skripsi - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi sastra prancis,...

110
i Authoritarianisme dan Kebebasan Positif Tokoh Utama dalam Roman Sans Famille Karya Hector Malot (Kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Perancis Oleh Duma Lamlaba Berutu 2311411004 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: dinhlien

Post on 24-Aug-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

i

Authoritarianisme dan Kebebasan Positif Tokoh Utama

dalam Roman Sans Famille Karya Hector Malot

(Kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Perancis

Oleh

Duma Lamlaba Berutu

2311411004

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

ii

Page 3: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

iii

Page 4: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

iv

Page 5: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

This is the story of your life

A movie starring you

What’s the next scene have for you to do?

Leave the dishes in the sink

Leave the story you would write for you

Say hey, wake your heart and break apart

The walls that keep you from being you and walk towards the light

And don’t stop till you live your life like someone died for you

This is the time to try

Step out your life is waiting

And as you fall you’ll find that you can fly

You can find a million words to build a wall of fear

Safe behind that wall imprisoned here

Take that somebody step today

To whom you’re meant to be and turn your dreams to plans

So you can breathe

Ask anyone whose time is up

What they’d give for what you’ve got and how they’d live your life

Live like your life worth dying for

You’ve just walked out that prison door

And you’ll know how to live your life __ Unknown

Infuse your life with action. Don't wait for it to happen. Make it happen.

Make your own future. Make your own hope. Make your own love. And whatever your

beliefs, honor your creator, not by passively waiting for grace to come down from upon

high, but by doing what you can to make grace happen... yourself, right now, right down

here on Earth __ Bradley Whitford

Alors tu auras un avenir, ton espérance ne sera pas déçue __ Proverbes 23 :18

Percayalah pada harapanmu, bukan pada rasa takutmu __ Penulis

Je dédie mon petit œuvre à

Mon père défunt, ma mère, mes

sœurs, et mon frère.

Je vous remercie de vous amours, vos

encouragements et vos prières sans

bornes

Page 6: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

vi

PRAKATA

Puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan penyertaan-Nya yang tidak

pernah berkesudahan, juga untuk rencana-Nya yang indah sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Authoritarianisme dan Kebebasan Positif

Tokoh Utama dalam Roman Sans Famille karya Hector Malot (Kajian Psikologi

Humanistis Erich Fromm)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Sastra di Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa

dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat

yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu.

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah

memberikan kemudahan dalam perijinan skripsi ini.

3. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, yang telah

membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Anastasia Pudjitriherwanti, M.Hum, Ketua Program Studi Sastra Prancis yang

telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Suluh Edhi Wibowo, S.S., M.Hum, selaku Penguji dan dosen wali yang selalu

membimbing dan memberikan masukan selama masa perkuliahan.

6. Bapak Ahmad Yulianto, S.S., M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama, yang

dengan sabar mengarahkan, memberikan masukan, juga memotivasi penulis dalam

penyusunan skripsi ini

7. Bapak Sunahrowi, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing kedua, yang dengan sabar

mengarahkan, memberikan masukan, juga memotivasi penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

8. Bapak Ibu Dosen serta Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan

Seni, atas bekal ilmu, bimbingan dan bantuannya.

Page 7: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

vii

9. Keluargaku tercinta (Alm. Bapak P. Berutu, Ibu R. Bancin, Kakakku Kristiana JF

Berutu, Adik-adikku Dameimo Berutu dan Advendo L Berutu) atas segala perhatian,

kasih sayang, dukungan dan doa yang tak terbatas hingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Gereja-gereja Semarang, khususnya GKI Gereformeerd Semarang dan UKK UNNES

(Unit Kerohanian Kristen) yang menjadi tempat penulis beroleh pengharapan dan

kekuatan dalam menjalani hari.

11. Teman-teman Combattant angkatan 11, (Ana, Dyanti, Selvi, Chendy, Fima, Mutti,

Hajar, Wendy, Ronal, Arif, Yoga, Angga dan Rizky) atas segala kebersamaan,

semangat, dan keakraban yang telah diberikan selama masa perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi ini

12. Teman-teman Sastra Perancis 2009, 2010 dan 2012-2015 serta teman-teman dari

fakultas-fakultas lain angkatan 2011 untuk dukungan, senyum, dan semangat kalian.

13. Terakhir, semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat sederhana. Oleh karena itu,

apabila ada kritik dan saran yang sifatnya membangun, senantiasa dapat penulis terima.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Juni 2016

Penulis

Page 8: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

viii

SARI

Berutu, Duma Lamlaba. 2016. Authoritarianisme dan Kebebasan Positif Tokoh

Utama dalam Roman Sans Famille karya Hector Malot (Kajian Psikologi

Humanistis Erich Fromm). Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Ahmad Yulianto,

S.S, M.Pd., Pembimbing II: Sunahrowi, S.S., M.A.

Kata Kunci: Authoritarianisme, Kebebasan Positif, Psikologi Humanistis Erich Fromm,

Sans Famille.

Sans Famille merupakan roman yang ditulis oleh Hector Malot. Roman ini

menggambarkan keberanian, integritas dan kesetiaan seorang anak pungut yang bernama

Rémi. Dia bertambah besar dalam menghadapi petualangan dan kemalangan tanpa henti.

Dia mengikuti Signor Vitalis, pemusik jalanan yang mengembara bersama rombongan

pertunjukannya yang terdiri dari tiga ekor anjing dan seekor monyet. Di samping itu,

banyak hal yang terjadi. Dia kehilangan orang yang disayanginya, kemudian menemukan

sahabat sejatinya, dan terutama, dia berharap menemukan orangtua kandungnya.

Penelitian atas roman Sans Famille tersebut menggunakan teori Psikologi

Humanistis Erich Fromm, dengan analisis utama adalah authoritarianisme dan kebebasan

positif pada tokoh utama dalam roman tersebut. Faktor penyebab authoritarianisme

adalah masokisme dan sadisme, sedangkan faktor penyebab kebebasan positif adalah

pra-kebebasan dan kebebasan negatif. Adapun penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan authoritarianisme dan kebebasan positif yang dialami oleh tokoh utama

dalam roman Sans Famille.

Korpus data penelitian ini adalah roman Sans Famille karya Hector Malot.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitik, sedangkan

teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi.

Simpulan yang didapat dari penelitian ini adalah : 1) authoritarianisme pada tokoh

utama menunjukkan bahwa Rémi adalah orang yang merasa sendirian, cemas dan tidak

berdaya sehingga dia berusaha keluar dari penjara perasaan kesendirian, dan

ketidakberdayaannya dengan cara menggabungkan diri dengan orang lain. Di samping

itu, sebagai orang yang lemah, dia harus mematuhi perintah orang yang lebih kuat

darinya dan usaha dalam menyelesaikan kepatuhan tersebut, sering berkedok cinta atau

kesetiaan yang tersembunyi. 2) kebebasan positif pada tokoh utama menunjukkan Rémi

adalah orang yang bebas, kritis dan mandiri. Gambaran tersebut ditunjukkan dalam

keberhasilan Rémi menemukan jawaban atas keberadaan dirinya, dapat mengatasi

ketakutan akan kesendiriannya dan selalu berani dalam mengambil keputusan. Selain itu,

Rémi juga merupakan sosok yang tidak mau mengorbankan integritasnya dan tetap

mempertahankan individualitasnya dalam segala situasi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi mahasiswa

program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami

permasalahan-permasalahan psikologis dalam roman berdasarkan authoritarianisme dan

kebebasan positif Erich Fromm.

Page 9: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

ix

L’AUTORITARISME ET LA LIBERTÉ POSITIVE DE PERSONNAGE

PRINCIPAL DANS LE ROMAN SANS FAMILLE D’HECTOR MALOT (UNE

ETUDE PSYCHOLOGIE HUMANISTE D’ERICH FROMM)

Duma Lamlaba Berutu., Ahmad Yulianto., Sunahrowi.

Département des langues et littératures étrangers

Faculté des langues et arts, Université d‟État de Semarang

EXTRAIT

Sans Famille est un roman d‟Hector Malot. Ce roman raconte une histoire de

courage, d‟intégrité et de fidélité d‟un enfant trouvé nommé Rémi. Il a grandi en

affrontant une suite d‟aventures et de mésaventures. Il suivait la troupe du Signor Vitalis

qui avait trois chiens et un singe. En outre, il y avait beaucoup d‟évènements survenus.

Rémi a dû perdre quelqu‟un qu‟il aimait bien. Ensuite, il a trouvé son véritable ami, et

surtout il espérait retrouver ses parents maternels.

Cette recherche a pour but de décrire l‟autoritarisme et la liberté positive de

personnage principal selon la théorie psychologie humaniste d‟Erich Fromm. Les facteurs

qui causent d‟autoritarisme chez le personnage principal sont le masochisme et le

sadisme, tandis que les facteurs qui causent de la liberté positive sont la pré-indépendance

et la liberté négative. Cette recherche vise à décrire l‟autoritarisme et la liberté positive de

personnage principal dans le roman Sans Famille.

Le corpus de cette recherche est Sans Famille, un roman d‟Hector Malot. La

méthode d‟analyse utilisée dans cette recherche est celle de l‟analyse descriptive, et pour

la technique d‟analyse dans cette recherche, je me sers de celle de l‟analyse de contenu.

Après avoir analysé le roman, je peux en conclure que : 1) basé sur l‟autoritarisme

de personnage principal, Rémi était un enfant solitaire, anxieuse, et faible, qui essayait de

s‟échapper de ses sentiments et de s‟intégrer aux autres. Par contre, il était obligé d‟obéir

aux ordres d‟un individu étant plus puissant que lui. Ses efforts se cachent dans l‟amour

ou la fidélité. 2) basé sur la liberté positive du personnage principal, Rémi avait des

esprits libre, critique, et indépendant. Cette illustration personnelle décrit la réussite de

Rémi à trouver la réponse sur l‟existence. En outre, il pouvait surmonter son affreuse

solitude, et osait toujours prendre les décisions. Mais au contraire, il ne voulait pas

sacrifier son intégrité et même insistait défendre son individualité dans toute la

circonstance.

Il est prévu que le résultat de cette recherche puisse donner une nouvelle idée aux

étudiants de la section de la Littérature française, surtout à comprendre les problèmes

psychologiques dans le roman, en se fondant sur l‟autoritarisme et la liberté positive

d‟Erich Fromm.

Les mots clés : Autoritarisme, Liberté Positive, Psychologie Humaniste, Sans Famille

Page 10: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

x

RÉSUMÉ

Berutu, Duma Lamlaba. 2016. L’autoritarisme et La liberté Positive du Personnage

Principal dans le Roman Sans Famille d’Hector Malot (Une Etude

Psychologie Humaniste d’Erich Fromm). Mémoire. Département des Langues

et Littératures Etrangères. Faculté des Langues et Arts. Université d‟État de

Semarang.

Les mots clés: Autoritarisme, Liberté Positive, Psychologie Humaniste, Sans Famille.

1. L’Introduction

La littérature est une note importante de ce que les hommes ont vu dans la vie, de

ce qu‟ils ont vécu de celle-ci, de ce qu‟ils ont pensé et ont ressenti sur ces aspects qui ont

l‟intérêt les plus immédiat et durable sur nous tous. En principe, c‟est une expression de

la vie par le moyen de langue (Hudson, 1970 :10).

L‟œuvre littéraire est un moyen utilisé par un auteur d‟exprimer ses idées et ses

expériences. Elle a un rôle comme connecteur des pensées de l‟auteur à celles des

lecteurs. L‟œuvre littéraire peut refléter les opinions de l‟auteur sur de divers problèmes

observés dans son environ. La réalité sociale présentée à travers le texte est une

illustration de nombreux phénomènes sociaux qui se sont passés dans la société, qui ont

été représentés dans de certaines formes de connaissances, et qui ont pour but d‟enrichir

la perspective des lecteurs (Sugihastuti 2007: 81-82).

Il existe trois genres littéraires, ce sont la poésie, le roman, et le drame. L‟œuvre

littéraire, particulièrement le roman, est créé en vue d‟être appréciée, comprise et utilisée,

sans oublier qu‟elle parle en fait d‟une partie des problèmes de la vie, de la philosophie et

de la psychologie (Nurgiyantoro 2009 :15).

Page 11: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xi

Le roman lui-même est une œuvre d‟imagination en prose, qui cherche à retenir le

lecteur par l‟intérêt de l‟intrigue, des descriptions, et de l‟analyse des sentiments

(Larousse de Poche 1988: 370).

Comme objet de recherche, j‟ai choisi le roman Sans Famille d‟Hector Malot

parce qu‟il est le roman le plus connu de toutes les œuvres de l‟auteur et parce qu‟il a

reçu des accueils enthousiastes du publique littéraire. Sans Famille est en fait un roman

de courage, d‟intégrité et de fidélité qui raconte des expériences vécues par un enfant

abandonné qui s‟appelle Rémi. Il grandissait en affrontant une série d‟aventures et de

mésaventures dans laquelle il a vécu beaucoup d‟évènements survenus. Ce garçon a dû

perdre une personne qu‟il aimait tant, mais finalement il a trouvé son véritable ami et

surtout l‟espoir de retrouver ses parents.

2. La Théorie

Je me suis servie de la théorie d‟Erich Fromm dans ma recherche pour la raison

de son explication scientifique et as révélation logique sur l‟existence humaine,

notamment sur l‟autoritarisme et la liberté positive. Ce dont la théorie parle correspond

bien à mon analyse qui se concentre sur comment un enfant abandonné défiait les

problèmes de la vie sur laquelle la solitude, l‟anxiété, et la faiblesse dominaient.

À travers ces phénomènes, j‟ai examiné l‟autoritarisme et la liberté positive dans

l‟esprit de Rémi, le personnage principal dans ce roman.

2.1 L’Autoritarisme

L‟autoritarisme est une tendance à céder son autonomie individuelle et à

s‟intégrer avec quelqu‟un ou quelque chose en dehors de soi afin d‟obtenir la puissance

qu‟on ne possède pas.

Page 12: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xii

Il y a deux facteurs qui causent l‟autoritarisme. Ce sont le masochisme et le

sadisme. Le masochisme est la cause de l‟impuissance, de la faiblesse, et de l‟humilité

qui s‟intégre dans un individu puissant, et qui se cache souvent derrière l‟amour ou la

fidélité. Tandis que, le sadisme a pour but de diminuer l‟anxiété en s‟intégrant à une

personne ou à plusieurs personnes (Feist & Feist 2010: 236).

2.2 La Liberté Positive

La liberté positive est un état dans lequel on se sent libre et ne s‟attache pas aux

autres. En outre, elle est critique, n‟est pas hésitante, et indépendante, mais reste dans

l‟unité humanitaire (Feist & Feist 2010 :237). Les facteurs de la liberté positive sont la

pré-indépendance et la liberté négative.

La pré-indépendance est un état lorsqu‟on ne s‟aperçoit de soi-même qu‟une part de

la société; tandis que la liberté négative est un état lorsqu‟on se sent libre, mais par contre

en même-temps, on s‟attache aux autres. La liberté positive représente la réussite à trouver

la réponse sur l‟existence. Elle peut surmonter la solitude affreuse et mais ne veut pas

sacrifier son intégrité, et même défend à la fois son individualité dans toute la circonstance.

3. La Méthodologie de la Recherche

Je vise ce roman d‟Hector Malot avec l‟approche de la psychologie parce qu‟il

contient de nombreux faits psychologiques. Mon but principal est de trouver et de révéler

les éléments de l‟autoritarisme et de la liberté positive comme deux éléments dominants

du personnage principal en utilisant la théorie Psychologie Humaniste d‟Erich Fromm.

Les sources des données dans cette recherche sont divisées en deux; ce sont la

source des données primaires et celles des données secondaires. Les premières sources

sont le roman Sans Famille d‟Hector Malot publié en 1878 et la théorie de la Psychologie

Page 13: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xiii

Humaniste d‟Erich Fromm; les dernières sont issues de diverses sources liées à cette

recherche comme des livres, des articles scientifiques, des e-books, etc.

La méthode dans cette recherche est basée sur la méthode descriptive analytique.

Quant à la technique d‟analyse, j‟utilise celle de l‟analyse de contenu.

4. L’Analyse

4.1 L’Autoritarisme

Rémi est le personnage principal dans le roman Sans Famille d‟Hector Malot.

Quand il était encore bébé, il avait été enlevé, mais a été abandonné après. Et puis, un

pauvre tailleur de pierre l‟élevait comme son enfant. Au bout d‟un moment, cet home

avait l‟intention d‟envoyer Rémi à l‟hospice parce que ses parents ne le cherchait pas

jamais. Il avait peur que son père adoptif lui y ait envoyé. Regardez la citation suivante:

1) Il y avait au village deux enfants qu’on appelait « les enfants de l’hospice », ils

avaient une plaque de plomb au cou avec un numéro ; ils étaient mal habillés et

sales ; on se moquait d’eux ; on les battait. Les autres enfants avaient la

méchanceté de les poursuivre souvent comme on poursuit un chien perdu pour

s’amuser, et aussi parce qu’un chien perdu n’a personne pour le défendre. Ah ! je ne voulais pas être comme ces enfants ; je ne voulais pas avoir un numéro

au cou, je ne voulais pas qu’on courut après moi en criant : « à l’hospice ! à

l’hospice ! »

Cette pensée seule me donnait froid et me faisait claquer les dents.

Basé sur la citation du dessus, Rémi s‟inquièterait de sa vie si ses nourrices

l‟envoyaient à l‟hospice. Il savait que les enfants de l‟hospice étaient traités comme des

chiens. À cause de sa peur, il s‟est évadé, mais malheureusement ne savait pas où aller.

En fait, Rémi a considéré le refuge comme sa source de la sécurité, dans ce cas-là est de

se défendre.

Page 14: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xiv

4.1.1 Les Facteurs de l’Autoritarisme chez Le Personnage Principal.

J‟avais déjà cité le masochisme et le sadisme en tant que les deux facteurs de

l‟autoritarisme dans la théorie. J‟ai analysé premièrement les éléments masochistes du

personnage principal. Dans ce roman, il est évident que Rémi n‟était pas capable de

suivre Signor Vitalis après qu‟il avait décidé de se joindre à sa troupe; mais il devait

pourtant affronter une suite d‟aventure. Regardez la citation suivante:

2) Me sauver ! je n’y pensais plus. Où aller d’ailleurs ? chez qui ?

Après tout, ce grand et beau vieillard à barbe blanche n’était peut-être pas aussi

terrible que je l’avais cru d’abord ; et s’il était mon maître, peut-être ne serait-il

pas un maître impitoyable.

Longtemps nous cheminâmes au milieu de tristes solitudes, ne quittant les landes

que pour trouver des champs de brandes, et n’apercevant tout autour de nous,

aussi loin que le regard s’étendait, que quelques collines arrondies aux sommets

stériles.

Cette citation 2 sur la page précédente décrit que Rémi se sentait incapable de

marcher trop long. Il était triste et solitaire de faire le long voyage bien qu‟il ait été avec

Signor Vitalis et sa troupe. Il ne pouvait ni refuser son destin ni se sauver de la réalité.

Ensuite, j‟ai analysé les éléments sadiques du personnage principal. En fait, Rémi

n‟était pas capable de suivre le pas de son maître et il n‟osait pas lui demander de

s‟arrêter pour qu‟ils se soient reposés un instant comme dans la citation suivante:

3) Je traîne les jambes et j’avais la plus grande peine à suivre mon maître.

Cependant je n’osais pas demander à m’arrêter.

- Ce sont tes sabots qui fatiguent, me dit-il ; à Ussel je t’achèterai des souliers.…

Et je te promets aussi une culotte de velours, une veste et un chapeau. Cela va

sécher tes larmes, j’espère, et te donner des jambes pour faire les six lieues, qui

nous restent.

- Malgré des souliers et la culotte de velours qui étaient au bout de six lieues qui

nous restaient à faire, il me sembla que je ne pourrais pas marcher si loin

Heureusement le temps vint à mon aide.

La citation ci-dessus montre que Rémi ne pouvait pas marcher trop long. Comme

il était fatigue, il avait du retard loin derrière son patron. Il se ressemblait plutôt à un

Page 15: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xv

serviteur qui obéissait à son maître. Vu sa tristesse, Signor Vitalis essayait de le consoler

afin qu‟il se soit arrêté de pleurer. Grace à lui, Rémi arrivait enfin à diminuer son anxiété

et avait du courage à faire les six lieues suivantes.

4.1.2 L’Effet de l’Autoritarisme envers le Personnage Principal

D‟un côté, Rémi avait réussi à sortir de sa solitude et de sa faiblesse, et il s‟est

intégré ensuite aux autres. Mais de l‟autre côté, il faisait souvent l‟effort de se cacher

derrière l‟amour ou bien la fidélité. On peut le voir dans la citation suivante :

4) Un jour enfin, je me décidai à en faire part à Mme Milligan en lui demandant

combien elle croyait qu’il me faudrait de temps pour retourner à Toulouse, car je

voulais me trouver devant la porte de la prison juste au moment où mon maître la

franchirait.

En entendant parler de départ, Arthur poussa les hauts cris ; « je ne veux pas que

Rémi parte ! » s’écria-t-il.

Je répondis que je n’étais pas libre de ma personne, que j’appartenais à mon

maître, à qui mes parents m’avaient loué, et que je devais reprendre mon service

auprès de lui le jour où il aurait besoin de moi.

Basé sur la citation ci-dessus, on a apercu que Rémi était un serviteur fidèle à son

maître. Bien que Mme

. Milligan eût fourni ses besoins vitaux, il a préféré se retrouver à côté

de son maître. Cette citation-là décrit la gentillesse et la fidélité de Rémi comme le

serviteur de son maître.

4.2 La Liberté Positive

Dans sa vie, Rémi avait besoin de quelqu‟un et de quelque chose qui l‟assurait sa

sécurité. Cela faisait deux fois que le garcon était oblige de se séparer des gens qu‟il

aimait. Premiement de sa nourrice, mère Barberin, et deuxièmement de son maître,

Signor Vitalis. Malgré tout, Rémi était reconnaissant de se trouver parmi les gens qui

l‟aimaient sincèrement comme dans la citation suivante:

Page 16: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xvi

5) C’était là une vie douce et heureuse pour un enfant qui, comme moi, n’avait quitté

la chaumière de mère Barberin que pour suivre sur les grandes routes le Signor

Vitalis.

Deux fois j’avais vu se briser ou se dénouer les liens qui m’attachaient à ceux que

j’aimais : la première, lorsque j’avais été arraché d’auprès de mère Barberin ; la

seconde, lorsque j’avais été séparé de Vitalis ; et ainsi deux fois je m’étais trouvé

seul au monde, sans appui, sans soutien, n’ayant d’autres amis que mes bêtes.

Et voilà que, dans mon isolement et dans ma détresse, j’avais trouvé quelqu’un

qui m’avait témoigne de la tendresse, et que j’avais pu aimer ; une femme, une

belle dame, douce, affable et tendre, un enfant de mon âge qui me traitait comme

si j’avais été son frère.

Quelle joie, quel bonheur pour un cœur qui, comme le mien, avait tant besoin

d’aimer !

La citation ci-dessus explique que Rémi a trouvé une belle vie après qu‟il avait

quitté sa nourrice et il s‟était séparé de son maître. Il vivait seul au monde sans appui et

soutien de personne. Alors, il a trouvé finalement quelqu‟un qui l‟aimait et un enfant qui

le traitait comme son frère.

4.2.1 Les Facteurs de la Liberté Positive Chez le Personnage Principal

Il y a deux facteurs qui causent la liberté positive. Ce sont la pré-indépendance et

la liberté négative. Premièrement, j‟ai analysé une des données de la pré-indépendance.

Dans ce phénomène, quelqu‟un se considère comme une partie de la société. Regardez la

citation suivante :

6) Je suis un enfant trouvé. Mais, jusqu’à huit ans, j’ai cru que, comme tous les

autres enfants, j’avais une mère, car lorsque je pleurais, il y a avait une femme

qui me serrait si doucement dans ses bras en me berçant, que mes larmes

s’arrêtaient de couleur.

Jamais je ne me couchais dans mon lit sans qu’une femme vienne m’embrasser,

et, quand le vent de décembre collait la neige contre les vitres blanchies, elle me

prenait les pieds entre ses deux mains et elle restait à me les réchauffer en me

chantant une chanson, dont je retrouve encore dans ma mémoire l’air et quelques

paroles.

Cette citation nous a montré que d‟une part, Rémi se contentait d‟être avec sa

nourrice comme d‟autres enfants. Il ne connaîssait pas la vérité de l‟existence parce qu‟il

Page 17: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xvii

recevait toujours l‟attention de sa nourrice. D‟autre part, il n‟était qu‟un enfant trouvé qui

a été élevé par une mère comme son propre enfant.

Ensuite, j‟ai analysé une des données de liberté négative. Dans ce type de liberté,

il a perdu la sécurité quand il jouissait de sa vie. Regardez la citation suivante:

7) Quand j’avais une querelle avec un de mes camarades, elle me faisait conter mes

chagrins, et presque toujours elle trouvait de bonnes paroles pour me consoler ou

me donner raison.

Par tout cela et par bien d’autres choses encore, par la façon dont elle me

parlait, par la façon dont elle me regardait, par ses caresses, par la douceur

qu’elle mettait dans ses gronderies, je croyais qu’elle était ma mère.

Voici comment j’appris qu’elle n’était que ma nourrice.

Cette citation a décrit que d‟une part Rémi recevait l‟attention et l‟affection de la

femme dont on avait parlé auparavant. Elle l‟élevait comme son enfant, de sorte que

Rémi ait cru qu‟elle était sa mère. D‟autre part, quand il jouissait de sa bonté, il savait

qu‟elle n‟était que sa nourrice.

4.2.2. L’Effet de la Liberté Positive envers le Personnage Principal

Grâce à l‟effet de la liberté positive, Rémi avait réussi à avoir la réponse sur

l‟existence. Il avait trouvé la vérité par son propre effort; et notamment qu‟il a rencontré

sa mère après une longue attente et une recherche inlassable. On peut le voir dans la

citation suivante :

8) Sans troubler, Mme Milligan – maintenant je peux dire ma mère, -…

Je pus me jeter dans les bras que ma mère me tendait et l’embrasser pour la

première fois en même temps qu’elle m’embrassait elle-même.

Basé sur la citation ci-dessus, on aperçoit que Rémi a trouvé sa mère. Il était

heureux quand il pouvait finalement l‟appeler « ma mère ». Il pouvait sentir l‟embrassade

et la tendresse pour la première fois dans sa vie.

Page 18: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xviii

4.3 Le Lien entre l’Autoritarisme et la Liberté Positive

L‟autoritarisme et la liberté positive sont les moyens d‟un individu d‟obtenir un

sens et un ensemble dans la vie. L‟autoritarisme est une méthode pour gagner le sentiment

de sécurité, tandis que la liberté positive est un effort pour s‟intégrer aux autres sans

sacrifier son intégrité.

Rémi avait quitté sa nourrice, et il s‟est joint à la troupe du Signor Vitalis. Malgré

cela, il avait besoin encore de quelque chose comme le refuge. Regardez la citation

suivante :

9) Le ciel, qui avait été bleu depuis notre départ, s’emplit peu à peu de nuages gris,

et bientôt il se mit à tomber une pluie fine qui ne cessa plus. Avec sa peau de

mouton, Vitalis était assez bien protégé, et il pouvait abriter Joli-Cœur qui, à la

première goutte de pluie, était promptement rentré sa cachette.

Mais les chiens et moi, qui n’avions pas tardé à être mouilles jusqu’à la peau ;

encore les chiens pouvaient-ils de temps se secouer, tandis que, ce moyen naturel

n’étant pas fait pour moi, je devais marcher sous un poids qui m’écrasait et me

glaçait …

Mais il n’y avait pas d’auberge dans ce village, et personne ne voulut recevoir

une sorte de mendiant qui traînait avec lui un enfant et trois chiens aussi crottés

les uns que les autres. Enfin un paysan plus charitable que ses voisins voulut bien

nous ouvrier la porte d’une grange.

La citation ci-dessus montre que Rémi a vécu une mauvaise expérience dans

laquelle il devait marcher sous la pluie glaciale. Il avait besoin de s‟abriter contre le

mauvais temps, mais personne ne lui a offert un abri. Mais enfin il a rencontré un paysan

qui était prêt à ouvrir la porte d‟une grange pour lui.

5. La Conclusion

Basé sur l‟analyse des problèmes dans le roman Sans Famille d‟Hector Malot

selon une perspective du Psychologie Humaniste d‟Erich Fromm, je peux en conclure

que:

Page 19: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xix

Premièrement, basé sur l‟autoritarisme du personnage principal, Rémi est une

personne solitude, anxieuse, et faible. D‟un côté, il essaie de sortir de ses sentiments et de

s‟intégrer aux autres. D‟autre côté, il doit obéir aux ordres d‟une personne étant plus

puissante que lui, et ces efforts sont souvent cachés derrière l‟amour ou la fidélité.

Deuxièmement, basé sur la liberté positive du personnage principal, il est libre,

critique, et indépendant. Cette illustration décrit la réussite de Rémi à trouver la réponse

de son existence. Il a réussi à surmonter sa solitude affreuse, et a osé à chaque fois

prendre les décisions. U contraire, il ne voulait pas sacrifier son intégrité et même

défendait son individualité dans toute la situation.

6. Les Remerciements

Je tiens à remercier mon père défunt, ma mère, mes sœurs, et mon frère de

m‟avoir supportée et de m‟avoir comblée de leur amour sans bornes. Ensuite, je remercie

également mes professeurs de m‟avoir guidée. Et finalement, je remercie aussi mes amis

de leurs joies et de leurs gentillesses.

7. La Bibliographie

Arifin, Winarsih & Farida Soemargana. 2007. Kamus Perancis - Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Feist, Jess & Gregory J Feist. 2010. Teori Kepribadian: Theories of Personality. Jakarta:

Salemba Humanika.

Hudson, William Henry. 1970. An Introduction to the Study of Literature. London: D. C.

HEATH & CO., PUBLISHERS

Librairie Larousse Canada. 1988. Larousse De Poche: Dictionnaire Des Noms Communs,

De Noms Propres, Précis Grammaire. Canada: Distributeur exclusif au Canada;

les Editions Françaises Inc.

Malot, Hector. 1878. Sans Famille. La Bibliothèque Électronique du Québec. Volume 9:

version 1.2.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Sugihastuti. 2007. Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 20: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xx

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………………… ii

PENGESAHAN……………………………………………………………………………. iii

PERNYATAAN……………………………………………………………………………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………………………. v

PRAKATA…………..……………………………………………………………………… vi

SARI………………………………………………………………………………………… vii

EXTRAIT……………………………………………………………………………………. ix

RESUMÉ…………………………………………………………………………………….. x

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….xx

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………….. xxii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..11

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………………...12

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………………..12

1.5 Sitematika Penelitian ………………………………………………………………..13

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1 Kajian Pustaka……………………………………………………………………….15

2.2 Landasan Teoritis……………………………………………………………………16

2.2.1 Psikologi Sastra…………………………………………………………………….16

2.2.2 Psikologi Kepribadian……………………………………………………………...19

Page 21: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xxi

2.2.3 Psikologi Humanistis Erich Fromm………………………………………………..22

2.2.3.1 Authoritarianisme………………………………………………………………..26

2.2.3.2 Kebebasan Positif………………………………………………………………..27

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian………………………………………………………………..33

3.2 Data dan Sumber Data……………………………………………………………….34

3.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………..35

3.4 Teknik Analisis Data………………………………………………………………..36

3.5 Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data……………………………………………..37

3.5.1 Analisis Isi Laten………………………………………………………………….37

3.5.2 Analisis Isi Komunikasi…………………………………………………………..39

BAB 4 AUTHORITARIANISME DAN KEBEBASAN POSITIF TOKOH UTAMA

DALAM ROMAN SANS FAMILLE KARYA HECTOR MALOT

4.1 Authoritarianisme…………………………………………………………………..42

4.1.1 Faktor Penyebab Authoritarianisme pada Tokoh Utama…………………………47

4.1.2 Dampak Authoritarianisme pada Tokoh Utama………………………………….53

4.2 Kebebasan Positif…………………………………………………………………..58

4.2.1 Faktor Penyebab Kebebasan Positif pada Tokoh Utama…………………………64

4.2.2 Dampak Kebebasan Positif terhadap Tokoh Utama……………………………...68

4.3 Hubungan Antara Authoritarianisme dan Kebebasan Positif……………………...72

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan……………………………………………………………………………78

5.2 Saran………………………………………………………………………………..79

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………80

LAMPIRAN

Page 22: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biografi Hector Malot

2. Sinopsis Roman Sans Famille

Page 23: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,

perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang

membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sastra tidak lain dari catatan penting tentang

apa yang telah dirasakan manusia di dunia. Sastra tersebut juga memiliki hubungan yang

jelas dalam kehidupan. Seperti yang dijelaskan Hudson (1970:10) bahwa:

“Literature is the vital records of what men have seen in life, what they have

experienced of it, what they have thought and felt about these aspects of it which

have the most immediate and enduring interest for all of us. It is thus

fundamentally an expression of life through the medium of language”.

“Sastra adalah catatan penting dari apa yang telah dilihat manusia dalam

kehidupan, apa yang telah mereka alami, apa yang telah mereka pikirkan dan

rasakan tentang aspek-aspek yang telah berlangsung dan abadi yang telah menarik

perhatian bagi kita semua. Dengan demikian, pada dasarnya sastra merupakan

ekspresi kehidupan melalui media bahasa”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) dijelaskan bahwa sastra

adalah “karya tulis yang bila dibandingkan dengan tulisan lain, dengan ciri-ciri

keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya”. Karya

sastra berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan

bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah

manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan cara yang khas. Pembaca sastra

dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.

Page 24: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

2

Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

manusia dan kehidupan sebagai mediumnya. Sastra adalah karya yang bersifat ambigu,

asosiatif, ekpresif, konotatif, dan menunjukkan sikap penulis atau pembacanya. Meskipun

bersifat imajinatif, karya sastra diciptakan berdasarkan kenyataan, tetapi kenyataan yang

ada dalam unsur karya sastra bukan kenyataan yang apa adanya (Semi 2012:169).

Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk

menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Peran karya sastra sebagai media

adalah untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang yang ingin disampaikan kepada

pembaca. Karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai

masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks

kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang pernah

terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan

pengetahuan dan memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu tanpa

berkesan mengguruinya (Sugihastuti, 2007:81-82).

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ratna (2008:305) yang menyatakan bahwa

hakikat karya sastra adalah imajinasi yang dilukiskan melalui bahasa dan dilakukan oleh

pengarang, tetapi bila tanpa didasarkan atas dan diinvestasikan terhadap pemahaman

mengenai kenyataan dalam masyarakat, maka karya sastra tersebut akan berubah menjadi

dongeng, cerita khayal, bahkan sebagai ilmu pengetahuan. Pernyataan tersebut

menjelaskan bahwa karya sastra juga erat hubungannya dengan masyarakat karena dalam

hal penciptaan karya sastra, masyarakat dan seluruh pernik kehidupannya adalah sumber

inspirasi. Dan perhatian terhadap masyarakat justru meningkatkan pemahaman terhadap

karya sastra karena sebagai bagian integral masyarakat. Karya sastra pada dasarnya

Page 25: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

3

secara keseluruhan disusun berdasarkan model-model masyarakat. Oleh karena karya

sastra disusun dengan menggunakan kata-kata, maka karya sastra disebut “dunia dalam

kata” yakni dunia yang dihuni oleh tokoh-tokoh fiksional. Masyarakat yang dilukiskan

adalah masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana dialami oleh pengarang,

bedanya masyarakat tersebut sudah bercampur dengan emosi, obsesi, cita-cita dan citra

pengarang.

Yassin seperti dikutip dalam Nurgiyantoro (2009:15) menyatakan bahwa karya

sastra terbagi menjadi tiga jenis yaitu puisi, novel (atau yang sering disebut dengan

roman), dan drama. Karya sastra khususnya roman diciptakan oleh pengarang dengan

tujuan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan tanpa melupakan bahwa karya sastra

sebenarnya merupakan bagian masalah hidup, filsafat dan ilmu jiwa. Roman adalah cerita

yang ditulis dalam bahasa roman yaitu rakyat Perancis pada abad pertengahan. Roman

juga dapat diartikan sebagai cerita prosa yang melukiskan pengalaman lahir dari beberapa

orang yang berhubungan satu sama lain dalam suatu keadaan.

Dalam Dictionnaire Larousse De Poche, (1988 :370) dijelaskan seperti kutipan

berikut ini :

“Roman est une oeuvre d’imagination en prose, qui cherche à retenir le lecteur

par l’intérêt de l’intrigue, des descriptions, et l’analyse des sentiments”.

“Roman adalah karya imajinasi dalam prosa, yang menarik perhatian pembaca

dari alur ceritanya yang menarik, dari penggambarannya, dan penguraian

keindahan-keindahannya”.

Untuk memperkuat beberapa pendapat tentang roman tersebut seperti dikutip dari

www.wikipedia.org/wiki/Prosa (diunduh 26/10/2015; pukul 20:15) dijelaskan bahwa

roman merupakan bentuk prosa baru (karangan prosa timbul setelah mendapat pengaruh

sastra atau budaya Barat) yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala

Page 26: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

4

suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-

kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal. Roman mengungkap adat atau

aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-

cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh

segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut .

Dalam penelitian ini, peneliti memilih roman yang berjudul “Sans Famille” yang

berarti “Sebatang Kara” karya Hector Malot sebagai objek penelitian karena roman ini

merupakan roman yang paling populer dari keseluruhan karyanya dan telah mendapat

apresiasi yang sangat luas. Di samping itu, kisah keberanian, integritas, dan kesetiaan

anak yang sebatang kara tersebut, layak menjadi contoh bagi anak-anak di jaman

sekarang karena sangat sulit menemukan seorang anak yang sekaligus memiliki

keberanian, integritas dan kesetiaan di dunia nyata sehingga peneliti tertarik mengungkap

kisah tersebut lebih dalam.

Roman Sans Famille pada awalnya bukanlah sebuah karya sastra anak-anak atau

remaja, tetapi dalam perkembangannya Sans Famille lebih populer sebagai roman anak-

anak dan remaja. Libraire de La Societe de Gens de Lettres mempublikasikan pertama

kali roman Sans Famille pada tahun 1878. Pada tahun 1934 di Prancis, roman Sans

Famille diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Senza Famiglia adalah judul

film layar lebar dari roman Sans Famille yang dibuat oleh industri perfilman Italian pada

tahun 1946. Kemudian pada tahun 1965 dibuat versi film televisi dengan judul Le

Théâtre de la Jeunesse : Sans Famille. Pada tahun 1961 dibuat juga dalam film

Hongkong yang berjudul Nobody’s Child. Kisah Sans Famille juga sudah pernah dibuat

animasinya dalam banyak versi pada tahun 1970 oleh perusahaan perfilman asal Jepang

Page 27: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

5

yaitu Toei Animation yang berjudul Chibikko Rémi to Meiken Capi dan tahun 1977-1987

oleh Tokyo Movie Shinsha dengan judul Nobody’s Boy: Rémi Le Naki Ko dengan total 51

episode anime.

Kemudian pada tahun 1981 Sans Famille ditayangkan di Paris dengan 6 part TV

series oleh TF1 yang dibintangi oleh Petula Clark. Selanjutnya pada tahun 1984 di Uni

Soviet dalam bahasa Rusia dengan judul Bez Semyi. Bukan hanya animasi, Jepang juga

membuat drama dari kisah Sans Famille yang berjudul Nobody’s Girl (Le Naki Ko)

dalam 2 season dengan total 25 episode drama seri TV, yang dibintangi Yumi Adachi,

Takeshi Naito, Yoshiko Tanaka, et al. Awalnya diproduksi sebagai hari penghormatan 3

season modern untuk karya Masterpiece klasik oleh Hector Malot tapi dalam 2 season

dengan tema yang lebih realistis dan kontroversial menyebabkan penolakan dari beberapa

penonton lainnya. Kemudian Jepang membuat anime lagi dengan judul Rémi, Nobody

Girl (Le Naki Ko Rémi) sebanyak 26 episode anime serial TV, pembuatan terakhir di

Nippon Animation’s World Masterpiece Theatre Series. Versi ini membuat perubahan

besar untuk alur ceritanya, yang mengubah Remi (disuarakan oleh aktris pop star/ suara

legendaris Mitsuko Horie) menjadi seorang gadis dan menjadikannya seorang penyanyi

anak.

Kemudian seri ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh jaringan TV di

seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara (juga sempat ditayangkan rutin di salah satu TV

swasta Indonesia) dan Asia Selatan. Selain itu, roman Sans Famille juga diterjemahkan

ke dalam berbagai bahasa, yaitu bahasa Italia (Senza Famiglia), Spanyol (Sin Familia),

Jerman (Heimatlos), Romania (Singur Pe Lume), Belanda (Alleen Op De Wereld),

Vietnam (Không Gia Dinh) dan Inggris (Nobody’s Boy). Cerita Sans Famille selain

Page 28: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

6

berbentuk roman juga banyak dibuat versi Fançais facile-nya atau versi yang mudah

dipahami, salah satunya dibuat oleh penerbit Hachette di Paris yang diadaptasi oleh

Christine Ferreire pada tahun 1962. Versi Français facile tersebut diterjemahkan kedalam

bahasa Indonesia oleh Tanti Lesmana yang berjudul “Sebatang Kara” yang diterbitkan

oleh PT. Gramedia Pustaka Utama, di Jakarta pada tahun 2010. Dan terjemahan terbaru

Sans Famille dalam bahasa Inggris yang berjudul “Alone in the World” oleh Adrian de

Bruyn, pada tahun 2007 (http://www.wikipedia.org/wiki/Sans_Famille [diunduh

2015/04/20 pukul 20:05]).

Roman Sans Famille merupakan karya Masterpiece klasik tentang keberanian,

integritas, dan kesetiaan. Roman tersebut menceritakan sebuah kisah perjalanan panjang

seorang anak yang bernama Rémi dalam mengatasi kehidupan di jalanan. Ketika masih

bayi, Rémi diculik dan di tinggalkan disebuah jalanan di Paris. Seorang pemotong batu

yang miskin mengangkatnya sebagai anak, tetapi kemudian menjualnya kepada Signor

Vitalis, pemusik jalanan yang membawa Rémi berkelana bersama rombongan

pertunjukannya yang terdiri atas anjing-anjing (Capi, Dulce, Zerbino) dan seekor kera

(Joli-Coeur). Dari Signor Vitalis-lah Remi belajar bermain musik, dan orangtua ini

menjadi pengganti sosok ayah baginya. Berbagai peristiwa dialaminya : kehilangan orang

yang disayangi, menemukan sahabat sejati, dan terutama : harapan untuk menemukan

kembali orangtua kandungnya.

Pengaruh dari kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau menyatukan diri dari

keterasingan terhadap masyarakat selama Remi berkelana keliling Prancis mempengaruhi

kehidupan Remi itu sendiri. Remi dapat belajar bermusik, bernyanyi, berbahasa Inggris,

belajar arti sebuah kesetiaan, integritas dan keberanian dari kehidupannya yang sebatang

Page 29: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

7

kara di Prancis. Hal tersebut yang secara tidak disadari bahwa pengaruh lingkungan

sangatlah berdampak besar terhadap perkembangan dan sifat anak.

Karya sastra, baik novel, drama dan puisi di jaman modern ini sarat dengan unsur-

unsur psikologis sebagai manifestasi : kejiwaan pengarang, para tokoh fiksional dalam

kisahan dan pembaca. Karya fiksi psikologis merupakan suatu istilah yang digunakan

untuk menjelaskan suatu novel yang bergumul dengan spiritual, emosional dan mental

para tokoh dengan cara lebih banyak mengkaji perwatakan daripada mengkaji alur atau

peristiwa (Minderop 2013 :53).

Psikologi berasal dari kata Yunani psyche, yang berarti jiwa, dan logos yang

berarti ilmu. Jadi psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari

tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop 2013:3). Psikologi juga merupakan

ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik

selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah

laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan,

berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi

berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya (www.belajarpsikologi.com

/pengertian-psikologi/ diunduh 2015//11/06 pukul 14.00).

Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang dialami dan

dan dilakukan manusia merupakan tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu psikologi

sangat luas, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam

beberapa bidang yaitu psikologi umum, psikologi faal, psikologi perkembangan,

psikologi kepribadian, psikologi klinis, psikologi konseling, psikologi abnormal,

Page 30: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

8

psikologi pendidikan, psikologi diagnostik, psikologi sosial, psikologi industri, psikologi

humanistis, psikologi sastra dan lain-lain. Selain itu, psikologi juga terbagi dalam

beberapa metodologi di antaranya: metodologi eksperimental, observasi ilmiah, sejarah

kehidupan (metode biografi) dan wawancara. Metode wawancara tersebut terbagi dalam

beberapa teknik seperti angket, pemeriksaan psikologi, metode statistik dan metode

analisis karya. Metode analisis karya tersebut dilakukan dengan cara menganalisis hasil

karya seperti gambar-gambar, buku harian atau karangan yang telah dibuat. Hal ini

karena karya dapat dianggap sebagai pencetus dari keadaan jiwa seseorang

(www.wikipedia.com/wiki/psikologi/ [diunduh 2015/11/06 pukul 14.30]).

Tidak semua sikap manusia tampil secara dominan dan bersamaan dalam diri

seorang individu. Banyak orang percaya bahwa masing-masing individu memiliki

karakteristik kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang

mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik seseorang

yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan, itulah yang

disebut kepribadian (Santrock dalam Minderop, 2013:4).

Kepribadian dalam psikologi bisa mengacu pada pola karakteristik perilaku dan

pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian

dibentuk oleh potensi sejak lahir yang dimodifikasi oleh pengalaman budaya dan

pengalaman unik yang mempengaruhi seseorang sebagai individu. Pendekatan teoritis

untuk memahami kepribadian mencakup kualitas nalar, psikoanalisis, pendidikan sosial,

dan teori-teori humanistik:

Page 31: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

9

“Personality refers to the characteristic patterns of behavior and ways of thinking

that determine a person’s adjustment to his environment. Personality is shaped by

inborn potential as modified by experiences common to the culture and

subcultural group (such as sex roles) and unique experiences that affect the

person as an individual. The major theoretical approach to an understanding of

personality include trait, psychoanalytic, social learning, and humanistic theories

(Hilgard, et al via Minderop, 2013:4)”

“Kepribadian mengacu pada pola karakteristik perilaku dan cara berpikir yang

menentukan penyesuaian seseorang terhadap lingkungannya. Kepribadian

kemungkinan dibentuk oleh pembawaan sejak lahir yang dimodifikasi oleh

pengalaman bersama budaya dan kelompok cabang kebudayaan (misalnya peran

gender) dan pengalaman unik yang mempengaruhi seseorang sebagai individu.

Pokok pendekatan teoritis untuk memahami kepribadian mencakup perilaku,

psikoanalisis, pembelajaran sosial, dan teori-teori humanistik”.

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, peneliti akan menggunakan teori

psikologi sastra untuk memahami aspek-aspek psikologi yang terkandung di dalam

roman Sans Famille. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan

antara psikologi dengan sastra, yaitu : a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang

sebagai penulis, b) memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam karya

sastra, dan c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Dan pada dasarnya, psikologi

sastra memberikan perhatian pada masalah kejiwaan para tokoh fiksional yang

terkandung dalam karya sastra (Ratna, 2008 :343).

Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra.

Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari

sisi dalam. Mungkin aspek „dalam‟ ini yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat

para pemerhati sastra menganggapnya berat. Sesungguhnya belajar psikologi sastra amat

indah, karena kita dapat memahami sisi kedalaman jiwa manusia, jelas amat luas dan

amat dalam (Endraswara, 2008 :16).

Page 32: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

10

Psikologi sastra juga merupakan telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan

proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis hal penting yang

perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan

pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan.

Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi

dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah

sadar (subconscious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk sadar (conscious)

(Endraswara, 2008 :96). Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah

cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh

pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan yang

kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam cerita. Karya-karya sastra memungkinkan

ditelaah melalui pendekatan psikologi karena karya sastra menampilkan watak para

tokoh, walaupun imajinatif, dapat menampilkan berbagai problem psikologis.

John Keble berpendapat kedekatan antara karya sastra dan psikologi dapat

dicermati melalui, misalnya karya-karya sastra yang merupakan ungkapan pemuasan

motif konflik desakan keinginan dan nafsu yang ditampilkan para tokoh untuk mencari

kepuasan imajinatif yang dibarengi dengan upaya menyembunyikan dan menekan

perasaan dengan menggunakan „cadar‟ atau „penyamar‟ dari lubuk hati yang paling

dalam (sebagaimana dikutip Abrams dalam Minderop, 2013 :57). Gelora jiwa dan nafsu

yang tampil melalui para tokoh ini yang harus digali oleh peneliti yang tentunya

berdasarkan analisis secara instrinsik terlebih dahulu dan selanjutnya didekati melalui

pendekatan psikologi.

Page 33: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

11

Peneliti memilih Psikologi Humanistis yang berpayung pada Psikologi Sastra

dalam penelitian ini dikarenakan :1) teori psikologi sastra dapat mengevaluasi karya

sastra, menggali lebih dalam problem-problem kejiwaan tokoh bisa berupa konflik,

kelainan perilaku, dan bahkan kondisi psikologis yang lebih parah sebagaimana dialami

manusia di dalam kehidupan nyata, dan; 2) teori psikologi humanistis Erich Fromm

berasumsi lebih melihat manusia dari sudut pandang sejarah yang didasari akan

keberadaan manusia seperti keterasingan dan kesendirian yang menakutkan, dan juga

menemukan jawaban atas keberadaan manusia untuk kabur dari kebebasan melalui

pelarian, sehingga teori tersebut sangat relevan untuk menganalisis roman Sans Famille

karya Hector Malot.

Dalam penelitian ini akan dikaji fenomena psikologis tokoh utama roman Sans

Famille dengan menggunakan teori Psikologi Humanistis Erich Fromm, yaitu

authoritarianisme dan kebebasan positif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang dibahas

dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah authoritarianisme tokoh utama dalam roman Sans Famille

karya Hector Malot?

b. Bagaimanakah kebebasan positif tokoh utama dalam roman Sans Famille

karya Hector Malot?

Page 34: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

12

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

a. Mendeskripsikan authoritarianisme tokoh utama dalam roman Sans Famille karya

Hector Malot

b. Mendeskripsikan kebebasan positif dalam tokoh utama roman Sans Famille karya

Hector Malot.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian kajian authoritarianisme dan kebebasan positif tokoh utama

dalam roman Sans Famille karya Hector Malot ini diharapkan bermanfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumber referensi baru

bagi ranah kepustakaan penelitian, khususnya di bidang sastra, dan menambah

pengetahuan tentang analisis karya sastra, terutama analisis roman yang

menggunakan teori authoritarianisme dan kebebasan positif.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis, yaitu:

1. Secara umum, membantu para pembaca dalam memahami isi roman dan

memberikan pemahaman karya sastra, terutama tentang permasalahan-

Page 35: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

13

permasalahan psikologi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan

jiwa dan kepribadian seseorang.

2. Secara khusus, memberikan masukan bagi para mahasiswa dalam

memahami isi dan meneliti karya sastra Perancis terutama roman, sebagai

bahan rujukan penelitian yang menggunakan teori authoritarianisme dan

kebebasan positif bagi peneliti berikutnya.

1.5 Sistematika Penelitian

Secara garis besar penulisan skripsi ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian

awal skripsi, inti skripsi, dan akhir skripsi. Bagian awal berisi halaman judul, halaman

pernyataan, halaman pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, résumé, dan

daftar isi.

Bab I berisi Pendahuluan. Bab ini memuat latar belakang masalah, permasalahan,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II berisi Landasan Teori. Dalam bab ini diuraikan landasan teori yang

digunakan sebagai pedoman dalam skripsi ini yaitu Authoritarianisme dan

Kebebasan Positif sebagai Kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm.

Bab III berisi Metode Penelitian yang meliputi Pendekatan Penelitian, Data dan

Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Teknik Pemaparan Hasil

Analisis Data.

Bab IV berisi Hasil dan Pembahasan. Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil

penelitian dan pembahasan Authoritarianisme dan Kebebasan Positif sebagai

Page 36: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

14

Kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm dalam roman Sans Famille karya

Hector Malot

Bab V berisi Penutup yang berupa Kesimpulan dan Saran.

Bagian akhir skripsi ini dilengkapi dengan Daftar Pustaka dan Lampiran.

Page 37: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan peneliti, terdapat beberapa penelitian yang telah

dilakukan mengenai maupun yang menjadikan roman Sans Famille karya Hector Malot

sebagai objek penelitian.

Penelitian terhadap roman Sans Famille karya Hector Malot telah dilakukan

pertama, oleh Renat Galih Gunara dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Moral Dalam

Roman Sans Famille karya Hector Malot Tinjauan Lima Kode Semiotika Roland

Barthes” pada tahun 2012 (UGM). Dalam skripsi tersebut peneliti menganalisis masalah

moral yang terkandung dalam cerita dan berusaha mengungkap apa saja nilai-nilai moral

yang terkandung dan dapat dipetik dari roman Sans Famille.

Kedua, oleh Ikhda Rizky Nurbayu, dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Dalam Novel Sans Famille

Karya Hector Malot (Tinjauan Psikologi Sosial)” pada tahun 2013 (UGM). Dalam

skripsi tersebut peneliti menganalisis pengaruh lingkungan sosial apa saja yang

membentuk kepribadian Remi dengan menggunakan teori belajar sosial Albert Bandura.

Penelitian tersebut menghasilkan pemaparan dan penjelasan dari apa saja yang menjadi

pengaruh lingkungan sosial yang membentuk kepribadian Remi dalam bertingkah laku.

Ketiga, oleh Elysa Tuken Liling Padang, dalam thesisnya yang berjudul

“Kemandirian Dalam Novel Sans Famille Karya Hector Malot” pada tahun 2013

Page 38: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

16

(UNHAS). Dalam thesis tersebut peneliti menganalisis perkembangan tokoh utama,

Remi, dalam novel Sans Famille dengan menggunakan teori psikologi perkembangan

Erikson yang meliputi tahap dasar kepribadian manusia dan pendekatan struktural untuk

mencermati hubungan Remi dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita. Penerapan psikologi

Erikson menghasilkan kesimpulan bahwa kemandirian tokoh Remi dipengaruhi oleh

faktor pola asuh dan faktor lingkungan.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, khususnya kajian Psikologi

Humanistis Erich Fromm terhadap roman Sans Famille belum pernah dilakukan,

sehingga dapat dipastikan bahwa penelitan dengan judul “Authoritarianisme dan

Kebebasan Positif dalam Roman Sans Famille Karya Hector Malot (Kajian Psikologi

Humanistis Erich Fromm)” belum pernah dilakukan sebelumnya dan dapat

dipertanggung jawabkan keorisinalitasannya.

2.2 Landasan Teoritis

Penelitian ini menggunakan teori authoritarianisme dan kebebasan positif untuk

menganalisis fenomena psikologis tokoh utama dalam roman Sans Famille karya Hector

Malot sebagai sebuah kajian psikologi humanistis Erich Fromm. Dalam bab ini akan

diuraikan teori yang digunakan sebagai pedoman dalam skripsi tersebut yang

dikemukakan oleh beberapa para ahli dan berikut penjabarannya:

2.2.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra merupakan sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra.

Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari

sisi dalam. Mungkin aspek „dalam‟ ini acap kali bersifat subjektif, yang membuat para

pemerhati sastra menganggapnya berat. Sesungguhnya belajar psikologi sastra amat

Page 39: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

17

indah, karena kita dapat memahami sisi kedalaman jiwa manusia, jelas amat luas dan

amat dalam (Endraswara sebagaimana dikutip Minderop, 2013: 59). Daya tarik psikologi

sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri

yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang

kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman itu sering pula

dialami oleh orang lain.

Psikologi sastra juga merupakan telaah sastra yang diyakini mencerminkan proses

dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya sastra psikologis hal penting yang

perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan

pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan.

Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal, pertama, karya sastra merupakan kreasi

dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah

sadar (subconscious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk sadar (conscious)

(Endraswara, 2008:96). Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah

cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh

pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan yang

kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam cerita. Karya-karya sastra memungkinkan

ditelaah melalui pendekatan psikologi karena karya sastra menampilkan watak para

tokoh, walaupun imajinatif, dapat menampilkan berbagai problem psikologis.

John keble berpendapat kedekatan antara karya sastra dan psikologi dapat

dicermati melalui, misalnya karya-karya sastra yang merupakan ungkapan pemuasan

motif konflik desakan keinginan dan nafsu yang ditampilkan para tokoh untuk mencari

kepuasan imajinatif yang dibarengi dengan upaya menyembunyikan dan menekan

Page 40: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

18

perasaan dengan menggunakan „cadar‟ atau „penyamar‟ dari lubuk hati yang paling

dalam (Abrams sebagaimana dikutip dalam Minderop, 2013:57). Gelora jiwa dan nafsu

yang tampil melalui para tokoh ini yang harus digali oleh peneliti yang tentunya

berdasarkan analisis secara instrinsik terlebih dahulu dan selanjutnya didekati melalui

pendekatan psikologi.

Psikologi sastra bertujuan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang

terkandung dalam suatu karya tetapi bukan berarti sama sekali terlepas dari kebutuhan

masyarakat. Karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakatnya secara tidak

langsung melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya masyarakat dapat

memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi

dalam masyarakat, khususnya kaitannya dengan psike (Ratna, 2008:342).

Ratna (2008:343) mengungkapkan bahwa terdapat tiga cara untuk memahami

hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu: a) memahami unsur-unsur kejiwaan

pengarang sebagai penulis, b) memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional

dalam karya sastra, dan c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Dan psikologi

sastra pada dasarnya memberikan perhatian pada masalah kejiwaan para tokoh fiksional

yang terkandung dalam karya sastra. Sebagai dunia dalam kata karya sastra memasukkan

aspek kehidupan ke dalamnya, khususnya pada manusia. Pada umumnya, aspek-aspek

kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata

dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan

diinvestasikan.

Page 41: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

19

2.2.2 Psikologi Kepribadian

Karakteristik individu tidak selalu muncul secara dominan dan bersamaan dalam

diri seorang individu. Banyak orang percaya bahwa masing-masing individu memiliki

karakteristik kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang

mencakup dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik seseorang

yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan, inilah yang

disebut kepribadian (Santock sebagaimana dikutip dalam Minderop, 2013: 4).

Kepribadian dalam psikologi bisa mengacu pada pola karakteristik perilaku dan

pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian

dibentuk oleh potensi sejak lahir yang dimodifikasi oleh pengalaman budaya dan

pengalaman unik yang memengaruhi seseorang sebagai individu. Pendekatan teoritis

untuk memahami kepribadian yang mencakup kualitas nalar, psikoanalisis, pembelajaran

sosial, dan teori-teori humanistik:

Personality refers to the characteristic patterns of behavior and ways of thinking

that determine a person’s adjustment to his environment. Personality is shaped by

inborn potential as modified by experiences common to the culture and

subcultural group (such as sex roles) and the unique experiences that affect the

person as an individual. The major theoretical approach to an understanding of

personality include trait, psychoanalytic, social learning, and humanistic theories

(Hilgard, et al., sebagaimana dikutip dalam Minderop, 2013:4).

“Kepribadian mengacu pada pola karakteristik perilaku dan cara berpikir yang

menentukan penyesuaian seseorang terhadap lingkungannya. Kepribadian

kemungkinan dibentuk oleh pembawaan sejak lahir yang dimodifikasi oleh

pengalaman bersama budaya dan kelompok cabang kebudayaan (misalnya peran

gender) dan pengalaman unik yang mempengaruhi seseorang sebagai individu.

Pokok pendekatan teoritis untuk memahami kepribadian mencakup perilaku,

psikoanalisis, pembelajaran sosial, dan teori-teori humanistik”.

Krech et al sebagaimana dikutip dalam Minderop (2013:7) mengatakan bahwa:

Page 42: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

20

“The study of personality is the study of how people come to be what they are. Of

course people differ widely in what they have learned; each person is indeed

unique. But all have learned in accordance with same general laws. The essential

point here is that there are no laws of personality functioning apart from the laws

of general psychology”.

“Kajian kepribadian adalah kajian mengenai bagaimana seseorang menjadi

dirinya sendiri, walaupun semua berdasarkan hukum yang berlaku umum. Hal

yang penting ialah tidak ada hukum kepribadian yang terpisah dari teori psikologi

pada umumnya”.

Dalam pandangan eksperimental, kajian kepribadian juga merupakan suatu proses

yang harus dipahami dengan mempelajari peristiwa yang mempengaruhi perilaku

seseorang melalui kontribusi peristiwa tersebut terhadap kepribadian si individu. Dalam

pandangan sosial, kajian kepribadian dalam kaitannya dengan konteks sosial dan

perkembangan kehidupan harus dipahami melalui kontribusi model dan peran

kebudayaan serta kebudayaan itu sendiri (Krech et al., sebagaimana dikutip dalam

Minderop, 2013:8). Dengan demikian, kepribadian adalah suatu integrasi dari semua

aspek kepribadian yang unik dari seseorang menjadi organisasi yang unik, yang

menentukan, dan dimodifikasi oleh upaya seseorang beradaptasi dengan lingkungannya

yang selalu berubah.

Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia

dengan objek penelitian faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku manusia. Dalam

psikologi kepribadian dipelajari kaitan antara ingatan atau pengamatan dengan

penyesuaian diri pada individu. Sasaran pertama, psikologi kepribadian ialah

memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia. Karya-karya sastra, sejarah, dan

agama bisa memberikan informasi berharga mengenai tingkah laku manusia. Sasaran

kedua, psikologi kepribadian mendorong individu agar dapat hidup secara utuh dan

memuaskan, dan yang ketiga, sasarannya ialah agar individu mampu mengembangkan

Page 43: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

21

segenap potensi yang dimilikinya secara optimal melalui perubahan lingkungan

psikologis (Koswara sebagaimana dikutip dalam Minderop, 2013:8).

Fungsi psikologi kepribadian ialah pertama, fungsi deskriptif (menguraikan) dan

mengorganisasi tingkah laku manusia atau kejadian-kejadian yang dialami individu

secara sistematis. Fungsi kedua, ialah fungsi prediktif. Ilmu ini juga harus mampu

meramalkan tingkah laku, kejadian, atau akibat yang belum muncul pada diri individu.

Dalam psikologi terdapat tiga aliran pemikiran (revolusi yang memengaruhi pemikiran

personologis modern) seperti yang diungkapkan Koswara sebagaimana dikutip dalam

Minderop (2013:9) yaitu :

a. Psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri

dan konflik-konflik struktur kepribadian. Konflik-konflik struktur kepribadian

ialah konflik yang timbul dari pergumulan antara id, ego, dan superego.

b. Behaviorisme mencirikan manusia sebagai korban yang fleksibel, pasif, dan

penurut terhadap stimulus lingkungan.

c. Psikologi humanistis, adalah sebuah “gerakan” yang muncul, yang

menampilkan manusia yang berbeda dari gambaran psikoanalisis dan

behaviorisme. Di sini, manusia digambarkan sebagai mahkluk yang bebas dan

bermartabat serta selalu bergerak kearah pengungkapan segenap potensi yang

dimilikinya apabila lingkungan memungkinkan.

Page 44: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

22

2.2.3 Psikologi Humanistis Erich Fromm

Psikologi humanistis adalah pendekatan yang menekan kehendak bebas,

pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan untuk pulih kembali setelah mengalami

ketidakbahagiaan, serta keberhasilan dalam merealisasikan potensi manusia. Psikologi

humanistis yang berdasarkan pada keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya

psikologi yang kuat dan ia merupakan penentu asas kelakuan manusia. Keyakinan ini

membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas,

interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi lebih bebas. Psikologi

humanistis juga didefinisikan sebagai sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan nilai,

sifat, dan tindak tanduk yang dipercayai terbaik bagi manusia (Misiak & Sexton, 2005).

Psikologi humanistis dapat dimengerti dari tiga ciri utama berikut ini: pertama,

psikologi humanistis menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk

memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, psikologi humanistis menawarkan

pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.

Ketiga, psikologi humanistis menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah

yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.

Teori psikologi humanistis Erich Fromm berasumsi bahwa kepribadian individu

dapat dimengerti hanya dengan memahami sejarah manusia yang mengenai keadaan atau

keberadaan manusia yang tidak memiliki insting yang kuat untuk beradaptasi dengan

dunia yang berubah, melainkan telah memperoleh kemampuan bernalar yang disebut

sebagai dilema manusia. Manusia mengalami dilema tersebut karena telah terpisah

dengan alam, namun memiliki kemampuan untuk menyadari bahwa diri mereka telah

menjadi mahkluk yang terasing (Feist & Feist, 2010:228).

Page 45: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

23

Fromm menetapkan dalam bukunya yang berjudul The Sane Society bahwa

psikologi humanistis dapat dianggap sebagai landasan dari buku tersebut, pada pokok

pikiran yang pertama tentang definisi sifat manusia adalah dimulai dari “the human

situation” atau “situasi manusia” dan bukan hanya anugerah biologis manusia. Inilah

perbedaan yang paling penting dari Freud, yang dianggap sebagai picik pada abad ke-19,

namun Fromm mengakui keberadaan gerakan biologis, meskipun ia mendefinisikan

konten yang agak berbeda dari Freud, tapi melihat “kondisi manusia” yang dibangun oleh

ketegangan antara alam dan karakteristik kesadaran diri, akal dan imajinasi. Bagi Freud,

kontradiksi terletak pada kondisi hati manusia yaitu antara kebutuhan individu dan

tuntutan budaya, sebaliknya Fromm menggantikannya dengan “kesadaran diri, akal dan

imajinasi” yang tidak terlihat sebagai produk budaya, tetapi disajikan sebagai dasar teori

dari pada kenyataan yang sebenarnya. Rekonsiliasi dari konflik tersebut adalah inti dari

“the human situation” seperti yang dijelaskan Fromm (2008:24) pada kutipan berikut ini:

“The problem of man’s existence, then, is unique in the whole of nature; he has

fallen out of nature, as it were, and is still in it; he is partly divine, partly animal;

partly infinite, partly finite. The necessity to find ever-new solutions for the

contradictions in his existence, to find ever-higher forms of unity with nature, his

fellowmen and himself, is the source of all psychic forces which motivate man, of

all his passions, affects and anxieties”.

“Masalah keberadaan manusia, dengan demikian bersifat unik; ia telah jatuh dari

alam, namun masih ada di dalamnya, dia sebagian ilahi, sebagian hewan, sebagian

tak terbatas, sebagian terbatas. Inilah kebutuhan untuk menemukan solusi yang

selalu baru untuk kontradiksi keberadaan manusia, untuk menemukan bentuk

kesatuan dengan alam yang semakin tinggi, dengan sesama dan dirinya sendiri

adalah sumber dari semua kekuatan psikis yang memotivasi manusia, semua

gairah, perasaan dan kecemasannya”.

Dalam Hall & Lindzey (1993:256) dijelaskan bahwa tema dasar dari semua

tulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia dipisahkan

dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies

Page 46: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

24

binatang, itu adalah situasi khas manusia. Anak, misalnya, bebas dari ikatan-ikatan

primer dengan orangtuanya, tetapi dengan akibat bahwa ia merasa terisolasi dan tak

berdaya, budak belian pada akhirnya memperoleh kebebasannya hanya untuk terkatung-

katung dalam suatu dunia yang sama sekali asing. Sebagai seorang budak belian, ia

adalah milik seseorang dan memiliki perasaan berhubungan dengan dunia dan orang-

orang lain, meskipun ia tidak bebas.

Fromm seperti dikutip dalam Feist & Feist (2010: 224) juga menyatakan bahwa

manusia pada masa modern ini telah terpisah dari kesatuan prasejarah mereka dengan

alam dan juga dengan satu sama lain, namun mereka memiliki kekuatan akal, antisipasi

dan imajinasi. Paduan akan kurangnya insting kebinatangan dan adanya pikiran rasional

menjadikan manusia sebagai suatu keganjilan dalam alam semesta. Kesadaran diri turut

ambil bagian dalam adanya perasaan kesendirian, isolasi, dan kehilangan tempat

berpulang. Untuk melarikan diri dari perasaan-perasaan ini, manusia berusaha untuk

kembali dengan alam dan sesama manusia lain. Psikologi humanistis berasumsi bahwa

terpisahnya manusia dengan dunia alam menghasilkan perasaan kesendirian dan isolasi,

kondisi yang disebut sebagai kecemasan dasar (basic anxiety).

Ketika manusia muncul sebagai spesies yang terpisah dari evolusi binatang,

mereka kehilangan sebagian besar insting kebinatangannya, namun mendapat

peningkatan dalam perkembangan otak yang membuat mereka memiliki realisasi diri,

imajinasi, perencanaan, dan keraguan. Paduan antara lemahnya insting kebinatangan dan

otak yang sangat berkembang inilah yang membedakan manusia dengan semua binatang

lain. Kejadian yang lebih baru dalam sejarah manusia adalah bangkitnya kapitalisme

yang telah berkontribusi dalam waktu luang dan kebebasan pribadi. Hal ini menghasilkan

Page 47: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

25

perasaan cemas, isolasi dan ketidakberdayaan, dimana harga kebebasan telah melampaui

manfaatnya. Isolasi yang dihasilkan oleh kapitalisme sudah tidak dapat lagi diterima,

meninggalkan manusia dengan dua pilihan: (1) melarikan diri dari kebebasan menuju

ketergantungan interpersonal atau bergerak menuju realisasi diri melalui cinta dan kerja

yang produktif (Feist & Feist, 2010:225).

Manusia yang telah terpisah dari alam, namun tetap menjadi bagian dari alam

semesta, subjek bagi batasan-batasan fisik sebagai hewan lain. Sebagai salah satu hewan

yang memiliki kesadaran diri, imajinasi, dan akal pikiran adalah suatu keganjilan dalam

alam semesta. Akal pikiran bertanggung jawab atas timbulnya perasaan keterasingan dan

kesendirian, namun juga merupakan proses membiarkan manusia bersatu dengan dunia.

Mereka terkurung peran yang diberikan oleh masyarakat, peran yang menyediakan rasa

aman, tempat bergantung dan kepastian. Kemudian, setelah mereka mendapatkan

kebebasan untuk bergerak secara sosial dan geografis, mereka paham bahwa mereka

bebas dari rasa aman pada tempat tertentu didunia namun beban kebebasan tersebut

menciptakan kecemasan dasar (Feist & Feist, 2010:235).

Kecemasan dasar menghasilkan rasa keterasingan dan kesendirian yang

menakutkan, maka manusia berusaha untuk lari dari kebebasan melalui berbagai macam

mekanisme pelarian seperti: authoritarianisme, sifat merusak dan konformitas. Dalam

penelitian tersebut, peneliti hanya menggunakan satu mekanisme pelarian yaitu

authoritarianisme karena dapat mendorong atau memberi kekuatan bagi manusia dan

sangat relevan untuk menganalisis roman Sans Famille karya Hector Malot. Namun,

setelah manusia kabur dari kebebasan dan mendapatkan kekuatan yang tidak dimilikinya

Page 48: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

26

melalui mekanisme pelarian, mereka masih butuh untuk menemukan jawaban atas

keberadaannya yaitu melalui kebebasan positif.

2.2.3.1. Authoritarianisme

Istilah authoritarianisme berasal dari bahasa Inggris yaitu authoritarian. Kata

authoritarian sendiri berasal dari bahasa Inggris authority, yang sebetulnya turunan dari

bahasa Latin yaitu auctoritas. Kata tersebut berarti pengaruh, kuasa, wibawa, otoritas.

Dengan otoritas tersebut orang dapat mempengaruhi pendapat, pemikiran, gagasan, dan

perilaku orang, baik secara perorangan maupun kelompok. Authoritarianisme merupakan

paham atau pendirian yang berpegang pada otoritas, kekuasaan, yang meliputi cara hidup

dan bertindak.

Istilah authoritarianisme digunakan untuk menggambarkan bentuk organisasi

sosial atau keadaan yang memaksa dengan kuat dan kadang-kadang dengan tindakan

yang berlawanan terhadap penduduk. Misalnya, dalam sebuah negara otoriter, para warga

dikenakan wewenang negara dalam segala aspek kehidupan mereka. Authoritarianisme

juga ditandai dengan tunduk pada otoritas kesenangan akan menyelesaikan kepatuhan

atau tunduk kepada otoritas yang bertentangan dengan kebebasan individu dan

demokrasi. Dalam www.PsychWiki.com/Authoritarianism, Stenner (2009) menjelaskan

seperti kutipan berikut ini:

“Authoritarianism is an enduring predisposition across all political and social

affairs, which favors conformity and obedience (sameness and oneness) over

freedom and difference”.

“Authoritarianisme adalah suatu kecenderungan kronis yang berlaku untuk semua

urusan politik maupun sosial, yang menyerupai kesesuaian dan ketaatan

(kesamaan dan kesatuan) yang lebih dari kebebasan dan perbedaan”.

Page 49: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

27

Fromm (1941:141) dalam bukunya Escape from Freedom memperkuat

pernyataan tersebut bahwa:

“Authoritarianism is the tendency to give up the independence of one’s own

individual self and to fuse one’s self with somebody or something outside oneself

in order to acquire the strength which the individual self is lacking”.

“Authoritarianisme adalah kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian

seseorang secara individu dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu

diluar dirinya demi mendapatkan kekuatan yang tidak dimilikinya” (Feist & Feist,

2010:235).

Dengan kata lain, authoritarianisme adalah mencari sesuatu yang baru, “pertalian

kedua” sebagai pengganti pertalian pertama yang telah hilang. Kebutuhan untuk bersatu

dengan mitra yang kuat tersebut dapat berupa dua hal yaitu masokisme dan sadisme.

Masokisme timbul dari rasa ketidakberdayaan, lemah serta rendah diri dan bertujuan

untuk menggabungkan diri dengan orang atau institusi yang lebih kuat. Usaha masokis

tersebut sering berkedok cinta atau kesetiaan tersembunyi. Sedangkan sadisme bertujuan

mengurangi kecemasan dasar dengan mencapai kesatuan dengan satu orang atau lebih

(Feist & Feist, 2010:236).

2.2.3.2. Kebebasan Positif

Dalam teori Fromm ada tiga tahap kebebasan yaitu “pre- freedom” atau “pra-

kebebasan”, “negative freedom” atau “kebebasan negatif” dan “positive freedom” atau

kebebasan positif. Pada tahap pra-kebebasan seseorang sadar bahwa dirinya hanyalah

sebagai anggota masyarakat, ras, kelompok, lembaga, dan lain sebagainya. Dalam hal ini,

seseorang bertindak bukan berdasarkan realisasi diri, identifikasi diri, dan sebagainya.

Dengan kata lain, seseorang itu masih terkait dengan dunia dalam ikatan primer. Dia

belum memahami dirinya sendiri sebagai individu kecuali melalui media atau peran

Page 50: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

28

sosialnya. Sebagaimana dikutip dari My Intellectual Path yang diungkapkan oleh Berlin

(2002:10) berikut ini:

“I do this not because it is good or right, or because I like it, but because I am a

German and this is German way to live”

“Saya melakukan ini bukan karena baik atau benar, atau karena saya

menyukainya, tetapi karena saya adalah orang Jerman dan beginilah cara hidup

orang Jerman”

Kemudian pada tahap kebebasan negatif, Fromm (1984:89) menjelaskan seperti

kutipan tersebut:

“It showed that freedom from the traditional bonds of medieval society, though

giving the individual a new feeling of independence, at the same time made him

feel alone and isolated, filled him with doubt and anxiety, and drove him into new

submission and into a compulsive and irrational activity”

“Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan dari ikatan masyarakat abad pertengahan,

meskipun memberikan individu perasaan baru dari kemerdekaan, pada saat yang

sama membuatnya merasa sendirian dan terisolasi, dipenuhi dengan keraguan dan

kecemasan, dan membawanya ke dalam kepatuhan yang baru dan paksaan dan

aktivitas yang tidak logis”.

Fromm percaya bahwa manusia bebas dalam tahap tersebut, tapi kebebasan ini

tidak memuaskan karena orang menyerah pada keamanan pada tahap pra-kebebasan;

dengan kata lain, manusia akan kehilangan keamanan ketika dia menikmatinya, dari

perasaan tak diragukan memilikinya, dan dia terlepas dari dunia yang memuaskannya

mencari keamanan, baik secara material maupun spiritual.

Fokus utama dalam “kebebasan positif” untuk mempelajari realisasi kebebasan

dalam bentuk yang realistis dan ilmiah. Kebebasan positif mengacu pada tahap proses

tumbuhnya kebebasan, seperti yang diungkapkan Fromm dalam bukunya The Fear of

Freedom (1894: 222) bahwa:

“The process of growing freedom does not constitute a vicious cycle, and that

man can be free and yet not alone, critical and yet not filled with doubts,

Page 51: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

29

independent and yet an integral part of mankind. This freedom man can attain by

the realization of his self, by being himself”.

“Proses bertumbuh dari kebebasan bukan merupakan sebuah siklus kejam, dan

manusia itu dapat bebas dan bukan sendirian, kritis dan tidak dipenuhi oleh

keragu-raguan, bebas dan masih perlu untuk melengkapi bagian umat manusia.

Kebebasan manusia ini dapat dicapai dengan realisasi dirinya, menjadi dirinya

sendiri”.

Berkaitan dengan kutipan tersebut, realisasi diri dan pengenalan diri adalah

prasyarat untuk kebebasan positif, tetapi tidak cukup dari diri mereka. Seperti yang

diungkapkan Fromm (1984:720) berikut ini:

“Positive freedom is identical with full realization of the individual’s

potentialities, together with his ability to live actively and spontaneously”.

“Kebebasan positif adalah kesesuaian antara kemauan seseorang atau diri yang

sebenarnya dan melakukan kemampuan mereka yang penuh kapasitas”.

Pernyataan-pernyataan kebebasan positif tersebut menunjuk pada kekuatan diri

individu dan bukan pada kekuatan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, kebebasan positif

menyatakan secara tidak langsung bahwa tidak ada yang lebih tinggi dari diri manusia.

Dalam Freedom: The Courage to be Yourself, (Insights for a New Way of Living), Osho

(2007:5) menyatakan seperti berikut ini:

“It has been said that the individual is only a part of the collective; that is not

true. The individual is not just a part of the collective; the collective is only a

symbolic word for individuals meeting together. They remain organically

independent; they don’t become parts of a collective”.

“Telah dikatakan bahwa individu hanyalah bagian dari kolektif, itu tidak benar.

Individu bukan hanya bagian dari kolektif, kolektif hanyalah sebuah kata simbolis

untuk orang-orang yang bertemu bersama. Mereka bukanlah bagian dari sesuatu,

mereka tetap bebas. Mereka secara organis tetap bebas; mereka bukan menjadi

bagian kolektif”.

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami dengan baik bahwa tidak seorang

pun dapat memberi kebebasan positif kepada orang dan tidak seorang pun dapat

mengambilnya dari mereka. Dan Osho (2007:5) menambahkan bahwa:

Page 52: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

30

“A sword can cut your head but it cannot cut your freedom, your being. It is

another way of saying that you are centered, rooted in your natural, existential

self. It has nothing to do with outside”.

“Sebuah pedang dapat memotong kepalamu tetapi itu tidak dapat menghentikan

kebebasanmu, keberadaanmu. Dengan cara lain dikatakan bahwa kamu adalah

pusat, sumber dari kebiasaanmu, eksistensial diri. Tidak ada yang dilakukan

diluar itu”.

Fromm seperti yang dikutip dari Feist & Feist (2010:237) memperkuat pernyataan

tersebut bahwa kebebasan positif adalah bebas dan tidak sendiri, kritis namun tidak

dipenuhi keraguan, namun tetap menjadi bagian umat manusia. Manusia dapat mencapai

kebebasan tersebut dengan pengungkapan penuh dan spontan dari potensi rasional

maupun emosionalnya. Dengan kebebasan positif dan aktivitas spontan, manusia dapat

mengatasi ketakutan akan kesendirian, mencapai kesatuan dengan dunia, dan

mempertahankan individualitas. Dan Fromm menegaskan bahwa cinta dan kerja yang

aktif adalah dua komponen kembar dari kebebasan positif. Melalui cinta dan kerja yang

aktif, manusia bersatu dunia dengan yang lainnya tanpa mengorbankan integritas mereka.

Mereka menegaskan keunikan mereka sebagai individu dan mencapai kesadaran penuh

akan potensi mereka.

Secara positif, Erich Fromm melihat cinta sebagai persoalan kemampuan yang

selalu mensyaratkan adanya kedewasaan dan upaya pengembangan totalitas kepribadian.

Cinta dipandang sebagai seni yang harus dimengerti dan diperjuangkan. Fromm

mengungkapkan bahwa cinta adalah jawaban atas problem eksistensi manusia. Problem

dalam hal ini adalah problem keterpisahan manusia yang timbul karena manusia

diciptakan Tuhan sebagai mahkluk yang memiliki akal budi, sebagai mahkluk yang sadar

akan dirinya sebagai individu yang terpisah dan hidup dalam ketidakpastian di dunia ini.

Dalam buku The Art of Loving, Fromm (1956:7) dijelaskan bahwa:

Page 53: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

31

“Any theory of love must begin with a theory of man, of human existence. While

we find love, or rather, the equivalent of love, in animals, their attachments are

mainly a part of their instinctual equipment; only remnants of this instinctual

equipment can be seen operating in man. What is in essential in the existence of

man is the fact that he has emerged from the animal kingdom, from instinctive

adaption, that he has transcended nature – although he never leaves it; he is a

part of it – and yet once torn away from nature, he cannot return to it; once

thrown out of paradise – a state original oneness with nature – cherubim with

flaming swords block his way, if he should try to return. Man can only go forward

by developing his reason, by finding a new harmony, a human one, instead of the

prehuman harmony which is irretrievably lost”.

“Teori cinta harus dimulai dengan teori manusia, dari keberadaan manusia. Saat

kita menemukan cinta, atau lebih tepatnya, setara dengan cinta, pada hewan-

hewan, kasih sayang mereka sebagian besar bagian dari perlengkapan naluri

mereka; hanya sisa-sisa dari peralatan dari mereka dapat dilihat beroperasi pada

manusia. Apa yang penting dalam keberadaan manusia adalah fakta bahwa ia

telah timbul dari kerajaan hewan, dari pengurangan insting, bahwa ia telah

melebihi sifat dasar – meskipun ia tidak pernah meninggalkan itu; ia bagian

darinya – dan belum pernah lepas jauh dari alam, ia tidak dapat kembali ke sana;

setelah terlepas dari sorga – keadaan semula bersatu dengan alam, ia tidak bisa

kembali ke sana – kerub dengan pedang yang menyala memblokir jalannya.

Manusia hanya bisa maju terus berkembang dengan pertimbangan akal sehat,

menemukan keselarasan baru, manusia yang sama, bukannya keselarasan pra-

manusia yang hilang tidak dapat diperoleh lagi”.

Manusia sadar bahwa dirinya dilahirkan di luar kemauannya dan akan mati di luar

keinginannya. Mereka sadar akan kelemahannya menghadapi kekuatan-kekuatan alam

dan masyarakat. Hal-hal tersebut menjadi sumber kecemasan yang luar biasa sehingga

kebutuhan untuk mengatasi keterpisahan dan keluar dari penjara kesendirian, serta

menjalin hubungan dengan manusia lain atau dunia luar menjadi kebutuhan terdalam

manusia. Fromm mengungkapkan bahwa cinta merupakan jawaban problem keberadaan

manusia. Cinta tersebut haruslah merupakan hubungan kesatuan dengan sesuatu atau

seseorang dalam kondisi saling tetap mempertahankan integritas dan invidualitas masing-

masing. Untuk dapat mempertahankan integritas dan individualitas, seseorang mesti

memiliki kedewasaan dalam mencintai.

Page 54: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

32

Di samping itu, kita harus memahami cinta yang dewasa, pertama-tama perlu

dipahami bahwa cinta merupakan sebentuk “aktivitas” yang mensyaratkan adanya

kebebasan. Dalam mencintai, manusia haruslah menyadari objek motivasinya yang

berupa nafsu seperti rasa iri, cemburu, hasrat, dan segala bentuk ketamakan akan

membuat manusia berada dalam kondisi “dikendalikan”. Manusia harus membebaskan

diri dari hal-hal tersebut sehingga menjadi seorang yang aktif, dan menjadi tuan dari

kemauan-kemauannya sendiri. Fromm (1956:26) menjelaskan dalam bukunya seperti

kutipan berikut:

“If a woman told us that she loved flowers, and we saw that she forgot to water

them, we would not believe in her “love” for flowers. Love is the active concern

for the lie and the growth of that which we love. Where this active concern is

lacking, there is no love”.

“Jika seorang wanita menceritakan pada kita bahwa dia menyukai bunga, dan kita

melihat bahwa dia lupa menyiraminya, kita tidak akan percaya cintanya pada

bunga-bunga. Cinta adalah perhatian yang aktif pada kebohongan dan bertumbuh

dari yang kita cintai. Jika perhatian aktif berkurang, tidak ada cinta”

Karakter dari cinta yang aktif adalah bahwa pertama-tama cinta adalah persoalan

memberi, bukan menerima. Kemampuan mencintai sebagai tindakan memberi berarti

seseorang telah mampu mengatasi ketergantungan dan kuasa narsistiknya, sebentuk

keinginan untuk mengeksploitasi atau menimbun, sehingga tidak takut untuk memberikan

dirinya dan tidak takut untuk mencintai. Bagi orang yang produktif, tindakan adalah

ekpresi tertinggi dari potensi yang ada di dalam diri mereka. Memberi telah menjadi

tindakan yang lebih memuaskan dan lebih menggembirakan dari pada menerima dan

mencintai juga sesuatu yang lebih penting dari pada dicintai (Fromm, 1956:22).

Page 55: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Pendekatan Penelitian, Data dan Sumber

Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Teknik Pemaparan Hasil

Analisis Data.

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis.

Wellek & Warren (dalam Ratna, 2008:61) menunjukkan bahwa ada empat model

pendekatan psikologis, yang dikaitkan dengan pengarang, proses kreatif, karya sastra, dan

pembaca. Meskipun demikian, pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan

tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan

bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya

sastra.

Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra

karena adanya beberapa kelebihan seperti: pertama, pentingnya psikologi sastra untuk

mengkaji lebih dalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat memberi

umpan-balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan, dan

terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang

kental dengan masalah-masalah psikologis (sebagaimana dikutip Endraswara dalam

Minderop, 2013:2).

Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan

yang terkandung dalam suatu karya. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa analisis

Page 56: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

34

psikologi sastra sama sekali terlepas dengan kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan

hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak

langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya, misalnya, masyarakat dapat

memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi

dalam masyarakat, khususnya kaitannya dengan psike (Ratna, 2008:342).

Dengan demikian, Psikologi Humanistis yang berpayungkan teori Psikologi

Sastra digunakan pada penelitian ini karena relevansinya yang tinggi terhadap

pengungkapan fenomena-fenomena psikologis pada tokoh utama dalam roman Sans

Famille karya Hector Malot.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif

adalah sebuah data yang dinyatakan dalam bentuk dan bukan angka misalnya jenis

pekerjaan, gender, dan sebagainya. Dalam penelitian karya sastra, misalnya, akan

dilibatkan pengarang, lingkungan sosial di mana pengarang berada, termasuk unsur-

unsur kebudayaan pada umumnya (Ratna, 2008:47). Data penelitian bukan gejala sosial

sebagai bentuk substantif, melainkan makna-makna yang terkandung di balik tindakan,

yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Data kualitatif tersebut dianggap

persis sama dengan data hasil dari pemahaman peneliti.

Siswantoro (2010:140) menyatakan bahwa dari cara memperoleh data dibagi

menjadi dua, yaitu data primer dan sekunder. Sumber data primer merupakan sumber

Page 57: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

35

data utama. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dalam penelitian.

Sumber data primer dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Roman Sans Famille karya Hector Malot yang diterbitkan pertama kali pada

tahun 1878.

b. Teori Psikologi Humanistis Erich Fromm yang berpayungkan teori Psikologi

Sastra.

Sedangkan data sekunder adalah sumber data kedua. Siswantoro (2010:140)

menyatakan bahwa data sekunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil

penelitian tersebut yang berasal dari literatur, artikel, jurnal, dan berbagai sumber yang

berhubungan dengan penelitian tersebut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pustaka. Teknik pustaka adalah melakukan peninjauan kembali pustaka-pustaka yang

terkait (review of related literature) atau tentang masalah yang berkaitan, tidak selalu

harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi tetapi termasuk pula yang

seiring dan berkaitan (collateral). Sebagaimana yang diungkapkan Leedy (1997) bahwa

semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal dan memahami tentang

penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan erat dengan

topik penelitiannya), semakin dapat dipertanggungjawabkan cara meneliti permasalahan

yang dihadapi (http://expresisastra.blogspot.in /2013/10/ Teknik-Tata-Cara-Penulisan-

Tinjauan-Pustaka-Kajian-Teori.html di unduh 20/01/2016 pukul 12:00).

Page 58: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

36

Pada tahap pengumpulan data tersebut, peneliti mengumpulkan dan menelaah

sumber data yang mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian untuk memperoleh data.

Data yang diperoleh kemudian digunakan dalam menganalisis objek penelitian yang

berupa buku yaitu roman Sans Famille karya Hector Malot. Setelah mengumpulkan data

melalui teknik pustaka, langkah selanjutnya adalah memasukkan data tersebut dalam

sebuah kartu data (Ratna, 2008:48).

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

isi. Isi dalam teknik analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi.

Isi laten adalah isi yang terkandung dalam naskah, sedangkan isi komunikasi adalah

pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah isi

sebagaimana dimaksudkan oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi

sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen (Ratna, 2008 :48).

Dengan kata lain, isi komunikasi pada dasarnya mengimplikasikan isi laten, tetapi belum

tentu sebaliknya.

Analisis terhadap isi laten akan menghasilkan arti, sedangkan analisis terhadap isi

komunikasi akan menghasilkan makna. Dasar pelaksanaan teknik analisis isi adalah

penafsiran yang memberikan perhatian pada isi pesan. Teknik analisis tersebut dilakukan

dalam dokumen-dokumen yang padat isi di mana peneliti menekankan bagaimana

memaknakan isi komunikasi atau isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa

komunikasi (Ratna, 2008:49).

Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah mencari fakta yang relevan pada

objek penelitian, kemudian hasil yang diperoleh dideskripsikan. Pada langkah

Page 59: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

37

selanjutnya, peneliti menganalisis data-data yang ditemukan dengan memberi penjelasan-

penjelasan lebih lanjut, sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.

3.5 Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data

3.5.1 Analisis Isi Laten

Berikut teknik hasil analisis isi laten pada kutipan roman Sans Famille berupa

analisis tokoh

(1) Nomor data:1

(2) Sumber data: SF/70

(3) Korpus Data

Data

Tu as le cœur gros, continua Vitalis, je

comprends cela et ne t’en veux pas. Tu

peux pleurer librement, si tu en as envie.

Seulement tâche de sentir que ce n’est pas

pour ton malheur que je t’emmène. Que

serais-tu devenu ? Tu aurais été très

probablement à l’hospice. Les gens qui

t’ont élevé ne sont pas tes père et mère. Ta

maman, comme tu dis, a été bonne pour toi

et tu l’aimes, tu es désolé de la quitter, tout

cela c’est bien ; mais fais réflexion qu’elle

n’aurait pas pu te garder malgré son mari.

Ce mari, de son côté, n’est peut-être pas

aussi dur que tu le crois. Il n’a pas de quoi

vivre, il est estropié, il ne peut plus

travailler, et il calcule qu’il ne peut pas se

laisser mourir de faim pour te nourrir.

Comprends aujourd’hui, mon garçon, que

la vie est trop souvent une bataille dans

laquelle on ne fait pas ce qu’on veut.

Terjemahan

Hatimu sedih, lanjut Signor Vitalis, aku

mengerti dan tidak memnginginkanmu

seperti itu. Kamu bisa menangis sepuasnya,

jika kau mau. Tapi cobalah memahami

bahwa itu bukan untuk mencelakakanmu

yang aku katakan padamu. Apa yang akan

terjadi padamu? Kamu sangat mungkin

dikirim ke Panti Asuhan. Orang-orang yang

membesarkanmu itu bukan ayah dan

ibumu. Wanita itu, seperti yang kamu

katakan, sangat baik padamu dan kamu

menyayanginya, kamu menyesal

meninggalkannya, semua itu baik; tapi

setelah dipikir-pikir bahwa dia tidak dapat

menjagamu karena suaminya tidak

menginginkanmu. Laki-laki itu di

pihaknya, mungkin juga tidak bersikap

keras seperti yang kamu pikirkan. Dia

tidak punya apa-apa untuk hidup, dia sudah

cacat, dia tidak bisa bekerja lagi, dan dia

memperkirakan tidak dapat mencegah

kematian karena kelaparan kalau menjadi

orangtua angkatmu. Mengertilah sekarang,

anakku, bahwa hidup itu sering kali

berjuang dalam keadaan yang tidak

Page 60: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

38

diinginkan.

Analisis Korpus Data

Rémi merupakan tokoh utama dalam roman Sans Famille karya Hector Malot. Ia adalah

seorang anak yang sebatang kara hidup di jalanan Paris dan menelusuri jalan-jalan utama

sambil menghibur orang-orang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan berat hati,

dia meninggalkan orang yang menjaganya dan merawatnya dari sejak kecil dan terpaksa

bergabung rombongan pertunjukan jalanan. Dia menelusuri jalan-jalan sambil mencari

uang. Dengan kata lain, Rémi berperan sebagai orang terasing, sendirian, atau tidak

berdaya yang membutuhkan seseorang atau sesuatu di luar dirinya sebagai tempat

perlindungannya maupun tempat mendapatkan keamanan. Sebagaimana dikutip dari Feist

& Feist, (2010:333) mengungkapkan bahwa kebutuhan akan keamanan (safety needs)

termasuk keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari

kekuatan-kekuatan yang mengancam, seperti perang, penyakit, rasa takut, kecemasan dan

lain sebagainya (Feist & Feist, 2010:333).

Keterangan:

Bagian 1 berisi :Nomor urut kartu data

Bagian 2 berisi :Judul roman yaitu, Sans Famille

Bagian 3 berisi : Korpus data

Bagian 4 berisi : Analisis korpus data

Page 61: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

39

3.5.2 Analisis Isi Komunikasi

Berikut teknik hasil analisis isi komunikasi dengan menggunakan teori psikologi

humanistis Erich Fromm, berupa analisis tokoh yang mengalami authoritarianisme dan

kebebasan positif.

(1) Nomor data:1

(2) Sumber data: SF/70

(3) Korpus Data

Data

Tu as le cœur gros, continua Vitalis, je

comprends cela et ne t’en veux pas. Tu

peux pleurer librement, si tu en as envie.

Seulement tâche de sentir que ce n’est pas

pour ton malheur que je t’emmène. Que

serais-tu devenu ? Tu aurais été très

probablement à l’hospice. Les gens qui

t’ont élevé ne sont pas tes père et mère. Ta

maman, comme tu dis, a été bonne pour toi

et tu l’aimes, tu es désolé de la quitter, tout

cela c’est bien ; mais fais réflexion qu’elle

n’aurait pas pu te garder malgré son mari.

Ce mari, de son côté, n’est peut-être pas

aussi dur que tu le crois. Il n’a pas de quoi

vivre, il est estropié, il ne peut plus

travailler, et il calcule qu’il ne peut pas se

laisser mourir de faim pour te nourrir.

Comprends aujourd’hui, mon garçon, que

la vie est trop souvent une bataille dans

laquelle on ne fait pas ce qu’on veut.

Terjemahan

Hatimu sedih, lanjut Signor Vitalis, aku

mengerti dan tidak memnginginkanmu

seperti itu. Kamu bisa menangis

sepuasnya, jika kau mau. Tapi cobalah

memahami bahwa itu bukan untuk

mencelakakanmu yang aku katakan

padamu. Apa yang akan terjadi padamu?

Kamu sangat mungkin dikirim ke Panti

Asuhan. Orang-orang yang

membesarkanmu itu bukan ayah dan

ibumu. Wanita itu, seperti yang kamu

katakan, sangat baik padamu dan kamu

menyayanginya, kamu menyesal

meninggalkannya, semua itu baik; tapi

setelah dipikir-pikir bahwa dia tidak dapat

menjagamu karena suaminya tidak

menginginkanmu. Laki-laki itu di

pihaknya, mungkin juga tidak bersikap

keras seperti yang kamu pikirkan. Dia

tidak punya apa-apa untuk hidup, dia sudah

cacat, dia tidak bisa bekerja lagi, dan dia

memperkirakan tidak dapat mencegah

kematian karena kelaparan kalau menjadi

orangtua angkatmu. Mengertilah

sekarang, anakku, bahwa hidup itu

sering kali berjuang dalam keadaan

yang tidak diinginkan.

Page 62: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

40

Analisis Korpus Data

Kutipan roman tersebut menunjukkan sisi masokisme sebagai bagian dari

authoritarianisme. Dalam hal ini yang dimaksud dengan authoritarianisme adalah

kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian seseorang secara individu dan

meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya demi mendapatkan

kekuatan yang tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang kuat

tersebut dapat berupa masokisme. Masokisme adalah bagian dari dan juga merupakan

faktor penyebab munculnya authoritarianisme. Masokisme tersebut timbul dari rasa

ketidakberdayaan, lemah serta rendah diri dan bertujuan untuk menggabungkan diri

dengan orang atau institusi yang lebih kuat dan usaha tersebut sering terlihat sebagai

maksud tersembunyi dari cinta dan kesetiaan. Rémi berusaha mencari sesuatu yang baru,

“pertalian kedua” sebagai pengganti pertalian pertama yang telah hilang. Monsieur

Barberin menjual Rémi kepada Signor Vitalis karena tidak mampu lagi menghidupi

Rémi. Kemudian Rémi bergabung dengan rombongan pertunjukan Signor Vitalis, namun

tidak memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada ibu angkatnya

yang sangat disayanginya dan dia merasa sedih. Orang-orang yang merawat dan

membesarkannya sejak kecil, harus ditinggalkan demi kebaikan Rémi. Dia harus

mengembara melanjutkan kehidupan barunya bersama majikannya Signor Vitalis

meskipun dia tidak ingin hal itu terjadi. Di dunia nyata, terkadang kita tidak bisa

mempertahankan orang-orang yang menyayangi kita dan selalu memberi kenyamanan

serta semangat di setiap hari-hari yang kita lewati. Meskipun hal itu bukanlah bagian dari

Page 63: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

41

keinginan kita, tapi kita harus rela melepaskannya. Demikian juga tokoh Rémi, dia harus

berjuang untuk tetap bertahan bersama ibu angkatnya tapi ayah angkatnya tidak

menginginkannya. Akhirnya, dia harus pergi meninggalkan orang-orang yang

disayanginya dan tindakan tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk bergabung

dan ikut dengan Signor Vitalis.

Page 64: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

42

BAB. IV

AUTHORITARIANISME DAN KEBEBASAN POSITIF

TOKOH UTAMA DALAM ROMAN SANS FAMILLE

KARYA HECTOR MALOT

4.1. Authoritarianisme

Bagian pertama yang akan dibahas adalah authoritarianisme pada tokoh utama

dalam roman Sans Famille. Dalam hal ini yang dimaksud dengan authoritarianisme

adalah paham atau pendirian tokoh utama yang berpegang pada otoritas, kekuasaan

seseorang atau kelompok, yang meliputi cara hidup dan bertindak. Authoritarianisme

merupakan kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian seseorang secara individu

dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya demi mendapatkan

kekuatan yang tidak dimilikinya.

Suatu hari, Monsieur Barberin mengalami kecelakaan di tambang sehingga dia

harus beristirahat dan kembali ke rumahnya. Kemudian, dia menemukan Rémi masih

berada di rumahnya padahal dia sudah berpesan pada istrinya agar mengirimkan Rémi ke

panti asuhan tapi istrinya tidak mengindahkannya. Lalu, Monsieur Barberin pun marah

karena tidak menginginkan Rémi lagi berada di rumahnya dan Rémi merasa takut kalau

dia akan dikirim ke panti asuhan. Perhatikan kutipan berikut:

(1)

SF/34-35

“Il y avait au village deux enfants qu’on appelait «les enfants de l’hospice », ils

avaient une plaque de plomb au cou avec un numéro; ils étaient mal habillés et

sales ; on se moquait d’eux ; on les battait. Les autres enfants avaient la

Page 65: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

43

méchanceté de les poursuivre souvent comme on poursuit un chien perdu pour

s’amuser, et aussi parce qu’un chien perdu n’a personne pour le défendre.

Ah ! je ne voulais pas être comme ces enfants ; je ne voulais pas avoir un

numéro au cou, je ne voulais pas qu’on courut après moi en criant : « à

l’hospice ! à l’hospice !»

Cette pensée seule me donnait froid et me faisait claquer les dents.”

a. Isi Laten

Di desa itu ada dua anak yang disebut « anak-anak panti » ; mereka mempunyai

plat yang diikat di leher dengan nomor, mereka berpakaian buruk dan jorok, orang selalu

mengejek mereka, memukulinya. Anak-anak yang lain jahat sering mengejarnya seperti

anjing yang hilang untuk bersenang-senang, dan juga seekor anjing yang kesasar yang

tidak mempunyai majikan untuk mempertahankan dirinya. Ah ! aku tidak ingin seperti

anak-anak itu ; aku tidak ingin mempunyai nomor leher, aku tidak ingin orang

berlari mendekatiku sambil berteriak : «anak panti ! anak panti ! » Itulah yang

kupikirkan sendiri yang membuatku kedinginan dan membuatku menggertakkan

gigi.

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas menunjukkan authoritarianisme pada tokoh utama yaitu tokoh

Rémi mengkhawatirkan hidupnya jika dia akan dikirim oleh orangtua angkatnya ke panti

asuhan. Dia sudah tahu bagaimana keadaan anak-anak panti di desa itu. Mereka sering

diejek, dipukuli, dan dikejar-kejar anak-anak yang lain seperti anjing hilang yang tidak

memiliki majikan. Rémi berpikir bahwa dia juga akan mengalami hal yang seperti itu

seandainya dia dikirim ke panti asuhan.

Rémi merasa bahwa dia akan menjadi seperti orang-orang yang tidak

diperhitungkan misalnya seperti orang gila atau pengemis yang sering diperlakukan orang

yang tidak punya hati sebagai bahan permainan untuk bersenang-senang. Di samping itu,

orang yang tidak diperhitungkan tersebut juga kebanyakan tidak memiliki keluarga,

Page 66: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

44

rumah atau sesuatu maupun seseorang yang akan dijadikan sebagai tempat mendapatkan

perlindungan. Dia tidak tahu ke mana arah dan tujuan yang akan dicari agar menemukan

tempat perlindungan sebagai sumber rasa aman untuk mempertahankan dirinya.

Kemudian, Rémi berusaha mencari sesuatu yang baru, “pertalian kedua” sebagai

pengganti pertalian pertama yang telah hilang. Pertalian kedua sebagai pertalian pertama

yang telah hilang dalam hal ini adalah sesuatu atau seseorang yang dijadikan sebagai

tempat perlindungan atau tempat mendapatkan rasa aman atau dengan kata lain sebagai

wali atau majikan. Monsieur Barberin menjual Rémi kepada Signor Vitalis karena tidak

mampu lagi menghidupi Rémi. Kemudian Rémi bergabung dengan rombongan

pertunjukan Signor Vitalis, namun tidak memiliki kesempatan untuk mengucapkan

selamat tinggal kepada ibu angkatnya dan dia merasa sedih. Perhatikan kutipan berikut :

(2)

SF/70 “- Tu as le cœur gros, continua Vitalis, je comprends cela et ne t’en veux pas. Tu

peux pleurer librement, si tu en as envie. Seulement tâche de sentir que ce n’est

pas pour ton malheur que je t’emmène. Que serais-tu devenu ? Tu aurais été très

probablement à l’hospice. Les gens qui t’ont élevé ne sont pas tes père et mère.

Ta maman, comme tu dis, a été bonne pour toi et tu l’aimes, tu es désolé de la

quitter, tout cela c’est bien ; mais fais réflexion qu’elle n’aurait pas pu te garder

malgré son mari. Ce mari, de son côté, n’est peut-être pas aussi dur que tu le

crois. Il n’a pas de quoi vivre, il est estropié, il ne peut plus travailler, et il

calcule qu’il ne peut pas se laisser mourir de faim pour te nourrir. Comprends

aujourd’hui, mon garçon, que la vie est trop souvent une bataille dans laquelle

on ne fait pas ce qu’on veut.”

a. Isi Laten

Hatimu sedih, lanjut Signor Vitalis, aku mengerti dan tidak menginginkanmu

seperti itu. Kamu bisa menangis sepuasnya, jika kamu mau. Hanya berusahalah

merasakan bahwa itu bukan untuk mencelakakanmu ketika aku mengajakmu

pergi. Apa yang akan terjadi padamu? Kamu sangat mungkin dikirim ke Panti Asuhan.

Orang-orang yang membesarkanmu itu bukan ayah dan ibumu. Wanita itu, seperti yang

Page 67: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

45

kamu katakan, sangat baik padamu dan kamu menyayanginya, kamu menyesal

meninggalkannya, semua itu baik; tapi setelah dipikir-pikir bahwa dia tidak dapat

menjagamu karena suaminya tidak menginginkanmu. Laki-laki itu di pihaknya, mungkin

juga tidak bersikap keras seperti yang kamu pikirkan. Dia tidak punya apa-apa untuk

hidup, dia sudah cacat dan, dia tidak bisa bekerja lagi, dan dia memperkirakan tidak dapat

mencegah kematian karena kelaparan kalau menjadi orangtua angkatmu. Mengertilah

sekarang, anakku, bahwa hidup itu sering kali berjuang dalam keadaan yang tidak

diinginkan.

b. Isi Komunikasi

Kutipan roman di atas adalah authoritarianisme tokoh utama yaitu Rémi yang

merasa sedih dan tak sanggup untuk meninggalkan Mére Barberin ibu angkatnya yang

sangat disayangi dan terpaksa bergabung dengan rombongan pertunjukan jalanan. Orang-

orang yang merawat dan membesarkan Rémi sejak kecil, harus ditinggalkan demi

kebaikan Rémi. Di dunia nyata, terkadang kita tidak bisa mempertahankan orang-orang

yang menyanyangi kita dan yang selalu memberi kenyamanan serta semangat di setiap

hari-hari yang kita lewati. Meskipun hal itu bukanlah bagian dari keinginan kita, tapi kita

harus rela melepaskannya. Demikian juga dengan tokoh Rémi, dia harus berjuang untuk

tetap bertahan bersama ibu angkatnya tapi ayah angkatnya tidak menginginkannya.

Akhirnya, dia harus pergi meninggalkan orang-orang yang sangat disayanginya dan

tindakan tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk bergabung dan ikut dengan

Signor Vitalis.

Authoritarianisme tersebut juga ditandai dengan keadaan yang memaksa dengan

kuat dan tunduk pada otoritas kesenangan akan menyelesaikan kepatuhan atau tunduk

Page 68: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

46

kepada otoritas yang bertentangan dengan kebebasan individu. Rémi sebagai seorang

pekerja bagi Signor Vitalis harus patuh padanya dan melakukan semua perintah

majikannya tersebut walaupun terkadang tidak suka untuk melakukannya. Perhatikan

kutipan berikut:

(3)

SF/201

“Il fallut de nouveau emboîter le pas derrière mon maître et, la bretelle de ma

harpe tendue sur mon épaule endolorie, cheminer le long des grandes routes,

par la pluie comme par le soleil, par la poussière comme par la boue.

Il fallut faire la bête sur les places publiques et rire ou pleurer pour amuser

l’honorable société.

La transition fut rude, car on s’habitue vite au bien-être et au bonheur”

a. Isi Laten

Harus kembali lagi berjalan mengikuti jejak majikanku, dan menyandang

harpaku yang membentang di atas bahuku yang terasa sakit, menempuh

perjalanan jauh dan berat di sepanjang jalan-jalan utama, dalam hujan seperti

dalam terik matahari, dalam debu seperti dalam lumpur. Harus berperan sebagai

orang bodoh di tempat umum dan tertawa atau menangis untuk menghibur

penonton yang terhormat. Perubahan itu sulit, karena aku sudah terbiasa dalam

kesejahteraan dan kebahagiaan.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Rémi harus kembali menempuh perjalanan

yang jauh melewati jalan-jalan besar dengan membawa harpanya yang berat dan

membuat bahunya sakit. Perjalanan hidup Rémi sangat memprihatinkan, di mana di

usianya yang masih muda harus mengembara bersama majikannya sambil menyandang

harpanya dalam hujan, terik matahari, debu dan lumpur. Sebenarnya, tidak layak di

lakukan seorang anak kecil seusianya menelusuri jalanan yang berat. Di samping itu,

Rémi terpaksa berperan sebagai orang bodoh, kadang tertawa, kadang menangis untuk

Page 69: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

47

menghibur para penonton agar mereka mendapatkan uang. Rémi merasa kesulitan untuk

melakukannya karena Rémi pernah tinggal bersama orang lain yang hidup serba cukup

sebelum melanjutkan perjalanan lagi bersama majikannya tersebut.

4.1.1 Faktor Penyebab Authoritarianisme pada Tokoh Utama

Faktor munculnya authoritarianisme pada tokoh utama disebabkan oleh adanya

rasa ketidakberdayaan, lemah, rendah diri dan kecemasan dasar yang terdapat pada diri

tokoh utama tersebut sehingga ia berusaha keluar dari belenggu tersebut dengan

menggabungkan diri dengan seseorang atau kelompok maupun sesuatu diluar dirinya.

Faktor authoritarianisme terbagi menjadi dua bagian yaitu masokisme dan sadisme.

Masokisme timbul dari rasa ketidakberdayaan, lemah serta rendah diri dan bertujuan

menggabungkan diri dengan orang atau institusi yang lebih kuat dan usaha tersebut

merupakan maksud tersembunyi dari cinta dan kesetiaan. Sedangkan, sadisme bertujuan

untuk mengurangi kecemasan dasar dengan mencapai kesatuan dengan satu orang atau

lebih.

Berikut ini akan dibahas tentang masokisme yang terdapat pada tokoh utama.

Rémi merasa tidak mampu untuk mengikuti Signor Vitalis dan bergabung dengan

rombongan pertunjukan jalanan tapi harus tetap melakukan perjalanan yang jauh

walaupun sebelumnya Rémi tak pernah berjalan sejauh itu. Perthatikan kutipan berikut:

(4)

SF/72

“Me sauver! Je n’y pensais plus. Où aller d’ailleurs ? Chez qui?

Apres tout, ce grand et beau vieillard à barbe blanche n’était peut-être pas aussi

terrible que je l’avais cru d’abord ; et s’il était mon maître, peut-être ne serait-il

pas un maître impitoyable.

Longtemps nous cheminâmes au milieu de tristes solitudes, ne quittant les

landes que pour trouver des champs de brandes, et n’apercevant tout autour de

nous, aussi loin que le regard s’étendait, que quelques collines arrondies aux

sommets stériles.”

Page 70: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

48

a. Isi Laten

Menyelamatkan diri ! Aku tidak memikirkannya sama sekali. Pergi ke

mana ? Ke tempat siapa? Kalau dipikir-pikir, orang besar tua yang tampan dan

berjenggot putih ini, mungkin juga tidak semenakutkan yang aku duga sebelumnya; dan

jika dia majikanku, mungkin dia bukan seorang majikan yang tak berperasaan.

Berlangsung lama kami menempuh perjalanan jauh ditengah sedih kesepian,

meninggalkan daratan itu untuk menemukan perladangan yang menarik perhatian,

dan semua tidak terlihat di sekeliling kami, juga jauh memandang bentangannya,

beberapa bukit yang membundar di puncak yang gersang.

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Rémi merasa tak berdaya untuk

menempuh jalan yang sangat jauh karena fisiknya tidak kuat tapi dia tidak berpikir

bagaimana cara menyelamatkan dirinya. Rémi merasa sedih dan kesepian dalam

menempuh perjalanan yang jauh melalui bukit-bukit walaupun dia bersama dengan

Signor Vitalis dan rombongan pertunjukan jalanan. Dia belum pernah menempuh

perjalanan sejauh itu dan juga tidak dapat menolaknya atau menyelamatkan diri dari

kenyataan yang harus dihadapi ke depannya.

Setelah beberapa waktu berlalu, Signor Vitalis memutuskan untuk berpisah

dengan Rémi dan menitipkannya pada seorang padrone. Selama pengembaraan, Rémi

sudah sering bertemu para padrone yang suka memukuli anak-anak yang bekerja

padanya. Orang-orang itu sangat kejam, suka menyumpah-nyumpah dan biasanya

pemabuk. Hal itulah yang memenuhi pikiran Rémi, yang membuatnya khawatir

Page 71: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

49

seandainya dia tinggal bersama salah satu dari para padrone tersebut. Perhatikan kutipan

berikut:

(5)

SF/256-257

“Dans nos courses à travers les villages et les villes, j’en avais rencontré

plusieurs, de ces padrones qui mènent les enfants qu’ils ont engagés de-ci de-là,

à coups de bâton.

Ils ne ressemblaient en rien à Vitalis, durs, injustes, exigeants, ivrognes, l’injure

et la grossièreté à la bouche, la main toujours levée.

Je pouvais tomber sur un de ces terribles patrons. Et puis, quand même le

hasard m’en donnerait un bon, c’était encore un changement.

Après ma nourrice, Vitalis.

Après Vitalis, un autre.

Est-ce que ce serait toujours ainsi ? Est-ce que je ne trouverais jamais personne

à aimer pour toujours ?

Peu à peu j’en étais venu à m’attacher à Vitalis comme à un père.

Je n’aurais donc jamais de père ;

Jamais de famille ;

Toujours seul au monde ;

Toujours perdu sur cette vaste terre, où je ne pouvais me fixer nulle part !”

a. Isi Laten

Dalam perjalanan kami menuju desa-desa atau kota-kota, aku sudah bertemu

beberapa dari para padrone yang menyuruh anak-anak bekerja ke sana-sini, dipukuli

dengan tongkat. Mereka tidak ada yang mirip pada Vitalis, keras, tidak adil, terlalu

menuntut, pemabuk, penghina dan kata-kata yang kasar di mulutnya, tangannya selalu

terangkat. Aku mungkin akan bertemu dengan salah satu dari para padrone yang

mengerikan itu. Dan, seandainya nasib memberikan padaku seorang tuan yang baik,

tetap saja ini suatu perubahan bagiku. Setelah ibu angkatku, Vitalis. Setelah Vitalis, orang

lain. Apakah akan begini selamanya? Apakah aku tidak akan pernah menemukan

seseorang yang kucintai selamanya? Sedikit demi sedikit aku sudah menyayangi

Vitalis seperti seorang ayah. Aku tidak pernah punya ayah lagi ; Tidak punya

Page 72: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

50

keluarga ; Selamanya sendiri di dunia ; Selamanya tersesat di daratan yang luas, di

mana aku tidak mungkin bertempat tinggal tetap sama sekali.

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas menggambarkan kecemasan Rémi seandainya dia harus berpisah

dengan majikannya. Dia hampir sudah dekat dengan Vitalis, menyayanginya seperti

seorang ayah bagi Rémi. Rémi khawatir jika harus bertemu dan tinggal bersama dengan

seorang padrone yang mengerikan tersebut. Seandainya, Rémi mendapatkan seorang tuan

yang baik tetap saja menjadi suatu perubahan baginya. Pertama-tama, Rémi tinggal

bersama ibu angkatnya yang sangat disayanginya namun dia harus pergi

meninggalkannya.

Kemudian, Rémi mengembara bersama Signor Vitalis, tapi dia juga akan berpisah

dengannya, dan kemungkinan akan tinggal bersama orang lain untuk sementara waktu

dan begitulah seterusnya. Hal tersebut yang membuat Rémi selalu bertanya-tanya dalam

hati. Dia mungkin menjadi orang yang terlantar seperti orang-orang yang tidak pernah

diperhitungkan di pinggiran jalan sebagaimana orang yang tidak mempunyai ayah lagi

untuk selamanya, keluarga pun tidak atau siapa pun yang dapat memberikan rasa aman

baginya. Dia akan hidup sendirian di dunia yang luas dan selamanya sebatang kara, hal

tersebutlah yang menjadi kecemasan terbesar dalam hidup Rémi.

Dalam pembahasan berikut ini juga akan dijelaskan tentang sadisme yang terdapat

pada tokoh utama dalam roman Sans Famille. Rémi tak mampu untuk mengikuti jejak

majikannya dan dia tidak berani meminta untuk berhenti atau beristirahat sementara.

Perhatikan kutipan berikut :

Page 73: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

51

(6)

SF/73-74

“Je traînes les jambes et j’avais la plus grande peine à suivre mon maître.

Cependant je n’osais pas demander à m’arrêter.

- Ce sont tes sabots qui fatiguent, me dit-il ; à Ussel je t’achèterai des souliers.

- Ussel, c’est encore loin ?

- …. Et je te promets aussi une culotte de velours, une veste et un chapeau.

Cela va sécher tes larmes, j’espère, et te donner des jambes pour faire les six

lieues, qui nous restent. - Des souliers, des souliers à clous ! une culotte des velours ! une veste ! un

chapeau ! Ah ! si mère Barberin me voyait, comme elle serait contente,

comme elle serait fière de moi ! quel malheur qu’Ussel fût encore si loin !

Malgré des souliers et la culotte de velours qui étaient au bout de six lieues

qui nous restaient à faire, il me sembla que je ne pourrais pas marcher si

loin. Heureusement le temps vint à mon aide.”

a. Isi Laten

Aku menyeret-nyeret kakiku dan aku dengan susah payah sekali untuk

mengikuti majikanku. Tetapi aku tidak berani meminta izin untuk berhenti.

- Kelompen itu membuatmu lelah, katanya padaku; di Ussel aku akan membelikanmu

sepatu.

- Ussel, apakah masih jauh ?

- …. aku janji akan membelikanmu celana panjang beludru, rompi dan topi.

Mudah-mudahan itu bisa mengeringkan air matamu, aku berharap, dan

membuatmu semangat untuk menempuh enam mil berikutnya. Sepatu. Sepatu,

sepatu yang berpaku-paku ! celana panjang beludru ! rompi ! topi ! ah ! seandainya

ibu Barberin melihatku, dia pasti sangat bahagia, dia pasti sangat bangga padaku !

meskipun demikian dijanjikan sepatu dan celana panjang beludru di

penghujung jarak enam mil yang harus kami tempuh, kukira aku tidak dapat

berjalan begitu jauh. Untunglah hal itu bisa menolongku !

Page 74: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

52

b. Isi Komunikasi

Dalam percakapan di atas ditunjukkan bahwa Rémi tidak berdaya untuk berjalan

jauh dan juga untuk mengikuti jejak majikannya. Di samping itu, Rémi tampak seperti

seorang pekerja yang patuh pada majikannya. Rémi melangkah dengan menyeret-nyeret

kakinya karena dia lelah berjalan jauh dan kelompen itu membuat Rémi semakin susah

untuk melangkah cepat mengikuti langkah majikannya. Kemudian, majikannya mencoba

menghiburnya agar Rémi berhenti menangis dan bersemangat kembali untuk menempuh

perjalanan jauh berikutnya. Kecemasan yang ada pada tokoh Rémi bisa berkurang berkat

majikannya yang peduli padanya dan Rémi pun bersemangat untuk menempuh perjalanan

jauh yang akan ditempuh sejauh enam mil berikutnya. Dengan mendengar perkataan

majikannya itu dapat mengurangi kesedihannya dan semua barang-barang yang

dijanjikan majikannya dapat membantu menenangkan Rémi saat itu dan membangkitkan

semangatnya untuk tetap melangkah melanjutkan perjalanan.

(7)

SF/77-78

“Pendant les derniers mois que j’avais vécu auprès de mère Barberin, je n’avais

certes pas été gâté ; cependant le changement me parut rude.

Ah ! Comme la soupe chaude, que mère Barberin nous faisait tous les soirs, m’eût

paru bonne, même sans beurre!

Comme le coin du feu m’eût été agréable ! comme je me serais glissé avec

bonheur dans mes draps, en remontant les couvertures jusqu’à mon nez !

Mais, hélas ! il ne pouvait être question ni de draps, ni de couvertures, et nous

devions nous trouver encore bien heureux d’avoir un lit de fougère.”

a. Isi Laten

Selama bulan-bulan terakhir aku tinggal dekat dengan mère Barberin, aku

tidak pernah manja; namun perubahan ini kelihatannya kasar bagiku. Ah ! Seperti

sup yang panas, mère Barberin membuatkan untuk kami setiap malam, menurutku

kelihatan bagus, bahkan tanpa mentega! Seperti di sudut perapian akan menyenangkan

bagiku ! Sebagaimana aku dengan senang hati akan menyelinap ke dalam sepraiku,

Page 75: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

53

sambil menaikkan selimut hingga ke hidungku. Tapi, sayangnya ! dia tidak masalah

tidak ada seprai, selimut pun tidak, dan kami masih merasa senang memiliki tempat

tidur dari pakis.

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas menggambarkan bahwa ketika Rémi masih tinggal bersama mère

Barberin, dia bukanlah anak yang manja. Tapi setelah meninggalkan mère Barberin dan

kemudian mengikuti Signor Vitalis, Rémi merasa perlakuan yang diterima dari

majikannya terlihat tidak pantas untuk anak kecil seperti Rémi saat itu. Perubahan yang

dialami sangat kasar baginya karena sudah terbiasa hidup dengan nyaman bersama ibu

angkatnya walau pun tidak dimanja. Meskipun demikian, dengan terpaksa dia harus

meninggalkan orang yang sangat disayanginya atau dengan kata lain dia harus keluar dari

zona nyamannya dan hidup merana. Di samping itu, Rémi harus menjalani hari-harinya

yang terkadang tidak mendapatkan apa-apa untuk dimakan. Ketika malam tiba, dia tidak

memiliki seprai atau selimut untuk menghangatkan tubuhnya saat tidur. Meskipun

demikian, Rémi masih bisa menikmati melewatkan malam harinya dengan tidur di atas

pakis dan dia merasa menemukan kesenangan tersendiri walaupun hanya dengan

memiliki tempat tidur pakis.

4.1.2 Dampak Authoritarianisme pada Tokoh Utama

Dampak authoritarianisme pada orang yang memiliki perasaan kesendirian,

keterasingan, maupun ketidakberdayaan akan berkontribusi secara positif pada diri

seseorang tersebut. Seseorang itu dapat keluar dari penjara perasaan kesendirian,

keterasingan dan ketidakberdayaannya dengan cara menggabungkan diri dengan

seseorang atau sesuatu di luar dirinya untuk mengurangi kecemasannya dan

Page 76: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

54

mendapatkan kekuatan yang tidak dimilikinya. Selain itu, dampak authoritarianisme

tersebut juga bisa terlihat sebagai usaha tersembunyi dari bentuk cinta dan kesetiaan.

Dampak authoritarianisme tersebut terjadi pada tokoh Rémi, di mana dia dapat keluar

dari belenggu perasaan kesendirian, keterasingan dan ketidakberdayaannya. Perhatikan

kutipan roman berikut:

(8)

SF 81-82

“Mes souliers, les souliers promis par Vitalis, l’heure était venue de les

chausser. Où était la bienheureuse boutique qui allait me les fournir? Aussi le seul souvenir qui me reste d’Ussel est-il celui d’une boutique sombre et

enfumée située auprès des hal les. Il fallait descendre trois marches pour entrer,

et alors on se trouvait dans une grande salle, où la lumière du soleil n’avait

assurement jamais pénetre que le toit avait été posée sur la maison. Comment une

aussi belle chose que des souliers pouvait-elle se vendre dans un endroit aussi

affreux ! Cependant Vitalis savait ce qu’il faisait en venant dans cette boutique,

et bientôt j’eus le bonheur de chausser mes pieds dans des souliers ferrés qui

pesaient bien dix fois le poids de mes sabots. La générosité de mon maître ne

s’arrêta pas là ; après les souliers, il m’acheta une veste de velours bleu, un

pantalon de laine et un chapeau de feutre ; enfin tout ce qu’il m’avait promis.

Du velours pour moi, qui n’avais jamais porté que de la toile ; des souliers ; un

chapeau quand je n’avais eu que mes cheveux pour coiffure décidément c’était

le meilleur homme du monde, le plus généreux et le plus riche.”

a. Isi Laten

Sepatuku, sepatu yang dijanjikan oleh Vitalis, waktunya telah tiba untuk

mendapatkannya. Di mana toko yang bagus yang menyediakan sepatu itu untukku?

Sebagai satu-satunya kenangan yang tersisa di Ussel adalah sebuah toko gelap dan

berasap yang terletak di dekat pasar induk. Harus turun tiga anak tangga untuk masuk,

dan kemudian berada dalam sebuah ruangan yang besar, di mana sinar matahari tidak

pernah menembusnya dengan tentu sejak atap sudah di letakkan di atas rumah.

Bagaimana sebuah barang yang bagus jika sepatu itu dapat dijual dalam tempat

yang mengerikan! Meskipun Vitalis tahu apa yang dilakukan sambil datang ke dalam

Page 77: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

55

toko itu, dan segera aku merasa senang menyepatui kakiku dengan sepatu besi yang

beratnya sepuluh kali berat dari kelompenku. Pemberian majikanku tidak berhenti

di sana, setelah sepatu, dia membelikanku jaket beludru warna biru, celana

panjang dari wol dan topi yang berbulu; akhirnya semua yang dijanjikan padaku.

Beludru untukku, yang belum pernah dipakai sebagai kain; sepatu; topi ketika aku

tidak punya rambut untuk tudung kepala; ini benar-benar pria terbaik di dunia

yang paling murah hati dan kaya.

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas menggambarkan bahwa keadaan Rémi menjadi lebih baik setelah

mengikuti majikannya sampai di Ussel. Di sana, Rémi mendapatkan apa yang belum

pernah dimiliki sebelumnya, semua kebutuhan yang perlukan sudah terpenuhi untuk

kehidupan barunya bersama majikannya. Setelah tiba di Ussel, Rémi menunggu janji

majikannya untuk mendapatkan barang-barang yang telah dijanjikan oleh majikannya

karena dia sangat ingin untuk memilikinya. Rémi bertanya-tanya dalam hati karena

semua toko yang bagus sudah dilewati mereka. Dia berpikir kalau tokonya bagus pasti

akan menyediakan barang yang bagus juga.

Kemudian ada satu toko yang gelap dan berasap yang tersisa di Ussel, dan

ternyata toko tersebut menyediakan barang-barang yang dijanjikan oleh majikannya.

Rémi sangat senang walaupun semua barang-barang yang dijanjikan oleh majikannya

dibeli dari toko yang gelap tersebut. Terkadang sesuatu hal yang kelihatannya buruk di

luar belum tentu buruk juga di dalamnya. Demikian halnya dengan tokoh Rémi, dia

berpikir bahwa toko yang gelap akan menyediakan barang yang tidak bagus, tapi

sebaliknya dia mendapatkan barang yang bagus dari toko yang buruk. Dengan kata lain,

Page 78: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

56

tempat yang mengerikan tidak selalu menyimpan hal-hal yang buruk tapi terkadang akan

mengeluarkan sesuatu yang luar biasa yang tak pernah terduga sebelumnya.

Suatu hari kemudian, Rémi harus mengembara sendiri karena majikannya dituduh

memukul polisi sehingga terpaksa masuk penjara. Dalam perjalanan, Rémi bertemu

dengan ibu Arthur yang sering dipanggil Mme Milligan. Lalu, Mme Milligan merasa

kasihan pada Rémi dan menawarkan untuk tinggal bersamanya agar ada yang menghibur

anaknya Arthur yang sakit-sakitan. Kemudian, setelah tiba waktunya bagi majikannya

untuk keluar dari penjara, Rémi ingin menemui majikannya dan dia pun pamit pada Mme

Milligan. Tapi, Mme Milligan dan putranya Arthur tidak mengijinkan Rémi pergi untuk

bertemu majikannya kembali. Meskipun demikian, Rémi tetap pergi dan menunjukkan

kesetiaannya pada majikannya. Perhatikan kutipan berikut:

(9)

SF/190-191

“Un jour enfin, je me décidai à en faire part à Mme Milligan en lui demandant

combien elle croyait qu’il me faudrait de temps pour retourner à Toulouse, car je

voulais me trouver devant la porte de la prison juste au moment où mon maître la

franchirait.

En entendant parler de départ, Arthur poussa les hauts cris:

« Je ne veux pas que Rémi parte ! » s’ecria-t-il.

Je répondis que je n’étais pas libre de ma personne, que j’appartenais à mon

maître, à qui mes parents m’avaient loué, et que je devais reprendre mon

service auprès de lui le jour où il aurait besoin de moi.”

a. Isi Laten

Suatu hari akhirnya, aku memutuskan untuk memberi tahu pada Mme Milligan

sambil bertanya berapa lama aku membutuhkan waktu untuk kembali ke Toulouse,

karena aku ingin berada di depan pintu penjara saat majikanku keluar. Mendengar kami

bicara tentang keberangkatan, Arthur menangis keras : « Aku tidak mau Rémi Pergi ! »

teriaknya.

Page 79: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

57

Aku menjawab bahwa aku tidak diperbolehkan oleh seseorangku, aku milik

majikanku, orangtuaku menyewakanku, dan aku harus memulai pelayananku lagi

padanya kapanpun dia membutuhkanku.

b. Isi Komunikasi

Percakapan di atas menunjukkan bahwa tokoh Rémi merupakan sosok pelayan

yang setia pada majikannya. Meskipun hidupnya bersama Mme Miligan terbilang serba

berkecukupan tapi Rémi tidak peduli, dia tetap memilih pergi agar bisa bertemu kembali

dengan majikannya walaupun bersusah payah untuk mencari nafkah. Dalam percakapan

di atas sangat jelas diungkapkan bahwa Rémi tidak diperbolehkan tinggal bersama Mme

Milligan lagi dan dia harus kembali pada majikannya kapanpun majikannya

membutuhkannya. Kosakata tersebut menggambarkan kesediaan dan kesetiaan tokoh

Rémi sebagai seorang pelayan untuk majikannya.

Di samping itu, Rémi juga ingin menunjukkan bahwa dia sangat mencintai Mère

Barberin, ibu angkatnya yang selalu menjaganya dengan baik seperti anak kandungnya

sendiri. Rémi tetap setia walaupun dia sudah pergi jauh meninggalkan Mère Barberin.

Dia ingin memberikan kejutan untuk ibu angkatnya tersebut dengan membelikan seekor

sapi sebagai balasan kebaikan Mère Barberin yang telah dilakukan pada Rémi. Perhatikan

kutipan berikut:

(10)

SF/518-519

“ Va pour deux cent dix francs, dis-je, croyant tout fini.

Vous avez apporté un licou ? me dit le paysan ; je vends la vache, je ne vends pas

son licou. …

Il nous fallait un licou pour conduire notre vache ; j’abandonnai les trente sous,

calculant qu’il nous en resterait encore vingt.

Et lorsqu’ils furent payés, la vache nos fut enfin livrée avec son licou et sa

longe.

Page 80: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

58

Nous avions une vache, mais nous n’avions plus un sou, pas un seul pour sa

nourriture et pour nous nourrir nous-mêmes.”

a. Isi Laten

Baiklah dua ratus franc, kataku, mengira urusannya sudah beres.

Apa kau membawa tali? tanya petani padaku, aku menjual sapiku tanpa ikat lehernya….

Kami membutuhkan tali untuk membawa sapi kami ; sisa uangku tinggal tiga belas

kuhitung-hitung dari dua puluh sou uang kami. Dan kemudian membayarnya,

akhirnya sapi kami diserahkan pada kami dengan tali dan ikat lehernya. Kami

sudah mempunyai sapi, tapi kami tidak memiliki sepeser pun untuk membeli

makanan untuk sapi dan untuk kami sendiri.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa telah berusaha dengan keras untuk membeli

seekor sapi walaupun akhirnya tidak memiliki uang lagi untuk membeli makanan mereka

demi sebuah kejutan ibu angkatnya. Rémi berpikir dengan membayar sapi tersebut

semuanya akan beres, tapi dia masih membutuhkan tali dan ikat leher yang harus dibayar

agar mereka bisa membawa sapi tersebut. Meski demikian, akhirnya mereka pun dapat

memiliki seekor sapi dari kerja kerasnya. Demi sebuah kejutan dan balasan kasih sayang

ibu angkatnya, Rémi rela membeli sapi tersebut walaupun dia akhirnya tidak memiliki

uang lagi untuk membeli makan.

4.2. Kebebasan Positif

Dalam pembahasan ini akan diperlihatkan tentang kebebasan positif yang terjadi

pada tokoh utama dalam roman Sans Famille. Kebebasan positif adalah suatu keadaan

ketika seseorang merasa bebas dan tidak terikat dengan orang lain. Selain itu, dia juga

kritis namun tidak dipenuhi keraguan, mandiri namun tetap menjadi bagian kesatuan

Page 81: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

59

umat manusia. Manusia dapat mencapai kebebasan semacam itu dengan pengungkapan

spontan dari potensi rasional dan emosionalnya. Aktivitas spontan seringkali terjadi pada

anak-anak dan seniman yang memiliki kecenderungan atau sama sekali untuk

menyesuaikan diri dengan apapun yang orang lain ingin jadikan dari mereka.

Kebebasan positif merepresentasikan keberhasilan mencari solusi bagi dilema

manusia yang menjadi bagian dari dunia alam, namun juga terpisah darinya. Dengan

kebebasan positif dan aktivitas spontan, manusia dapat mengatasi ketakutan akan

kesendirian, mencapai kesatuan dengan dunia, dan mempertahankan individualitasnya.

Fromm menegaskan bahwa cinta dan kerja yang aktif adalah dua komponen kembar dari

kebebasan positif. Melalui cinta dan kerja yang aktif, manusia bersatu dunia dengan yang

lainnya tanpa mengorbankan integritas mereka. Mereka menegaskan keunikan mereka

sebagai individu dan mencapai kesadaran penuh akan potensi mereka.

Dalam kehidupan Rémi yang sebatang kara, dia pasti sangat membutuhkan

seseorang atau sesuatu yang memberikan rasa aman padanya. Namun, malah sebaliknya

dia harus meninggalkan ibu angkatnya mère Barberin, kemudian berpisah dengan

majikannya Signor Vitalis. Meskipun demikian, akhirnya Rémi bahagia karena bisa

menemukan seseorang yang mencintainya dengan penuh kasih sayang. Perhatikan

kutipan berikut:

(11)

SF/187

“C’était là une vie douce et heureuse pour un enfant qui, comme moi, n’avait

quitté la chaumière de mère Barberin que pour suivre sur les grandes routes le

Signor Vitalis.

Deux fois j’avais vu se briser ou se dénouer les liens qui m’attachaient à ceux

que j’aimais : la première, lorsque j’avais été arraché d’auprès de mère

Barberin ; la seconde, lorsque j’avais été séparé de Vitalis ; et ainsi deux fois je

m’étais trouvé seul au monde, sans appui, sans soutien, n’ayant d’autres amis

que mes bêtes.

Page 82: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

60

Et voilà que, dans mon isolement et dans ma détresse, j’avais trouvé quelqu’un

qui m’avait témoigne de la tendresse, et que j’avais pu aimer : une femme, une

belle dame, douce, affable et tendre, un enfant de mon âge qui me traitait

comme si j’avais été son frère.

Quelle joie, quel bonheur pour un cœur qui, comme le mien, avait tant besoin

d’aimer ! ”

a. Isi Laten

Inilah kehidupan yang indah dan menyenangkan untuk seorang anak,

seperti aku, tidak tinggal di gubuk mère Barberin untuk mengikuti perjalanan

bersama Signor Vitalis. Dua kali aku sudah diputuskan atau dilepaskan dari

mereka yang menyayangiku seperti aku mencintainya : pertama, ketika aku direnggut

dari dekat mère Barberin ; kedua, ketika aku berpisah dari Vitalis ; dan dua kali begini

aku sudah menemukan diriku di dunia, tanpa bertopang, tanpa pertolongan, tidak

mempunyai teman-teman yang lain selain binatang-binatangku. Dan begitulah,

dalam kesendirianku dan dalam kesusahanku, aku sudah menemukan seseorang

yang memberikan kasih sayangnya padaku, dan aku mungkin mencintainya :

seorang wanita, wanita cantik, manis, ramah dan penuh kasih sayang, seorang anak

seumuranku menganggapku seperti aku sebagai saudaranya. Alangkah gembira,

alangkah bahagia hati, seperti hatiku, yang begitu butuh cinta !

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas menunjukkan kebebasan positif yang terjadi pada tokoh Rémi. Dia

menemukan kehidupan yang lebih indah dan menyenangkan setelah meninggalkan ibu

angkatnya dan juga berpisah dengan majikannya. Rémi dapat menemukan realisasi

dirinya di dunia. Dia bisa hidup tanpa bertopang dan tanpa mendapatkan pertolongan dari

Page 83: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

61

siapa pun. Dia juga tidak mempunyai teman-teman yang lain kecuali hewan –hewan

peliharaannya yang sudah di anggap sebagai teman.

Rémi bisa hidup tanpa bertopang dan tanpa pertolongan dari siapa pun bukan

karena dia kuat, tapi karena dia mau melepaskan orang yang disayanginya dan mau

berpisah dengan majikannya. Seandainya, dia tidak melakukan hal itu, kemungkinan dia

tidak akan menemukan kehidupan yang lebih menyenangkan. Dan akhirnya pun, dia

bertemu dengan seorang wanita yang baik hati, penuh kasih sayang padanya dan juga

seorang anak dari wanita tersebut sudah menganggap Rémi sebagai saudaranya. Rémi

gembira dan hatinya bahagia karena dia yang hidup sebatangkara sangat butuh kasih

sayang.

(12)

SF/188-189

"Seul, je serais toujours seul!

Aussi cette pensée me faisait-elle goûter avec plus d’intensité la joie que

j’éprouvais à me sentir traiter tendrement par Mme Milligan et Arthur.

Je ne devais pas me montrer trop exigeant pour ma part de bonheur en ce

monde, et, puisque je n’aurais jamais ni mère, ni frère, ni famille, je devais me

trouver heureux d’avoir des amis.

Je devais être heureux et en réalité je létais pleinement.

Cependant, si douces que me parussent ces nouvelles habitudes, il me fallut

bientôt les interrompre pour revenir aux anciennes."

a. Isi Laten

Sendiri, aku akan sendiri selamanya! Pikiran ini juga yang membuatku

menikmati kesenangan dengan intensitas lebih bahagia bahwa aku merasakan pada

perasaanku diperlakukan dengan penuh kasih sayang oleh Mme Milligan dan

Arthur. Aku tidak harus menampakkan diri terlalu banyak meminta bagianku dari

keberuntungan di dunia ini, dan oleh karena aku tidak akan pernah mempunyai

ibu, saudara tidak, keluarga pun tidak, aku harus merasa bahagia memiliki

Page 84: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

62

beberapa teman. Aku harus bahagia dan yang sebenarnya aku memang bahagia.

Meskipun demikian, jika yang indah memperlihatkanku kebiasaan-kebiasaan baru, aku

harus segera menghentikannya agar kembali pada kebiasaan-kebiasaan lama.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Rémi tahu akan keberadaan dirinya yang

hidup sendirian, dan selamanya akan sendiri. Kesendirian tersebut yang membuatnya bisa

menghibur diri dengan menikmati kesenangan yang sedang dirasakannya. Dia juga sudah

cukup tahu bahwa dia tidak boleh terlalu banyak berharap dari dunia karena dia tidak

punya ibu, saudara bahkan keluarga tapi setidaknya dia merasa harus bersyukur karena

masih diberi kesempatan mempunyai teman. Rémi berpikir bahwa dia harus bahagia tapi

dia tahu bahwa kehidupan yang menyenangkan itu hanya sementara. Dia segera

menghentikan kebiasaannya yang baru dan kembali pada kebiasaan yang lama, di mana

ketika kesenangan atau kebahagiaan yang di peroleh secara perlahan akan bertahan abadi

sedangkan yang didapatkan secara instan akan bertahan sementara.

Di samping itu, tokoh Rémi adalah sosok yang tidak mau mengorbankan

integritasnya dan tetap mempertahankan individualitasnya dalam segala situasi.

Perhatikan kutipan berikut ini :

(13)

SF /639

"- Je restais comme toi à me demander d’où venait cette paire de bas, quand j’ai

entendu un homme dire: où est-il, le voleur? Le voleur, c’était Capi, tu le

comprends ; sans brouillard nous étions arrêtes comme voleurs.

Je ne comprenais que trop ; je restai un moment suffoqué. Ils avaient fait un

voleur de Capi, du bon, de l’honnête Capi !

Rentrons à la maison, dis-je à Mattia, et tiens Capi en laisse. Mattia ne me dit pas

un mot, et nous rentrâmes cour du Lion-Rouge en marchant rapidement. Le père,

la mère et les enfants étaient autour de la table occupes à plies des étoffes; je jetai

la paire de bas sur la table, ce qui fit rire Allen et Ned.

Page 85: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

63

Voici une paire de bas, dis-je, que Capi vient voler, car on fait de Capi un

voleur ; je pense que ç’a été pour jouer. Je tremblais en parlant ainsi, et

cependant je ne m’étais jamais senti aussi résolu."

a. Isi Laten

Aku tetap seperti kamu bertanya padaku dari mana diambil sepasang

stoking itu, ketika aku mendengar seorang laki-laki berkata : di mana dia,

pencuri ? Pencuri adalah Capi, kau mengerti itu ; tanpa kabut itu kita akan ditangkap

seperti pencuri-pencuri. Aku sangat tidak mengerti, sejenak aku nyaris tersedak.

Mereka telah menjadikannya pencuri, Capi yang baik, Capi yang jujur!

Kita pulang ke rumah, kataku pada Mattia, dan pegang Capi erat-erat. Mattia tidak

mengatakan sepatah katapun padaku, dan kami kembali ke halaman Lion-Rouge berjalan

cepat. Ayah, ibu dan anak-anaknya duduk mengelilingi meja sambil melipat bahan; aku

melemparkan sepasang stoking itu ke atas meja, yang membuat Allen dan Ned tertawa.

Inilah sepasang stoking, kataku, Capi sudah menjadi pencuri, kalian mengajari

Capi mencuri; kupikir kalian mengajaknya untuk menghibur orang-orang. Aku

gemetar sampai tidak bisa bicara, tapi aku sudah menguatkan tekad.

b. Isi Komunikasi

Percakapan di atas menunjukkan bahwa Rémi tetap mempertahankan

individualitasnya, dia tidak mau terpengaruh oleh lingkungannya. Dia tidak percaya hal

itu terjadi pada anjingnya, kerena dia tidak pernah mengajari anjing tersebut melakukan

hal-hal yang buruk. Rémi tidak membiarkan anjingnya menjadi pencuri, dia sangat marah

pada keluarga Driscoll (Keluarga Driscoll merupakan keluarga pencuri di mana hasil

curian mereka yang akan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari) terutama anaknya

Page 86: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

64

Allen dan Ned. Dia sangat terkejut melihat perbuatan anjingnya karena Capi telah

melakukan perbuatan yang jahat yang tak pernah di duga Rémi sebelumnya.

Rémi berusaha untuk membela anjing kesayangannya bahwa Capi adalah anjing

yang baik, anjing yang jujur dan tidak akan mungkin mencuri jika tidak ada yang

mengajarinya. Rémi tidak menginginkan hal itu terjadi pada anjingnya dan berusaha

mencegah agar tidak melakukan pencurian di kemudian hari. Rémi gemetar saat

berbicara untuk mengungkapkan kebenarannya bahwa anjing tersebut adalah anjing baik

yang selalu diajari Rémi untuk menghibur orang dan bukan untuk melakukan hal-hal

yang buruk.

4.2.1 Faktor Penyebab Kebebasan Positif pada Tokoh Utama

Munculnya kebebasan positif disebabkan oleh adanya pre-freedom (pra-

kebebasan) dan negative freedom (kebebasan negatif). Pada tahap pra-kebebasan,

seseorang sadar bahwa dirinya hanyalah bagian dari masyarakat/kelompok atau

seseorang yang masih terkait dengan dunia dalam ikatan primer. Dalam hal ini,

seseorang bertindak bukan berdasarkan realisasi diri, identifikasi diri, dan sebagainya.

Dia belum memahami dirinya sebagai individu kecuali melalui media atau peran

sosialnya. Kemudian, pada tahap kebebasan negatif, manusia diberikan perasaan baru

dari kebebasan, namun pada saat yang sama merasa sendirian dan terisolasi, dipenuhi

keraguan dan kecemasan, dan membawanya ke dalam kepatuhan yang baru dan paksaan

serta aktivitas yang tidak logis.

Pada kedua tahap tersebut, tidak dapat memuaskan manusia karena hanya

menyerah pada keamanan dan manusia juga kehilangan keamanan ketika dia

menikmatinya, maka setelah tahap tersebut muncullah tahap kebebasan positif, di mana

Page 87: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

65

manusia dapat menemukan realisasi dirinya menjadi dirinya sendiri. Perhatikan kutipan

berikut:

(14)

SF/7

“Je suis un enfant trouvé. Mais, jusqu’à huit ans, j’ai cru que, comme tous les

autres enfants, j’avais une mère, car lorsque je pleurais, il y a avait une femme

qui me serrait si doucement dans ses bras en me berçant, que mes larmes

s’arrêtaient de couleur.

Jamais je ne me couchais dans mon lit sans qu’une femme vint m’embrasser,

et, quand le vent de décembre collait le neige contre les vitres blanchies, elle me

prenait les pieds entre ses deux mains et elle restait à me les réchauffer en me

chantant une chanson, dont je retrouve encore dans ma mémoire l’air et quelques

paroles."

a. Isi Laten

Aku seorang anak pungut. Tapi, hingga berusia delapan tahun, aku mengira,

seperti anak-anak yang lainnya, aku mempunyai seorang ibu, karena ketika aku

menangis, ada seorang wanita yang memelukku erat-erat dan membuaiku dengan

lembut hingga aku berhenti menangis. Aku tidak pernah pergi tidur tanpa seorang

ibu yang memberikan ciuman selamat malam, dan ketika angin bulan Desember

meniupkan salju yang menempel di kaca-kaca yang memutih, dia memegang kakiku

diantara kedua tangannya dan dia masih menghangatkan tubuhku sambil menyanyikan

sebuah lagu untukku, hingga sekarang aku masih ingat lagunya dan beberapa kata-

katanya.

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas merupakan bagian dari pra-kebebasan, tapi kebebasan tersebut

tidak memuaskan kerena Rémi hanya menyerah pada keamanan. Rémi hanya merasa

nyaman bersama ibu angkatnya sebagaimana anak-anak yang lain merasa mendapat

kenyamanan bersama ibu kandungnya. Rémi tidak tahu keberadaannya yang sebenarnya

Page 88: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

66

karena dia selalu mendapatkan perhatian dari ibu angkatnya. Di samping mendapat

kenyamanan, dia hanyalah seorang anak pungut yang diasuh dengan baik oleh seorang

ibu layaknya seperti anak kandungnya.

(15)

SF/24

“En tout autre moment, il est certain que j’aurais été profondement touché par

cette catastrophe ; mais je ne pensais plus aux crêpes, ni aux beignets, et l’idée

qui occupait mon esprit, c’était que cet homme qui paraissait si dur était mon

père.

Mon père, mon père ! C’était là mot que je me répétais machinalement.

Je ne m’étais jamais demandé d’une façon bien précise ce que c’était qu’un

pére, et vaguement, d’instinct, j’avais cru que c’était une mère à grosse voix,

mais en regardant celui qui me tombait du ciel, je me sentis pris d’un effroi

douloureux.”

a. Isi Laten

Pada waktu yang lain, dapat dipastikan bahwa aku akan sangat sedih karena

kecelakaan itu ; tapi aku tidak berpikir tidak ada pancake, pisang goreng pun tidak, dan

pikiran itu yang menyibukkan benakku, laki-laki itu yang kelihatannya begitu keras

adalah ayahku. Ayahku, ayahku ! Itulah kata-kata yang kuulang-ulangi di luar kepala.

Aku tidak pernah bertanya dengan baik seperti apa itu seorang ayah, dan samar-

samar secara naluriah, aku yakin itu suara ibu yang besar, tapi sambil melihatnya

membuatku khawatir, aku merasa ketakutan yang mengerikan.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut menggambarkan tokoh Rémi merasa aman bersama ibu

angkatnya sehingga dia tidak pernah bertanya di mana atau seperti apa sosok ayahnya.

Meskipun demikian, Rémi yakin bahwa dia akan sangat sedih karena kecelakaan yang

menimpa ayah angkatnya tapi dia tidak memikirkan kalau mereka tidak memiliki

makanan untuk makan malam seperti pancake dan pisang goreng yang membuat ayahnya

marah dan kelihatan tampangnya yang keras. Kemudian, Rémi merasa takut melihat

Page 89: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

67

tampang ayahnya dan dia juga merasa kehilangan rasa aman yang dimiliki selama ini

bersama ibu angkatnya.

Di samping itu, ketika Rémi berada pada posisi kebebasan negatif, dia akan

kehilangan keamanan ketika dia menikmatinya dari perasaan yang tak diragukan

memilikinya, dan dia terlepas dari dunia yang memuaskannya mencari keamanan.

Perhatikan kutipan berikut :

(16)

SF/7-8

"Quand j’avais une querelle avec un de mes camarades, elle me faisait conter

mes chagrins, et presque toujours elle trouvait de bonnes paroles pour me

consoler ou me donner raison.

Par tout cela et par bien d’autres choses encore, par la façon dont elle me

parlait, par la façon dont elle me regardait, par ses caresses, par la douceur

qu’elle mettait dans ses gronderies, je croyais qu’elle était ma mère.

Voici comment j’appris qu’elle n’était que ma nourrice."

a. Isi Laten

Ketika aku bertengkar dengan salah satu temanku, dia menyuruhku

menceritakan masalah-masalahku, dan dia hampir menemukan kata-kata yang

bagus untuk menghiburku atau membenarkanku. Untuk semua itu dan banyak lagi

hal yang lain, dari caranya berbicara padaku, dari caranya melihatku, dari

belaiannya, sabar dari kemarahannya, maka aku yakin bahwa dialah ibuku. Itulah

bagaimana aku tahu bahwa dia hanyalah ibu angkatku.

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Rémi selalu mendapatkan perhatian dan

kasih sayang dari wanita itu, dan dia merasa nyaman dengan tindakan wanita tersebut.

Wanita tersebut merawatnya dengan baik sebagaimana anak kandungnya sendiri

sehingga Rémi mengira bahwa wanita itu ibunya. Namun, seiring berjalannya waktu,

Page 90: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

68

Rémi bertumbuh dan semakin besar, sehingga ia semakin merasakan betapa baiknya

wanita itu padanya. Di samping itu, ketika Rémi menikmati semua kebaikan yang

dilakukan oleh wanita tersebut, dia tahu bahwa wanita itu hanyalah ibu angkatnya dan

Rémi pun mulai merasa kehilangan keamanannya.

4.2.2. Dampak Kebebasan Positif terhadap Tokoh Utama

Kebebasan positif berdampak membawa perubahan besar dalam kehidupan

seseorang yang merasakan keterasingan dan ketidakberdayaan dalam hidupnya.

Kebebasan positif tersebut merepresentasikan keberhasilan mencari solusi bagi dilema

manusia yang menjadi bagian dari dunia alam, namun juga terpisah darinya. Ketika

manusia berada pada tahap kebebasan positif, dia akan menemukan realisasi dirinya,

identifikasi diri, dan lain sebagainya. Manusia sadar bahwa dirinya dilahirkan di luar

kemauannya dan akan mati di luar keinginannya. Mereka sadar akan kelemahannya

menghadapi kekuatan-kekuatan alam dan masyarakat. Hal-hal tersebut menjadi sumber

kecemasan yang luar biasa sehingga kebutuhan untuk mengatasi keterpisahan dan keluar

dari penjara kesendirian, serta menjalin hubungan dengan manusia lain atau dunia luar

menjadi kebutuhan terdalam manusia.

Kebebasan positif tersebut berdampak pada tokoh utama dalam hal ini adalah

Rémi menemukan solusi atas keberadaannya, menemukan siapa dirinya yang sebenarnya

dan dia pun menemukan ibu kandungnya setelah pencarian dan penantian panjang sambil

menelusuri jalanan di Paris. Perhatikan kutipan berikut :

(17)

SF/730

"Sans troubler, Mme Milligan – maintenant je peux dire ma mère, -répondit:

Vous pouvez nous appeler devant les tribunaux ; moi je n’y conduirai pas celui

qui a été le frère de mon mari.

Page 91: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

69

La porte se referma sur mon oncle ; alors je pus me jeter dans les bras que ma

mère me tendait et l’embrasser pour la première fois en même temps qu’elle

m’embrassait elle-même."

a. Isi Laten

Tanpa bingung, Mme Milligan- sekarang aku dapat menyebutnya ibuku -,

jawabnya : Anda bisa memanggil kami di depan pengadilan, tapi aku tidak akan

menyeretmu ke pengadilan karena kamu saudara suamiku.

Pintu ditutup kembali oleh pamanku ; kemudian aku dapat menghempaskan diri

dalam lengan ibuku yang dijulurkan padaku dan menciumnya untuk pertama

kalinya dalam hidupku dia balas menciumku.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Rémi sudah tahu kalau Mme. Miligan

adalah ibu kandungnya dan dia tidak perlu bingung lagi untuk memanggil Mme. Miligan

sebagai ibunya. Rémi dapat menikmati hangatnya dalam dekapan ibunya dan saat itulah

pertama kali dalam hidup Rémi mendapatkan sambutan dari ibu kandungnya. Rémi

menemukan jawaban atas keberadaannya yang selama ini sebatang kara dan segala

perjuangan yang dilakukan tidak sia-sia karena dia menemukan ibu kandungnya. Dia

dapat merasakan bahwa kesendirian, keterpisahan maupun ketidakberdayaan yang ada

dalam dirinya, kini berubah menjadi kenyamanan yang ditemukan setelah menemukan

orangtua kandungnya dan identitasnya pun jelas sebagai putra sulung Mme. Miligan.

Dulu, Rémi si kecil yang malang hidup di jalanan, sekarang menjadi seorang

pewaris kastil tua bersejarah dari para leluhurnya Miligan-Park, setelah impiannya

menjadi kenyataan yaitu menemukan ibu kandungnya, Mme Miligan. Perhatikan kutipan

beikut :

Page 92: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

70

(18)

SF/731

"Les années se sont écoules-, nombreuses, mais courtes, car elles n’ont été

remplies que de belles et douces journées. J’habite en ce moment l’Angleterre,

Miligan-Park, le manoir de mes pères.

Le petit misérable, qui, enfant, a passé tant de nuits dans les granges, dans les

étables ou au coin d’un bois à la belle étoile, est maintenant l’hériter d’un vieux

château historique que visitent les curieux et que recommandent les guides.

C’est ce vieux manoir de Miligan-Park que nous habitons en famille, ma mère,

mon frère, ma femme et moi."

a. Isi Laten

Tahun-tahun berlalu-, banyak tapi sedikit, karena hanya dipenuhi sebagai

hari-hari yang indah dan hangat. Sekarang aku tinggal di Inggris, rumah para

leluhurku, Miligan-Park. Si kecil yang malang, anak yang menghabiskan malam-

malamnya di dalam lumbung, dalam kandang atau di sudut kayu di tempat

terbuka, sekarang pewaris kastil tua bersejarah, para pengunjungnya penasaran

dan meminta panduannya. Inilah rumah tua dari Miligan-Park tempat tinggal kami

bersama keluarga, Ibuku, adikku, istriku dan aku.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut melukiskan bahwa perubahan besar yang terjadi dalam

kehidupan Rémi setelah menemukan realisasi dirinya bahwa dia sebenarnya berasal dari

keluarga bangsawan dan akhirnya dia melewati hari-harinya yang indah dalam hidupnya.

Akhirnya, Rémi bisa menghabiskan hari-hari bahagia bersama keluarganya setelah

melewati masa-masa kesengsaraannya. Rémi kecil yang malang yang menghabiskan

malam harinya di dalam lumbung, dalam kandang, sekarang telah menjadi bagian dari

keluarga bangsawan dan menjadi pewaris kastil bersejarah dari leluhurnya.

(19)

SF/732-733

“Nous allons baptiser notre premier enfant, notre fils, le petit Mattia, et, à

l’occasion de ce baptême, qui va réunir tous ceux qui ont été mes amis des

mauvais jours, je veux offrir à chacun d’eux un récit des aventures auxquelles

Page 93: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

71

ils ont été mêles, comme un témoignage de gratitude pour le secours qu’ils

m’ont donné ou l’affection qu’ils ont eue pour le pauvre enfant perdu. Quand

j’ai achevé un chapitre, je l’envoie à Dorchester, chez le lithographe ; et, ce jour

même, j’attends les copies authographiées de mon manuscript pour en donner une

à chacun des mes invités.

Cette réunion est une surprise que je leur fais, et que je fais aussi à ma femme,

qui va voir son père, sa sœur, ses frères, sa tante qu’elle n’attend pas ; seuls ma

mère et mon frère sont dans le secret. Si aucune complication n’entrave nos

combinaisons, tous logerent ce soir sous mon toit et j’aurai la joie de les voir

autour de ma table.”

a. Isi Laten

Kami akan membaptis anak pertama kami, putra kami, Mattia kecil, dan pada

kesempatan pembaptisan ini, akan berkumpul semua sahabat-sahabatku di hari-

hari kesengsaraanku, aku akan menawarkan pada setiap mereka sebuah kisah

petualangan di mana mereka ikut campur tangan, sebagai hadiah ucapan terima

kasih untuk pertolongan mereka yang telah diberikan padaku atau kasih sayang

mereka untuk anak malang kesasar. Ketika aku menyelesaikan satu bagian, aku

mengirimkan pada Dorchester, tempat percetakan, dan di hari yang sama, aku menunggu

salinan tulisan dari naskah tulisan tanganku untuk diberikan satu pada setiap undangan-

undanganku. Pertemuan ini adalah sebuah kejutan yang kulakukan untuk mereka,

dan aku juga membuat untuk istriku, akan melihat ayahnya, saudara perempuannya,

saudara-saudara laki-lakinya, tantenya yang tidak diduga ; hanya ibuku dan adikku yang

tahu rahasia ini. Jika tidak ada yang menghambat perkumpulan kami, semua akan

menginap malam ini di rumahku dan aku akan bahagia melihat mereka

bersamaku.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut melukiskan bahwa Rémi sudah bahagia setelah berhasil

melewati masa-masa sulit dalam hidupnya dan juga sebagai bukti cinta dan kesetiaannya

Page 94: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

72

untuk sahabat-sahabatnya. Dia tidak melupakan orang-orang yang turut campur tangan

untuk memberikan solusi atau pertolongan untuk setiap kesulitan yang dialami dan juga

kasih sayang yang membuat Rémi bisa bertahan melewati badai kehidupan yang harus

dijalani. Rémi juga mengadakan pertemuan keluarga besarnya dan juga sahabat-

sahabatnya. Dia memberikan sebuah buku sebagai hadiah untuk setiap undangan.

Pertemuan tersebut juga sebagai kejutan bagi sahabat-sahabatnya dan istrinya. Akhirnya,

Rémi berhasil mengadakan pertemuan sekaligus mengenang masa-masa sulit yang telah

dilaluinya dan dia pun bahagia melihat kehadiran mereka setelah semua impian tercapai.

4.3 Hubungan Antara Authoritarianisme dan Kebebasan Positif

Authoritarianisme dan kebebasan positif memiliki hubungan yang erat satu sama

lain. Hubungan tersebut dibangun karena adanya kecemasan dasar dalam diri manusia

yang menghasilkan perasaan keterasingan dan kesendirian yang menakutkan, maka

manusia lari dari kebebasan melalui mekanisme pelarian yakni authoritarianisme. Setelah

kabur dari kebebasannya, manusia mendapat dorongan atau kekuatan yang tidak

dimilikinya dari pelarian tersebut, tetapi manusia masih butuh untuk menemukan

jawaban atas keberadaan dirinya yaitu melalui kebebasan positif. Dalam kebebasan

positif ada kesesuaian antara kemauan seseorang atau diri yang sebenarnya dan

melakukan kemampuan mereka yang penuh kapasitas.

Authoritarianisme dan kebebasan positif merupakan cara-cara manusia untuk

memperoleh makna dan kebersamaan dalam hidupnya. Authoritarianisme merupakan

cara untuk memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan

bulat-bulat individualitasnya dan integritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga)

yang dapat memberi rasa aman, sedangkan kebebasan positif adalah usaha untuk menyatu

Page 95: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

73

dengan orang lain tanpa mengorbankan integritas pribadi, yang menghubungkan diri

dengan orang lain melalui kerja dan cinta, dengan ekspresi perasaan dan kemampuan

intelektual yang tulus dan terbuka.

Setelah Rémi dijual oleh M. Barberin kepada Signor Vitalis, Rémi pun dengan

merasa terpaksa harus mengikuti jejak Vitalis dan bergabung dengan rombongan

pertunjukkannya. Meskipun telah bersama Vitalis, Rémi masih membutuhkan sesuatu

yang tepat sebagai tempat menemukan jawaban atas keberadaannya dirinya, misalnya

rumah sebagai tempat berteduh. Perhatikan kutipan berikut:

(20)

SF/74-75

“Le ciel, qui avait été bleu depuis notre départ, s’emplit peu à peu de nuages

gris, et bientôt il se mit à tomber une pluie fine qui ne cessa plus.

Avec sa peau de mouton, Vitalis était assez bien protégé, et il pouvait abriter Joli-

Cœur qui, à la première goutte de pluie, était promptement rentré sa cachette.

Mais les chiens et moi, qui n’avions pas tardé à être mouilles jusqu’à la peau;

encore les chiens pouvaient-ils de temps se secouer, tandis que, ce moyen

naturel n’étant pas fait pour moi, je devais marcher sous un poids qui

m’écrasait et me glaçait.

…….

Mais il n’y avait pas d’auberge dans ce village, et personne ne voulut recevoir

une sorte de mendiant qui traînait avec lui un enfant et trois chiens aussi

crottés les uns que les autres. Enfin un paysan plus charitable que ses voisins

voulut bien nous ouvrier la porte d’une grange.”

a. Isi Laten

Langit yang biru sejak keberangkatan kami, sedikit demi sedikit dipenuhi

awan abu-abu, dan gerimis segera mulai turun tak berhenti lagi. Dengan kulit

dombanya, Vitalis dilindungi dengan cukup baik, dan dia dapat melindungi Joli-Cœur,

dari tetes hujan yang pertama, ia sudah kembali ke dalam persembunyiannya. Tapi

anjing dan aku, tidak punya apa-apa untuk menudungi kami, kami tidak lama

kemudian basah hingga di kulit ; anjing-anjing dari waktu ke waktu bisa mengibas-

Page 96: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

74

ibaskan diri, sementara itu, cara itu bukanlah biasa aku lakukan, aku harus

berjalan di bawah beban yang menghancurkanku dan membekukanku. ……..

Tapi tidak ada penginapan di desa itu, dan orang tidak ingin menerima semacam

pengemis yang bergaul dengannya seorang anak dan tiga ekor anjing yang

berlumpur satu sama lain. Akhirnya seorang petani yang lebih murah hati dari

tetangganya yang bersedia membuka pintu gudang untuk kami.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut menggambarkan hubungan antara authoritarianisme dan

kebebasan positif pada tokoh utama dalam roman Sans Famille bahwa perjalanan

kehidupan Rémi bersama Vitalis beserta rombongan pertunjukannya tidak selalu

menyenangkan, terkadang cuaca kelihatan cerah namun tanpa diduga hujan turun deras

dan tak henti-hentinya. Saat hujan turun, Rémi harus tetap bertahan di bawah hujan deras

yang membasahi tubuhnya dan membuatnya semakin sulit untuk melangkah. Dia harus

tetap berjalan walaupun badannya sudah membeku karena Rémi tidak memiliki apa-apa

untuk digunakan sebagai tudung agar sedikit terlindung dari hujan.

Di tengah perjalanan mereka sudah merencanakan tidak akan melanjutkan

perjalanan jauh dan memutuskan menginap di sebuah desa berikutnya, tapi Rémi beserta

rombongannya tidak mendapat tempat penginapan dan tidak ada seorang pun di desa itu

yang bersedia untuk menawarkan tempat perlindungan untuk sementara waktu. Dalam

kehidupan nyata, terkadang mereka mengabaikan orang-orang yang benar-benar butuh

pertolongan atau tumpangan mereka, dan hanya orang yang baik hati yang akan

mempedulikan orang tersebut. Seperti kisah Rémi tersebut, hanya seorang petani yang

Page 97: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

75

murah hati yang bersedia membukakan pintu gudangnya sebagai tempat perteduhan

untuk Rémi beserta rombongannya.

(21)

SF/78-79

“Est-ce qu’il en serait maintenant tous les jours ainsi ? marcher sans repos sous

la pluie, coucher dans un grange, trembler de froid, n’avoir pour souper qu’un

morceau de pain sec, personne pour me plaindre, personne à aimer, plus de

mère Barberin !

Comme je réfléchissais tristement, le cœur gros et les yeux pleins de larmes, je

sentis un souffle tiède me passer sur le visage.

Il s’était doucement approché de moi,… et délicatement il se mit à me lécher la

main.

Tout ému de cette caresse,… alors j’oubliai fatigue et chagrins ; ma gorge

contractee se desserra, je respirai, je n’étais plus seul j’avais un ami.”

a. Isi Laten

Apakah dia akan seperti ini setiap hari ? berjalan di tengah hujan tanpa

istirahat, tidur di gudang, gemetar kedinginan, tidak ada sepotong roti untuk

makan malam, tidak ada orang yang mengasihaniku, tidak ada yang

menyayangiku, lebih dari mère Barberin ! Aku berpikir dengan sedih, hati sedih

dan mata yang penuh air mata, aku merasa nafas panas suam-suam yang lewat di

wajahku. Dia dengan lembut mendekatiku,…. dan dengan lembut ia mulai menjilati

tanganku. Semua tersentuh oleh belaiannya,… kemudian aku melupakan kelelahan

dan kesedihan; tenggorokanku mengerut, aku bernafas, aku tidak sendirian lagi ;

aku sudah punya teman.

b. Isi Komunikasi

Kutipan tersebut menggambarkan kecemasan Rémi dan sekaligus menemukan

solusi mengurangi rasa sedihnya. Dalam kutipan di atas digambarkan bahwa Remi

khawatir kalau dia akan hidup menderita seperti yang sudah dilewati setiap hari bersama

majikannya. Mungkin dia akan berjalan di tengah hujan tanpa beristirahat, tidur di

Page 98: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

76

gudang, selalu kedinginan karena dia hanya memiliki sepasang pakaian yang di

tubuhnya.

Di samping itu, tidak ada seorang pun yang mengasihani atau menyayanginya

melebihi mère Barberin ibu angkatnya yang sangat baik padanya dulu. Perasaan Rémi

sedih memikirkan jika hal itu yang akan terus terjadi dan dia pun menangis. Kemudian,

seekor anjing kesayangannya datang mendekatinya sambil menjilati tangannya. Lalu

Rémi merasa tersentuh dengan belaian anjing tersebut dan mulai membangkitkan diri,

melupakan kelelahan serta kesedihannya. Dia merasa tidak sendiri lagi karena dia sudah

memiliki teman.

(22)

SF/357-358

“Je détournai les yeux de cette maison où j’avais vécu deux ans, où j’avais cru

vivre toujours, et le portai devant moi.

Le soleil était haut à l’horizon, le ciel pur, le temps chaud ; cela ne ressemblait

guère à la nuit glaciale dans laquelle j’étais tombé de fatigue et d’épuisement au

pied de ce mur.

Ces deux années n’avaient donc été qu’une halte ; il me fallait reprendre ma

route.

Mais cette halte avait été bienfaisante.

Elle m’avait donné la force.

Et ce qui valait mieux encore que la force que je sentais dans mes membres,

cétait l’amitié que je me sentais dans le cœur.

Je n’étais plus seul au monde.

Dans la vie j’avais un but : être utile et faire plaisir à ceux que j’aimais et qui

m’aimaient.”

a. Isi Laten

Aku melihat jauh rumah tempat tinggalku selama dua tahun, di mana aku mengira

hidup selamanya di sana dan aku menyukainya. Matahari sudah tinggi di cakrawala,

langit cerah, cuaca panas, ini tidak kelihatan seperti pada malam yang dingin di mana aku

jatuh kelelahan dan kehabisan tenaga di kaki gunung. Dua tahun ini sudah beristirahat,

aku harus melanjutkan perjalananku lagi. Tapi perhentian ini mengguntungkan.

Page 99: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

77

Dia telah memberiku kekuatan. Dan bahkan lebih baik daripada kekuatan yang

kurasakan di tubuhku dulu, persahabatan inilah yang aku rasakan dalam hati. Aku

tidak sendirian lagi di dunia. Dalam kehidupan aku sudah mempunyai tujuan:

menjadi berguna dan menyenangkan mereka yang kucintai dan mencintaiku.

b. Isi Komunikasi

Kutipan di atas menggambarkan bahwa setelah Rémi beristirahat selama dua

tahun, dia mendapatkan kekuatan yang tidak dimiliki sebelumnya. Dia merasa beruntung

dari hari-hari sebelumnya dan lebih semangat untuk melanjutkan perjalanannya kembali.

Dia merasa tidak sendirian lagi karena ada teman-temannya yang selalu hadir

memberikan pertolongan untuknya. Selain itu, Rémi mempunyai dorongan yang kuat

dalam dirinya untuk melakukan apa yang terbaik yang bermanfaat dalam kehidupan. Dia

juga ingin hidupnya berguna dan dapat menyenangkan orang-orang yang mencintainya

dan yang dicintai.

Page 100: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

78

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis permasalahan yang terdapat dalam roman Sans Famille

karya Hector Malot melalui kajian Psikologi Humanistis Erich Fromm, penulis menarik

dua simpulan, yaitu simpulan terhadap authoritarianisme dan kebebasan positif pada

tokoh utama dalam roman tersebut.

Pertama, authoritarianisme pada tokoh utama menunjukkan bahwa Rémi adalah

orang yang merasa sendirian, lemah, cemas dan tidak berdaya. Oleh karena itu, dia

berusaha keluar dari penjara perasaan kesendirian, keterasingan dan ketidakberdayaannya

dengan cara menggabungkan diri dengan orang lain. Di samping itu, sebagai orang yang

lemah, dia harus mematuhi perintah orang yang lebih kuat darinya. Meskipun demikian,

usaha dalam menyelesaikan kepatuhan terhadap orang yang lebih kuat darinya atau

sebagai orang yang dapat memberi perlidungan maupun rasa aman, sering berkedok cinta

atau kesetiaan yang tersembunyi.

Kedua, kebebasan positif pada tokoh utama menggambarkan bahwa Rémi adalah

orang bebas, kritis dan mandiri. Gambaran tokoh tersebut ditunjukkan dalam

keberhasilan Rémi menemukan solusi atas keberadaan dirinya, di mana dia menemukan

orangtua kandungnya sehingga dia tidak sebatang kara lagi. Selain itu, Rémi dapat

mengatasi ketakutan akan kesendiriannya dan selalu berani dalam mengambil keputusan.

Di samping itu juga, Rémi merupakan sosok yang tidak mau mengorbankan integritasnya

dan tetap mempertahankan individualitasnya dalam segala situasi.

Page 101: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

79

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis roman Sans Famille, maka dapat disampaikan saran bahwa

hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan menjadi sumber inspirasi

bagi mahasiswa program studi Sastra Prancis untuk melanjutkan penelitian ini yang lebih

komprehensif sehingga tuntas dalam mengungkap konflik psikologis semua tokoh dalam roman

Sans Famille. Di samping itu, perlu digunakan teori psikologi humanistis yang lain, sehingga

dapat diketahui kebutuhan manusia akan menemukan jawaban atas keberadaan diri tokoh-tokoh

roman Sans Famille secara intensif.

Page 102: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

80

Daftar pustaka

Arifin, Winarsih & Farida Soemargono. 2007. Kamus Perancis –Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Berlin, Isaiah. 2002. My Intellectual Path. Princeton University Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Endrasawa, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

Feist, Jess & Gregory J Feist. 2010. Teori Kepribadian: Theories of Personality. Jakarta:

Salemba Humanika.

Fromm, Erich. 1956. The Art of Loving. Printed in United States of America.

Fromm, Erich. 1894. The Fear of Freedom. London: ARK PAPERBAKS.

Fromm, Erich. 2008. The Sane Society. London: Routledge Classics.

Hall, Calvin. S dan Lindzey, Gardner. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis)

(edisi terjemahan oleh A. Supratiknya). Yogyakarta: Kanisius.

Hudson, William Henry.1970. An Introduction to the Study of Literature. London: D. C.

HEATH & CO., PUBLISHERS.

Librairie Larousse Canada. 1988. Larousse De Poche: Dictionnaire Des Noms Communs,

De Noms Propres, Précis Grammaire. Canada: Distributeur exclusif au Canada ; les

Editions Françaises Inc.

Malot, Hector. 1878. Sans Famille. La Bibliothèque électronique du Québec. Volume 9 :

version 1.2.

Minderop. Albertine. 2013. Psikologi Sastra : Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh

Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Nyoman, Kutha Ratna. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Osho. 2007. Freeom: The Courage to Be Yourself, (Insights for a New of Living). New

York: St. Martin‟s Griffin.

Page 103: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

81

Semi, dkk. 2012. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan

Pengajarannya. Volume 1 Nomor 1, Desember 2012. ISSN 12302-6405.

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugihastuti. 2007. Apresiasi Sastra. Yogyakarka: Pustaka Pelajar.

www.wikipedia.org/wiki/Prosa (diunduh 26/10/2015; pukul 20:15)

http://www.wikipedia.org/wiki/Sans_Famille (diunduh 2015/04/20 pukul 20:05)

www.belajarpsikologi.com /pengertian-psikologi/ diunduh 2015//11/06 pukul 14.00

www.wikipedia.com/wiki/psikologi/ (diunduh 2015/11/06 pukul 14.30)

http://expresisastra.blogspot.in /2013/10/ Teknik-Tata-Cara-Penulisan-Tinjauan-Pustaka-

Kajian-Teori.html di unduh 20/01/2016 pukul 12:00

Page 104: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

82

LAMPIRAN

Page 105: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

83

LAMPIRAN I

Biografi Hector Malot

Hector Henri Malot lahir di La Bouille, Seine-Inf, pada 20 Mei 1830. Dia

berasal dari Prancis. Dia meninggal di Fontenay-Sous-Bois, pada 19 Juli 1907.

Dia adalah seorang penulis lagu-lagu ringan. Lagu-lagu yang diciptakan juga

merupakan bentuk kritik dan roman. Dia adalah anak seorang notaris. Dia

sempat studi hukum di Rouen, Paris, tetapi dia lebih tertarik membicarakan hal-

hal tentang literatur. Selain sebagai penulis lagu, Hector Henri Malot juga

merupakan seorang novelis. Edisi lengkap dari pekerjaan Hector Henri Malot

diselesaikan antara tahun 1894-1897. Akhirnya ia meninggal di Vincenness

tanggal 19 Juli 1907.

Beberapa karyanya yang dipublikasikan antara lain serial novel yang

menceritakan kehidupan kontemporer seperti trilogi novel yang berjudul

“Victimes d'amour” (1859, 1865, 1866), “Un Beau frere” (1869), “Madame

Obernin” (1870), “Le Docteur Claude” (1879), “Justice” (1889), “Les Aventures

de Romain Kalbris “(1869), dan salah satu buku terkenalnya adalah buku “Sans

Famille” yang terbit pada tahun 1878 (artinya Sebatang Kara). Dan karyanya

yang lainnya seperti: Les Epoux (1865), Les Enfants (1869), Les Amours de

Jacques (1860), Une belle-mère (1870), Un Cure de Province (1872), Un

Mariage sons le Second Empire (1873), L’Auberge du Monde (1875-1876, 4

edisi), Les Batailles du Mariage (1877, 3 edisi), Cara (1877), Le Boheme

Tapageuse (1880,3 vols), Pompon, et Une Femme d’Argent (1881), La Petite

Sœur (1882), Les Millions Honteux (1882), Les Besogneux 4 (1885). Sang Bleu

(1885), Baccara (1886), Zyte (1886), Viceo Francis, Seduction, et Ghislaine

(1887), Mondaine (1888), La Mere (1890), Anie (1891), Complices (1892),

Conscience (1893), Amours de Jeunes et Amours de Vieux (1894), L’amour

Dominateur (1896), Le Roman de Mes Romans (1896), Pages Choisies (1898).

Dari keseluruhan karyanya, roman Sans Famille merupakan karyanya yang paling

populer.

Page 106: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

84

LAMPIRAN II

Synopsis Roman Sans Famille

Roman ini menceritakan seorang anak yang bernama Remi. Pada awalnya

Monsieur Barberin menemukan seorang bayi laki-laki yang mengenakan pakaian bagus

layaknya seperti seorang anak yang baru lahir dari keluarga kaya. Kemudian anak itu

diberi nama Remi oleh keluarga Barberin. Monsieur Barberin bekerja sebagai penambang

batu di Paris dan Remi hidup bersama Mère Barberin di desa kecil bernama Chavanon.

Ketika Remi sudah berusia delapan tahun, Monsieur Barberin mengalami kecelakaan

kerja dan kemudian pulang ke rumah secara tiba-tiba. Monsieur Barberin kaget melihat

Remi berada di rumahnya, karena memang dia tidak setuju dengan kehadiran Remi di

rumahnya.

Akhirnya Monsieur Barberin menjual Remi kepada Signor Vitalis. Beliau adalah

seorang pemusik jalanan yang kemudian berkelana bersama Remi dan rombongan

pertunjukannya berkeliling Prancis. Selama perjalanan dari kota yang satu ke kota yang

lain, dari desa yang satu ke desa yang lain, Remi ditemani dengan setia oleh sahabat-

sahabat kecilnya yaitu tiga ekor anjing (Capi, Zerbino, Dulce) dan seekor kera, Joli-

Cœur. Kehidupan Remi menjadi baik bersama Signor Vitalis karena beliau mengajari

Remi bermain musik dan mengenal banyak hal baru. Walaupun memang saat berkelana

Remi sering merasakan kelaparan dan tidak mempunyai tempat tinggal yang layak,

namun Remi mendapatkan banyak pengalaman dan teman-teman baru.

Remi, Signor Vitalis dan rombongannya bekerja mencari uang dengan menggelar

pertunjukan musik dan atraksi sirkus ke berbagai desa dan kota di Prancis. Pada saat di

Toulouse, Signor Vitalis harus dipenjara karena dinyatakan bersalah dengan tuduhan

Page 107: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

85

melakukan pemukulan terhadap polisi. Remi harus melanjutkan perjalanannya seorang

diri bersama empat hewan peliharaan milik Signor Vitalis. Remi kemudian bertemu

dengan Madame Miligan dan anaknya Arthur yang sedang sakit. Madame Miligan

sebenarnya mempunyai dua anak, namun anak pertamanya hilang diculik setelah

dilahirkan. Lalu setelah dua bulan berlalu, Signor Vitalis dibebaskan dari penjara.

Namun Madame Miligan menginginkan Remi tinggal bersamanya, tetapi Signor

Vitalis menolaknya dan Remi kembali berkelana keliling Prancis. Dalam perjalanan

menuju Paris, mereka semua harus menghadapi badai salju lebat. Kemudian, Signor

Vitalis kehilangan Dulce dan Zerbino karena dimangsa serigala. Selain itu Vitalis juga

kehilangan Joli-Cœur yang terkena demam dan akhirnya mati. Sesampainya di Paris,

Signor Vitalis memutuskan untuk menitipkan Remi kepada Signor Garafoli yang

merupakan teman lamanya. Signor Garafoli mempekerjakan anak-anak jalanan di Paris

untuk bekerja kepadanya.

Signor Vitalis meminta Remi menunggu Signor Garafoli dirumahnya dan

kemudian Remi bertemu dengan Mattia. Kemudian tidak lama setelah itu, Garafoli

datang bersama anak-anak lainnya. Remi melihat perbuatan kejam Signor Garafoli yang

memukuli anak-anak yang bekerja kepadanya karena kurang dalam memberi setoran.

Saat itulah Signor Vitalis kemudian masuk dan melihat tindakan kejam Garafoli.

Akhirnya Vitalis tidak tega menitipkan Remi kepada Signor Garafoli. Signor Vitalis,

Remi dan Capi harus kembali menerjang badai salju di tengah malam dan tidak dapat

menemukan tempat untuk berteduh. Malam badai salju tersebut akhirnya merenggut

nyawa Signor Vitalis.

Page 108: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

86

Remi kemudian ditemukan di pekarangan rumah milik keluarga Acquin.

Kemudian, Remi dan Capi tinggal bersama keluarga Acquin yang terdiri dari seorang

ayah bernama Monsieur Acquin, dua anak laki-laki Benjamin dan Alexis, serta dua anak

perempuan Étiennette dan Lise. Namun setelah dua tahun berlalu, terjadi sebuah musibah

badai angin yang merusak semua ladang bunga milik keluarga Acquin. Hal tersebut

membuat Monsieur Acquin di penjara karena hutang-hutangnya yang tidak dapat

dilunasinya. Remi kembali melanjutkan perjalanan berkelana bersama Capi, dikarenakan

keempat anak Monsieur Acquin dititipkan ke saudaranya yang lain. Selama perjalanan

berkelana bersama Capi, Remi bertemu dengan Mattia di pinggiran jalan dan

memberitahukan kalau Signor Garafoli sudah dipenjara karena membunuh seorang anak

yang bekerja padanya.

Akhirnya, Remi dan Mattia pergi bersama, sampai pada akhirnya memutuskan

untuk mengunjungi Alexis yang tinggal bersama paman Gaspard di Varses. Paman

Gaspard seorang penambang dan Alexis ikut bekerja dengan pamannya. Suatu ketika,

Remi ikut bekerja menggantikan Alexis yang tangannya terluka akibat kecelakaan di

tambang. Saat Remi bekerja di tambang, kemudian terjadi sebuah bencana yaitu banjir

besar yang masuk ke dalam tambang. Remi dan penambang lainnya terjebak di dalam

tambang sampai setelah beberapa hari barulah datang pertolongan.

Remi kemudian melanjutkan perjalanannya bersama Mattia menuju Chavanon,

tempat Mère Barberin tinggal. Remi tidak ingin datang dengan tangan kosong ke rumah

Mère Barberin yang sudah menyayanginya. Akhirnya Remi, Mattia dan Capi

mengumpulkan uang dengan melakukan pementasan musik selama perjalanannya ke

Chavanon dan berhasil membeli seekor sapi. Di tengah perjalanannya, Remi dituduh

Page 109: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

87

mencuri sapi dan sempat dipenjara selama satu malam. Di depan Pak Walikota, Remi

bisa menjelaskan mengapa dia membawa sapi itu dan akhirnya mereka dibebaskan.

Sesampainya di Chavanon, Remi akhirnya bertemu dengan Mère Barberin.

Kemudian, Mère Barberin mengatakan kepada Remi bahwa orangtua kandung Remi

sedang mencarinya sehingga Monsieur Barberin pergi ke Paris untuk mencari Remi. Hal

tersebut membuat Remi segera pergi ke Paris dengan Mattia untuk mencari Monsieur

Barberin. Namun sesampainya kembali di Paris, Remi mendapatkan kabar dari hotel

tempat Monsieur Barberin menginap kalau beliau sudah meninggal. Remi mengabarkan

kepada Mère Barberin dan dibalas dengan alamat dari pengacara di London yang

bertanggung jawab kepada Remi dalam mempertemukan dengan orang tua kandungnya.

Namun, ternyata keluarga itu bukanlah keluarga kandung dari Remi, melainkan keluarga

yang menculik Remi dari orangtua kandung yang sebenarnya.

Hal ini terbukti dari ucapan Monsieur James Miligan yang berbincang dengan

orangtua palsu Remi, yang menginginkan Arthur supaya cepat meninggal. Hal tersebut

dikarenakan Monsieur Miligan akan menjadi pewaris tunggal dari harta milik keluarga

Miligan. Kemudian, Remi dan Mattia kembali ke Prancis untuk mencari Madame

Miligan yang ternyata berada di Swiss. Sampai pada akhirnya Remi bertemu dengan

Madame Miligan dan menceritakan apa yang terjadi di London. Madame Miligan sudah

menyakini kalau Remi merupakan anak kandungnya yang hilang diculik saat bayi.

Setelah beberapa hari, Madame Miligan mengundang Mère Barberin untuk menunjukkan

baju yang dipakai Remi saat ditemukan dahulu. Akhirnya, diketahui bahwa Madame

Miligan ternyata adalah ibu kandung Remi dan Arthur merupakan adik kandung dari

Page 110: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/24755/1/2311411004.pdf · program studi Sastra Prancis, dapat menjadi kerangka acuan dan memahami permasalahan-permasalahan psikologis dalam

88

Remi. Sampai pada akhirnya, Remi menikah dengan Lise, Arthur sembuh dari

penyakitnya dan Mattia menjadi seorang pemusik terkenal.