skripsi nilai pendidikan dalam cerita rakyat dan relevansinya

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Apabila mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis (tidak berubah), tetapi merupakan sesuatu yang dinamis senantiasa berubah. Hubungan antara kebudayaan dan masyarakat itu sangat erat karena kebudayaan itu sendiri memuat pandangan antropologi yang merupakan suatu kumpulan manusia dan masyarakat mengadakan sistem nilai yaitu berupa aturan yang menentukan suatu benda atau perbuatan lebih tinggi nilainya, lebih dikehendaki dari yang lain. (Semi, 1988: 54). Karya sastra juga memberikan hiburan dan kenikmatan di samping adanya tujuan estetik. Demikian juga dengan fiksi atau cerita rekaan menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Hal ini sesuai 1

Upload: fias-afnant-djati

Post on 02-Dec-2015

1.692 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Apabila mengkaji kebudayaan

kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis (tidak berubah), tetapi

merupakan sesuatu yang dinamis senantiasa berubah. Hubungan antara

kebudayaan dan masyarakat itu sangat erat karena kebudayaan itu sendiri

memuat pandangan antropologi yang merupakan suatu kumpulan manusia dan

masyarakat mengadakan sistem nilai yaitu berupa aturan yang menentukan

suatu benda atau perbuatan lebih tinggi nilainya, lebih dikehendaki dari yang

lain. (Semi, 1988: 54).

Karya sastra juga memberikan hiburan dan kenikmatan di samping

adanya tujuan estetik. Demikian juga dengan fiksi atau cerita rekaan

menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan

kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiantoro dalam khairuddin

(2010: 1) mengemukakan realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan

dan kesan yang meyakinkan, tetapi tidak selalu merupakan kenyataan sehari-

hari.

Keberadaan sastra dalam masyarakat penting sekali. Rokhman (2003: 5)

menjelaskan efek sastra bagi masyarakat yaitu manusia yang tersentuh sastra

akan melihat persoalan yang lebih urut dalam hidup karena apa yang

dipahaminya dari teks-teks sastra merupakan potret kehidupan. Perbedaan-

perbedaan akan dipahami karena berangkat dari persepsi berbeda terhadap

1

Page 2: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

suatu masalah. Akibatnya, toleransi akan lahir. Dengan kata lain, sastra

membantu terciptanya cara berpikir yang demokrat.

Sejalan dengan pandangan di atas, Bulton seperti dikutip Aminuddin

(1995: 37) mengemukakan bahwa karya sastra tidak hanya menyajikan nilai-

nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan

batin pembacanya, juga bisa memberikan pandangan yang berhubungan

dengan masalah keagamaan, filsafat, politik, maupun berbagai macam

problema yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini.

Banyak peristiwa dan permasalahan serta penyelesaian yang terdapat

dalam karya sastra. Karya sastra juga dapat dimanfaatkan oleh pembaca dalam

kehidupannya, baik dari segi moral, sosial, agama, ataupun masalah

pendidikan. Hal ini merupakan tanggung jawab pengarang kepada pembaca,

seperti yang diungkapkan Horatius dalam Khairuddin (2010: 3) bahwa tujuan

pengarang menciptakan karyanya adalah memberikan manfaat dan

kenikmatan sekaligus mengatakan hal-hal yang enak dan berfaidah dalam

kehidupan.

Cerita rakyat suku Sasak ini mserupakan jenis sastra lama. Sastra lama

merupakan bagian dari masyarakat dan umumnya diwariskan secara lisan dari

satu generasi ke generasi berikutnya, sebagai milik bersama. Sastra lama, baik

yang berbentuk prosa maupun berbentuk puisi, adalah milik rakyat yang sejati

sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Pengembangan, pewarisan, dan

penyebaranya dilakukan dari mulut ke mulut secara tradisionl, sehingga sastra

lama umumnya berbentuk lisan. (Khairuddin, 2010 : 4).

2

Page 3: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Ragam sastra lama umumnya berbentuk lisan. Ia tidak hanya berfungsi

sebagai sarana hiburan, penyalur pikiran, dan perasaan bagi penutur dan

pendengarnya, tetapi juga berfungsi sebagai alat pencerminan sikap,

pandangan dan tingkah laku kelompok. Dalam konteks sekarang, kepedulian

masyarakat terhadap bentuk-bentuk kebudayaan lama sangat tipis. Tidak

tertutup kemungkinan bentuk-bentuk kebudayaan lama ini suatu ketika akan

terabaikan dan akan hilang tanpa bekas, termasuk sastra lisan yang tersebar di

berbagai daerah.

Kita tidak dapat menyangkal bahwa sastra lisan mempunyai peran yang

penting dalam kehidupan masyarakat dan merupakan warisan budaya daerah

yang berharga. Oleh karena itu, penelitian tentang sastra lama yang tersebar di

berbagai daerah, terutama yang ada di daerah Lombok, sangat perlu dilakukan.

Penelitian-penelitian tentang sastra lama memberikan pemaparan tentang

tingkat kehidupan dan peradaban masyarakat pada masa lampau. Cerita prosa

rakyat termasuk dalam kajian folklor, yang paling banyak diteliti oleh para

ahli folklor. Menurut Wiliam R. Bascom, cerita prosa rakyat dapat dibagi

dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan

(3) dongeng (folktale) (Danandjaya, 1997 : 50).

Cerita rakyat suku Sasak Balang Kesimbar merupakan salah satu

khazanah sastra lisan suku Sasak di pulau Lombok yang berbentuk prosa.

Cerita rakyat Balang Kesimbar merupakan salah satu cerita rakyat suku Sasak

yang populer di kalangan masyarakat Sasak. Cerita ini mengandung nilai-nilai

3

Page 4: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

yang perlu diketahui oleh generasi sekarang, terutama aspek-aspek

pendidikannya.

Selain itu, jika kita memperhatikan dan mencermati peran keluarga

sebagai salah satu lembaga pendidikan nonformal sekarang ini sudah

mengalami pergeseran. Salah satu penyebab pergeseran ini adalah adanya

pergeseran peran pengasuh dan pendidikan oleh orang tua yang digantikan

oleh media televisi. Anak-anak yang masih belum bisa membedakan dan

memilih mana tontonan atau acara televisi yang cocok dengan usia dan

perkembangan mental mereka seringkali menonton tayangan-tayangan yang

kurang pas. Ini semua kemudian tidak jarang berdampak pada perilaku anak

yang tidak sesuai dengan tuntunan agama dan budaya mereka.

Sebenarnya banyak cerita rakyat yang bisa dijadikan alat atau sarana oleh

para orang tua dalam pendekatannya dengan anak. Dengan bercerita secara

lisan, secara tidak langsung orang tua bisa mengarahkan atau memberi

gambaran kepada anak bagaimana seharusnya seorang anak dalam bertingkah

laku di dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam realita yang kita hadapi saat ini, segala sesuatu biasanya

dipandang dari segi materi saja. Anak-anak terutama di desa keruak tidak

terlalu memperdulikan masalah pendidikan. Kebanyakan anak mengandalkan

orang tuanya. Mereka tidak sadar jika pendidikan itu sangat penting dalam

menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang.

Dalam konteks inilah sangat diperlukan pendidikan dalam keluarga yang

berbasis pada kearifan lokal, sehingga generasi-generasi muda tidak

4

Page 5: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

kehilangan jati dirinya. Dan salah satu bentuk kearifan lokal tersebut adalah

cerita rakyat (sastra lisan).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian adalah.

1. Melalui tokoh siapakah nilai-nilai pendidikan dapat tercermin dalam cerita

rakyat suku sasak baling kesimbar ?

2. Nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam cerita rakyat suku Sasak

Balang Kesimbar ?

3. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat suku

Sasak Balang Kesimbar dengan nilai pendidikan dalam realitas keluarga

kehidupan masyarakat Sasak dewasa ini?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. untuk mendeskripksikan tokoh-tokoh yang kaitannya dengan nilai-nilai

pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat balang kesimbar.

2. Untuk mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung di dalam cerita

rakyat suku Sasak Balang Kesimbar.

3. Untuk menemukan relevansi nilai pendidikan yang terdapat di dalam cerita

rakyat suku Sasak Balang Kesimbar dengan keluarga sasak.

5

Page 6: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat utama, yakni manfaat teoritis dan

praktis.

1. Manfaat teoretis

Mengaplikasikan konsep-konsep teori strukturalisme yang berbasis pada

prinsip antarhubungan unsur-unsur yang membangun struktur cerita Balang

Kesimbar.

2. Manfaat praktis

a. Guru

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai acuan dan referensi dalam

mengajar terutama dalam pembelajaran sastra dan sebagai suatu acuan

dalam mendidik anak terutama dalam pergaualan anak dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Siswa

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan dalam

ilmu sastra dan sebagai acuan dalam bergaulan dengan masyarakat dan

dilingkungan sekolah.

c. Instansi

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan informasi dan studi

banding bagi peneliti selanjutnya. Diharapkan dapat sebagai tambahan

referensi khususnya dalam bidang .

6

Page 7: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

BAB I1

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Nilai Pendidikan

Mitcheel dalam Harton dan Hunt (1991: 71) menjelaskan nilai

berhubungan erat dengan harga. Yang dimaksudkan dengan harga adalah

harga yang dinyatakan dengan uang atau barang atau jasa disebanding

dengan nilai yang lain. Nilai adalah suatu bagian yang penting dari

kebudayaan. Suatu tindakan yang dianggap salah. Artinya, secara moral

dapat diterima. Senada dengan itu, Anton Muliono dkk. (1989 : 615)

mengartikan nilai sebagai pengertian yang abstrak. Secara umum nilai berarti

“keberhargan” atau suatu ciri atau sifat yang dimiliki oleh suatu hal.

Anton Mulyono, dkk (1989 : 204), pendidikan adalah proses perubahan

sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses

perbuatan, cara mendidik.

Dari uraian di atas, maka pengertian pendidikan itu sendiri adalah upaya

yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan perubahan sikap dan prilaku

seseorang melalui pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani

sesuain dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan

(Fu’ad Ihsan, 1995: 2 ). Sejalan dengan pengertian tersebut, diperlukan usaha

7

Page 8: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

untuk menanamkan nilai-nilai serta mewariskannya kepada generasi

berikutnya untuk dikembangkan dalam kehidupan yang terjadi dalam suatu

proses pendidikan. Karena bagaimanapun suatu masyarakat, didalamnya

berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha untuk

mencapai tujuan hidupnya. Atau dengan kata lain, pendidikan sebagai suatu

hasil peradaban yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup ( nilai dan

norma masyarakat ) yang berfungsi sebagai pernyataan tujuan pendidikannya

sekaligus juga menunjukkan bagaimana masyarakat berfikir dan berprilaku

secara turun temurun kepada generasi berikutnya dalam pengembangannya

akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatkan nilai-nilai

kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna.

Sementara ( Purwanto, dalam Hadiatun, 2003 : 10 ) menyatakan bahwa

pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-

anak untuk memimpin jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. Jadi,

pendidikan atau orang tua harus mendidik anak-anaknya supaya berguna bagi

masyarakat tempat dia hidup. Mereka tidak begitu saja membiarkanb anak-

anaknya tumbuh sendiri supaya anak tidak terpengaruh pemuasan dorongan

nafsu, yang sudah tentu banyak bertentangan dengan apa yang berlaku dan

dikehendaki oleh masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan yang disesuaikan dengan

lingkungan masyarakat dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan

anak menuju kedewasaan.

8

Page 9: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Pengertian nilai pendidikan yang dikemukakan di atas ternyata

mencakup hal yang cukup luas dan tentunya akan berkaitan dengan nilai-nilai

lain dalam kehidupan manusia seperti nilai agama, nilai sosial, nilai moral

dan budaya, serta nilai ekonomi. Pemahaman terhadap nilai tersebut

merupakan pemahaman masyarakat tentang nilai pandidikan dalam arti luas,

sehingga dapat dikatakan bahwa nilai tersebut akan menjadi pedoman dalam

bertingkah laku bagi seluruh masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai seperti

inilah yang merupakan asas abstrak yang mengikat anggota masyarakat yang

dapat diamati dalam cerita rakyat suku Sasak “ Balang Kesimbar”.

2.2 Macam-macam Nilai

Pada dasarnya nilai-nilai yang terkandung pada setiap pasal itu tepat

digolongkan dalam tiga nilai pokok yaitu nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

budaya dan nilai-nilai sosial (Ahmad Yunus, 1990 : 105-115)

1. Nilai Keagamaan

Sastra dengan agama mempunyai hubungan yang sangat erat. Banyak

diantara karya sastra yang merupakan sarana penyampaian nilai-nilai

keagamaan. Dalam fungsinya sebagai sarana penyampaian nilai-nilai dan

unsur-unsur keagamaan, Mursal Esten (Ahmad Yunus, dkk 1990 : 106)

berpendapat ada tiga cara pengungkapan yang dapat kita lihat. Pertama

mempersoalkan praktek ajaran agama; kedua menciptakan dan

mengungkapkan masalah berdasarkan ajaran-ajaran agama; ketiga

kehidupan agama sebagai latar belakang.

9

Page 10: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Secara etimologi istilah agama berasal dari dua kata : A=tidak ;

Gama= kacau. Jadi agama berarti tidak kacau.(Abdul Wahab :1993.8)

Menurut H. Bahrun Rangkuti mengatakan, bahwa “a” adalah tidak

dalam bahasa sangsakerta seperti halnya pada aneka ( a= tidak ; eka=satu).

Jadilah aneka sama dengan lebih dari satu atau tidak satu. Tetapi “a”

panjang ( agama ) artinya cara, jalan, “gama” mulanya” gam” yang berarti

jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridahaan Tuhan. Jadi

arti agama adalah segala perwujudan dan bentuk hubungan-hubungan

manusia dengan tuhannya.

Nilai-nilai agama dapat nampak dan kelihatan dalam kehidupan

sehari-hari, yaitu sikap dan perilaku hubungan antara manusia dalam

masyarakat. Sikap dan perilaku itu selalu diwarnai oleh nilai-nilai ajaran

agama, akan diperaktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan akhirnya

akan melembaga. Nilai-nilai inilah yang lama-kelamaan menjadi nilaiyang

tetap dipertahankan kelestariannya. Hubungan antara sesama dalam

masyarakat baik antar intern umat beragama maupun antar umat beragama

dapat dikelompokkan atas tiga bentuk antara lain :

1. Hubungan antar individu dengan individu.

2. Hubungan antar individu dengan kelompok.

3. Hubungan antar kelompok dengan kelompok.

Ketiga bentuk hubungan diatas lazimnya dapat terjadi antar umat

beragama dan pemeluk agama lain. Dalam pergaulan hidup sehari-sehari

baik formal maupun non formal selalu diwarnai oleh sifat- sifat religius.

10

Page 11: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Religius ini lebih banyak nampak dalam bentuk ucapan terutama dalam

pidato seperti “ saya mendoakan .............................”, kalimat sopan santun

( Abdul Wahab, 1993 :31 ).

2. Nilai Budaya

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sangsakerta yang berarti

Budayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “Budi” yang berarti

akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang

bersangkutan dengan budi atau akal ( Soekanto, 1981 : 55 ).

“ Keseluruhan sistim gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan belajar”. ( Kontjaraningrat, 1990 :

180 )

disamping itu E.B. Tylor memberikan definisi tentang kebudayaan:

“ Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain-

lain. Kemampuan-kemampuan serta kebiasaan yang

didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat “. (Soekanto,

1981 : 55).

Berpijak dari definisi diatas sudah jelas bahwa dengan belajarlah

manusia bisa menciptakan karya-karya dalam masyarakat yang cukup

sederhana apapun bentuk karya manusia itu. Hal ini disebabkan karena

kebudayaan berarti segala hasil cipta, rasa, dan karsa. ( Hans Daeng,

1976 : 19 ).

11

Page 12: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Sastra mencerminkan nilai-nilai yang secara sadar diformulasikan

dan diusahakan oleh warganya dalam masyarakat.

Nilai budaya adalah aspek ideal yang terwujud sebagai konsepsi

konsepsi abstrak yang hidup dalam pikiran sebagian besar dari warga

suatu masyarakat mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga

dalam hidup.

Dalam wujud yang lebih konkrit, aspek nilai budaya ini berupa

norma-norma, aturan-aturan dan hukum yang menjadi pedoman bagi

manusia dalam bertindak dan berpelilaku.

3. Nilai sosial

Dalam tingkat abstraknya nilai-nilai sosial ini tanpak lebih nyata.

Kalau nilai budaya merupakan gagasan-gagasan dan pola ideal masyarakat

tentang segala sesuatu yang dipandang baik dan berguna, maka pada nilai-

nilai sosial gagasan-gagasan itu telah dituangkan dalam bentuk normr-

norma, aturan-aturan dan hukum. Nilai-nilai sosial inilah yang menjadi

pedoman langsung bagi setiap tingkah laku manusia sebagaisebagai

anggota suatu komuiti atau masyarakat. Yang didalamnya memuat sanksi-

sanksi bagi siapa saja yang melanggarnya.

Sosial adalah kemasyarakatan yang berhubungan dengan kepentingan

umum ( KUBBI, 354 ). Sosial adalah gejala-gejala yang tidak sewajarnya

yang dalam kehidupan masyarakat memerlukan perhatian dari sesama

pihak. Masalah-masalah ini menyangkut nilai-nilai sosial yang merupakan

persoalan bersama. Jadi sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-

12

Page 13: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

unsur dalah kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan

kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan

pokok dari warga sosial. Masalah-masalah sosial yang menimbulakan

adanya interaksi sosial yang berkisar pada ukuran nilai-nilai adat istiadat,

tradisi, ideologi ( Abdul Wahab, 1993 : 247 ).

Sistem sosial terdiri dari aktifitas-aktifitas atau tindakan berinteraksi

antara individu yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai

tindakan berpola yang saling berkaitan. Sistem sosial lebih konkrit sifatnya

daripada sistem budaya, sehingga semuanya dapat dilihat dan diobservasi

(Kontjaraningrat, 1996 : 95 ).

4. Nilai Moral

Secara umum moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik

buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan

sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (KBBI, 1994).

Moral dalam karya sastra biasanya menceminkan pandangan hidup

pengarang yang bersangkuta, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran,

dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Moral dalam

cerita, menurut Kenny (Nurgiatoro, 2005: 321), biasanya dimaksud

sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang

bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang

bersangkutan oleh pembaca.

13

Page 14: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Menurut Lillix dalam Saftini (2010: 9) kata moral dari kata mores

(bahasa latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan adat istiadat.

“Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah yang boleh dikatakan bersifat tak terbatas. Ia dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia secara garis besar dalam kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam manusia dengan sendiri, hubungan manusia dengan manusia, lain dalam lingkup sosial temasuk dengan hubungan lingkungan alam dan hubungan manusia dengan Tuhannya” (Nurgiantoro dalam Saftini, 2010: 10).

“Dalam pengertian lain disebutkan bahwa, sesuatu yang estetus adalah sesuatu yang dimiliki moral tidak ada kehidupan tanpa moral, ia bukan hanya semacam sopan santun ataupun etika belaka tentang nilai-nilai yang baik dan buruk yang universal. Demikian juga tentang nilai-nilai yang bersifat konsepsional, dasarnya adalah juga tentang nilai keindahan yang sekaligus merangkum nilai tentang moral” (Estten dalam Saftini, 2010: 10).

Sastra juga mengungkapkan nilai moral yang berguna bagi

masyarakat sastra, karena di dalam karya sastra tersebut mendidik

pembaca untuk bersikap sopan santun, bermoral dan bersusila dalam

kehidupan sehari-hari.

Selain itu juga, dituliskan juga oleh Halim dalam Saftini, (2010: 10)

akhlak terpuji bahwa moral disinonimkan dengan akhlak yang merupakan

sebuah kata yang digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia

yang kemudian diukur dengan baik atau buruk dalam agama islam, ukuran

yang baik digunakan untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah

ajaran islam itu sendiri (Al-Qur’an dan Al-Hadis).

14

Page 15: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Dengan demikian moral merupakan hal-hal yang berkenaan dengan

tutur kata, perilaku dalam hubungan dalam masyarakat, diharapkan akan

memperoleh nilai-nilai yang menuju perilaku positif dalam kehidupan

sehari-hari.

2.3 Pendidikan Keluarga

Menurut Langeverld yang dikutip oleh Suwarno ( 1988 : 39 ) dalam

bukunya ” Pengantar Ilmu Pendidikan “ mengatakan bahwa manusia adalah

animal educable dan animal homo educandus, artinya makhluk yang dapat

dididik dan makhluk yang dapat mendidik.

Dari kedua istilah di atas dapat dipahami bahwa pendidikan itu

merupakan gejala yang selayaknya dan sepatutnya pada manusia. Manusia

dengan eksistensinya sebagai makhluk dididik dan mendidik pada dasarnya

dapat ditinjau dari :

a. Keberadaan anak didik

Sebagai anak yang memiliki potensi untuk berkembang pada saat baru

lahir dalam keadaan lemah belum dapat berdiri sendiri. Maksudnya adalah

dalam fase perkembangan sikap dan mental yang masih lemah, disinilah

peranan orangtua dituntut untuk membimnbing anak kearah sikap mental

yang ada pada diri anak dengan kekhasan yang ada pada diri anak. Dan

seorang anak yang baru lahir juga menuntut untuk dibina agar memiliki

potensi untuk tumbuh dan berkembang seiring dengan bantuan dari

15

Page 16: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

orangtua dan itupun merupakan tugas dan tanggung jawab dari orang tua

yang melahirkan untuk dibina kearah yang lebih baik.

b. Ditinjau dari orangtua

Anak yang lahir adalah akibat hubungan orangtua yang telah

mengikat janji untuk hidup bersama dalam hubungan nikah yang sah.

Karena itu menjadi tanggung jawab berdua dan lebih-lebih tanggung

jawab moril dari orang tua untuk mendidik anak-anak. Maka dari itu

orang tua mempunyai peranan yang penting dan memiliki tanggung

jawab yang besar terhadap semua anggota keluarga yang berada dibawah

tanggung jawabnya. Namun orang tua juga haruslah ikut mematuhi

ketentuan dan peraturan yang berlakun dalam rumah tangga itu, karena

dengan pernana orang tua dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang

berlaku dalam rumah tangga, maka seseorang anak akan memberiukan

penilaian yang baik kepada orangtuanya,

c. Manusia dengan sifat kemanusiaan, artinya mendidik adalah khas

manusiawi dalam hal ini Immanuel Kant mengatakan, “manusia hanya

dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Berdasarkan betapa

pentingnya dan kuatnya peranan pendidikaan dalam pembinaan dan

pembentukan kepribadian yang lebih baik menuju kearah kedewasaan.

Melalui pendidikan dapat membantu sikap mental dengan ja;lan melatih

pengembangan kearah nilai sikap yang diinginkan. Dengan kata lain

pendidikan adalah suatu kegiatan pembinaan sikap mental yang akan

menentukan tingkah lakunya kearah yang lebih baik.

16

Page 17: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

d. Manusia sebagai makhluk budaya

Manusia dengan budinya membentuk kebudayaan dan hidup dalam

dunia kebudayaan. Untuk mampu hidup layak tersebut haruslah dibekali

dengan nilai-nilai, dan nilai-nilai itu disampaikan melalui pendidikan.

Dengan demikian kebudayaan ini adalah usaha untuk menyampaikan

nilai-nilai pendidikan kepada generasi muda .

Dari keempat cara pandang tersebut, kiranya memberikan pemahaman

bahwa setiap manusia berpotensi untuk mendidik dan dididik. Orang tua

sebagai orang yang bertanggung jawab dalam keluarga, tentunya harus

memperhatikan kelangsungan hidup anak-anak dengan memberikan bekal

ilmu pengetahuan.

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyampaikan

kepada orang atau pihak lain segala hal untuk menjadikannya mampu

berkembang menjadi manusia yang lebih baik, lebih bermutu, dan dapat

berperan lebih baik pula dalam kehidupan lingkungannya dan

masyarakatnya. Hal yang disampaikan itu meliputi sistem nilai,

pengetahuan, pandangan, kecakapan dan pengalaman. Makin baik

penyampaian itu, makin besar kemungkinan manusia menjadi bermartabat.

Dan makin baik perannya dalam kehidupan lingkungan dan masyarakatnya.

Itu juga menjadi persiapan yang baik untuk menghadapi pekerjaan dan

kehidupan, menjadikan manusia makin mampu melakukan pekerjaannya.

17

Page 18: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Pendidikan dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua,

dengan peran Ibu lebih banyak. Karena ayah biasanya pergi bekerja dan

kurang ada di rumah, maka hubungan ibu dan anak lebih menonjol.

Meskipun begitu peran ayah juga amat penting, terutama sebagai tauladan

dan pemberi pedoman, terutama soal cinta tanah air dan patriotisme. Kalau

anak sudah mendekat dewasa peran ayah sebagai penasehat juga amat

penting, karena dapat memberikan aspek berbeda dari yang diberikan Ibu.

Oleh karena hubungan ayah dan anak relatif terbatas waktunya, terutama di

hari kerja, maka ayah harus mengusahakan agar pada hari libur memberikan

waktu lebih banyak untuk berhubungan dengan anak.

Pada dasarnya pendidikan dilakukan di lingkungan keluarga, dalam

masyarakat dan melalui sistem sekolah. Karena setiap manusia bermula

kehidupannya dengan dilahirkan ibunya dalam lingkungan keluarganya,

maka dapat dikatakan bahwa Pendidikan di Lingkungan Keluarga menjadi

landasan segenap usaha pendidikan sepanjang hidup manusia. Celakalah

satu bangsa yang tidak dapat menjaga kehidupan keluarga yang teratur.

2.4 Cerita Rakyat

Cerita rakayat adalah cerita yang dituturkan secara lisan ( folklor ).

Brunvand seperti dikutip Muhajji (2008 : 17) menggolongkan folklor ke

dalam tiga golongan, yaitu : (1) folklor lisan, yaitu folklor yang berbentuk

nya memang murni lisan. Yang termasuk folklor lisan antara lain adalah;

18

Page 19: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

bahasa rakyat ( folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan

title kebangsawanan.

Ungkapan tradisional seperti pribahasa, pemeo, /pepatah.

Pertanyaan tradisional, seperti teka teki.

Puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair.

Cerita rakyat seperti mite ,legenda, dan dongeng.

Nyanyian rakyat.

Folklor sebagian lisan adalah folklor campuran lisan dan unsur

bukan lisan, yang termasuk folklor sebagian lisan antara lain; kepercayaan

rakyat, tarian rakyat, teater rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat dan

sebagainya.

Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan

walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan.

Folklor bukan lisan dibagi menjadi 2 yaitu: material dan bukan

material.

Folklor yangf te3rgolong material seperti arsitektur rakyat (bentuk

rumah, bentuk lumbung rakyat, dll), keinginan tangan rakyat, pakaian

reakyat, penulisan rakyat, makanan rakyat, obat-obatan rakyat. Sedangkan

yang termasuk bukan material antara lain gerakan isyarat tradisional,

bunyi komunikasi rakyat dan musik rakyat.

19

Page 20: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Fungsi mempelajari folklor menurut William.R.Bascom. seperti dikuti

muhajji ( 2008:17) seorang guru besar amerika dalam ilmu folklor dari

universitar california adalah sbb:

1. Sebagai sistem proyeksi (proyective system) yakni sebagai alat

pencerminan angan-angan kolektif

2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dalam lembaga-lembaga

kebudayaan

3. Sebagai alat pendidikan anak (paedagogical device)

4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat

akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya

2.5 Konsep Tentang Sastra Daerah

Definisi sastra telah banyak dikemukakan oleh para pakar dengan

beraneka ragam. Paparan dengan tujuan yang sama untuk menaruh suatu

kesimpulan yang akurat dan valid tentang apa itu sastra tentu belum ada.

Walaupun demikian dapat membentuk ulasan tentang definisi sastra

sebagai berikut:

Dalam bahasa sangsekerta, sastra berasal dari kata sas dan tra. sas berarti

menggerakkan, memberi petunjuk atau instruksi sedangkan tra berarti alat

dan sarana. Untuk meyampaikan gagasan dalam bahasa melayu sastra

diartikan tulisan. Pengertian ini kemudian ditambah dengan kata su yang

berarti baik dan indah. Jadi susastra berarti karangan yang indah dan bagus

isinya. ( Muhaji.dkk,2008:4)

20

Page 21: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Definisi ini belum memuaskan dan masih banyak hal-hal yang

terlupakan untuk menyatukan arti sastra yang sebenarnya. Untuk itu, masih

banyak definisi lain tentang sastra seperti dikemukakan sebagaiberikut :

Sastra adalah karya fikir yang memuat tentang perilaku kehidupan

Dikatakan demikian bahwa sebuah karya sastra sesungguhnya merupakan

hasil kontemplasi kekuatan imajinasi penulisnya untuk menggambarkan

sikap dan perilaku kehidupan kita dalam bentuk yang sedemikian indah

agar pembaca tersentuh perasaannya untuk menghayati peristiwa yang

telah ditulis oleh penyairnya.

Sastra juga didefinisikan sebagai karya cipta manusia berupa seni dan

bahasa sebagai medianya.

Mencermati definisi di atas tentu terlintas pemikiran kita bahwa

sastra merupakan daya cipta manusia yang sangat unik karna ada bahasa

dan seni sebagai pembedanya dengan karya cipta manusia yang lain.

Paparan definisi ini menurut kajian bahwa sastra adalah cipta manusia

yang diramu dengan nilai-nilai estetika yang dapat menggubah perasaan

kita, senang, simpati, benci, dendam atau perasaan emosional lainnya

sesuai dengan tema yang digubah oleh poetnya (penyairnya). Kata kunci

kedua dari definisi sastra diatas adalah bahasa, artinya bahwa daya cipta

manusia yang indah, poetic, dan seni diekspresikan melalui bahasa.

Banyak karya seni yang tidak dikemukakan lewat bahasa akan tetapi lewat

suara , gerak, warna, dll.

21

Page 22: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Sehingga yang membedakan antara karya seni dengan karya seni

lainnya adalah bahasa sebagai media sastra itu sendiri.

Sejalan dengan goresan diatas Zainuddin Fenanie dalam Muhaji,dkk.

(2008:5) mengatakan “sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil

kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu

mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan

maupun maupun aspek makna” pernyataan Fananie di atas mengisyaratkan

bahwa di dalam sastra itu memuat atau melukiskan luapan emosional

manusia yang dikemukakan lewat bahasa yang indah sehingga mampu

membawa penikmatnya ke alam atau suasana peristiwa yang telah di bahas

oleh poetnya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia ( Alwi dkk, 2005: wz)

dituliskan definisi sastra adalah sebagai berikut:

1. Bahasa (kata-kata gaya bahasa) yang dipakai di dalam kitab-kitab

(bukan bahasa sehari-hari)

2. Karya tulis yang jika dibandingkan tulisan lain memiliki berbagai

cirri keunggulan seperti keaslian,keartistikan, keindahan, dalam isi

dan ungkapannya.

3. Kitab suci hindu : kitab ilmu pengetahwan.

4. Pustaka : kitab primbon (berisi ramalan,hitugan dsb)

5. Tulisan : huruf

22

Page 23: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Apa yang dikemukakan dalam kamus besar bahasa Indonesia di atas,

dapat ditarik suatu pesepsi bahwa sastra itu adalah kumpulan pengetahuan,

petunjuk, ajaran yang dikemukakan dalam bentuk yang indah.

2.6 Pendekatan Sosiologi Sastra

Pendekatan sosiologi sastra berasal dari kata. Sosiologi dan sastra.

Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-

sama,bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan,

perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan

makna,soio/socius berarti masyarakat, logi/ logos berarti ilmu. Jadi,

sosiologi berarti ilmu mengenai asal- usul dan pertumbuhan (evolusi)

masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan

hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan

empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan,

mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana.

Jadi,sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku

pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah

terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil

karya yang baik. (Ratna, 2002: 2)

Sesungguhnya kedua ilmu memiliki objek yang sama yaitu manusia

dalam masyarakat. Meskipun demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangat

berbeda, bahkan bertentangan secara diametral. Sosiologi adalah ilmu

objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini

23

Page 24: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

(das sein), bukan apa yang seharusnya terjadi (das sollen). Sebaliknya,

karya sastra jelas bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif. Perbedaan

antara sastra dan sosiologi merupakan perbedaan hakikat, sebagai

perbedaan ciri-ciri, sebagaimana itunjukan melalui perbedaan antara

rekaan dan kenyataan , fiksi dan fakta. (Ratna, 2002: 2)

Ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu

dipertimbangkan, dalam rangka menemukan objektifitas hubungan antara

karya sastra dengan masyarakat, antara lain yaitu pemahaman terhadap

karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.

Pemahaman terhadap totalitas karya yang dasertai dengan aspek-aspek

kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya dan sosiologi sastra adalah

kaitan langsung antara karya sastra dengan masyarakat (Ratna, 2002: 3).

Secara instutisional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam

masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala-gejala

alam. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan

menghasilkan kebudayaan. Perbedaannya, apabila sosiolog melukiskan

kehidupan manusia dan massyarkat melalui analisis ilmiah dan objektif,

sastrawan mengungkapkannya melalui emosi, secara subjektif dan

evaluatif. Sastra juga memanfaatkan pikiran, intlektualits, tapi tetap

didominasi oleh emosionalitas. Karena itu, menurut Damono dalam Ratna

(2002: 4), apabila ada dua orang sosiolog yang melakukan penelitian

terhadap masalah suatu masyarakat yang sama, maka kedua penelitiannya

cenderung sama. Sebaliknya, apabila kedua orang seniman menulis

24

Page 25: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

mengenai masalah masyarakat yang sama, maka hasil karyannya pasti

berbeda. Hakikat sosiologi adalah subjektivitas, sedangkan hakikat karya

sastra adalah subjektivitas dan kreativitas, sesuai dengan pandangan

masing-masing pengarang.

2.7 Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan terkait dengan penelitian ini.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Tim Kanwil Depdikbud NTB yaitu

cerita rakyat NTB (1981). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan

inventarisasi cerita rakyat.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Edi Muliadi (2008) dengan judul

“Nilai-nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat Bima “La Kasipahu”, karya

Muhammad Tahir Alwi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat Bima La Kasipahu. Dalam

penelitian ini diuraikan tentang budi pekerti yang baik dan yang buruk.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Hulwaturrokyi (1994) melalui

penelitian yang berjudul Nilai-nilai Kependidikan dalam Cerita Rakyat Suku

Sasak Doyan Mangan dan Hubungannya dengan Pengajaran Sastra di SLTA.

Penelitian ini dipaparkan nilai-nilai dalam cerita rakyat Doyan Mangan dan

bagaimana hubungannya dengan pengajaran sastra di SLTA.

Ketiga penelitian di atas, dipandang relevan dengan penelitian yang

berjudul Nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat Sasak Balang Kesimbar dan

Relevansinya dengan Hubungan Kekeluargaan Suku Sasak di Desa Keruak.

25

Page 26: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Dalam penelitian ini, selain mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang

terdapat didalam cerita rakyat tersebut baik yang bernilai negatif maupun

yang berniali positif dalam kehipan bermasyarakat, peneliti juga

menghubungkannya dengan kondisi pendidikan keluarga masyarakat Sasak,,

sehingga akan terlihat bagaimana pergeseran nilai-nilai kependidikan dalam

cerita tersebut pada masyarakat penuturnya

2.8 Kerangka Berpikir

Dalam hal ini penulis menggunakan kerangka yang mempedomani

suatu pendekatan yaitu pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi

sastra yang perlu dipertimbangkan, dalam rangka menemukan objektifitas

hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain yaitu

pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek

kemasyarakatannya. Pemahaman terhadap totalitas karya yang dasertai

dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya dan

sosiologi sastra adalah kaitan langsung antara karya sastra dengan

masyarakat (Ratna, 2002: 3).

Mitcheel dalam Harton dan Hunt (1991: 71) menjelaskan nilai

berhubungan erat dengan harga. Yang dimaksudkan dengan harga adalah

harga yang dinyatakan dengan uang atau barang atau jasa disebanding

dengan nilai yang lain. Nilai adalah suatu bagian yang penting dari

kebudayaan. Suatu tindakan yang dianggap salah. Artinya, secara moral

dapat diterima.

26

Page 27: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Cerita rakayat adalah cerita yang dituturkan secara lisan ( folklor ).

Brunvand seperti dikutip Muhajji (2008 : 17) menggolongkan folklor ke

dalam tiga golongan, yaitu : (1) folklor lisan, yaitu folklor yang banyak

diteliti orang. Bentuk folklor dari yang sederhana, yaitu ujaran rakyat,

yang biasa dirinci dalam bentuk julukan, dialek, ungkapan, dan kalimat

tradisional, pernyataan rakyat, mite, legenda, nyanyian rakyat, dan

sebagainya; (2) folklor adat kebiasaan, yang mencakup jenis folklore lisan

dan nonlisan. Misalnya kepercayaan rakyat, adat istiadat, pesta, dan

permainan rakyat; (3) folklor material, seni kriya, arsitektur, busana,

makanan, dan lain-lain.

Dalam bahasa sangsekerta, sastra berasal dari kata sas dan tra. sas

berarti menggerakkan, member petunjuk atau instruksi sedangkan tra

berarti alat dan sarana. untuk meyampaikan gagasan dalam bahasa melayu

sastra diartikan tulisan. pengertian ini kemudian ditambah dengan kata su

yang berarti baik dan indah. jadi susastra berarti karangan yang indah dan

bagus isinya. ( Muhaji.dkk,2008:4)

27

Page 28: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

penelitiaan kualitaif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagi lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi(gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi

(Sugiyono, 2010 : 9).

Bodgan dan Taylor (Ratna, 2004 : 47) mendefinisikan metode penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau orang yang biasa diamati, seperti peristiwa-

peristiwa yang terjadi dalam cerita suku Sasak “Balang Kesimbar”, karena

hasilnya berupa gambaran-gambaran tentang sasaran penelitian berdasarkan

data-data yang dihasilkan dapat mencerminkan kesimpulan yang sebenarnya.

Penelitian ini pun bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis

dan faktual mengenai fakta-fakta yang terdapat dalam cerita rakyat suku

Sasak Balang Kesimbar.

28

Page 29: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian menyangkut alat dan tekhnik untuk melaksanakan

penelitian. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan metode yang tepat untuk

meneliti suatu masalah atau objek penelitian atau mengkaji suatu objek itu

secara wajar. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

penelitian Kualitatif.

3.3 Sumber Data

Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh.

Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh. (Suharsimi,

1992 :102). Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan yaitu, cerita

rakyat suku sasak “Balang Kesimbar” yang diperoleh melalui tatap muka

(wawancara). Peneliti diceritakan oleh informan mengunakan bahasa Sasak,

kemudian direkam dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data ini digunakan metode dekumentasi dan

metode wawancara, adapun metode dokumentasi yaitu menemukan data-data

yang ada dalam cerita Balang Kesimbar yang ada di dalam buku cerita

Balang Kesimbar. Sedangkan metode wawancara dilakukan dengan studi

lapangan (field research), yaitu upaya mengumpulkan data melalui observasi

langsung ke lapangan (sumber objek penelitian). Teknik lapangan yang

29

Page 30: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah teknik menyimak dan

mencatat dengan langkah sebagai berikut :

1. Menyimak cerita rakyat suku sasak Balang Kesimbar yang dituturkan

secara lisan sambil dicatat atau direkam dan diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia

2. Menganalisis unsur stuktural objektif yang bertumpu pada cerita rakyat yang

diteliti.

3. Mengidentifikasi data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Mencatat dan mengutip hal-hal penting yang berkaitan dengan jenis-jenis

nilai pendidikan.

3.5 Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Hamimi (1994: 73) mengemukakan, bahwa metode deskriptif dapat diartikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat

sekarang, berdasarkan fakta yang tampak. Metode deskriptif memusatkan

perhatiannya pada penemuan fakta (fac ending) sebagaimana keadaannya.

Dalam penelitian ini juga, peneliti menggabungkan dua metode yang

tidak bertentangan yaitu, metode deskriptif dan metode analitik. Metode

deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang

kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis

berarti menguraikan.

30

Page 31: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai

subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diproleh dari kelompok

subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.

Sekalipun penelitian yang dilakukan bersifat interferesial, sajian keadaan,

subjek dan data penelitian secara deskriptif tetap perlu diketengahkan lebih

dahulu sebelum pengujian hipotesis dilakukan (Anwar, 1998: 65).

Dengan demikian, metode deskriptif bertugas untuk melakukan

representasi objek mengenai gejala yang terdapat di dalam masalah

penelitian. Representasi itu dilakukan dengan mendeskripsikan gejala

sebagai data atau fakta itu harus bersumber dari gejala yang terdapat dalam

masalah yang terjadi sekarang (pada saat penelitian dilakukan). Representasi

data itu harus diiringi dengan pengolahan agar dapat diberikan penafsiran

yang kuat dan objektif.(Khairuddin, 2010: 29)

Adapun langkah-langkah dalam analisis data adalah.

1. Melakukan fragmen-fragmen terhadap cerita untuk mencari dan menggali

nilai-nilai pendidikan yang termuat dalam setiap fragmen cerita rakyat

suku Sasak Balang Kesimbar.

2. Dari hasil analisis atau pencarian nilai-nilai pendidikan dalam setiap

fragmen cerita kemudian dipadukan ke dalam satu-kesatuan cerita yang

utuh guna menemukan apa saja nilai-nilai pendidikan yang termuat dalam

cerita rakyat suku Sasak “Balang Kesimbar” secara utuh.

31

Page 32: SKRIPSI Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Dan Relevansinya

3. Untuk menemukan signifikansi karya sastra tersebut dianalisislah terlebih

dahulu kondisi pendidikan non-formal (keluarga) dalam beberapa kasus

keluarga suku Sasak.

32