sperma
DESCRIPTION
laporan mikroteknik apusan spermaTRANSCRIPT
TOPIK 3
PEMBUATAN SMEAR SPERMA MENCIT (Mus musculus)
A. Waktu Pelaksanaan
30 September 2015
B. Dasar Teori
Pada mencit jantan terdapat saluran reproduksi yang terdiri atas vas eferens,
epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius dan uretra (Rugh, 1968). Epididimis terdiri
dari bagian kaput, korpus dan kauda. Epididimis berfungsi sebagai tempat maturasi
sperma dan tempat penyimpanan sperma sementara. Maturasi spermatozoa di tandai
dengan menghilangnya protoplasmik droplet dari bagian kepala spermatozoa (Nalbandov,
1990). Sedangkan kaput epididimis berfungsi untuk penyerapan cairan yang dikeluarkan
oleh testis. Johnson & Everitt (1988) menjelaskan bahwa fungsi lain epididimis adalah
memberikan sekresi cairan yang diproduksi oleh sel-sel epitelnya untuk membantu
perubahan morfologi akrosom yaitu melalui kondensasi inti, pelepasan sitoplasma,
peningkatan muatan negatif dan penambahan lapisan glikoprotein.
Menurut Rugh (1968), spermatozoa mencit terdiri dari bagian kepala, bagian
tengah dan ekor. Kepala mempunyai kait dengan panjang kira-kira 0,008 mm, bagian
tengah pendek dan ekor sangat panjang (rata-rata 0,1226 mm). Ekor menyerupai
bentukan flagelum dan digunakan untuk pergerakan terutama pada saat berada dalam alat
kelamin betina. Morfologi spermatozoa digambarkan sebagai berikut:
Gambar. Spermatozoa mencit (Rugh, 1968)
Albert dan Roussel (1983) menyebutkan bahwa konsentrasi sperma pada
epididimis dari mencit berumur 70 hari atau lebih, sebanyak ≥ 8,11 ± 2,7 juta/ml, dengan
jumlah sperma normal ≥ 5,74 ± 8,9% dan jumlah sperma yang abnormal 6,6 ± 2,6%.
Sperma abnormal akan menurunkan fertilitas jantan. Beberapa abnormalitas tertentu dari
sperma diketahui ada yang bersifat genetik (Nalbandov, 1990). Abnormalitas pada sperma
dapat terjadi pada kepala, leher dan ekor. Toelihere (1985) mengklasifikasikan
abnormalitas pada sperma dalam abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer
terjadi karena gangguan spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus, sedangkan
abnormalitas sekunder terjadi selama spermatozoa menyelesaikan maturasi di epididimis.
C. Alat dan Bahan
Alat:
Alat bedah
Papan bedah
Gelas arloji
Pipet
Bahan:
Mencit (Mus musculus)
Eosin / Nigrosin
Alkohol 70%
Entelan
Kaca benda
Kaca penutup
Kapas / tisu
D. Prosedur Kerja
Pada praktikum kali ini, prosedur kerja dibedakan menjadi dua jenis yaitu tahap
persiapan bahan, dalam hal ini suspensi spermatozoa dan tahap pembuatan smear.
Masing – masing tahapan diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan Bahan
Langkah – langkah dalam persiapan bahan (sperma mencit) dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
Lakukan dislokasi leher pada mencit yang telah disiapkan
Pembedahan terhadap mencit untuk mengambil bagian epididimis kauda
mencit
Epididimis dibersihkan dari bagian – bagian lainnya
Selanjutnya epididimis diletakkan dalam gelas arloji, dan ditambahkan 5 tetes
NaCl 0,9%
Cacah epididimis menggunakan skapel, hingga homogen
Mengambil 1 tetes cacahan epididimis homogen kemudian di encerkan
dengan menambahkan 5 tetes NaCl 0,9% pada gelas arloji
2. Pembuatan Preparat
Adapun tahap pembuatan preparat smear sperma mencit (Mus musculus)
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Membersihkan kaca benda dengan alkohol 70%
Mengambil 1 tetes suspensi spermatozoa yang sudah diencerkan dan
diletakkan di atas kaca benda
Spermatozoa dismear / diratakan dengan ujung kaca benda lainnya, dikering
anginkan
Tetesi dengan eosin dan kering anginkan
Amati dibawah mikroskop setelah kering angin
Jika telah didapatkan hasil yang sesuai, sediaan preparat ditetesi entelan dan
ditutup dengan kaca penutup
Keringkan dan beri label
E. Data dan Analisa Data
Data berupa hasil pengamatan preparat smear sperma mencit (Mus musculus)
sebagai berikut:
No Praktikan Perbesaran Foto
1 Enny Kristinawati 40 x10
2 Fitriyah Andriawati 40 x 10
3 Hera Adiwijaya 40 x 10
4 Juwandoko
Analisa hasil:
Sperma memiliki bagian – bagian yang lengkap
Dalam foto terlihat, preparat tidak bersih (bening)
Masih tampak sperma yang menggerombol
Hasil foto masih buram
F. Pembahasan
Preparat smear sperma yang baik akan memperlihatkan bagian sperma yang utuh
yaitu: ekor, kepala dan bagian kait di ujung kepala. Sperma tidak tampak menggerombol
lagi. Sperma yang tampak menggerombol dapat disebabkan oleh:
Proses pencacahan dalam pembuatan suspensi yang kurang homogen
Pada saat melakukan smear dengan ujung kaca benda kurang merata
Sedangkan preparat yang tidak bersih dapat diakibatkan oleh proses pembersihan
epididimis dari jaringan lemak masih belum berhasil, ataupun dalam pengambilan suspensi
spermatozoa ada pengotor yang masuk. Selain itu juga dapat disebabkan pada proses
pemberian entelan dan penutupan dengan kaca penutup. Pembersihan pada kaca
penutup dan kaca benda yang kurang bagus juga berakibat pada preparat yang dihasilkan.
Hendaknya dalam proses pembuatan suspensi spermatozoa pembersihan
epididimis dari jaringan lemak perlu sangat diperhatikan karena dapat mengganggu
pengamatan. Disamping itu setelah pencacahan hendaknya semua pengotor / jaringan
yang tidak diinginkan dibersihkan dari suspensi. Proses smear juga dilakukan dengan hati
– hati sehingga diperoleh hasil smear yang merata.
Dalam proses perekaman data digunakan mikroskop dengan kondisi lensa objektif
40 yang beragam, ada beberapa lensa yang ternyata kotor. Disamping itu ada juga
mikroskop dengan mikrometer yang kurang bagus sehingga sulit memfokuskan hasil
pengamatan pada perbesaran 40 X 10. Selanjutnya preparat yang telah diamati di foto
dengan kamera handphone yang beragam sehingga menambah variasi tingkat ketajaman
foto yang didapatkan. Karenanya dalam proses perekaman data diperlukan mikroskop
dengan kondisi yang bagus sehingga didapatkan hasil pengamatan yang lebih tajam,
begitupun kamera yang digunakan dengan pixel yang cukup tinggi.
G. Daftar Rujukan
Albert, M. dan Roussel, C. 1983. Change From Puberty to Adulthoodin The Concentration, Motility and Morphology of Mouse Epididymal Spermatozoa. International Journal of Andrology, 6 (1983): 446-460. [Full text].
Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: UI Press.
Prijosudjono, W. 2000. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Hewan. Malang: JICA-IMSTEP UM.
Rugh, R. 1968. The Mouse: Its Reproduction & Development. USA: Burgess Publishing. Co.
Toelihere, M. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: ITB.