skripsi studi pengawetan sosis...
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
STUDI PENGAWETAN SOSIS MENGGUNAKAN
ASAM ASETAT - EKSTRAK LENGKUAS ( Alpinia galanga L .)
DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
Oleh :
MUJIONO
F24050851
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ii
STUDI PENGAWETAN SOSIS MENGGUNAKAN
ASAM ASETAT – EKSTRAK LENGKUAS ( Alpinia galanga L .)
DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
MUJIONO
F24050851
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
iii
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
STUDI PENGAWETAN SOSIS MENGGUNAKAN
ASAM ASETAT – EKSTRAK LENGKUAS ( Alpinia galanga L .)
DAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
MUJIONO
F24050851
Dilahirkan pada tanggal 29 Mei 1987
di Jatimulyo
Tanggal lulus : 7 Agustus 2009
Menyetujui,
Bogor, 24 Agustus 2009
Dr. Ir. Joko Hermanianto Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
iv
Mujiono. F24050851. Studi Pengawetan Sosis Menggunakan Asam Asetat - Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.) dan Analisis Kelayakan Finansial. Di bawah bimbingan Joko Hermanianto.
RINGKASAN
Sosis adalah produk olahan daging yang bersifat mudah rusak (perishable
food). Hal ini yang menyebabkan industri olahan daging biasanya menggunakan bahan pengawet untuk memperpanjang umur simpan sosis. Salah satu bahan pengawet alternatif adalah menggunakan asam organik. Namun, asam organik ini memiliki rasa asam sehingga diperlukan bahan penutup rasa asam tersebut. Rempah diduga mampu menutupi rasa asam karena memiliki intensitas rasa yang lebih dominan jika dicampur dengan bahan pangan lain. Oleh karena itu, pengawetan sosis menggunakan kombinasi asam asetat dan ekstrak lengkuas diharapkan mampu mengawetkan sosis dan memberikan penerimaan sensori yang baik.
Penelitian ini bertujuan memperoleh formula bahan pengawet terbaik dari kombinasi antara asam asetat dan ekstrak lengkuas yang dapat mengawetkan sosis dengan penerimaan sensori yang baik, relatif murah, aman, dan dapat diaplikasikan di industri skala kecil, menengah, dan besar. Adapun indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah mampu mengawetkan sosis minimal tiga hari pada penyimpanan di suhu ruang, mampu menghasilkan tingkat penerimaan konsumen yang baik pada uji organoleptik berdasarkan metode rating hedonik, yaitu memiliki tingkat penerimaan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol, dan layak diterapkan untuk industri sosis.
Penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Tahapan penelitian pendahuluan adalah ekstraksi rimpang lengkuas, formulasi larutan biang, dan formulasi konsentrasi pengenceran. Tahapan penelitian utama adalah optimasi konsentrasi pengenceran yang optimum; pengamatan yang meliputi analisis total mikroba, analisis nilai sensori (rating hedonik), analisis pH, analisis total asam tertitrasi, analisis fisik berupa daya penetrasi ke sosis dan warna; dan analisis aspek finansial. Metode pengawetan yang dilakukan adalah pecelupan sampel ke dalam larutan pengawet selama 1 menit, dikemas ke dalam plastik polipropilena, dan disimpan pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan sampai sampel menjadi rusak.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, larutan biang yang dipilih dari kombinasi antara asam asetat 25% dan ekstrak lengkuas adalah sebesar 70 : 30. Hal ini didasarkan pada parameter pH dan rasa. pH larutan biang ini masih di bawah tiga dan memiliki rasa sedikit asam di ujung lidah dan cepat hilang. Selain itu juga mempertimbangkan aspek ekonomis dari penggunaan ekstrak rempahnya. Selanjutnya, larutan biang ini diencerkan sebesar 10%, 20%, dan 30%, lalu diaplikasikan ke sosis sebagai pengawet dengan metode pencelupan selama 1 menit. Hasil pengamatan visual menunjukkan pengenceran sebesar 30% dari larutan biang mampu mengawetkan sosis selama empat hari, sehingga pengenceran ini dipilih sebagai konsentrasi pengenceran yang optimum.
Pada penelitian utama dilakukan optimasi konsentrasi larutan pengawet yang diperoleh berdasarkan penelitian pendahuluan. Variasi konsentrasi yang dibuat adalah sebesar 25%, 30%, dan 35% dari larutan biang. Berdasarkan analisis angka lempeng total, larutan pengawet yang diperoleh dengan mengencerkan larutan biang sebesar 35% mampu meningkatkan umur simpan sosis paling lama, yaitu sekitar 3,5 hari dengan nilai total mikroba sebesar 5.8 x 103 koloni/g di hari ke-3 dan 2.1 x 106
koloni/g dihari ke-4. Penentuan umur simpan ini didasarkan pada syarat mutu angka
v
lempeng total oleh SNI, yaitu maksimal 105 koloni/g. Semua sosis yang diberi perlakuan pengawetan juga memberikan penerimaan sensori secara keseluruhan tidak berbeda nyata terhadap kontrol pada taraf signifikansi 0.05 dengan tingkat kesukaan antara “agak suka” dan “suka”.
Berdasarkan parameter nilai angka lempeng total dan uji organoleptik, larutan pengawet dengan pengenceran sebesar 35% dari larutan biang dipilih sebagai larutan pengawet yang paling efektif. Analisis kelayakan finansial terhadap formula terbaik ini memperlihatkan bahwa usaha pembuatan larutan pengawet yang dianggap terbaik ini memerlukan biaya investasi sebesar Rp. 273.640.000,00 dan modal kerja sebesar Rp. 278.647.500,00 untuk persediaan bahan baku dan biaya operasional pada tiga bulan pertama. Harga jual ditetapkan sebesar Rp. 300.000,00 per kemasan (10 liter/kemasan). Berdasarkan analisis finansial metode konvensial, nilai net present value sebesar Rp. 1.197.945.934,00 (NPV>0), internal rate of return sebesar 55,29% (IRR> 13%), net B/C sebesar 3,17 (net B/C > 1), pay back periode selama 2 tahun 4 bulan 6 hari (PBP < umur proyek) sehingga usaha ini layak untuk direalisasikan. Analisis finansial metode syariah juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena memiliki nilai net B/C sebesar 4,92 dan payback periode sebesar 2 tahun 6 bulan 5 hari. Biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen sosis yang akan menggunakan pengawet ini adalah Rp. 257,49 per kg sosis. Biaya ini relatif murah sehingga layak diterapkan untuk produsen sosis.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa larutan pengawet terbaik adalah larutan pengawet dengan pengenceran sebesar 35% dari larutan biang (asam asetat : ekstrak lengkuas = 70 : 30). Hal ini didasarkan pada tujuan khusus penelitian ini, yaitu mampu mengawetkan sosis lebih dari tiga hari pada penyimpanan di suhu ruang dan memberikan penerimaan sensori secara keseluruhan yang tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha pembuatan larutan pengawet dalam bentuk larutan biang layak untuk direalisasikan.
Penulis adalah putra pertama dari pasangan Bapak Kibi Riyanto dan Ibu Samini.
di SDN 5 Jati Agung, Lampung Selatan pada tahun 1993kemudian melanjutkan studi di SLTP Negeri 21 Bandar lampung
(1999-2002) dan di SMU Negeri 2 Bandar Lampung (20022005, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) damahasiswa di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif dibidang akademik dan non akademik. Dibidang non akademik, penulis aktif dalam berbagai keorganisasian dan kepanitiaan. Beberapa organisasi yang pernah diikuti penulis adalah KEMALA (Keluarga Mahasiswa Lampperiode 2006-2007 dan sebagai Ketua Umum pada periode 2007HIMITEPA (Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan) sebagai Kepala Departemen bidang Profesi periode 2008Peduli Pangan IndoneFermented Food dan Produk Ekstruksi. Beberapa kepanitiaan kegiatan yang pernah diikuti adalah sebagai Ketua Pelaksana ”Talk Show, dan Try Out SPMB seDivisi Hubungan Masyarakat Nasional pada tahun 2007, Divisi Acara ”se-Indonesia” pada tahun 2008, dan lain
Penulis juga pernah menjadi asisten praktiFMIPA tahun 2007 dan Prinsip Teknik PanganBPOM RI tahun 2008. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan penulisan karya ilmiah dan pernah meraih sebagai Finalis Teknologi dan Juara 3 PIMNAS XXI bidang Penelitian tahun 2008 di Semarang, Juara 1 National Product Design CompetitionBrawijaya Malang, Juara 2 Widya Mandala Surabaya, dll.
Sebagai salah Pertanian, penulis telah menyusun skripsi setelah melakukan penelitian di laboratorium ITP FATETA IPB mulai bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009, dengan judul “Studi Pengawetan SosisLengkuas (Alpinia galanga bimbingan Dr. Ir. Joko Hermanianto.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Mei 1987 di Jatimulyo. Penulis adalah putra pertama dari pasangan Bapak Kibi Riyanto dan Ibu Samini.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar SDN 5 Jati Agung, Lampung Selatan pada tahun 1993
kemudian melanjutkan studi di SLTP Negeri 21 Bandar lampung 2002) dan di SMU Negeri 2 Bandar Lampung (2002-2005). Pada tahun
2005, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2006 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif dibidang akademik dan non akademik. Dibidang non akademik, penulis aktif dalam berbagai keorganisasian dan kepanitiaan. Beberapa organisasi yang pernah diikuti penulis adalah KEMALA (Keluarga Mahasiswa Lampung) sebagai Sekretaris Umum
2007 dan sebagai Ketua Umum pada periode 2007HIMITEPA (Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan) sebagai Kepala Departemen bidang Profesi periode 2008-2009, HMPPI (Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia) sebagai anggota dan Food Processing Club
dan Produk Ekstruksi. Beberapa kepanitiaan kegiatan yang pernah diikuti adalah sebagai Ketua Pelaksana ”Back to Village” (Promosi IPB, Talk Show, dan Try Out SPMB se-propinsi Lampung) pada tahun 2006, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XV Tingkat
pada tahun 2007, Divisi Acara ”Workshop Teknologi Pangan dan Gizi Indonesia” pada tahun 2008, dan lain-lain.
Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Kimia DasarFMIPA tahun 2007 dan Prinsip Teknik Pangan-ITP FATETA, serta magang di BPOM RI tahun 2008. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan penulisan karya ilmiah dan pernah meraih sebagai Finalis PIMNAS XXI bidang Penerapan
n Juara 3 PIMNAS XXI bidang Penelitian tahun 2008 di Semarang, National Product Design Competition tahun 2009 di Universitas
Brawijaya Malang, Juara 2 National Food Technology CompetitionWidya Mandala Surabaya, dll.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis telah menyusun skripsi setelah melakukan penelitian di laboratorium ITP FATETA IPB mulai bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009, dengan judul “Studi Pengawetan Sosis Menggunakan Asam Asetat
Alpinia galanga L.) dan Analisis Kelayakan Finansialbimbingan Dr. Ir. Joko Hermanianto.
vi
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Mei 1987 di Jatimulyo. Penulis adalah putra pertama dari pasangan Bapak Kibi Riyanto
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar SDN 5 Jati Agung, Lampung Selatan pada tahun 1993-1999,
kemudian melanjutkan studi di SLTP Negeri 21 Bandar lampung 2005). Pada tahun
2005, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui n pada tahun 2006 diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif dibidang akademik dan non akademik. Dibidang non akademik, penulis aktif dalam berbagai keorganisasian dan kepanitiaan. Beberapa organisasi yang pernah diikuti penulis
ung) sebagai Sekretaris Umum 2007 dan sebagai Ketua Umum pada periode 2007-2008,
HIMITEPA (Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan) sebagai Kepala 2009, HMPPI (Himpunan Mahasiswa
Food Processing Club pada divisi dan Produk Ekstruksi. Beberapa kepanitiaan kegiatan yang
” (Promosi IPB, pada tahun 2006, Kepala
Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XV Tingkat Workshop Teknologi Pangan dan Gizi
kum Kimia Dasar-KIMIA ITP FATETA, serta magang di
BPOM RI tahun 2008. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan penulisan PIMNAS XXI bidang Penerapan
n Juara 3 PIMNAS XXI bidang Penelitian tahun 2008 di Semarang, tahun 2009 di Universitas
National Food Technology Competition 2009 di Unika
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis telah menyusun skripsi setelah melakukan penelitian di laboratorium ITP FATETA IPB mulai bulan Desember 2008 sampai bulan Mei
m Asetat- Ekstrak ) dan Analisis Kelayakan Finansial” di bawah
vii
KATA PENGANTAR
ÉÉ ÉÉΟΟΟΟ óó óó¡¡¡¡ ÎÎ ÎÎ0000 «« ««!!!! $$ $$#### ÇÇ ÇÇ≈≈≈≈ uu uuΗΗΗΗ ÷÷ ÷÷qqqq §§ §§����9999 $$ $$#### ÉÉ ÉÉΟΟΟΟŠŠŠŠ ÏÏ ÏÏmmmm §§ §§����9999 $$ $$####
Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Alloh, kami memuji-Nya,
meminta pertolongan, memohon ampunan, dan bertaubat kepada-Nya. Kami
berlindung kepada Alloh dari keburukan diri-diri kami dan kejelekan amal
perbuatan kami. Barangsiapa yang Alloh beri petunjuk niscaya tidak ada seorang
pun yang mampu menyesatkannya dan barangsiapa yang Alloh sesatkan niscaya
tidak ada seorang pun yang mampu memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa
tidak ada illah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Alloh dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh Subhanahu Wata`ala
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis diberi kekuatan untuk
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pengawetan Sosis Menggunakan
Asam Asetat - Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.) dan Analisis Kelayakan
Finansial”. Tulisan ini merupakan laporan penelitian yang telah dilakukan penulis
di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian
Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta: ayahanda, ibunda, dan kedua adik saya yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, nasehat, dan motivasi.
2. Bapak Dr. Ir. Joko Hermanianto selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberi bimbingan, bantuan, serta nasehat kepada penulis selama
perkuliahan, penelitian, dan penyelesaian tugas akhir.
3. Bapak Dr. Ir. M. Arpah, M.Si dan Ir. Sutrisno Koswara, M.Si atas saran dan
kesediannnya menjadi dosen penguji.
4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB yang
telah membagi ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan menjadi
ilmu yang bermanfaat hingga akhir hayat kelak.
5. Seluruh teknisi dan laboran Departemen ITP: Bapak Wahid, Bapak Gatot,
Bapak Rojak, Bapak Sobirin, Bapak Sidik, Ibu Rubiah, Bapak Edi, dan Bapak
viii
Ujang terima kasih atas bantuan, saran, dan kerja samanya selama penulis
melakukan penelitian.
6. PT. Madusari Nusaperdana Bekasi yang telah membantu peneliti dalam
menyediakan sampel sosis.
7. Tanoto Foundation yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama
empat tahun kuliah. Beasiswa ini sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan studi ini.
8. Teman-teman ITP 42. Terima kasih atas kebersamaannya selama menjalani
kuliah dan praktikum di Departemen ITP.
9. Rekan satu bimbingan: Nina, Tiyu, Nanda, Mba Cici, Kak Dodi, dan Mba
Indri yang telah membatu penulis dalam melakukan penelitian baik saran,
kebersamaan, serta keceriaannya selama di ITP.
10. Rekan-rekan di Himitepa periode 2007/2008 yang selalu mendukung dan
menyemangati penulis selama kuliah dan penelitian di Departemen ITP ini.
11. Rekan-rekan Wisma Aulia : Riza, Bombay, Deni, Sobur, Dimas, Sigit, dan
Erwin atas kebersamaan dan keceriaannya.
12. Cocoguter’s team : Kak Tom Tom, Kak Tuk Tuk, Dil Dil, dan Yiyin atas
kekompakan dan kebersamaannya di dalam tim PKMP.
13. Rekan-rekan lab : Galih Eka, Shanty, Arya, Galih Ika, Ola, Adi Leo, Fera,
Haris, Wiwi, Hesti, Cath, Dewi, Sisi, Dione, Krisya, Oloan, Ikhwan, Tjan,
Yuni, Peye, Atus, Yusi, Tuti, Reni, Riska, Septi. Terima kasih atas semangat
dan bantuannya.
14. Keluarga besar TPG/ ITP angkatan 41, 42, 43, 44 atas kebersamaannya selama
ini. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah hilang.
15. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis tuliskan satu per satu.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amal shalih
bagi penulis serta memberikan pencerahan sehingga memunculkan ide yang
lebih baik di kemudian hari.
Bogor, 11 Agustus 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1
B. TUJUAN PENELITIAN ................................................................... 2
C. MANFAAT PENELITIAN ............................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
A. SENYAWA ANTIMIKROBA ......................................................... 4
B. REMPAH-REMPAH SEBAGAI ANTIMIKROBA ........................ 4
C. LENGKUAS ..................................................................................... 6
D. ASAM ASETAT ............................................................................... 10
E. SOSIS ................................................................................................ 15
F. EKSTRAKSI ..................................................................................... 20
G. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL .............................................. 24
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 28
A. BAHAN DAN ALAT ....................................................................... 28
B. METODE PENELITIAN .................................................................. 28
1. Penelitian Pendahuluan ................................................................. 29
1.1. Ekstraksi rimpang lengkuas ................................................. 29
1.2. Penentuan larutan biang ....................................................... 31
1.3. Penentuan kisaran konsentrasi pengenceran optimum ......... 32
2. Penelitian Utama ........................................................................... 33
3. Aspek Kelayakan Finansial ........................................................... 34
C. PENGAMATAN ............................................................................... 37
1. Angka Lempeng Total................................................................... 37
2. Derajat Keasaman (pH) ................................................................. 38
3. Total Asam Tertitrasi (TAT) ......................................................... 38
x
4. Tekstur .......................................................................................... 39
5. Warna ............................................................................................ 39
7. Uji Organoleptik............................................................................ 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 42
A. PENELITIAN PENDAHULUAN .................................................... 44
1. Ekstraksi Rimpang Lengkuas ........................................................ 44
2. Pemilihan Larutan Biang Terbaik ................................................. 49
3. Konsentrasi Pengenceran Optimum .............................................. 50
B. PENELITIAN UTAMA .................................................................... 52
1. Angka Lempeng Total................................................................... 52
2. Nilai pH ......................................................................................... 57
3. Total Asam Tertitrasi .................................................................... 60
4. Tekstur .......................................................................................... 64
5. Warna ............................................................................................ 67
6. Uji Organoleptik............................................................................ 70
7. Umur Simpan ................................................................................ 75
C. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL VERSI KONVENSIONAL . 76
1. Asumsi Dasar Perhitungan ............................................................ 76
2. Arus Pengeluaran .......................................................................... 78
3. Arus Penerimaan ........................................................................... 79
4. Sumber Modal ............................................................................... 80
5. Analisis Kriteria Investasi dan Perhitungan Break Even Point….. 80
6. Analisis Sensitivitas ...................................................................... 82
D. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL VERSI SYARIAH ............... 83
1. Asumsi Dasar Perhitungan ............................................................ 83
2. Sumber Modal ............................................................................... 83
3. Arus Pengeluaran .......................................................................... 83
4. Arus Penerimaan ........................................................................... 84
5. Nilai net B/C, Payback Periode, dan Break Even Point ………... 84
6. Analisis Sensitivitas ...................................................................... 85
7. Biaya Aplikasi Pengawet di Industri Sosis ................................... 85
xi
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 87
A. KESIMPULAN ................................................................................. 87
B. SARAN ............................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 89
LAMPIRAN .................................................................................................. 95
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Senyawa-senyawa aktif di dalam rempah-rempah ....................... 6
Tabel 2. Produksi rimpang lengkuas di Indonesia ...................................... 8
Tabel 3. Komposisi rimpang bubuk lengkuas muda (dalam basis kering) . 8
Tabel 4. Sifat fisik asam asetat ................................................................... 11
Tabel 5. Konstanta disosiasi asam organik di dalam larutan ...................... 12
Tabel 6. Derajat disosiasi asam asetat pada berbagai nilai pH lingkungan 13
Tabel 7. Konsentrasi hambatan asam organik terhadap mikroorganisme..... 14
Tabel 8. Syarat mutu sosis daging menurut SNI 01-3820-1995 ................. 16
Tabel 9. Jenis pelarut untuk proses ekstraksi .............................................. 22
Tabel 10. Hasil perhitungan nilai oHue......................................................... 40
Tabel 11. Beberapa komposisi kimia bubuk lengkuas (% basis kering)........ 45
Tabel 12. Karakteristik ekstrak lengkuas yang dihasilkan ........................... 48
Tabel 13. Karakteristik beberapa formula larutan biang .............................. 49
Tabel 14. Perlakuan sosis pada penelitian utama ......................................... 52
Tabel 15. Data umur simpan sosis ................................................................ 75
Tabel 16. Hasil perhitungan analisis sensitivitas metode konvensional ....... 83
Tabel 17. Hasil perhitungan analisis sensitivitas metode syariah ................. 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lengkuas merah berumur 3 bulan ............................................ 7
Gambar 2. Diagram alir ekstraksi rempah metode maserasi ..................... 30
Gambar 3. Penentuan larutan biang ........................................................... 31
Gambar 4. Penentuan kisaran konsentrasi pengenceran optimum ............ 32
Gambar 5. Diagram alir penelitian utama .................................................. 34
Gambar 6. Lengkuas segar (a) dan lengkuas yang telah dikeringkan (b) .. 47
Gambar 7. Lengkuas yang telah dihaluskan ............................................. 47
Gambar 8. Ekstrak lengkuas ..................................................................... 48
Gambar 9. Umur simpan sosis berdasarkan pengamatan visual ............... 51
Gambar 10. Jumlah mikroba pada sosis selama penyimpanan ................... 53
Gambar 11. Perubahan nilai pH sosis selama penyimpanan ....................... 58
Gambar 12. Perubahan nilai TAT sosis selama penyimpanan..................... 61
Gambar 13. Profil tekstur sosis selama penyimpanan menggunakan
penetrometer ............................................................................. 64
Gambar 14. Perubahan nilai ohue sosis selama penyimpanan ..................... 67
Gambar 15. Perubahan nilai L sosis selama penyimpanan .......................... 68
Gambar 16. Skor kesukaan masing-masing sampel..................................... 71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil analisis kadar air lengkuas merah segar....................... 95
Lampiran 2. Rendemen ekstrak lengkua ................................................... 96
Lampiran 3. Hasil pengamatan visual sosis pada penelitian pendahuluan 97
Lampiran 4. Angka lempeng total sosis selama penyimpanan .................. 98
Lampiran 5. Nilai pH sosis selama penyimpanan ..................................... 99
Lampiran 6. Nilai total asam tertitrasi sosis selama penyimpanan ............ 100
Lampiran 7. Profil tekstur sosis selama penyimpanan dengan
menggunakan penetrometer .................................................. 102
Lampiran 8. Nilai ohue sosis selama penyimpanan ................................... 104
Lampiran 9. Nilai L, a, dan b sosis pada hari ke-0 .................................... 105
Lampiran 10. Nilai L, a, dan b sosis pada hari ke-1 .................................... 106
Lampiran 11. Nilai L, a, dan b sosis pada hari ke-2 .................................... 107
Lampiran 12. Nilai L, a, dan b sosis pada hari ke-3 .................................... 108
Lampiran 13. Kuisioner uji rating hedonik ................................................. 109
Lampiran 14. Hasil penilaian panelis terhadap sosis berdasarkan
uji rating hedonik .................................................................. 110
Lampiran 15. Hasil analisis ragam angka lempeng total sosis
pada hari ke-0 ........................................................................ 111
Lampiran 16. Hasil analisis ragam angka lempeng total sosis
pada hari ke-1 ........................................................................ 112
Lampiran 17. Hasil analisis ragam angka lempeng total sosis
pada hari ke-2 ........................................................................ 113
Lampiran 18. Hasil analisis ragam angka lempeng total sosis
pada hari ke-3 ........................................................................ 114
Lampiran 19. Hasil analisis ragam nilai pH sosis pada hari ke-0 ............... 115
Lampiran 20. Hasil analisis ragam nilai pH sosis kontrol selama
penyimpanan ......................................................................... 116
Lampiran 21. Hasil analisis ragam nilai pH sosis A selama penyimpanan . 117
Lampiran 22. Hasil analisis ragam nilai pH sosis B selama penyimpanan . 118
Lampiran 23. Hasil analisis ragam nilai pH sosis C selama penyimpanan . 119
xv
Lampiran 24. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis pada
hari ke-0 ............................................................................... 120
Lampiran 25. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis kontrol
selama penyimpanan ............................................................. 121
Lampiran 26. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis A
selama penyimpanan ............................................................. 122
Lampiran 27. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis B
selama penyimpanan ............................................................. 123
Lampiran 28. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis C
selama penyimpanan ............................................................. 124
Lampiran 29. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis
pada hari ke-0 ...................................................................... 125
Lampiran 30. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis
kontrol selama penyimpanan ............................................... 126
Lampiran 31. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis A
selama penyimpanan ............................................................. 127
Lampiran 32. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis B
selama penyimpanan ............................................................. 128
Lampiran 33. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis C
selama penyimpanan ............................................................. 129
Lampiran 34. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis pada hari ke-0 130
Lampiran 35. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis kontrol
selama penyimpanan ............................................................. 131
Lampiran 36. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis A selama
penyimpanan ......................................................................... 132
Lampiran 37. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis B selama
penyimpanan ......................................................................... 133
Lampiran 38. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis C selama
penyimpanan ......................................................................... 134
Lampiran 39. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan
atribut rasa ...................................................................... 135
xvi
Lampiran 40. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan
atribut aroma .................................................................. 136
Lampiran 41. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan
atribut warna .................................................................. 137
Lampiran 42. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan
atribut tekstur ................................................................. 138
Lampiran 43. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan
atribut keseluruhan ......................................................... 139
Lampiran 44. Rincian biaya investasi .......................................................... 140
Lampiran 45. Rincian biaya penyusutan ..................................................... 141
Lampiran 46. Rincian biaya reinvestasi dan nilai sisa ................................. 142
Lampiran 47. Rincian biaya tetap dan variabel ........................................... 143
Lampiran 48. Rincian biaya bahan baku dan operasional per bulan
tahun pertama ........................................................................ 144
Lampiran 49. Rincian biaya bahan baku dan operasional per bulan
tahun ke-2 .............................................................................. 145
Lampiran 50. Rincian sumber modal........................................................... 146
Lampiran 51. Rincian pembayaran pinjaman kredit.................................... 147
Lampiran 52. Rincian harga pokok produksi bersih .................................... 148
Lampiran 53. Proyeksi penjualan efektif ..................................................... 149
Lampiran 54. Proyeksi laba rugi .................................................................. 150
Lampiran 55. Proyeksi arus kas ................................................................... 151
Lampiran 56. Penilaian kriteria investasi .................................................... 152
Lampiran 57. Rincian nilai break even point (BEP) ................................... 153
Lampiran 58. Proyeksi laba rugi pada kenaikan harga bahan baku
sebesar 37% ........................................................................... 154
Lampiran 59. Proyeksi arus kas pada kenaikan harga bahan baku
sebesar 37% ........................................................................... 155
Lampiran 60. Penilaian kriteria investasi pada kenaikan harga bahan baku
sebesar 37% ........................................................................... 156
Lampiran 61. Proyeksi laba rugi pada penurunan harga jual produk
sebesar 17,7% ........................................................................ 157
xvii
Lampiran 62. Proyeksi arus kas pada penurunan harga jual produk
sebesar 17,7% ........................................................................ 158
Lampiran 63. Penilaian kriteria investasi pada penurunan harga jual produk
sebesar 17,7% ........................................................................ 159
Lampiran 64. Pembayaran pinjaman pada metode syariah ......................... 160
Lampiran 65. Proyeksi laba rugi pada metode syariah ................................ 162
Lampiran 66. Proyeksi arus kas pada metode syariah ................................. 163
Lampiran 67. Penilaian kriteria investasi pada metode syariah .................. 164
Lampiran 68. Perincian break even point (BEP) pada metode syariah ....... 165
Lampiran 69. Perincian harga pokok produksi bersih pada metode syariah 166
Lampiran 70. Proyeksi laba rugi pada kenaikan harga bahan baku
sebesar 45% pada metode syariah ......................................... 167
Lampiran 71. Proyeksi arus kas pada kenaikan harga bahan baku
sebesar 45% pada metode syariah ......................................... 168
Lampiran 72. Penilaian kriteria investasi pada kenaikan harga bahan baku
sebesar 45% pada metode syariah ......................................... 169
Lampiran 73. Proyeksi laba rugi pada penurunan harga jual produk
sebesar 21% pada metode syariah ........................................ 170
Lampiran 74. Proyeksi arus kas pada penurunan harga jual produk
sebesar 21% pada metode syariah ......................................... 171
Lampiran 75. Penilaian kriteria investasi pada penurunan harga jual produk
sebesar 21% pada metode syariah ......................................... 172
Lampiran 76. Rincian perhitungan biaya tambahan dalam aplikasi
pengawet oleh industri sosis ................................................. 173
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang cukup disukai
oleh banyak konsumen. Hal ini karena produk tersebut memiliki rasa yang
enak dan kandungan gizi terutama protein yang cukup tinggi. Namun, produk
ini tergolong ke dalam kelompok perishable food (pangan mudah rusak)
karena bahan baku utama sosis adalah daging. Daging mengandung protein
yang tinggi sehingga cocok sebagai media pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk.
Metode pengawetan diperlukan untuk memperpanjang umur simpan
suatu produk. Bahan pengawet yang umumnya digunakan pada industri
produk olahan daging skala besar, seperti sosis adalah sulfit, nitrit, dan lain-
lain. Bahan pengawet tersebut adalah zat pengawet sintetik yang telah
diijinkan oleh pemerintah Indonesia selama penggunaannya tidak melebihi
batas. Namun, masih juga terdapat industri olahan sosis yang memakai bahan
pengawet berbahaya, seperti formalin dan boraks. Berdasarkan Pontianak
post, ratusan sosis yang beredar di kota Singkawang, Kalimantan Barat di
bulan Maret 2007 dinyatakan mengandung formalin, namun telah
dimusnahkan oleh pihak wali kota. Bahan berbahaya tersebut sudah tentu
tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet pada produk pangan karena
dapat membahayakan kesehatan manusia.
Disisi lain, Pengawetan dengan menggunakan bahan pengawet sintetik
belum memberikan hasil yang optimal terhadap produk sosis. Bahan
pengawet tersebut hanya mampu memperpanjang umur simpan produk sosis
sekitar dua bulan dengan kemasan vakum dan kondisi penyimpanan di suhu
rendah. Oleh karena itu, diperlukan bahan pengawet makanan alternatif yang
aman digunakan dan dapat bersifat sinergi maupun menggantikan
penggunaan zat pengawet sintetik dalam memperpanjang umur simpan
produk sosis.
Asam organik seperti asam asetat dapat menurunkan pH hingga di
bawah 3. Pada pH yang rendah ini dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
2
khususnya bakteri pembusuk dan khamir sehingga dapat memperpanjang
masa simpan produk (Davidson dan Harrison, 2002). Selain itu, asam asetat
memiliki beberapa kelebihan antara lain termasuk kelompok GRAS
(Generally Recognized As Safe) sehingga aman digunakan pada jumlah CPPB
(Cara Produksi Pangan yang Baik), harganya relatif murah, dan memiliki
toksisitas yang rendah (Marshall et al., 2000). Oleh karena itu, asam asetat
dapat digunakan sebagai bahan pengawet untuk produk pangan.
Namun, pengawetan dengan menggunakan asam organik akan
memberikan rasa asam pada produk dan hal ini dapat menurunkan daya
terima konsumen. Oleh sebab itu, diperlukan penambahan suatu bahan
penutup rasa asam yang ditimbulkan oleh asam organik tersebut. Ekstrak
rempah, seperti lengkuas diduga dapat menutupi rasa asam tersebut. Hal ini
karena pada umumnya rempah mampu memberikan cita rasa yang
mendominasi jika dicampur dengan ingridien lainnya, seperti rimpang
lengkuas mengandung komponen pemberi cita rasa, seperti galangin dan
eugenol (Darwis et al., 1991). Disisi lain, rempah-rempah juga berpotensi
mengawetkan bahan pangan dan tidak memberikan efek negatif terhadap
kesehatan. Hal ini karena rempah umumnya mengandung senyawa bioaktif,
seperti senyawa fenolik yang memiliki potensi sebagai antimikroba.
Kombinasi antara asam asetat dan ekstrak rempah diharapkan dapat memiliki
sifat antimikroba yang efektif dan bersinergi terhadap zat pengawet sintetik
dalam memperpanjang umur simpan sosis serta memiliki rasa yang diterima
oleh konsumen sehingga dapat diterapkan sebagai bahan pengawet pangan
alternatif yang aman digunakan dan harga yang terjangkau.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh formula bahan
pengawet terbaik dari kombinasi antara asam asetat dan ekstrak lengkuas
yang dapat mengawetkan sosis dengan penerimaan sensori yang baik,
relatif murah, aman, dan dapat diaplikasikan di industri skala kecil,
menengah, dan besar.
3
2. Tujuan khusus (key performance indicator)
a. Mampu mengawetkan sosis minimal tiga hari pada penyimpanan
di suhu ruang
b. Mampu menghasilkan tingkat penerimaan konsumen yang baik pada
uji organoleptik berdasarkan metode rating hedonik, yaitu memiliki
tingkat penerimaan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol
c. Layak diterapkan untuk industri sosis.
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman serta pengetahuan
kepada mahasiswa dalam menerapkan ilmu dan teknologi yang telah
dipelajari melalui serangkaian proses pengidentifikasian masalah,
pencarian solusi dari permasalahan yang ada, analisis, dan melakukan
evaluasi dari penelitian yang telah dilakukan.
2. Bagi institusi
Penelitian ini diharapkan dapat membantu institusi untuk
menghasilkan suatu teknologi di dalam pengawetan produk pangan yang
aman dan dapat diaplikasikan oleh produsen terkait/masyarakat sehingga
turut mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat,
khususnya produsen sosis untuk memberikan bahan pengawet alternatif
yang efektif mengawetkan produk dan aman digunakan.
4. Bagi pemerintah
Mampu memberikan referensi mengenai bahan pengawet alternatif
yang aman pada makanan dan diterima oleh konsumen, terutama pada
produk olahan sosis daging kepada pemerintah sehingga diharapkan dapat
menjadi salah satu jenis pengawet yang diijinkan di Indonesia dan dapat
turut mengurangi penggunaan bahan pengawet berbahaya oleh produsen
yang tidak bertangung jawab.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. SENYAWA ANTIMIKROBA
Senyawa antimikroba merupakan senyawa biologis atau kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme (Pelczar dan
Reid, 1979). Bahan pengawet merupakan senyawa kimia yang mempunyai
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik), membunuh
bakteri (bakterisidal), menghambat pertumbuhan kapang (fungistatik),
membunuh kapang (fungisida), atau menghambat germinasi spora bakteri
(germisidal) (Surekha dan Reddy, 2000).
Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai bahan pengawet
karena mempunyai daya antimikroba adalah garam, sulfit, nitrat dan nitrit
sedangkan senyawa biologis yang mempunyai aktivitas antimikroba
digolongkan dalam tiga kelompok yaitu senyawa antimikroba alami yang
berasal dari mikroorganisme, seperti bakteriosin; senyawa antimikroba alami
yang berasal dari hewan, seperti antibiotik, avidin, dan sistem
laktoperoksidase; serta senyawa antimikroba alami yang berasal dari
tumbuhan, seperti fitoaleskin, asam organik, minyak atsiri, senyawa fenolik,
pigmen dan senyawa turunannya (Gould, 1995).
Senyawa antimikroba dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme melalui inaktivasi atau mengganggu satu atau lebih target
subseluler, seperti merusak dinding sel, mengganggu permeabilitas membran
sel, menghambat enzim-enzim metabolik, menghambat sintesis protein, dan
sintesis asam nukleat (Eklund, 1989). Hasil-hasil penelitian menunjukan
bahwa sebagian besar komponen di dalam rempah-rempah bersifat sebagai
antimikroba sehingga dapat mengawetkan makanan.
B. REMPAH-REMPAH SEBAGAI ANTIMIKROBA
Rempah-rempah didefinisikan berupa akar-akaran, kulit kayu (bark),
umbi-umbian, biji-bijian atau buah-buahan dari tanaman aromatik yang
biasanya tumbuh pada iklim tropis dan iklim sedang (Nychas dan Tassou,
2000). Menurut Farrel (1990), rempah-rempah diklasifikasikan menjadi
empat bagian, yaitu :
5
1. Spesies aromata, rempah-rempah yang digunakan sebagai parfum, seperti
kapulaga, kayu manis, dan sweet marjoram
2. Spesies thumiamata, rempah-rempah yang digunakan untuk dupa/
kemenyan, seperti thyme, kayu manis, dan rosemary
3. Spesies condimenta, rempah-rempah yang digunakan untuk pengawetan,
seperti kayu manis, jinten, adas, cengkeh, dan sweet marjoram
4. Spesies theriaca, rempah-rempah yang digunakan untuk menetralkan
racun, seperti adas, ketumbar, bawang putih, dan oregano.
Rempah-rempah dapat bersifat sebagai antimikroba karena terdapat
komponen-komponen yang mempunyai aktivitas antimikroba, seperti minyak
atsiri. Berdasarkan komponen utama penyusun minyak atsirinya, rempah
dikelompokan ke dalam : (a) rempah sebagai pewarna, seperti safron dengan
kandungan cracin dan turunannya, kunyit dengan kandungan kurkumin dan
turunannya; (b) rempah yang minyak atsirinya terdiri atas senyawa
hidrokarbon monoterpena dan sesquiterpena, yaitu cabe, lada, jahe, dan biji
pala; (c) rempah yang minyak atsirinya mengandung senyawa fenolik tinggi,
yaitu cengkeh, vanilla, calamus, dan kayu manis; (d) rempah yang minyak
atsirinya tersusun oleh senyawa karbonil sebagai contoh sinamaldehida dari
kayu manis dan cassia, safranal dari safron, keton dari camphor dan akar kayu
manis, serta teumeron dari kunyit; (e) rempah dengan kandungan ester tinggi,
yaitu α-terpinil asetat dari kapulaga (Richard, 1991).
Umumnya rempah-rempah diketahui mengandung senyawa
antimikroba bergantung pada senyawa aktifnya. Senyawa aktif yang terdapat
dalam rempah-rempah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Dalam jumlah
kecil, rempah yang digunakan mungkin tidak memberikan efek antimikroba.
Oleh karena itu, rempah harus digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi
dalam bentuk oleoresin atau minyak atsiri (Ray, 2001).
6
Tabel 1. Senyawa-senyawa aktif di dalam rempah-rempah
Jenis rempah Senyawa aktif Kayu manis Linalool, furfural, metal amin keton, nonil aldehida, l-
pinena, benzaldehida, hidrosinamikaldehida, seriofilena, p-simena, kuminaldehida, l-filandrena
Cengkeh Eugenol Sereh dapur Sitral, geraniol Bawang merah Dialilsulfida, dialil trisulfida, alil propel disulfide dan
sejumlah kecil dietilsulfida, dialil polisulfida, allinin, allisin
Kapulaga Cineol, metal heptanon, β-terpinol, borneol, neril asetat, geraniol, nerol, nerolikol, α-pinena, sabinena, mersena, limonene, p-simena
Adas Anetol, fensin,α-pinena, champena, d-α-filandrena, dipentena, metal kalvikol, p-hidroksil fenil aseton
Lengkuas Kamfer, galangi, galangol, eugenol, kurkumin
Sumber : Farrel, 1990.
C. LENGKUAS (Alpinia galanga )
Botani
Lengkuas merupakan tanaman herba berumur panjang yang banyak
dimanfaatkan sebagai bumbu dan obat-obatan dan tergolong ke dalam
simplisia rimpang (Sinaga, 2000). Berdasarkan warna rimpang, dikenal dua
kultivar lengkuas, yaitu lengkuas berimpang putih dan berimpang merah.
Lengkuas berimpang putih mempunyai batang semu setinggi 3 m, diameter
batang 2,5 cm, dan diameter rimpang 3 – 4 cm. Lengkuas berimpang merah
memiliki batang semu berukuran tinggi 1 – 1,5 m, diameter batang 1 cm, dan
diameter rimpang 2 cm (Wardana et al., 2002). Rumpun dan bentuk lengkuas
merah lebih kecil daripada lengkuas putih. Lengkuas merah juga memiliki
serat yang lebih kasar dibandingkan lengkuas putih. Tanaman lengkuas
berimpang putih sering dimanfaatkan dalam bidang pangan sedangkan
lengkuas berimpang merah lebih sering digunakan sebagai bahan ramuan obat
tradisional (Sinaga, 2000).
Lengkuas banyak tumbuh di hutan-hutan, tegalan, dan pekarangan.
Lengkuas dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang subur, gembur, tidak
7
tergenang air, di tanah liat yang berpasir, banyak mengandung humus,
beraerasi, dan memiliki drainase yang baik. Umumnya tanaman lengkuas
dapat tumbuh pada lahan terbuka sampai di tempat yang agak terlindung.
Tumbuh pada ketinggian sampai dengan 1200 m di atas permukaan laut
dengan curah hujan 1500 – 2400 mm (Wardana et al., 2002). Suhu udara
lingkungan yang ideal sekitar 25 – 29oC, dengan tingkat kelembaban sedang.
Pertumbuhan lengkuas memerlukan intensitas penyinaran matahari yang
tinggi. Jenis tanah sebagai media tumbuhnya adalah jenis latosol merah
coklat, andosol, dan aluvial.
Tanaman lengkuas sebaiknya dipanen setelah berumur 2 – 3 bulan
untuk rimpang muda sedangkan untuk rimpang yang sudah berserat dapat
dipanen pada umur 4 – 7 bulan. Apabila dipanen pada umur yang terlalu tua
maka rimpang banyak mengandung serat dan kurang baik digunakan sebagai
bumbu masak maupun untuk bahan pengobatan (Rismunandar, 1988).
Lengkuas merah yang berumur sekitar 3 bulan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lengkuas merah berumur 3 bulan
Tanaman lengkuas termasuk rempah yang potensial untuk
dikembangkan. Hal ini berdasarkan data produksi lengkuas dari Badan Pusat
Statistik (2006) sampai tahun 2005 yang terus menunjukkan peningkatan.
Produksi lengkuas merah di Indonesia disajikan pada Tabel 2.
8
Tabel 2. Produksi rimpang lengkuas di Indonesia Tahun Lengkuas (ton)
2000 9.489.723
2001 11.112.058
2002 12.848.182
2003 19.527.111
2004 22.609.057
2005 35.478.405
Sumber : Badan Pusat Statistika, 2006.
Komposisi Kimia Lengkuas
Rimpang lengkuas mengandung karbohidrat, lemak, sedikit protein,
mineral (K, P, Na), komponen minyak atsiri, dan berbagai komponen lainnya.
Rimpang lengkuas segar mengandung air sebesar 75% dan dalam bentuk
kering mengandung 22,44% karbohidrat; 3,07% protein; dan sekitar 0,007%
senyawa kamferid (Darwis et al., 1991). Komposisi rimpang lengkuas muda
kering dalam bentuk bubuk dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi rimpang bubuk lengkuas muda (dalam basis kering)
Komposisi Kandungan (% basis kering)
Kadar air 7,90
Kadar abu 11,63
Kadar abu yang tidak larut asam 4,15
Kadar komponen yang larut air 1,13
Kadar komponen yang larut etanol 4,48
Kadar minyak atsiri 0,22
Kadar pati 35,77
Kadar lemak 5,38
Kadar protein 7,22
Kadar serat kasar 35,20
Sumber : Rahayu,1999.
9
Lengkuas merah mengandung komponen larut polar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lengkuas putih. Komponen bioaktif lengkuas yang
bersifat larut air adalah beberapa senyawa fenolik sedangkan komponen yang
larut etanol adalah beberapa senyawa flavonoid yang sangat termetilasi.
Ekstrak lengkuas yang larut etanol tersebut secara rinci mengandung
komponen asetokavikol asetat, p-coumaril diasetat, asam palmitat, eugenol,
asetoksieugenol asetat, bisabolene, farnesen, dan seskuifelandren yang
merupakan komponen terpenoid, serta mengandung juga komponen fenolik,
ester asam lemah, asam lemak, terpen, dan lalin-lain. Menurut Darwis et al.
(1991), senyawa eugenol, galangin, kamfer, dan beberapa senyawa lainnya
berkontribusi member rasa pedas pada lengkuas.
Hasil analisis yang dilakukan Rahayu (1999) menunjukkan bahwa
minyak atsri lengkuas merah yang masih muda mengandung 29 buah
komponen dengan komponen utama 8-pinena, 1,8-sineol, farnesen,
isokariofen, dan asetokavikol asetat. Komponen minyak atsiri tersebut
diketahui bersifat antimikroba.
Rimpang lengkuas mengandung komponen volatil yang bersifat tidak
tahan panas, diantaranya asetokavikol asetat sebagai komponen utamanya
sedangkan komponen non volatil yang tahan panas terutama terdiri dari
golongan flavonol (Rahayu, 1999).
Aktivitas Antimikroba Lengkuas
Lengkuas muda yang berumur 3 – 4 bulan memilliki aktivitas
antimikroba yang lebih tinggi dibandingkan dengan lengkuas tua yang
berumur 12 bulan. Aktivitas antimikroba yang tinggi ini disebabkan
komponen larut air pada lengkuas merah yang muda lebih besar dibandingkan
pada lengkuas tua.
Komponen larut polar yang lebih tinggi pada lengkuas muda
dibandingkan dengan lengkuas tua disebabkan lengkuas yang relatif muda
masih dalam pertumbuhan sehingga masih banyak terbentuk komponen
bioaktif yang larut air (polar). Komponen tersebut diperkirakan berfungsi
untuk mencegah mikroba kontaminan yang mungkin dapat mencemari masa
awal pertumbuhan yang sangat rentan terhadap gangguan dari luar (Harborne,
10
1996) ataupun sebagai insektisida dan berdaya racun terhadap hewan tinggi
(Duke, 1994 dan Robinson, 1995).
Menurut Yuharmen et al. (2000), ekstrak etanol lengkuas memiliki
daya hambat paling kuat terhadap S. aureus dibandingkan dengan jahe dan
kunyit dengan konsentrasi minimum penghambatan sebesar 0,325 mg/ml.
Ekstrak etanol lengkuas menyebabkan kerusakan membran dan
penggumpalan sitoplasma S. aureus. Pratiwi (1992) juga menjelaskan bahwa
rimpang lengkuas merah dan putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri
maupun jamur, yaitu pada konsentrasi 0,871 mg/ml dapat menghambat
S. aureus dan Candida albican dan pada konsentrasi 1,741 efektif
menghambat B. subtilis dan Mucor gypseum. Ekstrak metanol rimpang
lengkuas juga mampu mengahambat pertumbuhan E.coli, S. aureus, dan B.
subtilis. Namun, ekstrak tersebut tidak dapat menghambat pertumbuhan
Penicillium.
Menurut Parwata dan Dewi (2008), minyak atsiri rimpang lengkuas
pada konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm aktif menghambat pertumbuhan
bakteri E .coli dengan diameter daerah hambatan sebesar 7 mm dan 9 mm
sedangkan terhadap bakteri S. aureus mampu menghambat pertumbuhan
bakteri pada konsentrasi 1000 ppm sebesar 7 mm. Hasil analisis kromatografi
gas-spektrometer menunjukkan sedikitnya 8 komponen senyawa dalam
rimpang lengkuas yang aktif sebagai antibakteri, antara lain: D-limonen;
eukaliptol; 3-sikloheksen-1-ol, 4-metil-1-(1-metiletil); fenol, 4-(2-propenil)
asetat; 2,6-oktadien-1-ol, 3,7-dimetil asetat; 1,6,10- dodekatrien, 7,11-dimetil-
3-metilen; pentadesen; sikloheksen, 1-metil-4-(5-metil-1-metilen-4-heksenil).
D. ASAM ASETAT
Asam asetat termasuk kelompok asam organik. Asam organik ini
dikenal sebagai bakteriostatik (zat yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri) maupun bakterisidal (zat yang dapat membunuh bakteri) sehingga
kemampuan tersebut sering dimanfaatkan sebagai bahan pengawet. Asam
asetat merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, dan memiliki bau asam
yang menusuk. Asam asetat dapat larut dalam air, alkohol, lemak, dan
11
gliserol. Selain itu, asam jenis ini juga dikenal sebagai pelarut yang baik
untuk bahan organik (Marshall et al., 2000). Sifat fisik asam asetat dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sifat fisik asam asetat
Rumus kimia CH3COOH
Bobot molekul 60,03 g/mol
Bentuk fisik Cairan tidak berwarna
Titik didih 119oC
Titik beku 16,6oC
Comercial grades Larutan aqueous 99,5% dan 36%
Kelarutan Larut air, alkohol, dan gliserin
Konstanta ionisasi 1,75 x 10-5
Panas jenis 20oC 0,505 kal/g oC
Densitas larutan 99,5% 1045 g/l
Densitas larutan 36% 376 g/l
Bau Menyengat
Rasa Asam
pH larutan 1% 2,78
Sumber : Sharp, 1984.
Selain digunakan sebagai sanitizer, asam asetat dapat digunakan pada
makanan sebagai penegas rasa, penegas warna, bahan pengawet, penyelubung
after taste yang tidak disukai, dan sebagai bahan pengembang (Winarno,
1997). Asam asetat digunakan dalam bentuk 5 – 10% cuka atau dalam bentuk
25 – 80% asam asetat sintetik, atau sebagai garam natrium atau kalsium
(Eklund, 1989). Menurut Doores (1993), asam asetat 3% pada suhu 70oC
merupakan sanitizer yang cukup efektif pada otot daging yang diinokulasi
E. coli dan S. typhimurium. Davidson dan Brannen (1993) membuktikan
bahwa asam asetat 3% cukup efektif dalam mereduksi Enterobacteriaceae
pada daging babi yang dikemas vakum dan disimpan selama 6 minggu pada
suhu 2 – 4 oC.
12
Asam asetat memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihan
asam asetat antara lain termasuk kelompok GRAS (Generally Recognized As
Safe) sehingga aman digunakan pada makanan, harganya relatif murah, dan
memiliki toksisitas yang rendah (Marshall et al., 2000). Namun, asam asetat
juga memiliki kekurangan, yakni memiliki bau menyengat dan rasa asam
yang tajam sehingga sebelum digunakan asam asetat ini perlu diencerkan
terlebih dahulu.
Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh asam asetat adalah asam asetat
memiliki nilai konstanta disosiasi (pKa) yang relatif lebih tinggi
dibandingkan asam organik lainnya. Nilai pKa adalah pH dimana 50% dari
total asam berada dalam bentuk terdisosiasi. Konstanta disosiasi (pKa)
bebrapa asam organik di dalam larutan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Konstanta disosiasi asam organik di dalam larutan
Asam organik pK1 pK2 pK3
Asam asetat 4.75
Asam dehidroasetat 5.27
Natrium diasetat 4.75
Asam adipat 4.43 5.41
Asam kaprilat 4.89
Asam sitrat 3.14 4.77 6.39
Asam fumarat 3.03 4.44
Asam laktat 3.08
Asam malat 3.40 5.11
Asam propionat 4.87
Asam suksinat 4.16 5.61
Asam tartarat 2.98 4.34
Sumber : Lide, 2002.
Nilai pKa yang relatif tinggi akan memberikan persentase bentuk
tidak terdisosiasi yang lebih tinggi pada pH rendah. Menurut Buckle et al.
(1987), bentuk asam yang tidak berdisosiasi ini mampu meracuni mikroba.
Wood (1999) menambahkan bahwa pada pH lingkungan yang rendah (pH 3),
13
asam asetat memiliki jumlah asam yang tidak terdisosiasi sangat tinggi, yaitu
98% seperti yang terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Derajat disosiasi asam asetat pada berbagai nilai pH lingkungan
pH Bentuk tidak terdisosiasi (%)
3 98
4 85
5 36
6 5.4
7 0.6
Sumber : Wood, 1999.
Asam asetat merupakan kelompok asam lemah. Meskipun demikian,
asam ini memiliki kemampuan untuk membunuh mikroba. Kemampuan
asam asetat sebagai anti mikroorganisme didasarkan pada dua hal yaitu
pengaruhnya terhadap pH dan kemampuan asam-asam yang tidak berdisosiasi
untuk meracuni mikroba (Buckle et al., 1987). Asam asetat memiliki pH
rendah sehingga dapat membunuh mikroba yang sebagian besar tidak tahan
terhadap pH rendah. Mekanisme asam asetat dalam menginaktivasi bakteri
adalah sebagai berikut : asam asetat dapat terurai seperti ini :
R-COOH RCOO- + H+
Asam yang terurai membuat ion H+ yang terbentuk semakin banyak.
Pada larutan asam lemah, adanya ion H+ dalam jumlah banyak akan membuat
kesetimbangan reaksi bergeser ke kiri menuju bentuk yang tidak disosiasi
(RCOOH). Bentuk yang tidak terdisosiasi ini dapat larut dalam lemak
sehingga memungkinkannya masuk menembus membran sel yang sebagian
besar terdiri dari fosfolipid dan lemak. Banyaknya larutan asetat membuat
semakin banyak bentuk yang tidak terdisosiasi yang masuk ke dalam sel.
Di dalam sel yang memiliki pH yang netral, RCOOH dapat terurai menjadi
RCOO- dan H+. Banyaknya ion H+ yang terbentuk membuat pH di dalam sel
menjadi turun. Penurunan pH ini dapat menyebabkan sel mati karena aktifitas
enzim dan asam nukleatnya terganggu (Garbutt, 1997).
14
Naidu (2000) menyatakan bahwa keefektifan asam asetat semakin
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi dan suhu, serta menurunnya pH
dan jumlah mikroba. Berdasarkan ketahanan bakteri terhadap asam asetat,
bakteri gram positif ternyata lebih tahan dibandingkan bakteri gram negatif,
bakteri anaerob lebih tahan dibandingkan dengan bakteri aerob, dan spora
bakteri, serta virus lebih tahan dibandingkan sel vegetatif.
Davidson dan Brannen (1993) menulis tentang daya antimikroba dari
asam asetat, asam sitrat, asam laktat, dan asam hidroklorat pada
L. monocytogenes. Ternyata pada pH yang sama, daya antimikroba asam
asetat paling tinggi di berbagai waktu dan suhu inkubasi. Chung dan Goepfert
(1970) telah menguji 13 asam sebagai inhibitor terhadap Salmonella dan
merekomendasikan asam asetat dan asam propionat sebagai asam paling
efektif dalam menghambat pertumbuahan Salmonella. Hal yang sama juga
dilakukan oleh Carpenter (1973) yang menguji efek inhibitor terhadap
S. enteritidis. Dari semua komponen yang diujikan, asam asetat adalah asam
yang tepat dipilih untuk mengurangi Salmonella.
Persentase asam asetat yang tidak terdisosiasi sebanyak 1% sampai 2%
pada daging, ikan, dan sayuran mampu menghambat dan membunuh
mikroorganisme. Pertumbuhan bakteri berspora dan penghasil toksin dalam
makanan dihambat 0.1% sedangkan pertumbuhan jamur penghasil
mikotoksin dihambat 0.3% dari asam seperti yang terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Konsentrasi hambatan asam organik terhadap mikroorganisme
Asam organik % asam tidak terdisosiasi yang diperlukan untuk menghambat Bakteri gram
positif Bakteri
gram negatif Ragi Kapang
Asam asetat 0.1 0.05 0.5 0.1 Asam propionat 0.1 0.05 0.2 0.05 Asam laktat >0.03 >0.01 >0.01 >0.01
Sumber : Ray dan Sandine, 1992.
15
E. SOSIS
Sosis atau sausage berasal dari bahasa latin, yaitu “salsus” yang
berarti garam. Oleh karena itu, sosis dapat diartikan sebagai daging giling
yang diawetkan dengan garam. Sosis merupakan salah satu jenis emulsi.
Namun, emulsi sosis bukanlah emulsi sesungguhnya seperti mayonnaise atau
emulsi minyak dalam air lainnya. Emulsi sosis yang secara umum
dimaksudkan oleh industri sosis adalah campuran daging (lean) yang digiling
halus, lemak, dan bumbu-bumbu. Lemak pada sosis dibungkus oleh protein
daging membentuk struktur serupa dengan emulsi, meskipun bukan emulsi
minyak dalam air yang sesungguhnya. Protein larut garam (salt-soluble
protein), terutama myosin, diekstrak dengan garam dan selama proses
pencacahan (chopping) membentuk sejenis emulsi yang membungkus partikel
lemak (Pearson dan Tauber, 1984).
Menurut BSN (1995), yang dimaksud dengan sosis daging adalah
produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (mengandung
daging tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati dengan atau tanpa
penambahan bumbu dan bahan tambahan makanan lain yang diijinkan dan
dimasukkan ke dalam selubung sosis. Syarat mutu sosis menurut SNI 01-
3820-1995 dapat dilihat pada Tabel 8.
Menurut USDA (United States Department of Agriculrture), sosis
dapat dibagi menjadi : (1) fresh sausages, (2) uncooked smoked sausages, (3)
cooked smoked sausages; (4) cooked sausages, (5) dry and semidry sausages,
(6) luncheon meat, loaves, dan jellied products. Essien (2003) juga
menyatakan bahwa sosis terdiri dari berbegai macam, yaitu UK-style fresh,
cooked, fermented, dan emulsion sausages.
1. UK-style fresh sausages adalah sosis yang dibuat dari daging segar, tidak
dikuring, diasap, difermentasi, dan juga tidak dimasak. Sosis segar ini harus
selalu disimpan pada suhu dingin sebelum dikonsumsi. Sebelum disajikan,
sosis ini harus dimasak terlebih dahulu (FAO, 1985).
2. Cooked sausages, yaitu sosis yang dibuat dari daging segar atau yang telah
dicuring dan dimasak setelah proses stuffing (FAO,1985).
16
Tabel 8. Syarat mutu sosis daging menurut SNI 01-3820-1995 No. Kriteria uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan : Bau Rasa Warna Tekstur
- - - -
Normal Normal Normal
Bulan panjang 2 Air %b/b Maksimal 67.0
3 Abu %b/b Maksimal 3.0
4 Protein %b/b Minimal 13.0
5 Lemak %b/b Maksimal 25.0
6 Karbohidrat %b/b Maksimal 8.0
7 Bahan tambahan makanan : Pewarna Pengawet
Sesuai dengan SNI 01-0222-1995
8 Cemaran logam : Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg)
mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg
Maksimal 2.0 Maksimal 20.0 Maksimal 40.0 Maksimal 40.0 Maksimal 0.03
9 Cemaran arsen (As) mg/kg Maksimal 0.1
10 Cemaran mikroba : Angka lempeng total coliform Eschericia coli Enterococci Clostridium perfringens Salmonella Staphilococcus aureus
koloni/g APM/g APM/g koloni/g
- -
koloni/g
Maksimal 105 Maksimal 10
< 3 102
Negatif Negatif
Maksimal 102 Sumber : BSN, 1995.
3. Fermented sausages, yaitu sosis yang dibuat baik dari daging yang telah
dikuring atau tidak, kemudian difermentasi dan juga diasap. Sosis
fermentasi dibagi menjadi menjadi dua bagian, yaitu semidry and dry
sausages. Jenis dry sausages antara lain salami, pepperoni, dan genoa
sedangkan semi dry sausages antara lain summer sausages atau cervelat
dan Lebanon bologna (Essien, 2003).
17
4. Emulsion sausages, yaitu sosis yang dibuat dari hasil homogenisasi daging
kuring, jaringan lemak, air, dan bumbu. Sosis ini biasanya diasap dan
dimasak sebagian (tidak sempurna) pada suhu pasteurisasi (FAO,1985).
Menurut Essien (2003), sosis jenis ini terdiri dari bologna, kochwurst,
bruhwurst, frankfurters, dan liver sausage.
Sosis umumnya dibuat dari daging sebagai bahan baku utama dan
lemak, bahan pengikat dan bahan pengisi, air, garam, dan bahan tambahan
pangan lainnya sebagai bahan baku pembantu.
Bahan Baku Utama
Daging sebagai bahan baku utama memiliki fungsi sebagai daya ikat
terhadap air dan daya mengemulsi lemak. Semua bagian daging ternak dapat
dijadikan sosis termasuk jeroan, bibir, tetelan, dan daging bermutu rendah.
Daging sapi yang digunakan dalam pembuatan sosis sebagian besar berasal
dari bagian S2 seperti bahu, rusuk, perut, paha, dan juga potongan-potongan
sisa trimming dan bagian daging lainnya. Berdasarkan mutunya, bagian dagig
dikelompkkan menjadi :
a. Daging kelas utama (istimewa), yaitu daging yang diambil dari bagian
tubuh yang tidak bergerak. Daging jenis ini memiliki serat yang halus dan
empuk, seperti sirloin (has dalam). Jenis daging ini biasanya digunakan
sebagai bahan baku fresh meat.
b. Daging S1, yaitu daging yang diambil dari bagian tubuh yang bergerak
terbatas sehingga daging masih tergolong empuk. Seratnya lentur dan
licin. Daging ini biasanya diambil dari bagian paha belakang yaitu top side
(pendasar dan gandik). Kadang-kadang dimasukkan pula bagian cube roll
(lamusir depan), chuck, blade, yang telah ditrimming. Jenis daging ini
biasa digunakan untuk membuat delicatessen.
c. Daging S2, yaitu daging yang diambil dari bagian tubuh yang selalu
bergerak sehingga serabut dagingnya lebih keras, urat, dan lemak
diperbolehkan dalam batas tertentu. Bagian dari daging ini meliputi brisket
(dada) dan frank (perut). Jenis daging ini digunakan untuk pembuatan
sosis dan berbagai jenis daging giling.
18
Bahan Baku Pembantu
Bahan baku pembantu sangat penting digunakan dalam proses
pembuatan sosis karena dapat membantu terbentuknya emulsi atau adonan
sosis, memperbaiki tekstur dan penampakan maupun sebagai penyedap.
Beberapa bahan baku pembantu yang umum digunakan adalah :
1. Bahan pengisi (Filler)
Bahan pengisi yang dapat digunakan adalah tapioka, tepung terigu,
dan serat gandum. Bahan-bahan tersebut memiliki kandungan pati yang
tinggi. Penambahan bahan pengisi ini berfungsi sebagai pembentuk tekstur
yang padat dan kompak, menstabilkan emulsi tetapi tidak berperan dalam
mengemulsi lemak, mengikat air, memperbaiki sifat adonan, menurunkan
biaya produksi, dan meningkatkan volume bahan (yield).
2. Bahan pengikat (Binder)
Bahan pengikat adalah bahan buka daging yang dapat
mengemulsikan lemak dan dapat meningkatkan kapasitas pengikatan air
(Water holding capacity), dimana air dan lemak akan terikat oleh protein
untuk membentuk emulsi (Soeparno, 1992). Bahan pengikat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu bahan pengikat nabati, hewani, dan kimiawi.
Bahan pengikat dari sumber nabati dan hewani diantaranya adalah produk
olahan dari kedelai dan susu skim. Susu skim memiliki kemampuan
sebagai bahan pengikat karena mengandung protein yang tinggi ( sekitar
35%). Susu skim mempunyai kemampuan untuk mengemulsi lemak dan
tidak larut dalam air. Selain itu, penambahan susu skim dapat
meningkatkan kualitas zat gizi sosis. Salah saru produk olahan kedelai
yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat adalah isolat protein kedelai
(ISP). Isolat protein kedelai mengandung protein minimal 90% (Forrest
et al., 1975). Selain sebagai bahan pengikat, ISP juga dapat meningkatkan
nilai gizi dalam sosis.
Bahan pengikat kimia yang dapat digunakan adalah senyawa
fosfat, seperti garam tripolifosfat, difosfat, dan trifosfat. Menurut Soekarto
(1990), fosfat berfungsi untuk meningkatkan daya ikat air oleh protein
daging, mereduksi pengkerutan, menghambat proses ketengikan oksidatif
19
bersama dengan asam askorbat, dan dapat memperbaiki tekstur sehingga
dapat menghasilkan emulsi adonan sosis dengan baik. Fosfat akan
meningkatkan nilai pH dan meningkatkan kelarutan protein miofibril. Hal
ini akan menghasilkan ruang di antara protein yang mengembang sehingga
daya serap air akan meningkat. Fosfat dapat berfungsi sebagai antioksidan
karena dapat mengkelat logam-logam yang memicu terjadinya reaksi
oksidasi. Namun, penambahan fosfat yang berlebihan akan menimbulkan
bercak pada permukaan sosis dan rasa sabun.
3. Air atau es
Air atau es sangat dibutuhkan dalam pembuatan sosis. Air atau es
ini brfungsi sebagai pencegah koagulasi protein dan mencairnya lemak
dalam daging akibat panas yang ditimbulkan oleh mesin pada saat
chopping. Dengan adanya air, suhu selama proses pencampuran adonan
tetap terjaga sehingga tetap menstabilkan emulsi yang terbentuk.
Menurut Forrest (1975), fungsi air dalam proses pembuatan sosis
antara lain :
- Meningkatkan keempukan
- Menggantikan air yang hilang selama proses
- Membentuk larutan garam yang diperlukan untuk melarutkan protein
larut garam
- Sebagai fase kontinu dari emulsi daging
- Menjaga suhu produk atau menurunkan suhu saat proses
- Memudahkan penetrasi bahan-bahan curing.
4. Garam
Garam yang ditambahkan dalam pembuatan sosis berfungsi untuk
meningkatkan flavor, memberikan efek pengawetan, mengikatkan absorpsi
air, melarutkan protein larut garam, yaitu miosin sehingga dapat
menghasilkan emulsi adonan yang optimal (Essien, 2003). Garam dapat
berfungsi sebagai pengawet karena akan meningkatkan tekanan osmotik
disekitar sel mikroorganisme. Hal ini akan menyebabkan proses dehidrasi
pada sel, yaitu keluarnya air dari dalam sel sehingga akan mengganggu
metabolisme dan akan menghambat pertumbuhan mikroba.
20
5. Antioksidan
Senyawa antioksidan yang sering digunakan dalam pembuatan
sosis adalah asam askorbat. Tujuan penambahan antioksidan adalah untuk
meningkatkan umur simpan sosis dengan mencegah proses ketengikan
lemak dan mencegah perubahan warna akibat terpaparnya oksigen (Essien,
2003).
6. Bahan pengawet
Penambahan bahan pengawet pada pembautan sosis bertujuan
untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga sosis memiliki
umur simpan yang lebih lama. Jenis bahan pengawet ada dua macam, yaitu
pengawet alami dan pengawet sintetik. Beberapa pengawet juga digunakan
untuk menjaga warna sosis agar tetap stabil (Essien, 2003).
Senyawa nitrit merupakan salah satu bahan pengawet. Nitrit
berfungsi untuk menstabilkan warna sosis dengan membentuk
nitrosomioglobin, mencegah pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum,
dan berpengaruh terhadap pembentukan flavor yang khas dari sosis.
Penambahan nitrit harus dibatasi karena dalam jumlah yang berlebih dapat
menyebabkan penyakit blue baby. Menurut Soeparno (1992), jumlah
maksimum residu nitrit pada produk akhir adalah 200 ppm dan nitrat tidak
boleh melebihi 500 ppm.
7. Bumbu
Penambahan bumbu pada pembuatan sosis adalah untuk
meningkatkan flavor dan cita rasa produk serta untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
F. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut (solut) di antara
dua pelarut yang tidak saling bercampur (Nur dan Adijuwana, 1989).
Menurut Brown (1971), metode paling sederhana untuk mengekstraksi
padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut, lalu
memisahkan larutan dengan padatan yang tidak larut. Ekstraksi pada rempah-
21
rempah dengan menggunakan pelarut menghasilkan oleoresin dan soluble
spices (Farrel, 1990).
Menurut Sabel dan Warren (1973), ekstraksi oleoresin menggunakan
pelarut yang biasa dilakukan ada dua macam, yaitu cara soxletasi (hot
extraction) dan perkolasi dengan atau tanpa pemanasan. Cara perkolasi
merupakan metode ekstraksi dengan cara menambahkan pelarut pada bahan
yang akan diekstrak dengan perbandingan tertentu kemudian diaduk dengan
magnetic sirrer atau mixer (Djubaedah, 1986). Ekstraksi memiliki beberapa
tahapan utama. Menurut Purseglove et al. (1981), proses ekstraksi terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan bahan dan pelarut, pengecilan
ukuran, ekstraksi, dan pemekatan larutan ekstrak.
Persiapan bahan baku meliputi pengeringan bahan dan pengecilan
ukuran bahan. Pengeringan bahan sampai kadar air tertentu sebelum proses
ekstraksi bertujuan untuk menghindari adanya air di dalam ekstrak (Houghton
dan Raman, 1998) dan mempermudah proses pengecilan ukuran. Pengecilan
ukuran bahan segar mempunyai masalah dalam kestabilan senyawa kimia
yang akan diekstraksi. Banyak bahan segar selama proses pengecilan ukuran
mengalami perubahan kimia, hidrolisis, dan oksidasi (Bombardelli, 1991).
Pengeringan harus dilakukan dalam keadaan terkontrol untuk
mencegah terjadinya perubahan karakteristik yang terlalu banyak. Umumnya
simplisia tumbuhan dikeringkan pada suhu kamar dan terhindar dari sinar
matahari langsung. Selama proses pengeringan terjadi penguapan air serta
zat-zat yang mudah menguap dari jaringan ke permukaan bahan yang
menyebabkan hilangnya zat-zat tersebut (Harborne, 1987). Menurut
Purseglove et al. (1981), pengeringan bahan pada suhu yang terlalu tinggi
akan menurunkan efektivitas dari proses ekstraksi. Hal ini karena sebagian
lipida akan terikat dengan protein dan karbohidrat yang ada di dalam bahan
sehingga menjadi sukar untuk diekstraksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi proses ekstraksi menurut
Puseglove et al. (1981), Bombardelli (1991), dan Nur dan Adijuwana (1989),
antara lain ukuran partikel bahan, jenis pelarut, rasio antara volume pelarut
22
dan bahan, suhu, lama ekstraksi, pergerakan pelarut di sekitar bahan, jumlah
tahapan ekstraksi serta pembilasan setelah proses ekstraksi.
Ukuran partikel bahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan proses ekstraksi. Purseglove et al. (1981), bahan yang
akan diekstraksi sebaiknya berkukuran seragam untuk mempermudah kontak
antar bahan dengan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung dengan baik.
Bombardelli (1991) menambahkan bahwa ukuran partikel yang seragam
berpengaruh kepada pengeluaran senyawa aktif yang seragam dari serbuk
bahan pada tahap ekstraksi. Ukuran partikel yang lebih kecil akan
menurunkan waktu ekstraksi sampai batas tertentu. Ukuran yang baik adalah
tidak kurang dari 0.5 mm. Menurut Marwati (1999), ukuran partikel yang
baik untuk keperluan ekstraksi adalah 20-60 mesh.
Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi akan
mempengaruhi jenis komponen yang akan terekstrak. Kelarutan suatu
senyawa dalam pelarut tergantung dari gugus-gugus yang terikat pada pelarut
tersebut. Pelarut yang mempunyai gugus hidroksil (alkohol) dan karbonil
(keton) termasuk pelarut polar sedangkan hidrokarbon termasuk ke dalam
pelarut non polar. Pelarut non polar akan mengekstrak senyawa non polar dan
sebaliknya. Pelarut polar akan melarutkan komponen polar pada bahan
(Marcus, 1992; Houghton dan Raman, 1998). Beberapa pelarut yang umum
digunakan dalam proses ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jenis pelarut untuk proses ekstraksi
Pelarut Titik didih (oC)
Kepolaran
Heksana 68
Makin ke bawah, kepolaran makin
meningkat
Benzena - Dietil eter 35 Kloroform 61 Etil asetat 77 Aseton 56 Etanol 78 Metanol 65 Air 100 Asam dan basa -
Sumber : Houghton dan Raman, 1998; Nur dan Adijuwana, 1989
23
Nisbah jumlah pelarut dan bahan berpengaruh terhadap rendemen dan
mutu ekstrak. Menurut Sinaga (1998), semakin besar volume pelarut yang
digunakan untuk proses ekstraksi, semakin tinggi pula rendemen yang
dihasilkan. Nugroho (2001) menyatakan bahwa ekstrak dengan rendemen dan
bioaktivitas tertinggi diperoleh dari hasil ekstraksi Tephrosia vogelli
menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan bahan dan pelarut
sebesar 1 : 10.
Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut akan meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu. Hal ini karena peningkatan suhu akan
mempermudah penetrasi pelarut ke dalam sel bahan. Namun penggunaan
suhu yang tinggi akan menyebabkan kehilangan senyawa tertentu yang tidak
stabil pada kondisi tersebut (Houghton dan Raman, 1998). Menurut Prijono
(1998), ekstraksi senyawa aktif terutama pada tumbuhan Aglaia odorata
dilakukan pada suhu ruang.
Lama ekstraksi juga akan mempengaruhi jumlah rendemen yang
dihasilkan (Bombardelli, 1991). Semakin lama waktu ekstraksi, semakin
besar kesempatan pelarut untuk kontak dengan bahan. Hal ini akan
menyebabkan rendemen yang dihasilkan akan meningkat sampai titik jenuh
larutan. Pada umumnya, ekstraksi rempah, terutama Aglaia odorata dilakukan
selama 24 jam (Prijono, 1998).
Pergerakan pelarut di sekitar bahan atau partikel dapat menjadikan
proses ekstraksi lebih efektif karena dapat meningkatkan laju difusi bahan
terlarut dan mempercepat perpindahan komponen yang akan diekstrak dari
permukaan partikel ke dalam larutan. Hal ini berkaitan dengan tingkat
kejenuhan pelarut terhadap senyawa yang diekstraksi. Dengan adanya
pergerakan pelarut, bahan akan semakin cepat kontak dengan pelarut dan
pelarut yang sudah jenuh dengan komponen pada sekitar bahan berganti
dengan pelarut yang belum jenuh sehingga akan lebih banyak senyawa yang
terekstrak. Proses pengadukan ini dapat menyebabkan pergerakan bahan atau
partikel sehingga proses ekstraksi menjadi lebih cepat (Houghton dan Raman,
1998).
24
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap rendemen hasil ekstraksi
adalah jumlah tahapan ekstraksi. Apabila perbedaan konsentrasi senyawa
yang akan diekstraksi dengan pelarut cukup besar, umumnya ekstraksi
tunggal sudah cukup untuk mengekstrak senyawa yang diinginkan tersebut.
Namun, pada umumnya pengulangan tahapan ekstraksi beberapa kali dengan
pelarut yang lebih sedikit akan lebih efektif dibandingkan dengan ekstraksi
satu kali dengan menggunkan pelarut yang jumlahnya lebih besar.
G. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL
Studi kelayakan merupakan suatu perencanaan sistematis dan terpadu
pada pendirian suatu proyek bisnis sehingga resiko kegagalan dapat
dikurangi. Menurut Umar (1997), studi kelayakan bisnis adalah penelitian
tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis dilaksanakan. Sutojo (1993)
mengemukakan hal-hal yang perlu dikaji dalam studi kelayakan, yaitu aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen operasi
serta aspek ekonomi dan finansial.
Dalam melakukan studi kelayakan, aspek keuangan merupakan faktor
yang menentukan, artinya suatu proyek tidak akan jalan jika tidak tersedia
dana. Aspek keuangan berkaitan dengan bagaimana menentukan kebutuhan
jumlah dana dan sekaligus pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang
bersangkutan secara efisien sehingga mampu meningkatkan tingkat
keuntungan yang menjanjikan bagi investor (Suratman, 2002).
Suatu proyek bisnis dapat dikatakan layak memerlukan suatu analisis
mengenai teknik-teknik kriteria penilaian investasi yang didasarkan pada
estimasi aliran kas yang bersangkutan. Selain itu juga dapat menggunakan
analisis Break Even Point (BEP) serta analisis sensitivitas untuk melengkapi
analisis kriteria investasi tersebut.
5. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah nilai bersih dari usaha saat ini yang
diperoleh dengan mendiskontokan selisih antara jumlah kas masuk dengan
jumlah kas keluar setiap tahunnya dengan satu tingkat persentase bunga.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), NPV merupakan selisih antara
25
nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas
bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang, perlu
ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Tingkat
bunga tersebut diperoleh dengan menggunakan tingkat suku bunga
pinjaman yang berlaku di pasar modal atau berdasarkan tingkat bunga
pinjaman yang harus dibayar oleh pemiliki proyek (Sutojo, 1993).
Menurut Sutojo (1993), bila NPV > 0, proyek tersebut layak untuk
dilaksanakan, tetapi bila NPV < 0 maka proyek tersebut tidak layak untuk
direalisasikan. Jika NPV = 0 maka proyek akan mendapatkan modalnya
kembali setelah discount rate yang berlaku diperhitungkan.
6. Break Even Point (BEP)
BEP adalah suatu cara untuk dapat menetapkan tingkat produksi
dimana penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan atau titik
keseimbangan dimana awal untuk mendapatkan keuntungan. Untuk
memperoleh keuntungan, proyek yang direncanakan harus mampu
memproduksi dan memasarkan hasil produksinya lebih besar dari jumlah
BEP. Nilai BEP dapat diperoleh dengan cara membagi biaya tetap
produksi terhadap hasil pengurangan antara harga jual produk dan biaya
variabel per produk.
3. Payback Periode (PP)
Payback periode adalah waktu yang diperlukan proyek untuk
menghimpun dana interen ( internal generating funds atau net cash flow)
guna mengembalikan jumlah dana yang telah diinvestasikan dalam proyek
(Sutojo, 1993). Menurut Umar (2005), payback periode atau masa
pembayaran kembali digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan suatu investasi dari sejumlah modal
yang ditanamkan.
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah persentase keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan yang melakukan investasi dan biasanya
dinyatakan dalam persen. Menurut Umar (1997), IRR merupakan metode
26
yang digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang atau
penerimaan kas dengan pengeluaran investasi awal. Pada dasarnya IRR
menggambarkan persentase laba nyata yang dihasilkan proyek. Menurut
Sutojo (1993), IRR adalah suatu tingkat bunga tertentu yang menyebabkan
nilai NPV sama dengan nol sehingga nilai sekarang dari aliran uang yang
masuk sama dengan nilai sekarang dari uang yang keluar.
5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/Cmerupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat
efisiensi penggunaan biaya yang berupa rasio antara nilai sekarang arus
manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Untuk menghitung nilai
net B/C, present value (PV) setiap tahun selama umur proyek harus
diketahui. PV merupakan nilai net cash flow yang dikalikan dengan
discount rate, dimana net cash flow atau aliran kas bersih merupakan hasil
pengurangan nilai manfaat (benefit) dengan nilai biaya (cost). Jika suatu
usaha memiliki nilai net B/C lebih besar dari satu maka tersebut layak
untuk direalisasikan sedangkan jika nilai net B/C kurang dari satu atau
sama dengan satu maka proyek tidak layak untuk direalisasikan (Umar,
2005).
6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas diperlukan apabila terjadi suatu kesalahan
dalam penilaian biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadi perubahan unsur harga pada saat pelaksanaan proyek.
Melalui analisis ini, dapat diketahui seberapa jauh proyek tetap layak jika
terjadi perubahan-perubahan terhadap parameter-parameter tertentu,
misalnya kenaikan biaya bahan baku dan bahan penunjang, serta
penurunan harga jual. Analisis sensitivitas dilakukan pada tingkat 5 sampai
50% (Gray et al., 1992).
Menurut Gittinger (1986), pengujian analisis sensitivitas dilakukan
sampai dicapai tingkat minimum, dimana proyek dapat dilaksanakan
dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun
27
akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV = 0). NPV sama dengan
nol akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan net B/C
sama dengan satu.
28
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosis
daging sapi yang diperoleh dari industri olahan daging di kawasan industri
Bekasi, asam asetat 25% (cuka pasar), dan rimpang lengkuas merah yang
berumur tiga bulan. Bahan-bahan pembantu yang digunakan untuk ekstraksi
rempah adalah kertas saring, aluminium foil, air destilata, dan etanol 70%.
Bahan yang digunakan untuk pengemasan sampel adalah plastik HDPE.
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis total asam tertitrasi adalah kristal
NaOH, potassium hydrogen phthalate, indikator phenoftalein, dan air
destilata. Bahan-bahan yang digunakan untuk uji total mikroba adalah media
PCA (Plate Count Agar), larutan pengencer (buffer pospat), dan alkohol 70%.
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak rempah adalah
blender kering, oven vakum, neraca kasar, shacker (inkubator bergoyang),
saringan vakum, dan rotary evaporator. Alat-alat yang digunakan untuk
pembuatan larutan pengawet adalah pipet mohr, gelas piala, labu takar, gelas
ukur, gelas pengaduk, dan bulb. Alat-alat yang digunakan untuk analisis
kimia dan fisik adalah pH-meter, buret, neraca analitik, chromameter, dan
penetrometer. Alat-alat yang digunakan untuk analisis total mikroba adalah
cawan petri, tabung reaksi bertutup, mikropipet, dan bunsen. Alat-alat
lainnya yang digunakan adalah sealing mechine dan alat-alat gelas kimia.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu penelitian pendahuluan,
penelitian utama, dan analisis kelayakan finansial. Penelitian pendahuluan
bertujuan untuk mendapatkan kisaran konsentrasi optimum yang akan
digunakan sebagai larutan pengawet pada sosis pada penelitian utama.
Penelitian utama bertujuan untuk mendapatkan larutan pengawet yang terbaik
berdasarkan hasil pegamatan, yaitu analisis fisik, kimia, mikrobiologi, dan uji
organoleptik. Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui
kelayakan usaha jika larutan pengawet ini industrialisasikan.
29
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan formulasi terbaik
dari larutan campuran antara asam asetat dan ekstrak rempah sebagai larutan
biang, serta menentukan kisaran konsentrasi pengenceran yang optimum dari
larutan biang berdasarkan pengamatan secara visual. Penelitian pendahuluan
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap ekstraksi rempah yaitu rimpang
lengkuas, penentuan larutan biang, dan penentuan kisaran konsentrasi
pengenceran yang optimum dari larutan biang.
a. Ekstraksi rimpang lengkuas
Ekstraksi rimpang lengkuas dilakukan dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut etanol. Metode ini disebut dengan metode maserasi.
Proses ekstraksi ini dapat dilihat pada Gambar 2. Pertama, rimpang
lengkuas dibersihkan terlebih dahulu dan dikeringanginkan sekitar 30
menit untuk menghilang air yang ada dipermukaan rempah tersebut.
Selanjutnya, rempah tersebut dipotong/diiris kecil-kecil dan dikeringkan
dengan menggunakan oven vakum pada suhu 60oC selama ± 3 jam.
Rempah yang telah dikeringkan tersebut dihancurkan menggunakan
blender kering sampai halus. Setelah itu, rempah hasil blender dimasukkan
ke dalam erlenmeyer dan dimasukkan pula pelarut etanol. Pelarut yang
digunakan untuk mengekstrak rimpang lengkus merah adalah etanol 70%.
Perbandingan antara rempah halus dan pelarut etanol adalah sebesar 1 : 4.
Campuran tersebut ditutup dengan aluminium foil dan dilakukan maserasi
dengan menggunakan shacker (inkubator bergoyang) pada kecepatan
rotasi sekitar 30 – 35 rpm selama 24 jam. Filtrat yang diperoleh hasil
ekstraksi disaring vakum dan dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 50oC dan kecepatan 70 - 80 rpm sampai terjadi
pemisahan sempurna antara hasil ekstrak dan pelarut etanol. Setelah
pelarut dipisahkan menggunakan rotary evaporator, dihasilkan ekstrak
rempah etanol yang hampir bebas residu pelarutnya. Untuk menguapkan
sisa pelarut yang masih ada diekstrak rempah, ekstrak rempah tersebut
dipanaskan pada suhu 90oC selama 10 menit.
30
Gambar 2. Diagram alir ekstraksi rempah metode maserasi
Filtrat
Dievaporasi menggunakan rotavapor untuk memisahkan pelarut dengan ekstrak
Dipanaskan pada suhu 90oC selama 10 menit
Ekstrak lengkuas
Lengkuas segar
Dibersihkan dan dicuci
Dikeringanginkan selama 30 menit
Dipotong kecil-kecil
Dioven vakum pada suhu 60oC, P=400 mmHg, selama 3 jam
Dihaluskan dengan blender kering
Lengkuas halus
etanol
Dimaserasi dengan shacker pada 30 – 35 rpm selama 24 jam (perbandingan rempah : pelarut = 1: 4)
Disaring vakum
31
b. Penentuan larutan biang
Penentuan larutan biang dilakukan terlebih dahulu dengan
membuat berbagai perbandingan antara asam asetat 25% (cuka pasar) dan
ekstrak rempah. Variasi perbandingan antara asam asetat 25% dan ekstrak
rempah yang dilakukan adalah 50:50, 60:40, 70:30, dan 80:20. Pemilihan
larutan biang yang terbaik didasarkan pada kriteria tingkat keasaman dan
rasa. Tingkat keasaman dilakukan dengan mengukur nilai pH dan nilai pH
larutan yang dipilih adalah di bawah 3. Selain pH, rasa dari larutan
tersebut harus tidak asam atau sedikit asam namun masih diterima secara
sensori. Pengujian rasa dilakukan setelah larutan biang tersebut diencerkan
sebesar 1%. Selanjutnya akan dipilih satu formula yang dianggap optimum
berdasarkan dua kriteria di atas. Proses penentuan larutan biang dapat
dilihat pada Gambar 3.
Diencerkan sebesar 1%
Diuji rasa
pH ≤ 3 pH > 3
Ditolak
Formula terbaik
Asam asetat 25% Ekstrak lengkuas
Dicampur dengan perbandingan : 50:50, 60:40, 70:30, dan 80:20
Diukur pH
Gambar 3. Penentuan larutan biang
32
c. Penentuan kisaran konsentrasi pengenceran optimum
Larutan biang yang telah terpilih digunakan untuk membuat larutan
dengan berbagai konsentrasi yang lebih rendah. Variasi konsentrasi yang
dibuat adalah 10%, 20%, dan 30%. Setelah variasi larutan dibuat,
dilakukan uji ke produk sosis dengan cara dicelupkan ke dalam masing-
masing larutan selama 1 menit. Selanjutnya dikemas ke dalam plastik
HDPE (high density polyetylene), diseal menggunakan sealing machine,
dan disimpan pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan sampai sampel
mengalami kerusakan yang meliputi rasa sampai pada hari ke-1, aroma,
tekstur, dan penampakan secara keseluruhan (tanda-tanda tumbuhnya
mikroba). Diagram alir penentuan kisaran konsentrasi pengenceran yang
optimum dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Penentuan kisaran konsentrasi pengenceran optimum
Formula terbaik larutan biang
Diencerkan sebesar 0% (kontrol), 10%, 20%, dan 30%
Sosis dicelupkan ke masing-masing larutan selama 1 menit
Diamati sampai sampel rusak
Parameter : rasa, aroma, tekstur, dan penampakan keseluruhan
Dikemas ke dalam plastik HDPE dan diseal
Disimpan pada suhu ruang
33
Penentuan kisaran konsentrasi pengenceran yang optimum
didasarkan pada dua kriteria, yaitu memiliki rasa yang tidak asam atau
sedikit asam pada sosis namun masih diterima secara sensori dan
memenuhi target yang ditentukan dari segi keawetan sosis secara visual.
2. Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan untuk menentukan formulasi terbaik
larutan pengawet. Tahap ini diawali dengan membuat kisaran konsentrasi
yang lebih sempit dari konsentrasi yang optimum berdasarkan penelitian
pendahuluan. Misalnya diperoleh kisaran konsentrasi pengenceran yang
optimum berdasarkan penelitian pendahuluan sebesar 10% dan 15%.
Berdasarkan kisaran tersebut, dapat dipersempit lagi dengan membuat
konsentrasi sebesar 8%, 10%, 12%, 14%, dan 16% atau kombinasi lainnya.
Selanjutnya dilakukan pencelupan sosis ke dalam masing-masing larutan
yang telah dibuat selama satu menit. Sosis yang telah diberi perlakuan
tersebut, dikemas ke dalam plastik HDPE, diseal dengan menggunakan
sealing machine, dan disimpan pada suhu ruang. Pengamatan dilakukan
setiap hari hingga sampel mengalami kerusakan. Pengamatan yang dilakukan
berupa uji total mikroba, total asam tertitrasi (TAT), pH, warna, dan tekstur.
Secara terpisah juga dilakukan uji organoleptik pada sosis yang telah
diberi perlakuan menggunakan metode rating hedonic. Pada uji ini juga
digunakan kontrol, yaitu sosis tanpa perlakuan. Hal ini bertujuan
meminimalkan bias terutama kepada panelis yang memang tidak suka sosis.
Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih sebanyak minimal
30 orang. Penentuan formula terbaik sebagai larutan pengawet didasarkan
pada tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu mampu mengawetkan sosis
minimal tiga hari pada penyimpanan di suhu ruang dan mampu menghasilkan
tingkat penerimaan konsumen yang baik pada uji organoleptik berdasarkan
metode rating hedonik dengan tingkat penerimaan yang tidak berbeda nyata
dengan kontrol. Berdasarkan hasil pengamatan akan dilakukan penentuan
umur simpan. Diagram alir dari penelitian utama di atas dapat dilihat pada
Gambar 5.
34
Gambar 5. Diagram alir penelitian utama
3. Analisis Kelayakan Finansial
Formula terbaik dari larutan pengawet yang dihasilkan kemudian
dianalisis kelayakan bisnisnya dari aspek finansial. Analisis finansial
dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran kas (cashflow), yang
terdiri dari cash inflow (arus penerimaan kas) dan cash outflow (arus
pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan
pinjaman, dan nilai sisa. Cash outflow terdiri dari biaya investasi, biaya
produksi, pembayaran pinjaman dan bunga, pajak, dan lain-lain. Pengukuran
cash inflow dengan cash outflow akan diperoleh net benefit (manfaat bersih).
Konsentrasi larutan pengawet yang terpilih
Dibuat variasi konsentrasi larutan untuk optimasi pengawet
Dilakukan coating sosis dengan mencelupkan ke dalam setiap larutan pengawet selama 1 menit
Dikemas ke dalam plastik HDPE dan diseal
Disimpan pada suhu ruang
Dianalisis setiap hari sampai sampel rusak
Uji angka lempeng total, TAT, pH, tekstur dan warna secara objektif
Uji organoleptik (rating hedonic)
Larutan pengawet terbaik
Analisis finansial
digunakan untuk menguji kelayakan adalah
even point (BEP),
benefit cost ratio
a. Net present value
Nilai NPV dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
-Ao = Pengeluaran investasi pada tahun ke
At = Aliran kas masuk bersih pada tahun ke
i = Tingkat suku bunga (%)
t = Periode investasi ( t = 0,1,2,…,n)
n = Umur proyek (tahun)
Bila NPV >
NPV < 0 maka proyek tersebut tidak layak untuk direalisasikan. Jika NPV
= 0 maka proyek akan mendapatkan modalnya kembali setelah
rate yang berlaku diperhitungkan.
b. Break even point
Nilai BEP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
c. Payback periode
Rumus untuk menghintung PP adalah sebagai berkut :
Analisis finansial dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang
digunakan untuk menguji kelayakan adalah net present value
(BEP), pay back periode (PBP), internal rate of return
o (net B/C), dan analisis sensitivitas.
Net present value (NPV) (Husnan dan Suwarsono, 2000)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
NPV = -Ao +
= Pengeluaran investasi pada tahun ke-0
= Aliran kas masuk bersih pada tahun ke-t
= Tingkat suku bunga (%)
= Periode investasi ( t = 0,1,2,…,n)
= Umur proyek (tahun)
ila NPV > 0, proyek tersebut layak untuk dilaksanakan, tetapi bila
NPV < 0 maka proyek tersebut tidak layak untuk direalisasikan. Jika NPV
= 0 maka proyek akan mendapatkan modalnya kembali setelah
e yang berlaku diperhitungkan.
Break even point (BEP)
Nilai BEP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BEP
back periode (PP) (Sutojo, 1993)
Rumus untuk menghintung PP adalah sebagai berkut :
PP = t +( )
35
dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang
net present value (NPV), break
internal rate of return (IRR), net
0, proyek tersebut layak untuk dilaksanakan, tetapi bila
NPV < 0 maka proyek tersebut tidak layak untuk direalisasikan. Jika NPV
= 0 maka proyek akan mendapatkan modalnya kembali setelah discount
Keterangan :
PBP = Pay Back Periode
t = Lama proyek pada saat
t+1 = Lama proyek pada saat arus kas kumulatif bernilai positif
AKK t = Arus kas kumulatif pada tahun ke
AKK t+1 = Arus kas kumulatif pada tahun ke
d. Internal rate of return
Nilai IRR dapat dihitung
Keterangan :
IRR = Internal Rate of Return
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = Tingkat suku bunga pada saat NPV
i2 = Tingkat suku bunga pada saat NPV
e. Net B/C
Nilai net B/C dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Bt = Pendapatan proyek pada tahun tertentu
Ct = Biaya proyek pada tahun tertentu
n = Umur proyek
i = Tingkat bunga
t = 1,2,…,n
Pay Back Periode
= Lama proyek pada saat arus kas kumulatif bernilai negatif
= Lama proyek pada saat arus kas kumulatif bernilai positif
= Arus kas kumulatif pada tahun ke-t
= Arus kas kumulatif pada tahun ke-t+1
Internal rate of return (IRR) (Umar,2005)
Nilai IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
IRR = i1 +
Internal Rate of Return
= NPV yang bernilai positif
= NPV yang bernilai negatif
= Tingkat suku bunga pada saat NPV1
= Tingkat suku bunga pada saat NPV2
Nilai net B/C dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
B/C ratio =
= Pendapatan proyek pada tahun tertentu
= Biaya proyek pada tahun tertentu
= Umur proyek
= Tingkat bunga
= 1,2,…,n
36
arus kas kumulatif bernilai negatif
= Lama proyek pada saat arus kas kumulatif bernilai positif
Nilai net B/C dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kriteria keputusan
a. Jika net B/C lebih besar dari satu maka proyek layak untuk
direalisasikan
b. Jika net B/C kurang dari satu atau sama dengan satu maka proyek tidak
layak untuk direalisasikan.
f. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk
kelayakan usaha berdasarkan parameter
yang digunakan pada penelitian adalah kenaikan harga bahan baku dan
penurunan harga jual produk. Suatu usaha dikatakan masih layak untuk
dijalankan jika usa
investasi yang menunjukkan layak.
C. PENGAMATAN
1. Angka Lempeng Total
Analisis total mikroba dilakukan dengan menggunakan metode
BAM (2001).
dimasukkan ke dalam plastik
90 ml larutan pengencer
dihancurkan dengan
sesuai dengan kebutuhan kemudian
Selanjutnya ditambahkan
telah didinginkan hingga mencapai suhu 45
ke dalam masing
hingga membeku. Setelah memb
hari dengan posisi terbalik. Setelah waktu inkubasi selesai, koloni total
mikroba dihitung
Keterangan :
Batas koloni yang dihitung
Kriteria keputusan yang diambil adalah :
Jika net B/C lebih besar dari satu maka proyek layak untuk
direalisasikan
Jika net B/C kurang dari satu atau sama dengan satu maka proyek tidak
layak untuk direalisasikan.
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat sensitivitas
kelayakan usaha berdasarkan parameter-parameter tertentu. Parameter
yang digunakan pada penelitian adalah kenaikan harga bahan baku dan
penurunan harga jual produk. Suatu usaha dikatakan masih layak untuk
dijalankan jika usaha tersebut masih memberikan hasil analisis kriteria
investasi yang menunjukkan layak.
PENGAMATAN
Angka Lempeng Total (BAM, 2001)
Analisis total mikroba dilakukan dengan menggunakan metode
. Sebanyak 10 gram sampel yang ditimbang secara aseptik
dimasukkan ke dalam plastik stomacher steril. Kemudian ditambahkan
ml larutan pengencer dan dihancurkan sampai halus. Sampel yang telah
dihancurkan dengan stomacher kemudian dilakukan pengenceran
sesuai dengan kebutuhan kemudian dilakukan pemupukan secara duplo.
Selanjutnya ditambahkan media PCA (plate count agar)
telah didinginkan hingga mencapai suhu 45oC ± 1°C sebanyak 12
ke dalam masing-masing cawan yang telah dipupukan
membeku. Setelah membeku, diinkubasi pada suhu
hari dengan posisi terbalik. Setelah waktu inkubasi selesai, koloni total
mikroba dihitung rumus seperti di bawah ini:
N =
Batas koloni yang dihitung untuk setiap cawan adalah antara
37
Jika net B/C lebih besar dari satu maka proyek layak untuk
Jika net B/C kurang dari satu atau sama dengan satu maka proyek tidak
mengetahui tingkat sensitivitas
parameter tertentu. Parameter
yang digunakan pada penelitian adalah kenaikan harga bahan baku dan
penurunan harga jual produk. Suatu usaha dikatakan masih layak untuk
ha tersebut masih memberikan hasil analisis kriteria
Analisis total mikroba dilakukan dengan menggunakan metode
Sebanyak 10 gram sampel yang ditimbang secara aseptik
steril. Kemudian ditambahkan
. Sampel yang telah
kemudian dilakukan pengenceran desimal
kan secara duplo.
) cair steril yang
sebanyak 12 - 15 ml
masing cawan yang telah dipupukan dan dibiarkan
pada suhu 35oC selama 2
hari dengan posisi terbalik. Setelah waktu inkubasi selesai, koloni total
untuk setiap cawan adalah antara 25 – 250 cfu
38
N : Total koloni per ml atau gram sampel
C : Jumlah koloni dari semua cawan yang masuk batas perhitungan
n1 : Jumlah cawan pada pengenceran pertama
n2 : Jumlah cawan pada pengenceran kedua
d : Tingkat pengenceran pertama yang diperoleh untuk perhitungan.
2. Derajat Keasaman (pH) (Sadler dan Murphy, 2003)
pH-meter harus selalu distandardisasi terlebih dahulu untuk
memberikan akurasi pengukuran yang maksimum. Standardisasi pH-meter
dapat dilakukan dengan menggunakan dua larutan buffer yang memiliki
selisih pH 3 unit (kalibrasi dua titik). Tiga larutan buffer yang paling
sering digunakan untuk standardisasi adalah buffer pH 4, buffer pH 7, dan
buffer pH 9 (pada suhu 25oC). Ketika standardisasi elektroda pH, ikuti
instruksi untuk kalibrasi satu titik. Setelah terukur nilai pH-nya, elektroda
pH dibilas menggunakan air destilata dan dikeringkan (dilap). Selanjutnya
dilakukan pengukuran ke dalam buffer pH 4 dan proses pengukuran ini
diulangi hingga memperoleh selisih nilai sebesar 0.1 unit pH antar
pengukuran. Jika memberikan hasil dengan selisih lebih besar dari 0.1 unit
pH, pH-meter tersebut tidak berfungsi dengan baik.
Sampel yang akan dianalisis ditimbang sebanyak 5 gram dan
dicampur dengan sedikit air destilata sebagai pelarut. Campuran ini
dihancurkan sampai halus dan homogen, kemudian dilakukan pengukuran
pH. Elektroda ditempatkan ke dalam sampel sehingga dapat terbaca nilai
pH terukur. Elektroda diangkat lalu dibilas dengan air destilata dan
selanjutnya dapat digunakan untuk mengukur pH sampel berikutnya.
3. Total Asam Tertitrasi
Sebelum melakukan pengukuran total asam tertitrasi, perlu
dilakukan standardisasi NaOH 0.1 N yang akan digunakan. NaOH dapat
distandardisasi dengan menggunakan asam kalium phthalate (KHP). KHP
disiapkan dengan cara menyaringnya menggunakan saringan berukuran
100 mesh, lalu dikeringkan pada suhu 120oC selama 2 jam dan
39
didinginkan pada suhu kamar di dalam desikator (Sadler dan Murphy,
2003).
Sebanyak 10 gram sampel ditambahkan sedikit air, kemudian
dihancurkan sampai halus. Setelah itu, dipindahkan ke dalam labu takar
250 ml dan ditera dengan air destilata. Selanjutnya diambil 50 ml larutan
dan ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Larutan tersebut kemudian
dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai mulai terbentuk warna merah muda
yang stabil selama 10 detik (AOAC, 1995).
4. Tekstur
Tekstur sampel baik sosis yang telah diberi perlakuan dengan
larutan pengawet maupaun kontrol diukur menggunakan penetrometer
untuk mengetahui bagaimana tingkat kekerasan produk berdasarkan daya
penetrasi dari probe. Jenis probe yang digunakan adalah probe berbentuk
jarum dengan berat 2.4 g. Proses penetrasi probe pada saat pengukuran
dilakukan selama 5 detik.
5. Warna
Warna sosis diukur dengan menggunakan chromameter CR-200
merek “Minolta”. Pada chromameter ini digunakan sistem pengukuran
warna Y, x, dan y yang disebut sebagai notasi warna CIE xyY. Sebelum
dilakukan pengukuran terhadap sampel sosis, chromameter CR-200
dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan Calibration Plate warna
merah dengan nilai Y = 14.00, x = 0.508, dan y = 0.314. Penggunaan
Calibration Plate berwarna merah dikarenakan sampel sosis ini berwarna
merah. Pengukuran tiap sampel dilakukan sebanyak 3 kali (Francis, 2003).
Nilai Yxy yang diperoleh dari pengukuran, kemudian dikonversi
menjadi nilai L, a, dan b. Namun, sebelumnya harus dikenversi terlebih
dahulu menjadi nilai XYZ. Rumus untuk memperoleh nilai L, a, dan b
adalah sebagai berikut:
40
Y = Y (Luminan)
X = Y (x/y)
Z = Y (I1-(x+y)I/y)
L = 10 (Y0.5)
a = 17.5 (1.02X - Y)/Y0.5
b = 7.0 (Y - 0.847Z)/Y0.5
Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan dengan nilai 0 adalah
warna hitam dan 100 adalah warna putih. Jika nilai L semakin tinggi, maka
tingkat kecerahan warnanya akan semakin tinggi pula. Nilai a dan b adalah
koordinat-koordinat kromatis dimana a untuk warna hijau (a negatif) ke
merah (a positif) dan b untuk biru (b negatif) sampai kuning (b positif)
(Pomeranz et al., 1978). Selanjutnya dari nilai a dan b dapat dihitung nilai oHue dengan rumus:
oHue = tan-1 b/a
Data perhitungan nilai oHue dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil perhitungan nilai oHue Hasil Perhitungan Warna
18o-54o Merah
54o-90o Merah – Kuning
90o-126 o Kuning
126o-162o Kuning –Hijau
162o-198o Hijau
198o-234o Hijau – Biru
234o-270o Biru
270o-306o Biru – Ungu
306o-342o Ungu
342o-18o Ungu – Merah
41
6. Uji Organoleptik (Soekarto, 1985)
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji kesukaan/afektif
dengan metode rating hedonik. Uji ini digunakan untuk mengukur sikap
subjektif panelis terhadap kesukaan suatu produk berdasarkan alat
sensorinya. Atribut uji yang digunakan berupa rasa, aroma, warna, tekstur,
dan penerimaan secara keseluruhan (overall). Pengujian ini dilakukan
terhadap 30 orang panelis tidak terlatih. Skala pengukuran yang dipakai
adalah skala 7-point dimulai dari “sangat tidak suka (bernilai 1)” hingga
“sangat suka (bernilai 7)”, seperti berikut ini:
1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = agak tidak suka
4 = netral
5 = agak suka
6 = suka
7 = sangat suka
Sebelum dilakukan uji organoleptik, perlu adanya persiapan
sampel. Pertama, dibuat larutan pengawet dengan berbagai konsentrasi
pengenceran dari larutan biang. Selanjutnya dilakukan pencelupan sosis
selama 1 menit ke dalam larutan pengawet yang telah dibuat. Sosis ini
disebut sebagai sosis perlakuan. Selain sosis perlakuan, dibuat juga sosis
kontrol yaitu sosis yang tidak dicelupkan ke dalam larutan pengawet.
Sosis-sosis tersebut kemudian dibuka selongsongnya dan diiris miring
secara melintang. Hasil pengirisan diusahakan memiliki bentuk dan ukuran
seragam untuk menghindarkan bias oleh panelis pada saat pengujian.
Selanjutnya sampel tersebut disajikan secara bersaam pada saat pengujian.
42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Aplikasi teknologi pengawetan yang dibuat adalah kombinasi asam
organik dan ekstrak rempah dengan menggunakan sampel berupa sosis masak.
Sosis ini tidak diproduksi sendiri di laboratorium departemen Ilmu dan Teknologi
Pangan, melainkan diperoleh dari salah satu industri olahan daging komersial
yang berada di kawasan Bekasi. Hal ini dilakukan karena ingin memperoleh
sampel sosis yang memiliki tingkat konsistensi tinggi dan sebagai salah satu
contoh dari sosis yang ada di pasaran.
Sampel sosis yang diperoleh dari pabrik tersebut merupakan sosis masak
(brőhwurst) yang masih segar dan telah diaging selama semalam. Hal ini
bertujuan untuk memperoleh sampel yang memiliki sifat fisik, kimia, dan
mikrobiologi yang baik. Hal ini karena akan berpengaruh terhadap efektifitas
larutan pengawet yang akan diaplikasikan. Selain itu juga untuk memberikan
konsistensi hasil analisis yang diperoleh selama percobaan.
Asam organik merupakan ingridien utama dalam larutan pengawet yang
digunakan. Asam organik yang digunakan adalah asam asetat (25%) atau cuka
pasar yang mudah diperoleh di pasaran. Pemilihan asam ini didasarkan pada
beberapa keunggulan yang dimiliki oleh asam asetat, diantaranya harga relatif
murah dibandingkan asam organik lainnya, tergolong dalam kelompok GRAS
(Generally Recognized As Safe) sehingga aman digunakan pada jumlah CPPB
(Cara Produksi Pangan yang Baik), dan memiliki nilai toksisitas yang rendah
(Marshall et al., 2000). Selain itu, asam asetat memiliki kemampuan sebagai anti
mikroorganisme. Hal ini didasarkan pada dua hal yaitu pengaruhnya terhadap pH
dan kemampuan asam-asam yang tidak berdisosiasi untuk membunuh mikroba
(Buckle et al., 1987). Asam asetat memiliki pH rendah yang dapat membunuh
mikroba yang sebagian besar tidak tahan terhadap pH rendah. Menurut Davidson
dan Brannen (1993), bahwa asam asetat memiliki daya antimikroba paling tinggi
dibandingkan dengan asam sitrat, asam laktat, dan asam hidroklorat pada
L. monocytogenes pada berbagai waktu dan suhu inkubasi. Chung dan Goepfert
(1970) juga telah menguji 13 jenis asam sebagai inhibitor terhadap Salmonella
dan merekomendasikan asam asetat dan asam propionat sebagai asam paling
43
efektif dalam menghambat pertumbuahan Salmonella. Hal yang sama juga
dilakukan oleh Carpenter (1973) yang telah menguji efek inhibitor terhadap
S. enteritidis. Dari semua komponen yang diujikan, asam asetat adalah asam yang
tepat dipilih untuk mengurangi Salmonella.
Asam asetat juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu memiliki bau yang
menyengat dan intensitas rasa asam yang tinggi (Sharp, 1984). Berdasarkan hasil
uji evaluasi sensori, asam asetat memiliki rasa asam lebih tajam dibandingkan
dengan asam laktat, asam malat, atau asam sitrat (Marshall et al., 2000) sehingga
diperlukan penambahan suatu bahan penutup rasa asam yang ditimbulkan oleh
asam organik tersebut. Beberapa ekstrak rempah diduga dapat menutupi rasa asam
tersebut. Selain itu, rempah-rempah juga berpotensi mengawetkan bahan pangan.
Hal ini karena rempah umumnya mengandung senyawa bioaktif, seperti senyawa
fenolik yang memiliki potensi sebagai antimikroba.
Kombinasi antara asam asetat dan ekstrak rempah diharapkan dapat
memiliki sifat antimikroba yang efektif dan bersinergi terhadap zat pengawet
sintetik pada sosis serta memiliki rasa yang diterima oleh konsumen sehingga
dapat diterapkan sebagai bahan pengawet pangan alternatif yang aman digunakan
dan harga yang terjangkau.
Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan yang meliputi tahap
ekstraksi rimpang lengkuas merah, kemudian dilanjutkan dengan penentuan
larutan biang dan penentuan kisaran konsentrasi pengenceran yang optimum
larutan pengawet berdasarkan pengamatan visual. Pada penelitian utama,
dilakukan optimasi larutan pengawet yang diperoleh berdasarkan penelitian
pendahuluan dengan cara membuat variasi konsentrasi pengenceran larutan
pengawet, kemudian diaplikasikan ke sampel dengan metode pencelupan
(coating) dan dilakukan penyimpanan pada suhu ruang, untuk melihat
keefektifannya dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Studi
kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial juga dilakukan untuk mengetahui
kelayakan usaha secara finansial jika larutan pengawet ini industrialisasikan.
44
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menemukan metode ekstraksi
rimpang lengkuas, jenis larutan biang yang terbaik, dan menentukan kisaran
konsentrasi pengenceran yang optimum.
1. Ekstraksi Rimpang Lengkuas
Pemilihan rimpang lengkuas sebagai perwakilan rempah yang
digunakan adalah harga relatif lebih murah, mudah diperoleh karena sering
digunakan sebagai salah satu bumbu masak. Selain itu, telah banyak
penelitian mengenai berbagai manfaat yang terdapat pada rimpang lengkuas.
Menurut Yuharmen et al. (2000), ekstrak etanol lengkuas memiliki daya
hambat paling kuat terhadap S. aureus dibandingkan dengan jahe dan kunyit
dengan konsentrasi minimum penghambatan sebesar 0,325 mg/ml. Ekstrak
etanol lengkuas menyebabkan kerusakan membran dan penggumpalan
sitoplasma S. aureus. Pratiwi (1992) juga menjelaskan bahwa rimpang
lengkuas merah dan putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri maupun
jamur, yaitu pada konsentrasi 0,871 mg/ml dapat menghambat S. aureus dan
Candida albican dan pada konsentrasi 1,741 mg/ml efektif menghambat
B. subtilis dan Mucor gypseum. Ekstrak metanol rimpang lengkuas juga
mampu mengahambat pertumbuhan E.coli, S. aureus, dan B. subtilis
(Yuharmen et al., 2000). Hasil analisis kromatografi gas-spektrometer
menunjukkan sedikitnya 8 komponen senyawa dalam rimpang lengkuas
yang aktif sebagai antibakteri, antara lain: D-limonen; eukaliptol;
3-sikloheksen-1-ol, 4-metil-1-(1-metiletil); fenol, 4-(2-propenil) asetat;
2,6-oktadien-1-ol, 3,7-dimetil asetat; 1,6,10-dodekatrien, 7,11-dimetil-
3-metilen; pentadesen; sikloheksen, 1-metil-4-(5-metil-1-metilen-
4-heksenil) (Parwata dan Dewi, 2008).
Rimpang lengkuas yang digunakan adalah jenis rimpang lengkuas
merah yang berumur 3 bulan. Menurut Rahayu (1999), rimpang lengkuas
merah dan muda (berumur sekitar 3 bulan) memiliki kadar komponen yang
larut etanol dan air lebih tinggi dibandingkan dengan kadar komponen yang
larut etanol dan air pada lengkuas merah yang sudah tua (berumur sekitar
12 bulan). Perbedaan komponen yang terdapat pada kedua jenis lengkuas
45
tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Selain itu, dipilihnya lengkuas merah
disebabkan lengkuas merah terutama yang masih muda memiliki daya
antimikroba yang tinggi. Rimpang lengkuas diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik, Cimanggu, Bogor.
Tabel 11. Beberapa komposisi kimia bubuk lengkuas (% basis kering)
Komposisi Jenis dan umur lengkuas
Merah, muda
Merah, Tua
Putih, tua
Kadar komponen larut air 1.13 0.29 0.58
Kadar komponen larut etanol 4.48 2.79 4.50
Kadar minyak atsiri 0.22 0.15 0.13
Sumber : Rahayu, 1999.
Ekstraksi rimpang lengkuas dilakukan dengan menggunakan pelarut
etanol 70% yang disebut dengan metode maserasi. Etanol dipilih sebagai
pelarut karena berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, rempah yang
digunakan terutama rimpang lengkuas merah yang berumur 3 bulan
mengandung lebih tinggi komponen larut etanol (4.48 % bk) dibandingkan
dengan komponen larut air, yaitu hanya sebesar 1.13% bk (Rahayu, 1999).
Kedua, pelarut etanol tidak memiliki risiko bahaya yang tinggi daripada
pelarut lainnya, seperti metanol.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek kehalalan dari larutan
pengawet yang dihasilkan jika diaplikasikan ke produk pangan. Hal ini
karena ekstrak lengkuas yang dihasilkan dikhawatirkan masih meninggalkan
residu etanol. Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia, hukum penggunaan
etanol dalam bentuk senyawa murni yang bukan berasal dari industri khamr
untuk proses produksi pangan adalah (1) mubah : apabila dalam produk
pangan akhir tidak terdeteksi adanya residu etanol atau (2) haram : apabila
dalam produk pangan akhir masih terdeteksi adanya residu etanol. Oleh
karena itu, proses akhir yang ditambahkan pada ekstrasi lengkuas adalah
pemanasan hasil ekstrak pada suhu 90oC selama 10 menit setelah proses
evaporasi campuran ekstrak lengkuas dengan etanol. Pemanasan ini
46
diharapkan mampu menguapkan residu etanol yang masih tertinggal. Hal ini
karena etanol memiliki titik didih sebesar 78oC.
Pada tahap proses ekstraksi, dilakukan pengeringan menggunakan
oven vakum pada suhu 60oC selama 3 jam. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan kadar air rimpang lengkuas segar. Hasil analisis menunjukkan
rimpang lengkuas yang digunakan dalam penelitian ini mengandung air
sebesar 91.84% (bb) (Lampiran 1). Pengeringan bahan segar hingga kadar
air tertentu sebelum proses ekstraksi ini bertujuan untuk mengurangi
kandungan air di dalam ekstrak (Houghton dan Raman, 1998) dan juga
mempermudah proses pengecilan ukuran. Hal ini karena pengecilan ukuran
dari bahan segar langsung memiliki masalah dalam kestabilan senyawa
kimia yang akan diekstraksi. Banyak bahan segar yang tidak dikeringkan
terlebih dahulu kemudian dilakukan proses pengecilan ukuran mengalami
perubahan kimia, hidrolisis, dan oksidasi (Bombardelli, 1991).
Pengeringan menggunakan oven vakum dengan suhu yang tidak
terlalu tinggi juga bertujuan untuk mencegah penguapan komponen volatil
pada bahan pangan yang mudah menguap (Harborne, 1987). Selain itu,
pengeringan bahan pada suhu yang terlalu tinggi akan menurunkan
efektivitas dari proses ekstraksi. Hal ini karena sebagian lipida akan terikat
dengan protein dan karbohidrat yang ada di dalam bahan membentuk
matriks sehingga senyawa-senyawa bioaktif dan senyawa lainnya yang akan
diekstrak menjadi sukar untuk diekstraksi (Purseglove et al., 1981).
Pengeringan lengkuas ini dilakukan selama 3 jam. Menurut
Sukmawati (2007), pengeringan selama 3 jam pada suhu 60oC tersebut
sudah mampu menurunkan kadar air lengkuas sebesar 43.02% (bb).
Pemilihan waktu ini juga mempertimbangkan biaya proses yang
dikeluarkan. Lengkuas segar dan lengkuas yang telah dikeringkan dapat
dilihat pada Gambar 6.
Setelah dikeringkan, lengkuas kemudian diblender menggunakan
blender kering hingga halus. Pengecilan ukuran ini bertujuan untuk
meningkatkan luas permukaan bahan sehingga dapat meningkatkan
efektifitas proses ekstraksi. Menurut Purseglove et al. (1981), bahan yang
47
akan diekstraksi sebaiknya berukuran seragam untuk mempermudah kontak
antar bahan dengan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung dengan baik.
(a) (b)
Gambar 6. Lengkuas segar (a) dan lengkuas yang telah dikeringkan (b)
Ukuran partikel yang lebih kecil dan seragam akan berpengaruh terhadap
pengeluaran senyawa aktif yang seragam dari serbuk bahan pada tahap
ekstraksi dan juga akan menurunkan waktu ekstraksi (Bombardelli, 1991).
Menurut Marwati (1999), ukuran partikel yang baik untuk keperluan
ekstraksi adalah 20-60 mesh. Lengkuas yang telah dihaluskan dapat dilihat
pada Gambar 7.
Gambar 7. Lengkuas yang telah dihaluskan
Nisbah antara jumlah pelarut dan bahan yang diekstrak serta lama
ekstraksi juga mempengaruhi efektivitas proses ekstraksi. Sinaga (1998)
48
mengatakan bahwa semakin besar volume pelarut yang digunakan untuk
proses ekstraksi, semakin besar pula rendemen yang dihasilkan. Nisbah
antara pelarut dan bahan yang akan diekstrak yang dilakukan pada
penelitian ini adalah sebesar 4:1. Begitu juga dengan lama proses ekstraksi,
proses ekstraksi dilakukan adalah selama 24 jam dengan kecepatan rotasi
sebesar 30-35 rpm. Lama ekstraksi juga mempengaruhi jumlah rendemen
yang dihasilkan (Bombardelli, 1991). Semakin lama waktu ekstraksi,
semakin besar kesempatan pelarut untuk kontak dengan bahan sehingga
akan meningkatkan rendemen yang dihasilkan sampai titik jenuh larutan.
Rendemen akhir dihitung berdasarkan perbandingan antara volume
hasil ekstrak dan rempah yang telah dikeringkan dan dihaluskan. Rendemen
akhir dari ekstrak rimpang lengkuas yang dihasilkan adalah sekitar 79,02%
sedangkan rendemen proses, yaitu volume hasil ekstrak per bahan awal
segar adalah sekitar 47.69% (Lampiran 2). Hasil ekstrak lengkuas akhir
yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8 dan karakteristiknya dapat
dilihat pada Tabel 12.
Gambar 8. Ekstrak lengkuas
Tabel 12. Karakteristik ekstrak lengkuas yang dihasilkan Karakteristik Keterangan
Warna Kuning kecoklatan
Aroma Khas lengkuas
Rasa Sedikit sepat
Bentuk cair
pH 4,63
49
2. Pemilihan Larutan Biang Terbaik
Larutan biang adalah larutan pegawet yang dibuat dari campuran
asam asetat berkonsentrasi 25% (cuka pasar) dengan ekstrak lengkuas.
Pemilihan larutan biang terbaik didasarkan pada kriteria derajat keasaman
(pH), rasa, dan aspek ekonomis dari penggunaan ekstrak lengkuas. Syarat
derajat keasaman larutan yang dipilih adalah pH di bawah 3 dan rasa dari
larutan tersebut harus tidak asam atau sedikit asam namun masih diterima
secara sensori. Pemilihan pH di bawah 3 didasarkan bahwa bakteri tidak
dapat tumbuh pada pH di bawah 3. Pada umumnya bakteri masih toleran
pada pH antara 4 - 9 (Doores, 2005). Selain itu, kapang dan khamir juga
diharapkan tidak tumbuh. Khamir lebih toleran terhadap lingkungan yang
memiliki pH yang lebih rendah dari bakteri sedangkan kapang memiliki
kisaran toleransi paling luas terhadap pH. Kapang masih mampu tumbuh
pada pH 3-8,5 (Fardiaz, 1992). Karakteristik beberapa formula larutan
biang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Karakteristik beberapa formula larutan biang
Karakteristik
Perbandingan asam asetat : ekstrak lengkuas
50 : 50 60 : 40 70 : 30 80 : 20 100 : 0
Konsentrasi asam asetat (% v/v)
12,5 15,0 17,5 20,0 25,0
pH asam asetat 2,50
pH ekstrak lenguas 4,63
pH campuran 2.87 2.90 2.82 2.80 2.5
Rasa larutan campuran (setelah diencerkan 1%)
Sangat sedikit asam dan cepat hilang
Sedikit asam di ujung lidah dan cepat hilang
Sedikit asam di ujung lidah dan cepat hilang
Sedikit asam di ujung lidah namun lebih lama hilang
Asam dan menggigit di lidah
Skor asam + ++ ++ +++ +++++
50
Berdasarkan parameter yang diuji, seluruh formula larutan biang
memberikan nilai pH di bawah 3. Jadi, berdasarkan parameter derajat
keasaman, seluruh formula memenuhi syarat. Berdasarkan parameter rasa,
larutan biang dengan perbandingan asam asetat dan ekstrak lengkuas
sebesar 80 : 20 memberikan rasa sedikit asam di ujung lidah namun lebih
lama hilang. Larutan biang dengan perbandingan asam asetat dan ekstrak
lengkuas sebesar 70 : 30 dan 60 : 40 memberikan rasa sedikit asam di ujung
lidah dan cepat hilang sedangkan larutan biang dengan perbandingan asam
asetat dan ekstrak lengkuas sebesar 50 : 50 memberikan rasa sangat sedikit
asam dan cepat hilang. Berdasarkan karakteristik nilai pH, rasa, serta
mempertimbangkan aspek ekonomis dari penggunaan ekstrak rempahnya,
maka formula larutan biang yang dipilih adalah larutan biang dengan
perbandingan asam asetat dan ekstrak rimpang lengkuas sebesar 70:30.
3. Konsentrasi Pengenceran Optimum
Konsentrasi pengenceran optimum adalah konsentrasi yang dianggap
terbaik dari hasil pengenceran larutan biang yang terpilih. Variasi
pengenceran yang dibuat adalah 0% (kontrol), 10%, 20%, dan 30% dari
larutan biang sebesar 70:30. Pemilihan konsentrasi pengenceran ini
didasarkan pada dua kriteria, yaitu memenuhi target umur simpan sosis yang
ditentukan sesuai tujuan khusus penelitian ini, yaitu didasarkan pada
pengamatan visual (meliputi rasa, aroma, tekstur, dan penampakan secara
keseluruhan sosis, seperti tanda-tanda tumbuhnya mikroba). Umur simpan
sosis baik kontrol maupun sosis yang telah diberi perlakuan berdasarkan
pengamatan visual dapat dilihat pada Gambar 9 dan rincian hasil
pengamatan visualnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 9.
Gambar
hari sedangkan sosis
sebesar 10% dan 20% hanya awet selama dua hari. Hal ini karena sosis
tersebut sudah ditumbuhi kapang (spot putih) pada permukaan
Padahal sosis perlakuan ini sudah dicelupkan ke dalam larutan pengawet
yang memiliki nilai pH relatif rendah. Hal ini karena kapang mampu
tumbuh pada kisaran pH paling luas dibandingkan m
pangan yang
pertumbuhan khamir dan kapang (Doores, 2005). Namun
diawetkan dengan larutan biang yang diencerkan sebesar 30% masih
memberikan aroma, tekstur, dan penampakan seca
normal (tidak ada tanda
selama empat hari pada suhu ruang. Larutan pengawet dengan konsentrasi
pengenceran sebesar 30% ini mampu menghambat pertumbuhan kapang
yang tumbuh pada permukaan
tersebut, larutan pengawet dengan konsentrasi pengenceran sebesar 30%
dari larutan biang
karena mampu mengawetkan sosis paling lama dibandingkan dengan
formula larutan pengawet lainnya dan
dari tujuan penelitian ini
tiga hari pada penyimpanan di
0
1
2
3
4
Um
ur s
impa
n (h
ari)
9. Umur simpan sosis berdasarkan pengamatan visual
Gambar 9 menunjukkan bahwa sosis kontrol hanya awet selama satu
hari sedangkan sosis yang diawetkan dengan larutan biang yang diencerkan
10% dan 20% hanya awet selama dua hari. Hal ini karena sosis
but sudah ditumbuhi kapang (spot putih) pada permukaan
Padahal sosis perlakuan ini sudah dicelupkan ke dalam larutan pengawet
yang memiliki nilai pH relatif rendah. Hal ini karena kapang mampu
tumbuh pada kisaran pH paling luas dibandingkan mikroba lainnya. Bahan
pangan yang memiliki pH di bawah 3.5 masih mampu mendukung
pertumbuhan khamir dan kapang (Doores, 2005). Namun
diawetkan dengan larutan biang yang diencerkan sebesar 30% masih
memberikan aroma, tekstur, dan penampakan secara kesuluruhan yang
normal (tidak ada tanda-tanda pertumbuhan kapang) setelah disimpan
selama empat hari pada suhu ruang. Larutan pengawet dengan konsentrasi
pengenceran sebesar 30% ini mampu menghambat pertumbuhan kapang
yang tumbuh pada permukaan casing sosis. Berdasarkan hasil pengamatan
larutan pengawet dengan konsentrasi pengenceran sebesar 30%
dari larutan biang dipilih sebagai konsentrasi pengenceran optimum. Hal ini
mampu mengawetkan sosis paling lama dibandingkan dengan
utan pengawet lainnya dan telah memenuhi target umur simpan
dari tujuan penelitian ini yaitu mampu mengawetkan sosis minimal selama
hari pada penyimpanan di suhu ruang.
Kontrol 10% 20%
Perlakuan pengawetan
51
simpan sosis berdasarkan pengamatan visual
kontrol hanya awet selama satu
yang diawetkan dengan larutan biang yang diencerkan
10% dan 20% hanya awet selama dua hari. Hal ini karena sosis
but sudah ditumbuhi kapang (spot putih) pada permukaan casing sosis.
Padahal sosis perlakuan ini sudah dicelupkan ke dalam larutan pengawet
yang memiliki nilai pH relatif rendah. Hal ini karena kapang mampu
ikroba lainnya. Bahan
memiliki pH di bawah 3.5 masih mampu mendukung
pertumbuhan khamir dan kapang (Doores, 2005). Namun, sosis yang
diawetkan dengan larutan biang yang diencerkan sebesar 30% masih
ra kesuluruhan yang
tanda pertumbuhan kapang) setelah disimpan
selama empat hari pada suhu ruang. Larutan pengawet dengan konsentrasi
pengenceran sebesar 30% ini mampu menghambat pertumbuhan kapang
Berdasarkan hasil pengamatan
larutan pengawet dengan konsentrasi pengenceran sebesar 30%
dipilih sebagai konsentrasi pengenceran optimum. Hal ini
mampu mengawetkan sosis paling lama dibandingkan dengan
telah memenuhi target umur simpan
yaitu mampu mengawetkan sosis minimal selama
30%
52
B. PENELITIAN UTAMA
Penelitian utama dilakukan untuk menentukan formula terbaik larutan
pengawet. Tahap ini diawali dengan melakukan optimasi konsentrasi
pengenceran yang optimum berdasarkan penelitian pendahuluan. Konsentrasi
pengenceran yang terpilih pada penelitian pendahuluan adalah sebesar 30%.
Selanjutnya dibuat variasi konsentrasi pengenceran sebesar 25%, 30%, dan
35% dari larutan biang 70 : 30 untuk optimasi larutan pengawet. Perlakuan
yang digunakan pada penelitian utama dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Perlakuan sosis pada penelitian utama Perlakuan Keterangan
Kontrol Sosis yang tidak dicelupkan larutan pengawet
A Sosis yang dicelupkan ke dalam larutan pengawet pada
konsentrasi pengenceran sebesar 25%
B Sosis yang dicelupkan ke dalam larutan pengawet pada
konsentrasi pengenceran sebesar 30%
C Sosis yang dicelupkan ke dalam larutan pengawet pada
konsentrasi pengenceran sebesar 35%
Pemilihan variasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan konsentrasi
pengenceran yang minimum namun masih mampu memberikan pengawetan
minimal selama 3 hari pada penyimpanan suhu ruang. Sosis yang telah diberi
perlakuan tersebut, dikemas ke dalam plastik HDPE, diseal dengan
menggunakan sealing machine, dan disimpan pada suhu ruang. Pengamatan
dilakukan setiap hari hingga sampel mengalami kerusakan. Pengamatan yang
dilakukan berupa uji angka lempeng total, total asam tertitrasi (TAT), pH,
warna, tekstur. Selain itu juga dilakukan uji organoleptik menggunakan metode
metode rating hedonik.
1. Angka Lempeng Total
Angka lempeng total merupakan uji yang digunakan untuk
menentukan jumlah mikroba baik kapang, khamir, maupun bakteri pada
53
suatu produk (BAM, 2001). Hasil uji total mikroba pada produk sosis dapat
dilihat pada Gambar 10 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 10. Jumlah mikroba pada sosis selama penyimpanan
Gambar 10 menunjukkan bahwa baik sosis tanpa pencelupan larutan
pengawet (kontrol) maupun sosis yang diberi perlakuan pengawetan pada
hari ke-0 memiliki nilai total mikroba di bawah 2.5 x 102 koloni/g. Namun,
pada hari ke-1, kontrol sudah memiliki nilai total mikroba sebesar 1.9 x 107
koloni/g. Nilai tersebut sudah melebihi batas maksimum syarat mutu total
mikroba produk sosis daging. Menurut BSN (1995), syarat mutu untuk total
mikroba sosis daging adalah maksimal sebesar 105 koloni/g. Selain itu, pada
bagian luar dari permukaan casing sosis juga telah ditumbuhi spot putih dan
juga sedikit berlendir (lengket). Sosis A memiliki nilai rataan total mikroba
sebesar 9.2 x 105 koloni/g pada hari ke-1 dan 2.5 x 106 koloni/g pada hari
ke-2. Nilai tersebut sudah melebihi batas maksimum total mikroba yang
disyaratkan oleh SNI 01-3820-1995, yaitu sebesar 105 koloni/g. Sedangkan
sosis B masih memiliki nilai rataan total mikroba di bawah batas maksimum
yang disyaratkan oleh SNI sampai pada hari ke-1, yaitu sebesar 1.8 x 102
(< 2.5 x 102) koloni/g. Namun, pada hari ke-2, nilai total mikroba sudah
melebihi batas maksimum yang disyaratkan oleh SNI, yaitu sebesar
4.3 x 105 koloni/g. Larutan pengawet dengan konsentrasi pengenceran
7.28
5.965.63
6.32
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 1 2 3 4
Jum
lah
mik
roba
(L
og k
olon
i/g)
Lama penyimpanan (hari)
Kontrol
25% (A)
30% (B)
35% (C)
SNI
54
sebesar 35% mampu mengawetkan sosis C selama 4 hari. Hal ini karena
sampai pada hari ke-3 masih memberikan nilai rataan total mikroba sebesar
5.8 x 103 koloni/g. Nilai ini masih di bawah batas maksimum total mikroba
yang disyaratkan oleh SNI. Namun, pada hari ke-4 sudah memberikan nilai
rataan total mikroba lebih basar dari syarat SNI, yaitu sebesar 2.1 x 106
koloni/g.
Spot putih yang timbul pada permukaan casing kontrol dari hari ke-1
dan juga sosis A dan B pada hari ke-2 ini diduga sebagai kapang. Dugaan
tersebut didasarkan bahwa kapang merupakan organisme eukariotik yang
bersifat multiseluler, bersifat aerobik, dan mempunyai filamen (miselium)
yang memiliki ragam warna, salah satunya warna putih dan miselium ini
dapat dilihat secara kasat. Selain itu, umumnya kapang memiliki enzim
hidrolitik, salah satunya enzim selulase sehingga mampu memanfaatkan
selulosa dari casing sosis sebagai makanannya (Fardiaz, 1992). Jay et al.
(2005) juga menyatakan bahwa kapang memiliki toleransi yang sangat luas
terhadap pH. Kapang masih mampu tumbuh pada produk yang memiliki pH
di bawah 3.5 hingga pH 11. Permukaan casing pada kontrol yang sedikit
berlendir diduga terdapatnya khamir. Hal ini karena khamir mampu tumbuh
baik pada kondisi aerobik maupun kondisi anaerobik dan seperti halnya
kapang, khamir juga memiliki kisaran toleransi pH yang luas, yaitu 2.5 - 8.5
(Fardiaz, 1992).
Menurut Jay et al. (2005) bahwa kerusakan yang umum terjadi pada
sosis adalah sliminess, souring, dan greening. Kerusakan sliminess
(berlendir) merupakan kerusakan yang paling awal terjadi pada sosis, yaitu
terdapatnya lendir pada permukaan luar casing sosis. Lendir ini merupakan
koloni dari khamir dan beberapa bakteri asam laktat, seperti Lactobacillus,
Enterococcus, Weissella, dan B. thermophacta. Kerusakan tahap kedua yang
umum terjadi adalah terjadinya peningkatan keasaman (souring) pada
daging sosis. Terjadinya peningkatan keasaman ini disebabkan oleh
penggunaan gula laktosa dan gula lainnya oleh mikroorganisme dan
menghasilkan asam. Mikroorganisme yang bertanggung jawab atas
kerusakan tahap ini adalah lactobacilli, enterococci, dan mikrorganisme
55
yang berhubungan lainnya. Kerusakan tahap ketiga adalah greening.
Kerusakan ini disebabkan oleh H2O2 dan H2S yang terbentuk. Kerusakan ini
terjadi pada saat penyimpanan dan pada prosuk sosis yang dikemas vakum.
Jika H2O2 terpapar oleh udara akan bereaksi dengan nitrosohemokrom
menghasilkan porfirin teroksidasi yang berwarna kehijauan (greening).
Mikroorganisme yang mampu menghasilkan H2O2 ini adalah Weissella
viridescens, Leuconostocs, Enterococcus faecium, Enterococcus faecalis,
Lactobacillus fructivorans, Lactobacillus jensenii, dan lain-lain.
Ayres et al. (1984) juga menyatakan bahwa kerusakan mikrobiologi
pada sosis masak biasanya disebabkan oleh bakteri asam laktat dari genera
Lactobacillus dan Leuconostoc. Karakteristik bakteri asam laktat genera ini
antara lain tumbuh dengan baik pada kondisi aerob maupun anaerob,
memfermentasi gula dan menghasilkan asam serta gas, mampu tumbuh pada
kondisi yang relatif asam, mampu tumbuh pada suhu rendah (3.3oC),
toleransi terhadap konsentrasi garam yang tinggi, tidak mereduksi nitrat
menjadi nitrit, serta menghasilkan H2O2 dengan adanya udara.
Berdasarkan data di atas, semakin besar konsentrasi larutan
pengawet yang digunakan, semakin besar pula daya reduksi rerhadap
mikroba pada sosis jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini karena
kemampuan asam asetat sebagai anti mikroorganisme yang didasarkan pada
dua hal yaitu pengaruhnya terhadap pH dan kemampuan asam-asam yang
tidak berdisosiasi untuk meracuni mikroba (Buckle et al., 1987). Asam
asetat memiliki pH rendah sehingga dapat membunuh mikroba yang
sebagian besar tidak tahan terhadap pH rendah. Selain itu, bentuk tidak
terdisosiasi dari asam asetat mampu membunuh mikroba. Hal ini karena
bentuk yang tidak terdisosiasi ini bersifat larut dalam lipida sehingga
memungkinkannya untuk menembus membran sel yang sebagian besar
terdiri dari fosfolipid dan lemak. Semakin besar konsentrasi asam asetat
yang digunakan, semakin besar pula bentuk asam yang tidak terdisosiasi.
Bentuk asam organik yang tidak terdisosiasi ini dipengaruhi oleh nilai pKa.
Nilai pKa asam asetat relatif lebih tinggi dibandingkan dengan asam organik
lainnya sehingga pada pH yang lebih rendah mempunyai bentuk asam tidak
56
terdisosiasi yang lebih tinggi dibandingkan asam organik lainnya. Menurut
Wood (1999), bentuk asam asetat yang tidak terdisosiasi pada pH 3 adalah
sebesar 98% dan akan lebih banyak lagi pada pH yang lebih rendah.
Selanjutnya, asam asetat yang telah masuk ke dalam sel ini akan terdisosiasi
di dalam sel karena memiliki pH yang netral (RCOOH terurai menjadi
RCOO- dan H+). Akumulasi ion H+ di dalam sel akan menurunkan pH.
Penurunan pH ini akan mengganggu metobolisme di dalam sel, seperti
aktifitas enzim dan asam nukleat sehingga sel akan mati (Garbutt, 1997).
Davidson dan Branen (1993) juga menambahkan bahwa jumlah proton yang
berlebih ini harus dikeluarkan dari dalam sel. Pengeluaran proton ini
membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP sehingga sel dapat
mengalami kekurangan energi (ATP). Hal ini yang dapat membuat
pertumbuhan sel menjadi terhambat dan mati. Selain itu, asam asetat sebagai
salah satu asam organik dapat mengganggu metabolisme energi sel dengan
cara mengubah struktur membran sitoplasma melalui interaksi dengan
protein membran. Interaksi ini diketahui dapat mengurangi regenerasi ATP
melalui penghambatan system transpor aktif nutrisi ke dalam sel.
Analisis ragam menunjukkan bahwa semua sosis yang diberi
perlakuan pengawetan tidak memberikan perbedaan yang signifikan
terhadap total mikroba pada hari ke-0 dibandingkan dengan kontrol pada
taraf signifikansi 0.05 (Lampiran 15). Nilai dari total mikroba pada semua
sampel masih di bawah 2.5 x 102 koloni/g. Hal ini membuktikan bahwa
sosis yang digunakan memang masih segar. Pada hari ke-1, nilai total
mikroba dari semua sampel yang diberi perlakuan pengawetan lebih kecil
dan berbeda nyata terhadap kontrol. Hal ini berarti perlakuan pengawetan
mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Sosis A memiliki nilai total
mikroba lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap sosis B dan C
(Lampiran 16). Sosis A, B, dan C menggunakan larutan pengawet yang
mengandung konsentrasi asam asetat berturut-turut sebesar 4.37%, 5.25%,
dan 6.12%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi asam asetat di dalam
larutan pengawet tersebut mempengaruhi tingkat daya hambat terhadap
mikroba. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi
57
pula daya hambatnya terhadap mikroba. Namun, formula untuk sosis B dan
C tidak memberikan hasil daya reduksi mikroba yang tidak berbeda nyata.
Pada hari ke-2 dan ke-3, masing-masing formula memberikan perbedaan
yang nyata pada taraf 0.05 sedangkan kontrol sudah mengalami kerusakan
baik secara fisik dan mikrobiologi (Lampiran 17 dan 18). Hal ini berarti
peningkatan konsentrasi asam asetat di dalam larutan pengawet tersebut
masih mampu meningkatkan efektiftivitas dalam menghambat mikroba
sampai pada hari ke-3.
Menurut Setyadi (2008), penggunaan pengawet cuka pasar dengan
metode pencelupan selama satu menit pada tahu dengan konsentrasi 2%,
2.5%, dan 3% memang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan mikroba pada hari ke-1, 2, dan 3. Penurunan jumlah mikroba
yang dihasilkan cukup tinggi dan berbeda jauh dengan jumlah mikroba
pada tahu kontrol. Hal yang sama juga telah dilakukan oleh Ferdiani
(2008), bahwa penggunaan pengawet cuka pasar dengan metode
pencelupan selama satu menit pada mi basah matang degan konsentrasi
sebesar 1% dan 2% juga mampu menurunkan total mikroba yang signifikan
dibandingkan dengan mi basah kontrol hingga hari keempat.
Berdasarkan analisis angka lempeng total sosis dan mengacu pada
SNI 01-3820-1995, dapat ditarik kesimpulan bahwa sosis kontrol dan sosis
A memiliki umur simpan kurang dari satu hari, namun daya awet sosis A
lebih lama dibandingkan sosis kontrol. Sosis B memiliki umur simpan
hampir dua hari sedangkan sosis C memiliki umur simpan sekitar 3.5 hari.
2. Nilai pH
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+
yang berada dalam
larutan. Menurut Sadler dan Murphy (2003), pH didefinisikan sebagai
negatif logaritma dari konsentrasi ion hidrogen ([H3O+]). Semakin rendah
nilai pH, semakin banyak ion H+
yang berada di dalam larutan dan
sebaliknya. Perubahan pH sosis selama penyimpanan dapat dilihat pada
Gambar 11 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 5.
58
Gambar 11. Perubahan nilai pH sosis selama penyimpanan
Berdasarkan Gambar 11, semua sampel mengalami penurunan pH
selama penyimpanan. Nilai pH awal kontrol (hari ke-0) paling tinggi
dibandingkan dengan semua sosis yang diberi perlakuan pengawetan dan
penurunan pH terjadi seiring peningkatan konsentrasi asam asetat sebagai
ingridien utama larutan pengawet yang digunakan. Analisis ragam untuk
hari ke-0 tersebut menunjukkan bahwa nilai pH kontrol jauh lebih tinggi dan
berbeda nyata terhadap semua sosis perlakuan pada taraf signifikansi 0.05.
Begitu pula dengan sosis A memberikan pH lebih tinggi dan berbeda nyata
terhadap sosis B dan C, namun sosis B dan C tidak memberikan perbedaan
yang nyata pada taraf 0.05 meskipun nilai pH sosis C lebih rendah
dibandingkan dengan sosis B (Lampiran 19). Hal ini menunjukkan bahwa
pencelupan (coating) sosis ke dalam masing-masing konsentrasi larutan
pengawet selama 1 menit sudah mampu memberikan daya penetrasi larutan
pengawet tersebut ke permukaan atau ke dalam sosis melalui casing sosis
yang terbuat dari selulosa.
Hasil analisis ragam juga menunjukkan bahwa kontrol mengalami
penurunan pH yang signifikan mulai dari hari ke-0 hingga hari ke-3
(Lampiran 20). Hal ini diperkuat dengan hasil analisis total mikroba yang
memperlihatkan adanya peningkatan yang sangat tinggi, yaitu pada hari
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
0 1 2 3
Nila
i pH
Lama penyimpanan (hari)
Kontrol
25% (A)
30% (B)
35% (C)
59
ke-0 sebesar < 2.5 x 102 koloni/g dan hari ke-1 sebesar 1.9 x 107 koloni/g.
Dengan tingginya jumlah mikroba yang tumbuh, asam organik yang
dihasilkan juga tinggi. Hal ini akan membuat nilai pH turun secara
signifikan. Untuk sosis A, penurunan pH yang signifikan terjadi dari hari 0
ke hari 1. Penurunan pH dari hari 1 ke hari 2 dan dari hari 2 ke hari 3 tidak
signifikan pada taraf signifikansi 0.05 (Lampiran 21). Hal ini juga dapat
dijelaskan berdasarkan hasil analisis total mikroba pada sosis A. Kenaikan
total mikorba sosis A dari hari 0 ke hari 1 sangat tinggi, yaitu dari
< 2.5 x 102 koloni/g ke 1.6 x 106 koloni/g dan kenaikan total mikroba dari
hari 1 ke hari 2 relatif kecil, yaitu dari 1.6 x 106 koloni/g ke 2.4 x 106
koloni/g dan begitu juga dengan kenaikan total mikroba dari hari 2 ke hari 3.
Untuk sosis B, penurunan pH yang signifikan terjadi dari hari 0 ke hari 1
dan dari hari 2 ke hari 3. Namun, penurunan pH dari hari 1 ke hari 2 tidak
menunjukkan adanya perbedaan nyata pada taraf 0.05 (Lampiran 22).
Sedangkan pada sosis C, penurunan pH yang signifikan hanya terjadi dari
hari 0 ke hari 1 dan dari hari 1 hingga hari 3 tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata (Lampiran 23). Berdasarkan data nilai pH tersebut,
dapat disimpulkan bahwa sosis C, yaitu sosis yang diawetkan dengan
larutan pengawet dengan konsentrasi pengenceran sebesar 35% dari larutan
biang memberikan profil penurunan pH yang paling kecil selama
penyimpanan.
Penurunan nilai pH sosis selama penyimpanan ini disebabkan oleh
tumbuhnya mikroba, terutama mikroba penghasil asam. Jay et al. (2005)
menyatakan bahwa kerusakan yang umum terjadi pada sosis adalah
sliminess, souring, dan greening. Ketiga jenis kerusakan tersebut
disebabkan oleh khamir dan beberapa bakteri asam laktat, seperti kerusakan
sliminess pada permukaan casing disebabkan oleh khamir dan bakteri asam
laktat, diantaranya Lactobacillus, Enterococcus, Weissella, dan
B. thermophacta. Bakteri asam laktat ini akan menghasilkan asam organik,
terutama asam laktat (Salminen dan Von Wright, 1998) sehingga dapat
menurunkan nilai pH dari produk selama penyimpanan.
60
Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Setyadi (2008) mengatakan
bahwa tahu yang diawetkan dengan pengawet cuka pasar pada konsentrasi
2%, 2.5%, dan 3% dengan metode pencelupan selama satu menit juga
mengalami penurunan nilai pH selama penyimpanan 3 hari. Ferdiani (2008)
juga megatakan bahwa mi basah matang yang diawetkan dengan cuka pasar
berkonsentrasi 1% dan 2% mengalami penurunan nilai pH selama
penyimpanan 4 hari.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosis kontrol dan sosis yang diberi
perlakuan pengawetan mengalami penurunan pH selama penyimpanan
3 hari. Berdasarkan parameter nilai pH , sosis C yaitu sosis yang dicelup
dengan larutan pengawet pada konsentrasi pengenceran sebesar 35% dari
larutan biang memiliki efektifitas paling tinggi dalam menghambat
pertumbuhan mikroba sosis. Hal ini karena memiliki nilai pH sosis paling
rendah dibandingkan dengan formula larutan pengawet lainnya dan kontrol.
3. Total Asam Tertitrasi (TAT)
Analisis total asam tertitrasi merupakan analisis untuk mengukur
kandungan seluruh asam yang terdapat dalam bahan pangan (Sadler dan
Murphy, 2003). Pada penelitian ini, analisis total asam tertitrasi dilakukan
untuk mengetahui seberapa banyak kandungan asam terutama asam organik
yang terdapat pada sosis dan melihat pengaruhnya akibat pencelupan
dengan larutan pengawet serta pengaruhnya selama penyimpanan. Nilai
total asam tertitrasi sosis selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 12
dan Lampiran 6.
Gambar 12 menunjukkan bahwa selama penyimpanan terjadi
kenaikan nilai total asam tertitrasi pada sosis. Kontrol memiliki nilai TAT
paling rendah sedangkan sosis C memiliki nilai TAT relatif paling tinggi.
Analisis ragam untuk hari ke-0 tersebut menunjukkan bahwa kontrol
memiliki nilai TAT paling rendah dan berbeda nyata terhadap semua sosis
yang beri perlakuan pengawetan (Lampiran 24). Begitu pula dengan nilai
TAT sosis A lebih kecil dan berbeda nyata terhadap sosis B dan C pada taraf
0.05.
61
Gambar 12. Perubahan nilai TAT sosis selama penyimpanan
Hal ini karena kontrol tidak mendapat perlakuan pencelupan ke dalam
larutan pengawet, dimana komposisi utama dari larutan pengawet ini adalah
asam asetat. Peningkatan nilai TAT yang terjadi seiring dengan peningkatan
konsentrasi pengenceran larutan pengawet disebabkan oleh peningkatan
konsentrasi asam asetat yang terkandung di dalam larutan pengawet
tersebut, dimana sosis A, B, dan C mengandung asam asetat berturut-turut
sebesar 4.37%, 5.25%, dan 6.12%. Konsentrasi asam setat yang lebih besar
memberikan residu asam asetat yang lebih besar pula pada sampel sehingga
nilai total asam tertitrasinya menjadi lebih besar. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa proses pencelupan sosis ke dalam masing-masing
formula larutan pengawet selama satu menit cukup efektif untuk
memberikan kesempatan asam asetat berpenetrasi ke permukaan atau ke
dalam sosis melalui casing yang terbuat dari selulosa.
Hasil analisis ragam juga menunjukkan bahwa selama penyimpanan,
kenaikan nilai TAT kontrol dari hari 0 ke hari 1 dan dari hari 2 ke hari 3
tidak berbeda nyata, tetapi terdapat perbedaan dari hari 1 ke hari 2
(Lampiran 25) . Sosis A memberikan hasil bahwa terjadi perbedaan yang
nyata dari hari 0 ke hari 1, tetapi tidak terjadi perbedaan yang signifikan dari
hari ke 1, 2, dan 3 (Lampiran 26). Hal ini diperkuat dengan hasil uji total
mikroba. Kenaikan total mikroba sosis A dari hari 0 ke hari 1 sangat tinggi,
0
5
10
15
20
25
30
35
0 1 2 3
Tot
al a
sam
tert
itra
si(m
l NaO
H 0
.1 N
/100
ml c
onto
h)
Lama penyimpanan (hari)
Kontrol
25% (A)
30% (B)
35% (C)
62
yaitu dari 3.0 x 10 menjadi 9.2 x 105 koloni/g. Namun kenaikan total
mikroba dari hari ke-1 sampai hari ke-3 relatif rendah, yaitu 9.2 x 105
(hari ke-1), 2.5 x 106 (hari ke-2), dan 6.1 x 107 koloni/g (hari ke-3).
Peningkatan total mikroba ini mengakibatkan peningkatan produksi
metabolit sekunder, seperti asam organik. Hal ini mengakibatkan
peningkatan nilai total asam tertitrasi. Sosis B juga menunjukkan hasil yang
berbeda nyata dari hari ke-0, 1, 2, namun tidak terjadi perbedaan yang nyata
antara hari ke-2 dan hari ke-3 (Lampiran 27). Hal ini juga diperkuat dengan
hasil analisis total mikroba dimana pada kenaikan total mikroba pada dari
hari ke-0 sampai hari ke-2 relatif tinggi, yaitu dari 1.2 x 101 menjadi
4.3 x 105 kolon/g. Namun, kenaikan total mikroba dari hari 2 ke hari 3 relatif
rendah, yaitu dari 4.3 x 105 menjadi 6.3 x 106 kolon/g. Nilai TAT sosis C
tidak mengalami perbedaan yang nyata selama penyimpanan dari hari ke-0
sampai hari ke-3 pada taraf 0.05 (Lampiran 28). Hal ini berarti bahwa nilai
TAT sosis C relatif stabil dibandingkan dengan perlakuan lainnya selama
penyimpanan tiga hari. Hal ini juga berkorelasi dengan hasil uji total
mikroba sosis C bahwa peningkatan jumlah mikroba dari hari ke-0 sampai
hari ke-3 relatif rendah, yaitu dari 3.0 x 10 menjadi 8.4 x 103 koloni/g.
Rendahnya jumlah mikroba ini, menunjukkan bahwa asam organik terutama
asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat juga lebih sedikit
sehingga kenaikan nilai total asam tertitrasi juga relatif rendah.
Mikroba yang berperan terhadap peningkatan total asam tertitrasi
tersebut terutama didominasi oleh bakteri asam laktat. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, Jay et al. (2005) mengatakan bahwa sosis masak
umumnya rusak akibat pertumbuhan bakteri terutama bakteri asam laktat
dan khamir. Bakteri asam laktat yang umum tumbuh adalah genera
Lactobacillus dan Leuconostoc. Bakteri jenis ini mampu menghasilkan asam
organik, terutama asam laktat dari hasil memfermentasi gula ( Ayres et al.,
1984). Akumulasi asam inilah yang menyebabkan kenaikan total asam
tertitrasi selama penyimpanan.
Peningkatan total asam tertitrasi ini juga berkorelasi terhadap nilai
pH yang dihasilkan selama penyimpanan. Jika suatu bahan pangan memiliki
63
nilai pH rendah maka kandungan asam di dalam bahan pangan tersebut
tinggi sehingga memberikan total asam tertitrasi yang besar dan sebaliknya.
Hal ini karena total asam tertitrasi mengukur kandungan asam terutama
asam organik pada bahan pangan tersebut dan ini dapat dibuktikan dengan
hasil uji nilai pH sosis. Pada hari ke-0, sosis kontrol memiliki nilai pH
paling tinggi dibandingkan dengan sosis A, B, dan C, yaitu secara berturut-
turut sebesar 6.55, 5.92, 5.69, dan 5.58. Nilai pH yang tinggi pada kontrol
ini mengindikasikan bahwa kandungan asam terutama asam organik lebih
rendah dibandingkan dengan sosis yang diberi perlakuan pengawetan
sehingga memberikan nilai total asam tertitrasi paling rendah. Begitu pula
dengan sosis A, B, dan C secara berturut-turut memberikan nilai pH
semakin kecil sehingga nilai total asam tertitrasinya semakin besar.
Tren yang sama juga terjadi pada penyimpanan dari hari ke-1, 2, dan 3.
Penelitian Setyadi (2008) juga menyatakan bahwa tahu yang
diawetkan dengan pengwet cuka pasar pada konsentrasi 2%, 2.5%, dan 3%
mengalami kenaikan nilai total asam tertitrasi selama penyimpanan selama
tiga hari. Hal yang sama juga telah dilakukan oleh Ferdiani (2008) bahwa
mi basah matang yang telah diawetkan dengan cuka pasar berkonsentrasi
1% dan 2% juga mengalami kenaikan nilai total asam tertitrasi selama
penyimpanan 4 hari.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semua sosis, baik sosis kontrol
maupun sosis perlakuan mengalami kenaikan nilai total asam tertitrasi
selama penyimpanan 3 hari. Hal disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan
mikroba pada sosis selama penyimpanan sehingga metabolit sekunder
seperti asam organik yang dihasilkan juga semakin meningkat. Berdasarkan
parameter nilai total asam tertitrasi, formula pengawet pada sosis C paling
efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Hal ini karena
peningkatan nilai total asam tertitrasi relatif paling rendah selama
penyimpanan 3 hari (tidak signifikan).
64
4. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu atribut sensori yang penting bagi sosis
karena akan mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap sosis tersebut.
Sosis adalah produk pangan yang bersifat semi padat sehingga analisis
tekstur yang dapat digunakan antara lain kekerasan, kekenyalan, elastisitas
(daya iris), dan kelengketan. Parameter tersebut dapat diukur dengan
menggunakan instrumen texture analyzer. Namun, metode pengukuran
karakteristik tekstur sosis pada penelitian ini menggunakan penetrometer.
Hal ini disebabkan alat texture analyzer yang ada di laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pangan sedang tidak dapat digunakan.
Prinsip pengukuran tekstur produk sosis dengan menggunakan
penetrometer adalah dengan memberikan gaya tusuk (penetrasi) pada sosis
tersebut dengan beban (gaya) tertentu dan pada selang waktu tertentu. Probe
yang digunakan untuk analisis menggunakan penetrometer terdiri dari
2 jenis, yaitu probe berbentuk jarum dan probe berbentuk corong (cone).
Bahan padat atau semi padat menggunakan probe berbentuk jarum untuk
mengukur daya penetrasi (tusuk). Profil tekstur sosis selama penyimpanan
dengan menggunakan penetrometer dapat dilihat pada Gambar 13 dan
Lampiran 7.
Gambar 13. Profil tekstur sosis selama penyimpanan menggunakan penetrometer
0
2
4
6
8
10
12
14
0 1 2 3
Day
a pe
netr
asi
(mm
/5 d
etik
x 2
.4 g
)
Lama penyimpanan (hari)
Kontrol
25% (A)
30% (B)
35% (C)
65
Gambar 13 menunjukkan bahwa daya penetrasi terhadap sosis baik
sosis kontrol maupun sosis perlakuan secara keseluruhan mengalami
penurunan hingga hari ke-2, namun meningkat kembali di hari ke-3. Daya
penetrasi ini secara tidak langsung menggambarkan nilai kekerasan sosis.
Jika nilai daya penetrasi terhadap sosis tinggi maka kekerasan dari sosis
rendah (tekstur lunak) dan sebaliknya. Jika daya penetrasi rendah maka
kekerasan sosis tersebut tinggi (tekstur keras). Hasil analisis ragam untuk
hari ke-0 menunjukkan bahwa sosis kontrol memiliki daya penetrasi paling
besar dan berbeda nyata terhadap sosis perlakuan di hari ke-0, tetapi semua
sosis yang diberi perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata (Lampiran 29). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pencelupan
sosis ke dalam larutan pengawet mempengaruhi tingkat kekerasan sosis.
Analisis ragam juga menunjukkan hasil bahwa daya penetrasi sosis
kontrol antara hari 0 ke hari 1 dan antara hari 2 ke hari 3 memiliki
perbedaan yang signifikan, namun dari hari 1 ke hari 2 tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan (Lampiran 30). Nilai daya penetrasi terhadap
sosis pada hari ke-1 dan ke-2 ini cenderung lebih kecil dibandingkan dengan
hari ke-0. Seharusnya nilai daya penetrasi sosis kontrol pada hari ke-1 dan
ke-2 ini lebih tinggi dibandingkan dengan hari ke-0 jika didasarkan pada
pengamatan tekstur secara visual dan hasil uji total mikroba. Berdasarkan
pengamatan secara visual, yaitu tekstur pada sosis kontrol memang relatif
lebih lunak dibandingkan dengan sampel lainnya. Hal ini juga diperkuat
dengan nilai total mikroba yang sudah tinggi pada hari ke-1, yaitu sebesar
1.9 x 107 koloni/g. Tingginya nilai total mikroba ini mengakibatkan
terjadinya pelunakan sosis karena komponen protein dan lainnya
didegradasi oleh bakteri sebagai sumber nutrisi. Menurut Jay et al. (2005),
sumber nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme diantaranya protein,
peptida, dan asam amino sebagai sumber nitrogen; karbohidrat sebagai
sumber energi; vitamin dan mineral; serta air. Ketidaksesuaian ini diduga
disebabkan oleh terbentuknya lendir pada daging sosis akibat pertumbuhan
mikroba sehingga meningkatkan tingkat kelengketannya. Hal ini akan
berdampak pada penurunan daya penetrasi saat pengukuran. Kenaikan
66
tingkat kelunakan yang sangat signifikan di hari ke-3 disebabkan tingkat
pertumbuhan mikroba yang sudah sangat tinggi.
Sosis A memiliki nilai daya penetrasi yang tidak berbeda nyata
antara hari 0 ke hari 1, namun terjadi perbedaan yang nyata dari hari ke-1
sampai hari ke-3 (Lampiran 31). Sosis B memberikan daya penetrasi yang
berbeda nyata dari hari ke-0 sampai hari ke-2, namun tidak terjadi
perbedaan yang nyata antara hari 2 dan 3 (Lampiran 32). Sedangkan sosis C
tidak mengalami perbedaan yang nyata terhadap parameter daya penetrasi
selama penyimpanan (Lampiran 33). Penurunan daya penetrasi pada sosis B
pada hari ke-1 dan sosis C pada hari ke-1 dan hari ke-2 diduga disebabkan
oleh peresapan larutan pengawet dari permukaan sosis ke dalam daging
sosis sehingga pada bagian permukaan sosis menjadi kering. Hal ini akan
berdampak terhadap peningkatan kekerasan sosis sehingga daya penetrasi
relatif menurun dibandingkan dengan hari ke-0. Hal ini juga didukung oleh
hasil uji total mikroba pada kedua sampel tersebut. Nilai total mikroba sosis
B pada hari ke-1 sebesar 1.8 x 102 koloni/ dan nilai total mikroba sosis C
pada hari ke-1 dan ke-2 sebesar 1.9 x 102 dan 1.4 x 103 koloni/g. Nilai ini
masih relatif kecil sehingga kerusakan akibat mikroba relatif kecil.
Kenaikan daya penetrasi atau penurunan tingkat kekerasan pada sosis B di
hari ke-2 dan ke-3, diduga disebabkan oleh pertumbuhan mikroba yang
sudah tinggi, yaitu sebesar 4.3 x 105 dan 6.3 x 106 koloni/g sehingga
menyebabkan tekstur menjadi lunak. Begitu juga dengan sosis C, kenaikan
daya penetrasi yang yang terjadi pada hari ke-3 diduga disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba yang cukup tinggi, yaitu sebesr 5.8 x 103 koloni/g.
Berbeda dengan sosis B dan C, sosis A sudah mengalami kenaikan daya
penetrasi atau penurunan kekerasan pada hari ke-1. Hal ini juga disebabkan
oleh pertumbuhan yang sudah tinggi, yaitu sebesar 9.2 x 105 koloni/g.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sedikit berbeda dengan
penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh Setyadi (2008), yaitu tahu yang
diawetkan dengan pengwet cuka pasar pada konsentrasi 2%, 2.5%, dan 3%
mengalami penurunan tingkat kekerasan secara terus-menerus selama
penyimpanan selama 3 hari. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ferdiani
67
(2008) bahwa mi basah matang yang telah diawetkan dengan cuka pasar
berkonsentrasi 1% dan 2% juga mengalami penurunan tingkat kekerasan
selama penyimpanan 4 hari.
Berdasarkan parameter nilai kekerasan, disimpulkan bahwa secara
keseluruhan semua sosis kecuali sosis A mengalami kenaikan tingkat
kekerasan hingga hari ke-1 atau ke-2 kemudian menurun pada hari ke-3.
Tingkat kekerasan sosis C relatif paling tinggi dibandingkan dengan sampel
lainya.
5. Warna
Warna merupakan salah satu atribut sensori yang menentukan mutu
sosis masak. Menurut BSN (1995), syarat mutu dari warna sosis daging
adalah normal. Pada penelitian ini warna sosis selama penyimpanan diukur
dengan menggunakan chromameter yang dinyatakan dengan nilai L
(lightness) dan ohue. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perlakuan pengawetan terhadap perubahan warna sosis selama penyimpanan
melalui parameter tingkat kecerahan dan nilai ohue. Nilai ohue menunjukkan
warna sosis yang tampak secara kasat mata sedangkan nilai L menunjukkan
tingkat kecerahan warna sosis. Selama penyimpanan, nilai ohue sosis
mengalami perubahan seperti yang terlihat pada Gambar 14 dan
Lampiran 8.
Gambar 14. Perubahan nilai ohue sosis selama penyimpanan
10
14
18
22
26
30
0 1 2 3
Nila
i o H
ue
Lama penyimpanan (hari)
kontrol
25%
30%
35%
68
Gambar 14 memperlihatkan bahwa nilai ohue sosis kontrol
mengalami penurunan hingga hari ke-1, kemudian mengalami peningkatan
pada hari ke-2 dan 3. Sosis C juga mengalami penurunan nilai ohue hingga
hari ke-2 dan menaik lagi pada hari ke-3. Berbeda dengan sosis kontrol dan
sosi C, sosis A dan B mengalami penurunan terus-menerus selama
pengamatan. Nilai ohue sosis kontrol dari hari ke-0 sampai hari ke-3 adalah
27.43, 25.47, 25.59, dan 26.33o, sosis A sebesar 26.8, 26.33, 26.02, dan
25.59 o, sosis B sebesar 26.69, 26.21, 26.29, 25.89 o, dan sosis C sebesar
26.40, 26.03, 25.73, dan 26.32 o. Secara keseluruhan, semua nilai ohue
tersebut masih berada di dalam kisaran ohue yang menunjukkan warna
merah, yaitu 18 - 54o. Hal ini berarti bahwa perlakuan pengawetan pada
sosis menggunakan larutan pengawet ini tidak mempengaruhi warna sosis,
baik antar perlakuan yang digunakan maupun selama penyimpanan.
Selain nilai ohue, parameter warna lainnya yang diukur adalah nilai
L (kecerahan) . Seperti yang telah dijelaskan di atas nilai L menunjukkan
tingkat kecerahan warna sosis. Perubahan nilai L sosis selama penyimpanan
dapat dilihat pada Gambar 15 dan Lampiran 9-12.
Gambar 15. Perubahan nilai L sosis selama penyimpanan
Berdasarkan Gambar 15, sosis kontrol memiliki tingkat kecerahan
(L) paling rendah dibandingkan dengan sosis yang diberi perlakuan
pengawetan (sosis A, B, dan C) pada hari ke-0. Selain itu, tingkat kecerahan
20
25
30
35
40
45
0 1 2 3
Kec
erah
an
Lama penyimpanan (hari)
Kontrol
25% (A)
30% (B)
35% (C)
69
warna sosis semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan
pengawet yang digunakan. Namun, perbedaan tingkat kecerahan (L) semua
sampel ini tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 0.05 (Lampiran 34).
Hal ini menunjukkan bahwa pencelupan sosis ke dalam larutan pengawet
tidak mempengaruhi tingkat kecerahan sosis. Tingkat kecerahan dari semua
sampel mengalami penurunan kemudian meningkat kembali. Sosis A, B,
dan C mengalami sedikit penurunan nilai L hingga hari ke-2 dan kemudian
mengalami kenaikan pada hari ke-3 sedangkan sosis kontrol hanya
mengalami penurunan nilai L dari hari 0 ke hari 1, kemudian mengalami
kenaikan pada hari ke-2 dan 3.
Analisis ragam juga menunjukkan bahwa sosis kontrol mengalami
penurunan dan peningkatan tingkat kecerahan yang tidak signifikan hingga
hari ke-2, namun peningkatan tingkat kecerahan terjadi secara signifikan di
hari ke-3 (Lampiran 35). Sosis A mengalami perubahan tingkat kecerahan
yang signifikan selama penyimpanan tiga hari (Lampiran 36). Sosis B
mengalami perubahan tingkat kecerahan secara signifikan dari hari 0 ke hari
1 dan dari hari 2 ke hari 3, namun tidak terjadi secara signifikan dari hari 1
ke hari 2 (Lampiran 37). Sosis C mengalami perubahan tingkat kecerahan
yang signifikan hanya dari hari 0 ke hari 1 (Lampiran 38).
Penurunan tingkat kecerahan pada sosis A, B, dan C hingga hari ke-2
diduga disebabkan terjadinya peresapan larutan pengawet yang terdapat
dipermukaan sosis ke arah dalam sosis sehingga membuat permukaan sosis
menjadi kering dan kasat. Hal ini dapat diperkuat dengan pengamatan secara
visual bahwa pada hari ke-0, permukaan sosis A, B, dan C masih
memberikan efek mengkilap yang dikarenakan adanya larutan pengawet
yang menempel dipermukaan sosis. Efek kilap ini diduga mempengaruhi
tingkat kecarahan sosis. Peningkatan kecerahan yang terjadi pada sosis A
dan B di hari ke-3 relatif lebih besar dibandingkan dengan sosis C.
Peningkatan tingkat kecerahan ini disebabkan mulai terjadinya diskolorasi
warna merah menjadi merah terang atau agak pucat. Perubahan tingkat
kecerahan ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Pada hari ke-3,
jumlah mikroba sosis A dan B sudah sangat tinggi, yaitu sebesar 6.2 x 107
70
dan 6.4 x 106 koloni/, namun relatif rendah untuk sosis C, yaitu sebesar
8.4 x 103 koloni/g. Menurut Jay et al., (2005), diskolorasi warna sosis
disebabkan oleh bakteri Enterococcus casseliflavus. Selain itu, diskolorasi
warna pada sosis ini juga diduga disebabkan oleh diskolorasi warna dari
pewarna sintetik yang ditambahkan pada sosis komersial ini. Sosis yang
digunakan penelitian menggunakan pewarna sintetik jenis allura red dan
tartrazine. Menurut Branen et al. (1990), allura red memiliki kestabilan
warna yang tinggi terhadap perubahan pH dan cahaya, namun tidak cukup
stabil (kestabilan sedang) terhadap oksidasi. Tartrazine juga tidak cukup
stabil (kestabilan sedang) dengan adanya SO2 (Fennema, 1996). Sosis yang
digunakan untuk penelitian ini menggunakan pengawet sintetik sulfur
dioksida (SO2) dan natrium nitrit. Reaksi oksidasi dan keberadaan senyawa
SO2 inilah yang diduga dapat membuat tingkat kecerahan sosis meningkat
(warna memudar) pada hari ke-3.
Berdasarkan parameter warna, disimpulkan bahwa variasi
konsentrasi larutan pengawet yang digunakan relatif mampu
mempertahankan tingkat kecerahan sosis dibandingkan dengan kontrol. Hal
ini disebabkan oleh kemampuan asam asetat tersebut untuk menghambat
pertumbuhan mikroba dimana mikroba yang tumbuh pada sosis ini juga
berperan dalam menurunkan tingkat kecerahan dari sampel.
6. Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji kesukaan/afektif dengan
metode rating hedonik. Uji ini digunakan untuk mengukur sikap subjektif
panelis terhadap kesukaan suatu produk berdasarkan alat sensorinya
(Soekarto, 1985). Skala pengukuran yang dipakai adalah skala 7-point dan
atribut uji yang digunakan berupa rasa, aroma, warna, tekstur, dan
penerimaan secara keseluruhan (overall). Data hasil uji rating hedonik
kemudian diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan
uji Duncan untuk melihat perbedaan antar sampel. Bentuk kuisioner uji
rating hedonik yang digunakan ini dapat dilihat pada Lampiran 13
sedangkan hasil penilaian kesukaan panelis terhadap sampel baik kontrol
maupun sampel perlakuan berdasarkan atribut rasa, aroma, warna, tekstur
71
dan penerimaan keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 16 dan
Lampiran 14.
Gambar 16. Skor kesukaan masing-masing sampel
a. Rasa
Hasil uji hedonik terhadap parameter rasa sosis (Gambar 16)
menunjukkan bahwa rasa sosis yang disukai secara berturut-turut adalah
sosis B, sosi A, sosis kontrol, dan sosis C. Rataan skor kesukaan dari
ketiganya adalah sebesar 5.43, 5.40, 5.40, dan 5.37. Skor kesukaan
tersebut berada antara “agak suka” dan “suka”. Walaupun demikian,
hasil analisis ragam menunjukkan bahwa rasa dari semua sampel yang
diberi perlakuan pengawetan tidak berbeda nyata terhadap kontrol pada
taraf signifikansi 0.05 (Lampiran 39).
Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat diduga bahwa rasa
asam dari asam asetat tersebut dapat ditutupi atau diminimalkan oleh
ekstrak lengkuas sehingga ketika diaplikasikan ke dalam sosis
memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ferdiani (2008) mengatakan
bahwa pencelupan mi basah matang ke dalam larutan pengawet asam
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0Rasa
Aroma
WarnaTekstur
Overall
Kontrol
25% (A)
30% (B)
35% (C)
72
asetat 2 % saja menyebabkan perbedaan rasa yang signifikan terhadap
mi basah kontrol, dimana mi basah kontrol lebih disukai.
Rasa asam dapat dideteksi oleh indra pengecap kita disebabkan
oleh ion hidrogen (H3O+). Ion hidrogen ini terbentuk dari asam dengan
adanya air dan akan dideteksi oleh ion hydrogen channel di dalam
mulut. Ion hidrogen ini mampu menyebar dan berinteraksi dengan
amiloride-sensitive channels di dalam mulut. Selain itu, ion hidrogen ini
juga mampu menghambat potassium channel yang memiliki fungsi
secara normal untuk melakukan hiperpolarisasi sel. Kombinasi aksi dari
ion hidrogen ini menyebabkan rasa asam dapat terdeteksi oleh mulut
(Anonim, 2009). Rasa asam dari asam asetat ini dapat ditutupi oleh
ekstrak lengkuas diduga disebabkan oleh efek blocking lidah. Hal ini
karena pada umumnya rempah-rempah memberikan cita rasa yang lebih
mendominasi sehingga rasa asam tersebut dapat tertutupi. Dugaan lain
adalah ion hidrogen yang menyebabkan rasa asam dan terbentuk dari
asam asetat tersebut berinteraksi dengan komponen kimia yang
terkandung di dalam ekstrak lengkuas sehingga ion hidrogen bebas yang
tersisa menjadi berkurang. Hal tersebutlah yang diduga mampu
menurunkan intensitas rasa asam ataupun menutupi rasa asam dari asam
asetat.
Berdasarkan atribut rasa ini dapat disimpulkan bahwa variasi
konsentrasi larutan pengawet yang digunakan masih memberikan
penerimaan rasa yang baik. Hal ini karena penerimaan rasa dari semua
sampel yang diberi perlakuan tidak berbeda nyata terhadap kontrol.
b. Aroma
Hasil uji hedonik terhadap parameter aroma sosis (Gambar 16)
menunjukkan bahwa aroma sosis yang disukai secara berturut-turut
adalah sosis kontrol, sosis B, sosis A, dan sosis C. Rataan skor kesukaan
dari ketiganya adalah sebesar 5.87, 5.80, 5.60, dan 5.33. Skor kesukaan
tersebut berada antara “agak suka” dan “suka”. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa sosis A dan B memberikan aroma yang tidak
berbeda nyata terhadap sosis kontrol pada taraf signifikansi 0.05.
73
Namun, sosis C memberikan aroma yang berbeda nyata terhadap aroma
kontrol (Lampiran 40). Adanya perbedaan yang signifikan dari
penerimaan aroma sosis C terhadap kontrol ini disebabkan oleh aroma
dari asam asetat yang tajam dan menyengat. Jadi, konsentrasi
pengenceran sebesar 35% dari larutan biang (mengandung asam asetat
6.12%) mulai tercium aroma asam asetat dan dapat ditetapkan sebagai
konsentrasi pengenceran maksimum dalam aplikasi pengawetan sosis.
Penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh Ferdiani (2008) menyatakan
bahwa pencelupan mi basah matang ke dalam larutan pengawet asam
asetat 2 % sudah menyebabkan perbedaan aroma yang signifikan
terhadap mi basah kontrol, dimana mi basah kontrol lebih disukai.
Berdasarkan atribut aroma, disimpulkan bahwa sosis C, yaitu
sosis yang diberi perlakuan larutan pengawet dengan konsentrasi
pengenceran sebesar 35% dari larutan biang memberikan hasil yang
berbeda nyata terhadap kontrol. Namun begitu, skor kesukaan masih
menunjukkan antara agak suka dan suka.
c. Warna
Hasil uji menunjukkan warna sosis B dan C tidak memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap sosis kontrol, tetapi warna sosis A
memberikan perbedaan yang nyata terhadap sosis kontrol (Lampiran 41).
Jika diurutkan mulai dari yang paling disukai hingga tidak disukai adalah
sosis kontrol-B-C-A dengan rataan skor kesukaan secara berturut-turut
sebesar 5.80, 5.57, 5.47, dan 5.23. Skor kesukaan ini juga masih berada
antara agak suka dan suka.
Hasil uji hedonik pada atribut warna ini tidak sesuai dengan hasil
uji warna secara objektif menggunakan kromameter. Berdasarkan uji
hedonik, warna sosis A memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap
kontrol sedangkan pengukuran warna secara objektif memberika hasil
bahwa warna sosis A tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya
adalah human error dari panelis saat uji berlangsung. Penelitian sejenis
yang telah dilakukan oleh Ferdiani (2008) juga menyatakan bahwa
74
pencelupan mi basah matang ke dalam larutan pengawet asam asetat 1%
dan 2 % tidak menyebabkan perbedaan warna yang signifikan terhadap
mi basah kontrol.
Berdasarkan atribut warna, disimpulkan bahwa sosis A, yaitu
sosis yang diberi perlakuan larutan pengawet dengan konsentrasi
pengenceran sebesar 25% dari larutan biang masih memberikan skor
kesukaan antara agak suka dan suka walaupun memberikan hasil yang
berbeda nyata terhadap kontrol.
d. Tekstur
Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa semua sampel yang diberi
perlakuan pengawetan tidak memberikan perberbedaan yang nyata
terhadap kontrol pada atribut tekstur pada taraf signifikansi 0.05
(Lampiran 42). Jika diurutkan mulai dari yang paling disukai hingga
tidak disukai adalah sosis kontrol-B-A-C dengan rataan skor kesukaan
secara berturut-turut sebesar 5.20, 5.13, 5.10, dan 5.00 dan skor kesukaan
tersebut juga masih berada antara “agak suka” dan “suka”. Hal ini
menunjukkan perlakuan pengawetan sosis ini tidak mempengaruhi
tekstur sosis. Penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh Ferdiani (2008)
juga menyatakan bahwa pencelupan mi basah matang ke dalam larutan
pengawet asam asetat 1% dan 2 % tidak menyebabkan perbedaan tekstur
yang signifikan terhadap mi basah kontrol.
Berdasarkan atribut tekstur ini dapat disimpulkan bahwa semua
sosis yang diberi perlakuan memberikan penerimaan yang tidak berbeda
nyata terhadap kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa larutan pengawet
yang diaplikasikan tidak mempengaruhi tekstur sosis.
e. Keseluruhan (overall)
Hasil uji hedonik pada atribut keseluruhan (Gambar 16)
menunjukkan bahwa semua sampel yang diberi perlakuan tidak berbeda
nyata terhadap kontrol pada taraf signifikansi 0.05. dan jika diurutkan
mulai dari yang paling disukai hingga tidak disukai adalah sampel
kontrol-A-B-C dengan rata-rata skor kesukaan secara berturut-turut
75
sebesar 5.60, 5.53, 5.37, dan 5.23 yaitu antara “agak suka” dan “suka”
(Lampiran 43).
Berdasarkan penerimaan secara keseluruhan (overall) ini dapat
disimpulkan bahwa variasi larutan pengawet dengan konsentrasi
pengenceran sebesar 25%, 30%, dan 35% dari larutan biang 70:30 dapat
dapat diaplikasikan ke produk sosis karena tidak mempengaruhi
penerimaan secara keseluruhan yang signifikan dibandingkan dengan
kontrol.
7. Umur Simpan
Umur simpan suatu produk adalah rentang waktu antara produk
mulai dikemas atau diproduksi sampai digunakan dengan mutu yang
memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Umur simpan suatu produk
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu karakteristik produk, lingkungan sekitar
produk, dan karakteristik kemasan (Robertson, 1992). Dalam menentukan
umur simpan, kerusakan yang paling mudah terjadi pada bahan pangan
perlu diketahui terlebih dahulu. Pendugaan umur simpan sosis ini
didasarkan pada hasil analisis secara mikrobiologi, yaitu total mikroba.
Hal ini karena produk sosis termasuk ke dalam produk pangan yang cepat
rusak oleh mikroba. Berdasarkan hasil uji total mikroba dan mengacu pada
SNI tentang sosis daging, sosis kontrol dan sosis A memiliki umur simpan
kurang dari satu hari, namun umur simpan sosis kontrol lebih pendek dari
sosis A. Sosis B memiliki umur simpan hampir dua hari sedangkan sosis C
mampu awet sekitar 3.5 hari. Data umur simpan dari sosis kontrol, A, B,
dan C tersebut disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Data umur simpan sosis
Perlakuan Umur simpan (hari)
Kontrol < 1 (± 0.5)
Sosis A < 1 (± 0.8)
Sosis B < 2 (± 1.8)
Sosis C < 4 (± 3.5)
76
Berdasarkan data umur simpan tersebut, larutan pengawet dengan
konsentrasi pengenceran sebesar 35% dari larutan biang sebesar 70:30
dipilih sebagai larutan pengawet terbaik. Hal ini karena memenuhi tujuan
khusus dari penelitian ini, yaitu larutan pengawet ini mampu memberikan
daya awet sosis minimal selama 3 hari. Selain itu, formula larutan
pengawet ini memberikan tingkat penerimaan yang tidak berbeda nyata
terhadap kontrol pada atribut keseluruhan melalui uji rating hedonik.
Formula ini kemudian akan dianalisis kelayakan bisnis dari aspek
finansialnya.
C. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL VERSI KONVENSIONAL 1. Asumsi Dasar Perhitungan
Sebagai dasar perhitungan dalam analisis finansial, digunakan
asumsi-asumsi yang disesuaikan pada saat penelitian, yaitu :
a. Produk yang dijual berupa larutan biang optimum yang diperoleh
berdasarkan penelitian ini, yaitu campuran antara asam asetat 25% dan
ekstrak lengkuas sebesar 70 : 30 dan dikemas ke dalam dirigen
berkapasitas 10 liter
b. Rendemen ekstrak etanol lengkuas untuk analisis finansial didasarkan
pada hasil penilitian ini, yaitu sebesar 47.69%
c. Analisis finansial dilakukan selama kurun waktu 10 tahun yang
didasarkan pada umur mesin-mesin yang digunakan
d. Perhitungan dilakukan berdasarkan harga konstan
e. Modal investasi dan kerja diperoleh dari modal sendiri sebesar 30%
dan 70% dari pinjaman bank
f. Tingkat bunga kredit sebesar 0.8% per bulan (sumber dari BNI
Wirausaha tahun 2009)
g. Pembayaran pinjaman dari bank dilakukan selama 3 tahun dengan
sistem angsuran pokok konstan
h. Discount rate ditetapkan sebesar 13%
i. Satuan analisis adalah dalam tahun dengan satu tahun sama dengan
12 bulan dan satu bulan sama dengan 25 hari kerja
77
j. Harga mesin-mesin yang digunakan berdasarkan pada CV. Agrindo
Cipta Mandiri, Malang
k. Harga bahan baku dan bahan penunjang ditetapkan berdasarkan survei
ke pasar, yaitu Rp. 2.500,00/kg lengkuas, Rp. 13.500,00/liter cuka
pasar atau asam asetat 25%, Rp. 15.000,00/liter alkohol 70%, dan
kemasan dirigen (kapasitas 10 liter) sebesar Rp. 10.000,00
l. Upah karyawan ditetapkan dengan mempertimbangkan Upah
Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bogor, yaitu Rp. 893.412,00
berlaku mulai bulan Januari 2009
m. Upah buruh pabrik per bulan sebesar Rp. 1.000.000,00; supervisor
pabrik sebesar Rp. 1.500.000,00; karyawan bagian administrasi sebesar
Rp. 1.000.000,00; karyawan bagian penjualan sebesar
Rp. 1.500.000,00; dan professional fee (pemilik usaha) sebesar
Rp. 4.000.000,00
n. Pendaftaran sertifikasi produk halal sebesar Rp. 4.000.000,00 dengan
masa berlaku selama 2 tahun, pendaftaran MD sebesar
Rp. 4.000.000,00, dan perizinan usaha serta legalitas hokum sebesar
Rp. 3.000.000,00
o. Perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus
p. Biaya pemeliharaan mesin sebesar 2% per tahun
q. Biaya pemasaran sebesar 10% dari hasil penjualan efektif
r. Proyeksi penjualan (penjualan efektif) ditetapkan sebesar 95% dari
total produksi
s. Jumlah produksi tahun pertama sebesar 80% dari kapasitas terpasang
dan dari tahun kedua dilakukan produksi secara penuh
t. Kapasitas maksimum produksi per bulan adalah sebesar 540 dirigen
(1 dirigen berisi 10 L larutan biang pengawet)
u. Perusahaan dikenakan pajak penghasilan yang besarnya ditetapkan
sesuai dengan UU No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan, yaitu
10% untuk keuntungan sampai 50 juta, 15% untuk keuntungan di atas
50 juta sampai 100 juta, dan 30% untuk keuntungan di atas 100 juta.
78
2. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran pada usaha ini terdiri dari biaya investasi dan
biaya operasional. Kedua biaya ini sangat dibutuhkan untuk memulai suatu
proyek.
a. Biaya investasi
Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada
tahun pertama usaha atau proyek. Biaya tersebut dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
menjalankan usaha. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk produksi
adalah sebesar Rp. 273.640.000,00. Kebutuhan biaya investasi dan
besarnya penyusutannya secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran
44 dan 45.
Reinvestasi diperlukan dalam usaha ini, yaitu dengan cara
menambahkan beberapa barang investasi yang memiliki umur ekonomi
lebih kecil dari umur proyek ini. Dengan kata lain, umur ekonomi
barang tersebut telah habis sebelum umur proyek, dimana umur
proyek ini adalah 10 tahun. Reivestasi ini bertujuan untuk menjaga
kestabilan produksi agar tetap berjalan sesuai target yang telah
ditetapkan. Besarnya reinvestasi dalam usaha ini adalah sebesar
Rp. 14.270.000,00 (Lampiran 46).
b. Biaya operasional
Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang
berhubungan dengan kegiatan opersional dari suatu usaha. Biaya
operasional ini dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut
berjalan. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
1. Biaya tetap
Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus
dikeluarkan selama satu tahun meskipun tidak terjadi proses
produksi. Biaya tetap ini tidak berubah walaupun volume produksi
berubah. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha ini terdiri dari
biaya sewa bangunan, telepon, pemeliharaan web, pemeliharaan
79
mesin dan perlatan, penyusutan peralatan dan mesin, gaji buruh
pabrik, gaji supervisor pabrik, gaji karyawan bagian penjualan, gaji
karyawan bagian administrasi, dan professional fee (pemilik).
Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan adalah Rp. 211.691.690,00
per tahun (Lampiran 47).
2. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan sesuai
dengan besarnya produksi yang dilakukan. Biaya variabel akan
mengalami perubahan jika volume produksi berubah. Beberapa
biaya variabel pada usaha ini adalah biaya bahan baku, listrik,
transportasi bahan baku, transportasi kantor, PAM, transportasi,
bahan bakar gas, pemasaran, angsuran bunga dan pokok, serta
pajak keuntungan. Besarnya biaya variabel yang dibutuhkan
disajikan pada Lampiran 47.
3. Arus Penerimaan (Inflow)
a. Pendapatan penjualan
Harga pokok produksi bersih per kemasan pada tahun pertama
adalah sebesar Rp. 265.046,53; tahun kedua sebesar Rp. 217.416,91;
tahun ketiga sebesar Rp. 216.080,43; dan dari tahun keempat hingga
tahun kesepuluh sebesar Rp 195.468,31 (Lampiran 52). Harga jual dari
produk ini ditetapkan sebesar Rp. 300.000,00 per kemasan. Harga
pokok produksi ini diperoleh berdasarkan pembagian antara biaya total
produksi bersih dan total produk yang dihasilkan setiap tahunnya.
Pendapatan yang diperoleh dari usaha ini adalah sebesar
Rp. 1.476.000.000,00 pada tahun pertama dan Rp. 1.846.800.000,00
pada tahun kedua hingga tahun kesepuluh. Pendapatan penjualan ini
diperoleh dari penjualan efektifnya setiap tahun (Lampiran 53).
Pendapatan penjualan pada tahun pertama lebih kecil dibandingkan
dengan tahun berikutnya. Hal ini karena volume produksi larutan
pengawet untuk tahun pertama adalah sebesar 80% dari kapasitas
terpasang, yaitu sebesar 432 kemasan per bulan (satu kemasan
80
berkapasitas 10 liter) sedangkan pada tahun berikutnya telah dilakukan
produksi sesuai dengan kapasitas yang terpasang (100%), yaitu sebesar
540 kemasan per bulan. Rincian biaya produksi perbulan pada tahun
pertama dan tahun kedua disajikan pada Lampiran 48 dan 49.
b. Nilai sisa
Nilai sisa adalah semua biaya modal yang tidak habis
digunakan selama umur usaha (Gittinger, 1986). Nilai sisa yang
terdapat pada usaha ini akan menjadi tambahan manfaat bagi proyek.
Total nilai sisa selama umur proyek ini adalah sebesar
Rp. 79.619.000,00 (Lampiran 46).
4. Sumber Modal
Biaya modal yang dibutuhkan pada proyek ini terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasioal. Modal investasi yang dibutuhkan untuk
produksi adalah sebesar Rp. 273.640.000,00 sedangkan modal kerja yang
dibutuhkan untuk persediaan bahan baku dan biaya operasional pabrik
serta kantor pada tiga bulan pertama ditahun pertama, yaitu sebesar
Rp. 278.683.500,00. Sumber modal ini diperoleh dari pinjaman kredit
sebesar 70% dan modal sendiri sebesar 30% (Lampiran 50). Pembayaran
pinjaman kredit ini dilakukan selama tiga tahun dengan angsuran pokok
konstan (Lampiran 51).
5. Analisis Kriteria Investasi dan Perhitungan Break Even Point
Aspek kelayakan finansial pada usaha ini didasarkan beberapa
kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, net B/C, dan PP. Untuk menghitung
nilai-nilai tersebut, terlebih dahulu harus dilakukan perhitungan proyeksi
laba rugi dan proyeksi arus kas (cash flow).
Proyeksi laba rugi ini akan memberikan gambaran mengenai
pendapatan bersih yang diperoleh selama umur proyek. Proyeksi arus kas
disusun untuk mengetahui keadaan arus uang yang terjadi setiap tahunnya.
Proyeksi arus kas terdiri dari arus kas masuk (cash in flow) dan arus kas
keluar (cash out flow). Jika arus kas masuk dikurangi arus kas keluar, akan
diperoleh net cash flow yang nilainya akan digunakan dalam perhitungan
81
nilai kriteria investasi. Proyeksi laba rugi, arus kas, dan penilaian kriteria
investasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 54, 55, dan 56.
Net Present Value (NPV) atau nilai kini bersih adalah manfaat
bersih tambahan yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat
discount rate tertentu. NPV yang diperoleh pada proyek ini adalah sebesar
Rp. 1.197.945.934,00. NPV menunjukkan angka positif sehingga proyek
ini layak untuk direalisasikan. Nilai NPV ini memberikan arti bahwa
proyek ini mampu memperoleh keuntungan bersih sebesar
Rp. 1.197.945.934,00 di masa mendatang, apabila diukur dengan nilai
uang sekarang.
Nilai Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengembalian
internal adalah kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan
pengembalian. Dengan kata lain, IRR menunjukkan kemampuan proyek
untuk menghasilkan keuntungan yang dinyatakan dalam rate of return
yang menghasilkan NPV nol. IRR yang diperoleh pada proyek ini adalah
sebesar 55,29%. Berdasarkan nilai IRR tersebut, proyek layak untuk
direalisasikan karena nilainya di atas tingkat suku bunga yang ditetapkan
sebagai discount rate, yaitu sebesar 13%.
Kelayakan proyek juga ditunjukkan oleh nilai net B/C. Jika nilai
net B/C lebih dari satu, proyek ini layak untuk direalisasikan dan jika
nilainya kurang dari satu maka proyek ini tidak layak untuk direalisasikan.
Nilai net B/C proyek ini adalah sebesar 3,17. Nilai tersebut memberikan
arti bahwa proyek ini layak untuk direalisasikan karena setiap pengeluaran
biaya (cost) sebesar Rp.1,00 selama umur proyek mampu menghasilkan
keuntungan (benefit) bersih sebesar Rp. 3,17.
Waktu pengembalian modal atau payback periode (PP) merupakan
jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Jadi, PP
menunjukkan lamanya waktu yang dibutuhkan proyek untuk menghasilkan
arus kas yang cukup untuk membayar pengeluaran awal. Berdasarkan hasil
perhitungan, nilai PBP untuk proyek ini sebesar 2 tahun 4 bulan 6 hari.
Nilai ini lebih kecil dari umur proyek (10 tahun) yang akan dijalankan,
82
sehingga proyek ini juga layak direalisasikan berdasarkan pada waktu
pengembalian modalnya.
Perhitungan BEP (break even point) dilakukan untuk mengetahui
jumlah minimal unit produk yang harus terjual untuk mencapai titik impas
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Perincian nilai BEP dapat
dilihat pada Lampiran 57. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian
besar nilai BEP di bawah jumlah produksi yang ditetapkan setiap
tahunnya. Hal ini berarti bahwa usaha ini dapat langsung menikmati
keuntungan mulai dari tahun pertama.
6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas diperlukan ketika akan mendirikan suatu
usaha. Analisis ini dilakukan apabila terjadi suatu kesalahan pendugaan
suatu nilai biaya atau manfaat, kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur
harga pada saat proyek dijalankan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisis sensitivitas adalah (1) adanya cost overrun, misalnya
kenaikan biaya konstruksi, (2) perubahan dalam perbandingan harga
terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan harga hasil produksi,
serta (3) mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.
Hasil perhitungan analisis sensitivitas menunjukkan bahwa
kelayakan proyek yang direncanakan dapat bertahan sampai pada kenaikan
harga bahan baku sebesar 37%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini
layak untuk dilaksanakan selama tidak terjadi kenaikan harga bahan baku
di atas 37%. Proyek ini juga dapat bertahan selama penurunan harga jual
produk sebesar 17,7%. Hal ini berarti bahwa usaha ini tetap layak
dijalankan jika penurunan harga jual produk tidak melebihi 17,7%.
Perhitungan analisis sensitivitas disajikan pada Lampiran 58 - 63
sedangkan hasil perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada
Tabel 16.
83
Tabel 16. Hasil perhitungan analisis sensitivitas metode konvensional
Keterangan NPV (Rp) IRR (%)
Net B/C PBP
Kondisi normal 1.197.945.934 55,29 3,17 2 tahun 4 bulan 6 hari
Kenaikan harga bahan baku 37%
16.502.872 13,60 1,03 9 tahun 8 bulan 23 hari
Penurunan harga jual produk 17,7%
8.291.352 13,34 1,02 9 tahun 10 bulan 11 hari
D. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL VERSI SYARIAH 1. Asumsi Dasar Perhitungan
Asumsi dasar perhitungan yang digunakan pada perhitungan ini
secara umum sama dengan analisis kelayakan finansial secara
konvensional, namun terdapat sedikit perbedaan, yaitu :
a. Sistem pinjaman di dasarkan pada sistem pinjaman syariah, dimana
tidak ada bunga pinjaman melainkan bagi hasil keuntungan
b. Proporsi bagi hasil ditetapkan sebesar 40% dari keuntungan setelah
pajak untuk bank dan 60% dari keuntungan setelah pajak untuk
pemilik usaha
c. Pinjaman ini diperoleh dari BNI Syariah dengan periode peminjaman
selama 5 tahun.
2. Sumber Modal
Sumber modal ini diperoleh dari pinjaman syariah sebesar 70%
sedangkan modal sendiri sebesar 30% dari total biaya yang dibutuhkan.
Pembayaran pinjaman ini dilakukan dengan system bagi hasil, yaitu 40%
dari keuntungan untuk bank selama lima tahun dan pembayaran dilakukan
setiap bulan (Lampiran 64).
3. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran pada usaha ini terdiri dari biaya investasi dan
biaya operasional. Besarnya kedua biaya ini sama dengan jumlah biaya
84
yang dibutuhkan untuk analisis kelayakan finansial metode konvensional
(Lampiran 44 dan 47).
4. Arus Penerimaan (Inflow)
Pendapatan yang diperoleh dari usaha ini sama dengan besarnya
pendapatan yang diperoleh pada analisis kelayakan finansial metode
konvensional. Harga pokok produksi bersih per kemasan pada tahun
pertamasebesar Rp. 270.369,00; tahun kedua sampai tahun kelima sebesar
Rp. 229.280,00; dan tahun keenam hingga kesepuluh adalah sebesar
Rp. 195.468,00 (Lampiran 69). Sedangkan harga jual dari produk ini
ditetapkan sebesar Rp. 300.000,00 per kemasan. Harga pokok produksi
bersih ini diperoleh berdasarkan pembagian antara biaya total produksi
bersih dan total produk yang dihasilkan setiap tahunnya.
5. Nilai net B/C, Payback Periode, dan Break Even Point
Aspek kelayakan finansial dengan metode syariah hanya
didasarkan pada nilai net B/C dan PP. Hal ini karena tidak terdapat bunga
bank sehingga tidak ada nilai NPV dan IRR. Untuk menghitung nilai-nilai
tersebut, terlebih dahulu harus dilakukan perhitungan proyeksi laba rugi
dan proyeksi arus kas (cash flow). Proyeksi laba rugi, arus kas, dan
penilaian kriteria investasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 65,
66, dan 67.
Nilai net B/C menunjukkan manfaat bersih (benefit) yang diperoleh
proyek ini untuk setiap biaya (cost) yang dikeluarkan. Nilai net B/C
berdasarkan metode syariah pada proyek ini adalah sebesar 4,92. Nilai
tersebut memberikan arti bahwa proyek ini layak untuk direalisasikan
karena setiap pengeluaran biaya sebesar Rp.1,00 selama umur proyek
mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 4,92. Berdasarkan
nilai net B/C ini, proyek layak untuk jalankan.
Waktu pengembalian modal atau payback periode digunakan untuk
mengetahui jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran
awal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode syariah, nilai PP
untuk proyek ini sebesar 2 tahun 6 bulan 5 hari. Nilai ini lebih kecil dari
85
umur proyek (10 tahun) yang akan dijalankan, sehingga proyek ini juga
layak direalisasikan.
Perhitungan BEP (break even point) dilakukan untuk mengetahui
jumlah minimal unit produk yang harus terjual untuk mencapai titik impas
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Perincian nilai BEP
metode syariah dapat dilihat pada Lampiran 68. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa sebagian besar nilai BEP di bawah jumlah produksi
yang ditetapkan setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa usaha ini dapat
langsung menikmati keuntungan mulai dari tahun pertama.
6. Analisis Sensitivitas
Hasil perhitungan analisis sensitivitas metode syariah menunjukkan
bahwa kelayakan proyek yang direncanakan dapat bertahan sampai pada
kenaikan harga bahan baku sebesar 45 %. Hal ini menunjukkan bahwa
usaha ini layak untuk dilaksanakan selama tidak terjadi kenaikan harga
bahan baku di atas 45 %. Proyek ini juga dapat bertahan selama penurunan
harga jual produk sebesar 21%. Hal ini berarti bahwa usaha ini tetap layak
dijalankan jika penurunan harga jual produk tidak melebihi 21%.
Perhitungan analisis sensitivitas disajikan pada Lampiran 70 - 75
sedangkan hasil perhitungan analisis sensitivitas dapat dilihat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Hasil perhitungan analisis sensitivitas metode syariah
Keterangan Net B/C PBP
Kondisi normal 4,92 2 tahun 6 bulan 5 hari
Kenaikan harga bahan baku 45% 1,01 9 tahun 11 bulan 11 hari
Penurunan harga jual produk 21% 1,04 9 tahun 9 bulan 25 hari
7. Biaya Aplikasi Pengawet Di Industri Sosis
Produsen yang akan menggunakan larutan pengawet ini sudah
tentu akan menambah biaya produksinya untuk menghasilkan setiap
produk sosis. Harga jual larutan pengawet ini adalah sebesar Rp.
300.000,00 per kemasan dirigen. Satu kemasan dirigen ini berisi 10 liter
86
larutan biang dengan perbandingan asam asetat (berkonsentrasi 25%) dan
ekstrak lengkuas sebesar 70 : 30. Dalam aplikasinya, larutan biang ini akan
diencerkan terlebih dahulu dengan air matang sebesar 35% sehingga
menghasilkan larutan pengawet yang siap dipakai sebanyak 28.6 liter.
Larutan pengawet siap pakai ini mampu mengawetkan sosis sebanyak
38.836,73 sosis sehingga untuk setiap sosisnya diperlukan biaya tambahan
sebesar Rp. 7,72. Satu sosis yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
berat 30 gram. Jadi, biaya tambahan per kg sosis akibat pengawetan ini
sebesar Rp. 257,49. Rincian perhitungan biaya tambahan ini dapat dilihat
pada Lampiran 76.
87
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Proses ekstraksi lengkuas menggunakan metode maserasi dengan
palarut etanol 70% menghasilkan rendemen proses sebesar 47.69% (v/b).
Ekstrak lengkuas yang dihasilkan dicampurkan dengan asam asetat
(berkonsentrasi 25%) untuk menghasilkan larutan pengawet berupa biang.
Larutan biang yang terpilih adalah larutan dari kombinasi asam asetat dan
ekstrak lengkuas sebesar 70 : 30. Pemilihan larutan biang terbaik ini
didasarkan pada nilai pH di bawah 3, rasa tidak asam atau sedikit asam
namun masih diterima secara sensori, dan aspek ekonomis dari penggunaan
ekstrak lengkuas.
Larutan biang yang telah diencerkan sebesar 25%, 30%, dan 35%
mampu meningkatkan umur simpan sosis dibandingkan dengan kontrol pada
penyimpanan di suhu ruang. Sosis yang diberi perlakuan dengan larutan
pengawet sebesar 25% dari larutan biang mampu meningkatkan umur simpan
sosis lebih lama dibandingkan dengan sosis kontrol, namun masih kurang dari
satu hari. Sosis yang diberi perlakuan dengan larutan pengawet sebesar 30%
dan 35% dari larutan biang mampu mempertahankan keawetan sosis hingga
mendekati 2 hari dan 3.5 hari.
Penentuan umur simpan tersebut berdasarkan hasil uji angka lempeng
total dan mengacu pada syarat mutu angka lempeng total sosis daging
berdasarkan SNI, yaitu nilai angka lempeng total tidak lebih dari 105 koloni/g.
Sosis kontrol mengandung total mikroba sebesar 1.9 x 107 koloni/g pada hari
pertama. Sosis yang diberi perlakuan dengan larutan pengawet sebesar 25%
mengandung total mikroba sebesar 9.2 x 105 koloni/g pada hari pertama, sosis
yang diberi perlakuan dengan larutan pengawet sebesar 30% mengandung
total mikroba sebesar 4.3 x 105 koloni/g pada hari kedua, dan sosis yang
diberi perlakuan dengan larutan pengawet sebesar 35% mengandung total
mikroba sebesar 5.8 x 103 koloni/g pada hari ketiga dan 2.1 x 106 koloni/g
pada hari keempat.
88
Semua sosis yang diberi perlakuan pengawetan memberikan
penerimaan sensori secara keseluruhan tidak berbeda nyata terhadap kontrol
pada taraf signifikansi 0.05 dengan tingkat kesukaan antara “agak suka” dan
“suka”.
Berdasarkan parameter nilai angka lempeng total dan uji organoleptik,
larutan pengawet dengan pengenceran sebesar 35% dari larutan biang dipilih
sebagai larutan pengawet yang paling efektif. Usaha pembuatan larutan
pengawet terhadap formula terbaik ini memerlukan biaya investasi sebesar
Rp. 273.640.000,00, modal kerja sebesar Rp. 278.647.500,00 untuk
persediaan bahan baku dan biaya operasional pada tiga bulan pertama. Harga
jual ditetapkan sebesar Rp. 300.000,00 per kemasan. Berdasarkan analisis
finansial metode konvensional diperoleh nilai net present value sebesar
Rp. 1.197.945.934,00 (NPV>0), internal rate of return sebesar 55,29%
(IRR>13%), net B/C sebesar 3,17 (net B/C > 1), pay back periode selama
2 tahun 4 bulan 6 hari (PP < umur proyek), sehingga usaha ini layak untuk
direalisasikan. Analisis finansial dengan metode syariah juga menunjukkan
bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena memiliki nilai net B/C sebesar
4,92 dan payback periode sebesar 2 tahun 6 bulan 5 hari. Biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen sosis yang akan
menggunakan pengawet ini adalah Rp. 257,49 per kg sosis. Biaya ini relatif
murah sehingga layak diterapkan untuk produsen sosis.
B. SARAN
Beberapa saran dari penelitian ini antara lain :
1. Perlu dicari metode ekstraksi rempah lainnya yang menggunakan
teknologi lebih sederhana dan murah sehingga dapat menurunkan biaya
proses, seperti mengekstrak lengkuas langsung menggunakan asam asetat
sebagai pelarutnya.
2. Perlu dilakukan variasi rempah yang digunakan dalam menutupi rasa asam
dari asam asetat.
89
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Taste. www.wikipedia.com. [26 Mei 2009].
Association of Official Analytical Chemists. 1995. Approved Methods of The AOAC. Method 942.15, Acidity (titratable) of fruit products. Arlington, VA : The Association.
Ayres, J. C., J. O. Mundt, W. E. Sandine. 1984. Microbiology of Foods. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Badan Pusat Statistika. 2006. Produksi Tanaman Obat di Indonesia. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1995. Sosis Daging. SNI 01-3820-1995.
BAM. 2001. Aerobic Plate Count. http://www.cfsan.fda.gov. [28 Maret 2009].
Bombardelli, E. 1991. Technologies for the processing of medicinal plants. Di dalam : The Medicinal Plant Industry. R. O. B. Wijesekera. (Ed.). CRC Press, Boca Raton.
Branen, A. L., P. M. Davidson, dan S. Salminen. 1990. Food Additives. Marcel Dekker Inc., New York dan Basel.
Brown, B. I. 1971. Progresive trends in the Australian ginger industry. J. Australian Food Manufac 41(3) : 16-19.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah : H. Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta.
Carpenter, J. A. 1973. Proc. Meat Ind. Res. Cont. Di dalam : New Method of Food Preservation. G. W. Gould. (Ed.). 1995. Chapman and Hall, Glosgow.
Chung, K. C. dan Goepfert. 1970. New Method of Food Preservation. Chapman and Hall, Glosgow.
Darwis, S. N., A. B. D. Madjoindo, S. Hasiyah. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Jakarta.
Davidson, P. M. dan A. L. Branen. 1993. Antimicrobials In Food 2nd edition. Marcel Dekker Inc., New York.
Davidson, P.M. and M.A. Harrison. 2002. Resistance and adaptation to food antimicrobials, sanitizers, and other process controls. J. Food Technology 56(11) : 69–78.
Djubaedah, E. 1986. Ekstraksi Oleoresin dari Jahe (Zingiber officinale Roscoe). J. Media Teknologi Pangan 2(2) : 10-19.
90
Doores, S. 1993. Organic acids. Di dalam : Antimicrobials In Foods. P. M. Davidson dan A. L. Branen. (Eds.). Marcel Dekker Inc., New York.
Doores, S. 2005. Organic acids. Di dalam: Antimicrobials In Food 3rd edition. P. M. Davidson, N. J. Sofos, A. L. Branen. (eds.). Taylor dan Francis, Boca Raton.
Duke, J. A. 1994. Biologically-active compound in important spices. Di dalam : Spices, Herbs, and Edible Fungi. Charalambous. (Ed.). Elseiver, Amsterdam.
Eklund, T. 1989. Organic acids and esters. Di dalam : Mechanisms of Actions of Food Preservation Procedures. G. W. Gould. (ed.). Elsevier Applied Science, New York.
Essien, E. 2003. Sausage Manufacture : Principles and Practice. CRC Press, Boca Raton.
FAO. 1985. Small-scale sausage production. http://www.fao.org/docrep/003 /x6556e/X6556E00.htm. [12 Agustus 2009].
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Farrel, K. T. 1990. Spices, Condiments and Seasoning 2nd edition. An AVI Book Van Nostrand Reinhold, New York.
Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry 3rd edition. Marcel Dekker Inc., New York dan Basel.
Ferdiani, I. 2008. Pengaruh Pencelupan Larutan Asam Organik Terhadap Mutu Sensori dan Umur Simpan Mi Basah Matang pada Suhu Ruang. [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Forrest, C. Jhon, D. A. Elton, B. Harold, Hendrick, D. J. Max, A. M. Robert. 1975. Principle of Meat Science. W. H. Freeman and Company, San Fransisco.
Francis, F. J. 2003. Color analysis. Di dalam: Food Analysis 3rd edition. S. S. Nielsen. (ed.). Kluwer Academic/Plenum Publishers, New York.
Garbutt, T. 1997. Essentials of Food Microbiology. Arnold, London.
Gittinger, J. P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi kedua. UI Press, Jakarta.
Gould, G. W. 1995. New Methode of Food Preservation 1st edition. Blackie Academic and Professional Pub., London.
Gray, C. P. Simanjutak, L. K. Sabur, P. F. L. Maspaitella, R. G. C. Varley. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
91
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Penerjemah : K. Patmawinata dan I. Soediro. Penerbit ITB, Bandung.
Harborne, J. D. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerjemah : K. Patmawinata dan I. Soediro. Penerbit ITB, Bandung.
Houghton, P. J. dan A. Raman. 1998. Laboratory Handbook for Fractination of Natural Extracts. Chapman and Hall, London.
Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi revisi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Jay, J. M., M. J. Loessner, D. A. Golden. 2005. Modern Food Microbiology 7th edition. Springer Science + Business Media Inc., USA.
Kramlich, W. E., A. M. Pearson, F. W. Tauber. 1973. Processed Meats. The AVI Publishing Co., Wesport.
Lide, D. R. 2002. CRC Handbook of Chemistry and Physics, 83rd edition. CRC Press, Boca Raton.
Marcus, Y. 1992. Principles of solubility and solution. Di dalam : Principles and Practices of Solvent Extraction. J. Reydberg, C. Musikas, G. R. Choppin. (eds.). Marcel Dekker Inc., New York.
Marshall, D. L., L. N. Cotton, F. A. Bal’a. 2000. Acetic acid. Di dalam : Natural Food Antimicrobial Systems. A. S. Naidu. (ed.). CRC Press, Boca Raton.
Marwati, T. 1999. Teknologi pasca panen tanaman penghasil pestisida nabati dan ekstraksi senyawa aktifnya. Di dalam : Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat Vol. XI(2). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Naidu, A. S. 2000. Natural Food Antimicrobial System. CRC Press, Boca Raton.
Nugroho, B. W. 2001. Insektisida Botani dari Tanaman Aglaia spp. (Meliaceae) sebagai Alternatif Pengganti Insektisida Sintetis. Laporan Riset Unggulan Terpadu. Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor.
Nur, M. A. dan Adjuwana. 1989. Teknik Pemisahan dalam Analisis Biologi. PAU IPB, Bogor.
Nychas, G. J. E. dan C. C. Tassou. 2000. Traditional preservatives-oils and spices. Di dalam : Encyclopedia of Food Microbiology vol 1. R. K. Robinson, C. A. Batt, P. D. Patel. (eds.). Academic Press, London.
Parwata, O. A. dan F. S. Dewi. 2008. Isolasi dan uji aktivitas antibakteri minyak atsiri dari rimpang lengkuas (Alpinia galangal L.). J. Jurnal Kimia 2(2) : 100-104.
92
Pearson, A. M. dan Tauber. 1984. Processed Meat. The AVI Publishing Co., Wesport.
Pelczar, M. J. dan R. D. Reid. 1979. Microbiology. McGraw Hill Book Co., New York.
Pomeranz, Yeshaju, C. E. Meloan, 1978. Food Analysis : Theory and Practice. AVI Publishing. Co. Inc., Westport.
Pratiwi. 1992. Daya Antimikroba beberapa Sediaan Toikal yang Mengandung Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas Merah dan Putih terhadap beberapa Mikroba Uji. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran, Bandung.
Prijono, D. 1998. Insecticidal of meliaceous seed extracts against crocidolomia binotalis zeller (Lepidoptera : Pyralidae). Buletin of Plant Pests and Diseases, 10 (1) : 1 - 7.
Purseglove, J. W., E. G. Brown, C. L. Green, S. R. L. Robbins. 1981. Spices. Volume II. Longman Inc., New York.
Rahayu, W. P. 1999. Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.) terhadap Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. [disertasi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ray, B. 2001. Fundamental Food Microbiology 2nd edition. CRC Press, New York.
Ray, B., dan W.E. Sandine. 1992. Acetic, propionic, and lactic acid of starter culture bacteria as biopreservatives. Di dalam : Food Biopreservatives of Microbial Origin. B. Ray dan M. Daeschel. (eds.). CRC Press, Boca Raton.
Richard, H. M. J. 1991. Spices and condiments 1st edition. Di dalam : Volatile Compounds in Food and Beverages. H. Maarse. (ed.). Marcel Dekker Inc., New York.
Rismunandar. 1988. Rempah-rempah : Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru, Bandung.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah : K. Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung.
Sabel, W. dan J. D. F. Warren. 1973. Theory and Practices of Oleoresin Extraction on Proceeding at the Conference on Spices. Tropical Products Institute, London.
Sadler, G. D. dan P. A. Murphy. 2003. pH and titratable acidity. Di dalam: Food Analysis 3rd edition. S. S. Nielsen. (ed.). Kluwer Academic/Plenum Publishers. New York.
93
Salminen, S. dan A. V. Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria: Microbiology and Functional Aspect. 2nd edition. Marcel Dekker Inc., New York.
Setyadi, D. (2008). Pengaruh Penggunaan Pengawet Asam Organik Terhadap Mutu Sensori dan Umur Simpan Tahu. [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertania Bogor, Bogor.
Shelef, L. A. 1983. Antimicrobial effect of spices. J. Food Safety 6 : 29-44.
Sinaga, E. 2000. Alpinia galangal L. Willd. www.warintek.apiji.or.id/artikel/ttg _tanaman_obat/unas. [1 Maret 2009].
Sinaga, N. 1998. Ekstraksi Senyawa Bioaktif sebagai Sumber Pestisida Nabati dari Tephrosia vogelii. [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor.
Soekarto, S. T. 1985. Penelitian Organoleptik. Bhratara Jarya Aksara, Jakarta. Soekarto, S. T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standardisasi Mutu Pangan.
PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Penerbit Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta. Sudjana, 1994. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi kedua. Penerbit Tarsito,
Bandung. Sukmawati, M. 2007. Aplikasi Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum Walp.)
dan Lengkuas (Alpinia galanga L.) sebagai Pengawet Mi Basah. [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Direktorat Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Surekha, M. dan S. M. Reddy. 2000. Preservatives : classification and properties. Di dalam : Encyclopedia of Food Microbiology vol 1. R. K. Robinson, C. A. Batt, P. D. Patel. (eds). Academic Press, London.
Sutojo, S. 1993. Studi Kelayakan Proyek : Teori dan Praktek. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Umar, H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis : Manajemen, Metode, dan Kasus. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wardana, H. D., N. S. Barwa, A. Kongsjahju, M. A. Iqbal, M. Khalid, R.R. Taryadi. 2002. Budi Daya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar Swadaya, Jakarta.
94
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wood, B. J. B. 1999. The Lactic Acid Bacteria in Health and Disease. Aspen Publication, Maryland.
Yuharmen, Y. Eryanti, dan Nurbalatif. 2000. Uji Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galangal). http://www.jurnal.uni.co.id/jurnal-natur/vol 4(2)/yuharmen.pdf. [2 Maret 2009].
95
LAMPIRAN
95
Lampiran 1. Hasil analisis kadar air lengkuas merah segar
Keterangan :
W = berat contoh sebelum dikeringkan (g)
W1 = berat contoh kering + cawan kering kosong (g)
W2 = berat cawan kosong (g)
Ulangan W (g) W1
W2 Kadar air
(% bb)
Rataan kadar air
(%) SD (%)
U1 U2 U rataan
1 2.0660 2.1198 2.1197 2.11975 1.9508 91.82 91.84 0.0242
2 2.1157 2.6675 2.6674 2.66745 2.4951 91.85
96
Lampiran 2. Rendemen ekstrak lengkuas
Ulangan Wo (g) W1 (g) W2 (g) W3(g) Volume ekstrak
(ml)
Rendemen akhir
(% v/b)
Rataan
(% v/b)
Rendemen proses
(% v/b)
Rataan
(% v/b)
1 163.21 151.9 95.61 92.15 74 80.30 79.02
45.34 47.69
2 159.85 148.77 121.59 102.92 80 77.73 50.05
Keterangan :
Wo = berat awal (g)
W1 = berat setelah dibersihkan dan dikeringanginkan (g)
W2 = berat setelah pengeringan ( 60oC, 3 jam)
W3 = berat setelah diblender (g)
97
Lampiran 3. Hasil pengamatan visual sosis pada penelitian pendahuluan
Hari ke-
Parameter uji
Kisaran konsentrasi pengenceran optimum (%) 0 (kontrol) 10 20 30
0
Rasa Normal Normal Normal Sedikit asam dipermukaan
sosis Aroma Normal Normal Normal Normal Tekstur Normal
(kompak, kenyal)
Normal
Normal
Normal
Penampakan keseluruhan
Normal (merah cerah, permukaan halus dan
kesat)
Normal
Normal
Normal
1
Rasa - - - - Aroma Menyimpang
(mulai busuk) Normal Normal Normal
Tekstur Agak lunak Normal Normal Normal Penampakan keseluruhan
Terdapat spot putih diseluruh
permukaan casing sosis
Normal Normal Normal
2
Rasa - - - - Aroma Menyimpang
(busuk) Normal Normal Normal
Tekstur Lebih lunak Normal Normal Normal Penampakan keseluruhan
Spot putih di permukaan casing sosis
Terdapat > 15 spot
putih
Terdapat ± 15 spot
putih
Normal
3 - 4
Rasa - - - - Aroma Menyimpang
(busuk) Mulai
menyimpang (agak busuk)
Normal Normal
Tekstur Lebih lunak dari hari ke-2
Normal Normal Normal
Penampakan keseluruhan
Spot putih dan coklat
diseluruh permukaan casing sosis
Spot putih > 50% dari permukaan casing sosis
Spot putih ± 40 % dari permukaan casing sosis
Normal
98
Lampiran 4. Angka lempeng total sosis selama penyimpanan
Hari ke- Sampel Jumlah mikroba (cfu/g) Rataan jumlah mikroba
(cfu/g) 1 2
0
Kontrol 1.5 x 10 (< 2.5 x 102) 1.0 x 102 (< 2.5 x 102) 5.7 x 10 (< 2.5 x 102) 25% 2.0 x 10 (< 2.5 x 102) 4.0 x 10 (< 2.5 x 102) 3.0 x 10 (< 2.5 x 102) 30% 1.0 x 10 (< 2.5 x 102) 1.5 x 10 (< 2.5 x 102) 1.2 x 10 (< 2.5 x 102) 35% 1.0 x 10 (< 2.5 x 102) 1.5 x 10 (< 2.5 x 102) 1.2 x 10 (< 2.5 x 102)
1
Kontrol 1.7 x 107 2.2 x 107 1.9 x 107 25% 2.4 x 105 1.6 x 106 9.2 x 105 30% 1.7 x 102 (< 2.5 x 102) 2.0 x 102 (< 2.5 x 102) 1.8 x 102 (< 2.5 x 102) 35% 1.8 x 102 (< 2.5 x 102) 2.0 x 102 (< 2.5 x 102) 1.9 x 102 (< 2.5 x 102)
2
Kontrol Contoh sudah rusak Contoh sudah rusak - 25% 2.6 x 106 2.4 x 106 2.5 x 106 30% 3.2 x 105 5.5 x 105 4.3 x 105 35% 7.9 x 102 2.1 x 103 1.4 x 103
3
Kontrol Contoh sudah rusak Contoh sudah rusak - 25% 6.1 x 107 6.2 x 107 6.1 x 107 30% 6.3 x 106 6.4 x 106 6.3 x 106 35% 3.2 x 103 8.4 x 103 5.8 x 103
4
Kontrol Contoh sudah rusak Contoh sudah rusak - 25% Contoh sudah rusak Contoh sudah rusak - 30% Contoh sudah rusak Contoh sudah rusak - 35% 1.8 x 106 2.5 x 106 2.1 x 106
99
Lampiran 5. Nilai pH sosis selama penyimpanan
Hari ke-
Sampel Ulangan Pengukuran ke-
Rataan SD (%)
Rataan ulangan
SD ulangan
(%) 1 2 3
0
Kontrol 1 6.53 6.51 6.50 6.51 0.2345
6.55 0.7201 2 6.59 6.58 6.57 6.58 0.1520
25% 1 6.09 6.00 5.84 5.98 2.1186
5.92 1.3939 2 5.87 5.85 5.86 5.86 0.1706
30% 1 5.74 5.72 5.73 5.73 0.1745
5.69 1.1194 2 5.67 5.57 5.68 5.64 1.0785
35% 1 5.53 5.54 5.54 5.54 0.1043
5.58 1.0983 2 5.60 5.63 5.64 5.62 0.3702
1
Kontrol 1 6.18 6.18 6.17 6.18 0.0935
6.21 0.6836 2 6.24 6.24 6.23 6.24 0.0926
25% 1 5.6 5.61 5.61 5.61 0.1030
5.59 0.5063 2 5.56 5.57 5.57 5.57 0.1037
30% 1 5.47 5.47 5.46 5.47 0.1056
5.46 0.2159 2 5.44 5.44 5.47 5.45 0.3178
35% 1 5.35 5.39 5.49 5.41 1.3329
5.40 0.1745 2 5.38 5.35 5.46 5.40 1.0537
2
Kontrol 1 6.09 6.07 6.07 6.08 0.1900
6.05 0.7408 2 6.00 6.01 6.03 6.01 0.2540
25% 1 5.58 5.58 5.57 5.58 0.1035
5.52 1.4087 2 5.51 5.49 5.40 5.47 1.0719
30% 1 5.42 5.41 5.40 5.41 0.1848
5.40 0.1745 2 5.42 5.40 5.37 5.40 0.4663
35% 1 5.39 5.4 5.35 5.38 0.4918
5.37 0.2634 2 5.38 5.35 5.35 5.36 0.3231
3
Kontrol 1 5.72 5.73 5.73 5.73 0.1008
5.72 0.1236 2 5.71 5.72 5.72 5.72 0.1010
25% 1 5.44 5.42 5.47 5.44 0.4623
5.39 1.3993 2 5.35 5.34 5.32 5.34 0.2862
30% 1 5.25 5.27 5.30 5.27 0.4772
5.29 0.3567 2 5.30 5.31 5.29 5.30 0.1887
35% 1 5.28 5.29 5.31 5.29 0.2886
5.32 0.6648 2 5.33 5.35 5.35 5.34 0.2161
100
Lampiran 6. Nilai total asam tertitrasi sosis selama penyimpanan
Hari ke-
Sampel Ulangan Volume NaOH 0.1 N (ml)
FP TAT (%)
Rataan SD (%) Rataan ulangan
SD ulangan (%) 1 2 1 2
0
Kontrol 1 0.049 0.054 25 12.29 13.52 12.90 6.7344
13.82 9.4281 2 0.059 0.059 25 14.74 14.74 14.74 0.0000
25% 1 0.084 0.093 25 20.89 23.35 22.12 7.8567
21.81 1.9919 2 0.088 0.084 25 22.12 20.89 21.50 4.0406
30% 1 0.103 0.098 25 25.80 24.57 25.19 3.4493
24.88 1.7459 2 0.103 0.093 25 25.80 23.35 24.57 7.0711
35% 1 0.108 0.103 25 27.03 25.80 26.42 3.2889
27.34 4.7670 2 0.118 0.108 25 29.49 27.03 28.26 6.1488
1
Kontrol 1 0.064 0.064 25 15.97 15.97 15.97 0.0000
16.90 7.7139 2 0.074 0.069 25 18.43 17.20 17.82 4.8766
25% 1 0.108 0.103 25 27.03 25.80 26.42 3.2889
27.03 3.2141 2 0.108 0.113 25 27.03 28.26 27.65 3.1427
30% 1 0.113 0.108 25 28.26 27.03 27.65 3.1427
28.26 3.0744 2 0.113 0.118 25 28.26 29.49 28.88 3.0090
35% 1 0.128 0.128 25 31.95 31.95 31.95 0.0000
31.03 4.2006 2 0.123 0.118 25 30.72 29.49 30.10 2.8862
101
Lampiran 6. Nilai total asam tertitrasi sosis selama penyimpanan (lanjutan)
2
Kontrol 1 0.108 0.098 25 27.03 24.57 25.80 6.7344
25.80 0.0000 2 0.103 0.103 25 25.80 25.80 25.80 0.0000
25% 1 0.113 0.103 25 28.26 25.80 27.03 6.4282
27.34 1.5890 2 0.108 0.113 25 27.03 28.26 27.65 3.1427
30% 1 0.123 0.133 25 30.72 33.18 31.95 5.4393
31.95 0.0000 2 0.128 0.128 25 31.95 31.95 31.95 0.0000
35% 1 0.123 0.128 25 30.72 31.95 31.33 2.7730
30.41 4.2855 2 0.118 0.118 25 29.49 29.49 29.49 0.0000
3
Kontrol 1 0.113 0.113 25 28.26 28.26 28.26 0.0000
26.72 8.1277 2 0.103 0.098 25 25.80 24.57 25.19 3.4493
25% 1 0.113 0.113 25 28.26 28.26 28.26 0.0000
27.95 1.5541 2 0.108 0.113 25 27.03 28.26 27.65 3.1427
30% 1 0.133 0.133 25 33.18 33.18 33.18 0.0000
32.25 4.0406 2 0.123 0.128 25 30.72 31.95 31.33 2.7730
35% 1 0.128 0.128 25 31.95 31.95 31.95 0.0000
31.64 1.3730 2 0.128 0.123 25 31.95 30.72 31.33 2.7730
Hari ke- Sampel Ulangan
Volume NaOH 0.1 N (ml) FP
TAT (%) Rataan SD (%)
Rataan ulangan
SD ulangan (%) 1 2 1 2
102
Lampiran 7. Profil tekstur sosis selama penyimpanan dengan menggunakan penetrometer
Hari ke-
Sampel Ulangan Pengukuran ke- (mm/5 detik*2.4 g)
Rataan SD (%) Rataan ulangan
SD ulangan (%) 1 2 3 4 5
0
Kontrol 1 12.40 12.50 12.50 - - 12.47 0.4631
12.30 1.9163 2 12.10 11.70 12.60 - - 12.13 3.7164
25% 1 11.20 10.80 10.70 - - 10.90 2.4273
10.92 0.2159 2 11.30 10.10 11.40 - - 10.93 6.6166
30% 1 11.70 11.00 11.70 - - 11.47 3.5245
11.28 2.2978 2 11.40 11.30 10.60 - - 11.10 3.9269
35% 1 11.10 10.30 11.10 - - 10.83 4.2635
10.93 1.2935 2 11.10 11.30 10.70 - - 11.03 2.7689
1
Kontrol 1 10.70 11.60 11.50 10.70 12.30 11.36 5.9574
11.27 1.1294 2 11.40 10.60 10.00 11.70 12.20 11.18 7.8590
25% 1 10.90 11.10 10.90 11.60 12.10 11.32 4.6072
11.12 2.5435 2 11.90 9.50 11.70 10.10 11.40 10.92 9.7000
30% 1 9.70 9.90 9.10 10.80 9.10 9.72 7.2163
10.00 3.9598 2 10.90 10.20 10.50 10.50 9.30 10.28 5.8528
35% 1 10.20 10.50 10.50 9.30 9.30 9.96 6.1729
9.91 0.7135 2 9.40 9.90 10.10 9.90 10.00 9.86 2.7402
103
Lampiran 7. Profil tekstur sosis selama penyimpanan dengan menggunakan penetrometer (lanjutan)
Hari
ke- Sampel Ulangan
Pengukuran ke- (mm/5 detik*2.4 g) Rataan SD (%)
Rataan
ulangan
SD ulangan
(%) 1 2 3 4 5
2
Kontrol 1 10.90 11.00 11.10 10.90 11.60 11.10 2.6266
11.08 0.2553 2 10.90 11.10 10.70 11.30 11.30 11.06 2.3578
25% 1 10.00 11.10 9.80 10.80 9.90 10.32 5.7080
10.36 0.5460 2 10.10 10.60 10.40 10.30 10.60 10.40 2.0397
30% 1 11.50 11.30 10.20 11.40 11.70 11.22 5.2502
10.98 3.0912 2 11.20 10.90 9.40 10.90 11.30 10.74 7.1701
35% 1 10.70 9.60 10.10 10.20 10.30 10.18 3.8923
9.69 7.1513 2 9.80 9.70 8.60 9.30 8.60 9.20 6.2912
3
Kontrol 1 11.60 11.70 11.60 12.10 12.90 11.98 4.6250
12.36 4.3479 2 12.00 13.20 12.20 12.90 13.40 12.74 4.8259
25% 1 11.40 11.20 10.90 12.00 10.20 11.14 5.9409
11.18 0.5060 2 11.20 10.60 11.30 11.40 11.60 11.22 3.3585
30% 1 10.60 10.80 10.60 10.90 11.00 10.78 1.6594
10.90 1.5569 2 11.50 11.20 11.10 11.30 10.00 11.02 5.3454
35% 1 10.60 10.80 10.50 10.50 11.40 10.76 3.5144
11.03 3.4618 2 9.90 11.80 11.70 11.40 11.70 11.30 7.0519
104
Lampiran 8. Nilai ohue sosis selama penyimpanan
Hari ke- Sampel Nilai hue
Rataan SD (%) 1 2
0
Kontrol 27.69 27.19 27.44 1.2885
25% (A) 27.10 26.51 26.81 1.5564
30% (B) 26.84 26.54 26.69 0.7948
35% (C) 26.29 26.50 26.40 0.5626
1
Kontrol 25.48 25.47 25.48 0.0278
25% (A) 26.38 26.30 26.34 0.2148
30% (B) 26.10 26.33 26.22 0.6204
35% (C) 26.05 26.01 26.03 0.1087
2
Kontrol 25.56 25.62 25.59 0.1658
25% (A) 26.05 25.99 26.02 0.1631
30% (B) 26.38 26.21 26.30 0.4572
35% (C) 25.58 25.89 25.74 0.8518
3
Kontrol 26.48 26.19 26.34 0.7787
25% (A) 25.52 25.65 25.59 0.3593
30% (B) 26.31 25.50 25.91 2.2110
35% (C) 26.41 26.23 26.32 0.4836
105
Lampiran 9. Nilai L, a, dan b sosis pada hari ke-0
Sampel Ulangan Notasi Pengukuran ke-
Rataan SD (%) Rataan ulangan SD ulangan (%)
1 2 3 L a b L a b
Kontrol
1 L 35.76 34.97 36.67 35.80 2.3800
36.82 35.39 18.37 3.9156 5.0218 3.5252
a 33.45 33.95 35.00 34.13 2.3196
b 17.57 17.71 18.45 17.91 2.6216
2 L 37.11 37.93 38.48 37.84 1.8300
a 36.07 36.66 37.22 36.65 1.5678
b 18.49 18.83 19.17 18.83 1.8034
25%
1 L 38.55 36.36 38.30 37.74 3.1774
37.57 37.26 18.82 0.6366 1.1655 0.6460
a 36.74 36.14 37.99 36.95 2.5481
b 19.04 18.41 19.28 18.91 2.3536
2 L 37.51 37.55 37.13 37.40 0.6123
a 37.19 38.69 36.82 37.57 2.6287
b 18.78 19.10 18.32 18.74 2.0936
30%
1 L 37.60 38.16 37.89 37.89 0.7320
37.74 37.12 18.66 0.5595 0.0789 0.8551
a 36.62 37.08 37.60 37.10 1.3142
b 18.59 18.78 18.95 18.77 0.9459
2 L 38.16 37.67 36.93 37.59 1.6410
a 37.91 37.32 36.18 37.14 2.3719
b 19.13 18.63 17.88 18.55 3.4165
35%
1 L 37.78 37.28 38.35 37.80 1.4179
38.10 38.31 19.02 1.1148 0.2516 0.4115
a 37.88 38.46 38.79 38.38 1.2078
b 18.76 18.97 19.16 18.96 1.0512
2 L 38.34 38.11 38.77 38.40 0.8758
a 38.04 37.99 38.70 38.24 1.0395
b 18.96 18.96 19.29 19.07 0.9940
106
Lampiran 10. Nilai L, a, dan b sosis pada hari ke-1
Sampel Ulangan Notasi Pengukuran ke-
Rataan SD (%) Rataan ulangan SD ulangan (%)
1 2 3 L a b L a b
Kontrol
1 L 35.04 35.90 35.64 35.53 1.2392
35.65 36.67 17.47 0.4763 0.8333 0.8006
a 35.49 36.92 36.94 36.45 2.2798
b 17.12 17.56 17.44 17.37 1.3184
2 L 35.65 35.76 35.89 35.77 0.3324
a 36.80 36.27 37.58 36.88 1.7937
b 17.54 17.47 17.71 17.57 0.7012
25%
1 L 37.30 36.84 36.99 37.04 0.6316
36.92 36.41 18.02 0.4752 0.9420 1.1951
a 36.70 36.24 37.00 36.65 1.0493
b 18.33 17.92 18.29 18.18 1.2454
2 L 36.93 36.84 36.61 36.79 0.4563
a 36.47 36.16 35.85 36.16 0.8539
b 18.10 17.89 17.62 17.87 1.3348
30%
1 L 37.28 37.03 36.58 36.96 0.9641
36.96 36.69 18.06 0.0015 1.3145 0.5999
a 36.84 37.50 36.76 37.03 1.1006
b 18.21 18.29 17.92 18.14 1.0752
2 L 37.00 36.74 37.15 36.96 0.5558
a 36.26 36.43 36.36 36.35 0.2264
b 18.06 17.84 18.06 17.99 0.7239
35%
1 L 36.72 36.59 36.84 36.71 0.3338
36.85 36.88 18.01 0.5295 1.1425 0.9705
a 36.64 36.38 36.73 36.59 0.4992
b 17.94 17.82 17.91 17.89 0.3697
2 L 37.01 37.05 36.91 36.99 0.2079
a 37.24 36.79 37.51 37.18 0.9752
b 18.20 17.97 18.24 18.14 0.8088
107
Lampiran 11. Nilai L, a, dan b sosis pada hari ke-2
Sampel Ulangan Notasi Pengukuran ke-
Rataan SD (%) Rataan ulangan SD ulangan (%)
1 2 3 L a b L a b
Kontrol
1 L 35.90 36.11 35.83 35.95 0.4024
36.14 36.45 17.46 0.7339 0.9090 1.0727
a 35.31 36.39 36.95 36.21 2.3015
b 17.01 17.31 17.65 17.32 1.8549
2 L 36.51 36.81 35.65 36.32 1.6564
a 36.88 37.79 35.38 36.68 3.3209
b 17.68 17.93 17.16 17.59 2.2422
25%
1 L 36.57 36.28 36.59 36.48 0.4794
36.45 35.17 17.17 0.0971 0.2277 0.4111
a 35.06 35.10 35.51 35.22 0.7121
b 17.10 17.16 17.42 17.22 0.9835
2 L 36.47 36.47 36.35 36.43 0.1959
a 35.31 34.79 35.23 35.11 0.7961
b 17.28 17.01 17.09 17.12 0.7947
30%
1 L 36.66 37.39 36.57 36.87 1.2236
36.80 35.64 17.61 0.2710 0.0117 0.5599
a 35.33 35.48 36.11 35.64 1.1525
b 17.79 17.77 17.48 17.68 0.9685
2 L 37.26 36.73 36.21 36.73 1.4268
a 36.24 35.62 35.04 35.63 1.6892
b 17.82 17.69 17.11 17.54 2.1528
35%
1 L 36.37 36.48 36.25 36.37 0.3215
36.36 36.29 17.49 0.0447 1.1273 0.1747
a 36.88 36.48 36.37 36.58 0.7260
b 17.38 17.49 17.67 17.51 0.8329
2 L 36.50 36.22 36.32 36.35 0.3839
a 36.62 36.03 35.35 36.00 1.7694
b 17.55 17.44 17.41 17.47 0.4224
108
Lampiran 12. Nilai L, a, dan b sosis pada hari ke-3
Sampel Ulangan Notasi Pengukuran ke-
Rataan SD (%) Rataan ulangan SD ulangan (%)
1 2 3 L a b L a b
Kontrol
1 L 39.80 39.71 38.83 39.45 1.3548
39.21 38.71 19.16 0.8585 0.7159 1.5933
a 37.64 39.28 39.80 38.91 2.8984
b 19.15 19.48 19.50 19.38 1.0130
2 L 38.57 39.57 38.77 38.97 1.3580
a 38.82 38.00 38.72 38.51 1.1586
b 18.70 19.37 18.76 18.94 1.9420
25%
1 L 37.60 37.99 37.48 37.69 0.6978
37.62 38.11 18.25 0.2586 2.0857 2.4659
a 37.98 37.33 37.34 37.55 0.9897
b 18.07 17.93 17.79 17.93 0.7958
2 L 37.84 37.60 37.22 37.55 0.8416
a 37.82 39.37 38.84 38.67 2.0413
b 18.32 18.83 18.54 18.57 1.3958
30%
1 L 37.39 37.22 37.71 37.44 0.6690
37.42 37.08 18.00 0.0527 3.4239 0.8614
a 35.91 36.11 36.52 36.18 0.8518
b 18.08 17.54 18.04 17.89 1.6609
2 L 37.91 37.07 37.26 37.41 1.1786
a 38.14 37.58 38.21 37.97 0.9033
b 18.47 17.71 18.13 18.11 2.1040
35%
1 L 36.54 37.44 36.85 36.94 1.2449
36.86 34.89 17.26 0.3280 1.4472 0.9102
a 34.86 34.61 34.12 34.53 1.0915
b 17.25 17.62 16.59 17.15 3.0505
2 L 36.41 37.09 36.81 36.77 0.9290
a 34.98 34.70 36.06 35.25 2.0334
b 17.32 17.50 17.30 17.37 0.6382
109
Lampiran 13. Kuisioner uji rating hedonik
Uji Rating Hedonik
Produk : Sosis daging Nama : Tanggal : Petunjuk
1. Dihadapan anda terdapat 4 contoh sosis daging
2. Anda diminta untuk menilai tingkat kesukaan masing-masing contoh
3. Lakukan uji mulai dari paling kiri terlebih dahulu, kemudian berilah penilaian
tentang kesukaan anda terhadap atribut yang diminta dengan memberi tanda √
pada kotak di bawah kode contoh
4. Setelah selesai menilai, pindahlah ke contoh di sebelah kanannya dan lakukan
hal yang sama hingga contoh yang terakhir.
Aroma Warna
Tekstur Rasa
Penilaian Kode contoh
Sangat suka Suka Agak suka Netral Agak tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka
Penilaian Kode contoh
Sangat suka Suka Agak suka Netral Agak tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka
Penilaian Kode contoh
Sangat suka Suka Agak suka Netral Agak tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka
Penilaian Kode contoh
Sangat suka Suka Agak suka Netral Agak tidak suka Tidak suka Sangat tidak suka
110
Lampiran 14. Hasil penilaian panelis terhadap sosis berdasarkan uji rating hedonik
Panelis Rasa Aroma Warna Tekstur Keseluruhan
K A B C K A B C K A B C K A B C K A B C 1 6 5 5 3 6 6 6 6 5 6 6 6 6 6 5 6 6 4 4 4 2 4 4 5 5 7 6 6 5 6 3 5 3 3 6 5 6 7 6 6 6 3 6 4 6 6 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 6 4 4 6 5 5 7 4 6 5 7 6 6 7 7 6 5 6 6 6 6 6 5 5 2 4 6 7 7 7 4 6 6 6 6 6 6 6 6 7 6 6 5 6 4 6 4 5 5 5 6 6 6 6 6 6 5 6 6 5 5 6 6 5 7 6 6 7 5 6 6 7 6 6 5 5 6 6 6 6 6 5 6 6 5 8 4 5 4 4 6 3 4 5 6 6 6 6 5 4 5 6 6 6 6 6 9 6 5 7 5 4 4 4 4 6 5 6 5 5 4 3 3 5 6 6 5 10 5 6 6 7 7 6 6 6 6 5 6 6 6 5 5 6 6 5 4 6 11 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 6 7 6 6 6 7 6 12 5 6 6 6 5 6 7 5 7 7 6 5 5 6 6 7 6 7 6 6 13 6 6 6 7 5 6 5 7 6 6 6 6 6 5 5 5 7 6 6 7 14 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 6 6 7 7 7 7 6 7 7 7 15 6 6 5 7 6 6 5 5 5 4 5 6 6 5 4 3 4 6 3 5 16 6 6 5 6 6 6 5 4 5 5 6 5 6 4 6 3 6 4 4 3 17 5 6 7 6 6 4 5 3 6 3 5 4 6 4 3 5 6 4 5 3 18 7 6 6 6 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 19 5 6 6 5 6 6 6 6 6 6 6 6 4 4 4 4 4 4 4 4 20 5 6 6 5 4 5 6 5 3 3 3 3 2 3 2 4 4 5 4 5 21 6 3 4 5 6 6 6 4 7 2 4 6 6 5 5 5 6 4 5 5 22 4 5 5 5 5 6 4 6 4 4 4 4 5 5 5 4 5 6 4 5 23 6 4 5 4 6 6 6 5 6 6 6 6 6 5 6 5 6 6 6 5 24 5 5 6 4 6 6 6 6 6 6 6 6 3 4 2 2 4 5 3 5 25 6 6 6 6 6 4 6 4 6 4 6 4 4 6 6 5 6 5 6 4 26 5 6 5 7 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 6 6 6 7 27 6 7 6 6 7 6 6 7 6 6 6 6 5 5 7 6 6 6 7 6 28 5 6 5 6 5 4 4 6 6 6 6 6 3 4 4 2 6 6 6 6 29 6 7 5 4 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 30 6 4 4 3 5 6 7 5 6 6 6 6 6 3 6 3 5 6 6 4
Keterangan :
K = kontrol
A = sosis yang dicelup dengan larutan pengawet sebesar 25% dari larutan biang
B = sosis yang dicelup dengan larutan pengawet sebesar 30% dari larutan biang
C = sosis yang dicelup dengan larutan pengawet sebesar 35% dari larutan biang
111
Lampiran 15. Hasil analisis ragam angka lempeng total sosis pada hari ke-0 Descriptives
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol 2 1.5900 .57983 .41000 -3.6195 6.7995 1.18 2.00
25% 2 1.4500 .21213 .15000 -.4559 3.3559 1.30 1.60
30% 2 1.0900 .12728 .09000 -.0536 2.2336 1.00 1.18
35% 2 1.0900 .12728 .09000 -.0536 2.2336 1.00 1.18
Total 8 1.3050 .33869 .11975 1.0218 1.5882 1.00 2.00
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups .389 3 .130 1.255 .401
Within Groups .414 4 .103
Total .803 7
112
Lampiran 16. Hasil analisis ragam angka lempeng total sosis pada hari ke-1
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol 2 7.2850 .07778 .05500 6.5862 7.9838 7.23 7.34
25% 2 5.7900 .57983 .41000 .5805 10.9995 5.38 6.20
30% 2 2.2650 .04950 .03500 1.8203 2.7097 2.23 2.30
35% 2 2.2800 .02828 .02000 2.0259 2.5341 2.26 2.30
Total 8 4.4050 2.35921 .83411 2.4326 6.3774 2.23 7.34
ANOVA
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between
Groups 38.616 3 12.872 149.023 .000
Within Groups .346 4 .086
Total 38.961 7
Duncan Perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2 3
30% 2 2.2650
35% 2 2.2800
25% 2 5.7900
Kontrol 2 7.2850
Sig. .962 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
113
Lampiran 17. Hasil analisis ragam angka lempeng total sosis pada hari ke-2
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
25% 2 6.3950 .02121 .01500 6.2044 6.5856 6.38 6.41
30% 2 5.6250 .16263 .11500 4.1638 7.0862 5.51 5.74
35% 2 3.1100 .29698 .21000 .4417 5.7783 2.90 3.32
Total 6 5.0433 1.54411 .63038 3.4229 6.6638 2.90 6.41
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 11.806 2 5.903 153.861 .001
Within Groups .115 3 .038
Total 11.921 5
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2 3
35% 2 3.1100
30% 2 5.6250
25% 2 6.3950
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
114
Lampiran 18. Hasil analisis ragam angka lempeng total sosis pada hari ke-3
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
25% 2 7.7900 .00000 .00000 7.7900 7.7900 7.79 7.79
30% 2 6.8050 .00707 .00500 6.7415 6.8685 6.80 6.81
35% 2 3.7150 .28991 .20500 1.1102 6.3198 3.51 3.92
Total 6 6.1033 1.90613 .77818 4.1030 8.1037 3.51 7.79
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 18.083 2 9.041 322.520 .000
Within Groups .084 3 .028
Total 18.167 5
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2 3
35% 2 3.7150
30% 2 6.8050
25% 2 7.7900
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
115
Lampiran 19. Hasil analisis ragam nilai pH sosis pada hari ke-0
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol 2 6.5450 .04950 .03500 6.1003 6.9897 6.51 6.58
25% 2 5.9200 .08485 .06000 5.1576 6.6824 5.86 5.98
30% 2 5.6850 .06364 .04500 5.1132 6.2568 5.64 5.73
35% 2 5.5800 .05657 .04000 5.0718 6.0882 5.54 5.62
Total 8 5.9325 .40330 .14259 5.5953 6.2697 5.54 6.58
ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 1.122 3 .374 88.493 .000
Within Groups .017 4 .004
Total 1.139 7
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2 3
35% 2 5.5800
30% 2 5.6850
25% 2 5.9200
Kontrol 2 6.5450
Sig. .182 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
116
Lampiran 20. Hasil analisis ragam nilai pH sosis kontrol selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 6.5450 .04950 .03500 6.1003 6.9897 6.51 6.58
1 2 6.2100 .04243 .03000 5.8288 6.5912 6.18 6.24
2 2 6.0450 .04950 .03500 5.6003 6.4897 6.01 6.08
3 2 5.7250 .00707 .00500 5.6615 5.7885 5.72 5.73
Total 8 6.1313 .31769 .11232 5.8657 6.3968 5.72 6.58
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups .700 3 .233 138.220 .000
Within Groups .007 4 .002
Total .706 7
Duncan
Hari N Subset for alpha = .05
1 2 3 4
3 2 5.7250
2 2 6.0450
1 2 6.2100
0 2 6.5450
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
117
Lampiran 21. Hasil analisis ragam nilai pH sosis A selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 5.9200 .08485 .06000 5.1576 6.6824 5.86 5.98
1 2 5.5900 .02828 .02000 5.3359 5.8441 5.57 5.61
2 2 5.5250 .07778 .05500 4.8262 6.2238 5.47 5.58
3 2 5.3900 .07071 .05000 4.7547 6.0253 5.34 5.44
Total 8 5.6063 .21487 .07597 5.4266 5.7859 5.34 5.98
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups .304 3 .101 21.287 .006
Within Groups .019 4 .005
Total .323 7
Duncan
Hari N Subset for alpha = .05
1 2 3
3 2 5.3900
2 2 5.5250 5.5250
1 2 5.5900
0 2 5.9200
Sig. .122 .400 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
118
Lampiran 22. Hasil analisis ragam nilai pH sosis B selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 5.6850 .06364 .04500 5.1132 6.2568 5.64 5.73
1 2 5.4600 .01414 .01000 5.3329 5.5871 5.45 5.47
2 2 5.4050 .00707 .00500 5.3415 5.4685 5.40 5.41
3 2 5.2850 .02121 .01500 5.0944 5.4756 5.27 5.30
Total 8 5.4588 .15734 .05563 5.3272 5.5903 5.27 5.73
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups .169 3 .056 47.309 .001
Within Groups .005 4 .001
Total .173 7
Duncan
Hari N Subset for alpha = .05
1 2 3
3 2 5.2850
2 2 5.4050
1 2 5.4600
0 2 5.6850
Sig. 1.000 .186 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
119
Lampiran 23. Hasil analisis ragam nilai pH sosis C selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 5.5800 .05657 .04000 5.0718 6.0882 5.54 5.62
1 2 5.4050 .00707 .00500 5.3415 5.4685 5.40 5.41
2 2 5.3700 .01414 .01000 5.2429 5.4971 5.36 5.38
3 2 5.3150 .03536 .02500 4.9973 5.6327 5.29 5.34
Total 8 5.4175 .10912 .03858 5.3263 5.5087 5.29 5.62
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups .079 3 .026 22.312 .006
Within Groups .005 4 .001
Total .083 7
Duncan
Hari N Subset for alpha =
.05
1 2
3 2 5.3150
2 2 5.3700
1 2 5.4050
0 2 5.5800
Sig. .062 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
120
Lampiran 24. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis pada hari ke-0 Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol 2 13.8200 1.30108 .92000 2.1303 25.5097 12.90 14.74
25% (A) 2 21.8100 .43841 .31000 17.8711 25.7489 21.50 22.12
30% (B) 2 24.8800 .43841 .31000 20.9411 28.8189 24.57 25.19
35% (C) 2 27.3400 1.30108 .92000 15.6503 39.0297 26.42 28.26
Total 8 21.9625 5.49384 1.94236 17.3695 26.5555 12.90 28.26
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 207.506 3 69.169 73.388 .001
Within Groups 3.770 4 .943
Total 211.276 7
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = .05
1 2 3
Kontrol 2 13.8200
25% (A) 2 21.8100
30% (B) 2 24.8800
35% (C) 2 27.3400
Sig. 1.000 1.000 .064
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
121
Lampiran 25. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis kontrol selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 13.8200 1.30108 .92000 2.1303 25.5097 12.90 14.74
1 2 16.8950 1.30815 .92500 5.1418 28.6482 15.97 17.82
2 2 25.8000 .00000 .00000 25.8000 25.8000 25.80 25.80
3 2 26.7250 2.17082 1.53500 7.2210 46.2290 25.19 28.26
Total 8 20.8100 6.05057 2.13920 15.7516 25.8684 12.90 28.26
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 248.149 3 82.716 40.765 .002
Within Groups 8.117 4 2.029
Total 256.266 7
Duncan
Hari N
Subset for alpha =
.05
1 2
0 2 13.8200
1 2 16.8950
2 2 25.8000
3 2 26.7250
Sig. .097 .552
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
122
Lampiran 26. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis A selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 21.8100 .43841 .31000 17.8711 25.7489 21.50 22.12
1 2 27.0350 .86974 .61500 19.2207 34.8493 26.42 27.65
2 2 27.3400 .43841 .31000 23.4011 31.2789 27.03 27.65
3 2 27.9550 .43134 .30500 24.0796 31.8304 27.65 28.26
Total 8 26.0350 2.66745 .94309 23.8050 28.2650 21.50 28.26
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 48.480 3 16.160 48.715 .001
Within Groups 1.327 4 .332
Total 49.807 7
Duncan
Hari N
Subset for alpha =
.05
1 2
0 2 21.8100
1 2 27.0350
2 2 27.3400
3 2 27.9550
Sig. 1.000 .191
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
123
Lampiran 27. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis B selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 24.8800 .43841 .31000 20.9411 28.8189 24.57 25.19
1 2 28.2650 .86974 .61500 20.4507 36.0793 27.65 28.88
2 2 31.9500 .00000 .00000 31.9500 31.9500 31.95 31.95
3 2 32.2550 1.30815 .92500 20.5018 44.0082 31.33 33.18
Total 8 29.3375 3.28140 1.16015 26.5942 32.0808 24.57 33.18
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 72.713 3 24.238 36.449 .002
Within Groups 2.660 4 .665
Total 75.373 7
Duncan
Hari N Subset for alpha = .05
1 2 3
0 2 24.8800
1 2 28.2650
2 2 31.9500
3 2 32.2550
Sig. 1.000 1.000 .727
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
124
Lampiran 28. Hasil analisis ragam nilai total asam tertitrasi sosis C selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 27.3400 1.30108 .92000 15.6503 39.0297 26.42 28.26
1 2 31.0250 1.30815 .92500 19.2718 42.7782 30.10 31.95
2 2 30.4100 1.30108 .92000 18.7203 42.0997 29.49 31.33
3 2 31.6400 .43841 .31000 27.7011 35.5789 31.33 31.95
Total 8 30.1038 1.97016 .69656 28.4567 31.7508 26.42 31.95
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 21.882 3 7.294 5.516 .066
Within Groups 5.289 4 1.322
Total 27.171 7
125
Lampiran 29. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis pada hari ke-0
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol 2 12.3000 .24042 .17000 10.1399 14.4601 12.13 12.47
25% (A) 2 10.9150 .02121 .01500 10.7244 11.1056 10.90 10.93
30% (B) 2 11.2850 .26163 .18500 8.9344 13.6356 11.10 11.47
35% (C) 2 10.9300 .14142 .10000 9.6594 12.2006 10.83 11.03
Total 8 11.3575 .62002 .21921 10.8392 11.8758 10.83 12.47
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 2.544 3 .848 23.124 .005
Within Groups .147 4 .037
Total 2.691 7
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha =
.05
1 2
25% (A) 2 10.9150
35% (C) 2 10.9300
30% (B) 2 11.2850
Kontrol 2 12.3000
Sig. .131 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
126
Lampiran 30. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis kontrol selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 12.3000 .24042 .17000 10.1399 14.4601 12.13 12.47
1 2 11.2700 .12728 .09000 10.1264 12.4136 11.18 11.36
2 2 11.0800 .02828 .02000 10.8259 11.3341 11.06 11.10
3 2 12.3600 .53740 .38000 7.5316 17.1884 11.98 12.74
Total 8 11.7525 .66239 .23419 11.1987 12.3063 11.06 12.74
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 2.708 3 .903 9.929 .025
Within Groups .364 4 .091
Total 3.071 7
Duncan
hari N Subset for alpha =
.05
1 2
2 2 11.0800
1 2 11.2700
0 2 12.3000
3 2 12.3600
Sig. .563 .852
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
127
Lampiran 31. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis A selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 10.9150 .02121 .01500 10.7244 11.1056 10.90 10.93
1 2 11.1200 .28284 .20000 8.5788 13.6612 10.92 11.32
2 2 10.3600 .05657 .04000 9.8518 10.8682 10.32 10.40
3 2 11.1800 .05657 .04000 10.6718 11.6882 11.14 11.22
Total 8 10.8938 .36328 .12844 10.5900 11.1975 10.32 11.32
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups .837 3 .279 12.849 .016
Within Groups .087 4 .022
Total .924 7
Duncan
hari N
Subset for alpha =
.05
1 2
2 2 10.3600
0 2 10.9150
1 2 11.1200
3 2 11.1800
Sig. 1.000 .152
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
128
Lampiran 32. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis B selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 11.2850 .26163 .18500 8.9344 13.6356 11.10 11.47
1 2 10.0000 .39598 .28000 6.4423 13.5577 9.72 10.28
2 2 10.9800 .33941 .24000 7.9305 14.0295 10.74 11.22
3 2 10.9000 .16971 .12000 9.3753 12.4247 10.78 11.02
Total 8 10.7913 .56111 .19838 10.3222 11.2603 9.72 11.47
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 1.835 3 .612 6.625 .050
Within Groups .369 4 .092
Total 2.204 7
129
Lampiran 33. Hasil analisis ragam daya penetrasi terhadap sosis C selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 10.9300 .14142 .10000 9.6594 12.2006 10.83 11.03
1 2 9.9100 .07071 .05000 9.2747 10.5453 9.86 9.96
2 2 9.6900 .69296 .49000 3.4640 15.9160 9.20 10.18
3 2 11.0300 .38184 .27000 7.5993 14.4607 10.76 11.30
Total 8 10.3900 .70652 .24979 9.7993 10.9807 9.20 11.30
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 2.843 3 .948 5.823 .061
Within Groups .651 4 .163
Total 3.494 7
130
Lampiran 34. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis pada hari ke-0
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol 2 36.8200 1.44250 1.02000 23.8597 49.7803 35.80 37.84
25% (A) 2 37.5700 .24042 .17000 35.4099 39.7301 37.40 37.74
30% (B) 2 37.7400 .21213 .15000 35.8341 39.6459 37.59 37.89
35% (C) 2 38.1000 .42426 .30000 34.2881 41.9119 37.80 38.40
Total 8 37.5575 .76597 .27081 36.9171 38.1979 35.80 38.40
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between
Groups 1.743 3 .581 .983 .485
Within Groups 2.364 4 .591
Total 4.107 7
131
Lampiran 35. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis kontrol selama penyimpanan
Descriptives
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean Minimum
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
0 2 36.8200 1.44250 1.02000 23.8597 49.7803 35.80 37.84
1 2 35.6500 .16971 .12000 34.1253 37.1747 35.53 35.77
2 2 36.1350 .26163 .18500 33.7844 38.4856 35.95 36.32
3 2 39.2100 .33941 .24000 36.1605 42.2595 38.97 39.45
Total 8 36.9538 1.56983 .55502 35.6413 38.2662 35.53 39.45
ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 14.957 3 4.986 8.696 .032
Within Groups 2.293 4 .573
Total 17.251 7
Duncan
Hari N Subset for alpha = .05
1 2
1 2 35.6500
2 2 36.1350
0 2 36.8200
3 2 39.2100
Sig. .203 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
132
Lampiran 36. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis A selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 37.5700 .24042 .17000 35.4099
39.7301
37.40 37.74
1 2 36.9150 .17678 .12500 35.3267
38.5033
36.79 37.04
2 2 36.4550 .03536 .02500 36.1373
36.7727
36.43 36.48
3 2 37.6200 .09899 .07000 36.7306
38.5094
37.55 37.69
Total 8 37.1400 .53055 .18758 36.6964
37.5836
36.43 37.74
ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 1.870 3 .623 24.912 .005
Within Groups .100 4 .025
Total 1.970 7
Duncan
Hari N Subset for alpha = .05
1 2 3
2 2 36.4550
1 2 36.9150
0 2 37.5700
3 2 37.6200
Sig. 1.000 1.000 .768
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
133
Lampiran 37. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis B selama penyimpanan
Descriptives
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
0 2 37.7400 .21213 .15000 35.8341
39.6459
37.59 37.89
1 2 36.9600 .00000 .00000 36.9600
36.9600
36.96 36.96
2 2 36.8000 .09899 .07000 35.9106
37.6894
36.73 36.87
3 2 37.4250 .02121 .01500 37.2344
37.6156
37.41 37.44
Total 8 37.2313 .40832 .14436 36.8899
37.5726
36.73 37.89
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Between Groups
1.112 3 .371 26.832 .004
Within Groups .055 4 .014 Total 1.167 7
Duncan
Hari N Subset for alpha = .05
1 2
2 2 36.8000
1 2 36.9600
3 2 37.4250
0 2 37.7400
Sig. .245 .055
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
134
Lampiran 38. Hasil analisis ragam tingkat kecerahan sosis C selama penyimpanan
Descriptives
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
0 2 38.1000 .42426 .30000 34.2881 41.9119 37.80 38.40
1 2 36.8500 .19799 .14000 35.0711 38.6289 36.71 36.99
2 2 36.3600 .01414 .01000 36.2329 36.4871 36.35 36.37
3 2 36.8550 .12021 .08500 35.7750 37.9350 36.77 36.94
Total 8 37.0413 .71179 .25165 36.4462 37.6363 36.35 38.40
ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 3.313 3 1.104 18.888 .008
Within Groups .234 4 .058
Total 3.546 7
Duncan
Hari N Subset for alpha = .05
1 2
2 2 36.3600
1 2 36.8500
3 2 36.8550
0 2 38.1000
Sig. .115 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
135
Lampiran 39. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan atribut rasa
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor
Source Type III Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
Model 3550.567(a) 33 107.593 147.566 .000
panelis 51.300 29 1.769 2.426 .001
sampel .067 3 .022 .030 .993
Error 63.433 87 .729
Total 3614.000 120
a R Squared = .982 (Adjusted R Squared = .976)
Duncan
sampel N Subset
1
D 30 5.37
A 30 5.40
B 30 5.40
C 30 5.43
Sig. .787
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .729.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
136
Lampiran 40. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan atribut aroma
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Model 3903.167(a) 33 118.278 194.767 .000
panelis 67.300 29 2.321 3.821 .000
sampel 5.167 3 1.722 2.836 .043
Error 52.833 87 .607
Total 3956.000 120
a R Squared = .987 (Adjusted R Squared = .982)
Duncan
sampel N Subset
1 2
D 30 5.33
B 30 5.60 5.60
C 30 5.80
A 30 5.87
Sig. .189 .216
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .607.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
137
Lampiran 41. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan atribut warna Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Model 3739.467(a) 33 113.317 269.852 .000
panelis 82.467 29 2.844 6.772 .000
sampel 4.967 3 1.656 3.943 .011
Error 36.533 87 .420
Total 3776.000 120
a R Squared = .990 (Adjusted R Squared = .987)
skor
30 5.23
30 5.47 5.47
30 5.57 5.57
30 5.80
.199 .199
30 5.23
30 5.47 5.47
30 5.57 5.57
30 5.80
.062 .062
sampel25% (A)
35% (C)
30% (B)
Kontrol
Sig.
25% (A)
35% (C)
30% (B)
Kontrol
Sig.
Tukey HSDa,b
Duncana,b
N 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .420.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.a.
Alpha = .05.b.
138
Lampiran 42. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan atribut tekstur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Model 3268.875(a) 33 99.057 148.266 .000
panelis 136.842 29 4.719 7.063 .000
sampel .625 3 .208 .312 .817
Error 58.125 87 .668
Total 3327.000 120
a R Squared = .983 (Adjusted R Squared = .976)
Duncan sampel N Subset
1
35% (C) 30 5.00
25% (A) 30 5.10
30% (B) 30 5.13
Kontrol 30 5.20
Sig. .396
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .668.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
139
Lampiran 43. Hasil analisis ragam uji rating hedonik berdasarkan atribut keseluruhan
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: skor
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Model 3617.967(a) 33 109.635 216.615 .000
panelis 72.967 29 2.516 4.971 .000
sampel 2.467 3 .822 1.625 .190
Error 44.033 87 .506
Total 3662.000 120
a R Squared = .988 (Adjusted R Squared = .983)
Duncan
sampel N Subset
1
D 30 5.23
C 30 5.37
B 30 5.53
A 30 5.60
Sig. .071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .506.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000.
b Alpha = .05.
140
Lampiran 44. Rincian biaya investasi
No Jenis Jumlah Satuan Harga/ satuan (Rp)
Total Biaya (Rp)
1 Peralatan kantor
a. Komputer dan printer 1 unit 4100000 4100000
b. Alat tulis kantor 1 paket 1000000 1000000
c. Telepon dan pemasangan 1 unit 650000 650000
c. Mobil box 1 buah 60000000 60000000 2 Peralatan dan mesin
a. Pengering vakum kapasitas 17 kg/proses
4 unit 20000000 80000000
b. Pin disc mill 1 unit 3000000 3000000 c. Ekstraktor bergoyang kapasitas 50 liter/proses
7 unit 10000000 70000000
d. Saringan vakum besar 1 unit 3000000 3000000 e. Evaporator vakum kapasitas 50 liter/proses
2 unit 20000000 40000000
f. Pisau stainless steel 3 unit 5000 15000
g. Talenan besar 3 unit 20000 60000
i. Kompor gas kapasitas 2 unit/proses 1 unit 300000 300000
j. Panci kapasitas 15 L 2 unit 65000 130000
k. Ember kapasitas 25 L 2 unit 30000 60000 l. Bejana pengukur volume kapasitas 10 L
1 unit 100000 100000
m. Corong besar 1 unit 5000 5000
n. "Gayung" besar 2 unit 10000 20000
o. Tabung gas kapasitas 15 kg 1 unit 200000 200000 3 Perizinan dan legalitas hukum 3000000
4 Pendaftaran sertifikasi halal untuk 2 tahun pertama 4000000
5 Pendaftaran MD 4000000 Total investasi 273.640.000
141
Lampiran 45. Rincian biaya penyusutan
No Jenis Nilai pokok (Rp)
Umur alat (tahun)
Nilai sisa (Rp)
Dasar penyusutan (Rp)
Penyusutan/bulan (Rp)
1 Peralatan kantor a. Komputer dan printer 4100000 5 1000000 3100000 51667 b. Alat tulis kantor 1000000 1 1000000 41667 c. Mobil box 60000000 10 30000000 30000000 250000 d. Telepon 150000 10 10000 140000 1167
2 Peralatan dan mesin a. Pengering vakum kapasitas 17 kg/proses 80000000 10 20000000 60000000 500000 b. Pin disc mill 3000000 10 500000 2500000 20833 c. Ekstraktor bergoyang kapasitas 50 liter/proses 70000000 10 17500000 52500000 437500 d. Saringan vakum besar 3000000 10 500000 2500000 20833 e. Evaporator vakum kapasitas 50 liter/proses 40000000 10 10000000 30000000 250000 f. Pisau stainless steel 15000 2 15000 1250 g. Talenan besar 60000 2 60000 5000 i. Kompor gas kapasitas 2 unit/proses 300000 5 50000 250000 4167 j. Panci kapasitas 15 L 130000 5 10000 120000 2000 k. Ember kapasitas 25 L 60000 2 6000 54000 2250 l. Bejana pengukur volume kapasitas 10 L 100000 5 5000 95000 1583 m. Corong besar 5000 2 5000 208 n. "Gayung" besar 20000 2 20000 833 o. Tabung gas kapasitas 15 Kg 200000 10 20000 180000 1500
Total penyusutan 1.592.458
142
Lampiran 46. Rincian biaya reinvestasi dan nilai sisa Tahun ke- Nilai sisa (Rp) Reinvestasi (Rp)
1 - -
2 6000 1000000
3 - 1160000
4 6000 1000000
5 1065000 1160000
6 6000 5630000
7 - 1160000
8 6000 1000000
9 - 1160000
10 78530000 1000000
Total 79.619.000 14.270.000
143
Lampiran 47. Rincian biaya tetap dan variabel
No. Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya Tetap 1 Sewa bangunan 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 2 Telepon 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 3 Biaya pemeliharaan web 200000 200000 200000 200000 200000 200000 200000 200000 200000 200000
4 Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan
382190 382190 382190 382190 382190 382190 382190 382190 382190 382190
5 Biaya penyusutan 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 6 Gaji buruh pabrik 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 7 Gaji supervisor pabrik 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000
8 Gaji karyawan bag penjualan
36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
9 Gaji karyawan bag administrasi 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000
10 Professional fee ( pemilik) 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 Total biaya tetap 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 Biaya Variabel 1 Biaya bahan baku 696420547 696420547 696420547 696420547.2 696420547 696420547.2 696420547.2 696420547 696420547 696420547.2 2 Biaya listrik 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760
3 Biaya PAM 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000
4 Biaya transportasi bahan baku
9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000
5 Biaya transportasi kantor 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 6 Biaya Gas 936000 936000 936000 936000 936000 936000 936000 936000 936000 936000 7 Biaya pemasaran 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 151900627
8 Angsuran bunga dan pokok
160321101 147949055 135577009 0 0 0 0 0 0 0
9 Pajak 98946114 146178555 149890169 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627
Total biaya variabel 1162309523 1197169917 1188509485 1054942934 1054942934 1054942934 1054942934 1054942934 1054942934 1059099560
144
Lampiran 48. Rincian biaya bahan baku dan operasional per bulan tahun pertama
No Jenis Jumlah Satuan Biaya/satuan
(Rp) Total
biaya (Rp)
Bahan-bahan
1 Lengkuas 2720.00 kg 2500 6800000
2 Asam asetat 25% (cuka pasar) 3026.73 L 13500 40860828
3 Etanol 70% (hari pertama) 262.94784 L 15000 3944217.6
4 Etanol 70% (hari ke-2 sampai ke-25)
140 L 15000 2100000
5 Kemasan ( dirigen 10 L) 433 unit 10000 4330000
Sub total 58035046
Operasional pabrik
1 Sewa bangunan + kantor 1 bulan 2000000 2000000
2 Listrik 1 bulan 2508480 2508480 3 Karyawan pabrik 4 orang 1000000 4000000
4 Gaji supervisor pabrik 1 orang 1500000 1500000
5 PAM 1 bulan 720000 720000
6 Biaya penyusutan mesin-mesin dan peralatan
1 bulan 1247958 1247958
7 Biaya perawatan mesin dan peralatan
1 bulan 24959 24959
8 Biaya transportasi bahan baku 1 bulan 800000 800000
9 Gas 1 bulan 78000 78000
Sub total 12879397
Operasional kantor
1 Telepon 1 bulan 500000 500000
2 Transportasi kantor 1 bulan 800000 800000
3 Biaya pemeliharaan web 1 bulan 16667 16667
4 Biaya pemasaran 1 bulan 12312000 12312000
5 Gaji karyawan bag penjualan 2 orang 1500000 3000000
6 Gaji karyawan bag administrasi 1 orang 1000000 1000000
7 Profesional fee ( pemilik) 1 orang 4000000 4000000
8 Biaya penyusutan peralatan kantor 1 bulan 344501 344501
9 Biaya perawatan peralatan kantor 1 bulan 6890 6890
Sub total 21980058
Total 92.894.500
145
Lampiran 49. Rincian biaya bahan baku dan operasional per bulan tahun ke-2
No Jenis Jumlah Satuan Biaya/satuan
(Rp) Total biaya
(Rp)
Bahan-bahan
1 Lengkuas 3400.00 kg 2500 8500000
2 Asam asetat 25% (cuka pasar) 3783.41 L 13500 51076035
3 Etanol 70% (hari pertama) 328.6848 L 15000 4930272
4 Etanol 70% (hari ke-2 sampai ke-25) 175 L 15000 2625000
5 Kemasan ( dirigen 10 L) 541 unit 10000 5410000
Sub total 72541307
Operasional pabrik
1 Sewa bangunan + kantor 1 bulan 2000000 2000000
2 Listrik 1 bulan 3135600 3135600
3 Gaji buruh pabrik 4 orang 1000000 4000000
4 Gaji supervisor pabrik 1 orang 1500000 1500000
5 PAM 1 bulan 900000 900000
6 Biaya penyusutan mesin-mesin dan peralatan
1 bulan 1247958 1247958
7 Biaya perawatan mesin 1 bulan 24959 24959
8 Biaya transportasi bahan baku 1 bulan 1000000 1000000
9 Gas 1 bulan 97500 97500
Sub total 13906017
Operasional kantor
1 Telepon 1 bulan 500000 500000
2 Transportasi kantor 1 bulan 1000000 1000000
3 Biaya pemeliharaan web 1 bulan 16667 16667
4 Biaya pemasaran 1 bulan 15390000 15390000
5 Gaji karyawan bag penjualan 2 orang 1500000 3000000
6 Gaji karyawan bag administrasi 1 orang 1000000 1000000
7 Professional fee ( pemilik) 1 orang 4000000 4000000
8 Biaya penyusutan peralatan kantor 1 bulan 344501 344501
9 Biaya perawatan peralatan kantor 1 bulan 6890 6890
Sub total 25258058
Total 111.705.382
146
Lampiran 50. Rincian sumber modal
No Jenis Persentase (%) Jumlah (Rp)
1 Modal investasi
Kredit 70 191548000
Modal sendiri 30 82092000
2 Modal kerja
Kredit 70 195078450
Modal sendiri 30 83605050
Total 552,323,500
147
Lampiran 51. Rincian pembayaran pinjaman kredit
Bulan Pinjaman Pokok (Rp)
Angsuran pokok (Rp)
Bunga (Rp)
Total angsuran (Rp)
Total angsuran/tahun (Rp) Awal
bulan Akhir bulan
1 386626450 375886827 10739624 3093012 13832635
2 375886827 365147203 10739624 3007095 13746718
3 365147203 354407579 10739624 2921178 13660801
4 354407579 343667956 10739624 2835261 13574884
5 343667956 332928332 10739624 2749344 13488967
6 332928332 322188709 10739624 2663427 13403050
7 322188709 311449085 10739624 2577510 13317133
8 311449085 300709461 10739624 2491593 13231216
9 300709461 289969838 10739624 2405676 13145299
10 289969838 279230214 10739624 2319759 13059382
11 279230214 268490590 10739624 2233842 12973465
12 268490590 257750967 10739624 2147925 12887548 160321101.4
1 257750967 247011343 10739624 2062008 12801631
2 247011343 236271720 10739624 1976091 12715714
3 236271720 225532096 10739624 1890174 12629797
4 225532096 214792472 10739624 1804257 12543880
5 214792472 204052849 10739624 1718340 12457963
6 204052849 193313225 10739624 1632423 12372046
7 193313225 182573601 10739624 1546506 12286129
8 182573601 171833978 10739624 1460589 12200212
9 171833978 161094354 10739624 1374672 12114295
10 161094354 150354731 10739624 1288755 12028378
11 150354731 139615107 10739624 1202838 11942461
12 139615107 128875483 10739624 1116921 11856544 147949054.9
1 128875483 118135860 10739624 1031004 11770627
2 118135860 107396236 10739624 945087 11684710
3 107396236 96656613 10739624 859170 11598794
4 96656613 85916989 10739624 773253 11512877
5 85916989 75177365 10739624 687336 11426960
6 75177365 64437742 10739624 601419 11341043
7 64437742 53698118 10739624 515502 11255126
8 53698118 42958494 10739624 429585 11169209
9 42958494 32218871 10739624 343668 11083292
10 32218871 21479247 10739624 257751 10997375
11 21479247 10739624 10739624 171834 10911458
12 10739624 0 10739624 85917 10825541 135577008.5
148
Lampiran 52. Rincian harga pokok produksi bersih
No. Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Biaya tetap 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690
2 Biaya variabel 1162309523 1197169917 1188509485 1054942934 1054942934 1054942934 1054942934 1054942934 1054942934 1059099560
Total biaya bersih 1374001213 1408861607 1400201175 1266634624 1266634624 1266634624 1266634624 1266634624 1266634624 1270791250
3 Jumlah produksi 5,184 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480
4 HPP bersih 265,046.53 217,416.91 216,080.43 195,468.31 195,468.31 195,468.31 195,468.31 195,468.31 195,468.31 196,109.76
5 Harga jual 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000
Margin bersih 0.12 0.28 0.28 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35 0.35
149
Lampiran 53. Proyeksi penjualan efektif
Bulan
Unit Penjualan (kemasan) Harga
Satuan (Rp) Total (Rp) Total/tahun
(Rp) Total Efektif
1 432 410 300,000 123,000,000
2 432 410 300,000 123,000,000
3 432 410 300,000 123,000,000
4 432 410 300,000 123,000,000
5 432 410 300,000 123,000,000
6 432 410 300,000 123,000,000
7 432 410 300,000 123,000,000
8 432 410 300,000 123,000,000
9 432 410 300,000 123,000,000
10 432 410 300,000 123,000,000
11 432 410 300,000 123,000,000
12 432 410 300,000 123,000,000 1,476,000,000
13 540 513 300,000 153,900,000
14 540 513 300,000 153,900,000
15 540 513 300,000 153,900,000
16 540 513 300,000 153,900,000
17 540 513 300,000 153,900,000
18 540 513 300,000 153,900,000
19 540 513 300,000 153,900,000
20 540 513 300,000 153,900,000
21 540 513 300,000 153,900,000
22 540 513 300,000 153,900,000
23 540 513 300,000 153,900,000
24 540 513 300,000 153,900,000 1,846,800,000
150
Lampiran 54. Proyeksi laba rugi
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemasukan 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 Harga jual (Rp/unit) 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000
2 Volume penjualan (unit)
4920 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156
Penjualan (pemasukan)
1476000000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000
Pengeluaran
1 Biaya bahan baku 696420547 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684
2 Biaya operasional pabrik 154552762 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202
3 Biaya operasional kantor
263616692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692
4 Angsuran bunga 31443568 19072328 6701088 0 0 0 0 0 0 0
Total pengeluaran 1146033570 1359536906 1347165666 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578
Laba sebelum pajak 329966430 487263094 499634334 506335422 506335422 506335422 506335422 506335422 506335422 506335422
Pajak 30% 98989929 146178928 149890300 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627
Laba setelah pajak 230976501 341084166 349744034 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795
Akumulasi Laba Bersih 230976501 572060667 921804700 1276239496 1630674291 1985109087 2339543882 2693978677 3048413473 3402848268
151
Lampiran 55. Proyeksi arus kas
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Arus masuk 1 Total penjualan 1476000000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000
2 Kredit ( investasi + modal kerja)
386,601,250
3 Modal sendiri (investasi + modal kerja)
165686250
4 Nilai sisa proyek 6000 6000 1065000 6000 6000 78530000
Total arus masuk
552287500 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
Arus keluar
1 Biaya investasi dan reinvestasi
273640000 1000000 1160000 1000000 1160000 5630000 1160000 1000000 1160000 1000000
2 Biaya sertifikasi halal untuk th ke-3,5,7,9
4000000 4000000 4000000 4000000
3 Biaya bahan baku
174105137 522315410 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684
4
Biaya operasional pabrik dan kantor
104542364 313627091 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894
5 Angsuran pokok 128867083 128867083 128867083 0 0 0 0 0 0 0 6 Angsuran bunga 31443568 19072328 6701088 0 0 0 0 0 0 0 7 Pajak 98989929 146178928 149890300 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627
8 Total arus keluar
552287500 1095243082 1639582918 1627083050 1497365205 1493525205 1501995205 1493525205 1497365205 1493525205 1493365205
Arus Kas Bersih 0 380756918 207223082 219716950 349440795 354339795 344810795 353274795 349440795 353274795 431964795
152
Lampiran 56. Penilaian kriteria investasi
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Total arus masuk
552287500 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
Arus masuk untuk menghitung IRR
0 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
2 Total arus keluar 552287500 1095243082 1639582918 1627083050 1497365205 1493525205 1501995205 1493525205 1497365205 1493525205 1493365205
Arus keluar untuk menghitung IRR
552287500 1095243082 1639582918 1627083050 1497365205 1493525205 1501995205 1493525205 1497365205 1493525205 1493365205
3 Arus bersih 0 380756918 207223082 219716950 349440795 354339795 344810795 353274795 349440795 353274795 431964795
4
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
-552287500 380756918 207223082 219716950 349440795 354339795 344810795 353274795 349440795 353274795 431964795
Discount factor (13%)
1.0000 0.8850 0.7831 0.6931 0.6133 0.5428 0.4803 0.4251 0.3762 0.3329 0.2946
Present value -552287500 336953025 162286070 152274868 214318584 192321445 165619013 150163212 131445601 117599821 127251796
5 CUMULATIVE -552287500 -215334475 -53048406 99226462 313545046 505866491 671485504 821648716 953094318 1070694139 1197945934
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
1 NPV (13%) 1197945934 2 IRR 55.29% 3 Net B/C 3.17 4 PBP ± 2 tahun 4 bulan 6 hari
153
Lampiran 57. Rincian nilai break even point (BEP)
No. Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Total biaya tetap 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690
2 Total biaya variabel 1162198888 1197016647 1188356779 1054798934 1054798934 1054798934 1054798934 1054798934 1054798934 1059099560
Jumlah produksi dimana 95%
terjual (unit) 4,920 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156
Harga jual 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000
Biaya variabel per unit 236219 194447 193040 171345 171345 171345 171345 171345 171345 172043
BEP (unit) 3319 2006 1979 1645 1645 1645 1645 1645 1645 1654
Persentase penjualan 67.46 32.58 32.15 26.73 26.73 26.73 26.73 26.73 26.73 26.87
154
Lampiran 58. Proyeksi laba rugi pada kenaikan harga bahan baku sebesar 37 %
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemasukan 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 Harga jual (Rp/unit) 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000
2 Volume penjualan (unit) 4920 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156
Penjualan (pemasukan) 1476000000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000
Pengeluaran
1 Biaya bahan baku 954096149 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087
2 Biaya operasional pabrik 154552762 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202
3 Biaya operasional kantor 263760692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692
4 Angsuran bunga 31445618 19073572 6701525 0 0 0 0 0 0 0
Total pengeluaran 1403855221 1681621553 1669249506 1662547981 1662547981 1662547981 1662547981 1662547981 1662547981 1662547981
Laba sebelum pajak 72144779 165178447 177550494 184252018.9 184252019 184252018.9 184252018.9 184252019 184252019 184252018.9
Pajak 10821717 49553534 53265148 55275606 55275606 55275606 55275606 55275606 55275606 55275606
Laba setelah pajak 61323062 115624913 124285346 128976413 128976413 128976413 128976413 128976413 128976413 128976413
Akumulasi Laba Bersih 61323062 176947975 301233321 430209734 559186147 688162560 817138974 946115387 1075091800 1204068213
155
Lampiran 59. Proyeksi arus kas pada kenaikan harga bahan baku sebesar 37%
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Arus masuk
1 Total penjualan 1476000000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000
2 Modal Investasi 273,640,000
3 Modal Kerja 343102401
4 Nilai sisa 6000 6000 1065000 6000 6000 78530000
Total arus masuk
616742401 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
Arus keluar
1 Biaya investasi dan reinvestasi
273640000 1000000 1160000 1000000 1160000 5630000 1160000 1000000 1160000 1000000
2 Biaya sertifikasi halal untuk th ke-3,5,7,9 4000000 4000000 4000000 4000000
3 Biaya bahan baku
238524038 715572112 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087 1192579087
4
Biaya operasional pabrik dan kantor
104578364 313735091 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894
5 Angsuran pokok 128875483 128875483 128875483 0 0 0 0 0 0 0
6 Angsuran bunga 31445618 19073572 6701525 0 0 0 0 0 0 0
7 Pajak 10821717 49553534 53265148 55275606 55275606 55275606 55275606 55275606 55275606 55275606
8 Total arus keluar
616742401 1200450020 1865050570 1852550138 1722823587 1718983587 1727453587 1718983587 1722823587 1718983587 1718823587
Arus Kas Bersih 0 275549980 -18244570 -5750138 123982413 128881413 119352413 127816413 123982413 127816413 206506413
156
Lampiran 60. Penilaian kriteria investasi pada kenaikan harga bahan baku sebesar 37%
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Total arus masuk
616742401 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
Arus masuk untuk menghitung IRR
0 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
2 Total arus keluar
616742401 1200450020 1865050570 1852550138 1722823587 1718983587 1727453587 1718983587 1722823587 1718983587 1718823587
Arus keluar untuk menghitung IRR
616742401 1200450020 1865050570 1852550138 1722823587 1718983587 1727453587 1718983587 1722823587 1718983587 1718823587
3 Arus bersih -0.19999993 275549980 -18244570 -5750138 123982413 128881413 119352413 127816413 123982413 127816413 206506413
4
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
-616742401 275549980 -18244570 -5750138 123982413 128881413 119352413 127816413 123982413 127816413 206506413
Discount factor (13%)
1.0000 0.8850 0.7831 0.6931 0.6133 0.5428 0.4803 0.4251 0.3762 0.3329 0.2946
Present value -616742401 243849539 -14288175 -3985134 76040736 69951668 57327175 54329727 46637207 42548145 60834383
5 CUMULATIVE -616742401 -372892862 -387181036 -391166170 -315125434 -245173767 -187846591 -133516864 -86879657 -44331512 16502872
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
1 NPV (13%) 16502872
2 IRR 13.65%
3 Net B/C 1.03 4 PBP ± 9 tahun 8 bulan 23 hari
157
Lampiran 61. Proyeksi laba rugi pada penurunan harga jual produk sebesar 17,7%
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemasukan 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 Harga jual (Rp/unit) 247000 247000 247000 247000 247000 247000 247000 247000 247000 247000
2 Volume penjualan (unit)
4920 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156
Penjualan (pemasukan) 1215240000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000
Pengeluaran
1 Biaya bahan baku 696420547 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684
2 Biaya operasional pabrik 154552762 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202
3 Biaya operasional kantor
263760692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692
4 Angsuran bunga 31445618 19073572 6701525 0 0 0 0 0 0 0
Total pengeluaran 1146179619 1359538150 1347166103 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578
Laba sebelum pajak 69060381 160993850 173365897 180067422 180067422 180067422 180067422 180067422 180067422 180067422
Pajak 10359057 48298155 52009769 54020227 54020227 54020227 54020227 54020227 54020227 54020227
Laba setelah pajak 58701324 112695695 121356128 126047195 126047195 126047195 126047195 126047195 126047195 126047195
Akumulasi Laba Bersih 58701324 171397019 292753147 418800342 544847538 670894733 796941928 922989124 1049036319 1175083515
158
Lampiran 62. Proyeksi arus kas pada penurunan harga jual produk sebesar 17,7%
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Arus masuk
1 Total penjualan 1215240000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000 1520532000
2 Kredit ( investasi + modal kerja)
386,626,450
3 Modal sendiri (investasi + modal kerja)
165697050
4 Nilai sisa proyek 6000 6000 1065000 6000 6000 78530000
Total arus masuk 552323500 1215240000 1520538000 1520532000 1520538000 1521597000 1520538000 1520532000 1520538000 1520532000 1599062000
Arus keluar
1 Biaya investasi dan reinvestasi
273640000 1000000 1160000 1000000 1160000 5630000 1160000 1000000 1160000 1000000
2 Biaya sertifikasi halal untuk th ke-3,5,7,9 4000000 4000000 4000000 4000000
3 Biaya bahan baku 174105137 522315410 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684
4 Biaya operasional pabrik dan kantor
104578364 313735091 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894
5 Angsuran pokok 128875483 128875483 128875483 0 0 0 0 0 0 0
6 Angsuran bunga 31445618 19073572 6701525 0 0 0 0 0 0 0
7 Pajak 10359057 48298155 52009769 54020227 54020227 54020227 54020227 54020227 54020227 54020227
8 Total arus keluar 552323500 1006730659 1541711788 1529211356 1399484805 1395644805 1404114805 1395644805 1399484805 1395644805 1395484805
Arus Kas Bersih 0 208509341 -21173788 -8679356 121053195 125952195 116423195 124887195 121053195 124887195 203577195
159
Lampiran 63. Penilaian kriteria investasi pada penurunan harga jual produk sebesar 17,7%
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Total arus masuk
552323500 1215240000 1520538000 1520532000 1520538000 1521597000 1520538000 1520532000 1520538000 1520532000 1599062000
Arus masuk untuk menghitung IRR
0 1215240000 1520538000 1520532000 1520538000 1521597000 1520538000 1520532000 1520538000 1520532000 1599062000
2 Total arus keluar 552323500 1006730659 1541711788 1529211356 1399484805 1395644805 1404114805 1395644805 1399484805 1395644805 1395484805
Arus keluar untuk menghitung IRR
552323500 1006730659 1541711788 1529211356 1399484805 1395644805 1404114805 1395644805 1399484805 1395644805 1395484805
3 Arus bersih 0 208509341 -21173788 -8679356 121053195 125952195 116423195 124887195 121053195 124887195 203577195
4
CASH FLOW UNTUK MENGHITUNG IRR
-552323500 208509341 -21173788 -8679356 121053195 125952195 116423195 124887195 121053195 124887195 203577195
Discount factor (13%)
1.0000 0.8850 0.7831 0.6931 0.6133 0.5428 0.4803 0.4251 0.3762 0.3329 0.2946
Present value -552323500 184521540 -16582182 -6015229 74244192 68361806 55920218 53084632 45535353 41573053 59971470
5 CUMULATIVE -552323500 -367801960 -384384142 -390399371 -316155179 -247793373 -191873156 -138788524 -93253171 -51680117 8291352
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
1 NPV (13%) 8291352
2 IRR 13.34%
3 Net B/C 1.02 4 PBP ± 9 tahun 10 bulan 11 hari
160
Lampiran 64. Pembayaran pinjaman pada metode syariah Bulan
ke-
Angsuran
pokok (Rp)
Keuntungan bersih
/bulan Bagi Hasil
Total
Angsuran (Rp)
Total Per Tahun
(Rp)
1 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
178,479,770
2 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
3 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
4 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
5 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
6 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
7 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
8 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
9 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
10 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
11 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
12 6,443,774 21,073,850 8,429,540 14,873,314
1 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
219,099,208
2 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
3 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
4 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
5 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
6 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
7 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
8 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
9 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
10 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
11 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
12 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
1 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
219,099,208
2 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
3 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
4 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
5 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
6 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
7 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
8 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
9 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
10 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
11 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
161
Bulan
ke-
Angsuran
pokok (Rp)
Keuntungan bersih
/bulan Bagi Hasil
Total
Angsuran (Rp)
Total Per Tahun
(Rp)
12 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
1 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
219,099,208
2 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
3 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
4 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
5 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
6 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
7 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
8 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
9 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
10 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
11 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
12 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
1 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
219,099,208
2 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
3 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
4 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
5 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
6 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
7 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
8 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
9 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
10 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
11 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
12 6,443,774 29,536,233 11,814,493 18,258,267
162
Lampiran 65. Proyeksi laba rugi pada metode syariah
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemasukan 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 Harga jual (Rp/unit) 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000
2 Volume penjualan (unit) 4920 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156
Penjualan (pemasukan) 1476000000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000
Pengeluaran
1 Biaya bahan baku 696420547 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684
2 Biaya operasional pabrik 154552762 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202
3 Biaya operasional kantor 263760692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692
Total pengeluaran 1114734001 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578
Laba sebelum pajak dan bagi hasil 361265999 506335422 506335422 506335422 506335422 506335422 506335422 506335422 506335422 506335422
Pajak 30% 108379800 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627
Laba sebelum bagi hasil 252886199 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795
Bagi hasil untuk bank 101154480 141773918 141773918 141773918 141773918 0 0 0 0 0
Laba bersih 151731719 212660877 212660877 212660877 212660877 354434795 354434795 354434795 354434795 354434795
163
Lampiran 66. Proyeksi arus kas pada metode syariah
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Arus masuk
1 Total penjualan 1476000000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000
2 Kredit ( investasi + modal kerja)
386,626,450
3 Modal sendiri (investasi + modal kerja)
165697050
4 Nilai sisa proyek 6000 6000 1065000 6000 6000 78530000
Total arus masuk 552323500 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
Arus keluar
1 Biaya investasi dan reinvestasi
273640000 1000000 1160000 1000000 1160000 5630000 1160000 1000000 1160000 1000000
2 Biaya sertifikasi halal untuk th ke-3,5,7,9
4000000 4000000 4000000 4000000
3 Biaya bahan baku 174105137 522315410 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684
4 Biaya operasional pabrik dan kantor
104578364 313735091 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894
5 Total angsuran 178479770 219099208 219099208 219099208 219,099,208 0 0 0 0 0
6 Pajak 108379800 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627
7 Total arus keluar
552323500 1122910070 1716464413 1712624413 1716464413 1712624413 1501995205 1493525205 1497365205 1493525205 1493365205
Arus Kas Bersih 0 353089930 130341587 134175587 130341587 135240587 344810795 353274795 349440795 353274795 431964795
164
Lampiran 67. Penilaian kriteria investasi pada metode syariah
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Total arus masuk 0 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
2 Total arus keluar 552323500 1122910070 1716464413 1712624413 1716464413 1712624413 1501995205 1493525205 1497365205 1493525205 1493365205
3 Arus bersih -552323500 353089930 130341587 134175587 130341587 135240587 344810795 353274795 349440795 353274795 431964795
Kumulatif -552323500 -199233571 -68891983 65283604 195625191 330865778 675676574 1028951369 1378392164 1731666960 2163631755
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
1 Net B/C 4.92
2 PP 2 tahun 6 bulan 5 hari
165
Lampiran 68. Perincian break even point (BEP) pada metode syariah
No. Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya Tetap 1 Sewa bangunan 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 24000000 2 Telepon 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 6000000 3 Biaya pemeliharaan web 200000 200000 200000 200000 200000 200000 200000 200000 200000 200000
4 Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan
382190 382190 382190 382190 382190 382190 382190 382190 382190 382190
5 Biaya penyusutan 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 19109500 6 Gaji buruh pabrik 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 7 Gaji supervisor pabrik 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000 18000000
8 Gaji karyawan bag penjualan
36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000 36000000
9 Gaji karyawan bag administrasi 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000 12000000
10 Professional fee 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 48000000 Total biaya tetap 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 Biaya Variabel 1 Biaya bahan baku 696420547 696420547 696420547 696420547.2 696420547 696420547.2 696420547.2 696420547 696420547 696420547.2 2 Biaya listrik 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 30101760 3 Biaya PAM 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 8640000 4 Biaya transportasi bahan 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 5 Biaya transportasi kantor 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 9600000 6 Biaya Gas 936000 936000 936000 936000 936000 936000 936000 936000 936000 936000 7 Biaya pemasaran 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 147744000 151900627 8 Total angsuran 178479770 219099208 219099208 219099208 219099208 0 0 0 0 0 9 Pajak 108379800 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627 151900627
Total biaya variabel 1189901877 1274042142 1274042142 1274042142 1274042142 1054942934 1054942934 1054942934 1054942934 1059099560 Jumlah produksi 4,925 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 6,156 Harga jual 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 Biaya variabel per unit 241614 206959 206959 206959 206959 171368 171368 171368 171368 172043 BEP (unit) 3626 2275 2275 2275 2275 1646 1646 1646 1646 1654 Persentase penjualan (%) 73.62 36.96 36.96 36.96 36.96 26.73 26.73 26.73 26.73 26.87
166
Lampiran 69. Perincian harga pokok produksi bersih pada metode syariah
No. Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Biaya tetap 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690 211691690
2 Biaya variabel 1189901877 1274042142 1274042142 1274042142 1274042142 1054942934 1054942934 1054942934 1054942934 1059099560
Total biaya bersih
1401593567 1485733832 1485733832 1485733832 1485733832 1266634624 1266634624 1266634624 1266634624 1270791250
Jumlah produksi 5,184 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480 6,480
HPP bersih
270,369
229,280
229,280
229,280
229,280
195,468
195,468
195,468
195,468
196,110
Harga jual 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000
Margin bersih
0.10
0.24
0.24
0.24
0.24
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
167
Lampiran 70. Proyeksi laba rugi pada kenaikan harga bahan baku sebesar 45% pada metode syariah
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemasukan 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 Harga jual (Rp/unit) 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000
2 Volume penjualan (unit)
4920 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156
Penjualan (pemasukan)
1476000000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000
Pengeluaran
1 Biaya bahan baku 1009809793 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742
2 Biaya operasional pabrik 154552762 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202
3 Biaya operasional kantor
263760692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692
Total pengeluaran 1428123247 1732187636 1732187636 1732187636 1732187636 1732187636 1732187636 1732187636 1732187636 1732187636
Laba sebelum pajak dan bagi hasil
47876753 114612364 114612364 114612364.2 114612364 114612364.2 114612364.2 114612364 114612364 114612364.2
Pajak 4787675 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709
Laba sebelum bagi hasil 43089077 80228655 80228655 80228655 80228655 80228655 80228655 80228655 80228655 80228655
Bagi hasil untuk bank 17235631 32091462 32091462 32091462 32091462 0 0 0 0 0
Laba bersih 25853446 48137193 48137193 48137193 48137193 80228655 80228655 80228655 80228655 80228655
168
Lampiran 71. Proyeksi arus kas pada kenaikan harga bahan baku sebesar 45% pada metode syariah
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Arus masuk
1 Total penjualan 1476000000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000 1846800000
2 Modal investasi 273,640,000
3 Modal kerja 357030812
4 Nilai sisa proyek 6000 6000 1065000 6000 6000 78530000
Total arus masuk
630670812 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
Arus keluar
1 Biaya investasi dan reinvestasi
273640000 1000000 1160000 1000000 1160000 5630000 1160000 1000000 1160000 1000000
2 Biaya sertifikasi halal untuk th ke-3,5,7,9 4000000 4000000 4000000 4000000
3 Biaya bahan baku 252452449 757357345 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742 1262218742
4 Biaya operasional pabrik dan kantor
104578364 313735091 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894
5 Total angsuran 94560921 109416752 109416752 109416752 109,416,752 0 0 0 0 0
6 Pajak 4787675 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709 34383709
7 Total arus keluar
630670812 1170441031 1880988097 1877148097 1880988097 1877148097 1776201345 1767731345 1771571345 1767731345 1767571345
Arus Kas Bersih 0 305558969 -34182097 -30348097 -34182097 -29283097 70604655 79068655 75234655 79068655 157758655
169
Lampiran 72. Penilaian kriteria investasi pada kenaikan harga bahan baku sebesar 45% pada metode syariah
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Total arus masuk 0 1476000000 1846806000 1846800000 1846806000 1847865000 1846806000 1846800000 1846806000 1846800000 1925330000
2 Total arus keluar 630670812 1170441031 1880988097 1877148097 1880988097 1877148097 1776201345 1767731345 1771571345 1767731345 1767571345
3 Arus bersih -630670812 305558969 -34182097 -30348097 -34182097 -29283097 70604655 79068655 75234655 79068655 157758655
Kumulatif -630670812 -325111844 -359293941 -389642038 -423824135 -453107232 -382502577 -303433922 -228199267 -149130612 8628043
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
1 Net B/C 1.01
2 PP 9 tahun 11 bulan 11 hari
170
Lampiran 73. Proyeksi laba rugi pada penurunan harga jual produk sebesar 21% pada metode syariah
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemasukan 80% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
1 Harga jual (Rp/unit) 237000 237000 237000 237000 237000 237000 237000 237000 237000 237000
2 Volume penjualan (unit) 4920 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156 6156
Penjualan (pemasukan)
1166040000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000
Pengeluaran
1 Biaya bahan baku 696420547 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684
2 Biaya operasional pabrik 154552762 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202 166872202
3 Biaya operasional kantor
263760692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692 303096692
Total pengeluaran 1114734001 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578 1340464578
Laba sebelum pajak dan bagi hasil
51305999 118507422 118507422 118507422 118507422 118507422 118507422 118507422 118507422 118507422
Pajak 7695900 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227
Laba sebelum bagi hasil 43610099 82955195 82955195 82955195 82955195 82955195 82955195 82955195 82955195 82955195
Bagi hasil untuk bank 17444040 33182078 33182078 33182078 33182078 0 0 0 0 0
Laba bersih 26166059 49773117 49773117 49773117 49773117 82955195 82955195 82955195 82955195 82955195
171
Lampiran 74. Proyeksi arus kas pada penurunan harga jual produk sebesar 21% pada metode syariah
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Arus masuk
1 Total penjualan 1166040000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000 1458972000
2 Kredit ( investasi + modal kerja)
386,626,450
3 Modal sendiri (investasi + modal kerja)
165697050
4 Nilai sisa proyek 6000 6000 1065000 6000 6000 78530000
Total arus masuk 552323500 1166040000 1458978000 1458972000 1458978000 1460037000 1458978000 1458972000 1458978000 1458972000 1537502000
Arus keluar
1 Biaya investasi dan reinvestasi
273640000 1000000 1160000 1000000 1160000 5630000 1160000 1000000 1160000 1000000
2 Biaya sertifikasi halal untuk th ke-3,5,7,9 4000000 4000000 4000000 4000000
3 Biaya bahan baku 174105137 522315410 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684 870495684
4 Biaya operasional pabrik dan kantor
104578364 313735091 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894 469968894
5 Total angsuran 94769330 110507368 110507368 110507368 110,507,368 0 0 0 0 0
6 Pajak 7695900 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227 35552227
7 Total arus keluar 552323500 938515730 1491524173 1487684173 1491524173 1487684173 1385646805 1377176805 1381016805 1377176805 1377016805
Arus Kas Bersih 0 227524270 -32546173 -28712173 -32546173 -27647173 73331195 81795195 77961195 81795195 160485195
172
Lampiran 75. Penilaian kriteria investasi pada penurunan harga jual produk sebesar 21% pada metode syariah
No Uraian Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Total arus masuk 0 1166040000 1458978000 1458972000 1458978000 1460037000 1458978000 1458972000 1458978000 1458972000 1537502000
2 Total arus keluar 552323500 938515730 1491524173 1487684173 1491524173 1487684173 1385646805 1377176805 1381016805 1377176805 1377016805
3 Arus bersih -552323500 227524270 -32546173 -28712173 -32546173 -27647173 73331195 81795195 77961195 81795195 160485195
Kumulatif -552323500 -324799231 -357345403 -386057576 -418603749 -446250922 -372919726 -291124531 -213163336 -131368140 29117055
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
1 Net B/C 1.04
2 PP 9 tahun 9 bulan 25 hari
173
Lampiran 76. Rincian perhitungan biaya tambahan dalam aplikasi pengawet oleh industri sosis
Volume larutan pengawet siap pakai = 28,6 liter = 28600 ml
Batas minimum larutan pengawet untuk pencelupan 4 sosis = 55 ml
Volume larutan pengawet yang terpakai = (28600 – 55) ml = 28545 ml
Volume larutan pengawet yang dibutuhkan/terserap oleh 4 sosis = 2,94 ml
Frekuensi pencelupan yang dapat dilakukan = 28545/2,94 = 9709,18 kali
Jumlah sosis yang mampu dilakukan pengawetan= 9709,18 x 4 sosis = 38.836,7 sosis
Harga beli larutan pengawet = Rp. 300.000
Jumlah sosis yang dapat diawetkan = 38.836,7 sosis
Biaya yang dibutuhkan per sosis = Rp. 7,72
Berat per sosis = 30 g
Biaya yang dibutuhkan per kg sosis = Rp. 257,49