mallet finger

18
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PRESENTASI KASUS IDENTITAS Nama Lengkap : Ny. YR Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Wanita Agama : Katholik Pekerjaan : Pegawai Swasta Alamat : Baros RT 02 Tirtohargo, Kretek, Bantul Tanggal Masuk RS : 03 Juni 2010 Bangsal : Bougenville kelas II Putri No. RM : 509930 Tanggal Pemeriksaan : 04 Juni 2010 Dokter yang merawat : dr. Moh. Feri Yulianto, Sp.B Ko- asisten : Alfa Zudia Meitadevi SUBJEKTIF (autoanamnesis) Keluhan Utama : Jari kelingking tangan kiri bengkok Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Wirosaban dengan keluhan jari kelingking tangan kirinya bengkok dan tidak dapat diluruskan pada bagian ujung dekat kuku. Pasien tidak merasa nyeri pada jarinya, hanya saja jari tersebut terasa kaku bila digerakkan. Tidak ada RM.01.

Upload: mum-mpii

Post on 29-Jun-2015

431 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

IDENTITAS

Nama Lengkap : Ny. YR

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Katholik

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Baros RT 02 Tirtohargo, Kretek, Bantul

Tanggal Masuk RS : 03 Juni 2010

Bangsal : Bougenville kelas II Putri

No. RM : 509930

Tanggal Pemeriksaan : 04 Juni 2010

Dokter yang merawat : dr. Moh. Feri Yulianto, Sp.B Ko-asisten : Alfa Zudia Meitadevi

SUBJEKTIF (autoanamnesis)

Keluhan Utama : Jari kelingking tangan kiri bengkok

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Wirosaban dengan keluhan jari kelingking tangan kirinya

bengkok dan tidak dapat diluruskan pada bagian ujung dekat kuku. Pasien tidak merasa nyeri pada

jarinya, hanya saja jari tersebut terasa kaku bila digerakkan. Tidak ada luka terbuka pada jari

tersebut, tidak bengkak, serta tidak ada perubahan pada warna kulit dan kuku.

Sebelumnya, ± 10 hari yang lalu, jari kelingking pasien terbentur saat hendak menangkap helm

yang jatuh dari motor. Jari tersebut menjadi bengkok (menekuk ke arah dalam), bengkak, merah dan

sakit bila digerakkan selama ± 5 hari. Setelah 5 hari, bengkak dan kemerahan pada jari kelingking

pasien membaik dengan sendirinya, namun jari tetap bengkok dan tidak bisa diluruskan.

RM.01.

Page 2: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal

Riwayat penyakit gula : disangkal

Riwayat peyakit stroke : disangkal

Riwayat penyakit tulang dan sendi : disangkal

Riwayat penyakit alergi : ada, pasien alergi obat golongan penisilin.

Riwayat trauma sebelumnya : disangkal

Riwayat operasi sebelumnya : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit serupa.

Riwayat penyakit tulang dan sendi : disangkal

OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisata

Keadaan umum : Baik, terpasang infus di tangan kanan

Kesadaran : Komposmentis GCS 15 (E4V5M6)

Kesan status gizi : Cukup

Tanda utama : suhu = 36,4o C respirasi = 18 x/menit

nadi = 82 x/menit tekanan darah = 120/70 mmHg

Kepala : Bentuk mesosefal, rambut hitam dengan distribusi merata.

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-).

Hidung : Bentuk simetris, deviasi septum (-), epistaksis (-), napas cuping hidung (-).

RM.02.

Page 3: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

Telinga : Otore (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-).

Mulut : Mukosa bibir basah (+), bibir sianosis (-), gusi berdarah (-).

Leher : Bentuk simetris, pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).

Dada - Paru

Inspeksi : Simetris (+), ketinggalan gerak (-), retraksi dinding dada (-), edema (-), luka (-).

Palpasi : Premitus vokal kiri = kanan, nyeri tekan (-), massa (-).

Perkusi : Sonor (+) seluruh lapang paru.

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan (-).

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak kuat angkat.

Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V 2 cm medial linea midklavikularis kiri.

Perkusi : Redup (+), batas-batas :

Kanan atas : SIC II linea parasternalis kanan

Kiri atas : SIC II linea parasternalis kiri

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan

Kiri bawah : SIC V 2 cm medial linea midklavikularis kiri

Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-), gallop (-).

Abdomen

Inspeksi : Datar, benjolan (-), luka (-)

Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tak teraba

Perkusi : Timpani (+) seluruh kuadran, asites (-)

Ekstremitas

Superior : kanan : gerakan bebas (+), luka (-), edema (-), nyeri tekan (-), sianosis (-)

kiri : gerakan bebas (+), luka (-), edema (-), nyeri tekan (-), sianosis (-)

Inferior : kanan : gerakan bebas (+), luka (-), edema (-), nyeri tekan (-), sianosis (-)

kiri : gerakan bebas (+), luka (-), edema (-), nyeri tekan (-), sianosis (-)

RM.03.

Page 4: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

Status Lokalisata

Regio : Manus sinistra

Look : Digiti V tampak menekuk ke arah dalam (posisi fleksi abnormal) pada sendi DIP

dengan hiperekstensi sendi PIP, tak tampak adanya luka terbuka, edema (-), sianosis (-)

Feel : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), refill capilarry test < 2’

Move : - Fleksi dan ekstensi normal pada digiti I - IV

- Fleksi abnormal (terus-menerus) pada sendi DIP digiti V

- Ekstensi aktif (-) pada sendi DIP digiti V

- Ekstesi pasif (+) pada sendi DIP digiti V

DIAGNOSIS KERJA :

Jari Mallet digiti V manus sinistra.

PLANNING

- Rontgen manus sinistra AP, lateral

Hasil : Fraktur avulsi phalanx distal digiti V dengan soft tissue swelling di dorsal articulatio

interphalanx distal.

DIAGNOSIS PASTI

Jari Mallet digiti V manus sinistra et causa fraktur avulsi phalanx distal digiti V.

RM.04.

Page 5: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

PENATALAKSANAAN

Konservatif

- Penggunaan splint pada sendi DIP dalam posisi ekstensi selama 6-8 minggu

o Plaster cast (gips jari)

o Stack splint

o Thermoplastic splint

Operatif :

- Reposisi terbuka dan fiksasi interna (ORIF)

- Reposisi terbuka dan fiksasi eksterna (OREF)

Penatalaksanaan jari mallet pada pasien ini adalah secara operatif (ORIF).

Jalannya operasi :

o Reposisi DIP digiti V manus sinistra

o Fiksasi DIP dengan K-wire no. 0,6

o Operasi selesai.

PROGNOSIS

Baik.

RM.05.

Page 6: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

JARI MALLET

A. Definisi

Jari mallet (disebut juga drop finger, baseball finger) merupakan salah satu kelainan bentuk

jari dimana bagian ujung jari menekuk ke arah dalam dan tidak dapat lurus sendiri. Kelainan

pada jari mallet mempengaruhi sendi interphalanx distal (DIP) dan muncul sebagai hasil dari

adanya cedera tertutup pada mekanisme ekstensor dekat insersinya ke dalam phalanx distal.

Kehilangan kontinuitas tendon ekstensor pada sendi DIP menyebabkan sendi berada dalam

posisi fleksi abnormal. Walaupun usaha untuk mengekstensikan jari dilakukan secara aktif, sendi

DIP tetap dalam keadaan fleksi, merupakan karakteristik dari jari mallet.

B. Anatomi dan Fisiologi Tangan

Pengetahuan mengenai anatomi mekanisme ekstensor tangan yang normal diperlukan untuk

menilai akibat dari cedera jari mallet. Mekanisme ekstensor tangan lebih rumit dan kompleks

jika dibandingkan dengan sistem fleksor khususnya dalam anatomi dan fungsi.

Sendi-sendi jari bekerja seperti engsel ketika jari melakukan gerakan fleksi dan ekstensi.

Setiap jari tangan memiliki tiga phalanx yang dipisahkan oleh dua sendi interphalanx, kecuali ibu

jari yang hanya mempunyai dua phalanx. Sendi interphalanx yang berada paling dekat dengan

sendi metacarpophalangeal disebut sendi interphalanx proksimal (PIP), sedangkan sendi

interphalanx yang berada paling dekat dengan ujung jari disebut sendi interphalanx distal (DIP).

Tendon ekstensor melekat ke dasar phalanx distal. Ketika tendon ekstensor bekerja, sendi

DIP akan melakukan gerakan lurus (ekstensi). Sebaliknya, jika tendon fleksor yang melekat pada

telapak jari bekerja, sendi DIP akan menekuk ke arah dalam (fleksi).

RM.06.

Page 7: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

Tendon ekstensor masuk ke tangan melalui retinakulum ekstensor. Retinakulum ekstensor

adalah penebalan fascia profunda yang teregang menyilang bagian belakang pergelangan tangan.

Struktur ini merubah lekukan pada facies posterior ujung distal radius dan ulna menjadi enam

terowongan yang terpisah untuk tempat lewatnya tendo m. ekstensor longus. Tiap-tiap

terowongan dibatasi oleh selubung synovial yang terbentang pada tendon-tendon di atas dan di

bawah retinakulum.

Di bawah retinakulum ekstensorum, septa fibrosa berjalan ke radius dan ulna dan

membentuk enam ruang yang berisi tendon-tendon otot ekstensor. Tendon-tendon ekstensor

tersebut adalah extensor carpi radialis longus (ECRL), extensor carpi radialis brevis (ECRB),

extensor carpi ulnaris (ECU), extensor digitorum communis (EDC), extensor digiti minimi

(EDM), extensor indicis proprius (EIP), abductor polliis longus (APL), extensor pollicis brevis

(EPB) and extensor pollicis longus (EPL).

RM.07.

Page 8: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

C. Etiologi

Berbagai cedera fleksi pada jari saat jari memegang dalam posisi ekstensi berisiko terjadi

cedera pada mekanisme ekstensor pada sendi distal interphalanx (DIP). Mekanisme klasik dari

cedera ini adalah jari sedang memegang secara kaku pada posisi ekstensi atau mendekati ekstensi

maksimum ketika jari tersebut terbentur pada bagian ujungnya, biasanya terjadi pada saat

berolahraga seperti softball, voli, atau basket dimana bagian ujung jari membentur bola.

Mekanisme cedera lainnya yang sering terjadi termasuk ketika sedang melipat bedcover atau

menarik kaos kaki dengan jari yang ekstensi.

D. Frekuensi

Berbagai cedera yang berbeda dapat terjadi pada sendi interphalanx. Cedera yang paling

sering terjadi adalah sprain (keseleo) pada sendi interphalanx proksimal, dinamakan jammed

finger. Kejadian jari mallet lebih jarang dibandingkan keseleo sendi PIP, tetapi lebih sering

terjadi dibandingkan fraktur PIP atau dislokasi fraktur. Cedera yang sama terhadap mekanisme

ekstensor pada sendi interphalangeal ibu jari dapat terjadi, walaupun jarang.

E. Gambaran Klinis

Setelah terjadi cedera fleksi pada sendi DIP, pasien mungkin mengatakan bahwa ia tidak

dapat mengekstensikan secara aktif sendinya, walaupun ekstensi pasif maksimal tetap dapat

dilakukan dengan baik. Bagian punggung sendi dapat menjadi sedikit nyeri dan bengkak, tetapi

seringkali cedera tidak menimbulkan rasa nyeri. Karena itu, sebagian pasien akan menganggap

bahwa sendi jarinya hanya keseleo sampai suatu hari ketika bengkak sudah menghilang, ia tetap

tidak mampu untuk mengekstensikan sendi secara aktif.

Cedera ini dapat menimbulkan berbagai kondisi berikut :

- Kerusakan tendon tanpa fraktur

- Ruptur tendon dengan fraktur kecil akibat kekuatan cedera

- Ruptur tendon dengan fraktur besar

Jari mallet mungkin terbuka tetapi lebih sering tertutup. Mekanisme dari cedera tertutup

biasanya tiba-tiba, terjadi fleksi yang kuat dari sendi DIP pada jari yang ekstensi. Hal ini

menyebabkan ruptur tendon ekstensor atau avulsi tendon sering dengan fragmen tulang dari

RM.08.

Page 9: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

tempat insersinya pada phalanx distal. Jika tidak diobati untuk jangka lama, dapat terjadi

hiperekstensi dari sendi interphalanx proksimal (PIP), menyebabkan kelainan “swan neck” atau

leher angsa karena adanya retraksi proksimal dari central band. Terdapat 4 tipe cedera jari

mallet, yaitu :

- Tipe I : cedera tertutup dengan hilangnya kontinuitas tendon dengan atau tanpa fraktur

avulsi

- Tipe II : laserasi pada atau proksimal ke sendi DIP dengan hilangnya kontinuitas tendon

- Tipe III : abrasi dalam dengan hilangnya kulit, subkutaneus dan inti tendon

- Tipe IV : (a) fraktur bidang trans-epifisis pada anak

(b) cedera hiperekstensi dengan fraktur permukaan artikular 20-50%

(c) cedera hiperekstensi dengan fraktur permukaan artikular biasanya > 50% dan

dengan subluksasi volar phalanx distal yang terlalu dini atau terlambat.

RM.09.

Page 10: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

F. Diagnosis

Untuk mendiagnosis jari mallet, dibutuhkan anamnesis yang lengkap tentang riwayat yang

dihubungkan dengan pemeriksaan fisik tangan. Pencitraan perlu disesuaikan dengan diagnosis

klinis, hal ini penting untuk menyingkirkan cedera lainnya yang berhubungan dengan tulang

seperti deformitas akibat osteoarthritis atau rheumatoid arthritis. Foto polos AP dan lateral yang

difokuskan pada sendi DIP jari yang terkena digunakan untuk membedakan antara cedera tulang

dan cedera mallet tendinous. Foto lateral menunjukkan adanya subluksasi volar dari phalanx

distal.

G. Penatalaksanaan

1. Konservatif

Tujuan utama dari semua metode terapi adalah untuk mengembalikan kontinuitas tendon

yang cedera dengan kesembuhan fungsi yang maksimum. Walaupun berbagai protokol terapi

telah diajukan, splinting pada sendi DIP dalam posisi ekstensi selama 6-8 minggu merupakan

standar baku emas dengan morbiditas yang minimal pada sebagian besar pasien dengan

cedera mallet tertutup. Hal ini dapat dicapai dengan splint thermoplastic stack (mallet) atau

splint plaster cast. Durasi imobilisasi pada sendi yang terkena merupakan faktor penentu

hasil yang penting. Akhir-akhir ini telah ditunjukkan bahwa penundaan terapi inisial tidak

mempengaruhi pergerakan atau keterlambatan ekstensi sendi DIP secara signifikan.

RM.010.

Page 11: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

Gambar :

a : plaster cast dapat secara efektif mempertahankan ekstensi sendi DIP dan fleksi sendi

PIP ketika kelainan jari mallet diikuti dengan hiperekstensi PIP.

b : stack splint sering digunakan untuk terapi jari mallet.

c : thermoplastic splint : (1) tampak oblique, (2) tampak dorsal, (3) tampak volar

2. Pembedahan

Terapi secara pembedahan dianjurkan untuk lesi mallet akut dan kronik pada pasien yang

gagal dengan terapi non-pembedahan, tidak dapat bekerja dengan adanya splint pada jari,

terdapat fraktur yang melibatkan lebih dari sepertiga permukaan sendi atau pasien dengan

cedera mallet terbuka.

Sebagian ahli bedah memilih tindakan operasi untuk mengobati cedera mallet yang

diikuti dengan subluksasi volar phalanx distal, keyakinannya adalah mengembalikan

keutuhan sendi dan keseimbangan antara kekuatan fleksor dan ekstensor dibutuhkan untuk

mendapatkan hasil fungsional yang adekuat. Pada umumnya, dilakukan fiksasi Kirschner

wire (K-wire) melewati sendi DIP pada posisi ekstensi dengan sendi PIP pada posisi ekstensi.

Adakalanya, pasien-pasien tertentu (misalnya ahli bedah, dokter gigi) tidak dapat memakai

splint selama 6-8 minggu yang dibutuhkan karena alasan pekerjaan. Dengan blok digital,

a

c1 c2 c3

b

RM.011.

Page 12: mallet finger

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESENTASI KASUS

sebuah K-wire diameter 0.35 inchi dapat dimasukkan melewati sendi DIP untuk memberikan

splint internal sementara. Walaupun wire dapat membantu mempertahankan reduksi fragmen

tulang, tujuan utamanya adalah mempertahankan ekstensi sendi.

Pilihan lainnya adalah memasukkan pada posisi oblique, K-wire antegrade mulai pada

bagian tengah phalanx tengah dan menempatkan K-wire secara menyamping ke dalam badan

utama phalanx distal. Pada bagian ulnar jari, wire dapat dijepitkan di bawah permukaan kulit.

Stabilisasi K-wire harus dijaga dengan splint eksternal. K-wire dapat dilepas dan dikeluarkan

di bawah anestesi local pada akhir masa terapi.

H. Komplikasi

Komplikasi selama terapi konservatif jarang dan tidak berbahaya dan pada sebagian besar

kasus berhubungan dengan komplikasi pada kulit. Defisit ekstensi yang persisten kira-kira 10o

pernah dilaporkan setelah terapi konservatif pada 40-70% pasien dan masalah kulit sementara

seperti maserasi dan ulserasi punggung jari. Sedangkan komplikasi pembedahan meliputi infeksi,

kekakuan, kerusakan kuku permanen, kesalahan sendi dan deviasi sendi DIP.

I. Referensi

1. Mauffrey, C. 2006. Mallet finger: a review. The Internet Journal of Orthopedic Surgery;3;1.

2. Meals, RA. 2009. Mallet finger. Diakses dari www.emedicine.com

RM.012.