skripsi hubungan fasilitas sanitasi kantin dengan …

162
SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN TINGKAT KEPADATAN LALAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) WILAYAH KABUPATEN MADIUN Oleh: ERVIAN WARDANINGRUM NIM : 201503063 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

SKRIPSI

HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN

TINGKAT KEPADATAN LALAT DI SEKOLAH MENENGAH

ATAS NEGERI (SMAN) WILAYAH KABUPATEN MADIUN

Oleh:

ERVIAN WARDANINGRUM

NIM : 201503063

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN TINGKAT

KEPADATAN LALAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

(SMAN) WILAYAH KABUPATEN MADIUN

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh :

ERVIAN WARDANINGRUM

NIM : 201503063

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

iii

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

iv

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim

Dengan Rahmat Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Saya Persembahkan skripsi ini kepada :

1. Allah SWT, karena hanya atas ridho dan karunia-Nya maka skripsi ini

dapat dibuat dan selesai tepat waktu.

2. Kedua orang tua (Bapak Mujiono dan Ibu Suliyah) yang sangat saya

hormati dan cintai, selama ini telah memberikan semangat, dukungan, dan

do’a tiada henti untuk kesuksesan dan kelancaran dalam mengerjakan

skripsi ini.

3. Kedua dosen pembimbing Ibu Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM dan Ibu

Avicena Sakufa M, S.KM., M.Kes yang telah dengan sabar membimbing

dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

4. Kakak saya mbak iis dan dek novi dengan dukungan yang luar biasa saya

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Anita dewi, fina, elma, detta, nadia, retno dengan semangat kerja keras dan

gotong royong saling membantu saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang

senantiasa memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing saya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh kawan-kawan S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 yang

memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

vi

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ervian Wardaningrum

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 12 November 1996

Agama : Islam

Alamat : Dusun Pintu RT 11/RW 05 Desa Dagangan, Kec.

Dagangan Kabupaten Madiun

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : 1. Lulusan TK PKK Desa DaganganTahun 2003

2. Lulusan SD Negeri Dagangan 03 Tahun 2009

3. Lulusan SMP Negeri 1 Dagangan Tahun 2012

4. Lulusan SMA Negeri 1 Geger Tahun 2015

5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun

2015-2019

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan

Fasilitas Sanitasi Kantin Dengan Tingkat Kepadatan Lalat Di Sekolah Menengah

ATAS (SMAN) Wilayah Kabupaten Madiun” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, saran dan

dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan terimakasih kepada :

1. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun.

2. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku

pembimbing II yang telah membina, menyediakan waktu, tenaga dan

pikiran untuk membimbing penulis dalam menyusun proposal skripsi

sehingga dapat selesai tepat waktu.

3. Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM selaku pembimbing I yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam

menyusun proposal skripsisehingga dapat selesai tepat waktu.

4. H. Edy Bachrun, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua Dewan Penguji yang

senantiasa mendampingi dan membantu dalam proposal skripsi ini.

5. Seluruh Kepala Sekolah di SMAN Kabupaten Madiun yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian di SMAN Kabupaten

Madiun.

6. Seluruh teman S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 yang memberikan

bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti

mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

ix

Skripsi ini telah penulis susun semaksimal mungkin, namun penulis

menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Demi perbaikan

skripsi ini, maka diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun.

Madiun, 26 Agustus 2019

Penyusun

Ervian Wardaningrum

NIM 201503063

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

x

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2019

ABSTRAK

Ervian Wardaningrum

HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN TINGKAT

KEPADATAN LALAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN)

WILAYAH KABUPATEN MADIUN

162 Halaman+ 12 Tabel+ 7 Gambar + 8 Lampiran

Latar belakang: Keberadaan kantin sekolah memberikan peranan penting karena

mampu menyediakan kurang lebih seperempat konsumsi makanan keluarga

karena keberadaan peserta didik di sekolah yang cukup lama. Kantin dapat

menjadi tempat menyebarnya segala penyakit yang medianya melalui makanan

dan minuman. Kantin sekolah memerlukan sanitasi dasar yang harus dijaga

kebersihannya agar dapat mencegah datangnya vektor penyakit seperti lalat.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan di 3 kantin sekolah SMAN Kabupaten

Madiun 2 kantin diantaranya memiliki tingkat kepadatan lalat tinggi.

Tujuan penelitian: Dilakukan untuk mengetahui hubungan fasilitas sanitasi

kantin dengan tingkat kepadatan lalat di kantin SMAN Kabupaten Madiun.

Metode penelitian: Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross

sectional teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Jumlah sampel

38 kantin dan dianalisis menggunakan chi-square.

Hasil penelitian: Menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

penyediaan air bersih (p=0,474;RP=2,1;CI95%=1,535-3,087), SPAL

(p=0,286;RP=2,6;CI95%=0,672-10,065) dengan tingkat kepadatan lalat di kantin

SMAN. Dan terdapat hubungan antara kondisi tempat sampah

(p=0,038;RP=9,5;CI95%=1,014-88,966) dengan tingkat kepadatan lalat di kantin

SMAN.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil tersebut, kesimpulan yang didapat yaitu fasilitas

sanitasi kantin Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Kabupaten Madiun

masih ada yang belum memenuhi syarat. Serta tingkat kepadatan lalat di kantin

SMAN Kabupaten Madiun sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi.

Kunci : Fasilitas Sanitasi, Kepadatan lalat, Kantin

Daftar Bacaan : 1990 - 2018

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xi

Public Health Department

Sekolah Tinggi Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2019

ABSTRACT

Ervian Wardaningrum

The Relation of Sanitation Facilities in Senior High Schools’ Canteen around

Madiun Regency with the Level of Fly Density

162 Pages + 12 Tables + 7 Figures + 8 Attachments

Background: The existence of school canteen provides an important role since it

provides at least a quarter of family dining places because students are staying at

school for a long time. The canteen can be a place for the spread of all diseases

through food and beverages. The school canteen need the basic sanitation which

must be kept clean so that the diseases vectors such as flies can be avoided. Based

on the results of a preliminary survey in 3 high schools in Madiun Regency, 2

canteens are found to have a high level of fly density.

Aim: This research is conducted in purpose to find out the relationship of

sanitation facilities with the level of fly density in the canteen of Senior High

Schools in Madiun Regency.

Method: This research is included into analytic survey with cross sectional

design. Afterwards, the sampling technique used is total sampling. The amounts of

samples are 38 canteens and are analyzed using chi-square test.

Results: There are no relationship between water supply

(p=0,474;RP=2,1;CI95%=1,535-3,087), SPAL

(p=0,286;RP=2,6;CI95%=0,672-10,065) with the level of density in the Senior

High Schools around Madiun Regency. However, there is relationship between

trash can condition (p=0,038;RP=9,5;CI95%=1,014-88,966) with the level of

density in the Senior High Schools around Madiun Regency.

Conclusion: Based on these results, the conclusion obtained is that the sanitation

facilities in the Madiun Regency Public High School (SMAN) canteens still do not

fulfill the requirements. Furthermore, the level of fly density in senior high

schools canteen mostly categorized as high density.

Keywords : Sanitation facility, fly density, canteen

Bibliography : 1990 – 2018

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xii

DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................. i

Sampul Dalam .................................................................................................. ii

Lembar Persetujuan .......................................................................................... iii

Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv

Halaman Persembahan ..................................................................................... v

Lembar Pernyataan........................................................................................... vi

Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vii

Kata Pengantar ................................................................................................. viii

Abstrak ............................................................................................................. x

Daftar Isi........................................................................................................... xii

Daftar Tabel ..................................................................................................... xvi

Daftar Gambar .................................................................................................. xvii

Daftar Lampiran ............................................................................................... xviii

Daftar Singkatan............................................................................................... xix

Daftar Istilah..................................................................................................... xx

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Kantin ........................................................................................... 12

2.1.1 Pengertian ........................................................................................... 12

2.1.2 Persyaratan Sanitasi Kantin ................................................................ 12

2.1.3 Prinsip Kantin Sekolah ....................................................................... 25

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xiii

2.2 Sekolah ....................................................................................................... 26

2.2.1 Sekolah Menengah Atas ..................................................................... 27

2.3 Hubungan Sanitasi Sekolah Dengan Kesehatan ........................................ 27

2.4 Lalat............................................................................................................ 28

2.4.1 Pengertian ........................................................................................... 28

2.4.2 Siklus Hidup Lalat .............................................................................. 28

2.4.3 Tempat Perindukan Lalat & Perilaku Lalat ........................................ 31

2.4.4 Penyakit Yang Ditimbulkan Oleh Lalat ............................................. 33

2.4.5 Pengendalian Lalat Rumah ................................................................. 35

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan Lalat di Kantin ............... 36

2.5.1 Fasilitas Sanitasi ................................................................................. 36

2.5.2 Kondisi Fisik Lingkungan .................................................................. 37

2.5.3 Kondisi Sanitasi Lingkungan ............................................................. 38

2.6 Tingkat Kepadatan Lalat ............................................................................ 40

2.6.1 Pengertian ........................................................................................... 40

2.6.2 Pengukuran Kepadatan Lalat .............................................................. 40

2.7 Kerangka Teori........................................................................................... 43

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................... 44

3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 44

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 46

4.2 Populasi dan Sampel .................................................................................. 47

4.2.1 Populasi .............................................................................................. 47

4.2.2 Sampel ................................................................................................ 47

4.3 Teknik Sampling ........................................................................................ 48

4.4 Kerangka Kerja Penelitian ......................................................................... 49

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xiv

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............................. 50

4.5.1 Variabel Penelitian ............................................................................. 50

4.5.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................ 51

4.6 Instrumen Penelitian................................................................................... 54

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 57

4.7.1 Lokasi Penelitian ................................................................................ 57

4.7.2 Waktu Penelitian ................................................................................ 57

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 58

4.8.1 Sumber Data ....................................................................................... 58

4.8.2 Pengolahan Data ................................................................................. 58

4.9 Teknik Analisis Data .................................................................................. 61

4.9.1 Analisis Univariat ............................................................................... 61

4.10.2 Analisis Bivariat ............................................................................... 61

4.10 Etika Penelitian ........................................................................................ 63

4.10.1 Prinsip Dasar dan Kaidah Etika Penelitian ....................................... 64

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum ....................................................................................... 67

5.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 69

5.2.1 Analisis Univariat ............................................................................... 70

5.2.2 Analisis Bivariat ................................................................................. 73

5.3 Pembahasan ................................................................................................ 76

5.3.1 Kepadatan Lalat .................................................................................. 77

5.3.2 Penyediaan Air Bersih ........................................................................ 79

5.3.3 Saluran Pembuangan Air Limbah ...................................................... 80

5.3.4 Kondisi Tempat Sampah .................................................................... 81

5.3.5 Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kepadatan Lalat .............. 83

5.3.6 Hubungan SPAL dengan Kepadatan Lalat ......................................... 84

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xv

5.3.7 Hubungan Tempat Sampah dengan Kepadatan Lalat ........................ 86

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 89

6.2 Saran ........................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91

LAMPIRAN .................................................................................................... 96

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................... 9

Tabel 4.1 Definisi Operasional ........................................................................ 52

Tabel 4.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 57

Tabel 4.3 Coding Data Variabel....................................................................... 59

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kantin SMAN Kabupaten Madiun ................. 70

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyediaan Air Kantin SMAN Kab. Madiun . 71

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi SPAL di Kantin SMAN Kab. Madiun ............ 71

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tempat Sampah Kantin SMAN Kab.Madiun 72

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kepadatan lalat Kantin SMAN Kab.Madiun.. 72

Tabel 5.6 Hubungan Penyediaan Air Bersih Dengan Kepadatan Lalat ........... 73

Tabel 5.7 Hubungan SPAL Dengan Kepadatan Lalat ..................................... 74

Tabel 5.8 Hubungan Kondisi Tempat Sampah Dengan Kepadatan Lalat ....... 75

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat ........................................................................ 31

Gambar 2.2 Fly Grill ........................................................................................ 42

Gambar 2.3 Kerangka Teori ............................................................................. 43

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ................................................................... 44

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Cross Sectional ......................................... 47

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 49

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kabupaten Madiun ................................................. 67

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan (Informed Consent) .................................... 96

Lampiran 2 Lembar Observasi ....................................................................... 97

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 104

Lampiran 4 Dokumentasi di Kantin ............................................................... 117

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................... 120

Lampiran 6 Output Hasil Penelitian ............................................................... 133

Lampiran 7 Lembar Konsultasi ...................................................................... 139

Lampiran 8 Lembar Persetujuan Perbaikan Skripsi ....................................... 140

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xix

DAFTAR SINGKATAN

MA : Madrasah Aliyah

MTS : Madrasah Tsanawiyah

SMAN : Sekolah Menengah Atas Negeri

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah

WC : Water Closet

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xx

DAFTAR ISTILAH

Calliphoridae : Berbagai Jenis Lalat Hijau

Cleaning : Pengecekan

Coding : Pemberian Kode-kode

Composting : Pengomposan

Cross sectional : Potong Lintang

Domestic : Rumah Tangga

Editing : Pengeditan

Entry : Memasukkan

Escherchia coli : Bakteri Penyebab Diare

Feces : Tinja

Fly Grill : Alat Pengukur Kepadatan Lalat

Garbage : Sampah Organik

Grey Water : Air Bekas Cucian Dapur, Mesin Cuci, dan Kamar Mandi

Inceneration : Pembakaran Dengan Alat Incenerator

Industrial : Industri

Informed Consent : Lembar Persetujuan

Musca Domestica : Lalat Rumah

Muscidae : Berbagai Jenis Lalat Rumah, Lalat Kandang, Lalat

Tanduk

Recycling : Daur ulang

Reduction : Pengurangan

Rating scale : Skala Penilaian

Salmonella spp : Bakteri Penyebab Tifus

Sarcophagidae : Berbagai Jenis Lalat Daging

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

xxi

Septic tank : Bak Untuk Menampung Air Limbah Yang Digelontorkan

Dari WC

Shigella spp : Bakteri Penyebab Diare

Spiracle : Lubang Nafas

Tabulating : Pengelompokkan

Total Sampling : Semua Sampel

Urine : Air Seni

Vibrio cholera : Bakteri Penyebab Kolera

Waste : Sampah

WC : Tempat Khusus Untuk Buang Air Besar

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sanitasi adalah salah satu faktor penentu untuk menghasilkan makanan yang

aman untuk dikonsumsi. Praktik kebersihan dan sanitasi yang buruk dapat

menciptakan kondisi yang tidak sehat dan dapat menimbulkan penyakit meliputi

disentri, kolera, dan diare (UNICEF,2012 dalam Kumala). Sanitasi yang perlu

diperhatikan adalah sanitasi tempat umum dikarenakan tempat umum merupakan

tempat kegiatan bagi masyarakat banyak (Kumala, 2016).

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan

penyakit pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Tempat

umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan yaitu hotel, pasar,

warung makan, kantin sekolah, taman hiburan, tempat ibadah dan lain-lain

(Budiman Candra,2007:175).

Kantin sekolah merupakan suatu tempat yang digunakan untuk memasak

atau membuat makanan dan selanjutnya dihidangkan kepada konsumen.

Keberadaan kantin sekolah memberikan peranan penting karena mampu

menyediakan kurang lebih seperempat konsumsi makanan keluarga karena

keberadaan peserta didik di sekolah yang cukup lama. Kantin sekolah sehat yang

memenuhi standar kesehatan telah ditetapkan sebagai salah satu indikator sekolah

sehat (Nuraida,2009 dalam Julhija). Kantin dapat menjadi tempat menyebarnya

segala penyakit yang medianya melalui makanan dan minuman (Mukono,2000).

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

2

Persyaratan sanitasi kantin telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 Tentang

Kelaikan Higiene Sanitasi Pada Rumah Makan Dan Restoran. Persyaratan higiene

sanitasi kantin yang harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan adalah

fasilitas sanitasi seperti kualitas lingkungan dan faktor-faktor lingkungan fisik

atau sanitasi dasar, sanitasi makanan, sanitasi peralatan dan penjamah makanan

(Julhija,2015).

Sanitasi dasar terdiri dari penyediaan air bersih, pembuangan kotoran,

manusia (jamban), pembuangan air limbah, dan pengelolaan sampah (tempat

sampah). Kantin sekolah memerlukan sanitasi dasar yang harus dijaga

kebersihannya agar dapat mencegah datangnya vektor penyakit seperti lalat

(Julhija,2015). Sebagaimana diketahui bahwa lalat merupakan salah satu vektor

penyakit pada sistem pencernaan yang memiliki tempat perindukan ditempat-

tempat sampah. Telah dibuktikan bahwa ada hubungan antara sarana tempat

sampah dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo

Kabupaten Pemalang. Ada 75% responden (ibu yang memiliki anak balita) yang

memiliki personal hygiene kurang baik memiliki balita dengan riwayat diare

(Mafazah,2013).

Penelitian Julhija dkk (2015) menyebutkan sumber air bersih seluruh

kantin sekolah di Kecamatan Sidamanik telah memenuhi syarat berdasarkan

kualitas fisik air, air tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna serta

jumlahnya mencukupi. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak kedap

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

3

air dan terbuka yang mudah dihinggapi oleh lalat, serangga, tikus sehingga

menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor (Budiman, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Ardhiana menyebutkan bahwa sarana

sanitasi dasar dan tingkat kepadatan lalat di kantin SMA Kecamatan Medan Barat

Kota Medan masih belum memenuhi syarat, karena dari 8 kantin di 8 SMA, hanya

satu yang memenuhi syarat dalam hal pengelolaan sampah (Ardhiana, 2011).

Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan

strategis dalam upaya promosi kesehatan . Hal ini disebabkan sebagian besar anak

usia 5-19 tahun terpanjang dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu

cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.267.914 anak (99,4%) aktif dalam

proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 tahun berjumlah 12.070.200 jiwa dan

sebanyak 10.438.667 anak (86.5%) aktif dalam sekolah (Depdiknas,2007 dalam

Budiman).

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu yang termasuk

dalam cakupan program pembinaan siswa berdasarkan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 39 Tahun 2008 (Budiman,2005). Data Dinas

Pendidikan Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa jumlah Sekolah Menengah

Atas (SMA) di Kabupaten Madiun sebanyak 38, terdiri dari 24 SMA Swasta dan

14 SMA Negeri. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak

26, terdiri dari 8 SMK Negeri dan 18 SMK swasta.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di beberapa SMA dan SMK baik

Negeri maupun Swasta di Kabupaten Madiun menunjukkan bahwa di seluruh

Sekolah SMA dan SMK Negeri memiliki kantin di tiap sekolahnya. Berbeda

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

4

dengan SMA dan SMK swasta, dimana terdapat sekolah yang belum memiliki

kantin sekolah karena sekolah swasta tersebut masih berskala kecil.

Survei pendahuluan di 12 kantin dari beberapa SMA dan SMK Negeri

maupun swasta di Kabupaten Madiun dimana masing-masing diambil 3 kantin,

menunjukkan bahwa di SMA dan SMK Negeri masih terdapat tempat sampah

yang terbuka di kantin. Selain itu terdapat sampah yang berserakan di dalam

kantin. Rata- rata penyediaan air bersih di kantin sudah baik. Untuk saluran

pembuangan air limbah di kantin rata-rata SPAL sudah tertutup. Namun masih

ada kantin di SMAN yang sistem pembuangan air limbahnya masih terbuka, baik

itu di buang ke sungai maupun dialirkan di belakang kantin tanpa tutup.

Sedangkan untuk SMA dan SMK swasta menunjukkan bahwa keadaan kantinnya

lebih bersih. Rata-rata penyedian air bersih cukup baik. Tempat mencuci

peralatannya rata-rata sudah menggunakan wastafel. Dan untuk saluran air

limbahnya sudah tertutup. Terdapat kantin di SMKS yang tidak ada proses masak-

memasak di dalamnya. Seluruh makanan yang disajikan merupakan titipan dari

orang luar sekolah. Dan terdapat beberapa sekolah swasta yang belum memiliki

fasilitas kantin di dalamnya. SMA/SMK di Kabupaten Madiun perlu diperhatikan

dalam hal sanitasi dasar kantin agar terhindar dari vektor penyakit. Kantin

merupakan tempat yang sangat potensial tercemar oleh lingkungan sekitarnya,

salah satunya adalah oleh lalat (Masyudi,2018).

Lalat adalah serangga genus musca domestica yang termasuk ordo Diptera

yang dapat bertindak sebagai vektor mekanik dan biologik dari suatu penyakit.

Lalat suka hinggap ditempat yang kotor atau ditempat yang mengandung makanan

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

5

yang disukainya (Suyono,2010). Lalat dianggap mengganggu karena kesukaannya

hinggap ditempat-tempat yang lembab dan kotor, seperti sampah. Jika makanan

yang dihinggapi lalat tercemar oleh mikroorganisme baik bakteri, protozoa,

telur/larva cacing atau bahkan virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat

dan bila dimakan oleh manusia, maka dapat menyebabkan penyakit diare pada

manusia (Ismawati,2015) . Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Madiun pada

tahun 2017 kasus diare sebanyak 12.461 kasus, lebih tinggi dibanding tahun 2016

kasus diare sebanyak 10.054 kasus (Dinkes,2017).

Kepadatan lalat diukur dengan standart 0-2 (rendah), 3-5 (sedang), 6-20

(tinggi), >20 (sangat tinggi). Teknis pengambilan data dengan menghitung jumlah

lalat yang hinggap di fly grill sedikitnya 10 kali perhitungan (10 × 30 detik) dan

lima perhitungan yang tertinggi dibuat rata-ratanya dan di catat dalam pencatatan.

Angka rata-ratanya ini merupakan petunjuk indeks populasi lalat dalam suatu

lokasi tertentu (Depkes RI, 1992).

Pengukuran kepadatan lalat di beberapa SMA dan SMK Negeri dengan

masing-masing dilakukan pada 3 kantin. Sehingga total yang dilakukan untuk

pengukuran kepadatan lalat adalah 6 kantin. Hasil pengukuran Kepadatan lalat di

3 kantin SMA Negeri yaitu diperoleh dengan kategori tinggi sebanyak 2 kantin

dengan rata-rata 6 ,dan kategori sedang sebanyak 1 kantin dengan rata-rata 3.

Sedangkan hasil pengukuran kepadatan lalat di 3 kantin SMK Negeri yaitu

diperoleh dengan kategori sedang sebanyak 2 kantin dengan rata-rata 5 dan 4.

Untuk kategori rendah sebanyak 1 kantin dengan rata-rata 2. Solusi alternatif dari

permasalahan tersebut adalah dengan memperbaiki atau mengganti fasilitas

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

6

sanitasi kantin yang belum memenuhi persyaratan agar tidak adanya populasi lalat

di kantin sekolah .

Dari hasil pengukuran kepadatan lalat disimpulkan bahwa rata-rata kepadatan

lalat SMAN lebih tinggi dibandingkan dengan SMKN di Kabupaten Madiun.

Sehingga penulis tertarik melakukan penelitian tingkat kepadatan lalat di SMA

Negeri. Selain itu penelitian tentang kepadatan lalat di kantin SMAN masih jarang

dilakukan . Serta saluran pembuangan air limbah (SPAL) belum pernah diteliti.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kepadatan

lalat yang berhubungan dengan kondisi fasilitas sanitasi kantin di Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kabupaten Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “ apakah ada hubungan antara fasilitas sanitasi kantin dengan kepadatan

lalat di SMAN Kabupaten Madiun Tahun 2019?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis hubungan fasilitas sanitasi kantin dengan kepadatan lalat di

SMAN Kabupaten Madiun.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi penyediaan air bersih di kantin SMAN Kabupaten Madiun.

2. Mengidentifikasi saluran pembuangan air limbah di kantin SMAN Kabupaten

Madiun.

3. Mengidentifikasi kondisi tempat sampah di kantin SMAN Kabupaten Madiun.

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

7

4. Mengukur tingkat kepadatan lalat di lingkungan kantin sekolah.

5. Menganalisis hubungan penyediaan air bersih dengan tingkat kepadatan lalat di

kantin sekolah SMAN Kabupaten Madiun.

6. Menganalisis hubungan saluran pembuangan air limbah dengan tingkat

kepadatan lalat di kantin SMAN Kabupaten Madiun.

7. Menganalisis hubungan kondisi tempat sampah dengan tingkat kepadatan lalat

di kantin SMAN Kabupaten Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya :

1.4.1 Bagi Pengelola Kantin

Sebagai bahan masukan bagi pengelola kantin Sekolah Menengah Atas

Negeri (SMAN) Wilayah Kabupaten Madiun dalam peningkatan fasilitas sanitasi

kantin sekolah dan dalam hal pengendalian lalat di kantin sekolah.

1.4.2 Bagi Instansi/Pihak Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi instansi terkait

untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

selanjutnya.

1.4.3 Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Dapat menjadi tambahan kepustakaan (bahan referensi) dan untuk

memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat dimanfaatkan oleh peserta

didik berikutnya dalam proses pendidikan. Serta mendapatkan keilmuan baru

tentang pentingnya fasilitas sanitasi kantin terhadap tingkat kepadatatan lalat di

SMAN Kabupaten Madiun.

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

8

1.4.4 Bagi Peneliti

Dapat memperoleh keterampilan, pengalaman, dan wawasan mengenai

hubungan fasilitas sanitasi kantin terhadap tingkat kepadatan lalat di SMAN

Kabupaten Madiun.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian ini masih jarang dilakukan, maka dari itu peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan fasilitas sanitasi kantin dengan tingkat kepadatan lalat di

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Wilayah Kabupaten Madiun.

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

9

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No

Peneliti

(Tahun)/Judul

penelitian

Desain Variabel Hasil

1. Yulia Shinta

Nur Kumala

(2016),

GambaranKon

disi Sanitasi

Kantin Dan

Tingkat

Kepadatan

Lalat Pada

Sekolah Dasar

Di Wilayah

Kerja

Puskesmas

Kedungmundu

Tembalang

Semarang

Deskriptif

kuantitatif

cross

sectional

Variabel bebas :

tempat pencucian

peralatan di kantin,

tempat

penyimpanan

bahan makanan,

Sarana pencegahan

lalat,tempat

penyajian

makanan, dan

kondisi tempat

sampah

Variabel terikat :

tingkat kepadatan

lalat

Angka kepadatan

lalat di kantin SD

dengan kepadatan

lalat rendah

sebanyak 6 kantin,

sedang sebanyak 10

kantin, dan tinggi

sebanyak 4 kantin.

Kondisi tempat

pencucian peralatan

katagori buruk 11

kantin (55%), baik 9

kantin. Tempat

bahan makanan

buruk 7 kantin dan

baik 13 kantin

(65%). sarana

pencegahan lalat

buruk 18 kantin

(90%) dan baik 2

kantin. penyajian

makanan baik 12

kantin (60%) dan

buruk 8 kantin.

Kondisi tempat

sampah buruk 16

kantin(80%) dan

baik 4 kantin.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

10

Lanjutan Tebel 1.1 Keaslian Penelitian

No

Peneliti

(Tahun)/Judul

penelitian

Desain Variabel Hasil

2. Masyudi

(2018),

Pengaruh

Sanitasi Dasar

Terhadap

Kepadatan

Lalat Pada

Warung Nasi

Dan Kantin

(Studi Kasus

Di Kecamatan

Tangan-

Tangan

Kabupaten

Aceh Barat

Daya)

Bersifat

analitik

dengan uji

chi square

Variabel bebas :

penyediaan air

bersih, pengelolaan

sampah,

penyimpanan

makanan

Variabel terikat :

kepadatan lalat

- Tidak ada

pengaruh

penyediaan air

bersih pada

warung nasi dan

kantin terhadap

kepadatan lalat,

dengan nilai p-

value 0.581 (α =

0.05)

- Tidak ada

pengaruh

pengelolaan

sampah pada

warung nasi dan

kantin terhadap

dan kantin

terhadap kepadatan

lalat dengan nilai

p-value 0.110 (α =

0.05)

- Ada pengaruh

penyimpanan

makanan pada

warung nasi dan

kantin terhadap

kepadatan laat

dengan nilai p-

value 0.031 (α =

0.05)

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

11

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu meliputi :

1. Tempat : Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Kabupaten

Madiun

2. Variabel yang diteliti

Variabel bebas : Sistem pembuangan air limbah

3. Subyek penelitian : Kantin SMAN di Kabupaten Madiun

4. Tahun penelitian : 2019

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Kantin

2.1.1 Pengertian

Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya

menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kantin

merupakan salah satu bentuk fasilitas umum, yang keberadaannya selain sebagai

tempatuntuk menjual makanan dan minuman juga sebagai tempat bertemunya

segala macam masyarakat dalam hal ini mahasiswa maupun karyawan yang

berada di lingkungan kampus, dengan segala penyakit yang mungkin dideritanya

(Depkes RI,2003).

2.1.2 Persyaratan Sanitasi Kantin

Persyaratan sanitasi kantin antara lain dijelaskan pada Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003, tentang

kelaikan higiene sanitasi pada kantin. Persyaratan sanitasi kantin sesuai

Kepmenkes diatas meliputi faktor bangunan, konstruksi, dan fasilitas sanitasi,

sebagai berikut (Mulia,2005) :

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

13

2.1.2.1 Bangunan

Bangunan kantin kokoh, kuat dan permanen. Ruangan harus ditata sesuai

fungsinya, sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan

dan makanan jadi serta barang-barang lainnya yang dapat mencemari makanan.

2.1.2.2 Kontruksi

1. Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih.

2. Permukaan dinding harus rata, kedap air dan dibersihkan.

3. Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat

menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan

diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.

4. Intensitas Pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan

pengolahan makanan secara efektif dan kegitan pembersihan ruangan.

5. Atap tidak bocor, cukup landai dan tidakmenjadi sarang tikus dan serangga

lainnya.

6. Pemukaan langit-langit rata, bersih dan tidak terdapat lubang-lubang.

2.1.2.3 Fasilitas Sanitasi

1. Air bersih

Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi peri

kehidupan di bumi. Penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi

manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan

dan kesejahteraan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan akan air, manusia selalu

memperhatikan aspek kualitas dan kuantitas air. Kuantitas air yang cukup

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

14

dimungkinkan karena adanya siklus hidrologi yaitu siklus alami yang mengatur

tersedianya air permukaan dan air tanah.

Kualitas air bersih harus memenuhi syarat fisik (tidak bebau, tidak berasa,

tidak berwarna, jernih), serta jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/1990 sebagai

pemenuhan kebutuhan akan air bersih harus memenuhi syarat yaitu:

a. Kuantitas : tersedia air bersih yang dibutuhkan minimal 60 liter/orang/hari.

b. Kualitas : tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan fisik.

c. Kontinuitas : tersedia air bersih secara berkesinambungan di setiap kegiatan

(Julhija,2015).

Menurut Sumantri (2010), sumber- sumber air bersih diantaranya terdiri

atas :

a. Air hujan

Merupakan sumber utama dari bumi. Walau pada saat presipitasi

merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran

ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat

disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas.

b. Air permukaan

Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air

bersih. Faktor –faktor yang harus diperhatikan adalah mutu, jumlah dan

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

15

kontinuitasnya. Sumber air permukaan yaitu sungai, selokan, rawa, parit,

bendungan, danau, laut, dan air terjun.

c. Air tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi

dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Air tanah dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dengan cara memuat sumur atau pompa

air.

2. Air limbah

Menurut Kepmenkes RI (2003), Air limbah harus mengalir dengan lancar,

sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,

seluran pembuangan air limbah tertutup. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu

usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah

tangga (domestic) maupun industri (industrial). Air limbah rumah tangga terdiri

atas tiga faktor penting yaitu (Chayatin,2009):

a. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba patogen.

b. Air seni (urine). Umumnya mengandung nitrogen, posfor, dan sedikit

mikroorganisme.

c. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci, dan kamar mandi.

Air limbah industri umumnya dihasilkan akibat adanya pemakaian air

dalam proses industri, pada industri air memiliki beberapa fungsi yaitu :

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

16

a. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses

industri.

b. Menstransportasikan produk atau bahan baku.

c. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman dan

sebagainya.

d. Mencuci dan membuat produk atau gedung serta instalasi.

Air limbah jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak

antara lain :

a. Gangguan kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit, selain itu di dalam air limbah

mungkin terdapat zat yang berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya.

b. Penurunan kualitas lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air dapat mengakibatkan pencemaran

air permukaan seperti sungai dan danau, bahkan air limbah yang merembes ke

dalam air tanah dapat menyebabkan pencemaran pada air tanah.

c. Gangguan terhadap keindahan

Adakalanya air limbah mengandung polutan yag tidak mengganggu

kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan (air limbah dapat merubah

warna air).

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

17

d. Gangguan terhadap kerusakan benda

Air limbah yang mengandung zat-zat yang dapat dikonversikan oleh

bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S yang dapat mempercepat

prosesperkaratan pada besi.

Menurut Oihuwal (2012), Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Tidak mencemari sumber air bersih

b. Tidak menimbulkan genangan air

c. Tidak menimbulkan bau

d. Tidak menimbulkan tempat berlindung dan tempat berkembang biaknya

nyamuk dan serangga lainnya.

3. Toilet

Jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja/

kotoran pada manusia yang sering disebut WC (Depkes RI, 2002). Ketersediaan

jamban sehat adalah kepemilikan jamban berbentuk leher angsa oleh sebuah

keluarga. Jika dalam satu rumah terdiri dari beberapa keluarga dan menggunakan

jamban leher angsa yang sama maka dikatakan seluruh keluarga tersebut

dinyatakan memilki jamban keluarga. Jamban komunal (umum) tidak termasuk

dalam ketersediaan jamban keluarga karena biasanya digunakan oleh beberapa

keluarga yang tidak tinggal pada rumah yang sama (Kemenkes RI 2016 dalam

Rofiana).

Menurut Kepmenkes RI 2003, syarat-syarat jamban atau toilet antara lain :

tersedia toilet yang bersih, dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan bak

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

18

air, tersedia sabun/deterjen untuk mencuci tangan, dalam toilet harus tersedia bak

dan air bersih dalam keadaan cukup.

Menurut Depkes RI 2008, syarat–syarat yang perlu diperhatikan dalam

pembangunan jamban yang sehat diantaranya sebagai berikut (Sarmani, 2013) :

a. Tidak mencemari air minum, letak lubang penampungan paling sedikit berjarak

10 meter dari sumber air bersih atau air minum, jika keadaan tanah berkapur

atau tanah liat yang retak-retak pada saat musim kemarau maka diusahakan

jarak jamban tidak kurang dari 15 meter.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamak oleh serangga maupun tikus.

c. Air seni tidak mencemari tanah sekitarnya untuk lantai jamban harus cukup

luas paling sedikit berukuran 1×1 meter, dan dibuat cukup landas atau miring

ke arah lubang jongkok.

d. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.

f. Cukup penerangan sehingga tidak mudah berkembangbiaknya berbagai jenis

binatang atau serangga.

g. Ventilasi harus cukup baik sehingga sirkulasi udara dapat membuat ruang

jamban tidak berbau dan pemakai jamban lebih merasa nyaman.

h. Adanya air dalam jumlah yang cukup dan memiliki alat pembersih dalam

jamban.

Jenis-jenis jamban dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara

menggunakannya yaitu (Chayatin, 2009 dalam Nurmalawati):

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

19

a. Jamban cemplung

Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang diatasnya diberi

lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu,

tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton.

b. Jamban plengsengan

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan

oleh suatu saluran miring ke tempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok

dari jamban ini tidak dibuat persis di atas penampungan tetapi agak jauh.

c. Jamban bor

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat

dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut bor

anger dengan diameter antara 30-40 cm.

d. Angsatrine ( water seal latrine)

Di bawah tempat jongkok, jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat

yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi

mencegah timbulya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak

tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang

melengkung.

e. Jamban di atas balong (Empang)

Membuat jamban di atas balong ( yang kotorannya dialirkan ke balong)

adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk

menghilangannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong.

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

20

f. Jamban septic tank

Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara

anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi

proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic

tank terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan

mengatur sedemikian rupa ( misalnya dengan memasang beberapa sekat atau

tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam

bak tersebut.

4. Tempat sampah

Menurut american public health association, sampah (waste) diartikan

sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu

yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya. Penggolongan sampah menurut sumbernya diantaranya

(Sumantri,2010) :

a. Pemukiman penduduk

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa

keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa

atau di kota.

b. Tempat umum dan tempat perdagangan

Jenis sampah yang yang dihasilkan dari tempat umum dan tepat

perdagangan dapat berupa sisa- sisa makanan, sampah kering, abu sisa- sisa bahan

bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya.

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

21

c. Saranan layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud yaitu tempat hiburan dan

umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan, kompleks militer,

gedung pertemuan, pantai dan sarana pemerintah yang lain. Tempat ini biasanya

menghasilkan sampah khusus dan kering.

Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan

pengendalian timbulan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,

pengolahan, dan pembuangan sampah dengan cara yang merujuk pada dasar-dasar

terbaik mengenai kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika,

dan pertimbangan lingkungan lainnya serta tanggap terhadap perilaku massa

(Masyudi,2018). Pengelolaan sampah padat yang baik diantaranya terdiri atas

(Sumantri, 2010) :

a. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber

Sampah yang ada di lokasi sumber ditempatkan dalam tempat

penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah

kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan

pemusnahannya (Sumantri,2010).

Tempat sampah merupakan tempat yang disenangi lalat dan menjadi

tempat perindukannya, tempat sampah juga memberikan suatu medium utama bagi

kehidupan lalat. Tempat sampah yang terbuka, lembab, dan sampah yang

didalamnya menumpuk akan disenangi lalat. Tempat yang disenangi adalah tempat

yang basah seperti sampah basah, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang

menumpuk secara kumulatif dan lalat berkembang biak pada habitat diluar hunian

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

22

manusia yang telah membusuk dan penuh dengan bakteri dan organisme patogen

lainnya, kotoran hewan, sampah dan sejenisnya (Kumala, 2016).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/Menkes/SK/VII/2003, tempat sampah yang digunakan harus memenuhi

persyaratan berikut ini :

1) Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air.

2) Tidak mudah berkarat.

3) Mempunyai tutup.

4) Tersedia pada setiap tempat/ruangan memproduksi sampah.

5) Sampah dibuang tiap 24 jam.

b. Tahap pengangkutan

Sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah

dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas

Kebersihan Kota (Sumantri, 2010).

c. Tahap pemusnahan

Adalah tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang

digunakan antara lain (Sumantri, 2010) :

1) Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam

metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan

tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

23

di ruang terbukadan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang

binatang pengerat.

2) Inceneration

Insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara

membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.

3) Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat

organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini

menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk.

4) Hot feeding

Pemberian sejenis garbage pada hewan ternak (misal, babi). Perlu diingat

bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus)

untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.

5) Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan

air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah

memang baik.

6) Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau

tempat sampah.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

24

7) Dumping in water

Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya terjadi

pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.

8) Individul incineration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk

terutama di daerah pedesaan.

9) Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai

atau didaur ulang.

10) Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah sampai ke

bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak.

11) Salvaging

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya, kertas bekas.

Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.

5. Tempat cuci tangan

Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai.

Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air mengalir, sabun/deterjen, bak

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

25

penempungan yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnya

dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.

6. Tempat mencuci peralatan

Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.

Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bilik/bak pencuci yaitu untuk mengguyur,

menyabun dan membilas.

7. Tempat mencuci bahan makanan

Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.

8. Tempat penyimpanan air bersih (tandon air) harus tertutup sehingga dapat

menahan masuknya tikus dan serangga.

9. Ruang dapur, ruang makan dan penyajian

Dapur harus bersih, ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan

lainnya.

10. Ruang makan

Ruang makan bersih, tersedia perlengkapan di ruang makan (meja, kursi,

taplak meja), tempat peragaan makanan jadi harus tertutup, perlengkapan bumbu,

kecap, sambal, merica, garam dan lain-lain bersih.

2.1.3 Prinsip Kantin Sekolah

1. Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup

(terlindung dari lalat atau binatang lain dan debu).

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

26

2. Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam keadaan baik dan

tidak kadaluarsa.

3. Tempat penyimpanan makanan yang dijual pada kantin harus selalu terpelihara

dan selalu dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, terhindar dari bahan

kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.

4. Tempat pengolahan/ dapur atau penyiapan makanan harus bersih dan

memenuhi persyaratan kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Peralatan yang sudah di pakai dicuci dengn air bersih yang mengalir atau dalam

2 (dua) wadah yang berbeda dan dengan menggunakan sabun.

6. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan di tempat yang bebas pencemaran.

7. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan

harus sesuai dengan peruntukannya.

8. Dilarang menggunkan kembali peralatan yang dirancang hanyauntuk sekali

pakai.

9. Penyaji makanan di sekolah harus selalu menjaga kebersihan dengan selalu

mencuci tangan sebelum memasak dan dari toilet (Kepmenkes,2006).

2.2 Sekolah

Sekolah merupakan sebuah lembaga yang berperan sebagai pelaksana proses

pembelajaran untuk siswa atau murid. Arti dari pembelajaran ini adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik (guru) dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar (Saputra, 2016).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

27

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20, 2003). Pendidikan menengah

berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan, atau bentuk lain

yang sederajat.

2.2.1 Sekolah Menengah Atas

Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan

formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah

Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah

Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Atas yang

selanjutnya disingkat SMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal

yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah

sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari

hasil belajar yang diakui sama/setara SMP atau MTs ( PP RI No.17, 2010).

2.3 Hubungan Sanitasi Sekolah Dengan Kesehatan

Sekolah secara formal terdiri dari 3 jenjang yang berbeda, yaitu sekolah

dasar, sekolah menegah, dan sekolah tinggi. Fungsi sekolah terdiri dari 3 fungsi

utama yaitu fungsi pendidikan sebagai penyadaran, fungsi progresif pendidikan

dan fungsi mediasi pendidikan. Status kesehatan siswa dipengaruhi oleh

sanitasinya, sanitasi ini merupakan faktor lingkungan yang berperan sangat besar

terhadap status kesehatan suatu kelompok. Sarana sanitasi dasar di sekolah

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

28

meliputi sarana air bersih, pengolahan sampah, pengolahan tinja serta saluran

pengolahan air limbah. Fungsi sekolah sebagai sarana pembelajaran dan

pendidikan juga sangat berperan dalam hubungannya dengan sanitasi sekolah.

Jika fungsi sekolah dapat dijalankan dengan baik seiring dengan kelengkapan

sarana sanitasi dasar maka dapat mempengaruhi keadaan kesehatan di lingkungan

sekolah yang secara tidak langsung mempengaruhi status kesehatan siswa

(Danim, 2007).

2.4 Lalat

2.4.1 Pengertian

Lalat pengganggu kesehatan tergolong ke dalam ordo Diptera, subordo

Cyclorhapha, dan anggotanya terdiri ats lebih dari 116.000 spesies lebih seluruh

dunia. Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak dengan menggunakan

sayapnya (terbang). Hanya sesekali bergerak dengan kakinya. Oleh karena itu,

daerah jelajahnya cukup luas. Berbagai jenis family yang penting di permukiman

antara lain adalah Muscidae (berbagai jenis lalat rumah, lalat kandang, lalat

tanduk), Calliphoridae (berbagai jenis lalat hijau) dan Sarcophagidae (berbagai

jenis lalat daging) (Sucipto, 2011).

2.4.2 Siklus Hidup Lalat

Lalat termasuk dalam genus musca yang terdapat di sekitar rumah dan

dalam rumah (Musca domestica). Siklus hidupnya adalah terdiri dari empat

stadium telur, larva, pupa dan dewasa (Suyono,2010).

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

29

1. Stadium telur

Stadium ini memerlukan waktu 12-24 jam. Bentuk telur lonjong bulat

berwarna putih, besarnya telur 1-2 mm, dikeluarkan oleh lalat betina sekaligus

sebanyak 150-200 butir.,faktor temperatur tempat sarang telur ini (kotoran)

sangat berpangaruh, semakin hangat semakin cepat proses pematangannya.

2. Stadium larva

Larva lalat berbentuk bulat panjang kurang lebih 8mm, warna putih

kekuning-kuninganagak keabuan bersegmen 13, dikalangan masyarakat biasa

disebut sebagai belatung. Larva dewasa selalu bergerak untuk mencari makanan

sekitar sarangnya berupa bahan organik. Pada tingkat akhir larva mencari

tempat kering untuk kemudian tidak bergerak dan berubah menjadi

kepompong/pupa. Lamanya stadium ini 2-8 hari tergantung dari pengaruh

setempat. Larva mudah terbunuh pada temperatur 37˚C. Ada tiga tingkatan

stadium larva lalat :

a. Setelah keluar dari telur, belum banyak gerakan

b. Setelah larva menjadi dewasa, banyak gerakan

c. Tingkat terakhir tidak banyak gerakan

3. Stadium pupa

Lamanya stadium ini 2-8 hari bergantung pada temperatur setempat.

Bentuk bulat lonjong dengan warna coklat hitam panjang 8-10 mm. Pada

stadium ini jarang ada pergerakan, mempunyai selaput luar yang keras disebut

chitine, di bagian depan terdapat spiracle (lubang nafas) disebut posterior

spiracle.

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

30

4. Stadium dewasa

Dari pupa ini akhirnya terwujud lalat dewasa. Dari stadium telur sampai

menjadi dewasa memerlukan waktu selama 7-14 hari. Sarang lalat umumnya

adalah kotoran manusia dan hewan serta dari bahan organik lainnya yang segar

maupun membusuk ( daging, ikan , tumbuhan). Masa bertelurnya 4-20 hari,

sexual maturity 2-3 hari. Perkawinan terjadi pada hari ke-2 sampai ke-12

sesudah keluar dari kepompong. Setiap bertelur mencapai 100-150 butir, setiap

betinanya dapat bertelur sampai 4-5 kali seumur hidupnya.

Makanan utamanya adalah benda-benda cair terutama yang

mengandung gula dan berbau amis. Benda yang keras dicairkan menggunakan

liurnya. Setiap makan seringkali memuntahkan makananya. Oleh sebab itu

kemungkinan terjadinya penularan penyakit dapat melalui aktivitas

memuntahkan makan ini disamping bulu-bulu kakinya yang sanggup membawa

jutaan kuman berbahaya.

Lalat suka hinggap di tempat yang kotor antara lain di lantai dan tanah,

atau di tempat yang mengandung makanan yang disukainya, sering hinggap di

tempat yang mengandung makanan yang disukainya, sering hinggap ditempat

yang memanjang vertikal misalnya tali yang menggantung, jarang mau hinggap

di dinding. Sering hinggap di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar

matahari langsung. Di luar rumah sering hinggap di semak-semak, ditempat

menjemur pakaian, apabila hujan masuk ke dalam rumah.

Lalat tidak suka terbang terus-menerus, setiap saat selalu hinggap. Jarak

terbang antara 0.5-20 km. Jenis lalat meliputi :

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

31

a. Musca domestica – domestica

b. Musca domestica vicina

c. Chrysomia megacephala (lalat hijau)

d. Sarchopaga SPP (lalat daging)

Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No 50 Tahun 2017

2.4.3 Tempat Perindukan dan Perilaku Lalat

Tempat yang disenangi lalat adalah tempat yang basah seperti sampah

basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk

secara kumulatif (dikandang) ( Sucipto, 2011).

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

32

a. Kotoran hewan

Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama yaitu pada kotoran

hewan yang lembab dan baru (normalnya lebih kurang satu minggu).

b. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan

lalat juga suka berkembangbiak pada sampah, sisa makanan, buah-buahan

yang ada di dalam rumah maupun di pasar.

c. Kotoran organik

Kotoran organik seperti kotoran hewan dan manusia, sampah dan makanan

ikan adalah merupakan tempat yang cocok untuk berkembangbiaknya lalat.

d. Air kotor

Lalat rumah berkembang biak pada permukaan air kotor yang terbuka.

Lalat umumnya terestrial, meskipun habitat pradewasa berbeda dengan

tahap dewasa. Tahap pradewasa memilih habitat yang cukup banyak bahan

organik yang sedang mengalami dekomposisi. Misal sampah organik yang basah.

Tahap dewasa juga menyukai sampah organik, hanya daerah jelajahnya yang luas

sehingga dapat memasuki rumah atau tempat manusia beraktivitas. Kedua

perbedaan ini menyebabkan kehidupan tahap pradewasa tidak bersaing dengan

kehidupan tahap dewasa. Karena tanpa persaingan, maka lalat dapat berkembang

dengan optimal. Umumnya daya terbang lalat tidak lebih dari 50 meter dari

tempat perindukannya, kecuali kalau keadaan memaksa maka dapat terbang

beberapa kilometer. Selain ketersediaan makanan, kelembaban dan adanya tempat

bertelur yang aman, kecepatan angin, bau, cahaya juga banyak mempengaruhi

daya terbang lalat.

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

33

Lalat dewasa aktif pada siang hari dan selalu berkelompok atau berkumpul

dan berkembangbiak di sekitar sumber makanannya. Pada malam hari biasanya

istirahat walaupun mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu lebih terang.

Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk

istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35˚- 40˚C, kelembaban 90%. Aktifitas

terhenti pada suhu <15˚C. Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik

yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan

adanya sinar buatan. Jumlah lalat akan meningkat pada suhu 20˚C - 25˚C dan

akan berkurang jumlahnya pada suhu <10˚C atau >49˚C serta kelembaban yang

optimum 90%.

Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk

titik hitam. Tanda–tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat

lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak tidak makan tetapi istirahat di lantai

dinding, langit-langit, rumput-rumput dan tempat yang sejuk. Juga menyukai

tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung

dari angin dan matahari yang terik. Di dalam rumah, lalat istirahat pada piggiran

tempat makanan, kawat listrik,. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian

tidak lebih dari 5 meter.

2.4.4 Penyakit yang Ditimbulkan Oleh Lalat

Penyakit- penyakit yang ditimbulkan dari lalat diantaranya (Sucipto, 2011):

a. Disentri

Dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas karena terhambat peredaran

darah.

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

34

b. Diare

Dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu.

Disentri dan diare termasuk karena Shigella spp atau diare bisa juga karena

Escherchia coli.

c. Thypoid

Gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu,

penyebabnya adalah Salmonella spp.

d. Cholera

Gejala muntah-muntah, demam, dehydrasi, penyebabnya adalah Vibrio

cholera.

e. Pada beberapa kasus, sebagai vektor penyakit lepra dan yaws (Frambusia atau

patek)

f. Kasus kecacingan pada manusia dan hewan juga banyak ditularkan oleh lalat

rumah, lalat hijau dan Sarcophaga spp. Misal cacing jarum atau cacing kremi

(Enterobius vermicularis), cacing gilig, cacing kait, cacing pita, cacing

cambuk.

g. Di mesir lalat Musca sorbens bertanggung jawab dalam penyebaran trakhoma

dan wabah sakit mata.

h. Belatung lalat Musca domestica, Chrysomya dan Sarcophaga dapat juga

menyerang jaringan luka pada manusia dan hewan.

Penyakit- penyakit diatas tersebar diseluruh dunia tidak tergantung pada

iklim, tetapi hygiene perorangan yang buruk serta sanitasi lingkungan yang

rendah mempunyai pengaruh langsung terhadap incidence cholera. Penyediaan air

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

35

bersih yang memadai mencegah kontak lalat terhadap makanan dan minuman

serta pelaksanaan karantina bagi penderita dapat mengurangi kejadian penyakit-

penyakit tersebut di suatu daerah.

2.4.5 Pengendalian Lalat Rumah

Sampai saat ini belum ditemukan pengendalian lalat yang efektif. Beberapa

metode pengendalian khususnya di TPA (tempat pembuangan akhir) hanya

mungkin apabila dilakukan secara terpadu dengan berbagai metode. Pengendalian

lalat dapat dibedakan menjdi 2 strategi yaitu langsung dan tidak langsung.

Strategi pengendalian secara tidak langsung adalah menghalangi lalat rumah

untuk sampai pada tempat perindukan atau sumber makanan sehingga menambah

kematian seperti : sanitasi lingkungan (pengurangan sumber) dan modifikasi

habitat. Pengendalian dengan perbaikan sanitasi lingkungan dan higiene lebih

efektif dan keuntungan lebih lama. Peningkatan sanitasi lingkungan dan higiene

dapat dilakukan : pengurangan atau eliminasi tempat perindukan lalat, reproduksi

atau pengurangan sumber-sumber yang menarik lalat, perlindungan terjadinya

kontak antara lalat dengan patogen dan proteksi makanan, dan manusia dari

kontak dengan lalat (Sucipto, 2011).

2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan Lalat di Kantin Sekolah

Menengah Atas (SMA)

2.5.1 Fasilitas Sanitasi

Fasilitas Sanitasi yang mempengaruhi kepadatan lalat di kantin

diantaranya :

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

36

1. Penyediaan air bersih

Air bersih harus tersedia dengan cukup untuk seluruh kegiatan pengelolaan

makanan (Oihuwal, 2012). Di tempat pencucian alat harus tersedia air bersih yang

cukup dan mengalir. Disekitar tempat cuci alat tidak boleh ada air tergenang.

Genangan air dan ceceran makanan pada tempat pencucian peralatan dapat

dengan mudah mengundang datangnya lalat karena sifat lalat yang suka makan-

makanan yang cair (Kepmenkes,2014 dalam Kumala).

2. Toilet atau jamban

Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok

untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia (feces) adalah sumber

penyebaran penyakit yang multi kompleks. Peranan tinja dalam penyebaran

penyakit sangat besar. Di samping dapat langsung mengkontaminasi makanan,

minuman, sayuran dan sebagainya, juga air, tanah, serangga, dan bagian-bagian

tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja tersebut ( Pebriyanti 2017).

3. Saluran pembuangan air limbah

Tingginya kepadatan lalat dapat disebakan oleh Sistem Pembuangan Air

Limbahnya tidak ada dan di alirkan pada saluran terbuka, dimana dari SPAL

tersebut tercium bau yang kurang sedap sehingga lalat berada di sekitar SPAL

yang menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor (Pebriyanti,

2017).

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

37

4. Kondisi tempat sampah

Lalat merupakan salah satu vektor penyakit pada sistem pencernaan yang

memiliki tempat perindukan di tempat-tempat sampah. Tidak adanya penutup

pada tempat sampah menimbulkan bau yang kurang sedap dan mengundang

datangnya lalat (Pebriyanti, 2017).

2.5.2 Kondisi Fisik Lingkungan

Kondisi fisik lingkungan yang mempengaruhi kepadatan lalat di kantin

diantaranya (Kumala, 2016):

1. Pencahayaan

Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya.

Pada malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan adanya sinar buatan. Efek

sinar pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperature dan kelembaban (Depkes

RI, 1992:5).

2. Temperature

Jumlah lalat akan meningkat jumlahnya pada temperature 20˚C-25˚C dan

akan berkurang jumlahnya pada temperature <10˚C atau .49˚C serta kelembaban

yang optimum 90%. Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35˚C-40˚C,

kelembaban 90%. Aktivitas terhenti pada temperatur <15˚C (Komariah, 2010:40).

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

38

3. Kelembaban

Kelembaban yang optimum untuk aktifitas dan perkembangbiakan lalat

adalah 90%. Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan

temperatur. Pada musim panas berkisar antara 2-4 minggu sedangkan musim

dingin bisa mencapai 70 hari (Depkes RI, 1992:4).

2.5.3 Kondisi Sanitasi Lingkungan

Hal- hal yang mempengaruhi kepadatan lalat di kantin diantaranya adalah

sebagai berikut (Kumala, 2016) :

1. Kondisi tempat pencucian peralatan

Lalat senang hinggap di tempat pencucian peralatan yang kotor , dan

terdapat sisa-sisa makanan yang tercecer. Menurut Depkes RI (1992:3)

menyebutkan sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam

bentuk cair/ makanan yang basah. Air merupakan hal yang penting dalam

kehidupan lalat dewasa.

Apabila sekitar tempat pencucian peralatan lembab maka akan

memudahkan lalat untuk berkembangbiak, karena perkembangbiakan lalat akan

mudah pada kelembaban 90%. Genangan air dan ceceran makanan pada tempat

pencucian peralatan dapat dengan mudah mengundang datangnya lalat karena

sifat lalat yang suka makan makanan yang cair.

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

39

Persyaratan tempat mencuci peralatan yaitu terbuat dari bahan yang kuat,

aman, tidak berkarat, mudah dibersihkan, bak pencucian sedikitnya terdiri dari

tiga bilik/bak untuk mengguyur, menyabun, dan membilas. Tersedia air bersih

yang cukup dan mengalir, dilengkapi dengan sabun/ detergent. Disekitar tempat

cuci alat tidak boleh ada air tergenang (Kepmenkes,2014).

2. Kebersihan tempat penyimpanan bahan makanan

Menurut Depkes RI (2001) tempat penyimpanan bahan makanan yang

tidak bersih dan tidak teratur akan menarik lalat untuk mengerumuni bahan

makanan yang akan dimasak. Timbunan sayuran yang sudah membusuk akan

menjadi tempat perindukan yang bagus bagi lalat.

3. Sarana pencegahan terhadap lalat

Penggunaan kawat kasa dan kipas angin elektrik pada tempat makan akan

mencegah masuknya lalat (Depkes RI, 2001). Persyaratan peralatan pencegahan

terhadap lalat yaitu tempat penyimpanan air bersih harus ditutup sehingga dapat

menahan masuknya lalat. Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang

dapat mencegah masuknya lalat (kawat kasa berukuran 32 mata per inchi).

4. Tempat penyajian makanan

Tempat penyajian makanan yang terbuka akan mengundang lalat untuk

hinggap pada makanan yang tersaji. Kebiasaan makan lalat yang sering berpindah

dari satu makanan ke makanan yang lain. Pada waktu makan lalat, lalat seringkali

memuntahkan sebagian makanannya dan bila pada bulu-bulu kaki lalat tedapat

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

40

kuman patogen maka dapat memungkinkan terjadinya penyebaran kuman penyakit

(Depkes RI,1992:3).

2.6 Tingkat Kepadatan Lalat

2.6.1 Pengertian

Tingkat kepadatan lalat adalah jumlah lalat yang diukur dengan

menggunakan fly grill. Pengukuran kepadatan lalat dengan mempergunakan fly

grill didasarkan pada sifat lalat yaitu kecenderungannya untuk hinggap pada tepi-

tepi atau tempat yang bersudut tajam. Fly grill diletakkan pada tempat-tempat

yang telah ditentukan (berdekatan dengan tempat sampah, kotoran hewan,

kandang, dan lain-lain) pada daerah yang diukur (Depkes RI,1992:8).

2.6.2 Pengukuran Kepadatan Lalat

Cara mengukur kepadatan lalat dengan cara :

1. Fly grill

Alat fly grill terbuat dari bilah-bilah kayu yang lebarnya 2 cm dan tebalnya

1 cm dengan panjang masing-masing 80 cm, sebanyak 16-26 buah. Bilah-bilah

yang sudah disiapkan, dibentuk berjajar dengan jarak 1-2 cm pada kerangkanya

menggunakan paku skrup sehingga dapat dibongkar pasang setelah selesai dipakai.

(Depkes RI 1992 dalam Jannah, 2006). Fly grill atau yang sering disebut blok grill

oleh sebagaian orang, adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur

kepadatan lalat di suatu tempat. Alat ini dipergunakan di dunia kesehatan,

khususnya kesehatan lingkungan. Alat ini sering di pergunakan untuk mengukur

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

41

kepadatan lalat ditempat umum, misalnya pasar, tempat sampah umum, warung

makan, terminal, stasiun. Cara membuat fly grill sangat mudah dan tidak

diperlukan keahlian khusus untuk membuatnya, bahan untuk membuat fly grill

mudah untuk didapatkan, fly grill kuat dan mudah disimpan, permukaan fly grill

luas sehingga dapat menangkap lalat lebih banyak dan dapat digunakan untuk

jangka panjang. Fly grill diletakkan pada titik yang akan diukur dan jumlah lalat

yang hinggap dihitung selama 30 detik, tiap titik diadakan 10 kali perhitungan,

kemudian diambil 5 angka perhitungan tertinggi dan dibuat rata-rata.

Angka ini merupakan indek populasi lala pada satu titik perhitungan.

Pengukuran terhadap populasi lalat dewasa lebih tepat dan bisa diandalkan

daripada pegukuran populasi larva lalat. Sebagai interpretasi hasil pengukuran

indek populasi lalat juga berguna untuk menentukan tindakan pengendalian yang

akan dilakukan, indek populasi lalat terbagi menjadi :

a. 0-2 ekor : rendah atau tidak menjadi masalah

b. 3-5 ekor : sedang atau perlu tindakan pengendalian terhadap tempat

perkembangbiakkan lalat

c. 6-20 ekor : tinggi atau populasi cukup padat, perlu pengamanan terhadap

tempat- tempat perindukan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya

pengendalian.

d. 21 ekor : sangat tinggi sehingga perlu dilakukan pengamanan terhadap

tempat-tempat perkembangbiakan lalat dan pengendalian lalat (Wijayanti, 2009

dalam Nida).

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

42

Gambar 2.2 Fly Grill

Sumber : Departemen Kesehatan RI, 1992

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

43

2.7 Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Oihuwal (2012), Pebriyanti (2017), dan Kumala (2016)

Fasilitas

Sanitasi

Tinja

Terbuka/ tanpa

tutup

Air bersih

Kepadatan lalat

di Kantin

Toilet

SPAL

Tempat

Sampah

Kuantitas

Bau

Pencahayaan

Kondisi fisik

lingkungan

Tempat bahan makanan

Sanitasi

lingkungan

Temperatur

Kelembaban

Tempat pencucian

peralatan

Tempat penyajian makanan

Sarana pencegahan lalat

Genangan air dan

ceceran makanan

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

44

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-konsep serta

variabel-variabel yang akan diukur (diteliti) (Notoadmodjo, 2012). Kerangka

konsep dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sementara dugaan adanya hubungan antara variabel bebas

dengan vaiabel terikat (Kasmadi,2013). Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris.

Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita pelajari.

Kepadatan Lalat di

Kantin

Penyediaan air

bersih

Saluran

Pembuangan air

limbah

Kondisi Tempat

Sampah

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

45

Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena yang kompleks,

oleh karena itu hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian

(Nasir,2011). Ditinjau dari operasi rumusnya, ada dua jenis hipotesis yaitu :

1. Hipotesis nol atau hipotesis nihil, hipotesis ini dituliskan dengan “Ho” adalah

hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau meniadakan

hubungan sebab akibat antar variabel.

2. Hipotesis Ha, hipotesis ini ditulis dengan “Ha”. Hipotesis ini digunakan untuk

menolak atau menerima hipotesis nihil (nol). Hipotesis ini menyatakannya

adanya hubungan antar variabel.

Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kepadatan lalat di kantin

SMAN Kabupaten Madiun.

Ha : Ada hubungan antara kondisi tempat sampah dengan kepadatan lalat di

kantin SMAN Kabupaten Madiun.

Ha : Ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan kepadatan lalat

di kantin SMAN Kabupaten Madiun.

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

46

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik. Survei analitik

adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi

antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo,

2012).

Desain penelitian yang akan digunakan adalah cross sectional. Menurut

Notoatmodjo (2012) survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dimana

dalam penelitian ini mempelajari dinamika korelasi antara fasilitas sanitasi kantin

dengan kepadatan lalat dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach). Pada penelitian ini peneliti ingin

mengetahui hubungan antara penyediaan air bersih, kondisi tempat sampah,

saluran pembuangan air limbah dengan kepadatan lalat di kantin SMAN

Kabupaten Madiun.

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

47

Populasi

(Sampel)

Faktor Resiko + Faktor Resiko -

Efek + Efek - Efek + Efek –

Sumber : Notoatmodjo, 2012

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Cross Sectional

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan

diduga (Kasjono, 2009). Menurut Sugiyono (2017) Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kantin di

SMAN Kabupaten Madiun yang berjumlah 39 kantin.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mana ciri-cirinya diselidiki atau

diukur (Kasjono, 2009). Sedangkan menurut Sugiyono (2017), sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila

populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

48

populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Yang menjadi sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh kantin di SMAN Kabupaten Madiun yang

berjumlah 39 kantin.

1. Kriteria inklusi

Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini kriteria

inklusinya adalah:

a. Kantin yang memiliki fasilitas sanitasi penyediaan air bersih, tempat

sampah, dan saluran pembuangan air limbah.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria populasi yang tidak dapat dijadikan

sampel dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini kriteria

eksklusi adalah :

a. Pemilik kantin yang tidak bersedia untuk dilakukan penelitian

4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai

teknik sampling yang digunakan (Sugiyono, 2017). Dengan demikian teknik

sampling dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan jenis total

sampling yaitu seluruh populasi dambil untuk dijadikan sebagai sampel

(Nursalam,2008). Alasan mengambil total sampling adalah karena jumlah

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

49

populasi yang kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

( Sugiyono, 2011).

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja adalah pentahapan (langkah-langkah) dalam aktivitas ilmiah

mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal

penelitian dilaksanakan (Nursalam,2008). Berikut disampaikan kerangka kerja

dari penelitian ini, mulai dari awal sampai penarikan kesimpulan.

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Sampel Seluruh kantin di SMAN Kabupaten Madiun yang berjumlah 39

kantin

Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan observasi

Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitan survei analitik dengan desain cross sectional

Hasil dan kesimpulan

Pengolahan data Editing, coding, entry, cleaning, tabulating dan analisis data

menggunakan uji chi square

Populasi

Seluruh kantin di SMAN Kabupaten Madiun yang berjumlah 39 kantin

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

50

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini, variabel yang di

teliti adalah :

1. Variabel independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.

Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyediaan air bersih, kondisi tempat

sampah, dan saluran pembuangan air limbah.

2. Variabel dependen

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria konsekuen. Dalam bahasa

indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2017). Biasanya antara variabel independen dengan variabel dependen

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

51

tidak dapat dipisahkan, karena masing-masing tidak bisa berdiri sendiri tetapi

selalu berpasangan (Riwidikdo, 2012). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kepadatan lalat di kantin SMAN Kabupaten Madiun.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel

diamati/diteliti, perlu sekali variabel-varabel tersebut diberi batasan atau “definisi

operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo,2012).

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

52

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel hubungan fasilitas sanitasi dasar kantin dengan tingkat kepadatan lalat di kantin

SMAN Kabupaten Madiun

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Skor Kategori

Varabel bebas

Penyediaan

air bersih

Penyediaan air bersih

yang dimaksud adalah

kualitas fisik air yang

digunakan untuk

keperluan mengolah

makanan, mencuci

bahan makanan dan

mencuci peralatan di

setiap proses

pengolahan makanan

di kantin sekolah.

(Kepmenkes, 2006)

Parameter yang diukur

adalah kualitas fisik air

berupa:

1. Tidak berwarna

2. Tidak berbau

3. Tidak Berasa

Lembar

Observasi

Nominal 0 = buruk

1 = baik

Buruk : apabila salah

satu syarat

tersebut

tidak

terpenuhi.

Baik : apabila

ketiga syarat

tersebut

terpenuhi.

Tempat

sampah

Tempat sampah yang

dimaksud dalam

penelitian ini adalah

kualitas fisik tempat

sampah di kantin

sekolah.

(Kepmenkes, 2003)

Parameter yang diukur

adalah kuaitas fisik

tempat sampah berupa:

1. Mempunyai penutup

2. Kedap air

Lembar

Observasi

Nominal 0 = buruk

1 = baik

Buruk : apabila salah

satu syarat

tersebut

tidak

terpenuhi.

Baik : apabila

kedua syarat

tersebut

terpenuhi.

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

53

Lanjutan tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel hubungan fasilitas sanitasi dasar kantin dengan tingkat kepadatan lalat di

kantin SMAN Kabupaten Madiun

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Data Skor Kategori

Saluran

pembuangan

air limbah

Saluran pembuangan

air limbah yang

dimaksud dalam

penelitian ini adalah

kualitas fisik saluran

pembuangan air

limbah yang berasal

dari pencucian

peralatan dan bahan

makanan di kantin

sekolah.

(Kepmenkes, 2003)

Parameter yang diukur

adalah kualitas fisik

saluran pembuangan air

limbah berupa:

1. kedap air

2. tidak tersumbat

3. saluran tertutup

4. berjarak minimal 10 m

dari sarana air bersih.

Lembar

Observasi

dan Roll

meter

Nominal 0 = buruk

1 = baik

Buruk : apabila salah

satu syarat

tersebut

tidak

terpenuhi.

Baik : apabila

keempat

syarat

tersebut

terpenuhi

Variabel Terikat

Kepadatan

lalat

Kepadatan lalat adalah

jumlah lalat yang

diukur dengan

menggunakan fly grill

yang terdapat di

kantin SMAN

(Depkes RI,1992)

Jumlah lalat yang

hinggap di fly grill dalam

waktu 30 detik dihitung,

pada setiap lokasi

sedikitnya 10 kali

perhitungan (10 × 30

detik) dan lima

perhitungan yang

tertinggi dibuat rata-rata.

Lembar

observasi

(Fly grill)

dan Timer

(jam)

Nominal 0 = tinggi

1 = tidak

tinggi

>5 : tinggi

≤5 : tidak tinggi

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

54

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut

variabel penelitian (Sugiyono, 2017). Adapun instrumen dalam penelitian ini

adalah lembar observasi dan fly grill.

4.6.1 Observasi

Instrumen observasi terdiri atas Checklist dan Rating scale. Pada suatu

pengukuran, peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan katagori sistem yang

telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa dan perilaku dari

subjek. Hal yang sangat penting pada teknik pengukuran dengan adanya sistem

kategori adalah adanya definisi secara hati-hati terhadap perilaku yang diobservasi

setiap kategori harus dijelaskan secara mendalam dengan definisi operasional

supaya observer dapat mengkaji kejadian yang timbul.

4.6.2 Pengukuran Jarak Saluran Pembuangan Air Limbah Dengan Sarana Air

Bersih

Pengukuran jarak antara saluran pembuangan air limbah dengan sarana air

bersih di kantin dengan menggunakan alat yaitu roll meter. Roll meter atau

meteran adalah alat ukur panjang yang bisa digulung, dengan panjang 25-50

meter. Roll meter berfungsi untuk mengukur jarak atau panjang.

4.6.3 Pengukuran Kepadatan Lalat

Jumlah lalat yang hinggap dalam waktu 30 detik dihitung, pada setiap lokasi

sedikitnya sepuluh kali perhitungan (10×30 detik) dan lima (5) perhitungan yang

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

55

tertinggi dibuat rata-rata. Angka rata-rata merupakan petunjuk indeks populasi

lalat dalam satu lokasi tertentu. Alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan

lalat adalah fly grill. Kategori hasil pengukuran pada setiap lokasi atau block grill

yaitu (Depkes,1992) :

a. ≤ 5 : tidak tinggi, tidak menjadi masalah.

b. > 5 : tinggi, populasi padat dan perlu perencanaan terhadap tempat-tempat

berbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendalian (Depkes,

1992).

1. Ukuran Fly Grill

a. Panjang : 80 cm

b. Lebar : 2 cm

c. Tebal : 1 cm

d. Jumlah bilah : 20 bilah kayu

e. Jarak antar bilah : 1.5 cm

2. Posisi Atau Letak Fly Grill

a. Dekat dengan tempat sampah

b. Dekat dengan SPAL

c. Dekat dengan penyedian air bersih yang digunakan untuk mencuci alat

d. Di bawah meja makan

e. Ditengah-tengah (diantara tempat sampah, tempat pencucian alat serta

SPAL)

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

56

3. Waktu Pengukuran Kepadatan Lalat

Pengukuran kepadatan lalat dengan alat fly grill dimulai pukul jam 08.00-

11.30 WIB. Pengukuran lalat dilakukan setelah pedagang kantin selesai melakukan

proses masak-memasak sehingga sudah menghasilkan sampah kering maupun

basah dan limbah dari tempat pencucian alat. Pada waktu jam istirahat tidak

dilakukan pengukuran karena pada jam istirahat banyak siswa-siswi yang berlalu

lalang di kantin.

4. Alat Dan Bahan

a. Alat :

1) Fly grill adalah alat yang digunakan untuk menghitung kepadatan lalat

2) Timer adalah alat yang digunakan untuk mengukur waktu

b. Bahan :

1) Lalat rumah

5. Cara Kerja

a. Letakkan alat fly grill di tempat yang akan dihitung kepadatan lalatnya yaitu

di dekat tempat sampah, SPAL, penyediaan air bersih yang digunakan untuk

mencuci alat, dibawah meja makan, dan diantara tempat sampah, tempat

pencucian alat serta SPAL. Alat fly grill diletakkan di permukaan yang

datar, hal ini terutama mengingat lalat tertarik pada permukaan datar

(Wulandari,2015).

b. Siapkan timer untuk menentukan waktu perhitungan selama 30 detik.

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

57

c. Dihitung banyaknya lalat yang hinggap selam 30 detik dengan

menggunakan timer. Lalat yang terbang dan hinggap lagi dalam waktu 30

detik tetap dihitung.

d. Jumlah lalat yang hinggap dicatat.

e. Lakukan perhitungan secara berulang sampai 10 kali dengan cara yang

sama.

f. Dan dari lima kali perhitungan yang mendapatkan nilai tertinggi dihitung

rata-ratanya, sehingga diperoleh angka kepadatan lalat pada tempat tersebut.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi penelitian

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus

berlangsung (Notoatmodjo,2012). Penelitian ini dilakukan di Kantin Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) Kabupaten Madiun.

4.7.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk

memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Notoatmodjo,2012). Berikut

adalah waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti :

Tabel 4.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Pelaksanaan

1. Pengajuan judul skripsi 20 Februari 2019

2. Penyusunan dan konsul proposal skripsi 28 Februari - 30 April 2019

3. Seminar proposal 5 Mei 2019

4. Penelitian 16 Juli 2019 - 29 juli 2019

5. Konsul skripsi 3 Agustus 2019

6. Ujian seminar hasil 19 Agustus 2019

7. Revisi 20-26 Agustus 2019

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

58

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk

menjawab masalah penelitiannya secara khusus. Pada umumnya data primer ini

belum tersedia, sehingga seorang peneliti harus melakukan pengumpulan data

sendiri berdasarkan kebutuhannya. Data primer dari penelitian ini diperoleh

langsung dari hasil survei pendahulan dan observasi oleh peneliti secara langsung

di Kantin SMAN Kabupaten Madiun.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan sumber

lain atau pihak lain yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan obyek

penelitian atau dapat dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari

instansi yang terkait. Data sekunder penelitian ini diperoleh dari Dinas Pendidikan

Kabupaten Madiun dan SMAN Se-Kabupaten Madiun.

4.8.2 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), proses pengolahan data ini melalui tahap-

tahap yaitu sebagai berikut :

1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut:

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

59

a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.

b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau

terbaca.

c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan

yang lainnya.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

Tabel 4.3 coding data variabel hubungan fasilitas sanitasi dasar kantin

dengan kepadatan lalat di SMAN Kabupaten Madiun.

No Variabel Coding data

1. Penyediaan air bersih 0= buruk

1= baik

(Kepmenkes, 2003)

2. Kondisi tempat sampah 0= buruk

1= baik

(Kepmenkes, 2003)

3. Saluran pembuangan air limbah 0= buruk

1= baik

(Kepmenkes, 2003)

4. Kepadatan lalat 0= tinggi

1= tidak tinggi

(Depkes RI,1992)

3. Memasukkan data (data entry) atau processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software”

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

60

komputer. Software komputer ini bermacam-macam, masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering

digunakan untuk “entry data” penelitian adalah program pengolah data.

Dalam proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang melakukan “data

entry” ini. Apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan

data saja.

4. Pembersihan data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data

cleaning). Adapun cara membersihkan data dapat diberikan contoh sebagai

berikut :

a. Mengetahui missing data (data yang hilang)

Untuk mengetahui data yang hilang (missing) dapat dilakukan dengan

membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel.

b. Mengetahui variasi data

Dengan melihat variasi data dapat dideteksi apakah data yang dimasukkan

benar atau salah. Cara mendeteksi dengan membuat distribusi masing-masing

variabel. Seperti telah diuraikan diatas bahwa data dimasukkan (entry) dalam

bentuk kode atau angka.

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

61

c. Mengetahui konsistensi data

Cara untuk mengetahui adanya ketidakkonsistensian data dapat dilakukan

dengan menghubungkan dua variabel.

5. Tabulating

Mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti guna memudahkan

analisis data.

4.9 Teknik Analisis Data

4.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median

dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,2012). Analisis

yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggambarkan masing-masing

variabel baik variabel bebas berupa penyediaan air bersih, kondisi tempat sampah,

saluran pembuangan air limbah dan variabel terikat berupa kepadatan lalat.

4.9.2 Anaisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut di atas, hasilnya akan

diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan

analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,2012).

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

62

Analisis bivariat dalam mengetahui atau mengidentifikasi hubungan

fasilitas sanitasi kantin dengan tingkat kepadatan lalat di Sekolah Menengah Atas

Negeri (SMAN) Wilayah Kabupaten Madiun dianalisa menggunakan uji chi-

square. Syarat uji chi-square yaitu :

1. Semua pengamatan dilakukan dengan independent.

2. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan 1 (satu). Sel- sel dengan

frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel dan yang

dibaca adalah continuity correction. Apabila melebihi 20% dari total sel maka

menggunakan uji alternatif dari chi square yaitu fisher exact.

Analisis chi-square sebenarnya merupakan statistik non parametrik. Hal

ini disebabkan karena data untuk pengujian chi-square adalah data

kategori/kualitatif (nominal,ordinal). Chi-square disini digunakan untuk mencari

hubungan dan tidak dapat untuk melihat seberapa besar hubungannya. Chi-square

dapat melihat tabulasi silang (Sujarweni,2015). Keputusan dari pengujian chi-

square yaitu :

1. Apabila p value ≤ 0.05, maka Ha diterima dan Hₒ ditolak, sehingga antara

kedua variabel ada hubungan yang bermakna.

2. Apabila p value > 0.05, maka Hₒ diterima dan Ha ditolak, sehingga antara

kedua variabel tidak ada hubungan yang bermakna.

3. 95% CI tidak melewati angka 1 artinya berhubungan, 95% CI melewati angka 1

artinya tidak berhubungan.

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

63

Syarat rasio prevalens, sebagai berikut :

1. RP (Rasio prevalens) < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut tidak

menjadi faktor resiko.

2. RP (Rasio prevalens) > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut menjadi

fakor resiko.

3. RP (Rasio prevalens) = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi faktor

resiko.

4.10 Etika Penelitian

Ethos (tunggal) atau etha (jamak), berasal dari bahasa yunani yang

mengandung banyak arti antara lain : adat, kebiasaan, akhlak, watak, perasaan,

sikap, dan cara berpikir. Dalam perkembangan selanjutnya etika adalah

ilmu/pengetahuan tentang apa yang dilakukan (pola perilaku) orang, atau

pengetahuan tentang adat kebiasaan orang. Dalam kamus bahasa indonesia

karangan poerwadarminta (1953) menyatakan etika atau akhlak adalah ilmu

tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak kewajiban orang dalam

kelompok sosial. Penelitian adalah upaya mencari kebenaran terhadap semua

fenomena kehidupan manusia, baik yang menyangkut fenomena alam maupun

sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, dan sebagainya guna

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermuara kepada

kesejahteraan umat manusia. Dalam penelitian keesehatan khususnya, khususnya

penelitian keehatan masyarakat, subjek penelitian tersebut adalah manusia

(Notoatmodjo,2012).

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

64

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut.

4.10.1 Prinsip Dasar dan Kaidah Etika Penelitian :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut.

Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk

memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai

ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat subjek penelitian, peneliti

seyogianya mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent) yang

mencakup :

a. Penjelasan manfaat penelitian

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan

c. Penjelasan manfaat yang didapatkan

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek

berkaitan dengan prosedur penelitian.

e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian kapan

saja.

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang

diberikan oleh responden.

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

65

2. Menghormati privacy dan kerahasiaan subjek penelitian (respectfor privacy and

confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak

memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti

tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas

subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti

identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan

proedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender,

agama, etnis dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms

and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti

hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh

sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak

mengurangi rasa sakit, cidera, stres, maupun kematian subjek penelitian.

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

66

Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka setiap

penelitian yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti kesehatan

hendaknya :

a. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani, moral,

kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.

b. Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan,

martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar dari segala sesuatu yang

menimbulkan kerugian atau membahayakan subjek penelitian atau masyarakat

pada umumya.

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

67

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum

Kabupaten Madiun merupakan salah satu Kabupaten dari 38 Kabupaten/

Kota di Propinsi Jawa Timur dan terletak hampir di ujung barat Propinsi Jawa

Timur. Jarak antara Kabupaten Madiun dengan ibukota Propinsi Jawa Timur

kurang lebih 175 km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota Negara

kurang lebih 775 km dengan arah berlawanan. Kabupaten Madiun terletak antara

111025’45” - 1110 51’ bujur timur dan 7012’ 7048’30” lintang selatan dengan

luas wilayah 1010,86 km2 atau 101.1086 ha dengan batas administrasi sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Ngawi

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan Ngawi

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kabupaten Madiun

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2017

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

68

Secara administratif Kabupaten Madiun terbagi menjadi 15 wilayah

Kecamatan yang terdiri dari 198 Desa dan 8 Kelurahan. Kabupaten Madiun

memiliki 14 Jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) diantaranya :

a. SMA Negeri 1 Dagangan

Alamat Jl. Gerilya No.7 Dagangan

b. SMA Negeri 1 Dolopo

Alamat Jl. Suluk Dolopo Madiun

c. SMA Negeri 1 Geger

Alamat Jl. Raya Uteran, Kab. Madiun

d. SMA Negeri 1 Jiwan

Alamat Jl. Dandang Gendis, Ds.Teguhan, Kec.Jiwan, Kab.Madiun

e. SMA Negeri 1 Mejayan

Alamat Jl. P.Sudirman No.82 Caruban

f. SMA Negeri 1Nglames

Alamat Jl. Raya Nglames

g. SMA Negeri 1 Pilangkenceng

Alamat Jl. Raya Pilangkenceng 15

h. SMA Negeri 1 Saradan

Alamat Jl. Raya Saradan Kab.Madiun

i. SMA Negeri 1 Wungu

Alamat Jl. Raya Kare No.156 Kab.Madiun

j. SMA Negeri 2 Mejayan

Alamat Jl. P.Sudirman No.58 Mejayan

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

69

k. MAN 1 Madiun

Alamat Jl. Raya Kebonsari Desa Rejosari, Kec. Kebonsari , Kab.Madiun

l. MAN 2 Madiun

Alamat Jl. Ki Ageng Buntu No.4, Rejosari Kebonsari Kab.Madiun

m. MAN 3 Madiun

Alamat Jl. Raya Ponorogo KM.17 ,Dolopo Kab.Madiun

n. MAN 4 Madiun

Alamat Jl. H.Agus Salim No.6B Caruban Mejayan

Sekolah-sekolah tersebut memiliki beberapa kantin sekolah yang

menyediakan makanan dan minuman. Jumlah kantin yang terdapat pada Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kabupaten Madiun yaitu SMA Negeri 1

Dagangan memiliki 5 kantin, SMA Negeri 1 Dolopo memiliki 6 kantin, SMA

Negeri 1 Geger memiliki 5 kantin, SMA Negeri 1 Jiwan memiliki 1 kantin, SMA

Negeri 1 Mejayan memiliki 3 kantin, SMA Negeri 1 Nglames memiliki 3 kantin,

SMA Negeri 1 Pilangkenceng memiliki 2 kantin, SMA Negeri 1 Saradan memiliki

2 kantin, SMA Negeri 1 Wungu memiliki 1 kantin, SMA Negeri 2 Mejayan

memiliki 4 kantin, MAN 1 Madiun memiliki 1 kantin, MAN 2 Madiun memiliki 2

kantin, MAN 3 Madiun memiliki 3 kantin, dan MAN 4 Madiun memiliki 1 kantin.

5.2 Hasil Penelitian

Analisis dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis univariat untuk

mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

70

maupun variabel terikat. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

5.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel

atau besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti.

a. Jumlah Kantin SMAN Kabupaten Madiun

Jumlah kantin di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) wilayah Kabupaten

Madiun

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kantin SMAN Kabupaten Madiun

SMAN Frekuensi Persentase (%)

SMAN 1 Dagangan 5 12,8

SMAN 1 Dolopo 6 15,4

SMAN 1 Geger 5 12,8

SMAN 1 Jiwan 1 2,6

SMAN 1 Mejayan 3 7,7

SMAN 1 Nglames 3 7,7

SMAN 1 Pilangkenceng 2 5,1

SMAN 1 Saradan 2 5,1

SMAN 1 Wungu 1 2,6

SMAN 2 Mejayan 4 10,3

MAN 1 Madiun 1 2,6

MAN 2 Madiun 2 5,1

MAN 3 Madiun 3 7,7

MAN 4 Madiun 1 2,6

Jumlah 39 100,0

Sumber: Data primer & hasil penelitian bulan Juli

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

71

Berdasarkan tabel 5.1 untuk SMAN yang memiliki kantin terbanyak adalah

sman 1 Dolopo 6 kantin (15,4%) wilayah Kabupaten Madiun.

b. Penyediaan air bersih

Gambaran mengenai penyediaan air bersih di kantin SMAN Kabupaten

Madiun diperoleh dari hasil observasi. Adapun hasil yang diperoleh mengenai

penyediaan air bersih dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penyediaan Air Bersih di Kantin SMAN

Kabupaten Madiun

Penyediaan air bersih Frekuensi Persentase (%)

Buruk 1 2,6

Baik 37 97,4

Total 38 100,0

Sumber : Data primer & hasil penelitian bulan Juli

Berdasarkan tabel 5.2 sebanyak 37 kantin (97,4%) baik dalam penyediaan

air bersih.

c. Saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Gambaran mengenai saluran pembuangan air limbah di kantin SMAN

Kabupaten Madiun diperoleh dari hasil observasi. Adapun hasil yang diperoleh

mengenai saluran pembuangan air limbah (SPAL) dapat dilihat pada tabel 5.3

berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi SPAL di Kantin SMAN Kabupaten Madiun

Saluran pembuangan air

limbah

Frekuensi Persentase (%)

Buruk 15 39,5

Baik 23 60,5

Total 38 100,0

Sumber : Data primer & hasil penelitian bulan Juli

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

72

Berdasarkan tabel 5.3 sebanyak 23 kantin (60,5%) baik dalam saluran

pembuangan air limbah.

d. Kondisi tempat sampah

Gambaran mengenai kondisi tempat sampah di kantin SMAN Kabupaten

Madiun diperoleh dari hasil observasi. Adapun hasil yang diperoleh mengenai

kondisi tempat sampah dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kondisi Tempat Sampah di Kantin SMAN

Kabupaten Madiun

Kondisi tempat sampah Frekuensi Persentase (%)

Buruk 31 81,6

Baik 7 18,4

Total 38 100,0

Sumber : Data primer & hasil penelitian bulan Juli

Berdasarkan tabel 5.4 sebanyak 31 kantin (81,6%) buruk dalam kondisi

tempat sampah.

e. Tingkat kepadatan lalat

Gambaran mengenai tingkat kepadatan lalat di kantin SMAN Kabupaten

Madiun diperoleh dari hasil observasi. Adapun hasil yang diperoleh mengenai

tingkat kepadatan lalat dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepadatan Lalat di Kantin SMAN

Kabupaten Madiun

Tingkat kepadatan lalat Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 20 52,6

Tidak tinggi 18 47,4

Total 38 100.0

Sumber : Data primer & hasil penelitian bulan Juli

Berdasarkan tabel 5.5 sebanyak 20 kantin (52,6%) tingkat kepadatan lalat

tinggi.

Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

73

5.2.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat merupakan lanjutan dari analisis univariat. Hasil penelitian

dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat dan besarnya nilai ratio prevalens, dengan uji statistik yang disesuaikan

dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan Chi-square dan

penentuan Ratio Prevalens (RP) dengan taraf kepercayaan (CI) 95% dan tingkat

kemaknaan 0.05. Berikut adalah hasil analisis bivariat dibawah ini :

a. Hubungan penyediaan air bersih dengan tingkat kepadatan lalat di kantin

SMAN wilayah Kabupaten Madiun

Hasil penelitian mengenai hubungan penyediaan air bersih dengan tingkat

kepadatan lalat di kantin SMAN wilayah Kabupaten Madiun sebagai berikut :

Tabel 5.6 Hubungan penyediaan air bersih dengan tingkat kepadatan lalat

Penyediaan

air bersih

Tingkat kepadatan lalat Total % P-

Value

RP (95%CI)

Tinggi Tidak tinggi

N % N %

Buruk 0 0,0 1 100,0 1 100,0 0,474 2,176

(1,535-3,087)

Baik 20 54,1 17 45,9 37 100,0

Sumber : Data Primer & Hasil Penelitian Bulan Juli

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa tingkat kepadatan lalat yang

tinggi pada penyediaan air bersih yang baik sebanyak 20 kantin (54,1%). Tidak

terdapat tingkat kepadatan lalat yang tinggi pada penyediaan air bersih yang buruk

di kantin (0,0%). Jadi proporsi kepadatan lalat yang tinggi lebih besar pada

penyediaan air bersih yang baik daripada penyediaan air bersih yang buruk.

Secara statistik pada uji fisher exact dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara penyediaan air bersih dengan tingkat kepadatan lalat dengan nlai

Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

74

p=0,474. Untuk hasil perhitungan resiko didapatkan RP = 2,1 (95%CI 1,535-

3,087) yang berarti bahwa penyediaan air bersih mempunyai resiko 2,1 kali

mengakibatkan kepadatan lalat yang tidak tinggi. Menggunakan uji Fisher exact

karena terdapat sel dengan frekuensi harapan kurang dari 5 yang melebihi 20%

dari total sel yaitu sebesar 50%.

b. Hubungan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan tingkat kepadatan

lalat di kantin SMAN wilayah Kabupaten Madiun

Hasil penelitian mengenai hubungan saluran pembuangan air limbah

dengan tingkat kepadatan lalat di kantin SMAN wilayah Kabupaten Madiun

sebagai berikut :

Tabel 5.7 Hubungan saluran pembuangan air limbah dengan tingkat kepadatan

lalat

Saluran

pembuangan

air limbah

Tingkat kepadatan lalat Total % P-

Value

RP (95%CI)

Tinggi Tidak tinggi

N % N %

Buruk 10 66,7 5 33,3 15 100,0 0,286 2,600

(0,672-10,065)

Baik 10 43,5 13 56,5 23 100,0

Sumber : Data Primer & Hasil Penelitian Bulan Juli

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa tingkat kepadatan lalat yang tinggi

pada saluran pembuangan air limbah yang buruk sebanyak 10 kantin (66,7%) dan

saluran pembuangan air limbah yang baik sebanyak 10 kantin (43,5%). Jadi

proporsi tingkat kepadatan lalat yang tinggi sama antara saluran pembuangan air

limbah yang buruk dan saluran air limbah yang baik.

Secara statistik pada uji chi-square yang sudah dilakukan koreksi (continuity

correction) dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara saluran

Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

75

pembuangan air limbah dengan tingkat kepadatan lalat dengan nilai p= 0,286.

Untuk hasil perhitungan resiko didapatkan RP= 2,6 (95%CI 0,672-10,065) yang

berarti bahwa saluran pembuangan air limbah yang buruk mempunyai resiko 2,6

kali mengakibatkan kepadatan lalat yang tinggi daripada saluran pembuangan air

limbah yang baik. Menggunakan continuity correction karena terdapat sel dengan

frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel yaitu sebesar 0%.

c. Hubungan kondisi tempat sampah dengan tingkat kepadatan lalat di kantin

SMAN wilayah Kabupaten Madiun

Hasil penelitian mengenai hubungan kondisi tempat sampah dengan tingkat

kepadatan lalat di kantin SMAN wilayah Kabupaten Madiun sebagai berikut :

Tabel 5.8 Hubungan kondisi tempat sampah dengan tingkat kepadatan lalat

Kondisi

tempat

sampah

Tingkat kepadatan lalat Total % P-

Value

RP (95%CI)

Tinggi Tidak tinggi

N % N %

Buruk 19 61,3 12 38,7 31 100,0 0,038 9,500

(1,014-88,966)

Baik 1 14,3 6 85,7 7 100,0

Sumber : Data Primer & Hasil Penelitian Bulan Juli

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa tingkat kepadatan lalat yang

tinggi pada kondisi tempat sampah yang buruk sebanyak 19 kantin (61,3%).

Tingkat kepadatan lalat yang tinggi pada kondisi tempat sampah yang baik

sebanyak 1 kantin (14,3%). Jadi proporsi tingkat kepadatan lalat yang tinggi lebih

besar pada kondisi tempat sampah yang buruk daripada kondisi tempat sampah

yang baik.

Secara statistik pada uji Fisher exact dapat dikatakan bahwa terdapat

hubungan antara kondisi tempat sampah dengan kepadatan lalat dengan nilai

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

76

p=0,038. Hasil perhitungan resiko didapatkan RP= 9,5 (95%CI 1,014-88,966)

yang berarti bahwa kondisi tempat sampah yang buruk mempunyai resiko 9,5 kali

mengakibatkan kepadatan lalat yang tinggi daripada kondisi tempat sampah yang

baik. Menggunakan uji Fisher exact karena terdapat sel dengan frekuensi harapan

kurang dari 5 yang melebihi 20% dari total sel yaitu sebesar 50%.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian untuk jumlah Kantin di SMAN Kabupaten

Madiun terdapat 39 kantin. Untuk Kabupaten Madiun terdapat 14 jenjang SMAN

yang di setiap SMAN tersebut memiliki kantin masing-masing. Namun, terdapat

satu jenjang SMAN yang tidak diteliti karena kantinnya tidak memenuhi kriteria

inklusi. Sehingga total sampel untuk penelitian ini menjadi 38 Kantin. Menurut

hasil penelitian, sekolah menengah atas negeri yang memiliki kantin terbanyak

adalah SMAN 1 Dolopo 6 kantin (15,4%).

Kantin merupakan salah satu bentuk fasilitas umum, yang keberadaannya

selain sebagai tempat untuk menjual makanan dan minuman juga sebagai tempat

bertemunya segala macam masyarakat dalam hal ini mahasiswa maupun

karyawan yang berada di lingkungan kampus, dengan segala penyakit yang

mungkin dideritanya (Depkes RI,2003). Menurut penelitian Ardhiana (2011)

kantin yang sehat secara fisik tentunya harus mempunyai sarana dan prasarana

yang memadai. Berdasarkan fisiknya tersebut, kantin sehat dapat dibedakan

menjadi kantin dengan ruangan tertutup dan kantin dengan ruangan terbuka

seperti di koridor atau di halaman sekolah. Meskipun kantin berada diruang

terbuka, namun ruang pengolahan dan tempat penyajian makanan harus dalam

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

77

kedaan tertutup. Kedua jenis kantin tersebut harus memiliki sarana dan prasarana

sebagai berikut: sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan,

tempat penyajian dan ruang makan, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja dan

tempat pembuangan limbah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kantin di sekolah menengah

atas negeri Kabupaten Madiun menjual jajanan dengan berbagai jenis makanan

yaitu gorengan, kue, makanan ringan, makanan berat, bakso, sosis dan lain-lain.

Di SMAN Kabupaten Madiun masih terdapat fasilitas sanitasi yang belum

memenuhi syarat sehingga menimbulkan datangnya lalat. Hal ini tidak sesuai

dengan kepmenkes RI nomor 1429/menkes/sk/VII/2006 tentang pedoman

penyelenggaraan kesehatan lingkungan di lingkungan sekolah, yang menjelaskan

bahwa persyaratan sanitasi kantin adalah ketentuan teknis yang ditetapkan

terhadap makanan, peralatan, tempat dan penjamah makanan yang harus dipenuhi

oleh penyelenggara atau pengelola kantin sekolah. Pada saat ini masih terdapat

kantin sekolah menengah atas negeri di kabupaten madiun yang belum

memperhatikan fasilitas sanitasi kantin. Fasilitas sanitasi kantin yang buruk dapat

mengundang datangnya lalat dan dapat menimbulkan efek kesehatan bagi warga

sekolah yang jajan pada tempat tersebut.

5.3.1 Kepadatan lalat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kantin di

SMAN Kabupaten Madiun memiliki tingkat kepadatan lalat tinggi 52,6% dan

kepadatan lalat kategori tidak tinggi 47,4%. Lalat merupakan salah satu vektor

penular penyakit. Lalat rumah dapat menularkan sekitar 100 jenis patogen yang

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

78

dapat mengakibatkan penyakit pada manusia atau hewan. Diantaranya tipoid,

kolera, disentri, tuberkulosis, antraks, diare. Setiap 3-4 hari seekor lalat betina

bertelur dalam 5-6 kelompok yang masing-masing berisi 75-150 butir telur. Lalat

dapat menyebarkan kuman penyebab penyakit dari sampah ke orang atau makanan

(Kumala,2016).

Pada penelitian ini pengukuran angka kepadatan lalat menggunakan fly

grill. Sesuai dengan Depkes RI (1992), pengukuran kepadatan lalat dengan

menggunakan fly grill didasarkan pada sifat lalat yaitu kecenderungannya untuk

hinggap pada tepi-tepi atau tempat yang bersudut tajam. Fly grill diletakkan pada

tempat-tempat yang telah ditentukan (berdekatan dengan tempat sampah, kotoran

hewan, kandang, dan lain-lain) pada daerah yang diukur.

Pengukuran angka kepadatan lalat dilakukan pada 5 titik dekat dengan

tempat sampah, dekat dengan SPAL, dekat dengan penyediaan air bersih yang

digunakan untuk mencuci alat, dibawah meja makan, dan ditengah-tengah.

Penentuan titik pengukuran di dekat tempat sampah dan SPAL ialah karena pada

titik tersebut penumpukan sampah dan limbah terjadi sehingga ada kemungkinan

angka kepadatan lalat tinggi. Untuk yang didekat penyediaan air bersih menjadi

titik pengukuran karena terdapat kegiatan pencucian peralatan kotor yang

menimbulkan bau sehingga memungkinkan datangnya lalat. Untuk yang di bawah

meja makan dilakukan pengukuran karena diatasnya terdapat makanan yang dapat

menarik lalat untuk datang. Sedangkan di tengah-tengah dilakukan pengukuran

karena di tengah-tengah merupakan pusat diantara tempat sampah, spal, tempat

pencucian peralatan, dan meja makanan.

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

79

Berdasarkan hasil dari observasi untuk kantin yang memiliki tingkat

kepadatan lalat yang tinggi penyebabnya adalah masih banyaknya tempat sampah

yang masih terbuka selain itu kondisi tempat sampah yang tidak kedap air. Hal ini

terjadi karena masih kurangnya kesadaran pemilik kantin tentang pentingnya

menggunakan tempat sampah yang tertutup dan kedap air. Untuk kantin yang

memiliki tingkat kepadatan lalat yang tidak tinggi karena dalam penyediaan

tempat sampah menggunakan tempat sampah yang tertutup dan kedap air.

Sehingga tidak menimbulkan bau yang dapat mengundang datangnya lalat.

5.3.2 Penyediaan Air Bersih

Berdasarkan hasil penelitian penyediaan air bersih di 38 Kantin SMAN

sebanyak 37 kantin (97,4%) baik dalam penyediaan air bersih dan 1 kantin (2,6%)

buruk dalam penyedian air bersih. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

tahun 2006 sebagai pemenuhan kebutuhan akan air bersih harus memenuhi syarat

kualitas fisik diantaranya : tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Sejalan dengan penelitian Sari (2013) dalam hal kondisi air yang terdapat

di kantin SMPN Perkotaan dan SMPN Pedesaan telah memenuhi syarat dalam hal

warna, bau dan rasa sesuai dengan Keputusan menteri kesehatan RI Nomor

1429/Menkes/SK/XII/2006. Menurut Slamet (2002), air mempunyai hubungan

yang erat dengan kesehatan. Ada 4 (empat) klasifikasi penyakit yang berhubungan

dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu : 1) water borne disease, 2)

water washed disease, 3) water based disease, dan 4) vektor-vektor insekta.

Menurut hasil observasi yang dilakukan, 1 kantin yang memiliki air agak

berwarna kemungkinan besar karena sumber air tersebut dekat dengan sungai yang

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

80

terdapat sampah-sampah rumah tangga yang dibuang secara sembarangan ke

sungai. Selain hal tersebut, bisa jadi sumber air masih pada level dangkal yang

artinya belum pada level tanah keras dan berpasir yang pada umumnya memiliki

kualitas sumber air terbaik bebas dari pencemaran dan endapan lumpur. Dari pihak

sekolah sendiri kurang menjaga kebersihan di area tandon air karena ketika kran

air dekat tandon dinyalakan terdapat beberapa binatang kecil (jentik-jentik) yang

keluar bersama air. Untuk kantin di SMAN Kabupaten Madiun menggunakan 2

jenis sumber penyediaan air bersih yaitu PDAM dan Sumur Bor. Untuk seluruh

kantin yang penyediaan air bersihnya bersumber dari PDAM memenuhi

persyaratan dalam segi kualitas fisik air bersih.

5.3.3 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Berdasarkan hasil penelitian saluran pembuangan air limbah di 38 Kantin

SMAN sebanyak 15 kantin (39,5%) buruk dalam kepemilikan saluran

pembuangan air limbah dan 23 kantin (60,5%) baik dalam kepemilikan saluran

pembuangan air limbah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003, tentang kelaikan higiene sanitasi

pada kantin menyatakan untuk kualitas fisik SPAL diantaranya harus kedap air,

tidak tersumbat, saluran tertutup, dan berjarak minimal 10 m dari sarana air bersih.

Hal ini sesuai dengan penelitian Muchtar (2012) yang menunjukkan bahwa

kondisi saluran pembuangan air limbah di tempat pengelolaan makanan sebagian

besar telah memenuhi syarat secara fisik karena kondisi saluran pembuangan air

limbahnya tidak tersumbat, memiliki penutup dan kedap air sedangkan tidak

memenuhi syarat karena tidak memiliki penutup dan tidak memiliki saluran

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

81

pembuangan air limbah yang layak karena pihak angkasa pura belum

memfasilitasi. Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat

menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, larva

nyamuk ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit,

terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar seperti

kolera, tipus, abdominalis, disentri, dan sebagainya (Kusnuputranto,2000)

Menurut hasil observasi yang telah dilakukan, terdapat beberapa kantin

yang belum memenuhi syarat dalam hal saluran pembuangan air limbah. Dimana

saluran pembuangan air limbah masih ada yang terbuka dan tidak kedap air. Di

temukan juga SPAL yang tersumbat sehingga air limbahnya menggenang. Dan

terdapat kantin dimana air limbahnya dialirkan ke sungai atau aliran dekat

persawahan. Untuk jarak antara SPAL dengan sarana air bersih seluruhnya sudah

baik yaitu melebihi 10 meter.

5.3.4 Kondisi Tempat Sampah

Berdasarkan hasil penelitian kondisi tempat sampah di 38 kantin SMAN

sebanyak 31 kantin (81,6%) buruk dalam kepemilikan tempat sampah dan 7 kantin

(18,4%) baik dalam kepemilikan tempat sampah. Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003, tentang

kelaikan higiene sanitasi pada kantin menyatakan untuk kualitas fisik tempat

sampah diantaranya tempat sampah harus tertutup dan kedap air.

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

82

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-

sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga

binatang atau serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vektor). Oleh

sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak

mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat (Sari,2013). Jika sampah

tidak dibuang dengan benar maka akan menjadi masalah kesehatan lingkungan

yang besar karena dapat menimbulkan bau paling tidak menyenangkan. Sampah

memiliki kuman penyebab penyakit yang dapat menyebar ke orang, yang

ditularkan oleh lalat (Rejeki,2015 dalam Kasiono).

Sejalan dengan penelitian Julhija (2015) yang menyatakan bahwa tempat

sampah yang dimiliki oleh kantin sekolah di kecamatan Sidamanik dalam kondisi

yang tertutup dan dari bahan kedap air hanya sebanyak 15,9%. Seluruh kantin

tidak menyediakan tempat sampah di setiap ruang penghasil sampah tetapi tempat

sampah hanya tersedia di satu tempat saja seperti dekat etalase atau di dapur dan

sebagian kantin sekolah menyediakan tempat sampah yang terbuat dari plastik,

keranjang bambu, plastik, kardus dan ember.

Menurut hasil observasi yang telah dilakukan, rata-rata kondisi tempat

sampah di kantin SMAN belum memenuhi syarat. Dimana banyak tempat sampah

yang belum tertutup dan tidak kedap air. Terdapat pemilik kantin yang

menggunakan kardus bekas serta kantong kresek untuk dijadikan sebagai tempat

sampah. Cairan dari sampah dapat merembes keluar pada tempat sampah yang

tidak kedap air. Terdapat kantin yang tempat sampahnya tidak dari bahan kedap air

namun dilapisi kantong kresek sehingga cairan dari sampah tidak merembes

Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

83

keluar. Tapi sayangnya, tempat sampah tersebut belum dilengkapi dengan

penutup. Dan antara sampah kering maupun sampah basah dalam pembuangannya

dijadikan dalam satu tempat sampah tanpa dibeda-bedakan terlebih dahulu.

5.3.5 Hubungan Penyediaan Air Bersih Dengan Tingkat Kepadatan Lalat

Hasil penelitian dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar kantin

yang memiliki penyediaan air bersih yang baik sebanyak (54,1%) dengan

kepadatan lalat tinggi. Hal tersebut didukung dengan hasil uji fisher exact

diperoleh nilai P-Value 0,474 > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara

penyediaan air bersih dengan tingkat kepadatan lalat di Kantin SMAN Kabupaten

Madiun. Dari hasil analisis RP sebesar 2,1 (95%CI 1,535-3,087).

Air adalah suatu unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

manusia. Dengan air, kita bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan sesuai

keinginan kita dan mengkonsumsinya agar tetap hidup. Bahkan bukan hanya

manusia saja yang membutuhkan, akan tetapi makhluk hidup sangat butuh

terhadap air. Bisa dilihat bahwa sebagian bumi bahkan dalam presentasenya bumi

hampir dikelilingi oleh air sehingga bisa dibilang bahwa air merupakan denyut

nadi untuk kelangsungan kehidupan manusia (Masyudi,2018). Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/MENKES/PER/IX/1990

kualitas fisik air harus memenuhi syarat kesehatan yaitu air tidak berbau, air tidak

berasa dan air tidak berwarna. Sejalan dengan penelitian Budiman (2015), yang

menyatakan bahwa kantin di beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota

Manado telah memenuhi syarat sanitasi salah satunya adalah fasilitas sanitasi

penyediaan air bersih.

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

84

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Masyudi (2018), yang berjudul

pengaruh sanitasi dasar terhadap kepadatan lalat pada warung nasi dan kantin

(studi kasus di kecamatan tangan-tangan kabupaten aceh barat daya) menyatakan

bahwa tidak ada pengaruh penyediaan air bersih pada warung nasi dan kantin

terhadap kepadatan lalat pada warung nasi dan kantin di kecamatan Tangan-

Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan penyediaan air

bersih yang buruk dan memiliki tingkat kepadatan lalat yang tidak tinggi sebanyak

1 kantin (100,0%). Hal ini dapat terjadi karena penyediaan air bersih yang buruk

itu karena berwarna saja, tidak menimbulkan bau yang dapat mengundang

datangnya lalat. Untuk penyediaan air bersih yang baik dan memiliki kepadatan

lalat yang tinggi sebanyak 20 (54,1%). Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi

oleh kondisi fasilitas sanitasi lainnya seperti dekat dengan tempat sampah dan

terdapat piring kotor di tempat pencuciannya.

5.3.6 Hubungan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Dengan Tingkat

Kepadatan Lalat

Hasil penelitian dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar kantin

yang memiliki saluran pembuangan air limbah buruk sebanyak (66,7%) dengan

kepadatan lalat yang tinggi. Hal tersebut didukung dengan hasil uji chi-square

yang sudah dilakukan koreksi (continuity correction) dengan P-Value 0,286 > 0,05

yang artinya tidak ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan

tingkat kepadatan lalat di Kantin SMAN Kabupaten Madiun. Dengan nilai RP =

2,6 (95%CI 0,672-10,065).

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

85

Saluran pembuangan air limbah (SPAL) di kantin bertujuan untuk

mengumpulkan pembuangan air limbah sisa pencucian dari aktivitas pencucian

peralatan kotor dan pencucian bahan makanan. Masih ditemukan saluran

pembuangan air limbah di kantin SMAN Kabupaten Madiun yang terbuka, tidak

kedap air dan tersumbat yang menimbulkan bau tidak sedap. Sejalan dengan

penelitian Rorong (2014), yang menyatakan saluran pembuangan air limbah pada

kantin SMP di Kecamatan Tumpaan tidak memenuhi syarat sanitasi dasar karena

ada beberpa hal yang tidak terpenuhi seperti saluran yang tidak kedap air,

menimbulkan bau serta dihinggapi vektor. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003, tentang kelaikan

higiene sanitasi pada kantin menyatakan bahwa persyaratan kualitas fisik untuk

SPAL harus kedap air , saluran pembuangan air limbah dapat mengalir dengan

lancar/tidak tersumbat, saluran tertutup, dan memiliki jarak minimal 10 meter dari

sarana air bersih.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuriyah (2018) yang berjudul

hubungan sanitasi lingkungan pengelolaan limbah dengan indikator angka

kepadatan lalat di rumah potong unggas kota depok tahun 2018 menyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan SPAL dengan angka

kepadatan lalat di suatu RPU. Namun hal ini tidak sesuai pada penelitian yang

dilakukan oleh Collinet-Adler et al.,(2015), ditemukan bahwa angka kepadatan

lalat tinggi pada saluran pembuangan air limbah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan saluran

pembuangan air limbah yang buruk dan memiliki tingkat kepadatan lalat yang

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

86

tidak tinggi sebanyak 5 kantin (33,3%). Hal ini dapat terjadi karena saluran

pembuangan air limbah di kantin mengalir dengan lancar atau tidak menggenang.

Selain itu, terdapat kantin yang air limbahnya langsung dialirkan ke sungai dekat

kantin. Sehingga tidak menimbulkan bau di sekitar kantin yang disukai oleh lalat.

Untuk saluran pembuangan air limbah yang baik dan memiliki tingkat kepadatan

lalat yang tinggi sebanyak 10 kantin (43,5%). Hal ini dapat terjadi karena terdapat

sampah basah dan kering bekas makanan yang berserakan karena dibuang

sembarangan di sekitar saluran pembuangan air limbah yang dibuang oleh warga

sekolah. Sampah basah dari sisa makanan dapat menimbulkan bau sehingga lalat

tertarik untuk datang. Selain hal tersebut, penelitian ini dilakukan pada pagi

sampai siang hari sehingga membuat lalat sangat aktif. Karena lalat memiliki sifat

fototropik yang artinya lalat menyukai adanya cahaya.

5.3.7 Hubungan Kondisi Tempat Sampah Dengan Tingkat Kepadatan Lalat

Hasil penelitian dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar kantin

yang memiliki kondisi tempat sampah buruk sebanyak (61,3%) dengan kepadatan

lalat tinggi. Hal tersebut didukung dengan hasil uji fisher exact dengan P-Value

0,038 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara kondisi tempat sampah dengan

tingkat kepadatan lalat di Kantin SMAN Kabupaten Madiun. Dengan nilai RP =

9,5 (95%CI 1,014-88,966).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang kelaikan higiene sanitasi pada kantin bahwa

persyaratan kualitas fisik tempat sampah harus dibuat dari bahan kedap air dan

mempunyai tutup. Penelitan ini sejalan dengan penelitian Kasiono (2016) yang

Page 108: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

87

berjudul hubungan antara sanitasi dasar dengan tingkat kepadatan lalat di rumah

makan pasar tuminting kota manado menyatakan bahwa adanya hubungan antara

pengelolaan sampah dengan tingkat kepadatan lalat, karena pengelolaan sampah di

rumah makan pasar tuminting Kota Manado masih belum memenuhi syarat.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masyudi

(2018) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh pengelolaan sampah pada

warung nasi dan kantin terhadap kepadatan lalat, dengan nilai p-value 0,110

(α=0,05).

Sebagian besar kondisi tempat sampah di kantin sekolah menengah atas

negeri Kabupaten Madiun masih belum memenuhi syarat yaitu tidak tertutup dan

tidak kedap air. Hal ini dapat menyebabkan banyak lalat yang akan hinggap di

tempat sampah tersebut. Menurut Dwiyatmo dalam Nida (2007) bahwa pemberian

tutup bertujuan agar sampah tidak menjadi sarang lalat. Sejalan dengan penelitian

Rorong (2014) bahwa tempat pembuangan sampah pada kantin SMP di

Kecamatan Tumpaan tidak memenuhi syarat sanitasi dasar karena masih ada

beberapa hal yang tidak terpenuhi, seperti kondisi tempat sampah yang terbuka,

dan tidak menggunakan kantong plastik. Pengelolaan sampah yang kurang baik

dapat menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan yaitu sebagai tempat

perkembangbiakan vektor penyakit seperti lalat dan tikus karena kebiasaan hidup

di tempat yang kotor dan juga menjamah makanan manusia. Selain itu, estetika

sampah baik bentuk atau wujud maupun baunya dapat menimbulkan kesan tidak

estetis (Sarudji,2010).

Page 109: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

88

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan untuk kondisi

tempat sampah yang buruk dan tingkat kepadatan lalatnya tidak tinggi adalah 12

kantin (38,7%) hal ini dapat terjadi karena sampah tersebut dimasukkan dalam

tempat sampah yang terbuat dari bahan kedap air sehinga cairan dari sampah tidak

merembes keluar. Selain itu, frekuensi jumlah sampah tidak penuh atau masih

sedikit. Sehingga tidak menimbulkan bau yang dapat mengundang datangnya lalat.

Untuk kondisi tempat sampah yang baik dan tingkat kepadatan lalatnya tinggi

adalah 1 kantin (14,3%) hal ini dapat terjadi karena di sekitar tempat sampah

tersebut terdapat ceceran seperti cairan darah dari daging ayam dan tidak langsung

dibersihkan sehingga bau yang ditimbulkan menarik lalat untuk datang. Selain itu,

sampah yang sudah terkumpul dibiarkan saja tidak langsung di buang ke tempat

penampungan sementera sampah.

Page 110: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

89

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 38 kantin SMAN wilayah

Kabupaten Madiun diketahui bahwa :

1. Sebagian besar penyediaan air bersih di kantin sudah baik (97,4%).

2. Sebagian besar saluran pembuangan air limbah di kantin baik (60,5%).

3. Sebagian besar kondisi tempat sampah di kantin buruk (81,6%).

4. Tingkat kepadatan lalat di kantin sebagian besar dalam kategori tinggi (52,6%).

5. Tidak ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan tingkat kepadatan lalat

di kantin SMAN Kabupaten Madiun (p=0,474;RP= 2,1;95%CI 1,535-3,087).

6. Tidak ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan tingkat

kepadatan lalat di kantin SMAN Kabupaten Madiun (p=0,286;RP = 2,6;95%CI

0,672-10,065).

7. Ada hubungan antara kondisi tempat sampah dengan tingkat kepadatan lalat di

kantin SMAN Kabupaten Madiun (p=0,038;RP = 9,5;95%CI 1,014-88,966).

6.2 Saran

1. Bagi Pengelola Kantin

Bagi pengelola kantin disarankan untuk memberikan penutup pada tempat

sampah yang masih terbuka, mengganti tempat sampah dengan yang terbuat dari

bahan yang kedap air, memisahkan sampah basah dan sampah kering, serta

Page 111: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

90

pengelola kantin menyediakan tempat sampah dan diletakkan di setiap tempat

yang memproduksi sampah.

2. Bagi Institusi/Pihak Sekolah

Bagi pihak sekolah untuk dapat mengawasi kantin dalam hal sanitasi

sekurang-kurangnya seminggu sekali.

3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi dan pustaka

berkaitan dengan hubungan fasilitas sanitasi kantin sekolah dengan tingkat

kepadatan lalat

4. Bagi Peneliti yang Akan Datang

Bagi peneliti yang akan datang disarankan untuk meneliti variabel-variabel

lain diantaranya toilet atau jamban, pencahayaan, temperature, kelembaban,

kondisi tempat pencucian peralatan, kebersihan tempat penyimpanan bahan

makanan, sarana pencegahan terhadap lalat, dan tempat penyajian makanan yang

dapat mempengaruhi kepadatan lalat di kantin sekolah. Selain itu, disarankan juga

untuk meneliti bagaimana kondisi penyediaan air bersih di tempat penampungan

air di kantin sekolah.

Page 112: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

91

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Nasir, Abdul Muhith, Ideputri. 2011 . Metodologi Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta : Mulia Medika.

Ardhiana, R. 2011. Gambaran Sanitasi Dasar Kantin dan Tingkat Kepadatan

Lalat Pada kantin Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Medan

Barat Kota Medan Tahun 2011. Diakses pada http://text-id.123dok.com

pada tanggal 23 februari 2019, pukul 08.15 WIB.

Budiman Chandra.2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

Budiman, H.D,Joseph B.S.W dan Pinontoan R.O.2015. Gambaran Sanitasi Dasar

Kantin dan Tingkat Kepadatan Lalat Pada Kantin di Beberapa Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Kota Manado Tahun 2015. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Diakses pada

http://medkesfkm.unsrat.ac.id pada tanggal 26 Februari 2019, pukul 07.07

WIB.

Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta :

Salemba Medika.

Danim, Sudarman. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke

Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.

Dinas Kesehatan.2017.Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.

Dinas Pendidikan, Profil Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun.

http://madiunkab.siap.web.id/data-sekolah/data-daftar/ (diakses 25 februari).

Depkes RI.1992. Petunjuk Teknis tentang Pemberantasan Lalat. Jakarta : Ditjen

PPM & PLP.

Depkes RI.2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan

Jajanan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.

Ismawati, Lestari,Hariati., dan Jafriati. 2015. Hubungan Kepadatan Lalat , Jarak

Pemukiman Dan Sarana Pembuangan Sampah Dengan Kejadian Diare Pada

Pemukiman Sekitar Uptd Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Kendari

Di Kelurahan Anggoeya Kecamatan Poasia Tahun 2015. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo. Diakses pada

https://media.neliti.com pada tanggal 12 Maret 2019, pukul 20.06 WIB.

Page 113: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

92

Jannah, Dewi Nur.2006. Perbedaan Kepadatan Lalat Pada Berbagai Warna Fly

Grill (Studi TPS Pasar Beras Bendul Merisi,Surabaya). Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya 2006. Diakses pada

http://repository.unair.ac.id pada tanggal 12 Maret 2019, pukul 19.50 WIB.

Julhija, Marsaulina,Irnawati., dan Nurmaini. 2015. Higiene Sanitasi Dasar Serta

Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penjual Terhadap Kepadatan Lalat pada

Kantin Sekolah Di Kecamatan Sidamanik Tahun 2015. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Diakses pada

https://www.neliti.com pada tanggal 1 Maret 2019, pukul 20.23 WIB.

Kasiono,M.A, L.M,Jootjhe dan Boky,Harvani. 2016. Hubungan Antara Sanitasi

Dasar Dengan Tingkat Kepadatan Lalat Di Rumah Makan Pasar Tuminting

Kota Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakatuniversitas Sam Ratulangi.

Diakses pada http://medkesfkm.unsrat.ac.id pada tanggal 2 Agustus 2019,

pukul 05.26 WIB.

Kasjono, Heru Subaris dan Yasril. 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian

Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kasmadi & N.Siti Sunariah. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.

Alfabeta : Bandung.

Kementerian Kesehatan RI.2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat

Dengan Pendekatan Keluarga. Kemenkes RI P.39.

Kepmenkes RI.1990. Keputusan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/1990

tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Kepmenkes RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan No.

1429/MENKES/SK/XII/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan Sekolah.

Kumala,Yulia Shinta Nur.2016.Gambaran Kondisi Sanitasi Kantin Dan Tingkat

Kepadatan Lalat Pada Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungmundu Tembalang Semarang.Skripsi: Universitas Negeri Semarang.

Diakses pada http://lib.unnes.ac.id pada tanggal 26 Maret 2019, pukul 10.18

WIB.

Kusnoputranto, Haryoto.2002. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan

Masyarakat University Indonesia, Jakarta.

Mafazah, L. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu dan

Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol.8, Nomor 2, hal.176-182.

Page 114: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

93

Masyudi. 2018. Pengaruh Sanitasi Dasar Terhadap Kepadatan Lalat Pada Warung

Nasi Dan Kantin (Studi Kasus Di Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten

Aceh Barat Daya). Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Serambi

Mekkah. Diakses pada http://ojs.serambimekkah.ac.id pada tanggal 24

Februari 2019, pukul 07.22 WIB.

Muchtar, Angriany A.D.2012. Gambaran Kondisi Fasilitas Sanitasi Tempat

Pengelolaan Makanan Di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.

Fakultas Ilmu Kesehatan Universita Islam Negeri Alaudidin Makassar.

Diakses pada http://repositori.uin-alauddin.ac.id pada tanggal 13 Agustus

2019, pukul 09.06 WIB.

Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Mukono.2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press,

Surabaya.

Nida, Kotrum. 2014. Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Terhadap

Daya Tarik Vektor Musca Domestica (Lalat Rumah) Dengan Resiko Diare

Pada Balita Di Kelurahan Ciputat. Skripsi : Universitas islam negeri syaif

hidayatullah Jakarta. Diakses pada http://repository.uinjkt.ac.id pada tanggal

12 Maret 2019, pukul 20.07 WIB.

Notoatmodjo,S. 2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nuraida L, Widjajanti W, Kusumaningrum HD, Palupi NS, Koswara S,

Madanijah S, Zulaikhah, Rini, Madjid S.2009. Menuju Kantin Sehat Di

Sekolah Bogor: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Departemen

Pendidikan Nasional Bekerjasama Dengan Southeast Asian Food And

Agricultural Science And Technology (SEAFAST) Center, Lembaga

Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian

Bogor. Diakses pada https://www.neliti.com pada tanggal 1 Maret 2019,

pukul 20.23 WIB.

Nuriyah,Saffanah.2018. Hubungan Sanitasi Lingkungan Pengelolaan Limbah

Dengan Indikator Angka Kepadatan Lalat Di Rumah Potong Unggas Kota

Depok Tahun 2018. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses Pada http://repository.uinjkt.ac.id pada

tanggal 2 Agustus 2019, pukul 07.38 WIB.

Nurmalawati. 2013. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan

Jamban Oleh Masyarakat Di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh Aceh Barat. Diakses pada http://repository.utu.ac.id/84/

pada tanggal 13 Maret 2019, pukul 19.56 WIB.

Page 115: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

94

Nursalam.2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba.

Nursalam.2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Oihuwal, three sutrisna. 2012. Gambaran Higiene Dan Sanitasi Kantin Kampus Di

Lingkungan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Skripsi :

Unversitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Diakses pada

http://repositori.uin-alauddin.ac.id pada tanggal 9 April 2019, pukul 06.17

WIB.

Pebriyanti,R.I,Nirmala, F dan Saktiansyah, L.O.A. 2017. Identifikasi Kepadatan

Lalat Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai Vektor Penyakit Kecacingan Di

Pemukiman Sekitar Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Kendari Tahun

2017.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Diakses pada

https://media.neliti.com pada tanggal 21 Maret 2019, pukul 20.21 WIB.

PP RI. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tentang

Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peraturan menteri kesehatan RI No.50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu

Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan

Bintang Pembawa Penyakt Serta Pengendaliannya. Jakarta : Menkes RI.

Riwidikdo, Handoko. 2012. Statistik Kesehatan. Yogjakarta : Nuha Medika.

Rofiana, Luthfi. 2017. Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Diare Pada

Balita Di Pemukiman Pesisir Kampung Blok Empang Muara Angke Tahun

2017. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses pada http://repository.uinjkt.ac.id pada

tanggal 23 Maret 2019, pukul 18.40 WIB.

Rorong,O.L,Joseph,B.W dan Bernadus,Janno. 2014. Gambaran Sanitasi Dasar

Kantin Dan Tingkat Kepadatan Lalat Pada Kantin Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Di Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan

Tahun 2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Manado. Diakses pada http://fkm.unsrat.ac.id pada tanggal 17 April 2019,

pukul 19.47 WIB.

Saputra, Jony. 2016.Studi Deskriptif Sanitasi Kantin Dan Fasilitas Sanitasi Dasar

di Lingkungan Sekolah Dasar Pada Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran

Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang Tahun 2016. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. Diakses pada

http://lib.unnes.ac.id pada tanggal 9 April 2019, pukul 17.42 WIB.

Page 116: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

95

Sari, Ratna Evi.2013. gambaran higiene dan sanitasi kantin sekolah (studi banding

SMPN Perkotaan dan SMPN Pedesaan). Fakultas ilmu kesehatan universitas

islam negeri alauddin makassar. Diakses pada http://repositori.uin-

alauddin.ac.id pada tanggal 17 April 2019, pukul 20.03 WIB.

Sarmani, intan.2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan

Jamban Di Gampong Pawoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

Daya. Skripsi : Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat. Diakses

pada http://repository.utu.ac.id pada tanggal 10 April 2019, pukul 19.38

WIB.

Sarudji, Didik.2010. Kesehatan Lingkungan. Karya Putra Darwati. Bandung.

Slamet, Juli Soemirat.2002. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University

Press,Yogyakarta.

Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Statistik untuk Kesehatan. Yogyakarta : Gava

Media.

Sumantri,A. 2010. Kesehatan Lingkungan. Karya Putra Darwati. Bandung.

Sumantri.2010. Kesehatan lingkungan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung :

Alfabeta.

Suyono & Dr. Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks

Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Sucipto, cecep dani.2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta : Gosyen

publishing.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Wijayanti, Putri Dianing. 2009. Hubungan Kepadatan Lalat Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Yang Bermukim Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir

Sampah Bantar Gebang Kota Bekasi. Skripsi: Universitas Indonesia.

Diakses pada http://lib.ui.ac.id pada tanggal 12 Maret 2019, pukul 19.40

WIB.

Wulandari, A.D, Saraswati,D.L dan Martini.2015. Pengaruh Variasi Warna

Kuning Pada Fly Grill Terhadap Kepadatan Lalat (Studi Di Tempat

Pelelangan Ikan Tambak Lorok Kota Semarang). Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Diponegoro. Diakses pada https://media.neliti.com

pada tanggal 12 Maret 2019, pukul 19.55 WIB.

Page 117: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …
Page 118: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

96

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama :

Alamat :

Usia :

Memberikan persetujuan dan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang

dilakukan oleh Ervian Wardaningrum sebagai mahasiswa calon Sarjana

Kesehatan Masyarakat dari STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dengan judul

penelitian “Hubungan Fasilitas Sanitasi Kantin Dengan Tingkat Kepadatan

Lalat Di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Wilayah Kabupaten

Madiun”.

Persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa ada paksaan

dari pihak yang lain dan data diri tidak akan disebarluaskan dan dijaga

kerahasiaannya.

Madiun, Juli 2019

Peneliti

(Ervian Wardaningrum)

Responden

(.........................................)

Page 119: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

97

Lampiran 2

Lembar Observasi

A. Fasilitas Sanitasi Kantin

Nama Kantin :

Sekolah :

No Objek pengamatan Kondisi Kategori

Ket. Ya Tidak

1. Penyediaan air bersih Berbau

Berasa

Berwarna

2. Spal Berjarak

minimal 10

m dari

sarana air

bersih

Kedap air

Tidak

tersumbat

Saluran

tertutup

3. Tempat sampah Memiliki

penutup

Kedap air

Page 120: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

98

1. Tabulasi Data Fasilitas Sanitasi Kantin

Kode kantin

(X)

Penyediaan air

bersih

SPAL Tempat sampah

X1 1 1 1

X2 1 1 1

X3 1 1 1

X4 1 1 1

X5 1 1 1

X6 1 0 1

X7 1 1 0

X8 1 1 0

X9 1 1 0

X10 1 0 0

X11 1 0 0

X12 1 0 0

X13 1 1 0

X14 1 0 0

X15 1 1 0

X16 1 0 0

X17 1 0 0

X18 1 1 0

X19 1 0 0

X20 1 0 0

X21 1 0 0

X22 1 0 0

X23 1 0 0

X24 1 1 0

X25 1 1 1

X26 1 1 0

X27 1 1 0

Page 121: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

99

X28 1 1 0

X29 1 1 0

X30 1 1 0

X31 1 1 0

X32 1 1 0

X33 1 0 0

X34 1 0 0

X35 0 1 0

X36 1 1 0

X37 1 1 0

X38 1 0 0

Page 122: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

100

B. Jumlah Kepadatan Lalat

Cara menghitung kepadatan lalat yaitu dengan menghitung jumlah lalat

yang hinggap di fly grill sedikitnya 10 kali perhitungan (10 × 30 detik) dan

lima perhitungan yang tertinggi dibuat rata-ratanya dan di catat dalam

pencatatan. Angka rata-ratanya ini merupakan petunjuk indeks populasi lalat

dalam suatu lokasi tertentu (Depkes RI, 1992).

No Lokasi

Jumlah lalat yang hinggap pada fly grill Jumlah lalat

(5 tertinggi)

pada 10

pengukuran

Rata-

rata

Ket

.

30”

ke-

1

30”

ke-

2

30”

ke-

3

30”

ke-

4

30”

ke-

5

30”

ke-

6

30”

ke-

7

30”

ke-

8

30”

ke-

9

30”

ke-

10

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

Page 123: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

101

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

Kategori (pada rata-rata 5 tertinggi) :

a. ≤ 5 : tidak tinggi, tidak menjadi masalah.

b. >5 : tinggi, populasi padat dan perlu perencanaan terhadap tempat-tempat

berbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendalian.

Page 124: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

102

1. Tabulasi Data Kepadatan lalat

No

Lokasi

(kode

kantin)

Jumlah lalat yang hinggap pada fly grill Jumlah

lalat (5

tertinggi)

pada 10

pengukuran

Rata-

rata Ket.

30”

ke-

1

30”

ke-

2

30”

ke-

3

30”

ke-

4

30”

ke-

5

30”

ke-

6

30”

ke-

7

30”

ke-

8

30”

ke-

9

30”

ke-

10

1. X1 3 2 0 1 1 1 3 4 3 3 16 3,2

2. X2 2 1 0 0 0 1 3 3 4 3 15 3

3. X3 2 3 1 0 1 2 2 3 2 4 14 2,8

4. X4 3 3 0 0 2 2 4 3 3 3 16 3,2

5. X5 3 2 0 1 2 1 4 4 3 4 18 3,6

6. X6 5 6 6 5 3 2 4 5 5 6 28 5,6 Tinggi

7. X7 4 5 1 1 2 1 4 3 4 3 20 4

8. X8 5 6 6 5 1 1 3 3 5 6 28 5,6 Tinggi

9. X9 6 5 6 5 2 1 2 3 6 6 29 5,8 Tinggi

10. X10 5 6 5 5 1 1 3 2 6 6 28 5,6 Tinggi

11. X11 5 4 4 5 1 0 2 2 5 4 23 4,6

12. X12 6 6 6 5 2 1 3 2 6 5 29 5,8 Tinggi

13. X13 5 6 6 5 3 2 2 1 5 6 28 5,6 Tinggi

14. X14 6 7 5 6 2 2 2 1 5 6 30 6 Tinggi

15. X15 6 6 6 5 3 4 3 2 5 5 28 5,6 Tinggi

16. X16 4 3 3 3 1 2 2 3 5 4 19 3,8

17. X17 3 5 2 3 1 1 2 1 4 3 18 3,6

18. X18 6 7 5 6 2 1 3 2 5 5 29 5,8 Tinggi

19. X19 6 6 6 5 3 2 2 2 5 6 29 5,8 Tinggi

20. X20 6 7 5 6 2 2 3 2 5 6 30 6 Tinggi

21. X21 4 3 5 4 3 3 4 3 4 4 21 4,2

22. X22 5 6 6 5 4 3 4 5 6 6 29 5,8 Tinggi

23. X23 3 4 5 5 4 3 2 3 4 5 23 4,6

24. X24 6 7 6 5 3 2 3 3 5 3 29 5,8 Tinggi

25. X25 2 3 0 1 2 3 1 2 3 2 13 2,6

26. X26 6 6 5 6 3 2 4 3 6 6 30 6 Tinggi

Page 125: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

103

27. X27 5 6 6 5 3 1 3 4 5 6 28 5,6 Tinggi

28. X28 4 3 1 1 3 3 2 1 3 4 17 3,4

29. X29 3 3 0 1 2 3 3 4 4 4 18 3,6

30. X30 5 4 1 0 3 2 2 2 5 3 20 4

31. X31 3 4 0 0 2 1 3 2 4 3 17 3,4

32. X32 6 6 5 6 2 3 4 3 6 6 30 6 Tinggi

33. X33 6 5 6 6 2 4 2 3 5 5 28 5,6 Tinggi

34. X34 5 6 6 5 3 3 4 3 6 6 29 5,8 Tinggi

35. X35 3 4 1 0 3 2 3 3 4 3 17 3,4

36. X36 6 6 5 5 3 2 3 3 6 6 29 5,8 Tinggi

37. X37 3 4 0 1 1 2 2 3 4 3 17 3,4

38. X38 5 6 6 6 3 2 2 2 6 6 30 6 Tinggi

Page 126: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

104

Lampiran 3

Surat Ijin Penelitian

Page 127: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

105

Page 128: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

106

Page 129: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

107

Page 130: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

108

Page 131: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

109

Page 132: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

110

Page 133: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

111

Page 134: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

112

Page 135: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

113

Page 136: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

114

Page 137: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

115

Page 138: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

116

Page 139: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

117

Lampiran 4

Dokumentasi di Kantin

Gambar 1. Pengisian lembar persetujuan responden

Gambar 2. Observasi di kantin sekolah

Page 140: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

118

Gambar 3. Pengkuran kepadatan lalat dekat tempat sampah

Gambar 4. Pengkuran kepadatan lalat dekat SPAL

Page 141: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

119

Gambar 6. Pengukuran kepadatan lalat dekat pencucian alat

Gambar 7. Pengukuran jarak antara SPAL dengan sumber air bersih.

Page 142: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

120

Lampiran 5

Surat Keterangan Selesai Penelitian

Page 143: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

121

Page 144: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

122

Page 145: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

123

Page 146: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

124

Page 147: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

125

Page 148: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

126

Page 149: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

127

Page 150: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

128

Page 151: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

129

Page 152: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

130

Page 153: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

131

Page 154: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

132

Page 155: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

133

Lampiran 6

Output Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Penyediaan air bersih

penyediaan_air_bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid buruk 1 2.6 2.6 2.6

baik 37 97.4 97.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

b. Saluran pembuangan air limbah

Spal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid buruk 15 39.5 39.5 39.5

baik 23 60.5 60.5 100.0

Total 38 100.0 100.0

c. Kondisi tempat sampah

tempat_sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid buruk 31 81.6 81.6 81.6

baik 7 18.4 18.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

Page 156: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

134

d. Tingkat kepadatan lalat

kepadatan_lalat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tinggi 20 52.6 52.6 52.6

tidak tinggi 18 47.4 47.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

2. Analisis Bivariat

a. Penyediaan air bersih dengan tingkat kepadatan lalat

penyediaan_air_bersih * kepadatan_lalat Crosstabulation

kepadatan_lalat

Total tinggi tidak tinggi

penyediaan_air_bersih buruk Count 0 1 1

Expected Count .5 .5 1.0

% within

penyediaan_air_bersih .0% 100.0% 100.0%

baik Count 20 17 37

Expected Count 19.5 17.5 37.0

% within

penyediaan_air_bersih 54.1% 45.9% 100.0%

Total Count 20 18 38

Expected Count 20.0 18.0 38.0

% within

penyediaan_air_bersih 52.6% 47.4% 100.0%

Page 157: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

135

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.141a 1 .285

Continuity Correctionb .003 1 .957

Likelihood Ratio 1.524 1 .217

Fisher's Exact Test .474 .474

Linear-by-Linear Association 1.111 1 .292

N of Valid Casesb 38

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,47.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort kepadatan_lalat =

tidak tinggi 2.176 1.535 3.087

N of Valid Cases 38

Page 158: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

136

b. Saluran pembuangan air limbah dengan tingkat kepadatan lalat

spal * kepadatan_lalat Crosstabulation

kepadatan_lalat

Total tinggi tidak tinggi

spal buruk Count 10 5 15

Expected Count 7.9 7.1 15.0

% within spal 66.7% 33.3% 100.0%

Baik Count 10 13 23

Expected Count 12.1 10.9 23.0

% within spal 43.5% 56.5% 100.0%

Total Count 20 18 38

Expected Count 20.0 18.0 38.0

% within spal 52.6% 47.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.958a 1 .162

Continuity Correctionb 1.138 1 .286

Likelihood Ratio 1.986 1 .159

Fisher's Exact Test .198 .143

Linear-by-Linear Association 1.907 1 .167

N of Valid Casesb 38

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,11.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 159: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

137

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for spal (buruk /

baik) 2.600 .672 10.065

For cohort kepadatan_lalat =

tinggi 1.533 .852 2.759

For cohort kepadatan_lalat =

tidak tinggi .590 .265 1.313

N of Valid Cases 38

c. Kondisi tempat sampah dengan tingkat kepadatan lalat

tempat_sampah * kepadatan_lalat Crosstabulation

kepadatan_lalat

Total tinggi tidak tinggi

tempat_sampah buruk Count 19 12 31

Expected Count 16.3 14.7 31.0

% within tempat_sampah 61.3% 38.7% 100.0%

baik Count 1 6 7

Expected Count 3.7 3.3 7.0

% within tempat_sampah 14.3% 85.7% 100.0%

Total Count 20 18 38

Expected Count 20.0 18.0 38.0

% within tempat_sampah 52.6% 47.4% 100.0%

Page 160: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

138

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.061a 1 .024

Continuity Correctionb 3.351 1 .067

Likelihood Ratio 5.451 1 .020

Fisher's Exact Test .038 .032

Linear-by-Linear Association 4.928 1 .026

N of Valid Casesb 38

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,32.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

tempat_sampah (buruk /

baik)

9.500 1.014 88.966

For cohort kepadatan_lalat =

tinggi 4.290 .684 26.907

For cohort kepadatan_lalat =

tidak tinggi .452 .264 .772

N of Valid Cases 38

Page 161: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

139

Lampiran 7

Lembar Konsultasi

Page 162: SKRIPSI HUBUNGAN FASILITAS SANITASI KANTIN DENGAN …

140

Lampiran 8