slide pertemuan 4 pdf

TOLAK UKUR KETOKSIKAN RACUN

LAK UKUR KETOKSIKAN

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

1. TOLAK UKUR KUALITATIFMeliputi aksi toksik, jenis wujud efek toksik, sifat efek toksik, dan gejala gejala klinis pada diri si penderita atau subjek uji selama proses keracunan berlangsung

1. TOLAK UKUR KUALITATIFjenis wujud efek toksik, sifat

efek toksik, dan gejala gejala klinis yang nampak pada diri si penderita atau subjek uji selama proses keracunan berlangsung


Gejalagejala klinis merupakan berbagai gejala yang menandai wujud efek toksik, yang secara makroskopi setelah subyek terpejani dengan racun (misal denyut racun, warna kulit, pernafasan, besar pupil) tetapi untuk mengetahui ketoksikan ini perlu dilakukan uji toksisitas racun yang gunanya untuk mengetahui jenis keracunan itu sendiri akut atau kronis, penyebab keracunan itu, dll.

gejala klinis merupakan berbagai gejala yang menandai wujud efek toksik, yang secara makroskopi setelah subyek terpejani dengan racun (misal denyut racun, warna kulit, pernafasan, besar pupil) tetapi untuk mengetahui ketoksikan ini perlu dilakukan uji toksisitas racun yang gunanya untuk mengetahui jenis keracunan itu sendiri akut atau kronis, penyebab keracunan itu, dll.


Misalnya : pemejanan sodium nitrit yang akut pada subjek, akan menimbulkan jenis wujud efek toksik perubahan fungsional berupa anoksia (kekurangan atau ketiadaan oksigen dalam jaringan yg bersifat timbal balik). Wujud efek toksik tersebut diperantai oleh mekanisme ekstrasel, yakni nitrit menyebabkan berkurangnya pasok oksigen ke dalam sel atau jaringan dgn cara mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin dan anoksia tersebut ialah sianosis, takikardia, sesak nafas, dan gelisah. Bila prubahan fungsional ini tidak dapat tertanggulangi, maka akan berkembang menjadi perubahan struktural (misal nekrosis sel) yang sifatnya tak terbalikkan atau bahkan kematian

Misalnya : pemejanan sodium nitrit yang akut pada subjek, akan menimbulkan jenis wujud efek toksik perubahan fungsional berupa anoksia (kekurangan atau ketiadaan oksigen dalam jaringan yg bersifat timbal balik). Wujud efek toksik tersebut diperantai oleh mekanisme ekstrasel, yakni nitrit menyebabkan berkurangnya pasok oksigen ke dalam sel atau jaringan dgn cara mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin dan anoksia tersebut ialah sianosis, takikardia, sesak nafas, dan gelisah. Bila prubahan fungsional ini tidak dapat tertanggulangi, maka akan berkembang menjadi perubahan struktural (misal nekrosis sel) yang sifatnya tak terbalikkan atau bahkan kematian


2. TOLAK UKUR KUANTITATIFKadar atau dosis menjadi penentu ketoksikan

Misalnya : dengan mengubah-ubah takaran, kemudian diukur intensitas efek toksik yang timbul pada subjek. Dalam hal ini, dengan meningkatnya takaran, intensitas efeknya akan bertambah sampai maksimum.

UANTITATIF

Kadar atau dosis menjadi penentu ketoksikan

ubah takaran, kemudian diukur intensitas efek toksik yang timbul pada subjek. Dalam hal ini, dengan meningkatnya takaran, intensitas efeknya akan bertambah sampai maksimum.


Wujud Efek ToksikPerubahan

Biokimia Fungsional Struktural

Sianida Malation Tetrasiklin

-Hambatan Respirasi sel- Gangguan Pasok energi

-Anoksia-Pernapasan-Sistem Syaraf-Hiper/HipotensiDan lain-lain

Wujud Efek ToksikPerubahan

Biokimia Fungsional Struktural

Sianida Malation Tetrasiklin

Sistem SyarafHiper/Hipotensi

-Degenerasi-Proliferasi

-Inflamasi/Perbaikan


Sifat Efek Toksik

Terbalikkan Tak Terbalikkan

Sifat Efek Toksik

Terbalikkan Tak Terbalikkan


a. Kekerabatan takaranDalam sistem ini berlaku beberapa asumsi yaitu :a) Efek toksik merupakan fungsi kadar racun di tempat aksinyab) Kadar racun di tempat aksinya berhubungan dengan takaran keracunanc) Respons toksik menunjukkan hubungan sebab akibat dengan racun tersebut

b Kekerabatan Waktu-Pada kasus antaraksi yang terbalikka, jarang terjadi proses translokasi racun. Karena itu, biasanya eliminasi racun dari dalam tubuh mengikuti kinetika peringkat pertama (sebanding dengan perubahan kadar). Dengan demikian pada pemejanan yang kronis, mula-mula kadar racun dalam plasma akan naik secara perlahan-lahan, sampai ke kadar keadaan tunaknya. Keadaan tunak ini umumnya dapat dicapai setelah masa pemejanan 4 kali t1/2 racun.

Kekerabatan takaran-responDalam sistem ini berlaku beberapa asumsi yaitu :a) Efek toksik merupakan fungsi kadar racun di tempat aksinyab) Kadar racun di tempat aksinya berhubungan dengan takaran keracunanc) Respons toksik menunjukkan hubungan sebab akibat dengan racun tersebut

-responPada kasus antaraksi yang terbalikka, jarang terjadi proses translokasi racun. Karena itu, biasanya eliminasi racun dari dalam tubuh mengikuti kinetika peringkat pertama (sebanding dengan perubahan kadar). Dengan demikian

mula kadar racun dalam plasma akan naik lahan, sampai ke kadar keadaan tunaknya. Keadaan tunak

ini umumnya dapat dicapai setelah masa pemejanan 4 kali t1/2 racun.


Bila kadar toksik minimum (KTM) racun berada pada kadar keadaan tunak maka gejala gejala toksiknya akan cepat terlihat.

Pada kasus antaraksi tak terbalikan, profil kekerabatan waktu respons yang diperoleh berbeda sekali. Dimana pada kadar rendah pun efek racun tetap terlihat

Bila kadar toksik minimum (KTM) racun berada pada kadar keadaan tunak maka gejala gejala toksiknya akan cepat terlihat.

Pada kasus antaraksi tak terbalikan, profil kekerabatan waktu respons yang diperoleh berbeda sekali. Dimana pada kadar rendah pun efek racun


TERIMA KASIH


slide pertemuan 4 pdf

Documents