skripsi hubungan antara kekuatan otot dengan daya …

75
i SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA TAHAN OTOT TUNGKAI BAWAH PADA ATLET KONTINGEN PEKAN OLAHRAGA NASIONAL XVIII KOMITE OLAHRAGA NASIONAL INDONESIA SULAWESI SELATAN TAHUN 2013 YUDI HARDIANTO C13109271 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

i

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA TAHAN OTOT

TUNGKAI BAWAH PADA ATLET KONTINGEN PEKAN OLAHRAGA

NASIONAL XVIII KOMITE OLAHRAGA NASIONAL INDONESIA

SULAWESI SELATAN

TAHUN 2013

YUDI HARDIANTO

C13109271

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA TAHAN OTOT

TUNGKAI BAWAH PADA ATLET KONTINGEN PEKAN OLAHRAGA

NASIONAL XVIII KOMITE OLAHRAGA NASIONAL INDONESIA

SULAWESI SELATAN

TAHUN 2013

Oleh : YUDI HARDIANTO

C13109271

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan Tim Pembimbing Ujian Skripsi pada : Hari / Tanggal : Senin, 25 Februaru 2013

Tim Penguji : 1. Drs. H. Djohan Aras, S.Ft, Physio, M.Pd, M.Kes (…………………………..)

2. dr. Dario Nelwan, Sp.Rad (…………………………..)

3.

Tim Pembimbing : 1. St. Nurul Fajriah, S.Ft, Physio, M.Kes (…………………………..)

2. dr. Ilhamuddin, M.Si (…………………………..)

Mengetahui,

A.n Dekan Fakultas Kedokteran Ketua Program Studi S1 Fisioterapi

Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Wakil Dekan 1 Universitas Hasanuddin

Prof.dr. Budu, Ph.D.,Sp.M-KVR Drs.H.DjohanAras,S.Ft,Physio,M.Pd,M.Kes

NIP. 19661231 199503 1 009 NIP. 19550705 197603 1 005

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

iii

ABSTRAK

YUDI HARDIANTO, NIM: C13109271, dengan Judul: “Hubungan Kekuatan

Otot dengan Daya Tahan Otot Tungkai Bawah pada Atlet Kontingen PON

XVIII KONI Sulsel Tahun 2013” Dibimbing oleh St. Nurul Fajriah, S.Ft.,

Physio, M.Kes., dan dr. Ilhamuddin, M.Si.

(xi+60 Halaman + 14 Tabel + 3 Lampiran)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai bawah pada atlet kontingen PON XVIII KONI Sulsel.

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-

sectional. Populasi dan sampel adalah atlet kontingen PON XVIII KONI Sulsel. Jumlah sampel sebanyak 76 responden dari tabel sajian hasil pengukuran fisik yang

dilakukan KONI Sulsel yang diambil dengan teknik purposive sampling sesuai kriteria yang ingin diteliti. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabang olahraga yang paling banyak

memiliki kekuatan otot tinggi adalah cabang olahraga sepak takraw yaitu sebanyak 5 orang (10,5 %), sedangkan yang kebanyakan kekuatan ototnya rendah adalah cabang

olahraga futsal, yaitu sebanyak 17 orang (22,4%). Cabang olahraga yang dominan memiliki daya tahan otot tinggi adalah cabang olahraga bela diri, yaitu sebanyak 18 orang (23,7%), sedangkan yang dominan memiliki daya tahan otot rendah adalah

cabang olahraga futsal, yaitu sebanyak 19 orang (25%). Berdasarkan hasi uji Chi-Square, terdapat hubungan antara kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai

bawah atlet kontingen PON XVIII KONI Sulsel dengan p = 0,004 (<0,05). Untuk meningkatkan daya tahan otot, sebaiknya latihan yang dilakukan

diiringi dengan latihan peningkatan kekuatan otot dan dilakukan dengan metode

siklus sehingga peningkatan keduanya bisa sejalan. Hal ini untuk menjaga daya tahan otot tetap bisa maksimal seiring dengan peningkatan kekuatan otot, terutama pada

cabang-cabang olahraga yang membutuhkan keduanya untuk bisa menghasilkan performa yang baik.

Keywords: kekuatan otot, daya tahan otot, tungkai bawah, atlet, kontingen PON

XVIII, KONI Sulsel Daftar Pustaka : 37 (1985-2012)

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

iv

ABSTRAK

YUDI HARDIANTO, C13109271,“Correlation between Muscle Power and

Muscle Endurance of Lower Extremities of Athletes PON XVIII KONI Sulsel

Year 2013” supervised by St. Nurul Fajriah and Ilhamuddin.

(xi+60 pages + 14 Table + 3 Lampiran)

This study intended to understan the correlation between muslce power and

musle endurance of lower extremities in athlete PON XVIII KONI Sulsel. The research design used in this study is descriptive analytic with cross-

sectional data. Population and sample are PON XVIII KONI Sulsel Athlete. Samples

are 76 persons, taken from physical assessment results provided by KONI Sulsel. Samples taken by purposive sampling method. Data analisys used Chi Square Test.

penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Populasi dan sampel adalah atlet kontingen PON XVIII KONI Sulsel. Jumlah sampel sebanyak 76 responden dari tabel sajian hasil pengukuran fisik yang dilakukan KONI Sulsel yang diambil dengan

teknik purposive sampling sesuai kriteria yang ingin diteliti. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square.

The results showed that athletes with highest value of muscle power are sepak takraw athletes. Athletes with lowest value of muscle power are futsal athletes. Athletes with muslce highest value of muscle endurance Hasil penelitian

menunjukkan bahwa cabang olahraga yang paling banyak memiliki kekuatan otot tinggi adalah cabang olahraga sepak takraw yaitu sebanyak 5 orang (10,5 %),

sedangkan yang kebanyakan kekuatan ototnya rendah adalah cabang olahraga futsal, yaitu sebanyak 17 orang (22,4%). Cabang olahraga yang dominan memiliki daya tahan otot tinggi adalah cabang olahraga bela diri, yaitu sebanyak 18 orang (23,7%),

sedangkan yang dominan memiliki daya tahan otot rendah adalah cabang olahraga futsal, yaitu sebanyak 19 orang (25%). Berdasarkan hasi uji Chi-Square, terdapat

hubungan antara kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai bawah atlet kontingen PON XVIII KONI Sulsel dengan p = 0,004 (<0,05).

Untuk meningkatkan daya tahan otot, sebaiknya latihan yang dilakukan

diiringi dengan latihan peningkatan kekuatan otot dan dilakukan dengan metode siklus sehingga peningkatan keduanya bisa sejalan. Hal ini untuk menjaga daya tahan

otot tetap bisa maksimal seiring dengan peningkatan kekuatan otot, terutama pada cabang-cabang olahraga yang membutuhkan keduanya untuk bisa menghasilkan performa yang baik.

Keywords: muscle strength, muscle endurance, lower extremities, athletes, kontingen PON XVIII, KONI Sulsel

Daftar Pustaka : 37 (1985-2012)

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

v

KataPengantar

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Hubungan antara Kekuatan Otot dengan Daya Tahan Otot Tungkai Bawahpada Atlet

Kontingen Pekan Olahraga Nasional XVIIIKomite Olahraga Nasional Indonesia

Sulawesi SelatanTahun 2013”.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, sahabat dan keluarganya, yang telah membawa risalah berupa Al-Qur’an

sebagai kitab suci yang kaya akan khazanah ilmu pengetahuan.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program

Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin serta sebagai

kontribusi penyusun untuk mendukung salah satu tri dharma perguruan tinggi yaitu

penelitian.

Rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya saya

persembahkan kepada:

1. Allah SWT atas segala rahmat dan karuni-Nya yang tak terhingga

2. Kedua Orang tua yang menjadi sumber kasih sayang, doa, motivasi, dukungan

moril dan materil serta inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Bapak Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B., Sp.BO., selaku rektor Universitas

Hasanuddin

4. Bapak Prof. Irawan Yusuf, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas

Hasanuddin

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

vi

5. Bapak Drs. Djohan Aras, S.Ft., Physio, M.Kes., selaku Ketua Program Studi

Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin sekaligus sebagai dosen

penguji yang telah mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Ketua KONI Sulsel yang telah memberi izin kepada penulis untuk menjad ikan

instansinya sebagai tempat penelitian penulis dalam rangka penyelesaian skripsi

ini.

7. Ibu St Nurul Fajriah, S.Ft., Physio, M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis dengan tulus ikhlas dalam proses pembuatan dan

penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak dr. Ilhamuddin, M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberi masukan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini mulai dari segi

penulisan sampai isi dari skripsi ini agar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.

9. Bapak dr. Dario Nelwan, Sp.Rad., selaku dosen penguji yang telah mengarahkan

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Segenap dosen Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan

sebagai dasar dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Segenap staf Administrasi Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin yang telah memudahkan dan memfasilitasi penulis dalam

Seminar Proposal dan Seminar Hasil skripsi ini.

12. Teman-teman Stere09nosis atas dukungan dan motivasi yang diberikan kepada

penulis dalam suka maupun duka selama proses penyelesaian skripsi ini.

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

vii

13. Segenap pihak yang ikut memberikan kontribusi dalam proses penyelesaian skripsi

ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Akhirnya permohonan maaf yang sebesar-besarnya saya haturkan pada

pembaca karena saya sadari skripsi ini merupakan bahan pelajaran bagi saya sehingga

masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat saya harapkan dari pembaca

sekalian, pembimbing dan terutama para penguji demi kesempurnaan skripsi ini

nantinya.

Makassar, Februari2013

Penyusun

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Otot ........................................................... 7

1. Sifat Jaringan Otot .................................................................... 7

2. Serabut Otot .............................................................................. 9

3. Tipe Serabut Otot...................................................................... 11

4. Motor Unit ................................................................................ 13

5. Mekanisme Kontraksi Otot ....................................................... 14

6. Sumber Energi Kontraksi Otot ................................................. 15

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

ix

B. Kekuatan Otot ................................................................................. 18

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot......................... 22

D. Prosedur Tes Kekuatan Otot ........................................................... 23

E. Daya Tahan Otot ............................................................................. 24

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep............................................................................ 29

B. Hipotesis ......................................................................................... 29

BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 30

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 30

D. Alur Penelitian ............................................................................... 31

E. Variabel Penelitian ......................................................................... 31

F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 33

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 33

H. Masalah Etika.................................................................................. 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................... 35

Karakteristik Subjek Penelitian ................................................ 35

Distribusi Kekuatan Otot Tungkai Bawah pada Atlet

Kontingen PON XVIII KONI Sulsel ........................................ 36

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

x

Distribusi Daya Tahan Otot Tungkai Bawah pada Atlet

Kontingen PON XVIII KONI Sulsel ........................................ 37

Hubungan Kekuatan Otot dengan Daya Tahan Otot

Tungkai Bawah pada Atlet Kontingen PON XVIII KONI

Sulsel......................................................................................... 39

B. Pembahasan..................................................................................... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 48

B. Saran................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50

LAMPIRAN ....................................................................................................... 53

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Serabut Otot .................................................................... 13

Tabel 2.2 Klasifikasi Kekuatan Otot Tungkai ....................................................... 24

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Half Squat Jump....................................................... 28

Tabel 4.1 Kriteria Objektif Kekuatan Otot............................................................ 32

Tabel 4.2 Kriteria Objektif Daya Tahan Otot ....................................................... 33

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 35

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Cabang Olahraga ............... 36

Tabel 5.3 Distribusi Kekuatan Otot Berdasarkan Cabang Olahraga .................... 36

Tabel 5.4 Distribusi Kekuatan Otot Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 37

Tabel 5.5 Distribusi Daya Tahan Otot Berdasarkan Cabang Olahraga ................ 37

Tabel 5.6 Distribusi Daya Tahan Otot Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 38

Tabel 5.7 Distribusi Silang antara Kekuatan Otot dengan Daya Tahan Otot

Tungkai Bawah Atlet Kontingen PON XVIII KONI Sulsel ................ 39

Tabel 5.8 Krostabulasi Kekuatan dengan Daya Tahan Otot Tungkai Bawah

Atlet Kontingen PON XVIII KONI Sulsel ........................................... 40

Tabel 5.9 Hubungan Kekuatan Otot dengan Daya Tahan Otot Tungkai

Bawah Atlet Kontingen PON XVIII KONI Sulsel ............................... 41

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

xii

DAFTAR GAMBAR

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 29

Bagan 4.1 Alur Penelitian ................................................................................ 31

Diagram 5.1 Krostabulasi Kekuatan dan Daya Tahan Otot Tungkai Bawah

Atlet Kontingen PON XVIII KONI Sulsel ..................................... 39

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Olah Data SPSS .......................................................................................... 53

Master Tabel ........................................................................................................ 57

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... 60

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan aktivitas penting dalam kehidupan sehari-hari yang

dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti kesehatan, rekreasi, dan kompetisi demi

meraih prestasi dan prestise. Dalam olahraga kompetisi, para atlet yang terlibat

di dalamnya perlu mendapatkan latihan khusus agar mampu menunjukkan

performa yang baik di lapangan sehingga memiliki peluang yang tinggi untuk

menang dan menjadi juara. Salah satu jenis latihan yang dimaksud adalah latihan

fisik (Mulyadi, 2012)

Dalam latihan fisik, salah satu hal yang perlu ditingkatkan oleh seorang

atlet adalah kinerja otot. Kinerja otot didefinisikan sebagai kapasitas otot dalam

melakukan suatu usaha. Definisi tersebut terlihat sederhana, namun kinerja otot

merupakan komponen kompleks gerakan fungsional tubuh yang dipengaruhi

oleh seluruh sistem tubuh. Untuk bisa mengantisipasi, merespon dan mengontrol

tenaga yang digunakan tubuh dalam beraktivitas, otot harus bisa mengontrol

tegangan yang dihasilkan dengan baik. Di situlah fungsi utama dari kinerja otot

(Kisner, 2007)

Ada 3 elemen penting penyusun kinerja otot. Jika salah satu atau lebih

dari ketiga elemen tersebut mengalami gangguan fungsi atau kelemahan, maka

risiko cedera otot akan meningkat. Selain itu, jika kinerja otot mengalami

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

2

gangguan, maka berbagai masalah otot akan terjadi, seperti cedera, penyakit,

kekakuan, kelemahan, dan cacat. Ketiga elemen tersebut adalah kekuatan otot,

daya tahan otot, dan daya ledak otot (Kisner, 2007)

Sebagai bagian dari kinerja otot, kekuatan otot merupakan komponen

paling penting dalam hampir setiap cabang olahraga. Latihan kekuatan otot

bertujuan untuk meningkatkan performa atlet dalam kompetisi dengan cara:

1. Meningkatkan komponen neural kontraksi otot

2. Meningkatkan ukuran serabut otot

Yang terakhir berdasarkan pada hipotesis bahwa latihan fisik

menyebabkan akumulasi metabolisme yang secara spesifik meningkatkan sintesis

adaptif protein enzim dan struktural sehingga memperbesar dan memperbanyak

serabut otot. Sebagai konsekuensinya hipertropi otot adalah hasil dari efek

kumulatif dari beberapa sesi latihan yang disusun dalam siklus latihan tertentu

(Boreham, 2006)

Daya tahan otot juga menjadi unsur penting karena daya tahan otot

diperlukan untuk menghindari kelelahan berlebihan sehingga atlet mampu

menjalani waktu pertandingan yang lebih lama (Mulyadi, 2012). Daya tahan otot

didefinisikan sebagai kemampuan otot atau sekelompok otot tertentu untuk

melakukan latihan dalam waktu yang lama (Beltasar Tarigan, 2005). Sejalan

dengan itu, Hannah Mich (2011) menuliskan bahwa daya tahan otot adalah

kemampuan sekelompok otot untuk berkontraksi pada waktu yang lama.

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

3

Untuk meningkatkan daya tahan otot, maka kekuatan otot terlebih dahulu

perlu di tingkatkan hingga level tertentu, karena kekuatan otot merupakan dasar

dari kinerja otot. Tanpa kekuatan otot, tubuh tidak akan mampu memulai suatu

gerakan. Dengan kekuatan otot yang tinggi, atlet dapat berlari lebih cepat,

melompat lebih tinggi, menendang lebih keras, melempar lebih jauh, dan

sebagainya. Sementara dengan daya tahan otot yang tinggi, atlet dapat

melakukan hal-hal di atas dalam waktu yang lebih lama dan berulang-ulang

(Gormley, 2005)

Peningkatan kekuatan otot biasanya diikuti dengan peningkatan massa

otot dan jumlah serabut otot sehingga satu kali kontraksi otot bisa lebih efisien

dalam menghasilkan tenaga yang lebih tinggi. Akan tetapi, terjadinya hal

tersebut, malah akan menyebabkan konsumsi energi dalam satu kali kontraksi

menjadi lebih tinggi pula, sedangkan energi tersebut masih dibutuhkan otot untuk

menjaga daya tahannya. Dengan demikian, maka seseorang yang memiliki

kekuatan otot tinggi, yang disertai dengan peningkatan massa otot dan bulking,

akan cenderung memiliki daya tahan otot yang rendah akibat banyaknya energi

yang dihabiskan otot selama berkontraksi.

Hal tersebut di atas tidak akan menjadi masalah pada olahraga-olahraga

yang hanya membutuhkan daya tahan otot tanpa membutuhkan kekuatan otot

yang tinggi. Seperti pada lari marathon misalnya, daya tahan ototnya dapat

dilatih bersamaan dengan latihan kemampuan kardiovaskular untuk mempercepat

metabolisme, sehingga energi bisa dihasilkan lebih cepat sebelum otot

mengalami kelelahan.

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

4

Hubungan antara kekuatan otot dan daya tahan otot ini baru akan menjadi

masalah pada olahraga yang membutuhkan keduanya. Misalnya pada sepak bola,

di mana kekuatan dibutuhkan untuk kekuatan dalam menendang, sementara daya

tahan dibutuhkan untuk bisa bermain selama 2x45 menit tanpa mengalami

kelelahan atau turunnya performa yang signifikan. Latihan kekuatan dan daya

tahan otot tentu harus diseimbangkan, agar keduanya bisa mengalami

peningkatan yang sejalan. Dan untuk menentukan seperti apa latihan yang

seimbang untuk kekuatan dan daya tahan otot, maka perlu dipahami seperti apa

pola hubungan dari kedua elemen penting kinerja otot tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil judul “Hubungan antara

Kekuatan Otot dengan Daya Tahan Otot Tungkai Bawah pada Atlet Kontingen

Pekan Olahraga Nasional XVIII Komite Olahraga Nasional Indones ia Sulawesi

Selatan Tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian yaitu: “Apakah Terdapat Hubungan antara Kekuatan Otot

Tungkai Bawah dengan Daya Tahan Otot Tungkai Bawah pada Atlet Kontingen

PON XVIII KONI Sulsel Tahun 2013?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hubungan

antara kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai bawah atlet.

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

5

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Diketahui nilai kekuatan otot tungkai bawah pada atlet dan distribusinya

berdasarkan data hasil pengukuran KONI Sulsel pada atlet Sulsel

kontingen PON XVIII

b. Diketahui nilai daya tahan otot tungkai bawah pada atlet dan distribusinya

berdasarkan data hasil pengukuran KONI Sulsel pada atlet Sulsel

kontingen PON XVIII

c. Diketahui ada tidaknya hubungan antara kekuatan otot dengan daya tahan

otot tungkai bawah pada atlet Sulsel kontingen PON XVIII

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini mampu memberikan informasi dan pengetahuan bagi atlet,

pelatih, serta masyarakat umum dalam memahami hubungan kekuatan otot

dengan daya tahan otot tungkai bawah demi tercapainya kinerja otot yang baik

dalam berolahraga.

2. Manfaat Keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber-sumber bacaan dan

kajian pustaka mengenai hubungan kekuatan otot dengan daya tahan otot

tungkai bawah.

3. Manfaat Metodologi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya yang ingin mengkaji mengenai hubungan

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

6

kekuatan dengan daya tahan otot tungkai bawah baik pada atlet maupun pada

masyarakan awam.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman

peneliti tentang hubungan kekuatan otot dengan daya tahan oto t tungkai

bawah sehingga bisa diterapkan dalam lingkup keprofesian peneliti di

kemudian hari.

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Otot

Otot merupakan jaringan yang secara aktif mampu mengembangkan

ketegangan (tension). Karakteristik ini memungkinkan otot skeletal atau otot

lurik dapat melakukan fungsi penting dalam mempertahankan postur tubuh agar

tetap tegak, menggerakkan anggota gerak tubuh, dan mengabsorbsi (meredam)

terjadinya shock. Oleh karena otot hanya dapat melakukan fungsi tersebut pada

saat dirangsang dengan baik, maka sistem saraf dan sistem otot secara kolektif

seringkali dikenal sebagai sistem neuromuscular (Kisner, 2007).

1. Sifat Jaringan Otot

a. Ekstensibilitas

Ekstensibilitas adalah kemampuan otot untuk terulur atau

memanjang tanpa menimbulkan cedera otot. Hal ini penting karena pada

saat otot berkontraksi, otot antagonis harus berelaksasi untuk

menghasilkan gerakan yang diinginkan (Cael, 2010).

b. Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan otot untuk kembali ke ukuran

normal setelah diulur/memanjang. Elastisitas otot akan mengembalikan

otot ke posisi ukuran istirahat normal setelah mengalami penguluran dan

memberikan transmisi ketegangan yang halus dari otot ke tulang

(Sloane, 2004).

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

8

c. Eksitabilitas

Sifat karakteristik otot lainnya adalah eksitabilitas. Eksitabilitas

adalah kemampuan untuk merespon suatu stimuli. Stimuli yang

mempengaruhi otot dapat bersifat elektrokimiawi seperti aksi potensial

dari saraf yang mempersarafinya, atau mekanikal seperti pukulan atau

benturan dari luar pada otot (Cael, 2010).

d. Kontraktilitas

Kemampuan untuk mengembangkan ketegangan merupakan

salah satu sifat karakteristik yang khas pada jaringan otot. Secara

historis, perkembangan ketegangan otot telah dikenal sebagai kontraksi

atau komponen kontraktil fungsi otot. Kontraktilitas adalah kemampuan

otot untuk memendek dari panjang otot semula. Namun demikian,

ketegangan otot mungkin juga terjadi tanpa melibatkan pemendekan

otot (Sloane, 2004).

e. Konduktivitas

Konduktivitas merupakan kemampuan jaringan otot untuk

menyebarkan impuls, termasuk aksi potensial. Ketika otot dirangsang

oleh sistem saraf, maka impuls harus dibawa ke struktur jaringan otot

yang lebih dalam. Konduktivitas membantu aksi potensial

ditransmisikan ke sepanjang sel otot, mengaktifkan jaringan, dan

menginisiasi kontraksi otot (Cael, 2010).

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

9

2. Serabut Otot

Sebuah sel otot tunggal dinamakan serabut otot karena berbentuk

seperti benang/serabut. Membran yang membungkus serabut otot disebut

sarkolema dan secara khusus sitoplasma ini disebut dengan sarkoplasma.

Sarkoplasma pada setiap serabut otot mengandung sejumlah nukleus dan

mitokondria, serta sejumlah benang/serabut myofibril yang tersususn secara

paralel sejajar satu sama lain. Myofibril mengandung 2 tipe filamen protein

yang susunannya menghasilkan karakteristik berpola striated sehingga

dinamakan otot striated atau otot skeletal (Cael 2010).

Observasi melalui mikroskop terlihat adanya perubahan struktur

bands (A bands, I bands) dan garis didalam otot skeletal selama kontraksi

otot. Sarkomer terbagi-bagi antara 2 Z lines, yang merupakan unit struktural

dasar dari serabut otot. Setiap sarkomer dibagi dua oleh suatu M line. A band

berisi filamen myosin yang kasar dan tebal, serta dikelilingi oleh 6 filamen

aktin yang tipis dan halus. I band berisi hanya filamen aktin yang tipis. Pada

kedua band tersebut, filamen-filamen protein dipertahankan dalam posisinya

oleh perlekatan pada Z line yang melekat ke sarkolema. Pada pusat A band

terdapat H zone, yang hanya berisi filamen myosin yang tebal (Cael 2010).

Selama kontraksi otot, filamen aktin yang tipis dari salah satu ujung

sarkomer akan saling tumpang tindih satu sama lain. Sebagaimana terlihat

melalui mikroskop, Z line bergerak kearah A bands untuk mempertahankan

ukuran awalnya, sementara I bands menyempit dan H zone menghilang.

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

10

Proyeksi dari filamen myosin disebut cross-bridge yang membentuk ikatan

fisik dengan filamen aktin selama kontraksi otot, melalui sejumlah hubungan

yang proporsional, produksi gaya dan pengeluaran energi (Kisner, 2007).

Suatu saluran jaringan membran yang dikenal dengan retikulum

sarkoplasmik berhubungan dengan setiap serabut secara eksternal. Secara

internal, serabut terbelah oleh terowongan kecil yang dinamakan dengan

transverse tubule. Transverse tubule berjalan secara sempurna melalui

serabut dan hanya terbuka ke arah eksternal. Retikulum sarkoplasmik dan

transverse tubule merupakan saluran-saluran untuk tranportasi mediator

elektrokimiawi aktivasi otot. Beberapa lapisan jaringan konektif

memberikan super struktur untuk struktur serabut otot. Setiap membran

serabut atau sarkolema dikelilingi atau dibungkus oleh jaringan konektif tipis

yang disebut endomysium. Serabut-serabut otot yang tergabung kedalam

fascicle tersebut dibungkus oleh jaringan konektif yang dinamakan

perimysium. Kelompok-kelompok fascicle membentuk otot secara

keseluruhan yang kemudian dibungkus oleh epimysium, yang kemudian

berlanjut sampai dengan tendon otot (Kisner, 2007).

Secara genetik, sejumlah serabut otot yang ada, bervariasi antara

seseorang dengan yang lain. Jumlah serabut yang sama saat lahir akan

dipertahankan sepanjang kehidupannya, kecuali kadang-kadang

hilang/menurun akibat cedera. Peningkatan ukuran otot setelah resistance

training secara umum diyakini terjadi karena peningkatan diameter serabut

otot menjadi lebih besar. Namun demikian, kemungkinan terjadi hiperplasia

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

11

atau peningkatan jumlah serabut otot dapat terjadi di antara beberapa

individu sebagai respon terhadap program training (Guyton & Hall, 2006).

3. Tipe Serabut Otot

Serabut otot skeletal memperlihatkan beberapa struktur, histokimia,

dan sifat karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini memiliki implikasi

langsung terhadap fungsi otot, sehingga serabut otot menjadi hal yang

menarik bagi para ilmuwan. Serabut dari beberapa motor unit akan

berkontraksi hingga mencapai ketegangan (tension) maksimum yang lebih

cepat daripada serabut lainnya setelah distimulasi. Berdasarkan pada

perbedaan karakteristik ini, serabut otot dibagi kedalam 2 kategori utama

yaitu serabut Fast Twitch (FT) dan Slow Twitch (ST) (Cael, 2010).

Untuk mencapai puncak ketegangan, serabut FT hanya membutuhkan

waktu sekitar 1/7 dari waktu yang diperlukan oleh serabut ST. Namun

demikian, kisaran waktu twitch yang besar untuk mencapai ketegangan

maksimum nampak terlihat pada kedua kategori tersebut. Perbedaan waktu

puncak ketegangan tersebut disebabkan oleh adanya konsentrasi myosin

ATPase yang tinggi pada serabut FT. Serabut FT juga lebih besar

diameternya daripada serabut ST. Karena karakteristiknya, maka serabut FT

biasanya lebih cepat lelah daripada serabut ST. Meskipun keutuhan serabut

FT dan ST dalam otot dapat membangkitkan jumlah gaya puncak isometrik

yang sama per area cross-sectional (diameter) otot, beberapa orang yang

memiliki persentase serabut FT yang tinggi mampu membangkitkan jumlah

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

12

torque dan power yang tinggi selama gerakan dibandingkan dengan yang

memiliki lebih banyak serabut ST (Cael, 2010).

Serabut FT terbagi menjadi 2 kategori berdasarkan sifat

histokimiawinya. Tipe pertama tahan terhadap kelelahan seperti karakteristik

serabut ST. Tipe kedua memiliki diameter yang besar, mengandung

mitokondria dalam jumlah yang sedikit, dan lebih cepat lelah dibanding tipe

pertama. Para peneliti telah memperkenalkan beberapa skema klasifikasi

berdasarkan unsur metabolik dan kontraktil dari ketiga tipe serabut yang

berbeda. Pada salah satu skema, serabut ST dikenal sebagai tipe I, dan

serabut FT disebut dengan tipe IIa dan tipe IIb. Istilah sistem lainnya adalah

serabut ST dikenal sebagai Slow-twitch Oxidative (SO), serabut FT terbagi

kedalam serabut Fast-twitch Oxidative Glycolytic (FOG) dan Fast-twitch

Glycolytic (FG). Klasifikasi tambahan lainnya adalah serabut ST, serabut

Fast-twicth Fatigue Resistant (FFR) serta serabut Fast-twitch Fatigue (FF).

Beberapa sistem klasifikasi ini didasarkan pada perbedaan unsur serabut dan

tidak dapat dipertukarkan (Sherwood 2001).

Meskipun seluruh serabut pada sebuah motor unit adalah tipe yang

sama, sebagian besar otot skeletal mengandung serabut FT dan ST dengan

jumlah yang relatif bervariasi dari otot ke otot dan individu ke individu.

Sebagai contoh, otot Soleus secara umum hanya digunakan untuk

penyesuaian postural, sehingga mengandung terutama serabut ST.

Sebaliknya, otot Gastrocnemius dapat mengandung lebih banyak serabut FT

daripada serabut ST (Kisner, 2007).

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

13

Tabel 2.1 Karakteristik Serabut Otot Skeletal

Karakteristik

Tipe I

Serabut

Slow-

Twitch(ST)

Tipe IIa Serabut Fast-Twitch

Fatigue

Resistant(FFR)

Tipe IIb Serabut Fast-Twitch Fast

Fatigue(FF)

Kecepatan kontraksi

Kelelahan

Diameter

Konsentrasi ATPase

Konsentrasi Mitokondria

Konsentrasi Enzym

Glycolytic

Rendah

Rendah

Kecil

Rendah

Tinggi

Rendah

Cepat

Sedang

Sedang

Tinggi

Tinggi

Sedang

Cepat

Cepat

Besar

Tinggi

Rendah

Tinggi

4. MotorUnit

Serabut otot diatur ke dalam group fungsional dengan ukuran yang

berbeda-beda. Sejumlah serabut otot dipersarafi oleh susunan motor neuron

tunggal yang dikenal sebagai motor unit. Akson pada setiap motor neuron

akan terbagi menjadi beberapa cabang sehingga setiap serabut otot disuplai

oleh satu motor end plate per serabut otot. Serabut dari sebuah motorunit

dapat menyebar beberapa sentimeter di atas suatu area dan diselingi oleh

serabut motorunit lainnya. Pengecualian yang jarang terjadi adalah motorunit

terbatas pada suatu otot tunggal dan terlokalisir di dalam otot tersebut.

Sebuah motor unit tunggal pada mamalia dapat berisi kurang lebih 100

sampai mendekati 2000 serabut, bergantung pada tipe gerakan yang

dihasilkan oleh otot tersebut. Gerakan-gerakan yang dikontrol dengan tepat,

seperti gerakan mata atau jari- jari dihasilkan oleh motor unit dengan jumlah

serabut yang kecil. Gerakan yang kasar, sangat kuat, seperti gerakan yang

dihasilkan oleh Gastrocnemius yang merupakan hasil dari aktivitas motor

unit yang besar (Sherwood, 2001).

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

14

Serabut-serabut otot dalam setiap motor unit tidak seluruhnya

terkumpul bersama-sama dalam satu otot tetapi tumpang tindih dengan

motor unit lain dalam suatu berkas mikro yang terdiri atas 3 sampai 15

serabut. Pertautan ini menyebabkan motor unit yang terpisah akan

berkontraksi untuk membantu unit yang lain (Guyton & Hall, 2006).

5. Mekanisme Kontraksi Otot

Ada dua jenis kontraksi otot, yaitu kontraksi isotonik dan kontraksi

isometrik. Kontraksi isotonik (disebut juga kontraksi dinamik) terjadi ketika ada

perubahan panjang otot saat berkontraksi. Gerakannya berpola konsentrik di

mana sudut sendi mengecil akibat tegangan yang terbentuk. Kebalikannya adalah

gerakan eksentrik, di mana sudut sendi membesar yang disertai dengan

berkurangnya tegangan. Sedangkan kontraksi isometrik terjadi saat otot

menghasilkan tegangan tetapi panjang otot tidak berubah (Cael, 2010).

Ketika otot berkontraksi secara isotonik, terjadi pemendekan otot

yang menyebabkan tegangan otot. Pita aktin meluncur saling mendekat

menuju pusat sarkomer diantara pita myosin. Bila otot dirangsang dan

menimbulkan aksi potensial pada membran sel otot, maka ion Ca++ di luar

sel akan masuk ke dalam sel otot disertai pelepasan ion Ca++ dalam jumlah

yang besar oleh retikulum sarkoplasma dalam sel, sehingga kadar ion Ca ++

di sekitar elemen kontraktil otot meningkat (Mulyadi, 2012).

Ion Ca++kemudian akan terikat pada troponin C. Selanjutnya, terjadi

perubahan bentuk jalinan troponin-tropomyosin. Perubahan jalinan tersebut

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

15

membuka daerah aktif pada pita aktin yang membuat cross-bridge melekat

pada pita aktin. Dengan demikian, terjadilah hubungan antara pita aktin dan

myosin. Ketika cross-bridge melekat pada pita aktin, ATP yang terdapat

pada cross-bridge terhidrolisis menjadi ADP dan sejumlah energi

dilepaskan. Energi tersebut digunakan untuk menggerakkan pita aktin saling

mendekat di antara pita myosin. Sarkomer kemudian memendek dan timbul

tegangan otot. Keseluruhan proses tersebut disebut proses kontraksi

(Mulyadi, 2012).

Setelah itu, biasanya otot mengalami pengisian kembali. ADP di cross-

bridge kembali membentuk ATP dengan bantuan energi, sehingga ikatan antara

aktin dan myosin melemah. Selanjutnya, dengan adanya ATP, ion Ca++ diangkut

secara aktif ke dalam retikulum sarkoplasma. Troponin C terbebas dari ion

Ca++menyebabkan jalinan troponin-tropomyosin menutup daerah aktif aktin,

sehingga cross-bridge terlepas dari aktin. Aktin meluncur menjauh satu sama lain

menyebabkan sarkomer kembali ke bentuk semula lalu terjadi relaksasi (Mulyadi,

2012).

6. Sumber Energi Kontraksi Otot

Kemampuan kontraksi otot bergantung pada energi yang tersedia

dalam otot (ATP). Otot yang terlatih dengan baik hanya mampu

mempertahankan daya otot yang maksimal selama kira-kira 3 detik. Untuk

itu, dibutuhkan sistem metabolisme agar ATP tetap terbentuk(Guyton &

Hall, 2006). Ada 3 macam sistem energi pada otot yaitu sistem energi

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

16

anaerobik, sistem energi aerobik dan ATP -PC. Respon energi yang

dihasilkan oleh sistem-sistem ini menghasilkan kapasitas kerja fisiologis

tubuh dalam menunjang performa fisik (Sloane, 2004).

1) Sistem Energi Anaerobik

Sistem ini dikenal juga sebagai sistem asam laktat. Glikolisis adalah

pemecahan karbohidrat, yaitu glikogen menjadi asam piruvat dan asam

laktat. Asam laktat akan ditimbun dalam darah dan otot serta akan

menyebabkan kelelahan pada otot.

Glikogen 3 asam piruvat + 3 asam laktat + 3 energi

(glikolisis)

Jadi, dari sistem ini hanya menghasilkan 3 mol ATP untuk setiap

mol glukosa, sehingga pada akhirnya cadangan glikogen akan segera

berkurang. Energi yang dihasilkan dapat berlangsung 2-3 menit dan

selanjutnya akan terjadi kelelahan(Battinelli, 2000).

b. Sistem Energi Aerobik

Dengan adanya oksigen, pemecahan sempurna glikogen terjadi, yaitu

dari 180 gram glikogen menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang

menghasilkan 39 mol ATP. Reaksi ini berlangsung pada bagian subseluler otot

yaitu dalam mitokondria sehingga mitokondria disebut juga sebagai rumah

daya (power house) karena merupakan tempat produksi energi ATP secara

aerobik. Bila intensitas kegiatan naik, maka karbohidrat akan digunakan. Bila

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

17

durasi (lama waktu) kegiatan bertambah, maka lemak yang digunakan. Dan

bila karbohidrat dan lemak habis, maka protein yang akan digunakan.

Ada tiga tahapan reaksi kimia yang selalu terjadi pada sistem aerobik

yaitu Glikolisis Aerobik, Siklus Krebs, dan Sistem Transpor Elektron (Battinelli,

2000).

1) Glikolisis Aerobik

Glikogen → asam piruvat + energi

3 energi + 3 ADP + 3 Pi → 3 ATP (Battinelli, 2000).

2) Siklus Krebs

Siklus Krebs terdiri atas dua siklus, yaitu siklus TCA (tricarbocylic

acid/ asam trikarboksilat) dan siklus asam sitrat. Pada siklus Krebs

menghasilkan karbondioksida dan oksidasi (pelepasan elektron).

Karbondioksida berdifusi ke dalam darah dan dibawa ke paru. Sedangkan

elektron yang dihasilkan berasal dari pelepasan atom Hidrogen.

H → H+ (ion) + elektron (e-)

Asam piruvat mengandung C, H, dan O. Bila H dilepas maka hanya ada C

dan O yang merupakan komponen CO2, sehingga dalam siklus Krebs, asam

piruvat dioksidasi dan menghasilkan CO2.

3) Adenosine Triphosphate-Creatine Phosphate (ATP-PC)

Bila otot berkontraksi, energi yang segera dipakai adalah

cadangan ATP yang ada dalam sel otot. Energi untuk kerja segera

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

18

dilepaskan ketika adenosine triphosphate (ATP) dipecah menjadi bentuk

adenosine diphosphate (ADP) dan phosphate (Phosphate Inorganik=Pi).

ATP ADP + Pi + Energi

Setelah 5 detik terjadi aktivitas otot, maka ATP akan habis dan

Phosphocreatin yang juga merupakan cadangan phosphat energi tinggi

akan dipecah, sehingga terjadi:

PC4 Creatin + Pi + Energi

Energi ini dipakai untuk resintesis ATP, sehingga:

Energi + Pi + ADP ATP

Cadangan ATP dan PC yang secara bersama disebut

phosphagendi dalam otot jumlahnya hanya sedikit. Sistem phosphagen

juga dikenal sebagai sistem energi phosphat atau sistem alactic yang

dapat berlangsung selama 5-10 detik. Bila aktivitas otot terus

berlangsung maka harus ada pemecahan cadangan yang lain yaitu

glikogen atau lemak (Battinelli, 2000).

B. Kekuatan Otot

Menurut Sajoto (1988), kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang

berkaitan dengan kemampuan seseorang atlit pada saat menggunakan otot-

ototnya dalam menerima beban untuk waktu kerja tertentu.

Suharno HP. (1985:24) yang menyatakan: “Kekuatan adalah kemampuan

dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan

aktivitas”. Sedangkan Thompson (1991:70) mengemukakan bahwa “Kekuatan

otot adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Lebih lanjut Sugiyanto

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

19

(1993:22) mengemukakan bahwa:“Kekuatan otot adalah kualitas yang

memungkinkan pengembangan tegangan otot dalam kontraksi otot yang

maksimal atau bisa diartikan sebagai kemampuan menggunakan gaya untuk

melawan beban atau hambatan, kekuatan ditentukan oleh volume otot dan

kualitas kontrol pada otot yang bersangkutan. (Sudarsono, 2011)

Kekuatan adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam sekali usaha

maksimal. Usaha maksimal ini dilakukan oleh otot atau sekelompok otot untuk

mengatasi suatu beban atau tahanan. Kekuatan merupakan unsur yang sangat

penting dalam aktivitas olahraga, karena kekuatan merupakan daya penggerak

dan pencegah cedera. Selain itu kekuatan memainkan peranan penting dalam

komponen-komponen kemampuan fisik yang lain misalnya daya ledak (power),

kelincahan, dan kecepatan. Dengan demikian kekuatan merupakan faktor utama

untuk menciptakan prestasi yang optimal (Ismaryati, 2008:111)

Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting

bagi pencapaian prestasi dalam olahraga. Meskipun dalam aktivitas olahraga

lebih banyak memerlukan kelincahan, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan,

dan koordinasi, akan tetapi faktor- faktor tersebut tetap harus dikombinasikan

dengan kekuatan agar diperoleh hasil yang maksimal. Atlet akan dapat memiliki

kecepatan, kelincahan, koordinasi yang baik jika ditunjang dengan kemampuan

dasar kekuatan yang memadai, jadi kekuatan tetap merupakan dasar dari semua

komponen kondisi fisik. (Sudarsono, 2011)

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

20

Haryanto (2006) menjelaskan, menurut Harsono (1988:177) kekuatan otot

adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara

keseluruhan, hal ini disebabkan, yaitu:

1. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik.

2. Kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet dari

kemungkinan cedera.

3. Dengan kekuatan otot yang baik, atlet akan dapat berlari lebih cepat, melempar

atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula

dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.

Kekuatan merupakan dasar dari unsur kondisi fisik yang sangat

diperlukan dalam mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga. Oleh karena itu,

dalam rangka melakukan pelatihan meningkatkan prestasi dalam olahraga

kekuatan otot yang dimiliki atlet perlu ditingkatkan. (Sudarsono, 2011)

Menurut Ismaryati (2008:111) terdapat beberapa macam tipe kekuatan

yang harus diketahui, yaitu kekuatan umum, kekuatan khusus, kekuatan

maksimun, daya tahan kekuatan, kekuatanh absolut, dan kekuatan relatif

(Bompa, 1993). Dengan mengetahui tipe kekuatan kita dapat melatihnya secara

efektif. Misalnya, dengan mengetahui perbandingan antara berat badan dan

kekuatan, kita membandingkan kekuatan setiap atlet, dan ini merupakan petunjuk

apakah seorang atlet dapat melakukan beberapa keterampilan. Beberapa tipe

kekuatan otot:

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

21

1. Kekuatan umum, merupakan kekuatan sistem otot secara keseluruhan. Kekuatan ini

mendasari bagi latihan kekuatan atlet secara menyeluruh, sehingga harus

dikembangkan semaksimal mungkin.

2. Kekuatan khusus, merupakan kekuatan otot tertentu yang berkaitan dengan

gerakan tertentu pada suatu cabang olahraga.

3. Kekuatan maksimun, merupakan daya tertinggi yang dapat ditampilkan oleh sistem

saraf otot selama kontraksi volunteer (secara sadar) yang maksimal. Ini

ditunjukkan oleh beban terberat yang dapat diangkat dalam satu kali usaha. Jika

diekspresikan dalam persentase maksimum adalah 100 %. Karena kekuatan

maksimun adalah beban yang dapat diangkat dalam satu kali angkatan, maka

kekuatan maksimun disebut juga sebagai satu repetisi maksimun (1 RM).

4. Daya tahan kekuatan ditampilkan dalamk serangkaian gerak yang

berkesinambungan mulai dari bentuk menggerakkan beban ringan berulang-ulang.

Daya tahan kekuatan dikelompokkan menjadi tiga:

a. Kerja singkat (intensitas kerja tinggi, di atas 30 detik)

b. Kerja sedang (intensitas sedang yang dapat berakhir sampai 4 menit)

c. Durasi kerja lama (intensitas kerja rendah)

5. Kekuatan absolut merupakan kemampuan atlet untuk melakukan usaha yang

maksimal tanpa memperhitungkan berat badannya. Kekuatan ini misalnya

ditujukan pada tolak peluru, angkatan pada kelas berat di cabang angkat berat.

6. Kekuatan relatif, adalah kekuatan yang ditujukan dengan perbandingan antara

kekuatan absolute dengan berat badan. Dengan demikian kekuatan relatif

bergantung pada berat badan, semakin berat badan seseorang semakin besar

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

22

peluangnya untuk menampilkan kekuatannya. Kekuatan relatif sangat penting ada

cabang olahraga senam dan cabang yang dibagi ke dalam kategori berdasar berat

badan.

C. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot

Menurut Sudarsono (2011)dalam upaya untuk meningkatkan kekuatan

otot yang dimiliki atlet dengan tepat, pelatih perlu memahami kekuatan otot. Ha l

yang sangat penting untuk diketahui yaitu faktor- faktor yang mempengaruhi

kekuatan otot. Baik tidaknya kekuatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor penentu, faktor penentu tersebut menurut Suharno HP (1985:24)

dijelaskan antara lain:

1. Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari

proses hypertrophy otot).

2. Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, yaitu semakin banyak

fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar.

3. Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan.

4. Innervasi otot baik pusat maupun perifer.

5. Keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP).

6. Keadaan tonus otot saat istirahat, di mana jika tonus semakin rendah (relax), maka

kekuatan otot tersebut pada saat bekerja semakin besar pula.

7. Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot.

Selain unsur-unsur fisiologis yang dimiliki seseorang, ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kekuatan otot. Faktor- faktor tersebut menurut Sajoto M

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

23

(1988:108) adalah faktor biomekanika, sistem pengungkit, ukuran otot, jenis

kelamin, dan faktor umur. (Sudarsono, 2011)

D. Prosedur Tes Kekuatan Otot

Menurut Haryanto (2006), untuk mengukur kekuatan otot tungkai bawah,

maka tes yang bisa dilakukan adalah Leg Dynamometer Test:

a. Bertujuan untuk mengukur kekuatan otot tungkai.

b. Alat/fasilitas yang digunakan yaitu Leg Dynamometer

c. Pelaksanaan

Atlet memakai pengikat pinggang, kemudian berdiri dengan

membengkokkan kedua lututnya hingga bersudut ± 45o, lalu alat ikat

pinggang tersebut dikaitkan pada leg dynamometer. Setelah itu atlet

tersebut berusaha sekuat-kuatnya meluruskan kedua tungkainya. Setelah

atlt tersebut telah meluruskan kedua tungkainya secara maksimal, lalu

dicatat jarum alat-alat tersebut menunjukan angka berapa. Angka ini

menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai atlet tersebut.

d. Skor

Besarnya kekuatan otot tungkai, yang dapat dilihat pada alat

tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh jarum alat tersebut menyatakan

besarnya kekuatan otot tungkai tersebut, yang diukur dalam gram.

e. Norma Penilaian

Klasifikasi Kekuatan Otot Tungkai (Kg)

Kriteria Putra Putri

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

24

Baik Sekali Baik

Sedang Kurang

Kurang sekali

> 320.00 241.00 – 320.00

121.00 – 240.00 41.00 – 120.50

< 41.00

> 264.00 199.00 – 264.00

99.00 – 198.50 32.00 – 98.50

<32.00

Sumber: Eri Pratiknyo DW (2000:89)

E. Daya Tahan Otot

Kekuatan dibutuhkan agar otot mampu membangkitkan tenaga melawan

tahanan/beban sedangkan daya tahan diperlukan untuk bekerja dalam durasi yang

lama. Daya tahan otot sendiri merupakan perpaduan antara kekuatan dan daya

tahan. Daya tahan fisik menghasilkan perubahan-perubahan fisiologi dan

biokimia pada otot, sehingga daya tahan secara umum bermanifestasi melalui

daya tahan otot (Mulyadi, 2012).

Daya tahan otot merupakan kemampuan suatu otot atau grup otot untuk

berkontraksi secara berulang kali atau terjadi ketegangan yang terus menerus dan

tahan terhadap kelelahan dalam waktu yang lama (Kisner, 2007). Kemampuan

tersebut dapat diperoleh melalui metabolisme aerob maupun anaerob. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat daya tahan otot, antara lain:

1. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting

energy expenditure yang signifikan. Kekuatan dan daya tahan otot yang

sudah dicapai dapat dipertahankan dengan latihan sekali seminggu. Setahun

tanpa latihan 45% kekuatan otot masih dapat dipertahankan. Sedangkan bed

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

25

rest selama 12 minggu dapat menurunkan kekuatan otot sebesar 40%.

Namun demikian, istirahat yang cukup setiap malam dibutuhkan untuk

mempertahankan tingkat daya tahan otot. Aktivitas fisik terutama latihan

dapat memperbaiki kelenturan, kekuatan otot, daya tahan otot dan kesegaran

kardiorespirasi (Johnson, 1986).

2. Aliran Darah dan Metabolisme

Aliran darah dalam otot selama berkontraksi dapat menurunkan daya

tahan otot. Aliran darah yang lebih baik di sepanjang otot mengakibatkan otot

tidak cepat mengalami kelelahan. Sandra K. Hunter et.al (2001) dalam artikelnya

menyatakan bahwa massa otot yang lebih besar dan intensitas kontraksi otot yang

lebih tinggi dapat mengerutkan pembuluh kapiler dan mengakibatkan penurunan

aliran darah dan mengurangi daya tahan otot.

3. Berat Badan

Berat badan yang rendah dapat menunjukkan massa otot yang

rendah. Dengan demikian, metabolisme penghasil energi di otot akan lebih

sedikit. Hal ini menyebabkan jumlah cadangan energi untuk aktivitas

menjadi lebih kecil (Mulyadi, 2012).

4. Usia

Pada orang-orang terlatih, daya tahan otot akan terus meningkat dan

mencapai daya tahan otot maksimal di usia 20 tahun. Setelah itu, tingkat

daya tahan otot akan menetap 3-5 tahun yang kemudian akan berangsur-

angsur turun (Mulyadi, 2012).

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

26

5. Jenis Kelamin

Wanita dapat meningkatkan daya tahan otot karena pola aktivitas

yang lebih efektif dari pada pria. Wanita tidak cepat mengalami kelelahan

karena mereka memiliki lebih banyak grup otot sinergis, pria sulit

memperolehnya dan oleh karena itu memiliki daya tahan otot yang lebih

rendah dari wanita.Pria lebih cepat lelah karena metabolisme yang kurang

efisien dalam otot dibanding wanita. Hormon testosteron adalah hormon

yang membentuk massa tubuh dan otot yang baik. Pria lebih banyak

memiliki hormon ini akan tetapi, semakin banyak otot tidak berarti semakin

bagus daya tahannya. Kenyataannya, testosteron yang meningkatkan massa

dan kekuatan otot dapat menurunkan daya tahan otot (Clark et.al, 2007).

6. Genetik

Genetik menggambarkan fisik secara umum termasuk otot. Serabut-

serabut otot rangka terdiri dari serabut cepat dan lambat. Serabut ST

bertanggung jawab pada daya tahan otot, di mana serabut FT lebih mudah

mengalami kelelahan. Beberapa orang mewarisi persentase serabut ST yang

dominan dari yang lainnya. Pada pria dan wanita dapat memiliki rasio yang

sebanding dengan serabut FT dan ST, dan dapat mencapai tingkat daya tahan

otot yang sama (Hannah Mich, 2011).

7. Inervasi

Stimulus diterima oleh saraf sensorik, lalu di jalarkan ke sistem saraf pusat,

kemudian ke saraf motorik untuk perintah menggerakkan otot melalui mekanisme

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

27

kontraksi. Selama sistem inervasi saraf masih mampu bekerja, otot akan tetap

mampu bekerja atau bergerak ketika ada stimulus (Mulyadi, 2012).

Daya tahan otot dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan metabolisme otot, yaitu:

1. Power Endurance

Daya tahan otot ini digunakan pada jangka waktu singkat kurang dari

30 detik untuk menjaga daya ledak otot tetap tinggi. Energi yang digunakan

diperoleh melalui sistem phosfagen (Mulyadi, 2012).

2. Short Term Endurance

Untuk olahraga yang membutuhkan kontraksi otot selama 30 detik

sampai 2 menit, digunakan daya tahan otot jangka pendek. Jenis daya tahan

otot ini meggunakan metabolisme sistem glikogen-asam laktat untuk

memperoleh energi (Mulyadi, 2012).

3. Long Term Endurance

Daya tahan otot jangka panjang bermanfaat bagi olahraga-olahraga yang

berlangsung terus-menerus yang digunakan untuk mempertahankan kontraksi

otot lebih dari 2 menit. Jenis daya tahan otot ini memperoleh energi dari

metabolisme sistem aerobik (Mulyadi, 2012).

F. Pengukuran Daya Tahan Otot

Salah satu aspek penting dalam pembinaan prestasi olahraga adalah

menilai efek latihan, yaitu evaluasi terhadap kemajuan yang dicapai atlet setelah

melakukan suatu program latihan. Ada 2 jenis tes daya tahan otot yaitu:

a. Tes Daya Tahan Otot Dinamis

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

28

Tes ini digunakan untuk melihat berapa banyak jumlah suatu gerakan

yang dapat dilakukan pada suatu waktu (bisa dalam jangka waktu tertentu

maupun untuk waktu yang tidak terbatas). Contoh tes ini antara lain push-up

test, sit-up test, dan Half Squat Jump test.

b. Tes Daya Tahan Otot Statis

Pada tes ini akan dinilai kemampuan otot untuk mempertahankan

suatu posisi hingga waktu yang tak terbatas. Contohnya arm-hang test.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kriteria tes daya tahan otot

dinamis, yaitu Half Squat Jump Test untuk waktu yang tidak terbatas dengan

tabel penilaian sebagai berikut:

Tabel. 2.1 Kriteria penilaian tes HalfSquatJump

J.Kelamin Sempurna Baik sekali Baik Cukup Kurang

Laki-Laki > 87 67 – 87 46 – 66 25 - 45 4 – 24

Perempuan > 75 55 – 75 34 – 54 13 - 33 4 – 12

(KONI Sul-Sel 2012)

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

29

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Ket. bagan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

B. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan landasan teori,

maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: ”Ada hubungan antara

kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai bawah pada atlet kontingen PON

XVIII Koni Sulsel”.

Aktivitas Fisik

Usia

IMT

Jenis kelamin

Cabang olahraga

Daya Tahan Otot

Kekuatan Otot

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

30

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross

sectional, yang bertujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antara kekuatan otot

dengan daya tahan otot tungkai bawah pada atlet kontingen PON XVIII-2012 di

KONI Sulsel.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KONI Sulsel Makassar pada bulan Januari

2013

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet kontingen PON XVIII

yang memiliki data sekunder mengenai kekuatan otot dan daya tahan otot di

KONI Sulsel. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Adapun pengambilan sampel ini berdasarkan pada kriteria-kriteria yang

telah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria-kriteria yang ditetapkan mencakup kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi.

1. Kriteria Inklusi :

a. Data responden merupakan atlet yang dipersiapkan untuk mengikuti PON

XVIII di KONI Sulsel.

b. Data responden lengkap mengenai kekuatan otot dan daya tahan otot.

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

31

c. Data responden adalah atlet yang bukan merupakan cabang olahraga yang

dominan menggunakan tungkai bawah

2. Kriteria Eksklusi :

a. Data responden yang terukur hanya terdiri atas satu atlet dalam satu

cabang olahraga

b. Data responden tidak proporsional antara laki- laki dan perempuan

D. Alur Penelitian

Penelitian dilaksanakan berdasarkan diagram alur sebagai berikut.

Gambar 4.1 Alur Penelitian

E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel independen dan

variabel dependen.

a. Variabel independen adalah kekuatan otot.

Memilih masalah Observasi

Menetapkan sampel

melalui kriteria

inklusi

Merumuskan masalah

Analisis data

Pengumpulan data

Penulisan laporan

Hipotesis

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

32

b. Variabel dependen adalah daya tahan otot.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Kekuatan otot

1) Kekuatan otot adalah tenaga kontraksi otot maksimal yang dapat

dihasilkan suatu otot dalam satu kali kontraksi.

2) Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot adalah Leg

Dynamometer

3) Kriteria objektif yang digunakan dalam mengukur kekuatan otot

Kriteria Putra Putri

Baik Sekali

Baik Sedang

Kurang Kurang sekali

> 321.00

241.00 – 320.00 121.00 – 240.00

41.00 – 120.50 < 40.50

> 265.00

199.00 – 264.00 99.00 – 198.50

32.00 – 98.50 <31.50

Kriteria Sempurna dan Baik Sekali dikategorikan sebagai Kekuatan Otot

Tinggi

Kriteria Baik dikatergorikan sebaga Kekuatan Otot Sedang

Kriteria Cukup sampai dengan Kurang dikategorikan sebagai Kekuatan

Otot Rendah

b. Daya Tahan Otot

1) Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi secara

berulangkali tanpa merasa kelelahan

2) Daya tahan otot diukur dengan teknik HSJ (High Squat Jump)

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

33

3) Kriteria objektif yang digunakan dalam mengukur daya tahan otot.

J.Kelamin Sempurna Baik sekali Baik Cukup Kurang

Laki-Laki > 87 67 – 87 46 – 66 25 - 45 4 – 24

Perempuan > 75 55 – 75 34 – 54 13 - 33 4 – 12

Kriteria Sempurna dan Baik Sekali dikategorikan sebagai Daya Tahan

Otot Tinggi

Kriteria Baik dikatergorikan sebaga Daya Tahan Otot Sedang

Kriteria Cukup sampai dengan Kurang dikategorikan sebagai Daya

Tahan Otot Rendah

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data hasil pengukuran

fisik atlet peserta PON XVIII Riau yang dilakukan oleh KONI Sulsel tanggal 18-

19 Mei 2012 sebelum atlet diberangkatkan untuk bertanding di Riau September

2012.

G. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data

Data kekuatan otot dan daya tahan otot yang digunakan diambil dari

beberapa cabang olahraga yang dominan menggunakan tungkai bawah, yaitu

Sepak Takraw, Polo Air, Futsal, Karate, Taekwondo, dan Pencak Silat. Untuk

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

34

cabang olahraga Karate, Taekwondo dan Pencak Silat, ketiganya digabung

menjadi cabang olahraga Bela Diri.

Data kekuatan dan daya tahan otot berupa data numerik yang kemudian

dijadikan data kategorik. Kekuatan dan daya tahan otot masing-masing terdiri

dari lima kategori, yaitu Kurang, Cukup, Baik, Baik Sekali dan Sempurna.

Namun dalam analisisnya, masing-masing dijadikan tiga kategori, yaitu kategori

Kurang dan Cukup menjadi kategori Rendah, kategori Baik menjadi kategori

Sedang dan kategori Baik Sekali dan Sempurna menjadi kategori Tinggi.

Analisis data penelitian menggunakan SPSS 15.0 for windows. Analisis

yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji Chi-Square.

H. Masalah Etika

Dalam mengambil data klien, peneliti memiliki beberapa aturan mengenai

masalah etika, antara lain :

1. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi hanya memberi kode tertentu pada setiap responden.

2. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam hasil penelitian.

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

35

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di KONI Sulsel dengan melibatkan data

atlet-atlet yang dipersiapkan untuk mengikuti PON XVIII di Riau. Data atlet

yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet dengan cabang olahraga yang

dominan menggunakan tungkai bawah, antara lain: sepak takraw, polo air,

futsal, serta beladiri. Total sampel berjumlah 76 orang dengan karakteristik

sebagai berikut.

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

Frekuensi

Persentase

Persentase Kumulatif

Laki-laki

56 73,7 73,7

Perempuan

20 26,3 100,0

Total

76 100,0

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa atlet dominan berjenis kelamin

laki- laki, yaitu sebanyak 56 orang (73,7%) sedangkan atlet perempuan

berjumlah 20 orang (26,3%).

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

36

Tabel 5.2 Distribusi sampel penelitian berdasarkan cabang olahraga

Cabang Olahraga

Frekuensi

Persentase

1. Sepak Takraw 2. Polo Air 3. Futsal 4. Bela Diri

23 14 20 19

30,3 18,4 26,3 25,0

Total

76 100,0

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa atlet terbagi menjadi cabang olahraga

sepak takraw 23 orang (30,3%), polo air 14 orang (18,4%), futsal 20 orang

(26,3%) dan bela diri 19 orang (25%)

2. Distribusi Kekuatan Otot Tungkai Bawah pada Atlet Kontingen PON XVIII

KONI Sulsel

Tabel 5.3 Distribusi kekuatan otot berdasarkan cabang olahraga

CABANG OLAHRAGA

KEKUATAN OTOT

Rendah Sedang Tinggi Total Sepak Takraw

% of Total 9

39,1 % 9

39,1% 5

21,7% 23

100,0%

Polo Air % of Total

6 42,9%

8 57,1%

0 0,0%

14 100,0%

Futsal % of Total

17 85,0%

2 10,0%

1 5,0%

20 100,0%

Bela Diri % of Total

7 36,8%

10 52,6%

2 10,6%

19 100%

Total % of Total

39 51,3%

29 38,2%

8 10,5%

76 100,0%

Berdasarkan tabel 5.3, secara keseluruhan atlet dominan memiliki

kekuatasn otot rendah yaitu sebanyak 51,3% dari total jumlah sampel. Pada

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

37

cabang olahraga sepak takraw, seimbang antara sampel yang memiliki

kekuatan otot rendah dengan kekuatan otot sedang yaitu sebanyak 39,1%.

Cabang olahraga polo air dominan memiliki kekuatan otot sedang, yaitu

sebanyak 57,1 %. Cabang olahraga futsal, dominan memiliki nilai kekuatan

otot rendah, yaitu sebanyak 85,0%. Cabang olahraga bela diri dominan

memiliki kekuatan otot sedang, yaitu 52,6%.

Tabel 5.4 Distribusi kekuatan otot berdasarkan jenis kelamin

KEKUATAN OTOT

Rendah Sedang Tinggi Total JENIS KELAMIN Laki-laki

% of Total 35

62,5% 19

33,9% 2

3,6% 56

100,0%

Perempuan % of Total

4 20,0%

10 50,0%

6 30,0%

20 100,0%

Total % of Total

39 51,3%

29 38,2%

8 10,5%

76 100,0%

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa atlet laki- laki dominan memiliki

kekuatan otot rendah yaitu sebanyak 62,5% dari total responden. Atlet

perempuan dominan memiliki kekuatan otot sedang sebanyak 50,0% dari total

responden. Secara keseluruhan, sampel dominan memiliki kekuatan otot

rendah, yaitu sebanyak 51,3% dari total responden.

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

38

3. Distribusi Daya Tahan Otot Tungkai Bawah pada Atlet Kontingen PON XVIII

KONI Sulsel

Tabel 5.5 Distribusi daya tahan otot berdasarkan cabang olahraga

DAYA TAHAN OTOT

Rendah Sedang Tinggi Total CABANG OLAHRAGA

Sepak Takraw % of Total

3 13,0%

7 30,4%

13 56,5%

23 30,3%

Polo Air % of Total

0 0,0%

1 7,1%

13 92,9%

14 18,4%

Futsal % of Total

19 95,0%

0 0,0%

1 5,0%

20 26,3%

Bela Diri % of Total

0 0,0%

1 5,3%

18 94,7%

19 25,0%

Total % of Total

22 28,9%

9 11,8%

45 59,2%

76 100,0%

Berdasarkan tabel 5.5, sampel dominan memiliki daya tahan otot

tinggi yaitu sebanyak 59,2% dari total sampel. Pada cabang olahraga sepak

takraw, dominan memiliki daya tahan otot tinggi, yaitu sebanyak 56,5%.

Cabang olahraga polo air dominan memiliki daya tahan otot tiggi, yaitu

sebanyak 92,9%. Cabang olahraga futsal kebanyakan memiliki daya tahan

otot rendah, yaitu sebanyak 95,0%. Cabang olahraga bela diri paling banyak

memiliki daya tahan otot tinggi, yaitu sebanyak 94,7%.

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

39

Tabel 5.6 Distribusi daya tahan otot berdasarkan jen is kelamin

DAYA TAHAN OTOT

Rendah Sedang Tinggi Total JENIS KELAMIN Laki-laki

% of Total 20

35,7% 7

12,5% 29

51,8% 56

100,0%

Perempuan % of Total

2 10,0%

2 10,0%

16 80,0%

20 100,0%

Total % of Total

22 28,9%

9 11,8%

45 59,2%

76 100,0%

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pada atlet laki- laki dominan

memiliki daya tahan otot tinggi, yaitu sebanyak 51,8% dari total responden.

Pada atlet perempuan, dominan memiliki daya tahan otot tinggi, yaitu

sebanyak 80,0% dari total responden. Secara keseluruhan, responden dominan

memiliki daya tahan otot tinggi, yaitu sebanyak 59,2% dari total responden.

4. Hubungan Kekuatan Otot dengan Daya Tahan Otot Tungkai Bawah pada

Atlet Kontingen PON XVIII KONI Sulsel

Tabel 5.7 Distribusi silang antara kekuatan otot dan daya tahan otot tungkai bawah atlet

kontingen PON KONI Sulsel

DAYA TAHAN OTOT

Rendah

Sedang

Tinggi

Total

KEKUATAN OTOT

Rendah

17 13 9 39

Sedang

4 2 23 29

Tinggi

1 1 6 8

Total 22 9 45 76

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

40

Gambar 5.1 Diagram batang kekuatan dan daya tahan otot tungkai bawah atlet kontingen PON XVIII

KONI Sulsel

KEKUATAN OTOT

TINGGISEDANGRENDAH

Co

un

t

25

20

15

10

5

0

Bar Chart

TINGGI

SEDANG

RENDAH

DAYA TAHAN OTOT

Berdasarkan tabel 5.7 dan diagram 5.1 di atas dapat dilihat bahwa atlet

yang memiliki kekuatan otot rendah cenderung memiliki daya tahan otot

rendah, sedangkan atlet yang memiliki kekuatan otot tinggi cenderung

memiliki kekuatan otot tinggi. Namun yang dominan memiliki daya tahan otot

tinggi adalah atlet-atlet dengan kekuatan otot sedang.

Tabel 5.8 Distribusi silang antara kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai bawah atlet

berdasarkan jenis kelamin

JENIS KELAMIN

DAYA TAHAN OTOT

Rendah Sedang Tinggi Total

Laki-laki KEKUATAN OTOT

Rendah Sedang Tinggi

16 3 1

6 1 0

13 15 1

35 19 2

Total 20 7 29 56

Perempuan KEKUATAN OTOT

Rendah Sedang Tinggi

1 1 0

0 1 1

3 8 5

4 10 6

Total 2 2 16 20

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

41

Tabel 5.9 Hasil Krostabulasi kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai bawah atlet kontingen PON

KONI Sulsel

DAYA TAHAN OTOT Total

Rendah Sedang Tinggi RENDAH KEKUATAN OTOT

Rendah Count Expected Count

17 11,3

13 8,2

9 19,5

39 39,0

Sedang Count Expected Count

4 8,4

2 6,1

23 14,5

29 29,0

Tinggi Count Expected Count

1 2,3

1 1,7

6 4,0

8 8,0

Total Count Expected Count

22 22,0

9 16,0

45 38,0

76 76,0

3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.

Berdasarkan tabel 5.9, terdapat 3 sel (33,3%) yang memiliki expected count

kurang dari 5, sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penggabungan sel, yaitu sel Sedang digabung

dengan sel Tinggi untuk masing-masing kekuatan otot dan daya tahan otot.

Tabel 5.9 Hubungan kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai bawah atlet kontingen PON XVIII

KONI Sulsel

Variabel p*

Kekuatan Otot

Daya Tahan Otot

0,004

*Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 5.9 hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada

hubungan antara kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai bawah atlet

kontingen PON XVIII KONI Sulsel dengan nilai p yang diperoleh sebesar

0,004.

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

42

B. Pembahasan

Data responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah data atlet

cabang olahraga yang melibatkan tungkai bawah. Total responden berjumlah 76

orang yang terdiri atas 56 orang laki- laki (73,7%) dan 20 orang perempuan

(26,3%). Berdasarkan cabang olahraganya masing-masing, responden terdiri atas

23 orang atlet sepak takraw (30,3%), 14 orang atlet polo air (18,4%) 20 orang

atlet futsal (26,3%). Serta 19 orang sisanya atlet bela diri (25,0%).

Berdasarkan hasil penelitian, atlet laki- laki dominan memiliki kekuatan

otot rendah sebanyak 35 orang (62,5%), sedang 19 orang (33,9%) dan tinggi 2

orang (3,6%). Sementara pada atlet perempuan dominan memiliki kekuatan otot

sedang, yaitu sebanyak 10 orang (50,0%), sisanya memiliki kekuatan otot rendah

4 orang (20,0%) dan tinggi 6 (30,0%). Masih banyaknya atlet laki- laki yang

memiliki kekuatan otot rendah ini tentu dipertanyakan, walaupun secara

perbandingan jumlah, atlet yang memiliki kekuatan otot sedang masih lebih

banyak laki- laki dari pada perempuan. Hal ini kemungkinan besar berhubungan

dengan intensitas latihan yang belum mencukupi.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa atlet perempuan memiliki

nilai kekuatan otot yang lebih baik dibanding laki- laki. Ini bertentangan dengan

apa yang dikemukakan oleh Lesmana (2012) bahwa laki- laki cenderung memiliki

kekuatan otot yang lebih baik dibanding perempuan, karena laki- laki memiliki

banyak hormon testosteron dalam ototnya yang berfungsi meningkatkan massa

dan kekuatan otot.

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

43

Adanya perbedaan yang ditemukan dalam penelitian ini kemungkinan

berhubungan dengan distribusi cabang olahraga, di mana laki- laki dominan pada

cabang olahraga yang tidak membutuhkan kekuatan otot yang tinggi, yaitu sepak

takraw, sementara pada perempuan banyak dari cabang bela diri yang

membutuhkan kekuatan otot yang tinggi. Hal ini tentu perlu diteliti lebih lanjut.

Ditinjau dari distribusi kekuatan otot berdasarkan cabang olahraga, atlet

sepak takraw seimbang antara yang memiliki kekuatan otot rendah dan sedang,

yaitu masing-masing sebanyak 9 orang (39,1%), dan yang memiliki kekuatan otot

tinggi hanya 5 orang (21,7%). Kekuatan otot yang rendah ini dapat menyebabkan

daya sepak atlet menjadi kurang keras.

Pada atlet polo air dominan memiliki kekuatan otot sedang yaitu sebanyak

8 orang (57,1%), sedang yang memiliki kekuatan otot rendah sebanyak 6 orang

(42,9%), serta tidak ada yang memiliki kekuatan otot tinggi. Kekuatan otot yang

sedang ini akan membuat atlet polo air berpotensi memiliki daya tahan yang

tinggi, karena adanya keseimbangan serabut otot FT dengan ST serta massa otot

yang sedang tidak akan cepat menguras energi atlet.

Pada atlet futsal dominan memiliki kekuatan otot rendah, yaitu sebanyak

17 orang (85,0%), sedangkan yamg memilki kekuatan otot sedang 2 orang

(10,0%), dan tinggi hanya 1 orang (5,0%). Hasil ini bertolak belakang dengan

yang seharusnya, di mana pada olahraga futsal membutuhkan kekuatan untuk

meningkatkan power atlet dalam menendang serta meningkatkan kecepatan lari

atlet.

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

44

Pada atlet bela diri dominan memiliki kekuatan otot sedang, yaitu

sebanyak 10 orang (52,6%), sedangkan sisanya 7 orang yang memiliki kekuatan

otot rendah (36,8%) dan 2 orang memiliki kekuatan otot tinggi (10,5%). Bagi

seorang atlet bela diri kekuatan otot yang sedang sudah cukup menunjang untuk

memperkeras tendangan, bertahan, dan merespon terhadap serangan.

Berdasarkan hasil penelitian, atlet laki- laki yang memiliki daya tahan otot

rendah sebanyak 20 orang (35,7%), sedang sebanyak 7 orang (12,5%), dan tinggi

sebanyak 29 orang (51,8%). Jadi, walaupun pada atlet laki- laki dominan memiliki

daya tahan otot tinggi, namun jumlahnya hampir seimbang dengan yang memiliki

daya tahan otot rendah.

Pada atlet perempuan yang memiliki daya tahan otot rendah sebanyak 2

orang (10,0%), sedang sebanyak 2 orang (10,0%) dan tinggi sebanyak 16 orang

(80,0%). Jadi atlet perempuan dominan memiliki daya tahan otot tinggi dan yang

sedikit yang memiliki daya tahan otot rendah .

Hal tersebut di atas sejalan dengan yang dikemukakan Clark et al (2007)

bahwa perempuan memiliki daya tahan otot yang lebih baik dari laki- laki. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, pola aktivitas yang lebih baik,

memiliki banyak grup otot sinergis, dan metabolisme yang lebih efisien da lam

otot karena pengaruh hormon. Sementara pada laki- laki yang banyak memiliki

hormon testosteron sebagai pembentuk massa tubuh dan otot yang baik serta

meningkatkan kekuatan otot malah dapat menurunkan daya tahan otot.

Ditinjau dari cabang olahraga, atlet sepak takraw yang memiliki daya tahan

otot rendah sebanyak 3 orang (13,0%), sedang sebanyak 7 orang (30,4%) dan

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

45

tinggi sebanyak 13 orang (56,5%). Jadi, pada cabang olahraga sepak takraw

dominan memiliki daya tahan otot yang baik dan hal itu dibutuhkan untuk

bermain lebih lama tanpa mengalami kelehan atau turunnya performa secara

signifikan selama pertandingan.

Pada atlet polo air, tidak ada atlet yang memiliki daya tahan otot rendah, 1

orang memiliki daya tahan otot sedang (7,1%) dan 13 orang memiliki daya tahan

otot tinggi (92,9%). Jadi, pada cabang olahraga plolo air, atlet dominan memiliki

daya tahan otot tungkai bawah yang tinggi. Hal ini sesuai dengan aktivitas yang

dilakukan dalam olahraga polo air di mana dominan menggunakan tungkai bawah

untuk bergerak di dalam air, sehingga membutuhkan daya tahan otot yang tinggi.

Pada atlet futsal, terdapat 19 orang yang memiliki daya tahan otot rendah

(95,0%), tidak ada yang memiliki daya tahan otot sedang dan 1 orang memiliki

daya tahan otot tinggi (5,0%). Jadi, pada cabang olahaga futsal, atlet dominan

memiliki daya tahan otot tungkai bawah yang rendah. Adanya daya tahan otot

yang rendah ini adalah hal yang merugikan, karena atlet akan menjadi cepat lelah,

sementara pada permainan futsal dibutuhkan daya tahan otot (minimal dalam

tingkat sedang) untuk bisa bermain lebih lama.

Pada atlet bela diri, tidak ada yang memiliki daya tahan otot rendah, 1

orang yang memiliki daya tahan otot sedang (5,3%) dan 18 orang yang memiliki

daya tahan otot tinggi (94,7%). Jadi, pada cabang olahraga bela diri dominan

memiliki daya tahan otot yang tinggi. Tingginya daya tahan otot atlet bela diri ini

menjadikan atlet lebih kuat dalam bertahan dan saat mampu memfokuskan energi

maksimalnya saat menyerang.

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

46

Berdasarkan uji statistik, diperoleh hasil uji Chi-Square, p = 0,004

(<0,05), yang berarti bahwa hipotesis diterima, yaitu ada hubungan antara

kekuatan otot dengan daya tahan otot. Hubungan tersebut dapat dilihat

berdasarkan diagram batang hasil krostabulasi kekuatan otot tungkai bawah

dengan daya tahan otot bawah responden yang menunjukkan bahwa kebanyakan

atlet yang memiliki daya tahan otot tinggi memiliki kekuatan otot sedang. Jadi

berdasarkan hal tersebut mengindikasikan bahwa dengan kekuatan otot yang

sedang, dapat menghasilkan daya tahan otot yang tinggi, sedangkan kekuatan otot

yang tinggi kurang menghasilkan daya tahan otot yang tinggi.

Hal tesebut di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gormley

(2005) bahwa salah satu syarat untuk mendapatkan daya tahan otot adalah dengan

meningkatkan kekuatan otot terlebih dahulu, dan ternyata dari hasil penelitian ini,

dominan atlet yang memiliki kekuatan otot sedang yang memiliki daya tahan otot

tinggi.

Hubungan kekuatan otot dengan daya tahan otot juga ditinjau dari

perubahan massa otot dan serabut otot. Kekuatan otot yang tinggi cenderung

diikuti dengan peningkatan massa otot dan ukuran serabut otot, serta serabut FT

akan lebih dominan bekerja. Hal ini tentu akan bertolak belakang dengan daya

tahan otot. Massa otot yang tinggi, ukuran otot yang bertambah besar, dan serabut

FT yang dominan akan mengkonsumsi banyak energi, sedangkan daya tahan otot

yang tinggi membutuhkan konservasi energi yang baik. Hal tersebut di atas

sejalan dengan yang ditemukan dalam penelitian ini, di mana daya tahan otot

yang tinggi dominan pada atlet dengan kekuatan otot sedang di mana massa otot

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

47

dan ukuran serabut otot tidak terlalu besar sehingga konservasi energi yang

dibutuhkan otot untuk meningkatkan daya tahan otot bisa berjalan dengan baik.

Namun demikian, hal tersebut di atas perlu diteliti secara spesifik dan

terkontrol, karena mengingat keterbatasan dari penelitian ini yang hanya ingin

mengetahui ada atau tidaknya hubungan kedua variabel yang diteliti dan tidak

berani menentukan apakah hubungan tersebut adalah korelasi positif atau korelasi

negatif, karena keterbatasan peneliti dalam mengontrol sampel dan faktor- faktor

lain yang mempengaruhi kekuatan dan daya tahan ototnya.

Terakhir, sebagai penelitian analisis deskriptif , penelitian ini memiliki

beberapa keterbatasan, yaitu:

a. Tidak bisa menunjukkan karakteristik sampel berdasarkan umur, IMT, dan

aktivitas fisik, karena data sekunder yang digunakan kurang lengkap.

b. Tidak bisa mengontrol variabel-variabel perancu mengingat data yang

digunakan adalah data sekunder yang dalam pengukurannya tidak

dimaksudkan untuk dijadikan sebagai data penelitian namun tetap dijamin

keakuratannya karena data tersebut sebagai penentu atlet mana yang siap

untuk mengikuti PON XVIII Riau

c. Tidak bisa menentukan korelasi kedua variabel secara pasti, apakah

korelasinya positif atau negatif, mengingat berbagai keterbatasan yang ada,

sehingga hanya bisa menentukan ada tidaknya hubungan kedua variabel. Oleh

karena itu, perlu ada penelitian yang lebih bersifat korelasional atau

eksperimental untuk memastikan hal-hal tersebut di atas.

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

48

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Atlet laki- laki yang diteliti dominan memiliki kekuatan otot tungkai yang

rendah, sedangkan atlet perempuan dominan memiliki kekuatan otot sedang

2. Cabang olahraga yang dominan memiliki kekuatan otot tinggi adalah cabang

olahraga sepak takraw, sedangkan yang dominan kekuatan ototnya rendah

adalah cabang olahraga futsal

3. Baik atlet laki- laki maupun perempuan yang diteliti dominan memiliki daya

tahan otot yang tinggi

4. Cabang olahraga yang dominan memiliki daya tahan otot tinggi adalah cabang

olahraga bela diri sedangkan yang dominan memiliki daya tahan otot rendah

adalah cabang olahraga futsal

5. Terdapat hubungan antara kekuatan otot dengan daya tahan otot tungkai atlet

kontingen PON XVIII KONI Sulsel dengan p = 0,004 (<0,05)

B. SARAN

1. Untuk meningkatkan daya tahan otot, sebaiknya latihan yang dilakukan diiringi

dengan latihan peningkatan kekuatan otot dan dilakukan dengan metode siklus

sehingga peningkatan keduanya bisa sejalan.

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut yang lebih spesifik yang bersifat

korelasional atau eksperimental yang mampu mengontrol variabel-variabel

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

49

perancu serta mampu menentukan apakah korelasi antara kekuatan dan daya

tahan otot berkorelasi positf (linear) atau berkorelasi negatif (timbal balik).

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

50

DAFTAR PUSTAKA

Astrand, P.D., Rodahl, K, 1986. Texbook of Work Physiological Basic of Exercise. New York: Mc.Graw Hill Brooks Company.

Ateng, Abd. Kadir, 1992. Asas dan landasan Pendidikan Jasmani, Dirjen Dikti,

Jakarta, Halaman 40

Battineli, Thomas, 2000. Physique, Fitness, dan Performance (Exercise Physiology).

New York: CRC Press Bompa TO, 1993. Periodezation of Strenght, Toronto: Veritas Publishing Inc.

Boosey, D. 1980. The Jump Conditioning and Technical Trainning. Beatrice Avenal:

Beatrice Publising Ltd. Cael, Christy. 2010. Functional Anatomy : Musculoskeletal Anatomy, Kinesiology,

and Palpation for Manual Therapists. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. Baltimore

Eri Pratiknyo DW. 2000. Petunjuk Praktis Tes dan Pengukuran Olahraga. Semarang : FIK UNNES

Guyton & Hall. 2006. Medical Physiology (11th ed.). W.B Saunders Company. Philadelpia. Pennsylvania.

Harsono. 1986. Ilmu Coaching. Jakarta : Pusat Ilmu Olahraga KONI Pusat

Haryanto, Budi. 2006. Profil Kekuatan Atlet Pelatihan Jangka Panjang (PJP) Jawa Tengah Cabang Olahraga Angkat Besi/ Angkat Berat dan Binaraga PON

XVII dari Tahun 2005 – 2006. Tesis tidak diterbitkan. Semarang. Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Ismaryati, 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Juliantine, T., Yudiana, W., Subarjah, H .2007. Teori Latihan. Bandung. Fakultas

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. UPI.

Kenyon, Jonathan & Karen. 2004. The Physiotherapist’s Pocket Book . Philadelphia:

Elsevier.

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

51

Kisner, C et al.. 2007. Therapeutic Exercise. Foundation and Techniques (5th ed).

Philadelphia: Elsevier.

Kirkendall DR, Gruber JJ, Johnson RE. 1987. Measurement and Evaluation for Physical Educators, Second edition, Champaign: Human Kinetics Publisher Inc.

Manuaba, I. B. A. 1983. Aspek Ergonomi dalam Perencanaan Komplek Olahraga

dan Rekreasi. Naskah lengkap Panel Diskusi Rencana Induk Gelora Jakarta: 21 September 1983

Mulyadi. 2012. Pengaruh Latihan Periode Persiapan PON terhadap Perubahan Daya Tahan Otot Atlet Kontingen Bayangan PON XVIII 2012 KONI

Sulawesi Selatan. Tesis tidak diterbitkan. Makassar. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Mochammad Moeslim. 2003. Pengukuran dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pelatihan Cabang Olahraga. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: UNUD Denpasar.

Nieman, David C. 1993. Fittness and Sport Medicine. Polo Alto. California. USA Pearce, Evelyn. 2008. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Powers, S. K., Howley, E. T. 2004. Exercise Pysiology, Theory and Application to fitness and Performance. 5th Edition. New York: Mc. Graw Hill Companies.Inc.

Program Studi Fisioterapi. 2008. Panduan Bimbingan dan Pelaksanaan Riset

Mahasiswa Fisioterapi. Makassar. Universitas Hasanuddin Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 1997. Pedoman dan Modul Penataran

Pelatih Fitness Center Tingkat Dasar. Jakarta : Depdikbud

Pyke F & Watson G, 1978. Focus on Running An Introduction to Human Movement, Australia: Harper & Row Pty.Ltd.

Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengadaan

Buku pada Lembaga Pengembangan Tenaga Pendidikan. Jakarta. Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam

Olahraga. Jakarta: Dahara Prize.

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

52

Sharkey, B. J. 2003. Kebugaran & Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku

Kedokteran. EGC Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku

Kedokteran. EGC

Soekarman. 1986. Energi dan Sistem energi Predominan Pada Olahraga. Pusat Ilmu Olahraga: Jakarta. Koni Pusat.

Sudarsono, Slamet. 2011. Penyusunan Program Pelatihan Berbadan Untuk Meningkatkan Kekuatan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319, 11(3):

31-43. Sugiyanti, 1993. Belajar Gerak. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.

Suharno HP. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta : FPOK IKIP

Yogyakarta. Thompson Peter jl. 1991. Pengembangan kepada Teori Pelatihan PASI Penerjemah

Jakarta : Program Pendidikan dan Sertifikasi Pelatih Atletik

Valerie C Scanlon & Tina Sanders. 2007. Essential Anatomy and Physiology. 5th edition. F A davies Company Philadhelpia. USA

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

53

LAMPIRAN

Statistics

76 76 76 76

0 0 0 0

Valid

Missing

N

JENIS

KELAMIN

CABANG

OLAHRAGA

KEKUATAN

OTOT

DAYA TAHAN

OTOT

JENIS KELAMIN

56 73,7 73,7 73,7

20 26,3 26,3 100,0

76 100,0 100,0

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

CABANG OLAHRAGA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid SEPAK TAKRAW 23 30,3 30,3 30,3

POLO AIR 14 18,4 18,4 48,7

FUTSAL 20 26,3 26,3 75,0

BELA DIRI 19 25,0 25,0 100,0

Total 76 100,0 100,0

KEKUATAN OTOT

39 51,3 51,3 51,3

29 38,2 38,2 89,5

8 10,5 10,5 100,0

76 100,0 100,0

RENDAH

SEDANG

TINGGI

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

DAYA TAHAN OTOT

22 28,9 28,9 28,9

16 21,1 21,1 50,0

38 50,0 50,0 100,0

76 100,0 100,0

RENDAH

SEDANG

TINGGI

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

54

JENIS KELAMIN * KEKUATAN OTOT Crosstabulation

KEKUATAN OTOT

Total RENDAH SEDANG TINGGI

JENIS KELAMIN LAKI-LAKI Count 35 19 2 56

% within JENIS KELAMIN 62.5% 33.9% 3.6% 100.0%

PEREMPUAN Count 4 10 6 20

% within JENIS KELAMIN 20.0% 50.0% 30.0% 100.0%

Total Count 39 29 8 76

% within JENIS KELAMIN 51.3% 38.2% 10.5% 100.0%

JENIS KELAMIN * DAYA TAHAN OTOT Crosstabulation

DAYA TAHAN OTOT

Total RENDAH SEDANG TINGGI

JENIS KELAMIN LAKI-LAKI Count 20 7 29 56

% within JENIS KELAMIN 35.7% 12.5% 51.8% 100.0%

PEREMPUAN Count 2 2 16 20

% within JENIS KELAMIN 10.0% 10.0% 80.0% 100.0%

Total Count 22 9 45 76

% within JENIS KELAMIN 28.9% 11.8% 59.2% 100.0%

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

55

CABANG OLAHRAGA * KEKUATAN OTOT Crosstabulation

KEKUATAN OTOT

Total RENDAH SEDANG TINGGI

CABANG OLAHRAGA SEPAK TAKRAW Count 9 9 5 23

% within CABANG

OLAHRAGA 39.1% 39.1% 21.7% 100.0%

POLO AIR Count 6 8 0 14

% within CABANG

OLAHRAGA 42.9% 57.1% .0% 100.0%

FUTSAL Count 17 2 1 20

% within CABANG

OLAHRAGA 85.0% 10.0% 5.0% 100.0%

BELA DIRI Count 7 10 2 19

% within CABANG

OLAHRAGA 36.8% 52.6% 10.5% 100.0%

Total Count 39 29 8 76

% within CABANG

OLAHRAGA 51.3% 38.2% 10.5% 100.0%

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

56

CABANG OLAHRAGA * DAYA TAHAN OTOT Crosstabulation

DAYA TAHAN OTOT

Total RENDAH SEDANG TINGGI

CABANG OLAHRAGA SEPAK TAKRAW Count 3 7 13 23

% within CABANG

OLAHRAGA 13.0% 30.4% 56.5% 100.0%

POLO AIR Count 0 1 13 14

% within CABANG

OLAHRAGA .0% 7.1% 92.9% 100.0%

FUTSAL Count 19 0 1 20

% within CABANG

OLAHRAGA 95.0% .0% 5.0% 100.0%

BELA DIRI Count 0 1 18 19

% within CABANG

OLAHRAGA .0% 5.3% 94.7% 100.0%

Total Count 22 9 45 76

% within CABANG

OLAHRAGA 28.9% 11.8% 59.2% 100.0%

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

57

KEKUATAN OTOT * DAYA TAHAN OTOT Crosstabulation

17 13 9 39

22,4% 17,1% 11,8% 51,3%

4 2 23 29

5,3% 2,6% 30,3% 38,2%

1 1 6 8

1,3% 1,3% 7,9% 10,5%

22 16 38 76

28,9% 21,1% 50,0% 100,0%

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

RENDAH

SEDANG

TINGGI

KEKUATAN

OTOT

Total

RENDAH SEDANG TINGGI

DAYA TAHAN OTOT

Total

Chi-Square Tests

23,406a 4 ,000

24,919 4 ,000

14,698 1 ,000

76

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 1,68.

a.

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

58

KEKUATAN OTOT * DAYA TAHAN OTOT Crosstabulation

17 22 39

22,4% 28,9% 51,3%

5 32 37

6,6% 42,1% 48,7%

22 54 76

28,9% 71,1% 100,0%

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

RENDAH

SEDANG + TINGGI

KEKUATAN

OTOT

Total

RENDAH

SEDANG

+ TINGGI

DAYA TAHAN OTOT

Total

KEKUATAN OTOT * DAYA TAHAN OTOT Crosstabulation

17 22 39

22,4% 28,9% 51,3%

5 32 37

6,6% 42,1% 48,7%

22 54 76

28,9% 71,1% 100,0%

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

RENDAH

SEDANG + TINGGI

KEKUATAN

OTOT

Total

RENDAH

SEDANG

+ TINGGI

DAYA TAHAN OTOT

Total

Chi-Square Tests

8,350b 1 ,004

6,952 1 ,008

8,726 1 ,003

,005 ,004

8,241 1 ,004

76

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

10,71.

b.

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

59

MASTER TABEL

No RESPONDEN

JENIS

KELAMIN

CABANG OLAHRAGA KEKUATAN

OTOT

KATEGORI DAYA TAHAN

OTOT

KATEGORI

1. Responden 1 Laki-laki SEPAK TAKRAW 153 Cukup 48 Baik

2. Responden 2 Laki-laki SEPAK TAKRAW 202 Cukup 58 Baik

3. Responden 3 Laki-laki SEPAK TAKRAW 221,5 Baik 40 Cukup

4. Responden 4 Laki-laki SEPAK TAKRAW 117 Kurang 78 Baik Sekali

5. Responden 5 Laki-laki SEPAK TAKRAW 156,5 Cukup 72 Baik Sekali

6. Responden 6 Laki-laki SEPAK TAKRAW 190 Cukup 70 Baik Sekali

7. Responden 7 Laki-laki SEPAK TAKRAW 183 Cukup 60 Baik

8. Responden 8 Laki-laki SEPAK TAKRAW 236 Baik 90 Sempurna

9. Responden 9 Laki-laki SEPAK TAKRAW 103 Kuang 62 Baik

10. Responden 10 Laki-laki SEPAK TAKRAW 192 Cukup 55 Baik

11. Responden 11 Perempuan SEPAK TAKRAW 220,5 Baik Sekali 87 Sempurna

12. Responden 12 Perempuan SEPAK TAKRAW 179 Baik 87 Sempurna

13. Responden 13 Perempuan SEPAK TAKRAW 182,5 Baik Sekali 34 Baik

14. Responden 14 Perempuan SEPAK TAKRAW 143 Baik 50 Baik Sekali

15. Responden 15 Perempuan SEPAK TAKRAW 204,5 Baik Sekali 70 Sempurna

16. Responden 16 Perempuan SEPAK TAKRAW 114 Cukup 32 Cukup

17. Responden 17 Perempuan SEPAK TAKRAW 217 Baik Sekali 45 Baik Sekali

18. Responden 18 Perempuan SEPAK TAKRAW 150,5 Baik 63 Sempurna

19. Responden 19 Perempuan SEPAK TAKRAW 156 Baik 65 Sempurna

20. Responden 20 Perempuan SEPAK TAKRAW 154 Baik 83 Sempurna

21. Responden 21 Perempuan SEPAK TAKRAW 127 Baik 15 Kurang

22. Responden 22 Perempuan SEPAK TAKRAW 140,5 Baik 35 Baik

23. Responden 23 Perempuan SEPAK TAKRAW 236 Baik Sekali 84 Sempurna

24. Responden 24 Laki-laki POLO AIR 217 Baik 91 Sempurna

25. Responden 25 Laki-laki POLO AIR 185 Cukup 92 Sempurna

26. Responden 26 Laki-laki POLO AIR 250 Baik 50 Baik

27. Responden 27 Laki-laki POLO AIR 149 Cukup 96 Sempurna

28. Responden 28 Laki-laki POLO AIR 218 Baik 91 Sempurna

29. Responden 29 Laki-laki POLO AIR 172 Cukup 96 Sempurna

30. Responden 30 Laki-laki POLO AIR 258 Baik 90 Sempurna

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

60

31. Responden 31 Laki-laki POLO AIR 196 Cukup 92 Sempurna

32. Responden 32 Laki-laki POLO AIR 214 Cukup 91 Sempurna

33. Responden 33 Laki-laki POLO AIR 250 Baik 92 Sempurna

34. Responden 34 Laki-laki POLO AIR 245 Baik 91 Sempurna

35. Responden 35 Laki-laki POLO AIR 236 Baik 211 Sempurna

36. Responden 36 Laki-laki POLO AIR 199 Cukup 95 Sempurna

37. Responden 37 Laki-laki POLO AIR 236 Baik 90 Sempurna

38. Responden 38 Laki-laki FUTSAL 236.5 Sempurna 27 Cukup

39. Responden 39 Laki-laki FUTSAL 146 Cukup 23 Kurang

40. Responden 40 Laki-laki FUTSAL 217,5 Baik 18 Kurang

41. Responden 41 Laki-laki FUTSAL 208 Cukup 35 Cukup

42. Responden 42 Laki-laki FUTSAL 110,5 Kurang 26 Cukup

43. Responden 43 Laki-laki FUTSAL 146 Cukup 40 Cukup

44. Responden 44 Laki-laki FUTSAL 101,5 Kurang 31 Cukup

45. Responden 45 Laki-laki FUTSAL 100 Kurang 20 Kurang

46. Responden 46 Laki-laki FUTSAL 10,6 Kurang 39 Cukup

47. Responden 47 Laki-laki FUTSAL 156,5 Cukup 20 Kurang

48. Responden 48 Laki-laki FUTSAL 145,5 Cukup 30 Cukup

49. Responden 49 Laki-laki FUTSAL 106,5 Kurang 26 Cukup

50. Responden 50 Laki-laki FUTSAL 184 Cukup 20 Kurang

51. Responden 51 Laki-laki FUTSAL 135 Kurang 75 Baik Sekali

52. Responden 52 Laki-laki FUTSAL 156 Cukup 41 Cukup

53. Responden 53 Laki-laki FUTSAL 103 Kurang 30 Cukup

54. Responden 54 Laki-laki FUTSAL 117 Kurang 30 Cukup

55. Responden 55 Laki-laki FUTSAL 134 Kurang 43 Cukup

56. Responden 56 Laki-laki FUTSAL 227 Baik 29 Cukup

57. Responden 57 Laki-laki FUTSAL 129 Kurang 30 Cukup

58. Responden 58 Laki-laki KARATE 214 Cukup 89 Sempurna

59. Responden 59 Laki-laki KARATE 195 Cukup 96 Sempurna

60. Responden 60 Laki-laki KARATE 228 Baik 95 Sempurna

61. Responden 61 Perempuan KARATE 139 Baik 81 Sempurna

62. Responden 62 Perempuan KARATE 190 Baik Sekali 82 Sempurna

63. Responden 63 Perempuan KARATE 139 Baik 85 Sempurna

64. Responden 64 Perempuan KARATE 109 Cukup 90 Sempurna

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

61

65. Responden 65 Laki-laki PENCAK SILAT 245 Baik 93 Sempurna

66. Responden 66 Laki-laki PENCAK SILAT 232 Baik 91 Sempurna

67. Responden 67 Laki-laki PENCAK SILAT 220 Baik 97 Sempurna

68. Responden 68 Laki-laki PENCAK SILAT 171 Cukup 55 Baik

69. Responden 69 Laki-laki PENCAK SILAT 156 Cukup 91 Sempurna

70. Responden 70 Laki-laki PENCAK SILAT 283 Baik Sekali 96 Sempurna

71. Responden 71 Perempuan PENCAK SILAT 154 Baik 50 Baik Sekali

72. Responden 72 Perempuan TAEKWONDO 148 Cukup 90 Sempurna

73. Responden 73 Perempuan TAEKWONDO 147 Cukup 100 Sempurna

74. Responden 74 Laki-laki TAEKWONDO 227 Baik 85 Baik Sekali

75. Responden 75 Laki-laki TAEKWONDO 249 Baik 99 Sempurna

76. Responden 76 Laki-laki TAEKWONDO 218 Baik 97 Sempurna

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT DENGAN DAYA …

60

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Yudi Hardianto

Tempat / tanggal lahir : Wakatobi, 10 Desember 1990

Alamat : Pondok Pak Jaksa (samping Masjid Nurul Iman)

Jl. Sahabat 4, Tamalanrea, Makassar 90245

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki- laki

Nama Orang Tua

Ayah : Zudin (Alm)

Ibu : Sayana

Alamat Orang Tua : Dusun Hanta, Kel. Lau-Lua, Kec. Kaledupa, Wakatobi,

Sulawesi Tenggara

Riwayat Pendidikan

1. TK Dharma Wanita Lau-Lua

2. SDN Sampowatu

3. MTs Negeri 1 Kaledupa

4. SMA Negeri 1 Kaledupa

5. Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar