skripsi - repo.stikesperintis.ac.idrepo.stikesperintis.ac.id/65/1/16 nuria oraini kgd.pdfmetode...

106
SKRIPSI HUBUNGAN KETEPATAN GOLDEN PERIOD” DENGAN DERAJAT KERUSAKAN NEUROLOGI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DIRUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI TAHUN 2018 PENELITIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Oleh : NURIA OKRAINI 14103084105022 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAHATAN PERINTIS PADANG TAHUN 2018

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

19 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    HUBUNGAN KETEPATAN “GOLDEN PERIOD” DENGAN DERAJAT

    KERUSAKAN NEUROLOGI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

    DIRUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH

    SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI

    TAHUN 2018

    PENELITIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

    Oleh :

    NURIA OKRAINI

    14103084105022

    PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAHATAN

    PERINTIS PADANG

    TAHUN 2018

  • SKRIPSI

    HUBUNGAN KETEPATAN “GOLDEN PERIOD” DENGAN DERAJAT

    KERUSAKAN NEUROLOGI PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

    DIRUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH

    SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI

    TAHUN 2018

    PENELITIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

    Keperawatan Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan

    Oleh :

    NURIA OKRAINI

    14103084105022

    PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAHATAN

    PERINTIS PADANG

    TAHUN 20S18

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. IDENTITAS DIRI

    Nama : Nuria Okraini

    Umur : 23 Tahun

    Tempat/tanggal lahir : Lasi Tuo, 24 Oktober 1995

    Agama : Islam

    Asal : Lasi Tuo

    Alamat : Lasi Tuo, Kec. Candung, KAB. AGAM

    Kebangsaan : Indonesia

    Jumlah saudara : 4

    Anak ke : 4

    B. IDENTITAS ORANG TUA

    Nama ayah : Jasri

    Nama ibu : Masidar

    Alamat : Lasi Tuo, Kec. Candung, KAB. AGAM

    C. RIWAYAT PENDIDIKAN

    NO Pendidikan

    Tempat Tamat

    Tahun

    1 SDN 07 LASI TUO

    Lasi Tuo, Kec. Candung,

    KAB. AGAM

    2002-2008

    2 SMPN 03 CANDUNG

    Pasanehan, Kec. Candung,

    KAB. AGAM

    2008-2011

    3 SMAN 01 CANDUNG

    Lasi, Kec. Candung,

    KAB.AGAM

    2011-2014

    4 Program Studi Sarjana

    Keperawatan STIKes

    Perintis Padang

    Jl. Kusuma Bhakti Kel Kubu

    Gulai Bancah.

    2014-2018

  • Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Perintis Padang

    Skripsi, juli 2018

    Nuria Okraini

    14103084105022

    Hubungan Ketepatan GoldenPeriod Dengan Derajat Kerusakan Neurologi Pada

    Pasien Stroke Iskemik Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi Tahun 2018

    Vii + VI BAB + 69 Halaman + 4 Tabel + 2 Skema + 8 Lampiran

    ABSTRAK

    Stroke merupakan penyakit kerusakan neurologis dan fungsional yang terjadi secara mendadak

    disebabkan karena kurangnya atau terputusnya aliran darah yang mengalir keotak akibat adanya

    gumpalan darah, plak atau karena pecahnya pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi

    secara tiba-tiba ke otak. Kecacatan dan kematian pada pasien stroke iskemik merupakan salah

    satu akibat ketidak tepatan waktu kedatangan pasien kerumah sakit yakni lebih dari 4,5 jam

    setelah terjadinya serangan. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

    ketepatan golden period dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di

    ruang intalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018. Metode

    penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan cross

    sectional. Populasi adalah pasien stroke iskemik yang mengalami serangan stroke pertama kali

    datang ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi yang berjumlah 150 orang. Sampel

    penelitian sebanyak 60 orang pasien. Instrumen penelitian berupa kuisioner dengan beberapa

    pertanyaan. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan uji

    statistic chi square pada batas kemaknaan 0,05. Hasil penelitian didapatkan lebih dari separoh

    yaitu 61,7% responden mengalami ketidaktepatan golden period pada pasien stroke iskemik,

    dan 28,3% responden memiliki derajat kerusakan neurologi sedang dan berat yang tergolong

    pada kategori golden period tidak tepat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p< α)

    maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara ketepatan golden period

    dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang IGD Rumah Sakit

    Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018. Disarankan bagi keluarga supaya pasien cepat dibawa

    kerumah sakit sehinggga pasien tepat dan cepat ditolong oleh tenaga kesehatan.

    Kata Kunci : Derajat Kerusakan Neurologi,Ketepatan Golden Period

    Daftar Bacaan : 16 (2003-2016)

  • Program Of Nursing Study

    Perintis, School of health sclence padang

    Undergraduate scription, July 2018

    Nuria Okraini

    14103084105022`

    The Correlation of Accuracy “Golden Period” With the Degree of Neurogical

    Damage on Ischemic Stroke Patients in the Emergency Room at the National Stroke

    Hospital Bukittinggi 2018

    Vii + VI BAB + 69 Page + 4 Table+ 2 Scema + 8 Attachments

    ABSTRACT

    Stroke is diseases of neurological and functional damage that happen suddenly because of the

    lack or decreased of blood flow to the brain consequence a blood clots, plaque will be due tu

    rupture of blood vessels as a consequence hypertension that happen suddenly to the brain.

    Death and disability on ischemic stroke patients are one of the consequences of inaccuracy

    arrival of patients to the hospital that is more than 4.5 hours after the attack. Based on the

    problem, the purpose of this research is to know the correlation of accuracy golden period the

    degree of neurological damage on ischemic stroke patients in the emergency room at the

    national stroke hospital Bukittinggi 2018. This research used cross sectional descriptive

    analytic. Population is the ischemic stroke patients who suffered the first stroke attack came to

    the emergency room at the national stroke hospital Bukittinggi which amounted to 150 people.

    The research sample counted 60 patients. The instrument form of quetionnaire with some

    questions. Processing and data analysis performed by computerized using chi square statistical

    test on the boundary 0,05. The result obtained more than half of that 61,7%. Respondents. Had

    medium and heavy degrees of neurological damage that classified inaccuracy golden period

    category. The result of statistical test obtained value p = 0,000 (p < α) it can be conclude that

    there is significant the correlation between the accuracy of golden period with the degree of

    neurological damage on the ischemic stroke patients in the emergency room at the national

    stroke hospital 2018. Recomended for health care institution to more improve the health service

    referral system.

    Keywords : degree neurological damage, accuracy golden period

    References : 16 (2003-2016)

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat

    dan karunia- Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

    dengan judul “Hubungan Ketepatan “Golden Period” Dengan Derajat Kerusakan

    Neurologi Pada Pasien Stroke Iskemik Diruang Instalasi Gawat Darurat Rumah

    Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018” sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak

    mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, pada kesempatan

    ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah

    memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan :

    1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed. Selaku Ketua STIKes Perintis Padang.

    2. Ibu Ns. Ida Suryati, M. Kep. Selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

    STIKes Perintis Padang.

    3. Bapak Ns. Muhammad Arif, M. Kep. Selaku pembimbing I yang telah banyak

    memberikan petunjuk, arahan, yang sangat bermanfaat sehingga peneliti dapat

    meneruskan skripsi ini.

    4. Bapak Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, M.M. Selaku pembimbing II yang telah

    banyak memberikan petunjuk, arahan yang sangat bermanfaat sehingga peneliti

    dapat meneruskan skripsi ini.

    5. Dosen dan staf Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Perintis Padang

    yang telah memberikan bimbingan, bekal ilmu pengetahuan dan bantuan kepada

    peneliti dalam menyusun laporan penelitian ini.

  • 6. Direktur RSSN Bukittinggi yang telah memberikan rekomendasi dan izin

    kepada peneliti untuk mengambil data guna penelitian.

    7. Para sahabat dan teman-teman yang telah sama-sama berjuang dalam suka dan

    duka menjalani pendidikan ini.

    8. Teristimewa buat orang tua dan keluarga yang selalu memberikan do’a dan

    dukungan yang tidak terhingga.

    Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat

    kekurangan. Hal ini bukan lah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu

    dan kemampuan peneliti. Untuk itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan dan

    saran yang bersifat membangun dari smua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

    Akhir kata peneliti berharap skripsi ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri

    dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendo’akan semoga segala bantuan

    yang telah di berikan, mendapatkan balasan dari Allah SWT amin.

    Bukittinggi,

    Peneliti

  • DAFTAR ISI

    HAL

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN PERSETUJUAN

    KATA PENGANTAR............................................................................... i

    DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. v

    DAFTAR SKEMA.................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL..................................................................................... vii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................. 9 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian................................................................. 10 1.5 Ruang Lingkup penelitian...................................................... 11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Stroke....................................................................................... 12

    2.2 Stroke Iskemik......................................................................... 16

    2.3 Derajat Kerusakan Neurologi Stroke....................................... 27

    2.4 Ketepatan Golden Period........................................................ 35

    2.5 Kerangka Teori......................................................................... 41

    BAB III KERANGKA KONSEP

    3.1 Kerangka Konsep............................................................................ 42

    3.2 Definisi Operasional................................................................. 43 3.3 Hipotesi............................................................................................ 45

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 Desian dan Metode Penelitian.......................................................... 46

    4.2 Tempat Penelitian dan Waktu penelitian.......................................... 46

    4.3 Populasi dan Sampel......................................................................... 47

    4.4 Sampling........................................................................................... 49

    4.5 Pengumpulan Data............................................................................ 50

  • 4.6 Cara Pengelolaan dan Analisa Data................................................. 52

    4.7 Etika penelitian................................................................................. 56

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN

    5.1 Hasil Penelitian……………………………………………………. 58

    5.2 Pembahasan………………………………………………………... 61

    BAB VI PENUTUP

    6.1 Kesimpulan………………………………………………………… 68

    6.2 Saran……………………………………………………………….. 69

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembaran Permohonan Menjadi Responden

    Lampiran 2 Lembaran Informed Consent

    Lampiran 3 Kisi-Kisi Kuesioner

    Lampiran 4 Lembaran Observasi, Lembaran Kuesioner ketepatan Golden Period

    Dan Lembaran Kuesioner Derajat Kerusakan Neurologi

    Lampiran 5 Lembaran Master Tabel

    Lampiran 6 Lembaran Surat izin pengambilan data dan penelitian

    Lampiran 7 Lembaran konsultasi

    Lampiran 8 Lembaran jadwal kegiatan

  • DAFTAR SKEMA

    Skema 2.1 Kerangka Teori...................................................................... 41

    Skema 2.2 Kerangka Konsep.................................................................. 42

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Definisi Operasional............................................................................. 43

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Ketepatan Golden Period................................... 59

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Derajat kerusakan Neurologi .............................. 59

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Ketepatan “Golden Period”

    dengan Derajat Kerusakan Neurologi.................................................... 60

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Stroke merupakan kegawat daruratan medik yang menjadi salah penyebab kematian

    dan kecacatan di dunia. Stroke membunuh 1 orang dalam 6 detik di dunia dengan

    perkiraan 15 juta orang di dunia terserang stroke setiap tahunnya. 5 juta

    diantaranya meninggal dan 5 juta lainnya mengalami kecacatan permanen. Di

    negara berkembang salah satunya indonesia, angka kejadian stroke semakin

    meningkat tajam. Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah penderita

    stroke terbesar di dunia. Stroke ini menyumbang 11.8 % dari total di indonesia

    dan merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan yang diprediksi beban

    penyakit maupun ekonomi akibat stroke, stroke akan semakin meningkat pada

    tahun 2020 (Iskandar,J. 2011).

    Stroke merupakan penyakit kerusakan neurologis dan fungsional yang terjadi

    secara mendadak disebabkan karena kurangnya atau terputusnya aliran darah

    yang mengalir keotak akibat adanya gumpalan darah, plak , atau karena pecahnya

    pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi secara tiba-tiba ke otak. Hal ini

    mengakibatkan sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen serta energi dan

    menyebabkan kerusakan otak permanen yang mengakibatkan kecacatan sampai

    kematian dini ( Depkes RI, 2013).

  • World Health Organizatin (WHO) 2009 menyatakan stroke adalah tanda-tanda

    klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global,

    dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat

    menyebabkan kematian, tampa adanya peyebab lain selain gangguan vaskuler

    (Misbach ddk, 2011). Stroke diklasifikasi kan menjadi stroke hemoragik dan

    stroke iskemik. Stroke hemoragik merupakan penyakit kerusakan neurologi otak

    fokal dan global akibat terhambatnya aliran darah keotak yang disebabkan oleh

    perdarahan suatu arteri serebralis. Stroke iskemik merupakan pembuluh darah

    yang mengalami pemyumbatan, sehingga bagian otak yang seharusnya mendapa

    suplai darah dari cabang pembuluh darah tersebut akan terganggu karena tidak

    mendapat suplai oksigen sebagaimana mestinya (Alway dkk, 2012). Stroke

    iskemik disebabkan oleh penyakit ateroskelerotis (menumpuknya lemak dan

    kolesterol di dinding arteri) pada pembuluh darah yang mengedarkan darah ke

    otak. Faktor resiko terjadinya ateroslerotis adalah merokok, hipertensi,

    hiperlipidemia, fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik, penyakit katup jantung,

    obesitas, diit tidak sehat, dan kurang aktivitas (Gofir A, 2009).

    World Health Organization (WHO) 2009 menyatakan penderita stroke iskemik

    yang meninggal di dunia adalah 7,2 juta jiwa (12,2%), dan penyakit jantung 5,7

    juta jiwa (9,7%). Insidens rate penyakit stroke iskemik untuk serangan pertama

    adalah 9 juta jiwa. Setiap tahun hampir 700.000 orang amerika mengalami stroke

    ,dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Badan kesehatan dunia

    memprediksi bahwa kematian stroke akan meningkat seiring dengan kematian

  • akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta terjadi kasus stroke pada

    tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2013. Tercatatat hampir setiap 45 detik

    terjadi kasus stroke dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.

    Provinsi Sumatra Barat menepati urutan ke 10 terbanyak penderita stroke yaitu

    sebanyak 7,4 per 1000 penduduk setelah penyakit ketuaan atau lansia, jantung,

    hipertensi, diabetes mellitus (kementrian kesehatan RI 2013). Ini di pengaruhi

    budaya makan masyarakat Sumatra Barat selalu banyak mengandung kelestrol

    dan lemak yang sangat tinggi. Makanan yang berlemak berasal dari santan kelapa

    dan jeroan yang mengakibatkan plasma darah lebih kental dan banyak mengandung

    lemak jenus, sehingga menciptakan kandungan kolesterol dalam darah menjadi

    meningkat, dan menghambat atau bahkan menyumbat aliran darah sampai

    terjadi gangguan dan kerusakan neurologi. (Misbach dkk, 2011)

    Kerusakan neurologi yang di derita pasien stroke iskemik seperti tidak mampu

    berbicara atau kemampuan berkomunikasi berkurang, tidak mampu berjalan

    secara mandiri, perlu bantuan orang lain atau alat, gangguan buang air besar dan

    buang airkecil, serta gangguan makan. Adapun untuk menilai derajat kerusakan

    neurologis pasien stroke. Tujuannya Untuk menilai tingkat derajat kerusakan

    pasca stroke iskemik dapat digunakan beberapa sistem, diantaranya menggunakan

    skala rankin yang dimodifikasi ( The Modification Rankim Scale) dengan skala

    sebagai berikut.

  • Derajat kerusakan fungsi neourologi psikologis motorik yaitu Derajat kerusakan

    0 tidak ada perubahan. Derajat kerusakan neurologi 1 yaitu penyembuhan akan

    sempurna tanpa ada masalah motorik dan sensorik, hampir tidak ada gangguan

    fungsi aktifitas sehari-hari, pasien mampu melakukan tugas dan kewajibannya.

    Derajat kerusakan neurologi 2 yaitu pasien tidak mampu melakukan beberapa

    aktivitas seperti sebelumnya, tetapi tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan

    orang lain. Derajat kerusakan neurologi 3 yaitu pasien memerlukan bantuan orang

    lain tetapi masih mampu berjalan tanpa bantuan orang lain, walau mungkin

    menggunakan tongkan. Derajat kerusakan neurologi 4 yaitu pasien tidak dapat

    berjalan tanpa bantuan orang lain, perlu bantuanorang lain untuk menyelesaikan

    sebagian aktivitas diri seperti mandi, pergi ke toilet, merias diri, dan lain-lain.

    Derajat kerusakan neurologi 5 yaitu pasien terpaksa berbaring di tempat tidur dan

    buang air besar dan kecil tidak terasa (inkotinensia), selalu memerlukan perawatan

    dan perhatian. ( Iskandar J, 2011).

    Status kerusakan neorologis mengarah pada konsep multidimensi yang melihat

    karakteristik kemampuan individu untuk berperan penuh dalam memenuhi

    kebutuhan hidup, termaksud kebutuhan dasar, pemeliharaan kesehatan serta

    kesejahteraan, status fungsional merupakan suatu kemampuan individu untuk

    menggunakan kapasitas fisik yang dimilikinya untuk memenuhi kewajiban hidup

    meliputi melaksanakan aktifitas fisik, perawatan diri, pemeliharaan diri sehingga

    dapat meningkatkan kesehatan individu (Wilkinson, dalam Iskandar J, 2011).

  • Ketidakmampuan fisik merupakan suatu kondisi kehilangan kemampuan anatomi

    atau kerusakan muskuloskeletal, neurologi, respirasi, kardiovaskuler, akibat cidera,

    peyakit atau kelainan kongenital dan secara signifikan mengganggu dan membatasi

    setidaknya satu aktivitas kehidupan yang utama dari seorang manusia. Lebih dari

    30% pasien stroke membutuhkan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan

    sekitar 15% membutuhkan bantuan di fasilitas pelayanan seperti rumah sakit dan

    pusat rehabilitasi (Ginsberg, 2008).

    Pengobatan stroke menentukan kualitas hidup pasien dan bahkan mencegah

    kematian. Sehingga motto tatalaksana pasien stroke adalah “ time is brain”. Oleh

    karena itu perawatan harus dilakukan di unit stroke. selain sudah diakui

    kelebihanya oleh organisasi stroke internasional, perawatan di unit stroke dilakukan

    oleh multi disiplin yang terdiri dari dokter ahli saraf, perawat khusus stroke,

    fisioterapi, terapi bicara dan okupasi, serta ahli nutrisi, prinsip menejemen stroke.

    (Misbach, 2011)

    Menurut Al Rasyid (2007) dalam menejemen stroke bahwa 80% stroke iskemik

    berulang dapat dicegah dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan pengobatan.

    Modifikasi gaya hidup untuk pencegahan stroke berulang meliputi penurunan berat

    badan dan diit yang sehat, kurangi konsumsi alkohol dan aktifitas fisik, berhenti

    merokok.

  • Berdasarkan hasil penelitian Wahid (2015) menyebutkan bahwa 33 responden

    mengalami serangan stroke ketika berada di rumah. Maka dari saat itu pada saat

    terjadi serangan stroke terjadi kerusakan neurologi dan keluarga berperan penting

    dalam pengambilan keputusan dalam perawatan pasien stroke. Stroke adalah

    masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang

    siapa saja dan kapanpun, tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun ras.

    Berdasarkan data terbaru riset kesehatan dasar tahun 2013 menyebutkan stroke

    menjadi penyebab utama kecacatan pada orang dewasa dan kematian prevenlensi

    stroke di indonesia menjadi 12,1 per 1.000 penduduk. Prevalensi stroke

    kecacatan dan kematian tertinggi terdapat di provinsi sulawesi utara 10.8 % dan

    terendah di provinsi papua (2,3).

    Widi (2013) menyatakan bahwa salah satu kunci penting dalam mengurangi

    kematian dan meminimalkan kerusakan otak yang di timbulkan oleh stroke iskemik

    adalah memberikan penanganan yang cepat dan tepat (Golden Period). Fassbender

    (2013) menyatakan bahwa waktu yang paling direkomendasikan pada pasien

    stroke adalah 3-4.5 jam yang disebut golden period. Jika penangan stroke

    diberikan lebih dari rentang waktu ( golden period) maka kerusakan neorologis

    yang dialami pasien akan bersifat permanen.

    Hal yang mempengaruhi ketepatan waktu (golden period) pasien dibawa kerumah

    sakit yaitu transportasi, ekonomi dan keluarga sangat berperan penting dalam

    upaya-upaya saat pasien dibawa kerumah sakit saat terserang stroke sehingga

  • sejak awal perawatan keluarga diharapkan terlibat dalam penangan pasien untuk

    ketepatan golden period (Misbach, 2011).

    Golden period (Waktu emas) ini sangat efektif untuk tujuan utama penanganan

    stroke iskemik yaitu menyelamatkan jaringan otak yang menderita kekurangan

    pasokan nutrisi dan oksigen. Obat stroke tepat di berikan saat golden periot, karena

    obat stroke bekerja sebagai penghancur sumbatan (trombolisis). Beberapa faktor

    yang mempengaruhi keterlambatan golden hour pasien stroke yang terdapat dalam

    pizon (2010) adalah tingkat pengetahuan, pendidikan, persepsi, transportasi,

    ekonomi. Pentingnya pengetahuan tentang golden period pada stroke dapat

    menekankan angka kematiandan kecacatan pada penderita. Serta mengetahui

    tingkat derajat kerusakan neurologis pada pasien stroke iskemik, dan pencegahan

    stroke dapat dihindari dengan melakukan pengobatan dengan benar saat masih

    dalam golden period.

    Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi merupakan bagian dari sistem pelayanan

    kesehatan di Bukittinggi, selain melaksanakan pelayanan kesehatan kuratif dan

    rehabilitatif juga berperan melaksanakan kegiatan promotif dan preventif

    dibidang kesehatan. Pada tahun 2015 Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

    telah menerima pasien di IGD sebanyak 3.066 orang dan tahun 2016 sebanyak

    4.802 orang (Medical Record RRSN, 2015), sedangkan jumlah pasien stroke

    iskemik yang masuk ke IGD tahun 2015 sebanyak 1.538 orang dan stroke

    hemoragik 675 orang dan tahun 2016 stroke iskemik sebanyak 1.723 orang

  • dan stroke hemoragik sebanyak 692 orang. Disini tergambar pasien strok iskemik

    lebih banyak dari pada pasien stroke hemoragik. Berdasarkan klinikal pathway

    RSSN Bukittinggi dari pasien masuk ke IGD.

    Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan oktober tahun 2017 tentang

    ketepatan Golden period terhadap 7 orang pasien stroke iskemik, didapatkan ada

    perbedaan derajat kerusakan neurologi pasien stroke iskemik saat masuk ke IGD

    diantaranya, 3 orang dengan waktu golden period kurang dari 3- 4,5 yaitu pasien

    cepat mendapat pertolong oleh perawat IGD, serta kerusakan neurologi yang di

    alami pasien tidak parah seperti pasien mampu melakukan aktivitas sendiri, pasien

    tidak kehilangan kemampuan berkomunikasi, pasien bisa berjalan tanpa bantuan

    orang lain atau alat, serta tidak ada gangguan makan, buang air besar, buang air

    kecil. Dan 4 orang dengan waktu golden period lebih dari 3-4.5 yaitu pasien

    lambat mendapat pertolongan dari perawat IGD dikarenakan oleh jarak yang jauh,

    transportasi yang tidak memadai, ekonomi pasien dan serta pengambilan keputusan

    keluarga, serta kerusakan neurologi yang di alami pasien seperti pasien tidak

    mampu melakukan ktivitas sendiri, pasien kehilangan kemampuan berkomunikasi,

    pasien tidak bisa berjalan tanpa bantuan orang lain atau alat, serta mengalami

    gangguan makan, buang air besar, buang air kecil.

    Berdasarkan fenomena diatas serta data yang didapat oleh peneliti. Maka peneliti

    tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Ketepatan Golden

    Period” Dengan Derajat Kerusakan Neurologi Pada Pasien Stroke Iskemik Di

  • Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun

    2018.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hubungan ketepatan

    “golden period” dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik

    di ruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun

    2018.

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan ketepatan “golden period” dengan derajat

    kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang instalasi gawat

    darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Diketahui distribusi frekuensi ketepatan golden period pada pasien

    stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi tahun 2018.

    2. Diketahui distribusi frekuensi derajat kerusakan neurologi pada pasien

    stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi Tahun 2018.

  • 3. Mengetahui hubungan ketepatan “golden period” dengan derajat kerusakan

    neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang instalasi gawat darurat

    Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi Penulis

    Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penerapan metode

    ilmiah, khususnya hubungan ketepatan “golden period” dengan derajat

    kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik .

    1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

    Penelitian tentang hubungan ketepatan golden period dengan derajat kerusakan

    neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang instalasi gawat darurat RSSN

    Bukittinggi tahun 2018 ini dihararapkan sebagai masukan dan pengalaman

    serta di integrasikan dalam pengembangan materi mata perkuliahan terkait. Dan

    juga menambah koleksi karya ilmiah untuk bahan bacaan di perpustakaan.

    1.4.3 Bagi Lahan

    Sebagai sumbangan ide dan pemikiran khususnya ilmu keperawatan gawat

    darurat dan diharapkan penelitian hubungan ketepatan “golden period “ dengan

    derajat kerusakan neurologis ini dapat dikembangkan untuk kemajuan kesehatan

    khususnya bidang kegawat daruratan

  • 1.5 Ruang Lingkup

    Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan ketepatan golden period

    dengan derajat kerusakan neurologis pada pasien stroke iskemik di ruangan instalasi

    gawat darurat RSSN Bukittinggi tahun 2018. Dimana variabel independenya dalam

    penelitian ini adalah ketepatan golden period dan variabel dependen Penelitian ini

    adalah derajat kerusakan neurologis pada pasien stroke iskemik. Sampel dalam

    penelitian ini adalah sebanyak 60 orang responden yang mengalami serangan stroke

    pertama kali datang ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Penelitian ini

    merupakan penelitian deskriptif analisis dengan melakukan pendekatan cross sectional

    untuk mengetahui hubungan ketepatan golden period dengan derajat kerusakan

    neurologis pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu

    dimulai pada tanggal 05-17 Februari 2018 diruang IGD Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi tahun 2018. Instrumen yang dipakai untuk penelitian ini adalah

    menggunakan kuesioner. Teknik dalam penelitian ini menggunakan Accidental

    sampling pada pasien stroke iskemik yang mengalami serangan stroke pertama kali.

  • BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    2.1 STROKE

    2.1.1 Definisi Stroke

    Menurut Depkes RI (2013), Stroke didefinisikan sebagai kerusakan neorologi

    otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal

    maupun global yang berlansung dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali

    gangguan vaskuler. (Misbach dkk, 2011)

    Stroke merupakan gangguan pembuluh darah intra kranial yang meliputi

    penghentian mendadak aliran darah ke dalam otak, kurangnya aliran darah

    menyebabkan infark pada daerah otak yang terkena sehingga terjdi defisit

    neurologis ini bervariasi menurut lokasi dan lamanya iskemia.Strok di

    klasifikasikan sebagai stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik disebabkan

    oleh trombus atau emboli yang menyumbat aliran darah dalam pembuluh darah

    serebri. Sekitar 80-85% dari semua stroke merupakan stroke iskemik.Stroke

    hemoragik meliputi pendarahan pada parenkim otak yang terjadi karena

    gangguan pembuluh darah seperti ruptur atau hipertensi kronis yang

    menyebabkan bocornya pembuluh daraharteriol intra serebri yang kecil. Sekitar

    15-20% dari semua serangan stroke bersifat hemoragik. (Iskandar J, 2011).

  • Stroke merupakan penyakit gangguan kerusakan neurologi yang terjadi secara

    mendadak disebabkan karena kurangnya atau terputusnya aliran darah yang

    mengalir ke otak karena adanya gumpalan darah, endapan, plak, atau karena

    pecahnya pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi secara tiba -tiba

    keotak. Hal ini yang mengakibatkan sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen

    serta energi dan menyebabkan kerusakanotak permanen yang mengakibatkan

    kecacatan sampai kematian dini (Depkes RI, 2013).

    Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala atau tanda klinis yang

    berkembang dengan cepat berupa gangguan kerusakan neurologi otak, fokal

    maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam ( kecuali ada intervensi

    bedah atau membawa kematian) yang tidak disebabkan oleh sebab lain

    vaskuler. (Misbach, 2011).

    Jadi stroke merupakan defisit neorologis yang timbul semata-mata karena

    penyakit pembuluh darah dan penyumbatan pembuluh darah bukan oleh

    penyebab lain.

    2.1.2 Penyebab Stroke

    Menurut (Gisberg, 2008) penyebab stroke yang paling sering adalah :

    a. Penyubatan pembuluh darah arteri akibat endapan darah (plak) pada dinding

    pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya arterosklerosis.

  • b. Pecah pembuluh darah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah atau

    kelainan pada arah itu sendiri.

    c. Endapan pada dinding pembuluh darah yang terlepas ( embolus )dan

    menyumbat pembuluh darah yang kecil.

    2.1.3 Klasifikasi Stroke

    Berdasarkan etiologi stroke dibagi menjadi :

    1. Stroke hemoragik

    Stroke pendarahan yaitu pendarahan yang tidak terkontrol di otak.

    Pendarahan tersebut dapat mengenangi dan membunuh sel-sel otak. Stroke

    pendarahan ini di bagi menjadi :

    a. Pendarahan intraserebral (PIS) yaitu terjadi pendarahan lansung ke

    jaringanotak atau disebut juga dengan perdarahan parenkim otak.

    b. Perdarahansub araknoid (PSA) yang terjadi pendrahan di ruangan sub-

    arachoid (antara arachoid dan piameter).

    (Gofir A, 2009).

    2. Stroke Iskemik

    Merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian

    perubahan dalam otak yang terserang, apabila tidak di tangani dengan segera

    berakhir dengan kematian bagian otak tersebut. Stroke iskemik terjadi karena

  • suplai darah ke otak terhambat atau terhenti dan sel- sel otak akan berhenti

    melakukan fungsi secara sempurna.

    Penyebab adanya emboli, aterosklerosis atau okulasi trombotik.

    Pembagian stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya dikelompok kan

    menjadi :

    1) TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara, gejala

    defisit hanya berlangsung kurang dari 24 jam.

    2) RIND (reversible ischemic neurological deficits) kelainan atau gejala

    neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.

    3) Stroke progresif atau stroke in evolution yaitu stroke yang gejala

    klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai yang

    smakin berat.

    Stroke komplite atau completed strokeyaitu stroke yaitu stroke dengan

    kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap, tidak berkembang

    lagi. ( Iskandar J, 2011).

  • 2.2 Stroke Iskemik

    2.2.1 Pengertian Stroke Iskemik

    Stroke iskemik adalah penyumbatan pembuluh darah ke otak, sumbatan ini dapat

    disebabkan oleh :

    1) Stroke Trombolik

    Terjadi karena adanya sumbatan pembuluh darah (anterosklerosis) dan

    bekuan darah bercampur lemak yang menempel pada dinding pembuluh

    darah.

    2) Stroke Embolik

    Terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah otak oleh emboli, yaitu bekuan

    yang berasal dari trombus di jantung. Penyebabnya adalah Atrial fibrilasi,

    MCI, terpasang katup jantung buatan. (Always D, 2011).

    2.2.2 Faktor Resiko Stroke Iskemik

    Faktor resiko adalah suatu situasi, kebiasaan, kondisi sosial, lingkungan, kondisi

    fisiologis atau psikologis, kondisi intelektual, spritual, dan lainya yang

    meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit stroke iskemik. Faktor

    resiko stroke terdiri dari faktor resiko yang dapat dikendalikan dan faktor resiko

    yang tidak dapat dikendalikan atau di ubah.

  • 1. Faktor Resiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi

    1) Riwayat keluarga dan genetika

    Gen berperan dalam beberapa faktor resiko stroke seperti hipertensi,

    penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah,faktor genetis

    berperan besar dalam pendarahan subaraknoid. Riwayat stroke dalam

    keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami

    stroke. Pada usia kurang dari 60 tahun, akan meningkatkan resiko stroke.

    2) Usia atau umur

    Insiden stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun

    resiko stroke iskemik semakin meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Menurut

    Schutz penderitayang berumur antara 70 - 79 tahun banyak menderita

    pendarahan intrakaranial.

    3) Jenis Kelamin

    Laki-laki lebih beresiko dari wanita dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali

    pada usia lanjut laki-laki dan wanita hampir berbeda. Laki-laki yang berumur

    45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke

    25%, sedangkan resiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki- laki cenderung

    terkena stroke iskemik sedangkan wanita lebih sering menderita stroke

    pendarahan subaraknoid dan kematianya 2 kali lebih tinggi dari laki-laki.

  • 4) Ras

    Tingkat kejadian stroke diseluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang

    dan Cina. Menurut Broderick dan kawan-kawan melaporkan orang negro

    Amerika cenderung beresiko 1,4 kali lebih besar mengalami pendarahan intra

    serebral (dalam otak) dibandingkan kulit putihnya, orang Jepang dan Afrika-

    Amerika cenderung mengalami stroke pendarahan suku dan pendidikan

    merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian stroke pada lansia hipertensi

    di Bukittinggi.

    Pada penelitian ini sebagian besar responden adalah lansia bersuku Minang,

    suka makan makanan yang berlemak yang berasal dari santan kelapa, lemak

    daging, dan jeroan yang menyebabkan plasma darah menjadi kental sehingga

    beresiko mengalami penyakit stroke. (Iskandar J, 2011).

    2. Faktor Resiko yang Bisa Dimodifikasi

    a. Hipertensi

    Hipertensi adalah faktor resiko stroke utama dan pengobatan serta

    pengendalian dapat untuk menurunkan resiko untuk terjadinya stroke

    (Misbach, 2011). Hiperteni dapat menyebabkan stroke iskemik maupun

    pendrahan, tetapi terjadi stroke pendarahan akibat hipertensi lebih banyak

    80%. Pada pendarahan, hipertensi kronis diduga menyebabkan lipohialinosis

    parenkim pembuluh darah kecil. Hipertensi pada kasus iskemik terjadi

    karena adanya cidera (injuri) pada selendotel pembuluh darah yang

  • berkembang kemudian berkembang menjadi plak aterosklerotik yang dapat

    mempersempit lumen pembuluh darah (Iskandar, 2003). Resiko stroke

    bertambah sebanding dengan beratnya hipertensi, dari hasil study

    framingham, bila tekanan darah >140/90 mmHg, resiko stroke meningkat

    antara 3,1 kali pada laki-laki dan 2,9 kali pada wanita.

    Rekomendasi Perdossi (2004) dalam tatalaksana hipertensi untuk

    menurunkan resiko stroke adalah sebagai berikut :

    a) Mengupayakan tekanan darah sistolik 30 kg/mm3 berhubungan dengan adjusted

    relatif risk (RR) stroke iskemik sebesar 2.0 (95% CI:1.5 hingga 2.7)

    dibandingkan laki-laki dengan BMI

  • c. Diabetes militus (DM)

    Diabetes militus dapat menyebabkan stroke iskemik karena terbentuknya

    plak antero sklerotik pada dinding pembuluhdarah yang disebab gangguan

    metabolisme glukosa sistemik. Kadar glukosa darah yang tinggi pada stroke

    akan memperbesar meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat

    akibat metabolisme glukosa yang terjadi secara anaerob yang merusak

    jaringan otak. Hiperglikemia dapat menurunkan sintesis proktasilin,

    meningkatkan terjadinya trombosis dan menyebabkan lisis protein pada

    dinding arteri (Iskandar J, 2011). Tatalaksana diabetes sebagai faktor resiko

    stroke adalah mengontrol dan mengendalikan kadar gula darah dengan cara

    diit, obat anti diabetikum oral, insulin dan mengobati hipertensi bila pasien

    menderita hipertensi. (Misbach, 2003).

    d. Merokok

    Kebiasaan merokok memungkinkan untuk menderita stroke lebih besar,

    resiko meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok. Merokok

    dapat berefek pada proses pembentukan plak anterosklerotik, hematologi,

    dan reologik. Dimana karbon monoksida (CO) diyakini sebagai penyebab

    utama kerusakan vaskuler, terbentuknya aneurisma penyebab pendarahan

    subaraknoid sedangkan iskemik terjadi akibat perubahan arteri karotis

    (Iskandar J, 2003). Resiko stroke meningkat 2-3 kali lipat pada perokok,

    efek rokok bisa bertahan 5-10 tahun, orang yang bekas perokok kurang

    mendapat serangan stroke dibandingkan dengan yang masih merokok, walau

  • lebih banyak terjadi serangan stroke (1,9 kali) dibandingkan dengan orang

    yang tidak merokok. Dengan berhenti bisa mengurangai resiko stroke

    (Misbach, 2011).

    e. Hiperkolesterolemia

    Kadar kolesterol tidak boleh terlampau rendah, sebab akan menyebabkan

    lemahnya dinding endotelium arteri otak, sehingga mundah terjadi

    pendarahan intrakranial, kolesterol total mencakup LDL( kolestrol jahat)

    dan HDL( kolesterol baik), serta lemak lain di dalam darah, kadarnya tidak

    boleh lebih dari 200. LDL disebut kolesterol jahat sebaiknya kadarnya 130

    mg/dl atau kurang. HDL harus lebih dari 40 mg/dl (Misbach,2011).

    f. Pemakaian alkohol

    Alkohol telah diidentivikasi sebagai faktor resik, namun mengkonsumsi

    alkohol ternyata mempunyai efek merugikan dan menguntungkan bagi

    resiko strok. Menurut Iskandar J (2011), apa bila minum sedikit alkohol

    (lebih dari 40 ml perhari) secara rutin setiap hari dapat mengurangi resiko

    stroke iskemik, karena dapat meningkatkan kolesterol baik atau HDL

    ( Hight Density Lipid) dalam darah tetapi masih lebih dari 60 ml perhari

    akan meningkatkan tekanan darah sehingga menambah resiko stroke

    hemoragik ( Misbach, 2011 ).

  • g. Fibrilasi Atrial

    Atrial Fibrilasi merupakan gangguan irama jantung yang banyak menyerang

    pria dewasa dan merupakan salah satu faktor resiko indenpenden stroke.

    kejadian strok yang di dasari oleh atrial fibrilasi sering di ikuti dengan

    peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kemampuan fungsi dari

    stroke penyebab lainnya (Misbach, 2011).

    h. Migren

    Nyeri kepala adalah sebuah gejala dari penyakit serebrovaskuler dan faktor

    resiko untuk stroke. pada stroke hemoragik nyeri kepala mungkin

    memunculkan tanda bahaya sebelum terjadinya perdarahan (Misbach, 2011).

    i. Aktivitas fisik

    Aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah,

    meningkatkan kadar kolestrol jahat atau LDL, menurunkan berat badan,

    mendorong berhenti merokok. Pada study proepektif terhadap 7735 pria

    inggris, yang berumur di antara 40-59 tahun menujukan manfaat dari

    aktifitas fisik derajat sedang dapat menurunkan resiko tekanan stroke.

    j. Faktor diet

    Faktor diet dapat sebagai faktor resiko stroke, misalnya peningkatan

    konsumsi garam yang berhubungan dengan hipertensi, dan penurunan

    konsumsi garam akan menurunkan tekanan darah dan menurunkan

    mortalitas stroke. konsumsi buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan

  • resiko terjadinya stroke melalui mekanisme antioksidan atau melalui

    kenaikan kadar kalium ( Misbach, 2011).

    k. Terapi Hormon

    Terapi sulih hormon (Hormon Replacement theraphy atau HRT) di berikan

    kepada wanita monopouse atau pasca monopouse untuk meningkatkan

    kekuatan tulang dan mengurangi resiko kalerektum. Namun HRT bisa

    meningkatkan resiko sekitar 33%, terutama stroke iskemik

    (Iskandar J, 2011).

    l. Riwayat Stroke Iskemik atau TIA

    Satu dari 100 orang dewasa akan mengalami paling sedikit satu kali

    serangan iskemik sesaat (Transient Iskemic Attack atau TIA) dalam

    hidupnya. Sekitar sepuluh dari pasien ini akan mengalami stroke (biasnya

    stroke iskemik) dalam tiga bulan setelah serangan pertama dan sepertiga

    akan terkena stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama

    (Misbach, 2011).

    m. Penggunaan Obat-Obatan

    Menurut Misbach 2004 Heroin, amfetamin, kokain, fensiklidin, mariyuana

    dan obat-obatan adiktif, lainya dapat menyebabkan stroke akibat peradangan

    arteri dan vena, spasme (kejang) arteri di otak, disfungsi jantung,

    peningkatan pembekuan darah, atau peningkatan mendadak tekanan darah.

  • 2.2.3 Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis stroke iskemik menurut Iskandar J, (2011) berdasarkan area

    otak yang di kenai yaitu:

    1. Hemisfer dominan (kiri)

    Gejala adalah arah pandanga k arah kiri penurunan lapangan pandang ke

    kanan, hemiparise kanan, kehilangan hemisensori kanan

    2. Hemisfer tidak dominan ( kanan)

    Gejalanya adalah arah pandang ke arah kanan, penurunan lapangan pandang

    kiri, hemiparise kiri, kehilangan hemisensori kiri.

    3. Batang otak (brainstem)

    Gejala adalah mual, muntah, diplopia, dysatria (bicara pelo), afasia (tidak bisa

    bicara), disfagia (gangguan menelan), vertigo, tinitis, hemiparise (kelemahan

    satu sisi tubuh) atau kuadriplegia, kehilangan sensori di sebelah badan,

    penurunan kesadaran, penurunan kesadaran, cegukan, nafas tidak normal.

    4. Otak kecil (serebellum)

    Gejalanya adalah gaya berjalan ataxia, kaku leher.

  • 2.2.4 Patofisiologi Stroke Iskemik

    Stroke dibagi atas dua yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik. Stroke iskemik

    terjadi karena terhambatnya atau berkurangnya aliran darah ke otak akibat

    sumbatan darah seperti trombus atau emboli. Trombus umumnya terjadi karena

    berkembangnya anterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri

    menjadi tersumbat, aliran darah ke area trombus menjadi berkurang, kekurangan

    darah tersebut mengakibatkan otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup,

    sampai suatu saat oksigen yang di terima otak kurang dari 20 mlper 10 gram

    jaringan otak permenit (antara 10-20) maka aktivitas listrik neoron berhenti tetapi

    struktur sel masih baik, sehingga gejala klinis masih reversibel, timbulnya

    manifestasi derajat kerusakan neurologi dan defisit neurologis yang biasanya

    berupa hemiparise atu hemiplegi (kelemahan satu sisi tubuh), dysatria (bicara

    pelo), dispagia (gangguan menelan), hemihipestensi ( kehilangan rasa peka sisi

    tubuh), afasia (tidak bisa bicara), gangguan buang air besar dan buang air kecil.

    Penurunan aliran darah ini jika semakin parah dapat mengakibatkan jaringan otak

    mati yang sering di sebut infark. Jadi infark otak timbul karena iskemik otak.

    Yang lama dan parah dengan perubahan fungsi dan struktur otak yang reversible

    (Al Rasyid, 2007).

  • 2.2.5 Komplikasi Stroke Iskemik

    Pada pasien stroke sering ditandai adanya kelemahan tubuh (hemiparise) yang

    biasanya hanya sebagian, mulut mencong, bicara pelo, gangguan psikologis

    seperti depresi atau perubahan tingkah laku dan perubahan konsep diri. Sekitar

    25-50% klien stroke mengalami depresi dan gangguan konsep diri setelah

    serangan stroke. biasanya yang terkena pada pasien stroke adalah bagian otak

    yang mengatur fungsi perasaan dan gerakan klien sehingga yang terlihat pada

    diri penderita stroke adalah kesulitan dalam melakukan gerakan akibat

    lumpuhnya tubuh sebagian dan gangguan suasana perasaan yang terkena pada

    pasien stroke juga di sebabkan oleh adanya ketidak mampuan klien dalam

    melakukan sesuatu yang biasanya di kerjakan sebelum terkena stroke.

    Komplikasi stroke meunurut Al Rasyid (2007) yaitu :

    1. komplikasi neurologik : edema otak, kejang, tekanan tinggi intrakaranial,

    infark berdarah, stroke iskemik berulang, delirium akut, depresi.

    2. Komplikasi paru-paru : obstruksi jalan nafas, hipoventilasi, aspirasi,

    pneumonia.

    3. Komplikasi kardiovaskuler : miokard infark, aritmia, dekompensasio

    kordis, hipertensi, emboli paru.

    4. Komplikasi nutrisi : ulkus, perdahan lambung, konstipasi, dehidrasi,

    gangguan elektrolit, malnutrisi.

    5. Komplikasi traktus urinarius : inkontinensia ( ketidak mampuan menahan

    buang air kecil) , infeksi.

  • 2.3 Derajat Kerusakan Neurologi Stroke

    2.3.1 Definisi Derajat Kerusakan Neurologi Stroke

    Derajat kerusakan neurologis adalah tingkat kerusakan pasca stroke (setelah

    stroke terjadi dan diberi prtolongan), seseorang dikatakan mengalami kerusakan

    neurologi bila gangguan saraf berlangsung selama 24 jam, menilai tingkat

    kerusakan stroke dapat digunakan beberapa sistem, diantaranya menggunakan

    skala rankim yang dimodifikasi (The Modified rankim scale) dengan skla

    derajat kerusakan neurologis yaitu, derajat kerusakan neurologi 0, derajat

    kerusakan neurologi 1, derajat kerusakan neurologi 2, derajat kerusakan

    neurologi 3, derajat kerusakan neurologi 4, dan derajat kerusakan neurologi 5.

    Dengan berbagai kecacatan yang mungkin diderita penderita setelah stroke

    ( Iskandar J, 2011).

    2.3.2 Jenis-jenis Kerusakan Neurologis Stroke

    Menurut Iskandar J, (2011), derajat kerusakan neorologis terbagi 2 yaitu

    biologis dan psikologis

    a. Kerusakan Biologis

    1. Derajat kerusakan neurologi 0 yaitu tidak ada gangguan fungsi.

    2. Derajat kerusakan neurologi 1 Disebut juga neuropraxia, berupa

    kerusakan pada serabut myelin, hanya terjadi gangguan kondisi saraf

  • tanpa terjadinya degenerasi wallerian. Saraf akan sembuh dalam

    hitungan hari setelah cedera, atau sampai dengan empat bulan.

    3. Derajat kerusakan neurologi 2 (ringan) Disebut juga axonotmesis,

    terjadi diskotinuitas myelin dan aksonal, tidak melibatkan jaringan

    encapsulating, epineurium dan perineurium, juga akan sembuh

    sempurna. Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih lambat

    daripada cedera tingkat pertama.

    4. Derajat kerusakan neurologi 3 (sedang) yaitu Cedera ini melibatkan

    kerusakan myelin, akson dan endoneurium. Cedera juga akan sembuh

    dengan lambat, tetapi penyembuhannya hanya sebagian. Penyembuhan

    akan tergantung pada beberapa faktor, seperti semakin rusak saraf,

    semakin lama pula penyembuhan terjadi.

    5. Derajat kerusakan neurologis 4 (sedang-berat) yaitu melibatkan

    kerusakan myelin, akson, endoneurium dan perineurium. Cedera derajat

    ini terjadi bila terdapat skar pada jaringan saraf, yang menghalangi

    penyembuhan

    6. Derajat kerusakan neurologis 5 (berat) yaitu kerusakan neurologis

    melibatkan pemisahan sempurna dari saraf, seperti saraf yang

    terpotong. Cedera saraf tingkat empat dan lima memerlukan tindakan

    operasi untuk sembuh.

  • b. Kerusakan Psikologis

    1. Derajat kerusakan 0 tidak ada perubahan.

    2. Derajat kerusakan neurologi 1 yaitu penyembuhan akan sempurna tanpa

    ada masalah motorik dan sensorik, hampir tidak ada gangguan fungsi

    aktifitas sehari-hari, pasien mampu melakukan tugas dan kewajibannya.

    3. Derajat kerusakan neurologi 2 yaitu pasien tidak mampu melakukan

    beberapa aktivitas seperti sebelumnya, tetapi tetap dapat melakukan

    sendiri tanpa bantuan orang lain.

    4. Derajat kerusakan neurologi 3 yaitu pasien memerlukan bantuan orang

    lain tetapi masih mampu berjalan tanpa bantuan orang lain, walau

    mungkin menggunakan tongkan.

    5. Derajat kerusakan neurologi 4 yaitu pasien tidak dapat berjalan tanpa

    bantuan orang lain, perlu bantuan orang lain untuk menyelesaikan

    sebagian aktivitas diri seperti mandi, pergi ke toilet, merias diri, dan lain-

    lain.

    6. Derajat kerusakan neurologi 5 yaitu pasien terpaksa berbaring di tempat

    tidur dan buang air besar dan kecil tidak terasa (inkotinensia), selalu

    memerlukan perawatan dan perhatian.

  • 2.3.3 Kecacatan Akibat Derajat Kerusakan Neurologi Stroke

    Menurut Iskandar J (2011) kecacatan akibat derajat kerusakan neurologis yang

    mungkin diderita penderita setelah stroke sebagai berikut :

    a. Tidakmampu berbicara atau kemampuan komunikasi berkurang.

    b. Tidak mampu berjalan secara mandiri, perlu bantuan orang lain atau alat.

    c. Gangguan buang air besar dan kecil.

    d. Gangguan makan.

    e. Ketidak mampuan berpindah posisi, misal dari tempat tidur kekursi roda.

    f. Perlu bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya berpakaian,

    mandi, mencuci, dan lain-lain.

    Apabila masih memungkinkan dan penderita masih mampu untuk meningkatkan

    kemampuanya untuk dapat hidup mandiri maka penderita di ajar untuk dapat

    duduk, meningkatkan rasa keseimbangan tubuhnya, lalu diajar berdiri dan

    berjalan. Tahapan belajar berjalan adalah mula-mula di papah, kemudian dengan

    menggunakan tongkat, dan akhirnya bila tingkat kemampuan bertambah di ajar

    jalan sendiri. Selain itu penderita dilatih dalam berbagai hal bila perlu

    difisioterapi, untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, penderita dapat

    dibantu oleh ahli terapi bicara. Bila memungkinkan keadaan dan situasi rumah

    disesuaikan dengan kondisi penderita misalnya kamar mandi, wc, dapur, supaya

    penderita mudah mandi, BAK dan BAB. Bila perlu di tempat tidur disediakan

    tali yang dapat membantu penderita.

  • 2.3.4 Perubahan Yang Terjadi Akibat Derajat Kerusakan Neurologi Stroke

    Menurut Iskandar J (2011) :

    a. Perubahan Bagian Kanan

    stroke yang mengenai otak bagian kanan , merupakan stroke yang paling

    membingungkan. Pasien pasien akan memperlihatkan tingkah laku yang

    aneh, salah satunya adalah menabrak barang-barang pada bagian kiri tubuh,

    walaupun tidak ada fungsi tubuh yang hilang. Pasien merasa bahwa lengan

    kiri bukan bagian dari tubuhnya, sehingga tidak memperdulikan satu bagian

    tubuh yang disebut “anosognosa” atau mengabaikan. Bila membaca hanya

    pada bagian kanan, mengetik, memakai baju hanya dengan tangan kanan dan

    makan hanya bagian kanan piring. Juga kesulitan dengan orientasi dan jarak

    meskipun dalam lingkungan yang sudah biasa.

    b. Perubahan pikiran

    Berupa hilangnya semangat, ingatan, kosentrasi, dan fungsi kecerdasan.

    c. Hilang rasa

    Gangguan indra perasa sehingga tidak dapat merasakan panas, dingin, sakit,

    pada satu sisi tubuh, termasuk kehilangan sensori yang mengakibatkan

    ketidak mampuan untuk bicara atau mengerti bahasa.

    d. Perubahan kepribadian

    Umumnya terjadi kejengkelan karena hanya berbaring di tempat tidur

    sehingga dapat mengalami ketidak tenangan, halusinasi. Ransangan yang

  • berlebihan karena bising dan banyak pengunjung. Orang yang baru

    mengalami stroke memiliki daya memperhatikan sangat singkat. Dapat juga

    pasien menjadi galak dan umumnya sulit hidup bersama mereka atau

    memperlihatkan sifat kekanak-kanakan

    e. Perubahan emosi

    Gangguan dapat berupa berupa gampang tertawa atau menagis dengan sebab

    yang tidak jelas. Para kerabat atau keluarga tidak perlu menannyakan kepada

    pasien kenapa ia tertawa atau menangis.

    f. Epilepsi

    Epilepsi atau kejang pasca stroke dapat terjadi yang disebabkan perubahan

    arus listrik otak akibat luka setelah terserang stroke.

    2.3.5 Gejala Sisa Akibat Derajat Nerusakan Neurologi Yang Dialami Penderita

    Stroke

    Menurut Linda Scheetz (2008) gejala sisa akibat derajat kerusakan neurologi

    yang dialami penderita stroke

    1. Penurunan kemampuan otak, gerak, dan tangan atau kelumpuhan otot

    parsial.

    2. Gangguan ingatan dan proses berfikir.

    3. Gangguan bicara, bicara pelo atau cadel, tidak mampu bicara atau

    memahami bahasa lisan (afasia, disfasia), tidak mampu mengeluarkan suara,

  • walaupun iya mengerti bahasa lisan (disatria). Kesulitan memilih kata-kata

    yang tepat untuk di ucapkan atau di tulis. Kesulitan memahami tulisan ,

    mengeluarkan kata-kata tanpa makna atau tidak dimengerti orang lain, salah

    memahami lelucon.

    4. Gangguan menelan (disfagia).

    5. Gangguan penglihatan, Gangguan melihat pada atau sisi atau buta sebelah

    (hemianopsia) atau melihat ganda.

    6. Gangguan koordinasi tubuh saat duduk, berdiri, berjalan atau (ataksia).

    7. Gangguan orientasi posisi tubuh, kekeliruan dalam mengartikan mana sisi

    kiri dan mana sisi yang kanan.

    8. Terjadi perubahan emosi atau mood.

    2.3.6 Pemeriksaan Penunjang Atau Diagnostik

    Pemeriksaan diagnostik ini penting untuk pelaksanaan stroke. Tujuan

    pemeriksaan penunjang adalah untuk mencari penyebab, mencegah, dan

    mengidentifakasi fakto-faktor yang dapat menyebabkan perburukan sistem saraf

    pusat (SSP). Menurut Misbach, (2011), Pemeriksaan yang dilakukan adalah :

    a. CT Scan, untuk membedakan stroke iskemik dan stroke pendarahan.

    b. MRI, untuk memperlihatkan secara detail otak, medula otak, medula

    spinalis dan anatomi vaskuler.

    c. EKG, untuk mengetahui penyakit jantung, misalnya Atrial Fibrilasi, MCI

    (myocard infark)

    d. Pemeriksaan laboratorium meliputi :

  • 1. Pemeriksaan Darah rutin meliputi : darah perifer lengkap, hitung

    platelet, INR, APTT, serum elektrolit, gula darah, CRP dan LED,

    fungsi ginjal dan hati.

    2. Pemeriksaan Khusus sesuai indikasi : protein, C S AT III, cardiolipin

    antibodies, homocystein, vasculitis-screning (ANA, Lupus AC,CSF)

    2.3.8 Penatalaksanaan Stroke

    Pengobatan stroke menentukan kualitas hidup pasien dan bahkan mencegah

    kematian. Sehingga motto tatalaksana pasien stroke adalah “ time is brain”. Oleh

    karena itu perawatan harus dilakukan di unit stroke. selain sudah diakui

    kelebihanya oleh organisasi stroke internasional, perawatan di unit stroke

    dilakukan oleh multi disiplin yang terdiri dari dokter ahli saraf, perawat khusus

    stroke, fisioterapi, terapi bicara dan okupasi, serta ahli nutrisi, prinsip

    menejemen stroke, menurut (Misbach, 2011) adalah :

    1. Diagnosis stroke yang cepat dan tepat.

    2. Mengurangi meluasnya lesi otak .

    3. Mencegah dan mengobati komplikasi stroke.

    4. Mencegah serangan stroke berulang.

    5. Memaksimalkan kembali fungsi-fungsi neurologik.

  • 2.4 Ketepatan Golden Period

    2.4.1 Definisi Ketepatan Golden Period

    Ketepatan golden period mengarah pada penangan penderita dengan stroke

    iskemik untuk mempertahankan fungsi otak yang tergantung pada kesempatan

    untuk menyelamatkan fungsi sel otak dalam waktu yang singkat. Batasan waktu

    sangat bervariasi yaitu antara 3-4.5 jam tergantung kondisi, usia, gizi, dan

    beratnya penyakit penderita. Pada golden period inilah kesempatan kita dalam

    menyelamatkan sel saraf walaupun fungsinya terganggu namun strukturnya masih

    utuh yang disebut dengan ” penumbra” ( Iskandar J, 2011).

    Menurut Ott (2011) jaringan penumbra bisa bertahan sampai 12 jam setelah onset,

    evaluasi klinis awal pada pasien

    2.4.2 Evaluasi Klinis Awal Dalam Golden Period

    Evaluasi klinis awal pada pasien dengan stroke iskemik harus ditujukan dengan

    pertanyaan, menurut Iskandar J (2011) sebagai berikut :

    1. Apakah kondisi yang mengancam hidup penderita ?

    2. Berapa interval waktu antar onset dan saat pasien pasien di periksa atau saat

    masuk ke IGD ?

    3. Apakah ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial ?

    4. Adakah penyebab penyakit yang berat ?

    5. Bagaimana prognosis penyakitnya ?

  • 2.4.3 Prosedur Yang Membawa Evaluasi Dengan Cepat Untuk Penangan

    Ketepatan Golden Period

    Suatu prosedur pemeriksaan yang tidak memakan waktu yang lama, demi

    meminimalkan hilangnya waktu antara onset timbulnya penyakit dan dimulainya

    terapi. Prosedur di bawah ini yang dapat membawa evaluasi dengan cepat untuk

    penanagan menurut ( Iskandar J, 2011)

    a. Pemeriksaan neurologi darurat atau cepat untuk menentukan tipe-tipe dan

    lokasilisasi stroke

    b. Contoh daerah untuk pemeriksaan laboratorium rutin (glukosa, elektrolit,

    faktor koagulasi).

    c. Pemeriksaan skening secara cepat untuk memastikan jenis stroke.

    d. Melakukan koordinasi dari unit perawatan darurat dan tersedianya fasilitas

    angioplasti.

    e. Melakukan pemeriksaan doppler ultrasonografi secepat mungkin.

    f. Melakukan pengobatan dasar seperti pemasangan kateter, dainase urine

    pemberian oksigen melalui NGT, bila perlu intubasi endotracheal,

    menangani kondisi umum seperti hipertensi, keadaan metabolisme, serta

    fungsi jantung.

  • 2.4.4 Tujuan Golden Period

    Menurut Iskandar J (2011), sekarang pengobatan stroke harus memikirkan

    kemungkinan dengan melakukan intervensi yang lebih aktif dengan tujuan

    sebagai berikut :

    1. Membatasi luasnya infark dengan mengurangi perluasan kerusakan area

    penumra

    2. Memperbaiki fungsional fungsi neuron dan membatasi kecacatan.

    3. Memperbaiki integrasi kembali pasien stroke kemasyarakat

    2.4.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Golden Period Menangani Pederita

    Stroke

    Ada beberapahal yang perlu diperhatikan saat menangani penderita menurut

    Iskandar J ( 2011) sebagai berikut:

    a. Mengusahakan agar diagnosa serta diagnosa banding stroke selesai secepat

    mungkin.

    b. Mengupayakan agar kerusakan otak yang terjadi seminimal mungkin

    dengan secara cermat melakukan ABC-nya critical care saat pasien masih di

    unit gawat darurat

    c. Hindari dan obati setiap kemungkinan komplikasi stroke yang di jumpai.

    d. Mencegah terjadinya stroke ulang.

    e. Memaksimalkan penyembuhan fungsional pasien.

  • 2.4.6 Prinsip Penanganan Golden Period Stroke Iskemik

    1. Membatasi daerah yang tersumbat dan rusak/infark.

    2. Mengatasi penyakit dasarnya.

    3. Meningkatkan aliran darah keotak.

    4. Mencegah terjadinya edema otak dengan memberikan zat

    hiperosmolar/kortikosteroid

    5. Memperbaiki aliran darah ke iskemik

    Prinsip sasaran terapi khusus stroke iskemik (penumbra) yang masih dapat

    disembuhkan. Upaya dilakukan dengan memperbaiki mikrosirkulasi dan

    melakukan usaha untuk melindungi saraf otak sehingga terhindar dari kerusakan

    permanen atau infrak (iskandar, 2011)

    2.4.7 Terapi Kombinasi Obat Pada Golden Period

    Menurut Iskandar J (2011). Untuk mendapatkan hasil optimal maka sebaiknya

    terapi stroke iskemik dilakukan dengan secara kombinasi. Kombinasi terapi

    antara obat-obat trombolitik dan obat-obat yang bersifat neuroprotektif telah

    terbukti lebih efektif dibandingkan dengan terapi tunggal atau monoterapi.

    a) Golongan obat yang dipergunakan dalam terapi kombinasi obat dari golden

    period pasien stroke iskemik adalah :

  • 1. Memperbaiki perfusi

    Tindakan terapi ini bertujuan memulihkan aliran darah keotak yang

    mengalami sumbatan yaitu dengan obat yang dapat menghancurkan

    trombus (agen trombolitik)

    2. Neoroprotektan

    Golongan obat ini bersifat melindungi otak yang sedang mengalami iskemik

    yaitu bersifat melindungi otak yang mengalami iskemik sehingga tidak

    menjadi mati/infark

    3. Penangan faktor resiko dan komplikasi

    Yaitu dengan mengobati penyakit penyerta atau penyakit yang

    mendasarinya seperti obat untuk mengatasi hipertensi , kencing manis,

    jantung, hiperkolesterolemia, dan sebagainya.

    b) Jenis obat stroke iskemik

    1. R-Tpa (Recombinant tissue plasminogen activator), Zat ini berfungsi

    untuk menghancurkan trombus (trobolisis)

    2. Obat anti gregasi trombosit (inhibator platelet), berfungsi mencegah

    menggumpalnya trombosit darah dan mencegah terbentuknya trombus

    atau gumpalan darah, yang dapat menyumbat lumen pembuluh darah.

    Contoh obatnya yaitu asam asetil salisalat (asetosal) atau aspirin,

    tiklopidin, clopidogrel, pentoksifilin.

  • 3. Antikoagulan, mencegah terjadinya pengumpalan darah dan emboli

    trombus, diberikan pada penderita kelainan jantung yang dapat

    menimbulkan embolus. Contoh obatnya yaitu heparin, coumarin,

    dicumarol oral.

    4. Low moleculer weight heparin, heparin masih direkomendasikan untuk

    profiklasis sekunder dini (strok ulang)

    5. Intra-arterial pro urokinase pemberian dengan kateter pada angiografi

    dan bila tidak ada koma dalam 2 jam atau lebih, dan lain-lain.

  • 2.5 Kerangka Teori

    Skema 2.5 kerangka teori

    Sumber: Modifikasi Teori Iskandar J dan Misbach ( 2011)

    STROKE

    Stroke Hemoragik Stroke Iskemik

    Trombus Emboli

    Obstruksi aliran darah ke

    otak

    Suplai darah & O2 ke

    otak menurun

    Iskemik sel otak

    Kerusakan

    neurologis

    Derajat kerusakan

    neurologi

    Derajat

    kerusakan

    neurologi

    0

    Derajat

    kerusakan

    neurologi

    1

    Derajat

    kerusakan

    neurologi

    2

    (Ringan)

    Derajat

    kerusakan

    neurologi

    3 (sedang)

    Derajat

    kerusakan

    neurologi

    4 (sedang-

    berat

    Derajat

    kerusakan

    neurologi 5

    (berat)

    Ketepatan

    Golden period

    Tidak tepat

    Golden

    period

    TepatGolden

    period

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP

    3.1 Kerangka Konsep

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan ketepatan golden period

    dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang instalasi

    gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018. Adapun

    variabel yang dibahas dalam penelitian ini adalah seperti yang tertera di kerangka

    konsep ini.

    Skema 3.1 Kerangka Konsep

    Variabel Idependen variabel Dependen

    Derajat kerusakan neurologi:

    Pasien yang masuk IGD :

    1. Derajat kerusakan

    neurologis 0

    2. Derajat kerusakan

    neurologis 1

    3. Derajat kerusakan

    neurologis 2

    4. Derajat kerusakan

    neurologis 3

    5. Derajat kerusakan

    neurologis 4

    6. Derajat kerusakan

    neurologis 5

    7.

    Ketepatan Golden Period

  • 3.2 Definisi Operasional

    Tabel 3.2 Defenisi Operasional

    N

    o

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala

    ukur

    Hasil

    Ukur

    1

    2

    Independen

    :

    Golden

    period

    Dependen :

    Derjat

    kerusakan

    neurologi

    Ketepatan penangan

    pasien stroke iskemik

    dalam waktu 3-4.5 jam

    di ruangan IGD RSSN

    Bukittinggi

    Untuk menilai tingkat

    kerusakan pasca stroke

    dapat digunakan

    beberapa sistem

    ,diantaranya

    menggunakan skala

    rankim yang

    dimodifikasi (The

    Modified rankim

    scale) dengan sklala

    derajat kerusakan

    neurologis

    Kuesioner

    Kuesioner

    wawancara

    observasi

    Ordinal

    Ordinal

    Tepat

    golden

    period

    ≤3-4.5 jam

    Tidak

    tepat

    golden

    period

    > 4.5 jam

    Tidak ada

    kerusakan

    yaitu

    derajat

    kerusakan

    neurologi

    nya:

    0

    Kerusakan

    neurologi

    yaitu

    dengan

    derajat

    kerusakan

    neurologi

    1

    Kerusakan

    neurologi

    ringan

    yaitu

    dengan

    derajat

  • kerusakan

    neurologi

    2.

    Kerusakan

    neurologi

    sedang

    yaitu

    dengan

    derajat

    kerusakan

    neurologi:

    3 (sedang)

    Kerusakan

    neurologi

    berat yaitu

    dengan

    derajat

    kerusakan

    neurologi:

    4 (sedang-

    berat)

    Kerusakan

    neurologi

    berat yaitu

    dengan

    derajat

    kerusakan

    neurologi

    5(berat)

    Sumber :

    Iskandar J,

    (2011)

  • Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Notoadmojo, 2005

    : 72). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    Ha :

    Ada hubungan ketepatan golden period dengan derajat kerusakan

    neurologi pada pasien stroke iskemik di ruangan instalasi gawat darurat

    Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018.

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain dan Metode Penelitian

    Desain penelitian ini bersifat deskriptif analisis untuk menghubungkan dua buah

    variabel independen atau dependen dan menggunakan desain cross sectional yaitu

    pengumpulan data variabel independen atau dependen dilakukan secara bersama

    atau sekaligus (Notoatmodjo, 2005 : 26). Hasil yang diharapkan dapat mengetahui

    hubungan Hubungan Ketepatan “Golden Period” Dengan Derajat Kerusakan

    Neurologi Pada Pasien Stroke Iskemik Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah

    Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2018.

    4.2 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

    4.2.1 Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilakukan di ruangan instalasi gawat darurat Rumah Sakit

    Stroke Nasional Bukittinggi. Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi ini

    merupakan rumah sakit rujukan untuk penyakit stroke dan di rumah sakit tersebut

    tersedia sampel yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini.

    4.2.2 Waktu Penelitian

    Penelitian ini di laksanakan selama 2 minggu, dari tanggal 05 sampai 17 Februari

    tahun 2018.

  • 2.3 Populasi dan Sampel

    4.3.1 Populasi

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan sabjek yang

    mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulanya (Hidayat, 2008). Pada penelitian

    ini yang akan menjadi populasi adalah pasien stroke iskemik yang mengalami

    serangan stroke pertama kali datang ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi. Pasien stroke iskemik mengalami serangan pertama kali yang datang

    ke IGD tahun 2017 perbulannya berjumlah 150 orang, dengan rata-rata kunjungan

    setiap bulannya sebanyak 37.5%

    4.3.2 Sampel

    Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan di

    anggap mewakili populasi (Notoadmojo, 2005: 76). Sampel merupakan bagian

    dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang

    dimiliki populasi (Hidayat, 2009).

    Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penenelitian dari suatu populasi

    atau target yang terjangkau akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).

  • Kriteria inklusi:

    a. Pasien stroke iskemik yang mengalami serangan pertama kali yang

    datang ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

    b. Pasien stroke iskemik mengalami serangan pertama kali yang ada pada

    saat penelitian dilakukan.

    c. Pasien stroke iskemik mengalami serangan pertama kali yang didampingi

    oleh keluarga.

    Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang memenuhi

    kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013). Yang

    termasuk kriteria eklusi yaitu:

    a. Tidak bersedia menjadi responden.

    b. Pasien dan keluarga tidak kooperatif dengan komplikasi

    Pada penelitian ini yang menjadi populasi berjumlah 150 orang, menurut

    Notoatmodjo (2005) untuk populasi lebih dari 100 orang, maka dapat

    menggunakan rumus sebagai berikut :

    Rumus:

  • Keterangan:

    N = Besar populasi

    n = Besar sampel

    d = Tingkat kepercayaan (0.1)2

    orang

    Setelah dicari dengan rumus di atas maka jumlah yang menjadi sampel pada

    penelitian ini adalah sebesar 60 orang

    4.4 Sampling

    Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

    mewakili populasi (Nursalam, 2008). Teknik sampling yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah dengan accidental sampling, yaitu teknik yang dilakukan

    dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia.

    ( Notoatmodjo, 2005).

  • 4.5 Pengumpulan Data

    4.5.1 Alat Penelitian

    Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembaran kuesioner.

    Menurut Notoatmodjo (2005), metode kuesioner adalah suatu cara pengumpulan

    data dengan mengedarkan suatu daftar pernyataan diajukan secara tertulis

    kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan informasi, jawaban, dan

    sebagainya.

    Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari

    data umum pasien (Inisial Responden, Umur, Jenis kelamin, Pendidikan,

    Alamat) dan lembar observasi menggunakan Skala Rankim yang di modifikasi (

    The Modfied Rankim Scale) untuk menilai derajat kerusakan neurologis pasien.

    Yang terdiri dari 5 komponen.

    4.5.2 Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses

    pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

    Langkah-langkah dalam pengambilan data tergantung pada rancangan penelitian

    dan teknik istrumen yang digunakan (Nursalam, 2008)

    Proses pengumpulan data dalam penelitian harus disusun secara sistematis agar

    penelitian dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan tercapai. Prosedur

    penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain :

  • a. Tahap Persiapan

    Pada tahap persiapan terlebih dahulu menentukan masalah penelitian dan

    mencari studi kepustakaan. Selanjutnya peneliti menyusun proposal, setelah

    dapat persetujuan pembimbing, peneliti mengurus surat permohonan izin

    penelitian dari STIKes Perintis Padang. Setelah itu peneliti mengajukan

    surat penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

    b. Tahap Pelaksanaan

    Tahap penelitian ini dimulai setelah peneliti mendapat persetujuan dari

    direktur melalui bagian Diklat dan mendapat surat persetujuan penelitian.

    Selanjutnya peneliti mengajukan surat dari diklat ke kepala Instalai Gawat

    Darurat. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan sosialisasi pada

    perawat IGD.

    Setelah itu peneliti melakukan pengecekan nilai derajat kerusakan neurologi

    terhadap responden yang akan dijadikan sampel dalam waktu 1 x 24 jam .

    Jika responden sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan pengambilan data

    umum dan penilaian derajat kerusakan neurologi menggunakan skala

    Rankin yang dimodifikasi (The Modified Rankin scale) saat pertama ke

    IGD setelah ketepatan golden period masuk kerumah sakit. Hasil penilaian

    skala Rankin yang dimodifikasi (The Modified Rankin scale)

    didokumentasikan ke lembar observasi. Selanjutnya peneliti akan menilai

    kembali skala Rankin yang dimodifikasi (The Modified Rankin scale) saat

  • ketepatan golden period dan melihat derajat kurasakan neurologi pasien.

    Setelah itu mendokumentasikannya ke lembar observasi.

    c. Tahap Akhir

    Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti melakukan analisa dengan

    menggunakan uji statistik yang seuai dengan data. Selanjutnya di akhiri

    dengan penyususnan laporan hasil penelitian dan penyajian hasil penelitian.

    4.6 Cara Pengolahan Dan Analiasa Data

    4.6.1 Cara Pengolahan Data

    Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara menggunakan tahap-tahap

    sebagai berikut:

    a. Pemeriksaan data (Editing )

    Proses pemeriksaan kembali jawaban akseptor golden period hasil

    pengamatan pada kuesioner dan hasil dari pemeriksaan derajat kerusakan

    neurologi. Data yang masuk perlu diperiksa apakah terdapat kekeliruan

    dalam pengisian kuesioner, barangkali ada yang tidak lengkap, palsu, tidak

    sesuai dan sebagainya. Kuesioner yang telah diisi saat penelitian sudah di isi

    secara teliti dan lengkap.

  • b. Pengkodean (coding)

    Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf atau kode

    menjadi data berbentuk angka atau bilangan, pada tahap coding peneliti

    merubah data berbentuk huruf atau kode menjadi data yang berbentuk angka.

    Pengkodean pada penelitian ini dilakukan dengan memberi kode jawaban

    dari hasil pemeriksaan pada lembar format wawancara dengan memberi kode

    pada masing-masing kategori. Untuk variabel independen, pada ketepatan

    golden period tepat diberi kode angka waktu, golden period tidak tepat

    diberi kode angka waktu. Dan pada variabel dependen, bila pasien memberi

    ceklis iya di pertanyaan nomor 1, maka derajat kerusakan neurologinya

    derajat 1. Bila memberi ceklis iya pada pertanyaan nomor 2, maka derajat

    kerusakan neurologinya derajat 2. Bila pasien memberi ceklis iya di

    pertanyaan nomor 3, maka derajat kerusakan neurologinya derajat 3. Bila

    pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 4, maka derajat kerusakan

    neurologinya derajat 4. Bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor

    5, maka derajat kerusakan neurologinya derajat 5.

    c. Memberikan Nilai (scoring)

    Pada tahap ini penelitian memberikan nilai pada golden period . untuk

    kuesioner mengenai golden period, pada ketepatan golden period tepat

    diberi nilai 1, golden period yang tidak tepat diberi nilai 2. Dan pada

    variabel dependen, bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 1,

    maka di beri nilai 1. Bila memberi ceklis iya pada pertanyaan nomor 2,

  • maka di beri nilai 2. Bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 3,

    maka di beri nilai 3. Bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 4,

    maka di beri nilai 4. Bila pasien memberi ceklis iya di pertanyaan nomor 5,

    maka di beri nilai 5.

    d. Memproses Data (Entry)

    Pada tahap ini dilakukan kegiatan memproses data terhadap semua kuesioner

    yang lengkap dan benar di analisis. Pengolahan data dengan bantuan

    program komputer yang dimulai dengan entry kedalam proggram komputer.

    e. Pembersihan Data (cleaning)

    Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data yang

    telah di entry apakah terdapat kesalahan atu tidak.

    4.6.2 Analisis Data

    a. Analisis Univariat

    Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari

    ketepatan golden period dengan derajat kerusakan neurologi.

    Tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sebaran (distribusi frekuensi),

    dari masing-masing variabel. Setelah dilakukan persentase masing-masing

    variabel dengan rumus :

  • Rumus:

    Keterangan :

    P = Persentase

    F = Frekuensi

    N = Total responden

    (Arikunto, 2005)

    b. Analisa Bivariat

    Analisa bivariat yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu

    variabel indenpenden (Ketepatan golden period) dan variabel dependen

    (Derajat kerusakan neurologi) digunakan rumus chi-square dengan derajat

    kepercayaan 95 % dan pengolahan data dengan komputerisasi. Untuk melihat

    kemaknaan perhitungan statistik digunakan batasan kemaknaan 0,05.

    Sehingga jika p ≤ 0,05 maka secacara statistik disebut “bermakna” dan P >

    0,05 maka hasil hitung tersebut “tidak bermakna”.

    Apabila P ≤ 0,05, maka H0 ditolak ada hubungan antara variabel indenpenden

    dan variabel dependen . apabila P > 0,05, maka Ha diterima ada hubungan

    antara variabel indenpenden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2010).

    Pengelolaan data dilakukan dengan komputerisasi yaitu dengan menggunakan

    komputerisasi, dengan rumus :

  • Rumus: X2

    = ∑

    Keterangan:

    X2

    = Chi Square

    O = Nilai observasi

    E = nilai yang diharapkan (ekspektasi)

    ∑ = Jumlah kolom baris

    ( Arikunto, 2005)

    4.7 Etika Penelitian

    Menurut Wulan dan Hastuti (2011), mengingat penelitian keperawatan

    berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika yang harus diperhatikan

    adalah sebagai berikut:

    I. Infomed concent (pernyataan persetujuan)

    Infomed concent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian antara

    peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

    Infomed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan. Penelitian

    harus menghormati keputusan responden untuk menyetujui menjadi responden.

  • II. Anominity (Tanpa nama)

    Anominity (Tanpa nama) tidak mencantumkan nama responden dalam lembar

    observasi yang digunakan, tetapi menukar dengan kode atau inisial nama

    responden, termasuk dalam penyajian hasil penelitian.

    III. Prinsip Benefiense

    Prinsip Benefiense artinya menumbuhkan kerja sama yang baik dengan

    responden dan memberi manfaat bagi responden secara langsung maupun tidak

    langsung.

    IV. Autonomy (otonomi)

    Autonomy (otonomi) dalam penelitian ini responden berhak menentukan iya

    berpatisipasi atau tidak menjadi responden.

    V. Confidentiality (kerahasiaan)

    Confidentiality (kerahasiaan) peneliti menjamin bahwa data yang diberikan

    oleh responden dijaga kerahasiaannya, informasi yang di berikan maupun

    masalah-masalah lainya.

  • BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1 Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu yang dimulai tanggal 05 Februari

    sampai tanggal 17 Februari 2018 di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi. Judul penelitian ini adalah “Hubungan ketepatan golden

    period dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik di ruang

    instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018”,

    dengan jumlah responden sebanyak 60 orang yang sesuai dengan kriteria sampel

    yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional

    dimana pengukuran atau pengamatan yang dilakukan secara simultan pada satu

    saat atau sekali waktu. Setelah data dikumpulkan kemudian diolah secara

    komputerisasi dengan menggunakan uji statistik chi square test.

    5.1.1 Analisa Univariat

    Analisa univariat yang dilakukan dengan analisis distribusi frekuensi dan

    statistik deskriptif untuk melihat variabel independen dan variabel dependen.

    Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mendapatkan hasil univariat tentang

    hubungan ketepatan golden period dengan derajat kerusakan neurologi pada

    pasien stroke iskemik di ruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi tahun 2018, sebagai berikut:

    a. Gambaran ketepatan golden period

  • Tabel 5.1

    Distribusi Frekuensi Ketepatan Golden Period pada Pasien

    Stroke Iskemik di Ruang IGD Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi Tahun 2018

    No Ketepatan Golden Period Frekuensi Persentase

    1 Tepat 23 38,3

    2 Tidak Tepat 37 61,7

    Total 60 100%

    Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu

    61,7% pasien stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi mengalami ketidaktepatan goldenperiod dengan waktu

    lebih dari sampai 4,5 jam.

    b. Kerusakan Neurologi

    Tabel 5.2

    Distribusi Frekuensi Derajat kerusakan Neurologipada Pasien Stroke

    Iskemik di Ruang IGD Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

    Tahun 2018

    No Kerusakan Neurologi Frekuensi Persentase

    1 Tidak ada Kerusakan 0 0

    2 Ringan 12 20

    3 Sedang 17 28,3

    4 Sedang Berat 14 23,4

  • 5 Berat 17 28,3

    Total 60 100%

    Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa kurang dari separoh responden yaitu

    28,3% pasien stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke

    Nasional Bukittinggi mengalami derajat kerusakan neurologi pada tingkatan

    sedang dan berat.

    5.1.2 Analisa Bivariat

    Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan ketepatan

    “Goldenperiod” dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik

    diruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun

    2018. Pengujian hipotesa dilakukan untuk mengambil keputusan tentang apakah

    hipotesis yang diajukan cukup untuk meyakinkan untuk ditolak atau diterima

    dengan menggunakan uji statistik chi square test.

    5.1.3 Gambaran Hubungan Ketepatan Golden Period dengan Kerusakan

    Neurologi

    Tabel 5.3

    Distribusi Frekuensi Hubungan ketepatan “Goldenperiod” dengan derajat

    kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik diruang instalasi gawat darurat

    Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2018

    Ketepatan

    Golden

    Period

    Derajat Kerusakan Neurologi

    Jumlah P

    Value Ringan Sedang Sedang

    Berat Berat

  • F % F % F % F % F %

    Tepat 12 52,1% 11 47,9% 0 0% 0 0% 23 100%

    0,000 Tidak

    Tepat 0 0% 6 16,2% 14 37,8% 17 46,0% 37 100%

    Jumlah 12 20% 17 29,3% 14 23,0% 17 28,0% 60 100%

    Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari sebanyak 37 responden, pasien

    yang mengalami ketidaktepatan golden periodterdapat 17 responden (46,0%)

    yang memiliki derajat kerusakan neurologi Berat, sedangkan dari 23 responden

    yang mengalami ketepatan golden period terdapat 12 responden (52,1) yang

    memiliki derajat kerusakan neurologi ringan.

    Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000, dari nilai α = 0,05, jika

    dibandingkan p ≤ α sehingga Ha diterima artinya terdapat hubungan yang

    signifikan antara golden period dengan derajat kerusakan neurologi pada pasien

    stroke iskemik diruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke Nasional

    Bukittinggi tahun 2018.

    5.2 Pembahasan

    5.2.1 Analisa Univariat

    a. Ketepatan Golden Period

    Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh responden yaitu 61,7%

    mengalami ketidaktepatan golden period yang memiliki derajat kerusakan

  • neurologi berat pada pasien stroke iskemik diruang Instalasi Gawat Darurat

    Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 201