spectek air limbah i-viii edit

309
BAB I DATA PROYEK Pasal 1 : Nama proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : DED Prasarana Dan Sarana Air Limbah Kab. Aceh Barat – Paket 05 Pasal 2 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini Komplek Salvation Army Ds. Leuhan Pasal 3 : Item-Iten Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam Kontrak Kerja Dan Bill of Quantity. 1

Upload: oman-yuliansyah

Post on 26-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IPLT

TRANSCRIPT

Page 1: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

BAB I

DATA PROYEK

Pasal 1 : Nama proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :

DED Prasarana Dan Sarana Air Limbah Kab. Aceh Barat – Paket 05

Pasal 2 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini Komplek Salvation Army Ds. Leuhan

Pasal 3 : Item-Iten Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam Kontrak Kerja Dan Bill of Quantity.

1

Page 2: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

BAB II

KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan

Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana

untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah

Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara

seluruhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam

Dokumen Kontrak.

3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang

disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana

Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002

Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut

perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam

Kontrak Kerja Fisik.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi

pelaksana lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya

tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan

posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang diajukan:

1. Project manager;

2. Site Manager;

3. Quality Engineer;

4. Arsitek;

5. Supervisor Lapangan;

6. Surveyor;

7. Drafman;

8. Administrasi Proyek; dan

9. Operator Computer.

2

Page 3: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai

dengan bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.

6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur

organisasi lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor

Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam

kerja.

7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses

pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi.

8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan

diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi serta Konsultan

Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam

jangka waktu lebih dari 3 hari.

9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner dan

Konsultan Manajemen Konstruksi untuk pengantian tenaga ahli

Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga

ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu

menjalankan tugasnya dengan baik.

10.Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor

Pelaksana harus mampu memberikan keputusan yang bersifat

teknis dan administratif di lokasi pekerjaan.

Pasal 2 : Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor

1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanyalah

dapat dilakukan dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis

dari Konsultan Manajemen Konstruksi serta mendapat

persetujuan dari Owner.

2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua

persyaratan di dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi

target prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan,

3

Page 4: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

maka Konsultan Supervisi berhak menginstruksikan kepada

Kontraktor Pelaksana untuk menganti Sub Pelaksana pekerjaan

tersebut dengan yang lain, dan yang disetujui oleh Konsultan

Manajemen Konstruksi dan Kontraktor Pelaksana harus

menjalankan instruksi tersebut.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan untuk meninggalkan

kewajibannya dengan cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian

atau seluruhnya kepada pihak lain (Sub Pelaksana Pekerjaan)

tanpa seijin atau persetujuan Owner.

4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor

Pelaksana tidak dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian

pekerjaan yang menjadi kewajibanya tanpa persetujuan Owner

dan Konsultan Manajemen Konstruksi.

5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan

Manajemen Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana tetap

bertanggung jawab penuh atas segala kelalaian dan kesalahan-

kesalahan yang dibuat oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan

dan kelalaian tersebut merupakan kesalahan dan kelalaian

Kontraktor Pelaksana sendiri.

6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak

Kerja langsung dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam

menyediakan dan mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus

sesuai dengan keahliannya.

7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas

hasil pekerjaan Sub Kontraktor.

Pasal 3 : Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar

Pelaksanaan (Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang

memerlukannya, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang

Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam Gambar Bestek.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan

oleh Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi.

4

Page 5: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan

sebelum Shop Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh

Konsultan Supervisi.

4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek

kecuali atas persetujuan Konsultan Perencana.

5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan

memperkecil kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

Pasal 4 : Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek

/Gambar Revisi dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara),

satu set Shop Drawing, satu set Spesifikasi Teknis dan satu set Bill

of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan.

2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis,

dan Bill of Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan

dalam kedaan yang rapi.

Pasal 5 : Buku Instruksi Dan Buku Tamu

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku

Instruksi dan Buku Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor

lapangan dan ditempatkan pada tempat yang baik.

2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang

dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi dan Owner untuk

dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan.

3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu

instruksi, nama dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda

tangan yang memberi instruksi.

4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku

Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor

Pelaksana minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.

5

Page 6: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di

kantor lapangan yang diletakan pada tempat yang baik. Semua

tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan harus terdata dan

mengisi buku tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor

Pelaksana.

Pasal 4 : Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil

Pelaksanaan (Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil

pelaksanaan pekerjaan dilapangan sebelum serah terima tahap

pertama dilakukan.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah

pekerjaan Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan

pekerjaan –pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan

Supervisi.

3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan

Owner.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built

Drawing yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner

dan Konsultan Perencana kepada Owner.

5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di

tempat yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna

bangunan.

Pasal 5 : Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu

penyelesaian pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada

Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner sebelum dimulainya

pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak

Kerja.

6

Page 7: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai

dengan rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang

telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner

kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu

penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner kepada Konsultan

Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu

penyelesaian pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan

pekerjaan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan diketahui

oleh Konsultan Supervisi.

5. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk tidak menyetujui

rencana penyelesaian pekerjaan mingguan yang diajukan oleh

Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang

dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan

pekerjaan karena kesalahan dalam menyusun waktu

pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan

pekerjaan karena factor cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari

kerja dan dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian

yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan

untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan

pekerjaan karena factor-factor non teknis yang lebih dari 3 hari

kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi seperti

permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor

pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan,

ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus

diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

7

Page 8: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan

pekerjaan karena permasalahan yang berhubungan dengan

Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak

Kerja dimana tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan

Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana

dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus diperhitungkan untuk

penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

10.Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan

pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang

disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak boleh

diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali

ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan

Konsultan Manajemen dan Owner.

11.Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan

yang diberikan kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan

seperti yang disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah

menurut keputusan Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.

Pasal 6 : Request Material Dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan

penggunaan semua material bangunan (request material)

sebelum material bangunan tersebut dipakai dan dimasukan

kelokasi pekerjaan.

2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus

disertai dengan contoh material dan disetujui oleh Konsultan

Supervisi dan Owner.

3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor

Pelaksana dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh

Konsultan Supervisi.

8

Page 9: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu

set contoh material yang telah disetujui kepada Konsultan

Supervisi.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi,

Konsultan Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai

material bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan

(request pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan

tanpa Request Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan

belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 7 : Metode Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan

terhadap pekerjaan Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat

Lantai, Eriction Konstruksi Baja dan Eriction Konstruksi Kuda-Kuda

serta pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana

harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika

Metode Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8 : Rencana Material Dan Peralatan

9

Page 10: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan

peralatan mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian

pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material

dan peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana

harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana

material dan peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor

Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat

dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 9 : Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan

tenaga kerja mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian

pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja

mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada

dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana

penggunaan tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh

Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang

dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

Pasal 10 : Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh

Kontraktor Pelaksana dengan alasan mempercepat proses

penyelesaian pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.

2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan

Supervisi untuk pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal

10

Page 11: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas

pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada

malam hari.

Pasal 11 : Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan

mingguan, dan laporan bulanan kepada Konsultan Manajemen

Konstruksi dan diketahui serta diperiksa oleh Konsultan Supervisi

tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan

yang dibuat oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan

langsung kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam

laporan harian, laporan minnguan, dan laporan bulanan yang

dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat

dalam rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian,

laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi

pekerjaan. Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan

bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen

Konstruksi, Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 12 : Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana

yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya

administratif harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan

11

Page 12: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Manajemen Konstruksi juga diketahui oleh Konsultan Supervisi

serta Owner.

2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana

yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya

teknis harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi

juga diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi serta Owner.

3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi

lain di luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi. Kontraktor Pelaksana tetap

wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada

Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pasal 13 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu)

kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan

diwakili minimal oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.

3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor

Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.

4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-

kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau

Konsultan supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan

diwakili minimal oleh Supervisor lapangan.

6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor

Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.

Pasal 14 : Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi

Pekerjaan

12

Page 13: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang

untuk memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-

tempat lain dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan

pekerjaan untuk Kontrak.

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan

oleh Sub Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub

Pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan

jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya mempunyai

wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat lain

kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.

3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi

langsung dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan

Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam

proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak

sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity

dan Kontrak Kerja.

4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan

Konsultan Supervisi secara tertulis untuk menghentikan proses

pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana

sementara waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak

Kerja.

5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab

penuh akan keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada

dilokasi pekerjaan.

Pasal 15 : Progress Payment

1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner

maka Hasil Pekerjaan Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan

metode Progress Payment. Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana

dibayar berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan yang telah

diselesaikan dilapangan.

13

Page 14: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada

Konsultan Manajemen Konstruksi atau Owner dan diperiksa

kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh Konsultan

Supervisi.

3. Konsultan Manajemen Konstruksi atau Owner dapat menunda

atau membatalkan Progress Payment Kontraktor Pelaksana jika

berdasarkan pengamatan sendiri atau laporan/rekomendasi

Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaan-pekerjaan yang

tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of

Quantity.

4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh

Owner jika telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan

Manajemen Konstruksi atau oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 16 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri

semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap

pelaksanaan maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap

Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil

pemeriksaan bersama antara Kontraktor Pelaksana, Konsultan

Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO)

dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan

oleh Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan

dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh

ketiga pihak tersebut.

4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara

Hasil Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh

Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner.

5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam

Daftar Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.

14

Page 15: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh

Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar

dan kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan

biaya sendiri.

7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh

Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari

Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana untuk memperbaikinya.

8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau

sebab-sebab lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat

dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya

dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor

Pelaksana untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan atau

pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.

10.Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan

cacat harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 17 : Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan

1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan

Progress 100% yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah

disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan

Supervisi dan Owner , maka pihak Konsultan Manajemen

Konstruksi, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner

bersama-sama menandatangani Berita Acara Serah Terima

Pertama ( PHO ) kecuali ditentukan lain oleh Owner.

2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani

berdasarkan klaim progress 100% yang diajukan Kontraktor

Pelaksana, maka Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan

Owner bersama-sama melakukan Pemeriksaan Lapangan.

15

Page 16: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai

kualitas maupun kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan

yang ditemukan dalam Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi

kewajiban Kontraktor Pelaksana memperbaikinya sebelum Serah

Terima Pertama ditandatangani dan hal ini harus dituangkan

dalam Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan

Cacat.

4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing

dan Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang

telah disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan

Owner sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama

ditandatangani.

5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis

akan realisasi perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan

Cacat dan Asbuilt Drawing yang telah selesai dilaksanakan oleh

Kontraktor Pelaksana untuk keperluan penandatanganan Berita

Acara Serah Terima Pertama (PHO).

6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua

perbaikan-perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan

Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai

selesainya pekerjaan dan perbaikan yang berarti Serah Terima

Kedua (FHO) kedua dari pihak Kontraktor Pelaksana kepada

Owner.

Pasal 18 : Pemamfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan

1. Pemafaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan

hanya boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara

Owner (Pemberi Tugas) dengan Pemilik/Bangunan ditanda

tangani.

2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan

bangunan dan memamfaatkan semua fasilitas yang ada dalam

16

Page 17: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

bangunan selama bangunan masih dalam proses Serah Terima

antara Kontraktor Pelaksana dengan Owner.

3. Pemamfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima

antara Owner dan Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan

persetujuan Owner dan Kontraktor Pelaksana.

4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap

perbaikan dengan biaya sendiri semua cacat dan kerusakan yang

timbul akibat penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan yang

telah disetujuinya bersama dengan Owner.

Pasal 19 : Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan

Penyedia Jasa Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek

seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan

seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang

disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana

Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002

Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut

perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam

Kontrak Kerja konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi

pengawasan lapangan proyek kepada Konsultan Manajemen

Konstruksi dan Owner dimana didalamnya tercantum beberapa

tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan posisi minimal seperti

berikut atau seperti yang diajukan :

1. Site Enggineer/Leader;

2. Chief Inspector;

3. Inspector;

4. Quantity Surveyor;

5. Quality Engineer;

17

Page 18: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Tenaga Administrasi; dan

7. Operator Computer.

4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur

organisasi pengawasan lapangan proyek yang diajukan oleh

Konsultan Supervisi harus berada dilokasi pekerjaan minimal

selama jam kerja.

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi

pengawasan lapangan proyek yang telah disetujui oleh KOnsultan

Manajemen Konstruksi dan Owner kepada Kontraktor Pelaksana.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses

pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh

Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.

7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui

oleh Konsultan Manajemen Konstruksi jika hendak meninggalkan

lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan

Manajemen Konstruksi dan Owner untuk pengantian tenaga ahli

Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga

ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu

menjalankan tugasnya dengan baik.

9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan

Supervisi harus mampu memberikan keputusan yang bersifat

teknis di lokasi pekerjaan.

10.Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan

laporan bulanan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan

diketahui oleh Owner atas segala hal yang menyangkut

pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.

11.Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah

berdasarkan hasil diskusi dan konsultasi dengan Konsultan

Manajemen Konstruksi dan Owner.

Pasal 20 : Instruksi Konsultan Supervisi

18

Page 19: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua

instruksi atau perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi

yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus

dalam bentuk tulisan.

3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan

harus diikuti oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh

alasan-alasan yang jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti

disebutkan dibawah ini :

5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga

membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang

kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi

Teknis dan Gambar Bestek.

6. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang

tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis.

7. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor

Pelaksana yang dianggap kurang mampu.

8. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan

alasan untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.

9. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode

pelaksanaan Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat

sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat proses

penyelesaian pekerjaan.

Pasal 21 : Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan

1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan

Konsultan Manajemen Konstruksi serta Owner berhak

mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Bestek,

Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan

oleh Kontraktor Pelaksana.

2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh

melakukan perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis

19

Page 20: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

dan Bill of Quantity tanpa persetujuan Konsultan Supervisi atau

Konsultan Perencana.

3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis

harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana

untuk dilaksanakan.

4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis

yang dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana,

dan Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk

dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena

melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis

tidak boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara

keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak

Kerja kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh

Owner.

6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena

perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh

Konsultan Perencana diketahui oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi dan disetujui oleh Owner.

7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan

kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh

Konsultan Perencana.

8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian

antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity

Konsultan Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan

secara sepihak tetapi harus melaporkannya kepada Konsultan

Manajemen Konstruksi untuk tindakan selanjutnya.

9. Konsultan Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan

Perencana dan Owner berhak menentukan acuan mana yang

harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek,

Spesifikasi Teknis, dan bill of Quantity kecuali ditentukan lain

dalam Kontrak Kerja.

20

Page 21: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10.Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan

Manajemen Konstruksi, jika terjadi perbedaan antara Gambar

Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan

yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :

1. Kontrak Kerja;

2. Bill of Quantity;

3. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan

4. Spesifikasi Teknis.

Pasal 22 : Struktur Organisasi Proyek

1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi dengan persetujuan Owner.

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara

umum hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.

3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang

harus diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus

segera diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang

terlibat dalam proyek.

5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan

diletakan pada posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi

Keet ( Kantor Konsultan Supervisi ) dan Kantor Kontraktor

Pelaksana.

Pasal 23 : Ketentuan Lain

1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi

Kontraktor Pelaksana dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja

yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.

2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi

Teknis harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana

21

Page 22: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

walaupun hal tersebut tidak disebutkan dalam Gambar Bestek

dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja

atau oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dengan Persetujuan

Owner.

3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam

Spesifikasi Teknis dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan

yang menjadi acuan adalah aturan yang terdapat dalam Kontrak

Kerja.

4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan

ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen Konstruksi

bersama dengan Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner

dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu ketentuan

yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor Pelaksana.

5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi tersebut harus tetap mengacu pada Kontrak Kerja

yang telah ada.

6. Konsultan Manajemen Konstruksi bersama Konsultan Perencana

dengan persetujuan Owner dapat mengubah sebagian besar atau

sebagian kecil aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan

Kontraktor Pelaksana wajib mengikuti aturan perubahan tersebut.

22

Page 23: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

BAB IIIPEKERJAAN JARINGAN AIR LIMBAH TINJA

Pasal 1 : Pekerjaan Pengadaan Pipa PVC dia. 100 mm

1. Setiap bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui Direksi Proyek secara tertulis, waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya dimulai.

2. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui oleh Direksi proyek, maka bahan dan barang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Proyek untuk dijadikan dasr penolakan apabila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.

23

Page 24: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Semua material pipa berikut accessories pipa lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini berupa barang-barang baru dan bertekanan 16 BAR. Dimensi pada gambar, standard dan metode pelaksanaan harus sesuai dengan yang diminta dalam spesifikasi ini.

4. Material Pipa HDPE SDR 11, HDPE dia. 110 mm beserta accesoriesnya minimal berkekuatan PN 16, Pemborong terlebih dahulu harus mengajukan brosur barang beserta spesifikasi teknis lainnya sebelum melakukan pemasangan, dan hal tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Proyek.

5. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi beton untuk alasan apapun.

6. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

7. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam komponen balok beton.

8. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

9. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.

Pasal 2 : Pekerjaan Pemasangan Pipa

1. Tata letak pemasangan pipa harus dipasang dengan jarak-jarak (clearence) yang cukup dengan Drainase dan lainnya, sehingga cukup baik untuk pipa itu sendiri dan fitting / peralatan lainnya pada system pemipaan tersebut untuk pemeliharaannya.

2. Penanaman Pipa didalam tanah, setiap pipa harus terlebih dahulu dibersihkan dan diperiksa/ditest lebih dahulu agar kerusakan yang mungkin ada dapat terditeksi. Semua pipa harus diletakkan pada posisi yang benar dan tepat, sesuai dengan kebutuhannya.

3. Bila ternyata tidak mampu menahan beban pipa, Kontraktor harus mencarikan metode/cara lain untuk dapat menahan beban pipa tersebut dan

24

Page 25: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

melaporkan kepada Direksi Proyek untuk diperiksa dan dilaksanakan setelah persetujuan diberikan.

4. Trust Block harus dipasang pada situasi sebagai berikut :a. Perubahan arah atau belokan pada system pemipaanb. Perubahan ukuran pipa pada system pemipaanc. Ujung akhir (dead end) dari system pemipaand. Pada kedua sisi setiap katup.

5. Pada setiap sambungan yang menggunakan Flanged harus menggunakan packing dengan ketebalan minimal 3 mm yang dicat pada kedua sisinya dengan campuran minyak nabati dan red-lead atau graphite, kemudian sambungan dipasang dan diikat dengan baut mur pengikat secara kencang.

6. Pembersihan dari / terhadap welding slag, kotoran-kotoran didalam dan dibagian luar ujung pipa dan lainnya harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.

7. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup sesuai dengan ketentuan.

8. Pengujian Untuk Tekanan Pipa, seluruh system pemipaan harus diuji tekanan oleh Kontraktor yang bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan prosedur test, daftar peralatan, alat ukur, alat Bantu dan ‘log sheets’ yang akan digunakan dalam pengetesan kepada Direksi Proyek paling lambat 6 (enam) hari kalender sebelum dilakukan pengujian.

9. Seluruh pemipaan harus diuji baik secara keseluruhan maupun secara bagian perbagian harus diuji tekanan dengan menggunakan tekanan air atau dapat juga dengan tekanan udara.

BAB IVPEKERJAAN PEMBUATAN

TREATMENT FLOATION/PENGOLAHAN TINJA

Pasal 1 : Galian Tanah

25

Page 26: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.

12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

26

Page 27: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Pekerjaan Pasir Urug

1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas dari

lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap NI-3 ( PUBI tahun 1982 )

pasal 14 ayat 3.

2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan

bahan-bahan organis lainnya, serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal

10. Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa/MK dapat minta kepada Penyedia Jasa, supaya air

yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah,

atas biaya Penyedia Jasa.

3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat yang ditentukan di atas dan harus

dengan persetujuan Pengguna Jasa /MK.

4. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai

bangunan ,timbunan , pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi

serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).

5. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton

non struktural.

6. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

7. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

8. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

Pasal 3 : Pekerjaan Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan

langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau

seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan persyaratan standar

Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.

27

Page 28: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah

terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur dengan kotoran atau kena

air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.

6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.

7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM

C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.

8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka

jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga

melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los Angeles Abration’ (LAA).

9. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton

dan mempunyai gradasi yang baik

10.Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu

dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50%

substansi-substansi yang merusak beton.

11. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang

tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.

12. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat

yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

13. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari

Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

14. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan percobaan-percobaan

perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (‘Admixture’) tersebut.

Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang

berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk

dimintakan persetujuannya.

15. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi

tergenang air.

16. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

28

Page 29: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila

lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak

beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila

lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6

mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.

29

Page 30: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

30

Page 31: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

31

Page 32: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus

ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan

Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika

ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan

adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang

dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap

adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

32

Page 33: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Pasal 5 : Pekerjaan Dinding beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Batu Bata

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai

Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,

dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata

dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan

diturunkan pada lokasi pekerjaan.

33

Page 34: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya

benar-benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti

dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh

Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

b. Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak

lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran

Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

34

Page 35: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

35

Page 36: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus

ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan

Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika

ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan

adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang

dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap

adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk

36

Page 37: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

37

Page 38: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Pasal 6: Pekerjaan Plat Atas Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila

lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak

beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila

lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

38

Page 39: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6

mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.

10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

39

Page 40: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

40

Page 41: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus

ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan

Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika

ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan

adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang

dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap

adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin

41

Page 42: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Pasal 7: Pekerjaan Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

42

Page 43: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan

bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata

dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan

plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh

Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus

benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat

dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

43

Page 44: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

BAB VPEKERJAAN RESAPAN WETLAND

Pasal 1 : Galian Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk

44

Page 45: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.

12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Pekerjaan Pasir Urug

1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas dari

lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap NI-3 ( PUBI tahun 1982 )

pasal 14 ayat 3.

2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan

bahan-bahan organis lainnya, serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal

45

Page 46: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10. Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa/MK dapat minta kepada Penyedia Jasa, supaya air

yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah,

atas biaya Penyedia Jasa.

3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat yang ditentukan di atas dan harus

dengan persetujuan Pengguna Jasa /MK.

4. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai

bangunan ,timbunan , pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi

serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).

5. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton

non struktural.

6. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

7. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

8. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

Pasal 3 : Pekerjaan Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan

langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau

seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan persyaratan standar

Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk.

5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah

terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur dengan kotoran atau kena

air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.

6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.

7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut ASTM

C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.

8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka

jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga

melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los Angeles Abration’ (LAA).

9. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton

dan mempunyai gradasi yang baik

46

Page 47: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10.Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu

dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50%

substansi-substansi yang merusak beton.

17. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang

tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.

18. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat

yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

19. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari

Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

20. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan percobaan-percobaan

perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (‘Admixture’) tersebut.

Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang

berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk

dimintakan persetujuannya.

21. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi

tergenang air.

22. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila

lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

47

Page 48: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak

beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila

lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6

mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.

10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

48

Page 49: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

49

Page 50: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus

ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan

Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika

ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan

adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang

dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap

adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

50

Page 51: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

51

Page 52: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Pasal 5 : Pekerjaan Dinding beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Batu Bata

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai

Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,

dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata

dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan

diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya

benar-benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti

dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh

Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

b. Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak

lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

52

Page 53: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran

Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

53

Page 54: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

54

Page 55: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus

ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan

Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika

ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan

adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang

dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap

adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

55

Page 56: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Pasal 6: Pekerjaan Plat Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

56

Page 57: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila

lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak

beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila

lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6

mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.

57

Page 58: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

58

Page 59: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus

ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan

59

Page 60: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika

ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan

adukan dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang

dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap

adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

60

Page 61: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

10.Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11.Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12.Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13.Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

14.Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Pasal 7 : Pekerjaan Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan

bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata

dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

61

Page 62: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10. Lama antara plesteran lama dengan

plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh

Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus

benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat

dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8: Pekerjaan Pasangan Pipa PVC dan Aksesori

1. Semua material pipa berikut accessories pipa lainnya yang digunakan dalam

pekerjaan ini berupa barang-barang baru dan bertekanan 16 BAR. Dimensi

pada gambar, standard dan metode pelaksanaan harus sesuai dengan yang

diminta dalam spesifikasi ini.

2. Material Pipa HDPE SDR 11, HDPE dia. 110 mm beserta accesoriesnya

minimal berkekuatan PN 16, Pemborong terlebih dahulu harus mengajukan

brosur barang beserta spesifikasi teknis lainnya sebelum melakukan

pemasangan, dan hal tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis dari

Direksi Proyek.

3. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam

konstruksi beton untuk alasan apapun.

4. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak

boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

5. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam

dalam komponen balok beton.

6. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk

keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus

dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

7. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta

pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik

62

Page 63: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh

Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan

Rekomendasi Ahli Beton.

Pekerjaan Pemasangan Pipa

1. Tata letak pemasangan pipa harus dipasang dengan jarak-jarak (clearence)

yang cukup dengan Drainase dan lainnya, sehingga cukup baik untuk pipa itu

sendiri dan fitting / peralatan lainnya pada system pemipaan tersebut untuk

pemeliharaannya.

2. Penanaman Pipa didalam tanah, setiap pipa harus terlebih dahulu

dibersihkan dan diperiksa/ditest lebih dahulu agar kerusakan yang mungkin

ada dapat terditeksi. Semua pipa harus diletakkan pada posisi yang benar

dan tepat, sesuai dengan kebutuhannya.

3. Bila ternyata tidak mampu menahan beban pipa, Kontraktor harus

mencarikan metode/cara lain untuk dapat menahan beban pipa tersebut dan

melaporkan kepada Direksi Proyek untuk diperiksa dan dilaksanakan setelah

persetujuan diberikan.

4. Trust Block harus dipasang pada situasi sebagai berikut :

e. Perubahan arah atau belokan pada system pemipaan

f. Perubahan ukuran pipa pada system pemipaan

g. Ujung akhir (dead end) dari system pemipaan

h. Pada kedua sisi setiap katup.

5. Pada setiap sambungan yang menggunakan Flanged harus menggunakan

packing dengan ketebalan minimal 3 mm yang dicat pada kedua sisinya

dengan campuran minyak nabati dan red-lead atau graphite, kemudian

sambungan dipasang dan diikat dengan baut mur pengikat secara kencang.

6. Pembersihan dari / terhadap welding slag, kotoran-kotoran didalam dan

dibagian luar ujung pipa dan lainnya harus dilakukan sebelum sambungan

dipasang.

7. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup sesuai dengan

ketentuan.

8. Pengujian Untuk Tekanan Pipa, seluruh system pemipaan harus diuji tekanan

oleh Kontraktor yang bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan prosedur

63

Page 64: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

test, daftar peralatan, alat ukur, alat Bantu dan ‘log sheets’ yang akan

digunakan dalam pengetesan kepada Direksi Proyek paling lambat 6 (enam)

hari kalender sebelum dilakukan pengujian.

9. Seluruh pemipaan harus diuji baik secara keseluruhan maupun secara bagian

perbagian harus diuji tekanan dengan menggunakan tekanan air atau dapat

juga dengan tekanan udara.

Pasal 9: Pekerjaan Penanaman Pohon Akar Wangi

a. Tanah Media Tanam

1. Tanah untuk media penanaman pohon, rumput dan bunga adalah tanah yang

subur dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh pohon, rumput dan

bunga untuk tumbuh dan berkembang dengan baik selama minimal 2 bulan

perawatan.

2. Tanah untuk media tanam tidak boleh diambil atau diolah dari tanah hasil

Line Clearing, Bongkaran Bangunan atau Galian.

3. Tanah untuk media tanam adalah tanah kebun, gunung dan sawah yang

telah diolah sedemikian rupa dan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan.

b. Pohon Pelindung (Akar Wangi)

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan seperti berikut ini kecuali ditentukan lain

dalam Bill of Quantity :

a. Penanaman Pohon Pelindung; danb. Penanaman Bunga dan Teh-Tehan.

1. Jenis pohon dan bunga serta teh-tehan yang dipakai pada pekerjaan ini

dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.

2. Kontraktor harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

3. Bibit Pohon dan Tanaman Hias bukanlah hasil pekerjaan stek batang,

cangkok batang tetapi adalah bibit asli yang berasal dari pembibitan buah.

4. Tinggi minimal bibit pohon adalah 1500 mm.

5. Tinggi minimal bibt bunga dan teh-tehan adalah 150 mm.

64

Page 65: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Pohon dan Tanaman Hias harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi

pupuk hingga tumbuh dengan baik sampai berumur minimal 2 bulan

terhitung sejak waktu mulai ditanam.

7. Pohon dan Tanaman Hias harus dilindungi dalam pagar-pagar pelindung dari

kayu berbentuk kotak dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 1 meter

sehingga tidak mudah dijangkau dan dirusak oleh binatang.

8. Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas pohon dan tanaman

hias mati, Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya

dengan yang baru.

c. Rumput

1. Rumput adalah dari jenis Rumput Manila atau Rumput Garam.

2. Kontraktor harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

3. Tinggi maksimal bibit rumput adalah 30 mm.

4. Bibit rumput adalah dalam bentuk media siap tanam berupa potongan-

potongan bibit rumput ukuran 200 x 200 x 70 mm.

5. Rumput harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi pupuk hingga tumbuh

dengan baik sampai berumur minimal 2 bulan terhitung sejak waktu mulai

ditanam.

6. Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas rumput mati, Kontraktor

Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya dengan yang baru.

BAB VI

PEKERJAAN PEMBUATAN TOILET

Pasal 1 : Galian Tanah

65

Page 66: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus

memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar,

dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut

hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam

Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk

membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan

juga untuk mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus

membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan

dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para

pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman

yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali

dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat

pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan

Supervisi.

10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-

puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta

diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang

diperlukan.

11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan

dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian

dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.

12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah

sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

66

Page 67: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika

tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga

membahayakan pekerjaan pengalian.

14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)

1. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat /

retak, dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.

2. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10

-15 cm, dan tidak bercampur dengan tanah.

3. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi

panjang tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang

merata dan disiram dengan air hingga pasir mengisi lubang-lubang

yanterdapat pada sela-sela batu kemudian ditimbris.

Pasal 3 : Pondasi Batu

Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak

lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran

Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

syarat-syarat pelaksanaan

67

Page 68: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras,

tidak berlubang dan forius.

2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah

dan lumut pada permukaannya.

3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,

pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.

4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.

5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu

gunung adalah 7 cm.

6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu

Gunung adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk

keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

7. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek

dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.

8. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

9. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus

diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung

tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan

besarnya serta spesi secukupnya.

10.Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi

spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan

dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.

Pasal 4 : Pekerjaan Beton Bertulang (Sloof, Kolom, Balok, dan Lantai Kerja)

Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila

lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

68

Page 69: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak

beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila

lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6

mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.

10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Semen Portland

69

Page 70: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

70

Page 71: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

syarat-syarat pelaksanaan

Perakitan Tulangan

1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh

Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.

2. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus

sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton

Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

71

Page 72: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar

bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel

kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.

4. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung

dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak

boleh besentuhan langsung dengan tanah.

5. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh

sengkang dengan alat ikat kawat beton.

6. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari

dalam bekisting.

Sambungan Antar Tulangan

1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran

tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak

ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-

syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-

15-1991-03.

2. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,

Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus diambil

minimal 40 kali diameter batang yang disambung.

3. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak

dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan

tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain

kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-

15-1991-03.

4. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika

tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan

syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK

SNI T-15-1991-03.

5. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada

komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus

dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia

(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

72

Page 73: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan

plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada

posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

7. Penyambungan pada daerah – daerah sendi plastis kolom dan balok atau

pada daerah sejarak 2 x tinggi kolom/balok dari joint maupun tumpuan tidak

dibenarkan.

Beton Tahu ( dacking )

1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan

yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom

harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai

jarak yang tetap dengan bekisting.

2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut

beton pada masing-masing komponen struktur.

3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.

4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan

dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.

Acuan / Bekisting

1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 6 mm yang diperkuat oleh balok-

balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.

2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak

diperbolehkan.

3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada

point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk

konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi

lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.

73

Page 74: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu

atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting

waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang

rapi.

7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

8. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Gambar Shop

Drawaing Rencana Bekisting kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

9. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran

beton tidak bocor atau berubah bentuknya.

10.Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran

elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana

dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak

dibenarkan.

11.Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum

dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

12.Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari

terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat

proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat

dipertanggung jawabkan .

13.Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal

ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan

acian beton.

14.Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan

bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pengecoran Beton ( Casting Concrete )

1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus

memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

74

Page 75: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-275 hanya boleh

dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula,

Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang

diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian

konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.

4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor

Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak

berhubungan langsung dengan air hujan.

5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak

diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual

kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.

6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir

Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit

kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh

Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang

sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.

9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong

oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.

10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh

dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak

tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga

tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan

kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.

75

Page 76: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete

Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.

13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh

menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu

pada saat bekisting dibuka.

15. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian

itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk

sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan

Supervisi.

16. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor

Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr

sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang

beton sesuai dengan yang direncanakan.

17. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi

yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

18. Hasil pengecoran beton adalah hasil tampa ada lagi pekerjaan finishing lain

atas dipermukaanya.

19. Perbaikan permukaan beton oleh Kontraktor Pelaksana setelah pengecoran

dengan cara acian ( pasta semen ) adalah dengan biaya sendiri kecuali

ditentukan lain dalam Bill of Quantity.

Beton Ready Mix

1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain

kepada Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton yang menggunakan

Beton Ready Mix.

3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung

jawab Kontraktor Pelaksana.

76

Page 77: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pembongkaran Bekisting/Mal Beton

1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam

bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi.

2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap

tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 14 hari.

3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena

alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan

beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Pembongkaran Bekisting harus menghasilkan permukaan beton yang rata,

halus, cacat permukaan serta langsung dapat dilakukan pekerjaan finishing

cat diatasnya.

Perawatan Beton ( Curing )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan

terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni

kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton

berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28

hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan

Supervisi.

Quality Control

a. Slump Test

77

Page 78: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton

dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton

pada setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana

nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada

pada Job Mix Disain.

b. Benda Uji Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali pengecoran.

3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.

4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur 28 hari.

5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan

beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan

pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.

2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu

Beton hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.

78

Page 79: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x

20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.

4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan

minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.

5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor

Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat

tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap

tidak sah.

6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan

beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari

95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai

dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan

Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.

8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran

beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang

berbeda dengan kuat tekan beton rencana.

9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam

pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana

kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan

campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.

10.Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium

beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11.Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

79

Page 80: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain

1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton

hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan

Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji

langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.

2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak

ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan

salah satu metode seperti dibawah ini :

a. Metode Core Drill.

b. Metode Hammer Test.

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai

untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.

4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur

ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.

5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka

harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen struktur dan

masing-masing mutu beton.

6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada

konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk

memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).

7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi

beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan

Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.

Instalasi Dalam Konstruksi Beton

1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak

ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam

Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.

80

Page 81: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam

konstruksi beton untuk alasan apapun.

3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak

boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam

dalam komponen balok beton.

5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk

keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus

dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta

pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik

tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh

Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan

Rekomendasi Ahli Beton.

Sambungan Antar Beton

1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru

sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom

tiap lantai.

2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus

dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok untuk

alas an apapun tidak diperbolehkan.

4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80

cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi

tumpuan kedua (lantai 2).

81

Page 82: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat

sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada

beton lama.

6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3

hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan

persetujuan Konsultan supervisi.

7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

Pasal 6 : Pekerjaan lantai

Pasir Urug Bawah Lantai.

1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam

ruangan harus sudah selesai 100%.

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal

minimal 10 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang

seragam.

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang

diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak

dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini

harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak

lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

82

Page 83: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran

Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

Beton Cor Bawah Lantai

1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 SM : 3 PS : 6

KR dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi

dimana dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.

3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini

harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.

4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 7 : Pasangan Batu Bata

Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada

dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding Toilet

dan Kamar Mandi serta bak air.

83

Page 84: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan

ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan

dan tidak satu garis sambungan.

6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu

bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.

7. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½

bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.

8. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air

(trasram).

9. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam

arah horizontal.

10. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang

untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

11. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua

dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan

ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan

dan tidak satu garis sambungan.

6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam

arah horizontal.

7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang

untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

84

Page 85: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8 : Pekerjaan Plesteran

a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan

bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau

dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu

hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga

ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan

bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

85

Page 86: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata

dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu

hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga

ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 9 : Pekerjaan Pasangan Keramik Lantai dan dinding

1. Keramik lantai adalah dari Merk Roman, Platinum & Royal.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, , ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan

Supervisi untuk disetujui.

3. Motif atau type permukaan keramik lantai adalah Polished ( halus ) atau

sesuai Bill of Quantity serta Gambar Bestek.

4. Keramik Mempunyai ketebalan standard atau minimal 5 mm.

5. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

6. Pemasangan Keramik Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada

dalam Gambar Bestek atau sesuai Petunjuk Konsultan Supervisi.

7. Warna Keramik lantai ditentukan oleh Konsultan Perencana pada tahap

konstruksi dan dapat diganti dengan alasan warna yang telah ditentukan

dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak

dikeluarkan lagi oleh pabrik.

8. Warna keramik lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.

9. Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benar-benar siku dan standar untuk

semua ukuran yang sama.

86

Page 87: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10.Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola

lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan

potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada

gambar pola lantai.

11.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito

dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya adalah

maksimal 3 mm.

12.Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang

dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.

13.Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak

bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil

pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan waterpassing.

a. Keramik Unpolish 30 x 30

1. Semua keramik yang dipakai pada lantai adalah dari Merk Roman/IKAP/MAS

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan

Supervisi untuk disetujui.

3. Ukuran keramik, Bentuk Permukaan (Unpolished ) keramik harus sesuai

dengan Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek dan Bill of Quantity.

4. Untuk Lantai 1 keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai

dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.

5. Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton bertulang

lantai keramik dipasang langsung diatas plat beton bertulang dengan spesi

beton 2,5 cm.

6. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

7. Pemasangan keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang

ada dalam Gambar Bestek. Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa

pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.

9. Keramik harus mempunyai tebal minimal 5 mm.

10.Bentuk dan dimensi keramik harus benar-benar siku serta standar untuk

semua ukuran yang sama.

87

Page 88: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

11.Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola

lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan

potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada

gambar pola lantai.

11.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan dan

sebagai tempat isian perekat antar keramik dalam bidang tebalnya adalah

maksimal 3 mm.

b. Dinding Keramik 20 x 20 Polish

1. Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding adalah dari Merk

Roman/IKAP/MAS

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan

Supervisi untuk disetujui.

3. Ukuran keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of

Quantity.

4. keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata

dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.

5. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

6. Warna dan Motif keramik dinding dapat diganti dan dirubah pada masa

pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.

7. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah polished

(permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

8. Tebal keramik dinding minimal 5 mm.

9. Celah-celah antar keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk

keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.

10.Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus

ditumpulkan dengan memakai potongan-potongan keramik yang dibentuk

sedemikian rupa hingga membentuk sudut 30 – 45 derajat.

11.Hasil pemasangan keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan

tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan Granito Tile harus

diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.

88

Page 89: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 10 : Pekerjaan Kuda-kuda

a. Kuda – Kuda Kayu

1. Rangka Kuda-Kuda dibuat dari kayu kelas kuat II dari jenis meranti atau

damar, atau jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

2. Kayu kuda-kuda tidak boleh cacat, bermata kayu atau bekas kayu yang

sudah pernah digunakan pada konstruksi lain.

3. Ukuran dan dimensi kayu harus sesuai dengan ukuran yang ada dalam

Gambar Bestek.

4. Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh material kayu untuk disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

5. Kayu rangka kuda-kuda tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6. Apabila diadakan penyambungan maka pada batang-batang tarik

dipergunakan alat sambung baut yang diperkuat dengan klos, adapun ukuran

baut yang dipergunakan minimum diameter ½” dimana letak dan jumlah

baut yang dipergunakan haruslah sesuai dengan Gambar Bestek.

7. Tidak dibenarkan melakukan penyambungan lebih dari satu titik sambungan

untuk bentang kayu kuda-kuda yang kurang dari 8 m.

8. Detail penyambungan kayu kuda-kuda harus mengikuti pendetailan seperti

pada Gambar Bestek.

9. Pada bagian-bagian batang tekan sambungan yang digunakan adalah

sambungan kaki/kuku dengan ketentuan harus menggunakan kuku atau pen

yang diperkuat dengan paku.

8. Penyambungan pada balok gapit batang bawah tidak dibenarkan satu

arah/tempat haruslah diselang-seling satu dengan yang lainnya.

9. Pada sambungan batang-batang tunggal ( ditunjukan dalam gambar bestek )

diperlukan penggunaaan Plat Strip dengan tebal 6 mm sebagai perkutan.

89

Page 90: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10. Pada skor tegak antara dua kuda-kuda harus diberi ikatan angin dari kayu

yang saling bersilangan dengan ukuran minimal 50/100 mm atau sesuai

Gambar Bestek.

11. Hasil pemasangan kuda-kuda harus sama dengan model kuda-kuda yang ada

dalam Gambar Bestek dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

b. Baut Dan Plat Strip Kuda-Kuda

1. Baut mempunyai panjang sesuai dengan Gambar Bestek dan dilengkapi oleh

Ring Mati pada posisi ekor dan kepala. Tebal Ring Mati minimal adalah 2 mm.

2. Plat Strip kuda-kuda mempunyai dimensi minimal lebar 50 mm tebal 6 mm

dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan posisi pemasangan baut.

3. Baut dan Plat Strip harus dicat dengan baik dengan cat besi sehingga tidak

berkarat.

4. Jumlah pemasangan baut dan plat strip pada konstruksi kuda-kuda atau

sambungan kuda-kuda harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Baut dan Plat Strip harus mempunyai bentuk penampang yang sesuai dengan

yang dibutuhkan.

6. Baut harus Mempunyai sifat-sifat mekanis seperti berikut :

a. Modulus Elastisitas : E = 200.000MPa

b. Modulus Geser : G = 80.000 MPa

c. Nisbah Poisson : μ = 0,3

d. Koefisien Pemuaian : α = 12 x 10-6 / oC

e. Tegangan Luluh : fu = 400 Mpa

c. Gording Kayu

1. Gording adalah dari material kayu kelas kuat I dari jenis Seumantok, Ulin atau

jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

90

Page 91: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Ukuran kayu gording adalah 5/10 cm.

3. Kayu gording tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

4. Semua kayu gording harus diresidu seluruh permukaannya.

5. Gording ukuran 5/10 cm dipasang langsung diatas kaki kuda-kuda dengan

perkuatan paku yang pada bagian bawahnya ditumpu oleh kayu klos (

tupai/tikusan ) tebal 5 cm yang juga dijangkarkan langsung dengan paku

pada kaki kuda-kuda.

6. Jarak pemasangan gording sesuai dengan gambar bestek.

7. Penyambungan-penyambungan pada gording yang diperlukan karena

terbatasnya panjang kayu harus dibuat zig zag atau titik sambungan tidak

boleh berada pada satu garis lurus.

d. Kasau Kayu

1. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau

jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

2. Ukuran kayu kasau adalah 5/7 cm.

3. Kayu Kasau tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

4. Semua kayu Kasau harus diresidu seluruh permukaannya.

5. Kasau dipasang langsung diatas Gording dengan arah yang bersilangan

memakai alat sambung paku kayu.

6. Jarak pemasangan antara satu kasau dengan kasau yang lain adalah maksimal

50 cm atau sesuai petunjuk pabrik material atap.

7. Penyambungan-penyambungan pada kasau yang diperlukan karena

terbatasnya panjang kayu harus dibuat zig zag atau titik sambungan tidak

boleh berada pada satu garis lurus.

91

Page 92: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

e. Reng Kayu

1. Reng adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau

jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

2. Ukuran kayu Reng adalah 3/4 cm.

3. Kayu Reng tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

4. Semua Reng Kasau harus diresidu seluruh permukaannya.

5. Reng dipasang langsung diatas Kasau dengan arah yang bersilangan memakai

alat sambung paku kayu.

6. Jarak pemasangan antara satu Reng dengan Reng yang lain adalah maksimal

30 cm atau sesuai petunjuk pabrik material atap.

7. Penyambungan-penyambungan pada Reng yang diperlukan karena

terbatasnya panjang kayu harus dibuat pada daerah tumpuan atau pada posisi

Kasau.

f. Angkur Kuda-Kuda

1. Angkur Kuda-Kuda adalah dari Besi Tulangan Polos Ø 12 mm yang

dijangkarkan/ditanam dalam Ring Balok Beton.

2. Setiap titik tumpuan kuda-kuda harus dipegang/dijangkarkan dengan minimal

4 batang angkur.

3. Angkur dicat minie besi dengan baik supaya tidak berkarat.

4. Setiap unit angkur harus diikat dengan baik kekayu kuda-kuda sehingga

tidakm mudah terlepas.

5. Panjang angkur harus cukup sehingga ketika dililitkan pada kayu kuda dapat

saling mengikat satu dengan yang lain.

92

Page 93: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 11 : Pekerjaan Atap

a. Material Penutup Atap

1. Lingkup Pekerjaan

a. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan rangka kuda-kuda serta

penutup atap seperti yang tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana.

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan

alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,

sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain, yang berkaitan dengan

pekerjaan pemasangan atap, seperti pekerjaan baja, pekerjaan kayu dan

pekerjaan lainnya.

2. Persyaratan Bahan

a. Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan,

contoh-contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan

digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan

konsultan perencana dan konsultan pengawas.

a. Bahan penutup atap menggunakan genteng Metal Sakura Roof/Multi

Roof/Surya Roof

b. Bahan tidak mudah pecah,tidak mudah berlumut atau berjamur, tahan

terhadap perubahan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara

hujan.

c. Warna sesuai persetujuan Pengguna Jasa serta perencana.

d. Spesifikasi bahan untuk rangka kuda-kuda:

Ukuran reng 3/4 dan jarak ±38,5 cm atau di sesuaikan ukuran genteng dan

sesuai persetujuan konsultan pengawas.

Ukuran kaso 5/7 dan jarak 50 cm

Gording menggunakan ukuran 6/12 dengan jarak 120 cm, atau sesuai

dengan gambar rencana.

Semua kayu yang digunakan untuk rangka kuda-kuda ini menggunakan kayu

kelas kuat 1 dan kelas awet 1 dengan jenis bangkiray.

Kondisi kayu tidak rusak, tidak memiliki mata kayu yang akan mengurangi

kekuatan bahan serta tidak dalam kondisi termakan rayap.

93

Page 94: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Ukuran yang digunakan adalah ukuran asli sesuai dengan ukuran yang

tertera pada gambar rencana.

3. Persyaratan Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus

diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi

Pengawas.

b. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untuk

penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas

terbaik dari jenisnya dan harus disetujuan dari Direksi Pengawas.

c. Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish).

b. Material Rabung/Bubungan Penutup Atap

1. Material Rabung, Nok atau Bubungan Atap adalah dari material genteng

Metal Sakura Roof atau Multi Roof/Surya Roof :

a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)

b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)

c. Permukaan: Polished ( Halus )

d. Lebar : 1000 mm

e. Panjang : 770 mm

f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh

material Rabung atau Nok untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada

masa pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Nok/Rabung harus dicantumkan Merk Dagang,

Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK resmi akan daya tahan

material Nok/Rabung dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran

Nok/Rabung kepada Konsultan Supervisi.

94

Page 95: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Setiap lembaran material Nok/Rabung atap yang didatangkan ke lokasi

pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak

melengkung lapisan aluminium sengnya.

7. Bentuk material Nok/Rabung atap harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan

model atap. Material Nok/Rabung harus disimpan dalam Gudang material jika

tidak langsung digunakan. Material Nok/Rabung tidak boleh basah/lembab

dan berhubungan langsung dengan tanah.

c. Material Nok Pinggir/Samping

2. Material Nok Pinggir/Samping adalah dari material genteng Metal Sakura Roof

atau Multi Roof/Surya Roof :

a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)

b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)

c. Permukaan: Polished ( Halus )

d. Lebar : 1000 mm

e. Panjang : 770 mm

f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm TCT

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material Nok Pinggir/Samping untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Nok Pinggir/Samping harus dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material Nok Pinggir dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Nok Pinggir kepada Konsultan Supervisi.

6. Setiap lembaran Nok Pinngir yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan aluminium sengnya.

7. Bentuk material Nok Pinggir harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model atap.

95

Page 96: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Material Nok Pinngir harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung digunakan. Material Nok Pinggir tidak boleh basah/lembab dan berhubungan langsung dengan tanah.

d. Material Wall Flashing

1. Material Wall Flashing adalah dari material METAL ZINCALUME dengan spesifikasi material seperti dibawah ini :

a. Bahan Dasar : Zincalume Steel

b. Permukaan : Color/Clean Colorbond

c. Ketebalan : 0,40 TCT

d. Panjang : Sesuai Kebutuhan

e. Lebar : 10 cm

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh

material Wall Flashing untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada

masa pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Wall Flashing Samping harus dicantumkan Merk

Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material

Wall Flashing dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Wall Flashing

kepada Konsultan Supervisi.

6. Setiap lembaran Wall Flashing yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus

dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung

lapisan aluminium sengnya.

6. Bentuk material Wall Flashing harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan

model atap.

7. Sepanjang daerah pemasangan Wall Flashing harus dilapisi atau dilindungi

dengan Pekerjaan WATERPROOFING memakai material product SIKA.

96

Page 97: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Material Wall Flashing harus disimpan dalam Gudang material jika tidak

langsung digunakan. Material Wall Flashing tidak boleh basah/lembab dan

berhubungan langsung dengan tanah.

e. Talang Patahan Atap

1. Talang Patahan Atap dibuat dari kayu tumpuan kelas I ukuran 5/7 cm dan Plat

Seng BJLS 0,40 mm.

2. Pada bagian joint antara plat seng dengan kayu harus diberi Flincoate/Aspal

untuk mencegah kebocoran.

3. Lebar daerah aliran air hujan pada Talang adalah minimal 15 cm.

4. Hubungan antara plat seng BJLS dengan tumpuan kayu kelas I adalah

memakai Paku Seng ( paku payung ).

5. Pengujian kerja talang atau resiko kebocoran harus dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana pada pekerjaan ini.

97

Page 98: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 12 : Pekerjaan Plafond

a. Material Plafond

1. Material utama plafond adalah multiplek 6 mm dengan ukuran panel standard

adalah 120 x 240 cm.

2. Multiplek mempunyai ketebalan minimal 6 mm dengan toleransi ketebalan

minimal 0,5 mm.

3. Multiplek mempunyai berat per lembar 24 kg.

4. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan

harus mempunyai Merk Dagang.

5. Pada setiap lembaran Multiplek harus dicantumkan merk dagang, ukuran

lembar dan ketebalan lembaran.

6. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

7. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan GARANSI resmi yang dikeluarkan

oleh Pabrik Multiplek untuk kekuatan dan daya tahan material kepada

Konsultan Supervisi.

8. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam

keadaan cacat dan rusak.

b. Alat Sambung

1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Kayu adalah Paku Sekrup Anti

Karat / Galvanis.

2. Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi

papan dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.

3. Pemasangan Paku Sekrup pada sambungan Multiplek harus saling silang.

4. Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar Multiplek minimal 10 mm.

5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

98

Page 99: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

c. Rangka Plafond Kayu Kelas Kuat II1. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau

jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

2. Ukuran dan dimensi rangka plafond adalah sesuai dengan yang ditentukan

dalam Gambar Bestek.

3. Bentuk Profil material rangka Plafond adalah sesuai dengan bentuk dalam

Gambar Bestek.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan GARANSI Resmi dari Pabrik

yang minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.

6. Cara pemasangan harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang dianjurkan oleh

Pabrik.

7. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang

direkomendasi oleh pabrik Multiplek untuk mengawasi pelaksanaan

pemasangan rangka plafond.

8. Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan

rangka plafond dalam Gambar Bestek.

9. Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, ring balok dan

konstruksi kuda-kuda.

10.Hasil pemasangan rangka plafond harus benar-benar rata dan elevasi dengan

permukaan lantai.

11.Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond

dengan pekerja Instalasi Mekanikal dan Electrikal.

a. List Profil Plafond

1. List Profil Plafond pada pinggir-pinggir pemasangan material plafond Multiplek

adalah dari material Gypsum dengan ukuran 90/150 mm atau sesuai Gambar

Bestek.

2. Model dan bentuk List Profil Plafond harus sesuai dengan model dan bentuk

yang ada dalam Gambar Bestek.

99

Page 100: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. List Profil dicat dengan rapi dengan material cat yang sama seperti material

cat plafond.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

b. Pengantung Rangka Plafond

1. Pengantung rangka plafond adalah dari material kayu kelas II.

2. Tebal rangka kayu minimal adalah 0,40 mm.

3. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah pengantung

plafond.

c. Pemasangan Plafond

1. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond

sudah mencapai 100 %.

2. Pemasangan Plafond Multiplek 6mm dilakukan langsung pada rangka plafond

dengan alat sambung paku Sekrup.

3. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang

direkomendasi oleh pabrik multiplek untuk mengawasi pelaksanaan

pemasangan plafond.

4. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor Pelaksana harus

membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material plafond.

5. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar

Bestek.

6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata

dan tidak melendut.

7. Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus

tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.

100

Page 101: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah

maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.

9. Celah-celah antara lembaran plafond yang diperuntukan untuk keperluan

pemuaian harus didempul dengan baik, rapi dan datar.

10. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring

balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan

pemuaian dan susut karena suhu.

11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan

Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak

dibongkar kembali.

12. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah

pekerjaan pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi.

13. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan-

alasan tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh

dibongkar sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada

posisi penjangkaranya pada rangka plafond.

14. Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan

oleh Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin

Konsultan Supervisi.

Pasal 13 : Pekerjaan Plumbing

a. Lingkup Pekerjaan Instalasi Plumbing

1. Penyediaan sumber air yang akan digunakan berupa penyediaan/pembuatan

sumur dalam, dan/atau penyambungan ke fasilitas instalasi air bersih/sumber

air bersih existing yang tersedia di sekitar lokasi bangunan, sesuai dengan

kondisi yang ada di lapangan. Pembuangan air limbah dari fixture unit di di

dalam bangunan gedung baik itu dari toilet maupun sink yang ada dalam

laboratorium.

101

Page 102: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Penarikan instalasi pemipaan baik untuk instalasi air kotor, maupun instalasi

air bersih.

3. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berkaitan dengan instalasi plumbing yang

diperlukan seperti pembobokan dinding/lantai, termasuk perapihan kembali.

4. Pengetesan-pengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.

b. Sistem Instalasi Plumbing

SISTEM AIR BERSIH

Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep

well). Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga

sebagai tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank

di alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.

SISTEM AIR KOTOR DAN AIR BEKAS

Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunanbangunan

penunjang masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan

bangunan tersebut, dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan

ke saluran terdekat.

c. Spesifikasi Teknis dan Produk.

1. Pipa-pipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :

Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan

pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium A).

Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan

menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class

Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang

baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :

RUCHIKA, atau WAVIN

102

Page 103: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Fitting-fitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar

pipa yang digunakan.

4. Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir,

dan setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada

penyambungan ke peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal

tape.

5. Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau

sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.

6. Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support

pipa yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan

kaku. Jarak support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5

meter.

7. Untuk pipa-pipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan,

ditanam dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan

harus dilindungi dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.

8. Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan

lalu pipa digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang

dipadatkan, sebelum diurug dengan tanah asal.

9. Pompa-pompa yang digunakan harus dari merk yang dapat

dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan

ketersediaan suku cadangnya. Pompa-pompa yang dapat direkomendasikan

untuk digunakan adalah merk EBARA, GRUNDFOS, TORISHIMA, CAPRARI, atau

setara.

10.Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel

langsung oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang

digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.

11.Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek

fungsi dan kapasitasnya, terutama untuk pompa-pompa harus dicek

besarnya arus listrik dan temperature kerja motor panas tidaknya

Pasal 14 : Pekerjaan Sanitary

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja dan peralatan

lainnya yang digunakan untuk melaksanakan pemasangan perlengkapan toilet,

103

Page 104: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

sesuai yang tertera pada gambar rencana. Semua sanitaries yang diusulkan

harus berikut semua perlengkapannya. Contoh-contoh Pemborong harus

memperlihatkan brosur/contoh-contoh warna barang yang akan dipakai kepada

Pengawas untuk disetujui.

PELAKSANAAN

1. Pemborong harus meminta izin kepada Pengawas tentang cara, waktu

dan letak pemasangan perlengkapan toilet. Pemasangan harus kuat, rapih

dan bersih.

2. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus teliti, tepat pada posisi

sanitasinya serta rapat dan dijamin tidak bocor.

3. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus dipasang lengkap dengan per-

lengkapannya sesuai dengan persyaratan dari pabriknya.

4. Setelah selesai pemasangannya harus dibiarkan mengering selama 4 hari

tidak boleh dipergunakan.

5. Sesudah pekerjaan saniter ini terpasang harus dijaga kemungkinan

terkena cairan atau benda lain yang bisa menimbulkan cacat. Bila hal ini

terjadi Pemborong harus memperbaiki cacat tersebut hingga pulih

kembali atas biaya Pemborong. Hasil pemasangan pekerjaan ini harus

kuat, rapih dan dapat berfungsi dengan sempurna.

Pasal 15 : Pekerjaan Pintu dan Aksesoris

Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela dan ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.

a. Kunci Dan Pengantung

1. Jika tidak ditentukan dengan jelas dalam Gambar Bestek dan BQ maka Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari jenis seperti disebutkan dibawah ini :

Kunci Pintu : Standar SNI Pacok/Grendel Pintu : Standar SNI Pacok/Grendel Jendela : Standar SNI

104

Page 105: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Engsel Tanam/Putar : Standar SNI Engsel/Hak Angin Jendela : Standar SNI Pegangan Jendela : Standar SNI Pegangan Pintu : Standar SNI

2. Material atau bahan adalah material atau bahan yang tidak berkarat serta

tidak bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.

3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan

minimal dari dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk

disetujui.

4. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan

pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada

brosur yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.

5. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai

atau 10 cm diatas posisi pemasangan kunci.

6. Engsel pintu harus dipasang minimal 2 engsel untuk satu daun pintu dengan

jarak pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak

pemasangan engsel ke dua sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen

teratas.

7. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela

serta ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian

bawah.

8. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela

yaitu di rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.

Pasal 16 : Pekerjaan elektrikal

a. Umum

1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada

klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut

perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau menghilangkan klausul-

105

Page 106: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya

dari syarat-syarat umum.

2. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan

dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia pekerjaan atau

bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja

dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan

atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana harus tetap

melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.

b. Gambar-Gambar

1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua

accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas walaupun

tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan

dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem dapat bekerja dengan

baik.

2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari

peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan

memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar Arsitektur dan

struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana dan

detail ”finishing” dari proyek.

3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar-

gambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan kepada

Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing

yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan Supervisi

dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari situasi dan telah

berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari

penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-

catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)

dan lima set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan

106

Page 107: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

(as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Konsulatan

Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.

c. Koordinasi

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini,

harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau disiplin

lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan.

2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang

satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.

d. Daftar Bahan Dan Contoh

1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor

Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali apabila

ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana diharuskan

menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini

harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnyatercantum nama-nama dan

alamat manufacture, katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap

perlu oleh Konsulatan Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan

diberikan atas dasar di atas.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan

dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan dengan

penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan

Kontraktor Pelaksana .

3. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam

spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan haruslah

dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masing-masing.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala

ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila

terdapat keragu-raguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera menghubungi

Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.

107

Page 108: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang sebelumnya

tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila terjadi kekeliruan

maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab Kontraktor Pelaksana .

Untuk itu pemeliharaan equipment dan material harus mendapatkan

persetujuan dari Konsulian Supervisi .

e. Commision Dan Testing

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing

dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk

memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat

berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang

berlaku.

2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan

testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini

termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem ini

seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Kontraktor

Pelaksana .

f. Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya

1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang

disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka

Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk

tersebut diatas.

2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan

dari Konsultan Supervisi.

g. Perlindungan Pemilik

1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

h. Contoh

1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material

yang akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan

108

Page 109: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Supervisi . Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan

contoh-contoh ini menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

i. Pengetesan

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang

dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap

sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan dan

perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan

tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .

2. Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah

dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan

dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan

dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan temyata

memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak,

maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan kepada

pemilik dengan dilampirkan berita acara test lapangan yang disetujui

Konsultan Supervisi.

j. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan

1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun terhitung

dari penyerahan kedua.

2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan

untuk mengatasi segala kerusakan- kerusakan dari pada instalasi yang

dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.

3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini

masih harus menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat

dihubungi setiap saat.

4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi

dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan baik

yang ditandata- ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan pekerjaan

tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan sertifikat

pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.

109

Page 110: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi

tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,

penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Konsultan Supervisi

lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut

pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang melaksanakan

pekerjaan instalasi tersebut.

6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana harus

mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut

kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk

oleh pemberi tugas (customer).

7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5

(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para

petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.

k. Laporan

Laporan Harian

Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan"

yang memberikan gambaran dari kegiatan- kegiatan yang dilakukan di lapangan

secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:

1. Kegiatan Fisik.

2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik secara lisan

maupun tertulis.

3. Hal-hal yang menyangkut masalah :

- Material (masuk/ditolak)

- Jumlah tenaga kerja

- Keadaan cuaca

- Pekerjaan tambah / kurang.

110

Page 111: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut

berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan rencana

pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek

dan diserahkan pada Konsultan Supervisi untuk diketahui/disetujui.

Laporan Pengetesan

Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam rangkap 5

(lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil pengetesan kabel-kabel (meger dan pemberian tegangan).

2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.

3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.

Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh

Konsultan Supervisi pekerjaan ini.

l. Penanggung Jawab Pelaksana

1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus

menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan

berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak

selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan mempunyai kemampuan

memberikan keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam

menerima segala instruksi-instmksi dari Konsultan Supervisi.

2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam

kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat yang

dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan perintah pengawas di

dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak Pembomg

melalui penanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

m. Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan

111

Page 112: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang

disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu

dengan Konsultan Supervisi.

2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus

menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi

pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.

3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya,

harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan Supervisi secara

tertulis. Perubahan-perubahan material dan gambar rencana yang

mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis oleh

Konsultan Supervisi.

n. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan

dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya seperti

keadaan semula adalah termasuk pekerjaan Kontraktor Pelaksana instalasi ini.

2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari

Konsultan Supervisi.

3. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan hanya

dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari

Konsultan Supervisi.

o. Pekerjaan Listrik

1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh sistem

listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempuma

dan aman.

2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan

pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah

dapat dipergunakan pemilik.

p. Pemeriksaan Routines

112

Page 113: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan

dan pemeriksaan routine.

2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus

dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.

PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

a. Umum

1. Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan

tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan

dan training bagi calon operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat

beroperasi dengan baik dan benar.

b. Lingkup Pekerjaan

1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama dari

panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai, lengkap dengan seluruh

instalasinya termasuk armature, saklar dan stop kontak.

2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran kabel

tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.

3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan rendah

dan panel kapasitor sesuai dengan gambar rencana.

4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:

a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis lampu

sesuai gambar rencana.

b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop kontak

daya dan stop kontak khusus.

c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan saklar

tukar.

d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray dan cable

trunking.

113

Page 114: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung kabel

serta berbagai accessories lainnya seperti : box untuk saklar dan stop

kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.

f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan

dan stop kontak.

5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)

a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap dengan tiang,

pondasi, armature dan accessories lainnya.

b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang, pondasi,

armature dan accessories lainnya.

c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang armature

dan accessories lainnya.

d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap dengan

conduit, pelindung kabel dan accessories lainnya.

6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap

dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan accessories lainnya.

7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir lengkap

dengan accessories lainnya.

8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar

dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack,

support equipment dan accessories lainnya.

c. Koordinasi

1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk

menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-

peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor Pelaksana harus

melengkapi dan memasang selumh peralatan-peralatan bantu yang

dibutuhkan.

114

Page 115: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi

dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain. Kontraktor

Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang

disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan

biaya.

3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada

gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.

d. Standar-Standar

Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku :

1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan Instalasi

Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik (SPL).

3. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia (SNI).

4. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.

5. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard penerangan

buatan.

6. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.

e. Pekerjaan Terkait

Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah :

1. Penerangan dan stop kontak

2. Sistem Pembumian

3. Daftar merk/produk material

f. Gambar-Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi

1. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang hal-hal

sebagai berikut :

Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail tentang

pemasangan (instalasi) peralatan-peralatan serta hubungan-hubungannya

dengan pekerjaan lain.

Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-posisi elevasi,

115

Page 116: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

pengkabelan serta detail-detail pemasangan peralatan pada posisinya atau

pada mangannya.

Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat peralatan.

2. Brosur-brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran-ukuran peralatan (mesin-

mesin) berat, cara-cara pemasangan dan persyaratannya, serta wiring

diagram dari peralatan-peralatan utama.

3. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada bagian-

bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh Konsultan

Supervisi.

g. Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi

1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan gambar-

gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah disetujui Konsultan

Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set yang terdiri dari 1 set

transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan telah selesai dan paling

lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.

2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi

petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan kepada

Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator yang

ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti sanggup

menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.

h. Masa Pemeliharaan Dan Garansi

1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus memberikan

garansi terhadap peralatan-peralatan yang dipasang serta mengadakan

service / pemeliharaan selama masa yang ditentukan yaitu:

a. Garansi selama 1 tahun

b. Pemeliharaan selama 6 bulan.

2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :

116

Page 117: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan pekerjaan.

b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala sesuai

dengan persyaratan pabrik.

c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga petugas

tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat peralatan-peralatan yang

dipasang.

i. Pendidikan Dan Latihan

1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan

perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan repair manual,

segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.

j. Persyaratan Bahan Dan Material

Umum

1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana harus

baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis.

2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari produksi

yang terbaru. Untuk material-material yang disebut dibawah ini, maka

Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan

jalan menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.

a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan kontaktor serta

relay protection.

b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan

kapasitor.

c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan lain-lain.

d. Kabel.

Daftar Material

1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor Pelaksana wajib

117

Page 118: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

mengisi daftar material yang menyebutkan : merk, type, kelas lengkap

dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.

2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang

berupa barang-barang produksi.

Penyebutan Merk/Produk Pabrik

1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa

merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau

komponen tertentu terutama untuk material-material Listrik utama, maka

Kontraktor Pelaksana wajib melakukan didalam penawarannya material yang

dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.

2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang

disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor

Pelaksana, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat

diterima Owner, Konsultan Supervisi dan Perencana, maka dapat dipikirkan

penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor

Pelaksana.

Daftar Merk/Produk Material

1. Panel TR : EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.

2. - Kabel TR : Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI Sumindo.

- Kabel TR-FRC: Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax, Sumitomo, Fuji, Nelson, Pirelli.

3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG, Lifasa.

4. Komponen Panel Tegangan Rendah :

a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG, Mitsubishi.

b. Diazed Fuse : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

c. Trafo Arus : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG, MG.

d. Peralatan Meter :

- Volmeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

118

Page 119: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

- Ampermeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

- CosQ-meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

- Frekwensi Meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

- Relay-relay pengaman : Telemecanique, Omron, Siemens, AEG, SEG.

e. Timer switch dilengkapi back-up power battery atau spring kapasitas min. 72 hours : Legrand, Siemens, Theben.

f. Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.

g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Better-man, Dehn.

5. Komponen Lampu :

a. Tube lamp : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.

b. Lampu Taman : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.

c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram, National

d. Capacitor : Phillips, Notocon, National, Siemens, Bosch.

e. Ballast Type Low Loss : Phillips, ATCO (Low Loss).

f. Fitting : Phillips, BJB, Vosloh.

g. Starter : Phillips, BJB, Vosloh.

6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker, National.

7. Saklar : Nasional

8. Conduit Instalasi : EGA, Clipsal.

9. Armature Lampu TL : Phillips, Artolite, Spectra, Siemens, Lucolite.

10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens, Spectra.

11. Lampu Exit Battery : Menvier, PNE, Maxspid.

12. Lampu Emergency + Battery : Menvier, PNE, Maxspid.

13. Rak Kabel : Nobi, Dhemar, Three stars, Interack, Metosu.

14. Grounding System : Cadweld, Poly Phase, Term oweld, Ex-Local dengan conductivity Cu > 99,9.

119

Page 120: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

15. Fire Resistance kabel : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli.

PANEL TEGANGAN RENDAH

a. Persyaratan Bahan Dan Material

1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan,

pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga teknisi

dan tenaga ahli.

2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar

dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.

b. Persyaratan Bahan Dan Material

1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang

harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang

dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan

Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS,

NEMA dan sebagainya.

2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal enclosed),

free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua

komponen-komponen yang ada :

a. Panel Genset

b. LVMDP

c. LV-SDP

3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed).

Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua

komponen-komponen yang ada :

a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak

b. Panel-panel daya plumbing

120

Page 121: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

c. Panel-panel daya air conditioning

d. Panel-panel lain.

4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed}

untuk pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua komponen-

komponen yang ada :

a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).

5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi

tercantum dalam mgambar rencana.

c. Karakteristik Panel

a. Tegangan kerja : 400 volt

b. Tegangan uji : 3.000 volt

c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt

d. Frekwensi : 50 Hz

d. Konstruksi Panel

1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman oleh

petugas, misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB), pemutus

tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-indikator, pengecekan tegangan,

pengecekan gangguan dan sebagainya.

2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk

pemasangan peralatan-peralatan atau penyambungan-penyambungan.

Setiap lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam

lemari tersebut telah off /mati.

3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock harus

dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat

kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.

4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan

diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga

121

Page 122: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masing-masing

terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.

5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :

a. Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat

dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.

b. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang

dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa,

sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah

off/mati.

c. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan

ketinggiannya.

6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:

a. Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium

b. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan,

kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cara

galvanisasi atau "Chromium Plating" atau dengan "Zinc Chromate Primer".

c. Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama abu-abu

atau wama lain yang disetujui Direksi.

7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker

(MCB) dengan breaking capacity minimal 8 -10 KA simetris.

8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker (MCCB)

atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar

rencana dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar

rencana.

9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan

instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel harus dilengkapi

dengan shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.

122

Page 123: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10.Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap kesalahan

hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan Relay

pengaman lainnya (Over Current Relay, Over Voltage Relay dan lain-

lain)seperti terdapat pada gambar.

11.Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian bawah/atas

dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu

setengah) kali dari rating ampere frame main pemutus dayanya.

12.Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas 99,99 .

Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;

a. Phasa : Merah, kuning, hitam

b. Netral : Biru

c. Ground : Hijau - Kuning.

13.Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan

kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 HZ dan tahan

bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat menutup

dengan sempuma pada 85 tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari

Telemekanik dan yang setaraf.

14.Pemberian Tanda Pengenal

Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut:

a. Fungsi peralatan dalam panel

b. Posisi terbuka atau tertutup

c. Arah putaran dari handel pengontrol dari switch

d. Dan lain-lain.

Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.

15. Pengujian

Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK):

123

Page 124: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

a. Test kekuatan tegangan impuls

b. Test kenaikan temperatur

c. Test kekuatan hubung singkat

d. Test untuk alat-alat pengaman

e. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud

f. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel

g. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock

h. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.

KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH

a. Umum

1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana (NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.

b. Instalasi Dan Pemasangan Kabel

Bahan

1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi

peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas

ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.

2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara

disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan

penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian remote control.

3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :

a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit Hight Impact

PCV.

b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman dengan

menggunakan kabel NYFGbY.

124

Page 125: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

c. Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP menggunakan

kabel jenis NYY.

d. Untuk kabel-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,

pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.

e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji,

Pirelli.Pyrotenax.

4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan, beton,

ail) harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan dengan

ukurannya.

"Splice" / Pencabangan

1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-sambungan baik

dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau kotak-kotak

penghubung yang bisa dicapai (accessible).

2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan

harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless Connector". Jenis

kabel tekanan, jenis compression atau soldered.

3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada konductor-

konduktor dengan baik, sehingga semua konductor tersambung, tidak ada

kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat

lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari temaga yang

diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC, yang diametemya

disesuaikan dengan diameter kabel.

Bahan Isolasi

1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,

asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain harus dari

type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain tertentu

125

Page 126: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan

Pemerintah dan atau Manufacturer.

2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak

penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-lain).

Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur mengenai cara- cara

penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.

3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau nama-

namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi

sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus

tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.

4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-

penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.

Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran yang sesuai.

5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC /

protolen yang khusus untuk listrik.

6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk menjaga nilai

isolasi tertentu.

7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal

temperatur-temperatur pengecoran dan semua lobang-lobang udara harus

dibuka selama pengecoran.

8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus

dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm minimal 2,5 mm.

Saluran Penghantar dalam Bangunan

1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling gantung,

saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.

2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung

saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan diletakkan di

atas ceiling dengan tidak membebani ceiling.

126

Page 127: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan saluaran

beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized

dengan diameter sesuai standansasi. Saluran beton dilengkapi dengan hand-

hole untuk belokan-belokan.

4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum

5/8" diametemya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus

menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu

harus menggunakan terminal strip di dalam junction box.

5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa, tutup blank

plate stainless steel, type "star point".

6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi

dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel.

Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian

muka lantai sampai dengan 2 m harus dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa

harus diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.

Pemasangan Kabel dalam Tanah

1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.

2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas

merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.

3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa

Galvanized.

4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa

galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel

harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lain-lain.

5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih

dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu,

kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi dengan

pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel diletakkan, diatasnya diberi bata

dan akhimya ditutup dengan tanah urug.

127

Page 128: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung,

harus mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalam

tanah.

7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas

pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam

pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat

tergali/tercangkul.

c. Pengujian Testing

1. Factory Test

a. Pengetesan Individuil

Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari pengetesan sebagai berikut:

- Pengetesan ukuran tahanan hantaran

- Pengetesan dielektrik

- Pengukuran loss factor

b. Pengetesan Khusus

Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:

- Test tegangan impuls

- Mekanikal test

- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature

- Pengetesan dielektrik

- Pengetesan perambatan (Creep Test)

2. Site Test

Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam, penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.

Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak dapat dihapus.

128

Page 129: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK

a. Lampu Dan Armaturenya

1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.

a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan

(grounding).

b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus

dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang cukup kuat

terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.

c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu,

sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.

d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus

cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan

tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu

itu sendiri.

e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabel-kabel dalam

box harus diberikan saluran atau klem-klemn tersendiri, sehingga tidak

menempel pada ballast atau kapasitor.

f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan

karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven wama putih.

g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass insert harus

tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear

polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia.

h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface Mounted

harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.

i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan

129

Page 130: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).

j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "High-Frequency

Electronic light regulating ballast", yang dapat men-dimmer lampu-lampu

fluorescent TL, dan harus pula dipergunakan single electronic ballast (satu

elektronik ballast untuk satu lampu fluorescent).

k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan lain-lain.

Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan untuk area kolam

ikan dengan jenis wama lampu 33

l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan

hrrus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic. Diffuser

harus dari bahan gelas susu atau satin etached opal plastic. Armatur down

ligh tersebut harus tahan terhadap bahan kimia maupun gas kimia.

m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan

lampu HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.

n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk

mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir,

tidak boleh dengan memakai paku sekrup.

o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan desain

Arsitek.

b. Kotak Kontak Biasa

1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa, Rating

250 Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.

2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp untuk

pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13 Ampere.

3. Bahan dari Cover Plate.

4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk

pemasangan rata dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas lantai dan

harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan. Harus di pasang

130

Page 131: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

mengikuti item e.

c. Kotak Kontak Khusus

1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan harus

mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating 3 Phasa, 415

Volt, 16 A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan switch.

d. Saklar Dinding

1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan rating

250 Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple gangs

(grid switches), saklar hotel single gang atau double gangs dipasang dengan

ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.

e. Isolating Switches

1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan

indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating MCB /

MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250

Volt, fasa 415 Volt.

2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.

f. Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak

1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak

kurang dari 35 mm.

2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau Kotak

kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut, pemasangan

dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.

g. Kabel Instalasi

1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY).

2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:

a. Fasa R : merah

131

Page 132: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

b. Fasa S : kuning

c. Fasa T : hitam

d. Netral : biru

e. Grounding : hijau/kuning

h. Pipa Instalasi Pelindung Kabel

1. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 19 - 25 mm.

2. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung Qunction box) dan armature lampu.

3. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan pipa PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange, minimum diameter 19 - 25 mm.

4. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut dan perlengkapan lainnya.

5. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class IP - 65.

i. Rak Kabel

1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable

ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip Galvanis

dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia.

j. Testing / Pengujian

1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang disahkan

oleh lembaga yang berwenang pengujian meliputi :

a. Test ketahanan isolasi

b. Test kekuatan tegangan impuls

132

Page 133: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

c. Test kenaikan temperatur

d. Continuity test.

SISTEM PEMBUMIAN

a. Power House Building

1. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus diketanahkan secara baik,

dengan cara menghubungkannya kepada rel/copper plate pembumian yang

telah tersedia di power house yaitu semua frame besi, pintu besi, tangki

minyak, panel-panel, housing generator, housing transfbrmator, housing dari

peralatan metal lainnya.

2. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu)

dilakukan dengan pita tembaga fleksibel, yang harus dilindungi dari

gangguan mekanis.

3. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus dilakukan

dengan baut dari campuran tembaga. Electroda pembumian terbuat dari

batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal sedalam 6 m ,

sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal 2 Ohm.

b. Gedung – Gedung Lainya

1. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel,

housing peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-lain)

harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara terpadu atau

secara terpisah (individual).

2. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus

ditanam minimal sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian

maksimal 2 Ohm.

3. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat

hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standard-standard

yang berlaku dalam PUIL 2000.

4. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:

133

Page 134: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 17 : Pekerjaan Pengecatan

a. Referensi

1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai berikut :

a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.

b. NI-3 1970

c. NI-4

b. Cat Tembok Dan Cat Minyak Kayu

1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas

terbaik.

2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,

spesifikasi, dan aturan pakai.

3. Cat Tembok yang dipakai adalah produk dari NIPPON PAINT & DANAPAINT.

4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari

dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.

5. Jenis cat, Plamur, cat dasar, warna dan type yang akan dipakai pada semua

posisi bangunan kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Owner

134

Penampang Konduktor daya yang digunakan (mm2)

Penampang Konduktor pembumian (mm2)

< = 10 mm2 16 mm2 35 mm2 70 mm2

120 mm2 > = 150 mm2

6 mm210 mm216 mm250 mm270 mm295 mm2

Page 135: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

dalam masa pelaksanaan atau dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam

tabel berikut ini :

Tabel Penempatan Jenis Dan Warna Cat

No. Konstruksi Merek/Produk Warna

1. Plamur Tembok RJ Putih

2. Minie Kayu & BesiKUMBANG

Merah

3. Dempul Kayu RJ Putih

4. Cat Dasar Tembok ULTRALEX Putih

5. Cat Dasar Kayu KUMBANG Putih

6. Cat Dinding Dalam NIPPO PAINT &

DANAPAINT

Blue White

( Nippon Paint )

7. Cat Dinding LuarINIPPO PAINT &

DANAPAINT

American White

( Nippon Paint )

135

Page 136: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Cat Plafond LuarINIPPO PAINT &

DANAPAINTSilver Snow ( Nippon

Paint )

9. Cat Plafond DalamNIPPO PAINT &

DANAPAINT

Silver Snow

( Nippon Paint )

10. List Plank NIPPO PAINT & DANAPAINT

Ash Grey

( Nippon Paint )

6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan

persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.

7. Untuk kemudahan pelaksanaan penempatan warna cat pada semua

bangunan dilapangan Konsultan Perencana harus menyediakan Gambar

Disain Berwarna tampak luar dan dalam bangunan dengan posisi-posisi

penempatan warna cat.

8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada

dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar

Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan Konsultan

Perencana.

9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam

tabel point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan tertulis

dan diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.

10.Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis

adalah kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor

Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti yang telah

ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk

136

Page 137: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

pengelupasan dan pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur

selesai dikerjakan.

c. Cat Melamin

1. Untuk keperluan pekerjaan pengecatan melamin disyaratkan material seperti berikut ini :

a. Kertas Ampelas Nomor 120

b. Kertas Ampelas Nomor 180

c. kertas Ampelas Nomor 320

d. Kertas Ampelas Nomor 600

e. Wood Filler (SH-113)

f. Wood Stain (WS -162B)

g. Thinner SQ

h. Melamin Sanding Sealer (MSS)

i. Melamin Lack (ML-131)

j. Hardinner (MH-2)

k. Thinner (MT-03)

2. Permukaan Kayu dan bata yang akan dimelamin haruslah dalam keadaan

benar-benar kering.

3. Langkah – langkah pekerjaan melamin adalah seperti yang disyaratkan

seperti berikut ini :

a. Menghaluskan permukaan yang akan dicat dengan Amplas 120

b. Menghaluskan kembali permukaan yang akan dicat dengan Amplas 180

c. Menutup pori-pori dengan Wood Filler (SH-113)

d. Setelah Wood Filler kering kembali diamplas dengan Amplas 320

e. Pemberian warna dengan Wood Stain (WS-162B)

f. Setelah lapisan Wood Strain kering dilakukan pengelapan dengan kain

kering.

g. Memberikan lapisan dasar finishing dengan Melamin Sanding Sealer

(MSS) dengan campuran Hardinner

137

Page 138: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

h. Melakukan penganplasan kembali dengan amplas 600

i. Melapisi dengan lapisi akhir dengan Melamin Lack (ML-131) dicampur

dengan Hardinner (MH-2) dan pengencer Thinner (MT-03)

d. Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding pasangan

bata, beton dan kayu dari kotoran. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.

2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata, permukaan beton

dan kayu benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.

3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang

ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan

Konsultan Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan

4. Dinding bata, permukaan beton dan kayu harus didempul atau diplamur

terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.

5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata

permukaanya dengan kertas amplas.

6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam

Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :

a. Cat Tembok : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.

b.Cat Minyak Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.

c. Cat Besi : 1 Kali Amplas, 1 Kali Cat Menie Besi, 2 Kali Cat Warna Besi.

d. Cat Melamin : Pasal 3

e.Cat Plafond : 1 Kali Dempul Gypsum/GRC, 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.

138

Page 139: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

BAB VII

PEKERJAAN IPLT SKALA KABUPATEN

Pasal 1 : Galian Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

139

Page 140: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.

12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pekerjaan Pasir Urug

140

Page 141: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan ,timbunan , pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non struktural.

3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

Pekerjaan Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.

5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Beton Cor Bawah Lantai

1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 SM : 3 PS : 6

KR dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi

dimana dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.

3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini

harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.

4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

141

Page 142: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 3 : Pekerjaan Beton Bertulang (Balok dan Kolom)

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

g. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

142

Page 143: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.

10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

h. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

i. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang dapat merusak beton.

143

Page 144: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi.

j. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan Perencana.

k. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

144

Page 145: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Perakitan Tulangan1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh

Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.

2. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus

sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton

Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar

bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel

kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.

4. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung

dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak

boleh besentuhan langsung dengan tanah.

5. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh

sengkang dengan alat ikat kawat beton.

6. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari

dalam bekisting.

b. Sambungan Antar Tulangan

1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran

tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak

ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-

145

Page 146: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-

15-1991-03.

2. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,

Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus diambil

minimal 40 kali diameter batang yang disambung.

3. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak

dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan

tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain

kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-

15-1991-03.

4. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika

tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan

syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK

SNI T-15-1991-03.

5. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada

komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus

dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia

(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

6. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan

plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada

posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

7. Penyambungan pada daerah – daerah sendi plastis kolom dan balok atau

pada daerah sejarak 2 x tinggi kolom/balok dari joint maupun tumpuan tidak

dibenarkan.

c. Beton Tahu (dacking)

1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan bekisting.

2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut beton pada masing-masing komponen struktur.

3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.

146

Page 147: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.

d. Acuan / Bekisting

1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 6 mm yang diperkuat oleh balok-

balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.

2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak

diperbolehkan.

3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada

point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk

konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi

lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.

5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu

atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting

waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang

rapi.

7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

8. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Gambar Shop

Drawaing Rencana Bekisting kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

9. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran

beton tidak bocor atau berubah bentuknya.

10.Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran

elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana

dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak

dibenarkan.

147

Page 148: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

11.Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum

dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

12.Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari

terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat

proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat

dipertanggung jawabkan .

13.Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal

ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan

acian beton.

14.Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan

bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

e. Pengecoran Beton ( Casting Concrete )

1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus

memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

2. Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-275 hanya boleh

dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula,

Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang

diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian

konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.

4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor

Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak

berhubungan langsung dengan air hujan.

5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak

diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual

kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.

148

Page 149: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir

Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit

kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh

Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang

sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.

9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong

oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.

10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh

dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak

tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga

tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan

kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete

Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.

13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh

menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu

pada saat bekisting dibuka.

14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian

itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk

sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan

Supervisi.

15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor

Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr

sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang

beton sesuai dengan yang direncanakan.

149

Page 150: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi

yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

17. Hasil pengecoran beton adalah hasil tampa ada lagi pekerjaan finishing lain

atas dipermukaanya.

18. Perbaikan permukaan beton oleh Kontraktor Pelaksana setelah pengecoran

dengan cara acian ( pasta semen ) adalah dengan biaya sendiri kecuali

ditentukan lain dalam Bill of Quantity.

f. Beton Ready Mix

1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain

kepada Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton yang menggunakan

Beton Ready Mix.

3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung

jawab Kontraktor Pelaksana.

g. Pembongkaran Bekisting/Mal Beton

1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam

bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi.

2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap

tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 14 hari.

3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena

alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan

beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

150

Page 151: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Pembongkaran Bekisting harus menghasilkan permukaan beton yang rata,

halus, cacat permukaan serta langsung dapat dilakukan pekerjaan finishing

cat diatasnya.

h. Perawatan Beton ( Curing )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan

terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni

kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton

berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28

hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan

Supervisi.

i. Quality Control

Slump Test

1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton

dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton

pada setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana

nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada

pada Job Mix Disain.

Benda Uji Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus

dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder

tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton

yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali

pengecoran.

151

Page 152: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara

satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.

4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai

berumur 28 hari.

5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan

tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

Pemeriksaan Kuat Tekan Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan

beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan

pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.

2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu

Beton hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.

3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x

20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.

4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan

minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.

5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor

Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat

tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap

tidak sah.

6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan

beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.

152

Page 153: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton rencana.

9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.

10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain

1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton

hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan

Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji

langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.

2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak

ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan

salah satu metode seperti dibawah ini :

a. Metode Core Drill.

b. Metode Hammer Test.

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai

untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.

4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur

ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.

5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka

harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen struktur dan

masing-masing mutu beton.

153

Page 154: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada

konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk

memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).

7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi

beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan

Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.

Instalasi Dalam Konstruksi Beton

1. Instalsi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak

ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam

Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam

konstruksi beton untuk alasan apapun.

3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak

boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam

dalam komponen balok beton.

5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk

keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus

dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta

pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik

tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh

Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan

Rekomendasi Ahli Beton.

j. Sambungan Antar Beton

1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru

sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom

tiap lantai.

154

Page 155: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus

dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok untuk

alas an apapun tidak diperbolehkan.

4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80

cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi

tumpuan kedua (lantai 2).

5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat

sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada

beton lama.

6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3

hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan

persetujuan Konsultan supervisi.

7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

k. Lain - Lain

1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 22 berlaku

untuk semua item pekerjaan beton structural mutu K-175 yang ada dalam

Proyek ini.

2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam proses

pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana

bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses pelaksanaan pekerjaan

dengan persetujuan Owner.

3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang

mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

Pasal 4 : Pekerjaan Pasangan Bata

a. Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

155

Page 156: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding Toilet dan Kamar Mandi serta bak air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.

7. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.

8. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air (trasram).

9. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.

10. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

11. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

b. Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

156

Page 157: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak satu garis sambungan.

6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah horizontal.

7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

8. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 5: Pekerjaan Plesteran

a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

157

Page 158: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 6 : Pekerjaan Lantai beton dan Finishing

158

Page 159: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

a. Lantai Kerja Beton ( Line Concrete )

1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan tanah

atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja Beton

( Line Concrete ) dengan tebal minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

2. Lantai Kerja Beton dibuat dari beton dengan Campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR

atau seperti yang ditentukan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus

dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 7 : Pekerjaan Plumbing

a. Lingkup Pekerjaan Instalasi Plumbing

1. Penyediaan sumber air yang akan digunakan berupa penyediaan/pembuatan

sumur dalam, dan/atau penyambungan ke fasilitas instalasi air bersih/sumber

air bersih existing yang tersedia di sekitar lokasi bangunan, sesuai dengan

kondisi yang ada di lapangan. Pembuangan air limbah dari fixture unit di di

dalam bangunan gedung baik itu dari toilet maupun sink yang ada dalam

laboratorium.

2. Penarikan instalasi pemipaan baik untuk instalasi air kotor, maupun instalasi

air bersih.

3. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berkaitan dengan instalasi plumbing yang

diperlukan seperti pembobokan dinding/lantai, termasuk perapihan kembali.

4. Pengetesan-pengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.

b. Sistem Instalasi Plumbing

SISTEM AIR BERSIH

159

Page 160: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep

well). Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga

sebagai tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank

di alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.

SISTEM AIR KOTOR DAN AIR BEKAS

Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunanbangunan

penunjang masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan

bangunan tersebut, dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan

ke saluran terdekat.

c. Spesifikasi Teknis dan Produk.

1. Pipa-pipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :

Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan

pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium A).

Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan

menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class

Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang

baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :

RUCHIKA, atau WAVIN

3. Fitting-fitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar

pipa yang digunakan.

4. Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir,

dan setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada

penyambungan ke peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal

tape.

5. Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau

sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.

6. Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support

pipa yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan

kaku. Jarak support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5

meter.

160

Page 161: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

7. Untuk pipa-pipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan,

ditanam dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan

harus dilindungi dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.

8. Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan

lalu pipa digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang

dipadatkan, sebelum diurug dengan tanah asal.

9. Pompa-pompa yang digunakan harus dari merk yang dapat

dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan

ketersediaan suku cadangnya. Pompa-pompa yang dapat direkomendasikan

untuk digunakan adalah merk EBARA, GRUNDFOS, TORISHIMA, CAPRARI, atau

setara.

10.Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel

langsung oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang

digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.

11.Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek

fungsi dan kapasitasnya, terutama untuk pompa-pompa harus dicek

besarnya arus listrik dan temperature kerja motor panas tidaknya

BAB VIII

PEKERJAAN SALURAN

Pasal 1 : Galian Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

161

Page 162: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.

12.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

13.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.

14.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pekerjaan Pasir Urug

162

Page 163: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan ,timbunan , pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non struktural.

3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

Pekerjaan Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.

5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)

4. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat /

retak, dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.

5. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10

-15 cm, dan tidak bercampur dengan tanah.

163

Page 164: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi

panjang tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang

merata dan disiram dengan air hingga pasir mengisi lubang-lubang

yanterdapat pada sela-sela batu kemudian ditimbris.

Pasal 3 : Pondasi Batu Gunung 1 Pc: 4 Ps

Pasir Pasang / Pasir Halus

12.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak

lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

13.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran

Dinding.

14.Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

15.Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

16.Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

17.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

syarat-syarat pelaksanaan

1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras,

tidak berlubang dan forius.

2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah

dan lumut pada permukaannya.

3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,

pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.

4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.

5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu

gunung adalah 7 cm.

6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu

Gunung adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk

164

Page 165: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

18.Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek

dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.

19.pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

20.Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus

diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung

tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan

besarnya serta spesi secukupnya.

21.Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi

spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan

dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.

Pasal 3: Pekerjaan Plesteran

a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

165

Page 166: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 4 : Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang

166

Page 167: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Bahan-bahan yang digunakan harus sesuai dengan syarat yang ditentukan diantaranya :

a. Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran material beton.

167

Page 168: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.

10.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi.

168

Page 169: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan Konsultan Perencana.

169

Page 170: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pasal 5 : Pekerjaan Plat Lantai

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.

5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

170

Page 171: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

BAB IXPEKERJAAN POS JAGA

Pasal 1 : Galian Tanah

15.Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus

memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar,

dan tanah humus.

16.Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut

hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

17.Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

18.Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

19.Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam

Bill of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk

membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan

juga untuk mengadakan pembersihan.

20.Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus

membuat Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan

dilapangan.

21.Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para

pekerja.

22.Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman

yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali

dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

23.Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat

pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan

Supervisi.

24.Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-

puing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta

171

Page 172: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang

diperlukan.

25.Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan

dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian

dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi.

26.Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah

sebelum pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

27.Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika

tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga

membahayakan pekerjaan pengalian.

28.Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2 : Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)

7. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat /

retak, dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.

8. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10

-15 cm, dan tidak bercampur dengan tanah.

9. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi

panjang tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang

merata dan disiram dengan air hingga pasir mengisi lubang-lubang

yanterdapat pada sela-sela batu kemudian ditimbris.

Pasal 3 : Pondasi Batu

Pasir Pasang / Pasir Halus

22.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak

lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

23.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran

Dinding.

24.Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

172

Page 173: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

25.Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

26.Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

27.Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

syarat-syarat pelaksanaan

1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras,

tidak berlubang dan forius.

2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah

dan lumut pada permukaannya.

3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,

pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.

4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.

5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu

gunung adalah 7 cm.

6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu

Gunung adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk

keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

28.Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek

dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.

29.pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

30.Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus

diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung

tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan

besarnya serta spesi secukupnya.

31.Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi

spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan

dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.

Pasal 4 : Pekerjaan Beton Bertulang (Sloof, Kolom, Balok, dan Lantai Kerja)

Pasir Beton

173

Page 174: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila

lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak

beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Kerikil Beton

11.Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

12.Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila

lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

13.Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

14.Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

15.Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

16.Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6

mm.

17.Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.

174

Page 175: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

18.Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

19.Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K-125 sampai mutu K-175.

20.Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Semen Portland

12.Terdaftar dalam merk dagang.

13.Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

14.Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda-beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

15.Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

16.Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.

17.Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

18.Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

175

Page 176: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang

dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

Tulangan Beton

11.Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan

ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

12.Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

13.Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

14.Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

15.Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

16.Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

17.Toleransi-toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

18.Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

19.Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

20.Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

176

Page 177: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

syarat-syarat pelaksanaan

Perakitan Tulangan

7. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh

Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.

8. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus

sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton

Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

9. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar

bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel

kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.

10.Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung

dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak

boleh besentuhan langsung dengan tanah.

11.Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh

sengkang dengan alat ikat kawat beton.

12.Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari

dalam bekisting.

Sambungan Antar Tulangan

8. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran

tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak

ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-

syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-

15-1991-03.

9. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,

Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus diambil

minimal 40 kali diameter batang yang disambung.

10.Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak

dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan

tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain

kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-

15-1991-03.

177

Page 178: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

11.Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika

tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan

syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK

SNI T-15-1991-03.

12.Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada

komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus

dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia

(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.

13.Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan

plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada

posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

14.Penyambungan pada daerah – daerah sendi plastis kolom dan balok atau

pada daerah sejarak 2 x tinggi kolom/balok dari joint maupun tumpuan tidak

dibenarkan.

Beton Tahu ( dacking )

1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan

yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom

harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai

jarak yang tetap dengan bekisting.

2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut

beton pada masing-masing komponen struktur.

3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.

4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan

dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.

Acuan / Bekisting

20.Bahan utama bekisting adalah multiplek 6 mm yang diperkuat oleh balok-

balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.

178

Page 179: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

21.Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak

diperbolehkan.

22.Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada

point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

23.Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk

konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi

lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.

24.Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

25.Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu

atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting

waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang

rapi.

26.Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

27.Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Gambar Shop

Drawaing Rencana Bekisting kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

28.Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran

beton tidak bocor atau berubah bentuknya.

29.Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran

elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana

dengan alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak

dibenarkan.

30.Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum

dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

31.Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari

terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat

proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat

dipertanggung jawabkan .

32.Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal

ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan

acian beton.

33.Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan

bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

179

Page 180: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pengecoran Beton ( Casting Concrete )

1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus

memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

2. Pengecoran beton structural mutu K-175 sampai K-275 hanya boleh

dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula,

Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang

diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian

konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.

4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor

Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak

berhubungan langsung dengan air hujan.

5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak

diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual

kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.

6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir

Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit

kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh

Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang

sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.

9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong

oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.

180

Page 181: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh

dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak

tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga

tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan

kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete

Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.

12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.

13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh

menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu

pada saat bekisting dibuka.

34. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian

itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk

sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan

Supervisi.

35. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor

Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr

sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang

beton sesuai dengan yang direncanakan.

36. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi

yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

37. Hasil pengecoran beton adalah hasil tampa ada lagi pekerjaan finishing lain

atas dipermukaanya.

38. Perbaikan permukaan beton oleh Kontraktor Pelaksana setelah pengecoran

dengan cara acian ( pasta semen ) adalah dengan biaya sendiri kecuali

ditentukan lain dalam Bill of Quantity.

Beton Ready Mix

1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

181

Page 182: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain

kepada Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton yang menggunakan

Beton Ready Mix.

3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung

jawab Kontraktor Pelaksana.

Pembongkaran Bekisting/Mal Beton

1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam

bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi.

2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap

tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 14 hari.

3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena

alasan adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan

beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Pembongkaran Bekisting harus menghasilkan permukaan beton yang rata,

halus, cacat permukaan serta langsung dapat dilakukan pekerjaan finishing

cat diatasnya.

Perawatan Beton ( Curing )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan

terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni

kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton

berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

182

Page 183: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28

hari atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan

Supervisi.

Quality Control

a. Slump Test

1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton

dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton

pada setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana

nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada

pada Job Mix Disain.

b. Benda Uji Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali pengecoran.

3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.

4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur 28 hari.

5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton

183

Page 184: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan

beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan

pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.

2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu

Beton hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.

3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x

20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.

4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan

minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.

5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor

Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat

tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap

tidak sah.

6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan

beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari

95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai

dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan

Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.

8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran

beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang

berbeda dengan kuat tekan beton rencana.

9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam

pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana

kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan

campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.

184

Page 185: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10.Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium

beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11.Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain

1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton

hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan

Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji

langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.

2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak

ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan

salah satu metode seperti dibawah ini :

a. Metode Core Drill.

b. Metode Hammer Test.

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai

untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.

4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur

ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.

5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka

harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen struktur dan

masing-masing mutu beton.

6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada

konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk

memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).

7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi

beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan

Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.

185

Page 186: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Instalasi Dalam Konstruksi Beton

1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak

ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam

Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.

2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam

konstruksi beton untuk alasan apapun.

3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak

boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam

dalam komponen balok beton.

5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk

keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus

dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta

pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik

tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh

Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan

Rekomendasi Ahli Beton.

Sambungan Antar Beton

1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru

sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom

tiap lantai.

2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus

dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.

186

Page 187: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok untuk

alas an apapun tidak diperbolehkan.

4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80

cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi

tumpuan kedua (lantai 2).

5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat

sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada

beton lama.

6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3

hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan

persetujuan Konsultan supervisi.

7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

Pasal 6 : Pekerjaan lantai

Pasir Urug Bawah Lantai.

1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam

ruangan harus sudah selesai 100%.

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal

minimal 10 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang

seragam.

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang

diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak

dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini

harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

187

Page 188: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak

lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran

Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

Beton Cor Bawah Lantai

1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 SM : 3 PS : 6

KR dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi

dimana dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.

3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini

harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.

4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 7 : Pasangan Batu Bata

Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

188

Page 189: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

12. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada

dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding Toilet

dan Kamar Mandi serta bak air.

13. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan

ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

14. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

15. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

16. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan

dan tidak satu garis sambungan.

17. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu

bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.

18. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½

bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.

19. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air

(trasram).

20. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam

arah horizontal.

21. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang

untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

22. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

9. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua

dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.

10. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan

ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

11. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

12. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

13. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan

dan tidak satu garis sambungan.

189

Page 190: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

14. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam

arah horizontal.

15. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang

untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

16. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8 : Pekerjaan Plesteran

b. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan

bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau

dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu

hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga

ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

c. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan

bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

190

Page 191: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata

dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu

hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga

ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 9 : Pekerjaan Pasangan Keramik Lantai dan dinding

1. Keramik lantai adalah dari Merk Roman, Platinum & Royal.

14.Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, , ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan

Supervisi untuk disetujui.

15.Motif atau type permukaan keramik lantai adalah Polished ( halus ) atau

sesuai Bill of Quantity serta Gambar Bestek.

16.Keramik Mempunyai ketebalan standard atau minimal 5 mm.

17.Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

18.Pemasangan Keramik Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada

dalam Gambar Bestek atau sesuai Petunjuk Konsultan Supervisi.

19.Warna Keramik lantai ditentukan oleh Konsultan Perencana pada tahap

konstruksi dan dapat diganti dengan alasan warna yang telah ditentukan

dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak

dikeluarkan lagi oleh pabrik.

191

Page 192: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

20.Warna keramik lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.

21.Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benar-benar siku dan standar untuk

semua ukuran yang sama.

22.Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola

lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan

potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada

gambar pola lantai.

23.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito

dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya adalah

maksimal 3 mm.

24.Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang

dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.

25.Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak

bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil

pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan waterpassing.

a. Keramik Unpolish 30 x 30

1. Semua keramik yang dipakai pada lantai adalah dari Merk Roman/IKAP/MAS

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan

Supervisi untuk disetujui.

8. Ukuran keramik, Bentuk Permukaan (Unpolished ) keramik harus sesuai

dengan Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek dan Bill of Quantity.

9. Untuk Lantai 1 keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai

dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.

10.Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton bertulang

lantai keramik dipasang langsung diatas plat beton bertulang dengan spesi

beton 2,5 cm.

11.Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

12.Pemasangan keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang

ada dalam Gambar Bestek. Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa

pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.

192

Page 193: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

9. Keramik harus mempunyai tebal minimal 5 mm.

10.Bentuk dan dimensi keramik harus benar-benar siku serta standar untuk

semua ukuran yang sama.

11.Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola

lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan

potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada

gambar pola lantai.

32.Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan dan

sebagai tempat isian perekat antar keramik dalam bidang tebalnya adalah

maksimal 3 mm.

c. Dinding Keramik 20 x 20 Polish

12.Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding adalah dari Merk

Roman/IKAP/MAS

13.Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan

Supervisi untuk disetujui.

14.Ukuran keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of

Quantity.

15.keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata

dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.

16.Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

17.Warna dan Motif keramik dinding dapat diganti dan dirubah pada masa

pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.

18.Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah polished

(permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

19.Tebal keramik dinding minimal 5 mm.

20.Celah-celah antar keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk

keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.

21.Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus

ditumpulkan dengan memakai potongan-potongan keramik yang dibentuk

sedemikian rupa hingga membentuk sudut 30 – 45 derajat.

193

Page 194: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

22.Hasil pemasangan keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan

tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan Granito Tile harus

diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.

194

Page 195: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 10 : Pekerjaan Kuda-kuda

a. Kuda – Kuda Kayu

1. Rangka Kuda-Kuda dibuat dari kayu kelas kuat II dari jenis meranti atau

damar, atau jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

2. Kayu kuda-kuda tidak boleh cacat, bermata kayu atau bekas kayu yang

sudah pernah digunakan pada konstruksi lain.

3. Ukuran dan dimensi kayu harus sesuai dengan ukuran yang ada dalam

Gambar Bestek.

4. Kontraktor Pelaksana harus memberikan contoh material kayu untuk disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

8. Kayu rangka kuda-kuda tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6. Apabila diadakan penyambungan maka pada batang-batang tarik

dipergunakan alat sambung baut yang diperkuat dengan klos, adapun ukuran

baut yang dipergunakan minimum diameter ½” dimana letak dan jumlah

baut yang dipergunakan haruslah sesuai dengan Gambar Bestek.

7. Tidak dibenarkan melakukan penyambungan lebih dari satu titik sambungan

untuk bentang kayu kuda-kuda yang kurang dari 8 m.

8. Detail penyambungan kayu kuda-kuda harus mengikuti pendetailan seperti

pada Gambar Bestek.

9. Pada bagian-bagian batang tekan sambungan yang digunakan adalah

sambungan kaki/kuku dengan ketentuan harus menggunakan kuku atau pen

yang diperkuat dengan paku.

19. Penyambungan pada balok gapit batang bawah tidak dibenarkan satu

arah/tempat haruslah diselang-seling satu dengan yang lainnya.

20. Pada sambungan batang-batang tunggal ( ditunjukan dalam gambar bestek )

diperlukan penggunaaan Plat Strip dengan tebal 6 mm sebagai perkutan.

195

Page 196: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

21. Pada skor tegak antara dua kuda-kuda harus diberi ikatan angin dari kayu

yang saling bersilangan dengan ukuran minimal 50/100 mm atau sesuai

Gambar Bestek.

22. Hasil pemasangan kuda-kuda harus sama dengan model kuda-kuda yang ada

dalam Gambar Bestek dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

c. Baut Dan Plat Strip Kuda-Kuda

1. Baut mempunyai panjang sesuai dengan Gambar Bestek dan dilengkapi oleh

Ring Mati pada posisi ekor dan kepala. Tebal Ring Mati minimal adalah 2 mm.

2. Plat Strip kuda-kuda mempunyai dimensi minimal lebar 50 mm tebal 6 mm

dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan posisi pemasangan baut.

5. Baut dan Plat Strip harus dicat dengan baik dengan cat besi sehingga tidak

berkarat.

6. Jumlah pemasangan baut dan plat strip pada konstruksi kuda-kuda atau

sambungan kuda-kuda harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Baut dan Plat Strip harus mempunyai bentuk penampang yang sesuai dengan

yang dibutuhkan.

6. Baut harus Mempunyai sifat-sifat mekanis seperti berikut :

a. Modulus Elastisitas : E = 200.000MPa

b. Modulus Geser : G = 80.000 MPa

c. Nisbah Poisson : μ = 0,3

d. Koefisien Pemuaian : α = 12 x 10-6 / oC

e. Tegangan Luluh : fu = 400 Mpa

c. Gording Kayu

1. Gording adalah dari material kayu kelas kuat I dari jenis Seumantok, Ulin atau

jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

196

Page 197: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

4. Ukuran kayu gording adalah 5/10 cm.

5. Kayu gording tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

4. Semua kayu gording harus diresidu seluruh permukaannya.

5. Gording ukuran 5/10 cm dipasang langsung diatas kaki kuda-kuda dengan

perkuatan paku yang pada bagian bawahnya ditumpu oleh kayu klos (

tupai/tikusan ) tebal 5 cm yang juga dijangkarkan langsung dengan paku

pada kaki kuda-kuda.

6. Jarak pemasangan gording sesuai dengan gambar bestek.

7. Penyambungan-penyambungan pada gording yang diperlukan karena

terbatasnya panjang kayu harus dibuat zig zag atau titik sambungan tidak

boleh berada pada satu garis lurus.

d. Kasau Kayu

1. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau

jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

4. Ukuran kayu kasau adalah 5/7 cm.

5. Kayu Kasau tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

4. Semua kayu Kasau harus diresidu seluruh permukaannya.

5. Kasau dipasang langsung diatas Gording dengan arah yang bersilangan

memakai alat sambung paku kayu.

6. Jarak pemasangan antara satu kasau dengan kasau yang lain adalah maksimal

50 cm atau sesuai petunjuk pabrik material atap.

7. Penyambungan-penyambungan pada kasau yang diperlukan karena

terbatasnya panjang kayu harus dibuat zig zag atau titik sambungan tidak

boleh berada pada satu garis lurus.

197

Page 198: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

e. Reng Kayu

1. Reng adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau

jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

2. Ukuran kayu Reng adalah 3/4 cm.

3. Kayu Reng tidak boleh dahulu diresidu sebelum diperiksa dan disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

4. Semua Reng Kasau harus diresidu seluruh permukaannya.

5. Reng dipasang langsung diatas Kasau dengan arah yang bersilangan memakai

alat sambung paku kayu.

6. Jarak pemasangan antara satu Reng dengan Reng yang lain adalah maksimal

30 cm atau sesuai petunjuk pabrik material atap.

7. Penyambungan-penyambungan pada Reng yang diperlukan karena

terbatasnya panjang kayu harus dibuat pada daerah tumpuan atau pada posisi

Kasau.

f. Angkur Kuda-Kuda

1. Angkur Kuda-Kuda adalah dari Besi Tulangan Polos Ø 12 mm yang

dijangkarkan/ditanam dalam Ring Balok Beton.

2. Setiap titik tumpuan kuda-kuda harus dipegang/dijangkarkan dengan minimal

4 batang angkur.

3. Angkur dicat minie besi dengan baik supaya tidak berkarat.

4. Setiap unit angkur harus diikat dengan baik kekayu kuda-kuda sehingga

tidakm mudah terlepas.

5. Panjang angkur harus cukup sehingga ketika dililitkan pada kayu kuda dapat

saling mengikat satu dengan yang lain.

198

Page 199: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 11 : Pekerjaan Atap

a. Material Penutup Atap

1. Lingkup Pekerjaan

a. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan rangka kuda-kuda serta

penutup atap seperti yang tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana.

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan

alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,

sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain, yang berkaitan dengan

pekerjaan pemasangan atap, seperti pekerjaan baja, pekerjaan kayu dan

pekerjaan lainnya.

2. Persyaratan Bahan

a. Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan,

contoh-contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan

digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan

konsultan perencana dan konsultan pengawas.

a. Bahan penutup atap menggunakan genteng Metal Sakura Roof/Multi

Roof/Surya Roof

b. Bahan tidak mudah pecah,tidak mudah berlumut atau berjamur, tahan

terhadap perubahan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara

hujan.

c. Warna sesuai persetujuan Pengguna Jasa serta perencana.

d. Spesifikasi bahan untuk rangka kuda-kuda:

Ukuran reng 3/4 dan jarak ±38,5 cm atau di sesuaikan ukuran genteng dan

sesuai persetujuan konsultan pengawas.

Ukuran kaso 5/7 dan jarak 50 cm

Gording menggunakan ukuran 6/12 dengan jarak 120 cm, atau sesuai

dengan gambar rencana.

Semua kayu yang digunakan untuk rangka kuda-kuda ini menggunakan kayu

kelas kuat 1 dan kelas awet 1 dengan jenis bangkiray.

Kondisi kayu tidak rusak, tidak memiliki mata kayu yang akan mengurangi

kekuatan bahan serta tidak dalam kondisi termakan rayap.

199

Page 200: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Ukuran yang digunakan adalah ukuran asli sesuai dengan ukuran yang

tertera pada gambar rencana.

3. Persyaratan Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus

diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi

Pengawas.

b. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untuk

penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas

terbaik dari jenisnya dan harus disetujuan dari Direksi Pengawas.

c. Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish).

g. Material Rabung/Bubungan Penutup Atap

3. Material Rabung, Nok atau Bubungan Atap adalah dari material genteng

Metal Sakura Roof atau Multi Roof/Surya Roof :

a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)

b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)

c. Permukaan: Polished ( Halus )

d. Lebar : 1000 mm

e. Panjang : 770 mm

f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh

material Rabung atau Nok untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada

masa pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Nok/Rabung harus dicantumkan Merk Dagang,

Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK resmi akan daya tahan

material Nok/Rabung dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran

Nok/Rabung kepada Konsultan Supervisi.

200

Page 201: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Setiap lembaran material Nok/Rabung atap yang didatangkan ke lokasi

pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak

melengkung lapisan aluminium sengnya.

9. Bentuk material Nok/Rabung atap harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan

model atap. Material Nok/Rabung harus disimpan dalam Gudang material jika

tidak langsung digunakan. Material Nok/Rabung tidak boleh basah/lembab

dan berhubungan langsung dengan tanah.

h. Material Nok Pinggir/Samping

4. Material Nok Pinggir/Samping adalah dari material genteng Metal Sakura Roof

atau Multi Roof/Surya Roof :

a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)

b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)

c. Permukaan: Polished ( Halus )

d. Lebar : 1000 mm

e. Panjang : 770 mm

f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm TCT

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material Nok Pinggir/Samping untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Nok Pinggir/Samping harus dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material Nok Pinggir dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Nok Pinggir kepada Konsultan Supervisi.

6. Setiap lembaran Nok Pinngir yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan aluminium sengnya.

7. Bentuk material Nok Pinggir harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model atap.

201

Page 202: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Material Nok Pinngir harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung digunakan. Material Nok Pinggir tidak boleh basah/lembab dan berhubungan langsung dengan tanah.

i. Material Wall Flashing

1. Material Wall Flashing adalah dari material METAL ZINCALUME dengan spesifikasi material seperti dibawah ini :

a. Bahan Dasar : Zincalume Steel

b. Permukaan : Color/Clean Colorbond

c. Ketebalan : 0,40 TCT

d. Panjang : Sesuai Kebutuhan

e. Lebar : 10 cm

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh

material Wall Flashing untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada

masa pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Wall Flashing Samping harus dicantumkan Merk

Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material

Wall Flashing dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Wall Flashing

kepada Konsultan Supervisi.

6. Setiap lembaran Wall Flashing yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus

dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung

lapisan aluminium sengnya.

9. Bentuk material Wall Flashing harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan

model atap.

10.Sepanjang daerah pemasangan Wall Flashing harus dilapisi atau dilindungi

dengan Pekerjaan WATERPROOFING memakai material product SIKA.

202

Page 203: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Material Wall Flashing harus disimpan dalam Gudang material jika tidak

langsung digunakan. Material Wall Flashing tidak boleh basah/lembab dan

berhubungan langsung dengan tanah.

j. Talang Patahan Atap

1. Talang Patahan Atap dibuat dari kayu tumpuan kelas I ukuran 5/7 cm dan Plat

Seng BJLS 0,40 mm.

2. Pada bagian joint antara plat seng dengan kayu harus diberi Flincoate/Aspal

untuk mencegah kebocoran.

6. Lebar daerah aliran air hujan pada Talang adalah minimal 15 cm.

7. Hubungan antara plat seng BJLS dengan tumpuan kayu kelas I adalah

memakai Paku Seng ( paku payung ).

8. Pengujian kerja talang atau resiko kebocoran harus dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana pada pekerjaan ini.

203

Page 204: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 12 : Pekerjaan Plafond

b. Material Plafond

1. Material utama plafond adalah multiplek 6 mm dengan ukuran panel standard

adalah 120 x 240 cm.

2. Multiplek mempunyai ketebalan minimal 6 mm dengan toleransi ketebalan

minimal 0,5 mm.

3. Multiplek mempunyai berat per lembar 24 kg.

4. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan

harus mempunyai Merk Dagang.

5. Pada setiap lembaran Multiplek harus dicantumkan merk dagang, ukuran

lembar dan ketebalan lembaran.

6. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

7. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan GARANSI resmi yang dikeluarkan

oleh Pabrik Multiplek untuk kekuatan dan daya tahan material kepada

Konsultan Supervisi.

9. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam

keadaan cacat dan rusak.

d. Alat Sambung

1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Kayu adalah Paku Sekrup Anti

Karat / Galvanis.

5. Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi

papan dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.

6. Pemasangan Paku Sekrup pada sambungan Multiplek harus saling silang.

7. Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar Multiplek minimal 10 mm.

5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

204

Page 205: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

e. Rangka Plafond Kayu Kelas Kuat II2. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau

jenis lain dengan kelas kuat yang sama.

12.Ukuran dan dimensi rangka plafond adalah sesuai dengan yang ditentukan

dalam Gambar Bestek.

13.Bentuk Profil material rangka Plafond adalah sesuai dengan bentuk dalam

Gambar Bestek.

14.Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

15.Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan GARANSI Resmi dari Pabrik

yang minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.

16.Cara pemasangan harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang dianjurkan oleh

Pabrik.

17.Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang

direkomendasi oleh pabrik Multiplek untuk mengawasi pelaksanaan

pemasangan rangka plafond.

18.Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan

rangka plafond dalam Gambar Bestek.

19.Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, ring balok dan

konstruksi kuda-kuda.

20.Hasil pemasangan rangka plafond harus benar-benar rata dan elevasi dengan

permukaan lantai.

21.Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond

dengan pekerja Instalasi Mekanikal dan Electrikal.

a. List Profil Plafond

1. List Profil Plafond pada pinggir-pinggir pemasangan material plafond Multiplek

adalah dari material Gypsum dengan ukuran 90/150 mm atau sesuai Gambar

Bestek.

2. Model dan bentuk List Profil Plafond harus sesuai dengan model dan bentuk

yang ada dalam Gambar Bestek.

205

Page 206: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. List Profil dicat dengan rapi dengan material cat yang sama seperti material

cat plafond.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

b. Pengantung Rangka Plafond

1. Pengantung rangka plafond adalah dari material kayu kelas II.

2. Tebal rangka kayu minimal adalah 0,40 mm.

3. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah pengantung

plafond.

c. Pemasangan Plafond

1. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond

sudah mencapai 100 %.

4. Pemasangan Plafond Multiplek 6mm dilakukan langsung pada rangka plafond

dengan alat sambung paku Sekrup.

5. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang

direkomendasi oleh pabrik multiplek untuk mengawasi pelaksanaan

pemasangan plafond.

4. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor Pelaksana harus

membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material plafond.

5. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar

Bestek.

6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata

dan tidak melendut.

7. Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus

tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.

206

Page 207: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah

maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.

9. Celah-celah antara lembaran plafond yang diperuntukan untuk keperluan

pemuaian harus didempul dengan baik, rapi dan datar.

10. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring

balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan

pemuaian dan susut karena suhu.

11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan

Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak

dibongkar kembali.

12. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah

pekerjaan pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Supervisi.

13. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan-

alasan tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh

dibongkar sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada

posisi penjangkaranya pada rangka plafond.

14. Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan

oleh Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin

Konsultan Supervisi.

Pasal 13 : Pekerjaan Plumbing

a. Lingkup Pekerjaan Instalasi Plumbing

5. Penyediaan sumber air yang akan digunakan berupa penyediaan/pembuatan

sumur dalam, dan/atau penyambungan ke fasilitas instalasi air bersih/sumber

air bersih existing yang tersedia di sekitar lokasi bangunan, sesuai dengan

kondisi yang ada di lapangan. Pembuangan air limbah dari fixture unit di di

dalam bangunan gedung baik itu dari toilet maupun sink yang ada dalam

laboratorium.

207

Page 208: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Penarikan instalasi pemipaan baik untuk instalasi air kotor, maupun instalasi

air bersih.

7. Pekerjaan-pekerjaan lain yang berkaitan dengan instalasi plumbing yang

diperlukan seperti pembobokan dinding/lantai, termasuk perapihan kembali.

8. Pengetesan-pengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.

c. Sistem Instalasi Plumbing

SISTEM AIR BERSIH

Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep

well). Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga

sebagai tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank

di alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.

SISTEM AIR KOTOR DAN AIR BEKAS

Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunanbangunan

penunjang masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan

bangunan tersebut, dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan

ke saluran terdekat.

c. Spesifikasi Teknis dan Produk.

2. Pipa-pipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :

Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan

pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium A).

Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan

menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class

Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang

baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :

RUCHIKA, atau WAVIN

208

Page 209: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

12.Fitting-fitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar

pipa yang digunakan.

13.Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir,

dan setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada

penyambungan ke peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal

tape.

14.Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau

sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.

15.Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support

pipa yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan

kaku. Jarak support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5

meter.

16.Untuk pipa-pipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan,

ditanam dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan

harus dilindungi dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.

17.Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan

lalu pipa digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang

dipadatkan, sebelum diurug dengan tanah asal.

18.Pompa-pompa yang digunakan harus dari merk yang dapat

dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan

ketersediaan suku cadangnya. Pompa-pompa yang dapat direkomendasikan

untuk digunakan adalah merk EBARA, GRUNDFOS, TORISHIMA, CAPRARI, atau

setara.

19.Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel

langsung oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang

digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.

20.Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek

fungsi dan kapasitasnya, terutama untuk pompa-pompa harus dicek

besarnya arus listrik dan temperature kerja motor panas tidaknya

Pasal 14 : Pekerjaan Sanitary

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja dan peralatan

lainnya yang digunakan untuk melaksanakan pemasangan perlengkapan toilet,

209

Page 210: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

sesuai yang tertera pada gambar rencana. Semua sanitaries yang diusulkan

harus berikut semua perlengkapannya. Contoh-contoh Pemborong harus

memperlihatkan brosur/contoh-contoh warna barang yang akan dipakai kepada

Pengawas untuk disetujui.

PELAKSANAAN

6. Pemborong harus meminta izin kepada Pengawas tentang cara, waktu

dan letak pemasangan perlengkapan toilet. Pemasangan harus kuat, rapih

dan bersih.

7. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus teliti, tepat pada posisi

sanitasinya serta rapat dan dijamin tidak bocor.

8. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus dipasang lengkap dengan per-

lengkapannya sesuai dengan persyaratan dari pabriknya.

9. Setelah selesai pemasangannya harus dibiarkan mengering selama 4 hari

tidak boleh dipergunakan.

10. Sesudah pekerjaan saniter ini terpasang harus dijaga kemungkinan

terkena cairan atau benda lain yang bisa menimbulkan cacat. Bila hal ini

terjadi Pemborong harus memperbaiki cacat tersebut hingga pulih

kembali atas biaya Pemborong. Hasil pemasangan pekerjaan ini harus

kuat, rapih dan dapat berfungsi dengan sempurna.

Pasal 15 : Pekerjaan Pintu dan Aksesoris

Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela dan ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.

a. Kunci Dan Pengantung

2. Jika tidak ditentukan dengan jelas dalam Gambar Bestek dan BQ maka Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari jenis seperti disebutkan dibawah ini :

Kunci Pintu : Standar SNI Pacok/Grendel Pintu : Standar SNI Pacok/Grendel Jendela : Standar SNI

210

Page 211: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Engsel Tanam/Putar : Standar SNI Engsel/Hak Angin Jendela : Standar SNI Pegangan Jendela : Standar SNI Pegangan Pintu : Standar SNI

3. Material atau bahan adalah material atau bahan yang tidak berkarat serta

tidak bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.

3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan

minimal dari dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk

disetujui.

4. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan

pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada

brosur yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.

5. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai

atau 10 cm diatas posisi pemasangan kunci.

6. Engsel pintu harus dipasang minimal 2 engsel untuk satu daun pintu dengan

jarak pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak

pemasangan engsel ke dua sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen

teratas.

7. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela

serta ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian

bawah.

8. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela

yaitu di rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.

Pasal 16 : Pekerjaan elektrikal

a. Umum

1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada

klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut

perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau menghilangkan klausul-

211

Page 212: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya

dari syarat-syarat umum.

3. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan

dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia pekerjaan atau

bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja

dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan

atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana harus tetap

melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.

b. Gambar-Gambar

1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua

accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas walaupun

tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan

dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem dapat bekerja dengan

baik.

2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari

peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan

memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar Arsitektur dan

struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana dan

detail ”finishing” dari proyek.

3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar-

gambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan kepada

Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop drawing

yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan Supervisi

dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari situasi dan telah

berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari

penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan-

catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)

dan lima set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan

212

Page 213: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

(as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Konsulatan

Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.

c. Koordinasi

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan ini,

harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau disiplin

lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan.

2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang

satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.

d. Daftar Bahan Dan Contoh

1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor

Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali apabila

ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana diharuskan

menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini

harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnyatercantum nama-nama dan

alamat manufacture, katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap

perlu oleh Konsulatan Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan

diberikan atas dasar di atas.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan

dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan dengan

penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan

Kontraktor Pelaksana .

3. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di dalam

spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan haruslah

dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masing-masing.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala

ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila

terdapat keragu-raguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera menghubungi

Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.

213

Page 214: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang sebelumnya

tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila terjadi kekeliruan

maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab Kontraktor Pelaksana .

Untuk itu pemeliharaan equipment dan material harus mendapatkan

persetujuan dari Konsulian Supervisi .

e. Commision Dan Testing

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing

dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk

memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat

berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang

berlaku.

4. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan

testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini

termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem ini

seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh Kontraktor

Pelaksana .

k. Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya

1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang

disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka

Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk

tersebut diatas.

2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan-ketentuan

dari Konsultan Supervisi.

g. Perlindungan Pemilik

1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

h. Contoh

1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material

yang akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan

214

Page 215: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Supervisi . Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan

contoh-contoh ini menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

i. Pengetesan

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang

dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap

sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan dan

perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan

tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .

2. Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah

dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan

dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan

dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan temyata

memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak,

maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan kepada

pemilik dengan dilampirkan berita acara test lapangan yang disetujui

Konsultan Supervisi.

k. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan

1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun terhitung

dari penyerahan kedua.

2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan

untuk mengatasi segala kerusakan- kerusakan dari pada instalasi yang

dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.

3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini

masih harus menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat

dihubungi setiap saat.

4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi

dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan baik

yang ditandata- ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan pekerjaan

tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan sertifikat

pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang berwenang.

215

Page 216: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi

tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,

penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Konsultan Supervisi

lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut

pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang melaksanakan

pekerjaan instalasi tersebut.

6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana harus

mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut

kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk

oleh pemberi tugas (customer).

7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5

(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para

petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.

k. Laporan

Laporan Harian

Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan"

yang memberikan gambaran dari kegiatan- kegiatan yang dilakukan di lapangan

secara jelas. Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:

1. Kegiatan Fisik.

2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik secara lisan

maupun tertulis.

3. Hal-hal yang menyangkut masalah :

- Material (masuk/ditolak)

- Jumlah tenaga kerja

- Keadaan cuaca

- Pekerjaan tambah / kurang.

216

Page 217: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut

berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan rencana

pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek

dan diserahkan pada Konsultan Supervisi untuk diketahui/disetujui.

Laporan Pengetesan

Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam rangkap 5

(lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Hasil pengetesan kabel-kabel (meger dan pemberian tegangan).

2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.

3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.

Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh

Konsultan Supervisi pekerjaan ini.

m. Penanggung Jawab Pelaksana

1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus

menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan

berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak

selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan mempunyai kemampuan

memberikan keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam

menerima segala instruksi-instmksi dari Konsultan Supervisi.

2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam

kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat yang

dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan perintah pengawas di

dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak Pembomg

melalui penanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

m. Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan

217

Page 218: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar rencana yang

disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih dahulu

dengan Konsultan Supervisi.

2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus

menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi

pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.

3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya,

harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan Supervisi secara

tertulis. Perubahan-perubahan material dan gambar rencana yang

mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis oleh

Konsultan Supervisi.

q. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan

dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun pengembaliannya seperti

keadaan semula adalah termasuk pekerjaan Kontraktor Pelaksana instalasi ini.

2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari

Konsultan Supervisi.

5. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan hanya

dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari

Konsultan Supervisi.

r. Pekerjaan Listrik

1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh sistem

listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan sempuma

dan aman.

2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan

pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut sudah

dapat dipergunakan pemilik.

s. Pemeriksaan Routines

218

Page 219: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan

dan pemeriksaan routine.

3. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus

dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.

PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

a. Umum

1. Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan

tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan

dan training bagi calon operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat

beroperasi dengan baik dan benar.

c. Lingkup Pekerjaan

1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama dari

panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai, lengkap dengan seluruh

instalasinya termasuk armature, saklar dan stop kontak.

2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran kabel

tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.

3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel tegangan rendah

dan panel kapasitor sesuai dengan gambar rencana.

4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:

a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis lampu

sesuai gambar rencana.

b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop kontak

daya dan stop kontak khusus.

c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan saklar

tukar.

d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray dan cable

trunking.

219

Page 220: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung kabel

serta berbagai accessories lainnya seperti : box untuk saklar dan stop

kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.

f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi penerangan

dan stop kontak.

5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)

a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap dengan tiang,

pondasi, armature dan accessories lainnya.

b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang, pondasi,

armature dan accessories lainnya.

c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang armature

dan accessories lainnya.

d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap dengan

conduit, pelindung kabel dan accessories lainnya.

6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap

dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan accessories lainnya.

7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir lengkap

dengan accessories lainnya.

8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini agar

dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel rack,

support equipment dan accessories lainnya.

c. Koordinasi

1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana untuk

menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan-

peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor Pelaksana harus

melengkapi dan memasang selumh peralatan-peralatan bantu yang

dibutuhkan.

220

Page 221: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi

dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain. Kontraktor

Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan yang

disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa tambahan-tambahan

biaya.

3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada

gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.

d. Standar-Standar

Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku :

7. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan Instalasi

Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan Listrik (SPL).

9. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia (SNI).

10.Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.

11.Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard penerangan

buatan.

12.Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.

f. Pekerjaan Terkait

Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah :

4. Penerangan dan stop kontak

5. Sistem Pembumian

6. Daftar merk/produk material

f. Gambar-Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi

4. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang hal-hal

sebagai berikut :

Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail tentang

pemasangan (instalasi) peralatan-peralatan serta hubungan-hubungannya

dengan pekerjaan lain.

Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-posisi elevasi,

221

Page 222: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

pengkabelan serta detail-detail pemasangan peralatan pada posisinya atau

pada mangannya.

Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat peralatan.

5. Brosur-brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran-ukuran peralatan (mesin-

mesin) berat, cara-cara pemasangan dan persyaratannya, serta wiring

diagram dari peralatan-peralatan utama.

6. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada bagian-

bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh Konsultan

Supervisi.

g. Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi

1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan gambar-

gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah disetujui Konsultan

Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set yang terdiri dari 1 set

transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan telah selesai dan paling

lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.

2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi

petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan kepada

Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator yang

ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti sanggup

menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.

h. Masa Pemeliharaan Dan Garansi

1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus memberikan

garansi terhadap peralatan-peralatan yang dipasang serta mengadakan

service / pemeliharaan selama masa yang ditentukan yaitu:

a. Garansi selama 1 tahun

b. Pemeliharaan selama 6 bulan.

2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :

222

Page 223: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan pekerjaan.

b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala sesuai

dengan persyaratan pabrik.

c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga petugas

tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat peralatan-peralatan yang

dipasang.

i. Pendidikan Dan Latihan

1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan

perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan repair manual,

segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.

j. Persyaratan Bahan Dan Material

Umum

1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana harus

baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis.

2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari produksi

yang terbaru. Untuk material-material yang disebut dibawah ini, maka

Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan baru dengan

jalan menunjukkan surat order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.

a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan kontaktor serta

relay protection.

b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan

kapasitor.

c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan lain-lain.

d. Kabel.

Daftar Material

1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor Pelaksana wajib

223

Page 224: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

mengisi daftar material yang menyebutkan : merk, type, kelas lengkap

dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.

2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen yang

berupa barang-barang produksi.

Penyebutan Merk/Produk Pabrik

1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa

merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau

komponen tertentu terutama untuk material-material Listrik utama, maka

Kontraktor Pelaksana wajib melakukan didalam penawarannya material yang

dalam taraf mutu/pabrik yang disebutkan itu.

2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang

disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor

Pelaksana, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat

diterima Owner, Konsultan Supervisi dan Perencana, maka dapat dipikirkan

penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor

Pelaksana.

Daftar Merk/Produk Material

1. Panel TR : EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.

2. - Kabel TR : Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI Sumindo.

- Kabel TR-FRC: Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax, Sumitomo, Fuji, Nelson, Pirelli.

3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG, Lifasa.

4. Komponen Panel Tegangan Rendah :

a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG, Mitsubishi.

b. Diazed Fuse : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

c. Trafo Arus : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG, MG.

d. Peralatan Meter :

- Volmeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

224

Page 225: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

- Ampermeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

- CosQ-meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

- Frekwensi Meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

- Relay-relay pengaman : Telemecanique, Omron, Siemens, AEG, SEG.

e. Timer switch dilengkapi back-up power battery atau spring kapasitas min. 72 hours : Legrand, Siemens, Theben.

f. Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.

g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Better-man, Dehn.

5. Komponen Lampu :

a. Tube lamp : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.

b. Lampu Taman : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.

c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram, National

d. Capacitor : Phillips, Notocon, National, Siemens, Bosch.

e. Ballast Type Low Loss : Phillips, ATCO (Low Loss).

f. Fitting : Phillips, BJB, Vosloh.

g. Starter : Phillips, BJB, Vosloh.

6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker, National.

7. Saklar : Nasional

8. Conduit Instalasi : EGA, Clipsal.

9. Armature Lampu TL : Phillips, Artolite, Spectra, Siemens, Lucolite.

10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens, Spectra.

11. Lampu Exit Battery : Menvier, PNE, Maxspid.

12. Lampu Emergency + Battery : Menvier, PNE, Maxspid.

13. Rak Kabel : Nobi, Dhemar, Three stars, Interack, Metosu.

14. Grounding System : Cadweld, Poly Phase, Term oweld, Ex-Local dengan conductivity Cu > 99,9.

225

Page 226: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

15. Fire Resistance kabel : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli.

PANEL TEGANGAN RENDAH

a. Persyaratan Bahan Dan Material

1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan,

pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga teknisi

dan tenaga ahli.

2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar

dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan lainnya.

b. Persyaratan Bahan Dan Material

1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang

harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel yang

dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan

Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS,

NEMA dan sebagainya.

2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal enclosed),

free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua

komponen-komponen yang ada :

a. Panel Genset

b. LVMDP

c. LV-SDP

3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed).

Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua

komponen-komponen yang ada :

a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak

b. Panel-panel daya plumbing

226

Page 227: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

c. Panel-panel daya air conditioning

d. Panel-panel lain.

4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed}

untuk pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua komponen-

komponen yang ada :

a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).

5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi

tercantum dalam mgambar rencana.

c. Karakteristik Panel

a. Tegangan kerja : 400 volt

b. Tegangan uji : 3.000 volt

c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt

d. Frekwensi : 50 Hz

d. Konstruksi Panel

1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman oleh

petugas, misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB), pemutus

tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-indikator, pengecekan tegangan,

pengecekan gangguan dan sebagainya.

2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang digunakan untuk

pemasangan peralatan-peralatan atau penyambungan-penyambungan.

Setiap lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam

lemari tersebut telah off /mati.

3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock harus

dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat

kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.

4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan

diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga

227

Page 228: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masing-masing

terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.

5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :

a. Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat

dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.

b. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang

dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa,

sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah

off/mati.

c. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan

ketinggiannya.

6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:

a. Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium

b. Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan,

kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cara

galvanisasi atau "Chromium Plating" atau dengan "Zinc Chromate Primer".

c. Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama abu-abu

atau wama lain yang disetujui Direksi.

7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker

(MCB) dengan breaking capacity minimal 8 -10 KA simetris.

8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker (MCCB)

atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar

rencana dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar

rencana.

9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan

instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel harus dilengkapi

dengan shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.

228

Page 229: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

10.Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap kesalahan

hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan Relay

pengaman lainnya (Over Current Relay, Over Voltage Relay dan lain-

lain)seperti terdapat pada gambar.

11.Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian bawah/atas

dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu

setengah) kali dari rating ampere frame main pemutus dayanya.

12.Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas 99,99 .

Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;

a. Phasa : Merah, kuning, hitam

b. Netral : Biru

c. Ground : Hijau - Kuning.

13.Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan

kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 HZ dan tahan

bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat menutup

dengan sempuma pada 85 tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari

Telemekanik dan yang setaraf.

14.Pemberian Tanda Pengenal

Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut:

a. Fungsi peralatan dalam panel

b. Posisi terbuka atau tertutup

c. Arah putaran dari handel pengontrol dari switch

d. Dan lain-lain.

Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.

15. Pengujian

Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK):

229

Page 230: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

a. Test kekuatan tegangan impuls

b. Test kenaikan temperatur

c. Test kekuatan hubung singkat

d. Test untuk alat-alat pengaman

e. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud

f. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel

g. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock

h. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.

KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH

a. Umum

1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana (NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.

b. Instalasi Dan Pemasangan Kabel

Bahan

1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi

peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas

ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.

2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara

disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan

penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian remote control.

3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :

a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit Hight Impact

PCV.

b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman dengan

menggunakan kabel NYFGbY.

230

Page 231: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

c. Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP menggunakan

kabel jenis NYY.

d. Untuk kabel-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,

pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.

e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji,

Pirelli.Pyrotenax.

4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan, beton,

ail) harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan dengan

ukurannya.

"Splice" / Pencabangan

1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-sambungan baik

dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau kotak-kotak

penghubung yang bisa dicapai (accessible).

2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan

harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless Connector". Jenis

kabel tekanan, jenis compression atau soldered.

3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada konductor-

konduktor dengan baik, sehingga semua konductor tersambung, tidak ada

kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat

lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari temaga yang

diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC, yang diametemya

disesuaikan dengan diameter kabel.

Bahan Isolasi

1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,

asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain-lain harus dari

type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain-lain tertentu

231

Page 232: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan

Pemerintah dan atau Manufacturer.

2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak

penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain-lain).

Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur mengenai cara- cara

penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.

3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau nama-

namanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi

sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus

tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.

4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-

penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.

Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran yang sesuai.

5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC /

protolen yang khusus untuk listrik.

6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk menjaga nilai

isolasi tertentu.

7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal

temperatur-temperatur pengecoran dan semua lobang-lobang udara harus

dibuka selama pengecoran.

8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus

dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm minimal 2,5 mm.

Saluran Penghantar dalam Bangunan

1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling gantung,

saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.

2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung

saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan diletakkan di

atas ceiling dengan tidak membebani ceiling.

232

Page 233: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan saluaran

beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized

dengan diameter sesuai standansasi. Saluran beton dilengkapi dengan hand-

hole untuk belokan-belokan.

4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum

5/8" diametemya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus

menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu

harus menggunakan terminal strip di dalam junction box.

5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa, tutup blank

plate stainless steel, type "star point".

6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi

dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel.

Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian

muka lantai sampai dengan 2 m harus dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa

harus diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.

Pemasangan Kabel dalam Tanah

1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.

2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas

merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.

3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa

Galvanized.

4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa

galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel

harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lain-lain.

5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih

dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu,

kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi dengan

pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel diletakkan, diatasnya diberi bata

dan akhimya ditutup dengan tanah urug.

233

Page 234: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung,

harus mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalam

tanah.

7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas

pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam

pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat

tergali/tercangkul.

c. Pengujian Testing

1. Factory Test

a. Pengetesan Individuil

Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari pengetesan sebagai berikut:

- Pengetesan ukuran tahanan hantaran

- Pengetesan dielektrik

- Pengukuran loss factor

b. Pengetesan Khusus

Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:

- Test tegangan impuls

- Mekanikal test

- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature

- Pengetesan dielektrik

- Pengetesan perambatan (Creep Test)

2. Site Test

Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam, penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.

Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak dapat dihapus.

234

Page 235: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK

a. Lampu Dan Armaturenya

1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.

a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan

(grounding).

b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus

dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang cukup kuat

terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.

c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu,

sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.

d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus

cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan

tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu

itu sendiri.

e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabel-kabel dalam

box harus diberikan saluran atau klem-klemn tersendiri, sehingga tidak

menempel pada ballast atau kapasitor.

f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan

karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven wama putih.

g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass insert harus

tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear

polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia.

h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface Mounted

harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.

i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan

235

Page 236: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).

j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "High-Frequency

Electronic light regulating ballast", yang dapat men-dimmer lampu-lampu

fluorescent TL, dan harus pula dipergunakan single electronic ballast (satu

elektronik ballast untuk satu lampu fluorescent).

k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan lain-lain.

Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan untuk area kolam

ikan dengan jenis wama lampu 33

l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan

hrrus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic. Diffuser

harus dari bahan gelas susu atau satin etached opal plastic. Armatur down

ligh tersebut harus tahan terhadap bahan kimia maupun gas kimia.

m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan

lampu HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.

n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk

mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir,

tidak boleh dengan memakai paku sekrup.

o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan desain

Arsitek.

b. Kotak Kontak Biasa

1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa, Rating

250 Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.

2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp untuk

pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13 Ampere.

3. Bahan dari Cover Plate.

4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk

pemasangan rata dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas lantai dan

harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan. Harus di pasang

236

Page 237: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

mengikuti item e.

c. Kotak Kontak Khusus

1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan harus

mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating 3 Phasa, 415

Volt, 16 A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan switch.

d. Saklar Dinding

1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan rating

250 Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple gangs

(grid switches), saklar hotel single gang atau double gangs dipasang dengan

ketinggian 1,20 m atau ditentukan lain.

e. Isolating Switches

1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan

indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating MCB /

MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250

Volt, fasa 415 Volt.

2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.

f. Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak

1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak

kurang dari 35 mm.

2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau Kotak

kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut, pemasangan

dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.

g. Kabel Instalasi

1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY).

2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:

a. Fasa R : merah

237

Page 238: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

b. Fasa S : kuning

c. Fasa T : hitam

d. Netral : biru

e. Grounding : hijau/kuning

i. Pipa Instalasi Pelindung Kabel

6. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 19 - 25 mm.

7. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung Qunction box) dan armature lampu.

8. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan pipa PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange, minimum diameter 19 - 25 mm.

9. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut dan perlengkapan lainnya.

10. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class IP - 65.

i. Rak Kabel

1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable

ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip Galvanis

dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia.

j. Testing / Pengujian

1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang disahkan

oleh lembaga yang berwenang pengujian meliputi :

a. Test ketahanan isolasi

b. Test kekuatan tegangan impuls

238

Page 239: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

c. Test kenaikan temperatur

d. Continuity test.

SISTEM PEMBUMIAN

a. Power House Building

1. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus diketanahkan secara baik,

dengan cara menghubungkannya kepada rel/copper plate pembumian yang

telah tersedia di power house yaitu semua frame besi, pintu besi, tangki

minyak, panel-panel, housing generator, housing transfbrmator, housing dari

peralatan metal lainnya.

2. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu)

dilakukan dengan pita tembaga fleksibel, yang harus dilindungi dari

gangguan mekanis.

3. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus dilakukan

dengan baut dari campuran tembaga. Electroda pembumian terbuat dari

batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal sedalam 6 m ,

sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal 2 Ohm.

b. Gedung – Gedung Lainya

1. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel,

housing peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan lain-lain)

harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara terpadu atau

secara terpisah (individual).

2. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus

ditanam minimal sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian

maksimal 2 Ohm.

3. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat

hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standard-standard

yang berlaku dalam PUIL 2000.

4. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:

239

Page 240: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

Pasal 17 : Pekerjaan Pengecatan

a. Referensi

1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai berikut :

a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.

b. NI-3 1970

c. NI-4

b. Cat Tembok Dan Cat Minyak Kayu

1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas

terbaik.

2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,

spesifikasi, dan aturan pakai.

3. Cat Tembok yang dipakai adalah produk dari NIPPON PAINT & DANAPAINT.

4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari

dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.

5. Jenis cat, Plamur, cat dasar, warna dan type yang akan dipakai pada semua

posisi bangunan kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Owner

240

Penampang Konduktor daya yang digunakan (mm2)

Penampang Konduktor pembumian (mm2)

< = 10 mm2 16 mm2 35 mm2 70 mm2

120 mm2 > = 150 mm2

6 mm210 mm216 mm250 mm270 mm295 mm2

Page 241: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

dalam masa pelaksanaan atau dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam

tabel berikut ini :

Tabel Penempatan Jenis Dan Warna Cat

No. Konstruksi Merek/Produk Warna

1. Plamur Tembok RJ Putih

2. Minie Kayu & BesiKUMBANG

Merah

3. Dempul Kayu RJ Putih

4. Cat Dasar Tembok ULTRALEX Putih

5. Cat Dasar Kayu KUMBANG Putih

6. Cat Dinding Dalam NIPPO PAINT &

DANAPAINT

Blue White

( Nippon Paint )

7. Cat Dinding LuarINIPPO PAINT &

DANAPAINT

American White

( Nippon Paint )

241

Page 242: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

8. Cat Plafond LuarINIPPO PAINT &

DANAPAINTSilver Snow ( Nippon

Paint )

9. Cat Plafond DalamNIPPO PAINT &

DANAPAINT

Silver Snow

( Nippon Paint )

10. List Plank NIPPO PAINT & DANAPAINT

Ash Grey

( Nippon Paint )

6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan

persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.

7. Untuk kemudahan pelaksanaan penempatan warna cat pada semua

bangunan dilapangan Konsultan Perencana harus menyediakan Gambar

Disain Berwarna tampak luar dan dalam bangunan dengan posisi-posisi

penempatan warna cat.

8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada

dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar

Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan Konsultan

Perencana.

9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam

tabel point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan tertulis

dan diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.

10.Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis

adalah kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor

Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti yang telah

ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk

242

Page 243: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

pengelupasan dan pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur

selesai dikerjakan.

c. Cat Melamin

1. Untuk keperluan pekerjaan pengecatan melamin disyaratkan material seperti berikut ini :

a. Kertas Ampelas Nomor 120

b. Kertas Ampelas Nomor 180

c. kertas Ampelas Nomor 320

d. Kertas Ampelas Nomor 600

e. Wood Filler (SH-113)

f. Wood Stain (WS -162B)

g. Thinner SQ

h. Melamin Sanding Sealer (MSS)

i. Melamin Lack (ML-131)

j. Hardinner (MH-2)

k. Thinner (MT-03)

2. Permukaan Kayu dan bata yang akan dimelamin haruslah dalam keadaan

benar-benar kering.

3. Langkah – langkah pekerjaan melamin adalah seperti yang disyaratkan

seperti berikut ini :

a. Menghaluskan permukaan yang akan dicat dengan Amplas 120

j. Menghaluskan kembali permukaan yang akan dicat dengan Amplas 180

k. Menutup pori-pori dengan Wood Filler (SH-113)

l. Setelah Wood Filler kering kembali diamplas dengan Amplas 320

m. Pemberian warna dengan Wood Stain (WS-162B)

n. Setelah lapisan Wood Strain kering dilakukan pengelapan dengan kain

kering.

o. Memberikan lapisan dasar finishing dengan Melamin Sanding Sealer

(MSS) dengan campuran Hardinner

243

Page 244: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

p. Melakukan penganplasan kembali dengan amplas 600

q. Melapisi dengan lapisi akhir dengan Melamin Lack (ML-131) dicampur

dengan Hardinner (MH-2) dan pengencer Thinner (MT-03)

e. Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding pasangan

bata, beton dan kayu dari kotoran. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.

2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata, permukaan beton

dan kayu benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.

3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang

ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan

Konsultan Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan

4. Dinding bata, permukaan beton dan kayu harus didempul atau diplamur

terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.

5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata

permukaanya dengan kertas amplas.

6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam

Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :

a. Cat Tembok : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.

b.Cat Minyak Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.

c. Cat Besi : 1 Kali Amplas, 1 Kali Cat Menie Besi, 2 Kali Cat Warna Besi.

d. Cat Melamin : Pasal 3

e.Cat Plafond : 1 Kali Dempul Gypsum/GRC, 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.

244

Page 245: Spectek Air Limbah I-VIII Edit

245