skripsi konsep pendidikan anak dalam...

83
SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta DISUSUN OLEH: Hayatun Nufus 1110011000130 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: trinhtruc

Post on 24-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

SKRIPSI

KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM

PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program sarjana (S1) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH:

Hayatun Nufus

1110011000130

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

PENGESAEAN SKRIPSI

KONSEP PENDIDIKAI\ ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKELAKPERSPf,KTIFHAMKA

Skipsi

Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Islam (S.pd.I)

Oleh:

HAYATUNNUFUS

NIM: 1110011000130

Di bawah bimbingan

c'\Drs. H. Achmad Gholib. M.Ae

NIP. 19541015 t9790 2 t001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAE I}AN KEGURUAN

UMYERSITAS ISLAM IYEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARIIA

2017

i

L

Page 3: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

f

PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Slaipsi berjudul Konsep Pendidikan Anak dalam pengembangan AkhlakPerspektif Eamka disusun oleh Eayatun Nufus, NIM. 1110011000130, Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Fa"kultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukaa pada sidang

munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkaa oleh fakultas.

Jakarta, 2l Juni 2017

Yang mengesahkan,

Pembimbing

Drs. H. Achmad Gholib. M.Ae

NIP. 19541015 19790 2 1001

11

Page 4: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

PENGESAHANPANITIA UJIAN MUNAQASAH

Skripsi beriudul Konsep Pcndidikan Anak dalam Pengembangan Akhlak Perspektif Hamka

disuiun oleh 1]AYATUN NUFLJS, Nomor Induk Mahasiswa 111001 1000130, diajukan kepada

Fakultas llnru Tarbiyah dan Keguruan universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla, dan

telah dinyatakan t,tilus clalam ttl ian Munaqasah pada 22 Juni 2017 dihadapan dewan penguji.

Karcna iiu penulis berhak meniperoleh geiar Sarjana 51 (S. Pd.I) dalam bidang Pendidika,

Agama Islam.

Jakarta, 3"2 iual r 2011

Ketua Panitia (Kepala Jurusan/PLodi Studi),

Dr. H. Abdul M4jid Khon. M.A,INll': 1q580707 lqtt703 I 005

Sekrelaris (Sekretaris .l urusan/Prodi)Marhamah Saleh. Lc. MANIP: 19720313 200801 2 010

Penguii I

Dr. Surulin. M.AsNIP : 19710319 199803 2 001

Penguji IlDr. Sapiudin. M.AsNII'): 19670328200003 I 001

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

zne

2?/pt*o

8{-,..9..s.a.t.,2p,t

Q6,Juui,2oo

Tanda Tar.rgan

Page 5: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Hayatun Nufus

1110011000130

Pendidikan Agama lslam (PAI)

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Konsep Pendidikan Anak dalam Pengembangan Akhlak

Perspektif Hamka adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

Nama

NIM

JuusarVprodi

Fakultas

Nama Pembirnbing

NIP

: Drs. H. Achmad Gholib.M,Ag

: 19541015 19790 2 l00l

1V

Dernikian sulat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menedma segala

konsekuensi apabila terbukti bahwa sklipsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakalta, 2l .luni 2017

Havatun Nufus

NtM. 1l l00l1000040

Page 6: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

v

ABSTRAK

Hayatun Nufus (1110011000130) Konsep Pendidikan Anak dalam

Pengembangan Akhlak Perspektif Hamka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep serta metode yang digagas

oleh hamka dalam pengembangan pendidikan akhlak anak. Penelitian ini saya

lakukan dengan mencari berbagai sumber bacaan yang bersangkutan atau

berkaitan dengan pendidikan akhlak anak.

Hamka adalah seorang tokoh yang banyak berkontribusi dalam dunia

pendidikan. Walaupun tulisan Hamka sendiri yang spesifik membahas masalah

pendidikan sangat jarang ditemui, akan tetapi ide-ide serta berbagai macam

konsep serta metode pendidikannya itu dapat digalih dari berbagai macam tulisan

Hamka sendiri ataupun tulisan karya orang lain yang membahas seorang Hamka.

Di masa ini, banyak kita temui anak-anak ataupun orang dewasa sudah tidak

lagi mengindahkan akhlak, padahal akhlak adalah salah satu kunci keberhasilan

hidup. Bahkan Rasullullah pun diutus untuk menyempurnakan akhlak, maka dari

itu penulis menginginkan skripsi yang penulis susun ini dapat memberikan banyak

manfaat bagi para pendidik untuk menjadikan isi dari skripsi ini sebagai bahan

tambahan dalam bekal mendidik akhlak siswa.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh pengetahuan tentang

konsep, materi ajar serta metode pendidikan anak dalam pengembangan akhlak

menurut Hamka.

Kata kunci : Akhlak Hamka, Pendidikan Akhlak

Page 7: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam

selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW.

Terimakasih teramat banyak penulis haturkan kepada ibunda tercinta

Tisah, atas segala doa dan pengorbanannya telah mendidik penulis dengan penuh

kasih sayang.

Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan

dorongan semua pihak. Penulis menyadari selama pembuatan skripsi ini banyak

terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat materil maupun

moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Marhamah Saleh, Lc. MA, Ketua dan

Seketaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Drs.H. Achmad Gholib M,Ag. Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.

4. Dr. Zaimudin M,Ag, Dosen Pembimbing Akademik.

5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam

6. Teman-teman saya yang selalu mensupport saya agar saya cepat

menyelesaikan studi saya.

7. Suami dan anak saya tercinta yang selalu mendampingi saya dalam pembuatan

skripsi ini.

8. Kakak saya yang selalu membantu saya dalam mengerjakan skripsi ini dengan

memberikan masukan-masukannya.

9. Dan untuk semua pihak yang berjasa pada penulis baik yang disadari ataupun

tidak sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dengan baik

Page 8: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini.

Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama

bagi para pengembang produk pendidikan.

Jakarta, 21 Juni 2017

Hayatun Nufus

Page 9: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

viii

DAFTAR ISI

PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... i

PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH .......................................... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................................... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 7

A. Pengertian Pendidikan Anak ...................................................................... 7

B. Dasar-dasar Pendidikan .............................................................................. 13

C. Tujuan Pendidikan ...................................................................................... 16

D. Akhlak ........................................................................................................ 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 37

A. Metode Penelitian ....................................................................................... 37

B. Prosedur Pengmpulan dan Pengolahan Data .............................................. 38

C. Teknik Analisis Data .................................................................................. 38

D. Teknik Penulisan ........................................................................................ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 39

A. Biografi Hamka .......................................................................................... 39

B. Konsep Pendidikan Anak dalam Pengembangan Akhlak Perspektif Hamka .. 43

1. Kajian Terhadap Buku Tasawuf Modern Hamka ................................... 43

2. Tasawuf Perspektif Hamka ........................................................................... 44

3. Konsep Pendidikan Anak dalam Pengembangan Akhlak Perspektif Hamka45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 66

A. Kesimpulan ................................................................................................. 66

B. Saran-saran ................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68

Page 10: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi manusia, karena dengan

pendidikan manusia bisa mengetahui segala hal yang belum ia ketahui. Dilihat dari

maknanya, pendidikan tidaklah semata-mata menyekolahkan anak untuk memperoleh

wawasan baru ataupun menimba ilmu pengetahuan, akan tetapi pendidikan

mempunyai makna yang lebih luas. Seorang anak akan tumbuh berkembang dengan

baik manakala ia memperoleh pendidikan yang komprehensif, agar ia kelak menjadi

manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara, dan agama.

Menjadi orang yang berpendidikan merupakan sebuah kebanggaan, baik

kebanggaan untuk diri sendiri, orang tua ataupun bangsa. Karena dengan pendidikan,

orang akan memandang diri kita tidak sebelah mata. Pendidikan dilakukan pada masa

kanak-kanak, karena pada masa tersebut merupakan masa paling subur, paling

panjang, dan paling dominan untuk membentuk karakter, menanamkan norma-norma

yang mapan dan arahan jiwa dan sepak terjang pada anak tersebut.

Anak merupakan sebuah amanah yang Allah titipkan kepada orang tuanya agar

diasuh, diberikan pengajaran serta dididik agar menjadi anak yang taat kepada

Tuhannya dan berguna untuk masyarakat dan bangsanya. Jika pada masa kecilnya

anak tersebut dibiasakan untuk melakukan kebaikan, kelak pada masa dewasa nanti ia

akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia baik di dunia ataupun di

akhirat. Sebaliknya, jika pada masa kecilnya dibiasakan untuk melakukan keburukan,

kelak pada masa dewasa nanti ia akan ditelantarkan dan menjadi orang yang celaka

dan merugi.

Hal ini merupakan sebuah pesan moral yang ditujukan kepada orang tua agar

dapat mendidik anaknya dengan mengarahkannya ke arah yang baik. Untuk itu,

Page 11: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

2

pendidikan harus dilakukan pada masa sedini mungkin agar terciptanya seorang insan

yang berbudi pekerti yang taat kepada Tuhannya dan berguna untuk bangsanya.

Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi

tempat curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia

sang anak, muncul “agenda persoalan” baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika

beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti

kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan

masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin tidak

terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orangtua pun selalu

cemas memikirkanya.

Mendidik anak dan mengajar anak bukanlah perkara yang mudah, bukan pekerjaan

yang dapat dilakukan secara serampangan dan bukan pula hal yang bersifat

sampingan. Mendidik dan mengajar anak sama kedudukannya dengan kebutuhan

pokok dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim yang mengaku

dirinya memeluk agama yang hanif ini. Bahkan mendidik anak dan mengajarkan

anak merupakan tugas yang harus dan mesti dilakukan oleh setiap orang tua.1

Dari pernyataan tersebut jelaslah bahwa dalam mendidik anak dan memberikan

tuntunan merupakan sebaik-baiknya hadiah dari perhiasan yang paling indah yang

diberikan orang tua kepada anaknya dengan nilai jauh lebih baik dari pada dunia dan

isinya.

Dalam rangka mempersiapkan para generasi yang akan menata dunia di masa

yang akan datang, wajib bagi kita untuk menghadapi secara terus menerus

kebudayaan yang menghegemoni, yang memiliki kekuatan dahsyat. Untuk

menghadapi hal itu, yaitu dengan memanfaatkan khazanah peradaban kita yang

mampu memberikan peringatan bagi seluruh umat Islam yang ada di dunia sekaligus

sebagai pedoman hidup kita yaitu al-Qur‟an dan Hadits.

Berbagai pemikiran tentang pendidikan anak menjadi sangat urgen untuk

diperbincangkan ketika hal tersebut dikaitkan dengan kondisi pendidikan anak di

Indonesia pada masa sekarang ini. Masih banyak sekali pihak yang memiliki ambisi

1 Jamaal „Abdur Rahman, TahapanMendidik Anak, Terj. Dari AthfalulMuslimin oleh Bahrun

Abu Bakar Ihsan Zubaidi, (Bandung: Irsyadbaitus Salam, 2000), h. 17

Page 12: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

3

dan obsesi yang begitu besar terhadap diri anaknya. Akan tetapi, sebagian besar dari

mereka hanya berorientasi pada hasil bukan pada proses pendidikan yang dialami

oleh anaknya. Oleh karenanya, banyak peristiwa yang tidak diinginkan pun terjadi

seperti anak yang diperkosa dan ditekan untuk melakukan hal-hal yang bersifat

akademis, padahal pada masa anak-anak tersebut mereka lebih sesuai dengan

berbagai permainan.

Namun, tampaknya sebagian dari mereka belum menyadari akan perlakuan

buruk tersebut. Mereka lebih bangga ketika anaknya mampu berprestasi lebih tinggi

dibanding dengan yang lainnya. Dari sini sudah terlihat dengan jelas bahwa semua

prestasi yang telah dicapai anak bukan berasal dari keinginan anak itu sendiri.

Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi

tempat curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia

sang anak, muncul "agenda persoalan" baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika

beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti

kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan

masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin tidak

terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orang tua pun selalu

cemas memikirkanya.

Seorang anak dilahirkan membawa fitrah kesucian, namun fitrah tersebut berada

dalam lubuk jiwanya. Orang tua (ibu bapak, keluarga) dan lingkungan harus

mengembangkan dan menampakkan fitrah tersebut dalam dunia nyata. Anak

bukanlah barang atau binatang yang hanya membutuhkan makan, minum, atau

bermain, dan tidur saja, akan tetapi dia adalah manusia yang memiliki potensi

yang sangat memadai untuk diolah yang dapat menjadikannya manusia yang

berprestasi dan bermanfaat.2

Dalam mendidik dan mengajar anak hendaklah seorang guru ataupun orang tua

juga mengutamakan pendidikan akhlak, bukan hanya mengedepankan pendidikan

yang bersifat akademis, karena bagaimanapun akhlak adalah hal yang harus

ditanamkan kepada anak, jika sejak dini anak tidak diperkenalkan dan tidak diajarkan

2QuraishShihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: LenteraHati, 2010), hal. 756-757.

Page 13: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

4

bagaimana cara berakhlak baik maka sudah pasti kelak ia akan menjadi manusia yang

tidak berbudi pekerti.

Untuk membentuk anak yang dapat berkepribadian, berakhlak serta berbudi

pekerti, maka diperlukan adanya usaha untuk memperbaiki keadaan pendidikan anak

di Indonesia. Perubahan akhlak yang terjadi pada setiap individu itu sangat

dipengaruhi oleh lingkungan, tempat yang menjadi tempat tinggalnya individu

tersebut. Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian

seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah

masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga, lebih utama

adalah pendidiknya yaitu orang tua individu tersebut.

Permasalahan akhlak atau kemerosotan akhlak ini sudah terjadi pada seluruh

lapisan masyarkat terutama pada kalangan anak-anak. Akhlak pada masa ini sudah

tidak begitu diindahkan, karena sebagian besar dari mereka sudah banyak terpengaruh

oleh budaya barat yang sudah menjamur dan tersebar melalui media elektronik seperti

televisi, internet dan lain sebagainya. sehingga mereka tidak lagi mengindahkan

budaya timur yang mana pada zaman dahulu menjadi kiblat peradaban yang kita

terapkan.

Sejalan dengan hal diatas, menurut penulis Hamka adalah salah satu tokoh ulama

yang konsep pembinaanya lebih bisa diterapkan atau pas dengan keadaan masyarakat

saat ini.

Hamka merupakan salah seorang tokoh pembaharu Minangkabau yang berupaya

mengunggah dinamika umat dan mujaddid yang unik. Meskipun hanya sebagai

produk pendidikan tradisional, namun ia merupakan intelektual yang memiliki

wawasan generalistik dan modern. keintelektualan Hamka terlihat dari tanggung

jawabnya membina akhlak umat dimana selama masa hidupnya beliau aktif

melakukan pengajian-pengajian dan tak pernah surut dalam menuangkan buah pikiran

atau gagasan-gagasannya dalam berbagai tulisan.

Hamka juga merupakan tokoh pemikir pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam

pemikirannya, beliau banyak menawarkan pemikiran-pemikiran mengenai konsep

Page 14: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

5

pendidikan Islam yang benar yaitu sejalan dengan al-Qur‟an dan Hadits. Hanya saja,

kajian khusus yang membicarakan mengenai pendidikan anak belum pernah

ditemukan sebelumnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, sekaligus mempertimbangkan pemikiran

Hamka yang sangat relevan, modern, problem solving, dan berkesinambungan

dengan masalah di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap

pemikiran Hamka yang berkaitan dengan konsep pendidikan anak. Karenanya,

penulis mengambil judul ”Konsep Pendidikan Anak dalam pengembangan akhlak

perspektif Hamka”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka permasalahan yang

dapat dirumuskan yaitu ; “Bagaimana konsep dan metode pendidikan anak

perspektif Hamka?”

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk memperjelas dan

memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini. Pembatasan masalah

dalam karya ilmiah ini adalah “Bagaimana konsep dan metode pendidikan anak

dalam pengembangan akhlak perspektif Hamka dalam bukunya Tasawuf

Modern”.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jawaban tentang konsep

pendidikan anak dalam pengembangan akhlak perspektif Prof. Hamka. Adapun

tujuan dari permasalahan ini adalah memperoleh pengetahuan tentang konsep dan

metode pendidikan anak dalam pengembangan akhlak menurut Hamka.

Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

Page 15: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

6

1. Untuk menambahkan wawasan khususnya bagi para calon pendidik dan

pengajar bagaimana cara menanamkan atau mengajarkan akhlak yang baik

pada anak atau peserta didik.

2. Memperkaya ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan anak

dealam mengembangkan akhlak.

3. Memberikan pemahaman-pemahaman menurut ajaran Islam bagaimana cara

mendidik dan mengajar anak dengan baik.

4. Menyumbang kontribusi mengenai pendidikan anak yang bisa diharapkan

pada lembaga-lembaga terkait, semisal pendidikan anak usia dini, madrasah,

sekolah dan sebagainya.

5. Memberikan pertimbangan kebijakan pendidikan bagi pengelola lembaga

pendidikan tentang pentingnya penanaman akhlak terhadap anak.

6. Penelitian ini dilakukan untuk melengkapi tugas dan syarat-syarat guna

mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) pada jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 16: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Konsep Pendidikan Anak

1. Pengertian Konsep

Adapun pengertian Konsep menurut para Ahli/Pakar adalah sebagai berikut:

a. Konsep adalah sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek dimana

konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-

objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama.

b. Menurut Tan, konsep adalah unsur pokok di dalam suatu penelitian, kalau

masalah dan kerangka teorinya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula

fakta mengenai hal yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep yang

sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau

gejala itu.1

c. Sedangkan menurut Umar, konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan

dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan

mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri-ciri yang

sama.2

2. Pengertian Pendidikan

Pengertian pendidikan banyak dikemukakan oleh para ahli di bidang

pendidikan, di sini penulis mencoba memaparkan beberapa pengertian di

antaranya.

Makna pendidikan dapat ditinjau dari dua segi, Pertama dari sudut pandangan

masyarakat, dan kedua dari segi pandangan individu. Dari segi pandangan

masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada

generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Atau dengan kata

lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari

generasi kegenerasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Dilihat

dengan kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi

yang terpendam dan tersembunyi.Ada lagi pandangan ketiga tentang

1 Koentjarajingrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat/Redaksi Koentjaraningrat, (Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal.32 2 Umar, Husein, Metode Riset Ilmu Administrasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004),

hal.51

Page 17: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

8

pendidikan, yaitu yang sekaligus memandang dari segi masyarakat dan dari

segi individu.3

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “istilah pendidikan berarti proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.4 Adapun dalam

pengertian pendidikan secara umum menurut Zurinal dan Wahdi Sayuti,

“pendidikan diartikan sebagai proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan dalam

rangka pencapaian kedewasaan”.5

Berikut ini merupakan definisi-definisi pendidikan menurut beberapa tokoh

pendidikan. Ki Hajar Dewantoro mendefinisikan pendidikan sebagai barikut:

“daya upaya untuk mewujudkan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,

karakter), pikiran (intelect) dan tumbuh anak, dalam taman siswa tidak boleh

dipisah-pisahkan bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan

hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak jang kita didik selaras dengan

dunianya”.6

Nurani Soyomukti menyebutkan bahwa pendidikan merupakan proses tanpa

akhir yang diupayakan oleh siapapun, terutama sebagai tanggung jawab

negara. Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan ilmu

pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan lahirnya peradaban manusia.

Dalam hal inilah, letak pendidikan dalam masyarakat sebenarnya mengikuti

perkembangan corak sejarah manusia.7

Dalam perkembangannya, menurut Rama Yulis “istilah pendidikan berarti

bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik

oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya,

pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang

agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih

tinggi dalam arti mental.”8

3Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra,2000), h. 3-4

4Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2012), h.326 5Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-dasar Pelaksanaan

Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h.1 6Ki Hajar Dewantoro, Karya Bagian Pertama; Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur

Persatuan Taman Siswa, 1977), h. 14-16 7Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-Sosialis,

Postmodern, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 29 8Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h.29-30

Page 18: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

9

Menurut Nana Syaodih, Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan

perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik.

Kegiatan pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang

disebut tujuan pendidikan. Ada pula yang menyebutkan pendidikan itu

merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan

para pendidik serta berbagai sumber pendidikan.9

Zuhairini mendefinisikan pendidikan dalam pengertian yang luas yang mana

pendidikan itu meliputi “semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua

untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan

serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan

mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun

rohaniah.”10

Ahmad D. Rimba memberikan definisi, “pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.11

M.J Lengeveld

menyatakan bahwa “pendidikan atau paedagogi adalah kegiatan membimbing

anak manusia menuju pada kedewasaan dan kemandirian”.12

Adapun Menurut Abuddin Nata, "Tarbiyah atau pendidikan secara harfiah

atau ahli kebahasaan mengandung arti mengembangkan, menumbuhkan,

memelihara dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Kata ini digunakan oleh

Tuhan terhadap seluruh ciptaan-Nya".13

Sebagaimana firman Allah swt:

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al- Fatihah: 2)

Menurutnya, ayat tersebut mengandung arti “Segala puji bagi Allah yang

memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan sekalian alam”, jadi lafadz رة

tersebut berarti memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan. Selain itu,

9Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009),

h. 24 10

Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 92 11

Ahmad D. Rimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al- Ma‟arif, 1980), cet. Ke 4, h.

19 12

Kartini Kartono, Pengantar Mendidik: Apakah Pendidikan masih Diperlukan?, (Bandung:

CV. Mandar maju, 1992), h. 22 13

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2012), h, 19

Page 19: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

10

terdapat pula lafadz رة yang digunakan oleh orang tua terhadap anak-anaknya,

sebagaimana firman Allah swt:

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Isra: 24)

Dan menurutnya, lafadz رثيبني pada ayat tersebut mengandung arti mendidik.

Sedangkan secara lebih luas berdasarkan kutipan yang beliau ambil dari Mu’jam

al-Lughah, “tarbiyah bermakna pendidikan (education), pengembangan

(upbringing), pengajaran (teaching), perintah (instruction), pembinaan kepribadian

(paedagogy), memberi makan (breading), dan pertumbuhan (raising)”.14

Berdasarkan definisi pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwasannya pendidikan adalah suatu proses perkembangan sikap, potensi,

karakter, maupun psikologi seorang atau sekelompok orang dengan adanya

interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber pendidikan melalui upaya

pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan merupakan hal yang teramat penting

bagi kehidupan. Karena dengan pendidikan, berbagai permasalahan akan

terselesaikan.

3. Pengertian Anak

Dalam perspektif Islam, anak merupakan titipan atau amanah yang Allah

swt. Firman Allah swt:

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa

yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang

Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia

kehendaki” (QS. Asy-Syuura:49)

14

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat,…, h.19

Page 20: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

11

Dengan demikian, semua orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya

agar dapat menjadi insan yang shaleh, berilmu dan berakhlak.

Kata “anak” dalam ungkapan Al-Qur‟an disebutkan dengan istilah “athfal”

dengan pengertian anak mulai lahir sampai usia baligh. Sebagaimana yang tertera

dalam Firman Allah swt:

Artinya: “Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka hendaklah

mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin.

Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya.dan Allah Maha mengetahui lagi

Maha Bijaksana.” (QS. An-Nur:59)

”Meskipun anak dalam kandungan masih abstrak, namun dalam pendidikan

itu sudah bisa dimulai dengan memiliki keterkaitan pada ibu yang

mengandungnya (pendidikan pre-natal).Sedangkan secara nyata, pendidikan Islam

tentang anak banyak diarahkan pada pendidikan (setelah kelahiran), tepatnya

dimulai sejak penamaan anak”.15

Anak adalah individu yang rentang karena perkembangan kompleks yang

terjadi di setiap tahap anak-anak dan masa remaja.Anak juga secara fisiologis

lebih rentan dibandingkan orang dewasa dan memiliki pengalaman terbatas yang

memengaruhi pemahaman dan persepsimereka mengenai dunia.

Anak secara umum dipahami oleh masyarakat sebagai keturunan kedua

setelah ayah dan ibu. Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kaca mata

hukum, Ia tetap dinamakan anak.

“Adapun pengertian anak manurut KUHP pasal 45 adalah orang yang belum

cukup umur, yaitu mereka yang melakukan perbuatan (tindak pidana) sebelum

umur 16 tahun”.16

“Sedangkan dalam hukum perkawinan Indonesia, anak yang

belum mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan,

15

Miftahul Huda, Idealitas Pendidikan Anak; Tafsir Tematik QS Luqman, (Malang: UIN

Press, 2009), h. 49-50 16

Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan tentang Pendidikan Anak di Indonesia,

(Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 19

Page 21: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

12

ada di bawah kekuasaan orang tuanya. Selama mereka tidak dicabut dari

kekuasaan”.17

Dalam perkembangan anak diklarifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Anak sah

Yaitu anak yang dilahirkan dalam atau akibat dari perkawinan yang sah

atau hasil perbuatan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan

oleh istri tersebut.

b. Anak terlantar

Yaitu anak yang tidak memenuhi kebutuhannya yang wajar, baik fisik,

mental, spiritual ataupun social.

c. Anak yang menyandang cacat

Yaitu anak yang mengalami hambatan secara fisik dan atau mental

sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan secara wajar.

d. Anak yang memiliki keunggulan

Yaitu anak yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa atau memiliki

potensi atau bakat istimewa.

e. Anak angkat

Yaitu anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga

orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggungjawab atas

perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut kedalam

lingkungan keuarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atas

penetapan pengadilan.

f. Anak asuh

Yaitu anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga untuk diberikan

bimbingan, perawatan, pemeliharaan,pendidikan dan kesehatan karena

orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin

tumbuh kembangnya anak secara wajar.18

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga masa remaja. Masa anak merupakan

masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi sekitar usia 0-1

tahun, usia bermain/ oddler sekitar usia 1-5 tahun, usia sekolah sekitar 5-11 tahun

hingga usia remaja yaitu sekitar 11-18 tahun. Rentang ini berada antara anak satu

dengan yang lain mengingat latar belakang setiap anak berbeda.Adapun

periodisasi anak atau manusia secara umum adalah seperti yang dikemukakan

oleh Muhammad Musthofa Zaidan, mengklasifikannya berdasarkan tinjauan

kejiwaan dan pendidikan. Dalam klasifikasi tersebut terdapat lima periode, yaitu:

1) Periode sebelum lahir yaitu sejak dalam kandungan sampai lahir;

17

Pasal 47 UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan 18

Undang-undang No. 23 Pasal 1 tahun 2002 tentang Perlindungan anak

Page 22: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

13

2) Periode ayunan adalah setelah lahir sampai dua minggu pertama ditambah

usia menyusui sampai akhir dua tahun;

3) Periode kanak-kanak awal (usia 3-5 tahun)atau usia pra sekolah;

4) Periode kanak-kanak pertengahan (usia 6-8 tahun);

5) Periode kanak-kanak akhir (usia 9-12 tahun);

Dari beberapa pengertian anak di atas, dapat disimpulkan bahwa anak

merupakan seseorang yang terlahir ke dunia dari seorang perempuan yang telah

mengandung selama 9 bulan yang belum cukup umur untuk merawat, menjaga

diri dia sendiri serta belum melangsungkan pernikahan.

Anak adalah titipan Allah yang harus dijaga oleh orang tua, bukan hanya

harus dijaga tetapi anak juga harus diberikan kasih sayang dan pendidikan yang

layak agar kelak anak tersebut menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan

bangsa.

Pendidikan anak dalam Islam pada dasarnya merupakan bagian dari

pendidikan Islam. Pendidikan Islam itu sendiri mempunyai tujuan yang

diharapkan yaitu membuat seseorang berkepribadian menjadi insan kamil.

Pendidikan anak dalam Islam ini diharapkan menghasilkan manusia yang berguna

bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang mengamalkan dan mengembangkan

ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah sebagai sang khaliq dan dengan

manusia sebagai sesamanya.

Pendidikan terhadap anak dilaksanakan sejak anak masih dalam kandungan

ibunya. Untuk mendidik seorang anak, hendaknya kedua orang tua harus

memperhatikan beberapa aspek yang diperlukan untuk mengembangkan fitrah

anak. Aspek tersebut meliputi aspek pendidikan jasmani atau kesehatan,

pendidikan akhlak atau moral, pendidikan intelektual, pendidikan psikologi dan

emosi serta pendidikan agama dan sosial.

B. Dasar-dasar Pendidikan

Dasar ialah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar

sesuatu tersebut berdiri tegak dan kokoh. Sebuah bangunan harus

memiliki landasan yang kuat berupa pondasi dasar agar mampu

menopang beban yang berat sehingga sebuah bangunan dapat berdiri

Page 23: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

14

dengan tegak dan kokoh. Demikian juga halnya dengan dasar pendidikan

Islam yang menjadi asas atau landasan supaya pendidikan Islam dapat

tetap tegak berdiri seperti kokohnya karang di lautan yang tidak goyah

diterjang derasnya ombak samudera.

“Secara garis besar, dasar pendidikan Islam ada 3 yaitu: Al-Qur‟an,

As-Sunnah dan Perundang-undangan yang berlaku di negara kita”.19

1. Al-Qur‟an

Sebagai agama yang sempurna, Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan

dan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Salah satu caranya adalah

dengan menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat Al-Qur‟an yang

berhubungan dengan pendidikan adalah wahyu pertama yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yakni surat al-Alaq

ayat 1-5.

artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1)

Dia telahmenciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Mahapemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam(4) Dia mengajarkepada manusia apa yang tidak

diketahuinya (5)”

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Tuhan seolah-olah berkata

hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia,

selanjutnya untuk memperkokoh keyakinannya dan memeliharanya agar tidak

luntur, hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Dalam ayat lain,

Allah juga memberikan bahan (materi/pendidikan agar manusia hidup

sempurna di dunia).

2. As-Sunnah.

19

Nur Uhbiyati, Abu Achmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997),

h. 24

Page 24: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

15

As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan (taqrir)

Rasulullah saw. Yang dimaksud dengan pengakuan Rasulullah saw adalah

kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau

membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan

sumber kedua setelah Al-Qur‟an. Seperti Al-Qur‟an, sunnah juga berisi aqidah

dan syariah.

Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia

dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau

muslim yang bertaqwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik

utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah al-

Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang

untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat kedaerah-

daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka

pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam. Oleh karena itu sunnah

merupakan landasan kedua bagi pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah

selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya,

mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah

yang berkaitan dengan pendidikan.

Berikut ini merupakan hadits yang menjelaskan tentang dasar-dasar

pendidikan

برالن نم هذقعم أىجتليف لمع يرغث رآنالق يف بلق نم

Artinya : “Siapa yang membicarakan Al-Qur’an tanpa ilmu, maka dia benar-

benar telah mempersiapkan tempatnya di neraka”20

Dalam lapangan pendidikan, as-Sunnah mempunyai faedah yang sangat

besar, yaitu:

a. Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan

menerangkan hal-hal yang kecil yang tidak terdapat didalamnya.

20

Musnad Abdullah ibn Abbas “hal. 501 dan 578, hadis no.2069 dan 2429, selanjutnya

ditulis 501/2069”, Diriwayatkan oleh Abdullah ibn Ahmad dari Ahmad ibn Muhammad ibn

Hanbal dari Waki dan Muammal – Sufyan Abdu l-A‟la Ats-Tsa‟labiy – Said ibn Jubair – ibn

Abbas dalam bukunya Imam Ahmad ibn Hambal. “Hadis-hadis Imam Ahmad Menyoal Al-Quran,

Sirah, Khilafah dan Jihad.. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2009Hal. 2

Page 25: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

16

b. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah saw dan

para sahabatnya, perlakuannya terhadap anak-anak, penanaman keimanan

kedalam jiwa yang dilakukannya.

3. Perundang –undangan yang berlaku di Indonesia

a. UUD 1945, pasal 2 Ayat 1 berbunyi: “Negara berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Maha Esa”.Ayat 2 berbunyi : “Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu ...”.

Pada pasal 29 UUD 1945 ini jelas memberikan jaminan kepada

warganegara Republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadat

sesuai dengan agama yang dipeluknya, bahkan mengadakan kegiatan yang

dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dengan demikian pendidikan

Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakininya diizinkan dan

dijamin oleh negara.

b. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1:“Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pendidikan

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara”.21

C. Tujuan Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian dari sebuah proses untuk mencapai suatu

tujuan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah

suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia

yang diinginkan. Tujuan-tujuan diperintahkan oleh tujuan-tujuan akhir yang pada

esensinya ditentukan oleh masyarakat dan dirumuskan secara singkat dan padat,

seperti kematangan dan integritas atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya

kepribadian muslim. Hal ini merupakan cita-cita paedagogis atau dunia cita-cita

yang ditemukan sepanjang sejarah hampir di semua negara.

Sebagai contoh tujuan pendidikan sebagai cita-cita paedagogis, antara lain:

1. Tujuan pendidikan di Amerika Serikat

a. The objective of self-realization

b. The objective of human relationship

c. The objective of economics efficiency

21

Tim Redaksi Fokus Media, UUSPN Nomor 20 tahun 2003 (Bandung: Fokus Media, 2003),

h.3

Page 26: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

17

d. The objective of civic responcibility22

2. Tujuan pendidikan di Jerman Barat:

a. Kesehatan dan kecakapan

b. Kesanggupan umum untuk hidup bermasyarakat, khusus yang diperlukan

untuk pekerjaannya dan pendidikan untuk masyarakat berpolitik.

c. Membawa anak didik secara humanistis ke dunia kerohanian yang

menjadikannya betah dalam lingkungannya.

d. Memahami dan melaksanakan agamanya sebaik mungkin.23

3. Tujuan pendidikan di Indonesia

Adapun tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam

Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional

Bab II pasal 4, menyebutkan: “pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertakwa kepata Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan”.24

Adapun tujuan pendidikan nasional

Indonesia menurut UU no. 4 Tahun 1950 adalah membentuk manusia susila

yang cakap, warga negara yang demokratis dan manusia bertanggung jawab

terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.25

Dan tujuan pendidikan menurut UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yaitu sebagai berikut, “Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggungjawab”.26

“Pendidikan bertujuan mewujudkan kehidupan bahagia di dunia dan di

akhirat berdasarkan keimanan kepada Allah swt. Untuk itu perlu dibina dan

22

Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, ... h. 59 23

Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, ... h. 59-60 24

Lembaga Penelitian IAIN Jakarta, Islam dan Pendidikan Nasional, ... h. 90 25

Muhammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 45 26

Muhammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, ... h. 48

Page 27: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

18

dikembangkan kepribadian beradab dan berbudaya yang dilandasi iman kepada

Allah swt”.27

“Ketika pendidikan dihubungkan dengan Tuhan, maka tujuan

pendidikan yang utama adalah membentuk manusia agar beriman kepada Allah

swt, yang dilanjutkan dengan berbuat amal saleh, yakni amal yang sesuai dengan

kehendak Allah swt”.28

“Ketika pendidikan dihubungkan dengan filsafat manusia,

maka tujuan pendidikan dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mewujudkan

manusia seutuhnya, yaitu manusia yang tergali, terbina dan terlatih potensi

intelektual, spiritual, emosional, sosial dan fisiknya, sehinga dapat menolong

dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya”.29

“John Dewey merumuskan tujuan pendidikan untuk diarahkan pada upaya

melahirkan manusia yang terbina seluruh potensi dirinya, terutama potensi

intelektual dan keterampilannya, sehingga ia dapat melaksanakan tugas-tugas di

masyarakat, dan menjadi orang yang dapat menolong dirinya, masyarakat, bangsa

dan negaranya”.30

Menurut Hasan Langgulung tujuan pendidikan menurut Islam adalah sama

dengan tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu memikul amanah Allah swt.

Adapun secara terperrinci menjadi:

a. Membina generasi muda agar menyembah Allah swt dengan menjalankan

apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilaran-Nya.

b. Mendidik generasi muda agar dapat hidup bersosialisasi dengan masyarakat

dengan mengakui adanya prisip kerja sama, persaudaraan serta persamaan.

c. Mendidik generasi muda agar dapat menggunakan akal pikirannya dengan

cermat dan produktif.

d. Membentuk pribadi yang terbuka dan bergaul dengan orang lain serta

menghindari sikap menyendiri dan menonjolkan dirinya.

e. Mendidik generasi muda agar dapat menggunakan pemikiran ilmiah.31

Tujuan yang dirumuskan oleh Hasan Langgulung tersebut diarahkan pada

pembentukan lisan yang saleh, yaitu mendekati kesempurnaan yang ditandai

dengan memiliki sifat-sifat terpuji seperti menghargai diri, perikemanusiaan,

jujur, adil dan sebagainya. Selain itu tujuan pendidikan tersebut diarahkan pada

pengembangan masyarakat yang saleh, yaitu masyarakat yang percaya bahwa

ia memiliki jiwa sebagai pengemban misi kebenaran dan kebaikan.32

27

Lembaga Penelitian IAIN Jakarta, Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Lembaga

Penelitian IAIN Jakarta, 1983), h. 109 28

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, ... h. 51 29

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, ... h. 89 30

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, ... h.218 31

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, ... h. 342 32

Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, ... h. 342

Page 28: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

19

“Adapun tujuan pendidikan menurut Rifa‟ah Ath-Thahthawi adalah

mengajarkan ilmu pengetahuan, untuk membentuk rasa kepribadian dan untuk

menanamkan rasa Patriotisme ( الىطن حت )”.33

Di dalam bukunya Beknopte Theoretische Paedagogiek, Langeveld

mengutarakan macam-macam tujuan pendidikan sebagai berikut:

1) Tujuan umum

Tujuan umum disebut juga tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau tujuan

bulat. Tujuan umum ialah tujuan di dalam pendidikan yang seharusnya

menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain, yang telah ditetapkan oleh

pendidik dan selalu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat

pada anak didik itu sendiri dan dihubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat

untuk mencapai tujuan umum itu.

Tujuan umum itu tidak akan dan tidak dapat selalu diingat oleh si pendidik

dalam melaksanakan pendidikannya. Oleh karena itulah, tujuan umum itu

selalu dilaksanakan dalam bentuk-bentuk yang khusus (diperkhususkan)

mengingat keadaan-keadaan dan faktor-faktor yang terdapat pada anak didik

sendiri dan lingkungannya seperti:

a) Sifat pembawaan anak didik: umurnya dan jenis kelaminnya, watak dan

kecerdasannya.

b) Kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan keluarga anak

didik itu, miskin atau kaya, terpelajar atau tidak dan lain-lain. Masih

primitif atau sudah majukah masyarakat sekitar anak itu?Apakah adat-

istiadat masyarakat di situ menghambat atau melancarkan jalannya

pendidikan anak-anak itu? Dan sebagainya.

c) Tempat dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik itu. Jabatan-

jabatan, pekerjaan-pekerjaan, dan fungsi-fungsi masyarakat apakah yang

diperlukan? Pertanian, perindustrian, perekonomian, pemerintahan,

perdagangan, dan sebagainya adalah lapangan-lapangan kemasyarakatan

yang memerlukan syarat-syarat tertentu dari tiap-tiap orang. Dengan kata

33

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1982), h. 48

Page 29: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

20

lain, tidak kepada semua anggota masyarakat meminta syarat-syarat yang

sama.

d) Tugas badan-badan dan tempat pendidikan. Keluarga atau rumah tangga,

sekolah, badan-badan sosial, dan sebagainya sudah tentu mempunyai tugas

yang berbeda-beda dalam mendidik anak-anak. Masing-masing akan

memperhatikan kepribadian anak didik dari sudutnya sendiri-sendiri.

e) Tugas negara dan masyarakat di sini dan sekarang. Tugas suatu bangsa

atau umat manusia di dalam suatu negara yang dijajah atau yang sudah

merdeka berlainan. Demikian pula, keadaan bangsa dan umat manusia

dahulu berbeda dengan sekarang. Maka dari itu, tujuan sempurna dengan

sendirinya mengalami penentuan yang berlainan pula.

f) Kemampuan-kemampuan yang ada pada pendidik sendiri. Seperti pernah

diuraikan, hidup si pendidik turut menentukan arah tujuan pendidikan.

Demikian pula, kecakapan-kecakapan, kesanggupan, pengetahuan, dan

kehidupan si pendidik itu. Tujuan umum ini dengan demikian harus

ditentukan yang sungguh-sungguh kongkret dengan memperhitungkan dan

memperhatikan segala kenyataan.

2) Tujuan-tujuan tak sempurna (tak lengkap)

Yang dimaksud dengan tujuan tak sempurna atau tak lengkap ini ialah

tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia yang tertentu yang

hendak dicapai dengan pendidikan itu, yakni segi-segi yang berhubungan

dengan nilai-nilai hidup yang tertentu, seperti keindahan, kesusilaan,

keagamaan, kemasyarakatan, dan seksual. Oleh karena itu, kita dapat juga

mengatakan, pendidikan keindahan, pendidikan kesusilaan, pendidikan

kemasyarakatan, pendidikan intelektual, dan lain-lain yang masing-masing

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang terkandung di dalam masing-

masing seginya.

Tujuan tak sempurna ini bergantung kepada tujuan umum dan tidak dapat

terlepas dari tujuan umum itu.Memisahkan tujuan tak lengkap menjadi tujuan

sendiri sehingga merupakan tujuan terakhir atau tujuan umum dari pendidikan,

Page 30: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

21

menjadi berat sebelah, dan berarti tidak mengakui kepribadian manusia

sebulat-bulatnya. Ingatlah: pendidikan hendaklah harmonis.

3) Tujuan-tujuan sementara

Tujuan sementara ini merupakan tempat-tempat perhentian sementara pada

jalan yang menuju ke tujuan umum, seperti anak-anak dilatih untuk belajar

keberhasilan, belajar berbicara, belajar berbelanja, dan belajar bermain-main

bersama teman-temannya.

Umpamanya, kita melatih anak belajar berbicara sampai anak itu sekarang

dapat berbicara.Dalam hal ini tujuan kita telah tercapai (tujuan sementara),

yaitu anak dapat berbicara.Tetapi, tidak hanya sampai di situ tujuan kita. Anak

kita diajarkan berbicara agar anak itu dapat berbicara dengan baik dan sopan

santun terhadap sesama manusia, agar ia berbuat susila (tujuan tak lengkap),

dan seterusnya. Demikian pula melatih anak untuk belajar kebersihan, belajar

berbelanja, dan sebagainya adalah tujuan sementara.

Tujuan sementara ini merupakan tingkatan-tingkatan untuk menuju kepada

tujuan umum.Untuk mencapai tujuan-tujuan sementara itu di dalam praktik

harus mengingat dan memperhatikan jalannya perkembangan pada anak.

Untuk ini maka perlulah psikologi perkembangan.

4) Tujuan-tujuan perantara

Tujuan ini bergantung pada tujuan-tujuan sementara.Umpamanya, tujuan

sementara ialah si anak harus belajar membaca dan menulis. Setelah

ditentukan untuk apa anak belajar membaca dan menulis itu, dapatlah

sekarang berbagai macam kemungkinan untuk mencapainya itu dipandang

sebagai tujuan perantara, seperti metode mengajar dan metode membaca.

Contoh lain, tujuan tak sempurna ialah pembentukan kesusilaan: sebagai

tujuan sementaranya dapat ditentukan pada suatu umur yang tertentu si anak

belajar membeda-bedakan “kepunyaanku” dan “ kepunyaanmu”. Dengan

memperhatikan tujuan sementara itu si anak kita beri permainannya sendiri

(tujuan perantara).

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas dan hubungan-hubungannya

satu sama lain, mempermudah usaha kita hendak mengerti pekerjaan mendidik

Page 31: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

22

dan memungkinkan kita meninjau apa yang dianjurkan oleh aliran-aliran

modern atau aliran-aliran kuno dalam pendidikan. Sedangkan tujuan umum itu

bermuara dalam pandangan hidup yang mendukung sebagai batu dasarnya.

5) Tujuan insidental

Tujuan ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan saat-saat

yang terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum.Contoh, seorang

ayah memanggil anaknya supaya masuk ke dalam rumah, agar mereka tidak

menjadi terlalu lelah, atau untuk makan bersama-sama; ayah itu menuntut

supaya perintahnya itu ditaati. Tetapi, dalam situasi yang lain mungkin si ayah

itu akan mengurangi tuntutan ketaatan itu dan hanya bersikap netral saja.

Nyatalah bahwa di dalam tiap-tiap situasi ada tujuan-tujuan terpisah yang

kita laksanakan, meskipun tujuan-tujuan itu masih ada hubungannya dengan

tujuan umum.Tetapi, jika yang dimaksud oleh si ayah tadi ialah agar anaknya

mempunyai kebiasaan-kebiasaan tetap untuk makan bersama-sama keluarga

sehingga dengan demikian bermaksud pula untuk memperkuat rasa sama-

sama terikat dalam ikatan keluarga, maka hal itu dapatlah dipandang sebagai

tujuan perantara.

“Macam-macam “tujuan” tesebut di atas (tujuan tak sempurna, tujuan

sementara, tujuan perantara, dan tujuan insidental) dapat dicapai dengan nyata.

Adapun bagaimana menetapkan tujuan-tujuan itu dan bagaimana cara

melaksanakannya adalah tugas pedagogik praktis”.34

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya tujuan

pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian peserta didik yang berakhlakul

karimah, berbudi pekerti, berwawasan luas, mandiri, serta dapat memberi manfaat

bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.

D. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

34

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosda, 2011), cet. 20,

h. 20-23.

Page 32: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

23

“Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu,

ikhlaqan, jama‟nya khuluqun yang berarti perangai, adat kebiasaan, budi

pekerti, tingkah laku atau tabiat, perbedaan yang baik dan agama”.35

Menurut pengertian sehari-hari umumnya akhlak itu disamakan dengan

budi pekerti, kesusilaan, sopan santun. Khalq merupakan gambaran

sifat batin manusia, akhlak merupakan gambaran bentuk lahir manusia,

seperti raut wajah dan body. Khuluq atau akhlaq adalah sesuatu yang

tercipta atau terbentuk melalui sebuah proses. Karena sudah terbentuk,

akhlak disebut juga dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah tindakan yang

tidak lagi banyak memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Kebiasaan

adalah perbuatan yang muncul dengan mudah. Dalam bahasa Yunani,

pengertian ini dipakai kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan,

perasaan batin, kecendrungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos

kemudian berubah menjadi etika.36

“Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai untuk menilai

perbuatan manusia apakah itu baik atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak

adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk

memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia bagaimana cara berbuat

kebaikan dan menghindarkan keburukan”.37

Menurut Hamka, “Akhlak adalah sifat yang timbul dalam diri

manusia untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan hingga dengan mudah untuk melakukan tanpa ada

dorongan dari luar”.38

Ibnu Miskawaih mendefinisikan akhlak sebagai:

ولبرويخ فكر غير من أفعبلهب إلى لهب داعيخ للنفس حبل الخلق“Akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong untuk melakukan

perbuatan tanpa pemikiran dan pertimbangan”.39

Sedangkan menurut Abu Hamid Al Ghazali dalam bukunya Ihya‟

Ulum al-Din mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

35

Tiswarni, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Bina Pratama, 2007) h. 1 36

Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), h. 14 37

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h.7. 38

Hamka, Lembaga Budi, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1983), h. 1 39

Ibnu Miskawaih, Tahdzib al- Akhlaq, Bab I, Maktabah Syamilah, h. 10

Page 33: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

24

ثسقققهىلخ األفعقققبل تصقققذر عنهقققب راسققق خ القققنفس فقققى هيئقققخ عقققن عجقققبرح فلخلقققق

يخورو فكر إلى حبجخ غير من ويسر“Akhlak merupakan keadaan yang melekat dengan jiwa dan darinya

timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan

pemikiran dan pertimbangan.”40

Menurut Dr. M. Abdullah Daraz, ada dua syarat yang menjadikan

perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai akhlak yaitu

sebagai berikut: pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali

sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasaan; kedua, perbuatan-

perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya

tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan paksaan atau

sebaliknya melalui bujukan dan rayuan.

Ahmad Amin menjelaskan bahwa akhlak adalah ilmu yang

menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya

dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya, menyatakan

tujuan yang harus dituju oleh manusia kepada yang lainnya,

menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan

mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus

diperbuat. Dalam konteks ke Islaman, kajian falsafah etika ini dapat

kita sebut dengan ak-falsafah al-akhlaqiyah.41

Melihat pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa arti dari

pada akhlak adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang dilakukan

dengan kehendak sendiri dan dilakukan secara berulang kali.

Dalam ajaran Islam, bahwa akhlak adalah meliputi semua aktifitas manusia

dalam segala aspek kehidupan.Namun secara global pembagian akhlak

menurut sifatnya terdiri dari dua macam. Pertama akhlak yang baik dan benar

menurut syariat Islam, disebut juga akhlak mahmudah atau akhlakul karimah.

Kedua adalah akhlak yang buruk, disebut akhlak madzumah.42

Islam memandang akhlak sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari,

bahkan Islam menegaskan akhlak merupakan misinya yang paling utama.

Rasulullah saw. banyak berdoa kepada Allah agar dirinya dihiasi dengan akhlak

40

Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Dar Ihya‟ al-Kutub al-Arabiyyah „Isa al-Baabi al-

Halabi, tt), h. 10 41

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Rajawali Pers, 2011), h. 42-

43 42

Masam Alfat, Dkk, Akidah Akhlak, (Semarang: CV. Toha Putra, 1994), h. 60

Page 34: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

25

dan perangai yang mulia. Beliau berdoa, “Ya Allah, perbaiki parasku dan

akhlakku”.

Sedangkan pembagian akhlak menurut objeknya atau kepada siapa akhlak itu

ditujukan, adalah sebagai berikut:

a. Akhlak kepada Allah

Akhlak terhadap Allah pada prinsipnya, sebagaimana dalam al-Qur‟an

dapat diartikan penghambaan diri kepadanya atau dapat diartikan sebagai

sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk kepada Tuhan sebagai Khaliq.Sebagai makhluk yang dianugrahi akal

sehat, kita wajib menempatkan diri kita pada posisi yang tepat, yakni sebagai

hamba dan menempatkannya sebagai satu-satunya Zat yang kita per-

Tuhankan.

Ada tiga alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT:

1) Allah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari air

yang ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk,

sebagaimana dalam al-Qur‟an surat at-Tariq ayat 5-7, yang berbunyi:

Artinya: “Maka hendaklah manusia memeperhatikan dari apakah dia

diciptakan? (5) dia diciptakan dari air yang terpancar (air mani) (6) yang

keluar dari antara tulang sulbi laki-laki,dan tulang dada perempuan (7)”

Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan

bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan sebagainya.

Sebagaimana dalam al-Qur‟an surat al-Jaatsiyah ayat 12-13 yang berbunyi:

Page 35: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

26

Artinya: “Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-

kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat

mencari karunia -Nya dan Mudah-mudahan kamu bersyukur (12) Dan Dia

telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi

semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi

kaum yang berfikir(13)”.

2) Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannnya kemampuan

menguasai daratan dan lautan. Sebagaimana dalam al-Qur‟an surat al-Isra

ayat 70 yang berbunyi:

Artinya: “Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,

Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki

dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang

sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.( QS. Al-

Isra :70 )

Beberapa akhlak yang menunjukkan akhlak kepada Allah swt,

diantaranya:

a) Takut kepada Allah SWT

Takut kepada Allah SWT merupakan ungkapan hati terhadap sesuatu

yang tidak disukai yang akan terjadi di masa yang akan datang dan

mengetahui sebab-sebab yang akan menimbulkan sesuatu yang tidak

disukai itu. Maksudnya bahwa segala perbuatan manusia itu nantinya akan

dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Maka hal seperti itulah

yang menjadikan seseorang takut kepada Allah SWT. Takut kepada-Nya

bukan berarti menjauh, akan tetapi sebaliknya harus berusaha dekat

kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi

segala yang menjadi larangan-Nya. Firman Allah SWT dalam surat Al-

Anfal ayat 29 yang artinya: “Hai orang-orang beriman, jika kamu

bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan

kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni

Page 36: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

27

(dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar tersebut”. Ayat

di atas menjelaskan kepada setiap muslim agar jangan melebihkan dirinya

dari orang lain, selain dari jasa-jasa baiknya atau takwa yang berarti budi

kebaikannya kepada sesama manusia. Karena itu Rasulullah Saw tidak

dapat menunjukkan selain dari itu, bahwa kemuliaan itu tetap berdasarkan

kepada takwa semata-mata.

b) Taubat

Taubat adalah kembali kejalan kebenaran atas dosa-dosa yang telah

dilakukan. Taubat merupakan aktifitas menghapus dosa dengan cara

menyesali dan memohon ampun dan berhenti dari kemaksiatan dan

menutup dengan perbuatan baik. Taubat tidak hanya cukup berhenti dari

kemaksiatan tanpa menutupi dengan kebaikan. Orang yang bertuabat

berarti telah menyadari bahwa perbuatannya merugikan orang lain.

Imam Al Ghazali menyebutkan bahwa tingkatan orang yang bertuabat ada

empat :

(1) Orang yang bertuabat dengan sebenar-benarnya, yakni dengan taubat

nashuha;

(2) Orang yang bertaubat dengan meninggalkan dosa-dosa besar, namun

masih sering melakukan dosa-dosa kecil, tetapi ia cepat menyadarinya

dan kembali kepada Allah SWT.

(3) Orang yang bertaubat dan tidak akan mengulanginya lagi, tetapi ia

tidak berdaya melawan hawa nafsunya untuk berbuat dosa.

(4) Orang yang bertaubat, tetapi setelah itu ia berbuat dosa lagi dan tidak

ada penyesalan dalam dirinya.43

b. Akhlak Terhadap Rasulullah Saw

Berakhlak terhadap Rasulullah berarti taat dan cinta kepadanya. Setiap

muslim wajib untuk mentaati segala perintah dan larangan yang disampaikan

oleh Nabi SAW. Mentaati dan mencintai Rasulullah Saw dapat dilakukan

dengan cara:

1) Mencintai dan memuliakan Rasul. Setiap orang yang beriman kepada

Allah SWT tentulah harus mengakui Muhammad Saw sebagai Nabi dan

Rasul yang terakhir (khatamul anbiyaa’a).

2) Mengikuti Rasulullah Saw. Ini adalah salah satu bukti kecintaan seorang

hamba kepada Alah SWT. Ketaatan kepada Rasulullah Saw bersifat

mutlak, karena taat kepada beliau merupakan bagian taat kepada Allah.

43

Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz IV, (Maktabah Usaha Keluarga Semarang),

h. 3

Page 37: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

28

Apa sajayang datang dari Rasulullah Saw harus diterima, apa yang

diperintahkannya harus diikuti dan apa yang dilarangnya harus

ditinggalkan.

3) Mengucapkan shalawat dan salam. Allah SWT memerintahkan kepada

orang-orang yang beriman untuk mengucapkan shalawat dan salam kepada

Nabi, bukan karena Nabi membutuhkannya. Sebab tanpa doa dari siapapun

beliau sudah pasti akan selamat dan akan mendapatkan tempat yang paling

mulia dan terhormat di sisi Allah SWT.44

c. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Berakhlak terhadap diri sendiri berarti berbuat baik terhadap dirinya, ini

berarti tidak mencelakakan atau menjerumuskan dirinya kedalam perbuatan

dosa. Akhlak tersebut meliputi :

1) Sabar

Sabar berarti mengekang dan menahan diri dari segala sesuatu yang

tidakdisukai karena mengharap ridha Allah SWT. Menurut Imam al-

Ghazali, sabarmerupakan ciri khas manusia. Binatang dan malaikat tidak

memerlukan sifatsabar. Macam-macam sabar antara lain :

a) Sabar menerima cobaan hidup

b) Sabar dari keinginan hawa nafsu

c) Sabar dalam taat kepada Allah SWT

d) Sabar dalam berdakwah

e) Sabar dalam berperang

f) Sabar dalam pergaulan

2) Pemaaf

Pemaaf adalah sikap lapang dada terhadap segala persoalan, baik yang

menimpa dirinya maupun orang lain. Memberi maaf terlebih dahulu

kepada orang lain memang dirasakan sangat berat, apalagi yang harus

diberi maaf adalah orang yang pernah menyakiti. Tetapi jika kita sanggup

melaksanakannya berarti kita telah mengikuti apa yang di ajarkan oleh

Rasulullah Saw. Beliau selalu memaafkan orang-orang yang pernah

menyakitinya bahkan mau membunuhnya.

3) Tawadhu‟

Tawadhu‟artinya rendah hati. Orang yang rendah hati tidak

memandang dirinya lebih dari orang lain. Rendah hati tidak sama dengan

rendah diri, karena rendah diri berarti kehilangan kepercayaan diri. Meski

dalam pelaksanaannya orang yangrendah hati terkadang cenderung

merendahkan dirinya dihadapan orang lain,tetapi sikap tersebut bukan

lahir dari rasa tidak percaya diri. Orang yang tawadhu‟ menyadari bahwa

apa yang dia miliki, baik bentuk rupa yang cantik atau tampan, ilmu

pengetahuan, harta kekayaan, maupun pangkat dan kedudukan dan

sebagainya semua itu adalah karunia dari Allah SWT.

44

Muhamad Lazim, Konsep Materi Pendidikan Akhlak Anak Didik dalam perspektif Islam,

(Semarang: Skripsi IAIN Walisongo, 2011), h. 37

Page 38: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

29

4) Istiqamah

Istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan

keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

Istiqamah apabila dipandang sekilas kelihatannya merupakan suatu hal

yang remeh dan tidak berarti. Maka jarang sekali orang yang menghayati

dan mengamalkan isi dari istiqamah tersebut. Padahal sudah terbukti

banyak orang yang bisa menghasilkan cita-cita mereka dengan melakukan

istiqamah dan tabah dalam menanggulangi segala cobaan dan rintangan.

5) Sidiq

Sidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslim diuntut untuk selalu

berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar perkataan, benar

perbuatan. Antara hati dan perkataan haruslah sama, tidak boleh berbeda

apalagi antara perkataan dan perbuatan. Rasulullah Saw memerintahkan

setiap Muslim untuk selalu shidiq, karena shidiq membawa kepada

kebaikan dan kebaikan akan mengantarkannya ke sorga. Sebaliknya beliau

melarang untuk berbohong karena kebohongan akan membawa kepada

kejahatan dan akan berakhir ke neraka.

6) Disiplin

Disiplin berarti taat kepada tata tertib. Disiplin adalah kepatuhan

untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan

orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.

Dalam kehidupan pribadi diperlukan tata tertib yang mengikat diri agar

dapat memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin. Dengan disiplin

maka akan terbentuk sikap tanggungjawab dan menghindari sifat malas.45

d. Akhlak terhadap sesama manusia

Akhlak terhadap sesama manusia pada dasarnya bertolak kepada

keluhuran budi dalam menempatkan diri kita dan menempatkan diri orang lain

pada posisi yang tepat. Hal ini merupakan refleksi dari totalitas kita dalam

menghambakan diri kepada Allah swt, sehingga akhlakul karimah yang kita

alamatkan terhadap sesama manusia semata-mata didasari oleh akhlakul

karimah yang kita persembahkan kepadanya.

Akhlak terhadap sesama manusia, bukan hanya dalam bentuk larangan

melakukan hal-hal yang negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau

mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada

menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang, tidak peduli apakah

hal itu benar atau salah.

45

Muhamad Lazim, Konsep Materi Pendidikan Akhlak Anak Didik dalam perspektif Islam,...

h.38

Page 39: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

30

Adapun bentuk-bentuk akhlak terhadap sesama manusia diantaranya adalah

jujur, ikhlas, amanah, tawadhu, sabar, kasih sayang, pemaaf, penolong, berani,

adil, rajin, displin, kreatif, sederhana, baik sangka, dermawan, toleransi,

berbakti kepada kedua orang lain, iffah. Bila akhlakul karimah diamalkan

(dipraktekan) oleh setiap muslim dalam kehidupannya maka akan terwujud

keharmonisan atau kerukunan diantara sesama dan masyarakat.46

e. Akhlak terhadap lingkungan

Lingkungan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang berada

disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak

bernyawa.Akhlakul karimah terhadap lingkungan pada prinsipnya

menempatkan sesuatu itu pada posisinya masing-masing.Ia merupakan

refleksi dari totalitas penghambaan diri kita kepada Allah swt, sehingga apa

yang kita perbuat terhadap mereka, semata-mata hanya didasari oleh akhlakul

karimah kita kepada Allah swt.

Akhlak yang diajarkan al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari

fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi

antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan

mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan agar setiap

makhluk mencapai tujuan penciptanya.

Berarti manusia dituntut mampu menghormati proses-proses yang sedang

berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Keadaan ini

mengantarkan manusia menjadi bertanggung jawab, sehingga tidak melakukan

pengrusakan. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa

semuanya diciptakan oleh Allah swt, serta semuanya memiliki ketergantungan

kepadanya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslin untuk menyadari

bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar

dan baik.47

“Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk akhlakul karimah

terhadap lingkungan diantaranya adalah memelihara tumbuh-tumbuhan,

menyayangi hewan, menjaga kebersihan dan menjaga ketentraman”.48

46

Abudin Nata, op. cit., h.149-150. 47

M. Quraish Shihab, op. cit., h. 270. 48

Abudin Nata, op. cit., h. 152.

Page 40: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

31

2. Sumber Akhlak

Ajaran yang dibawa oleh para Nabi sejak awal hingga masa sebelum lahirnya

agama Islam, selalu menjaga martabat kemanusiaan agar tidak mengalami

penurunan yang berakibat menyamai martabat kebinatangan. Kedudukan akhlak

dalam Islam sangatlah penting, karena akhlak merupakan buah dari tauhid yang

tertanam dalam jiwa manusia. Untuk menjadi manusia yang baik dan berbudi

luhur Hamka membagi Sumber akhlak sebagai berikut :

a. Al-Qur‟an dan As-Sunnah

Dalam agama Islam, landasan normatif akhlak manusia adalah al- Qur‟an

dan Sunnah. Di antaranya adalah firman Allah Swt dalam surah al- Qalam

ayat 4:

Artinya : “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung” (QS. al Qalam:4)

Hamka menyatakan “inilah satu pujian yang paling tinggi yang diberikan

Allah kepada Rasulnya, yang jarang diberikan kepada Rasul yang lain”.49

Hamka juga menyatakan bahwa dalam menentukan baik dan buruk juga

mengacu kepada al- Quran dan Sunnah, yaitu dalam surat Ali-Imran ayat 110:

Artinya :” kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik

bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka

adalah orang-orang yang fasik.” (QS: Ali Imran: 110)

Allah berfirman pada ayat di atas “kamu adalah sebaik-baik umat, yang

di keluarkan Tuhan untuk seluruh manusia.”Supaya umat Islam jangan

49

Hamka, Tafsir al-Azhar, Juzu’XXIX, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1983), h. 45

Page 41: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

32

tersesat dan timbul penyakit bangga, sebagai yang telah menimpa saudaranya,

Yahudi dan Nasrani, Hamka menyatakan didalam membaca ayat itu jangan

sepotong kalimat yang pertama saja. Wajiblah dibaca sampai ke ujungnya.

Firman Allah tersebut terbagi kepada empat bagian:

Kamu adalah yang sebaik-baik umat yang dikeluarkan Tuhan untuk seluruh

manusia.

1) Karena kamu menyuruh berbuat yang ma`ruf.

2) Kamu melarang berbuat yang mungkar.

3) Kamu percaya kepada Allah.

Ini adalah satu ayat yang tidak terpotong-potong dan tidak boleh

dipotong-potong. Huruf “waw” artinya ”dan” yang mempersambungkan di

antara keempat patah kata tersebut, menyebabkan ia berangkai dan tidak

dapat dipisahkan diantara satu dengan yang lain. Umat Nabi Muhammad akan

menjadi sebaik-baik umat yang timbul di antara prikemanusiaan selama ia

mempunyai tiga sifat keutamaan itu. Berani menyuruh berbuat ma`ruf, berani

melarang dari berbuat mungkar, dan percaya kepada Allah.Jika ketiganya itu

ada pastilah mereka mencapai kedudukan yang tinggi di antara pergaulan

manusia. Suatu masyarakat yang mencapai setinggi-tingginya di dunia ialah

bila mana ia mempunyai kebebasan. Inti sari dari kebebasan ada tiga yaitu:

a) Kebebasan kemauan (iradah) atau karsa.

b) Kebebasan menyatakan pikiran atau cipta.

c) Kebebasan jiwa dari keraguan dan hanya satu jadi tujuan atau rasa.50

Setelah al-Qur‟an sumber akhlak adalah as-Sunnah, membahas as-

Sunnah adalah membahas Nabi Muhammad Saw. Sebagai Rasul terakhir

yang menerima risalah ajaran tauhid setelah berakhirnya masa kerasulan Nabi

Isa a.s.51

Akhlak umat Islam wajib berlandaskan secara normatif pada as-Sunnah,

artinya mencontoh perilaku Nabi Muhammad Saw, terutama dalam masalah

ibadah, sedangkan dalam masalah muamalah, umat Islam harus menjadikan

50

Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992). cet, 4, h. 64 51

Beni Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h.63

Page 42: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

33

Nabi Muhammad Saw sebagai acuan dasar yang dapat dikembangkan

sepanjang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip alam. Beberapa ayat al-

Qur‟an memerintahkan agar umat Islam yang beriman dan berpegang teguh

pada as-Sunnah sebagai cermin dari ketaatan kepada Rasulullah Saw adalah

adalah. Surah An-Anfal ayat 20:

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-

Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar

(perintah-perintah-Nya)”.(QS. Al Anfal : 20)

Dalam ayat ini Hamka menafsirkan:

Di sinilah terletak rahasia kemenangan, orang yang suka dan duka, pada

berat dan ringan, jangan bertindak sendiri-sendiri, jangan lebih

mementingkan kehendak diri sendiri sehingga berpaling dari Rasul. Padahal

kamu selalu mendengarkan perintah dan kerahan beliau. Maka dengarkanlah

perintah itu dengan sepenuh perhatian, masukkan kedalam hati dan

amalkan, sekali-kali jangan menyimpang kepada yang lain, terutama

didalam menghadapi suatu hal yang sulit. Disebut taat kepada Allah dan

Rasul, karena apa yang disampaikan oleh Rasul itu sekali-kali tidak datang

dari yang lain, melainkan diterimanya langsung dari Allah, didalam perintah

Rasul itu terkandung Iman, Islam, Ihsan, oleh sebab itu yang dimaksud

mendengar pada ayat ini ialah menghadapkan segenap perhatian kepadanya,

sehingga tidak ada yang lepas buat diamalkan.52

Dengan pernyataan tersebut Terlihat jelas bahwa, Hamka menekankan

agar seorang Mu‟min harus benar-benar menjadi Muslim yang sejati, yakni

taat kepada perintah Allah dan taat kepada perintah Rasulullah dengan

sebenar-benarnya. Maka selama jejak nabi Muhammad SAW masih kita ikuti

tapak demi tapak dan al-Qur‟an dan Hadits kita jadikan pedoman hidup,

selama itu kita pula tidak hilang dari kasih sayang Allah SWT.

b. Tauhid

Tiga belas tahun lamanya Nabi Muhammad Saw di Mekkah menjelaskan

tujuan hidup dan menegakkan sesuatu yang dapat membentuk budi, yaitu

tujuan keesaan kepada Zat yang meliputi dan menguasai seluruh yang ada.

52

Hamka, Tafsir al-Azhar, Juzu‟IX, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1992), h. 277

Page 43: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

34

Belum ada perintah mengenai hukum-hukum syari‟at diturunkan di Mekkah,

sebelum kokoh tauhid itu didalam jiwa, maka tauhid itulah yang

menyebabkan segenap manusia yang merasakannya, memandang kecil segala

urusan di dalam hidup, kecil kepentingan diri sendiri, kecil harta benda yang

tiada kekal, dari bumi hingga langit, bintang, bulan, matahari, sampai kepada

perkara-perkara yang belum tercapai oleh kepandaian manusia, jika

dibandingkan kepada kehendak dari Yang Maha Esa.

Perasaan bertauhid itulah yang menyebabkan terpandangnya harga diri

dan bersedia mati untuk memperjuangkannya. Karena pada ajaran tauhid itu

hakikat mati tidaklah begitu besar lagi, Yang Maha Besar adalah menuntut

ridha Allah Swt, itulah yang dinamai i‟tikad atau kepercayaan, mabdaa atau

pokok pertama dari pendirian dan itulah hakikat yang membentuk budi dalam

ajaran Nabi dan junjungan kita Muhammad Saw.53

Hamka menyatakan bahwa, pandangan hidup muslim adalah tauhid,

sehingga semua aktifitas hidup berdasar padanya, termasuk didalamnya

akhlak atau moral. Sebagaimana pernyataannya sebagai berikut:

Sungguh kepercayaan Tauhid yang ditanamkan demikian rupa melalui

agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw membentuk akhlak

penganutnya. Akhlak yang tabah dan teguh. Sebab tidak ada tempat takut,

tidak ada tempat menyerah, tempat berlindung melainkan Allah. Akhlak

yang teguh ini dikuatkan lagi oleh suatu pokok kepercayaan, yaitu takdir,

segala sesuatu dialam ini, sejak dari kejadian langit dan bumi, sampai

kepada makhluk yang sekecil-kecilnya, adanya dengan ketentuan dan

jangka (waktu). Hiduppun menurut jangka (waktu), matipun menurut ajal.54

Menurut Hamka, tauhid inilah yang sebenarnya sumber kekuatan dalam

kehidupan seorang muslim dan sekaligus sebagai sumber akhlak. Ia

menyatakan bahwa “ percaya kepada Allah itulah yang menghilangkan segala

rasa takut, ragu, waham, dan syakwasangka.” Kemudian Ia menguatkan

dengan pernyataan sebagai berikut:

Perasaan tauhid itulah yang menyebabkan terpandangnya murahnya harga

diri dan bersedia mati untuk memperjuangkannya, karena pada ajaran tauhid

itu hakikat mati tidaklah begitu besar lagi, Yang Maha Besar adalah

53

Hamka, Lembaga Budi, … h. vii-viii 54

Hamka, Dari Hati ke Hati tentang Agama, Sosial Budaya, Politik, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 2002), cet. Ke -1, h. 13

Page 44: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

35

menuntut ridha Allah SWT, itulah yang dinamai I‟tikadatas kepercayaan,

mabdaa atau pokok pertama dari pendirian dan itulah hakikat yang

membentuk budi dalam ajaran Nabi dan junjungan kita Muhammad SAW. 55

Tauhid dan akhlak memiliki hubungan erat, karena tauhid menyangkut

aqidah dan keimanan, sedangkan akhlak yang baik menurut pandangan Islam,

haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup sekedar disimpan

didalam hati, tetapi harus dilahirkan dalam perbuatan nyata dan dalam bentuk

amal saleh. Jika keimanan melahirkan amal saleh, barulah dikatakan iman itu

sempurna karena telah direalisasikan. Dengan demikian, jelaslah bahwa

akhlaqul karimah merupakan mata rantai dari keimanan.56

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sumber akhlak atau tindakan

akhlak bagi seorang muslim seharusnya berasal dari kepercayaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, karena menurut Hamka tauhid itulah yang sebenarnya

menggerakkan segala aktifitas yang dilakukan oleh seorang muslim. Tanpa

kepercayaan tauhid itu, maka tindakan atau perbuatan seseorang tidak

mempunyai nilai dalam pandangan Islam.

c. Akal

Akal menurut Hamka ialah anugerah Tuhan kepada makhluk yang

dipilihnya, yakni manusia.57

Sebagai anugerah terhadap makhluk pilihan, akal

memiliki hubungan yang menjadi dasar yang membedakan antara manusia

dengan makhluk yang lain untuk berbuat sesuatu. Dengan akal itulah manusia

melakukan perenungan, dan pada giliran berikutnya melakukan penelitian

terhadap fenomena yang ada dialam semesta.58

Apa yang di paparkan oleh Hamka di atas menunjukkan bahwa sebagai

pemberian Tuhan, akal mempunyai hubungan dengan akhlak, akal memiliki

kebebasan untuk mencari, walaupun wilayah pencarian akal itu hanya sebatas

wilayah yang dapat di jangkaunya. Menurut Hamka, dengan akal itu manusia

mempunyai kecerdasan, dan kecerdasan itulah yang memberikan kemampuan

55

Hamka, Lembaga Budi.,.. h. viii 56

Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 66 57

Hamka, Pelajaran Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 185 58

Hamka, Pelajaran Agama Islam,…h. 182

Page 45: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

36

untuk menilai dan mempertimbangkan dalam pelaksanaan perbuatan manusia

sehari-hari.59

Dengan kecerdasanlah yang memberikan nilai serta pertimbangan bagi

manusia, Hamka sebenarnya hendak menunjukkan bahwa kelebihan manusia

dari makhluk lain dengan akalnya tersebut, yang terletak pada kesanggupan

manusia untuk membedakan dan menyisihkan antara yang buruk dan yang

baik. Hamka menyatakan:

Yang terpenting pada diri manusia adalah akalnya ,dengan akal tersebut

manusia sanggup membedakan dan menyisihkan diantara yang baik dan

yang buruk. Manusia melihat alam dengan panca indranya, maka

menggetarlah yang kelihatan atau yang kedengaran itu kedalam jiwa.Maka

tergambarlah bekasnya itu didalam jiwa dan menjadi kenangan.Dengan

melihat dan mendengar, tergambar dan mengenang itulah manusia

membentuk persediaanya menempuh hidup. Dengan itu pulalah ia dapat

mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang jelek dan mana

yang indah.60

Dengan demikian Hamka menempatkan akal pada posisi penting dalam

diri manusia, dengan akal manusia dapat membedakan mana yang baik dan

mana yang buruk, dan sebagai pembeda dengan makhluk lainnya sekaligus

akal mempunyai kecerdasan yang menjadi nilai dan pertimbangan manusia

dalam menjalani kehidupan.

59

Hamka, Pelajaran Agama Islam,…h. 184 60

Hamka, Pelajaran Agama Islam,…h. 182

Page 46: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif artinya penelitian yang menggunakan data informasi

berbagai macam teori yang diperoleh dari kepustakaan dengan jenis penelitian

library research dengan klasifikasi pada penelitian biografi.

Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk memaparkan

konsep para cendekiawan, tokoh dan ahli di bidang pendidikan yang nantinya

dapat mempermudah memahami dan menghubungkan jalan pikiran maupun

makna yang terkandung di dalamnya secara tersusun dan komprehensif.

Sedangkan yang dimaksud analisis di sini ialah menelaah secara kritis tentang

istilah, pengertian yang dikemukakan oleh para tokoh atau pemikir sehingga

dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya. Kemudian menemukan

pengertian baru untuk melengkapinya.

Adapun sumber data yang digunakan dalam skripsi ini dikelompokkan

menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber primer

Yang dimaksud dengan sumber primer dalam penelitian ini adalah

sumber-sumber yang memberikan data langsung dari sumber asli, baik

yang berbentuk dokumen maupun sebagai peninggalan lain. Diantara

sumber primer yang penulis jadikan referensi ada Tasawuf Modern karya

Hamka

2. Sumber sekunder

Yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah sumber data yang

mendukung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Dalam sumber

data sekunder, penulis mengambil karya beberapa yang relevan dengan

subyek kajian, seperti:

Page 47: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

38

a. HAMKA, Lembaga Hidup

b. HAMKA, Renungan Tasawuf

c. Buku yang berjudul Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan

Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam (2008) karya Samsul

Nizar.

d. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan (2005) karya Rama yulis dan Samsul

Nizar.

B. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Sesuai dengan metode yang digunakan, maka pengumpulan data dilakukan

dengan studi dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu, dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari

seseorang. Dengan mengumpulkan dan menelaah sumber referensi berupa

buku-buku, jurnal, internet dan literatur ilmiah lainnya dari karya para pakar,

intelektual, praktisi, maupun para pengambil kebijakan yang berkompeten,

yang mana karya-karya tersebut mempunyai keterkaitan dengan kajian yang

akan diteliti.

Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan

adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi dan mengklasifikasikan

data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk kemudian

penulis analisis, dan menyimpulkannya dalam satu pembahasan yang utuh.

C. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis serta sifat data yang diperoleh dalam penelitian ini,

Maka teknik analisis data atau pengolahan data yang digunakan adalah content

analysis atau analisis isi dengan tahapan penelitian meliputi: pengumpulan

data, kritik data, penyimpulan data, serta penulisan data.

D. Teknik Penulisan

Teknik yang penulis pakai pada penelitian ini merujuk pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 48: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Hamka

1. Riwayat Hidup Hamka

Nama lengkapnya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrulloh, atau biasa

disebut dengan HAMKA yang merupakan singkatan dari nama panjang beliau.

Beliau lahir di Maninjau,Sumatra Barat pada tanggal 17 Februari 1908 M/ 13

Muharram 1326 H.Belakangan ia diberikan sebutan Abuya, yaitu panggilan

untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya yang berarti

ayahku atau orang yang dihormati.Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim ibn

Amrulloh, yang dikenal dengan Haji Rosul dan merupakan pelopor Gerakan

Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada 1906.1

Sejak kecil Hamka menerima dasar-dasar agama dan membaca Al-Qur‟an

langsung dari ayahnya. Ketika usianya 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padang

Panjang, kemudian pada usia 7 tahun ia dimasukkan ke sekolah desa yang ia

enyam hanya 3 tahun, karena kenakalannya ia dikeluarkan dari sekolah. Ia

memperoleh pengetahuan agama secara otodidak. Selain itu, ia juga mendalam

berbagai ilmu pengetahuan yang lain.

Hamka kecil sangat gemar menonton film. Ia tergolong anak yang

membuat pusing kepala karena kenakalannya. Ia suka keluyuran ke mana-

mana, sering berbelok niat dari pergi ke surau menjadi ke gedung bioskop

unutk mengintip filn bisu yang sedang diputar. Selain itu, ia juga sering

memanjat pohon jambu milik orang lain, mengambil ikan di kolam orang.

Kalau keinginanya tidak dipenuhi oleh kawannya, maka ia akan terus

mengganggunya.

Secara formal, pendidikan yang ditempuh Hamka tidaklah tinggi. Pada

usia 8-15 tahun, ia mulai belajar agama di sekolah Diniyyah School dan

Sumatera Thawalib di Padang Panjang dan Parabek. Diantara guru-guru yang

pernah mengajarinya yaitu Syeikh Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo Abdul

Hamid, Sutan Marajo dan Zaimuddin Labay el-Yunusy.

1Syamsul Kurniawan dan Erwin Makhrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 225

Page 49: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

40

Keadaan padang Panjang pada saat itu ramai dengan penuntut ilmu agama

Islam. Pelaksanaan pendidikan saat itu masih bersifat tradisional yaitu dengan

menggunakan system Halaqoh. Pada tahun 1916, system klasikan baru

diperkenalkan di Sumatera Thawalib Jembatan Besi. Hanya saja, pada saat itu

sistem klasikal yang diperkenalkan belum memiliki bangku, meja, kapur dan

papan tulis. Materi pendidikan masih berorientasi pada pengajian kitab-kitab

klasik, seperti nahwu, sharaf, manthiq, bayan, fiqh, dan yang sejenisnya.

Pendekatan pendidikan dilakukan dengan menekankan pada aspek hafalan.

Pada waktu itu, sistem hafalan merupakan cara yang paling efektif bagi

pelaksanaan pendidikan. Meskipun kepadanya diajarkan membaca dan menulis

huruf arab dan latin, akan tetapi yang lebih diutamakan adalah mempelajari

dengan membaca kitab-kitab arab klasik dengan standar buku-buku pelajaran

sekolah agama rendah di Mesir. Pendekatan pelaksanaan pendidikan tersebut

tidak diiringi dengan belajar menulis secara maksimal. Akibatnya banyak

diantara teman-teman Hamka yang fasih membaca kitab, akan tetapi tidak bisa

menulis dengan baik. Meskipun tidak puas dengan sistem pendidikan waktu

itu, namun ia tetap mengikutinya dengan seksama.

Di antara metode yang digunakan guru-gurunya, hanya metode pendidikan

yang digunakan Engku Zainuddin Labay el-Yunusy yang menarik hatinya.

Pendekatan yang dilakukan Engku Zainuddin, bukan hanya mengajar (transfer

of knowledge), akan tetapi juga melakukan proses ‟mendidik‟ (transformation

of value). Melalui Diniyyah School Padang Panjang yang didirikannya, ia telah

memperkenalkan bentuk lembaga pendidikan Islam modern dengan menyusun

kurikulum pendidikan yang lebih sistematis, memperkenalkan sistem

pendidikan klasikal dengan menyediakan kursi dan bangku tempat duduk

siswa, menggunakan buku-buku di luar kitab standar, serta memberikan ilmu-

ilmu umum seperti, bahasa, matematika, sejarah dan ilmu bumi.2

2. Karya-karya Hamka

2Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 21-22

Page 50: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

41

Hamka merupakan orang yang sangat ulet. Di sela-sela waktunya ia selalu

menyempatkan diri untuk membaca dan menulis, sehingga pantaslah banyak

buku yang beliau karang sendiri. Berikut ini merupakan hasil karya

beliau,yaitu:

a. Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.

b. Majallah 'Tentera' (4 nomor) 1932, di Makassar.

c. Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.

d. Keadilan Ilahy 1939.

e. Tashawwuf Modern 1939.

f. Falsafah Hidup 1939.

g. Lembaga Hidup 1940.

h. Lembaga Budi 1940.

i. Pandangan Hidup Muslim,1960.

j. Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.

k. Tafsir Al-Azhar. Juzu' 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara oleh

Sukarno.

Dan masih banyak lagi karya-karya Hamka yang telah beliau hasilkan

selama masa hidupnya.

3. Karir Hamka

Secara kronologis, karir Hamka yang tersirat dalam perjalanan hidupnya

adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 1927 Hamka memulai karirnya sebagai guru Agama di

Perkebunan Medan dan guru Agama di Padang Panjang.

b. Pendiri sekolah Tabligh School, yang kemudian diganti namanya menjadi

Kulliyyatul Muballighin (1934-1935).

c. Ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia (1947), Konstituante

melalui partai Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya

Umum (1955).

d. Koresponden pelbagai majalah, seperti Pelita Andalas (Medan), Seruan

Islam (Tanjung Pura), Bintang Islam dan Suara Muhammadiyah

(Yogyakarta), Pemandangan dan Harian Merdeka (Jakarta).

Page 51: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

42

e. Pembicara kongres Muhammadiyah ke 19 di Bukittinggi (1930) dan

kongres Muhammadiyah ke 20 (1931).

f. Anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah di Sumatera Tengah

(1934).

g. Pendiri Majalah al-Mahdi (Makassar, 1934)

h. Pimpinan majalah Pedoman Masyarakat (Medan, 1936)

i. Menjabat anggota Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan Rakyat pada

pemerintahan Jepang (1944).

j. Ketua konsul Muhammadiyah Sumatera Timur (1949).

k. Pendiri majalah Panji Masyarakat (1959), majalah ini dibrendel oleh

pemerintah karna dengan tajam mengkritik konsep demikrasi terpimpin

dan memaparkan pelanggaran-pelanggaran konstitusi yang telah dilakukan

Soekarno. Majalah ini diterbitkan kembali pada pemerintahan Soeharto.

l. Memenuhi undangan pemerintahan Amerika (1952), anggota komisi

kebudayaan di Muangthai (1953), menghadiri peringatan mangkatnya

Budha ke-2500 di Burma (1954), di lantik sebagai pengajar di Universitas

Islam Jakarta pada tahun 1957 hingga tahun 1958, di lantik menjadi

Rektor perguruan tinggi Islam dan Profesor Universitas Mustapo, Jakarta.

menghadiri Konferensi Islam di Lahore (1958), menghadiri Konferensi

Negara-Negara Islam di Rabat (1968), Muktamar Masjid di Makkah

(1976), Seminar tentang Islam dan Peradapan di Kuala Lumpur,

menghadiri peringatan 100 tahun Muhammad Iqbal di Lahore, dan

Konferensi ulama di Kairo (1977), Badan pertimbangan kebudayaan

kementerianPP dan K, Guru besar perguruan tinggi Islam di Universitas

Islam di Makassar.

m. Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid Hasyim, Penasehat

Kementerian Agama, Ketua Dewan Kurator PTIQ.

n. Imam Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta, yang kemudian namanya

diganti oleh Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, Syaikh Mahmud Syaltut

menjadi Masjid Agung Al-Azhar.

Page 52: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

43

o. Ketua MUI (1975-1981), Buya Hamka, dipilih secara aklamasi dan tidak

ada calon lain yang diajukan untuk menjabat sebagai ketua umum dewan

pimpinan MUI.

B. Konsep Pendidikan Anak dalam pengembangan akhlak perspektif Hamka

1. Kajian terhadap Buku Tasawuf Modern Hamka

Pada tahun 1936 Hamka hijrah ke Medan. Ia beserta temannya yang

bernama M Yunan Nasution mendapat tawaran dari H. Asbiran Ya‟kub dan

Muhamad Rosami untukmemimpin majalah mingguan “Pedoman

Masyarakat”. Pada majalah ini, Hamka juga dipercaya untuk menulis pada

sebuah rubrik yang bertajuk “tasawuf modern”.

Pada rubrik tersebut Hamka mulai menulis sebuah tulisan berseri sejak

tahun 1937 dengan mengambil judul “Bahagia”. Tulisan ini menerangkan

tentang bentuk-bentuk dan cara-cara menggapai kebahagiaan menurut ajaran

Islam dan diperkaya dengan kutipan yang diambil dari pemikir dan filosof

barat dan kontemporer.

Bagi Hamka, tulisannya tersebut diharapkan dapat membantu setiap

pembacanya yang mengalami kegundahan dan keresahan untuk menemukan

ketentraman jiwa bukan tidak hanya sebagai kekayaan ilmu pengetahuan saja.

Bahkan Hamka pun mengakui bahwasannya tulisan tersebut kerap dibacanya

sendiri guna menasehati dan menentramkan jiwa. Jadi, tulisan ini

sesungguhnya lebih banyak bersifat tuntutan aplikatif dan mengambil

permasalahan kehidupan sehari-hari sebagai objek kajiannya.

Seiring berjalannya waktu, banyak dari para pembaca yang sangat

menaruh perhatian dan apresiasi kepada artikel berseri tersebut. Setiap edisi

baru keluar, maka hampir semua mata tertuju pada rubric “tasawuf modern”.

Karena animo masyarakat yang cukup tinggi itu, setelah seri tulisan “bahagia”

ini berakhir pada tahun 1938 dengan 43 edisi, Hamka membukukan tulisannya

untuk pertamakali pada bulan agustus 1939 dengan dukungan dari majalah

“pedoman masyarakat” dan penerbit “as-Syura”. Buku tersebut diberi nama

Page 53: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

44

Tasawuf Modern karena diambil dari nama rubrik majalah “pedoman

masyarakat” yang telah membesarkan dan mempopulerkan tulisan tersebut.

2. Tasawuf perspektif Hamka

Pengertian tasawuf dapat dilihat dari beberapa pengertian. Tasawuf berasal dari

Ístilah yang dikonotasikan dengan ahlu suffah, yang berarti sekelompok orang

di masa Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam di serambi -serambi masjid,

dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah swt.

Pendapat yang lain mengatakan bahwa istilah Tasawuf derasal dari bahasa

Yunani yaitu Sophos atau Shofia artinya hikmah atau bijaksana. Pendapat ini

merupakan pendapat mayoritas kaum orientalis. Ahli-ahli sofia adalah orang

yang ahli dalam filsafat atau kebijaksanaan. Mereka menambahkan bahwa

dalam tradisi Arab kata sofia direduksi menjadi kata shufiya untuk

menunjukkan kepada orang-orang ahli ibadah dan ahli filsafat agama.3

“Ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shaf (صف)

artinya barisan atau barisan terdepan”.4

“Orang yang ingin dekat dengan Allah, pasti sudah kuat imannya. Oleh

karena itu selalu ada pada barisan terdepan dalam hal ibadah”.5

“Pengertian tasawuf secara terminology, diantaranya menurut Abu Qasim

al-Qusyaeri, tasawuf ialah penjabaran ajaran Alquran, sunnah, berjuang

mengendalikan hawa nafsu, menjauhi perbuatan bid‟ah, mengendalikan

syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah”.6

Menurut Zakaria al- Anshari ialah “mengajarkan cara untuk mensucikan

diri, meningkatkan akhlak, berlaku zuhud terhadap yang diburu oleh orang

banyak, dan menghindari dari mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah

mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh hubungan langsung

dengannya”.7

Sedangkan al-Junaid mengungkapkan pengertian dari tasawuf berarti

membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk,

berjuang meninggalkan pengaruh budi yang asal (insthink) kita, memadamkan

sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa

3Abdul Halim Mahmud, Tasawuf di Dunia Islam, (Bandung: PustakaSetia, 2002), h. 16

4Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Bahasa Arab Indonesia Lengkap,

(Yogyakarta: PustakaProgresif, 1997), h. 783 5Ummu Kalsum, Ilmu Tasawuf, (Makassar: Yayasan Fatiyah Makassar, 2002), h. 3

6Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve,

jilid 5, 1993), h. 74. 7A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 207

Page 54: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

45

nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian dan bergantung pada ilmu-ilmu

hakikat, memakai barang yang penting dan lebih kekal, menaburkan nasihat

kepada semua umat manusia, memegang teguh janji dengan Allah swt dalam

hal hakikat dan mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari‟at.8

“Sedangkan tasawuf menurut Hamka adalah seperti yang telah dikatakan

oleh al-Junaid yaitu keluar dari budi perangai yang tercela dan masuk pada

budi perangai yang terpuji”.9 “Lebih lanjut Hamka mendefinisikan tasawuf

dengan istilah membersihkan. Yang dimaksud membersihkan di sini adalah

membersihkan hati dari sifat khizit, khianat, loba, tamak, takabbur, dan sifat

tercela yang lainnya dan mengisi jiwa dengan sifat-sifat mulia”.10

3. Konsep Pendidikan Anak dalam pengembangan akhlak perspektif Hamka

Salah satu perhiasan dunia yang paling didamba oleh setiap orang tua

adalah kehadiran sang buah hati. Dan kebahagiaan orang tua seakan sempurna

ketikamemiliki anak yang shaleh dan shalehah yang berbakti kepada orang

tuanya,agama,nusa dan bangsanya. Allah swt menyebut anak tersebut dengan

sebutan “Qurrata A‟yuni” yang artinya penyejuk jiwa sebagaimana terdapat

dalam surat Al. Furqan ayat 74

Artinya : “Dan orang-orang yang berkata: ya tuhan kami, anugrahkanlah

kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati

(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa “. (QS.

Al-Furqan.74)

Kata “Qurrata A‟yuni” tersebut mengandung makna keturunan yang

mengerjakan ketaatan, sehingga dengan ketaatannya itu membahagiakan orang

tuanya di dunia dan di akhirat. Adapun Imam Qurtubi menjelaskan makna

“Qurrata A‟yuni” adalah sesungguhnya jika manusia diberi berkah dalam harta

dan anaknya, maka matanya menunjukkan kebahagiaan karena keluarga dan

kerabatnya. Sehingga ketika ia memiliki seorang istri niscaya berkumpul di

dalam dirinya angan-angan kepada istrinya berupa kecantikan, harga diri,

pandangan, dan kewaspadaan. Jika ia memiliki keturunan yang senantiasa

menjaga ketaatan dan membantunya dalam menunaikan tugas-tugas agama dan

8Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h.13-14

9 Hamka, Tasawuf Modern, (jakarta: Pustaka Firdaus, 1983), h. 5

10 Hamka, Renungan Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1985), h. 21

Page 55: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

46

keduniaan, serta tidak berpaling kepada suami yang lain sehinga matanya

menjadi tenang dan tidak berpaling kepadayang lainnya, maka itulah

kebahagiaan dan ketenangan jiwa.11

Akan tetapi pada masa sekarang ini, sulit kiranya mencari atau mempunyai

sosok anak yang memiliki predikat “Qurrata A‟yuni”. Ditambah lagi dengan

berkembangnya teknologi dan informasi yang kalau kita tidak mampu

memfilternya, maka akan berdampak negatif bagi kita, utamanya pada si anak

yang notabene sebagai generasi penerus, pelangsung dan penegak kalimat

tauhid di muka bumi ini.

Dalam ajaran Islam, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting

dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Orang tua biasa disebut dengan

“Madrasatul Ula” atau sekolah pertama bagi anaknya. Orang tua wajib

hukumnya untuk memberikan pendidikan kepada si anak, karena pendidikan

merupakan upaya strategis untuk membentuk karakter si anak. Selain dari

orang tua, si anak juga dapat memperoleh pendidikan dari guru dan

lingkungan. Karena guru dan lingkungan pun mempunyai peranan yang sangat

penting bagi pembentukan karakter si anak.

Pendidikan wajib diberikan kepada si anak sejak usia dini. Pendidikan

yang ideal perspektif Islam adalah pendidikan yang seimbang antara

pendidikan agama dan umum. Menurut Hamka, pendidikan tersebut wajib

diberikan kepada anak agar memiliki kecerdasan spritual dan intelektual.

Tujuan tersebut sangat penting dalam sistem kependidikan karena akan

mengantarkan anak didik pada tujuan pendidikan. Pendidikan yang dimaksud

di sini adalah orang tua, guru di sekolah dan lingkungan.

Berikut merupakan konsep pendidikan menurut Hamka:

a. Pengertian dan Tujuan pendidikan

Dalam Islam, mendidik tidaklah hanya sekedar proses terjadinya interaksi

pengajaran antara guru dan peserta didik. Selain dari pada hal tersebut,

mendidik juga berarti mengajak, mendorong dan membimbing peserta didik

untuk memhami dam melaksanakan ajaran Islam, aktivitas pendidikan Islam

yang berlangsung kapan dan dimana saja bahkan oleh siapapun sepanjang

11

Asrori Mukhtarom, Urgensi Pendidikan Anak dan Peran Pendidik perspektif Hamka

Page 56: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

47

memenuhi syarat dan prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran dalam

perspektif pendidikan Islam.12

Pendidikan dan pengajaran adalah suatu hal yang berbeda. Menurut Hamka,

pendidikan adalah serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk

mendidik membantu membentuk watak budi akhlak dan kepribadian peserta

didik, sedangkan pengajaran yaitu upaya untuk mengisi intelektual peserta

didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan. Kedua pengertian tersebut

memuat makna yang integral dan saling melengkapi dalam rangka mencapai

tujuan yang sama, sebab setiap proses pendidikan di dalamnya terdapat

proses pengajaran. Demikian sebaliknya proses pengajaran tidak akan

banyak berarti apabila tidak dibarengi dengan proses pendidikan.13

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa bagi Hamka, pendidikan

merupakan upaya strategis sekaligus wasilah yang paling utama bagi

kemajuan bangsa, mencapai kedudukan yang mulia di dunia. Karena

menurutnya, berkat pendidikanlah tercapai cita-cita yang tinggi. Sebab tiap-

tiap bangsa mesti mempunyai cita-cita tinggi.14

Adapun tujuan pendidikan menurut Hamka memiliki 2 dimensi yaitu

bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.Untuk mencapai hal tersebut dapat

diperoleh melalui ibadah. Oleh karena itu, segala proses pendidikan pada

akhirnya bertujuan agar dapat menuju dan menjadikan anak didik sebagai

hamba Allah.Dengan demikian tujuan pendidikan Islam menurut Hamka

sama dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri yakni untuk mengabdi

dan beribadah kepada Allah.Ia mengatakan bahwa ibadah adalah mengakui

diri sebagai budak atau hamba Allah, tunduk kepada kemauan-Nya,baik

secara sukarela maupun terpaksa.

Selain itu, pendidikan merupakan wadah untuk membentuk watak dan

karakter pribadi manusia agar berguna bagi masyarakatnya dan supaya ia

mengetahui dan membedakan antara yang baik dan buruk.

Melihat dari tujuan dari pendidikan tersebut, maka pendidikan wajib

diberikan kepada anak sejak dini. Terlebih lagi pendidikan agama, karena

pendidikan agama dirasakan sangat perlu ditanamkan kepada anak. Hal ini

selaras dengan apa yang telah dijelaskan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah

12

Asrori Mukhtarom, Urgensi Pendidikan Anak dan Peran Pendidik perspektif Hamka 13

Ramayulis & Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Ciputat: Quantum

Teaching, 2005), h. 226 14

Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Pustaka Panjimas), h. 303

Page 57: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

48

misalnya dalam Al-Qur‟an surat Luqman dijelaskan bahwa Allah swt

menyuruh agar setiap orang tua wajib mendidik anak-anaknya.

Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Luqman ketika memberikan

pelajaran tauhid, ibadah dan dilanjutkan dengan pendidikan akhlak kepada

anak-anaknya. Pendidikan yang diberikan kepada si anak haruslah

berimbang antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Pendidikan

modern menurut Hamka tidak bisa meninggalkan agama. Kecerdasan otak

tidaklah menjamin keselamatan kalau nilai rohani keagamaan tidak

dijadikan sebagai dasarnya.

Rasulullah saw telah menjelaskan di dalam sunnahnya agar setiap orang

tua mendidik anak-anaknya dengan pendidikan ibadah, misalnya usia tujuh

tahun si anak disuruh shalat oleh orang tuanya. Dan apabila telah mencapai

sepuluh tahun si anak masih belum juga melaksanakan shalat, masih

bermalas-malasan untuk melaksanakannya, maka orang tua diperkenankan

memukulnya.Disinilah tuntutan peran orang tua serta sebagai uswatun

hasanah bagi anaknya.

Jika si anak hanya terkuku pada pendidikan di sekolah saja, si anak

hanya akan mendapatkan pengajaran saja bukan pendidikan. Oleh karena

itu, orang tua dan lingkungan merupakan pendukung terjadinya proses

pembentukan karakter pada si anak. Pendidikan diberikan tidak hanya di

sekolah saja, di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakatpun

pendidikan haruslah diberikan.

b. Tugas dan Tanggungjawab Pendidik

Terciptanya suatu pendidikan, tidaklah terlepas dari adanya seorang

pendidik. Seorang pendidik adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Dalam pandangan masyarakat, pendidik

adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu,

tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Sekolah atau institusi pendidikan

dengan kurikulum yang jelas dan terakreditasi), tetapi bisa juga di lembaga

pendidikan non formal.

Page 58: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

49

Pendidik diibaratkan sebagai pelita segala zaman, Orang yang hidup

semasa dengannya akan memperoleh pancaran nur keilmuannya. Jika di

dunia ini tidak ada pendidik, niscaya manusia akan seperti binatang. Sebab

pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan

(hayawaniyah) kepada sifat kemanusiaan (insaniyah).

Tugas pendidik secara umum adalah memantau mempersiapkan dan

mengantarkan peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang

luas,berakhlak mulia dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara

luas.Dengan pelaksanaan pendidikan yang demikian peserta didik

diharapkan mampu mewujudkan tujuan hidupnya baik secara horizontal

(kholifah fil ard) maupun vertikal (‘abd Allah).

Sedangkan tugas utama seorang pendidik adalah menyempurnakan,

menbersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam hal ini setidaknya ada tiga

intitusi atau pihak yang ikut andil dalam bertugas dan bertanggungjawab

dalam pelaksanaan pendidikan yaitu:

1) Lembaga pendidikan formal

Lembaga pendidikan formal yang dimaksud di sini adalah sekolah.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang tersusun secara terencana

dan sistematis. Sekolah bertugas mengembangkan seluruh potensi yang

ada dalam peserta didik secara maksimal sehingga memiliki sejumlah

kemampuan yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan fungsinya di

tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini seorang guru bertugas

membimbing peserta didiknya untuk memiliki ilmu yang luas, berakhlak

mulia dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

2) Lembaga pendidikan informal

Lembaga pendidikan informal yang dimaksud di sini adalah

keluarga. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi

perkembangan akhlak dan pola pikir anak, dan hanya keluarga yang

demokratis akan mampu mengembangkan dinamika secara maksimal.

Orang tua memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian

Page 59: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

50

terutama akhlak seorang anak. Dalam hal ini orang harus menjadi contoh

yang baik dan berakhlak sebelum membentuk karakter anak untuk

mempunyai keprubadian yang baik. Adapun rambu-rambu untuk kedua

orang tua dalam melaksanakan pendidikan terhadap anak yaitu:

a) Mengajarkan anak untuk cepat bangun dan jangan banyak

tidur.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengajaran agar anak

memiliki jiwa disiplin, tidak bermalas-malasan, dapat

memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

b) Menanamkan didikan akhlak yang mulia dan hidup sederhana.

Hal ini dilakukan sebagai upaya agar anak memiliki

kepribadian yang baik, berbudi pekerti dan bermoral serta

hidup dalam kesederhanaan.

c) Mengajarkan cinta kasih dan kehidupan harmonis melalui

cerita-cerita.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengajaran kepada anak

untuk menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama tanpa

membeda-bedakan suatu apapun agar terciptanya kehidupan

yang harmonis.

d) Membiasakan untuk selalu percaya diri dan mandiri.

Hal ini dilakukan agar anak memiliki sikap percaya diri ketika

menghadapi segala sesuatu apapun dan berjiwa mandiri tidak

selalu bergantung kepada orang lain.15

3) Lembaga pendidikan non formal

Yang dimaksud lembaga pendidikan non formal di sini adalah

masyarakat. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang sangat

luas dan berpengaruh dalam proses pembentukan kepribadian seorang

anak. Masyarakat merupakan lembaga pendukung dalam pelaksanaan

proses pendidikan secara praktis. Sesuai dengan fitrahnya yakni makhluk

15

Ramayulis & Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam,...h.268

Page 60: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

51

sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya interaksi dan membutuhkan

bantuan orang lain yang ada di sekitarnya.

Eksistensi daripada masyarakat ini yakni saling bekerja sama dan

saling mempengaruhi antara satu dan yang lainnya.Melalui bentuk

komunitas masyarakat yang harmonis, penegakkan akhlak dan hidup

sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam akan dapat mewujudkan tatanan

kehidupan yang tentram.Kondisi masyarakat yang seperti inilah yang

merupakan ciri masyarakat ideal bagi terlaksananya pendidikan secara

efekif dan dinamis.

Oleh karena itu, memformulasikan sistem pendidikan diperlukan

pendekatan psikologis dan sosiologis, serta pendekatan. Pendekatan

dilakukan dengan mengakomodir dan menyeleksi sistem nilai sosial

(adat). Dan melalui pendekatan ini pendidikan mampu memainkan

perannya sebagai agent of change dan agent of social culture.

c. Tugas dan Tanggung Jawab peserta didik

Menurut Buya Hamka tugas dan tanggung jawab peserta didik ialah

berupaya mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan seperangkat

ilmu pengatahuan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang telah

dianugerahkan oleh Allah SWT melalui fitrah-Nya. Sebagai seorang yang

berupaya mencari ilmu pengetahuan maka peserta didik dituntut untuk:

1) Jangan putus asa. 2) Jangan lalai.

3) Tidak merasa terhalang karena faktor usia.

4) Bertingkah laku sesuai dengan ilmu yang dimiliki.

5) Memperbagus tulisan agar mudah dibaca.

6) Sabar dan meneguhkan hati.

7) Mempererat hubungan dengan guru.

8) Khusyu‟dan tekun.

9) Berbuat baik pada orang tua dan abdikan ilmu untuk maslahat

umat.

10) Jangan menjawab sesuatu yang tidak berfaedah.

11) Menganalisa fenomena alam semesta secara seksama dan

bertafakur.16

d. Materi Pendidikan

16

Ramayulis & Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam,... h. 276-277

Page 61: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

52

Menurut Hamka materi pendidikan dapat dibagi menjadi empat bentuk,

yaitu:

1) Ilmu agama

Di dalam ilmu agama ini berisi tauhid, fiqih, tafsir, hadits, nahwu, shorof,

mantiq dan lain-lain. Materi ini dimaksudkan menjadi alat kontrol dan

pewarna kepribadian peserta didik.

2) Ilmu umum

Di dalam ilmu umum ini berisi sejarah, filsafat, sastra, ilmu berhitung,

falak dan sebagainya. Dengan ilmu umum ini akan membuka wawasan

keilmuan terhadap perkembangan zaman.

3) Keterampilan seperti olahraga. Materi keterampilan ini dimaksudkan

untuk membuat tubuhnya sehat dan kuat.

4) Kesenian seperti musik, menggambar, menyanyi dan sebagainya. Ilmu

ini dimaksudkan agar peserta didik akan memiliki rasa keindahan dan

akan memperhalus budi rasanya.17

e. Metode Pendidikan

Dan agar proses pendidikan bisa terlaksana secara efektif dan efisien,

maka di dalam proses pendidikan itu hendaknya perlu mempergunakan

berbagai macam metode yang bisa mengantarkan peserta didik memahami

semua materi dengan baik, terutama mengenai akhlak. Adapun metode

mengajar Hamka dalam mengembangkan akhlak terhadap anak ini adalah

sebagai berikut:

1) Metode Alami

Metode alami ini merupakan suatu metode dimana akhlak diperoleh

bukan melalui didikan, pengalaman ataupun latihan, akan tetapi

diperoleh melalui insting atau naluri yang dimiliki seorang anak secara

alami. Karena kita sebagai manusia merupakan makhluk yang paling

sempurna yang telah dilengkapi dengan akal, syahwat dan nafsu.

Pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat

baik, seperti halnya berakhlak yang baik. Sebab bila dia berbuat jahat,

sebenarnya sangat bertentangan dan tidak dikehendaki oleh jiwa (hati)

yang mengandung fitroh tadi. Meskipun demikian metode ini tidak dapat

diharapkan secara pasti tanpa adanya metode atau faktor lain yang

mendukung seperti pendidikan, pengalaman, latihan dan lain sebagainya.

17

Ramayulis & Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam,... h. 278-279

Page 62: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

53

Tetapi paling tidak metode alami ini jika dipelihara dan dipertahankan

akan melakukan akhlak yang baik sesuai fitroh dan suara hati manusia.

Metode ini cukup efektif untuk menanamkan kebaikan pada anak, karena

pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk berbuat kebaikan

tinggal bagaimana memelihara dan mengajarnya.

2) Metode Mujahadah dan Riadhoh

Orang yang ingin dirinya menjadi penyantun, maka jalannya dengan

membiasakan bersedekah, sehingga menjadi tabiat yang mudah

mengerjakannya dan tidak merasa berat lagi. Mujahadah atau perjuangan

yang dilakukan guru menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik memang

pada awalnya cukup berat, namun apabila manusia berniat sungguh-

sungguh pasti menjadi sebuah kebiasaan. Metode ini sangat tepat untuk

mengajarkan tingkah laku dan berbuat baik lainnya agar anak didik

mempunyai kebiasaan berbuat baik sehingga menjadi akhlak baginya,

walaupun dengan usaha yang keras dan melalui perjuangan yang

sungguh-sungguh. Oleh karena itu guru harus memberikan bimbingan

yang kontinyu kepada anak didiknya, agar tujuan pengajaran akhlak ini

dapat tercapai secara optimal dengan melaksanakan program-program

pengajaran yang telah ditetapkan.

3) Metode Teladan

Akhlak yang baik tidak hanya diperoleh melalui mujahadah latihan

atau riadhoh dan diperoleh secara alami berdasarkan fitroh/alami, akan

tetapi juga bisa diperoleh melalui teladan, yaitu mengambil contoh atau

meniru orang yang dekat dengannya. Oleh karena itu dianjurkan untuk

bergaul dengan orang-orang yang berbudi tinggi.

Pergaulan sebagai salah satu bentuk komunikasi manusia, memang

sangat berpengaruh dan akan memberikan pengalaman-pengalaman yang

bermacam-macam. Metode teladan ini memberikan kesan atau pengaruh

atas tingkah laku perbuatan manusia. Sebagaimana dikatakan Hamka

(1984) bahwa “alat dakwah yang paling utama adalah akhlaki”. Budi

yang nyata dapat dilihat pada tingkah laku sehari-hari, maka meneladani

nabi adalah cita-cita tertinggi dalam kehidupan muslim.

Page 63: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

54

Metode ini sangat efektif untuk pendidikan akhlak, maka

seyogyanya guru menjadi ikatan utama bagi murid-murid dalam segala

hal, misalnya kelembutan dan kasih sayang banyak senyum dan ceria,

lemah lembut dalam tutur kata, disiplin ibadah dan menghias diri dengan

tingkah laku sesuai misi yang dimebannya. Jadi metode ini harus

diterapkan seorang guru jika tujuan pengajaran hendak dicapai. Tanpa

guru yang memberi contoh, tujuan pengajaran sulit dicapai.

Selain metode yang telah dijelaskan di atas, ada metode lain yang

bisa dijadikan metode mengajar dalam mengembangkan akhlak anak.

Metodenya dibagi ke dalam 2 macam, yaitu metode secara umum, dan

metode secara Islami.

Metode secara umum diantaranya: diskusi, karya wisata, resitasi.18

Metode secara Islami, diantaranya:Amar ma‟ruf nahi mungkar dan

observasi.19

f. Evaluasi pendidikan

Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation

dalam bahasa Arab al-taqdir, dan dalam bahasa Indonesia adalah penilaian.

Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam pendidikan

atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan

pendidikan.20

Evaluasi merupakan tahap akhir yang dilakukan dalam proses

pendidikan, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar

mengajar uantuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebagai landasan

berpijak aktivitas suatu pendidikan.

“Di dalam buku lain, evaluasi disebutkkan proses menggambarkan,

memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai

18

Ramayulis & Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam,... h. 281 19

Syamsul Kurniawan dan Erwin Makhrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,...h. 246 20

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996),

h. 1

Page 64: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

55

alternatif keputusan. Dan evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang

terjadi dalam kegiatan pendidikan”.21

Pandangan Hamka dalam evaluasi pendidikan ini sama halnya seperti

para tokoh-tokoh pendidikan Islam lainnya yakni mengarah pada ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evaluasi dapat dilakukan dengan

memberikan beberapa tugas, seperti yang terdapat pada metode

pembelajaran yang berupa resitasi. Ini merupakan evaluasi yang

dilakukan secara global atau yang biasa dilakukan secara umum.

Sedangkan dalam pendidikan tauhid, evaluasi mengarah pada sesuatu

yang menyadarkan diri (introspeksi diri) dimana syu’ur (perasaan)

sebagai barometernya.22

g. Pendidikan Anak dalam Pengembangan Akhlak

Sebagaimana telah dijelaskan bahwasannya pada buku “Tasawuf

Modern” yang telah ditulis oleh Hamka ini, isi dari tasawuf ini adalah

mengenai tasawuf akhlaki. Hal ini tercermin dalam pemaknaan yang telah

dikemukakan oleh Hamka sendiri yang mana pemaknaan ini sejalan dengan

pemaknaan yang dikemukakan oleh al-Junaid, yaitu “membersihkan jiwa

dan mempertinggi derajat budi, menekankan segala kerasukan dan

memerangi syahwat”.

Tasawuf akhlaki ini berorientasi pada pembinaan akhlak yang mulia.

Sebagaimana Hamka telah menjelaskan bahwa tujuan dari tasawuf adalah

untuk membersihkan jiwa, mendidik dan mempertinggi derajat budi. Oleh

karena itu, hal ini tentu saja relevan dengan definisi dan tujuan pendidikan

yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik melalui

proses pengajaran, pembinaan, pelatihan, pengasuhan dan tanggung jawab

untuk diarahkan kepada suatu arah dan kebiasaan yang baik dan mulia baik

untuk segi jasmani maupun rohani.

Dalam buku Tasawuf Modern ini, Hamka juga menjelaskan mengenai

keutamaan budi. Menurutnya, “keutamaan budi adalah menghilangkan

segala perangai yang buruk-buruk, adat istiadat yang rendah, yang oleh

agama telah dinyatakan mana yang harus dibuang dan mana yang harus

dipakai. Serta biasakan perangai-perangai yang terpuji, yang mulia,

21

Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 2 22

Syamsul Kurniawan dan Erwin Makhrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,... h.

248

Page 65: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

56

berbekas di dalam pergaulan setiap hari dan merasa nikmat memegang adat

mulia”.23

“Untuk mencapai keutamaan budi tersebut, setidaknya ada tiga rukun

yang perlu dicapai, yaitu dengan tabi‟at, pengalaman dan pelajaran”.24

Jika

ketiga rukun tersebut sejalan, maka keutamaan budi akan tercapai. Jika

salah satu dari tiga rukun tersebut ada yang kendor, maka pincanglah

keutamaan budi tersebut. Hamka juga menjelaskan bahwa banyak orang

yang dari kecil bergaul dalam kalangan yang utama, tetapi pengalaman tidak

ada atau ilmu tidak ditambah, maka keutamaan budi tidak akan tercapai.

1) Tabiat

Tabiat adalah pembawaan dasar manusia. Tabiat sering pula disebut

“watak”. Setiap orang tidak lepas dari tabiat atau watak, dan dialah yang

sering dituding orang sebagai bagian kejiwaan manusia yang sulit

diubah. Orang yang bertabiat buruk dimana saja suka berbuat buruk.

Untuk mengubahnya tidak mudah, karena harus melalui tahapan yang

berat. Salah satunya adalah meninggalkan hubungannya dengan ikatan

sosial yang dominan pada kejahatan. Bukan berarti tabiat jahat atau

buruk tidak bisa dirubah. Suatu ketika tabiat buruk bisa di ubah asal

mampu memperjuangkannya.

Watak atau juga disebut Karakter, secara umum watak adalah

kepribadian yang dipengaruhi oleg motivasi yang menggerakkan

kemauan sehingga orang tersebut bertindak. Jadi, dimaksudkan bahwa

kepribadian seseorang menunjukkan tindakan akibat kemauan yang teguh

dan kukuh maka ia dinamakan seorang yang berwatak atau sebaliknya.

Tabiat atau juga disebut Temperamen, Tabiat adalah kepribadian yang

lebih bergantung pada keadaan badaniah. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa tabiat adalah konstitusi kejiwaan. Pengertian temperamen dan

kepribadian sering juga dipergunakan secara tertukar.

23

Hamka, Tasawuf Modern, ... h. 87 24

Hamka, Tasawuf Modern, ... h. 89

Page 66: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

57

Menurut Sumadi (1985), watak adalah keseluruhan atau totalitas

kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara emosional dan volisional

seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam

(dasar, keturunan, dan faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar

(pendidikan dan pengalaman, serta faktor-faktor eksogen).25

Ada beberapa jenis tabiat yang diketahui terdapat dalam diri

manusia, yaitu:

a) Tabiat Bahimiyah

Tabiat yaitu tabiat binatang jinak yang memamah biak. Tabiat ini

memiliki kedekatan dengan manusia untuk memperoleh keperluan

pribadi, guna memenuhi nafsu sendiri.

b) Tabiat Sabu‟iyah

Tabiat Sabu‟iyah yaitu tabiat binatang binatang buas. Ia maunya

menang sendiri, enak sendiri, mulia sendiri, terpuji sendiri. Ia tidak

suka ada yang menyaingi. Karena itu kebaikan apa saja yang hendak

sampai ke orang lain, dicegah menurut kemampuannya.

c) Tabiat Syaithaniyah

Tabiat Syaithaniyah yaitu tabiat setan. Tabiat ini gemar berusaha

memperdayakan manusia. Ia suka memperngaruhi orang lain agar

terperosok ke jurang kenistaan. Hampir segala waktu dikuasai tabiat

ini untuk menyeret manusia menuju keburukan.

d) Tabiat Rububiyah

Tabiat Rububiyah yaitu tabiat yang diwarnai dengan sifat-sifat

ketuhanan. Tabiat ini cenderung memelihara segala perbuatan menuju

keridhoan Allah.26

Secara alamiah manusia itu peniru, tabiat seseorang tanpa sadar

dapat mendapatkan kebaikan dan keburukan dari tabiat orang lain. Jika

seseorang bergaul dengan orang-orang shaleh agak lama, secara tidak

sadar akan menumbuhkan dalam dirinya sendiri beberapa kebaikan orang

shaleh itu dan secara tidak sadar banyak belajar dari mereka, dan secara

tidak sadar pula nantinya akan melekat sifat-sifat pada dirinya sifat-sifat

yang dipunyai oleh orang-orang shaleh. Berhasil atau tidaknya

25

http://psikologiuntukmu.blogspot.co.id/2011/08/perbedaan-kepribadian-watak-dan-

tabiat.html diakses pada tanggal 07 September 2016 pkl. 11:35 wib 26

http://ayatsucialquran.blogspot.co.id/2013/09/tabiat-yang-ada-pada-manusia_14.html diakses

pada tanggal 07 September 2016 pkl. 10:23 wib

Page 67: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

58

pendidikan anak untuk mengembangkan akhlak ini pada keseriusan dan

tekadnya serta ketekunan dirinya untuk mempunyai akhlak yang bagus.27

2) Pengalaman

Pengalaman adalah peristiwa yang benar-benar pernah dialami.

Pengungkapan pengalaman secara narasi berarti mengemukakan atau

memaparkan suatu peristiwa atau pengalaman yang pernah dialami

berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.

Pengalaman timbul dari pribadi ataupun dari kelompok. Pengalaman

kelompok yang dilalui seseorang dalam sosialisasi cukup penting

perannya dalam mengembangkan kepribadian. Kelompok yang sangat

berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seseorang dibedakan

menjadi dua sebagai berikut.

a) Kelompok Acuan (Kelompok Referensi). Sepanjang hidup seseorang,

kelompok-kelompok tertentu dijadikan model yang penting bagi

gagasan atau norma-norma perilaku. Dalam hal ini, pembentukan

kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola hubungan dengan

kelompok referensinya. Pada mulanya, keluarga adalah kelompok

yang dijadikan acuan seorang bayi selama masa-masa yang

paling peka. Setelah keluarga, kelompok referensi lainnya

adalahteman-teman sebaya. Peran kelompok sepermainan ini

dalam perkembangan kepribadian seorang anak akan

semakin berkurang dengan semakin terpencar nya mereka

setelah menamatkan sekolah dan memasuki kelompok lain yang

lebih majemuk (kompleks).

b) Kelompok Majemuk. Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan

masyarakat yang lebih beraneka ragam. Dengan kata lain,

masyarakat majemuk memiliki kelompok-kelompok dengan budaya

dan ukuran moral yang berbeda-beda. Dalam keadaan seperti

ini, hendaknya seseorang berusaha dengan keras

27

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.

276

Page 68: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

59

mempertahankan haknya untuk menentukan sendiri hal yang

dianggapnya baik dan bermanfaat bagi diri dan kepribadiannya

sehingga tidak hanyut dalam arus perbedaan dalam kelompok

majemuk tempatnya berada. Artinya, dari pengalaman ini seseorang

harus mau dan mampu untuk memilah-milahkannya.

Pengalaman yang memengaruhi kepribadian tidak hanya timbul dari

kelompok, Pengalaman yang timbul dari sesuatu yang unik juga dapat

memengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian itu berbeda-beda

antara satu dan lainnya karena pengalaman yang dialami seseorang itu

unik dan tidak seorang pun mengalami serangkaian pengalaman yang

persis sama. Sekalipun dalam lingkungan keluarga yang sama, tetapi

tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama, karena

meskipun berada dalam satu, setiap individu keluarga tidak

mendapatkan pengalaman yang sama. Begitu juga dengan pengalaman

yang dialami oleh orang yang lahir kembar, tidak akan sama. Sebagai

mana menurut Paul B. Horton, kepribadian tidak dibangun dengan

menyusun peristiwa diatas peristiwa lainnya. Arti dan pengaruh suatu

pengalaman bergantung pada pengalaman-pengalaman yang

mendahuluinya.28

3) Pelajaran

Pelajaran merupakan sesuatu yang dipelajari atau diajarkan.

Pelajaran dapat berupa materi ajar ataupun sesuatu yang berasal dari

pengalaman. Pelajaran yang berupa materi ajar ini biasanya dikumpulkan

dalam sebuah kurikulum pelajaran. Dimana setiap lembaga pendidikan

merancang kurikulum sesuai dengan tingkatan dan jurusannya.

Selain daripada itu, dalam membentuk karakter, sikap dan akhlak

setiap manusia biasanya dilihat dari asal keluarga/keturunan. Karena

keturunan sedikit banyaknya berpengaruh terhadap karakter, sikap

ataupun akhlak yang ia miliki. Selain itu, yang mempengaruhi hal

tersebut adalah dari pengalaman yang ia dapatkan dalam menjalani

kehidupan ia sehari-hari. Apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan apa

yang ia rasakan berpengaruh terhadap pembentukan karakter, sikap dan

akhlak, karena ia meniru, mempraktikkan, mengaplikasikannya pada diri

ia sendiri.

28

https://datakata.wordpress.com/2014/04/13/pembentukan-karakteristik-individu/ diakses

pada tanggal 14 sep pkl.14.10

Page 69: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

60

Hal ini serupa dengan apa yang dikemukakan oleh Sidi Gazalba,

bahwa kepribadian muslim sebagian besar berasal dari kapasitas atau

prediposisi tertentu yang dikuasai oleh keturunan, sebagian dari

keadaan individu yang diperolehnya selama hidupnya, dan sebagian

lagi dari kebiasaan-kebiasaan yang diberikan kepadanya oleh

kebudayaan tertentu.29

Dalam buku tasawuf ini, Hamka menyebutkan beberapa sifat yang

termasuk ke dalam keutamaan budi. Sifat yang disebutkan oleh

Hamka ini sejalan dengan pendapat imam al-Ghazali bahwa sifat ini

merupakan induk dari pada akhlak. Sifat-sifat ini diantaranya syaja‟ah,

adil, iffah dan hikmat. Dengan sifat-sifat ini dapat diketahui mana

yang benar dan mana yang salah.30

Di dalam buku Tasawuf ini juga Hamka menjelaskan beberapa sikap

terpuji yang lain, yaitu malu, amanat, sidiq, ikhlas, qanaah dan tawakal.

a) Syaja‟ah

Secara etimologi kata syaja‟ah berarti berani. Antonym dari kata

al-jabn yang berarti pengecut. Sisi positif dari sikap berani yaitu

mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan

mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya, tetapi

sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan

seorang muslim kepada kehinaan.

Sifat syaja‟ah bersedia bertanggung jawab atas segala

perbuatannya dengan pikiran yang jernih serta harapan yang tiada

hentinya. Keberanian tanpa pikiran yang jernih dan tanpa harapan

adalah nekad. Berani itu mampu mengendalikan diri walaupun betapa

beratnya rintangan yang ada, dan berhenti ditempatnya untuk

mengatur strategi dan disaatnya maju dengan pertimbangan yang

tepat.

Orang yang mempunyai sifat syaja‟ah memiliki ketenangan hati

dan kemampuan mengolah sesuatu dengan pikiran tenang. Menurut

Ibnu Miskawih, sifat syaja‟ah mengandung sebuah keutamaan yaitu

29

Sidi Gazalba, Masyarakat Islam; Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1976), h. 53 30

Ahmad Muhammad al Hufy, Akhlak Nabi Muhammad SAW, Kemuliaan dan

Keluhurannya, (Jakarta: Bulan Bintang), h. 28

Page 70: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

61

jiwa besar, yang mana dia sadar akan kemampuan diri dan sanggup

melaksanakan pekerjaan besar yang sesuai dengan kemampuannya,

bersedia mengalah dalam persoalan kecil dan tidak penting

Menghormati tetapi tidak silau kepada orang lain.

Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu;

(1) Rasa takut kepada Allah swt.

(2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia,

(3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa syaja‟ah atau berani ini

adalah sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika

terancamkejahatan, dan ia menghadapi ancaman itu atas keyakinan hatinya

dan tidak mengelakkannya, maka itulah pemberani.

Dengan sikap syaja‟ah ini diharapkan si anak dapat menghadapi

permasalahan hidup yang beraneka rasa, ancaman dan godaan ia hadapi

dengan keyakinan hatinya.

b) Adil

Kata “adil” berarti “tidak berat sebelah, tidak memihak,

sepatutnya, tidak sewenang-wenang.” Dalam hal tertentu, kata “adil”

berarti sama rata, yang satu tidak berlebih dari yang lain. Dalam hal

tertentupula, adil terkadang berarti sepatutnya, sesuai dengan

kebutuhan.

Keadilan adalah perangai yang mulia dari akal budi, dari pada

nafsu marah dan daripada syahwat. Maksud dari keadilan di sini

adalah kepandaian mencampurkan “garam” hidup, sehingga timbul

marah, timbul syahwat dan berlakulah akal budi.

Adil tidak hanya diterapkan ketika bergaul dengan masyarakat,

adil juga diterapkan pada diri sendiri. Tak hanya itu, kita juga harus

adil dalam melakukan siasat dan muslihat. Di dalam budi pekerti, adil

dianggap sebagai perangai Iffah. Dan ketika adil menghadapi lawan,

maka adil memakai perangai syaja‟ah.

Page 71: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

62

Di dalam pergaulan, kita harus berlaku adil yaitu dengan

menghindari kelengahan dan kelalaian. Dan berlaku adil dalam

melakukan sisat masyarakat adalah dengan menenggelamkan

kepentingan diri sendiri ke dalam kepentingan bersama.

Orang yang tidak berlaku adil merupakan orang yang zalim. Entah

itu untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Orang yang zalim

kepada dirinya sendiri seperti jika ia seharusnya tampil di muka

umum, akan tetapi dia mengelak mundur dan tak melakukannya,

dan ketika dia mempunyai kesempatan dan tidak memanfaatkan

kesempatan itu, sehingga kesempatan itu terbuang sia-sia. Ini

merupakan contoh sikap zalim atau tidak adil terhadap diri

sendiri.31

Dengan sikap adil ini, si anak diharapkan mampu menempatkan

dirinya dan berlaku tidak sebelah menuruti hawa nafsunya.

c) Iffah

Secara bahasa, „iffah adalah menahan.Secara istilah, menahan diri

sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan

demikian, seorang yang „afif adalah orang yang bersabar dari perkara-

perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada

perkara tersebut dan menginginkannya.

Secara etimologis, „iffah adalah bentukmasdardari „affa-ya‟iffu-

„iffah yangberarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik,

iffah juga berarti kesucian tubuh. Secara terminologis, iffah adalah

memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan

merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Iffah(al-iffah) juga

dapat dimaknai sebagai usaha untuk memelihara kesucian diri (al-

iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan

memelihara kehormatan.32

Dengan sikap iffah ini, si anak diharapkan dapat menahan diri

dari perbuatan yang telah dilarang Allah swt, si anak mampu menjaga

kehormatan dirinya sendiri dari hal-hal yang akan merendahkannya,

merusaknya ataupun menjatuhkannya.

d) Hikmat

31

Hamka, Tasawuf Modern, ... h. 148 32

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 43-44

Page 72: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

63

Secara bahasa al-hikmah berarti kebijaksanaan, pendapat atau

pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan,

peribahasa (kata-kata bijak), dan al-Qur'an. Menurut Al-Maraghi

dalam kitab Tafsirnya, menjelaskan al-Hikmah sebagai perkataan

yang tepat lagi tegas yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat

menyingkap kebenaran. Sedangkan menurut Toha Jahja Omar,

hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya,

dan kitalah yang harus berpikir, berusaha, menyusun, mengatur cara-

cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak

bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah sebagaimana

dalam ketentuan hukum-Nya.

“Maksud dari bijaksana di sini adalah dia dapat mengendalikan

syahwat dan kemarahannya”.33

Bijaksana merupakan sebuah penilaian

terhadap suatu pemikiran, ucapan dan perbuatan seseorang yang

didasarkan pada ruang lingkup sekitarnya dengan tidak memaksakan

kehendak pada apa dan siapapun berdasarkan etika dan hati.

Seseorang yang bijaksana itu menyuarakan kebenaran dengan

cara yang bijak (mempertimbangkan etika, dampak kedepannya juga

mempertimbangkan keefektifan dan efisien dari suatu tindakan).

Keempat akhlak ini dapat dimasukkan ke dalam salah satu materi

kurikulum bidang akhlak. Dengan materi tersebut, diharapkan dapat

membantu siswa dalam mengembangkan kepribadiannya dan dapat

diaplikasikan dalam kehidupannya.

Selain itu, Hamka juga menjelaskan secara spesifik tentang beberapa

perilaku terpuji yang ada dalam buku tasawuf modern ini. Perilaku

terpuji itu diantaranya yaitu malu, amanat, sidiq, ikhlas, qanaah dan

tawakal.

(1) Malu

Menurut Hamka, perasaan malu ini sangat berpengaruh terhadap

pergaulan hidup seseorang. Karena dengan malu, orang yang berakal

33

Hamka, Tasawuf Modern, ... h. 147

Page 73: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

64

akan enggan untuk mengerjakan perbuatan tercela. Sebelum adanya

penggunaan undang-undang, orang terlebih dahulu telah dilindungi

oleh hukum malu yang telah melekat dalam budi pekertinya. Hamka

juga menjelaskan bahwasannya rasa malu tidak akan hidup dalam

budi pekerti seseorang jika orang itu tidak merasakan rasa

kehormatan diri.

(2) Amanat

Menurut Hamka, amanat adalah salah satu sifat yang harus

dimiliki manusia terutama dalam konteks hubungan diri dengan

sesama manusia. Amanat ini merupakan tiang kedua dari masyarakat

yang utama. Lawan dari kata amanat adalah khianat, yaitu dia tidak

dapat dipercaya, dia menyia-nyiakan kepercayaan yang telah

diberikan kepadanya.

(3) Sidiq

Sidiq artinya jujur. Jujur merupakan dasar pembinaan akhlak

yang sangat penting dalam islam. Jujur merupakan akhlak yang tidak

mudah untuk dilakukan karena banyaknya godaan di sekitar yang

menggoda kita untuk tidak berlaku jujur. Oleh karenanya berprilaku

jujur membutuhkan sebuah perjuangan.

(4) Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu sifat terpuji yang harus ditanamkan

kepada peserta didik. Dalam ibadah misalnya, peserta didik tidak

hanya diajarkanmengenai materi dan praktik ibadah saja. Peserta

didik juga harus ditanamkan rasa ikhlas dalam dirinya dalam

menjalani ibadahnya. Terlebih lagi ikhlas dalam menjalani

kehidupannya.

(5) Qanaah dan Tawakal

Menurut Hamka, qanaah adalah menerima dengan cukup, dan

qanaah mengandung arti menerima dengan rela apa adanya,

memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan

mengusahakannya, menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan,

bertawakal kepada Tuhan dan tidak tertarik oleh tipu daya manusia.

Page 74: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

65

Tawakal bukan semata-mata menyerahkan seluruhnya kepada

kehendak Allah tanpa berusaha sama sekali, akan tetapi tawakal

adalah menyerahkan kepada ketetapan Allah setelah manusia

melakukan ikhtiar semaksimal mungkin.

Qanaah dan tawakal ini merupakan salah satu materi dalam

pendidikan Islam. Oleh karenanya, sifat qanaah dan tawakal ini

hendaknya dimiliki oleh peserta didik. Dengan sifat qanaah ini,

orang tidak akan tergila-gila untuk menindas yang lain guna

mendapatkan jabatan dan kekayaan, karena mereka yakin bahwa

rizki datang dari Allah swt, dan tugas sebagai manusia adalah

mengikhtiyarkannya. Qanaah bukan berarti menerima apa yang ada

dengan tidak mengikhtiyarkannya.

Menyuruh percaya yang benar-benar akan adanya kekuasaan

yang melebihi kekuasaan manusia, menyuruh sabar akan ketentuan

ilahi jika ketentuan itu tidak menyenangkan diri, dan bersyukur akan

dipinjaminya nikmat. Maka, bekerja dan berusaha adalah kewajiban

kita sebagai manusia.

Page 75: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Konsep pendidikan anak dalam mengembangkan akhlak perspektif Hamka

di dalam bukunya Tasawuf Modern berpangkal pada tiga hal yaitu (1) tabiat

sebagai pembawaan dasar manusia, Jika seseorang bergaul dengan orang shaleh

secara tidak sadar akan menumbuhkan dalam dirinya sendiri beberapa kebaikan

orang shaleh itu dan secara tidak sadar banyak belajar dari mereka, dan secara

tidak sadar pula nantinya akan melekat sifat-sifat pada dirinya sifat-sifat yang

dipunyai oleh orang-orang shaleh. (2) pengalaman, Pengalaman yang timbul dari

pengalaman kelompok dan dari sesuatu yang unik dapat memengaruhi

kepribadian seseorang. (3) Pelajaran, pelajaran merupakan sesuatu yang dipelajari

atau diajarkan dapat berupa materi ajar ataupun sesuatu yang berasal dari

pengalaman.

Sementara itu, metode yang digunakan oleh Hamka adalah (a) Metode

alami, metode dimana akhlak diperoleh bukan melalui didikan, pengalaman

ataupun latihan, akan tetapi diperoleh melalui insting atau naluri yang dimiliki

seorang anak secara alami. (b) metode mujahadah atau perjuangan yang dilakukan

guru, yang kemudian menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik memang pada

awalnya cukup berat, namun apabila manusia berniat sungguh-sungguh pasti

menjadi sebuah kebiasaan. (c) metode teladan, yaitu mengambil contoh atau

meniru orang yang dekat dengannya.

B. Saran-saran

Banyak peneliti yang membahas konsep pendidikan anak dalam berbagai literatur

yang ditulis oleh para sarjana dan teolog muslim. Dan pembahasan ini banyak

diteliti oleh para sarjana dan calon sarjana. Oleh karena itu, penulis ingin

memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Para peneliti selanjutnya agar bisa mengomparasikan berbagai literatur

sehingga didapatkan sari pendidikannya.

Page 76: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

67

2. Sarjana muslim seyogyanya bisa mendorong pemerintah untuk menerapkan

pola pendidikan yang bermuara pada pendidikan karakter agar terbentuk

manusia yang utuh, berakhlak mulia dan sehat lahir batin.

3. Sekolah sebagai institusi pendidikan dapat mengaplikasikan konsep pendidikan

anak menurut Hamka ini dalam mengembangkan akhlaknya.

Page 77: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Jamaal. Tahapan Mendidik Anak, Terj. Dari Athfalul Muslimin

oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi. Bandung: Irsyad baitus Salam. 2000.

Al Hufy, Ahmad Muhammad. Akhlak Nabi Muhammad SAW, Kemuliaan dan

Keluhurannya. Jakarta: Bulan Bintang.

Alfat, Masam. Dkk. Akidah Akhlak. Semarang: CV.TohaPutra.1994.

Al-Ghazali. Ihya’ Ulumal-Din. Beirut: Dar Ihya’al-Kutub al-Arabiyyah ‘Isaal-

Baabial-Halabi. Tt.

Anwar, Rosihon dan Solihin, Mukhtar. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

2006.

Assegaf, Abd.Rachman. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta; Rajawali Pers. 2011.

Awwad, Jaudah Muhammad. Mendidik Anak secara Islam. Penerjemah:

Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani.1995.

Daryanto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama. 2012.

Dewantoro, Ki Hajar. Karya Bagian Pertama; Pendidikan. Yogyakarta: Majelis

Luhur Persatuan Taman Siswa.1977.

Gazalba, Sidi. Masyarakat Islam; Pengantar Sosiologi dan Sosiografi. Jakarta:

Bulan Bintang. 1976.

Hamka. Lembaga Hidup. Jakarta: Pustaka Panji mas.

Hamka. Renungan Tasawuf. Jakarta: Pustaka Panji Mas.1985.

Hamka. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Firdaus.1983.

http://ayatsucialquran.blogspot.co.id/2013/09/tabiat-yang-ada-pada-manusia_14.

html diakses pada tanggal 07 September 2016 pkl.10:23 wib.

http://psikologiuntukmu.blogspot.co.id/2011/08/perbedaan-kepribadian-watak-

dan-tabiat.html diakses pada tanggal 07 September 2016 pkl.11:35 wib.

https://datakata.wordpress.com/2014/04/13/pembentukan-karakteristik-individu/

diakses pada tanggal 14 September pkl.14.10 wib.

Huda, Miftahul. Idealitas Pendidikan Anak; Tafsir Tematik QS Luqman. Malang:

UIN Press. 2009.

Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka

Setia. 2001.

Kalsum, Ummu. Ilmu Tasawuf. Makassar: Yayasan Fatiyah Makassar. 2002.

Kartono, Kartini. Pengantar Mendidik: Apakah Pendidikan masih Diperlukan?.

Bandung: CV.Mandarmaju. 1992.

Page 78: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

70

Kurniawan, Syamsul dan Makhrus, Erwin. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan

Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.

Kurniawan, Syamsul dan Makhrus, Erwin. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan

Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.

Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Al-Husna Zikra.

2000.

Lazim, Muhamad. Konsep Materi Pendidikan Akhlak Anak Didik dalam

perspektif Islam. Semarang: Skripsi IAIN Walisongo. 2011.

Lembaga Penelitian IAIN Jakarta. Islam dan Pendidikan Nasional. Jakarta:

Lembaga Penelitian IAIN Jakarta. 1983.

Mahjuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia. 2009.

Mahmud, Abdul Halim. Tasawuf di Dunia Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2002.

Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2009.

Miskawaih, Ibnu. Tahdzibal-Akhlaq. Maktabah Syamilah.

Mukhtarom, Asrori.Urgensi Pendidikan Anak dan Peran Pendidik perspektif

Hamka.

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Bahasa Arab Indonesia

Lengkap. Yogyakarta: Pustaka Progresif. 1997.

Mustafa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.1997.

Nasir. Tinjauan Akhlak. Surabaya: Al-Ikhlas.1991.

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Jakarta: Bulan Bintang. 1982.

Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 2012.

Nata, Abuddin.Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Nizar, Samsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka

tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Rosda. 2011.

Rifai, Muhammad. Politik Pendidikan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

2011.

Rimba, Ahmad D. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.1980.

Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Jakarta:Lentera Hati. 2010.

Soyomukti, Nurani. Teori-teori Pendidikan Tradisional (Neo), Liberal, Marxis-

Sosialis, Postmodern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.

Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.1996.

Page 79: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

70

Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya. 2009.

Tim Penyusun Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ictiar Baru Van

Hoeve. 1993.

Tim Redaksi Fokus Media. UUSPN Nomor 20 tahun 2003. Bandung: Fokus

Media. 2003.

Tiswarni. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Bina Pratama. 2007.

Uhbiyati, Nur dan Achmadi, Abu. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka

Setia.1997.

Wahyono, Agung dan Rahayu, Siti. Tinjauan tentang Pendidikan Anak di

Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.1993.

Yulis, Rama & Nizar, Syamsul. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Ciputat:

Quantum Teaching. 2005.

Yulis, Rama. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2010.

Z, Zurinal dan Sayuti, Wahdi. Ilmu Pendidikan Pengantar & Dasar-dasar

Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Page 80: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Hayatun Nufus

NIM :1110011000130

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul Skripsi :"Konsep Pendidikan Anak dalam Pengembangan Akhlak

Perspektif Hamka"

NO REFERI,NSI

PARAF

PembimbingDrs, II.Achmad

eholib M.Ae.

1

Abdurahman, lamaal. Tahapan Mendidik Anak, Terj. Dari

Athfalul Muslimin oleh Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi.

Bandung: Irsyad baitus Salam, 2000.

2

Al Huflz, Ahmad Muhammad,. Akhlak Nabi Muhammad

SAII, Kemuliaan dan Keluhurannya. Jakarta: Bulan

Bintang.

3

Alfat, Masam. Dkk. Akidah Akhlak. Semmang:

CV.TohaPutra, 1994.

/)

4Al-Ghazali. Ihya' Ulumal-Din. Beirut: Dar Ihya'a1-Kutub

al-Arabiyyah'Isaal-Baabial-Halabi. Tt.

5 Al-Quran dan Terjemah.

6Anwar, Rosihon dan Solihin, Mukhtar. Ilmu Tasawuf.

Bandung: Pustaka Setia, 2006.

7Assegaf, Abd.Rachman. Filsafat Pendidikan Islam.

Jakarta; Rajawali Pers, 201 1.

8Awwad, Jaudah Muhammad. Mendidik Anak secara Islam.

Penerjernah: Shihabuddin. Jakarta: Gerna Insani,l995. \

9Daryanto. Eyaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cip\1999.

Page 81: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

t0Dewantoro, Ki Hajar. Karya Bagian Pertama; Pendidikan.

Yogyakarla: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1977. \

llGazalba, Sidt. Masyarakat Islam; Pengantar Sosiologi dan

Sosiografi. Jakafta: Bulan Bintang, 1976.

12 Hamka. Lembaga Hidup. Jakarta: Pustaka Panji mas.

13Hamka. Renungan TasawuJ. Jakarla: Pustaka Panji

Mas,1985.

14 Hamka. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Firdaus,1983.

l5Huda, Miftahul. Idealitas Pendidikan Anak; Tafsir Tematik

QS Luqman. Malang: UIN Press, 2009.

16Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fwd. Filsafat Pendidikan

Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2001.

11Kalsum, Ummu'. Ilmu Tasawuf . Makassar: Yayasan Fatiyah

Makassar,2002.

t8Kafiono, Kartini. Pengantar Mendidik: Apakah Pendidikan

masih Diperlukar?. Bandung: CV.Mandarmaju, 1992. l19

Kumiawan, Syamsul dan Makhus, Erwin. Jejak Pemikiran

Tokoh Pendidikan Islam. lo$akafia: Ar-Ruzz Media, 201 1.l

21Langgulung, Hasal. Asas-asas Pendidikan Islam. Iakarta:

PT. Al-Husna Zikra, 2000.

24 Mahjuddin. Akhlak TasawuJ. Jakarta: Kalam Mulia. 2009.

25Mahmud, Abdul Haiim. Tasawuf di Dunia Islam. Bandutg:

Pustaka Setia, 2002.

26Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

27 Miskawaih, Ibnt. Tahdzibal-Akhlaq. Maktabah Syamilah.

29

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir Bahasa

Arab Indonesia Lengkap. Yogyakarta: Pustaka Progresif,

1997.

30Mustafa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia,

t997.

31 Nasir. Tinjauan Akhlak. Surabaya: Al-Ikhlas, 1991 .

Page 82: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

32Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah

Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, 1982.

33Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.

34Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers,

2010.

35

Nizar, Samsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual

dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam. I akarta:

Kencana Prenada Media Group, 2008.

36Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.

Bandung: Rosda, 201 1.

3lRifai, Muhammad. Politik Pendidikan Nasional.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 201 1.

38Rimba, Ahmad D. Filsafat Pendidikan Islam. Bandtng.

Al-Ma'arif, 1980. /)

39Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur' an. Jakarla:Lentera

Hati,2010.?/7

40

Soyomukti, Nurani. Ieori-leori Pendidikan Tradisional

QVeo), Liberal, Marxis-Sosialis, Postmodern. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2013.

\i41

Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. lakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1996.

42Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosda Karya, 2009.

45 Tiswami. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Bina Pratarna,200'1 .

46Uhbiyati, Nur dan Achmadi, Ab.t. Ilmu Pendidikan Islam.

Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.

4'.7

Wahyono, Agung dan Rahayu, Siti. Tinjauan tentang

Pendidikan Anak di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,

1993.

48Yulis, Rama & Nizar, Syamsul. Ensiklopedi Tohal,t

Pendidikan Islam. Ciputat: Quantum Teaching, 2005.-J

Page 83: SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36259/2/HAYATUN... · KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM PENGEMBANGAN AKHLAK PERSPEKTIF HAMKA

49Yulis, Rama. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam

Mu1ia,2010. 750

Z, Ztxinal dan Sayuti, Wahdi. Ilmu Pendidikan Pengantar

& Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN

Jakarta Press.

(4>/

51Zuhainnl, dkk. Filsafat Pendidikan Islatn. Jakarta: Bumi

Atsara, 2009. (