solution manual akuntansi sektor publik

7
1.a. Proses penyusunan APBN diuraikan pada UU No. 17 tahun 2003 pasal 11 hingga 15, sedangkan proses penyusunan APBD diuraikan pada UU No. 17 tahun 2003 pasal 16 hingga 20. Proses penyusunan APBN (berdasarkan UU no. 17 tahun 2003 pasal 11 hingga 15: 1. Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan. 2. Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya. 3. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok- pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran. 4. Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya. Rencana kerja dan anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai dan disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun. Rencana kerja dan anggaran selanjutnya disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN. 5. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah. 6. Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang- undang tentang APBN, disertai nota keuangan dan dokumen- dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya. 7. Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang

Upload: sutan-fanandi

Post on 13-Aug-2015

38 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Prof Abdul Halim, untuk akuntansi sektor Publik FEB UGM

TRANSCRIPT

Page 1: Solution manual Akuntansi Sektor Publik

1.a. Proses penyusunan APBN diuraikan pada UU No. 17 tahun 2003 pasal 11 hingga 15, sedangkan

proses penyusunan APBD diuraikan pada UU No. 17 tahun 2003 pasal 16 hingga 20.

Proses penyusunan APBN (berdasarkan UU no. 17 tahun 2003 pasal 11 hingga 15:

1. Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.2. Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.3. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.4. Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya. Rencana kerja dan anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai dan disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun. Rencana kerja dan anggaran selanjutnya disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.5. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.6. Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya.7. Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat.8. Dewan Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.9. Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undangundang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.10. APBN yang disetujui dan disahkan oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang , maka Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

APBN di Indonesia menggunakan sistem masa tahun anggaran tahun kalender sejak tahun 2000.

Proses penyusunan APBD (berdasarkan UU no. 17 tahun 2003 pasal 16 hingga 20) :1. Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan.2. DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

Page 2: Solution manual Akuntansi Sektor Publik

3. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.4. Adapun dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah tahun berikutnya.Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun.5. Rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.6. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya.Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah diatur dengan Peraturan Daerah.7. Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.8. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.9. Pengambilan keputusan dan pengesahan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.10. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah , maka untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

Sumber:

http://fileq.wordpress.com/2012/02/20/proses-penyusunan-apbn/http://karangtangis.blogspot.com/2011/02/proses-penyusunan-apbd-dan-perubahan.html

1.b.

Badan Anggaran bertugas:

1. membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk menentukan pokok-pokok

kebijakan fiskal umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga

dalam menyusun usulan anggaran;

2. menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi

terkait;

3. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat diwakili

oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah mengenai alokasi

Page 3: Solution manual Akuntansi Sektor Publik

anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan kementerian/lembaga;

4. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana kerja dan

anggaran kementerian/lembaga;

5. membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBN; dan

6. membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

Analisis pada keadaan saat ini:

● Konsultasi antara Banggar dan komisi-komisi, khususnya Komisi yang membawahi keuangan/anggaran daerah, kemungkinan tidak efektif ketika Komisi tersebut terlalu mendominasi (lebih superior). Pada praktiknya Banggar sering ditempatkan hanya sebagai “juru bicara” DPR dalam hal penganggaran negara dan daerah (pembahasan rancangan APBD, APBD-P, dan pertanggungjawaban APBD) karena secara substantif sudah ada kesepakatan pada setiap fraksi ketika membicarakan politik anggarannya DPR.

● Banggar tidak bekerja sendiri dalam membahas KUA, PPAS, dan RAPBD, tetapi juga dibantu oleh semua anggota dewan yang lain, yang tergabung dalam komisi di dewan. Pembahasan isu sektoral oleh DPRD dilaksanakan oleh komisi-komisi yang ada di DPRD, sehingga kelengkapan data/informasi sektoral mutlak diperlukan oleh setiap komisi. Statistik daerah, regional, dan nasional selayaknya terarsipkan dengan baik, begitu pula isu-itu terkini hendaknya dapat teramati dan dianalisis dengan baik pula. Faktanya, hampir seluruh komisi DPRD di Indonesia tidak memiliki data atau statistik yang memadai. Itulah sebabnya mengapa DPRD selalu “kalah” dalam pembahasan isu dan kebijakan, termasuk kebijakan anggaran, dengan kepala daerah dan jajarannya. Selain itu, meski pun sudah diamanatkan dalam UU No.27/2009 dan PP No.16/2010, keberadaan tenaga ahli dan kelompok pakar/tim ahli belum dianggap penting oleh DPRD dan pemerintah daerah.

● Banggar bukanlah tim penyusun anggaran DPRD. Banggar hanya memberikan saran belaka kepada pimpinan DPRD, yang mendiskusikan anggaran untuk anggota DPRD dengan Sekretaris DPRD. Penyusunan rencana kerja dilakukan oleh semua alat kelengkapan DPRD sesuai dengan kebutuhan mereka, dengan difasilitasi oleh Sekretaris DPRD.

Bagi saya tugas Badan Anggaran sudah dapatkan dikatakan ideal dalam penempatannya dalam fungsi banggar. Namun, bukan ketidakmampuan Badan anggaran dalam menunaikan tugas yang membuat pelaksanaan badan anggaran kurang efektif, tetapi campur tangan dari pemerintah dan DPR sebagai pihak yang “lebih diatas” yang secara cerdas mengelabui sistem yang telah dibuat dan meloloskan begitu banyak dana negara yang menjadi tidak halal. Merupakan suatu langkah tepat apabila badan anggaran diberi independensi dan pemisahan wewenang dengan DPR yang saat ini begitu mampu mengubah hasil kerja Badan Anggaran.

Sumber:http://www.dpr.go.id/id/banggar

1.c.

Entitas sektor publik : Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Divisi : Pengendalian pada bagian pelayanan kuliah

Page 4: Solution manual Akuntansi Sektor Publik

Potensi Aktivitas Pengendalian

Ketidaksesuaian data presensi mahasiswa

dengan fakta di kelas.

1. Penerapan sistem absen-panggil oleh dosen

2. Sanksi berupa pengurangan nilai bagi

mahasiswa yang melakukan kecurangan

presensi.

3. Absen menggunakan teknologi (seperti

fingerscan)

Fasilitas kelas yang kurang memadai. 1. Petugas mengecek fasilitas kelas setiap

sebelum kelas dimulai.

2. Adanya data inventaris fasilitas kelas (jenis,

jumlah, dan usia barang)

3. Tersedianya telepon sebagai sarana bagi

dosen yang merasa kekurangan sarana

mengajar.

Hilangnya berbagai barang milik fakultas yang

ada di dalam kelas.

1. Adanya CCTV

2. Adanya cadangan untuk mengantisipasi

kekurangan atau barang yang hilang.

3. Pengecekan barang oleh petugas setiap

waktu transisi antar kelas.

Mahasiswa tidak mendapatkan kelas mata kuliah

yang ia butuhkan.

1. Jumlah dosen untuk tiap mata kuliah sesuai

dengan kebutuhan.

2. Jadwal antar mata kuliah penting disusun

sehingga meminimalisir bentrok.

3. Prioritas dalam input KRS bagi mahasiswa

yang memang wajib mengambil mata kuliah

tersebut pada semester tersebut.

Mahasiswa melakukan plagiarisme pada

tugasnya.

1. Pemanfaatan teknologi untuk

pendeteksian plagiarisme pada tugas tertulis

mahasiswa.

2. Adanya aturan tugas tertulis yang

menggunakan tulisan tangan.

3. Pemberlakukan hukuman sosial maupun

akademik.

Page 5: Solution manual Akuntansi Sektor Publik