sop tht revisi

17
1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TELINGA,HIDUNG DAN TENGGOROKAN

Upload: petrus-yulianto-ethuz

Post on 07-Nov-2015

125 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

1

12

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURTELINGA,HIDUNG DAN TENGGOROKAN

DAFTAR ISI

ABSES PERITONSILER 3EPISTAKSIS 5FARINGITIS 8TONSILITIS AKUT 10COMMON COLD 11

ABSES PERITONSILER

No Dokumen

DR/06/01No Revisi

Halaman

1/2

Prosedur TetapTanggal Terbit

Ditetapkan,Direktur

Pengertian Abses Peritonsiler adalah penimbunan nanah di daerah sekitar tonsil (amandel).Abses peritonsiler merupakan komplikasi dari tonsilitis.Abses peritonsiler bisa menyerang anak-anak yang lebih besar, remaja dan dewasa muda. Tetapi sejak penggunaan antibiotik untuk mengobati tonsilitis, penyakit ini sekarang relatif jarang ditemukan.PENYEBABPenyebabnya biasanya adalah bakteri streptokokus beta hemolitik grup A.Salah satu atau kedua tonsil terinfeksi, terbentuk nanah dan menyebar dari tonsil ke jaringan di sekitarnya.Infeksi bisa menyebar ke langit-langit mulut, leher ataupun dada (termasuk paru-paru).GEJALAGejalanya berupa:a. Nyeri tenggorokanb. Pembengkakan kelenjar getah bening leherc. air liur menetesd. sakit kepalae. demamf. suara serak (kadang-kadang).DIAGNOSADiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Pada pemeriksaan leher dan tenggorokan, tonsil, langit-langit, tenggorokan, leher dan kulit dada tampak merah dan membengkak.Pembiakan cairan yang berasal dari abses bisa menunjukkan adanya bakteri.

Tujuan Penanganan yang tepat dapat menghidari komplikasi lebih lanjut

Kebijakan Rawat inap bila :1. Penderita sulit menelan2. Kondisi umum melemah

ABSES PERITONSILER

No Dokumen

DR/06/01No Revisi

Halaman

2/2

Prosedur 1. Pastikan kondisi umum pasien2. Berikan antibiotik oral ampisilin/amoksisilin 3-4 x 250-500 mg atau sefalosporin 3-4 x 250-500 mg,atau metronidazol 3-4 x 250-500 mg3. Berikan obat simtomatik seperti analgetik oral,multivitamin 4. Bila pasien sulit menelan dan minum obat,dokter jaga motivasi keluarga dan pasien untuk rawat inap5. Pengobatan oral diganti dengan iv lewat pemasangan infus6. Berikan obat kumur 2xsehari seperti betadin kumur7. Dokter jaga segera konsultasi dokter Spesialis THT

Unit terkaitPoliklinik,UGD,rawat inap

EPISTAKSIS

No Dokumen

DR/06/02No Revisi

Halaman

1/3

PROSEDUR TETAPTanggal Terbit

Disetujui oleh,Direktur RSKB RAM

Pengertian Perdarahan Hidung (Epistaksis, Mimisan) adalah pardarahan yang berasal dari hidung.Penyebab1. Infeksi lokal Vestibulitis Sinusitis2. Selaput lendir yang kering pada hidung yang mengalami cedera Trauma, misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, adanya benda asing di hidung, trauma pembedahan atau iritasi oleh gas yang merangsang Patah tulang hidung3. Penyakit kardiovaskuler Penyempitan arteri (arteriosklerosis) Tekanan darah tinggi4. Infeksi sistemik Demam berdarah Influenza Morbili Demam tifoidKelainan darah Anemia aplastik Leukemia Trombositopenia Hemofilia Telangiektasi hemoragik herediter6. Tumor pada hidung, sinus atau nasofaring, baik jinak maupun ganas7. Gangguan endokrin, seperti pada kehamilan, menars dan menopause8. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak (seperti pada penerbang dan penyelam/penyakit Caisson) atau lingkungan yang udaranya sangat dingin

EPISTAKSIS

No Dokumen

DR/06/02No Revisi

Halaman

2/3

Pengertian 9. Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan mimisan ringan disertai ingus berbau busuk10. Idiopatik, biasanya merupakan mimisan yang ringan dan berulang pada anak dan remaja. Gejala Epistaksis dibagi menjadi 2 kelompok: Epistaksis anterior : perdarahan berasal dari septum (pemisah lubang hidung kiri dan kanan) bagian depan, yaitu dari pleksus Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior. Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk, darah akan keluar dari salah satu lubang hidung. Seringkali dapat berhenti spontan dan mudah diatasi.Epistaksis posterior : perdarahan berasal dari bagian hidung yang paling dalam, yaitu dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada usia lanjut, penderita hipertensi, arteriosklerosis atau penyakit kardiovaskular. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan. Darah mengalir ke belakang, yaitu ke mulut dan tenggorokanDiagnosaDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Pemeriksaan Penunjang untuk memperkuat diagnosis epistaksis: Pemeriksaan darah tepi lengkap Fungsi hemostatis Tes fungsi hati dan ginjal Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan nasofaring

Tujuan Penanganan yang tepat dapat menghidari terjadinya perdarahan lebih lanjut

Kebijakan Rawat inap bila:1. Penderita mengalami perdarahan hebat2. Dari hasil pemeriksaan terdapat tanda syok3. Penderita usia lanjut

EPISTAKSIS

No Dokumen

DR/06/02No Revisi

Halaman

3/3

Prosedur 1. Perhatikan keadaan umum pasien. 2. Tenangkan kondisi pasien dan keluarga3. Pastikan bahwa pasien tidak dalam keadaan syok. Jika ada riwayat telah terjadi perdarahan hebat, segera pasang Infus, periksa darah rutin, pemeriksaan fungsi pembekuan dan golongan darah dilakukan jika perlu transfusi darah. Jika pasien dalam keadaan syok, segera pasang infus dan pemberian obat-obat yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan umum.4. Menghentikan perdarahan a. Epistaksis Anterior Epistaksis anterior Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan vaskular berkurang dan mudah membatukkan darah dari tenggorokan Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara menekan cuping hidung selama 5-10 menit Jika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarahan, maka dipasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidocain atau pantocain untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri Bila dengan cara tersebut perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasangan tampon anterior yang telah diberi salep antibiotika agar tidak melekat sehingga tidak terjadi perdarahan ulang pada saat tampon dilepaskan. Tampon anterior dimasukkan melalui lubang hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga hidung dan harus menekan sumber perdarahan. Tampon dipasang selama 1-2 hari. Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penderita tidak perlu dirawat dan diminta lebih banyak duduk serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari. 2. Epistaksis posterior Pada epistaksis posterior, sebagian besar darah masuk ke dalam mulut sehingga pemasangan tampon anterior tidak dapat menghentikan perdarahan. Konsultasi dokter Spesialis THT

Unit terkait UGD,rawat inap,konsul dokter konsulen

FARINGITIS

No.dokumen

DR/06/03No.Revisi

Halaman

1/2

PROSEDUR TETAPTanggal terbitDisetujui oleh,Direktur RSKB RAM

Pengertian

Adalah peradangan pada mucosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, rhinitis, dan laryngitis.- Tanda / karakteristik : demam yang tiba-tiba, nyeri tenggorok, sakit kepala, nyeri telan, adenopati servikal anterior, malaise, mua, muntah, anoreksia.- Pemeriksaan fisik : faring, palatum, tonsil berwarna kemerahan, dan tampak adanya pembengkakan. Mungkin disertai eksudat yang purulen.- Penyebaba. Non bakteri (banyak dijumpai) : virus saluran nafas (adenovirus, influenzae, parainfluenzae, rhinovirus, dan Respiratory syncysial virus (RSV), Epstein Barr virus (EBV)b. Bakteri : Streptococcus pyogenesis, Corynebacterium diphterial, Neisseria gonorrhoeae

Tujuan 1. Mengatasi gejala secepat mungkin2. Membatasi penyebaran infeksi3. Mencegah komplikasi

Kebijakan Rawat inap bila penderita sulit menelan dan tidak mau makan

Prosedur 1. Berikan terapi simtomatik seperti Parasetamol : anak 10mg/kg BB/dosis, 3-4 x /hari atau ibuprofen : Dewasa 300-400 mg / Kg BB tiap 6-8 jam, maks 40 mg/Kg BB/hari Dextrometorphan : anak 2-5 th : 3-7,5 mg/dosis, 3-4 x/hari,Anak 6-12 th:7,5-15mg/dosis,3-4x/hari Gliseril Guaiyakolat: anak (6-12 tahun)50-100mg/dosis,Dewasa 100-300 mg/dosis Ambroxol / Asetil sistein : 2-5 th : 1,5 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi,5-10 th : 15 mg/ dosis 3x/hari

FARINGITIS

No.dokumen

DR/06/03No.Revisi

Halaman

2/2

Prosedur2. Berikan terapi kausal Antibiotika berupa: Amoksisilin Anak : 40-50 mg /kg BB / hari terbagi dalam 3 dosis Dewasa : 3 x 500 mg selama 5 hari Eritromosin (untuk pasien alergi penisilin) Anak : 30-50 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3-4 dosis Dewasa : 4 x 250-500 mg selama 5 hari3. Berikan obat kumur dengan larutan garam hangat atau kumur betadin 2 kali sehari4. Dokter jaga motivasi pasien dan keluarga untuk rawat inap bila sulit menelan dan tidak mau makan5. Konsul dokter Spesialis THT,bila keluhan berlanjut

Unit terkait Poliklinik ,rawat inap

TONSILITIS AKUT

No.dokumen

DR/06/04No.Revisi

Halaman

1/1

PROSEDUR TETAPTanggal terbitDisetujui oleh,Direktur RSKB RAM

Pengertian Adalah peradangan pada tonsil Etiologi: terbanyak karena Streptococcus hemolyticus, S.viridans dan S.pyogenesis. dapat juga oleh virus H.influensa, pneumokokus, stafilokokus Manifestasi klinik : demam kadang naik sampai 40C,disfagia,rasa gatal/kering tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia, otalgia. Tonsil tampak bengkak, merah,dengan dentritus berupa folikel atau membran.

Tujuan Mengatasi gejala secepat mungkin sehingga membatasi penyebaran infeksi dan komplikasi lebih lanjut

Kebijakan Konsul ke dokter Spesialis THT jika :1. Terjadi kekambuhan lebih dari 6 kali dalam setahun2. Terjadi tanda-tanda obstruksi ( kesulitan menelan, sulit bernafas dengan hidung )

Prosedur a. Berikan terapi kausal antibiotik berupa 1. Amoksisilin Anak : 40-50 mg /kg BB/hari, terbagi dalam 3 dosis Dewasa : 3 x 500 mg selama 5 hari2. Eritromisin (untuk pasien alergi penicilin) Anak 40-50 mg/KgBB/hari dalam dosis terbagi Dewasa 2 x 960 mgb. Berikan terapi simtomatik seperti1. Antipiretik : Parasetamol anak 10 mg/kg BB/dosis, 3-4 x/hari Ibuprofen : Dewasa 300-400 mg/dosis. Tiap 4-6 jam, maks 3,2 g / hari,Anak (6-12 th) 10 mg / KgBB tiap 6-8 jam, maks 40 mg/Kg BB/haric. Berikan Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektand. Konsultasi ke dokter Spesialis THT bila perlu

Unit terkaitPoliklinik,dokter spesialis THT

COMMON COLD

No.dokumen

DR/06/05No.Revisi

Halaman

1/2

PROSEDUR TETAPTanggal terbitDisetujui oleh,Direktur RSKB RAM

Pengertian Etiologi : rhinovirus,adenovirus Gejala: hidung tersumbat,beringus,bersin-bersin,tenggorokan gatal Pemeriksaan fisik : nasal hiperemis,mocosa edem dan berair

Tujuan Memberikan terapi dengan tepat untuk menghindari gejala yang lebih berlanjut

Kebijakan Bila sudah diberikan terapi dan gejala tetap berlanjut lebih dari 1 minggu segera lakukan pemeriksaan penunjang

ProsedurTerapia. Simptomatik Dekongestan :Eefedrin dewasa : 25-30 mg/dosis 3x/hari, anak-anak 1 mg/ kg BB dengan dosis 3-4 x/hariTergantung simptom yang munculb. Diberikan antibiotika, bila gejala menetap selama 1 minggu (menunjukkan adanya infeksi tumpangan bakteri) yang ditandai :1. Sekret hidung yang purulen berwarna hijau atau kuning2. Sakit kepala sebelah3. Nyeri gigi4. Disfagia berat5. Eksudat di faring6. Pembesaran kelenjar limfe di leher yang nyeri tekan Dewasa :1. Amoxycilin 3 x 500 mg, atau2. Trimetophrim-sulfamethoxazole 2 x 960 mg

COMMON COLD

No.dokumen

DR/06/05No.Revisi

Halaman

2/2

Prosedur Anak-anak :1. Amoxycilin : Untuk kurang dari 20 kg, dosis 20-40 mg/hari BB/hari, dibagi dalam 3 dosis Untuk lebih dari 20 kg, dosis 40-50 mg/hari BB/hari, dibagi dalam 3 dosis2. Trimetophrim-sulfamethoxazole 40-50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis (untuk usia di atas 2 bulan)c. Lakukan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dan Foto Rotgen SPN,bila sudah diberkan terapi dan tidak ada perubahand. Konsultasi dokter Spesialis THT,bila gejala dominan ke arah sinusitis

Unit terkaitPoliklinik,Radiologi,laborat,dokter konsulen