sosialita bagaimana kontribusi aktivitas manusia terhadap

4
45 SOSIALITA MEDIA DIRGANTAR A Vol. 9 No. 2 Juni 2014 G as Rumah Kaca (GRK) merupakan kumpulan gas yang terdapat di atmosfer yang berasal dari radiasi terestrial, awan, atau dari atmosfer, yang memiliki kemampuan menyerap radiasi infra merah. Secara alamiah, keberadaan gas rumah kaca sangat penting untuk mempertahankan suhu bumi tetap hangat. Namun, jika konsentrasinya melebihi batas normal, maka gas-gas ini dapat menyebabkan terjadinya pemanasan dipermukaan bumi. Pada akhirnya menyebabkan suhu atmosfer bumi, daratan dan lautan terus meningkat yang dikenal juga dengan fenomena pemanasan global (global warming). Pemanasan global tersebut dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perubahan iklim Ilustrasi proses terjadinya efek rumah kaca Bagaimana Kontribusi Aktivitas Manusia Terhadap Perubahan Iklim? Farid Lasmono dan Lely Qodrita Avia - Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Email: [email protected] yang berakibat terjadinya perubahan- perubahan variabel lain seperti mencairnya es di kutub, naiknya permukaan air laut, pergeseran musim, meningkatnya intensitas fenomena cuaca ekstrim, dan lain-lain. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2007) menyatakan bahwa kemungkinan aktivitas manusia berkontribusi terhadap perubahan iklim adalah sebesar 90 persen, angka ini lebih tinggi dari laporan IPCC (2001) yang sebesar 60 persen. Diketahui kontribusi terbesar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yang melepaskan gas karbon dioksida ke atmosfer. GRK dan aerosols mempengaruhi iklim karena mengubah radiasi matahari yang masuk dan radiasi termal (inframerah) yang keluar, sehingga mempengaruhi kesetimbangan energy bumi. Perubahan kelimpahan atmosfer atau sifat gas dan partikel ini dapat menyebabkan pemanasan atau pendinginan sistem iklim. Sejak awal era industry (sekitar tahun 1750), secara keseluruhan bahwa pengaruh aktivitas manusia terhadap iklim telah berkontribusi terhadap pemanasan global. Gas Rumah Kaca (GRK) dan Aktivitas Manusia Beberapa GRK terjadi secara alami dan memasuki atmosfer sebagai hasil dari proses alami (seperti dekomposisi bahan organik) dan/atau aktivitas manusia (seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pertanian). GRK lainnya memiliki dasar tidak alami, tetapi sebagai produk samping dari proses industri atau diproduksi untuk tujuan manusia seperti bahan pembersih, pendingin, dan isolator listrik. Empat GRK utama akibat aktivitas manusia adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O) dan Halokarbon (kelompok gas yang mengandung fluor, klorin dan bromin). GRK bersifat tidak reaktif (inert) dan dapat bertahan sangat lama di atmosfer ( dapat mencapai ratusan tahun). Gas-gas ini terakumulasi di atmosfer, menyebabkan konsentrasinya meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Apabila hal ini tidak terkendali, maka efek rumah kaca yang diakibatkan akan sangat berbahaya bagi penghuni bumi. Gambaran GRK di atmosfer yang terbentuk karena kontribusi aktivitas manusia.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SOSIALITA Bagaimana Kontribusi Aktivitas Manusia Terhadap

45

SOSIALITA

ME

DI

A

DI

RG

AN

TA

RA

Vol. 9 No. 2 Juni 2014

Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan kumpulan gas yang terdapat di atmosfer yang

berasal dari radiasi terestrial, awan, atau dari atmosfer, yang memiliki kemampuan menyerap radiasi infra merah. Secara alamiah, keberadaan gas rumah kaca sangat penting untuk mempertahankan suhu bumi tetap hangat. Namun, jika konsentrasinya melebihi batas normal, maka gas-gas ini dapat menyebabkan terjadinya pemanasan dipermukaan bumi. Pada akhirnya menyebabkan suhu atmosfer bumi, daratan dan lautan terus meningkat yang dikenal juga dengan fenomena pemanasan global (global warming). Pemanasan global tersebut dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perubahan iklim

Ilustrasi proses terjadinya efek rumah kaca

Bagaimana Kontribusi Aktivitas ManusiaTerhadap Perubahan Iklim?Farid Lasmono dan Lely Qodrita Avia - Peneliti Pusat Sains dan Teknologi AtmosferEmail: [email protected]

yang berakibat terjadinya perubahan-perubahan variabel lain seperti mencairnya es di kutub, naiknya permukaan air laut, pergeseran musim, meningkatnya intensitas fenomena cuaca ekstrim, dan lain-lain. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2007) menyatakan bahwa kemungkinan aktivitas manusia berkontribusi terhadap perubahan iklim adalah sebesar 90 persen, angka ini lebih tinggi dari laporan IPCC (2001) yang sebesar 60 persen.

Diketahui kontribusi terbesar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yang melepaskan gas karbon dioksida ke atmosfer. GRK dan aerosols mempengaruhi iklim karena mengubah radiasi matahari yang masuk dan radiasi termal

(inframerah) yang keluar, sehingga mempengaruhi kesetimbangan energy bumi. Perubahan kelimpahan atmosfer atau sifat gas dan partikel ini dapat menyebabkan pemanasan atau pendinginan sistem iklim. Sejak awal era industry (sekitar tahun 1750), secara keseluruhan bahwa pengaruh aktivitas manusia terhadap iklim telah berkontribusi terhadap pemanasan global.

Gas Rumah Kaca (GRK) dan Aktivitas Manusia

Beberapa GRK terjadi secara alami dan memasuki atmosfer sebagai hasil dari proses alami (seperti dekomposisi bahan organik) dan/atau aktivitas manusia (seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pertanian). GRK lainnya memiliki dasar tidak alami, tetapi sebagai produk samping dari proses industri atau diproduksi untuk tujuan manusia seperti bahan pembersih, pendingin, dan isolator listrik. Empat GRK utama akibat aktivitas manusia adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O) dan Halokarbon (kelompok gas yang mengandung fluor, klorin dan bromin).GRK bersifat tidak reaktif (inert) dan dapat bertahan sangat lama di atmosfer ( dapat mencapai ratusan tahun). Gas-gas ini terakumulasi di atmosfer, menyebabkan konsentrasinya meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Apabila hal ini tidak terkendali, maka efek rumah kaca yang diakibatkan akan sangat berbahaya bagi penghuni bumi.

Gambaran GRK di atmosfer yang terbentuk karena kontribusi aktivitas manusia.

Page 2: SOSIALITA Bagaimana Kontribusi Aktivitas Manusia Terhadap

SOSIALITA

46

ME

DI

A

DI

RG

AN

TA

RA

1. Karbon dioksida terbentuk akibat penggunaan bahan bakar fosil dalam transportasi, pemanasan bangunan, pendinginan dan pembuatan semen, dan barang-barang lainnya. Konversi penggunaan lahan serta aktivitas penggundulan/penebangan hutan semakin memperparah karena melepaskan karbon dioksida dan mengurangi serapannya oleh tanaman dan tumbuh-tumbuhan.

2. Metana terbentuk akibat aktivitas manusia yang berhubungan dengan pertanian, distribusi gas alam dan tempat pembuangan sampah. Gas metana bisa terjadi dari proses biologi pada lingkungan dengan oksigen rendah, seperti daerah rawa atau pada produksi padi (metana keluar daribagian akar padi). Metana merupakan gas yang sangat efektif dalam menyerap radiasi. Konsentrasinya jauh lebih sedikit dan umurnya di atmosfer lebih singkat dibanding karbon dioksida namun metana mampu menyerap radiasi 25 kali lebih banyak dibanding karbon dioksida.

3. Dinitrogen oksida terbentuk akibat penggunaan pupuk nitrogen untuk pertanian, pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan emisi kendaraan bermotor. Proses pelepasan gas dinitrogen oksida terjadi secara alami di dalam tanah dan lautan, namun kemampuan menyerap radiasi gas inisekitar 298 kali lebih besar dari karbon dioksida.

4. Gas Halokarbon termasuk chlorofluorocarbons (misalnya, CFC-11 dan CFC-12), yang digunakan sebagai pendingin dan proses industry menyebabkan penipisan stratosfer ozon.

5. Ozon adalah gas rumah kaca yang terus diproduksi dan hancur di atmosfer oleh reaksi kimia. Aktivitas manusia telah meningkatkan pelepasan gas karbon monoksida, hidrokarbon, dan nitrogenoksida di troposfer, yang secara kimia gas-gas tersebut bereaksi dan menghasilkan ozon. Di sisi lain, gas halokarbon yang dilepaskan oleh aktivitas manusia akan merusak ozon distratosfer, sehingga menyebabkan terbentuknya lubang ozon di atas Antartika.

6. Uap air adalah GRK yang paling berlimpah dan penting di atmosfer, namun jumlahnya sangat kecil yang dihasilkan oleh aktivitas manusia melalui emisi gas metana. Semakin banyak gas rumah kaca yang lain, semakin panas suhu permukaan bumi sehingga uap air di atmosfer juga menjadi semakin banyak.

7. Aerosol adalah partikel kecil di atmosfer dengan beragam ukuran, konsentrasi dan komposisi kimianya. Beberapa aerosol yang diemisikan langsung keatmosfer, sementara yang lainnya terbentuk dari senyawa yang diemisikan. Bahan bakar fosil dan pembakaran biomassa berkontribusi dalam peningkatan aerosol yang mengandung senyawa sulfur, senyawa organik dan blackcarbon (jelaga). Aktivitas pertambangan permukaan bumi dan proses industri telah meningkatkan debu yang termasuka erosol di atmosfer. Global Warming Potential (GWP) menunjukkan potensi efek pemanasan

GRK. Nilai GWP untuk karbon dioksida paling rendah sehingga karbon dioksida digunakan sebagai tolak ukur GRK lainnya. Untuk gas metan sebesar 25 yang berarti bahwa metan memberikan pengaruh 25 kali lebih besar dari pada karbon dioksida terhadap potensi terjadinya pemanasan global. Life time menunjukkan berapa lama gas bertahan diatmosfer.

Konsentrasi Gas Rumah Kaca (IPCC, 2007)

Sumber : Blasing, T.J. ad K. Smith (2011)

Tabel Karakteristik Gas Rumah Kaca utama

Vol. 9 No. 2 Juni 2014

Page 3: SOSIALITA Bagaimana Kontribusi Aktivitas Manusia Terhadap

47

SOSIALITA

ME

DI

A

DI

RG

AN

TA

RA

Bagaimana Emisi GRK Indonesia?Hasil inventarisasi emisi GRK yang

dilaporkan pada Indonesia Second National Communication under the UNFCCC (KLH, 2010), menunjukkan adanya peningkatan emisi tiga jenis GRK utama (karbon dioksida, metana, dinitrogen oksida) dari tahun 2000 sampai2005. Peningkatan emisi GRK tersebut terjadi baik dengan/ tidak memperhitungkan emisi dari sector kehutanan (Land use, land use change andforestry – LULUCF), seperti yang tampak pada tabel di bawah ini.

Hasil inventarisasi tahun 2000 menunjukkan ketiga emisi GRK utama terdistribusi tidak merata. Emisi karbondioksida mewakili 80,80 persen, emisi metana mewakili 17,20 persen dan emisi dinitro oksida mewakili 2,00 persendari emisi GRK nasional. Tabel berikut ini menunjukkan kontribusi GRK utama adalah sektor alih guna lahan dankehutanan, diikuti oleh sektor energi, emisidari kebakaran gambut, limbah, pertanian dan industri.

Laporan investigasi emisi GRK Pemda DI Yogyakarta (2013) menyatakan bahwa emisi GRK di DI Yogyakarta secara agregat dari tahun 2007 sampai 2011tampak meningkat. Secara agregat, jumlah emisi GRK tahun 2011 merupakan emisi yang terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Gambar berikut inimenunjukkan tingkat pertumbuhan emisiGRK berkisar antara 4,13 persen sampai 15,04 persen dengan rerata pertumbuhan emisi dari tahun 2007-2011 mencapai 6,71 persen. Kontributor pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor energi, diikuti sector pertanian, kehutanan, pemanfaatan lahan, proses dan produk industri, dan pengelolaan limbah. Berdasarkan jenis emisi GRK dilaporkan bahwa emisi karbon dioksida merupakan penyumbang terbesar, diikuti metana dan dinitrogen oksida untuk DI Yogyakarta. Hasil kajian emisi GRK dari Pusarpedal-KLH (2011), memprediksi emisi GRK terbesar di Indonesia berasal dari sumber limbah domestik termasuk persampahan. Hal ini disebabkan

jumlah penduduk yang banyak dan limbah-limbah tersebut belum terkelola dengan baik. Peningkatan nilai emisi GRK yang terukur sebanding dengan peningkatan timbunan sampah berkisar antara 1 persen sampai 2 persen setiap tahunnya. Hasil studi inventarisasi emisi GRK ini menunjukkan nilai estimasi emisi GRK Metan di Yogyakarta sebesar 39,6 ton per tahun, dan Sumatera Selatan 35,89 ton per tahun.

Proyeksi emisi GRKInventarisasi emisi GRK di Provinsi

DKI Jakarta menunjukkan peningkatan emisi karbon dioksida, metana dan

Perkembangan emisi GRK secara Agregat di DI Yogyakarta

Sumber : Indonesia Second National Communication under the UNFCCC (KLH, 2010)

Tabel Ringkasan emisi GRK nasional tahun 2000 (dalam Gg CO2e)

Tabel Ringkasan emisi GRK tahun 2000-2005 untuk semua sektor (dalam Gg CO2e)

Sumber : Indonesia Second National Communication under the UNFCCC (KLH, 2010)

dinitrogen oksida (BPLHD, 2012). Gambar di bawah ini menunjukkan hasil proyeksi tahun 2005-2030 untuk peningkatan emisi karbon dioksida ekivalen dan pangsa penghasil emisi karbon dioksida ekivalen berdasarkan sektor di DKI Jakarta.

Kecenderungan peningkatan emisi GRK di Indonesia tersebut senada denganyang disampaikan Andi Eka Sakya (Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika/BMKG, http://lampost.co/berita/emisi-gas-rumah-kaca-meningkat). Menurut beliau, berdasarkan perhitungan stasiun penghitung emisi di atmosfer milik BMKG telah terdeteksi adanya

Vol. 9 No. 2 Juni 2014

Page 4: SOSIALITA Bagaimana Kontribusi Aktivitas Manusia Terhadap

SOSIALITA

48

ME

DI

A

DI

RG

AN

TA

RA

kenaikan GRK sekitar 0.13 ppm/bulan selama 2004-2013. Pada tabel di bawah ini tampak jumlah emisi di udara hingga pertengahan Desember 2012 pada lima lokasi stasiun penghitung emisi BMKG. Angka-angka tersebut sepertinya tidak berarti, namun perhitungan ahli cuaca dunia menyebutkan bila semua wilayah di dunia perhitungan GRKnya di atas 400 ppm maka bumi akan memasuki tahapan zero freeze alias tidak ada lagi titik beku dan semua es di bumi bisa mencair. Aktivitas manusia berkontribusi terhadap perubahan iklim dengan menyebabkan perubahan dalam atmosfer bumi dalam jumlah GRK, aerosol (partikelkecil), dan awan. Sebagai upaya mitigasi, pemerintah

Indonesia telah menetapkan target penurunan emisi GRK sebesar 26 persen secara mandiri dan 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2020 (Sumber: http://www.sekretariatrangrk.org/faq). Namun dengan menilik pemaparan fakta di atas, bisa jadi target initidak akan tercapai tepat waktu. Langkah konkrit mengurangi emisi yang memanaskan bumi bukan hanya kewajiban pemerintah saja, namun menjadi tanggung jawab semua warga negara yang ingin menyelamatkan planet bumi dari kehancuran dan untuk kelangsungan hidup generasi mendatang.

Tabel Jumlah emisi GRK pada lima lokasi stasiun penghitung emisi.

Pangsa penghasil emisi karbon dioksida ekivalen berdasarkan sektor. Sumber (BPLHD, 2012)

Proyeksi Emisi karbon dioksida ekivalen tahun 2005-2030 berdasarkan sektor(Sumber (BPLHD, 2012)

Vol. 9 No. 2 Juni 2014