

    Kontrol kelangsingan pada batang tekan dirumuskan sebagai berikut:

       

    dimana:

    Lk = panjang tekuk (sendi-sendi L = Lk, Euler)

    imin = jari-jari kelembaman

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    22/23

     

    2.5. Perencanaan Gelagar Komposit

    Adapun yang harus diperhatikan didalam merencanakan gelagar komposit

    adalah sebagai berikut :

    a. menentukan nilai beff  

     be ≤ L/5 

     be ≤ 12 * tb 

     be ≤ A 

    dimana : A = jarak antar gelagar melintang

    tb = tebal pelat lantai minimum

    L = bentang gelagar

     b. menghitung nilai n

    n = 

    dimana : Es = modulus elastis baja (2*10

    5

     MPa)

    Ec = modulus elastis beton (4700*√   MPa)

    c. ukuran-ukuran komposit

    Yc = jarak antara serat teratas beton sampai garis netral

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/16/2019 Kontruksi Jembatan.pdf

    23/23

    Ys = jarak antara serat teratas baja sampai garis netra

    Ybkomp  = jarak garis netral bagian bawah penampang komposit

    tb = tebal pelat beton

    Yd = jarak titik berat pelat beton terhadap serat terbawah

    Ytkomp  = jarak garis netral bagian atas penampang komposit

    d. cek kekuatan (tegangan)

    - pada serat atas

    σtc =   ≤ 0,45 * fc 

    σts =  

      ≤ 0,45 * fc 

    - pada serat bawah

    σ bs =

        ≤ σ’ baja