sp perlindungan terbaik bagi anak.docx
TRANSCRIPT
Perlindungan Terbaik Bagi Anak, Tanggung Jawab Siapa ?
Masyarakat kembali dihebohkan dengan penemuan jenazah seorang anak
perempuan, setelah kasus pembunuhan Angelin pada 16 Mei 2015 silam. Jenazah
anak perempuan tersebut diketahui berinisial PNF berusia 9 tahun yang duduk di
bangku sekolah dasar kelas dua. Jenazahnya ditemukan di jalan sahabat, RT/RW
05/05 Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, pada jumat (2/10/2015) malam.
Jenazah PNF ditemukan dalam kardus dengan kondisi terikat dengan perekat atau
solasiban. Berdasarkan hasil otopsi, diduga PNF menjadi korban kekerasan
seksual (perkosaan) sebelum dibunuh. Pelaku adalah Agus (39 tahun) yang diduga
seorang pengidap pedofilia.
Jumlah kasus kekerasan pada anak di indonesia kian meningkat, berdasarkan
hasil pengolahan data komnas perlindungan anak pada tahun 2011 ada 2.462
kasus (58% berupa kasus kekerasan seksual), tahun 2012 ada 2.637 kasus (62%
berupa kasus kekerasan seksual), tahun 2013 ada 3.339 kasus (54% berupa kasus
kekerasan seksual)dan tahun 2014 ada 2.750 kasus (58% berupa kasus kekerasan
seksual). Menurut kak Seto, Dewan pembina konsultatif komnas PA , dari januari-
mei 2015 sudah ada 500 laporan kasus kekerasan anak yang diterima komnas PA.
Kasus kekerasan ini diakibatkan oleh beberapa faktor utama yakni kemiskinan,
masalah keluarga, masalah sosial, pendidikan dan gangguan jiwa pelaku.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut membuktikan bahwa kasus kekerasan pada
anak bukan hanya sekedar masalah moral bangsa ataupun masalah keluarga saja,
namun ada suatu permasalahan sistemik yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Yang dimana masalah tersebut tidak dapat diselesaikan secara individu, namun
perlu adanya peran negara. Meski pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
banyak per Undang-Undangan mengenai hukum kekerasan pada anak, namun hal
ini tidak cukup untuk menghentikan kasus-kasus kekerasan anak setiap tahunnya.
Ini terbukti dari pemaparan data sebelumnya bahwa setiap tahun Indonesia selalu
mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan sistem negara Indonesia menganut
paham demokrasi, yang dimana dengan demokrasilah sistem hukum Indonesia
menjadi lemah, selain itu juga demokrasi inilah yang menyebabkan berbagai
polemik Indonesia bermuncualan. Tentunya jika sistem yang diadopsi sudah
keliru, maka pasti polemik-polemik yang terjadi tidak akan pernah terselesaikan
termasuk kekerasan anak di Indonesia. Maka tidak ada jalan solusi yang hakiki
selain mengganti sistem demokrasi dengan sistem islam di bawah naungan Daulah
khilafah islamiyah, karena sistem islam mampu mewujudkan perlindungan
terhadap anak dengan tiga pilar yani ketakwaan individu, kontrol masyarakat serta
penerapan sistem dan hukum islam oleh negara.
Wallah’alam biash-shawab.