skripsi perbedaan efektivitas terapi finger …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN
TERAPI MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN
KABUPATEN MADIUN
Oleh :
ANNISA MAHARANY BUANA SAPUTRI
NIM : 201502042
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN
TERAPI MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN
KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
ANNISA MAHARANY BUANA SAPUTRI
NIM : 201502042
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi Ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing Dan Telah Dinyatakan Layak
Mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN
TERAPI MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Priyoto, S.Kep., Ns., M.Kes
NIS. 20150115
Eulis Liawati, S.Kp. M.Kes
NIS. 20050010
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIS. 20130092
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) Dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar (S.Kep)
Pada tanggal ……………………………
Dewan Penguji
1. Kartika, S.Kep.,Ns.,M.K.M
(Ketua Dewan Penguji)
:
………………………………...
2. Priyoto, S.Kep., Ns., M.Kes
(Dewan Penguji 1)
:
………………………………...
3. Eulis Liawati, S.Kp. M.Kes
(Dewan Penguji 2)
:
………………………………...
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)
NIS.20160103
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Berjuang dengan usaha ekstra keras di atas rata-rata yang dilakukan orang lain
karena manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
( Thomas Alva Edison)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan
dan doa dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya
banyak bersyukur dan terima kasih saya kepada :
Tuhan yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karunia-Nya maka
skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada tepat waktu. Puji syukur
yang tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan
mengabulkan segala doa.
Kedua orang tuaku Bapak Karno dan Ibu Sri Utami, yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta doa, yang tiada
kata seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusyuk selain
doa yang terucap dari orang tua. Ucapan terima kasih saja takkan
pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, oleh karena itu
terimalah persembahan bakti dan cintaku ntuk kalian bapak, ibu dan
adikku
Terima kasih teman-temanku Denis Fina, Ira Widya, Lusi Winda dan
teman-teman lainnya yang tidak bisa sebutkan satu persatu. Terima
kasih sudah mmeberikan semangat dan motivasinya selama ini dan
terima kasih bantuan saat saya kesusahan, sudah memberikan petuah
pada saya. Terima kasih sudah mau jadi tempat berkeluh kesah.
vii
Semoga keakraban kita akan selalu terjaga dan kita tidak akan
pernah melupakan semuanya.
Keperawatan 8B
Teman-temanku satu angkatan Prodi S1 Keperawatan tahun 2015
yang berjumlah 36 mahasiswa yang tidak mungkin saya sebutkan
satu persatu terima kasih atas kekompakan, kegilaan, dan kejahilan
selama dikelas.
Serta almamaterku SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN.
Dosen Pembimbing Skripsi
Bapak Priyoto S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Ibu Elis Liawati S.Kp.,M.Kes
selaku pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak sudah
membantu saya selama ini, sudah menasehati, saya tidak lupa saya
atas bantuan dan kesabaran dari bapak dan ibu. Seta tidak lupa saya
ucapkan kepada ibu Kartika S.Kep.,Ns.,M.K.M selaku penguji
skripsi saya. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen
Prodi S1 Keperawatan dan seluruh dosen STIKES BHAKTI
HUSADA MULIA MADIUN atas semua ilmu, didikan dan
bimbingan yang selama ini diberikan kepada saya.
viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Annisa Maharany Buana Saputri
NIM : 201502042
Judul : Perbedaan Efektivitas Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce
Manik-manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak
Prasekolah
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
sarjana disuatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun yang belum di
publikasikan/ tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam daftar pustaka.
Madiun, 27 Juli 2019
Annisa Maharany Buana S
NIM. 201502042
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Annisa Maharany Buana Saputri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Dan Tanggal Lahir : Manado, 22 Desember 1996
Agama : Islam
Alamat : Ds. Sirapan RT 18/02 Kec/Kab. Madiun
No. Hp : 085785027900
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus dari TK Cempaka Lamongan Tahun 2003
2. Lulus dari SDN Sirapan 1 Tahun 2009
3. Lulus dari SMPN 2 Nglames Tahun 2012
4. Lulus dari SMAN 1 Nglames Tahun 2015
5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2015-sekarang
Riwayat Pekerjaan : -
x
ABSTRAK
PERBEDAAN EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN
TERAPI MERONCE MANIK-MANIK TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN
KABUPATEN MADIUN
ANNISA MAHARANY BUANA SAPUTRI
118 halaman + 12 tabel + 11 gambar + lampiran
Perkembangan motorik merupakan perubahan progresif dalam perilaku
motorik sebagai akibat interaksi antara faktor biologis dan pengalaman dalam siklus
kehidupan manusia. Finger painting dan meronce manik-manik adalah jenis terapi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia
prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan
motorik halus anak usia prasekolah melalui terapi finger painting dan terapi meronce
manik-manik di TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan two
group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK
Sirapan yang berjumlah 20 anak dengan kriteria inklusi yang terdiri dari 10 anak
kelompok terapi finger painting dan 10 anak terapi meronce manik-manik. Data
analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dan Man Whitney
dengan derajat kemaknaan α= 0,05.
Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan terapi finger painting
terhadap perkembangan motorik halus anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi
finger painting (p> 0,083), ada perbedaan perkembangan motorik halus anak
sebelum dan sesudah diberikan terapi meronce manik-manik (p< 0,046). Serta tidak
ada perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik
(p=0,146).
Terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik, keduanya dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia prasekolah. Penelitian lebih
lanjut disarankan melibatkan responden yang lebih besar untuk memberikan hasil
yang lebih akurat.
Kata Kunci : usia prasekolah, finger painting, meronce, perkembangan motorik
halus.
xi
ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF FINGER PAINTING THERAPY AND
BEADS STRINGING THERAPY EFFECTIVENESS TO FINE
MOTORIC DEVELOPMENT TO PRESCHOOL CHILDREN IN
SIRAPAN KINDERGARTEN SCHOOL, MADIUN SUB-
DISTRICT, MADIUN DISTRICT.
ANNISA MAHARANY BUANA SAPUTRI
118 pages, 12 tables, 11 pictures and enclosures
Motoric development is a progressive changing in motoric attitude as an
interactional effect between biological factor and experience in human life cycles.
Finger Painting and beads stringing are therapies which can be used to develop
child fine motoric ability of preschool age children. This research is aimed to
know the different of fine motoric ability of preschool children through finger
painting therapy and beads stringing therapy in Sirapan Kindergarten, Madiun
Sub-district, Madiun District.
Research design that used is quasi eksperimental with two group pre-post
test design. Population in this research is all Sirapan Kindergarten students; it is
20 students, by inclusion criteria of 10 students in finger painting therapy and 10
students in beads stringing therapy. Using Wilcoxon Signed Rank Test and Man
Whitney for data analysis, with significance level α= 0.05.
The result shows that there is no difference of finger painting therapy to
child fine motoric development before and after finger painting therapy applied
(p> 0,083). There is a difference of child fine motoric development before and
after beads stringing therapy applied. No difference in children‟s fine motor after
the finger painting and beads stringing therapy are given (p=0,146).
Both finger painting therapy and beads stringing can develop fine motoric
ability in preschool children. Next research is advised using bigger respondents to
get more accurate result.
Key Words: preschool age, finger painting, stringing, fine motoric
development.
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Persembahan .......................................................................................... v
Lembar Keaslian Penelitian ................................................................................ viii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... ix
Abstrak ................................................................................................................ x
Daftar Isi.............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xv
Daftar Gambar ..................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvii
Daftar Istilah........................................................................................................xviii
Daftar Singkatan.................................................................................................. xx
Kata Pengantar ................................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah .................................................... 10
2.1.1 Definisi Anak Usia Prasekolah ..................................... 10
2.1.2 Ciri Umum Anak Usia Prasekolah ................................ 11
2.1.3 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah ..... 12
2.2 Hakekat Perkembangan Motorik ................................................. 16
2.2.1 Konsep Perkembangan Motorik .................................... 16
2.2.2 Prinsip Perkembangan Motorik ..................................... 17
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik ... 19
2.3 Konsep Perkembangan Motorik halus......................................... 25
2.3.1 Definisi Motorik Halus .................................................. 25
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus .................. 25
2.3.3 Karakter Perkembangan Motorik Halus ........................ 26
2.3.4 Prinsip Perkembangan Motorik Halus .......................... 27
2.3.5 Tujuan Peningkatan Motorik Halus .............................. 27
2.3.6 Penilaian Perkembangan Menggunakan DDST ............ 28
2.4 Konsep Bermain ......................................................................... 38
2.4.1 Definisi Bermain ........................................................... 38
2.4.2 Variasi dan Keseimbangan dalam Aktivitas Bermain ... 38
2.4.3 Manfaat Bermain .......................................................... 39
2.4.4 Alat Permainan Edukatif dan Kreatif ............................ 40
xiii
2.5 Konsep Terapi Finger Painting ................................................... 41
2.5.1 Definisi Terapi Finger Painting ..................................... 41
2.5.2 Manfaat Terapi Finger Painting .................................... 42
2.5.3 Alat dan Bahan ............................................................. 42
2.5.4 Langkah-Langkah Bermain Finger Painting ................ 43
2.6 Konsep Terapi Meronce Manik-Manik ...................................... 43
2.6.1 Definisi Terapi Meronce Manik-Manik ....................... 43
2.6.2 Manfaat Terapi Meronce Manik-Manik ....................... 44
2.6.3 Alat dan Bahan ............................................................. 44
2.6.4 Langkah-Langkah Bermain Meronce Manik-Manik ... 44
2.7 Kerangka Teori Penelitian .......................................................... 45
2.8 Penerapan Kerangka Teori ......................................................... 47
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 49
3.2 Hipotesis ...................................................................................... 50
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ....................................................................... 51
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 52
4.2.1 Populasi Penelitian ....................................................... 52
4.2.2 Sampel Penelitian ......................................................... 52
4.2.3 Kriteria Sampel ............................................................. 53
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 53
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 54
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 56
4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian ..................................... 56
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................... 56
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 58
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ............................................... 58
4.7.1 Uji Validitas ................................................................. 58
4.7.2 Uji Reliabilitas .............................................................. 59
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 60
4.8.1 Lokasi Penelitian .......................................................... 60
4.8.2 Waktu Penelitian .......................................................... 60
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 60
4.10 Teknik Analisa Data .................................................................... 61
4.10.1 Pengolahan Data ............................................................ 61
4.10.2 Analisa Data .................................................................. 65
4.11 Etika Penelitian ............................................................................ 66
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian .................................... 70
5.2 Data Umum ................................................................................. 71
5.2.1 Karakter Ibu Berdasarkan Usia ..................................... 71
5.2.2 Karakter Ibu Berdasarkan Pendidikan ........................... 71
5.2.3 Karakter Ibu Berdasarkan Pekerjaan ............................. 72
5.2.4 Karakter Ibu Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 72
xiv
5.2.5 Karakter Anak Berdasarkan Usia .................................. 73
5.2.6 Pengukuran Motorik Halus Dengan DDST .................. 73
5.3 Data Khusus................................................................................. 74
5.3.1 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Finger Painting ................... 74
5.3.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Meronce Manik-Manik ....... 75
5.3.3 Perbedaan Efektifitas Terapi Finger Painting Dan
Terapi Meronce Manik-Manik ..................................... 75
5.4 Pembahasan ................................................................................ 76
5.4.1 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Finger Painting ................... 76
5.4.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Meronce Manik-Manik ....... 78
5.4.3 Analisis Perbedaan Perkembangan Motorik Halus
Anak Sesudah Diberikan Terapi Finger Painting
Dan Terapi Meronce Manik-Manik .............................. 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 83
6.2 Saran ............................................................................................ 84
Daftar Pustaka .................................................................................................... 86
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 89
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................... 8
Tabel 4.1 Desain Penelitian Quasi Eksperimental............................ 51
Tabel 4.2 Definisi Operasional......................................................... 57
Tabel 5.1 Karakter Ibu Berdasarkan Usia......................................... 71
Tabel 5.2 Karakter Ibu Berdasarkan Pendidikan.............................. 71
Tabel 5.3 Karakter Ibu Berdasarkan Pekerjaan................................ 72
Tabel 5.4 Karakter Ibu Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 72
Tabel 5.5 Karakter Anak Berdasarkan Usia..................................... 73
Tabel 5.6 Pengukuran Perkembangan Motorik Halus Dengan
DDST................................................................................
73
Tabel 5.7 Perkembangan Motorik Halus Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Terapi Finger Painting.....................................
74
Tabel 5.8 Perkembangan Motorik Halus Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Terapi Meronce Manik-Manik.........................
75
Tabel 5.9 Perbedaan Efektivitas Terapi Finger Painting Dan
Terapi Meronce Manik-Manik Terhadap Perkembangan
Motorik Halus...................................................................
75
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Gambaran Advanced (lebih) pada interprestasi
penilaian indivisual Tes Denver II.................................
33
Gambar 2.2 Gambaran normal pada interprestasi penilaian
indivisual Tes Denver II bila anak gagal atau menolak
ujin coba disebelah kanan garis umur............................
33
Gambar 2.3 Gambaran normal pada interprestasi penilaian
indivisual Tes Denver II bila anak lulus, gagal, atau
menolak uji coba pada garis umur antara persentil 25
dan 75.............................................................................
34
Gambar 2.4 Gambaran countion (perinagatan) pada interprestasi
penilaian indivisual Tes Denver II.................................
34
Gambar 2.5 Gambaran Delay (keterlambatan) pada interprestasi
penilaian indivisual Tes Denver II.................................
35
Gambar 2.6 Gambaran No opportunity (tidak ada kesempatan)
pada interprestas penilaian indivisual Tes Denver II....
35
Gambar 2.7 Lembar DDST................................................................ 37
Gambar 2.8 kerangka konsep Imogene M. King............................... 46
Gambar 2.9 Kerangka teori perkembangan motorik halus anak
prasekolah menurut Imogene King................................
47
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Efektivitas
Terapi Finger Painting dan Terapi Meronce Manik-
Manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak Prasekolah di TK Sirapan.....................................
49
Gambar 4.1 Kerangka kerja efektivitas terapi finger painting dan
terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan
motorik halus pada anak prasekolah..............................
55
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Izin Pengambilan Data Awal ..................................... 89
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden.............................. 90
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden................................ 91
Lampiran 4 Kuesioner Data Umum Responden......................................... 92
Lampiran 5 SOP Finger Painting................................................................ 93
Lampiran 6 SOP Meronce Manik-Manik................................................... 94
Lampiran 7 SOP DDST.............................................................................. 95
Lampiran 8 Formulir DDST....................................................................... 96
Lampiran 9 Petunjuk Pelaksanaan.............................................................. 97
Lampiran 10 Lembar Izin Penelitian............................................................ 98
Lampiran 11 Data Demografi Responden Di TK Sirapan Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun.....................................................
100
Lampiran 12 Data Perkembangan Motorik Halus Anak Di TK Sirapan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun..................................
102
Lampiran 13 Data Perkembangan Motorik Halus Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce
Manik-Manik...........................................................................
103
Lampiran 14 Hasil Analisis.......................................................................... 104
Lampiran 15 Hasil Normalitas Data Dari Terapi Finger painting Dan
Terapi Meronce Manik-Manik................................................
110
Lampiran 16 Hasil Tabulasi Data Terapi Finger Painting............................ 113
Lampiran 17 Hasil Tabulasi Data Terapi Meronce Manik-Manik............... 114
Lampiran 18 Hasil Tabulasi Man Whitney.................................................... 115
Lampiran 19 Kartu Bimbingan Tugas Akhir................................................. 116
Lampiran 20 Jadwal Pengajuan Skripsi......................................................... 117
Lampiran 21 Dokumentasi............................................................................. 118
xviii
DAFTAR ISTILAH
Gross Moto Skills : Motorik kasar
Fine Moto Skills : Motorik halus
Fringer : Terpinggirkan
Golden Age : Umur keemasan/ waktu emas
Preshool Age : Usia prasekolah
Initiative Versus Guilt : Inisiatif vs rasa bersalah
Movement : Gerakan
Cephalocaudal : Perkembangan dari kepala sampai kaki
Proximodistal : Dari pusat tubuh ke bagian periferi
Self Regulatory : Peraturan diri
Readiness : Kesiapan
Rudimentary : Belum sempurna
follow up : Mengikuti
Personal social : Perilaku sosial
Language : Bahasa
Pass : Lulus
Fail : Gagal
No Opportunity : tidak memiliki kesempatan untuk dites
Refusal : Menolak
Advanced : Lebih awal
Countion : Peringatan
Delay : Keterlambatan
No Opportunity : Tidak ada kesempatan
Exloratory Play : Bermain mengamati
Contruction Play : Bermain kontruksi
Dramatic Play : Bermain drama
Theory of Goal Attainment : Teori pencapaian tujuan
Conceptual Framework : Kerangka kerja konseptual
xix
Personal Systems : Individual
Interpersonal Systems : Kelompok
Social Systems : Sistem sosial
Respect Human Dignity : Prinsip menghargai hak asasi manusia
Right To Justice : Prinsi Keadilan
Anomality : Tanpa nama
Confidentially : Kerahasiaan
xx
DAFTAR SINGKATAN
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
DDST : Denver Develoment Screening Test
KSPS : Kuesioner Pra Screening Perkembangan
APEK : Alat permainan Edukatif dan kreatif
SPSS : Statistical Paadage for Social Sclense
xxi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbedaan Efektivitas Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce
Manik-Manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah Di
TK SIRAPAN Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan separh hati bahwa dalam rangka kegiatan
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kepala Sekolah TK SIRAPAN Kec/Kab. Madiun yang telah memberikan izin
penelitian.
2. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Priyoto, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan
5. Eulis Liawati, S.Kp.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
xxii
6. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, nasehat dan semangat yang
tiada hentinya kepada saya.
7. Terima kasih banyak untuk Ira Widya, Denis Fina, dan Lusi Winda yang
banyak membantu dan selalu memberi semangat.
8. Terima kasih untuk seseorang yang selalui menyemangati saya dari nol
sampai selesai skripsi ini.
9. Teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2015 atas kerja sama
dan motivasinya.
10. Semua orang tua dan murid TK SIRAPAN Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan proposal ini. Akhirnya penulis
berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat.
Madiun, 27 Juli 2019
Peneliti
Annisa Maharany B
NIM. 201502042
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh kembang anak merupakan dua peristiwa berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Proses tahapan perkembangan setiap anak sama, yaitu
merupakan hasil dari proses pematangan. Tetapi dalam pencapainnya,
setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda. Tahapan tumbuh kembang
anak dibagi menjadi beberapa diantaranya adalah masa pranatal dari
konsepsi sampai lahir, masa bayi dari usia 0-1 tahun, masa anak dini usia
1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun dan masa sekolah usia 6-18 atau
20 tahun (Maghfuroh, 2017).
Pertumbuhan pada anak meliputi perubahan dalam besar jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan pada anak meliputi
aspek kognitif, aspek fisik (motorik), aspek bahasa dan komunikasi, aspek
personal, sosial dan emosional, serta aspek moral dan spiritual.
Keterampilan motorik anak yang harus dikembangkan terdiri dari atas
gross moto skills (motorik kasar) yaitu keterampilan yang dicapai dengan
menggunakan otot-otot besar pada tubuh dan fine motor skills (motorik
halus) yaitu keterampilan yang dicapai dengan menggunakan otot-otot
2
kecil pada tubuh. Perkembangan motorik kasar seperti berjalan, berlari,
melompat, naik, dan turun tangga, motorik halus seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta
memainkan alat-alat mainan atau benda-benda (Nurjannaah, 2017).
Perkembangan motorik halus pada anak usia pra sekolah harus mulai
memiliki kemampuan untuk menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar
dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, menggambar
orang, melepas objek dengan garis lurus, menjepit benda, melambaikan
tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke
dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkar dengan bantuan,
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, dan membuat
coretan diatas kertas. Anak sudah dapat dilatih untuk menggambar,
melukis, dan persiapan menulis. Tugas perkembangan motorik halus pada
anak usia pra sekolah contohnya adalah mengikat tali sepatu,
menggunakan gunting, alat sederhana, atau pensil dengan baik, meniru
gambar permata dan segitiga, mencetak beberapa huruf, angka atau kata,
seperti nama panggilan (Nurjanah, 2017). Permasalahan yang terjadi
terkait aspek motorik saat ini merupakan motorik halus anak usia 3-6
tahun belum menunjukan perkembangan motorik halus yang optimal.
Kemampuan gerak otot halus anak masih kaku dan anak cenderung belum
mandiri dalam menyelesaikan tugas pembelajaran. Salah satu faktor yang
memperngaruhi yaitu kurangnya kesempatan anak untuk bereksplorasi
3
pada berbagai media serta kurang variatifnya kegiatan yang membuat
ruang gerak motorik halus anak menjadi sangat minim (Suhartini, 2015).
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014,
terdapat lebih dari 200 juta anak usia prasekolah yang tidak berkembang
untuk potensi, tidak mendapatkan intervensi sederhana yang penting untuk
mendukung perkembangan anak. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014,
mengemukakan jumlah balita 0-2 tahun di Indonesia sebanyak 14.228.917
jiwa, sementara balita dengan interval umur 1-4 tahun berjumlah
19.388.791 jiwa. Sekitar 16% dari anak usia dibawah lima tahun (balita) di
Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan
sampai berat. Sekitar 5–10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan
perkembangan namun penyebab keterlambatan perkembangan umum
belum diketahui dengan pasti, dan diperkirakan sekitar 1-3% khusus pada
anak dibawah usia 5 tahun di Indonesia mengalami keterlambatan
perkembangan umum yang meliputi perkembangan motorik, bahasa,
sosio–emosional, dan kognitif (Kemenkes, 2016). Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaan terhadap 2.634
anak dari usia 0-72 bulan. Dari hasil pemeriksaan perkembangan
ditemukan sebanyak 53% tidak normal, yaitu meragukan sebanyak 23%,
penyimpangan perkembangan sebanyak 30%. Di Kabupaten Madiun
melakukan pemeriksaan terhadap 34. 375 anak usia 12-59 bulan, dari hasil
pemeriksaan didapatkan 25 anak (0,07%) yang mengalami gangguan
motorik kasar, 10 anak (0,02%) yang mengalami gangguan motorik halus,
4
22 anak (0,06%) yang mengalami gangguan bicara dan bahasa, 13 anak
(0,03%) yang mengalami gangguan sosialisasi dan kemandirian (Dinkes
Kabupaten Madiun, 2017).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Taman
Kanak-kanak Sirapan Kabupaten Madiun, dengan melakukan uji coba
menggunakan DDST mengambil 10 anak secara acak dari 42 anak,
didapatkan 5 anak bisa menirukan dan 5 tidak bisa menirukan, yang
memiliki keterlambatan yang menandakan masih adanya perkembangan
motorik halus yang tidak sesuai dengan usia pertumbuhan. Berdasarkan
pengalaman peneliti dalam kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan
fisik motorik halus kemampuan anak dari 10 anak didapatkan 5 anak tidak
bisa meniru lingkaran dengan benar dan membuat gambar orang yang
tidak sesuai.
Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu lembaga yang
diperuntukkan untuk anak usia 4-6 tahun. Pada masa prasekolah ini
merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, disiplin,
kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama (Kurniawati, 2017). Salah
satu aspek yang menjadi fokus pengembangan di taman kanak-kanak
adalah pengembangan motorik halus, motorik halus merupakan dasar dari
segala aktifitas yang akan dilakukan oleh anak dikemudian hari.
Meningkatkan keterampilan motori halus dapat dilatih dengan berbagai
5
kegiatan yang positif seperti mewarnai dan meronce merupakan salah satu
cara meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
Melalui perkembangan motorik yang normal akan memungkinkan
anak dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan
anak dengan perkembangan motorik yang tidak normal akan menghambat
anak dalam bergaul dengan teman sebayanya bahkan akan muncul
perasaan yaitu anak merasa terkucilkan atau menjadi anak yang fringer
(terpinggirkan). Sejak usia dini anak-anak perlu dilatih motorik halusnya
karena keterampilan tangan anak merupakan jendela pengetahuan bagi
anak untuk mengembangakan segala potensi yang dimilikinya. Ada
banyak cara untuk melatih keterampilan motorik halus anak diantaranya
yaitu, permainan tebak benda, merangkai puzzle, menarik dan mendorong,
bermain playdough, menempelkan stiker, membalikkan halaman buku satu
persatu, mencoret-coret, menggunting kertas, melipat kertas, menyusun
balok, finger painting dan meronce (Nurjanah, 2017).
Melatih perkembangan motorik halus merupakan hal yang sangat
penting, maka dibutuhkan kegiatan yang dapat membantu dalam proses
perkembangan motorik halus, salah satunya adalah melalui kegiatan finger
painting dan meronce. Aktifitas anak prasekolah untuk mengingkatkan
motorik halusnya adalah melalui finger painting dan meronce manik-
manik. Kegiatan ini dapat melatih perkembangan motorik halus anak.
Dalam kegiatan finger painting dan meronce manik-manik dapat melatih
keterampilan, merangsang aktifitas, mengasah mental menjadi tekun,
6
telaten dan sabar. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka
pengalaman anak semakin optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari latar belakang di atas
adalah “Apakah ada perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi
meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus pada anak
prasekolah TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan efektivitas terapi finger painting dan
meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus pada anak
prasekolah di TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus pada anak prasekolah
di TK Sirapan sebelum dan sesudah diberikan terapi finger painting.
2. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus pada anak prasekolah
di TK Sirapan sebelum dan sesudah diberikan terapi meronce manik-
manik.
3. Menganalisis perbedaan efektivitas terapi finger painting dengan
terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus
pada anak prasekolah.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perkembangan ilmu keperawatan anak terkait dengan perkembangan
motorik halus pada anak prasekolah.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang
berguna bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan
keperawatan.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan alternatif terapi
dalam pengetahuan masalah tumbuh kembang anak.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapakan masyarakat mengetahui informasi
tentang perkembangan tumbuh kembang anak.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan untuk
referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel
yang berbeda.
8
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Penulis; Judul artikel; Tahun Metode (Desain, Sampel,
Instrumen, Analisis) Hasil Penelitiann
1. P : Lilis Maghfuroh
J : Pengaruh finger painting
terhadap perkembangan
motorik halus anak usia
prasekolah di TK SARTIKA I
Sumbergenuk Kecamatan
Babat Lamongan
T : 2017
D : pra-eksperimental
dengan one group pra-
post test design.
S : 42 anak
I : Penelitian lembar
observasi
A : Uji Wilcoxon Sign Rank
Ada pengaruh finger painting
terhadap perkembangan
motorik halus anak usia
prasekolah di TK SARTIKA I
Sumurgenuk Kecamatan
Babat Lamongan.
2. P : Nunung Nurjannah
J : Pengaruh finger painting
terhadap perkembangan
motorik halus anak
prasekolah di TK At-Taqwa.
T : 2017
D : quasi eksperimen
S : 25 anak
I : KSPS dan Denver II
A : Uji Wilcoxon Sign Rank
Ada perbedaan yang
signifikan perkembangan
motorik anak usia prasekolah
sebelum dan sesudah
diberikan kegiatan finger
painting.
3. P : Immas Nandari
J : Pengaruh kegiatan seni finger
painting terhadap
kemampuan motorik anak
kelompok B TK RA As
Sa’adah Driyorejo Gresik.
T : 2017
D : pre-eksperimental
design dengan one
group pre test dan post
test
S : 22 anak
I : Observasi dan
dokumentasi
A : Wilcoxon Matched
Pairs Test
Kegiatan seni finger painting
berpengaruh terhadap
kemampuan motorik halus
anak kelompok B TK RA As
Sa‟adah Driyorejo Gresik.
4. P : Anis Kurniawati
J : Pengaruh finger painting
terhadap kemampuan
mengenal konsep
warnaobservasi pada anak
kelompok A.
T : 2017
D : pre-eksperimental
design dengan one
group pre test dan post
test
S : 13 anak
I : Penelitian observasi dan
dokumentasi
A : Wilcoxon Sign Rank
Finger painting berpengaruh
terhadp kemampuan mengenal
konsep warna pada anak
kelompok A di Tk Dharma
Wanita Krikilan III Driyorejo
Gresik.
5. P : Dwi Rahmawati
J : Pengaruh meronce bermedia
manik-manik dan makroni
terhadap kemampuan motorik
halus anak kelompok A1 TK
Yapita Sukolilo Surabaya.
T : 2017
D : pre eksperimental
dengan one group pre
test dan post test design
S : 20 anak
I : lembar observsi
A : Wilcoxon Match Pairs
Ada pengaruh meronce
bermedia manik-manik dan
makroni terhadap kemampuan
motorik halus anak kelompok
A1 Tk Yapita Sukolilo
Surabaya.
6. P : Suhartini
J : Meningkatkan kemampuan
motorik halus melalui
kegiatan meronce pada anak
usia 4-5 tahun di PAUD As-
Sakinah Desa Sungai Jalau
Kecamatan Kampar Utara
Kabupaten Kampar.
T : 2016
D : Observasi dan analisis
data
S : 15 anak
I : Lembar ceklist penilaian
perkembangan motorik
A : -
Kegiatan meronce dapat
meningkatkan kemampuan
motorik halus anak usia 4-5
tahun di PAUD As-Sakinah
Desa Sungai Jalau Kecamatan
Kampar Utara Kabupaten
Kampar.
9
No Penulis; Judul artikel; Tahun Metode (Desain, Sampel,
Instrumen, Analisis) Hasil Penelitiann
7. P : Sri Yuniarti
J : Pengaruh terapi bermain
(melompat tali dan meronce
manik-manik) terhadap
perkembangan motorik pada
siswa diPAUD Fajar
Purnama Mandiri Kecamatan
Cimahi Selatan Kota Cimahi
T : 2015
D : quasi eksperimen dengan
one group pre tes dan
post test design
S : 37 anak
I : alat ukur lembar ceklist
A : Uji T-Test
Ada pengaruh memantau
tumbuh kemabang anak,
memberikan informasi,
penyuluhan secara rutin
kepada guru, orang tua agar
selalu merangsang
perkembangan motorik anak
melalui bermain.
8. P : Maria Qori‟ah
J : Pengaruh kegiatan meronce
dengan media sedotan
terhadap kemampuan motorik
halus anak kelompok A di
KB/TK Islam Darul Fatah
Surabaya
T : 2018
D : Quasi esperimental
design dengan non-
equivalent control
S : 20 anak
I : Observasi dan
dokumentasi.
A : Uji Mann Whitney
Ada pengaruh kegiatan
meronce dengan media
sedotan terhadap kemampuan
motorik halus anak kelompok
A di KB/TK Islam Darul
Fatah Surabaya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah
2.1.1 Definisi Anak Usia Prasekolah
Anak usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses
perkembangan unik, karena proses tumbuh kembang terjadi bersama
dengan golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu yang paling
tepat tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak, artinya golden
age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi
kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Yuniarti, 2015).
Anak usia prasekolah merupakan anak berusia 3-6 tahun yang
merupakan sosok individu, makhluk sosial kultural yang sedang
mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi
kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik
tertentu (Potter&Perry, 2005). Anak usia dini merupakan sosok individu
sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses
perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan
memiliki sejumlah karakteristik tertentu (Sari, 2018).
Anak usia prasekolah merupakan anak yang berusia anak nol sampai
enam tahun. Mereka biasanya mengikuti program preshool. Di Indonesia
untuk usia 4-6 tahun biasanya mengikuti program Taman Kanak-Kanak
(Dewi, 2015). Masa prasekolah merupakan fase falik, dimanan fase ini
11
anak mulai mengenal adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan
jenis kelamin laki-laki pada fase ini anak akan sering meniru apa yang
bapak ibu mereka lakukan dengan apa yang mereka lihat (Permata, 2018).
2.1.2 Ciri Umum Anak Usia Prasekolah
Menurut Sowman dalam Dewi (2015) mengemukakan ciri-ciri anak
usia pra sekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
a. Ciri fisik anak usia prasekolah
Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah
memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai
kegiatan yang dilakukan sendiri. Otot-otot besar pada pada anak usia
prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan.
Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan
pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, sebabnya
koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna. Rata-rata
kenaikan berat badan per tahun sekitar 16,7-18,7 kg dan tinggi sekitar
103-110 cm. Mulai terjadi erupsi gigi permanen.
b. Ciri sosial anak usia prasekolah
Anak usia prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan
orang disekitarnya, mereka mempunyai sahabat yang berjenis kelamin
sama. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu
terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat
berganti-ganti. Anak menjadi sangat mandiri, agresif secara fisik dan
verbal, bermain secara asosiatif, dan mulai mengeksporasi seksualitas.
12
c. Ciri emosional anak usia prasekolah
Anak cenderung mengekpresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka. Sikap sering marah dan iri hati sering diperlihatkan.
d. Ciri kognitif anak usia prasekolah
Anak usia prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.
Sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya dalam
kelompoknya. Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara.
Sebagian dari mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang
baik.
2.1.3 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Karakteristik perkembangan anak usia prasekolah menurut Potter & perry
(2005) yaitu :
1. Perkembangan fisik
Pada masa prasekolah, pertumbuhan fisik terus menjadi stabil
dalam tahun prasekolah. waktu rata-rata denyut jantung dan
pernapasan menurun hanya sedikit mendekati 90 kali per menit dan 22
sampai 24 kali pernapasan per menit. Tekanan darah meningkat
sedikit ke nilai rata-rata 95/58 mmHg. Berat badan anak meningkat
kira-kira 2,5 kg per tahun; berat badan rata-rata pada usia 5 tahun
adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah
bertumbuh 2 sampai 3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua
kali lipat panjang lahir pada usia 4 tahun, dan berada pada tinggi rata-
rata 43 inci pada ulang tahun ke lima mereka. Perpanjangan tungkai
13
kaki menghasilkan penampilan anak yang lebih kurus. Kepala sudah
mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun keenam.
Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki
sedikit lebih besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan
lemak.
Terjadi peningkatan koordinasi otot besar dan halus. Prasekolah
berlari dengan baik, berjalan naik dan turun dengan mudah, dan
belajar untuk melompat dan melempar serta menangkap bola.
Peningkatan keterampilan motorik halus membiarkan manipulasi yang
kompleks. Mereka belajar untuk mencontoh lingkaran, silang, kotak,
dan segitiga. Keterampilan ini membuat kemungkinan menulis huruf
dan angka.
2. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif anak usia prasekolah menurut Piaget
masih masuk pada tahap pra-operasional. Tahap ini ditandai oleh
adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi simbol-
simbol yang menggambarkan objek atau benda dan ketertarikan atau
hubungan diantara mereka. Tahap pra-opereasional ini juga ditandai
oleh beberapa hal, antara lain: egosentrisme, ketidakmatangan
pikiran/ide/gagasan tentan sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan
antara simbol dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus
pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas
orang dan objek.
14
3. Perkembangan psikososial
Menurut Erikson, anak usia prasekolah berada pada tahap ke-3:
inisiatif vs kesalahan. tahap ini dialami pada anak usia 4-5 tahun
(preshool age). Antara usia 3 dan 6 tahun, anak menghadapi krisis
psikososial dimana Erikson mengistilahkannya sebagai (initiative
versus guilt). Pada usia ini, anak secara normal telah menguasai rasa
otonomi dan memindahkan untuk menguasai rasa inisiatif. Anak
prasekolah adalah seorang pelajar yang energik, antusiasme dan
penggangu dengan imajinasi yang aktif. Perkembangan rasa bersalah
terjadi pada waktu anak dibuat merasa bahwa imajinasi dan
aktivitasnya tidak dapat diterima. Anak prasekolah mulai
menggunakan lasana sederhana dan dapat bertoleransi terhadap
keterlambatan pemuasan dalam periode yang lama.
4. Perkembangan bahasa
Anak usia 3 tahun dapat menyatakan 900 kata, menggunakan tiga
sampai empat kalimat dan berbicara dengan tidak terputus-putus
(ceriwis). Anak usia 4 tahun dapat menyatakan 1500 kata,
menceritakan cerita yang berlebihan dan menyanyikan lagu sederhana
(ini merupakan usia puncak untuk pertanyaan „mengapa‟). Anak usia
5 tahun dapat mengatakan 2100 kata, mengetahui empat warna atau
lebih, nama-nama hari dalam seminggu dan nama bulan.
15
5. Perkembangan moral
Perembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan,
perilaku tentang konsep benar dan salah. Anak prasekolah berada pada
tahap pre-konvensional pada tahap perkembangan moral yang
berlangsung sampai usia 10 tahun. Pada fase ini, kesadaraan timbul
san penekanannya pada control eksternal. Standar moral anak berada
pada orang lain dan ia mengobservasi mereka untuk menghindari
hukuman dan mendapat ganjaran.
6. Perkembangan spiritual
Pada usia prasekolah pengetahuan anak tentang keyakinan dan
agama diamati dan dipelajari dari orang yang bermakna dalam hidup
mereka, biasanya dari orang tua dan kegiatan praktik keagamaan.
Pemahaman anak terhadap hal-hal spiritualitas dipengaruhi oleh
kemampuan kognitifnya. Anak mulai mengenal konsep Tuhan,
mengerti kisah sederhana mengenai kenyakinan mereka, dan
menghapal doa-doa singkat walaupun mereka belum mampu untuk
memaknainya.
7. Perkembangan citra tubuh
Perekembangan citra tubuh merupakan hal yang penting dalam
aspek perkembangan anak usia prasekolah. Anak prasekolah mulai
paham keinginan akan penampilan yang sesuai dengan apa yang
mereka mau dan enggan berpenampilan yang tidak sesuai dengan
keinginan mereka. Ketika anak telah mencapai usia 5 tahun, anak akan
16
mulai membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebaya.
Walaupun citra tubuh telah berkembang dengan baik, anak prasekolah
belum mampu untuk mendefinisikan ruang lingkup tubuhnya.
2.2 Hakekat Perkembangan Motorik
2.2.1 Konsep Perkembangan Motorik
Motorik adalah semua gerakan tubuh, meliputi gerak internal yang
tidak diamati (motor) yaitu penangkapan stimulus oleh indera-
penyampaian stimulus oleh susunan syaraf sensorik ke otak (memori)-
pemroses dan pembuatan keputusan oleh otak penyampaian keputusan
oleh susunan syaraf motorik ke otot, dan gerak eksternal yang diamati
(movement). Perkembangan motorik merupakan aspek perilaku dan
kontrol motorik yang terkait dengan perubahan performans motorik
sepanjanng rentang kehidupan. Perkembangan motorik meliputi pertama
perkembangan kemampuan gerak yang ensesial dan kedua penguasaan
keterampilan gerakan. Perkembangan motorik merupakan suatu proses
yang sejalan dengan penambahan usia dimana secara bertahap dan
berkesinambungan gerakan individu meningkat dari sederhana ke yang
komplek, dari yang tidak terorganisir menjadi terorganisir dengan baik,
dan pada akhirnya kearah penyesuaian keterampilan dengan proses menua.
Perkembangan motorik adalah perubahan progresif dalam perilaku
motorik sebagai akibat interaksi anatara faktor-faktor biologis
(kematangan) dan pengalaman dalam siklus kehidupan manusia.
17
Perkembangan motorik adalah perkembangan daripada unsur-unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh, yang terkait erat dengan
perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang
sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Perkembangan motorik
merupakan proses sepanjang hayat, meliputi seluruh perubahan dan
penguasaan kemampuan fasikal, pemantapan dan pengurangan
keterampilan motorik. Perkembangan motorik dapat dikatagorikan dalam
perkembangan kemampuan fasikal dan perkembangan gerakan.
Kemampuan fasikal dan kemampuan performans motorik merupakan
dua istilah yang sering digunakan berkaitan dengan kesehatan, kebugaran
(kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan aerob, fleksibilitas, dan
komposisi tubuh), dan kemampuan gerakan (kecepatan gerakan, agilitas,
koordinasi, keseimbangan, dan power) bersama-sama. Kemampuan fasikal
berhubungan dengan kapasitas untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak.
Kemampuan gerak merupakan suatu istilah yang komprehensif yang
digunakan untuk pengelompokkan ketiga gerakan secara bersama-sama
(lokomotor, manipulatif, dan stabilitas atau non lokomotor) (Rohendi,
2017).
2.2.2 Prinsip Perkembangan Motorik
Proses perkembangan individu yang berlangsung sejak masa bayi
hingga mencapai kematangan merupakan proses yang kompleks,
mengikuti dan dikendalikan oleh hukum-hukum alamiah. Penampilan
18
karakteristik khusus pada tingkat usia tertentu mengacu kepada prinsip-
prinsip perkembangan menurut Rohendi (2017) yaitu :
1. Perkembangan motorik melibatkan perubahan-perubahan kualitatif
yang terjadi secara alamiah dan pengalaman pada ukuran, proposi, dan
struktur.
2. Perkembangan mengikuti suatu pola yang berurutan,
berkesinambungan, dan dapat diprediksi. Setiap tahap perkembangan
merupakan hasil dari fase terdahulu dan setiap fase perubahan
merupakan pra-syarat bagi perkembangan berikutnya. Perkembangan
motorik berlangsung secara berkesinambungan sejak konsepsi hingga
kematian dan terjadi menurut kecepatan yang berbeda-beda.
3. Mengikuti pola atau hukum cephalocaudal dan hukum proximodistal.
Bahwa hukum cephalocaudal kemajuan dalam struktur dan fungsi
pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan, dan akhirnya
di bagian kaki. Dan hukum proximodistal perkembangan bergerak
dari yang yang dekat ke yang jauh ke luar dari sumbuh pusat tubuh
menuju ujung-ujungnya.
4. Kecepatan perkembangan berbagai bagian tubuh berbeda-beda.
Perkembangan memiliki berbagai karakteristik fisikal berlangsung
secara berkesinambungan, kecepatan dan lamanya perkembangan
berbagai bagian tubuh sampai kepada tingkat kematangan berbeda-
beda.
19
5. Perkembangan motorik berlangsung dari respon umum ke yang
khusus.
6. Kecepatan perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan
individual. Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi internal dan
eksternal.
7. Proses berkembang melalui tahapan umum perkembangan lebih
dahulu dan tidak terjadi pada usia yang sama, tumbuh dan kembang
menurut kecepatan masing-masing anak.
8. Terdapat hubungan erat antara struktur pertumbuhan organisme dan
pola perilaku yang mengiringi.
9. Mengacu pada prinsip asimetris.
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik
Proses perkembangan motorik dipengaruhi oleh sejumlah faktor
biologis dan lingkungan baik secara terpisah maupun bersama-sama
kombinasi keduanya. Individu merupakan hasil interaksi antara kedua
faktor ini. Baik proses maupun produk, suatu gerakan dan performans
fisikal bersumber dari latar belakang warisan genetik dan lingkungan
menurut Rohendi (2017) yaitu :
2.2.3.1 Faktor biologis (genetik)
Sifat genetik yang diwariskan kepada setiap individu banyak
kesamaan. Salah satu persamaannya itu adalah kecenderungan
perkembangan manusia yang teratur dan dapat diramalkan. Sejumlah
20
faktor biologis yang mempengaruhi perkembangan motorik tampak pada
pola perkembangan.
1. Arah perkembangann
Arah perkembangan mengacu kepada keteraturan, urutan yang dapat
diprediksi daripada perkembangan fisik yang berawal dari kepala
hingga kaki (cephalocaudal) dan dari pusat tubuh ke bagian periferi
(proximodistal). Proses cephalocaudal dan proximodistal berlangsung
sepanjang hayat dan cenderung terbalik sejalan pertambahan usia.
2. Laju pertumbuhan
Laju pertumbuhan seseorang mengikuti pola karakter yang universal
dan tahan terhadap pengaruh eksternal. laju dan kecepatan terganggu
pertumbuhan masih tetap berkompensasi oleh proses self regulatory
yang belum dapat dijelaskan cara bekerjanya membantu anak dalam
mencapai kedewasaan. Proses self regulatory dari pertumbuhan akan
dapat mengkompensasi penyimpangan-penyimpangan kecil dalam
pola pertumbuhan, akan tetapi tidak akan dapat menanggulangi
penyimpangan besar seperti anak yang lahir dengan berat badan yang
kurang dari 1,25 kg. Terbatasnya kesempatan bergerak dan hilangnya
pengalaman motorik yang terjadi secara berulang-ulang dan terlihat
pengaruhnya terhadap kemampuan tugas-tugas performans anak yang
merupakan karakteristik terutama pada tingkat usia.
21
3. Perbedaan dan Integrasi
Jalinan yang berbelit-belit dan progresif serta terkoordinasi daripada
mekanisme sistem persarafan otot berlawanan dalam hubungannya
untuk meningkatkan kematangan merupakan karakteristik
perkembangan karakter anak. Terdapat dua proses yang berkaitan
dengan kompleksitas peningkatan fungsional ini yaitu diferensiasi dan
integrasi. Diferensiasi merupakan kemajuan secara bertahap dan
menyeluru daripada pola gerakan kasar pada masa bayi menjadi
gerakan-gerakan yang lebih halus dan fungsional pada masa kanak-
kanak dan masa adolesensi sesuai dengan tingkat kematangannya.
Integrasi merupakan upaya menjadi hubungan bermacam-macam otot
dan sistem persarafan agar menjadi selaras.
4. Kesiapan (Readiness)
Thorndike, bapak teori belajar pertama-tama mengemukakan tentang
prinsip-prinsip dasar readiness dalam kaitannya dengan respon
emosional terhadap suatu tindakan yang diharapkan. Konsep readiness
pada dewasa ini lebih luas dan merujuk kepada kesiapan belajar.
Kesiapan atau readiness diartikan sebagai keseluruhan kondisi
individu yang membuat siap untuk memberikan respon dengan cara
tertentu terhadap suatu situasi. Konsep readiness dewasa ini tidak
terkait dengan kematangan biologis tetapi juga termasuk
pertimbangan terhadap faktor lingkungan yang dapat dimodifikasi
atau dimanipulasi untuk mendorong atau meningkatkan pembelajaran.
22
5. Periode belajar kritis
Konsep ini terkait dengan kesiapan dan berkisar seputar pengamatan
terhadap waktu tertentu dimana individu lebih peka terhadap jenis-
jenis rangsangan tertentu. Perkembangan normal pada periode
berikutnya dapat terganggu jika anak gagal menerima rangsangan
yang tepat selama masa kritis.
6. Perbedaan individu
Setiap orang adalah individu yang unik dengan periode perkembangan
yang berbeda-beda. Masa perkembangan inidvidu merupakan
gabungan dari hereditas dan pengaruh-pengaruh lingkungan meskipun
urutan munculnya karakteristik perkembangan dapat diramalkan.
Kecenderungan menunjukan perbedaan individu terkait erat dengan
konsep kesiapan dan dapat membantu untuk menjelaskan mengapa
ada individu yang siap untuk belajar keterampilan baru sedangkan
yang lain belum siap melakukan.
7. Pilogeni dan Ontogeni
Banyak kemampuan rudimentary pada bayi dan kemampuan gerakan
fundamental pada anak-anak dianggap sebagai fiogenetik. Gerakan itu
sering muncul secara otomatis dan urutannya dapat diprediksi dalam
proses kematangan anak. Kemampuan rudimentary seperti
menjangkau (meraih), menggenggam, melepaskan benda, tugas gerak,
stabilitas dalam mengontrol otot-oto besar pada tubuh, kemampuan
dasar lokomotor seperti berjalan, melompat, berlari merupakan contoh
23
terampilan pilogenetik. Keterampilan seperti berenang, bersepeda dan
ski-es adalah keterampilan untuk ontogenetik sebab keterampilan ini
tidak muncul secara otomatis pada individu tetapi membutuhkan satu
periode belajar atau latihan dari pengalaman serta dipengaruhi oleh
kultur seseorang.
2.2.3.2 Faktor lingkungan
1. Ikatan
Ikatan pada dasarnya adalah suatu perasaan kasih sayang yang kuat
dan penuh perasaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ikatan
emosional ini mulai terbentuk saat kelahiran dan pembentukannya
akan gagal bila bayi dipisahkan dari ibunya saat awal kelahirannya,
(Kennell, 1974, Robson, 1967 dan Winterm 1973). Pemisahan terlalu
awal antara orang tua dan anak akan mempengaruhi perkembangan
anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi mengawali pada pemisahan
awal adalah kelahiran prematur, lahir dengan berat badan yang
kurang.
2. Stimulasi dan Deprivasi
Kematangan dan pembelajaran keduanya memainkan peran penting
dalam penguasaan kemampuan gerak. Kebutuhan anak yang paling
utama adalah kesempatan anak untuk berlatih keterampialn pada
perkembangan sudah siap untuk memberikan keuntungan pada
mereka.
24
3. Temperamen
Klasifikasi temperamen anak-anak dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Chase dan Thomas (1982) mengklasifikasikan anak berdasarkan
temperamen sebagai anak yang mudah, anak yang sulit, anak yang
lambat bereaksi.
2.2.3.3 Faktor fisikal
1. Kelahiran prematur
Berat bayi pada proses kelahiran normal adalah kira-kira 3,3 kg. Bayi
baru lahir yang berat badannya di bawah 2, 5 kg digolongkan bayi
prematur. Faktor penyebab kelahiran bayi sebelum lahir yang
berkaitan dengan ibunya adalah pengaturan pola makan, penggunaan
obat, merokok, terkena infeksi, dan terserang penyakit. Faktor lain
berpengaruh pada proses kelahiran adalah tingkat sosial ekonomi,
kelahiran kembar dan letak geografis.
2. Pola makan
Seseorang mudah mengkomsumsi sejumlah besar makanan yang
mengandung karbohidrat.
3. Tingkat kebugaran
Faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku manusia. Dalam
domain psiko motorik faktor tersebut disebut kemampuan fisik.
Kemampuan fisik dikaitkan dengan komponen kebugaran dan
kebugaran gerak yang membangun kemampuan fisik dan
mempengaruhi tingkat performans.
25
4. Biomekanik
Prinsip biomekanika yang terkait dengan gerakan-gerakan lokomotor
atau stabilitas dan manipulasi antara lain keseimbangan, pemberian
tenaga, dan menerima tenaga.
2.3 Konsep Perkembangan Motorik Halus
2.3.1 Definisi Motorik Halus
Motorik halus merupakan salah satu proses perkembangan pada anak,
motorik halus merupakan kemampuan pada anak yang berhubungan pada
keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil, koordiansi mata dan
tangan. Saraf motorik halus dapat dilatih, dikembangkan melalui kegiatan,
dan rangsangan yang terus menerus diberikan dengan tujuan sebagai
latihan (Permata, 2018). Gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian
tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil, gerakan motorik halus ini
memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus
membuat anak dapat berkreasi. Karakter pengembangan motorik halus
anak lebih ditekankan pada gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti
menulis, menggambar, menggunting dan melipat (Sari, 2018).
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus
Faktor yang mempengaruhi motorik halus anak menurut Chamidah (2015)
yaitu :
1. Faktor internal
a. Perbedaan ras atau etnik
26
b. Keluarga
c. Umur
d. Jenis kelamin
e. Kelainan genetik
f. Kelainan kromosom
2. Faktor Eksternal
a. Gizi
b. Stimulasi
c. Psikologis
d. Sosial ekonomi
2.3.3 Karakter Perkembangan Motorik Halus
Tahapan usia yang memiliki karakteristik perkembangan motorik halus
anak prasekolah (Soetjiningsih, 2016) yaitu :
1. Umur 3 tahun
Pada usia ini, anak mampu mencontoh lingkaran, menggoyangkan ibu
jari, menara 8 kubus dan meniru garis vertikal.
2. Umur 4 tahun
Pada usia ini, anak mampu membuat gambar sebuah persegi empat
yang ditunjukan, menggambar orang, mencontoh segi empat.
3. Umur 5 tahun
Pada usia ini, anak mampu membuat gambar sebuah segitigadan juga
mampu membuat tangga dengan 6 kubus.
27
2.3.4 Prinsip Perkembangan MotorikHalus
Prinsip perkembangan motorik menurut Hurlock (1980) Edisi kelima
antara lain :
1. Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis.
2. Peran kematangan dan belajar dalam perkembangan.
3. Perkembangan mengikuti pola yang tertentu dan yang dapat
diramalkan.
4. Semua individu berbeda.
5. Setiap tahap perkembangan mempunyai perilaku karakteristik.
6. Setiap tahap perkembangan mempunyai resiko.
7. Perkembangan dibantu rangsangan.
8. Perkembangan dipengaruhi oleh perubahan oleh perubahan budaya.
9. Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan.
2.3.5 Tujuan Peningkatan Motorik Halus
1. Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang
berkaitan dengan keterampilan dalam menggerakkan kedua tangan.
2. Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan
gerak jari-jari tangan.
3. Anak mampu untuk mengkoordinasikan antara penggunaan mata dan
aktivitas tangan.
4. Anak mampu mengendalikan emosi dalam melakukan aktivitas yang
merangsang motorik halus.
28
2.3.6 Penilaian Perkembangan Menggunakan DDST (Denver Develomental
Screening Test)
2.3.6.1 Definisi DDST (Denver Developmental Screening Test)
Ada dua tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan yaitu
DDST (Denver Develomental Screening Test) dan KSPS (Kuesioner Pra
Screening Perkembangan). DDST merupakan salah satu dari metode
skrinning terhadap kelainan perkembangan anak. DDST memenuhi semua
persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik, tes ini
mudah dan cepat hanya memerlukan waktu 15-20 menit. DDST ini secara
efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak
prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan pada
“follow up” selanjutnya 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami
kegagalan disekolah 5-6 tahun. DDST dinamakan Denver II
(Soetjiningsih, 2012).
Dalam pelaksanaan skrinning dengan DDST ini, umur anak perlu
ditetapkan terlebi dahulu dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu
bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
2.3.6.2 Fungsi tes Denver II
Menurut Soejiningsih 2016 yaitu :
1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umumnya.
2. Menilai perkembangan anak sejak baru lahir sampai umur 6 tahun.
3. Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelahiran
perkembangan.
29
4. Memastikan anak dengan kecurigaan terdapat kelainan atau memang
benar mengalami kelainan perkembangan.
5. Melakukan pemantauan perkembangan anak yang berisiko (misal
anak dengan masalah perinatal).
2.3.6.3 Aspek perkembangan yang dinilai
Semua tugas perkembangan disusun berdasarkan urutan
perkembangan dan dibagi menjadi 4 kelompok besar (sektor
perkembangan), yang meliputi :
1. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat.
2. Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
3. Personal social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan.
4. Language (bahasa)
Kemamouan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
2.3.6.4 Langkah pemeriksaan Denver II
1. Sapa orang tua atau pengasuh anak dengan ramah.
30
2. Jelaskan maksud dan tujuan test DDST pada orang tua.
3. Hitung umur anak dan buat garis umur.
a. Instruksi umum : catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal
pemeriksaan pada formulir.
b. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi
tanggal lahir.
c. Bila anak lahir prematur, koreksi factor prematuritas. Untuk anak
yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan
berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.
4. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal
pemeriksaan pada ujung atas garis umur. Formulir Denver dapat
digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur dengan warna
yang berbeda.
5. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan
dari kit sesuai dengan apa yang ingin ditestkan.
6. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan
dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang
paling dekat disebelah kiri garis umur serta tiap tugas
perkembanagan yang ditembus garis umur.
31
b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada
langkah i (gagal / menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji
coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada sektor yang sama
sampai anak dapat ”lulus” 3 tugas perkembangan. Bila anak
mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah,
lakukan tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis
umur pada sektor yang sama sampai anak : gagal” pada 3 tugas
perkembangan.
7. Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST.
Hal yang perlu diperhatikan :
a. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada
perilaku yang khas, dibandingkan anak lainnya. Bila ada perilaku
yang khas tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah
perilaku tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki
anak tersebut.
b. Bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat
memberikan perilaku yang menghambat test.
c. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk
memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua.
d. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan.
e. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban.
f. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang
tua bahwa test hasil normal atau abnormal.
32
g. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua.
h. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak
merupakan kemampuan atau perilaku pada waktu lain.
2.3.6.5 Skoring
Penilaian terhadap perkembangan anak pada Denver II yaitu :
1. Pass/lulus (P)
Bila anak melakukan tes dengan baik, atau orang tua atau pengasuh
anak memberi laporan (tepat/dapat dipercaya) bahwa anak dapat
melakukannya.
2. Fail/gagal (F)
Bila anak tidak dapat melakukan tes dengan baik, atau orang tua atau
pengasuh memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukan
dengan baik.
3. No Opportunity (NO)
Bila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tes karena
ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada tes dengan tanda
“R”.
4. Refusal/menolak (R)
Bila anak menolak untuk melakukan tes.
2.3.6.6 Interprestasi penilaian individual
Interprestasi penilaian individu dalam Denver II (Soetjiningsih, 2016)
yaitu :
33
1. Lebih awal (advanced)
Bila seseorang anak lulus (pass) pada item tugas perkembangan yang
terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih,
karena kebanyakan anak sebayanya belum lulus.
Gambar 2.1 Gambaran advanced (lebih) pada interprestasi penilaian
indivisual Tes Denver II.
2. Normal
Bila seseorang anak gagal (fall) atau menolak (refusal) melakukan tes
pada item di sebelah kanan garis umur, maka perkembangan anak
dinyatakan normal. Anak tidak diharapkan lulus sampai umurnya
lebih tua.
Gambar 2.2 Gambaran normal pada interprestasi penilaian indivisual
Tes Denver II bila anak gagal atau menolak ujin coba
disebelah kanan garis umur.
34
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada
tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25
dan 75, maka dikategorokan sebagai normal.
Gambar 2.3 Gambaran normal pada interprestasi penilaian indivisual
Tes Denver II bila anak lulus, gagal, atau menolak uji
coba pada garis umur antara persentil 25 dan 75.
3. Coution (peringatan)
Bila seseorang anak gagal atau menolak tes pada item dimana garis
umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90, maka skornya
adalah Countion (tulis C sebelah kanan kotak segi panjang).
Gambar 2.4 Gambaran Countion (perinagatan) pada interprestasi
penilaian indivisual Tes Denver II.
35
4. Delay (Keterlambatan)
Bila seseorang anak gagal atau menolak melakukan tes pada item
yang terletak lengkap di sebelah kiri garis umur, karena anak gagal
atau menolak tes dimana 90% anak-anak sudah dapat melakukannya.
Keterlambatannya ditandai dnegan memberi warna pada bagian akhir
kotak segi panjang.
Gambar 2.5 Gambaran delay (keterlambatan) pada interprestasi
penilaian indivisual Tes Denver II.
5. Noopportunity (tidak ada kesempatan)
Pada tes yang dilaporkan orang tua atau anak tidak ada kesempatan
untuk melakukan atau mencoba, diberi skor sebagai NO.
Gambar 2.6 Gambaran no opportunity (tidak ada kesempatan) pada
interprestas penilaian indivisual Tes Denver II.
36
2.3.6.7 Pengambilan kesimpulan
Pengambilan kesimpulan hasil tes skrinning perkembangan menurut
Denver II (Soetjiningsih, 2016) yaitu :
1. Normal
a. Bila tidak ada keterlambatan (F) atau paling banyak terdapat satu
(C).
b. Lakukan pemeriksaan ulang pada kontrol kesehatan berikutnya.
2. Abnormal
a. Terdapat 2 atau lebih keterlambatan (F).
b. Dirujuk untuk evaluasi diagnostik.
3. Suspek
a. Bila didapatkan dua atau lebih caution (C) dan atau satu atau lebih
keterlambatan (F).
b. Lakukan tes ulang dalam satu sampai dua minggu untuk
menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit,
mengantuk atau kelelahan.
4. Tidak dapat dites
a. Bila menolak pada satu item atau lebih di sebelah kiri garis umur
atau menolak pada lebih dari satu item yang tembus garis umur
pada daerah 75-90%.
b. Lakukan uji ulang dalam satu sampai dua minggu.
37
Gambar 2.7 lembar DDST
38
2.4 Konsep Bermain
2.4.1 Definisi Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
atau mempraktikkan keterampilan, memberi ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kratif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa
(Yuniarti, 2015). Bermain merupakan unsur yang penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan
sosial. Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan
menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain (Soetjiningsih, 2012). Bermain suatu kegiatan yang
menyenangkan bagi anak dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah
ada dalam diri anak. Melalui bermain anak mulai membangun
keterampilan individu, berlatih memecahkan masalah dan berlatih
mengatasi hambatan mental dan fisik. Fungsi dari permainan adalah
sebagai alat perangsang pertumbuhan, kecerdasan dasar anak dan juga
mengoptimalkan fisik motorik anak secara baik (Nandari Immas, 2017).
2.4.2 Variasi dan Keseimbangan dalam Aktivitas Bermain
Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain menurut Soetjiningsih
(2016) yaitu :
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati atau menyelidiki (exloratory play).
39
Anak yang baru memiliki alat permaianan, anak tersebut meraba,
mencium, menekan dan berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (construction play)
Anak umur 3 tahun menyusun balok menjadi rumah-rumahan,
bermain puzzle, lego.
c. Bermain drama (dramatic play)
Anak main rumah-rumahan, bermian jual-jualan.
d. Bermain bola, tali, naik sepeda
2. Bermain pasif
Anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif dilakukan apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihan.
Contoh bermain pasif :
a. Melihat gambar dibuku atau majalah.
b. Mendengar cerita, dongeng, dan musik.
c. Menonton televisi dan video.
2.4.3 Manfaat Bermain
Manfaat dari bermain (Soetjiningsih, 2012) yaitu :
1. Membuang ekstra-energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang,
otot, dan organ-organ.
3. Meningkatkan nafsu makan anak karena melakukan aktivitas.
4. Belajar mengontrol diri.
40
5. Mengembangkan berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
6. Meningkatkan daya kreativitas dan perkembangan imajinasi.
7. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
9. Mendapatkan kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya.
10. Mendapatkan kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah atau pun
yang menang di dalam bermain.
11. Mendapatkan kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan.
12. Mengembangkan kemampuan intelektual, sosial dan emosional.
Pada anak yang sehat, kemampuan intelektual anak dipengaruhi selain
oleh stimulus, juga oleh gizi anak. Kekurangan gizi yang diserita sejak
masa janin sampai masa balita dapat mempengaruhi pertumbuhan otak
anak yang akan berdampak pada kemampuan intelektualnya.
2.4.4 Alat Permainan Edukatif dan Kreatif (APEK)
Alat permainan edukatif dan kreatif merupakan alat permainan yang
dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangan menurut Soetijingsih (2016).
Manfaat alat permainan edukatif dan kreatif yaitu :
1. Mengembangkan aspek fisik yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan anak.
41
2. Mengembangkan bahasa dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.
3. Mengembangkan aspek kognitif yaitu dengan pengenalan suara,
ukuran, bentuk warna, dan konsep.
4. Mengembangkan aspek sosial yaitu hubungan dengan interaksi antara
ibu dana anak, keluarga dan masyarakat.
2.5 Konsep Terapi Finger Painting
2.5.1 Definisi Finger Painting
Finger painting merupakan teknik melukis secara langsung tanpa
menggunakan bantuan alat, anak dapat mengganti kuas dengan jari-jari
tangannya secara langsung. Finger painting dapat mengembangkan
ekspresi melalui media lukis dengan gerakan tangan, mengembangkan
fantasi, imajinasi dan kreasi, melatih otot-otot tangan atau jari, koordinasi
otot dan mata, melatih kecakapan mengkombinasi warna, memupuk
perasaan terhadap gerakan tangan dan memupuk keindahan. Kegiatan
finger painting dapat digunakan sebagai kegaiatan alternatif guna
menggantikan krayon agar kegaiatan menggambar lebih menarik untuk
anak. Finger painting dapat membantu anak mengembangkan motorik
halusnya karena dapat melatih koordinasi mata dan tangan. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014, aspek
perkembangan motorik halus yang dapat dicapai oleh anak usia 3-6 tahun
adalah mampu mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan
42
gerakan yang rumit, dengan indikator membuat berbagai bentuk dan
gambar dengan teknik finger painting.
2.5.2 Manfaat Terapi Finger Painting
Meningkatkan berfikir dan berbuat kreatif, mengembangkan
kemampuan dalam mengungkapkan nilai-nilai estetika dengan
menggambarkan karya-karya kreatif dan melatih otot-otot jari. Sebagai
media mencurahkan perasaan, alat bercerita, melatih ingatan, dapat
melatih kreativitas, mengembangkan rasa kesetiakawanan yang tinggi,
melatih koordinasi antara mata dan tangan (Suciati, 2016). Kegiatan
finger painting dapat digunakan untuk mengenalkan konsep warnapada
anak yaitu mengenalkan macam-macam warna primer dan sekunder,
untuk mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan
tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi, dan kreasi, melatih otot-otot
tangan jari, koordinasi otot, melatih keterampilan tangan, kelentukan,
kerapian, dan keindahan. Oleh karenaitu, perlu dilakukan penelitian untuk
menguji kebenaran bahwa finger painting dapat mempengaruhi
kemampuan konsep warna dan kemampuan konsep warna dapat
dipengaruhi oleh kegiatan finger painting (Kuniawati Anis, 2017).
2.5.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk bermain finger painting yaitu :
1. Cat warna khusus finger painting
2. Koran
3. Wadah kecil untuk tempat cat (pallete)
43
4. Buku gambar
5. Air untuk cuci tangan
2.5.4 Langkah-langkah Bermain Finger Painting
Langkah-langkah untuk melakukan bermain finger painting yaitu :
1. Tuangkan beberapa cat dengan berbagai warna ke beberapa wadah.
2. Beri alas tempat bermain cat agar tidak kotor kemana-mana dengan
koran.
3. Lalu siapkan buku gambar untuk menggambar.
4. Siapkan air untuk cuci tangan.
5. Kemudian ajarkan anak terlebih dahulu untuk mencelupkan jari
tangan untuk mewarnai dan menggambar diatas buku gambar.
6. Setelah itu membiarkan anak untuk bereksplorasi sepuasnya
mengambar dan mewarnai.
7. Cuci tangan setelah melakukan menggambar dan mewarnai.
2.6 Konsep Terapi Meronce Manik-Manik
2.6.1 Definisi Terapi Meronce Manik-manik
Meronce merupakan suatu kegiatan perkembangan yang
meningkatkan motorik halus, di dalam membuat roncean terbuat dari
bahan-bahan yang di lubang dan disatukan dengan menggunakan tali dan
benang, untuk memasukkan benang atau tali kelubang-lubangnya dapat
menggunakan jarum atau tidak menggunakan jarum, gerakan meronce
44
juga melibatkan bagian-bagian tubuh tubuh yang dilakukan otot kecil yang
membutuhkan koordinasi antara tangan dan mata (Rahmawati, 2017).
2.6.2 Manfaat Terapi Meronce Manik-manik
Manfaat terapi meronce manik-manik yaitu :
1. Stimulus otot anak dalam tahapan perkembangan menulis, meronce
membutuhkan kelincahan tangan dalam mengambil manik-manik dan
memasukan kedalam benang satu per satu.
2. Pengasah kemampuan kognitif anak.
3. Latihan anak dalam berkonsentrasi, kreatif dan kesabaran.
4. Melatih imajinasi dan melatih memegang dengan dua tangan.
2.6.3 Alat dan Bahan
1. Manik-manik aneka bentuk dan ukuran
2. Benang plastik
3. Lem
4. Gunting
2.6.4 Langkah - langkah Bermain Meronce Manik-manik
Langkah-langakh untuk bermain meronce manik-manik yaitu :
1. Potonglah benang sesuai ukuran yang diinginkan.
2. Mendesain atau menata manik-manik yang diinginkan.
3. Setelah selesai mendesain atau menata, masukan manik-manik ke
dalam benang dan tali dengan kuat.
4. Kemudian diberi lem pada pengait agar kuat.
45
2.7 Kerangka Teori Penelitian
Konsep teori Imogene King tahun 1971, 1981, 1987 berfokus pada
interaksi tiga sistem yaitu sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem
sosial. Ketiganya membentuk hubungan personal antara perawat dan klien.
Hubungan perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian asuhan
keperawatan. Tujuan perawat adalah memanfaatkan dan mempertahankan
adaptasi positif terhadap lingkungan (Potter&Perry, 2005).
Imogene King pada tahun 1971 mengembangkan suatu teori
pencapaian tujuan (theory of goal attainment)yang bersifat terbuka dan
dinamis. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework). Teori King
terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting
Systems meliputi: personal systems (individual), interpersonal systems
(grup), social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi soaial,
sistem pelayanan kesehatan dan lain-lain) (Nursalam, 2016).
Hubungan teori king dengan keperawatan mengenai pencapaian
tujuan (1981) berasal dari kerangka konsepnya (kerangka kerja King
menunjukkan hubungan sistem personal (individu), sistem interpersonal
(kelompok seperti perawat-pasien), dan sistem sosial (sistem pendidikan).
King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan
menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang
konstan dengan lingkungan.
46
Kerangka Teori
Gambar 2.8 Kerangka konsep Imogene M. King
Gambar 2.8 kerangka konsep Imogene M. King menjelaskan pada
tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yang terdiri
atas tiga sistem yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari
King memadukan tiga sistem interaksi yang dinamis-personal,
interpersonal dan sosial yang mengarah pada perkembangan teori yang
dicapai. King memilih 10 konsep dari literatur keperawatan (diri, peran,
persepsi, komunikasi, interaksi, transaksi, tumbuh-kembang, stress, waktu,
ruang pribadi, organisasi, status, kekuasaan, kewenangan, dan
Kerangka konsep Imogene M. King
Sistem sosial
Organisasi
Otorisasi
Kekuasaan
Pembuatan
keputusan
status
Sistem
interpersonal
Interaksi
Komunikasi
Transaksi
Peran
Stress
Sistem personal
Persepsi
Diri
Pertumbuhan
dan
perkembangan
Citra diri
Ruang
Waktu
47
pengambilan keputusan) sebagai pengetahuan yang penting digunakan
oleh perawat. Dipilih sepuluh konsep dalam kerangka kerja tersebut (diri,
peran, persepsi, komunikasi, interaksi, transaksi, tumbuh-kembang, stress,
waktu dan ruang pribadi) sebagai pengetahuan inti yang digunakan
perawat dalam situasi keperawatan yang sesungguhnya.
2.8 Penerapan Kerangka Teori
Gambar 2.9 Kerangka teori perkembangan motorik halus anak
prasekolah menurut Imogene M. King
Perkembangan motorik halus
anak usia prasekolah
Sistem sosial Sistem personal
Mandiri
Agresif
Bermain secara
asosiatif
Mulai
mengeksporasi
seksualitas
Perkembangan
fisik
Kognitif
Psikososial
Bahasa
Moral
Spiritual
Citra tubuh
Sistem
interpersonal
Mudah
bersosialisasi
Sering marah
dan iri hati
dengan lainnya
Perubahan
perasaan
Perilaku benar
dan salah
48
Gambar 2.9 menjelaskan bahwa perkembangan motorik halus yang
dapat mempengaruhi sistem sosial yang meliputi ras atau etnik, keluarga,
umur, jenis kelamin, kelainan genetik, kelainan kromosom. Sitem
interpersonal yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, psikososial,
bahasa, moral, spiritual, citra tubuh. Sistem personal yang meliputi gizi,
stimulus, psikologi, dan sosial ekonomi.
49
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Diukur atau diteliti
: Tidak diukur atau diteliti
: Berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Efektivitas Terapi
Finger Painting dan Terapi Meronce Manik-manik Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah di TK
Sirapan.
Pencapaian
perkembangan
motorik halus :
1. Normal
2. Abnormal
3. Suspek
Terapi finger painting
dan terapi meronce
manik-manik
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan motorik
halus anak :
Sistem sosial
Sistem interpersonal
Sistem personal
Faktor eksternal
Faktor internal
50
Pada gambar 3.1 menjalaskan bahwa pada anak usia 3-6 tahun
melakukan terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik yang
dapat mengembangkan ekspresi melalui media dengan gerakan tangan,
melatih otot-otot tangan atau jari, melatih anak untuk konsentrasi, kreatif,
dan kesabaran. Pencapaian dalam melakukan terapi finger painting dan
terapi meronce manik-manik yaitu perkembangan motorik halus normal,
abnormal dan suspek.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan dan pernyataan
peneliti. Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan asumsi tentang
hubungan dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pernyataan dalam suatu penelitian. setiap hipotesa atas suatu unit atau
bagian dari permasalahan (Nursalam, 2016).
H1 : Ada perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi meronce
manik-manik terhadap perkembangan motorik halus pada anak
prasekolah di TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
51
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan perencanaan penelitian yang
menyeluruh yang menyangkut semua komponen dan langkah penelitian
dengan mempertimbangkan etika penelitian, sumber daya penelitian dan
kendala penelitian (Nasir, 2011). Desain penelitian adalah suatu strategi
untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan dan berperan sebagai
pedoman atau panutan penelitian pada seluruh penelitian (Nursalam,
2016).
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Experimental. Penelitian
ini ingin mengetahui perbandingan efektivitas terapi finger painting dan
terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus anak
usia prasekolah. Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah two
group pre-post test design. Penelitian ini melibatkan dua kelompok subjek
anak usia prasekolah yang diberikan intervensi terapi finger painting dan
satu sub yang lain diberikan meronce manik-manik.
Tabel 4.1 Desain Penelitian quasi-experimental
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
Terapi finger
painting
A1 P1 A2
Terapi meronce
manik-manik
B1 P2 B2
52
Keterangan :
A1 : Anak sebelum diberikan terapi finger painting
A2 : Anak sesudah diberikan terapi finger painting
B1 : Anak sebelum diberikan terapi meronce manik-manik
B2 : Anak sesudah diberikan terapi meronce manik-manik
P1 : Perlakuan terapi finger painting
P2 : Perlakuan terapi meronce manik-manik
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi adalam penelitian adalah subyek (misalnya
manusia: klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,
2016)
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh anak usia 3-5 tahun di
taman kanak-kanak sirapan yang berjumlah 20 orang.
4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subyek yang akan diteliti
yang dianggap mewakili suatu populasi (Hidayat, 2007). Sampel terdiri
atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016).
53
4.2.3 Kriteria Sampel
Sampel didapat dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangka dan akan diteliti (Nursalam,
2016).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak usia 3-5 tahun.
b. Orang tua mengijinkan anaknya untuk menjadi responden.
c. Anak kooperatif.
d. Anak dalam kondisi sehat.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan menghilangkan atau mengeluarkan
subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab (Nursalam, 2016).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Anak tidak hadir dalam pertemuan yang telah dijadwalkan oleh
peneliti.
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara
54
yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2016).
Pada penelitian ini menggunakan teknik penelitian total sampling.
Total sampling merupakam teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan meliputi bentuk kerangka atau alur
penelitian, mulai dari desain hingga analisis data (Hidayat, 2007).
55
Gambar 4.1 Kerangka kerja efektivitas terapi finger painting dan terapi
meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus
pada anak prasekolah.
Variabel
Variabel bebas :
Terapi finger painting dan
terapi meronce manik-manik
Variabel terikat :
Kemampuan motorik halus
anak usia prasekolah
Populasi
Seluruh anak Tk A yang berjumlah 20 anak di TK Sirapan
Sampel
20 anak yang normal, abnormal, suspek dan tidak dites
dalam pencapaian perkembangan motorik halus anak
Teknik Sampling
Total sampling
Jenis Penelitian
two group pre-post test design
Pengumpulan Data
Menggunakan kuesioner dan DDST (Denver Development
Screening Test)
Pengolahan Data
Editing, coding, scoring, and tabulating
Analisa Data
Uji Wilcoxon Sign Rank Test dan Man Whitney
Hasil dan Kesimpulan
56
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel merupakan perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain), variabel merupakan
konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu
fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian
(Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini didapatkan 2 variabel yaitu :
1. Variabel independen (bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain
(Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kemampuan motorik halus pada anak usia prasekolah.
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi berdasarkan karakteristik
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Pada definisi
operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan
replikasi (Nursalam, 2016).
57
Tabel 4.2 definisi operasional
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional Parameter
Alat
ukur Skala Skor/kategori
Variabel
Independen :
1. Terapi finger
painting
Kegiatan melukis
secara langsung
tanpa
menggunakan
bantuan alat,
mengganti kuas
dengan jari-jari
tangannya secara
langsung.
1. Frekuensi: 1
kali seminggu
setiap hari
kamis
2. Durasi 60
menit
3. Cara (mode)
terapi :
kontiyu
4. Tempat :
Ruang kelas
TK Sirapan
5. Program
latihan 2
minggu
SOP
-
-
2. Terapi
meronce
manik-
manik
Kegiatan
Meronce
merupakan suatu
kegiatan
perkembangan
yang
meningkatkan
motorik halus, di
dalam membuat
roncean terbuat
dari bahan-bahan
yang di lubang
dan disatukan
dengan
menggunakan tali
dan benang,
menggunakan
jarum, gerakan
meronce.
1. Frekuensi: 1
kali seminggu
setiap hari
jumat.
2. Durasi 60
menit
3. Cara (mode)
terapi :
kontiyu
4. Tempat :
Ruang kelas
TK Sirapan
5. Program
latihan 2
minggu
SOP - -
Variabel
Dependen :
Kemampuan
motorik halus
anak usia
prasekolah
salah satu proses
perkembangan
pada anak,
motorik halus
merupakan
kemampuan pada
anak yang
berhubungan pada
keterampilan fisik
yang melibatkan
otot-otot kecil,
Anak usai 3-5
tahun:
1. Mencoret-
coret kertas
2. Menyusun 4
buah kubus
3. Menggaris
lurus kebawah
± 2,5 cm
4. Anak mampu
menggambar
DDST Ordinal Normal :
Tidak ada
keterlambatan.
Abnormal :
Memiliki 2
atau lebih
keterlambatan.
Suspek :
Memiliki 2
atau lebih
caution (c) dan
58
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional Parameter
Alat
ukur Skala Skor/kategori
koordiansi mata
dan tangan. Saraf
motorik halus
dapat dilatih,
dikembangkan
melalui kegiatan,
dan rangsangan
yang terus
menerus
diberikan dengan
tujuan sebagai
latihan.
lingkaran
5. Menyusun 8
buah kubus
6. Menggambar
orang 3 bagian
7. Mencontoh
garis
berpotongan
8. Memilih garis
yang lebih
panjang.
atau lebih
keterlambatan
(f).
Tidak dites :
Bila menolak
pada satu item
atau lebih atau
menolak.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objekif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis. Instrumen penelitian merupakan alat
pengumpulan data dalam suatu penelitian (Nasir, 2011). Pada penelitian
ini mengumpulkan data responden dengan memberikan kuesioner data
umum dan mengukur pencapaian perkembangan motorik halus dengan
menggunakan DDST (Denver Development Skrinning Test)
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.7.1 Uji Validitas
Prinsip validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip-prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Instrumen
59
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2016). Menguji
apakah suatu kuesioner dianggap valid, maka perlu di uji coba dan
dilakukan analisis. Bila kuesinoner tersebut telah memiliki validitas
konstruk, berarti semua item (pernyataan) yang ada dalam kuesioner itu
mengukur apa yang kita ukur (Saryono, 2011). Untuk mengukur r atau
koefisiensi korelasi dan tingkat signifikasinya dapat digunakan bantuan
program komputer. Arikunto (2011) mengatakan validitas merupakan
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesalihan
suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau salih mempunyai
validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Rumus yang dapat digunakan adalah dikemukakan oleh
parson, yang dikenal rumus product moment person. Penentuan uji
validitas : jika p-value ≤ 0,05 maka item pertanyaan valid, jika p-value ≥
0,05 maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid.
4.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil pengukuran
konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang (konsisten,
akurasi dan presisi) (Saryono, 2011). Uji reabilitas adalah uji yang
dijalukan untuk mengukur apakah instrumen yang dilakukan telah reliabel.
Suatu alat ukur dikatakan reliable alat itu mengukur suatu gejala dalam
berlainan senantiasa menunjukan hasil yang sama. Reliabilitas merupakan
kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan
60
hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan.
Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan
yang penting dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2016).
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.8.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Sirapan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
4.8.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan, dimana
pertemuan untuk terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik
pada responden yang dilakukan sebanyak 6 kali. 1 kali pre-test, 5 kali
tretmen atau intervensi dan post test dilakukan setelah dilakukan tretmen
atau intervensi.
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlakukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2016). Dalam melakukan penelitian prosedur yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan surat dari STIKES BHAKTI
HUSADA MULIA MADIUN.
2. Berkoordianssi dengan Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak Sirapan.
61
3. Melakukan survey data awal mengenai kondisi kemampuan motorik
halus anak.
4. Melakukan total sampel terhadap 20 anak Tk A
5. Mengelompokan responden menjadi 2 kelompok. Dimana kelompok
pertama diberikan terapi finger painting dan kelompok kedua
mendapatkan terapi meronce manik-manik.
6. Peneliti memberikan kuesioner yang harus diisi reponden yaitu orang
tua.
7. Peneliti mengecek dan memastikan kembali bahwa semua pertanyaan
sudah terisi. Bila terdapat jawaban yang terlewat, peneliti langsung
menanyakan kembali kepada responden.
8. Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data,
analisis data danmembuat laporan hasil penelitian.
4.10 Teknik Analisi Data
4.10.1 Pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini
disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari peneliti masih
mentah, belum diberikan informasi apa-apa dan belum siap untuk
disajikan (Notoatmodjo, 2013). Pengolahan data dilakukan melalui tahap-
tahap sebagai berikut :
62
1. Editing
Editing merupakan daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
pengumpul data. Tujuan editing adalah merupakan mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.Apabila ada
data-data yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan
pengambilan data ulang untuk melengkapi data-data tersebut
(Saryono, 2011).
2. Entri Data
Memasukkan data ke komputer dengan menggunakan aplikasi
program SPSS (Statitical Padage for Social Sciense)very 16.00 for
Window. Pada pengisian kode pada program SPSS masing-
masingvariabel penelitian diberi ode berupa angka.
3. Coding
Setelah data diedit dan disunting, selanjutnya dilakukan pemg
“kode”an atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan. Coding yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Memberikan kode terhadap identitas responden
Usia ibu
20-30 tahun : kode 1
40-50 tahun : kode 2
63
Tingkat pendidikan ibu
SD : kode 1
SMP : kode 2
SMA : kode 3
Perguruan Tinggi : kode 4
Pekerjaan ibu
Tidak bekerja/ ibu rumah tangga : kode 1
Swasta : kode 2
Wiraswasta : kode 3
PNS : kode 4
Jenis kelamin anak
Laki-laki : kode 1
Perempuan : kode 2
Usia anak
3 tahun : kode 1
4 tahun : kode 2
5 tahun : kode 3
b. Memberikan kode pada terapi
Terapi finger painting : kode 1
Terapi meronce manik : kode 2
Perkembangan motorik halus
Lulus/ pass : kode 1
Gagal/ fail : kode 2
64
Tidak dites/ No Opportunity (No) : kode 3
Menolak/Refusal : kode 4
4. Scoring
Scoring merupakan penilaian data dengan memberikan skor pada
pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini
dimaksutkan untuk memberikan bobot pada masing masing jawaban,
sehingga mempermudah perhitungan.
a. Pencapaian perkembangan motorik
Normal : 1
Abnormal : 2
Suspek : 3
Tidak dapat dites : 4
5. Tabulating
Tabulating yaitu pekerjaan membuat tabel, jawaban-jawaban yang
telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Langkah
terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa data. Selanjutnya
data dimasukkan ke komputer dan dianalisis secara statistik (Saryono,
2011). Dalam penelitian ini tabulasi efektivitas terapi dan
perkembangan motorik halus anak terdiri dari hasil data penelitian,
skor, dan kategori.
65
4.10.2 Analisis Data
1. Analisa Univariat
Anaslisa univarat merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai
distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran
penyebaran. Jika distribusi data tidak normal maka sebaliknya
menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-
maksimum sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2011).
Pada penelitian ini, peneliti menganalisa perbedaan efektifitas
terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik terhadap
perkembangan motorik halus. Semua karakteristik responden dalam
penelitian ini seperti : usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis
kelamin, terapi untuk perkembangan motorik halus anak.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi
dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif.
Terdapat uji parametik dan non parametik pada analisis bivariat
(Saryono, 2011). Pada analisis bivariat ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dan terikat
dengan menggunakan statistik. Dalam penelitian ini analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui perbedaan efektivitas terapi finger
66
painting dan terapi meronce manik-manik dengan kemampuan
motorik halus anak usia prasekolah.
Peneliti menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test, dasar yang
digunakan yaitu data dari dua variabel tidak berdistribusi normal
dengan α = 0,05. Selain itu juga melihat kemaknaan perhitungan jika
nila p-value ≤ α 0,05 berarti terdapat perbedaan yang bermakna
(signifikasi) atau H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada perbedaan
efektivitas terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik
terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah. Jika nilai
p-value ≥ α 0,05 H1 ditolak dan H0 diterima artinya tidak ada
perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi meronce manik-
manik terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.
4.11 Etika penulisan
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar menjunjung tinggi
kebebasan manusia (Saryono, 2011). Beberapa prinsip etika penelitian
antara lain :
1. Prinsip etika penelitian
a. Prinsip manfaat
67
Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk
penelitian yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan
pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.
Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan
mempertimbangkan antara aspek resiko dengan aspek manfaat,
bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam
etika.
b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect Human Dignity)
Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus
dihormati, karena manusia memiliki hak dalam menentukan
pilihan antara mau atau tidak untuk diikutsertakan menjadi
subyek penelitian.
c. Prinsip keadilan (Right To Justice)
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia
dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil,
hak menjga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan
terhadap manusia.
2. Masalah etika penelitian
Menurut Hidayat 2007 masalah etika penulisan yaitu :
a. Inform consent
68
Inform consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Inform
consent ini merupakan lembar persetujuan umtuk menjadi
responden. Pemberian inform consent bertujuan agar subyek
mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya.
Setelah dijelaskan tujuan penelitian serta dampaknya sebagian
besar orang tua bersedia menjadi responden dan menandatangani
inform consent. Pengisian kuesioner dilakukan saat orang tua
mengantar anakanya berangkat sekolah sehingga ada beberapa
orang tua menolak untuk menjadi responden dikarenakan
keterbatasan waktu yang rata-rata calon responden buru-buru.
b. Prinsip anomality (tanpa nama)
Anomality berarti dalam menggunakan subyek penelitian tidak
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data. Penelitian
tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data.
Penelitian hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data. Peneliti tidak mencantumkan identitas responden hanya
menuliskan kode yang sudah ditentukan sebelumnya.
c. Prinsip confidentially (kerahasiaan)
Dalam hal ini kerahasian, informasi yang sudah didapatkan dari
responden harus menjamin kerahasiannya. Masalah ini
merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasian
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
69
Disini peneliti tidak membicarakan atau tidak menuliskan atau
menyebutkan identitas dari responden.
70
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan
tentang Perbedaan Efektivitas Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce
Manik-Manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak
Prasekolah Di Tk Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Pengumpulan data dilakukan pada 20 responden ibu dan anak yang
melakukan terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik, sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan pada penelitian maka hasil penelitian
berisi data umum. Data umum berisi tentang usia ibu, tingkat pendidikan,
pekerjaan ibu, jenis kelamin, usia anak dan pengukuran motorik dengan
DDST.
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di TK Sirapan Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun, sebuah lembaga pendidikan formal yang berada di
Jalan Tejo Kusumo RT. 006 RW 003 Desa Sirapan. Dengan luas wilayah
sekitar ±165 meter, dengan batas sebelah timur lapangan sepak bola,
sebelah barat perkampungan Desa Sirapan, sebelah selatan SD Sirapan 01
dan sebelah utara Desa Dimong. Jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 20 anak, yang terdiri dari 10 anak dengan terapi finger painting dan
10 anak dengan terapi meronce manik-manik Di TK Sirapan memiliki
71
tenaga pengajar yaitu 1 kepala sekolah dan 3 guru pengajar. Fasilitas
sekolah yang memiliki sarana bermain yang cukup luas, memadai dan
lengkap.
5.2 Data Umum
5.2.1 Karakter Ibu Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian di Tk Sirapan Kecamatan/Kabupaten
Madiun didapatkan hasil sesuai dengan tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu Di TK
Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Usia Ibu Terapi Finger
Painting
Terapi Meronce
Manik-manik
Total %
n % N %
20-30 tahun 9 90 8 80 17 85
40-50 tahun 1 10 2 20 3 15
Jumlah 10 100 10 100 20 100
Berdasarkan tabel 5.1 bahwa dapat dilihat pada kelompok terapi
finger painting usia ibu sebanyak 9 responden (90%) berusia 20-30 tahun.
Pada terapi meronce manik-manik usia ibu sebanyak 8 responden (80%)
berusia 20-30 tahun.
5.2.2 Karakter Ibu Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.2 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Di
TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Pendidikan
Ibu
Terapi Finger Painting Terapi Meronce
Manik-manik
Total %
n % N %
SD 0 0 0 0 0 0
SMP 1 10 3 30 4 20
SMA/SMK 8 80 4 40 12 60
Perguruan
Tinggi
1 10 3 30 4 20
Total 10 100 10 100 20 100
72
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil pada kelompok terapi finger
painting semua ibu memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK
sebanyak 8 responden (80%). Pada terapi meronce manik-manik sebagian
besar memiliki latar belakang pendidikan SD dan Perguruan Tinggi yang
masing-masing sebanyak 3 responden (30%).
5.2.3 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan
TabeL 5.3 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Di TK
Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Pekerjaan Terapi Finger Painting Terapi Meronce manik-
Manik
Total %
n % n %
IRT 0 0 3 30 3 15
Swasta 5 50 2 20 7 35
Wiraswasta 5 50 3 30 8 40
PNS 0 0 2 20 2 10
Jumlah 10 100 10 100 20 100
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa pada kelompok terapi finger
painting ibu responden memiliki pekerjaan swasta dan wiraswasta yang
masing-masing memiliki 5 responden (50%). Pada terapi meronce manik-
manik ibu responden bekerja sebagai irt dan wiraswasta yang masing-
masing memiliki 3 responden (30%).
5.2.4 Karakteristik Anak Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.4 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Di TK Sirapan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Jenis
Kelamin
Terapi Finger Painting Terapi Meronce Manik-Manik
Frekuensi (n) Presentase (%) Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki-laki 4 40 5 50
Perempuan 6 60 5 50
Jumlah 10 100 10 100
73
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa pada kelompok terapi
finger painting lebih banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 anak
(60%). Pada terapi meronce manik-manik responden laki-laki dan
perempuan masing-masing memiliki 5 responden (50%).
5.2.5 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia
Tabel 5.5 Hasil Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Di TK Sirapan Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun. Usia Anak Terapi Finger Painting Terapi Meronce Manik
Frekuensi (n) Presentase (%) Frekuensi (n) Presentase (%)
3 2 20 2 20
4 5 50 5 50
5 3 30 3 30
Jumlah 10 100 10 100
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dijelaskan pada kelompok terapi finger
painting dan terapi meronce manik-manik bahwa sebagian besar anak
berusia 4 tahun sebanyak 5 anak (50%).
5.2.6 Pengukuran Perkembangan Motorik Halus Dengan DDST Sebelum
Diberikan Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce Manik-manik
Hasil analisis dari pengukuran DDST anak sebelum diberikan terapi
di TK Sirapan Kecamatan/Kabupaten Madiun.
Tabel 5.6 Hasil Distribusi Frekuensi Pengukuran DDST Anak Sebelum
Diberikan Terapi Di TK Sirapan Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun. Perkembangan
Motorik
Terapi Finger Painting Terapi Meronce Manik-Manik
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
Normal 5 50 6 60
Suspek 5 50 4 40
Jumlah 10 100 10 100
74
Berdasarkan tabel 5.6 dari total 20 anak didapatkan hasil
perkembangan motorik halus pada terapi finger panting sebanyak 5 anak
(50%) normal. Pada terapi meronce manik-manik sebanyak 6 anak (60%)
normal.
5.3 Data Khusus
5.3.1 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Terapi Finger Painting
Tabel 5.7 Hasil Distribusi Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum
Dan Sesudah Diberikan Terapi Finger Painting Di TK Sirapan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Hasil Terapi Pre Post Total
n % n % n %
Normal 5 50 8 80 13 65
Suspek 5 50 2 20 7 35
Total 10 100 10 100 20 100
Wilcoxon signed rank test p= 0,083
Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan kondisi motorik halus anak
sebelum terapi finger painting yaitu normal sebanyak 5 anak (50%) dan
sesudah dilakukan sebanyak 8 anak ( 80%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan nilai p= 0,083 (p> 0,05), yang artinya tidak ada perbedaan
efektivitas terapi finger painting terhadap perkembangan motorik halus
anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi finger painting.
75
5.3.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Terapi Meronce Manik-Manik
Tabel 5.8 Hasil Distribusi Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum
Dan Sesudah Diberikan Terapi Meronce Manik-manik Di TK
Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Hasil Terapi Pre Post Total
n % n % N %
Normal 6 60 10 100 16 80
Suspek 4 40 0 0 4 20
Total 10 100 10 100 20 100
Wilcoxon signed rank test p= 0,046
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan kondisi motorik halus anak
sebelum terapi meronce manik-manik yaitu normal sebanyak 6 anak (60%)
dan sesudah dilakukan sebanyak 10 anak ( 100%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan nilai p= 0,046 (p< 0,05), yang artinya ada perbedaan terapi
meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus anak
sebelum dan sesudah dilakukan terapi meronce manik-manik.
5.3.3 Perbedaan Efektifitas Terapi Finger Dan Terapi Meronce Manik-
Manik Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak
Tabel 5.9 Hasil Distribusi Motorik Halus Anak Sesudah Diberikan
Terapi Finger Painting Dan Terapi Meronce Manik-Manik Di
TK Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Kondisi Motorik
Halus
Post Finger
painting
Post Meronce
Manik-manik
Total %
n % n %
Normal 8 80 10 100 18 90
Suspek 2 20 0 0 2 10
Jumlah 10 80 10 100 20 100
Man Whitney p= 0,146
Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan hasil kondisi motorik halus anak
pada kelompok terapi finger painting sesudah diberikan sebanyak 8 anak
76
(80%) normal dan kelompok sesudah diberikan terapi meronce manik-
manik motorik halus sebanyak 10 anak (100%) normal.
5.4 Pembahasan
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian perbedaan efektivitas
terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik terhadap
perkembangan motorik halus pada anak prasekolah di TK Sirapan
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
5.4.1 Perkembangan Motorik Halus Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Terapi Finger Painting
Berdasarkan tabel 5.7 hasil penelitian yang dilakukan pada 10 anak
dengan terapi finger painting di TK Sirapan Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun menunjukkan sebagian besar anak dengan
perkembangan motorik normal sebanyak 5 anak (50%), sementara itu anak
dengan pencapaian perkembangan motorik suspek sebanyak 5 anak (50%).
Perkembangan motorik halus kelompok terapi finger painting
sebelum dan sesudah melalui uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan
hasil bahwa H1 ditolak. Hubungan ini menunjukkan tidak ada perbedaan
motorik halus anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi finger painting.
Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah menurut
(Rohendi 2017) akan terlihat pada perkembangan fisik dan perkembangan
kognitif. Pada perkembangan fisik terjadi peningkatan koordinasi otot
besar dan halus, proses perkembangan kognitif menurut Jean Peaget
77
(1969) menekan pada proses kematangan, pengalaman (lingkungan).
Individu dapat meempengaruhi lingkungan sebaliknya lingkungan dapat
mempengaruhi individu. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
adalah kematangan pengalaman dan transmisi sosial. Menurut
Soetjiningsih (2012) kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh
matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik,
fungsi visual yang akurat dan kemampuan intelek nonverbal. Dan
perbedaan perkembangan motorik halus anak dipengaruhi oleh
pembawaannya dan stimulasi yang didapatkan.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Nurjannah (2017), penelitian
ini menunjukkan hasil peningkatan perkembangan motorik halus anak TK
At-Taqwa pada peningkatan 23 responden anak dan 2 responden anak
yang tidak ada peningkatan. Berdasarkan penelitian Maghfuroh (2017),
pada penelitian ini menunjukan hasil pengaruh finger painting pada anak
usia prasekolah di TK Sartika I Sumurgenuk Kecamatan Babat Lamongan
pada peningkatan 40 responden anak dan 2 responden anak yang tidak ada
peningkatan. Menurut Fida & Maya (2012) mengemukakan perkembangan
motorik halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih. Pada terapi finger painting dapat
mengembangkan fantasi, imajinasi dan kreasi, melatih otot-otot tangan
atau jari, koordinasi otot dan mata, melatih kecakapan mengkombinasi
warna, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan dan keindahan.
78
Faktor yang mempengaruhi terapi finger painting adalah pekerjaan
ibu responden yaitu swasta dan wiraswasta. Ibu responden merupakan
wanita karir yang memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga.
Dampak negartif dari ibu yang bekerja adalah tidak dapat memberikan
perhatian yang penuh pada anaknya ketika anak dalam masa tumbuh
kembang yang pesat (Lindawati, 2014). Perhatian ibu terhadap anak yang
kurang mendapat stimulasi yang optimal bagi perkembangan motorik
halus anak menyebabkan kemampuan motorik halus anak tidak
berkembang dengan baik.
5.4.2 Pekembangan Motorik Halus Pada Anak Prasekolah Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Meronce Manik-Manik
Berdasarkan tabel 5.8 hasil penelitian yang dilakukan pada 10 anak
dengan terapi meronce manik-manik di TK Sirapan Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun menunjukan sebagian besar anak dengan
perkembangan motorik normal sebanyak 6 anak (60%), sementara itu anak
dengan pencapaian perkembangan motorik suspek sebanyak 4 anak (40%).
Perkembangan motorik halus kelompok terapi meronce manik-
manik sebelum dan sesudah melalui uji Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan hasil bahwa H1 diterima. Hubungan ini menunjukkan ada
perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi
meronce manik-manik.
Meronce merupakan suatu kegiatan perkembangan yang
meningkatkan motorik halus di taman kanak-kanak, dalam membuat
79
roncean terbuat dari bahan-bahan yang berlubang dan disatukan dengan
menggunakan tali dan benang. Untuk memasukkan benang atau tali
kelubang-lubangnya dapat menggunakan jarum atau tidak menggunakan
jarum. Gerakan motorik halus tidak banyak membutuhkan tenaga tetapi
membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian antara lain
mengkoordinasi tangan dan mata. Kegiatan meronce bermedia manik-
manik dan makroni, anak akan belajar melalui media benda konkrit yang
memberikan kesempatan untuk anak menggali tentang persamaan benda,
perbedaaan benda, dan konsentrasi yang dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak ( Dwi Rahmawati, 2017).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tantri Darmastuti (2014),
bahwa dengan melakukan kegiatan meronce manik-manik dengan metode
demonstrasi, pembelajaran meronce anak TK, menjadi lebih efektif. Dan
pada penelitian (Maria Qor‟iah, 2018) hasil penelitian di KB/TK Islam
Darul Fatah Surabaya bahwa gerak koordinasi yang dapat
mengembangkan perkembangan motorik halus adalah dapat membuat
roncean atau melakukan kegiatan meronce.
Faktor yang mempengaruhi terapi meronce manik-manik adalah usia
anak. Pada anak usia dini merupakan golden age (masa peka) yaitu waktu
yang paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak untuk
menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Yuniarti,
2015). Pada masa anak usia prasekolah ini anak dapat mengembangkan
fisik, kognitif, psikososial, bahasa, moral, spiritual dan citra tubuh. Usia
80
prasekolah ini anak. Pada saat dilakukan terapi ini anak aktif dalam
berinteraksi dengan penelitian dan mengikuti intruksi yang diberikan
peneliti. Selain itu beberapa rekan dan guru juga membantu dalam
penelitian ini agar penelitian ini dalam mengkondisikan responden untuk
tetap fokus dan berkonsentrasi dalam mengikuti intruksi penelitian. Pada
kelompok terapi meronce manik-manik, anak tersebut mengalamin
peningkatan kemampuan motorik halus yang ditinjau dari tidak adanya
jumlah anak yang suspek. Semakin sering terjalin interaksi dengan anak,
tujuan interaksi untuk meningkatkan motorik halus anak yang dapat
dicapai dengan mudah.
5.4.3 Analisis Pebedaan Perkembangan Motorik Halus Anak Sesudah
Diberikan Terapi Finger painting Dan Terapi Meronce Manik-Manik
Berdasarkan tabel 5.9 perbedaan efektivitas terapi sebelum dan
sesudah terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik melalui uji
Man Whitney didapatkan hasil bahwa p= 0,146 (p> 0,05) yang berarti H1
ditolak yaitu tidak ada berbedaan efektivitas terapi finger painting dan
terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus pada
anak prasekolah di Tk Sirapan Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
Hasil ini dapat terjadi karena hasil sesudah terapi finger painting dan
terapi meronce manik-manik semua responden memiliki perkembangan
motorik halus normal. Bila dilihat menggunakan uji Wlcoxon Signed Rank
Test didapatkan hasil bahwa terapi meronce manik-manik berpengaruh
81
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dibandingkan
dengan terapi finger painting.
Faktor yang mempengaruhi terapi finger painting adalah Faktor yang
mempengaruhi terapi finger painting adalah pekerjaan ibu responden yaitu
swasta dan wiraswasta. Ibu responden merupakan wanita karir yang
memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga. Dampak negartif dari ibu
yang bekerja adalah tidak dapat memberikan perhatian yang penuh pada
anaknya ketika anak dalam masa tumbuh kembang yang pesat (Lindawati,
2014). Dan saat dilakukan terapi finger painting anak tersebut sering
berlarian di dalam dan luar kelas meninggalkan terapi yang diberikan,
sehingga finger painting yang diwarnai yang dibuat hasilnya kurang
maksimal. Sebagian besar anak bermain bersama teman yang dikenalnya
serta anak mengeluh bosan saat dipertengahan terapi finger painting.
Konsentrasi anak tidak berfokus pada terapi finger painting yang peneliti
lakukan. Faktor yang mempengaruhi terapi meronce manik-manik adalah
usia anak. Pada anak usia dini merupakan golden age (masa peka) yaitu
waktu yang paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak
untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya
(Yuniarti, 2015). Dan pada saat melakukan terapi meronce manik-manik
anak aktif dalam berinteraksi dengan penelitian dan mengikuti intruksi
yang diberikan peneliti. Hal ini bisa terjadi karena anak yang aktif
berinteraksi dan rasa ingin tahu terhadap terapi meronce manik-manik
yang ingin dilakukan oleh dirinya sendiri serta anak berkonsentrasi dalam
82
mengikuti intruksi peneliti untuk melakukan terapi meronce manik-manik.
Pengalaman belajar meronce manik-manik lebih nyata dan lebih disukai
oleh anak-anak. Pada terapi meronce manik-manik anak lebih bersemangat
untuk membuat kreasi meronce sesuai tema.
Menurut Hajar Pamadi (2008) dalam Suhartini (2016) meronce
adalah menata atau menyusun benda-benda, pernik-pernik, hiasan dengan
memenuhi rasa keindahan dengan bantuan mengikat komponen tadi
dengan utas atau tali. Dengan teknik ikatan ini, seseorang akan
memanfaatkan bentuk ikatan menjadi lebih lama dibandingkan dengan
benda yang ditata tanpa ikatan. Kegiatan meronce ini membutuhkan
koordinasi yang cermat serta ketelitian dan finger painting merupakan
teknik melukis secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat, anak
dapat mengganti kuas dengan jari-jari tangannya secara langsung. Finger
painting dapat mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan
gerakan tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi dan kreasi, melatih
otot-otot tangan atau jari, koordinasi otot dan mata, melatih kecakapan
mengkombinasi warna, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan dan
memupuk keindahan.
83
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul perbedaan efektivitas terapi
finger painting dan terapi meronce manik-manik terhadap perkembangan
motorik halus pada anak usia prasekolah di TK Sirapan Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun. Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan motorik halus anak sebelum dan sesudah
diberikan terapi finger painting. Hal ini disebabkan karena
jumlah anak dengan kategori motorik halus normal pada sebelum
diberikan terapi finger painting normal sebanyak 5 anak (50%),
suspek sebanyak 5 anak (50%). Dan jumlah anak dalam kategori
motorik halus sesudah diberikan terapi finger painting normal
sebanyak 8 anak (80%), suspek sebanyak 2 anak (20%).
2. Ada perbedaan motorik halus sebelum dan sesudah diberikan
terapi meronce manik-manik. Terapi meronce manik-manik dapat
mengoptimalkan perkembangan kemampuan motorik halus anak
prasekolah karena dengan meronce anak lebih teliti,
mengkoordinasikan tangan untuk memasukkan benang ke manik-
manik dikarenakan ukuran lubang manik-manik yang relatif kecil.
3. Tidak ada perbedaan efektivitas terapi finger painting dan terapi
meronce manik-manik terhadap perkembangan motorik halus
84
anak. Dilihat dari sebelum dan sesudah dari terapi finger painting
dan terapi meronce manik-manik dapat meningkatkan dan
mengoptimalkan kemampuan motorik halus anak.
6.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Walaupun di sekolah telah diberikan materi pembelajaran untuk
perkembangan motorik halus anak, namun ada baiknya guru
untuk memberikan terapi finger painting dan terapi meronce
manik-manik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus
anak usia prasekolah.
2. Bagi institusi kesehatan
Untuk tenaga kesehatan terutama perawat anak dapat menjadikan
terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik sebagai
salah satu alternatif terapi dalam upaya meningkatkan
kemampuan motorik halus anak usia prasekolah.
3. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat mengetahui terapi finger painting dan
terapi meronce manik-manik untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak usia prasekolah.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
terapi finger painting dan terapi meronce manik-manik sebagai
upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan
85
melibatkan jumlah sampel lebih banyak dan bisa
membandingankan 2 atau lebih taman kanak-kanak.
86
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Chamidah. 2015. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak.
https://scholar.google.co.id/sholar?q=deteksi+dini+gangguan+pertumbuhan
+dan+perkembangan+anak&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p%3Dn
XjL-AL9QhUJ. Di download pada 11 Januari pukul 18.00 WIB.
Darmaastuti, Tantri. 2014. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak
Dalam Kegiatan Meronce Dengan Manik-Manik Melalui Metode
Demontrasi Pada Anak Kelompok A Di TK Khadijah 2 Surabaya. Nama
Jurnal, Volume 1, Nomor : 01.
Dewi, Rizki. 2015. Teori & Konsep Tumbuh Kembang Bayi Toodler, Anak Dan
Usia Prasekolah. Yogjakarta : Nusa Medika.
Fida, & Maya. 2012. Pengantar Ilmu kesehatan Anak. Yogjakarta : D-Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
IDAI. 2012. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak. http://
dokumen.tips/documents/rekomendasi-idai-pemantauan-tumbuh-kembang-
anak.pdf.html. Di download pada tanggal 03 Januari 2019 pukul 07.30 WIB.
Kurniawati, Anis. 2017. Pengaruh Finger Painting Terhadap Kemampuan
Mengenal Konsep Warna Pada Anak Kelompok A. Jurnal PAUD Teratai,
Vol. 6, Nomer : 3.
Lindawati. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkembangan
Motorik Anak Usia Prasekolah. Jurnal Kesehatan, hal 22-27.
Maghfuroh, Lilis. 2017. Pengaruh Finger Painting Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia Prasekolah di TK Sartka 1 Sumbergenuk Ke.
Babat Lamongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, Nomer : 1, : 36-43.
Nandari, Immas. 2017. Pengaruh Kegiatan Seni Finger Painting Terhadap
Kemampuan Motorik Anak Kelompok B TK RA As Sa‟adah Drirejo
Gresik. Jurnal PAUD Teratai, Vol. 6, Nomer : 3.
Nasir, ABD. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
87
Notoadmojo, S. 2013. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Nurjannah, Nunung. 2017.Pengaruh Finger Painting Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Prasekolah TK At-Taqwa. Jurnal Keperawatan BSI,
Vol. V, Nomer : 2.
Nursalam. 2016. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba
Media.
Permata, H. D. 2018. Pengaruh Terapi Bermain Menggunting Kain Flanel
Terhadap Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Dalam Kegaitan
Menggunting di TK TARBIYATUL ATHFAL 31 SEMARANG. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. 3, Nomer : 3, : 117-196.
Potter & Perry, AG 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.
Qori‟ah, Maria. 2018. Pengaruh kegiatan Meronce Dengan Media Sedotan
Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelmpok A Di KB/TK Islam
Darul Fatah Surabaya. Volume 7, Nomor : 3, Tahun 2018.
Priyoto. 2018. Ilmu Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Pustaka Panasea.
Rahmawati, Dwi. 2017. Pengaruh Meronce Bermedia Manik-Manik Dan Makroni
Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A1 TK Yapita
Sukolilo Surabaya. Pengaruh Meronce Bermedia Manik-Manik Dan
Makroni Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A1.
Rohendi, A. 2017. Perkembangan Motorik. Bandung : Alfabeta.
Sari, L.P., 2018. Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Motorik Halus
Pada Anak Usia 3-4 Tahun di Paud Mawar Tlogomas. Nursing News, Vol.
3, Nomer : 1.
Saryono. 2011 . Metodelogi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Edisi 2. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Suciat i. 2016. Pengaruh Kegiatan Finger Painting Berbasis Teori Lokomosi
Terhadap Keterampilan Motorik alus Anak. E-journal Pendidikan Anak
Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, Nomer : 2.
88
Suhartini. 2015. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan
Meronce Pada Anak Usia 4-5 Tahun di Paud As-Sakinah Desa Sungai Jalau
Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar.
Yuniarti, S. 2015. Pengaruh Terapi Bermain (Melompat Tali Dan Meronce
Manik-Manik) Terhadap Perkembangan Motorik Pada Siswa di Paud Fajar
Purnama Mandiri Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Jurnal
Kesehatan Kartika, Vol. 10, Nomer : 3.
89
Lampiran 1
90
Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Annisa Maharany Buana Saputri
Nim : 201502042
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Perbedaan Efektifitas Terapi
Finger Painting dan Terapi Meronce Manik-Manik Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Prasekolah di TK Sirapan. Sehubungan dengan ini, saya
mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian
yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga
dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesedian saudara saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, 11 Mei 2019
Peneliti,
Annisa Maharany
(201502042)
91
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Annisa Maharany B S
Nim : 201502042
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Perbedaan Efektifitas Terapi
Finger Painting dan Terapi Meronce Manik-Manik Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Prasekolah di TK Sirapan Kec/Kab. Madiun”. Adapun
informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaanya saya bertanggung
jawab apabila informasi yang diberikan merugikan saudara.
Sehubung dengan hal tersebut, apabila saudara setuju ikut serta dalam
penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.
Untuk kesedian dan kerjasamanaya saya mengucapkan terima kasih.
Madiun, Mei 2019
Peneliti
Annisa Maharany B
(201502042)
Responden/orang tua/guru TK
92
Lampiran 4
KUESIONER DATA UMUM
RESPONDEN
A. Data Umum
Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan kondisi ibu, dengan
memberikan tanda (X) sesuai dengan jawaban ibu. Dan isilah titik-titik
dengan kondisi ibu dan anak.
1. Usia ibu saat ini :
2. Tingkat pendidikan ibu :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PERGURUAN TINGGI
3. Pekerjaan ibu :
a. Tidak bekerja/ ibu rumah tangga
b. Swasta
c. Wiraswasta
d. PNS
4. Usia anak saat ini :
5. Tempat, tanggal lahir anak :
6. Jenis kelamin anak :
93
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
Finger painting (mewarnai menggunakan tangan)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur tetap Tanggal terbit
Pengertian Teknik melukis secara langsung menggunakan jari-jari tangan
Tujuan 1. Mengenalkan konsep warna pada
2. Untuk mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan
tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi, dan kreasi, melatih otot-otot
tangan jari, koordinasi otot.
3. Melatih keterampilan tangan, kelentukan, kerapian, dan keindahan.
Prosedur Uraian M TM Tanda
tangan
Persiapan alat :
1. Cat warna khusus finger painting
2. Koran
3. Air untuk cuci tangan
4. Wadah kecil untuk tempat cat (pallete)
5. Buku gambar
Persiapan pasien :
1. Identifikasi identitas anak
2. Menjelaskan kepada anak prosedur yang akan
dilakukan
3. Menanyakan kesiapan anak sebelum kegiatan
dilakukan
4. Mempersiapkan lingkungan tempat
Pelaksanaan :
1. Tuangkan beberapa cat dengan berbagai warna ke
beberapa wadah.
2. Beri alas tempat bermain cat agar tidak kotor
kemana-mana dengan koran.
3. Lalu siapkan buku gambar untuk menggambar.
4. Siapkan air untuk cuci tangan
5. Kemudian ajarkan anak terlebih dahulu untuk
mencelupkan jari tangan untuk mewarnai dan
menggambar diatas buku gambar.
6. Setelah itu membiarkan anak untuk bereksplorasi
sepuasnya menggambar dan mewarnai.
7. Cuci tangan setelah melakukan menggambar dan
mewarnai.
Dokumentasi
tindakan
Catatan
penilaian
M = dilakukan dengan memuaskan (dilakukan sampai selesai terapi finger)
TM = dilakuan tidak memuaskan (dilakukan tidak sampai selesai terapi finger)
Lampiran 5
94
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
Meronce manik-manik
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
Prosedur tetap Tanggal terbit
Pengertian Suatu kegiatan perkembangan yang meningkatkan motorik halus
dengan membuat roncean
Tujuan 4. Stimulus otot anak dalam tahapan perkembangan menulis,
meronce membutuhkan kelincahan tangan dalam mengambil
manik-manik dan memasukkan kedalam benang satu persatu
5. Mengasah kemampuan kognitif anak
6. Latihan anak dalam berkonsentrasi, kreatif dan kesabaran
7. Melatih imajinasi dan melatih memegang dengan dua tangan
Prosedur Uraian M TM
Tanda
tangan
Persiapan alat :
6. Manik-manik aneka bentuk dan
ukuran
7. Benang plastik
8. Lem
9. Gunting
Persiapan pasien :
5. Identifikasi identitas anak
6. Menjelaskan kepada anak
prosedur yang akan dilakukan
7. Menanyakan kesiapan anak
sebelum kegiatan dilakukan
8. Mempersiapkan lingkungan
tempat
Pelaksanaan :
8. Potonglah benang sesuai ukuran
yang diinginkan.
9. Mendesain atau menata manik-
manik yang diinginkan.
10. Setelah selesai mendesain/
menata, masukkan manik-manik
ke dalam benang dan tali kuat.
11. Kemudian diberi lem pada
pengait agar kuat.
Dokumentasi
tindakan
Catatan
penilaian
M = dilakukan dengan memuaskan (dilakukan sampai selesai terapi meronce)
TM = dilakukan tidak memuaskan (dilakukan sebagian terapi meronce)
Lampiran 6
95
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
DDST (Denver Develoment Screening Test)
No. Dokumen
P.01.2012 No. Revisi Halaman
Prosedur tetap Tanggal terbit 2 januari 2012
Pengertian Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kemampuan
mahasiswa dalam melakukan Denver Test
Tujuan Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa keperawatan yang
akan melaukan praktek klinik rumah sakit dalam
1. Melakukan pemeriksaan pada tumbuh kembang anak
Prosedur Uraian M TM
Tanda
tangan
Persiapan alat :
1. Lembar DDST
2. DDST set
Persiapan pasien :
1. Identifikasi identitas
2. Menjelaskan kepada ibu pasien
prosedur yang akan dilakukan
3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum
kegiatan dilakukan
4. Mempersiapkan lingkungan tempat
pemeriksaan
Pelaksanaan :
1. Menarik garis umur pada lembar
DDST dan menentukan tugas
perkembangan yang akan diujikan
2. Memberikan petunjuk pada pasien
cara melakukan tes. Kemudian
meminta klien melakukannya
3. Melakukan tes dimulai dari item yang
paling mudah
4. Melakukan tes secara urut dari item
yang menggunakan sedikit energi.
5. Memberikan pujian pada anak jika
berhasil melakukan tes
6. Menuliskan skor pada form DDST
setiap satu tindakan tes
7. Menyimpulkan hasil tes setelah
menyelesaikan minimal 5 tindakan
Dokumentasi
tindakan
Catatan penilaian
M = dilakukan dengan memuaskan TM = dilakukan tidak memuaskan
Lampiran 7
96
Lampiran 8
97
Lampiran 9
98
Lampiran 10
99
100
Lampiran 11
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN DI TK SIRAPAN KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN
NO NAMA ANAK KELOMPOK
TERAPI
USIA
ANAK
JENIS KELAMIN USIA IBU DATA ORANG TUA
PENDIDIKAN PEKERJAAN
1 A 1 3 1 2 3 2
2 A 1 1 1 1 3 3
3 C 1 2 2 1 3 2
4 C 1 2 2 1 3 3
5 L 1 1 2 1 2 2
6 M 1 2 2 1 3 3
7 D 1 2 1 1 4 3
8 R 1 2 2 1 3 3
9 S 1 3 1 1 3 2
10 S 1 3 2 1 3 2
11 V 2 1 1 1 3 3
12 Q 2 2 2 1 2 1
13 M 2 2 2 1 4 1
14 M 2 3 1 1 3 3
15 O 2 3 1 1 4 4
16 A 2 3 1 1 2 2
17 B 2 2 2 1 4 4
18 Z 2 1 1 1 3 3
19 N 2 2 2 2 2 1
20 S 2 2 2 2 3 2
101
Keterangan :
Kelompok terapi :
1 = terapi finger painting
2 = terapi meronce manik-manik
Usia anak :
1 = usia 3 tahun
2 = usia 4 tahun
3 = usia 5 tahun
Jenis kelamin :
1 = laki-laki
2 = perempuan
Usia ibu :
1 = 20-30 tahun
2 = 40-50 tahun
Pendidikan :
1 = SD
2 = SMP
3 = SMA/SMK
4 = PERGURUAN TINGGI
Pekerjaan :
1 = IRT
2 = swasta
3 = wiraswasta
4 = PNS
102
Lampiran 12
DATA PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK SIRAPAN
KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN
NO USIA ANAK JENIS
KELAMIN
PERKEMBANGAN
MOTORIK 1 5 L NORMAL 2 3 L SUSPEK 3 4 P NORMAL 4 4 P SUSPEK 5 3 P NORMAL 6 4 P NORMAL 7 4 L SUSPEK 8 4 P SUSPEK 9 5 L SUSPEK 10 5 P NORMAL 11 3 L NORMAL 12 4 P NORMAL 13 4 P NORMAL 14 5 L NORMAL 15 5 L NORMAL 16 5 L NORMAL 17 4 P SUSPEK 18 3 L SUSPEK 19 4 P SUSPEK 20 4 P SUSPEK
103
Lampiran 13
DATA PERKEMBANGAN MOTORIK SEBELUM DAN SESUDAH
DIBERIKAN TERAPI FINGER PAINTING DAN TERAPI MERONCE
MANIK-MANIK
TERAPI FINGER PAINTING
NO NAMA ANAK HASIL TERAPI
PRE POST
1 A NORMAL NORMAL
2 A SUSPEK NORMAL
3 C NORMAL NORMAL
4 C SUSPEK SUSPEK
5 L NORMAL NORMAL
6 M NORMAL NORMAL
7 D SUSPEK NORMAL
8 R SUSPEK NORMAL
9 S SUSPEK SUSPEK
10 S NORMAL NORMAL
TERAPI MERONCE MANIK-MANIK
NO NAMA ANAK HASIL TERAPI
PRE POST
1 V NORMAL NORMAL
2 Q NORMAL NORMAL
3 M NORMAL NORMAL
4 M NORMAL NORMAL
5 O NORMAL NORMAL
6 A NORMAL NORMAL
7 B SUSPEK NORMAL
8 Z SUSPEK NORMAL
9 N SUSPEK NORMAL
10 S SUSPEK NORMAL
104
Lampiran 14
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS OUTPUT SPSS PERBEDAAN
EFEKTIVITAS TERAPI FINGER PAINTING DAN TERAPI MERONCE
MANIK-MANIK TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS
ANAK PRASEKOLAH DI TK SIRAPAN KECAMATAN MADIUN
KABUPATEN MADIUN
1. Usia Ibu
Terapi Finger Painting
Terapi Meronce Manik-Manik
usia_ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20-30 tahun 8 80.0 80.0 80.0
40-50 tahun 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
usia_ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 20-30 tahun 9 90.0 90.0 90.0
40-50 tahun 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
105
2. Tingkat Pendidikan
Terapi Finger Painting
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMP 1 10.0 10.0 10.0
SMA/SMK 8 80.0 80.0 90.0
PERGURUAN TINGGI 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Terapi Meronce Manik-Manik
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PERGURU 3 30.0 30.0 30.0
SMA/SMK 4 40.0 40.0 70.0
SMP 3 30.0 30.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
3. Tingkat Pekerjaan
Terapi Finger painting
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SWASTA 5 50.0 50.0 50.0
WIRASWASTA 5 50.0 50.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
106
Terapi meronce manik-manik
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid IRT 3 30.0 30.0 30.0
SWASTA 2 20.0 20.0 50.0
WIRASWASTA 3 30.0 30.0 80.0
PNS 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
4. Jenis Kelamin Anak
Terapi finger painting
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 4 40.0 40.0 40.0
perempuan 6 60.0 60.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Terapi meronce manik-manik
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 5 50.0 50.0 50.0
perempuan 5 50.0 50.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
107
5. Usia Anak
Terapi finger painting
usia_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 tahun 2 20.0 20.0 20.0
4 tahun 5 50.0 50.0 70.0
5 tahun 3 30.0 30.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Terapi meronce manik-manik
usia_anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 tahun 2 20.0 20.0 20.0
4 tahun 5 50.0 50.0 70.0
5 tahun 3 30.0 30.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
6. Perkembangan Motorik Halus Anak
Terapi finger painting
perkembangan_motorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid normal 5 50.0 50.0 50.0
suspek 5 50.0 50.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
108
Terapi meronce manik-manik
perkembangan_motorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid normal 6 60.0 60.0 60.0
suspek 4 40.0 40.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
7. Perkembangan Motorik Anak Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi
Terapi finger painting
pre_finger
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid normal 5 50.0 50.0 50.0
suspek 5 50.0 50.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
post_finger
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid normal 8 80.0 80.0 80.0
suspek 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
109
Terapi meronce manik-manik
pre_finger
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid normal 6 60.0 60.0 60.0
suspek 4 40.0 40.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
post_finger
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid normal 10 100.0 100.0 100.0
110
Lampiran 15
HASIL NORMALITAS DATA DARI TERAPI FINGER PAINTING DAN
TERAPI MERONCE MANIK-MANIK
1. Terapi Finger Painting
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre_finger 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
post_finger 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
pre_finger Mean 2.00 .333
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.25
Upper Bound 2.75
5% Trimmed Mean 2.00
Median 2.00
Variance 1.111
Std. Deviation 1.054
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness .000 .687
Kurtosis -2.571 1.334
post_finger Mean 1.40 .267
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .80
Upper Bound 2.00
5% Trimmed Mean 1.33
Median 1.00
Variance .711
Std. Deviation .843
Minimum 1
111
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness 1.779 .687
Kurtosis 1.406 1.334
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre_finger .329 10 .003 .655 10 .000
post_finger .482 10 .000 .509 10 .000
a. Lilliefors Significance Correction
2. Terapi Meronce Manik-Manik
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre_meronce 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
post_meronce 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Descriptives
a
Statistic Std. Error
pre_meronce Mean 1.80 .327
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.06
Upper Bound 2.54
5% Trimmed Mean 1.78
Median 1.00
Variance 1.067
Std. Deviation 1.033
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 2
Skewness .484 .687
Kurtosis -2.277 1.334
a. post_meronce is constant. It has been omitted.
112
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre_meronce .381 10 .000 .640 10 .000
a. Lilliefors Significance Correction
b. post_meronce is constant. It has been omitted.
113
Lampiran 16
HASIL TABULASI DATA
Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Terapi Finger Painting
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post_finger - pre_finger Negative Ranks 3a 2.00 6.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 7c
Total 10
a. post_finger < pre_finger
b. post_finger > pre_finger
c. post_finger = pre_finger
Test Statisticsb
post_finger -
pre_finger
Z -1.732a
Asymp. Sig. (2-tailed) .083
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
114
Lampiran 17
Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Terapi Meronce Manik-Manik
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post_meronce -
pre_meronce
Negative Ranks 4a 2.50 10.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 6c
Total 10
a. post_meronce < pre_meronce
b. post_meronce > pre_meronce
c. post_meronce = pre_meronce
Test Statisticsb
post_meronce -
pre_meronce
Z -2.000a
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
115
Lampiran 18
Hasil Uji Man Whitney Sesudah Terapi Finger Painting
Dan Terapi Meronce Manik-Manik
Mann-Whitney Test
Ranks
nama_anak N Mean Rank Sum of Ranks
hasil_terapi finger painting 10 11.50 115.00
meronce 10 9.50 95.00
Total 20
Test Statisticsb
hasil_terapi
Mann-Whitney U 40.000
Wilcoxon W 95.000
Z -1.453
Asymp. Sig. (2-tailed) .146
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .481a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: nama_anak
116
Lampiran 19
LEMBAR KONSULTASI
117
Lampiran 20
JADWAL KEGIATAN
NO Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pembuatan dan konsul
judul
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Pengambilan data
7 Penyusunan dan konsul
skripsi
8 Ujian skripsi
118
Lampiran 21