eksistensi pedagang kaki lima studi tentang kontribusi ... · pdf file bagaimana posisi...
Post on 09-Dec-2020
3 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
175 175
BAB IV
PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG
Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang pembangunan
kota Semarang baik secara fisik maupun nonfisik dan
bagaimana posisi pedagang kaki lima (PKL) di tengah-tengah
hiruk pikuk pembangunan kota Semarang, khususnya
pembangunan infrastruktur kota yang diawali dari masa
kepemimpinan walikota Soekawi Soetarip hingga
kepemimpinan Soemarno HS. Sebelum dideskripsikan
bagaimana PKL berjuang mempertahankan hidup di tengah
kegiatan pembangunan yang dirancang pemerintah kota,
berikut dikemukakan sejarah perkembangan kota Semarang,
faktor geografi dan demografinya, serta kebijakan pemerintah
dalam hal industri, perdagangan dan jasa yang sedikit banyak
membawa pengaruh terhadap kebijakan pemerintah kota
dalam melakukan penataan PKL.
A. Semarang sebagai Kota Dagang dan Jasa
Kota Semarang merupakan kota pelabuhan penting di
pantai utara Jawa, selain Jakarta, Cirebon, Tegal, Jepara, dan
Surabaya. Semarang berperan penting, karena letak
geografisnya yang strategis, yakni berada di tengah-tengah
kepulauan Indonesia. Kota Semarang juga unik dan indah.
Semarang secara geografis terletak pada posisi 6º.50´- 7º.10´
Lintang Selatan dan garis 109º.35´- 110º.50´ Bujur Timur.
Menurut van Bemmelen, kira-kira 500 tahun yang lalu,
keadaan kota Semarang jauh berbeda dengan kondisi sekarang .
Di kala itu, garis pantai masih jauh menjorok ke dalam hingga
ke bukit Gajahmungkur, Mugas, Mrican, Gunungsawo
Simongan, dan bukit-bukit kecil lainnya. Dalam proses
176
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
berjalannya waktu, terjadilah pendangkalan dan endapan
lumpur, sehingga timbullah suatu dataran baru, yang di
kemudian hari dikenal kota bawah dan kota atas. Adanya kota
atas dan kota bawah inilah yang membuat Semarang menjadi
unik dan indah.
Ketika seseorang memasuki kota Semarang, akan terlihat
suatu pemandangan indah, suatu garis pantai dengan latar
belakang gedung-gedung dan bukit-bukit yang mengelilingi
kota, ditambah lagi jika udara cerah akan tampak pula dari
kejauhan gunung Ungaran, gunung Merbabu, bahkan pula
gunung Merapi dan Telomoyo jika seseorang berada di kota
atas.
Jika berkendaraan ke arah timur menuju Demak, dari
kejauhan akan tampak pula gunung Muria dan apabila
bersepeda ke arah barat menuju Mijen atau Kendal akan
tampak dari kejauhan gunung Sindoro. Keindahan kota
Semarang yang menakjubkan, maka tidak salah ketika kiranya
orang Belanda menyebutnya sebagai Venesia dari timur (Tio
t.th.:7). Rinkes menyebut kota Semarang sebagai “de oude stat”. Pada zaman Hindu dahulu di daerah Gereja Blenduk sekarang
masih berupa lautan. Semarang memiliki sungai yang namanya
unik, yaitu sungai Kaligarang.
Van Bemmelen menjelaskan bahwa secara geologis, muara
sungai Kaligarang merupakan suatu pelabuhan alam bagi
daerah Semarang yang letaknya di belakang pulau terkenal
yaitu bukit Bergota dan Mugas. Realitasnya, pulau tersebut
merupakan pulau Tirang yang merupakan satu kesatuan pulau
di daerah perbukitan Bergota dan Mugas. Pada abad XV daerah
tersebut masih berupa jazirah. Mengapa pulau tersebut
dinamakan pulau Tirang? Menurut perkiraan Tio (t.th:7),
daerah tersebut merupakan rawa-rawa tempat bermuaranya
sungai-sungai di daerah itu, dan akibatnya lumpur-lumpur yang
terbawa mengendap, terjadilah beting-beting yang oleh para
177
BAB IV
PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG
nelayan disebut “Trang” atau “Tirangan” atau karena daerah
tersebut terdapat banyak tiram, yaitu sejenis spesies laut catrea imbricata, sehingga pulau tersebut dinamakan pulau Tirang.
Pada tahun 1678, seorang Belanda, Cornelis Speelman
mencatat betapa ramainya pelabuhan Semarang, melebihi
pelabuhan Jepara yang terletak di sebelah timur Semarang.
Bahkan berabad-abad yang lalu hingga abad ke XVI, di pantai
utara Jawa terdapat beberapa pangkalan dagang penting yang
sering disinggahi kapal-kapal pedagang dari mancanegara. Salah
satu pelabuhan penting yang disinggahi adalah pelabuhan
Jepara. Namun seiring berjalannya waktu, banyak pedagang
dari Arab, Tiongkok dan India yang singgah di pelabuhan
Semarang, karena letaknya yang strategis, alami, indah, dan
datarannya subur.
Pendapatan pajak yang diperoleh dari Semarang pada tahun
1677 melebihi pendapatan serupa yang diperoleh dari
pelabuhan Jepara, sehingga penguasa Belanda pada tahun 1708
menginstruksikan semua pejabat penting dan catatan-catatan
yang berkaitan dengan perdagangan pada waktu itu untuk
dipindahkan ke Semarang. Dari catatan sejarah diketahui pula
bahwa pada zaman Mataram kuno kira-kira abad VIII,
Semarang sudah dikenal sebagai kota pelabuhan penting, yang
jika dilihat sekarang kira-kira terletak di sekitar pasar Bulu di
kaki bukit Bergota, yang terdiri dari beberapa bukit kecil,
seperti bukit Brintik (kini masih bisa dilihat di perbukitan di
belakang gereja Kathedral) dan bukit Mugas, yang sekarang
terdapat gedung PTP dan gedung Unisbank di belakang pom
bensin hingga ke daerah Telogobayem. Di sebelah selatan dan
barat Bergota terdapat bukit Candi dan Simongan, yakni daerah
sekitar Gedong Batu sekarang dan pada waktu itu banyak
pendatang dari daratan Tiongkok yang singgah dan bermukim
di sana.
178
Studi tentang kontribusi Modal Sosial terhadap Resistensi PKL di Semarang
Para urban dan warga asli kota Semarang pasti akan
berusaha mencari tahu apa arti atau makna “Semarang”. Ada
beberapa versi mengenai asal mula nama Semarang.
Pertama, pada awal abad ke 16 pulau Tirang sudah dihuni oleh banyak penduduk dan di sana ada sedikit pohon asem.
Konon, karena pohon asem atau asam itu jarang atau arang,
maka daerah yang ada pohon tersebut dinamakan Semarang.
Kedua, cikal bakal Semarang di pulau Tirang, diperkirakan kawasan tersebut terlerak di bukit Bergota dan Mugas, tumbuh
beberapa pohon asem (asam+tirang = Semarang).
Ketiga, ada seorang kiai bernama Ki Pandan Arang, tinggal di suatu tempat di tepi pantai dekat bukit Bergota yang subur,
pohonnya cukup banyak dan rindang. Di kemudian hari,
daerah itu disebut dengan Semarang.
Kedatangan Ki Pandan Arang di pulau Tirang ini,
disebutkan dalam Serat Kandaning Ringgit Purwo (SKRP)
naskah KBG nomor 7 sebagai berikut.
Sinigeg wau rumiyin
Kucapen pulo Tirang
Ki Pandan Arang kang nami
Kalanya duk tinuding
Dateng sunan Bonang iku
Kinen truko puniko
Ing Tirang Amper anenggih
Duk semana akatah telukanira
Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah sebagai berikut.
Dipotong dahulu ceritera itu
Kisah pulau Tirang
Ki Pandan Arang namanya
Pada waktu ditunjuk
Oleh sunan Bonang
Disuruh membuak tanah itu
179
BAB IV
PKL DI TENGAH PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG
Yaitu di Tirang Amper
Pada waktu itu banyak orang
Yang takluk kepadanya.
Kota Semarang merupakan kota lama. Kota ini diperkirakan
sudah berdiri sejak zaman Hindia Belanda. Tio (t.th.:8-9)
dengan mengutip pandangan Amen Budiman, menyebutkan
bahwa Semarang lahir pada tahun 1398 tahun saka atau tahun
1476 masehi, yakni diawali dengan kedatangan seorang pemuda
di daerah Bergota yang pada waktu itu masih berupa jazirah
bernama Tirang. Pemuda yang di kemudian hari diketahui
bernama Ki Pandan Arang bertugas mengislamkan penduduk
yang bermukim di daerah Tirang. Dengan berjalannya waktu,
pengikut Ki Pandan Arang bertambah banyak hingga di daerah
Tirang makin banyak penduduk yang beragama Islam.
Ki Pandan Arang I yang nama lainnya adalah Ki
Pandanaran diangkat sebagai penguasa pertama kota Semarang.
Ki Pandan Arang meninggal pada tahun 1496, dimakamkan di
Karang Winara (sekarang namanya Bubakan) dan pada masa
pemerintahan kolonial Hindia Belanda makam tersebut
dipindahkan ke Mugas hingga sekarang. Keturunan Ki Pandan
Arang, yaitu Kiai Pandan Arang II atau Sunan Tembayat
ditunjuk oleh pemerintah kerajaan Demak sebagai Bupati
Semarang yang pertama pada tanggal 2 Mei 1547 dan
meresmikan Tirang Amper menjadi pusat kegiatan penyiaran
agama Islam. Pada tanggal 29 April 1978, sidang paripurna
DPRD kota Semarang menetapkan tanggal 2 Mei 1547 sebagai
hari jadi kota Semarang.
Dari legenda atau kisah di atas, diketahui bahwa pada
zaman dahulu di Semarang banyak tumbuh pohon asam atau
asem. Pohon ini banyak manfaatnya. Buah, daun maupun
batangnya, dapat digunakan untuk bumbu masak, obat, dan
keperluan rumah tangga lainnya. Pohon asem yang dahulu
banyak tumbuh di jalan-jalan di kota Semarang seperti jalan
180
Studi tentang kontribusi Modal Sosia