skripsi : posisi tawar buruh tani wanita bekerja di lahan perkebunan tebu ptpn xi semboro

164
Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro Bergaining Position of Female Peasants in Surgance Plantations PTPN XI Semboro SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sosiologi (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sosial oleh Arif Chandra D 070910302106 i

Upload: abu-arief

Post on 26-Dec-2015

158 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Buruh Tani Wanita

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Perkebunan TebuPTPN XI Semboro

Bergaining Position of Female Peasants in Surgance PlantationsPTPN XI Semboro

SKRIPSIDiajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Studi Sosiologi (S1)dan mencapai gelar Sarjana Sosial

olehArif Chandra D070910302106

PROGRAM STUDI SOSIOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER2015

i

Page 2: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, dengan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, saya

persembahkan karya tulis ini sebagai bentuk hormat dan ungkapan kasih sayang

serta cinta kepada:

1. Kedua orang tuaku yakni ayahku Sulkhan dan ibuku Wiwiek

Sumiarliyah, yang selalu membantu memberikan dukungan dalam

bentuk motivasi maupun materi secara terus menerus untuk

keberhasilan menyelesaikan skripsi ini;

2. Almamaterku tercinta, Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Negeri Jember.

ii

Page 3: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

MOTTO

“ Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah gabar gembira

kepada orang-orang yang sabar”( Terjemahan QS Al-Baqarah: 155) 1

“Mereka berkata seseorang hanya membutuhkan tiga hal untuk merasakan kebahagiaan sejati di dunia: seseorang yang dicintai, sesuatu untuk dikerjakan,

dan sesuatu yang diharapkan”(Tom Boddet) 2

1 Kementerian Agama Republik Indonesia.2010.Syaamil Al-Quran (Terjemah Tafsir Per Kata).Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema.2 Tom Boddet.2014. http://www.kata-kata-bijak.com/tiga-hal-untuk-bahagia.html.

iii

Page 4: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :Nama : Arif Candra Distiyanto

NIM : 070910302106

Program Studi : Sosiologi

menyatakan bahwa karya ilmiah yang berjudul “ Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro “ adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan atau plagiat dari karya tulis ilmiah lain. Saya bertanggungjawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 22 Desember 2014,Yang menyatakan,

Arif Candra DNIM 070910302106

iv

Page 5: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

SKRIPSI

POSISI TAWAR BURUH TANI WANITA BEKERJA DI PERKEBUNAN TEBU PTPN XI SEMBORO

BERGAINING POSITION OF FEMALE PEASANTS IN SURGANCE PLANTATIONS PTPN XI SEMBORO

Oleh:

Arif Candra DNIM 070910302106

Pembimbing

Dosen Pembimbing : Drs. Sulomo S.U

v

Page 6: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

RINGKASAN

Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Perkebunan Tebu PTPN XI

Semboro ; Arif Candra D ; 070910302106 ; 2014 ; 72 Halaman ; Program Studi

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ; Universitas Jember.

PG Semboro adalah perkebunan tebu di bawah pengawasan dari PTPN XI.

Pabrik gula (PG) Semboro beroperasi pada musim giling yakni pada bulan Mei

hingga pertengahan bulan Desember. Dan pada bulan Januari hingga April adalah

masa tutup giling atau perawatan. Pada musim giling hingga masa perawatan, PG

Semboro memerlukan banyak tenaga kerja yakni buruh tani. Dalam hal buruh tani

wanita adalah buruh tani alternatif yang bekerja dei lahan perkebunan tebu.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1). Mengapa buruh tani wanita

bekerja di lahan perkebunan milik PTPN XI Semboro?; (2). Bagaimana sistem

kerja dan sistem pengupahan pada buruh tani wanita yang bekerja di perkebunan

tebu milik PTPN XI Semboro?; (3). Bagaimana nilai posisi tawar buruh tani

wanita yang bekerja di perkebunan tebu milik PTPN XI Semboro?.

Penelitian ini dilakukan di daerah Desa Semboro. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk mengumpulkan data

secara sengaja dengan beberapa kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh

peneliti. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Setelah itu data akan melalui proses analisis data

dengan tiga proses, yakni proses mereduksi data, penyajian data, dan proses

pengambilan kesimpulan atau memverifikasi data.

Pada hasil pembahasan dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada sub

pokok bahasan berkut. (a). Latarbelakang buruh tani wanita dapat bekerja di lahan

perkebunan tebu. faktor ekonomi, tawaran atau ajakan untuk ikut bekerja di lahan

perkebunan tebu, dan keterbatasan keterampilan serta tingkat pendidikan yang

rendah. (b). Sistem pengupahan dan sistem pembagian kerja yang berlaku. Ada

sistem kerja dan pembagian upah yang berbeda antara pihak pemilik lahan yakni

PG Semboro dan Petani tebu. PG Semboro menggunakan 2 sistem kerja yakni

vi

Page 7: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

borongan dan harian. Sedangkan pada petani tebu menggunakan sistem kerja

harian. Untuk sistem pembagian upah ditentukan oleh jenis pekerjaan dan lama

waktu bekerja.(c). Nilai posisi tawar buruh tani wanita yang bekerja di lahan

perkebunan PTPN XI Semboro dipengaruhi oleh kebijakan pemilik lahan. Buruh

tani wanita dibutuhkan pada jenis pekerjaan tidak terlalu berat seperti menanam,

memupuk, membersihkan gulma, menyulam, dan klentek. Sedangkan buruh tani

laki-laki melakukan pekerjaan yang berat seperti nggulud (mengolah lahan),

mbumbun, dan menebang tebu. Jadi, kesimpulannya posisi tawar buruh tani itu

sama dalam aspek pekerjaan yang dilakukan. Namun, lemah pada aspek

pengupahan dari buruh tani laki-laki.

vii

Page 8: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq dan hidayah-Nya pada penulis untuk dapat menyelesaikan

penulisan karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Posisi Tawar

Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro”,

skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan strata satu (S1) pada Program studi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Jember.

Dalam seluruh proses kegiatan dan penulisan karya tulis ini, tentu saja

terlaksana atas dukungan dari berbagai pihak, baik dari instansi pemerintah

maupun Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember dan segenap

komponen dibawahnya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Bapak Drs. Sulomo, SU selaku Dosen pembimbing yang telah

mengarahkan dan memberi wawasan tentang pengerjaan skripsi dari tahap

awal sampai penyusunan skripsi ini dan sabar untuk mengarahkan penulis

untuk segera dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Joko Mulyono, M.si selaku dosen penguji skripsi yang selalu

memberikan masukkan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bu Baiq Liliy Handayani, S.sos. M.Sosio, selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Prof. Dr. Harry Yuswadi, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Jember;

5. Bapak Drs. Akhmad Ganefo, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember, yang selalu

memberikan arahan dan turut memberi semangat pada mahasiswa untuk

segera menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Nurul Hidayat, S. Sos, MUP selaku dosen pembimbing akademik

(DPA) yang turut memberikan arahan selama penulis menjadi mahasiswa.

viii

Page 9: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

7. Semua staf pengajar Program Studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Jember, semoga semua ilmu yang diberikan kepada penulis

akan bermanfaat dimasa yang akan datang.

8. Bapak Arif Rahman Hakim, selaku petani tebu sekaligus merangkap

pengurus di PG Semboro, terimakasih telah memberikan informasi dan

masukan tentang keadaan di lahan perkebunan tebu sehingga penulis

dapat menentukan tujuan dalam penelitian di lapangan.

9. Untuk kedua adikku yang saya sayangi, Muhammad Rizal Robbyansyah

yang selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk segera

menyelesaikan skripsi ini, dan untuk Amelia Sukma, yang selalu

mengganggu kakaknya setiap mau mengerjakan skripsi, terimakasih

karena dapat sebagai penghibur untuk mengurangi rasa jenuh;

10. Semua pihak yang ada di desa Semboro, baik itu perangkat desa Semboro,

ketua RT/RW yang membantu memberikan informasi tentang informan,

buruh tani yang ada di desa Semboro, dan beberapa pihak terkait,

terimakasih atas informasinya.

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini serta berharap

skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca

khususnya dan semua pihak pada umumnya.

Jember, 22 Desember 2014

Penulis

ix

Page 10: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

DAFTAR ISI

Isi Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ii

HALAMAN MOTTO .................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv

HALAMAN PEMBIMBINGAN .................................................................. v

RINGKASAN ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat ................................................................ 7

1.3.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 7

1.3.2. Manfaat Penelitian ....................................................... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Umum

2.1.1. Definisi Posisi Tawar ................................................... 9

2.1.2. Konsep Buruh Tani Wanita ......................................... 10

2.1.3. Konsep Perkebunan ..................................................... 12

2.1.4. Konsep Kerja ............................................................... 14

2.1.5. Konsep Gender ............................................................. 14

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Pertukaran Sosial ................................................ 16

2.3 Penelitian Terdahulu

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar Petani

Tebu ............................................................................. 19

x

Page 11: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi Penelitian ............................................... 21

3.2 Tehnik Penentuan Informan ............................................... 22

3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................. 24

3.4 Uji Validitas Data ................................................................. 27

3.5 Metode Analisis Data ........................................................... 29

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Letak Geografis ............................................................ 30

4.1.2 Letak Daerah dan Penggunaan Tanah .......................... 30

4.1.3 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin .......................... 31

4.2 Karakteristik Informan

4.2.1 Tingkat Pendidikan ...................................................... 33

4.2.2 Lama Bekerja ............................................................... 34

4.2.3 Usia Informan .............................................................. 37

4.3 Latar Belakang Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan

Perkebunan Tebu ................................................................. 38

4.4 Sistem Kerja dan Sistem Pembagian Upah ....................... 49

4.5 Nilai Tawar Buruh Tani Wanita yang Bekerja di Lahan

Perkebunan Tebu ............................................................... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 69

5.2 Saran ...................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 71

xi

Page 12: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

DAFTAR SKEMA

Halaman

Metode Trianggulasi Data................................................................................. 28

Daftar Analisis Data ......................................................................................... 32

xii

Page 13: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

DAFTAR TABEL

Halaman 4.1 Luas Daerah dan Penggunaan Tanah Desa Semboro.............................. 30

4.2 Jumlah Penduduk menurut Jenis Pekerjaan............................................. 32

4.3 Lama Informan Bekerja........................................................................... 34

4.4 Karakteristik Informan berdasarkan Tingkat Usia................................... 37

4.5 Sistem Kerja dan Pembagian Upah.......................................................... 59

xiii

Page 14: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

DAFTAR LAMPIRAN

A. Pedoman Wawancara

B. Transkip Wawancara

C. Foto-foto Penelitian

D. Surat Permohonan Izin Melaksanakan Penelitian Dari Lembaga Penelitian

Universitas Jember

E. Surat Permohonan Izin Melaksanakan Penelitian Dari Lembaga Bagian

Kesejahteraan dan Pembangunan (BAKESBANG) Kabupaten Jember

F. Surat Permohonan Izin Melaksanakan Penelitian Dari Kecamatan

Semboro

xiv

Page 15: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pertanian di Indonesia memang masih menjadi salah satu

tumpuan masyarakat untuk bekerja dan bertahan hidup. Data Badan Pusat

Statistik (BPS) hingga Agustus tahun 2012, menurut Menteri Pertanian, jumlah

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian sebesar 38,8 juta orang atau 32,94% dari

jumlah total angkatan kerja nasional. [http://www.kabarbisnis.com/read/2835584].

Dari data tersebut menjelaskan bahwa sektor pertanian masih banyak diminati

sebagai lapangan pekerjaan di Indonesia dan sebagian besar tenaga kerja di sektor

pertanian ini terdiri dari buruh tani yang memiliki lahan terbatas dan buruh tani

yang tidak memiliki lahan sehingga bekerja menawarkan jasa tenaga sebagai

buruh tani di lahan milik orang lain.

Perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang mampu menyerap

jumlah tenaga kerja yang besar di Jawa Timur. Penyerapan tenaga kerja di sektor

perkebunan pada tahun 2012 di Jawa Timur sekitar 4.394.068 orang atau 11,69 %

dari jumlah penduduk 37.576.011 orang. Ini mengalami kenaikan dibandingkan

pada tahun 2011 yakni sekitar 4.283.936 orang atau 11,40 % dari jumlah

penduduk 37.756.011 orang [http://www.disbun.jatimprov.go.id/tenagakerja.php]

Luas areal lahan perkebunan di Jawa Timur pada tahun 2012 sekitar

1.060.72 Ha. Ini mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2011 sekitar

1.028.708 Ha. Dan itu terbagi-bagi berdasar pengusahaan lahan seperti milik

Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan

Besar Swasta (PBS). [http://www.disbun.jatimprov.go.id/arealtanaman.php]

PT Perkebunan Nusantara XI merupakan salah satu perusahaan BUMN

yang memproduksi varietas tunggal yakni gula. Selain dari lahan milik PTPN XI,

sebagian besar bahan baku juga berasal dari tanaman tebu yang diperoleh dengan

menjalin kemitraan dengan para petani tebu. Di Jawa Timur sendiri terdapat

1

Page 16: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

beberapa pabrik gula yang memproduksi tebu untuk memenuhi kebutuhan gula

nasional. Salah satu pabrik gula yang beroperasi di bawah naungan PTPN XI

adalah PTPN XI Semboro yang terletak di Kecamatan Semboro, Kabupaten

Jember. Dengan luas areal lahan sekitar 8.285,0 ha yang mencakup lahan Tebu

Sendiri 1.600,0 ha dan Tebu Rakyat 6.685,0 ha, memberikan peluang kerja bagi

masyarakat sekitar untuk bekerja sebagai karyawan maupun penggarap lahan.

[http://manistebuku.blogspot.com/2012/04/sejarahsingkatp-diindonesia-part.html].

Dengan adanya keberadaan Pabrik Gula di Kecamatan Semboro dapat

dimaknai sebagai suatu peluang kerja di sektor perkebunan tebu yang

membutuhkan tenaga kerja yang relatif banyak. Bagi masyarakat yang tinggal di

daerah Kabupaten Jember terutama yang tinggal di kawasan Kecamatan Semboro,

keberadaan pabrik gula (PG) Semboro ini dianggap sebuah keuntungan karena

dapat menjadi mata pencaharian dan memberikan keuntungan bagi pemilik lahan

karena dapat bermitra dengan pabrik gula. Dengan adanya keberadaan pabrik gula

(PG) Semboro ini dapat mendorong perubahan pola pertanian masyarakat dari

sistem pertanian ke perkebunan. Dan merupakan kesempatan utama bagi buruh

tani yang tidak memiliki lahan untuk bekerja di perkebunan tebu.

Dalam proses kerjanya pabrik gula akan mulai beroperasi pada saat musim

giling yakni pada bulan Mei hingga November, sehingga pada musim ini banyak

membutuhkan tenaga kerja seperti buruh tebang, buruh angkut, tenaga kerja yang

mengolah dan memproses tebu di dalam pabrik, serta bagian-bagian lain. Dalam

hal ini, buruh tebang memiliki posisi utama yakni untuk menebang tebu yang

nanti akan diangkut ke truk-truk maupun kereta lori yang selanjutnya akan dikirim

ke pabrik untuk diproses menjadi gula. Pekerjaan ini umumnya sering dilakukan

oleh buruh tani laki-laki, namun tidak jarang juga dikerjakan oleh buruh tani

wanita. Namun, untuk urusan mengangkut tebu setelah ditebang biasanya banyak

dikerjakan oleh buruh tani laki-laki. Tenaga kerja ini biasanya merupakan pekerja-

pekerja yang berasal dari daerah sekitar pabrik gula bahkan tidak jarang berasal

dari luar Kecamatan Semboro. Untuk sistem kerjanya ada dua sistem yakni sistem

upah harian dan sistem upah borongan.

2

Page 17: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Pada periode ini juga waktu dimulainya masa tanam. Masa tanam tebu

berlangsung beberapa bulan setelah tebu ditebang dan setelah lahannya

dibersihkan. Jenis pekerjaan pada masa tanam ini antara lain seperti

membersihkan rumput/ sisa tanaman tebu di lahan (rewos), mengolah lahan

(gulud), menanam bibit tebu, pemupukan, menyulam, dan penyiraman. Dalam hal

ini ada sistem pembagian kerja. Untuk pekerjaan seperti mengolah lahan hanya

dapat dikerjakan oleh buruh tani laki-laki, sedangkan untuk pekerjaan lain banyak

dikerjakan oleh buruh tani laki-laki maupun buruh tani wanita.

Pabrik gula (PG) Semboro mulai menghentikan kegiatan produksi (tutup

giling) pada bulan Desember hingga bulan April. Pada periode ini tidak ada

kegiatan produksi yang terjadi di dalam pabrik karena tidak ada bahan baku yang

akan diproduksi. Pada masa ini adalah masa untuk menyemaikan bibit-bibit tebu

yang akan ditanam saat masa tanam. Pada periode ini juga merupakan fase

perawatan rutin pada tanaman tebu. Jenis pekerjaan yang berlangsung antara lain

seperti pemupukan, penyiraman, menyulam, penyiangan gulma/ rumput (rewos),

dan pembersihan pelepah tanaman tebu (klentek).

Pada periode ini terdapat pembagian kerja antara buruh tani laki-laki dan

buruh tani wanita. Untuk jenis pekerjaan seperti proses pemupukan, peran buruh

tani wanita adalah menyebarkan pupuk pada tanaman tebu sedangkan untuk buruh

tani laki-laki bekerja meratakan dan menutup pupuk dengan tanah (membumbun)3.

Untuk penyiraman, tugas buruh tani laki-laki adalah mengalirkan air ke saluran air

(got) sedangkan buruh tani wanita bekerja menyiram tanaman tebu dengan

menggunakan timba/ ember.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, buruh tani wanita yang bekerja

di perkebunan tebu banyak bekerja pada musim giling dan musim tutup giling.

Dengan waktu kerja buruh tani wanita ini dimulai pada Pukul 06.00 WIB hingga

Pukul 14.00 WIB. Untuk tiba di lokasi kerja, biasanya mereka bersama

menggunakan sepeda onthel (pancal). Ada juga yang diangkut dengan

menggunakan kendaraan seperti truk atau pick up ke tempat kerja mereka. Buruh

3 Membubun : meratakan dan menutup pupuk dengan tanah, menggemburkan tanah. Membumbun berasal dari kata “timbun” yang berarti menutupi. Mbumbun sedikit berbeda dengan gulud, jika mbumbun dilakukan saat masa perawatan tanaman, gulud dilakukan saat masa pembukaan lahan.

3

Page 18: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

tani wanita ini selalu bersama-sama dan berkelompok dengan buruh wanita lain

dalam bekerja yang biasanya merupakan tetangga, anggota keluarga maupun

teman kerja.

Dalam hal pembagian kerja, tenaga buruh tani laki-laki masih banyak

dibutuhkan untuk bekerja di lahan perkebunan. Hal ini didasarkan pada

kemampuan yang dimiliki buruh tani laki-laki yang dapat menyelesaikan

pekerjaan dengan cepat dan tidak membutuhkan waktu terlalu lama. Selain itu,

untuk jenis pekerjaan berat seperti mengolah lahan, menyalurkan air ke lahan,

menebang tebu, dan mengangkut tebu setelah ditebang ke truk, hanya dapat

dikerjakan oleh buruh tani laki-laki. Sedangkan posisi buruh tani wanita dianggap

sebagai pihak pendukung dari buruh tani laki-laki. Untuk jenis pekerjaan yang

dilakukan oleh buruh tani wanita adalah pekerjaan yang relatif ringan, seperti

mempersiapkan bibit, menanam bibit, menyulam (mengganti tanaman tebu yang

rusak), membersihkan gulma/ rumput (rewos), memupuk, menyiram, serta

membersihkan pelepah tebu yang kering (klentek).

Ada beberapa faktor penyebab posisi tawar buruh tani wanita bersifat

lemah. Pertama, pekerjaan sebagai buruh tani wanita dilakukan karena dianggap

tidak ada pekerjaan lain yang cocok sesuai dengan tingkat pendidikan. Rata-rata

tingkat pendidikan buruh tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan tebu

adalah lulusan sekolah dasar (SD), bahkan ada yang tidak tamat sekolah dasar

(SD). Sehingga mereka memilih bekerja sebagai buruh tani wanita di lahan

perkebunan tebu. Selain itu alasan lainnya mereka dapat bekerja karena adanya

tawaran dari suami atau kerabat yang ingin meminta bantuan untuk bekerja.

Namun, upah yang diterima setelah bekerja lebih sedikit karena posisi buruh tani

wanita saat itu hanya sebagai pendukung. Kedua, status buruh tani wanita saat

bekerja yang dianggap hanya untuk membantu pekerjaan buruh tani laki-laki. Dan

jenis pekerjaan itu bersifat relatif lebih mudah daripada yang dikerjakan buruh

tani laki-laki. Sehingga jumlah upah yang diperoleh kadang lebih sedikit

dibandingkan yang diterima oleh buruh tani laki-laki meskipun dalam waktu kerja

yang sama. Misalnya, dalam satu pekerjaan yang sama, peran buruh tani wanita

adalah menyebarkan pupuk pada tanaman tebu, sedangkan tugas buruh tani laki-

4

Page 19: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

laki adalah menutup pupuk dan meratakannya ke setiap tanaman tebu.

Namun, ada beberapa keadaan yang menyebabkan posisi tawar buruh tani

wanita itu dapat dikatakan setara dengan buruh tani laki-laki. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor. Pertama, buruh tani wanita dan buruh tani laki-laki

melakukan pekerjaan yang sama sesuai permintaan dari pemilik lahan/ mandor.

Misalnya, dalam satu pekerjaan yakni menebang tebu dengan sistem kerja harian.

Buruh tani laki-laki dan buruh tani wanita melakukan pekerjaan yang sama

berdasarkan kesepakatan dengan pemilik lahan dan mendapatkan upah yang sama.

Kedua, buruh tani wanita bekerja bersama buruh tani laki-laki dengan jenis

pekerjaan yang berbeda tapi memiliki beban kerja yang dianggap sama. Misalnya,

dalam satu lahan, buruh tani laki-laki bekerja mengolah tanah. Sedangkan buruh

tani wanita bekerja menanam bibit tebu. Mereka bekerja dari pagi hingga siang

hari tergantung pada luas lahan yang dikerjakan.

Ada suatu hal yang menarik dari hasil penelitian. Pada bulan November,

jumlah buruh tani wanita yang bekerja lebih banyak daripada waktu lain. Ada

beberapa faktor yang menyebabkan banyak buruh tani wanita bekerja pada bulan

November. Faktor pertama yakni pada bulan November hingga bulan Desember

adalah masa puncak panen dari tanaman tebu sebelum pabrik memasuki periode

tutup giling sehingga banyak memerlukan tenaga untuk bekerja. Pada saat itu

untuk mempermudah pekerjaan ada pembagian tugas antara buruh tani laki-laki

dan buruh tani wanita. Bagian mengangkut tebu ke truk adalah tugas buruh tani

laki-laki, sedangkan buruh tani wanita bekerja menebang tebu. Faktor kedua,

pemilik lahan/ mandor saat itu membutuhkan banyak tenaga kerja pada masa

tanam. Pada saat bulan tersebut sulit mencari tenaga buruh tani laki-laki sebab

banyak yang bekerja menebang tebu, sehingga pemilik lahan/ mandor memilih

buruh tani wanita untuk bekerja di lahan perkebunan tebu miliknya.

1.2 Rumusan Masalah

Banyak anggapan yang menyatakan bahwa posisi wanita dalam

masyarakat di bawah kaum laki-laki dan mereka dianggap hanya cocok bekerja di

5

Page 20: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

dalam rumah. Peran wanita yang sebenarnya sebagai ibu rumah tangga yang

mengurusi masalah domestik dan tidak berhak mencampuri urusan di luar rumah.

Anggapan seperti itu saat ini mungkin tidak lagi berlaku dan dapat dikatakan itu

hanya sekedar anggapan masyarakat dahulu. Semenjak kemunculan teori tentang

emansipasi dan kesetaraan gender, peran dan hak wanita sudah berubah dan mulai

banyak bekerja di sektor publik.

Ini juga berlaku pada kaum wanita yang bekerja di lahan milik Perkebunan

tebu PTPN XI Semboro. Wanita dalam hal ini berperan sebagai buruh tani yang

mengurus lahan tebu serta ikut memanen tebu saat musim panen. Posisi tawar

buruh tani wanita dalam pekerjaan, dapat dikatakan memiliki posisi yang hampir

sama maupun lebih rendah daripada buruh tani laki-laki. Hal ini dapat dibuktikan

dari jumlah upah yang diterima buruh tani wanita yakni sekitar Rp. 10.000,-

hingga Rp. 30.000,-. Sedangkan upah buruh tani laki-laki yakni sekitar Rp.

15.000,- hingga Rp. 35.000,-. Perbedaan dalam penentuan posisi tawar buruh tani

ini lebih didasarkan pada kebijakan dari pemilik lahan.

Dari uraian permasalahan di atas, dapat ditarik beberapa permasalahan

yang akan diteliti, yakni;

1. Mengapa buruh tani wanita bekerja di lahan perkebunan milik PTPN

XI Semboro?

2. Bagaimana sistem kerja dan sistem pengupahan pada buruh tani

wanita yang bekerja di perkebunan tebu milik PTPN XI Semboro?

3. Bagaimana nilai posisi tawar buruh tani wanita yang bekerja di

perkebunan tebu milik PTPN XI Semboro?

Dalam rumusan masalah yang diuraikan di atas memiliki beberapa tujuan

yang akan menjadi pokok penelitian. Oleh sebab itu, untuk mendukung

memecahkan permasalahan dalam penelitian ini memerlukan suatu fokus kajian.

Fokus kajian ini diperlukan untuk membatasi penelitian agar tidak terlalu

luas dan memiliki kejelasan yang akan diteliti. Untuk itu, fokus kajian dalam

penelitian ini adalah yang pertama, memprioritaskan kajian pada buruh tani

wanita yang bekerja di areal perkebunan tebu milik PTPN XI Semboro. Fokus

kajian yang kedua adalah mencari informasi mengenai sistem kerja dan pola

6

Page 21: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

pemberian upah pada buruh tani pada pelaksana dan pengawas buruh tani yang

bekerja di PTPN XI Semboro seperti mandor lapangan di perkebunan tebu serta

para staff PTPN XI yang berkepentingan. Fokus kajian yang ketiga adalah

mencari informasi tentang nilai posisi tawar pada buruh tani wanita yang bekerja

di lahan perkebunan milik PTPN XI Semboro.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian tentang “Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan

Perkebunan Tebu milik PTPN XI Semboro “, bertujuan untuk:

1. Mengetahui, mendeskripsikan, serta menganalisis latar belakang buruh

tani wanita bekerja di pekebunan milik PTPN XI Semboro;

2. Mengetahui, mendeskripsikan, serta menganalisis sistem kerja dan

sistem pengupahan pada buruh tani wanita yang bekerja di lahan

perkebunan tebu milik PTPN XI Semboro;

3. Mengetahui, mendeskripsikan, serta menganalisis nilai posisi tawar

buruh tani wanita yang bekerja di perkebunan tebu milik PTPN XI

Semboro.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan sosial, khususnya sosiologi pertanian;

b. Dapat memberikan pengetahuan tentang keberadaan buruh tani

khususnya buruh tani wanita di Kabupaten Jember yang memerlukan

perhatian dari Pemerintah Daerah.

7

Page 22: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Umum

Pokok pembahasan dalam proposal penelitian ini menekankan pada nilai

tawar dan mekanisme kerja buruh tani wanita sebagai penggarap lahan di sektor

perkebunan yang memiliki upah yang tidak sama dibandingkan buruh tani laki-

laki. Perbedaan dalam pembagian upah ini lebih didasarkan pada jenis pekerjaan

dan sistem kerja yang diterapkan pada jenis pekerjaan tertentu. Hal ini yang

menentukan nilai posisi tawar buruh tani wanita dapat bekerja di lahan

perkebunan tebu.

Menurut Marx dalam Ritzer (2003, 46-47), menyatakan dalam teori nilai

kerja bahwa keuntungan kapitalis menjadi basis eksploitasi tenaga kerja. Kapitalis

melakukan muslihat sederhana dengan membayar upah tenaga kerja kurang dari

selayaknya mereka terima, karena mereka menerima upah kurang dari nilai barang

yang sebenarnya mereka hasilkan dalam suatu periode kerja.

Dengan kata lain, para buruh itu mengalami alienasi (keterasingan) karena

mereka tidak mendapat hasil keuntungan yang lebih dari hasil penjualan

komoditas oleh majikan (pemilik modal). Para buruh ini mengeluarkan tenaga,

waktu, dan pikiran untuk bekerja namun ini dimanfaatkan oleh pemilik modal

untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Dari teori yang dikemukakan oleh Marx, dapat disimpulkan alienasi yang

dialami buruh tani khususnya buruh tani wanita lebih disebabkan oleh karena

ketidaksetaraan perlakuan dari pemilik modal. Ini mungkin juga disebabkan

karena pemilik modal menginginkan tenaga kerja yang murah.

Menurut Marx dalam Magnis dan Suseno (1994:185), upah yang diterima

buruh adalah “adil” dalam arti transaksi antara majikan dan buruh berupa

“pertukaran ekuivalen”: penyerahan tenaga kerja oleh buruh diberi imbalan sesuai

8

Page 23: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

dengan hukum pasar.

Keberadaan buruh tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan tebu jika

dikaitkan dengan teori Marx dapat dikatakan buruh tani wanita mengalami suatu

kesenjangan dalam pekerjaan di lahan perkebunan tebu. Kesenjangan yang

dimaksud adalah adanya perbedaan perlakuan antara buruh tani wanita dan buruh

tani laki-laki dalam pekerjaan. Pada umumnya pekerjaan di lahan perkebunan tebu

banyak dikerjakan oleh tenaga laki-laki untuk jenis pekerjaan yang utama,

sedangkan peran wanita adalah tenaga pembantu untuk mempermudah pekerjaan

buruh tani laki-laki. Namun seiring perubahan zaman, peran wanita mengalami

kemajuan dan banyak melakukan pekerjaan utama seperti buruh tani laki-laki.

Hingga saat ini posisi buruh tani dapat dikatakan hampir sama dengan buruh tani

laki-laki, namun masih ada perbedaan perlakuan dalam beberapa hal. Perbedaan

perlakuan ini disebabkan oleh intensitas pekerjaan buruh tani laki-laki yang

cenderung banyak melakukan pekerjaan berat dan membutuhkan waktu yang

cepat. Hal ini yang mempengaruhi posisi tawar buruh tani wanita dalam bekerja di

lahan perkebunan tebu.

2.1.1 Definisi Posisi Tawar

Konsep Bargaining position menurut Macmillan Dictionary (2013,

http://www.macmillandictionary.com) dapat didefinisikan sebagai “someone’s

ability to get what they want when they are making a deal with someone else,

based on the situation they are in”. Sedangkan menurut Wikipedia, (2013,

http://en.m.wikipedia.org/wiki/Bargaining_power), Bargaining power dapat

didefinisikan “the relative ability of parties in a situation to exert influence over

each other. If both parties are on an equal footing in debate, then they will have

equal bargaining power, such as in perfectly competitive market, or between an

evenly mached monopoly and monopsony”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Bargaining

position (posisi tawar) adalah kemampuan seseorang untuk dapat bernegosiasi

dengan orang lain hingga mencapai suatu kesepakatan terhadap apa yang menjadi

9

Page 24: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

keinginannya. Dan Bargaining power adalah kemampuan untuk menentukan

harga di pasar dalam suatu kesepakatan bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa

posisi tawar disini adalah kemampuan untuk menentukan kontrak kerja antara

pemilik modal dengan tenaga kerja hingga muncul kesepakatan bersama.

Menurut Dirdjosanjito (1999: 81), menyatakan:

" Kelebihan tenaga kerja pertanian yang meruah, sementara lapangan kerja yang lain sangat terbatas, menempatkan posisi tawar-menawar petani penggarap dan buruh tani sangat lemah dalam menghadapi pemilik tanah garapan.”

Berbeda dengan bidang industri yang dalam sistem kerjanya ada istilah

kontrak kerja yang jelas. Di bidang pertanian ada kesenjangan sosial yang besar

dimana selain tidak ada kontrak kerja yang jelas serta ada diskriminasi dalam

proses pengupahan pada buruh tani. Ini merupakan realitas yang sudah terjadi

sejak lama, dimana posisi tawar buruh tani sangat rendah dibandingkan tingkat

pekerjaannya. Kebutuhan yang menDesak serta keterbatasan kemampuan untuk

bekerja di bidang lain yang “memaksa” orang untuk bekerja sebagai buruh tani

dengan upah yang murah.

Jika ditinjau mengenai posisi tawar buruh tani wanita yang bekerja di

lahan perkebunan tebu dalam penelitian ini tidak dapat ditentukan dari beberapa

faktor yang mampu menguatkan dan melemahkan posisi nilai tawar pada buruh

tani wanita untuk bekerja di lahan perkebunan tebu melainkan pada berapa besar

tenaga buruh tani wanita dibutuhkan untuk bekerja. Jadi dapat disimpulkan yang

dapat menentukan posisi tawar buruh tani dapat bekerja adalah jumlah pekerjaan

di lahan perkebunan tebu yang membutuhkan tenaga buruh tani wanita.

2.1.2 Konsep Buruh Tani Wanita

Menurut Breman (dalam Sasongko, 2006: 100) menyatakan :

“… Buruh tani adalah mereka yang setengah pendapatannya diperoleh di atas lahan yang bukan miliknya. Mayoritas buruh tani adalah rumah tangga yang tidak memiliki tanah (tunakisma), memiliki lahan tetapi dengan luas yang kecil, atau menyewa lahan.”

Dalam bidang pertanian posisi buruh tani menempati posisi terbawah dalam

struktur kerja di bidang pertanian. Ini lebih disebabkan karena keterbatasan dalam

10

Page 25: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

kepemilikan tanah serta modal sehingga kebanyakan dari mereka bekerja

serabutan dengan menggarap lahan milik orang lain serta bekerja di sektor lain.

Sistem kerja buruh tani kebanyakan berkelompok, dan tidak jarang bekerja hanya

beberapa orang. Para buruh tani ini ada beberapa orang yang memiliki lahan,

namun dengan luas yang terbatas sehingga hanya mampu ditanami tanaman

tertentu.

Menurut Suyanto dan Hendarso (1996:90) menyatakan :

“ Bagi tenaga kerja perempuan, tanpa bekal pendidikan atau keterampilan yang cukup, jelas mustahil mereka bisa terserap di sektor formal. Mereka umumnya tidak memenuhi syarat tingkat pendidikan minimum yang ditetapkan berbagai badan usaha formal. Dengan segala kelenturan, fleksibilitas, dan kemudahannya,keberadaan sektor informal, industri rumahan, dan sejenisnya bagi tenaga kerja perempuan terutama yang berasal dari golongan miskin adalah sangat strategis dan fungsional.”

Dalam beberapa sektor pekerjaan di luar pertanian kaum wanita mulai

menunjukkan kemampuannya. Buruh wanita yang bekerja di kebanyakan

pekerjaan terutama di sektor industri ini hampir menggusur keberadaan kaum

laki-laki untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Faktor utama yang melatarbelakangi

adalah mungkin faktor perekonomian. Disamping itu, faktor penarik seperti

kesempatan kerja yang baik juga ditawarkan beberapa perusahaan membuat

banyak wanita yang bekerja di luar rumah.

Menurut Elson dan Pearson (dalam Suyanto, 1996: 56) menyatakan :

“ Penggunaan tenaga kerja wanita untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu sesungguhnya adalah strategi pengusaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah. Kedua ahli tersebut dengan tegas menyatakan tidak benar apabila pembagian kerja timbul karena kaum wanita dianggap paling cocok untuk pekerjaan tertentu.”

Penggunaan jasa tenaga kerja wanita dianggap lebih unggul pada beberapa

aspek tertentu dibandingkan jasa tenaga kerja laki-laki. Pada kenyataannya kaum

wanita juga dapat bekerja hampir semua bidang termasuk ke ranah pekerjaan yang

dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki.

Menurut Manning (dalam Suyanto, 1996: 57) menyatakan :

11

Page 26: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

“ Dua keuntungan yang diperoleh pengusaha bila mereka memperkerjakan kaum wanita. Pertama, kaum wanita lebih telaten dan lebih penurut sehingga tidak banyak menimbulkan kesulitan dalam menerapkan langkah kebijaksanaan perusahaan. Kedua, angkatan kerja wanita sangat banyak dari segi upah relatif lebih murah daripada kaum pria sehingga karenanya dapat menekan biaya produksi.”

Pada kenyataannya, posisi wanita yang bekerja sebagai buruh tani di lahan

perkebunan tebu sangat dibutuhkan untuk bekerja oleh pemilik lahan. Ada

beberapa alasan yang menyebabkan pemilihan wanita sebagai tenaga kerja di

lahan perkebunan tebu. Pertama, kemunculan buruh tani wanita sebagai alternatif

dan pendukung kerja dari buruh tani laki-laki. Hal ini disebabkan karena jumlah

buruh tani laki-laki terbatas dalam satu wilayah sehingga mendorong pemilihan

wanita untuk bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan. Kedua, buruh tani

wanita dikatakan lebih telaten, teliti, dan sabar dalam melakukan pekerjaan

daripada buruh tani laki-laki. Kelebihan ini yang menyebabkan banyak pemilik

lahan yang menggunakan tenaga buruh tani wanita untuk bekerja di lahan

perkebunan tebu miliknya.

2.1.3 Konsep Perkebunan

Menurut Planck (1993: 75) menyatakan :

“ Perkebunan adalah usaha pertanian besar yang produksinya ditujukan untuk menghasilkan tanaman ekspor. Perkebunan muncul pada akhir abad ke-19 dan merupakan khas “anak masa kolonial”.

Di Indonesia, era perkebunan muncul saat masa tanam paksa (cultursteel)

pada zaman penjajahan Belanda. Saat itu pemerintahan belanda tertarik untuk

menanam tanaman-tanaman yang mempunyai nilai ekspor yang besar.

Menurut Utoyo (2009: 74), menyatakan :

“ Dilihat dari jenis komoditas yang dibudidayakan, tanaman perkebunan dibedakan menjadi dua, yaitu tanaman keras seperti teh, karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, cokelat, cengkeh, dan pala. Serta tanaman musiman seperti tembakau dan tebu.”

Di Kabupaten Jember, tanaman tembakau ditanam terlebih dahulu

dibandingkan tanaman tebu. Perkebunan tembakau hampir tersebar di seluruh

12

Page 27: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

daerah Jember. Setelah itu tanaman tembakau, mulailah dibangun perkebunan-

perkebunan baru dari kopi, teh, hingga tanaman tebu.

Menurut Poesponegoro et al. (2008 : 181) menyatakan :

“… hampir 70% masyarakat Indonesia terlibat di dalam sektor perkebunan dan kegiatan lainnya yang terkait. Denyut perekonomian perkebunan menjadi sumber penghidupan dan pendapatan masyarakat. Pada abad ke-20, perluasan perkebunan melanda daerah-daerah luar Pulau Jawa, yang menanam seperti kelapa, kelapa sawit, dan karet, melengkapi eksploitasi perkebunan tembakau yang telah ada sebelumnya.”

Salah satu komoditas perkebunan yang tetap bertahan dan menjadi

primadona pada masa kolonial adalah tebu. Perkebunan tebu terhampar luas di

pulau Jawa. Tanaman ini merupakan varietas yang mampu menghasilkan

komoditas yang memiliki nilai jual tinggi yakni gula.

Menurut Poesponegoro et al. (2008 : 96) menyatakan :

“ Perkebunan yang terpenting di Pulau Jawa adalah perkebunan tebu dan industri gula yang mengolah hasil tanaman. Usaha tersebut merupakan salah satu cerita sukses dalam sejarah Kolonial Hindia Belanda.”

Pabrik gula (PG) Semboro merupakan salah satu pabrik yang

memproduksi tebu menjadi gula. PG Semboro memiliki lahan perkebunan yang

luas yang menjadi tempat budidaya tanaman tebu. Di Kabupaten Jember, PG

Semboro merupakan satu-satunya pabrik gula yang masih berddiri hingga saat

ini. Di daerah Kabupaten Jember banyak sekali lahan perkebunan yang ditanami

tanaman selain tebu seperti teh, kopi, tembakau, dan cokelat. Dengan adanya

pabrik gula yang terletak di Kecamatan Semboro dapat memberikan peluang

kerja bagi masyarakat yang tinggal di kawasan terssebut maupun bagi

masyarakat yang tinggal di Kabupaten Jember.

2.1.4 Konsep Kerja

Kerja adalah merupakan kebutuhan yang diperlukan manusia agar dapat

bertahan hidup. Suatu pekerjaan baik apapun itu sangat bernilai karena dapat

menghasilkan sesuatu yang mungkin layak untuk dijual. Manusia merupakan

13

Page 28: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

makhluk yang dianggap sempurna dengan memiliki akal yang dapat

menghasilkan sesuatu ide atau gagasan yang bervariasi. Mereka dapat merubah

sesuatu yang berasal dari alam menjadi sesuatu yang berbeda dan dapat dinilai

dengan barang lain.

Menurut Yussuwadinata dalam Koentjaraningrat (1996:60), menyatakan :

“ Kerja adalah suatu aktivitas yang menghasilkan suatu karya.Karya yang dimaksud, berupa segala yang dihasilkan untukmemenuhi kebutuhan. Dan selalu berusaha menciptakan karya-karya lainnya. Pada setiap individu atau kelompok yang hidupmemberikan suatu kedudukan yang penuh kehormatan, dan jugasebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyakkarya lagi”.

Kerja dipandang penting bagi banyak orang untuk menghasilkan sesuatu

yang bermanfaat selain bagi dirinya juga untuk orang lain. Kerja juga dianggap

merupakan seni karena dapat memperlihatkan kemampuan seseorang untuk dapat

mengekspresikan apa yang dimilikinya. Manusia merupakan makhluk sosial yang

harus bekerja karena jika bekerja kita akan terhubung dengan individu atau

komunitas lain dalam suatu sistem di masyarakat. Jadi jika ada seseorang yang

tidak bekerja, maka dianggap orang itu telah terhapus dalam suatu sistem dalam

masyarakat.

Dalam konsep sosiologis juga memperlihatkan bahwa konsep kerja itu

berhubungan dengan peranan dan status seseorang individu dalam komunitas

sosial. Peran seseorang dapat dinilai jika seseorang itu dapat bekerja dan

berintegrasi dengan lingkungannya. Demikian dengan status yang merupakan

hasil dari kerja keras seseorang yang dapat dinilai dengan kedudukan, jabatan,

serta kekayaan yang dimilikinya.

2.1.5 Konsep Gender

Menurut kamus bahasa Indonesia, ada pembedaan dalam pengertian sex

dan gender. Echols dan Shadily (1983:265) menyebutkan bahwa gender berarti

jenis kelamin. Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan

perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Menurut Women”s Studies

14

Page 29: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Encyclopedia, gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan

dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki

dan perempuan yang berkembang pesat dalam masyarakat. (Narwoko, 2004:336).

Menurut Fakih (dalam Mosses, 1996:131), terdapat perbedaan dalam

ketidakadilan gender yang meliputi beberapa bentuk sebagai berikut;

a. Marginalisasi

Peran perempuan kurang mendapat akses kontrol terhadap sumber kekuasaan dan kewenangan. Distribusi kekuasaan didominasi oleh laki-laki. Kalaupun ada perempuan yang mendapat akses tersebut, perempuan tersebut harus dalam menyamakan dirinya dengan laki-laki dalam banyak hal.

b. Subordinasi

Karena sifat-sifat yang disosialisasikan di dalam masyarakat (emosi, lemah lembut, irrasional), maka perempuan tidak cocok untuk ditempatkan dalam posisi strategis dan akibatnya hanya menempati posisi yang kurang penting.

c. Stereotype

Perempuan yang terlibat dalam karier politik atau dalam posisi pengambilan keputusan selalu diberi label “wanita besi”, atau dipandang dengan sebelah mata.

d. Kekuasaan

Perempuan dipaksa untuk bersaing keras untuk bisa bertahan dalam hal sistem nilai yang tidak baik mempunyai keadilan gender dan kurang bisa menyuarakan kepentingan perempuan.

e. Beban ganda

Perempuan dalam berbagai kegiatan selalu ditekankan dengan peran domestiknya atau kodrat yang tidak boleh dilupakan perempuan.

Menurut Umar (1999:35), gender sebagai suatu konsep yang digunakan

untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sosial dan

budaya. Gender dalam pengertian tersebut mendefinisikan laki-laki dan

perempuan dari sudut nonbiologis (Narwoko, 2004:340). Ada beberapa aspek

yang membedakan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga maupun

masyarakat. Beberapa aspek ini ditinjau oleh perbedaan fisik dan faktor kebiasaan

yang telah menjadi budaya sejak dahulu hingga saat ini.

15

Page 30: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Aspek-aspek pandangan peran gender menurut Mosses (1996:63);

a. Peran kerja dari laki-laki dan perempuan, mencakup pembagian peran pekerjaan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga.

b. Tanggungjawab sebagai orang tua, meliputi tanggung jawab dan kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya, terhadap masing-masing pasangan suami istri terhadap pekerjaan rumah tangga.

c. Hubungan antarpribadi, aspek ini mencakup aktivitas yang dilakukan baik suami ataupun istri yang berhubungan dengan orang lain selain pasangan tersebut dalam perkawinannya.

d. Peran khusus kodrat perempuan, menjelaskan peran yang harus dilakukan istri sebagai perempuan dalam kedudukannya, baik di rumah tangga maupun di dalam masyarakat.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Pertukaran Sosial

Homans (dalam Poloma, 2003:59) memulai teorinya dengan ilmu

ekonomi, bukan dengan psikologi. Teori pertukaran Homan situ menakankan

pada asumsi bahwa orang yang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh

ganjaran atau menghindari hukuman. Pertukaran perilaku untuk memperoleh

ganjaran adalah prinsip dasar dalam transaksi ekonomi sederhana. Homans

melihat semua perilaku sosial jadi tak hanya perilaku ekonomis sebagai hasil dari

pertukaran yang demikian. Misalnya, pekerjaan tak hanya menyediakan ganjaran

ekstrinsik berupa upah, tetapi juga menyediakan ganjaran intrinsik berupa

persahabatan, keputusan, dan mempertinggi harga diri.

Menurut Homans (dalam Ritzer, 2004:308), menyatakan proposisi itu

bersifat psikologis karena dua alasan. Pertama, “proposisi itu biasanya dinyatakan

dan diuji secara empiris oleh dua orang yang menyebut dirinya sendiri psikolog”.

(Homans, 1967:39-40). Kedua, dan yang lebih penting, proposisi yang bersifat

psikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat: “proposisi

itu lebih mengenai perilaku manusia individual daripada kelompok atau

masyarakat; dan perilaku manusia, sebagai manusia, umumnya dianggap menjadi

bidang kajian psikologi” (Homans, 1967:40).

16

Page 31: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Homans mengembangkan beberapa proposisi yang didasarkan pada

konsep Skinner, yakni :

a. Proposisi sukses

“Untuk semua tindakan yang dilakukan seseorang, semakin sering tindakan khusus seseorang diberi hadiah, semakin besar kemungkinan orang itu melakukan tindakan itu (Homans, 1974:16 dalam Ritzer, 2007:361)”.

Dalam proposisi ini dijelaskan jika seseorang melakukan pekerjaan

tertentu dan berhasil menyelesaikannya. Dan di akhir pekerjaan itu, orang

itu akan mendapatkan suatu ganjaran (reward). Selanjutnya orang itu akan

cenderung melakukan pekerjaan itu lagi secara berulang kali untuk

mendapatkan ganjaran (reward) yang lebih banyak.

b. Proposisi Stimulus

“Bila dalam kejadian di masa lalu dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan tindakan orang diberi hadiah, maka makin besar serupa dorongan kini dengan dorongan di masa lalu, makin besar kemungkinan orang melakukan tindakan serupa (Homans, 1974:23 dalam Ritzer, 2007:364)”.

Jika dimasa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat

stimuli merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh

ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang

lalu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa/ agak

sama. Stimuli dapat kurang lebih sama dengan dimasa lalu, dan proposisi

Homans menyatakan bahwa stimuli yang hampir sama akan dipilih untuk

memperoleh hasil yang diinginkan.

c. Proposisi Nilai

“Makin tinggi nilai hasil tindakan seseorang bagi dirinya, makin besar kemungkinan ia melakukan tindakan tersebut (Homans, 1974:25 dalam Ritzer, 2007:364).

Semakin tinggi suatu tindakan, maka kian senang seseorang

melakukan tindakan itu. Proposisi nilai menyatakan manakah yang lebih

17

Page 32: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

penting bagi seseorang, artinya tingkat dimana orang menginginkan

ganjaran yang diberikan oleh stimulus.

d. Proposisi Deprivasi-Satiasi

“Makin sering seseorang menerima hadiah khusus di masa lalu yang dekat, makin kurang bernilai baginya setiap unit hadiah berikutnya (Homans, 1974:29 dalam Ritzer, 2007:365).

Semakin sering dimasa yang lalu seesorang menerima suatu

ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut

peningkatan setiap unit ganjaran itu.

e. Proposisi Restu-Agresi

“ Proposisi A: bila tindakan orang tak mendapatkan hadiah yang ia harapkan atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah; besar kemungkinan ia akan melakukan tindakan agresif dan akibatnya tindakan demikian makin bernilai baginya (Homans, 1974:37 dalam Ritzer, 2007:365).

Bila tindakan seesorang tidak memperoleh ganjaran yang

diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka ia

akan marah, dia menjadi sangat cenderung menunjukkan perilaku agresif

dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya.

“ Proposisi B: bila tindakan seseorang menerima hadiah yang ia harapkan, terutama hadiah yang lebih besar daripada yang ia harapkan, atau tidak menerima hukuman yang ia bayangkan, maka ia akan puas; ia makin besar kemungkinannya melaksanakan tindakan yang disetujui dan akibattinadakan seperti itu akan makin bernilai baginya (Homans, 1974:39 dalam Ritzer, 2007:366)”.

. Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang

diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang dikirakan atau

tidak, memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan merasa

senang; dia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang

disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih

bernilai baginya.

18

Page 33: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

f. Proposisi Rasionalitas

“ Dalam memilih diantara berbagai tindakan alternatif, seseorang akan memilih satu diantaranya, yang dianggap sangat memiliki value (V), sebagai hasil, dikalikan dengan probabilitas (p), untuk mendapatkan hasil, yang lebih besar (Homans, 1974:43 dalam Ritzer, 2007:366)”.

Dalam bidang ekonomi, seseorang pasti mempertimbangkan

sesuatu yang memberikan nilai guna bagi dirinya berupa keuntungan yang

besar. Orang itu pasti akan mencari beberapa cara untuk mendapatkan

hasil yang menguntungkan. Tindakan tersebut berdasarkan oleh beberapa

kemungkinan yang memiliki suatu nilai dan tujuan tertentu.

2.3 Penelitian Terdahulu

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar Petani Tebu (Studi

Deskriptif Petani Tebu di Desa Semboro Kabupaten Jember)

Penelitian Wahyudi Hardiyanto, (2006). Dalam penelitian ini menjelaskan

mengenai hubungan kerjasama yang terjadi antara petani tebu dengan Pabrik

Gula (PG) Semboro. Jenis kerjasama yang dilakukan adalah dengan menjalin

kerjasama yang saling menguntungkan (hal 72). Pabrik gula sebagai mitra

kerjasama dari petani memberikan kemudahan bagi petani dalam berproduksi.

Kemudahan-kemudahan tersebut berupa paket kredit (pinjaman) yang dapat

berupa sarana produksi antara lain bibit, pupuk, pestisida, dan biaya-biaya lain.

Dan semua hutang (pinjaman) itu nantinya akan dilunasi saat musim tebang tiba

yakni saat tebu digiling dan diketahui hasil nominalnya dalam bentuk uang yang

nanti hasilnya tersebut akan dipotong dengan jumlah hutang (pinjaman) yang

diterima.

Berdasarkan hasil penelitian Wahyudi Hardiyanto (2006), menyatakan ada

faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi posisi tawar petani tebu yang

menjalin kemitraan dengan Pabrik Gula (PG) Semboro dinyatakan lemah. Faktor

internal yang pertama adalah mengenai posisi sosial petani tebu. Petani tebu yang

memiliki posisi sosial yang kuat (yang memiliki peran sebagai pengurus

19

Page 34: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Paguyuban Petani Tebu Rakyat (PPTR) atau Pengijon), memiliki posisi tawar

yang kuat. Dan petani tebu yang memiliki posisi sosial yang lemah (berperan

sebagai petani murni), memiliki posisi tawar yang lemah. Yang kedua adalah

tingkat pengetahuan petani tebu. Kemampuan petani untuk dapat mengolah tanah

serta pemeliharaan tanaman dapat menentukan tebu yang dihasilkan.

Faktor yang kedua yang mempengaruhi posisi tawar petani adalah faktor

eksternal. Faktor eksternal yang pertama adalah akses petani tebu. Akses tersebut

antara lain seperti akses dalam pengajuan bantuan kredit pada PG Semboro dan

akses memasukkan hasil produksi tanaman tebu ke PG Semboro. Faktor

eksternal yang kedua adalah pemasaran tebu. Adanya jenis pemasaran tebu yang

mengharuskan petani untuk memasukkan tanaman tebunya ke pabrik gula. Pada

pemasaran tersebut terjadi persaingan antara petani tebu di Desa Semboro

dengan petani yang berasal dari daerah lain.

Ada perbedaan dan persamaan dari penelitian Wahyu Hardiyanto, (2006)

dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Posisi Tawar Petani Tebu (Studi

Deskriptif Petani Tebu di Desa Semboro Kabupaten Jember) dan penelitian yang

peneliti lakukan dengan judul Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di

Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada

informan utamanya yang akan diteliti yakni pada buruh tani wanita yang bekerja

di lahan perkebunan tebu. Perbedaan kedua adalah pada pokok permasalahan

yang diangkat berbeda. Yakni pada masalah posisi tawar pada buruh tani dengan

petani dan PG Semboro, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu

Hardiyanto menekankan pada posisi tawar petani dengan PG Semboro. Adapun

persamaan dari penelitian ini adalah obyek penelitian yang sama yakni berlokasi

di lahan perkebunan Pabrik Gula (PG) Semboro dan Perkebunan Rakyat (PR)

milik petani tebu.

20

Page 35: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

BAB III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu ukuran untuk menentukan metode

yang akan digunakan oleh peneliti dalam menyikapi persoalan yang akan dikaji.

Dalam hal ini peneliti, menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan

mempertimbangkan pada obyek yang menjadi sasaran penelitian, hal ini

didasarkan pada pokok permasalahan yang sangat kompleks dan diperlukan

proses wawancara secara mendalam pada informan.

Dengan metode penelitian kualitatif, penulis berusaha untuk

mengungkapkan permasalahan dan memberikan pemecahan masalah. Melalui

pengumpulan data, perumusan data yang diperoleh di lapangan kemudian

melakukan analisis data serta menarik kesimpulan dari suatu permalahan yang

akan diteliti.

3.1 Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lahan perkebunan tebu yang terletak di

Desa Semboro, di Kecamatan Semboro. Hal ini lebih disebabkan untuk

membatasi lingkup kerja peneliti karena kebanyakan lahan yang menjadi areal

perkebunan tebu tidak hanya banyak berasal di Kecamatan Semboro, namun juga

melingkupi daerah dalam Kabupaten Jember. Untuk fokus penelitian

diprioritaskan pada buruh tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan tebu di

Desa Semboro. Adapun berikut ini adalah beberapa alasan yang menyebabkan

pemilihan lokasi penelitian :

1. Lokasi penelitian yakni lahan perkebunan tebu banyak berada dalam

daerah di Desa Semboro;

2. Banyak buruh tani wanita yang ditemukan bertempat tinggal di Desa

Semboro.

21

Page 36: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

3.2 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan sangat penting dalam proses penelitian, ini

dikarenakan untuk memperoleh sumber informasi yang akurat. Teknik penentuan

informan yang akan digunakan oleh peneliti adalah teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2008:85), menyatakan teknik purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan

sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu

jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan

dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-

ciri sampel yang ditetapkan.

Adapun

beberapa kriteria-kriteria dalam teknik purposive sampling, menurut

Faisal (1990:56-57) menyatakan sebagai berikut:

1. Subyek yang telah cukup lama intensif dengan kegiatan atau memahami dan aktifitas yang menjadi perhatian peneliti;

2. Subyek yang masih terlibat aktif atau penuh dalam lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian peneliti;

3. Subyek yang memiliki cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi;

4. Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu;

5. Subyek yang sebelumnya tergolong masih asing dengan peneliti.

Teknik purposive sampling yang digunakan peneliti memilki beberapa

pertimbangan atau kriteria-kriteria dalam penentuan informan, yakni

1. Menentukan buruh tani wanita yang akan diteliti berdasarkan lokasi

kerja yakni pada buruh tani yang bekerja di lahan perkebunan PTPN

XI Semboro;

2. Menentukan tingkat usia buruh tani wanita yang bekerja di lahan

perkebunan PTPN XI Semboro.

Informan pokok (principal informants) dapat diketemukan ketika peneliti

22

Page 37: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

benar-benar menemukan data yang valid, terperinci, serta mendalam. Informan

pokok dalam kajian ini adalah buruh tani wanita yang bekerja di lahan milik

PTPN XI Semboro.

Dari hasil penelitian di lahan perkebunan tebu menemukan buruh tani

wanita yang berjumlah 12 orang sebagai informan pokok, berikut adalah

informasi buruh tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan tebu;

1. Solehati umur 50 tahun pekerjaan buruh tani;

2. Ngatinah umur 36 tahun pekerjaan buruh tani;

3. Sani umur 40 tahun pekerjaan buruh tani;

4. Siti Sulihah umur 50 tahun pekerjaan buruh tani;

5. Sukirah umur 60 tahun pekerjaan buruh tani

6. Sulastri umur 48 tahun pekerjaan buruh tani;

7. Misri umur 50 tahun pekerjaan buruh tani;

8. Khotijah umur 45 tahun pekerjaan buruh tani;

9. Sumarni umur 60 tahun pekerjaan buruh tani;

10. Siti umur 18 tahun pekerjaan buruh tani;

11. Ningsih umur 46 tahun pekerjaan buruh tani;

12. Maisaroh umur 50 tahun pekerjaan buruh tani.

Untuk menunjang data yang diperoleh dari informan pokok, peneliti

memerlukan informan tambahan. Teknik penentuan tambahan dengan

purposive sampling. Teknik ini berupa pengambilan sampel secara sengaja

sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.

Adapun yang menjadi informan tambahan (secondary informan) adalah

1. Arif Rahman Hakim (36 tahun), Petani tebu yang bermitra dengan

PG Semboro;

2. Didik Santoso (24 tahun), Karyawan PG Semboro bagian pembibitan

tebu.

3. Sulkhan (58 tahun), Perangkat Desa Semboro bagian ekonomi

pertanian.

4. Subiwantoro (47 tahun), Supir truk yang mengangkut tebu ke pabrik

23

Page 38: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

gula (PG).

5. Probo Handoko (36 tahun), Mandor di lahan perkebunan tebu milik

petani.

6. Pak Sudarman (52 tahun), Petani tebu, yang dulu pernah bekerja

menjadi mandor.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan,

sedangkan data sekunder adalah data tambahan yang berkaitan dengan penelitian.

Data sekunder juga berkaitan dengan sumber-sumber referensi, literature serta

sumber-sumber lain yang telah tersedia. Adapun metode yang digunakan untuk

memperoleh data sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengamati kehidupan sehari-hari dari informan yang akan diteliti. Observasi

juga dapat dilakukan secara langsung, ketika penulis bersama informan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi secara terang-

terangan atau secara tidak terang-terangan/ tersamar (overt observation/ covert

observation). Hal ini seperti yang dinyatakan Faisal (1990:79);

“Sebagaimana halnya wawancara, observasi juga dapat dilakukan dengan secara terus-terang (tidak tersamar), jadi mereka yang tengah diteliti mengetahui sedari awal bahwa penulis melakukan kegiatan penelitian. Observasi pada keadaan/situasi tertentu, penulis dapat juga melakukan observasi secara tersamar sebab adalah tidak realistic untuk serba “terus terang” mengamati suatu situasi”.

Melalui metode ini penulis dapat memperoleh gambaran dari hasil

pengamatan dan dapat dicatat sebagai suatu data awal. Dari hasil temuan awal

di lapangan, kebanyakan para buruh tani wanita mulai berangkat saat pagi hari

yakni pada pukul 06.00 WIB. Dan mereka biasa berangkat berkelompok

bersama-sama. Para buruh tani wanita ini berangkat menggunakan sepeda

24

Page 39: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

(onthel), maupun bersama-sama dengan buruh tani wanita lain berangkat

menggunakan truk/ pick up ke lokasi kerja. Sebelum kerja biasanya mereka

bersama-sama sarapan dahulu dari bekal yang dibawa sambil menunggu

mandor/ pemilik lahan datang. Saat mandor datang mereka lalu melanjutkan

untuk bekerja.

b) Wawancara

Selain observasi, penulis juga menggunakan metode wawancara pada

informan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan kebenaran data yang

diinginkan. Wawancara antara penulis dengan informan, dilakukan dengan

cara melakukan cara tanya jawab.

Jenis wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan

wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi yang sahih dan benar-benar teruji.

Wawancara dilakukan dengan berkali-kali hingga menemukan data yang

dianggap benar. Wawancara oleh penulis dilakukan dapat di lapangan dan

juga di rumah informan. Secara prosedural proses wawancara ini memerlukan

kesepakatan dengan informan untuk membuat janji bertemu.

Untuk mendapatkan informasi yang benar-benar teruji kebenarannya,

peneliti juga memerlukan pedoman wawancara (guide interview). Menurut

Suyanto dan Sutinah (2005:56), guide interview adalah semacam rambu-

rambu yang dipergunakan untuk mengarahkan seorang peneliti agar tidak

terjebak mencari data di luar permasalahan dan tujuan penelitiannya.

Menurut Malo dan Trisnonintyas (1994:139), pedoman wawancara

memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara berfungsi membimbing alur wawancara terutama mengarahkan tentang hal-hal yang harus ditanyakan;

2. Dengan pedoman wawancara dapat dihindari kemungkinan melupakan beberapa persoalan yang relevan dengan masalah penelitian.

Pada awal penelitian dimulai peneliti mencari beberapa informan yang

akan di wawancarai. Wawancara pertama dilakukan di rumah salah satu petani

25

Page 40: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

tebu yang juga aktif dalam kepengurusan pabrik gula (PG) Semboro, yakni

Pak Arief pada tanggal 15 Oktober 2013 yakni pada Pukul 18.00 WIB.

Peneliti mencoba melakukan wawancara secara mendalam dan juga meminta

saran untuk menemukan buruh tani wanita yang merupakan sumber informan

pokok. Pada penelitian pada tanggal 23 Oktober 2013, penelitian dilakukan

bersama bantuan dari Pak Subiwantoro atau Pak Wan. Pak Wan ini

merupakan supir truk yang sering berhubungan langsung dengan segala

kegiatan di lahan perkebunan. Penelitian kedua dilakukan di lahan perkebunan

tebu menemukan beberapa informan pokok yang sedang bekerja memotong

dan mengumpulkan tebu ke karung yang hendak dijadikan bibit tebu.

Wawancara tersebut berlangsung selama 2 jam dari pukul 06.00 WIB.

Setelah itu peneliti meminta izin pulang karena Pak Wan ingin bekerja. Pada

penelitian ketiga pada tanggal 27 September 2013, penelitian dilakukan

sendiri di lahan perkebunan di daerah pabrik gula (PG) Semboro. Dengan

bantuan informasi dari beberapa buruh tani wanita yang menjadi informan

sebelumnya. Peneliti kemudian menemukan beberapa buruh tani wanita

bekerja menanam bibit tebu bersama 2 orang buruh tani laki-laki. Wawancara

itu dilakukan di lahan perkebunan yang pada saat itu informan tengah istirahat

sambil menunggu lahan diolah oleh buruh tani laki-laki. Lahan tersebut yang

nanti akan ditanami dengan bibit-bibit tebu. Beberapa informan ini

menyatakan pekerjaannya berlangsung dari pagi hingga pukul 14.00 WIB.

Namun, peneliti hanya melakukan wawancara selama 3 jam, dan kemudian

izin untuk pulang.

Peneliti melakukan proses wawancara secara mendalam dengan

beberapa informan yang awalnya dilakukan di lapangan yakni di lahan

perkebunan tebu. Dalam proses wawancara dengan informan pokok, peneliti

melakukan sendiri maupun mendapatkan bantuan dari beberapa pihak yang

juga merupakan informan tambahan. Penelitian awal dilakukan pada saat pagi

hari, ini disebabkan waktu buruh tani wanita banyak yang mulai bekerja di

lahan perkebunan tebu. Ini juga merupakan saran dari beberapa informan

tambahan. Waktu wawancara dengan informan pokok di lahan perkebunan

26

Page 41: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

tebu sangat terbatas, hal ini disebabkan pada saat itu mereka sedang bekerja.

Untuk wawancara, ada beberapa informan yang dapat diminta informasinya

meskipun saat bekerja. Dan adapula yang menolak, dan menunggu hingga

waktu istirahat.

Peneliti juga meminta waktu untuk melakukan wawancara dengan

informan saat berada di rumah. Namun, ada beberapa informan yang menolak

untuk diwawancarai di rumah, dan ada juga yang menerima untuk

diwawancarai. Dalam proses wawancara peneliti menggunakan alat bantu

berupa catatan dan alat perekam untuk mempermudah proses wawancara

dengan informan.

c) Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan berbagi sumber

referensi, literatur yang telah tersedia, seperti jurnal ilmiah, laporan

penelitian, artikel, serta sumber-sumber lain yang dapat dijadikan acuan

untuk menunjang penelitian.

Dalam metode dokumentasi ini menggunakan berbagai sumber data dan

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Untuk dokumentasi tertulis

memanfaatkan data sumber informasi dari buku dan makalah tentang

panduan teknik budidaya tebu dari PTPN XI dan beberapa data yang

menunjang. Sedangkan untuk dokumentasi berupa gambar adalah segala

kegiatan yang dilakukan informan saat bekerja sebagai buruh tani wanita di

lahan perkebunan tebu.

Untuk sumber literatur dan referensi lain menggunakan buku-buku,

penelitian terdahulu, artikel, surat kabar, dan berbagai sumber dari internet

yang berhubungan dengan penelitian tentang buruh tani wanita yang bekerja

di lahan perkebunan tebu.

3.4 Uji Validitas Data

Dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif sebagai teknik

dalam mengkaji masalah memerlukan suatu keabsahan data dari informan. Maka

27

Page 42: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

dari itu, penulis perlu meng cross check data yang diperoleh dari informan secara

langsung agar dapat menghasilkan data yang benar-benar valid. Dengan

membandingkan data yang diperoleh dari satu informan dengan informan lain,

data dapat teruji kebenarannya.

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan teknik triangulasi data. Menurut

Moleong (2001:178): “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut”.

Teknik ini dapat dilakukan dengan memperbandingkan antar data yang diperoleh

dari proses wawancara dengan informan, data hasil observasi, dan data hasil

dokumentasi.

Menurut Moleong (dalam Irawan, 2006:91), menyatakan ada empat

macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam cross check hasil penelitian, peneliti

menggunakan teknik trianggulasi pada sumber. Berikut empat macam cara

trianggulasi menurut (Moleong dalam Irawan, 2006:91);

1. Membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

28

Hasil Wawancara dengan Informan

Hasil Observasi

Hasil Dokumentasi

Page 43: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Bagan 1. Metode Triangulasi Data

3.5 Metode Analisis Data

Dalam proses analisis data pada penelitian ini memerlukan beberapa

tahapan pokok yakni mengumpulkan seluruh data dari informan setelah melalui

proses uji keabsahan data. Langkah selanjutnya keseluruhan data yang

dikumpulkan dikategorikan, setelah itu penulis dapat memilah-milah data yang

relevan sesuai kebutuhan. Tahapan selanjutnya adalah melakukan interpretasi

(penafsiran) data dan dihubungkan teori yang sesuai.

Dari hasil interpretasi data yang dilakukan oleh penulis selama penelitian

itu berlangsung. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan pokok yang relevan

dengan judul penelitian yakni Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di

Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro. Dengan demikian penelitian yang

dilakukan oleh penulis dapat disajikan sesuai fakta yang valid dan mendalam.

Bagan 2. Skema Analisis Data

29

PENGUMPULAN DATA PENYAJIAN DATA

REDUKSI DATA SIMPULAN: VERIFIKASI

Page 44: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Letak Geografis

Desa Semboro merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan

Jember, Kabupaten Jember. Desa Semboro dikelilingi beberapa batas wilayah

antara lain meliputi :

a. Batas sebelah utara : Desa Sidomulyo, Desa Tanggul Wetan

b. Batas sebelah Timur : Desa Tanggul Wetan, Desa Sidomekar

c. Batas sebelah Selatan : Desa Umbulrejo, Desa Sidorejo

d. Batas sebelah Barat : Desa Sidorejo, Gadingrejo, Rejoagung

Desa Semboro memiliki luas wilayah ± 952,707 Ha yang terletak pada

wilayah dataran rendah dengan ketinggian ± 25 m dari permukaan laut. Desa

Semboro mempunyai jumlah penduduk 12.503 jiwa pada tahun 2012.

4.1.2 Luas Daerah dan Penggunaan Tanah

Dari segi topografi, Desa Semboro berada pada bagian barat Kabupaten

Jember yang merupakan daerah pertanian yang subur untuk pengembangan

tanaman pangan. Dari luas tanah yang ada di wilayah Desa Semboro dapat dilihat

dari Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Luas Daerah dan Penggunaan Tanah di Desa Semboro,

Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember 2012.

No Penggunaan Tanah Luas

(Ha)

Persentase

(%)

1 Tanah Sawah 476,650 30,36

2 Irigasi Teknis 470,05 29,94

3 Tanah Tegal 189,851 12,09

30

Page 45: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

4 Tanah Pekarangan 288,706 18,39

5 Perkebunan Negara 74,6 4,75

6 Tanah Kas Desa 42,656 2,72

7 Lapangan Olahraga 2 0,13

8 Perkantoran Pemerintah 2 0,13

9 Tempat Pemakaman Desa/Umum 3 0,19

10 Jalan Desa 12 0,76

11 Bangunan Sekolah 5 0,32

12 Pertokoan 3 0,19

13 Fasilitas Pasar 0,25 0,02

Jumlah 1.569,763 100,00

Sumber: Data Instrumen Kantor Desa Semboro, Kecamatan Semboro,

Kabupaten Jember 2012.

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dijelaskan bahwa dengan luas daerah dan

penggunaan tanah di Desa Semboro berjumlah 1.569,763 ha. Dengan

penggunaan yang terbesar yakni dengan jumlah 476,650 ha atau 30,36 %,

digunakan untuk tanah sawah dan sekitar 470,05 ha atau 29.94 % untuk irigasi

teknis. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar masyarakat yang

tinggal di Desa Semboro banyak memanfaatkan lahan atau tanah yang dimiliki

untuk berbudidaya tanaman. Pada lahan pertanian itu umumnya dimanfaatkan

untuk budidaya tanaman seperti padi, palawija, jagung, kedelai, dan kacang

panjang. Sebagian lahan lain digunakan untuk budidaya tanaman keras seperti

mangga, jeruk, salak, dan tebu. Dengan pemanfaatan tanah sebagai lahan

pertanian di Desa Semboro juga mendorong terbukanya lapangan kerja bagi

warga yang tidak memiliki lahan untuk bekerja sebagai buruh tani.

4.1.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Pekerjaan

Kerja merupakan aktifitas yang dilakukan manusia untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dengan bekerja manusia dapat saling berinteraksi dengan

manusia lain dan dapat memiliki peran dan status dalam lingkungan masyarakat.

31

Page 46: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Hal ini juga dilakukan oleh setiap warga masyarakat di Desa Semboro untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada Tabel 4.3 menunjukkan

tentang jenis pekerjaan penduduk di Desa Semboro sebagai berikut;

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk menurut Jenis Pekerjaan di Desa Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember 2012.

No Jenis Pekerjaan Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1. Petani 2.268 47,06

2. Pegawai Desa 27 0,56

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 203 4,21

4. Pegawai Swasta 1.270 26,35

5. Pegawai Bank 4 0,08

6. Pemilik Warung/Kios 292 6,06

7. Angkutan/Transportasi 103 2,14

8. Tukang Kayu 310 6,43

9. Tukang Batu 312 6,47

10. Tukang Jahit 12 0,56

11. Tukang Cukur 18 0,37

Jumlah 4.819 100,00

Sumber: Data Instrumen Kantor Desa Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember 2012.

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk menurut

jenis pekerjaan di Desa Semboro berjumlah 4.189 orang. Dengan jenis

pekerjaan yang terbanyak adalah petani yakni berjumlah 2.268 orang atau 47,06

%. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan utama bagi masyarakat di Desa Semboro,

disamping jenis pekerjaan lain seperti pegawai negeri sipil (PNS), pegawai

bank, pegawai Desa, pegawai swasta, dan jenis pekerjaan lain. Pertanian di Desa

Semboro merupakan lahan pekerjaan yang utama dan banyak warga masyarakat

yang bekerja di sektor ini. Petani dalam hal ini dapat diartikan sebagai petani

(pemilik lahan) dan buruh tani (tenaga kerja). Keberadaan petani sebagai

32

Page 47: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

pemilik lahan ini juga mendorong terbukanya jenis pekerjaan lain seperti

menggarap lahan oleh buruh tani.

Lahan pertanian yang luas, mendorong petani membudidayakan tanaman

dengan variasi lebih beragam seperti padi, palawija, jagung, kedelai, kacang

panjang, jeruk, dan tanaman tebu. Jenis tanaman yang memberikan keuntungan

lebih besar adalah jeruk dan tebu. Diantara kedua tanaman tersebut, budidaya

tanaman tebu lebih mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya yang

relatif besar. Selain itu, keberadaan pabrik gula (PG) Semboro sebagai mitra

petani tebu mempermudah hubungan kerja antara kedua belah pihak dan

mendorong terciptanya lapangan pekerjaan bagi buruh tani.

4.2 Karakteristik Informan

4.2.1 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data hasil informasi dengan beberapa informan yakni buruh

tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan tebu menyatakan bahwa rata-rata

pendidikan yang ditempuh adalah tingkat sekolah dasar (SD). Hal ini disebabkan

oleh anggapan dari orang tua informan dahulu yang menyatakan bahwa posisi

wanita nanti kelak dewasa hanya akan bekerja di dalam rumah sehingga tidak

perlu sekolah tinggi. Dan yang berhak untuk sekolah tinggi itu untuk laki-laki,

karena nantinya akan berperan sebagai kepala rumah tangga. Pernyataan ini

seperti yang dinyatakan oleh Bu Khatijah (43 Tahun), berikut;

“ Buruh tani sing nyambut damel teng mriki kathah sing tamatan sekolah dasar, malah enten sing mboten tamat SD. Kuwi asale ndhisik wong tuwa kula tau ngandhani, kanggo apa sekolah dhuwur-dhuwur, lah mengkone nyambut damel neng dapur pisan. Sing bisa sekolah dhuwur kuwi mung lanang wae”.

“ Buruh tani yang kerja disini banyak yang tamatan sekolah dasar, ada yang tidak tamat SD. Itu asalnya dulu orang tua ibu pernah bilang untuk apa sekolah tinggi-tinggi, lah nantinya kerjanya juga di dapur. Yang bisa sekolah itu hanya laki-laki saja”.

33

Page 48: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Hal ini juga yang membuat banyak dari buruh tani wanita tidak memiliki

kesempatan untuk dapat bekerja di sektor lain karena dibatasi oleh tingkat

pendidikan yang rendah. Pada umumnya buruh tani wanita ini bekerja di dalam

rumah, namun karena keterbatasan ekonomi memotivasi mereka untuk keluar

bekerja membantu peran suami. Sebelum bekerja di luar rumah sebagai buruh

tani wanita, mereka masih mengutamakan menyelesaikan urusan rumah tangga

dahulu sebelum bekerja.

4.2.2 Lama Bekerja

Bagi buruh tani wanita dengan bekerja di lahan perkebunan tebu dianggap

dapat membantu menambah pendapatan dalam keluarga. Pekerjaan sebagai

buruh tani tidak dibatasi oleh faktor usia, melainkan pada kemampuan seseorang

agar dapat bekerja agar dapat bertahan hidup. Hal ini dapat dibuktikan jika

melihat bagaimana jumlah buruh tani wanita yang sudah tua, namun masih aktif

untuk bekerja.

Tabel 4.3 Lama informan bekerja sebagai buruh tani wanita di lahan perkebunan tebu.

No

.

Nama Umur

(tahun)

Lama

Bekerja

(tahun)

Keterangan

1 Solehati 50 36 bekerja setelah lulus SD

2 Ngatinah 36 18 bekerja setelah menikah

3 Sani 40 - bekerja sebelum menikah

4 Siti Sulihah 50 - bekerja sebelum menikah

5 Sukirah 60 40 -

6 Sulastri 48 32 -

7 Misri 50 - bekerja setelah menikah

8 Khotijah 45 - bekerja sebelum menikah

9 Sumarni 60 43 bekerja setelah menikah

10 Ningsih 46 - bekerja setelah lulus SD

34

Page 49: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

11 Maisaroh 50 - bekerja setelah memiliki

anak

12 Siti 18 - -

Sumber : Data Primer Informan 2014.

Pada tabel 4.3, dapat dijelaskan bagaimana awal buruh tani dapat bekerja

di lahan perkebunan tebu. Di dalam tabel tersebut ada beberapa alasan yang

dapat menjadi awal mula buruh tani itu dapat bekerja. Rata-rata buruh tani

wanita memiliki latar belakang pendidikan yang rendah bahkan ada yang tidak

sempat mengenyam bangku sekolah dasar. Hal inilah yang menyebabkan

banyak buruh tani wanita sudah bekerja sejak kecil. Para buruh tani ini sudah di

ajak untuk ikut bekerja sejak kecil, namun mereka hanya ikut membantu orang

tuanya yang bekerja sebagai buruh tani. Beberapa faktor inilah yang

menyebabkan

Faktor lain adalah faktor ekonomi. Sebagian besar buruh tani wanita

bekerja di lahan perkebunan tebu dimulai setelah menikah. Dari beberapa

pernyataan informan, dengan ikut bekerja sebagai buruh tani dapat membantu

penghasilan keluarga selain penghasilan suami. Bahkan ada yang masih tetap

bekerja meskipun mereka tidak memiliki tanggungan, hanya didasarkan oleh

keinginan untuk terus bekerja.

Romany Sihite (2007; 112) menyatakan ciri pempuan di sektor informal

pada umumnya yakni berpendidikan rendah dan berada pada usia produktif.

Biasanya mereka bekerja dengan alasan dapat survive secara ekonomi.

Namun hal ini jauh berbeda dengan apa keadaan buruh tani wanita yakni

meskipun sudah melewati usia produktif tapi mereka tetap bekerja dan mampu

menunjukan eksistensinya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dari beberapa informasi dari beberapa informasi dari buruh tani wanita

menyatakan ada yang telah lama bekerja dan adapula yang baru bekerja

didasarkan oleh keinginan dan ditawari oleh temannya untuk ikut bekerja.

Berikut pernyataan dari Bu Sukirah (60 Tahun);

35

Page 50: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

“ Yen ibu ora nyambut damel, ya ora bisa kanggo mangan lan kanggo nyukupi kebutuhan hidup. Arep piye meneh, anak ibu wis berkeluarga lan nyambut damel kabeh, malah enten sing nyambut damele dadi buruh tani pisan. Yen kula wis meh 40 taun kerja dadi buruh tani, mas ”.

“ Kalau ibu tidak bekerja, ya tidak bisa untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup. Mau bagaimana lagi, anak ibu kan sudah berkeluarga dan kerjanya buruh tani juga. Kalau Ibu sudah hampir 40 tahun bekerja sebagai buruh tani, mas. ”

Bu Sukirah adalah salah satu dari sekian banyak buruh tani wanita yang

bekerja di lahan perkebunan tebu di saat usia senja masih aktif bekerja demi

memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Selain bu Sukirah juga ada banyak buruh

tani wanita lain yang bekerja dari sejak remaja hingga berusia senja. Hal ini

disebabkan karena pekerjaan sebagai buruh tani dipandang sebagai pekerjaan

yang tidak memerlukan ijazah dan keterampilan khusus.

Selain bu Sukirah, adapula pernyataan dari Siti yang menyatakan dirinya

baru beberapa kali bekerja sebagai buruh tani wanita di lahan perkebunan tebu.

Dirinya menyatakan dapat bekerja di lahan perkebunan tebu sebab didasarkan

oleh ajakan dari orang tuanya untuk ikut membantu pekerjaan. Kemudian ajakan

dari temana atau tetangga.

Dari beberapa faktor yang menyebabkan buruh tani wanita dapat bekerja

di lahan perkebunan tebu hampir semua disebabkan karena faktor tawaran untuk

bekerja dan keinginan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Banyak buruh

tani wanita yang sudah bekerja sangat lama hingga dapat membesarkan

anaknya, namun masih tetap untuk terus bekerja.

36

Page 51: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

4.2.3 Usia Informan

Dalam Tabel 4.3 berikut merupakan data hasil informasi mengenai tingkat

usia dari informan yang bekerja sebagai buruh tani wanita di lahan perkebunan

tebu;

Tabel 4.4 Karakteristik Informan berdasarkan Tingkat Usia di Desa

Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember 2012.

No. Tingkat Usia

(Tahun)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1. 18-28 1 8,3

2. 29-39 1 8,3

3. 40-50 8 66,7

4. 51-61 2 16,7

Jumlah 12 100%

Sumber: Data Primer Tahun 2014.

Pada Tabel 4.4, berdasarkan tabel tersebut menjelaskan mengenai tingkat

usia informan bekerja sebagai buruh tani wanita di lahan perkebunan tebu

berjumlah 12 orang. Dalam tabel tersebut pada tingkat usia 40-50 tahun adalah

usia buruh tani wanita masih tetap produktif bekerja di lahan perkebunan tebu

yakni sekitar 8 orang atau 66,7% dari 12 orang. Pada tingkat usia seharusnya

bukan termasuk usia produktif untuk bekerja namun disebabkan adanya

keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup mendorong buruh tani wanita terus

bekerja meskipun sudah menginjak usia tua. Sebagian dari buruh tani wanita ini

juga masih terus bekerja meskipun sudah tidak memiliki tanggungan untuk

membiayai anak. Pada tingkat usia yang masih produktif yakni di usia 18-28

tahun dan 29-39 tahun masing-masing hanya berjumlah 1 orang atau 8,3%.

Bahkan pada tingkat usia 51-61 tahun atau 16,7% yang sudah melewati usia

produktif masih ada 2 orang yakni masih aktif bekerja. Mereka bekerja dengan

tujuan untuk dapat bertahan hidup.

Berdasarkan usia informan, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor

penyebab wanita dapat bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan, antara

lain. Pertama, banyak dari informan yang menyatakan salah satu penyebab

37

Page 52: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

mereka dapat bekerja sebagai buruh tani dimulai sejak tidak mampu

melanjutkan sekolah. Sebagian informan menyatakan tidak lulus sekolah dasar

sehingga menyebabkan banyak yang ikut bekerja di lahan perkebunan bersama

orang tua. Kedua, setelah menikah. Sebagian informan menyatakan dirinya

menjadi buruh tani wanita setelah menikah untuk membantu menambah

pendapatan keluarga. Ketiga, persepsi dari orang tua dahulu. Persepsi atau

anggapan yang salah mengakibatkan wanita tidak mempunyai hak untuk

mendapatkan pendidikan atau bekerja sesuai dengan keinginannya. Peran wanita

adalah melakukan pekerjaan domestik di dalam rumah sehingga wanita tidak

memiliki hak untuk bekerja di luar rumah. Hal ini yang mengakibatkan posisi

wanita semakin terbatas untuk bekerja sebagai wanita karier atau mendapatkan

posisi yang sama dengan laki-laki.

4.3. Latar Belakang Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan

Tebu

Pada lahan perkebunan tebu membutuhkan banyak tenaga untuk

mengerjakan lahan dan melakukan perawatan rutin serta penanganan saat panen.

Umumnya tenaga utama yang banyak dibutuhkan untuk bekerja adalah tenaga

buruh tani laki-laki. Dimulai sejak tebu akan dipanen hingga saat mulai masa

tanam, banyak pemilik lahan/ mandor mencari buruh tani laki-laki yang akan

disuruh untuk bekerja di lahan perkebunan tebu miliknya. Namun, karena jumlah

buruh tani laki-laki yang terbatas dalam satu daerah menyebabkan pemilik lahan/

mandor mulai mencari cara alternatif untuk mendapatkan tenaga kerja. Adapun

cara yang diterapkan adalah dengan menggunakan bantuan tenaga buruh tani

wanita hingga mencari tenaga buruh tani dari luar daerah. Hal ini merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan buruh tani wanita dapat bekerja di lahan

perkebunan tebu. Berikut ini adalah beberapa informasi menganai buruh tani dan

faktor penyebab yang meyebabkan mereka dapat bekerja sebagai buruh tani

wanita di lahan perkebunan tebu.

Ibu Solehati adalah seorang buruh tani wanita yang bekerja di lahan

perkebunan tebu milik orang lain. Ibu Solehati memiliki dua orang anak. Salah

38

Page 53: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

satu sudah menikah dan satunya masih bersekolah. Kedua anak ibu Solehati

adalah laki-laki. Anak ibu Solehati yang pertama saat ini bekerja di Bali dan yang

kedua masih duduk kelas 2 SMA. Ibu Solehati menyatakan, hal ini yang

menyebabkan beliau masih aktif untuk bekerja karena merasa masih memiliki

tanggungan. Ibu Solehati bekerja hampir setiap hari untuk membantu menambah

penghasilan suami. Suami ibu Solehati adalah buruh tani yang bekerja serabutan

atau tidak memiliki penghasilan tetap. Jika memasuki musim panen tebu,

suaminya bekerja sebagai buruh tebang yang bekerja berpindah-pindah pada

setiap lahan bersama buruh tani lain. Untuk dapat menambah pendapatan, suami

ibu Solehati bekerja merawat kambing milik orang lain. Biasanya setelah pulang

bekerja, suaminya mulai mencari rumput untuk kambing.

Ibu Solehati bekerja bersama tetangga atau kerabat dekat. Di lahan

perkebunan tebu, pekerjaan yang dilakukan adalah seperti mempersiapkan bibit

tebu yakni memotong tebu antara 2 atau 3 mata bagal (batang) kemudian

dimasukkan ke karung. Pekerjaan lain adalah menanam bibit tebu, memupuk

tanaman tebu, menyiram tanaman, merawat tanaman seperti membersihkan

pelepah daun yang kering (klentek), hingga ikut menebang tebu. Pekerjaan ini

dilakukan jika ada permintaan dari pemilik lahan untuk bekerja maupun karena

adanya ajakan dari teman untuk bekerja. Ibu Solehati bekerja dari pagi hingga

menjelang siang hari yakni hingga pukul 10.00 WIB. Ibu Solehati menyatakan ini

juga berdasarkan kesepakatan dengan pemilik lahan, dan pemilik lahan satu dan

lainnya berbeda dalam penentuan waktu kerja dan upah yang diterima.

Untuk jumlah upah yang diterima ibu Solehati saat bekerja saat itu adalah

Rp. 15.000. Ibu Solehati menyatakan meskipun pekerjaan seperti mengolah lahan,

menanam bibit, menyiram, hingga menebang tebu akan mendapatkan upah yang

sama. Ibu Solehati juga menyatakan upah yang diperoleh tiap buruh tani wanita

tidak sama. Hal ini seperti yang dinyatakan Ibu Solehati;

“… Kangge upah nyambut damel biasane niku entuk 15 ewu, enten pisan sing entuk 17 ewu sedinae”.

“… Untuk upah kerja biasanya itu dapat 15 ribu, ada juga yang dapat 17 ribu sehari”.

39

Page 54: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Ibu Solehati menyatakan ada perbedaan pembagian upah yang tidak sama

dengan buruh tani wanita lain meskipun pekerjaan yang dilakukan sama. Ibu

Solehati juga menambahkan di lahan perkebunan lain juga ada yang mendapatkan

upah yang besar. Namun, Ibu Solehati menyatakan tidak mempermasalahkan itu

yang penting adalah dapat bekerja untuk menambah penghasilan suami.

Ibu Ngatinah dapat bekerja sebagai buruh tani sejak tidak mampu untuk

melanjutkan sekolah. Ibu Ngatinah menyatakan dirinya awalnya bekerja karena

ajakan orang tua untuk ikut membantu bekerja di lahan perkebunan. Ibu Ngatinah

memiliki dua orang anak, yang salah satunya masih bersekolah di sekolah dasar

(SD), sedangkan yang satunya belum bersekolah dan jika bekerja selalu diajak ke

tempat kerja. Pekerjaan suami ibu Ngatinah setiap hari adalah bekerja sebagai

buruh tani di lahan milik orang lain. Namun, jika memasuki masa tebang tebu,

biasanya suaminya dan buruh tani laki-laki yang bertempat tinggal dalam satu

dusun akan bekerja sebagai buruh tebang. Dan pada saat itu suaminya dikirim ke

lahan perkebunan di Surabaya untuk bekerja menebang tebu. Ibu Ngatinah pernah

memiliki keinginan untuk bekerja di bidang lain atau membuka warung, namun

tidak dapat terwujud karena masalah ijazah dan kurangnya modal untuk usaha.

Ibu Ngatinah menyatakan dirinya bekerja sebagai buruh tani didasarkan untuk

membantu menambah penghasilan keluarga dan juga untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Ibu Ngatinah menyatakan penghasilan suaminya dianggap

belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut pernyataan

dari Ibu Ngatinah;

“… Bojo kula nyambut damel dadi buruh tani saben dinae, penghasilane iku biasane entuk 35 ewu. Duit 35 ewu kuwi mung saged kangge tumbas beras, lauk pauk, lan mboten saged kanggo keperluan liyane. Dadi kula pisan kudu nyambut damel ben saged nyukupi kebutuhan kuwi..”“… Suami saya kerja jadi buruh tani setiap hari, penhasilannya itu biasanya dapat 35 ribu. Uang 35 ribu itu hanya bisa untuk membeli beras, lauk pauk, dan tidak bisa untuk keperluan lain. Jadi saya juga harus kerja biar dapat memenuhi kebutuhan itu.”

Ibu Ngatinah bekerja bersama dengan buruh tani wanita lain yang berasal

dari satu dusun juga. Pekerjaan yang biasa dilakukan seperti memotong tebu

untuk dijadikan bibit, menanam bibit tebu, memupuk, membersihkan

40

Page 55: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

rumput/gulma (rewos), dan membersihkan pelepah tebu (klentek). Ibu Ngatinah

menyatakan jika dirinya setelah bekerja mendapatkan upah sekitar Rp. 15.000,-.

Ibu Sani sudah bekerja sebagai buruh tani wanita dimulai sejak sebelum

menikah. Ibu Sani memiliki dua orang anak, yang pertama sudah bekerja dan

yang satunya masih bersekolah di SD. Ibu Sani menyatakan dirinya tidak tamat

sekolah dasar (SD) karena keterbatasan ekonomi. Alasan ibu Sani bekerja adalah

untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Ibu Sani selalu menggunakan

bahasa Madura jika berkomunikasi karena tidak mampu berbahasa Indonesia.

Suami ibu Sani bekerja sebagai buruh tani di lahan milik orang lain dan juga

sebagai pencari rumput yang nanti akan dijual sebagai pakan ternak. Ibu Sani dan

suami bekerja serabutan yakni bersedia melakukan pekerjaan apapun untuk

menggarap lahan milik orang lain. Pada musim tebu datang, ibu Sani bekerja

menyatakan dirinya biasanya bekerja bersama suaminya di lahan perkebunan

tebu, terkadang bekerja bersama sesama buruh tani wanita lain. Pekerjaan yang

sering ibu Sani lakukan seperti mempersiapkan tebu yang hendak dijadikan bibit,

Pekerjaan ini hanya dilakukan oleh buruh tani wanita sedangkan untuk buruh tani

laki-laki bekerja menebang tebu. Pekerjaan lain seperti menanam bibit tebu,

memupuk tanaman, membersihkan rumput (rewos), membersihkan pelepah tebu

yang kering (klentek), hingga membersihkan bongkol tebu atau sisa tanaman tebu

yang tertinggal di lahan. Untuk jumlah upah yang diterima ibu Sani setiap bekerja

yakni sekitar Rp. 20.000,-.

Selain bekerja sebagai buruh tani wanita, ibu Sani juga bekerja merawat

kambing milik orang lain yang dipelihara di halaman rumahnya. Ada beberapa

pekerjaan lain yang dilakukan ibu Sani jika tidak ada tawaran untuk bekerja

seperti ikut membantu mencari rumput, mengumpulkan sisa padi setelah dipanen

untuk dijual kembali. Ibu Sani menyatakan meskipun suami dan dirinya bekerja

bersama dianggap belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Ibu Sulihah bekerja sebagai buruh tani wanita sejak masih kecil. Ini

disebabkan karena ibu Sulihah tidak pernah merasakan pendidikan di sekolah. Ibu

Sulihah menyatakan awal dirinya dapat bekerja karena diajak oleh orang tuanya

untuk ikut membantu pekerjaan di lahan perkebunan. Suami ibu Sulihah bekerja

41

Page 56: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

sebagai tukang becak. Ibu Sulihah menyatakan suaminya jika bekerja dalam satu

hari kadang tidak memperoleh uang, kadang pula mendapatkan uang yang paling

banyak sekitar Rp. 30.000,-. Ibu Sulihah memiliki dua orang anak yang keduanya

sudah berkeluarga. Ibu Sulihah menyatakan dirinya tidak mau ikut tinggal

bersama anak-anaknya karena sudah terbiasa bekerja dan tidak bisa berdiam diri

di rumah. Pekerjaan ibu Sulihah saat bekerja sebagai buruh tani wanita di lahan

perkebunan tebu seperti memotong tebu untuk dijadikan bibit, menanam bibit

tebu, memupuk tanaman tebu, membersihkan rumput, hingga membersihkan sisa-

sisa tanaman tebu setelah dipanen. Ibu Sulihah bekerja bersama teman-temannya

dan mendapatkan upah sekitar Rp. 20.000,- dalam sehari.

Selain bekerja sebagai buruh tani wanita, ibu Sulihah juga bekerja sebagai

pencari rumput untuk pakan ternak kambing yang merupakan milik orang lain

yang dirawat bersama suaminya dengan sistem bagi hasil. Dan kegiatan ini

dilakukan setiap hari setelah bekerja sebagi buruh tani di lahan perkebunan tebu.

Ibu Sukirah (60 Tahun) adalah buruh tani wanita yang bekerja di lahan

perkebunan tebu dilatarbelakangi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Setelah suami ibu Sukirah meninggal, beliau masih aktif bekerja sebagai buruh

tani di lahan perkebunan tebu. Anak-anak ibu Sukirah sudah berkeluarga dan

bertempat tinggal terpisah dengan beliau. Menurut beliau banyak dari anak-

anaknya yang juga bekerja sebagai buruh tebang tebu. Dalam bekerja ibu Sukirah

mengaku sering ditawari bekerja dari tetangga maupun dari juragan (pemilik

lahan tebu). Pekerjaan yang sering dilakukan oleh beliau seperti memotong tebu

menjadi pendek-pendek yang nanti dijadikan bibit tebu, menanam bibit tebu,

memupuk tanaman tebu, dan klentek (membersihkan pelepah tebu yang kering).

Upah yang didapatkan menurut beliau sekitar Rp. 15.000,- hingga Rp. 20.000,- .

Ibu Sulastri menyatakan dirinya dapat bekerja karena adanya tawaran dari

mandor untuk mengerjakan lahan perkebunan. Awalnya pekerjaan Ibu Sulastri

adalah buruh tanam di sawah. Di Lahan perkebunan tebu, beliau bekerja untuk

menanam bibit tebu. Ibu Sulastri tidak bekerja sendiri melainkan bersama orang

lain yakni buruh tani wanita dan buruh tani laki-laki yang bekerja mengolah lahan

untuk ditanami dan untuk mengalirkan air ke lahan. Jarak tempat kerja dari rumah

42

Page 57: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Ibu Sulastri lumayan jauh sehingga harus berangkat saat pagi hari. Bu Sulastri

menyatakan dirinya berangkat bersama ke lokasi kerja dengan buruh tani wanita

lain dalam satu dusun kemudian nanti akan bertemu di satu tempat dengan

mandor yang akan membawa ke lokasi kerja. Ibu Sulastri menyatakan rata-rata

luas lahan yang akan ditanami sekitar 1 hektar membutuhkan waktu 1-2 hari

untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Suami ibu Sulastri bekerja sebagai

buruh tebang tebu di Surabaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup ibu Sulastri

harus bekerja sebagai buruh tani wanita. Jumlah upah yang diperoleh oleh ibu

Sulastri saat itu sekitar Rp. 35.000,-, dengan waktu kerja dari pagi hingga siang

hari.

Ibu Misri pertama kali bekerja didasarkan oleh dorongan suami untuk ikut

bekerja membantu agar pekerjaan dapat cepat diselesaikan bersama. Saat itu ibu

Misri bekerja mengumpulkan tebu setelah ditebang dan menyisihkan tebu untuk

dijadikan bibit. Dari informasi beliau, upah yang diperoleh lumayan untuk

membeli makan dan keperluan lain. Hingga saat ini ibu Misri masih bekerja

sebagai buruh tani wanita, namun terkadang letak tempat kerjanya berbeda dengan

suami. Ibu Misri bekerja berawal dari mencari dan menerima ajakan dari orang

lain untuk bekerja dengan beberapa orang yang kebanyakan berasal dari satu

daerah. Ibu Misri bekerja dari pagi hingga siang hari, upah yang diperoleh

berbeda-beda menurut lahan yang akan dikerjakan. Untuk jumlah upah yang

diperoleh saat itu sekitar Rp. 15.000,-. Sebelum bekerja biasanya beliau

menyiapkan sarapan untuk keluarga serta bekal untuk dibawa di tempat kerja.

Ibu Khotijah merupakan buruh tani wanita yang bekerja sebagai pekerja tetap

pada satu pemilik lahan perkebunan tebu. Ibu Khotijah tidak sendiri bekerja

melainkan bersama-sama dengan teman-temannya bahkan mendapat bantuan dari

buruh tani laki-laki. Suami ibu Khotijah bukan bekerja sebagai buruh tani

melainkan bekerja sebagai tukang ojek. Ibu Khotijah bekerja didasarkan oleh

keinginan untuk membantu ekonomi keluarga karena jika mengandalkan

penghasilan suami yang terkadang tidak menentu tidak akan dapat terpenuhi.

Selain itu adanya ajakan untuk bekerja oleh orang lain sebagai buruh tani di lahan

perkebunan tebu. Pekerjaan yang dilakukan oleh ibu Khotijah seperti menebang

43

Page 58: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

tebu, mempersiapkan bibit tebu yang baik, menanam tebu, memupuk, menyulam,

dan membersihkan pelepah daun yang kering (klentek). Upah yang diperoleh ibu

Khotijah adalah Rp. 15.000,- , dengan waktu kerja setengah hari yakni dari Pukul

06.00 WIB hingga Pukul 11.00 WIB.

Ibu Sumarni bekerja sebagai buruh tani selama hampir 43 tahun. Saat itu

beliau bekerja bersama ibu Khotijah. Ibu Sumarni merupakan seorang janda yang

dulunya suaminya bekerja sebagai buruh tani. Sejak ditinggalkan suaminya,

beliau tetap bekerja meskipun anak-anaknya sudah besar. Hal ini dilakukan karena

beliau tidak mau merepotkan anak-anaknya yang sudah banyak yang berkeluarga.

Meskipun umurnya sudah tua, namun ibu Sumarni masih kuat bekerja. Pekerjaan

yang sering dilakukan seperti menanam bibit tebu, memotong tebu yang akan

dijadikan bibit, membersihkan pelepah (klentek). Ibu Sumarni bekerja tidak hanya

pada lahan di sekitar tempat tinggalnya, namun juga sampai ke tempat bekerja

yang jauh dengan memakai sepeda bersama teman-temannya. Upah yang

diperoleh ibu Sumarni saat bekerja adalah Rp. 15.000.- dengan waktu kerja yakni

dari pagi hingga Pukul 11.00 WIB. Menurut ibu Sumarni upah yang diperoleh

lumayan untuk membeli beras dan keperluan lainnya.

Informasi selanjutnya dari Siti (18 tahun), yang mengaku awalnya dirinya

bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan tebu didasarkan oleh ajakan dari

orang tuanya untuk ikut bekerja. Menurut pernyataan dirinya bekerja baru

beberapa tahun sebagai buruh tani wanita di lahan perkebunan tebu. Sejak tidak

melanjutkan sekolah, Siti tinggal di rumah karena orang tuanya tidak mampu

membiayai. Awal bekerja dirinya menyatakan diajak orang tuanya untuk

membantu pekerjaan agar cepat selesai. Berikut pernyataan dari Siti;

“ Kula nyambut damele diajak kaleh tetangga, jarene niku timbang nggangur neng omah. Mangke teng mriku jarene nyambut damele kayak nandur bibit tebu kaleh nyulam tanduran tebu sing rusak.”

“ Saya kerjanya diajak sama tetangga, katanya itu daripada mengganggur di rumah. Nanti disana katanya kerjanya seperti nanam bibit tebu sama nyulam tanaman tebu yang rusak.”

Jenis pekerjaan yang sering dilakukan oleh Siti adalah seperti menanam

bibit, memupuk, menyulam tanaman tebu. Menurut Siti, dirinya bekerja dari pagi

44

Page 59: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

hingga Pukul 11.00 WIB dan upah yang diperoleh sekitar Rp. 15.000,- hingga Rp.

20.000,- tergantung kesepakatan oleh pemilik lahan.

Bu Ningsih (46 tahun), buruh tani wanita yang berasal dari daerah

kecamatan Sumberbaru. Beliau bekerja sebagai buruh tebang tebu di lahan

perkebunan tebu milik pabrik gula (PG) Semboro. Suami Bu Ningsih juga bekerja

sebagai buruh tebang di Surabaya bersama buruh laki-laki yang berasal dari satu

wilayah di Sumberbaru. Menurut pernyataan beliau berangkat dari subuh sekitar

Pukul 05.00 WIB dengan menggunakan truk yang akan menggangkut ke tempat

kerja dan tiba pada Pukul 06.00. Saat tiba beliau bersama teman-temannya

langsung bekerja tanpa menunggu mandor datang. Beliau bekerja hingga Pukul

17.00 WIB. Saat bekerja beliau menyatakan selalu berkumpul dengan teman-

teman sesama buruh tani wanita.

Ibu Maisaroh (50 tahun), menyatakan bahwa beliau sudah bekerja menjadi

buruh tani wanita sejak memiliki satu orang anak. Suami ibu Maisaroh bekerja

setiap hari sebagai tukang becak dengan penghasilan yang tidak tetap. Ibu

Maisaroh menyatakan penghasilan suaminya tidak menentu, kadang mendapat

uang Rp. 25.000,-, tidak menentu karena saat ini banyak yang menggunakan

sepeda. Suami ibu Maisaroh tidak biasa bekerja di sawah sehingga pekerjaan yang

bisa dilakukan adalah dengan menarik becak. Selain bekerja sebagai tukang

becak, suami ibu Maisaroh juga dipercaya oleh orang lain untuk merawat

kambing orang lain. Setiap hari setelah bekerja baik ibu Maisaroh maupun suami

bekerja mencari rumput untuk kambing. Ibu Maisaroh memilki 4 orang anak,

kedua anaknya saat ini sudah bekerja di Bali sehingga dapat membantu keluarga

dan adik-adiknya yang masih sekolah. Untuk jumlah upah yang diperoleh ibu

Maisaroh sekitar Rp. 25.000,- hingga Rp.35.000,-.

Maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor penyebab yang

menjadi alasan utama buruh tani wanita dapat bekerja di lahan perkebunan tebu

yakni pertama, adalah faktor ekonomi. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh bu

Sukirah (60 Tahun), berikut ini;

“Yen ibu ora nyambut damel, ya ora bisa kanggo mangan lan kanggo nyukupi kebutuhan hidup. Arep piye meneh, anak ibu wis berkeluarga lan

45

Page 60: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

nyambut damel kabeh, malah enten sing nyambut damele dadi buruh tani pisa”

“Kalau ibu tidak bekerja, ya tidak bisa untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup. Mau bagaimana lagi, anak ibu kan sudah berkeluarga dan kerjanya buruh tani juga”.

Dan, pernyataan dari Bu Solehati (50 tahun);

“ Ya arep piye maneh, dek. Lek ngandalna penghasilane bojo sing pisan dadi buruh tani ndak cukup kangge memenuhi kebutuhan hidup sedinae. Dadi kula arep ora arep kudu melu kerja pisan ”.

“ Ya mau bagaimana lagi, dek. Kalau mengandalkan penghasilan suami yang kerjanya jadi buruh tani juga tidak akan cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jadi saya mau tidak mau juga harus bekerja juga ”.

Selanjutnya, pernyataan dari bu Misri (50 Tahun) ;

“Setelah menikah, Ibu baru bekerja sebagai buruh tani untuk membantu

menambah penghasilan.”

Kemudian, Penyataan dari bu Sumarni (60 Tahun) ;

“Ibu nyambut damel kangge saged nambah nambah penghasilane bojo kulo. Lan sakniki mari bojo kulo pejah, ibu tetep nyambut damel kangge nyukupi kebutuhan hidup piyambak.”

“Ibu bekerja untuk dapat menambah penghasilan suami. Dan saat ini setelah suami ibu meninggal, ibu tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri.”

Kedua, adanya ajakan atau tawaran bekerja dari pemilik lahan atau

kerabatnya yang pada awalnya untuk membantu mendukung pekerjaan. Hal ini

seperti yang dinyatakan oleh Pak Arief (36 tahun);

“Kadang-kadang untuk membantu pekerjaannya buruh tebang ini mengajak istrinya untuk ikut bekerja. Biasanya istrinya yang menebang atau mengumpulkan tebu yang akan ditebang, sedangkan suaminya bagian yang mengangkut. Jadi peran buruh tani wanita hanya sebagai pendukung kerja…”.

Kemudian pernyataan dari bu Khotijah (45 Tahun);“ Ibu bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Kalau mengandalkan penghasilan suami yang ndak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi ketika da tawaran untuk bekerja, ibu tidak menolaknya.

46

Page 61: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Ibu juga kalau bekerja bersama tetangga yang juga bekerja sebagai buruh tani wanita.”

Berikutnya pernyataan dari Siti (18 Tahun);“ Kula nyambut damele diajak kaleh tetangga, jarene niku timbang nggangur neng omah. Mangke teng mriku jarene nyambut damele kayak nandur bibit tebu kaleh nyulam tanduran tebu sing rusak.”

“ Saya kerjanya diajak sama tetangga, katanya itu daripada mengganggur di rumah. Nanti disana katanya kerjanya seperti nanam bibit tebu sama nyulam tanaman tebu yang rusak.”

Ketiga, karena faktor minimnya keterampilan serta tingkat pendidikan

yang rendah. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh bu Ngatinah (36 Tahun);

“ Soalnya ndak ada pekerjaan lain yang cocok, kan ibu pendidikannya hanya sampai SD. Mau buka warung, tapi ndak ada modal. Ya terpaksa kerja jadi buruh tani.”

Beberapa faktor penyebab yang sudah dijelaskan tersebut adalah beberapa

urutan yang menyebabkan banyak buruh tani wanita bekerja di lahan perkebunan

tebu. Dari faktor ekonomi, adanya tawaran atau ajakan untuk bekerja, hingga

minimnya keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan buruh

tani wanita ini tidak dapat bekerja di sektor lain di luar sektor pertanian,

Berdasarkan berbagai pernyataan yang dikemukakan di atas mengenai

faktor penyebab wanita dapat bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan

tebu, ini dapat dijelaskan dengan teori pertukaran sosial yakni teori Proposisi

Stimulus yang menjelaskan “ Bila dalam kejadian di masa lalu dorongan tertentu

atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan tindakan orang diberi hadiah,

maka makin besar serupa dorongan kini dengan dorongan di masa lalu, makin

besar kemungkinan orang melakukan tindakan serupa (Homans, 1974:23 dalam

Ritzer, 2007:364)”.

Jika ditnjau dari segi proposisi ini pada buruh tani wanita ada beberapa

kemungkinan yang dapat menyebabkan buruh tani wanita itu untuk tetap bekerja.

Pertama, buruh tani wanita itu bekerja dengan pemikiran untuk mencari

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perasaan ini yang menyebabkan

adanya keinginan kuat untuk bekerja dan mereka sudah mengetahui jika dengan

47

Page 62: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

bekerja dapat memperoleh ganjaran yang berupa upah hasil kerja. Kedua, stimulus

yang berasal dari orang lain sehingga mempengaruhi buruh tani wanita untuk

bekerja. Rata-rata buruh tani wanita bekerja didasarkan tawaran dari orang lain

untuk ikut bekerja di lahan perkebunan tebu. Hal ini yang mendorong seorang

buruh tani wanita berpikir jika dirinya menerima tawaran itu, maka dirinya akan

mendapatkan suatu ganjaran yakni upah. Keadaan ini yang terjadi secara terus

menerus hingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.

Peran serta perempuan dalam aktifitas peningkatan pendapatan (income

generating activity) sudah berlangsung begitu lama. Peran tersebut berawal dari

keterlibatan mereka di sektor pertanian dan perkebunan (Romany Sihite, 2007:

23). Keberadaan buruh tani wanita bekerja di lahan pertanian terutama di

perkebunan diawali dengan bekerja di perkebunan tembakau dan pada akhirnya

terus bertambah pada semua bidang di perkebunan lain. Dalam perkebunan tebu,

posisi buruh tani wanita awalnya bukan merupakan pekerja utama. Buruh tani

wanita ini bekerja pada jenis pekerjaan tertentu.

Dari informasi beberapa informan tambahan ada yang menyatakan faktor

yang menyebabkan mereka memilih buruh tani wanita untuk bekerja di lahan

perkebunan tebu disebabkan oleh faktor ketelatenan (kesabaran), ketekunan, ulet,

dan ketelitian saat bekerja. Buruh tani wanita ini juga tidak mempersoalkan pada

jumlah nilai upah yang mereka dapatkan karena yang mereka butuhkan adalah

pekerjaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan menyatakan

bahwa banyak buruh tani wanita yang mulai bekerja pada bulan November. Hal

ini seperti yang dinyatakan oleh Pak Arief;

“Kebanyakan buruh tani wanita itu mulai muncul bekerja sekitar bulan November. Ini dikarenakan banyak buruh laki-laki yang mulai lelah dan malas untuk bekerja sehingga digantikan oleh buruh tani wanita”.

Kemudian Pak Sudarman (52 tahun) menyatakan;

“Buruh tani perempuan biasanya membaur dengan buruh tani laki-laki pada bulan November- Desember, karena pada bulan itu banyak tebu yang harus dipanen. Sehingga banyak buruh perempuan yang dibutuhkan karena kekurangan buruh tebang. Sedangkan untuk buruh tani laki-laki

48

Page 63: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

banyak yang bagian mengangkut tebu ke truk. Buruh tani perempuan banyak yang berasal dari Desa Semboro, Paleran, dan Umbulsari.”

Ada faktor lain yang menyebabkan buruh tani wanita banyak bekerja di

bulan November. Pemilihan buruh tani wanita dimaksudkan untuk mengejar

target yang ditentukan oleh pemilik lahan. Pada bulan ini adalah masa pabrik

untuk tutup giling sehingga untuk mengejar target itu banyak membutuhkan

tenaga kerja yang banyak. Oleh sebab itu buruh tani wanita dapat bekerja di lahan

perkebunan tebu lebih banyak pada bulan November.

4.4. Sistem Kerja dan Sistem Pembagian Upah

Keberadaan pabrik gula (PG) Semboro memberikan dampak ekonomi

yang besar bagi warga yang bertempat tinggal di Kecamatan Semboro. Sejarah

penanaman tebu di Kecamatan Semboro bermula sejak zaman penjajahan Belanda

di Kabupaten Jember. Pada awalnya petani lokal banyak menanam komoditas

pertanian seperti padi dan palawija yang sebagian digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan sebagian dijual ke pasar. Saat itu ada kebijakan untuk

menanam tanaman tebu oleh pemerintah Belanda di Kabupaten Jember.

Kemudian didirikan pabrik untuk memproduksi dan menampung tanaman tebu.

Hal inilah yang mendasari banyaknya tanaman tebu yang ditanam di Kecamatan

Semboro. Banyak petani telah yang menjalin hubungan kerjasama dengan pihak

pabrik gula (PG) Semboro. Hubungan kerjasama ini saling menguntungkan untuk

kedua belah pihak yakni bagi petani dan pabrik gula (PG). Dari sisi lain, hal ini

juga menguntungkan bagi masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani karena

dapat mendorong terbukanya kesempatan kerja. Jadi dalam hal ini ada hubungan

saling menguntungkan bagi tiga pihak yakni bagi pabrik gula (PG) Semboro,

petani tebu, dan buruh tani.

Dari hubungan kerjasama yang dilakukan oleh ketiga pihak tersebut

dapat dijelaskan dengan teori pertukaran sosial yakni teori Proposisi Sukses,

“Untuk semua tindakan yang dilakukan seseorang, semakin sering tindakan

khusus seseorang diberi hadiah, semakin besar kemungkinan orang itu melakukan

tindakan itu (Homans, 1974:16 dalam Ritzer, 2007:361)”. Dalam hubungan

49

Page 64: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

kerjasama yang terjadi antara petani tebu, PG Semboro, dan buruh tani telah

terjadi sejak lama dan menyebabkan suatu kebiasaan yang dilakukan hingga saat

ini. Tindakan ini terus dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

(reward). Untuk setiap tindakan yang dilakukan muncul suatu kesepakatan yang

harus disetujui, jika kesepakatan itu tidak sesuai pernjajian akan muncul suatu

hukuman/ ganjaran.

Dalam proposisi sukses ini dapat diartikan jika pemilik lahan dapat

memperlakukan tenaga kerjanya dengan baik maka di lain hari, pemilik lahan itu

tidak akan kesulitan untuk mencari tenaga kerja. Jika sebaliknya buruh tani wanita

itu dapat bekerja dengan baik dan mampu menjalin hubungan baik dengan

pemilik lahan tersebut maka suatu saat jika ada pekerjaan, pemilik lahan itu akan

menghubungi buruh tani itu untuk bekerja.

Di Kecamatan Semboro, dari segi penggunaan lahan pertanian ada

beberapa jenis tanaman yang mendominasi yakni tanaman padi, jeruk, dan

tanaman tebu. Dalam segi waktu panen, hanya dua tanaman yang memerlukan

waktu yang relatif lama seperti tanaman jeruk dan tebu. Dari segi penggunaan

tenaga kerja, ketiganya berimbang saat musim panen datang dan memerlukan

tenaga kerja yang banyak. Namun, dalam proses pengerjaan lahan dan penanaman

hanya tanaman padi dan tebu yang membutuhkan tenaga yang banyak.

Selanjutnya dalam proses perawatan tanaman, tanaman tebu yang lebih banyak

membutuhkan tenaga kerja. Dalam hal ini, jika saat musim panen datang secara

bersamaan maka pada musim itu banyak memerlukan tenaga kerja. Jumlah tenaga

kerja yang terdapat di Kecamatan Semboro tidak seimbang dengan jumlah lahan

yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Untuk mengatasi permasalahan ini

memunculkan beberapa alternatif penyelesaian yakni dengan menggunakan

tenaga buruh tani wanita hingga mencoba mendatangkan tenaga buruh tani dari

luar daerah.

Posisi buruh tani wanita ini awalnya hanya sebagai pendukung kerja bagi

buruh tani laki-laki, namun lama-kelamaan ada perubahan posisi pada buruh tani

wanita untuk dapat melakukan pekerjaan yang sama dengan buruh tani laki-laki.

50

Page 65: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Hal ini didasarkan ada beberapa keadaan yang membutuhkan tenaga buruh tani

wanita yang lebih banyak untuk bekerja di lahan perkebunan.

Dalam satu pekerjaan biasanya ada beberapa orang buruh tani laki-laki

yang bekerja bersama buruh tani wanita yang jumlahnya lebih banyak. Untuk

permasalahan sistem kerja dan pola pembagian upah ada beberapa perbedaan

dalam menentukannya tergantung pada kebijakan dan kesepakatan dengan

pemilik lahan dengan buruh tani. Perbedaan ini didasarkan karena tidak adanya

peraturan yang tertulis tentang pembagian upah untuk buruh tani. Dan penyebab

lain adalah pemikiran pemilik lahan yang satu dengan yang lain berbeda dalam

menentukan sistem kerja dan pembagian upah.

Berdasarkan informasi data wawancara dengan beberapa informan

menyatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan dalam sistem kerja

dan pembagian upah yang diberikan. Faktor pertama adalah permasalahan

mengenai kepemilikan lahan perkebunan tebu. Di dalam perkebunan tebu di

Kecamatan Semboro ada beberapa pihak yang memilki lahan perkebunan yakni

lahan perkebunan tebu milik pabrik gula (PG) atau PTPN XI dan lahan

perkebunan tebu milik petani tebu rakyat (PTR). Dengan perbedaan dalam

kepemilikan lahan memepengaruhi juga dalam perbedaan proses pengolahan,

perawatan, dan kegiatan saat panen. Hal yang utama adalah perbedaan dalam

sistem kerja dan pola pembagian upah yang diterapkan saat buruh tani bekerja di

lahan perkebunan. Faktor kedua, yakni permasalahan dalam menentukan waktu

kerja dan jumlah upah yang diberikan. Para pemilik lahan mempunyai pemikiran

yang berbeda dalam menentukan waktu kerja dan jumlah upah yang akan

diberikan. Namun, ada beberapa kesamaan antara beberapa petani mengenai

aturan ini yang banyak mengalami penyesuaian seiring perubahan zaman. Faktor

ketiga, yakni faktor keadaan lahan dan kondisi tanaman tebu. Selain adanya

perbedaan dalam hal kepemilikan, pembagian upah dan waktu kerja, namun faktor

keadaan dan kondisi lahan juga dapat mempengaruhi dalam penentuan sistem

kerja dan sistem pembagian upah yang akan diberikan nantinya.

51

Page 66: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Berikut adalah pembahasan mengenai perbedaan sistem kerja dan

pembagian upah berdasarkan kepemilikan lahan;

1. Sistem kerja dan sistem pembagian upah pada lahan perkebunan milik

petani atau Perkebunan Tebu Rakyat (PTR).

Perkebunan tebu rakyat adalah lahan perkebunan yang dimiliki para petani

mandiri yang didasarkan oleh keinginan sendiri untuk membudidayakan tanaman

tebu. Pada dasarnya dalam permasalahan kepemilikan lahan ini banyak petani

yang menyewa lahan milik orang lain untuk ditanani tebu. Hal ini dilakukan

dengan alasan untuk memperluas lahan yang mereka miliki. Selain itu banyak

dari lahan perkebunan ini merupakan lahan pertanian yang banyak ditanami

tanaman pokok dan produktif seperti padi, palawija, jagung, kacang-kacangan,

dan jeruk. Lahan pertanian ini kemudian beralih fungsi menjadi lahan perkebunan

dengan didasarkan oleh pemikiran petani yang mengganggap tanaman tebu lebih

menguntungkan. Banyak petani tebu memiliki lahan yang luas yang berasal dari

warisan orang tua, dengan membeli tanah dari orang lain, dan menyewa lahan

pertanian lain untuk ditanami tanaman tebu. Dalam proses mengerjakan lahan

perkebunannya, petani membutuhkan bantuan dari buruh tani untuk bekerja.

Ada perbedaan dalam sistem kerja dan pembagian upah antara petani satu

dengan petani yang lain. Dalam proses kerjanya petani tebu memiliki pandangan

yang berbeda tiap petani dalam menentukan pekerjanya. Ada petani yang

menyerahkan pekerjaan untuk menggarap lahan pada buruh tani yang dipercaya

sebagai buruh tani tetap. Adapula petani yang tidak memiliki buruh tani tetap dan

masih mencari buruh tani lain untuk mengerjakan lahan miliknya.

Dari beberapa informan yang merupakan buruh tani wanita, ada yang

bekerja di lahan perkebunan tebu milik petani sebagai buruh tani tetap. Berikut

informasi dari Bu Khotijah, yang merupakan buruh tani tetap yang bekerja pada

satu orang pemilik lahan. Pada saat itu Bu Khotijah sedang bekerja menebang

tebu bersama teman-temannya. Menurut pernyataan Bu Khotijah, dirinya bekerja

didasarkan oleh permintaan juragan/ pemilik lahan. Pekerjaan yang dilakukan Bu

Khotijah tidak hanya pada satu lahan, namun di lahan lain juga tergantung dari

52

Page 67: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

permintaan pemilik lahan. Menurut Bu Khotijah biasanya sistem kerja yang

digunakan adalah sistem kerja harian. Sistem itu berlaku pada jenis pekerjaan

seperti nggulud (mengolah tanah), menanam bibit, memupuk tanaman, menyulam,

klentek, serta menebang tebu. Menurut Bu Khotijah dirinya bekerja dari Pukul

06.00 WIB hingga Pukul 11.00 WIB. Beliau juga menyatakan jika pekerjaannya

belum selesai dapat dilanjutkan pada hari berikutnya. Untuk upah yang didapatkan

dalam satu hari adalah Rp. 15.000,- dan untuk jenis pekerjaan apapun juga

mendapatkan upah yang sama kecuali nggulud (mengolah tanah) yang dikerjakan

buruh tani laki-laki mendapatkan upah Rp. 20.000,-.

Berikut ini adalah beberapa pernyataan dari beberapa informan yang

merupakan buruh tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan milik petani

tentang waktu kerja dan sistem pembagian upah.

Berikut adalah pernyataan dari Bu Solehati (50 tahun), yakni;

“…Kula nyambut damelipun teng mriki saking jam 6 nganti jam 10, nanging menawi sampun jam 9 dipunsukani istirahat namung sekedhap. Biasanipun diparingi jajan kalih teh saking sing gadhah lahan niki. Kanggo upah nyambut damelipun biasanipun entuk 15 ewu, namung enten pisan sing entuk 17 ewu sedina…”.

“…Saya bekerja di sini dari jam 6 sampai jam 10, tapi kalau sudah jam 9 diberi istirahat cuma sebentar. Biasanya disediain makanan kecil sama teh dari yang punya lahan ini. Untuk upah kerja biasanya itu 15 ribu, juga ada yang dapat 17 ribu sehari...”

Kemudian Bu Ngatinah (36 tahun) juga menyatakan pernyataan berikut;

“…Menawi teng mriki mboten enten buruh tani estri sing nyambut damelipun harian, menawi nyambut damelipun borongan teng mriki mboten enten. Sing nyambut damelipun borongan niku kathah namung buruh tani lanang…”.

“…Kalau buruh tani wanita itu banyak yang kerjanya harian, kalau kerja borongan buruh wanita disini tidak pernah. Yang kerjanya borongan itu kebanyakan cuma buruh tani laki-laki…”

Pada umumnya sistem kerja yang digunakan di perkebunan tebu yang

dikelola oleh petani menggunakan sistem kerja harian dalam setiap pekerjaannya.

Jika ada pekerjaan yang belum selesai maka akan dilanjutkan di hari berikutnya.

53

Page 68: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Dan waktu kerjanya dibatasi hanya setengah hari yakni dari pagi hingga

menjelang siang hari. Dalam sistem pembagian upah, ada perbedaan dalam

jumlah upah yang didapatkan oleh buruh tani dari pemilik lahan dalam pekerjaan

yang sama. Berikut pernyataan dari pak Arif (36 Tahun);

“Kalau buruh tani itu kerjanya baik dan bisa cepat, nanti upah yang diperoleh juga agak besar. Tapi kalau kerjanya itu biasa saja, nanti upahnya itu berbeda dari buruh tani yang kerjanya baik tadi.”

Berkaitan dengan sistem kerja dan sistem pembagian upah di lahan

perkebunan milik petani. Ada beberapa pernyataan yang dapat menjadi penelasan

mengenai hal ini. Berikut adalah pernyataan dari pak Arief (36 Tahun);

“Umumnya kalau buruh tani itu bekerja mulai pukul 6 sampai 11 siang. Sistem kerjanya itu harian, kerjanya itu disesuaikan dengan keadaan lahan. Upah kerja yang diperoleh itu antara 20 ribu hingga 25 ribu.”

Pernyataan yang sama juga dinyatakan pak Probo (36 Tahun);

“Kalau kerjanya seperti ini (memupuk dan menyiram), kerjanya dari jam 6 sampai jam 11 siang. Nanti ada istirahat sebentar, kemudian kerja lagi. Kalau hari ini tidak selesai bisa dilanjutkan besok. Disini buruh tani wanita bekerja meyebarkan pupuk saja, nanti saya dan buruh tani laki-laki menutup pupuk dan menyiram. Upah yang diperoleh buruh tani wanita itu sekitar 20 ribu, kalau buruh tani laki-laki 25 ribu.”

Dari keterangan informan lain juga menyatakan adanya perbedaan dalam

sistem pembagian upah antara petani satu dengan lainnya. Hal ini didasarkan

oleh perbedaan tempat dan keadaan lahan. Berikut pernyataan dari pak Sulkhan

(58 Tahun);

“Dari keterangan beberapa buruh tani dan petani, di daerah desa Semboro dan daerah lain ada perbedaan dalam menentukan jumlah upah dan sistem kerjanya. Ini ditentukan oleh tingkat kebutuhan pemilik lahan, keadaan lahan perkebunan, dan kondisi tanaman.”

Kemudian pernyataan dari pak Subiwantoro (47 Tahun);

“Kalau di daerah sini, banyak lahan milik petani tebu. Biasanya disini banyak buruh tani wanita yang bekerja sekitar jam 6 pagi sampai jam 11 siang. Katanya kalau kerja itu harian, upahnya sekitar 15 ribu, tapi ada yang dapat 20 ribu.”

54

Page 69: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

2. Sistem kerja dan sistem pembagian upah pada lahan perkebunan Pabrik

Gula (PG) Semboro

Pabrik Gula (PG) Semboro memiliki lahan yang luas tidak hanya terdapat

di dalam wilayah Kecamatan Semboro, melainkan tersebar di seluruh wilayah di

Kabupaten Jember. Pada umumnya dalam proses produksinya pabrik gula

membutuhkan banyak tenaga kerja baik dalam mengerjakan lahan tebu serta

menebang tebu, mengirim tebu ke pabrik, serta proses produksi di dalam pabrik.

Dalam proses pengerjaan lahan pihak pabrik gula (PG) Semboro menyerahkan

semua kepada mandor/ pengawas perkebunan. Dalam proses mengerjakan lahan

biasanya banyak membutuhkan tenaga buruh tani untuk menggarap lahan. Buruh

tani ini biasanya banyak yang bertempat tinggal dekat dengan lahan perkebunan

tebu, namun ada yang bertempat tinggal dari daerah yang jauh. Dalam satu daerah

belum tentu banyak masyarakatnya yang bekerja sebagai buruh tani atau banyak

yang bekerja di sektor lain. Hal ini yang menyebabkan banyak buruh tani yang

berasal dari luar daerah. Para buruh tani yang letaknya jauh ini biasanya diangkut

dengan truk/ pickup ke tempat tujuan. Buruh-buruh tani ini dapat bekerja karena

ditawari pekerjaan oleh mandor, teman, atau tetangganya.

Bagi buruh tani wanita ini merupakan kesempatan mereka untuk dapat

bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup dan membantu menambah pendapatan

keluarga. Dari hasil wawancara dengan salah seorang informan yakni bu Sulastri,

yang bekerja di lahan perkebunan tebu milik pabrik gula (PG) Semboro

menyatakan beliau dapat bekerja karena ditawari pekerjaan oleh orang dianggap

sebagai mandor untuk bekerja di lahan perkebunan tebu. Beliau menyatakan

awalnya beliau ditawari bekerja bersama beberapa temannya untuk menanam bibit

tebu di lahan perkebunan tebu. Dan hari berikutnya, beliau bersama teman-

temannya dibawa ke tempat tujuan untuk bekerja. Bu Sulastri selain bekerja

bersama teman-temannya juga bekerja bersama dua orang buruh tani laki-laki

yang bekerja nggulud (mengolah tanah), setelah itu giliran bu Sulastri dan teman-

temannya bekerja untuk menanam bibit. Beliau menyatakan sistem kerjanya

harian yaitu dari Pukul 06.00 WIB hingga Pukul 14.00 WIB. Upah kerja yang

55

Page 70: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

didapatkan oleh beliau adalah Rp. 35.000,- ini sama dengan upah kedua buruh

tani laki-laki yang bekerja bersamanya. Berikut pernyataan dari bu Sulastri (43

tahun);

“Ibu disini bekerja menanam bibit tebu bersama buruh tani lain. Itu buruh tani laki-laki sedang gulud (mengolah lahan), nanti kalu sudah selesai giliran ibu dan teman-teman mulai menanam bibit tebu. Sekarang istirahat sambil nunggu mandornya datang. Ini luas lahannya sekitar 1,5 Ha, nanti kerjanya sampai jam 2 siang. Kalau belum selesai dilanjutkan besok. Upahnya ini sama sekitar 35 ribu.”

Selain pekerjaan di hari itu, bu Sulastri mengungkapkan sering ditawari

bekerja untuk memberi pupuk pada tanaman tebu dan menyulam tebu yang rusak

di lahan perkebunan tebu PG Semboro.

Informasi yang sama dinyatakan oleh bu Maisaroh (50 tahun), yang

bekerja di lahan yang sama dengan bu Sulastri untuk menanam bibit tebu. Dari

informasi bu Maisaroh sebelumnya dirinya bekerja untuk menanam bibit tebu di

lahan milik pabrik gula. Untuk waktu kerja, bu Maisaroh mengungkapkan jika

pekerjaan itu tidak dapat selesai maka dapat dikerjakan pada hari berikutnya.

Sistem kerja yang digunakan adalah sistem kerja harian, dengan waktu kerja dari

Pukul 06.00 hingga Pukul 13.00 WIB. Dalam bekerja sebagai buruh tani bu

Maisaroh mengaku bekerja bersama buruh tani wanita lain yang merupakan

tetangga maupun teman dekat. Untuk upah yang diperoleh dalam bekerja bu

Maisaroh memperoleh upah sekitar Rp. 25.000,- hingga Rp. 35.000,-. “

Buruh tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan tebu milik pabrik gula

(PG) Semboro banyak yang melakukan pekerjaan seperti menanam bibit tebu,

memupuk tanaman, nyulam serta klentek. Namun juga ada beberapa buruh tani

wanita yang bekerja menebang tebu bersama buruh tebang yang umumnya adalah

laki-laki. Mereka bekerja bersama dan berkelompok dengan sesama buruh tani

wanita lain. Ada juga yang bekerja sama untuk membantu suami mereka yang

juga bekerja menebang tebu. Para buruh tebang ini ada yang berasal dari luar

daerah adapula yang bertempat tinggal dekat dengan tempat kerja.

Bu Ningsih merupakan salah satu diantara beberapa buruh tani wanita

yang bekerja menebang tebu di lahan perkebunan tebu milik pabrik gula (PG)

56

Page 71: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Semboro saat itu. Dari pernyataan bu Ningsih dirinya berangkat bersama buruh

tebang lain menggunakan truk ke tempat bekerja. Saat bekerja selalu beliau

berkumpul bersama buruh tani wanita lain untuk menebang. Saat itu juga ada

buruh tani wanita yang bekerja bersama buruh laki-laki untuk menebang tebu.

Saat itu dirinya bersama buruh tani lain langsung bekerja menebang tebu tanpa

menunggu mandornya datang. Untuk waktu kerja, bu Ningsih menyatakan dirinya

bekerja dari Pukul 06.00 WIB hingga Pukul 17.00 WIB. Berikut pernyataan dari

bu Ningsih (46 Tahun);

“Ibu sampai bekerja disini sekitar jam 7 pagi. Dari rumah berangkat jam 6 pagi bersama teman-teman kemudian nanti naik truk ke tempat kerja. Ini kerjanya pakai sistem borongan (menebang tebu), nanti punya ibu dikumpulin dengan punya teman-teman ibu. Kalo disini upahnya 10 ribu/kwintal, tapi nanti dibagi kalau kerjanya sudah selesai."

. Hal ini juga ditegaskan oleh pak Subiwantoro atau yang akrab dipanggil

Pak Wan yang bekerja sebagai supir truk saat itu disana, menyatakan;

“ Buruh wanita disini biasanya kerja dari pagi sampai Pukul 17.00 WIB. Nanti tebunya sebelum di bawa ke truk ditimbang dulu, dapatnya berapa. Terus untuk pembagian hasilnya menunggu truknya kembali setelah tebunya ditimbang di pabrik ”

Dari beberapa pernyataan informan yang bekerja sebagai buruh tani wanita

di lahan perkebunan tebu milik pabrik gula (PG) Semboro dapat disimpulkan

bahwa salah satu faktor yang menyebabkan mereka dapat bekerja karena adanya

suatu tawaran atau ajakan dari orang lain untuk ikut bekerja sebagai buruh tani

wanita di lahan perkebunan tebu. Dalam bekerja buruh tani wanita ini selalu

bekerja bersama-sama dengan buruh tani wanita lain. Umumnya sistem kerja yang

digunakan ada dua yakni sistem kerja harian dan sistem kerja borongan. Sistem

kerja harian digunakan pada pekerjaan seperti nggulud (mengolah tanah),

menanam bibit tebu, menyulam, memupuk tanaman. Sedangkan pekerjaan yang

menggunakan sistem kerja borongan seperti menebang tebu dan klentek. Buruh

tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan tebu milik pabrik gula (PG)

Semboro ini biasanya bekerja dengan sistem kerja harian, namun ada juga

beberapa buruh tani yang bekerja dengan sistem kerja borongan. Untuk sistem

pembagian upah ditentukan berdasarkan sistem kerja yang digunakan. Jika sistem

57

Page 72: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

kerja harian upah yang didapatkan adalah sekitar Rp. 30.000.- hingga Rp. 35.000,.

Sedangkan untuk sistem kerja borongan ditentukan oleh jenis pekerjaan yang

dilakukan.

Berikut pernyataan dari Didik (24 Tahun) mengenai sistem kerja dan

sistem pembagian upah di lahan PG Semboro;

“Di lahan perkebunan PG Semboro itu ada dua sistem, harian dan borongan. Kalau harian itu kerjanya biasanya sampai setengah hari, tapi kalau belum selesai bisa sampai siang. Kalau kerjanya itu bisa dilanjutkan di hari berikutnya. Upahnya itu sekitar 25 ribu sampai 35 ribu. Dan kalau borongan, hampir semua pekerjaan itu pakai borongan. Tapi yang umum itu nebang tebu. Upahnya itu berdasarkan jumlah tebu yang ditebang terus nanti ditimbang dibagi dengan jumlah pekerjanya.”

Kemudian pernyataan dari pak Sudarman (50 Tahun);“Kalau sistem harian itu di PG Semboro, upahnya ditentukan dengan waktu kerjanya. Kalau dibawah jam 12 siang, sekitar jam 6 sampai 11 siang itu sekitar 20 ribu, tapi kalau sudah di atas jam 12 siang itu sudah naik, sekitar 25 ribu ke atas. Kalau sistem borongan, kerjanya menebang tebu. Upahnya ditentukan dari kondisi lahannya, biasanya itu Rp. 4.500/kwintal. Tapi kalau musim hujan sekitar 10 ribu. Muatannya truk itu sekitar 6 ton.”

Ada beberapa keuntungan dan kerugian dari perbedaan sistem kerja dan

pola pengupahan pada buruh tani wanita. Hal ini didasarkan pada kesepakatan

awal antara pemilik lahan dengan buruh tani. Dalam lahan pertanian milik petani,

buruh tani wanita hanya bekerja menggunakan sistem kerja harian atau hanya

setengah hari. Untuk sistem pembagian upah, buruh tani wanita cenderung

menerima upah sedikit lebih rendah dari buruh tani laki-laki. Dalam pembagian

kerja, ada beberapa pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh buruh tani laki-

laki seperti nggulud (menaikkan tanah), saat awal penanaman dan saat pemberian

pupuk dan menggangkut tebu ke truk. Untuk jenis pekerjaan lain tidak ada sistem

pembagian kerja.

Sedangkan dalam sistem pembagian kerja yang terjadi di lahan milik PG

Semboro, menggunakan sistem kerja harian dan borongan. Sistem kerja harian

diterapkan saat pembukaan lahan, dan penanaman. Untuk sistem kerja borongan

dilakukan untuk jenis pekerjaan seperti pemupukan, klenthek, rewos, dan saat

58

Page 73: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

menebang tebu. Untuk sistem pembagian upah tidak ada perbedaan. Untuk waktu

kerja didasarkan pada kesepakatan yakni hingga pekerjaan itu selesai. Jika

pekerjaan itu hari itu tak selesai, maka akan dilanjutkan pada esok hari.

Tabel 4.5, Sistem kerja dan pembagian upah pada buruh tani wanita di lahan

perkebunan tebu

Keterangan PG Semboro Petani Tebu

Sistem kerja &

Waktu Kerja

- Harian

06.00 WIB - 11.00 WIB

06.00 WIB - 14.00 WIB

(Ditentukan oleh jenis

pekerjaan)

- Borongan

06.00 WIB – 16.00 WIB

Harian

06.00 WIB – 11.00 WIB

Jenis Pekerjaan

& Pembagian

Kerja

Gulud, Menebang,

Mbumbun, Mengangkut Tebu

(buruh tani laki-laki)

Menanam, Memupuk,

Nyulam, Rewos, Klentek

(buruh tani wanita)

Gulud, Menebang,

Mbumbun, Mengangkut

Tebu (buruh tani laki-laki)

Menanam, Memupuk,

Nyulam, Rewos, Klentek

(buruh tani wanita)

Sistem Kerja &

Pembagian

Upah

Harian (Rp. 25.000-Rp.

35.000)

Borongan (Satuan hasil kerja)

Harian (Rp. 20.000-Rp.

25.000)

Sumber : Data Primer Informan 2014.

Pada tabel 4.5, menjelaskan bagaimana sistem kerja dan sistem

pembagian upah yang terjadi di PG Semboro dan petani tebu. perbedaan ini

ditentukan berdasrkan sub-sub kategori mengenai lama waktu bekerja, sistem

yang digunakan, jenis pekerjaan yang dilakukan, dan upah yang diperoleh. Pada

tabel dapat dijelskan seperti ini jika pekerjaan dilakukan di lahan milik PG

Semboro pada umumnya menggunakan 2 sistem yakni harian dan borongan.

59

Page 74: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Sistem harian dimulai di pagi hari yakni pada pukul 06.00 WIB hingga siang hari.

Lama waktu bekerja ini ditentukan oleh faktor kondisi lahan dan jenis pekerjaan

yang dilakukan. Jika pekerjaan itu belum selesai dikerjakan pada hari itu dapat

dilanjutkan di hari berikutnya. Jumlah upah yang diperoleh didasarkan pada jenis

pekerjaan yang dilakukan. Namun pada umumnya jika pekerjaan itu dilakukan

pada waktu pagi hari yakni pukul 06.00 WIB hingga 11.00 WIB, maka upah yang

diperoleh adalah Rp. 20.000- Rp. 25.000. Dan jika pekerjaan itu dilakukan hingga

jam 12 ke atas, maka upah yang diperoleh sebesar Rp. 25.000- Rp.35.000.

Pada sistem borongan ditentukan oleh sistem satuan hasil atau ditentukan

oleh seberapa cepat pekerjaan itu dapat diselesaikan. Sistem ini biasanya

digunakan pada saat klentek dan saat masa tebang tebu. Jumlah tenaga kerja pada

sistem ini biasanya banyak sehingga upah yang diberikan juga akan dibagi rata

dengan jumlah orang yang bekerja.

Dari pernyataan pak Arif, sulit menentukan jumlah buruh tani yang

dibutuhkan untuk bekerja di lahan perkebunan tebu. Hal ini bergantung pada

keinginan dari masing-masing pemilik lahan. Jika pemilik lahan ingin cepat

meneyelesaikan pekerjaan dapat menambah jumlah tenaga kerja. Namun jika

tidak dapat menggunakan tenaga kerja yang sedikit. Hal ini seperti yang

dinyatakan oleh pak Arif (36 Tahun);

“Tidak bisa menentukan jumlah buruh tani yang bekerja dalam satu lahan perkebunan tebu. Sebab itu tergantung yang memiliki lahan dan keadaan lahan yang berubah-rubah. Jadi tidak bisa ditentukan jumlahnya, itu sifatnya variabel bukan konstanta (tetap). Jika ingin cepat bisa menambah tenaga kerja namun biaya yang dikeluakan sedikit lebih banyak.”

Pada perbedaan dalam pembagian kerja dan sistem pengupahan ini dapat

dijelaskan dari Teori Pertukaran Sosial yakni Proposisi Rasionalitas, “ Dalam

memilih diantara berbagai tindakan alternatif, seseorang akan memilih satu

diantaranya, yang dianggap sangat memiliki value (V), sebagai hasil, dikalikan

dengan probabilitas (p), untuk mendapatkan hasil, yang lebih besar (Homans,

1974:43 dalam Ritzer, 2007:366)”. Dapat dijelaskan bahwa ada perbedaan

persepsi atau pola pemikiran antara petani dan PG Semboro dalam menentukan

sistem pembagian kerja dan sistem pengupahan yang didasarkan oleh berbagai

60

Page 75: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

pertimbangan tertentu dari pihak PG Semboro dan petani tebu. Pertimbangan-

pertimbangan ini lebih didasarkan pada perhitungan keuntungan yang dapat

dihasilkan setelah panen dengan memperhitungan biaya produksi dan beberapa

keadaan saat itu.

Dalam teori Proposisi Rasionalitas, ini memungkinkan seseorang

mengambil suatu jalan alternatif untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki untuk

memangkas pengeluaran. Salah satu jalan keluar dari sulitnya mencari tenaga

buruh tani laki-laki adalah mempekerjakan buruh tani wanita di lahan perkebunan

tebu. Berbeda dengan buruh tani laki-laki, berdasarkan wawancara dengan

beberapa informan menyatakan buruh tani wanita menerima upah yang diperoleh

meskipun nilainya sedikit berbeda dari yang diterima buruh tani laki-laki. Karena

bagi mereka yang penting adalah mereka dapat bekerja.

4.5. Nilai Tawar Buruh Tani Wanita yang Bekerja di Lahan Perkebunan

Tebu

Keberadaan tenaga kerja laki-laki masih dianggap yang utama hingga saat

ini dalam pekerjaan di lahan perkebunan tebu. Anggapan ini lebih disebabkan

oleh karena kelebihan fisik yang dimiliki oleh laki-laki yang dapat menyelesaikan

pekerjaan dengan cepat. Saat musim giling, tenaga dari buruh laki-laki sangat

dibutuhkan untuk bekerja menebang tebu maupun jenis pekerjaan lain. Faktor

inilah yang menyebabkan banyak dari pemilik lahan yang mempekerjakan buruh

laki-laki untuk bekerja di lahan perkebunan tebu miliknya. Namun disebabkan

banyak petani yang membutuhkan tenaga buruh laki-laki tidak sebanding dengan

jumlah buruh laki-laki dalam satu wilayah. Hal ini yang mendorong pemilik lahan

mulai mencoba alternatif lain untuk mencari tenaga untuk mengerjakan lahannya.

Dalam permasalahan ini dapat diatasi dengan mencoba mempekerjakan

tenaga buruh tani wanita sebagai pengganti buruh tani laki-laki untuk bekerja.

Dalam beberapa pekerjaan tidak sepenuhnya dikerjakan oleh buruh tani wanita,

namun juga ada buruh laki-laki yang ikut serta bekerja. Hal ini dianggap dapat

mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja untuk menggarap lahan. Jenis

pekerjaan yang dilakukan oleh buruh tani wanita ini banyak yang merupakan

61

Page 76: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

pekerjaan yang ringan. Untuk waktu kerja, pemilik lahan biasanya menentukan

waktu yakni setengah hari. dan untuk jumlah upah yang didapatkan berdasarkan

jenis pekerjaan yang dilakukan.

Tenaga dari buruh tani wanita sangat dibutuhkan saat masa tanam tebu

tiba. Banyak dari pemilik lahan yang menggunakan buruh tani wanita untuk

bekerja menanam bibit tebu serta memupuk tanaman tebu. Masa tanam

berlangsung bersama masa tebang tebu. Setelah beberapa hari tanaman tebu

ditebang dan sisa tanaman tebu dibersihkan mulailah untuk mengolah tanah serta

menanam bibit tebu. Saat inilah ada pembagian tugas antara buruh tani wanita dan

buruh laki-laki dalam mengolah lahan. Peran buruh laki-laki dalam hal ini adalah

mengolah lahan (nggulud), sedangkan peran buruh tani wanita adalah menanam

bibit tebu.

Pada umumnya pekerjaan di lahan perkebunan tebu sering dikerjakan oleh

buruh laki-laki, namun karena tenaga buruh laki-laki banyak dibutuhkan untuk

menebang maka pekerjaan lainnya diserahkan pada buruh tani wanita. Peran

buruh tani wanita ini masih banyak dibutuhkan untuk merawat tanaman tebu.

Buruh tani wanita ini banyak melakukan pekerjaan seperti memupuk tanaman

tebu, menyulam tanaman tebu (menyulam) serta membersihkan pelepah tebu yang

kering (klenthek).

Buruh tani wanita banyak dibutuhkan disebabkan oleh faktor sulitnya

pemilik lahan mencari tenaga buruh tani laki-laki untuk bekerja di lahannya.

Selain itu adanya faktor lain yakni jumlah buruh laki-laki dalam satu wilayah

tidak seimbang dengan jumlah lahan tebu yang akan dikerjakan. Hal ini sama

seperti yang dinyatakan oleh pak Probo, yang menyatakan tentang sulitnya

mencari tenaga kerja laki-laki disebabkan karena buruh laki-laki saat ini banyak

dibutuhkan untuk bekerja menebang tebu. Sehingga Pak Probo menyuruh buruh

tani wanita untuk bekerja di lahan perkebunan tebu yang dikerjakannya. Berikut

adalah pernyataan dari pak Probo (36 tahun);

“ Sakniki angel nemen golek wong lanang kangge nyambut damel soale menawi saiki akeh sing nyambut damel dadi buruh tebang. Sing enten wong wedok, inggih kula kengken nyambut damel menawi mboten enten

62

Page 77: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

kepeksa kula piyambak sing nyambut damelaken.  Tau nganti sore kula nyambut damelaken piyambak”.“ Saat ini sulit sekali mencari orang (buruh) laki-laki untuk bekerja soalnya kalau sekarang banyak yang bekerja sebagai buruh tebang. Yang ada orang (buruh tani) perempuan, ya saya suruh kerjak kalau tidak ada terpaksa saya sendiri yang mengerjakan. Pernah sampai sore saya kerjakan sendiri”.

Pada saat itu Pak Probo sedang bekerja dan mengarahkan buruh tani

wanita bekerja memberikan pupuk untuk tanaman tebu. Sedangkan beliau

bersama buruh tani laki-laki yang lain bekerja meratakan pupuk dengan tanah

menggunakan cangkul yang kemudian akan disiram dengan air. Menurut beliau

ini adalah cara untuk mendapatkan tebu yang baik. Beliau juga mengungkapkan

untuk waktu kerja dari Pukul 06.00 WIB hingga Pukul 10.45 WIB. Untuk upah

yang diberikan bagi buruh tani wanita adalah Rp. 20.000,- dan buruh tani laki-laki

adalah Rp. 25.000,- dengan sistem kerja harian.

Dalam pekerjaan di lahan perkebunan tebu milik pabrik gula (PG)

Semboro ini buruh tani wanita bekerja bersama buruh tani laki-laki dalam

beberapa pekerjaan seperti saat menanam bibit tebu, pemupukan tanaman tebu,

menyulam tanaman tebu, hingga saat klentek. Keberadaan buruh tani wanita yang

bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan tebu sangat banyak dibutuhkan

terutama saat banyak buruh tani laki-laki dibutuhkan bekerja untuk menebang

tebu di daerah lain. Pada umumnya buruh laki-laki sangat dibutuhkan untuk

bekerja menebang tebu di luar wilayahnya sendiri karena untuk menebang tebu

membutuhkan tenaga yang banyak. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Didik (24

tahun) ;

“ Kalau sudah waktunya musim tebang banyak mandor yang mencari orang yang mau diajak kerja di lahan tebu. Kalau sudah dapat, nanti semua orang dikumpulkan terus diangkut dengan truk ke tempat kerja. Biasanya kalau PG disini sudah tutup giling, nanti sama mandornya diajak kerja ke daerah lain untuk menebang tebu”.

Pemilihan buruh tani wanita untuk bekerja dalam permasalahan ini lebih

didasarkan pada sulitnya mencari buruh laki-laki yang akan ditawari untuk

bekerja. Waktu musim tebang dengan musim tanam yang beriringan

menyebabkan banyak buruh laki-laki yang dibutuhkan untuk bekerja menebang

63

Page 78: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

tebu bahkan hingga ke luar daerah. Hal ini juga ditegaskan oleh pernyataan dari

bu Rini yang mengatakan: “ suami saya bekerja sebagai buruh tebang di daerah

Surabaya, mas.” Buruh tani wanita lain juga menyatakan hal yang sama, karena

rata-rata banyak dari suami mereka yang bekerja di daerah lain untuk menebang

tebu. Umumnya setelah di wilayahnya tidak ada pekerjaan untuk menebang tebu,

para buruh laki-laki ini ditawari untuk bekerja di daerah lain yang banyak

membutuhkan tenaga untuk menebang.

Tinjauan nilai tawar pada buruh tani wanita yang bekerja di lahan

perkebunan tebu pada pokok permasalahan ini lebih didasarkan pada

latarbelakang buruh tani wanita dapat bekerja untuk menggantikan peran buruh

laki-laki. Dari beberapa informasi menyatakan bahwa posisi buruh tani wanita

yang bekerja bukan merupakan tenaga utama yang dapat disejajarkan dengan

buruh laki-laki. Peran buruh tani wanita dianggap sebagai pendukung dari buruh

laki-laki untuk membantu bekerja. Karena pada umumnya ada sebagian buruh

laki-laki yang bekerja ikut membawa serta keluarga mereka untuk membantu

menyelesaikan pekerjaannya.

Jenis pekerjaan seperti menebang tebu merupakan pekerjaan dengan

sistem kerja borongan. Sistem kerja yang mengutamakan pada kuantitas jumlah

tebu yang ditebang sebagai ukuran mendapatkan upah. Untuk jenis pekerjaan

menebang tebu dilakukan secara berkelompok dan pembagian upahnya ditentukan

pada jumlah tebu yang mampu ditebang dalam satu hari. Tebu-tebu ini nanti akan

diangkut ke truk yang selanjutnya ditimbang di pabrik. Biasanya jika musim

penghujan jumlah upah yang diterima lebih besar karena truk tidak dapat masuk

ke lahan perkebunan sehingga tebu harus diangkut ke jalan. Standar penentuan

upah juga ditentukan berdasarkan kualitas tebu yang akan ditebang.

Pada saat menebang tebu ini yang banyak membutuhkan tenaga kerja. Jika

jumlah tenaga kerja di dalam wilayah itu sedikit, maka pemilik lahan/ mandor

akan mendatangkan tenaga kerja yang berasal dari luar wilayah. Tenaga kerja

laki-laki hampir banyak dubutuhkan dalam pekerjaan ini disebabkan karena

kelebihan dalam hal kemampuan fisik dan tenaga. Saat musim tebang, keberadaan

buruh tani wanita jarang banyak ditemukan. Hal ini disebabkan karena buruh tani

64

Page 79: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

wanita tidak cocok untuk pekerjaan ini karena membutuhkan tenaga yang ekstra

untuk menebang tebu dalam waktu yang singkat. Dalam lahan perkebunan lain,

saat menebang tebu buruh tani wanita juga ikut bekerja dan ikut berperan dalam

membantu sebagai pendukung kerja dengan mengumpulkan tebu setelah ditebang

kemudian diikat dan nanti akan diangkut ke truk. Buruh tani wanita juga dapat

bekerja menebang tebu.

Jika menggunakan sistem borongan, upah yang diperoleh berdasarkan

satuan hasil tebu setelah ditebang dikumpulkan bersama buruh tani wanita lain

kemudian diitimbang. Setelah itu hasilnya akan dibagi sama rata. Jika sistem

harian, upah yang didapat tidak berdasarkan jumlah tebu yang ditebang melainkan

sistem harian. Jadi buruh tani wanita bekerja pada lahan perkebunan yang telah

ditentukan dan juga berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Jika pada saat itu

pekerjaan belum selesai, maka bisa dilanjutkan pada hari selanjutnya.

Banyak buruh tani wanita yang bekerja berdasarkan sistem kerja harian.

Sistem harian ini hanya berlaku setengah hari, yakni pekerjaan dimulai dari pagi

hingga siang hari. Untuk jenis pekerjaan disesuaikan dengan kesepakatan. Dalam

hal ini juga bergantung pada pemilik lahan/ mandor. Sebagai contoh, pada saat

pemupukan. Ada pembagian kerja yang terlihat, peran buruh tani laki-laki adalah

menutup pupuk yang telah disebar kemudian mengalirkan air ke tanaman tebu.

Sedangkan peran buruh tani wanita adalah menyebar pupuk ke setiap tanaman

tebu. Dalam perbedaan dalam pembagian upah pada jenis pekerjaan ini, dimana

buruh tani laki-laki mendapat upah Rp. 25.000,-. Sedangkan buruh tani wanita

mendapatkan upah Rp. 20.000,-. Di lahan perkebunan yang berbeda dan tentunya

dengan jenis pekerjaan berbeda yakni menebang tebu. Pekerjaan yang dilakukan

sama dengan sistem kerja harian, upah yang didapatkan juga sama yakni Rp.

15.000,-.

Jika ditinjau dari segi teori mengenai pertukaran sosial tentang makna

tujuan yang diharapkan oleh buruh tani wanita dengan bekerja di lahan

perkebunan tebu, maka ada beberapa penjelasan yang dapat disimpulkan seperti

ini. Buruh tani wanita bekerja di lahan perkebunan tebu disebabkan untuk mencari

penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Buruh tani wanita ini

65

Page 80: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

dapat bekerja disebabkan oleh adanya permintaan dari pemilik lahan atau ajakan

dari seseorang.

Pemilik lahan menggunakan jasa tenaga kerja yakni buruh tani untuk dapat

mengerjakan lahan miliknya. Oleh sebab itu, pemilik lahan memerlukan suatu

cara untuk mendapatkan tenaga kerja yang baik. Jika tenaga kerja itu dapat

bekerja dengan baik maka akan tercapailah hasil akhir yang memiliki nilai

menguntungkan. Begitu juga pada posisi tenaga kerja, jika tenaga kerja itu dapat

bekerja sesuai keinginan pemilik lahan maka akan muncul suatu hubungan yang

saling menguntungkan.

Peter M. Blau (dalam Poloma, 2003: 81-82), menyatakan dia

mengetengahkandua persyaratan yang harus dipenuhi bagi perilaku yang

menjurus pada pertukaran sosial: (1) perilaku tersebut “harus berorientasi pada

tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain”, dan

(2) perilaku “harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-

tujuan tersebut”. Tujuan yang dinginkan itu dapat berupa ganjaran ekstrinsik

(seperti uang, barang-barang, dan jasa-jasa) atau intrinsik (termasuk kasih sayang,

kehorman atau kecantikan).

Orientasi buruh tani wanita bekerja di lahan perkebunan tebu ini

didasarkan oleh faktor ekonomi dan tawaran bekerja dari orang lain. Namun, pada

dasarnya seseorang bekerja adalah untuk mendapatkan suatu ganjaran (reward)

yang berupa upah. Dalam hal ini buruh tani wanita menginginkan suatu ganjaran

ekstrinsik, yakni sesuatu yang bersifat nyata secara material. Tentunya jika

pekerjaan yang dilakukan buruh tani wanita itu baik maka dia akan mendapatkan

keinginannya itu. Di pihak lain, pemilik lahan juga memiliki suatu orientasi tujuan

yang telah ditentukan untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Oleh karena

itu, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan tenaga kerja untuk mengerjakan lahan

perkebunan tebu dalam hal ini buruh tani. Pada umumnya tenaga buruh tani yang

banyak dibutuhkan adalah buruh tani laki-laki. Namun, itu tergantung pada

ketersediaan tenaga buruh tani laki-laki yang dapat bekerja dan dengan

berdasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Pada saat pemilik lahan sulit

66

Page 81: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

mendapatkan buruh tani laki-laki, maka mereka mencari alternatif lain dengan

menawari buruh tani untuk bekerja di lahan perkebunan tebu.

Di sisi lain untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan buruh

tani, pemilik lahan juga memperlakukan buruh tani secara baik yakni dengan

memberikan perhatian saat bekerja seperti memberikan makanan dan minuman,

mengajak berbicara. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh pak Arif (36 tahun);

“Kalau kita membutuhkan tenaga buruh tani wanita lagi saat bekerja sebaiknya kita memperlakukan buruh tani wanita itu dengan baik seperti memberikan makanan dan minuman saat istirahat, dan mengajak bicara saat bekerja. Hal ini nanti akan menimbulkan hubungan yang harmonis dengan buruh tani.”

Dari pernyataan tersebut dapat digolongkan salah satu tujuan dalam

pertukaran sosial yang bersifat intrinsik. Membina hubungan baik antara buruh

tani dengan pemilik lahan dapat melahirkan hubungan atau ikatan saling percaya.

Di sisi pemilik lahan itu merupakan bentuk terima kasih untuk pekerjaan yang

dilakukan dan dapat mempererat hubungan baik.

Pemilik lahan itu berorientasi pada jumlah keuntungan yang dapat

diperoleh saat masa panen. Oleh karena itu mereka juga memerlukan tenaga buruh

tani untuk terus bekerja hingga masa panen datang. Selain memberikan upah kerja

pada buruh tani, mereka juga membina hubungan baik dan bersosialisi dengan

buruh tani ini dengan tujuan untuk memberi kenyamanan dalam bekerja bagi

buruh tani. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menyediakan makanan dan

minuman saat bekerja. Tujuannya adalah menghormati buruh tani saat bekerja.

Hal inilah yang menyebabkan timbulnya rasa kepercayaan dari pemilik lahan

dengan buruh tani.

Kedudukan posisi tawar buruh tani wanita itu tergantung pada kebijakan

pemilik lahan. Sebab tidak semua pemilik lahan menggunakan tenaga buruh tani

wanita. Namun, dalam masa perawatan tanaman banyak yang menggunakan

tenaga kerja buruh tani wanita. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh pak Probo (36

tahun);

“Buruh tani wanita itu cocok untuk pekerjaan menanam, memupuk, membersihkan gulma, menyulam, dan klentek karena lebih telaten,

67

Page 82: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

dan teliti dibandingkan buruh tani laki-laki. Tapi untuk pekerjaan berat tetap buruh tani laki-laki yang tepat mengerjakannya.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa posisi tawar buruh tani wanita itu memiliki

nilai posisi tawar yang sama dengan buruh tani laki-laki dalam hal pekerjaan,

namun memiliki posisi tawar yang lemah dalam pembagian upah dengan buruh

tani laki-laki.

68

Page 83: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Saat musim giling tebu dimulai di pabrik gula (PG) Semboro

membutuhkan banyak tenaga buruh tani untuk bekerja di lahan perkebunan

tebu. Buruh tani memiliki pekerjaan yang utama untuk mempersiapkan bahan

baku utama yakni tanaman tebu. Selanjutnya tebu akan diangkut ke pabrik dan

diproses menjadi gula. Pada umumnya buruh tani yang berperan sebagai tenaga

kerja utama adalah buruh tani laki-laki. Namun, disebabkan jumlah buruh tani

laki-laki yang bekerja tidak sebanding dengan lahan perkebunan tebu yang luas

akhirnya muncul tenaga kerja alternatif yakni buruh tani wanita. Dan pada

kenyataannya, keberadaan buruh tani wanita sangat membantu pekerjaan di

lahan perkebunan tebu.

Keberadaan buruh tani wanita yang bekerja di lahan perkebunan tebu

memiliki nilai tawar yang berbeda. Dalam jenis pekerjaan yang dilakukan antara

buruh tani wanita dan buruh tani laki-laki hampir memiliki beban kerja yang

relatif sama. Namun, yang membedakan adalah pada sistem penentuan upah

yang diterima. Hal ini terjadi jika keduanya bekerja pada lahan yang sama.

Dalam penelitian mengenai “Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja

di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro”, dapat disimpulkan sebagai

berikut;

1. Buruh tani wanita bekerja di lahan perkebunan tebu disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu faktor ekonomi, tawaran atau ajakan untuk ikut

bekerja di lahan perkebunan tebu, dan keterbatasan keterampilan serta

tingkat pendidikan yang rendah;

2. Ada sistem kerja dan pembagian upah yang berbeda antara pihak

pemilik lahan yakni PG Semboro dan Petani tebu. PG Semboro

menggunakan 2 sistem kerja yakni borongan dan harian. Sedangkan

69

Page 84: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

pada petani tebu menggunakan sistem kerja harian. Untuk sistem

pembagian upah ditentukan oleh jenis pekerjaan dan lama waktu

bekerja.

3. Posisi tawar buruh tani wanita dipengaruhi oleh kebijakan pemilik

lahan. Buruh tani wanita dibutuhkan pada jenis pekerjaan tidak terlalu

berat seperti menanam, memupuk, membersihkan gulma, menyulam,

dan klentek. Sedangkan buruh tani laki-laki melakukan pekerjaan yang

berat seperti nggulud (mengolah lahan), mbumbun, dan menebang

tebu. Jadi, kesimpulannya posisi tawar buruh tani itu sama dalam

aspek pekerjaan yang dilakukan. Namun, lemah pada aspek

pengupahan dari buruh tani laki-laki.

5.2. Saran

1. Wanita yang bekerja sebagai buruh tani ini disebabkan karena tingkat

pendidikan yang rendah. Pada masalah ini seharusnya ada solusi dari instansi

lokal dan pemerintah untuk mengupayakan pekerjaan yang layak untuk buruh

tani wanita ini.

2. Adanya perbedaan upah yang diterima oleh buruh tani menyebabkan

perbedaan kesenjangan antara buruh tani satu dengan buruh tani yang lain.

Sebaiknya ada penentuan bersama menentukan batas minimal upah yang

diterima.

3. Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan keberlangsungan pabrik gula

untuk tetap beroperasi atau menyediakan wadah untuk menerima hasil

pertanian dari petani. Menetapkan harga tebu di tingkat petani sesuai dengan

biaya yang dikeluarkan. Jika hal ini bisa dilakukan tentunya dapat

mempengaruhi keberlangsungan masyarakat sekitar pabrik terutama pihak

buruh tani untuk dapat bekerja.

70

Page 85: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Dirdjosanjito, Pradjarta. 1999. Memelihara Umat: Kiai Pesantren,

Kiai Langgar di Jawa. Yogyakarta: LKiS.

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar Dan

Aplikasi. Malang: IKIP Malang.

Hardiyanto, Wahyudi. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Posisi Tawar Petani Tebu (Studi Deskriptif Petani Tebu di Desa

Semboro Kabupaten Jember). Jember: Universitas Jember.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk

Ilmu-Ilmu Sosial,Jakarta: DIA FISIP UI.

Koentjaraningrat. 1996. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Malo, Mannase dan Trisnoningtyas, S. 1994. Metode Penelitian

Masyarakat. Jakarta: UI Press.

Magnis, Franz dan Suseno. 1999. Pemikiran Karl Marx: Dari Utopis

Sosialis Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Moleong, Lexy J.2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Poesponegoro, Marwati Djoened et al. 2008. Sejarah Nasional

Indonesia V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa

Penjajahan Belanda. Jakarta: Balai Pustaka.

Planck, Ulrich. 1993. Sosiologi Pertanian.Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi

Modern. Jakarta: Kencana.

Robbith Hasani, Moch. 2009. Upaya Buruh Tani dalam

Meningkatkan Pendapatan di Desa Paleran. Jember :

Universitas Negeri Jember.

Sasongko, Tri Handoyo. 2006. Potret Petani: Basis Pembaruan

71

Page 86: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Agraria. Bandung: Akatiga.

Sanapiah, Faisal. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Bina

Ilmu.

Sihite, Romany. 2007. Perempuan, Kesetaraan, Keadilan (suatu

tinjauan berwawasan gender). Rajawali Pers: Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong dan Emi Susanti Hendraso. 1996. Wanita: Dari

Subordinasi dan Marginalisasi Menuju ke Pemberdayaan.

Surabaya: Airlangga University Press.

.1996. Pemberdayaan

dan Kesetaraan Perempuan. No. 5 Tahun XXV. Prisma:

Jakarta.

Suyanto, Bagong dan Sutinah (ed.). 2005. Metode Penelitian Sosial:

Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Utoyo, Bambang. 2009. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia 2.

Jakarta: PT Grafindo Media Pratama.

SUMBER DARI INTERNET

Kabar Bisnis. 2013. Mentan ogah sektor pertanian jadi tumpuan serap

tenaga kerja. http://www.kabarbisnis.com/read/2835584 [08 April

2013]

Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.2012. [http://www.disbun.jatimprov.go.id/ [08 April 2013]

Sang pengembala.2012.Sejarah Singkat PG di Indonesia Part III. http://manistebuku.blogspot.com/2012/04/sejarah-singkat-pg-di-indonesia-part.html [08 April 2013]

Macmillan Dictionary (http://www.macmillandictionary.com) [08 April 2013]

Wikipedia (http://en.m.wikipedia.org/wiki/Bargaining_power) [08 April 2013]

72

Page 87: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARAA. Identitas

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Pendidikan :

B. Pertanyaan

1. Apakah anda bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan tebu?

2. Berapa lama anda bekerja sebagai buruh tani wanita di lahan perkebunan

tebu?

3. Bagaimana anda dapat bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan

tebu?

4. Apakah anda bekerja sebagai buruh tani wanita di perkebunan tebu setiap

hari?

5. Apakah anda memiliki keinginan lain selain bekerja sebagai buruh tani di

perkebunan tebu?

6. Jenis pekerjaan apa yang anda biasa kerjakan di lahan perkebunan tebu?

7. Sistem kerja apa yang diterapkan saat anda bekerja?

8. Berapa jumlah upah yang dapatkan setelah bekerja sebagai buruh tani?

9. Menurut anda, apa jumlah yang anda terima itu dapat mencukupi

kebutuhan hidup sehari-hari?

10. Apakah jika bekerja anda selalu bekerja berkelompok dengan buruh tani

wanita lain atau bekerja bersama buruh tani laki-laki?

11. Jika iya, pekerjaan apa yang biasa anda lakukan?

12. Apa ada perbedaan saat pemberian upah setelah bekerja dengan buruh

tani laki-laki?

13. Apakah anda hanya bekerja sebagai buruh tani wanita di lahan

perkebunan tebu?

Page 88: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

14. Apakah pekerjaan suami anda?

15. Berapa penghasilan suami anda?

16. Apakah anda sudah berkeluarga?

17. Jika iya, berapa jumlah anggota keluarga anda?

18. Apakah anda masih memiliki tanggungan dalam keluarga?

19. Apakah anda hidup sendiri atau tinggal dengan keluarga anda?

Page 89: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Lampiran 2

TRANSKRIP WAWANCARA

1. Hari / Tanggal : Selasa, 24 September 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di dusun Rowotapen, Desa SemboroWaktu : 06.00- selesaiNama : Bu SolehatiUmur : 50 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : SDAlamat : dusun Rowotapen, Desa Semboro.

Peneliti : Permisi, bu. Maaf ganggu pekerjaan ibu?Informan : Ada apa ya, mas?Peneliti : Begini, bu. Saya mau tanya- tanya sebentar, boleh?Informan : Mau tanya apa, cuma sebentar kan!!Peneliti : Iya, bu. Begini bu, saya ada tugas dari sekolah tentang kehidupan

buruh tani di perkebunan tebu.Informan : Kalau sebentar, ya tidak apa-apa. Mau tanya apa, mas?Peneliti : Ini ibu kerjain apa sekarang?Informan : Ini lagi menyiapkan sisa-sisa tanaman tebu yang habis ditebang

untuk dijadikan bibit tebu (sambil menunjukkan tebu yang dipotong-potong pendek kemudian dimasukkan ke dalam sak).

Peneliti : Ibu kerjanya disini hanya sendiri atau bersama orang lain?Informan : Tidak sama teman, cuma banyak yang masih belum datang.Peneliti : Ibu disini biasanya kerja apa?

Informan : Macam-macam, mas. Seperti menanam bibit tebu, beri pupuk, kalau pupuk ini biasanya sudah disiapin di rumah dibantu sama suami. Jadi nanti tinggal disebarin ke tanaman tebu.

Peneliti : Ibu kerjanya dari jam berapa?Informan : Kalau kerja itu seperti sekarang waktunya, dari jam 6 pagi sampai

jam 10. Biasanya ada istirahat sebentar, lah saat istirahat itu sama juragannya disediain makanan juga teh.

Peneliti : Ibu suaminya kerjanya dimana?Informan : Suami ibu kerjanya buruh tani juga, cuma kalau agak siang

kerjanya mencari untuk kambing.Peneliti : Itu kambing apa milik ibu?

Page 90: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Informan : Ya ndak, mas. Suami ibu cuma disuruh merawat kambing sama orang lain.Peneliti : Kalau sudah selesai kerja, kalau boleh tahu biasanya dapat uang berapa?Informan : Ndak tentu, mas. Kadang 15 ribu, kadang juga 20 ribu.Peneliti : Kalau menurut ibu, uang itu sudah cukup apa belum untuk kebutuhan hidup?Informan : Ya sebenarnya ndak cukup, mas. Tapi dicukup-cukupin saja, mas.Peneliti : Makasih, bu. Informasinya, maaf ganggu pekerjaan ibu.Informan : Iya, mas.

2. Hari / Tanggal : Selasa, 24 September 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di dusun Rowotapen, Desa SemboroWaktu : 06.30- selesaiNama : Bu NgatinahUmur : 36 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : SDAlamat : dusun Rowotapen, Desa Semboro.

Peneliti : Maaf ganggu, bu. Boleh tanya-tanya sebentar?Informan : Mau tanya apa, mas?Peneliti : Sekarang ini ibu lagi kerja apa?Informan : Ini lagi memotong tebu untuk dijadikan bibit (sambil memotong

kemudian memasukkan ke karung)Peneliti : Ini anak ibu, yah? Informan : Iya, mas. Ini anak ibu. Saya ajak soalnya ndak ada yang momong

(jaga) di rumah.Peneliti : Ibu mulai kapan kerja jadi buruh tani wanita di perkebunan tebu? Informan : Saya bekerja sebagai buruh tani setelah menikah, mas.Peneliti : Kenapa ibu bekerja sebagai buruh tani?Informan : Soalnya ndak ada pekerjaan lain yang cocok, kan ibu

pendidikannya hanya sampai SD. Mau buka warung, tapi ndak ada modal. Ya terpaksa kerja jadi buruh tani.

Peneliti : Ibu kok bisa kerja sebagai buruh tani, bagaimana?Informan : Awalnya membantu suami kerja, terus diajak sama tetangga. Peneliti : Ibu setiap hari kerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan?

Page 91: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Informan : Ya ndak, mas. Kalau ditawari bekerja saja. Kalau ndak, ya di rumah.

Peneliti : Biasanya ibu kerja apa?Informan : Biasanya yah, menanam bibit, memberi pupuk, membersihkan

pelepah kering /klentek, nyiangi rumput.Peneliti : Berapa jumlah upah yang ibu terima?Informan : 15 ribu, mas.Peneliti : Menurut ibu, apa itu cukup untuk kebuhan hidup sehari-hari?Informan : Ya ndak, mas. Itu mungkin cukup untuk beli beras sama lauk

pauk, tapi ndak cukup untuk kebutuhan hidup lainnya.Peneliti : Suami ibu kerja apa?Informan : Suami saya kerja jadi buruh tebang di Surabaya.Peneliti : Terimakasih atas informasinya, bu.

3. Hari / Tanggal : Selasa, 24 September 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di dusun Rowotapen, Desa SemboroWaktu : 06.30- selesaiNama : Bu SukirahUmur : 60 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : Tidak Tamat SDAlamat : dusun Rowotapen, Desa Semboro.

Peneliti : Bisa minta waktu sebentar, bu?Informan : Iya, mas. Ada apa?Peneliti : Saya mendapat tugas dari sekolah untuk meneliti buruh tani

wanita seperti ibu, apa bisa minta waktu sebentar?Informan : Iya, mas. Ndak apa-apa kalau sebentar.Peneliti : Ibu sudah lama kerja jadi buruh tani wanita?Informan : Sudah lama, mas. Kira-kira saat ibu masih muda dulu.Peneliti : Alasan ibu kerja ini untuk apa?Informan : Iya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kan ibu hanya

tinggal sendiri sejak suami ibu meninggal beberapa tahun yang lalu.

Peneliti : Apa ibu memiliki anak?Informan : Ada dua orang. Sudah menikah semua, dan sudah tinggal bersama

keluarganya sendiri.Peneliti : Kok ibu ndak ikut tinggal bersama anak ibu?

Page 92: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Informan : Ndak, mas. Ibu ndak bisa diam, kalau ndak dibuat kerja rasanya ndak enak.Peneliti : Kalau kerja, ibu biasanya kerja apa?Informan : Kerjanya ya, memotong tebu untuk bibit, menanam bibit,

memupuk, nyiangi rumput, klentek.Peneliti : Biasanya setelah kerja, ibu mendapat upah berapa?Informan : 15 ribu, tapi ada yang dapat 17 ribu. Tapi di Timbangan, ada yang

dapat 35 ribu. Dulu upahnya cuma 10 ribu, tapi banyak yang protes jadi naik 15 ribu. Ini nanti mau ada protes lagi minta dinaikkin jadi 20 ribu.

4. Hari / Tanggal : Jumat, 27 September 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di Timbangan (belakang PG Semboro), Desa Semboro

Waktu : 09.00- selesaiNama : Bu SulastriUmur : 48 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : SDAlamat : dusun Rowotapen, Desa Semboro.

Peneliti : Permisi, bu. Bisa minta waktu sebentar?Informan : Ada keperluan apa, mas?Peneliti : Begini, bu. Saya mendapat tugas dari sekolah untuk tugas tentang

buruh tani perkebunan. Apa boleh saya tanya sebentar sama ibu?Informan : Hanya sebentar, ya mas.Peneliti : Sekarang ini sedang mengerjakan apa?Informan : Ini sekarang mau menanam bibit tebu, tapi masih menunggu

tanahnya selesai di nggulud (diolah).Peneliti : Itu nanamnya bagaimana, bu?Informan : Kalau nanamnya hampir sama seperti nanam di sawah, tinggal

ditancapin ke tanah.Peneliti : Apa ibu kerja bersama-sama dengan buruh tani wanita lain?Informan : Iya, sebagian ada yang dari satu dusun. Jadi saat berangkat dan

pulang bisa besama.Peneliti : Ini sistem kerjanya harian atau borongan, bu?Informan : Ini sistemnya harian. Kalau sekarang belum selesai, bisa

dilanjutkan pada hari berikutnya.Peneliti : Ibu waktu kerjanya dari jam berapa?

Page 93: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Informan : Ibu dari jam 7 sudah disini, nanti sampai jam 2 siang baru pulang.Peneliti : Berapa upah yang ibu terima setelah bekerja?Informan : 35 ribu.Peneliti : Kalau dengan yang buruh tani laki-laki yang nggulud itu, apa juga

dapat upah yang berbeda?Informan : Ndak, upah yang didapat sama yakni 35 ribu. Peneliti : Suami ibu kerja apa?Informan : Suami saya kerja sebagai buruh tebang di Surabaya. Apa sudah

cukup, mas?Peneliti : Sudah, bu. Terimakasih.

5. Hari / Tanggal : Jumat, 27 September 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di Timbangan (belakang PG Semboro), Desa Semboro

Waktu : 09.00- selesaiNama : Bu MisriUmur : 50 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : SDAlamat : dusun Semboro Kulon, Desa Semboro.

Peneliti : Apa ibu sudah lama bekerja sebagai buruh tani wanita?Informan : Setelah menikah, ibu baru bekerja sebagai buruh tani untuk

membantu menambah penghasilan.Peneliti : Apa ibu hanya bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan

tebu?Informan : Ndak, ibu bekerja kalau ada tawaran. Biasanya ibu kerja jadi

buruh tani di sawah untuk menanam padi.Peneliti : Ibu disini sedang kerja apa?Informan : Ini sekarang menanam bibit tebu bersama buruh tani wanita yang

lain.Peneliti : Selain menanam biasanya, ibu melakukan apa?Informan : Selain menanam bibit, ibu biasanya memotong tebu untuk bibit,

klentek, nyulam, mupuk. Peneliti : Apa ibu sering kerja di daerah sini?Informan : Ya ndak. Kadang di daerah lain, kalau berangkat bareng sama

buruh tani wanita lain.Peneliti : Ibu kalau bekerja biasanya mendapat upah berapa?Informan : Ndak mesti. Kadang dapat 35 ribu, kadang juga dapat 15 ribu.

Page 94: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Peneliti : Iya sudah, bu. Terimakasih, maaf ganggu kerjanya ibu.

6. Hari / Tanggal : Selasa, 15 Oktober 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di dusun Padangrejo, Desa RejoagungWaktu : 10.00- selesaiNama : Bu SumarniUmur : 60 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : Tidak Tamat SDAlamat : dusun Gumukmas, Desa Semboro.

Peneliti : Permisi, bu. Maaf menganggu apa boleh saya tanya sesuatu sebentar?

Informan : Iya, mau tanya apa ya, mas.Peneliti : Begini, bu. Sudah berapa lama ibu bekerja sebagai buruh tani?Informan : Sudah lama, sekitar 43 tahun. Itu ibu kerja setelah menikah.Peneliti : Mengapa ibu bekerja sebagai buruh tani?Informan : Ibu bekerja untuk menambah penghasilan suami. Dan saat ini

setelah suami ibu meninggal, ibu tetap bekerja untuk memnuhi kebutuhan hidup sendiri.

Peneliti : Apakah ibu memiliki anak?Informan : Iya, anak ibu sudah besar-besar dan sudah menikah semua.Peneliti : Kenapa ibu tetap bekerja, tidak tinggal bersama anak-anak ibu?Informan : Ibu tidak ingin merepotkan anak-anak ibu karena anak-anak ibu

sudah punya keluarga.Peneliti : Pekerjaan apa yang ibu biasa lakukan?Informan : Ibu biasanya kerja memotong tebu untuk dijadikan bibit,

menanam bibit tebu, membersihkan pelepah tebu yang kering (klentek). Tapi ibu bisa juga ikut kerja menebang tebu seperti sekarang.

Peneliti : Selain di lahan perkebunan ini, ibu biasanya bekerja kemana?Informan : Ibu biasanya kalau kerja jauh dan berangkatnya bersama teman-

teman dengan memakai sepeda pancal.Peneliti : Saat ini ibu bekerja dari jam berapa?Informan : Ibu tadi kerja dari pagi, mungkin nanti jam 11 sudah selesai.Peneliti :Kalau soal upah setelah bekerja, berapa uapah yang ibu peroleh?Informan : sekitar 15 ribu, mas. Lumayan untuk membeli beras dan

kebutuhan lain.

Page 95: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

7. Hari / Tanggal : Rabu, 15 Oktober 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di dusun Padangrejo, Desa RejoagungWaktu : 10.00- selesaiNama : Bu KhotijahUmur : 45 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : SDAlamat : dusun Gumukmas, Desa Semboro.

Peneliti : Apa ibu saat ini bekerja menebang tebu?Informan : Iya, ibu ini bekerja menebang tebu bersama-sama berkelompok

sambil menunggu juragannya datang.Peneliti : Ibu tadi kerja dari jam berapa?Informan : Ibu kerja dari tadi pagi jam 6 hingga nanti jam 11 sudah selesai.Peneliti : Mengapa ibu bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan

tebu?Informan : Ibu bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Kalau

mengandalkan penghasilan suami yang ndak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi ketika da tawaran untuk bekerja, ibu tidak menolaknya. Ibu juga kalau bekerja bersama tetangga yang juga bekerja sebagai buruh tani wanita.

Peneliti : Suami ibu bekerja apa?Informan : Suami ibu kerja jadi tukang ojek. Penghasilannya tidak tentu,

kadang dapat kadang juga tidak.Peneliti : Biasanya ibu melakukan pekerjaan apa?Informan : menanam tebu, mempersiapkan bibit tebu yang akan ditanam,

memupuk, klenthek, nyulam, hingga ikut menebang tebu. Kalau di lahan perkebunan ini sudah tidak ada pekerjaan nanti diarahkan ke lahan perkebunan lain sama juragan.

Peneliti : Ibu biasanya dapat upah berapa kalau bekerja?Informan : Biasanya mendapat sekitar 15 ribu.

8. Hari / Tanggal : Kamis, 07 November 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di dusun PadangrejoWaktu : 09.25- selesaiNama : SitiUmur : 18 Tahun

Page 96: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Pekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : SMPAlamat : dusun Padangrejo, Desa Sidorejo.

Peneliti : Kenapa kamu bisa bekerja sebagai buruh tani wanita di perkebunan tebu?

Informan : Ini awalnya, mas. Diajak orang tua untuk ikut bekerja membantu pekerjaan.

Peneliti : Ndak mau mencoba nyari pekerjaan lain?Informan : Belum, mas. Masih belum tahu mau kerja apa.Peneliti : Kalau sekarang apa kerja bersama orang tua?Informan : Tidak, saya kerjanya sekarang diajak sama tetangga, katanya itu

daripada menggangur di rumah. Nanti disana katanya kerjanya seperti menanam bibit tebu sama nyulam tanaman tebu yang rusak.

Peneliti : Sudah berapa kali diajak ikut bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan tebu?

Informan : mungkin sekitar delapan kali dengan yang ini.Peneliti : Biasanya itu kerja apa yang kamu sering kerjakan?Informan : Menanam bibit tebu, memupuk, menyulam tanaman.Peneliti : Berapa upah yang diperoleh saat setelah bekerja?Informan :Biasanya itu dapat 15 ribu, kadang 20 ribu, tergantung yang punya

lahan.Peneliti : Kalau sekarang, kamu bekerja sampai jam berapa?Informan : Mungkin ini sekitar jam 11 sudah selesai.

9. Hari / Tanggal : Rabu, 06 November 2013

Tempat : Lahan perkebunan tebu di Desa KerangkonganWaktu : 07.00- selesaiNama : Bu NingsihUmur : 46 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : SDAlamat : Kecamatan Sumberbaru

Peneliti : Mengapa ibu bekerja sebagai buruh tani wani di lahan perkebunan tebu?

Informan : Ibu kerja untuk menambah penghasilan suami.Peneliti : Suami ibu bekerja apa?Informan : Suami saya bekerja sebagai buruh tebang di Surabaya.

Page 97: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Peneliti : Apa sekarang ini ibu sedang bekerja menebang tebu?Informan : Iya, ibu kerjanya bersama teman-teman berkelompok.Peneliti : Apa sekarang ibu kerja dengan sistem borongan?Informan : Iya, dek. Nanti hitungannya pakai satuan 10 ribu per kuintal.Peneliti : Ibu dari rumah sampai kesini berangkat jam berapa?Informan : Dari jam 5 pagi sudah harus siap di truk. Nanti berangat terus

nyampe sini jam 6 pagi. Kerja sampai jam 4 sore.

10. Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2014

Tempat : Rumah InformanWaktu : 18.00- selesaiNama : Siti ShulihahUmur : 50 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : -Alamat : dusun Semboro Lor, Desa Semboro.

Peneliti : Sudah berapa lama ibu bekerja sebagai buruh tani?Informan : Saya bekerja sejak masih kecilPeneliti : Apa pekerjaan yang ibu lakukan di perkebunan tebu?Informan : Macem-macem, mas. Seperti bersihkan klaras (daun tebu yang

kering), nyabut bonggol tebu, mupuk, bersihkan rumput (rewos). Peneliti : Berapa penghasilan ibu setiap hari?Informan : Saya setiap hari kalau bekerja mendapat uang 20 ribu.Peneliti : Suami ibu bekerja apa?Informan :Suami saya bekerja sebagai tukang becak.Peneliti : Berapa penghasilan yang diperoleh suami ibu/Informan : Kadang paling banyak dapat 30 ribu, kadang tidak dapat.Peneliti : Selain menjadi buruh tani, adakah pekerjaan lain yang ibu

lakukan?Informan : Ada, biasanya setelah bekerja, saya dan suami bekerja mencari

rumput untuk kambing. Kambing itu milik orang lain yang saya pelihara.

Peneliti : Apakah ibu memiliki anak?Informan : Iya. 2 orang dan sudah menikah semua.Peneliti : Kenapa ibu tetap bekerja sebagai buruh tani?Informan : Ibu sudah biasa bekerja jadi kalau tidak kerja ndak enak.Peneliti : Tapi apa ibu selalu mendapat kiriman dari anak ibu?

Page 98: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Informan : Iya. Setiap bulan. Mereka mengirimkan uang untuk dapat dibelikan beras dan belanja.

11. Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2014

Tempat : Rumah InformanWaktu : 18.30- selesaiNama : Bu SaniUmur : 40 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : -Alamat : dusun Semboro Lor, Desa Semboro.

Peneliti : Sudah berapa lama ibu menjadi buruh tani?Informan : Saya sudah menjadi buruh tani sejak sebelum menikahPeneliti : Apa ibu sudah berkeluarga?Informan : Iya, sudah. Saya memiliki dua orang anak. Satunya sudah bekerja,

satunya lagi masih SDPeneliti : Apakah pekerjaan yang ibu lakukan di perkebunan tebu?Informan : Bersihin bonggol tebu, motong tebu (untuk bibit), nanam, kadang

ikut bersihin daun tebu yang kering.Peneliti : Berapa upah yang ibu terima dalam sehari?Informan : Dalam sehari saya mendapatkan upah sekitar 20 ribu.Peneliti : Apa pekerjaan suami ibu?Informan : Suami saya juga bekerja sebagai buruh tebu dan mencari rumput

untuk dijual. Biasanya saya ikut membantu mencari rumput.Peneliti : Apakah dengan penghasilan ibu dan suami ibu sudah dapat

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari?Informan : Iya dicukup-cukupkan. Untuk sekolah anak kan sudah dapat

bantuan dari sekolah. Tapi untuk makan sehari-hari harus hutang ke warung.

12. Hari / Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2014

Tempat : Rumah InformanWaktu : 19.00- selesaiNama : Bu MaisarohUmur : 50 TahunPekerjaan : Buruh tani wanitaPendidikan : SDAlamat : dusun Semboro Lor, Desa Semboro.

Page 99: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Peneliti : Sudah berapa lama ibu bekerja sebagai buruh tani wanita?Informan : Sudah lama, sejak memiliki anak satuPeneliti : Apa yang menyebabkan ibu bekerja sebagai buruh tani wanita?Informan : Biasa mas, urusan ekonomi. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari.Peneliti : Ibu kerja apa saja di sawah?Informan : Yah nyiapin bibit, nanam, mupuk tanaman.Peneliti : Apa pekerjaan suami ibu?Informan : Suami saya bekerja sebagai penarik becak dan tidak biasa kerja di

sawahPeneliti : Berapa penghasilan suami ibu?Informan : Tidak pasti, mas. Kadang dapat 20 ribu, kadang juga tidak dapat.Peneliti : Apa ada pekerjaan sambilan yang ibu dan suami ibu lakukan?Informan : Ada, mas. Kebetulan bapak dipercaya orang untuk merawat

kambingnya, jadi tiap sore saya sama suami selalu mencari rumput.Peneliti : Apa ibu memiliki anak?Informan : Iya, jumlahnya 4 orang. Alhamdulillah anak saya yang 2 sudah

kerja di Bali, yang lainnya masih sekolah tetapi dibantu sama kakaknya.

Peneliti : Terimakasih, bu atas informasinya.

Page 100: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Lampiran 3

FOTO PENELITIAN

Gambar 1. Buruh tani wanita dan laki-laki sedang bekerja menebang tebu.

Gambar 2. Buruh tani wanita sedang membersihkan bungkul (bagian bawah tebu).

Page 101: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Gambar 3 & 4. Buruh tani wanita yang memberikan pupuk untuk tanaman tebu.

Page 102: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

.

.

Gambar 5 & 6. Buruh tani wanita mempersiapkan tebu untuk disulam ke lahan yang lain.

Page 103: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro

Gambar 7 & 8. Buruh tani wanita yang sedang menebang tebu

Page 104: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro
Page 105: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro
Page 106: Skripsi : Posisi Tawar Buruh Tani Wanita Bekerja di Lahan Perkebunan Tebu PTPN XI Semboro