skripsi strategi komunikasi pimpinan untuk meningkatkan kinerja pegawai kelurahan sialang kecamatan...
DESCRIPTION
RIZZQAIITETRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia itu di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya
memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk
saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi
manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam
kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah
baik formal maupun informal.
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas
terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses
dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi
yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun
adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi,
gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang
kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk
mengelola komunikasi dalam organisasi.
Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai
masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan
timbulnya salah faham dan konflik.
1
2
Komunikasi merupakan peristiwa sosial yang paling dominan terjadi
dalam kehidupan manusia. Komunikasi berperan sangat penting manakala
manusia ingin berinteraksi dengan manusia lainnya dan terus berkembang menjadi
komunikasi yang sangat modern dan canggih. Perkembangan dan pentingnya
komunikasi pada saat ini dapat dibuktikan dengan perangkat-perangkat
komunikasi yang sudah semakin canggih dan relatif sudah menyebar di setiap
lapisan masyarakat.
Selain dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi juga sangat berperan
dalam kehidupan berorganisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil, dan begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu, komunikasi diharapkan efektif sesuai dengan tujuan organisasi yang
direncanakan.
Efektifitas komunikasi dapat dinilai dari kinerja sumber daya manusia
dalam organisasi. Unsur penting dalam peningkatan kinerja dalam organisasi
adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, produktifitas, memiliki
etos kerja yang tinggi, dan mampu memberikan kontribusi optimal kepada
perusahaan. Untuk mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan tersebut, organisasi
membutuhkan koordinasi yang tepat kepada setiap sumber-sumber daya manusia
dalam organisasi melalui komunikasi yang efektif.
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada
para pegawai tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka
mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika
sedang berada di bawah standar.
3
Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan
yang ingin dicapai. sesama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi
dalam konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama
adalah komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang
satu dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan.
Masing-masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya
kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara
berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler ada dua model
komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perkantoran
ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi
untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem) perkantoran. Kedua, komunikasi
interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang berjalan secara
berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar
penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun antara
perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang
dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut.
Dalam hal komunikasi yang terjadi antar pegawai, kompetensi komunikasi
yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang
diembannya, sehingga tingkat kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi
4
semakin baik. Dan sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak
terjalinnya hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan
pendapat atau konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak
pada hasil kerja yang tidak maksimal.
Peningkatan kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja
sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat
terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktifitas.
Salah satu jenis komunikasi yang sangat penting adalah komunikasi
interpersonal atau komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara beberapa
pribadi yang memungkinkan respon verbal maupun nonverbal berlangsung secara
langsung. Dalam operasionalnya, komunikasi berlangsung secara timbal balik dan
menghasilkan feed back secara langsung dalam menanggapi suatu pesan.
Komunikasi yang dilakukan dengan dua arah dan feed back secara langsung akan
sangat memungkinkan untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Onong U. Effendy yang mengatakan bahwa, “Efektifitas
komunikasi antar pribadi itu ialah karena adanya arus balik langsung”.
Di dalam suatu organisasi khususnya perkantoran, proses komunikasi
adalah proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi adalah sarana untuk
mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran.
Perkantoran yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis
dan harmonis dari berbagai komponen. Suatu perkantoran dikonstruksi dan
dipelihara dengan komunikasi. Artinya, ketika proses komunikasi antar komponen
5
tersebut dapat diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut
semakin kokoh dan kinerja perkantoran akan meningkat.
Peningkatan kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja
sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat
terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktifitas.
Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat didukung dari
tingkat kinerja pegawai yang sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi yang
terjadi antar pegawai.
Melihat pengaruh yang sangat penting antara proses komunikasi yang
terjadi dalam suatu organisasi khususnya komunikasi interpersonal antar pegawai
dengan tingkat kinerja pegawai maka penulis tertarik mengambil judul “Strategi
Komunikasi Pimpinan Untuk Meningkatkan Kinerja Pegawai Kelurahan Sialang
Kecamatan Sako Kota Palembang.”
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi permasalahan berikut ini:
1. Kurangnya peranan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan kinerja
pegawai di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota Palembang?
6
2. Belum adanya keterbukaan komunikasi pimpinan dalam meningkatkan
kinerja pegawai di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota Palembang
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana strategi komunikasi pimpinan
terhadap kinerja pegawai di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota
Palembang”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses strategi komunikasi pimpinan terhadap
pegawai
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama
proses strategi pimpinan terhadap pegawai
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dapat menjadi bahan bagi peneliti selanjutnya mengenai strategi
komunikasi dalam sebuah organisa
2. Sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Negara Strata Satu
(S1) Jurusan Ilmu Komunikasi Stisipol Candradimuka Palembang.
7
3. Sebagai masukan atau sumbangan pemikiran dan sumber informasi bagi
Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota Palembang dalam hal
peningkatan kinerja pegawai.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar-Dasar Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Salah satu syarat dalam kehidupan manuisia itu, serta bentuknya
suatu kerjasama dalam menciptakan suatu hubungan kerjasama dalam
menciptakan kehidupan bermasyarakat bagi kehidupan manusia ini adalah
komunikasi diantara mereka, baik dalam mencapai kesamaan pendapat,
menyesuaikan diri maupun tujuan dalam kehidupannya
Kata komunikasi atau communication berasal dari kata Latin
communis yang berarti ”sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi
merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut
secara sama.
Menurut Berelson dan Steiner (dalam Fajar, 2009:32) komunikasi
adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-
lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, angka-angka,
gambar-gambar, dan lainnya.
Menutur Kohler (dalam Muhammad, 2009:1), komunikasi yang
efektif sangat penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para
pemimpin organisasi dan para komunikator dalam orgnaisasi perlu
memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka.
8
9
Pendapat lain tentang komunikasi menurut Sir Geral Barny, oleh
Teguh Meinandar dalam bukunya Dasar-dasar Jurnalistik :” Dengan
Berkomunikasi orang memperoleh pengetahuan, informasi dan pengalaman,
karena itu saling mengerti percakapan, keyakinan, dan kepercayaan dan
kontrol sangat diperlukan
Komunikasi merupakan suatu proses pengiriman pesan atau symbol-
simbol yang mengandung arti dari seseorang komunikator kepada
komunikan dengan tujuan tertentu. Jadi dalam komunikasi itu terdapat suatu
proses yang dalam tiap prosesnya mengandung arti yang tergantung pada
pemahaman dan persepsi komunikan. Oleh karena itu komunikasi akan
efektif dan tujuan komunikasi akan tercapai apabila masing-masing pelaku
yang terlibat di dalamnya mempunyai persepsi yang sama terhadap simbol.
Apabila terdapat perbedaan persepsi maka tujuan komunikasi dapat gagal
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu usaha atau ungkapan melalui bahasa dari satu orang untuk orang lain,
agar mempunyai kesamaan untuk mencapai tujuan bersama dan mengerti
akan apa yang diungkapkan maupun dituliskan.
Dalam hal ini jelas bahwa tampak komunikasi itu merupakan suatu
hubungan antar manusia, dimana seseorang ingin menyampaikan pesannya
kepada orang lain agar mereka bertingkah laku sebagai mana yang
dimaksud dengan pesan yang disampaikan.
10
Menurut Astrid Susanto dalam bukunya Komunikasi dalam Teori
dan Praktek (1997), bahwa dari pengertian-pengertian tersebut dapat dilihat
yang menjadi komponen dari komunikasi itu adalah :
a. Komunikator : adalah seorang ataupun sekelompok orang yang
mengambil inisiatif untuk menyampaikan pesan
b. Pesan : adalah pernyataan yang didukung oleh lambing
atau tanda, kata-kata tertulis atau secara lisan
c. Komunikan : adalah orang yang menerima pesan
d. Media : adalah sarana atau saluran yang mendukung
pesan yang dipakai sebagai alat penyampaian/pegiriman pesan
misalnya telepon, radio, surat kabar, majalah, televisi
e. Efek : adalah dampak yang ditimbulkan dari pesan yang
disampaikan”.
Menurut Purwanto (2006:11), proses komunikasi memiliki 6 tahapan
yaitu:
a. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan.
Sebelum dilakukan proses penyampaian pesan, maka pengirim
pesan harus menyiapkan idea tau gagasan apa yang ingin
disampaikan. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber.
b. Pengirim mengubah ide manjadi suatu pesan.
Dalam proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Agar ide tersebut sempurna,
pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek
11
(apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan,
gaya personal dan latar belakang budaya.
c. Pengirim menyampaikan pesan.
Pada saat pengirim menyampaikan pesan dapat menggunakan
berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Ketika
menyampaikan pesan dapat digunakan media komunikasi baik
media tulis maupun lisan.
d. Penerima menerima pesan.
Komunikasi antar seseorang dengan dengan orang lain akan
terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan pengirim
menerima pesan tersebut.
e. Penerima menafsirkan pesan.
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah
bagaimana menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan
pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan dalam pikiran si
penerima pesan.Pesan dapat ditafsirkan secara benar bila penerima
pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksudkan
oleh pengirim pesan.
f. Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan
dengan cara mengirim sinyal atau umpan balik terhadap pengirim
pesan. Sinyal yang diberikan beranekaragam, hal ini tergantung
dari pasar yang diterima.
12
Kegiatan komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan yakni
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi
sasaran komunikasi
Menurut Effendy ada empat tujuan komunikasi, yaitu:
a. Mengubah sikap (to change the attitude), yaitu sikap individu
atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi
yang mereka terima.
b. Mengubah pendapat atau opini (to change opinion), yaitu
pendapat individu atau kelompok terhadap sesuatu menjadi
berubah atas informasi yang mereka terima.
c. Mengubah perilaku (to change the behavior), yaitu perilaku
individu atau sekelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas
informasi yang diterima.
d. Mengubah masyarakat (to change the society), yaitu tingkat social
individu atau kelompok terhadap sesuatu menajdi berubah atas
informasi yang mereka terima.
2.1.2 Bentuk-bentuk Komunikasi
Berbicara tentang bentuk-bentuk komunikasi yang berlangsung
didalam kehidupan manusia, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut
a. Komunikasi Antar Pribadi (interpersonal Communication) yaitu
komunikasi antar individu secara langsung atau tatap muka
13
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication), yaitu komunikasi
antar seorang komunikator dengan sejumlah orang (komunikan)
yang berkumpuol bersama-sama dalam bentuk kelompok
c. Komunikasi Massa (Mass Communication), yaitu komunikasi yang
memanfaatkan media massa
d. Intra Communication, yaitu suatu komunikasi yang pada diri
seseorang, yaitu komunikasi yang dapat pemecahan terhadap
masalah yang dihadapinya, senantiasa menggunakan pikiran dan
perasaan nya lalu memutuskan sendiri apa yang menjadi alternative
permasalahannya.
2.2. Macam-macam Komunikasi
A . K o m u n i k a s i M e n u r u t C a r a P e n y a m p a i a n
Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lainnya karena
manusia selain mahluk individu juga sekaligus mahluk sosial yang memiliki
kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Namun tidak semua orang
dapat secara trampil berkomunikasi, oleh karena itu perlu dikenali berbagai
cara penyampaian informasi.Kiranya tidak terlalu sulit untuk mengenali cara-cara
penyampaian informasi dalam komunikasi, karena pada dasarnya kita telah
melakukannya dalam kehidupansehari-hari.Menurut cara penyampaian informasi
dapat dibedakan menjadi :
14
a. Komunikasi Lisan
Komunikasi Lisan adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dan
tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak dapat bertatap muka,
Misalnya dialog dua orang, wawancara maupun rapat dan sebagainya.
Komunikasitersebut terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh
jarak, misalnya komunikasi lewat telepon clan sebagainya.
b. Komunikasi Tertulis
Komunikasi Tertulis adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam
bentuk surat dan dipergunakan untuk menyampaikan berita yang
sifatnya singkat, jelas tetapi dipandang perlu untuk ditulis dengan
maksud-maksud tertentu. Contoh-contoh komunikasi tertulis ini antara
lain:.
1. naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan
berita yang bersifat komplek.
2. blangko-blangko, yang dipergunakan untuk mengirimkan berita
dalam suatu daftar.
3. gambar clan foto, karena tidak dapat dilukiskan dengan kata-
kata atau kalimat.
4. spanduk, yang biasa dipergunakan untuk menyampaikan
informasi kepada banyak orang. Dalam berkomunikasi secara
tertulis, sebaiknya dipertimbangkan maksud dan tujuan
komunikasi itu dilaksanakan.Disamping itu perlu juga resiko dari
15
komunikasi tertulis tersebut, misalnya aman, mudah dimengerti
dan menimbulkan pengertian yang berbeda dari yang dimaksud.
B. Komunikasi Menurut Kelangsungannya
Di dalam proses komunikasi dapat kita ketahui terjadinya interaksi dua
belah pihak tersebut sebagai berikut :
l. Komunikasi Langsung
Proses komunikasinya dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan
perantara orang ketiga ataupun media komunikasi yang ada dan tidak
dibatasi oleh jarak.
2. Komunikasi Tidak Langsung
Proses komunikasinya dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau
bantuan alat-alat atau media komunikasi.
C. Komunikasi Menurut Perilaku
Komunikasi merupakan hasil belajar manusia yang terjadi secara
otomatis,sehingga dipengaruhi oleh perilaku maupun posisi seseorang. Menurut
perilaku,komunikasi dapat dibedakan menjadi :
l. Komunikasi Formal
Komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi / perusahaan yang
tatacaranya telah diatur dalam struktur organisasinya, misalnya
rapat kerja perusahaan,konferensi, seminar dan sebagainya.
2. Komunikasi Informal
Komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi atau perusahaan yang
tidak ditentukan dalam struktur organisasi dan tidak mendapat pengakuan
16
resmi yang mungkin tidak berpengaruh terhadap kepentingan organisasi
atau perusahaan,misalnya kabar burung, desas-desus, dan sebagainya.
3 Komunikasi Nonformal
Komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat formal dan
informal,yaitu komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas
pekerjaan organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat
pribadi anggota organisasi atau perusahaan tersebut, misalnya rapat
tentang ulang tahun perusahaan, dan sebagainya. Maka dapat diketahui
bahwa komunikasi formal, informal dan nonformal saling
berhubungan, dimana komunikasi nonformal merupakan
jembatan antara komunikasi formal dengan komunikasi informal
yang dapat memperlancar penyelesaian tugas resmi, serta dapat
mengarahkan komunikasi informal kepada komunikasi formal.
D. Komunikasi Menurut Maksud Komunikasi
Bila diperhatikan dengan seksama, maka dapat diketahui bahwa
komunikasi dapat terlaksana bila terdapat inisiatif dari komunikator
maka maksud terlaksananya komunikasi lebih banyak ditentukan oleh
komunikator tersebut. Menurut maksud dilakukan komunikasi dapat
dibedakan sebagai berikut:
1.Pidato
2.Ceramah
3.Wawancara
4.Memberi perintah atau tugas
17
Dengan demikian jelas bahwa inisiatif komunikator menjadi
faktor penentu,demikian pula kemampuan komunikator tersebutlah
yang memegang peranan keberhasilan proses komunikasinya.
2.3. Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan
pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu
organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan
gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan
mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dlaam tataran
manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi
dalam organisasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinsikan
tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih
orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran
yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat
perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi
tertentu.
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu
dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang
digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari
penerima (receiver).
18
Menurut Steward dalam berkomunikasi ada beberapa gaya yang sering kita
jumpai ditengah-tengah masyarakat atau orator, antara lain :
a. The conteolling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya
satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur
perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang menggunakan
gaya komunikasi ini dikenal dengan dengan nama komunikator satu arah
atau oneway communications
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini,
lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya
mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan
dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rassa
ktertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para
komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan padangan negatif
orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan an kekuasaan
untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak
berusaha “menjual” gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada
usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The
controlling style of communication ini sering dipakai untuk mepersuasi
orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya
dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat
19
mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan
orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
b. The Equalitarian Style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat
dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara
terbuka. Artinya,setiap anggota organisasi dpaat mengungkapkan gagasan
ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang
tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain,
baik dalam konteks pribadi mapupun dalam lingkup hubungan kerja. The
equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam
organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja
sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindakan share/ berbagi informasi diantara para anggota
dalam suatu organisasi.
20
c. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur
organisasi.pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi
tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku
dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio
State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif,
yang mereka beri nama struktur inisiasi atau Iniatiating Structure. Stogdill
dan Coons menjelaskan bahwa pemprakarsa (initiator) struktur yang
efisien adalah orang –orang yang mampu merencanakan pesan-pesan
verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan
dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
d. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kencederungan
agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientassi pada tindakan (action-oriented). The dynamic
style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen)
21
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau
merangsang karyawan/pekerja untuk bekerja dengan lebik cepat dan baik.
Gaya komunikasi ini sangat efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-
persoalan yang bersifat kritis, namun dengan adanya persayaratan bahwa
karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk
mengatasi maslaah yang kritis tersebut.
e. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesedian untuk
menerima saran, pendapat atau gagasan orang lain, daripada keinginan
untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan
dalam gaya komunikasi akan efektif ketika pengirim pesan atau sender
sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas dan
berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua
tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
f. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya
tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan orang-orang yang memakai
gaya lain untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa
persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang
tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang
mengatakan :“Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan
22
ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab,
tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak
dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian adalah bahwa the
equalitarian stytle of communication merupakan gaya komunikasi ang
ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan
relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek
yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir:
controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi
berlangsungnya interaksi yang bermanfaat.
2.4. Efek Komunikasi
Efek atau dampak dari Komunikasi yang paling utama perlu mendapat
perhatian dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek tertentu
pada diri komunikan
Dampak atau efek yang ditimbulkan adalah berupa :
a. Efek Kognitif, adalah efek yang berkaitan dengan pikiran, ratio,
misalnya komunikan yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula
tidak mengerti menjadi mengerti
b. Efek Afektif, adalah efek yang berhubungan dengan perasaan, misalnya
rasa senang, atau tidak senang terhadap suatu pesan, atau informasi.
23
c. Efek konatif adalah efek yang dapat menimbulkan kecenderungan
bertingkah laku tertentu, dalam arti kata melakukan suatu tindakan atau
kegiatan yang bersifat fisik atau jasmaniah, misalnya pihak yang di audit
yang tadinya enggan memberikan berkas audit menjadi m,au bertindak
untuk memberikan berkas yang diperlukan oleh seorang auditor.
2.5. Jaringan Komunikasi
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki
posisi atau peranan tertentu. Diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran
pesan. Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan
komunikasi.. Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh
hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut
jaringan komunikasi formal. Sedangkan jaringan komunikasi informal
merupakan komunikasi yang dilakukan dengan arus yang relatif serupa dengan
jaringan komunikasi formal, namun komunikasi yang dilakukan tidak
memperhatikan posisi, sehingga pengarahan arus bersifat pribadi. Pesan jaringan
formal biasanya mengalir dari atas kebawah atau dari atas kebawah dari
tingkatan yang sama atau secara horizontal.
Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal
yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur
organisasi yaitu:
24
1. Komunikasi kepada bawahan
Komunikasi kebawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari
para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan
komunikasi kebawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang
berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya
berhubungan dengan pengarahan, disiplin, perintah, pertanyaan dan
kebijaksanaan umum. Secara umum komunikasi kebawah dapat
diklasifikasikan atas lima tipe yaitu:
a. Intruksi tugas yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan
mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan
bagaimana melakukannya. Pesan itu mungkin bervariasi seperti
perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program
latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang
berisi pesan-pesan tugas dan sebaliknya.
b. Rasional pekerjaan yaitu pesan yang menjelaskan mengenai
tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan
aktivitas lain dalam organisasi.
c. Ideologi merupakan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan
rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya
dengan perpektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi
sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari
anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral, dan
motivasi.
25
d. Informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan
dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan
organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak
berhubungan dengan intruksi dan rasional.
e. Balikan yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan
individu dalam melakukan pekerjaannya.
2. Komunikasi kepada Pimpinan
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih tinggi. Semua pegawai dalam suatu
organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas
mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan komunikasi ini adalah untuk
memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan.
Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan
sikap pegawai, tipe pesan ini adalah integrasi dan pembauran.
Komunikasi keatas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu,
yaitu:
a. Dengan adanya komunikasi ke atas dapat mengetahui kapan
bawahan siap untuk diberi informasi dari mereka dan
bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan
pegawai.
b. Arus komunikasi ke atas member informasi yang berharga bagi
pembuat keputusan.
26
c. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas pegawai
terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan
untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-
saran tentang jalannya organisasi.
d. Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-
desus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.
e. Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan
apakah bawahan menangkap arti seperti yang dimaksudkan
dari arus informasi kebawah.
f. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi
masalah- masalah pekerjaan mereka dan memperkuat
keterlibatan mereka dalam tugas-tugas dan organisasi.
3. Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang
yang sama tingkatan otoritanya didalam organisasi. Pesan yang
mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara
horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau
tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah,
penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Tujuan
komunikasi horizontal antara lain:
27
a. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian
dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan
rapat.untuk mencapai tujuan organisasi
b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas. Ide
dari banyak orang biasanya akan lebih baik dari pad aide satu
orang. Oleh karena itu komunikasi horizontal sangatlah
diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik.
c. Memecahkan masalah yang timbul antara orang-orang yang
berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan
dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan
moral dari pegawai
d. Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian
organisasi dan dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini
penting bagi perkembangan sosial dari anggota dan juga
menciptakan iklim organisasi yang baik.
e. Menjamin pemahaman yang sama.
f. mengembangkansokongan interpersonal. Karena sebagian besar
dari waktu kerja pegawai berinteraksi dengan temannya maka
mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari
temannya. Hal ini akan membantu kekompakan dalam kerja
kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan
emosional pegawai
28
2.6. Komunikasi Dalam Organisasi
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya kita
uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu
komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau
“common” dalam bahasa inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita
berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan
ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan
atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi
adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang
sama.
Manusia didalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau massyarakat untuk saling
beinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi
manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan
masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup
kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan (karyawan). Diantara kedua
belah pihak harus ada two-way-communication atau komunikasi dua arah atau
komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerjasama yang diharapkan
untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk
mencapai tujuan organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang
meliputi hubungan sosial dan kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan
29
suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh
hasil nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik
organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan,
maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah
untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi
tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong
Uchyana Effendi, dalam bukunya Dimensi-dimensi komunikasi, komunikasi
dapat digolongkan dalam tiga kategori :
1. Komunikasi antar pribadi : komunikasi ini penerapannya antara
pribadi individu dalam usaha menyampaikan informasi yang
dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan
demikian dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok : melakukan suatu komunikasi yang
ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi
lebih luas.dalam usaha menyampaikan nformasi, komunikasi dalam
kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa : komunikasi ini dilakukakn dengan menggunakan
alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik.
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia
Moss dalam Human Communication menuraikan adanya 3 model dalam
komunikasi :
30
1. Model komunikasi linier (one way communication), dalam model ini
komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan
respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi.
Komunikasinya bersifat menolong.
2. Model komunikasi interaksional sebagai kelanjutan dari model yang
pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan
balik.komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog,
dimana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu
saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak
sebagai komunikan.
3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya
dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua
orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku
adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat
dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu definisi menyebutkan bahwa organisasi
merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu
hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi
kemasyarakatan :
Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan
sema individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas
seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.
31
Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi
baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi secara
sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi
dalam konteks organisasi.
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) bak individu ataupun
kelompok yang berusahan berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain,
sebagai berikut :
1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah (ideation) yaitu
penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk
dikomunikasikan.ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan
yang akan disampaikan.
2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah (encoding), yaitu
sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-
kata, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk
menyampaikan informasi yang diharapkan mempunyai efek terhadap
orang lain.pesan atau message adalah alat-alat dimana sumber
mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa
tulisan, ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi
wajah atau gambar-gambar.
3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan
yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada
32
penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar, ataupun
melalui tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini. Kita mengenal
istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampakan suatu
pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka,
radio dam telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis
meliputi setiap materi yang tertulis atauun sebuah media yang dapat
memproduksi kata-kata tertulis seperti : televisi, kaset, video atau OHP
(overheadproject). Sumber berusaha untuk membebaskan saluran
komunikasi dari gangguan maupun hambatan, sehingga pesan dapat
sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
4. Langkah keempat, perhatian diahlikan kepada penerima pesan. jika
pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang
pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan
tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding,
yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang
disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan
kunci untuk melakukan decocing dan hanya terjadi dalam pikiran
penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana
memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons
terhadap pessan tersebut.
5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan
balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan
yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan
33
balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat
terwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa
mengabaikan pesan tersebut ataupun indakan-tindakan tertentu.
penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya.
umpan balik inilah yang dapat dijandikan alasan untuk mengevaluasi
efektivitas komunikasi.
2.7. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Fungsi suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,
komunikasi dalam suatu oganisasi atau lembaga tersebut melibatkan empat fungsi,
yaitu :
1. Fungsi Informatif
organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemprosesan informasi
(informasi-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti
informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai
perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi didalam
organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi
34
tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan
sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
didalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal
yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yakni :
Atasan atau orang-orang yang berada didalam tataran manajemen yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi
yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan
untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur
organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of
authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah
banyak bergantung pada :
- Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah
- Kekuatan pimpinan dalam memberikan sanksi
- Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin
sekaligus pribadi
- Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilaksanakan.
35
3. Fungsi Persusasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak dakan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan
ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka mempersuai bawahannya
daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusahan menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua
saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut seperti newsletter dan buletin.dan laporan kemajuan organisasi:
juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi
selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan
darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan
untuk berpartisipasi yang lebih.
2.8. Strategi Komunikasi
Strategi menurut bahasa adalah untuk mencapai suatu maksud. Jadi
strategi adalah rangkaian keputusan dan tindakan untuk mencapai suatu
maksud dalam pencapaian tujuan organisasi. Menurut siagian dalam bukunya
manajemen strategi, bahwa strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan
36
mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan implementasi oleh seluruh
jajaran atau organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Menurut Philip Kotler strategi adalah wujud rencana yang terarah
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.,Sedangkan menurut Basu Swasta
strategi adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan. Strategi
juga didefinisikan sebagai suatu proses yang menentukan arah yang perlu dituju
oleh organisasi untuk memenuhi misinya.
Jadi, Apa yang dimaksud dengan strategi komunikasi? Strategi
komunikasi adalah suatu cara untuk mengatur pelaksanaan proses komunikasi
sejak dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi untuk mencapai
suatu tujuan.
Strategi komunikasi bertujuan agar :
a. pesan mudah dipahami secara benar
b. penerima pesan dapat dibina dengan baikl
c. Kegiatan dapat termotivasi untuk dilakukan.
Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan komunikasi dan
manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu sehingga
dalam pelayanan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan pemerintah dan
masyarakat sebagai alternatif terakhir pembinaan anak terlantar, putus sekolah
yang diakibatkan faktor ekonomi.Strategi komunikasi dapat dirumuskan sebagai
suatu siasat atau cara-carayang ditetapkan terlebih dahulu yang meliputi rencana
menyalurkan dan mengarahkan kegiatan atau tindakan komunikasi yang
dilakukan oleh komunikator untuk mempertimbangkan situasi yang mungkin akan
37
dihadapi dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian merumuskan strategi
komunikasi berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang
dihadapi dimasa depan guna mencapai efektifitas dengan strategi komunikasi ini,
berarti dapat ditempuh beberapa cara dalam memahami komunikasi secara sadar
untuk menciptakan perubahan pada khalayak atau sasaran yang mudah dan cepat.
Efektifitas dari suatu komunikasi selain akan tergantung pada kemantapan
isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya maka turut
dipengaruhi oleh metode penyampaian kepada sasaran. (Arifin, 1984 : 64)
2.9. Pengertian Kinerja Pegawai
Setiap Instansi baik Pemerintah perusahaan swasta , menginginkan
perusahaannya terus dapat bersaing dan survive. Hal ini tentu saja harus di dorong
oleh peningkatan kinerja seluruh Pegawai. Dimana terdapat peningkatan secara
kuantitas maupun kualitas dari hasil maksimal yang telah dilakukan oleh pegawai
terhadap pekerjaannya sesuai dengan job description yang sudah ditentukan oleh
perusahaan.
Kinerja pegawai merupakan hasil kerja perseorangan dalam suatu
organisasi atau kinerja pegawai merupakan hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan pengertian kinerja dari pendapat ahli diatas, dapat ditafsirkan
bahwa kinerja pegawai erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang dalam
suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas,
38
dan ketepatan waktu. Kinerja pegawai tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan
dan keahlian dalam bekerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh semangat
kerjanya. Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/ kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
2.10. Hubungan Komunikasi Dengan Kinerja Pegawai
Suatu hubungan kerja yang baik antara atasan dengan bawahan dianggap
sebagai pemicu tumbuh dan meningkatnya kinerja pegawai. Hal ini tidak dapat
dipungkiri bahwa komunikasi yang paling berperan.Kinerja pegawai tidak akan
tumbuh dengan sendirinya. Ada faktor yang mempengaruhinya baik faktor
internal maupun eksternal. Dari faktor eksternal, komunikasi sangat berperan
karena melalui komunikasi yang efektif, pimpinan dapat mengoordinir sekaligus
memberikan motivasi kepada pegawai. Dengan demikian tujuan perusahaan yang
telah ditargetkan dapat tercapai karena adanya kinerja dari pegawai yaitu berupa
kualitas dan kuantitas pekerjaan, pemanfaatan waktu, serta kerjasama yang baik.
Sehingga diyakini bahwa ada hubungan dan pengaruh antara komunikasi dengan
kinerja. Komunikasi mempunyai peranan dalam menumbuhkan dan meningkatkan
kinerja pegawai. Perusahaan pun dapat terus menjalankan kegiatannya secara
berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.11. Kerangka Pemikiran
39
Menurut Cherster I.Berdnard bahwa komunikasi harus menempati posisi
sentral dalam organisasi. Sebab struktur perusahaan atau instansi perluasan
perusahaan dan lingkungan perusahaan sangat ditentukan oleh teknik-teknik
komunikasi. Dalam proses organisasi yang terpenting adalah kemampuan
pimpinan dalam berkomunikasi terutama untuk mendapatkan semua informasi
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan.
Disimpulkan bahwa suatu instansi atau perusahaan akan berkembang
secara leluasa amat dibutuhkan oleh kemampaun dalam membina relasi
kepercayaan komunikasi timbal balik guna memperoleh informasi dari pegawai
dalam mengambil keputusan demi tercapainya tujuan suatu instansi atau
perusahaan.
Dalam upaya pengembangan suatu perusahaan harus didukung dan
ditunjang oleh aspek-aspek yaitu :
1. Aspek-aspek Manajemen
Manajemen adalah kegiatan yang mengkoordinasikan faktor dalam suatu
instansi, perusahaan atau organisasi. Pimpinan selaku manajer mempunyai
kekuatan untuk melakukan koordinasi dan kerjasama dengan orang pada jenjang
hirarki yang paling tinggi kejenjang yang paling rendah untuk kepentingan
perusahaan. Pada umumnya orang mengadakan pembagian wewenang atau
tanggung jawab sebagai konsekuensi dari pembagian kerja.
2. Aspek-aspek Sosial dan Psikologi
40
Aktifitas komunikasi dalam instansi atau perusahaan mampu menciptakan
suasana kerja yang luwes dan tentram. Keluwesan di dalam komunikasi menurut
Charles C. Manz bahwa :
“Kecakapan dan kesedian seorang komunikator untuk menyesuaikan perilakunya, sehingga dapat berhubungan dan bergaul dengan pegawai-pegawai atau tindakan yang dilakukan pimpinan untuk berkomunikasi dan berinteraksi seefektif mungkin dengan kemampuan mereka”.Maka kegiatan komunikasi menyangkut aspek sosial pada tata kerja dan aspek psikologis pada relasi kerja.
3. Kerjasama Antara Pimpinan dengan Pegawai
a. Arti kerjasama dikemukakan oleh Astrid S.Susanto. “Akibat dari usaha
komunikasi secara tidak langsung atas dan dalam lingkungan dimana orang
dengan latar belakang berbeda, berusaha untuk memecahkan suatu masalah
bersama melalui kerjasama. Dapat disimpulakn bahwa kerjasama yang
dimaksud yaitu kesediaan manusia yang bekerja sama dengan mitra kerja
sama melalui komunikasi meskipun berlatar belakang berbeda dan berupaya
memecahkan masalah kolektif lewat jalur kerjasama. Maka hubungan antara
manusia sendirilah yang menentukan kemungkinan atas kerjasama.
Maksudnya bahwa kefektifan komunikasi mampu menciptakan suasana
hubungan keharmonisan antara pimpinan dengan pegawai dan sebaliknya
guna memupuk rasa persaudaraan serta kekeluargaan melalui kerjasama demi
tercapainya tujuan organisasi.
b. Proses terjadinya kerjasama
Proses terjadinya kerjasama antara anggota suatu perusahaan yaitu
komunikasi antara pimpinan dengan pegawai menurut Charles I Barned, ialah :
41
karena komunikasi membuat dinamis suatu sistem kerjasama perusahaan dalam
menghubungkan tujuan perusahaan dengan partisipasi pegawai yang bekerja pada
perusahaan itu. Selain antara komunikasi antara pimpinan dengan pegawai ada
juga kesetiakawanan sesama pegawai di dalam suatu peruasahaan seperti yang
dikemukakan oleh Elton Mayo, yaitu: “Bahwa orang itu memiliki suatu
kecenderungan insani untuk membentuk kesetiakawanan dan untuk berhimpun
bersama dalam suatu kelompok yang dilindungi.
Dapat disimpulkan bahwa adanya kerjasama antara pimpinan dengan
pegawai dapat dilihat dari keterbukaan komunikasi maupun adanya tanggung
jawab di dalam suatu instansi, perusahaan atau organisasi. Indikator keberhasilan
Strategi Komunikasi pimpinan yang efektif dengan pegawai untuk meningkatkan
kinerja pegawai itu sendiri perlu di dukung adanya kerjasama harmonis antara
pimpinan dengan pegawai.
2.12. Hipotesis
Berdasarkan dari kerangka teori penelitian maka dapat ditarik suatu
hipotesis sebagai suatu kesimpulan sementara yaitu sebagai berikut : “Terdapat
pengaruh yang positif antara proses strategi komunikasi pimpinan yang dilakukan
untuk meningkatkan kinerja pegawai dapat memebrikan perubahan bagi
Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota Palembang”.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dikantor kelurahan Sialang Kecamatan Sako kota
Palembang yang berkaitan dengan peranan komunikasi pimpinan dalam
meningkatkan kinerja pegawai dikelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota
Palembang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian yang menjelaskan kausal antara variabel – variabel melalui pengujian
hipotesis. yaitu menjelaskan pengaruh variabel komunikasi pimpinan terhadap
kinerja pegawai. Sedangkan menrut faisal (1992) explanatory research ditunjukan
untuk menemukan dan mengembangkan teori sehingga hasilnya dapat
menjelaskan terjadinya suatu gejala atau kenyataan sosial tertentu.
3.2. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan guna memperoleh data menggunakan
teknik-teknik dibawah ini :
a. Kuisoner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup yang diajukan
kepada responden. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data
deskriptif yang dikuantifikasikan yang akan digunakan untuk menguji
42
43
hipotesis. Kuesioner: dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan
kepada responden. Metode ini digunakan untuk menggali data primer.
b. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
responden yang telah ditetapkan sampel.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
menurut pendapat Singarimbun mengatakan (1998 :152) berpendapat
bahwa “populasi sampling dan populasi sasaran”. Adapun yang menjadi objek
atau sasaran dalam penelitian ini adalah individu staf pegawai Kelurahan Sialang
berjumlah 25 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti, untuk
menemukan sampel maka menurut Suharsimi Arikunto (1998:120), menyatakan
bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar
dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih,tergantung setidak-setidaknya
dari : a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data dan besar kecilnya resiko yang
ditanggung peneliti.
44
Berdasarkan pedoman tersebut penelitian yang penulis lakukan adalah
semua jumlah populasi. Adapun besarnya sampel yang diambil dalam penelitian
ini adalah 25 orang.
3.4. Rancangan Penelitian
Untuk menganalisa data dan pengujian hipotesis penulis menggunakan
rumus “korelasi produt moment” sebagai berikut:
N∑XY – (∑X) (∑Y)
Rxy = √ {N∑X2 – (∑X) 2 } {N∑Y2 – (∑Y)2}
Keterangan :
Rxy = koefesien korelasi prudeut moment
N = jumlah responden
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
Penggunaan rumus ini karena penulis ingin mengetahui korelasi dari
kedua variabel x (bebas) dan variabel y (terikat). Menurut Sugiyono dalam
bukunya Metode Penelitian Administrasi, instrumen penelitian yang dipergunakan
adalah skala likert yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Sementara itu,
Muhammad Nasir dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi alasan memakai
rumus ini adalah sepasang variabel x dan y mempunyai korelasi maka dapat.dicari
dengan rumus Pearson. Pendapat ini diperkuat ikeh Suharisimi Arikunto dalam
bukunya Prosedur Penelitian, bahwa alasan pemilihan korelasi ini untuk
45
menentukan hubungan antara gejalai interval. Sedangkan untuk mengetahui
tingkat korelasi variabel x dan y setelah dinilai dan dites menggunakan statistik
dapat melihat koefisien korelasi.
Sementara itu, Jalludin Rahmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi
mengemukakan bahwa tingkat hubungan dapat dinilai dari hasil sebagai berikut:
- kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali
- 0,20 – 0,40 ; hubungan rendah tapi pasti
- 0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti
- 0,70 – 0,90 : hubungan tinggi, kuat
- lebih dari 0,90 : hubungan sangat tinggi
3.5. Variabel dan Definisi
Menurut Sutrisno Hadi ( dalam Arikunto, 2006 : 116 ) variabel sebagai
gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai
variasi, gejala adalah objek penelitian, sehingga varianel adalah objek penelitian
yang bervariasi.
Sementara itu, Hact dan Farhandi (dalam Sugiono : 2003 ) variabel dapat
didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau objek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain nya, atau antara satu objek dengan objek lain
nya.
Berkaitan dengan pendapat diatas, maka variabel yang dianalisis dalam
penelitian ini dibedakan menjadi Variabel Bebas dan Variabel Terikat ;
46
-Variabel Bebas yang diberi simbol (X) dengan indikator Strategi
Komunikasi Pimpinan dengan Pegawai
-Variabel Terikat yang diberi symbol (Y) dengan indikator Meningkatkan
Kinerja Pegawai.
3.6. Teknik Analisis Data
Pada dasarnya data-data yang diperoleh, dianalisis secara kuantitatif,
teknik yang digunakan dalam menganalisa data adalah dalam bentuk kuisioner
yang disebarkan. Setiap pertanyaan diberi empat item, dengan memberikan
penilaian dan analisis dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
76% s/d 100% amat tinggi
56% s/d 75% tinggi
40% s/d 55% sedang
Kurang dari 40% kurang
3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian
3.7.1. Lokasi Penelitian
Lokasi di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota Palembang
3.7.2. Jadwal Penelitian
Bulan
Kegiatan
Juni2012
Juli2012
Agustus2012
September2012
Oktober2012
November
2012Pengajuan Judul X
Membuat Desain X
Seminar Desain X
Usulan Skripsi X
47
Pengumpulan
Data
X X X
Bimbingan X
Pengelolaan Data X
Ujian Skripsi X
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sialang.
Kelurahan Sialang berdiri pada akhir tahun 1995. Dimana pada awalnya
Kelurahan Sialang merupakan hasil pemekaran dari Kelurahan Sako yang pecah
menjadi 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Sako, kelurahan Sialang, dan Kelurahan
Lebung Gajah. Kelurahan Sialang merupakan Kelurahan yang didalamnya
terdapat pusat pemerintahan Kecamatan Sako dengan luas wilayah 114 Ha, 20180
jumlah penduduk, dan 4646 kepala keluarga
Untuk nama Sialang dipilih menjadi nama Kelurahan yang baru tesebut
yaitu Kelurahan yang sedang penulis duduki saat ini merupakan hasil musyawarah
mufakat tokoh adat dan tokoh masyarakat dimana pada waktu itu bertepatan
dengan adanya warga masyarakat yang meninggal akibat disengat oleh lebah
Sialang, sehingga untuk mengingat dan mengenang kejadian tersebut maka
diputuskanlah nama Kelurahan yang baru ini dengan sebutan Kelurahan Sialang.
4.2. Kondisi Wilayah
48
Wilayah Keluatahan Sialang Palembang terletak dalam wilayah pusat
Pemerintahan Kecamatan Sako yang sebagian besar merupakan daerah dataran
sedang dengan ketinggian 5 mdpl yang memiliki luas silayah ± 1.14 Ha dengan
suhu udara rata-rata berkisar 22 C – 32 C dan dengan batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sako / Sako Baru
Kota Palembang
- Sebelah Timut berbatasan dengan Kelurahan Lebong Gajah
Kecamatan Sematang Borang Kota Palembang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bukit Sangkal
Kecamatan Kalidoni Kota Palembang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukamaju / Bukit
Sangkal Kota Palembang.
4.3. Keadaan Umum
Berdasarkan data terakhir tentang Demografi di Kelurahan Sialang secara
singkat adalah sebagai berikut :
- Jumlah Penduduk : 20680 Jiwa
- Jumlah Kepala Keluarga : 4646 Jiwa
- Jumlah Rukun Warga : 22 RW
- Jumlah Rukun Tetangga : 68 RT.
- Kependudukan
a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
47
49
Laki-laki : 10392 Jiwa
Perempuan : 10288 Jiwa
Jumlah Penduduk : 20680 Jiwa
b. Jumlah Penduduk menurut Kewarganegaraan
WNI Pribumi : 20570 Jiwa
WNI Keturunan : 100 Jiwa
WNA : 0 Jiwa
c. Jumlah Penduduk menurut Kepala Keluarga
WNI Pribumi : 4621 Jiwa
WNI Keturunan : 25 Jiwa
WNA : 0 Jiwa
Jumlah KK : 4646 KK
d. Jumlah Penduduk menurut Agama
Islam : 20067 Jiwa
Kristen Protestan : 223 Jiwa
Katolik : 296 Jiwa
Budha : 44 Jiwa
Hindhu : 0 Jiwa
e. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencarian
Karyawan BUMN : 50 Jiwa
Pegawai Negeri : 3663 Jiwa
50
Pegawai Swasta : 302 Jiwa
Pensiunan : 59 Jiwa
TNI : 74 Jiwa
Polri : 175 Jiwa
Warakawiri : 0 Jiwa
Tani : 16 Jiwa
Buruh : 674 Jiwa
Dagang : 348 Jiwa
Mahasiswa : 7237 Jiwa
Wiraswasta : 251 Jiwa
Lain-lain : 7829 Jiwa
- Sarana Peribadatan
Masjid : 8 Buah
Gereja : 1 Buah
Mushollah : 7 Buah
- Sarana Pendidikan
Sekolah Dasar : 3 Buah
SMP Swasta : 1 Buah
SMA Swasta : 1 Buah
SM / Pertanian Swasta : 0 Buah
TK / TPA : 5 Buah
- Sarana Kesehatan
Puskesmas : 0 Buah
51
Polindes : 0 Buah
Posyandu : 8 Buah
Poskeskel : 1 Buah
4.4. Susunan Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAHAN KELURAHAN SIALANG
KECAMATAN SAKO KOTA PALEMBANG
LURAH
JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS
LURAHBABINSA
BABIN KAMTIBMAS
PLKB
STAF
STAF
STAF
KASI PEMERINTAHAN
KASI TRANTIB
KASI PEMBANGUNAN
KASIKES.SOS
52
4.5. Tugas Pokok dan Fungsi
Kelurahan Sialang dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari berpedoman
dengan Peraturan daerah NO.17 Tahun 2007 tentang Struktur Pemerintahan
Kelurahan dan Keputusan Walikota palembang No.101 tahun 2001-2005 tentang
uraian tugas pokok dan fungsi Kelurahan, yaitu:
- Melakukan kegiatan di bidang Pemerintahan
- Melakukan kegiatan dibidang Pembangunan
- Melakukan kegiatan dibidang Kemasyarakatan
- Melakukan kegiatan dibidang Ketentraman dan Ketertiban
● Bidang Pemerintahan
- Administrasi Kependudukan.
- Administrasi PBB.
- Perizinan
● Bidang Pembangunan
- Fasilitas Umum
- Fasilitas Sosial.
● Bidang Kemasyarakatan
- Membentuk Yayasan Masjid
STAF STAF STAF STAF
53
- Membentuk Koperasi Masjid
- Pembinaan IRMAS
- Pembinaan Posyandu
- Pembinaan Karang Taruna
- Pembinaan Pokmas . Dll.
● Bidang Ketentraman dan Ketertiban
- Pembinaan Poskamling.
- Pengawasan terhadap pelaksanaan Perda di masyarakat.
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari Lurah dibantu oleh Sekretaris
Lurah dan Kepala Seksi yaitu :
- Sekretaris Lurah
- Kasi Pemerintahan
- Kasi Trantib
- Kasi PMK
- Kasi Kasi Kesos
● Tugas Sekretaris dan Seksi Pembantu Lurah adalah sebagai berikut :
- Sekretaris Lurah
Bertugas membantu lurah dalam bidang pembinaan administrasi dan
memberikan pelayanan kepada seluruh perangkat Kelurahan
- Seksi Pemerintahan
Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang
pemerintahan umu, pembinaan wilayah dan masyarakat, administrasi
kependudukan dan catatan sipil serta pelaksanaan kesatuan bangsa
54
- Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang penertiban
pelaksanaan Perda dan Peraturan Perundang-undangan lainnya membina
perlindungan masyarakat, pelaksanaan rehabilitasi dan relokasi korban
bencana, operasionalisasi penertiban tempa usaha, bangunan usaha
informal, reklame, sarana dan prasarana umum, tempat hiburan,
membantu tempat pelaksanaan penyelesaian sengketa lainnya,
pelaksanaan pembinaan perlindungan masyarakat serta penertiban
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan mengenai
lingkungan.
- Seksi Pembangunan Masyarakat Kelurahan
Bertugas melaksanakan sebagian kewenangan lurah dibidang
pelaksanaan pembangunan masyarakat Kelurahan, Perekonomian,
Perbankan, Perkreditan rakyat, Perkoperasian, Peternakan, Peranian,
Perkebunan, Perikanan, Indusri Kecil, Usaha Informal dan Kehutanan,
serta meningkatkan kelancaran distribusi hasil produksi serta membanu
pelaksanaan pembinaan kelestarian lingkungan hidup.
- Seksi Kesejahteraan Sosial
Bertugas melaksanakan kewenangan lurah dibidang pelaksanaan
kesejahteraan masyaraka khususnya di wilayah Kelurahan Sialang
4.6. Visi dan Misi
- Visi
55
Menjadikan Kelurahan sebagai instansi yang mampu mengayomi
masyarakat dan mampu menyelenggarakan fungsi pemerintah secara
efektif dan efisien
- Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat
2. Meningkatkan tertib administrasi di segala bidang
3. Meningkakan peran serta masyarakat dalam pembangunan
4. Meningkatkan kinerja Aparatur
5. Mewujudkan kondisi masyarakat yang tertb, aman dan tentram.
4.7. Tujuan dan Sasaran
- Tujuan
Tujuan merupakan suatu kondisi yang akan dicapai pada masa
mendatang.maka itu .tujuannya antara lain
1. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Khususnya di Kelurahan
Sialang
2. Meningkatkan kompetensi aparatur kelurahan sesuai dengan tugas dan
fungsi.
3. Meningkatkan tanggung jawab kelurahan dalam pelaksanaan tugas
- Sasaran
56
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan secara spesific,
terukur, dalam jangka waktu tertentu yang secara berkesinambungan sejalan
dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil yang ingin dicapai itu adalah :
1. Semakin baiknya kualitas layanan kepada masyarakat
2. Tersedianya aparatur kelurahan dan kecamatan yang memiliki kompetensi
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3. Semakin besarnya kesadaran aparatur dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
57
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Data
Pada bab ini, seluruh data yang telah diperoleh melalui penyebaran
kuisoner kepada seluruh sampel penelitian tentang “Strategi Komunikasi
Pimpinan untuk Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kelurahan Sialang Kecamatan
Sako Kota Palembang”.
Data tersebut kemudian diijabarkan kedalam bentuk tabulasi.dari 25 orang
responden yang dijadikan sampel penelitian, semuanya mengembalikan angket
dan untuk memudahkan dalam menganalisanya, angket tersebut diberi skor sesuai
dengan kiteria jawaban yang sudah ditetapkan.
Dengan nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan ini maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yaitu “ Jika Strategi
Komunikasi Pimpinan dilaksanakan dengan baik, maka akan meningkatkan
kinerja pegawai di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota Palembang”.
58
5.1.2 Analisis Data Tentang Strategi Komunikasi Pimpinan untuk
Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kelurahan Sialang
5.1.2.1 Analisis Variabel Strategi Komunikasi Pimpinan dengan Pegawai
Tabel 5.1
Tanggapan Responden dalam Frekuensi Kehadiran dan Tatap Muka
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
23
2
0
0
0
92
8
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 1
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 23 orang responden atau
92% yang menyatakan sangat setuju, 2 orang responden atau sebanyak 8%
menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.2
Tanggapan Responden dalam Pemberian Informasi Prosedur Kerja
No Tanggapan Jumlah Presentase
57
59
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
20
5
0
0
0
80
20
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 2
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 20 orang responden atau
80% yang menyatakan sangat setuju, 5 orang responden atau sebanyak 20%
menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.3
Tanggapan Responden dalam Menggali Minat Pegawai
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
18
7
0
0
0
72
28
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 3
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 18 orang responden atau
72% yang menyatakan sangat setuju, 7 orang responden atau sebanyak 28%
menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
60
Tabel 5.4
Tanggapan Responden dalam Keterampilan
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
17
6
2
0
0
68
24
8
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 4
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 17 orang responden atau
68% yang menyatakan sangat setuju, 6 orang responden atau sebanyak 24%
menyatakan setuju, selebihnya sebanyak 2 orang responden atau sebanyak 8%
menyatakan ragu-ragu dan tidak ada responden yang menyatakan kurang setuju,
dan tidak setuju.
Tabel 5.5
Tanggapan Responden dalam Hubungan Timbal Balik antara Pimpinan
dengan Pegawai
No Tanggapan Jumlah Presentase
61
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
20
5
0
0
0
80
20
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 5
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 20 orang responden atau
80% yang menyatakan sangat setuju, 5 orang responden atau sebanyak 20%
menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
5.1.2.2 Analisis Variabel Peningkatan Kinerja
Tabel 5.6
Tanggapan Responden dalam Peningkatan Kinerja
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
21
4
0
0
0
84
16
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 6
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 21 orang responden atau
84% yang menyatakan sangat setuju, 4 orang responden atau sebanyak 16%
62
menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.7
Tanggapan Responden dalam Peningkatan Kerjasama
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
23
2
0
0
0
92
8
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 7
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 23 orang responden atau
92% yang menyatakan sangat setuju, 2 orang responden atau sebanyak 8%
menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.8
Tanggapan Responden dalam Kejujuran
No Tanggapan Jumlah Presentase
63
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
18
7
0
0
0
72
28
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 8
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 18 orang responden
atau 72% yang menyatakan sangat setuju, 7 orang responden atau sebanyak 28%
menyatakan setuju dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju.
Tabel 5.9
Tanggapan Responden dalam Motivasi Peningkatan Kinerja
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
14
8
3
0
0
56
32
12
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 9
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 14 orang responden atau
56% yang menyatakan sangat setuju, 8 orang responden atau sebanyak 32%
menyatakan setuju, selebihnya sebanyak 3 orang responden atau sebanyak 12%
64
menyatakan ragu-ragu dan tidak ada responden yang menyatakan kurang setuju,
dan tidak setuju.
Tabel 5.10
Tanggapan Responden dalam Peningkatan Keterampilan melalui
Pendidikan dan Pelatihan
No Tanggapan Jumlah Presentase
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Kurang Setuju
Tidak Setuju
21
4
0
0
0
84
16
0
0
0
Jumlah 25 100
Sumber : Jawaban Responden dari Pertanyaan No 10
dari data diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 21 orang responden atau
84% yang menyatakan sangat setuju, 4 orang responden atau sebanyak 16%
menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan ragu-ragu, kurang
setuju, dan tidak setuju
65
Tabel 5.11
Jawaban dari Masing-masing Responden untuk Variabel Bebas (X)
NONomor Items
JUMLAH1 2 3 4 5
1 5 5 5 4 5 24
2 5 5 5 4 5 24
3 5 4 4 3 5 21
4 5 5 5 5 5 25
5 5 4 5 4 5 23
6 5 4 5 4 5 23
7 5 5 5 5 4 24
8 4 5 5 5 4 23
9 5 4 5 5 5 24
10 5 4 5 5 5 24
11 4 5 5 3 4 22
12 5 4 4 3 4 20
13 3 5 4 4 5 21
14 5 4 4 4 4 21
15 5 3 4 5 5 22
16 5 4 5 4 4 22
17 5 5 5 5 5 25
66
18 5 5 5 5 5 25
19 4 5 4 5 4 22
20 5 5 4 4 4 22
21 5 4 5 5 5 24
22 5 5 5 5 4 24
23 4 5 5 3 5 22
24 5 5 4 5 5 24
25 4 4 5 5 5 22
JUMLAH 573
Tabel 5.12
Jawaban dari Masing-masing Responden untuk Variabel Terikat (Y)
NoNomor Items
Jumlah1 2 3 4 5
1 5 5 4 4 5 23
2 5 5 5 4 5 24
3 5 4 4 3 5 21
4 5 5 5 4 5 24
5 5 4 4 4 5 22
6 5 4 5 3 5 22
7 5 4 5 4 4 22
8 4 5 5 4 4 22
9 5 4 5 4 5 23
10 5 4 5 4 4 22
11 4 5 5 3 4 22
12 5 5 4 3 5 22
13 5 5 4 4 5 23
14 5 4 4 4 4 21
15 5 4 4 5 5 22
16 5 4 5 4 4 22
17 5 5 4 4 5 23
67
18 5 5 5 4 4 23
19 4 5 4 5 4 22
20 5 5 4 4 4 22
21 5 4 5 4 5 23
22 5 5 5 5 4 24
23 4 5 5 3 5 22
24 5 5 4 3 5 22
25 4 4 5 4 5 21
JUMLAH 559
Tabel 5.13
Jawaban Nilai Jawaban Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y)
Responden X Y X.Y X2 Y2
1 24 23 552 576 529
2 24 24 576 576 576
3 21 21 441 441 441
4 25 24 600 625 576
5 23 22 506 529 484
6 23 22 506 529 484
7 24 22 528 576 484
8 23 22 506 529 484
9 24 23 552 576 529
10 24 22 552 576 484
11 22 22 484 484 484
12 20 22 440 400 484
13 21 23 483 441 529
14 21 21 441 441 441
15 22 22 484 484 484
16 22 22 484 484 484
17 25 23 575 625 529
18 25 23 575 625 529
19 22 22 484 484 484
68
20 22 22 484 484 484
21 24 23 552 576 529
22 24 24 576 576 576
23 22 22 484 484 484
24 24 22 528 576 484
25 22 21 462 484 484
Jumlah 573 559 12855 13181 12560
5.2. Pengujian Hipotesis
Jadi jumlah nilai variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) adalah
∑X = 573
∑Y = 559
∑X2 = 13181
∑Y2 = 12560
∑XY = 12855
N∑XY – (∑X) (∑Y)
rxy = √ {N∑X2 – (∑X) 2 } {N∑Y2 – (∑Y)2}
25.12855 – (573) (559)
rxy = √ {25.13181) – (573) 2 } {25.12560) - (559)2}
321375 – 320307
rxy = √ { (329525) – (328329) } {314000)– (312481)}
1068
rxy = √ (1196) (1519)
1068
69
rxy = √ 1816724
1068
rxy = 1347,85
rxy = 0,792
berdasarkan perhitungan hasil pengujian hipotesis tersebut, maka
didapatkan nilai variabel X dan Y adalah 0,792.
Dari perhitungan hasil pengujian hipotesis tersebut maka didapatkan nila
variabel X dan Y adalah 0,792 sedangkan tabel kritik untuk sample 25 orang
adalah sebesar 0,396 dengan derajat kebenaran 5% artinya hipotesa yang diajukan
dapat diterima ( terdapat hubungan baik ).
Untuk menguji hipotesis digunakan formulasi r product moment :
H0 : b1 = 0 (tidak berpengaruh)
H1 : b1 ≠ 0 (berpengaruh nyata)
Dengan taraf kesalahan , N = 25 diketahui r table = 0,394 , bila r hitung
< r tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila r dihitung >
tabel maka H1 diterima dan H0 ditolak. Karena r hiung > dari r tabel maka H1
diterima.dengan membandingkan nilai r tersebut ternyata r hitung > r tabel maka
dapat penulis simpulkan bahwa hipotesis dapat diterima.
Dengan demikian, berarti strategi komunikasi pimpinan dengan pegawai
dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Kota
Palembang dikatakan baik dan berhasil.
70
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil uji hipotesis yang telah penulis uraikan diatas,
maka penulis berkesimpulan antara lain sebagai berikut ini :
1. Hubungan antara variabel X dan Y dilakukan dengan melihat besarnya
korelasi dari hasil perhitungan. Adapun kedua variabel yang telah diuji
yakni . Dengan demikian hasil penelitian ini dapat menjawab rumusan
masalah.
2. Frekuensi tatap muka dari pimpinan kepada bawahan dapat meningkatkan
kedisiplinan apabila para bawahan mempunyai kemampuan dalam
melaksanakan tugas masing-masing. Hal ini dapat dibuktikan dari analisis
tanggapan responden tersebut.
3. Efektivitas pesan yang disampaikan oleh pimpinan melalui komunikasi
antar pribadi dapat member motivasi para bawahan untuk melaksanakan
71
pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, sehingga pekerjaan yang diberikan
berjalan dengan lancar.
4. Melalui komunikasi personal yang dilakukan pimpinan dengan pegawai,
dapat terlihat efek pesan dalam menimbulkan inisiatif dan rasa tanggung
jawab dari bawahan terhadap pekerjaan yang telah ditugaskan pimpinan
kepadanya, dengan demikian kinerja pegawai dapat tercapai dengan lebih
baik.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka penulis dapat
mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan tugas pendekatan antara atasan dengan bawahan
lebih ditingkatkan lagi
2. Untuk meningkatkan kinerja pegawai perlu memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi yang baik agar bawahan dapat melaksanakan tugas nya
dengan baik dan lancar.
3. Mengingatnya pentingnya komunikasi persuasif dalam bersosialisasi
dengan pegawai, maka pimpinan dapat lebih meningkatkan intensitas
pertemuan sehingga member kesan bagi para pegawai
70
72
TABEL
Interval Kepercayaan
N 95% 99%
Interval Kepercayaan
N 95% 99%
Interval Kepercayaan
N 95% 99%
73
3 0,997 0,9994 0,950 0,9905 0,878 0,9596 0,811 0,9177 0,754 0,874
8 0,707 0,8349 0,666 0,79810 0,632 0,76511 0,602 0,73512 0,572 0,708
13 0,533 0,68414 0,532 0,66115 0,514 0,64116 0,497 0,62317 0,482 0,606
18 0,468 0,59019 0,456 0,57520 0,444 0,56121 0,433 0,54922 0,423 0,538 23 0,413 0,52724 0,404 0,51625 0,386 0,507
26 0,388 0,49627 0,381 0,487 28 0,374 0,47829 0,367 0,47030 0,361 0,463
31 0,355 0,45632 0,349 0,44933 0,344 0,44234 0,339 0,43635 0,334 0,440
36 0,329 0,42437 0,325 0,41838 0,320 0,41339 0,316 0,40840 0,312 0,403
41 0,308 0,39642 0,304 0,39343 0,301 0,38944 0,297 0,38445 0,294 0,380
46 0,291 0,37647 0,288 0,37248 0,284 0,36849 0,281 0,36450 0,277 0,360
55 0,266 0,35660 0,254 0,33065 0,244 0,31770 0,235 0,30675 0,227 0,297
80 0,220 0,28685 0,213 0,278 90 0,207 0,27095 0,202 0,263100 0,195 0,256 125 0,176 0,230150 0,159 0,210175 0,148 0,194200 0,138 0,181300 0,113 0,148
400 0,098 0,127500 0,088 0,116
600 0,080 0,106700 0,074 0.097
800 0,070 0.090900 0,065 0,087
1.000 0,062 0.081
Tabel Harga Kritik Product Moment
DAFTAR PUSTAKA
74
Kohler, Pengertian & Model Komunikasi (1981)
Astrid Susanto , Komunikasi dalam Teori dan Praktek (1997),
Penerbit PT.Gunung Agung
Teguh Meinandar, Dasar-dasar Jurnalistik
Penerbit PT.Gunung Agung
Arikonto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Penerbit PT. Bina Aksara. Tahun 1987.
Siagian, Manajemen Strategi
Penerbit Bumi Aksara
, 2001, Dimensi-dimensi Komunikasi, Alumni Bandung
Hadi, Sutrisno, 1997, Metedologi research, Jilid 1, Cetakan kedua puluh
sembilaan, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Handoko, T, Hani, 1986, Manajemen, Edisi kedua, BPEE., Yogyakarta.
Lateiner, A.R., and Lavine, J.E, 1990, Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja,
Terjemahan Aksra Baru, Jakarta
Agustiarsyah Nur, Pemimpin dan Pengikut, Penerbit PT. Gunung Agung,
Jakarta, Tahun 1991.
Manulang, Pengembangan Pegawai, Medan, Cetakan Ke-3.
Onong Uchna Efendi, Komunikasi dan Kepemimpinan,
Penerbit, Ghalia Indonesia, Jakarta, Tahun 1993.
75
R.A Sastropetro, Partisipasi Komunikasi Persuasif dan Disiplin Dalam
Pembangunan Nasional, Bandung, Tahun 1986.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi
Bandung:CV Alphabeta
Muhammad Nasir, Metode Penelitian Komunikasi
Jakarta: Ghalia Indonesia. Margaretha, Farah. (2005).
Suharisimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1998
Jalludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi
Bandung: Rosdakarya
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian
Rajawali Pers
Syofian Sirega, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian
Rajawali Pers
Angket Pertanyaan
76
Identitas Pengisi :
1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
Pertanyaan :
1. Variabel bebas yaitu Strategi Komunikasi Pimpinan dengan Pegawai
1. Dengan ditingkatkannya frekuensi kehadiran dan tatap muka antara atasan
dengan bawahan diharapkan dapat memberi informasi yang berharga pada
bawahan dalam meningkatkan kinerja pegawai.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
2. Menurut anda, sebaiknya pemberian informasi tentang prosedur kerja
perlu ditingkatkan oleh atasan kepada bawahan guna meningkatkan kinerja
pegawai?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
3. Frekuensi tatap muka perlu ditingkatkan untuk menggali minta pegawai.
Untuk itu pembinaan merupakan sesuatu yang diperlukan dalam
meningkatkan kinerja pegawai.
77
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
4. Setujuhkan Frekuensi Pendidikan serta Pelatihan juga ditingkatkan dalam
meningkatkan keterampilan oleh atasan kepada bawahan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
5. Bila isi pesan mudah dimengerti, tentu tujuan komunikasi akan mudah
dicapai, hal ini menunjukkan bahwa hubungan timbal balik antara
pimpinan dengan pegawai dapat terjaga.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
II. Variabel Terikat yaitu Meningkatkan Kinerja
78
6. Kinerja pegawai dapat ditingkatkan jika pesan-pesan yang disampaikan
dari atasan kepada bawahan dapa bermakna, sehingga dapat mendorong
kelangsungan hidup pegawai itu sendiri.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
7. Upaya untuk meningkatkan kerjasama dapat dilakukan jika para bawahan
kebutuhannya terpenuhi dengan adil.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
8. Kerjasama dapat ditingkatkan jika atasan berlaku jujur, bijaksana, sehingga
perlu adanya moivasi dari atasan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
9. Setiap pekerjaan dapat diingkatkan, jika dapat memenuhi kebutuhan
seseorang sehingga para bawahan termotivasi sesuai keterampilan yang
diperoleh oleh dari atasannya.
79
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju
10. Suatu Kebanggan tersendiri bagi seseorang dapat bekerja dengan baik dan
lancar, untuk itu keterampilan dapat perlu ditingkatkan baik melalui
pendidikan maupun pelatihan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang Setuju
e. Tidak Setuju