skripsi kemampuan menulis deskriptif dalam bahasa makassar...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPTIF DALAM BAHASA MAKASSAR
MELALUI MEDIA GAMBAR: STUDI KASUS SDN 212 INPRES
PANGKAJENE KABUPATEN MAROS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian
guna memperoleh gelar Sarjana Sastra
Pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin
O l e h
IHYA ULUMIDDIN
Nomor Pokok : F51111 652
Universitas Hasanuddin
Makassar
2018
i
MOTO
Allah Melihat Malaikat Mencatat
- Tiada Hari tanpa Belajar
- Pastikan beriman (SQ), berilmu (IQ) dan beramal (EQ)
- "Together We Build, Together We Can", yang berarti "Bersama kita membangun, bersama kita
pasti bisa"
- Iman, Ilmu, dan Pelayanan
- Disiplin dalam bertugas, Dewasa dalam bertindak, dan Dinamis dalam kegiatan
ii
ABSTRAK
IHYA ULUMIDDIN. 2017. “Kemampuan Menulis Deskriptif dalam Bahasa Makassar Melalui Media
Gambar: Studi Kasus SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros” (dibimbing oleh Ery Iswary dan
Pammuda)
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis deskriptif bahasa makassar melalui
media gambar dan peranan media gambar dengan kemampuan menulis deskriptif siswa kelas V SDN 212
Inpres Pangkajene Kabupaten Maros setelah menggunakan media gambar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Data hasil
penelitian kualitatif lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros yang berjumlah 20 siswa. Terdiri dari 11
siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Hasil penelitian ini Menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 75 standar kelulusan sebanyak
8 siswa dari 20, sebanyak 12 memperoleh nilai di bawah standar kelulusan. Nilai rata-rata siswa kelas V
SDN 212 inpres Pangkajene Kabupaten Maros, pada tahap I yang berjumlah 20 siswa adalah 70.95.
Dengan demikian, dikategorikan belum mampu karena rata-rata nilai siswa tidak mencapai standar
kelulusan yaitu 75. Selanjutnya, pada tes kedua siswa yang memperoleh nilai 75 standar kelulusan
sebanyak 9 siswa dari 20 siswa. Nilai rata-rata siswa kelas V SDN 212 inpres Pangkajene Kabupaten
Maros, pada tahap II yang berjumlah 20 siswa 72.8. Peranan media gambar dengan kemampuan menulis
siswa tes tahap I dan tahap II. Tes tahap II hanya meningkat sebanyak 1.85%. Meskipun ada peningkatan
penelitian ini tetap disimpulkan bahwa media gambar belum dapat membantu siswa secara signifikan
dalam menulis deskriptif karena nilai rata-rata siswa tidak mencapai nilai standar kelulusan yaitu 75.
Kata Kunci : menulis deskriptif, bahasa Makassar, media gambar, peranan media gambar
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia kesehatan dan
panjang umur sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
adalah salah satu persyaratan akademik yang mutlak harus dipenuhi dalam mengikuti ujian akhir
guna memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Pendidikan Sarjana Guru Bahasa Daerah
Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini sebagai
akibat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis
selalu membuka diri untuk menerima koreksi dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak
sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Koreksi atau kritik tersebut tidak saja berguna untuk
memperbaiki karya tulis ini tetapi juga berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang
penulis geluti selama ini.
Pada kesempatan yang berharga ini, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Alimuddin,S.Pd dan Ibunda
Aisyah,S.Pdi yang telah mendoakan dan memberikan curahan kasih sayang yang begitu tulus
serta bimbingan dan pengorbanan yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan sarjana seperti sekarang.
Demikian pula, terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Ibu
Dr. Ery Iswary, M.Hum selaku pembimbing I. dan Bapak Pammuda, S.S,M.Si. selaku
pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, Tanpa bantuan dari mereka
skripsi ini pasti tidak akan terwujud seperti sekarang.
vi
Selain itu, penulis juga telah mendapat bantuan, dorongan, semangat, dan bimbingan
berbagai pihak. Untuk itu, selayaknyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Syahrul Yasin Limpo M.H., M.Si. selaku Gubernur Sulawesi Selatan yang telah
menyetujui diadakannya Program Pendidikan Sarjana Guru Bahasa Daerah;
2. Prof. Dr. Dwi Aries Tina Pulubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas Hasanuddin dan
Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, dan Wakil Rektor IV Universitas
Hasanuddin;
3. Bapak Prof. Dr. Akin Duli, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Hasanuddin dan Wakil Dekan I, Wakil Dekan II dan Wakin Dekan III Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Hasanuddin;
4. Bapak Dr. Muhlis Hadrawi, S.S.M.Hum. Selaku Ketua Departemen Sastra Bugis
Makassar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Bapak. Pammuda, S.S.M.Si
selaku Sekretaris Departemen Sastra Daerah dan Bapak Suardi Ismail, S.E sebagai
Kepala Sekretariat Kantor Departemen Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas
Hasanuddin;
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis menekuni berbagai mata kuliah
dari awal hingga akhir studi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin;
6. Para pegawai Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin yang telah membantu
menyelesaikan urusan administrasi akademik penulis;
7. Rekan-rekan di PSGBD angkatan IV yang selalu setia menjalin kebersamaan dalam suka
dan duka, memberikan motivasi pada saat jenuh melanda, membuat tersenyum pada saat
sedih dan mengingatkan pada saat lupa.
vii
Semoga segala bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak tersebut mendapat
balasan dari Allah Yang Maha Pengasih. Semoga karya ini dapat diterima sebagai sumbangan
pikiran penulis untuk pembangunan bangsa, khususnya pada aspek pembinaan dan
pengembangan bahasa daerah sebagai bahasa lokal yang menjadi simbol keberagaman bangsa
dan Negara Republik Indonesia.
Makassar, 12 Januari 2018
Ihya Ulumiddin
viii
DAFTAR ISI
MOTTO .........................................................................................................i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Batasan Masalah ................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................... 7
1. Teori Behavioristik ............................................................................. 7
2. Pembelajaran Menulis ......................................................................... 7
3. Menulis Deskriptif ............................................................................ 10
4. Bahasa Makassar ............................................................................... 14
5. Media Gambar .................................................................................. 17
B. Penelitian yang Relevan ................................................................... 24
C. Kerangka Pikir .................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 28
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 28
C. Data dan Sumber Data. ..................................................................... 29
D. Instrumen Penelitian ......................................................................... 29
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Menulis Deskriptif Bahasa Makassar .............................................. 37
B. Peranan Media Gambar Dengan kemampuan Menulis .................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 62
LAMPIRAN ................................................................................................ 64
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Keadaan Populasi Siswa .................................................................... 29
Tabel 3.2 Lembar Kerja Siswa ............................................................................ 30
Tabel 3.3 Lembar Penilaian ................................................................................ 31
Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Menulis .................................................................... 36
Tabel. 4.1 Daftar Tenaga Kerja SDN 212 Inpres Pangkajene ............................. 38
Tabel 4.2 Skor Perolehan Siswa Tes Tahap I ...................................................... 41
Tabel 4.3 Skor Perolehan Siswa Tes Tahap II ..................................................... 42
Tabel 4.4. Kata Yang Salah Pada Penulisan Tes Tahap I ................................... 43
Tabel. 4.5. Kata Yang Salah Pada Penulisan Tes Tahap II .................................. 45
Tabel. 4.6. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 1 ................................. 50
Tabel. 4.7. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 2 ................................. 50
Tabel. 4.8. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 3 ................................. 51
Tabel. 4.9. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 4 ................................. 51
Tabel. 4.10. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 5 ............................... 52
Tabel. 4.11. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 6 ............................... 52
Tabel. 4.12. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 7 ............................... 53
Tabel. 4.13. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 8 ............................... 53
Tabel. 4.14. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 9 ............................... 54
Tabel. 4.15. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 10 ............................. 54
Tabel. 4.16. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 11 ............................. 55
Tabel. 4.17. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 12 ............................. 55
Tabel. 4.18. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 13 ............................. 56
x
Tabel. 4.19. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 14 ............................. 56
Tabel. 4.20. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 15 ............................. 57
Tabel. 4.21. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 16 ............................. 57
Tabel. 4.22. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 17 ............................. 58
Tabel. 4.23. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 18 ............................. 58
Tabel. 4.24. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 19 ............................. 59
Tabel. 4.25. Analisis Hasil Tes I dan Tes II Kode Sampel 20 ............................. 59
xi
DAFTAR GAMBAR
Tabel. 2.1. Hubungan Media Dengan Pesan Dan Metode Pembelajaran ............ 18
Tabel. 2.2. Penggunaan Media Visual Gambar ................................................... 22
Tabel. 2.3. Media Audio ...................................................................................... 22
Tabel. 2.4. Pemanfaatan Media Audiovisual ....................................................... 23
Tabel. 4.1. Sekolah SDN 212 Inpres Pangkajene ................................................ 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar Bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca dibandingkan dengan tiga
kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan
oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan
kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur
di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa maupun
unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runut
dan padu.
Tarigan (2008:68), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain. Seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan
kemampuan berbahasa yang berisfat aktif dan produktif. Kedua keterampilan
berbahasa ini merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada
pada pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa.
Perbedaannya terletak pada cara yang digunakan untuk mengungkapkannya. Pikiran
dan perasaan dalam berbicara diungkapkan secara lisan, sedangkan peyampaian
pesan dalam menulis dilakukan secara tertulis. Perbedaan cara menyampaikan pesan
2
ini ditandai dengan ciri-ciri yang berbeda dan tuntutan yang berbeda dalam
penggunaannya. Perbedaan-perbedaan itu tentu akan tercermin pula pada
pegajarannya, termasuk pada penyelenggaraan tes bahasanya.
Menurut Saleh Abbas (2006:125), keterampilan menulis adalah kemampuan
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui
bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan
bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan.
Menggunakan bahasa sehari-hari, berbicara dilakukan dalam jumlah dan
frekuensi yang lebih tinggi daripada menulis. Banyak hal yang terjadi dan dialami
oleh seorang pemakai bahasa yang perlu diungkapkan secara lisan kepada orang lain.
Kadang-kadang pengungkapan pikiran dan perasaan yang dialami itu perlu segera
dilakukan, tanpa banyak waktu untuk mempersipkan diri dengan waktu yang cukup
dan mengatur apa yang akan diungkapkan secara rapi. Tanggapan dari apa yang
diungkapkannya pun akan dapat langsung diketahui dari lawan bicara.
Kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses
pembelajaran. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi siswa harus
berlatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakkan tangan dangan
memperhatikan apa yang harus ditulis (digambarkan). Siswa harus dilatih mengamati
lambang bunyi tersebut, memahami setiap huruf sebagai lambang bunyi tertentu
sampai dapat menuliskanya sampai benar. Agar bermakna, proses belajar menulis
permulaan ini dilaksanakan setelah siswa mampu mengenal huruf-huruf yang
diajarkan.
3
Menurut Manyambeang, dkk (1996:12-13) dalam bahasa Makassar terdapat
gabungan satu bunyi konsonan, yaitu ng dan ny. Huruf-huruf f, kh, sy, v, x dan z tidak
terdapat dalam bahasa Makassar. Huruf-huruf tersebut hanya diguakan untuk menulis
kata-kata asing yang terserap ke dalam bahasa Makassar. Huruf k pada akhir kata
melambangkan bunyi hamzah. Penulisan gabungan huruf ng dan ny yang
melambangkan bunyi panjang ng dan ny yang pertama menjadi n.
Contoh:
minynyak dituliskan minnyak
langnga dituliskan lannga
Setiap suku kata bahasa Makassar ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh konsonan. Adapun polanya sebagai berikut:
a. V : a – ta, e – rok, i – sok, o – lok, u – rak.
b. VK : an – jo, em – ba, in – ro, on – jok, um – ba.
c. KV : ba – sa, gi – gi, ce – rak, lo – jo, tu – na.
d. KVK : san –dak, rem – ba, tin – ting, bom – bang, rung – ka.
Mampu menulis deskriptif bahasa Makassar menjadi harapan yang semestinya
dimiliki oleh siswa sekolah dasar, namun kenyataan yang terjadi di sekolah dari hasil
observasi di SDN 212 Inpres Pangkajene belum mampu menulis deskriptif bahasa
Makassar dalam pembelajaran Bahasa Daerah Makassar. Peneliti mencoba untuk
menemukan metode pengajaran yang menarik sehingga peneliti mengajukan judul
Kemampuan Menulis Deskriptif dalam Bahasa Makassar: Studi Kasus Siswa Kelas V
SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros. Penelitian yang relevan tidak
4
mendapatkan perhatian yang serius dalam penanganan problem yang dimiliki siswa
dalam proses belajar mengajar di kelas. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan pembuktian tentang kemampuan siswa sekolah dasar dalam menulis kata
deskriptif bahasa Makassar dalam pembelajaran Bahasa Daerah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang muncul
terkait dengan penelitian ini. Sebagai berikut:
1. Kemampuan menulis deskriptif bahasa makassar melalui media gambar siswa
kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros.
2. peranan media gambar dengan kemampuan menulis deskriptif siswa kelas V SDN
212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros setelah menggunakan media gambar.
3. Kemampuan membentuk sebuah kata Siswa Kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene
Kabupaten Maros.
4. Kemampuan menyusun kalimat bahasa Makassar Siswa Kelas V SDN 212 Inpres
Pangkajene Kabupaten Maros.
C. Batasan Masalah
Merujuk pada identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, agar penelitian
ini tidak terlalu luas, peneliti hanya berfokus pada objek masalah mengenai
Kemampuan menulis deskriptif dalam bahasa Makassar dengan huruf latin melalui
media gambar Siswa Kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros.
5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dipaparkan di atas, adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan menulis deskriptif bahasa makassar melalui
media gambar siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros?
2. Bagaimanakah peranan media gambar dengan kemampuan menulis deskriptif
siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros setelah
menggunakan media gambar?
E. Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan kemampuan menulis deskriptif bahasa makassar
melalui media gambar siswa kelas V SDN 212 I npres Pangkajene Kabupaten
Maros.
2. Untuk mendeskripsikan peranan media gambar dengan kemampuan menulis
deskriptif siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros
setelah menggunakan media gambar.
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini terdiri atas manfaat teoretis dan
praktis.
1. Manfaat Praktis:
a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejauh
mana kemampuan siswa kelas V Sekolah dasar dalam kemampuan menulis
deskriptif dalam bahasa Makassar.
b. Bagi Guru bahasa daerah; dapat memberikan informasi secara tertulis maupun
sebagai referensi mengenai kemampuan siswa Sekolah dasar dalam menulis
deskriptif dalam bahasa Makassar menggunakan media gambar.
2. Manfaat Teoritis
Beberapa manfaat secara teoretis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Fakultas Ilmu Budaya, hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi studi atau kajian mengenai kemampuan menulis
deskriptif dalam bahasa Makassar.
b. Bagi Pemerintah, bisa dijadikan bahan referensi dan sekaligus menjadi dasar
evaluasi dalam peningkatan pembelajaran Bahasa Daerah bagi siswa sekolah
dasar dalam hal menulis deskriptif dalam bahasa Makassar.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Behavioristik
Teori yang relevan untuk penelitian ini adalah teori belajar behavioristik peneliti
akan melihat perubahan perilaku siswa terhadap pembelajaran bahasa makassar.
Dengan kata lain belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi
atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon,
oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur.
2. Pembelajaran Menulis
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis
kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai
pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima
8
pesan. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang
kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi
tulisannya serta menuangkannya dalam ragam bahasa tulis (Suparno, 2011:1.29).
Pada dasarnya menulis bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja,
melainkan juga merupakan pengungkapan ide, ilmu pengetahuan, dan pengalaman
hidup seseorang dalam bahasa tulis. Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian
kegiatan yang terjadi dan melibatkan beberapa tahap, yaitu pramenulis, penulisan,
dan pascapenulisan. Selain sebagai proses, menulis juga merupakan kegiatan yang
kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang
berkaitan dengan teknik penulisan (Saddhono, 2014:151-153).
Susanto (2013:247-248) menyatakan menulis merupakan kemampuan
menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis untuk
mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Menulis adalah satu cara mengoperasikan
otak secara totalitas yang juga menyertakan raga, jari, dan tangan. Karena menulis
merupakan proses berpikir, maka menulis bersifat sentral dalam proses belajar.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan menulis memiliki arti yang
sangat penting, yaitu: (1) menulis dalam arti mengekspresikan atau mengemukakan
pikiran, perasaan, dalam bahasa tulis; dan (2) menulis dalam arti melahirkan bunyi-
bunyi bahasa, ucapan, dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan pesan berupa
pikiran dan perasaan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Dalman (2014:3-4) menyatakan bahwa menulis
merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis.
9
Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau
kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
memahaminya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis
kepada pihak lain dengan menggunakan pola-pola bahasa yang produktif dan
ekspresif secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan yang ingin
disampaikan.
a. Manfaat Menulis
Menulis memiliki banyak manfaat diantaranya: (1) Peningkatan kecerdasan; (2)
Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; (3) Penumbuhan keberanian; dan (4)
Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi (Dalman, 2014:6).
Selanjutnya, menurut Susanto (2013:254-255) manfaat menulis adalah: (1) menulis
membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui; (2) menulis
menghasilkan ide-ide baru; (3) menulis membantu mengorganisasikan pikiran dan
menempatkannya dalam suatu wacana yang berdiri sendiri; (4) menulis membuat
pikiran seseorang siap untuk di baca dan di evaluasi; (5) menulis membantu
menyerap dan menguasai informasi baru; dan (6) menulis membantu memecahkan
masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam
suatu konteks visual, sehingga dapat diuji.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis dapat memberikan manfaat
dalam menghasilkan ide-ide baru, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan daya
10
insiatif dan kreativitas, selain itu menulis juga membantu menyerap, menguasai dan
mengumpulkan informasi baru, membantu mengorganisasikan pikiran, serta
membantu memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya.
b. Keterampilan Menulis
Suatu tulisan atau karangan dapat dilihat dari segi bahasa yang digunakan, isi
tulisan, dan bentuk atau cara penyajiannya. Isi tulisan atau karangan harus relevan
dengan judul karangan, atau judul karangan harus tergambar dalam isi. Judul
karangan harus mengandung tiga aspek, yaitu relevan, menarik, dan singkat. Judul
atau kepala karangan melambangkan tema yang merupakan intisari dari seluruh
karangan (Saddhono, 2014:155).
3. Menulis Deskriptif
Deskriptif merupakan ragam wacana atau tulisan yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan
perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya
imajinasi pembaca sehingga seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri
apa yang dialami penulisnya (Saddhono, 2014:159). Penlis Berpendapat peranan
fikiran seperti yang dijelaskan diatas dapat disebut penuangan fikiran secara
deskriptpdalam bentuk tertulis.
Suparno (2011:1.11) menyatakan bahwa deskripsi adalah ragam wacana yang
melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesankesan dari pengamatan,
pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau
memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga seolah-olah
11
melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya. Tulisan
deskripsi memiliki beragam ciri yang membedakan dengan tulisan jenis lain.
Dalman (2014:94) menyatakan bahwa deskripsi merupakan karangan yang
melukiskan atau menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata
secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah dapat turut merasakan
atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan si penulisnya.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan jenis
tulisan, ragam wacana atau karangan yang menggambarkan atau memaparkan suatu
objek, lokasi, keadaan atau benda dengan kata-kata sehingga pembaca dapat ikut
merasakan dan melihat sendiri objek tersebut.
Segala sesuatu yang digambarkan dalam tulisan deskripsi merupakan hasil
pengamatan panca indera manusia.
Tulisan deskripsi memiliki beragam ciri yang membedakan dengan tulisan jenis lain.
Semi (2003:41) mengatakan bahwa ciri-ciri tulisan deskripsi adalah:
1. Deskripsi memperlihatkan detail atau perincian tentang objek;
2. Deskripsi bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi
pembaca;
3. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang
menggugah;
4. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar
dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam,
warna, dan manusia;
12
5. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang.
Dalman (2014:41) mengemukakan tulisan deskripsi mempunyai ciri-ciri khas,
yaitu sebagai berikut:
1. Deskripsi memperlihatkan detail atau perincian tentang objek;
2. Deskripsi bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi
pembaca;
3. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang
menggugah;
4. Deskripsi memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar dilihat, dan
dirasakan. Misalnya: benda, alam, warna, dan manusia.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tulisan deskripsi
antara lain: suatu karangan yang berisi perincian-perincian yang jelas tentang suatu
objek, dapat menimbulkan pesan dan kesan bagi pembaca, menarik minat,
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, menimbulkan daya imajinasi dan
sensitivitas pembaca, serta membuat si pembaca seolah-olah mengalami langsung
objek yang dideskripsikan. Langkah-langkah Menulis Deskripsi.
Suparno (2011:4.22) mengemukakan empat langkah dalam menulis deskripsi
sebagai berikut.
a) menentukan objek yang akan dideskripsikan;
b) merumuskan tujuan pendeskripsian;
c) menetapkan bagian yang akan dideskripsikan, yaitu dengan cara menyajikan
informasi tentang objek yang akan dideskripsikan. Contohnya deskripsi
13
tentang hewan dan tumbuhan, maka dapat dideskripsikan ciri-ciri fisik,
manfaat, dan asal objek tersebut;
d) memerinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan yang akan
dideskripsikan, hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu
memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang
dideskripsikan.
Kosasih (Dalman, 2014:100) menyarankan bahwa langkah-langkah menulis
deskripsi sebagai berikut.
1. menentukan topik, tema, dan tujuan karangan;
2. merumuskan judul karangan;
3. menyusun kerangka karangan;
4. mengumpulkan bahan atau data;
5. mengembangkan kerangka karangan;
6. membuat cara mengakhiri dan menyimpulkan tulisan;
7. menyempurnakan karangan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menulis deskripsi
tidak boleh sembarangan, melainkan ada cara atau langkah-langkah dalam menulis
deskripsi. Sehingga tulisan deskripsi yang dibuat dapat tersusun dengan baik dan isi
yang terkandung di dalamnya dapat diterima oleh pembaca dan seolah-olah pembaca
dapat melihat dan merasakannya.
14
4. Bahasa Makassar
Bahasa Makassar sebagai salah satu bahasa daerah yang banyak pendukungnya di
Sulawesi Selatan, sampai saat ini masih tetap berperan sebagai alat penghubung
dalam berbagai kehidupan masyarakat. Bahasa Makassar merupakan pendukung
kebudayaan daerah yang telah memiliki sejarah dan tradisi yang cukup lama da terus
berkembang sampai dewasa ini. Tradisi lama itu meliputi bidag seni, hokum,
ekonomi, dan kebudayaan. Dari sejarah da tradisi itu terlihat pula bahwa bahasa
Makassar dipelihara dan dikembangkan dengan baik oleh para penuturnya.
Basang, dkk (1979:2-3) Dalam bahasa Makassar sekarang ini biasanya
ditonjolkan lima macam dialek, yaitu dialek Lakiung, dialek Turatea, dialek
Bantaeng, dialek Konjo, dan dialek Selayar.
a. Dialek Lakiung
Digunakan di kota Ujung Pandang dan sekitarnya; Kabupaten Gowabagian barat
mulai dari Salutoa ke muara Sungai Jeknekberang; Kabupaten Takalar dan pulau-
pulau sekitarnya; sebagian Kabupaten Jeknekponto mulai dari Allu ke barat;
Kabupaten Maros bagian barat; Kabupaten Pangkajeknek Kepulauan bagian barat;
dan sebagaian pesisir Kabupaten Pinrang.
b. Dialek Turatea
Dipakai di Kabupaten Jeknekponto mulai dari sebelah timur Allu sampai
pebatasan Kabupaten Bantaeng dan membujur ke pedalaman bagian utara sampai
perbatasan Malakaji.
15
c. Dialek Bantaeng
Digunakan di Kabupaten Bantaeng dan daerah pesisir barat Kabupaten Bulukkumba.
d. Dialek Konjo
Menempati wilayah yang sangat luas di pedalaman, yaitu mulai dari kabupaten
Pangkajeknek dan Kepulauan pada lengkung utara sungai Pangkajeknek - sekitar
bendungan Mappatuwe - Tabo-tabo kearah tenggara. Kemudian, memotong ke
Kecamatan Balocci di lereng gunung Bulussaraung melintasi bagian timur Kabupaten
Maros, sebelah selatan Camba dan memasuki Kabupaten Bone bagian selatan sekitar
Bontocani.
e. Dialek Bira-Selayar
Terdapat mulai dari Ujung Bira menyeberang ke pulau Selayar meliputi dua
kecamatan, yaitu Bontotekne dan Bontoharu sampai ke perbatasan Desa Laiyolo.
Manyambeang, dkk (1996:8) Perlu pula diketahui bahwa dalam abjad bahasa
Makassar tidak dikenal [ə]. Disamping itu, aksara lontarak atau anrong lontarak
tidak memiliki konsonan. Konsonannya implisit pada anrong lontarak-nya sehingga
cara membacanya bergantung pada konteks kalaimatnya. Hal seperti ini dapat dilihat
pada kata / pr /.Kata ini dapat dibaca atas beberapa bunyi, seperti panrak, pakrang,
panrang, dan parrak.
Contoh:
Panraki sapedana „rusak sepedanya‟
Pakrangi lampua „padamkan lampu‟
16
Panrangi anakna „bandel anaknya‟
Parraki ganganna „asin sayurnya‟
Manyambeang, dkk (1996:12-13) Dalam bahasa Makassar terdapat gabungan satu
bunyi konsonan, yaitu ng dan ny. Huruf-huruf f, kh, sy, v, x dan z tidak terdapat dalam
bahasa Makassar. Huruf-huruf tersebut hanya diguakan untuk menulis kata-kata asing
yang terserapke dalam bahasa Makassar. Huruf k pada akhir kata melambangkan
bunyi hamzah. Penulisan gabungan huruf ng dan ny yang melambangkan bunyi
panjang ng dan ny yang pertama menjadi n.
Contoh:
minynyak dituliskan minnyak
langnga dituliskan lannga
Setiap suku kata bahasa Makassar ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh konsonan. Adapun polanya sebagai berikut:
a. V : a – ta, e – rok, i – sok, o – lok, u – rak.
b. VK : an – jo, em – ba, in – ro, on – jok, um – ba.
c. KV : ba – sa, gi – gi, ce – rak, lo – jo, tu – na.
d. KVK : san –dak, rem – ba, tin – ting, bom – bang, rung – ka.
Usaha pelambangan bunyi konsonan dalam aksara lontarak pernah dirintis pada
Konferensi PGRI Se-Sulawesi Selatan dan Tenggara di Sengkang pada tanggal 25-30
November 1957 dan melahirkan beberapa konsep bentuk aksara. Akan tetapi, konsep-
konsep itu belum berterima di dalam masyarakat sehingga aksara lontarak yang asli
tetap dipakai. (Manyambeang, dkk, 1996:7-8).
17
5. Media Gambar
Apabila diperhatikan, dalam kehidupan sehari-hari banyak pihak yang
memanfaatkan berbagai media untuk berbagai keperluan. Misalnya, dalam dunia
bisnis, banyak perusahaan yang menginginkan agar produknya laku di pasaran
dengan cara melakukan promosi atau iklan dengan memanfaatkan berbagai sarana,
seperti televisi, radio, surat kabar, brosur, leaflet, poster atau media lainnya. Sarana-
sarana tersebut pada dasarnya adalah media atau perantara agar informasi mengenai
produknya itu dapat diserap/diterima oleh masyarakat, dan pada akhimya masyarakat
diharapkan dapat menggunakan atau membelinya. Dunia bisnis dapat dikatakan
merupakan pihak yang paling banyak menggunakan media untuk keperluan-
keperluan bisnisnya tersebut. Selanjutnya, tentu orang pemah memperhatikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru pada saat menyajikan bahan ajar
kepada para siswanya. Guru pada umumnya sering menggunakan media
pembelajaran dengan tujuan agar informasi atau bahan ajar tersebut dapat diterima
dan diserap dengan baik oleh para siswa. Sebagai wujud bahwa bahan ajar tersebut
dapat diterima oleh para siswa dibuktikan dengan terjadinya perubahan-perubahan
perilaku baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
Dalam mengatasi sikap pasif siswa, media pembelajaran juga memiliki berbagai
kegunaan, antara lain menimbulkan kcgairahan belajar, memfokuskan / menarik
perhatian, memungkinkan atau setidaknya mendekatkan interaksi langsung dengan
lingkungan nyata, memberikan perangsang yang sama untuk mempersamakan
pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
18
Menurut Heinich, dkk. (1993) media merupakan alat saluran komunikasi. Media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang
secara harfiah berarti "perantara", yaitu perantara mmber pesan (a source) dengan
penerima pesan (a receiver). Heinich mencontohkan media ini, seperti film, televisi,
diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer, dan instrukrur. Contoh media
tersebut bisa lipertimbangkan sebagai, media pembelajaran jika membawa pesan-
pesan Messages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Heinich juga
Mengaitkan hubungan antara media dengan pesan dan metode (methods) dalam
proses pembelajaran yang digambarkan dalam Bagan berikut ini:
Bagan 2.1 Hubungan Media dengan Pesan dan Metode Pembelajaran
Bagan di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran itu terdapat
pesan-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari
suatu topik pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada siswa
melalui suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang
disebut metode.
19
Selain pengertian media yang telah diuraikan di atas, masih terdapat pengertian
lain yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Coba Anda perhatikan beberapa
pengertian media pembelajaran berikut ini.
1. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran Schramm, 1977).
2. Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film,
video, slide, dan sebagainya (Briggs, 1977).
3. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar termasuk
teknologi perangkat kerasnya (NEA, f 969).
Dalam merancang kegiatan pembelajaran, Anda perlu memperhatikan komponen
tujuan pembelajaran, metode dan media pembelajaran, serta sumber belajar.
Penjelasan tentang komponen metode pembelajaran telah Anda pelajari pada
Kegiatan Belajar I. Pada Kegiatan Belajar 2 ini, secara lebih rinci Anda akan
diarahkan untuk mempelajari media pembelajaran dan sumber belajar. Setelah
mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini diharapkan Anda akan dapat memilih media dan
sumber belajar yang tepat, yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah Anda
rencanakan.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Secara harfiah media diartikan sebagai medium atau perantara Dalam kaitannya
dengan proses komunikasi pembelajaran, media diartikan sebagai wahana penyalur
pesan pembelajaran. Beberapa ahli dan asosiasi telah mengemukakan pengertian
tentang media pembelajaran ini, antara lain sebagai berikut.
20
Pertama, NEA (1969) mengartikan media pembelajaran sebagai sarana
komunikasi, baik dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk perangkat
kerasnya. Kedua, Wilbur Schramm (1977) mendefinisikan media pembelajaran
sebagai teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaalkan untuk kepentingan
pembelajaran. Ketiga, Miarso (1980) menegaskan bahwa media pembelajaran segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri
siswa.
Jadi, dapat disimpulkan secara lebih sedcrhana bahwa media pembelajaran adalah
sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya
Penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan terjadinya proses belajar pada
diri siswa dan atau dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan
pembelajaran. Contohnya, seorang guru ingin menjclaskan tentang daur hidup kupu-
kupu mulai dari larva/ulat. Agar lebih konkret, guru dapat membuat atau
memperlihatkan gambar atau foto atau CD tentang proses terbentuknya kupu-kupu.
Taupa guru harus menjclaskan panjang-lebar, siswa akan menjadi lebih mengeni
tentang daur hidup kupu-kupu dari media yang diperlihatkan guru. Contoh lain, jika
Anda ingin agar siswa dapat mcnunjukkan letak Indonesia di Benua Asia maka
sebaiknya Anda menggunakan peta dan menunjukkan letak Indonesia di peta
tersebut. Dengan demikian siswa Anda akan mengeni dan dapat menunjukkan letak
Indonesia di peta tersebut.
21
Memperhatikan begitu banyak media yang dapat digunakan untuk kepentingan
pembelajaran, beberapa ahli mencoba mengidentifikasi dan membuat klasiflkasi
media. Sebagai contoh, Schramm mcngklasifikasikan media menjadi dua jenis, yaitu
media sedcrhana (papan tulis, gambar, poster, peta) dan media canggih (radio, film,
televisi, komputer). Lain lagi dengan Bretz yang mcngklasifikasikan media
bcrdasarkan tiga unsur, yaitu: suara, bentuk, dan gerak. Bretz diantaranya
menggolongkan media ke dalam kelompok media cetak, media audio, media visual
diam, media visual gerak, media audiovisual diam, dan media audiovisual gerak.
Selain itu Tosti dan Ball juga menyusun pengelompokan media menjadi enam
kelompok media penyaji, yaitu (a) kelompok kesatu: grafis, bahan cetak, dan gambar
diam, (b) kelompok kedua: media proyeksi diam, (c) kelompok ketiga: media audio,
(d) kelompok keempat: media gambar hidup/film, (e) kelompok kelima: media
televisi, dan (f) kelompok keenam: multi media.
Dari berbagai pengelompokan media pembelajaran tersebut, secara sedcrhana
media pembelajaran dapat dipiiah menjadi liga bagian saja, yaitu sebagai berikut.
a. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indra
pcnglihalan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk
membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas
media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual) dan media yang dapat
diproyeksikan (projected visual) Media yang dapat diproyeksikan ini dapat berupa
22
gambar diam (still pictures) atau bergerak (motion pictures). Contoh dari media
visual adalah poster, foto, dan slide.
Gambar 2.2 Penggunaan Media Visual Gambar/Poster
b. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya
dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, pcrasaan, perhatian, dan kemauan
para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan program radio
adalah bentuk dari media audio. Penggunaan media audio dalam kegiatan
pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan
aspek-aspek keterampilan mendengarkan Dari sifatnya yang auditif, media ini
mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara memanfaatkan media
lainnya.
Gambar 2.3 Media Audio
23
c. Media Audio visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau
biasa disebut media pandang-dengar. Sudah barang tentu apabila Anda menggunakan
media ini akan semakin lengkap dan optimallah penyajian bahan ajar kepada para
siswa. Selain itu, media ini dalam batasan batas tertentu dapat juga menggantikan
peran dan tugas guru. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi
(narasumber) karena penyajian materi dapat digantikan oleh media. Oleh sebab itu,
peran guru beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para
siswa untuk belajar. Contoh dari media audiovisual di antaranya program
video/televisi pendidikan, video/televisi instruksional, dan program slide suara
(soundslide), dan pembelajaran dengan komputer.
Gambar 2.4 Pemanfaatan Media Audiovisual
2. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam pembelajaran, media memiliki banyak fungsi/kegunaan, antara Iain untuk
mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi, sikap pasif siswa dalam belajar,
dan mengatasi keterbatasan fisik kelas.
Kegunaan mdia dalam mengatasi hambatan proses komunikasi antara lain untuk
mengatasi verbalisme (ketergantungan untuk menggunakan kata-kata lisan dalam
memberikan penjelasan), artinya dengan kata-kata lisan yang mungkin abstrak dapat
24
digambarkan dan dibantu dengan penggunaan media sehingga verbalisme dapat
diminimalkan atau bahkan ditiadakan, seperti pepatah a picture worth a thousand
words (satu gambar senilai dengan seribu kata). Misalnya, menunjukkan gambar
seekor dinosaurus akan lebih membuat siswa tahu bentuk dinosaurus, daripada jika
Anda hanya menceritakannya saja.
Berkaitan dengan keterbatasan fisik kelas, media memiliki kegunaan untuk
memperkecil objek yang terlalu besar (dapat dibantu dengan media slide atau model),
mcmpcrbcsar objek yang terlalu kecil (dapat dibantu dengan mikroproyektor, gambar,
atau film), menyederhanakan objek yang terlalu rumit (dapat dibantu dengan
diagram, bagan), dan menggambarkan objek yang terlalu luas, misalnya gempa bumi
atau iklim (dapat dibantu dengan media film, gambar).
B. Penelitian yang Relevan
Risky Septyo Aji, 2013. Dengan judul Skrisinya. Upaya Meningkatan
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Menggunakan Media Gambar
Siswa Kelas IV SD Singosaren Banguntapan Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) kolaborasi. Subjek
penelitian siswa kelas IV SD Singosaren Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun
ajaran 2012/2013 dengan jumlah 31 siswa. Peningkatan keterampilan menulis
karangan deskripsi pada siklus I sebesar 5,49, yang kondisi awal nilai rerata 65,06,
meningkat menjadi 70,55. Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi pada
siklus II sebesar 9,81, yang kondisi awal nilai rerata 65,06 meningkat menjadi 74,87.
25
Karunia Yeni Susilowaty, 2015. Dengan judul skripsinya. Peningkatan
Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Model Induktif Kata Bergambar Pada
Siswa Kelas II SDN Karanganyar 02 Kota Semarang. hasil penelitian diketahui
bahwa: (1) keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 32 dengan kriteria
cukup, pada siklus II memperoleh skor 43 dengan kriteria baik dan pada siklus III
memperoleh skor 50 dengan kriteria sangat baik; (2) aktivitas siswa pada siklus I
memperoleh skor rata-rata 30,96 dengan kriteria cukup, pada siklus II memperoleh
skor rata-rata 35 dengan kriteria baik dan pada siklus III memperoleh skor rata-rata
43,6 dengan kriteria sangat baik; (3) hasil belajar siswa berupa keterampilan menulis
deskripsi pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 70,54 dengan ketuntasan belajar
klasikal 67,7%, pada siklus II 74,73 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 70%,
dan pada siklus III memperoleh nilai rata-rata 77,61 dengan ketuntasan belajar
klasikal sebesar 83,9%.
C. Kerangka Pikir
Aspek-aspek kemampuan berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Keempat aspek itu merupakan catur tunggal keterampilan berbahasa.
Keempat aspek itu berbeda satu sama lainnya. Berbeda dari prosesnya, tetapi
keempatnya saling berhubungan satu sama lainnya, tidak bisa dilepaskan. Dengan
demikian keempat aspek itu perlu mendapat perhatiannya sepenuhnya di dalam
pengajaran bahasa Indonesia, demi tercapainya tujuan pengajaran bahasa Indonesia.
Menulis merupakan unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara
penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik dan tidak mengesampingkan ketiga
26
aspek berbahasa yang lain. Menulis dijabarkan sebagai kegiatan menuangkan idea
atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media dalam menyampaikan
pesan dari tulisan yang dibuat di media tersebut.
Menulis deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan
sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan
menulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkann terciptanya
imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami
dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.
Manyambeang, dkk (1996:12-13) Dalam bahasa Makassar terdapat gabungan satu
bunyi konsonan, yaitu ng dan ny. Huruf-huruf f, kh, sy, v, x dan z tidak terdapat dalam
bahasa Makassar. Huruf-huruf tersebut hanya diguakan untuk menulis kata-kata asing
yang terserapke dalam bahasa Makassar. Huruf k pada akhir kata melambangkan
bunyi hamzah. Penulisan gabungan huruf ng dan ny yang melambangkan bunyi
panjang ng dan ny yang pertama menjadi n.
Contoh:
minynyak dituliskan minnyak
langnga dituliskan lannga
Mampu menulis kata deskriptif bahasa Makassar menjadi harapan yang
semestinya dimiliki oleh siswa sekolah dasar, namun kenyataan yang terjadi di
sekolah dari hasil observasi di SDN 212 Inpres Pangkajene belum mampu menulis
kata deskriptif bahasa Makassar dalam pembelajaran Bahasa Daerah Makassar. Maka
peneliti mengajukan judul
27
“Kemampuan menulis kata deskriptif bahasa Makassar Melalui Media Gambar
Siswa Kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros”.
Kerangka Pikir
Kemampuan
Menulis
Deskriptif
Bahasa Makassar
Peranan Media
Gambar dengan
Kemampuan
Menulis
Kemampuan
Menulis Deskriptif
Dalam Bahasa
Makassar Melalui
Media Gambar:
Hasil Tulisan
Siswa dalam
Bahasa
Makassar
Tidak
Signifikan
Signifikan
Tahap I
Tahap II
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitianyangdigunakandalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Data hasil penelitian kualitatif lebih berkenaan dengan interpretasi
terhadap data yang ditemukan dilapangan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten
Maros yang berjumlah 20 siswa. Terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa
perempuan. Tempat ini dijadikan sebagai objek penelitian karena SDN 212 Inpres
Pangkajene masih mengajarkan bahasa Makassar secara utuh dan siswa masih sering
menggunakan bahasa Makassar di lingkungan sekolah, tetapi secara konsep siswa
masih belum memahami penulisan deskriptif bahasa Makassar. Sehingga peneliti
menganggap sekolah ini representatif untuk dijadikan sebagai studi kasus dalam
penelitian. Jumlah Siswa SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros, diperoleh
dari tata usaha SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros Tahun Ajaran
2016/2017.
29
Tabel 3.1 Populasi siswa SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros
No. Kelas I-VI Jumlah
1.
2. 3.
4.
5.
6.
I
II III
IV
V
VI
18 orang
9 orang 15 orang
20 orang
20 orang
27 orang
Jumlah 109 orang
C. Data dan Sumber Data
Data yang diambil adalah kertas kerja yang telah disediakan yang ditulis oleh
Siswa Kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros, pada pembelajaran
Bahasa daerah Makassar di kelas. Sumber Data adalah siswa Kelas V SDN 212
Inpres Pangkajene Kabupaten Maros. Dikarenakan siswa kelas V sudah mempelajari
menulis deskriptif melalui media gambar.
D. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan alat atau instrumen demi
menunjang hasil penelitian. Intrumen yang digunakan peneliti adalah semua alat yang
menunjang kegiatan khususnya dalam mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki,
mengolah, menganalisis, dan menyajikan data-data secara sistematis dan objektif. Hal
itu bertujuan untuk memecahkan masalah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes, yakni dalam
bentuk tes tulis melalui media gambar. Data yang didapatkan dari instrumen
penelitian kemudian digunakan untuk mendeskripsikan hasil pencapaian evaluasi
30
terhadap siswa di SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros dalam menulis
deskriptifmelalui media gambar.
Tabel 3.2 Lembar kerja siswa
Kode sampel :
Gambar 1:
…………………………………..
…………………………………..
…………………………………..
Gambar 2:
…………………………………..
…………………………………..
………………………………….
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Teknik tes menulis deskriptif melalui media gambar dan rekaman audio
visual. Teknik tes bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis deskrptif
bahasa Makassar setiap siswa yang berjumlah 20 siswa, menggunakan tes
tulis.
2. Teknik rekaman audio visual berutujuan sebagai dokumentasi yang dapat
ditinjau ulang agar akurat dalam aspek penilaian jika terjadi kebimbangan
dalam penilaian dan sebagai bukti autentik. Rekaman audio visual berfungsi
31
sebagai bukti dalam proses penelitian. Setiap siswa diminta menulis deskriptif
bahasa Makassar pada lembar kerja yang telah disediakan.
Langkah-langkah tes menggunakan media gambar dalam pembelajaran
kemampuan menulis deskriptif bahasa makassar melalui media gambar siswa kelas V
SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros.
Tindakan Tahap I
1) Membuka pelajaran dengan mengucap salam.
2) Mengecek kehadiran siswa.
3) Menjelaskan materi tentang menulis deskriptif bahasa makassar melalui
media gambar.
4) Memperkenalkan kembali media gambar yang berupa gambar seorang anak
membersihkan halaman dan gambar orang sedang shalat berjamaah.
5) Menjelaskan penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis
deskriptif bahasa makassar melalui media gambar.
6) Memberikan contoh menulis deskriptif melalui media gambar.
7) Memberikan siswa kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum
dimengerti.
8) Membagikan lembaran tes gambar kepada siswa.
9) Menugaskan siswa untuk mengamati gambar yang telah dibagikan.
10) Menugaskan siswa untuk menulis deskriptif sesuai dengan media gambar
yang dibagikan.
11) Mengawasi siswa ketika mengerjakan tugas menulis deskriptif.
32
12) Memberikan bimbingan secara individual kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam menulis deskriptif.
Kegiatan Akhir
1) Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar hasil menulis deskriptif..
2) Mengadakan refleksi terhadap tes I yang telah dilakukan.
3) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Tindakan Tahap II
Kegiatan Awal
1) Membuka pelajaran dengan mengucap salam.
2) Mengecek kehadiran siswa.
3) Menginformasikan pada siswa terhadap tes II menulis deskriptif bahasa
makassar melalui media gambar.
4) Menyinggung kembali tes I menulis deskriptif bahasa makassar melalui
media gambar.
5) Membagikan lembar tes media gambar pada siswa.
6) Kegiatan Inti tes II menulis deskriptif bahasa makassar melalui media
gambar.
Kegiatan Akhir
1) Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar hasil menulis deskriptif.
2) Mengadakan refleksi terhadap tes II yang telah dilakukan.
3) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
33
Tes digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan keterampilan
menulis deskriptif siswa. Adapun kisi-kisi yang digunakan menurut Ahmad Rofiudin
(1996: 273) adalah sebagai berikut.
Indikator penilaian tes menulis deskripsi tampak berikut ini.
1. Isi karangan dengan penilaian: (skor 1-20)
a. Kesesuaian isi karangan sehingga bermakna, menarik, tepat. jalan pikiran
baik, skor 17-20;
b. Pada umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga terjadi banyak
pengulangan, skor 13-16;
c. Pengembangan kurang relevan dengan isi karangan, skor 9-12;
d. Karangan tidak relevan dengan isi karangan yang diminta, skor 5-8;
e. Tidak tampak usaha karangan bermakna berdasarkan karangan, skor 0-4.
b. Organisasi karangan (skor 1-20):
a. Paragraf tersusun rapi, pemakaian kalimat topik baik, organisasi meyakinkan,
alur karangan mudah diikuti, skor 17-20.
b. Fakta tersusun dalam paragraf dengan baik, tetapi agak berbelit-belit, skor 13-
16;
c. Ada usaha menyusun paragraf dengan baik tetapi batas ide tiap paragraf tidak
jelas, skor 9-12;
d. Urutan paragraf sulit diikuti, sulit dipahami
e. Paragraf tidak terencana, skor 0-4.
c. Penggunaan bahasa, (skor 1-20):
34
a. Kalimat benar, cermat meskipun sedikit ada kesalahan rata bahasa, skor 1720;
b. Kalimat lancar, cermat, tetapi ada beberapa kesalahan tata bahasa
menyebabkan kalimat menjadi rancu, skor 13-16;
c. Kesalahan bahasa yang cukup prinsip yang menyebabkan kalimat tidak
gramatikal, skor 9-12;
d. Ada beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami, skor 5-8;
e. Kalimat dalam karangan tidak dapat dipahami, skor 0-4.
d. Pilihan Kata, (skor 1-20):
a. Pemakaian kata lancar, tepat, tidak bermakna ganda, skor 17-20;
b. Kata jelas tetapi kurang tepat penggunaannya, skor 13-16;
c. Kata kurang jelas dan kurang tepat penggunaannya, skor 9-12;
d. Banyak kata tidak tepat menyebabkan kalimat sulit dipahami, skor 5-8;
e. Pemakaian kata tidak tepat, bentuk kata semua salah, skor 0-4.
e. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20):
a. Pemakaian ejaan dengan tanda baca baik sekali, penulisan suku kata
semuanya benar, skor 17-20;
b. Ada kesalahan ejaan dan tanda baca, skor 13-16;
c. Banyak kesalahan ejaan & tanda baca tetapi masih dapat dipahami, skor 912;
d. Kesalahan ejaan dan tanda baca banyak sekali, skor 5-8;
e. Penggunaan ejaan dan tanda baca serba salah, skor 0-4.
(Diadaptasi dari Nurgiyantoro, 2005)
35
Apabila telah diperoleh nilai, kemudian bentuk nilai diberi makna ke dalam
bentuk kualitatif yang dimasukan ke dalam rentang skala angka yang mengacu pada
pendapat Nurgiyantoro, (2009: 307-308) yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Lembar Penilaian Kemampuan Menulis Deskriptif Bahasa Makassar
Kode
Sampel Aspek yang dinilai Skor
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20):
2. Organisasi karangan (skor 1-20):
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20):
4. Pilihan Kata, (skor 1-20):
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20):
F. Teknik Analisis Data
Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis proses yang
diperoleh melalui observasi dan lembar penilaian tes siswa. Langakah menganalisis
data; a) data observasi dan catatan lapangan dianalisis dengan cara membaca kembali
lembar observasi yang telah diisi, b) data dokumentasi dianalisis dengan melihat
kembali dokumentasi yang telah dibuat. Untuk memperoleh nilai tiap aspek
digunakan rumus sebagai berikut:
skor perolehan
Nilai tiap aspek = x 100
skor maksimum
36
Untuk menentukan nilai rata-rata tiap aspek digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
x : nilai rata-rata
: nilai keseluruhan siswa kelas V
N : jumlah siswa kelas V
Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Menulis
No Skala Angka Keterangan
1 85 – 100 Sangat baik
2 70 – 84 Baik
3 55 – 69 Cukup
4 40 – 54 Kurang
Tolak ukur kemampuan menulis kata deskriptif bahasa Makassar siswa melalui
media gambar ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
Jika jumlah siswa mencapai 85% yang mendapat nilai 75 ke atas dianggap
mampu, dan jika jumlah siswa kurang dari 85% yang mendapat nilai 75 ke bawah
maka dianggap tidak menulis kata deskriptif bahasa Makassar.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Menulis Deskriptif Bahasa Makassar
1. Menulis Deskriptif Bahasa Makassar Menggunakan Media Gambar
Sekolah Dasar Negeri 212 Inpres Pangkajene terletak di Desa Pallantikang
Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 4.1 Sekolah SDN 212 Inpres Pangkajene 2017
a. Kondisi Umum Sekolah
Jumlah siswa yang bersekolah di SDN 212 Inpres Pangkajene pada tahun
ajaran 2017/2018 adalah 109 Siswa, Khusus murid kelas V sebanyak 20 Orang. SDN
212 Inpres Pangkajene mempunyai tenaga kerja yang terdiri dari Satu Kelapa Sekolah
Dan Enam Tenaga Pendidik, adapun data siswa dan tenaga kependidikan SDN 212
Inpres Pangkajene tahun ajaran 2017/2018sebagai berikut :
Tabel 4.1 Daftar Tenaga Kerja SDN 212 Inpres Pangkajene
38
No Nama Jabatan JK Tanggal
Lahir NIP
1 Alimuddin,S.ag Kepala Sekolah L 1960-12-31 196012311986111012
2 Mantasia,S.Pd Guru Kelas I –II P 1970-04-05 197004052006042003
3 St Rahma,S.Pd Guru Kelas III P 1993-10-28
4 Maya Romanti.S.Pd Guru Kelas IV P 1986-06-30
5 Irna Yuliana,S.Pd Guru Kelas V P 1995-12-03
6 Nurasni, S.Pd Guru Kelas VI P 1975-11-29 197511292006042014
7 ZakariahS.Pdi Guru Pendais L 1986-08-14
Sumber: Tata Usaha SDN 212 Inpres Pangkajene Maros Tahun Ajaran 2017/2018
Sarana dan prasarana yang adadi SDN 212 Inpres Pangkajene adalah sebagai berikut :
a. Ruang Kelas (I-VI)
b. Kantor
c. Perpustakaan
d. Lapangan Upacara / Olah raga
Bab IV ini, akan mendeskripsikan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian
dan jawaban terhadap rumusan masalah. Hal yang dipaparkan dalam penelitian ini
adalah secara khusus mendeskripsikan menulis deskriptif bahasa makassar
menggunakan huruf latin dengan media gambar, siswa kelas V SDN 212 Inpres
Pangkajene Kabupaten Maros.
Langkah-langkah tes menggunakan media gambar dalam pembelajaran
kemampuan menulis deskriptif bahasa makassar melalui media gambar siswa kelas V
SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros.
39
Tindakan Tahap I
1) Membuka pelajaran dengan mengucap salam.
2) Mengecek kehadiran siswa.
3) Menjelaskan materi tentang menulis deskriptif bahasa makassar melalui
media gambar.
4) Memperkenalkan kembali media gambar yang berupa gambar seorang anak
membersihkan halaman dan gambar orang sedang shalat berjamaah.
5) Menjelaskan penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis
deskriptif bahasa makassar melalui media gambar.
6) Memberikan contoh menulis deskriptif melalui media gambar.
7) Memberikan siswa kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum
dimengerti.
8) Membagikan lembaran tes gambar kepada siswa.
9) Menugaskan siswa untuk mengamati gambar yang telah dibagikan.
10) Menugaskan siswa untuk menulis deskriptif sesuai dengan media gambar
yang dibagikan.
11) Mengawasi siswa ketika mengerjakan tugas menulis deskriptif.
12) Memberikan bimbingan secara individual kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam menulis deskriptif.
Kegiatan Akhir
2) Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar hasil menulis deskriptif..
3) Mengadakan refleksi terhadap tes I yang telah dilakukan.
40
4) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
5) Tindakan Tahap II
6) Kegiatan Awal
7) Membuka pelajaran dengan mengucap salam.
8) Mengecek kehadiran siswa.
9) Menginformasikan pada siswa terhadap tes II menulis deskriptif bahasa
makassar melalui media gambar.
10) Menyinggung kembali tes I menulis deskriptif bahasa makassar melalui
media gambar.
11) Membagikan lembar tes media gambar pada siswa.
12) Kegiatan Inti tes II menulis deskriptif bahasa makassar melalui media
gambar.
Kegiatan Akhir
1) Meminta siswa untuk mengumpulkan lembar hasil menulis deskriptif.
2) Mengadakan refleksi terhadap tes II yang telah dilakukan.
3) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
41
2. Skor perolehan tes tahap I dan II
Hasil penelitian yang diperoleh dari tes tahap I dan Tahap II disajikan secara
rinci dalam table berikut ini:
Tabel 4.2 Skor Perolehan Siswa pada Tahap I
Inisial
Aspek yang dinilai
Skor Isi
karangan
(skor 1-
20)
Organisasi
karangan
(skor 1-20)
Penggunaan
bahasa,
(skor 1-20)
Pilihan
Kata,
(skor 1-
20)
Penggunaan
ejaan dan
tanda baca,
skor (1-20)
1. 19 16 16 15 14 80
2. 18 18 16 14 12 78
3. 16 16 16 8 12 68
4. 16 16 12 12 12 68
5. 18 17 16 12 12 75
6. 16 13 12 12 15 68
7. 16 12 16 15 17 76
8. 18 16 16 15 15 80
9. 16 16 16 12 16 76
10. 17 16 15 15 14 77
11. 12 12 10 11 10 55
12. 15 11 12 10 10 58
13. 18 17 18 8 9 70
14. 16 15 12 12 12 67
15. 16 13 14 12 13 68
16. 8 12 12 12 16 60
17. 18 17 18 16 16 85
18. 12 12 16 12 16 68
19. 12 16 16 12 12 68
20. 18 16 16 12 12 74
Jumlah 315 297 295 247 265 1419
42
Siswa yang memperoleh nilai 75 standar kelulusan sebanyak 8 siswa dari 20
siswa kelas V SDN 212 inpres Pangkajene Kabupaten Maros. sebanyak 12
memperoleh nilai di bawah standar kelulusan. Karena siswa yang lulus dibawah dari
85%. Nilai rata-rata siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros,
pada tahap I yang berjumlah 20 siswa adalah 70.95.
Tabel 4.3 skor perolehan siswa pada tahap II
Inisial
Aspek yang dinilai
Skor Isi
karangan
(skor 1-
20)
Organisasi
karangan
(skor 1-
20)
Penggunaan
bahasa,
(skor 1-20)
Pilihan
Kata,
(skor 1-
20)
Penggunaan
ejaan dan
tanda baca,
skor (1-20)
1. 17 15 15 14 14 75
2. 17 18 15 15 12 77
3. 16 16 16 12 12 72
4. 17 18 12 12 12 71
5. 18 17 16 12 16 79
6. 16 16 16 12 14 74
7. 16 18 17 17 16 84
8. 17 16 12 10 12 67
9. 16 16 16 12 16 76
10. 15 12 15 15 14 71
11. 12 9 11 11 12 55
12. 15 12 12 12 13 64
13. 18 18 18 8 9 71
14. 17 17 16 14 14 78
15. 15 12 14 10 12 63
16. 8 12 12 12 16 60
17. 19 17 18 16 16 86
18. 19 14 16 19 16 84
19. 19 16 16 12 12 75
20. 16 16 16 14 12 74
Jumlah 323 305 299 259 270 1456
43
Siswa yang memperoleh nilai 75 standar kelulusan sebanyak 9 siswa dari 20
siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros. Sebanyak 11 siswa
memeroleh nilai di bawah standar kelulusan. Karena siswa yang lulus tidak mencapai
85%. Nilai rata-rata siswa kelas V SDN 212 inpres Pangkajene Kabupaten Maros,
pada tahap II yang berjumlah 20 siswa, yaitu 72.8.
3. Kata yang salah penulisan
Setelah dilakukan analisis ditemukan beberapa kata yang salah dalam
penulisan daskriptif bahasa Makassar dengan menggunakan huruf latin. Secara
lengkap disajikan pada tabel berikut ini:
Tes tahap I menggunakan media gambar shalat berjamaah, gambar tersebut
dipilih untuk menggali pemahanan siswa dalam beribadah, dalam tes penulisan
deskriptif, hasil yang ditemukan kata yang salah penulisan deskriptif.
Tabel 4.4 Kata yang salah penulisan pada tahap I
Kode
Sampel Penulisan Kata yang Salah
Penulisan Kata yang
Benar
1
2
Segang sigang
Nyia niak
Di ri
Amakei ammakei
3
Di ri
Sigan sigang
Siagan sigang
4
Di ri
Assanbayan assambayang
Nia niak
Make make
Segah segang
Makkei makei
5 Saga sagang
44
Nia niak
Di ri
Ampina ampikna
6
Mangena manggena
Asambayangi assambayangi
Buranea buraknea
bida-bida bidak-bidaki
Bayinea bainea
Ammak ammakei
Aro akrok
Kacinikan kacinikang
Saga siagang
7
Abbarrasa abbarrasak
Ballana ballakna
Sagang siagang
8
Nia niak
Siagan siagang
Pammonean pammoneang
9 Nia niak
Ampinna ampikna
10 Nasaba nasabak
11 Caradena carakdekna
12
Asabayangi assambayangi
Sagangasengi siagang ngasengi
Asaribatang assarikbattang
Asambayami assambayangmi
Agalemi anngallemi
Sehjada sajada
Songko songkok
Talako talakko
13
Ballana ballakna
Nia niak
Bulan bulang
14
Mangena manggena
Siaga siagang
Ballana ballakna
Ampa nampa
15
Nia niak
Bijjana bijanna
Sanbayan sambayang
16 Aalampa aklampa
45
Anjjari anjari
Tawwa taua
17
Assambayan assambayang
Siagan siagang
Songko songkok
Ammakai ammake
Nia niak
18
Bijanku bijangku
Mai mae
Anjoren anjoreng
tongan-tonganna tontonganna
19
Siagagi siagangi
Aksiampiki assiampiki
Leklen lekleng
Amakai ammakei
akbidak-bida akbidak-bidak
Nia niak
20
Asabayangi assambayangi
Ajo anjo
Mana manga
Amakai ammakei
Tomi tommi
Soko songkok
Talako talakko
Bangia banngia
Asabayang assambayang
Magaribi mangaribi
Nia niak
Angiga anginga
poko-poko pokok-pokok
dalekana dallekanna
Tabel 4.5 Kata yang salah penulisan pada tahap II
Tes tahap II menggunakan media gambar seorang anak perempuan
membersihkan halaman rumah, gambar tersebut dipilih, untuk menggali kepedulian
siswa terhadap lingkungan sekitarnya, hasil yang ditemukan kata yang salah
penulisan deskriptif.
46
Kode
Sampel Penulisan Kata yang Salah
Penulisan Kata yang
Benar
1
abbarrasa abbarrasak
ballana ballakna
ruku-rukuna rukuk-rukukna
2
Di ri
Nyia niak
ballana ballakna
pabarrasakna pabbarrasakna
dalekang dallekang
3
Di ri
abbarrasa abbarrasak
poko-poko pokok-pokok
4
akbarasa abbarrasak
Lohroh loro
Di ri
Anpa nampa
Lehba lebbak
dalekan dallekang
5
ballana ballakna
poko-poko pokok-pokok
Nia niak
Di ri
6
abbarasa abbarrasak
dalekan dallekang
Balana ballakna
annigalaki annikgalaki
pabarasa pabbarrasak
Nia niak
poko-poko pokok-pokok
Sega sigang
Todogi tongi
7
abbarrasa abbarrasak
ballana ballakna
sagang siagang
Capiu capiuk
pabbarasa pabbarrasak
8
abbararasa abbarrasak
ballana ballakna
Nia niak
Siagan siagang
47
dallekan dallekang
9 balakna ballakna
10 abbararasa abbarrasak
11
antakasi antangkasi
dallekan dallekang
Sega siagang
ballana ballakna
Ana anak
Tawwa taua
12
abarasaki abbarrasaki
dalekang dallekang
abarasa abbarrasak
patunuaga pattuanga
Lebaki lebbaki
pabarasana pabbarrasakna
13
abbarasa abbarrasak
ballana ballakna
Nia niak
pamoneang pammoneang
poko-poko pokok-pokok
Njo anjo
pabbarasana pabbarrasakna
pabbarasa pabbarrasak
14
barasaki barrasaki
pabarasa pabbarrasak
Siaga siagang
ballana ballakna
15
abarasa abbarrasak
Nia niak
ballana ballakna
16
ballaana ballakna
mangkasaki tangkasaki
ammelaa ammelak
17
abbarasa abbarrasak
dalekan dallekang
ballana ballakna
pabbarasa pabbarrasak
sikopan sikopang
18
akbakrasa abbarrasak
dalekannga dallekanna
48
19
akrapun anrappung
Rawah rawa
Segan siagang
Akpela ammelak
pammonean pammoneang
20
abarasaki abbarrasaki
dalekan dallekang
Balana ballakna
angeragi anngerangi
pabarasa pabbarrasak
angeratomi anggerang tommi
niatomo niak tommo
Tampa tampak
poko-poko pokok-pokok
dallekan dallekang
Balana ballakna
Bala ballak
B. Peranan Media Gambar Dengan Kemampuan Menulis
Berdasarkan penyajian data di atas, dapat diuraikan secara rinci peranan
penerapan media gambar dan kemampuan siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene
Kabupaten Maros, menulis deskriptif bahasa makassar menggunakan huruf latin.
Peranan dan penerapan media gambar dalam tes menulis deskriptif, pada
umumnya baik, tetapi tidak dikembangkan sehingga terjadi banyak pengulangan kata.
Kata kurang jelas dan kurang tepat penggunaannya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tes penggunaan media gambar menulis deskriptif tidak signifikan.
Indikator penilaian tes menulis deskriptif
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20)
2. Organisasi karangan (skor 1-20)
3. Penggunaan bahasa (skor 1-20)
49
4. Pilihan kata (skor 1-20)
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca (skor 1-20)
a. Tes tahap I
Siswa yang memperoleh nilai 75 standar kelulusan sebanyak 8 siswa dari 20
siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros. sebanyak 12
memperoleh nilai di bawah standar kelulusan. Sehingga siswa yang memperoleh nilai
75 sebagai standar kelulusan dibawah dari 85%.
b. Tes tahap II
Siswa yang memperoleh nilai 75 standar kelulusan sebanyak 9 siswa dari 20
siswa, kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros. sebanyak 11
memperoleh nilai di bawah standar kelulusan. Sehingga siswa yang memperoleh nilai
75 sebagai standar kelulusan dibawah dari 85%. Dapat disimpulkan bahwa pada
tahap I siswa belum mampu menulis deskriptif bahasa makassar menggunakan huruf
latin. Nilai rata-rata siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros,
pada tahap I yang berjumlah 20 siswa 72.8. Dapat disimpulkan bahwa pada tahap II
siswa belum mampu menulis deskriptif bahasa makassar menggunakan huruf latin.
Nilai rata-rata siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros, pada
tahap II yang berjumlah 20 siswa adalah 70.95.
50
Tabel 4.6 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 1
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
1.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 17 19
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 15 16
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 15 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 14 15
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 14 14
Jumlah 75 80
Tes tahap I siswa sampel 1 memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 75. Tes tahap II siswa sampel 1 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 80. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 1 dinyatakan lulus.
Tabel 4.7 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 2
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
2.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 17 18
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 18 18
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 15 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 15 14
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 12
Jumlah 77 78
Tes tahap I siswa sampel 2 memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 77. Tes tahap II siswa sampel 2 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 78. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 2 dinyatakan lulus.
51
Tabel 4.8 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 3
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
3.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 16 16
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 16 16
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 16 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 8 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 12
Jumlah 68 72
Tes tahap I siswa sampel 3 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 68. Tes tahap II siswa sampel 3 tidak memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 72. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 3 dinyatakan tidak lulus.
Tabel 4.9 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 4
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
4.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 16 17
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 16 18
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 12 12
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 12
Jumlah 68 71
Tes tahap I siswa sampel 4 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 68. Tes tahap II siswa sampel 4 tidak memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 71. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 4 dinyatakan tidak lulus.
52
Tabel 4.10 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 5
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
5.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 18 18
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 17 17
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 16 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 16
Jumlah 75 79
Tes tahap I siswa sampel 5 memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 75. Tes tahap II siswa sampel 5 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 79. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 5 dinyatakan lulus.
Tabel 4.11 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 6
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
6.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 16 16
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 13 16
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 12 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 15 14
Jumlah 68 74
Tes tahap I siswa sampel 6 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 68. Tes tahap II siswa sampel 6 tidak memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 74. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 6 dinyatakan tidak lulus.
53
Tabel 4.12 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 7
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
7.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 16 16
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 12 18
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 16 17
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 15 17
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 17 16
Jumlah 76 84
Tes tahap I siswa sampel 7 memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 76. Tes tahap II siswa sampel 7 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 84. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 7 dinyatakan lulus.
Tabel 4.13 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 8
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
8.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 17 18
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 16 16
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 12 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 10 15
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 15
Jumlah 67 80
Tes tahap I siswa sampel 8 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 67. Tes tahap II siswa sampel 8 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 80. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 8 dinyatakan lulus.
54
Tabel 4.14 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 9
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
9.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 16 16
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 16 16
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 16 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 16 16
Jumlah 76 76
Tes tahap I siswa sampel 9 memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 76. Tes tahap II siswa sampel 9 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 76. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 9 dinyatakan lulus.
Tabel 4.15 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 10
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
10.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 15 17
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 12 16
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 15 15
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 15 15
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 14 14
Jumlah 71 77
Tes tahap I siswa sampel 10 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 71. Tes tahap II siswa sampel 10 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 77. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 10 dinyatakan lulus.
55
Tabel 4.16 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 11
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
11.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 12 12
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 12 9
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 10 11
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 11 11
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 10 12
Jumlah 55 55
Tes tahap I siswa sampel 11 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 55. Tes tahap II siswa sampel 11 tidak memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 55. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 11 dinyatakan tidak lulus.
Tabel 4.17 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 12
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
12.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 15 15
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 11 12
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 12 12
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 10 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 10 13
Jumlah 58 64
Tes tahap I siswa sampel 12 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 58. Tes tahap II siswa sampel 12 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 64. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 12 dinyatakan tidak lulus.
56
Tabel 4.18 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 13
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
13.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 18 18
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 17 18
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 18 18
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 8 8
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 9 9
Jumlah 70 71
Tes tahap I siswa sampel 13 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 70. Tes tahap II siswa sampel 13 tidak memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 71. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 13 dinyatakan tidak lulus.
Tabel 4.19 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 14
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
14.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 16 17
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 15 17
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 12 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 14
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 14
Jumlah 67 78
Tes tahap I siswa sampel 14 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 67. Tes tahap II siswa sampel 14 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 78. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 14 dinyatakan lulus.
57
Tabel 4.20 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 15
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
15.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 15 16
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 12 13
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 14 14
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 10 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 13
Jumlah 63 68
Tes tahap I siswa sampel 15 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 63. Tes tahap II siswa sampel 15 tidak memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 68. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 15 dinyatakan tidak lulus.
Tabel 4.21 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 16
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
16.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 8 8
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 12 12
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 12 12
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 16 16
Jumlah 60 60
Tes tahap I siswa sampel 16 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 60. Tes tahap II siswa sampel 16 tidak memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 60. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 16 dinyatakan tidak lulus.
58
Tabel 4.22 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 17
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
17.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 18 19
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 17 17
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 18 18
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 16 16
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 16 16
Jumlah 85 86
Tes tahap I siswa sampel 17 memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 85. Tes tahap II siswa sampel 17 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 86. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 17 dinyatakan lulus.
Tabel 4.23 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 18
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
18.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 12 19
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 12 14
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 16 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 19
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 16 16
Jumlah 68 84
Tes tahap I siswa sampel 18 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 68. Tes tahap II siswa sampel 18 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 84. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 18 dinyatakan lulus.
59
Tabel 4.24 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 19
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
19.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 12 19
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 16 16
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 16 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 12
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 12
Jumlah 68 75
Tes tahap I siswa sampel 19 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 68. Tes tahap II siswa sampel 19 memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 75. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 19 dinyatakan lulus.
Tabel 4.25 Analisis hasil Tes I dan Tes II kode sampel 20
Kode
Sampel Aspek yang dinilai
Skor
Tes I Tes II
20.
1. Isi karangan dengan penilaian (skor 1-20): 18 16
2. Organisasi karangan (skor 1-20): 16 16
3. Penggunaan bahasa, (skor 1-20): 16 16
4. Pilihan Kata, (skor 1-20): 12 14
5. Penggunaan ejaan dan tanda baca, skor (1-20): 12 12
Jumlah 74 74
Tes tahap I siswa sampel 20 tidak memenuhi standar kelulusan 75, nilai yang
diperoleh siswa, yaitu nilai 74. Tes tahap II siswa sampel 20 tidak memenuhi standar
kelulusan 75, nilai yang diperoleh siswa, yaitu nilai 74. Dapat disimpulkan bahwa
siswa sampel 20 dinyatakan tidak lulus.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa, siswa kelas V SDN 212 inpres Pangkajene Kabupaten
Maros, kemampuan menulis deskriptif bahasa Makassar menggunakan huruf latin
dengan media gambar.
1. Pada tes pertama siswa yang memperoleh nilai 75 standar kelulusan sebanyak
8 siswa dari 20 siswa kelas V SDN 212 inpres Pangkajene Kabupaten Maros,
sebanyak 12 memperoleh nilai di bawah standar kelulusan. Nilai rata-rata
siswa kelas V SDN 212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros, pada tahap I
yang berjumlah 20 siswa adalah 70.95. Dengan demikian, dikategorikan
belum mampu karena rata-rata nilai siswa tidak mencapai standar kelulusan
yaitu 75. Selanjutnya, pada tes kedua siswa yang memperoleh nilai 75 standar
kelulusan sebanyak 9 siswa dari 20 siswa. Nilai rata-rata siswa kelas V SDN
212 Inpres Pangkajene Kabupaten Maros, pada tahap II yang berjumlah 20
siswa 72.8. Oleh karena itu, kemampuan siswa dikategorikan belum mampu
karena rata-rata nilai siswa tidak mencapai standar kelulusan yaitu 75. Setelah
menggunakan media gambar, kemampuan siswa hanya meningkat sebanyak
1.85%. Meskipun ada peningkatan penelitian ini tetap disimpulkan bahwa
siswa belum mampu menggunakan media gambar dalam menulis deskriptif
karena nilai rata-rata siswa tidak mencapai nilai standar kelulusan yaitu 75.
61
2. Peranan media gambar dengan kemampuan menulis siswa tes tahap I dan
tahap II. Tes tahap II hanya meningkat sebanyak 1.85%. Meskipun ada
peningkatan penelitian ini tetap disimpulkan bahwa media gambar belum
dapat membantu siswa secara signifikan dalam menulis deskriptif karena nilai
rata-rata siswa tidak mencapai nilai standar kelulusan yaitu 75.
B. Saran
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai, alternatif pembelajaran siswa
menulis deskriptif bahasa Makassar menggunakan huruf latin. Setelah mengetahui,
terdapat banyak kesalahan menulis latin kata dalam bahasa Makassar. Peneliti
memberikan saran sebagai berikut. Kepada guru pengampuh muatan lokal,
hendaknya pada pembelajaran bahasa daerah, siswa dialtih menulis kosakata, serta
aktif menggunakan bahasa Makassar sebagai wujud mencintai kearifan lokal Maros
yang menggunakan bahasa Makassar. Bagi peneliti lain, hendaknya termotivasi
melanjutkan penelitian kemampuan siswa menulis deskriptif bahasa Makassar
menggunakan huruf latin. Yang lebih variatif dan inovatif untuk meningkatkan mutu
pendidikan siswa, guru, serta sekolah kearah yang lebih baik lagi, karena penelitian
ini masih jauh dari kesempurnaan.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Saleh, 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar.
Depdiknas. Jakarta.
Basang, Djirong dan Arief, Aburaerah. 1975. Struktur Bahasa Makassar. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Burhan, Nurgiyantoro. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa. BPEF.
Yogyakarta.
Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
UI: DIA FISIP UI.
Iskandarwassid dan H.Dadang Suendar 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Manyambeang, Abd.Kadir, dkk.1996. Tata Bahasa Makassar. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesinalisme Guru.
PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Saddhono, Khundaru dan Slamet. 2014. Pembelajaran dan Keterampilan Berbahasa
Indonesia, Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Semi. 2003. Ciri-ciri Karangan Deskripsi. Diunduh dari
http://www.sarjanaku.com/2012/09/karangan-deskripsi-pengertian-danciri.html(diakses 16/01/2015, pukul: 21:00 WIB).
Suparno. 2011. Keterampilan Dasar Menulis. Universitas Terbuka.Jakarta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana
Prenadamedia Group. Jakarta.
Susilowaty, Yeni, Karunia. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi
Melalui Model Induktif Kata Bergambar Pada Siswa Kelas II SDN
63
Karanganyar 02 Kota Semarang. lib.unnes.ac.id/20533/ (Diunduh hari 24
Desember 2016, Pukul 22.23 WITA)
Taringan H. Guntur 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Angkasa. Bandung.
Wahid, Sugira. 2010. Manusia Makassar. Makassar: Pustaka Refleksi.
64
LAMPIRAN
65
66
67