esaunggul.ac .id-perbedaan pengaruh metode latihan beban terhadap kekuatan dan daya tahan otot...

29
esaunggul.ac.id http://www.esaunggul.ac.id/article/perbedaan-pengaruh-metode-latihan-beban-terhadap-kekuatan-dan- daya-tahan-otot-biceps-brachialis-ditinjau-dari-perbedaan-gender-studi-komparasi-pemberian-latihan- beban-metode-delorme-dan-metode-oxford/ Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Dari Perbedaan Gender (Studi Komparasi Pemberian Latihan Beban Metode Delorme dan Metode Oxford Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fisioterapi - edit Syahmirza Indra Lesmana Fisioterapi – Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Jakarta 11510 [email protected] Pendahuluan Olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Dianggap kebutuhan karena manusia adalah mahluk yang bergerak. Manu-sia dalam melakukan aktifitasnya tidak pernah terlepas dari proses gerak, sebab tidak ada kehidupan tanpa adanya gerakan.Olahraga sendiri bersifat universal. Dengan kata lain olahraga dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat tidak memandang suku, ras, agama, latar belakang pendidikan, status ekonomi maupun gender. Baik laki laki maupun wanita dapat melakukan aktifitas olah-raga tanpa pengecualian.Pencapaian prestasi olahraga memiliki beberapa komponen penting yang perlu menjadi perhatian. Komponen tersebut adalah kapasitas kerja kardiovaskuler, pulomonal, performa otot, fleksibilitas, agilitas, dan bebe-rapa aspek psikologi dan sosial. Performa otot sendiri terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, dan makroskopik otot. Otot sebagai salah satu komponen yang dapat menghasilkan gerakan melalui kontraksinya membutuhkan suatu kekuatan untuk menghasilkan performance yang tinggi. Kerja otot yang maksimal dapat meningkatkan kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi individu dalam berolahraga. Performa otot yang tinggi tersebut ditentukan oleh kekuatan dan daya tahan otot. Kekuatan otot adalah kemampuan maksimal dari otot untuk berkontraksi. Kekua-tan otot ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, ukuran cross sectional otot, jenis serabut otot, tipe kontraksi otot, ketersedian energi dalam aliran darah, hubungan antara panjang dan tegangan otot pada waktu kontraksi dan recruitmen motor unit (footnote).

Upload: hestikurniaa

Post on 28-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

esaunggul.ac.idhttp://www.esaunggul.ac.id/article/perbedaan-pengaruh-metode-latihan-beban-terhadap-kekuatan-dan-daya-tahan-otot-biceps-brachialis-ditinjau-dari-perbedaan-gender-studi-komparasi-pemberian-latihan-beban-metode-delorme-dan-metode-oxford/

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan BebanTerhadap Kekuatan Dan Daya Tahan OtotBiceps Brachialis Ditinjau Dari PerbedaanGender (Studi Komparasi Pemberian LatihanBeban Metode Delorme dan Metode OxfordPada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan danFisioterapi - edit

Syahmirza Indra Lesmana

Fisioterapi – Universitas Esa Unggul, Jakarta

Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Jakarta 11510

[email protected]

Pendahuluan

Olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Dianggap kebutuhan karena manusiaadalah mahluk yang bergerak. Manu-sia dalam melakukan akt if itasnya t idak pernah terlepasdari proses gerak, sebab t idak ada kehidupan tanpa adanya gerakan.Olahraga sendiri bersifatuniversal. Dengan kata lain olahraga dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat t idakmemandang suku, ras, agama, latar belakang pendidikan, status ekonomi maupun gender. Baiklaki laki maupun wanita dapat melakukan akt if itas olah-raga tanpa pengecualian.Pencapaianprestasi olahraga memiliki beberapa komponen pent ing yang perlu menjadi perhat ian.Komponen tersebut adalah kapasitas kerja kardiovaskuler, pulomonal, performa otot ,f leksibilitas, agilitas, dan bebe-rapa aspek psikologi dan sosial. Performa otot sendiri terdiri darikekuatan otot , daya tahan otot , dan makroskopik otot .

Otot sebagai salah satu komponen yang dapat menghasilkan gerakan melalui kontraksinyamembutuhkan suatu kekuatan untuk menghasilkan performance yang t inggi. Kerja otot yangmaksimal dapat meningkatkan kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya akanmeningkatkan prestasi individu dalam berolahraga. Performa otot yang t inggi tersebutditentukan oleh kekuatan dan daya tahan otot .

Kekuatan otot adalah kemampuan maksimal dari otot untuk berkontraksi. Kekua-tan otot inidipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, ukuran cross sect ional otot , jenis serabut otot , t ipekontraksi otot , ketersedian energi dalam aliran darah, hubungan antara panjang dan teganganotot pada waktu kontraksi dan recruitmen motor unit (footnote).

Page 2: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk mengulangi kontraksi dalam jumlah tertentu.Daya tahan otot sendiri dipengaruhi oleh sist im energi yang digunakan oleh otot tersebut.Secara umum serabut otot terbagi atas serabut otot cepat dan serabut otot lambat. Keduaserabut otot tersebut dikenal dengan nama slow twicht muscle dan fast twicht muscle. Padaotot t ipe slow twitch (t ipe 1) ketahanan terhadap kelelahan t inggi sehing-ga otot tersebutrelat if memiliki daya tahan yang lebih baik. Sedang otot t ipe fast twicth (t ipe 2) memilikiketahanan terhadap kelelahan rendah sehingga relat if lebih lemah.

Salah satu otot yang memiliki peran pent ing dalam berakt if itas olahraga adalah otot BicepsBrachialis. Otot ini memiliki fungsi utama sebagai pengerak sendi siku untuk gerakan f leksi.Gerakan f leksi sendiri memiliki peran pent ing dalam beberapa cabang olah-raga sepert i tenis,bulutangkis, bahkan berlari. Otot yang memiliki dua kaput (kepala) yang berorigo padatuberculum supraglenoidalis dan processus coracoideus dan berinsert io pada tuberositasradii. Otot biceps brachialis adalah otot yang dominan memiliki serabut otot t ipe II atau t ipefast twicth. Otot t ipe fast twicth adalah otot yang memiliki serabut otot put ih sehingga memilikikontraksi otot sepat dan tajam. Sebagai otot t ipe I yang merupakan penggerak sendi makaotot tersebut akan dapat dengan mudah mengalami peningkatan kekuatan otot bila di berikanlat ihan khususnya lat ihan beban.

Kekuatan otot dapat dit ingkatkan dengan melakukan suatu lat ihan. Lat ihan dapat dilakukandengan menggunakan lat ihan weight training, dimana dengan lat ihan ini dapat terjadipenambahan jumlah sarkomer dan sera-but otot (f ilamen akt in dan miosin yang diper-lukandalam kontraksi otot), sehingga dengan terbentuknya serabut-serabut otot yang baru makakekuatan otot dapat meningkat.

Lat ihan weight training dapat dilakukan antara lain dengan teknik lat ihan isometrik, isokinet ikdan isotonik. Ket iga teknik lat ihan tersebut mempunyai pengaruh pada pening-katan kekuatanotot tetapi respon yang terjadi pada masing-masing teknik mempunyai ciri khas tersendiri. Lat ihan dengan teknik isotonik merupakan suatu teknik lat ihan yang paling sering dilakukanuntuk meningkatkan kekuatan otot .

Lat ihan dengan teknik isotonik adalah lat ihan dinamik yang dilakukan dengan prinsipresisten/beban yang konstan dan ada peru-bahan panjang otot . Pada lat ihan isotonik dapatdiberikan dengan beban atau sering disebut dengan ‘heavy resistance exercise’, yangmerupakan metode paling berguna untuk lat ihan penguatan otot . Karena lat ihan ini merupakanlat ihan yang dinamik maka lat ihan ini dapat meningkatkan tekanan intramuskuler danmenyebabkan peningkatan aliran darah, sehingga lat ihan ini t idak cepat menimbulkan kelelahan.Pada lat ihan isotonik ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya adalah metodeDe Lorme dan metode Oxford.

Metode De Lorme dan metode Oxford merupakan metode isotonic resistance exercise. “Isotonicresistance exercise adalah suatu ben-tuk lat ihan dengan melakukan gerakan dinamis melawantahanan pada sepanjang lingkup gerak sendi” (Nancy Keisner, 1998). Pada lat ihan metode DeLorme dilakukan dengan memberikan beban dari beban rendah ke t inggi. Sebaliknya lat ihan

Page 3: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

metode Oxford diberikan dengan beban dari t inggi ke rendah.

Struktur anatomis baik morfologis mau-pun histologis terdapat perbedaan antara laki laki danwanita. Perbedaan tersebut mulai tampak jelas pada akhir usia adolesen (remaja) yaitu padakisaran umur 17 – 18 tahun. Perbedaan tersebut terjadi pada sist im kardio-vaskuler dan repirasi,sist im hormonal, sist im syaraf begitu juga sist im muskuloskeletal. Perbedaan pada sist immuskuloskeltal tampak pada bentuk tubuh dimana wanita memiliki bahu yang lebih sempit darilaki laki. Selain itu pula perbedaan juga dapat terjadi pada struktur otot , dimana otot pada lakilaki lebih sedikit mengandung lemak. Sehingga demikian kemampuan otot pada laki lakiberpotensi memiliki kekuatan yang lebih besar dari wanita.

Selain masalah energi yang berbeda, perbedaan struktur antara laki laki dan wanita jugaberbeda dimana laki laki berpotensi memiliki kekuatan otot yang lebih kuat diban-ding wanita,maka dampak lat ihan juga dapat diduga berbeda. Perbedaan gender ini ter-masuk juga dalampengembangan kekuatan otot . Secara teori kekuatan otot diperoleh dari prinsip lat ihan bebanyang bersifat overload, progressif dan dimulai dari otot besar ke otot kecil.

Berdasarkan latar belakang diatas dan perlu diketahui bentuk metode lat ihan sepert i apa bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot pada masing masing gender, maka diang-kattopik tersebut melalui suatu penelit ian dan memaparkannya dalam pembuatan thesis denganjudul “Perbedaan Pengaruh Pemberian Lat ihan Metode De Lorme dengan Lat ihan MetodeOxford terhadap Peningkatan Kekuatan dan Daya Tahan Otot Biceps brachii dit injau dariGender “

Kekuatan dan Daya Tahan Otot Biceps brachii

Kekuatan Otot

Kekuatan otot adalah ist ilah umum yang mempunyai pengert ian yang bermacam-macam,antara lain; kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot menghasilkan tegangan dantenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun stat is. Kekuatan otot dapat jugaberart i kekuatan maksimal otot yang ditunjang oleh cross-sectional otot yang merupakankemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi.

Otot skeletal manusia dewasa secara keseluruhan dapat menghasilkan kekuatan otot kuranglebih 22000 kg. Otot dalam berkontraksi dan menghasilkan tegangan memerlukan suatutenaga/kekuatan. Kekuatan otot selain dipe-ngaruhi oleh usia dan jenis kelamin, juga dipe-ngaruhi oleh beberapa faktor sepert i faktor biomekanik, faktor neuromuscular, faktor meta-bolisme dan faktor psikologis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot :

1. Usia dan jenis kelamin

Kekuatan otot mulai t imbul sejak lahir sampai dewasa dan terus meningkat terutama pada usia20 sampai 30-an dan secara gradual menurun seiring dengan peningkatan usia. Pada umumnya

Page 4: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

bahwa pria lebih kuat dibandingkan dengan wanita.

Kekuatan otot pria muda hampir sama dengan wanita muda sampai menjelang usia puber,setelah itu pria akan mengalami peningkatan kekuatan otot yang signif ikan dibanding wanita,dan perbedaan terbesar t imbul selama usia pertengahan (antara usia 30 sampai 50).Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan massa otot setelah puber, karenasetelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar dibandingkan dengan massa otot wanita.

2. Ukuran cross sectional otot .

Semakin besar diameter otot maka akan semakin kuat. Suatu hasil penelit ian menunjukkanbahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara f isiologis cross sectional area dantegangan maksimal pada otot ket ika dilakukan st imulasi elektrik.

“Kekuatan otot skeletal manusia dapat menghasilkan kekuatan kurang lebih 3-8 kg/cm2 padacross sectional area tanpa memperhat ikan jenis kelamin”. Namun variabilitas cross sectionalarea pada suatu otot akan berbeda set iap saat karena pengaruh lat ihan dan inakt if itas.

3. Hubungan antara panjang dan tegangan otot pada waktu kontraksi.

Otot menghasilkan tegangan yang t inggi pada saat terjadi sedikit perubahan pan-jang ototket ika berkontraksi. “Tenaga kontrakt il otot yang terbesar adalah ket ika otot dalam keadaanekstensi penuh karena pada saat full ekstensi, otot dalam keadaan 1/3 kali lebih panjangdaripada saat ist irahat“.

Tenaga pada otot dapat terus berkurang ket ika otot berkontraksi (memendek). Ket ika ototdalam kontraksi penuh maka tenaga kontrakt il yang dihasilkan dapat berkurang sampai nol. Danyang harus menjadi catatan adalah selama peman-jangan otot tenaga kontrakt il t idak meng-hasilkan proporsi yang sama.

4. Recruitmen motor unit .

Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan kekuatan otot . Motor unit adalah unitfungsional dari sistem neuro-muscular yang terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari axon,dendrit dan cell body) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch fiber dan fast twitch fiber).

Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengakt ifkan sedikit motor unit , tetapi kontraksidengan tenaga besar akan meng-akt ifkan banyak motor unit . Tidak semua motor unit padaserabut otot akt if pada saat yang sama. Hal itu berart i pada kontrol neural fast twitch fiber danslow twitch fiber akan memodulasi secara selekt if jenis serabut yang akan digunakan sesuaidengan karakterist iknya. Jenis lat i-han akan mempengaruhi motor unit yang akt if , padaresistance exercise atau lat ihan untuk meningkatkan kekuatan otot akan mengakt ifkan fasttwitch fiber sedangkan pada lat ihan untuk meningkatkan endu-rance akan mengakt ifkan slowtwitch fiber.

5. Tipe kontraksi otot .

Page 5: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Otot mengeluarkan tenaga paling besar ket ika kontraksi eksentrik (memanjang) melawantahanan. Dan otot juga menge-luarkan tenaga lebih sedikit ket ika kontraksi isometrik sertamengeluarkan tenaga yang paling sedikit ket ika kontraksi konsentrik (memendek) melawanbeban.

6. Jenis serabut otot .

Karakterist ik t ipe serabut otot memiliki peranan pada sifat kontrakt il otot sepert i kekuatan,endurance, power, kecepatan dan ketahanan terhadap kelelahan/fatigue. Tipe serabut II A danB (fast twitch fiber) memiliki kemampuan untuk menghasilkan sejumlah tegangan tetapi sangatcepat mengalami kelelahan/fatigue. Tipe I (slow twitch fiber) menghasilkan sedikit tegangan dandilakukan lebih lambat dibandingkan dengan t ipe serabut II tetapi lebih tahan terhadapkelelahan/fatigue.

7. Ketersediaan energi dan aliran darah.

Otot membutuhkan sumber energi yang adequat untuk berkontraksi, menghasilkan tegangan,dan mencegah kelelahan/fatigue. Tipe serabut otot yang predominan dan suplai darah yangadequat, serta t ransport oksigen dan nutrisi ke otot , akan mempe-ngaruhi hasil tegangan ototdan kemam-puan untuk melawan kelelahan/fatigue.

8. Kecepatan kontraksi.

Torsi yang besar dihasilkan pada kecepatan yang lebih rendah. Kecepatan berart i rata-ratagerakan dalam arah tertentu.

Kecepatan pemendekan atau pemanjangan otot secara substansial akan mempengaruhitegangan otot yang terjadi selama kontraksi. Penurunan tegangan kontraksi terjadi ket i-kapeningkatan kecepatan, saat pemen-dekan otot merupakan dasar penjelasan jumlah links yangterbentuk per unit waktu antara f ilamen akt in dan miosin. Pada kece-patan lambat, jumlahmaksimum cross-bridge dapat terbentuk. Semakin cepat f ilamen akt in dan miosin slide terhadapsatu dengan yang lain, semakin kecil jumlah links yang terbentuk antara f ilamen-f ilamen dalamsatu unit waktu dan semakin kecil tegangan yang terjadi.

Kecepatan kontraksi berbanding terbalik dengan besar beban pada otot atau dengan kata lainberart i semakin cepat kontraksi maka tegangan yang dihasilkan semakin kecil.

9. Mot ivasi.

Mot ivasi yang t inggi akan mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan kekuatan yangmaksimal. Oleh karena itu Test i harus mau melakukan usaha yang maksimal agar menghasilkankekuatan maksimal.

Perubahan sistem neuromuscular da-lam peningkatan kekuatan otot

Hypertropi

Page 6: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Kapasitas kekuatan otot secara lang-sung berhubungan dengan f isiologi cross sectional areapada serabut otot . Dengan desain lat ihan yang spesif ik dapat mening-katkan kekuatan otot ,dan ukuran serabut otot skeletal yang disebut hypertropi. Faktor yang berperan pada hypertropimeliput i; pening-katan jumlah protein pada serabut otot , peningkatan kepadatan kapiler,perubahan bio-kimia pada serabut otot .

Walaupun masih dalam tanda tanya, diduga bahwa kekuatan otot juga dapat dit ing-katkandengan resistance exercise yang menyebabkan terjadinya hyperplasia yaitu peningkatan jumlahserabut otot . Peningkatan ini dapat disebabkan oleh gerak longitudinal serabut otot . Hal inibelum bisa dipast ikan karena gerak serabut otot tersebut baru dilaku-kan penelitan padabinatang.

Recruitmen

Faktor lain yang pent ing yang mempengaruhi kapasitas otot untuk mening-katkan kekuatanotot adalah peningkatan jumlah recruitmen motor unit . Banyaknya jumlah motor unit yang akt ifakan mengha-silkan kekuatan otot yang besar.

Perubahan pada jaringan nonkon-trakt il

Program lat ihan yang didesain untuk meningkatkan kekuatan otot dapat juga meningkatkankekuatan pada jaringan non-kontrakt il sepert i; tulang, tendon dan ligamen.

Prinsip untuk meningkatkan kekuatan

Prinsip overload

Untuk meningkatkan kekuatan otot , beban yang melebihi kapasitas metabolik otot harusdigunakan selama lat ihan. Karena hal ini akan membuat hypertropi otot dan pening-katanrecruitmen sehingga akan meningkatkan kekuatan otot .

Kapasitas otot untuk menghasilkan tegangan yang t inggi dapat dicapai dengan lat ihanintensitas t inggi (lat ihan dengan mela-wan beban berat) dan dengan repet isi yang relat if rendah.

Berdasarkan penjelasan diatas maka kekuatan otot quadriceps berart i kemampuan ototquadriceps untuk menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal. Untuk itu makaharus diketahui terlebih dahulu anatomi dari otot quadriceps itu sendiri.

Daya tahan otot

Dalam melakukan fungsinya otot t idak hanya memiliki kekuatan untuk dapat bergerak. Gerakakan menjadi fungsional bila gerakan tersebut dapat dilakukan berulang ulang. Kapasitas untukdapat terus melakukan pengu-langan akt if itas otot , sepert i ket ika melakukan push up dan situp secara terus menerus dikenal dengan ist ilah daya tahan otot

Daya tahan otot dapat dit ingkatkan melalui peningkatan kekuatan otot , juga dapat

Page 7: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

dit ingkatkan dengan perubahan pada lokal metabolisme dan fungsi sirkulasi. Sesuai denganserabut otot , maka serabut otot t ipe 1 atau serabut slow twicht yang lebih banyak memilikialiran darah dan berwarna merah memiliki daya tahan otot yang lebih baik.

Anatomi dan Fisiologi otot Biceps Brachialis

Otot biceps brachialis merupakan salah satu skeletal dimana jika dilihat melalui mikros-kopterdapat serat melintang yaitu adanya pita atau garis gelap dan garis terang yang ter-susunsecara bergant ian. Otot ini merupakan jenis otot volunter dimana otot ini dipersyaraf i olehsistem syaraf somat is.

Ciri struktural yang paling menonjol dari otot biceps brachialis sebagai otot skelet adalahbanyaknya miof ibril yang merupakan unsur unsur kontrakt il yang mencapai 80% dari volu-meserat otot .

Otot biceps brachialis merupakan salah satu penggerak tubuh yang fungsi utamanya untukmenggerakan f leksi siku dan juga membantu gereakan supinasi pada lengan bawah.

Otot biceps brachialis memiliki dua origo dan dua insert io. Origo otot biceps brachialis terdiri daricaput longum yang berhubungan dengan tuberculum supragle-noidalis dan caput brevis yangberhubungan dengan prosessus coracoideus. Kedua caput itu bersatu set inggi insert io Mdeltoideus, kedalam M Biceps Brachialis dan berakhir dengan dua tendon. Tendo yang lebihkuat berinsert io pada tuberositas radii yang ditutupi oleh bursa bicipitoradialis. Tendon lainnyaadalah berben-tuk t ipis yaitu aponeurosis bicipitalis. Serabut serabutnya membentuk lanjutanbagian caput brevis yang ,memancar ke fascia lengan bawah pada sisi ulnaris. Caput longummelintang sendi bahu dan dibungkus oleh selubung sinovial yang terbentang sepanjang sulcusintertubercularis humeri. Disini otot menggu-nakan caput humeri sebagai t it ik tumpu. M Bicepsbrachialis bekerja pada dua sendi yaitu pada sendi bahu dan sendi siku, dimana pada sendi bahuorigo yang dimulai dari caput longum berfungsi untuk abduksi, anteversi, dan internal rotasi.Sedangkan origo yang dimulai dari caput brevisnya berfungsi untuk abduksi, anteversi daninternal rotasi. Kedua bagian berfungsi sebagai penyangga lengan. Pada sendi siku otot bicepsbrachialis berfungsi untuk gerakan f leksi dan supinasi. Tendi m Biceps brachialis caput longummudah sekali mengalami cidera oto, sendi maupun ten-donnya. M Biceps brachialis membentukcetakan relief sisi ventral lengan atas. Berhu-bungan erat dengan caput brevisnya terdapat Mcoracobrachialis dan pda bagian dalam terdapat M brachialis.

Kontraksi Otot

Fisiologi Otot

Otot adalah jaringan yang terbesar dalam tubuh. Secara umum otot dibagi men-jadi t iga jenisyaitu; otot skeletal, otot jantung dan otot polos. Namun yang akan dibahas dalam kajian teoripenelit ian ini adalah otot skeletal.

Struktur otot skeletal

Page 8: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Otot merupakan suatu jaringan yang dapat dieksitasi yang kegiatannya berupa kon-traksi,sehingga otot dapat digunakan untuk memindahkan bagian-bagian skelet yang berart i suatugerakan dapat terjadi. Hal ini terjadi karena otot mempunyai kemampuan untuk ekstensibilitas,elastisitas, dan kontrak-tilitas.

Dalam tubuh manusia terdapat lebih dari 500 otot skeletal dan merupakan otot yangmembentuk 40% tubuh. Otot ini terdiri dari serabut otot (muscle fiber) yang berdiameter sekitar10-80 mikron dan panjang meliput i hampir seluruh panjang otot (berkisar sampai beberapapuluh cent imeter) serta dipersaraf i oleh satu saraf .

Otot rangka tersusun dari serat-serat yang dikenal dengan building bloks sistem otot . Hampirseluruh otot rangka berawal dan berakhir pada tendo dimana serat-serat otot rangka tersusunsejajar diantara ujung-ujung tendo sehingga akan terjadi reaksi saling menguatkan dayakontraksi set iap unit . Set iap serat otot merupakan satu sel otot yang berint i banyak,memanjang, silindris dan diliput i oleh membran sel yang dinamakan sarcolemma.

Serat/serabut otot rangka tersusun dari myof ibril yang terbagi dalam beberapa f ilamen serat .Sedangkan f ilamen-f ilamen tersebut terbentuk dari protein-protein kontrakt il yaitu: miosin(berat molekul 460.000), akt in (berat molekul 43.000), t ropomyosin (berat molekul 70.000),t roponin (berat molekul antara 18.000-35.000 dan terdiri dari t roponin I, t ro-ponin T, t roponin C).

Filamen-f ilamen yang tersusun dari protein kontrakt il dibagi dalam dua jenis yaitu; f ilamen t ipisdan f ilamen tebal. Filamen-f ilamen t ipis tersusun dari akt in, t ropomyosin, dan troponin.Sedangkan f ilamen tebal tersusun dari miosin dengan diameter kurang lebih dua kali diameterf ilamen t ipis.

Pada Filamen tebal, jenis miosin yang terdapat dalam otot adalah bentuk miosin II dengan duakepala berbentuk globular dan ekor yang panjang. Kepala dan leher molekul-molekul miosinmembentuk ikatan silang (cross-link) dengan akt in. Miosin mempunyai rantai tebal dan rantait ipis, dan kepalanya tersusun dari rantai-rantai t ipis dan bagian-bagian ujung rantai tebal yangberupa gugus amino. Kepala miosin mempunyai bagian yang berikatan dengan akt in (actinbinding site) dan bagian yang bersifat katalit ik yang dapat menghidrolisis ATP.

Filamen t ipis merupakan polimer yang terdiri dari dua rantai akt in yang membentuk double helixyang panjang. Molekul-molekul t ropomyosin merupakan f ilamen-f ilamen pan-jang yang terletakdi sepanjang alur diantara dua rantai akt in. Tiap f ilamen t ipis mengandung 300-400 molekulakt in dan 40-60 molekul t ropomyosin. Molekul t roponin meru-pakan unit -unit bulat kecil denganjarak tertentu di sepanjang molekul t ropomyosin. Troponin T mengikat komponen lain t roponinpada tropomyosin. Troponin I menghalangi interaksi miosin dan akt in, dan troponin C

mengandung tempat pengikatan Ca2+ yang akan memicu kontraksi.

Set iap f ilamen tersusun berselang-seling antara akt in dan miosin serta sejajar antara masing-masing jenis f ilamen. Karena letaknya yang sejajar tersebut serta pem-biasannya terhadapcahaya yang t idak sama, maka kelihatan serabut otot ini terdiri dari bagian melintang (bands)

Page 9: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

yang disebut bagian I dan bagian A. Bagian I kelihatan lebih terang mengandung f ilamen akt indan bagian A yang terlihat lebih gelap mengandung f ilamen miosin serta sebagian dari f ilamenakt in yang letaknya bersisian dengan f ilamen miosin. Filamen-f ilamen ini lekat pada membranatau garis Z dan bagian antara dua membran Z ini disebut sarcomer.

Struktur dan susunan f ilamen akt in dan miosin serta sarcomer terlihat dalam gambar berikut :

Sumber: Hasil Olahan Data

Gambar 1

Struktur jaringan otot

Jika serabut otot teregang normal, panjang sarcomer kira-kira 2 mikron dan dalam keadaan initerdapat f ilamen akt in dan miosin yang letaknya bersisian (overlap), sedangkan jika otot itudiregang ujung sesama f ilamen akt in menjauh dan t imbullah daerah terang di tengah bagian A.Inilah yang disebut zone H. Dalam keadaan kontraksi zone H t idak akan terlihat , karenaperubahan panjang sarcomer berkisar 1,6 mikron sampai 2 mikron, dan dalam keadaan ini letakf ilamen akt in dan miosin bersisian dan hal ini juga terjadi pada sesama f ilamen akt in. Di tengahdari zone H terdapat garis lintang yang disebut sebagai garis M. Garis M merupakan tempatpemba-likan polaritas molekul miosin diset iap f ilamen tebal. Di tempat-tempat tersebutditemukan hubungan silang yang t ipis yang menjaga kete-raturan susunan f ilamen tebal.

Myof ibril berada dalam suatu lingku-ngan yang terdiri dari enzim protein dan mineral yangdisebut sarcoplasma. Di dalam sarcoplasma terdapat suatu jaringan yang letaknya sejajardengan f ibril berbentuk longitudinal yang disebut ret iculum sarcoplas-ma, disamping itu terdapatpula tubulus yang letaknya tegak lurus terhadap serabut otot yang disebut tubulus t ransversalatau tubulus T. Ret iculum sarcoplasma dan tubulus T (sistem T) ini membentuk suatu sistemyang disebut dengan sistem sarcotubuler.

Sietem T tubulus t ransversal yang merupakan kelanjutan dari membran serat otot , membentuksuatu kisi yang ditembus oleh f ibril-f ibril otot . Ret iculum sarcoplasma yang membentuk t irait idak beraturan disekeliling t iap f ibril, melebar di bagian ujungnya yang dinamakan sisternaterminal yang sangat berdekatan dengan sistem T di tempat-tempat pertemuan pita A dan pitaI.

Energi dan metabolisme otot

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimiamenjadi energi mekanik. Sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat fosfatorganik berenergi t inggi yang terdapat dalam otot . Selain itu sumber utama energi diperoleh darimetabolisme intermedier karbohidrat-lipid dan hidrolisis ATP yang meng-hasilkan energi untukkontraksi.

Kontraksi Otot

Page 10: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Dasar molekular kontraksi

Proses yang mendasari pemendekan elemen-elemen kontrakt il di otot adalah per-geseranf ilamen-f ilamen t ipis pada f ilamen-f ilamen tebal. Lebar pita A tetap, sedangkan garis-garis Zbergerak saling mendekat ket ika otot berkontraksi dan saling menjauh bila otot diregang.

Selama kontraksi otot , pergeseran ter-jadi bila kepala-kepala myosin berikatan erat dengandengan akt in, melekuk pada tempat hubungan kepala miosin dengan lehernya, dan kemudianterlepas kembali. Ayunan tenaga ini bergantung kepada hidrolisis ATP secara simultan. Sikluskejadian untuk sejumlah besar kepala miosin berlangsung dalam waktu yang bersamaan atauhampir bersamaan. Set iap ayunan tenaga akan memendekkan sarcomer kurang lebih 10 nm.Set iap f ilamen tebal mengandung 500 kepala miosin, dan siklus ini terulang 5 kali per det ikselama berlang-sungnya kontraksi cepat.

Proses terpicunya kontraksi oleh depo-larisasi serat otot dinamakan proses pasangan eksitasi-kontraksi. Potensial aksi dihantarkan ke seluruh f ibril yang terdapat dalam serat otot melalui

sistem T. Impuls dari sistem T ini memicu pelepasan ion Ca2+ dari sisterna terminal, yaitu

kantung lateral ret iculum sarkoplasma yang bersebelahan dengan sis-tem T. Dimana Ion Ca2+

ini memicu terjadinya kontraksi. Ca 2+ memicu kontraksi karena diikat oleh troponin C. Padakeadaan otot yang ist irahat, t roponin I terikat erat dengan akt in, dan tropomyosin menutupitempat-tempat untuk mengikat kepala miosin di molekul akt in. Jadi, kompleks troponin-tropomyosin mem-bentuk protein relaksan yang menghambat interaksi akt in dengan miosin.

Bila ion Ca2+ yang dilepaskan oleh potensial aksi diikat oleh troponin C, ikatan antara t roponin Idengan akt in tampaknya melemah, dan hal ini memungkinkan tropomyosin bergerak ke late-ral.Gerakan ini membuka tempat-tempat pengikatan kepala-kepala myosin. ATP kemu-dian teruraidan terjadi kontraksi. Set iap satu molekul t roponin mengikat ion kalsium, tujuh tempatpengikatan miosin terbuka.

Segera setelah melepaskan Ca2+, ret i-culum sarcoplasma mulai mengumpulkan kembali Ca2+

dengan transport akt if ke dalam bagian longitudinal ret iculum. Pompa yang bekerja adalah

Ca2+- Mg2+ ATPase. Ca2+ kemu-dian berdifusi ke dalam sisterna terminal, tempat

penyimpanannya, sampai dilepaskann oleh potensial aksi berikutnya. Bila kadar Ca2+ di luarret iculum sudah cukup rendah, interaksi kimiawi antara miosin dan akt in terhent i dan ototrelaksasi.

Depolarisasi membran tubulus T meng-giatkan ret iculum sarcoplasma melalui reseptor

dihidropiridin, yang merupakan saluran Ca2+ bergerbang voltase (voltage-gated) di mem-bran

tubulus T. Di otot jantung inf luks Ca2+ melalui saluran-saluran tersebut akan memicu pelepasan

Ca2+ yang disimpan di ret iculum sarcoplasma. Tetapi di otot rangka, masuknya Ca2+ dari CES

melaui jalan ini t idak dibutuhkan untuk pelepasan Ca2+. Di otot rangka reseptor dihidropiridin

berfungsi sebagai sensor tega-ngan list rik dan pemicu yang melepaskan Ca2+ dari ret iculumsarkoplasma yang berdekatan. Dinamakan reseptor dihidopiridin karena reseptor tersebut

Page 11: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

dihambat oleh obat dihidro-piridin. Ia mempunyai empat daerah homolog, masing-masing

menjangkau membran tubulus T enam kali. Saluran Ca2+ di ret iculum sako-plasma yang dilalui

Ca2+ untuk keluar, bukan reseptor bergerbang voltase dan dinamakan reseptor rianodin karenareseptor ini akan tetap terbuka oleh adanya alkaloid rianodin tum-buhan.

Secara molekuler, kontraksi otot terjadi karena tarikan antara f ilamen miosin dengan akt inmelalui bagian yang menjembatani antara keduanya dan disebut “cross bridge”. Kepala daricross bridge ini dapat melekat pada f ilamen akt in dan tempat melekatnya dapat bervariasi yangditentukan oleh panjangnya bagian dari jembatan ini yang disebut rod, dan yang dapat bergeraksepert i engsel.

Besarnya tegangan yang t imbul dalam otot yang berkontraksi ditentukan oleh pan-jangnyasarcomer. Jika f ilamen akt in telah tertarik seluruhnya menjauhi f ilamen miosin, maka tegangandalam otot mendekat i nol. Jika sarcomer memendek dan letak bersisian antara akt in dan miosinmakin lama bertambah banyak, tegangan dalam otot makin lama ber-tambah kuat sampai ototitu memendek menjadi 2,2 mikron. Pada saat itu letak f ilamen akt in dan miosin bersisian, tetapibelum mencapai pertengahan dari f ilamen miosin. Jika pemendekan bertambah sampai tercapaipanjang sarcomer 2 mikron, tegangan otot tadi masih terus dipertahankan, jika pemendekan inimencapai nilai antara 2 mikron sampai 1,65 mikron dan ujung-ujung f ilamen akt in menga-lamiletak bersisian, maka terjadi pengurangan tegangan otot .

Kontraksi maksimum terjadi apabila letak bersisian dari f ilamen akt in paling banyak, karenadalam keadaan ini jumlah cross bridge yang menghubungkannya dengan f ilamen mio-sin jugapaling banyak. Hal ini memperkuat dugaan bahwa bertambah banyak jumlah cross bridge yangmenghubungkan akt in dan miosin maka bertambah pula kekuatan kontraksi otot .

Kontraksi otot skeletal dimulai oleh suatu aksi potensial yang berasal dari saraf bermyelin yangberhubungan dengan otot melalui sambungan neuromuscular (neuuro-muscular junction).Set iap serabut otot mem-punyai satu hubungan yang letaknya diper-tengahan serabut otot .Karena itu aksi potensial ini merambat dari pertengahan serabut kedua ujungnya. Untukmenjalarkan aksi potensial sampai ke f ibril potensial ini dijalarkan melalui tubulus t ransversalatau tubulus T.

Penjalaran ini berlangsung dengan penghantaran arus lokal sepanjang sarcolema yang jugamemasuki tubulus T. Perbedaannya hanya kalau penjalaran arus melalui sarcolema berlangsungdengan kecepatan 7-10 cm per det ik, penjalaran melalui tubulus T hanya berlangsung dengankecepatan 1/50-nya. Tetapi karena jarak t ransversal yang akan ditempuh pendek, maka bagianpaling dalam dari serabut otot telah menerima aksi potensial dalam waktu 1 milisecond.

Antara sistem tubulus T dengan sarco-palasmic ret iculum yang letaknya tegak lurus satuterhadap yang lain, terdapat hubungan melalui daerah yang disebut ‘triad’ dan ditempat initerdapat penggembungan dari ret iculum yang disebut “cysterna”. Daerah triad ini pada ototskeletal dijumpai di daerah dimana letak akt in dan miosin bersisian. Akibat datangnya arus makadengan cara yang belum diketahui, cysterna ini melepaskan calsium. Mungkin ini disebabkan

Page 12: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

karena terbukanya lubang halus yang permeabel terhadap calsium pada permulaan dari aksipotensial ini. Calsium yang dilepaskan cysterna ini kemudian berdifusi kepada myof ibril yangberdekatan dan beri-katan dengan troponin, yang menimbulkan kontraksi otot . Kontraksi iniakan terus berlangsung selama calsium terdapat di cairan sarcoplasma. Tetapi karena adanyasuatu pompa yang akt if bekerja mengeluarkan calsium dari cairan sarcoplasma ini, makakonsentrasinya akan berkurang hampir total, sehingga perist iwa kontraksi akan diikut i oleh

masa relaksasi. Dalam masa relaksasi ini jumlah calsium dalam sarcoplasma hanya 10-7 molardan jumlah ini terlalu sedikit untuk menimbulkan kontraksi, sedangkan dalam masa akt ivasi yang

opt imal, jumlah ini meningkat menjadi 2×10-4 molar. Lamanya berlangsung injeksi calsium(calsium pulse) ini, hanya 1/30 det ik. Walaupun pada beberapa jenis serabut otot skeletalberlangsung lebih lama, sedangkan pada otot jantung waktunya lebih pendek lagi yaitu 0,3det ik.

Latihan Beban

Menurut Dietrich Mart in, lat ihan olah-raga adalah suatu proses yang direncanakan yangmengembangkan penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi lat ihan, t indakant indakan organisasi yang sesuai dengan maksud dan tujuan.

Lat ihan adalah suatu proses atau, dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlansungselama beberapa tahun, sampai at let tersebut mencapai standar yang berpenampilan t inggi.

Lat ihan yang sist imat is adlah dilakukan secara teratur, lat ihan tersebut berlangsung beberapakali dalam satu minggu. Selanjutnya lat ihan tersebut dilaksanakan berdasarkan suatu sist imyang mengikut i prinsip prinsip lat ihan yang bersifat dasar.

Prinsip dasar lat ihan beban

Ada empat prinsip yang ahrus menjadi dasar dalam penyusnuna program lat ihan beban.Keempat prinsip dasar itu adalah

1. Prinsip overload; Kekuatan otot sangat efekt if dibangun ket ika kerja otot dan grup ototpada beban yang lebih. Lat ihan denganbeban yang umum dikerjakan oleh otot hanyamenghasilkan kerja otot yang umum. Penggunan beban yang berlebih akan menyebabkanterjadinya proses adap-tasi f isiologis yang akan mengarahkan pada peningkatan kekuatanotot .

2. Prisip tahanan yang progesif ; Sejak otot diberikan beban yang melebihi kemam-puannyamaka otot akan mengalami adaptasi

3. Prisip tahanan yang progesif ; Sejak otot diberikan beban yang melebihi kemam-puannyamaka otot akan mengalami adap-tasi f isiologis dimana akan terjadi perose peningkatankekuatan otot . Bila proses adaptasi ini telah dicapai, maka kerja otot yang tadinya melebihibeban kemam-puannya akan t idak lagi overload. Dengan alasan tersbut maka program lat ihanbeban harus juga didasari prinsip progresif itas beban yang diberikan. Penambahan beban yang

Page 13: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

meningkat tersebut dapat diberikan dengan menambah jumlah berat beban yang diberikan ataumenambah jumlah pengulangannya.

4. Prinsip lat ihan yang teratur; Program lat ihan beban harus diatur sedemikian rupa sehinggabeban yang diberikan harus kepada otot otot besar terlbih dahulu baru kepada otot otot kecil.Alasannya sesuai dengan pola gerak normal manusia, bahwa otot otot kecil lebih cepatmengalami kelelahan daripada otot otot besar. Sehing-ga pemberian lat ihan beban harusdimulai dari otot besar dan diikut i oleh otot otot kecil. Selain itu pengaturan lat ihan beban jugaharus memperhat ikan pemberian beban terhadap otot . Diupayakan agar t idak memberikanlat ihan yang sama seca-ra berurut bagi otot yang sama. Sehingga otot yang dilat ih memilikikesepatan recoveri sebelum diberikan lat ihan lat ihan lebih lanjut .

5. Prinsip kekhususan; Lat ihan beban t idak hanya dapat diberikan kepada kelompok otot .Akan tetapi lat ihan beban dapat juga diberikan kepada otot otot yang bekerja secara spesif ik.Selain itu pemberian lat ihan beban juga harus menperhat ikan olahrtaga yang dominandilakukan. Sehingga lat ihan beban yang diberikan dapat disesuaikan dengan gerakan yangsesuai dengan ca-bang olahraga yang ditekuninya.

Pada lat ihan ini terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dintaranya adalah De Lorme,Oxford, DAPRE, Circuit Weight Training dan Plyometric Traning. Sesuai dengan pene-lit ian inimaka yang akan dibahas dalam kajian teori ini hanya metode De Lorme dan Oxford.

Metode De Lorme

Metode ini disebut juga heavy resis-tance exercise, namun belakangan ini dikenal denganprogressive resistance Exercise (PRE) dengan menggunakan pendekatan lat i-hanstrengthening.

Lat ihan dengan beban sebesar 10 RM

(a.) Test i melakukan :

§ 10 kali pengulangan dengan beban ½ dari 10 RM.

§ 10 kali pengulangan dengan beban ¾ dari 10 RM.

§ 10 kali pengulangan dengan beban 10 RM penuh.

(b.) Set iap sesi dari lat ihan tersebut diselingi oleh ist irahat singkat.

(c.) Lat ihan ini menggunakan pendekatan sepert i pada fase warm-up karena beban yangdigunakan bert ingkat dari beban rendah ke t inggi , yaitu dari ½ dari 10 RM, ¾ dari 10 RM, sampaifull 10 RM. Sehingga beban yang digunakan dapat meningkat set iap minggunya sebagaimeningkatnya kekuatan otot .

Efek warm-up

Page 14: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Warm-up atau sering disebut dengan pre-elimenary exercise merupakan akt if itas f isik yangmembantu mempersiapkan performance lat ihan baik secara psikologis maupun f isiologis danjuga berfungsi untuk mengurangi resiko cidera pada sendi maupun otot .

Efek psikologis pada warm-up akan mempengaruhi mental seseorang sebelum melakukanlat ihan karena dengan mental yang siap maka lebih mudah meningkatkan skill dan koordinasi

Warm-up juga akan mempengaruhi f isiologis dari performance lat ihan itu sendiri karena akanmeningkatkan aliran darah, otot dan temperatur.

Warm-up secara bertahap akan meningkatkan otot dan temperatur tanpa menyebabkanfat igue atau mengurangi cada-ngan energi.

Metode Oxford

Metode ini merupakan metode yang berlawanan dengan metode De Lorme. Metode inidirancang dengan mengurangi beban atau tahanan sehingga menimbulkan kelelahan pada otot(fatigue muscle).

Lat ihan dengan beban sebesar 10 RM

Test i melakukan :

§ 10 kali pengulangan dengan beban 10 RM penuh

§ 10 kali pengulangan dengan beban ¾ dari 10 RM.

§ 10 kali pengulangan dengan beban ½ dari 10 RM.

Teknik ini berusaha menurunkan kerusakan pada efek fatigue. Secara umum, warm-up yangnon-spesif ik pada lat ihan akt if dianjurkan terlebih dahulu dilakukan sebelum memulai resistanceexercise.

Efek yang terjadi pada lat ihan

Pada metode ini dimana lat ihan dimulai dengan beban yang berat akan meimbulkan fat igueakibat t idak adanya persiapan pada otot . pemberian pengurangan beban pada metode inidilakukan dengan tujuan untuk mengurangi efek fat igue yang terjadi karena fase ist irahat dapatdilakukan dengan ist irahat total ataupun dengan melakukan gerakan-gerakan ringan.

Untuk membangun otot yang opt imal dengan usaha yang singkat dan produksi tena-ga yangmaksimal. Karakterist ik yang dibu-tuhkan untuk menimbulkan kekuatan maksimal sel otot ,adalah :

1.) Set iap sel otot dapat mengandung protein kontrakt il dengan volume yang t inggi. Karenadifusi oksigen t idak diperhat ikan, maka membuat diameter sel menjadi lebih besar membantuuntuk meningkatkan pro-tein kontrakt il (akt in dan miosin).

Page 15: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

2.) Untuk membuat ruang antara akt in dan miosin, maka kepadatan mitokondria harusdiminimalkan, hal ini pent ing untuk meme-lihara fungsi sel.

3.) Lemak hanya dapat dimetabolisme secara aerobik, lemak t ingkat t inggi memecah en-zimcytosol yang juga t idak diperlukan.

4.) Kapasitas glykolisis anaerobic dapat terpe-nuhi dengan singkat dan kapasitas produksiasam laktat dapat menjadi t inggi. Pening-katan penyimpanan glycogen t idak dapat dilihat padaprogram lat ihan kurang dari 6 minggu (Grimby, 1973). Bagaimanapun program lat ihan lebih dari20 minggu menunjukan paningkatan pada intramus-cular yaitu penyimpanan glycogen secarasignif ikan (MacDougall, 1977).

Mekanisme peningkatan kekuatan otot dengan lat ihan beban

Adaptasi merupakan karakterist ik utama pada otot skeletal. Sebagai respon dari lat ihan,perubahan akut dapat terjadi pada sistem, organ atau sel. Sebagai contoh peningkatan denyutnadi terjadi ket ika melompat dari kursi atau saat melakukan jogging. Adaptasi selular secaraumum dapat meningkatkan atau menu-runkan kemampuan rata-rata sintesis pada komponenselular. Sel otot dapat mengalami sintesis dan degradasi. Jika rata-rata sintesis melebihi rata-rata degradasi, maka terjadi peningkatan komponen selular. Perubahan pada sintesis proteinmemerlukan signal selular, salah satunya adalah faktor biologis dan f isio-logis yang melanjutkanproses komunikasi pada otot yang berbeda sehingga menyebabkan perubahan selular.

Pada lat ihan strengthening dengan resistance exercise akan memberikan dampak atau responterhadap otot . Adaptasi yang dapat terjadi setelah lat ihan diantaranya adalah adaptasineurological, adaptasi struktural dan adaptasi metabolik.

1. Adaptasi Neurological

Pada orang tak terlat ih yang memulai program lat ihan penguatan pertama kali akan merasakanpeningkatan kekuatan otot secara dramat is. Peningkatan ini akan berlanjut secara linear selama8-12 minggu. “Mekanisme yang mendominasi pada awal lat ihan penguatan adalah adaptasineu-rologi secara alami. (Moriant i, 1979; Sale, 1988).” Adaptasi ini dapat terjadi dengan atautanpa peningkatan cross sectional area.

2. Adaptasi Struktural

Adaptasi structural pertama pada resis-tance exercise untuk meningkatkan kekua-tan ototadalah meningkatnya kekuatan jaringan itu sendiri. Hypertropi otot atau peningkatan ukuranotot skeletal dengan resistance exercise dapat dilihat sebagai adaptasi struktural yang utama.Kompen-sasi ini merupakan penyesuaian untuk meningkatkan kapasitas otot dalam meng-hasilkan tegangan sehingga kekuatan otot dapat meningkat.

3. Adaptasi Metabolik

Pada adaptasi metabolik terdapat t iga enzim kompleks yang terlibat dalam adaptasi resistance

Page 16: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

exercise, yaitu: phos-phocreatine ATP kompleks, glycolysis/ glycogenolosis kompleks danlypolysis kom-pleks. Adaptasi ini merupakan adaptasi yang berkaitan dengan sistem energi yangdigunakan selama lat ihan.

Metode

Metode penelit ian yang digunakan dalam penelit ian ini adalah metode eksperimen denganrancangan faktorial 2 x 2. Sudjana (1989). Dalam rancangan faktorial 2 X 2 dijelaskan mengenai eksperimen faktorial yaitu eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah faktordikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf t iap faktor lainnya yang ada dalameksperimen. Penelit ian ini memiliki dua faktor dengan taraf sama yaitu metode lat ihan dangender yang diuji pengaruhnya ter-hadap kekuatan otot biceps brachialis dan daya tahan ototbiceps brachialis.

Di dalam penelit ian ini sepert i telah dijelaskan diatas merupakan penelit ian dengan rancanganfaktorial 2 x 2. Rancangan perco-baan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut yang terdiridari dua tabel. Tabel 3 untuk pengaruhnya terhadap kekuatan otot dan tabel 4 untukpengaruhnya terhadap daya tahan otot .

Dalam mencapai suatu keyakinan bah-wa nilai kekuatan otot dan daya tahan otot merupakanhasil perlakuan yang dapat digene-ralisasikan ke populasi yang ada, maka perlu dilakukanpengontrolan terhadap kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelit ian, yaitu validitasinternal dan eksternal. Sesuai dengan pendapat Thomas, Nelson (2001) bahwa validitasinternal dan validitas eksternal yang dikontrol dalam penelit ian ini adalah sebagai berikut :

1. Validitas internal

Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variable-variabel luar yang dapatmenimbulkan interpretasi lain. Variabel-variabel yang dikontrol meli-put i:

a. Pengaruh sejarah

Selama mengikut i program pelat ihan sampel t idak diperbolehkan mengikut i akt ivitas lat ihanpenguatan diluar jad-wal eksperimen.

b. Pengaruh Pertumbuhan, perkembangan dan kematangan

Untuk menghindari adanya pengaruh proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematanganmotorik, perlakuan diberikan dalam waktu t idak terlalu lama yaitu selama 24 kali pertemuan (duabulan).

c. Test ing

Hasil dari sebuah percobaan berurutan dengan pengambilan dari tes yang sama.

d. Pengaruh intrumen

Page 17: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji t ingkat keajegannya. Tes yang valid danrreliabel yang digunakan sebagai instrumen.

e. Pengaruh pemilihan subyek

Dikontrol dengan penempatan subyek yang memiliki kemampuan awal yang sama secaraberimbang terhadap kelompok eksperimen.

f . Pengaruh kehilangan peserta ekspe-rimen

Dikontrol terus menerus memotivasi dan memonitor kehadiran sampel mela-lui daf tar hadiryang ketat sejak awal sampai akhir eksperimen.

g. Pengaruh perlakuan

Dikontrol dengan memberikan perla-kuan yang sama kepada kelompok eks-perimen.

h. Penurunan Stat ist ik

Suatu kenyataan bahwa group yang terpilih berdasarkan skor yang t inggi sebenarnya t idakmempunyai t inggi skor yang sama dalam percobaan selanjutnya.

i. Dugaan / Harapan

Dikontrol dengan cara mengant isipasi pelaku percobaan terhadap penampilan part isipan-part isipan tertentu yang mungkin akan lebih bagus.

2. Validitas Eksternal

Pengontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa factor agar hasilpenelit ian dapat digenera-lisasikan. Terdapat 4 perlakuan yang diident if ikasikan dalam validitaseksternal menurut Campbell dan Stanley (1963) dalam Thomas, Nelson (2001) yaitu :

a. Pengakt ifan kembali atau efek balik dari percobaan.

b. Interaksi terhadap prasangka dan perlakuan percobaan.

c. Efek balik dari penyusunan percobaan.

d. Gangguan percobaan yang berlipat .

Ket ika para part isipan menerima lebih dari satu percobaan efek dari percobaan yang lebih dulumungkin mempengaruhi percobaan selanjutnya.

Dalam penelit ian ini instrumen yang di guna-kan adalah sebagai berikut :

Pengukuran Kekuatan otot

Pada aplikasinya pengukuran ini dilakukan dengan menentukan 1RM yaitu beban maksimal yang

Page 18: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

dapat dilakukan/diang-kat selama satu kali gerakan atau kontraksi, yaitu dalam gerakan f leksisiku

a. Prosedur pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Barbel

b. Posisi Test i duduk dengan tangan yang diuji memegang barbel

c. Dipersiapkan alat dan beban yang akan diberikan, berat beban merupakan beban maksimalyang dapat diangkat dalam satu kali gerakan f leksi siku dan luruskan siku kembali.

d. Penentuan beban ditentukan dengan meng-hitung beban untuk lat ihan arm crul f reeweight t raining yaitu berat badan x 0.30

e. Instruksikan Test i untuk menekuk siku (gerakan f leski siku) dengan mengangkat bebanyang sudah ditetapkan.

f . Bila test i mampu melakukan gerakan lebih dari 1 kali maka nilai kekuatan otot (dalamkilogram) disesuaikan dengan tabel 1.

g. Pengukuran berat beban dilakukan sehari sebelum dilakukan program lat ihan yangdilakukan set iap satu minggu sekali.

h. Prosedur ini dilakukan pada awal penelit ian sebagai data awal dan dilakukan evaluasi set iapsatu minggu sekali.

i. Pengukuran daya tahan otot biceps brachialis

j. Prosedur pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Barbel

Tabel 1

Perkiraan 1 RM

Pengulangangerakan yang dapat

dilakukan

1

2

3

4

5

6

7

Faktor pengulangangerak

1,00

1,07

1,10

1,13

1,16

1,20

1,23

1,27

Page 19: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

8

9

10

1,32

1,36

Sumber: Thomas R Baechle, 2000

k. Posisi Test i duduk dengan tangan yang diuji memegang barbel

l. Dipersiapkan alat dan beban yang akan diberikan, berat beban merupakan beban submaksimal yaitu 60 % dari beban 1 RM

m. Instruksikan Test i untuk menekuk siku (gerakan f leski siku) dengan mengangkat bebanyang sudah ditetapkan.

n. Lakukan gerakan sampai test i t idak mampu melakukan gerakan secara penuh

o. Hitung jumlah gerakan yang dapat dilakukan secara sempurna

p. Pengukuran berat beban dilakukan sehari sebelum dilakukan program lat ihan yangdilakukan set iap satu minggu sekali.

q. Prosedur ini dilakukan pada awal penelit ian sebagai data awal dan dilakukan evaluasi set iapsatu minggu sekali.

Hasil

Dari total hasil tes kekuatan otot dan hasil tes daya tahan otot untuk perhitungannya dapatdilihat pada lampiran. Data hasil tes kekuatan otot (dalam kilogram) dan tes daya tahan otot(dalam junlah repet isi) diperoleh dari hasil selisih tes awal dan tes akhir perlakuan, sehinggamerupakan hasil dari lat ihan yang dilakukan dalam penelit ian ini. Deskripsi hasil tes dapat dilihapada lampiran dan diuraikan sebagai berikut :

Data hasil tes kekuatan otot untuk kelompok yang berjenis kelamin laki laki DenganMetode Lat ihan Delorme

Data hasil tes kekuatan otot diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelompok yang berjeniskelamin laki laki. Hasil tes dapat dilihat pada lampiran hal, sedangkan tabel distribusi f rekuensidiatas menunjukkan bahwa nilai tert inggi kekuatan otot sebesar 8,20 dengan nilai terendah3,70 yang mempunayi rentang 4,50 dari N = 10. Nilai mean adalah 5,81, median 5,85 denganstandar deviasi 2,05. Data yang disusun pada tabel distribusi f rekuensi dapat digambarkandalam histrogram distribusi f rekuensi nilai tes pada diagram berikut ini:

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Data hasil tes kekuatan otot untuk kelompok yang berjenis kelamin perempuan UntukMetode Lat ihan Delorme

Page 20: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Data hasil tes kekuatan otot diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelompok yang memilikiberjenis kelamin perempuan. Hasil tes dapat dilihat pada lampiran, sedangkan untuk distribusif rekuensi menunjukkan bahwa nilai tert inggi kekuatan otot sebesar 3,70 dengan nilai terendah1,10 yang mempunyai rentang 2,20 dari N = 10. Nilai mean adalah 1,95, nilai median 1,85dengan standar deviasi 0,84.

Data yang disusun pada tabel distribusi f rekuensi dapat digambarkan dalam histrogramdistribusi f rekuensi nilai tes berikut :

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Data hasil Tes Kekuatan otot yang berjenis kelamin laki laki Dengan Metode Lat ihanOxford

Data hasil tes kekuatan otot diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelompok yang berjeniskelamin laki laki dengan metode lat ihan Oxford. Hasil tes dapat dilihat pada lampiran, sedangkanuntuk Tabel distribusi f re-kuensi diatas menunjukkan bahwa nilai ter-t inggi kekuatan ototsebesar 8,30 dengan nilai terendah 3,90 yang mempunyai rentang 4,40 dari N = 10. Nilai meanadalah 4,90, nilai median 4,65 dengan standar deviasi 1,26. Data yang disusun pada tabeldistribusi f rekuensi dapat digambarkan dalam histrogram distribusi f rekuensi nilai tes berikut :

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Data hasil tes kekuatan otot pada kelompok yang berjenis kelamin perempuan DenganMetode lat ihan Oxford

Data hasil tes kekuatan otot diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelompok yang berjeniskelamin perempuan. Hasil tes dapat dilihat pada lampiran, sedangkan tabel distri-busi f rekuensimenunjukkan bahwa nilai ter-t inggi kekuatan otot sebesar 4,40 dengan nilai terendah 2,20 yangmempunyai rentang 2,20 dari N = 10. Nilai mean adalah 3,54, nilai median 3,75 dengan standardeviasi 0.76.

Data yang disusun pada tabel distribusi f rekuensi dapat ditunjukkan dalam histrogram distribusif rekuensi nilai tes berikut :

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Data hasil tes daya tahan otot untuk kelompok yang berjenis kelamin laki laki DenganMetode Lat ihan Delorme

Data hasil tes daya tahan otot diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelompok yang berjeniskelamin laki laki. Hasil tes dapat dilihat pada lampiran hal, sedangkan tabel distribusi f rekuensidiatas menunjukkan bahwa nilai tert inggi daya tahan otot sebesar 23 dengan nilai terendah 12yang mempunayi rentang 11 dari N = 10. Nilai mean adalah 18, nilai median 19 dengan standardeviasi 3,9. Data yang disusun pada tabel distribusi f rekuensi dapat digambarkan dalam

Page 21: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

histrogram distribusi f rekuensi nilai tes pada diagram berikut :

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Data hasil tes daya tahan otot untuk kelompok yang berjenis kelamin perempuan UntukMetode Lat ihan Delorme

Data hasil tes daya tahan otot diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelompok yang memilikiberjenis kelamin perempuan. Hasil tes dapat dilihat pada lampiran, sedangkan untuk distribusif rekuensi menunjukkan bahwa nilai tert inggi daya tahan otot sebesar 89 dengan nilai terendah8 yang mempunyai rentang 81 dari N = 10. Nilai mean adalah 31 dan nilai median 22 denganstandar deviasi 24,45.

Data yang disusun pada tabel distribusi f rekuensi dapat digambarkan dalam histrogramdistribusi f rekuensi nilai tes berikut :

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Data hasil Tes Daya tahan otot yang berjenis kelamin laki laki Dengan Metode Lat ihanOxford

Data hasil tes daya tahan otot diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelompok yang berjeniskelamin laki laki dengan metode lat ihan Oxford. Hasil tes dapat dilihat pada lampiran, sedangkanuntuk Tabel distribusi f rekuensi diatas menunjukkan bahwa nilai tert inggi daya tahan ototsebesar 31 dengan nilai terendah 21 yang mempunyai rentang 10 dari N = 10. Nilai mean 25 danmedian 25 dengan standar deviasi 3,94 Data yang disusun pada tabel distribusi f rekuensi dapatdigam-barkan dalam histrogram distribusi f rekuensi nilai tes berikut :

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Data hasil tes daya tahan otot pada kelompok yang berjenis kelamin perempuan DenganMetode lat ihan Oxford

Data hasil tes daya tahan otot diperoleh dari tes yang dilakukan pada kelompok yang berjeniskelamin perempuan. Hasil tes dapat dilihat pada lampiran, sedangkan tabel dis-t ribusi f rekuensimenunjukkan bahwa nilai tert inggi daya tahan otot sebesar 104 dengan nilai terendah 14 yangmempunyai rentang 90 dari N = 10. Nilai mean adalah 48, nilai median 33 dengan standar deviasi33,7.

Data yang disusun pada tabel distribusi f rekuensi dapat ditunjukkan dalam histrogram distribusif rekuensi nilai tes berikut :

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Sebelum data dianalisis dengan ANAVA, terlebih dahulu dilakukan pengujian persya-ratan, yaituuji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap semua kelompok yang akan dibandingkan.Asumsi-asumsi bahwa populasi berdistribusi normal dan homogenitas varians telah

Page 22: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

melancarakan teori dan metode, sehingga banyak persoalan yang dapat diselesaikan denganlebih mudah. Adapun uji normalitas menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov test dan ujihomogenitas menggu-nakan Levene’s test for equality of varians. Kriteria yang dipakai dalam ujinoramalitas menggunakan Kolomogorov-Smirnov Z menu-rut Syahri Alhusin (2002) adalahdistribusi data dikatakan normal jika proba-bilitas (sig) observasi > 0,05.

Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sebaran data dari dari det iap variabelpenelit ian normal atau t idak Adapun data penelit ian yang diuji normalitasnya adalah meliput idata tes hasil kekuatan otot dan tes daya tahan otot untuk keseluruhan metode lat ihan(metode delorme dan oxford), jenis kelamin laki laki dan perempuan , data metode lat ihandelorme pada laki laki dan perempuan, , data metode lat ihan oxford pada laki lali danperempuan. Uji Normalitas menggunakan tek-nik Kolmogorov-Smirnov Z, perhitungannyamenggunakan Program SPSS 12. hasil uji normalitas sampel, terlihat bahwa harga signi-f ikansi /nilai probabilitas untuk seluruh sampel berada diatas 0.05 atau P > 0,05, sehingga dapatdisimpulkan bahwa data tes kekuatan otot berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji Homogenitas Variansi

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis varians adalah melakukanpengujian terhadap variansi popu-lasi pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakanLevene’s Test for Equality of varians. Menurut Singgih Santoso (2002) varians dinyatakanhomogen bila probabilitas (sig) observasi >0,05. Uji homogenitas variansi menggunakanLevene’s Test for Equality of varians dengan taraf signif ikansi 0,05; dari hasil keluarankomputer diperoleh : (a) stat ist ik hitung untuk uji homogenitas variansi kelompok jenis kela-minadalah P-value sebesar 0,228. Karena p value > dari α maka hipotesis nol t idak ditolak.

Kesimpulan: Bahwa untuk kelompok jenis kelamin laki laki dan perempuan adalah homogen.Demikian pula halnya untuk kelom-pok metode lat ihan delorme dan metode lat ihan oxford, (b)stat ist ik hitung untuk uji homogenitas kelompok metode lat ihan adalah P-value sebesar 0,139.Karena p value > dari α maka hipotesis nol t idak ditolak.

Kesimpulan: Bahwa untuk kelompok metode lat ihan delorme dan metode lari oxford adalahhomogen.

Dengan terujinya normalitas dan homo-genitas data hasil penelit ian, maka syarat untuk analisisvarians (ANAVA) telah terpenuhi. Agar uji hipotesis dapa dilaksanakan dengan baik makaterlebih dahulu harus ditentukan bagaimana penerimaan dan penolakan hipo-tesis. Perhitunganlengkap ANAVA desain Faktorial blok 2 x 2, digunakan untuk melihat perbedaan pengaruhantara metode lat ihan delorme dengan metode lat ihan oxford secara keseluruhan baik padakelompok jenis kelamin laki laki maupun perempuan dan juga untuk melihat interaksi antarametode lat ihan dengan jenis kelamin. Rangkuman hasil perhitungan ANAVA secarakeseluruhan Terhadap Kekuatan otot

Page 23: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Tabel 2

Rangkuman Perhitungan Kekuatan Otot

Source Type IIISum ofSquares

df MeanSquare

F Sig.

CorrectedModel

82.709(a) 3 27.570 18.543 .000

Intercept 648.025 1 648.025 435.842 .000

Sex 65.025 1 65.025 43.734 .000

Metode .784 1 .784 .527 .472

Sex *Metode

16.900 1 16.900 11.366 .002

Error 53.526 36 1.487

Total 784.260 40

CorrectedTotal

136.235 39

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dalam perhitungan analisis variansi tentang perbedaan pengaruh antara metode lat ihandelorme dan metode lat ihan oxford terhadap kekuatan otot biceps brachialis, hasil perhi-tungan ANAVA menunjukkan bahwa metode lat ihan berpengaruh secara signif ikan terhadaphasil kekuatan otot biceps brachialis Hal ini terbukt i dari perolehan harga F0 = 81,395 lebih

besar dari F 0,95;1.36 = 4,11 pada a = 0,05 atau nilai probabilitas sebesar 0,00 yang lebih kecil dari

0,05. Diketahui juga bahwa rata-rata kekuatan pada metode lat ihan delorme adalah 0,0740,dengan standar deviasi 0,05679, sedangkan rata-rata kekuatan otot metode lat ihan oxfordadalah 0,1446, dengan standar deviasi 0,7078. Dengan demikian hipotesis penelit ian diterimadan menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara metode lat ihan delorme danmetode lat ihan oxford terhadap kekuatan otot biceps brachalis.

Perbedaan Pengaruh antara kelom-pok laki laki dan kelompok perem-puan terhadapkekuatan otot biceps brachialis

Page 24: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Jenis kelamin sample yang berbeda antara laki laki dan perempuan memberikan pengaruh yangberbeda terhadap kekuatan otot biceps brachialis. Dari hasil perhitungan analisis variansmenunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh secara signif ikan terha-dap kekuatan ototbiceps brachialis. Hal ini terbukt i dari perolehan harga F0 = 219,41 lebih besar dari F 0,95;1.36 =

4,11 pada a = 0,05 atau nilai probabilitas sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05. Diketahui jugabahwa rata-rata kekuatan otot pada laki laki adalah 0,1670, dengan standar deviasi 0,05121,sedangkan rata-rata kekuatan otot pada kelompok perem-puan adalah 0,0516, denganstandar deviasi 0,03489. Dengan demikian hipotesis penelit ian diterima dan menyimpulkanbahwa: ada perbe-daan pengaruh antara lali laki dan perempuan terhadap kekuatan otot bicepsbrachialis.

Interaksi antara metode lat ihan dan jenis kelamin terhadap kekuatan otot bicepsbrachialis

Hasil perhitungan stat ist ik menunjukkan bahwa antara metode lat ihan dan jenis kela-min t idakada interaksi terhadap kekuatan otot lari cepat 100 meter. Hal ini terbukt i dari perolehan F0 =

2,158 lebih kecil dari F 0,95;1.36 = 4,11 pada a = 0,05 atau nilai probabilitas sebesar 0,150 yang

lebih besar dari 0,05. menyimpulkan bahwa: t idak ada interaksi antara metode lat ihan denganjenis kelamin f rekuensi langkah.

Perbedaan Pengaruh antara metode lat ihan delorme dan metode oxford terhadap dayatahan otot biceps brachialis

Dalam perhitungan analisis variansi ten-tang perbedaan pengaruh antara metode lat ihandelorme dan metode lat ihan oxford terhadap daya tahan otot biceps brachialis, hasilperhitungan ANAVA menunjukkan bahwa metode lat ihan berpengaruh secara signif ikanterhadap hasil daya tahan otot biceps brachialis. Hal ini terbukt i dari perolehan harga F0 =

81,395 lebih besar dari F 0,95;1.36 = 4,11 pada a = 0,05 atau nilai probabilitas sebesar 0,00 yang

lebih kecil dari 0,05. Diketahui juga bahwa rata-rata daya tahan pada metode lat ihan delormeadalah 0,0740, dengan standar deviasi 0,05679, sedangkan rata-rata daya tahan otot metodelat ihan oxford adalah 0,1446, dengan standar deviasi 0,7078. Dengan demikian hipotesispenelit ian diterima dan menyimpulkan bahwa: ada perbedaan pengaruh antara metode lat ihandelorme dan metode lat ihan oxford terhadap daya tahan otot biceps brachalis.

Perbedaan Pengaruh antara kelompok laki laki dan kelompok perempuan terhadap dayatahan otot biceps brachialis

Jenis kelamin sample yang berbeda antara laki laki dan perempuan memberikan pengaruh yangberbeda terhadap daya tahan otot biceps brachialis. Dari hasil perhitungan analisis variansmenunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh secara signif ikan terha-dap daya tahan ototbiceps brachialis. Hal ini terbukt i dari perolehan harga F0 = 219,41 lebih besar dari F 0,95;1.36 =

4,11 pada a = 0,05 atau nilai probabilitas sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05. Diketahui jugabahwa rata-rata daya tahan otot pada laki laki adalah 0,1670, dengan standar deviasi

Page 25: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

0,05121, sedangkan rata-rata daya tahan otot pada kelompok perempuan adalah 0,0516,dengan standar deviasi 0,03489. Dengan demikian hipotesis penelit ian diterima danmenyimpulkan bahwa: ada perbedaan pengaruh antara lali laki dan perempuan terhadap dayatahan otot biceps brachialis.

Interaksi antara metode lat ihan dan jenis kelamin terhadap daya tahan otot bicepsbrachialis

Hasil perhitungan stat ist ik menunjukkan bahwa antara metode lat ihan dan jenis kela-min t idakada interaksi terhadap daya tahan otot lari cepat 100 meter. Hal ini terbukt i dari perolehan F0 =

2,158 lebih kecil dari F 0,95;1.36 = 4,11 pada a = 0,05 atau nilai probabilitas sebesar 0,150 yang

lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hipotesis penelit ian ditolak dan menyimpulkan bahwa :t idak ada interaksi antara metode lat ihan dengan jenis kelamin f rekuensi langkah..

Pembahasan

Hasil pengujian hioptesis yang pertama menunjukkan perolehan harga F0 = 81,395 lebih besardari F 0,95;1.36 = 4,11 pada a = 0,05 atau nilai probabilitas sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05,

ini berart i bahwa antara metode lat ihan lari cepat berbeban (resistence running/overspeedrunning) dan lari cepat tanpa beban (flat running) memberikan penga-ruh yang berbeda secarasignif ikan terhadap kekuatan otot lari cepat 100 meter. Hasil penelit ian ini sama denganpenelit ian oleh Saraslandis (2002) yang menyimpulkan bahwa lat ihan kekuatan otot lebih efekt ifdengan metode lat ihan tanpa beban dibandingkan dengan metode lat ihan lari cepat berbeban.

Secara teorit is, faktor penentu dalam stuktur penampilan olahraga, khususnya dalam lari cepatjarak pendek adalah kecepatan lari maksimal (maximal running speed) dan kemampuan untukmempertahankannya selama mungkin (speed endurance).

Ef isiensi kecepatan lari cepat (sprinting velocity) tergantung pada kerjasama yang opt imal dariempat fase, yaitu: starting block phase, starting accelaration phase, maximal (constant) phase,dan deceleration phase. Maximal phase (fase kekuatan otot), didef ini-sikan sebagai hasil daristride length (panjang langkah) dan stride phase (f rekuensi langkah).

Di dalam lari cepat, at let dan pelat ih berusaha keras untuk meningkatkan kekuatan otot denganmetode lat ihan umum dan lat ihan khusus. Metode lat ihan yang umum diterapkan oleh pelariadalah metode lat ihan lari cepat berbeban dan metode lat ihan lari cepat tanpa beban.

Hasil pengujian hipotesis membukt ikan bahwa terdapat perbedaan antara metoda lat ihan laricepat berbeban dan metode lat ihan lari cepat tanpa beban. Pemberian beban dengan caraditarik at let lari cepat (sled towing) adalah satu bentuk teknik lat ihan lari cepat berbeban,kekuatan merupakan hasil yang potensial dari lat ihan teknik ini.

Dari hasil penelit ian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan kecepatan horisonal padapelari yang menggunakan metode lat ihan lari berbeban. Sesuai dengan yang dinyatakan olehLavrienko dkk, Pauleto, dan Tabachnik dalam Locky dkk. (2003) yang menyatakan bahwa lari

Page 26: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

cepat dengan tahanan (sled towing) t idak memberikan keuntungan bagi penampilan kecepatanlari cepat sebab akan menyebabkan kondisi yang buruk dalam teknik lari cepat dan ini akanberpengaruh negat if merubah mekanika lari cepat at let .

Sehubungan dengan pernyataan diatas, Letzelter, dkk. (1995) melaporkan bahwa terjadipeningkatan pada kemiringan tubuh selama kekuatan otot lari cepat dalam lari cepat tahanan,juga penelit ian oleh Locky dkk. (2003) menyatakan bahwa posisi kemiringan tubuh (trunk lean)pada saat perkenaan kaki (touch down) tumpu cenderung mengalami kemiringgan yang lebihbesar pada lari ber-beban dibandingkan dengan kondisi tanpa beban, ditambahkan, terjadipeningkatan da-lam sudut sendi hip saat awal kontak dengan tanah (ground contact).

Analisis Kinet ika yang dilakukan oleh Wieman K dan Tidow G. (1995) dalam Saraslandis (2002),membukt ikan bahwa dalam lari cepat tanpa beban pada saat topang depan (eccentric phase) pada fase kekuatan otot terjadi penurunan sudut lutut dan sudut sendi lutut tungkai, dimanamencapai maksimumnya pada t it ik vert ikal (sebagai contoh, sudut tungkai posisi pertama saatmenyentuh tanah membentuk sudut 170 – 175 derajat , ket ika fase vert ikal sudutnya adalah150 – 155 derajat). Retraksi dua sendi ini adalah, pada saat yang sama, fase eksentrik terjadisebelum kontraksi konsentrik, yang dengan segera mengikut i. Saat pertama, aksi “tarik” terjadidan kemudian aksi “dorong”, yang mana dapat diart ikan bahwa dinamika kekuatan dorongantertentu meningkat.

Sementara menurut anlalisis kinet ika at let laki-laki dari studi yang dilakukan oleh D. Forsteuter(1996) dalam Saraslandis (2002) dinyatakan bahwa, dalam menarik beban perubahan yangpaling menonjol adalah ekstensi seket ika pada sendi lutut dari awal fase topang padapermukaan, yang berart i bahwa kontraksi konsentrik diterapkan dari awal fase ini. Fase retraksi(kontraksi eksen-trik) t idak terjadi dan hanya terdapat aksi dorongan. Tidak sepert i pada laricepat tanpa beban, yaitu aksi tarikan diikutu dengan aksi dorongan. Ini adalah sesuatu yangt idak menguntungkan secara meyakinkan dalam meningkatkan kemampuan fase kekuatan ototpelari cepat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa lari cepat berbeban dengan menggunakan tahanan yangditarik menghasilkan waktu lari cepat yang lebih lambat, perubahan dalam dinamika hubunganantara panjang langkah / f rekuensi langkah, meningkatkan waktu saat tumpuan (support time)dan menyebabkan perubahan pada tubuh bagian atas dan terdapat kecende-rungan “gayamelangkah duduk” (sitting strides).

Hasil pengujian hioptesis yang kedua menunjukkan bahwa frekuensi langkah ber-pengaruhsecara signif ikan terhadap kekuatan otot lari 100 meter. Perolehan harga Fo = 219,41 lebihbesar dari F 0,95;1.36 = 4,11 pada a = 0,05, hal ini menunjukkan bahwa kekuatan otot at let yang

berjenis kelamin laki laki cenderung lebih baik dari pada at let yang memiliki f rekuensi langkahrendah.

Secara teorit is, faktor penentu dalam stuktur penampilan olahraga, khususnya dalam lari cepatjarak pendek adalah kecepatan lari maksimal (maximal sprinting speed) dan kemampuan untuk

Page 27: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

mempertahankannya sela-ma mungkin (speed endurance).

Pada saat awal akeselerasi menuju fase kekuatan otot , pelari cepat cenderung untukmemperpanjang langkah lari sampai pada pencapaian panjang langkah yang opt imal untukmencapai fase kekuatan otot .

Saat tercapai kekuatan otot kemudian pelari cenderung untuk mempertahankan kekuatan ototdengan sedikit memaksimalkan frekuensi langkah lari. Hasil pengujian ini mendukung pendapatLuhtanen dan Komi dalam Mercer dkk. (2002), yang menyatakan bahwa peningkatan darikecepatan rendah ke kecepatan sedang didominasi oleh peningkatan panjang langkah,sementara itu peningkatan dalam frekuensi langkah merupakan faktor dominan dalampencapaian kecepatan yang t inggi dalam lari cepat dan juga sesuai dengan penelit ian yangdilakukan oleh Locky dkk. (2003) yang menyimpulkan telah ditemukan perbedaan yangsignif ikan antara f rekuensi langkah pada kondisi lat ihan lari tanpa beban dan lat ihan lari denganmenarik beban terhadap kenematika lari cepat. Perbedaan kinematika lari cepat mempunyaipengaruh yang besar terhadap peningkatan kekuatan otot lari 100 meter.

Diperkuat oleh berbagai pendapat berikut yaitu: Dillman 1975; Luhtanen dan Komi 1978 (2002)dalam Mercer (2002) menyatakan bahwa Kekuatan otot lari, bagaimanapun, secara umumdicapai oleh peningkatan dalam frekuensi langkah bukan panjang langkah. Sementara ituCavanagh dan Kram (1990) menyatakan bahwa frekuensi langkah cenderung untuk meningkatpada kecepatan yang lebih t inggi. Seorang elit sprinter, yang telah mengopt imalkan panjanglangkahnya, menit ikberatkan dalam mening-katkan frekuensi langkah untuk meningkatkankecepatannya (Cissik, 2005).

Hasil pengujian hipotesis yang ket iga menunjukkan t idak adanya interaksi antara metodelat ihan dan frekuensi langkah yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan fase kekuatanotot lari 100 meter. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penerapan metode lat ihan lari cepatberbeban dan metode lat ihan lari cepat tanpa beban baik pada frekuensi langkah t inggi maupunfrekuensi langkah rendah pada masing-masing metode lat ihan memberikan pengaruh yangsama pada sturktur kinematika lari cepat. Sehingga t idak ada interaksi antara metode lat ihandan frekuensi langkah pelari cepat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pemba-hasan tersebut diatas serta dengan adanyaketerbatasan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh yang signif ikan antara metode lat ihan lari cepat berbeban dan laricepat tanpa beban terhadap fase kekuatan otot lari 100 meter.

2. Ada perbedaan peningkatan fase kekuatan otot lari 100 meter yang signif ikan antarafrekuensi langkah t inggi dan frekuensi lang-kah rendah terhadap fase kekuatan otot lari 100meter.

Page 28: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

3. Tidak ada interaksi antara metode lat ihan dengan frekuensi langkah terhadap pening-katanfase kekuatan otot lari 100 meter.

Implikasi

Kesimpulan yang dikemukakan diatas mengisyaratkan kita bahwa dalam upaya meningkatkanfase kekuatan otot (maximal speed phase) pelari cepat 100 meter:

1. Metode lat ihan lari cepat berbeban dan metode lat ihan tanpa beban dapat digu-nakanuntuk meningkatkan secara keselu-ruhan fase kecepatan pada lari 100 meter.

2. Pada peningkatan fase kekuatan otot metode lat ihan lari cepat tanpa beban lebih efekt ifditerapkan pada pelari cepat.

3. Karakter kinematika lari cepat pada metode lari cepat berbeban (supra-maximal speed)dengan tahahan tarik memiliki perubahan karakter yang berbeda dibandingkan dengan metodelat ihan lari cepat tanpa beban.

4. Sehubungan dengan komponen dasar kinematika f rekuensi langkah, dari hasil penelit ian inipenerapan metode lat ihan lari cepat tanpa beban baik pada at let yang berjenis kelamin laki lakimaupun frekuensi langkah rendah lebih efekt if dalam peningkatan fase kekuatan ototdibanding penerapan metode lat ihan lari cepat berbeban. Namun hasil ini merupakan efekkronik, perlu penelit ian yang lebih men-dalam untuk mengetahui efek akut dari metode lat ihantersebut.

5. Melihat bahwa lat ihan lari cepat berbeban lebih memberikan efek pada peningkatankekuatan pada pelari cepat dengan t ipe adaptasi otot yang t inggi, maka metode lat ihan ini perludisesuaikan dengan pro-gram lat ihan pada periode lat ihan tertentu. Metode lat ihan ini masukdalam unit kekuatan otot khusus sampai pada unit kecepatan super maksimal yang terutamadibatasi pada fase pre-kompet isi dan fase kompet isi, tetapi dapat juga ditermpatkan pada blokfase persiapan khusus (specific preparation).

6. Penerapan metode lat ihan khususnya pada metode lat ihan lari cepat berbeban harusdisesuaikan dengan kesiapan kondisi at let .

Daftar Pustaka

AAAT (Amateur Athletic Association of Thailand), “The 7th Asian Junior Athletic Championship Result”, AAAT, Bangkok, 1997.

Alexander, M.J.L., “The Relationship between Muscle Strength and Sprint Kinematics in EliteSprinter”, Canadian Journal Sport Science, 14, Canada, 1989.

Annonim, “Additional Training Method”, Textbook Assignment, ht tp://www.sfu.ca/~leyland/Kinl/Addit ional1Traing.pdf, 2005.

Annonim, “Chaty Freemans Sprinting”, www.coachr.org/cfst /htm, 2005.

Page 29: Esaunggul.ac .Id-Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditin

Annonim. Kinematics. ht tp://www.thefreedic t ionary.com/kinematics, 2005.

.Annonim. Biomechanic. www.thewushucent re.com/ cws3_biomech.pdf, 2005.

Hamilton Nancy & Lut lgens Kathryn, “Kinesiology Scientific Basis Of Human Motion”, TenthEdit ion, New York, 2002.

Prent ice, E. William, “Therapeutic modalities for Sports Medicine and Athletic Training”, Boston,Burr Ridge, IL Dubugue, IA Madison, WI New York, San Francisco, 1999.

Priatna Heri, “Muskuloskeletal Fisoterapi Kumpulan Bahan Kuliah Program D-IV Fisioterapi”,Jakarta, 2001.