skripsi implementasi kebijakan pengembangan …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO,
KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI DINAS KOPERASI DAN UMKM
KABUPATEN GOWA
Disusun dan diusulkan oleh
Muh. Qurratun A’yun Muhiddin
Nomor Stambuk : 10564 02206 15
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL
DAN MENENGAH (UMKM) DI DINAS KOPERASI DAN UMKM
KABUPATEN GOWA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh :
Muh. Qurratun A’yun Muhiddin
Nomor Stambuk : 015640220615
Kepada :
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ABSTRAK
Muh. Qurratun A’yun Muhiddin. Implementasi Kebijakan Pengembangan
Usaha MIkro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Gowa.
(dibimbing oleh Ansyari Mone dan Hamrun)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Kebijakan
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Dinas Koperasi
dan UMKM Kabupaten Gowa dan juga untuk mengetahui factor pendukung dan
penghambat implementasi kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah yang ada di Kabupaten Gowa. Jenis penelitian ini adalah kualitatif.
Sumber data ialah informan dari pihak dinas koperasi dan UMKM Kabupaten
Gowa dan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di Kabupaten
Gowa instumen yang digunakan yaitu observasi, pedoman wawancara, data dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode induktif, deduktif
dan metode komparatif. Lokasi penelitian ini berada di Dinas Koperasi Dan
UMKM di dan juga melibatkan beberapara informan dari pelaku usaha yang
lokasi usahanya berbeda-beda. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu
berjumlah 3 orang dari dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa dan pelaku
usaha yang bergerak di sector UMKM berjumlah 3 orang. Hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil
dan menengah, di Kabupaten Gowa berperan untuk peningkatan sumber daya dan
kualitas dari usaha-usaha yang ada di Kabupaten Gowa, berupa peningkatan
teknologi usaha, promosi dan pelatihan-pelatihan, begitu juga pengembangan dan
pembinaan yang dilakukan secara intensif semata-mata untuk meningkatkan
kesejaterahan masyarakat juga strata sosial dan perekonomian di Kabupaten Gowa
yang akan sangat berperan juga untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang
maju nantinya. Faktor yang menjadi pendukung seperti dilibatkannya tokoh
maysarakat, pelatihan-pelatihan dan promosi untuk para pelaku usaha. Faktor
penghambat seperti kurangnya motivasi dalam berusaha, daya kreativitas yang
rendah dan belum meratanya sosialisasi dari pihak kedinasan.
Kata Kunci: Kebijakan dan pengembangan UMKM
KATA PENGANTAR
حيم نٱلر حم بسمٱللهٱلر
Assalamu „Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pengembangan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Gowa”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis ajukan sebagai syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana di Jurusan Ilmu Pemerintahhan, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Poilitik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ucapan terima kasih pertama-tama penulis persembahkan untuk kedua
orang tua penulis, Ayahanda Harto Imayaduddin dan ibunda tercinta Suryani
Thalib atas dukungan, semangat serta doa-nya yang tidak pernah berhenti
diberikan kepada penulis agar selalu diberikan kemudahan dan kelancaran untuk
segala urusannya. Terima kasih atas segala perjuanagan dan pengorbanannya.
Semoga ayahanda dan ibunda senantiasa dirahmati oleh Allah SWT.
Banyaknya rintangan dan tantangan yang harus penulis hadapi dalam
penyelesaian skripsi ini dan menyadari bahwa hal ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang selalu mengarahkan
penulis untuk mencapai dan memperoleh kebenaran untuk menyelesaikan skripsi
ini. Izinkan penulis untuk memberikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini, maka dari itu penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ayahanda Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku Pembimbing I dan Kakanda
Hamrun, S.IP., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
3. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kakanda Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan dan Kakanda Ahmad Harakan Djamal S.IP., M.HI selaku
Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah sudi berbagi
ilmunya kepada penulis selama ini.
6. Segenap Dosen Penguji mulai dari Seminar Proposal, Ujian Hasil, sampai
Ujian Tutup yang selalu mengkritik dan memberi masukan kepada penulis
demi perbaikan Skripsi.
7. Segenap Dosen yang berada di ruangan Tata Usaha, Simak, LP3M Unismuh
Makassar yang telah membantu pengurusan berkas selama ini.
8. Para pihak kantor, mulai dari Kantor Bupati Gowa, Kantor Dinas Penanaman
Modal & Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa yang telah memberi
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh teman-teman kelas yang selama ini selalu bersama-sama mengikuti
jadwal kuliah yang selalu punya cerita dan pengalamannya tersendiri didalam
kelas.
10
10. Kepada seluruh keluarga besar SOSPOL Universitas Muhammadiyah
Makassar terutama kepada satu angkatan penulis EXECUTIVE 2015 yang
selalu memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini
11. Kepada para pelaku usaha di sector UMKM yang bersedia menjadi informan
dalam penulisan skripsi ini.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 31 Desember 2019
Penulis,
Muh. Qurratun A’yun Muhiddin
11
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................................................. 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori............................................................................................................ 13
1. Implementasi Kebijakan................................................................................... 13
2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ................................................. 23
B. Kerangka Pikir ....................................................................................................... 27
C. Fokus penelitian ..................................................................................................... 28
D. Deskripsi Fokus Penelitian ..................................................................................... 29
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................................. 31
B. Jenis Penelitian ....................................................................................................... 31
C. Sumber Penelitian .................................................................................................. 31
D. Informan Penelitian ................................................................................................ 32
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 33
1. Observasi .......................................................................................................... 33
2. Wawancara ....................................................................................................... 33
3. Studi Dokumentasi ........................................................................................... 34
F. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 34
G. Keabsahan Data ...................................................................................................... 35
BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................................... 36
1. Gambaran Umum Kabupaten Gowa .................................................................. 36
a. Masa Kemerdekaan ............................................................................. 40
b. Geografi ............................................................................................... 44
12
c. Batas Wilayah ...................................................................................... 46
d. Visi Misi Kabupaten Gowa ................................................................. 46
2. Gambaran Umum Dinas Koperasi ..................................................................... 47
a. Profil Dinas Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah) Kabupaten Gowa ..................................................................... 47
1. Kedudukan dan Latar Belakang .......................................................... 47
2. Visi dan Misi ....................................................................................... 48
3. Tugas Pokok Dinas Koperasi dan UMKM .......................................... 51
B. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pengembangan UMKM di Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa ................................................................ 53
1. Komunikasi ................................................................................................ 55
2. Sumber daya ............................................................................................... 58
3. Disposisi ..................................................................................................... 62
4. Struktur Birokrasi ....................................................................................... 64
C. Faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan
pengembagan usaha mikro, kecil dan mengengah (UMKM) di Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa ................................................................ 65
1. Faktor Pendukung ...................................................................................... 65
2. Faktor Penghambat..................................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 69
B. Saran ....................................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
13
DAFTAR TAPBEL
Tabel 3.1 Informan Penelitian ................................................................................... 31
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Gowa ......................................................... 38
Tabel 4.4 Nama-Nama Bupati Kabupaten Gowa ....................................................... 41
Tabel 4.5 Batas-Batas Wilayah Kabupaten Gowa ..................................................... 45
Tabel 4.6 Jumlah UMKM Kabupaten Gowa Tahun 2014-2018 ................................ 51
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pikir........................................................................................ 28
Gambar 4.2 Peta Kabupaten Gowa ............................................................................ 44
Gambar 4.3 Struktur Birokrasi Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa ....... 47
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesejahterahan masyarakat adalah tujuan utama dalam pembangunan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat banyak upaya pemerintah
untuk menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
tujuan pembangunan indonesia yang tertuang dalam UUD 1945. Pengaruh
globalisasi saat ini di seluruh negeri memaksa untuk tetap efektif, efisien,
kompetitif dan sekreatif mungkin dalam setiap bidang yang ditekuni, hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia dengan jumlah penduduk pada tahun 2018 mencapai 265 juta jiwa. Dengan
jumlah penduduk yang begitu besar diharapkan dapat mengimbangi pembangunan
diberbagai sektor dalam menopang pertumbuhan ekonomi negara. Di Indonesia,
jumlah usaha kecil mencapai lebih dari separuh kegiatan dalam dunia usaha.
Upaya penumbuhan kemampuan dan ketangguhan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) yang memiliki jumlah besar dan tersebar diseluruh tanah air,
merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari upaya mengembangkan dan
menumbuhkan kemampuan, ketangguhan dan ketahanan nasional secara
keseluruhan (Hidayat, 2007).
Namun sampai saat ini pengangguran di negeri ini masih banyak, ini
menjadi permasalahan yang tak pernah lepas dari Indonesia. Ini membuktikan
bahwa pemerintah masih mempunyai tugas yang begitu berat dalam
16
mengenteskan proses pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Kenyataan tersebutlah yang juga menjadi tantangan bagi perusahaan kecil
menengah yang hanya bersaing dalam kancah domestik dalam suatu wilayah
negara, atau bahkan hanya mencakup wilayah Kota. Pada umumnya, perusahaan-
perusahaan besar dan manca negara memiliki hampir semua keunggulan
dibandingkan dengan Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) mulai dari
keunggulan modal, biaya, efisiensi, jaringan, dan lain-lain. Usaha kecil
menghadapi berbagai tantangan dan kendala seperti kualitas sumber daya manusia
yang rendah, tingkat produktifitas dan kualitas produk dan jasa rendah, kurangnya
teknologi dan Informasi, faktor produksi, sarana dan prasarana belum memadai,
aspek pendanaan dan pelayanan jasa pembiayaan, iklim usaha belum mendukung,
dan koordinasi pembinaan belum baik.
Globalisasi sangat berperan dalam perkembangan dunia secara keseluruhan
dengan adanya globalisasi seakan dunia tidak memiliki batasan dan jarak tidak
lagi menjadi masalah dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lain.
Tidak ada negara yang mengisolasi dirinya dan memenuhi kebutuhannya sendiri
tanpa melakukan hubungan dengan negara lain di dunia. Karena hal tersebut tidak
realistis melihat banyaknya keuntungan yang akan diperoleh dengan melakukan
kerjasama dengan negara-negara lain, walaupun pasti juga akan terdapat beberapa
dampak negatif. Namun selama manfaat yang diperoleh lebih besar dari kerugian
yang diterima, maka kerjasama tersebut akan sangat menarik dan dijalankan.
17
Pengembangan UMKM perlu dioptimalkan, dengan keberadaan UMKM
memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi negara kita,
UMKM juga dapat mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia. Maka
dari itu, pemerintah dalam upaya mengembangkan UMKM harus dijalankan
dengan benar, agar tidak ada ketimpangan atau kerugian yang dialami oleh pihak
tertentu, pemerintah juga harus mempertimbangkan pertahanan bagi usaha kecil,
mikro dan menengah, pemerintah harus mengoptimalkan UMKM, serta
pemerintah tidak hanya menyediakan kredit usaha rakyat atau yang biasa
disingkat KUR, tapi juga mempertimbangkan kelangsungan dan keamanan usaha,
selama ini pertimbangan dan keamanan usaha.
Pada masa orde baru pemerintahan sentralistik tidak membawa perubahan
signifikan terhadap pembangunan pada daerah karena semua terpusat pada satu
pemerintahan yang besar di Ibu Kota (Jakarta), pemerintah di daerah memiliki
kewenangan terbatas sehingga tidak ada kemandirian perencanaan pemerintah
daerah yang murni saat itu dalam melaksanakan fungsi pemerintahan di daerah
masing-masing. Maka dari itu segala pendanaan (uang) untuk daerah berada di
pusat dan mengharuskan daerah meminta ke pusat dalam rangka melaksanakan
pemerintahan di daerah. Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi
perubahan paradigma pembangunan nasional, dari paradigma pertumbuhan
menuju paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang.
Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan otonomi
daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam satu paket
undang-undang yaitu No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah menjelaskan
18
tentang tanggug jawab politik dan administrasi pemerintah pusat, propinsi, dan
daerah dan undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyediakan dasar hukum tentang
desentralisasi fisksal, menjelaskan pembagian baru mengenai sumber pemasukan
dan transfer antar pemerintah.
Maka tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan-perusahaan tersebut mampu
berproduksi secara sangat baik sehingga menghasilkan produk yang berkualitas.
Sektor UMKM pada realitanya menjadi penopang dan tumpuan bagi hampir
sebagian besar perusahaan besar di negara maju dan ini merupakan komponen
penting bagi pemberdayaan masyarakat, walaupun pada sector UMKM yang
membantu peranan pemerintah dan para perusahaan besar tidak akan terlalu
terpengaruh terhadap perubahan ataupun kebijakan yang selalu berubah-ubah
seperti perubahan dollar dan moderenisasi sebagiannya akan tetap bertahan.
Agar para pengusaha kecil menengah dapat bertahan dan berkembang maka
peran masyarakat dan tokoh-tokoh terkaitpun dibutuhkan, begitu pula peran
aparatur negara sebagai pendamping dan penggerak yang bertugas pula untuk
terus mengembangkan UMKM di daerahnya masing-masing. Namun dalam
kenyataannya, konstribusi UMKM yang cukup strategis dalam bidang
perindustrian dalam peningkatan disribusi pendapatan belum mampu mendorong
pemerintah untuk memperhatikan yang lebih besar pada sector ini. Maka para
pengusaha pada sector UMKM biasanya bergerak dan mengembangkan usahanya
dengan cara otodidak tanpa bimbingan dan peranan pemerintah secara langsung,
19
hal ini menyebabkan terjadinya ketidaksetimbangan antara para pengusaha dan
pemerintah itu sendiri.
Dalam rangka pelaksanaan otonomi tersebut tidak dapat dipungkiri dalam
menjalankan otonomi sepenuhnya didalam implementasinya diperlukan dana
yang memadai. Oleh karena itu, melalui undang-undang No. 33 tahun 2004
kemampuan daerah untuk memperoleh dana dapat ditingkatkan. Sebagai daerah
otonom, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalkan
semua potensi daerah yang digali dari dalam wilayah daerah bersangkutan yang
terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, pengelolaan kekayaan yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang menjadi sumber
pendapatan daerah (PAD) maka pemerintah mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat serta menjaga dan memelihara
ketentraman dan ketertiban masyarakat. Dalam rangka desentralisasi itulah maka
daerah-daerah diberi otonomi, yaitu mengatur dan mengurusi rumah tangganya
sendiri.
Karena makna substantif otonomi itu sebenarnya adalah pengakuan
pentingnya kemandirian. Implikasi lain yang sangat penting dari pengurusan
kewenanagan tersebut adalah semakin meningkatnya kebutuhan daerah dan
pembiayaan penyelenggaraan aktivitas pemerintah dan pembangunan juga akan
semakin besar. Oleh karenanya pemerintah daerah harus dapat bertindak sekaligus
bersikap efisien dan efektif serta berprinsip melakukan pemberdayaan terhadap
sumber daya yang dimiliki daerah untuk dikelola sebaik-baiknya untuk
menjadikan pendapatan asli daerah sebagai pendapatan murni yang diambil dari
20
kekayaan daerah dalam mengelola keuangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
daerah. Produk yang berkualitas prima memang akan lebih atraktif bagi
konsumen, dan pada akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan perusahaan.
Sehingga perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri
dengan perubahan yang ada secara perlahan tapi pasti akan mengalami
kemunduran, (Prawirosentono, 2007).
Pentingnya peranan industri kecil dalam mengembangkan perekonomian
nasional ditunjukkan dengan ditetapkannya Undang-Undang RI nomor 20 tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam Undang-Undang ini
diatur bahwa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah perlu
diselenggarakan secara menyeluruh, optimal dan berkesinambungan melalui
pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan,
perlindungan dan pengembangan yang seluas-luasnya, sehingga mampu
meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan
pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.
Selanjutnya diikuti dengan Peraturan Pemerintah RI nomor 32 tahun 1998 tentang
pembinaan dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah. Inti dari
peraturan ini adalah adanya pengakuan dan upaya untuk memberdayakan mereka.
Hal ini sebagaimana yang terungkap dalam PP tersebut bahwa usaha kecil bagian
integral dari perekonomian nasional yang mempunyai kedudukan, potensi,
peranan yang penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi
nasional.
21
Perkembangan dunia usaha di Indonesia dilihat dari volume usahanya,
perkembangannya masih relatif rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu rendahnya kemampuan berwirausaha meraeka, rendahnya motivasi yang
dimiliki, lingkungan kerja yang kurang mendukung, kurangnya modal usaha dan
kurangnya dukungan atau rasa memiliki para karyawan yang disebabkan tidak
adanya intensif bagi mereka. Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) telah menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional, namun
masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal
maupun eksternal, dalam hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya
manusia, desain dan teknologi, permodalan, serta iklim usaha.
Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan, dan perlindungan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah, telah ditetapkan suatu kebijakan tentang
pencadangan usaha, pendanaan, dan pengembangannya namun belum optimal.
Hal itu dikarenakan kebijakan tersebut belum dapat memberikan perlindungan,
kepastian berusaha, dan fasilitas yang memadai untuk pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu
melakukan upaya untuk mengatasi masalah UMKM tersebut dengan melakukan
perubahan secara teratur dan terukur, Agar perubahan tingkat kesejahteraan dapat
dilakukan secara teratur dan terukur, diperlukan perencanaan.
Manajemen perencanaan adalah proses mendefinisikan sebuah tujuan,
membuat strategi untuk mencapai tujuan itu dan mengembangkan rencana
aktivitas kerja. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain, pengarahan dan
22
pengontrolan tak akan dapat berjalan. Namun pada kenyataannya, tidak semua
urusan pemerintahan dapat diselenggarakan sendiri oleh organ pemerintahan yang
diberi kewenangan untuk menjalankan tugas dan urusan tersebut, serta tidak
semua tugas dan urusan pemerintahan dapat dijalankan secara bersama-sama
dengan organ pemerintahan lainnya. Hal ini karena ruang lingkup urusan
pemerintahan demikian luas dan kompleks, sehingga untuk efektivitas dan
efisiensi diperlukan keterlibatan pihak pemerintah atau swasta, yang diwujudkan
dengan cara kolaborasi atau perjanjian.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Melihat dari perbedaan definisi antara UKM dan UMKM berdasarkan
undang-undang yang berlaku di Indonesia, ada beberapa hal yang dapat
membedakan keduanya.
1. Modal Awal
Apabila mau membuka sebuah UKM alias Usaha Kecil Menengah, Anda
harus memiliki modal setidaknya lima puluh juta rupiah. Sedangkan, apabila mau
membuka UMKM atau Usaha Mikro Kecil Menengah, Anda membutuhkan
modal awal sekitar tiga ratus juta rupiah.
2. Jumlah Tenaga Kerja
Jika Anda mau membuka sebuah UKM, jumlah tenaga kerja yang biasanya
dimiliki adalah sekitar lima sampai sepuluh orang. Sementara itu, bagi UMKM,
biasanya memiliki minimal tiga puluh pekerja. Maka dari itu, UKM biasanya
23
berbentuk seperti usaha kaki lima atau usaha yang dilakukan di rumah (home
industry).
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Adapun beberapa kriteria usaha yang tergolong dalam UMKM yaitu:
1. Usaha Mikro
Kriteria UMKM adalah sebuah usaha mikro yang dimiliki oleh perseorangan
atau badan usaha dan juga didasarkan pada kriteria usaha mikro. Kekayaan bersih
yang dimiliki atau aset minimal adalah lima puluh juta rupiah. Sementara itu, hasil
penjualan atau omzet minimal adalah tiga ratus juta rupiah.
2. Usaha Kecil
Usaha-usaha yang masuk ke dalam jenis usaha kecil adalah usaha dengan
kekayaan bersih yang mencapai lima puluh juta rupiah. Ini tentu tidak termasuk
dengan harga tempat untuk mendirikan usaha. Hasil penjualan atau omzet yang
didapatkan oleh usaha ini setiap tahunnya adalah berkisar antara tiga ratus juta
rupiah sampai dengan 2,5 miliar rupiah.
3. Usaha Menengah
Sementara itu, usaha menengah adalah usaha dengan total kekayaan bersih
lima ratus juta sampai dengan sepuluh miliar rupiah. Omzet per tahunnya mulai
dari dua koma lima miliar rupiah sampai dengan lima puluh miliar rupiah. Usaha
yang masuk ke dalam kategori ini bukan anak/cabang perusahaan yang besar dan
tidak termasuk ke dalam kategori UMKM.
24
Ciri-Ciri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Adapun beberapa cici dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
yaitu:
1. Tempat usaha bisa berpindah-pindah, tidak tetap berada di satu tempat
2. Jenis barang yang dijual bisa berubah sewaktu-waktu, belum ada SOP
ketat yang mengatur hal ini
3. Administrasi keuangan sederhana, terkadang keuangan pribadi dan
keuangan perusahaan masih disatukan
4. Kebanyakan belum memiliki legalitas usaha
5. Belum ada sistem ketat dan sistematis yang mengatur masalah SDM di
dalam badan usaha
Sektor industri dan perdagangan memiliki peranan strategis dalam
pembangunan perekonomian diberbagai daerah salah satunya di Kabupaten
Gowa. Hal ini dapat dilihat dalam peranannya yang penting dalam penyediaan
kesempatan usaha, kesempatan kerja, peningkatan ekspor, lebih dari itu sector
industri dan perdagangan lebih mampu bertahan terhadap krisis ekonomi di masa
lalu karena, karakteristiknya yang fleksibel dan memanfaatkan sumberdaya local
sehingga dapat diandalkan mendukung ketahanan ekonomi. Tapi dapat ditemukan
pula permasalahan yang cukup beragam diberbagai daerah di Indonesia contohnya
di Kabupaten Gowa. Banyak hal yang bisa menjadi usaha unggulan di daerah
tersebut namun karena masih banyaknya permasalahan ataupun kurangnya
keahlian dalam bidang tersebut maupun kesalahan manajemen dan system dalam
25
pengembangan UMKM di Kabupaten Gowa. Dengan pertimbangan tersebut,
maka pemerintah Kabupaten Gowa, akan terus meningkatkan kebijaksanaan
pembinaan dan pengembangannya sehingga dapat berperan sebagai salah satu
tulang punggung ekonomi Kabupaten Gowa sejalan dengan misi Bupati Gowa
dalam rangka menarik investor dan mengoptimalkan pengelolaan dan
pemanfaatan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
Tapi bukan berarti pemerintah tidak memiliki usaha untuk menjadikan
UMKM lebih baik kedepannya ada banyak cara yang dilakukan pemerintah dan
banyak pula masyarakat yang terjun langsung di sector UMKM yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan dan dibina secara teratur agar bisa membantu
meningkatkan taraf perekonomian terkhususnya di Kabupaten Gowa. Seperti yang
tertuang dalam peraturan daerah Kabupaten Gowa nomor 8 tahun 2008, tentang
organisasi dan tata kerja koperasi dan UMKM Kab. Gowa. Melaksanakan
kewenangan desentralisasi dan tugas pembantu serta kewenangan yang tidak atau
belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota dibidang koperasi dan UMKM
sesuai peraturan yang berlaku. Berikut adalah penjabaran dari Perda Kabupaten
Gowa nomor 8 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja koperasi dan UMKM
Kabupaten Gowa yang meliputi beberapa pasal yaitu mulai dari pasal 185, 186,
187, dan 188 yang berfokus pada pengembangan dan pemodalan yang ada di
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa:
Pasal 185
Bidang Pengembangan Permodalan Sendiri mempunyai tugas Melakukan
penyiapan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan,
26
pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan
permodalan sendiri koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Pasal 186
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 185,
Bidang Pengembangan Permodalan Sendiri menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan bahan pengembangan permodalan sendiri koperasi; dan
b. penyiapan bahan pengembangan permodalan sendiri usaha mikro, kecil,
dan menengah.
Pasal 187
Bidang Pengembangan Permodalan Sendiri terdiri atas:
a. Subbidang Permodalan Sendiri Koperasi; dan
b. Subbidang Permodalan Sendiri UMKM.
Pasal 188
a. Subbidang Permodalan Sendiri Koperasi mempunyai tugas Melakukan
penyiapan bahan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang
permodalan sendiri koperasi.
b. Subbidang Permodalan Sendiri UMKM mempunyai tugas Melakukan
penyiapan bahan perumusan, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang
permodalan sendiri usaha mikro, kecil dan menengah.
Upaya pengembangan sector industri dan perdagangan berbagai persoalan
masih perlu mendapat perhatian, yaitu:
27
1. Kondisi perindustrian dan perdagangan yang pada umumnya masih
terbatas baik dari aspek produktivitas, sumberdaya manusia,
menajemen, teknologi permodalan dan pemasaran.
2. Jaminan pasar yang akan menyerap hasil produksi termasuk jaringan
distribusi yang dapat berfungsi sebagai jalur pemasaran secara efisiensi.
3. Krisis ekonomi nasional yang belum sepenuhnya pulih.
4. Tantangan perkembangan liberalisasi perdagangan baik dalam kerangka
kerjasama AFTA, APEC maupun GATT/WTO yang membawa dampak
peningkatan persaingan usaha.
Terkait pula implementasi kebijakan dari Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Gowa terhadap UMKM yang pengembangannya masih belum
maksimal dan masih mengalami banyak permasalahan terutama dari para pelaku
usaha itu sendiri. Kurangnya pembinaan dan pengawasan dari pemerintah terkait
juga yang semakin menghambat proses perkembangan perekonomian di
Kabupaten Gowa ini. Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang “Implementasi Kebijakan Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Gowa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut.
28
1. Bagaimana implementasi kebijakan pengembangan Usaha mikro, kecil
dan menengah di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa.
2. Apa factor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di dinas Koperasi dan
UMKM di Kabupaten Gowa.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki tujuan
dan manfaat yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan penelitian:
1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan dalam rangka
penyelenggaraan urusan dalam pengembangan usaha mikro, kecil
menengah di Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui apa factor pendukung dan penghambat
implementasi kebijakan pengembangan di dinas koperasi dan
UMKM Kabupaten Gowa.
b. Manfaat penelitian:
Penelitian diharapkan menjadi bahan acuan untuk:
1. Teoritis
Melakukan usaha untuk menemukan segala sesuatu yang dianggap
masih kurang, mengembangkan serta memperluas dan menguji
kebenaran yang sudah ada tapi masih diragukan kebenarannya.
29
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk pemerintah
dan lembaga yang berwenang secara langsung terhadap
pengembangan sekaligus pembinaan terhadap setiap UMKM di
Kabupaten Gowa. Sehingga dapat dijadikan reverensi untuk
perkembangan industrialisali sesuai dengan harapan masyarakat dan
para pengusaha kecil dan menengah.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Implementasi Kebijakan
Secara umum, istilah ”kebijakan" atau ”policy” digunakan untuk menunjuk
perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu
lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Pengertian kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif memadai untuk
keperluan pembicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi kurang memadai
untuk pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis
kebijakan publik. Oleh karena itu, kita memerlukan batasan atau konsep kebijakan
publik yang lebih tepat.
Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi mengenai apa yang
dimaksud dengan kebijakan publik (public policy) dalam literatur-literatur ilmu
politik. Masing-masing definisi tersebut memberi penekanan yang berbeda-beda.
Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda. Sementara di sisi yang lain, pendekatan dan model yang digunakan
oleh para ahli pada akhirnya juga akan menentukan bagaimana kebijakan publik
tersebut hendak didefinisikan. Misalnya, apakah kebijakan dilihat sebagai
rangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau sebagai tindakan-tindakan
yang dampaknya dapat diramalkan.
31
Menurut Van Metter dan Van Horn (1975) Implementasi kebijakan adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat
atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Adapun implementasi kebijakan menyangkut tiga halyaitu sebagai berikut:
1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan.
2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan.
3. Adanya hasil kegiatan.
Menurut Budi Winarno (2005) implementasi kebijakan adalah alat
administrasi hukum dimana berbagai actor, organisasi, prosedur dan teknik yang
bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau
tujuan yang diinginkan. Definisi tersebut menjelaskan bahwa kebijakan
merupakan alat pelaksana kegiatan administrasi yang legitimasi sah hukumnya,
pelaksanaan kebijakan yang melibatkan berbagai pihak yang diharapkan bisa
melanjutkan guna mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Dwijowijoto (2004) implementasi kebijakan pada prinsipnya
adalah cara agar sebuah kebijakan bisa mencapai tujuan. Tidak lebih dan tidak
kurang, untuk mengimplementasikan kebijakan kepada masyarakat maka ada dua
pilihan yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program
atau melalui formulasi kebijakan turunan dari kebijakan masyarakat tersebut.
32
Menurut Anderson (2003) Implementasi kebijakan dapat dilihat dari empat
aspek yaitu sebagai berikut:
1. Who is involved in policy implementation
Berarti siapa yang mengimplementasikan kebijakan tersebut
2. The nature of the administrative process
Berarti hakekat dari proses administrasi.
3. Compliance with policy content
Berarti kepatuhan terhadap kebijakan itu sendiri.
4. Impact
Berarti efek dan dampak dari implementasi kebijakan.
Menurut Mazmanian dan Sabatier (1979) implementasi kebijakan adalah
pelaksana keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam buntuk undang-undang.
Namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang
penting atau badan peradilan lainnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan
masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang
ingin dicapai dengan berbagai cara untuk menstruktur atau mengatur proses
implementasinya. Implementasi kebijakan adalah penerapan apa yang
diamanahkan oleh suatu kebijakan secara baik dan benar dalam rangka mencapai
tujuan kebijakan tersebut.
33
George C. Edward III (1980) menamakan model implementasi kebijakan
publiknya dengan istilah Direct and Indirect Impact on Implementation. Dalam
pendekatan yang dijelaskan oleh Edward III, terdapat empat variabel yang sangat
menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:
1. Komunikasi
2. Sumber daya
3. Disposisi
4. Struktur birokrasi
Variabel pertama yang mempen George C. Edward III (1980) menamakan
model implementasi kebijakan publiknya dengan istilah Direct and Indirect
Impact on Implementation. Dalam pendekatan yang dijelaskan oleh Edward III,
terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu
kebijakan, yaitu:
Hal yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan
menurut Edward III adalah komunikasi menurutnya akan sangat menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi
yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang
akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat
berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik sehingga setiap keputusan
kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan atau dikomunikasikan
kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan
harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi atau pentransmisian informasi
34
diperlukan agar para pembuat keputusan dan para implementor akan semakin
konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam
masyarakat.
Terdapat tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan
variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:
a. Transmisi, penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan
suatu implementasi yang baik pula. Sering kali yang terjadi dalam
penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian, hal ini
disebabkan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan
birokrasi sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.
b. Kejelasan, komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan
haruslah jelas dan tidak membingungkan. Ketidakjelasan pesan
kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran tertentu,
namun para pelaksana membutuhkan kejelasan informasi dalam
melaksanakan kebijakan agar tujuan yang hendak dicapai dapat diraih
sesuai konten kebijakan.
c. Konsistensi, perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi haruslah konsisten untuk diterapkan. Ini karena jika
perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan
kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
Variabel kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu
kebijakan adalah sumber daya.Sumber daya merupakan hal penting lainnya
35
menurut George C. Edward III dalam mengimplementasikan kebijakan. Indikator
sumber-sumber daya terdiri dari beberapa elemen yaitu:
a. Staf, sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau
sumber daya manusia (SDM). Kegagalan yang sering terjadi dalam
implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf yang
tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.
Penambahan jumlah staf atau implementor saja tidak mencukupi, tetapi
diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian serta kemampuan yang
diperlukan kompeten dan kapabilitas dalam mengimplementasikan
kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu
sendiri.
b. Informasi, dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua
bentuk yaitu informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan
kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka
lakukan di saat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Dan
informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap
peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Implementor
harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut patuh terhadap hukum.
c. Wewenang, pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau
legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan
36
para implementor di mata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat
menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi, dalam konteks
yang lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka sering terjadi
kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak,
efektivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi
kebijakan tetapi disisi lain, efektifitas akan menyurut manakala
wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya
sendiri atau demi kepentingan kelompoknya.
d. Fasilitas, fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. lmplementor mungkin memiliki staf yang
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki
wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas
pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan
tersebut tidak akan berhasil.
Variabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi
kebijakan publik, bagi George C. Edward III, adalah disposisi. Disposisi atau
sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan
mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan
ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa
yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias.
37
Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut
Edward III, adalah:
a. Efek Disposisi, disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila
personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang
diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Oleh karena itu, pemilihan dan
pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang
memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus
lagi pada kepentingan masyarakat.
b. Melakukan Pengaturan Birokrasi (stffing the bureaucracy), dalam
konteks ini Edward III mensyaratkan bahwa implementasi kebijakan
harus dilihat juga dalam hal pengaturan birokrasi. Ini merujuk pada
penunjukan dan pengangkatan staf dalam birokrasi yang sesuai dengan
kemampuan, kapabilitas, dan kompetensinya. Selain itu, pengaturan
birokrasi juga bermuara pada pembentukan sistem pelayanan publik
yang optimal, penilaian personil dalam bekerja, hingga
metode bypassing personil
c. Insentif, Edward III menyatakan bahwa salah satu teknik yang
disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana
adalah dengan memanipulasi insentif. Pada umumnya orang bertindak
menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh
para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana
kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu
38
mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana
kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan
sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau
organisasi.
Variabel keempat, menurut George C. Edward III, yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi.
Walaupun sumber daya untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para
pelaksana kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan mempunyai
keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut
tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapat kelemahan dalam struktur
birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak
orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka
hal ini akan menyebabkan sumber-sumber daya menjadi tidak efektif dan tidak
termotivasi sehingga menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai
pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah
diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.
Dua karakteristik, menurut Edward III, yang dapat mendongkrak kinerja
struktur birokrasi atau organisasi ke arah yang lebih baik adalah:
a. Membuat Standar Operating Procedures (SOP) yang lebih fleksibel,
SOP adalah suatu prosedur atau aktivitas terencana rutin yang
memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan seperti
aparatur, administratur, atau birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-
39
kegiatannya pada setiap harinya (days-todays politics) sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan atau standar minimum yang dibutuhkan
masrakat.
b. Melaksanakan fragmentasi, tujuannya untuk menyebar tanggung jawab
sebagai aktivitas, kegiatan, atau program pada beberapa unit kerja yang
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan terfragmentasinya
struktur birokrasi, maka implementasi akan lebih efektif karena
dilaksanakan oleh organisasi yang kompeten dan kapabel.
Merilee S. Grindle (1980) Keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua
variabel besar, yakni isi kebijakan (con tent of policy) dan lingkungan
implementasi (context of implementation). Variabel isi kebijakan ini mencakup:
1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat
dalam isi kebijakan.
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group, sebagai contoh,
masyarakat di wilayah slum areas lebih suka menerima program air
bersih atau perlistrikan daripada menerima program kredit sepeda
motor.
3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan. Suatu
program yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku kelompok
sasaran relatif lebih sulit diimplementasikan dari pada program yang
sekedar memberikan bantuan kredit atau bantuan beras kepada
kelompok masayarakat miskin.
4. Apakah letak sebuah program sudah tepat.
40
Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup beberapa hal yaitu:
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh
para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
2. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa.
3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi
kebijakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh berbagai actor
pelaksana kebijakan dengan sarana-sarana pendukung berdasarkan aturan-aturan
yang mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
UMKM adalah kependekan atau singkatan dari Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 mengenai
pemberdayaan UMKM, pengertian UMKM dijabarkan menjadi 3 pengertian.
1. Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
undang-undang yaitu memiliki aset kurang dari 50 juta di luar tanah dan bangunan
dan omset maksimal 300 juta per tahun, laba usaha 2,5 juta perbulan.
41
2. Usaha Kecil
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan
dilakukan oleh orang peroranganatau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar.Memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini, yaitu memiliki aset 50 sampai 500 juta dan omset 300 sampai dengan
500 juta.
3. Usaha Menengah
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar.Memenuhi kriteria usaha menengah dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, yaitu
memiliki aset 500 juta sampai 10 M dan omset 2,5 M sampai dengan 50 M.
Menurut Kwartono (2007) UMKM adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
punya kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000 dimana tanah dan bagunan
tempat usaha tidak diperhitungkan.Dan atau mereka yang mempunyai omset
penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000 dan milik warga negara Indonesia.
42
Menurut Rudjito (2003) UMKM adalah usaha yang mempunyai peranan
penting dalam perekonomian negara Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang
tercipta maupun dari sisi jumlah ushanya.
Menurut Ina Primana (2009) UMKM adalah pengembangan empat kegiatan
ekonomi utama yang menjadi motor penggerkan pembangunan Indonesia, yaitu:
1. Industri manufaktur
2. Agribisnis
3. Bisnis kelautan
4. Sumber daya manusia
Disamping itu, Ina Primana juga mengatakan bahwa UMKM dapat diartikan
sebagai pengembangan kawasan andalan untuk mempercepat pemulihan
perekonomian untuk mewadahi program prioritas dan pengembangan berbagai
sector dan potensi. Sedangkan usaha kecil merupakan peningkatan berbagai upaya
pemberdayaan masyarakat.
Menurut Zulkarnain (2006) Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat
yang memenuhi kriteria sebagai:
1. Usaha memiliki kekayaan paling banyak 200 juta rupiah, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Usaha memiliki penjualan tahunan paling banyak 1 milliar rupiah.
3. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi, baiklangsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau skala besar.
43
4. Berbentuk badan usaha yang dimiliki perseorangan, badan usaha yang
tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.
Dari definisi di atas usaha kecil dapat disimpulkan bahwa di dalam usaha
kecil ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Pemusatan kepemilikan dan pengawasan ditangan seseorang atau
beberapa orang.
b. Terbatasnya pemisahan dalam perusahaan.
Menurut M. Tohar (2011) usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil, memenuhi kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kabupaten Gowa Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa,
yaitu melaksanakan kewenangan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantu
serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota
di bidang Koperasi dan UMKM sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Gowa mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dan program operasional Pembinaan dan
Pengembangan Koperasi dan UMKM.
b. Penyusunan Pedoman tentang Kelembagaan Koperasi, usaha Mikro,
Kecil dan Menengah serta memfasilitasi pembiayaan dan simpan
pinjam.
44
c. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
d. Pelaksanaan tugas Pendidikan dan Pelatihan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Dinas.
B. Kerangka Pikir
Gambaran kerangka pikir yang terkait dengan Implementasi Kebijakan
Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Dinas Koperasi
dan UMKM Kabupaten Gowa, dimana implementasi kebijakan pengembangan
yang ditujukan kepada para pelaku UMKM di Kabupaten Gowa dan masyarakat
yang bekerjasama dengan pemerintah ataupun pihak swasta, terdapat pula factor
penghambat dan pendukung sehingga terlaksananya pengembangan UMKM ini.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 mengenai pemberdayaan
UMKM dan Peraturan Pemerintah Kabupaten Gowa nomor 8 tahun 2008 tentang
organisasi, tata kerja koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa. Bentuk
implementasi kebijakan pengembangan UMKM dapat diliat dari setiap kebijakan
yang diimplementasikan oleh Dinas Koperasi Dan UMKM Kabupaten Gowa.
45
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
C. Fokus Penelitian
Dalam bagan di atas dapat dipertimbangkan bahwa penelitian ini bertitik
pada bentuk implementasi kebijakan dari pemerintah terhadap pengembangan
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Gowa dan
juga factor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan pengembangan
usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Gowa, berutujuan untuk
Model implementasi kebijakan publik
George C. Edward III (1980):
1. Komunikasi
2. Sumber daya
3. Disposisi
4. Struktur birokrasi
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH (UMKM) DI DINAS KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN GOWA
Bentuk Implementasi kebijakan
pengembangan dan pemanfaatan
Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) di
Kabupaten Gowa.
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
46
meningkatkan taraf perekomonian dan kesejaterahan para pelaku usaha dan
masyarakat yang nantinya akan berdampak besar terhadap perekonomian di
Indonesia.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Penelitian ini adalah hal penting yang menjadi tugas pemerintah
terkhususnya di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa dalam melakukan
peranannya sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengembangan setiap
pengusaha pada sector usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di Kabupaten
Gowa.
1. Komunikasi adalah hal yang sangat penting untuk memaksimalkan
sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Gowa kepada para pelaku usaha di sector usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Gowa.
2. Sumber daya adalah hal yang sangat mendesak bagi setiap pengusaha
yang bergerak di sector usaha mikro, kecil dan menengah di Kabupaten
Gowa karena menjadi factor yang dapat mengembangkan usaha-
usahanya.
3. Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting
dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik.
Begitu pula yang diimplementasikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM
kepada pera pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di
Kabupaten Gowa.
47
4. Struktur organisasi adalah patokan untuk mengaplikasikan kebijakan-
kebijakan yang ada di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa,
semakin tersrukturnya maka semakin maksimal pula setiap kebijakan
yang akan diaplikasikan kepada para pelaku usaha di sector UMKM
yang ada di Kabupaten Gowa.
5. Faktor Pendukung adalah factor-faktor yang mendukung implementasi
kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa seperti adanya bentuan
sosialisasi dari para tokoh masyarakat untuk memberikan informasi
yang berkaitan dengan implementasi kebijakan pengembangan UMKM
yang ada di Kabupaten Gowa.
6. Faktor Penghambat adalah factor-faktor yang menghambat
implementasi kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa seperti
pendataan usaha mikro, kecil dan menengah yang terbilang lawas.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan selama 2 bulan dari 16 September sampai dengan
16 oktober 2019. Terkait untuk mencari data dan juga mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah. Tempat
dilaksanakannya penelitian ini yaitu di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Gowa dan disetiap usaha-usaha di sektor UMKM yang ada di Kabupaten Gowa.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan
pengambilan data, wawancara. Metode tersebut untuk membuktikan setiap fakta
terkait dengan implementasi kebijakan Dinas Koperasi dan UMKM Gowa dalam
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan juga terkait
dengan factor pendukung dan factor penghambat implementasi kebijakan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Gowa.
Jenis dan Sumber Penelitian:
1. Data primer
2. Data Sekunder
C. Sumber Penelitian
Sumber data primer yaitu sumber data yang pokok utama dan langsung
dengan kata lain sumber data itu diperoleh dari Pegawai Negeri Sipil di Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupeten Gowa, wawancara kepada para pelaku di sektor
49
usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Gowa. Sumber data
sekunder yaitu data pendukung dokumentasi atau pustaka referensi-referensi
peraturan perundang-undangan, observasi yang diperoleh dari lokasi penelitian.
D. Informan Penelitian
Untuk mengukur bagaimana implementasi dari kebijakan pemerintah
terhadap pengembangan UMKM yang ada di Kabupaten Gowa terkhusus di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan serta para pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah yang ada di Kabupaten Gowa. Adapun teknik penentuan informan
dalam penelitian ini menggunakan purpose sampling, yaitu teknik pengambilan
informan didasarkan atas tujuan tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul
memiliki kriteria sebagai informan).
50
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No. Nama Informan Inisial Jabatan/Pekerjaan
1. Amiruddin, SE.M.Si AM
Kasubag Keuangan dan Perencanaan
Dinas Koperasi dan UMKM
2. HJ. Darmawati R.SE.MBA DR
Sekertaris Dinas Koperasi dan
UMKM
3. Nur Ummi Amriyani.S.IP NUA
Kepala Seksi Pengembangan
UMKM
4. Muhammad Dziaul MD Pengelola Kedai HW Online
5. Muh. Nur Ikhsan MNI Pengelola Assipa Production
6. Santi Qeisya SQ Pengelola Qeisya Stokis Jazeera
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
pengamatan langsung terhadap pengimplementasian kebijakan pemerintah
terhadap pengebangan UMKM.
51
2. Wawancara
Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan kepada informan untuk
mendapatkan data yang berkaitan dengan implementasi kebijakan Dinas Koperasi
dan UMKM tehadap pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah termasuk
juga para pelaku UMKM itu sendiri guna mendapatkan factor-faktor yang
menjadi pendukung dan penghambat implementasi kebijakan tersebut.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu melakukan kajian terhadap bahan-bahan tertulis
yang menjadi dokumen yang tersimpan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif proses
pengolahaan data dimulai dengan mengelompokkan data yang telah diperoleh dari
penelitian di lapangan, yaitu dari hasil observasi yang sudah dituliskan dalam
bentuk catatan lapangan, hasil wawancara, serta dokumentasi berupa artikel,
gambar atau foto, dan sebagainya untuk diklasifikasikan dan dianalisa dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Proses analisis data
ditempuh melalui proses reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Mereduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian, pengabsahan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan yang muncul di lapangan. Data-data tersebut dipisahkan sesuai dengan
permasalahan yang dimunculkan, kemudian dideskripsikan, diasumsi, serta
disajikan dalam bentuk rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasikan.
52
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disederhanakan dalam pengertian
sejumlah data yang terkumpul melalui teknik observasi, teknik wawancara dan
dokumentasi digabung menjadi satu kemudian dicoba untuk dibakukan dan diolah
serta dipilah-pilah menurut jenis atau golongan pokok bahasannya. Karena data
yang diperoleh masih dalam bentuk uraian panjang, maka perlu sekali untuk
direduksi. Penyajian data dimaksudkan sebagai langkah pengumpulan informasi
yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.Selain mereduksi dan menyajikan data, tindakan
selanjutnya adalah verifikasi dan menarik kesimpulan. Verifikasi dilakukan untuk
memeriksa dan mencocokkan kebenaran data yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi lalu disimpulkan. Simpulan tersebut tidak mutlak
tetapi sifatnya lentur, dalam arti ada kemungkinan berubah setelah diperoleh data
yang baru.
G. Keabsahan Data
Peneliti dalam melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
menggunakan trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Pengumpulan data
dalam penelitian dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara
dengan informan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang valid dan ada
kecocokan satu sama lain, peneliti mengadakan trianggulasi sumber data melalui
pemeriksaan terhadap sumber lainnya yaitu dengan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran Umum Kabupaten Gowa
a. Masa Kemerdekaan
Pada tahun 1950 berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1950
Daerah Gowa terbentuk sebagai Daerah Swapraja dari 30 daerah Swapraja lainnya
dalam pembentukan 13 Daerah Indonesia Bagian Timur. Sejarah Pemerintahan
Daerah Gowa berkembang sesuai dengan sistem pemerintahan negara. Setelah
Indonesia Timur bubar dan negara berubah menjadi sistem Pemerintahan
Parlemen berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) tahun 1950
dan Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun 1957, maka daerah Makassar bubar.
Pada tanggal 17 Januari 1957 ditetapkan berdirinya kembali Daerah Gowa dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ditetapkan sebagai daerah
Tingkat II. Selanjutnya dengan berlakunya Undang-undang Nomor 1 tahun 1957
tentang Pemerintahan Daerah untuk seluruh wilayah Indonesia tanggal 18 Januari
1957 telah dibentuk daerah-daerah Tingkat II.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 1957 sebagai penjabaran
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957 mencabut Undang-Undang Darurat No. 2
Tahun 1957 dan menegaskan Gowa sebagai Daerah Tingkat II yang berhak
mengurus rumah tangganya sendiri. Untuk operasionalnya dikeluarkanlah Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor U.P/7/2/24 tanggal 6 Pebruari 1957
54
mengangkat Andi Ijo Karaeng Lalolang sebagai Kepala Daerah yang
memimpin 12 (dua belas) Daerah bawahan Distrik yang dibagi dalam 4 (empat)
lingkungan kerja pemerintahan yang disebut koordinator masing-masing :
1. Koordinator Gowa Utara, meliputi Distrik Mangasa, Tombolo,
Pattallassang, Borongloe, Manuju dan Borisallo. Koordinatornya
berkedudukan di Sungguminasa.
2. Koordinator Gowa Timur, meliputi Distrik Parigi, Inklusif Malino Kota
dan Tombolopao. Koordinatonya berkedudukan di Malino.
3. Koordinator Gowa Selatan, meliputi Distrik Limbung dan Bontonompo.
Koordinatornya berkedudukan di Limbung.
4. Koordinator Gowa Tenggara, meliputi Distrik Malakaji, koordinatornya
berkedudukan di Malakaji.
Pada tahun 1960 berdasarkan kebijaksanaan Pemerintah Pusat di seluruh
Wilayah Republik Indonesia diadakan Reorganisasi Distrik menjadi Kecamatan,
untuk Kabupaten Daerah Tingkat II Gowa yang terdiri dari 12 Distrik diubah
menjadi 8 Kecamatan masing-masing :
a. Kecamatan Tamalate dari Distrik Mangasa dan Tombolo.
b. Kecamatan Panakkukang dari Distrik Pattallassang.
c. Kecamatan Bajeng dari Distrik Limbung.
d. Kecamatan Pallangga dari Distrik Limbung.
e. Kecamatan Bontonompo dari Distrik Bontonompo
f. Kecamatan Tinggimoncong dari Distrik Parigi dan Tombolopao
55
g. Kecamatan Tompobulu dari Distrik Malakaji.
h. Kecamatan Bontomarannu dari Distrik Borongloe, Manuju dan
Borisallo.
56
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Gowa Tahun 2016
Sumber: Pemerintah Kabupaten Gowa, 2016
Kecamatan
Bontonompo
Bontonompo Selatan
Bajeng
Bajeng Barat
Pallangga
Barombong
Somba Opu
Bontomarannu
Pattallassang
Parangloe
Manuju
Tinggimoncong
Tombolo Pao
Parigi
Bungaya
Bontolempangan
Tompobulu
Biringbulu
Kabupaten Gowa
2016
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin (Jiwa)
Laki-laki Perempuan Total
19 955 21 863 41 818
14 316 15 447 29 763
34 024 34 796 68 820
12 098 12 754 24 852
59 694 61 086 120 780
19 515 19 988 39 503
81 239 81 740 162 979
17 381 17 633 35 014
12 059 12 005 24 064
8 977 9 407 18 384
7 229 7 730 14 959
11 801 12 049 23 850
14 802 14 362 29 164
5 961 6 736 12 697
7 829 8 471 16 300
5 800 6 513 12 313
13 791 14 817 28 608
15 343 16 282 31 625
361 814 373 679 735 493
57
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang perluasan
Kotamadya Ujung Pandang sebagai Ibukota Propinsi, Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Gowa menyerahkan 2 (dua) Kecamatan yang ada di
wilayahnya, yaitu Kecamatan Panakkukang dan sebagian Kecamatan Tamalate
dan Desa Barombong Kecamatan Pallangga (seluruhnya 10 Desa) kepada
Pemerintah Kotamadya Ujung Pandang.
Terjadinya penyerahan sebagian wilayah tersebut, mengakibatkan makna
samarnya jejak sejarah Gowa di masa lampau, terutama yang berkaitan dengan
aspek kelautan pada daerah Barombong dan sekitarnya. Hal ini mengingat, Gowa
justru pernah menjadi sebuah Kerajaan Maritim yang pernah jaya di Indoneia
Bagian Timur, bahkan sampai ke Asia Tenggara. Dengan dilaksanakannya
Undang-Undang Nomor 51 tahun 1971, maka praktis wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II Gowa mengalami perubahan yang sebelumnya terdiri dari 8 (delapan)
Kecamatan dengan 56 Desa menjadi 7 (tujuh) Kecamatan dengan 46 Desa.
Sebagai akibat dari perubahan itu pula, maka Pemerintah Daerah Kabupaten
Gowa berupaya dan menempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan yang didukung oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan membentuk 2 (dua)
buah Kecamatan yaitu Kecamatan Somba Opu dan Kecamatan Parangloe. Guna
memperlancar pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan masyarakat
Kecamatan Tompobulu, maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan No.574/XI/1975 dibentuklah
Kecamatan Bungaya hasil pemekaran Kecamatan Tompobulu. Berdasarkan
PP No. 34 Tahun 1984, Kecamatan Bungaya didefenitifkan sehingga jumlah
58
kecamatan di Kabupaten Gowa menjadi 9 (sembilan). Selanjutnya pada tahun
2006, jumlah kecamatan di Kabupaten Gowa telah menjadi 18 kecamatan akibat
adanya pemekaran di beberapa kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan definitif
pada tahun 2006 sebanyak 167 dan 726 dusun/lingkungan.
Dalam sejarah perkembangan pemerintahan dan pembangunan mulai dari
zaman kerajaan sampai dengan era kemerdekaan dan reformasi, wilayah
Pemerintah Kabupaten Gowa telah mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Sebagai daerah agraris yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar. Ibu Kota
Propinsi Sulawesi Selatan menjadikan Kabupaten Gowa sebagai daerah
pengembangan perumahan dan permukiman selain Kota Makassar.
Kondisi ini secara gradual menjadikan daerah Kabupaten Gowa yang
dulunya sebagai daerah agraris sentra pengembangan pertanian dan tanaman
pangan yang sangat potensial, juga menjadi sentra pelayanan jasa dan
perekonomian. Dalam sejarah keberadaan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat
II sejak tahun 1957 sampai sekarang telah mengalami 12 (dua belas) kali
pergantian Bupati. 11 (sebelas) kali diantaranya berdasarkan pengangkatan secara
langsung oleh Menteri Dalam Negeri.Satu kali berdasarkan hasil pemilihan secara
langsung oleh rakyat Kabupaten Gowa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut:
59
Tabel 4.4 Nama-Nama Bupati Kabupaten Gowa
Bupati Kabupaten Gowa Dari Tahun 1957 – Sekarang
1. Andi Idjo Karaeng Lalolang (1957-1960)
2. Andi Tau (1960-1967)
3. H. M. Yasin Limpo ( Karetaker)
4. Andi Bachtiar (Karetaker)
5. K. S. Mas’ud (1967-1976)
6. H. Muhammad Arif Sirajuddin (1976-1984)
7. H. A. Kadir Dalle (1984-1989)
8. H. A. Azis Umar (1989-1994)
9. H. Syahrul Yasin Limpo, SH., M.Si. (1994-2002)
10. Drs. H. Hasbullah Djabar, M.Si. (2002-2004)
11. H. Andi Baso Machmud (Karetaker)
12. H. Ichsan Yasin Limpo, SH. (2005-2015)
13. Adnan Purichta Ichsan, SH, MH (2015 sampai sekarang)
Sumber: Pemerintah Kabupaten Gowa, 2016
Dalam khasanah sejarah nasional, nama Gowa sudah tidak asing lagi. Mulai
abad ke-15, Kerajaan Gowa merupakan kerajaan maritim yang besar pengaruhnya
di perairan Nusantara. Bahkan dari kerajaan ini juga muncul nama pahlawan
nasional yang bergelar Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin, Raja Gowa
XVI yang berani melawan VOC Belanda pada tahun-tahun awal kolonialisasinya
di Indonesia. Kerajaan Gowa memang akhirnya takluk kepada Belanda
60
lewat Perjanjian Bungaya. Namun meskipun sebagai kerajaan, Gowa tidak lagi
berjaya, kerajaan ini mampu memberi warisan terbesarnya yaitu Pelabuhan
Makassar. Pelabuhan yang kemudian berkembang menjadi Kota Makassar ini
dapat disebut anak kandungnya, sedangkan Kerajaan Gowa sendiri merupakan
cikal bakal Kabupaten Gowa sekarang.
Kota Makassar lebih dikenal khalayak dibandingkan dengan Kabupaten
Gowa. Padahal kenyataannya sampai sekarang Kabupaten Gowa ibaratnya masih
menjadi ibu bagi kota ini. Kabupaten yang hanya berjarak tempuh sekitar 10
menit dari Kota Makassar ini memasok sebagian besar kebutuhan dasar kehidupan
kota. Mulai dari bahan material untuk pembangunan fisik, bahan pangan
terutama sayur-mayur, sampai aliran air bersih dari Waduk Bili-bili.
Kemampuan Kabupaten Gowa menyuplai kebutuhan bagi daerah sekitarnya
dikarenakan keadaan alamnya. Kabupaten seluas 1.883,32 kilometer persegi ini
memiliki enam gunung, di mana yang tertinggi adalah Gunung Bawakaraeng.
Daerah ini juga dilalui Sungai Jeneberang yang di daerah pertemuannya dengan
Sungai Jenelata dibangun Waduk Bili-bili. Keuntungan alam ini menjadikan tanah
Gowa kaya akan bahan galian, di samping tanahnya subur.
61
b. Geografi
Secara geografis, Kabupaten Gowa terletak pada 5°33' - 5°34' Lintang
Selatan dan 120°38' - 120°33' Bujur Timur. Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah
dataran rendah dan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian anatar 10-2800
meter diatas permukaan air laut. Namun demikian wilayah Kabupaten Gowa
sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26% terutama di bagian
timur hingga selatan karena merupakan Pegunungan Tinggimoncong, Pegunungan
Bawakaraeng-Lompobattang dan Pegunungan Batureppe-Cindako. Dari total luas
Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu
pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu.
Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15
sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai
Jeneberang yaitu seluas 881 km² dengan panjang sungai utama 90 Km.
62
Gambar 4.2 Peta Kabupaten Gowa
Sumber: Pemerintah Kabupaten Gowa, 2019
63
c. Batas wilayah
Batas-batas wilayah Kabupaten Gowa mencakup beberapa wilayah yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Batas-Batas Wilayah Kabupaten Gowa
Utara Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone
Timur Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Jeneponto
Selatan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto
Barat Kota Makassar dan Kabupaten Takalar
Sumber: Pemerinrtah Kabupaten Gowa, 2016
d. Visi Misi Kabupaten Gowa Tahun 2016-2021
Visi Kabupaten Gowa :
Terwujudnya Masyarakat yang Berkualitas, Mandiri dan Berdaya Saing
dengan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.
Misi Kabupaten Gowa :
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia berbasis pada hak-hak
dasar kesetaraan gender, nilai budaya dan agama.
2. Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pada potensi unggulan
dan ekonomi kerakyatan.
64
3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur berorientasi pada
interkoneksitas antar wilayah dan sektor.
4. Meningkatkan pengembangan wilayah kecamatan, desa dan kelurahan.
5. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan
demokratis.
2. Gambaran Umum Dinas Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah) Kabupaten Gowa
a. Profil Dinas Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah) Kabupaten Gowa
1. Kedudukan dan Latar Belakang
Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Gowa awal berdirinya pada tahun
1966 bernama Kantor Departemen Koperasi dan Transmigrasi yang di Kepalai
oleh Drs. Rasyid Tiro sampai dengan tahun 1974, pada tahun 1975 dilanjutkan
oleh Drs. Andi Muh. Aco sampai tahun 1979, kemudian berubah menjadi Kantor
Departemen Koperasi, Perdaganggan dan Transmigrasi yang dikepalai oleh Drs.
Bachtiar Alisastro sampai tahun 1980 sampai dengan tahun 1983, dilanjutkan oleh
Drs. Mustafa Muhammad sampai dengan tahun 1990. Pada tahun 1991 berubah
menjadi Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha kecil yang
dikepalai oleh Baharuddin L, BSc, kemudian tahun 1995 berubah menjadi Kantor
Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah tahun yang di kepalai
oleh Drs. Nasrullah Tahir sampai tahun 1998. Pada tahun 1999 berubah menjadi
Dinas Koperasidan PKM yang dikepalai oleh Drs. Sudarman Slamet, M.Si,
dilanjutkan Mustamin Kuty, SH,M.Si pada tahun 2001 sampai tahun 2005, Pada
65
tahun 2006 berubah menjadi Dinas Koperasi dan UMKM yang dikepalai oleh Drs.
Dariyas Daraba, MBA, MM sampai tahun 2008, dilanjutkan oleh Ir. Muh. Yusuf,
M.Si tahun 2009 sampai tahun 2014, dilanjutkan oleh Drs.H.Sofyan Hamdi,
M.Adm.Pemb. pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2016. Pada tahun 2017
berubah menjadi Dinas Koperasi dan UKM sampai sekarang dikepalai oleh Ir.
Muh.Yusuf, M.Si Sampai sekarang.
66
Gambar 4.3 Struktur Birokrasi Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Gowa
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa
67
2. Visi dan Misi
Visi dan Misi Dinas merupakan penjabaran dari Misi Kabupaten Gowa
Tahun 2016-2021. Adapun Misi yang terkait dengan Dinas Koperasi dan UMKM
tersebut adalah Misi ke-2 dari Bupati dan Wakil Bupati terpilih yaitu
“Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pada potensi unggulan dan
ekonomi kerakyatan”. Dengan memperhatikan Visi dan Misi Bupati dan Wakil
Bupati Gowa tersebut, tersusunlah Visi dan Misi Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2016-2021 yaitu “Terwujudnya Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Kekuatan Ekonomi Kerakyatan di
Kabupaten Gowa”
Dimaknakan sebagai kondisi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yang menjadi tumpuan perekonomian rakyat dari hulu ke hilir dalam
bidang produksi dan sumber daya manusia. Hal ini ditandai dengan bertambahnya
jumlah Koperasi dan UMKM yang menjadi unggulan dan berkualitas untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Gowa.
Misi Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa pada tahun 2016-2021
sebagai berikut :
1. Mengimplementasikan pelayanan prima.
2. Menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kewirausahaan
yang berdaya saing.
3. Mengembangkan pembiayaan dan penjaminan bagi KUMKM.
68
4. Meningkatkan kualitas kelembagaan Koperasi.
3. Tugas Pokok Dinas Koperasi dan UMKM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kabupaten Gowa Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa,
yaitu: melaksanakan kewenangan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantu serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh
Kabupaten/Kota di bidang Koperasi dan UMKM sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa mempunyai fungsi;
1. Perumusan kebijakan teknis dan program operasional Pembinaan dan
Pengembangan Koperasi dan UMKM
2. Penyusunan Pedoman tentang Kelembagaan Koperasi, usaha Mikro,
Kecil dan Menengah serta memfasilitasi pembiayaan dan simpan
pinjam
3. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
4. Pelaksanaan tugas Pendidikan dan Pelatihan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Dinas; Adapun Tugas Pokok dan fungsi
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa sesuai peraturan Daerah
Kabupaten Gowa Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Kabupaten Gowa, sebagaimana disebutkan dalam
pasal 7 adalah sebagai berikut:
69
“Dinas Koperasi dan UMKM mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
di bidang koperasi dan UMKM berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan“. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana di maksud
Dinas Koperasi dan UMKM mempunyai fungsi;
a. Perumusan kebijakan teknis operasional pembinaan dan pengembangan
Koperasi dan UMKM di bidang kelembagaan Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah meliputi bidang pemberdayaan Koperasi,
bidang kelembagaan Koperasi, dan bidang pemberdayaan UMKM,
serta bidang fasilitas pembiayaan dan simpan pinjam
b. Penyusunan pedoman teknis kelembagaan dan usaha koperasi, usaha
mikro, kecil dan menengah serta memfasilitasi pembiayaan/pemodalan
dan simpan pinjam
c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian bidang kelembagaan
koperasi, pemberdayaan usaha koperasi, pemberdayaan usaha mikro,
kecil dan menengah, fasilitas pembiayaan dan simpan pinjam koperasi
dan UMKM serta Sumber Daya Manusia Koperasi dan UMKM:
Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Dinas Koperasidan UMKM Kab. Gowa dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Kab.Gowa dan Keputusan Bupati No.35 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok,
Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktur pada Dinas Koperasi dan UMKM.
70
Tabel 4.6 Jumlah UMKM Kabupaten Gowa Tahun 2014-2018.
Tahun
Jumlah UMKM
Mikro Kecil Menengah
2014 3040 2841 249
2015 3179 2861 257
2016 3511 2871 259
2017 3795 2882 259
2018 3948 2896 260
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa
B. Bagaimana implementasi kebijakan pengembangan UMKM di Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa.
Menurut Budi Winarno (2005) implementasi kebijakan adalah alat
administrasi hukum dimana berbagai actor, organisasi, prosedur dan teknik yang
bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau
tujuan yang diinginkan.Definisi tersebut menjelaskan bahwa kebijakan merupakan
alat pelaksana kegiatan administrasi yang legitimasi sah hukumnya, pelaksanaan
kebijakan yang melibatkan berbagai pihak yang diharapkan bisa melanjutkan guna
mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
71
George C. Edward III (1990) menamakan model implementasi kebijakan
publiknya dengan istilah Direct and Indirect Impact on Implementation. Dalam
pendekatan yang dijelaskan oleh Edward III, terdapat empat variabel yang sangat
menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:
1. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu aktivitas penyampaian informasi, baik itu pesan,
ide, dan gagasan, dari satu pihak ke pihak lainnya. Komunikasi yang baik dapat
terjalin antara pihak Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa dan para
pelaku UMKM dapat diukur dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang
terlibat ini bertujuan untuk menjalin komunikasi yang baik antara pihak
pemerintahan dan para pelaku usaha UMKM agar dapat terlaksananya
implementasi kebijakan pemembangan yang termasuk dari program kerja
pemerintah itu sendiri. Berikut adalah wawancara dari AR selaku Kasubag
Keuangan dan Perencanaan Dinas Koperasi dan UMKM terkait dengan
komunikasi antara pihak pemerintah dengan pelaku usaha yang mengatakan:
“Komunikasi dari pemerintah kepada para pelaku usaha di sector
UMKM sampai saat ini berjalan dengan baik dengan diadakannya
pelatihan-pelatihan dan juga pembinaan dari pihak pemerintah setiap
tahunnya, dan terbukti dengan meningkatnya para pelaku UMKM
setiap tahunnya. (Hasil wawancara AR 18 November 2019)”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang
terjalin antara pihak pemerintah dan para pelaku UMKM berjalan cukup baik
karena pemerintah setiap tahunnya melakukan pelatihan-pelatihan dan dan juga
sosialisasi ke setiap pelaku usaha yang ada di Kabupaten Gowa. Adapun hasil
72
wawancara dari MD selaku pengelola dari Kedai HW Online terkait dengan
komunikasi dengan pihak pemerintah yang mengatakan bahwa:
“Saya sebenarnya sempat mendengar kabar kalau ada bantuan dan
pelatihan yang diberikan oleh pemerintah, tapi factor ragu dan juga
ketidaktahuan tentang bagaimana atau apa yang harus dilakukan
sebelumnya yang menjadi penghambat. (Hasil wawancara dari MD 13
Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi dan
sosialisasi yang dilakukan antara pemerintah dan pelaku usaha belum maksimal
karena masih ada pelaku usaha yang belum mengerti cara atau system dari
pemerintah itu sendiri sehingga timbul keraguan dari para pelaku usaha untuk
menjalin komunikasi yang baik kepada pemerintah. Pertanyaan diatas hampir
sama dengan hasil wawancara yang saya lakukan dengan salah satu pelaku usaha
yang bergerak dibidang percetakan/sablon baju kaos MNI terkait dengan
komunikasi yang mengatakan bahwa:
“sampai hari ini saya belum pernah mendapatkan informasi tentang
setiap program kerja dari pemerintah biar informasi tentang sosialisasi
pelatihan atau pengembangan teknologi, modal dan apapun itu
walaupun begitu saya juga sangat berharap untuk mendapatkan
sosialisasi dari pemerintah. (Hasil wawancara MNI 03 Oktober 2019)”
Dari kedua hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa belum
meratanya sosialisasi dari pemerintah itu sangat berdapak besar kepada para
pelaku usaha dan juga pelaku usahapun begitu mengharapkan bantuan dan juga
sosialisasi yang merata kepada setiap pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
yang ada di Kabupaten Gowa khususnya.
73
Dalam melakukan sebuah sosialisasi adalah hal yang sangat penting untuk
proses pengembangan usaha, mikro, kecil, menengah agar dapat terjalin
komunikasi yang baik tentunya sosialisasi menjadi factor utamanya agar
ketidaktahuan dan keraguan tidak menjadi masalah yang terus-menerus ada antara
pihak pemerintah dan para pelaku usaha tentunya. Berikut adalah hasil wawancara
dari AR selaku Kasubag Keuangan dan Perencanaan Dinas Kopereasi dan
UMKM terkait dengan sosisalisasi dan juga komunikasi:
“Sosialisasi tetap kami lakukan ke setiap desa dan kelurahan untuk
memberikan pemahaman dan pengetahuan lebih kepada para pelaku
usaha baik yang sudah berkembang dan baru memulai usahanya. (Hasil
wawancara dari AR 18 November 2019)”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tetap melakukan
sosialisasi keberbagai desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Gowa untuk
memberikan pemahaman dan pengetahuan lebih kepada para pelaku usaha guna
mengaplikasikan program pemerintah sehingga usaha-usaha mikro, kecil, dan
menengah dapat berkembang dan tidak menutup kemungkinan masyarakat yang
baru ingin memulai usahanya diikut sertakan.
Dari kedua hasil wawancara di atas diketahui bahwa komunikasi yang
terjalin antara pihak dinas koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa dengan para
pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah terjalin dengan cukup baik walaupun
tetap saja tidak semua dari para pelaku usaha mendapatkan informasi dan
sosialisasi tapi pihak kedinasan tetap mengupayakan semaksimal mungkin agar
informasi terkait dengan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan dapat mencakup
kesemua kalangan masyarakat.
74
Namun pernyataan dari SQ selaku pengelola dari Qeisya Stokis salah satu
pelaku usaha yang bergerak dibidang produksi makanan berbeda dengan MD dan
MNI yang merasakan dampak dari program yang diberikan oleh pemerintah
begitu juga sosialisasi dan komunikasi yang terjalin sangat baik antara keduanya.
Berikut adalah hasil wawancaranya:
“Kalau saya pribadi unutk komunikasi dan sosialisasi sampai hari ini
sih sangat baik, saya sering dihubungi langsung oleh pihak pemerintah
baik itu sekedar memberikan informasi untuk usaha-usaha ku dan juga
orang-orang di kedinasan juga sering memesan produk makanan ku,
biasa yang dipesan itu pisang coklat. (Hasil wawancara dari SQ 16
Oktober 2019).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah dalam hal
ini pihak ke dinasan Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa, sebenarnya sudah
sering melakukan sosialisasi kepada para pelaku usaha dan juga seringkali
melakukan komunikasi sekedar untuk mengetahui perkembangan dari usaha yang
ada dan juga memesan produk-produk dari para pelaku usaha tersebut untuk
memaksimalkan komunikasi dari kedua bela pihak.
2. Sumber daya
Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau
unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi
juga non-fisik (intangible). Sumber daya ada yang dapat berubah, baik menjadi
semakin besar maupun hilang, dan ada pula sumber daya yang kekal (selalu
tetap). Sumber daya adalah hal sangat penting pada bagian ini untuk
mengimplementasikan kebijakan pengembangan yang dijalankan oleh pemerintah
dalam hal ini pihak dinas koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa kepada para
75
pelaku UMKM. Adapun hasil wawancara dari NU selaku Kepala Seksi
Pengembangan UMKM, terkait dengan sumber daya berupa program-program
kerja dari pemerintah:
“Pemerintah dalam hal ini kedinasan koperasi dan UMKM Kabupaten
Gowa mempunyai beberapa program kerja yang sudah diaplikasikan
beberapa tahun ini seperti pelatihan-pelatihan dan pembinaan kepada
para pelaku usaha. (Hasil wawancara dari NU 16 Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah tetap
melaksanakan pelatihan-pelatihan dan pembinaan kepada para pelaku usaha
mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Gowa setiap tahunnya yang bertujuan
untuk menjalankan program kerja dari pemerintah itu sendiri dan untuk
pengembangan dari setiap usaha yang ada di Kabupaten Gowa tentunya.
Pemerintah tetap memfasilitasi para pelaku usaha dan tetap memberikan
sosialisasi kepada masyarakat terikait dengan program kerja berupa pelatihan,
pengembangan dan pembinaan terbukti dari setiap tahunnya .para pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah semakin meningkat.
Pada hakikatnya sumber daya baik sumber daya manusia atau yang lain
sangat penting, karena menjadi factor pendukung berkembangnya sebuah usaha
peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini tapi sampai saat ini masih saja
peran pemerintah tidak mencakup keseluruhan dari para pengusaha. adapun hasil
wawancara dari MD selaku pelola dari Kedai HW Online terkait dengan sumber
daya dan apa saja dampak yang dirasakan:
76
“sampai saat ini saya belum mendapatkan bantuan apapun biar itu
bantuan peningkatan teknologi atau modal, mungkin penyebabnya
karena saya sendiri belum sempat melakukan komunikasi dan
mendaftarkan usaha saya juga karena masih sibuk urusan yang lain.
(Hasil wawancara dari MD 13 Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa para pengusaha
masih ada yang belum merasakan dampak dari program pemerintah tapi
sepenuhnya bukan kesalahan dari pemerintah itu sendiri melainkan kesadaran dari
para pelaku usaha juga sangat dibutuhkan untuk dapat berkebangnya suatu usaha.
Peningkatan dan pengembangan dalam suatu usaha bergantung pada modal dan
peralatan berupa teknogi yang memadai. berikut adalah hasil wawancara dari NU
selaku Kepala Seksi Pengembangan UMKM, terkait dengan pemberian modal dan
promosi kepada para pelaku usaha:
“untuk pemberian modal dasar kepada para pelaku usaha seperti
peningkatan peralatan dan teknologi dan juga promosi terhadap usaha-
usaha di UMKM namun permasalahan yang sering kali dihadapi yaitu
pola pikir masyarakat yang monoton, kurangnya kemauan, daya
kreativitas yang kurang dan motivasi yang rendah. (Hasil wawancara
dari NU 16 Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah tetap
memberikan bantuan berupa peningkatan peralatan dan teknologi serta melukan
promosi terhadap usaha-usaha di sector UMKM namun yang selalu menjadi akar
permasalahannya yaitu pola pikir dan daya kreativitas yang begitu-begitu saja,
juga motivasi dan kemauan yang rendah. Adapun wawancara dari AR selaku
Kasubag Keuangan dan perencanaan Dinas Koperasi dan UMKM, yang
menyangkut dengan program kerja dari kedinasan:
77
“program yang pemerintah tawarkan berupa pengelolaan kualitas SDM,
peluasan asset, peningkatan produktivitas dan daya saing, penguatan
dan pengawasan, kebijakan ekonomi makro. (Hasil wawancara dari AR
18 November 2019)”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa program pemerintah
sangat berperan penting untuk pengembangan usaha di sector UMKM program
yang ditawarkanpun benar-benar bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
mengembangkan usaha-usaha yang ada di Kabupaten Gowa. Adapun wawancara
dari SQ selaku pengelola Qeisya Stokis Jazeera terkait dengan sumber daya dan
dampak yang telah dirasakan dari program pemerintah yaitu pengembangan
teknologi dalam suatu usaha:
“Alhamdulillah hari ini juga saya ditelfon oleh pihak kedinasan bilang
barang yang dipesan sudah ada di kantor bisa diambil sekarang, saya
sudah pesan barang itu memang sudah lama dan untuk caranya juga
tidak terlalu susah sebenarnya yang penting sudah mki daftarkan
usahanya terus produk apa yang dibutuhkan setelah itu masukkan ke
proposal baru dikasih ke pihak kedinasan nanti itu bakalan diseleksi ji
lagi baru tunggu kabar mki, barang yang ku pesan itu oven untuk
produksi roti. (Hasil wawancara dari SQ 16 November 2019)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa para pelaku usaha
yang telah mendaftarkan usahanya dan memenuhi syarat untuk diberikan bantuan
dari pemerintah seperti bantuan pengembangan teknologi memiliki hak
sepenuhnya dalam hal ini tapi tentunya pemerintah tetap mengupayakan agar
setiap pelaku usaha mendapatkan haknya, pemerintah sudah memberikan jalan
untuk itu semua, tinggal bagaimana pelaku usaha tersebut mengambil sikap dari
itu.
78
Sayangnya para pelaku usaha masih saja ada yang ragu-ragu untuk
mengambil aksi padahal pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengembangkan dan mensosialisasikan program kerjanya. berikut hasil
wawancara dari MNI terkait dengan sumber daya:
”Sebernarnya untuk sumber daya sejauh ini tidak banyak yang ku
harapkan tapi paling penting untuk saat ini untuk usaha ku itu promosi
dari pihak pemerintah supaya cepat ki berkembang usaha ku, sama
pelatihan-pelatihan juga kurasa penting sekali untuk menambah
pengetahuan ku dalam urusan bisnis dan industry pasti dengan itu akan
meningkatkan kualitas produksi ku. (Hasil wawancara dari MNI 03
Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara di adtas dapat disimpulkan bahwa pengusaha dalam
hal ini MNI memang usahanya sudah mencukupi dalam urusan teknologi usaha
namun hambatannya terletak pada kurangnya promosi untuk dapat memperluas
jaringannya terhadap konsumen, itu hal yang sangat diharapkan juga dari pelaku
usaha. Juga pelatihan-pelatihan dari pihak pemerintah juga sangat penting untuk
menambah pengetahuan dibidang usaha yang sedang digeluti sekaligus akan
berdambak besar bagi kualitas produksinya.
3. Disposisi
Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan
yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak
melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi,
berupa urusan administrasi dan disposisi persuratan, juga sikap dari
pengaplikasian kebijakan pengembangan tersebut terkhusus di Dinas Koperasi
79
dan UMKM Kabupaten Gowa. Berikut adalah hasil dari wawancara DR selaku
sekertaris Dinas Koperasi dan UMKM :
“Untuk terlaksananya hal-hal yang berkaitan dengan administrasi
dilakukan perencaan, sidang, evaluasi, pemaparan program kerja dan
penentuan pembinaan. Segala urusuran persuratan saya sendiri yang
akan menerima setelah melalui seksi yang berurusan lansung tentunya
dan setelah itu baru saya disposisi kembali kepada kepala dinas. (Hasil
wawancara dari DR 13 Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa urusan administrasi
atau urusan persuratan akan berfokus dan ditangani langsung oleh sekertaris yang
sebelumnya ditangani oleh seksi-seksi atau bidang yang telah ditentukan. Untuk
terlaksanya progam kerja dari kedinasan pun akan melalui beberapa tahap yang
akan menentukan bagaimana kedepannya. adapun hasil wawancara dari NU
selaku kepala Seksi Pengembangan UMKM, untuk hal-hal yang terkait dengan
urusan administrasi dan juga proposal terkait dengan peningkatan teknologi usaha.
“Saya selaku kepala seksi pengembangan UMKM menangani langsung
urusan pengembangan usaha-usaha juga pembinan dan evalusai
tentunya, terkait dengan proposal untuk yang ditawarkan oleh para
pelaku usaha akan kami teliti dan seleksi bersama lebih dahulu setelah
itu baru saya disposisikan ke sekertaris dan kepala dinas untuk
dicairkan kalau memenuhi syarat dan kriteria. (Hasil wawancara dari
NU 16 Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa setiap bidang dan
seksi-seksi yang ada di dalamnya mempunyai tugas dan fungsinya masing masing
seperti halnya bidang pemberdayaan UMKM ada seksi pengembangan UMKM
yang mempunyai tugas pengembangan teknogi untuk para pelaku usaha, tapi
sebelum itu ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus terpenuhi misalnya
80
pengajuan proposal yang nantinya akan diteliti dan diseleksi dan didisposisikan ke
sekertaris atau kepala dinas untuk dicairkan.
Sikap dari para pelaksana kebijakan pengembangan UMKM dalam hal ini
dinas koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa adalah dengan memberikan
peraturan berupa syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum terealisasinya
kebijakan misalnya seperti kebijakan pengembangan berupa peningkatan modal
teknologi usaha bari para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di
Kabupaten Gowa.
4. Struktur birokrasi
Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya berhubungan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu
sistem otoritas yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai macam peraturan
untuk mengorganisir pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah bagaimana kinerja atau hubungan dari setiap bidang/bagian
yang ada di dalam kedinasan terkhususnya di Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Gowa. Untuk struktur birokrasi yang diteliti yaitu mengerucut kepada
bidang pengembangan UMKM mulai dari proses pendataan sampai
pengimplementasian kebijakan pengembangan UMKM.
“Untuk struktur birokrasi yang ada di kedinasan ini terkait dengan
hubungan antara tiap-tiap bidang sampai pada akhirnya di disposisikan
ke atasan termasuk saya yang langung berususan dengan admisitrasi
dan setiap program yang nantinya akan diimplementasikan sampai satu
priode kedepan, nah untuk pengembangan UMKM itu sudah ada sendiri
bagiannya bisa langsung kamu liat karna sudah ada bagan yang kami
81
pasang dihampir semua ruangan di kantor ini. (Hasil wawancara dari
AR 18 November 2019)”
Dari hasil waawancara di atas dapat disimpulkan bahwa untuk urusan
struktur birokrasi di Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Gowa memiliki
beberapa tahapan yang telah terstruktur dengan sangat baik mulai dari bidang
yang dibawahi langsung oleh atasan dalam hal ini Kepala Dinas Koperasi dan
UMKM Kabupaten Gowa namun sebelum itu ada seksi-seksi yang akan
menangani secara langsung terkait dengan urusannya masing-masing. Berikut
adalah hasil wawancara dari NU selaku Kepala Seksi Pengembangan UMKM
terkait dengan struktur birokrasi dan tahapannya:
“Nah dalam hal ini para pelaku usaha yang ingin menerima bantuan
baik itu urusan pengembangan teknologi, promosi dan urusan kemitraan
sudah ada bagian masing-masingnya dan saya menangani secara
langsung untuk pengembangan UMKM tapi harus lengkapi data
terlebih dahulu harus terdaftar usahanya di kedinasan, terus memiliki
ijin usaha dari pihak desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Gowa.
Setelah itu data yang diberikan ke saya itu akan saya berikan kepada
Subag. Perencanaan dan Keuangan untuk didata lebih lanjut. (Hasil
wawancara dari NU 16 Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa structural atau
system kepengurusan dalam hal ini kegiatan birokrasi harus lebih dahulu melalui
beberapa tahap mulai dari para pelaku usaha mengkonfirmasi ke seksi yang dituju
semisal untuk mendapatkan apa yang diinginkan misalnya pengembangan untuk
teknologi harus ke bagian seksi pengembangan UMKM sebelum nantinya berkas
yang diberikan akan didisposisikan ke kepala bidang terkait untuk nantinya
direalisasikan.
82
C. Faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa.
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah alat penunjang yang mencakup seperti sarana dan
prasarana juga dapat mempengeruhi implementasi kebijakan pengembangan
UMKM di Kabupaten Gowa terdapat beberapa factor dalam terwujudnya
peengembangan tersebut. Berikut hasil wawancara dari AR selaku kasubag
keuangan dan perencanaan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa:
“Faktor pendukung yang menunjang pengembangan UMKM di
Kabupaten Gowa dari dinas koperasi dan UMKM menawarkan berupa
peningkatan teknologi tepat guna, lahan sertifikasi dan promosi produk
usaha (Hasil wawancara AR, 18 November 2019)”
Dalam pernyataan di atas menjelaskan bahwa pemerintah dalam hal ini
dinas koperasi dan UMKM memberikan kesempatan untuk para pelaku usaha
untuk dapat mengembangkan usahanya serta mendapatkan kesempatan untuk
dipromosikan oleh pemerintah.
“Selain itu dibagian pemberdayaan UMKM memberikan kesempatan
juga kepada para pelaku usaha yang sudah terdaftar dan memiliki ijin
usaha dari kelurahan/desa yang ada di Kabupaten Gowa dapat
mengikuti pelatihan juga pameran UKM yang diselenggarakan oleh
pemerintah Sulawesi Selatan. (Hasil wawancara dari NU 16 Oktober
2019)”
Pengawasan dan evaluasi diperlukan untuk tetap menjamin dan menentukan
seberapa baik peranan pemerintah terhadap para pelaku usaha yang telah
diberikan modal berupa peningkatan teknologi dalam suatu usaha yang dijalankan
83
tersebut ini menjadi jaminan kedepannya dalam implementasi kebijakan
pengembangan oleh pemerintah.
“Tidak hanya itu kami pun melakukan pelatihan-pelatihan dasar berupa
bantuan untuk membuat proposal yang nantinya proposal itu akan
menjadi langkah awal dalam menerima bantuan-bantuan dari
pemerintah itu sendiri, dan tidak menutup kemungkinan pada saat
sosialisasi tokoh masyarakat dilibatkan untuk menyampaikan infomasi
yang berkaitan dengan program kedinasan kepada masyarakatnya
(Hasil wawancara NU 16 Oktober 2019)”
Dalam hal ini pemerintah selaku menjadi fasilitator terhadap para pelaku
usaha dan masyarakatnya, pemerintah pun berkerjasama dengan tokoh masyarakat
seperti kepada desa dan kepala kelurahan terkait untuk menyampaikan informasi
kepada para pelaku usaha dan masyarakatnya guna meratanya semua program
yang dijalankan pemerintah, dan banyak hal dilakukan pemerintah yang menjadi
factor pendukung berkembangnya usaha-usaha seperti halnya mengajari dan
membimbing pembuatan proposal.
“Sampai saat ini para pelaku usaha yang terdaftar dan memenuhi syarat
dapat diberikan bantuan berupa peningkatan teknologi dan promosi,
tahun ini ada 80 usaha yang diberikan secara Cuma-Cuma peralatan
yang telah mereka masukkan diproposal yang mereka setor, baik berupa
mesin jahit, alat kompressor, etalase toko, dan oven (Hasil wawancara
dari NU 16 Oktober 2019)”
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam implementasi kebijakan pengembangan UMKM
di Kabupaten Gowa mencakup beberapa factor seperti berikut.
“Faktor penghambat yang pertama biasanya dari segi komunikasi antara
pihak kedinasan dan para pelaku usaha dan juga pendataan yang belum
menyeluruh, system yang belum semua diketahui, adanya keraguan dan
kurangnya rasa ingin tahu dari para pelaku usaha (Hasil wawancara dari
AR 18 November)”
84
Dalam pernyataan di atas tentu saja komunikasi mungkin akan selalu
menjadi hal yang menjadi permasalahan dan juga pendataan dari pihak kedinasan
yang masih memakai cara lama padahal sekarang dapat era industry 4.0 yang
notabenenya hampir semua sudah tersentuh dengan media elektronik akan
menghambat dan tidak terjangkaunya ke setiap pelosok daerah. Juga dari para
pelaku usaha selalu saja keraguan menjadi akar permasalahan sehingga mereka
tidak tau akan hal-hal seperti itu.
“saya pribadi sampai saat ini belum mendapatkan sosialisasi atau
pemberutahuan tentang apapun yang beruhungan dengan UMKM baik
itu secara komunikasi langsung maupun media social ini dan karena
kurangnya komunikasi antara saya dengan pihak kedinasan menjadi
factor yang membuat lambatnya perbembangan usaha yang saya rintis
karna yang sangat saya butuhkan saat ini berupa modal dan peningkatan
teknologi. (Hasil wawancara dari MD 13 Oktober 2019)”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran
sebenarnya tentang bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak UMKM
akan bergerak lambat apabila tidak ada bantuan pihak kedua terkhususnya pihak
pemerintah, komunikasi menjadi hal yang sangat sering dikeluhkan dalam
pengimplementasian setiap program kerja pemerintah ini juga sangat berdampak
besar bagi perekonomian di daerah, yang menjadikan lambatnya proses
berkembangnya perekonomian.
“Juga saya sangat minim pengetahuan tentang bagaimana proses
pembukuan saya rasa ini juga salah satu factor penghabat untuk usaha
saya penigkatan aset dan promosi untuk usaha saya juga menjadi hal
yang penting untuk saat ini. (Hasil wawancara dari MD 13 Oktober
2019) ”
85
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembukuan dari 3
para pelaku usaha masih minim pengetahuan akan hal tersebut padahal ini adalah
salah satu cara untuk mengukur sampai mana usaha tersebut, ini juga sebenarnya
bias menjadi acuan untuk menentukan sikap dan target untuk kedepannya
.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada bab
sebelumnya mengenai Implementasi Kebijakan Pengembangan UMKM di Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa, maka dapat disimpulkan bahwa:
Secara umum implementasi kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) merupakan program dari pemerintah yang bertujuan
untuk memfasilitasi atau mengembangkan usaha dari UMKM yang nantinya akan
berdampak kepada berkembangnya atau meningkatnya strata sosial masyarakat
dan juga perekonomian yang ada di suatu daerah. Implementasi kebijakan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di dinas koperasi dan UMKM di
Kabupaten Gowa, terdapat beberapa indicator yang digunakan penulis mengetahui
bentuk pengimplementasian kebijakan pengembangan Model implementasi
kebijakan publik George C. Edward III (1990) Komunikasi, Sumber daya,
Disposisi dan Struktur birokrasi adapun sebagai berikut:
a. Komunikasi, pemerintah selalu melakukan sosialisasi semaksimaksimal
mungkin memberikan informasi yang sangat dibutuhkan masyarakat dan
para pelaku usaha walaupun tidak semua berkesempatan untuk diberikan
sosialisasi tentunya, tapi itu sudah dibuktikan dari data setiap tahunnya
mulai dari tahun 2014-2018 yang mana menjadikan bertumbuhnya minat
masyarakat untuk mulai terjun ke dunia usaha dan industry. Walaupun
87
sebagian besar dari para pelaku usaha belum mencapai kualitas dan
kuantitas yang dibutuhkan saat ini, tapi pemerintah tidak pernah
menyerah dalam melakukan pelatihan-pelatihan dan pengembangan
kepada para pelaku usaha.
b. Sumber daya, pentingnya pemberian dan pengembangan/peningkatan
sumber daya baik itu dari segi modal, peningkatan teknologi, dan juga
promosi kepada setiap para pelaku usaha menjadi hal pokok yang terus-
menerus dimaksimalkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejateraan dan perekonomian daerah. Walaupun belum
semua yang dapat merasakannya ini juga disebabkan karena beberapa
factor seperti kurangmya minat dari para pelaku usaha itu sendiri,
kurangnya sumberdaya manusia di kedinasan dan daya jangkau dari
pihak kedinasan itu sendiri.
c. Disposisi, terkait dengan sikap dari para pelaksana yang akan
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan terkait dengan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di kabupaten
Gowa dalam hal ini seperti, pendataan administrasi dan persuratan
termasuk juga ijin usaha dan proposal untuk pengembangan kualitas
usaha, pemodalan berupa peningkatan teknologi, pelatihan juga
pembinaan dan promosi terhadap produk usaha atau jasa. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah bagaimana sikap dari para pelaksana dalam
mengimplementasikan kebijakan yang nantinya tidak akan lagi
menimbulkan hambatan-hambatan yang berarti kedepannya. Para
88
pengusaha juga sangat terbantu dengan adanya program dari Bupati
Gowa yang diamanahkan kepada dinas koperasi dan UMKM Kabupaten
Gowa berupa pengembangan dan peningkatan teknologi, namun
ketidaktahuan dari para pengusaha tentang bagaimana system dari
program tersebut menimbulkan keraguan dan menghambat
berkembangnya usaha tersebut, juga dari segi pendataan yang masih
memakai system lama yaitu pendataan yang hanya harus dilakukan di
kedinasan, padahal saat ini media elektronik harusnya sangat membantu
dalam hal apapun.
d. Struktur birokrasi, untuk struktur birokrasi yang ada di Dinas Koperasi
dan UMKM di Kabupaten Gowa, pemerintah dalam hal ini pihak
kedinasan telah melakukan semaksimal mungkin untuk system
kepengurusuan untuk para pengusaha yang ingin mengurus hal-hal yang
berkaitan dengan tujuannya misalkan ingin mendaftarkan usahanya,
sudah ada seksi yang menangani itu jadi akan memudahkan dalam proses
kepengurusan tersebut.
e. Syarat pemberian bantuan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) di Kabupaten Gowa.
1. Memiliki Rintisan Usaha
Individu yang memiliki rintisan usaha produktif dan/atau pelaku usaha
yang memiliki potensi mengembangkan usaha, dan usahanya telah berjalan
minimal 6 (enam) bulan dan maksimal 3 (tiga) tahun. dibuktikan dengan foto
tempat usaha dari sisi jalan, tampak depan, dan ruangan dalam serta proses
89
produksi apabila ada. Dokumen di upload dalam bentuk PDF, dengan ukuran file
maksimal 3 MB.
2. Belum Pernah Menerima Bantuan Sejenis
Belum pernah menerima bantuan dana yang sejenis dari Kementerian
Koperasi dan UKM yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan dari yang
bersangkutan, bermaterai 6000 dan ditanda tangani. Dokumen di upload dalam
bentuk PDF setelah ditandatangani, dengan ukuran file maksimal 3 MB;
3. Maksimal Berusia 45 Tahun
Calon penerima bantuan maksimal berusia 45 tahun pada saat mengajukan
proposal.
4. Pendidikan Minimal SLTP atau Sederajat
Calon wirausaha pemula minimal berpendidikan SLTP atau yang sederajat,
dibuktikan dengan Ijazah terakhir. Dokumen di upload dalam bentuk PDF, dengan
ukuran file maksimal 3 MB.
5. Memiliki Tanda Identitas (KTP)
Memiliki tanda identitas berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih
berlaku. Dokumen di upload dalam bentuk PDF, dengan ukuran file maksimal 3
MB.
90
6. Memiliki legalitas Izin Usaha
Memiliki legalitas usaha berupa Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK) atau Surat
Keterangan Domisili Usaha dari Kantor Kelurahan setempat. Dokumen di upload
dalam bentuk PDF, dengan ukuran file maksimal 3 MB.
7. Memiliki NPWP
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang masih aktif atas nama
calon penerima bantuan Dokumen di upload dalam bentuk PDF, dengan ukuran
file maksimal 3 MB.
8. Memiliki Sertifikat Pelatihan
Memiliki sertifikat pembekalan maksimal 2 (dua) tahun sebelum tahun
anggaran berjalan, yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber
Daya Manusia, dan/atau institusi/lembaga yang memiliki kompetensi dan
bekerjasama dengan Deputi Bidang Sumber Daya Manusia. Dokumen di upload
dalam bentuk PDF, dengan ukuran file maksimal 3 MB.
9. Rekening Tabungan Aktif (Bank Pemerintah)
Memiliki rekening tabungan pada bank Pemerintah (BRI/BNI/Mandiri) yang
masih AKTIF atas nama Calon Penerima Bantuan. Dokumen di upload dalam
bentuk PDF, dengan ukuran file maksimal 3 MB.
91
10. Surat Rekomendasi SKPD Kabupaten/Kota
Masukkan surat rekomendasi SKPD dari dinas kabupaten/kota setempat yang
telah ditandatangani oleh Pejabat berwenang yang membidangi Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. File di unggal dalam bentuk PDF maksimal
ukuran 4 MB.
11. Proposal Usaha
Masukkan proposal usaha yang diajukan untuk menjadi peserta bantuan
wirausaha pemula dalam bentuk PDF.
12. Surat Rekomendasi Rekomendasi Provinsi
13. Surat surat rekomendasi dari dinas provinsi setempat
Faktor pendukung dan factor penghambat implementasi kebijakan
pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Gowa
yaitu: 1) Factor pendukung yaitu terlibatnya tokoh masyarakat, adanya surat ijin
usaha, pelatihan-pelatihan dan pameran sebagai media promosi untuk para
pengusaha. 2) Faktor penghambat yaitu kurangnya rasa ingin tahu dari para
pelaku usaha dan kreativitas yang rendah, system pendataan yang belum
ditingkatkan, belum meratanya sosialisasi dari pemerintah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, ada beberapa
saran penulis untuk dapat memaksimalkan implementasi kebijakan pengembangan
UMKM di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa, yaitu:
92
1. Memaksimalkan sosialisasi dan komunikasi dari pihak pemerintah dalam
hal ini pihak Dinas Koperasi dan UMKM kepada para pelaku usaha mikro,
kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Gowa. Namun sebenarnya
bukan cuman para pelaku usaha yang harus diberikan sosialisasi tentang
UMKM melainkan masyarakat awam pun harus ikut dilibatkan dan juga
para pelaku usaha dan tokoh masyarakat bisa menjadi mentor dan
perpanjangan tangan dari pemerintah itu sendiri.
2. Perluasan jangkauan dari pihak pemerintah pun sangat penting begitu juga
promosi harus terus dilakukan secara bertahap di produk barang atau jasa
yang digeluti di sector UMKM itu sendiri.
3. Pelatihan-pelatihan, pembinaan dan evaluasi juga harus terus
dimaksimalkan kepada para pelaku usaha di sector UMKM untuk
meningkatkan kualitas produk atau jasa untuk meningkatkan perekonomian
dan kesejaterahan di Kabupaten Gowa.
4. Melakukan peningkatan dibagian administrasi dan pendataan UMKM untuk
memudahkan pengurusan atau pun evaluasi terhadap setiap UMKM yang
ada di Kabupaten Gowa.
5. Memberikan pengetahuan yang lebih lagi kepada para pelaku usaha mikro,
kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Gowa terkait dengan proses
pembukuan dan target yang akan dicapai kedepannya.
93
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anderson, J. (1978). Public Policy. San Fransisco, W.H. Freeman and Company
Dwijowijoto, Riant Nugroho. (2004). Kebijakan public: formulasi, implementasi
dan evaluasi, Jakarta: Pancur siwah.
Hidayat, Wisnu Adi. (2007). Analisis kredit macet usaha mikro kecil dan
menengah di sentra konveksi ulujami Pemalang. Diss. Universitas Negeri
Semarang.
Prawirosentono, S. (2007). Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu
Abad 21 “Kiat Membangun Bisnis Kompetitif”. Jakarta: Bumi Aksara.
Primana, Ina. (2009). Menggerakkan sector riil UKM dan industry, Bandung,
Penerbit Alfabeta.
Rita C, Richey. Wayne A, Nelson. (1996). Developmental research: studies of
instructional design and development.
Rudjito. (2003). Strategi pengembangan UMKM berbasis Strategi Bisnis. Bogor
Sabatier, P., & Mazmanian, D. (1979). The conditions of effective
implementation: A guide to accomplishing policy objectives. Policy
analysis
Tohar, M. (2001). Membuka usaha kecil. Yogyakarta, penerbit kanisius.
Winarno, Budi. (2005). Teori dan proses kebijakan public
94
Zulkarnain, (2006). Kewirausahaan strategi pemberdayaan usaha kecil menengah
dan penduduk miskin. Yogyakarta, penerbit adi cipta karya nusa.
Lain-lain
Adi, M. Kwartono. (2007). Jurnal UMKM, Vol 13. Akses 18 februari 2019
Anderson, “Implementation” 2003 dalam Fadillah Putra, paradigma kritis dalam
studi kebijakan public: pustaka pelajar. Akses 19 februari 2019
Databoks.katadata.co.id, jumlah penduduk tahun 2018, akses 18 februari 2019
Depkop.go.id, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia, akses 19 Februari 2019
Gowakab.go.id, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, akses 23 Februari 2019
Peraturan Pemerintah Kabupaten Gowa Nomor 8 Tahun 2008, tentang organisasi
dan tata kerja koperasi dan UMKM Kab. Gowa. Akses 23 Februari 2019
Peraturan Pemerintah RI nomor 32 tahun 1998, tentang pembinaan dan
pengembangan usaha kecil.akses 23 februari 2019
Pressman, dan Wildavsky. (1973). Implementasi, pramascita.wordpress.com,
akses 23 Februari 2019
Undang-Undang nomor 20 tahun 2008, mengenai pemberdayaan UMKM. Akses
23 februari 2019
95
RIWAYAT HIDUP
MUH. QURRATUN A’YUN MUHIDDIN lahir di Ujung
Pandang pada tanggal 28 September 1997. Anak kedua dari
pasangan Drs. Harto Imayaduddin dan Drs. Suryani Thalib.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD
Inpres Ikip 1 pada tahun 2009, Kemudian melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Unismuh Makassar, dan tamat
pada tahun 2012. Setelah tamat dari SMP Unismuh Makassar, penulis
melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Pallangga (SMAN 9 Gowa), dan tamat
pada tahun 2015. Pada tahun ini juga penulis melanjutkan pendidikannya
kejenjang yang lebih tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar dan
mengambil program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
politik. InsyaAllah pada tahun 2020 ini penulis akan menyelesaikan pendidikan
Strata Satu (S1) dan menyusun karya ilmiah yang berjudul ”Implementasi
Kebijakan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Gowa”.
96
LAMPIRAN
97