skripsi perencanaan strategi digital pada bmt al...
TRANSCRIPT
1
SKRIPSI
PERENCANAAN STRATEGI DIGITAL
PADA BMT AL-MUJAHIDIN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
VIDYASARI MEGA PUTRI
1113093000117
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M /1440 H
ii
SKRIPSI
PERENCANAAN STRATEGI DIGITAL
PADA BMT AL-MUJAHIDIN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
VIDYASARI MEGA PUTRI
1113093000117
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M /1440 H
iii
SKRIPSI
PERENCANAAN STRATEGI DIGITAL
PADA BMT AL-MUJAHIDIN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
VIDYASARI MEGA PUTRI
1113093000117
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M /1440 H
i
ii
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.
iv
ABSTRAK
Vidyasari Mega Putri - 1113093000117, Perencanaan Strategi Digital Pada BMT
Al-Mujahidin dibawah bimbingan Bayu Waspodo, MM dan Meinarini Catur
Utami, MT.
Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat merubah cara berbisnis suatu
industri, salah satunya industri perbankan. Didukung dengan munculnya istilah
SMACIT (social, mobile, analiytics, cloud, dan internet of things) yang menjadikan
era perbankan yang dulunya face to face mulai beralih menjadi layanan keuangan
digital. Muncul dan berkembangannya perusahaan financial technologi (fintech)
juga memaksa industri perbankan formal maupun non formal untuk berbenah diri.
BMT merupakan lembaga keuangan yang difokuskan untuk menghimpun dan
menyalurkan dana dengan prinsip bagi hasil. Lembaga ini didirikan dengan tujuan
untuk memfasilitasi masyarakat yang belum terjangkau oleh pelayanan bank atau
BPR. Dalam kegiatannya BMT AL-Mujahidin belum memaksimalkan penggunaan
teknologi yang mengakibatkan BMT melewatkan peluang layanan perbankan
digital, selain itu BMT juga belum memiliki SDM yang berkompeten di bidang
SI/TI, sehingga BMT harus mendatangkan pihak ketiga untuk menangani
permasalahan yang terjadi. Oleh sebab itu, melihat perkembangan layanan
perbankan saat ini, sudah seharusnya BMT Al-Mujahidin berbenah diri dan
menciptakan inovasi terhadap perencanaan dan implementasi SI/TI secara
berkelanjutan agar tujuan dan sasaran bisnisnya tercapai, sehingga perencanaan
strategi digital dirasa perlu untuk mendukung perkembangan BMT Al-Mujahidin.
Pada penelitian perencanaan strategi digital ini, penulis menggunakan framework
Peppard dan Ward dengan menggunakan beberapa analisis tools yaitu: Balanced
scorecard, CSF, SWOT, Value Chain, PESTEL, Porter’s Five Forces dan Mc
Farlan Strategic Grid. Hasil dari penelitian ini berupa Strategi SI, Strategi TI dan
Strategi Manajemen SI/TI.
Kata Kunci: Perencanaan Strategi Digital, Peppard & Ward, Balanced Scorecard,
CSF, SWOT, Value Chain, PESTEL, Porter’s Five Forces, Mc Farlan Strategic
Grid.
BAB I-V + xvi Halaman + 235 Halaman + 46 Gambar + 34 Tabel + 29 Daftar
Pustaka
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan
segala rahmat dan nikmat, baik nikmat waktu dan nikmat sehat sehingga peneliti
mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam peneliti panjatkan
kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul
“Perencanaan Strategi Digital pada BMT Al-Mujahidin”. Skripsi ini disusun
sebagai syarat untuk mendapatlan gelar Sarjana Komputer (S.Kom) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan bagi para peneliti selanjutnya. Dalam kesempatan ini
peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini baik moril maupun materil. Peneliti ini mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI selaku Ketua Program Studi Sistem
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
3. Bapak Bayu Waspodo, MM selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan ilmu, motivasi dan bimbingan selama proses penyusunan
skripsi ini.
vi
4. Ibu Meinarini Catur Utami, MT selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan ilmu, motivasi dan bimbingan selama proses penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Sitem Informasi yang telah
memberikan ilmu selama peneliti duduk di bangku perkuliahan.
6. Bapak Ir. Muhammad Habil, MM selaku Sekretaris BMT Al-Mujahidin
yang telah bersedia diwawancarai, memberikan data dan ilmu yang
bermanfaat.
7. Kedua Orang tua penulis, Alm (papah) dan mamah yang selalu
mendo’akan tanpa henti, dukungan dan memberikan semangat serta
kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
8. Kakak dan adik-adik yang senantiasa memberikan motivasi, perhatian,
dan kasih saying. Terimakasih telah menjadi bagian dari motivator yang
luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
9. Andi Destiawan yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan
kepeda peneliti.
10. Sahabat – sahabatku Irna, Millah, Dijah, Imas, Qonita, dan Rida yang
tidak pernah bosan mendengar keluhanku dan selalu memberikan
dukungan serta semangat untuk menyelesaikan kuliah.
11. Keluarga Besar Sistem Informasi 2013 yang menjadi motivasi penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya laporan ini.
vii
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan
yang disebabkan keterbatasan pengetahuan peneliti. Untuk itu kiranya, pembaca
dapat memaklumi atas kekurangan dalam laporan ini.
Akhir kata peneliti berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaiku wr. Wb
Jakarta, Januari 2019
Vidyasari Mega Putri
1113093000117
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................. i
PENGESAHAN UJIAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ................................................................................................................ iii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI .................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................ 9
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................. 10
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................... 10
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 11
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 11
1.7 Metodologi Penelitian ....................................................................................... 12
1.7.1 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 12
1.7.2 Framework Analisis Perencanaan Strategi Digital ................................... 13
1.8 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 16
BAB II ............................................................................................................................... 19
LANDASAN TEORI ........................................................................................................ 19
2.1 Konsep Dasar Strategi Digital........................................................................... 19
2.1.1 Pengertian Strategi .................................................................................... 19
2.1.2 Tipe-Tipe Strategi ..................................................................................... 22
ix
2.1.3 Fungsi Strategi .......................................................................................... 23
2.1.4 Pengertian Digital ..................................................................................... 24
2.2 Konsep Dasar Sistem ........................................................................................ 25
2.2.1 Pengertian Sistem ...................................................................................... 25
2.2.2 Karakteristik Sistem .................................................................................. 25
2.2.3 Klasifikasi Sistem ..................................................................................... 28
2.2.4 Daur Hidup Sistem .................................................................................... 29
2.3 Konsep Dasar Teknologi ................................................................................... 31
2.3.1 Pengertian Teknologi ................................................................................ 31
2.4 Konsep Dasar Informasi.................................................................................... 32
2.4.1 Pengertian Informasi ................................................................................. 32
2.4.2 Nilai Informasi .......................................................................................... 33
2.4.3 Karakteristik Informasi ............................................................................. 35
2.5 Konsep Dasar Sistem Informasi ........................................................................ 37
2.5.1 Pengertian Sistem Informasi ..................................................................... 37
2.5.2 Komponen Dasar Sistem Informasi .......................................................... 38
2.6 Konsep Dasar Teknologi Informasi .................................................................. 40
2.6.1 Pengertian Teknologi Informasi ................................................................ 40
2.6.2 Peranan dan Pentingnya Teknologi Informasi .......................................... 41
2.6.3 Komponen Teknologi Informasi ............................................................... 42
2.6.4 Tujuan dan Fungsi Teknologi Informasi ................................................... 43
2.6.5 Keuntungan Penerapan Teknologi Informasi ............................................ 45
2.7 Konsep Dasar Perencanaan Strategi Digital ..................................................... 46
2.7.1 Strategi Digital (SI/TI) .............................................................................. 46
2.7.2 Strategi Bisnis ........................................................................................... 47
2.7.3 Perencanaan Strategi Digital ..................................................................... 48
2.8 Hubungan Strategi Digital (SI/TI) dan Strategi Bisnis ..................................... 50
x
2.9 Perlunya Perencanan Strategi Digital ............................................................... 51
2.10 Konteks Strategi Digital Dalam Organisasi ...................................................... 52
2.11 Metodologi Perencanaan Strategi Digital ......................................................... 56
2.11.1 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI Versi Wetherbe .......................... 56
2.11.2 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI Versi Anita Cassidy ................... 57
2.11.3 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI Versi Price Waterhouse ............. 63
2.11.4 Framework Perencanaan Strategi Digital Versi Peppard Ward ................ 65
2.12 Perbandingan Metodologi Perencanaan Strategi Digital .................................. 75
2.13 Metode dan Teori Analisis Perencanaan Strategi Digital ................................. 80
2.13.1 Analisis Balanced Scorecard .................................................................... 80
2.13.2 Analisis Value Chain ................................................................................ 85
2.13.3 Analisis Critical Success Factor ............................................................... 89
2.13.4 Analisis SWOT ......................................................................................... 93
2.13.5 Analisis Porter’s Five Forces Competitive Model .................................... 96
2.13.6 Analisis Mc Farlan’s Strategic Grid....................................................... 100
2.13.7 Analisis PESTEL .................................................................................... 101
2.14 Konsep BMT ................................................................................................... 104
2.14.1 Pengertian BMT ...................................................................................... 104
2.14.2 Dasar Hukum BMT ................................................................................. 106
2.14.3 Visi, Misi, dan Tujuan BMT ................................................................... 107
2.14.4 Fungsi dan Peran BMT ........................................................................... 109
2.14.5 Prinsip-Prinsip BMT ............................................................................... 112
2.14.6 Struktur Organisasi BMT ........................................................................ 113
2.14.7 Model Pembiayaan BMT ........................................................................ 114
2.15 Literatur Sejenis .............................................................................................. 126
BAB III ........................................................................................................................... 129
METODE PENELITIAN ................................................................................................ 129
xi
3.1 Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 129
3.1.1 Observasi ................................................................................................. 129
3.1.2 Wawancara .............................................................................................. 130
3.1.3 Studi Literatur ......................................................................................... 130
3.2 Framework Analisis Perencanaan Strategi Digital ......................................... 131
3.2.1 Tahap Masukan ....................................................................................... 131
3.2.2 Tahap Proses Identifikasi Strategi Digital............................................... 135
3.2.3 Tahap Keluaran ....................................................................................... 135
3.3 Kerangka Penelitian ........................................................................................ 136
BAB IV ........................................................................................................................... 138
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 138
4.1 Gambaran Perusahaan ..................................................................................... 138
4.1.1 Profil BMT AL-Mujahidin ...................................................................... 138
4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan............................................................................. 139
4.1.3 Logo Perusahaan ..................................................................................... 140
4.1.4 Struktur Organisasi ................................................................................. 141
4.1.5 Uraian Tugas ........................................................................................... 141
4.2 Tahap Masukan (Input) ................................................................................... 147
4.2.1 Analisis Lingkungan Bisnis Internal ....................................................... 148
4.2.2 Analisis Lingkungan Bisnis Eksternal .................................................... 173
4.2.3 Analisis Lingkungan SI/TI Internal ........................................................ 186
4.2.4 Analisis Lingkungan SI/TI Eksternal ...................................................... 191
4.3 Tahap Proses Identifikasi Strategi Digital ...................................................... 195
4.3.1 Identifikasi Kebutuhan Informasi ........................................................... 195
4.4 Tahap Keluaran (Output) ................................................................................ 203
4.4.1 Strategi Sistem Informasi ........................................................................ 204
4.4.2 Strategi Teknologi Informasi .................................................................. 218
xii
4.4.3 Strategi Manajemen SI/TI ....................................................................... 220
4.5 Estimasi Waktu dan Anggaran Migrasi SI/TI ................................................. 223
BAB V ............................................................................................................................ 234
PENUTUP ...................................................................................................................... 234
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 234
5.2 Saran ............................................................................................................... 235
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 236
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Pertumbuhan Pengguna Internet ........................................................ 3
Gambar 1. 2 Pertumbuhan Nasabah Digital ............................................................ 5
Gambar 1. 3 Pertumbuhan Perbankan Digital di Asia Tenggara ............................ 6
Gambar 2. 1 Strategi Digital sebagai Label untuk ................................................ 49
Gambar 2. 2 Hubungan Antara Strategi SI, Strategi TI, dan Strategi Bisnis ........ 51
Gambar 2. 3 Lingkungan Strategi SI/TI ................................................................ 55
Gambar 2. 4 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI versi Wetherbe .................. 57
Gambar 2. 5 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI versi Anita Cassidy ........... 58
Gambar 2. 6 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI versi Price Waterhouse ..... 63
Gambar 2. 7 Skema Perencanaan Strategi Digital ................................................ 67
Gambar 2. 8 Input dan Toolkit untuk Membangun Application Portfolio ........... 74
Gambar 2. 9 Analisis Balanced Scorecard ............................................................ 82
Gambar 2. 10 Pemetaan Arus Informasi dalam Value Chain ............................... 86
Gambar 2. 11 Diagram Analisis Value Chain ....................................................... 87
Gambar 2. 12 Alur Penentuan Tujuan dalam Analisis CSF.................................. 91
Gambar 2. 13 Critical Success Factors ................................................................. 92
Gambar 2. 14 TOWS Matriks ............................................................................... 94
Gambar 2. 15 Porter's Five Competitive Models .................................................. 99
Gambar 2. 16 Mc Farlan's Strategic Grid ........................................................... 100
Gambar 2. 17 Struktur Organisasi BMT (Standar PINBUK) ............................. 113
Gambar 2. 18 Skema Akad Musyarakah ............................................................ 116
Gambar 2. 19 Skema Akad Mudharabah ............................................................ 120
Gambar 2. 20 Skema Pembiayaan Murabahah ................................................... 122
Gambar 2. 21 Skema Pembiayaan Akad Bai' Al Istishna ................................... 123
Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian ....................................................................... 137
Gambar 4. 1 Logo BMT Al-Mujahidin ............................................................... 140
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi BMT Al-Mujahidin ........................................ 141
Gambar 4. 3 Analisis Lingkungan Bisnis Internal .............................................. 149
Gambar 4. 4 Bagan Analisis Balanced Scorecard ............................................... 150
xiv
Gambar 4. 5 Bagan Analisis CSF ....................................................................... 155
Gambar 4. 6 Bagan Analisis SWOT ................................................................... 162
Gambar 4. 7 Bagan Analisis Value Chain .......................................................... 167
Gambar 4. 8 Analisis Value Chain pada BMT Al-Mujahidin ............................ 168
Gambar 4. 9 Bagan Analisis Lingkungan Bisnis Eksternal ................................ 174
Gambar 4. 10 Bagan Analisis PESTEL .............................................................. 175
Gambar 4. 11 Bagan Analisis Porter's Five Competitive Force ......................... 182
Gambar 4. 12 Pemetaan Analisis Porter's Five Competitive Force .................... 183
Gambar 4. 13 Bagan Analisis SI/TI Internal ....................................................... 187
Gambar 4. 14 Arsitektur Jaringan Komputer BMT Al-Mujahidin ..................... 189
Gambar 4. 15 Bagan Analisis Lingkungan SI/TI Eksternal ................................ 191
Gambar 4. 16 Bagan Strategi Sistem Informasi .................................................. 205
Gambar 4. 17 Bagan Pemetaan Solusi SI Berdasarkan Kebutuhan Informasi ... 206
Gambar 4. 18 Bagan Usulan Portfolio Aplikasi SI ............................................. 214
Gambar 4. 19 Usulan Jaringan Komputer BMT AL-Mujahidin ......................... 219
Gambar 4. 20 Usulan Struktur Organisasi BMT AL-Mujahidin ........................ 221
Gambar 4. 21 Rencana Implementasi Strategi Digital pada BMT Al-Mujahidin224
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Perbandingan Metodologi Perencanaan Strategi Digital ..................... 76
Tabel 4. 1 Tujuan Berdasarkan Perspektif Financial .......................................... 151
Tabel 4. 2 Tujuan Berdasarkan Perspektif Customer ......................................... 152
Tabel 4. 3 Tujuan Berdasarkan Perspektif Internal Business ............................. 153
Tabel 4. 4 Tujuan Berdasarkan Perspektif Learning & Growth ......................... 154
Tabel 4. 5 CSF Berdasarkan Perspektif Financial .............................................. 155
Tabel 4. 6 CSF Berdasarkan Perspektif Customer .............................................. 157
Tabel 4. 7 CSF Berdasarkan Perspektif Internal Business .................................. 159
Tabel 4. 8 CSF Berdasarkan Perspektif Learning & Growth.............................. 160
Tabel 4. 9 Analisis SWOT BMT Al-Mujahidin ................................................. 162
Tabel 4. 10 Matriks SWOT BMT Al-Mujahidin ................................................ 163
Tabel 4. 11 Portfolio Aplikasi BMT Al-Mujahidin ........................................... 191
Tabel 4. 12 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Perspektif Financial ................. 196
Tabel 4. 13 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Perspektif Customer ................. 198
Tabel 4. 14 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Perspektif Internal Business ..... 200
Tabel 4. 15 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Perspektif Learning & Growth. 201
Tabel 4. 16 Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Perspektif Financial...... 206
Tabel 4. 17 Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Perspektif Customer ..... 208
Tabel 4. 18 Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Perspektif Internal
Bussiness ............................................................................................................. 210
Tabel 4. 19 Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Perspektif Learning &
Growth ................................................................................................................ 212
Tabel 4. 20 Usulan Portfolio Aplikasi SI untuk BMT AL-Mujahidin ................ 214
Tabel 4. 21 Future Application Portfolio ............................................................ 215
Tabel 4. 22 Deskripsi Aplikasi Usulan SI ........................................................... 217
Tabel 4. 23 Deskripsi Kebutuhan & Job Desk Programmer ............................... 221
Tabel 4. 24 Deskripsi Kebutuhan & Job Desk Digital Marketing Specialist...... 222
Tabel 4. 25 Deskripsi Kebutuhan & Job Desk IT Support ................................. 223
Tabel 4. 26 Estimasi Waktu Migrasi SI/TI pada BMT Al-Mujahidin ................ 226
xvi
Tabel 4. 27 Estimasi Anggaran Pengadaan SDM & Infratsruktur SI/TI ............ 227
Tabel 4. 28 Estimasi Anggaran Pengembangan SI Akutansi & Keuangan ........ 229
Tabel 4. 29 Estimasi Anggaran Pengembangan SI Simpan Pinjam.................... 229
Tabel 4. 30 Estimasi Anggaran Pengembangan SI SDM ................................... 230
Tabel 4. 31 Estimasi Anggaran Pengembangan SI Kelayakan Pembiayaan ...... 230
Tabel 4. 32 Estimasi Anggaran Pengembangan SI Pengelolaan Sarana &
Prasarana ............................................................................................................. 231
Tabel 4. 33 Deskripsi Pengadaan Aplikasi SI Usulan......................................... 232
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya. UMKM memiliki peran strategis dalam upaya
memerangi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Dengan meningkatnya
perkembangan UMKM di Indonesia, maka pertumbuhan UMKM dapat dijadikan
sebagai sumber kesempatan kerja. Data Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia menunjukkan perkembangan UMKM meningkat
secara signifikan dari tahun 2012 hingga 2017. Dimana jumlah UMKM pada tahun
2012 terdapat 55.206.444 dan meningkat hingga 62.922.617 pada tahun 2017. Data
tersebut membuktikan bahwa UMKM merupakan pasar yang sangat potensial bagi
industri jasa keuangan untuk menyalurkan pembiayaan. Namum hambatan yang
sering dihadapi oleh UMKM adalah sulitnya akses pendanaan. Menurut laporan
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) (2015) mengungkapkan
bahwa 60-70 persen UMKM belum mendapat akses pembiayaan perbankan,
terutama di daerah terpencil, sehingga sebagian besar pendanaan hanya bersumber
dari investasi pribadi. Pelaku UMKM lebih cenderung memperoleh sumber
pendanaan dari lembaga keuangan yang bersifat non bank, seperti lembaga
keuangan mikro. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa keberadaan
lembaga keuangan mikro sesuai dengan kebutuhan UMKM, yang umunya
membutuhkan pembiayaan sesuai skala dan sifat usaha kecil (Wijono, 2005). Salah
2
satu lembaga keuangan mikro di Indonesia yang sedang berkembang yaitu Baitul
Maal Wa Tamwil (BMT).
BMT merupakan lembaga yang difokuskan kepada usaha-usaha penghimpun
dan penyaluran dana. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi
masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank atau BPR. Prinsip
operasinya didasarkan pada prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah) dan titipan
(wadi’ah) (Huda & Heykal, 2010). Kehadiran BMT di satu sisi menjalankan
ekonomi syariah di sisi lain mengemban tugas ekonomi kerakyatan dengan
meningkatkan ekonomi mikro. Dimana kehadirannya saat ini sejalan dengan
kebutuhan masyarakat kecil untuk menunjang dan mendukung pertumbuhan
ekonomi kerakyatan, terutama masyarakat berpenghasilan rendah yang selama ini
tidak terjangkau oleh layanan perbankan.
Perkembangan teknologi saat ini berkembang semakin pesat, dimana
masyarakat dapat dengan mudah mengakses internet, bukan hanya di perkotaan
saja, melainkan di daerah pedesaan internet dapat diakses dengan mudah.
Berdasarkan hasil survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
mengungkapkan bahwa penetrasi pengguna internet di daerah pedesaan sudah
mencapai 48, 25%. Jika dilihat dari populasi penduduk Indonesia, pertumbuhannya
sudah mencapai 143,26 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak
262 juta orang. Mayoritas pengguna internet adalah penduduk usia produktif yaitu
49,52% usia 19-34 tahun dan 29,55% usia 35-54 tahun, dimana layanan yang
3
diakses sangat beragam mulai dari sosial media, jual beli online, hingga transaksi
perbankan.
Gambar 1. 1 Pertumbuhan Pengguna Internet
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 2017)
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi saat ini dapat
merubah cara berbisnis suatu industri, salah satunya adalah industri keuangan.
Terlebih dengan munculnya istilah SMACIT (social, mobile, analiytics, cloud, dan
internet of things) yang menghadirkan peluang besar bagi perusahaan untuk
menawarkan inovasi yang baru dan menarik, terutama dengan menggabungkan
kompetensi yang ada dengan kemampuan digital saat ini. Seperti layanan transkasi
keuangan di era Internet of thing (IoT) yang bisa dilakukan dari rumah, tempat
kerja, dan lainnya tanpa perlu beranjak dari kursi.
Era perbankan yang dulunya face to face, kini mulai beralih ke Digital
Financial Services (DFS) atau Layanan Keuangan Digital (LKD). Menurut Peake
(2012), Digital Finance Service mengacu pada gabungan penyediaan jasa keuangan
4
dan pembayaran yang diserahkan dan dikelola dengan menggunakan teknologi
mobile atau teknologi web. Transaksi digital sudah sangat berkembang pesat,
contohnya pada industri perbankan Indonesia yang telah mengembangkan berbagai
layanan berbasis digital yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti mobile payment
(m-payment), mobile banking (m-banking), internet banking dan elektronic money
(e-money). Bukan hanya itu, transaksi yang dapat dilakukan secara digital juga
sudah mulai berkembang bukan hanya transfer uang saja, tetapi transaksi
pembayaran seperti pembayaran kartu kredit, token listrik, dll.
Selain digital financial services, munculnya perusahaan-perusahaan
keuangan berbasis teknologi atau Financial Technology (FinTech) memaksa
industri perbankan formal maupun non formal untuk berbenah diri. Konsep
Financial Technology (Fintech) mengadaptasi perkembangan teknologi yang
dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga perbankan, sehingga diharapkan
bisa memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih praktis, aman serta
modern, meliputi layanan keuangan berbasis digital yang saat ini telah berkembang
di Indonesia, seperti payment channel system, digital banking, online digital
insurance, Peer to Peer (P2P) Lending, serta crowd funding (Siregar, 2016).
Dengan kecanggihan teknologi dan inovasi yang tiada henti, fintech dapat
menjangkau nasabah yang selama ini tidak mempunyai akses ke sistem perbankan.
Kemunculan teknologi digital ke dalam dunia perbankan secara tidak
langsung membuat segmen nasabah omni channel menurun secara signifikan
beberapa tahun terakhir, dimana nasabah omni channel telah menjadi inti dari
sebagian besar strategi lembaga perbankan dan mulai tergantikan oleh nasabah
5
omni digital, dimana nasabah lebih menyukai melakukan layanan perbankan hanya
melalui saluran digital. Menurut penelitian CGN Research & Advisory Group yang
menunjukkan bahwa tren untuk segmen nasabah omni digital meningkat secara
substansial dari 27% pada tahun 2017 menjadi 68% pada tahun 2020, yang berarti
lebih dari dua pertiga nasabah akan menjadi nasabah omni digital hanya dalam
waktu tiga tahun, dimana bank maupun lembaga keuangan lainnya harus
menciptakan berbagai macam platform digital yang menawarkan kemudahakan,
aksesibilitas, dan inovatif bagi nasabah untuk mengakses layanan perbankan digital.
Gambar 1. 2 Pertumbuhan Nasabah Digital
(CGN Research & PwC Survey, 2017)
Data diatas diperkuat dengan dukungan survei yang juga dilakukan oleh Mc
Kinsey & Company Singapore yang dirilis pada tahun 2015, dimana nasabah yang
mengakses layanan perbankan menggunakan komputer, tablet ataupun smartphone
meningkat secara dramatis dari tahun 2011 hingga 2014. Di Indonesia sendiri
penetrasinya sudah mencapai 40%, dimana proposi masyarakat Indonesia yang
6
mengakses layanan digital perbankan meningkat hingga tujuh kali lipat. Dapat
disimpulkan dari hasil survei yang dilakukan oleh McKinsey & Company bahwa
separuh dari responden bersedia untuk beralih dan menerapkan digital banking
yang berfokus pada sistem pembayaran seluler (mobile payment system).
(McKinsey&Company, 2015)
Gambar 1. 3 Pertumbuhan Perbankan Digital di Asia Tenggara
(McKinsey&Company, 2015)
Berdasarkan fakta serta perkembangan layanan perbankan digital diatas,
lembaga keuangan harus mulai mempertanyakan bagaimana perkembangan
tersebut akan berdampak pada pengembangan produk, layanan, dll. Tidak dapat
dipungkiri bahwa hal tersebut memaksa BMT untuk memformulasi ulang strategi
yang diterapkan agar tetap dapat bersaing. Salah satunya dengan membuat rencana
strategi digital. Peran strategi digital merupakan salah suatu keharusan yang
7
dimiliki perusahaan untuk dapat menciptakan berbagai alternatif yang dapat
ditempuh ketika gangguan digital saat ini sedang terjadi lebih cepat daripada
sebelumnya. Masih banyak perusahaan yang terjebak dalam proses pengembangan
strategi digital. Bahkan masih banyak perusahaan yang meremehkan
perkembangan digitalisasi saat ini. Hanya 8 persen perusahaan yang mengatakan
bahwa model bisnis mereka saat ini akan tetap ekonomis layak jika perkembangan
digitalisasi kedepannya semakin meningkat. Terdapat beberapa masalah yang
dikhawatirkan oleh perusahaan, sehingga mereka masih dirasa takut gagal dalam
membuat strategi digital, antara lain karena kurangnya pemahaman definisi digital,
kesalahpahaman ekonomi digital, serta mengabaikan ekosistem saat ini (Bughin, et
al, 2018).
Menurut Peppard dan Ward (2016) terdapat beberapa akibat yang muncul jika
suatu perusahaan tidak memiliki strategi digital yang baik, yaitu perusahaan dapat
kehilangan peluang bisnis; aplikasi dan infrastruktur perusahaan tidak mendukung
tujuan bisnis bahkan bisa menjadi kendala dalam pengembangan bisnis; aplikasi
yang kurang terintegrasi dan tidak efektif dalam mengelola informasi sehingga
terjadinya duplikasi data; performa perusahaan tidak meningkat; strategi teknologi
yang tidak koheren; serta kurangnya pemahaman yang sejalan antara pengguna,
senior management, dan para ahli SI/TI. Sehingga dengan menerapkan strategi
digital ke dalam strategi bisnis perusahaan diharapkan dapat mengarahkan kinerja
sistem secara terintegrasi untuk menghasilkan informasi yang dapat dijadikan
sebagai masukan dalam pengambilan keputusan manajemen. Untuk itu BMT Al -
8
Mujahidin perlu memiliki strategi digital yang optimal untuk mendukung rencana
pengembangan bisnis organisasi.
Saat ini BMT Al-Mujahidin telah memanfaatkan SI/TI dalam menjalankan
proses bisnisnya, namun belum sepenuhnya memadai sehingga menyebabkan
informasi terkadang tidak terintegrasi dengan baik yang dapat berpengaruh
terhadap kinerja bisnis BMT. Kurangnya investasi SI/TI tersebut juga membuat
BMT Al-Mujahidin belum memiliki perubahan terhadap pelayanannya di era
digital saat ini. Pengelolaan terhadap keamanan informasi di era internet of things
ini juga masih dirasa kurang maksimal, sehingga resiko hilangnya data atau resiko
lainnya bisa saja terjadi. Permasalahan lainnya yaitu sumber daya manusia (SDM)
yang berkompeten di bidang SI/TI tidak ada, sehingga BMT Al-Mujahidin harus
bekerjasama dengan pihak ketiga (luar) untuk menangani permasalahan terkait
SI/TI yang terjadi di BMT Al-Mujahidin. Dilihat dari pemaparan di atas mengenai
permasalahan di BMT serta perkembangan digital pada layanan perbankan, BMT
Al-Mujahidin dirasa masih harus membenahi sistem dan teknologi informasi untuk
dapat bersaing dengan kompetitor lainnya. Perencanaan strategi digital merupakan
hal yang tepat dilakukan BMT Al-Mujahidin untuk mengidentifikasi
pengembangan SI/TI ke depan yang digambarkan dalam bentuk portfolio SI/TI
yang selaras dengan strategi bisnis BMT AL-Mujahidin, sehingga BMT
kedepannya dapat mengembangkan pelayanan digital bagi nasabah dan
meningkatnya keinginan nasabah dalam melakukan penyimpanan maupun
pembiayaan karena dapat di akses dengan sangat mudah.
9
Dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan pelayanan keuangan secara
digital serta menghasilkan solusi bisnis bagi BMT Al-Mujahidin diperlukan suatu
perencanaan strategi digital. Maka berdasarkan latar belakang yang telah penulis
paparkan diatas, penulis akan melakukan penelitian skripsi dengan judul
“Perencanaan Strategi Digital pada BMT Al -Mujahidin”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
identifikasi permasalahan yang ada pada BMT Al Mujahidin yaitu sebagai berikut:
1. Belum maksimalnya penggunaan teknologi digital yang mengakibatkan
BMT belum memiliki perubahan untuk pengembangan pelayanan
perbankan digital sehingga BMT melewatkan peluang layanan perbankan
digital yang sedang trend saat ini.
2. Kurangnya pengelolaan arsitektur jaringan komputer sehingga ancaman
yang tidak diinginkan bisa saja terjadi dan merugikan pihak BMT Al-
Mujahidin.
3. Sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten di bidang SI/TI tidak
ada, sehingga BMT Al-Mujahidin harus bekerjasama dengan pihak ketiga
(luar) untuk menhangani permasalahan SI/TI yang terjadi di BMT Al-
Mujahidin, akibatnya kurangnya pemahaman yang sejalan antara
pengguna dengan pihak ketiga.
10
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, maka rumusan masalah yang
menjadi pokok pembahasan penelitian ini adalah:
“Bagaimana Perencanaan Strategi Digital pada BMT Al Mujahidin?”
1.4 Batasan Masalah
Agar lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi hanya pada dua jenis batasan
masalah, yaitu:
1. Objek penelitian ini yaitu BMT Al-Mujahidin, perusahaan yang bergerak
dibidang penyimpanan dan penyaluran dana kepada masyarakat. Proses
identifikasi analisis yaitu dengan mengamati struktur organisasi dan
kebutuhan proses bisnis yang sedang berjalan pada BMT Al-Mujahidin.
2. Analisis perencanaan strategi digital pada BMT AL Mujahidin dengan
menggunakan framework Peppard dan Ward (Peppard & Ward, 2016).
3. Hasil yang diperoleh dari analisis Balanced Scorecard, SWOT, analisis
Value Chain, dan analisis CSF yaitu analisis lingkungan bisnis internal.
4. Hasil yang diperoleh dari analisis Porter’s Five Force Competitive,
analisis PESTEL yaitu analisis lingkungan bisnis eksternal.
5. Hasil yang diperoleh dari analisis McFarlan’s Strategic Grid yaitu
analisis lingkungan SI/TI internal.
6. Hasil yang diperoleh dari analisis tren teknologi yang berkembang yaitu
analisis lingkungan SI/TI eksternal.
11
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menghasilkan strategi
digital pada BMT Al Mujahidin dengan menggunakan framework Peppard dan
Ward 2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang sudah disebutkan,
maka manfaat penelitian penulis bagi menjadi tiga manfaat, yaitu:
a. Bagi Penulis
1. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1) Program
Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dapat menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam
mengatasi permasalahan yang ada di lapangan.
3. Memberikan gambaran secara umum tentang sistem informasi yang
diperlukan oleh BMT Al-Mujahidin.
b. Bagi Universitas
1. Mengetahui dan menjadi tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam
menguasai materi pelajaran serta mempraktekkannya selama
memperoleh ilmu di bangku kuliah.
2. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dan
sebagai bahan evaluasi.
12
3. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam
menghadapi dunia kerja.
4. Menjadi salah satu referensi dan dapat dikembangkan lagi bagi
peneliti berikutnya.
c. Bagi Perusahaan
1. Menjadi referensi untuk memandu upaya pemanfaatan dan
pengelolaan digital yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2. Dapat mengoptimalkan manajemen perusahaan guna meningkatkan
daya saing perusahaan.
1.7 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengumpulan
data dan framework analisis perencanaan strategi digital yang dijelaskan sebagai
berikut:
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini, beberapa metode pengumpulan data yang dilakukan antara lain:
1. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi merupakan cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan
alat standar lain untuk keperluan tersebut. (Nazir, 2014).
13
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
antara penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide atau panduan wawancara (Nazir, 2014)
3. Studi Literatur
Metode studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data yang
diperoleh dari artikel, buku, surat kabar, dan lain-lain untuk
menggali teori-teori yang telah berkembang dalam bidang ilmu
terkait, mencari metode-metode serta teknik penelitian baik dalam
mengumpulkan data atau dalam menganalisis data yang digunakan
oleh peneliti-peneliti terdahulu, memperoleh orientasi lebih luas
dalam permasalahan yang dipilih, serta menghindarkan terjadinya
duplikasi-duplikasi yang tidak di inginkan (Nazir, 2014).
1.7.2 Framework Analisis Perencanaan Strategi Digital
Framework analisis perencanaan strategi digital terdiri dari tahapan
masukan, tahapan proses identifikasi strategi dan tahapan keluaran (Peppard
& Ward, 2016). Tahapan masukan terdiri dari:
14
1. Analisis lingkungan bisnis internal
a) Penjabaran visi, misi, dan strategi bisnis perusahaan.
b) Analisis Balanced Scorecard digunakan untuk memetakan
tujuan BMT Al-Mujahidin berdasarkan perspektif financial,
customer, business internal, dan learning & growth yang
disertakan dengan tolak ukur keberhasilan dari setiap tujuan
tersebut.
c) Analisis CSF (Critical Success Factors) digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan
BMT Al-Mujahidin.
d) Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan
(strenghts), kelemahan (weakness), peluang (opportunities),
dan ancaman (threat) yang berkaitan dengan sistem yang
ada di BMT Al-Mujahidin
e) Analisis Value Chain digunakan untuk mendapatkan
gambaran hubungan antara aktifitas-aktifitas dan fungsi-
fungsi yang dilakukan di internal BMT Al-Mujahidin.
2. Analisis lingkungan bisnis eksternal
a) Analisis Porter’s Five Force Competitive digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
persaingan BMT Al-Mujahidin.
15
b) Analisis PESTEL digunakan untuk menganalisis lingkungan
politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan hukum
BMT Al-Mujahidin.
3. Analisis lingkungan SI/TI internal
a) Analisis McFarlan’s Strategic Grid digunakan untuk
memetakan aplikasi SI berdasarkan kontribusinya terhadap
BMT Al-Mujahidin.
b) Gambaran aplikasi yang digunakan BMT Al-Mujahidin.
c) Spesifkasi hardware dan software BMT AL-Mujahidin.
4. Analisis lingkungan SI/TI eksternal
Mencakup tren teknologi dan peluang pemanfaatannya dengan
cara yang lebih efektif dalam penggunaannya, serta penggunaan
SI/TI oleh kompetitor.
Tahapan proses identifikasi strategi mencakup proses identifikasi hasil
analisis lingkungan bisnis internal dan eksternal serta analisis lingkungan
SI/TI internal dan eksternal yang telah dilakukan pada tahap masukan.
Sedangkan tahapan keluaran merupakan bagian yang dilakukan untuk
menghasilkan suatu dokumen perencanaan strategi digital yang isinya terdiri
dari:
16
1. Strategi SI
Mencakup bagaimana setiap unit/fungsi bisnis akan
memanfaatkan SI/TI untuk mencapai sasaran bisnisnya,
portfolio aplikasi dan gambaran arsitektur informasi.
2. Strategi TI
Mencakup bagaimana kebijakan dan strategi bagi pengelolaan
teknologi dan sumber daya manusia SI/TI
3. Strategi manajemen SI/TI
Mencakup elemen-elemen umum yang diterapkan melalui
organisasi, untuk memastikan konsistensi penerapan kebijakan
SI/TI yang dibutuhkan.
Beberapa teknik atau metode analisis yang digunakan dalam
perencanaan strategi digital pada framework ini mencakup analisis Balanced
Scorecard, SWOT, analisis Value Chain, analisis CSF (Critical Success
Factors), analisis Portfolio Mc Farlan Strategic Grid, Porter’s Five Force
Competitive, dan analisis PESTEL.
1.8 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam mengetahui batasan-batasan masalah yang akan
dibahas lebih lanjut, diperlukan sebuah sistematika penulisan. Adapun batasan-
batasan tersebut adalah sebagai berikut:
17
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan penjelasan mengenai latar belakang,
identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan, manfaat, metodologi dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan mengenai landasan teori yang
mendasari konsep-konsep keilmuan yang berhubungan
dengan topik yang dibahas dalam perencanaan strategi
digital pada BMT Al Mujahidin.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah apa saja
yang dilakukan dalam penelitian seperti metode
pengumpulan data dan metode perencanaan strategi digital
pada BMT Al-Mujahidin
BAB IV : PERENCANAAN STRATEGI SI/TI
Pada bab ini dijelaskan mengenai deskripsi perusahaan dan
hasil perencanaan strategi digital pada BMT Al Mujahidin
dengan menggunakan framework Peppard dan Ward.
18
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini dijelaskan kesimpulan dari apa yang sudah
diterangkan pada bab sebelumnya dan juga berisi saran-
saran yang bermanfaat.
1
19
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Strategi Digital
2.1.1 Pengertian Strategi
Menurut (Jatmiko, 2003), strategi dideskripsikan sebagai suatu cara
dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-
peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta
sumber daya dan kemampuan internal organisasi. Berdasarkan pada definisi
tersebut, terdapat tiga faktor yang mempunyai pengaruh penting pada
strategi, yaitu lingkungan eksternal, sumber daya dan kemampuan internal,
serta tujuan yang akan dicapai. Pada intinya suatu strategi organisasi
memberikan dasar-dasar pemahaman tentang bagaimana organisasi itu akan
bersaing dan bertahan.
Menurut Marrus (Umar, 2001), strategi merupakan suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi merupakan sekumpulan rencana
yang harus dilakukan untuk mencapai objective dari perusahaan. Untuk
dapat menentukan strategi apa yang seharusnya diterapkan, perusahaan
terlebih dahulu harus melakukan assessment terhadap posisi perusahaan saat
ini, posisi kompetitif perusahaan dalam market dan segmentasi dari pasar.
20
Dengan melakukan analisis awal diharapkan dapat dihasilkan strategi yang
sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini. Dengan strategi suatu perusahaan
dapat mengalokasikan sumber daya untuk menambah kekuatan (strength)
dan meminimalkan kelemahan (weakness) untuk menghadapi perubahan
yang diproyeksikan oleh kompetitornya.
Dalam buku Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis,
Rangkuti (2013) mengutip pendapat dari beberapa ahli mengenai strategi,
diantaranya:
1. Menurut Chandler, strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka
panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber.
2. Menurut Learned, Christensen, Andrews, dan Miner, strategi
merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing.
Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan
apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak.
3. Menurut Argyris, Mintzberg, Steiner dan Miner, strategi
merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan
kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.
4. Menurut Porter, strategi adalah alat yang sangat penting untuk
mencapai keunggulan bersaing.
5. Menurut Andrews, Chaffe, strategi adalah kekuatan motivasi
untuk stakeholders, debtholders, manager, karyawan,
21
konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik
secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan
atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang
dilakukan oleh perusahan.
6. Menurut Hamel dan Prahalad, strategi merupakan tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa
yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola
konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).
Perusahaan perlu mencapai kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi
adalah alat untuk mencapai tujuan atau keunggulan bersaing dengan melihat
faktor eksternal dan internal perusahaan. Perusahaan melakukan tindakan
yang dapat menjadikan keuntungan baik untuk perusahaan maupun pihak
lain yang berada dibawah naungan perusahaan.
Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep lain-
lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun.
Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:
22
1. Distinctive Competence
Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat
melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan
pesaingnya.
2. Competitive Advantage
Kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar
lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
2.1.2 Tipe-Tipe Strategi
Menurut Rangkuti (2013), pada prinsipnya strategi dapat
dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu:
1. Strategi Managemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara
makro. Misalnya, strategi pengembangan produk, strategi
penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar,
strategi mengenai keuangan dan sebagainya.
2. Strategi Investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada
investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan
strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan
penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan
kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi dan sebagainya.
23
3. Strategi Bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara
fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi
kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi
produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi,
dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.
2.1.3 Fungsi Strategi
Menurut Assauri (2013) fungsi dari strategi pada dasarnya adalah
berupaya agar strategi yang disusun dapat diimplementasikan secara efektif.
Fungsi strategi adalah sebagai berikut:
1. Mengkomunikasikan suatu maksud (visi) yang ingin dicapai
kepada orang lain.
2. Menghubungkan atau mengaitkan kekuatan atau keunggulan
organisasi dengan peluang dari lingkungannya.
3. Memanfaatkan atau mengeksploitasi keberhasilan dan
kesuksesan yang dapat sekarang atau sekaligus menyelidiki
adanya peluang-peluang baru.
4. Menghasilkan dan membangkitkan lebih banyak sumber daya
yang lebih banyak dari yang digunakan sekarang.
5. Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan atau aktivitas
organisasi kedepan.
6. Menanggapi serta bereaksi atau kegiatan aktivitas kedepan.
24
2.1.4 Pengertian Digital
Digital atau digitalisasi merupakan istilah yang sering digunakan
untuk menggambarkan teknologi digital terutama dengan kemunculan
jaringan internet saat ini. Menurut Deegan (2002), digitalisasi merupakan
proses konversi dari segala bentuk fisik atau analog ke dalam bentuk digital.
Perubahan bentuk fisik ke dalam bentuk digital tersebut disebabkan karena
adanya pergeseran budaya dalam penyampaian informasi.
Sedangkan menurut Feather (1996) mendefinisikan digitalisasi
sebagai transkip data ke dalam bentuk digital sehingga dapat diproses secara
langsung dengan menggunakan komputer. Dengan kemajuan teknologi saat
ini memaksa seluruh industri untuk beralih menggunakan teknologi digital
dalam kegiatan bisnisnya.
Saat ini istilah digital mulai berkembang di dunia bisnis, dimana
perusahaan menciptakan nilai baru pada model bisnisnya, pengalaman
pelanggan serta kemampuan internal yang mendukung operasional
perusahaan dengan menggunakan teknologi. Sebagian besar bisnis digital
fokus pada penciptaan nilai baru untuk bisnis inti atau menggunakan
teknologi digital untuk mendorong pertumbuhan, pendapatan, dan kinerja
yang memuaskan. Menurut Peppard dan Ward dalam bukunya yang
berjudul The Strategic Management Of Information Systems “Building A
Digital Strategy” menyampaikan bahwa digital merupakan label baru yang
muncul yang mencakup dimensi sistem dan teknologi informasi (SI/TI)
25
(Peppard & Ward, 2016). Pembahasan mengenai sistem dan teknologi
informasi peneliti jabarkan pada subbab selanjutnya.
2.2 Konsep Dasar Sistem
2.2.1 Pengertian Sistem
Secara umum, sistem adalah suatu rangkaian yang terdiri dari dua
atau lebih komponen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan dimana sistem biasanya terbagi dalam
subsistem yang lebih kecil untuk mendukung sistem yang lebih besar
(Romney & Steinbart, 2015).
Sedangkan menurut Sutabri (2012), pada dasarnya sistem
merupakan sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang
lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa pengertian sistem diatas, dapat disimpulkan bahwa
sistem adalah seperangkat elemen yang saling berhubungan dan saling
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2.2 Karakteristik Sistem
Menurut Sutabri (2012), dalam bukunya Analisis Sistem Informasi,
karakteristik sistem antara lain:
1. Komponen Sistem (Components)
Suatu sistem terdiri dari beberapa komponen yang saling
berinteraksi dan bekerjasama untuk membentuk satu kesatuan.
26
Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu
subsistem, dimana setiap subsistem memiliki sifat-sifat yang
menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses
sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai
sistem yang lebih besar yang disebut dengan supra sistem.
2. Batasan Sistem (Boundary)
Batas sistem merupakan pembatas atau pemisah antara suatu
sistem dengan yang lainnya atau dengan lingkungan luar.
Batasan sistem ini memungkinkan sistem dipandang sebagai
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
3. Lingkungan Luar (Environment)
Lingkungan luar adalah apa pun di luar batas sistem yang dapat
mempengaruhi operasi sistem, baik pengaruh yang
menguntungkan ataupun yang merugikan. Pengaruh yang
menguntungkan ini tentunya harus dijaga sehingga akan
mendukung kelangsungan operasi sebuah sistem. Sedangkan
lingkungan yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan
agar tidak mengganggu kelangsungan sebuah sistem.
4. Penghubung Sistem (Interface)
Penghubung (interface) merupakan media penghubung antara
satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Penghubung
inilah yang akan menjadi media yang digunakan data dari
masukan (input) hingga keluaran (output). Dengan adanya
27
penghubung, suatu subsistem dapat berinteraksi dan
berintegrasi dengan subsistem yang lain membentuk satu
kesatuan.
5. Masukan Sistem (Input)
Masukan sistem merupakan energi yang dimasukan kedalam
sistem yang berupa masukan pemeliharaan (maintenance input),
yaitu bahan yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat
beroperasi dan masukan sinyal (signal input), yaitu masukan
yang diproses untuk mendapatkan keluaran.
6. Pengolahan Sistem (Process)
Pengolahan (process) merupakan bagian yang merupakan yang
melakukan perubahan dari masukan untuk menjadi keluaran
yang diinginkan.
7. Sasaran Sistem (Objective)
Suatu sistem pasti memiliki sasaran (objective) atau tujuan
(goal) yang bersifat deterministik. Apabila sistem tidak
mempunya sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada
gunanya. Tujuan inilah yang mengarahkan suatu sistem. Tanpa
adanya tujuan, sistem menjadi tidak terarah dan terkendali.
8. Keluaran (Output)
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Keluaran
dapat berupa informasi sebagai masukan pada sistem lain atau
hanya sebagai sisa pembuangan.
28
2.2.3 Klasifikasi Sistem
Menurut Sutabri (2012), sistem dapat diklasifikasikan dalam
berbagai sudut pandang, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sistem abstrak (abstrak system) dan sistem fisik (physical
system)
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-
ide yang tidak tampak secara fisik, misalnya: sistem teologia,
yaitu sistem yang berupa pemikiran-pemikiran hubungan antara
manusia dan Tuhan, sedangkan sistem fisik merupakan sistem
yang ada secara fisik, misalnya sistem komputer, sistem
akuntasi, dll.
2. Sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia
(human made system)
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam,
tidak dibuat oleh manusia, misalnya: perputaran bumi
mengelilingi matahari, sedangkan sistem buatan manusia adalah
sistem yang melibatkan manusia dengan mesin disebut human
machine system, misalnya: sistem informasi.
3. Sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tak tertentu
(probabilistic system)
Sistem tertentu adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah
laku yang sudah dapat diprediksi secara cepat dan interaksi
diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti,
29
misalnya: sistem komputer, sedangkan sistem tak tentu adalah
sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi,
karena mengandung unsur probabilitas.
4. Sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open
system)
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan
tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini juga
bekerja secara otomatis tanpa adanya campur tangan pihak luar.
Dalam kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar
tertutup, yang ada hanyalah sistem yang relatif tertutup. Sistem
relatif tertutup biasanya mempunyai masukan dan keluaran
yang tertentu serta tidak terpengaruh oleh keadaan di luar
sistem. Sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang
berhubungan dan dapat terpengaruh dengan lingkungan luarnya.
Sistem terbuka menerima input dari subsistem lain dan
menghasilkan output untuk subsistem lain. Sistem ini mampu
beradaptasi dan memiliki sistem pengendalian yang baik karena
lingkungan luar yang bersifat dapat mengganggu jalannya
proses di dalam sistem.
2.2.4 Daur Hidup Sistem
Menurut Sutabri (2012) siklus hidup sistem merupakan proses
evolusioner yang diikuti dalam penerapan sistem maupun subsistem
informasi berbasis komputer. Siklus hidup sistem juga biasa disebut sebagai
30
pendekatan air terjun (waterfall approach) bagi pengembangan dan
pembangunan sistem. Berikut beberapa tahapan daur hidup sistem.
1. Mengenali adanya kebutuhan
Suatu kebutuhan akan timbul sebelum segala sesuatu terjadi,
dimana kebutuhan dapat terjadi sebagai hasil perkembangan
organisasi. Tanpa adanya kejelasan mengenai kebutuhan yang
ada, pembangun sistem akan kehilangan arah dan efektivitasnya.
2. Pembangunan sistem
Dalam membangun sebuah sistem tentunya harus mengikuti
semua prosedur untuk menganalisis kebutuhan yang telah
diidentifikasi agar hasil dari pembangun sistem sesuai target dan
keinginannya.
3. Pemasangan Sistem
Setelah tahap pembangunan sistem, maka tahap selanjutnya
adalah pemasangan sistem. Pemasangan sistem merupakan
tahap yang penting dalam daur hidup sistem, dimana peralihan
dari tahap pembangunan menuju tahap operasional adalah
pemasangan sistem.
4. Pengoperasian Sistem
Program komputer maupun prosedur pengopersian yang
membentuk suatu sistem seluruhnya bersifat statis, sedangkan
organisasi yang ditunjang oleh sistem informasi selalu
mengalami perubahan karena pertumbuhan kegiatan, perubahan
31
peraturan maupun kebijakan, ataupun kemajuan teknologi.
Untuk mengatasi perubahan-perubahan tersebut maka sistem
harus diperbaiki atau diperbaharui.
5. Sistem menjadi usang
Perubahan yang terjadi dalam sebuah organisasi terkadang tidak
dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan sistem yang
sedang berjalan. Ada saatnya dimana secara ekonomis dan
teknik, sistem yang sudah tidak layak untuk dioperasikan
sebaiknya dihentikan pemakaiannya dan perlu dibangun sistem
baru untuk menggantikannya.
2.3 Konsep Dasar Teknologi
2.3.1 Pengertian Teknologi
Menurut Rusman (2012), dalam bukunya yang berjudul
Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, kata teknologi berasal
dari bahasa Yunani, techne yang berarti ‘keahlian’ dan logia yang berarti
‘pengetahuan’, sehingga dapat diartikan bahwa teknologi selalu mengacu
pada obyek benda yang digunakan untuk memudahkan aktivitas manusia,
seperti mesi, perkakas, atau perangkat keras. Sedangkan teknologi secara
harfiah berasal dari bahasa latin, texere yang berarti menyusun atau
membangun, sehingga istilah teknologi seharusnya tidak terbatas pada
penggunaan mesin saja.
32
Seiring dengan perkembangan zaman, pengertian teknologi menjadi
semakin meluas, sehingga saat ini teknologi merupakan sebuah konsep yang
berkaitan dengan penggunaan dan pengetahuan tentang alat dan keahlian,
serta bagaimana teknologi dapat memberi pengaruh pada kemampuan
manusia untuk mengendalikan dan mengubah sesuatu yang ada
disekitarnya. Dapat disimpulkan bahwa teknologi merupakan bantuan
tangan manusia untuk dapat memanfaatkan alam dan sesuatu yang ada
disekelilingnya secara lebih maksimal yang bertujuan untuk mempermudah
kebutuhan manusia saat ini.
2.4 Konsep Dasar Informasi
2.4.1 Pengertian Informasi
Secara umum informasi adalah data yang telah dikelola dan diproses
untuk memberikan arti dan memperbaiki proses pengambilan keputusan
(Rommey dan Steinbart, 2015).
Menurut Sutabri (2012), informasi merupakan data telah diolah yang
digunakan untuk aktifitas pengambilan keputusan. Sistem akan mengolah
informasi dari bentuk tak berguna menjadi berguna bagi yang menerimanya.
Sedangkan Gaol (2008), informasi adalah semua keterangan yang
bermanfaat untuk para pengambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang sudah diterapkan sebelumnya.
33
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi
adalah data yang diproses menjadi suatu bentuk yang lebih bermanfaat dan
berarti bagi yang menerimanya dalam aktivitas pengambilan keputusan.
2.4.2 Nilai Informasi
Menurut Sutabri (2012), nilai suatu informasi dapat ditentukan dari
dua hal, yaitu manfaat dan biaya. Suatu informasi dapat dikatakan bernilai
jika memiliki manfaat yang diperoleh lebih berharga dibanding biaya untuk
mendapatkannya. Nilai informasi didasarkan atas 10 sifat, antara lain:
1. Mudah diperoleh
Sifat mudah diperoleh ini menunjukkan kemudahan dan
kecepatan dalam memperoleh informasi.
2. Luas dan Lengkap
Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila
mempunya lingkup/cakupan yang luas dan lengkap. Informasi
sepotong dan tidak lengkap menjadi tidak bernilai, karena tidak
dapat digunakan secara baik.
3. Ketelitian
Sifat ketelitian berhubungan dengan tingkat kebebasan dari
kesalahan keluaran informasi. Pada umumnya jika pada volume
data yang besar biasanya terdapat dua jenis kesalahan umum,
yaitu kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
34
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukkan seberapa baik keluaran dari informasi
dalam hubungannya dengan kebutuhan pemakai. Tentunya isi
informasi harus berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapi.
5. Ketepatan waktu
Sifat ini selalu berhubungan dengan waktu, dimana waktu yang
lebih pendek sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi.
Dalam beberapa hal, ketepatan waktu dapat diukur dan
diperkirakan, seperti berapa banyak penjualan dapat
ditingkatkan dengan menanggapi permintaan pelanggan
mengenai ketersediaan barang.
6. Kejelasan (clarity)
Sifat ini menunjukkan tingkat kejelasan dari sebuah informasi.
Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format
informasi. Informasi juga diharapkan terbebas dari istilah-istilah
yang tidak jelas sehingga dapat dibaca dan dipahami dengan
lebih mudah.
7. Keluwesan
Sifat keluwesan berhubungan dengan apakah informasi dapat
digunakan untuk membuat lebih dari satu keputusan dan apakah
informasi dapat digunakan untuk lebih dari seorang pengambil
35
keputusan. Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki
fleksibilitas yang tinggi.
8. Dapat dibuktikan
Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut
dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi
bergantung pada validitas data sumber yang diolah.
9. Tidak ada prasangka
Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut
tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan
informasi.
10. Dapat diukur
Sifat ini menunjukkan hakikat informasi yang dihasilkan oleh
sistem informasi formal. Pengukuran informasi pada umumnya
dimaksudkan untuk mengukur dan melacak kembali validitas
dan sumber yang digunakan.
2.4.3 Karakteristik Informasi
Menurut Gelinas, Dull, & Wheeler (2012), ada beberapa
karakteristik informasi yang berkualitas, antara lain:
1. Efektivitas (Effectiveness)
Berkaitan dengan informasi yang relevan dan berkaitan dengan
proses bisnis yang disampaikan dengan tepat waktu, benar,
konsisten dan dapat digunakan.
36
2. Efisiensi (Efficiency)
Informasi yang berkaitan melalui penyediaan informasi secara
optimal terhadap penggunaan sumber daya.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Karakteristik informasi yang berkaitan dengan keakuratan dan
kelengkapan informasi serta validitasnya sesuai dengan nilai-
nilai bisnis dan harapan.
4. Integritas (Integrity)
Karakteristik informasi yang berkaitan dengan perlindungan
terhadap informasi yang sensitif dari pengungkapan yang tidak
sah.
5. Ketersediaan (Availability)
Suatu karakteristik informasi yang berkaitan dengan informasi
yang tersedia pada saat diperlukan oleh proses bisnis baik
sekarang, maupun di masa yang akan mendatang, hal ini juga
menyangkut perlindungan sumber daya yang diperlukan dan
kemampuan yang terkait.
6. Pemenuhan (Compliance)
Karakteristik informasi yang berkaitan dengan mematuhi
peraturan dan perjanjian kontrak dimana proses bisnis
merupakan subjeknya berupa kriteria bisnis secara internal
maupun eksternal.
37
7. Keandalan (Reliability)
Karakteristik informasi yang berkaitan dengan penyediaan
informasi yang tepat bagi manajemen untuk mengoperasikan
entitas dan menjalankan tanggung jawab serta tata kelola
pemerintah.
2.5 Konsep Dasar Sistem Informasi
2.5.1 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Sutabri (2012), sistem informasi adalah suatu sistem di
dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan
transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi untuk dapat
menyediakan laporan-laporan yang diperlukan oleh pihak luar tertentu.
Menurut Gelinas, Dull, & Wheeler (2012), sistem informasi
merupakan sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari
sekumpulan komponen berbasis komputer yang saling terintegrasi dan
komponen manual yang ditetapkan untuk mengumpulkan, menyimpan,
mengelola data, serta menyediakan keluaran informasi kepada user.
Sedangkan menurut Waspodo (2008), sistem informasi adalah suatu
sistem yang terdiri atas beberapa komponen utama yang saling bekerja sama
atau berkaitan atau berhubungan satu dengan yang lainnya, yaitu manusia,
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber data, dalam proses
kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menganalisis data, dan
menyebarkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
38
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem
informasi adalah suatu komponen yang saling berhubungan dengan proses
penciptaan aliran informasi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan,
dan menyebarkan informasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah
ditetapkan.
2.5.2 Komponen Dasar Sistem Informasi
Menurut Sutabri (2012) dalam bukunya yang berjudul Konsep
Sistem Informasi mengemukakan bahwa sistem informasi terdiri dari
komponen-komponen yang disebut dengan istilah building block yaitu blok
masukan, blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data, dan
blok kendali. Adapun paparan keenam blok tersebut antara lain:
1. Blok masukan (input block)
Input mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi.
Input disini termasuk metode-metode dan media untuk
menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa
dokumen-dokumen dasar.
2. Blok model (model block)
Blok model ini terdiri dari kombinasi prosedur logika dan model
matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang
tersimpan didasar data dengan cara yang sudah tertentu untuk
menghasilkan keluaran yang diinginkan.
39
3. Blok keluaran (output block)
Prosedur dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan
informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna
untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
4. Blok teknologi (technology block)
Teknologi merupakan “kotak alat” (toolbox) dari pekerjaan
sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input,
menjalankan model, menyimpan dan mengakses data,
menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu
pengendalian dari sistem keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3
bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware),
perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
5. Blok basis data (database block)
Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya tersimpan
diperangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak
untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis
data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di
dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya
informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data
yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas
penyimpanannya. Basis data diakses untuk dimanipulasi dengan
40
menggunakan perangkat yang disebut dengan DBMS (Data
Base Management System).
6. Blok kendali (control block)
Supaya sistem informasi dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan, maka perlu diterapkan pengendalian-pengendalian
di dalamnya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan
diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat
merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjut terjadi
kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
2.6 Konsep Dasar Teknologi Informasi
2.6.1 Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Rerung (2018), teknologi informasi adalah pemakaian
perangkat elektronik terutama komputer untuk memasukkan, memproses,
menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan atau menyebarkan
informasi. Sedangkan menurut Kadir & Triwahyuni (2013), teknologi
informasi merupakan studi penggunaan peralatan elektronika, terutama
komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi
apa saja, termasuk kata-kata, bilangan dan gambar.
Lain halnya dengan Darmawan (2012) yang mendefinisikan
teknologi informasi sebagai hasil rekayasa manusia terhadap proses
penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga lebih cepat,
lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.
41
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi
informasi merupakan teknologi yang digunakan untuk mengolah data
termasuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa
saja dengan menggunakan perangkat elektronika, sehingga informasi
tersbeut dapat digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan
dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
2.6.2 Peranan dan Pentingnya Teknologi Informasi
Peranan teknologi informasi saat ini begitu besar bagi aktivitas
manusia. Kadir & Triwahyuni (2013) mengemukakan bahwa peranan
teknologi informasi adalah sebagai berikut:
1. Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam hal
ini teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas
atau proses.
2. Teknologi informasi memperkuat peran manusia, yakni dengan
menyajikan informasi terhadap suatu tugas atau proses.
3. Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap
peran manusia. Dalam hal ini, teknologi berperan dalam
melakuka perubahan-perubahan terhadap sekumpulan tugas atau
proses.
Sedangkan Sutarman (2009) mengungkapkan alasan mengapa
penerapan maupun pengelolaan teknologi informasi menjadi salah satu
bagian penting adalah:
42
1. Meningkatnya kompleksitas dari tugas manajemen.
2. Pengaruh ekonomi internasional (globalisasi).
3. Perlunya waktu tanggap (response time) yang lebih cepat.
4. Tekanan akibat dari persaingan bisnis.
2.6.3 Komponen Teknologi Informasi
Menurut Sutarman (2009), komponen teknologi informasi adalah
sebagai berikut :
1. Hardware (perangkat keras)
Hardware merupakan sekumpulan peralatan seperti processor,
monitor, keyboard, dan printer yang menerima data dan
informasi, memproses data tersebut dan menampilkan data
tersebut.
2. Software (perangkat lunak)
Software merupakan sekumpulan program-program komputer
yang memungkinkan hardware memproses data.
3. Database (fasilitas jaringan dan komunikasi)
Database merupakan sekumpulan file yang saling berhubungan
dan terorganisasi atau kumpulan record-record yang
menyimpan data dan hubungan diantaranya.
43
4. Network (basis data)
Network merupakan sebuah sistem yang terhubung yang
menunjang adanya pemakaian bersama sumber diantara
komputer-komputer yang berbeda.
5. People
People merupakan elemen yang paling penting dalam teknologi
informasi, termasuk orang-orang yang bekerja menggunakan
outputnya.
2.6.4 Tujuan dan Fungsi Teknologi Informasi
Menurut Sutarman (2009), tujuan dari teknologi informasi adalah:
1. Untuk memecahkan masalah
2. Untuk membuka kreativitas
3. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan
pekerjaan
Sedangkan fungsi teknologi informasi menurut Sutarman (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Menangkap (capture)
Yaitu suatu proses penangkapan data yang akan menjadi data
masukan.
44
2. Mengolah (processing)
a. Mengkomplikasikan catatan rinci dan aktivitas, misalnya
menerima input dari keyboard, scanner, mic, dan
sebagainya.
b. Mengolah/memproses data masukan yang diterima untuk
menjadi informasi. Pengolahan/pemrosesan data dapat
berupa konversi (perubahan data ke bentuk lain), analisis
(analisis kondisi), perhitungan (kalkulasi), intesis
(penggabungan) segala data dan informasi.
Data processing, memproses dan mengolah data
menjadi suatu informasi
Information processing, suatu aktivitas komputer yang
memproses dan mengolah suatu tipe/bentuk dari
informasi dan mengubahnya menjadi tipe/bentuk yang
lain dari informasi.
Multimedia system, suatu sistem komputer yang dapat
memproses berbagai tipe/bentuk dari informasi secara
bersamaan (simultan).
3. Menghasilkan (generating)
Menghasilkan atau mengorganisasikan informasi ke dalam
bentuk yang berguna. Misalnya laporan, tabel, grafik, dan
sebagainya.
45
4. Menyimpan (storage)
Menyimpak data dan informasi dalam suatu media yang dapat
digunakan untuk keperluan lainnya.
5. Mencari kembali (retrival)
Menelusuri, mendapatkan kemali informasi atau menyalin
(copy) data dan informasi yang sudah tersimpan.
6. Transmisi (trasmission)
Mengirim data dan informasi dari suatu lokasi ke lokasi lain
melalui jaringan komputer.
2.6.5 Keuntungan Penerapan Teknologi Informasi
Menurut Sutarman (2009), keuntungan dari penerapan teknologi
informasi adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan (speed)
Komputer dapat mengerjakan sesuatu perhitungan yang
kompleks dalam hitungan detik, sangat cepat, jauh lebih cepat
dari yang dapat dikerjakan oleh manusia.
2. Konsistensi (consistency)
Hasil pengolahan lebih konsistem tidak berubah-ubah karena
formatnya (bentuknya) sudah standar, walaupun dilakukan
berulang kali, sedangkan mannusia sulit menghasilkan yang
persis sama.
46
3. Ketepatan (precision)
Komputer tidak hanya cepat, tetapi juga lebih akurat dan tepat
(presisi). Komputer dapat mendeteksi suatu perbedaan yang
sangat kecil, yang tidak dapat dilihat dengan kemampuan
manusia, dan juga dapat melakukan perhitungan yang sulit.
4. Keandalan (realibility)
Apa yang dihasilkan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan
dilakukan oleh manusia. Kesalahan yang terjadi lebih kecil
kemungkinannya jika menggunakan komputer.
2.7 Konsep Dasar Perencanaan Strategi Digital
2.7.1 Strategi Digital (SI/TI)
Strategi digital mengubah pengertian mengenai teknologi informasi.
Perubahan digital pada produk dan layanan mengubah model bisnis,
struktur organisasi, dan seluruh industri secara signifikan. Teknologi
terintegrasi dengan layanan bisnis dan produk untuk meningkatkan daya
saing perusahaan (Kahre & Hoffman, 2017).
Sedangkan menurut Peppard & Ward (2016), Strategi digital
merupakan kombinasi strategi SI dan strategi TI. Dimana dalam
membangun strategi digital sangat penting untuk memahami bagaimana SI
akan dimanfaatkan dan digunakan serta kemampuan TI yang akan
mendukung kebutuhan SI tersebut. Menurut Bharadwaj et al (2013) strategi
47
digital adalah suatu rumusan strategi organisasi dan dilaksanakan dengan
memanfaatkan sumber daya digital untuk menciptakan nilai yang berbeda.
Dari pemaparan definisi strategi digital, maka dapat disimpulkan
pengertian strategi digital adalah strategi yang mencakup strategi SI dan
strategi TI yang dapat membantu perubahan digital pada produk dan
layanan dengan mengubah bisnis model, struktur organisasi dan seluruh
industri untuk meningkatkan keuntungan dan menciptakan nilai yang
berbeda dengan memanfaatkan sistem informasi dan teknologi informasi.
2.7.2 Strategi Bisnis
Strategi bisnis merupakan suatu rencana yang diartikulasikan
dengan baik dimana bisnis berusaha untuk pergi dan bagaimana mereka
mengharapkan untuk mencapai tujuan tersebut (Pearlson dan Saunders,
2009).
Sedangkan menurut Peppard dan Ward (2016), strategi bisnis adalah
sekumpulan tindakan terintegrasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan
jangka panjang dan kekuatan perusahaan untuk menghadapi kompetitor.
Strategi bisnis dikatakan mempunyai kekuatan jika dapat menghasilkan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif, sebaliknya strategi bisnis
dikatakan lemah jika menghasilkan ketidakunggulan kompetitif (Jogiyanto,
2005).
Lain halnya dengan Qomariyah (2004) yang mendefinisikan strategi
bisnis adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam usaha
dagang, usaha komersial di dunia perdagangan atau bidang usaha yang
48
meliputi aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang
diinginkan oleh konsumen guna memperoleh profit.
Dari beberapa pemaparan definisi strategi bisnis, maka dapat
disimpulkan bahwa strategi bisnis adalah cara untuk mencapai tujuan jangka
panjang dan kekuatan dalam menghadapi kompetitor dalam bidang usaha
yang meliputi aktivitas produksi penjualan barang maupun jasa guna
memperoleh profit.
2.7.3 Perencanaan Strategi Digital
Perencanaan strategi digital adalah konsep yang muncul karena
persimpangan antara sistem informasi dan strategi manajemen. Strategi
digital menggambarkan perpaduan strategi bisnis dengan TI dan
penggabungan teknologi digital dalam strategi bisnis, dengan strategi digital
perbedaan tingkatan peran antara strategi TI dengan strategi bisnis akan
hilang karena pendekatan keduanya, sehingga dengan memanfaatkan
internal IT untuk menciptakan persaingan (Holotiuk & Beimborn, 2017).
Lain halnya dengan Boyton dan Zmud yang mendefinisikan
perencanaan strategi digital sebagai kegiatan yang diarahkan untuk
mengenali peluang perusahaan untuk menggunakan teknologi informasi;
menentukan sumber daya manusia untuk memanfaatkan peluang tersebut;
dan mengembangkan strategi untuk mewujudkan peluang dan memenuhi
kebutuhan sumber daya manusia. Sedangkan menurut Earl, perencanaan
strategi digital adalah rencana yang terarah untuk menentukan apa yang
harus dilakukan dengan teknologi informasi, terutama yang berkaitan
49
dengan menyelaraskan sistem informasi dengan kebutuhan bisnis dan
mencari keuntungan dari teknologi informasi (Peppard dan Ward, 2016).
Perencanaan strategi digital mencakup sistem informasi, teknologi
informasi serta jaringan internet. Dimana sistem informasi harus fokus pada
suatu kebutuhan perusahaan, teknologi informasi fokus pada teknologi yang
dapat membantu perusahaan untuk membuat aplikasi tersebut berjalan
dengan baik agar dapat meningkatkan daya saing serta memunculkan suatu
inovasi pada perusahaan, sedangkan jaringan internet mendukung
berjalannya sistem dan teknologi informasi tersebut. Gambar 2.1
mengilustrasikan kombinasi antara strategi SI dan strategi TI yang
menghasilkan strategi digital, dimana dalam membangun strategi digital
perlu diperhatikan bagaimana memahami SI yang akan dimanfaatkan dan
digunakan serta kemampuan TI yang akan dibutuhkan (Peppard dan Ward,
2016).
Gambar 2. 1 Ilustrasi Strategi Digital
50
Berdasarkan pengertian perencanaan strategi digital yang telah
dipaparkan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
perencanaan strategi digital adalah suatu rencana jangka panjang yang
terarah serta proses analisis yang menyeluruh dan sistematis untuk melihat
peluang dalam pemanfaatan teknologi informasi yang bertujuan untuk
menyelaraskan sistem informasi dengan kebutuhan bisnis dengan dukungan
jaringan internet yang baik sehingga perusahaan dapat meningkatkan
keunggulan dalam bersaing.
2.8 Hubungan Strategi Digital (SI/TI) dan Strategi Bisnis
Earl (Peppard dan Ward, 2016) membedakan antara strategi SI dan strategi
TI. Strategi SI menekankan pada penentuan sistem informasi yang dibutuhkan
organisasi. Sedangkan strategi TI lebih menekankan pada pemilihan teknologi,
inrastruktur dan kehalian khusus. Earl juga berargumen bahwa cara yang paling
efektif untuk meraih manfaat strategi SI/TI yaitu dengan menekankan pada
pemikiran ulang bisnis dengan menganalisa masalah bisnis saat ini serta perubahan
lingkungan yang terjadi.
Untuk menentukan strategi digital yang dapat mendukung pencapaian visi
dan misi organisasi, maka perlu pemahaman tentang strategi bisnis organisasi.
Gambar 2.2 mengilustrasikan hubungan strategi bisnis, strategi SI dan strategi TI.
Dimana esensi dari strategi bisnis yaitu mendefiniskan bagaimana suatu bisnis
dijalankan dan apa alasannya. Sedangkan strategi SI menentukan apa yang
dibutuhkan oleh aplikasi SI untuk mendukung proses eksekusi. Sedangkan strategi
TI menentukan bagaimana semua yang dibutuhkan perusahaan dapat disampaikan
51
dengan penggunaan teknologi. Jadi dalam membangun suatu strategi SI/TI, yang
menjadi isu sentral adalah penyelarasan (alignment) strategi SI/TI dengan strategi
bisnis organisasi (Peppard dan Ward, 2016).
(Peppard dan Ward, 2016)
2.9 Perlunya Perencanan Strategi Digital
Menurut Peppard dan Ward (2016), terdapat beberapa masalah yang
disebabkan suatu perusahaan tidak memiliki strategi sistem informasi dan teknologi
informasi (strategi digital), antara lain:
1. Investasi pada SI/TI (Digital) tidak mendukung sasaran bisnis.
2. Tidak terkontrolnya SI/TI (Digital) yang ada.
3. Sistem yang tidak terintegrasi, sehingga memungkinkan terjadinya
duplikasi data dan hilangnya keterkaitan sumber daya informasi.
Gambar 2. 2 Hubungan Antara Strategi SI, Strategi TI, dan Strategi Bisnis
52
4. Perusahaan tidak memiliki panduan untuk menentukan prioritas proyek
SI/TI (Digital) dan selalu terjadi perubahan sehingga menurunkan
produktivitas.
5. Tidak ada mekanisme untuk memutusukan level sumber daya manusia.
6. Manajemen yang buruk dan tidak akurat.
7. Adanya kesalahpahaman antara pengguna dan ahli TI.
8. Strategi teknologi yang tidak koheren.
9. Strategi SI/TI (Digital) tidak sejalan dengan strategi bisnis perusahaan.
10. Proyek SI/TI (Digital) hanya dievaluasi pada basis keuangan semata.
2.10 Konteks Strategi Digital Dalam Organisasi
Suatu organisasi perlu memahami konteks strategi yang sedang
dikembangkan sebelum memulai mengembangkan strategi digital (SI/TI). Dalam
hal ini, ada dua perspektif yang menjadi sorotan, yang pertama adalah perspektif
internal dengan fokus pada peran SI/TI dalam suatu organisasi, yang kedua adalah
perspektif eksternal yang menggali secara keseluruhan dinamika SI/TI.
Perkembangan yang dinamis, menyebabkan pengembangan strategi bisnis dan
SI/TI menjadi kompleks. Untuk konteks internal, bentuk matriks dua sumbu yaitu
infusi (infusion) dan difusi (diffusion), dapat menggambarkan bagaimana
lingkungan strategi SI/TI dipengaruhi oleh tekanan di luar kendali organisasi
(Tarigan, 2007).
Menurut Peppard dan Ward (2016), pengertian infusi dan difusi adalah
sebagai berikut :
53
1. Infusi adalah tingkat ketergantungan organisasi pada SI/TI dalam
menjalankan bisnisnya.
2. Difusi adalah tingkat dimana TI membudaya dalam organisasi dan
keputusan yang berkaitan dengan penggunaannya telah berpindah.
Berikut ilustrasi yang terjadi terhadap tinggi/rendahnya difusi dan infusi
adalah sebagai berikut (Peppard dan Ward, 2016):
a. Difusi/Infusi rendah.
Jika difusi rendah, maka kontrol sumber daya TI sangat terpusat dan SI
tidaklah penting bagi bisnis. Sullivan (Tarigan, 2007)
menggambarkannnya sebagai lingkungan ‘traditional’ yaitu perusahaan
menggunakan TI hanya untuk meningkatkan efisiensi dengan
memanfaatkan sistem secara terpisah yakni sistem demi sistem (system by
system). Perusahaan dalam kuadran ini pengelolaannya dilakukan secara
kekeluargaan, dimana pemanfaatan TI hanya sebagai support saja, salah
satu contohnya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
b. Difusi rendah/Infusi tinggi
Jika difusi rendah dan infusi tinggi, maka kontrol terpusat sangat tinggi,
dan peran SI sangatlah penting dalam operasional dan kontrol bisnis.
Bisnis akan merugi bila sistem gagal berfungsi. Oleh sebab itu sistem yang
baik sangat diperlukan dengan derajat integrasi yang baik pula. Sistem
menjadi bagian dari ‘backbone’ (tulang punggung) organisasi. Sebagai
contoh adalah perusahaan perbankan yang tersentralisasi, dimana proses
bisnis dan keuntungan perusahaan sangat tergantung dari kemampuan
54
operasional SI yang didukung TI dalam memenuhi ketersediaan informasi
bagi perusahaan dan pelanggan secara terus menerus selama 24 jam x 7
hari, diantaranya melalui transaksi online dan fasilitas ATM.
c. Difusi tinggi/Infusi rendah
Jika difusi tinggi dan infusi rendah, maka umumnya kontrol bersifat
desentralisasi, sehingga manajer dapat melaksanakan prioritas lokal.
Integrasi sistem terjadi karena kerjasama user-user, bukan kerena desain
bisnis atau TI secara keseluruhan. Pendekatan manajemen pada pokoknya
menjadi ‘opportunitic’, didorong oleh prioritas jangka pendek yang dapat
menciptakan keuntungan bisnis di beberapa bidang. Disini TI masih
bersifat support dan pengelolaan SI/TI tergantung pada masing-masing
unit kerja. Perusahaan yang masuk dalam kuadran ini adalah perusahaan
franchise yang menjual sistem bisnis yang didukung dengan pemanfaatan
TI antara lain mini market dan property. Contohnya adalah KFC.
d. Difusi/Infusi tinggi
Jika difusi dan infusi tinggi, maka umunya kontrol bersifat desentralisasi,
tetapi untuk mencapai suksesnya bisnis tergantung kepada sistem.
Keduanya dilakukan untuk menghindari kerugian dan mencapai sasaran
bisnis secara keseluruhan, sehingga kondisi ini digambarkan sebagai
lingkungan yang kompleks dan sulit dikelola. Disini perlu SI/TI yang
strategis dan high potential untuk mengantisipasi perubahan-perubahan
yang terjadi. Perusahaan yang berada dalam kuadran ini adalah
perusahaan holding company yang memiliki cakupan bisnis yang besar,
55
kompleks dan luas karena terdiri atas beberapa cabang/anak perusahaan,
serta letak geografinya saling berjauhan lintas kota, lintas pulau, bahkan
dapat lintas negara. Contohya adalah Pertamina, dengan merencanakan
tinggi rendahnya derajat difusi dan infusi, terdapat empat perbedaan
lingkungan yang penting sebagaimana digambarkan dalam kerangka
Sullivan, yang dapat dilihat pada gambar 2.3.
(Peppard dan Ward, 2016)
Organisasi semakin bergantung kepada SI/TI dan untuk menghindari
kerugian akan dilakukan pendekatan perencanaan dan kontrol yang semakin
terpusat dan terstruktur. Tetapi, untuk memfasilitasi penggunaan SI/TI yang
inovatif guna menciptakan keuntungan di masa depan, maka aktivitas kontrol
Gambar 2. 3 Lingkungan Strategi SI/TI
56
terhadap teknologi harus menjadi bagian dari pengguna bisnis, sehingga terjadi
keselarasan antara kebutuhan bisnis dan solusi teknologi. Untuk mendapatkan
keuntungan dan menghindari kerugian memerlukan difusi tinggi dan infuse tinggi,
dan ini akan berdampak pada manajemen yang kompleks.
Oleh karena itu, interpretasi terbaik adalah setiap organisasi membutuhkan
pendekatan formulasi strategi dan perencanaan digital yang disesuaikan dengan
lingkungan masing-masing, sebagaimana ditentukan oleh situasi bisnis dan industri
serta budaya organisasi. Penyusunan perencanaan strategi digital yang sesuai
dengan konteksnya, memerlukan suatu metodologi perencanaan.
2.11 Metodologi Perencanaan Strategi Digital
2.11.1 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI Versi Wetherbe
Menurut Wetherbe (Turban, 2006), terdapat beberapa pemodelan
yang telah dikembangkan untuk memfasilitasi perencanaan sistem dan
teknologi informasi. Salah satunya adalah model perencanaan Wetherbe.
Model perencanaan Wetherbe disebut juga four-stage model of planning
(pemodelan empat tahap). Pemodelan ini digambarkan pada gambar 2.4.
pemodelan ini terdiri dari empat aktifitas utama. Empat aktifitas tersebut
antara lain:
1. Perencanaan strategi TI
Menetapkan hubungan antara rencana keseluruhan organisasi
dengan rencana teknologi informasi.
57
Perencanaan strategi TI dilakukan melalui:
a. Business System Planning (BSP), yang berorientasi pada
proses bisnis dan kelas data.
b. Strategic of IT Growth
c. End/Means (E/M) Analysis
d. Critical Success Factor
2. Analisis kebutuhan informasi
Mengidentifikasi secara detail kebutuhan informasi yang
diperlukan oleh organisasi.
3. Alokasi sumber daya
Mengalokasikan sumber daya aplikasi teknologi informasi dan
sumber daya operasional.
4. Perencanaan proyek
Mengembangkan rencana yang menguraikan jadwal proyek
sistem informasi.
2.11.2 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI Versi Anita Cassidy
Menurut Cassidy (2006) perencanaan strategi sistem informasi ini
menjelaskan secara rinci tahapan/fase yang harus dilakukan dalam
Strategic IT Planning
Information Requirements
Analysis
Resource Allocation
Project Planning
Gambar 2. 4 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI versi Wetherbe
58
melakukan perencanaan strategi sistem informasi. Langkah/fase
perencanaan strategi sistem informasi terbagi menjadi empat fase, antara
lain:
1. Fase Visioning
Pada tahapan ini bertujuan untuk menentukan visi dari
kegiatan serta menyusun rencana proyek serta proses-proses
yang ada didalamnya. Secara detail, hal-hal yang dilakukan
mencakup pembuatan jadwal pelaksanaan, aktivitas serta
bentuk keluaran yang akan dihasilkan. Pada fase ini perlu
dilakukan pendalama pemahaman terhadap kondisi bisnis saat
ini serta memahami berbagai dokumen dan alur informasi yang
mengalir dalam organisasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan serangkaian wawancara, survey atau berinteraksi
Gambar 2.5 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI versi Anita Cassidy
(Cassidy, 2006)
Gambar 2. 5 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI versi Anita Cassidy
59
langsung dengan komponen organisasi. Sub tahapan dari fase
visioning adalah sebagai berikut:
a. Memulai dan mengelola proyek
Tahap awal dimulai dengan kegiatan persiapan dalam
membangun sebuah proyek yang mencakup sisi
perencanaan, sumber daya dan jadwal. Membuat jadwal
dengan hasil yang hendak dicapai oleh organisasi.
b. Memahami visi dan situasi bisnis
Memahami strategi bisnis serta proses dan tujuannya. Tahap
ini memerlukan masukan berupa dokumen visi bisnis, hasil
wawancara yang mendalam dengan pihak manajemen,
sehingga didapat pemahaman mendalam terhadap bisnis
organisasi tersebut.
c. Mendokumentasikan dan mengkonfirmasikan hasil analisis
bisnis.
Dari hasil analisis bisnis didapat bagaimana strategi bisnis
menentukan strategi sistem informasi yang mendukung
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.
2. Fase Analysis
Setalah memahami kondisi bisnis organisasi dan berbagai
dokumen yang ada, langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis tentang kondisi SI. Hal ini bertujuan untuk memperjelas
posisi SI dan peranannya selama ini serta sebagai upaya untuk
60
mengkomunikasikan tujuan organisasi dengan kondisi SI,
sehingga muncul berbagai potensi untuk melakukan
transformasi sesuai dengan tujuan bisnis organisasi. Dalam fase
ini juga akan dilakukan gap analysis untuk membandingkan
kondisi saat ini dnegan kondisi yang diharapkan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana kesenjangan antara kedua
kondisi tersebut sehingga dapat diprediksi besarnya usaha yang
diperlukan untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan
organisasi. Sub tahapan dari fase ini adalah sebagai berikut:
a. Memahami situasi sistem informasi saat ini
Tahapan ini dimulai dengan me-review dokumen SI
kemudian melakukan wawancara sehingga menghasilkan
dokumen situasi SI saat ini.
b. Menganalisis situasi informasi saat ini
Pada tahap ini akan dilakukan perbandingan dengan
institusi lain, mengidentifikasi tren industri SI, profil
kompetitor kemudian melakukan pengujian/analisis
kesenjangan.
c. Membangun rekomendasi dan solusi alternatif
Membangun pilihan pengembangan aplikasi bisnis dan
rekomendasinya. Membangun pilihan pengembangan
infrastruktur dan rekomendasinya. Membangun pilihan
pengembangan organisasi dan rekomendasinya.
61
Membangun pilihan pengembangan proses SI dan
rekomendasinya.
3. Fase Direction
Pada tahap ini membahas pernyataan mengenai visi dan
misi SI berdasarkan kondisi yang telah dipahami serta tujuan
bisnis yang diharapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memahami tujuan bisnis organisasi yang diinterpretasikan
kedalam tujuan SI sehingga pada akhirnya tujuan bisnis dan
tujuan SI dapat diselaraskan. Pada fase ini juga disusun sebuah
rencana pengembangan SI serta mengidentifikasikan berbagai
proyek potensial. Sub tahapan dari fase direction adalah:
a. Mengembangkan arahan dan visi sistem informasi
Mengembangkan visi dan misi sistem informasi termasuk
tujuan dan strategi sistem informasi.
b. Mengembangkan rencana sistem informasi
Mengembangkan arahan pengembangan aplikasi bisnis.
Mengembangkan arahan pengembangan infrastruktur.
Mengembangkan arahan pengembangan organisasi.
Mengembangkan arahan pengembangan proses SI dan
mengembangkan prioritas proyek SI/TI yang harus
didahulukan.
62
c. Menentukan proyek sistem informasi
Menentukan proyek SI/TI mencakup aplikasi bisnis,
infrastruktur, organisasi dan proses, membuat prioritas
proyek SI/TI dan mengidentifikasikan keuntungan bisnis
setelah penggunaan proyek SI/TI.
4. Fase Recommendation
Pada fase terakhir dihasilkan sebuah roadmap secara detail
mengenai pelaksanaan pengembangan SI untuk beberapa tahun
kedepan mencakup ringkasan biaya, waktu pelaksanaan serta
sumber daya yang dibutuhkan. Sub fase dari fase ini antara lain:
a. Mengembangkan peta alur (roadmap)
Pada tahap ini akan dibuat prioritas proyek SI/TI dengan
menggunakan strategi Mc Farlan Grid atau teknik lain yang
memungkinkan. Mengidentifikasi resiko, dan manajemen
resiko.
b. Mengembangkan business case
Membuat rangkuman keuntungan bisnis untuk aksi, return
on investment (ROI) dan analisis bisnis sebuat proyek.
c. Mengkomunikasikan rencana
Membuat dokumen perencanaan untuk presentasi hasil
perencanaan SI/TI kepada dewan pimpinan organisasi.
63
2.11.3 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI Versi Price
Waterhouse
Price Waterhouse merupakan sebuah layanan konsultasi manajemen
kelas dunia yang memperkenalkan sebuah metodologi yang menjelaskan
secara rinci tahapan yang harus dilalui dalam melakukan perencanaan
strategi sistem informasi (Muchtadi, 2013). Tahapan-tahapan tersebut
dipaparkan pada gambar 2.6 berikut:
1. Tahap I : Menetapkan bisnis dan kebutuhan informasi
1. Tahap I : Menentukan kebutuhan bisnis dan informasi
Pada tahap pertama dilakukan informasi pengumpulan
informasi untuk mendapatkan proses bisnis dan keadaan SI/TI
terkini dari organisasi, kebutuhan bisnis yang akan datang serta
peluang pemanfaatan SI/TI bagi kelangsungan bisnis
organisasi. Masukan pada tahap ini adalah rencana bisnis,
rencana SI/TI, keadaan persaingan dan perkembangan SI/TI
dalam industri.
Tahap I : Menentukan Kebutuhan Bisnis dan Informasi
Tahap II : Menentukan Target SI
Tahap IV : Mengembangkan Rencana Implementasi
Tahap III : Menentukan dan Memilih Strategi SI
Gambar 2. 6 Metodologi Perencanaan Strategi SI/TI versi Price
Waterhouse
64
Tahap pertama terbagi menjadi beberapa sub tahapan seperti:
a. Pra perencanaan strategis
b. Identifikasi informasi organisasi
c. Analisis lingkungan internal bisnis
d. Analisis lingkungan internal SI/TI
e. Analisis lingkungan eksternal bisnis
f. Analisis lingkungan eksternal SI/TI.
2. Tahap II : Menentukan target sistem informasi
Pada tahap ini dilakukan penentuan peluang dari pemanfaatan
SI/TI untuk memenuhi tujuan bisnis organisasi serta kebutuhan
aplikasi SI/TI secara mendetail. Rincian kebutuhannya berupa
arsitektur aplikasi, infrastruktur teknologi, manajemen dan
kebijakan SI/TI organisasi.
Masukan dari tahapan kedua ini adalah identifikasi kebutuhan
bisnis, identifikasi peluang pemanfaatan SI/TI, serta pemenuhan
kebutuhan SI/TI saat ini. Tahapan kedua terbagi menjadi
beberapa sub tahapan seperti:
a. Identifikasi masalah dan solusi internal bisnis
b. Membuat landsan kebijakan SI/TI
c. Membuat strategi SI/TI
d. Membuat prinsip dasar operasional SI/TI.
65
3. Tahap III : Menentukan dan memilih strategi sistem informasi
Pada tahap ketiga, dibuat pilihan prioritas strategi SI/TI.
Masukan dari tahapan ini adalah strategis SI/TI dan manajemen
SI/TI. Proses yang dilakukan dalam tahapan ini yaitu:
a. Menggali value
b. Prioritas dan pemilihan strategi SI/TI
c. Pendetilan strategi SI/TI.
4. Tahap IV : mengembangkan rencana implementasi
Pada tahap terakhir dilakukan pembuatan rencana dan jadwal
implementasi strategi SI/TI dengan masukan berupa dokumen
strategi SI/TI yang telah dihasilkan pada tahapan sebelumnya.
Dalam hal ini perlu dilakukan sub tahapan yang berupa:
a. Membuat rencana pendukung strategi SI/TI
b. Pembuatan jadwal waktu kerja
c. Pembuatan rencana pelaksanaan.
2.11.4 Framework Perencanaan Strategi Digital Versi Peppard Ward
Dalam upaya mencapai suatu tujuan, perusahaan memerlukan
strategi bisnis maupun strategi digital yang baik. Perumusan strategi digital
mulai dari proses evaluasi perusahaan untuk menentukan alternatif strategi.
Untuk membuat suatu perencanaan strategi digital yang baik diperlukan
analisis internal maupun eksternal sehingga memberi arahan bagi
pengembangan TI yang dapat membantu mengoptimalkan peran strategi
digital bagi perusahaan. Menurut Peppard dan Ward (2016) dalam membuat
66
strategic application tidak boleh hanya memfokuskan pada analisa terhadap
teknologi saja. Earl (Peppard dan Ward, 2016) menyarankan bahwa jalur
yang efektif untuk menghasilkan keuntungan dari SI/TI adalah dengan
mengkonsentrasikan pada pemikiran tentang bisnis yaitu dengan
menganalisa problem bisnis yang ada dan perubahan lingkungannya, dan
menyadari bahwa SI/TI adalah hanya salah satu bentuk solusi yang
ditawarkan. Earl juga menyarankan agar strategi SI berkonsentrasi untuk
mengidentifikasi kebutuhan sistem informasi pada organisasi, sedangkan TI
berkonsentrasi untuk mengidentifikasikan permintaa kebutuhan teknologi
informasi dan infrastruktur pendukungnya.
Faktor yang berpengaruh terhadap organisasi, baik internal maupun
eksternal dianalisis untuk mendapatkan sebuah formula yang menjadi dasar
dalam penyusunan strategi digital dalam bentuk portfolio SI/TI. Dibawah
ini adalah skema perencanaan strategi digital menurut Peppard dan Ward
(Peppard dan Ward, 2016).
67
Framework Peppard dan Ward terdiri dari tahapan masukan (input) dan
tahapan keluaran (output). Tahapan masukan terdiri dari:
1. Analisis lingkungan bisnis internal
Mencakup aspek-aspek strategi bisnis saat ini, sasaran, sumber
daya, proses, serta budaya nilai-nilai bisnis organisasi.
2. Analisis lingkungan bisnis eksternal
Mencakup aspek-aspek ekonomi, industri, dan iklim bersaing
perusahaan.
3. Analisis lingkungan SI/TI internal
Mencakup kondisi SI/TI organisasi dari perspektif bisnis saat
ini, bagaimana kematangannya (maturity), bagaimana
Gambar 2.7 Skema Perencanaan Strategi Digital
(Peppard dan Ward, 2016)
Gambar 2. 7 Skema Perencanaan Strategi Digital
68
kontribusi terhadap bisnis, keterampilan sumber daya manusia,
sumber daya dan infrastruktur teknologi, termasuk juga
bagaimana portfolio dari SI/TI yang ada saat ini.
4. Analisis lingkungan SI/TI eksternal
Mencakup tren teknologi dan peluang pemanfaatnannya, serta
penggunaan SI/TI oleh kompetitor, pelanggan dan pemasok.
Sedangkan tahapan keluaran merupakan bagian yang dilakukan
untuk menghasilkan suatu dokumen perencanaan strategi digital yang
isinya terdiri dari:
1. Strategi SI
Mencakup bagaimana setiap unit/fungsi bisnis akan
memanfaatkan SI/TI untuk mencapai sasaran bisnisnya,
portfolio aplikasi dan gambaran arsitektur informasi.
2. Strategi TI
Mencakup kebijakan dan strategi bagi pengelolaan teknologi
dan sumber daya manusia SI/TI.
3. Strategi Manajemen SI/TI
Mencakup elemen-elemen umum yang diterapkan melalui
organisasi, untuk memastikan konsistensi penerapan kebijakan
SI/TI yang dibutuhkan.
Berikut merupakan paparan mengenai analisis lingkungan bisnis
internal dan eksternal:
69
1. Analisis situasi saat ini dan memahami kebutuhan bisnis
Analisis ini digunakan untuk memahami kebutuhan bisnis yang
sedang atau dalam perencanaan serta yang potensial untuk yang
akan datang, maka perlu dilakukan analisis terhadap strategi
bisnis dan evaluasi sistem informasi dan teknologi saat ini.
Analisis tools yang dapat digunakan yaitu analisis balanced
scorecard, value chain, analisis PESTEL, analisis Porter’s five
forces model, analisis CSF, dan analisis SWOT.
2. Analisis lingkungan bisnis
Analisis ini menggunakan beberapa alat bantu yang sesuai
dengan kondisi perusahaan. Analisis tools yang digunakan
dalam analisis proses bisnis internal adalah analisis balanced
scorecard, CSF, SWOT, value chain. Sedangkan analisis tools
untuk lingkungan bisnis eksternal adalah PESTEL dan analisis
Porter’s five forces model.
3. Lingkungan bisnis internal
Masukan dari proses ini adalah hasil wawancara, dokumentasi
perusahaan, dan hasil observasi terhadap proses kerja setiap
bagian yang kemudian dilakukan analisis dengan balanced
scorecard, value chain, analisis CSF, analisis SWOT untuk
menentukan kebutuhan informasi bisnis organisasi. Tujuan dari
subfase ini adalah untuk mengetahui lingkungan bisnis sebagai
dasar identifikasi peluang pemanfaatan sistem informasi dan
70
teknologi, menentukan strategi sistem informasi dan
keunggulan bersaing organisasi. Keluarannya adalah tujuan
bisnis perusahaan beserta tolak ukur keberhasilannya, diagram
value chain, matriks SWOT, dan daftar kebutuhan informasi
bisnis organisasi.
4. Lingkungan bisnis internal
Proses bisnis suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh
hubungan organisasi dengan pihak eksternal. Pengaruh
eksternal juga akan menentukan hasil akhir customer organisasi.
Identifikasi yang tepat akan pengaruh dari faktor eksternal
tersebut diperlukan untuk memahami strategi bisnis perusahaan.
Analisis lingkungan bisnis eksternal pada kajian ini dilakukan
dengan menggunakan analisis PESTEL. Dengan menggunakan
analisis ini akan dibahas beberapa faktor eksternal yang
mungkin akan mempengaruhi bisnis organisasi. Identifikasi
faktor dari analisis ini sangat penting dalam menentukan
langkah adaptasi dalam strategi bisnis. Identifikasi ini untuk
mengantisipasi efek negatif dan faktor tersebut yang dapat
mengancam bisnis, serta untuk mengidentifikasi untuk
mempertahankan atau bahkan mencari peluang dalam
pengembangan bisnis.
71
5. Analisis lingkungan SI/TI
Analisis ini dilakukan dengan evaluasi dan analisis operasi
sistem, informasi saat ini, sistemnya, perlengkapan, sumber
daya organisasi, keahlian, pelayanan untuk menentukan daerah
cakupan dan kontribusi serta perbaikan yang bermanfaat.
6. Lingkungan SI/TI internal
Meliputi analisis terhadap organisasi SI/TI dan proses, sumber
daya manusia dan keahlian. Selain itu dilakukan analisis
portofolio aplikasi saat ini.
7. Lingkungan SI/TI eksternal
Masukan atau input dapat berupa trend perkembangan SI/TI dan
hasil wawancara analisis untuk menentukan pengaruh trend
perkembangan SI/TI dan potensi pemanfaatannya dalam
organisasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan
teknologi informasi dalam industri dan menelaah teknologi
tersebut untuk dimanfaatkan dalam mendukung strategi bisnis
organisasi di masa mendatang. Keluaran atau output berupa
identifikasi perkembangan eksternal SI/TI yang potensial untuk
dimanfaatkan oleh organisasi.
Framework perencanaan strategi digital versi Peppard dan Ward
merupakan framework yang komprehesif, dimana framework ini terlebih
dahulu dimulai dari kegiatan assessment dan pemahaman terhadap situasi
saat ini baik terhadap lingkungan bisnis maupun lingkungan SI/TI.
72
Lingkungn bisnis meliputi lingkungan bisnis internal dan lingkungan
bisnis eksternal. Begitu juga dengan lingkungan SI/TI yang meliputi
lingkungan SI/TI internal dan eksternal. Dengan pemahaman yang
mendalam terhadap kondisi saat ini, maka dapat ditentukan strategi sistem
informasi (SI), strategi teknologi informasi (TI) dan strategi manajemen
SI/TI masa mendatang secara tepat.
Menurut Peppard dan Ward (2016), untuk mengkategorikan
investasi SI/TI, perusahaan disarankan untuk menjabarkannya dalam
bentuk application portfolio. Pemaparan analisis lingkungan internal dan
eksternal merupakan faktor-faktor penentu dalam membangun application
portfolio, berikut penjabarannya:
1. Jangka panjang eksternal - lingkungan ekonomi dan bisnis.
Keadaan industri dalam hal profitabilitas, pertumbuhan,
dinamika kompetitif, regulasi, dan struktur.
Bagaimana SI/TI mampu mengubah produk dan layanan
(misalnya dengan informasi mereka), pasar dan
hubungan bisnis (misalnya melalui intermediasi baru)
dari industri
2. Jangka pendek eksternal - lingkungan SI/TI.
Penggunaan SI/TI yang sebenarnya oleh pesaing dan
lainnya di industri untuk mendapatkan keuntungan
relatif.
73
Dengan berbasis SI/TI berpeluang untuk mengubah
keseimbangan kekuatan kompetitif di industri, baik
dalam rantai nilai yang ada dan oleh pendatang baru atau
substitusi produk / jasa.
3. Jangka panjang internal - bisnis dan lingkungan organisasi.
Bagaimana aplikasi baru dapat lebih efektif mendukung
atau meningkatkan strategi bisnis atau memungkinkan
strategi baru yang harus diikuti
Bagaimana aplikasi baru dapat mendorong model bisnis
diubah untuk meningkatkan kinerja operasional atau
proposisi nilai pelanggan
4. Jangka pendek internal - kemampuan SI/TI dan portofolio
aplikasi saat ini.
Seberapa baik aplikasi yang ada mendukung strategi saat
ini dan strategi saat ini dapat mencegah kerugian bisnis
atau mempertahankan keuntungan yang ada.
Sumber daya dan kompetensi SI/TI yang dimiliki oleh
organisasi dapat dengan mudah diperoleh, dan memberi
keefektifan hubungan antara SI/TI dan manajemen
bisnis.
Gambar dibawah ini menguraikan detail input dan tools untuk
membangun application portfolio.
74
Menurut Atmaja (2002), terdapat kelebihan pada framework
Peppard dan Ward, antara lain:
1. Adanya alur login perencanaan strategi SI yang mudah dan
relative lengkap, yaitu identifikasi lingkungan internal dan
eksternal bisnis organisasi SI/TI, mencari gap informasi,
membuat strategi SI yang mendukung bisnis, membuat strategi
manajemen SI/TI, dan pemetaan beserta analisis strategi atau
aplikasi SI/TI saat ini dibandingkan dengan strategi atau aplikasi
usulan.
Gambar 2. 8 Input dan Toolkit untuk Membangun Application
Portfolio
75
2. Tersedianya alat pemrosesan perencanaan strategi berupa
diagram/kuadran, teori pendukung, batasan, dan grafik/tabel
yang lengkap serta mendukung penciptaan strategi SI/TI yang
baik.
3. Tools dan teori yang ada memberikan gambaran mengenai
keadaan lingkungan eksternal bisnis yang dapat dimanfaatkan
oleh organisasi dalam meraih peluang dan meningkatkan
keunggulan kompetitif.
4. Adanya prosedur yang merekam kegiatan dan proses internal
nonteknis SI/TI organisasi berupa budaya organisasi, pelatihan
staff, pertimbangan penggunaan metode tertentu dalam
melaksanakan proyek dan investasi.
5. Adanya prosedur dalam memilih teknologi yang ada dan
disesuaikan dengan kebutuhan serta strategi SI organisasi.
2.12 Perbandingan Metodologi Perencanaan Strategi Digital
Berdasarkan pemaparan beberapa metologi perencanaan strategi digital
pada sub bab 2.11, maka dapat diidentifikasikan beberapa aktivitas sebagai hasil
perbandingan setiap metodologi yang telah dibahas tersebut. Perbandingan
metodologi perencanaan strategi digital tercantum pada table 2.1 berikut:
76
Tabel 2. 1 Perbandingan Metodologi Perencanaan Strategi Digital
No. Metodologi Input Output
1 Wetherbe 1. Menetapkan hubungan
antara rencana
keseluruhan organisasi
dengan rencana
teknologi informasi
2. Mengidentifikasi
secara detail kebutuha
informasi yang
diperlukan oleh
organisasi
3. Alokasi sumber daya
4. Perencanaan proyek
1. Perencanaan
pengembangan
perangkat lunak,
peragkat keras, jaringan
komputer, serta sumber
daya lainnya.
2. Pengembangan sistem
sesuai dengan kerangka
kerja yang sudah
direncanakan,
dijadwalkan dan
dikontrol.
2 Anita Cassidy 1. Inisiasi proyek yang
sesuai dengan
pengembangan
rencana proyek
2. Analisis terhadap
lingkungan SI/TI
internal organisasi dan
eksternal organisasi
3. Penyususnan visi dan
misi strategi informasi
dan arahan dari
manajemen puncak
4. Memberikan
rekomendasi
2. Pemetaan terhadap
alternatif solusi dan
rekomendasi
infrastruktur
3. Dokumen hasil analisis
bisnis internal dan
eksternal
4. Identifikasi proyek-
proyek SI, anggaran
biaya, keuntungan
bisnis dan skala
prioritas proyek SI
5. Dokumentasi terhadap
keseluruhan proyek
3 Price
Waterhouse
1. Menentukan
kebutuhan bisnis dan
informasi mencakup
kebutuhan lingkungan
internal maupun
eksternal
2. Menentukan target
sistem informasi
dengan menganalisis
data yang digunakan
oleh proses bisnis,
1. Identifikasi
perkembangan eksternal
SI/TI yang
dimanfaatkan didalam
organisasi serta
gambaran SI/TI saat ini
2. Peluang SI/TI dalam
proses bisnis dari
masing-masing target
bisnis
77
peluang sistem
informasi dan portfolio
aplikasi saat ini.
3. Menentukan dan
memilih strategi sistem
informasi dengan
mengidentifikasi
kebutuhan informasi
perusahaan dan
perkembangan SI/TI
4. Mengembangkan
rencana implementasi
3. Usulan strategi SI/TI
yang mencakup
identifikasi solusi Si/TI
serta pengembangan
SI/TI
4. Gambaran urutan
proyek implementasi
terhadap strategi sistem
informasi yang telah
dipilih.
4 Peppard Ward 1. Analisis lingkungan
bisnis internal
mencakup aspek-
aspek strategi bisnis
saat ini serta sumber
daya yang ada
2. Analisis lingkungan
bisnis eksternal
mencakup aspek-
aspek ekonomi,
industri, serta iklim
bersaing perusahaan
3. Analisis lingkungan
bisnis SI/TI internal
mencakup kondisi
SI/TI saat ini
4. Analisis lingkungan
SI/TI eksternal
mencakup tren
teknologi dan
peluang
pemanfaatannya.
1. Strategi SI, meliputi
bagaimana setiap fungsi
bisnis dapat
memanfaatkan SI/TI
untuk mencapai tujuan
bisnisnya
2. Strategi TI, meliputi
bagaimana kebijakan
dalam penggunakaan
infrastruktur teknologi
informasi
3. Strategi manajemen
SI/TI, meliputi
pengelolaan sumber
daya manusia SI/TI
dalam mendukung
strategi SI yang sudah
dirumuskan
Sumber : telah diolah kembali dari Aditiawan (2016)
78
Untuk menentukan metodologi yang akan digunakan pada studi kasus ini,
dilakukan perbandingan input dan output dari metodologi Wetherbe, Price
Waterhouse, Anita Cassidy, dan Peppard & Ward. Untuk metodologi Anita
Cassidy, dan Peppard & Ward penulis mengambil pertimbangan dari perbandingan
yang sudah dilakukan oleh Aditiawan (2016). Untuk metodologi Wetherbe, penulis
melakukan penilaian sendiri berdasarkan pertimbangan penelitan yang sudah
dilakukan oleh Sriminangga (2013) sedangkan untuk metodologi Price Waterhouse
penulis melakukan pertimbangan penelitian yang sudah dilakukan oleh
Wedhasmara.
Setelah mempelajari beberapa metode perencanaan strategi SI/TI dan
melakukan perbandingan antar metodologi, maka dilakukan pemilihan metodologi
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menurut Tozer (Ulum, 2008) terdapat
beberapa hal dalam pemilihan metodologi perencanaan strategi SI/TI (Digital),
antara lain:
1. Kompleksitas proses, semakin rendah maka akan semakin baik
2. Fleksibilitas proses, semakin fleksibel maka akan semakin baik
3. Pendekatan terhadap staff dan kebiasaanya (bila faktor ini ada, akan
lebih membantu karena umunya implementasi perencanaan strategi
SI/TI (Digital) menuntut suatu perubahan).
4. Dapat menghasilkan “application development life cycle” yang efisien
dan efektif, yang lebih berorientasi pada kebutuhan bisnis.
5. Memiliki rencana yang jelas pada tahap akhir pengembangannya, yaitu
tahapan maintenance dan monitoring & control.
79
6. Deliverable yang jelas dan dapat dengan cepat dihasilkan pada tiap-tiap
tahapannya.
7. Memiliki mekanisme dalam penelitian dan pengintegrasian paket
sistem informasi.
Berdasarkan beberapa poin pertimbangan diatas dan memperhatikan tujuan
penelitian untuk menyusun perencanaan strategi SI/TI (Digital) yang selaras dengan
rencana strategi BMT, maka dipilih framework Peppard dan Ward dengan alasan
sebagai berikut (Ulum, 2008):
1. Memiliki alur perencanaan yang mudah dan lengkap, yaitu tahapan
input (analisis lingkungan bisnis internal dan eksternal serta analisis
lingkungan SI/TI internal dan eksternal), tahapan SI/TI strategi proses,
dan tahapan output (Strategi SI & TI (Digital)), strategi manajemen
SI/TI (Digital), serta portfolio aplikasi SI).
2. Kompleksitas rendah dan bersifat luwes, dimana berbagai metode atau
tools (Value Chain, Balanced Scorecard, CSF, McFarlan Strategic
Grid, PESTEL, SWOT, 5 Forces) dapat digunakan untuk mendukung
perumusan informasi dan strategi yang akan dirancang.
3. Tahapan yang disusun sangat mendukung tercapainya tujuan untuk
melakukan keselarasan antara strategi dan tujuan bisnis dengan strategi
SI/TI (Digital).
Selain beberapa poin diatas, framework Peppard dan Ward juga merupakan
satu-satunya framework yang membahas perencanaan strategi digital sehingga
80
penulis memilih menggunakan framework Peppard dan Ward sebagai acuan dari
penelitian ini.
2.13 Metode dan Teori Analisis Perencanaan Strategi Digital
Dalam perencanaan strategi digital dengan menggunakan framework
Peppard dan Ward terdapat beberapa teknik analisa yang digunakan, antara lain
analisis Balanced Scorecard, analisis Critical Success Factor, analisis SWOT,
analisis value chain, analisis McFarlan’s Strategic Grid, analisis Porter’s Five
Forces Competitive Model, dan analisis PESTEL. Penjelasan mengenai teori
analisis perencanaan strategi digital sebagai berikut:
2.13.1 Analisis Balanced Scorecard
Analisis Balanced Scorecard dikemukakan pertama kali oleh Robert
S. Kaplan dan David P. Norton pada awal tahun 1990 yang berfokus
terhadap pendekatan strategi manajemen. Pada awal diperkenalkannya
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen penilaian dan
pengendalian yang cepat, tepat dan komprehensif yang dapat memberikan
pemahaman kepada pihak eksekutif mengenai performa keuangan maupun
non keuangan sebuah perusahaan. Selain itu, balanced scorecard
merukapan sistem manajemen strategi yang menjabarkan visi dan strategi
suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Menurut
Wedhasmara (2009) Balanced scorecard bukan sekedar sistem pengukuran
taktis atau operasional. Perusahaan yang memanfaatkan analisis balanced
81
scorecard sebagai sistem manajemen strategis untuk mengelola strategi
jangka panjang akan menghasilkan proses menejemen seperti:
1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan
ukuran strategis.
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, serta menyelaraskan
berbagai inisiatif strategis.
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.
Balanced Scorecard mengidentifikasi kebutuhan informasi suatu
perusahaan untuk mengukur performa dari tujuan bisnis perusahaan
tersebut. Analisis ini juga tidak hanya digunakan untuk mengelola kinerja
suatu perusahaan, tetapi dapat digunakan sebagai alat untuk
mengembangkan strategi bisnis itu sendiri. Menurut Peppard dan Ward
(2016), hal ini didasari oleh dugaan bahwa ukuran keuangan hanya
melaporkan hasil keputusan di masa lalu dan saat ini, jika pengukuran
kinerja suatu perusahaan memiliki dampak yang cukup berarti, maka
diperlukan serangkaian tujuan serta tindakan yang lebih komprehensif dan
seimbang.
Dalam sebuah artikel Keplan dan Norton (1992) yang berjudul
“Balanced Scorecard Measure That Drives Performance” menyimpulkan
bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa yang akan datang,
diperlukan pengukuran yang komprehensif yang mencakup empat
82
perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Berikut penjabaran dari empat perspektif balanced scorecard diatas.
1. Perspektif Finansial
Dalam suatu perusahaan, finansial selalu menjadi fokus dari
setiap tujuan strategis. Pengukuran kinerja finansial dirasa cukup
penting untuk dilakukan oleh perusahan untuk melihat apakah
perencanaan dan pelaksanaan strategi telah memberikan
perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Pada
perspektif finansial setiap perusahaan berfokus pada bagaimana
suatu perusahaan dilihat oleh pemegang saham serta pihak-pihak
yang memiliki kepentingan keuangan dalam suatu perusahaan.
Gambar 2. 9 Analisis Balanced Scorecard
83
Menurut Rangkuti (2011), kinerja perspektif keuangan dapat
diukur dengan menggunakan ukuran sebagai berikut:
Laba investasi (Return on Investment/ROI)
Peningkatan Penjualan
Bauran Pendapatan (revenue mix)
Pemanfaatan aktiva (diukur dengan asset turn over)
Efisiensi Biaya
2. Perspektif Pelanggan
Selain finansial, pelanggan juga tidak kalah penting dalam
penyusunan balanced scorecard. Perspektif ini memandang
bagaimana kinerja perusahaan dari sudut pandang pelanggan.
Dimana focus dari perspektif ini adalah bagaimana pelanggan
melihat suatu perusahaan dalam segi produk, layanan,
pengalama, hubungan, dan penambahan nilai. Menurut Rangkuti
(2011), kinerja perspektif pelanggan dapat diukur dengan
menggunakan ukuran sebagai berikut:
Jumlah pelanggan baru
Jumlah pelanggan yang membeli kembali
Loyalitas pelanggan
3. Perspektif Bisnis Internal
Pada perspektif bisnis internal, kinerja suatu perusahaan dilihat
dari sisi kualitas dan efisiensi yang terkait dengan produk atau
layanan yang disediakan oleh perusahaan. Sehingga perspektif ini
84
fokus pada apa yang harus dilakukan dan ditingkatkan oleh
perusahaan jika ingin memenuhi ekspektasi karyawan dan pihak
yang bekerjasama dengan perusahaan tersebut. Menurut
Rangkuti (2011), kinerja perspektif internal bisnis dapat diukur
dengan menggunakan ukuran sebagai berikut:
Waktu proses
Pengiriman tepat waktu
Efektivitas proses
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dilihat dari kinerja
suatu perusahaan yang di pandang dari sisi sumber daya manusia
yang dimiliki, infrastruktur, teknologi, dan kapasitas lain yang
merupakan kunci dari kinerja perusahaan, sehingga pada
perspektif bisnis internal ini perusahaan berfokus pada
bagaimana perusahaan dapat mengembangkan serta membuat
nilai unggul di masa yang akan datang. Menurut Rangkuti (2011),
kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat diukur
dengan menggunakan ukuran sebagai berikut:
Tingkat keahlian SDM
Komitmen SDM
Suasana kerja
85
2.13.2 Analisis Value Chain
Menurut Michael Porter (Peppard dan Ward, 2016), konsep analisis
value chain menyatakan bahwa semua perusahaan dalam suatu industri
memiliki rantai nilai, yang termasuk aktivitas seperti mendapatkan bahan
mentah, mendesain produk, membangun fasilitas produksi, memasarkan
produk, mengembangkan perjanjian kerja sama, dan menyediakan
pelayanan pelanggan. Menurut Waterhouse (Suralani, 2011), hasil dari
analisis value chain suatu suatu organisasi digunakan untuk identifikasi
peluang pemanfaatan SI/TI yang dapat meningkatkan keunggulan
kompetitifnya.
Menurut Peppard dan Ward (2016), ketika ingin memulai untuk
memahami bagaimana arus informasi pada suatu industri mempengaruhi
perusahaan, maka abaikan hal-hal pada internal value chain. Awali untuk
mempertimbangkan dari segi karakteristik pelanggan, seperti siapa mereka,
bagaimana kemampuan pembelian mereka, dan bagaimana mereka dapat
dipengaruhi. Kebutuhan informasi yang lebih cepat dapat mengukur
seberapa efektif perusahaan dan pelanggan. Ketika semua arus informasi ke
dan dari perusahaan yang berkaitan dengan pelanggan dapat dipahami,
seperti informasi penting yang dibutuhkan perusahaan, maka perusahaan
dapat beralih untuk melakukan eksternal value chain. Gambar 2.10
menggambarkan detail skema pemetaan arus informasi dalam sebuah
perusahaan.
86
Gambar 2. 10 Pemetaan Arus Informasi dalam Value Chain
Tujuan dari analisis value chain yaitu untuk mengidentifikasi dan
mengelompokkan aktivitas-aktivitas yang terjadi dilingkungan perusahaan
kedalam dua bagian, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung.
Menurut Peppard dan Ward (2016), aktivitas utama merupakan aktivitas
yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan perannya dalam rantai
industri yang menghasilkan produk atau jasa dalam rangka memuaskan
pelanggan. Sedangkan aktivitas pendukung merupakan aktivitas yang
mendukung aktivitas utama.
87
Aktifitas utama (Primary Business Processes) pada diagram analisis
value chain dipaparkan sebagai berikut:
1. Inbound Logistic
Meliputi proses pemeliharaan barang untuk sampai pada proses
transaksi dengan pelanggan.
2. Operations
Kegiatan yang berhubungan dengan mengubah input menjadi
bentuk produk akhir (output), seperti mesin, kemasan,
perakitan, pemeliharaan peralatan, pengujian, percetakan, dan
fasilitas dalam kegiatan operasi.
3. Outbound Logistic
Aktivitas yang berhubungan dengan pengumpulan,
penyimpanan, dan fisik mendistribusikan produk kepada
Gambar 2.11 Diagram Ananlisis Value Chain
(Peppard dan Ward, 2016)
Gambar 2. 11 Diagram Analisis Value Chain
88
pembeli, seperti kendaraan operasional, pemrosesan
pemesanan, dan penjadwalan.
4. Marketing and Sales
Aktivitas pemasaran dan penjualan yang bertujuan untuk
menyebarluaskan informasi tentang barang dan jasa, sehingga
pelangga dapat memberikan perhatian lebih pada barang dan
jasa, seperti iklan, promosi, pemilihan distributor, dan
penentuan harga.
5. Service
Menjaga hubungan baik dengan pelanggan dengan berbagai
pendekatan untuk mendapatkan loyalitas pelanggan, seperti
pemasangan, perbaikan, pelatihan dan penyesuaian produk.
Sedangkan aktifitas pendukung (Support Processes) pada diagram
analisis value chain dipaparkan sebagai berikut:
1. Corporate Infrastructure
Merupakan dukungan terhadap value chain, berupa manajemen,
perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum, hubungan dengan
pemerintah, dan manajemen kualitas.
2. Human Resources Management
Merupakan kegiatan perekrutan, pelatihan, dan pengembangan
SDM.
89
3. Technology Development
Merupakan kegiatan menyempurnakan produk dan proses
produksi.
4. Procurement
Merupakan kegiatan pengadaan atau pembeliaan.
Menurut Hartono (Muchtadi, 2013), analisis value chain dapat
digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan berikut:
1. Pada kegiatan-kegiatan mana saja sistem informasi sudah
memberikan nilai tambah pada organisasi?
2. Apakah peran sistem informasi pada kegiatan-kegiatan
organisasi sudah optimal atau masih perlu ditingkatkan?
3. Pada kegiatan-kegiatan mana saja sistem informasi belum
memberikan nilai tambah pada organisasi?
4. Apakah sistem informasi dapat diterapkan pada kegiatan-
kegiatan yang belum memanfaatkannya?
2.13.3 Analisis Critical Success Factor
Menurut Wedhasmara (Desmin, 2014), analisisi critical success
factor merupakan suatu ketentuan dari organisasi dan lingkungannya yang
berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan. Tujuan dari analisis ini
adalah menginterpretasikan objektif secara lebih jelas untuk menentukan
aktivitas yang harus dilakukan dan informasi apa yang dibutuhkan. Peranan
CSF dalam perencanaan strategi adalah sebagai penghubung antara strategi
90
bisnis organisasi dengan strategi SI-nya, memfokuskan proses perencanaan
strategi SI pada area yang strategi, memprioritaskan usulan aplikasi SI dan
mengevaluasi strategi SI.
Teknik analisis ini dapat digunakan pada tingkat makro untuk
memeriksa keseluruhan industri atau unit bisnis tertentu. Setiap perusahaan
tentu memiliki CSF umum, seperti akses bahan baku dan keterampilan atau
pengiriman tepat waktu. Seluruh organisasi, yang dapat memiliki banyak
unit industri, tentu akan memiliki CSF yang terkait dengan tujuan
perusahaan seperti diversifikasi, laba atau investasi, dan lain-lain. Selain
pada tingkat makro, teknik ini juga dapat digunakan pada tingkat eksekutif
individu untuk menentukan kegiatan mana yang akan dilakukan merupakan
yang paling penting untuk pencapaian kesuksesan terhadap tujuan tertentu.
Pada hal ini, teknik analisis CSF dapat membantu dalam memprioritaskan
kegiatan, baik pada level manager maupun pada level bisnis. Hubungan
antara tujuan dan CSF dalam organisasi dapat dilihat pada gambar 2.12
(Peppard dan Ward, 2016).
91
Gambar 2. 12 Alur Penentuan Tujuan dalam Analisis CSF
Penentuan CSF hanya dapat dimulai ketika tujuan telah
diidentifikasi, maka hal yang dilakukan pertama adalah mengidentifikasi
CSF terhadap tujuan bisnis organisasi. Tingkatan tujuan pada CSF akan
memberikan prioritas terhadap pencapaian CSF. Dengan implikasi, jika
pencapaian setiap CSF tercapai, maka kemungkinan pencapaian tujuan pun
akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, kegagalan untuk menangani CSF
berhasil dapat mencegah pencapaian beberapa tujuan. Proses CSF dapat
dilihat pada gambar 2.13.
92
Menurut Peppard dan Ward (2016), manfaat dari analisis critical
success factors adalah sebagai berikut:
1. Analisis CSF merupakan teknik yang paling efektif dalam
melibatkan senior managemen dalam mengembangkan strategi
sistem informasi.
2. Analisis CSF menghubungkan proyek SI/TI yang akan
diimplementasikan dengan tujuannya, sehingga dapat
menunjukkan keselarasan dengan strategi bisnis dan
memberikan dasar yang kuat untuk mendapatkan kesepakatan
dari manajemen atas.
3. Pada saat melakukan wawancara dengan senior managemen,
analisis CSF merupakan teknik yang baik untuk menggali
kebutuhan informasi.
Gambar 2. 13 Critical Success Factors
93
4. Dengan menyediakan suatu hubungan antara tujuan dengan
informasi yang dibuthkan, analisis CSF memegang peranan
penting dalam memprioritaskan investasi modal yang potensial.
5. Analisis CSF sangat berguna dalam perencanaan strategi sistem
informasi pada saat strategi bisnis tidak berjalan sesuai dengan
tujuan perusahaan, dengan memfokuskan pada masalah-
masalah tertentu yang paling kritis.
6. Analisis CSF sangat berguna apabila digunakan sejalan dengan
analisis value chain dalam mengidentifikasi proses yang paling
kritis, serta memberikan fokus pada pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan yang paling tepat untuk dilaksanakan.
2.13.4 Analisis SWOT
Menurut Jogiyanto (Desmin, 2014), analisis SWOT disebut juga
dengan analisis KEKEPAN (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
yang digunakan untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari sumber daya
yang dimiliki perusahaan dan kesempatan serta tantangan yang dihadapi.
Menurut Rangkuti (2004), Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)
dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan strategi
selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan
perusahaan. Menurutnya, formulasi strategi disusun menggunakan hasil
94
analisis SWOT yaitu dengan menggabungkan berbagai indikator yang
terdapat dalam kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Model
penggabungannya menggunakan TOWS Matriks.
Keterangan dari gambar 2.14 akan dipaparkan dibawah ini:
1. SO Strategy
Strategi ini disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. WO Strategy
Strategi ini disusun dengan cara meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang yang ada.
3. ST Strategy
Strategi ini disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan
untuk mengatasi ancaman.
SO Strategy
WT Strategy ST Strategy
WO Strategy
Internal
Ek
ster
nal
Strengths Weakness
Th
reath
s O
pp
ort
un
ity
Gambar 2. 14 TOWS Matriks
(Sumber: Rangkuti, 2004)
95
4. WT Strategy
Strategi ini disusun dengan cara meminimalkan kelemahan
untuk menghindari ancaman.
Menurut Fahmi (Halifi, 2017), untuk menganalisis secara lebih
dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor eksternal dan internal
sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Faktor eksternal
Faktor eksternal mempengaruhi terbentuknya opportunities dan
threats (O dan T). Dimana faktor ini menyangkut dengan
kondisi-kondisi yang terjadi di luar perusahaan yang
mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor
ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis mikro,
ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan dan sosial
budaya.
2. Faktor internal
Faktor internal mempengaruhi terbentuknya strengths dan
weakness (S dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan
kondisi yang terjadi dalam perusahaan, yang mana turut
mempengaruhi terbentuknya pembuatan keputusan perusahaan.
Faktor internal ini meliputi semua macam manajemen
fungsional mencakup pemasaran, keuangan, operasi, sumber
daya manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi
manajemen dan budaya perusahaan.
96
Menurut Rangkuti (2004), terdapat tiga tahapan analisis SWOT
sebagai formulasi/perumusan strategi, antara lain:
1. Tahap evaluasi data internal dan eksternal perusahaan
2. Tahap pembuatan Matriks TOWS
3. Tahap pengambilan keputusan.
2.13.5 Analisis Porter’s Five Forces Competitive Model
Menurut Michael Porter, Porter 5 Forces adalah tool yang
digunakan untuk menganalisis bagaimana lingkungan yang kompetitif akan
berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk. Menurut Jogiyanto
(Desmin, 2004), Porter menjelaskan bahwa persaingan terdiri dari lima
ancaman yang sekaligus dapat menjadikan kesempatan-kesempatan, antara
lain:
1. Persaingan dari pesaing-pesaing yang sudah ada (rivalry among
existing competitors)
Persaingan ini difokuskan terhadap beberapa faktor seperti
harga, bentuk kinerja, inovasi produk baru, kualitas dan daya
tahan, garansi dan kepopuleran merk. Berikut beberapa faktor
yang mempengaruhi persaingan tersebut, antara lain:
a. Persaingan akan meningkat dengan meningkatnya jumlah
pesaing dan pesaing-pesaing menjadi lebih mendekati ke
kemampuan dan ukuran yang sama.
97
b. Persaingan biasanya menjadi lebih kuat jika permintaan
dari produk bertumbuh.
c. Persaingan akan lebih meningkat jika biaya-biaya
pelanggan untuk berpindah ke merk lain rendah.
d. Persaingan akan meningkat secara proposional terhadap
ukuran keuntungan dari tindakan strategi yang berhasil.
2. Ancaman pesaing-pesaing baru (threats of new entrants)
Untuk mengatasi pesaing-pesaing baru yang akan masuk ke
dalam industri, dapat dilakukan dengan membangun halangan-
halangan untuk masuk (barriers to entry). Terdapat beberapa
tipe dari halangan-halangan untuk masuk, yaitu sebagai berikut:
a. Skala ekonomis
b. Ketidakmampuan untuk mendapatkan akses ke teknologi
dan keahlian khusus
c. Terdapat efek kurva belajar dan pengalaman
d. Preferensi merk dan loyalitas pelanggan
e. Kebutuhan-kebutuhan sumber daya tertentu.
3. Ancaman produk-produk atau jasa-jasa subtitusi (threaths of
substitute products and services)
Perusahaan-perusahaan yang berada di dalam suatu indusrti
seringkali bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya di
industri lain karena produk-produk mereka merupakan barang-
98
barang substitusi. Substitusi tergantung dari beberapa faktor
sebagai berikut:
a. Apakah harga-harga barang yang substitusi atraktif.
b. Seberapa memuaskannya barang-barang substitusi dalam
hal kualitas, kinerja dan atribut-atribut lainnya.
c. Seberapa mahal dan seberapa sulit pembeli dapat berpindah
ke barang-barang subtitusi.
4. Kekuatan menawar dari pelanggan-pelanggan (bargaining
power of customer)
Pembeli dapat menjadi ancaman bagi perusahaan dengan
cara tidak membeli barang dari perusahaan, menekan harga
supaya mendapatkan diskon yang berlebih, dan mengancam
akan berpindah ke perusahaan pesaing. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan-kekuatan pembeli, antara lain:
a. Pembeli merupakan pelanggan yang besar yang membeli
dengan kuantitas banyak yang dapat menyebabkan konsesi
harga.
b. Jika jumlah pembeli sedikit.
c. Jika pembeli mempunyai pilihan untuk membeli produk
atau tidak membelinya.
99
5. Kekuatan menawar dari pemasok (bargaining power of
supplier)
Kekuatan menawar dari pemasok dapat menjadi ancaman
bagi perusahaan karena perusahaan membeli barang dari
pemasok. Jika barang dari pemasok tidak lancar sampai ke
tangan perusahaan, maka dapat mengganggu proses operasional
perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
menawar pemasok, antara lain:
a. Jumlah pemasok sedikit.
b. Kemampuan pemasok besar.
c. Kompetisi antar pemasok rendah.
Gambar 2.15 Porter’s Five Competitive Models Gambar 2. 15 Porter's Five Competitive Models
100
2.13.6 Analisis Mc Farlan’s Strategic Grid
Mc Farlan’s strategic grid digunakan untuk memetakan aplikasi SI
berdasarkan kontribusinya terhadap organisasi. Pemetaan dilakukan pada
empat kuadran yaitu strategic, key operation, support, dan high potential.
Menurut Peppard dan Ward (2016), portfolio aplikasi Mc Farlan digunakan
untuk menilai kontirbusi SI/TI (Digital) secara keseluruhan dan efeknya
terhadap kesuksesan bisnis. Gambar 2.16 dibawah ini merupakan gambar
dari portfolio aplikasi yang menampilkan sebuah analisa dari keseluruhan
aplikasi perusahaan, baik yang ada saat ini, potensial ataupun yang masih
direncanakan.
Gambar 2. 16 Mc Farlan's Strategic Grid
(Peppard dan Ward, 2016)
101
Pemaparan dari gambar 2.16 adalah sebagai berikut :
1. Strategic
Merupakan aplikasi yang memiliki pengaruh kritis terhadap
keberhasilan bisnis perusahaan di masa yang akan datang.
Aplikasi strategis merupakan aplikasi yang mendukung
perusahaan dengan memberikan keunggulan bersaing.
2. Key Operational
Merupakan aplikasi yang menunjang kelangsungan bisnis
perusahaan. Apabila terhenti, maka perusahaan tidak dapat
beroperasi dengan normal dan ini akan mengakibatkan
menurunnya keunggulan perusahaan.
3. Support
Merupakan aplikasi yang mendukung perusahaan dalam
meningkatkan efisiensi bisnis dan efektifitas manajemen,
namun tidak memberikan keunggulan bersaing.
4. High Potential
Merupakan aplikasi yang mungkin dapat menciptakan peluang
keunggulan bagi perusahaan di masa yang akan datang, namun
masih belum terbukti.
2.13.7 Analisis PESTEL
Untuk menganalisa sebuah industri dibutuhkan alat bantu untuk
memahami konteks ekonomi dan sosial makro yang luas. Analisis strategi
102
perusahaan tentu harus mencakup konteks tersebut dan memahami tren
jangka panjang dan implikasi baik untuk perusahaan maupun industri.
Menurut Peppard dan Ward (2016), analisis PESTEL (Political, Economic,
Sociological, Technological, Environmental, and Legal) merupakan analisis
yang cukup efektif untuk melakukan penilaian terhadap pengaruh eksternal
organisasi yang dapat membantu memandu pengambilan keputusan strategi.
Berikut pemaparan lingkungan makro yang mempengaruhi
kerangka kerja PESTEL (Peppard dan Ward, 2016):
1. Faktor Politik
Faktor politik meliputi kebijakan pemerintah, masalah-masalah
hukum, serta mencakup aturan-aturan formal dan informal dari
lingkungan, seperti:
a. Stabilitas pemerintah
b. Kebijakan perpajakan
c. Peraturan perdagangan luar negeri
d. Kebijakan kesejahteraan sosial.
2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi meliputi semua faktor yang mempengaruhi
daya beli dari pelanggan dan mempengaruhi iklim berbisnis
suatu perusahaan, seperti:
a. Siklus bisnis
b. Tren produk nasional bruto
c. Suku bunga
103
d. Suplai uang
e. Inflasi
f. Pengangguran
g. Penghasilan sekali pakai
3. Faktor Sosial
Faktor sosial meliput semua faktor yang dapat mempengaruhi
kebutuhan dari pelanggan dan mempengaruhi ukuran dari
besarnya pangsa pasar yang ada, seperti:
a. Demografi penduduk
b. Distribusi pendapatan
c. Mobilitas sosial
d. Perubahan gaya hidup
e. Sikap untuk bekerja dan bersenang-senang
f. Tingkat pendidikan
4. Faktor Teknologi
Faktor teknologi meliputi semua hasil yang dapat membantu
dalam menghadapi tantangan bisnis dan mendukung efisiensi
proses bisnis, seperti:
a. Pengeluaran pemerintah untuk penelitian primer
b. Pemerintah dan industri fokus pada upaya teknologi
c. Penemuan/pengembangan baru
d. Kecepatan transfer teknologi
e. Tingkat keusangan
104
5. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi semua aspek ekologi dan
lingkungan seperti:
a. Undang-undang perlindungan lingkungan
b. Pembuangan limbah
c. Perubahan iklim dan kebijakan rendah karbon
6. Faktor Hukum
Faktor hukum meliputi semua aspek hukum dimana perusahaan
beroperasi, seperti:
a. Undang-undang monopoli
b. Hukum ketenagakerjaan
c. Kesehatan dan keselamatan
d. Keamanan produk
e. Upah minimum
f. Perlindungan kekayaan intelektual.
2.14 Konsep BMT
2.14.1 Pengertian BMT
Menurut Huda dan Heykal (2010) dalam bukunya yang berjudul
Lembaga Keuangan Islam, mengungkapkan makna BMT yang terdiri dari
dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Lembaga ini didirikan
dengan tujuan untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau
105
oleh pelayanan bank Islam atau BPR Islam. Prinsip operasinya didasari oleh
prinsip bagi hasil, jual-beli (ijarah) dan titipan (wadiah).
Menurut Widodo (2000), BMT adalah balai usaha mandiri terpadu
yang isinya berintikan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil ke bawah dan kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonominya. Baitul Maal Wat Tamwil juga bisa menerima titipan
zakat, infak dan sedekah serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan
amanatnya. Selain itu, yang mendasar adalah bahwa seluruh aktivitas BMT
harus dijalankan berdasarkan prinsip muamalah ekonomi dan Islam.
Sedangkan menurut Djazuli dan Yanwari (2002), BMT adalah
lembaga ekonomi atau keuangan syari’ah non perbankan yang sifatnya
informal. Lembaga yang didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan formal lainnya sehingga
BMT disebut bersifat informal. Selain berfungsi sebagai lembaga keuangan,
BMT juga berfungsi sebagai lembaga ekonomi. BMT juga bertugas
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat.
Dari beberapa definisi BMT diatas, dapat disimpulkan bahwa BMT
adalah lembaga keuangan syariah non perbankan sebagai penunjang dalam
kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil ke bawah dan
106
berfungsi sebagai penghimpun penyalur dana kepada masyarakat dengan
prinsip bagi hasil, jual beli, ijarah, dan titipan (wadi’ah).
2.14.2 Dasar Hukum BMT
Menurut Manan (2012), status hukum BMT dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. BMT berstatus hukum koperasi.
BMT yang berbadan hukum koperasi dalam melakukan
kegiatan usahanya baik berupa menghimpun dana maupun
menyalurkannya mengacu pada aturan UU No.25 Tahun 1992
tentang perkoperasian, PP RI No.9 tahun 1995 tentang
pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi,
keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk
pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syari’ah,
dan peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
menengah 35.2/Per/M.KUKM/X/2007 tentang pedoman
standar operasional manajemen koperasi jasa keuangan
syari’ah. BMT yang berstatatus hukum koperasi seperti
Kopontren, KSU, KBMT, KSBMT.
2. BMT berstatus yayasan.
BMT yang berstatus yayasan mengacu pada UU No.28
Tahun 2004 tentang yayasan. Penggunaan status hukum
107
yayasan bagi BMT tidak sesuai dengan buku panduan BMT
yang dikeluarkan PINBUK.
3. BMT yang belum memiliki status hukum.
Pada umumnya BMT yang belum memiliki status hukum
menggunakan bentuk kelompok swadaya masyrakat atau
lembaga swadaya masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya aktivitas ekonomi berbasis syariah
membuat kehadiran regulasi yang mandiri. Saat ini BMT tunduk pada
peraturan perkoperasian, yaitu Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian yang sempat diubah menjadi Undang-Undang No 17 Tahun
2012 tentang Koperasi namun akhirnya justru di judical review ke
Mahkamah Konstitusi. KEPMEN Nomor 91/KEP/M.KUKM/IX/2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS). Aturan hukum tersebut selanjutnya dijabarkan dalam
Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) dan Petunjuk Teknik (JUKNIS) serta
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Operasional Manajemen
(SOM) yang tunduk pada PERMEN Nomor 352/PER/M.KUKM/X/2007
tentang Pedoman standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan
Syariah dan Unit Usaha Jasa Keuangan Syariah.
2.14.3 Visi, Misi, dan Tujuan BMT
Menurut Mardani (2015), visi, misi dan tujuan dari operasionalisasi
BMT adalah sebagai berikut:
108
1. Visi BMT
Visi BMT yaitu sebagai lembaga keuangan yang mandiri,
kuat dan sehat serta mengharapkan kepada setiap anggotanya
untuk mampu meningkatkan kualitas ibadah sehingga dapat
menjadi hamba Allah SWT yang mampu memberikan
kehidupan yang sejahtera bagi anggota dan umat manusia
2. Misi BMT
BMT memiliki misi dalam melaksanakan tindakan untuk
membebaskan anggota dan masyarakat dari ikatan rentenir,
perangkap kemiskinan dan ekonomi yang mengandung riba,
tindakan pemberdayaan dalam memajukan kapasitas aktivitas
ekonomi yang riil dan kelembagaannya menuju sistem
perekonomian yang makmur, maju dan adil dalam membangun
struktur masyarakat madani yang berpedoman pada syariah dan
ridha Allah SWT.
3. Tujuan BMT
Kehadiran BMT bertujuan untuk memajukan kualitas
ekonomi yang berorientasi untuk mensejahterakan anggota serta
masyarakat sekitar. Selain itu BMT juga mempunyai sifat bisnis
yang mandiri, dikembangkan dengan swadaya dan dilaksanakan
secara professional.
109
2.14.4 Fungsi dan Peran BMT
Menurut Huda dan Haykal (2010), fungsi Baitul Mal Wat Tamwil
(BMT) adalah sebagai berikut:
1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di
BMT, fungsi dari uang tersebut akan ditingkatkan, sehingga
timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan
unit defisit (pihak yang kekurangan dana).
2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat
pembayaran yang sah yang mampu memberikan kemampuan
untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga maupun perorangan
3. Sumber pendapatan, dimana BMT dapat menciptakan lapangan
pekerjaan dan memberikan pendapatan kepada para
pegawainya.
4. Pemberi informasi, dengan memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai resiko keuntungan dan peluang yang ada
pada lembaga tersebut.
5. Sebagai lembaga keuangan mikro Islam yang dapat
memberikan pembiayaan bagi hasil usaha kecil, mikro,
menengah dan juga koperasi dengan kelebihan tidak meminta
jaminan yang memberatkan bagi pihak tersebut.
110
Sedangkan fungsi BMT di masyarakat adalah sebagai berikut:
6. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola
menjadi lebih professional, salaam (selamat, damai, dan
sejahtera), amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam
berjuan serta berusaha dalam menghadapi tantangan global.
7. Mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang
dimiliki oleh masyarakat dapat dimanfaatkan secara optimal di
dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan masyarakat
lainnya.
8. Mengembangkan kesempatan kerja.
9. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar
produk-produk anggota. Memoerkuat dan meningkatkan
kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan social masyarakat
lainnya.
Selain fungsi, Menurut Huda dan Haykal (2010) BMT juga memiliki
beberapa peran, antara lain:
1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non
Islam melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti
penting sistem ekonomi Islam. Hal ini bias dilakukan dengan
pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang
Islami. Misalnya ada bukti dalam bertransaksi, dilarang curang
111
dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen, dan
sebagainya.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT juga
harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai keuangan
mikro, misalnya dengan jalan berdampingan, pembinaan,
penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.
3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, mesyarakat yang
masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu
memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan
segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih
baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang
sederhana dan lain sebagainya.
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang
merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat
yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu
langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka
pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya
dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan
kelayakan usaha dalam hal golongan nasabah dan juga jenis
pembiayaan yang dilakukan.
112
2.14.5 Prinsip-Prinsip BMT
Menurut Mardani (2015), terdapat beberapa prinsip dasar dan
prinsip operasional BMT. Dibawah ini adalah prinsip dasar pendirian BMT,
antara lain:
1. Ketakwaan dan kepercayaan kepada Allah SWT, dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam di
dalam masyarakat.
2. Keterpaduan (kaffah), yaitu nilai spiritual yang memiliki fungsi
memusatkan dan menjalankan etika serta moral yang dinamis,
proaktif, progresif, adil dan berakhlak mulia.
3. Operasional yang bersifat kekeluargaan.
4. Mandiri.
5. Hubungan yang menjalin kebersamaan.
6. Professional.
7. Istiqomah; stabil yang dilakukan secara terus menerus dan tanpa
putus asa yang pelaksanaannya hanya mengharap ridha Allah
SWT.
Sedangkan prinsip operasional BMT berdasarkan prinsip syariah.
Yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah:
1. Terhindar dari maisir (perjudian).
2. Terhindar dari gharar (penipuan).
3. Terhindar dari risywah (suap).
113
4. Terhindar dari riba (bunga).
2.14.6 Struktur Organisasi BMT
Pemaparan tugas setiap bagian pada gambar 2.17 adalah sebagai
berikut:
1. Musyawarah Anggota Pemegang Saham Pokok, memiliki tugas
menentukan prosedur makro BMT.
2. Dewan Syariah, memiliki tugas memantau serta mengukur
operasional BMT.
3. Manager, memiliki tugas melaksanakan instruksi musyawarah
anggota BMT dan memimpin jalannya BMT dalam
melaksanakan program-programnya.
Gambar 2.17 Struktur Organisasi BMT (Standar PINBUK) Gambar 2. 17 Struktur Organisasi BMT (Standar PINBUK)
114
4. Pembina Manajemen, memiliki tugas dalam pembinaan
operasional BMT untuk menjalankan program-programnya.
5. Pemasaran, memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi serta
pengelolaan terhadap produk-produk BMT.
6. Kasir, memiliki tugas pembukuan atas asset dan omset BMT.
Tidak semua BMT mempunyai struktur organisasi yang sama, hal
tersebut disebabkan oleh:
1. Cakupan bagian BMT.
2. Efektivitas dalam manajemen organisasi BMT.
3. Tujuan prosedur-prosedur kerja yang akan dilaksanakan.
4. SDM yang dibutuhkan dalam melaksanakan operasionalisasi
BMT.
2.14.7 Model Pembiayaan BMT
Masyarakat dapat memilih empat model pembiayaan BMT untuk
pembiayaan produktif yang diperuntukkan sebagai modal kerja maupun
model investasi. Secara umum Sumiyanto (2008) mengklasifikasikan
pembiayaan BMT menjadi empat model, antara lain:
1 Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Syirkah dalam Bahasa Arab artinya pencampuran atau interaksi
atau membagi sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum
115
kebiasaan yang ada. Prinsip syirkah untuk produk pembiayaan BMT
dapat dioperasikan dengan pola-pola sebagai berikut:
a. Musyarakah
Musyarakah merupakan kerjasama dalam suatu usaha oleh
dua pihak. Ketentuan umum dalam akad musyarakah adalah
sebagai berikut:
Semua modal disatukan untuk menjadi modal proyek
musyarakah dan dikelola bersama-sama.
Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh
pelaksana usaha.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek
musyarakah dengan tidak boleh melakukan tindakan
seperti: menggabungkan dana proyek dengan dana
pribadi, menjalankan proyek dengan pihak lain tanpa
seizin pemilik modal lainnya.
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan
atau digantikan oleh pihak lain.
Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama
bila; menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia,
dan menjadi tidak cakap hukum.
116
Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek jangka waktu,
maka proyek harus diketahui bersama dan proyek yang
dijalnkan harus disebutkan dalam akad.
b. Mudharabah
1) Pengertian Mudharabah
Menurut Karim (2008), pembiayaan mudharabah
adalah bentuk kontrak antara dua belah pihak dimana satu
pihak berperan sebagai pemilik modal dan
mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh
pihak kedua yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan.
Dalam pelaksanaan pembiayaan mudharabah,
Sumiyanto (2008) memaparkan beberapa ketentuan umum
yang berlaku, antara lain:
BMT
Modal
Usahan
Tenaga
Modal
Keuntungan
Anggota
X% Nisbah
X% Nisbah
Pembayaran
Gambar 2.18 Skema Akad Musyarakah (Sumiyanto, 2008) Gambar 2. 18 Skema Akad Musyarakah
117
Jumlah modal yang diserahkan kepada anggota
selaku pengelola modal harus diserahkan tunai,
dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan
nilainya dalam satuan uang.
Apabila uang diserahkan secara bertahap, harus
jelas dan disepakati bersama.
Hasil dari pengelolaan pembiayaan mudharabah
dapat diperhitungkan dengan dua acara, yaitu:
o Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan
dalam akad, pada bulan atau waktu yang
ditentukan. Pemilik modal menanggung
seluruh kegiatan kecuali akibat kelalaian dan
penyimpangan pihak pengusaha.
o Pemilik modal berhak melakukan pengawasan
terhadap pekerjaan. Namun, tidak berhak
mencampuri urusan pekerjaan anggota. Jika
anggota cidera janji dnegan sengaja misalnya
tidak mau membayar kewajiban atau menunda
kewajiban, maka dapat dikenakan sanksi
administrasi.
2) Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad
mudharabah
Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
118
Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua
pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pelaksana
pemilik modal (shahib almal), sedangkan pihak
kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib
atau ‘amil). Tanpa dua pelaku ini, maka akad
mudharabah tidak ada.
Objek mudharabah (modal dan kerja)
Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai
objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha
menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah.
Modal yang diserahkan bias berbentuk uang atau
barang yang dirinci berapa nilai uangnya,
sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk
keahlian, keterampilan, selling skill, management
skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini akad
mudharabah tidak ada.
Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
Rukun yang ketiga yakni persetujuan kedua belah
pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-
taradin minkum (sama-sama rela). Disini kedua
belah pihak harus secara rela bersepakat untuk
mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si
pemilik dana setuju dengan peannya untuk
119
mengkontribusikan dananya, sementara pelaksana
usaha pun harus setuju dengan perannya untuk
mengkontribusikan kerja.
Nisbah keuntungan
Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak
diterima oleh kedua belah pihak yang ber-
mudharabah. Mudharib mendapat imbalan atas
kerjanya, sedangkan shahib al-mal mendapat
imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah
keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya
perselisihan antara kedua belah pihak mengenai
cara pembagian keuntungan.
3) Ketentuan kerjasama Mudharabah
Kerjasama shahibul maal dalam memberikan dana
100% kepada mudharib adalah:
Jumlah modal yang diserahkan kepada anggota
selaku pengelola modal harus diserahkan tunai,
dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan
nilainya dalam satuan uang.
Apabila uang diserahkan secara bertahap, harus
jelas tahapannya dan disepakati bersama.
Hasil dari pengelolaan pembiayaan mudharabah
dapat diperhitungkan dengan dua acara yaitu:
120
pertama, hasil usaha dibagi sesuai dengan
persetujuan dalam akad pada bulan atau waktu yang
ditentukan. BMT selaku pemilik modal
menanggung seluruh kegiatan kecuali akibat
kelalaian dan penyimpangan pihak pengusaha. Dan
kedua, BMT berhak melakukan pengawasan
terhadap pekerjaan namun tidak berhak
mencampuri urusan pekerjaan anggota. Jika
anggota cidera janji dengan sengaja misalnya tidak
mau membayar kewajiban atau menunda
kewajiban, maka dapat dikenakan sanksi
administrasi.
2. Prinsip Jual Beli (Tijarah)
Jual beli secara etimologi berarti menukar harta dengan harta,
sedangkan secara termilogis artinya adalah transaksi penukaran
Akad
MudharabaBMT
Modal
X%
Anggota
Tenaga
Kerja
Proyek
Usaha
X% Keuntung
Gambar 2. 19 Skema Akad Mudharabah
121
selain fasilitas dan kenikmatan. Sedangkan prinsip jual beli dapat
dikembangkan menjadi bentuk-bentuk pembiayaan sebagai berikut:
a. Murabahah
Menjual dengan modal asli bersama tambahan keuntungan
yang jelas. Dalam penerapannya BMT bertindak seagai pembeli
sekaligus penjual barang halal tertentu yang dibutuhkan
anggota. Besarnya keuntungan yang diambil oleh BMT atas
transaksi murabahah bersifat konstan. Keadaan ini berlangsung
sampai akhir pelunasan utang oleh anggota kepada BMT.
Secara umum murabahah memiliki syarat-syarat berikut:
BMT memberitahu biaya modal (harga pokok) kepada
anggota.
Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang
ditetapkan.
Kontrak harus bebas riba’.
Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi
cacat atas barang sesudah pembelian.
122
Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan
secara hutang.
b. Bai’ As Salam
Akad pembelian barang yang mana barang yang dibeli
diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya
dilakukan secara tunai di muka. Dalam transaksi ini ada
kepastian tentang kualitas, kuantitas, harga dan waktu
penyerahan. Ketentuan umum dalam bai’ as salam adalah:
Pembelian hasil produksi harus diketahui
spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam,
ukuran, muta dan jumlahnya.
Apabila hasil produksi diterima cacat atau tidak sesuai
dengan akad, anggota harus bertanggung jawab.
Mengingat BMT tidak menjadikan barang yang dibeli
atau dipesannya sebagai persediaan, maka BMT
BMT Beli Tunai
Supplier/Produsen
Kirim Barang Anggota
Jual Barang Pembayaran
Tangguh/Angsuran
Gambar 2. 20 Skema Pembiayaan Murabahah
123
dimungkinkan melakukan akad salam dengan pihak
ketiga.
c. Bai’ Al Istishna
Bai’ Al Istishna merupakan kontak penjualan antara
pembeli dan BMT. Dalam kontak ini, BMT menerima pesanan
dari pembeli kemudian berusaha melalui orang lain untuk
mengadakan barang sesuai dengan pesanan. Kedua belah pihak
BMT dan pemesan bersepakat atas harga serta sistem
pembayaran seperti pembayaran dilakukan dimuka, melalui
cicilan atau ditangguhkan sampai waktu pada masa yang akan
datang. Bai’ al istishna merupakan suatu jenis khusus dari akad
bai’ as salam.
3. Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi dengan adanya pemindahan manfaat.
Objek transaksi dalam ijarah adalah jasa. Pada akhir masa sewa,
BMT dapat saja menjual barang yang disewakan kepada anggota.
Karena dalam kaidah syari’ah dikenal dengan nama ijarah
mutahiyah bit tamlik (sewa yang dikuti dengan perpindahan
Gambar 2. 21 Skema Pembiayaan Akad Bai' Al Istishna
124
kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal
perjanjian.
4. Prinsip Jasa
Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar
akadnya adalah ta’awuni atau tolong-menolong. Berbagai
pengembangan dalam akad ini meliputi:
a. Al Wakalah
Wakalah berarti BMT menerima amanah dari investor yang
akan menanam modalnya kepada anggota, investor menjadi
percaya kepada anggota karena adanya BMT yang akan
mewakilinya dalam penanaman investasi. Atas jasa ini, BMT
dapat menerapkan management fee yang besarnya tergantung
kesepakatan para pihak.
b. Kafalah
Kafalah berarti pengalihan tanggung jawab seseorang yang
dijamin kepada orang lain yang menjamin. BMT dapat berperan
sebagai penjamin atas transaksi yang dijalankan oleh
anggotanya. Rekan bisnis anggota dapat semakin yakin atas
kemampuan anggota BMT dalam memenuhi atau membayar
sejumlah dana yang terhutang. Atas jasa ini, BMT dapat
menerapkan management fee sesuai kesepakatan.
125
c. Hawalah
Hawalah atau hiwalah berarti pengalihan hutang dari orang
yang berhutang kepada si penanggung. Hawalah dapat terjadi
kepada:
Factoring atau anjak piutang, yaitu anggota yang
mempunyai piutang mengalihkan piutang tersebut
kepada BMT dan BMT membayarnya kepada nasabah,
lalu BMT akan menagih kepada orang yang berhutang.
Post date check, yaitu BMT bertindak sebagai juru tagih
atas piutang nasabah tanpa harus mengganti terlebih
dahulu.
Bill discounting, secara prinsip transaksi ini sama
dnegan hawalah pada umumnya.
d. Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam
sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya. Barang
yang ditahan adalah barang-barang yang memiliki nilai
ekonomis sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam sistem
ini orang yang menggadaikan barangnya tidak akan dikenai
bunga tetapi BMT dapat menetapkan sejumlah fee atau biaya
atas pemeliharaan, penyimpanan dan administrasi. Besarnya fee
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya masa gadai
dan jenis barangnya.
126
2.15 Literatur Sejenis
Studi literatur merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara
membaca, memahami, mengkritik, dan mereview literature dari berbagai macam
sumber. Sumber-sumber yang didapat dijadikan sumber literatur antara lain tugas
akhir atau skripsi sejenis, prosiding dan jurnal-jurnal yang terkait dengan penelitian
yang akan diteliti. Tujuan dilaksanakan studi literature adalah sebagai sumber
informasi dan perbandingan pada penelitian yang akan dibuat.
Adapun sumber literatur sejenis dapat dilihat pada table berikut ini:
12
7
Ta
bel
2.
2 L
iter
atu
r S
ejen
is
No
Su
mb
er
Met
od
e/
Fra
mew
ork
Tools
U
lasa
n S
ingk
at
1
“Per
enca
naa
n S
trat
egis
Sis
tem
dan
Tek
nolo
gi
Info
rmas
i B
erb
asis
Valu
e
Bis
nis
(B
e V
ista
Pla
nnin
g)
Pad
a B
PR
Meg
a A
rtha
Sej
ahte
ra”,
Ade
Rin
a S
ura
lani,
2011
Be
Vis
ta
Pla
nnin
g
(BV
P)
CS
F, S
WO
T,
Valu
e
Chain
, M
c F
arl
an’s
Str
ate
gic
Gri
d, P
ort
er’s
Fiv
e F
orc
e C
om
pet
itiv
e
Model
Pen
elit
ian i
ni
men
gkaj
i la
ngk
ah-l
angk
ah d
alam
mel
akukan
per
enca
naa
n s
trat
egi
SI/
TI
den
gan
men
ggun
akan
met
ode
BV
P y
ang m
engh
asil
kan
keu
nggula
n k
om
pet
itif
dal
am
men
gh
adap
i per
sain
gan
den
gan
BP
R l
ain d
an m
enin
gkat
kan
day
a sa
ing B
PR
.
2
“Per
enca
naa
n S
trat
egis
Sis
tem
Info
rmas
i D
alam
Men
dukung
Pen
gem
ban
gan
E-
Gove
rnm
ent
Pad
a
Pem
erin
tahan
Kota
Ser
ang”,
R. H
udan
Much
tadi,
2013
Anit
a
Cas
sid
y
CS
F,
Valu
e C
hain
,
SW
OT
, P
ES
T,
Mc
Farl
an’s
Str
ate
gic
Gri
d,
Model
Inv
esta
si T
I
Pem
erin
tah (
MIT
IP)
Pen
elit
ian i
ni
men
gkaj
i la
ngk
ah-l
angk
ah d
alam
per
enca
nan
stra
tegi
SI
men
ggun
akan
met
odolo
gi
Anit
a C
assi
dy y
ang
men
gh
asil
kan
cet
ak b
iru d
alam
pen
gem
ban
gan
e-
gove
rnm
ent
pad
a P
emer
inta
han
Kota
Ser
ang s
ehin
gga
dap
at
men
dukung t
erw
uju
dn
ya
vis
i dan
mis
i se
rta
tata
pem
erin
tah
an y
ang l
ebih
bai
k.
3
“Per
enca
naa
n S
trat
egis
Sis
tem
Info
rmas
i D
engan
Pen
dek
atan
War
d a
nd
Pep
par
d d
an A
rchit
ectu
re
Pep
par
d &
War
d,
TO
GA
F
Valu
e C
hain
, S
WO
T,
CS
F,
Mc
Farl
an S
trate
gic
Gri
d, P
ES
T,
Arc
him
ate
,
Pla
tform
Tek
nolo
gi,
Pen
elit
ian i
ni
men
gkaj
i la
ngk
ah-l
angk
ah d
alam
per
enca
naa
n
stra
tegi
SI
men
ggun
akan
pen
dek
atan
Pep
par
d d
an W
ard
den
gan
mam
asukkan
arc
hit
ectu
re d
eliv
ery
pad
a T
OG
AF
untu
k m
enci
pta
kan
inovas
i te
rhad
ap p
eren
canaa
n d
an
12
8
Del
iver
y p
ada
TO
GA
F”,
Rey
nold
Okta
via
n, 2013
Tec
hno
logy
Port
foli
o
Cata
log
imple
men
tsi
SI/
TI
yan
g b
erkel
anju
tan a
gar
mam
pu
men
capai
tuju
an d
an s
asar
an b
isn
isn
ya.
4
“Per
enca
naa
n S
trat
egis
Sis
tem
Info
rmas
i P
ada
PT
Sas
mit
a W
ikra
ma
Nusa
nta
ra”,
Hayyu
mit
ya
Des
min
, 2014
Pep
par
d d
an
War
d
CS
F, S
WO
T,
Valu
e
Chain
, P
ES
T,
Port
er’s
Fiv
e C
om
pet
itiv
es F
orc
es
Pen
elit
ian i
ni
men
gkaj
i la
ngk
ah-l
angk
ah d
alam
per
enca
naa
n
stra
tegi
SI
den
gan
men
ggunak
an m
etodolo
gi
Pep
par
d d
an
War
d y
ang m
enghas
ilkan
usu
lan u
ntu
k S
I P
roje
ct
Monit
ori
ng
dan
men
yaj
ikan
SI
yan
g d
ibutu
hkan
dan
ber
man
faat
bag
i per
usa
haa
n a
gar
dap
at m
enduku
ng d
an
men
ingkat
kan
kin
erja
per
usa
haa
n d
i se
tiap
unit
ker
ja.
5
“Per
enca
naa
n S
trat
egi
Dig
ital
Pad
a C
V A
nu
gra
h
Pri
ma”
, R
idw
an H
alif
i,
2017
Pep
par
d d
an
War
d
CS
F,
Valu
e C
hain
,
SW
OT
, P
ES
TE
L,
Port
er’s
Fiv
e F
orc
es,
port
foli
o M
c F
arl
an’s
stra
tegic
gri
d
Pen
elit
ian i
ni
men
gkaj
i d
ata
per
enca
naa
n s
trat
egi
dig
ital
yan
g m
enca
kup S
I d
an T
I d
engan
men
ggun
akan
fra
mew
ork
Pep
par
d d
an W
ard y
ang m
engh
asil
kan
bag
aim
ana
ben
tuk
rum
usa
n s
trat
egi
dig
ital
untu
k p
erusa
haa
n y
ang m
emil
iki
core
bis
nis
di
bid
ang j
asa.
6
“Per
enca
naa
n S
trat
egi
Dig
ital
Pad
a B
PR
S A
l-
Sal
aam
”, M
uham
mad
Nau
fal,
2018
Pep
par
d d
an
War
d
Port
er’s
Fiv
e F
orc
es,
PE
ST
, A
ppli
cati
on
Port
foli
o, S
WO
T,
Inte
rnal
Valu
e C
hain
,
Cust
om
er R
esourc
e L
ife
Cyc
le, B
ala
nce
d
Sco
reca
rd,
CS
F
Pen
elit
ian i
ni
men
gkaj
i la
ngk
ah-l
angk
ah d
alam
mer
enca
nak
an s
trat
egi
dig
ital
yan
g m
ampu m
eman
faat
kan
teknolo
gi
dig
ital
den
gan
mem
per
tim
ban
gk
an n
ilai
str
ateg
is
sert
a kem
ampu
an S
I/T
I yan
g d
imil
iki
untu
k m
erai
h v
isi,
mis
i dan
tuju
an B
PR
S A
l-S
alaa
m.
19
129
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu langkah yang penting dilakukan
dalam penelitian untuk memperoleh data atau informasi serta referensi yang
lengkap dalam mendukung materi penelitian. Dalam melakukan pengumpulan data
pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa metode pengumpulan data, yaitu
observasi, wawancara, dan studi literatur. Berikut pemaparan dari metode
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti.
3.1.1 Observasi
Melalui observasi atau pengamatan langsung terhadap proses dan
kegiatan bisnis yang berjalan pada BMT Al-Mujahidin, peneliti mendapatkan
kondisi BMT Al-mujahidin saat ini. Hasil yang dicapai dari kegiatan observasi
ini didapatkan dengan terjun langsung di BMT Al-Mujahidin pada saat
beroperasi. Letak BMT AL-Mujahidin di lantai dua di gedung sebelah Masjid
Agung Al-Mujahidin. Observasi dilakukan dibawah pengawasan Pengurus
BMT Al-Mujahidin yaitu Ir. H. Muhammad Habil, MM selaku Sekretaris BMT
Al-Mujahidin, yang dilakukan pada bulan Januari 2018 yang bertempat di
kantor BMT Al-Mujahidin Jalan Siliwangi No 2 Pamulang Kota Tangerang
Selatan. Dari hasil observasi yang dilakukan, peneliti mendapatkan sejarah
130
singkat, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, serta produk-produk yang
disediakan oleh BMT Al-Mujahidin.
3.1.2 Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap pihak yang terkait di BMT Al-
Mujahidin. Peneliti melakukan wawancara yang dilakukan pada tanggal 13
Januari 2018 kepada Pengurus BMT yang diwakilkan oleh Bapak Ir.
Muhammad Habil, MM selaku Sekretaris BMT Al-Mujahidin.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, maka didapatkan data
informasi berupa kondisi sistem informasi, teknologi informasi, dan
infrastruktur pada BMT AL-Mujahidin. (Hasil wawancara dapat dilihat pada
lampiran)
3.1.3 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari
artikel, buku, surat kabar, dan lain-lain untuk menggali teori-teori yang telah
berkembang dalam bidang ilmu yang terkait. Dalam penelitian ini, studi
literatur dilakukan dengan cara mempelajari dokumen atau referensi yang
terkait dengan teori Strategic Planning of Information System oleh Peppard dan
Ward, serta analisis tools lainnya yang mendukung penelitian ini. Secara
lengkapnya daftar buku, jurnal dan situs web yang terkait dalam penulisan
penelitian ini dapat dilihat dalam daftar pustaka.
131
3.2 Framework Analisis Perencanaan Strategi Digital
Penelitian ini menggunakan framework Peppard dan Ward untuk
menganalisis data dan informasi. Framework Peppard dan Ward terdiri dari tahapan
masukan, tahap proses identifikasi strategi dan tahapan keluaran. Tahapan masukan
terdiri dari analisis lingkungan bisnis eksternal, analisis lingkungan bisnis internal,
analisis lingkungan SI/TI internal, analisis lingkungan SI/TI eksternal. Tahap
proses identifikasi strategi mengidentifikasi hasil analisis dari tahap masukan.
Kemudian tahapan keluaran terdiri dari strategi digital yang mencakup strategi
SI/TI, dan strategi manajemen SI/TI.
3.2.1 Tahap Masukan
3.2.1.1 Analisis Lingkungan Bisnis Internal
Dalam tahap ini yang dilihat adalah hasil wawancara dan
observasi terhadap proses kerja setiap unit dalam BMT Al-Mujahidin.
Kemudian melakukan analisis dengan tools yang digunakan, yaitu
analisis Balanced Scorecard, analisis CSF, analisis SWOT, dan
analisis Value Chain.
a. Analisis Balanced Scorecard
Analisis ini dilakukan untuk melakukan memetakan
tujuan strategi bisnis kedalam empat perspektif, antara lain
perspektif financial, perspektif customer, perspektif
internal business operations, dan perspektif learning and
132
growth. Pemetaan tujuan strategi bisnis ini didefinisikan
berdasarkan analisis-analisis sebelumnya yang
menggambarkan kondisi lingkungan BMT Al-Mujahidin
saat ini. Setelah melakukan pemetaan tujuan strategi
bisnis, penulis juga memetakan tolak ukur keberhasilan
dari setiap tujuan tersebut.
b. Analisis CSF (Critical Success Factors)
Analisis ini dilakukan untuk menentukan tindakan
yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan tujuan
yang telah didefinisikan pada analisis Balanced Scorecard.
Analisis CSF sangat diperlukan guna membantu pihak
BMT Al-Mujahidin dalam mengambil sebuah tindakan
dengan tolak ukur keberhasilan yang sudah terdefinisikan.
c. Analisis SWOT
Analisis ini dilakukan untuk menganalisis faktor-
faktor strategi perusahaan yang terdiri dari kekuatan
(strengths), kelemahan (weakness), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam kondisi yang
ada saat ini pada BMT Al-Mujahidin. Manfaat dari teknik
SWOT dapat membantu BMT untuk mengetahui dan
mengenali kekuatan dan kelemahan bagi BMT beserta
peluang dan ancamannya, sehingga dengan keempat
133
indikator tersebut BMT Al-Mujahidin dapat menemukan
gambaran dan arah yang jelas seperti apa BMT akan
berkembang dikemudian hari dengan strategi yang ada saat
ini dan strategi baru yang akan diterapkan demi
eksistensinya dalam industri keuangan.
d. Analisis Value Chain
Analisis ini dilakukan dengan memetakan proses
kerja BMT Al-Mujahidin berdasarkan pengamatan yang
dilakukan terhadap proses kerja yang terjadi di masing-
masing unit kerja, baik dari aktifitas utama maupun aktifitas
pendukung.
3.2.1.2 Analisis Lingkungan Bisnis Eksternal
Dalam tahap ini yang dilihat adalah hasil wawancara
dengan pimpinan BMT. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis
dari sisi politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan dan hukum
yang mempengaruhi BMT. Adapun tools yang digunakan dalam tahap
ini adalah Porter’s five forces competitive models dan PESTEL.
a. Porter’s five forces competitive models
Analisis ini dilakukan untuk mengkaji perbandingan
posisi BMT Al-Mujahidin dengan kekuatan eksternal yang
mempengaruhi proses bisnis perusahaan. Dengan analisis
134
tersebut, BMT dapat mengidentifikasikan ancaman
masuknya pendatang baru, persaingan yang ada di antara
perusahaan sejenis, ancaman dari produk atau jasa
pengganti.
b. PESTEL
Analisis ini dilakukan terhadap faktor lingkungan
eksternal bisnis yang meliputi bidang politik, ekonomi,
sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum. Dari analisis ini
BMT Al-Mujahidin dapat mengetahui pengaruh lingkungan
politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum
yang akan mempengaruhi BMT Al-Mujahidin.
3.2.1.3 Analisis Lingkungan SI/TI Internal
Dalam tahap ini yang dilihat adalah hasil wawancara dan
observasi terhadap kondisi SI/TI BMT saat ini mencakup hardware,
software, database, serta jaringan komputer yang kemudian di analisis
dengan menggunakan teknik analisis MC Farlan’s Strategic Grid.
Analisis ini terdiri dari empat kuadran, yaitu strategic, high potential,
key operation, dan support, yang digunakan untuk memetakan
aplikasi SI berdasarkan kontribusinya terhadap BMT Al-Mujahidin
dan pengembangannya di masa yang akan datang.
135
3.2.1.4 Analisis Lingkungan SI/TI Eksternal
Dalam tahap ini analisis digunakan untuk melihat
perkembangan teknologi saat ini untuk mengetahui bagaimana
pengaruh perkembangan teknologi dan manfaatnya terhadap BMT.
Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk mengetahui pengetahuan
tentang SI/TI yang digunakan oleh pihak eksternal seperti kompetitor
atau perusahaan lain yang memiliki hubungan dan mempengaruhi
bisnis BMT. Salah satu aspek dari analisis ini adalah untuk
mengkategorikan elemen-elemen yang potensial dan berharga dari
teknologi untuk dapat di evaluasi dan dimanfaatkan oleh BMT.
3.2.2 Tahap Proses Identifikasi Strategi Digital
Proses identifikasi strategi digital merupakan tahapan untuk
menentukan strategi digital yang mencakup strategi SI/TI berdasarkan hasil
analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil analisis pada tahap masukan
menjadi acuan untuk menentukan strategi digital yang akan diusulkan.
3.2.3 Tahap Keluaran
3.2.2.1 Strategi SI
Strategi SI berisikan penjelasan portfolio aplikasi sistem
informasi yang penulis usulkan yang didapatkan dari analisis
kebutuhan SI yang dihasilkan dengan bantuan beberapa analisis tools
136
yang sudah dipaparkan sebelumnya. Sehingga dihasilkan solusi
strategi SI yang selaras dengan strategi bisnis BMT AL-Mujahidin.
3.2.2.2 Strategi TI
Strategi TI menjabarkan bagaimana solusi TI yang
diusulkan dapat mengoptimalkan implementasi strategi SI. Sehingga
dapat menghasilkan cakupan strategi TI dalam memenuhi kebutuhan
kegiatan bisnis BMT Al-Mujahidin. strategi TI dapat berupa usulan
arsitektur jaringan komputer yang relevan yang dapat mendukung
implementasi strategi SI.
3.2.2.3 Strategi Manajemen SI/TI
Strategi managemen SI/TI pada BMT Al-Mujahidin
didapatkan dari hasil analisis perencanaan strategi digital berupa
kebijakan organisasi dalam menerapkan strategi digital sesuai kondisi
manajemen. Keluaran dari tahap ini berupa usulan bentuk dan strategi
pengelolaan SI/TI beserta SDM BMT AL-Mujahidin.
3.3 Kerangka Penelitian
Untuk menyusun sebuah perencanaan strategi digital dibutuhkan sebuah
kerangka penelitian yang berfungsi sebagai pedoman sistematis untuk
melaksanakan perencanaan strategi digital. Gambar 3.1 peneliti sajikan kerangka
penelitian perencanaan strategi menggunakan framework Peppard dan Ward.
137
Gambar 3. 1 Kerangka Penelitian
Mulai
Observasi
(Nazir, 2014)
Metode Pengumpulan Data
Wawancara
(Nazir, 2014)
Studi Literatur
(Nazir, 2014)
Analisis Lingkungan Bisnis Internal
(BSC, CSF, SWOT, Value Chain)
Analisis Lingkungan Bisnis Eksternal
(PESTEL, Porter’s Five Competitive)
Analisis Lingkungan SI/TI internal
(Mc Farlan’s Strategic Grid)
Analisis Lingkungan SI/TI Eksternal
(PESTEL, Porter’s Five Competitive)
Strategi Managemen
SI/TI
Strategi TI
Strategi SI
Tahap Masukan
Tahap Proses Identifikasi
Strategi Digital
Tahap Keluaran
Framework
Peppard & Ward
Future Application
Portfolio
Selesai
Perencanaan Strategi Digital Framework
Peppard & Ward
129
138
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Perusahaan
4.1.1 Profil BMT AL-Mujahidin
BMT Al-Mujahidin merupakan salah satu wujud perkembangan
sistem ekonomi Islam di Indonesia. Sejak awal pencetusan Baitul Mal wa
Tamwil (BMT) secara nasional oleh Ikatan Cendikiawan Muslim (ICMI)
pada tahun 1995, BMT Al-Mujahidin telah ikut serta dan mengalami pasang
surut usahanya. Dengan dukungan beberapa pengurus yayasan Al-
Mujahidin, beberapa jama’ah, serta rekan-rekan dari BMT Al-
Munawwarah, BMT Al-Mujahidin resmi didirikan pada 1 Juni 2004 dengan
mengambil bentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) sebagai
legalitas dan status hukum. BMT Al-Mujahidin fokus pada jenis usaha
lembaga keuangan mikro syariah yang telah memiliki legalitas Badan
Hukum No.518/89/BH/Koperasi. Saat ini BMT Al-Mujahidin menempati
kantor seluas 33 M2 di lantai dua bangunan pendukung Masjid Al-Mujahidin
yang bertempat di Jalan Siliwangi Raya No.02 Komplek Masjid Agung Al-
Mujahidin Pamulang, Tangerang Selatan.
BMT merupakan institusi yang menjalankan dua kegiatan secara
terpadu, yaitu Baitul Maal (melakukan kegiatan sosial dan dakwah) dan
Baitul Tamwil (melakukan kegiatan bisnis), sehingga dengan hadirnya
139
BMT Al-Mujahidin dikalangan masyarakat sekitar sebagai lembaga
keuangan mikro sangat dirasakan manfaatnya terutama oleh masyarakat
tgkecil, karena di satu sisi hanya dengan lembaga keuangan mikro seperti
BMT AL-Mujahidin diyakini bahwa kebutuhan terhadap akses permodalan
dan manajemen usaha pengusaha kecil mikro dapat dijembatani melalui
produk yang ditawarkan oleh BMT seperti simpanan, pembiayaan, dll, dan
disisi lain dapat melaksanakan kegiatan sosial seperti menggalang titipan
dana sosial, seperti zakat, infaq, dan sadaqah. Dengan bermodalkan
komitmen dalam pemberdayaaan pengusaha kecil mikro serta dalam upaya
menggali potensi yang ada, BMT Al-Mujahidin terus berupaya untuk
mengusahakan dan membantu mempermudah akses permodalan usaha kecil
mikro.
4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan
Visi
Menjadi lembaga keuangan yang mandiri dan professional
dalam melayani usaha kecil mikro.
Misi
Menjadi lembaga keuangan yang menekankan pada kemitraan
usaha dan keunggulan manajemen untuk memaksimalkan nilai
kepada seluruh anggota.
140
Tujuan
Untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui kegiatan
ekonomi kerakyatan yang menaruh perhatian pada nilai dan
aturan-aturan muamalat yang sehat.
4.1.3 Logo Perusahaan
Berikut ini merupakan logo BMT Al-Mujahidin:
Gambar 4. 1 Logo BMT Al-Mujahidin
141
4.1.4 Struktur Organisasi
Berikut merupakan struktur organisasi BMT Al-Mujahidin
Pamulang.
4.1.5 Uraian Tugas
Berikut merupakan uraian tugas dari setiap divisi yang ada pada
BMT Al-Mujahidin:
1. Pengurus
Pengurus BMT Al-Mujahidin terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan
Bendahara. Berikut uraian tugas pengurus:
Rapat Anggota
Tahunan
Badan Pengawas
Managemen
Badan Pengawas
Syariah Pengurus
Manajer
Operasional
Pembiayaan Keuangan
Teller Administrasi AO/FO Kolektor
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi BMT Al-Mujahidin
142
a. Ketua
Fungsi utama
Melakukan pengawasan secara keseluruhan atas
aktivitas lembaga dalam rangka menjaga sumber daya
BMT Al-Mujahidin dan memberikan arahan dalam
upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas
BMT Al-Mujahidin.
Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab atas aktivitas BMT Al-
Mujahidin dan melaporkan perkembangan unit
BMT kepada seluruh anggota melalui mekanisme
yang telah disepakati.
2) Terseleksinya calon karyawan sesuai dengan
formasi yang dibutuhkan dan mengeluarkan surat
keputusan pengangkatan atau pemberhentian
karyawan.
3) Terkendalinya aktivitas simpan pinjam di BMT Al-
Mujahidin.
4) Terjaganya kondisi kerja yang aman dan nyaman
di BMT Al-Mujahidin.
5) Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-
pihak luar dalam rangka mengembangkan usaha
BMT Al-Mujahidin.
143
6) Menjaga BMT Al-Mujahidin agar dalam
aktivitasnya senantiasa tidak lari dari visi dan misi.
7) Meningkatkan kualitas SDM BMT Al-Mujahidin
b. Sekretaris
Fungsi Utama
Melakukan pengelolaan pengadministrasian segala
sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas badan pengurus.
Tanggung Jawab
1) Mengadministrasikan seluruh berkas yang
menyangkut keanggotaan BMT.
2) Mengadministrasikan semua surat masuk dan
keluar, khususnya yang berkaitan dengan badan
pengurus.
3) Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi
kegiatan badan pengurus
4) Mendistribusikan setiap hasil rapat
pengurus/anggota kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
c. Bendahara
Fungsi Utama
Melakukan pengelolaan keuangan BMT Al-Mujahidin
secara keseluruhan diluar unit-unit yang ada.
144
Tanggung Jawab
1) Mengeluarkan laporan keuangan BMT AL-
Mujahidin kepada pihak yang berkepentingan.
2) Memberikan laporan mengenai perkembangan
simpanan wajib dan simpanan pokok anggota.
2. Manajer Operasional
Fungsi
Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
seluruh aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan
dana dari pihak ketiga serta penyaluran dana yang
merupakan kegiatan utama BMT Al-Mujahidin serta
kegiatan-kegiatan langsung yang berhubungan dengan
aktivitas utama tersebut dalam upaya mencapai target.
Tanggung Jawab
1) Tersusunnya sasaran, rencana jangka pendek,
rencana jangka panjang.
2) Tercapainya target yang telah ditetapkan
3) Tercapainya ruang lingkup kerja yang nyaman
yang berorientasi pada pencapaian target BMT
Al-Mujahidin
4) Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain dalam
rangka memenuhi kebutuhan BMT AL-
Mujahidin
145
5) Menjaga seluruh aktivitas BMT AL-Mujahidin
agar tidak lari dari visi dan misi.
3. Teller
Fungsi
Merencanakan dan melaksanakan segala transaksi yang
sifatnya tunai maupun non tunai.
Tanggung Jawab
1) Terselesaikannya laporan kas harian
2) Terjaganya keamanan kas BMT AL-Mujahidin
3) Menyediakan laporan cash flow pada setiap
bulannya untuk keperluan evaluasi
4. Administrasi
Fungsi
Mengelola administrasi mulai dari pencairan hingga
pelunasan dan membuat surat-surat perjanjian jika
dibutuhkan.
Tanggung Jawab
1) Menyiapkan administrasi pencairan pembiayaan
2) Melakukan pengarsipan seluruh berkas
pembiayaan
3) Membuat laporan pembiayaan sesuai dengan
periode tertentu
146
4) Membuat surat teguran dan peringatan kepada
anggota yang akan dan telah jatuh tempo.
5. AO/FO
Fungsi
1) Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan
analisis kelayakan pembiayaan, serta
memberikan rekomendasi atas pengajuan
pembiayaan sesuai dengan hasil analisa yang
telah dilakukan.
2) Menerapkan strategi dan pola-pola tertentu
dalam rangka menghimpun dana masyarakat
Tanggung Jawab
1) Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan
telah diproses sesuai dengan proses sebenarnya
2) Memastikan analisa pembiayaan telah dilakukan
dengan tepat dan lengkap sesuai dengan
kebutuhan
3) Terselesaikannya pembiayaan yang bermasalah
4) Melihat peluang dan potensi pasar yang ada
dalam upaya pengembangan pasar
5) Memastikan target funding tercapai sesuai
rencana
147
6) Membuka hubungan dengan pihak ketiga dalam
rangka funding
7) Tersosialisasinya produk-produk funding kepada
masyarakat
6. Kolektor
Fungsi
Melakukan penjemputan setoram simpanan dana tau
angsuran pembiayaan
Tanggung Jawab
1) Memastikan angsuran yang harus dijemput telah
ditagih sesuai dengan waktunya
2) Memastikan tidak ada selisih antara dana yang
dijemput dengan dana yang disetorkan ke pihak
BMT Al-Mujahidin.
4.2 Tahap Masukan (Input)
Tahap awal untuk merencanakan sebuah strategi digital dengan
menggunakan pendekatan Peppard dan Ward adalah menentukan masukan
(inputs) yang nantinya akan diproses hingga menghasilkan strategi digital
bagi BMT Al-Mujahidin. Masukan (inputs) fokus pada apa yang dibutuhkan
dan diprioritaskan BMT AL-Mujahdin dalam sisi bisnis maupun SI/TI dan
dari sisi internal maupun eksternal. Oleh karena itu, tahap masukan (inputs)
mencakup analisis lingkungan bisnis internal, analisis lingkungan bisnis
148
eksternal, analisis lingkungan SI/TI internal, analisis lingkungan SI/TI
eksternal, dimana penulis menggunakan bantuan analisis tools pada setiap
tahapan analisis. Berikut penjabaran tahap masukan beserta analisis tools
yang digunakan.
4.2.1 Analisis Lingkungan Bisnis Internal
Untuk mengetahui kondisi perusahaan serta faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi berjalannya aktifitas perusahaan, penulis melakukan
proses analisis dan pemahaman yang mendalam terhadap data dan informasi
yang penulis dapatkan pada tahap wawancara. Dengan pemahaman yang
mendalam diharapkan dapat menyusun perencanaan strategi digital yang
dapat mendukung dan membantu BMT Al-Mujahidin dalam mencapai visi
dan misi. Analisa kebutuhan data dilakukan pada kondisi lingkungan
internal dan eksternal BMT AL-Mujahidin, dimana mencakup seluruh
aktifitas bisnis internal, aktifitas bisnis ekternal, aktfitas SI/TI internal dan
aktifitas SI/TI eksternal.
Pada tahap masukan, penulis melakukan analisis lingkungan bisnis
internal yang digunakan untuk menentukan kemampuan BMT Al-
Mujahidin terhadap kemampuan kompetisi, mengetahui strategi yang
diterapkan saat ini, proses bisnis yang digunakan serta untuk mengetahui
sistem informasi dan teknologi informasi apa yang dibutuhkan. Pada
tahapan ini, penulis menggunakan analisis Balanced Scorecard, CSF,
analisis SWOT, dan analisis Value Chain.
149
Pada bagan diatas digambarkan alur untuk mendapatkan kebutuhan
informasi pada analisis lingkungan bisnis internal dengan menggunakan
empat analisis tools, yang pertama analisis Balanced Scorecard, yang
digunakan untuk membatasi penentuan tujuan strategi bisnis melalui input
wawancara. Yang kedua analisis CSF, yang digunakan untuk mengetahui
faktor penentu keberhasilan organisasi atau strategi bisnis organisasi
melalui input observasi. Yang ketiga yaitu analisis SWOT yang digunakan
untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman pada
organisasi melalui input wawancara. Analisis yang keempat yaitu analisis
Gambar 4. 3 Analisis Lingkungan Bisnis Internal
150
Value Chain yang digunakan untuk menganalisis alur kerja atau proses
bisnis organisasi melalui input wawancara dan observasi. Berikut
penjabaran analisis lingkungan bisnis internal BMT Al-Mujahidin.
4.2.1.1 Analisis Balanced Scorecard
Tahap awal yang penulis lakukan untuk menganalisa lingkungan
bisnis internal yaitu dengan menentukan tujuan strategi bisnis BMT AL-
Mujahidin. Analisis Balanced Scorecard membantu penulis untuk
memetakan tujuan bisnis strategi BMT AL-Mujahidin berdasarkan empat
perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif
bisnis internal, dan perspektif inovasi. Bagan analisis Balanced Scorecard
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Wawancara
Tujuan
Perspektif Financial
Tujuan
Perspektif Customer
Tujuan
Perspektif Internal
Business
Tujuan
Perspektif Learning
& Growth
Tolak Ukur Tolak Ukur Tolak Ukur Tolak Ukur
Dengan tahap masukan berupa wawancara, penulis dapat
melakukan penggalian informasi sedalam-dalamnya terkait tujuan bisnis
BMT AL-Mujahidin yang kemudian dipetakan kedalam empat perspektif
yang telah dipaparkan pada paragraf pertama. Selain tujuan bisnis, penulis
Gambar 4. 4 Bagan Analisis Balanced Scorecard Gambar 4. 4 Bagan Analisis Balanced Scorecard
151
juga sertakan tolak ukur keberhasilan dari tujuan tersebut. Berikut
pemetaan tujuan bisnis beserta tolak ukur keberhasilan BMT Al-Mujahidin
berdasarkan perspektif financial, customer, internal business, dan learning
& growth.
1. Perspektif Financial
Tabel 4. 1 Tujuan Berdasarkan Perspektif Financial
Tujuan Tolak Ukur
Meningkatkan efisiensi
penggunaan dana operasional
Pemasukan dan Pengeluaran
stabil
Meminimalisir presentase
pembiayaan macet
Tujurunnya rasio NPF (Non
Performing Loan)
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada tabel diatas penulis menjabarkan tujuan strategi bisnis
beserta tolak ukur pencapaiannya berdasarkan perspektif finansial.
Dimana tujuan berdasarkan perspektif finansial dirumuskan
berdasarkan bagaimana BMT AL-Mujahidin dipandang dari segi
finansialnya. Tujuan bisnis berdasarkan perspektif finansial dijabarkan
pada kolom pertama dan kolom kedua menjabarkan tolak ukur
keberhasilan dari tujuan BMT AL-Mujahidin.
152
2. Perspektif Customer
Tabel 4. 2 Tujuan Berdasarkan Perspektif Customer
Tujuan Tolak Ukur
Meningkatkan hubungan
dengan anggota
Loyalitas anggota
Menyediakan produk yang
sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
Kebutuhan anggota terpenuhi
Meningkatkan reputasi dan
kredibilitas BMT AL-
Mujahidin
Meningkatnya kepercayan
masyarakat terhadap BMT Al-
Mujahidin
Memberikan pelayanan prima
kepada anggota
Kepuasan anggota dalam
bertransaksi
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada tabel diatas penulis menjabarkan tujuan strategi bisnis
beserta tolak ukur pencapaiannya berdasarkan perspektif anggota.
Dimana tujuan berdasarkan perspektif anggota dirumuskan berdasarkan
bagaimana BMT AL-Mujahidin harus menampilkan diri dihadapan
anggotanya. Tujuan bisnis berdasarkan perspektif anggota dijabarkan
pada kolom pertama dan kolom kedua menjabarkan tolak ukur
keberhasilan dari tujuan BMT AL-Mujahidin.
153
3. Perspektif Internal Bussiness
Tabel 4. 3 Tujuan Berdasarkan Perspektif Internal Business
Tujuan Tolak Ukur
Meningkatkan kemudahan
dalam proses pengajuan
pembiayaan
Transaksi diproses dengan cepat,
tepat, dan akurat
Meningkatkan penggunaan
perangkat TI untuk mendukung
proses bisnis BMT AL-
Mujahidin
Meningkatnya produktivitas
kinerja pegawai
Meningkatkan kinerja pegawai Berkurangnya keluhan anggota
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada tabel diatas penulis menjabarkan tujuan strategi bisnis
beserta tolak ukur pencapaiannya berdasarkan perspektif bisnis internal.
Dimana tujuan berdasarkan perspektif bisnis internal dirumuskan
berdasarkan bagaimana BMT AL-Mujahidin memuaskan stakeholder
yang bersangkutan, serta bagaimana mempertajam proses bisnis BMT
Al-Mujahidin. Tujuan bisnis berdasarkan perspektif bisnis internal
dijabarkan pada kolom pertama dan kolom kedua menjabarkan tolak
ukur keberhasilan dari tujuan BMT AL-Mujahidin.
154
4. Perspektif Learning & Growth
Tabel 4. 4 Tujuan Berdasarkan Perspektif Learning & Growth
Tujuan Tolak Ukur
Merencanakan pengembangan
produk yang inovatif
Produk inovatif yang bervariasi
Meningkatkan promosi melalui
media digital
Meningkatnya jumlah anggota
potensial
Merencanakan pengadaan
layanan transaksi digital
Meningkatnya SHU dari
transaksi digital
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada table diatas penulis menjabarkan tujuan strategi bisnis
beserta tolak ukur pencapaiannya berdasarkan perspektif inovasi. Dimana
tujuan berdasarkan perspektif inovasi dirumuskan berdasarkan bagaimana
BMT AL-Mujahidin membuat nilai lebih di masa yang akan datang.
Tujuan bisnis berdasarkan perspektif inovasi dijabarkan pada kolom
pertama dan kolom kedua menjabarkan tolak ukur keberhasilan dari tujuan
BMT AL-Mujahidin.
4.2.1.2 Analisis CSF
Setelah melakukan analisis Balanced Scorecard, maka tahap
selanjutnya penulis menentukan CSF atau tindakan yang harus dilakukan.
Masukan dari tahap ini adalah observasi, dimana penulis melakukan
pengamatan dan pendalaman terhadap tujuan serta tolak ukur yang sudah
dijabarkan sebelumnya menggunakan analisis Balanced Scorecard,
155
sehingga tindakan yang penulis usulkan dapat benar-benar mendukung
keberhasilan dari tujuan tersebut.
Observasi
Tindakan/CSF
Perspektif Financial
Tindakan/CSF
Perspektif Customer
Tindakan/CSF
Perspektif Internal
Business
Tindakan/CSF
Perspektif Learning
& Growth
Tujuan & Tolak
Ukur
Pendalaman
Berikut hasil analisis CSF berupa aksi/tindakan yang mendukung
keberhasilan tujuan bisnis BMT AL-Mujahidin yang dikelompokkan
berdasarkan perspektif financial, customer, internal business, dan learning
& growth.
1. Perspektif Financial
Tabel 4. 5 CSF Berdasarkan Perspektif Financial
Tujuan Tolak Ukur CSF
Meningkatkan
efisiensi penggunaan
dana operasional
Pemasukan dan
Pengeluaran stabil
Melakukan monitoring
dan evaluasi secara
berkala terhadap
kondisi keuangan
BMT AL-Mujahidin
Mengawasi cash flow
BMT Al-Mujahidin
Gambar 4. 5 Bagan Analisis CSF
156
Melakukan
pembukuan transaksi
tunai maupun non
tunai
Meminimalisir
presentase
pembiayaan macet
Turunnya rasio NPF
(Non Performing
Loan)
Melakukan pendataan
dan analisa terhadap
karakteristik anggota
yang mengalami
pembiayaan macet
Melakukan reminder
secara intensif
terhadap anggota yang
mengalami
pembiayaan macet
Melakukan home visit
untuk berdiskusi
kepada anggota yang
mengalami
pembiayaan macet
Mengkaji hasil diskusi
dan memberikan solusi
kepada anggota yang
bersangkutan
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada table diatas penulis menjabarkan tujuan bisnis dan tolak ukur
pencapaiannya berdasarkan perspektif finansial seperti yang telah
jelaskan pada analisis Balanced Scorecard sebelumnya. Setelah
menentukan tujuan dan tolak ukur yang terdapat pada kolom pertama
dan kedua, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan yang
tepat untuk mencapai keberhasilan tujuan tersebut yang dijabarkan pada
kolom ketiga, sehingga CSF/tindakan yang penulis rumuskan dapat
157
memudahkan BMT AL-Mujahidin dalam mengimplementasikan
strategi digital dari sisi finansial.
2. Perspektif Customer
Tabel 4. 6 CSF Berdasarkan Perspektif Customer
Tujuan Tolak Ukur CSF
Meningkatkan
hubungan dengan
anggota
Loyalitas anggota Menjalin hubungan
baik dengan anggota
untuk mengetahui
secara mendalam
perilaku konsumtif
anggota
Menyediakan
produk yang sesuai
dengan kebutuhan
masyarakat
Kebutuhan anggota
terpenuhi
Melakukan survei
dengan indikator
terukur untuk
mengetahui produk
yang diminati
masyarakat
Mengkaji hasil survei
untuk merencanakan
pengembangan produk
Meningkatkan
reputasi dan
kredibilitas BMT
AL-Mujahidin
Meningkatnya
kepercayan
masyarakat
terhadap BMT Al-
Mujahidin
Meningkatkan
keamanan dalam
proses transaksi
Menepati janji-janji
yang diberikan pada
setiap program
promosi
Memberikan
pelayanan prima
terhadap anggota
Kepuasan anggota
dalam bertransaksi
Memberikan
pelayanan yang efisien
158
Melakukan evaluasi
terhadap kinerja
pegawai secara berkala
Melakukan survei
kepuasan pelayanan
terhadap anggota
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada table diatas penulis menjabarkan tujuan bisnis dan tolak ukur
pencapaiannya berdasarkan perspektif anggota seperti yang telah
jelaskan pada analisis Balanced Scorecard sebelumnya. Setelah
menentukan tujuan dan tolak ukur yang terdapat pada kolom pertama
dan kedua, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan yang
tepat untuk mencapai keberhasilan tujuan tersebut yang dijabarkan pada
kolom ketiga, sehingga CSF/tindakan yang penulis rumuskan dapat
memudahkan BMT AL-Mujahidin dalam mengimplementasikan
strategi digital yang membuat BMT AL-Mujahidin dipandang lebih baik
oleh anggota.
159
3. Perspektif Internal Business
Tabel 4. 7 CSF Berdasarkan Perspektif Internal Business
Tujuan Tolak Ukur CSF
Meningkatkan
kemudahan dalam
proses pengajuan
pembiayaan
Transaksi diproses
dengan cepat, tepat,
dan akurat
Memberikan prosedur
yang mudah dalam
pengajuan pembiayaan
Mengadakan sistem
informasi pendukung
yang terintegrasi untuk
menunjang
operasional BMT Al-
Mujahidin
Meningkatkan
penggunaan
perangkat TI untuk
mendukung proses
bisnis BMT AL-
Mujahidin
Meningkatnya
produktivitas
kinerja pegawai
Melakukan investasi
terhadap perangkat TI
yang sedang
berkembang
Meningkatkan
kinerja pegawai
Berkurangnya
keluhan anggota
Meningkatkan
kompetensi standar
pelayanan
Mengadakan pelatihan
berupa role play serta
product knowledge
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada table diatas penulis menjabarkan tujuan bisnis dan tolak ukur
pencapaiannya berdasarkan perspektif bisnis internal seperti yang telah
160
jelaskan pada analisis Balanced Scorecard sebelumnya. Setelah
menentukan tujuan dan tolak ukur yang terdapat pada kolom pertama dan
kedua, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan yang tepat
untuk mencapai keberhasilan tujuan tersebut yang dijabarkan pada kolom
ketiga, sehingga CSF/tindakan yang penulis rumuskan dapat memuaskan
seluruh stakeholder yang bersangkutan, serta membantu pihak eksekutif
dalam mempertajam proses bisnis.
4. Perspektif Learning & Growth
Tabel 4. 8 CSF Berdasarkan Perspektif Learning & Growth
Tujuan Tolak Ukur CSF
Merencanakan
pengembangan
produk yang
inovatif
Produk inovatif
yang bervariasi
Melakukan analisis
terhadap produk
berdasarkan
karakteristik anggota
Meningkatkan
promosi melalui
media digital
Meningkatnya
jumlah anggota
potensial
Membuat website
BMT Al-Mujahidin
Membuat konten
produk dan informasi
pelayanan pada
website BMT Al-
Mujahidin
Melakukan SEO pada
website BMT AL-
Mujahidin
Melakukan
pengiklanan produk
secara menarik pada
media sosial
Merencanakan
pengadaan layanan
transaksi digital
Meningkatnya SHU
dari transaksi digital
Mengadakan layanan
transaksi digital yang
mudah digunakan
161
Melakukan kerjasama
dengan start up
Fintech
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada table diatas penulis menjabarkan tujuan bisnis dan tolak ukur
pencapaiannya berdasarkan perspektif inovasi dan pertumbuhan seperti
yang telah jelaskan pada analisis Balanced Scorecard sebelumnya. Setelah
menentukan tujuan dan tolak ukur yang terdapat pada kolom pertama dan
kedua, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan yang tepat
untuk mencapai keberhasilan tujuan tersebut yang dijabarkan pada kolom
ketiga, sehingga CSF/tindakan yang penulis rumuskan dapat memudahkan
BMT AL-Mujahidin dalam berinovasi untuk membuat nilai lebih di masa
yang akan datang.
4.2.1.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan untuk dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Dengan tahap
masukan berupa hasil wawancara dan observasi, penulis dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang serta ancaman bagi BMT AL-Mujahidin.
162
Wawancara &
Observasi
Potensi dan Permaslahan
Analisis Lingkungan
StrategisPermasalahan & Tantangan
Kekuatan
(Strength)
Peluang
(Opportunity)
Kelemahan
(Weakness)
Ancaman
(Threat)
Pendalaman
Berikut penjabaran uraian kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity), serta ancaman (threat) yang dimiliki
BMT AL-Mujahidin.
Tabel 4. 9 Analisis SWOT BMT Al-Mujahidin
No Parameter
SWOT
URAIAN
1 Kekuatan
(Strength)
a. SOP yang dimiliki BMT Al-Mujahidin
lebih mudah dibandingkan dengan bank
b. Bagi hasil yang paling terjangkau
dibandingkan dengan BMT sekitar
c. Lokasi BMT Al-Mujahidin yang strategis
d. Brand Image yang baik di lingkungan
masyarakat
e. SDM yang loyal dan professional
2 Kelemahan
(Weakness)
a. Belum adanya SDM untuk mengelola
SI/TI di BMT AL-Mujahidin
b. Belum memaksimalkan promosi pada
media digital.
c. Produk yang belum dikenal masyarakat.
Gambar 4. 6 Bagan Analisis SWOT
163
d. Dokumentasi BMT Al-Mujahidin belum
terpelihara dengan baik
e. Produk dan jasa yang kurang bervariasi
3 Peluang
(Opportunity)
a. Semakin meningkatnya UMKM disekitar
lokasi BMT Al-Mujahidin
b. Masyarakat sekitar cenderung mencari
kemudahan dalam pengajuan pembiayaan
maupun simpanan.
c. Penduduk sekitar BMT AL-Mujahidin
mayoritas beragama Islam
4 Ancaman
(Threat)
a. Persepsi dan pengetahuan masyarakat
tentang koperasi syariah masih rendah.
b. Pergantian dan perubahan teknologi yang
sangat cepat.
c. Layanan keuangann digital yang mulai
diadopsi oleh kompetitor.
d. Hadirnya layanan Financial Technology
Hasil dari tabel diatas akan penulis jabarkan ke dalam bentuk
matriks beserta hasl kesimpulam dari analisis SWOT yang berupa Strategy
Opportunity (SO), Strategy Threat (ST), Weakness Opportunity (WO), dan
Weakness Threat (WT).
Tabel 4. 10 Matriks SWOT BMT Al-Mujahidin
KEKUATAN
(STRENGTH)
KELEMAHAN
(WEAKNESS)
1. SOP yang dimiliki
BMT Al-Mujahidin
lebih mudah
dibandingkan
dengan bank
2. Bagi hasil yang
paling terjangkau
dibandingkan
dengan BMT sekitar
3. Lokasi BMT Al-
Mujahidin yang
strategis
1. Belum adanya SDM
untuk mengelola
SI/TI di BMT AL-
Mujahidin
2. Belum
memaksimalkan
promosi pada media
digital.
3. Produk yang belum
dikenal oleh
masyarakat
4. Dokumentasi BMT
AL-Mujahidin belum
164
4. Brand Image yang
baik dilingkungan
masyarakat
5. SDM yang loyal dan
professional.
terpelihara dengan
baik
5. Produk dan jasa yang
kurang bervariasi
PELUANG
(OPPORTUNITY) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Semakin
meningkatnya
UMKM disekitar
lokasi BMT Al-
Mujahidin
2. Masyarakat sekitar
cenderung mencari
kemudahan dalam
pengajuan
pembiayaan maupun
simpanan.
3. Penduduk sekitar
BMT Al-Mujahidin
mayoritas beragama
Islam.
1. Memberikan
kemudahan bagi
masyarakat dalam
pengajuan
pembiayaan maupun
simpanan (S1 + O2)
2. Menekankan dan
menjunjung tinggi
prinsip syariah pada
setiap produk untuk
mempertahankan
kredibilitas BMT
Al-Mujahidin (S4 +
O3)
3. Melakukan
sosialisasi kepada
UMKM sekitar serta
menawarkan produk
pembiayaan yang
lebih terjangkau
dibanding
kompetitif lain. (S2
+ O1)
4. Menjalin hubungan
baik dengan UMKM
sekitar untuk
meningkatkan
Image BMT Al-
Mujahidin (S4 + O1)
5. Mempertahankan
dan meningkatkan
kualitas pelayanan
(S5 + O1)
1. Meningkatkan kinerja
SDM yang berfokus
pada pengenalan
produk BMT kepada
masyarakat yang
cenderung mencari
kemudahan dalam
pengajuan
pembiayaan maupun
simpanan (W3 + O2)
2. Memaksimalkan
promosi pada media
digital untuk
menjangkau umat
Islam yang
membutuhkan
produk BMT (W2 +
O3)
3. Merencanakan
pengembangan
produk dan jasa
sesuai dengan analisa
kebutuhan UMKM
sekitar (W5 + O1)
ANCAMAN
(THREAT) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Persepsi dan
pengetahuan
masyarakat tentang
koperasi syariah
masih rendah.
1. Memperkuat
jaringan SDM untuk
menarik minat
masyarakat dalam
ikut serta memajukan
koperasi syariah (S5
+ T1)
1. Pengadaan bagian
SI/TI untuk
mengelola fasilitas
SI/TI BMT Al-
Mujahidin (W1 + T3)
2. Pengadaan website
dan media sosial
165
2. Pergantian dan
perubahan teknologi
yang sangat cepat.
3. Layanan keuangann
digital yang mulai
diadopsi oleh
kompetitor.
4. Hadirnya layanan
Financial
Technology
2. Pengadaan sistem
informasi pendukung
proses bisnis yang
mengikuti
perkembangan
teknologi saat ini
(S1 + T2)
3. Mengadakan
pelatihan secara
berkala bagi
karyawan khususnya
mengenai koperasi
syariah dan product
knowledge, sehingga
penyampaian
informasi kepada
masyarakat tepat dan
akurat. (S5 + T1)
sebagai media digital
untuk menjembatani
BMT Al-Mujahidin
dengan masyarakat
ataupun calon
anggota potensial
(W2 + T2)
3. Menyediakan
layanan informasi
online untuk
memudahkan
masyarakat
mengeksplore
informasi terkait
BMT ataupun produk
(W3 + T2)
4. Melakukan riset
terhadap teknologi
yang sedang
berkembang dalam
layanan perbankan
yang mulai diadopsi
oleh kompetitor (W3
+ T3)
5. Membangun
hubungan kerjasama
dengan start up
fintech untuk
memperluas pangsa
pasar BMT Al-
Mujahidin (W3 + T4)
Berdasarkan matrik diatas, maka dapat dilihat empat kategori
strategi yang dapat digunakan oleh BMT Al-Mujahidin sebagai acuan untuk
memecahkan masalah, meningkatkan kinerja, serta memanfaatkan peluang.
Empat kategori tersebut adalah:
1. Strategi SO
Strategi SO merupakan strategi yang dirumuskan berdasarkan
kekuatan yang dimiliki BMT AL-Mujahidin untuk
166
memanfaatkan peluang yang ada saat ini maupun di masa yang
akan datang.
2. Strategi WO
Strategi WO merupakan strategi yang memanfaatkan sebuah
peluang saat ini ataupun yang akan datang dengan harapan BMT
Al-Mujahidin dapat meminimalisir atau bahkan menghapus
kelemahan yang ada saat ini.
3. Strategi ST
Strategi ST merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan
yang dimiliki BMT Al-Mujahidin untuk dapat menghadapi atau
menghindari ancaman yang datang. Dimana ancaman tersebut
dapat menghambat BMT Al-Mujahidin dalam mencapai
tujuannya.
4. Strategi WT
Strategi WT merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan
BMT Al-Mujahidin untuk menghindari ancaman saat ini ataupun
yang akan datang.
Berdasarkan hasil matriks SWOT diatas, dapat dilihat bahwa BMT
AL-Mujahidin lebih berfokus pada posisi strategi SO (Strength
Opportunity), dimana kekuatan yang dimiliki BMT Al-Mujahidin dapat
dijadikan sebagai faktor untuk memanfaatkan peluang yang ada saat ini
maupun yang akan datang.
167
4.2.1.4 Analisis Value Chain
Pada tahap analisis value chain, penulis melakukan pengamatan
serta pemetaan terhadap tugas serta fungsi dari setiap bagian yang ada pada
BMT Al-Mujahidin untuk mengklasifikasikannya ke dalam aktivitas utama
dan aktivitas pendukung. Data tersebut penulis dapatkan melalui tahap
wawancara serta observasi pada BMT AL-Mujahidin. Analisis value chain
dilakukan untuk mengetahui sebuah rangkaian aliran kerja atau proses kerja
BMT AL-Mujahidin dari mulai mengolah sebuah produk atau jasa hingga
menjadi sebuah produk akhir yang dapat dinikmati anggota. Bagan analisis
value chain dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Wawancara &
Observasi
Tugas & Fungsi
Aktivitas Utama Aktivitas Pendukung
pengamatan
Pada tahap ini penulis mengidentifikasi posisi BMT Al-Mujahidin
dan melakukan analisis terhadap seluruh aktivitas dalam rantai nilai (value
chain) serta mengurangi atau mengeliminasi aktivitas yang tidak
menciptakan nilai tambah pada produk atau jasa, sehingga dengan analisis
value chain dapat membantu penulis untuk meningkatkan nilai (value)
kepada anggota BMT A-Mujahidin. Berikut gambaran value chain pada
Gambar 4. 7 Bagan Analisis Value Chain
168
Su
ppp
ort
Acti
vity
P
rim
ary
Act
ivit
y
Ma
rgin
= C
ost - V
alu
e
Gambar 4. 8 Analisis Value Chain pada BMT Al-Mujahidin
BMT Al-Mujahidin. Berikut gambaran value chain pada BMT Al-
Mujahidin.
Penjabaran dari gambar diatas adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas Utama (Primary Activity)
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing aktiitas
utama BMT Al-Mujahidin:
b. Inbound Logistic.
Proses penerimaan data pendaftaran anggota mengacu pada
kebijakan teknis yang telah ditetapkan oleh BMT Al-
Mujahidin, adapun kebijakan teknis yang berlaku
mencakup pedoman, petunjuk teknis, maupun aturan-
Infrastruktur : Keuangan, Peningkatan Kualitas, Hukum
SDM : Pelatihan SDM
Teknologi : Penggunaan Teknologi
Pengadaan : Pengadaan/Pembelian fasilitas pendukung kegiatan operasional
Inbound Logistik
1. Penerimaan data
pendaftaran
anggota
Operation
1. Pengolahan
data anggota
baru
2. Pengolahan
data transaksi
simpanan dan
pembiayaan
3. Pengolahan
data pengajuan
pembiayaan
4. Pengolahan
data zakat,
infaq dan
sedekah.
Outbound Logistic
1. Menjalin
kerjasama
dengan
masyarakat
Sales & Marketing
1. Promosi dan
pemasaran produk
2. Menjaga hubungan
baik dengan
anggota
Services
1. Pelayanan
terhadap
anggota
2. Layanan
antar jemput
bola terhadap
anggota
169
aturan lainnya yang penetapan pemberlakuannya dilakukan
oleh pihak BMT Al-Mujahidin.
c. Operations.
Proses yang dilakukan pihak BMT AL-Mujahidin dalam
proses bisnisnya yaitu melakukan pengolahan data anggota
baru, pengolahan data transaksi simpanan maupun
pembiayaan, pengolahan data pengajuan pinjaman anggota,
dan pengolahan data zakat, infaq dan sedekah. Proses
tersebut dilakukan oleh bagian teller dan adminsitrasi.
Dimana dalam melakukan tugas tersebut dibutuhkan SDM
yang memiliki kemampuan, kecepatan, dan keakuratan
yang tinggi untuk mencegah terjadinya komplain dari
anggota atas kesalahan penginputan data pribadi, lamanya
anggota menunggu waktu penginputan, serta untuk
meningkatkan kinerja pegawai BMT Al-Mujahidin.
Sehingga anggota mendapatkan pelayanan yang terbaik
dari pihak BMT Al-Mujahidin.
d. Outbound Logistic
Pihak BMT Al-Mujahidin menerima kerjasama yang
diajukan oleh masyakarat sekitar, sehingga terjalin
hubungan baik serta menguntungkan untuk kedua belah
pihak.
170
e. Sales and Marketing
Pemasaran produk dilakukan pada setiap event yang
diadakan oleh lingkungan sekitar BMT Al-Mujahidin,
seperti masjid dan sekolah. Tetapi sasaran pemasaran
produk bukan hanya kepada masyarakat disekitar
lingkungan BMT saja, melainkan masyarakat luas
khususnya menengah ke bawah.
Hubungan dengan para anggota juga dilakukan untuk
menjalin kerjasama dengan konsep simbiosis mutualisme,
dimana pihak BMT Al-Mujahidin dan pihak ketiga saling
menguntungkan sehingga tercapainya sebuah kepercayaan
yang akan menimbulkan keuntungan bagi BMT. Selain
menjalin kerjasama, pihak BMT juga berkomitmen untuk
terus menjalin komunikasi yang baik terhadap anggota agar
BMT dapat kesempatan untuk terus membuka pangsa pasar
sebesar-besarnya.
f. Services
Pelayanan yang dilakukan BMT Al-Mujahidin dengan
calon anggota maupun dengan seluruh anggota selalu
dilakukan dengan bertatap muka. Dengan keramahan dan
kesabaran para pegawai BMT AL-Mujahidin memberikan
penjelasan kepada anggota terkait produk-produk yang
terdapat di BMT Al-Mujahidin yang mencakup persyaratan
171
untuk dapat menggunakan produk yang disediakan. Jika
anggota menyetujui untuk menggunakan produk yang
disediakan, maka proses selanjutnya akan ditindaklanjuti
oleh bagian teller.
Selain itu, layanan antara jemput bola ini dilakukan oleh
divisi pembiayaan, dimana pihak BMT Al-Mujahidin dapat
melakukan proses pembiayaan dengan anggota secara
delivery.
2. Aktivitas Pendukung (Support Activity)
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing aktivitas
pendukung BMT Al-Mujahidin:
a. Infrastruktur
Pada aktifitas infrastruktur penulis mengelompokkan
aktifitas menjadi tiga bagian. Yang pertama keuangan,
dimana aktifitasnya mencakup pengelolaan penggajian
seluruh pegawai BMT Al-Mujahidin, pembukuan
transaksi keuangan, serta pendanaan kegiatan operasional
BMT Al-Mujahidin. Yang kedua peningkatan kualitas,
dimana aktifitasnya mencakup peningkatan kemampuan
operasional, evaluasi kinerja dan pelayanan terhadap
anggota, serta pengembangan SI/TI yang digunakan untuk
mendukung operasional BMT Al-Mujahidin. Dan yang
terakhir adalah hukum, dimana kebijakan seluruh kegiatan
172
yang berkaitan dengan hukum merujuk pada kebijakan
yang dikeluarkan oleh koperasi.
b. SDM
Dengan mengutamakan kualitas SDM, BMT Al-
Mujahidin mengadakan pelatihan-pelatihan kepada para
pegawainya. Adapun pelatihan yang diberikan kepada
pegawai meliputi pelayanan yang baik, penguasaan
produk, marketing, dan sebagainya. Walaupun pelatihan
yang dilakukan BMT tidak selalu terjadwal rutin, tetapi
BMT tetap berusaha mengadakan pelatihan bagi
pegawainya minimal 1 tahun sekali.
c. Teknologi
Untuk mendukung kegiatan operasional BMT Al-
Mujahidin membeli aplikasi core banking yang digunakan
untuk mendukung kegiatan operasionalnya pada pihak
ketiga. Sehingga pelayanan yang diberikan kepada
anggota dapat diproses dengan cepat, tepat, dan akurat.
d. Pengadaan
Aktifitas pengadaan/pembelian fasilitas pendukung
kegiatan operasional harus dilakukan sesuai prosedur yang
berlaku. Adapun pengadaan atau pembelian barang harus
yang mendukung kegiatan promosi BMT AL-Mujahidin
173
atau kegiatan yang mendukung proses operasional BMT
AL-Mujahidin.
4.2.2 Analisis Lingkungan Bisnis Eksternal
Selain analisis lingkungan bisnis internal, analisis lingkungan bisnis
eksternal juga sangat dibutuhkan untuk melihat perkembangan para
kompetitor serta melihat perkembangan pangsa pasar. Analisis lingkungan
bisnis eksternal sangat perlu dilakukan karena dapat mempengaruhi proses
bisnis BMT Al-Mujahidin. Penulis menggunakan analisis PESTEL dan
analisis Five’s Porter dengan data masukan yang didapat dari proses
wawancara serta observasi yang penulis lakukan. Hasil dari analisis
PESTEL berupa faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan serta
hukum, sedangkan hasil dari analisis Five’s Porter berupa diagram five’s
porter. Berikut bagan dari analisis lingkungan bisnis eksternal.
174
Analisis
Lingkungan Bisnis
Eksternal
Analisis PESTELAnalisis Five’s
Porter
Wawancara
& Observasi
Wawancara
& Observasi
Input Input
Tools Tools
Faktor Politik, Ekonomi,
Sosial, Teknologi,
Lingkungan, Hukum
Diagram Five’s
Porter
Lingkungan Bisnis
Eksternal
Gambar 4. 9 Bagan Analisis Lingkungan Bisnis Eksternal
4.2.2.1 Analisis PESTEL
Masukan dari analisis PESTEL didapat dari hasil wawancara dan
observasi yang telah penulis lakukan yang mencakup faktor politik, faktor
ekonomi, faktor sosial, faktor teknologi, faktor lingkungan serta landasan
hukum BMT Al-Mujahidin, sehingga penulis dapat mengetahui faktor-
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi lingkungan bisnis BMT. Berikut
bagan alur dari analisis PESTEL.
175
Wawancara &
Observasi
Faktor Politik Faktor Ekonomi Faktor SosialPerkembangan
Teknologi
Pengamatan & Pendalaman
Landasan Hukum Faktor Lingkungan
Dengan menganalisa faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial,
faktor teknologi, faktor lingkungan, serta landasan hukum, BMT Al-
Mujahidin dapat melihat kondisi perusahaan saat ini serta hal-hal yang dapat
mempengaruhinya. Berikut hasil dari analisis PESTEL yang telah penulis
lakukan pada BMT Al-Mujahidin
1. Politik
Kondisi politik di Indonesia saat ini masih belum stabil pasca
reformasi. Peristiwa politik selalu berpengaruh terhadap stabilitas
ekonomi bangsa yang secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap
perkembangan industri keuangan saat ini. Hal ini perlu diperhatikan
karena dengan perubahan kebijakan politik dapat menimbulkan dampak
pada sektor keuangan. Realitas yang baik terhadap perkembangan
ekonomi Islam yang didukung oleh pemerintah dalam bentuk pro
terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam, sehingga hal tersebut dapat
dijadikan peluang bagi BMT Al-Mujahidin untuk ikut serta memberikan
edukasi mengenai layanan perbankan dengan prinsip-prinsip Islam.
Untuk itu, menjelang pemilihan umum 2019 nanti diperlukan usaha
bersama menjaga situasi dan kondisi perpolitikan yang kondusif
Gambar 4. 10 Bagan Analisis PESTEL
176
sehingga transisi kepemimpinan berlangsung damai an memuaskan,
dengan begitu situasi dan kondisi tetap kondusif untuk praktik ekonomi
Islam seperi BMT AL-Mujahidin.
2. Ekonomi
Perkembangan ekonomi syariah menurut data Global Islamic
Economic Indicator 2017 menyatakan bahwa Indonesia berada pada
posisi 10. Perkembangannya terus dikebut sehingga saat ini sudah
masuk ke posisi 9 di kategori total aset keuangan syariah, namun jika
dilihat posisi negara tetangga, seperti Malaysia yang posisinya berada
jauh diatas Indonesia yaitu posisi ke 3 sehingga Indonesia perlu terus
mengejar ketinggalannya.
Dapat dilihat dari perkembangan industri keuangan syariah di
Indonesia tubuh dengan cukup baik. Berdasarkan data yang dilansir oleh
Bappenas yang menyebutkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah
industri keuangan syariah terbanyak di dunia dengan lebih dari 5000
industri yang terdiri dari 34 Bank Syariah, 58 Operator Takaful atau
Asuransi Syariah, 7 Modal Ventura Syariah, 163 Bank Perkreditan
Rakyat Syariah, 4500-5500 Koperasi Syariah atau Baitul Maal Wat
Tamwil, serta 1 Institusi Pegadaian Syariah. Namun secara keseluruhan
perkembangan keuangan syariah di Indonesia belum sesuai dengan
harapan, dimana pangsa pasar keuangan syariah masih relatif kecil,
yaitu hanya mencapai 5,3 persen terhadap industri perbankan nasional
pada tahun 2016. Jika dilihat dengan negara-negara lainnya seperti Arab
177
Saudi yang sudah mencapai 51,1 persen, Malaysia 23,8 persen dan Uni
Emirat Arab 19,6 persen, Indonesia masih tertinggal jauh dibawah
negara-negara tersebut.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritasnya beragama
Islam, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah dimana dinaungi oleh
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2016 tentang Komite Nasional
Keuangan Syariah (KNKS) yang bertujuan untuk mengembangkan
ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia secara serius dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan, serta berperan untuk
menyamakan persepsi dan mewujudkan sinergi antara para regulator,
pemerintah, dan industri keuangan syariah untuk menciptakan sistem
keuangan syraiah yang selaras dan progresif untuk pertumbuhan
ekonom Indonesia.
3. Sosial
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bappenas Badan Pusat
Statistik mengenai proyeksi penduduk Indonesia pada tahun 2010
hingga 2035 yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia
terus meningkat yaitu 238,5 juta penduduk pada tahun 2010 yang
diproyeksi akan meningkat menjadi 305,6 juta penduduk pada tahun
2035. Walaupun demikian, masih terdapat kemungkinan penurunan
pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh turunnya tingkat
178
kelahiran dan kematian, dimana tingkat kelahiran lebih cepat daripada
tingkat penurunan karena kematian.
Dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang diproyeksikan
selalu meningkat tiap tahunnya dapat menjadi peluang yang sangat
besar bagi bisnis keuangan di Indonesia. Penduduk yang semakin besar
tidak banyak mempengaruhi jika tidak dibarengi dengan tingkat
pendidikan di Indonesia. Semakin baik tingkat pendidikan
penduduknya, maka semakin banyak juga peluang yang dapat
dimanfaatkan, salah satunya pada sektor keuangan syariah. Karena
tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir untuk
melakukan sebuah tindakan atau mengambil sebuah keputusan untuk
menentukan dalam mengkonsumsi barang ataupun jasa yang
bermanfaat dan menguntungkan bagi diri sendiri, salah satunya
mempercayai suatu lembaga penyedia jasa keuangan seperti BMT Al-
Mujahidin. Selain itu, perubahan gaya hidup di era digital juga sangat
cepat, dimana masyarakat saat ini lebih tertarik untuk berkomunikasi,
mencari informasi, ataupun bertransaksi melalui digital platform, hal ini
dapat dimanfaatkan oleh lembaga keuangan salah satunya BMT untuk
menjadikan digital platform sebagai ladang untuk melakukan ajang
promosi dan pengenalan terhadap produk keuangan syariah, sehingga
jangkauan pangsa pasar BMT Al-Mujahidin menjadi lebih luas.
179
4. Teknologi
Perkembangan teknologi di era digital ini sangat jelas
mempengaruhi proses bisnis setiap perusahaan, salah satunya adalah
lembaga keuangan. Dimana dampak dari era digital saat ini memaksa
lembaga keuangan untuk berlomba-lomba memanjakan nasabahnya
dalam hal keamanan dan kenyaman bertransaksi, seperti pengadaan
mesin ATM, mobile banking, credit card, dan sebagainya yang saat ini
telah dirasakan juga oleh masyarakat Indonesia. Menurut beberapa
penelitian yang penulis baca menyatakan bahwa kemudahan dalam
menggunakan layanan perbankan digital dapat meningkatkan minat
nasabah dalam bertransaksi. Sehingga bagi lembaga keuangan mikro
seperti BMT AL-Mujahidin, layanan perbankan digital merupakan
sebuah tantangan saat ini maupun dimasa yang akan datang yang mau
tidak mau akan sangat mempengaruhi keunggulan pelayanan jasa
keuangan, sehingga perlunya inovasi pada proses bisnis di era digital
ini.
5. Lingkungan
Perubahan iklim di Indonesia yang saat ini cenderung berubah-
ubah sangat berpengaruh terhadap resiko pelaku bisnis. Keterbukaan
informasi akan resiko usaha akibat perubahan iklim harus dipaparkan
secara jelas terhadap para investor. Merujuk kepada Peraturan
Pemerintah tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup (PP-IELH)
yang menyatakan bahwa dunia usaha diminta untuk menginternalisasi
180
biaya lingkungan hidup dengan memasukkan biaya pencemaran dan/
atau kerusakan lingkungan hidup dalam perhitungan biaya produksi atau
biaya suatu usaha atau kegiatan.
Menurut Climate Policy Initiative (2015) menjabarkan resiko
perubahan iklim terhadap dunia usaha yang dapat dilihat dalam tiga
dimensi. Pertama, resiko akibat dampak perubahan iklim secara fisik
terhadap operasi usaha. Meningkatnya intensitas dan frekuensi kejadian
cuaca ekstren yang menyebabkan banjir, longsor, ataupun kebakaran,
serta kenaikan suhu dan kenaikan permukaan air laut, yang sudah sangat
jelas akan mengganggu resiko usaha saat ini. Kedua dan ketiga
berkaitan dengan komitmen dunia dalam merespon perubahan iklim,
yaitu kebijakan dan peraturan baru dan berkembangannya pasar dan
kegiatan ekonomi. Hal tersebut berpeluang menyebabkan penilaian
ulang aset sebuah perusahaan.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa pelaku usaha
seperti BMT AL-Mujahidin dianjurkan untuk mengidentifikasi dan
mengukur jumlah emisi yang dihasilkan dari kegiatan usaha, karena
dengan mengukur jumlah emisi, pemilik usaha memiliki dasar untuk
menganalisis berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
emisi dari kegiatan usaha serta menghitung biaya yang diperlukan. Hal
lain yang perlu diperhatikan oleh BMT AL-Mujahidin yaitu melakukan
penilaian biaya lingkungan secara internal sehingga dapat memberikan
indikasi awal bagi BMT terkait dengan potensi penyusutan nilai aset dan
181
nilai usahanya di masa yang akan datang sehingga BMT AL-Mujahidin
dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi resiko
tersebut.
6. Landasan Hukum
Dalam menjalankan operasionalnya, BMT tidak terlepas dari
hukum yang memayunginya. Dimana secara hukum BMT berpayung
kepada koperasi dengan sistem operasionalnya yang tidak jauh berbeda
dengan sistem Bank Syari’ah, sehingga dari segi produk yang
dikembangkannya pun sama seperti Bank Syari’ah pada umumnya.
Untuk mendukung lembaga keuangan syariah di Indonesia,
termasuk BMT, maka Kementrian Koperasi dan UKM menaungi serta
menata format Koperasi Jasa Keuangan Syariah dengan No.
91/KEP/M/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
4.2.2.2 Analisis Porter’s Five Competitive Forces
Selain analisis PESTEL, untuk menganalisis lingkungan bisnis
eksternal penulis menggunakan analisis Porter’s Five Competitives Forces,
dimana dengan menggunakan analisis ini, didapatkan informasi terkait
pedatang baru, pesaing lama, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar
menawar pembeli dan kekuatan tawar menawar pemasok, dimana data yang
penulis dapatkan berasal dari hasil wawancara serta observasi yang telah
182
penulis lakukan di BMT Al-Mujahidin. Berikut bagan dari alur analisis
Porter’s Five.
Wawancara &
Observasi
Ancaman Pendatang
Baru
Persaingan Pesaing
Lama
Ancaman Produk-
Produk Pengganti
Kekuatan Tawar
Menawar Pembeli
Pengamatan & Pendalaman
Kekuatan Tawar
Menawar Pemasok
Penulis melakukan analisis terhadap lingkungan eksternal BMT Al-
Mujahidin yang mencakup industri dan kondisi persaingan untuk dapat
menentukan keuntungan yang kompetitif bagi BMT Al-Mujahidin. Berikut
hasil analisis Porter’s Five Competitive Force:
Gambar 4. 11 Bagan Analisis Porter's Five Competitive Force
183
Competitor
BPRS
Bank Syariah
Multifinance
BMT Sekitar
New Entrance
BMT Baru
Fintech
Buyer
Pilihan lembaga
keuangan yang banyak
dan bervariasi
Supplier
Aulia Soft
Consulting
Subtitute Product
Koperasi
BPRS
Fintech
a. Ancaman Pendatang Baru
Dengan proses pendirian BMT yang tidak terlalu rumit seperti
lembaga keuangan syariah lainnya memungkinkan hadirnya BMT baru.
Hadirnya BMT baru di era digital ini tentunya menjadi sebuah ancaman
bagi BMT Al-Mujahidin. Dimana perkembangan dunia bisnis saat ini
khususnya pada lembaga keuangan tidak terlepas dari perkembangan
dunia digital seperti Internet Of Things (IOT), yang memungkinkan
dalam proses pemasaran produknya telah memanfaatkan digital
marketing. Selain itu teknologi pendukung pun tentunya lebih memadai
Gambar 4. 12 Pemetaan Analisis Porter's Five Competitive Force
184
sehingga menjadi nilai tambah bagi setiap calon anggota yang ingin
bergabung.
Selain itu, perlu diperhatikan pendatang baru pada industri jasa
keuangan yang saat ini sudah banyak tersebar di Indonesia, yaitu fintech.
Sampai saat ini pertumbuhan fintech terus berkembang, dari awalnya
7% pada tahun 2006-2007 meningkat menjadi 78% di tahun 2017
kemarin. Fintech juga telah diperkuat dengan regulasi yang telah
dikeluarkan oleh OJK No. 77/POJK.01/2016 tentang layanan pinjam
meminjam langsung berbasis teknologi informasi (LMPUBTI) atau
Peer-to-peer Lending.
b. Persaingan Pesaing Lama
Pada umumnya produk yang disediakan oleh BMT Al-Mujahidin
tidak jauh berbeda dengan produk yang ditawarkan oleh kompetitor lain.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, terdapat beberapa
hal yang membedakan BMT Al-Mujahidin dengan kompetitor lain yang
telah terlebih dahulu terjun di industri keuangan. Yang pertama,
kompetitor yang lebih dulu terjun di industri keuangan memiliki aset
yang lebih besar dibandingkan BMT Al-Mujahidin. Yang kedua,
kompetitor memiliki jaringan hubungan relasi yang relatif lebih besar
dibandingkan BMT Al-Mujahidin. Dan yang terakhir, kompetitor tentu
lebih unggul dalam memanfaatkan teknologi, sehingga dari ketiga poin
tersebut dapat dijadikan acuan bagi BMT Al-Mujahidin. Adapun
185
kompetitor BMT AL-Mujahidin yaitu BPRS, Bank Syariah,
Multifinance, dan BMT lain.
c. Ancaman Produk-Produk Pengganti
Ancaman produk pengganti akan muncul ketika anggota ataupun
calon anggota mendapatkan pelayanan yang kurang memuaskan, bagi
hasil yang rendah, sistematika yang cukup rumit dan lain-lain. Maka
besar kemungkinan calon anggota ataupun anggota itu sendiri mencari
produk pengganti yang disediakan oleh perusahaan lain, yang tentunya
lebih baik pelayanannya, bagi hasil yang lebih tinggi, sistematika yang
lebih mudah, dan sebagainya. Adapun produk pengganti BMT Al-
Mujahidin adalah koperasi, BPRS, Fintech.
d. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Banyaknya industri keuangan yang ada saat ini dengan variasi
produk yang bermacam-macam membuat masyarakat memiliki banyak
pertimbangan untuk memilih industri keuangan yang tepat. Ditambah
dengan aneka penawaran hadiah yang menarik sehingga menyebabkan
meningkatnya daya saing serta daya tawar masyarakat untuk memilih
industri keuangan yang tepat.
e. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Dalam hal tawar menawar pemasok, BMT Al-Mujahidin belum
terlihat memiliki layanan tersendiri yang dapat diberikan kepada
anggota. Namun dalam menjalankan operasional sehari-hari, BMT Al-
186
Mujahidin tentu membutuhkan pemasok dari sisi vendor penyedia
layanan core banking. Pemasok sistem yang digunakan untuk
operasional BMT Al-Mujahidin yaitu aulia soft consulting.
4.2.3 Analisis Lingkungan SI/TI Internal
Analisis lingkungan SI/TI internal dilakukan untuk memperoleh
gambaran umum yang mencakup sumber daya teknologi dan sumber daya
manusia yang ada pada BMT Al-Mujahidin. Sumber daya teknologi
meliputi pemaparan aplikasi SI, hubungan antara aplikasi SI, pemetaan
aplikasi SI ke dalam model portfolio McFarlan, pemaparan infrastruktur
teknologi informasi yang mencakup perangkat keras (hardware) yang
digunakan serta bentuk jaringan komputer saat ini. Analisis ini dilakukan
sebagai pertimbangan dasar untuk merencanakan strategi digital pada BMT
AL-Mujahidin. Dengan melakukan analisis lingkungan SI/TI eksternal
penulis dapat mengetahui struktur organisasi BMT AL-Mujahidin saat ini,
aplikasi yang digunakan untuk mendukung operasional BMT AL-
Mujahidin, serta infrastruktur yang dimiliki BMT AL-Mujahidin saat ini.
Bagan alur analisis lingkungan SI/TI internal dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
187
Wawancara &
Observasi
Analisis Struktur
OrganisasiAplikasi SI Infrastruktur TI
Analisis Lingkungan
SI/TI Internal
Input
Berikut penjabaran hasil identifikasi lingkungan SI/TI internal pada
BMT AL-Mujahidin yang mencakup analisis struktur organisasi, analisis
software dan hardware yang digunakan oleh BMT AL-Mujahidin, analisis
jaringan pada BMT AL-Mujahididn, serta portfolio aplikasi menggunakan
McFarlan Strategic Grid.
4.2.3.1 Analisis Struktur Organisasi BMT Al-Mujahidin
Dari pengamatan penulis terhadap struktur organisasi BMT AL-
Mujahidin saat ini, penulis belum melihat adanya pengembangan terhadap
personal sistem dan teknologi informasi serta digital marketing. Dimana
untuk penanganan permasalahan yang berkaitan dengan sistem dan
teknologi informasi saat ini BMT Al-Mujahidin selalu mendatangkan pihak
ketiga, namun hak tersebut tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan jika BMT Al-Mujahidin memiliki personal yang khusus
untuk menangani permasalahan tersebut.
Gambar 4. 13 Bagan Analisis SI/TI Internal
188
4.2.3.2 Analisis Hardware dan Software
Penulis melakukan analisis ini untuk mengetahui hardware dan
software yang digunakan oleh BMT Al-Mujahidin untuk menjalankan
proses bisnis serta mencapai tujuan bisnisnya. Dalam menjalankan proses
bisnisnya, BMT Al-Mujahidin menggunakan 4 unit PC (Personal
Computer), 2 unit Printer. Sedangkan software yang digunakan BMT AL-
Mujahidin yaitu sebagai berikut:
1. Aulia Software
BMT AL-Mujahidin sudah menggunakan Aulia software sejak
2014 lalu, aplikasi ini dapat membantu BMT Al-Mujahidin
dalam proses transaksi produk simpanan maupun pembiayaan.
Selain itu, aplikasi Aulia Software juga dapat membantu pihak
BMT Al-Mujahidin untuk membuat neraca, laporan laba rugi
pembiayaan, dan sebagainya.
2. Microsoft Office
Microsoft Office merupakan aplikasi dasar yang mendukung
proses bisnis BMT Al-Mujahidin yang meliputi proses
pengolahan dokumentasi surat menyurat, kalkulasi akutansi dan
lain sebagainya.
3. Blogspot BMT AL-Mujahidin
Blogspot digunakan untuk menyebarkan informasi yang
berkaitan dengan macam-macam produk dan kegiatan seputar
BMT Al-Mujahidin. Namun dikarenakan belum adanya
189
personal digital marketing sehingga tidak ada pengelolaan
kembali terhadap blogspot tersebut sampai saat ini.
4.2.3.3 Analisis Jaringan
Semua komputer yang digunakan oleh pihak BMT Al-Mujahidin
telah terhubung dalam bentuk LAN dan jaringan internet menggunakan
access protocol TCP/IP. Arsitektur jaringan computer BMT AL-Mujahidin
dapat dilihat pada gambar berikut.
4.2.3.4 Portfolio Aplikasi Saat ini
Setelah menganalisa aplikasi SI yang digunakan oleh BMT Al-
Mujahidin, hal yang dilakukan selanjutnya adalah memetakan aplikasi SI
pada BMT Al-Mujahidin menggunakan model Mc Farlan Strategic Grid
dengan tujuan untuk menganalisis sistem informasi yang digunakan saat ini
serta aplikasi yang dianggap berpotensi dalam menunjang proses bisnis
Gambar 4. 14 Arsitektur Jaringan Komputer BMT Al-Mujahidin
190
BMT AL-Mujahidin. Pemetan tersebut dibagi menjadi empat kuadran yang
didefinisikan sebagai berikut:
1. Kuadran 1 (Support)
Pada kuadran ini dikelompokkan aplikasi yang berguna tetapi
tidak menentukan kesuksesan, hanya sebagai pendukung
kegiatan proses bisnis saja.
2. Kuadran 2 (Key Operational)
Pada kuadran ini dikelompokkan aplikasi yang sangat diperlukan
dalam mencapai keberhasilan.
3. Kuadran 3 (High Potensial)
Pada kuadran ini dikelompokkan aplikasi yang mungkin akan
menentukan keberhasilan di masa yang akan datang.
4. Kuadran 4 (Strategic)
Pada kuadran ini dikelompokkan aplikasi yang penting untuk
mendukung strategis dimasa yang akan datang.
Pemetaan dengan menggunakan model Mc Farlan Strategic Grid ini
mempermudah BMT AL-Mujahidin untuk mengambil keputusan dalam
menentukan posisi sistem informasi BMT Al-Mujahidin di dalam kuadran
tersebut. Selain itu, pemetaan ini juga digunakan untuk mengidentifikasikan
keinginan BMT AL-Mujahidin dalam menentukan ke arah mana sistem
informasi akan dipenuhi sesuai dengan kapabilitas dan proses bisnis BMT
Al-Mujahidin di masa yang akan datang.
191
Tabel 4. 11 Portfolio Aplikasi BMT Al-Mujahidin
Strategic High Potential
Blog BMT AL – Mujahidin -
Aulia Software Microsoft Office
Key Operational Support
4.2.4 Analisis Lingkungan SI/TI Eksternal
Input untuk analisis lingkungan SI/TI eksternal penulis dapatkan
dari hasil studi kepustakaan (literatur sejenis dan jurnal) dengan
menganalisa tren teknologi yang berkembang saat ini. Analisis lingkungan
SI/TI eksternal, dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai tren
teknologi perangkat lunak (software), jaringan komputer serta
perkembangan dunia digital saat ini. Berikut bagan analisis lingkungan
SI/TI eksternal.
Studi Literatur
(Literatur Sejenis & Jurnal)
Tren Teknologi yang
Berkembang
Analisis Lingkungan
SI/TI Eksternal
Input
Tren Sistem
Informasi
Tren Teknologi
Jaringan
Tren Teknologi
Digital
Gambar 4. 15 Bagan Analisis Lingkungan SI/TI Eksternal
192
4.2.4.1 Tren Sistem Informasi
Aplikasi sistem informasi terus berkembang seiring dengan
pertumbuhan teknologi dan internet saat ini. eMarketer membuat proyeksi
bahwa pengguna smartphone di Indonesia akan meningkat tiap tahunnya,
dimana pada tahun 2017 terdapat 74,9 juta pengguna, 83,5 juta pengguna
pada tahun 2018, dan 92 juta pengguna. Jika dilihat dari perkembangan
pengguna smartphone setiap tahunnya, aplikasi berbasis mobile tentu
menjadi salah satu tren saat ini. Bagi industri lembaga keuangan, mobile
banking merupakan salah satu layanan yang disediakan oleh pihak lembaga
keuangan untuk melakukan berbagai macam transaksi perbankan melalui
fitur yang tersedia di smartphone. Kelebihan mobile banking antara lain:
1. Lebih mudah diakses walaupun dalam keadaan koneksi lambat
2. Jangkauan koneksi lebih luas dari internet banking
3. Fitur sederhana dan sangat mudah untuk dipahami
4. Biaya yang dikenakan umumnya lebih rendah dari internet
banking
5. Aman dan meminimalisir resiko penipuan
6. Memudahkan nasabah dalam menjangkau bank
7. Dapat diakses 24 jam sehari
4.2.4.2 Tren Teknologi Jaringan
Menurut data yang dilansir oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta
193
penduduk di Indonesia telah terhubung jaringan internet sepanjang 2017.
Hal tersebut memicu pemerintah untuk membangun akses internet cepat
(broadband internet) untuk seluruh wilayah di Indonesia. Penggunaan
jaringan WLAN atau wireless LAN masih sangat popular dikalangan
masyarakat. Penggunaan wireless tidak menggunakan kabel untuk ransfer
data melainkan menggunakan gelombang radio. Dengan penggunaan
wireless dapat mempermudah pembangunan jaringan komputer di BMT
AL-Mujahidin.
Komputasi awan (Cloud computing) saat ini juga diperlukan oleh
berbagai macam instansi. Cloud computing adalah gabungan pemanfaatan
teknologi komputer dan pengembangan berbasis internet. Berdasarkan
survei yang dilakukan oleh KPMG kepada 500 eksekutif menyatakan bahwa
54% dari eksekutif tersebut mengharapkan cloud computing dapat
meningkatkan produktivitas serta kepuasan dari pegawai. Sehingga dengan
adanya cloud computing, data yang ada dapat diakses sewaktu-waktu
sehingga mempermudah pekerjaan pegawai.
4.2.4.3 Tren Teknologi Digital
Dalam industri perbankan saat ini, survei perbankan PwC Indonesia
menyatakan bahwa teknologi menjadi tema yang sering muncul dengan
urutan ke delapan teratas. Berdasarkan hasil surveinya yang menyatakan
bahwa teknologi masih menjadi penggerak transformasi usaha nomor satu
di dunia dan menjadi resiko terbesar bagi setiap industri. Dengan hadirnya
194
istilah Social, Mobile Devices, Analytics, Cloud, Internet of Things
membuat kemudahan bagi masyarakat maupun industri perbankan dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari. Sama halnya dengan kebutuhan nasabah
yang selalu berubah-ubah juga mendorong lembaga keuangan untuk
kembali mengevaluasi proses bisnis yang sedang berjalan. Hasil survei Pwc
Indonesia juga menyatakan bahwa smartphone dan internet mengambil alih
posisi teratas sebagai jalur transaksi yang paling sering dilakukan.
Walaupun peralihan ke platform smartphone dan internet bukanlah hal yang
baru, namun pertumbuhannya sangat cepat dan siginifikan.
Menurut data yang dilansir oleh DailySocial.id pada tahun 2016 yang
menyatakan bahwa perkembangan jumlah pelaku usaha fintech meningkat
sebesar 78% dari tahun sebelumnya yang hanya 9%. Selain Fintech banyak
start up saat ini mengeluarkan inovasi pada transaksi keuangan, dimana
customer dapat membeli produk dan membayarkannya dengan
menggunakan ponsel (mobile payment). Dimana pennggunaan mobile
payment memanfaatkan tiga platform untuk pembayaran, yaitu QR Code,
NFC (Near Field Communication), serta OTP (One Tap Password). Contoh
pelaku bisnis yang sudah memanfaatkan mobile payment antara lain Gopay,
T-cash, Sakuku, dan sebagainya. Inovasi tersebut sangat didukung oleh
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yang semakin mendorong
pelaku usaha untuk aktif menghadapi perubahan ini.
195
4.3 Tahap Proses Identifikasi Strategi Digital
4.3.1 Identifikasi Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi pada setiap bagian BMT Al-Mujahidin
ditentukan berdasarkan hasil pemetaan tujuan BMT AL-Mujahidin yang
dibagi menjadi empat perspektif dengan menggunakan analisis Balanced
Scorecard, dimana dengan analisis Balanced Scorecard setiap tujuan yang
telah dipetakan disertakan tolak ukur keberhasilannya. Lalu setelah tujuan
bisnis teridentifikasi, maka selanjutnya adalah menentukan tindakan atau
aksi yang harus dilakukan untuk mendukung keberhasilan tujuan yang telah
dipetakan sebelumnya dengan menggunakan analisis CSF, dimana setiap
tujuan yang dipetakan dapat memiliki satu CSF atau lebih, dimaksimalkan
agar tujuan yang telah dipetakan dapat tercapai. Lalu hasil CSF akan
diselaraskan dengan rumusan SO, ST, WO, dan WT yang kemudian akan
dipetakan ke dalam value chain untuk mengidentifikasi kebutuhan
informasi pada BMT AL-Mujahidin, sehingga menghasilkan sebuah tabel
yang mencakup tujuan BMT Al – Mujahidin berdasarkan empat perspektif,
CSF, tolak ukur, SWOT, value chain dan kebutuhan bisnis. Berikut hasil
analisi kebutuhan bisnis BMT AL-Mujahidin.
196
1. Kebutuhan Informasi (Perspektif Financial)
Tabel 4. 12 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Perspektif Financial
Tujuan Tolak
Ukur CSF SWOT
Value
Chain
Kebutuhan
Informasi
Meningkatkan
efisiensi
penggunaan
dana
operasional
Pemasukan
dan
pengeluaran
stabil
Melakukan
monitoring
dan evaluasi
secara
berkala
terhadap
kondisi
keuangan
BMT AL-
Mujahidin
ST2 Infrastruktur Laporan
Keuangan
Mengawasi
cash flow
BMT Al-
Mujahidin
ST2 Infrastruktur Laporan
Keuangan
Melakukan
pembukuan
transaksi
tunai
maupun non
tunai
ST2 Infrastruktur Laporan
keuangan
Meminimalisir
presentase
pembiayaan
macet
Tujurunnya
rasio NPF
(Non
Performing
Loan)
Melakukan
pendataan
dan analisa
terhadap
karakteristik
anggota yang
mengalami
pembiayaan
macet
ST2,
SO5
Operation Data
anggota
dengan
catatan
pembiayaan
macet, data
analisis
anggota
Melakukan
reminder
secara
intensif
terhadap
anggota yang
mengalami
pembiayaan
macet
SO1,
SO5,
ST2
Services Data
anggota
dengan
catatan
pembiayaan
macet
Melakukan
home visit
untuk
berdiskusi
kepada
anggota yang
mengalami
pembiayaan
macet
SO5,
SO1
Services Data
anggota
dengan
catatan
pembiayaan
macet,
informasi
197
dan
pelayanan
Mengkaji
hasil diskusi
dan
memberikan
solusi
kepada
anggota yang
bersangkutan
SO5,
SO1
Services Data
anggota
dengan
catatan
pembiayaan
macet,
informasi
dan
pelayanan
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Analisis kebutuhan informasi pada perspektif finansial diawali
dengan mengidentifikasi tujuan bisnis yang telah dikelompokkan
berdasarkan analisis Balanced Scorecard yang dijabarkan pada kolom
pertama. Lalu pada kolom kedua penulis mencantumkan tolak ukur
keberhasilan tujuan bisnis BMT Al-Mujahidin, setelah itu menentukan aksi
atau tindakan yang harus dilakukan oleh BMT Al-Mujahidin untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan diawal yang penulis jabarkan pada
kolom ketiga. Selanjutnya, pada kolom keempat penulis mengidentifikasi
hasil dari strategi SWOT yang sesuai dengan tujuan dari sisi finansial. Pada
kolom kelima, penulis menyelaraskan tujuan tersebut terhadap analisis
value chain. Tentunya hal ini dapat memudahkan untuk melihat data apa
saja yang dibutuhkan untuk melengkapi pembuatan aplikasi SI/TI usulan,
serta kebutuhan informasi apa saja yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan tujuan dari perspektif finansial yang dijabarkan pada kolom
keenam.
198
2. Kebutuhan Informasi (Perspektif Customer)
Tabel 4. 13 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Perspektif Customer
Tujuan Tolak
Ukur CSF
SW
OT
Value
Chain
Kebutuhan
Informasi
Meningkatkan
hubungan
dengan
anggota
Loyalitas
anggota
Menjalin
hubungan baik
dengan
anggota untuk
mengetahui
secara
mendalam
perilaku
konsumtif
anggota
SO4 Sales and
Marketing
Data
Anggota,
data analisis
anggota
Menyediakan
produk yang
sesuai dengan
kebutuhan
masyarakat
Kebutuhan
anggota
terpenuhi
Melakukan
survei dengan
indikator
terukur untuk
mengetahui
produk yang
diminati
masyarakat
SO5 Operation Data
Anggota,
Data survey
produk
Mengkaji hasil
survei untuk
merencanakan
pengembangan
produk
SO5 Operation Data
anggota,
Data hasil
survey
produk
Menigkatkan
reputasi dan
kredibilitas
BMT AL-
Mujahidin
Meningkat
nya
kepercayan
masyarakat
terhadap
BMT Al-
Mujahidin
Meningkatkan
keamanan
dalam proses
transaksi
ST2 Infrastruktur Informasi
dan
pelayanan
Menepati janji-
janji yang
diberikan pada
setiap program
promosi
SO2 Operation Data
promosi
produk
Memberikan
pelayanan
prima terhadap
anggota
Meningkat
nya kualitas
pelayanan
Memberikan
pelayanan
yang efisien
SO2,
ST3,
ST2,
WO1
Services Informasi
dan
pelayanan
Melakukan
evaluasi
terhadap
kinerja
pegawai secara
berkala
ST3 Infrastruktur
Inbound
Logistik
Data
pegawai,
Data kinerja
pegawai
199
Melakukan
survei
kepuasan
pelayanan
terhadap
anggota
SO2 Operation Data
anggota,
data survei
kepuasan
pelayaanan
anggota
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Analisis kebutuhan informasi pada perspektif anggota diawali
dengan mengidentifikasi tujuan bisnis yang telah dikelompokkan
berdasarkan analisis Balanced Scorecard yang dijabarkan pada kolom
pertama. Lalu pada kolom kedua penulis mencantumkan tolak ukur
keberhasilan tujuan bisnis BMT Al-Mujahidin, setelah itu menentukan aksi
atau tindakan yang harus dilakukan oleh BMT Al-Mujahidin untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan diawal yang penulis jabarkan pada
kolom ketiga. Selanjutnya, pada kolom keempat penulis mengidentifikasi
hasil dari strategi SWOT yang sesuai dengan tujuan dari sisi anggota. Pada
kolom kelima, penulis menyelaraskan tujuan tersebut terhadap analisis
value chain. Tentunya hal ini dapat memudahkan untuk melihat data apa
saja yang dibutuhkan untuk melengkapi pembuatan aplikasi SI/TI usulan,
serta kebutuhan informasi apa saja yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan tujuan dari perspektif anggota yang dijabarkan pada kolom
keenam.
200
3. Kebutuhan Informasi (Perspektif Internal Bussiness)
Tabel 4. 14 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Perspektif Internal Business
Tujuan Tolak
Ukur
CSF SW
OT Value
Chain
Kebutuhan
Informasi
Meningkatkan
kemudahan
dalam proses
pengajuan
pembiayaan
Transaksi
diproses
dengan
cepat, tepat,
dan akurat
Memberikan
prosedur yang
mudah dalam
pengajuan
pembiayaan
SO1 Inbound
Logistik
Informasi
dan
pelayanan
Mengadakan
sistem
informasi
pendukung
yang
terintegrasi
untuk
menunjang
operasional
BMT Al-
Mujahidin
ST2,
WT1
,
WT3
Pengadaan Informasi
dan
pelayanan,
data hasil
survei
produk
Meningkatkan
penggunaan
perangkat TI
untuk
mendukung
proses bisnis
BMT AL-
Mujahidin
Meningkat
nya
produktivit
as kinerja
pegawai
Melakukan
investasi
terhadap
teknologi yang
sedang
berkembang
ST2 Pengadaan Data riset
teknologi
yang sedang
berkembang
Meningkatkan
kinerja
pegawai
Berkurangn
ya keluhan
anggota
Meningkatkan
kompetensi
strandar
pelayanan
ST3,
SO5
Infrastruktur Data
pegawai,
Data kinerja
pegawai
Mengadakan
pelatihan
berupa role play
serta product
knowledge
ST3 SDM Data
pegawai,
Data kinerja
pegawai
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
201
Keterangan:
Analisis kebutuhan informasi pada perspektif bisnis internal diawali
dengan mengidentifikasi tujuan bisnis yang telah dikelompokkan
berdasarkan analisis Balanced Scorecard yang dijabarkan pada kolom
pertama. Lalu pada kolom kedua penulis mencantumkan tolak ukur
keberhasilan tujuan bisnis BMT Al-Mujahidin, setelah itu menentukan aksi
atau tindakan yang harus dilakukan oleh BMT Al-Mujahidin untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan diawal yang penulis jabarkan pada
kolom ketiga. Selanjutnya, pada kolom keempat penulis mengidentifikasi
hasil dari strategi SWOT yang sesuai dengan tujuan dari sisi bisnis internal.
Pada kolom kelima, penulis menyelaraskan tujuan tersebut terhadap analisis
value chain. Tentunya hal ini dapat memudahkan untuk melihat data apa
saja yang dibutuhkan untuk melengkapi pembuatan aplikasi SI/TI usulan,
serta kebutuhan informasi apa saja yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan tujuan dari perspektif bisnis internal yang dijabarkan pada
kolom keenam.
4. Kebutuhan Informasi (Perspektif Learning & Growth)
Tabel 4. 15 Kebutuhan Informasi Berdasarkan Perspektif Learning & Growth
Tujuan Tolak
Ukur CSF SWOT
Value
Chain
Kebutuhan
Informasi
Merencanakan
pengembangan
produk yang
inovatif
Produk
inovatif yang
bervariasi
Melakukan
analisis
terhadap
produk
berdasarkan
WO3 Operation Data analisis
anggota, data
hasil survei
produk
202
karakteristik
anggota
Meningkatkan
promosi
melalui media
digital
Meningkatnya
jumlah
anggota
potensial
Membuat
website
BMT Al-
Mujahidin
WT1,
WT2
Teknologi,
Pengadaan
Informasi dan
pelayanan
Membuat
konten
produk dan
informasi
pelayanan
pada
website
BMT Al-
Mujahidin
WT1,
WT2
Teknologi,
Pengadaan
Informasi dan
pelayanan
Melakukan
pengiklanan
produk
secara
menarik
pada media
sosial
WO2,
ST1
Teknologi,
Pengadaan
Informasi dan
pelayanan,
data analisis
anggota
Merencanakan
pengadaan
layanan
transaksi
digital
Meningkatnya
SHU dari
transaksi
digital
Mengadakan
layanan
transaksi
digital yang
mudah
digunakan
WT1,
WT3,
ST2,
SO1
Teknologi,
Pengadaan
Data analisis
anggota,
informasi dan
pelayanan
Melakukan
kerjasama
dengan start
up Fintech
WT4 Outbound
Logistik,
Teknologi
Informasi dan
pelayanan,
data analisis
survei
produk, data
analisis
anggota,
daftar fintech
potensial
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Analisis kebutuhan informasi pada perspektif inovasi dan
pertumbuhan diawali dengan mengidentifikasi tujuan bisnis yang telah
dikelompokkan berdasarkan analisis Balanced Scorecard yang dijabarkan
pada kolom pertama. Lalu pada kolom kedua penulis mencantumkan tolak
203
ukur keberhasilan tujuan bisnis BMT Al-Mujahidin, setelah itu menentukan
aksi atau tindakan yang harus dilakukan oleh BMT Al-Mujahidin untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan diawal yang penulis jabarkan pada
kolom ketiga. Selanjutnya, pada kolom keempat penulis mengidentifikasi
hasil dari strategi SWOT yang sesuai dengan tujuan dari sisi inovasi dan
pertumbuhan. Pada kolom kelima, penulis menyelaraskan tujuan tersebut
terhadap analisis value chain. Tentunya hal ini dapat memudahkan untuk
melihat data apa saja yang dibutuhkan untuk melengkapi pembuatan
aplikasi SI/TI usulan, serta kebutuhan informasi apa saja yang diperlukan
untuk mencapai keberhasilan tujuan dari perspektif inovasi dan
pertumbuhan yang dijabarkan pada kolom keenam.
Berdasarkan analisis kebutuhan informasi yang telah dipaparkan
diatas, maka tahap selanjutnya penulis akan membuat perencanaan strategi
digital solusi SI/TI pada BMT AL-Mujahidin yang akan dibahas pada
subbab 4.4.
4.4 Tahap Keluaran (Output)
Setelah penulis melakukan analisis terhadap kebutuhan bisnis dan informasi
yang telah dijabarkan pada subbab sebelumnya, maka tahap selanjutnya penulis
akan menentukan strategi SI/TI (Digital) pada BMT Al-Mujahidin. Strategi SI
menentukan portfolio aplikasi SI yang harus dibangun, dengan bantuan hasil
analisis kebutuhan bisnis dan informasi, sedangkan strategi TI menentukan
infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung strategi SI. Untuk memulai
perencanaan strategi digital, maka penulis merumuskan visi dan misi usulan bagi
204
bagian IT yang telah diusulkan sebelumnya pada BMT AL-Mujahidin yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan strategi digital.
Berikut merupakan visi dan misi SI/TI yang penulis usulkan kepada BMT
Al-Mujahidin:
Visi: Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang mengedepankan
SI/TI dalam melayani UMKM
Misi:
1. Menyediakan layanan keuangan digital syariah yang berkualitas bagi
seluruh anggota.
2. Menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak pengurus BMT Al-
Mujahidin untuk meningkatkan efektivitas dalam pengambilan
keputusan.
3. Meningkatkan sumber daya SI/TI sesuai kebutuhan BMT AL-
Mujahidin.
4. Meningkatkan kualitas SDM yang kompeten.
4.4.1 Strategi Sistem Informasi
Untuk merumuskan strategi sistem informasi, penulis melakukan
pemetaan solusi SI berdasarkan kebutuhan informasi dan usulan portfolio
yang telah dijabarkan pada subbab sebelumnya. Berikut merupakan bagan
alur strategi sistem informasi.
205
Penyusunan strategi SI bertujuan untuk menyelaraskan visi, misi,
dan tujuan dari BMT Al-Mujahidin, sehingga dengan tersusunnya strategi
SI ini dapat memberikan arahan yang lebih jelas bagi BMT Al-Mujahidin
dalam pengembangan aplikasi SI yang berorientasi teknologi digital. Untuk
mengembangkan aplikasi SI, dibutuhkan informasi yang benar-benar
dibutuhkan oleh organisasi, sehingga aplikasi SI yang dikembangankan
benar-benar tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan BMT Al-Mujahidin
di era digital saat ini. Oleh karena itu, hasil dari strategi SI ini berupa
pemetaan solusi SI berdasarkan kebutuhan informasi serta usulan portfolio
aplikasi SI.
4.4.1.1 Kebutuhan Sistem Infomasi
Setelah melakukan pemetaan terhadap tujuan BMT AL-
Mujahidin dengan analisis Balanced Scorecard, CSF, value chain,
SWOT, serta kebutuhan informasi yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi
kebutuhan sistem informasi dari setiap bagian yang ada pada BMT
Gambar 4. 16 Bagan Strategi Sistem Informasi
206
AL-Mujahidin. berikut bagan alur pemetaan kebutuhan sistem
informasi.
Pemetaan Tujuan dengan
Balanced Scorecard
Penentuan Aksi/
Tindakan (CSF)SWOT Value Chain Kebutuhan Informasi Solusi SI
Kebutuhan akan informasi dari sebuah organisasi dapat
menentukan solusi untuk pengembangan aplikasi SI kedepannya.
Seperti yang penulis paparkan pada awal paragraf, tahap awal untuk
menentukan kebutuhan sistem infromasi adalah dengan
mengidentifikasi kebutuhan informasi yang didapatkan dari hasil
analisis yang telah penulis lakukan sebelumya, kebutuhan informasi
tersebut penulis jadikan parameter bagi solusi SI yang penulis
usulkan. Berikut hasil pemetaan solusi SI berdasarkan kebutuhan
informasi pada setiap bagian BMT Al-Mujahidin.
1. Kebutuhan Sistem Informasi (Perspektif Financial)
Tabel 4. 16 Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Perspektif Financial
Tujuan Tolak Ukur CSF SW
OT
Value
Chain
Kebutuhan
Informasi
IS
Demand
Meningkatkan
efisiensi
penggunaan
dana
operasional
Pemasukan
dan
pengeluaran
stabil
Melakukan
monitoring
dan evaluasi
secara berkala
terhadap
kondisi
keuangan
BMT AL-
Mujahidin
ST2 Infrastruktur Laporan
Keuangan,
SI
Akutansi
&
Keuangan
Mengawasi
cash flow
BMT Al-
Mujahidin
ST2 Infrastruktur Laporan
Keuangan
Gambar 4. 17 Bagan Pemetaan Solusi SI Berdasarkan Kebutuhan Informasi
207
Melakukan
pembukuan
transaksi
tunai maupun
non tunai
ST2 Infrastruktur Laporan
keuangan
Meminimalisir
presentase
pembiayaan
macet
Tujurunnya
rasio NPF
(Non
Performing
Loan)
Melakukan
pendataan
dan analisa
terhadap
karakteristik
anggota yang
mengalami
pembiayaan
macet
ST2,
SO5
Operation Data
anggota
dengan
catatan
pembiayaan
macet, data
analisis
anggota
SI
Analisis
Karakter
Anggota
Melakukan
reminder
secara
intensif
terhadap
anggota yang
mengalami
pembiayaan
macet
SO1,
SO5,
ST2
Services Data
anggota
dengan
catatan
pembiayaan
macet
SI CRM
Melakukan
home visit
untuk
berdiskusi
kepada
anggota yang
mengalami
pembiayaan
macet
SO5,
SO1
Services Data
anggota
dengan
catatan
pembiayaan
macet
Mengkaji
hasil diskusi
dan
memberikan
solusi kepada
anggota yang
bersangkutan
SO5,
SO1
Services Data
anggota
dengan
catatan
pembiayaan
macet,
informasi
dan
pelayanan
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada table diatas, penulis menjabarkan kebutuhan informasi
serta aplikasi SI yang dibutuhkan pada setiap tujuan berdasarkan
perspektif finansial. Strategi SI yang diusulkan pada table diatas,
208
penulis rumuskan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam
perspektif finansial, aksi yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut, yang kemudian diselaraskan dengan analisis strategi
SWOT, dan value chain. Berdasarkan pemetaan table diatas, maka
aplikasi SI yang dapat mendukung atau IS Demand antara lain:
SI Akutansi dan Keuangan
SI Analisis Karekter Anggota
SI Customer Relationship Management (CRM)
2. Kebutuhan Sistem Informasi (Perspektif Customer)
Tabel 4. 17 Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Perspektif Customer
Tujuan Tolak Ukur CSF SW
OT
Value
Chain
Kebutuhan
Informasi
IS
Demand
Meningkatkan
hubungan
dengan
anggota
Loyalitas
anggota
Membina
hubungan
baik
dengan
anggota
untuk
mengetahui
secara
mendalam
perilaku
konsumtif
anggota
SO4 Sales and
Marketing
Data
Anggota,
data analisis
anggota
SI CRM
Menyediakan
produk yang
sesuai dengan
kebutuhan
masyarakat
Kebutuhan
anggota
terpenuhi
Melakukan
survei
dengan
indikator
terukur
untuk
mengetahui
produk
yang
diminati
masyarakat
SO5 Operation Data
Anggota,
Data survei
produk
Mengkaji
hasil survei
untuk
merencana
kan
SO5 Operation Data
anggota,
Data hasil
survei
produk
209
pengemban
gan produk
Menigkatkan
reputasi dan
kredibilitas
BMT AL-
Mujahidin
Meningkat
nya
kepercayan
masyarakat
terhadap
BMT Al-
Mujahidin
Meningkat
kan
keamanan
dalam
proses
transaksi
ST2 Infrastruktur Informasi
dan
pelayanan
SI CRM
Menepati
janji-janji
yang
diberikan
pada setiap
program
promosi
SO2 Operation Data
promosi
produk
Memberikan
pelayanan
prima terhadap
anggota
Kepuasan
anggota
dalam
bertransaksi
Memberika
n pelayanan
yang
efisien
SO2,
ST3,
ST2,
WO1
Services Informasi
dan
pelayanan
SI
Simpan
Pinjam
Melakukan
evaluasi
terhadap
kinerja
pegawai
secara
berkala
ST3 Infrastruktur
Inbound
Logistik
Data
pegawai,
Data kinerja
pegawai
SI SDM
Melakukan
survei
kepuasan
pelayanan
terhadap
anggota
SO2 Operation Data
anggota,
data survei
kepuasan
pelayaanan
anggota
SI CRM
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada table diatas, penulis menjabarkan kebutuhan informasi
serta aplikasi SI yang dibutuhkan pada setiap tujuan berdasarkan
perspektif finansial. Strategi SI yang diusulkan pada table diatas,
penulis rumuskan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam
perspektif finansial, aksi yang dilakukan untuk mencapai tujuan
210
tersebut, yang kemudian diselaraskan dengan analisis strategi
SWOT, dan value chain. Berdasarkan pemetaan table diatas, maka
aplikasi SI yang dapat mendukung atau IS Demand antara lain:
SI Customer Relationship Management (CRM)
SI Simpan Pinjam
SI SDM
3. Kebutuhan Sistem Informasi (Perspektif Internal Bussiness)
Tabel 4. 18 Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Perspektif Internal Bussiness
Tujuan Tolak
Ukur CSF
SW
OT
Value
Chain
Kebutuhan
Informasi IS Demand
Meningkatkan
kemudahan
dalam proses
pengajuan
pembiayaan
Transaksi
diproses
dengan
cepat, tepat,
dan akurat
Memberikan
prosedur yang
mudah dalam
pengajuan
pembiayaan
SO1 Inbound
Logistik
Informasi dan
pelayanan,
laporan
perkembangan
simpanan dan
pembiayaan
SI
Kelayakan
Pembiayaan,
SI Analisis
Karakter
Anggota,
SI CRM
Mengadakan
sistem
informasi
pendukung
yang
terintegrasi
untuk
menunjang
operasional
BMT Al-
Mujahidin
ST2,
WT1
WT3
Pengadaan Informasi dan
pelayanan,
data hasil
survei produk
SI Simpan
Pinjam
Meningkatkan
penggunaan
perangkat TI
untuk
mendukung
proses bisnis
BMT AL-
Mujahidin
Meningkat
nya
produktivit
as kinerja
pegawai
Melakukan
investasi
terhadap
teknologi
yang sedang
berkembang
ST2 Pengadaan Data riset
teknologi yang
sedang
berkembang
Layanan
Fintech
Meningkatkan
kinerja
pegawai
Berkurang
nya
keluhan
anggota
Meningkatka
n kompetensi
strandar
pelayanan
ST3,
SO5
Infrastruktur Data pegawai,
Data kinerja
pegawai
SI SDM
211
Mengadakan
pelatihan
berupa role
play serta
product
knowledge
ST3 SDM Data pegawai,
Data kinerja
pegawai
Mengadakan
pelatihan
berupa role
play serta
product
knowledge
ST3 SDM Data pegawai,
Data kinerja
pegawai
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
Keterangan:
Pada table diatas, penulis menjabarkan kebutuhan informasi
serta aplikasi SI yang dibutuhkan pada setiap tujuan berdasarkan
perspektif finansial. Strategi SI yang diusulkan pada table diatas,
penulis rumuskan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam
perspektif finansial, aksi yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut, yang kemudian diselaraskan dengan analisis strategi
SWOT, dan value chain. Berdasarkan pemetaan table diatas, maka
aplikasi SI yang dapat mendukung atau IS Demand antara lain:
SI Simpan Pinjam
SI SDM
SI Customer Relationship Management (CRM)
SI Kelayakan Pembiayaan
SI Analisis Karakter Anggota
Layanan Fintech
212
4. Kebutuhan Sistem Informasi (Perspektif Learning Growth)
Tabel 4. 19 Kebutuhan Sistem Informasi Berdasarkan Perspektif Learning & Growth
Tujuan Tolak
Ukur CSF
SW
OT
Value
Chain
Kebutuhan
Informasi
IS
Demand
Merencanakan
pengembangan
produk yang
inovatif
Produk
inovatif
yang
bervariasi
Melakukan
analisis
terhadap
produk
berdasarkan
karakteristik
anggota
WO3 Operation Data analisis
anggota,
data laporan
perkembang
an simpanan
&
pembiayaan,
data hasil
survey
produk
SI CRM,
SI
Analisis
Karakter
Anggota
Meningkatkan
promosi
melalui
platform
digital
Meningkat
nya jumlah
anggota
potensial
Membuat
website
BMT Al-
Mujahidin
WT1
WT2
Teknologi,
Pengadaan
Informasi
dan
pelayanan
Website
BMT AL-
Mujahidin
Membuat
konten
produk dan
informasi
pelayanan
pada website
BMT Al-
Mujahidin
WT1
WT2
Teknologi,
Pengadaan
Informasi
dan
pelayanan,
data hasil
survei
produk
Melakukan
pengiklanan
produk
secara
menarik
pada media
sosial
WO2
ST1
Teknologi,
Pengadaan
Informasi
dan
pelayanan,
data analisis
anggota
Media
Sosial
(FB,
Twitter,
Instagram,
dll)
Merencanakan
pengadaan
layanan
transaksi
digital
Meningkat
nya SHU
dari
transaksi
digital
Mengadakan
layanan
transaksi
digital yang
mudah
digunakan
WT1
WT3
ST2,
SO1
Teknologi,
Pengadaan
Data analisis
anggota,
informasi
dan
pelayanan
Layanan
Fintech
Melakukan
kerjasama
dengan start
up Fintech
WT4 Outbound
Logistik,
Teknologi
Informasi
dan
pelayanan,
data analisis
survei
produk, data
analisis
anggota,
daftar
fintech
potensial
Tujuan *: Hasil Wawancara (Dapat dilihat pada lampiran 1)
213
Keterangan:
Pada table diatas, penulis menjabarkan kebutuhan informasi
serta aplikasi SI yang dibutuhkan pada setiap tujuan berdasarkan
perspektif finansial. Strategi SI yang diusulkan pada table diatas,
penulis rumuskan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam
perspektif finansial, aksi yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut, yang kemudian diselaraskan dengan analisis strategi
SWOT, dan value chain. Berdasarkan pemetaan table diatas, maka
aplikasi SI yang dapat mendukung atau IS Demand antara lain:
SI Customer Relationship Management (CRM)
SI Analisis Karakter Anggota
Website BMT Al-Mujahidin
Layanan Fintech
Media Sosial
4.4.1.2 Usulan Portfolio Aplikasi SI
Untuk membuat usulan portfolio aplikasi SI, penulis
melakukan pemetaan kebutuhan informasi dengan portfolio Mc
Farlan Strategic Grid yang telah dijabarkan sebelumnya. Berikut
bagan usulan portfolio aplikasi SI.
214
Proses pemetaan usulan portfolio SI ini menggunakan model
portfolio Mc Farlan Strategic Grid. Penempatan posisi aplikasi SI
berdasarkan alasan-alasan yang berpengaruh terhadap fungsi bisnis
BMT AL-Mujahidin. Berikut usulan portfolio BMT AL-Mujahidin.
Tabel 4. 20 Usulan Portfolio Aplikasi SI untuk BMT AL-Mujahidin
Strategic High Potential
SI CRM
SI Simpan Pinjam
Website BMT Al-Mujahidin
SI Kelayakan Pembiayaan
SI Analisis Karakter Anggota
Layanan Fintech
SI SDM
SI Akutansi dan Keuangan
Media Sosial
Key Operational Support
Dengan melakukan penyesuaian antara portfolio aplikasi SI saat
ini dengan portfolio aplikasi SI yang penulis usulkan, maka akan
dibuat model future portfolio aplikasi SI, dimana pada tahap ini
aplikasi SI/TI yang sedang digunakan saat ini bisa jadi mengalami
proses eliminasi dikarenakan fungsinya digantikan oleh aplikasi SI
Gambar 4. 18 Bagan Usulan Portfolio Aplikasi SI
215
yang penulis usulkan. Berikut model future portfolio aplikasi SI
pada BMT AL-Mujahidin.
Tabel 4. 21 Future Application Portfolio
Strategic High Potential
SI CRMb
SI Simpan Pinjamc
Blog BMT Al-Mujahidin
Website BMT Al-Mujahidina
SI Kelayakan Pembiayaanb
SI Analisis Karakter Anggotab
Layanan Fintechb
SI SDMb
SI Akutansi dan Keuanganc
Aulia Software
Media Sosiala
Microsoft Office
Key Operational Support
xa Aplikasi yang sudah direncanakan
xb Aplikasi yang masih pada tahap pemikiran
xc Aplikasi yang mengalami pengembangan
x Aplikasi yang dihilangkan karena fungsinya digantikan
Berikut penjabaran model future application portfolio:
1. Application Strategic
Berdasarkan pemetaan usulan portfolio aplikasi SI
dengan menggunakan Mc Farlan Strategic Grid, terdapat
tiga aplikasi penting yang diperlukan BMT AL-Mujahidin
untuk mendukung strategi di masa yang akan datang, antara
lain: SI CRM, SI Simpan Pinjam, Website BMT Al-
Mujahidin
216
2. Application High Potential
Berdasarkan pemetaan usulan portfolio aplikasi SI
dengan menggunakan Mc Farlan Strategic Grid, terdapat
tiga aplikasi yang diperkirakan memiliki potensi yang tinggi
bagi BMT AL-Mujahidin di masa yang akan mendatang,
antara lain: SI Kelayakan Pembiayaan , SI Analisis Karakter
Anggota, Layanan Fintech
3. Application Key Operational
Berdasarkan pemetaan usulan portfolio aplikasi SI
dengan menggunakan Mc Farlan Strategic Grid, terdapat
dua aplikasi yang dikategorikan penting agar operasional
BMT AL-Mujahidin tetap berjalan, antara lain: SI SDM, SI
Akutansi dan Keuangan
4. Application Support
Berdasarkan pemetaan usulan portfolio aplikasi SI
dengan menggunakan Mc Farlan Strategic Grid, terdapat
dua aplikasi yang bernilai cukup penting, namun tidak terlalu
mendukung suksesnya BMT AL-Mujahidin secara
langsung, antara lain: Media Sosial, Microsoft Office.
Berikut deskripsi dari aplikasi usulan SI BMT AL-
Mujahidin.
217
Tabel 4. 22 Deskripsi Aplikasi Usulan SI
No Usulan
Aplikasi
Fungsi Kondisi
Saat Ini
Status
1 SI Akutansi
dan Keuangan
Sistem yang dapat
membantu pihak BMT
dalam mengelola
keuangan dengan
menampilkan kondisi
keuangan secara
berkala, serta dapat
membantu pihak BMT
dalam mengambil
keputusan yang
berkaitan dengan
keuangan.
Sudah
Ada
Upgrade
2 SI Simpan
Pinjam
Sistem yang dapat
membantu pihak BMT
dalam mengelola data-
data anggota khususnya
yang berhubungan
dengan simpanan
maupun pinjamanan.
Sudah
Ada
Upgrade
3 SI Customer
Relationship
Management
(CRM)
Sistem yang dapat
membantu pihak BMT
untuk menjalin
hubungan atau relasi
dengan anggota untuk
meningkatkan loyalitas
anggota
Belum
Ada
New
System
4 SI SDM Sistem yang dapat
membantu pihak BMT
untuk mengelola data
pegawai
Belum
Ada
New
System
5 SI Kelayakan
Pembiayaan
Sistem yang dapat
membatu pihak BMT
dalam menganalisa
kelayakan pembiayaan
calon anggota untuk
mengatasi pembiayaan
macet dimasa yang
akan datang
Belum
Ada
New
System
6 SI Analisis
Karakter
Anggota
Sistem yang dapat
mempermudah pihak
BMT untuk mengetahui
karakter anggota
Belum
Ada
New
System
218
7 Layanan
Fintech
Sistem yang dapat
mengintegrasikan
layanan serta produk
BMT dengan pihak
penyedia layanan
fintech
Belum
Ada
New
System
8 Website BMT
Al-Mujahidin
Membantu pihak BMT
AL-Mujahidin dalam
proses pemasaran
digital kepada anggota
Belum
Ada
New
System
9 Media Sosial
(FB, Twitter,
Instagram,dll)
Sistem yang digunakan
oleh pihak BMT dalam
memberikan informasi
produk dan layanan,
promosi, dll.
Belum
Ada
New
System
Setelah mengelompokkan kebutuhan aplikasi SI dengan model Mc
Farlan Strategic Grid, maka tahap selanjutnya adalah mempertimbangkan
aplikasi SI yang bersifat prioritas untuk dilakukan pengembangan atau
pengadaan investasi SI/TI sesegera mungkin. Selain usulan portfolio aplikasi
SI, penulis juga menjadikan hasil wawancara sebagai pertimbangan untuk
melakukan pengembangan atau pengadaan investasi SI/TI, sehingga untuk
menentukan prioritas pengembangan atau pengadaan investasi SI/TI akan
dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan bisnis proses, kemudahan
pengadaan, serta manfaat dan keuntungan dari pengadaan investasi SI/TI.
Penentuan prioritas pengembangan atau pengadaan investasi SI/TI akan
dijabarkan pada subbab 4.5.
4.4.2 Strategi Teknologi Informasi
Strategi teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk mendukung
usulan sistem informasi yang penulis usulkan. Kebutuhan akan arsitektur
219
jaringan komputer merupakan salah satu strategi teknologi informasi yang
dibutuhkan oleh BMT Al-Mujahidin. Dilihat dari usulan sistem informasi
yang penulis usulkan hampir seluruhnya menggunakan akses internet, maka
dalam hal ini firewall sangat dibutuhkan untuk mengontrol akses keluar
masuknya informasi, terlebih lagi jika tersimpan data-data BMT Al-
Mujahidin yang bersifat rahasia. Firewall merupakan sistem yang dirancang
untuk mencegah akses yang tidak diinginkan dari atau ke dalam suatu
jaringan internet. Sehingga untuk mencegah berbagai macam serangan yang
tidak diinginkan, firewall akan melacak, mengendalikan atau memutuskan
suatu perintah.
Selain firewall, BMT Al-Mujahidin juga membutuhkan router
untuk menghubungkan beberapa komputer dengan jaringan internet. Router
juga berfungsi untuk mendistribusikan IP address, baik secara static
maupun DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) kepada semua
Gambar 4. 19 Usulan Jaringan Komputer BMT AL-Mujahidin
220
komputer yang terhubung kepada router tersebut. Sehingga dengan adanya
IP address yang unik yang dibagikan kepada setiap komputer, maka
memungkinkan setiap komputer dapat saling terhubung serta melakukan
komunikasi. Berdasarkan tren tekologi infromasi yang telah penulis
jabarkan sebelumnya, cloud server dapat digunakan untuk menyimpan
seluruh data BMT Al-Mujahidin. Dapat dilihat pada gambar diatas, semua
komputer yang digunakan pada setiap bagian akan mendapatkan hak akses
ke cloud server yang dapat diakses sewaktu-waktu.
Selain itu, untuk untuk mendukung implementasi strategi SI pada
BMT AL-Mujahidin, maka terdapat penambahan infrastruktur berupa tiga
unit Personal Computer (PC) yang saling terintegrasi satu sama lain yang
nantinya akan digunakan oleh divisi IT untuk mendukung proses migrasi
strategi SI yang penulis usulkan.
4.4.3 Strategi Manajemen SI/TI
Strategi manajemen SI/TI sangat diperlukan untuk mendukung
pencapaian visi dan misi BMT AL-Mujahidin, dimana strategi manajemen
SI/TI mencakup faktor-faktor umum yang digunakan untuk memastikan
konsistensi dalam penerapan kebijakan-kebijakan sistem dan teknologi
informasi yang dibutuhkan. Strategi manajemen SI/TI BMT Al-Mujahidin
diperoleh dari hasil struktur organisasi yang sudah ada saat ini, lalu
dikembangkan untuk lebih difokuskan pada bidang SI/TI, sehingga
221
pemanfaatan SI/TI pada BMT AL-Mujahidin lebih terorganisir. Berikut
Usulan struktur organisasi SI/TI untuk BMT Al-Mujahidin.
Berikut penjabaran dari usulan struktur organisasi BMT AL-
Mujahidin serta kompetensi yang dibutuhkan pada bagian SI/TI yang akan
direncanakan:
1. Programmer
Tabel 4. 23 Deskripsi Kebutuhan & Job Desk Programmer
Tanggung Jawab Mengembangkan dan melakukan
maintenance aplikasi pada proses bisnis,
berupa coding, testing, debug, dan
implementasi aplikasi sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan BMT AL-
Mujahidin.
Gambar 4. 20 Usulan Struktur Organisasi BMT AL-Mujahidin
222
Pendidikan S1 Teknologi Informasi / Teknik
Informatika / Sistem Informasi
Pengalaman Minimal 1 tahun sebagai developer
Tugas – Tugas Membangun/mengembangkan
sistem, terutama pada tahap
construction dengan melakukan
coding menggunakan bahasa
pemograman yang ditentukan
Melakukan implementasi serta desain
proses bisnis dengan menggunakan
algoritma serta bahasa pemograman
Melakukan testing terhadap sistem
apabila diperlukan.
2. Digital Marketing Specialist
Tabel 4. 24 Deskripsi Kebutuhan & Job Desk Digital Marketing Specialist
Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang berkaitan dengan pemasaran serta
branding produk BMT secara digital,
mencakup Search Engine Optimization,
Search Engine Marketing, Content
Marketing, dll.
Pendidikan S1 Marketing / Komunikasi
Pengalaman Minimal 1 tahun sebagai Digital
Marketing
Tugas – Tugas Membuat dan merancang konten
promosi di media digital
Melakukan pengoptimasi dan
meningkatkan rangking website
BMT AL-Mujahidin
Memelihara dan meningkatkan
engagement anggota dan calon
anggota potensial penyampaian
konten di sosial media.
223
3. IT Support
Tabel 4. 25 Deskripsi Kebutuhan & Job Desk IT Support
Tanggung Jawab Bertanggung jawab atas sistem
operasional yang sedang berjalan pada
BMT, meliputi hardware, software,
jaringan ataupun user support.
Pendidikan D3/S1 Teknologi Informasi / Teknik
Informatika / Sistem Informasi
Pengalaman Minimal 1 tahun sebagai IT Support /
Support System
Tugas – Tugas Membuat jadwal maintenance atau
perawatan software, hardware,
maupun jaringan.
4.5 Estimasi Waktu dan Anggaran Migrasi SI/TI
Untuk merencanakan implementasi strategi digital pada BMT Al-
Mujahidin, maka penulis menyusun perencanaan estimasi anggaran serta waktu.
Implementasi strategi digital akan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan BMT
AL-Mujahidin. Tahap pertama yang perlu didahulukan adalah implementasi sistem
informasi yang bersifat strategis, dimana sistem informasi ini sangat dibutuhkan
untuk mendukung keberhasilan tujuan bisnis BMT AL-Mujahidin. Tahap kedua
dilanjutkan dengan sistem informasi yang bersifat operasional, dimana sistem
informasi ini ditunjukkan untuk mendukung operasional bisnis BMT AL-
Mujahidin agar tetap terlaksana dengan baik. Selanjutnya implementasi sistem
informasi yang memiliki potensi tinggi bagi BMT AL-Mujahidin di masa yang
224
akan datang. Tahap terakhir implementasi sistem informasi yang bernilai cukup
penting sebagai pendukung suksesnya BMT AL-Mujahidin.
Perkiraan implementasi strategi digital pada BMT AL-Mujahidin akan
dapat diselesaikan dalam jangka waktu 3 tahun. Kebutuhan bisnis untuk
pengelolaan SI/TI tentu harus didukung dengan SDM yang handal khususnya
dalam bidang SI/TI, maka dari itu pembentukan bagian IT dirasa sangat penting
untuk dilaksanakan terlebih dahulu sebelum mengimplementasikan sistem-sistem
yang penulis usulkan. Berikut estimasi waktu migrasi SI/TI pada BMT AL-
Mujahidin.
Gambar 4. 21 Rencana Implementasi Strategi Digital pada BMT Al-Mujahidin
Tahap 1
- SI Simpan Pinjam
- SI CRM
- Website BMT AL-Mujahidin
- Media Sosial (FB, Twitter, Instagram, dll)
Tahap 2
- SI SDM
- SI Akutansi dan Keuangan
Tahap 3
- SI Kelayakan Pembiayaan
- SI Analisis Karakter Anggota
- Layanan Fintech
2019-2020
2021
2020-2021
225
Gambar diatas memperlihatkan tahap pengelompokkan sistem informasi
yang akan diimplementasikan sesuai dengan prioritas kebutuhan di BMT AL-
Mujahidin. Perkiraan implementasi SI/TI pada BMT Al-Mujahidin akan mulai
diterapkan pada tahun 2019 jika tidak ada kendala, sehingga estimasi migrasi SI/TI
dimulai pada tahun 2019 dan berakhir pada tahun 2021. Berikut tabel penjabaran
estimasi waktu migrasi SI/TI pada BMT Al-Mujahidin.
226
Tabel 4. 26 Estimasi Waktu Migrasi SI/TI pada BMT Al-Mujahidin
Output
Perencanaan Kegiatan
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Strategi
Management
SI/TI
Pembentukan
Bagian IT
Perekrutan
Staf IT
Strategi TI
Pengadaan
Infrastruktur
SI/TI
Strategi SI
SI Simpan
Pinjam
SI CRM
Website
BMT AL-
Mujahidin
Media Sosial
SI SDM
SI Akutansi
dan
Keuangan
SI Kelayakan
Pembiayaan
SI Analisis
Karakter
Anggota
Layanan
Fintech
Keterangan :
Q1 : Januari –-Maret Q3 : Juli - September
Q2 : April - Juni Q4 : Oktober - Desember
Setelah merencanakan estimasi waktu untuk migrasi SI/TI, maka
selanjutnya penulis merumuskan estimasi anggaran yang perlu dikeluarkan oleh
227
pihak BMT AL-Mujahidin. Estimasi anggaran dikelompokkan menjadi 2, yang
pertama mencakup estimasi anggaran pengadaan SDM dan infrastruktur SI/TI,
yang kedua mencakup estimasi anggaran pengembangan/investasi sistem informasi
yang penulis usulkan. Berikut rincian estimasi anggaran yang dibutuhkan oleh
BMT AL-Mujahidin
1. Estimasi anggaran pengadaan SDM dan infrastruktur SI/TI
Tabel 4. 27 Estimasi Anggaran Pengadaan SDM & Infratsruktur SI/TI
No Rencana SI/TI Anggaran
(Rp)
Keterangan
1 Sumber Daya
Manusia
a. Programmer
b. IT Support
c. Digital
Marketing
7.500.000
3.000.000
3.500.000
Gaji Karyawan
(www.jobstreet.com)
2 Infrastuktur SI/TI
a. 3 unit PC @
9.600.000
b. Firewall
28.800.000
4.999.999
Lenovo IdeaCentre 520-0KiD
Intel Core i7, RAM 4TB, 2400
MHz, DDR4, HDD, 10TB
(www.pricebook.co.id)
Fortinet Forticare License for
FG-80C
(www.bhinneka.com)
Total 47.799.999
2. Estimasi anggaran pengembangan/investasi sistem informasi
Estimasi anggaran pengembangan sistem yang dilakukan oleh pihak
ketiga menggunakan asumsi strandar gaji pada bidang TI di Indonesia
tahun 2018. Dari standar gaji tersebut diambil rata-rata gaji lalu dibagi
228
untuk menghasilkan rate perhari nya, hal ini diasumsikan untuk
mendapatkan perhitungan biaya SDM berdasarkan mandays.
Berikut asumsi perhitungannya:
Jumlah hari kerja dalam 1 bulan adalah 20 hari
Gaji Business Analysis
Rata-rata gaji = 8.000.000 / 20 hari kerja
Mandays = 400.000
Gaji System Analysis
Rata-rata gaji = 7.500.000 / 20 hari kerja
Mandays = 375.000
Gaji DBA
Rata-rata gaji = 5.000.000 / 20 hari kerja
Mandays = 250.000
Gaji Programmer
Rata-rata gaji = 7.500.000 / 20 hari kerja
Mandays = 375.000
Gaji Software QA
Rata-rata gaji = 4.000.000 / 20 hari kerja
Mandays = 200.000
229
Tabel 4. 28 Estimasi Anggaran Pengembangan SI Akutansi & Keuangan
SI Akutansi &
Keuangan
Resource Qty Rate/day Man
days
Total
User
Requirement
System Analyst 1 375.000 1 375.000
Business
Analyst
1 400.000 1 400.000
Perancangan
Sistem
System Analyst 1 375.000 2 750.000
DBA 1 250.000 2 500.000
Development Programmer 1 375.000 35 13.125.000
Integration &
Testing
Software QA 1 200.000 3 600.000
Implementation Programmer 1 375.000 2 750.000
User Training System Analyst 1 375.000 4 1.500.000
Documentation Software QA 1 200.000 2 400.000
Total 52 18.400.000
Tabel 4. 29 Estimasi Anggaran Pengembangan SI Simpan Pinjam
SI Simpan
Pinjam
Resource Qty Rate/day Man
days
Total
User
Requirement
System Analyst 1 375.000 2 750.000
Business
Analyst
1 400.000 2 800.000
Perancangan
Sistem
System Analyst 1 375.000 3 1.125.000
DBA 1 250.000 4 1.000.000
Development Programmer 1 375.000 50 18.750.000
Integration &
Testing
Software QA 1 200.000 3 600.000
230
Implementation Programmer 1 375.000 3 1.125.000
User Training System Analyst 1 375.000 5 1.875.000
Documentation Software QA 1 200.000 3 600.000
Total 85 26.625.000
Tabel 4. 30 Estimasi Anggaran Pengembangan SI SDM
SI SDM Resource Qty Rate/day Man
days
Total
User
Requirement
System Analyst 1 375.000 2 750.000
Business
Analyst
1 400.000 2 800.000
Perancangan
Sistem
System Analyst 1 375.000 3 1.125.000
DBA 1 250.000 3 750.000
Development Programmer 1 375.000 30 11.250.000
Integration &
Testing
Software QA 1 200.000 3 600.000
Implementation Programmer 1 375.000 2 750.000
User Training System Analyst 1 375.000 5 1.875.000
Documentation Software QA 1 200.000 3 600.000
Total 53 18.500.000
Tabel 4. 31 Estimasi Anggaran Pengembangan SI Kelayakan Pembiayaan
SI Kelayakan
Pembiayaan
Resource Qty Rate/day Man
days
Total
User
Requirement
System Analyst 1 375.000 1 375.000
Business Analyst 1 400.000 1 400.000
Perancangan
Sistem
System Analyst 1 375.000 2 750.000
231
DBA 1 250.000 3 750.000
Development Programmer 1 375.000 45 16.875.000
Integration &
Testing
Software QA 1 200.000 2 400.000
Implementation Programmer 1 375.000 2 750.000
User Training System Analyst 1 375.000 3 1.125.000
Documentation Software QA 1 200.000 2 400.000
Total 61 21.825.000
Tabel 4. 32 Estimasi Anggaran Pengembangan SI Pengelolaan Sarana & Prasarana
SI Analisis
Karakter
Anggota
Resource Qty Rate/day Man
days
Total
User
Requirement
System Analyst 1 375.000 1 375.000
Business
Analyst
1 400.000 1 400.000
Perancangan
Sistem
System Analyst 1 375.000 2 750.000
DBA 1 250.000 2 500.000
Development Programmer 1 375.000 30 11.250.000
Integration &
Testing
Software QA 1 200.000 2 400.000
Implementation Programmer 1 375.000 2 750.000
User Training System Analyst 1 375.000 3 1.125.000
Documentation Software QA 1 200.000 2 400.000
Total 45 15.950.000
232
Tabel 4. 33 Deskripsi Pengadaan Aplikasi SI Usulan
No Rencana SI/TI Anggaran Keterangan
1 SI Akutansi dan
Keuangan
18.400.000 Menggunakan jasa vendor
yang sudah ada, dengan
melakukan pengembangan
sistem sesuai dengan
kebutuhan BMT saat ini
dan yang akan datang.
2 SI Simpan Pinjam 26.625.000 Menggunakan jasa vendor
yang sudah ada, dengan
melakukan pengembangan
sistem sesuai dengan
kebutuhan BMT saat ini
dan yang akan dating.
3 Layanan Fintech 3.000.000 Penulis mengusulkan
untuk mengajukan
kerjasama kemitraan
dengan Start Up Fintech
Ammana
(www.ammana.id)
4 SI CRM 7.200.000 Menggunakan aplikasi
Sugarcrm dengan bayaran
$40/bulan
(www.sugarcrm.com)
5 SI Kelayakan
Pembiayaan
21.825.000 Menggunakan jasa vendor
yang bagus dalam
pengembangan aplikasi
kelayakan pembiayaan
6 SI SDM 18.500.000 Menggunakan jasa vendor
yang bagus dalam
pengembangan aplikasi
SDM
7 SI Analisis Karakter
Anggota
15.950.000 Menggunakan jasa vendor
yang bagus dalam
pengembangan aplikasi
sarana dan prasarana
8 Website BMT AL-
Mujahidin
- Menggunakan SDM yang
sudah ada
233
9 Media Sosial - Menggunakan SDM yang
sudah ada
Total 111.500.000
Dari perhitungan total pengembangan/pengadaan sistem informasi
yang penulis usulkan pada table diatas, maka perkiraan total biaya yang
dibutuhkan untuk implementasi sistem pada BMT AL-Mujahidin dalam
kurun waktu kurang lebih 3 tahun sebesar 111.500.000.
Sedangkan total biaya keseluruhan, mencakup estimasi biaya
pengadaan SDM, pengadaan infrastruktur SI/TI, serta
pengembangan/pengadaan sistem informasi, maka total keseluruhannya
adalah sebagai berikut.
Estimasi pengadaan SDM dan infrastruktur SI/TI
= 47.799.999
Estimasi pengembangan/investasi sistem informasi
= 111.500.000
Total Estimasi Anggaran Migrasi SI/TI
= 47.799.999 + 111.500.000
= 159.299.999
138
234
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis menjabarkan perencanaan strategi digital pada bab
sebelumnya, maka berikut kesimpulan dari penelitian ini:
1. Berdasarkan permasalahan BMT AL-Mujahidin yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka penulis memberikan solusi dengan merencanakan
strategi digital dengan output strategi SI, strategi TI, dan strategi
manajemen SI/TI untuk menciptakan inovasi pada proses bisnis yang
sedang berjalan saat ini dengan memanfaatkan teknologi digital.
2. Usulan strategi SI digunakan untuk menyelaraskan visi, misi, dan tujuan
dari BMT Al-Mujahidin agar dapat memberikan arahan yang lebih jelas
dalam pengembangan teknologi digital sehingga BMT AL-Mujahidin
dapat memanfaatkan peluang layanan perbankan digital dengan sebaik-
baiknya.
3. Usulan strategi TI berupa arsitektur jaringan komputer yang
menggunakan konfigurasi cloud server sangat mendukung dan
bersinergi terhadap strategi SI yang diusulkan oleh penulis.
4. Untuk meminimalisir ketergantungan kepada pihak ketiga, maka
diperlukan usulan strategi managemen SI/TI dengan mengembangkan
struktur organisasi yang dapat mendukung operasioanl BMT AL-
Mujahidin. Adapun usulan struktur organisasinya adalah penambahan
235
divisi IT yang terdiri dari programmer, IT support, dan digital
marketing specialist.
5.2 Saran
Adapun saran dari penelitian yang telah dilakukan antara lain:
1. Pada tahap selanjutnya sebaiknya dilakukan pengembangan dari setiap
usulan investasi SI/TI pada BMT AL-Mujahidin dengan tema rancang
bangun, sehingga dapat membantu pihak BMT AL-Mujahidin dalam
implementasi SI/TI.
2. Pihak BMT Al-Mujahidin perlu melakukan evaluasi pada perencanaan
strategi digital secara berkala untuk mengontrol penggunaan infrastruktur
SI/TI oleh sumber daya yang ada.
236
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, & M. U. (2010). Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer.
Bandung: Alfabeta.
Assauri, S. (2013). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Atmaja. (2002). Penyusunan Metodologi Perencanaan Strategis Informasi Berbasis
Value Bisnis dalam Rangka Meningkatkan Peran Strategis Sistem Informasi
Pada Suatu Organisasi. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Bharadwaj, A., Sawy, O. A., Pavlou, P. A., & Venkatraman, A. (2013). Digital
Bussiness Strategy: Toward a Next Generation of Insights. MIS Quarterly,
471-482.
BI, L. &. (2015). Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Jakarta.
Cassidy, A. (2006). Practical Guide to Information System Strategic Planning.
USA: Auerbach Publication.
Darmawan, D. (2012). Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Gaol, C. J. (2008). Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi.
Jakarta: PT Grasindo.
Gelinas, U. J., Dull, R. B., & Wheeler, P. R. (2012). Accounting Information
Systems. USA: Cengage Learning.
Holotiuk, F., & Beimborn, D. (2017). Critical Success Factors of Digital Business
Strategy. International Tagung Wirtschaftsinformatik, 991-1005.
Huda, N., & Heykal, M. (2010). Lembaga Keuangan Islam. Jakarta: Kencana.
Jatmiko, R. D. (2003). Manajemen Stratejik. Malang: UMM Press.
237
Jogiyanto. (2005). System Informasi Strategic. Yogyakarta: Andi.
Kadir, A., & Triwahyuni, T. C. (2013). Pengantar Teknologi Informasi Edisi
Revisi. Yogyakarta: ANDI.
McKinsey&Company. (2015). Digital Banking in ASEAN. Singapore: Asia
Consumer Insights Center.
Muchtadi, R. H. (2013). Perencanaan Strategis Sistem Informasi Dalam
Mendukung Pengembangan E-Government Pada Pemerintahan Kota
Serang. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Mulyanto, A. (2009). Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Peppard, J., & Ward, J. (2016). The Strategic Management of Information Systems:
Builsing a Digital Strategy. United Kingdom: Wiley.
Rangkuti, F. (2011). SWOT Balanced Scorecard: Teknik Menyusun Strategi
Korporat yang Efektif plus Cara Kerja Mengolah Kinerja dan Risiko.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti, F. (2013). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Rerung, R. R. (2018). E-Commerce, Menciptakan Daya Saing Melalui Teknologi
Informasi. Yogyakarta: Deepublish.
Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2015). Accounting Information Systems, 13th
ed. England: Pearson Educational Limited.
Sutabri, T. (2012). Analisis Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Sutabri, T. (2012). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Sutarman. (2009). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara.
238
Umar, H. (2001). Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Waspodo, B. (2008). Sistem Informasi dan Prakteknya di Lembaga Usaha.
Penelitian dan Pembangunan Komunikasi dan Informatika, 24-49.
Wedhasmara, A. (2009). Langkah-Langkah Perencanaan Strategis Sistem
Informasi Dengan Menggunakan Metode Ward dan Peppard. Sistem
Informasi (JSI) Vol 1, No 1, 14-22.
Wijono, W. W. (2005). Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikor sebagai salah
satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutuskan Mata
Rantai Kemiskinan. Kajian Ekonomi dan Keuangan.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
HASIL WAWANCARA
A. PROFIL PERUSAHAAN
1. Sejak kapan didirikannya BMT Al-Mujahidin ?
BMT Al-Mujahidin didirikan sejak awal oleh pencetus Baitul Mal wa
Tamwil secara nasional oleh Ikatan Cendikiawan Muslim (ICMI) pada
tahun 1995 dan telah mengalami pasang surut usaha. Dengan dukungan
beberapa pengurus yayasan Al-Mujahidin, beberapa jamaah dan rekan-
rekan maka secara resmi BMT Al-Mujahidin didirikan tepat pada tanggal
1 Juni 2014 dan mulai berkembang dengan baik hingga saat ini.
2. Kegiatan bisnis apa saja yang sedang berjalan di BMT AL-Mujahidin?
BMT Al-Mujahidin fokus pada lembaga keuangan mikro syariah yang
berupa produk simpanan dan pembiayaan.
3. Apa tujuan utama dari BMT Al-Mujahidin?
Tujuan BMT Al-Mujahidin yaitu meningkatkan kesejahteraan seluruh
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui
kegiatan ekonomi kerakyatan yang menaruh nilai dan aturan-aturan
muamalat yang sehat.
4. Apa visi dan misi dari BMT Al-Mujahidin?
Visi BMT Al-Mujahidin yaitu menjadi BMT yang utama di kalangan
lembaga keuangan mikro syariah, mandiri, dan profesional dalam
melayani usaha kecil mikro.
Sedangkan misi BMT Al-Mujahidin yaitu menjadi “role model” lembaga
keuangan mikro syariah dengan penekanan pada kemitraan usaha,
keunggulan manajemen untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh
anggota.
5. Saat ini, berapa jumlah anggota BMT Al-Mujahidin baik aktif maupun
non aktif?
Kurang lebih sekitar 800 anggota
6. Selain dari anggota, sumber dana yang diperoleh BMT Al-Mujahidin
darimana saja?
Karena letak BMT satu lokasi dengan sekolah dan masjid, maka sumber
dana yang masuk selain dari anggota yaitu dari sekolah dan masjid.
6. Produk apa saja yang dimiliki BMT ?
Produk Penghimpunan Dana (Funding)
Deposito Mudharabah
Deposito merupakan salah satu produk unggulan BMT Al-
Mujahidin yang insyaalla dapat memberikan bagi hasil yang
sangat menarik bagi para penyimpan dana deposito (deposan)
mudharabah.
Berdasarkan keikhlasan dari kedua belah pihak antara deposan
mudharabah dengan BMT Al-Mujahidin dengan ketentuan akad
bersama 60 - 40. Akad ini berarti keuntungan yang diperoleh
setelah dikurangi beban biaya operasional BMT, pembagiannta
60% untuk BMT sedangkan 40% untuk bagi hasil dengan
deposan dan penabung lainnya. Keuntungan ini pada prakteknya
akan dapat memberika keuntungan sebesar 10-12% bila diukur
secara konvensional.
Produk Penyaluran Pembiayaan (Lending)
Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat, jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli.
Perbedaannya terletak pada obyek transaksinya, bila pada jual
beli transaksinya adalah barang, maka pada ijarah bisa berupa
jasa, baik manfaat atas barang maupun atas tenaga kerja. Setelah
kontrak berakhir, penyewa mengembalikan barang tersebut
kepada pemilik.
Ijarah yang dilakukan oleh perbankan syariah memang tidak
sama persis dengan definisi ijarah yang dikenal dalam kitab-kitab
fiqiyah, ijarah yang lazimnya dijelaskan dalam kitab fiqih hanya
melibatkan dua pihak yaitu penyewa dan yang menyewakan.
Untuk metode pembayaran dapat dilakukan dengan tunai
(naqdan) atau cicilan (bi tsaman ajil/muajjal)
Murabahah
Murabahah yang dilakukan oleh perbankan syariah memang
tidak sama percis dengan definisi murabahah yang dikenal dalam
kitab-kitab fiqih. Murabahah yang lazimnya dijelaskan dalam
kitab fiqih hanya melibatkan dua pihak yaitu penjual dan
pembeli. Untuk metode pembayaran dapat dilakukan dengan
tunai (naqdan) atau cicilan (bi tsaman ajil/muajjal).
Sedangkan dalam perbankan syariah sebenarnya terdapat dua
akad murabahah yang melibatkan tiga pihak. Murabahah pertama
dilakukan secara tunai antara bank (sebagai pembeli) dengan
penjual barang. Murabahah kedua dilakukan secara cicilan antara
bank (sebagai penjual) dengan nasabah bank.
Lazimnya bisnis, tentu bank mengambil keuntungan dari
transaksi murabahah ini. Rukun murabahah pertama terpenuhi
sempurna (terdapat penjual dan pembeli, barang yang diperjual
belikan, serta ijab dan qobul) demikian pula rukun murabahah
kedua. Dengan demikian dapat dikatakan akad murabahah ini
sah.
Mudharabah
Mudharabah yang dilakukan oleh perbankan syariah sama percis
dengan mudharabah yang dikenal dalam kitab-kitab fiqih. Bank
bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib) dan nasabah bank
bertindak sebagai pemilik dana. Dana tersebut digunakan bank
untuk melakukan murabahah atau ijarah. Dapat pula dana
tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua.
Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang
disepakati.
Rukun mudharabah terpenuhi semua (terdapat mudharib dan
pemilik dana, usaha yang akan dibagihasilkan, nisbah, serta ijab
dan qobul). Dengan demikian dapat dikatakan akad mudharabah
ini sah.
Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas
atau aset non kas yang diperkenankan oleh syariah. Istilah lain
dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.
Qardhul Hasan
Diantara keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional sesuai dengan fatwa DSN-MUI Nomor 19/DSN-
MUI/IV/2000 tentang prinsip Qardh. Qardh adalah pinjaman.
Sedangkan hasan adalah ketika seorang muslim meminjamkan
atau menginfaqkan sesuatu yang ada pada dirinya hendaklah dia
mengeluarkan sesuatu yang elok.
Qordh Hasan itu adalah bentuk transaksi pinjaman yang benar-
benar bersih dari tambahan/bunga. Hal ini biasa digunakan untuk
biaya pendidikan, kesehatan atau sejenisnya.
Sementara itu, didalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 11
menguraikan bahwa pinjaman yang baik merupakan pengertian
dari kata Qaradhan Hasanan, namun kata yang lebih banyak
digunakan dikalangan para ahli adalah kata Qardhul Hasan yang
artinya kegiatan tanpa penyaluran dana dalam bentuk pinjaman
kebajikan tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman dalam waktu tertentu.
B. STRUKTUR ORGANISASI
1. Bagaimana gambaran struktur organisasi yang ada pada BMT Al-
Mujahidin?
2. Apa tujuan fungsionalitas dari setiap bagian yang ada di BMT Al-
Mujahidin?
Berikut merupakan uraian tugas dari setiap divisi yang ada pada
BMT Al-Mujahidin:
7. Pengurus
Pengurus BMT Al-Mujahidin terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan
Bendahara. Berikut uraian tugas pengurus:
d. Ketua
Fungsi utama
Melakukan pengawasan secara keseluruhan atas
aktivitas lembaga dalam rangka menjaga sumber daya
BMT Al-Mujahidin dan memberikan arahan dalam
Rapat Anggota
Tahunan
Badan Pengawas
Managemen
Badan Pengawas
Syariah
Pengurus
Manajer
Operasional
Pembiayaan Keuangan
Teller Administrasi AO/FO Kolektor
upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas
BMT Al-Mujahidin.
Tanggung jawab
8) Bertanggung jawab atas aktivitas BMT Al-
Mujahidin dan melaporkan perkembangan unit
BMT kepada seluruh anggota melalui mekanisme
yang telah disepakati.
9) Terseleksinya calon karyawan sesuai dengan
formasi yang dibutuhkan dan mengeluarkan surat
keputusan pengangkatan atau pemberhentian
karyawan.
10) Terkendalinya aktivitas simpan pinjam di BMT Al-
Mujahidin.
11) Terjaganya kondisi kerja yang aman dan nyaman
di BMT Al-Mujahidin.
12) Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-
pihak luar dalam rangka mengembangkan usaha
BMT Al-Mujahidin.
13) Menjaga BMT Al-Mujahidin agar dalam
aktivitasnya senantiasa tidak lari dari visi dan misi.
14) Meningkatkan kualitas SDM BMT Al-Mujahidin
e. Sekretaris
Fungsi Utama
Melakukan pengelolaan pengadministrasian segala
sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas badan pengurus.
Tanggung Jawab
5) Mengadministrasikan seluruh berkas yang
menyangkut keanggotaan BMT.
6) Mengadministrasikan semua surat masuk dan
keluar, khususnya yang berkaitan dengan badan
pengurus.
7) Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi
kegiatan badan pengurus
8) Mendistribusikan setiap hasil rapat
pengurus/anggota kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
f. Bendahara
Fungsi Utama
Melakukan pengelolaan keuangan BMT Al-Mujahidin
secara keseluruhan diluar unit-unit yang ada.
Tanggung Jawab
3) Mengeluarkan laporan keuangan BMT AL-
Mujahidin kepada pihak yang berkepentingan.
4) Memberikan laporan mengenai perkembangan
simpanan wajib dan simpanan pokok anggota.
8. Manajer Operasional
Fungsi
Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
seluruh aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan
dana dari pihak ketiga serta penyaluran dana yang
merupakan kegiatan utama BMT Al-Mujahidin serta
kegiatan-kegiatan langsung yang berhubungan dengan
aktivitas utama tersebut dalam upaya mencapai target.
Tanggung Jawab
6) Tersusunnya sasaran, rencana jangka pendek,
rencana jangka panjang.
7) Tercapainya target yang telah ditetapkan
8) Tercapainya ruang lingkup kerja yang nyaman
yang berorientasi pada pencapaian target BMT
Al-Mujahidin
9) Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain dalam
rangka memenuhi kebutuhan BMT AL-
Mujahidin
10) Menjaga seluruh aktivitas BMT AL-Mujahidin
agar tidak lari dari visi dan misi.
9. Teller
Fungsi
Merencanakan dan melaksanakan segala transaksi yang
sifatnya tunai maupun non tunai.
Tanggung Jawab
4) Terselesaikannya laporan kas harian
5) Terjaganya keamanan kas BMT AL-Mujahidin
6) Menyediakan laporan cash flow pada setiap
bulannya untuk keperluan evaluasi
10. Administrasi
Fungsi
Mengelola administrasi mulai dari pencairan hingga
pelunasan dan membuat surat-surat perjanjian jika
dibutuhkan.
Tanggung Jawab
5) Menyiapkan administrasi pencairan pembiayaan
6) Melakukan pengarsipan seluruh berkas
pembiayaan
7) Membuat laporan pembiayaan sesuai dengan
periode tertentu
8) Membuat surat teguran dan peringatan kepada
anggota yang akan dan telah jatuh tempo.
11. AO/FO
Fungsi
3) Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan
analisis kelayakan pembiayaan, serta
memberikan rekomendasi atas pengajuan
pembiayaan sesuai dengan hasil analisa yang
telah dilakukan.
4) Menerapkan strategi dan pola-pola tertentu
dalam rangka menghimpun dana masyarakat
Tanggung Jawab
8) Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan
telah diproses sesuai dengan proses sebenarnya
9) Memastikan analisa pembiayaan telah dilakukan
dengan tepat dan lengkap sesuai dengan
kebutuhan
10) Terselesaikannya pembiayaan yang bermasalah
11) Melihat peluang dan potensi pasar yang ada
dalam upaya pengembangan pasar
12) Memastikan target funding tercapai sesuai
rencana
13) Membuka hubungan dengan pihak ketiga dalam
rangka funding
14) Tersosialisasinya produk-produk funding
kepada masyarakat
12. Kolektor
Fungsi
Melakukan penjemputan setoram simpanan dana tau
angsuran pembiayaan
Tanggung Jawab
3) Memastikan angsuran yang harus dijemput telah
ditagih sesuai dengan waktunya
4) Memastikan tidak ada selisih antara dana yang
dijemput dengan dana yang disetorkan ke pihak
BMT Al-Mujahidin
3. Apakah strukur organisasi di BMT AL-Mujahidin sudah mencukupi?
Belum mencukupi, karena kami belum memiliki divisi IT untuk
mendukung operasional di BMT Al-Mujahidin sehingga kami masih
harus bergantung kepada pihak ketiga jika terjadi permasalahan pada
sistem.
4. Apakah setiap unit kerja sudah menangani pekerjaan sesuai dengan job
desc-nya?
Karena SDM kami tidak banyak, jadi kami saling membantu satu sama
lain dalam mengerjakan tugas, tentunya dengan tidak meninggalkan
tugas utamanya.
C. ANALISIS LINGKUNGAN BISNSIS INTERNAL
a) ANALISIS BALANCED SCORECARD
1. Sebelumnya bapak sudah memaparkan tujuan dari BMT AL-
Mujahidin, mungkin boleh lebih spesifik lagi tujuan BMT AL-
Mujahididn berdasarkan perspektif finansial, pelanggan, internal
bisnis, dan pertumbuhan serta inovasi?
Perspektif Finansial
- Meningkatkan efisiensi penggunaan dana operasional
- Meminimalisir presentase pembiayaan macet
Perspektif Pelanggan
- Meningkatkan hubungan dengan anggota
- Menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
- Meningkatkan reputasi dan kredibilitas BMT Al-Mujahidin
- Memberikan pelayanan prima kepada anggota
Perspektif Internal Bisnis
- Menigkatkan kemudahan dalam proses pengajuan
pembiayaan
- Meningkatkan penggunaan perangkat TI untuk mendukung
proses bisnis BMT Al-Mujahidin
- Meningkatkan kinerja pegawai
Perspektif Pertumbuhan dan Inovasi
- Merencanakan pengembangan produk yang inovatif
- Meningkatkan promosi melalui platform digital
- Merencanakan pengadaan layanan transaksi digital
b) ANALISIS CSF
1. Seberapa besar pengaruh sistem informasi bagi BMT Al-
Mujahidin ?
Dalam penerapannya sistem informasi sangat berpengaruh
terhadap kinerja BMT Al-Mujahidin. Karena semakin baik
perusahaan menerapkan teknologi tentunya akan membawa
dampak positif untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
terhadap kinerja perusahaan tersebut.
2. Adakah kendala yang dihadapi terkait sistem informasi dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi dari setiap divisi? Dan bagaimana
menangani permasalahan tersebut ?
Kalau dari sisi sistem informasi mungkin kendalanya adalah kami
masih sangat bergantung kepada pihak ke-3, sehingga jika terjadi
kesalahan pada sistem, kami harus mendatangkan pihak ke-3 untuk
memperbaiki permasalahan yang ada, sehingga cukup menggangu
kelancaran dalam perolehan informasi yang cepat, tepat, dan
akurat.
c) ANALISIS SWOT
1. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan BMT Al-Mujahidin untuk
mempertahankan bisnis?
SOP yang dimiliki BMT Al-Mujahidin lebih mudah
dibandingkan dengan bank
Bagi hasil yang paling terjangkau dibandingkan dengan BMT
sekitar
Lokasi BMT Al-Mujahidin yang strategis
Brand Image yang baik di lingkungan masyarakat
SDM yang loyal dan professional
2. Faktor apa saja yang menjadi kelemahan BMT Al-Mujahidin?
Belum adanya SDM untuk mengelola SI/TI di BMT AL-
Mujahidin
Belum memaksimalkan promosi pada media digital.
Produk yang belum dikenal masyarakat.
Dokumentasi BMT Al-Mujahidin belum terpelihara dengan
baik
Produk dan jasa yang kurang bervariasi
3. Faktor apa saja yang dapat menjadi peluang bagi keuntungan BMT AL-
Mujahidin baik peluang di masa kini maupun peluang di masa yang akan
datang?
Semakin meningkatnya UMKM disekitar lokasi BMT Al-
Mujahidin
Masyarakat sekitar cenderung mencari kemudahan dalam
pengajuan pembiayaan maupun simpanan.
Penduduk sekitar BMT AL-Mujahidin mayoritas beragama
Islam
4. Faktor apa saja yang dapat menjadi ancaman untuk BMT Al-Mujahidin?
Persepsi dan pengetahuan masyarakat tentang koperasi
syariah masih rendah.
Pergantian dan perubahan teknologi yang sangat cepat.
Layanan keuangann digital yang mulai diadopsi oleh
kompetitor.
Hadirnya layanan Financial Technology
5. Sejauh ini langkah apa saja yang sudah dilakukan BMT Al-Mujahidin
untuk menghadapi ancaman-ancaman saat ini?
Untuk saat ini, BMT masih berusaha untuk meningkatkan kinerja
pegawai dengan dukungan aplikasi sehingga layanan yang
diberikan kepada nasabah dapat lebih cepat, tepat dan akurat.
Semoga kedepannya BMT dapat memiliki layanan perbankan
digital yang dapat digunakan dengan mudah oleh anggota kami.
d) ANALISIS VALUE CHAIN
1. Apa saja aktivitas utama yang ada di BMT Al-Mujahidin?
Aktivitas apa saja yang dilakukan BMT AL-Mujahidin dalam
penanganan material sebelum digunakan? (Inbound Logistic)
- Penerimaan data pendaftaran anggota
Akivitas apa yang ada di BMT AL-Mujahidin dan
berhubungan dengan pengolahan input menjadi output?
(Operation)
- Pengolahan data anggota baru
- Pengolahan data transaksi simpanan dan pembiayaan
- Pengolahan data pengajuan pembiayaan
- Pengolahan data zakat, infaq dan sodaqoh
Aktivitas apa yang ada di BMT Al-Mujahidin dalam
melakukan penyaimpaian produk ke customer? (Outbound
Logistic)
- Menjalin kerjasama dengan masyarakat
Aktivitas apa yang ada di BMT Al-Mujahidin dan
berhubungan dengan pengarahan customer agar tertarik
menggunakan produk dari BMT Al-Mujahidin? (Sales &
Marketing)
- Promosi dan pemasaran produk
- Menjaga hubungan baik dengan anggota
Layanan apa yang diberikan BMT Al-Mujahidin kepada
pekerja/nasabah? (Service)
- Pelayanan terhadap anggota
- Layanan antar jemput bola terhadap anggota
2. Apa saja aktivitas pendukung yang ada di BMT Al-Mujahidin?
Divisi atau fungsi apa saja yang ada di BMT Al-Mujahidin
dalam melayani kebutuhan organisasi? (Firm Infrastructure)
- Keuangan
- Peningkatan Kualitas
- hukum
Apa saja yang dilakukan BMT AL-Mujahidin dalam mengatur
Sumber Daya Manusia mulai dari perekrutan, kompensasi
sampai dengan pemberhentian (Human Resources
Management)
- Pelatihan SDM
Apa saja yang dilakukan BMT AL-Mujahidin dalam
melakukan pengembangan software, hardware? (Product &
Technology Departement)
- Penggunaan Teknologi
Apa saja yang dilakukan BMT Al-Mujahidin dalam proses
memperoleh sumber daya? (Procurement)
- Pengadaan/Pembelian fasilitas pendukung kegiatan
operasional
D. ANALISIS LINGKUNGAN BISNSIS EKSTERNAL
a) ANALISIS PESTEL
1. Jelaskan faktor eskternal baik itu dari sisi politik, ekonomi, sosial,
teknologi, hukum dan lingkungan yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan bisnis di BMT Al-Mujahidin?
Politik
Mungkin dengan munculnya semangat keislaman dalam
gerakan politik saat ini yang menjelang Pilpres 2019 menjadi
peluang bagi kami sebagai ajang promosi dan memberikan
edukasi mengenai keuangan syariah
Ekonomi
Perkembangan keuangan syraiah yang semakin meningkat di
Indonesia menjadikan kami terus berkembang untuk saat ini
Sosial
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat
dapat menjadi peluang yang besar bagi industri keuangan di
Indonesia, khususnya lembaga keuangan mikro seperti BMT
yang dapat menjangkau masyarakat kecil dan menengah
Teknologi
Walaupun teknologi berkembang dengan sangat cepat di
industri perbankan, kami terus berusaha untuk meningkatkan
teknologi yang dapat diakses dan digunakan oleh para anggota
untuk kedepannya
Hukum
Kalau hukum sampai saat ini kami masih bernaung kepada
aturan Kementrian Koperasi dan UKM
Lingkungan
Untuk lingkungan mungkin kita tidak bisa menghindar, karena
musibah datangnya bisa kapan saja. Mungkin yang akan kami
lakukan adalah menghitung biaya lingkungan BMT Al-
Mujahidin untuk mengetahui indikasi awal dengan potensi
penyusutan asset, sehingga kedepannya kami bisa mengambil
langkah untuk mengurangi resiko tersebut
b) PORTER’S FIVE FORCE
1. Siapa saja nasabah yang memakai jasa/produk dari BMT Al-
Mujahidin?
Masyarakat sekitar BMT Al-Mujahidin, terutama pengusaha kecil
mikro
2. Siapa yang menjadi pemasok (perusahaan yg menyediakan
kebutuhan BMT, co/ Aulia software) untuk BMT Al-Mujahidin?
Sampai saat ini kami hanya memasok aplikasi dari Aulia Soft
Consulting saja
3. Adakah pendatang baru yang menjadi ancaman bagi BMT Al-
Mujahdin ?
Ya, ada saja BMT yang baru berdiri, serta lembaga keuangan yang
sudah menggunakan teknologi digital.
4. Adakah perusahaan yang dapat menjadi pilihan untuk
menggantikan produk/jasa BMT bagi masyarakat?
Ya, mungkin contohnya koperasi, BPRS, serta fintech
5. Siapa saja kompetitor lama BMT Al-Mujahidin?
BPRS, Bank syariah, multifinance, dan BMT sekitar
6. Hal apa saja yang sudah dilakukan BMT Al-Mujahidin dalam
menarik nasabah agar menggunakan produk dari BMT Al-
Mujahidin?
Membuat promo yang menarik bagi para anggota
7. Apakah BMT Al-Mujahidin bekerja sama atau memakai jasa dari
perusahaan lain?
Ya, BMT Al-Mujahidin bekerja sama dengan Bank Mandiri
Syariah, BMT Al Fath dan BMT Al-Munawwarah unuk
menyimpan uang.
E. ANALISIS LINGKUNGAN SI/TI INTERNAL
1. Hardware apa saja yang digunakan BMT Al-Mujahidin dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya? Seperti PC, printer, dll.
Disini ada 4 komputer, 2 printer, dan 1 brangkas.
2. Software apa saja yang digunakan BMT Al-Mujahidin dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya?
BMT Al-Mujahidin menggunakan AULIA Software yang dapat
membantu dalam proses simpanan dan pembiayaan.
3. Aplikasi software apa saja yang menjadi penunjang bisnis BMT AL-
Mujahidin? Seperti SQL Server, Google Doc, dll.
Software penunjang hanya Microsoft Office saja.
4. Apakah BMT AL-Mujahidin memiliki desain arsitektur jaringan
komputer yang digunakan selama kegiatan bisnis?
Belum ada, semuanya standar saja
5. Bagaimana tanggapan Anda tentang pemanfaatan Teknologi Digital di
BMT Al-Mujahidin?
Untuk penerapan teknologi digital saat ini di BMT Al-Mujahidin masih
belum maksimal.
6. Adakah harapan-harapan di masa depan terhadap pemanfaatan
Teknologi Digital di BMT Al-Mujahidin?
Tentunya kami berharap BMT AL-Mujahidin dapat menyediakan
fasilitas teknologi digital yang mudah digunakan untuk pegawai maupun
untuk anggota untuk tetap berkembang di era digital saat ini.