sorgum1

19
BAB 15. SORGUM Pengenalan Tanaman Sorgum merupakan tanaman asli dari wilayah-wilayah tropis dan subtropis di bagian Pasifik tenggara dan Australasia, wilayah yang meliputi Australia, Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (japonicum). Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama “Cantel” ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan). Sorgum memiliki tinggi rata-rata 2,6 sampai 4 meter. Pohon dan daun sorgum sangat mirip dengan jagung. Pohon sorgum tidak memiliki kambium. Jenis sorgum manis memiliki kandungan yang tinggi pada batang gabusnya sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan baku gula sebagaimana halnya tebu. Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat dengan ujung mengerucut, berukuran diameter + 2 mm. Satu pohon sorgum mempunyai satu tangkai buah yang

Upload: githaekarosalina

Post on 26-Jul-2015

136 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sorgum1

BAB 15. SORGUM

Pengenalan Tanaman

Sorgum merupakan tanaman asli dari wilayah-wilayah tropis dan subtropis

di bagian Pasifik tenggara dan Australasia, wilayah yang meliputi Australia,

Selandia Baru dan Papua. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan

marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies-spesies

tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor

(japonicum). Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama

“Cantel” ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung,

hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi,

tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga

sering disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan).

Sorgum memiliki tinggi rata-rata 2,6 sampai 4 meter. Pohon dan daun

sorgum sangat mirip dengan jagung. Pohon sorgum tidak memiliki kambium.

Jenis sorgum manis memiliki kandungan yang tinggi pada batang gabusnya

sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan baku gula

sebagaimana halnya tebu. Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum

berbentuk bulat dengan ujung mengerucut, berukuran diameter + 2 mm. Satu

pohon sorgum mempunyai satu tangkai buah yang memiliki beberapa cabang

buah. Sorgum dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

1.a. Tangkai Sorgum 1.b. Biji Sorgum

Gambar 1. Tanaman Sorgum (www.australian–insects.com dan www. purcellmountainfarms. com)

Page 2: Sorgum1

Teknik budidaya yang diperlukan dalam penanaman tanaman sorgum tidak jauh

berbeda dengan tanaman serealia lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

adalah persiapan lahan, pengairan, pola tanam dan pemanenan.

a) Lahan

Lahan sebaiknya telah diolah/dipacul/dibajak/digaru sebelum dilakukan

penanaman. Pemberian pupuk kandang (5-10 ton/ha) pada lahan yang siap tanam

sangat dianjurkan. Ajir dipasang untuk meluruskan barisan dalam penugalan

lubang tanam. Benih sorgum ditanam dalam lubang secara berbaris dengan jarak

tanam 70 cm (antar baris) dan 10 cm (dalam baris). Setelah benih ditaruh dalam

lubang sebaiknya ditutup dengan abu.

b) Curah hujan / Pengairan

Ditanam pada awal musim hujan, penentuan waktu tanam yang tepat

agarmemperhitungkan masa masaknya biji jatuh pada musim kemarau. Hal ini

untuk menghindari kerusakan pada saat pembungaan dan menghindari serangan

cendawan.

Setelah benih ditanam maka perlu dilalukan pengairan untuk menjaga kelembaban

tanah. Benih hanya akan dapat tumbuh bila tanah cukup lembab dan kandungan

air cukup untuk proses perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman muda.

Kelembaban tanah perlu terus dijaga sampai tanaman berumur 4 minggu (1 bulan)

setelah tanam. Dari segi kebutuhan terhadap air, sorgum memiliki beberapa

keunggulan dibandingkan dengan tanaman sejenis. Sorgum termasuk tanaman

yang tahan terhadap kekeringan. Sebagai perbandingan, 1 kg bahan kering sorgum

hanya memerlukan sekitar 332 kg air selama pembudidayaan, sedangkan pada

jumlah bahan kering yang sama, jagung membutuhkan 368 kg, barley 434 kg dan

gandum 514 kg air.

c) Pola Tanam

Sorgum dapat ditanam secara monokultur (hanya tanaman sorgum yang ditanam

di suatu lahan) ataupun dengan cara tumpang sari (menanam tanaman sorgum

bersama-sama dengan tanaman lain. Untuk tanaman monokultur diperlukan benih

10-15 kg/ha,sedangkan dengan cara tumpangsari, kebutuhan benih tergantung

kepada jarak tanam dan metode tumpangsari yang digunakan.

Page 3: Sorgum1

1) Jarak tanam untuk monokultur: 75 x 40 cm dengan 4 tanaman/lubang dan 75 x

20 cm: 2 tanaman/lubang.

2) Jarak tanam untuk tumpangsari: Stripcropping (1 baris): 200 x 25 cm dan

Stripcropping (> 2 baris): 75 x 25 x 400 cm.

3) Benih ditanam cara tugal sedalam 4-5 cm (5-12 biji/lubang).

Pupuk yang diperlukan adalah urea dengan dosis 100 kg/ha, TSP dan KCl

dengan dosis masing-masing 60 kg /ha. Masing-masing pupuk diberikan 3 kali

yaitu 1/3 pada waktu tanam, 1/3 pada saat tanaman berumur 3 minggu, dan 1/3

pada saat tanaman berumur 7 minggu. Pupuk diberikan dalam larikan diantara

baris tanaman, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pupuk majemuk (pupuk

compound) juga baik untuk tanaman sorgum dan untuk dosis pemakaian dapat

mengikuti anjuran seperti tertera pada kemasan pupuk yang

bersangkutan.Pemeliharaan tanaman adalah berupa pengendalian Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat berupa gulma, hama dan penyakit

tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual atau menggunakan

herbisida. Beberapa hama yang sering ditemui dalam budidaya tanaman sorgum

adalah penggerek batang dan ulat malai. Pengendalian hama yang berasal dari

tanah mungkin dapat dilakukan dengan penaburan insektisida seperti Furadan 3G.

Sedangkan pengendalian penyakit pada batang atau daun dapat dilakukan dengan

fungisida seperti Deicis, Basudin dsb. Hama lain yang banyak menyerang

tanaman sorgum adalah tikus dan burung. Merujuk pada pengalaman di India,

untuk perkebunan sorgum yang luas, pengusiran hama burung dapat dilakukan

dengan pengaturan sistem amplitudo suara. Adapun metode lain yang dapat

dilakukan adalah penyungkupan, yaitu pembungkusan tangkai biji sorgum agar

serangga dan burung tidak dapat menyerang.

Hendaknya tanaman dipanen pada saat biji telah mencapai masak fisiologis,

yaitu ditandai dengan hilangnya cairan dan berganti tepung saat biji dihancurkan

dengan jari. Setelah itu beberapa malai diikat jadi satu dan digantung terbalik

untuk proses pengeringan. Setelah kering biji dirontok dan dikeringkan lebih

lanjut sampai kadar air biji mencapai 14 % untuk disimpan lama.

Page 4: Sorgum1

Potensi

Di Indonesia saat ini terdapat beberapa varietas sorgum yang

dikembangkan. Total terdapat 9 jenis varietas yang dijadikan varietas sorgum

unggulan Indonesia yaitu : UPCA, Keris, Mandau, Higari, Badik, Gadam,

Sangkur, Numbu dan Kawali. Beberapa daerah telah menjadi sentra produksi

sorgum di Indonesia. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan daerah-daerah penghasil

sorgum berdasarkan data yang terdapat di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Departemen Pertanian (2007).

Tabel 1. Persebaran Daerah Penghasil Sorgum di Indonesia

Propinsi Daerah Penghasil Peta Persebaran

Jawa Barat Indramayu, Cirebon,

Kuningan, Ciamis, Garut,

Cianjur dan Sukabumi

Jawa Tengah Tegal, Kebumen, Kendal,

Demak, Grobogan,

Boyolali, Sukoharjo dan

Wonogiri

DI.

Yogyakarta

Kulon Progo, Sleman,

Bantul dan Gunung

Kidul

Jawa Timur Pacitan, Bojonegoro,

Tuban, Lamongan,

Bangkalan, Pamekasan,

Sampang, Sumenep,

Pasuruan, Probolinggo,

Malang dan Lumajang

Page 5: Sorgum1

NTB Lombok Tengah,

Sumbawa, Dompu dan

Bima

NTT Sumba Barat, Sumba

Timur, Manggarai,

Ngada, Ende, Sikka,

Flores Timur, Lembata,

Alor, Timor Tengah

Utara, Kupang, Belu,

Timor Tengah Selatan

dan Rote Ndao

Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian (2007).

Produktivitas sorgum di Indonesia sangat berfluktuatif. Hal ini

dikarenakan budidaya tanaman sorgum masih sangat dipengaruhi oleh isu dan tren

di masyarakat. Selain itu, tingkat penanaman sorgum belum mencapai jumlah

yang stabil karena belum adanya pemanfaatan sorgum untuk keperluan tertentu.

Pada saat isu dan tren bahan bakar alternatif (biofuel) sedang hangat dibicarakan

oleh seluruh pihak, para petani sangat bersemangat dalam menanam sorgum.

Namun ketika harga minyak dunia kembali turun dan bioenergi kurang menjadi

topik pembahasan, para petani kebingungan dalam menjual hasil budidaya

sorgumnya. Mereka pun kemudian enggan untuk kembali menanam sorgum pada

musim tanam berikutnya.

Mulai tahun 2007 Perhutani Jawa Tengah telah memulai penanaman 4.000

ha sorgum sebagai bagian dari program alokasi 78.000 ha lahan untuk tanaman

penghasil bioenergi (www.inaplas.org). Pada bulan Juni 2008, Tim

pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) melaporkan telah dilakukannya

pengembangan 20 hektar lahan budidaya sorgum sebagai langkah awal dari

program budidaya tanaman bioenergi (www.detikfinance.com). Sementara itu,

situs bioenergi www.indobiofuel.com melaporkan bahwa Departemen Pertanian

menargetkan pengembangan sorgum dari tahun ke tahun yaitu tahun 2007

sebanyak 57.000 ton dengan luas lahan tanam 19.000 hektare dan akan

Page 6: Sorgum1

ditingkatkan pada tahun 2009 dengan menargetkan produksi 75.000 ton. Rata-rata

produktivitas sorgum di daerah-daerah penghasil sorgum cukup bervariasi. Data

produktivitas daerah-daerah penghasil sorgum yang teridentifikasi pada tahun

2003 diperlihatkan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Produktivitas Sorgum di Indonesia

Tempat Luas tanam (ha) Produksi (t) Produktivitas (ha/t)

Jawa Tengah 15.309 17.350 1,13

Jawa Timur 5.963 10.522 1,76

DI Yogyakarta 1.813 670 0,37

Nusa Tenggara Barat 30 54 1,80

Nusa Tenggara Timur 26 39 1,50

Sumber : Sirappa, 2003

Sorgum merupakan tanaman yang mempunyai banyak kegunaan. Hampir

seluruh bagian dari tanaman sorgum seperti biji, tangkai biji, daun, batang dan

akar dapat dimanfaatkan. Produk-produk turunan seperti gula, bioetanol, kerajinan

tangan, pati, biomas dan lain-lain merupakan beberapa produk yang dapat

dihasilkan dari tanaman sorgum. Dari beberapa produk tersebut, produk utama

tanaman sorgum adalah biji dan batangnya. Biji sorgum merupakan bagian dari

kelompok serealia sebagaimana halnya gandum dan jagung. Biji sorgum memiliki

kandungan tepung dan pati yang sangat potensial. Adapun batang sorgum

terutama jenis sorgum manis memiliki kandungan nira sebagaimana halnya

tanaman tebu. Nira sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula

dan bioetanol.

Produk lain yang dapat dikembangkan dari keseluruhan bagian tanaman

sorgum adalah biomass. Batang, daun, akar, merupakan bagian yang potensial

untuk dikembangkan sebagai biomass. Di bawah ini adalah gambar pohon industri

dari tanaman sorgum.

Page 7: Sorgum1

Gambar 15.2. Pohon Industri Tanaman Sorgum

Pemanfaatan Saat Ini

Kandungan protein pada biji sorgum juga sangat tinggi, dibandingkan

sumber pangan lain seperti beras, singkong dan jagung, sorgum mempunyai kadar

protein yang paling tinggi. Dibandingkan beras, sorgum juga unggul dari segi

kandungan mineral seperti Ca, Fe, P dan kandungan vitamin B1-nya. Kandungan

nutrisi sorgum dibandingkan dengan produk serealia yang lain ditunjukkan oleh

Tabel 3. berikut ini.

Tabel 3. Kandungan nutrisi sorgum dalam 100 g bahan dibanding bahan pangan

lainnya.

Bahan

Pangan

Kalori

(kal)

Protei

n (g)

Lemak

(g)

Karbohidra

t (%)

Air

(%)

Serat

(mg)

Ca

(mg)

P

(mg)

Fe

(mg)

Sorgum 332 11 3,30 73 11,20 2,30 28 287 4,40

Beras 360 7 0,70 79 9,80 1 6 147 0,80

Jagung 361 9 4,50 72 13,50 2,70 9 380 4,60

Kentang 83 2 0,10 19 - 11 56 0,70

Page 8: Sorgum1

Ubi

kayu

157 1,20 0,30 35 63 - 33 40 0,70

Ubi jalar 123 1,80 0,70 28 - - 30 49 0,70

Terigu 365 8,90 1,30 77 - - 16 106 1,20

Sumber: Beti et al. (1990).

Kandungan nutrisi sorgum yang begitu tinggi tersebut saat ini belum dapat

dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan pengembangan sorgum sendiri

belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Para petani masih

setengah hati untuk menanam sorgum karena nilai jual sorgum belum tinggi

sebagaimana halnya produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan

kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala

dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan

peralatan pengolahan pasca panen lainnya.

Saat ini sorgum masih dimanfaatkan hanya sebatas potensi utamanya saja

yaitu dari bijinya. Adapun potensi lainnya seperti akar, daun dan tangkai biji

hanya dimanfaatkan seadanya saja seperti untuk pakan ternak dan kompos. Nira

sorgum merupakan produk yang memiliki keunggulan bahkan apabila

dibandingkan dengan nira tebu. Keunggulannya terletak pada tingkat

produktivitas dan ketahanan tanaman sorgum. Sebagaimana diketahui bahwa

tanaman tebu merupakan tanaman yang memiliki tuntutan perawatan yang cukup

tinggi, atau dengan kata lain, tanaman tebu lebih manja perawatan dibandingkan

dengan tanaman sorgum. Berikut di bawah ini adalah beberapa keunggulan

tanaman sorgum dibandingkan dengan tebu, sedangkan komposisi nira sorgum

dibandingkan dengan nira tebu dapat dilihat pada Tabel 3. Produksi biji dan

biomass lebih besar dibandingkan dengan tebu. Tanaman tebu tidak menghasilkan

biji sebagaimana halnya sorgum sehingga produk utama tanaman tebu hanya

berupa nira dari batang. Perbandingan karakteristik budidaya sorgum dengan tebu

dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Perbandingan Karakteristik Budidaya Sorgum dengan Tebu

Karakteristik Sorgum Tebu

Produktivitas Biji dan biomass Biomass

Lahan Tanam Marginal Subur

Page 9: Sorgum1

Kebutuhan air 332 kg / kg bahan

kering

3 kali sorgum

Laju Fotosintesis Tinggi dan cepat Lebih rendah

Kebutuhan benih 4,5-5 kg / ha 4.500-6.000 kg stek / ha

Umur Produksi 3-4 bulan > 10 bulan

Perbanyakan

Benih

Benih baru dan dari

tunas

Benih baru

Sumber : Setyaningsih (2009)

Keunggulan sorgum dibandingkan dengan tebu juga dapat dilihat pada

karakteristik nira yang dihasilkan. Sorgum dapat menghasilkan nira yang

memiliki kadar gula yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu.

Walaupun demikian, terdapat beberapa kekurangan nira sorgum dibandingkan

dengan nira tebu, yaitu dalam kadar pati serta abunyayang jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan nira tebu. Perbedaan karakteristik nira sorgum dengan nira

tebu dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Komposisi Nira Sorgum dan Nira Tebu

Komposisi Nira sorgum Nira tebu

Brix (%) 13.6 – 18.40 12 - 19

Sukrosa 10.0 -14.40 9 -17

Gula reduksi (%) 0,75 – 1,35 0,48 – 1,52

Abu (%) 1,28 – 1,57 0,40 – 0,70

Amilum (ppm) 209 – 1764 1,50 - 95

Asam akonitat 0,56 0,25

Page 10: Sorgum1

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (1996)

Dari Tabel 4 diatas, terlihat bahwa kadar gula (dalam derajat Brix) nira

sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan nira tebu. Nira sorgum memiliki

kelemahan dalam kadar abu, amilum dan asam akonitat yang lebih tinggi

dibandingkan dengan nira tebu. Dalam pengembangan bahan bakar nabati yang

memanfaatkan beberapa komoditas tanaman pangan seperti tebu, singkong,

kedelai, jagung, dan lain-lain, terdapat kekhawatiran pengembangan tersebut akan

menyebabkan kenaikkan harga komoditi tersebut secara global. Sebenarnya bagi

Indonesia sebagai negara agraris merupakan suatu peluang untuk

mengembangkan komoditi-komoditi tersebut di seluruh wilayah Indonesia yang

masih luas. Apalagi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk

mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM dan Instruksi

Presiden No 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan

Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain.

Salah satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama dikembangkan untuk

menggantikan BBM adalah bioetanol (etil alkohol) yang dibuat dari biomassa

(tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Ada berbagai jenis

tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku bioetanol, salah satu

diantaranya yang paling potensial dikembangkan di Indonesia adalah tanaman

sorgum manis (Sorgum bicolor L. Moench). Tanaman sorgum memiliki

keunggulan tahan terhadap kekeringan dibanding jenis tanaman serealia lainnya.

Tanaman ini mampu beradaptasi pada daerah yang luas mulai 45 oLU sampai

dengan 40 oLS, mulai dari daerah dengan iklim tropis-kering (semi arid) sampai

daerah beriklim basah. Tanaman sorgum masih dapat menghasilkan pada lahan

marginal. Budidayanya mudah dengan biaya yang relatif murah, dapat ditanam

monokultur maupun tumpangsari, produktifitas sangat tinggi dan dapat diratun

(dapat dipanen lebih dari 1x dalam sekali tanam dengan hasil yang tidak jauh

berbeda, tergantung pemeliharaan tanamannya). Selain itu tanaman sorgum lebih

resisten terhadap serangan hama dan penyakit sehingga resiko gagal relatif kecil.

Tanaman sorgum berfungsi sebagai bahan baku industri yang ragam kegunaannya

besar dan merupakan komoditas ekspor dunia.

Page 11: Sorgum1

Tanaman sorgum termasuk tanaman pangan (biji-bijian), tetapi lebih banyak

dimanfaatkan sebagai pakan ternak (livestock fodder). Tanaman sorgum manis

sering disebut sebagai bahan baku industri bersih (clean industry) karena hampir

semua komponen biomasa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri.

Pemanfaatan sorgum manis secara umum diperoleh dari hasil-hasil utama (batang

dan biji) serta limbah (daun) dan hasil ikutannya (ampas/bagasse).

Bioetanol dibuat dari nira batang sorgum manis, bijinya diproses menjadi

tepung untuk menggantikan tepung beras atau terigu sebagai bahan pangan. Biji

sorgum juga bisa menggantikan jagung yang banyak digunakan sebagai bahan

baku dalam industi pakan ternak. Daun sorgum dapat dimanfaatkan sebagai

hijauan pakan ternak. Selain itu ternyata ampas batang sorgum (bagasse) yang

telah diambil niranya dapat dimanfaatkan seratnya sebagai bahan baku pulp dalam

industri kertas. Dalam hal ini pengembangan tanaman sorgum justru mendukung

program pemerintah dalam rangka ketahanan pangan (program swasembada

pangan) dan energi (program desa mandiri energi), selain itu juga mendukung

pengembangan industri lainnya yaitu penggemukan sapi (swasembada daging)

dan industri pulp (kertas).

Page 12: Sorgum1

DAFTAR PUSTAKA

Beti, Y.A., A. Ispandi, dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi No. 5. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang

BPTP NTT. 2005. Budidaya Sorgum.

Fanindi, Achmad., Siti Yuhaeni Dan Wahyu H. 2005. Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Sorgum (Sorghum Bicolor (L) Moench Dan Sorghum Sudanense (Piper) Stafp) Yang Mendapatkan Kombinasi Pemupukan N, P, K Dan Ca. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. Balai Penelitian Ternak. Bogor

Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum manis komoditi harapan di propinsi kawasan timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No.4-1996: 6− 12.

Kebun Penghasil Bensin. www.trubusonline.com

Setyowati, Mamik., Hadiatmi dan Sutoro. 2005. Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman Induk dan Ratoon. Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor

Setyaningsih, Dwi. 2009. Kuliah Teknologi Bioenergi. TIP-IPB. Bogor.

Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar.

Supriyanto dan Bambang Purnomo. Pengembangan Agroindustri Bioetanol Berbasis Sorgum Secara Terpadu Dan Berkelanjutan.

www.australian–insects.com

www.detikfinance.com

www.inaplas.org

www.ristek.go.id

Page 13: Sorgum1

www.purcellmountainfarms.comY.A., Rahmi, Syuryawati, Zubachtirodin. 2007. Teknologi Budidaya Gandum.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.