skripsi hubungan penerapan pelayanan prima ...repository.stikes-bhm.ac.id/62/1/1.pdfsobah, dani,...

170
i SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN PELAYANAN PRIMA (SERVICE EXCELLENT) TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SAYIDIMAN MAGETAN TAHUN 2017 Oleh : Agustin Diyah Irawati NIM : 201303002 PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017

Upload: others

Post on 27-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    SKRIPSI

    HUBUNGAN PENERAPAN PELAYANAN PRIMA (SERVICE

    EXCELLENT) TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI

    INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.

    SAYIDIMAN MAGETAN TAHUN 2017

    Oleh :

    Agustin Diyah Irawati

    NIM : 201303002

    PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN DAN KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2017

  • ii

    HUNGAN PENERAPAN PELAYANAN PRIMA (SERVICE EXCELLENT)

    TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI

    FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SAYIDIMAN

    MAGETAN TAHUN 2017

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

    guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    Program Studi Kesehatan Masyarakat

    STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

    Oleh :

    Agustin Diyah Irawati

    NIM : 201303002

    PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN DAN KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2017

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang Beriman diantaramu dan

    orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al-Mujahidin 11).

    Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan

    kesempatannya untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan segala kekuranganku.

    Segala syukur ku ucapkan kepadaMu karena tellah menghadirkan mereka-mereka

    yang selalu memberi semangat dan doa disaat ku tertatih.

    KarenaMu lah aku ada, merekaa ada, dan tugas akhir ini terselesaikan.

    Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang sangat aku kasihi

    dan sayangi

    1. Babe dan Ibu Terimakasih untuk setiap nasehat yang telah diberikan, Terimakasih untuk

    semua Cinta dan Kasih sayang tanpa balas dari kalian, dan terimakasih

    untuk untaian doa Terindah disetiap Sujud kalian. Tanpa Babe dan Ibu

    aku bukanlah siapa-siapa.

    2. Adek tercinta Saat jauh saling merindu, dan saat ada gak pernah akur, (Isna Khoirunisa)

    Terimakasih untuk semangat serta doa Terindahnya, semoga bisa

    secepatnya nyusul jadi Mahasiswa, sama-sama ngebahagiain Babe Ibuk.

    3. Sahabat Terhebat Terpisahkan jarak namun selalu dekat dihati (Anissa, Rianandha & .....)

    Terimakasih untuk suport dan doa dari kejauhannya, semoga kita sama-

    sama sukses yaa.

    4. Sahabat Rasa Saudara Kesmas angkatan 2013 semuanya.

    (Grandhong) 12 kepala yang akhirnya bersatu dalam ikatan persahabatan,

    bertemu dari masing-masing sifat yang berbeda (Ira, Tika, Ulum, Farida,

    Sobah, Dani, Mifa, Mut, Sari, Ratna, Ayuk, Bela). Terimakasih sudah

    menjadi Temen Nyinyir, Temen Curcol, Rival, Tutor serta Motivar untuk

    aku. Suka duka sampai Tangis telah kita lalui bersama-sama, Bismillah ya

    saling menguatkan sehingga pada akhirnya kita benar-benar menjadi kaut.

    Ya Allah jadikanlah Iman, dan Amalan ku sebagai Lentera jalan hidupku

    Keluarga dan Saudara Seimanku, Aamiin......

  • vii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Agustin Diyah Irawati

    Nim : 201303002

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

    di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar

    sarjana kesehatan masyarakat di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan

    lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah

    maupun yang belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan

    dan daftar pustaka.

    Madiun, Agustus 2017

    Agustin Diyah Irawati

    NIM. 201303002

  • viii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Magetan, 14 Agustus 1994, dengan nama lengkap

    Agustin Diyah Irawati, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak

    Subagya dan Ibu Sringatini.

    Alamat : JL. dr. Sutomo No : 107 Rt/Rw 02/03 Selosari,

    Kec. Magetan, Kab. Magetan, Jawa Timur

    Kode Pos 63313

    No. HP : 08983478640

    Email : [email protected]

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Riwayat Pendidikan

    2001 – 2002 : TK Kartika VII Magetan Jawa Timur

    2002 – 2007 : SD NEGERI Magetan 1 Magetan Jawa Timur

    2007 – 2010 : SMP NEGERI 2 Magetan Jawa Timur

    2010 – 2013 : SMA NEGERI 3 Magetan Jawa Timur

    2013 – 2017 : S1 Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

    STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Jawa

    Timur

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

    Rahmat, Taufik Serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

    dengan judul "Hubungan Penerapan Pelayanan Prima (Service Excellent) Terhadap

    Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr.

    Sayidiman Magetan Tahun 2017" ini dengan lancar dan selesai tepat waktu.

    Selama menyusun Skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,

    dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini dengan

    segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

    1. dr. Yunus Mahatma, Sp., PD selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.

    Sayidiman Magetan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

    di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan.

    2. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada

    Mulia Madiun.

    3. Avicena Sakufa M, S.KM.,M.Kes selaku Kaprodi S1 Kesehatan Masyarakat

    STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    4. H.Edy Bachrun, S.KM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah bersedia

    menyediakan waktunya untuk memberikan masukan, arahan serta motivasi.

    5. Sunarsih, S.ST, MM selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah bersedia

    menyediakan waktunya untuk memberikan masukan, arahan serta motivasi.

    6. Retno Widiarini, S.KM.,M.Kes selaku Ketua Dewan Penguji Skripsi yang

    telah bersedia menyediakan waktunya untuk menguji dan memberikan

    masukan.

    7. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan yang telah

    membantu dalam melakukan pengumpulan data.

    8. Sebagian pasien rawat jalan instalasi farmmasi RSUD dr. Sayidiman Magetan

    yang telah bersedia menjadi responden.

  • x

    9. Orang Tua, saudara dan sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu bersama

    dalam suka dan duka dalam menyelesaikan skripsi ini.

    10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

    penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga Skripsi

    ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua pihak

    yang membutuhkan.

    Madiun, Agustus 2017

    Penyusun

  • xi

    PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    ABSTRAK

    Agustin Diyah Irawati

    Hubungan Penerapan Pelayanan Prima (Service Excellent) Terhadap Kepuasan

    Pasien Rawat Jalan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah

    dr.Sayidiman Magetan Tahun 2017

    111 halaman + 14 tabel + 2 gambar + 13 lampiran

    Berdasarkan data kunjungan pasien rawat jalan di Instalasi farmasi,

    menunjukkan ketidak stabilan angka kunjungan pada triwulan I naik 7,51%, triwulan

    II menurun sebesar 0,33%, serta triwulan III naik sebesar 88,4%. Menurut data diatas

    di dapatkan belum terpenuhinya kepuasan pasien yaitu sebesar 9,55% dari standar

    Kemenkes sebesar ≥80%. Sedangkan angka pencapaian kepuasan pasien yang telah

    terpenuhi sebesar 70,45%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

    penerapan pelayanan prima (service excellent) terhadap kepuasan pasien rawat jalan

    di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan.

    Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

    Sampel penelitian ini adalah 98 responden pasien rawat jalan umum dan BPJS di

    Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan. Teknik pengambilan sampel

    secara non-probability sampling dengan metode sampling insidental.

    Hasil penelitian ini adalah responden yang menilai Pelayanan Prima (Service

    Excellent) baik (prima) yaitu sebanyak 54 orang atau sebesar (55,1%) dan yang

    menyatakan Tidak baik (tidak puas) sebanyak 44 orang atau sebesar (44,9%). Dan

    responden yang menilai Kepuasan Pasien baik (puas) yaitu sebanyak sebanyak 53

    orang atau sebesar (54,1%) dan yang menyatakan Tidak baik (tidak puas) sebanyak

    45 orang atau sebesar (45,9%). Berdasarkan uji Chi-Square di dapatkan nilai sig

    0,004 yang artinya nilai sig lebih kecil dari 0,05 (0,004

  • xii

    S1 PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

    BHAKTI HUSADA MULIA COLLEGE FOR HEALTH SCIENCE

    ABSTRACT

    Agustin Dyah Irawati

    Correlation Between Applying Service Excellent To Outpatient Satisfaction in

    Pharmacy Installation at Region Public Hospital of dr.Sayidiman Magetan in 2017

    111 pages + 14 tables + 2 pictures + 14 enclosures

    Based to outpatient visit data in Pharmacy installation, showed unstable visit

    number at quarterly I go up 7,51%, quarterly II was degradate equal to 0,33%, and

    also quarterly III go up equal to 88,4%. According to data above, was getting not

    fufilled of satisfaction yet of patient that was equal to 9,55% from Health Ministry

    standart equal to > 80%. While number attainment of patient satisfaction which

    have fulifilled equal to 70,45%. This research aim was to know correlation between

    applying of service excellent to outpatient satisfaction in Pharmacy Installation at

    Region Public Hospital of dr. Sayidiman Magetan.

    The Type of Research was quantitative with approach of cross sectional.

    This Research Sampel counted 98 outpatient responder and BPJS at Region Public

    Hospital of dr. Sayidiman Magetan. Technique intake of sampel by non-probability

    sampling with sampling method of insidental sampling.

    Result of this research was responder which assessing good Service

    Excellent that was counted 54 people or equal to ( 55,1%) and expressing bad

    (disgruntled) counted 44 people or equal to ( 44,9%). And responder which

    assessing good Satisfaction that was counted 53 people or equal to ( 54,1%) and

    expressing bad ( disgruntled) counted 45 people or equal to ( 45,9%). Based to test

    of Chi-Square in getting value of sig 0,004 it means that value of sig smaller than

    0,05 ( 0,004 < 0,05) showing correlation between applying of excellent service to

    outpatient satisfaction in pharmacy installation at Region Public Hospital of dr.

    Sayidiman Magetan.

    Suggestion which researcher recommend is Region Public Hospital of dr.

    Sayidiman Magetan better be can give training utilize to improve the quality of

    Human Resources officer of pharmacy, and also survey satisfaction of patient, and

    also improve the servive that felt still less

    Keyword : Service Excellent, Patient Satisfaction

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Sampul Depan ....................................................................................................... i

    Sampul Dalam ....................................................................................................... ii

    Lembar Persetujuan ............................................................................................... iii

    Lembar Pengesahan .............................................................................................. iv

    Lembar Persembahan ............................................................................................ v

    Lembar Pernyataan................................................................................................ vi

    Daftar Riwayat Hidup.......................................................................................... vii

    Kata Pengantar ...................................................................................................... viii

    Abstrak.................................................................................................................. x

    Abstract.................................................................................................................. xi

    Daftar Isi................................................................................................................ xii

    Daftar Tabel......................................................................................................... xv

    Daftar Gambar...................................................................................................... xvi

    Daftar Lampiran................................................................................................... xvii

    Daftar Singkatan ................................................................................................ xviii

    Daftar Istilah...................................................................................................... xvx

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

    1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

    1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

    1.5. Keaslian Penelitian ............................................................................. 8

    1.6. Perbedaan Penelitian .......................................................................... 10

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Rumah Sakit ....................................................................................... 12

    2.1.1. Pengertian Rumah Sakit ........................................................... 12

    2.1.2. Jenis Rumah Sakit .................................................................... 14

    2.1.3. Tugas dan Fungi Rumah Sakit ................................................. 15

    2.1.4. Organisasi Rumah Sakit .......................................................... 18

    2.1.5. Kewajiban Rumah Sakit .......................................................... 19

    2.1.6. Pemakaian Jasa Rumah Sakit .................................................. 21

    2.1.7. Klasifikasi Rumah Sakit .......................................................... 22

    2.2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .............................................. 24

    2.2.1. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ................... 24

    2.2.2. Peran Seorang Farmasis .......................................................... 26

    2.2.3. Pelaksanaan Pelayanan Farmasis Klinis ................................. 27

    2.3. Konsep Pelayanan Prima (Service Excellent) ................................... 28

    2.3.1. Pengertian Pelayanan Prima (Service Excellent) ..................... 28

    2.3.2. Faktor-faktor Pelayanan Prima ................................................ 31

    2.3.3. Tujuan dan Fungsi Pelayanan Prima ....................................... 33

    2.3.4. Manfaat Pelayanan Prima ........................................................ 34

    2.3.5. Unsur-unsur Pelayanan Prima ................................................. 39

  • xiv

    2.4. Konsep Pelayanan Kesehatan ............................................................ 44

    2.4.1. Definisi Pelayanan Kesehatan .................................................. 44

    2.4.2. Karakteristik Pelayanan Kesehatan ......................................... 45

    2.4.3. Syarat Pelayanan Kesehatan .................................................... 47

    2.4.4. Standar Pelayanan kesehatan ................................................... 49

    2.5. Konsep Kepuasan Pasien ................................................................... 51

    2.5.1. Definisi Kepuasan Pasien ......................................................... 51

    2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pasien............... 52

    2.5.3. Manfaat Mengukur Kepuasan ................................................. 55

    2.5.4. Indikator Kepuasan Pasien ...................................................... 56

    2.5.5. Alat untuk Mengukur Kepuasan ............................................. 58

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

    3.1. Kerangka Konseptual ......................................................................... 61

    3.2. Hipotesa Penelitian ............................................................................. 63

    BAB 4 METODE PENELITIAN

    4.1. Rancang Bangun Penelitian .............................................................. 64

    4.2. Populasi dan Sampel ......................................................................... 65

    4.2.1. Populasi ................................................................................... 65

    4.2.2. Sampel ..................................................................................... 65

    4.3. Teknik Sampling ................................................................................ 67

    4.4. Kerangka Kerja Penelitian ................................................................. 69

    4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..................... 70

    4.5.1. Variabel Penelitian ................................................................... 70

    4.5.2. Definisi Operasional Variabel .................................................. 70

    4.6. Instrumen Penelitian ........................................................................... 73

    4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 74

    4.7.1. Uji Validitas ............................................................................ 74

    4.7.2. Uji Reliabilitas.......................................................................... 75

    4.8. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 76

    4.9. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 76

    4.10. Teknik Analisis Data ........................................................................ 77

    4.10.1. Tahap Pengolahan Data .......................................................... 77

    4.10.2. Analisis Univariate ................................................................ 78

    4.10.3. Analisis Bivariate .................................................................. 79

    4.11. Etika Penelitian ................................................................................ 80

    BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Hasil .................................................................................................. 82

    5.1.1. Sejarah Rumah Sakit ............................................................... 82

    5.1.2. Visi, Misi, dan Motto .............................................................. 84

    5.1.2.1. Visi .............................................................................. 84

    5.1.2.2. Misi ............................................................................. 84

    5.1.2.3. Motto ........................................................................... 85

    5.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi ............................. 85

  • xv

    5.1.3.1. Tugas Pokok ................................................................ 85

    5.1.3.2. Fungsi Instalasi ............................................................ 86

    5.1.4. Karakteristik Responden ......................................................... 88

    5.1.4.1. Jenis Kelamin Responden ........................................... 88

    5.1.4.2. Usia Responden .......................................................... 89

    5.1.4.3. Pendidikan Responden ................................................ 89

    5.1.4.4. Pekerjaan Responden .................................................. 90

    5.1.5. Hasil penelitian ........................................................................ 91

    5.1.5.1. Penerapan Pelayanan Prima Petugas Farmasi ............ 91

    5.1.5.2. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan ........................ 92

    5.1.5.3. Analisis Koefisien Korelasi Chi-Square ...................... 93

    5.1.5.4. Koefisien Determinasi ................................................. 94

    5.1.5.5. Pengujian Hipotesis ..................................................... 94

    5.1.5.6. Hubungan Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ........ 96

    5.1.6. Pembahasan ............................................................................. 96

    5.1.6.1. Penerapan Pelayanan Prima Petugas Farmasi ............ 96

    5.1.6.2. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan ........................ 101

    5.1.6.3. Hubungan Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ........ 105

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 109

    6.1. Saran .................................................................................................. 109

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.5 Daftar Kunjungan Farmasi .............................................................. 5

    Tabel 1.5 Keaslian Penelitian .......................................................................... 8

    Tabel 4.1 Definisi Opersional ......................................................................... 71

    Tabel 4.2 Skor Pernyataan Kuesioner .............................................................. 74

    Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 88

    Tabel 5.2 Usia Resonden ................................................................................. 89

    Tabel 5.3 Pendidikan Responden ................................................................... 89

    Tabel 5.4 Pekerjaan Responden ...................................................................... 90

    Tabel 5.5 Hasil Penelitian Pelayanan prima ................................................... 91

    Tabel 5.6 Hasil Penelitian Kepuasan Pasien .................................................. 92

    Tabel 5.7 Perhitungan Korelasi Chi-Square ................................................... 93

    Tabel 5.8 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r............................................. 94

    Tabel 5.9 Perhitungan Korelasi Chi-Square ................................................... 95

    Tabel 5.10 Tabulasi Silang ............................................................................... 96

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 62

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 69

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen ..................................................................... 116

    Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden ................................... 117

    Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................... 118

    Lampiran 4 Kuesioner Penelitian .................................................................... 119

    Lampiran 5 Hasil Perhitungan Skor T ............................................................ 124

    Lampiran 6 Hasil Penelitian ............................................................................ 135

    Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas ............................................... 142

    Lampiran 8 Form Komunikasi ........................................................................ 144

    Lampiran 9 Surat Izin Validitas Dan Reabilitas ............................................. 146

    Lampiran 10 Surat Izin Penelitian ................................................................... 148

    Lampiran 11 Surat Selesai Penelitian ............................................................. 149

    Lampiran 12 Lembar Perbaikan Skripsi ......................................................... 150

  • xix

    DAFTAR SINGKATAN

    CPOB : Cara Pembuatan Obat yang Baik

    DRP : Drug Related Problem

    IFRS : Inatalasi Farmasi Rumah Sakit

    IPC : Infection Preventtion & Control

    SDM : Sumber Daya Manusia

    WHO : World Health Organization

  • xx

    DAFTAR ISTILAH

    Apoteker : Tenaga profesi yang memiliki dasar

    pendididkan di bidang farmasi

    Care : Memberi Perhatian

    Empower : Pemberdayaan

    Exceed Expectations : Melampaui Harapan Konsumen

    Hospitium : Tempat/Ruangan Untuk Menerima Tamu

    Improve : Melakukan Peningkatan Perbaikan

    Life Saving : Peningkatan pelayanan

    Medical Care : Tempat Pengobatan

    Private Goods : Barang layanan privat

    Public Goods : Barang layanan kolektif

    Quality : Bermutu

    Recover : Merebut Kembali

    Self Esteem : Memberi Nilai pada Diri Sendiri

    Service Excellent : Pelayanan Prima

    The User Of The Hospital Services : Pemakai Jasa Rumah Sakit

    sanggup membayar sesenpun

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari

    pembangunan Nasional secara menyeluruh. Adapun tujuan pembangunan

    kesehatan adalah mencapai kemampuan hidup sehat masyarakat agar dapat

    mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang

    mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran pembangunan

    kesehatan adalah terselenggaranya manusia tangguh, sehat, kreatif dan

    produktif. Untuk mencapai itu, maka visi pembangunan kesehatan adalah

    mewujudkan masyarakat, bangsa dan negara yang sehat, memiliki

    kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil

    dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh

    wilayah Republik Indonesia. Misi pembangunan kesehatan yaitu

    melaksanakan upaya Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif. Upaya

    tersebut dilaksanakan disemua tempat pelayanan kesehatan dari Rumah Sakit

    Umum Kabupaten sampai Puskesmas-puskesmas pembantu, baik Rumah

    Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta (Depkes RI, 2008).

    Rumah sakit sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan

    kasehatan mengalami perubahan, pada awal perkembangannya, rumah sakit

    adalah lembaga yang berfungsi sosial, tetapi dengan adanya rumah sakit

    swasta, menjadikan rumah sakit lebih mengacu sebagai suatu industri yang

  • 2

    bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan dengan melakukan pengelolaan

    yang berdasar pada manajemen badan usaha. Seiring dengan itu, terjadi

    persaingan antara sesama rumah sakit baik rumah sakit milik pemerintah

    maupun rumah sakit milik swasta, semua berlomba-lomba untuk menarik

    konsumen agar menggunakan jasanya.

    Instalasi farmasi rumah sakit merupakan suatu bagian dari fasilitas di

    rumah sakit, yaitu tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan

    kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Salah

    satu bagian dari instalasi farmasi rumah sakit adalah apotek rumah sakit, yaitu

    tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat

    kepada masyarakat. Sehingga instalasi farmasi rumah sakit sebagai sarana

    pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan dapat membantu dalam

    mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

    (Hartini dan Sulasmono, 2007).

    Salah satu pemberi pelayanan kesehatan adalah petugas farmasi. Petugas

    harus memiliki ilmu pengetahuan, sikap dan penampilan yang baik dalam

    memberikan pelayanan kepada pasien. Selama menjalankan proses pendidikan

    seorang Apoteker/asisten Apoteker tidak hanya mendapatkan pelajaran

    tentang ilmu pengetahuan kesehatan saja, tetapi diwajibkan untuk

    berpenampilan dan memiliki sikap yang baik, memiliki penampilan yang rapi

    serta berprilaku yang baik, berkomunikasi terampil merupakan hal yang

    diterapkan selama proses belajar. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan

    seorang petugas yang tidak hanya sekadar memiliki pengetahuan yang hebat,

  • 3

    akan tetapi seorang petugas dituntut untuk memberikan atau melaksanakan

    ilmu pengetahuan yang didapat dengan cara bersikap dan berpenampilan yang

    baik kepada pasien agar mereka merasakan kepuasan terhadap pelayanan yang

    didapatkan.

    Untuk mempertahankan kesetiaan pengguna layanan banyak pihak rumah

    sakit terus mengembangkan program pelayanan kesehatan yang berkualitas

    bagi para konsumen dalam memenuhi kepuasan terhadap pelayanan kesehatan

    yang didapat dengan cara memberikan pelayanan yang prima (service

    excellent).

    Pelayanan prima atau unggul merupakan sikap atau cara pemberi layanan

    yang berperan besar dalam menciptakan kepuasan bagi klien. Menurut Lassere

    (2010), menciptakan pelayanan yang prima tidak harus mahal. Misalnya,

    sopan, tersenyum, dan ramah kepada pasien merupakan hal yang gratis yang

    dapat dilakukan bagi seluruh pemberi layanan. Pelayanan prima sendiri

    membuat suatu pelayanan menjadi lebih berkualitas dan akan berdampak pada

    kepuasan pasien.

    Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai

    akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien

    membandingkan dengan apa yang dirasakan. Pasien akan merasa puas apabila

    kinerja layanan kesehatan yang diperoleh sama atau melebihi harapan (Pohan,

    2004).

    Pasien akan merasa puas apabila ada persamaan antara harapan dan

    kenyataan pelayanan kesehatan yang diperoleh. Kepuasaan pengguna

  • 4

    pelayanan kesehatan mempunyai kaitan yang erat dengan hasil pelayanan

    kesehatan, baik secara medis maupun non medis seperti kepatuhan terhadap

    pengobatan, pemahaman terhadap informasi medis dan kelangsungan

    perawatan (Kotler, 1997). Sedangkan standar Kepuasan pasien menurut

    Kemenkes adalah >80%.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tria Kelan di

    Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kota Pontianak menunjukan nilai

    significancy 0,000 (p

  • 5

    Rumah Sakit Umum Daerah dr.Sayidiman merupakan rumah sakit tipe C

    di kota Magetan. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman tersebut

    menyediakan kualitas pelayanan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya

    penyediaan pelayanan yang lebih luas serta penyediaan sarana prasarana yang

    lebih mendukung. Pihak rumah sakit selaku penyedia jasa dituntut

    memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding rumah sakit lain untuk

    mencapai kepuasan pasien di rumah sakit. Salah satu aspek yang perlu

    ditingkatkan kualitasnya adalah aspek pelayanan di bidang Farmasi.

    Setelah melakukan presurvey di rumah sakit, apotek RSUD dr. Sayidiman

    Magetan di dapat data kunjungan pasien rawat jalan yang telah menebus resep

    tercatat pada tahun 2016 rata-rata sekitar 3953 per bulannya :

    Tabel 1.1 Data kunjungan farmasi RSUD dr. Sayidiman Magetan tahun 2016.

    No. Angka Kunjungan Tahun 2016

    1. Triwulan I 10730

    2. Triwulan II 11601

    3. Triwulan III 11562

    4. Triwulan IV 13543

    Sumber : Data Sekunder Rekam Medik tahun 2016

    Dari data kunjungan pasien rawat jalan di Instalasi farmasi, data tersebut

    menunjukkan ketidakstabilan angka kunjungan. Dari data hasil survei yang

    telah dilakukan oleh bagian Promosi Kesehatan di Pelayanan Farmasi adanya

    kenaikan jumlah pasien di RSUD dr. Sayidimana Magetan.

    Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah belum

    terpenuhinya kepuasan pasien yaitu sebesar 9,55% dari standar Kemenkes

    sebesar ≥80%. Sedangkan angka pencapaian kepuasan pasien di Rumah Sakit

  • 6

    Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan Tahun 2016 yang telah terpenuhi

    sebesar 70,45%.

    Sedangkan dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, Pelayanan

    Resep merupakan titik terakhir pasien dalam proses pelayanan kesehatan,

    sehingga Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian ”Hubungan Penerapan Pelayanan Prima (Service Excellent)

    Terhadap Kepuasan Pasien Rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah

    Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan”

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan data dan uraian tersebut di atas, maka menjadi topik menarik

    dan perlu untuk dilakukan penelitian tentang hubungan penerapan pelayanan

    prima (service excellent) terhadap kepuasan pasien rawat jalan di instalasi

    farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan Penelitian ini

    diharapkan dapat mengetahui gambaran pelayanan prima (service excellent)

    dan segi apa saja yang harus diperhatikan untuk peningkatan kepuasan pasien.

    Maka perumusan masalahnya adalah “Adakah Hubungan Penerapan

    Pelayanan Prima (Service Excellent) Terhadap Kepuasan Pasien Rawat jalan

    di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan” ?.

    1.3 Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai

    adalah sebagai berikut:

  • 7

    1.3.1 Tujuan umum

    Tujuan umum dari Laporan Penelitian ini adalah, untuk mengetahui

    Hubungan Penerapan Pelayanan Prima (Service Excellent) Terhadap

    Kepuasan Pasien Rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah sakit Umum

    Daerah dr. Sayidiman Magetan Tahun 2017.

    1.3.2 Tujuan khusus

    1. Mengidentifikasi Penerapan Pelayanan Prima (Service Excellent) di

    Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman

    Magetan Tahun 2017.

    2. Mengetahui Kepuasan Pasien Rawat jalan di Instalasi Farmasi

    Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan tahun 2017.

    3. Menganalisis Hubungan Penerapan Pelayanan Prima (Service

    Excellent) terhadap Kepuasan Pasien Rawat jalan di Instalasi

    Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan

    Tahun 2017.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Hasil Penelitiaan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

    bagi organisasi dalam pengembangan Pelayanan Prima (Service Excellent),

    sehingga dapat meningkatkan kunjungan pasien rawat jalan di Rumah Sakit

    Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan.

  • 8

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1. Bagi Responden

    Dapat memberikan informasi dan gambaran tentang penerapan

    pelayanan prima yang ada di Rumah Sakit Umum daerah dr.Syaidiman

    Magetan

    2. Bagi Petugas Farmasi

    Dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan prima yang

    diberikan Rumah Sakit Umum daerah dr.Syaidiman Magetan.

    3. Bagi Rumah sakit

    Dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi

    Rumah Sakit dalam mengembangkan Penerapan Pelayanan Prima

    (Service Excellent) sehingga lebih mampu meningkatkan Kepuasan

    pasien rawat jalan.

    4. Bagi Civitas Akademik

    Dapat memberikan informasi dan bahan masukan yang bermanfaat bagi

    mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    5. Bagi Peneliti

    Hasil Penelitian ini dapat memberikan informasi dan sebagai bahan

    masukan dan refrensi bagi peneliti lain yang akan datang untuk

    penelitian yang lebih mendalam tentang Penerapan Pelayanan Prima

    (Service Excellent) terhadap Kepuasan pasien rawat jalan.

  • 9

    1.5 Keaslian Penelitian

    No Peneliti Judul

    Penelitian

    Metode

    Penelitian

    Variabel

    Penelitian

    Hasil Penelitian

    1 Muham

    mad

    Tria

    Kelana

    2015

    Pengaruh

    Penerapan

    Pelayanan

    Prima

    (Service

    Excellent)

    Perawat

    Terhadap

    Kepuasan

    Pasien Di

    Rumah

    Sakit

    Universitas

    Tanjungpur

    a Kota

    Pontianak

    Pre-

    eksperiment

    al

    - Pelayanan

    Prima

    (Service

    Excellent)

    - Kepuasan

    Pasien

    - Adanya

    Pengaruh

    penerapan

    Pelayanan Prima

    (Service

    Excellent)

    perawat terhadap

    tingkat Kepuasan

    Pasien Di Rumah

    Sakit Universitas

    Tanjungpura Kota

    Pontianak

    2 Anggi

    Reny

    Sudibyo

    2014

    Hubunga

    n antara

    kualitas

    pelayanan

    dengan

    kepuasan

    pasien

    terhadap

    pelayanan

    di rsia

    srikandi

    ibi jember

    Spearman

    Rank

    - Kualits

    Pelayanan

    - Kepuasan

    Pasien

    - Ada hubungan

    antara kualitas

    pelayanan dengan

    kepuasan pasien

    terhadap

    pelayanan di

    RSIA Srikandi

    IBI Jember

    - Mutu pelayanan

    memiliki

    hubungan dengan

    kepuasan

    pelanggan karena

    mutu pelayanan

    memberikan

    dorongan kepada

    pelanggan untuk

    menjalin ikatan

    hubungan yang

    kuat dengan

    Rumah Sakit

    - Meningkatnya

    tuntutan

    masyarakat akan

    kualitas

    pelayanan

  • 10

    kesehatan, maka

    fungsi pelayanan

    perlu ditingkatkan

    untuk memberi

    kepuasan pasien

    3 Widya

    Chitami

    Puti

    2013

    Pengaruh

    Kualitas

    Pelayanan

    Dan

    Kepuasan

    Terhadap

    Loyalitas

    Pasien

    Rawat Jalan

    Dan

    Rawat Inap

    Rumah

    Sakit

    Otorita

    Batam

    Probability

    Sampling

    - Pemasaran

    - Jasa

    -Kualitas

    Pelayanan

    - kepuasan

    pelanggan

    - Loyalitas

    pelanggan

    - Kualitas

    pelayanan dan

    kepuasan

    memiliki

    hubungan yang

    kuat dengan

    Loyalitas Pasien

    Rawat Jalan Dan

    Rawat Inap RS

    Otorita Batam.

    - Kualitas

    pelayanan dan

    kepuasan

    berpengaruh

    positif terhadap

    loyalitas pasien

    Rawat Jalan Dan

    Rawat Inap RS

    Otorita Batam.

    1.6 Perbedaan penelitian

    Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tria Kelana 2015,

    yaitu tentang Pengaruh Penerapan Pelayanan Prima (Service Excellent) Perawat

    Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kota

    Pontianak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anggi Reny Sudibyo 2014,

    Hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan

    di rsia srikandi ibi jember. Dan penelitian yang dilakukan oleh Widya Chitami

    Puti 2013, Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Pasien

    Rawat Jalan Dan Rawat Inap Rumah Sakit Otorita Batam.

  • 11

    Yang membedakan dengan penelitian yang terdahulu pada penelitian ini

    adalah pada indikator Penerapan Pelayanan Prima (Service Excellent) dengan

    menggunakan 5 syarat untuk berlangsunngnya pelayanan prima menurut (Lisa

    Ford dalam Purwoastuti dan Malyani, 2015) dan untuk Kepuasan Pasien dengan

    menggunakan dimensi RATER Sedangkan metode penelitian yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah uji Kendall dan waktu dan tempat penelitian yang

    berbeda.

  • 12

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Rumah Sakit

    2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

    Banyak pendapat para ahli mengenai asal kata dari rumah sakit,

    konon katanya hospital (rumah sakit) berakar dari kata lain Hostel yang

    biasa di gunakan di abad pertengahan sebagai tempat bagi para pengungsi

    yang sakit, menderita, dan miskin. Pendapat lain oleh willan (1990)

    mengatakan bahwa kata hospital berasal dari bahasa latin hospitium,

    artinya suatu tempat/ruangan untuk menerima tamu. Sementara itu, Yu

    (1997) menyatakan bahwa istilah hospital berasal dari bahasa prancis kuno

    dan medieval English, yang dalam kamus inggris oxford didefinisikan

    sebagai (Febriawati, 2013) :

    a. Tempat untuk istirahat dan hiburan

    b. Institusi sosial untuk mereka yang membutuhkan

    akomodasi,lemah dan sakit

    c. Institusi sosial untuk pendidikan dan kaum muda

    d. Institusi untukmerawat mereka yang sakit dan cidera

    Rumah sakit itu adalah sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas,

    sebuah institusi dan sebuah organisasi. Untuk mengetauhi definisi dari

    rumah sakit secara jelas dapat kita lihat dari pendapat para ahli di bawah

    ini (Febriawati, 2013).

  • 13

    1. Menurut UU no 44 Tahun 2009 rumah sakit adalah institusi

    pelayanan kesehatan bagi masyaraka denggan karakter tersendiri

    yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmupengetahuan kesehatan,

    kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat,

    yang harus tetap mampu meningkatakan pelayanan kesehatan yang

    lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat setinggi-tingginya.

    2. Menurut Azwar (1996) rumah sakit adalah suatu organisasi yang

    melalui tenaga medis professional yang terorganisasi serta saran

    kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan

    Kedokteran, Asuhan keperawatan yang berkeseinambungan,

    diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

    3. Menurut American Hospital assoction (1978) rumah sakit adalah

    suatu institusi yang fungsi utamanya adalah untuk memberikan

    pelayanan kepada pasien-diagnostik dan terapeutik untuk berbagai

    penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun

    non bedah.

    4. Rumah sakit menurut Dr.suparto Adikoespema (2002) adalah

    bagian dari keseluruhan siatem pelayanan kesehatan yang di

    kembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan dan

    merupakann suatu sistem sisial yang di dalamnya terdapat objek

    manusia sebagai pasien.

  • 14

    2.1.2 Jenis Rumah Sakit

    Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit di indonesia di bedakan ke

    dalam dua jenis (UU Nomer 44 tahun 2009) yakni (Febriawati, 2013) :

    1. Rumah sakit publik,yaitu rumah sakit yang di kelola oleh

    pemerintah(termasuk pemerintah daerah) dan badan hukum lain

    yang bersifat nirlaba.Rumah sakit publik meliputi:

    a. Rumah sakit milik depatermen kesehatan

    b. Rumah sakit milik pemerintah daerah provinsi

    c. Rumah sakit milik pemerintah daerah kabupaten atau kota

    d. Rumah sakit milik tentara nasional indonesia

    e. Rumah sakit milik kepolisian republik indonesia (polri).

    f. Rumah sakit milik depatermen di luar depatermen kesehatan

    (termasuk milik badan usaha milik negara seperti prtamina)

    2. Rumah sakit privat, yaitu rumah sakit yang di kelola oleh badan

    hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbata atau

    persero.

    Rumah sakit privat meliputi:

    a. Rumah sakit milik yayasan.

    b. Rumah sakit milik perusahaan.

    c. Rumah sakit milik penanam modal (dalam negeri dan luar

    negeri).

    d. Rumah sakit milik badan hukum lain.

  • 15

    Di Indonesia, rumah sakit dapat juga dibedakan berdasarkan jenis

    pelayaannya menjadi tiga pelayanan,yaitu:

    1. Rumah sakit umum

    Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan

    pelayanan kesehatan kepada masyarakat dasar untuk semua jenis

    penyakit,mulai sesuai dengan kemampuannya. Seperti yang

    dinnyatakan dalam peraturan menteri kesehatan republik indonesia

    No.51 Menkes I pos 17/2005 fungsi rumah sakit umum adalah

    sebagai berikut:

    a. Tempat pengobatan(medical care)bagi penderita rawat jalan

    maupun bagi penderita yang dirawat inap.

    b. Tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di

    bidang kesehatan.

    c. Tempat pendidikan ilmu atau latihan tenaga medis maupun para

    medis.

    d. Tempat pencegahaan dan penigkatan kesehatan

    2. Rumah sakit jiwa

    3. Rumah sakit khusus

    Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang

    menyelenggarakn pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk

    jenis penyakit tertentu atau berdasarkan disiplin ilmu tertentu.

    Sebagai contoh rumah sakit khusus, yaitu rumah sakit khusus

    mata,paru,kusta,rehabilitasi,jantung,kanker,dan sebagainya.

  • 16

    Sedangkan berdasarkan jenis kelasnya, rumah sakit di Indonesia di

    bedakan menjadi 4 kelas (KepMenkes No.51 Menkes/SK/11/19799),

    Yaitu:

    1. Rumah sakit kelas A

    2. Rumah sakit kelas B (pendidikaan dan non pendidikan)

    3. Rumah sakit kelas C

    4. Rumah sakit kelas D

    Kelas rumah sakit juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan yang

    tersedia.pada rumah sakit kelas A tersedia pelayanan spesialistik yang luas

    termasuk pelayanan subspesialitik. Rumah sakit B mempunyai pelayanan

    minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar. Rumah sakit

    kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit

    dalam, kebidanan dan anak). Di rumah sakit kelas D hanya terdapat

    pelayanan medis dasar. Pemerintah sudah berusaha dan telah

    meningkatkan status semua rumah sakit kabupaten menjadi rumah sakit

    kelas C.

    2.1.3 Tugas dan Fungi RS Menurut UU Nomer 44 Tahun 2009

    Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit secara

    umum, yaitu (Febriawati, 2013) :

    1. Melaksanakan pelayanan medis,pelayanan penunjang medis,

    2. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan

    pengunjung medis tambahan,

    3. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,

  • 17

    4. Melaksanakan pelayanan medis khusus,

    5. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,

    6. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,

    7. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,

    8. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,

    9. Melaksanakan pelayanan rawat jaln ayau rawat darurat dan

    rawat tinggal(observasi),melaksanakan pelayanan rawat inap,

    10. Melaksanakan pelayanan administratif,

    11. Melaksanakan pendidikan para medis,

    12. Membantu pendidikan tenaga medis umum,

    13. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,

    14. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

    15. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,

    Sedangkan yang tugas atau fungsi rumah sakit seperti yang

    tercantum dalam surat keputusan Menteri kesehatan

    No.134/MenKes/SK/IV/1978 adalah melaksanakan usaha pelayanan

    medis, pelayanan rehabilitasi medis,usaha pencegahan penyakit, dan

    pemulihan kesehatan, perawatan, sistem rujukan, pendidikan dan pelatihan

    medis serta para medis juga merupakan temppat penelitian (Febriawati,

    2013).

  • 18

    2.1.4 Organisasi Rumah Sakit

    Penyelengaraan rumah sakit mencakup pelaksanaan pelayanan

    kesehatan dan pelaksananan pelayanan administrasi. Pelayanan medis

    rumah sakit secara langsung dilaksanakan oleh (Febriawati, 2013) :

    1. Staf medis,terdiri dari para dokter profesional dalam bidangnya

    masing-masing. Dokter memiliki wewenang hak dan otonomi untuk

    menangani pasien mereka. Wewenang ini melekat karena profensi

    tidak dapat di campuri oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan

    langsung dalam menangani pasien.

    2. Staf perawatan, yang terdiri dari para perawat profesional yang

    bertugas untuk memberi pertolongan kepada pasien atas dasar instruksi

    dokter.

    3. Staf administrasi, urusan administrasi seperti penerima pembayaran,

    penagihan hutang,pembayaran biaya,pengendalian terhadap

    pendapatan ditagani oleh staf administrasi.

    Untuk rumah sakit kelas A,sususnan organisasinya di atur sesuai

    dengan SK MenKes No.543/VI/1994,yaitu sebagai berikut (Febriawati,

    2013) :

    1. Direktur

    2. Wakil direktur yang terdiri dari:

    a. Wadir pelayanan medik dan perawatan

    b. Wadir penunjangan medik dan instalasi

    c. Wadir umum dan keuangan

  • 19

    d. Wadir komite medik

    Tiap-tiap wadir diberikan tanggung jawab dan wewenang

    mengatur beberapa bidang atau bagian pelayanan dan keperawatan serta

    instalasi. Instalasi rumah sakit diberikan tugas untuk menyiapkan fasilitas

    agar pelayanan medis dan keperawatan dapat terlaksana dengan baik.

    Instalasi di rumah sakit dipimpin oleh seseorang kepala yang diberikan

    jabatan nonstruktural (Febriawati, 2013).

    2.1.5 Kewajiban Rumah Sakit

    Ada dua kewajiban utama rumah sakit,yaitu (Febriawati, 2013) :

    1. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelola rumah sakit

    melalui hospital by laws agar terciptakan “Good corporate

    Governance”

    2. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen klinis yang baik sesuai dengan

    standar pelayanan medis dan standar oprating procedure yang telah di

    tetapkan agar tercipta “Good clinical Governance”

    Kewajiban pelayanan kesehatan di rumah sakit diatur dalam

    undang-undang No.23. Tahun 1992 tentang kesehatan,dalam undang-

    undang tersebut menyebutkan bahwa (Febriawati, 2013) :

    1. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan wajib

    melaksanankan good corporate dan good clinical governance

    yaitu:

    a. Mempunyai organisasi yang responsible dan akuntabel.

    b. Mempunyai hospital by laws dan medical staff by laws.

  • 20

    c. Memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan

    dengan memperhatikan hak pasien, keamanan dan keselamatan

    pasien.

    d. Melaksanakan program-program mutu dan keselamatan

    pasien(quality and safety)

    2. Rumah sakit wajib mempunyai kemampuan pelayanan sesuai

    dengan kelasnya.

    3. Rumah sakit wajib memberikan pelayanan bagi keluarga miskin,

    baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta yang

    ditunjuk pelayanan rawat inap kelas III secara gratis.

    4. Rumah sakit wajib meningkatkan peran sertanya dalam penurunan

    angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

    5. Rumah sakit wajib meningkatkan kesiapannya sebagai tempat

    perwatan dan rujukan penyakit menular antara lain: DBD, Antraks,

    HIV/AIDS, TB, SARS, penykit tidak menular (PTM).

    6. Rumah sakit wajib mengantisipasi tuntunan hukum guna

    mengantisipasi terhadap dugaan kesalahan pelayanan.

    7. Rumah sakit wajib melaksanakan infection prevention dan control

    (IPC)

    8. Rumah sakit pendidikan dan rumah sakit khusus diarahkan untuk

    menjadi pusat unggulan dan penapisan iptek

    9. Rumah sakit wajib melaksanakan:

    a. Peningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak

  • 21

    b. Peningkatan pelayanan life saving

    c. Peningkatan pelayanan kesehatan penunjang medik

    (radiologi,anestesi dan laboraturium)

    d. Pengembangan dan penigkatan sumber daya manusia.

    10. Setiap rumah sakit harus memenuhi ketentuan perizinan

    (mendirikan dan penyeleggarakan) sebelum dioperasionalkan.

    2.1.6 Pemakaian Jasa Rumah Sakit

    Pemakai jasa rumah sakit (the user of the hospital services) khusunya

    di Indonesia dibedakan dalam tiga kategori (Febriawati, 2013) :

    1. Full Purchases

    Pada kategori ini pemerintah dan perusahaaan-perusahaan swasta

    merupakan pelanggan terbesar

    2. Semi Buyers

    Yaitu pemakai jasa yang tidak atau belum dapat membayar penuh nota

    tagihan rumah sakit

    3. Prodeo Users

    Yaitu pemakai jasa yang sama sekali tidak sanggup membayar biaya

    perawatan rumah sakit. Kelompok ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

    a. Kelompok yang secara material tidak sanggup membayar sesenpun

    (disadvantage people).

    b. Kelompok Prodeo User “in optima forma” yang terdiri dari :

    1) Pasien yang meninggalkan rumah sakit tanpa izin

    2) Pasien yang kurang puas dengan pelayanan rumah sakit.

  • 22

    3) Pasien yang mendapat privilage social (ditanggung oleh

    badan).

    Selain itu pasien berdasarkan keadaannya dapat diklasifikasikan

    sebagai beikut:

    1) Emergency Pasien

    Kehidupan pasien menghadapi situasi ancaman kematan sehingga

    memerlukan pengobatan secara terus menerus.

    2) Urgent Pasien

    Pasien memerlukan pengobatan segera, bila ada penundaan yang

    berkepanjangan dapat menimbulkan bahaya terhadap kehidupan

    pasien

    3) Elective Patien

    Keadaan pasien tidak membahayakan kehidupannya.

    2.1.7 Klasifikasi Rumah Sakit

    Menurut Fakhni Armen dan Viviyanti Azwar (2013) rumah sakit pada

    dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kelompok sesuai

    dengan tujuannya. Berikut ini ditampilkan sistem pengelompokan rumah

    sakit yang paling umum digunakan saat ini (Febriawati, 2013) :

    1. Klasifikasi rumah sakit brdasarkan tingkat akses pemerintah pada

    rumah sakit tertentu. Rumah sakit terbagi menjadi rumah sakit

    pemerintah (community hospital) dan non pemerintah (non community

    hospital). Ssistem pengklasifikasian ini sudah lama digunakan oleh

    American Hospital Association.

  • 23

    2. Jenis pengklasifikasian lain adalah berdasarkan kepemilikan atau

    control atas kebijakan dan cara operasi rumah sakit. Rumah sakit

    dibawah kepem,ilikan kelembagaan atau institusi dibagi menjadi 4

    kelompok:

    a. Pemerintal nonfederal.

    b. Non pemerintah nirlaba.

    c. Rumah sakit yang dimiliki oleh investor.

    d. Rumah sakit milik pemerintah daerah.

    3. Pengkalsifikasian berdasarkan rata-rata lama tinggal, rumah sakit di

    kelompokan menjadadi rumah sakit jangka pendek dan rumah sakit

    jangka panjang. Menginap di rumah sakit dikatakan singkat bila rata-

    rata tinggal kurang dari 30 hari, sementara rata-rata nasional berada di

    bawah 7 hari. Sedangkan dikatakan lama bila tinggal lebig dari 30 hari.

    4. Pengklasifikasian berdasarkan jumlah tempat tidur: 6 sampai 24 tempat

    tidur, 25-49 tempat tidur, 50-99, 100-199, 200-299, 300-399, 400-499,

    dan 500 atau lebih. Kategori ini biasanya dikombinasikan dengan

    pengelompokan lain misalnya rumah sakit daerah, atau rumah sakit

    pendidikan dan non pendidikan.

    5. Klasifikasi berdasarkan akreditasi, rumah sakit dikelompokan menjadi

    rumahsakit yang diakreditasi dan tidak terakreditasi. Akreditasi

    merupakan bukti kualitas standar minimum dari berbagai aspek sudah

    terpenuhi. Akreditasi juga merupakan tanda pembeda atas kualitas

    pelayanan terhadap pasien yang diberikan di rumah sakit.

  • 24

    2.2 Konsep Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

    2.2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

    Instalasi farmasi rumah sakit merupakan instalasi yang bertugas untuk

    menyediakan, mengelola, dan melaksanakan penelitian tentang obat-obatan

    (Aslam dan Tan, 2003).

    Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan

    Nomor:1027/MenKes/IX/2004, instalasi farmasi rumah sakitan adalah suatu

    tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

    farmasi kepada masyarakat.

    Instalasi farmasi rumah sakit bertugas sebagai pabrik obat kecil

    karena harus mampu membuat berbagai macam campuran obat sederhana,

    yang berfungsi sebagai gudang obat dan harus menyimpan semua obat

    yang dibutuhkan oleh rumah sakit. Selain itu instalasi farmasi rumah sakit

    harus mampu berperan sebagai clinical pharmacist, sumber informasi

    mengenai perkembangan baru dalam bidang obat dan mengawasi supaya

    pengobatan yang dilakukan tetap rasional dan efek samping yang muncul

    karena pengobatan harus dimonitoring (Siregar, 2004).

    Ruang lingkup instalasi farmasi rumah sakit meliputi aspek

    manajemen dan aspek klinik dengan orientasi kepada kepentingan pasien

    sebagai individu, berwawasan lingkungan dan keselamatan kerja

    berdasarkan kode etik. Aspek manajemen meliputi pengelolaan perbekalan

    kefarmasian, farmakoekonomi, peningkatan mutu SDM (sumber daya

    manusia) melalui pendidikan penyelenggaraan sistem informasi klinik

  • 25

    meliputi usaha untuk mewujudkan penggunaan obat yang rasional,

    mengidentifikasi DRP (Drug Related Problem), menyelesaikan DRP

    bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain, mengadakan pusat informasi

    obat dan konseling, monitoring kadar obat dalam darah (Aslam dan Tan,

    2003).

    Dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor

    1027/Menkes/SK/IX/2004 dijelaskan bahwa kegiatan instalasi farmasi

    rumah sakit meliputi :

    a. Pengelolaan sumber daya meliputi sumber daya manusia, sarana

    dan prasarana, pengelolaan sediaan farmasi, dan perbekalan

    kesehatan lainnya serta administrasi yang meliputi perencanaan,

    pengadaan, penyimpanan dan penyaluran.

    b. Pelayanan meliputi pelayanan resep (skrining resep, kesesuaian

    farmasetik, dan pertimbangan klinik), penyiapan obat (peracikan,

    etiket, kemasan obat, penyerahan obat, informasi obat, konseling,

    monitoring penggunaan obat), promosi dan edukasi.

    c. Evaluasi mutu pelayanan yang menggunakan indikator tingkat

    kepuasan konsumen, dimensi waktu dan prosedur tetap.

    Tujuan dari ditetapkannya standar pelayanan kefarmasian diinstalasi

    farmasi rumah sakit adalah:

    a. Sebagai pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi.

    b. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak

    professional/mal praktek.

  • 26

    c. Melindungi tanaga farmasis dalam menjalankan profesinya.

    2.2.2 Peran Seorang Farmasis

    International Pharmaceutical Federation Mendefinisikan profesi

    farmasis adalah sebagai kemauan individu farmasis untuk melakukan

    praktek kefarmasian sesuai syarat legal minimum yang berlaku, serta

    mematuhi standar profesi dan etika kefarmasian (Ahaditomo, 2003).

    Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi semua

    perbekalan farmasi, pelayanan keprofesian, serta membuat informasi dan

    menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan obat

    yang meliputi (Ahaditomo, 1995) :

    a. Sistem pengadaan dan inventaris.

    b. Pembuatan obat termasuk pembungkusan kembali sesuai

    kebutuhan dan fasilitas yang tersedia dan cara pembuatan obat

    yang baik (CPOB).

    c. Bantuan penyelenggaraan sistem distribusi yang efisien baik bagi

    penderita rawat inap maupun rawat jalan.

    d. Penyelenggaraan pelayanan keprofesian yang meliputi penyiapan,

    pencampuran, penyampaian, pemanfaatan obat dalam hal dosis,

    indikasi, efek samping perhitungan kadar dan harganya.

    e. Pemberian informasi yang baik kepada staf dan penderita.

  • 27

    2.2.3 Pelaksanaan Pelayanan Farmasis Klinis

    Farmasi klinis menurut Clinical Resource and Audit Group diartikan

    sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada penerapan keahlian

    kefarmasian untuk membantu memaksimalkan efikasi obat dan

    meminimalkan toksisitas obat pada pasien yang dalam menjalankan

    praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan, ketrampilan dan sikap

    dalam memberikan pelayanan kepada pasien (Aslam dan Tan, 2003).

    Menurut Hepler dan Strand, farmasi klinis didefinisikan sebagai

    profesi yang bertanggung jawab terhadap terapi obat untuk tujuan

    mencapai pengobatan yang tepat yang dapat meningkatkan kualitas hidup

    pasien (Aslam dan Tan, 2003).

    Jangkauan pelayanan farmasi klinis yang dapat dilakukan sesuai SK

    Menkes No. 436 Menkes/SK/VI/1993, meliputi :

    a. Melakukan konseling.

    b. Monitoring efek samping obat.

    c. Pencampuran obat suntik secara aseptik.

    d. Menganalisis efektifitas biaya.

    e. Penentuan kadar obat dalam darah.

    f. Penanganan obat sitostatika.

    g. Penyiapan total parenteral nutrisi.

    h. Pemantauan penggunaan obat.

    i. Pengkajian penggunaan obat.

  • 28

    2.3 Konsep pelayanan prima (Service Excellent

    2.3.1 Pengertian pelayanan prima (Service Excellent)

    Pelayanan prima adalah pelayanan terbaik yang diberikan untuk

    memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan, baik pelanggan di dalam

    perusahaan maupun diluar perusahaan. Pelayanan prima bukan istilah baru

    dalam dunia kerja, baik yang bersifat profit maupun non profit. Bentuk

    pelayanan prima diantaranya ramah, senyum, sopan, cepat, tepat terbuka

    dan bertanggung jawab. Semua tidak terlepas terhadap tiga komponen

    penting yaitu adanya attitude, skill dan knowledge yang berakhir pada

    kompetensi yang handal.

    Pelayanan primma (Service Excellent) menurut pengertian

    “Pelayanan”, yang berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain” atau dari

    pengertian “melayani” yang berarti “membantu menyiapkan (mengurus)

    apa yang diperlukan seseorang”. Dengan pelayanan Prima atau Excellent

    yang berarti bermutu tinggi memuasakan.

    Pelayanan prima di rumah sakit adalah pelayanan terbaik yang

    diberikan oleh karyawan/petugas rumah sakit untuk memenuhi atau

    bahkan melampaui harapan pengguna jasa rumah sakit. Dimana harappan

    ini ditentukan oleh pengalaman masa lalu terhadap jasa atau produk yang

    pernah digunakan, informasi layanan yang diterima dari berbagai sumber

    atau janji-janji dan faktor internal dari pengguna jasa rumah sakit sendiri

    (Purwoastuti dan Walyani, 2015)

  • 29

    Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah “excellent service”

    yang secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut

    sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang

    berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Secara etomologis,

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dahlan, dkk., 1995:646) yang dikutip

    oleh Daryanto dan Setyabudi (2014) menyatakan pelayanan ialah “usaha

    melayani orang lain”. Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang

    ditawarkan kepada konsumen atau pelanggan yang dilayani, yang bersifat

    tidak berwujud dan tidak dapat dapat dimiliki. Sejalan dengan hal tersebut,

    Norman (1991:14) yang dikutip oleh Daryanto dan Setyabudi (2014)

    menyatakan karakteristik pelayanan sebagai berikut:

    a. Pelayanan tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan

    dengan barang jadi.

    b. Pelayanan pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan

    merupakan pengaruh yang bersifat tindakan sosial.

    c. Kegiatan produksi dan konsumsi dalam pelayanan tidak dapat

    dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya terjadi dalam

    waktu dan tempat bersamaan.

    Pengertian lebih luas disampaikan Daviddow dan Uttal (Sutopo dan

    Suryanto, 2003:9) yang dikutip oleh Daryanto dan Setyabudi (2014),

    bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan

    pelanggan. Pelayanan publik yang dimaksud dalam Keputusan Metpan

    Nomor 63 Tahun 2003 (Metpan, 2003:2) adalah “segala kegiatan

  • 30

    pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik

    sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerimaan pelayanan maupun

    pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Sejalan dengan

    Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik (Republik Indonesia,

    2007:2) memaknai bahwa “pelayanan publik adalah kegiatan atau

    rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai

    dengan hak-hak sipil setiap warga Negara dan penduduk atas suatu barang,

    jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara

    pelayanan publik.”

    Ada tiga fungsi pelayanan umum (publik) yang dilakukan

    pemerintah yaitu environtmental service, development service dan

    protective service. Pelayanan oleh pemerintah juga dibedakan berdasarkan

    siapa yang menikmati atau menerima dampak layanan baik individu

    maupun kelompok. Konsep barang layanan pada dasarnya terdiri dari

    barang layanan privat (private goods) dan barang layanan kolektif (public

    goods).

    Menurut Donabedian (dalanm Purwoastuti dan Walyani, 2015) mutu

    pelayanan Rumah Sakit merupakan mata rantai interaksi dan keterkaitan

    yang rumit antara sistem struktur yang ada di rumah sakit, prosesyang

    terjadi di rumah sakitdan outcomel masih akhir yang terjadi. Struktur pada

    dasarnya adalah sumber daya yang ada dan pengaturannya, proses meliputi

    berbagai rangkaian kegiatan yang dijalani di rumah sakit yang antara lain

  • 31

    dinilai dari tercapai tidaknya efisiensi optimal serta hasil akhir

    dapatberupa derajat kesehatan dan atau kepuasan pelanggan.

    Sementara itu, Adapun indikator Pelayanan prima menurut (Lisa

    Ford dalam Purwoastuti dan Walyani, 2015) terdapat 5 syarat untuk

    berlangsunngnya pelayanan prima yaitu :

    a) Dapat dipercaya (Reliability)

    Kalau sudah janji, tepati.

    b) Responsif (responsivenes)

    Segera beraksi bila diperlukan, bahkan sebelum diminta.

    c) Buat pelanggan merasa dihargai (Makes customer fell valued)

    Pelanggan inggin dianggap penting

    d) Empati (Empathy)

    Kita berada disisi yang sama dengan pelanggan.

    e) Kompetisi (Competency)

    Pekerja di semua level menguasai bidangnya.

    2.3.2 Faktor-faktor Pelayanan Prima

    Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi pelayanan prima

    antara lain :

    1. Faktor kesadaran.

    Kesadaran sangat mempengaruhi seseorang untuk fokus terhadap

    pekerjaan, memberikan pelayanan kepada orang lain.

  • 32

    2. Faktor Aturan.

    Aturan biasanya memuat hal-hal yang mengikat dan menjadi

    patokan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Aturan memuat cara

    kerja normatif yang harus ditempuh suatu organisasi atau individu.

    Aturan dibuat untuk mengatur organisasi. Karena setiap aturan pada

    akhirnya akan berkaitan secara lagsung atau pun tidak langsung

    kepada orang, masalah manusia dan sifat kemanusiaan harus menjadi

    pertimbangan utama dalam merumuskan aturan.

    3. Faktor organisasi.

    Organisasi pelayanan pada dasarnya berbeda dengan organisasi pada

    umumnya karena sasaran pelayanan ditujukan kepada manusia yang

    mempunyai watak dan kehendak yang multikomplek. Oleh karena itu

    organisasi pelayanan lebih banyak ditekankan kepada pengaturan dan

    mekanisme kerja yang harus mampu menghasilkan pelayana yang

    memadai.

    4. Faktor keterampilan dan kemampuan.

    Kualitas pelayanan sangat dipengaruhi oleh kualitas kemampuan

    dan keterampilan seseorang dalam melayani konsumen. Bagaimana

    seseorang memberikan pelayanan dengan terampil sangat

    mempengaruhi kebiasaan konsumen agar tetap menjadi pelanggan

    tetap.

  • 33

    5. Faktor Sarana pelayanan.

    Kualitas pelayanan yang tinggi harus dikdukung oleh sarana

    pelayanan yang lengkap. Sarana memudahkan untuk melakuka

    pelayanan, memberiakan kecepatan pelayanan yang lebih tinggi,

    mendapatkan keakuratan dan keandalan.

    Adapun indikator dari faktor-faktor Pelayanan prima sebagai berikut:

    a. Melayaani pelanggan dengan ramah, tepat dan cepat.

    b. Menciptakan suasana agar pelanggan merasa dipentingkan.

    c. Menempatkan pelanggan sebagai mitra usaha.

    d. Menciptakan pangsa pasar yang baik terhadap produk atau jasa.

    e. Memenangkan persaingan pasar.

    f. Memuaskan pelanggan, agar mau berbisnis lagi dengan

    perusahaan.

    g. memberikan keuntungan dengan perusahaan

    2.3.3 Tujuan dan Fungsi Pelayanan Prima

    Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat

    memenuhi dan memuaskan pelanggan atau masyarakat serta memberikan

    fokus pelayanan kepada pelanggan. Pelayanan prima dalam sektor publik

    didasarkan pada aksioma bahwa “pelayanan adalah pemberdayaan”.

    Pelayanan pada sector bisnis berorientasi profit, sedangkan pelayanan

    prima pada sector publik bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat

    secara sangat baik atau terbaik. Bagi perusahaan, pelayanan prima

    bertujuan terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apabila pelayanan

  • 34

    yang diberikan tidak memuaskan tentu saja mengecewakan pelanggannya.

    Tujuan pelayana prima antara lain sebagai berikut:

    a. Untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi kepada pelanggan.

    b. Untuk menimbulkan keputusan dari pihak pelanggan agar segera

    membeli barang atau jasa yang ditawarkan pada saat itu juga.

    c. Untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap pelaggan

    terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.

    d. Untuk menghindari terjadinya tuntutan-tuntutan yang tidak perlu

    dikemudian hari terhadap produsen.

    e. Untuk menciptakan kepercayaan dan kepuasan kepada pelanggan.

    f. Untuk menjaga agar pelanggan merasa diperhatikan segala

    kebutuhannya.

    g. Untuk mempertahankan pelanggan.

    2.3.4 Manfaat Pelayanan Prima

    Pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas

    pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai

    acuan pengembangan penyusunan standar pelayanan. Penyedia layanan,

    pelanggan atau staksholder dalam kegiatan pelayanan akan memiliki

    acuan tentang bentuk, alas an, waktu, tempat dan proses pelayanan yang

    seharusnya. Sikap yang perlu dimiliki oleh pegawai berdasarkan konsep

    pelayanan prima adalah sebagai berikut:

    a. Rasa memiliki terhadap instansi.

    b. Rasa kebanggan terhadap pekerjaan.

  • 35

    c. Loyalitas yag tinggi terhadap pekerjaan.

    d. Ingin menjaga martabat dan nama baik instansi.

    Untuk perusahaan profit, tentu saja pelayanan ini merupakan hal

    terpenting, karena kelangsungan hidup perusahaan tentu saja dipengaruhi

    oleh pelayanan prima yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Jika

    perusahaan tidak dapat memberikan kepuasan terhadap pelanggan tentu

    saja pelanggan akan berpaling kepada perusahaan lain. Oleh karena itu,

    beberapa perusahaan melakukan beberapa hal dalam peningkatan kualitas

    pelayanannya. Slah satunya adalah memberikan training kepada

    karyawannya. Disiplin dalam bekerja pun merupakan salah satu factor

    penunjang dalam memberikan pelayanan.

    Pelayanan prima, adalah pelayanan yang diberikan kepada

    masyarakat atau pengguna jasa (customer) minimal sesuai dengan standar

    sehingga orang yang dilayani merasa puas, gembira, atau senang. Pendapat

    tentang pelayanan prima:

    a. Urusan karyawan depan (front liner).

    b. Yang penting ramah, senyum, cantik atau ganteng.

    c. Pelanggan adalah raja.

    d. Pelanggan tidak pernah salah.

    Pelayanan prima adalah kegiatan untuk memberikan nilai tambah

    agar dapat memenuhi atau melampaui harapan pelangga. Pelayana prima

    merupakan terjemahan dari “Excellent Service”, yang berarti pelayanan

    yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik. Lehtinen, 1983:21,

  • 36

    mengemukakan bahwa pelayanan adalah suatu kegiatan atau suatu urutan

    kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung dengan manusia atau mesin

    secara fisik untuk menyediakan kepuasan konsumen. Gomehsoson,

    1987:22, menyatakan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang dapat

    diperjual belikan dan bahkan tidak dapat dihilangkan.

    Pelayanan dalam bahasa Inggris disebut Service. Beberapa pakar

    tantang pelayanan prima mengolah kata service yang lebih bermakna.

    Catherine DeVrye (1997) mengolah kata service menjadi tujuh strategi

    sederhana menuju sukses:

    1. Self Esteem (Memberi Nilai pada Diri Sendiri)

    2. Exceed Expectations (Melampaui Harapan Konsumen)

    3. Recover (Merebut Kembali)

    4. Vision (Visi)

    5. Improve (Melakukan Peningkatan Perbaikan)

    6. Care (Memberi Perhatian)

    7. Empower (Pemberdayaan)

    Dengan demikian maka harapan masyarakat terhadap pelayanan

    adalah makin lama makin baik (better), makin lama makin cepat

    (faster),makin lama makin diperbaharui (newer), makin lama makin murah

    (chapter),dan makin lama makin sederhana (more simple). Dengan

    maksud ingin memenuhi kepuasan dari masyarakat walaupun kepuasan

    sebenarnya sangat relative tetapi paling tidak seorang birokrat atau pelayan

  • 37

    semestinya memiliki pribadi prima yang dapat dilihat dari indikator-

    indikator, antara lain:

    1. Tampil ramah.

    2. Tampil sopan dan penuh hormat.

    3. Tampil yakin.

    4. Tampil rapi.

    5. Tampil ceria.

    6. Tampil senang memaafkan.

    7. Senang bergaul.

    8. Senang belajar dari orang lain.

    9. Senang pada kewajaran.

    10. Senang menyenagkan orang lain.

    Dari uraian yang dikemukakan diatas, maka indicator pelayanan

    prima penerapannya mengacu pada sendi-sendi pelayanan menurut

    Keputusan Menteri Negara pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN)

    Nomor 81/1993, antara lain adalah:

    a. Kesederhanaan dalam arti bahwa prosedur atau tata cara pelayanan

    yang tidak rumit.

    b. Kejelasan dan kepastian adanya prosedur atau tata cara persyaratan,

    baik teknis maupun administrasi, unit kerja atau pejabat yang

    bertanggung jawab, rincian biaya atau tariff pelayanan umum dan tata

    cara pembayaran, jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum, hak

    dan kewajiban pemberi maupun penerima pelayanan umum, pejabat

  • 38

    yang menerima keluhan masyarakat apabila ada ketidak puasan

    pelayanan.

    c. Keamanan, dalam arti bahwa proses serta hasil pelayanan umum dapat

    memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberiakan

    kepastian hukum.

    d. Keterbukaan, dalam arti prosedur atau tata cara, persyaratan dll, yang

    berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara

    terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik

    diminta maupun tidak diminta.

    e. Efisiensi, dalam arti persyaratan pelayanan umum dibatasi hanya pada

    hal-hal yang berkaitan langsung dengan produk pelayanan umum yang

    diberikan dan dicegah adanya pengulangan kelengkapan persyaratan.

    f. Ekonomis, dalam arti pengenaan biaya harus ditetap secra wajar dan

    tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran, memperhatikan

    kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara umum.

    g. Keadilan yang merata, dalam arti cakupan atau jangkauan pelayanan

    umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata

    dan diperlakukan secara adil.

    h. Ketepatan waktu, dalam arti pelaksanaan umum dapat diselesaikan

    dalam waktu yang telah ditentukan.

  • 39

    2.3.5 Unsur-unsur Pelayanan Prima

    Apapun pelayanan kepada masyarakat tentunya telah ada suatu

    ketetapan tatalaksananya, prosedur dan kewenangan sehingga penerima

    pelayanan puas apa yang telah diterimanya. Sehubungan dengan itu

    pelayanan kepada masyarakat harus mempunyai makna mutu pelayanan

    yang :

    a. Memenuhi standar waktu, tempat, biaya, kualitas dan prosedur yang

    ditetapkan untuk penyelesaian setiap tugas dalam pemberian

    pelayanan.

    b. Memuaskan pelanggan artinya bahwa setiap keinginan orang yang

    menerima pelayanan merasa puas, berkualitas dan tepat waktu dan

    biaya terjangkau.

    Unsur-unsur kualitas pelayanan antara lain:

    1. Penampilan

    Personal dan fisik sebagaimana layanan kantor depan (resepsionis)

    memerlukan persyaratan seperti wajah harus menawan, badan

    harus tegap atau tidak cacat, tutur bahasa menarik, familiar dalam

    perilaku, penampilan penuh percaya diri, busana harus menarik.

    2. Tepat waktu dan janji.

    Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam menyampaikan

    perlu diperhitungkan janji yang disampaikan kepada pelanggan

    bukan sebaliknya selalu ingkar janji. Demikian juga waktu jika

    mengutarakan 2 hari selesai harus betul-betul dapat memenuhinya.

  • 40

    3. Kesediaan melayani.

    Sebagaimana fungsi dan wewenang harus melayani kepada para

    pelanggan, konsekuensi logis petugas harus benar-benar bersedia

    melayani kepada para pelanggan.

    4. Pengetahuan dan keahlian.

    Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas harus

    mempunyai pengetahuan dan keahlian. Disini petugas pelayanan

    harus memiliki tingkat pendidikan tertentu dan pelatihan tertentu

    yang disyaratkan dalam jabatan serta memiliki pengalaman yang

    luas dibidangnya.

    5. Kesopanan dan ramah tamah.

    Masyarakat pengguna jasa pelayanan itu sendiri dan lapisan

    masyarakat baik tingkat status ekomoni dan social rendah maupun

    tinggi terdapat perdedaan karakternya maka petugas pelayanan

    masyarkat dituntut adanya keramah tamahan yang standar dalam

    melayani, sabar, tidak egois dan santun dalam bertutur kepada

    pelanggan.

    6. Kejujuran dan kepercayaan.

    Pelayanan ini oleh pengguna jasa dapat dipergunakan berbagai

    aspek, maka dalam penyelenggaraannya harus transparan dari

    aspek kejujuran, jujur dalam bentuk aturan, jujur dalam

    pembiayaan, dan jujur dalam penyelesaian waktunya. Dari aspek

    kejujuran ini petugas pelayanan tersebut dapat dikategorikan

  • 41

    sebagai pelayanan yang dipercaya dari segi sikapnya, dapat

    dipercaya dari tutur katanya, dapat dipercaya dalam

    menyelesaikan akhir pelayanan sehingga otomatis pelanggan

    merasa puas. Unsur pelayanan prima dapat ditambah dengan unsur

    yang lain.

    7. Kepastian hukum

    Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadap masyarakat yang

    berupa surat keputusan, harus mempunyai legitimasi atau

    mempunyai kepastian hukum.

    8. Keterbukaan.

    Secara pasti bahwa setiap urusan atau kegiatan yang

    memperlakukan ijin, maka ketentuan keterbukaan perlu

    ditegakkan. Keterbukaan itu akan mempengaruhi unsur-unsur

    kesederhanaan, kejelasan informasi kepada masyarakat.

    9. Efisiensi.

    Dalam setiap pelayanan dalam berbagai urusan, tuntutan

    masyarakat adalah efisiensi dan efektifitas dari berbagai aspek

    sumber daya sehingga menghasilkan biaya yang murah, waktu

    yang singkat dan tepat serta hasil kualitas yang tinggi. Dengan

    demikian efisiensi dan efektifitas merupaka tuntutan yang harus

    diwujudkan dan perlu diperhatikan secara serius.

  • 42

    10. Biaya.

    Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukan kewajaran

    dalam penentuan pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan

    dengan daya beli masyarakat dan pengeluaran biaya harus

    transparan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    11. Tidak rasial.

    Pengurusan pelayana dilarang membeda-bedakan kesukuan,

    agama, alira dan politik dengan demikian segala urusan harus

    memenuhi jangkauan yang luas dan merata.

    12. Kesederhaan.

    Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat untuk

    diperhatikan kemudahan, tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan.

    Empat karakteristik pelayana prima

    Ada empat karakteristik yang dapat disikapi oleh pemimpin dalam

    hal pelayanan prima yang dapat memberikan nilai tambah pada

    perusahaan atau organisasi.

    1. Mudah dan cepat.

    Pada prisipnya pola serta system pelayanan itu harus didesain

    sederhana, mudah dipahami baik oleh pelanggan maupun

    karyawan sendiri. Hal ini dapat saja dilengkapi oleh

    kecanggihan teknologi namun mudah dalam terapan tanpa

    menunda waktu.

  • 43

    2. Keterbukaan.

    Buatlah pelanggan merasa diperhatikan secara tulus atau tanpa

    pamrih dan terbuka, tidak seperti diakal-akali. Hati-hati proof

    is reality not a promise. Artinya peggang teguh segala janji

    diming-iming secara konsisten dan penuh komitmen.

    3. Perhatikan pada kebutuhan.

    Perlu keterampilan menyimak serta merasakan apa yang

    sebenarnya diinginkan oleh pelanggan. Perlu keterampilan,

    kesabaran dan pemahaman sehingga bisa memberikan respon

    jitu kepada pelanggan.

    4. Keakraban.

    Buat pelanggan merasa dihargai dan merasa dihormati.

    Tinggal pilih mana pelanggan yang perlu banyak basa basi

    atau yang maunya to the point, tetapi tidak meninggalkan hal-

    hal penghargaan.

    Umumnya pelanggan merasa senang jika dilayani secara

    energik dan antusias. Kita semua secara jujur akan merasa

    nyaman bila ada orang yag memunculkan sikap positif yang

    dimiliki.

  • 44

    2.4 Konsep Pelayanan Kesehatan

    2.4.1 Definis Pelayanan Kesehatan

    Menurut Gronroos (1990) yang dikutip oleh Daryanto dan Setyabudi

    (2014), pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang

    bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat

    adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan. Pemberian pelayanan

    yang dimaksud adalah untuk memecahkan permasalahan konsumen.

    Sedangkan menurut Kotler yang dikutip oleh Daryanto dan Setyabudi

    (2014), mendifinisikan pelayanan adalah suatu kumpulan atau kesatuan

    yang melakukan kegiatan menguntungkan dan menawarkan kepuasan

    meskipun hasilnya secara fisik tidak terikat dengan produk.

    Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

    atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

    meningkatkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun

    masyarakat (Azwar, 2002) yang dikutip oleh Daryanto dan Setyabudi

    (2014). Pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar

    masyarakat, maka kesehatan adalah hak bagi warga masyarakat yang

    dilindungi oleh Undang-Undang Dasar.

    Setiap Negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar

    untuk mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan

    kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya manusia

    untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, (Daryanto dan Setyabudi

    (2014).

  • 45

    2.4.2 Karakteristik Pelayanan Kesehatan

    Menurut Retnaningsih, (2013) Pelayanan kesehatan mempunyai

    karakteristika yang unik yang tidak dimiliki oleh barang ekonomi lainnya,

    sehingga memerlukan perhatian khusus, dapat disimpulkan bahwa layanan

    kesehatan antara lain mempunyai sifat :

    1. Hak Asasi Manusia

    Layanan kesehatan dilaksanakan atas dasar kebutuha bukan atas dasar

    kemampuan membayar, karena pada dasarnya kesehatan merupakan

    hak asasi manusia.

    2. Uncertainty

    Kejadian sakit tidak dapat diprediksi, sehingga setiap orang tidak dapat

    memastikan kapan dia memerlukan layanan kesehatan tertentu. Hal

    tersebut mengakibatkan semua orang kesulitan untuk menganggarkan

    biaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan

    ekonominya, karena sifatnya yang tidak pasti. Adanya sifat ketidak

    pastian kapan seseorang membutuhkan layanan kesehatan, jenis

    layanan kesehatan apa serta dimana dia harus memperoleh layanan

    kesehatan tersebut, menyebabkan setiap orang memiliki resiko akan

    mengalami sakit kapan saja, penyakit apa saja dan dimana saja yang

    berdampak pada implikasi pembiayaan.

    3. Customer Ignorance

    Konsumen layanan kesehatan sangat tergantung kepada penyedia

    layanan kesehatan (provider) tentang jenis dan jumlah layanan

  • 46

    kesehatan yang harus dibeli serta tempat memperoleh layanan

    kesehatan tersebut. Pada umumnya konsumen tidak mengetahui

    tentang pemeriksaan atau pengobatan yang seharusnya diperlukan

    berdasarkan kebutuhan medisnya. Keputusan ada di tangan provider,

    apapun yag diberikan oleh provider akan dibayar olekh konsumen.

    Keadaan ini dapat menimbulkan moral hazard provider dimana

    provider melakukan praktik “supply induce demand” layanan

    kesehatan, padahal sebenarnya tidak diperlukan konsumen.

    4. Eksternalitas

    Konsumsi layanan kesehatan tidak saja bermanfaat untuk pembeli itu

    sendiri, namun juga dapat bermafaat bagi orang lain yang tidak

    membeli. Dampaknya yang dialami oleh orang lain sebagai akibat

    perbuatan seseorang, disebut efek eksternalitas.

    5. Padat Karya dan Padat Modal

    Layanan kesehatan tidak dapat bebas dari input manusia, sehingga

    dalam penyelenggaraannya bersifat padat karya. Semakin

    berkembangnya layanan kesehatan spesialis dan subspesialis

    menyebabkan layaan kesehatan bukan hanya padat karya, tetapi

    sekaligus juga padat modal. Hal ini memberikan kontribusi terhadap

    tingginya biaya layanan kesehatan.

    6. Mix Output

    Satu program kesehatan dapat menghasilkan berbagai macam layanan

    kesehatan. Begitu juga satu jenis penyakit dapat saja memerlukan

  • 47

    berbagai macam layanan kesehatan yang terdiri dari sejumlah

    pemeriksaan diagnosis, perawatan, pengobatan sampai konseling.

    7. Sebagaia Barang Konsumsi atau Investasi

    Slogan tentang kesehatan adalah investasi telah sering kita dengar atau

    diucapkan orang atau bahkan para pejabat di acara-acara seremonial.

    Namun kenyataanya, saat ini masih ada yang melihat layanan

    kesehatan hanya sebagai barang konsumsi.

    8. Restriksi Kompetisi

    Layanan kesehatan mempunyai kode etik yang harus dipenuhi dan

    mempunyai keterbatasan untuk berkompeisi. Namun demikian,

    promosi tetap diperbolehkan selama tidak melanggar kode etik.

    Keterbatasan-keterbatasan tersebut menyebabkan mekanisme pasar

    layanan kesehatan tidak dapat diserahkan mengikuti mekanisme pasar

    secara umum. Diperlukan regulasi yang kuat, sehingga layanan

    kesehatan dapat dimafaatkan oleh semua lapisan masyarakat yang

    membutuhkan.

    2.4.3 Syarat Pelayanan Kesehatan

    Pelayanan kesehatan dapat di sebut sebagai pelayanan yang baik

    apabila memenuhi syarat. Berikut ini adalah syarat pokok pelayanan

    kesehatan menurut Azwar (199