spap

62
Disusun Oleh STANDAR AKUNTANSI (SAK, SPAP, IFRS) Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Dosen Pengampu : Diana Rahmawati, M.Si.

Upload: agung-poenya-visi

Post on 03-Jul-2015

768 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: spap

Disusun Oleh

STANDAR AKUNTANSI (SAK, SPAP, IFRS)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori AkuntansiDosen Pengampu : Diana Rahmawati, M.Si.

Page 2: spap

SAK (Standar Akuntansi Keuangan)

• Standar akuntansi adalah pedoman umum penyusunan laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan berlaku dalam lingkungan tertentu.

• Standar akuntansi terdiri dari beberapa bagian, yaitu:1. Deskripsi tentang masalah yang dihadapi.2. Diskusi logis.3. Cara menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keputusan/teori,

diajukan suatu solusi.

Page 3: spap

Arti Penting Standar Akuntansi Memberikan informasi akuntansi kepada pemakai tentang posisi

keuangan, hasil usaha, dsb. Memberi pedoman dan aturan bagi akuntan publik untuk melaksanakan

kegiatan audit. Memberi data dasar bagi pemerintah tentang berbagai variabel yang

dipandang penting dalam mendukung pengenaan pajak, pembuatan regulasi dan tujuan sosial lainnya.

Menghasilkan prinsip-prinsip dan teori bagi mereka yang tertarik dengan disiplin akuntansi.

Standar akuntansi diharapkan menjadi pedoman bagi penyusun laporan keuangan, pemakai laporan keuangan, dan auditor, dalam memahami dan memverifikasi informasi yang tersaji dalam laporan keuangan.

Page 4: spap

SA Seksi 110  TANGGUNG JAWAB DAN FUNGSI AUDITOR

INDEPENDEN 1. PENDAHULUAN

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. PERBEDAAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INDEPENDEN DENGAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.

Page 5: spap

3. PERSYARATAN PROFESIONALPersyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Dalam mengamati standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, auditor independen harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan prosedur audit yang diperlukan sesuai dengan keadaan, sebagai basis memadai bagi pendapatnya. Pertimbangannya harus merupakan pertimbangan berbasis informasi dari seorang profesional yang ahli.

4. TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESIAuditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya. Dalam mengakui pentingnya kepatuhan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerapkan aturan yang mendukung standar tersebut dan membuat basis penegakan kepatuhan tersebut, sebagai bagian dari Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang mencakup Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.

5. TANGGAL BERLAKU EFEKTIFSeksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page 6: spap

SA Seksi 150 STANDAR AUDITING

1. PENDAHULAN

Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu ”prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut.

2. STANDAR AUDITINGStandar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut: a. Standar Umum

b. Standar Pekerjaan Lapanganc. Standar Pelaporan

Page 7: spap

3. JASA SELAIN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGANSebagai tambahan terhadap audit atas laporan keuangan, sepanjang relevan dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor independen, kesepuluh standar auditing tersebut berlaku untuk jasa selain audit atas laporan keuangan, kecuali jika dinyatakan lain dalam suatu Pernyataan Standar Auditing.

Page 8: spap

SA Seksi 161 HUBUNGAN STANDAR AUDITING DENGAN

STANDAR PENGENDALIAN MUTU

HUBUNGAN STANDAR AUDITING DENGAN STANDAR PENGENDALIAN MUTUDalam penugasan audit, auditor independen bertanggung jawab untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan. Oleh karena itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar pengendalian mutu berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan.

Page 9: spap

SA Seksi 201SIFAT STANDAR UMUM

SIFAT STANDAR UMUMStandar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar umum berbeda dari standar yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan. Standar pribadi atau standar umum ini berlaku sama, baik dalam bidang pelaksanaan pekerjaan lapangan maupun pelaporan.

Page 10: spap

SA Seksi 210PELATIHAN DAN KEAHLIAN AUDITOR INDEPENDEN

1. STANDAR UMUM PERTAMA“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.”Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.

2. PELATIHAN DAN KEAHLIAN AUDITOR INDEPENDENDalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pendidikan formal auditor independen dan pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain. Setiap auditor independen yang menjadi penanggung jawab suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua persyaratan profesional ini dalam menentukan luasnya supervisi dan review terhadap hasil kerja para asistennya.

Page 11: spap

SA Seksi 220INDEPENDENSI

1. STANDAR UMUM KEDUAStandar umum kedua berbunyi: “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.”

2. INDEPENDENSIStandar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat. Bapepam juga dapat menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang melaporkan tentang informasi keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut, yang mungkin berbeda dengan yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.

Page 12: spap

3. PENUNJUKAN DAN INDEPENDENSI AUDITORUntuk menekankan independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, atau komite audit.

4. TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page 13: spap

SA Seksi 230PENGGUNAAN KEMAHIRAN PROFESIONAL DENGAN CERMAT DAN SEKSAMA DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN AUDITOR

1. STANDAR UMUM KETIGAStandar umum ketiga berbunyi: “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.”Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut. Seorang auditor harus memiliki “tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki” oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan “kecermatan dan keseksamaan yang wajar.” Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang mereka periksa.

Page 14: spap

2. SKEPTISME PROFESIONALSkeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif.

3. KEYAKINAN MEMADAIKeyakinan mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan. Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan suatu pendapat. Sifat sebagian besar bukti diperoleh, sebagian, dari konsep pengujian selektif atas data yang diaudit, yang memerlukan pertimbangan tentang bidang yang akan diuji dan sifat, saat, dan luasnya pengujian yang harus dilakukan.

4. TANGGAL BERLAKU EFEKTIFSeksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page 15: spap

SA Seksi 310PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN

1. PENDAHULUANStandar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut:“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”Aspek supervisi asisten dijelaskan dalam SA Seksi 210 [PSA No. 04] Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen dan SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi. Aspek perencanaan pekerjaan lapangan dan saat pelaksanaan prosedur audit dijelaskan dalam SA Seksi 313 [PSA No. 02] Pengujian Substantif Sebelum Tanggal Neraca.

2. PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDENPertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran bahwa penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien.

Page 16: spap

3. PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN MENDEKATI ATAU SETELAH TANGGAL AKHIR PERIODEWalaupun penunjukan dini lebih baik, auditor independen dapat menerima perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca. Dalam hal ini, sebelum menerima perikatan, auditor harus yakin apakah kondisi seperti itu memungkinkan ia melaksanakan audit secara memadai dan memberi pendapat wajar tanpa pengecualian.

Page 17: spap

SA Seksi 311 PERENCANAAN DAN SUPERVISI

1. PENDAHULUANStandar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Auditor sebagai penanggungjawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada personel lain dalam kantor akuntannya.

2. PERENCANAANPerencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas. Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam kantor akuntan dan personel entita.

Page 18: spap

SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

DALAM PELAKSANAAN AUDIT1. PENDAHULUAN

Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting.

2. PERENCANAAN AUDITAuditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit.b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan

secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Page 19: spap

1. Pertimbangan pada Tingkat Laporan KeuanganSA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi mengharuskan auditor dalam perencanaan auditnya untuk memperhitungkan antara lain, pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. Pertimbangan tersebut mungkin dikuantitatifkan atau mungkin tidak. Dalam merencanakan prosedur audit, auditor harus juga mempertimbangkan sifat, sebab (jika diketahui), dan jumlah salah saji yang diketahui dari audit atas laporan keuangan periode sebelumnya.

2. Pertimbangan pada Tingkat Saldo Akun Individual atau Golongan TransaksiAuditor menyadari bahwa risiko audit dan pertimbangan materialitas audit mempunyai hubungan terbalik. Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan profesional auditor dan tergantung pada pendekatan audit yang dilakukannya :1. Risiko bawaan2. Resiko pengendalian 3. Resiko deteksi

Page 20: spap

1. EVALUASI TEMUAN AUDITRisiko terjadinya salah saji material dalam laporan keuangan umumnya lebih besar jika saldo akun dan golongan transaksi berisi estimasi akuntansi, dibandingkan dengan jika saldo akun dan golongan transaksi berisi data yang bersifat faktual.

2. TANGGAL BERLAKU EFEKTIFSeksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi yang berlaku

Page 21: spap

SA Seksi 313 PENGUJIAN SUBSTANTIF SEBELUM TANGGAL

NERACA 1. PENDAHULUAN

Panduan mengenai waktu pelaksanaan pengujian atas pengendalian terdapat dalam SA Seksi 322 [PSA No.33] Pertimbangan Auditor atas Fungsi Auditor Intern dalam Audit atas Laporan Keuangan, paragraf 55.Pengujian audit pada tanggal interim memungkinkan pertimbangan dini atas hal-hal signifikan yang mempengaruhi laporan keuangan akhir tahun (sebagai contoh, transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, kondisi yang berubah, pernyataan standar akuntansi yang baru, dan pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian)

2. FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN SEBELUM PENERAPAN PENGUJIAN SUBSTANTIF UTAMA ATAS RINCIAN AKUN NERACA PADA TANGGAL INTERNAuditor harus mempertimbangkan apakah terdapat perubahan pesat dalam kondisi bisnis atau lingkungan yang mungkin berpengaruh terhadap manajemen dalam melakukan salah-saji atas laporan keuangan untuk sisa periode.

Page 22: spap

3. PERLUASAN KESIMPULAN AUDIT KE TANGGAL NERACAPengujian substantif harus dirancang untuk mencakup sisa periode sedemikian rupa sehingga tingkat keyakinan pengujian substantif dan pengujian substantif yang diterapkan pada rincian saldo pada tanggal interim, dan tingkat keyakinan audit yang diberikan oleh tingkat risiko pengendalian yang ditentukan, akan mencapai tujuan audit pada tanggal neraca.

4. PENGKOORDINASIAN WAKTU PELAKSANAAN PROSEDUR AUDITKeputusan mengenai pengkoordinasian prosedur audit yang saling berkaitan harus dibuat dengan mempertimbangkan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan dan prosedur audit tertentu yang diterapkan, baik untuk sisa periode atau pada akhir tahun, atau keduanya.

5. TANGGAL BERLAKU EFEKTIFSeksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku

Page 23: spap

SA Seksi 314PENENTUAN RISIKO DAN PENGENDALIAN

INTERN-PERTIMBANGAN DANKARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI KOMPUTER

1. PENDAHULUANDalam Seksi 335 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan Sistem Informasi Komputer (SIK) didefinisikan sebagai berikut:“Untuk tujuan Seksi ini, suatu lingkungan SIK ada bila suatu komputer dengan tipe atau ukuran apa pun digunakan dalam pengolahan informasi keuangan suatu entitas yang signifikan bagi audit, terlepas apakah komputer tersebut dioperasikan oleh entitas tersebut atau oleh pihak ketiga.”

2. STRUKTUR ORGANISASIDalam lingkungan SIK, entitas akan membentuk struktur organisasi dan prosedur untuk mengelola aktivitas SIK. Karakteristik suatu organisasi SIK adalah sebagai berikut:a. Pemutusan fungsi dan pengetahuanb. Pemutusan program dan data-data transaksi

Page 24: spap

SA Seksi 313 PENGUJIAN SUBSTANTIF SEBELUM TANGGAL NERACA

PENDAHULUAN

• Seksi ini memberikan panduan audit atas laporan keuangan mengenai:

• Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum auditor menerapkan pengujian substantif utama terhadap rincian akun aktiva atau kewajiban tertentu mulai tanggal sebelum tanggal neraca.

• Prosedur-prosedur audit yang dapat memberikan dasar memadai bagi kesimpulan audit dari pengujian substantif utama untuk perluasan dari tanggal audit interim ke tanggal neraca (sisa periode).

• Pengkoordinasian waktu (timing) pelaksanaan prosedur-prosedur audit.

Page 25: spap

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN SEBELUM PENERAPAN PENGUJIAN SUBSTANTIF UTAMA ATAS RINCIAN AKUN NERACA PADA TANGGAL INTERIM

Sebelum menerapkan pengujian substantif utama atas rincian akun aktiva atau kewajiban pada tanggal interim, auditor harus menentukan kesulitan dalam pengendalian atas kenaikan risiko audit.

Page 26: spap

PENGKOORDINASIAN WAKTU PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT

• Waktu pelaksanaan (timing) prosedur audit juga melibatkan pertimbangan apakah prosedur-prosedur audit yang berkaitan telah dikoordinasi dengan seksama. Hal ini meliputi, misalnya:

• Pengkoordinasian prosedur audit yang diterapkan pada saldo dan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa.4

• Pengkoordinasian pengujian atas akun yang saling berkaitan dan pisah batas akuntansi.

• Menyelenggarakan pengendalian audit sementara atas aktiva yang telah siap untuk negosiasi (misalnya surat berharga) dan secara serentak melakukan pengujian atas aktiva tersebut dan kas dan kas di bank, pinjaman bank, dan unsur-unsur lain yang berkaitan

Page 27: spap

PERLUASAN KESIMPULAN AUDIT KE TANGGAL NERACA

Pengujian substantif harus dirancang untuk mencakup sisa periode sedemikian rupa sehingga tingkat keyakinan pengujian substantif dan pengujian substantif yang diterapkan pada rincian saldo pada tanggal interim, dan tingkat keyakinan audit yang diberikan oleh tingkat risiko pengendalian yang ditentukan, akan mencapai tujuan audit pada tanggal neraca.

Page 28: spap

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page 29: spap

SA Seksi 314PENENTUAN RISIKO DAN PENGENDALIAN

INTERN-PERTIMBANGAN DANKARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI KOMPUTER

PENDAHULUANDalam Seksi 335 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan Sistem Informasi Komputer (SIK) didefinisikan sebagai berikut:“Untuk tujuan Seksi ini, suatu lingkungan SIK ada bila suatu komputer dengan tipe atau ukuran apa pun digunakan dalam pengolahan informasi keuangan suatu entitas yang signifikan bagi audit, terlepas apakah komputer tersebut dioperasikan oleh entitas tersebut atau oleh pihak ketiga.”

Page 30: spap

STRUKTUR ORGANISASI

• Dalam lingkungan SIK, entitas akan membentuk struktur organisasi dan prosedur untuk mengelola aktivitas SIK. Karakteristik suatu organisasi SIK adalah sebagai berikut:

• Pemutusan fungsi dan pengetahuan-meskipun semua sistem yang menggunakan metode SIK akan mencakup operasi manual tertentu, umumnya jumlah orang yang terlibat dalam pengolahan informasi keuangan sangat berkurang.

• Pemutusan program dan data-data transaksi dan data file induk seringkali dipusatkan, biasanya dalam bentuk yang dapat dibaca dengan mesin, yang dapat berada dalam instalasi komputer yang ditempatkan secara terpusat atau di beberapa instalasi yang disebar di seluruh lokasi dalam entitas.

Page 31: spap

SIFAT PENGOLAHAN• Penggunaan komputer dapat menghasilkan desain sistem yang

menyediakan lebih sedikit bukti yang dapat dilihat bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dengan menggunakan prosedur manual. Disamping itu, sistem tersebut dapat diakses oleh orang dalam jumlah

yang lebih banyak. Karakteristik sistem sebagai akibat dari sifat SIK adalah: • Tidak adanya dokumen masukan • Tidak adanya jejak transaksi (transaction trail) • Tidak adanya keluaran yang dapat dilihat dengan mata

Page 32: spap

ASPEK DESAIN DAN PROSEDUR

Pengembangan sistem SIK biasanya akan menghasilkan karakteristik dalam desain dan prosedur yang berbeda dengan yang dijumpai dalam sistem manual. Perbedaan tersebut mencakup:a. Kinerja yang konsistenb. Prosedur pengendalian terprogramc. Pemutakhiran transaksi tunggal ke database file komputer atau berbagai file d. Transaksi yang ditimbulkan oleh sisteme. Rentannya media yang digunakan untuk menyimpan data dan program

Page 33: spap

PENGENDALIAN INTERN DALAM LINGKUNGAN SIK

Pengendalian intern atas pengolahan komputer, yang dapat membantu pencapaian tujuan pengendalian intern secara keseluruhan, mencakup baik prosedur manual maupun prosedur yang didesain dalam program komputer. Prosedur pengendalian manual dan komputer terdiri atas pengendalian menyeluruh yang berdampak terhadap lingkungan SIK (pengendalian umum SIK) dan pengendalian khusus atas aplikasi akuntansi (pengendalian aplikasi SIK).

Page 34: spap

PENGENDALIAN APLIKASI SIK• Pengendalian atas masukan • Pengendalian atas pengolahan dan file data komputer • Pengendalian atas keluaran • Pengendalian masukan, pengolahan, dan keluaran dalam sistem on-line

REVIEW ATAS PENGENDALIAN UMUM SIK

• Auditor harus mempertimbangkan bagaimana pengendalian umum SIK

yang berdampak terhadap aplikasi SIK signifikan bagi auditnya. Pengendalian umum SIK yang berhubungan dengan beberapa atau seluruh aplikasi merupakan pengendalian yang saling terkait yang operasinya seringkali merupakan hal yang menentukan efektivitas pengendalian aplikasi SIK.

Page 35: spap

PENGENDALIAN UMUM SIK

• Pengendalian organisasi dan manajemen • Pengendalian terhadap pengembangan dan pemeliharaan

sistem aplikasi • Pengendalian terhadap operasi sistem • Pengendalian terhadap perangkat lunak sistem • Pengendalian terhadap entry data dan program

Page 36: spap

REVIEW ATAS PENGENDALIAN APLIKASIPengendalian aplikasi SIK, yang diuji oleh auditor mencakup:

• Pengendalian manual yang dilaksanakan oleh pemakai • Pengendalian atas keluaran sistem • Prosedur pengendalian terprogram

TANGGAL BERLAKU EFEKTIFSeksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page 37: spap

SA Seksi 315 KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU

DENGAN AUDITOR PENGGANTISumber: PSA No. 16PENDAHULUAN

1. Seksi ini memberikan panduan tentang komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti pada waktu terjadi perubahan auditor atau perubahan tersebut sedang dalam proses.

2. Untuk tujuan Seksi ini, istilah auditor pendahulu adalah auditor yang (a) telah melaporkan laporan keuangan auditan terkini atau telah mengadakan perikatan untuk melaksanakan namun belum menyelesaikan audit laporan keuangan kemudian dan (b) telah mengundurkan diri, bertahan untuk menunggu penunjukan kembali, atau telah diberitahu bahwa jasanya telah, atau mungkin akan, dihentikan.

Page 38: spap

PERUBAHAN AUDITOR

• Auditor harus tidak menerima suatu perikatan sampai komunikasi sebagimana dijelaskan dalam paragraf 07 s.d. 10 dievaluasi.

• Komunikasi lain antara auditor pengganti dengan auditor pendahulu, yang dijelaskan dalam paragraf 11, adalah dianjurkan untuk membantu auditor pengganti dalam merencanakan perikatan

• Bila terdapat lebih dari satu auditor yang mempertimbangkan untuk menerima suatu perikatan.

• Inisiatif untuk mengadakan komunikasi terletak di tangan auditor pengganti.

Page 39: spap

KOMUNIKASI SEBELUM AUDITOR PENGGANTI MENERIMA PERIKATAN

• Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang perlu dilaksanakan

• Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang perlu dilaksanakan

• Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang menurut keyakinan auditor pengganti akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan.

• Auditor pendahulu harus memberikan jawaban dengan segera dan lengkap atas pertanyaan yang masuk akal dari auditor pengganti, atas dasar fakta-fakta yang diketahuinya.

Page 40: spap

KOMUNIKASI LAIN

• Auditor pengganti harus meminta klien agar memberikan izin kepada auditor pendahulu untuk memperbolehkan auditor pengganti melakukan review atas kertas kerja auditor pendahulu. Auditor pendahulu dapat meminta izin dan surat pengakuan dari klien untuk mendokumentasikan izin yang diberikan oleh klien tersebut dalam usaha untuk mengurangi salah pengertian tentang lingkup komunikasi yang diizinkan.

Page 41: spap

PENGGUNAAN KOMUNIKASI AUDITOR PENGGANTI

• Auditor pengganti harus memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan basis memadai guna menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang menjadi obyek perikatan auditnya, termasuk penilaian konsistensi penerapan prinsip akuntansi.

• Review yang dilakukan oleh auditor pengganti terhadap kertas kerja auditor pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur auditor pengganti yang berkaitan dengan saldo awal dan konsistensi prinsip akuntansi.

Page 42: spap

AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG SEBELUMNYA TELAH DIAUDIT

• Akuntan publik tidak diperkenankan menerima perikatan atestasi yang jenis atestesi dan periodenya sama dengan perikatan akuntan yang lebih dahulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundangan-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.

• Jika auditor pengganti menerima perikatan pengauditan kembali, ia dapat mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari permintaan keterangan kepada auditor pendahulu dan review yang dilakukan terhadap laporan serta kertas kerja auditor pendahulu di dalam merencanakan pengauditan kembali.

• Auditor pengganti harus merencanakan dan melaksanakan pengauditan kembali berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Page 43: spap

AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG SEBELUMNYA TELAH DIAUDIT

• Jika auditor pengganti telah mengaudit periode berjalan, hasil auditnya dapat dipertimbangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pengauditan kembali periode atau beberapa periode sebelumnya dan dapat memberikan bukti audit yang bermanfaat dalam pelaksanaan pengauditan kembali.

• Jika dalam perikatan pengauditan kembali, auditor pengganti tidak dapat memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan, auditor pengganti harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak memberikan pendapat karena ketidakmampuannya untuk melaksanakan prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan oleh auditor pengganti.

Page 44: spap

AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG SEBELUMNYA TELAH DIAUDIT

• Auditor pengganti harus meminta kertas kerja untuk periode atau beberapa periode yang dicakup dalam pengauditan kembali dan periode sebelum pengauditan kembali.

• Dalam pengauditan kembali, auditor pengganti umumnya tidak akan dapat mengamati sediaan atau melakukan perhitungan fisik pada tanggal pengauditan kembali atau pada tanggal atau beberapa tanggal sebagaimana dibahas dalam SA Seksi 331 (PSA No. 07) Sediaan, paragraf 09 s.d 11. Dalam keadaan ini, auditor pengganti dapat mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari review-nya atas kertas kerja auditor pendahulu dan permintaan keterangan dari auditor pendahulu untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur yang harus diterapkan dalam keadaan tersebut.

Page 45: spap

PENEMUAN TENTANG SALAH SAJI YANG MUNGKIN TERJADI DALAM LAPORAN KEUANGAN YANG

DILAPORKAN OLEH AUDITOR PENDAHULU

• Jika selama audit atau pengauditan kembali, auditor pengganti mengetahui informasi yang menyebabkan ia yakin bahwa laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor pendahulu mungkin memerlukan revisi, auditor pengganti harus meminta kepada klien untuk menginformasikan situasi ini kepada auditor pendahulu, dan mengatur pertemuan tiga pihak untuk membahas informasi ini dan mencoba menyelesaikan masalah ini.

• Jika klien menolak untuk memberitahukan kepada auditor pendahulu atau jika auditor pengganti tidak puas dengan penyelesaian masalah tersebut, auditor pengganti harus mengevaluasi (a) kemungkinan implikasinya ke perikatan yang sedang berjalan, (b) apakah menarik diri dari perikatan.

Page 46: spap

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

• Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini dizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Page 47: spap

SA Seksi 316 PERTIMBANGAN ATAS KECURANGANDALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PENDAHULUAN • Seksi ini memberikan panduan bagi auditor untuk memenuhi tanggung

jawab tersebut, yang berkaitan dengan kecurangan, dalam audit terhadap laporan keuangan yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Secara lebih rinci, Seksi ini:

• Menggambarkan kecurangan dan karakteristiknya (paragraf 03 s.d. 10)• Mewajibkan auditor secara khusus menaksir risiko salah saji sebagai

akibat kecurangan dan menyediakan golongan faktor risiko kecurangan yang harus dipertimbangkan oleh auditor (paragraf 11 s.d. 25)

Page 48: spap

PENDAHULUAN

• Memberikan panduan tentang bagaimana auditor menanggapi hasil penaksiran tersebut (paragraf 26 s.d. 32)

• Memberikan panduan tentang evaluasi terhadap hasil pengujian audit dalam kaitannya dengan risiko salah saji material sebagai akibat dari kecurangan (paragraf 33 s.d. 36)

• Menggambarkan persyaratan dokumentasi yang berkaitan (paragraf 37)• Memberikan panduan tentang komunikasi mengenai kecurangan yang

perlu dilakukan oleh auditor kepada manajemen, komite audit, dan pihak lain (paragraf 38 s.d. 40)

Page 49: spap

GAMBARAN DAN KARAKTERISTIK KECURANGAN

• Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji material dalam laporan keuangan.

• Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.

• Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

• Kecurangan seringkali menyangkut hal berikut ini: (a) suatu tekanan atau suatu dorongan untuk melakukan kecurangan, (b) suatu peluang yang dirasakan ada untuk melaksanakan kecurangan.

Page 50: spap

GAMBARAN DAN KARAKTERISTIK KECURANGAN

• Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda tangan. Sebagai contoh, manajemen yang melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat mencoba menyembunyikan salah saji dengan menciptakan faktur fiktif;

• Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa pengendalian aktivitas telah dilaksanakan secara efektif dapat disajikan kepada auditor.

• Meskipun kecurangan biasanya disembunyikan, adanya faktor risiko atau kondisi lain dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan adanya kecurangan. Sebagai contoh, suatu dokumen yang hilang, buku besar yang tidak seimbang, atau hubungan analitik yang tidak masuk akal.

• Auditor tidak dapat memperoleh keyakinan absolut bahwa salah saji material dalam laporan keuangan akan terdeteksi.

Page 51: spap

PENAKSIRAN RISIKO SALAH SAJI MATERIAL SEBAGAI AKIBAT DARI KECURANGAN

• Audit harus secara khusus menaksir risiko salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan dan harus mempertimbangkan taksiran risiko ini dalam mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan. Dalam melakukan penaksiran ini, auditor harus mempertimbangkan faktor risiko kecurangan yang berkaitan dengan baik (a) salah saji yang timbul sebagai akibat kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun (b) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva untuk setiap golongan yang bersangkutan .

Page 52: spap

FAKTOR RISIKO YANG BERKAITAN DENGAN SALAH SAJI YANG

TIMBUL DARI KECURANGAN DALAM PELAPORAN KEUANGAN • Karakteristik dan pengaruh manajemen atas lingkungan

pengendalian. Faktor risiko ini berkaitan dengan kemampuan, tekanan, gaya, dan sikap manajemen atas pengendalian intern dan proses pelaporan keuangan.

• Kondisi industri. Faktor risiko ini mencakup lingkungan ekonomi dan peraturan dalam industri yang menjadi tempat beroperasinya entitas.

• Karakteristik operasi dan stabilitas keuangan. Faktor risiko ini berkaitan dengan sifat dan kekompleksan entitas dan transaksinya, keadaan keuangan entitas, dan kemampuan entitas dalam menghasilkan laba.

Page 53: spap

FAKTOR RISIKO YANG BERKAITAN DENGAN SALAH SAJI YANG DISEBABKAN OLEH PERLAKUAN TIDAK SEMESTINYA

TERHADAP AKTIVA• Faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang

disebabkan oleh perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan berikut ini. Luasnya pertimbangan auditor atas faktor risiko dalam golongan b dipengaruhi oleh tingkat keberadaan faktor risiko dalam golongan a.

• Tingkat kecurigaan tentang terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva. Hal ini berkaitan dengan sifat aktiva entitas dan tingkat kerentanan aktiva dari pencurian.

• Pengendalian. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengendalian yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva

Page 54: spap

SA Seksi 317UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

PENDAHULUANSeksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan yang harus dilakukan oleh auditor independen dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan klien terhadap kemungkinan adanya unsur tindakan pelanggaran hukum1 oleh klien.

PENGERTIAN UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUMIstilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam seksi ini berarti pelanggaran terhadap hukum atau peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Pengertian unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan bisnis entitas.

Page 55: spap

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMUNGKINAN ADANYA

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM

• Pelanggaran hukum tertentu memiliki dampak material dan langsung terhadap penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Unsur tindakan pelanggaran hukum lain, memiliki dampak material tetapi tidak langsung terhadap laporan keuangan. Tanggung jawab auditor dalam pendeteksian, pertimbangan dampaknya terhadap laporan keuangan, dan pelaporan unsur tindakan pelanggaran hukum lain diuraikan dalam Seksi ini. Selajutnya istilah unsur pelanggaran hukum lain itu akan disebut dengan unsur pelanggaran hukum saja. Auditor harus waspada terhadap adanya kemungkinan bahwa unsur pelanggaran hukum telah terjadi. Jika ada informasi spesifik yang menarik perhatian auditor yang memberikan indikasi tentang adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggran hukum yang mungkin menimbulkan dampak material tidak langsung terhadap laporan keuangan, maka auditor berkewajiban melaksanakan prosedur audit yang dirancang secara khusus untuk meyakinkan apakah unsur tindakan pelanggaran hukum telah dilakukan atau tidak.

Page 56: spap

SA Seksi 318PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN

1. PENDAHULUANTujuan Seksi ini adalah untuk menetapkan standar dan untuk memberikan panduan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang bisnis, mengapa hal ini penting bagi auditor dan anggota staf audit yang bekerja dalam melaksanakan perikatan, mengapa hal ini relevan dengan semua tahap audit, dan bagaimana auditor memperoleh dan menggunakan pengetahuna tersebut.

2. PEMEROLEHAN PENGETAHUANSebelum menerima suatu perikatan, auditor akan memperoleh pengetahuan pendahuluan tentang industri dan hak kepemilikan, manajemen dan operasi entitas yang akan diaudit, dan akan mempertimbangkan apakah tingkat pengetahuan tentang bisnis memadai untuk melaksanakan audit yang akan diperoleh.

Page 57: spap

3. PENGGUNAAN PENGETAHUAN Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of

reference) yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan profesional. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi tersebut secara semestinya membantu auditor dalam:– Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.– Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.– Evaluasi bukti audit– Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.

4. TANGGAL BERLAKU EFEKTIFSeksi ini berlaku untuk setiap perikatan yang dibuat pada atau setelah tanggal 31 Desember 1999. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan.

Page 58: spap

Pengetahuan tentang Bisnis - Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan

• Faktor ekonomi umum• Industri - kondisi penting yang berdampak terhadap bisnis

klien• Entitas

Page 59: spap

IFRS

IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) IFRS Merupakan suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Standar IFRS yang dikenal dengan nama yang lebih tua Standar Akuntansi Internasional (IAS). IAS yang diterbitkan antara tahun 1973 dan 2001 oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional Committee (IASC). Pada tanggal 1 April 2001, yang baru mengambil alih IASB dari IASC tanggung jawab untuk menetapkan Standar Akuntansi Internasional. Selama pertemuan pertama Dewan baru diadopsi IAS dan SICS yang ada. Yang IASB terus mengembangkan memanggil standar IFRS standar-standar baru.

Page 60: spap

Struktur IFRSIFRS dianggap "berdasarkan prinsip“, yaitu bahwa mereka menetapkan aturan-aturan yang luas serta mendikte perawatan khusus. Standar Pelaporan Keuangan Internasional terdiri dari:1. International Financial Reporting Standards (IFRS) standar

yang dikeluarkan setelah tahun 2001.2. Standar Akuntansi Internasional (IAS) - standar yang

dikeluarkan sebelum 2001.3. Interpretasi berasal dari International Financial Reporting

Interpretations Committee (IFRIC) - yang dikeluarkan setelah 2001.

4. Standing Interpretations Committee (SIC) yang dikeluarkan sebelum 2001.

Page 61: spap

TUJUAN IFRS

Tujuan IFRS Yaitu memastikan bahwa laporan keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimasukan dalam laporan keuangan tahunan mengandung informasi berkualitas tinggi, yang:1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat

dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan.2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk

akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak

melebihi manfaat untuk para pengguna.

Page 62: spap

MANFAAT IFRS

Manfaat dari adanya suatu standard global:1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat

bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Stadar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.

2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses

pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi.4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan

standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tinggi.