skripsi kinerja pemerintah daerah dalam …
TRANSCRIPT
Skripsi
KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN
PERNIKAHAN USIA DINI DI DESA MAJANNANG KECAMATAN
MAROS BARU KABUPATEN MAROS
NUR HIDAYANTI
Nomor Stambuk: 105610527115
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN PERNIKAHAN
USIA DINI DI DESA MAJANNANG KECAMATAN MAROS BARU
KABUPATEN MAROS
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Serjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
NUR HIDAYANTI
Nomor Stambuk :10561 05271 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Nur Hidayanti
Nomor Stambuk : 10561 05271 15
Prongram Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
aturan yang berlaku.
Makassar, 17 Januari 2020
Yang Menyatakan,
Nur Hidayanti
v
ABSTRAK
Nur Hidayanti, Kinerja Pemerintah Daerah Dalam PenanggulanganPernikahan Usia Dini Di Desa Majannang Kecamatan Maros KabupatenMaros (dibimbing oleh Andi Rosdianti Razak dan Anwar Parawangi)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pemerintah daerahdalam penanggulangan pernikahan usia dini di Kabupaten Maros. Jenis Penelitianini adalah penelilitian kualitatif. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah12 orang, pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.Analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja pemerintah dalam penanggulanganpernikahan usia dini di Kabupaten Maros sudah sangat memiliki kinerja yangbagus namun pernikahan usia dini masih tidak mencapai hasil yang memuaskandilihat dari empat dimensi yaitu: input(masukan) merupakan kebijakan yangdikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam penanggulangan pernikahan usia dini,output(keluaran) kegiatan yang dapat berupa fisik dana atau nonfisik dalampencegahan pernikahan usia dini, outcome(hasil) pemerintah daerah telahmeluncurkan program yang sangat baik namun hasil yang dicapai tidak sangatmemuaskan, benefit(manfaat) manfaat tentang dampak buruk pernikahan dini, danimpact(dampak) pengaruh yang ditimbulkan baik itu pengaruh positive maupunpengaruh negative pernikahan dini.
Kata Kunci: Kinerja Pemerintah, Program Kebijakan, Pernikahan Usia Dini
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH SWT, karena berkat limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
yang berjudul “ Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Pernikahan
Usia Dini di Kabupaten Maros Kecamatan Maros Baru Desa Majannang “ yang
merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara
pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Shalawat serta salam tak lupa penulis ucapkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW.
Pada kesempatan ini Penulis hendak akan menyampaikan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua, Ayahanda Herman dan Ibunda
Hartini atas segala kasih sayang, cinta dan pengorbanan yang luar biasa serta doa
yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada ALLAH SWT
sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis untuk
menggapai cita-cita, semoga Ayahanda dan Ibunda senantiasa dilindungi dan di
Rahmati oleh ALLAH SWT. Ucapan terima kasih kepada Saudari penulis Nur
Hayati, Nur Haidah, Noerfadhilah, S.Pd,. M.Pd, Nor Hidayah, S.Pd yang
telah mendukung dan memberikan motivasi kepada Penulis. Semoga kalian
diberikan kesehatan dan kesuksesan untuk masa depan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ini tidak akan terwujud tanpa
adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
vii
kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih yang sebsar-besarnya
kepada Ibu Dr. Andi Rosdianti Razak, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak
Dr. Anwar Parawangi, M.Si selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan tenaganya untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada
penulis mulai dari penulisan proposal hingga selesainya skripsi ini.
Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada :
1 Bapak Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2 Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3 Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris dekan Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4 Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5 Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah menyumbangkan
ilmunya kepada Penulis selama mengenyam pendidikan dibangku
perkuliahan.
6 Seluruh staff fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu Penulis.
7 Kepada seluruh pegawai kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Maros serta Masyarakat Kecamatan Maros
Baru khususnya Desa Majannang.
viii
8 Kepada Pemerintah Kota Bontang yang sudah memberikan dukungan dalam
memfasilitasi selama mengenyam pendidikan di Makassar.
9 Kepada seluruh keluarga Himpunan Mahasiswa Bontang Cabang Makassar
yang berada di Kota Makassar terkhusus Warga Asrama Putri Bontang
Cabang Makassar yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada Saya.
10 Kepada Vivi Anggraeni, S.E, Ita Nilmalasari, SKM, Harnayanti Haruna, S.S,
Anggi Alpitasari, Nani Musriani Shuaib, Mutmainnah, Nur Qolbi yang telah
banyak memberikan semangat untuk saya.
11 Teristimewa untuk teman-teman yang selalu mendorong saya memberikan
semangat dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, Nur Khalisa, Sumarni
Panting, S.Sos, Wananda Sari, S.Sos, Nur Aliya Arif, S.Sos, Yanti, S.Sos,
Kasmawati Mappaodang, S.Sos, Jurman Bin Jamaluddin, Musyawwir,
Sahabuddin S.Sos, Nur Firman.
12 Seluruh Keluarga Besar SOSPOL Universitas Muhammadiyah Makassar
terutama satu angkatan 2015, dan khsusunya Administrasi Negara Kelas B.
13 Kepada sahabat-sahabat terkasih saya di Bontang Kalimantan Timur, Nila
Karmila Saleh, Ziti Aisyah Almania, Siti Maysarah Rahamdini, Nikita Amalia
yang selalu memberi saya semangat serta doa dari awal saya kuliah hingga
tahap penyelesaian skripsi.
Terakhir, penulis ingin memohon maaf kepada seluruh pihak atas segala
kekurangan dan kekhilafan yang penulis perbuat baik yang disadari maupun tidak
disadari yang tidak menyenangkan di hati kalian semua. Penulis ini menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
ix
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Semoga karya ini bermanfaat bagi kalian semua. Aamiin.
Makassar, 17 Januari 2020
Nur Hidayanti
x
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ....................................................................... i
Halaman Persetujuan ................................................................................ .. ii
Penerimaan Tim........................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah........................................... iv
Abstrak ......................................................................................................... v
Kata Pengantar ........................................................................................... vi
Daftar Isi ..................................................................................................... .. x
Daftar Tabel ................................................................................................ xi
Daftar Gambar ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemerintah Daerah .................................................... 10
1. Fungsi Pemerintah Daerah .................................................... 12
2. Asas-asas pemerintah Daerah................................................ 13
B. Kinerja Pemerintah Daerah ......................................................... 15
1. Definisi Kinerja ..................................................................... 15
2. Indikator Kinerja ................................................................... 16
C. Pengertian Pernikahan Dini......................................................... 18
xi
D. Kerangka Pikir............................................................................. 24
E. Fokus Penelitian .......................................................................... 25
F. Deskripsi Fokus Penelitian.......................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian....................................................... 27
B. Jenis dan Tipe Penelitian............................................................. 27
C. Sumber Data ................................................................................ 28
D. Informan Penelitian ..................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 29
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 30
G. Pengabsahan Data........................................................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................................ 33
B. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Pernikahan
Usia Dini ..................................................................................... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 68
B. Saran ........................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 73
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Informan Penelitian........................................................................ 28
Tabel 2. Kelurahan/Desa kecamatan Maros Baru........................................ 34
Tabel 3. Pembagian Wilayah Administrasi ................................................. 35
Tabel 4. DaftarKepala Wilayah/CamatMarosBaru...................................... 35
Tabel 5. Susunan Panitia Pelaksana kegiatan ............................................. 53
Tabel 6. Daftar nama Pernikahan Usia Anak Kabupaten Maros ................. 56
Tabel 7. Data pernikahan Usia Anak Kabupaten Maros ............................. 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pikir .......................................................................... 25
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak .................................................................... 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan adalah peristiwa sakral, suci dan akan menjadi kenangan
seumur dalam hidup. Pernikahan juga sebagai lambang kejayaan, kehormatan,
prestise orang tua, prestasi dan sepasang pengantin. Sudut pandang Islam
pernikahan merupakan suatu ibadah, pernikahan adalah ibadah yang disyariatkan
oleh agama islam, jadi harus dilaksanakan dengan mengikuti aturan-aturan yang
telah ditetapkan. Pernikahan dini adalah perkawinan dilakukan oleh seseorang
yang memiliki umur relatif muda atau belum cukup umur. Umur yang relatif
muda yang dimaksud tersebut adalah usia pubertas yaitu antara 10-19 tahun. Saat
ini ada banyak sekali remaja yang terjebak dalam pernikahan dini, banyak sekali
penyebab atau pemicu utama mereka yang terlibat dalam pernikahan usia dini
mulai dari faktor keluarga, faktor ekonomi, dan faktor pendukung lainnya seperti
pengaruh pergaulan yang terlalu bebas.
Perkawinan yang dilangsungkan pada usia 15-19 tahun akan banyak
menimbulkan dampak dan berakibat tertentu yang akan di dihadapi oleh
kebanyakan pasangan, seperti pertengkaran dalam rumah tangga yang disebabkan
oleh kurang dewasanya dalam menghadapi persoalan sehingga tidak sedikit
menyebabkan meningkatkan angka perceraian didaerah tertentu. Kenyataan
seperti ini apabila dilanjutkan bukannya akan menciptakan suatu rumah tangga
yang sakinah, mawadah, dan warohmah akan tetapi semakin menjauh dari tujuan
2
utama perkawinan yaitu tidak memperoleh kehidupan yang tenang dan tidak
mendapatkan cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga yang bahagia dunia dan
akhirat.
Rata-rata usia pernikahan yang baik menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasuional (BKKBN) usia 21 tahun untuk wanita dan usia 25
tahun untuk pria. Berdasarkan ilmu kesehatan umur yang matang secara
psikologis dan biologis yaitu 20-25 tahun bagi wanita dan umur 25-30 tahun bagi
pria. Dengan umur terebut sudah dianggap dewasa untuk berumah tangga dan
berpikiran dewasa. Setiap pasangan yang telah menikah harus dapat menjalankan
tanggung jawab dan tugasnya. Salah satu aspek yang diperhatikan adalah aspek
biologis dengan memperhatikan kematangan umur dan kondisi fisik. Berumah
tangga bukan hal yang di anggap mudah karena terdapat masalah atau guncangan
yang memerlukan pikiran kedewasaan, oleh karena itu perlu adanya pemahaman
kepada masyarakat tentang pernikahan dini.
Pernikahan yang dilakukan pada usia dini dapat kemungkinan terjadi
kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi, terutama terhadap wanita itu
sendiri karena pernikahan dini merupakan menikah disaat usia yang belum
matang baik secara psikologi dan medis. Konsekuensi yang akan terjadi dari
pernikahan dini seperti melahirkan prematur, dan berat badan bayi lahir rendah.
Wanita yang menikah pada usia dini/di bawah umur akan beresiko hamil yang
lebih panjang dan juga beresiko angka kelahiran yang lebih tinggi. Perkawinan
usia yang masih mudah/remaja dapat menimbulkan dampak seperti: rendahnya
3
kualitas dalam keluarga, tidak bisa mengatasi masalah rumah tangga yang ada,
tidak siap dalam mendidik anak serta rumah tangganya sendiri, dan lain-lain.
Pernikahan dini di Sulawesi Selatan memiliki presentase yang paling
tinggi "Perkawinan Usia Anak di Indonesia" yang dikeluarkan BPS (Badan Pusat
Statistik) pada Januari 2017, yang mencatat bahwa Sulawesi Selatan adalah salah
satu provinsi yang memiliki angka tertinggi pernikahan anak di Indonesia.
Laporan itu juga menyebut perempuan sudah pernah menikah pada umur 20
sampai 24 tahun menikah sebelum memasuki umur 18 tahun. Angka tersebut
diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan
Badan Pusat Statistik (BPS). Kabupaten Maros termasuk peringkat ke-5 di
Provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami pernikahan dini tertinggi.
Berdasarkan observasi awal peneliti yang dilakukan di Kabupaten Maros
terdapat peningkatan setiap tahunnya kasus pernikahan dini. Kepala Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Maros mengatakan
data tiga tahun terakhir yang diambil dari Pengadilan Agama tahun 2015 terdapat
20 kasus pernikahan usia dini dan tahun 2016 terdapat 25 kasus pernikahan usia
dini. Tahun 2017 tidak mengalami penurunan, tetapi masih di angka yang sama 25
kasus pernikahan usia usia dini yang mendaftarkan diri di pengadilan agama untuk
pernikahan. Pada tahun 2018 sebanyak 22 kasus pernikahan usia dini, dan kasus
pernikahan dini marak terjadi pada bulan April dan Mei tahun 2018.
Pengajuan permohonan pernikahan yang terjadi di Kabupaten Maros
bahkan masih berusia diantaranya 12 tahun yang masih duduk dibangku Sekolah
Dasar. Pada umumnya usia yang mengajukan permohonan pernikahan dini di
4
bawah 16 tahun bagi perempuan dan di bawah 18 tahun bagi laki-laki. Pernikahan
dini di Kabupaten Maros kerap terjadi di daerah pelosok, seperti di Desa
Majannang, Kecamatan Maros Baru pada bulan Mei tahun 2018. Pernikahan
yang terjadi di desa tersebut bahkan sempat menjadi sorotan di media sosial,
karena pernikahan tersebut dilakukan tanpa mendapatkan surat izin dari Kantor
Urusan Agama (KUA) atau Pengadilan Agama (PA). Meskipun tidak
mendapatkan izin dari KUA dan PA pernikahan tersebut tetap berlangsung.
Kepala Dinas Permberdayaan dan Perlindungan Anak mengatakan pernikahan
usia dini kerap kali terjadi di Kabupaten Maros yang disebabkan berbagai faktor
atau pertimbangan dari keluarga.
Sedangkan dalam perundang-undangan di Indonesia sendiri sudah jelas
tertulis peraturan yang memuat usia seseorang yang dikatakan sudah mampu
untuk menikah. Seperti dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 7 ayat (1) tentang
pernikahan, lalu usulan perubahan pada pasal 7 tahun 1974 ayat (2) untuk
menglangsungkan pernikahan masing-masing calon mempelai yang belum
mencapai 21 tahun, harus mendapatkan izin kedua orang tua, sesuai dengan
kesepakatan pihak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) yang telah melakukan kerja sama dengan MOU yang menyatakan
bahwa usia pernikahan pertama diijinkan apabila pihak pria mencapai umur 25
tahun dan wanita 20 tahun. Pernikahan memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu
membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal abadi. Namun lain hal dengan
pernikahan yang dilakukan dalam usia yang tidak cukup matang, pernikahan usia
dini yang kerap terjadi akan berujung dari tujuan yang tidak seharusnya.
5
Pemerintah daerah sebagai kepala daerah yang tugas utamanya adalah
pemimpin penyelenggara dan juga bertanggung jawab penuh atas jalannya
pemerintahan daerah. Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengajukan
rencana peraturan daerah atau perda yang sesuai dengan kondisi masyarakat di
daerah tersebut. Terkait hal tersebut pemerintah daerah memiliki hak, wewenang,
dan kewajiban terhadap masyarakat setempat. Peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah bagian dari usaha pemerintah menciptakan kesejahteraan di
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu mengeluarkan peraturan
daerah yang terkait dengan permasalahan yang ada di daerah tersebut atau
mengeluarkan peraturan daerah untuk tidak terjadinya hal-hal yang tidak dapat
diinginkan, seperti pernikahan dini.
Peningkatan jumlah pernikahan dini dapat dicegah melalui upaya
pemerintah yang mengeluarkan program untuk menanggulangi peningkatan
pernikahan dini yang terjadi, seperti peraturan yang terdapat dalam pasal 6 ayat 2,
pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 pasal 13 Pasal 14 Undang-Undang perkawinan telah
cukup memberikan perlindungan kepada anak khususnya perempuan, yaitu upaya
pencegahan perkawinan usia dini atau perkawinan dibawah umur. Peraturan diatas
menjelaskan tentang Undang-Undang perkawinan menentukan batas umur untuk
menikah baik pria maupun wanita didalam Undang-Undang tersebut menekankan
batas umur bagi perempuan untuk menikah yaitu di atas 16 tahun dan laki-laki di
atas 19 tahun, pembatasan umur tersebut guna sebagai salah satunya untuk
pencegahan perkawinan yang masih di belum cukup umur. Maraknya pernikahan
dini dapat di minimalisirkan melalui kegiatan-kegiatan pemerintah atau program-
6
program pemerintah untuk lebih mengurangi tingginya tingkat pernikahan usia
dini. Karena di dalam hukum adat ataupun hukum islam tidak menyebut batas
usia minimum seseorang untuk diperbolehkan menikah. Fenomena terjadinya
pernikahan dini di masyarakat bukan lagi hal yang jarang terjadi, ini sudah
menjadi kebiasaan masyarakat dan menjadi hal yang sudah biasa, maka peneliti
dapat menjadikan dasar awal peneliti untuk menganalisis secara lebih mendalam
akan peningkatan pernikahan dini baik dari aspek internal maupun eksternal.
Penelitian yang terkait dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Tsany
(2013) yang berjudul “Trend Pernikahan Dini di Kalangan Remaja (studi kasus di
Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta tahun 2009-2012)” yang menunjukkan
pernikahan dini terjadi karena pengaruh lingkungan setempat seperti faktor
ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan. Kebiasaan tersebut makin lama makin
mengakar sehingga menyebabkan sebuah tren yang terjadi berulang-ulang.Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa tren pernikahan dini yang terjadi di
Kabupaten Gunung Kidul DIY pada tahun 2009-2012 semakin meningkat.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Afrianti dan Mufdillah (2016) yang berjudul “Analisis Dampak Pernikahan Dini
pada Remaja Putri di Desa Sidoluhur Kecamatan Godean Yogyakarta” bahwa
dampak sosial diantaranya faktor penyebab terjadinya pernikahan dini, yaitu
faktor pergaulan bebas, keinginan sendiri, budaya dan ekonomi.Dampak
psikologis diantaranya belum siap dalam membuahi janin/kehamilan
pertama.Dampak pada kesehatan pada remaja putri kehamilan dapat terjadi
hyperemesis dan anemia, pada persalinan dapat terjadi dengan bantuan alat, dan
7
kondisi anak saat lahir dapat terjadi BBLR(Berat Bayi Lahir Rendah) dan dampak
tidak memperoleh ASI eksklusif. Penikahan dini dapat berdampak pada sosial
dengan berdampak psikologi dan dampak kesehatan remaja putri dan anak.
Perbedaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian ini, yaitu penelitian
ini mengkaji tentang kinerja pemerintah dalam mencegah pernikahan dini yang
terjadi di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu, penelitian ini
akan meneliti tentang faktor pemerintah dalam menanggulangi pernikahan dini di
Kabupaten Maros. Penelitian ini akan mendeskripsikan upaya yang telah
dilakukan atau langkah-langkah yang akan ditempuh pemerintah daerah dalam
mengurangi atau memberantas pernikahan dini yang terjadi di Kabupaten Maros
sehingga pernikahan dini dapat berkurang dan mengarahkan para remaja untuk
mementingkan pendidikan serta mengkaji tentang faktor-faktor penyebab
pernikahan dini terjadi di Kabupaten Maros khususnya Kecamatan Maros baru.
Penelitian mengkaji kinerja pemerintah yang berperan sebagai lembaga
eksekutif Negara yang dapat bertanggung jawab mengenai hajat hidup warga
negaranya dan diperlukan untuk memiliki peran yang cukup besar dalam proses
pencegahan pernikahan dini. Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
yaitu melindungi hak-hak disetiap warga Negaranya terkhusus dalam pencegahan
pernikahan dini. Program-program pemerintah maupun pemerintah daerah
menjadi peran penting dalam penanggulangan pernikahan dini dan upaya yang
dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah tersebut agar
berkurangnya pernikahan dini disetiap tahunnya terkhusus di Kabupaten Maros
yang selalu mengalami peningkatan pernikahan dini selama 3 tahun terakhir.
8
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih dalam tentang kinerja pemerintah daerah Kabupaten
Maros dalam mengatasi dan menanggulangi pernikahan usia dini.
Melalui pemaparan latar belakang masalah penelitian yang telah peneliti
kemukakan, maka judul penelitian ini adalah
“ KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN
PERNIKAHAN DINI DI DESA MAJANNANG KECAMATAN MAROS
BARU KABUPATEN MAROS “
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan masalah penelitian
ini, yaitu Bagaimana kinerja pemerintah daerah dalam penanggulangan
pernikahan usia dini di Kabupaten Maros?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan, yaitu untuk
mengetahui kinerja pemerintah daerah dalam penanggulangan pernikahan usia
dini di Kabupaten Maros.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan sebagai bahan dari informasi ini untuk membahas yang
berkaitan dengan kinerja pemerintah daerah di Kabupaten Maros
dalam penanggulangan pernikahan dini.
9
b. Sebagai salah satu bahan bacaan atau sumber referensi yang di miliki
oleh Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
c. Sebagai salah satu sumber data dan informasi atau bahan referensi
dasar bagi para mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk
melakukan penelitian upaya pemerintah Daerah dalam
penanggulangan pernikahan usia Dini
2. Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan masukan untuk pemerintah atau pengadilan agama
dalam mengurangi angka peningkatan pernikahan dini.
b. Sebagai bahan kajian atau studi banding bagi pemerintah daerah yang
ingin membuat kebijakan terkait dengan program pencegahan
pernikahan usia dini.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daerah adalah suatu penyelenggaraan Pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) dengan berdasar pada asas otonomi dan tugas membantu dengan prinsip
otonomi yang luas dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
seperti yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar Negara. Negara
menghormati dan mengakui kesatuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa
ataupun bersifat khusus yang diatur dengan undang-undang. Negara menghormati
dan mengakui kesatuan-kesatuan hukum adat masyarakat, serta hak-hak
tradisonalnya yang berdasarakan dengan tingkat perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur oleh Undang-Undang.
Pembentukan pemerintahan daerah selaras dengan amanat Pasal 18
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai awal dari berbagai produk peraturan
perundang-undangan dan Undang-Undang lainnya yang mengatur tentang
pemerintah daerah. Adapun tujuan pembentukan daerah pada dasarnya untuk
meningkatkan pelayanan publik untuk mempermudah terwujudnya kesejahteraan
masyarakat dan sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah
daerah adalah merupakan kepala daerah sebagai bagian dari penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin dan melaksanakan urusan pemerintahan
11
yang memang sudah menjadi kewenangan daerah otonom. Adapun Pemerintahan
Daerah yaitu penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah(DPRD) dan pemerintah daerah berdasarkan pada asas otonomi dan
tugas membentuk dalam prinsip otonomi yang seluasnya berdasarkan pada sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang ada dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemerintah daerah meliputi Gubernur, Walikota atau Bupati, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Mengenai
dengan hal tersebut, Peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu yang
dilakukan berkaitan dengan otonomi daerah sebagai suatu wewenang, hak serta
kewajiban pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur sendiri kepentingan
masyarakat dan urusan pemerintahan setempat berdasarkan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah bahwa pemerintahan daerah merupakan
penyelenggaraan urusan pemerintahaan yang dinaungi oleh pemerintah daerah
dan DPRD dengan asas otonomi dan tugas membantu dalam prinsip otonomi yang
seluasnya dan berdasar pada prinsip dan sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara
Tahun 1945. Melihat penjelasan tentang pemerintahan daerah seperti yang di
jelaskan di atas,maka pemerintahan daerah merupakan penyelenggaraan daerah
otonom oleh DPRD dan pemerintah daerah berdasarkan pada asas desentralisasi
dimana bagian unsur penyelenggara pemerintah daerah yaitu Gubernur, Walikota
atau Bupati serta perangkat daerah lainya.
12
Dalam perkembangan sejarah Indonesia, sistem pemerintahan daerah
mengalami beberapa perubahan selaras dengan pergantian Undang-Undang dan
perubahan yang mengatur mengenai pemerintahan daerah. Terhitung pada tanggal
1 januari 2001 dari diberlakukannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999, tentang
pemerintah daerah, kemudian dilakukan perubahan atau revisi menjadi Undang-
Undang nomor 32 tahun 2004, maka sistem pemerintahan daerah di indonesia
mengacu pada Undang-Undang tersebut. dengan Undang-Undang ini kepada
daerah diberikan otonomi yang luas nyata dan bertangung jawab. Jika Dilihat dari
bentuk kekuasaan pemerintahan daerah yang bersifat otonom, pemerintahan
dibedakan menjadi tiga kelompok (Bagir dalam Manan, 2001:103) yakni:
a) pemerintahan dalam arti sempit merupakan penyelenggaraan kekuasaan
dalam bidang eksekutif atau administrasi negara.
b) pemerintahan dalam arti sederhana yaitu merupakan penyelenggaraan
kekuasaan dalam bidang legislatif dan eksekutif tertentu yang ada pada
pemerintahan daerah otonom.
c) pemerintahan dalam arti luas yaitu penyelenggaraan yang mencakup semua
bidang jabatan negara baik dibidang legislatife, eksekutif , yudikatif dan lain
sebagainya.
1. Fungsi Pemerintahan Daerah
Fungsi pemerintah daerah diartikan sebagai perangkat daerah mengatur
,menjalankan, dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan.
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yaitu :
13
a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas membantu urusan pemerintah daerah.
b. Menjalankan otonomi dengan seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, daya saing daerah dan pelayanan umum.
c. Pemerintah daerah didalam melaksanakan penyelenggaraan urusan
pemerintahan memiliki hubungan kuat antara pemerintahan pusat dengan
pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi pelayanan umum
wewenang, pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manuasia,
keuangan, serta sumber daya lainnya.
2. Asas Pemerintahan Daerah
Dalam urusan melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, khususnya
pemerintahan daerah, tentunya sangat berkaitan erat dengan beberapa asas hukum
dalam pemerintahan suatu negara, yaitu sebagai berikut:
a. Asas Sentralisasi
Asas sentralisasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana segala
kekuasaan dipusatkan pada pemerintah pusat.
b. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah merupakan penyerahan wewenang pemerintahan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat otonom untuk
mengatur dan mengurus daerah otonom tersebut yang terikat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
14
c. Asas Dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah pemberian wewenang pemerintahan dari
pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertikal
wilayah tertentu.
d. Asas Tugas Pembantuan
Asas tugas pembantuan merupakan penugasan dari pemerintah untuk
daerah atau Desa dan dari pemerintah Provinsi kepada pemerintah
Kabupaten/Kota dan Desa, dan dari pemerintah Kabupaten untuk Desa dengan
tugas tertentu.
Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah diIndonesia dinyatakan
sebagai hubungan hukum perdata, yaitu terdapat pendelegasian hak dari pemilik
hak kepada penerima sebagian hak berdasarkan obyek tertentu. Pemilik hak
pemerintahan dibawah pegangan pemerintah, serta hak pemerintahan daerah
diberikan kepada pemerintah daerah, dengan obyek hak seperti kewenangan
pemerintah dalam bentuk mengatur urusan pemerintahan, dan tetap dalam ligkup
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dilihat dari sudut pandang pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi mempunyai tujuan untuk
mengurangi beban dari Pemerintah Pusat. Dengan adanya desentralisasi tugas
serta pekerjaan dapat teralihkan kepada Daerah, oleh karena itu Pemerintah Pusat
hanya dapat berfokus pada hal yang berkaitan dengan Negara dan kepentingan
nasional secara keseluruhan.
Menurut hemat penulis desentralisasi adalah asas yang menyatukan
pendelegasian sebagian urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada
15
pemerintah daerah yang lebih rendah dan menjadi urusan rumah tangga sendiri
didaerah tersebut. Untuk itu semua prakarsa, tanggung jawab serta wewenang
yang terkait dengan urusan-urusan diberikan sepenuhnya untuk menjadi tugas dan
tanggung jawab daerah tersebut. Tujuan utama yang akan dicapai dengan
kebijaksanaan desentralisasi yaitu tujuan politik dan tujuan administratif.
a. Tujuan politik merupakan tujuan dengan menempatkan Pemerintah Daerah
sebagai medium dalam bidang pendidikan politik untuk masyarakat pada
tingkat lokal dan secara agregat akan memberikan kontribusi pada pendidikan
politik pada tingkat nasionaldemitercapainya civil society.
b. Tujuan administratif merupakan tujuan yang menempatkan Pemerintah
Daerah sebagai unit pemerintahan pada tingkat lokal yang mempunyai fungsi
untuk menyediakan serta memberikan pelayanan masyarakat secara efektif,
efisien, serta berdampak ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam pelayanan
publik.
B. Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah
Salah satu tujuan aspek dari manajemen adalah memberikan informasi
ukuran kinerja dari kegiatan yang ada dalam organisasi. Informasi ukuran kinerja
akan sangat berguna dalam pengambilan keputusan organisasi (termasuk
didalamnya pemerintah daerah). Apabila dapat mengukur kinerja upaya maka kita
dapat melakukan pengelolaan.
1. Definisi pengukuran kinerja
a. Gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.
16
b. Daftar apa yang ingin dicapai yang tertuang dalam penskemaan
strategic suatu organisasi.
c. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh orgnisasi
dalam periode tertentu.
Pengukuran kinerja adalah upaya atau proses mencatat, pencapaian,
pelaksanaan kegiatan dan anggaran dalam arah pencapaian misi melalui hasil-
hasil yang di tampilkan berupa produk, jasa ataupun proses pelayanan publik.
Dalam mengukur kinerja, diperlukan indikator kinerja. Indikator kinerja
pemerintah daerah memiliki karakteristik yang relative lebih rumit jika
dibandingkan dengan indikator kinerja organisasi privat karena indikator kinerja
pada pemerintah daerah indikator kinerja non finansial secara lebih dominan
dibandingkan indikator finansial.
2. Indikator Kinerja
a. Tujuan dan manfaat indikator kinerja
Pengukuran kinerja merupakan instrument di dalam manajemen
pencapaian kinerja. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan
umpan baik sehingga upaya perbaikan secara terus-menerus akan mencapai
keberhasilan dimasa mendatang. Dengan informasi pencapaian indikator kinerja,
pemerintah daerah diharapkan dapat mengetahui prestasinya secara obyektif
dalam periode tertentu. Kegiatan dan program pemerintah daerah seharusnya
dapat diukur dan dievaluasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengukuran kinerja
merupakan alat manajemen untuk :
17
1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk
pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati.
3. Monitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkan dengan
skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja yang telah
disepakati.
4. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
5. Mengidentifikasi apakah kepuasan masyarakat sudah terpenuhi.
6. Membantu memahami proses kegiatan pemerintah.
7. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
8. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
9. Mengungkapkan masalah yang terjadi.
b. Indikator pengertian kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Indikator yang komperensif tidak hanya memperhatikan aspek output
saja, namun juga memperhatikan faktor-faktor sebelum output didapatkan dan
aspek setelah output itu dicapai. Dengan demikian upaya kinerja pemerintah
daerah yang didasarkan pada pelayanan yang diberikan kepada public didasarkan
pada indikator-indikator masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome),
manfaat (benefit) dan dampak (impact). Menurut Bastian (2006:267).
18
1. Indikator input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat
berupa sumber dana, sumber daya manusia, kebijaksanaan/peraturan
perundang-undangan.
2. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dana tau nonfisik.
3. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah atau jangka panjang.
4. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun
negative terhadap tiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.
C. Pengertian Pernikahan Dini
Menurut Jamila.A, (2006) Perkawinan adalah suatu ikatan lahir, dan batin
antara seorang pria dengan seorang wanita, hidup bersama dalam rumah tangga,
melanjutkan keturunan menurut ketentuan hukum syariat islam. Sedangkan
menurut Diori (2005) mengemukakan bahwa pernikahan dini merupakan sebuah
perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum di katakan maksimal
persiapan fisik, persiapan mental, juga persiapan materi. Karena demikian maka
pernikahan dini bisa dikatakan sebagai pernikahan yang terburu-buru sebab
segalanya belum dipersiapkan secara matang dan baik.
19
Dari kedua pendapat diatas menjelaskan pengertian yang berbeda pendapat
pertama mengatakan perkawinan adalah sesuatu acara yang sakral yang dilakukan
oleh kedua mempelai untuk melanjutkan kehidupan dan keturunan dan
menjelaskan perkawinan pada umumnya. Sedangkan pendapat kedua dia lebih
kepada pernikahan dini dia mengatakan bahwa pernikahan dini merupakan
perkawinan tanpa kesiapan baik dari kesiapan mental, fisik, rohani, dan jasmani.
Pengertian lainnya, berdasarkan sosialisasi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) yang memberikan deklarasi bahwa bila seorang
perempuan menikah pada usia dibawah 21 tahun dan laki laki menikah pada usia
25 tahun maka disebut sebagai pernikahan dini. Bila berbicara tentang mengenai
batasan usia anak/remaja, menurut Undang-Undang perlindungan anak No.23
Tahun 2012, yaitu mereka yang belum berusia delapan belas tahun, maka
siapapun yang menikah dibawah batas usia tersebut dapat dikatakan termasuk
pernikahan dini.
1. Faktor-Faktor Pernikahan Dini
Menurut Alfiyah (2010), ada beberapa faktor-faktor yang mendorong
terjadinya perkawinan usia muda yang sering sekali ditemukan dilingkungan
sekitar atau di masyarakat kita yaitu :
a) Ekonomi
Perkawinan usia muda rentan terjadi karena adanya keluarga yang masih
hidup di bawah garis kemiskinan, maka dari itu untuk meringankan beban orang
tua mengkawinkan anaknya yang masih belum cukup umur.
20
b) Pendidikan
Rendahnya pendidikan maupun pengetahuan dari kedua orang tua anak,
anak dan juga masyarakat, yang menyebabkan ada kecenderungan mengkawinkan
anaknya yang masih belum cukup umur.
c) Faktor orang tua
Dari faktor Orang tua juga khawatir terkena aib disebabkan anaknya yang
perempuan berpacaran dan terlalu dekat dengan lawan jenisnya sehingga para
orang tua mengkawinkan anaknya.
d) Media Massa
Gencar dalam expose seks dimedia massa menyebabkan remaja modern
semakin permisif terhadap seks.
e) Faktor Adat
Perkawinan dibawah umur juga terjadi karena ketakutan orang tua apabila
anaknya dikatakan perawan tua hingga segera untuk di kawinkan.
f) Keluarga Cerai (Broken Home)
Banyak juga anak-anak korban perceraian yang sangat terpaksa harus
menikah dini dikarenakan dari berbagai faktor, contohnya : tekanan ekonomi
untuk lebih meringankan beban orang tua yang sudah tidak lagi utuh, atau orang
tua tunggal, juga membantu orang tua mendapatkan pekerjaan, serta untuk
meningkatkan taraf hidup.
Dari pendapat di atas menjelaskan berbagai akibat sehingga pernikahan
dini dapat terjadi pendapat diatas menjelaskan banyak-banyak sekali faktornya
mulai dari faktor dari anaknya sendiri, dari orang tua mereka dan bahkan dari
21
pergaulan lingkungan sekitar. Pernikahan dini memiliki dampak seperti perubahan
perilaku remaja yang dapat menerima hubungan seksual perkawinan sebagai contoh
fungsi rekreasi, saat hubungan seksual sudah membuahi janin dapat berpengaruh terhadap
psikologis dan juga fisik (Manuaba, 2008).
a) Dampak Psikologis :
Usia pernikahan dini yang terjadi di bawah umur 20 tahun dalam keadaan
belum matangnya mental seorang anak remaja yang akan berpengaruh dalam
penerimaan kehamilan, dimana alat reproduksi remaja belum siap untuk
menerima janin, merasa asing dari pergaulan karenanya di anggap tidak mampu
mengendalikan diri, terkadang juga perasaan tertekan kerena mendapat cercaan
dari beberapa pihak seperti keluarga, teman serta lingkungan masyarakat
(Sarwono, 2006).
Sejatinya, anak yang berusia dibawah umur belum cukup paham mengenai
hubungan seks dan untuk apa tujuannya. Berakibat remaja sering murung dan
tidak bersemangat, bahkan remaja akan merasakan malu untuk bergaul dengan
anak-anak seusianya mengingat statusnya sebagai seorang istri.(Manuaba, 2008).
Pada sisi lainnya juga pernikahan dini berdampak negatif pada keharmonisan
suatu keluarga.
Hal ini disebabkan karena kondisi psikologisnya yang belum cukup
matang, sehingga cenderung labil (kekanak-kanakkan) dan rasa emosional. Pada
usia yang belum cukup matang ini biasanya remaja masih kurang untuk
bersosialisasi dan beradaptasi, dikarenakan ego remaja masih tinggi serta belum
matang dalam sisi kedewasaan untuk membentuk keluarga sehingga banyak
22
ditemukan kasus-kasus cerai dan merupakan efek dari pernikahan diusia muda
(Sarwono, 2006).
b) Dampak Fisik
Fisik atau bahasa inggris Body merupakan sebuah kata yang mempunyai
arti badan atau benda dan dapat dilihat mata juga didefinisi oleh pikiran. Kata
fisik biasa digunakan untuk suatu benda atau badan yang terlihat mata. Dampak
fisik didalam pernikahan dini memang besar baik didalam melakukan hubungan
seksual atau pada saat persalinan. Pernikahan usia dini yang terus berlanjut
menjadi kehamilan sangat berdampak negatif pada status kesehatan reproduksi
wanita. (Manuaba, 2008).
Selain daripada itu dampak pernikahan usia dini apabila dilihat dari segi
fisik dan biologis, juga ditemukan berbagai efek negatif yang bisa dikatakan
berbahaya seperti banyaknya seorang ibu yang menderita anemia selagi hamil dan
melahirkan, sehingga menyebabkan tinginya angka kematian ibu yang melahirkan
dan bayi akibat pernikahan usia dini (Manuaba,2008).
Secara medis, usia yang matang untuk hamil pada usia 21-35 tahun, maka
bila usia kurang meski secara fisik telah menstruasi dan bisa di buahi, namun
bukan berarti siap untuk hamil dan melahirkan serta memilki kematangan mental,
yakni berpikir dan dapat menganggulangi resiko-resiko yang akan terjadi pada
saat kehamilan dan persalinan. Menurut Manuaba (2008), dampak fisik dari
pernikahan diusia muda dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :
1) Dampak ibu
a. Intra Uterin Fetal Death
23
Intra uterin death atau juga kematian janin didalam kandungan ialah
keadaan tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan janin didalam
kandungan. Keadaan ini sering di jumpai pada kehamilan dibawah usia
20 minggu dan sesudah 20 minggu, yaitu ditandai kematian janin bila
ibu tidak merasakan gerakan janin, berakhir dengan abortus.
b. Premature
Persalinan prematur merupakan suatu proses kelahiran bayi yang
sebelum usia kehamilannya 37 minggu atau belum 3 minggu dari
waktu yang diperkirakan persalinan. Resiko terjadinya kelahiran
prematur, yaitu :
1. Umur ibu yang mengandung kurang dari 20 tahun
2. Wanita dengan gizi yang sangat kurang atau amenia
3. Lemahnya servik
4. Pendaharahan
5. Kematian Ibu
c. Dampak Bagi ibu
1. Kemungkinan janin lahir belum cukup umur kehamilan atau
kurang dari 37 minggu. Pada umur kehamilan tersebut tumbuh
janin belum sempurna.
2. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yaitu, bayi lahir Dengan berat
badan (BB) kurang dari 2.500 gram. Banyak ini dipengaruhi oleh
umur ibu saat hamil kurang 20 tahun dan ibu kurang gizi
(Manuaba, 2008).
24
D. Kerangka pikir
Pernikahan usia dini memang bukan lagi masalah baru yang terjadi dalam
masyarakat. Pernikahan usia dini bahkan sudah marak terjadi, peningkatan
disetiap tahun dan dapat terjadi dimana saja, faktor dari berbagai pernikahan dini
pun beragam yang dapat mempengaruhidari faktor keluarga, ekonomi, pergaulan
dan masih banyak penyebab lainnya yang dapat mempengaruhi pernikahan usia
dini. Dalam pernikahan dini bisa saja di tanggulangi dalam kebijakan atau
program yang dibuat suatu pemerintahan dalam manangani masalah pernikahan
dini namun tidak semua program kebijakan dapat dikatakan berhasil dalam
menanggulangi masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas Penelitian ini berjudul “KINERJA
PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGGULANGI PERNIKAHAN
USIA DINI DI DESA MAJANNANG KECAMATAN MAROS BARU
KABUPATEN MAROS“ Penelitian ini akan menganalisis kinerja yang
dilakukan pemerintah dengan menggunakan indikator input, output, outcome,
benefit, dan impact menurut Bastian (2006:267) karena teori ini mendukung
peneliti untuk dapat menganalisis upaya kinerja pemerintah dalam membuat suatu
kebijakan dalam pemerintahan daerah.
25
Uraian yang telah di kemukakan mendasari lahirnya kerangka pikir
penelitian seperti berikut ini :
Gambar 1. Kerangka Pikir
E. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian yang dimaksud dengan peneliti yaitu, ialah
bagaimana kinerja pemerintah setempat dalam menanggulangi masalah
pernikahan dini di Kabupaten Maros yang terus terjadi dan meningkat di setiap
tahunnya.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Indikator masukan (Input) segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Di
Kinerja Pemerintah Daerah Dalam PenanggulanganPernikahan Usia Dini di Kabupaten Maros
PELAKSANAAN PEMERINTAH DAERAHDALAM PENANGGULANGAN
PERNIKAHAN DINI
Bastian (2006:267)Kinerja Pemerintah Daerah
1. Input (masukan)2. Output (keluaran)3. Outcome (hasil)4. Benefit (manfaat)5. Impact (dampak)
26
dalam indikator input ini lebih memfokuskan terhadap pemerintah,
bagaimana pemerintah daerah mengeluarkan suatu kebijakan, aturan atau
program dalam pencegahan pernikahan dini.
2. Indikator keluaran (output) sesuatu kegiatan yang berupa fisik atau
nonfisik, berkaitan dengan indikator input kegiatan atau hal apa dilakukan
oleh pemerintah dalam kebijakan yang dibuat dalam penanggulangan
pernikahan usia dini lebih fokus terhadap kegiatan pemerintah.
3. Indikator hasil (outcome) dalam indikator ini melihat bagaimana hasil dari
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah di kabupaten maros,
melihat hasil dari output yang telah dilaksanakan dalam penanggulangan
atau upaya pemerintah daerah dalam pernikahan dini yang terjadi di
kabupaten maros dan dapat juga dilihat dari aspek masyarakat yang
menjadi target kebijakan.
4. Indikator manfaat (benefit) tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan, dalam
hal ini ingin dilihat bagaiamana manfaat yang didapatkan oleh masyarakat
di kabupaten maros dalam kebijakan pemerintah dalam penanggulangan
pernikahan dini.
5. Indikator dampak (impact) hasil akhir atau dampak yang terlihat dari
kebijakan pemerintah dalam penanggulangan pernikahan dini baik dari
aspek pemerintah maupun aspek dari masyarakat , apakah mempengaruhi
tingkat maraknya pernikahan usia dini dari kebijakan dan kegiatan yang
telah dilakukan oleh pemerintah di kabupaten maros dan bagaimana
dampak yang terjadi dari pernikahan usia dini di Kabupaten Maros.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan dimulai dari tanggal 24 Juni
2019 sampai dengan 22 Agustus 2019 lokasi penelitian ini berada di Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak Kabupaten Maros dan
Kecamatan Maros Baru Karena Dinas ini mengeluarkan kebijakan tentang
Pencegahan Pernikahan Usia Dini khususnya untuk Kabupaten Maros.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penilitian ini mengenai kinerja pemerintah daerah dalam penanggulangan
pernikahan usia dini di Kabupaten Maros. Maka peneliti harus dapat menilai
secara langsung bagaimana pemerintah kabupaten Maros menangani masalah
pernikahan dini yang terjadi di Kabupaten Maros. Sehingga peneliti menggunakan
jenis penelitian kualitatif.
2. Tipe Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan deskriptif penelitian, peneliti bermaksud
untuk memberikan suatu gambaran mengenai masalah kinerja pemerintah daerah
dalam menanggulangi pernikahan usia Dini di Kabupaten Maros.
28
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari pemerintah/masyarakat yang berkaitan dengan
indikator kinerja pemerintahan daerah dalam pernikahan dini sesuai dengan yang
diperoleh melalui daftar petanyaan.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen instansi yang erat kaitannya
dengan masalah penulisan berupa data, pemerintah yang mengeluarkan kebijakan,
masyarakat yang terlibat dalam pernikahan dini.
D. Informan Penelitian
Tabel 1. Informan penelitian
NO INFORMAN INISIAL JABATAN1.
Titiek Salmyati Sanrina,SE.,MM
TSSekretaris dinas
Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak
Kabupaten Maros2. Ermiwaty Mochtar,
S.Kom EMKepala Bidang Pemenuhan
Hak dan PerlindunganAnak
3.Fadia Mahmud, ST FM
Staff Bidang PemenuhanHak dan Perlindungan
Anak4. Ibrahim Safar IS Masyarakat
5.Ashar Syamsuddin
AS Masyarakat
6.Safaruddin
SF Staff Kantor UrusanAgama Kecamatan Maros
Baru7. Fadli Mahmud FM Imam Desa Majannang
29
8. Syahrul Hadi & NurNahida
SH & NH Anak Nikah Dini
9.Muhammad Nur &
Damayanti SariMN &
DSAnak Nikah Dini
10. Muhammad Putra & JuliaPutri
MP & JP Anak Nikah Dini
11. Devia Safitri DS Anak Nikah Dini
12. Evi Permata Sari EP Anak Nikah Dini
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Moleong (20018:43) menjelaskan dalam melakukan teknik
pengumpulan data penelitian yaitu diperlukan adanya segala peralatan yang akan
di gunakan untuk mengelola, memperoleh dan menginterprestasikan informasi-
imformasi penting dari informan yang akan dilakukan dengan cara pengukuran
yang sama. Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga menjawab
permasalahan penelitian, maka pengumpulan data yang digunakan untuk penulis
antara lain:
1. Observasi lapangan adalah dengan melakukan pengamatan nyata
ataulangsung kepada obyek yang akan diteliti dengan mengamati bagaimana
kerja para aparat dalam memberikan pelayanan, gesture serta meninjau
fasilitas yang ada pada lokasi yang akan diteliti.
2. Wawancara yaitu mencari atau menggali informasi dari seseorang menjadi
responden. Wawancara adalah salah satu cara dalam pengumpulan data yang
akan di gunakan agar peneliti dapat memperoleh informasi langsung dari
30
sumbernya. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan wawancara atau
hanya tanya jawab secara langsung kepada infoman peneliti.
3. Dokumentasi yaitu teknik dalam pengumpulan data caranya dengan
menelusuri literatur pendukung dokumen resmi, hasil penelitian, jurnal,
makalah, artikel serta koran yang sangat berkaitan dengan profesionalisme
aparatur dan dalam pelayana publik, maka kegiatan yang akan dilakukan
penulis adalah dengan cara mengumpulkan data dan dokumentasi berupa
monografi pada kantor pemerintahan di Kabupaten Maros.
F. Teknik Analisi Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif
dimana peniliti terjun lapangan untuk memperoleh data dari awal hingga akhir
peneliti. Kemudian data yang telah didapat diolah secara sistematis dan logis,
yaitu dengan menggambarkan kenyataan dan keadaan yang terjadi pada objek
penelitian secara apa adanya, yang diperoleh baik dari subjek peneliti maupun
informasi penelitian untuk mendapatkan kesimpulan. Adapun tahap dalam analisis
data dan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Reduksi Data (data reduction)
Mereduksi data, yaitu dari hasil penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti,
peneliti akan merangkum semua data yang diperoleh kemudian memilih hal-hal
yang pokok dan memfokuskan sesuai dengan focus peneliti. Dengan demikian,
data yang telah direduksi dapat memberikan suatu gambaran yang lebih jelas
mengenai kinerja yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Maros dalam
31
mempertanggung jawabkan program Pencegahan Pernikahan Dini di kabupaten
Maros.
b. Penyaji Data
Setelah data dirangkum peneliti akan menyajikan data dalam bentuk suatu
uraian singkat, bagan, hubungan, antar kategori dan jenisnya, sehingga peneliti
akan lebih mudah menjelaskan mengenai hasil yang telah diteliti dan dapat
menarik kesimpulan.
c. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis dalam penelitian ini adalah penarikan
kesimpulan dan verifkasi. Yaitu dari hasil penelitian ini, peneliti akan
memberikan gambaran mengenai upaya pemerintah daerah dalam
penanggulangan pernikahan usia dini di Kabupaten Maros.
G. Pengabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi data menurut Moleong (2005:287) trianggulasi berupaya untuk
mengecek kebenaran data dan membandingkan data yang diperoleh dengan
sumber lain pada saat penelitian ini dilakukan dengan cara menggali informasi
dari dua sumber informasi yang berbeda.
1. Tringulasi Sumber
Trigulasi sumber berarti membandingkan cara mengecek ulang data yang
telah diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam hal ini peneliti melakukan
pengumpulan dan pengujian data yang telah diperolah melalui hasil pengamatan,
wawancara dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan
32
hasil pengamatan dengan wawancaranya dan membandingkan hasil wawancara
dengan dokumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yaitu pengujian kreadibilitas data yang dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda dalam
hal ini data yang diperoleh dengan wawancara lalu diperiksa melalui observasi
dan dokumentasi.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dapat digunakan untuk suatu data yang valid dan
berkualitas yang berhubungan dengan pengecekkan melalui wawancara, observasi
suatu data di berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Kacamatan Maros Baru
Maros baru adalah nama sebuah kecamatan yang berada di wilayah
kabupaten maros, provinsi Sulawesi selatan, Indonesia. Ibu kota kecamatan ini
berada di Baju Bodoa, kelurahan Baju Bodoa dengan jarak 2 km dari kota turikale
yang merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan kabupaten maros.
2. Batas Daerah Kecamatan Maros Baru
Secara administrative Kecamatan Maros Baru memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:
a) Disebelah Utara: Berbatasan Dengan Kecamatan Laut
b) Disebelah Selatan: Berbatasan Dengan Kecamatan Turikale dan Kecamatan
Marusu
c) Disebelah Barat: Berbatasan dengan Selat Makassar dan Kecamatan
Marusu.
d) Disebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Turikale
Kecamatan Maros Baru memiliki 25 wilayah di bawah Kelurahan/Desa
dengan rincian11 berstatus lingkungan dan 14 berstatus dusun.
34
Tabel 2.Kelurahan/Desa
No Dusun Lingkungan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Dusun Lekoala
Dusun Padang Assitang
Dusun Pammentengan
Dusun Tebbange
Dusun Tebbang Orai
Dusun Borong Kaluku
Dusun Salarang
Dusun Sungguminasa
Dusun Tekolabbua
Dusun Balangkasa
Dusun Jawi-Jawi
Dusun Taipa
Dusun Kanjitongan
Dusun Manrimisi
Lompo
Lingkungan Allu
LingkunganMangallekana
LingkunganManrimisi Caddi
Lingkungan Satanggi
Lingkungan Betang
Lingkungan Kassi Kebo
Lingkungan Masembo
Lingkungan Data
Lingkungan Marusu
Lingkungan Panaikang
Lingkungan Pangkajene
Kecamatan Maros Baru memiliki penduduk yang mayoritasnya adalah suku
Makassar dan suku Bugis.Kecamatan maros baru memiliki 7 wilayah pembagian
administrasi dengan rincian 3 berstatus kelurahan dan4 berstatus desa sebagai
berikut:
35
Tabel 3.Pembagian Wilayah Administrasi
No Desa/Kelurahan Luas(km²)
1 DesaBorikamase 5,24
2 DesaBorimasunggu 23,57
3 DesaMajannang 3,84
4 DesaMattirotasi 6,63
5 KelurahanBajiPamai 4,46
6 KelurahanBajuBodoa 3,76
7 KelurahanPallantikang 6,26
Jumlah 53,76
3. Pemerintahan
Kecamatan Maros Baru merupakan salah satu kecamatan tertua di
Kabupaten Maros. Sebelum dikepalai oleh seorang camat pada periode 2000-an
hingga saat ini, Kecamatan Maros Baru diperintah oleh seorang kepala wilayah.
Berikut ini adalah daftar kepala wilayah/camat Maros Baru:
Tabel 4.DaftarKepala Wilayah/CamatMarosBaru
No Nama AwalMenjabat AkhirMenjabat
1 Siradjuddin, BA 14 Februari 1968 -
2 Nadjamuddin, AM BA 2 Januari 1973 -
3 Andi Kamaruddin, BA 2 Januari 1993 -
4 Drs. Irwansyah Kasim DM. 11 Januari 1995 1997
36
5 Drs. Baharuddin 26 November 1998 -
6 Drs. Andi Rijal Kadir, M.M. 24 Januari 2014 18 Januari 2015
7 Muh. Daud 19 Januari 2015 8 Januari 2017
8 Andi Ikbal 9 Januari 2017 31 Januari 2019
9 A. Zulkifli Riswan Akbar 1 Februari 2019 SedangMenjabat
4. Profil Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Maros
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab.Maros
adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten
Maros, yaitu: Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kab.Maros dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan berlaku.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Maros Nomor 07 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Perangkat
Daerah Dinas Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros
adalah membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan bidang
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan yang menjadi kewenangan daerah
dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Daerah.
Dalam melaksanakan urusan pemerintahan bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak , makaDinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kab.Maros mempunyai fungsi sebagai berikut, Dinas
37
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab.Maros Perumusan
kebijakan urusan Pemerintahan bidang Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
a) Pelaksanaan kebijakan urusan Pemerintahan bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak.
b) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
c) Pelaksanaan administrasi urusan Pemerintahan Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak.
d) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan
fungsinya.
5. Struktrur Organisasi Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak
Berdasarkan Peraturan Bupati Maros nomor 07 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Perangkat
Daerah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Maros, maka susunan struktur organisasi yang dimiliki adalah
Struktur organisasi organisasi perangkat daerah adalah sebagai berikut:
38
KEPALA DINAS
BIDANGPENGARUSUTAMAAN
GENDER
SEKSI KESETARAANGENDER
SEKSI KETAHANAN DANKUALITAS KELUARGA
SEKSI DATA DANINFORMASI GENDER
BIDANG PERLINDUNGANPEREMPUAN
SEKSI PERLINDUNGANHUKUM DAN HAK
PEREMPUAN
SEKSI PELAYANAN TERPADUPEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN ANAK
SEKSI DATA DANINFORMASI
PERLINDUNGANPEREMPUAN
BIDANG PEMENUHAN HAKDAN PERLINDUNGAN
ANAK
SEKSI PERLINDUNGANKHUSUS ANAK
SEKSI PEMENUHAN HAKANAK
SEKSI DATA DANINFORMASI ANAK
SEKRETARIS
SUB BAGIANPERENCANAAN DAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN UMUM,ASSET DAN
KEPEGAWAIAN
Gambar 2.
Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak
6. Bidang Pemenuhan Hak Dan Perlindungan Anak
a. Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e, dipimpin oleh Kepala Bidang Pemenuhan
Hak dan Perlindungan Anak mempunyai tugas membantu Kepala Dinas
dalam melaksanakan Kepala Dinas dalam mengoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan teknis pemenuhan hak danperlindungan anak.
b. Untuk melaksanakan tugas tersebut pada ayat (1), Kepala Bidang
Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak mempunyai fungsi :
39
1. Perumusan kebijakan teknis Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan
Anak.
2. pelaksanaan kebijakan teknis Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan
Anak.
3. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Bidang Pemenuhan Hak dan
Perlindungan Anak.
4. pelaksanaan administrasi Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan
Anak.
5. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya
c. Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), Kepala Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak
mempunyai uraian tugas sebagai berikut :
1. Merencanakan operasional kegiatan Bidang Pemenuhan Hak dan
Perlindungan Anak sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
2. Membagi tugas kepada bawahan berdasarkan tugas dan untuk
kelancaran pelaksanaan tugas.
3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan sesuai prosedur
dan bidang tugasnya agar terhindar dari kesalahan.
4. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat
kinerja yang diharapkan.
5. Menyusun SOP berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.
6. Menyusun LAKIP Dinas sebagai landasan laporan kinerja pegawai.
40
7. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis Bidang Pemenuhan Hak
dan Perlindungan Anak meliputi pemenuhan hak anak, perlindungan
khusus anak, dan peran serta masyarakat dalam pemenuhan hak anak.
8. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan teknis bidang
pemenuhan hak dan perlindungan anak meliputi pemenuhan hak anak,
perlindungan khusus anak, dan peran serta masyarakat dalam
pemenuhan hak anak.
9. Melaksanakan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknis
bidang pemenuhan hak dan perlindungan anak meliputi pemenuhan hak
anak, perlindungan khusus anak, dan peran serta masyarakat dalam
pemenuhan hak anak.
10. Mengoordinasikan dan membangun kemitraan antara lembaga
pemerintah, non pemerintah, media massa, dan dunia usaha dalam
pelembagaan pemenuhan hak anak berdasarkan kewenangan
pemerintah daerah Provinsi.
11. Mengoordinasikan, melaksanakan, dan mengintegrasikan komitmen
dan sumber daya pemerintah, non pemerintah, media massa, dunia
usaha, dan masyarakat untuk menuju Provinsi/Kabupaten/Kota layak
anak.
12. Mengoordinasikan dan mengembangkan lembaga penyedia layanan
peningkatan kualitas hidup anak pada lembaga pemerintah, non
pemerintah, media massa, dunia usaha, dan Kabupaten/Kota.
41
13. Mengoordinasikan, melaksanakan, dan membangun jejaring antar
lembaga pemerintah, non pemerintah, media massa, dan dunia usaha
dalam rangka penyediaan layanan bagi anak yang memerlukan
perlindungan khusus berdasarkan kewenangan pemerintah daerah
Provinsi.
14. Mengoordinasikan dan meningkatkan tanggungjawab masyarakat
dalam pemenuhan hak anak melalui pencegahan, deteksi dini,
penanganan, dan pengawasan penyelenggaraan perlindungan anak.
15. Mengoordinasikan dan mengembangkan model-model perlindungan
anak dan layanan perlindungan khusus anak berbasis masyarakat
berdasarkan kewenangan pemerintah daerah Provinsi.
16. Mengoordinasikan dan melaksanakan peningkatan kapasitas sumber
daya manusia dalam rangka pemenuhan hak anak, perlindungan khusus
anak dan peran serta masyarakat dalam pemenuhan hak anak
berdasarkan kewenangan pemerintah daerah Provinsi.
17. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk
mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta
memberikan penilaian prestasi kerja.
18. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas Bidang Pemenuhan Hak dan
Perlindungan Anak dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan
sebagai bahan perumusan kebijakan.
42
19. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan baik
lisan maupun tertulis sesuai bidang tugasnya untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
7. Visi Misi Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan
Anak
a. Visi
Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu
organisasi harus dibawa berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif,
inovatif dan produktif. Visi dapat membantu organisasi untuk mendefinisikan
kemana organisasi akan dibawa dan membantu mendefinisikan bagaimana
pelayanan harus dilaksanakan. Sedangkan menurut Undang - undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Visi
adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
Dalam kerangka besar itulah, visi, misi dan program kerja Bupati/Wakil
Bupati terpilih untuk lima tahun ke depan (2017 – 2021), diarahkan untuk
membawa masyarakat Kabupaten Maros menuju suatu kehidupan masyarakat
yang sejahtera sesuai dengan Visi : Maros Lebih Sejahtera 2021.
b. Misi
Dalam mewujudkan visi tersebut maka dirumuskan beberapa misi
Bupati/Wakil Bupati terpilih yang kemudian digariskan menjadi misi
pembangunan Kabupaten Maros untuk 5 (lima) tahun kedepan (2017 – 2021),
yaitu:
43
1. Meningkatkan Perekonomian Daerah
2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik
3. Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat
4. Meningkatkan Pembangunan Wilayah Dan Kawasan
5. Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam
6. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur Dan Teknologi Informatika
B. Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Pernikahan Usia
Dini Di Kabupaten Maros Kecamatan Maros Baru Desa Majannang
Upaya pemerintah daerah dalam penanganan pernikahan usia dini,
diantaranya adalah melalui pembatasan usia pernikahan. Untuk melangsungkan
pernikahan telah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
pasal 7 bahwa perkawinan diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan
perempuan berumur 16 tahun. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan
kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10
Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya
penyelenggaraan Kelurga Berencana.
Dalam mengukur kinerja, diperlukan indikator kinerja. Indikator kinerja
pemerintah daerah memiliki karakteistik yang relative lebih rumit jika
dibandingkan dengan indikator kinerja organisasi privat karena indikator kinerja
pada pemerintah daerah indikator kinerja non finansial secara lebih dominan
dibandingkan indikator finansial. Perkawinan adalah suatu ikatan lahir, dan batin
antara seorang pria dengan seorang wanita, hidup bersama dalam rumah tangga,
melanjutkan keturunan menurut ketentuan hukum syariat islam. Pernikahan dini
44
merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum di
katakan maksimal persiapan fisik, persiapan mental, juga persiapan materi.
Pernikahan dini yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, telah berlangsung
sejak lama dan masih bertahan sampai sekarang. Menurut pengakuan sebagaian
masyarakat, pernikahan usia dini terjadi tidak hanya faktor ekonomi semata, tetapi
lebih banyak di sebabkan faktor pergaulan bebas yang berakibat terjadinya hamil
di luar nikah.Dengan demikian upaya kinerja pemerintah daerah yang didasarkan
pada pelayanan yang diberikan kepada public didasarkan pada indikator-indikator
masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan
dampak (impact). Menurut Bastian (2006:267).
1. Input (Masukan)
Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa sumber
dana, sumber daya manusia, kebijaksanaan/peraturan perundang-undangan yang
dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan untuk
menanggulangi pernikahan usia dini di kecamatan maros baru melalui undang-
undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat (1) undang-undang
perkawinan mengatur batas usia menimun seseorang melakukan perkawinan
adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan, akan tetapi
pengaturan batas usia ini dikesampingkan melalui proses dispensasi yang dapat
diberikan oleh pengadilan ataupun pejabat lain yang ditunjuk sesuai dengan pasal
7 ayat (2) undang-undang perkawinan. Untuk memberikan penjelasan mengenai
input(masukan) maka dilakukan wawancara dengan informan selaku Sekretaris
45
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros
mengemukakan bahwa :
“Dalam penanggulangan pernikahan dini di Kecamatan Maros BaruKabupaten Maros, kami telah mengeluarkan surat edaran tentangpencegahan terjadinya perkawinan anak usia dini agar dapat masyarakattau bahwa anak yang melakukan pernikahan usia dini tidak diperbolehkanpada usia yang masih muda atau di bawa umur Karena melanggar aturanundang-undang perkawinan yang berlaku.”(hasil wawancara TS, tanggal 22 Juli 2019)
Hal senada juga disampaikan oleh informan selaku Kepala Bidang
Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak mengemukakan bahwa :
“Dalam penanggulangan pernikahan usia dini kami memiliki peraturanundang-undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, peraturan inidibuat agar masyarakat mengetahui bahwa anak yang menikah umurmudah sangat tidak baik sehingga pemerintah kantor kami mengeluarkansurat keputusan mengenai pencegahan terjadinya perkawinan usia anak.”(Hasil wawancara EM, tanggal 22 Juli 2019)
Menurut informan selaku staff Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan
Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros
mengemukakan bahwa :
“Kami melakukan pencegahan perkawinan usia dini dengan undang-undang yang telah ditetapkan, dengan undang-undang tersebut dapatmembantu kami dalam mensukseskan program pemerintah dalammencegah pernikahanan anak usia dini dan untuk meningkatkan perankeluarga dalam mendampingi anak untuk mencegah terjadinya pergaulanbebas.”(Hasil wawancara AT, tanggal 22 Juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa input
(masukan) upaya pemerintah dalam penanggulangan pernikahan usia dini di
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros yaitu
dalam rangka melaksanakan amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang perlindunganan anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
46
Nomor 35 Tahun 2014 dan Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 8 Tahun
2017 tentang kabupaten Layak Anak. Hal-hal yang perlu dalam melaksanakan
amanah tersebut yaitu:
a. Pemerintah di Tingkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan mewajibkan semua
anak di wilayahnya dapat menyelesaikan wajib belajar 12 tahun.
b. Peningkatan peran keluarga dalam mendampingi anak untuk mencegah
terjadinya pergaulan bebas.
c. Peningkatan peran aktiv forum anak sebagai agen pencengahan perkawinan
anak dalam mengawal wajib belajar 12 tahun dan mencegah terjadinya
pergaulan bebas serta melaporkan kelayanan perlindungan perempuan dan anak
jika menemukan indikasi perkawinan usia anak.
d. Pelibatan aktiv kepala kantor urusan agama, kader, penyuluhan agama dan
kesehatan, dan tenaga layanan dalam mensosialisasikan bahaya dan dampak
buruk perkawinan usia anak.
e. Pelibatan semua pihak dalam melakukan upaya pencegahan terjadinya
perkawinan usia anak.
f. Mengintegrasikan issue perkawinan usia anak kedalam dokumen perencanaan
pembangunan desa (RPJMDesa/RKPDesa)
g. Berkoordinasi dengan lembaga layanan pemenuhan hak anak jika terdapat
korban perkawinan anak.
Upaya pemerintah masih perlu ditingkatkan agar masyarakat mau
berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan yang dibuat oleh pemerintah agar tidak
adalagi yang tidak mengetahui batas usia pernikahan yang diperbolehkan seseorag
47
menikah. Sehingga dalam upaya pemerintah kabupaten maros mengajak
masyarakat agar mereka mengenal batas usia menikah pada anak mereka dalam
hal ini diperlukan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah.
2. Output (Keluaran)
Output adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan
yang dapat berupa fisik dana tau nonfisik, output alat untuk mendeskripsikan
bagaimana organisasi mengelola input tersebut dalam menghasilkan output dan
outcome. Dengan indikator output suatu unit kegiatan dapat menganalisis sejauh
mana kegiatan terlaksanakan sesuai dengan rencana, untuk dapat menilai
kemajuan suatu kegiatan tolak ukur output harus dikaitkan dengan sasaran-sasaran
kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Untuk menggambarkan
mengenai hal tersebut, indikator kinerja output dapat dikelompokkan menjadi
indikator yang menggambarkan tentang kuantitas output, kualitas output dan
efisiensi dalam menghasilkan output. Berkaitan dengan input, output merupakan
sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan dalam mengeluarkan
kebijakan yang dibuat untuk menanggulangi pernikahan usia dini. Untuk
memberikan penjelasan mengenai output (keluaran) maka dilakukan wawancara
dengan informan selaku sekretaris kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Maros mengemukakan bahwa :
“Pemerintah Kabupaten Maros terutama Dinas Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak sangat mengapresiasi berbagai upaya pencegahankawin anak terutama dalam hal memberi penyadaran bagi setiap elemendalam masyarakat karena permasalahan kawin anak adalah permasalahanyang multi dimensional, tidak bisa kita cari solusinya tanpa kolaborasidengan semua pihak termasuk orang tua, dan ketua desa/camat,sertamelakukan beberapa pihak untuk kerja sama seperti Instittute of
48
Community Justice (ICJ) yang disetujui langsung oleh Bupati Maros danbeberapa instansi lainnya pada saat program ini diluncurkan”(Hasil wawancara TS, tanggal 22 Juli 2019)
Hal senada juga disampaikan oleh informan selaku Kepala Bidang
Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak mengemukakan bahwa:
“Kami melakukan beberapa kerja sama dibeberapa instansi lainnya, sepertiDinas Kesehatan Dinas Sosial Kementrian Agama dan komunitas sertalapisan masyarakat di Kabupaten Maros, salah satu kegiatan kamimengadakan sosialisasi pada saat itu untuk memberitahukan dampaktidak baiknya pernikahan usia dini serta memberikan penjelasanpentingnya dunia pendidikan bagi anak-anak”(Hasil wawancara EM, tanggal 22 Juli 2019)
Menurut informan selaku staff Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan
Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros
mengemukakan bahwa :
“sangat dibutuhkan kerja sama dalam program ini, perjanjian kerjasama inidi maksudkan sebagai bentuk dukungan dan persetujuan atas kegiatandalam rangka pelaksanaan Program Pencegahan Perkawinan Anak diKabupaten Maros dengan tujuan memberikan pemahaman yangkompherensif tentang bahaya perkawinan anak pada masyarakat,mendorong keterlibatan semua pihak dalam pencegahan perkawinan anakdan berkontribusi pada upaya pemerintah untuk menurunkan angkaperkawinan anak di Kabupaten Maros”
(Hasil wawancara FM, tanggal 22 Juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa Output (keluaran) yang
dilakukan oleh pemerintah dalam pencegahan pernikahan dini ialah mengadakan
acara deklarasi dan sosialisasi dan melakukan perjanjian kerjasama dengan
instansi pemerintah lainnya, komunitas dan masyarakat.
Pemerintah kabupaten Maros dalam mengeluarkan kebijakan mencegah
perkawinan anak melakukan kerja sama dengan beberapa instansi seperti dinas
49
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak provinsi Sulawesi selatan,
Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, Dinas
Sosial Kabupaten Maros, Kantor Wilayah Kementrian Agama Kabupaten Maros,
Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Sulawesi Selatan dengan Lembaga
Permasyarakatan kelas II A Kabupaten Maros. Sebelum melakukan kegiatan
program pencegahan pernikahan dini para pihak bersepakat untuk mengadakan
perjanjian kerjasama tentang penyelenggaraan Layanan Terpadu Bagi Anak Yang
berhadapan dengan Hukum di Lapas Kelas II Kabupaten Maros. Maksud
perjanjian kerjasama ini adalah untuk mengembangkan layanan terpadu bagi anak
yang berhadapan dengan Hukum di Lapas kelas II A Kabupaten Maros. Tujuan
perjanjian kerjasama ini adalah:
a) Memberikan layanan pemenuhan hak dan perlindungan anak secara terpadu
di Lapas Kelas II A Kabupaten Maros.
b) Meningkatkan kualitas layanan perlindungan khusus anak terpadu selama di
Lapas II A Kabupaten Maros maupun setelah reintegrasi sosial, melalui
kemitraan dengan OPD/Instansi terkait.
c) Melakukan pembinaan/bimbingan/pemulihan kepada anak yang berhadapan
dengan hokum untuk membangun dan/atau membentuk tabiat,watak, sifat
kejiwaan, akhlak/budi pekerti serta keterampilan anak sehingga dapat
menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik dan meningkatkan
keterampilan dan kreatifitas anak serta dapat menjadi agen pelopor dalam
lingkungan masyarakat.
50
Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 8 Tahun 2017 dalam pasal 9
menjelaskan bahwa orang tua bertanggung jawab melindungi dan mencegah
terjadinya perkawinan anak dan pasal 20 menjelaskan bahwa pemerintah daerah
berkewajiban untuk mencegah dan melindungi serta tidak membiarkan terjadinya
perkawinan anak. Hal ini sangat menggambarkan bahwa sosialisasi pencegahan
perkawinan usia anak ini akan berhasil jika ada sinergi yang baik antara orang tua
sebagai “benteng” pertama anak dan juga pemerintah dan stekholder yang terkait
untuk bersama-sama dan berkomitmen untuk mencegah terjadinya pernikahan
usia anak.
Sosialisasi pencegahan perkawinan anak ini penting adanya untuk segara
disosialisasikan kepada segenap unsur OPD, Kecamatan, desa/Kelurahan serta
stakehoulder mengingat perkawinan usia anak di reprsentasi pemerintah telah ikut
menandatangani target khusus dalam tujuan Pembangunan berkelanjutan untuk
menghapuskan perkawinan anak.
Upaya pemerintah/Lembaga/Media Massa dalam pencegahan perkawinan Usia
Anak di Kabupaten Maros :
a. Payung Hukum Peraturan Daerah provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun
2013 tentang system perlindungan Anak yaitu: “ Pasal 7 tanggung jawab
orang tua salah satunya adalah melindungi dan mencegah serta tidak
membiarkan terjadinya pernikahan dini “
b. Peraturan gubernur Sulawesi selatan Nomor 80 Tahun 2018 tentang
pelaksanaan Perda Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 tahun 2013 tentang
SPA Yaitu : “ pasal 14 adalah pengembangan program ketahanan keluarga
51
dan memfasilitasi pengembangan system perlindungan anak berbasis
masyarakat melalui penuatan dan perubahan norma, peningkatan
keterampilan hidup dan respon terhadap kekerasan anak.
c. Instruksi Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 1 tahun 2018 tentang STOP
PERKAWINAN ANAK di Sulawesi Selatan.
d. Pembuatan Road map pencegahan perkawinan Anak di Sulawesi Selatan.
e. Menindaklanjuti hasil/kajian yang dilakukan perguruan tinggi/Lembaga
pemerhati terkait pernikahan Usia anak
f. Mengembangkan kerjasama lintas sektor dengan berbagai lembaga.
Adapun dasar pelaksanaan Sosialiasasi Pencegahan perkawinan Usia Anak
adalah sebagai berikut :
a. Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 8 Tahun 2017 Tentang
Kabupaten Layak anak.
b. Surat keputusan Bupati Maros Nomor: 1612/KPTS/266/VII/2018, tentang
Pembentukan Panitia, Narasumber dan Moderator kegiatan Sosialisasi
Pencegahan Perkawinan usia anak pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Maros
Sosialisasi pencegahan perkawinan Usia Anak 2018 bertempat di Baruga
B kantor Bupati Maros. Materi Sosialiasasi Pencegahan Pernikahan Usia Anak
yaitu :
a. Materi Pertama judul “Upaya Pemerintah dalam pencegahan Pernikahan Usia
anak” oleh Kabid Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Dinas PP dan PA
Prov. Sul-Sel.
52
b. Materi Kedua berjudul “Perkawinan anak dalm sudut pandang KHA” Oleh
ketua TP.PKK Kab. Maros/
c. Materi Keempat “ Dampak buruk dari perkawinan Usia anak” Kadis
Kesehatan Kab. Maros.
Peserta terdiri dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, Unsur
Organisasi Perangkat Daerah, Para Camat, Lurah/Kepala Desa, Organisasi
Masyarakat, Organisasi Kepemudaan, masyarakat Kab. Maros para pelaku dunia
usaha serta forum anak Kabupaten Maros. Narasumber terdiri dari Kabid
Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Prov. Sul-sel, ketua Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) Sul-sel, Ketua TP.PKK Kab. Maros, kepala Dinas
Kesehatan Kab. Maros. Biaya yang digunakan bersumber dari Anggaran DPA
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun Anggaran 2018,
melalui Dana APBD Kabupaten Maros. Kegiatan sosialisasi dimulai dengan
Registrasi Peserta, dilanjutkan dengan pembacaan laporan oleh Ketua Panitia
dalm hal ini Kasi Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak Kabupaten Maros, sambutan oleh Kepala Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros juga dalam
hal ini membuka kegiatan Sosialisasi pencegahan Perkawinan Anak.
Penyampaian materi-materi dari Narasumber: Kabid Perlindungan Hak dan
Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Provinsi Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Maros. sosialisasi
peraturan Daerah tentang Kabupaten Layak Anak diselenggarakan oleh panitia
pelaksana Bidang Pemenuhan Hak dan perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan
53
Perempuan dan perlindungan Anak Kabupaten Maros. susunan penyelanggara
panitia pelaksana adalah :
Tabel 5. Susunan Panitia Pelaksana
No Nama/Jabatan Kedudukan Dalam Tim
1. Kadis Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan
Anak
Penanggung jawab
2. Kabid Pemenuhan Hak dan
Khusus Anak
Ketua
3. Kasi Perlindungan Khusus
Anak
Sekretaris
4. Nurhaedah Anggota
5. Hawang Anggota
6. Nana Diana Anggota
7. A. Ani Andriani Akhar Anggota
Dari penjabaran diatas, maka sosialisasi pencegahan perkawinan sangat
penting adanya. Agar semua lapisan masyarakat terutama stakeholders yang
terkait mulai dari Kabupaten, Kecamatan sampai dengan Desa/Kelurahan, KUA,
Pengadilan Agama, dan kemenag untuk memahami dan bersama-sama mencegah
dan mengahapus Perkawinan Usia Anak. Upaya-Upaya yang harus dilakukan
untuk mencegah terajadinya Perkawinan Usia Anak adalah:
1. Mensosialisasikan Undang-Undang terkait Pernikahan Usia Anak beserta
sanksi-sanksi bila melakukan pelanggaran dan menjelaskan dampak terburuk
yang bisa terjadi akibat pernikahan usia anak kepada masyarakat.
54
2. Meningkatkan intervensi Perlindungan Anak Perempuan 15-17 tahun dengan
focus utama penyelesaian sekolah menengah.
3. Memberikan akses pendidikan tinggi kepada anak-anak guna menangani
masalah kerentanan ekonomi.
3. Outcome (Hasil)
Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Pengukuran indikator hasil
sering kali rancau dengan indikator keluaran, walaupun produk telah berhasil
dicapai dengan baik, belum tentu hasil kegiatan tersebut telah tercapai. Hasil
menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin
mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator hasil maka Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros dapat
mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam pencegahan perkawinan usia
anak yang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberi kegunaan
yang besar bagi masyarakat Kabupaten Maros. Untuk memberikan penjelasan
mengenai outcome (Hasil) maka dilakukan wawancara dengan informan selaku
sekretaris kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Maros mengemukakan bahwa :
“Dengan adanya progam pencegahan perkawinan usia anak ini telahmemberikan hasil yang sangat memuaskan, karena dengan progam inikami sangat membutuhkan kerja sama dengan masyarakat di kabupatenmaros untuk sama-sama memantau anak-anak mereka agar tidak terjadipernikahan di bawa umur, sehingga dalam hal ini pada tahun 2018mengalami penurunan pernikahan anak usia dini”.(Hasil wawancara TS, tanggal 22 Juli 2019)
55
Hal senada juga disampaikan oleh informan selaku Kepala Bidang
Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anakmengemukakan bahwa:
“Dengan adanya program ini maka akan mengurangi tingkat pernikahananak di usia dini, kami sangat mengharapkan kerja sama denganmasyarakat kabupaten maros agar senantiasa dapat membantu kami dalammensuksekan program ini.Program ini terlaksana sejak tahun 2016 hinggasekarang”.(Hasil wawancara EM, tanggal 22 Juli 2019)
Menurut informan selaku staff Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan
Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros
mengemukakan bahwa :
“Program ini telah terlaksana dengan baik, program ini diadakan padatahun 2016 hingga sekarang ini, pada tahun 2016 masih sangat banyakanak di bawa umur yang menikah hingga mencapai 30 pasangan dan kamiterus melakukan sosialisasi kepada masyarakat kabupaten maros agardapat bekerja sama dengan kami dalam mensuksekan program ini,sehingga tidak ada lagi anak yang menikah di bawa umur”.(Hasil wawancara NA, tanggal 22 Juli 2019)
Sedangkan menurut informan staff Kantor Urusan Agama di Kecamatan
Maros Baru mengatakan bahwa :
“walaupun program pernikahan usia dini diadakan tidak menjaminpernikahan usia dini tidak terjadi lagi, terbukti masih banyak anak-anakyang melakukan usia dini dan terlebih lagi orang tua dari anak yanglangsung meminta untuk menikahkan anaknya. Memang benar setiaptahunnya pernikahan usia dini mengalami penurunan, namun pada tahun2018 terakhir masih saja ada anak yang meminta untuk melakukanpernikahan dalam 3 bulan pasti masih saja ada anak-anak yang dinikahkanterkhusus untuk di kecamatan ini. Mengenai faktor terjadinya pernikahanusia dini disini beragam salah satunya karena faktor budaya. Bagi sebagianmasyarakat disini menikahi sepupu ataupun keluarga dekat itu biar hartawarisan keluarga tidak jatuh ketangan orang lain dan mengenai umurmasyarakat masih banyak yang tidak mempermasalahkan”(Hasil Wawancara SF, 30 Juli 2019)
56
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa Outcome (Hasil) dari program
yang dilaksanakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Maros telah memberikan hasil yang optimal, setiap usaha bersama
untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama masyarakat. Sehingga masyarakat
berhak berpartisipasi dalam pencegahan pernikahan usia anak dengan adanya
penyelanggaraan Pemerintah Kabupaten Maros masyarakat harus menikmati
hasilnya secara adil. Terlaksananya program pencegahan pernikahan usia anak
memberikan hasil yang baik kepada masyarakat hal ini dibuktikan dengan adanya
penurunan pernikahan anak usis dini pada tahun 2018. Pada awalnya di tahun
2016 masih sangat banyak pernikahan di usia anak hal ini disebakan oleh
kurangnya kepekaan dan tanggapan dari masyarakat mengenai sosialisasi yang di
lakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Maros.
Dalam indikator hasil juga telah dijelaskan di awal walaupun produktif
telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu hasil tersebut telah tercapai
dengan baik sepenuhnya, dalam menjelaskan indikator hasil hal ini dapat dilihat
dari aspek masyarakat yang terlibat dalam pernikahan usia dini sehingga
dilakukan wawancara dengan anak usia dini. Untuk memberikan penjelasan
mengenai hasil yang selalu tidak dicapai dengan baik di indikator hasil dilakukan
wawancara dengan informan sepasang pelaku pernikahan usia dini yaitu SH dan
NN mengemukakan bahwa :
“kami menikah karena perjodohan keluarga, saya tidak merasa dipaksakarena saya juga mau saja menerima perjodohan ini, lagipula saya jugasudah tidak ingin melanjutkan sekolah semenjak kelas 3 SMP jadi saya
57
ketika diberikan pilihan kedua orang tua untuk menikah saya memilihmenikah tapi melalui perjodohan keluarga”(Wawancara NN, 28 Juli 2019)
“kami memang benar dijodohkan oleh keluarga waktu itu saya baru naikkelas 1 SMA, saya juga tidak menolak mengikuti kata orang tua sajawalaupun waktu itu saya dijodohkan menikah diusia segitu, tapi sayatetap disuruh melanjutkan sekolah saya, dibangku sekolah saya jugasudah sebagai suami dan saya terima-terima saja”(Wawancara SH, 28 juli 2019)
Lain halnya dengan alasan sepasang pelaku anak usia dini melakukan
pernikahan usia dini yaitu MN dan DS mereka mengemukakan bahwa :
“waktu itu kami berpacaran dan sama-sama suka, saya masih kelas 3 SMPdan dia juga tapi dengan sekolah yang berbeda saat itu rumah kami jugatidak terlalu jauh kami juga suka janjian untuk sering bertemu, waktu itusaya berkeinginan sendiri untuk menikah dan meminta ijin kepada orangtua dan mereka mengijinkan saya untuk menikah pada saat itu saya jugadinikahkan oleh orang tua saya”(Wawancara MN, 28 Juli 2019)
“kami waktu itu memang suka sama suka, sebelum dia datang untukmenikahi saya, kami menjalin hubungan pacaran kurang lebih 4 bulan itujuga tanpa sepengatahuan orang tua, ketika dia waktu itu memutuskanuntuk menikahi saya, saya terima karena orang tua saya juga menerimadia, setelah menikah juga kami berdua tidak ada yang memutuskan untukberhenti sekolah, kami tetap sekolah dilingkungan yang tidak banyak taubahwa saya atau pun dia sudah menikah, tapi ketika saya di tanya tentangpernikahan saya yah saya juga pun jawab jujur. Sampai ketika saya kelas2 SMA saya mengandung saat itu juga saya dapat surat pemberhentiandari sekolah karena sekolah itu tidak menerima siswi yang sedangmengandung tapi waktu itu saya juga tidak merasa malu karena ketikasaya hamil saya sudah melakukan pernikahan kurang lebih 2 tahun yanglalu pada saat itu, saat berhenti dari sekolah saya pun lebih fokus danbelajar untuk menjadi ibu dan istri yang baik”(Hasil Wawancara DS, 28 Juli 2019)
Hal senada juga dikatakan oleh pasangan anak nikah dini yaitu oleh
pasangan MP dan JP mereka mengemukakan bahwa :
“sebelum dinikahkan saya dan JP berpacaran, kami kenal karena kami satusekolah waktu itu kami sama-sama kelas 3 SMP dan sebentar lagi
58
menghadapi UN. Waktu itu saya berbicara kepada kedua orang tua sayauntuk menikah mereka mengatakan setelah Ujian Nasional baru diijinkanmenikah oleh orang tua saya, setelah UN berakhir saya datang bersamaorang tua saya untuk melamar JP, ketika itu juga orang tua dari JP jugamenyepakati kami berdua untuk menikah”(Hasil wawancara, MP 28 Juli 2019)
“ketika itu orang tua saya kaget waktu saya berkata ada yang ingin datangmenikahi saya, namun orang tua saya juga punya pertimbangan sendiriuntuk menyetujui pernikahan itu orang tua saya takut ketika sayamelakukan hal-hal yang tidak baik orang tua saya takut ketika saya hamildiluar nikah jadi daripada hal itu terjadi kedua belah pihak keluarga kamimenyepakati pernikahan ini beberapa tahun lalu saat itu”(Hasil wawancara JP, 28 juli 2019)
Sedangkan menurut salah satu anak nikah usia dini yaitu DS dan IP
mereka mengemukakan bahwa :
“waktu itu saya menikah dini karena terjadi kecelakaan antara saya dan IP,kemudian orang tua saya tidak punya jalan lain katanya saya harusmenikah jadi saya pun menikah dengan IP, setelah pernikahan itu saya punputus sekolah dan IP juga tidak sekolah kami tinggal dirumah bersamaorang tua kami waktu itu di rumah IP, setelah lahiran bukan saya yangmengasuh anak tapi orang tua saya karena sempat putus sekolah kamidisuruh melanjutkan pendidikan jadi waktu itu saya ikut paket C kemudianmasuk SMA, begitu pun juga dengan IP. Anak kami di urus kedua orangtua dan kami tetap melanjutkan sekolah seperti anak seusia kami”(Hasil Wawancara DS, 1 agustus 2019)
Hal yang sama juga terjadi oleh pasangan anak nikah dini yaitu NS dan
RA mereka mengemukakan bahwa :
“saya menikah ketika saya duduk di kelas 2 SMP, pada usia itu saya hamilkarena berpacaran dengan kakak kelas saya di SMP yaitu RA kami sama-sama untuk mencoba saja setelah beberapa bulan kami melakukan ternyatasaya hamil, saya takut saat itu untuk mengatakan kepada kedua orang tuasaya karena saya tidak tau hal apa yang harus saya lakukan, namun ibusaya menyadari setalah saya mengandung 4 bulan kemudian kami dinikahkan ketika saat sudah menikah saat itu juga sekolah saya putus danRA juga putus dalam sekolahnya”(Hasil Wawancara NS, 3 Agustus 2019)
59
Tabel 6. Daftar Usia Anak Nikah Dini Kabupaten Maros
Tahun 2016
Tahun 2017
No Anak
Laki-Laki
Umur Anak
Perempuan
Umur
1 MF 16 tahun IA 12 Tahun
2 MA 15 tahun FH 13 tahun
3 HR 15 tahun PK 11 tahun
4 SM 16 tahun MN 12 tahun
5 WH 16 tahun SR 15 tahun
6 MZ 15 tahun HM 15 tahun
7 AM 14 tahun AM 13 tahun
No AnakLaki-Laki
Umur AnakPerempuan
Umur
1 MN 14 tahun DS 11 tahun
2 SA 14 tahun NF 10 tahun
3 NA 15 tahun AS 12 tahun
4 SU 14 tahun MM 15 tahun
5 MH 17 tahun NM 11 tahun
6 JK 14 tahun PD 11 tahun
7 BS 15 tahun D 10 tahun
8 MA 14 tahun AD 13 tahun
9 SH 15 tahun PO 13 tahun
10 WR 15 tahun MS 13 tahun
11 RP 15 tahun MC 10 tahun
12 MP 16 tahun JP 16 tahun
13 SS 15 tahun NH 17 tahun
14 PY 14 tahun DS 17 tahun
15 S 17 tahun PS 13 tahun
60
8 MI 14 tahun NR 17 tahun
9 SL 14 tahun AS 17 tahun
10 MO 16 tahun NC 13 tahun
11 MK 16 tahun VC 12 tahun
12 MB 15 tahun HH 12 tahun
13 - - SA 15 tahun
14 - - SM 12 tahun
15 - - NI 12 tahun
16 - - Q 12 tahun
Tahun 2018
No Anak
Laki-Laki
Umur Anak
Perempuan
Umur
1 JA 17 tahun RV 11 tahun
2 SH 12 tahun NN 12 tahun
3 MR 12 tahun SM 12 thaun
4 RR 15 tahun ZA 12 thaun
5 MS 16 tahun NK 17 tahun
6 MW 15 thaun NL 12 tahun
7 GN 15 thaun WD 11 tahun
8 HP 16 tahun NS 13 tahun
9 AP 14 tahun JA 15 tahun
10 AJ 17 tahun AE 14 tahun
11 - - JP 17 tahun
12 - - KA 17 tahun
61
Tabel 7. Data Pernikahan Usia Anak Kabupaten Maros
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah
2016 15 15 30
2017 12 16 28
2018 10 12 22
Sumber data: Pengadilan Agama, Maros 2018
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros telah melaksanakan
tugasnya dengan baik dalam pencegahan pernikahan usia anak seingga dapat
mencapai penurunan yang bail disetiap tahunnya, sehingga dalam hal ini program
pencegahan pernikahan usia anak di kabupaten maros dapat memberikan manfaat
yang baik terhadap masyarakat dan memberikan hasil kerja yang optimal dalam
menjalankan tugasnya.
Namun jika dilihat dari aspek masyarakat baik orang tua dan anak-anak
yang melakukan pernikahan usia dini, masih banyak orang tua-orang tua belum
mengetahui dampak-dampak buruk dari bahayanya pernikahan usia dini. Dari
hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa anak-anak pelaku pernikahan
dini banyak dari mereka yang menikah atas izin atau bahkan perintah dari kedua
orang tuanya sendiri, seharusnya ketika orang tua banyak mengetahui
pengetahuan tentang dampak pernikahan usia anak mereka dapat memikirkan
tentang anak-anaknya sebelum diizinkan untuk melakukan pernikahan,
pernikahan bukan merupakan tempat bermain anak sehingga penting untuk
62
masyarakat dan yang terpenting yang berperan sebagai orang tua untuk
memikirkan banyak hal dalam pernikahan anak.
4. Benefit (Manfaat)
Manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan
kegiatan, dalam indikator ini dapat dilihat dari aspek masyarakat manfaat yang di
dapatkan oleh masyarakat khususnya di Kabupaten Maros dalam kebijakan atau
program yang dibuat oleh pemerintah Daerah dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak untuk menanggulangi pernikahan usia anak. Untuk
memberikan penjelasan mengenai indikator benefit (manfaat) dalam
penanggulangan pernikahan usia dini, maka dilakukan wawancara dengan
informan selaku sekretaris kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Maros mengemukakan bahwa :
“perkawinan anak merupakan praktek buruk, karena mengancam tumbuhkembang anak. Pendidikan, kesehatan, dan kualitas keluarga, merekaakan bersoal. Saat mereka hamil, rahimnya sebenarnya belum cukup siapmenerima cabang bayi, maka dari itu program yang diluncurkan olehpemerintah daerah saat ini merupakan kegiatan yang sangat memberikanedukasi yang terutama terhadap masyarakat yang belum mengetahuidampak buruk dari pernikahan usia anak. Memberikan pengetahuan yangluas seperti umur berapa wanita yang pas untuk berproduksi janinnya,memberikan bahayanya anak yang melahirkan di usia dini bahkan dapatmengakibatkan kematian ibu, dan masih banyak mafaat-manfaat yangdapat diberikan oleh masyarakat dalam sosialisasi pencegahan pernikahanusia anak itu.”(Hasil wawancara TS, tanggal 22 Juli 2019)
Hal senada juga disampaikan oleh informan selaku Kepala Bidang
Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak mengemukakan bahwa:
“tentunya kami mengeluarkan kebijakan pasti mempunyai manfaatterutama kepada orang tua anak yang belum mengetahui bahayanya
63
mengawinkan anak yang belum cukup umur. Mengawinkan anak di usiamuda berpotensi perempuan mudah mengalami pendarahan, melahirkananak berkebutuhan sosial hal-hal yang seperti ini kami dapatmenyampaikan kepada orang tua dan masyarakat bahwa menikahkananak yang terbilang belum cukup umur bukanlah hal yang baik. Jadidengan mengadakan kegiatan dalam pencegahan pernikahan usia anakagar orang tua tau dampak terburuk jika menikahkan anaknya di usiamuda”(Hasil wawancara EM, tanggal 22 Juli 2019)
Sedangkan menurut informan dari Imam Desa Majannang Kecamatan
Maros Baru mengatakan bahwa :
“waktu itu kegiatan sosialisasi pencegahan pernikahan usia anak memangsempat dilakukan di kecamatan ini, beberapa orang dari pemerintahmemberi tahu tentang bahayanya menikahkan usia anak, apalagi memangdesa kami sempat digegerkan dengan salah satu kasus anak SD yangmenikah, tentunya sangat memberikan manfaat yang besar terutama bagikami orang tua-orang tua yang belum mengetahui bahwa ketika anak-anak hamil dapat mengakibatkan bahkan sampai kematian. Namunwalaupun ada program pemerintah seperti itu anak menikah dini tetapterjadi dikalangan masyarakat desa disini. Itu mungkin pilihan orang tuadan anaknya juga tapi harusnya mereka memikirkan lagi dampaknyapernikahan dini ini seperti apa sehingga mereka tidak gampangmenikahkan anaknya yang masih belum cukup umur”(Hasil wawancara FM, tanggal 26 Juli 2019)
Dari penjabaran-penjabaran di atas membahasa tentang indikator
ke-empat yaitu manfaat. Upaya pemerintah daerah dalam memberikan manfaat
dalam kebijakan penangggulangan pernikahan usia dini khususnya yang didapat
oleh masyarakat kabupaten maros, kegiatan sosialisasi yang di lakukan untuk
mencegah perkawinan usia anak diharapkan dapat memberikan gambaran
menyeluruh kepada masyarakat bagaimana bahayanya dan dampak buruk dari
Perkawinan Usia Anak terutama bagi perempuan, manfaat yang didapat oleh
masyarakat adalah mengetahui resiko terkena kanker mulut rahim, kematian ibu
dan bayi saat melahirkan serta rentannya perceraian akibat usia yang sangat belia.
64
Menjelaskan dampak resiko terburuk bisa terjadi baik dampak psikologi utamanya
dampak kesehatan bagi ibu dan anak. Namun sepertinya program pernikahan usia
dini yang dilakukan disalah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Maros
sepertinya tidak diterima sepenuhnya oleh masyarakat atau orang tua di
Kecamatan ini karena masih saja ada yang melakukan pernikaha usia dini dan
mengizinkan anaknya untuk menikah saja, buruknya dampak pernikahan usia dini
harusnya menjadi pertimbangan untuk masyarakat atau orang tau dalam
pernikahan anak.
5. Impact (dampak)
Indikator impact (dampak) merupakan pengaruh yang ditimbulkan baik itu
pengaruh positive maupun pengaruh negative. Dampak yang dimaksud dalam
indikator ini yaitu dampak yang terlihat dari kebijakan pemerintah daerah dalam
penanggulangan pernikahan usia dini, dampak juga bisa dilihat dari aspek
masyarakat yaitu dampak yang dihasilkan dari pernikahan dini yang dilakukan
masyarakat kabupaten Maros. Penjelasan ini juga selaras dengan indikator impact
yang dijelaskan oleh Mahsun (2013 : 71) mengatakan bahwa dampak yang
ditimbulkan yaitu dampak positif maupun negative. Untuk memberikan
penjelasan mengenai indikator impact (dampak) dalam penanggulangan
pernikahan usia dini, maka dilakukan wawancara dengan informan selaku staf
bidang pemenuhan hak dan perlindungan anak kantor Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros mengemukakan bahwa :
“berbicara tentang dampak pernikahan dini, tentu sangat banyak dampaktidak baik yang dihasilkan akibat pernikahan usia anak, terlebih lagi latarbelakang yang menyebabkan pernikahan dini terjadi di masyarakatkabupaten Maros, dampak yang terjadi dari perkiwanan anak bisa
65
menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga, belum dapat menguruskeluarga dengan baik sehingga bisa menimbulkan kecekcokan dalamrumah tangga itu semua termasuk pemicunya dampak negative daripernikahan usia anak”(Hasil wawancara TS, tanggal 26 Juli 2019)
Hal senada juga dikatakan oleh sekretaris kantor Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan perlindungan Anak mengatakan bahwa :
“dampak yang ditimbulkan dari perkawinan usia anak akan berakibat fatalpada alat reproduksinya, anak-anak yang belum cukup memiliki umuryang matang belum dapat berproduksi dengan baik saat mengandung,kemudiaan dampak dari kematangan ekonominya anak-anak yangmenikah dalam usia muda pasti belum mampu untuk memenuhi kebutuhansehari-harinya, kekerasan dalam rumah tangga juga dapat terjadi, banyakterdapat dampak negative yang terjadi dari perkawinan anak karena belumada kesiapan dari segi ekonomi, mental. Dan kembali lagi bagaimanacaranya untuk mengatasi hal-hal yang seperti ini yaitu dari sosialisasipencegahan pernikahan usia anak tadi”(wawancara EM, 26 juli 2019)
Sedangkan menurut informan anak yang melakukan pernikahan usia dini
di Desa Majannang Kecamatan Maros Baru mengatakan bahwa :
“setelah menikah saat masih duduk dibangku SMP kami diberikantunjangan oleh kedua orang tua, karena suami saya tidak bekerja jadi kalobukan dari kedua orang tua kami tidak dapat hidup, setelah menikah kamitinggal dirumah saya karena orang tua saya meminta seperti itu tetapiorang tua dari suami saya juga sering mengunjungi kami dan memberikankami uang. Waktu itu juga saya sempat hamil tapi anak saya tidakbertahan lama hanya 1 bulan saja saya mengalami keguguran jadisemenjak habis keguguruan kedua orang tua kami menyarankan untuktidak hamil lagi karena ketakutan terjadi hal seperti ini lagi danberuntungnya saya juga masih diberi umur yang panjang setelah kejadiankeguguran itu”(Hasil wawancara EP, 30 Juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas berdasarkan indikator impact
(dampak), tentu dampak pernikahan usia anak memang sangat banyak pengaruh
negatifnya banyak faktor yang bisa terjadi akibat pengaruh pernikahan usia belum
cukup umur. Perkawinan usia anak perkawinan yang dilakukan secara sah oleh
66
seseorang lelaki dan perempuan yang belum mempunyai persiapan dan
kematangan sehingga sangat dikhawatirkan pasti akan mengalami resiko-resiko
yang besar. Dampak buruk dari perkawinan usia anak yaitu berdampak ke segi
Biologis anak, resiko kesehatan terutama terjadi pada wanita atau pada pihak istri
bukan suami. Wanita “terpaksa” menerima kehamilan beresiko tinggi yang dapat
membahayakan nyawa ibu dan janin yang dikandungnya.
Dampak psikologis juga berpengaruh dalam pernikahan usia anak yang
ditimbulkan dalam psikologis yaitu emosi masih stabil, gejolak darah muda dan
pola piker yang belum matang. Rasa curiga yang berlebihan kepada pasangan
sehingga memicu pertengkaran suami istri. Pernikahan/perkawinan yang tidak
bahagia terutama karena ego masing-masing yang masih sangat tinggi sehingga
hal terburuk yang mungkin akan terjadi adalah perceraian.
Dampak sosial akibat pernikahan usia dini ialah kurangnya terpenuhi
kebutuhan keluarga karena faktor pendidikan dan keterampilan yang kurang
sehingga sangat sulit untuk bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Subordinasi keluarga laki-laki derajatnya dianggap lebih tinggi daripada
perempuan. KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) baik secara fisik, psikis,
seksual, penelantaran maupun ekspolitasi), banyaknya anak terlantar. Dampak
kesehatan yang tidak baik bagi anak yang menikah usia dini seperti tingginya
angka kematian ibu dan anak, resiko terinveksi HIV/AIDS tinggi, kanker rahim,
depresi, berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Anak perempuan memang
menjadi salah satu yang paling dirugikan dalam kasus pernikahan anak, dalam
kasus kehamilan secara global, kehamilan merupakan penyebab utama kematian,
67
anak perempuan usia 15-19 tahun ancaman kesehatan yang berakibat fatal ini
terjadi karena remaja perempuan dibawah 18 tahun belum memiliki kesiapan fisik
yang prima, baik dari stamina jantung tekanan darah atau organ reproduksinya.
Selain bagi perempuan dampak buruk perkawinan usia anak juga
berdampak buruk bagi pemerintah dan masyarakat. Perkawinan anak dapat
menyebabkan siklus kemiskinan yang berkelanjutan, peningkatan buta huruf,
kesehatan buruk kepada generasi yang akan dating, dan merampas produktifitas
masyarakat yang lebih luas baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas mengenai Kinerja pemerintah daerah dalam
penanggulangan pernikahan usia dini di Desa Majannang Kecamatan Maros Baru
Kabupaten Maros, maka dalam kesempatan ini penulis bermaksud untuk
memberikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan berikut:
1. Masukan (Input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Yang dimaksud adalah
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam penanggulangan pernikahan
usia anak pearaturan yang telah dikeluarkan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
Nomor 4 tahun 2013 tentang sistem perlindungan anak yaitu pasal 7 tanggung
jawab serta peran serta masyarakat dan pasal 9 tanggung jawab orang tua salah
satunya adalah melindungi dan mencegah serta tidak membiarkan terjadinya
pernikahan usia dini.
2. Keluaran (output) Output adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dana tau nonfisik. Dalam
pencegahan pernikahan Usia dini pemerintah kabupaten Maros melakukan
deklarasi dan sosialisasi melakukan beberapa kerja sama di beberapa instansi
lainnya, serta pengikut sertaan masyarakat khususnya orang tua yang menikahkan
anaknya yang masih usia dini. Agar masyarakat dapat mengetahui dampak buruk
69
ketika pernikahan dini dilakukan pada anak yang belum cukup usia untuk
membangun rumah tangga serta mengandung dalam usia yang tidak dianjurkan.
3. Hasil (Outcome) Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Hasil
menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin
mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator hasil maka Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Marosdapat
mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam pencegahan perkawinan usia
anak yang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberi kegunaan
yang besar bagi masyarakat Kabupaten Maros. Peneliti menyimpulkan bahwa
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Maros telah
meluncurkan program dan mengeluarkan kebijakan yang sangat baik, namun hasil
yang dicapai untuk masyarakat sangat-sangat tidak menghasilkan hasil yang
memuaskan terbukti masih saja pernikahan dini itu terjadi walaupun mengalami
penurunan setiap tahun tetap saja program ini tidak berjalan dengan baik masih
banyak masyarakat yang tidak memahami bahaya pernikahan anak masih banyak
orang tua yang menikahkan anaknya dan tidak peduli terhadap dampak buruk
yang terjadi sehingga perlu ditingkatkan kinerja pemerintah dalam
penanggulangan pernikahan usia dini.
4. Manfaat (Benefit) Tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Manfaat adalah
sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan, dalam
indikator ini dapat dilihat dari aspek masyarakat manfaat yang di dapatkan oleh
masyarakat khususnya di Kabupaten Maros dalam kebijakan atau program yang
70
dibuat oleh pemerintah Daerah dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak untuk menanggulangi pernikahan usia anak. Manfaat tentu sangat
didapatkan oleh masyarakat sehingga ketika masyarakat mengetahui dampak
buruk pernikahan usia anak terjadi jumlah nikah dini dapat mengalami penurunan
sehingga pernikahan usia anak lebih diminimalisirkan walaupun didalam program
pemerintah di kabupaten maros tidak mencapai hasil 100%.
5. Dampak (Impact) merupakan pengaruh yang ditimbulkan baik itu
pengaruh positive maupun pengaruh negative. Dampak yang dimaksud dalam hal
ini yaitu dampak yang terlihat dari kebijakan pemerintah daerah dalam
penanggulangan pernikahan usia dini, dampak juga bisa dilihat dari aspek
masyarakat yaitu dampak yang dihasilkan dari pernikahan dini yang dilakukan
masyarakat kabupaten Maros. Banyak dampak yang terjadi akibat pernikahan usia
anak, dapat berdampak di psikologis dan sosial anak, kematian ibu dan anak yang
diakibatkan dari sistem reproduksinya yang belum matang sehingga menyebabkan
kematian, perceraian serta kekerasan dalam rumah tangga pun kerap terjadi.
B. Saran
Setelah peneliti mengambil beberapa kesimpulan dari data informasi,
maka peneliti akan memberikan beberapa saran kepada Dinas Pemberdayaan
Perempuann dan Perlindungan Anak khususnya yang menangani masalah anak
bidang Perlindungan Hak dan Perlindungan Anak, maupun kepada masyakarat
pada umumnya, agar pernikahan usia anak untuk tahun-tahun yang akan datang
jumlah pernikahan usia dini lebih menurun atau sebisa mungkin pernikahan usia
71
anak sudah tidak akan terjadi lagi. Adapun saran-saran penulis mengemukakan
antara lain:
1. Pemerintah Kabupaten Maros Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak lebih meningkatkan programnya untuk penanggulangan
pernikahan usia anak.
2. Kantor urusan Agama yang ada di Kabupaten Maros sebaiknya lebih
memperhatikan lagi serta lebih menegaskan aturan yang berlaku, ketika ada
sepasang anak yang ingin menikah dini sebaiknya di pertimbangkan lagi
ketika mengajukan persyaratan menikah.
3. Pemerintah Kabupaten Maros sebaiknya mengadakan program pencegahan
pernikahan usia anak disetap tahunnya tidak hanya pada saat tahun 2018,
ketika angka pernikahan dini di Kabupaten Maros terus mengalami
peningkatan disetiap tahunnya, disetiap tahunnya pun pemerintah
seharusnya memikirkan untuk program-program yang dilakukan untuk
pencegahan pernikahan usia anak dan tidak hanya satu tahun dalam sekali
mungkin bisa lebih dari 2x menananggulangi pernikahan usia dini di
Kabupaten Maros.
4. Pemerintah Kabupaten Maros menegakkan hukum pelanggaran pernikahan
usia anak, menerima sanksi dan hukum yang berlaku bagi mereka yang
terlibat dalam pernikahan usia anak.
5. Untuk masyarakat terutama orang tua di Kabupaten Maros harus mengetahui
dampak-dampak buruk yang akan terjadi kepada anaknya yang menikah
dalam usia yang belum cukup umur.
72
6. Orang tua anak harus lebih memperhatikan anak-anak mereka dalam
pergaulan, karena pemicu pernikahan anak juga bisa dipengaruhi oleh
pergaulan yang terlalu bebas dan orang tua yang lalai dalam mengawasi
anak.
7. Mendidik pekerja sosial, pejabat hukum, tokoh masyarakat, tokoh agama,
orang tua, dan anak-anak perempuan tentang dampak dari perkawinan dan
kehamilan usia dini serta mendukung hubungan saling menghormati antara
anak laki-laki dan anak perempuan.
8. Meningkatkan informarsi dan pendidikan tentang hak asasi manusia,
kesetaraan gender, dan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi di antara
remaja laki-laki dan remaja perempuan.
9. Memberikan layanan kepada anak-anak perempuan yang menikah dini,
khususnya mengenai kesehatan reproduksi perempuan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Rozali. 2000. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme sebagaisuatu alternatif.Jakarta:RajaGrafindo.
Adam, Reiner. 2005. Pengantar ilmu pemerintahan. Bandung: RefikaAditama
Alfiyah. 2010. Sebab-sebab pernikahan dini. Jakarta: risetkeperawatan
Bagir, Manan. 2001. Menyongsong Otonomi Daerah. Pusat Studi Hukum (PSH)Fakultas Hukum UII Yogyakarta.
FitrianaTsany. 2013. Tren Pernikahan Dini di Kalangan Remaja (StudiKasus diKabupaten Gunung Kidul Yogyakarta Tahun 2009-2012). Jurnal. Diaksespada tanggal 15 April 2019 pada Webfile:///C:/Users/ADAM/Downloads/1164-2241-1-SM.pdf.
Manuaba, Ayu. 2008. Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC.
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Pendekatan Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.
Muhadam, Labolo. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Ndraha, Taliziduhu. 2011, Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta:Rineka Cipta.
Koswara, E. 2003. Teori Pemerintah Dearah. Institute pemerintah Pers Jakarta.
Kusnardi, Mohdan Saragih, BintanR.. 2008. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya MediaPratama.
Riska Afriani dan Mufdillah. 2016. Analisis Dampak Pernikahan Dini padaRemaja Putri di Desa Sidoluhur Kecamatan Gorden Yogyakarta. Jurnal.Diaksespada 15 April 2019 di Webfile:///C:/Users/ADAM/Downloads/2102-4332-1-SM.pdf.
Sarwono S.W 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada
Supriatna, Tjahya. 2013. Manajemen Pemerintahan Daerah. Bandung: IPDN
Syafiie, InuKencana. 2011.Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PTRefikaAditama.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi sektor publik.Jakarta: Erlangga.
74
Pemerintah Indonesia.1974. undang-undang republic indonesinomor 1 tahun1947 ayat (1) tentang perubahan atasUndang-undang 1 tahun 1947 ayat (2)tentang pernikahan. Lembaran RI Tahun 1947 NO. 1. Jakarta
Pemerintah Daerah.2014. Undang-undang nomor 32 tahun 2014 tentangpemerintah daerah lama perubahanatas Undang-UndangNomor 23 tahun2014 tentang pemerintah daerah baru. Jakarta
Pemerintah Daerah.2001. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentangpemerintah daerah perubahan atasUndang-undang No 22 tahun 1999tentang pemerintah daerah di Indonesia. Jakarta
Pemerintah Indonesia.1945. Undang-undang Republik Indonesia pasal 18 tantangperaturan yang mengatur pemerintah daerah. Jakarta
Pemerintah Daerah. 2004. Undang-Undang No 32 thaun 2004 tentang fungsipemerintah daerah. Jakarta
Pemerintah Indonesia.2012. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2012 tentangperlindungan anak. Jakarta
Peraturan Daerah.2013. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2013 pasal 7 dan pasal9 tentang system perlindungan Anak. Sulawesi Selatan
Peraturah Gubernur.2018. Undang-Undang Nomor 80 Tahun 2018 tentangpelaksanaan Perda Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun 2013 tentangPerlindungan Anak Pasal 14. Sulawesi Selatan
Peraturan Daerah.2017. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2017 tentangKabupaten Layak Anak. Kabupaten Maros
75
L
A
M
P
I
R
A
N
76
Wawancara Pertama dengan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak Kabupaten Maros pada tangga 22 July 2019
Pengenalan profil anak kabupaten Maros oleh Dinas Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak 22 july 2019
77
Wawancara dengan Staff dan Kepala Bidang Pemenuhan Hak dan PerlindunganAnak dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tanggal 22July 2019
Wawancara dengan staff Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak dinasPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tanggal 30 July 2019
78
Wawancara Kedua dengan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak kabupaten Maros 5 Agustus 2019
Wawancara Kedua dengan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak kabupaten Maros 5 Agustus 2019
79
Pengambilan Data Pernikahan Dini di Dinas Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak pada tanggal 5 Agustus 2019
80
Foto bersama staff Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak pada tanggal30 July 2019.
RIWAYAT HIDUP
NUR HIDAYANTI, lahir di Samarinda 16 November 1996, anak kedua
dari ketiga bersaudara dan merupakan buah kasih sayang dari pasangan
Herman dan Hartini. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 2003 di
SD Negeri 015 Samarinda, kemudian tahun 2008 pindah ke SD Islam
Loktuan Bontang dan tamat pada tahun 2009, lalu penulis melanjutkan
pendidikan SMP di Yayasan Pendidikan Loktuan pada tahun 2009 dan tamat pada tahun
2012, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMK Putra Bangsa Bontang pada tahun
2012 dengan mengambil jurusan Perbankan. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK
Putra Bangsa Bontang pada tahun 2015, penulis melanjutkan studinya kejenjang yang lebih
tinggi melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar Program Studi Strata Satu (S1).
Atas Ridho Allah SWT, pada tahun 2020 penulis mengakhiri masa perkuliahan
dengan judul skripsi “Kinerja Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Pernikahan
Usia Dini di Desa Majannang Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros”.