skripsi perbandingan metode jigsawii dan ekspositori
DESCRIPTION
perbandingan metode jigsaw II dan ekspositori terhadap mata pelajaran sistem remTRANSCRIPT
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
RANCANGAN PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : GIWANG ANUGRAH
NIM : 5201407011
PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JENJANG : STRATA 1
JURUSAN : TEKNIK MESIN
I. JUDUL
“ PERBEDAAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPOSITORI DAN
METODE JIGSAW II TERHADAP HASIL BELAJAR SISTEM REM PADA SISWA
KELAS X SMK NEGERI 4 SEMARANG TAHUN AJARAN 2011 / 2012 “
II. LATAR BELAKANG
Upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar bagi
siswa di setiap jenjang pendidikaan perlu diwujudkan, agar diperoleh sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas dan dapat menunjang pembangunan nasional.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar adalah
penggunaan metode pengajaran dalam proses belajar mengajar. Upaya ini merupakan
salah satu sarana belajar yang diatur oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
yaitu antara lain mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada model
pembelajaran kooperatif. Saat ini telah banyak digunakan model pembelajaran
kooperatif. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak
hanya unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep tetapi juga membantu
siswa dalam menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan
mengembangkan sikap sosial siswa. Disamping itu ketetampilan kooperatif menjadi
semakin penting untuk mencapai keberhasilan dalama rangka memenuhi dari
kebutuhan lapangan kerja yang selamam ini berorientasi pada kerja sama dalam tim.
1
Karena pentingnya interaksi dalam tim, maka dalam penerapan strategi pembelajaran
kooperatif menjadi lebih penting, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran model kooperatif sangatlah bervariasi dan bermacam-macam,
Jigsaw II merupakan salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang fleksibel.
Jigsaw II merupakan pengembangan dari Jigsaw yang original. Menurut Sulistyorini
dalam penelitiannya menemukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Sulistyorini,1998:13). Sejumlah riset
juga telah banyak dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar
Jigsaw. Riset tersebut yang secara konsisten menunjukkan bahea siswa yang terlibat
dalam pembelajaran yang semacam itu memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan
sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif terutama terkait Jigsaw dianggap cocok diterapkan
dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa indonesia yang
menjungjung tinggi nilai gotong royong. Metode pembelajaran dengan tipe Jigsaw
didisain untuk meningkatkan rasa tenggungjawab siswa terhadap pembelajaran sendiri
dan pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengaajarkan materi tersebut kepada
anggota kelompok yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu sama lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi sistem rem yang
ditugaskan. Disamping itu siswa akan dibuat lebih aktif untuk mencari permasalahan
dan mencari solusi dari masalah tersebut. Tetapi pada pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya pengkondisisan
kelas yang lebih ketat agar pembelajaran lebih terkendali dan efektif.
Materi sistem pengereman merupakan salah satu dari materi di SMK Negeri 4
Semarang. Pada dasarnya yang mendapat pelajaran ini diharapkan dapat memahami
sistem dari rem pada mobil dan dapat mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu hasil belajar siswa pada materi sistem rem ini diitingkatkan agar siswa
yang telah mendapatkan mata pelajaran sistem rem dapat lebih mengerti dan
memahami materi sistem rem.
Menurut observasi awal yang dilakukan, selama ini metode yang digunakan
dalam pembelajaran materi rem adalah dengan metode konvesional yaitu dengan
menggunakan metode ceramah ataupun sering di sebut juga metode Ekspositori.
Karena Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya
kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Sehingga siswa
2
terlihat kurang tertarik ketika kegiatan belajar mengejar sedang berlangsung. Hal itu
terlihat ketika siswa tampak kurang antusias dalam menerima materi yang
disampaikan guru. Misalnya, beberapa siswa terlihat berbicara sendiri dengan
temannya, ada pula yang lesu dan kurang bersemangat. Aktivitas semacam ini
sebenarnya sangat tidak menguntungkan bagi siswa, sebab materi yang diterima siswa
cenderung tidak optimal.
Upaya peningkatan hasil belajar sistem rem pada siswa SMK Negeri 4
Semarang tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini
diperlukan pengajaran yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih
menarik. Suasana kelas perlu didisain sedemikian rupa dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi
dengan siswa lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang
optimal.
Permasalahn dan uraian diatas menarik untuk diadakan penelitian dengan
judul “ Perbedaan Pembelajaran Dengan Metode Ekspositori Dan Metode Jigsaw II
Terhadap Hasil Belajar Sistem Rem Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 4 Semarang
Tahun Ajaran 2011 / 2012 “
III. RUMUSAN MASALAH
Pada saat penyampaian materi siswa mengalami berbagai kesulitan yang
sehubung dengan bagaimana cara untuk memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka timbul permasalahan
sebagai berikut:
a. Adakah perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi sistem rem
dengan menggunakan metode Ekspositori dan metode Jigsaw II ?
b. Seberapa besar perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi sistem
rem dengan menggunakan metode Ekspositori dan metode Jigsaw II?
IV. PEMBATASAN MASALAH
Agar permasalahan pada penelitian tidak melebar maka peneliti menentukan
batasan-batasan masalah sebagai berikut :
a. Penggunaan metode Jigsaw II dan Ekspositori hanya di pembelajaran teori
pada sistem rem.
3
b. Pembelajaran menyangkut sistem pengereman teromol dan cakram pada
mobil.
V. PENEGASAN ISTILAH
a. Perbedaan
Perbedaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang menbuat sesuatu
berbeda (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995:105). Perbedaan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan antara hasil belajar pada
pembelajaran yang menggunakan metode Ekspositori dengan pembelajaran
yang menggunakan metode Jigaw II.
b. Pembelajaran
Pembelajaran atau instruction adalah seperangkat peristiwa yang
mempengaruhi si belajar sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan
dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Pembelajaran merupakan
suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari
lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat
menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang
(Sugandi, 2004:10)
c. Metode Ekspositori
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan
dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep
materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah
dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa
mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat.
Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran
mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung
berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi
pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode
ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya
sama-sama memberikan informasi
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-
ekspositori).
4
Metode Ekspositori merupakan metode konvensional. Guru berbicara
pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal. Siswa mengerjakan
soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru memeriksa pekerjaan
siswa secara individual, guru menjelaskan lagi kepada siswa secara individual
dan klasikal. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling
bertanya, atau suruh membuatnya dipapan tulis.
d. Metode Jigsaw II
Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya
pada tahunn 1978. Bentuk adaptasi dan pengembangannya dari Jigsaw yaitu
Jigsaw II (Slavin, 1986). Jigsaw II terdapat beberapa siklus regular, siklus ini
hampir sama dalam Jigsaw orisinil cuman yang membedakan pada siklus
evaluasi terdapat tambahan modifikas. Siklus evaluasi dibuat poin tim atau
dibuat turnamen yang ini mirip dengan metode STAD dan TGT.
Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran :
1. Membaca
Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta
untuk menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi.
2. Diskusi Kelompok-ahli
Para siswa denagn keahlian yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.
3. Laporan Tim
Para ahli kembali kedalam kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.
4. Tes
Para siswa mengerjakan tes atau kuis bisa secara individu atau tim
yang nanti dijadikan nilai tim
5. Rekognisi Tim
Skor tim dihitung seperti dalam metode STAD ( Student Teams
Achievement Division ). Pertama menghitung skor awal, dengan
mengambil nilai dari nilai afektif. Selanjutnya menghitung nilai kognitif
yang diambil dari kuis. Mengambil skor kemajuan, ini diambil dari selisih
skor kuis dan skor awal. Dari poin kemajuan diambil rata tim.
5
e. Hasil belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui
proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan
tentang pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Juga dapat diartikan
sebagai penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran. Sedangkan latihanya ditunjukkan oleh nilai tes. Dengan
penilaian itu dapat diperoleh gambaran nyata tentang keberhasilan belajar
siswa dalam bentuk penentuan-penentuan indek prestasi (Oemar
Hamalik,1991 : 153).
Dari pendapat diatas, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh secara
maksimal dari usaha yang didapat seseorang yang dinyatakan dalam bentuk
angka, huruf, atau kalimat.
VI. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
adakah perbedaan hasil pembelajaran siswa pada materi sistem rem dengan
menggunakan metode Ekspositori dan metode Jigsaw II. Dan seberapa besar
perbedaan itu.
VII. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada beberapa pihak,
diantaranya :
A. Bagi Siswa
1. Dapat meningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah didalam
sistem rem.
2. Dapat menumbuhkan kerjasama antar siswa.
3. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat.
4. Dapat meningkatkan sikap tanggung jawab siswa.
B. Bagi Guru
1. Memberikan terobosan dalam pembelajaran yang menarik.
2. Memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di dalam kelas.
3. Memberikan salah satu alternatif metode pembelajaran dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa.
6
C. Bagi Sekolah
1. Untuk menambah literatur metode belajar serta pustaka bagi sekolah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswanya.
VIII. LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.
Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu.
Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan
yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang
tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
Arikunto ( 1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan
yang dapat diaamati,dan dapat diukur Perubahan yang dimaksud tidak halnya
perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap,
pengrtian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.
(http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html )
2) Teori Hasil Belajar
Proses Pembelajaran mengndung dua unsur penting yaitu proses dan
hasil belajar. Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah berupa kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa
melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Hasil Belajar
bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.Dimana tingkat keberhasilan siswa
ditandai selalu dengan skor, angka, kata atau huruf. Apabila tujuan utama
kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat
difungsikan dan ditujukan untuk diagnosis dan pengembangan, untuk seleksi,
untuk kenaikan kelas dan untuk penempatan.
(http://wahidilqohar.webnode.com/news/teori-hasil-belajar1)
7
3) Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
A. Faktor internal
a) Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik
yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai
sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan
otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik.
Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta
cukup tidur.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah
kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi
hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat
kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat
dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga,
bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang
dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi
rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
B. Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang
cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan
proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan
mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
b) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi
8
keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang
ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
c) Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan
masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt
merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar
siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang
dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah,
lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa
asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-hasil.html )
B. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar agar siswa dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi siswa dan
kreativitas guru. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
guru yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Berdasarkan
pernyataan di atas maka dapat dirumuskan pembelajaran adalah suatu usaha
sadar yang di lakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
Untuk dapat melakukan pembelajaran dengan efektif, seorang guru
harus menyusun perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan
belajar mengajar menilai dan memberikan tindak lanjut dalam kegiatab yang
telah di lakukan. Dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar hendaknya
seorang guru berdasarkan pada pendekatan sistem. Dengan berpedoman dari
rencana yang telah di susun, guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas.
Setelah pembelajaran selesai seorang guru dituntut untuk memberikan
evaluasi terhadap pembelajaran siswa. Maka dari itu evaluasi perlu diadakan
9
untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
Istilah lain dari pembelajaran adalah Proses Belajar Mengajar (PBM)
atau Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Proses belajar mengajar akan
senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi atas dua unsur manusiawi
yaitu siswa sebagai pihak belajar dan guru sebagai pihak mengajar serta siwa
juga sebagai pihak pokoknya.
Dalam penelitian ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa dengan
menggunakan dua metode yang berbeda, yaitu dengan metode ekspositori dan
metode jigsaw II.
C. Tinjauan Mengenai Metode Ekpositori
Metode ekspositori atau metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi
melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap
kelasnya. Dalam penerapan pembelajaran sistem rem, metode ekspositori
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Berdoa
2. Presensi siswa untuk mengetahui jumlah yang hadir dan tidak hadir.
3. Guru memberikan penjelasan pendahuluan tentang pelajaran sebelumnya
agar siswa mempunyai gambaran tentang materi yang akan diajarkan serta
untuk mengungkap pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
4. Guru guru menyampikan materi yang baru yang disertai dengan gambar.
5. Guru melakukan membandingkan materi dengan situasi nyata atau gejala
lain yang relevan. Ini untuk memudahkan siswa dalam pemahaman materi.
6. Menarik kesimpulan dari materi yang disampaikan.
7. Guru mengevaluasi dan mengaplikasikan dengan cara test atau
memberikan tugas kepada siswa. Jika dalam mengerjakan atau memahami
soal siswa kurang memahami, maka guru akan menjelaskan kembali
secara klasikal dan individual.
10
Karena metode ekspositori merupakan perpaduan antara ceramah dan tanya jawab
atau penugasan maka metode ekspositori bias dilakukan sebagai berikut :
1. Berdoa
2. Presensi siswa
3. Guru bisa langsung memberikan pertanyaan seputar materi yang akan di
berikan setelah itu diberikan jawaban sekaligus materi.
Kelebihan – kelebihan metode ekspositori, diantaranya :
1. Dengan persiapan guru yang baik, bahan pelajaran tersebut dapat
disampaikan dengan cara yang menarik, sehingga siswa mudah
menangkap dan menghafalnya.
2. Tidak memerlukan persiapan yang rumit ataupun menyita waktu karena
metode ekspositori ini tergolong metode yang sederhana.
3. Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera di sampaikan kepada
siswa.
4. Melatih siswa untuk melatih pendengaran serta mengkap dan
menyimpulkan isi ceramah.
Kelemahan – kelemahan metode ekspositori, sebagai contoh saat guru
menyampaikan materi antara lain:
1. Siswa cenderung pasif, karena tidak dapat mengemukakan pendapatnya
sehingga daya kreasinya tertekan Gambar yang jelek atau kurang jelas
menyebabkan kurangnya ketertarikan siswa dalam memperhatikan
pelajaran.
2. Guru tidak mengetahui secara pasti sampai dimana siswa telah dalam
memahami materi tersebut karena dengan perlakuan yang sama dalam
penyampaian materi belum tentu siswa satu dan yang lain akan
cocok/sesuai.
3. Siswa sukar memfokuskan perhatian mereka terhadap keterangan guru.
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-
ekspositori )
D. Tinjauan Mengenai Methode Jigsaw II
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
11
teman-teman di Universitas John Hopkins. Metode Jigsaw Aronson yang orisinal,
mirip dengan Jigsaw II dalam sebagian besar aspeknya, tetapi mempunyai
perbedaan yang penting. Pada jigsaw orisinal siswa membaca bagian bagian yang
berbeda dengan yang dibaca teman satu timnya. Ini memeang berguna untuk
membantu para ahli untuk menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim
sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Kelebihan dari Jigsaw II adalah
bahwa semua siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep
yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang
secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Jigsaw II
didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lainPara
anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok
asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
12
Gambar Ilustrasi Kelompok Jigsaw II
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama
lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai,
para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (kelomok
asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah
mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Diakhir
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu mencakup materi yang telah
dibahas. Kunci tipe Jigsaw II ini adalah interpendensi setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik. Penjelasan dari langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Materi
Materi pembelajaran kopperatif tipe Jigsaw II dirancang sedemikian
rupa untuk pembelajaran secara berkelompok sebelum menyajikan
materi pembelajaran dibuat lembar kegiatan siswa yang akan dipelajari
oleh siswa dalam kelompok kooperatif.
b) Menetapkan Siswa dalam Kelompok
Kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif terdiri dari dua jenis
kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal
13
KELOMPOK ASAL I
KELOMPOKASAL II
KELOMPOK ASAL II
KELOMPOK ASAL IV
KELOMPOKAHLI II
KELOMPOKAHLI III
KELOMPOKAHLI I
KELOMPOKAHLI IV
BELAJAR MATERI I
BELAJARMATERI II
BELAJARMATERI III
BELAJARMATERI IV
dalam hal ini semua siswa dikumpulkan dalam kelompok kecil yang
beranggotakan empat sampai lima siswa. Ada beberapa petunjuk dalam
menentukan kelompok asal, antara lain :
(1) Meranking siswa
Meranking siswa dilakukan berdasarkan prestasi akademiknya
didalam kelas. Bisa juga diambil dari nilai pre-test pada penelitian.
(2) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok beranggotakan empat sampai lima orang.
(3) Membagi siswa dalam kelompok
Pembagian siswa dalm kelompok perlu diseimbangkan, sehingga
kelompok terdiri dari siswa dengan sifat yang heterogen, terutama
ditinjau dari aspek kognisinya. Adapun kelompok ahli dibentuk
sendiri oleh anggota kelompok asal dengan cara berdiskusi
menentukan wakil dari kelompoknya untuk menjadi ahli (expert)
dalam tugas tertentu. Mereka memilih orang yang tepat yang dapat
diharapkan membantu menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya sehingga diperoleh pemahaman yang sama.
c) Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individual. Ini didapat
dari penilaian afektif.
2) Tahap Pembelajaran (Presentasi Pembelajaran)
Pelajaran dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan motivasi siswa
untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan penyajian informasi, sering
dalam bentuk teks. Pada langkah ini guru menyajikan konsep dan prinsip
dasar yang membekali siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan dan mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Selanjutnya siswa
diorganisasikan dalam kelompok-kelompok belajar (membentuk kelompok
asal). Pada anggota dari kelompok-kelompok asal yang berbeda dengan
topik yang sama bertemu untuk berdiskusi dalam kelompok yang disebut
kelompok ahli. Mereka saling membantu satu sama lain tentang topik yang
ditugaskan pada mereka.Kemudian mereka kembali kepada kelompok asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang topik yang
mereka pelajari dalam kelompok ahli.
14
3) Evaluasi Mandiri dan Penghargaan Kelompok
Setelah selesai menjelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan
apa yang ia pelajari selama bekerja dalam kelompok dengan mengerjakan
tes hasil belajar secara individual dalam bentuk kuis. Skor dari masing-
masing individu ini selanjutnya diperhitungkan untuk menentukan skor
kelompok asalnya. Nilai perkembangan individu dapat dihitung dengan
menggunakan table berikut (Slavin, 1995, 80).
Tabel Nilai Perkembangan
Skor Test Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
1 hingga 10 poin dibawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin skor awal 30
1 nilai sempurna (tidak bedasarkan skor awal) 30
Dalam penentuan skor tim, skor tim dihitung dengan menambahkan
skor peningkatan tiap-tiap individu anggota tim dan membagi dengan
jumlah anggota tim tersebut. Dalam memberikan penghargaan terhadap
prestasi kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan yaitu :
a. Kelompok dengan rata-rata 15 poin, mendapat penghargaan sebagai
tim/kelompok baik (good team).
b. Kelompok dengan rata-rata 20 poin, mendapat penghargaan sebagai
tim/kelompok hebat (great team).
c. Kelompok dengan rata-rata 25 poin, mendapat penghargaan sebagai
tim/kelompok super (super great team).
E. Tinjauan Mengenai Sistem Rem
Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam mendukung
aspek keamanan berkendaraan, maka rem harus :
1. Dapat menghentikan kendaraan secepat mungkin
2. Dapat melaksanakan pengereman sesuai kehendak sopir
Adapun beberapa fungsi dari rem diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Rem kaki :
15
Rem Roda
Rem Kaki
Rem Hidraulis
Rem Pneumatik
Rem Parkir
Rem Mekanik
Center BrakeRem Roda Belakang
REM
RemTambahan
Exhaust Brake
a. Untuk mengurangi kecepatan sampai menghentikan jalannya
kendaraan
b. Rem kaki harus berfungsi untuk semua roda
2. Rem tangan
a. Untuk memacetkan putaran roda ( misal pada saat parkir)
b. Berfungsi juga sebagai rem cadangan (misal dalam perjalanan rem
kaki tidak berfungsi)
Prinsip rem
Rem mengubah energy kinetic kembali menjadi energi panas untuk
menghentikan kendaraan. Umumnya, rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem
gabungan penekanan melawan gerak putar. Efek pengereman diperoleh dari
adanya gesekan yang timbul antar dua objek.
Ada beberapa type dari rem, berikut ini adalah bagan dari type rem.
16
MEKANISME KERJA
1. Master Silinder
1.1 Konstruksi Dan Nama – Nama Bagian – Bagian Silinder Master :
Bagian – bagian
1. Silinder
2. Cairan rem
3. Lubang penambhan
4. Lubang kompensasi
5. Saluran ke silinder roda
6. Katup
7. Pegas katup
8. Sil karet primer
9. Cincin pelindung
10.Lubang pengisian
11.Torak
12.Sil karet sekunder
13.Reservoir
14.Lubang ventilasi
1.2 Cara Kerja Master Silinder
Langkah tekan
Tekanan cairan rem terbentuk, setelah sil karet melewati lubang
kompensasi
17
Langkah lepas
Tegangan pegas menekan sil karet kembali, makan ruang
didepan sil karet membesar (vacum), cairan rem dari reservoir
mengalir keruang kerja
Setelah itu, cairan rem silinder roda ( akibat gerak kembali
toraknya ) mengalir ke silinder master dan kembali ke reservoir,
setelah lubang kompensasi terbuka.
2. Booster Rem
2.1 Penguat Tenaga Rem ( Boster )
Boster adalah perlengkapan tambahan pada sistem rem yang berfungsi
untuk memperbesar gaya pengereman
18
2.2 Komponen – komponen boster
1. Karet diafragma
2. Katup udara
3. Katup vakum
4. Tuas pendorong
5. Katup pengontrol
vakum
6. Tuas rekasi
7. Torak boster
8. Tuas pendorong
9. Saluran vakum
10. Katup satu arah
2.3 Prinsip Kerja Penguat Tenaga ( BOSTER )
2.3.1 Saat bebas
a. Tidak ada gaya tekan pedal pegas rekasi mendorong katup
pengendali ke arah katup udara menutup dan katup vakum
membuka
b. Saluran vakum terbuka ruang A berhubungan dengan ruang
B
c. Tekanan diruang A ruang B, tekanan seimbang tidak ada
rekasi gaya dorong torak
19
d. Pegas pengembali mampu menekan torak pada posisi belum
bekerja
2.3.2 Saat Direm
a. Gaya pedal rem pegas reaksi katup vakum menutuk
saluran vakum torak boster batang dorong dan torak
silinder master
b. Saat katup vakum menutupsaluran vakum katup udara
membuka saluran udara akibatnya ruang A tidak ada hubungan
dengan ruang A
c. Ruang A berhubungan dengan tekanan vakum dan ruang B
berhubungan dengan tekanan atmosfir. (PB>PA) ada rekasi
gaya dorong kearah torak silinder master ( boster bekerja)
Gaya Pengereman = Gaya dorong pedal + Torak Boster
2.3.3 Saat Pedal Rem Lepas Injakan
20
a. Tidak ada gaya dorong pedal (pegas katup pengendali
mendorong katup pengendali ke arah katup udara menutup
udara) saluran vakum saluran
b. Ruang A berhubungan dengan ruang A kembali (ke ruang B =
ruang A = tekanan vakum rekasi gaya dorong torak
hilang karena tekanan di depan dan dibelakang torak
seimbang)
c. Pegas pengembali torak boster terus mendorong pada posisi
tidak direm
Jika melepas injakannya sedikit, saat pedal rem ditekan gerakan
kembali katup pengendali terhenti, torak terus bergerak hingga saluran vakum
tertutup lagi ruang B kembali berhubungan dengan tekanan atmostfir,
tekanan ke torak silinder master dipertahankan sesuai kehendak sopir.
A. Rem Tangan
Penggunaan Rem Tangan antara lain, Rem tangan sebagai rem parkir,
Rem tangan sebagai rem darurat
1. Macam – Macam Lengan Pengoperasian
1.1 Lengan ditempatkan di samping atau di antara kursi
Tarik lengan unutk mengoperasikan rem tangan
Tekan “knop” untuk melepas
21
1.2 Lengan batang tarik
a. Tarik batang tarik untuk mengoperasikan rem tangan
b. Putar untuk melepas
1.3 Lengan pedal
a. Tekan pedal untuk mengoperasikan rem tangan
b. Tarik “knop” untuk melepas
2. Sistem Pemindah Tenaga Rem Tangan
Nama – nama bagian :
1. Lengan tangan
2. Batang tarik
22
3. Mur penyetel
4. Penyeimbang
5. Kabel rem
3. Macam – Macam Pelaksanaan Pegereman Rem Tangan
3.1 Rem tangan tromol
1. Sepatu rem I
2. Sepatu rem II
3. Lengan rem tangan
4. Kabel
5. Batang dorong
6. Gigi penyetel
Konstruksi
a. Lengan rem tangan terpasang pada poros luncur di atas sepatu
rem
b. Batang dorong terpasang di antara lengan dengan sepatu rem II
Cara kerja :
a. Lengan rem tangan ditarik oleh kabel secara manual
b. Batang dorong menekan sepatu rem II dan mengangkat sepatu
rem I untuk bersama - sama menekan tromol
23
4. Penyetelan Automatis Pada Rem Tangan
Menyetel rem secara automatis
4.1 Konstruksi pada bagian – bagian khusus
a. Lengan penyetel
b. Plat penyetel
c. Pegas tarik
d. Baut penghubung
(batang dorong)
4.2 Bagian – bagian baut penghubung dan roda gigi penyetel
4.3 Cara Penyetelan Automatis
Gerakkan angkat plat penyetel 2 karena didorong oleh lengan penyetel 1
dan dikembalikan lagi oleh pegas tarik 3
4.4 Cara kerja
Saat celah kanvas besar
a. Saat mengoperasikan rem tangan plat penyetel
naik pada roda gigi penyetel
b. Bila langkahnya cukup besar, plat penyetel bisa
naik satu gigi lagi
a. Saat melepas rem tangan plat penyetel
memutarkan roda gigi penyetel
24
b. Putaran roda gigi penyetel akan memanjangkan
baut penghubung dan mengurangi gerak bebas
antara kanvas dan tromol
Saat celah kanvas sesuai
a. Bila dilakukan pengoperasian rem tangan lagi,
plat penyetel tidak bisa naik satu gigi lagi. Jadi
tidak meyetel lagi
B. REM TROMOL
Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam
mendukung aspek keamanan berkendaraan, maka rem harus :
Dapat menghentikan kendaraan secepat mungkin
Dapat melaksanakan pengereman sesuai kehendak sopir
1. Komponen-komponen Rem Tromol
25
Cara Kerja Rem Tromol
Tidak bekerja
Tidak ada tekanan hidraulis, torak
silinder roda tidak tertekan tidak terjadi
pengereman
Bekerja
Tekanan hidraulis menekan torak silinder
roda kanvas menekan tromol
C. REM CAKRAM
1. Cakram ( Piringan )
Umumnya cakram atau piringan (disc rotor) dibuat dari besi
tuang dalam bentuk biasa dan berlubang-lubang untuk ventilasi.
Macam – Macam Cakram :
1.1. Cakram penuh
a. Digunakan untuk mobil
Ukuran sedang
Kecepatan menengah
26
b. Pendinginan cukup
c. Harga Murah
1.2. Cakram dengan rusuk pendingin
a. Digunakan untuk mobil
Ukuran berat
Kecepatan tinggi
b. Pendinginan lebih baik
c. Harganya Mahal
2. Kaliper
Caliper juga disebut dengan silinder body, memegang piston-
piston dan dilengkapi dengan saluran dimana minyak rem disalurkan
ke silinder.
2.1. Macam – Macam Kaliper
2.1.1. Kaliper tetap
a. Kaliper terpasang mati pada aksel
b. Masing – masing sisi kaliper terdapat torak
c. Pad dipasang pada kaliper dengan dua buah pin
27
Cara kerja
Pedal rem diinjak
a. Tekanan cairan rem mendorong torak ke balok rem dan mencepit
cakram
Pedal rem dilepas
b. Dua torak dikembalikan pada posisi semula oleh sil secara
otomatis
Digunakan
c. Konstruksi sederhana dan murah tidak sering digunakan lagi
2.1.2. Kaliper Luncur Satu Torak
Cara kerja :
d. Tekanan cairan rem dalam silinder menekan torak dan dasar
silinder
e. Torak bergerak ke kiri mendorong balok rem 1 sampai kanvas
menempel pada permukaan gesek cakram
f. Untuk selanjutnya tekanan hidraulis disamping menekan torak
juga menekan dasar silinder unit silinder bergerak ke
28
kanan mendorong balok rem 2 dengan arah berlawanan dengan
balok rem 2.
g. Balok rem 1 didorong ke kiri oleh torak dan balok rem rem 2
didorong kekanan oleh unit silinder, ke arah permukaan gesek
cakram.
h. Gerakan kedua balok rem dengan arah berlawanan selanjutnya
menjepit permukaan gesek cakram cakram terjadi
pengereman.
2.1.3. Kaliper Luncur Dua Torak
Cara kerja :
a. Tekanan cairan rem dalam silinder menekan torak 1 dan
torak 2
b. Torak I bergerak ke kiri mendorong balok rem kearah
permukaan gesek cakram
c. Torak II bergerak ke kanan mendorong unit rangka luncur
balok rem 2 terdesak ke arah permukaan gesek cakram pada
sisi yang lainnya
29
d. Balok rem 1 di dorong ke kiri oleh torak 1 dan balok rem 2 di
dorong ke kanan oleh unit rangka luncur kearah permukaan
gesek cakram
e. Gerakan ke dua balok dengan arah yang berlawanan
selanjutnya menjepit permukaan gesek cakram terjadi
pengereman
2.1.4. Kaliper Berayun
Pengertian : Kaliper berputar pada pusat putar secara berayun
bila terjadi tekanan cairan rem
Konstruksi :
a. Unit kaliper terpasang menjadi satu dengan rangka
b. Unit kaliper terpasang pada pusat putar
c. Letak kedua balok rem tidak segaris dengan sumbu torak
Cara kerja :
a. Tekanan cairan rem menekan torak dan unit silinder
b. Torak bergerak ke kiri mendorong balok rem 1 ke arah
permukaan gesek cakram
30
Tumpuan Ayun
c. Selanjutnya tekanan cairan rem juga mendesak dasar silinder
unit kaliper bergerak mengayun mendorong balok rem 2
kekanan, ke arah permukaan gesek cakram
d. Gerakan kedua balok rem dengan arah berlawanan kedua
permukaan gesek cakram cakram terjepit terjadi
pengereman
3. Pad ( Balok Rem )
Pad (disc pad) biasa dibuat dari campuran metallic fiber dan
sedikit serbuk besi. Tipe ini disebut dengan “Semi Metalic disc pad”.
Pada pad diberi garis celah untuk menunjukkan tebal pad (batas yang
diizinkan). Dengan demikian dapat mempermudah pengecekan
keausan pad.
Pada beberapa pad, penggunaan metallic plate (disebut dengan
anti-squel) dipasangkan pada sisi piston untuk mencegah bunyi saat
berlaku pengereman.
a. Balok rem tanpa penunjuk keausan
31
b. Pad dengan penunjuk keausan secara elektrik
4. Perbandingan Antara Rem Cakram Dan Rem Tromol
Rem Tromol Rem Cakram
Sifat Rem Tromol Rem Cakram
c. Gaya kerja + Memberikan kekuatan
sendiri
Tidak memberi
kekuatan sendiri
d. Pendinginan - Kurang Baik
e. Temperatur
kerja
* Rendah Tinggi
f. Keausan
kanvas
+ Sedikit Banyak
g. Cara
menyetel
- Manual / setengah
otomatis
Otomatis
h. Waktu yang - Lama Cepat
32
diperlukan
servis
i. Tempat yang
perlu dan
berat
* Lebih Kurang
IX. KERANGKAN BERFIKIR
Hasil belajar merupakan indikator kenerhasilan suatu pembelajaran, banyak
faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya faktok interen atau faktor dari
individu itu sendiri dan faktor ekstern atau faktor dari lingkuangan. Salah satu faktor
pendukung keberhasilan belajar yaitu dengan menggunakan atau memanfaatkan
metode belajar dalam proses pembelajaran.
Metode pengajaran berperan sangat penting dalam proses pembelajaran,
karena dapat membantu siswa dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Penggunaan berbagai metode dengan kombinasi yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa dapat
memperbaiki hasil belajar siswa. Banyak metode belajar yang digunakan dalam
pembelajaran seperti yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ekspositori
dan metode jigsaw II.
Disetiap mengaplikasian metode pembelajaran tersebut , terdapat kelebihan
dan kelemahan. Pada masing – masing metode bisa juga memberi hasil belajar yang
bisa sama ataupun berbeda. Pembelajaran yang menggunakan metode jigsaw II akan
lebih membangkitkan motivasi belajar siswa, karena pada metode ini, kelompok yang
memiliki nilai test tertinggi berhak atas penghargaan atau hadiah sehingga siswa aka
berlomba – lomba dalam mencerdaskan kelompok mereka masing- masing.
Disamping itu metode ini melatih siswa dalam mengemukakan gagasannya dan
melaitih siswa untuk bertanggungjawab dalam kelompoknya. Pada pembelajaran
sistem rem di SMK Negeri 4 Semarang, menggunakan metode konvensional seperti
ekspositori, siswa cenderung kurang memperhatikan dan kurang antusias dalam
proses belajar sehingga guru harus benar – benar berusaha keras agar siswa dapat
memahami materi yang diberikan.
33
Soal Test
Uji Soal
Soal Valid
Hasil Hasil
Hasil Hasil
PerlakuanMetode
Ekspositori
Perlakuan Metode
Jigsaw II
me
Post-Test
Post-Test
Kelas MO1
Pre-Test
Uji t
Kelas MO2
Pre-Test
Dari uraian diatas dapat dijadikan obyek penelitian yang dimaksutkan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diberi metode ekspositori
dengan hasil belajar siswa yang diberi metode jiksaw II pembelajaran sistem rem, dan
seberapa besar perbedaan tersebut.
X. HIPOTESIS
Didalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Ada perbedaan antara pembelajaran dengan metode ekspositori dan
metode jigsaw II pada sistem rem bagi siswa kelas X SMK Negeri 4
Semarang Tahun Ajaran 2011 / 2012.
XI. RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Experimental Design. Penelitian eksperimen dimaksutkan untuk mengetahui
hubungan sebab-akibat variable penelitian.
Table Desain Penelitian
No Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test
1 Kontrol t 1A Metode Ekspositori t 2A
2 Eksperimen t 1B Metode Jigsaw II t 2B
Bagan Langkah- Langkah Pengampilan Data
34
Pengelompokann
Pengumpulan Data
Analisis data
KontrolMetode Ekspositori
EksperimenMetode Jigsaw II
Bagan Kegiatan Penelitian
XII. POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X otomotif SMK Negeri 4
Semarang Tahun Ajaran 2011 / 2012 terdiri dari 3 kelas secara keseluruhan berjumlah
105 siswa.
XIII. SAMPLE
Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 4
Semarang kelas X Otomotif 2 sebanyak 35 siswa diberikan metode ekspositori dan
kelas X Otomotif 3 sebanyak 35 diberikan metode Jigsaw II.
XIV. VARIABEL PENELITIAN
Dalam peneliitian ini akan dibandingkan dua variabel, yaitu variabel bebas
dan variable terikat.
A. Variabel Bebas ( Variabel X )
Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah metode Ekspositori dan metode
Jigsaw II.
B. Variabel Terikat ( Variabel Y )
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
35
XV. PENGUMPULAN DATA
Untuk mencapai tujuan penelitian dibutuhkan data yang berhubungan dengan
obyek untuk mencari jawaban dari permaalahan.
Dalam penelitian ini menggunakan metode test dan metode dokumentasi.
A. Metode Test
Test adalah kumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur pengetahuan, intelegensi, atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok ( Suharsimi Arikunto, : 2006:223). Metode tes yang
digunakan dalam penelitian ini digunakan test hasil belajar dimana
instrument tes dibuat peneliti dan disetujui oleh guru pengampu. Test ini
digunakan untuk mengungkap tingkat hasil belajar.
B. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
memperoleh keterangan – keterangan yang berwujut dalam catatan penting
atau dokumen penting lyang perhubungan penelitian. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data – data nama dan jumlah siswa.
XVI. UJI INSTRUMEN
Setelah perangkat test disusun, maka soal tersebut diujicobakan dan hasilnya
dicatat dengan cermat, dalam penelitian ini uji coba dilakukan pada siswa kelas XI
MO 1 yang sudah mendapatkan materi sistem rem. Setelah itu soal-soal dianalisa
untuk mengetahui soal-soal yang valid, reliable memenuhi indeks kesukaran dan
memenuhi daya beda soal.
A. Validasi Instrument Test
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya (Suharsimi Arikunto,2006:168).
Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi
point biserial ( point biserial corellation ) yaitu :
r pbis=M p−M t
S t √ pq
Keterangan :
36
r pbis = Koefisien korelasi point biserial
M p = Mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item
yang dicari korelasinya dengan test
M t = Mean skor total ( skor rata-rata dari seluruh pengikut test )
St = Standar deviasi skor total
p = Proporsi item yang menjawab benar item tersebut
q = 1−p
(Suharsimi Arikunto,2006:283).
Untuk menentukan besarnya p menggunakan rumus sebagai berikut :
p= nN
Keterangan :
n = Subyek yang menjawab benar item
N = Jumlah seluruh siswa ( semua subyek yang menjawab item )
Taraf kesukaran soal diketahui dengan besarnya , yaitu :
p = 0,00 – 0,30 = Soal sukar
p = 0,31 – 0,70 = Soal sedang
p = 0,71 – 1,00 = Soal mudah
B. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu untuk membedakan antara
soal yang sesuai dengan siswa yang kemampuan tinggi dan siswa yang
berkemampuan rendah (Sudjana,2002:241).
Rumus yang digunakan dalam penelitian adalah :
d=nA
N A
−nB
N B
Keterangan :
d = Indeks diskriminasi item
nA = Banyaknya menjawab item dengan benar dari kelompok atas
N A = Banyak subyek kelompok atas
nB = Banyaknya menjawab item dengan benar dari kelompok bawah
N B = Banyaknya subyek kelompok bawah
37
Jika :
d= < 0,20 = Soal jelek dan harus dibuang
d= 0,20 – 0,29= Soal kurang memuaskan , perlu diperbaiki
d= 0,30 – 0,39= Soal sukup baik
d= > 0,40 = Soal bagus sekali
Soal dianggap baik jika d ≥ 0,30
C. Reliabilitas Alat Ukur Test
Reliabilitas adalah suatu instrument yang cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik
( Suharsimi Arikunto,2006:178)
Rumus reliabilitas yang digunakan dalam penelitian adalah reliabilitas dengan
rumusKR−20 , yaitu :
r11=[ k(k−1) ] [V t−∑ pq
V t]
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir soal
V t = Varian soal
p = proporsi subyek yang menjawab betul ( yang mendapat skor 1 )
p = banyak subyek yangskornya 1
N
q = proporsi subyek yangmendapat skor 0
(q=1−p)
(Suharsimi Arikunto , 2006 :187)
XVII. TEKNIK ANALISIS DATA
A. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
terdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas dalam penelitian ini adalah :
X2=∑i=1
k (Oi−Ei)2
E i
38
Keterangan :
∑i=1
k
= Jumlah banyaknya interval kelas interval
X2 = Parameter uji normalitas
Oi = Frekuensi yang diharapkan
Ei = Frekuensi observasi
Jika X2 dengan dk=(k−1) lebih kecil dari X2tabel, maka data yang
diperoleh sudah tersebar dalam distribusi normal (Sudjana,1996:273)
B. Analisis T-test
1. Mencari mean sampel Ekspositori dan Jigsaw II
Rumus mean :
x=∑ x i
n
x = Mean sampel yang dicari
∑ x i = Jumlah frekuensi tiap interval
n = Jumlah responden
Sudjana(2002:67)
2. Mencari simpang baku sample yang menggunakan Ekspositori dan Jigsaw II
Rumus yang digunakan :
s2=∑ (x¿¿i¿−x )2
n−1¿¿
Keterangan :
s2 = Varians yang dicari dari suatu sampel
∑ (x¿¿ i¿− x)2¿¿= Jumlah kuadrat selisih dari x1−x, x2−x,… xn−x
n = Jumlah responden
Sudjana(2002:93)
3. Mencari simpang baku gabungan
Rumus simpang baku gabungan :
s2=(n¿¿1−1)s12+
(n¿¿2−1)s12
n1−n2−2¿¿
Keterangan :
s2 = Simpang baku / varians gabungan
n = Jumlah responden
39
s1 = Varians dari sebuah sampel
Sudjana(2002:239)
4. Analisa t-Test
Rumus analisa t-test :
t=x1−x2
s √ 1n1
+ 1n2
Keterangan :
t = Harga t-test yang dicari
x1 = Mean dari sampel 1
x2 = Mean dari sampel 2
s = Simpang baku gabungan
n1 = Jumlah responden sampel 1
n2 = Jumlah responden sampel 2
Sudjana(2002:239)
Hipotesis yang diujikan adalah
H a = Ada perbedaan antara x1 dan x2
Pernyataan analisis uji t-test menurut Sudjana (2002:239) adalah hipotesis
akhir (H a) diterima jika t h itung≥ ttabel dengan derajat kebebasan
(dk )=(n1+n2−2 ) dan taraf nyata (1−12
a). Harga t lain hipotesis akhir H a
ditolak.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Azizah, Bahriyatul. 2006. Skripsi Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus
Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas II MAN Suruh,
Semarang: FE UNNES.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Passaribu dan Simanjuntak. 1983. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito
http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori/
http://wahidilqohar.webnode.com/news/teori-hasil-belajar1/
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Boston: Allyn Bacon
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Tim MKDK. 1992. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press
Tri Anni Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press
41